PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL NATIONAL OIL CORPORATION v. LIBYAN SUN OIL COMPANY MELALUI ARBITRASE PRIVAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL NATIONAL OIL CORPORATION v. LIBYAN SUN OIL COMPANY MELALUI ARBITRASE PRIVAT"

Transkripsi

1 Penyelesaian Sengketea Internasional... (Arnanda Yusliwidaka) 21 PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL NATIONAL OIL CORPORATION v. LIBYAN SUN OIL COMPANY MELALUI ARBITRASE PRIVAT Oleh: Arnanda Yusliwidaka, Program Studi Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Tidar ABSTRAK Arbitrase merupakan suatu proses pemeriksaan suatu sengketa yang dilakukan secara yudisial oleh para pihak yang bersengketa dan pemecahannya didasarkan pada bukti-bukti yang diajukan oleh para pihak. Kasus National Oil Corporation (NOC) v. Libyan Sun Oil adalah permasalahan ekspor gagal yang tersandung izin ekspor barang oleh Pemerintah Amerika Serikat (AS), sehingga NOC mengajukan permohonan arbitrase ke Pengadilan Arbitrase ke International Chamber of Commerce (ICC) di Paris, Perancis sesuai dengan ketentuan arbitrase yang terkandung dalam Exploration and Production Sharing Agreement (EPSA). Metode yang digunakan adalah metode penelitian kepustakaan dengan cara diseleksi kemudian dianalisis berdasarkan kasus. Metode yang digunakan untuk melakukan analisis data penelitian adalah metode kualitatif yang disajikan secara diskriptif. Putusan Pengadilan Arbitrase mendukung NOC melawan Sun Oil dengan membayar uang ganti rugi kepada NOC. Secara signifikan bahwa Sun oil tidak berargumen bahwa pemerintah Libya tidak diakui oleh pemerintah AS. Akan tetapi Libya tetap diakui oleh pemerintah AS dengan beberapa alasan yaitu tidak bersahabatnya negara tidak cukup untuk melarang suatu persekutuan yang berasal dari negara atau tunduk pada negara tersebut untuk ikut beracara di Pengadilan AS dan adanya identifikasi bahwa cabang eksekutif diberikan jaminan utama oleh pemerintah Libya. Kata kunci: Arbitrase, Arbitrase Privat, Ganti Rugi

2 Penyelesaian Sengketea Internasional... (Arnanda Yusliwidaka) 22 PENDAHULUAN Dalam suatu perjanjian antara para pihak atau suatu hubungan bisnis, selalu ada kemungkinan timbulnya sengketa. Sengketa yang terjadi seringkali terkait mengenai cara melaksanakan klausul-klausul perjanjian, apa isi perjanjian ataupun disebabkan hal lainnya di luar yang diatur dalam perjanjian. Untuk menyelesaikan sengketa tersebut ada beberapa cara yang biasanya dapat dipilih, yaitu melalui negosiasi, mediasi, pengadilan dan arbitrase. Istilah arbitrase berasal dari bahasa latin Arbitrare yang berarti kekuasaan untuk menyelesaikan sesuatu perkara menurut kebijaksanaan. Definisi secara terminologi dikemukakan berbeda-beda oleh para sarjana saat ini walaupun pada akhirnya mempunyai inti makna yang sama. Subekti menyatakan bahwa arbitrase adalah penyelesaian atau pemutusan sengketa oleh seorang hakim atau para hakim berdasarkan persetujuan bahwa para pihak akan tunduk pada atau menaati keputusan yang diberikan oleh hakim yang mereka pilih. 1 Sedangkan H. Priyatna Abdurrasyid menyatakan bahwa arbitrase adalah suatu proses pemeriksaan suatu sengketa yang dilakukan secara yudisial seperti oleh para pihak yang bersengketa, dan pemecahannya akan didasarkan kepada bukti-bukti yang diajukan oleh para pihak. 2 Pada dasarnya arbitrase adalah suatu bentuk khusus Pengadilan. Poin penting yang membedakan Pengadilan dan arbitrase adalah bila jalur Pengadilan (judicial settlement) menggunakan satu peradilan permanen atau standing court, sedangkan arbitrase menggunakan forum tribunal yang dibentuk khusus untuk kegiatan tersebut. Dalam arbitrase, arbitrator bertindak sebagai hakim dalam mahkamah arbitrase, sebagaimana hakim 1 Subekti, Arbitrase Perdagangan, Bina Cipta, Bandung, 1992, hlm.1. 2 H. Priyatna Abdurrasyid, Penyelesaian Sengketa Komersial Nasional dan Internasional) di luar Pengadilan, Makalah, September 1996, hlm.1. permanen walaupun hanya untuk kasus yang sedang ditangani. 3 Arbitrase dapat berupa arbitrase sementara (ad-hoc) maupun arbitrase melalui badan permanen (institusi). Arbitrase ad-hoc dilaksanakan berdasarkan aturan-aturan yang sengaja dibentuk untuk tujuan arbitrase, misalnya UU No.30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa atau UNCITRAL Arbitarion Rules. Pada umumnya arbitrase ad-hoc ditentukan berdasarkan perjanjian yang menyebutkan penunjukan majelis arbitrase serta prosedur pelaksanaan yang disepakati oleh para pihak. Penggunaan arbitrase ad-hoc perlu disebutkan dalam sebuah klausul arbitrase. 4 Salah satu kasus yang diselesaikan melalui arbitrase yakni NOC (National Oil Corporation) yang merupakan perusahaan yang didirikan berdasarkan hukum dari Libya dan sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah Libya. Libyan Sun Oil adalah sebuah anak perusahaan dari Sun Company, Inc. yang bekerjasama dengan Amerika Serikat yang berkantor pusat di Delaware. Awal mula sengketa ini dilatarbelakangi dari Exploration and Production Sharing Agreement (EPSA) yaitu perjanjian Eksplorasi dan Produksi yang ditandatangani oleh para pihak pada tanggal 20 November Berdasarkan EPSA, Sun Oil merupakan perusahaan yang diberikan hak untuk melaksanakan dan mendanai program eksplorasi minyak di Libya. Namun ekspor tersebut gagal karena tersandung izin ekspor barang oleh Pemerintah AS. Sehingga pemerintah Libya dihimbau untuk segera mencabut larangan terhadap penduduk AS yang melakukan perjalanan ke Libya. Akan tetapi permohonan izin tersebut ditolak. Sehingga NOC mengajukan permohonan arbitrase ke Pengadilan Arbitrase ke International Chamber of Commerce (ICC) di Paris, Perancis, sesuai 3 Brierly J. Law, The Law of Nation, Clarendon Press, Oxford, 1983, hlm Gatot Soemartono, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2006, hal 27

3 Penyelesaian Sengketea Internasional... (Arnanda Yusliwidaka) 23 dengan ketentuan arbitrase yang terkandung dalam EPSA. Oleh karena itu dalam penyelesaian sengketa berdasarkan kasus di atas maka penulis menuangkan dalam judul Penyelesaian Sengketa Internasional Antara National Oil Corporation, Petitioner, v. Libyan Sun Oil Company, Respondent Melalui Arbitrase Privat. RUMUSAN PERMASALAHAN Bagaimana upaya penyelesaian sengketa internasional antara national oil corporation, petitioner, v. libyan sun oil company, respondent melalui abitrase privat? TUJUAN Untuk mengetahui penyelesaian sengketa internasional antara national oil corporation, petitioner, v. libyan sun oil company, respondent melalui abitrase privat. TINJAUAN PUSTAKA Istilah arbitrase berasal dari bahasa latin Arbitrare yang berarti kekuasaan untuk menyelesaikan sesuatu perkara menurut kebijaksanaan. Black s Law Dictionary juga memberikan definisi mengenai arbitrase sebagai a method of dispute resolution involving one or more neutral third parties who are usually agreed to by the disputing parties and whose decision is binding, atau Arbitration is an arrangement for taking an abiding by the judgement of selected persons in some disputed matter, instead of carrying it to establish tribunals of justice, and is intended to avoid the formalities, the delay, the expense and vexation of ordinary litigation. Arbitrase institusi adalah suatu lembaga permanen yang dikelola oleh berbagai badan arbitrase berdasarkan aturan-aturan yang 5 mereka tentukan sendiri. Saat ini dikenal berbagai aturan arbitrase yang dikeluarkan oleh badan-badan arbitrase seperti Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI), atau yang internasional seperti The Rules of Arbitration dari The International Chamber of Commerce (ICC) di Paris, The Arbitration Rules dari The International Centre for Settlement of Investment Disputes (ICSID) di Washington. Badan-badan tersebut mempunyai peraturan dan sistem arbitrase sendiri-sendiri. 5 Dari hal tersebut, maka terdapat beberapa unsur kesamaan mengenai arbitrase, yaitu: adanya kesepakatan untuk menyerahkan penyelesaian sengketa-sengketa, baik yang akan terjadi maupun telah terjadi kepada seorang atau beberapa orang pihak ketiga di luar peradilan umum untuk diputuskan; penyelesaian sengketa yang bisa di selesaikan adalah sengketa yang menyangkut hak pribadi yang dapat dikuasai sepenuhnya, khususnya di sini dalam bidang perdagangan industri dan keuangan; dan putusan tersebut merupakan putusan akhir dan mengikat (final and binding). Pada dasarnya klausula arbitrase dapat berwujud dalam 2 (dua) bentuk, yaitu Klausula Arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa (pactum de compromitendo) dan Suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbul sengketa (akta kompromis). Jenis arbitrase tersebut didirikan oleh negara untuk memutuskan sebuah kasus atau serangkaian kasus di antara mereka, akan tetapi berkaitan dengan sengketa di mana individu atau perusahaan yang terlibat sebagai pihak, arbitrase semacam ini dikenal sebagai arbitrase internasional privat atau arbitrase komersial internasional. 6 Arbitrase adalah prosedur yang diakui dalam banyak sistem hukum nasional dan menawarkan keunggulan dibandingkan litigasi dengan memungkinkan sengketa yang harus diselesaikan relatif cepat dan murah tanpa 6 J.G. Merrills, International Dispute Settlement Fourth Edition, Cambridge University Press, New York, 2005, hlm

4 Penyelesaian Sengketea Internasional... (Arnanda Yusliwidaka) 24 perlu membawanya ke pengadilan, dan arbitrase komersial internasional merupakan perpanjangan dari prosedur ini. Perbandingan antara arbitrase privat dan arbitrase inter-state mengungkapkan kesamaan dalam arti bahwa masing-masing menciptakan aturan hukum internalnya sendiri, yang meliputi hal-hal seperti penentuan pilihan hukum berdasarkan kesepakatan antara para pihak 7. Dua bentuk arbitrase tersebut memiliki perbedaan mengenai lex arbitri yang mengatur arbitrase dalam aspek eksternal, seperti pengaturan validitas dan kemampuan menegakkan perjanjian. Dalam arbitrase privat biasanya berlabuh dalam hukum nasional, sedangkan lex arbitri arbitrase inter-state adalah hukum internasional. 8 Hal ini memiliki konsekuensi penting dalam hal kekuasaan para pihak untuk memodifikasi kerangka eksternal, di mana hukum internasional menyediakan ruang yang lebih luas bagi para pihak, sedangkan untuk arbitrase privat akan berharap untuk memiliki akses ke dalam sistem hukum nasional jika muncul sengketa mengenai validitas perjanjian. Demikian juga, jika terdapat kesulitan atas penegakan hukum, mereka akan mungkin dapat menggunakan pengaturan di seluruh dunia yang ada untuk menegakkan penghargaan arbitrase melalui pengadilan nasional. Akan tetapi dalam hukum internasional, meskipun aturan yang berkaitan dengan validitas dan implementasi perjanjian telah ada, namun kurangnya prosedur wajib membuat mereka kurang efektif. 9 METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Peneliti mendasarkan pada jenis penelitian yang dilakukan, yaitu Penelitian kepustakaan dengan menggunakan bahan hukum primer UNCITRAL Model Law on International Commercial Arbitration 1985, Konvensi New York , Convention on the Recognition and Enforcement of Foreign Arbitral Awards yaitu Konvensi terhadap Pengakuan dan Pelaksaan Putusan Arbitrase Asing dan Bahan hukum sekunder yang digunakan untuk mendukung bahan hukum primer yakni Putusan Pengadilan Arbitrase, Buku yang berkaitan dengan arbitrase, dan Jurnal, bahan internet, karya ilmiah yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. B. Metode Penelitian Data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan selanjutnya dilakukan dengan cara diseleksi kemudian dianalisis berdasarkan kasus. Metode yang digunakan oleh peneliti untuk melakukan analisis data penelitian adalah metode kualitatif yang disajikan secara diskriptif. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penyelesaian Kasus Arbitrase Privat National Oil Corporation, Petitioner, v. Libyan Sun Oil Company, Respondent Melalui Arbitrase Privat Sun Oil memulai kegiatan eksplorasi pertama tahun Pada tanggal 18 Desember 1981, Sun Oil tidak bisa melaksanakan dan menangguhkan kinerjanya karena ketentuan force majeure sebagaimana yang terkandung dalam EPSA. Pernyataan tersebut berdasarkan (Excuse of Obligations: Any failure or delay on the part of a Party in the performance of its obligations or duties hereunder shall be excused to the extent attributable to force majeure. Force majeure shall include, without limitation: Acts of God; insurrection; riots; war; and any unforeseen circumstances and acts beyond the control of such Party). Sun Oil mengklaim bahwa Departemen Luar Negeri Libya melarang penggunaan paspor Amerika Serikat untuk perjalanan ke 7 8 9

5 Penyelesaian Sengketea Internasional... (Arnanda Yusliwidaka) 25 Libya. Hal ini mencengah para pekerja dari Sun Oil yang semuanya adalah warga negara Amerika Serikat untuk datang ke Libya. Dengan demikian, Sun Oil tidak bisa melaksanakan EPSA sesuai dengan kontrak para pihak. NOC membantah klaim Sun Oil tentang keadaan force majeure dan menyerukan melanjutkan kinerja sesuai dengan kesepakatan. Pada bulan Maret 1982, Pemerintah Amerika Serikat melarang impor ke Amerika Serikat dari setiap minyak dari Libya dan membatasi ekspor dari Amerika Serikat ke Libya. Peraturan ekspor yang dikeluarkan oleh Departemen Perdagangan AS memerlukan izin untuk ekspor barang, termasuk semua informasi teknis. Karena ada rencana untuk melakukan ekspor data yang secara kuantitas substansial berubungan dengan kegiatan eksploasi minyak di Libya, Sun Oil mengklaim bahwa mereka telah mengajukan sebuah lisensi ekspor namun ekspor tersebut gagal karena tersandung izin ekspor barang oleh Pemerintah AS. Sehingga pemerintah Libya dihimbau untuk segera mencabut larangan terhadap penduduk AS yang melakukan perjalanan ke Libya. Akan tetapi permohonan izin tersebut ditolak. Setelah itu, pada akhir Juni 1982, Sun Oil memberitahukan NOC bahwa peraturan ekspor tersebut sebagai bagian dari force majeure. Pada tanggal 19 Juli 1982, NOC mengajukan permohonan arbitrase ke Pengadilan Arbitrase ke International Chamber of Commerce (ICC) di Paris, Perancis, sesuai dengan ketentuan arbitrase yang terkandung dalam EPSA (dimana dalam arbitrase menyatakan bahwa: Any controversy or claim arising out of or relating to this Agreement, or breach thereof, shall, in the absence of an amicable arrangement between the Parties, be settled by arbitration, in accordance with the Rules of Conciliation and Arbitration of the International Chamber of Commerce, in Paris, France, by three arbitrators. Each Party shall appoint its arbitrator, and the International Chamber of Commerce shall appoint the third arbitrator who must be in no way related to either Party and who will be the chairman of the arbitration body). Para anggota panel arbitrase (the Tribunal Arbitrase) dipilih sesuai dengan klausul arbitrase. Masing-masing pihak memilih satu arbiter, dan arbitor ketiga dipilih oleh International Chamber of Commerce. Sun Oil memilih Edmund Muskie, mantan Senator Amerika Serikat dan Sekretaris Negara. NOC memilih Profesor Hein Kotz, Direktur Institut Max Planck Institut di Jerman Barat. Robert Schmelck, mantan hakim agung dari Mahkamah Agung Perancis (Cour de la Kasasi), terpilih sebagai arbitrator ketiga oleh ICC Pengadilan Arbitrasi. Proses arbitrase yang diadakan di Paris. Pada bulan Mei dan Juni 1984, Majelis Arbitrase diadakan dengar pendapat tentang masalah force majeure. Majelis mengeluarkan putusan awal pada tanggal 31 Mei 1985, yang menyatakan tidak pernah ada force majeure dalam EPSA. Pengadilan Arbitrase kemudian mengadakan sidang selanjutnya, dan pada tanggal 23 Februari 1987, mengeluarkan putusan kedua dan terakhir dalam mendukung NOC melawan Sun Oil yaitu Sun Oil harus membayarkan uang ganti rugi sebesar $ kepada NOC. Sun Oil memberikan alasan bahwa tuntutan dari NOC harus ditolak, akan tetapi berdasarkan alasan tersebut pengadilan tidak mengabulkan keberatannya tersebut dengan alasan Pengakuan adalah prasyarat untuk dapat dibawanya ke Pengadilan AS. Menurut Sun Oil bahwa NOC bukan merupakan persekutuan yang dikenal oleh hukum AS karena merupakan bagian dari pemerintah Libya. Balasan dari NOC yaitu NOC adalah suatu persekutuan yang dimiliki oleh pemerintah asing yang diakui oleh AS. Pengadilan pun setuju dengan NOC bahwa tidak seharusnya AS melarang akses Libya ke Pengadilan AS karena lemahnya hubungan AS- Libya. Hal ini didasarkan pada preseden putusan dari Guaranty Trust Co. v. United States, 304 U.S. 126, 137 (1938), dimana pengadilan menerima prinsip-prinsip yang berlaku umum sebagai bagian dari kedaulatan

6 Penyelesaian Sengketea Internasional... (Arnanda Yusliwidaka) 26 negara sehingga suatu pengakuan suatu negara adalah merupakan pengakuan terhadap persekutuan yang dibentuk berdasarkan negara tersebut. Dalam kasus hukum ini NOC seharusnya tidak dilarang untuk berperkara di Pengadilan AS hanya karena Pemerintah AS belum mengakui pemerintahan Qhadafi ataupun berperang dengan Libya. Secara signifikan bahwa Sun oil tidak berargumen bahwa pemerintah Libya tidak diakui oleh pemerintah AS. Akan tetapi Sun Oil berargumen outlaw regime. Sun Oil juga mengatakan bahwa yang sesuai dengan penyelesaian sengketa ini adalah inquiry yaitu untuk menentukan bahwa pemerintah asing dapat ditolak untuk mengkases Pengadilan AS yang didasarkan pada kebijakan politik yang tidak diakui oleh AS. Namun demikian Libya tetap diakui oleh pemerintah AS. Ada beberapa alasan yaitu: pertama, alasan tidak bersahabatnya negara tidak cukup untuk melarang suatu persekutuan yang berasal dari negara atau tunduk pada negara tersebut untuk ikut beracara di Pengadilan AS. Kedua, adanya identifikasi bahwa cabang eksekutif diberikan jaminan utama oleh pemerintah Libya. SIMPULAN NOC mengajukan permohonan arbitrase ke Pengadilan Arbitrase ke International Chamber of Commerce (ICC) di Paris, Perancis. Pengadilan mengeluarkan putusan awal yang menyatakan tidak pernah ada force majeure dalam EPSA. Pengadilan Arbitrase kemudian mengadakan sidang lanjutan dan mengeluarkan putusan kedua serta terakhir dalam mendukung NOC melawan Sun Oil yaitu Sun Oil harus membayarkan uang ganti rugi sebesar $ kepada NOC. Sun Oil memberikan alasan bahwa tuntutan dari NOC harus ditolak, akan tetapi berdasarkan alasan tersebut pengadilan tidak mengabulkan keberatannya tersebut dengan alasan yaitu pengakuan adalah prasyarat untuk dapat dibawanya ke Pengadilan AS, sehingga suatu pengakuan suatu negara adalah merupakan pengakuan terhadap persekutuan yang dibentuk berdasarkan negara tersebut. Secara signifikan bahwa Sun oil tidak berargumen bahwa pemerintah Libya tidak diakui oleh pemerintah AS. Akan tetapi Sun Oil berargumen outlaw regime, bahwa yang sesuai dengan penyelesaian sengketa ini adalah inquiry, yaitu untuk menentukan bahwa pemerintah asing dapat ditolak untuk mengkases Pengadilan AS yang didasarkan pada kebijakan politik yang tidak diakui oleh AS. Namun, Libya akan tetap diakui oleh pemerintah AS dengan beberapa alasan yaitu: pertama, alasan tidak bersahabatnya negara tidak cukup untuk melarang suatu persekutuan yang berasal dari negara atau tunduk pada negara tersebut untuk ikut beracara di Pengadilan AS; kedua, adanya identifikasi bahwa cabang eksekutif diberikan jaminan utama oleh pemerintah Libya. DAFTAR PUSTAKA Abdurrasyid, H. Priyatna, Penyelesaian Sengketa Komersial Nasional dan Internasional) di luar Pengadilan, Makalah, September Gatot Soemartono, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Law, Brierly J., 1983, The Law of Nation, Clarendon Press, Oxford. Merrills, J.G., 2005, International Dispute Settlement Fourth Edition, Cambridge University Press, New York. Soemartono, Gatot, 2006, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Subekti, 1992, Arbitrase Perdagangan, Bina Cipta, Bandung.

ARBITRASE. Diunduh dari :

ARBITRASE. Diunduh dari : ARBITRASE Diunduh dari : http://ualawyer.ru/id/media/95/ A. Latar Belakang Dalam suatu perjanjian antara para pihak atau suatu hubungan bisnis, selalu ada kemungkinan timbulnya sengketa. Sengketa yang

Lebih terperinci

Oleh: Hengki M. Sibuea *

Oleh: Hengki M. Sibuea * Perbandingan Efektivitas Penyelesaian Sengketa Komersial Melalui Pengadilan dan Arbitrase, Ditinjau dari Jangka Waktu, Pasca Diterbitkannya SEMA No. 2 Tahun 2014 Tentang Penyelesaian Perkara Di Pengadilan

Lebih terperinci

Arbitrase. Pengertian arbitrase

Arbitrase. Pengertian arbitrase Arbitrase Miko Kamal S.H., Bung Hatta LL.M., Deakin Ph.D Macquarie ireformbumn (institut untuk Reformasi Badan Usaha Milik Negara) Anggrek Building Lt. 2 Jl. Permindo No. 61-63 Padang 25111 Phone: 0751-24552

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah Arbitrase berasal dari Bahasa Latin yaitu arbitrare, artinya kekuasaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah Arbitrase berasal dari Bahasa Latin yaitu arbitrare, artinya kekuasaan 26 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Arbitrase 2.1.1. Pengertian Arbitrase Istilah Arbitrase berasal dari Bahasa Latin yaitu arbitrare, artinya kekuasaan untuk menyelesaikan suatu masalah berdasarkan kebijaksanaan.

Lebih terperinci

BEBERAPA CATATAN TENTANG BADAN PENYELESAIAN SENGKETA; ARBITRASE oleh: Prof. DR. H. Yudha Bhakti A., SH., MH.

BEBERAPA CATATAN TENTANG BADAN PENYELESAIAN SENGKETA; ARBITRASE oleh: Prof. DR. H. Yudha Bhakti A., SH., MH. 1 BEBERAPA CATATAN TENTANG BADAN PENYELESAIAN SENGKETA; ARBITRASE oleh: Prof. DR. H. Yudha Bhakti A., SH., MH. I Berkembangnya usaha perniagaan di Indonesia telah membawa pada suatu segi yang lain dari

Lebih terperinci

BAB III KOMPETENSI PENGADILAN DALAM MEMUTUS SENGKETA ASURANSI YANG POLISNYA MENCANTUMKAN KLAUSULA ARBITRASE

BAB III KOMPETENSI PENGADILAN DALAM MEMUTUS SENGKETA ASURANSI YANG POLISNYA MENCANTUMKAN KLAUSULA ARBITRASE 31 BAB III KOMPETENSI PENGADILAN DALAM MEMUTUS SENGKETA ASURANSI YANG POLISNYA MENCANTUMKAN KLAUSULA ARBITRASE A. Arbitrase sebagai Salah Satu Bentuk Penyelesaian Sengketa yang Diatur dalam Polis Asuransi

Lebih terperinci

Penyelesaian Klaim melalui Arbitrase

Penyelesaian Klaim melalui Arbitrase PRO-5 Seminar Nasional 2014 Manajemen Klaim Proyek Konstruksi Penyelesaian Klaim melalui Arbitrase Ir. Gusnando S. Anwar, MEngSc. MPU.Med. PA.FCBArb Jakarta Convention Center 6 Nopember 2014 PRO-5 PROFILE

Lebih terperinci

Konvensi ini mengandung 16 pasal. Dari pasal-pasal ini dapat ditarik 5 prinsip berikut dibawah ini:

Konvensi ini mengandung 16 pasal. Dari pasal-pasal ini dapat ditarik 5 prinsip berikut dibawah ini: NAMA: Catherine Claudia NIM: 2011-0500-256 PELAKSANAAN KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE KOMERSIAL NTERNASIONAL MENURUT KONVENSI NEW YORK 1958 Salah satu fokus utama dalam Konvensi New York 1958, yakni Convetion

Lebih terperinci

ARBITRASE SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA Firda Zulfa Fahriani

ARBITRASE SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA Firda Zulfa Fahriani ARBITRASE SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA Firda Zulfa Fahriani Pendahuluan Setiap subjek hukum baik orang maupun badan hukum terdapat suatu kebiasaan untuk menyelesaikan suatu masalah masalah

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN. Karakteristik Pengadilan Negeri. Penyelesaian Sengketa Melalui Litigasi 11/8/2014

PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN. Karakteristik Pengadilan Negeri. Penyelesaian Sengketa Melalui Litigasi 11/8/2014 PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN Ada dua bentuk penyelesaian sengketa perdagangan yakni melalui jalur litigasi (lembaga peradilan) dan jalur non litigasi (di luar lembaga peradilan) Penyelesaian sengketa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di Indonesia mau tidak mau akan menghadapi situasi baru dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di Indonesia mau tidak mau akan menghadapi situasi baru dalam dunia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini Indonesia akan menghadapi ASEAN Free Trade Area atau (AFTA) yang akan aktif pada tahun 2015 1. Masyarakat dikawasan ASEAN khususnya di Indonesia mau tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui negosiasi, mediasi, dan arbitrase. Pengertian arbitrase termuat dalam

BAB I PENDAHULUAN. melalui negosiasi, mediasi, dan arbitrase. Pengertian arbitrase termuat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembahasan dalam suatu hubungan bisnis atau perjanjian selalu ada kemungkinan timbulnya sengketa yang perlu diantisipasi adalah mengenai bagaimana cara

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA TERHADAP INVESTOR ASING JIKA TERJADI SENGKETA HUKUM DALAM PENANAMAN MODAL

PENYELESAIAN SENGKETA TERHADAP INVESTOR ASING JIKA TERJADI SENGKETA HUKUM DALAM PENANAMAN MODAL PENYELESAIAN SENGKETA TERHADAP INVESTOR ASING JIKA TERJADI SENGKETA HUKUM DALAM PENANAMAN MODAL Oleh : I Nyoman Sudiawan I Gusti Ayu Agung Ariani Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

PROSEDUR KONVENSI ARBITRASE INTERNASIONAL MENGENAI PERSELISIHAN PENANAMAN MODAL ASING

PROSEDUR KONVENSI ARBITRASE INTERNASIONAL MENGENAI PERSELISIHAN PENANAMAN MODAL ASING 390 Hukum dan Pembangunan PROSEDUR KONVENSI ARBITRASE INTERNASIONAL MENGENAI PERSELISIHAN PENANAMAN MODAL ASING OIeh : Rizal Alif, SH Pada dasarnya Badan Arbitrase Internasional menerlma penglyuan suatu

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA KASUS INVESTASI AMCO VS INDONESIA MELALUI ICSID

PENYELESAIAN SENGKETA KASUS INVESTASI AMCO VS INDONESIA MELALUI ICSID PENYELESAIAN SENGKETA KASUS INVESTASI AMCO VS INDONESIA MELALUI ICSID Oleh : Aldo Rico Geraldi Ni Luh Gede Astariyani Dosen Bagian Hukum Tata Negara ABSTRACT This writing aims to explain the procedure

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pendapat Awam Mengenai Proses Litigasi vs Arbitrase

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pendapat Awam Mengenai Proses Litigasi vs Arbitrase BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian 1. Pendapat Awam Mengenai Proses Litigasi vs Arbitrase Seiring dengan, antara lain, makin berkembangnya dunia bisnis di Indonesia, terutama dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berbagai perjanjian penanaman modal asing, investor asing cenderung memilih

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berbagai perjanjian penanaman modal asing, investor asing cenderung memilih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam berbagai perjanjian penanaman modal asing, investor asing cenderung memilih arbitrase internasional daripada arbitrase nasional sebagai pilihan forum penyelesaian

Lebih terperinci

Oleh : Komang Eky Saputra Ida Bagus Wyasa Putra I Gusti Ngurah Parikesit Widiatedja

Oleh : Komang Eky Saputra Ida Bagus Wyasa Putra I Gusti Ngurah Parikesit Widiatedja SENGKETA KOMPETENSI ANTARA SINGAPORE INTERNATIONAL ARBITRATION CENTRE (SIAC) DENGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA SELATAN DALAM PENYELESAIAN KASUS ASTRO ALL ASIA NETWORKS PLC BESERTA AFILIASINYA DAN LIPPO

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG 14 METODE PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL A.

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG 14 METODE PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 14 METODE PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. Introduction Transaksi-transaksi atau hubungan dagang banyak bentuknya, mulai

Lebih terperinci

PERANAN PENGADILAN DALAM PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL

PERANAN PENGADILAN DALAM PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL Safrina No. 53, Th. XIII (April, 2011), pp. 135-151. PERANAN PENGADILAN DALAM PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL ROLE OF COURTS IN THE IMPLEMENTATION OF THE DECISIONS OF INTERNATIONAL ARBITRATION

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara modern. Hukum memiliki peran yang dominan dalam. ekonomi dan budaya pada masa pembangunan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara modern. Hukum memiliki peran yang dominan dalam. ekonomi dan budaya pada masa pembangunan suatu negara. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional dewasa ini merupakan kebutuhan dari setiap negara modern. Hukum memiliki peran yang dominan dalam mengadakan perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB II ARBITRASE SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS INTERNASIONAL. A. Pengertian dan Ciri Ciri Arbitrase Internasional

BAB II ARBITRASE SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS INTERNASIONAL. A. Pengertian dan Ciri Ciri Arbitrase Internasional BAB II ARBITRASE SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS INTERNASIONAL A. Pengertian dan Ciri Ciri Arbitrase Internasional Perkataan arbitrase berasal dari arbitrare (bahasa Latin) yang berarti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam hubungan bisnis atau perjanjian, selalu ada kemungkinan timbulnya perselisihan/sengketa. Sengketa yang perlu diantisipasi adalah mengenai bagaimana cara

Lebih terperinci

PERAN NOTARIS DI DALAM PEMBUATAN AKTA YANG MEMUAT KLAUSA ARBITRASE DAN IMPLIKASI HUKUMNYA

PERAN NOTARIS DI DALAM PEMBUATAN AKTA YANG MEMUAT KLAUSA ARBITRASE DAN IMPLIKASI HUKUMNYA Jurnal Repertorium Volume III No. 2 Juli-Desember 2016 PERAN NOTARIS DI DALAM PEMBUATAN AKTA YANG MEMUAT KLAUSA ARBITRASE DAN IMPLIKASI HUKUMNYA Farizal Caturhutomo Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas

Lebih terperinci

HPI PEMAKAIAN HUKUM ASING PERTEMUAN XIII, XIV & XV. By Malahayati, SH, LLM

HPI PEMAKAIAN HUKUM ASING PERTEMUAN XIII, XIV & XV. By Malahayati, SH, LLM HPI 1 PEMAKAIAN HUKUM ASING PERTEMUAN XIII, XIV & XV By Malahayati, SH, LLM TOPIK 2 PEMAKAIAN HUKUM ASING PELAKSANAAN PUTUSAN PUTUSAN PAILIT PUTUSAN ARBITRASE ICC 3 International Chamber of Commerce, Paris;

Lebih terperinci

PROSES PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE DITINJAU DARI UU No. 30 TAHUN 1999 (Studi Putusan No. 86/PDT.G/2002/PN.JKT.PST)

PROSES PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE DITINJAU DARI UU No. 30 TAHUN 1999 (Studi Putusan No. 86/PDT.G/2002/PN.JKT.PST) PROSES PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE DITINJAU DARI UU No. 30 TAHUN 1999 (Studi Putusan No. 86/PDT.G/2002/PN.JKT.PST) Astri Maretta astrimaretta92@gmail.com Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

ARBITRASE SEBAGAI LEMBAGA PENYELESAIAN SENGKETA MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 30 TAHUN 1999

ARBITRASE SEBAGAI LEMBAGA PENYELESAIAN SENGKETA MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 30 TAHUN 1999 ARBITRASE SEBAGAI LEMBAGA PENYELESAIAN SENGKETA MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 30 TAHUN 1999 Afrik Yunari Mahasiswa S-2 IAIN Tulungagung Jl. Mayor Sujadi Timur 46 Tulungagung Email: afrik.yunari@yahoo.com ABSTRACT

Lebih terperinci

Arbitrase. Miko Kamal. Principal, Miko Kamal & Associates 28/06/12 1

Arbitrase. Miko Kamal. Principal, Miko Kamal & Associates 28/06/12 1 Arbitrase Miko Kamal Principal, Miko Kamal & Associates 28/06/12 1 Definisi arbitrase Arbitrase adalah cara penyelesaian sesuatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian

Lebih terperinci

Bergabungnya Pihak Ketiga Dalam Proses Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase dan Permasalahan Yang Mungkin Timbul

Bergabungnya Pihak Ketiga Dalam Proses Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase dan Permasalahan Yang Mungkin Timbul Bergabungnya Pihak Ketiga Dalam Proses Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase dan Permasalahan Yang Mungkin Timbul Oleh: Hengki M. Sibuea, S.H., C.L.A. apple I. Pendahuluan Arbitrase, berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

PUBLIC POLICY SEBAGAI ALASAN PEMBATALAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI INDONESIA

PUBLIC POLICY SEBAGAI ALASAN PEMBATALAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI INDONESIA PUBLIC POLICY SEBAGAI ALASAN PEMBATALAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI INDONESIA Oleh: Anastasia Maria Prima Nahak I Ketut Keneng Bagian Peradilan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

Lebih terperinci

Upaya Penyelesaian Sengketa Di Bidang HEI RANAH PUBLIK PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL PADA UMUMNYA 20/05/2017

Upaya Penyelesaian Sengketa Di Bidang HEI RANAH PUBLIK PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL PADA UMUMNYA 20/05/2017 PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL PADA UMUMNYA Upaya Penyelesaian Sengketa Di Bidang HEI -Ranah Publik -Ranah Privat Lebih didahulukan upaya penyelesaian secara DAMAI Baca Charter of the United Nations,

Lebih terperinci

HUKUM PERDAGANGAN BEBAS MULTILATERAL Penyelesaian Sengketa Dagang Melalui Arbitrase

HUKUM PERDAGANGAN BEBAS MULTILATERAL Penyelesaian Sengketa Dagang Melalui Arbitrase BAHAN KULIAH HUKUM PERDAGANGAN BEBAS MULTILATERAL Penyelesaian Sengketa Dagang Melalui Arbitrase Prof. Sanwani Nasution, SH Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum PROGRAM STUDI ILMU HUKUM SEKOLAH PASCASARJANA USU

Lebih terperinci

LEMBAGA ARBITRASE UNCITRAL. Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

LEMBAGA ARBITRASE UNCITRAL. Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. LEMBAGA ARBITRASE UNCITRAL Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. OUTLINE 1 Gambaran Umum UNCITRAL 2 Lingkup Penerapan UNCITRAL 3 Pemberitahuan Arbitrase 4 Menentukan / Menunjuk Pihak Berwenang 5 Jumlah

Lebih terperinci

PENOLAKAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI PENGADILAN NASIONAL INDONESIA. Oleh: Ida Bagus Gde Ajanta Luwih I Ketut Suardita

PENOLAKAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI PENGADILAN NASIONAL INDONESIA. Oleh: Ida Bagus Gde Ajanta Luwih I Ketut Suardita PENOLAKAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI PENGADILAN NASIONAL INDONESIA Oleh: Ida Bagus Gde Ajanta Luwih I Ketut Suardita Program Kekhususan Hukum Internasional dan Hukum Bisnis Internasional

Lebih terperinci

EKSISTENSI KLAUSUL ARBITRASE DALAM PENENTUAN PENYELESAIAN SENGKETA SYARIAH

EKSISTENSI KLAUSUL ARBITRASE DALAM PENENTUAN PENYELESAIAN SENGKETA SYARIAH ISSN 1829-9067; EISSN 2460-6588 EKSISTENSI KLAUSUL ARBITRASE DALAM PENENTUAN PENYELESAIAN SENGKETA SYARIAH Reny Hidayati Judge, Religious Court of Tenggarong murjanizuhrie@yahoo.co.id Abstract: The absolute

Lebih terperinci

06 ICC Publication ENG

06 ICC Publication ENG KLAUSUL MEDIASI Klausul Mediasi ICC Para pihak yang bermaksud untuk menggunakan ICC harus mempertimbangkan untuk memilih salah satu dari klausul berikut, yang mencakup situasi dan keperluan yang berbeda.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA DI BIDANG PENANAMAN MODAL ANTARA PEMERINTAH DAN PENANAM MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN ARBITRASE DI INDONESA Oleh: Suwardjo Dosen Kopertis VI Jateng Dpk. Pada Fakultas Hukum Universitas Surakarta.

PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN ARBITRASE DI INDONESA Oleh: Suwardjo Dosen Kopertis VI Jateng Dpk. Pada Fakultas Hukum Universitas Surakarta. PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN ARBITRASE DI INDONESA Oleh: Suwardjo Dosen Kopertis VI Jateng Dpk. Pada Fakultas Hukum Universitas Surakarta. ABSTRAK Dunia bisnis merupakan dunia yang harus ditangani

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 1995 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN KERAJAAN SPANYOL MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN SECARA RESIPROKAL ATAS PENANAMAN

Lebih terperinci

Arbitrase a. Pengantar Arbitrase adalah penyerahan sengketa secara sukarela kepada pihak ketiga yang netral serta putusan yang dikeluarkan sifatnya

Arbitrase a. Pengantar Arbitrase adalah penyerahan sengketa secara sukarela kepada pihak ketiga yang netral serta putusan yang dikeluarkan sifatnya Arbitrase a. Pengantar Arbitrase adalah penyerahan sengketa secara sukarela kepada pihak ketiga yang netral serta putusan yang dikeluarkan sifatnya final dan mengikat. Badan arbitrase dewasa ini sudah

Lebih terperinci

BAB II KETENTUAN HUKUM YANG MENGATUR TENTANG UPAYA PENOLAKAN PERMOHONAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL

BAB II KETENTUAN HUKUM YANG MENGATUR TENTANG UPAYA PENOLAKAN PERMOHONAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL 37 BAB II KETENTUAN HUKUM YANG MENGATUR TENTANG UPAYA PENOLAKAN PERMOHONAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL A. Arbitrase dan Perjanjian Arbitrase 1. Pengertian Arbitrase Arbitrase dewasa ini menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri tidak hanya berdampak pada peningkatan kondisi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri tidak hanya berdampak pada peningkatan kondisi perekonomian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sektor kegiatan bisnis yang terjadi saat ini tidak dapat dipungkiri tidak hanya berdampak pada peningkatan kondisi perekonomian saja, tetapi juga

Lebih terperinci

TESIS ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK SHOWBIZ DI INDONESIA

TESIS ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK SHOWBIZ DI INDONESIA TESIS ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK SHOWBIZ DI INDONESIA OLEH : RADEN BONNY RIZKY NPM 201220252022 PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU HUKUM UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA 2016 TESIS

Lebih terperinci

2 melalui pemberian kuasa kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Menteri Keuangan, Menteri Energi Dan Su

2 melalui pemberian kuasa kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Menteri Keuangan, Menteri Energi Dan Su LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.179, 2014 APBN. Arbitrase. Gugatan. Nusa Tenggara Partnership. PT. Newmont Nusa Tenggara. Penugasan Menteri. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2014

Lebih terperinci

THE IMPLEMENTATION OF THE ANNULMENT OF ARBITRAL AWARDS BY THE DISTRICT COURT

THE IMPLEMENTATION OF THE ANNULMENT OF ARBITRAL AWARDS BY THE DISTRICT COURT Implementasi Pembatalan Putusan BANI dan Putusan BAPMI OLEH Pengadilan Negeri Kajian Putusan Nomor 528/PDT/G/ARB/2011/PN.JKT.PST dan Nomor 513/PDT.G/ARB/2012/PN.JKT.PST THE IMPLEMENTATION OF THE ANNULMENT

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUKUM RENCANA KEGIATAN PROGRAM PEMBELAJARAN (RKPP) Mata Kuliah Kode SKS Semester Nama Dosen Hukum dan Peradilan Niaga SHPDT1210 2 VI Marnia Rani Deskripsi Mata Kuliah Standar Kompetensi Mata kuliah Hukum dan

Lebih terperinci

Al-Bayyinah: Journal of Islamic Law-ISSN: (p); (e) Volume VI Number 2, pp

Al-Bayyinah: Journal of Islamic Law-ISSN: (p); (e) Volume VI Number 2, pp Al-Bayyinah: Journal of Islamic Law-ISSN: 1979-7486 (p); 2580-5088 (e) Volume VI Number 2, pp. 99-113 ALTERNATIF DALAM PENYELESAIAN SENGKETA (LITIGASI DAN NON LITIGASI) Rosita (Dosen Tetap STAIN Watampone,

Lebih terperinci

Business Law PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS (ALTERNATIF DISPUTE RESOLUTION (ADR) DAN ARBITRASE) ANDRI HELMI M, SE., MM 1

Business Law PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS (ALTERNATIF DISPUTE RESOLUTION (ADR) DAN ARBITRASE) ANDRI HELMI M, SE., MM 1 Business Law PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS (ALTERNATIF DISPUTE RESOLUTION (ADR) DAN ARBITRASE) ANDRI HELMI M, SE., MM 1 Definisi dan jenis penyelesaian sengketa bisnis Bipartit Mediasi adalah proses penyelesaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk sengketa beraneka ragam dan memiliki sekian banyak liku-liku yang

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk sengketa beraneka ragam dan memiliki sekian banyak liku-liku yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini perkembangan bisnis dan perdagangan sangat pesat dan tidak dapat dibatasi oleh siapa pun. Pelaku bisnis bebas dan cepat untuk menjalani transaksi bisnis secara

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 12 METODE PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 12 METODE PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 12 METODE PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. Pendahuluan Transaksi-transaksi atau hubungan dagang banyak bentuknya, mulai

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA INVESTASI ASING DALAM BIDANG PERTAMBANGAN MELALUI ARBITRASE INTERNASIONAL 1 Oleh : Dadang A. Van Gobel 2

PENYELESAIAN SENGKETA INVESTASI ASING DALAM BIDANG PERTAMBANGAN MELALUI ARBITRASE INTERNASIONAL 1 Oleh : Dadang A. Van Gobel 2 PENYELESAIAN SENGKETA INVESTASI ASING DALAM BIDANG PERTAMBANGAN MELALUI ARBITRASE INTERNASIONAL 1 Oleh : Dadang A. Van Gobel 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace Pasal 2 (3) dari Piagam PBB - Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa sehingga perdamaian, keamanan dan keadilan internasional tidak

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG 6 M E D I A S I A.

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG 6 M E D I A S I A. BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 6 M E D I A S I A. Pengertian dan Karakteristik Mediasi Mediasi berasal dari bahasa Inggris mediation atau penengahan, yaitu penyelesaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha

BAB I PENDAHULUAN. serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses

Lebih terperinci

KOMPETENSI ARBITRASE INTERNASIONAL DAN PENGADILAN NASIONAL TERKAIT PENYELESAIAN SENGKETA PENANAMAN MODAL ASING. Oleh:

KOMPETENSI ARBITRASE INTERNASIONAL DAN PENGADILAN NASIONAL TERKAIT PENYELESAIAN SENGKETA PENANAMAN MODAL ASING. Oleh: 149 KOMPETENSI ARBITRASE INTERNASIONAL DAN PENGADILAN NASIONAL TERKAIT PENYELESAIAN SENGKETA PENANAMAN MODAL ASING Oleh: Aldo Rico Geraldi S.H.,M.H. Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

ARBITRASE SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 1999

ARBITRASE SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 1999 ARBITRASE SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 1999 Muhibuthabary Fakultas Syari ah dan Hukum UIN Ar-Raniry Aceh E-Mail: muhib_nett@yahoo.com Abstract

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. (3) Piagam PBB yang menyatakan all members shall settle their international

BAB II TINJAUAN UMUM. (3) Piagam PBB yang menyatakan all members shall settle their international BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tinjauan Umum Mengenai Arbitrase 2.1.1 Pengertian Arbitrase Setelah perang dunia ke II negara-negara di dunia menghimbau agar dalam penyelesaian sengketa dilakukan secara damai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengketa dengan orang lain. Tetapi di dalam hubungan bisnis atau suatu perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. sengketa dengan orang lain. Tetapi di dalam hubungan bisnis atau suatu perbuatan BAB I PENDAHULUAN Pada dasarnya tidak ada seorang pun yang menghendaki terjadinya sengketa dengan orang lain. Tetapi di dalam hubungan bisnis atau suatu perbuatan hukum, masing-masing pihak harus mengantisipasi

Lebih terperinci

TRANSAKSI BISNIS INTERNASIONAL JOINT VENTURE AGREEMENT

TRANSAKSI BISNIS INTERNASIONAL JOINT VENTURE AGREEMENT BAHAN KULIAH TRANSAKSI BISNIS INTERNASIONAL JOINT VENTURE AGREEMENT Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2009 KETENTUAN HUKUM TENTANG USAHA PATUNGAN

Lebih terperinci

Volume 1, Number 2, December 2016 ISSN:

Volume 1, Number 2, December 2016 ISSN: PENERAPAN PRINSIP ARBITRASE DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 DAN UNDANG- UNDANG NOMOR 30 TAHUN 1999 Elza Syarief, Shelvi Rusdiana Fakultas Hukum, Universitas

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1968 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN ANTARA NEGARA DAN WARGA NEGARA ASING MENGENAI PENANAMAN MODAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1968 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN ANTARA NEGARA DAN WARGA NEGARA ASING MENGENAI PENANAMAN MODAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1968 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN ANTARA NEGARA DAN WARGA NEGARA ASING MENGENAI PENANAMAN MODAL DENGAN RACHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

of law, choice of jurisdiction, condition des estranges dan nationalite. Ruang

of law, choice of jurisdiction, condition des estranges dan nationalite. Ruang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum Perdata Internasional adalah keseluruhan peraturan dan keputusan hukum yang menunjukkan stelsel hukum manakah yang berlaku dan apakah yang merupakan hukum, jika

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007 TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PERANAN LEMBAGA ARBITRASE DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PASAR MODAL DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk Melengkapi Tugas-tugas dan

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM YANG DITIMBULKAN DARI WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN AUTENTIK SEWA-MENYEWA TANAH

AKIBAT HUKUM YANG DITIMBULKAN DARI WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN AUTENTIK SEWA-MENYEWA TANAH AKIBAT HUKUM YANG DITIMBULKAN DARI WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN AUTENTIK SEWA-MENYEWA TANAH Oleh : A.A. Dalem Jagat Krisno Ni Ketut Supasti Dharmawan A.A. Sagung Wiratni Darmadi Bagian Hukum Bisnis Fakultas

Lebih terperinci

BAB II KONTRAK DAN PENYELESAIANNYA

BAB II KONTRAK DAN PENYELESAIANNYA Latar Belakang Masalah BAB II KONTRAK DAN PENYELESAIANNYA Sebelum kontrak dibuat, biasanya akan didahului dengan sesuatu pembicarakan pendahuluan serta pembicaraan-pembicaraan tingkat berikutnya untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK DAGANG INTERNASIONAL

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK DAGANG INTERNASIONAL TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK DAGANG INTERNASIONAL SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum OLEH SETIAWAN KARNOLIS LA IA NIM: 050200047

Lebih terperinci

Upaya Penyelesaian Sengketa Di Bidang HEI RANAH PUBLIK PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL PADA UMUMNYA 4/2/2015

Upaya Penyelesaian Sengketa Di Bidang HEI RANAH PUBLIK PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL PADA UMUMNYA 4/2/2015 PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL PADA UMUMNYA Upaya Penyelesaian Sengketa Di Bidang HEI -Ranah Publik -Ranah Privat Lebih didahulukan upaya penyelesaian secara DAMAI Baca Charter of the United Nations,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelesaian Sengketa (APS) atau Alternative Dispute Resolution (ADR). 3 Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Penyelesaian Sengketa (APS) atau Alternative Dispute Resolution (ADR). 3 Salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelesaian sengketa perdata dapat dilakukan melalui 2 (dua) jalur, yaitu melalui jalur litigasi dan jalur non litigasi. Jalur litigasi merupakan mekanisme

Lebih terperinci

BAB II PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL DAN HUKUM NASIONAL. A. Batasan-Batasan Putusan Arbitrase Internasional

BAB II PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL DAN HUKUM NASIONAL. A. Batasan-Batasan Putusan Arbitrase Internasional BAB II PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL DAN HUKUM NASIONAL A. Batasan-Batasan Putusan Arbitrase Internasional Untuk dapat mengetahui kekuatan hukum putusan arbitrase

Lebih terperinci

BAB 2 ARBITRASE SEBAGAI CARA PENYELESAIAN SENGKETA

BAB 2 ARBITRASE SEBAGAI CARA PENYELESAIAN SENGKETA 14 BAB 2 ARBITRASE SEBAGAI CARA PENYELESAIAN SENGKETA 2.1. Hukum Arbitrase Kata arbitrase berasal dari bahasa Latin yaitu arbitrare yang artinya kekuasaan untuk menyelesaikan sesuatu menurut kebijaksanaan.

Lebih terperinci

FUNGSI PERJANJIAN ARBITRASE

FUNGSI PERJANJIAN ARBITRASE 20 FUNGSI PERJANJIAN ARBITRASE Oleh : Suphia, S.H., M.Hum. Dekan Fakultas Hukum Universitas Islam Jember Abstract Disputes or disagreements can happen anytime and anywhere without being limited space and

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2014 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PRESIDEN NOMOR 78 TAHUN 2014 TENTANG PENUGASAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN, MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA, MENTERI KEUANGAN, MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL, JAKSA AGUNG,

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015 ARBITRASE SEBAGAI MEKANISME PILIHAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS 1 Oleh: Khristofel N. Izaak 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah bentuk

Lebih terperinci

ARBITRASE MERUPAKAN UPAYA HUKUM DALAM PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG INTERNASIOANAL 1 Oleh : Grace M. F. Karwur 2

ARBITRASE MERUPAKAN UPAYA HUKUM DALAM PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG INTERNASIOANAL 1 Oleh : Grace M. F. Karwur 2 ARBITRASE MERUPAKAN UPAYA HUKUM DALAM PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG INTERNASIOANAL 1 Oleh : Grace M. F. Karwur 2 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum perdagangan internasional merupakan bidang hukum yang

Lebih terperinci

ARBITRASE MERUPAKAN UPAYA HUKUM DALAM PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG INTERNASIOANAL 1 Oleh : Grace Henni Tampongangoy 2

ARBITRASE MERUPAKAN UPAYA HUKUM DALAM PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG INTERNASIOANAL 1 Oleh : Grace Henni Tampongangoy 2 ARBITRASE MERUPAKAN UPAYA HUKUM DALAM PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG INTERNASIOANAL 1 Oleh : Grace Henni Tampongangoy 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja kelebihan

Lebih terperinci

RESENSI BUKU. : Investor-State Arbitration. Rubins, Borzu Sabahi. Judul. Penulis buku : Christopher F. Dugan, Don Wallace, Jr., Noah D.

RESENSI BUKU. : Investor-State Arbitration. Rubins, Borzu Sabahi. Judul. Penulis buku : Christopher F. Dugan, Don Wallace, Jr., Noah D. RESENSI BUKU Judul : Investor-State Arbitration Penulis buku : Christopher F. Dugan, Don Wallace, Jr., Noah D. Rubins, Borzu Sabahi Penerbit : Oxford University Press Bahasa : Inggris Jumlah halaman :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan zaman telah membawa banyak perkembangan ke dalam aspek

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan zaman telah membawa banyak perkembangan ke dalam aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan zaman telah membawa banyak perkembangan ke dalam aspek kehidupan seperti teknologi informasi, telekomunikasi, dan perdagangan. Dalam perdagangan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA PENANAMAN MODAL ASING DI BALI

PENYELESAIAN SENGKETA PENANAMAN MODAL ASING DI BALI PENYELESAIAN SENGKETA PENANAMAN MODAL ASING DI BALI Oleh Ni Komang Desi Miari I Wayan Wiryawan I Ketut Westra Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Judul dari penelitian hukum ini adalah

Lebih terperinci

PELAKSANAAN DAN PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE 1 Oleh : Hendhy Timex 2

PELAKSANAAN DAN PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE 1 Oleh : Hendhy Timex 2 PELAKSANAAN DAN PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE 1 Oleh : Hendhy Timex 2 ABSTRAK Arbitrase merupakan salah satu usaha dalam penyelesaian sengketa di luar pengadilan, dengan berkembangnya zaman masyarakat pelaku

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA KONSUMEN DENGAN PELAKU USAHA MELALUI MEDIASI DI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) KOTA DENPASAR

PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA KONSUMEN DENGAN PELAKU USAHA MELALUI MEDIASI DI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) KOTA DENPASAR PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA KONSUMEN DENGAN PELAKU USAHA MELALUI MEDIASI DI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) KOTA DENPASAR Oleh : I Gst. Ayu Asri Handayani I Ketut Rai Setiabudhi Bagian Hukum

Lebih terperinci

Pokok-Pokok Masalah Pelaksanaan Putusan Arbitrase Internasional di Indonesia oleh: M. Husseyn Umar *)

Pokok-Pokok Masalah Pelaksanaan Putusan Arbitrase Internasional di Indonesia oleh: M. Husseyn Umar *) Pokok-Pokok Masalah Pelaksanaan Putusan Arbitrase Internasional di Indonesia oleh: M. Husseyn Umar *) Ketentuan ketentuan tentang pelaksanaan (eksekusi) putusan Arbitrase Asing (Internasional) di Indonesia

Lebih terperinci

KEKUATAN HUKUM DARI HASIL MEDIASI DI PENGADILAN

KEKUATAN HUKUM DARI HASIL MEDIASI DI PENGADILAN KEKUATAN HUKUM DARI HASIL MEDIASI DI PENGADILAN Oleh : Ni Komang Wijiatmawati Ayu Putu Laksmi Danyathi, S.H., M.Kn Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract Mediation is the one of

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS Oleh

EFEKTIFITAS PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS Oleh EFEKTIFITAS PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS Oleh Rika Lestari, SH., M.Hum Dosen Fakultas Hukum Universitas Riau, makalah Disampaikan dalam Seminar Fakultas Hukum Universitas Riau, Tanggal 5 Mei 2012 A. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL III - 1 III - 2 Daftar Isi BAB I KETENTUAN UMUM III-9 BAB II TATACARA PENYELESAIAN PERSELISIHAN

Lebih terperinci

Strategi Kesetaraan Kontrak PILIHAN MEDIASI & ARBITRASE

Strategi Kesetaraan Kontrak PILIHAN MEDIASI & ARBITRASE Learning & Sharing IAMPI Strategi Kesetaraan Kontrak PILIHAN MEDIASI & ARBITRASE Gusnando S Anwar Jakarta 21 Oktober 2010 GSA LINGKUNGAN - BISNIS Persaingan tajam tanpa hambatan Moral - gotong royong Karakter

Lebih terperinci

Artikel 22 ayat 1, DSU Agreement.

Artikel 22 ayat 1, DSU Agreement. BAB IV KESIMPULAN World Trade Organization (WTO) atau Organisasi Perdagangan Dunia merupakan satu-satunya badan internasional yang secara khusus mengatur masalah perdagangan antar negara. Sistem perdagangan

Lebih terperinci

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN INDONESIA TERKAIT OPSI PENYELESAIAN SENGKETA INVESTASI INDONESIA DENGAN CHURCHILL MINING PLC DI ICSID *

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN INDONESIA TERKAIT OPSI PENYELESAIAN SENGKETA INVESTASI INDONESIA DENGAN CHURCHILL MINING PLC DI ICSID * 116 JURNAL PENELITIAN HUKUM Volume 2, Nomor 2, Juli 2015, Halaman 116-124 ANALISIS KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN INDONESIA TERKAIT OPSI PENYELESAIAN SENGKETA INVESTASI INDONESIA DENGAN CHURCHILL MINING PLC DI

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA INVESTASI ASING DI SEKTOR PERTAMBANGAN MINERBA DI INDONESIA DALAM KAITANNYA DENGAN HUKUM PERDATA INTERNASIONAL

PENYELESAIAN SENGKETA INVESTASI ASING DI SEKTOR PERTAMBANGAN MINERBA DI INDONESIA DALAM KAITANNYA DENGAN HUKUM PERDATA INTERNASIONAL 1 PENYELESAIAN SENGKETA INVESTASI ASING DI SEKTOR PERTAMBANGAN MINERBA DI INDONESIA DALAM KAITANNYA DENGAN HUKUM PERDATA INTERNASIONAL Istiadiningdyah, Lita Arijati, Mutiara Hikmah Ilmu Hukum, Fakultas

Lebih terperinci

Pelaksanaan Arbitrase International di Indonesia

Pelaksanaan Arbitrase International di Indonesia 1 Pelaksanaan Arbitrase International di Indonesia Implementation Of International Arbitration In Indonesia Prasetyo Budi Sunarso S.H, Sugijono, S.H., M.H, Emi Zulaika, S.H., M.H Jurusan Perdata Ekonomi

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 7/Juli/2016

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 7/Juli/2016 EFEKTIVITAS ARBITRASE DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PENANAMAN MODAL DI INDONESIA 1 Oleh : Refly Umbas 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana efektivitas arbitrase dalam

Lebih terperinci

2 Mengingat pengajuan gugatan arbitrase Pemerintah Republik Indonesia kepada PT Newmont Nusa Tenggara berdasarkan Arbitration Rules of the United Nati

2 Mengingat pengajuan gugatan arbitrase Pemerintah Republik Indonesia kepada PT Newmont Nusa Tenggara berdasarkan Arbitration Rules of the United Nati BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1177, 2014 KEMENKEU. Jasa Konsultan Hukum. Arbiter. Gugatan Arbitrase. Nusa Tenggara Partnership B.V. PT. Newmont Nusa Tenggara. Pemerintah RI. Tata Cara Pengadaan.

Lebih terperinci

BAB 4 PENYELESAIAN SENGKETA DIVESTASI SAHAM PT. NEWMONT NUSA TENGGARA

BAB 4 PENYELESAIAN SENGKETA DIVESTASI SAHAM PT. NEWMONT NUSA TENGGARA 53 BAB 4 PENYELESAIAN SENGKETA DIVESTASI SAHAM PT. NEWMONT NUSA TENGGARA Dalam perjanjian antara pemerintah dengan PT NNT disepakati pengaturan penyelesaian perselisihan yang mungkin terjadi selama pengusahaan.

Lebih terperinci

Strategi Kesetaraan Kontrak PILIHAN MEDIASI & ARBITRASE

Strategi Kesetaraan Kontrak PILIHAN MEDIASI & ARBITRASE Learning & Sharing IAMPI Strategi Kesetaraan Kontrak PILIHAN MEDIASI & ARBITRASE Gusnando S Anwar Jakarta 21 Oktober 2010 GSA LINGKUNGAN - BISNIS Persaingan tajam tanpa hambatan Moral - gotong royong Karakter

Lebih terperinci

IMPLIKASI YURIDIS PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE DI INDONESIA (STUDI PUTUSAN NOMOR: 305/PDT.G/BANI/2014/PN.JKT.UTR)

IMPLIKASI YURIDIS PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE DI INDONESIA (STUDI PUTUSAN NOMOR: 305/PDT.G/BANI/2014/PN.JKT.UTR) IMPLIKASI YURIDIS PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE DI INDONESIA (STUDI PUTUSAN NOMOR: 305/PDT.G/BANI/2014/PN.JKT.UTR) Michael Jordi Kurniawan, Harjono, S.H.,M.H Abstract Arbitration is an settlement of disputes

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS MELALUI BADAN ARBITRASE DAN IMPLEMENTASI PUTUSAN ARBITRASE DI INDONESIA

PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS MELALUI BADAN ARBITRASE DAN IMPLEMENTASI PUTUSAN ARBITRASE DI INDONESIA PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS MELALUI BADAN ARBITRASE DAN IMPLEMENTASI PUTUSAN ARBITRASE DI INDONESIA OLEH: Prof. Dr. H. Joni Emirzon, SH., M.Hum., FCBar. GB HUKUM BISNIS/EKONOMI FH UNSRI DAN ARBITER BADAN

Lebih terperinci

S I L A B I A. IDENTITAS MATA KULIAH INTERNASIONAL STATUS MATA KULIAH KODE MATA KULIAH : JUMLAH SKS : 2 PRASYARAT : SEMESTER SAJIAN : SEMESTER 7

S I L A B I A. IDENTITAS MATA KULIAH INTERNASIONAL STATUS MATA KULIAH KODE MATA KULIAH : JUMLAH SKS : 2 PRASYARAT : SEMESTER SAJIAN : SEMESTER 7 1 S I L A B I A. IDENTITAS MATA KULIAH NAMA MATA KULIAH : PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL : WAJIB STATUS MATA KULIAH KODE MATA KULIAH : JUMLAH SKS : 2 PRASYARAT : SEMESTER SAJIAN : SEMESTER 7 B. DESKRIPSI

Lebih terperinci

BANDING OLEH BANI ATAS PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE. Anggo Doyoharjo Fak. Hukum UNISRI Surakarta ABSTRAK

BANDING OLEH BANI ATAS PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE. Anggo Doyoharjo Fak. Hukum UNISRI Surakarta ABSTRAK BANDING OLEH BANI ATAS PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE Anggo Doyoharjo Fak. Hukum UNISRI Surakarta ABSTRAK Penyelesaian sengketa melaluhi arbitrase bersifat final dan mengikat. PT. Cipta Kridatama tidak puas

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA; Menimbang

Lebih terperinci

ARBITRASE DALAM SISTEM HUKUM DI INDONESIA

ARBITRASE DALAM SISTEM HUKUM DI INDONESIA ARBITRASE DALAM SISTEM HUKUM DI INDONESIA Anik Entriani Mahasiswa Pascasarjana IAIN Tulungagung entri_ani@yahoo.com Abstract In Indonesia, according to the party dispute resolution process there are several

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN

Prosiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN Prosiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 EISSN 2303-2472 MEMBANGUN POLA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN DI INDONESIA 1 Arif Firmansyah, 2 Dewi Anna

Lebih terperinci