V. GAMBARAN SINGKAT PROGRAM PENDANAAN KOMPETISI BIDANG PENDIDIKAN KHUSUSNYA KEGIATAN KEAKSARAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. GAMBARAN SINGKAT PROGRAM PENDANAAN KOMPETISI BIDANG PENDIDIKAN KHUSUSNYA KEGIATAN KEAKSARAAN"

Transkripsi

1 V. GAMBARAN SINGKAT PROGRAM PENDANAAN KOMPETISI BIDANG PENDIDIKAN KHUSUSNYA KEGIATAN KEAKSARAAN 5.1. Kronologis Program Pendanaan Kompetisi Bidang Pendidikan di Kabupaten Karawang Berkaitan dengan upaya akselerasi peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Pemerintah Propinsi Jawa Barat telah meluncurkan Program Pendanaan Kompetisi berbasis Indeks Pembangunan Manusia berupa bantuan dana program untuk Kabupaten Karawang sebesar 15 milyar per tahun selama 2 tahun anggaran. Tujuan program tersebut yaitu dalam rangka mencapai IPM Jawa Barat mencapai IPM 80 yaitu disejajarkan sebagai propinsi sejahtera pada tahun Adapun muatan program berupa kegiatan yang bersentuhan dengan peningkatan indikator IPM bidang kesehatan, bidang pendidikan dan daya beli masyarakat. Asumsi dari program tersebut adalah apabila IPM kabupaten meningkat, maka tentunya akan meningkatkan IPM Propinsi Jawa Barat Susunan Personalia, Tugas Pokok dan Prinsip Pengelolaan Kegiatan Keaksaraan Fungsional Prinsip pengelolaan kegiatan Keaksaraan Fungsional PPK-IPM Kabupaten Karawang adalah sebagai berikut : 1) Satlak PPK-IPM Provinsi berkewajiban untuk malakukan pembinaan dan pengawasan/pengendalian atas pelaksanaan Keaksaraan Fungsional di Kabupaten Karawang. 2) Satlak PPK-IPM Kabupaten Karawang berkewajiban melaksanakan kegiatan Keaksaraan Fungsional yang didanai melalui PPK-IPM dengan baik untuk mencapai indikator kinerja yang telah disepakati. 58

2 3) Satlak PPK-IPM Kabupaten Karawang melakukan koordinasi dan kerjasama sinergis dalam pelaksanaan kegiatan Keaksaraan Fungsional. 4) Satlak PPK-IPM Kabupaten Karawang menetapkan standar-standar atau kerangka acuan kerja/petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) yang lebih detail untuk kegiatan Keaksaraan Fungsional yang dilaksanakan. Untuk meningkatkan efektifitas dan cakupan sasaran dalam penanganan warga belajar dan target pencapaian yang ingin dicapai maka disusun pengorganisasian kelompok warga belajar kegiatan Keaksaraan Fungsional PPK-IPM dapat dilihat pada Gambar 6 : Gambar 6. Organisasi Kelompok Sasaran Kegiatan Keaksaraan Fungsional Satlak PPK Bid. Pendidikan PKBM Tim Teknis/ Praktisi PLS Bendahara Sekretaris Bidang Tutor Bidang Kurikulum Bidang Bahan Ajaran ATK Masyarakat Warga Belajar Sumber : Satlak PPK-IPM, Tahun Dari bagan organisasi kelompok sasaran kegiatan keaksaraan fungsional di atas, terlihat bahwa penanggungjawab pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yaitu ketua PKBM dengan dibantu oleh sekretaris dan bendahara serta para ketua bidang termasuk bidang ATK/bahan pelajaran. 59

3 Masing-masing ketua bidang membawahi kelompok belajar yang selanjutnya langsung ke sasaran yaitu warga belajar. Adapun tugas pokok pelaksana kegiatan Keaksaraan Fungsional adalah sebagai berikut : 1) Satlak PPK-IPM Bidang Pendidikan a. Menetapkan kebijakan umum dalam pelaksanaan program bidang pendidikan b. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan program bidang pendidikan c. Memberikan arahan kebijakan yang bersifat normatif sebagai bahan masukan untuk ketua pelaksana dan penaggungjawab program bidang pendidikan d. Mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan program bidang pendidikan. 2) Ketua PKBM a. Membuat perencanaan tentang koordinasi pelaksanaan program keaksaraan fungsional b. Melaksanakan pertemuan koordinasi dengan para unit kegiatan c. Memantau pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan yang dilaksanakan oleh para unit kegiatan d. Memberikan pengarahan kepada para unit kegiatan e. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan yang dilaksnakan oleh para unit kegiatan f. Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan g. Menyampaikan laporan kepada ketua Satlak PPK-IPM. 60

4 3) Sekretaris PKBM a. Melaksanakan tugas-tugas sekretariatan yang meliputi administrasi keuangan dan administrasi kegiatan b. Menyusun rencana kegiatan program keakaraan fungsional c. Menyusun laporan bulanan insidental apabila diperlukan serta lporan akhir. d. Melaksanakan tugas lainnya yang berhubungan dengan kegiatan program keaksaraan fungsional. 4) Bendahara PKBM a. Melaksanakan pembukuan keuangan pada buku umum dan buku kas bantu b. Menyimpan dokumentasi bukti-bukti pemasukan dan pengeluaran c. Melaksanakan pembayaran pengeluaran ata biaya sesuai dengan rencana dan kebutuhan dengan persetujuan ketua d. Melaksnakaan evaluasi dan membuat pelaporan e. Menyampaikan laporan kepada ketua f. Melaksanakan tugas lainnya yang berhubungan dengan kegiatan program keaksaraan fungsional. 5) Ketua Bidang Tutor a. Melakukan kegiatan pelatihan tutor keaksaraan fungsional b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran program keaksaraan fungsional c. Melaksanakan kegiatan penilaian program keaksaraan fungsional d. Menyusun laporan kegiatan keaksaraan fungsional 6) Ketua Bidang Kurikulum a. Menyusun materi dan bahan ajar program keaksaraan fungsional b. Mengembangkan pendekatan pembelajaran program keaksaraan fungsional 61

5 c. Mengembangkan metode pembelajaran program keaksaraan fungsional 7) Ketua Bidang Bahan Ajar dan ATK a. Mengembangkan berbagai media pembelajaran program keaksaraan fungsional b. Menyediakan berbagai bahan belajar pembelajaran program keaksaraan fungsional Dengan susunan pengurus Organisasi kelompok sasaran Kegiatan keaksaraan fungsional tersebut, maka kegiatan pengentasan buta aksara selain dapat secara optimal mencakup seluruh sasaran yang telah ditetapkan, juga diorientasikan secara kualitatif dapat memberikan dampak terhadap warga belajar berkaitan dengan pemahaman Mekanisme dan Tata Cara Pencairan Bantuan Mekanisme pengambilan atau pencairan dana kegiatan Keaksaraan Fungsional PPK-IPM Kabupaten Karawang pada prinsipnya dapat dilakukan setelah memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi Tim reviewer, pelaksanaan kegiatan Keaksaraan Fungsional telah memenuhi kriteria kelayakan yaitu kegiatan tersebut telah mengarah secara sinergis kepada pencapaian sasaran kegiatan. b. Berdasarkan keabsahan penatausahaan dan pertanggungjawaban dana kegiatan Keaksaraan Fungsional PPK-IPM dari hasil pengujian/verifikasi oleh Tim Administrasi Keuangan Satlak PPK-IPM Provinsi Jawa Barat. 62

6 Adapun tahapan mekanisme dan proses pencairan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Satlak PM-PM Kabupaten/kota menyampaikan permohonan pencairan dana PPK-IPM yang dilampiri rekapitulasi daftar perincian rencana penggunaan dana PPK-PM (Format pencairan dana) kepada Bupati/walikota. 2. Bupati/Walikota menyampaikan permohonan pencairan dana PPK-IPM kepada Gubernur lawa Barat dan ditembuskan kepada Satlak PPK-IPM Provinsi yang dilampiri kuitansi penerimaan yang ditanda tangani dan cap Bupati/Walikota serta rekapitulasi daftar perincian rencana penggunaan dana PM-PM (Format Pencairan Dana); 3. Satlak PPK-IPM Provinsi melakukan verifikasi dokumen pencairan dana tahap kesatu yang diusulkan oleh Kabupaten/kota serta menyampaikan hasil telahaan permohonan pencairan kepada Gubernur; 4. Gubernur memberikan persetujuan permohonan pencairan dari Kab./Kota dan disampaikan/didisposisi kepada Sekretaris Daerah Provinsi/Kepala Biro Kewrigan Setda Provinsi; 5. Sekretarts Daerah Provinsi/Kepala Biro Keuangan memberikan perintah/disposisi kepada Bendahara Bantuan Keuangan untuk merealisasikan pencairan bantuan. 6. Bendahara bantuan keuangan menyampaikan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) kepada Pengguna Anggaran meialui Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) SKPD (Bagian Keuangan Setda) 7. PPK-SKPD (Bagian Keuangan Setda) menerbitkan Surat Perintah Membayar (SMP) dan disampaikan kepada Biro Keuangan untuk diterbitkan SP2D. 8. Biro keuangan menerbitkan surat perintah Pencairan Dana (SP2D) kepada Kas Daerah Provinsi; 63

7 9. Kas Daerah Provinsi transfer rekening ke rekening Kas Daerah Kabupaten/Kota. Mekanisme tersebut selain memperlihatkan tahapan dari proses pencairan dana sekaligus memperlihatkan proses monitoring dan evaluasi dari setiap tahap pencairan, dimana secara ringkas dapat terlihat pada Gambar 7 : Gambar 7. Bagan Alur Penyampaian SPP, Penerbitan SPM dan SP2D PPK- IPM Rekomendasi Persetujuan SATLAK PPK-IPM PROPINSI 3 4 GUBERNUR SEKRETARIS DAERAH KARO KEUANGAN Perintah/Disposisi BUPATI BENDAHARA BANTUAN KEUANGAN 1 6 SPP SATLAK PPK-IPM KABUPATEN PPK SKPD KABAG. KEU. SETDA 7 SPM KARO KEUANGAN SETDA 8 SP2D KAS DAERAH PROPINSI 9 Transfer KAS DAERAH KABUPATEN Keterangan : SPP : Surat Permohonan Pembayaran SPM : Surat Perintah Pembayaran SP2D : Surat Perintah Pencairan Dana 64

8 Sedangkan berkaitan dengan pencairan dana kegiatan Keaksaraan Fungsional PPK-IPM dilakukan dengan 3 (tiga) tahapan dimana tahap I sebesar 30 persen, tahap II sebesar 50 persen dan tahap III sebesar 20 persen. Adapun mekanisme pencairannya secara singkat tergambar sebagai berikut : 1. Pada tahap I sebesar 30 persen, sebagaimana mekanisme berikut : a. Satlak PM-PM Kabupaten/kota menyampaikan permohonan pencairan dana PPK-IPM yang dilampiri rekapitulasi daftar perincian rencana penggunaan dana PPK-PM (Format pencairan dana) kepada Bupati/walikota. b. Bupati/Walikota menyampaikan permohonan pencairan dana PPK-IPM kepada Gubernur lawa Barat dan ditembuskan kepada Satlak PPK-IPM Provinsi yang dilampiri kuitansi penerimaan yang ditanda tangani dan cap Bupati/Walikota serta rekapitulasi daftar perincian rencana penggunaan dana PM-PM (Format Pencairan Dana); c. Satlak PPK-IPM Provinsi melakukan verifikasi dokumen pencairan dana tahap kesatu yang diusulkan oleh Kabupaten/kota serta menyampaikan hasil telahaan permohonan pencairan kepada Gubernur; d. Gubernur memberikan persetujuan permohonan pencairan dari Kab./Kota dan disampaikan/didisposisi kepada Sekretaris Daerah Provinsi/Kepala Biro Kewrigan Setda Provinsi; e. Sekretaris Daerah Provinsi/Kepala Biro Keuangan memberikan perintah/disposisi kepada Bendahara Bantuan Keuangan untuk merealisasikan pencairan bantuan. f. Bendahara bantuan keuangan menyampaikan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) kepada Pengguna Anggaran meialui Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) SKPD (Bagian Keuangan Setda) 65

9 g. PPK-SKPD (Bagian Keuangan Setda) menerbitkan Surat Perintah Membayar (SMP) dan disampaikan kepada Biro Keuangan untuk diterbitkan SP2D. h. Biro keuangan menerbitkan surat perintah Pencairan Dana (SP2D) kepada Kas Daerah Provinsi; i. Kas Daerah Provinsi transfer rekening ke rekening Kas Daerah Kabupaten/Kota. 2. Pencairan Dana Tahap II sebesar 50 persen (lima puluh persen), dengan ketentuan : a. Satlak PPK-IPM Kabupaten Karawang menyampaikan permohonan pencairan dan PPK-IPM tahap kedua yang dilampiri rekapitulasi daftar perincian rencana penggunaan dana kegiatan Keaksaraan Fungsional PPK-IPM kepada Bupati Karawang setelah mendapat rekomendasi dari Satlak PPK-IPM Provinsi dan Tim Reviewer yang telah melakukan monitoring dan evaluasi terhadap target kinerja mencakup penyerapan anggaran dan perkembangan pelaksanaan fisik kegiatan tahap kedua. b. Bupati Karawang mengajukan dokumen pencairan dana tahap kedua PPK-IPM kepada Gubernur dan ditembuskan kepada Satlak PPK-IPM Provinsi yang dilampiri kuitansi penerimaan yang ditandatangani dan cap Bupati Karawang serta rekapitulasi daftar perincian rencana penggunaan dana kegiatan Keaksaraan Fungsional PPK-IPM setelah mendapat rekomendasi dari Satlak PPK-IPM Provinsi dan Tim Reviewer yang telah melakukan monitoring dan evaluasi terhadap target kinerja mencakup penyerapan dana dan perkembangan pelaksanaan fisik kegiatan tahap kedua. 66

10 c. Satlak PPK-IPM Provinsi melakukan verifikasi dokumen pencairan dana tahap kedua - yang diusulkan oleh Kabupaten Karawang serta menyampaikan hasil telahaan permohonann Pencairan kepada Gubernur; d. Gubernur memberikan persetujuan permohonan pencairan dari Kab. Karawang dan disampaikan/didisposisi kepada Sekretaris Daerah Provinsi/Kepala Biro Keuangan Setda Provinsi; e. Sekretaris Daerah Provinsi/Kepala Biro Keuangan memberikan perintah/disposisi kepada Bendahara Bantuan Keuangan untuk merealisasikan pencairan bantuan. f. Bendahara bantuan keuangan menyampaikan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) kepada Pengguna Anggaran melalui Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) SKPD (Bagian Keuangan Setda) g. PPK-SKPD (Bagian Keuangan Setda) menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM) dan disampaikan kepada Biro Keuangan untuk diterbitkian SP2D. h. Biro keuangan menerbitkan surat perintah Pencairan Dana (SP2D) kepada Kas Daerah Provinsi. i. Kas Daerah Provinsi transfer rekening ke rekening Kas Daerah Kabupaten Karawang. 3. Pencairan Dana Tahap ketiga sebesar 20 persen (dua puluh persen) dengan ketentuan : a. Satlak PPK-IPM Kabupaten Karawang menyampaikan permohonan pencairan dan PPK-IPM tahap ketiga yang dilampiri rekapitulasi daftar perincian rencana penggunaan dana kegiatan Keaksaraan Fungsional PPK-IPM kepada Bupati Karawang setelah mendapat rekomendasi dari Satlak PPK-IPM Provinsi dan Tim Reviewer yang telah melakukan monitoring dan evaluasi terhadap target kinerja mencakup penyerapan anggaran dan perkembangan pelaksanaan fisik kegiatan tahap kedua. 67

11 b. Bupati Karawang mengajukan dokumen pencairan dana tahap ketiga PPK-IPM kepada Gubernur dan ditembuskan kepada Satlak PPK-IPM Provinsi yang dilampiri kuitansi penerimaan yang ditandatangani dan cap Bupati Karawang serta rekapitulasi daftar perincian rencana penggunaan dana kegiatan Keaksaraan Fungsional PPK-IPM setelah mendapat rekomendasi dari Satlak PPK-IPM Provinsi dan Tim Reviewer yang telah melakukan monitoring dan evaluasi terhadap target kinerja mencakup penyerapan dana dan perkembangan pelaksanaan fisik kegiatan tahap ketiga. c. Satlak PPK-IPM Provinsi melakukan verifikasi dokumen pencairan dana tahap ketiga yang diusulkan oleh Kabupaten Karawang serta menyampaikan hasil telaahan permohonan Pencairan kepada Gubernur; d. Gubernur memberikan persetujuan permohonan pencairan dari Kab. Karawang dan disampaikan/didisposisi kepada Sekretaris Daerah Provinsi/Kepala Biro Keuangan Setda Provinsi; e. Sekretaris Daerah Provinsi/Kepala Biro Keuangan memberikan perintah/disposisi kepada Bendahara Bantuan Keuangan untuk merealisasikan pencairan bantuan. f. Bendahara bantuan keuangan menyampaikan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) kepada Pengguna Anggaran melalui Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) SKPD (Bagian Keuangan Setda) g. PPK-SKPD (Bagian Keuangan Setda) menerbitkan Surat Perintah Membayar (SMP) dan disampaikan kepada Biro Keuangan untuk diterbitkan SP2D. h. Biro keuangan menerbitkan surat perintah Pencairan Dana (SP2D) kepada Kas Daerah Provinsi; i. Kas Daerah Provinsi transfer rekening ke rekening Kas Daerah Kabupaten Karawang. 68

12 Dengan mekanisme dan proses pencairan tersebut, secara teknis pengelolaan keuangan dan administrasi dilaksanakan oleh bendahara satlak PPK-IPM Kabupaten Karawang dengan dibantu pembantu bendahara dengan mempunyai tugas menerima, menyimpan, mengeluarkan/membayar dalam arti mendistribusikan dana kegiatan Keaksaraan Fungsional PPK-IPM kepada PenanggungJawab Program (PjP) bendahara kegiatan cek sesuai jumlah permintaan pencairan dana yang diajukan kegiatan tersebut telah mendapat persetujuan dari Ketua Satlak PPK-IPM Kabupaten Karawang Kondisi Awal SDM Masyarakat Kabupaten Karawang Menjelang Pelaksanaan Program Pendanaan Kompetisi Bidang Pendidikan Gambaran umum berkaitan dengan ketentuan pelaksanaan PPK-IPM, memberikan dasar pemahaman bahwa pelaksanaan kegiatan khususnya bidang pendidikan diorientasikan bahwa aspek kreativitas dan produktivitas sangat berpengaruh untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia (SDM). Orientasi tersebut mendasari kebijakan pembangunan Sumber Daya manusia yang kreatif dan produktif dengan ukuran bahwa masyarakat berpendidikan akan menampilkan hasil kerja yang baik secara perorangan atau kelompok. Secara fisik pembangunan di Kabupaten Karawang, berjalan secara dinamis dan pesat melalui prioritas pembangunan di 4 sektor pembangunan, yaitu : pendidikan, kesehatan, ekonomi kerakyatan dan infrastruktur. pada saat ini kondisi pembangunan di kabupaten Karawang telah berjalan secara maksimal, tapi disisi lain bahwa ketertinggalan di bidang poverty (kemiskinan), ignorency (keterbelakangan), ekonomi, akses pendidikan dan budaya masyarakat pada saat ini masih belum dapat mengimbangi pesatnya pembangunan di bidang fisik sehingga masalah-masalah di bidang pendidikan terus menjadi persoalan tesendiri bagi Kabupaten Karawang. Kondisi yang terjadi 69

13 sesuai fakta, khususnya dalam bidang pendidikan dapat di1lihat pada indikator, sebagai berikut : a. Angka kemiskinan masih tinggi (30,65, kondisi tahun 2006) b. Angka pengangguran masih tinggi ( jiwa, kondisi 2006) c. Masih banyaknya warga masyarakat tidak mempunyai keterampilan, d. Banyak warga masyarakat tidak mempunyai penghasilan tetap, e. Rata-rata lama sekolah, baru mencapai 6,9 tahun f. Angka Melek Huruf (AMH) 88,60%. Jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas sebesar jiwa, terdapat jumlah sebesar jiwa atau 33,84 persen hanya lulusan SD/MI. Bahkan sebesar jiwa atau 26,94 persen tidak tamat SD dan sebesar atau sekitar 11,80 persen tidak bersekolah. Kondisi ini sangat ironis dengan status Kabupaten Karawang yang merupakan sebuah Kota industri dengan lokasi wilayah yang dekat dengan ibukota negara, namun kualitas SDM yang dimilikinya masih dalam taraf jenjang sekolah dasar. Dapat terlihat dalam Gambar 8 sebagai berikut : Gambar 8. Penduduk usia 10 th ke atas menurut ijazah tertinggi yang dimiliki 400, , , , , , , , , , , ,000 56,453 67,540 0 Tdk/ blm Sklh Tidak/ blm tmt SD Laki-laki SD/MI SLTP/MTs > SLTA Perempuan Sumber : BPS Kabupaten Karawang, Data tersebut juga merupakan Gambaran mengenai rata-rata lama sekolah masyarakat Karawang yang masih dalam jenjang pendidikan dasar. Jika dikaitkan dengan keberadaan sector industri, maka kondisi ini sangat tidak 70

14 menguntungkan bagi masyarakat sendiri, sebab kebutuhan tenaga kerja yang ada pada sektor industri mengutamakan kualitas SDM yang lebih baik dengan kemampuan adaptasi pada penggunaan mesin-mesin modern. Apalagi dalam menghadapi era globalisasi, yang mengutamakan persaingan maka menuntut kompetensi SDM yang berdaya saing. Kondisi tersebut diatas memiliki korelasi yang cukup signifikan dengan keberadaan lembaga pendidikan yang ada, di Kabupaten Karawang sampai dengan Januari 2006 terdapat lembaga pendidikan formal dari tingkatan TK sampai dengan SLTA, dengan jumlah siswa sebanyak siswa, yang dilayani oleh guru sebanyak guru, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini : Tabel 5. Jumlah Sekolah, Siswa dan Guru Tahun 2006 No Jenjang Siswa Sekolah Jumlah Negeri Swasta Jumlah Negeri Swasta Jumlah Guru 1 TK SD SLTP SMA SMK Jumlah Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Karawang, 2006 Selanjutnya akan dikemukakan tentang pertambahan lembaga pendidikan di Kabupaten Karawang dari tahun 2002 sampai tahun 2006, sebagai berikut : Tabel 6. Sebaran Pertambahan Lembaga Pendidikan Jenjang SD/MI-SLTP/ MTs Tahun NO JENJANG JUMLAH PROSENTASE 1 SD ,71 2 SLTP SMU SMK 0 0 JUMLAH 5 12,71 Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Karawang,

15 Data tersebut di atas menunjukan terdapat rata-rata pertumbuhan jumlah sekolah sebanyak 12,71 persen dalam lima tahun, hal ini mengindikasikan pertambahan lembaga pendidikan belum mampu menampung usia anak sekolah, aspek ini juga dirasakan sebagai penyebab anak usia sekolah yang tidak dapat mengikuti pendidikan formal. Berkaitan dengan Angka Partisipasi Kasar (APK), serta Angka Partisipasi Murni (APM), selanjutnya akan diungkapkan data APK, dan APM pada tahun 2004 dan 2005, sebagai berikut : Tabel 7. APK dan APM Tingkat SD sampai SLTA Tahun JENJANG APK APM KENAIKAN KENAIKAN SD/MI 98,36 102,46 4,10 83,12 89,95 6,83 SLTP/MTs 66,01 69,11 3,10 52,35 55,98 3,63 SLTA/MA 31,93 34, ,22 26,80 3,58 Sumber : Dinas Pendidikan Kab.Karawang, 2006 Dengan memperhatikan data di atas, maka kondisi pendidikan di Kabupaten Karawang cukup memprihatinkan, diperlukan upaya-upaya yang sistematis untuk meningkatkan bidang pendidikan yang melibatkan semua komponen yang langsung maupun tidak langsung mempengaruhi perkembangan bidang pendidikan di Kabupaten Karawang. Dalam rangka mengatasai persoalan dalam bidang pendidikan Pemerintah Kabupaten Karawang terus mengambil langkah-langkah strategis untuk mengatasi persoalan yang ada, dengan terus mencari subtansi persoalan, diantaranya memperbesar anggaran pendidikan melalui APBD, serta membuka akses kepada dunia usaha, dunia industri, maupun membuat usulan-usulan penambahan program ke provinsi maupun pusat untuk mendongkrak pencapaian IPM, khususnya dalam dunia pendidikan. Upaya Pemerintah Kabupaten Karawang ditindaklanjuti dengan membuat program-program yang menyentuh 72

16 pada subtansi penyelesaian masalah. Seperti program Gerakan Pemberatasan Buta Aksara (Gertas Buta), dengan kegiatannya adalah Pengembangan PKBM Plus, penyelenggaraan keaksaran fungsional dan penyelenggaraan kesetaraan. Keadaan ini menggambarkan terjadinya proses dinamisasi dalam jajaran Pemerintah Kabupaten Karawang, untuk terus menerus mensosialisasikan konsep peningkatan bidang pendidikan. Para pejabat sebagai Policy Maker mempunyai peran yang sangat strategis dalam berbagai kegiatan yang berhubungan dengan bidang pendidikan, penyerahan sebagaian wewenang dalam bidang pendidikan ke Kabupaten/Kota, komitmen Bupati terpilih tahun 2005 yang mempriotitas bidang pendidikan menjadi inspirasi para policy maker dalam menyusun kebijakan yang berhubungan dengan pendidikan. Daya saing masyarakat Kabupaten Karawang antara penduduk pribumi dengan pendatang pada saat ini terlihat sangat timpang. Kabupaten Karawang didatangi oleh masyarakat pendatang yang bertujuan mencari pekerjaan pada kawasan-kasawan industri yang tersebar, menambah gairah perekonomian dan industri maju dengan pesat. Namun pada kenyataannya masyarakat Karawang masih terkungkung ditengah kemiskinan dan kualitas SDM yang rendah (dengan RLS 7,70 tahun) pada tahun Dengan letak yang sangat strategis karena merupakan daerah yang mempunyai akses langsung dengan Ibukota negara serta dilalui oleh akses tol yang menghubungkan wilayah-wilayah ekonomi nasional (Bandung dan Jakarta) dalam dinamika pertumbuhannya, kabupaten Karawang tumbuh menjadi sebuah kawasan yang menitikberatkan pada pengembangan industri berskala nasional dan internasional. Hal ini ditetapkan dengan terbitnya Keppres 53 tahun 1993 tentang penetapan Kabupaten Karawang sebagai daerah industri. Adapun permasalahan pendidikan di kabupaten Karawang pada dasarnya disebabkan karena tingginya angka buta aksara yang mencapai jiwa dengan angka melek huruf (AMH) 90,50 dan rata-rata lama sekolah 73

17 baru mencapai 7,70 tahun. Hal ini menyebabkan kualitas SDM menjadi rendah. Rendahnya tingkat pendidikan tersebut mengakibatkan multiplier effect di bidang kesehatan dengan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) yang rendah dan pola pikir yang sederhana sehingga mempengaruhi produktivitas di bidang ekonomi. Kondisi ini harus diantisipasi oleh Pemerintah Daerah dalam peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan dengan langkah-langkah yang terkoordinasi, sinergis, effisien dan efektif. Dilatarbelakangi oleh keadaan tersebut diperkuat dengan kondisi riil di lapangan maka penyelenggaraan program keaksaraan fungsional menjadi salah satu solusi peningkatan SDM di kabupaten Karawang. Tujuan yang ingin dicapai adalah dalam kegiatan tersebut adalah agar budaya dan kesadaran masyarakat dapat memprioritaskan pendidikan, kemampuan ekonomi masyarakat meningkat dan mata pencaharian masyarakat yang mayoritas bergerak di sektor informal dengan kondisi keahlian rendah dan terbatas,dapat ditingkatkan. Kondisi perhatian pada bidang pendidikan mulai terbentuk pada para policy maker di jajaran Pemda Kabupaten Karawang, bentuk konkrit mulai terwujudnya keadaan sadar pendidikan tersebuat antara lain : (1) secara terus menerus diadakan peninjauan kembali dan mereformasi aspek-aspek kebijakan yang masih mencerminkan kurangnya perhatian pada dunia pendidikan; (2) peningkatan sosialisasi secara terencana dan berkesinambungan tentang pentingnya pendidikan dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; (3) mencari peluang pendaan untuk meningkatkan bidang pendidikan di Kabupaten Karawang, (4) membuka akses kemitraan dengan dunia usaha dan dunia industri untuk lebih peduli pada bidang pendidikan. Gambaran kondisi awal serta arah dan orientasi kebijakan pembangunan sektor pendidikan di Kabupaten Karawang mendasari penetapan indikator kinerja pelaksanaan Kegiatan Keaksaraan Fungsional pada PPK-IPM yang diorientasikan pencapaian Outcome sasaran sebagaimana Tabel berikut : 74

18 Tabel 8. Indikator Kinerja Pelaksanaan Kegiatan Keaksaraan No Indikator Kinerja Satuan 1. Output Terlayaninya warga masyarakat yang buta huruf melalui program keaksaraan fungsional 2. Outcome Meningkatnya angka melek huruf (AMH) di kabupaten Karawang Warga Belajar Kecamatan Tutor Warga Belajar Kecamatan Tutor TAHUN Untuk mengetahui pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia masyarakat Kabupaten Karawang dengan melihat kondisi awal pendidikan masyarakat yang memprihatinkan untuk mendapatkan prioritas dalam program PPK IPM bidang pendidikan khususnya melalui kegiatan keaksaraan fungsional sebagaimana hasil jawaban angket dalam Tabel 9 sebagai berikut : Tabel 9. Pentingnya Peningkatan SDM melalui Kegiatan Keaksaraan Fungsional merupakan Prioritas untuk Dilaksanakan oleh Satuan Pelaksana PPK IPM No Pernyataan Jumlah Nilai yang Diperoleh Jumlah Nilai yang ditetapkan Prosentase 1 Melihat kondisi awal masyarakat Kabupaten Karawang pendidikannya sangat rendah, hal ini perlu mendapatkan prioritas untuk segera dilakukan peningkatan SDM dalam program PPK IPM melalui kegiatan keaksaraan fungsional (KF) % 2 Tingginya buta aksara menjadi alasan bagi Satlak PPK IPM untuk meningkatkan SDM masyarakat % Karawang melalui kegiatan keaksaraan fungsional. 3 Upaya merubah budaya masyarakat Kabupaten Karawang yang kurang memperhatikan pendidikan dirasa sudah optimal dilakukan oleh Pemda % 4 Rendahnya rata-rata lama sekolah di Kabupaten Karawang diakibatkan oleh masih tingginya DO sehingga % menjadi prioritas sasaran kegiatan keaksaraan fungsional. Jumlah ,4 % 75

19 Dari Tabel 9, diketahui bahwa melihat kondisi awal masyarakat Kabupaten Karawang pendidikannya sangat rendah, hal tersebut perlu mendapatkan prioritas untuk segera dilakukan peningkatan SDM dalam program PPK IPM melalui kegiatan keaksaraan fungsional. Pernyataan tersebut ditanggapi oleh Satlak PPK IPM mendapatkan jawaban sebesar 92 persen. Hal ini apabila diinterprestasikan kedalam interval Sugiyono berarti sangat setuju. Tingginya buta aksara menjadi alasan bagi Satlak PPK IPM untuk meningkatkan SDM Masyarakat Kabupaten Karawang melalui kegiatan keaksaraan fungsional memperoleh prosentase jawaban sebesar 86 persen. Hal ini apabila diiinterprestasikan kedalam interval Sugiyono berarti sangat setuju. Sedangkan upaya untuk merubah budaya masyarakat Kabupaten Karawang yang kurang memperhatikan pendidikan dirasa telah optimal dilakukan oleh Pemerintah Daerah, ditanggapi oleh Satlak PPK IPM memperoleh prosentase jawaban sebesar 59 persen. Hal ini berarti netral/ ragu apabila diinterprestasikan ke dalam interval Sugiyono. Selanjutnya rendahnya rata-rata lama sekolah di Kabupaten Karawang diakibatkan oleh masih tingginya DO sehingga menjadi prioritas sasaran kegiatan keaksaraan fungsional, pernyataan tersebut ditanggapi oleh Satlak PPK IPM memperoleh prosentase jawaban sebesar 84 persen. Hal ini apabila diinterprestasikan dalam interval Sugiyono berartii setuju. Secara keseluruhan jawaban angket tentang pentingnya peningkatan SDM melalui kegiatan keaksaraan fungsional merupakan prioritas dilakukan oleh Satlak PPK IPM memperoleh rata-rata prosentase jawaban sebesar 80,4 persen. Hal ini jika diinterprestasikan dalam interval Sugiyono berarti sangat setuju. Dari Gambaran kondisi awal pendidikan masyarakat Kabupaten Karawang yang masih memprihatinkan menjadi prioritas sasaran dalam 76

20 perencanaan program, dilain pihak hasil jawaban dari pelaksana program menunjukan bahwa Satlak PPK IPM bidang pendidikan menyatakan pentingnya peningkatan SDM melalui kegiatan keaksaraan fungsional merupakan prioritas untuk segera dilaksanakan (rata-rata prosentase jawaban sebesar 80,4 persen, yang berarti sangat setuju). Dari hasil perbandingan menunjukkan kondisi awal masyarakat Kabupaten Karawang pendidikannya sangat rendah, dengan jumlah buta aksara sebanyak jiwa maka melalui kegiatan KF telah terentaskan buta aksara sebanyak jiwa sehingga perlu dukungan program dan anggaran dari pemerintah dan APBD Kabupaten Karawang secara sinergi untuk akselerasi pengentasan target sasaran kegiatan Keaksaraan Fungsional mengingat jumlahnya masih besar, dilain pihak meningkatkan cakupan pelayanan kegiatan keaksaraan fungsional sehingga lebih optimal. 77

VI. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL. Pelaksanaan Kegiatan Keaksaraan Fungsional merupakan Gambaran

VI. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL. Pelaksanaan Kegiatan Keaksaraan Fungsional merupakan Gambaran VI. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL 6.1. Faktor Pendukung Kegiatan Keaksaraan Pelaksanaan Kegiatan Keaksaraan Fungsional merupakan Gambaran bahwa Pemerintah Kabupaten karawang

Lebih terperinci

EVALUASI PENINGKATAN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM PROGRAM PENDANAAN KOMPETISI MELALUI KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI KABUPATEN KARAWANG

EVALUASI PENINGKATAN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM PROGRAM PENDANAAN KOMPETISI MELALUI KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI KABUPATEN KARAWANG EVALUASI PENINGKATAN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM PROGRAM PENDANAAN KOMPETISI MELALUI KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI KABUPATEN KARAWANG ASEP AANG RAHMATULLAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 23 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BEKASI

BERITA DAERAH KABUPATEN BEKASI BERITA DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 2009 PERATURAN BUPATI BEKASI NOMOR : 22 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN BUPATI BEKASI Menimbang : a. bahwa dengan telah diundangkannya

Lebih terperinci

TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL BIDANG PENDIDIKAN

TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL BIDANG PENDIDIKAN LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2011 TANGGAL 2 Pebruari 2011 TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL BIDANG PENDIDIKAN Jenis bantuan sosial bidang Pendidikan, meliputi : I. Bantuan Pengembangan

Lebih terperinci

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HIBAH YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI HIBAH DI KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. Nomor : 01/Per/Dep.

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. Nomor : 01/Per/Dep. KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor : 01/Per/Dep.3/II/2014

Lebih terperinci

PARTISIPASI KASAR ( APK ) MENURUT JENJANG PENDIDIKAN, JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN DI KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

PARTISIPASI KASAR ( APK ) MENURUT JENJANG PENDIDIKAN, JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN DI KABUPATEN KULON PROGO TAHUN No III. BIDANG PENDIDIKAN TABEL 3.1.a ANGKA PARTISIPASI KASAR ( APK ) MENURUT JENJANG PENDIDIKAN, JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN TAHUN 2015 KECAMATAN SD SLTP SLTA L P L + P L P L+P L P L+P 1.365 1.191 2.556

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DANA DESA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2017

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DANA DESA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2017 BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DANA DESA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 2 TAHUN 2017

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 2 TAHUN 2017 BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PEMBAGIAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA SERTA PENGGUNAAN DANA DESA DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 280 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LAPORAN PEMENUHAN KEWAJIBAN Satlak dan Tim Monev PPK IPM Kabupaten/Kota

LAPORAN PEMENUHAN KEWAJIBAN Satlak dan Tim Monev PPK IPM Kabupaten/Kota Rapat Koordinasi Monev dan Satlak Program Pendanaan Kompetisi Akselerasi Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia Bulan April 2008 Kamis, 17 April 2008 Aula Soehoed Warnaen Lt. 3 Bapeda Provinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI HIBAH DI KABUPATEN

Lebih terperinci

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN HIBAH BIAYA OPERASIONAL SEKOLAH DAN TUNJANGAN GURU BAGI SEKOLAH DASAR SWASTA,

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 214 TAHUN 2014

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 214 TAHUN 2014 BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 214 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA TAHUN ANGGARAN 2014 Menimbang Mengingat BUPATI GARUT,

Lebih terperinci

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 memperlihatkan angka transisi atau angka melanjutkan ke SMP/sederajat dan ke SMA/sederajat dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Sebagaimana angka

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2006

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2006 BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2006 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR : 6 TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN DANA BANTUAN PEMBANGUNAN KELURAHAN KOTA SURAKARTA WALIKOTA SURAKARTA

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA BERKEMBANG TAHUN 2011

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA BERKEMBANG TAHUN 2011 LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2011 TANGGAL 18 Januari 2011 PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA BERKEMBANG TAHUN 2011 I. PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran Dalam

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DANA KEISTIMEWAAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DANA KEISTIMEWAAN SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DANA KEISTIMEWAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

- 1 - KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

- 1 - KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA - 1 - KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH NOMOR 08 / Per / Dep.2 / XII / 2016 TENTANG

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH PADA SEKOLAH DASAR DAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.931, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana. Keistimewaan. Yogyakarta. Tata Cara Pengalokasian. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103/PMK.07/2013 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2014 No. 10, 2014 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Setda Kabupaten Bantul. Pedoman,penyaluran, bantuan keuangan, desa, tim penanggulangan kemiskinan BUPATI BANTUL PROVINSI

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) & INDIKATOR KINERJA INDIVIDU (IKI)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) & INDIKATOR KINERJA INDIVIDU (IKI) INDIKATOR (IKU) & INDIKATOR KINERJA INDIVIDU (IKI) PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI DINAS PENDIDIKAN Jalan Ahmad Yani No. 05 Ngawi Kode Pos : 63202, Tromol Pos 09 Tlp. (0351) 79198 Fax. (0351) 79078 Email :

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 12 Tahun : 2011 Seri : E PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN BANTUAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 1 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 1 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 1 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 5 TAHUN 2010 TENTANG PENATAUSAHAAN BELANJA DANA BANTUAN SOSIAL BERPOLA HIBAH UNTUK REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCA GEMPA BUMI 2 SEPTEMBER

Lebih terperinci

BAB IV MAKSUD DAN TUJUAN PEMBERIAN BANTUAN KEUANGAN

BAB IV MAKSUD DAN TUJUAN PEMBERIAN BANTUAN KEUANGAN BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA UNTUK REHABILITASI KANTOR/BALAI DESA TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG 3 BUPATI PENAJAM PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN BANTUAN KEUANGAN DAERAH KEPADA PEMERINTAH DESA DAN PEMERINTAH DAERAH LAINNYA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH BAGI DESA DI KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 56 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL,

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 56 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 56 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : Mengingat : bahwa sebagai tindak lanjut

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DI KABUPATEN BLORA TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN KEUANGAN UNTUK INSENTIF BAGI KETUA RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DI DESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN BANTUAN SOSIAL BAGI RUMAH TANGGA SASARAN DI KABUPATEN SLEMAN TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.972, 2015 KEMENKEU. Dana Keistimewaan. Daerah Istimewa Yogyakarta. Penyaluran. Pengalokasian. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 126/ PMK.07/2015

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG DRAFT BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI

Lebih terperinci

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PELAKSANAAN PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN

Lebih terperinci

PROFIL PROVINSI JAWA BARAT

PROFIL PROVINSI JAWA BARAT IV. PROFIL PROVINSI JAWA BARAT Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2055, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Dana Perimbangan. Pemotongan. Penundaan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 257/PMK.07/2015 TENTANG TATA CARA PENUNDAAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 72 TAHUN 2014

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 72 TAHUN 2014 GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 76 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 76 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 76 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG PROSEDUR PEMBERIAN DANA BANTUAN KEUANGAN UNTUK SERIKAT PEKERJA

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG PROSEDUR PEMBERIAN DANA BANTUAN KEUANGAN UNTUK SERIKAT PEKERJA 1 PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG PROSEDUR PEMBERIAN DANA BANTUAN KEUANGAN UNTUK SERIKAT PEKERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. NOMOR : 07 / Per / Dep.2 / XII /2016

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. NOMOR : 07 / Per / Dep.2 / XII /2016 1 KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH NOMOR : 07 / Per / Dep.2 / XII /2016 TENTANG

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan. 5. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan. 5. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan. Gubernur tentang Pelaksanaan Penatausahaan Keuangan Daerah Tahun Anggaran 2008. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA DARURAT

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA DARURAT MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA DARURAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8B TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8B TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8B TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI BANTUAN SOSIAL DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DI KABUPATEN BLORA TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN KHUSUS SISWA MISKIN SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI/SWASTA KABUPATEN

Lebih terperinci

5. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang selanjutnya disebut DPPKAD adalah DPPKAD Kabupaten Banyumas. 6. Bagian Pemerintahan

5. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang selanjutnya disebut DPPKAD adalah DPPKAD Kabupaten Banyumas. 6. Bagian Pemerintahan BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA UNTUK REHABILITASI KANTOR/BALAI DESA TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

RAKOR MONEV BULAN AGUSTUS 2007

RAKOR MONEV BULAN AGUSTUS 2007 RAKOR MONEV BULAN AGUSTUS 2007 Hotel Horison Kota Bekasi Kamis, 9 Agustus 2007 KEDISIPLINAN PENYAMPAIAN LAPORAN MONEV BULAN JULI KAB/KOTA YANG MENYAMPAIKAN LAPORAN MONEV TEPAT WAKTU (sd tgl 5 Agustus 2007):

Lebih terperinci

HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI APBD PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM KOORDINASI DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN

HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI APBD PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM KOORDINASI DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI APBD PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM KOORDINASI DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN ANGGARAN 2015 D A S A R H U K U M 1. PERMENDAGRI NOMOR 32

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 18 TAHUN 2017

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 18 TAHUN 2017 BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 58 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN,

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH 1 GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang : a.

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SEKRETARIAT DAERAH WALIKOTA YOGYAKARTA,

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SEKRETARIAT DAERAH WALIKOTA YOGYAKARTA, WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SEKRETARIAT DAERAH WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 11 Peraturan Menteri

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM SUBSIDI BUNGA KEPADA USAHA MIKRO DAN KECIL KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 129a/U/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 129a/U/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129a/U/2004 TENTANG BIDANG PENDIDIKAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 43 TAHUN TAHUN 2011 TENTANG OPERASI PASAR MURAH KEBUTUHAN POKOK MASYARAKAT

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 43 TAHUN TAHUN 2011 TENTANG OPERASI PASAR MURAH KEBUTUHAN POKOK MASYARAKAT Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 43 TAHUN 2011 33 TAHUN 2011 TENTANG OPERASI PASAR MURAH KEBUTUHAN POKOK MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karanganyar 1. Sejarah Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karanganyar Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 17 TAHUN 2017

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 17 TAHUN 2017 SALINAN WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBIAYAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI KOTA DEPOK YANG

Lebih terperinci

STRATEGI PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG UNTUK MENSINERGIKAN PROGRAM RAKSA DESA ABAS SUDRAJAT

STRATEGI PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG UNTUK MENSINERGIKAN PROGRAM RAKSA DESA ABAS SUDRAJAT STRATEGI PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG UNTUK MENSINERGIKAN PROGRAM RAKSA DESA ABAS SUDRAJAT SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PAPARAN SAKIP SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2017

PAPARAN SAKIP SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2017 PAPARAN SAKIP SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2017 Oleh : Drs. ABIMANYU, M.Si DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN NGAWI Selaras 1 VISI MISI KE 2 NGAWI SEJAHTERA, BERAKHLAK, BERBASIS PEDESAAN

Lebih terperinci

Rencana Kerja (RENJA ) 2015

Rencana Kerja (RENJA ) 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang - Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (UU-SPPN) yang telah dijabarkan secara teknis dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN Untuk mengukur kinerja Kabupaten Barru, disusun indikator kinerja sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang meliputi: (1)

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2014

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2014 BAB I Pendahuluan Bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issued yang sedang dihadapi organisasi. 1.1 Latar

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 40 TAHUN : 2013 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN BANTUAN SOSIAL DALAM RANGKA PENGENTASAN KEMISKINAN TAHUN

Lebih terperinci

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6 DAFTAR TABEL DATA NONPENDIDIKAN Tabel 1 : Keadaan Umum Nonpendidikan 1 Tabel 2 : Luas wilayah, penduduk seluruhnya, dan penduduk usia sekolah 2 Tabel 3 : Jumlah desa, desa terpencil, tingkat kesulitan

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PERSEROAN TERBATAS PEMBANGUNAN INVESTASI TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

B A B V I PEMANTAUAN DAN EVALUASI

B A B V I PEMANTAUAN DAN EVALUASI B A B V I PEMANTAUAN DAN EVALUASI Paparan bab ini tidak menjelaskan tentang kegiatan pemantauan dan evaluasi sanitasi tetapi hanya memuat tentang strategi untuk melakukan pemantauan dan evaluasi dengan

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENCAIRAN DANA MELALUI SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN UANG PERSEDIAAN (SPP-UP) DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA

Lebih terperinci

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 8.C TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 8.C TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 8.C TAHUN 2014 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR BELANJA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN UANG DUKA BAGI KELUARGA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN SUKOHARJO

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN UANG DUKA BAGI KELUARGA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN UANG DUKA BAGI KELUARGA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : : PERATURAN BUPATI TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN. BAB I KETENTUAN UMUM

MEMUTUSKAN : : PERATURAN BUPATI TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN. BAB I KETENTUAN UMUM BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI,TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT, Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 5 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBERIAN BANTUAN KEUANGAN UNTUK INFRASTRUKTUR DAN GEDUNG/BANGUNAN TAHUN ANGGARAN 2010 GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2014 TAHUN 2014

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2014 TAHUN 2014 GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA,

WALIKOTA YOGYAKARTA, WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BELANJA BANTUAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Kota Balikpapan merupakan salah satu kota besar yang berada di Provinsi Kalimantan Timur, luas wilayah kota ini mencapai 843,48 KM2, yang terdiri atas

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT,

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, GUBERNUR KALIMANTAN BARAT KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR : 678/ OR / 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 396/OR/2014 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA

Lebih terperinci

BUPATI MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A D A E R A H I S T I M E W A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA TENTANG PENGELOLAAN BELANJA BANTUAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN KOTA BATU

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN KOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 63 TAHUN 2012

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 63 TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 63 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 41 TAHUN 2016

BUPATI BLORA PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 41 TAHUN 2016 BUPATI BLORA PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN BESARAN DANA

Lebih terperinci

Banyuwangi Tahun telah ditetapkan melalui surat. : 421/ 159/ /2014 tanggal 23 September Berdasarkan

Banyuwangi Tahun telah ditetapkan melalui surat. : 421/ 159/ /2014 tanggal 23 September Berdasarkan KATA PENGANTAR Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2010-2015 telah ditetapkan melalui surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi Nomor : 421/ 159/429.101/2014

Lebih terperinci

PANDUAN PROGRAM BANTUAN BEASISWA BEASISWA KURANG MAMPU MAHASISWA MAHASISWA PERGURUAN TINGGI PROVINSI JAWA TENGAH OLEH: TIM PENYUSUN

PANDUAN PROGRAM BANTUAN BEASISWA BEASISWA KURANG MAMPU MAHASISWA MAHASISWA PERGURUAN TINGGI PROVINSI JAWA TENGAH OLEH: TIM PENYUSUN PANDUAN PROGRAM BANTUAN BEASISWA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU MAHASISWA PERGURUAN TINGGI PROVINSI JAWA TENGAH OLEH: TIM PENYUSUN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS PENDIDIKAN Jl. Pemuda No. 134 -

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DALAM RANGKA SINERGITAS PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DALAM RANGKA SINERGITAS PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DALAM RANGKA SINERGITAS PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BELANJA HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BELANJA HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BELANJA HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengelolaan belanja hibah perlu

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 17 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 17 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 17 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KETENAGAKERJAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 13 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 13 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 13 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 24/Menhut-II/2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN KEBUN BIBIT RAKYAT

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 24/Menhut-II/2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN KEBUN BIBIT RAKYAT PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 24/Menhut-II/2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN KEBUN BIBIT RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci