HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Vera Atmadja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian tentang identifikasi bakteri dan cacing parasitik pada insang dan saluran pencernaan ikan patin (Pangasius sp.) dengan menggunakan sepuluh sampel ikan patin, jenis jenis bakteri dan cacing parasitik yang ditemukan adalah : Tabel 1 Hasil Identifikasi Cacing Parasitik dan Bakteri pada Ikan Patin Ikan Cacing (Jumlah) Bakteri Insang Saluran Insang Saluran Pencernaan Pencernaan 1 Dactylogyrus sp. (19) Pseudodactylogyrus sp. (8) - Aeromonas sp. Aeromonas sp. Escherichia coli 2 Dactylogyrus sp. (24) Pseudodactylogyrus sp. (32) - Staphylococcus epidermidis Aeromonas sp. Staphylococcus epidermidis 3 Dactylogyrus sp. (9) - Aeromonas sp. Aeromonas sp. Pseudodactylogyrus sp. (12) 4 Dactylogyrus sp. (29) Pseudodactylogyrus sp. (13) - Staphylococcus epidermidis Staphylococcus epidermidis 5 Dactylogyrus sp. (38) Pseudodactylogyrus sp. (18) 6 Dactylogyrus sp. (9) Pseudodactylogyrus sp. (11) 7 Dactylogyrus sp. (17) Pseudodactylogyrus sp. (8) 8 Dactylogyrus sp.(9) Pseudodactylogyrus sp. (5) 9 Dactylogyrus sp. (10) Pseudodactylogyrus sp. (4) 10 Dactylogyrus sp. (15) Pseudodactylogyrus sp. (16) - Streptococcus sp. Staphylococcus epidermidis Aeromonas sp. - Streptococcus sp. Aeromonas sp. - Aeromonas sp. Bacillus sp. Aeromonas sp. - Aeromonas sp. Streptococcus sp. Vibrio cholerae - Aeromonas sp. Edwardsiella tarda Edwardsiella tarda - Aeromonas sp. Escherichia coli Bakteri Pada Insang dan Saluran Pencernaan Ikan Patin Edwardsiella tarda Gambar 17 Pewarnaan Gram Edwardsiella Tarda pada Insang Ikan Patin.
2 27 Koloni bakteri yang tumbuh terpisah diamati kemudian diisolasi dan dilakukan serangkaian uji dan pengamatan sesuai dengan karakter Edwardsiella tarda yang merujuk pada Jang et al. (1976) dan Cowan & Steel (1990). Menurut Ismail et al. (2005) karakter definitif dari E. tarda adalah terbentuknya H 2 S dan indol positif selain karakater umumnya yang merupakan bakteri Gram negatif, aerob, negatif oksidase dan VP (Voges Proskauer). Edwardsiella tarda ditemukan di insang dan saluran pencernaan ikan patin. Namun menurut Carter & Wise (2004) E. tarda biasa ditemukan pada traktus intestin hewan dan manusia serta air kolam. Keberadaan bakteri ini di insang kemungkinan berhubungan dengan habitatnya di air kolam yang sangat memberikan peluang bagi E. tarda hidup di insang yang merupakan salah satu organ yang memiliki kontak besar dengan air. Edwardsiellosis/emphisemathous putrevactive disease of catfish (EPDC) atau Edwardsiella septicaemia (ES) merupakan penyakit akibat infeksi Edwarsiella tarda pada ikan patin (Post 1987). Gejala klinis yang ditimbulkan oleh infeksi E. tarda pada tahap infeksi ringan hanya berupa luka luka kecil di bagian kulit namun infeksi lebih lanjut menyebabkan luka bernanah pada otot dan lambung. Pada kasus akut luka bertambah besar dalam waktu cepat, berisi gas (H 2 S), berbentuk cembung dan menyebar ke seluruh tubuh. Gejala khas pada ikan patin ialah perdarahan pada organ viseral (Austin 1999). Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan Andriyanto et al. (2009), ikan patin yang dinfeksi E. tarda menunjukkan gejala klinis berupa luka (ulser) dari muskular sampai pedunkel, perdarahan pada sirip dan anus, perut membesar, organ interna bengkak dan pucat serta ulser yang terjadi menimbulkan bau. Edwardsiella tarda merupakan bakteri yang bersifat zoonotik. Infeksi E. tarda pada manusia dapat menyebabkan gastroenteritis, diare, peritonitis dengan sepsis dan selulitis serta pada infeksi ekstra intestinal dapat menyebabkan penyakit menyerupai tifus (Woo & Bruno 1999). Tindakan utama untuk menghindari infeksi oleh E. tarda ialah dengan memberikan pakan yang kaya akan nutrisi pada ikan sehingga ikan dapat mempertahankan imunitas tubuhnya dalam keadaan baik. E. tarda merupakan polusi lingkungan sehingga perlu tindakan perbaikan kualitas air kolam
3 28 pemeliharaan ikan. Jika infeksi berlanjut dapat dilakukan pengobatan dengan menggunakan terramycin, oxytetracyclin dan sulfonamid (Bullock & Herman 1985). Aeromonas sp. Gambar 18 Pewarnaan Gram Aeromonas sp. pada Saluran Pencernaan Ikan Patin. Hasil koloni yang tumbuh terpisah diamati dan diisolasi serta dilakukan serangkaian uji sesuai dengan karakter Aeromonas sp. yang merujuk pada Jang et al. (1976) dan Cowan & Steel (1990). Bakteri Aeromonas diklasifikasikan ke dalam filum Protophyta, kelas Schizomycetes, ordo Pseudanonadeles, famili Vibrionaceae, genus Aeromonas dan spesies Aeromonas sp. (Holt et al. 1998). Aeromonas sp. ditemukan di insang dan saluran pencernaan ikan patin. Menurut Songer dan Post (2005) Aeromonas sp. dapat ditemukan di air, tanah dan feses. Namun secara lebih spesifik Noga (1996) menjelaskan bahwa bakteri ini banyak terdapat di air tawar yang mengandung banyak bahan organik dengan kadar salinitas rendah. Selain itu Aeromonas sp. dapat ditemukan di permukaan tubuh dan organ dalam ikan. Hal ini menguatkan pernyataan Songer dan Post pada tahun 2005 bahwa Aeromonas sp. dapat menyebabkan infeksi dengan tingkat mortalitas yang tinggi pada satwa aquatik. Aeromonas hydrophila merupakan salah satu spesies dari genus Aeromonas yang menyebabkan penyakit motile aeromonad septicaemia/motile aeromonad infection/hemorrhagic septicemia (Camus et al. 1998). Pada ikan patin infeksi terdiri dari tiga kategori yaitu infeksi dengan gejala klinis eksternal,
4 29 infeksi dengan gejala klinis dan manifestasi lesio pada kulit dan otot di daerah bawah kulit dan infeksi laten septicaemia tanpa gejala klinis eksternal, melainkan internal berupa oedema, hemoragi dan nekrosis (Woo 2006). Muslim dan Widjayanti (2009) menyatakan bahwa ikan patin yang diinfeksi dengan A. hydrophila menampakkan gejala klinis berupa pergerakan ikan lambat, produksi mukus yang berlebihan, mata cekung, insang pucat, perut kembung, terdapat bintik bintik merah pada seluruh permukaan tubuh, mulut kemerahan, ekor geripis dan bila dibedah terdapat cairan berwarna kuning kehitaman. Aeromonas sp. juga dapat menginfeksi beberapa jenis vertebrata termasuk katak, kura-kura dan manusia. Berdasarkan laporan yang tercatat, infeksi Aeromonas sp. pada manusia dapat menyebabkan gangguan gastrointestinal dan infeksi yang bersifat sistemik (Noga 1996). Beberapa strain dari A. hydrophila dapat menyebabkan kasus enteropathogenic, khususnya pada anak anak, orang tua dan penderita immunocompromised (rusaknya imun akibat infeksi patogen) (Trower et al. 2000). Tindakan utama untuk menghindari infeksi oleh Aeromonas sp. ialah dengan memberikan pakan yang kaya akan nutrisi pada ikan sehingga ikan dapat mempertahankan imunitas tubuhnya dalam keadaan baik. Koreksi terhadap kualitas lingkungan seperti kualitas air sehingga dapat mengurangi tingkat stres ikan. Vaksinasi dapat dilakukan sebagai tindakan pencegahan infeksi. Vaksinasi pada induk dapat memberikan kekebalan terhadap anak dalam waktu 3 minggu (maternal antibody) (Lusiastuti & Hadie 2010). Infeksi yang bersifat akut dengan mortalitas tinggi dan nafsu makan yang rendah dapat diatasi dengan pemberian antibiotik seperti tetracyclin, chloramphenicol, florfenicol, derivat nitrofuran dan asam pyridonecarboxylic (Woo & Bruno 1998).
5 30 Vibrio cholerae Gambar 19 Pewarnaan Gram Vibrio cholerae pada Insang Ikan Patin Vibrio cholerae merupakan agen dari penyakit cholera pada manusia. Transmisi dari bakteri ini melalui air yang terkontaminasi feses. Dulu V. cholerae hanya mampu hidup di dalam tubuh dan feses manusia namun sekarang V. cholerae telah hidup bebas di alam dan memiliki reservoar alamiah. V. cholerae juga dapat diisolasi dari udang, kerang, remis, dan kepiting (Lesmana 2004). V. cholerae memiliki kapsul polisakarida, lipopolisakarida, pili dan menghasilkan toksin. Toksin yang dihasilkan oleh V. cholerae mirip dengan toksin yang dihasilkan oleh Escherichia coli. Toksin ini memiliki dua subunit, yaitu subunit A dan B. Subunit B merupakan media untuk masuknya subunit A yang dapat mengaktifkan adenylat cyclate cellular, sehingga terjadi akumulasi camp dan hipersekresi dari elektrolit dan cairan (Post & Songer 2005). V. cholerae bukan merupakan bakteri patogen yang umum ditemukan pada ikan patin. Menurut Noga (1996) hanya ada satu laporan dari negara Jepang tentang infeksi V. cholerae pada ikan. Keberadaan bakteri ini pada sampel ikan patin yang diteliti kemungkinan berhubungan dengan air yang terkontaminasi oleh bakteri V. cholerae. Spesies Vibrio yang bersifat patogen pada ikan diantara Vibrio anguillarum, V. ordalii, V. damsela, V. carchariae, V. alginolyticus dan V. vulnificus biogrup 2 (Mahardika & Zafran 2004).
6 31 Escherichia coli Gambar 20 Pewarnaan Gram Escherichia coli pada Saluran Pencernaan Ikan Patin Menurut Songer dan Post (2005) E. coli merupakan bakteri Gram negatif yang berukuran medium hingga panjang sekitar µm dan 1-3 µm, tunggal dan berpasangan. E. coli bersifat oksidasi negatif, motil dan katalase positif. Hampir semua spesies E. coli mampu menghasilkan asam dan gas dari fermentasi glukosa. E. coli merupakan flora normal pada saluran pencernaan sehingga dapat diisolasi pada feses, selain itu dapat ditemukan di lingkungan seperti air dan tanah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian, dimana E. coli ditemukan di saluran pencernaan. Hampir semua strain E. coli bersifat low pathogenic tapi ada beberapa strain dari E. coli bersifat high patogen dan bersifat opportunis infeksi diantaranya Enterotoxigenic E.coli (ETEC), Enteropathogenic E. coli (EPEC), Enterohemorragic E. coli (EHEC), Enteroaggregative E. coli (EAEC), Enteroinvasife E. coli (EIEC) dan Difuse Adhering E. coli (DAEC) (Bhunia 2008). Bacilllus sp. Gambar 21 Pewarnaan Gram Bacilllus sp. pada Insang Ikan Patin
7 32 Bacilllus sp. merupakan bakteri Gram positif yang berbentuk batang yang berukuran medium hingga panjang. Bakteri ini dapat hidup secara aerob dan anaerob fakultatif. Hampir semua spesies dari dari Bacilllus sp. bersifat katalase positif dan motil. Ciri khas dari Bacilllus sp. ialah memiliki spora yang terlihat jelas dengan menggunakan pewarnaan Gram. Bacilllus sp. hidup di lingkungan seperti di tanah (Songer & Post 2005). Selama dilakukan penelitian Bacilllus sp. ditemukan di insang dari ikan, hal ini mungkin berhubungan dengan kontaminasi air oleh tanah sekitar yang tercemar Bacilllus sp. Bacilllus sp. memiliki lebih dari 40 jenis spesies, tetapi hanya beberapa diantaranya yang bersifat patogen. Beberapa spesies yang bersifat patogen diantaranya Bacillus cereus dapat menyebabkan gangrenous mastitis pada sapi dan terkadang menyebabkan aborsi pada sapi, domba dan kuda. Bacillus licheniformis dapat menyebabkan aborsi pada sapi. Spesies yang paling bersifat patogen adalah B. anthracis yang dapat menyebabkan penyakit anthrax yang paling sering menyerang domestic dan wild ruminan serta kuda (Songer & Post 2005). Streptococcus sp. Gambar 22 Pewarnaan Gram Streptocoocus sp. pada Insang Ikan Patin Streptococcus sp. merupakan bakteri Gram positif. Pada pewarnaan gram bakteri ini memperlihatkan warna ungu dengan bentuk coccus (bulat) berantai. Pada uji katalase Streptococcus sp. memperlihatkan hasil negatif yaitu dengan tidak terbentuknya gelembung gas di sekitar koloni yang ditetesi dengan pereaksi
8 33 H 2 O 2 3%. Hal ini mengindikasikan bahwa Streptococcus sp. tidak menghasilkan enzim katalase sehingga tidak ada reaksi yang terjadi (Lay 1994). Streptococcus sp. merupakan bakteri Gram negatif yang berbentuk bulat memiliki sifat fakultatif anaerob, katalase positif, tidak berspora dan tidak motil. Habitat dari Streptococcus sp. tergantung jenis dari bakterinya, selain itu bakteri ini banyak di lingkungan sehingga dapat mengkontaminasi air dan tanah. Streptococcus sp. yang bersifat patogen pada hewan dibagi kedalam grup A, B, C, D, E, G, L dan V. Selain dibagi kedalam beberapa grup seperti yang dijelaskan sebelumnya, Streptococcus sp. juga dibagi ke dalam dua grup yaitu β-hemolytic Streptococcus (S. pyogen, S. agalctiae, S. canis, S. porcinus dan lain lain) dan non β-hemolytic Streptococcus (S. pneumoniae, S. equinus, S. suis dan S. uberis) (Songer & Post 2005). S. agalactiae merupakan spesies yang bersifat patogen pada ikan air tawar, namun kasusnya jarang terjadi pada ikan patin tetapi sering ditemukan pada ikan nila dengan gejala klinis berupa exophtalmia, meningoencepalitis, vakuolisasi dan nekrosis sel sel hati serta nekrosis dan kongesti limpa (Lusiastuti 2010). Staphylococcus epidrmidis Gambar 23 Pewarnaan Gram Staphylococcus sp. Pada Insang Ikan Patin Bakteri Gram positif yang berbentuk bulat dapat dibagi kedalam dua grup yaitu grup katalase positif yang merupakan famili Micrococcaceaea (genus Micrococcus, Staphylococcus dan Rothia). Selanjutnya grup katalase negatif terdiri dari genus Streptococcus, Enterococcus, Gemella, Globicatella, Helcococcus dan Vagococcus. Staphylococcus merupakan bakteri yang sering
9 34 ditemukan pada spesimen klinik hewan. Beberapa spesies Staphylococcus yang penting di dunia kedokteran hewan adalah S. aureus, S. epidermidis, S. warneri, S. saprophyticus, S. kloosii, S. intermedius, S. hycus dan lain lain (Songer & Post 2005). S. epidermidis tidak bersifat patogen pada ikan patin. Namun menurut Baehaki (2005) ada strain S. epidermidis yang menghasilkan protease yang bersifat toxic tetapi belum diketahui dapat menginfeksi ikan patin atau tidak. Selain itu Sutrisno dan Purwandari (2004) menginjeksikan Staphylococcus sp. secara intraperitoneal pada ikan nila menunjukkan gejala klinis berupa abdomen membesar, berisi cairan, insang pucat, ekor nekrosis, dorsal erosi, lesu, berenang di permukaan dan pada posisi lateral tubuh. Injeksi buatan dari Staphylococcus sp. ini menyebabkan kematian pada 80% sampel. Cacing Parasitik pada Insang dan Saluran Pencernaan Ikan Patin Dactylogyrus sp. Gambar 24 Cacing Dactylogyrus sp Keterangan gambar : 1. Kepala; 2. Badan; 3. Ekor; a. Organ Kepala; b. Mata; c. Pharynx; d. Ovarium; e. Dorsal Anchor; f. Dorsal Bar; g. Marginal Hook
10 35 Dactylogyrus sp. memiliki panjang tubuh 0.7 mm, lebar tubuh 0.18 mm dan 2 buah spot mata yang terlihat. Menurut Noga (1996) Dactylogyrus sp memiliki panjang tubuh rata rata mm. Menurut Bychowsky (1961) Dactylogyrus sp. dewasa memiliki panjang tubuh sekitar 2-5 mm untuk spesies yang berukuran sedang dan >5 mm untuk spesies yang berukuran besar. Dactylogyrus sp. memiliki 2 pasang kait besar pada bagian posteriodorsal (dorsal anchor) yang dihubungkan oleh dorsal bar. Pada bagian pinggir dari dorsal anchor terdapat 14 kait kecil (marginal hook) yang memilki ukuran yang bervariasi. Selanjutnya Bychowsky (1961) menjelaskan bahwa Dactylogyrus sp. merupakan parasit yang bersifat hermaprodit yang memiliki ovarium dan testis sekaligus. Sesuai dengan Gambar 24 terlihat bentuk organ ovarium namun organ testis tidak terlalu jelas. Dari sepuluh sampel yang digunakan, semuanya menunjukkan hasil positif terhadap keberadaan Dactylogyrus sp. pada organ insang. Dactylogyrus sp. termasuk ke dalam jenis ektoparasit yang hidup di insang ikan. Parasit ini bersifat patogen bagi ikan ikan air tawar (Abdullah 2009). Dactylogyrus sp. dewasa melepaskan telur ke lingkungan. Telur akan berkembang menjadi oncomirasidia yang dilengkapi dengan kait kait halus sehingga oncomirasidia dapat melekat pada bagian tubuh ikan terutama insang. Oncomirasidia tumbuh dewasa di tubuh inang dan kembali menghasilkan telur (Noga 1996). Infeksi Dactylogyrus sp. pada ikan menyebabkan meningkatnya sekresi mucus, warna kulit menjadi gelap, epitel insang hiperplasia, insang pucat dan hemoragi pada kulit. Keberadaan Dactylogyrus sp. dapat menyebabkan luka pada kulit dan insang sehingga dapat mengundang datangnya bakteri dan menyebabkan infeksi sekunder. Tingkat mortalitas akibat infeksi Dactylogyrus sp. bergantung pada jumlah populasi dan imunitas dari inang. Semakin banyak jumlah populasi dan semakin rendah imunitas maka tingkat mortalitas akan semakin meningkat, begitu pula sebaliknya (Woo et al. 2002). Tindakan utama yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi oleh Dactylogyrus sp. adalah dengan perbaikan pakan dan kualitas lingkungan sehingga tingkat stres menurun dan imunitas meningkat. Jika terjadi infeksi pada
11 36 ikan oleh Dactylogyrus sp. dapat diatasi dengan pemberian anthelmintik seperti mebendazole dan praziquantel selain itu dapat juga menggunakan formalin atau organophospat dan potasium permanganat (Woo 2006). Pseudodactylogyrus sp. Gambar 25 Cacing Pseudodactylogyrus sp. Keterangan gambar : 1. Ventral Anchor; 2. Ventral Bar; 3. Mata; 4. Pharynx; 5. Saluran Pencernaan; 6. Ovarium.
12 37 Pseudodactylogyrus sp. masih termasuk ke dalam famili Dactylogyrydae. Parasit ini memiliki bentuk tubuh yang sangat mirip dengan Dactylogyrus sp. tetapi Pseudodactylogyrus sp. memiliki haptor atau kait pada bagian posterioventral tubuh yang terdiri dari 2 pasang ventral anchor yang dihubungkan oleh ventral bar (Hoffman). Pseudodactylogyrus sp. memiliki marginal hook atau kait kecil yang letaknya tidak beraturan. Parasit ini memiliki panjang tubuh bervariasi sekitar mm. Pseudodactylogyrus sp. merupakan parasit yang bersifat hermaprodit sehingga memilki ovarium dan testis sekaligus di dalam tubuhnya. Sesuai dengan Gambar 25, organ ovarium terlihat jelas namun organ testis tidak terlalu jelas. Pseudodactylogyrus bini dan P. angillae merupakan spesies yang sering menyebabkan infeksi pada ikan air tawar. Infeksi menunjukkan gejala klinis berupa hyperemi pada kulit dan insang, peningkatan sekresi mukus, dekstruksi dari struktur insang, terkadang muncul hemoragi dan hyperplasia epitel insang (Buchmann 1987). Infeksi Pseudodactylogyrus sp. dapat dicegah dengan perbaikan manajemen peternakan dan perbaikan kualitas pakan sehingga ternak terhindar dari stres yang berimbas pada penurunan imunitas tubuh. Jika infeksi terjadi dapat diobati dengan menggunakan potassium permanganate, sodium chloride, amonia dan formaldehide. Pengobatan ini hanya berfungsi untuk menurunkan aktifitas infeksi namun tidak dapat menghilangkan parasit secara total ((Buchmann 1987).
II. TINJAUAN PUSTAKA. motil, tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul, aerob, katalase positif,
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aeromonas salmonicida 2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi A. salmonicida A. salmonicida merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang pendek, tidak motil, tidak membentuk spora,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komoditas ternak yang memiliki potensi cukup besar sebagai penghasil daging
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi merupakan hewan berdarah panas yang berasal dari famili Bovidae. Sapi banyak dipelihara sebagai hewan ternak. Ternak sapi merupakan salah satu komoditas ternak
Lebih terperinciPencernaan 1 Dactylogyrus sp. (21) Pseudodactylogyrus sp. (11)
HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi cacing parasitic yang ditemukan pada insang dan saluran pencernaan ikan nila BEST mengacu pada Woo (2006), Noga (2000) dan Hoffman (1967), sedangkan identifikasi bakteri
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
7 Gambar 3 Diagram alir identifikasi bakteri Gram Positif Sumber: Bergey dan Breed 1994; Lay 1994 Analisis Data Analisis data dengan menggunakan metode deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi Bakteri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tomat dapat dijadikan sebagai bahan dasar kosmetik atau obat-obatan. Selain
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Tomat Tanaman tomat merupakan komoditas yang multiguna. Tidak hanya berfungsi sebagai sayuran dan buah saja, tomat juga sering dijadikan pelengkap bumbu, minuman
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sambal Cabai 1. Sambal Sambal salah satu bahan yang terbuat dari cabai dan ditambah bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal memiliki cita rasa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditularkan kepada manusia melalui makanan (Suardana dan Swacita, 2009).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Foodborne disease adalah penyakit yang ditularkan lewat makanan, dengan ciri berupa gangguan pada saluran pencernaan dengan gejala umum sakit perut, diare dan atau
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi adalah hewan ternak yang merupakan famili Bovidae dari subfamili
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Sapi adalah hewan ternak yang merupakan famili Bovidae dari subfamili Bovinae. Sapi banyak dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bangsa ( breed) sapi
Lebih terperinciMorfologi dan Taksonomi Escherichia coli
Morfologi dan Taksonomi Escherichia coli Bakteri ini termasuk flora normal tubuh yang berbentuk batang pendek (kokobasil) berukuran 0,4-0,7 μm x 1,4 μm. Bersifat Gram negatif. E. coli memiliki 150 tipe
Lebih terperinciKESEHATAN IKAN. Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta
KESEHATAN IKAN Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta Penyakit adalah Akumulasi dari fenomena-fenomena abnormalitas yang muncul pada organisme (bentuk tubuh, fungsi organ tubuh, produksi lendir,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Lele Dumbo 2.1.1. Taksonomi Klasifikasi atau pengelompokkan ikan lele dumbo menurut Bachtiar (2007) adalah sebagai berikut : Filum Kelas Sub kelas Ordo Sub ordo Famili
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nila merah (Oreochromis sp.) merupakan salah satu jenis komoditas perikanan air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Permintaan pasar untuk ikan Nila merah sangat
Lebih terperinci: Vibrio vulnificus. Klasifikasi
Vibrio vulnificus Vibrio vulnificus merupakan bakteri yang relatif baru dalam identifikasinya sebagai bakteri yang patogen bagi manusia. Bakteri ini ditemukan sebagai patogen di tiram pada tahun1976 dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit ternak di Indonesia dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit ternak di Indonesia dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya, bakteri, virus, dan parasit. Dari ketiga faktor tersebut
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Komoditas udang Vannamei ( Litopenaeus vannamei) merupakan udang asli
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Komoditas udang Vannamei ( Litopenaeus vannamei) merupakan udang asli perairan Amerika Latin. Udang ini dibudidayakan mulai dari pantai barat
Lebih terperinciPENDAHULUAN. semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan dilakukan pengembangan
PENDAHULUAN Latar Belakang Permintaan produk perikanan untuk kebutuhan domestik maupun ekspor semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan dilakukan pengembangan budidaya perikanan dengan intensif (Gardenia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecamatan Kuta Selatan terletak di selatan Kabupaten Badung tepatnya pada 8º
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Geografis Kecamatan Kuta Selatan Kecamatan Kuta Selatan terletak di selatan Kabupaten Badung tepatnya pada 8º46 58.7 LS dan 115º05 00-115º10 41.3 BT, berada pada ketinggian
Lebih terperinciTabel 3 Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan maskoki (Carassius auratus) di Bogor
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Pemeliharaan Ikan Maskoki (Carassius auratus) Pengambilan sampel ikan maskoki dilakukan di tiga tempat berbeda di daerah bogor, yaitu Pasar Anyar Bogor Tengah, Batu Tulis Bogor
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. makanan yang tidak tercerna. Alat pencernaan itik termasuk ke dalam kelompok
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Usus Itik Semua saluran pencernaan hewan dapat disebut sebagai tabung dari mulut sampai anus, yang memiliki fungsi untuk mencerna, mengabsorbsi, dan mengeluarkan sisa makanan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit ikan merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ikan merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi oleh para pembudidaya karena berpotensi menimbulkan kerugian yang sangat besar. Kerugian yang terjadi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. tempat hidupnya. Biasanya ikan ini berdiam diri di celah-celah batu menanti
TINJAUAN PUSTAKA Ikan Kerapu Lumpur (Epinephelus tauvina) Ikan kerapu hidup di perairan pantai hingga mencapai kedalaman 60 meter. Terumbu karang yang banyak di temukan di perairan Indonesia merupakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Lactobacillus plantarum 1A5 (a), 1B1 (b), 2B2 (c), dan 2C12 (d) Sumber : Firmansyah (2009)
TINJAUAN PUSTAKA Lactobacillus plantarum Bakteri L. plantarum termasuk bakteri dalam filum Firmicutes, Ordo Lactobacillales, famili Lactobacillaceae, dan genus Lactobacillus. Lactobacillus dicirikan dengan
Lebih terperinciBAB II TUJUAN PUSTAKA. jalan seperti es dawet, es kelapa muda, dan es rumput laut. Pecemaran oleh
BAB II TUJUAN PUSTAKA A. ES JUS Es Jus merupakan salah satu bentuk minuman ringan yang dapat langsung diminum sebagai pelepas dahaga. Es Jus terbuat dari beberapa bahan antara lain es batu,buah,,sirup,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan lele lokal (Bachtiar, 2007).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Di Indonesia dikenal banyak jenis ikan lele, di antaranya lele lokal, lele Dumbo, lele Phiton, dan lele Babon (lele Kalimantan). Namun, yang sangat populer pada masyarakat
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. xvii
xvii TINJAUAN PUSTAKA Daging Ayam Karkas ayam adalah bobot tubuh ayam setelah dipotong dikurangi kepala, kaki, darah, bulu serta organ dalam. Persentase bagian yang dipisahkan sebelum menjadi karkas adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam yang dapat di manfaatkan sebagai obat tradisional. Obat tradisional merupakan obat yang berasal dari tumbuhan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ikan konsumsi yang dinilai memiliki nilai ekonomis tinggi adalah ikan mas. Data
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan konsumsi yang dinilai memiliki nilai ekonomis tinggi adalah ikan mas. Data KKP menunjukkan bahwa produksi ikan mas pada tahun 2010 mencapai 282.695 ton, dengan persentasi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Mas (Cyprinus carpio) 2.1.1 Klasifikasi dan morfologi Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut: Spesies Kingdom : Animalia Filum : Chordata Class
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sidat (Anguilla sp.) atau eel merupakan salah satu komoditas perikanan budidaya yang sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia karena di negara Jepang ikan ini
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Karakter Biologi Klebsiella pneumoniae K. pneumoniae tergolong dalam kelas gammaproteobacteria, ordo enterobacteriale, dan famili Enterobacteriaceae. Bakteri K. pneumoniae adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daging bagi masyarakat (BSN, 2008). Daging sapi sebagai protein hewani adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi Bali merupakan salah satu dari beberapa bangsa sapi potong asli Indonesia yang memegang peranan cukup penting dalam penyediaan kebutuhan daging bagi masyarakat
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Identifikasi dan Klasifikasi Lele Dumbo ( Clarias gariepinus )
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Lele Dumbo 2.1.1.Identifikasi dan Klasifikasi Lele Dumbo ( Clarias gariepinus ) Lele dumbo (C. gariepinus) adalah ikan hasil kawin silang antara induk betina C. fuscus yang berasal
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi T. aduncus
2 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi T. aduncus Menurut Jefferson et al. (2008), klasifikasi T. aduncus adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Animalia Ordo : Cetacea Subordo : Odontoceti
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Benih Lele Sangkuriang yang terinfeksi Aeromonas hydrophila Pengamatan gejala klinis benih lele sangkuriang yang diinfeksikan Aeromonas hydrophila meliputi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bakteri biasanya dikategorikan ke dalam dua kelompok. Bakteri yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati. Salah satunya adalah banyaknya hutan tropis yang membentang dari sabang sampai merauke. Hutan tropis merupakan
Lebih terperinci3. HASIL PENELITIAN Acar Kubis Putih (Brassica oleracea)
3. HASIL PENELITIAN 3.1. Acar Kubis Putih (Brassica oleracea) Bahan utama yang digunakan sebagai substrat untuk proses fermentasi acar ini adalah kubis putih yang berasal dari daerah Getasan, Kopeng (Gambar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Budidaya lele dumbo tergolong mudah dan pertumbuhannya relatif cepat.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) adalah salah satu spesies ikan air tawar yang memiliki prospek yang baik untuk dibudidayakan. Ikan tersebut memiliki laju pertumbuhan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Taiwan pada tahun 1969, merupakan salah satu ikan budidaya air tawar yang
20 TINJAUAN PUSTAKA Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Ikan nila (O. niloticus) di Indonesia pertama kali di datangkan dari Taiwan pada tahun 1969, merupakan salah satu ikan budidaya air tawar yang mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banyuwangi secara astronomis terletak di antara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyuwangi secara astronomis terletak di antara 113 53 00 114 38 00 Bujur Timur dan 7 43 00 8 46 00 Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Banyuwangi yang mencapai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Morfologi Ikan Patin
4 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Ikan Patin Ikan patin merupakan salah satu jenis ikan yang berasal dari kelompok lele lelean. Secara anatomi ikan ini memiliki bentuk tubuh memanjang dan agak pipih. Tubuh
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. dikenal orang karena lalat ini biasanya hidup berasosiasi dengan manusia.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lalat Rumah (Musca domestica) Lalat rumah (M. domestica) merupakan lalat yang paling umum dikenal orang karena lalat ini biasanya hidup berasosiasi dengan manusia. M. domestica
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecamatan Abiansemal adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Badung
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Geografis Kecamatan Abiansemal adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Badung Utara, berbatasan dengan Kecamatan Petang disebelah Utara, Kabupaten Gianyar disebelah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Mangrove Excoecaria agallocha 2.1.1 Klasifikasi Excoecaria agallocha Klasifikasi tumbuhan mangrove Excoecaria agallocha menurut Cronquist (1981) adalah sebagai berikut
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Daging Sapi Daging Ayam
4 TINJAUAN PUSTAKA Daging Sapi Daging adalah semua jaringan hewan, baik yang berupa daging dari karkas, organ, dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak menimbulkan gangguan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Lele Dumbo 2.1.1. Klasifikasi Ikan Lele Dumbo Klasifikasi ikan lele dumbo menurut (Saanin,1984) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Sub kingdom : Metazoa Phylum
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Aeromonas salmonicida merupakan jenis bakteri Aeromonas sp, yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aeromonas salmonicida merupakan jenis bakteri Aeromonas sp, yang diindikasikan mampu menyerang semua spesies ikan baik ikan air tawar maupun air laut, tergolong hama penyakit
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Escherichia coli adalah sebagai berikut:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Escherichia coli Taksonomi Escherichia coli adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Familia Genus : Bacteria : Proteobacteria : Gamma Proteobacteria : Enterobacteriales
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Makanan dan minuman merupakan kebutuhan primer bagi manusia sebagai penghasil energi yang digunakan tubuh dalam melakukan aktivitas demi kelangsungan hidupnya. Ada berbagai jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi merupakan masalah yang paling banyak dijumpai pada kehidupan sehari-hari. Kasus infeksi disebabkan oleh bakteri atau mikroorganisme patogen yang masuk
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Syarat mutu susu segar menurut SNI tentang Susu Segar
4 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Susu Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove berasal dari gabungan antara bahasa Portugis mangue dan
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Mangrove Kata mangrove berasal dari gabungan antara bahasa Portugis mangue dan bahasa Inggris grove. Kata mangrove dalam bahasa Portugis digunakan untuk menyatakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Sejumlah 205 sampel susu kuartir yang diambil dari 54 ekor sapi di 7 kandang peternakan rakyat KUNAK, Bogor, diidentifikasi 143 (69.76%) sampel positif mastitis subklinis (Winata 2011).
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 26/KEPMEN-KP/2013 tentang Penetapan Jenis-jenis Hama
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan (KEPMEN) nomor 26/KEPMEN-KP/2013 tentang Penetapan Jenis-jenis Hama Penyakit Ikan Karantina, Golongan, Media Pembawa dan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat
TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat Sifat yang terpenting dari bakteri asam laktat adalah memiliki kemampuan untuk memfermentasi gula menjadi asam laktat. Berdasarkan tipe fermentasi, bakteri asam laktat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan mangrove Rhizophora stylosa 2.1.1 Klasifikasi Rhizophora stylosa Menurut Cronquist (1981), taksonomi tumbuhan mangrove Rhizophora stylosa sebagai berikut : Kingdom
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ciri-ciri Salmonella sp. Gambar 1. Mikroskopis kuman Salmonella www.mikrobiologi Lab.com) sp. (http//. Salmonella sp. adalah bakteri batang lurus, gram negatif, tidak berspora,
Lebih terperinci3. HASIL PENELITIAN Fermentasi Asinan Rebung
3. HASIL PENELITIAN 3.1. Fermentasi Asinan Rebung Rebung yang digunakan untuk asinan rebung ialah rebung jenis rebung kuning bambu betung (Dendrocalamus asper) dengan kualitas yang baik (Gambar 5a). Fermentasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan hidup manusia yang paling mendasar karena makanan adalah sumber energi manusia. Makanan yang dikonsumsi manusia mempunyai banyak jenis dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Ikan merupakan komoditas budidaya unggulan di Indonesia, karena
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ikan merupakan komoditas budidaya unggulan di Indonesia, karena merupakan salah satu sumber protein hewani yang terjangkau oleh hampir sebagian besar lapisan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Aeromonas salmonicida adalah salahsatu jenis dari bakteri Aeromonas sp. Secara
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aeromonas salmonicida adalah salahsatu jenis dari bakteri Aeromonas sp. Secara umum A. salmonicida merupakan penyebab utama penyakit infeksi pada ikanikan salmonid yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agustine(2008) kerang hijau (green mussels) diklasifikasikan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerang Hijau (Perna viridis) 1. Klasifikasi Menurut Agustine(2008) kerang hijau (green mussels) diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum : Mollusca Class
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Porphyridium cruentum
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Porphyridium cruentum Porphyridium cruentum adalah mikroalga merah bersel satu yang termasuk kelas Rhodophyceae, hidup bebas atau berkoloni yang terikat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan nilem (Osteochilus vittatus) merupakan ikan air tawar yang termasuk kedalam famili Cyprinidae yang bersifat herbivore. Ikan ini menyebar di Asia Tenggara, di Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Produk yang dihasilkan oleh itik yang bernilai ekonomis antara lain: telur, daging,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Itik merupakan salah satu unggas penting yang diternakkan di Indonesia. Ternak ini memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dengan produk yang dihasilkannya. Produk yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan budidaya
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan budidaya yang banyak diminati oleh masyarakat.perkembangan dan perawatan lele dumbo yang mudah menjadi alasan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. : Nephelium lappaceum. seperti Filipina, Malaysia dan negara-negara Amerika Latin. Pertumbuhan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Rambutan (Nephelium lappaceum) 1. Morfologi Menurut data BPDAS Pemali Jratun (2010), rambutan diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Divisi Kelas Subkelas Ordo Famili Genus Spesies
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. ilmiah Pangasius di Indonesia terdiri atas Pangasius pangasius atau Pangasius
TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Ikan Patin (Pangasius sp.) Ikan patin memiliki spesies yang cukup banyak. Ikan yang memiliki nama ilmiah Pangasius di Indonesia terdiri atas Pangasius pangasius atau Pangasius
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ikan yang terinfeksi akan mati dan sulit untuk diobati. Sebagai ilustrasi pada tahun
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ikan merupakan hal yang sangat dihindari dalam budidaya ikan. Penyakit ikan dapat mengakibatkan kerugian yang besar bagi pembudidaya karena ikan yang terinfeksi
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salmonella sp. 2.1.1 Klasifikasi Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C termasuk famili Enterobacteriaceae, ordo Eubacteriales, kelas Schizomycetes
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Minum Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum, syarat-syarat air minum
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias mossambicus dan lele lokal Taiwan spesies Clarias fuscus. Perkawinan
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Lele Dumbo 2.1.1. Identifikasi dan Klasifikasi Lele Dumbo Lele dumbo adalah ikan introduksi yang didatangkan ke Indonesia tahun 1985. Lele dumbo merupakan lele hibrid
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kambing Peranakan Etawa (PE) Kambing merupakan bagian penting dari sistem usaha tani bagi sebagian petani di Indonesia, bahkan di beberapa negara Asia, dan tersebar luas di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjaga kebersihan tangan merupakan salah satu cara untuk mencegah penyebaran infeksi melalui jalan fecal-oral, seperti diare. Diare didefinisikan sebagai buang air
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Letak geografis Kecamatan Kuta Selatan berada di ketinggian sekitar 0-28 meter di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak geografis Kecamatan Kuta Selatan berada di ketinggian sekitar 0-28 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Kuta Selatan sejak tahun 2013 masih mempunyai beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sapi bali merupakan salah satu bangsa sapi asli Indonesia dan keturunan asli
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi bali merupakan salah satu bangsa sapi asli Indonesia dan keturunan asli banteng dan telah mengalami proses domestikasi. Sapi bali telah tersebar di seluruh wilayah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. a b C d
TINJAUAN PUSTAKA Ikan Nila BEST (Oreochromis niloticus) Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar yang berasal dari Sungai Nil dan danau-danau sekitarnya. Nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ikan mas (Cyprinus carpio L) merupakan salah satu jenis ikan air tawar
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan mas (Cyprinus carpio L) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sangat populer di masyarakat. Selain dagingnya yang enak, ikan mas juga memiliki nilai jual
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. melindungi kebersihan tangan. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Higienis dan Sanitasi Higienis adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan subjeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk melindungi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Prevalensi Kecacingan Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan bawal air tawar dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Tingkat
Lebih terperinciPseudomonas fluorescence Bacillus cereus Klebsiella cloacae (Enterobacter cloacae) MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian
6 mudah pada medium nutrien sederhana (Pelczar dan Chan 1988). Escherichia coli bersifat motil atau non-motil dengan kisaran suhu pertumbuhannya adalah 10-40 o C, dengan suhu pertumbuhan optimum adalah
Lebih terperinciHAMA DAN PENYAKIT IKAN
HAMA DAN PENYAKIT IKAN I. MENCEGAH HAMA DAN PENYAKIT IKAN Hama dan penyakit ikan dapat dibedakan berdasarkan penyerangan yaitu hama umumnya jenis organisme pemangsa (predator) dengan ukuran tubuh lebih
Lebih terperincibio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN Yoghurt merupakan minuman yang dibuat dari susu sapi dengan cara fermentasi oleh mikroorganisme. Yoghurt telah dikenal selama ribuan tahun dan menarik banyak perhatian dalam beberapa tahun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. anak ayam yang baru menetas yang disebabkan oleh berbagai jenis bakteri.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi yolk sac merupakan suatu penyakit yang umum ditemukan pada anak ayam yang baru menetas yang disebabkan oleh berbagai jenis bakteri. Infeksi yolk sac dapat ditemukan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistematika dan Morfologi Ikan Patin Menurut Mahyuddin (2010), ikan patin dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Pisces Sub Kelas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan mas (Cyprinus carpio L.) sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Ikan air tawar yang bernilai ekonomis cukup penting ini sudah sangat dikenal luas oleh
Lebih terperinciTEKNIK IDENTIFIKASI BAKTERI (Edwardsiella tarda) PADA IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) DI BALAI BESAR KARANTINA IKAN SOEKARNO-HATTA.
TEKNIK IDENTIFIKASI BAKTERI (Edwardsiella tarda) PADA IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) DI BALAI BESAR KARANTINA IKAN SOEKARNO-HATTA Epul Saepullah Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele dumbo (Clarias sp.) merupakan ikan air tawar yang banyak dibudidaya secara intensif hampir di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini disebabkan ikan lele dumbo
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Coliform adalah bakteri gram negatif berbentuk batang bersifat anaerob
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Coliform Coliform adalah bakteri gram negatif berbentuk batang bersifat anaerob atau fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan dapat memfermentasi laktosa untuk menghasilkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Gejala Klinis Pengamatan gejala klinis pada benih ikan mas yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila meliputi kelainan fisik ikan, uji refleks, dan respon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu dari tujuh negara yang memiliki keanekaragaman hayatinya terbesar kedua setelah Brazil. Kondisi tersebut tentu sangat potensial
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kubis merupakan salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam famili Brassicaceae, tumbuh di daerah yang berhawa sejuk, yaitu pada ketinggian 800-2000 m di atas permukaan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dan kulit licin. Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara
TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Ikan Lele ( Clarias sp. ) Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit licin. Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA UNIVERSITAS MEDAN AREA
TINJAUAN PUSTAKA Jamu Cara pandang orang yang lebih ramah lingkungan melahirkan Green Science yang saat ini menjadi perhatian dunia. Mulai dari hemat energi hingga berbagai produk back to nature yang sedang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin
PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin meningkat, tidak terkecuali pangan asal hewan terutama
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. kecil dan hanya dapat dilihat di bawah mikroskop atau mikroskop elektron.
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Mikroorganisme Patogen Oportunis Mikroorganisme atau mikroba adalah makhluk hidup yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat di bawah mikroskop atau mikroskop elektron. Mikroorganisme
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bumbu bawang merah, bawang putih, jahe, garam halus, tapioka, minyak,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sosis 1. Pengolahan sosis Bahan dasar sosis adalah daging giling, dan bahan tambahan antara lain bumbu bawang merah, bawang putih, jahe, garam halus, tapioka, minyak, penyedap,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup. berkumpul di dalam suatu medium yang sama (Zaif, 2006).
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakteri merupakan mikroorganisme yang hidup di air, udara, tanah dan makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup berkumpul di dalam suatu medium yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakteri merupakan salah satu mikroorganisme utama penyebab penyakit infeksi (Jawetz et al., 2001). Bakteri yang dapat menyebabkan penyakit infeksi antara lain
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Kepentingan Higiene dan Sanitasi
4 TINJAUAN PUSTAKA Kepentingan Higiene dan Sanitasi Higiene berasal dari bahasa Yunani yang artinya sehat atau baik untuk kesehatan. Tujuan higiene adalah untuk menjamin agar daging tetap aman dan layak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 2008). Tanaman ini sudah banyak dibudidayakan di berbagai negara dan di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sawo (Manilkara zapota) adalah tanaman buah yang termasuk dalam famili Sapotaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Meksiko (Puspaningtyas, 2013). Tanaman sawo
Lebih terperinci