BAB III METODOLOGI. Universitas Sumatera Utara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODOLOGI. Universitas Sumatera Utara"

Transkripsi

1 BAB III METODOLOGI 3.1 Desain Penelitian Desain cross sectional dengan variabel dependen magnesium dan variabel independen PPOK eksaserbasi dan PPOK stabil. 3.2 Persetujuan Komite Etik Penelitian Bidang Kesehatan Ethical clearance ( izin untuk melakukan penelitian ) diperoleh dari Komite Penelitian Bidang kesehatan Fakultas Kedokteran yang ditanda tangani oleh Prof. Dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP ( K ) pada tanggal 20 Desember 2016 dengan nomor 845 / KOMET / FK USU / Informed consent diminta secara tertulis dari subjek penelitian yang bersedia untuk ikut dalam penelitian setelah mendapatkan penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian ini. 3.3 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitan dimulai dengan penelusuran kepustakaan, konsultasi judul, penyusunan proposal, seminar proposal, penelitian dan analisis data serta penyusunan laporan yang membutuhkan waktu mulai bulan oktober 2015 sampai dengan april Penelitian dilaksanakan di RSUP Haji Adam Malik Medan dengan persetujuan Komisi Etik Penelitian FK USU. Pengambilan dan pemeriksaan sampel darah dilaksanakan oleh Laboratorium Patologi Klinik RSUP Haji Adam Malik Medan. Spirometri dilakukan oleh peneliti sendiri dan bekerja sama dengan paramedis divisi Pulmonologi Departemen Penyakit Dalam RSUP Haji Adam Malik Medan.

2 3.4 Populasi dan Subjek Penelitian Populasi target penelitian Penderita PPOK eksaserbasi akut dan stabil, sedangkan populasi terjangkau adalah penderita PPOK eksaserbasi akut dan stabil yang datang ke RSUP Haji Adam Malik Medan pada Oktober 2016 Maret Subyek penelitian Penderita PPOK yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, dan secara tertulis bersedia ikut serta dalam penelitian ini dengan menandatangani formulir persetujuan tindakan medis (informed consent). 3.5 Kriteria Inklusi 1. Pasien PPOK Stabil dan Eksaserbasi dengan usia 40 tahun 2. Subjek menerima informasi serta memberikan persetujuan ikut serta dalam penelitian secara sukarela dan tertulis (informed consent). 3.6 Kriteria Eksklusi 1. Kehamilan dan menyusui 2. Penyakit ginjal kronis 3. Menggunakan obat obatan : thiazide diuretics, loop diuretics. 4. Penyakit keganasan 5. Alkoholisme 3.7 Besar Sampel Untuk memperkirakan besar sampel dipergunakan rumus sampel untuk penelitian analisis numerik yang tidak berpasangan: n Z 2 Z S 1 n Dimana : X X Zα = deviat baku alfa = 1.64 ( kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5% hipotesis satu arah) Zβ = deviat baku beta = 1.28 (kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 10%)

3 (X1 X2) = selisih minimal yang dianggap bermakna, dalam hal ini 0.2 meq/l S = Simpang baku gabungan = 0.2 meq/l Dengan tingkat kepercayaan 95% maka sampel minimal untuk masing masing kelompok PPOK eksaserbasi akut dan PPOK stabil adalah 17 orang dengan total jumlah sampel keseluruhan adalah 34 orang. 3.8 Cara Penelitian Terhadap seluruh pasien yang termasuk dalam penelitian diminta memberikan persetujuan tertulis ( informed consent ) dan dilakukan pemeriksaan sebagai berikut : a. Dilakukan anamnesis untuk mendapatkan: umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan. keluhan utama, riwayat merokok atau paparan terhadap polusi udara, riwayat serangan hingga menyebabkan subjek masuk RSU, riwayat penyakit lain, dan riwayat pengunaan obat-obatan. b. Dilakukan pemeriksaan tinggi badan ( TB ) dalam satuan meter ( m ), berat badan ( BB ) dalam satuan Kilogram ( Kg ), indeks masa tubuh ( IMT ) dalam satuan Kg/m 2. c. Dilakukan pemeriksaan Tekanan Darah (TD) dengan mengunakan sphygmomanometer air raksa, dimana sebelumnya penderita di istirahatkan selama 5 menit. Pengukuran dilakukan pada lengan sebelah kanan sebanyak dua kali dan diambil rerata. d. Dilakukan pemeriksaan fisik diagnostik khusus pada saluran pernafasan baik secara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. e. Dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya berupa laboratorium yang meliputi darah rutin, uji faal hati, faal ginjal, kadar gula darah puasa dan 2 jam setelah makan serta pemeriksaan foto thoraks. g. Pengambilan sampel darah serum magnesium dilakukan sebanyak 5 cc pada dalam waktu 24 jam pada eksaserbasi pada kelompok PPOK eksaserbasi akut, pada pasien PPOK stabil dilakukan pengambilan sampel darah plasma magnesium dalam keadaan klinis stabil. Darah dimasukkan dalam tabung sampel darah tanpa penambahan antikoagulan. Sampel kemudian didiamkan selama ± 5 menit hingga terjadi koagulasi kemudian dilakukan pemisahan lebih lanjut dengan mesin centrifuge dengan kecepatan 3000 putaran per menit selama menit. Serum kemudian diambil menggunakan pipet dan dimasukkan kedalam tabung yang ditandai dengan stiker identitas pasien untuk kemudian dimasukkan ke dalam mesin pemeriksa otomatis Abbott Architect ci4100 integrated system buatan Amerika Serikat.

4 h. Pemeriksaan spirometri dilakukan pada keadaan pasien dalam kondisi PPOK stabil dengan mengunakan alat Spirovit Sp 1, tipe Schiller AG buatan Swiss yang telah dikalibrasi terlebih dahulu. 3.9 Definisi Operasional Usia Berdasarkan yang tertera pada rekam medis dengan satuan tahun Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial. Diagnosis PPOK dipertimbangkan pada setiap pasien yang mengalami sesak nafas, batuk atau produksi sputum yang kronis, serta pajanan terhadap faktor faktor resiko. Spirometri digunakan untuk menegakkan diagnosis dalam konteks klinis; nilai rasio FEV1/FVC < 0.7 pada pemeriksaan spirometri pasca bronkodilator menandakan hambatan aliran udara yang persisten dan menegakkan diagnosis PPOK PPOK Stabil Penyakit paru obstruktif kronis stabil didefinisikan sebagai keadaan penyakit PPOK yang memenuhi kriteria berikut: 1. Tidak dalam kondisi gagal nafas akut pada gagal nafas kronik 2. Dapat dalam kondisi gagal napas kronik stabil, yaitu hasil analisa gas darah menunjukkan PCO2 < 45 mmhg dan PO2 > 60 mmhg 3. Dahak jernih tidak berwarna 4. Aktivitas terbatas tidak disertai sesak sesuai derajat berat PPOK (hasil spirometri) 5. Penggunaan bronkodilator sesuai rencana pengobatan 6. Tidak ada penggunaan bronkodilator tambahan PPOK Eksaserbasi akut Eksaserbasi akut PPOK adalah timbulnya perburukan pada PPOK dibandingkan kondisi sebelumnya yang ditandai; sesak bertambah, bertambahnya sputum, perubahan warna sputum.

5 Jenis kelamin atau perempuan. Jenis kelamin berdasarkan yang tertera pada rekam medis dengan tanda laki laki Indeks masa tubuh Indeks masa tubuh berdasarkan perhitungan berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat Merokok dan Tidak merokok Riwayat merokok berdasarkan anamnesis yang tertera direkam medis Kadar Magnesium serum Kadar magnesium total dalam serum darah yang diperiksa secara otomatis dengan menggunakan alat Abbott Architect ci4100 integrated system buatan Amerika Serikat, dalam satuan meq/l. Nilai normal meq/l Spirometri Spirometri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur secara objektif kapasitas/fungsi paru Volume Ekspirasi Paksa pada Detik Pertama/Force expiration Volume in 1 second (FEV1) Force expiration Volume (FEV1) adalah volume udara yang dikeluarkan sebanyakbanyaknya dalam 1 detik pertama pada waktu ekspirasi maksimal setelah inspirasi maksimal Kapasitas Vital Paksa / Force Vital Capacity (FVC) Kapasitas Vital Paksa merupakan kapasitas vital yang didapat pada ekspirasi yang dilakukan secepat dan sekuat mungkin Rasio FEV1/FVC Perbandingan antara jumlah yang dapat dikeluarkan ketika ekspirasi dalam waktu satu detik (forced expiratory volume in one second) dalam satuan liter, dengan jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara paksa setelah inspirasi maksimal (forced vital capacity) dalam

6 satuan liter. Nilai normal pada dewasa sehat berkisar antara pada penelitian ini nilai FEV1/FVC dibawah 0.7 dianggap sebagai tanda obstruksi Foto Toraks Foto toraks atau sering disebut chest x-ray (CXR) adalah suatu proyeksi radiografi dari toraks untuk mendiagnosis kondisi-kondisi yang mempengaruhi thorax, isi dan strukturstruktur di dekatnya. Foto toraks menggunakan radiasi terionisasi dalam bentuk x-ray. Dosis radiasi yang digunakan pada orang dewasa untuk membentuk radiografi adalah sekitar 0.06 msv Pengolahan dan Analisa Data Data ditabulasi dan di analisa menggunakan program statistik computer Statistical Package For Social Sciences (SPSS) version 24. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui karakteristik demografis dan klinis disajikan dalam bentuk tabel. Uji normalitas data menggunakan uji Shapiro Wilk karena besar sampel kurang dari 50. Analisis bivariat untuk mengetahui perbedaan kadar magnesium serum antara pasien pasien dengan PPOK eksaserbasi akut dan PPOK stabil dengan menggunakan analisis uji T tidak berpasangan jika distribusi normal atau Mann Whitney U test jika distribusi data tidak normal dengan menggunakan derajat kepercayaan 95%.

7 3.11 Kerangka Operasional Gambar 3.1. Kerangka Operasional

8 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Selama periode penelitian sejak bulan Oktober 2016 hingga bulan Maret 2017 didapatkan subjek penelitian pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) eksaserbasi dan PPOK stabil masing-masing sebanyak 17 orang dengan total subjek penelitian berjumlah 34 orang yang memenuhi kriteria inklusi Hasil Penelitian Karakteristik Subjek Penelitian. Data karakteristik subjek penelitian yang diperoleh meliputi jenis kelamin, umur, riwayat merokok, jumlah batang rokok per hari, lama merokok, berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh (IMT), FEV1, FVC dan kadar magnesium. Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian Karakteristik n = 34 Jenis Kelamin Laki-laki 29 (85,3%) Perempuan 5 (14,7%) Umur, rerata (SD), tahun 60,7 (±7,39) Riwayat Merokok Merokok Tidak Merokok 30 (88.2%) 4 (11.8%) Jumlah Rokok, median (minimal maksimal), batang/hari 20 (0 40) Lama Merokok, median (minimal maksimal), tahun 25,5 (0 50) Berat Badan, median (minimal maksimal), Kg 55 (35 90) Tinggi Badan, median (minimal maksimal), cm 161 ( ) Indeks massa tubuh (IMT), median (minimal maksimal), Kg/m 2 21,15 (15,7 45,9) FEV1, median (minimal maksimal), % 39,5 (13,2 78) FVC, rerata (SD), % 45,19 (±18,2) Kadar magnesium serum, median (minimal maksimal), meq/l 1,96 (0,92 2,28) Dari 34 subjek penelitian berjenis kelamin laki laki sebanyak 29 orang (85,3%) dan jenis kelamin perempuan 5 orang (14,7%). Umur rerata subjek penelitian 60,7 (SD ±7,39) tahun. Riwayat merokok dijumpai pada 30 subjek (88.2%), sedangkan 4 subjek (11.8%) mengaku tidak merokok. Lama merokok berkisar antara 0 50 tahun dengan median 25,5 tahun. Berat badan subjek penelitian berkisar antara Kg dengan median

9 55 Kg. Tinggi badan subjek penelitian berkisar antara cm dengan median 161 cm. Indeks massa tubuh berkisar antara 15,7 45,9 Kg/m 2 dengan nilai median 21,5 Kg/m 2. Forced expiratory volume in 1 second (FEV1) pada subjek penelitian berada pada rentang 13,2 78 % dengan nilai median 39,5%. Forced vital capacity (FVC) dengan rerata 45,19 ( SD ±18,2) %. Kadar magnesium serum pada subjek penelitian dijumpai dalam rentang antara ,28 meq/l dengan nilai median 1,96 meq/l Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Keadaan Klinis Pasien Pada kelompok PPOK stabil dijumpai jenis kelamin laki laki sebanyak 14 orang (48,3%) dan jenis kelamin perempuan sebanyak 3 orang (60%). Sedangkan pada kelompok PPOK eksaserbasi dijumpai jenis kelamin laki laki 15 orang (51,7%) dan jenis kelamin perempuan 2 orang (40%). Tidak dijumpai perbedaan yang bermakna dalam hal jenis kelamin antara kelompok subjek PPOK stabil dan kelompok PPOK eksaserbasi (p = 1,000). Pada kelompok PPOK stabil umur rerata 58,88 (SD + 5,93) tahun,sedangkan pada kelompok PPOK eksaserbasi 62,52 (SD + 8,4) tahun. Tidak dijumpai perbedaan umur yang bermakna antara kelompok PPOK stabil dan PPOK eksaserbasi (p = 0,153). Pasien dengan riwayat merokok dijumpai pada 14 orang subjek kelompok PPOK stabil (46,7%) dan 16 orang subjek (53,3%) pada kelompok PPOK eksaserbasi. Pasien tanpa riwayat merokok dijumpai pada 3 orang subjek (75%) pada kelompok PPOK stabil dan 1 orang subjek (25%) pada kelompok PPOK eksaserbasi. Tidak dijumpai perbedaan yang bermakna pada riwayat merokok kelompok PPOK stabil dan PPOK eksaserbasi akut (p = 0,601). Lama merokok pada kelompok subjek PPOK stabil adalah 23,94 (SD + 14,39) tahun, sedangkan pada kelompok PPOK eksaserbasi lama merokok adalah 28,47 (SD + 13,31) tahun. Tidak dijumpai perbedaan lama merokok yang bermakna antara kelompok PPOK stabil dan PPOK eksaserbasi (p = 0,204). Jumlah batang rokok per hari pada kelompok PPOK stabil berkisar antara 0 32 batang/hari dengan median 20 batang/hari, sedangkan pada kelompok PPOK eksaserbasi berkisar antara 0 40 batang/ hari dengan median 20 batang/hari. Tidak dijumpai perbedaan yang bermakna dalam jumlah batang rokok per hari antara kelompok PPOK stabil dengan kelompok PPOK eksaserbasi (p =0,348). Pada kelompok PPOK stabil berat badan berkisar antara Kg dengan median 50 Kg, sedangkan pada kelompok PPOK eksaserbasi berkisar antara Kg dengan

10 median 55 Kg. Tidak dijumpai perbedaan berat badan yang bermakna antara kelompok PPOK stabil dengan kelompok PPOK eksaserbasi (p = 0,407). Tinggi badan pada kelompok PPOK stabil 159,18 (SD + 8,8) cm dan pada kelompok PPOK eksaserbasi 160,82 (SD + 6,93) cm. Tidak dijumpai perbedaan tinggi badan yang bermakna antara kelompok PPOK stabil dengan kelompok PPOK eksaserbasi (p = 0,549). Indeks massa tubuh (IMT) pada kelompok subjek PPOK stabil berkisar antara 15,7-45,9 dengan median 20,2, sedangkan pada kelompok subjek PPOK eksaserbasi berkisar antara 17,8-29,3 dengan median 21,5. Tidak dijumpai perbedaan Indeks massa tubuh (IMT) yang bermakna antara kelompok PPOK stabil dengan kelompok PPOK eksaserbasi (p = 0,458). Forced expiratory volume in 1 second (FEV1) pada kelompok PPOK stabil berkisar antara 14,2 % - 78% dengan median 42,8% sedangkan pada kelompok subjek PPOK eksaserbasi berkisar antara 13,2 % - 72,5% dengan median 25,5%. Tidak dijumpai perbedaan FEV1 yang bermakna antara kelompok PPOK stabil dengan kelompok PPOK eksaserbasi (p = 0,148). Forced vital capacity (FVC) pada kelompok subjek PPOK stabil 46,95 % prediksi (SD + 16,74) sedangkan pada kelompok PPOK eksaserbasi 43,43 % prediksi (SD + 19,92). Tidak dijumpai perbedaan FVC yang bermakna antara kelompok PPOK stabil dengan kelompok PPOK eksaserbasi (p = 0,581). Tabel 4.2. Karakteristik subjek penelitian berdasarkan keadaan klinis Variabel Klinis p Stabil (N =17) Eksaserbasi (N = 17) Jenis Kelamin # 1,000 Laki-laki Perempuan 14 (48,3%) 3 (60%) 15 (51,7%) a 2 (40%) Umur (tahun) * 58,88 + 5,93 62,52 + 8,4 b 0,153 Riwayat merokok # 0,601 Ya Tidak 14 (46,7%) 3 (75%) 16 (53,3%) a 1 (25%) Jumlah batang/hari ** 20 (0-32) 20 (0-40) c 0,204

11 dime nsio n1 Lama merokok * 23, ,39 28, ,31 b 0,348 Berat badan (kg) ** 50 (40-90) 55 (35-77) c 0,407 Tinggi badan (cm) * 159,18 + 8,8 160,82 + 6,93 b 0,549 Indeks Massa Tubuh (Kg/m 2 ) ** 20,2 (15,7-45,9) 21,5 (17,8-29,3) c 0,458 FEV1 (%) ** 42,8 (14,2-78) 25,5 (13,2-72,5) c 0,148 FVC (%) * 46, ,74 43, ,92 b 0,581 a Data kategorik: n(%) b Data numerik, distribusi normal: rerata + SD c Data numerik, distribusi tidak normal: median (minimum-maksimum) # Uji Fisher exact, * Independent t test, ** Mann Whitney U test Perbedaan Kadar Magnesium Serum Antara Kelompok Subjek PPOK Stabil Dan Kelompok Subjek Dengan PPOK Eksaserbasi. Kelompok pasien PPOK stabil mempunyai nilai rerata kadar Magnesium adalah 2,09 ± 0,11 meq/l lebih tinggi dari kelompok pasien PPOK eksaserbasi yaitu 1,69 ± 0,27 meq/l. Dari uji statistik dengan Mann-Whitney menunjukkan ada perbedaan yang bermakna kadar Magnesium kelompok PPOK stabil dengan PPOK eksaserbasi (p< 0,05). Hipotesa yang menyatakan kadar magnesium serum PPOK eksaserbasi lebih rendah dari PPOK stabil dapat diterima. Tabel 4.3. Nilai Rerata, Median, Kadar Magnesium Berdasarkan Status Eksaserbasi Kadar Magnesium Serum Status Eksaserbasi Std. N Mean Deviation Median Min Max Stabil 17 2,0918 0, ,1000 1,85 2,28 Eksaserbasi 17 1,6871 0, ,7100 0,92 2,00 Total 34 1,8894 0, ,9650 0,92 2,28 * Mann-Whitney U test Nilai p* 0,0001

12 Gambar 4.1. Diagram Boxplot Kadar Magnesium pada PPOK Stabil dan Eksaserbasi 4.2 Pembahasan Peran magnesium pada biologi sel sangat berhubungan erat dengan ion bivalen lainnya, yaitu kalsium. Magnesium telah dianggap sebagai penghambat kalsium alami. Otot polos bronkial memerlukan pembangkitan perbedaan potensial elektrokemikal di sepanjang membran sel untuk dapat menyebabkan kontraksi otot. Hal ini dimodulasi oleh aliran kalsium masuk kedalam sel atau keluar menuju ekstra sel. Magnesium memiliki efek menghambat kanal kalsium, menghambat transmisi cholinergic neuro muscular junction dengan menurunkan sensitivitas depolarisasi yang dicetuskan asetilkolin, stabilisasi sel mast dan limfosit T serta stimulasi nitric oxide dan prostasiklin. Penurunan kadar magnesium intraselular dapat menyebabkan kepekaan saluran nafas yang berlebihan (airway hyperresponsiveness). Magnesium juga diduga memiliki efek anti inflamasi langsung, terutama pada dosis yang relevan secara klinis, dengan menghambat peningkatan neutrofil saluran nafas melalui efek negatifnya terhadap influks kalsium. Terbukanya kanal kalsium akibat defisiensi magnesium juga menyebabkan aktivasi sel sel fagositik, aktivasi reseptor N methyl D aspartate, dilepaskannya neurotransmiter misalnya substance P, serta oksidasi membran dan aktivasi nuclear factor kappa B. Pada penelitian ini pemeriksaan yang dilakukan adalah magnesium serum total. Pemeriksaan magnesium ion lebih relevan pada berbagai keadaan klinis dan lebih superior

13 karena bentuk inilah yang memiliki aktivitas biologis namun jarang dilakukan. Sifat kimiawi dari magnesium menyebabkan penentuan kadar magnesium ion sulit dilakukan, dan alat pemeriksaan yang menggunakan elektroda selektif ion sekarang ini kurang selektif dan butuh waktu yang lama. Selektivitas pemeriksaan ini mengalami interferensi spesifik (misalnya dari kalsium dan natrium) serta interferensi non spesifik (silikon, detergen, dan tiosianat pada perokok). Hasil penelitian ini menemukan bahwa pada kelompok pasien PPOK stabil mempunyai nilai rerata kadar magnesium serum 2,09 ± 0,11 meq/l lebih tinggi dibandingkan kelompok pasien PPOK eksaserbasi yaitu 1,69 ± 0,27 meq/l. Secara statistik menunjukkan ada perbedaan yang kadar magnesium bermakna antara kelompok PPOK stabil dengan PPOK eksaserbasi (p< 0,05). Sebuah penelitian oleh Azis et al pada tahun 2005 di St. Joseph s Regional Medical Centre New Jersey menunjukkan bahwa kadar magnesium plasma pasien dengan PPOK eksaserbasi (0.77 ± 0.10 mmol/l) lebih rendah secara signifikan dibandingkan dengan kadar magnesium serum pasien PPOK stabil (0.91 ± 0.10 mmol/l). Pada penelitian Azis et al tersebut dijumpai hasil pemeriksaan magnesium serum yang dalam rentang hipomagnesemia. Penelitian lain oleh Singh et al (2012) pada pasien pasien dengan PPOK eksaserbasi ditemukan 34% mengalami hipomagnesemia. Penelitian oleh Singh et al tersebut menggunakan nilai referensi mmol/l. Sedangkan pada penelitian kami hanya 1 subjek yang mengalami hipomagnesemia (2,94 %). Penelitian lainnya oleh Kshirsagar et al (2014) pada pasien pasien dengan PPOK eksaserbasi ditemukan 72% dengan hipomagnesemia (<1,7 mg/dl), namun penelitian tersebut dilakukan dengan pemeriksaan magnesium ion sedangkan pada penelitian kami parameter pemeriksaan adalah total magnesium serum. Pada penelitian tersebut dijumpai kadar magnesium ion pada pasien pasien dengan PPOK eksaserbasi lebih rendah secara signifikan dibandingkan kadar magnesium pada PPOK stabil. Penetapan kadar normal magnesium adalah hal yang problematik karena pasien pasien yang diduga mengalami defisiensi magnesium dapat menunjukkan hasil meskipun sebenarnya terjadi defisiensi pada tubuh secara keseluruhan. Hal ini tidak mengherankan karena hanya kurang dari 1% magnesium tubuh berada di darah, sedangkan sebagian besar magnesium berada di intraseluler dan berikatan dengan komponen subselular dan magnesium inilah yang memiliki fungsi biologis. Penelitian oleh Ruljancic et al (2007) yang membandingkan kadar magnesium antara pasien pasien dengan PPOK stabil dengan subjek sehat non perokok dan subjek dengan riwayat merokok tanpa PPOK tidak menemukan

14 perbedaan kadar magnesium serum total yang bermakna antara tiga kelompok subjek penelitian tersebut namun pada pemeriksaan kadar magnesium ion sel polimorfonuklear lebih rendah secara signifikan pada kelompok pasien pasien dengan PPOK stabil dan subjek dengan riwayat merokok dibandingkan dengan kelompok subjek sehat tanpa riwayat merokok. Kadar kalsium total sel polimorfonuklear pada kelompok pasien pasien PPOK stabil dan kelompok subjek penelitian dengan riwayat merokok pada penelitian tersebut juga lebih tinggi dibandingkan dengan pada kelompok subjek penelitian yang sehat tanpa riwayat merokok. Rasio kadar kalsium total dibandingkan dengan kadar magnesium yang lebih tinggi pada pasien pasien dengan PPOK stabil dan kelompok subjek dengan riwayat merokok ini menunjukkan defisiensi magnesium relatif terhadap kadar kalsium yang menyebabkan peningkatan aktivitas kalsium. Pemeriksaan magnesium loading test sebaiknya dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan defisiensi magnesium laten / kronik jika fungsi ginjal dalam keadaan normal. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara memberikan magnesium elemental (sulfat atau klorida) 30 mmol secara intravena dilanjutkan dengan pemeriksaan sekresi magnesium elemental di urin dalam 24 jam. Pasien pasien dengan defisiensi magnesium laten akan mengeluarkan magnesium elemental < 25 mmol/24 jam dari urin. Penelitian lainnya oleh Surya Prakash Bhatt et al pada tahun 2008 pada 100 pasien menunjukkan bahwa prediktor tunggal frekuensi kunjungan pasien adalah kadar magnesium serum. Dimana pada penelitian ini kadar magnesium serum pasien pasien yang sering membutuhkan rawatan rumah sakit (lebih dari 3 kunjungan pertahun) adalah 1.77 ± 0.19mEq/L sedangkan kadar magnesium serum pada pasien pasien yang jarang membutuhkan kunjungan ke rumah sakit (kurang dari 3 kunjungan pertahun) adalah 1.86 ± 0.24 meq/l. Diketahui juga bahwa 90 % pasien pasien yang menjadi sampel penelitian tersebut adalah perokok (33 %) atau dengan riwayat merokok (57 %). Hal ini sesuai dengan penelitian kami dimana pasien pasien dengan PPOK eksaserbasi memiliki nilai rata rata magnesium serum yang secara signifikan lebih rendah dibandingkan pasien pasien dengan kondisi PPOK stabil Keterbatasan Penelitian ini tidak membandingkan kadar magnesium plasma dengan tingkat obstruksi saluran nafas dengan pemeriksaan FEV1 maupun membandingkan kadar magnesium plasma dengan parameter inflamasi untuk mengetahui apakah kadar magnesium plasma berhubungan dengan derajat obstruksi maupun inflamasi pada PPOK. Defisiensi magnesium relatif ditunjukkan dengan perbandingan kadar kalsium serum total dengan kadar

15 magnesium serum namun penelitian ini tidak membandingkan kadar kalsium serum dan elektrolit lain dengan kadar magnesium. Pemeriksaan magnesium loading test tidak dilakukan untuk menilai defisiensi magnesium kronik/laten. Magnesium ion intraselular merupakan bentuk magnesium yang aktif secara biologis namun dalam penelitian ini pemeriksaan yang dilakukan adalah kadar magnesium serum karena pemeriksaan magnesium ion intraselular belum rutin dilakukan di RSUP H Adam Malik Medan.

16 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Tidak ditemukan perbedaan karakteristik yang bermakna dalam hal jenis kelamin, umur, riwayat merokok, jumlah batang rokok/ hari, lama merokok, berat badan, tinggi badan, IMT, FEV1, dan FVC antara kelompok subjek dengan PPOK stabil dengan kelompok PPOK eksaserbasi. 2. Kelompok pasien PPOK stabil mempunyai nilai rerata kadar Magnesium 2,09 ± 0,11 meq/l lebih tinggi dari kelompok pasien PPOK eksaserbasi yaitu 1,69 ± 0,27 meq/l. Uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna kadar antara kadar magnesium serum pada kelompok PPOK stabil dengan PPOK eksaserbasi (p< 0,05). 5.2 Saran 1. Perlunya penelitian yang lebih lanjut dengan jumlah sampel lebih besar, multicenter dan penelitian yang menghubungkan dengan derajat keparahan obstruksi berdasarkan nilai FEV1 dengan kadar magnesium plasma. 2. Defisiensi magnesium diduga berhubungan dengan peningkatan sitokin sitokin pro inflamasi yang dapat mencetuskan eksaserbasi pada PPOK, diperlukan penelitian lanjutan yang menghubungkan kadar magnesium plasma dengan kadar sitokin pro inlamasi pada PPOK. 3. Defisiensi magnesium relatif ditunjukkan dengan perbandingan kadar kalsium serum total dengan kadar magnesium serum namun penelitian ini tidak membandingkan kadar kalsium serum dan elektrolit lain dengan kadar magnesium. Diperlukan penelitian lanjutan untuk menilai peran elektrolit lain dan interaksinya dengan magnesium pada pasien pasien dengan PPOK. 4. Perlunya penelitian lanjutan yang menyertakan pemeriksaan magnesium loading test dilakukan untuk menilai defisiensi magnesium kronik/laten. 5. Magnesium ion intraselular merupakan bentuk magnesium yang aktif secara biologis namun pada penelitian ini pemeriksaan yang dilakukan adalah kadar

17 total magnesium serum. Diperlukan penelitian lanjutan yang membandingkan magnesium serum dengan magnesium ion intraselular dan hubungannya dengan status eksaserbasi PPOK.

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Penyakit Dalam, sub ilmu Pulmonologi dan Geriatri. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat peneltian ini adalah

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Penyakit Dalam, sub ilmu Pulmonologi dan Geriatri. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat peneltian ini adalah

Lebih terperinci

Pemakaian obat bronkodilator sehari- hari : -Antikolinergik,Beta2 Agonis, Xantin,Kombinasi SABA+Antikolinergik,Kombinasi LABA +Kortikosteroid,,dll

Pemakaian obat bronkodilator sehari- hari : -Antikolinergik,Beta2 Agonis, Xantin,Kombinasi SABA+Antikolinergik,Kombinasi LABA +Kortikosteroid,,dll LAMPIRAN 1 Lembaran Pemeriksaan Penelitian Nama : Umur :...tahun Tempat / Tanggal Lahir : Alamat : Pekerjaan : No telf : No RM : Jenis kelamin : 1. Laki laki 2. Perempuan Tinggi badan :...cm Berat badan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Bedah. 3.1.2 Ruang Lingkup Waktu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penelitian eksperimental dengan desain penelitian (Pre-Post Test

III. METODE PENELITIAN. penelitian eksperimental dengan desain penelitian (Pre-Post Test 31 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan desain penelitian (Pre-Post Test Group Design). Penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. - Tempat : RW X Kelurahan Padangsari, Banyumanik, Semarang, Jawa

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. - Tempat : RW X Kelurahan Padangsari, Banyumanik, Semarang, Jawa 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang ilmu Fisiologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian - Tempat : RW X Kelurahan Padangsari, Banyumanik,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain 49 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain penelitian cross sectional yang bertujuan untuk menggali apakah terdapat perbedaan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Fisiologi dan Ergonomi

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Fisiologi dan Ergonomi BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Fisiologi dan Ergonomi 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di kelompok pengrajin batik

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMERIKSAAN PENELITIAN

LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMERIKSAAN PENELITIAN LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMERIKSAAN PENELITIAN Nama : Umur : Tempat / Tanggal Lahir : Alamat : Pekerjaan : No telepon : No RM : Jenis Kelamin : 1. Laki laki 2. Perempuan Tinggi badan : cm Berat badan : kg Keluhan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Patologi Klinik.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Patologi Klinik. 25 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Patologi Klinik. 3.2 Tempat dan waktu penelitian 3.2.1 Tempat penelitian Tempat penelitian dilakukan di

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ngablak Kabupaten Magelang dari bulan Maret 2013.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ngablak Kabupaten Magelang dari bulan Maret 2013. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Fisiologi Kedokteran dan Ilmu Farmakologi-Toksikologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan

Lebih terperinci

STATUS PEMERIKSAAN PENELITIAN : ANALISIS KUALITAS HIDUP PENDERITA PPOK SETELAH DILAKUKAN PROGRAM REHABILITASI PARU No : RS/No.

STATUS PEMERIKSAAN PENELITIAN : ANALISIS KUALITAS HIDUP PENDERITA PPOK SETELAH DILAKUKAN PROGRAM REHABILITASI PARU No : RS/No. LAMPIRAN 1 STATUS PEMERIKSAAN PENELITIAN : ANALISIS KUALITAS HIDUP PENDERITA PPOK SETELAH DILAKUKAN PROGRAM REHABILITASI PARU No : RS/No.RM : Tanggal I. DATA PRIBADI 1. Nama 2. Umur 3. Alamat 4. Telepon

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Desain cross

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Desain cross BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah non eksperimental yang merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Desain cross sectional adalah desain

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif.

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (noncommunicable

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (noncommunicable BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan berubahnya tingkat kesejahteraan, pola penyakit saat ini telah mengalami transisi epidemiologi yang ditandai dengan beralihnya penyebab kematian yang semula

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP Dr. Kariadi Semarang. 4.2

Lebih terperinci

STATUS PEMERIKSAAN PENELITIAN ANALISIS KUALITAS HIDUP PENDERITA PPOK SETELAH MENGIKUTI PROGRAM REHABILITASI PARU No : RS/No.

STATUS PEMERIKSAAN PENELITIAN ANALISIS KUALITAS HIDUP PENDERITA PPOK SETELAH MENGIKUTI PROGRAM REHABILITASI PARU No : RS/No. LAMPIRAN 1 STATUS PEMERIKSAAN PENELITIAN ANALISIS KUALITAS HIDUP PENDERITA PPOK SETELAH MENGIKUTI PROGRAM REHABILITASI PARU No : RS/No.RM : Tanggal : I. DATA PRIBADI 1. Nama 2. Umur 3. Alamat 4. Telepon

Lebih terperinci

STATUS PEMERIKSAAN PENELITIAN : UJI LATIHAN PERNAFASAN TERHADAP FAAL PARU, DERAJAT SESAK NAFAS DAN KAPASITAS FUNGSIONAL PENDERITA PPOK STABIL

STATUS PEMERIKSAAN PENELITIAN : UJI LATIHAN PERNAFASAN TERHADAP FAAL PARU, DERAJAT SESAK NAFAS DAN KAPASITAS FUNGSIONAL PENDERITA PPOK STABIL LAMPIRAN 1 STATUS PEMERIKSAAN PENELITIAN : UJI LATIHAN PERNAFASAN TERHADAP FAAL PARU, DERAJAT SESAK NAFAS DAN KAPASITAS FUNGSIONAL PENDERITA PPOK STABIL No : RS/No.RM : Tanggal I. DATA PRIBADI 1. Nama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini, ruang lingkup keilmuan yang digunakan adalah Ilmu Patologi Klinik 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1) Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Pasien PPOK Eksaserbasi Akut

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Pasien PPOK Eksaserbasi Akut BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Pada penelitian ini kerangka konsep mengenai karakteristik pasien PPOK eksaserbasi akut akan diuraikan berdasarkan variabel katagorik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang bersamaan.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi Ilmu Gizi khususnya bidang antropometri dan Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang respirologi. 4.2 Tempat dan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Geriatri. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode analitik komparatif dengan

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode analitik komparatif dengan 47 BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik komparatif dengan pendekatan cross sectional, dimana data antara variabel independen dan dependen akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Mata. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain penelitian cross

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain penelitian cross 43 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain penelitian cross sectional dengan tujuan menentukan kadar ureum serum sebelum dan sesudah

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. yang ditandai oleh progresivitas obstruksi jalan nafas yang tidak sepenuhnya

Bab I. Pendahuluan. yang ditandai oleh progresivitas obstruksi jalan nafas yang tidak sepenuhnya Bab I Pendahuluan Latar Belakang Penelitian Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) didefinisikan sebagai penyakit yang ditandai oleh progresivitas obstruksi jalan nafas yang tidak sepenuhnya reversibel,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kolam Renang dan Studio Senam di

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kolam Renang dan Studio Senam di BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Fisiologi khususnya Fisiologi Olahraga dan Fisiologi Respirasi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Pulmonologi serta Ilmu Mikrobiologi Klinik.

BAB 4 METODE PENELITIAN. Pulmonologi serta Ilmu Mikrobiologi Klinik. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang Ilmu Penyakit Dalam divisi Pulmonologi serta Ilmu Mikrobiologi Klinik. 4.2. Tempat dan waktu penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Disiplin ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 24 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Fisiologi dan ilmu penyakit dalam 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian RW X, Kelurahan Padangsari, Kecamatan Banyumanik, Semarang pada bulan Januari

Lebih terperinci

PERBANDINGAN NILAI MAXIMAL VOLUNTARY VENTILATION SEBELUM DAN SETELAH REHABILITASI OTOT PERNAPASAN PADA PASIEN-PASIEN PENYAKIT PARU NO: RS/NO.

PERBANDINGAN NILAI MAXIMAL VOLUNTARY VENTILATION SEBELUM DAN SETELAH REHABILITASI OTOT PERNAPASAN PADA PASIEN-PASIEN PENYAKIT PARU NO: RS/NO. LAMPIRAN STATUS PEMERIKSAAN PENELITIAN: PERBANDINGAN NILAI MAXIMAL VOLUNTARY VENTILATION SEBELUM DAN SETELAH REHABILITASI OTOT PERNAPASAN PADA PASIEN-PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK NO: RS/NO.RM:

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan desain

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan desain III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan desain penelitian Cross Sectional, dimana data antara variabel independen dan dependen akan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitis kategorik-numerik tidak

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitis kategorik-numerik tidak III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitis kategorik-numerik tidak berpasangan yang menggambarkan perbedaan kadar kreatinin serum pasien diabetes melitus tipe

Lebih terperinci

BAB I A. LATAR BELAKANG. morbiditas kronik dan mortalitas di seluruh dunia, sehingga banyak orang yang

BAB I A. LATAR BELAKANG. morbiditas kronik dan mortalitas di seluruh dunia, sehingga banyak orang yang BAB I A. LATAR BELAKANG Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) merupakan penyebab utama dari morbiditas kronik dan mortalitas di seluruh dunia, sehingga banyak orang yang menderita akibat PPOK. PPOK merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Spirometri adalah salah satu uji fungsi paru yang dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) (Health Partners, 2011). Uji fungsi paru

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup disiplin ilmu penyakit dalam sub bagian endokrinologi 4.2 Tempat dan waktu penelitian 1. Tempat penelitian :

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 31 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental dengan desain penelitian analitik korelatif. Penelitian ini dilakukan dengan metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik-komparatif,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik-komparatif, 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik-komparatif, yakni mempelajari perbandingan variabel-variabel dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. : Peserta Program Magister Kedokteran Klinik. Respirasi FK-USU/RSHAM

LAMPIRAN. : Peserta Program Magister Kedokteran Klinik. Respirasi FK-USU/RSHAM LAMPIRAN 1. Personil penelitian Nama Jabatan : dr. Andhika Kesuma Putra : Peserta Program Magister Kedokteran Klinik Pendidikan Dokter Spesialis Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK-USU/RSHAM Pembimbing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat non-eksperimental dengan rancangan penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. B. Lokasi Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Instalasi Rawat

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini akan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah merupakan penelitian analitik observasional dengan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah merupakan penelitian analitik observasional dengan 27 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah merupakan penelitian analitik observasional dengan rancangan potong lintang (cross sectional). 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di bidang gizi klinik. Jenis penelitian ini adalah penelitian penjelasan/explanatory research yaitu menjelaskan variabel

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1. LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN KELOMPOK (INFORMATION FOR CONSENT) Selamat pagi/siang Bapak/ Ibu/ Saudara/i. Nama saya dr. Dian Prastuty. PPDS Departemen Pulmonologi dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji klinis dengan metode Quasi Experimental dan

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji klinis dengan metode Quasi Experimental dan BAB III. METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan uji klinis dengan metode Quasi Experimental dan menggunakan Pretest and posttest design pada kelompok intervensi dan kontrol.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas 4-5 Sekolah Dasar Negeri di

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas 4-5 Sekolah Dasar Negeri di 22 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup Penelitian Ruang lingkup disiplin ilmu dari penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak dan Fisiologi. 4.2 Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf. 35 BAB III METODE PENELITIAN III.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf. III.2. Jenis dan rancangan penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 14 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian mengenai Identifikasi Permasalahan Dosis dan Terapi Obat pada Pasien Anak Demam Berdarah Dengue (DBD) Rawat Inap Pengguna Askes

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif-analitik dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif-analitik dengan III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif-analitik dengan pendekatan cross sectional, dengan data yang menyangkut variabel bebas dan variabel

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya Sub Bagian Neurologi dan Sub Bagian Infeksi dan Penyakit Tropik. 3.2. Tempat

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Patologi

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Patologi BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Patologi Klinik, dan Ilmu Gizi Klinik. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Jl. Plamongan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Jl. Plamongan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, Geriati dan Neurosains. Penelitian ini dilaksanakan di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian pra-eksperimental dengan pendekatan one

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian pra-eksperimental dengan pendekatan one BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian pra-eksperimental dengan pendekatan one group pre-test and post-test design untuk mengetahui efektivitas senam ADUHAI terhadap

Lebih terperinci

Penelitian ini merupakan penelitian observasional belah lintang ( ) dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang. bersamaan. 3.2.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional belah lintang ( ) dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang. bersamaan. 3.2. Penelitian ini merupakan penelitian observasional belah lintang ( bersamaan. ) dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang 3.2. H0A0 H0A1 H1A0 N H1A1 H2A0 H2A1 H3A0 H3A1 Keterangan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan pendekatan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan pendekatan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan pendekatan Cross Sectional, dimana data antara variabel independen dan dependen akan dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mencangkup keilmuan Biokimia, Geriatri, Neurosains.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mencangkup keilmuan Biokimia, Geriatri, Neurosains. 1 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian mencangkup keilmuan Biokimia, Geriatri, Neurosains. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksakan di Unit Rehabilitasi Sosial

Lebih terperinci

BAB IV MEDOTE PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi).

BAB IV MEDOTE PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi). BAB IV MEDOTE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi). 4.2 Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di SMF Neurologi RSUP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik ( PPOK ) adalah penyakit paru kronik

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik ( PPOK ) adalah penyakit paru kronik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik ( PPOK ) adalah penyakit paru kronik yang ditandai dengan hambatan aliran udara saluran nafas, dimana hambatan aliran udara saluran nafas

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu kedokteran khususnya Ilmu Fisiologi dan Farmakologi-Toksikologi. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asma merupakan penyakit heterogen dengan karakteristik adanya inflamasi saluran napas kronis. Penyakit ini ditandai dengan riwayat gejala saluran napas berupa wheezing,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang dari

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik. Rancangan penelitian yang digunakan adalah studi potong lintang (cross sectional), yaitu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pretest dan posttest

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pretest dan posttest 26 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pretest dan posttest design. Pemeriksaan dilakukan sebelum melakukan senam aerobik dan setelah melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang SMF Kardiologi dan Kedokteran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang SMF Kardiologi dan Kedokteran BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang SMF Kardiologi dan Kedokteran Vaskular serta SMF Rehabilitasi Medik. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Fisiologi, khususnya

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Fisiologi, khususnya BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Fisiologi, khususnya Fisiologi Olahraga. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kariadi Semarang pada periode Maret Juni neutrofil limfosit (NLR) darah tepi sebagai indikator outcome stroke iskemik

BAB III METODE PENELITIAN. Kariadi Semarang pada periode Maret Juni neutrofil limfosit (NLR) darah tepi sebagai indikator outcome stroke iskemik BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Hematologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah keilmuan tentang fisika medis.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah keilmuan tentang fisika medis. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah keilmuan tentang fisika medis. 1.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 30 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Intensive Cardiovascular Care Unit dan bangsal perawatan departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler RSUD Dr. Moewardi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. data sekaligus pada satu saat (Notoatmodjo, 2011). Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Kelurahan Kecamatan Tanjung

III. METODE PENELITIAN. data sekaligus pada satu saat (Notoatmodjo, 2011). Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Kelurahan Kecamatan Tanjung 32 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik-komparatif dengan pendekatan Cross Sectional, dimana obyek penelitian hanya diobservasi sekali dan pengukuran dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 36 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Gizi 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di area

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Patologi Klinik dan Ilmu Penyakit Dalam. disetujuinya proposal sampai April 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. Patologi Klinik dan Ilmu Penyakit Dalam. disetujuinya proposal sampai April 2016. 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup Ilmu Biokimia, Patologi Klinik dan Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian adalah mencakup bidang Ilmu

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian adalah mencakup bidang Ilmu 20 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan dari penelitian adalah mencakup bidang Ilmu Kesehatan Anak. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Desain penelitian Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post test design sehingga dapat diketahui perubahan yang terjadi akibat perlakuan. Perubahan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 38 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu penyakit saraf dan genetika 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di RSUP Dr.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional, yaitu pengukuran variabel-variabelnya

METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional, yaitu pengukuran variabel-variabelnya III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Fisiologi dan Kedokteran Olahraga. rancangan one group pre- and post-test design.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Fisiologi dan Kedokteran Olahraga. rancangan one group pre- and post-test design. 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Fisiologi dan Kedokteran Olahraga. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini sudah dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di RSUD RAA Soewondo Pati dan dilakukan. pada 1Maret 2016 sampai dengan bulan 1 April 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di RSUD RAA Soewondo Pati dan dilakukan. pada 1Maret 2016 sampai dengan bulan 1 April 2016. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang ilmu kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel. Hambatan aliran udara ini

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di instalasi rekam medik RSUP dr. Kariadi Semarang,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di instalasi rekam medik RSUP dr. Kariadi Semarang, 31 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di bidang Anestesiologi dan Farmakologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di instalasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Fisiologi khususnya Fisiologi Olahraga dan Fisiologi Respirasi. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang ilmu kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Fisiologi, khususnya Fisiologi

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Fisiologi, khususnya Fisiologi BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Fisiologi, khususnya Fisiologi Olahraga. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian observasional analitik adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Olah Raga, Fisiologi Respirasi, dan Fisiologi Kardiovaskuler.

BAB 4 METODE PENELITIAN. Olah Raga, Fisiologi Respirasi, dan Fisiologi Kardiovaskuler. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah ilmu Fisiologi khususnya Fisiologi Olah Raga, Fisiologi Respirasi, dan Fisiologi Kardiovaskuler. 4.2 Tempat dan Waktu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan menggunakan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan menggunakan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan menggunakan desain penelitian cross sectional untuk melihat hubungan adekuasi hemodialisis

Lebih terperinci

3 BAB III METODE PENELITIAN

3 BAB III METODE PENELITIAN 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Kesehatan Anak, Tumbuh Kembang. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Tabel Kasus Prevalensi Simtom RGE dan Hubungannya dengan Berat Asma di RS Pirngadi Medan S Nilai APE (Peak Flow Meter) Persentase A P E Skor Refluks Gastro Esofageal N E M Umur BB TB IMT Lama Derajat Heartburn

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia dan Geriatri.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia dan Geriatri. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia dan Geriatri. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Unit Rehabilitasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Faal, khususnya ilmu Kedokteran Olahraga. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4. 1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini meliputi lingkup Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan serta Patologi Anatomi. 4. 2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL Penelitian ini dilakukan pada penderita asma rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada bulan Agustus-September 2016. Jumlah keseluruhan subjek yang

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Bidang Penelitian ini adalah penelitian bidang Pendidikan Kedokteran,

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Bidang Penelitian ini adalah penelitian bidang Pendidikan Kedokteran, BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Bidang Penelitian ini adalah penelitian bidang Pendidikan Kedokteran, khususnya bagian ilmu kesehatan anak divisi alergi & imunologi dan fisiologi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi fisiologi terutama bidang fisiologi olahraga (exercise physiology). 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2015 di klinik VCT RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. Dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2015 di klinik VCT RSUP Dr. BAB IV METODE PENELITIAN 2.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. 2.2 Tempat dan waktu penelitian Dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS) mengartikan Penyakit Paru Obstruktif Kronik disingkat PPOK sebagai penyakit yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional di mana variabel bebas dan variabel tergantung diobservasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan kohort prospektif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan kohort prospektif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan kohort prospektif. 3.2 Tempat dan Waktu 3.2.1 Tempat Penelitian dilakukan di unit hemodialisis

Lebih terperinci