SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S-I) Dalam Ilmu Pendidikan Biologi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S-I) Dalam Ilmu Pendidikan Biologi"

Transkripsi

1 PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI POKOK EKOSISTEM DI KELAS VII MTs AL-MADINAH TEGALKUBUR YAMANSARI LEBAKSIU-TEGAL TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S-I) Dalam Ilmu Pendidikan Biologi Oleh: ROBAWI NIM : FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

2 PERNYATAAN KEASLIAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Robawi Nim : Jurusan/prodi : Biologi Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya. Semarang, Mei 2011 Saya yang menyatakan, Robawi NIM :

3 PENGESAHAN Naskah skripsi dengan : Judul : Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII MTs Al-Madinah Tegalkubur Yamansari Lebaksiu-Tegal Tahun Ajaran Nama : Robawi Nim : Jurusan : Biologi Progam studi : Biologi Telah diujikan dalam siding munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Biologi. DEWAN PENGUJI Semarang, 17 Juni 2011 Ketua Sekretaris Dra. Miswari, M.Ag Hj. Nur Khasanah, S.Pd, M.Kes NIP : NIP : Penguji I Penguji II Muhammad Nafi Annury, M.Pd Ahmad Muthohar, M.Ag NIP : NIP : Pembimbing I Pembimbing II Hj. Nur Khasanah, S.Pd. M.Kes Prof. Dr. H. Achmadi NIP : NIP :

4 NOTA PEMBIMBING Semarang, Mei 2011 Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang Assalamu alaikum wr.wb. Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan : Judul : Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII MTs Al-Madinah Tegalkubus Yamansari Lebaksiu-Tegal Tahun Ajaran Nama : Robawi Nim : Jurusan : Biologi Progam studi : Biologi Saya memaandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasyah. Wassalamu alaikum wr. wb. Pembimbing I Hj. Nur Khasanah, S.Pd. M.Kes NIP :

5 NOTA PEMBIMBING Semarang, Mei 2011 Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang Assalamu alaikum wr.wb. Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan : Judul : Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII MTs Al-Madinah Tegalkubus Yamansari Lebaksiu-Tegal Tahun Ajaran Nama : Robawi Nim : Jurusan : Biologi Progam studi : Biologi Saya memaandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasyah. Wassalamu alaikum wr. wb. Pembimbing II Prof. Dr. H. Achmadi NIP :

6 ABSTRAK Judul : Pendekatan CTL (Contextual Teaaching and Learning) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Pokok Ekosistem di Kelas VII MTs Al-Madinah Tegalkubur Yamansari Lebaksiu-Tegal Tahun Ajaran Penulis : Robawi NIM : Permasalahan yang timbul dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pembelajaran materi pokok ekosistem dengan pendekatan CTL dan bagaimana hasil belajar siswa dalam materi pokok ekosistem dengan pendekatan CTL. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Untuk menemukan format skenario pembelajaran biologi dengan pendekatan kontekstual (CTL) pada materi pokok ekosistem 2) Untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar peserta didik kelas VII B Al-Madinah Lebaksiu-Tegal dalam mata pelajaran biologi khususnya dalam materi pokok ekosistem. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Dalam penerapannya melalui 2 siklus, yaitu siklus I siklus II dan setiap siklusnya tedapat empat komponen yaitu, perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Sebelum masuk pelaksanaan siklus I, dilakukan terlebih dahulu pra siklus. Dalam pra siklus pembelajarannya ternyata menggunakan metode konvensional yang mana dalam metode tersebut guru masih sangat dominan dalam proses belajar mengajar. Hal ini yang menjadikan peserta didik pasif dalam kegiatan belajar mengajar. Disamping itu pembelajaran yang konvensional, peserta didik menganggap guru sosok yang menakutkan, sehingga mereka takut dalam mengungkapkan pendapatnya serta pengetahuan yang dimilikinya karena pendapatnya takut salah. Sehingga nilai peserta didik masih banyak dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yang ditentukan pihak sekolah yaitu 6,0. Pada pra siklus, peneliti mendapatkan data aktivitas maupun hasil belajar peserta didik dalam hal ini nilai ulangan sub materi komponen ekosistem dan satuansatuan ekosistem. Aktivitas peserta didik sebanyak 58,23% dan nilai rata-ratanya 55,75 dengan 45% peserta didik yang tuntas dan selebihnya peserta didik yang tidak tuntas. Pada penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah peserta didik kelas VII B MTs Al- Madinah Lebaksiu-Tegal yang berjumlah 40 siswa (18 peserta didik putra dan 22 peserta didik putri). Pada siklus I didapatkan data aktivitas peserta didik 67,97% dan hasilbelajar yang didapat dari nilai rata-rata kelas yaitu 63,125 dengan 85% peserta didik yang tuntas. Pada siklus II didapat aktivitas peserta didik dalam kegiatan pembelajaran sebanyak 90,3% dan hasil dari ketiga tahp tersebut (pra siklus, siklus I, siklus II) mengalami peningkatan, baik hasil belajar maupun aktivitas yang dilakukan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar.

7 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang berkat rahmat, taufiq dan hidayah-nya skripsi penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pendekatan CTL (Contextual Teaching And Learning) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Pokok Ekosistem Di Kelas VII MTs Al-Madinah Tegalkubur Yamansari Lebaksiu-Tegal Tahun Ajaran dapat disajikan, shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada Rasulullah SAW yang telah menuntun manusia ke jalan yang telah diridhai Allah. Selanjutnya penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu demi kelancaran dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada: 1. Dr. Suja i, M.Ag Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 2. Hj. Nur Khasanah, S.Pd, M.Kes, pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam penulisan skripsi. 3. Prof. Dr. H. Achmadi pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam penulisan skripsi. 4. Bapak dan ibu dosen serta segenap karyawan yang secara langsung ikut berpartisipasi. 5. Kepala MTs Al-Madinah Tegalkubur Yamansari Lebaksiu-Tegal yang telah memberikan izin mengadakan penelitian. 6. Orang tua tercinta, yang telah membesarkan, mendidik, dan menyayangi dengan sepenuh hati. 7. Seluruh anggota keluarga yang telah memberi dukungan yang sangat berharga. 8. Istri tercinta dan tersayang yang telah memberi dukungan dan semangat terus menerus tanpa hentinya. 9. Sahabatku semua jurusan biologi dan semua teman-teman Yayasan Al-Furqon tercinta yang selalu memberi support serta do a sehingga terselesaikannya skripsi ini. Kepada mereka semua yang penulis tidak dapat memberikan balasan apa-apa, hanya untaian kata terima kasih yang tulus dan mendalam dengan iringan do a semoga Allah membalas semua amal kebaikan mereka, dan selalu melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayahnya dalam mengarungi samudra kehidupan.

8 Penulis menyadari bahwa tulisan ini tentu saja sangat jauh dari sempurna, karena penulis senantiasa mengharapkan kritik yang kontruktif dari pembaca. Meski disadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna, namun penulis tetap berharap bahwa tulisan ini bisa bermanfaat, amin. Semarang, Mei 2011 Penulis, Robawi NIM

9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN KEASLIAN... ii PENGESAHAN... iii NOTA PEMBIMBING... iv ABSTRAK... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Tujuan Penelitian... 4 D. Manfaat Penelitian... 4 E. Penjelasan Istilah... 5 BAB II : LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori Pendekatan Kontekstual... 7 a) Pengertian Pendekatan Kontekstual... 7 b) Komponen-komponen dalam Pembelajaran Kontekstual... 7 c) Karakteristik Pembelajaran Kontekstual d) Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional Aktivitas dan Hasil Belajar a) Belajar dan Teori Tentang Belajar b) Aktivitas Belajar c) Hasil Belajar d) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Materi Tentang Ekosistem... 19

10 a) Komponen-komponen Ekosistem b) Satuan-satuan Ekosistem c) Hubungan antar Komponen Ekosistem Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Biologi Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Biologi pada Materi Pokok Ekosistem B. Kerangka Berfikir C. Kajian Pustaka D. Hipotesis Tindakan BAB III : METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian B. Metode Penyusunan Instrumen C. Rencana Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas D. Teknik Pengumpulan Data E. Teknik Analisis Data F. Indikator Keberhasilan G. Jadwal Pelakssanaan Penelitian BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil MTs Al-Madinah Lebaksiu-Tegal Identitas Madrasah Misi, Visi dan Tujuan Sejarah Berdirinya MTs B. Pembahasan Hasil Penelitian Hasil Pelaksanaan Penelitian Pra Siklus Hasil Pelaksanaan Penelitian Siklus I Hasil Pelaksanaan Penelitian Siklus II... 54

11 BAB V : PENUTUP A. Simpulan B. Saran-saran C. Penutup DAFTAR PUSTAKA RPP DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, ketrampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dan lain-lain aspek yang ada pada individu. 1 Oleh sebab itu, belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu. Apabila berbicara tentang belajar maka berbicara bagaimana mengubah tingkah laku seseorang. 2 Proses pembelajaran yang konvensional guru sangat mendominasi proses pembelajaran, sehingga peserta didik menjadi pasif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini yang menyebabkan peserta didik takut mengungkapkan pendapatnya, ide-idenya karena peserta didik menganggap guru momok yang menakutkan. Proses pembelajaran yang terjadi di MTs Al- Madinah saat ini pun masih menggunakan metode konvensional. Hal ini pula yang menyebabkan mereka bosan mengikuti proses pembelajaran yang diterapkan. Tanya jawab dari berbagai pihak yang sementara saya lakukan yaitu tanya jawab guru bidang studi dan dari siswa yang bersangkutan, bahwasanya siswa sangat sulit atau sangat kurang dalam pelajaran biologi jadi nilai yang didapat masih kurang dari nilai maksimal, guru bidang studi juga mengatakan bahwa nilai murid dalam bidang biologi sangat minim hanya 60% dari nilai yang diharapkan. 1 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2008), hlm Nana Sudjana, hlm. 29 1

13 Sebelum melakukan proses belajar mengajar seorang guru harus menentukan suatu pendekatan yang akan digunakan agar tujuan pembelajaran yang telah disusun dapat tercapai. Pemilihan suatu pendekatan tentu harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sifat materi yang akan menjadi objek pembelajaran. 3 Pembelajaran kontekstual mengajak peserta didik belajar sambil bekerja dalam mempelajari ekosistem yang mereka lakukan di sekolah maupun yang dilakukan di luar sekolah. Pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar sambil bekerja akan mewujudkan pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik. Pembelajaran yang bermakna akan membuat peserta didik merasa bahwa apa yang mereka lakukan tidak sia-sia dan mereka mempunyai peran di dalam kegiatan pembelajaran. Maka permasalahan yang muncul adalah bagaimana upaya guru untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan pendekatan yang tepat. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas peserta didik adalah pendekatan kontekstual. Dengan pendekatan kontekstual, peserta didik diarahkan untuk mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Melihat hal tersebut, maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk menemukan sebuah alternatif pemecahan masalah dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran guna meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Pada dasarnya saat ini kondisi yang ada di sekolahan kurang begitu maju dalam kegiatan belajar mengangajar, pada umumnya guru hanya mengajar sesuai dengan kurikulum yang ada tanpa ada variasi apa pun. permasalahan yang terjadi saat ini adalah kurang begitu bervariasi dalam menyampaikan materi sehingga 3 Nuryani Y Rustama, hlm

14 anak cepat bosan sehingga hasil belajar siswa kurang maksimal, untuk itu saya mencoba menyampaikan materi yang akan saya lakukan nanti yaitu dengan memberi sedikit variasi agar anak didik tidak begitu jenuh dalam menerima materi yang akan disampaikan dengan cara melibatkan langsung siswa dalam materi yang akan disampaikan, dengan cara pendekatan CTL ini diharapkan siswa bisa lebih aktif dalam belajar karena pendekatan CTL itu sendiri adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami. Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi. Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan. 4 Tapi pada kenyataannya yang ada di sekolah berbeda dengan teori yang ada, bahwa siswa banyak yang monoton pada materi yang disampaikan oleh guru sehingga kondisi dalam pembelajaran tidak bisa hidup karena siswa fakum dalam belajar. Untuk itu saya mencoba menerapkan pendekatan CTL dalam pembelajaran yang nantinya akan saya lakukan dalam penelitian. Sekilas dari gambaran di atas, penulis sangat tertarik untuk mengkaji lebih lanjut tentang pendekatan kontekstual terhadap hasil belajar peserta didik dalam skripsi yang berjudul Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Pokok Ekosistem di Kelas VII MTs Al-Madinah Lebaksiu-Tegal. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pokok permasalahan yang menjadi kajian ini adalah; 1. Bagaimanakah pembelajaran materi pokok Ekosistem dengan pendekatan CTL di kelas VII MTs Al-Madinah Lebaksiu-Tegal? 4 Wina sanjaya, Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2006), hal 255 3

15 2. Bagaimana hasil belajar siswa dalam materi pokok Ekosistem dengan pendekatan CTL di kelas VII MTs Al-Madinah Lebaksiu-Tegal. C. Tujuan Penelitian 1) Untuk menemukan format skenario pembelajaran biologi dengan pendekatan kontekstual (CTL) pada materi pokok ekosistem. 2) Untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar peserta didik kelas VII Al- Madinah Lebaksiu-Tegal dalam mata pelajaran biologi khususnya dalam materi pokok ekosistem. D. Manfaat Penelitian 1) Bagi peneliti Dapat menambah pengalaman secara langsung bagaimana penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran Biologi. 2) Bagi peserta didik Dapat memberikan sikap positif terhadap mata pelajaran Biologi. 3) Bagi guru a) Sebagai motivasi untuk meningkatkan ketrampilan memilih strategi pembelajaran yang sesuai dan variasi. b) Merupakan sumbangan pemikiran dan pengabdian guru dalam turut serta mencerdaskan kehidupan anak bangsa melalui profesi yang ditekuninya. 4) Bagi pihak MTs Al-Madinah Tegalkubur Yamansari Lebaksiu-Tegal Melalui peningkatan pembelajaran, maka diharapkan dapat meningkatkan peringkat MTs Al-Madinah Lebaksiu-Tegal. Diperoleh panduan inovatif tentang penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran Biologi yang diharapkan dapat dipakai untuk kelas-kelas lainnya di MTs Al-Madinah Lebaksiu-Tegal. 4

16 tertentu. 5 Dalam satu strategi (siasat) dapat dilakukan lebih dari satu teknik. 6 Contextual Teaching and Learning) disingkat CTL merupakan E. Penjelasan Istilah Untuk menghindari perbedaan penafsiran maupun persepsi dalam memahami judul skripsi ini, maka penulis memberikan batasan dari masingmasing Pendekatan kontekstual (istilah sebagai berikut: 1. Pendekatan Kontekstual Pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis pendekatan, dalam satu pendekatan dapat dilakukan lebih dari satu metode, sedangkan dalam satu metode dapat digunakan lebih dari satu konsep dasar belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat Hasil Belajar Hasil belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu hasil dan belajar. Hasil berarti sesuatu yang diadakan oleh usaha. 8 Sedangkan belajar berarti tahapan perubahan tingkah laku siswa yang positif sebagai hasil interaksi edukatif dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. 9 5 Akhmad Sudrajat, Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran, http.// (Diambil tanggal 9 Mei ) 6 R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia, (Jakarta:Direktorat Jenderal pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, 2000), hlm Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2003), hlm Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), hlm Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), hlm

17 Jadi hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh dari usaha perubahan tingkah laku siswa sebagai hasil interaksi edukatif dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. 3. Ekosistem Ekosistem merupakan salah satu materi pokok dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk mata pelajaran Biologi yang diajarkan kepada peserta didik SMP atau sederajat kelas VII semester genap. Dalam materi pokok ekosistem membahas tentang ketergantungan dalam ekosistem bahwasanya setiap murid belum benar-benar tahu bahwa makhluk hidup selalu melakukan interaksi/timbal balik terhadap lingkungannya. 6

18 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teori 1. Pendekatan Kontekstual a. Pengertian Pendekatan Kontekstual Pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. 1 Dalam satu strategi (siasat) dapat dilakukan lebih dari satu pendekatan, dalam satu pendekatan dapat dilakukan lebih dari satu metode, sedangkan dalam satu metode dapat digunakan lebih dari satu teknik. 2 Pendekatan kontekstual dikembangkan oleh B. Johnson, ph. D, di tahun 2002, seorang ahli pendidikan dari Amerika Serikat. 3 Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) disingkat CTL merupakan konsep dasar belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. 4 b. Komponen-Komponen dalam Pembelajaran Kontekstual 1) Konstruktivisme (Constructivism) 1 Akhmad Sudrajat, Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran, http.// (Diambil tanggal 9 Mei ) 2 R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia, (Jakarta:Direktorat Jenderal pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, 2000), hlm Amin Suyitno, Pemilihan Model-Model Pembelajaran dan Penerapannya di SMP, (Semarang, jur: Matematika Fak. MIPA Universitas Negeri Semarang, 2006), hlm Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2003), hlm. 87 7

19 Kontruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. 5 Dalam komponen kontruktivisme, kembangkan pemikiran bahwa peserta didik akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya. 6 2) Menemukan (Inquiry) Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh peserta didik diharapkan bukan hasil dari mengingat seperangkat faktafakta, tetapi dari hasil menemukan sendiri. Ada beberapa hal yang menjadi ciri inkuiri. 7 Pertama, inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian, inquiri menempatkan 5 Departemen Pendidikan Nasional, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)), (Jakarta: Depdiknas, 2002), hlm Madrasah Development Center Kanwil Depag Jateng dan Learning Asistance Program for Islamic School (LAPIS)-AusAID, Modul Dua Matematika: Training Of Trainer (TOT), (Semarang: Depag Jateng dan LAPIS-AusAID, 2007), hlm Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm

20 guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Ketiga, tujuan dari pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. 3) Bertanya (Questioning) Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya. Karena bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis kontekstual. 8 Sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: a) Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis. b) Mengecek pemahaman peserta didik. c) Membangkitkan respon terhadap peserta didik. d) Mengetahui sejauhmana keingintahuan peserta didik. e) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui peserta didik. f) Memfokuskan perhatian peserta didik pada sesuatu yang dikehendaki guru. g) Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari peserta didik. h) Menyegarkan kembali pengetahuan peserta didik. 9 4) Masyarakat Belajar (Learning Community) Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum 8 Syaiful Sagala, hlm Depdiknas, hlm. 14 9

21 tahu, yang cepat menangkap mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul, dan seterusnya. 10 5) Pemodelan (Modeling) Pemodelan maksudnya adalah bahwa dalam sebuah pembelajaran ketrampilan atau pengetahuan tertentu harus ada model yang ditiru. Pemodelan akan lebih mengefektifkan pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual yang ditiru, diadaptasi, atau dimodifikasi. Dengan adanya model untuk dijadikan contoh biasanya akan lebih dipahami atau bahkan bisa menimbulkan ide baru. Salah satu contohnya pemodelan dalam pembelajaran misalnya mempelajari contoh penyelesaian soal, penggunaan alat peraga, atau membuat skema konsep. Pemodelan ini tidak selalu dari guru, tetapi bisa dari siswa atau media yang lainnya. Seperti yang difirmankan oleh Allah SWT dalam Al Qur an surat Al Ahzab ayat 21 tπöθu ø9$#uρ!$# (#θã_ötƒtβ%x. yϑïj9 πuζ ym îοuθó é& «!$# ÉΑθß u ÎûöΝä3s9tβ%x. s) 9 #ZÏVx.!$# tx.sœuρtåzfψ$# Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. 11 6) Refleksi (Reflection) Refleksi adalah berpikir kembali tentang materi yang baru dipelajari, merenungkan lagi aktivitas yang telah dilakukan atau mengevaluasi kembali bagaimana belajar yang telah dilakukan. Refleksi berguna untuk mengevaluasi diri, koreksi, perbaikan, atau 10 Depdiknas, hlm Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur an dan Terjemahnya, (Surabaya: Mahkota 2000), hlm

22 Tradisional (strukturalisme). 15 Tabel. 1. peningkatan diri. Membuat rangkuman, meneliti, dan memperbaiki kegagalan adalah contoh refleksi. 12 7) Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assessment) Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. 13 c. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Kontekstual (CTL) 1) Kerjasama 2) Saling menunjang 3) Menyenangkan, tidak membosankan 4) Belajar dengan bergairah 5) Pembelajaran terintegrasi 6) Menggunakan berbagai sumber 7) Peserta didik aktif 8) Sharing dengan teman 9) Peserta didik kritis, guru kreatif 14 d. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional. No Pendekatan kontekstual Pendekatan tradisional 1 Peserta didik terlibat secara Peserta didik adalah aktif dalam proses penerima informasi secara 12 Syaiful Sagala, hlm Depdiknas, hlm Depdiknas, hlm Mutadi, Challenge and Change Practical Approach in Teaching and Learning Mathematics, (tt. P: t. p., t. t.), hlm

23 pembelajaran Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata Ketrampilan dikembangkan atas dasar pemahaman Hasil belajar diukur dengan berbagai cara: proses bekerja, hasil karya, penampilan, tes dll Perilaku dibangun atas kesadaran diri Penghargaan terhadap pengalaman peserta didik sangat diutamakan Penyesalan adalah hukuman dari perilaku jelek pasif Pembelajaran abstrak dan teoritis Ketrampilan dikembangkan atas dasar latihan Hasil belajar diukur hanya dengan tes Perilaku dibangun atas kebiasaan Pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman peserta didik Sanksi adalah hukuman dari perilaku jelek 2. Aktivitas dan Hasil Belajar a. Belajar dan Teori Tentang Belajar Slameto mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi individu dengan lingkungannya. 16 Moeslichatoen mengemukakan bahwa belajar dapat diartikan sebagai proses yang membuat terjadinya proses belajar dan perubahan itu sendiri dihasilkan dari usaha dalam proses belajar. 17 Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing) Abdul Hadis, Psikologi dalam pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm Abdul Hadis, hlm Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm

24 Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Belajar menurut pandangan B. F. Skinner adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progressif. 19 Piaget mendefinisikan belajar learning as personal knowledge construction, particularly in relation to science and mathematics. 20 Yaitu belajar adalah proses kontruksi pengetahuan secara individual, terutama dalam ilmu pengetahuan alam dan matematika. Ada beberapa tentang teori belajar, diantaranya sebagai berikut. 21 1) Teori belajar behaviorisme Menurut teori behaviorisme bahwa belajar terjadi bila perubahan dalam bentuk tingkah laku dapat diamati, bila kebiasaan berperilaku terbentuk karena pengaruh sesuatu atau karena pengaruh peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar. 2) Teori psikologi kognitif Brunner sebagai ahli belajar psikologi kognitif memandang proses itu sebagai tiga proses yang berlangsung secara serempak, yaitu proses perolehan informasi baru, proses transformasi pengetahuan, proses pengecekan ketepatan dan memadainya pengetahuan tersebut. 3) Teori belajar humanisme Ahli humanisme yang diwakili oleh Carl R. Rogers kurang menaruh perhatian kepada mekanisme proses belajar. Belajar dipandang sebagai fungsi keseluruhan pribadi. Mereka berpendapat bahwa belajar yang sebenarnya tidak dapat berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual maupun emosional peserta didik. Oleh 19 Syaiful Sagala, hlm Mutadi, Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika,,(tt.p Buku 2), hlm Abdul Hadis, hlm

25 karena itu, menurut teori belajar humanisme bahwa motivasi belajar harus bersumber pada diri peserta didik. 4) Teori belajar sosial Teori belajar sosial ini dikembangkan oleh Banduraq yang merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional. Teori belajar sosial ini menekankan bahwa lingkungan-lingkungan yang dihadapkan kepada seseorang tidak random, lingkunganlingkungan itu kerapkali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya. b. Aktivitas Belajar Aktivitas artinya keaktifan atau kegiatan. 22 Aktivitas belajar adalah keaktifan atau kegiatan yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Inilah yang menjadikan aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. 23 Dalam melakukan aktivitas belajar, seseorang akan berinteraksi dengan sumber-sumber belajar baik yang sengaja dirancang maupun yang dimanfaatkan. Dalam proses pembelajaran yang aktif, aktivitas peserta didik sangat berpengaruh terhadap hasil belajar. Dalam proses pembelajaran juga terdapat dua aktivitas, yaitu: aktivitas fisik maupun aktivitas psikis. Contoh aktivitas fisik peserta didik dalam proses pembelajaran antara lain peserta didik giat aktif dalam menggerakkan anggota badan, membuat alat peraga, bermain maupun bekerja. Sedangkan contoh aktivitas psikis yang dilakukan oleh peserta didik antara lain peserta didik jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya dalam rangka pengajaran, mendengarkan, memahami pelajaran. 22 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), cet. 3, hlm Sardiman, AM., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: CV. Rajawali, 1992), Cet. IV, hlm

26 c. Hasil Belajar Hasil belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu hasil dan belajar. Hasil berarti sesuatu yang diadakan oleh usaha. 24 Sedangkan belajar berarti tahapan perubahan tingkah laku siswa yang positif sebagai hasil interaksi edukatif dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. 25 Jadi hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh dari usaha perubahan tingkah laku siswa sebagai hasil interaksi edukatif dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Sebagai kegiatan yang berupaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan yang ditetapkan, maka evaluasi hasil belajar memiliki sasaran berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan. Ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar peserta didik secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yakni: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. 26 Hasil belajar yang diperoleh peserta didik tidak sama, karena ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Sebenarnya faktor yang mempengaruhi hasil belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 1) Faktor Internal a). Faktor Jasmaniah Termasuk di dalamnya faktor kesehatan, hasil belajar tidak akan maksimal apabila kesehatan terganggu, selain itu juga peserta didik akan cepat lelah, kurang bersemangat, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguangangguan/ kelainan-kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), hlm Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), hlm Muhibin Syah, hlm Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya,(Jakarta: Rineka Cipta, 1995), Cet.3, hlm

27 b). Faktor Psikologis (1) Intelegensi Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis, yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. 28 (2) Minat Minat (interest) yaitu kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar dalam mata pelajaran tertentu 29. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat peserta didik, maka peserta didik tidak akan belajar dengan baik, karena tidak ada daya tarik baginya. 30 (3) Bakat Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar dan berlatih. Jika bahan pelajaran yang dipelajari peserta didik sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya peserta didik lebih giat lagi dalam belajar. 31 (4) Motivasi Motivasi merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Lemahnya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya, mutu hasil 28 Slameto, hlm E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), Cet.3, hlm Slameto, hlm Slameto, hlm

28 belajar akan menjadi rendah. 32 F.J. McDonald mendefinisikan tentang motivasi, yaitu: Motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions 33. Motivasi adalah sebuah perubahan energi pada karakteristik seseorang dengan menimbulkan perbuatan dan reaksi tujuan yang telah dipersiapkan. 2) Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu. Yang termasuk faktor ekstern yang dapat mempengaruhi hasil belajar, antara lain: a). Faktor Keluarga Faktor keluarga baik secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar peserta didik. 34 Suasana keluarga yang ramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar. Peserta didik perlu dorongan dan pengertian dari orang tua, bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. 35 b). Faktor Sekolah (1). Guru Peranan guru dalam pembelajaran dewasa ini sangat penting, dalam hal ini efektivitas pengolahan faktor bahan, lingkungan dan instrumen sebagai faktor yang utama yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, hampir seluruhnya tergantung pada guru. 36 Keterlibatan guru dalam 32 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), Cet. 1,hlm F.J. McDonald, Educational Psychology, (USA: Wadsworth Publishing Co., Inc., 1959), hlm E. Mulyasa, hlm Slameto, hlm E. Mulyasa, hlm

29 pembelajaran memberi pengaruh yang besar terhadap hasil belajar. 37 (2). Kurikulum Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu 38. Kurikulum yang tidak baik, sebagai contoh terlalu padat, di atas kemampuan peserta didik tidak sesuai bakat, minat, dan perhatian peserta didik akan mempengaruhi dalam pembelajaran dan hasil belajar. Perlu diingat sistem intruksional sekarang menghendaki proses belajar mengajar yang mementingkan kebutuhan peserta didik. 39 (3). Keadaan gedung Dengan jumlah peserta didik yang banyak serta variasi karakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan gedung dewasa ini harus memadai di dalam setiap kelas. Bagaimana mungkin mendapatkan hasil belajar yang maksimal kalau kelas tidak memadai bagi setiap peserta didik. 40 c). Faktor Masyarakat Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap hasil belajar. Pengaruh itu terjadi keberadaan peserta didik dalam masyarakat. (1). Kegiatan peserta didik dalam masyarakat Perlu kiranya membatasi kegiatan peserta didik dalam masyarakat supaya jangan sampai mengganggu 37 E. Mulyasa, hlm Muhammad Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), Cet.1, Slameto, hlm Slameto, hlm

30 belajarnya. Apabila belajarnya terganggu maka akan berpengaruh pada hasil belajar. (2). Mass media Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap peserta didik dan juga terhadap hasil belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek akan memberikan pengaruh yang jelek terhadap peserta didik, yang nantinya akan berpengaruh terhadap hasil belajar. 41 (3). Teman bergaul Pengaruh teman bergaul peserta didik lebih cepat masuk dalam jiwa peserta didik dari pada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri peserta didik, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat buruk pula. 42 (4). Bentuk kehidupan masyarakat Peserta didik dalam masyarakat sebagai seorang anak akan tertarik untuk ikut berbuat seperti yang diperbuat orang-orang di sekitarnya. Apabila kegiatan itu tidak baik bagi anak maka akibatnya belajarnya terganggu, sebaliknya apabila lingkungannya merupakan lingkungan terpelajar maka peserta didik akan terpengaruh juga ke halhal yang dilakukan oleh orang-orang lingkungannya Materi Tentang Ekosistem Ekosistem merupakan salah satu materi pokok dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk mata pelajaran Biologi yang diajarkan kepada peserta didik SMP atau sederajat kelas VII semester genap. Dalam materi pokok Ekosistem mempelajari tentang saling ketergantungan dalam ekosistem yaitu komponen ekosistem, satuan-satuan ekosistem dan hubungan antar komponen ekosistem. Bahwasanya setiap murid belum 41 Slameto, hlm Slameto, hlm Slameto, hlm

31 benar-benar faham betul bahwa makhluk hidup selalu melakukan interaksi/timbal balik terhadap lingkungannya. Manusia, hewan dan tumbuhan termasuk makhluk hidup. Makhluk hidup menempati suatu ruangan yang disebut lingkungan, lingkungan terdiri dari komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik meliputi berbagai jenis makhluk hidup sedangkan komponen abiotik meliputi berbagai benda mati, misalnya tanah, air, udara dan sinar matahari. Di dalam lingkungan terjadi interaksi antara komponen-komponen penyusunnya. Interaksi itu membentuk suatu satuan fungsional yang disebut ekosistem. Jadi, di dalam ekosistem terjadi interaksi antar sesama makhluk hidup dan antara makhluk hidup dengan lingkungan abiotiknya. 44 Dalam ekosistem disini membahas tentang ketergantungan dalam ekosistem, diantaranya : 1. Komponen ekosistem Ekosistem terdiri atas dua komponen utama, yaitu komponen abiotik dan biotik. Berikut akan kita pelajari kedua komponen tersebut: a) Komponen abiotik Abiotik berasal dari kata a dan biotik, a artinya tidak atau tanpa dan biotik artinya hidup. Jadi, abiotik artinya semua benda tak hidup yang terdapat dalam suatu ekosistem. Contoh komponen abiotik yaitu air, tanah, batu, pasir, udara, cahaya, suhu, kelembapan dan gaya tarik bumi. b) Komponen biotik Semua hewan (termasuk manusia), tumbuhan dan mikroorganisme yang terdapat dalam suatu ekosistem merupakan komponen biotik. Menurut peranannya, komponen biotik dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu produsen (penghasil), konsumen (pemakai) dan dekomposer (pengurai). 45 Berdasarkan fungsinya, komponen biotik dibedakan menjadi: 44 Retno Widjajanti, Ilmu Pengetahuan Alam, (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 2007) hal Retno Widjajanti, hlm

32 a. Produsen (penghasil) Produsen merupakan kelompok organisme yang dapat membuat makanan sendiri, semua jenis tumbuhan hijau termasuk produsen. Mengapa tumbuhan hijau dapat membuat makanan sendiri? Tumbuhan hijau dapat menghasilkan makanan sendiri melalui proses fotosintesis. Perhatikan proses fotosintesis di bawah ini! Zat makanan akan tersimpan pada daun, batang, akar dan buah. O 2 dilepas ke udara dimanfaatkan oleh organisme lain untuk pernafasan. Organisme yang dapat membuat makanan sendiri seperti di atas disebut organisme autotrof. Ada tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil maka kebutuhan makanannya tergantung organisme lain karena tidak dapat berfotosintesis, misal : tali putri. 46 Autotrof Komponen autotrof terdiri dari organisme yang dapat membuat makanannya sendiri dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti sinar matahari (fotoautotrof) dan bahan kimia (kemoautotrof). Komponen autotrof berperan sebagai produsen. Yang tergolong autotrof adalah tumbuhan berklorofil. Heterotrof Komponen heterotrof terdiri dari organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik yang disediakan oleh organisme lain sebagai makanannya. Komponen heterotrof disebut juga konsumen makro (fagotrof) karena makanan yang dimakan berukuran lebih kecil. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba _Teguh_

33 b. Konsumen (pemakai) Kelompok yang terdiri dari hewan dan manusia. Kelompok ini tidak dapat membuat makanan sendiri, untuk itu tergantung pada organisme lain. Organisme tersebut disebut organisme heterotrof, yang artinya organisme yang tidak dapat membuat makanan sendiri sehingga untuk memenuhi kebutuhannya tergantung pada organisme lain. Maka di sini terjadi peristiwa makan memakan. Berdasarkan tingkat memakannya, terbagi menjadi: 1) Konsumen I atau primer: organisme yang makan produsen (tumbuhan hijau) 2) Konsumen II atau sekunder: organisme yang makan konsumen I atau primer. Berdasarkan jenis makanannya, konsumen sebagai organisme heterotrof dibagi menjadi: 1) Herbivora: hewan pemakan tumbuhan Contoh: kerbau,kambing, belalang. 2) Karnivora: hewan pemakan daging Contoh: anjing, elang, harimau. 3) Omnivora: hewan pemakan segalanya Contoh: tikus, ayam, luwak. c. Decomposer (pengurai) Merupakan mikroorganisme yang menguraikan senyawa organik atau bahan makanan yang ada pada sisa organisme menjadi senyawa an organik yang lebih kecil. Pengurai biasanya dari golongan jamur dan bakteri yang tidak dapat membuat makanan sendiri dan mereka memperoleh makanan dengan cara menguraikan organisme yang telah mati. Hasil penguraian ini berupa zat mineral yang akan meresap ke dalam tanah. Zat mineral tersebut akan diambil tumbuhan Retno Widjajanti, hlm

34 2. Satuan-satuan ekosistem Ekosistem tersusun atas makhluk hidup (biotik) dan benda mati (abiotik). Makhluk hidup anggota ekosistem terdiri dari satuan-satuan, yaitu individu, populasi dan komunitas. 1. Individu Satu makhluk hidup tunggal dalam lingkungan disebut individu. Satu ekor ikan atau satu ekor penyu disebut individu, satu alga disebut individu, seorang manusia juga disebut individu. Jadi individu adalah satuan makhluk hidup tunggal. 2. Populasi Ikan atau kura-kura yang hidup di suatu kolam jumlahnya lebih dari satu. Demikian juga dengan tumbuhan air seperti, Hydrilla, eceng gondok atau teratai. Semua ikan yang hidup di kolam tersebut disebut populasi ikan, semua kura-kura disebut populasi kura-kura dan semua tumbuhan Hydrilla disebut populasi Hydrilla. 49 Jadi populasi adalah sekelompok makhluk hidup yang sejenis mendiami tempat tertentu. Karena jumlah organisme di suatu tempat dengan tempat lain berbeda-beda maka tingkat kepadatan populasi pun berbeda-beda. Kepadatan adalah hubungan antara jumlah individu dan ruang yang ditempati. Sedangkan kepadatan populasi adalah jumlah individu makhluk hidup sejenis per satuan luas tempat yang dihuni pada waktu tertentu. Contoh : Pada tahun 2000, daerah X luasnya 2 km 2 dihuni oleh 200 orang penduduk. Maka kepadatan penduduknya adalah 200 orang per 2 km 2 = 100 orang per km 2. Artinya daerah seluas 1 km 2 dihuni 100 orang penduduk. Kepadatan populasi suatu jenis makhluk hidup pada satu daerah dari tahun ke tahun selalu mengalami perubahan. Ada dua hal yang menyebabkan terjadinya perubahan populasi, sebagai berikut : 49 Retno Widjajanti, hlm

35 1. Adanya individu yang datang, yaitu karena adanya kelahiran (natalitas) dan imigrasi. 2. Adanya individu yang pergi, karena adanya kematian (mortalitas) dan emigrasi. 3. Komunitas Tempat hidup makhluk hidup itu disebut dengan habitat. Populasi rumput, populasi semut dan populasinya hidup bersama sama ditempat tertentu disebut komunitas. Komunitas adalah kumpulan populasi populasi yang berbeda dan hidup bersama pada tempat tertentu. Makhluk hidup bertempat tinggal dalam suatu habitat akan tergantung pada lingkungan. Lingkungan adalah segala suatu yang ada di sekitar makhluk hidup. Kesatuan antara komunitas dengan lingkungannya dimana di dalamnya ada hubungan timbal-balik disebut dengan ekosistem. Sedangkan ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan disebut ekologi. Terdapat dua macam ekosistem,yaitu : 1. Ekosistem buatan; yang sengaja dibuat oleh manusia. Misal: sawah, kolam akuarium. 2. Ekosistem alami; yang tidak dibuat oleh manusia tetapi sudah ada dari alam. Misal: sungai, pantai, hutan. Ekosistem yang terbesar di bumi disebut biosfer yang terdiri dari seluruh ekosistem yang ada di permukaan bumi. 3. Hubungan antar komponen ekosistem Di dalam ekosistem terjadi saling ketergantungan antar komponen, sehingga apabila salah satu komponen mengalami gangguan maka mempengaruhi komponen lainnya. Ekosistem dikatakan seimbang apabila jumlah antara produsen, konsumen I dan konsumen II seimbang. 1. Hubungan antara komponen biotik dan komponen abiotik Keberadaan komponen abiotik dalam ekosistem sangat mempengaruhi komponen biotik. Misal: tumbuhan dapat hidup 24

36 baik apabila lingkungan memberikan unsur-unsur yang dibutuhkan tumbuhan tersebut, contohnya air, udara, cahaya, dan garam garam mineral. Begitu juga sebaliknya komponen biotik sangat mempengaruhi komponen abiotik yaitu tumbuhan yang ada di hutan sangat mempengaruhi keberadaan air, sehingga mata air dapat bertahan, tanah menjadi subur. Tetapi apabila tidak ada tumbuhan, air tidak dapat tertahan sehingga dapat menyebabkan tanah longsor dan menjadi tandus. Komponen abiotik yang tidak tergantung dengan biotik antara lain: gaya grafitasi, matahari, tekanan udara. 2. Hubungan antara komponen biotik dengan komponen abiotik Di antara produsen, konsumen dan pengurai adalah saling ketergantungan. Tidak ada makhluk hidup yang hidup tanpa makhluk lainnya. Setiap makhluk hidup memerlukan makhluk hidup lainnya untuk saling mendukung kehidupan baik secara langsung maupun tak langsung. Hubungan saling ketergantungan antar produsen, konsumen dan pengurai. Terjadi melalui peristiwa makan dan memakan melalui peristiwa sebagai berikut: a. Rantai makanan Merupakan peristiwa makan dan dimakan dalam suatu ekosistem dengan urutan tertentu. b. Jaring-jaring makanan Merupakan sekumpulan rantai makanan yang saling berhubungan dalam suatu ekosistem. Seperti contoh jarring jaring makanan di bawah ini terdiri dari 5 (lima) rantai makanan. 25

37 c. Piramida makanan Merupakan gambaran perbandingan antara produsen, konsumen I, konsumen II, dan seterusnya. Dalam piramida ini semakin ke puncak biomassanya semakin kecil. d. Arus energi Merupakan perpindahan energi dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Yaitu dari sinar matahari lalu produsen, ke konsumen tingkat I, ke konsumen tingkat II sampai pengurai. Sedangkan mineral membentuk siklus. Energi yang dilepas sangat kecil karena setiap organisme membutuhkan energi dalam memenuhi kebutuhannya. 26

38 e. Siklus energi Merupakan perpindahan zat dari tempat satu ke tempat yang lainnya. Akhirnya akan kembali ke tempat zat itu berasal. Contoh lihat siklus air di bawah ini! Keseimbangan ekosistem dapat terjadi bila ada hubangan timbal balik di antara komponen komponen ekositem. Perhatikan grafik perbandingan jumlah produsen, herbivora dan karnivora! 27

39 Semula produsen, herbivora dan karnivora berada pada tempat tertentu. Tumbuhan sebagai produsen yang jumlahnya paling banyak. Apabila ada hal-hal yang mengubah lingkungan maka organisme tersebut tidak akan mengalami perubahan, tetapi jika jumlah organisme tidak terkendalikan akan membahayakan organisme lainnya Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Biologi Konon dalam pelaksanaan pembelajaran biologi sekarang ini pada umumnya guru masih mendominasi kelas, peserta didik pasif (datang, duduk, nonton, berlatih, dan lupa). Guru memberitahukan konsep, peserta didik menerima bahan jadi. Untuk mengikuti pembelajaran di sekolah, kebanyakan peserta didik tidak siap terlebih dahulu dengan minimal membaca bahan yang akan dipelajari, peserta didik datang tanpa bekal pengetahuan seperti membawa wadah kosong. Lebih parah lagi, peserta didik tidak menyadari tujuan belajar yang sebenarnya, tidak mengetahui manfaat belajar bagi masa depannya nanti. Mereka memandang belajar sebagai suatu kewajiban yang dipikul atas perintah orang tua, guru, atau lingkungannya. Mereka belum memandang belajar sebagai kebutuhan. Dampak dari kedua hal 50 _Teguh_7. 28

40 tersebut, peserta didik tidak merasakan nikmatnya belajar, belajar hanya sekedar melaksanakan kewajiban malahan seringkali terlihat karena keterpaksaan. Ditambah lagi materi biologi susah dan seringkali dibuat susah, suasana pembelajaran biologi yang monoton, penuh ketegangan, banyak tugas, dan lain sebagainya. Begitu pula dengan kondisi di luar kelas, suasana rumah tidak nyaman, fasilitas belajar kurang, lingkungan kehidupan tidak kondusif. Lengkaplah penunjang kegagalan belajar. Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran biologi, berusaha untuk mengubah kondisi di atas, yaitu membuat skenario pembelajaran yang dimulai dari konteks kehidupan nyata para peserta didik (daily life). Selanjutnya guru memfasilitasi peserta didik untuk mengangkat objek dalam kehidupan nyata tersebut ke dalam konsep biologi, dengan melalui Tanya jawab, diskusi, inkuiri, sehingga peserta didik dapat mengkonstruksi konsep tersebut dalam pikirannya. Penerapan pendekatan kontekstual sejalan dengan tumbuh kembangnya biologi itu sendiri dan ilmu pngetahuan secara umum. Biologi tumbuh dan berkembang bukan melalui pemberitahuan, akan tetapi melalui inkuiri, kontruktivisme, tanya jawab, dan yang semacamnya yang dimulai dari pengamatan pada kehidupan sehari-hari yang dialami secara nyata. Hakekat pembelajaran biologi adalah suatu proses (aktivitas) berpikir disertai dengan aktivitas afektif dan fisik. 51 Suatu proses akan berjalan secara alami melalui tahap demi tahap menuju ke arah yang lebih baik, kesalahan adalah bagian dari proses pembelajaran. Dengan demikian dalam pembelajaran peristiwa salah yang dilakukan oleh peserta didik suatu hal yang alami, tidak perlu disalahkan, justru seharusnya guru memberikan atensi karena mereka telah melakukan pembelajaran. Guru jangan selalu berharap kepada peserta didik mengemukakan hal yang benar saja, apalagi selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan membuka toleransi dan menghargai setiap usaha peserta didik dalam belajar, peserta didik tidak akan takut berbuat salah, malahan akan tumbuh 51 Oemar Hamalik, hlm 29 29

41 semangat untuk mencoba karena tidak takut lagi disalahkan. Karena belajar adalah suatu proses, belajar bukan sekedar menghafal konsep yang sudah jadi, akan tetapi belajar haruslah mengalami sendiri. 5. Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Biologi pada Materi Pokok Ekosistem Materi pokok ekosistem sangat erat sekali dengan kehidupan nyata para peserta didik. Banyak sekali permasalahan yang ada dalam materi pokok ekosistem yang berkaitan erat dengan aktivitas peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Sesuai dengan Kompetensi Dasar yang ditargetkan, guru diharapkan mampu menerapkan pendekatan pembelajaran yang tepat agar peserta didik mampu meningkatkan pemahamannya terhadap materi, mengeluarkan kemampuan intelektualnya secara maksimal melalui pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. Seorang guru juga diharapkan mampu memotivasi agar peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran dengan cara mengaitkan materi dengan kehidupan nyata para peserta didik yang mana peserta didik bisa lebih memahami karena hal itu sering dijumpai bahkan tanpa sadar kegiatannya sehari-hari berkaitan erat dengan materi yang diajarkan. Oleh karena itu, untuk materi gerak pada tumbuhan guru tepat sekali jika menerapkan sebuah pendekatan kontekstual dalam menyelesaikan permasalahan di atas. Dalam pendekatan kontekstual (CTL), guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi kehidupan nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami, bukan mentrasfer pengetahuan dari guru ke peserta didik. Dengan konsep itu, pembelajaran diharapkan lebih bisa bermakna bagi peserta didik, sehingga hasil belajar peserta didik menjadi meningkat dan tercapainya kriteria ketuntasan minimum (KKM). 30

42 Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran biologi pada materi pokok ekosistem adalah sebagai berikut: a. Pendahuluan Pendahuluan diisi dengan memberi motivasi dan apersepsi kepada peserta didik dengan cara menggali kemampuan awal peserta didik tentang konsep yang akan dipelajari. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan pertanyan yang berkaitan dengan materi ekosistem. b. Pembentukan kelompok Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang yang memiliki kemampuan akademik yang heterogen. Pembentukan kelompok yang heterogen dapat mengoptimalkan proses dan hasil belajar peserta didik. c. Pemberian masalah Masing-masing kelompok diberi permasalahan yang berhubungan dengan materi ekosistem yang harus mereka pecahkan. pemecahan masalah dilakukan dengan melakukan pengamatan dan mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai masalah yang harus mereka pecahkan. Dengan melakukan pengamatan apa yang mereka sering jumpai bahkan dilakukan dalam kehidupan nyata sehari-hari peserta didik. d. Melakukan sharing Sharing dilakukan agar peserta didik saling melengkapi hasil kegiatannya. Berupa macam-macam ekosistem yang ada di lingkungan sekitar serta dapat menyebutkan komponen ekosistem, satuan-satuan ekosistem dan juga bisa memahami hubungan antar komponen ekosistem, misalnya menyebutkan komponen biotik; produsen, konsumen dan pengurai. Satuan ekosistem seperti individu, populasi dan komunitas. Hubungan antar komponen ekosistem seperti rantai makanan, jaring-jaring makanan dan piramida makanan. e. Presentasi Setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil simpulan sementara mereka. Berupa macam-macam ekosistem yang 31

43 ada di lingkungan sekitar serta dapat menyebutkan komponen ekosistem, satuan-satuan ekosistem dan juga bisa memahami hubungan antar komponen ekosistem, misalnya menyebutkan komponen biotik; produsen, konsumen dan pengurai. Satuan ekosistem seperti individu, populasi dan komunitas. Hubungan antar komponen ekosistem seperti rantai makanan, jaring-jaring makanan dan piramida makanan. f. Refleksi Refleksi yaitu cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan. Berupa pelajaran yang didapat dikelas maupun diluar kelas yang mempelajari tentang ketergantungan dalam ekosistem dimana bahwa setiap makhluk hidup selalu melakukan interaksi/timbal balik terhadap lingkungannya. g. Penutup Pada tahap ini dilakukan kegiatan menarik kesimpulan. Guru bersama-sama dengan peserta didik menarik kesimpulan tentang materi yang sudah dibahas sesuai dengan tujuan pembelajaran. B. Kerangka Berfikir Pra siklus (Kondisi awal) Konvensional Hasil (55,75) Siklus I CTL Hasil (63,125) Siklus II CTL Hasil (81,375) C. Kajian Penelitian yang Relevan Dalam mempersiapkan penelitian ini, penulis terlebih dahulu mempelajari beberapa buku hasil karya para pakar pendidikan dan juga skripsi yang terkait dengan penelitian ini, untuk dijadikan dasar landasan teori. Sejauh 32

44 pengamatan penulis, ada beberapa penelitian yang membahas tentang pembelajaran kontekstual, diantaranya sebagai berikut. a) Penelitian Rif an Ulil Huda, 2008 yang melakukan penelitian tindakan kelas Upaya Meningkatkan Semangat Belajar Peserta Didik dalam pembelajaran Fiqih Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (Studi tindakan di kelas VII MTs Fatahillah Semarang). Setelah dilaksanakan tindakan melalui pembelajaran dengan pendekatan kontekstual maka suasana kelas menjadi hidup, peserta didik menjadi semangat belajar dan hasil belajar menjadi maksimal. b) Skripsi Salamah ( ) fakultas ilmu Pendidikan Alam dan Matematika, UNNES 2005 yang berjudul Meningkatkan Prestasi Belajar IPA dengan menggunakan Metode Inquiri pada kelas V SD Darat Lasimin Semarang, yang teorinya mengungkapkan tentang peranan metode Inquiri dalam pembelajaran IPA, bahwa metode Inquiri merupakan proses belajar yang memberikan kesempatan pada anak didiknya untuk menguji dan menafsirkan masalah secara sistematis yang memberikan solusi berdasarkan pembuktian, sehingga dalam kegiatan belajarnya melibatkan seluruh kemampuan peserta didik secara maksimal untuk mencari dan menyelidiki secara kritis, logis, dan analitis. Jadi peserta didik dituntut untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan seluruh potensi yang ada. c) Selain hal tersebut juga didasarkan pada makalah Pemilihan Modelmodel Pembelajaran Biologi dan Penerapannya di SMP yang ditulis oleh Drs. Amin Suyitno, M.Pd. Berisi tentang model-model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran biologi, di dalamnya membahas tentang macam-macam model pembelajaran seperti model pembelajaran Cooperative Learning serta bagian-bagiannya, model pembelajaran Quantum Teaching, termasuk pendekatan kontekstual. Sedangkan skripsi ini yang berjudul Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Pokok Ekosistem di Kelas VII MTs Al-Madinah Tegalkubur Yamansari Lebaksiu-Tegal, membahas tentang penerapan pendekatan (CTL) untuk 33

45 meningkatkan hasil belajar peserta didik termasuk aktivitas belajar peserta didik. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sebelumnya khususnya pada kajian penelitian pendukung di atas adalah pada skripsi Rif an Ulil Huda materi yang dibahas adalah fiqih. Sedangkan skripsi Salamah membahas metode inkuiri yang mana metode inkuiri itu komponen dari pendekatan kontekstual. D. Hipotesis Tindakan Rumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat. 52 Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah sebagai berikut: Melalui penerapan pendekatan kontekstual (CTL), maka hasil belajar peserta didik kelas VII MTs Al-Madinah Lebaksiu Kabupaten Tegal dalam pelajaran Biologi materi pokok ekosistem dapat meningkat. 52 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & B, (Bandung: Alfabeta, 2002), Cet. 3, hlm

46 BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini, tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti adalah sebagai berikut 1. Untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VII di MTs Al- Madinah Lebaksiu Kabupaten Tegal khususnya pada materi pokok Ekosistem. 2. Untuk menemukan cara yang efektif dalam penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran biologi khususnya pada materi pokok Ekosistem. B. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Sedangkan tempat penelitian di MTs Al-Madinah yang beralamat di Jalan Kajenengan No. 26 Lebaksiu-Tegal. C. Metode Penyusunan Instrument Penelitian tindakan kelas (classroom action research), yang merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran, dan mencoba hal-hal baru pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran. 1 Berdasarkan jumlah dan sifat perilaku anggotanya, penelitian tindakan ini berbentuk kolaboratif. Dalam hal ini peneliti bekerjasama dengan orang lain (ahli) melakukan setiap langkah penelitian seperti: planning, observing, thinking action dan reflecting. Adapun model penelitian tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Spiral dari Kemmis dan Taggart yang terdiri dari beberapa siklus tindakan dalam pembelajaran berdasarkan refleksi mengenai hasil 1 Tim Penyusun, Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas (PTK )bagimahasiswa IAIN Walisongo, (Semarang:Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo, 2008), hlm

47 tindakan-tindakan pada siklus sebelumnya. Dimana pada setiap siklus tersebut terdiri dari empat tahapan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Perencanaan refleksi SIKLUS I pelaksanaan pengamatan perencanaan refleksi SIKLUS II pelaksanaan? pengamatan Gambar 3. Model Penelitian Tindakan Kelas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada tiap siklus dibuat berdasarkan yang disyaratkan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Di dalam RPP tertuang skenario pembelajaran biologi materi pokok ekosistem dengan menggunakan pendekatan kontekstual. 2. Tugas Rumah Pemberian tugas rumah ini dimaksudkan untuk mendalami materi ekosistem agar mencapai kompetensinya, selain itu untuk melatih peserta didik menyelesaikan masalah secara mandiri. cet. 6, hlm Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 36

48 3. Instrument Pengamatan Dalam hal ini untuk mengukur selama proses pelaksanaan pembelajaran, baik mengamati aktivitas, ketrampilan, kerjasama dalam kelompok. 4. Tes Akhir Untuk mengukur keberhasilan pembelajaran dengan penerapan pendekatan kontekstual. D. Rencana Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas Sebelum mengadakan penelitian, peneliti membuat rencana pembelajaran dan soal tes akhir pembelajaran tiap siklus. Proses penyusunannya melalui tahapan sebagai berikut: 1. Peneliti mengumpulkan bahan dan materi dari berbagai sumber (bukubuku, internet, dan lain-lain) untuk dibuat rencana pembelajaran dan soal tes. 2. Peneliti mengkonsultasikan soal-soal dan rencana pembelajaran yang masih mentah dengan dosen pembimbing dan guru mitra selaku kolabolator untuk memperbaikinya, sehingga menjadi draf yang layak digunakan dalam penelitian. 3. Peneliti melakukan proses akhir yaitu mencetak rencana pembelajaran dan soal tes tiap siklus tersebut sehingga siap digunakan dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai guru adalah guru biologi kelas VII. Guru mitra dan peneliti sebagai pengamat aktif. Panduan diselenggarakan secara kolaborasi-partisipasi antara dosen, mahasiswa, dan guru kelas (keterlibatan sebagai praktisi dan pengkaji luar). Kegiatan penelitian tindakan kelas ini dirancang dan akan dilaksanakan dalam 3 tahap siklus, yaitu pra siklus, siklus 1, dan siklus 2. Pra siklus dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran yang belum menggunakan pendekatan kontekstual dalam proses kegiatan belajar mengajar. Sedangkan siklus 1 dan siklus 2 terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pelaksanaan tiap siklus akan diambil satu kelas yang sama. Hal ini ditempuh untuk membandingkan 37

49 dan menggambarkan proses pembelajaran pada tiap-tiap siklus. Sebagai langkah-langkah besar yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: Pra siklus Dalam pra siklus ini peneliti akan melihat pembelajaran biologi pada materi pokok ekosistem di kelas. Pada pelaksanaan pra siklus ini guru masih menggunakan metode pembelajaran yang konvensional yaitu belum menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajarannya. Dalam pembelajaran konvensional ini murid masih monoton mendengarkan penjelasan guru, dan murid juga masih pasif dalam proses belajar mengajar, murid datang, duduk, nonton, latihan dan lupa. Di dalam kelas sangat begitu monoton karena guru mendominasi jalannya proses belajar mengajar, guru memberikan materi dan murid mendengarkan di dalam kelas tidak begitu hidup proses belajar mengajarnya sehinga murid merasa jenuh dan bosan, itulah yang terjadi saat pembelajaran konvensional yang diterapkan. Dalam pelaksanaan pembelajaran pada pra siklus ini juga akan diukur dengan indikator penelitian yaitu akan dilihat aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran, serta hasil belajar peserta didik. Hal ini dilakukan sebagai dasar untuk membandingkan keberhasilan pembelajaran dengan penerapan pendekatan kontekstual pada siklus 1 dan siklus 2. Siklus 1 1) Perencanaan a) Meninjau kembali rancangan pembelajaran yang telah disiapkan (RPP, soal evaluasi, soal tugas rumah) b) RPP harus menggambarkan pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual 2) Pelaksanaan Guru meleksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disiapkan. Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan 38

50 menggunakan pendekatan kontekstual pada materi pokok ekosistem pada siklus 1 secara garis besar adalah sebagai berikut: a) Menyiapkan sarana pembelajaran b) Guru membuka pelajaran dengan salam c) Mengadakan presensi terhadap kehadiran peserta didik d) Guru memberikan informasi awal tentang jalannya pembelajaran dan tugas yang harus dilaksanakan peserta didik secara singkat, dan penuh kehangatan. e) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada materi pokok ekosistem. f) Guru mereview materi tentang ekosistem (komponen ekosistem, satuan-satuan ekosistem dan hubungan antar komponen ekosistem) yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. g) Guru mulai mempraktikkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran pada materi pokok ekosistem. Adapun langkahlangkahnya: 1) Guru membentuk kelompok belajar heterogen (4-5 siswa) dan mengatur tempat duduk siswa agar setiap anggota kelompok dapat saling bertatap muka (pembentukan kelompok didasarkan atas nilai rata-rata ulangan guru sebelumnya). 2) Guru memberikan kegiatan yang terencana (bisa lewat alat peraga, permainan dan sebagainya) yang mengarahkan peserta didik dapat menemukan atau mengkontruksi pengetahuannya sendiri. 3) Peserta didik mengerjakan kegiatan yang dirancang guru secara informal berdasarkan pengetahuan yang dimiliki peserta didik. 4) Guru memberitahukan agar peserta didik saling kerjasama dan saling membantu sesuai kelompoknya masing-masing. 5) Guru mengamati/menilai/memeriksa hasil pekerjaan peserta didik. Guru menghargai keberagaman jawaban peserta didik. 39

51 6) Guru dapat meminta 1 atau 2 peserta didik untuk mendemonstrasikan temuannya (cara menyelesaikan masalah) di depan kelas. 7) Dengan tanya jawab, guru dapat mengulangi jawaban peserta didik agar peserta didik yang lainnya memiliki gambaran yang jelas tentang pola pikir peserta didik yang telah menyelesaikan soal tersebut. Dalam hal ini guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator. 8) Guru membubarkan kelompok yang dibentuk dan peserta didik kembali ke tempat duduk masing-masing. h) Guru memberikan motivasi dan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya. i) Setelah itu, peserta didik bersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari. j) Guru memberikan soal tes evaluasi secara individual kepada peserta didik berkenaan materi tentang ekosistem. 3) Pengamatan a) Selama proses pembelajaran untuk mengetahui aktivitas peserta didik dalam pelaksanakan pembelajaran. b) Hasil evaluasi (tes) c) Dengan mencatat keberhasilan dan hambatan-hambatan yang dialami dalam proses pembelajaran yang belum sesuai dengan harapan penelitian 4) Refleksi a) Secara kolaboratif guru mitra dan peneliti menganalisis dan mendiskusikan hasil pengamatan. Selanjutnya membuat suatu refleksi mana yang perlu dipertahankan dan mana yang perlu diperbaiki untuk siklus ke 2 nantinya. b) Membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan siklus 1. 40

52 Siklus 2 Untuk pelaksanaan siklus 2 secara teknis sama seperti pelaksanaan siklus 1. langkah-langkah besar dalam siklus 2 ini yang perlu ditekankan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi (siklus 2 merupakan perbaikan dari siklus 1 berdasarkan hasil refleksi siklus 1) akan dijelaskan sebagai berikut: 1) Perencanaan Meninjau kembali rancangan pembelajaran yang disiapkan untuk siklus 2 dengan melakukan revisi sesuai hasil siklus 1. 2) Pelaksanaan Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disiapkan sesuai revisi berdasarkan evaluasi pada siklus 1. Adapun langkah-langkah pembelajarannya sama seperti langkah-langkah pada siklus 1. Dalam siklus 2 membahas tentang sub materi pokok hubungan antar komponen ekosistem dan mengembangkan materi sebelumnya. Dalam pelaksanaannya siswa selain belajar berkelompok di dalam kelas, siswa juga belajar di luar kelas dalam menemukan permasalahan dalam pembelajarannya. Disini guru juga ikut berperan aktif dalam membimbing dan mengamati saat siswa belajar di dalam kelas maupun diluar kelas, saat belajar di luar kelas banyak siswa yang belum begitu faham tentang materi hubungan antar komponen ekosistem, guru disini slalu mendampingi saat belajar di luar jadi saat siswa ada pertanyaan yang kira-kira siswa belum tahu guru bisa menjelaskan sekilas meskipun sebelumnya sudah dijelaskan oleh guru. Disaat belajar di luar sudah selesai maka siswa dituntut untuk mempresentasikan hasilnya di depan kelas dihadapan siswa lainnya, perkelompok mewakili satu anak maju untuk presentasi membahas hasil penemuannya disaat belajar di luar, ada beberapa anak yang mengajukan pertanyaan kepada setiap kelompok yang maju dan setiap pertanyaan dicatat guru untuk dibahas bersama-sama. Setelah semua kelompok sudah mempresentasikan, maka guru disini berperan aktif 41

53 dalam menjelaskan materi hubungan antar komponen ekosistem yang siswa presentasikan di depan kelas. 3) Pengamatan Guru melakukan pengamatan yang sama pada seperti siklus 1, dalam proses pembelajarannya guru bisa lebih tahu aktivitas peserta didik karena guru ikut adil dalam peran diskusi siswa, guru juga melakukan evaluasi di siklus 2 serta mencatat keberhasilan dan hambatan yang dialami dalam proses pembelajaran pada pelaksanaan siklus 2. 4) Refleksi Refleksi pada siklus 2 ini dilakukan untuk melakukan penyempurnaan modul pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual yang diharapkan dapat meningkatkan aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran biologi, khususnya pada materi pokok ekosistem. E. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa metode untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan antara lain sebagai berikut: 1. Pengamatan (observasi) Pengamatan (observasi) adalah metode pengumpulan data dimana peneliti atau kolaboratornya mencatat informasi sebagainya yang mana mereka saksikan selama penelitian. Penyaksian terhadap peristiwaperistiwa itu bisa dengan melihat, mendengarkan, merasakan, yang kemudian dicatat seobjektif mungkin Tes Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. 4 Metode tes digunakan peneliti untuk mengetahui prestasi belajar peserta didik yang telah melakukan pembelajaran biologi khususnya pada 3 W. Gulo, Metode Penelitian, (Jakarta: Grasindo, cetakan ketiga, 2004), hlm Suharsimi Arikunto, hlm

54 materi pokok ekosistem melalui penerapan pendekatan kontekstual dalam proses pembelajarannya. F. Teknik Analisis Data Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisa data tersebut. Dalam analisis ini, penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Analisis hasil pengamatan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran melalui pendekatan kontekstual pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Adapun kriteria penilaian untuk lembar pengamatan aktivitas peserta didik adalah sebagai berikut: a. Penilaian pertama apabila banyaknya peserta didik yang melakukan aktivitas terhitung 25% dari jumlah yang hadir, berarti penilaian peserta didik dalam pembelajaran masih tergolong jelek. b. Penilaian kedua apabila banyaknya peserta didik yang melakukan aktivitas terhitung > 25% dan 50% dari jumlah yang hadir, berarti penilaian peserta didik dalam pembelajaran tergolong cukup. c. Penilaian ketiga apabila banyaknya peserta didik yang melakukan aktivitas terhitung > 50% dan 75% dari jumlah yang hadir, berarti penilaian peserta didik dalam pembelajaran tergolong baik. d. Penilaian keempat apabila banyaknya peserta didik yang melakukan aktivitas terhitung > 75% dari jumlah yang hadir, berarti penilaian peserta didik dalam pembelajaran tergolong baik sekali 2. Data tentang hasil belajar setiap siklus diperoleh dari hasil tes setiap akhir siklus dan data hasil belajar secara keseluruhan setelah diterapkannya pendekatan kontekstual dalam proses pembelajarannya. Adapun langkah perhitungan adalah dengan cara menghitung presentase jawaban benar yang dicapai setiap peserta didik yang dirumuskan sebagai berikut: N P = N N K T X100% Keterangan: N P = Nilai persentase 43

55 N K = Nilai yang didapat N T = Nilai jika semua benar Dari perhitungan ini, peneliti akan dapat mengetahui sampai sejauh mana tingkat keberhasilan peserta didik atas materi yang diajarkan ditinjau dari sudut kriteria keberhasilan belajar (indikator keberhasilan) yang diharapkan atau yang telah ditetapkan. Selain itu, hasil perhitungan dari hasil masing-masing tes kemudian dibandingkan antara siklus 1, siklus 2, hasil ini akan memberikan gambaran mengenai presentase peningkatan hasil belajar peserta didik setelah mengikuti pembelajaran dengan penerapan pendekatan kontekstual. G. Indikator Keberhasilan 1. Tercapainya tujuan ke 1, yaitu meningkatkan hasil belajar peserta didik (termasuk aktivitas peserta didik) kelas VII MTs Al-Madinah Lebaksiu- Tegal pada materi pokok ekosistem. Apabila peran guru selama proses pembelajaran sesuai dengan skenario dan aturan-aturan dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual, sehingga mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik dengan indikator sebagai berikut. a. Aktivitas belajar peserta didik telah mencapai kriteria baik sekali, dengan jumlah presentase aktivitas belajar dalam kegiatan pembelajaran sekurang-kurangnya 75%. b. Hasil belajar peserta didik yang berupa nilai tes peserta didik (setelah tindakan penelitian) lebih dari atau sama dengan 60,0 sebanyak 75% dari seluruh peserta didik di kelas VII MTs Al-Madinah Lebaksiu- Tegal dan rata-rata kelas lebih dari 7,0. 2. Ditemukannya cara yang paling efektif dalam menerapkan pendekatan kontekstual. 44

56 H. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Berikut ini merupakan jadwal rencana kegiatan penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan di MTs Al-Madinah Tegalkubur Yamansari Lebaksiu- Tegal. Tabel 2. Jadwal pelaksanaan penelitian. No. Rencana Kegiatan Minggu ke 1. Persiapan Menyusun jadwal dan konsep penelitian, hari X Rabu tanggal 2 Pebruari Membuat kesepakatan dengan guru mitra X (kolaborator), hari Jumat tanggal 4 Pebruari Observasi data geografis dan histories MTs Al- X Madinah Lebaksiu-Tegal, hari Sabtu tanggal 5 Pebruari Mencari data kelas VII, hari Senin tanggal 7 X Pebruari 2. Pelaksanaan Menyiapkan kelas dan alat, hari Selasa tanggal X 8 Pebruari Melakukan tindakan pra siklus, hari Kamis X tanggal 10 Pebruari Melakukan tindakan siklus I, hari Senin tanggal X 14 Pebruari Melakukan tindakan siklus II, hari Kamis dan X Senin tanggal 17 dan 21 Pebruari 3. Penyusunan Laporan Menyusun konsep laporan, hari Rabu-Kamis X tanggal Pebruari Penyelesaian laporan, hari Sabtu tanggal 26 Pebruari X 45

57 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil MTs Al-Madinah Lebaksiu-Tegal 1. Identitas Madrasah Nama madrasah : MTs Al-Madinah Alamat : Jl. Kajenengan No. 26 Kecamatan : Lebaksiu Kabupaten : Tegal Provinsi : Jawa Tengah No. Telp. : Nama Yayasan : YPI Al-Madinah N S M : Tahun Berdiri : 2008 Nama Kepala Madrasah : Muhtar Hudori, S.Ag No. HP. Kepala Madrasah : Misi, Visi dan Tujuan a. Misi : 1. Terselenggaranya pendidikan yang berciri khas islami yang diharapkan peserta didik dapat mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. 2. Terbinanya akhlak Al-Karimah pada peserta didik sebagai wujud dan hubungan kepada Allah SWT, hubungan kepada manusia dan hubungan kepada alam. 3. Mengembangkan IPTEK dan yang berdayaguna dalam menghadapi era globalisasi sehingga mampu meningkatkan daya saing yang produktif. 4. Mengembangkan kinerja personil dalam lembaga pendidikan guna mencapai keberhasilan pendidikan dan pengajaran. b. Visi : Mencetak pribadi, berprestasi, terampil dan berakhlak Al-Karimah 46

58 c. Tujuan : Mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi masa yang akan datang yang memiliki IPTEK dan ketrampilan yang berdayaguna yang siap menghadapi masa mendatang, yang dilandasi nilai keimanan dan ketaqwaan. 3. Sejarah Berdirinya MTs MTs Al-Madinah Tegalkubur merupakan lembaga pendidikan islam yang didirikan oleh Yayasan Al-Madinah Tegalkubur pada tahun 2008 yang bernuansa islami dengan tujuan mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi masa yang akan datang yang memiliki IPTEK dan keterampilan yang berdayaguna yang siap menghadapi masa mendatang yang dilandasi nilai keimanan dan ketaqwaan, berdirinya mts al-madinah dilatarbelakangi oleh arus modernisasi dan globalisasi yang sangat deras yang mengharuskan kita mampu membendungnya keilmuan, ketrampilan dan nilai-nilai agama islam. Pada saat itu masyarakat sekitar mempunyai problem perekonomian yang sangat kurang jadi anak-anak kurang mendapatkan pendidikan yang layak yaitu pendidikan wajib 9 tahun, kebanyakan masyarakat disekitar bahwa anaknya kalau sudah tamat SD disuruh orang tuanya bekerja baik diladangnya sendiri ataupun ladangnya orang lain bahkan tidak sedikit banyak yang mengadu nasib di negeri orang ada pula yang merantau di kota-kota lain, profesi pekerjaan masyarakat setempat yang merantau di kota kebanyakan hanya pedagang martabak jadi sangat susah kalau orang tua sampai bisa menyekolahkan anak-anaknya kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. Untuk itu MTs Al-Madinah memiliki jalan keluar agar masyarakat setempat bisa merasakan pendidikan wajib 9 tahun, dengan cara didirikannya MTs Al-Madinah sekolah yang gratis bagi masyarakat setempat agar generasi yang mendatang bisa merasakan pendidikan wajib 9 tahun, serta dapat untuk mengantisipasi dampak dari globalisasi dan modernisasi dibidang ekonomi, agama dan budaya. Insya Allah MTs Al- Madinah Tegalkubur siap berdayaguna untuk mencetak generasi yang 47

59 berprestasi, trampil dan berakhal Al-Karimah dengan metode pengajaran dan pendidikan yang diterapkan di MTs Al-Madinah. B. Pembahasan Hasil Penelitian Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) disingkat CTL merupakan konsep dasar belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dalam pembelajaran kontekstual, terdapat tujuh komponen yang diterapkan, yaitu kontruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian yang sebenarnya. Dalam proses pembelajarannya ketujuh komponen tersebut saling berkaitan. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran biologi pada materi pokok ekosistem adalah sebagai berikut: 1. Pendahuluan Pendahuluan diisi dengan memberi motivasi dan apersepsi kepada peserta didik dengan cara menggali kemampuan awal peserta didik tentang konsep yang akan dipelajari. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan pertanyan yang berkaitan dengan materi ekosistem. 2. Pembentukan kelompok Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang yang memiliki kemampuan akademik yang heterogen. Pembentukan kelompok yang heterogen dapat mengoptimalkan proses dan hasil belajar peserta didik. 3. Pemberian masalah Masing-masing kelompok diberi permasalahan yang harus mereka selesaikan. Penyelesaian masalah dilakukan dengan melakukan pengamatan dan mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai masalah yang harus mereka pecahkan. Dengan melakukan pengamatan apa yang mereka sering jumpai bahkan dilakukan dalam kehidupan nyata sehari-hari peserta didik. 48

60 4. Melakukan sharing Sharing dilakukan agar peserta didik saling melengkapi hasil kegiatannya. 5. Presentasi Setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil simpulan sementara mereka. 6. Refleksi Refleksi yaitu cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan. 7. Penutup Pada tahap ini dilakukan kegiatan menarik kesimpulan. Guru bersamasama dengan peserta didik menarik kesimpulan tentang materi yang sudah dibahas sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran, peneliti menggunakan tahapan-tahapan yang disusun dalam siklus, dan setiap siklus dilaksanakan dengan pembahasan materi yang berbeda serta dilaksanakan sesuai perubahan yang diinginkan. Dalam penelitian tindakan kelas ini, yang menjadi subjek penelitian adalah peserta didik kelas VII B MTs Al-Madinah Lebaksiu-Tegal. Kegiatan penelitian tindakan kelas ini, telah dilaksanakan dalam 3 tahap siklus yaitu pra siklus, siklus I dan siklus II. Pra siklus dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran yang belum menggunakan pendekatan kontekstual dalam proses kegiatan belajar mengajar. Sedangkan siklus I dan II terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. 1. Hasil Pelaksanaan Penelitian Pra Siklus (Kamis, 10 Pebruari 2011) Dalam pelaksanaan Pra Siklus ini, guru masih menggunakan metode konvensional dalam proses pembelajarannya. Maka dalam Pra Siklus ini, tidak menggunakan pembagian atau pembentukan kelompok. Dalam hal ini guru menguasai penuh proses pembelajaran. Pada pelaksanaan Pra Siklus materi yang disampaikan adalah tentang komponen ekosistem dan satuan-satuan ekosistem. 49

61 Setelah diadakan ulangan didapat nilai rata-rata kelas 55,75, dengan banyaknya peserta didik yang tuntas hanya 45% dan yang tidak tuntas sebanyak 55%. Ini berarti sebagian besar peserta didik kelas VII B tersebut belum dapat menyelesaikan evaluasi dengan baik. Begitu juga dengan aktivitas peserta didik kelas VII B yang masih 58,23%. Pada umumnya peserta didik masih takut salah, takut mengungkapkan pendapatnya karena guru sangat mendominasi jalannya proses pembelajaran. Pada pelaksanaan pra siklus ini, hasil dan aktivitas belajar dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 3. Hasil Pengamatan Pra Siklus No Indikator Hasil pengamatan 1. Aktivitas Belajar 58,23% 2. Hasil Belajar (Nilai Rata-Rata Kelas) 55,75 3. Ketuntasan Peserta Didik 45% Pada pra siklus ini juga bisa dilihat tabel hasil nilai siswa dalam bentuk interval. Tabel Hasil Nilai Siswa pada Pra Siklus No Interval frekuensi Jumlah Hasil Pelaksanaan Penelitian Siklus I (Senin, 14 Pebruari 2011) Tahap-tahap pelaksanaan dalam siklus I : 1) Perencanaan Membuat RPP yang menggambarkan pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual. 50

62 2) Pelaksanaan Meleksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disiapkan. Langkah yang ditempuh dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada materi pokok ekosistem : a) Menyiapkan sarana pembelajaran b) Membuka pelajaran dengan salam c) Mengadakan presensi terhadap kehadiran peserta didik d) Memberikan informasi awal tentang jalannya pembelajaran dan tugas yang harus dilaksanakan peserta didik secara singkat, dan penuh kehangatan. e) Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual. f) Mereview materi tentang ekosistem (komponen ekosistem, satuansatuan ekosistem dan hubungan antar komponen ekosistem) yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. g) Mulai mempraktikkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran pada materi pokok ekosistem: 1) Membentuk kelompok belajar heterogen (4-5 siswa) dan mengatur tempat duduk siswa agar setiap anggota kelompok dapat saling bertatap muka. 2) Memberikan kegiatan yang terencana yang mengarahkan peserta didik dapat menemukan atau mengkontruksi pengetahuannya sendiri. 3) Siswa mengerjakan kegiatan yang dirancang secara informal berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. 4) Memberitahukan agar siswa saling kerjasama dan saling membantu sesuai kelompoknya masing-masing. 5) Mengamati/menilai/memeriksa hasil pekerjaan siswa. menghargai keberagaman jawaban siswa. 6) Meminta 1 atau 2 siswa untuk mendemonstrasikan temuannya (cara menyelesaikan masalah) di depan kelas. 51

63 7) Dengan tanya jawab, dapat mengulangi jawaban siswa agar siswa yang lainnya memiliki gambaran yang jelas tentang pola pikir siswa yang telah menyelesaikan soal tersebut. 8) Membubarkan kelompok yang dibentuk dan siswa kembali ke tempat duduk masing-masing. h) Memberikan motivasi dan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. i) Setelah itu, menyimpulkan materi yang telah dipelajari. j) Memberikan soal tes evaluasi secara individual kepada siswa berkenaan materi tentang ekosistem. 3) Pengamatan Selama proses pembelajaran untuk mengetahui aktivitas siswa dalam pelaksanakan pembelajaran. 4) Refleksi Membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan siklus 1. Berdasarkan hasil pelaksanaan Siklus I, dapat menunjukkan peningkatan dalam hal hasil belajar maupun aktivitas peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar maupun aktivitas peserta didik dari pra siklus (sebelum penerapan pendekatan kontekstual) dibandingkan dengan Siklus I (setelah diterapkannya pendekatan kontekstual). Hasil belajar dalam pelaksanaan siklus I didapat nilai rata-rata 63,125 dan aktivitas peserta didik 67,97%. Sedangkan peserta didik yang tuntas sebanyak 85% dari 40 peserta didik yang hadir dalam mengikuti tes evaluasi siklus I. jumlah peserta didik yang tuntas sebanyak 34 dan yang tidak tuntas ada 6 anak. Peningkatan tersebut tidak lepas dari keseriusan peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Terutama kerjasamanya dengan teman lain dalam kelompok untuk mengkonstruksi pengetahuannya untuk menemukan penyelesaian yang harus mereka selesaikan. Dalam proses penyelesaian masalah yang dihadapi, peserta didik mengeluarkan segala pengetahuannya untuk sharing antar teman dalam kelompok. Walaupun dalam siklus I ini peserta didik masih belum bisa secara maksimal dalam 52

64 proses pembelajaran, terutama dalam hal mengeluarkan pendapatnya untuk menjawab pertanyaan dari guru maupun mengerjakan soal di depan (mendemonstrasikan hasil diskusi) karena masih takut salah atas penyelesaian yang mereka selesaikan. Walaupun dalam pelaksanaan siklus I hasil belajar sudah mencapai indikator, akan tetapi aktivitas peserta didik masih belum mencapai indikator yang diinginkan oleh peneliti yaitu sekurang-kurangnya 75%. Guru berusaha dengan pendekatan memotivasi agar peserta didik lebih bisa percaya diri dalam mengeluarkan pendapatnya dan kemampuannya. Pada pelaksanaan siklus I, hasil dan aktivitas belajar dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 4. Hasil Pengamatan Siklus I No Indikator Hasil pengamatan Aktivitas Belajar Hasil Belajar (Nilai Rata-Rata Kelas) Ketuntasan Peserta Didik 67,97% 63,125 85% Pada siklus I ini juga bisa dilihat tabel hasil nilai siswa dalam bentuk interval. Tabel Hasil Nilai Siswa pada Siklus I No Interval frekuensi Jumlah 40 53

65 3. Hasil Pelaksanaan Penelitian Siklus II (17 dan 21 Pebruari 2011) Tahap-tahap pelaksanaan dalam siklus II : 1) Perencanaan Meninjau kembali rancangan pembelajaran yang disiapkan untuk siklus 2 dengan melakukan revisi sesuai hasil siklus 1. 2) Pelaksanaan Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disiapkan sesuai revisi berdasarkan evaluasi pada siklus 1. langkah dalam pembelajarannya sama seperti pada siklus 1. Dalam siklus 2 membahas tentang sub materi pokok hubungan antar komponen ekosistem dan mengembangkan materi sebelumnya. Dalam pelaksanaannya siswa selain belajar berkelompok di dalam kelas, siswa juga belajar di luar kelas dalam menemukan permasalahan dalam pembelajarannya. Disini guru juga ikut berperan aktif dalam membimbing dan mengamati saat siswa belajar di dalam kelas maupun diluar kelas, saat belajar di luar kelas banyak siswa yang belum begitu faham tentang materi hubungan antar komponen ekosistem, guru disini slalu mendampingi saat belajar di luar jadi saat siswa ada pertanyaan yang kira-kira siswa belum tahu guru bisa menjelaskan sekilas meskipun sebelumnya sudah dijelaskan. Disaat belajar di luar sudah selesai maka siswa dituntut untuk mempresentasikan hasilnya di depan kelas dihadapan siswa lainnya, perkelompok mewakili satu anak maju untuk presentasi membahas hasil penemuannya disaat belajar di luar, ada beberapa anak yang mengajukan pertanyaan kepada setiap kelompok yang maju dan setiap pertanyaan dicatat guru untuk dibahas bersama-sama. Setelah semua kelompok sudah mempresentasikan, maka guru disini berperan aktif dalam menjelaskan materi hubungan antar komponen ekosistem yang siswa presentasikan di depan kelas. 3) Pengamatan Melakukan pengamatan yang sama pada seperti siklus 1, dalam proses pembelajarannya guru bisa lebih tahu aktivitas siswa karena 54

66 guru ikut andil dalam peran diskusi siswa, guru juga melakukan evaluasi di siklus 2 serta mencatat keberhasilan dan hambatan yang dialami dalam proses pembelajaran pada pelaksanaan siklus 2. 4) Refleksi Refleksi pada siklus 2 ini dilakukan untuk melakukan penyempurnaan modul pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual yang diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan hasil belajar. Aktivitas belajar peserta didik pada siklus II lebih baik dibanding pada siklus I, hal ini dikarenakan peserta didik mulai terbiasa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Disamping itu peserta didik mulai tumbuh kepercayaan diri dalam dirinya untuk bisa menyelesaikan masalah. Secara tidak langsung hal ini bisa membuat peserta didik tidak takut lagi salah, dan tidak takut lagi untuk mengeluarkan pendapatnya untuk menyelesaikan masalah. Dalam pelaksanaan siklus II terjadi 2x pertemuan, pertemuan pertama pada hari Kamis tanggal 17 Pebruari dan pertemuan kedua pada hari Senin tanggal 21 Pebruari. Hal ini dikarenakan materi yang diajarkan (hubungan antar komponen ekosistem) cukup menyita waktu sehingga waktu 1x pertemuan tidak cukup. Pada pertemuan pertama hanya membahas tentang materi, sedangkan untuk tes siklus dilaksanakan pada hari Senin tanggal 21 Pebruari. Aktivitas peserta didik dalam pelaksanaan siklus II mencapai 90,3%, sedangkan hasil belajar peserta didik juga mengalami peningkatan yaitu dengan nilai rata-rata 81,375. Peserta didik yang tuntas mencapai 92,50% dari 40 peserta didik yang mengikuti tes. Jumlah peserta didik yang tuntas sebanyak 37 dan yang tidak tuntas ada 3 anak. Hal ini menunjukkan bahwa setiap siklusnya peserta didik mengalami peningkatan baik dalam hal hasil belajar maupun aktivitas peserta didik yang ditandai dengan meningkatnya nilai rata-rata peserta didik dan ketuntasan dalam pembelajaran materi dan meningkatnya aktivitas peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. 55

67 Pada pelaksanaan siklus II, hasil dan aktivitas belajar dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 5. Hasil Pengamatan Siklus II No Indikator Hasil pengamatan Aktivitas Belajar Hasil Belajar (Nilai Rata-Rata Kelas) Ketuntasan Peserta Didik 90,3% 81,375 92,50% Pada siklus II ini juga bisa dilihat tabel hasil nilai siswa dalam bentuk interval. Tabel Hasil Nilai Siswa pada Siklus II No Interval frekuensi Jumlah 40 Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran di kelas VII B selama pembelajaran berlangsung (bertindak sebagai guru adalah Ida Isnaini (guru biologi kelas VII), guru mitra dan peneliti sebagai pengamat/observer) secara keseluruhan diperoleh data sebagai berikut: a. Pada pra siklus (Kamis, 10 Pebruari 2011) persentase aktivitas peserta didik 58,23% sehingga, dapat dikatakan bahwa banyak peserta didik yang melakukan aktivitas dalam proses pembelajaran berkriteria baik. b. Pada siklus I (Senin, 14 Pebruari 2011) persentase aktivitas peserta didik adalah 67,97% sehingga, dapat dikatakan bahwa banyak peserta 56

68 didik yang melakukan aktivitas dalam proses pembelajaran berkriteria baik. c. Pada siklus II (17 dan 21 Pebruari 2011) persentase aktivitas peserta didik adalah 90,3% sehingga, dapat dikatakan bahwa banyak peserta didik yang melakukan aktivitas dalam proses pembelajaran berkriteria baik sekali. Dari data di atas, kemudian divisualisasikan dalam bentuk histrogram seperti tampak dalam gambar 4 berikut ini. Dalam persen (%) Grafik Hasil pengamatan aktivitas peserta didik Pra Siklus Siklus I Siklus II Siklus Gambar 4.1 Histogram Hasil Pengamatan Aktivitas Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran Sedangkan hasil belajar peserta didik, diperoleh perbedaan ratarata nilai tes pembelajaran pada setiap akhir siklus. Adapun rata-rata tes pembelajaran setiap siklus diperoleh data sebagai berikut. a. Hasil tes pra siklus (Kamis, 10 Pebruari 2011) rata-rata nilai tes adalah 55,75 dari 40 peserta didik yang mengikuti tes, dengan banyaknya peserta didik 45% (18 anak) yang tuntas dan 55% (22 anak) yang tidak tuntas. 57

69 b. Pada siklus I (Senin, 14 Pebruari 2011) rata-rata nilai tes adalah 63,125 dari 40 peserta didik yang mengikuti tes, dengan banyaknya peserta didik 85% (34 anak) yang tuntas dan 15% (6 anak) yang tidak tuntas. c. Pada siklus II (17 dan 21 Pebruari 2011) rata-rata nilai tes adalah 81,375 dari 40 peserta didik yang mengikuti tes, dengan banyaknya peserta didik 92,50% (37 anak) yang tuntas dan 7,50% (3 anak) yang tidak tuntas. Dari data di atas kemudian divisualisasikan dalam bentuk histrogram seperti tampak dalam gambar 4.2 dan gambar 4.3 berikut ini. Grafik Nilai rata-rata tes Nilai Rata-rata Pra siklus Siklus I Siklus II Siklus Gambar 4.2 Histogram Hasil Nilai Tes 58

70 Ketuntasan peserta didik Pra siklus Siklus I Siklus II Siklus Gambar 4.3 Histogram Ketuntasan Peserta Didik 59

71 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini bahwa aktivitas dan hasil belajar peserta didik kelas VII B semester genap di MTs Al-Madinah Lebaksiu-Tegal tahun pelajaran 2011/2012 dalam materi pokok ekosistem dengan penerapan pendekatan kontekstual mengalami peningkatan, hal ini ditandai dengan kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal evaluasi dan meningkatnya aktivitas peserta didik dalam mengikuti proses kegiatan pembelajaran di kelas. Pada setiap siklus mengalami peningkatan yang signifikan baik dalam hasil belajar peserta didik maupun aktivitas belajar peserta didik. Pada pra siklus rata-rata nilai tes adalah 55,75 dengan banyaknya peserta didik yang tuntas hanya 45% dan yang tidak tuntas sebanyak 55%. Ini berarti sebagian besar peserta didik kelas VII B tersebut belum dapat menyelesaikan evaluasi dengan baik. Begitu juga dengan aktivitas peserta didik kelas VII B yang masih 58,23%. Hal ini yang menjadi dasar peneliti untuk menerapkan pendekatan kontekstual dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas peserta didik. Pada siklus I nilai rata-rata hasil evaluasi peserta didik adalah 63,125 dan aktivitas peserta didik 67,97%. Sedangkan peserta didik yang tuntas sebanyak 85% dari 40 peserta didik yang hadir dalam mengikuti tes evaluasi siklus I. jumlah peserta didik yang tuntas sebanyak 34 dan yang tidak tuntas ada 6 anak. Peningkatan tersebut tidak lepas dari keseriusan peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, terutama kerjasamanya dengan teman lain dalam kelompok untuk mengkonstruksi pengetahuannya untuk menemukan penyelesaian yang harus mereka selesaikan. Dalam proses penyelesaian masalah yang dihadapi, peserta didik mengeluarkan segala pengetahuannya untuk sharing antar teman dalam kelompok. Walaupun dalam 60

72 siklus I ini peserta didik masih belum bisa secara maksimal dalam proses pembelajaran, terutama dalam hal mengeluarkan pendapatnya untuk menjawab pertanyaan dari guru maupun mengerjakan soal di depan (mendemonstrasikan hasil diskusi) karena masih takut salah atas penyelesaian yang mereka selesaikan. Pada siklus II Aktivitas belajar peserta didik lebih baik dibanding pada siklus I, hal ini dikarenakan peserta didik mulai terbiasa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Disamping itu peserta didik mulai tumbuh kepercayaan diri dalam dirinya untuk bisa menyelesaikan masalah. Secara tidak langsung hal ini bisa membuat peserta didik tidak takut lagi salah, dan tidak takut lagi untuk mengeluarkan pendapatnya untuk menyelesaikan masalah. Aktivitas peserta didik dalam pelaksanaan siklus II mencapai 90,3%, sedangkan hasil belajar peserta didik juga mengalami peningkatan yaitu dengan nilai rata-rata 81,375. Peserta didik yang tuntas mencapai 92,50% dari 40 peserta didik yang mengikuti tes. Jumlah peserta didik yang tuntas sebanyak 37 dan yang tidak tuntas ada 3 anak. B. Saran Saran-saran yang dapat penyusun berikan adalah sebagai berikut. 1. Diperoleh panduan inovatif model pembelajaran kontekstual yang diharapkan dapat dipakai untuk kelas-kelas lainnya di MTs Al-Madinah Tegalkubur Yamansari Lebaksiu-Tegal. 2. Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik, guru diharapkan untuk mengembangkan pembelajaran kontekstual dengan metode ataupun langkah-langkah yang menyenangkan. 3. Bagi para peneliti, diharapkan perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari penelitian ini. 61

73 C. Penutup Alhamdulillah, penelitian skripsi ini dapat diselesaikan. Peneliti berharap setitik usaha berupa skripsi ini bermanfaat bagi peneliti sendiri, guru patner MTs Al-Madinah Lebaksiu-Tegal dan siapapun yang membaca skripsi ini. Di samping itu, mudah-mudahan karya kecil ini dapat memberikan sumbangan ilmu dalam dunia pendidikan. Peneliti sadar sepenuhnya atas segala kekurangan dalam berbagai hal. Hanya kepada Allah-lah peneliti mengharapkan keridhoan dan petunjuk dalam mencari jalan yang baik dan benar. 62

74 DAFTAR PUSTAKA Abdul Hadis, Psikologi dalam pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2008) Akhmad Sudrajat, Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran, http.// (Diambil tanggal 9 Mei ) Amin Suyitno, Pemilihan Model-Model Pembelajaran dan Penerapannya di SMP, (Semarang, jur: Matematika Fak. MIPA Universitas Negeri Semarang, 2006) Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur an dan Terjemahnya, (Surabaya: Mahkota 2000) Departemen Pendidikan Nasional, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)), (Jakarta: Depdiknas, 2002) Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993) Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999) E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005) F.J. McDonald, Educational Psychology, (USA: Wadsworth Publishing Co., Inc., 1959) _Teguh_7. Lexy J Meleong, Metodologi Penlitian Kualitatif, (Bandumg: Remaja Rosda Karya, 2000) Madrasah Development Center Kanwil Depag Jateng dan Learning Asistance Program for Islamic School (LAPIS)-AusAID, Modul Dua Matematika: Training Of Trainer (TOT), (Semarang: Depag Jateng dan LAPIS- AusAID, 2007) Muhammad Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007) Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996)

75 Mutadi, Challenge and Change Practical Approach in Teaching and Learning Mathematics, (tt. P: t. p., t. t.) Mutadi, Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika,,(tt.p Buku 2) Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2008) Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia, (Jakarta:Direktorat) Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, 2000) Retno Widjajanti, Ilmu Pengetahuan Alam, (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 2007) Sardiman, AM., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: CV. Rajawali, 1992) Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya,(Jakarta: Rineka Cipta, 1995) Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & B, (Bandung: Alfabeta, 2002) Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, cetakan ketigabelas, 2006) Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2003) Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005) Tim Penyusun, Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas (PTK )bagimahasiswa IAIN Walisongo, (Semarang:Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo, 2008) W. Gulo, Metode Penelitian, (Jakarta: Grasindo, cetakan ketiga, 2004) Wina sanjaya, Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2006)

76 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I Sekolah : MTs Al-Madinah Tegalkubur Lebaksiu-Tegal Kelas / Semester : VII (tujuh)/semester II Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Alokasi waktu : 4X40 Standar Kompetensi : 7. Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem. Kompetensi Dasar : 7.1 Menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem. Indikator : 1. Mengidentifikasi satuan-satuan dan komponen-komponen dalam ekosistem 2. Menggambarkan dalam bentuk diagram rantai makanan dan jaring-jaring makanan berdasar hasil pengamatan suatu ekosistem. Tujuan Pembelajaran : Peserta didik dapat: 1. Menjelaskan pengertian ekosistem. 2. Menjelaskan satuan makhluk hidup dalam ekosistem. 3. Menyebutkan macam-macam ekosistem. 4. Menjelaskan komponen-komponen ekosistem. 5. Membedakan organisme autrotof dan organisme heterotof. 6. Membedakan organisme herbivora, karnivora dan omnivora. 7. Menjelaskan hubungan saling ketergantungan antara komponen biotik dan komponen abiotik. 8. Menjelaskan saling ketergantungan antara produsen, konsumen dan pengurai. 9. Menjelaskan pengertian rantai makanan, jaring-jaring makanan dan piramida makanan. 10. Membuat jaring-jaring makanan yang terbentuk dari sekumpulan rantai makanan.

77 Materi Pembelajaran : Komponen Ekosistem, Satuan Ekosistem, Hubungan Antar Komponen Ekosistem Metode Pembelajaran : Model - CTL (Contextual Teaching and Learning) Metode - Diskusi kelompok - Observasi - Eksperimen - Demonstrasi - Diskusi tanya jawab Langkah-langkah Kegiatan PERTEMUAN PERTAMA a. Kegiatan Pendahuluan Motivasi dan apersepsi - Dalam ekosistem, tumbuhan tergolong produsen atau konsumen? - Apakah kucing tergolong hewan karnivora atau herbivora? Prasyarat pengetahuan - Apakah yang dimaksud dengan produsen? - Apakah yang dimaksud dengan hewan karnivora? Pra eksperimen - Berhati-hatilah menggunakan peralatan laboratorium. b. Kegiatan Inti Menjelaskan pengertian ekosistem. Menjelaskan satuan makhluk hidup dalam ekosistem. Menyebutkan macam-macam ekosistem. Menjelaskan komponen-komponen ekosistem. Membedakan organisme autrotof dan organisme heterotof. Membedakan organisme herbivora, karnivora dan omnivora. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber.

78 Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain. Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, dan Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan. c. Kegiatan Penutup Guru memberikan penghargaan kepada kelompok dengan kinerja baik. Peserta didik (bersama guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman kegiatan. Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal. Sumber Belajar a. Buku IPA Terpadu b. Alat dan bahan praktikum c. Lingkungan Penilaian Hasil Belajar 1. Tehnik penilaian dan bentuk intrumen Tehnik Bentuk Instrumen Tes unjuk kerja Tes identifikasi dan uji petik kerja prosedur Tes tertulis PG 2. Instrumen Soal Tes Sebutkan urutan rantai makanan! Sebutkan jaring-jaring kehidupan dalam ekosistam alam! Membuat beberapa rantai makanan berdasarkan makhluk hidup yang tertulis di bawah ini :

79 ayam, jagung, tikus, kucing, burung elang, burung hantu, ular, dan serigala. Mengetahui, Kepala MTs Al-Madinah Lebaksiu, 17 Pebruari 2011 Guru Mapel Ilmu Pengetahuan Alam NIP : - Ida Isnaeni, S. Pd. I NIP : -

80 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS II Sekolah : MTs Al-Madinah Tegalkubur Lebaksiu-Tegal Kelas / Semester : VII (tujuh)/semester II Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Alokasi waktu : 4X40 Standar Kompetensi : 7. Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem. Kompetensi Dasar : 7.1 Menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem. Indikator : 1. Mengidentifikasi satuan-satuan dan komponen-komponen dalam ekosistem 2. Menggambarkan dalam bentuk diagram rantai makanan dan jaring-jaring makanan berdasar hasil pengamatan suatu ekosistem. Tujuan Pembelajaran : Peserta didik dapat: 1. Menjelaskan pengertian ekosistem. 2. Menjelaskan satuan makhluk hidup dalam ekosistem. 3. Menyebutkan macam-macam ekosistem. 4. Menjelaskan komponen-komponen ekosistem. 5. Membedakan organisme autrotof dan organisme heterotof. 6. Membedakan organisme herbivora, karnivora dan omnivora. 7. Menjelaskan hubungan saling ketergantungan antara komponen biotik dan komponen abiotik. 8. Menjelaskan saling ketergantungan antara produsen, konsumen dan pengurai. 9. Menjelaskan pengertian rantai makanan, jaring-jaring makanan dan piramida makanan. 10. Membuat jaring-jaring makanan yang terbentuk dari sekumpulan rantai makanan.

81 Materi Pembelajaran : Komponen Ekosistem, Satuan Ekosistem, Hubungan Antar Komponen Ekosistem Metode Pembelajaran : Model - CTL (Contextual Teaching and Learning) Metode - Diskusi kelompok - Observasi - Eksperimen - Demonstrasi - Diskusi tanya jawab Langkah-langkah Kegiatan PERTEMUAN KEDUA a. Kegiatan Pendahuluan Motivasi dan apersepsi - Bisakah tumbuhan hidup tanpa air? - Apakah peran tumbuhan dalam rantai makanan? Prasyarat pengetahuan - Apakah pengaruh air terhadap makhluk hidup? - Apakah yang dimaksud dengan rantai makanan? b. Kegiatan Inti Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok. Peserta didik (dibimbing oleh guru) jalan-jalan ke halaman sekolah untuk mengamati lingkungan dan mencatat apa yang dilihat. Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian ekosistem. Peserta didik dalam setiap kelompok mendiskusikan satuan makhluk hidup dalam ekosistem (individu, populasi dan komunitas). Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk mengambil tali rafia, meteran, dan alat tulis untuk mengamati makhluk hidup yang terdapat di tempat pengamatan.

82 Guru mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan eksperimen memahami pengertian individu, populasi dan komunitas dalam suatu ekosistem. Peserta didik dalam setiap kelompok melakukan eksperimen sesuai dengan langkah kerja yang telah dijelaskan oleh guru. Guru memeriksa eksperimen yang dilakukan peserta didik apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum. Jika masih ada peserta didik atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan. Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan macam-macam ekosistem berdasarkan proses terbentuknya. Peserta didik dalam setiap kelompok mendiskusikan komponen-komponen ekosistem yaitu komponen biotik (produsen, konsumen dan dekomposer) dan komponen abiotik (air, tanah, udara, cahaya matahari, suhu dan kelembaban). Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi. Guru menanggapi hasil diskusi peserta didik dan memberikan informasi yang sebenarnya. Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian dan contoh dari organisme autrotof dan organisme heterotof. Peserta didik dalam setiap kelompok mendiskusikan organisme yang termasuk ke dalam heterotof (herbivora, karnifora dan omnivora). Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi. Guru menanggapi hasil diskusi peserta didik dan memberikan informasi yang sebenarnya. c. Kegiatan Penutup Guru memberikan penghargaan kepada kelompok dengan kinerja baik. Peserta didik (bersama guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman kegiatan.

83 Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal. Sumber Belajar a. Buku IPA Terpadu b. Alat dan bahan praktikum c. Lingkungan Penilaian Hasil Belajar 1. Tehnik penilaian dan bentuk intrumen Tehnik Bentuk Instrumen Tes unjuk kerja Tes identifikasi dan uji petik kerja prosedur Tes tertulis PG 2. Instrumen Soal Tes Sebutkan urutan rantai makanan! Sebutkan jaring-jaring kehidupan dalam ekosistam alam! Membuat beberapa rantai makanan berdasarkan makhluk hidup yang tertulis di bawah ini : ayam, jagung, tikus, kucing, burung elang, burung hantu, ular, dan serigala. Mengetahui, Kepala MTs Al-Madinah Lebaksiu, 17 Pebruari 2011 Guru Mapel Ilmu Pengetahuan Alam NIP : - Ida Isnaeni, S. Pd. I NIP : -

84 DAFTAR TABEL Table 1 Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Perbedaan Tradisional (Strukturalisme), 11 Table 2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian, 45 Table 3 Hasil Pengamatan Pra Siklus, 50 Table 4 Hasil Pengamatan Siklus I, 53 Table 5 Hasil Pengamatan Siklus II, 56 Tabel 6 Hasil Nilai Siswa Pra Siklus, 50 Tabel 7 Hasil Nilai Siswa Siklus I, 53 Tabel 8 Hasil Nilai Siswa Siklus II, 56

85 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Rantai Makanan, 25 Gambar 2 Jaring-jaring Makanan, 26 Gambar 3 Piramida Makanan, 26 Gambar 4 Arus Energi, 27 Gambar 5 Siklus Air, 27 Gambar 6 Perbandingan Jumlah Produsen, Herbivora dan Karnivora, 28 Gambar 7 Model Penelitian Tindakan Kelas, 36 Gambar 8 Histogram Hasil Pengamatan Aktivitas Peserta Didik, 57 Gambar 9 Histogram Hasil Nilai Tes Peserta Didik, 58 Gambar 10 Histogram Ketuntasan Peserta Didik, 59

86 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Subjek Penelitian Kelas VII B Tahun Pelajaran 2011/2012 Lampiran 2 : Daftar kelompok kegiatan pembelajaran pada siklus I Lampiran 3 : Daftar kelompok kegiatan pembelajaran pada siklus II Lampiran 4 : Tugas kelompok pada siklus I Lampiran 5 : Tugas kelompok pada siklus II Lampiran 6 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I Lampiran 7 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II Lampiran 8 : Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik pada Pra Siklus Lampiran 9 : Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik pada Siklus I Lampiran 10 : Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik pada Siklus II Lampiran 11 : Kisi-kisi Soal Siklus I Lampiran 12 : Kisi-kisi Soal Siklus II Lampiran 13 : Soal Tes Siklus I Lampiran 14 : Soal Tes Siklus II Lampiran 15 : Kunci Jawaban Tes I Lampiran 16 : Kunci Jawaban Tes II Lampiran 17 : Daftar Nilai Tes Pra Siklus Lampiran 18 : Daftar Nilai Tes Siklus I Lampiran 19 : Daftar Nilai Tes Siklus II Lampiran 20 : Dokumentasi Penelitian Lampiran 21 : Pedoman wawancara Lampiran 22 : Piagam PASKA Institut Lampiran 23 : Piagam KKN Lampiran 24 : Surat Keterangan Bebas Laboratorium Lampiran 25 : Surat Keterangan Ko Kurikuler Lampiran 26 : Transkrip Ko Kurikuler Lampiran 27 : Penunjukan Pembimbing Lampiran 28 : Surat Izin Pra Riset Lampiran 29 : Surat Izin Riset Lampiran 30 : Surat Keterangan Penelitian Lampiran 31 : Daftar Guru Swasta MTs Al-Madinah Tegalkubur Yamansari Lampiran 32 : Struktur Organisasi MTs Al-Madinah Tegalkubur Yamansari Lampiran 33 : Daftar Riwayat Hidup

87 Lampiran 1 SUBJEK PENELITIAN KELAS VII B TAHUN PELAJARAN 2011/2012 No Nama Kode Jenis kelamin L/P Keterangan 1 Agni tias B-01 P Jumlah siswa = 40 2 Akhmaad khijazi B-02 L Laki-laki = 18 3 Andri riyanto B-03 L Perempuan = 22 4 Andri supriyanto B-04 L 5 Apri setia muzaki B-05 L 6 Dani arkan khaerullah B-06 L 7 Fatkhurijal B-07 L 8 Fatmawati B-08 P 9 Gunawan B-09 L 10 Hetty nur fitriyani B-10 P 11 Izi maulana B-11 L 12 Khaerul umam bahadi B-12 L 13 Khayatun najah B-13 P 14 Marhamah B-14 P 15 Moh. Bukhori B-15 L 16 Moh. Bustomi B-16 L 17 Moh. Heri arifin B-17 L 18 Moh. Rizki B-18 L 19 Muhammad yusuf bahtiar B-19 L 20 Mujiyatul umamah B-20 P 21 Murtiyanti B-21 P 22 Musyarofahti rizkiyah B-22 P 23 Nur anisah B-23 P 24 Nur khafidoh B-24 P 25 Nur laela B-25 P 26 Nur laeli B-26 P 27 Nur lutpiani B-27 P 28 Nur paijah B-28 P 29 Nurul aspikoh B-29 P 30 Pahcri husaeni B-30 L 31 Retno ade saputra B-31 L 32 Rizky ameliani B-32 P 33 Rizky hidayat B-33 L 34 Sami asih B-34 P 35 Tazkia unnisa B-35 P 36 Toto suswanto B-36 L 37 Windi setianingsing B-37 P 38 Wiwit maulidah B-38 P 39 Yuni charissa B-39 P 40 Yuyun isnawatun B-40 P

88

89 Lampiran 2 DAFTAR KELOMPOK KEGIATAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SIKLUS I KELAS VII B KELOMPOK I 1. Andri riyanto 2. Dani arkan khaerullah 3. Yuyun isnawatu 4. Nur laili 5. Sami asih KELOMPOK II 1. Fatkhurijal 2. Moh. Heri arifin 3. Wiwit maulidah 4. Nur khafidoh 5. Tazkia unnisa KELOMPOK III 1. Izi maulana 2. Gunawan 3. Murtiyanti 4. Yuni charissa 5. Risky ameliani KELOMPOK IV 1. Khaerul umuam bahadi 2. Akhmad khijazi 3. Fatmawati 4. Nur paijah 5. Windi setianingsih KELOMPOK V 1. Andri supriyanto 2. Toto suswanto 3. Musyarofahti rizkiyah 4. Nur lurtpiani 5. Nurul aspikoh KELOMPOK VI 1. Apri setia muzaki 2. Moh. Bukhori 3. Nur laela 4. Marhamah 5. Agni tias KELOMPOK VII 1. Muhamad yusuf bahtiar 2. Retno ade saputra 3. Nur anisah 4. Mujiyatul umamah 5. Khayatun najah KELOMPOK VIII 1. Pahcri husaeni 2. Moh. Bustomi 3. Moh. Rizki 4. Risky hidayat 5. Hetty nur fitriyani

90 Lampiran 3 DAFTAR KELOMPOK KEGIATAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SIKLUS II KELAS VII B KELOMPOK I 1. Andri riyanto 2. Dani arkan khaerullah 3. Yuyun isnawatu 4. Fatmawati 5. Nur paijah KELOMPOK II 1. Fatkhurijal 2. Nur khafidoh 3. Tazkia unnisa 4. Retno ade saputra 5. Nur anisah KELOMPOK III 1. Izi maulana 2. Yuni charissa 3. Risky ameliani 4. Moh. Bukhori 5. Nur laela KELOMPOK IV 1. Khaerul umuam bahadi 2. Akhmad khijazi 3. Windi setianingsih 4. Nur laili 5. Sami asih KELOMPOK V 1. Andri supriyanto 2. Nur lurtpiani 3. Nurul aspikoh 4. Moh. Rizki 5. Risky hidayat KELOMPOK VI 1. Apri setia muzaki 2. Marhamah 3. Agni tias 4. Gunawan 5. Murtiyanti KELOMPOK VII 1. Muhamad yusuf bahtiar 2. Mujiyatul umamah 3. Khayatun najah 4. Moh. Heri arifin 5. Wiwit maulidah KELOMPOK VIII 1. Pahcri husaeni 2. Moh. Bustomi 3. Hetty nur fitriyani 4. Toto suswanto 5. Musyarofahti rizkiyah

91 Lampiran 4 TUGAS KELOMPOK PADA SIKLUS I 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan istilah-istilah di bawah ini : a. Produsen b. Konsumen c. Dekomposer d. Rantai makanan e. Jaring-jaring makanan 2. Buatlah jaring-jaring makanan yang terdiri dari tiga rantai makanan!

92 Lampiran 5 TUGAS KELOMPOK PADA SIKLUS II 1. Jelaskan perbedaan antara organisme autotrof dengan oarganisme heterotrof! 2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan istilah-istilah di bawah ini : a. Piramida makanan b. Populasi c. Komunitas d. Ekosistem e. Biosfer

93 Lampiran 6 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I Sekolah : MTs Al-Madinah Tegalkubur Lebaksiu-Tegal Kelas / Semester : VII (tujuh)/semester II Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Alokasi waktu : 4X40 Standar Kompetensi : 7. Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem. Kompetensi Dasar : 7.1 Menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem. Indikator : 1. Mengidentifikasi satuan-satuan dan komponen-komponen dalam ekosistem 2. Menggambarkan dalam bentuk diagram rantai makanan dan jaring-jaring makanan berdasar hasil pengamatan suatu ekosistem. Tujuan Pembelajaran : Peserta didik dapat: 1. Menjelaskan pengertian ekosistem. 2. Menjelaskan satuan makhluk hidup dalam ekosistem. 3. Menyebutkan macam-macam ekosistem. 4. Menjelaskan komponen-komponen ekosistem. 5. Membedakan organisme autrotof dan organisme heterotof. 6. Membedakan organisme herbivora, karnivora dan omnivora. 7. Menjelaskan hubungan saling ketergantungan antara komponen biotik dan komponen abiotik. 8. Menjelaskan saling ketergantungan antara produsen, konsumen dan pengurai. 9. Menjelaskan pengertian rantai makanan, jaring-jaring makanan dan piramida makanan. 10. Membuat jaring-jaring makanan yang terbentuk dari sekumpulan rantai makanan.

94 Materi Pembelajaran : Komponen Ekosistem, Satuan Ekosistem, Hubungan Antar Komponen Ekosistem Metode Pembelajaran : Model - CTL (Contextual Teaching and Learning) Metode - Diskusi kelompok - Observasi - Eksperimen - Demonstrasi - Diskusi tanya jawab Langkah-langkah Kegiatan PERTEMUAN PERTAMA a. Kegiatan Pendahuluan Motivasi dan apersepsi - Dalam ekosistem, tumbuhan tergolong produsen atau konsumen? - Apakah kucing tergolong hewan karnivora atau herbivora? Prasyarat pengetahuan - Apakah yang dimaksud dengan produsen? - Apakah yang dimaksud dengan hewan karnivora? Pra eksperimen - Berhati-hatilah menggunakan peralatan laboratorium. b. Kegiatan Inti Menjelaskan pengertian ekosistem. Menjelaskan satuan makhluk hidup dalam ekosistem. Menyebutkan macam-macam ekosistem. Menjelaskan komponen-komponen ekosistem. Membedakan organisme autrotof dan organisme heterotof. Membedakan organisme herbivora, karnivora dan omnivora. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber.

95 Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain. Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, dan Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan. c. Kegiatan Penutup Guru memberikan penghargaan kepada kelompok dengan kinerja baik. Peserta didik (bersama guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman kegiatan. Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal. Sumber Belajar a. Buku IPA Terpadu b. Alat dan bahan praktikum c. Lingkungan Penilaian Hasil Belajar 1. Tehnik penilaian dan bentuk intrumen Tehnik Bentuk Instrumen Tes unjuk kerja Tes identifikasi dan uji petik kerja prosedur Tes tertulis PG 2. Instrumen Soal Tes Sebutkan urutan rantai makanan! Sebutkan jaring-jaring kehidupan dalam ekosistam alam! Membuat beberapa rantai makanan berdasarkan makhluk hidup yang tertulis di bawah ini :

96 ayam, jagung, tikus, kucing, burung elang, burung hantu, ular, dan serigala. Mengetahui, Kepala MTs Al-Madinah Lebaksiu, 17 Pebruari 2011 Guru Mapel Ilmu Pengetahuan Alam NIP : - Ida Isnaeni, S. Pd. I NIP : -

97 Lampiran 7 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS II Sekolah : MTs Al-Madinah Tegalkubur Lebaksiu-Tegal Kelas / Semester : VII (tujuh)/semester II Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Alokasi waktu : 4X40 Standar Kompetensi : 7. Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem. Kompetensi Dasar : 7.1 Menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem. Indikator : 1. Mengidentifikasi satuan-satuan dan komponen-komponen dalam ekosistem 2. Menggambarkan dalam bentuk diagram rantai makanan dan jaring-jaring makanan berdasar hasil pengamatan suatu ekosistem. Tujuan Pembelajaran : Peserta didik dapat: 1. Menjelaskan pengertian ekosistem. 2. Menjelaskan satuan makhluk hidup dalam ekosistem. 3. Menyebutkan macam-macam ekosistem. 4. Menjelaskan komponen-komponen ekosistem. 5. Membedakan organisme autrotof dan organisme heterotof. 6. Membedakan organisme herbivora, karnivora dan omnivora. 7. Menjelaskan hubungan saling ketergantungan antara komponen biotik dan komponen abiotik. 8. Menjelaskan saling ketergantungan antara produsen, konsumen dan pengurai. 9. Menjelaskan pengertian rantai makanan, jaring-jaring makanan dan piramida makanan. 10. Membuat jaring-jaring makanan yang terbentuk dari sekumpulan rantai makanan.

98 Materi Pembelajaran : Komponen Ekosistem, Satuan Ekosistem, Hubungan Antar Komponen Ekosistem Metode Pembelajaran : Model - CTL (Contextual Teaching and Learning) Metode - Diskusi kelompok - Observasi - Eksperimen - Demonstrasi - Diskusi tanya jawab Langkah-langkah Kegiatan PERTEMUAN KEDUA a. Kegiatan Pendahuluan Motivasi dan apersepsi - Bisakah tumbuhan hidup tanpa air? - Apakah peran tumbuhan dalam rantai makanan? Prasyarat pengetahuan - Apakah pengaruh air terhadap makhluk hidup? - Apakah yang dimaksud dengan rantai makanan? b. Kegiatan Inti Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok. Peserta didik (dibimbing oleh guru) jalan-jalan ke halaman sekolah untuk mengamati lingkungan dan mencatat apa yang dilihat. Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian ekosistem. Peserta didik dalam setiap kelompok mendiskusikan satuan makhluk hidup dalam ekosistem (individu, populasi dan komunitas). Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk mengambil tali rafia, meteran, dan alat tulis untuk mengamati makhluk hidup yang terdapat di tempat pengamatan.

99 Guru mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan eksperimen memahami pengertian individu, populasi dan komunitas dalam suatu ekosistem. Peserta didik dalam setiap kelompok melakukan eksperimen sesuai dengan langkah kerja yang telah dijelaskan oleh guru. Guru memeriksa eksperimen yang dilakukan peserta didik apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum. Jika masih ada peserta didik atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan. Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan macam-macam ekosistem berdasarkan proses terbentuknya. Peserta didik dalam setiap kelompok mendiskusikan komponen-komponen ekosistem yaitu komponen biotik (produsen, konsumen dan dekomposer) dan komponen abiotik (air, tanah, udara, cahaya matahari, suhu dan kelembaban). Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi. Guru menanggapi hasil diskusi peserta didik dan memberikan informasi yang sebenarnya. Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian dan contoh dari organisme autrotof dan organisme heterotof. Peserta didik dalam setiap kelompok mendiskusikan organisme yang termasuk ke dalam heterotof (herbivora, karnifora dan omnivora). Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi. Guru menanggapi hasil diskusi peserta didik dan memberikan informasi yang sebenarnya. c. Kegiatan Penutup Guru memberikan penghargaan kepada kelompok dengan kinerja baik. Peserta didik (bersama guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman kegiatan.

100 Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal. Sumber Belajar a. Buku IPA Terpadu b. Alat dan bahan praktikum c. Lingkungan Penilaian Hasil Belajar 1. Tehnik penilaian dan bentuk intrumen Tehnik Bentuk Instrumen Tes unjuk kerja Tes identifikasi dan uji petik kerja prosedur Tes tertulis PG 2. Instrumen Soal Tes Sebutkan urutan rantai makanan! Sebutkan jaring-jaring kehidupan dalam ekosistam alam! Membuat beberapa rantai makanan berdasarkan makhluk hidup yang tertulis di bawah ini : ayam, jagung, tikus, kucing, burung elang, burung hantu, ular, dan serigala. Mengetahui, Kepala MTs Al-Madinah Lebaksiu, 17 Pebruari 2011 Guru Mapel Ilmu Pengetahuan Alam NIP : - Ida Isnaeni, S. Pd. I NIP : -

101

102 Lampiran 8 LEMBAR OBSERVASI PESERTA DIDIK Nama Sekolah : MTs Al-Madinah Kelas / Semester : VII B / 2 Mata Pelajaran : Biologi Materi pokok : Ekosistem Sub Materi Pokok : Satuan dan Komponen Ekosistem Siklus : Pra siklus No Kode A B C D E F Jml Perse (%) 1 B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B Jumlah Persen (%) Klasifikasi B B B B B B B B

103 Keterangan : A : Memperhatikan penjelasan guru B : Membuat catatan dan ringkasan dari penjelasan guru C : Keberanian menjawab pertayaan dari guru D : Keberanian peserta didik dalam bertanya E : Keberanian peserta didik mengerjakan tugas di depan kelas F : Kemampuan peserta didik dalam mengerjakan evaluasi Kriteria nilai : 4 : baik sekali 3 : baik 2 : cukup 1 : kurang Skala persentase > 75% : baik sekali (A) 51%-75% : baik (B) 26%-50% : cukup (C) < 25% : kurang (D) Tegalkubur, 7 Pebruari 2011 Observer, Robawi NIM :

104 Klasifikasi B C C C B B B B C B B B B B C B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B C B B B B B B

105

106 Lampiran 9 LEMBAR OBSERVASI PESERTA DIDIK Nama sekolah : MTs Al-Madinah Kelas / Semester : VII B / 2 Mata Pelajaran : Biologi Materi Pokok : Ekosistem Sub Materi Pokok : Satuan dan Komponen Ekosistem Siklus : Siklus I No Kode A B C D E F G H Jml Persen (%) Klasifikasi 1 B B 2 B B 3 B B 4 B B 5 B B 6 B B 7 B B 8 B B 9 B B 10 B B 11 B B 12 B B 13 B A 14 B B 15 B B 16 B B 17 B B 18 B B 19 B B 20 B B 21 B B 22 B A 23 B B 24 B A 25 B B 26 B B 27 B B 28 B A 29 B B 30 B B 31 B B 32 B B 33 B B 34 B B 35 B B 36 B B 37 B B 38 B B 39 B B 40 B B Jumlah Persen (%) B Klasifikasi B B B B B B B B B B B

107 Keterangan : A : Memperhatikan penjelasan guru B : Membuat catatan dan ringkasan dari penjelasan guru C : Keberanian menjawab pertanyaan dari guru D : Keberanian peserta didik dalam bertanya E : Keberanian peserta didik mengerjakan tugas di depan kelas F : Kemampuan peserta didik dalam mengerjakan evaluasi G : Hubungan kerjasama antar peserta didik dalam kelompok H : Sikap peserta didik dalam memperhatikan pendapat dari kelompok lain Kriteria nilai : 4 : baik sekali 3 : baik 2 : cukup 1 : kurang Skala persentase > 75% : baik sekali (A) 51%-75% : baik (B) 26%-50% : cukup (C) < 25% : kurang (D) Tegalkubur, 7 Pebruari 2011 Observer, Robawi NIM :

108 Lampiran 10 LEMBAR OBSERVASI PESERTA DIDIK Nama Sekolah : MTs Al-Madinah Kelas / Semester : VII B / 2 Mata Pelajaran : Biologi Materi Pokok : Ekosistem Sub Materi Pokok : Hubungan Antar Komponen Ekosistem Siklus : Siklus II No Kode A B C D E F G H Jml Persen (%) 1 B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B Jumlah Persen (%) Klasifikasi A A A A A A A A A A

109

110 Keterangan A : Memperhatikan penjelasan guru B : Membuat catatan dan ringkasan dari penjelasan guru C : Keberanian menjawab pertanyaan dari guru D : Keberanian peserta didik dalam bertanya E : Keberanian peserta didik mengerjakan tugas di depan kelas F : Kemampuan peserta didik dalam mengerjakan evaluasi G : Hubungan kerjasama antar peserta didik dalam kelompok H : Sikap siswa dalam memperhatikan pendapat kelompok lain Kriteria nilai : 4 : baik sekali 3 : baik 2 : cukup 1 : kurang Skala persentase > 75% : baik sekali (A) 51%-75% : baik (B) 26%-50% : cukup (C) < 25% : kurang (D) Tegalkubur, 7 Pebruari 2011 Observase, Robawi NIM :

111 Klasifikasi A A A A A A A A A A A A A B A A A A A B A A A A A A A A A A A A A B A A A A A A A A

112 Lampiran 11 KISI-KISI SOAL SIKLUS I Judul : Saling Ketergantungan dalam Ekosistem Kompetensi Dasar / Indikator No. Soal Kunci Jawaban 1. Menjelaskan pengertian ekosistem 2. Menjelaskan satuan makhluk hidup dalam ekosistem 3. Menyebutkan macam-macam ekosistem 4. Menjelaskan komponen-komponen Ekosistem 5. Membedakan organisme autotrof dan organisme heterotrof 6. Membedakan organisme herbivora, karnivora dan omnivora 7. Menjelaskan hubungan saling ketergantungan antara komponen biotik dan komponen abiotik 8. Menjelaskan saling ketergantungan antara produsen, konsumen dan pengurai 9. Menjelaskan pengertian rantai makanan, jaring-jaring makanan dan piramida makanan 10. Membuat jaring-jaring makanan yang terbentuk dari sekumpulan rantai makanan 17, 29, 30, 31 14, 15, 16, 32 33, 34, 35, 36 1, 8, 23, 28 2, 3, 6, 7 37, 38, 39, 40 9, 10, 13, 21 4, 5, 11, 19 20, 24, 25, 27 12, 18, 22, 26 C, D, C, B C, D, A, B B, D, D, A A, C, A, A B, A, D, B C, D, A, B D, A, D, B A, D, B, B B, D, A, B C, A, C, B

113 Lampiran 12 KISI-KISI SOAL SIKLUS II Judul : Saling Ketergantungan dalam Ekosistem Kompetensi Dasar / Indikator No. Soal Kunci Jawaban 1. Menjelaskan pengertian ekosistem 2. Menjelaskan satuan makhluk hidup dalam ekosistem 3. Menyebutkan macam-macam ekosistem 4. Menjelaskan komponen-komponen Ekosistem 5. Membedakan organisme autotrof dan organisme heterotrof 6. Membedakan organisme herbivora, karnivora dan omnivora 7. Menjelaskan hubungan saling ketergantungan antara komponen biotik dan komponen abiotik 8. Menjelaskan saling ketergantungan antara produsen, konsumen dan pengurai 9. Menjelaskan pengertian rantai makanan, jaring-jaring makanan dan piramida makanan 10. Membuat jaring-jaring makanan yang terbentuk dari sekumpulan rantai makanan 5, 6, 7, 8 9, 10, 11, 12 21, 22, 23, 24 13, 14, 15, 16 1, 2, 3, 4 17, 18, 19, 20 25, 26, 27, 28 29, 30, 31, 32 33, 34, 35, 36 37, 38, 39, 40 D, B, B, C B, D, A, C D, D, C, A A, B, C, B A, D, C, C D, A, D, A D, A, B, A C, C, A, A C, C, B, B D, C, C, A

114 Lampiran 13 SOAL TES SIKLUS I Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan cara memberi tanda silang (x) pada huruf a,b,c atau d! 1. Berikut ini termasuk komponen abiotik ekosistem, kecuali... a. jamur c. petir b. lumpur d. kekeruhan air 2. Makhluk hidup yang mampu mengubah energi matahari menjadi energi kimia adalah... a. fitoplankton c. herbivora b. zooplankton d. karnivora 3. Tumbuhan dapat membuat makanan sendiri melalui fotosintesis dengan bantuan... a. sinar matahari c. konsumen b. parasit d. pengurai 4. Hewan yang makan tumbuhan langsung disebut... a. konsumen c. pengurai b. produsen d. dekomposer 5. Bakteri dalam ekosistem berperan sebagai... a. produsen c. konsumen b. abiotik d. pengurai 6. Tumbuhan heterotrof adalah... a. lumut c. paku b. anggrek d. jamur 7. Keberadaan heterotrof sangat bergantung pada keberadaan autotrof, karena autotrof sebagai... a. sumber energi bagi autotrof c. pasangan bagi keberadaan heterotrof b. tempat hidup bagi heterotrof d. penentu keragaman bagi heterotrof 8. Ada beberapa kelompok komponen ekosistem sebagai berikut: 1) Rumput, air dan udara 2) Udara,tanah dan air 3) Batu, semut dan oksigen

115 4) Oksigen dan air 5) Karbondioksida dan oksigen Diantara komponen ekosistem di atas yang termasuk kelompok komponen abiotik yaitu... a. 1), 2), dan 3) c. 2), 4), dan 5) b. 1), 4), dan 5) d. 3), 4), dan 5) 9. Salah satu kompoen abiotik yang mempengaruhi kesuburan tanah yaitu... a. suhu c. batu b. tanaman d. kandungan mineral 10. Tumbuhan merupakan komponen biotik yang mempunyai fungsi... a. mencegah erosi tanah c. meningkatkan suhu b. melepaskan karbondioksida d. membuat tanah kering 11. Penguraian sampah daun, kotoran binatang dan sisa makanan binatang mengakibatkan... a. kandungan mineral menurun c. kematian tanaman b. kesuburan tanah meningkat d. kesuburan tanah menurun 12. Perhatikan nama makhluk hidup di bawah ini : 1. Alga 2. Ikan kecil 3. Ikan gabus Makhluk hidup yang tepat untuk menempati konsumen puncak adalah a. ikan kecil c. ikan gabus b. alga d. ikan kecil dan ikan gabus 13. Berikut yang termasuk komponen biotik adalah... a. batu, tanah, air, udara c. batu, semut, air, udara b. air, ulat, udara, tanah d. Semut, ulat, kecoa, ular 14. Satu makhluk hidup tunggal di dalam suatu lingkungan disebut... a. ekosistem c. individu b. habitat d. biosfer 15. Sekumpulan makhluk hidup yang sejenis pada suatu tempat disebut... a. komunitas c. biosfer c. habitat d. populasi 16. Kumpulan berbagai ekosistem di permukaan bumi disebut... a. biosfer c. komunitas

116 c. ekologi d. ekosistem 17. Hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya disebut... a. komunitas c. ekosistem b. populasi d. ekologi 18. Makhluk hidup yang bertindak sebagai konsumen I adalah... a. tikus dan ayam c. ayam dan kucing b. kucing dan musang d. musang dan srigala 19. Dalam suatu ekosistem terdapat tikus, kucing, rumput, bakteri. Organisme yang sangat bergantung pada konsumen adalah... a. kucing, rumput c. paku b. tikus, kucing d. jamur 20. Berikut ini perpindahan energi yang benar adalah... a. matahari herbivora karnivora omnivora b. matahari produsen konsumen I konsumen II c. produsen matahari konsumen produsen d. produsen karnivora herbivora matahari 21. Pernyataan yang menunjukan ketergantungan komponen biotik terhadap komponen abiotik yaitu... a. bakteri dapat hidup di dalam tanah yang lembab b. tanah menjadi tandus karena tidak ada tumbuhan c. jamur dapat hidup di permukaan kulit d. tumbuhan perlu disiram setiap hari 22. Data : 1. ayam 3. elang 2. padi 4. belalang Urutan rantai makanan yang dapat terjadi adalah... a c b d Syarat yang harus dipenuhi agar ekosistem dalam keadaan seimbang adalah... a. produsen > konsumen I > konsumen II > konsumen III b. produsen < konsumen I < konsumen II < konsumen III

117 c. produsen = konsumen I = konsumen II = konsumen III d. produsen > konsumen I = konsumen II < konsumen III 24. Kumpulan rantai makan yang saling berhubungan disebut... a. rantai makanan b. siklus energi c. piramida makanan d. jaring-jaring makanan 25. Pengertian konsumen adalah. a. semua pemakan produsen b. semua makhluk hidup yang memakan makhluk hidup lain c. semua pemakan hewan d. semua mkhluk hidup yang tidak dapat menghasilkan makanan sendiri 26. Di bawah ini, urutan rantai makanan yang benar adalah. a. jagung ulat burung tikus pengurai tumbuhan b. padi ulat katak ular pengurai tumbuhan c. tumbuhan ulat burung tikus pengurai tumbuhan d. tumbuhan kucing tikus pengurai tumbuhan 27. Dalam suatu ekosistem terdapat sejumlah tumbuhan, beberapa ekor ular, sejumlah katak dan ulat. Apabila semua katak dalam ekosistem tersebut kita hilangkan, akibat yang terjadi adalah. a. tumbuhan akan semakin lebat b. ulat akan berkembang semakin pesat c. tumbuhan akan berkurang jumlahnya d. ular berkembang dengan pesat 28. Contoh komponen biotik yang mempengaruhi komponen abiotik adalah. a. tanah yang dihuni cacing tanah menjadi subur b. tanah yang kurang air menjadi tandus c. suhu yang tinggi mematikan organisme d. suhu yang rendah mematikan tumbuhan 29. Antara lebah yang mengambil nektar dari bunga, sementara kehadiran lebah membantu proses polinasi bunga digolongkan pada simbiosis. a. komensalisme

118 b. parasitisme c. predator d. mutualisme 30. Hidup bersama antara dua makhluk hidup yang tidak dapat dipisahkan, disebut. a. interaksi b. predator c. simbiosis d. predasi 31. Bentuk hubungan parasitisme antara dua organisme terjadi pada. a. burung jalak dengan kerbau b. benalu dengan jeruk c. ikan remora dengan ikan hiu d. ganggang dengan ikan herbivor 32. Suatu kelompok individu dari spesies yang sama dan hidup dalam suatu wilayah tertentu pada waktu yang sama disebut a. komunitas b. populasi c. ekosistem d. bioma 33. Di dalam kolam terdiri dari berbagai kumpulan individu sehingga membentuk populasi dan komunitas makhluk hidup yang saling interaksi dengan lingkungannya. Kolam merupakan buatan manusia sehingga kolam disebut ekosistem... a. alami b. buatan c. alami dan buatan d. a dan b benar 34. Di bawah ini contoh dari ekosistem alami yang ada di bumi... a. kolam b. sawah c. aquarium

119 d. atmosfer 35. Ekosistem luas yang terbentuk karena factor iklim disebut... a. biosfer b. ekosistem c. komunitas d. bioma 36. Contoh ekosistem buatan dibawah ini adalah... a. aquarium b. biosfer c. bioma d. komunitas 37. Zebra adalah hewan pemakan tumbuhan sehingga tergolong hewan... a. karnivora b. omnivora c. herbivora d. scavenger 38. Di bawah ini adalah hewan pemakan daging adalah... a. kelinci b. kambing c. gajah d. harimau 39. Pengertian dari omnivora adalah... a. hewan pemakan segalanya b. hewan pemakan tumbuhan c. hewan pemakan daging d. hewan pemakan tulang 40. Contoh dari hewan pemakan segalanya adalah... a. belalang b. tikus c. anjing d. kelinci

120 Lampiran 14 SOAL TES SIKLUS II Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan cara memberi tanda silang (x) pada huruf a,b,c atau d! 1. Tumbuhan dapat membuat makanan sendiri melalui fotosintesis dengan bantuan... a. sinar matahari b. konsumen c. parasit d. pengurai 2. Tumbuhan heterotrof adalah... a. lumut b. paku c. anggrek d. jamur 3. Keberadaan heterotrof sangat bergantung pada keberadaan autotrof, karena autotrof sebagai... a. sumber energi bagi autotrof b. pasangan bagi keberadaan heterotrof c. tempat hidup bagi heterotrof d. penentu keragaman bagi heterotrof 4. Tali putri merupakan contoh tumbuhan heterotrof karena... a. mempunyai klorofil b. tidak mempunyai klorofil c. hidup menempel d. dapat membuat makanan sendiri 5. Antara lebah yang mengambil nektar dari bunga, sementara kehadiran lebah membantu proses polinasi bunga digolongkan pada simbiosis. a. komensalisme b. parasitisme

121 c. predator d. mutualisme 6. Bentuk hubungan parasitisme antara dua organisme terjadi pada. a. burung jalak dengan kerbau b. benalu dengan jeruk c. ikan remora dengan ikan hiu d. ganggang dengan ikan herbivor 7. Interaksi antara komunitas dengan lingkungannya disebut. a. populasi b. ekosistem c. individu d. bioma 8. Contoh dari ekosistem adalah.. a. serumpun bambu b. atmosfer c. ekosistem padang rumput d. seekor semut 9. Satu makhluk hidup tunggal di dalam suatu lingkungan disebut... a. ekosistem b. individu c. habitat d. biosfer 10. Sekumpulan makhluk hidup yang sejenis pada suatu tempat disebut... a. komunitas b. biosfer c. habitat d. populasi 11. Kumpulan berbagai ekosistem di permukaan bumi disebut... a. biosfer b. komunitas c. ekologi

122 d. ekosistem 12. Seekor semut adalah contoh dari pengertian. a. populasi b. ekosistem c. individu d. bioma 13. Berikut ini termasuk komponen abiotik ekosistem, kecuali... a. jamur b. petir c. lumpur d. kekeruhan air 14. Ada beberapa kelompok komponen ekosistem sebagai berikut: 1) Rumput, air dan udara 2) Udara,tanah dan air 3) Batu, semut dan oksigen 4) Oksigen dan air 5) Karbondioksida dan oksigen Diantara komponen ekosistem di atas yang termasuk kelompok komponen abiotik yaitu... a. 1), 2), dan 3) b. 2), 4), dan 5) c. 1), 4), dan 5) d. 3), 4), dan 5) 15. Contoh komponen biotik dibawah ini adalah... a. suhu b. cahaya c. tumbuhan d. air 16. Dekomposer adalah merupakan contoh dari komponen... a. autotrof b. biotik

123 c. abiotik d. heterotrof 17. Scavenger adalah hewan pemakan... a. daging b. tumbunhan c. segalanya d. bangkai 18. Burung nasar adalah hewan pemakan bangkai sehingga digolongkan dalam golongan... a. scavenger b. omnivora c. karnivora d. herbivora 19. Di bawah ini adalah hewan pemakan daging adalah... a. kelinci b. kambing c. gajah d. harimau 20. Pengertian dari omnivora adalah... a. hewan pemakan segalanya b. hewan pemakan tumbuhan c. hewan pemakan daging d. hewan pemakan tulang 21. Di bawah ini contoh dari ekosistem alami adalah... a. kolam b. sawah c. aquarium d. atmosfer 22. Ekosistem luas yang terbentuk karena factor iklim disebut... a. biosfer b. ekosistem

124 c. komunitas d. bioma 23. Seluruh ekosistem di bumi disebut.. a. populasi b. bioma c. biosfer d.komunitas 24. Yang merupakan contoh dari ekosistem buatan di bawah ini adalah. a. sawah b. pantai c. hutan d. sungai 25. Salah satu kompoen abiotik yang mempengaruhi kesuburan tanah yaitu... a. suhu b. batu c. tanaman d. kandungan mineral 26. Tumbuhan merupakan komponen biotik yang mempunyai fungsi... a. mencegah erosi tanah b. meningkatkan suhu c. melepaskan karbondioksida d. membuat tanah kering 27. Pernyataan yang menunjukan ketergantungan komponen biotik terhadap komponen abiotik yaitu... a. bakteri dapat hidup di dalam tanah yang lembab b. tanah menjadi tandus karena tidak ada tumbuhan c. jamur dapat hidup di permukaan kulit d. tumbuhan perlu disiram setiap hari 28. Komponen abiotik yang tidak tergantung dengan biotik antara lain. a. gaya grafitasi b. air

125 c. tanah d. garam mineral 29. Penguraian sampah daun, kotoran binatang dan sisa makanan binatang mengakibatkan... a. kandungan mineral menurun b. kematian tanaman c. kesuburan tanah meningkat d. kesuburan tanah menurun 30. Dalam suatu ekosistem terdapat tikus, kucing, rumput, bakteri. Organisme yang sangat bergantung pada konsumen adalah... a. kucing, rumput b. paku c. tikus, kucing d. jamur 31. Belalang merupakan organisme konsumen yang bergantung pada. a. padi b. benalu c. kelinci d. ayam 32. Hewan yang makan tumbuhan langsung disebut... a. konsumen b. pengurai c. produsen d. dekomposer 33. Apa yang dimaksud dengan jaring-jaring makanan. a. peristiwa makan dan dimakan dalam suatu ekosistem dengan urutan tertentu b. merupakan gambaran perbandingan antara produsen, konsumen I, konsumen ii, dan seterusnya c. merupakan sekumpulan rantai makanan yang saling berhubungan dalam suatu ekosistem d. merupakan perpindahan energi dari tempat yang tinggi ke tempat yang

126 rendah 34. Merupakan gambaran perbandingan antara produsen, konsumen I, konsumen II, dan seterusnya merupakan pengertian dari. a. arus energi b. rantai makanan c. piramida makanan d. jaring-jaring makanan 35. Berikut ini perpindahan energi yang benar adalah... a. matahari herbivora karnivora omnivora b. matahari produsen konsumen I konsumen II c. produsen matahari konsumen produsen d. produsen karnivora herbivora matahari 36. Perhatikan nama makhluk hidup di bawah ini : (1) Burung (2) Rumput (3) Jangkrik Urutan yang benar agar membentuk suatu rantai makanan yaitu : a. 2) 1) 3) b. 2) 3) 1) c. 3) 2) 1) d. 1) 2) 3)

127 37. (1) Jagung (2) belalang (5) burung (6) pengurai (3) jangkrik (4) capung Dari bagan jaring-jaring makanan di atas yng menunjukkan konsumen I adalah a. 4 dan 5 b. 6 c. 5 d. 2, 3 dan Padi dimakan tikus, tikus dimakan ular, ular dimakan elang, elang mati diuraikan menjadi zat hara oleh jamur dan bakteri. Berdasarkan peristiwa itu dapat dikatakan. A B C D Produsen Tikus Tikus Padi Padi Herbivore Padi Padi Tikus Tikus Karnivora Elang Ular Ular-elang Ular-elang Pengurai Bakteri Jamur Jamur-bakteri Bakteri Konsumen I Elang Ular Tikus Tikus Konsumen II Ular Tikus Ular Elang Konsumen III Tikus Elang Elang Ular 39. Makhluk hidup yang bertindak sebagai pengurai adalah... a. elang b. tikus c, bakteri d. ular 40. Perpindahan materi dan energi dari makhluk hidup satu ke makhluk hidup lain melalui proses makan dan dimakan dengan urutan tertentu disebut... a. rantai makanan c. jaring-jaring makanan b. piramida makanan d. aliran energi

128

129

130 Lampiran 15 KUNCI JAWABAN TES SIKLUS I No. Jawaban 1 A 2 B 3 A 4 A 5 D 6 D 7 B 8 C 9 D 10 A 11 B 12 C 13 D 14 C 15 D 16 A 17 C 18 A 19 B 20 B 21 B 22 C 23 A 24 D 25 A 26 B 27 B 28 A 29 D 30 C 31 B 32 B 33 B 34 D 35 D 36 A 37 C 38 D 39 A 40 B

131

132 Lampiran 16 KUNCI JAWABAN TES SIKLUS II No. Jawaban 1 A 2 D 3 C 4 C 5 D 6 B 7 B 8 C 9 B 10 D 11 A 12 C 13 A 14 B 15 C 16 B 17 D 18 A 19 D 20 A 21 D 22 D 23 C 24 A 25 D 26 A 27 B 28 A 29 C 30 C 31 A 32 A 33 C 34 C 35 B 36 B 37 D 38 C 39 C 40 A

133

134 lampiran 17 DAFTAR NILAI TES PRA SIKLUS KELAS VII B No Kode Nilai Ketercapaian Ketuntasan (%) Tuntas Tidak 1 B (%) 2 B (%) 3 B (%) 4 B (%) 5 B (%) 6 B (%) 7 B (%) 8 B (%) 9 B (%) 10 B (%) 11 B (%) 12 B (%) 13 B (%) 14 B (%) 15 B (%) 16 B (%) 17 B (%) 18 B (%) 19 B (%) 20 B (%) 21 B (%) 22 B (%) 23 B (%) 24 B (%) 25 B (%) 26 B (%) 27 B (%) 28 B (%) 29 B (%) 30 B (%) 31 B (%) 32 B (%) 33 B (%) 34 B (%) 35 B (%) 36 B (%) 37 B (%) 38 B (%) 39 B (%) 40 B (%) Jumlah

135 Rata-rata 55,75 55,75% 45% 55%

136 Lampiran 18 DAFTAR NILAI TES SIKLUS I KELAS VII B No Kode Nilai Ketercapaian Ketuntasan (%) Tuntas Tidak 1 B % 2 B % 3 B % 4 B % 5 B % 6 B % 7 B % 8 B % 9 B % 10 B % 11 B % 12 B % 13 B % 14 B % 15 B % 16 B % 17 B % 18 B % 19 B % 20 B % 21 B % 22 B % 23 B % 24 B % 25 B % 26 B % 27 B % 28 B % 29 B % 30 B % 31 B % 32 B % 33 B % 34 B % 35 B % 36 B % 37 B % 38 B % 39 B % 40 B % Jumlah

137 Rata-rata 63,125 63,13% 85% 15%

138 Lampiran 19 DAFTAR NILAI TES SIKLUS II KELAS VII B No Kode Nilai Ketercapaian Ketuntasan (%) Tuntas Tidak 1 B % 2 B % 3 B % 4 B % 5 B % 6 B % 7 B % 8 B % 9 B % 10 B % 11 B % 12 B % 13 B % 14 B % 15 B % 16 B % 17 B % 18 B % 19 B % 20 B % 21 B % 22 B % 23 B % 24 B % 25 B % 26 B % 27 B % 28 B % 29 B % 30 B % 31 B % 32 B % 33 B % 34 B % 35 B % 36 B % 37 B % 38 B % 39 B % 40 B % Jumlah Rata-rata 81,375 81,38% 92,50% 7,50%

139 Lampiran 20 Peserta didik saat kerja kelompok di dalam kelas Peserta didik memperhatikan penjelasan guru

140 Peserta didik saat kerja kelompok di luar kelas Peserta didik saat kerja kelompok di luar kelas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teori 1. Pendekatan Kontekstual a. Pengertian Pendekatan Kontekstual Pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS METODE OBSERVASI LINGKUNGAN ALAM SEKITAR SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI MATERI POKOK EKOSISTEM

EFEKTIFITAS METODE OBSERVASI LINGKUNGAN ALAM SEKITAR SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI MATERI POKOK EKOSISTEM EFEKTIFITAS METODE OBSERVASI LINGKUNGAN ALAM SEKITAR SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI MATERI POKOK EKOSISTEM (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII MTs. NU 08 Gemuh Kendal) SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA GEJALA ANEMIA (KEKURANGAN SEL DARAH MERAH) DALAM AKTIVITAS BELAJAR BIOLOGI PADA SISWA KELAS XI MA NURIL HUDA GROBOGAN SKRIPSI

PROBLEMATIKA GEJALA ANEMIA (KEKURANGAN SEL DARAH MERAH) DALAM AKTIVITAS BELAJAR BIOLOGI PADA SISWA KELAS XI MA NURIL HUDA GROBOGAN SKRIPSI PROBLEMATIKA GEJALA ANEMIA (KEKURANGAN SEL DARAH MERAH) DALAM AKTIVITAS BELAJAR BIOLOGI PADA SISWA KELAS XI MA NURIL HUDA GROBOGAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS 5 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori Kesadaran perlunya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran didasarkan adanya kenyataan bahwa siswa sebagian besar tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL contextual teaching and learning Strategi Pembelajaan Kontekstual Strategi pembelajaran CTL (contextual teaching and learning) merupakan strategi yang melibatkan siswa secara penuh

Lebih terperinci

SKRIPSI FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

SKRIPSI FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG PENERAPAN METODE INQUIRY DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ALQURAN HADIS\\\\\\\\ PADA SISWA KELAS IV MADRASAH IBTIDAIYYAH NEGERI SUMURREJO TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan bangsa yang cerdas, damai, terbuka dan demokratis.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang makhluk hidup, mulai dari makhluk hidup tingkat rendah hingga makhluk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara psikologis, Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara psikologis, Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Secara psikologis, Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

SKRIPSI. Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATERI CIRI CIRI DAN KEBUTUHAN MAKHLUK HIDUP PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE DEMONSTRASI SISWA KELAS III SEMESTER I DI MIN WONOKETINGAL KECAMATAN KARANGANYAR

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK MADRASAH IBTIDAIYAH ISLAMIYAH KELAS IV DESA SIMPAR BANDAR BATANG TAHUN

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK MADRASAH IBTIDAIYAH ISLAMIYAH KELAS IV DESA SIMPAR BANDAR BATANG TAHUN HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK MADRASAH IBTIDAIYAH ISLAMIYAH KELAS IV DESA SIMPAR BANDAR BATANG TAHUN 2011-2012 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi Sebagian Tugas dan syarat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut seseorang untuk dapat menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu kemampuan memperoleh, memilih

Lebih terperinci

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. DASAR FILOSOFI Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit), dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran kontekstual Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengkaitkan konten mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui bahasa tulis.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN MENYENANGKAN SECARA ISLAMI BERBASIS LEARNING COMMUNITY MATERI PERSAMAAN LINGKARAN KELAS XI IPA MA NU NURUL HUDA SEMARANG

Lebih terperinci

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) BAB 1I 2.1. Kajian Teori KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi pembelajaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005 : 7) mengemukakan bahwa

Lebih terperinci

Oleh: NGADENAN NIM

Oleh: NGADENAN NIM PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA MATERI BENDA DAN SIFATNYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS 2 MI MIFTAHUL ATHFAL WONOREJO KECAMATAN GUNTUR KABUPATEN DEMAK TAHUN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Hakekat Pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat. Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam. Oleh : ROFIQOH N I M:

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat. Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam. Oleh : ROFIQOH N I M: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR AN DENGAN BAIK DAN BENAR SISWA MELALUI MODEL READING ALOUD PADA MATA PELAJARAN AL-QUR AN HADIS KELAS IV MI NURUL ISLAM 02 WONOKERTO KECAMATAN BANCAK KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Belajar Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya mengenai pengertian belajar, namun demikian

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) Pengertian Pembelajaran Kontekstual 1. Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam PENERAPAN METODE INFORMATION SEARCH DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN TATA CARA MANDI WAJIB SISWA KELAS VI SEMESTER GASAL DI MI IANATUL MUBTADIIN WRINGINJAJAR MRANGGEN DEMAK TAHUN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I (S.I) Dalam Ilmu Tarbiyah.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I (S.I) Dalam Ilmu Tarbiyah. EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MEDIA CHARTA DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN PETA KONSEP (CONCEPT MAPPING) PADA MATERI SISTEM REPRODUKSI MANUSIA (STUDI KOMPARASI ATAS HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI DI MAN KENDAL TAHUN

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah IMPLEMENTASI STRATEGI MODELING THE WAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI BENDA DAN SIFATNYA PADA KELAS V SEMESTER 1 DI MI MIFTAHUTH THOLIBIN WARU DEMAK TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM DI PANTI ASUHAN DARUNNAJAH MRANGGEN DEMAK

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM DI PANTI ASUHAN DARUNNAJAH MRANGGEN DEMAK PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM DI PANTI ASUHAN DARUNNAJAH MRANGGEN DEMAK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 dalam Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA HURUF AL-QUR AN DENGAN METODE DRILL PADA ANAK PAUD ALAMKU MENGANTI KEDUNG JEPARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA HURUF AL-QUR AN DENGAN METODE DRILL PADA ANAK PAUD ALAMKU MENGANTI KEDUNG JEPARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA HURUF AL-QUR AN DENGAN METODE DRILL PADA ANAK PAUD ALAMKU MENGANTI KEDUNG JEPARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam KORELASI ANTARA KEMAMPUAN MEMBACA AL- QUR AN DENGAN KEMAMPUAN MENULIS HURUF AL-QUR AN SANTRI TPQ DARUSSALAM KELURAHAN KEMBANG ARUM KECAMATAN SEMARANG BARAT TAHUN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah ilmu dasar yang dapat digunakan sebagai alat bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu karakteristik matematika yaitu mempunyai

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PICTURE AND PICTURE

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PICTURE AND PICTURE EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PICTURE AND PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI POKOK DAUR HIDUP BEBERAPA HEWAN PESERTA DIDIK KELAS IV MADRASAH IBTIDAIYAH BAHRUL ULUM

Lebih terperinci

SULAIWI NIM

SULAIWI NIM PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR MATERI POKOK SHALAT ID MELALUI METODE SIMULASI PADA SISWA KELAS IV MI TARBIYATUL ULUM TANJUNGSARI TLOGOWUNGU PATI TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

Fitriana Rahmawati STKIP PGRI Bandar Lampung. Abstrak. n 1 +n 2 2

Fitriana Rahmawati STKIP PGRI Bandar Lampung. Abstrak. n 1 +n 2 2 PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN KELOMPOK KECIL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP Fitriana Rahmawati STKIP PGRI Bandar Lampung Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA MELALUI METODE DRILL MEMBACA TANPA MENGEJA PADA KELAS I B MI NU 04 KUMPULREJO KALIWUNGU KENDAL TAHUN 2014

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA MELALUI METODE DRILL MEMBACA TANPA MENGEJA PADA KELAS I B MI NU 04 KUMPULREJO KALIWUNGU KENDAL TAHUN 2014 PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA MELALUI METODE DRILL MEMBACA TANPA MENGEJA PADA KELAS I B MI NU 04 KUMPULREJO KALIWUNGU KENDAL TAHUN 2014 PENELITIAN TINDAKAN KELAS Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi

Lebih terperinci

Oleh: SUGIYARTONO NIM

Oleh: SUGIYARTONO NIM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PROSA DESKRIPSI MELALUI TUTOR SEBAYA PADA SISWA KELAS V MI MATHOLIUL FALAH ANGIN-ANGIN BUKO WEDUNG DEMAK SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPA di SD 1. Pembelajaran Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Belajar Proses belajar mengajar merupakan kegiatan paling pokok dalam seluruh proses pendidikan di sekolah. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini, tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti adalah sebagai berikut 1. Untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VII di MTs Al-

Lebih terperinci

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM MATERI POKOK FATKHU MAKKAH DENGAN METODE INQUIRY PADA SISWA KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH MUNAWAROH TEMBELANG TAHUN AJARAN 2010/2011 PENELITIAN

Lebih terperinci

OPTIMALISASI MANAJEMEN PERPUSTAKAAN DALAM MENINGKATKAN MINAT BACA SISWA DI MAN KENDAL

OPTIMALISASI MANAJEMEN PERPUSTAKAAN DALAM MENINGKATKAN MINAT BACA SISWA DI MAN KENDAL OPTIMALISASI MANAJEMEN PERPUSTAKAAN DALAM MENINGKATKAN MINAT BACA SISWA DI MAN KENDAL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Dalam Program

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN MOTIVASI SISWA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA MATERI POKOK EKOSISTEM KELAS VII SMP NEGERI 2 BAKI TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTEKTUAL PADA MATERI PEMBELAJARAN ATURAN SINUS DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI MAN TASIKMALAYA

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTEKTUAL PADA MATERI PEMBELAJARAN ATURAN SINUS DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI MAN TASIKMALAYA PENERAPAN PENDEKATAN KONSTEKTUAL PADA MATERI PEMBELAJARAN ATURAN SINUS DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI MAN TASIKMALAYA Oleh Lilis Dahlia 82321112082 Abstrak Dalam proses pembelajaran matematika

Lebih terperinci

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer Ekosistem adalah kesatuan interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem juga dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik yang komplek antara organisme dengan lingkungannya. Ilmu yang

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL SMALL GROUP DISCUSSION

PENERAPAN MODEL SMALL GROUP DISCUSSION PENERAPAN MODEL SMALL GROUP DISCUSSION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MATERI MEMELIHARA LINGKUNGAN DI KELAS III MI BUSTANUL ULUM MORODEMAK BONANG DEMAK SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Suprijono Contextual Teaching and Learning (CTL)

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN STRATEGI EVERY ONE IS A TEACHER HERE

PENERAPAN PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN STRATEGI EVERY ONE IS A TEACHER HERE PENERAPAN PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN STRATEGI EVERY ONE IS A TEACHER HERE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK MATERI POKOK BERIMAN KEPADA MAKHLUK GAIB SELAIN MALAIKAT DI KELAS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Dalam Bab II ini akan diuraikan kajian teori yang merupakan variabel dalam penelitian yang dilakukan yaitu hasil belajar, pendekatan CTL, dan alat peraga. 2.1.1 Hasil

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara I. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Gegne dalam Suprijono (2009 : 2), belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Kontekstual (CTL) Pembelajaran kontekstual yang sering disingkat dengan CTL merupakan salah satu model pembelajaran berbasis kompetensi yang dapat digunakan untuk mengefektifkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN SALING KETERGANTUNGAN ANTAR MAKHLUK HIDUP

HUBUNGAN SALING KETERGANTUNGAN ANTAR MAKHLUK HIDUP HUBUNGAN SALING KETERGANTUNGAN ANTAR MAKHLUK HIDUP Hubungan Antarmakhluk Hidup Kita sering melihat kupu-kupu hinggap pada bunga atau kambing berkeliaran di padang rumput. Di sawah, kita juga sering melihat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kontekstual a. Pengertian Kontekstual CTL bukanlah singkatan dari Catat Tinggal Lungo (bahasa Jawa) atau mencatat ditinggal pergi. Artinya seorang guru memberikan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Jurusan Pendidikan Agama Islam.

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Jurusan Pendidikan Agama Islam. PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MAPEL PAI MATERI POKOK IMAN KEPADA RASUL MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN CTL (Studi PTK pada Siswa Kelas V SDN 1 Sijeruk Kecamatan Kendal Kabupaten Kendal

Lebih terperinci

Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd.

Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd. Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd. Kuiz 1. Contextual 2. Konstruktivisme 3. Inquiry 4. Questioning 5. Learning Community 6. Modeling 7. Refleksi 8. Authentic Assessment 9. Skenario CTL PENDEKATAN KONTEKSTUAL (Contextual

Lebih terperinci

Oleh: NUR AZIZ NIM :

Oleh: NUR AZIZ NIM : PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA PEMBELAJARAN MAPEL AQIDAH AKHLAK ( STUDI PADA KELAS VII SEMESTER II SMP NUDIA SEMARANG TAHUN AJARAN 2010/2011)

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KOMPETENSI DASAR MENERJEMAHKAN SURAT AL-QADR MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KOMPETENSI DASAR MENERJEMAHKAN SURAT AL-QADR MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING PENINGKATAN HASIL BELAJAR KOMPETENSI DASAR MENERJEMAHKAN SURAT AL-QADR MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH PESERTA DIDIK MI AL-IMAN DAARUSSALAAM CANDISARI SECANG MAGELANG

Lebih terperinci

Oleh: Sulistyowati SD Negeri 02 Karangrejo Tulungagung

Oleh: Sulistyowati SD Negeri 02 Karangrejo Tulungagung 22 Sulistyowati, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika... PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS MATERI PERSIAPAN KEMERDEKAAN MELALUI PENDEKATAN CTL PADA SISWA KELAS V SDN 02 KARANGREJO TULUNGAGUNG SEMESTER

Lebih terperinci

NOVITA FITRI UMMUN NAJIH NIM.

NOVITA FITRI UMMUN NAJIH NIM. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI WAKTU MENGGUNAKAN MEDIA JAM TIRUAN DAN METODE DEMONSTRASI DI KELAS II MI RAUDLOTUL ATHFAL MUTIH KULON WEDUNG DEMAK SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) Diah Nugraheni Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP Veteran Semarang email: diah_fisika@yahoo.co.id

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SKI MATERI POKOK KEPRIBADIAN NABI SAW DENGAN STRATEGI INFORMATION SEARCH

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SKI MATERI POKOK KEPRIBADIAN NABI SAW DENGAN STRATEGI INFORMATION SEARCH UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SKI MATERI POKOK KEPRIBADIAN NABI SAW DENGAN STRATEGI INFORMATION SEARCH (Studi Tindakan Kelas IV MI Kalibening, Dukun, Magelang Tahun Ajaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari bahan yang dipelajari (Winkel, 1996). Menurut Bloom dalam Winkel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari bahan yang dipelajari (Winkel, 1996). Menurut Bloom dalam Winkel 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemahaman Pemahaman merupakan kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari (Winkel, 1996). Menurut Bloom dalam Winkel (1996) pemahaman termasuk

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR FIKIH MATERI POKOK HAJI MELALUI PENERAPAN METODE GALLERY WALK DAN DEMONSTRASI BAGI SISWA KELAS V MI WELERI KENDAL TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah siswa. 1 Berdasarkan hasil observasi awal proses belajar mengajar (PBM) di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan bangsa. Agar dapat cerdas perlu pendidikan

Lebih terperinci

MANAJEMEN KINERJA DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS GURU DI MA NAHDLATUL MUSLIMIN UNDAAN KUDUS. Skripsi

MANAJEMEN KINERJA DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS GURU DI MA NAHDLATUL MUSLIMIN UNDAAN KUDUS. Skripsi MANAJEMEN KINERJA DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS GURU DI MA NAHDLATUL MUSLIMIN UNDAAN KUDUS Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Kependidikan

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER ( NHT ) MATERI AJAR PERBANDINGAN DAN FUNGSI TRIGONOMETRI PADA SISWA KELAS X Yudi Susilo 1, Siti Khabibah

Lebih terperinci

Aas Asiah Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung

Aas Asiah   Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SD ISLAM AL-IKHLAS CIANJUR TAHUN AJARAN 2011/2012 Aas Asiah Email : aasasiah84@yahoo.com

Lebih terperinci

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I. K e l a s. Kurikulum 2006/2013. A. Pengertian Lingkungan Hidup

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I. K e l a s. Kurikulum 2006/2013. A. Pengertian Lingkungan Hidup Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian

Lebih terperinci

Menyiapkan Pendidik Yang Melek Hukum Terhadap Perlindungan Anak

Menyiapkan Pendidik Yang Melek Hukum Terhadap Perlindungan Anak Menciptakan Lingkungan Pembelajaran Kondusif yang Dapat Meningkatkan Hasil Pembelajaran IPS Melalui Model Contextual Teaching and Learning (CTL) Mirnawati Mirnadciezt@yahoo.co.id Guru SD 2 Bacin Kudus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya peningkatan mutu pendidikan secara keseluruhan. Upaya peningkatan mutu pendidikan adalah

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika PENGARUH KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI POKOK BANGUN RUANG SISI LENGKUNG SMP N 23 SEMARANG TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI POKOK QS. AL-BAYYINAH

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI POKOK QS. AL-BAYYINAH UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI POKOK QS. AL-BAYYINAH MELALUI METODE CARD SORT PADA SISWA KELAS VI MI TSAMROTUL HUDA 2 JATIROGO BONANG DEMAK TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMBELAJARAN INKLUSI (Studi Kasus di M.I. Keji Ungaran Barat)

MANAJEMEN PEMBELAJARAN INKLUSI (Studi Kasus di M.I. Keji Ungaran Barat) MANAJEMEN PEMBELAJARAN INKLUSI (Studi Kasus di M.I. Keji Ungaran Barat) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Dalam Ilmu Kependidikan Islam Oleh : ZAENAL HAKIM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Agama Islam adalah sebutan yang di berikan pada salah satu subjek pelajaran yang harus di pelajari oleh peserta didik muslim dalam menyelesaikan pendidikannya

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY DAN PICTURE AND PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA BANGUN RUANG PADA PESERTA DIDIK KELAS V MIN BAWU BATEALIT JEPARA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

Rumusan masalahan. Tujuan Penelitian. Kajian Teori. memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih

Rumusan masalahan. Tujuan Penelitian. Kajian Teori. memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal soal yang berkaitan dengan menghitung luas selimut tabung, kerucut dan bola, sehingga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan dari siswa setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil

Lebih terperinci

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI 1 KARANGMALANG KECAMATAN KANGKUNG KABUPATEN KENDAL

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI 1 KARANGMALANG KECAMATAN KANGKUNG KABUPATEN KENDAL PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI 1 KARANGMALANG KECAMATAN KANGKUNG KABUPATEN KENDAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Dalam Ilmu Tarbiyah. Oleh : KHIYARUL ANAM NIM :

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Dalam Ilmu Tarbiyah. Oleh : KHIYARUL ANAM NIM : MENINGKATKAN KETRAMPILAN MEMBACA NYARING MELALUI MEDIA PIAS-PIAS KATA PADA SISWA KELAS I DI MI MATHOLIBUL HUDA RUWIT WEDUNG DEMAK TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi Sebagian Syarat

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA GURU YANG BERSERTIFIKAT PENDIDIK DAN YANG BELUM BERSERTIFIKAT PENDIDIK DI MTs YAROBI GROBOGAN

PERBANDINGAN KINERJA GURU YANG BERSERTIFIKAT PENDIDIK DAN YANG BELUM BERSERTIFIKAT PENDIDIK DI MTs YAROBI GROBOGAN PERBANDINGAN KINERJA GURU YANG BERSERTIFIKAT PENDIDIK DAN YANG BELUM BERSERTIFIKAT PENDIDIK DI MTs YAROBI GROBOGAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian tugas dan syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Kontekstual Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan dengan strategi. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PESERTA DIDIK DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMBUKTIAN IDENTITAS TRIGONOMETRI KELAS X

ANALISIS KESALAHAN PESERTA DIDIK DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMBUKTIAN IDENTITAS TRIGONOMETRI KELAS X ANALISIS KESALAHAN PESERTA DIDIK DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMBUKTIAN IDENTITAS TRIGONOMETRI KELAS X.1 SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

URGENSI PENDIDIKAN AGAMA PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK MENURUT PROF. DR. ZAKIAH DARADJAT SKRIPSI

URGENSI PENDIDIKAN AGAMA PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK MENURUT PROF. DR. ZAKIAH DARADJAT SKRIPSI URGENSI PENDIDIKAN AGAMA PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK MENURUT PROF. DR. ZAKIAH DARADJAT SKRIPSI Digunakan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Program Studi Pendidikan Guru MI (PGMI)

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Program Studi Pendidikan Guru MI (PGMI) PENERAPAN PENDEKATAN PAIKEM DENGAN STRATEGI CARD SORT DALAM PEMBELAJARAN FIQIH POKOK MATERI ZAKAT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS IV MI AL HIKMAH POLAMAN KECAMATAN MIJEN KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA JAM PADA MATERI PENGUKURAN WAKTU KELAS II MI NU 16 KALIGADING BOJA KENDAL TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Ditulis Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

SKRIPSI. Ditulis Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL CONTEXTUAL LEARNING DALAM OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT BERBANTUAN KOMPUTER (MATCH GAME) PADA SISWA KELAS II MI MIFTAHUSSALAM WONOSALAM DEMAK TAHUN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDENGAR DAN MENULIS MELALUI STRATEGI LISTENING TEAMS

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDENGAR DAN MENULIS MELALUI STRATEGI LISTENING TEAMS PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDENGAR DAN MENULIS MELALUI STRATEGI LISTENING TEAMS PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MATERI CERITA DI KELAS V MI JOHOREJO GEMUH KENDAL TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PENELITIAN TINDAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini pembelajaran di sekolah harus bervariasi agar bisa menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dimana siswa dapat tertarik pada

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK MATERI IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SWT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW (Studi Tindakan Kelas di MTs

Lebih terperinci

PERNYATAAN KEASLIAN. NIM : Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

PERNYATAAN KEASLIAN. NIM : Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah PERNYATAAN KEASLIAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : SITI MUNADAH NIM : 133911209 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Menyatakan bahwa skripsi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), menurut Permendiknas RI No. 22 Tahun

Lebih terperinci

PERAN BADAN KOORDINASI TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR AN (BADKO TPQ) TERHADAP PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU TPQ DI KOTA SEMARANG SKRIPSI

PERAN BADAN KOORDINASI TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR AN (BADKO TPQ) TERHADAP PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU TPQ DI KOTA SEMARANG SKRIPSI PERAN BADAN KOORDINASI TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR AN (BADKO TPQ) TERHADAP PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU TPQ DI KOTA SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Biologi

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Biologi EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA FLASH MATERI ORGANISASI KEHIDUPAN UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA KELAS VII MTs TARBIYATUSH SHIBYAN MARGOMULYO JUWANA PATI TAHUN AKADEMIK 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

STUDI KOMPETENSI GURU KIMIA DALAM PELAKSANAAN EVALUASI PEMBELAJARAN DI MA ABADIYAH GABUS PATI

STUDI KOMPETENSI GURU KIMIA DALAM PELAKSANAAN EVALUASI PEMBELAJARAN DI MA ABADIYAH GABUS PATI STUDI KOMPETENSI GURU KIMIA DALAM PELAKSANAAN EVALUASI PEMBELAJARAN DI MA ABADIYAH GABUS PATI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1) dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Perubahan seseorang yang asalnya tidak tahu menjadi tahu merupakan hasil dari proses belajar. Belajar merupakan berbuat, memperoleh pengalaman tertentu

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Oleh : AH. FAIQ ERMAWAN NIM :

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Oleh : AH. FAIQ ERMAWAN NIM : PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI OPERASI PERKALIAN BILANGAN BULAT DENGAN METODE EVERYONE IS A TEACHER HERE (ETH ) SISWA KELAS V MI MA HADUL ULUM MUTIH WETAN WEDUNG DEMAK TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci