PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BANGLI TAHUN 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BANGLI TAHUN 2016"

Transkripsi

1 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BANGLI PEMERINTAH KABUPATEN BANGLI DINAS KESEHATAN 2017

2 KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa), atas Asung Kerta Wara NugrahaNya sehingga Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2016 ini dapat tersusun. Profil Kesehatan Kabupaten Bangli merupakan salah satu bagian dari sistem informasi kesehatan yang penting bagi proses perencanaan sampai dengan evaluasi program kesehatan dan merupakan bagian penting strategi pembangunan kesehatan untuk mencapai tujuan keberhasilan pembangunan kesehatan. Namun, hal yang lebih penting adalah bahwa data-data yang disajikan dalam profil ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kinerja khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli dan masyarakat secara umum. Profil Kesehatan ini berupaya menampilkan capaian kinerja maupun data lain yang termuat dalam tabel Standar Pelayanan Minimal yang merupakan indikator yang dipakai untuk mengukur kemajuan pembangunan bidang kesehatan. Data-data yang ditampilkan diupayakan dapat menampilkan fokus masalah kesehatan pada puskesmas maupun unit pelayanan kesehatan lain yang ada di Kabupaten Bangli. Hal ini penting mengingat peran dan kontribusi sektor lain termasuk swasta dalam pemberian pelayanan kesehatan di Kabupaten Bangli cukup besar. Pada Profil tahun 2016 ini juga dicoba untuk menampilkan data terpilah berdasarkan Gender, hanya saja belum optimal. Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2016 tersusun atas kerjasama banyak pihak yang telah turut ambil bagian dalam pengumpulan data serta proses konsultasi yang memperkaya isi profil. Dalam penyusunan ini, kami yakin tidak semua pihak sepakat dengan seluruh data ataupun analisa yang disampaikan. Walaupun demikian kami berharap semoga pembaca profil ini menemukan keseluruhan kajian serta kesimpulan dalam profil sebagai sumbangan yang berarti dalam wacana pengambilan kebijakan tentang pembangunan kesehatan Kabupaten Bangli. Upaya penyempurnaan penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2016 akan terus dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli terutama dalam pendataan, mengingat pentingnya data dalam proses manajemen dan pengambilan keputusan. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli ` dr. I Nengah Nadi, M.Kes. NIP Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2016 i

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG... 1 B. TUJUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BANGLI... 2 C. SISTEMATIKA... 2 BAB II GAMBARAN UMUM... 3 A. GEOGRAFI Letak Wilayah Luas Wilayah Iklim... 3 B. KEPENDUDUKAN... 4 C. KEADAAN SOSIAL EKONOMI... 5 D. KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PERILAKU PENDUDUK Sarana dan Akses Air Minum Berkualitas Rumah Sehat Sarana dan Akses terhadap Sanitasi Dasar Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat Desa Yang Melaksanakan STBM BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN A. MORTALITAS Angka Kematian Bayi (AKB) Angka Kematian Balita (AKABA) Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) Angka Harapan Hidup Waktu Lahir Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2016 ii

4 B. MORBIDITAS ATAU ANGKA KESAKITAN Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA (+) Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani Persentase HIV/AIDS Ditangani Persentase Diare Ditangani Persentase Penderita Kusta selesai Berobat Angka Acute Flaccid Paralysis (AFP) Pada Anak usia <15 Tahun per Anak Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per Penduduk Angka Kesakitan Malaria per-1000 Penduduk Kasus Penyakit Filaria Ditangani BAB IV UPAYA KESEHATAN A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Upaya Peningkatan status Gizi Masyarakat Pelayanan Imunisasi PenyakitTidak Menular Pelayanan Pengobatan/Perawatan B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN Indikator Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Pelayanan Kesehatan Jaminan Kesehatan Nasional BAB V SUMBER DAYA KESEHATAN A. SARANA KESEHATAN Puskesmas dan Jaringannya Rumah Sakit B. TENAGA KESEHATAN C. ANGGARAN KESEHATAN Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2016 iii

5 BAB VI PENUTUP A. SIMPULAN B. SARAN Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2016 iv

6 DAFTAR TABEL Tabel 1. Jumlah Keluarga dan Penduduk, Luas Wilayah, Sex Ratio, Kepadatan Serta Rata-rata Jiwa per Keluarga, Dirinci per Kabupaten/Kota Keadaan Terakhir Tahun Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2016 v

7 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Perbandingan Piramida Penduduk Bangli Tahun 2010 dan Gambar 2. Persentase Penduduk Yang Memiliki Akses Air Minum Yang Layak... 6 Gambar 3. Persentase Rumah Sehat Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 4. Persentase Penduduk Dengan Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi Yang Layak (Jamban Sehat) Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 5. Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Menurut Puskesmas Di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 6. Persentase Desa yang Melaksanakan STBM Menurut Puskesmas Di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 7. Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 KH di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 8. AKB per 1000 KH Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 9. Angka Kematian Balita (AKABA) per 1000 KH di Kabupaten BangliTahun Gambar 10. AKABA per 1000 KH Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 11. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) per KH di Kabupaten BangliTahun 2010 s/d Gambar 12. AKI per KH Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 13. Persentase Pelayanan K1 dan K4 Ibu Hamil di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 14. Persentase Pelayanan K1 Ibu Hamil Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 15. Persentase Pelayanan K4 Ibu Hamil Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 16. Persentase Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 17. Persentase Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 18. Persentase Pelayanan Nifas di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 19. Persentase Pelayanan Nifas Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2016 vi

8 Gambar 20. Persentase Kunjungan Neonatal (KN3) di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 21. Persentase Kunjungan Neonatal (KN3) Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 22. Persentase Penanganan Komplikasi Kebidanan di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 23. Persentase Penanganan Komplikasi Kebidanan Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 24. Persentase PenangananKomplikasi Neonatal di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 25. Persentase Penanganan Komplikasi Neonatal Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 26. Persentase Pelayanan Kesehatan Bayi di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 27. Persentase Pelayanan Kesehatan Bayi Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 28. Persentase Pelayanan Kesehatan Anak Balita di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 29. Persentase Anak Balita yang Mendapat Pelayanan Kesehatan (Minimal 8 Kali) Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 30. Persentase Penjaringan Siswa SD dan Setingkat di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 31. Persentase Penjaringan Siswa SD dan Setingkat Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 32. Persentase Peserta KB Aktif di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 33. Persentase Peserta KB Aktif Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 34. Persentase KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 35. Persentase Penimbangan Balita (D/S) Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 36. Persentase Konsumsi Garam Beryodium Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 37. Persentase Balita BGM Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2016 vii

9 Gambar 38. Persentase Ibu Hamil Yang Mendapat Tablet Fe3 (90Tablet) Menurut Puskesmas di KabupatenTahun Gambar 39. Persentase Pemberian Vitamin A pada Balita (6-59 bulan) Menurut Puskesmas Tahun Gambar 40. Persentase ASI Eksklusif Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 41. Persentase Imunisasi Dasar Lengkap Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 42. Persentase Desa/ Kelurahan UCI Per Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 43. Persentase TT 2+ Pada Ibu Hami Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 44. Persentase IVA Positif Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 45. Persentase Penderita Hipertensi Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 46. Persentase Pemeriksaan Obesitas dari PengunjungYang Berusia 15 Tahun Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 47. Persentase Pelayanan Kesehatan Usila Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 48. Pencapaian ALOS dan TOI Rumah Sakit di Kabupaten bangli Tahun Gambar 49. Cakupan Jaminan Kesehatan Menurut Jenis Jaminan Tahun Gambar 50. Jumlah Puskesmas, Pustu, Poskesdes, Polindes dan Pusling Tahun Gambar 51. Ratio Tenaga Kesehatan per Penduduk Menurut Jenis Tenaga Kesehatan di Kabupaten Bangli Tahun Gambar 52. Persentase Anggaran Kesehatan Kabupaten Bangli Berdasarkan Sumber Dana Tahun Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2016 viii

10 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota merupakan salah satu hasil keluaran dari sistem informasi kesehatan, dengan penyajian data yang relatif lengkap yang meliputi data/informasi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan dan data/informasi yang terkait. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 17 ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Selain itu pada pasal 168 menyebutkan bahwa untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan yang dilakukan melalui sistem informasi dan melalui kerjasama lintas sektor dengan ketentuan lebih lanjut akan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sedangkan pada pasal 169 disebutkan pemerintah memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh akses terhadap informasi kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sehingga untuk melaksanakan ketentuan pasal 168 ayat 3, UU RI No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Sistem Informasi Kesehatan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah RI no 46 tahun Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2016 disusun berdasarkan data/informasi yang didapatkan dari puskesmas-puskesmas dan jejaringnya, klinik-klinik, rumah sakit swasta maupun pemerintah yang berada di wilayah Kabupaten Bangli, pengelola program di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli serta Lembaga/ Badan yang terkait seperti Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangli dan Provinsi Bali. Pada penyusunan Profil Kesehatan Tahun 2016 ini mengacu pada Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2016 (berdasarkan data terpilah jenis kelamin) yang dikeluarkan Pusat Data dan Informasi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

11 B. TUJUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BANGLI Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2016 merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk menggambarkan secara umum tentang kondisi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan dan faktor-faktor lain yang terkait, serta melaporkan hasil pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan standar pelayanan minimal di bidang kesehatan, dan perencanaan target indikator Sustainable Development Goals bidang kesehatan. C. SISTEMATIKA Bab I Pendahuluan. Bab ini menyajikan tentang acuan diterbitkannya Profil Kesehatan Kabupaten Bangli ini serta sistimatika penyajiannya. Bab II Gambaran Umum. Bab ini menyajikan tentang letak geografis, administratif dan informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lainnya misal kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan lingkungan. Bab III Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian dan angka kesakitan. Bab IV Situasi Upaya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan rujukan Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan. Bab VI Kesimpulan. Bab ini berisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun 2016 selain keberhasilan juga diungkap hal-hal yang dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Lampiran. Berisi resume/angka pencapaian Kabupaten Bangli dan 82 tabel data yang merupakan gabungan tabel Indikator Kabupaten Sehat. Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

12 BAB II GAMBARAN UMUM A. GEOGRAFI Kabupaten Bangli secara administrasi terdiri dari empat kecamatan yaitu Kecamatan Bangli, Kecamatan Tembuku, Kecamatan Susut dan Kecamatan Kintamani sebagai kecamatan terluas. Batas-batas Kabupaten Bangli di sebelah Utara adalah Kabupaten Buleleng,di sebelah selatan adalah Kabupaten Klungkung, di sebelah Timur adalah Kabupaten Karangasem dan di sebelah Barat adalah Kabupaten Gianyar. (Bangli Dalam Angka, 2016) 1. Letak Wilayah Secara geografis Kabupaten Bangli terletak pada posisi antara sampai Bujur Timur dan sampai Lintang Selatan. Posisinya berada di tengah-tengah Pulau Bali, dan Kabupaten Bangli merupakan satu-satunya kabupaten di Bali yang tidak memiliki pantai/laut. Ketinggian dari permukaan laut antara m. (Bangli Dalam Angka, 2016) 2. Luas Wilayah Luas wilayah Kabupaten Bangli 520,81Km 2 atau 9,25% dari luas wilayah Propinsi Bali. Kabupaten Bangli terbagi menjadi empat kecamatan yaitu Kecamatan Kintamani memiliki luas terbesar yaitu sebesar 366,9Km 2 atau 70,44% dari luas kabupaten, diikuti oleh Kecamatan Bangli: 56,3Km 2 (10,81%), Kecamatan Susut 49,3 Km 2 (9,47%), Kecamatan Tembuku 48,3% (9,28%). Secara fisik di sebelah selatan merupakan daerah dengan dataran rendah dan daerah sebelah utara adalah daerah pegunungan. Puncak tertinggi adalah Puncak Penulisan. Di Kabupaten Bangli juga terdapat Gunung Batur dengan kepundannya dan Danau Batur yang mempunyai luas sekitar 1.067,50 Ha. Jarak dari ibu kota kabupaten ke ibu kota propinsi sekitar 40 km. (Bangli Dalam Angka, 2016) 3. Iklim Kabupaten Bangli sebagian besar daerahnya merupakan dataran tinggi, hal ini berpengaruh terhadap keadaan iklim di wilayah ini. Keadaan iklim dan perputaran atau pertemuan arus udara yang disebabkan karena adanya pegunungan di daerah ini yang Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

13 menyebabkan curah hujan di daerah ini pada Tahun 2015 relatif tinggi. Hal ini terjadi pada bulan-bulan Januari, Februari, dan bulan Desember. (Bangli Dalam Angka, 2016) B. KEPENDUDUKAN Jumlah penduduk di Kabupaten Bangli berdasarkan hasil sensus penduduk Tahun 2010 dan perhitungan proyeksi untuk penduduk Tahun 2016 sebesar jiwa bersumber dari kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangli. Adapun keadaan penduduk di Kabupaten Bangli secara garis besar dapat dilihat pada tabel di ini. Kecamatan Bangli Tembuku Susut Kintamani Tabel 1. Jumlah Keluarga dan Penduduk, Luas Wilayah, Sex Ratio, Kepadatan Serta Rata-rata Jiwa per Keluarga, Dirinci per Kabupaten/Kota Keadaan Terakhir Tahun 2016 Luas Wilayah (Km 2 ) Penduduk Sex Ratio Kepadatan Penduduk/ km 2 Laki Perempuan Jumlah , ,0 48, ,2 49, ,0 366, ,3 903,7 718,6 900,8 255,7 Tahun , ,2 429,7 Akhr Th 2016 Akhir Th 2015 Akhir Th 2014 Akhir Th 2013 Akhir Th 2012 Akhir Th ,8 520,8 520,8 520,8 520, ,4 102,5 52,58 102,39 99, Sumber: Hasil perhitungan proyeksi BPS kabupaten Bangli Berdasarkan jumlah penduduk hasil sensus Tahun 2010 dan perhitungan proyeksi untuk penduduk tahun 2016, dapat diperoleh gambaran piramida penduduk sebagai berikut : Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

14 Gambar 1. Perbandingan Piramida Penduduk Bangli Tahun 2010 dan 2016 Sumber : BPS Kabupaten Bangli Kalau dilihat secara seksama perubahan komposisi penduduk antara Tahun 2010 dengan tahun 2016 tidak ada perbedaan yang berarti, tapi pada kelompok umur 0-4 tahun terlihat terdapat perbedaan dengan kelompok umur 5-9 tahun, mungkin karena cakupan KB aktif yang meningkat pada Tahun 2016 dibandingkan dengan cakupan Tahun 2010 C. KEADAAN SOSIAL EKONOMI Gambaran mengenai keadaan perekonomian di Kabupaten Bangli dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), yaitu PDRB perkapita harga berlaku yang merupakan gambaran rata-rata pendapatan yang dihasilkan oleh setiap penduduk dalam satu tahun menunjukkan peningkatan yang signifikan sebesar 13,89% yaitu dari ,8 juta rupiah di Tahun 2014 menjadi ,3 juta rupiah di tahun Dimana struktur ekonomi Kabupaten Bangli ditunjukkan dengan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) masih didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan dan perikanan yang mempengaruhi sepertiga nilai PDRB Bangli.(Bangli Dalam Angka 2015) D. KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PERILAKU PENDUDUK Dalam menggambarkan keadaan lingkungan untuk pembangunan kesehatan yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

15 investasi bagi pembangunan sumberdaya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Ada beberapa indikator sebagai berikut: 1. Sarana dan Akses Air Minum Berkualitas Syarat-syarat kualitas air minum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010, diantaranya adalah sebagai berikut : - Parameter mikrobiologi E coli dan total Bakteri Koliform, kadar maksimum yang diperbolehkan 0 jumlah per 100 ml sampel, - Syarat fisik : Tidak bau, tidak berasa dan tidak berwarna, - Syarat kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, kesadahan (maks 500 mg/ l), ph 6,5-8,5. Kalau dilihat dari distribusinya persentase kualitas cakupan air minum layak per kecamatan di Kabupaten Bangli adalah sebagai berikut Gambar 2. Persentase Penduduk Yang Memiliki Akses Air Minum Yang Layak Menurut Puskesmas Di Kabupaten Bangli Tahun 2016 Sumber: Seksi PL Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Cakupan penduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air minum yang layak di Kabupaten Bangli sudah mencapai 93%, namun masih ada wilayah puskesmas dengan akses air minum yang layak yang masih rendah yaitu pusk kintamani V hanya sebasar 41%. Hal ini disebabkan karena kondisi geografis wilayah Puskesmas Kintamani V yang sulit dijangkau yang merupakan wilayah pegunungan dengan sumber air bersih yang terbatas. 2. Rumah Sehat Menurut WHO perumahan (housing) adalah suatu struktur fisik di mana orang menggunakannya untuk tempat berlindung, di mana lingkungan dari struktur tersebut Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

16 termasuk juga semua fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani, rohani dan keadaan sosial yang baik untuk keluarga dan individu. Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi parameter sebagai berikut: a. Lokasi - Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa dan sebagainya. - Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau bekas tambang - Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti jalur pendaratan penerbangan. b. Kualitas Udara Kualitas udara di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beracun dan memenuhi syarat baik mutu lingkungan sebagai berikut: - Gas H 2S dan NH 3 secara biologis tidak terdeteksi - Debu dengan diameter kurang dari 10 g maksimum 150 g/m3 - Gas SO2 maksimum 0,10 ppm - Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari c. Kebisingan dan Getaran - Kebisingan dianjurkan 45 db.a, maksimum 55 db.a - Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik d. Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman - Kandungan timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg - Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg - Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg - Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1mg/kg e. Prasarana dan Sarana Lingkungan - Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi yang aman dari kecelakaan. - Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit - Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki dan Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

17 penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan jalan tidak menyilaukan mata. - Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas yang memenuhi persyaratan kesehatan - Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi syarat kesehatan - Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian dan lain sebagainya. - Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya - Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan keracunan. f. Vektor Penyakit - Indeks lalat harus memenuhi syarat - Indeks jentik nyamuk dibawah 5% g. Penghijauan - Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam. Berikut adalah distribusi persentase rumah sehat per puskesmas di Kabupaten Bangli : Gambar 3. Persentase Rumah Sehat Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2016 Sumber : Seksi PL Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Persentase Rumah Sehat di Kabupaten Bangli terendah adalah di wilayah Puskesmas Kintamani V sebesar 47,1% dan Puskesmas Susut II sebesar 72,9%, sedangkan puskesmas lain sudah mencapai lebih dari 80%. Ini disebabkan karena Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

18 kurangnya sosialisasi petugas kepada masyarakat tentang rumah sehat dan dana yang terbatas untuk sosialisasi ke lapangan. Adapun upaya pemecahan masalah yang akan dilaksanakan selanjutnya adalah dengan meningkatkan penyuluhan tentang rumah sehat dan mengalokasikan dana untuk biaya sosialisasi kepada masyarakat. 3. Sarana dan Akses terhadap Sanitasi Dasar Sanitasi dasar berhubungan dengan penyediaan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Upaya sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban), pengelolaan sampah dan saluran pembuangan air limbah. Adapun persentase penduduk yang menggunakan jamban sehat pada tahun 2016 sebesar 84,1%, angka ini menurun dari tahun 2015 yang mencapai 79,2%. Hal ini dikarenakan pertambahan jumlah penduduk dan mobilitas penduduk di Kabupaten Bangli tidak diikuti dengan penyediaan sarana sanitasi (jamban). Disisi lain perilaku penduduk yang masih BABS menjadi kendala yang penting untuk segera diselesaikan. Beberapa upaya yang ditempuh dalam peningkatan akses sanitasi adalah pemicuan perubahan perilaku melalui strategi STBM. Sehingga diharapkan penduduk mau mengakses jamban sehat dan pada akhirnya mau membangun sarana sanitasinya sendiri. Capaian pemanfaatan jamban sehat di masing-masing kecamatan di Kabupaten Bangli Tahun 2016, seperti gambar berikut : Gambar 4. Persentase Penduduk Dengan Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi Yang Layak (Jamban Sehat) Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2016 Sumber : Seksi PL Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Dari Gambar di atas Penduduk dengan akses jamban sehat tetinggi adalah wilayah Puskesmas Bangli sebesar 100% dan terendah di wilayah Puskesmas Kintamani V yang hanya mencapai 37,9%. Akses terhadap Jamban Sehat di Kecamatan Kintamani Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

19 rendah dikarenakan oleh keadaan geografis yang menyebabkan sulit air dan masih banyak masyarakat yang belum paham pentingnya manfaat jamban. 4. Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat Perilaku Hidup Bersi dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga merupakan upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.rumah Tangga sehat merupakan rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah tangga yaitu : a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan b. Memberi bayi ASI eksklusif c. Menimbang bayi dan balita d. Menggunakan air bersih e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun f. Menggunakan jamban sehat g. Memberantas jentik di rumah h. Makan buah dan sayur setiap hari i. Melakukan aktifitas fisik setiap hari j. Tidak merokok di dalam rumah Manfaat PHBS bagi rumah tangga antara lain : a. Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit b. Anak tumbuh sehat dan cerdas c. Anggota keluarga giat bekerja d. Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga Manfaat PHBS bagi masyarakat antara lain : a. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat b. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan c. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) seperti posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban, ambulans desa dan lainlain. Capaian rumah tangga ber-phbs di Kabupaten Bangli tahun 2016 adalah sebagai berikut Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

20 Gambar 5. Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Menurut Puskesmas Di Kabupaten Bangli Tahun 2016 Sumber : Seksi PKM/PSM dan JPK Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Tatanan rumah tangga yang menerapkan PHBS untuk Tahun 2015 mencapai 83,1% meningkat dibandingkan Tahun 2015 yang mencapai 73,1%. Capaian PHBS terendah Tahun 2015 adalah di wilayah kerja Puskesmas Kintamani II. Diperkirakan peningkatan ini dikarenakan oleh sudah disosialisasikannya secara aktif Perda KTR ke masyarakat yang berkoordinasi dengan Pokja KTR Kabupaten Bangli. 5. Desa Yang Melaksanakan STBM Dalam rangka memperkuat upaya perilaku hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat, serta meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar, perlu menyelenggarakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Seperti yang tertuang dalam Permenkes RI Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat terdapat lima pilar yang akan mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih baik serta mengubah dan mempertahankan budaya hidup bdersih dan sehat yang terdiri dari : a. Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) b. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) c. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT) d. Pengamanan Sampah Rumah Tangga e. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

21 Jumlah desa yang telah melaksanakan STBM hingga tahun 2016 sebanyak 64 desa (88,9%) dari 72 desa yang ada di Kabupaten Bangli,mengalami peningkatan dari tahun 2015 yang hanya 59 desa (81,9%). Berikut adalah capaian pelaksanaan STBM di Kabupaten Bangli : Gambar 6. Persentase Desa yang Melaksanakan STBM Menurut Puskesmas Di Kabupaten Bangli Tahun 2016 Sumber : Seksi PL Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Cakupan pelaksanaan STBM yang masih rendah berada di wilayah kerja Puskesmas Kintamani VI sebesar 66,7%. Penyebabnya rendahnya cakupan STBM di Puskesmas Kintamani VI adalah karena rendahnya kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, Untuk itu pemberdayaan masyarakat sangat diperlukan dalam menunjang kegiatan STBM. Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

22 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN Gambaran situasi derajat kesehatan masyarakat sering dipaparkan dengan berbagai indikator yang secara garis besar terdiri dari 2 (dua) aspek yaitu mortalitas dan morbiditas. Data dan informasi tentang derajat kesehatan untuk Tahun 2016 dinyatakan dalam angka kematian bayi, angka kematian balita, angka kematian ibu maternal dan angka kematian kasar berdasarkan data yang terkumpul, sehingga dapat memberikan gambaran tentang derajat kesehatan yang lebih banyak diperoleh dari laporan program puskesmas di Kabupaten Bangli. A. MORTALITAS Kejadian kematian dalam suatu kelompok populasi dapat mencerminkan kondisi kesehatan masyarakatnya. Keberhasilan pelayanan kesehatan dan berbagai program pembangunan kesehatan lainnya juga dapat diukur melalui tingkat kematian yang ada. Angka kematian secara umum sangat berhubungan/dipengaruhi oleh tingkat kesakitan dan status gizi. Sebab-sebab kematian ada yang dapat diketahui secara langsung dan tidak langsung diantaranya adalah faktor-faktor lain yang secara bersama-sama atau sendiri berpengaruh terhadap tingkat kematian di masyarakat. Gambaran kejadian kematian di Kabupaten Bangli dapat dilihat dari: 1. Angka Kematian Bayi (AKB) Infant Mortality Rate atau Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat. AKB tidak hanya mencerminkan besarnya masalah kesehatan berkaitan dengan penyakit diare, ISPA, masalah gizi dan penyakit infeksi lainnya tetapi juga berhubungan dengan tingkat kesehatan ibu, gizi keluarga, tingkat pendidikan ibu, serta pendapatan dan sosial ekonomi keluarga. Gambaran perkembangan angka kematian bayi di Kabupaten Bangli dapat dilihat dari gambar berikut: Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

23 Gambar 7. Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 KH di Kabupaten Bangli Tahun Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Angka Kematian Bayi di Kabupaten Bangli pada tahun 2016 sebesar 8,6 per 1000 KH, angka ini meningkat dari tahun 2015 yang sebesar 7 per 1000 KH. Namun apabila dilihat dari periode cenderung berfluktuasi dari tahun dan secara trend cenderung menurun. Terlihat pada gambar grafik di atas tahun 2010 AKB sebesar 11,5 per 1000 KH hingga tahun 2016 menjadi 8,6 per 1000 KH.. Adapun penilaian capaian AKB per puskesmas di kabupaten Bangli pada tahun 2016 adalah sebagai berikut : Gambar 8. AKB per 1000 KH Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2016 Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

24 AKB tertinggi terjadi di wilayah kerja puskesmas Kintamani VI sebesar 14,9 per 1000KH dan terendah di wilayah kerja Puskesmas Kintamani III yaitu tidak ada kematian bayi pada tahun Kesehatan ibu waktu hamil sangat berperanan terhadap besarnya angka kematian bayi. Gangguan perinatal adalah salah satu dari sekian faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatan ibu selama hamil sedangkan gangguan pernafasan kemungkinan besar disebabkan reflek yang kurang baik dan berhubungan dengan perkembangan fungsi dan organ janin yang kurang sempurna, hal-hal tersebut juga berhubungan dengan kesehatan ibu selama hamil serta asfiksia pada penanganan proses persalinan. 2. Angka Kematian Balita (AKABA) Angka kematian balita (umur 0-5 tahun) menggambarkan tingkat permasalahan anak balita pada pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) atau posyandu. Dan faktorfaktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit infeksi dan kecelakaan. Gambaran perkembangan angka kematian balita di Kabupaten Bangli dapat dilihat dari gambar berikut: Gambar 9. Angka Kematian Balita (AKABA) per 1000 KH di Kabupaten BangliTahun Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Angka Kematian Balita (AKABA) di Kabupaten Bangli 2016 sebesar 9,2 per 1000 KH mengalami peningkatan dari tahun 2015 sebesar 8 per 1000 KH. Apabila dilihat dari periode tahun AKABA secara trend dilihat pada gambar grafik di atas, AKABA cenderung mengalami penurunan. Berikut ini adalah capaian angka kematian balita per puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2016 : Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

25 Gambar 10. AKABA per 1000 KH Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2016 Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Dari laporan KIA Kabupaten Bangli AKABA tertinggi adalah di wilayah kerja Puskesmas Kintamani I yaitu 15,7 per 1000 KH dan terendah di wilayah kerja Puskesmas Kintamani III tidak ada dilaporkan kematian balita. 3. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) Angka Kematian Ibu (AKI) menggambarkan tingkat kesadaran prilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu melahirkan dan masa nifas, serta kondisi sosial ekonomi masyarakat. Gambaran perkembangan angka kematian bayi di Kabupaten Bangli dapat dilihat dari gambar berikut: Gambar 11. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) per KH di Kabupaten BangliTahun 2010 s/d 2016 Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

26 Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Bangli periode berfluktuasi, terlihat secara trend pada gambar grafik di atas cenderung menurun. Berikut adalah capaian AKI pada tahun 2016 per puskesmas di Kabupaten Bangli : Gambar 12. AKI per KH Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2016 Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Pada tahun 2016 terjadi 3 kasus kematian ibu di Kabupaten Bangli yaitu diwilayah kerja Puskesmas Tembuku I sebanyak 1 kasus, Puskesmas Kintamani IV sebanyak 1 kasus dan Puskesmas Kintamani VI sebanyak 1 kasus. 4. Angka Harapan Hidup Waktu Lahir Umur harapan hidup bermanfaat untuk mengetahui berapa lama orang dapat hidup sejak dari usia baru lahir. Hal ini dianggap sebagai indikator umum bagi taraf hidup. Angka tersebut diperoleh secara langsung melalui sensus penduduk yang dilakukan sekali setiap 10 tahun dan survey nasional lainnya. Untuk Kabupaten Bangli angka harapan hidup (AHH) Tahun 2016 menunjukan 69,54 tahun, meningkat dibandingkan tahun 2015 AHH Kabupaten Bangli menunjukkan 69,44 tahun.sedangkan secara konseptual Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana dari indeks harapan hidup, indeks pendidikan (melek huruf dan rata-rata lama sekolah) dan indeks standar hidup layak, sehingga IPM tahun 2015 Kabupaten Bangli yaitu 66,24. Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

27 B. MORBIDITAS ATAU ANGKA KESAKITAN Morbiditas dapat diartikan sebagai angka kesakitan, baik insiden maupun prevalen dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat. 1. Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA (+) Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case Detection Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Disamping itu untuk mengukur keberhasilan pengobatan TB digunakan Angka Keberhasilan Pengobatan (SR=Succes Rate) yang mengindikasikan persentase pasien baru TB paru BTA positif yang menyelesaikan pengobatan, baik yang sembuh maupun yang menjalani pengobatan lengkap diantara pasien baru TB paru BTA positif yang tercatat. Succes Rate dapat membantu dalam mengetahui kecenderungan meningkat atau menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut. SR tahun 2016 sebesar 90,9% menurun dari tahun 2015 yang hanya mencapai 92,86%. Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA (+) di Kabupaten Bangli tahun 2016 mencapai 45,5% (15 orang) dari 33 orang yang mendapat pengobatan, meningkat dibandingkan tahun 2015 angka kesembuhan hanya mencapai 57,14 % (24 orang) dari 42 orang yang mendapat pengobatan. 2. Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani Pneumonia merupakan infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga dapat terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang Pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi). Persentase Balita dengan Pneumonia yang ditangani di kabupaten Bangli tahun 2016 mencapai 99,1 % dari 46 perkiraan balita pneumonia menurun dari tahun 2015 yang mencapai 5,67 % dari perkiraan balita pneumonia. Perubahan ini dikarenakan perubahan perhitungan perkiraan balita pneumonia. Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

28 3. Persentase HIV/AIDS Ditangani HIV/AIDS disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain. Penyakit ini ditularkan melalui cairan tubuh penderita yang terjadi melalui proses hubungan seksual, transfusi darah, penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi secara bergantian, dan penularan dari ibu ke anak dalam kandungan melalui plasenta dan kegiatan menyusui. Kumulatif penderita HIV/AIDS di Kabupaten Bangli tahun 2016 sebanyak 31 penderita dimana proporsi terbesar sebanyak 21 penderita (67,74%) berada pada interval umur tahun. Angka ini menurun dari tahun 2015 yaitu sebanyak 35 penderita. 4. Persentase Diare Ditangani Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam Persentase diare ditangani tahun 2016 di Kabupaten Bangli mencapai 85,1% (4.257 penderita) meningkat dari tahun 2015 di Kabupaten Bangli mencapai 74,9% (3.736 penderita). 5. Persentase Penderita Kusta selesai Berobat Kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium Leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak dan mata. Ditemukan penderita Kusta pada tahun 2016 sebanyak 3 kasus, di wilayah Puskesmas Bangli (1 kasus) dan Puskesmas Kintamani IV (2 kasus), angka tersebut bertambah dari tahun 2015 ditemukan 2 penderita kusta yang tersebar di wilayah Puskesmas Bangli 1 kasus dan Puskesmas Susut II 1 kasus. 6. Angka Acute Flaccid Paralysis (AFP) Pada Anak usia <15 Tahun per Anak Kasus Lumpuh layu (AFP) yang ditemukan di Kabupaten Bangli pada tahun 2016 ditemukan 2 kasus (3,6 per penduduk anak usia <15 tahun) yaitu 1 Kasus di wilayah kerja Puskesmas Kintamani III dan 1 Kasus di wilayah Puskesmas Kintamani VI. Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

29 Sedangkan pada tahun 2015 ditemukan 1 kasus (1,79 per anak usia <15 tahun) yaitu di wilayah kerja Puskesmas Susut I. 7. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) a. Tetanus Neonatorum Tetanus Neonatorum (TN) disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang masuk ke tubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Kasus TN banyak ditemukan di negara berkembang khususnya dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah. Pada tahun 2016 tidak ada kasus TN yang dilaporkan, demikian juga dengan kasus tetanus (non Neonatorum). Kasus TN antara tahun 2016 dan 2015 tidak terjadi peningkatan kasus karena sama-sama tidak ada kasusnya. Situasi seperti ini harus tetap dipantau agar tidak terjadi kelengahan sehingga sedapat mungkin menghindari terjadinya KLB pada tahun-tahun mendatang. b. Difteri Penyakit Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang menyerang sistem pernafasan bagian atas. Penyakit ini memiliki gejala sakit leher, demam ringan, sakit tekak. Difteri juga sering ditandai dengan tumbuhnya membran kelabu yang menutupi tonsil serta bagian saluran pernafasan. Pada tahun 2016 tidak ada kasus Difteri yang dilaporkan. Kasus Difteri antara tahun 2016 dan 2015 tidak terjadi peningkatan kasus karena sama-sama tidak ada kasusnya. Situasi seperti ini harus tetap dipantau agar tidak terjadi kelengahan sehingga sedapat mungkin menghindari terjadinya KLB pada tahun-tahun mendatang. c. Campak Campak disebabkan oleh virus campak. Sebagian besar kasus campak menyerang anak-anak. Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh sekret orang yang telah terinfeksi. Tahun 2016 dilaporkan 1 kasus campak yaitu di wilayah kerja Puskesmas Bangli Utara, sedangkan tahun 2015 tidak ada kasus dilaporkan, pada tahun 2014 ditemukan 13 kasus yang dilaporkan, 13 kasus di wilayah Puskesmas Kintamani V. 8. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per Penduduk Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypty. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak berumur < 15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa. Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

30 Tahun 2016 angka kesakitan DBD sebesar 559 per penduduk yaitu sebanyak 1251 kasus dengan case fatality rate sebesar 0,1%, angka ini jauh meningkat dari tahun 2015 dengan angka kesakitan DBD di Kabupaten Bangli mencapai 155,9 per penduduk. Peningkatan ini salah satunya dikarenakan belum optimalnya kegiatan surveilans DBD di Kabupaten Bangli, kewaspadaan dini rumah sakit (KDRS) yang belum berjalan, belum dibentuknya kader jumantik di desa, dan sumber daya lain yang belum memenuhi standar pada indikator Keputusan Menteri Kesehatan No tentang pedoman penyelenggaraan sistem surveilans epidemiologi kesehatan. 9. Angka Kesakitan Malaria per-1000 Penduduk Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya menjadi komitmen global dalam Millenium Development Goals (MDGs). Malaria disebabkan oleh hewan bersel satu (protozoa) plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Wilayah endemis malaria pada umumnya adalah wilayah terpencil dengan kondisi lingkungan yang tidak baik, sarana transportasi dan komunikasi yang sulit, akses pelayanan kesehatan kurang, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat yang rendah serta buruknya perilaku masyarakat terhadap kebiasaan hidup sehat. Ditjen PP&PL Kementerian Kesehatan telah menetapkan stratifikasi endemisitas malaria suatu wilayah di Indonesia menjadi 4 strata yaitu : - Endemis Tinggi bila API > 5 per 1000 penduduk - Endemis Sedang bila API berkisar antara 1 - < 5 per 1000 penduduk - Endemis Rendah bila API 0 1 per 1000 penduduk - Non Endemis adalah daerah yang tidak terdapat penularan malaria (Daerah pembebasan malaria) atau API = 0. Di Kabupaten Bangli pada tahun 2016 tidak ditemukan kasus malaria positif (angka kesakitan 0) sama dengan Tahun 2016 tidak ditemukan kasus malaria positif. 10. Kasus Penyakit Filaria Ditangani. Filariasis adalah penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di wilayah tropika seluruh dunia. Penyebabnya adalah sekelompok cacing parasit nematoda yang tergolong superfamilia Filarioidea yang menyebabkan infeksi sehingga berakibat munculnya edema. Gejala yang umum terlihat adalah terjadinya elefantiasis, berupa membesarnya tungkai bawah (kaki) dan kantung zakar (skrotum), sehingga penyakit ini secara awam dikenal sebagai penyakit kaki gajah. Walaupun demikian, gejala pembesaran ini tidak selalu disebabkan oleh filariasis. Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

31 Tidak ada kasus filariasis yang ditemukan pada tahun 2016, begitu juga pada tahun 2015 tidak ditemukan kasus filariasis. Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

32 BAB IV UPAYA KESEHATAN Berbagai upaya kesehatan telah dilakukan dalam rangka melaksanakan paradigma sehat sesuai dengan kebijakan pembangunan kesehatan sekarang ini. Paradigma Sehat lebih mengutamakan upaya-upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Upaya-upaya kesehatan yang dilaksanakan di Kabupaten Bangli adalah dalam rangka mewujudkan strategi utama Departemen Kesehatan yaitu meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Berbagai upaya pelayanan kesehatan masyarakat yang dilaksanakan di Kabupaten Bangli adalah: A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat kepada masyarakat oleh fasilitas pelayanan kesehatan diharapkan dapat mengatasi masalah kesehatan masyarakat yang ada. Pelayanan Kesehatan Dasar yang dilaksanakan di Kabupaten Bangli adalah: 1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Pelaksanaan Kesehatan Ibu dan Bayi baru lahir secara khusus berhubungan dengan pelayanan antenatal persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan semua fasilitas kesehatan dari posyandu, puskesmas, rumah sakit pemerintah maupun fasilitas kesehatan swasta. a. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4) Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan seperti pengukuran berat badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, Imunisasi tetanus toxoid (TT) serta pemberian tablet besi kepada ibu hamil selama kehamilannya sesuai pedoman pelayanan antenatal ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hal ini dilakukan untuk menghindari gangguan sedini mungkin terhadap segala sesuatu yang membahayakan kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya. Hasil pelayanan dapat dilihat dari cakupan pelayanan kunjungan ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

33 mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan K4 ibu hamil adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua dan duakali pada trimester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan pada ibu hamil. Cakupan K1 dan K4 dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 13. Persentase Pelayanan K1 dan K4 Ibu Hamil di Kabupaten Bangli Tahun Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa ada kesenjangan yang terjadi antara cakupan K1 dan K4 pada lima tahun terakhir yang hampir mencapai angka 10%. Kesenjangan antara cakupan K1 dan K4 menunjukkan angka drop out K1-K4, dengan kata lain jika kesenjangan K1 dengan K4 kecil maka hampir semua ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama pelayanan antenatal selalu berkunjung ke pelayanan kesehatan sampai pada kunjungan ke dua trisemester ketiga kehamilannya dengan kata lain seluruh ibu hamil telah mendapatkan pelayanan kehamilannya sesuai dengan standar. Hal ini dapat meminimalisir kematian ibu melahirkan.cakupan pelayanan K1 ibu Hamil menurut puskesmas dapat dilihat pada gambar berikut: Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

34 Gambar 14. Persentase Pelayanan K1 Ibu Hamil Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2016 Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Persentase K1 tertinggi tahun 2015 adalah Puskesmas Tembuku I yaitu sebesar 102,5 % sedangkan cakupan K1 Terendah adalah Puskesmas Kintamani I yaitu 77,6 %. Hal ini dikarenakan sasaran lebih besar dari ibu hamil yang ada dan adanya ibu hamil yang pindah dan tinggal di luar kabupaten sehingga tidak terjangkau oleh nakes di kabupaten, sama halnya dengan cakupan pelayanan K4 yang juga rendah. Cakupan pelayanan K4 ibu Hamil menurut puskesmas dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 15. Persentase Pelayanan K4 Ibu Hamil Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2016 Sumber: Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

35 Pada Tahun 2016, Puskesmas dengan Persentase pelayanan K4 tertinggi adalah Tembuku I sebesar 99,6 %, sedangkan yang paling rendah adalah Puskesmas Kintamani I yang hanya mencapai 65,5 %. b. Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan terutama yang mempunyai kompetensi kebidanan (profesional). Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 16. Persentase Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan di Kabupaten Bangli Tahun Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Bangli cenderung berfluktuasi dari tahun , cakupan tertinggi mencapai 94,9 % pada tahun 2013 dan cakupan terendah pada tahun 2012 dan 2016 kembali meningkat menjadi 94,2%. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan menurut puskesmas tahun 2016 dapat dilihat pada gambar berikut: Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

36 Gambar 17. Persentase Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2016 Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Pada Tahun 2016 puskesmas dengan cakupan persalinan nakes yang tertinggi adalah Puskesmas Tembuku I yaitu mencapai 112 % dan terendah adalah Puskesmas Kintamani I sebesar 73,3 %. Cakupan K4 yang rendah berpengaruh kepada cakupan persalinan nakes yang rendah c. Kunjungan Ibu Nifas Pelayanan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan distribusi waktu : 1) kunjungan pertama (KF1) pada 6 jam setelah persalinan sampai 3 hari; 2) kunjungan nifas (KF2) dilakukan pada minggu ke 2 setelah persalinan; 3) kunjungan nifas ke 3 (KF3) dilakukan pada minggu ke 6 setelah persalinan. Diupayakan kunjungan nifas ini dilakukan pada saat dilaksanakannya kegiatan di posyandu dan dilakukan bersamaan pada kunjungan bayi. Cakupan pelayanan nifas dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut: Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

37 Gambar 18. Persentase Pelayanan Nifas di Kabupaten Bangli Tahun Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Pencapaian pelayanan nifas Kabupaten untuk tahun cenderung berfluktuasi, cakupan tertinggi pada tahun 2013 yang mencapai 92,4 % dan terendah pada tahun 2012 yang hanya mencapai 90,4 %.Adapun Persentase pelayanan nifas di masing-masing puskesmas di Kabupaten Bangli : Gambar 19. Persentase Pelayanan Nifas Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2016 Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

38 Puskesmas dengan Persentase pelayanan nifas terendah adalah puskesmas Kintamani I yaitu sebesar 71,9 % dan tertinggi adalah Puskesmas Tembuku I yaitu 105,6 %. Cakupan Kunjungan Nifas rendah berkaitan dengan Cakupan Persalinan Nakes, semakin rendah Cakupan Persalinan Nakes maka Cakupan Pelayanan Nifas akan semakin rendah. Cakupan Pelayanan Nifas rendah juga dikarenakan adanya ibu nifas yang tidak melakukan kunjungan nifas sesuai standar minimal tiga kali kunjungan. d. Kunjungan Neonatus Bayi sampai umur 28 hari merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28 hari) minimal tiga kali, yaitu pada 6 jam 48 jam setelah lahir; pada hari ke 3-7 hari, dan hari ke 8 28 hari. Dalam melaksanakan pelayanan neonatal, petugas kesehatan di samping melaksanakan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu. Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi); pemberian vitamin K; manajemen terpadu balita muda (MTBM); dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan buku KIA. Cakupankunjungan neonatal (KN3) dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 20. Persentase Kunjungan Neonatal (KN3) di Kabupaten Bangli Tahun Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

39 Persentase KN3 tertinggi selama periode adalah pada tahun 2014 mencapai 100,3 % dan cakupan terendah pada tahun 2012 yang hanya mencapai 94,3 %. Cakupan kunjungan neonatal (KN3) oleh tenaga kesehatan menurut puskesmas dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 21. Persentase Kunjungan Neonatal (KN3) Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2016 Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Puskesmas dengan persentase kunjungan neonatus lengkap (KN3) tertinggi adalah Puskesmas Susut I yaitu sebesar 107,8 % dan terendah adalah Puskesmas Kintamani I sebesar 83,7 %. Cakupan Kunjungan Neonatus dipengaruhi oleh persalinan nakes, semakin rendah persalinan nakes maka kemungkinan kunjungan neonatus juga rendah. Selain itu cakupan yang rendah dikarenakan kunjungan neonatus yang tidak sesuai standar yaitu minimal tiga kali kunjungan. e. Penanganan Komplikasi Kebidanan Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh tenaga bidan di desa dan puskesmas, ibu hamil yang memiliki risiko tinggi (risti) dan memerlukan pelayanan kesehatan, karena terbatasnya kemampuan dalam memberikan pelayanan, maka kasus tersebut perlu dilakukan upaya rujukan ke unit pelayanan kesehatan yang memadai. Risti/komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Risti/komplikasi kebidanan meliputi Hb < 8 g%, tekanan darah tinggi (sistole > 140 mmhg, diastole > 90 Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

40 mmhg, oedeme nyata, eklampsia, perdarahan per vaginam, ketuban pecah dini, letak lintang pada usia kehamilan > 32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis, dan persalinan prematur. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 22. Persentase Penanganan Komplikasi Kebidanan di Kabupaten Bangli Tahun Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Persentase penanganan komplikasi kebidanan dalam lima tahun terakhir cenderung berfluktuasi, persentase tertinggi mencapai 75,4 % pada tahun 2014 dan terendah 64,8 % pada tahun Adapun cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani menurut puskesmas di Kabupaten Bangli adalah sebagai berikut : Gambar 23. Persentase Penanganan Komplikasi Kebidanan Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2016 Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

41 Pada gambar di atas memperlihatkan cakupan penanganan komplikasi kebidanan menurut Puskesmas tahun 2016, ada tiga puskesmas yang cakupannya melampaui target program (80%), yaitu Puskesmas Tembuku I, Puskesmas Kintamani II dan Puskesmas Kintamani VI, sedangkan sembilan puskesmas lainnya belum mencapai target program dan yang paling rendah terjadi di Puskesmas Kintamani V yaitu hanya sebesar 7,1 %. Hal ini dikarenakan masih rendahnya pemantauan wilayah setempat, sehingga deteksi risti belum terpantau secara maksimal. Yang perlu mendapatkan perhatian bersama terutama pemegang program, untuk puskesmas yang capaiannya masih dibawah target, agar diberikan perhatian khusus agar penanganan komplikasi kebidanan terus meningkat, sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu. f. Penanganan Komplikasi Neonatal Neonatus risti/komplikasi meliputi asfksia, tetanus neonatorum, sepsis, trauma lahir, BBLR, sindroma gangguan pernafasan dan kelainan neonatal. Neonatus risti/komplikasi yang ditangani adalah neonatus risti/komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih yaitu dokter dan bidan di polindes, puskesmas, rumah bersalin dan rumah sakit. Cakupan Penanganan komplikasi neontal dalam lima tahun terakhir adalah sebagai berikut : Gambar 24. Persentase PenangananKomplikasi Neonatal di Kabupaten Bangli Tahun Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

42 Selama periode lima tahun terakhir ( ) persentase penanganan komplikasi neonatal tertinggi dicapai pada tahun 2014 sebesar 73,5 % dan pencapaian terendah pada tahun 2012 sebesar 45 %. Berikut ini adalah persentase pencapaian penanganan komplikasi neonatal menurut puskesmas se-kabupaten Bangli : Gambar 25. Persentase Penanganan Komplikasi Neonatal Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2016 Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Pada tahun 2016 cakupan penanganan komplikasi neonatal tertinggi adalah di Puskesmas Tembuku I yaitu 197,4% dan terendah di Puskesmas Kintamani IV yaitu 13,3 %. Hal ini dikarenakan pemantauan wilayah setempat mengenai komplikasi pada neonatus belum maksimal karena masih ada kasus komplikasi yang tidak terlaporkan oleh bidan koordinator wilayah sehingga mempengaruhi capaian target. g. Pelayanan Kesehatan Bayi Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan dan perawat) minimal 4 kali dalam setahun, yaitu satu kali pada umur 29 hari 3 bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan dan 1 kali pada umur 9-11 bulan. Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi imunisasi dasar (BCG, DPT / HB1-3, Polio 1-4 dan campak), stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) bayi dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi. Indikator ini merupakan penilaian terhadap upaya peningkatan akses bayi memperoleh pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin adanya kelainan atau penyakit, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit serta peningkatan kualitas hidup bayi. Cakupan kunjungan bayi dalam lima tahun terakhir adalah sebagai berikut : Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

43 Gambar 26. Persentase Pelayanan Kesehatan Bayi di Kabupaten Bangli Tahun Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Pencapaian pelayanan kesehatan bayi pada periode tahun tertinggi mencapai 105,6 % pada tahun 2015 dan terendah pada tahun 2012 mencapai 92,6 %. Gambar 27. Persentase Pelayanan Kesehatan Bayi Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2016 Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

44 Cakupan pelayanan kesehatan bayi terendah pada tahun 2016 adalah di wilayah kerja Puskesmas Kintamani II yang hanya sebesar 93,2 %. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam memeriksakan kesehatan bayinya minimal empat kali dalam setahun menyebabkan capaian di beberapa puskesmas masih rendah sehingga perlunya peningkatan pemberdayaan masyarakat. h. Pelayanan Kesehatan Anak Balita Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan pada anak umur bulan sesuai standar meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun, pemantauan perkembangan minimal 2 kali setahun dan pemberian vitamin A 2 kali setahun (bulan Februari dan Agustus). Pemantauan pertumbuhan dilakukan melalui penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan di Posyandu, Puskesmas dan Rumah Sakit, Bidan Praktek Swasta serta sarana / fasilitas kesehatan lainnya. Pemantauan perkembangan dapat dilakukan melalui SDIDTK oleh petugas kesehatan. Pemberian vitamin A dilaksanakan oleh petugas kesehatan di sarana kesehatan.cakupan pelayanan kesehatan anak balita dalam empat tahun terakhir adalah : Gambar 28. Persentase Pelayanan Kesehatan Anak Balita di Kabupaten Bangli Tahun Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Pada tahun 2016 cakupan pelayanan kesehatan anak balita (12-59 bulan) sebesar 86,4 % menurun dari tahun 2015 yang sebesar 103,5% yang merupakan capaian tertinggi selama periode dan capaian terendah pada tahun 2013 yang hanya mencapai 54,8 %. Cakupan pelayanan kesehatan anak balita per puskesmas dapat dilihat pada Gambar di bawah ini. Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

45 Gambar 29. Persentase Anak Balita yang Mendapat Pelayanan Kesehatan (Minimal 8 Kali) Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2016 Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Puskesmas dengan presentase cakupan pelayanan kesehatan anak balita yang masih rendah adalah Puskesmas Kintamani II sebesar 48,5%, Puskesmas Kintamani III sebesar 55,5 % dan Puskesmas Kintamani IV sebesar 55 %. Banyaknya balita yang tidak melakukan kunjungan pemantauan pertumbuhan minimal delapan kali setahun, sehingga mempengaruhi cakupan kunjungan anak balita. Upaya pemecahan masalah kedepannnya adalah dengan kerjasama lintas sektoral untuk lebih mengaktifkan lagi posyandu untuk dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat. i. Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah dan Usia Sekolah Monitoring pertumbuhan terhadap anak balita dan pra sekolah dilakukan melalui pemantauan secara dini perkembangan anak, penanganan masalah pertumbuhan dan juga pelayanan rujukan ke tingkat yang lebih mampu. Pelayanan Kesehatan Pada Siswa SD dan Setingkat Masalah kesehatan anak usia sekolah semakin komplek, yang biasanya berkaitan dengan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi dengan baik dan benar, mencuci tangan menggunakan sabun. Beberapa masalah kesehatan yang sering dialami anak usia sekolah adalah karies gigi, kecacingan, kelainan refraksi/ketajaman penglihatan dan masalah gizi. Sebelum dilakukan pelayanan kesehatan terhadap siswa SD dan setingkat terlebih dahulu dilakukan penjaringan sasaran. Berikut cakupan penjaringan terhadap anak SD dan Setingkat : Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

46 Gambar 30. Persentase Penjaringan Siswa SD dan Setingkat di Kabupaten Bangli Tahun Sumber : Seksi PKM/PSM dan JPK Pada periode Tahun , pencapaian terendah adalah pada Tahun 2013 yang hanya sebesar 93,5 % dan tertinggi pada tahun 2014 yaitu mencapai 100%. Adapun Persentase per puskesmas Tahun 2016 adalah : Gambar 31. Persentase Penjaringan Siswa SD dan Setingkat Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2016 Sumber : Seksi PKM/PSM dan JPK Dari gambar di atas, puskesmas yang Persentase penjaringan siswa paling rendah adalah Puskesmas Kintamani IV yang hanya mencapai 84,9%. j. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) Menurut hasil penelitian, usia subur seorang wanita biasanya antara tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

47 wanita/pasangan ini lebih diprioritas untuk menggunakan alat/cara KB Tingkat pencapaian pelayanan keluarga berencana salah satunya dapat dilihat dari cakupan peserta KB aktif dan jenis kontrasepsi yang digunakan oleh akseptor, seperti terlihat pada gambar berikut ini : Gambar 32. Persentase Peserta KB Aktif di Kabupaten Bangli Tahun Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Pencapaian cakupan peserta KB aktif selama periode Tahun di Kabupaten Bangli sudah melampaui target program yaitu sebesar 70%. Berikut adalah cakupan peserta KB aktif per puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2016 : Gambar 33. Persentase Peserta KB Aktif Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2016 Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

48 Jumlah peserta KB baru di Kabupaten Bangli tahun 2016 sebanyak orang (4,7%) dari pasangan usia subur, sedangkan cakupan peserta KB aktif tahun 2016 sebesar 89%. Tidak terjadi disparitas yang tinggi antara cakupan tertinggi dengan cakupan terendah di puskesmas, hal ini menunjukkan telah terjadi pemerataan pelayanan KB di seluruh Puskemas di Kabupaten Bangli seperti terlihat pada gambar di atas UntukPersentase KB aktif menurut jenis kontrasepsi di Kabupaten Bangli tahun 2016 diuraikan pada gambar berikut : Gambar 34. Persentase KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi di Kabupaten Bangli Tahun 2016 Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Berdasarkan gambar diatas cakupan aksetor terendah adalah akseptor MOP yang hanya mencapai 0,7% dari cakupan Kb aktif, untuk meningkatkan cakupan metode kontrasepsi jangka panjang seperti IUD, Implan, MOP dan MOW, Dinas Kesehatan bekerjasama dengan BKKBN telah melaksanakan kegiatan pelayanan KB gratis khusus untuk metode kontrasepsi jangka panjang. Upaya perbaikan gizi masyarakat dimaksudkan untuk menangani permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat. Berdasarkan pemantauan yang telah dilakukan ditemukan beberapa permasalahan gizi yang sering dijumpai pada kelompok masyarakat antara lain anemi gizi besi, kekurangan vitamin A dan gangguan akibat kekurangan yodium. Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

49 2. Upaya Peningkatan status Gizi Masyarakat Indikator yang digunakan untuk mengetahui peningkatan status gizi masyarakat adalah persentase balita yang ditimbang berat badannya (D/S), persentase rumah tangga yang mengkonsumsi garam beryodium dan prevalensi balita gizi kurang. a. Cakupan Penimbangan Balita (D/S) Pemantauan pertumbuhan balita sangat penting dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan pertumbuhan (growth faltering) secara dini. Untuk mengetahui pertumbuhan tersebut, penimbangan balita setiap bulan sangat diperlukan. Penimbangan balita dapat dilakukan di berbagai tempat seperti Posyandu, Polindes, Puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan yang lain. Pada Riskesdas 2013, informasi tentang pemantauan pertumbuhan anak diperoleh dari frekuensi penimbangan anak umur 6-59 bulan selama enam bulan terakhir. Idealnya dalam enam bulan anak balita ditimbang minimal enam kali. Sedangkan untuk status gizi anak balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Variabel BB dan TB/PB anak balita disajikan dalam bentuk tiga indeks antropometri, yaitu BB/U, TB/U, dan BB/TB. Untuk menilai status gizi anak balita, maka angka berat badan dan tinggi badan setiap anak balitadikonversikan ke dalam nilai terstandar (Zscore) menggunakan baku antropometri anak balita WHO Cakupan Penimbangan Balita (D/S) merupakan persentase jumlah balita (anak usia 0-59 bulan) yang ditimbang berat badannya di sarana kesehatan termasuk di posyandu dan tempat penimbangan lainnya dibagi dengan Jumlah balita yang berasal dari seluruh posyandu yang melapor disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Berikut merupakan cakupan D/S per puskesmas di Kabupaten Bangli tahun 2016 : Gambar 35. Persentase Penimbangan Balita (D/S) Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2016 Sumber : Seksi Bina Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

50 Puskesmas dengan Cakupan D/S tertinggi adalah Puskesmas Kintamani IV yaitu sebesar 88,6 % dan terendah adalah Puskesmas Kintamani V yang hanya mencapai 66,5 %. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan rendahnya D/S paling banyak disebabkan karena rendahnya kesadaran orang tua balita untuk mengajak balitanya ke Posyandu, karena beranggapan setelah mendapat imunisasi lengkap balita sudah mulai jarang dibawa ke Posyandu ditambah kesibukan orang tua bekerja disamping karena sebagian medan yang sulit menuju Posyandu. Perlunya tenaga promosi kesehatan di Puskesmas untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat agar pemanfaatan terhadap Posyandu dan sarana kesehatan lainnya dapat ditingkatkan sehingga cakupan D/S akan meningkat. b. Persentase Rumah Tangga Yang Mengkonsumsi Garam Beryodium Pentingnya konsumsi garam beryodium untuk mencukupi kebutuhan yodium sebagai zat mikronutrien yang sangat diperlukan oleh tubuh. Karena kekurangan zat ini dapat menyebabkan GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium) seperti gondok, goiter dan kretinisme. Berikut merupakan cakupan konsumsi garam beryodium per puskesmas dari 300 total sampel yang diperiksa di Kabupaten Bangli tahun 2016 : Gambar 36. Persentase Konsumsi Garam Beryodium Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun Sumber : Seksi Bina Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

51 Puskesmas dengan cakupan konsumsi garam beryodium tertinggi adalah Puskesmas Bangli Utara sebesar 100% dan terendah adalah Puskesmas Kintamani VI yang hanya mencapai 63,3 %. Kabupaten Bangli merupakan daerah yang terletak di dataran tinggi yang menyebabkan rendahnya kandungan iodium dalam tanah. Perlu ditambah asupan iodium dari makanan khususnya garam. Ketersediaan Garam Yodium dimasyarakat sudah baik, namun kebiasaan masyarakat masih belum optimal untuk mengkonsumsi garam beryodium akibat pengetahuan dan kesadaran yang masih rendah. Untuk itu program penanggulangan GaKY perlu disosialisasikan lebih sering kepada masyarakat, dan media-media promosi semakin sering disebarkan ke masyarakat. c. Status Gizi Balita Persentase status gizi dengan berat badan rendah/dibawah garis merah dari balita yang ditimbang di Kabupaten Bangli berdasarkan laporan Bidang Bina Kesehatan Masyarakat dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 37. Persentase Balita BGM Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2016 Sumber : Seksi Bina Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Pada gambar di atas balita BGM di Kabupaten Bangli pada tahun 2016 sebesar 0,6 % menurun dari tahun 2015 yang sebesar 0,4 %. Sementara Kasus Balita Gizi Buruk di Kabupaten Bangli pada tahun 2016 ditemukan empat kasus yaitu di Kecamatan Tembuku dua kasus dan Kecamatan Kintamani dua kasus. Dari keempat kasus gizi buruk Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

52 tersebut, hampir seluruhnya memilki penyakit penyerta, diantaranya gangguan tumbuh kembang, gangguan usus, bibir sumbingdan hanya satu akibat salah asuh. d. Pemberian Tablet Tambah Darah (Fe) Anemi gizi adalah kekurangan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb tersebut. Di Indonesia sebagian besar anemi ini disebabkan karena kekurangan zat besi (fe) hingga disebut anemi kekurangan zat besi atau anemi gizi besi dan kelompok yang paling rentan adalah wanita hamil. Cakupan ibu hamil yang mendapatkan tablet tambah darah Fe3 (90 tablet) tahun 2016 menurut puskesmas adalah sebagai berikut. Gambar 38. Persentase Ibu Hamil Yang Mendapat Tablet Fe3 (90Tablet) Menurut Puskesmas di KabupatenTahun 2016 Sumber : Seksi Bina Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Dari sasaran ibu hamil sebanyak orang, diketahui bahwa dari 98% ibu hamil yang ditargetkan mendapat 90 tablet Fe, hanya 91,8 yang mendapatkan 90 tablet Fe. Rendahnya cakupan Fe3 di Kabupaten Bangli dari sisi ibu hamilnya karena rasa tablet Fe yang menimbulkan efek mual dan muntah. Dari sisi metode, ada Puskesmas dalam penentuan sasaran belum menggunakan data sasaran yang tepat, sinkronisasi data kurang dan pemberian tablet tambah Fe sejenis yang didapat di RS, BPS dan dokter praktek swasta belum tercatat Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

53 e. Pemberian Kapsul Vitamin A Sasaran pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi adalah bayi (umur 6-11 bulan) diberikan kapsul vitamin A SI, anak balita (umur 1-4 tahun) diberikan kapsul vitamin A SI, dan ibu nifas diberikan kapsul vitamin A SI, sehingga bayinya akan memperoleh vitamin A yang cukup melalui ASI. Pada bayi (6-11 bulan) diberikan setahun sekali pada bulan Februari atau Agustus; dan anak balita enam bulan sekali, yang diberikan secara serentak pada bulan Februari dan Agustus. Sedangkan pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas diharapkan dapat dilakukan terintegrasi dengan pelayanan kesehatan ibu nifas atau dapat pula diberikan di luar pelayanan tersebut selama ibu nifas belum mendapatkan kapsul vitamin A. Persentase pemberian vitamin A balita menurut puskesmas tahun 2016 adalah sebagai berikut. Gambar 39. Persentase Pemberian Vitamin A pada Balita (6-59 bulan) Menurut Puskesmas Tahun 2016 Sumber : Seksi Bina Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Berdasarkan gambar diatas, puskesmas dengan pencapaian pemberian vitamin A pada balita terendah adalah Puskesmas Kintamani V yaitu sebesar 96,5% dan sebanyak 6 puskesmas cakupannya sudah mencapai 100%. f. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif Cara pemberian makaan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

54 sampai umur 24 bulan. Mulai umur 6 bulan, bayi mendapatkan makanan pendamping ASI yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya. Gambar 40. Persentase ASI Eksklusif Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2016 Sumber : Seksi Bina Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Puskesmas dengan cakupan ASI eksklusif tertinggi adalah Puskesmas Kintamani VI yaitu mencapai 80%, sedangkan terendah adalah Puskesmas Susut I hanya sebesar 30,5%. 3. Pelayanan Imunisasi Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif, munisasi aktif adalah pemberian kuman atau kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnya adalah imunisasi polio atau campak. Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi, sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya penyuntikan ATS pada orang yang mengalami luka kecelakaan. a. Imuniasi Dasar pada Bayi Diantara penyakit pada balita yang dapat dicegah dengan imunisasi, campak adalah penyebab utama kematian pada balita. Oleh karena itu pencegahan campak merupakan faktor penting dalam mengurangi angka kematian balita. Oleh karena itu harus dipertahankan cakupan imunisasi dasar lengkap sebesar 93%. Target tersebut Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

55 sejalan dengan target Renstra Kemenkes yang menetapkan target cakupan imunisasi campak sebesar 93%. Kabupaten Bangli tahun 2016 telah mencapai target cakupan imunisasi dasar lengkap sebesar 99,9 %, menurun dari tahun 2015 yaitu sebesar 97,25%. Dengan demikian Bali telah mampu mencapai target imunisasi campak yang ditetapkan oleh WHO dan target Kemenkes RI Cakupan imunisasi campak per puskesmas dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 41. Persentase Imunisasi Dasar Lengkap Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2016 Sumber : Seksi Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Puskesmas yang cakupan imunisasi dasar lengkap terendah adalah Puskesmas Susut I yaitu sebesar 94,3%. Hal ini dikarenakan oleh distribusi sasaran yang terlalu tinggi, sehingga walaupun semua sasaran yang ada di wilayah tersebut sudah diimunisasi campak namun target yang diinginkan tetap tidak mencapai target. Sehingga ke depan perlu lebih realistis dalam distribusi sasaran sehingga target-target bisa tercapai. Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan proksi terhadap cakupan atas imunisasi dasar lengkap pada bayi (0-11 bulan). Desa UCI merupakan gambaran desa/kelurahan dengan 80% jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap dalam kurun waktu satu tahun. Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

56 Gambar 42. Persentase Desa/ Kelurahan UCI Per Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2016 Sumber : Seksi Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli 100%. Berdasarkan tabel di atas sudah semua puskesmas mencapai target Desa UCI b. Imunisasi pada Ibu Hamil Tetanus disebabkan oleh toksin yang diproduksi oleh bakteri yang disebut Clostridium tetani. Tetanus juga bisa menyerang pada bayi baru lahir (Tetanus Neonatorum) pada saat persalinan dan perawatan tali pusat. Masih banyak calon ibu di masyarakat terutama yang tinggal di daerah-daerah terpencil berada dalam kondisi yang masih jauh dari kondisi steril saat persalinan. Hal inilah yang bisa menimbulkan risiko ibu maupun bayinya terkena tetanus. Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) merupakan program eliminasi tetanus pada neonatal dan wanita usia subur termasuk ibu hamil. Strategi yang dilakukan untuk mengeliminasi tetanus neonatorum dan meternal adalah 1) pertolongan persalinan yang aman dan bersih; 2) cakupan imunisasi rutin TT yang tinggi dan merata; dan 3) penyelenggaraan surveilans. Beberapa permasalahan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada wanita usia subur yaitu pelaksanaan skrining yang belum optimal, pencatatan yang dimulai dari kohort WUS (baik kohort ibu mapun WUS tidak hamil) belum seragam. Berikut ini distribusi cakupan TT2+ menurut puskesmas di Kabupaten Bangli tahun 2016 : Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

57 Gambar 43. Persentase TT 2+ Pada Ibu Hami Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2016 Sumber : Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Dari gambar di atas dapat dilihat puskesmas yang cakupan TT2+ masih rendah yaitu Puskesmas Kintamani III yang hanya sebesar 32,3 %. 4. PenyakitTidak Menular a. Cakupan IVA IVA merupakan pemeriksaan dengan cara mengamati dengan menggunakan spekulum, melihat leher rahim yang telah dipulas dengan asam asetat atau asam cuka (3-5%). Pada lesi prakanker akan menampilkan warna bercak putih yang disebut acetowhite epithelium. Deteksi dini yang dimaksud dapat dilakukan di puskesmas dan jaringannya, di dalam maupun di luar gedung. Pada tahun 2016 telah dilaksanakan pelatihan kepada tenaga dokter dan bidan di semua puskesmas untuk melaksanakan deteksi dini kanker serviks melaui pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) dengan harapan seluruh puskesmas dapat melaksanakan pemeriksaan IVA dengan sasaran perempuan usia tahun. Berikut merupakan cakupan pemeriksaan IVA per puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2016 : Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

58 Gambar 44. Persentase IVA Positif Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2016 Sumber : Seksi Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Dari Gambar di atas cakupan pemeriksaan IVA tertinggi adalah di Puskesmas Susut I dan Bangli Utara yaitu sebesar 2,6 % dan terendah adalah Puskesmas Kintamani II sebesar 0,2 % dari perempuan usia tahun. Capaian Kabupaten adalah 2,03 %, dimana capaian ini sudah melebihi target yaitu 1.28 % dari jumlah penduduk perempuan usia tahun. Capaian pemeriksaan IVA di beberapa puskesmas masih rendah karena sebagian besar masyarakat merasa enggan dan malu untuk memeriksakan dirinya, sehingga perlu upaya penyadaran masyarakat melalui penyuluhan kesehatan terkait dengan IVA dan Kanker serviks. Selain itu juga disebabkan karena masih rendahnya dukungan dana untuk pengadaan bahan material untuk pemeriksaan IVA. b. Cakupan Deteksi Dini terhadap Hipertensi Untuk deteksi dini Hipertensi telah dilakukan pemeriksaan tekanan darah terhadap pengunjung puskesmas yang berusia 18 tahun ke atas, dengan capaian pada tahun 2015 sebesar 16,3 % dari jumlah penduduk. Angka ini sudah mlebihi target yaitu sebesar 5 % dari jumlah penduduk usia 18 tahun ke atas. Dari hasil pemeriksaan didapatkan penduduk dengan Hipertensi per puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2015 adalah sebagai berikut : Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

59 Gambar 45. Persentase Penderita Hipertensi Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2016 Sumber : Seksi Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Angka Hipertensi tertinggi di Kabupaten Bangli adalah di wilayah Puskesmas Kintamani IV yaitu sebesar 82,5 %. Hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus karena dimana penyakit menular belum teratasi, namun di sisi lain penyakit tidak menular semakin meningkat (Double Burden of Disease). Sehingga Posbindu PTM perlu dibentuk dan diaktifkan sehingga deteksi dini dapat ditingkatkan. c. Cakupan Pemeriksaan Obesitas Obesitas diukur pada tiap pasien yang berusia 15 tahun ke atas yang datang ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (FPKTP) atau posbindu satu kali dalam satu tahun. Pada yang bermasalah berat badan/obese dapat dilakukan evaluasi tiap bulan atau minimal 3 bulan sekali. Berikut merupakan cakupan pemeriksaan obesitas per puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2016 : Gambar 46. Persentase Pemeriksaan Obesitas dari PengunjungYang Berusia 15 Tahun Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2016 Sumber : Seksi Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

60 Pemeriksaan obesitas di Kabupaten Bangli masih rendah dikarenakan masyarakat menganggap obesitas bukan sebagai suatu masalah, sehingga kurangnya kesadaran untuk memeriksakan diri. 5. Pelayanan Pengobatan/Perawatan a. Cakupan Rawat Jalan Pemanfaatan sarana kesehatan di Kabupaten Bangli oleh masyarakat untuk rawat jalan tahun 2016 sudah mencapai orang (115,1%) dari jumlah penduduk. b. Cakupan Rawat Inap. Cakupan rawat inap pada tahun 2016 di Kabupaten Bangli sudah mencapai orang (8,2 %).cakupan ini lebih banyak diperoleh dari pelayanan pengobatan dirumah sakit sedangkan untuk puskesmas baru mencapai 759 orang yang memanfaatkan puskesmas perawatan. c. Pelayananan Kesehatan Jiwa Pelayanan kesehatan jiwa merupakan pelayanan pada pasien yang mengalami gangguan kejiwaan meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Tahun 2015 di Kabupaten Bangli mencapai jiwa hasil ini lebih banyak dikontribusi dari rumah sakit jiwa yang terletak di Kabupaten Bangli sedangkan gangguan jiwa yang terdeteksi di Puskesmas mencapai jiwa. d. Pelayanan Kesehatan Usila Pelayanan Kesehatan Usia lanjut merupakan pelayanan kesehatan sesuai standar yang ada pada pedoman usia lanjut (60 tahun ke atas) di fasilitas pelayanan kesehatan pada satu wilayah kerja dan kurun waktu tertentu. Berikut merupakan cakupan pelayanan kesehatan usila per puskesmas di Kabupaten Banglitahun 2016 : Gambar 47. Persentase Pelayanan Kesehatan Usila Menurut Puskesmas di Kabupaten Bangli Tahun 2016 Sumber : Seksi PKM/ PSM dan JPK Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

61 Puskesmas dengan cakupan pelayanan kesehatan usila terendah adalah Puskesmas Kintamani V yang hanya mencapai 14,8 %. Sedangkan pencapain kabupaten adalah sebesar 55,1 %, angka ini menurun dari tahun 2015 yang mencapai 63,5%. Rendahnya pencapaian di Puskesmas Kintamani V dikarenakan oleh masih rendahnya pengetahuan lansia tentang kesehatan, sehingga perlu dilakukan pendataan ulang lansia dan mengaktifkan kembali posyandu lansia. B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN Salah satu upaya untuk melaksanakan pembangunan di bidang kesehatan adalah melaksanakan upaya kesehatan yang bertujuan meningkatkan akses, keterjangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan perorangan (puskesmas, rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya) dengan beberapa kegiatan pokoknya adalah peningkatan pelayanan kesehatan rujukan melalui pemanfaatan rumah sakit, pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin dan lain-lain seperti diuraikan berikut: 1. Indikator Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Pada tingkat rumah sakit yang dinilai adalah tingkat pemanfaatan saran, mutu dan tingkat efisiensi pelayanan. Adapun beberapa indikator terkait yang dinilai dalam pelayanan kesehatan rumah sakit antara lain pemanfaatan tempat tidur (Bed Occupancy Rate/BOR), rata-rata lama hariperawatan (AverageLenght of Stay/ALOS), rata-rata tempat tidur dipakai (Bed Turn Over/BTO), rata-rata selang waktu pemakaian tempat tidur (Turn of Interval/TOI), persentasepasien keluar yang meninggal (Gross Death Rate/GDR) dan persentase pasien keluaryang meninggal 48 jam perawatan (Net Death Rate/NDR). BOR adalah persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktutertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatantempat tidur RS. Tahun 2016 angka penggunaan tempat tidur RSUD Bangli (55,1 %), RS Jiwa Provinsi Bali (84,8%) dan RS BMC (40,7 %). Secara keseluruhan RS di Kabupaten Bangli (Pemerintahmaupun Swasta) mempunyai BOR rata-rata 72,5 %, berarti secara keseluruhan sudah mencapai target dari BOR ideal (60-80%), tapi menurun dari angka tahun 2015 yaitu 74,2 %. ALOS adalah rata-rata lama rawat (hari) seorang pasien. Indikator ini memberikan gambaran tentang tingkat efisiensi dan mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan lebih lanjut. Sedangkan TOI adalah rata-rata haridimana tempat tidur tidak ditempati dari telah digunakan sampai saat Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

62 digunakankembali (rata-rata lama tempat tidur kosong antara pasien satu dengan pasien berikutnya). Idealnya tempat tidur kosong pada kisaran 1-3 hari. Berikut merupakan gambaran ALOS dan TOI Rumah Sakit di Kabupaten Bangli Tahun 2016: Gambar 48. Pencapaian ALOS dan TOI Rumah Sakit di Kabupaten bangli Tahun 2016 Sumber : Bagian Rekam Medis RS di Kabupaten Bangli Dari Gambar di atas Rumah Sakit Jiwa Provinsi mempunyai ALOS dan TOI yang tertinggi yaitu mencapai 70,8 dan 12,8 rata-rata hari karena kasus. GDR adalah angka kematian umum untuk tiap-tiap pasien keluar rumah sakit. Pada GDR, tidak melihat berapa lama pasien berada di rumah sakit dari masuk sampai meninggal. Nilai ideal GDR adalah < 45 per pasien keluar. Pada tahun 2016 angka GDR di Kabupaten Bangli sebesar 18,1 kematian per pasien dari seluruh rumah sakit yang ada, angka ini menurun dari tahun 2014 yang sebesar 23,7 per 1000 pasien keluar. NDR adalah angka kematian pasien setelah dirawat 48 jam per pasienkeluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit.asumsinya jika pasien meninggal setelah mendapatkan perawatan 48 jam berarti adafaktor pelayanan rumah sakit yang terlibat dengan kondisi meninggalnya pasien.namun jika pasien meninggal < 48 jam masa perawatan, dianggap faktorketerlambatan pasien datang ke rumah sakit yang menjadi penyebab utama Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

63 pasienmeninggal. Nilai NDR yang ideal adalah < 25 per pasien keluar. NDR Kabupaten Bangli Tahun 2016 sebesar 12,3 per 1000 pasien keluar, angka NDR juga menurun dari tahun 2015 yang mencapai 13,4 per 1000 pasien keluar. 2. Pelayanan Kesehatan Jaminan Kesehatan Nasional Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.Berikut adalah Cakupan Jaminan Kesehatan menurut Jenis Jaminan tahun 2016 di Kabupaten Bangli. Gambar 49. Cakupan Jaminan Kesehatan Menurut Jenis Jaminan Tahun 2016 Sumber : BPJS Kesehatan Divisi Regional XI Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

64 BAB V SUMBER DAYA KESEHATAN Gambaran mengenai situasi sumber daya kesehatan di kelompokan menjadi sarana kesehatan, tenaga kesehatan dan pembiayaan kesehatan. A. SARANA KESEHATAN Sarana kesehatan meliputi puskesmas, rumah sakit (rumah sakit umum dan rumah sakit khusus), sarana Upaya kesehatan bersumberdaya Masyarakat (UKBM), sarana produksi dan distribusi farmasi dan alat kesehatan. 1. Puskesmas dan Jaringannya Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dari Dinas Kesehatan Kabupaten yang berada di wilayah kecamatan yang melaksanakan tugas-tugas operasional pembangunan kesehatan. Puskesmas mempunyai fungsi yang sangat penting sebagai penggerak pembangunan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di tingkat kecamatan di Kabupaten Bangli, pada tahun 2012 sudah ada 12 buah puskesmas, 5 buah diantaranya adalah puskesmas dengan layanan rawat inap sedangkan 7 buah puskesmas yang lainnya adalah puskesmas tanpa layanan rawat inap. Jaringan puskesmas yang lainnya yaitu Poskesdes, Puskesmas Pembantudan Polindes yang memberikan pelayanan kesehatan strata pertama tingkat desa/kelurahan. Sampai tahun 2016 Puskesmas Pembantu (Pustu) yang ada di Kabupaten Bangli sebanyak 59 buah, jumlah poskesdes 25 buah, jumlah polindes 6 buah dan puskesmas keliling roda empat 17 buah. Jumlah puskesmas dan jaringannya di Kabupaten Bangli adalah sebagai berikut: Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

65 Gambar 50. Jumlah Puskesmas, Pustu, Poskesdes, Polindes dan Pusling Tahun 2016 Sumber : Seksi Sarana dan Prasarana Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli 2. Rumah Sakit Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan menghitung jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta rasionya terhadap jumlah penduduk. Jumlah rumah sakit di Kabupaten Bangli ada 3 buah yaitu 1 rumah sakit umum milik Pemerintah Kabupaten Bangli dengan jumlah tempat tidur 177 buah, 1 rumah sakit khusus jiwa milik Pemerintah Propinsi Bali dengan 400 buah tempat tidurdan 1 buah rumah sakit swasta BMC dengan 57 buah tempat tidur. a. Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Gambaran sarana kesehatan juga dapat dilihat dari ketersediaan sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan. Di Kabupaten Bangli terdapat 9 apotek. b. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada termasuk yang ada dimasyarakat. Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) diantaranya adalah posyandu (Pos Pelayanan terpadu), Polindes (Pondok Bersalin Desa) Toga (Taman Obat Keluarga), POD (Pos Obat Desa). Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal di masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi dan penanggulangan diare. Untuk memantau perkembangannya posyandu dikelompokkan ke dalam 4 strata, yaitu Profil Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BANGLI TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BANGLI TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BANGLI PEMERINTAH KABUPATEN BANGLI DINAS KESEHATAN 2016 KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa), atas Asung Kerta

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BANGLI TAHUN 2014

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BANGLI TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BANGLI TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BANGLI DINAS KESEHATAN 2015 KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa), atas Asung

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Tahunan dan Profil

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... I II VII VIII X BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI... 4 B. KEPENDUDUKAN / DEMOGRAFI...

Lebih terperinci

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmatnya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN TREND JAWA TIMUR TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2000 2011 Jl. A. Yani 118 Surabaya HTTP://dinkes.jatimprov.go.id Email : info@dinkesjatim.go.id DINAS Tahun KESEHATAN 2012 PROVINSI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol.

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol. KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan nayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan

Lebih terperinci

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi baik untuk jajaran manajemen kesehatan maupun untuk masyarakat umum perlu disediakan suatu paket data/informasi kesehatan yang ringkas

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN NO KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3 TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3 Rizka Firdausi Pertiwi, S.T., M.T. Rumah Bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Perumahan Kelompok rumah

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BANGLI TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BANGLI TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BANGLI PEMERINTAH KABUPATEN BANGLI DINAS KESEHATAN 2013 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-nya

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BANGLI TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BANGLI TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BANGLI PEMERINTAH KABUPATEN BANGLI DINAS KESEHATAN 2014 BAB I PENDAHULUAN Seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tercantum jelas citacita bangsa Indonesia

Lebih terperinci

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber. Pelindung/ Penasehat : Dr. dr. H. Rachmat Latief, SpPD., M.Kes., FINASIM drg.hj. Susilih Ekowati, M.Si Pengarah : Hj. Asmah, SKM., M.Kes Penyusun : Mohamad Nur, SKM Syahrir, S.Kom Agusyanti, SKM Nurmiyati

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN Jalan Poros Andoolo Kel.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 kk KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 ini dapat terselesaikan dengan baik. Buku

Lebih terperinci

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan

Lebih terperinci

3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun

3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat di Mandar 2007-2009 Indikator 2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 3 4 5 6 7 8 9 20 Tujuan Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan Menurunkan Proporsi

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta KATA PENGANTAR Profil Kesehatan merupakan data dan informasi yang menggambarkan situasi dan kondisi Kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KESEHATAN

PROFIL DINAS KESEHATAN PROFIL DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrabbil alamiin. Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

Lebih terperinci

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN TABEL 4 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE JUMLAH KELAHIRAN KABUPATEN KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Ibu dan Anak menjadi target dalam tujuan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Ibu dan Anak menjadi target dalam tujuan pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan Ibu dan Anak menjadi target dalam tujuan pembangunan Millenium (MDG s), tepatnya pada tujuan ke-4 dan tujuan ke-5, yaitu menurunkan angka kematian anak dan

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 SKPD : Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi Tahun Anggaran : 2015 PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET 2015

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI

KATA PENGANTAR PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI KATA PENGANTAR Puji Astiti Angayubagia dipanjatkan atas Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2015 dapat diterbitkan untuk merespon

Lebih terperinci

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 214 GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Kabupaten Tabanan Tahun 2016 i

Profil Kesehatan Kabupaten Tabanan Tahun 2016 i COVER i KATA PENGANTAR Atas Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa /Tuhan Yang Maha Esa, ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya dari rangkaian penyajian data dan informasi. Profil Kesehatan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang. B. Sistematika

Lebih terperinci

KABUPATEN TANAH LAUT

KABUPATEN TANAH LAUT KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, atas rahmat dan karunia-nya sehingga penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Tanah Laut Tahun 2014 dapat diselesaikan dengan baik. Profil Kesehatan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN/KOTA WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK DESA

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1118KM2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 367 3 JUMLAH PENDUDUK 1 576,544 561,855 1,138,399 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 469,818 464,301 934,119.0 5 PENDUDUK 10 TAHUN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1.753,27 KM 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 309 3 JUMLAH PENDUDUK 1 2,244,772 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN 2012-2016 P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R KATA PENGANTAR KEPALA DINAS KESEHATAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Segala Puji Syukur kita panjatkan Kehadirat

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 8,5 Ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 68 3 JUMLAH PENDUDUK 50,884 493,947,004,83 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 407,97 382,66 790,533 5 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015. Profil

Lebih terperinci

Penyakit Endemis di Kalbar

Penyakit Endemis di Kalbar Penyakit Endemis di Kalbar 1. Malaria Penyakit Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Berdasarkan data profil kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2009 (tabel 11) terdapat

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47 2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG - ii - DAFTAR ISI Judul Halaman Halaman Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Gambar... iv Daftar Tabel... v BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II GAMBARAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 KABUPATEN CIREBON NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM - 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 381/ 5 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 972 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 192 3 JUMLAH PENDUDUK 1 852,799 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 682,447 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 343 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH BAYI

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MADIUN TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MADIUN TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, serta atas berkat dan rahmat-nya, buku Profil Kesehatan Kabupaten Madiun Tahun 2012 dapat diterbitkan. Profil Kesehatan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 299,019 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 417 desa/17 kel 3 JUMLAH PENDUDUK 1 5,077,210 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 17,650 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 20,994 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 DESA=309 KEL=8-3 JUMLAH PENDUDUK 1 869,767 819,995 1,689,232 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 673,079 551,261 1,224,340 5 PENDUDUK

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3 DAFTAR ISI SAMBUTAN BUPATI POLEWALI MANDAR....... i DAFTAR ISI............ iii DAFTAR TABEL............ vi DAFTAR GRAFIK............ ix DAFTAR GAMBAR............ xiii DAFTAR SINGKATAN............ xiv PETA

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 K0TA TASIKMALAYA NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan tertuang dalam Undang- Undang No 36 Tahun 2009. Kesehatan merupakan suatu keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KOTA JAKARTA BARAT TAHUN 2014

PROFIL KESEHATAN KOTA JAKARTA BARAT TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KOTA JAKARTA BARAT TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 17 Ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil,

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-nya Buku Profil Kesehatan Kabupaten Grobogan Tahun 2015 dapat diterbitkan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk hidup sehat. Visi ini dicapai dengan dukungan masyarakat dan pemerintah, oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yaitu terciptanya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 -1- BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1762,4 km2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 desa 270+ kel 10 = 280 3 JUMLAH PENDUDUK 1 341700 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 2388161 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 RESUME PROFIL KESEHATAN NO A. GAMBARAN UMUM L P L + P Satuan 1 Luas Wilayah 37.116,5 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5.918 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 22.666.168 21.882.263 44.548.431 Jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT dengan telah. tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Bener Meriah tahun 2016.

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT dengan telah. tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Bener Meriah tahun 2016. Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT dengan telah tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Bener Meriah tahun 2016. Profil Kesehatan Kabupaten Bener Meriah Tahun 2016 ini merupakan kelanjutan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak umur bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, terutama penyakit infeksi (Notoatmodjo, 2011). Gangguan kesehatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN KANTOR PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH LANTAI V JL. JEND SUDIRMAN KM 12 CAMBAI KODE POS 31111 TELP. (0828) 81414200 Email: dinkespbm@yahoo.co.id KOTA PRABUMULIH Lampiran

Lebih terperinci

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG BERKUALITAS Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan sesuai dengan Visi Departemen Kesehatan Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat dengan Misinya Membuat Rakyat Sehat diperlukan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 belum mendapat data dari BPS 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 Kabupaten 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945,

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI MALUKU UTARA

PROFIL KESEHATAN PROVINSI MALUKU UTARA PROFIL KESEHATAN PROVINSI MALUKU UTARA TAHUN 2012 The book fills a much-needed gap Moses Hadas, 1900-1966 1 BAB I PENDAHULUAN Satu dekade telah berlalu sejak berakhirnya era orde baru tahun 1999, Indonesia

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG i KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SERUYAN TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SERUYAN TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SERUYAN TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 17 ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 4037,6 ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 15 3 JUMLAH PENDUDUK 1 558178 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 327536 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 305,519 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 442 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1,277,610 1,247,873 2,525,483 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENANGGUNG JAWAB : dr. DEVIE C. BITJOLI, M.Si

PENANGGUNG JAWAB : dr. DEVIE C. BITJOLI, M.Si PENANGGUNG JAWAB : dr. DEVIE C. BITJOLI, M.Si PENYUSUN : ROSMERI PALEBA, S.Si., Apt SAID KUDO, SKM., MPH YONGKI ANU, SST DEBBY JUALITA LEAUA JAMES MAKANONENG PENGUMPUL DATA : JOHANA AIPIPIDELI, SKM Hj.

Lebih terperinci

PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN 2012

PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN 2012 PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman tingkat persaingan di bidang kesehatan semakin meningkat demikian

Lebih terperinci

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31 BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. KETENAGAAN Situasi ketenagaan di Puskesmas Banguntapan III berubah dari tahun ke tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31 Desember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup

Lebih terperinci

Malang, 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. dr. Asih Tri Rachmi Nuswantari, MM Pembina Utama Muda NIP

Malang, 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. dr. Asih Tri Rachmi Nuswantari, MM Pembina Utama Muda NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas karunia-nya Dinas Kesehatan Kota Malang dapat menyelesaikan penyusunan Profil Kesehatan Kota Malang Tahun 2013. Profil Kesehatan ini disusun untuk

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 167 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 151 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1260565 1223412 2483977 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 1083136 1048577 2131713 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945, pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat,

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 1 BAB II PERENCANAAN KINERJA Dalam mencapai suatu tujuan organisasi diperlukan visi dan misi yang jelas serta strategi yang tepat. Agar lebih terarah dan fokus dalam melaksanakan rencana strategi diperlukan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI No SASARAN STRATEGIS No 1 Meningkatnya pelayanan kesehatan 1 Penurunan Angka 17 pada ibu, neonatus, bayi, balita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh lingkungan sehat,

Lebih terperinci

Malang, 2013 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. SUPRANOTO, M.Kes. Pembina Tingkat I NIP

Malang, 2013 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. SUPRANOTO, M.Kes. Pembina Tingkat I NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas karunia-nya Dinas Kesehatan Kota Malang dapat menyelesaikan penyusunan Profil Kesehatan Kota Malang Tahun 2012. Profil Kesehatan ini disusun untuk

Lebih terperinci