PROFIL KESEHATAN PROVINSI MALUKU UTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL KESEHATAN PROVINSI MALUKU UTARA"

Transkripsi

1 PROFIL KESEHATAN PROVINSI MALUKU UTARA TAHUN 2012

2 The book fills a much-needed gap Moses Hadas,

3 BAB I PENDAHULUAN Satu dekade telah berlalu sejak berakhirnya era orde baru tahun 1999, Indonesia menapaki sistem pemerintahan baru dengan dimulainya era otonomi sebagai patron pembangunan pengganti sistem desentralisasi. Pembagian urusan pemerintahan antara daerah dan pusat dalam era otonomi telah membuka ruang bagi pemerintahan di daerah untuk menata sistem pemerintahannya dengan strategi tertentu guna mencapai tujuan pembangunan daerah yang telah ditetapkan. Keberhasilan proses pembangunan di daerah dapat di ukur oleh masing-masing daerah melalui indikator-indikator yang ditetapkan oleh masing-masing daerah dengan tetap mengacu pada indikator nasional sebagai pembanding. Pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan di Provinsi Maluku Utara secara keseluruhan. Kinerja pembangunan sektor kesehatan di Provinsi Maluku Utara mengacu pada indikator Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan sebagai indikator pembanding nasional yang diterjemahkan dalam indikator provinsi sesuai kemampuan dan keadaan spesifik Provinsi Maluku Utara. Indikator indikator tersebut antara lain: (1) indikator derajat kesehatan sebagai hasil akhir, yang terdiri atas indikator mortalitas, morbiditas,dan status gizi, (2) indikator hasil terdiri atas indikator keadaan lingkungan, perilaku hidup sehat, serta akses dan mutu pelayanan kesehatan, dan (3) indikator pelayanan kesehatan, sumber daya kesehatan, serta manajemen kesehatan dan kontribusi sektor terkait. Deskripsi mengenai pencapaian upaya pembangunan kesehatan berdasarkan indikator yang telah ditetapkan dituangkan dalam publikasi rutin Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utara yang diterbitkan setiap tahunnya. Selain itu, publikasi Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utara juga menggambarkan kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara berdasrakan indikator pencapaian MDGs. Penyajian informasi kesehatan dalam publikasi ini sangat komprehensif karena tidak hanya memuat beragam data tentang kesehatan namun juga berbagai data pendukung lain seperti data kependudukan, pendidikan, dan keluarga berencana. Data-data tersebut 2

4 merupakan data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Kabupaten/Kota se-provinsi Maluku Utara, Pengelola program dilingkup Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara, dan data yang diperoleh dari berbagai lintas sektor terkait. Namun demikian, analisis data masih dilakukan secara sederhana, dan secara umum ditampilkan dalam bentuk tabel maupun grafik. Sejak tahun 2010 Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utara telah mengikuti format baru penyusunan Profil Kesehatan yaitu terdiri atas 79 lampiran tabel yang merujuk pada data terpilah responsif gender. Namun demikian karena berbagai kendala teknis antara lain bentuk pencatatan dan pelaporan kegiatan/program pada berbagai sumber-sumber utama data yang belum mengakomodasi data responsif gender, sehingga masih banyak data yang belum dapat ditampilkan secara terpilah berdasarkan gender. Untuk tahun 2012, Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utara tahun 2012 terdiri atas 8 (delapan) bab yang terdiri atas dua bab tambahan yang secara khusus mengupas tentang pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota serta bab khusus tentang resume pencapaian indikator millenium development goals di Maluku Utara. Bab-bab tersebut, yaitu : BAB I Pendahuluan. Bab ini secara singkat menyajikan latar belakang disusunnya Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utara tahun 2011, serta sistematika penyajiannya. Bab ini juga menguraikan visi, misi dan strategi pembangunan kesehatan di Provinsi Maluku Utara serta program-program kesehatan yang dilaksanakan. BAB II Gambaran Umum. Bab ini menyajikan deskripsi singkat tentang letak geografis dan keadaaan iklim Provinsi Maluku Utara, dan gambaran umum yang meliputi keadaan kependudukan, perekonomian, pendidikan, dan lingkungan fisik; serta perilaku penduduk yang terkait dengan kesehatan. BAB III Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang hasil-hasil pembangunan kesehatan di Provinsi Maluku Utara sampai dengan tahun 2012 yang mencakup tentang angka kematian, umur harapan hidup, angka kesakitan, dan status gizi masyarakat. 3

5 BAB IV Situasi Upaya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang upaya-upaya kesehatan yang telah dilaksanakan oleh sektor kesehatan sampai dengan tahun 2012, untuk tercapainya dan berhasilnya program-program di sektor kesehatan. Gambaran tentang upaya yang telah dilakukan meliputi pencapaian pelayanan kesehatan dasar, pencapaian pelayanan kesehatan rujukan, pencapaian upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit, dan upaya perbaikan gizi masyarakat. BAB V Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang sumber daya pembangunan kesehatan tahun 2012 mencakup tentang keadaan tenaga, sarana kesehatan, dan pembiayaan kesehatan. BAB VI Pencapaian Indikator Millenium Development Goals Bab ini menjabarkan review tentang pencapaian millenium development goals bidang kesehatan berdasarkan jenis indikator BAB VII Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Bab ini menggambarkan pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan untuk tahun 2012 BAB VIII Penutup Bab ini merupakan highlight dari seluruh pencapaian pembangunan program kesehatan di Provinsi Maluku Utara pada tahun 2012, baik berupa keberhasilan program, maupun hal-hal yang masih memerlukan perhatian khusus, termasuk tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam upaya mencapai target millenium development goals. Daftar Pustaka Lampiran 4

6 BAB II GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK Provinsi Maluku Utara yang beribukota Sofifi terletak di antara 3º Lintang Utara- 3º Lintang Selatan dan antara 124º - 129º Bujur Timur. Berbatasan dengan Samudera Pasifik di sebelah utara, Laut Seram di sebelah selatan, sebelah barat dan timur masing-masing berbatasan dengan Laut Maluku dan Laut Halmahera. Provinsi Maluku Utara merupakan provinsi kepulauan yang terdiri atas 805 pulau baik pulau-pulau besar maupun pulau-pulau kecil. Pulau-pulau besar diantaranya adalah Pulau Halmahera, Pulau Morotai, Pulau Obi, Pulau Bacan, dan Pulau Taliabu. Sedangkan pulau-pulau kecil diantaranya Pulau Ternate, Pulau Tidore, Pulau Makian, dan Pulau Kayoa. Diantara pulau-pulau tersebut hanya 82 pulau (10,2 %) yang telah dihuni, dan sekitar 723 pulau (89,9 %) yang belum berpenghuni. Luas wilayah Provinsi Maluku Utara adalah ,10 km² yang terdiri atas luas lautan ± ,44 (69%) dan luas daratan ± ,66 km² (31 %). Provinsi Maluku Utara menjadi provinsi sendiri pada tahun 2000 yang pada awalnya merupakan bagian dari Provinsi Maluku. Saat itu hanya terdiri atas 2 Kabupaten yaitu Kabupaten Maluku Utara dan Kabupaten Halmahera Tengah, serta 1 Kota yaitu Kota Ternate. Pada tahun 2002 dimekarkan lagi menjadi 5 Kab/Kota, sehingga menjadi 6 Kabupaten dan 2 Kota, yaitu Kabupaten Halmahera Barat, Halmahera Utara, Halmahera Selatan, Kepulauan Sula, Halmahera Tengah, Halmahera Timur, Kota Tidore dan Kota Ternate. Pada akhir tahun 2009 terbentuk Kabupaten Pulau Morotai yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Halmahera Utara. Sehingga pada tahun 2009 Provinsi Maluku Utara telah terdiri atas 2 Kota dan 7 Kabupaten. Pembagian wilayah administrasi Provinsi Maluku Utara pada tahun 2012 dapat dilihat pada gambar 2.1. Pada bab ini akan diuraikan mengenai gambaran umum Provinsi Maluku Utara dan perilaku penduduk pada tahun 2012 yang meliputi: keadaan penduduk, keadaan 5

7 ekonomi, keadaan pendidikan, keadaan lingkungan, dan perilaku penduduk yang berkaitan dengan kesehatan. Gambar 2.1. Peta Wilayah Administratif Provinsi Maluku Utara Tahun 2012 A. KEADAAN PENDUDUK Berdasarkan hasil data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara, jumlah penduduk Provinsi Maluku Utara pada tahun 2012 sebanyak jiwa. Penduduk laki-laki tercatat sebanyak jiwa (51,2%) dan perempuan sebanyak jiwa (48,8%) dengan sex ratio sebesar 104,87. Jumlah Penduduk terbanyak terdapat pada Kab. Halmahera Selatan yaitu sebesar jiwa (19,2%), disusul Kota Ternate jiwa (17,9%), sedangkan jumlah penduduk yang terkecil di Kab. Halmahera Tengah sebesar jiwa (4%). Persebaran penduduk Provinsi Maluku Utara menurut Kabupaten/Kota dapat dilihat pada gambar berikut: 6

8 Gambar 2.2 Persentase Persebaran Penduduk Provinsi Maluku Utara Tahun % 7% 5% 18% Kota Ternate Kota Tidore Kepulauan 19% 9% 13% Kepulauan Sula Halmahera Barat Halmahera Utara 15% 10% Halmahera Selatan Halmahera Tengah Halmahera Timur Pulau Morotai Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara Dengan daratan seluas ,66 km² (31%) dari keseluruhan luas Provinsi Maluku Utara maka tingkat kepadatan penduduk adalah sebesar 20 jiwa per km², yang berarti bahwa setiap 1 km² hanya didiami oleh 23 jiwa. Meskipun persentase penduduk yang terbesar berada di Kabupaten Halmahera Selatan, tetapi kepadatan penduduk yang terbesar berada di Kota Ternate yaitu 758 jiwa per km² dan Kabupaten Halmahera Utara sebanyak 53 jiwa per km², sedangkan Kabupaten Pulau Morotai merupakan wilayah yang memiliki kepadatan penduduk terendah yaitu hanya 6 jiwa per km². Dari pola persebaran penduduk tersebut menggambarkan ketimpangan penyebaran penduduk di Maluku Utara dimana penduduk lebih terkonsentrasi pada daerah-daerah yang pertumbuhan ekonominya lebih tinggi. Dari data komposisi penduduk Provinsi Maluku Utara menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa penduduk Maluku Utara yang berusia muda (0-14 tahun) yaitu sebesar 35,6%, usia produktif (15-64 tahun) sebesar 61,5%, dan usia tua ( 65 tahun) sebanyak 2,9 %. Dengan demikian komposisi penduduk Maluku Utara adalah penduduk muda sebagaimana terlihat pada piramida penduduk Maluku Utara (gambar 7

9 2.3). Sedangkan Angka beban tanggungan (dependency ratio) penduduk Maluku Utara sebesar 62,5 %. Kabupaten dengan persentase beban tanggungan tertinggi adalah Kabupaten Halmahera Selatan yakni 73%, Kabupaten Kepulauan Sula 71%, sedangkan beban tanggungan terendah berada di Kota Ternate sebesar 46%. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur dapat dilihat pada lampiran tabel 2. Gambar 2.3 Piramida Penduduk Provinsi Maluku Utara Tahun LAKI-LAKI Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara B. KEADAAN EKONOMI Untuk mengukur tingkat keberhasilan pembangunan suatu daerah maka aspek perekonomian merupakan hal utama yang perlu dikaji. Beberapa indikator utama yang sering dikaji adalah produk domestic regional bruto (PDRB), pendapatan daerah per kapita, tingkat inflasi dan laju pertumbuhan perekonomian. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara dalam Maluku Utara dalam Angka 2012, untuk Maluku Utara nilai PDRB Maluku Utara atas dasar harga berlaku sebesar 6.056,97 milyar rupiah dengan kontribusi terbesar diberikan oleh sektor pertanian yakni sebesar 8

10 36,03%. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan berkisar pada 3.230,21 milyar rupiah. Indikator lain yang dapat diukur oleh PDRB adalah angka PDRB per kapita. Angka PDRB per kapita merupakan cerminan tingkat kemakmuran penduduk disuatu daerah. Angka PDRB per kapita (atas dasar harga berlaku) penduduk Maluku Utara menurut data BPS (Maluku Utara dalam Angka 2012) sebesar Rp ,-. C. KEADAAN PENDIDIKAN Keadaan pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam mengkaji tingkat pembangunan di suatu daerah. Sektor pendidikan berkontribusi sangat besar terhadap perubahan perilaku kesehatan. Melalui pendidikan dapat dilakukan intervensi terhadap peningkatan pengetahuan tentang kesehatan. Pengetahuan tentang kesehatan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan faktor pencetus (predisposing) yang sangat berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku hidup sehat. Keadaan pendidikan di Provinsi Maluku Utara berdasarkan data BPS Provinsi Maluku Utara menunjukkan bahwa Angka Partisipasi Murni (APM) pada jenjang pendidikan dasar mencapai 89,95 dan untuk jenjang pendidikan lanjutan pertama mencapai 65,9. Selain itu untuk Angka Partisipasi Kasar pada jenjang sekolah dasar mencapai 108,2 dan untuk pendidkan lanjutan pertama mencapai 90,04 Selain tingkat pendidikan, maka faktor lain yang juga sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan adalah angka buta huruf/melek huruf. Angka buta huruf berkorelasi dengan angka kemiskinan, sebab penduduk yang tidak dapat membaca dan menulis secara tidak langsung akan mendekatkan mereka kepada kebodohan yang pada akhirnya akan membuat mereka memperoleh akses yang lebih sempit untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Menurut data BPS Provinsi Maluku Utara sebanyak 96,52% penduduk Maluku Utara telah melek huruf, dengan rincian 95,3% perempuan dan 97,7% pada laki-laki. 9

11 D. KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN Kondisi lingkungan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi status kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat. Hendrik L. Blum menyatakan bahwa interaksi antara faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik merupakan penentu baik-buruknya status derajat kesehatan masyarakat. Selain itu secara epidemiologis, keseimbangan antara lingkungan, inang, dan vektor (environment, host, and agent) akan menentukan kerentanan seseorang terhadap suatu penyakit. Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, maka variabel-variabel yang akan dikaji dalam sub bagian ini adalah persentase rumah tangga sehat, pengawasan dan penyehatan tempat pengolahan makanan dan pemeriksaan tempat-tempat umum, persentase akses rumah tangga terhadap air minum, dan sarana sanitasi dasar di rumah tangga. 1. Rumah Tangga Sehat Lingkungan rumah yang sehat merupakan awal dimulainya kehidupan yang sehat. Rumah merupakan tempat para anggota keluarga berinteraksi dan melakukan aktifitas keseharian lainnya. Rumah juga merupakan tempat dimana anggota keluarga yang tergolong high risk group misalnya bayi, balita, wanita hamil, dan kaum lanjut usia lebih banyak menghabiskan waktunya setiap hari. Selain itu lingkungan rumah tangga yang tidak sehat merupakan lingkungan yang tepat bagi berkembangnya vektor dan bibit penyakit di dalam rumah. Demikian besarnya pengaruh lingkungan rumah yang sehat baik fisik maupun psikologis bagi kesehatan sehingga sangat penting untuk menjaga lingkungan rumah sehingga menjadi rumah yang sehat. Rumah yang sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban yang memenuhi syarat kesehatan, memiliki sarana air bersih dan tempat pembuangan sampah, memiliki sarana 10

12 pembuangan air limbah yang memenuhi syarat, adanya ventilasi rumah yang baik, serta kesesuaian luas ruangan/lantai dengan jumlah penghuni rumah. Menurut data Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2012, dari total rumah yang ada, sebanyak rumah telah diperiksa. Jika dibandingkan dengan data tahun 2011 tampak terjadi penurunan persentase jumlah rumah yang diperiksa yaitu sebanyak 81% pada tahun 2011 menjadi 72% pada tahun Demikian pula persentase jumlah rumah yang dinyatakan sehat hanya mencapai 58% dibandingkan capaian tahun 2011 sebanyak 64,6%. Persentase rumah sehat yang terbanyak ditemukan di Kota Ternate dan Pulau Morotai sebesar 79%, sedangkan persentase rumah sehat terendah di Kabupaten Kepulaun Sula yang hanya mencapai 29%. Gambar 2.4. menunjukkan fluktuasi capaian rumah sehat di Maluku Utara dalam kurun waktu lima tahun yang sekaligus menggambarkan persentase rumah sehat di Maluku Utara masih jauh dibawah target pencapaian SPM nasional yakni 80% rumah tangga sehat. Gambar 2.4 Persentase Rumah Sehat Provinsi Maluku Utara Tahun Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utara Tahun Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun

13 Jumlah TUPM 2. Pengawasan dan Penyehatan Tempat Umum dan Pengeloaan Makanan (TUPM) Tempat-tempat umum (TTU) dan Tempat Pengolahan Makanan (TPM) adalah tempat-tempat yang banyak dikunjungi orang sehingga sangat potensial menjadi tempat penyebaran penyakit. TUPM yang dipantau kelayakan kesehatannya antara lain hotel, restoran/rumah makan, dan pasar. TUPM dinyatakan sehat apabila memenuhi beberapa syarat-syarat kesehatan yaitu memiliki sarana air bersih, sarana pembuangan limbah, ventilasi yang baik, kesesuaian luas ruangan dengan jumlah penghuni, serta adanya iluminasi yang baik dalam rumah. Di Provinsi Maluku Utara pada tahun 2012 telah dilakukan pemeriksaan terhadap TUPM namun demikian hanya sebanyak 906 (69,6%) yang dinyatakan sehat dan masih berada dibawah target provinsi yaitu 80% TUPM sehat. Namun demikian telah terlihat penurunan yang signifikan dibandingkan data tahun 2011 terhadap jumlah TUPM yang diperiksa dan jumlah TUPM yang dinyatakan sehat sehat seperti tampak pada gambar 2.5. Pencapaian TUPM sehat menurut kabupaten/kota untuk tahun 2012 dapat terlihat pada lampiran tabel 67. Gambar 2.5 Jumlah TUPM Diperiksa dan TUPM Sehat Provinsi Maluku Utara Tahun Diperiksa Sehat Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utara tahun Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun

14 3. Akses Terhadap Air Minum dan Air Bersih Data mengenai akses terhadap air minum dan air bersih di Provinsi Maluku Utara untuk tahun 2012 masih terbatas, dengan demikian data yang tersaji belum dapat menggambarkan situasi mengenai akses terhadap air minum dan air bersih di Maluku Utara secara keseluruhan. Namun demikian telah dapat diketahui beragam sumber air minum yang digunakan oleh rumah tangga di Maluku Utara yang terdiri dari air kemasan, air isi ulang, ledeng, pompa, sumur terlindung, sumur tidak terlindung, mata air, sungai, air hujan, dan sumber lainnya. Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Kabupaten Kota Tahun 2012, dari seluruh keluarga yang diperiksa sumber air minumnya diketahui bahwa sebanyak 43% keluarga telah menggunakan sumber air minum dari sumber yang terlindung. 4. Sarana Sanitasi Dasar Sarana sanitasi dasar antara lain jamban, tempat sampah dan pembuangan air limbah mempunyai peran terhadap resiko penularan berbagai macam penyakit menular, untuk itu maka sarana sanitasi dasar terutama pada tingkat rumah tangga diharapkan dapat memenuhi syarat kesehatan. Berdasarkan data pada Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2012, dari keseluruhan jumlah keluarga yang ada hanya 51% keluarga yang diperiksa dan diketahui sebanyak 82% keluarga yang telah memiliki jamban, namun hanya 76% yang memiliki jamban yang memenuhi syarat kesehatan. Selain itu untuk sarana pembuangan sampah hanya 47% keluarga yang telah memiliki jamban yang memenuhi syarat kesehatan, serta hanya sebanyak 79% keluarga yang telah memiliki sarana pengelolaan air limbah sesuai syarat kesehatan. Masih rendahnya cakupan fasilitas sanitasi dasar tampak dari banyaknya rumah tangga yang belum memiliki fasilitas buang air besar yang memenuhi syarat kesehatan. Hal tersebut secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap semakin besarnya resiko bagi anggota keluarga tersebut terkena berbagai jenis penaykit menular terutama penyakit-penyakit 13

15 yang berhubungan dengan saluran pencernaan antara lain diare. Distribusi kepemilikan sarana sanitasi dasar dapat dilihat pada lampiran tabel 66. E. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan, akan disajikan indikator standar pelayanan minimal yaitu rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat, pencapaian posyandu purnama dan mandiri, serta pencapaian desa siaga aktif. 1. Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku sehingga masyarakat mampu mengenali dan mengatasi masalah kesehatannya sendiri khususnya pada tingkat tatanan rumah tangga. Strategi-strategi utama yang dilakukan dalam upaya PHBS adalah dengan melakukan advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan masyarakat. PHBS pada tatanan rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Untuk mencapai rumah tangga ber-phbs dinilai berdasarkan 10 indikator, yaitu: 1) persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, 2) memberi ASI eksklusif, 3) menimbang balita setiap bulan, 4) menggunakan air bersih, 5) mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, 6) menggunakan jamban sehat, 7) memberantas jentik di rumah sekali seminggu, 8) makan buah dan sayur setiap hari, 9) melakukan aktifitas fisik setiap hari, dan 10) tidak merokok di dalam rumah. Untuk memenuhi syarat sebagai rumah tangga ber- PHBS maka seluruh indikator tersebut harus dipenuhi oleh setiap rumah tangga. 14

16 Pencapaian PHBS pada tatanan rumah tangga untuk Provinsi Maluku Utara tahun 2012 masih sangat rendah yaitu hanya 26,5%. Hal ini disebabkan masih belum maksimalnya upaya pemantauan PHBS pada tingkat rumah tangga serta belum semua kabupaten/kota melakukan pemantauan PHBS pada semua tatanan khususnya pada tatanan rumah tangga. Dari kabupatem/kota yang melakukan pemantauan rumah tangga ber PHBS, pencapaian rumah tangga ber PHBS tertinggi yaitu di Kab. Kepulauan Sula yaitu seluruh rumah tangga yang diperiksa telah ber PHBS (100%). Salah satu tantangan utama dalam pencapaian rumah tangga ber PBHS adalah indikator perilaku merokok. Jika salah satu anggota keluarga merokok maka rumah tangga tersebut secara langsung akan dikategorikan sebagai rumah tangga tidak ber PHBS meskipun seluruh indikator lainnya telah terpenuhi. Rendahnya pencapaian PHBS pada tatanan rumah tangga merupakan indikasi perlunya program promosi kesehatan untuk lebih menggiatkan kampanye hidup sehat terutama pada tatanan rumah tangga. Gambar 2.6 Persentase Rumah Tangga ber PHBS Provinsi Maluku Utara Tahun ,9 68, ,5 15, ,5 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun

17 2. Persentase Posyandu Purnama dan Mandiri Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) merupakan suatu bentuk kegiatan kesehatan oleh masyarakat sebagai wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Beberapa bentuk UKBM yang banyak ditemui di masyarakat antara lain posyandu, polindes, poskesdes, pos malaria desa, usaha kesehatan sekolah, dan pos kesehatan pesantren. Sebagai indikator peran aktif masyarakat melalui pengembangan UKBM digunakan persentase desa yang memiliki posyandu. Posyandu merupakan salah satu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat, dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan. Pelayanan kesehatan di posyandu terdiri atas 5 program prioritas utama yaitu KIA, KB, perbaikan gizi, imunisasi dan penanggulangan diare. Untuk mengukur perkembangan posyandu, posyandu dapat dibagi dalam 4 strata/tingkatan yaitu pratama, madya, purnama dan mandiri. Jumlah posyandu yang tercatat di Maluku Utara pada tahun 2012 sebanyak buah posyandu yang terdiri atas 683 (47%) merupakan posyandu aktif. Apabila dibandingkan antara jumlah balita dengan jumlah posyandu yang ada maka rasio antara jumlah posyandu dan jumlah balita pada tahun 2012 masih sama dengan kondisi tahun 2011 yaitu sebanyak 1 buah posyandu untuk 100 orang balita. Pada tahun 2012, persentase posyandu purnama dan mandiri baru mencapai 26% dan 6%, atau terjadi peningkatan posyandu purnama dan mandiri sebanyak 2%. Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, hingga tahun 2012 sebagian besar posyandu di Maluku Utara masih merupakan posyandu madya yaitu sebanyak 41%. Jumlah dan persentase posyandu berdasarkan strata menurut Kabupaten/Kota pada tahun 2012 disajikan lebih rinci dalam lampiran tabel 72. Untuk mendorong menggeliatnya perkembangan posyandu pada setiap strata tentunya diperlukan peran serta aktif masyarakat yaitu kader, PKK, LKMD sebagai pengelola dan masyarakat sebagai pemilik dan sekaligus pemakai serta pendukung posyandu, serta pembinaan yang berkesinambungan oleh petugas kesehatan. Gambar 2.7 menunjukkan perkembangan jumlah posyandu menurut strata pada tahun 2008 hingga tahun

18 Jumlah Posyandu Gambar 2.7 Jumlah Posyandu Menurut Strata Provinsi Maluku Utara Tahun Mandiri Purnama Madya Pratama Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utara Tahun 2011 Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun

19 There are no facts, only interpretations Friedrich Nietzsche,

20 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN Derajat kesehatan masyarakat ditentukan oleh berbagai faktor, tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan, ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan termasuk jumlah dan distribusi tenaga kesehatan, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan, sosial, keturunan, dan faktor lainnya. Hendrik Blum telah mengkategorikan empat faktor utama yang berpengaruh terhadap status kesehatan yaitu lingkungan, pelayanan kesehatan, genetik, dan gaya hidup. Faktorfaktor tersebut saling berinteraksi dan berpengaruh pada kejadian morbiditas dan mortalitas serta status gizi yang mencerminkan situasi derajat kesehatan masyarakat. Angka-angka tersebut juga sangat penting dalam upaya perencanaan dan evaluasi program-program kesehatan. Angka mortalitas digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), dan Angka Kematian Ibu (AKI), sedangkan untuk morbiditas dideskripsikan melalui prevalensi beberapa kasus penyakit. A. MORTALITAS Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian masyarakat dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Disamping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan pembangunan program kesehatan lainnya. Secara umum, angka kematian di masyarakat dapat diketahui melalui survey dan penelitian karena pada umumnya kejadian kematian terjadi di rumah. Sedangkan data kematian yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan hanya menggambarkan kasus rujukan. 1. Angka Kematian Bayi Neonatal Angka Kematian Neonatal adalah adalah banyaknya bayi lahir mati yang dinyatakan dalam kelahiran hidup dalam tahun yang sama. AKB merupakan 19

21 Jumlah Kematian Neonatus salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat dan untuk mengetahui kualitas pelayanan kesehatan baik dari sisi pemerataan pelayanan kesehatan termasuk distribusi fasilitas kesehatan. Hal tersebut dikarenakan usia bayi merupakan kondisi yang rentan baik terhadap kesakitan maupun kematian yang seringkali dikaitkan dengan kualitas lingkungan hidup, sanitasi lingkungan, dan keadaan gizi masyarakat. Oleh karena itu angka ini seringkali menjadi salah satu indikator sensitif yang dikaitkan dengan tingkat kesejahteraan penduduk disuatu wilayah. Kematian neonatal menurut kabupaten/kota tahun 2012 dapat terlihat pada gambar berikut. Gambar 3.1 Jumlah Kematian Neonatal Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara Tahun Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun Angka Kematian Bayi (AKB) Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate) adalah banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam kelahiran hidup dalam tahun yang sama. AKB merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat dan untuk mengetahui kualitas pelayanan kesehatan baik dari sisi pemerataan pelayanan kesehatan termasuk distribusi fasilitas 20

22 kesehatan. Hal tersebut dikarenakan usia bayi merupakan kondisi yang rentan baik terhadap kesakitan maupun kematian yang seringkali dikaitkan dengan kualitas lingkungan hidup, sanitasi lingkungan, dan keadaan gizi masyarakat. Oleh karena itu AKB seringkali menjadi salah satu indikator sensitif yang dikaitkan dengan tingkat kesejahteraan penduduk disuatu wilayah. Berbagai faktor berpengaruh dalam upaya penurunan kematian bayi, diantaranya pemerataan pelayanan kesehatan dan fasilitasnya. Selain itu, perbaikan kondisi ekonomi yang tercermin dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat yang secara tidak langsung berkontribusi dalam perbaikan gizi dan pada akhirnya dapat berdampak pada peningkatan daya tahan tubuh bayi terhadap infeksi. Angka kematian bayi di Indonesia dapat diperoleh dari berbagai sumber, yaitu sensus penduduk, surkesnas/susenas, dan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI). Dalam profil kesehatan ini angka kematian bayi yang disajikan menggunakan data yang diperoleh dari Program KIA Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara (data Kab. Halmahera Timur) dan Profil Kesehatan kabupaten/kota. Deskripsi mengenai mortalitas bayi untuk wilayah kabupaten/kota di Provinsi Maluku Utara masih merujuk pada jumlah kematian bayi dan belum dapat merujuk penggunaan Angka Kematian mengingat jumlah kelahiran hidup di beberapa kabupaten/kota masih sangat rendah bahkan belum mencukupi kelahiran hidup per tahun. 21

23 Jumlah Kematian Bayi Gambar 3.2 Jumlah Kematian Bayi Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara Tahun Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2012 Pada tahun 2012, jumlah bayi meninggal yang dilaporkan yaitu 326 bayi, sehingga Angka Kematian Bayi (AKB) untuk Provinsi Maluku Utara tahun 2012 adalah 15,8 per kelahiran hidup. Gambar 3.2 menunjukkan jumlah kematian bayi di Maluku Utara pada tahun 2012, dan terlihat kematian bayi tertinggi dilaporkan di Kab. Halmahera Selatan sebanyak 119 bayi meninggal. Dari seluruh kabupaten/kota di Maluku Utara, jumlah bayi meninggal yang dilaporkan pada umumnya mengalami peningkatan dibanding tahun 2011 terutama di Kabupaten Halmahera Selatan dan Kabupaten Halmahera Barat, sedangkan untuk Kota Tidore Kepulauan kematian bayi mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan tahun 2011 yaitu hanya 4 bayi meninggal selama tahun

24 Gambar 3.3 Kecenderungan Jumlah Kematian Bayi dan AKB Provinsi Maluku Utara Tahun , ,4 11,5 15, Jumlah bayi meninggal AKB Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Kecendurungan jumlah bayi yang meninggal di Maluku Utara dalam kurun waktu masih cenderung statis. Meskipun demikian, AKB Maluku Utara telah lebih rendah dibandingkan target MDGs yaitu 23 per kelahiran hidup. Akan tetapi kondisi ini perlu dicermati mengingat kecenderungan jumlah kematian bayi yang meningkat dalam kurun waktu beberapa tahun di hampir semua kabupaten/kota di Maluku Utara. Selain itu, data kematian bayi tersebut belum merepsesentasikan keadaan yang sesungguhnya di Maluku Utara mengingat belum semua rumah sakit melaporkan jumlah bayi yang meninggal dalam perawatan di rumah sakit yang bersangkutan serta belum termasuk jumlah bayi yang meninggal di rumah. Dengan demikian sangat penting untuk mencermati angka kematian bayi secara komprehensif dalam komunitas dengan membandingkan dengan AKB yang diperoleh dari hasil survey maupun penelitian ilmiah lainnya dan memperbaiki sistematika pelaporan kematian bayi diseluruh fasilitas kesehatan baik milik pemerintah maupun fasilitas pelayanan kesehatan yang dikelola swasta serta pencatatan kematian bayi yang meninggal di rumah. 23

25 3. Angka Kematian Balita (AKABA) Angka kematian balita (AKABA) adalah jumlah kematian anak usia kurang dari 5 tahun yang dinyatakan per kelahiran hidup. Angka ini merepresentasikan resiko terjadinya kematian pada fase antara kelahiran hingga sebulum anak berusia 5 tahun. Pada tahun 2012 jumlah balita yang meninggal sebanyak 479 orang, dengan demikian AKABA Maluku Utara tahun 2012 adalah 23,1 per kelahiran hidup. Angka tersebut jauh lebih rendah dibanding target MDGs yaitu 32 per kelahiran hidup atau dapat dikatakan telah mencapai target MDGS. Jumlah kematian balita tertinggi dilaporkan di Kab. Halmahera Selatan (197 kematian balita), dan yang terendah pada Kota Tidore Kepulauan (6 kematian balita). Namun demikian seperti halnya AKB, AKABA tersebut belum merepresentasikan keadaan yang sesungguhnya di Maluku Utara karena data jumlah balita yang meninggal hanya mencakup jumlah balita yang meninggal di fasilitas pelayanan kesehatan dan kejadian yang dilaporkan oleh petugas kesehatan secara pasif serta belum mencakup kejadian balita yang meninggal di masyarakat (under reporting). Selain itu, karena jumlah kelahiran hidup di kabupaten/kota masih rendah, bahkan dibeberapa kabupaten/kota kelahiran hidup belum mencapai bayi per tahun sehingga untuk menggambarkan kematian balita maka pada tingkat kabupaten/kota digunakan angka absolut yaitu jumlah kematian balita. Jumlah kematian balita menurut kabupaten/kota pada tahun 2012 dapat dilihat pada gambar berikut. 24

26 Jumlah Kematian Balita Gambar 3.4 Jumlah Kematian Balita Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara Tahun Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun Jumlah Kematian Ibu Kematian ibu adalah banyaknya wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan, dan masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan. Indikator ini secara tidak langsung digunakan untuk memonitor kematian terkait dengan kehamilan, juga berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, dan kualitas pelayanan kesehatan untuk ibu hamil, saat melahirkan dan masa nifas. Kematian ibu merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh status kesehatan secara umum, pendidikan, sosial, ekonomi, dan pelayanan kesehatan selama kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Untuk Provinsi Maluku Utara indikator kematian ibu yang lebih tepat digunakan adalah jumlah dan belum menggunakan angka, serta tidak menggunakan denominator Hal ini disebabkan karena jumlah penduduk Maluku Utara hingga tahun

27 yang relatif sedikit (±1 juta jiwa) dan jumlah kelahiran hidup pun masih belum mencapai kelahiran. Gambar 3.5 menunjukkan jumlah kematian ibu di Maluku Utara tahun 2012, dimana jumlah ibu yang meninggal terbanyak dilaporkan di Kabupaten Halmahera Selatan yaitu 25 kematian dan terendah dilaporkan di Kota Tidore Kepulauan yaitu hanya 3 kematian ibu. Gambar 3.5 Jumlah Kematian Ibu Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara Tahun Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2012 Jumlah kematian ibu di Provinsi Maluku Utara tampak cenderung mengalami peningkatan yang signifikansejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2012, sebagaimana terlihat pada gambar Hal ini sangat perlu mendapatkan perhatian khusus oleh seluruh program dan sektor terkait untuk mengkaji lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang berpengaruh pada kematian ibu, meskipun demikian adanya peningkatan jumlah kematian ibu juga dapat dipengaruhi oleh semakin baiknya sistem pencatatan dan pelaporan mengenai kematian ibu pada fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan demikian diharapkan dapat dilakukan perencanaan program yang sesuai dan pelaksanaan intervensi yang tepat, sehingga pada akhirnya akan dapat menurunkan jumlah kematian ibu. Selain itu karena kematian maternal 26

28 merupakan hal kompleks yang melibatkan unsur-unsur lintas program dan sektor non kesehatan maka perlu kembali dikaji dan ditingkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektor dalam penanganan permasalahan kematian maternal. Gambar 3.6 Jumlah Ibu Meninggal di Provinsi Maluku Utara Tahun Sumber: 5. Angka Harapan Hidup (AHH) Selain AKB dan AKI, Angka Harapan Hidup (AHH) juga digunakan untuk menilai derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat baik pada level Kabupaten/Kota maupun Provinsi. AHH juga merupakan salah satu indikator dalam mengukur Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Perbaikan kualitas dan cakupan pelayanan kesehatan yang merupakan cerminan keberhasilan pembangunan kesehatan dapat diindikasikan dengan adanya peningkatan AHH. Dalam profil kesehatan ini indikator AHH yang digunakan adalah hasil olah data Sensus Penduduk tahun 2010 oleh BPS. Berdasarkan data BPS Provinsi Maluku Utara diketahui bahwa AHH Maluku Utara adalah 67 tahun. B. MORBIDITAS Morbiditas adalah angka kesakitan (insidensi atau prevalensi) dari suatu penyakit yang terjadi pada populasi dalam kurun waktu tertentu. Angka morbiditas lebih cepat 27

29 menentukan keadaan kesehatan masyarakat daripada angka mortalitas, karena banyak jenis penyakit yang mempengaruhi kesehatan hanya mempunyai mortalitas yang rendah. Angka kesakitan yang akan disajikan terbatas pada penyakit-penyakit menular dan tidak menular. Dalam kajian profil kesehatan ini, data morbiditas diperoleh dari Profil Kesehatan Kabupaten/Kota dan Bidang P2PL Dinas Kesehatan 1. Penyakit Menular a. Malaria Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit (plasmodium) yang ditularkan oleh gigitan nyamuk anopheles yang terinfeksi. Parasit malaria kemudian membelah diri dalam tubuh manusia yang terkena gigitan nyamuk yang telah terinfeksi, kemudian parasit bertambah banyak di hati dan kemudian menginfeksi sel-sel darah merah. Sebagai daerah endemis malaria, malaria masih menjadi salah satu tantangan utama dalam upaya perbaikan derajat kesehatan masyarakat di Maluku Utara. Penentuan diagnosa malaria dilakukan secara klinis dan laboratorium. Diagnosa yang ditegakkan dengan mengamati gejala-gejala klinis yang muncul disebut malaria klinis, sedangkan untuk pemeriksaan lanjutan maka diagnosa malaria klinis akan diikuti dengan pemeriksaan sampel darah di laboratorium untuk menentukan jenis dan jumlah parasit. Sebagai daerah endemis malaria, ada tiga jenis plasmodium yang paling sering ditemukan dalam pemeriksaan laboratorium, yaitu plasmodium falciparum, plasmodium vivax, dan plasmodium malariae. Akan tetapi seringkali dalam pemeriksaan laboratorium ditemukan lebih dari satu jenis plasmodium pada seorang penderita malaria yqang umumnya dikenal sebagai malaria mix. Indikator utama yang digunakan dalam mengukur angka kesakitan karena malaria adalah angka Annual Paracite Index (API) yaitu insidens parasit malaria untuk penduduk. Untuk Provinsi Maluku Utara angka kesakitan malaria (API) adalah 6,3 dengan case fatality rate sebanyak 0,1. Angka API Maluku 28

30 Utara masih lebih rendah dibandingkan API hasil Riset Kesehatan Daerah tahun 2010 yaitu 10,3 per penduduk. Selain itu, API tersebut juga diperoleh dari emeriksaan laboratorium yang semakin baik, yang pada tahun 2012 telah mencapai 85% dari total pemeriksaan laboratorium. Data mengenai prevalensi malaria pada populasi beresiko dapat dilihat secara rinci pada lampiran tabel 24. Mengingat malaria adalah penyakit endemis dan masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama di Maluku Utara maka upaya-upaya dalam rangka penurunan angka kesakitan malaria sangat perlu untuk terus digiatkan. Gambar 3.7 Annual Paracite Index (API) Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara Tahun 2012 Sumber: Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara b. Tuberculosis (TB) TB Paru adalah salah satu penyakit menular yang prevalensinya masih cukup tinggi di Maluku Utara dan telah mendapatkan perhatian yang sangat serius dalam upaya penanganannya. Indikator yang digunakan untuk program tuberculosis (TB) antara lain adalah case detection rate (CDR) dan case notification rate (CNR). CDR menggambarkan proporsi jumlah pasien baru BTA postif yang ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam suatu wilayah. 29

31 WHO dan Kementerian Kesehatan menetapkan standar angka penemuan kasus (CDR) untuk TB adalah sebesar 70%. Pada tahun 2012, CDR TB di Maluku Utara baru mencapai 42%, yang mengisyaratkan kemungkinan masih banyak kasus TB dalam populasi yang belum ditemukan (under reporting). CNR adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang ditemukan dan tercatat diantara penduduk pada suatu wilayah. Pada tahun 2012, CNR Maluku Utara telah mencapai 89%. Rincian mengenai prevalensi, insidensi, dan kesuksesan pengobatan penyakit TB paru menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran tabel 10 hingga tabel 12. Gambar 3.8 Angka Penemuan Kasus TB Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara Tahun 2012 CDR TB menurut Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara tahun 2012 Morotai Haltim Kepsul Halteng Halut Halsel Halbar Tikep Ternate 14,4 25,0 29,4 36,1 42,3 45,1 41,0 56,1 62,0 0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 Sumber: Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara Selain CDR dan CNR, indikator kinerja program TB lainnya adalah proporsi pasien baru BTA positif. Indikator ini menggambarkan prioritas penemuan pasien TB yang menular di antara seluruh pasien TB paru yang diobati. Angka ini diharapkan 30

32 tidak lebih rendah dari 65% untuk menunjukkan mutu diagnosis yang baik dan prioritas penemuan pasien yang menular. Proporsi BTA positif diantara semua kasus TB di Maluku Utara untuk tahun 2012 sebesar 72% yang menunjukkan adanya perbaikan mutu diagnosis TB yang telah mengarah lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. c. HIV/AIDS dan Penyakit Menular Melalui Hubungan Seksual Peningkatan kasus HIV/AIDS di Indonesia dan khususnya Maluku Utara pada beberapa tahun terakhir menunjukkan gejala yang mengkhawatirkan. Fenomena gunung es untuk penyakit HIV/AIDS sangat memerlukan perhatian khusus karena dibalik jumlah kasus yang terlacak ada 100 kasus lainnya yang tersembunyi di dalam masyarakat. Perilaku seksual yang tidak aman, penggunaan NAPZA suntik, sering berganti-ganti pasangan merupakan beberapa perilaku berisiko yang menjadi katalisator semakin bertambahnya jumlah penderita HIV/AIDS dari tahun ke tahun. Di Maluku Utara pada tahun 2012 jumlah penderita HIV terlacak sebanyak 79 orang, dan untuk kasus AIDS terlacak sebanyak 34 orang. Hal ini menunjukkan peningkatan yang sangat drastis dalam beberapa tahun terakhir. Kecenderungan peningkatan jumlah kasus HIV/AIDS di Maluku Utara tahun dapat dilihat pada gambar

33 Gambar 3.9 Trend HIV/AIDS di Provinsi Maluku Utara Tahun Sumber: Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara Upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS tidak terlepas dari programprogram preventif dan promotif. Salah satu upaya preventif adalah dengan melakukan skrining pada donor darah di unit-unit transfusi darah. Pada tahun 2012, berdasarkan data dari 4 unit transfusi darah di Maluku Utara telah dilakukan skrining terhadap (98%) sampel darah yang berasal dari orang pendonor dan ditemukan sebanyak 21 (0,3%) sampel darah yang positif HIV. Ditemukannya sampel darah yang positif HIV merupakan indikasi bahwa penyakit-penyakit infeksi menular seksual khususnya HIV/AIDS telah menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang sangat krusial di Provinsi Maluku Utara. Selain itu juga dimungkinkan banyak ada penderita yang tidak berani mengunjungi sarana pelayanan kesehatan untuk mendapatkan penanganan disebabkan stigma yang akan mereka terima sebagai penderita HIV/AIDS. Untuk itu upaya-upaya promotif dan penanggulangan secara terpadu dan berkesinambungan antara lain melalui kegiatan pelacakan, penjaringan, dan penyuluhan perlu untuk semakin ditingkatkan terutama pada kelompok-kelompok yang beresiko tinggi. Gambar berikut menunjukkan kasus baru HIV/AIDS menurut kelompok umur. Di Maluku Utara kasus HIV/AIDS terbanyak dilaporkan pada kelompok umur tahun, tahun dan tahun. Kelompok umur tersebut adalah kelompok usia produktif yang juga aktif secara seksual dan kelompok umur yang juga ditemukan NAPZA suntik. 32

34 Gambar 3.8 Persentase Kumulatif HIV/AIDS Menurut Kelompok Umur di Provinsi Maluku Utara Tahun < >60 Sumber: Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara d. Infeksi Saluran Pernafasan Akut Penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) yang menjadi fokus program kesehatan adalah Pneumonia, karena pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian anak. Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, demikian pula resiko terserang ISPA akan lebih besar pada individu yang memiliki masalah kesehatan misalnya malnutrisi atau gangguan imunologi. Program ISPA menetapkan bahwa semua kasus yang ditemukan harus mendapat tata laksana sesuai standar, dengan demikian angka penemuan kasus ISPA juga menggambarkan penatalaksanaan kasus ISPA. Pada tahun 2012, jumlah penderita pneumonia pada balita yang ditemukan dan ditangani baru mencapai 5,6% dari total perkiraan kasus yang ada di populasi. Lampiran tabel 13 memberikan gambaran mengenai prevalensi pneumonia balita di Maluku Utara tahun

35 e. Kusta Kusta atau lepra adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bila tidak ditangani dengan baik kusta dapat menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan mata. Kusta dikategorikan menjadi dua jenis yaitu Pausi Basiler (PB) dan Multi Basiler (MB) atau kusta basah dan kusta kering. Dalam upaya penanggulangan penyakit kusta, salah satu indikator yang digunakan adalah angka proporsi cacat tingkat II (kecacatan yang dapat dilihat dengan mata) dan proporsi anak di antara kasus baru. Angka kecacatan tingkat II yang tinggi mengindikasikan adanya keterlambatan dalam penemuan penderita yang dapat diakibatkan rendahnya kinerja petugas dan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang gejala-gejala dini penyakit kusta. Sedangkan indikator proporsi anak diantara kasus baru merepresentasikan penularan yang terjadi di masyarakat. Berbagai kegiatan telah dilakukan dalam upaya penemuan penderita secara dini diantaranya survei kontak, school survey, dan leprosy elimination campaign (LEC). Pada tahun 2012 secara umum prevalensi kusta di Maluku Utara adalah 4,6 per penduduk. Angka penemuan penderita baru yaitu 45 per penduduk. Penderita PB dilaporkan sebanyak 113 orang dan 302 penderita MB, sedangkan persentase cacat tingkat II adalah sebesar 3,34%. Prevalensi dan RFT penyakit kusta menurut Kabupaten/Kota dapat dilihat pada lampiran tabel 17, 18, 19 dan Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Pada bagian ini akan disajikan beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi khususnya difteri, pertusis, Tetanus Neonatorum, Campak, dan Polio/AFP. Prevalensi PD3I di Maluku Utara relatif masih sangat jarang ditemukan. Rincian mengenai kasus penyakit PD3I dapat dilihat pada lampiran tabel 21 dan tabel 22. a. Tetanus Neonatorum Tetanus neonatorum (TN) adalah kejadian tetanus pada bayi baru lahir. Tenanus disebabkan oleh bacillus clostridium tetani yang masuk ke tubuh melalui 34

36 luka. Tetanus neonatorum pada umumnya merupakan akibat pemotongan tali pusat pada bayi dengan alat yang tidak steril. Pada tahun 2012 di Maluku Utara terlaporkan 1 bayi meninggal karena TN yaitu di Kab. Halmahera Barat. b. Campak Campak atau Morbili merupakan penyakit infeksi akut yang sangat menular, sangat paling sering menyerang anak-anak. Campak dapat menular melalui pernafasan yang terkontaminasi sekret orang yang terinfeksi. Prevalensi campak di Maluku Utara pada tahun 2012 tercatat sebanyak 325 kasus, dengan jumlah penderita terbanyak dilaporkan di Kab. Halmahera Utara sebanyak 177 kasus dan di Kota Ternate yaitu 84 kasus. c. Polio dan AFP Polio adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang menyerang syaraf, dan dapat menyebabkan kelumpuhan. Virus polio masuk ke dalam tubuh melalui mulut, kemudian berkembang biak dalam sistem pencernaan. AFP adalah kondisi abnormal yang ditandai dengan melemahnya, lumpuhnya atau hilangnya kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas. AFP juga seringkali menjadi indikasi dini adanya serangan penyakit seperti polio. Pada tahun 2012 tidak ditemukan kasus polio di Maluku Utara, namun ditemukan 5 kasus AFP non polio di Kota Ternate dengan AFP rate sebesar 1, Penyakit Potensi KLB/Wabah a. Demam Berdarah Dengue (DBD) Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty. DBD sering menjadi kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) terutama pada bulan-bulan awal dan akhir musim penghujan dimana muncul banyak genangan-genangan air yang menjadi breeding place bagi nyamuk Aedes. 35

37 Pada tahun 2012 di Maluku Utara jumlah penderita DBD dilaporkan sebanyak 64 orang, jumlah penderita tertinggi terlaporkan di Kota Ternate yaitu 32 penderita, namun demikian KLB DBD hanya terlaporkan terjadi di Kota Tidore Kepulauan yaitu di 5 desa pada 3 kecamatan dengan total penderita sebanyak 7 orang. b. Diare Diare merupakan salah satu penyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian. Laporan riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa penyakit diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%). KLB diare masih sering terjadi terutama di daerah yang pengendalian faktor resikonya masih rendah. Berdasarkan data Profil Kesehatan Kab/Kota tahun 2012 jumlah kasus diare yang ditangani terlaporkan sebanyak penderita atau sebanyak 67% dari total perkiraan jumlah penderita. Jumlah penderita diare yang ditangani tertinggi dilaporkan di Kab. Halmahera Selatan dan Kab. Pulau Morotai. Kepulauan. Sedangkan KLB diare terlaporkan di Kab. Kepulauan Sula, Pulau Morotai, Kota Tiodre Kepulauan, dan Kab. Halmahera Selatan. Data mengenai gambaran kasus dan KLB diare menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran tabel 16 dan tabel Penyakit Tidak Menular Selain masalah-masalah kesehatan yang berhubungan dengan penyakit menular,beban ganda bidang kesehatan adalah adanya kecenderungan peningkatan kasus-kasus penyakit tidak menular yang sebagian besar dipengaruhi oleh gaya hidup, dan kualitas lingkungan serta genetik. Penyakit-penyakit tidak menular yang cenderung menunjukkan peningkatan di Maluku Utara antara lain Diabetes Mellitus, penyakit jantung dan pembuluh darah, asma, penyakit paru, dan kecelakaan lalu lintas darat. Rincian mengenai jenis dan prevalensi penyakit tidak menular menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran tabel PTM. 36

38 Gambar 3.11 Distribusi Kasus Penyakit Tidak Menular di Provinsi Maluku Utara Tahun 2012 Kecelakaan Lalu Lintas Darat Gagal Ginjal Kronik Osteoporosis Asma PPOK Kanker Payudara Kanker Leher Rahim Diabetes Melitus Stroke Penyakit Jantung Koroner Hipertensi Sumber: Bidang P2PL Dinkes Provinsi Maluku Utara C. STATUS GIZI Status gizi sangat erat kaitannya dengan status kesehatan individu, karena selain merupakan faktor predisposisi yang dapat memperbesar resiko dan memperparah penyakit infeksi juga dapat mengakibatkan gangguan kesehatan lainnya. Status gizi masyarakat dapat diukur melalui beberapa indikator, antara lain Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi balita, status gizi wanita usia subur kurang energi kronis (KEK) dan gangguan akibat kekurangan yodium. Gambaran mengenai status gizi masyarakat di Maluku Utara pada tahun 2012 berdasarkan indikator BBLR dan Status Gizi Balita seperti diuraikan pada bagian berikut ini. 1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Bayi Berat Badan Lahir Rendah adalah bayi dengan berat lahir kurang dari gram yang ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam pertama setelah lahir. Berat badan lahir rendah (kurang dari 2500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. 37

39 Menurut hasil Riskesdas 2007, tidak semua bayi diketahui berat badan hasil penimbangan waktu lahir dikarenakan masih banyak bayi lahir yang tidak ditimbang berat badannya ataupun karena responden (ibu) lupa tentang berat lahir anak ketika lahir. Data BBLR untuk Provinsi Maluku Utara hanya dapat diperoleh dari pencatatan laporan rutin program gizi masyarakat dari tingkat puskesmas hingga ke pengelola program gizi di provinsi. Pada tahun 2012 dilaporkan bahwa jumlah BBLR sebanyak 263 orang atau 2% dari bayi lahir hidup yang ditimbang. Gambar 3.12 Jumlah Bayi BBLR menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara Tahun Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Bidang Binkesmas Dinkes Provinsi Maluku Utara 38

40 Gambar 3.13 Jumlah BBLR Provinsi Maluku Utara Tahun Sumber: Profil Kesehatan Kab/Kota Pada gambar 3.13 menunjukkan trend jumlah BBLR di Maluku Utara dalam kurun waktu Meskipun dalam kurun waktu lima tahun terakhir tampak data jumlah bayi BBLR di Maluku Utara meningkat, namun pada tahun 2012 telah terjadi penurunan jumlah BBLR yang cukup bermakna. Banyak faktor yang dapat berpengaruh dalam pelaporan jumlah BBLR, antara lain keberhasilan intervensi program, kapasitas petugas gizi dan bidan, sarana pendukung persalinan termasuk timbangan bayi, serta manajemen pencatatan dan pelaporan program gizi diseluruh tingkatan pelayanan kesehatan. 2. Gizi Balita Status gizi balita dinilai berdasarkan parameter yang terdiri dari umur, berat badan (BB), dan tinggi badan (TB). Variabel BB dan TB tersebut disajikan dalam bentuk 3 indikator status gizi yaitu; berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Angka berat badan dan tinggi badan setiap balita dikonversikan ke dalam bentuk nilai terstandar (z-score) dengan menggunakan baku antropometri WHO NCHS Indikator BB/U memberikan gambaran tentang status gizi yang sifatnya umum, tidak spesifik. Tinggi rendahnya prevalensi gizi buruk atau gizi buruk dan kurang mengindikasikan ada tidaknya masalah gizi pada balita, tetapi tidak memberikan 39

41 indikasi apakah masalah gizi tersebut bersifat kronik atau akut. Sedangkan dalam Millenium Development Goal (MDGs), indikator yang status gizi yang dipakai adalah BB/U dan angka prevalensi status underweight (gizi kurang dan buruk) dijadikan dasar untuk menilai pencapaian MDGs. Pada tahun 2012 di prevalensi gizi buruk (BB/U) di Provinsi Maluku Utara sebesar 0,67% dari total balita yang ditimbang, dengan prevalensi tertinggi dilaporkan pada Kab. Halmahera Timur yaitu sebesar 1,88%, sedangkan Kab. Pulau Morotai tidak ditemukan adanya balita gizi buruk pada tahun Untuk indikator balita underweight di Maluku Utara pada tahun 2012 dilaporkan sebanyak 8,95%, dengan rincian prevalensi per kabupaten/kota seperti terlihat pada gambar berikut. Gambar 3.14 Prevalensi Balita Underweight menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara Tahun ,00 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 Ternate Tidore Haltim Halteng Halut Halbar Halsel Sula Morotai Prov. % Underweight 5,79 6,33 14,88 12,01 8,24 9,48 12,91 6,50 3,87 8,95 Sumber: Bidang Binkesmas Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara 40

42 BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat termasuk oleh swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, kesehatan jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan penggunaan zat aditif dalam makanan dan mnuman, pengamanan narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan. Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta pemulihan kesehatan perorangan. Upaya kesehatan perorangan mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pnegobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan. Pembangunan sektor kesehatan di Provinsi Maluku Utara bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan secara merata kepada masyarakat di seluruh kepulauan Maluku Utara, dengan memberikan perhatian khusus pada masyarakat di daerah terpencil, daerah tertinggal, wilayah perbatasan, dan masyarakat miskin. Hal tersebut merupakan bagian dari upaya pelayanan kesehatan untuk meningkatkan status kesehatan penduduk, khususnya pada kelompok populasi berisiko tinggi yaitu bayi, balita, ibu hamil, ibu bersalin dan ibu menyusui, serta kelompok masyarakat 41

43 yang taraf kehidupan ekonominya masih dibawah garis kemiskinan. Berikut disajikan situasi upaya kesehatan di Provinsi Maluku Utara selama tahun A. Pelayanan Kesehatan Dasar Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan adalah sebagai berikut : 1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan bahwa upaya kesehatan ibu ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi kematian ibu. Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar di dalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak. Bahkan seorang wanita perlu mempersiapkan dirinya secara fisik dan psikologis sebelum menjadi seorang ibu. Upaya kesehatan ibu dan anak bertujuan untuk mempersiapkan generasi akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta menurunkan kematian ibu dan anak. a. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan dalam pemberian pelayanan antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama kehamilan. Tujuan pelayanan antenatal adalah mengantarkan ibu hamil agar dapat bersalin dengan sehat dan memperoleh bayi yang sehat, mendeteksi dan mengantisipasi dini kelainan kehamilan, kelainan janin, dan komplikasi kehamilan. Pelayanan antenatal meliputi 7 hal yang dikenal dengan istilah 7T, yaitu Timbang berat badan, ukur Tekanan darah, ukur Tinggi fundus uteri, nilai status imunisasi TT, memberikan 90 Tablet Fe (tambet tambah 42

44 darah), Temu wicara (konseling), dan Tes laboratorium sederhana. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat pada cakupan K1 dan K4. K1 adalah kunjungan pertama ibu hamil ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal pada trisemester pertama kehamilan. Sedangkan K4 adalah kunjungan ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali, yaitu 1 kali pada trisemester pertama kehamilan, 1 kali pada trisemester kedua, dan 2 kali pada trisemester ketiga. Dengan demikian cakupan K1 dan K4 juga dapat dijadikan sebagai gambaran akses ibu hamil untuk memperoleh pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan. Di Maluku Utara pada tahun 2012, cakupan K1 sebesar 93% dan K4 sebesar 83%. Seperti halnya data pada tahun-tahun sebelumnya, angka cakupan K1 dan K4 tersebut masih menunjukkan kesenjangan yang cukup besar yaitu sebesar 10%. Apabila kesenjangan antara K1 dan K4 sebesar 10% menunjukkan indikasi bahwa banyak ibu hamil yang tidak datang melakukan kunjungan K4 sehingga kehamilannya tidak dapat dipantau secara komprehensif oleh petugas yang memiliki kompetensi kebidanan. Demikian pula tampak pada Kab. Halmahera Barat dan Halmahera Tengah, meskipun semua ibu hamil yang memeriksakan kehamilan mulai pada trisemester pertama hingga pada kahir kehamilan, namun masih banyak ibu hamil yang belum melakukan pemeriksaan kehamilan dari seluruh ibu hamil yang ada di kedua kabupaten tersebut. Evidence tersebut menunjukkan perlunya perhatian khusus oleh petugas kesehatan untuk lebih aktif meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya ibu hamil dan keluarganya tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan hingga trisemester ketiga kehamilannya agar kondisi ibu dan bayi dapat dipantau oleh petugas kesehatan berkompetensi kebidanan. 43

45 % Cakupan K1 dan K4 Gambar 4.1 Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil K1 dan K4 menurut Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara Tahun K1 K4 Sumber: Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2012 Gambar 4.2 memperlihatkan cakupan K1 dan K4 Provinsi Maluku Utara selama 6 tahun yaitu dari tahun 2007 hingga tahun Meskipun tampak peningkatan cakupan K1 dan K4 namun masih tampak kesenjangan yang cukup besar antara K1 dan K4. Hal tersebut menunjukkan masih tingginya angka drop out K1-K4 yang berarti masih banyak ibu hamil yang tidak meneruskan pemeriksaan kehamilannya hingga kunjungan keempat pada trisemester ketiga kehamilannya sehingga akan sulit bagi petugas kesehatan untuk memantau faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan kehamilan maupun deteksi dini adanya kelainan pada janin. 44

46 % Cakupan K1 dan K4 Gambar 4.2 Kecenderungan Cakupan K1 dan K4 Provinsi Maluku Utara Tahun K1 K Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2012 Selain pentingnya mengupayakan peningkatan cakupan K4, harus diupayakan pula peningkatan kualitas K4 yang sesuai standar. Salah satu pelayanan yang diberikan saat antenatal yang menjadi kualitas standar adalah pemberian zat besi (Fe) 90 tablet dan imunisasi TT (tetanus toksoid). Dengan demikian seharusnya ibu-ibu hamil yang tercatat sebagai cakupan K4 juga tercatat dalam laporan pemberian Fe3 dan TT2. Akan tetapi seringkali cakupan ketiga indikator tersebut (K4, Fe3, TT2) dilaporkan berbeda. Data mengenai cakupan K4, Fe3 dan TT2 dapat dilihat pada tabel lampiran. b. Pelayanan Kesehatan ibu Bersalin Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten, yaitu dokter spesialis kebidanan, dokter umum, dan bidan. Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan beberapa hal, yaitu 1) pencegahan infeksi; 2) metode pertolongan persalinan yang sesuai standar; 3) merujuk kasus yang 45

47 memerlukan tingkat pelayanan yang lebih tinggi; dan 4) melaksanakan Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (salinakes) di Provinsi Maluku Utara pada tahun 2012 telah mencapai 80,3% dan telah berhasil mencapai target untuk tahun 2012 yaitu 80terlihat kecenderungan cakupan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan sejak tahun Gambar 4.3 Kecenderungan Proporsi Persalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan Provinsi Maluku Utara Tahun Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2012 Sejak tahun 2011 hingga tahun 2012 cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan pada umumnya meningkat di seluruh Kabupaten/Kota kecuali di Kabupaten Halmahera Barat. Sebagaimana terlihat pada gambar dibawah, peningkatan cakupan yang tertinggi yaitu di Kab. Pulau Morotai dan Kab. Halmahera Timur. 46

48 Gambar 4.4 Cakupan Persalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara Tahun Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2012 c. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Pelayanan nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas sebanyak 3 kali yaitu 6 jam setelah persalinan, pada minggu ke-2 setelah persalinan, dan pada minggu ke-6 setelah persalinan. Pelayanan kesehatan yang diberikan pada ibu nifas antara lain pelayanan KB pasca persalinan dan pemberian vitamin A IU sebanyak dua kali. 47

49 Gambar 4.5 Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara Tahun KF 0 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2012 Pada tahun 2012 pencapaian cakupan pelayanan nifas (KF) untuk Provinsi Maluku Utara telah mencapai 89%, dan pada umumnya pelayanan ibu nifas di seluruh kabupaten/kota telah menunjukkan peningkatan. Namun demikian masih terlihat kesenjangan cakupan antar kabupaten/kota dimana beberapa kabupaten/kota telah berhasil mencapai cakupan melebihi 90% (misalnya Kab. Halmahera Utara dan Halmahera Selatan) sedangkan di Kab. Kepulauan Sula dan Pulau Morotai cakupan pelayanan nifas masih cukup rendah. d. Penanganan Neonatal Komplikasi Neonatus komplikasi adalah neonatus dengan penyakit dan atau kelainan yang dapat menyebabkan kecacatan dan kematian, seperti asfiksia, ikterus, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir dan BBLR. Yang dimaksud penanganan neonatus dengan komplikasi adalah neonatus sakit 48

50 dan atau dengan kelainan yang mendapatkan pelayanan sesuai standar oleh tenaga kesehatan baik di rumah maupun di sarana pelayanan kesehatan. Berdasarkan data Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2012, cakupan pelayanan neonatus komplikasi di Maluku Utara pada umumnya masih sangat rendah dan belum mencapai target provinsi tahun 2012 yaitu 70%. Selain itu juga terlihat disparitas yang cukup lebar yaitu Kota Tidore Kepulauan yang telah berhasil melampaui target provinsi, yaitu 77%, sedangkan untuk Kabupaten Kepulauan Sula hanya mencapai 0,3%. Rendahnya cakupan penanganan komplikasi neonatal dapat disebabkan oleh sistem pencatatan dan pelaporan penanganan neonatus dengan komplikasi belum mengakomodir semua laporan pelayayan yang dilakukan oleh fasilitas kesehatan dasar dan rujukan swasta. Gambar 4.6 Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara Tahun 2012 Tikep Morotai Halteng Halsel Halbar 0, Target 2012: 70% Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2012 e. Kunjungan Neonatus Bayi sampai umur kurang dari satu bulan memiliki resiko gangguan kesehatan yang sangat tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk 49

51 mengurangi resiko tersebut antara lain dengan meningkatkan jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan neonatus tiga kali yaitu pada umur 6-48 jam, umur 3-7 hari dan pada umur 8-28 hari. Cakupan kunjungan neonatus satu kali (KN1) di Provinsi Maluku Utara pada tahun 2012 mencapai 91% dan kunjungan neonatus tiga kali (KN lengkap) mencapai 86%. Pencapaian tersebut sedikit menurun dibandingkan capain tahun 2011 yaitu 94% untuk KN1 dan 93% KN lengkap. Gambar berikut menunjukkan kecenderungan pencapaian KN1 dan KN lengkap di Maluku Utara tahun 2009 hingga Gambar 4.7 Kecenderungan Kunjungan Neonatus Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara Tahun KN1 KN Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2012 f. Pelayanan Kesehatan pada Bayi Pelayanan kesehatan pada bayi ditujukan pada bayi usia 29 hari hingga 11 bulan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar minimal 4 kali oleh tenaga kesehatan yang memilki kompetensi. Pelayanan ini meliputi pemberian imunisasi dasar, stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi, pemberian vitamin A pada bayi serta penyuluhan kesehatan. Indikator 50

52 cakupan pelayanan kesehatan bayi merupakan penilaian terhadap upaya peningkatan akses bayi memperoleh pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin adanya kelainan atau penyakit, pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, serta peningkatan kualitas hidup bayi. Cakupan kunjungan bayi pada tahun 2012 sebesar 82,1% dan telah mencapai target provinsi tahun 2012 sebesar 75%. Namun demikian terdapat kesenjangan cakupan yang sangat besar antara kabupaten/kota. Beberapa kabupaten/kota telah berhasil mencapai target antara lain yaitu Kab. Halmahera Selatan 100%, Kab. Halmahera Timur 98%, Kab. Halmahera Tengah 92%, sedangkan beberapa kabupaten lainnya cakupannya masih sangat rendah, misalnya Kota Tidore Kepulauan 17% dan Kab. Pulau Morotai 40%. 2. Pelayanan Imunisasi Bayi, anak umur muda maupun orang dewasa sama-sama memiliki resiko terserang penyakit menular yang dapat mematikan, seperti : Difteri, tetanus, Hepatitis, Influenza, Typhus, radang selaput otak, radang paru-paru dan masih banyak penyakit lainnya. Penyakit-penyakit menular tersebut kerap dikenal sebagai Penyakit yang dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Untuk itu salah satu pencegahan yang terbaik dan sangat vital agar kelompok beresiko terlindung adalah melalui imunisasi. a. Imunisasi Dasar pada Bayi Pemerintah telah menetapkan program Lima Imunisasi Lengkap (LIL) pada bayi yang meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B, dan 1 dosis Campak. Di antara penyakit pada balita yang dapat dicegah dengan imunisasi, campak adalah penyebab utama kematian balita. Oleh karena itu pencegahan Campak merupakan faktor penting dalam mengurangi angka kematian balita. Dari beberapa tujuan yang disepakati dalam pertemuan 51

53 dunia mengenai anak, salah satunya adalah mempertahankan cakupan imunisasi campak sebesar 90%. Di seluruh negara ASEAN dan SEARO, imunisasi campak diberikan pada bayi umur 9-11 bulan dan merupakan imunisasi terakhir yang diberikan kepada bayi diantara imunisasi wajib lainnya (BCG, DPT, Polio, Hepatitis dan Campak). Menurut data yang bersumber dari Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara dan dari Profil Kesehatan Kabupaten/Kota, pada tahun 2012 cakupan imunisasi campak di Maluku Utara sebesar 88,9% dengan angka drop out (DO) sebanyak 8%. Angka DO menunjukkan banyaknya balita yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap hingga usia 9 bulan dimana imunisasi campak merupakan imunisasi dasar terakhir pada usia balita. Cakupan tersebut telah mendekati target cakupan imunisasi campak yang ditetapkan oleh WHO yaitu 90%. Disparitas cakupan campak antar kabupaten/kota hingga akhir 2012 masih cukup besar. Empat Kabupaten/Kota telah mencapai cakupan imunisasi campak 90% diantaranya Kab. Halmahera Selatan (103,5%) dan Kab. Halmahera Tengah (132,9%), sedangkan Kabupaten Pulau Morotai hanya mencapai cakupan 71%. Gambar 4.8 Cakupan Imunisasi Campak Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara Tahun 2012 Tikep Morotai Halteng Halsel Halbar Target WHO: Sumber: Bidang P2PL Dinas Keshatan Provinsi Maluku Utara 52

54 Universal Child Immunization (UCI) merupakan gambaran suatu desa/kelurahan dimana 80% dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap dalam satu tahun. Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan proksi terhadap cakupan atas imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan), ibu hamil, WUS, dan anak sekolah dasar. Provinsi Maluku Utara hingga tahun 2012 baru mencapai 68,5% desa UCI. Capaian ini telah meningkat dibandingkan capaian tahun 2011 yang hanya sebesar 61%. Sebagaimana halnya cakupan imunisasi campak, disparitas cakupan desa UCI antar kabupaten/kota juga masih sangat besar. Kota Ternate, Kab. Halmahera Selatan dan Kota Tidore Kepulauan telah mencapai 80%, sedangkan Kab. Kepulauan Sula dan Pulau Morotai baru mencapai ±40%. Gambar 4.5 menunjukkan pencapaian desa UCI menurut kabupaten/kota pada tahun Gambar 4.9 Persentase Desa UCI Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara Tahun Provinsi Kota Tikep Ternate Pulau Morotai Kep. Sula Halteng Haltim Halsel Halut Halbar Target: 100% Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2012 Idealnya, seorang anak mendapatkan seluruh imunisasi dasar sesuai umurnya sehingga mendapatkan kekebalan tubuh yang optimal terhadap penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Namun 53

55 kenyataannya, sebagian besar anak tidak mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap. Anak-anak inilah yang dikategorikan dengan drop out imunisasi. Sebagai proksi bayi yang drop out digunakan imunisasi DPT1-Hb dan Campak sebagai dasar perhitungan, dengan pertimbangan bahwa DPT1-Hb adalah jenis imunisasi yang pertama kali diberikan pada bayi, sedangkan campak merupakan imunisasi dasar terakhir yang diberikan pada bayi. Diasumsikan bayi yang telah mendapat imunisasi campak telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Pada tahun 2012, angka drop out imunisasi di Maluku Utara sebesar 8% yang masih jauh lebih tinggi dibandingkan target yaitu 5. Angka drop out ini mencerminkan bahwa masih cukup banyak anak yang belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap pada tahun pertama kehidupannya. b. Imunisasi pada Ibu Hamil Tetanus masih merupakan salah satu penyebab utama kematian bayi di Indonesia, salah satunya disebabkan kondisi yang kurang steril pada saat persalinan. Dengan demikian program imunisasi pada ibu hamil difokuskan pada pemberian imunisasi Tetanus Toksoid, yang bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada bayi dan mengurangi resiko tertular Tetanus dari ibu yang telah terinfeksi maupun bayi terkena Tetanus pada saat proses persalinan. Para ibu yang telah menerima vaksin Tetanus selama kehamilan akan memberikan perlindungan kepada bayi yang cukup hingga masa dua bulan setelah kelahiran dimana setelahnya bayi akan mendapat imunisasi kombinasi sebagai bagian dari program rutin imunisasi pemerintah untuk mencegah Difteri, Pertusis, Batuk Rejan, dan Tetanus. Pencapaian cakupan imunisasi pada ibu hamil dilihat pada capaian cakupan TT2+, yaitu banyaknya ibu hamil yang telah mendapatkan imunisasi TT minimal 2 dosis. Pada tahun 2012, pencapaian cakupan imunisasi TT2+ pada ibu hamil telah mencapai 87,5%. Rincian cakupan 54

56 imunisasi TT pada ibu hamil dapat dilihat pada lampiran tabel 29. Gambar 4.6 memperlihatkan cakupan imunisasi TT pada ibu hamil di Maluku Utara pada tahun Gambar 4.10 Persentase Cakupan Imunisasi TT2+ pada Ibu Hamil Provinsi Maluku Utara Tahun Provinsi Tikep Ternate Morotai Kep. Sula Halteng Haltim Halsel Halut Halbar Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun Ketersediaan Obat Kebijakan Pemerintah terhadap peningkatan akses obat telah ditetapkan antara lain dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Sistem Kesehatan Nasional (SKN), dan Kebijakan Obat Nasional. Dalam upaya pelayanan kesehatan, ketersediaan obat dalam jenis yang lengkap, jumlah yang cukup, terjamin khasiatnya, aman, efektif dan bermutu dengan harga terjangkau serta mudah diakses adalah sasaran yang harus dicapai. Obat adalah salah satu kebutuhan dasar dalam meningkatkan derjata kesehatan masyarakat dan merupakan barang publik yang perlu dijamin ketersediaanya dalam upaya pemenuhan pelayanan kesehatan. Untuk itu, WHO mengisyaratkan penyediaan anggaran obat minimal $2 per kapita. Di Maluku Utara pada tahun 2012, pemerintah telah 55

57 menyediakan anggaran untuk program obat dan perbekalan kesehatan melalui APBN sebesar Rp dan dukungan APBD Provinsi sebesar Rp ,-. Berikut adalah indikator obat publik (oblik) pada tahun Tabel 4.1 Pencapaian Indikator Kinerja Kefarmasian Provinsi Maluku Utara Tahun 2012 NO INDIKATOR TARGET (%) CAPAIAN 2012 (%) 1 Ketersediaan Obat dan Vaksin Penggunaan Obat Rasional Peresepan Generik di Puskesmas Peresepan Generik di Rumah Sakit Instalasi Farmasi sesuai Standar Sumber: Bidang Yankes Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara B. Pelayanan Kesehatan Rujukan Beberapa kegiatan pokok upaya pelayanan kesehatan rujukan yang akan diuraikan dalam bagian berikut adalah Indikator Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit dan Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat. 1. Indikator Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Penilaian tingkat keberhasilan pelayanan di rumah sakit biasanya dilihat dari berbagai segi yaitu tingkat pemanfaatan sarana, mutu, dan tingkat efisiensi pelayanan. Beberapa indikator standar terkait dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang dipantau antara lain pemanfaatan tempat tidur (Bed Occupancy Rate (BOR)), rata-rata lama hari perawatan (Lenght of Stay (LOS)), rata-rata tempat tidur dipakai (Bed Turn Over (BTO)), rata-rata selang waktu pemakaian 56

58 tempat tidur (Turn of Interval (TOI)), presentase pasien keluar yang meninggal (Gross Death Rate (GDR)) dan presentase pasien keluar yang meninggal > 48 jam perawatan (Net Death Rate (NDR)). Pemanfaatan Rumah Sakit dapat dilihat dari penggunaan tempat tidur di rumah sakit (BOR). Di Provinsi Maluku Utara pada tahun 2012 persentase penggunaan tempat tidur rumah sakit (BOR) adalah 42,2%. BOR tertinggi untuk rumah sakit pemerintah dilaporkan pada RSU dr. Chasan Boesoirie sebagai pusat rujukan tertinggi di Provinsi Maluku Utara BOR yang mencapai 70%, dqn di RSU Tobelo sebesar 65%. Sedangkan BOR tertinggi untuk rumah sakit swasta dilaporkan pada RS Dharma Ibu yang mencapai 69% dan RSB Permata Hati yaitu sebesar 39%. TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. Rata-rata selang waktu pemakaian tempat tidur (TOI) pada rumah sakit di Maluku Utara adalah 5 hari pada tahun Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan tempat tidur di rumah sakit belum memenuhi standar efisiensi terutama untuk rumah sakit swasta. Akan tetapi jika dipilah untuk rumah sakit pemerintah, khususnya RSU dr. Chasan Boesoirie terlihat bahwa TOI masih memenuhi standar dengan selang waktu 2 hari tempat tidur tidak terisi dan RSU Tobelo dengan TOI sebesar 3 hari. Akan tetapi pada beberapa rumah sakit kabupaten terlihat TOI yang sangat besar misalnya pada RSU Weda yaitu selama 16 hari. Sedangkan untuk rumah sakit swasta TOI terendah dilaporkan di RS Dharma Ibu yaitu hanya 2 hari dan TOI terlama dilaporkan di RS Islam Ternate yakni selama 32 hari. GDR adalah angka kematian umum untuk setiap penderita keluar dari rumah sakit. Nilai GDR adalah standar <45/1.000 pasien. Secara umum, nilai GDR pada tahun 2012 untuk rumah sakit di Maluku Utara hanya sebesar 2,5 per pasien. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa GDR di Maluku Utara masih memenuhi standar dengan 3 kematian per pasien keluar dari rumah 57

59 sakit. Pada rumah sakit pemerintah GDR tertinggi dilaporkan pada RSU dr. Chasan Boesorie yaitu 30 kematian per pasien keluar dari rumah sakit. NDR adalah angka kematian > 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap pasien keluar. Indikator ini memberikan gambaran umum pelayanan di rumah sakit. Asumsinya jika pasien meninggal setelah mendapatkan perawatan 48 jam berarti ada faktor pelayanan rumah sakit yang terlibat dengan kondisi meninggalnya pasien. Namun jika pasien meninggal kurang dari 48 jam masa perawatan, dianggap faktor keterlambatan pasien datang ke rumah sakit yang menjadi penyebab utama pasien meninggal. Angka NDR standar adalah <25/1000 pasien. NDR Maluku Utara pada tahun 2012 masih <25/1000 pasien yaitu hanya sebesar 1,3 artinya telah mencapai angka ideal dan menggambarkan tidak ada faktor internal rumah sakit yang menjadi masalah dalam pelayanan dan perawatan pasien. LOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini di samping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran tentang mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan lebih lanjut. Secara umum nilai LOS yang ideal antara 6-9 hari. Pada tahun 2012, nilai LOS pada rumah sakit di Maluku Utara adalah 4 hari, hal ini menunjukkan bahwa rata-rata seorang pasien hanya dirawat selama 4 hari pada sebuah rumah sakit di Maluku Utara. Rincian nilai GDR, NDR, BOR, LOS, dan TOI menurut rumah sakit dapat dilihat pada lampiran tabel 59 dan tabel Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat Tujuan penyelenggaraan Jamkesmas yaitu untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien. Melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu melahirkan, menurunkan angka kematian bayi 58

60 dan balita serta menurunkan angka kelahiran disamping dapat terlayaninya kasuskasus kesehatan bagi masyarakat miskin pada umumnya. Program ini telah telah berdampak pada peningkatan akses pelayanan kesehatan masyarakat miskin di puskesmas dan jaringannya yang disalurkan langsung ke puskesmas serta pada rumah sakit kelas III. Pemberi pelayanan kesehatan (PPK) Jamkesmas terdiri dari pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan tingkat lanjut. Sasaran Program Jamkesmas adalah masyarakat miskin dan hampir miskin, yang sejak program ini dimulai jumlah sasaran terus bertambah. Pada tahun 2012, jumlah penduduk yang tercakup dalam Jamkesmas dilaporkan sebanyak jiwa dari keluarga miskin atau mencapai 83% dari jumlah penduduk yang seharusnya mendapatkan jaminan kesehatan ini. Selain program jamkesmas dan jamkesda, masyarakat di Maluku Utara juga telah memperoleh jaminan pemeliharaan kesehatan pra bayar melalui beberapa program lain yaitu ASKES dan jamsostek. Penduduk yang mendapatkan pelayanan kesehatan dengan menggunakan ASKES sebanyak 7% dan yang tercakup dalam program Jamsostek sebanyak 1%. Secara umum jumlah penduduk yang telah memiliki jaminan kesehatan pra bayar sebanyak jiwa atau mencapai 56% dari seluruh penduduk Maluku Utara. Dari seluruh masyarakat yang tercakup dalam program jamkesmas maupun jamkesda, sebanyak 58% telah memperoleh pelayanan kesehatan dasar di sarana kesehatan strata pertama, dan 0,6% memperoleh pelayanan kesehatan rujukan di sarana kesehatan strata dua dan strata tiga. Sarana kesehatan strata pertama adalah tempat pelayanan kesehatan yang meliputi antara lain puskesmas, balai pengobatan pemerintah dan swasta, praktek dokter bersama dan perorangan. Sedangkan sarana kesehatan strata dua dan tiga meliputi antara lain Balai kesehatan mata masyarakat, balai pengobatan penyakit paru, balai kesehatan indera masyarakat, balai besar kesehatan paru masyarakat, dan rumah sakit baik pemerintah maupun swasta. 59

61 C. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit 1. Pengendalian Penyakit Polio Pada tahun 1988, sidang ke 41 WHA (World Health Assembly) yang dihadiri oleh para menteri kesehatan di negara-negara anggota WHO, telah menetapkan program eradikasi Polio secara global (global polio eradication initiative) yang ditujukan untuk mengeradikasi penyakit Polio pada tahun Kesepakatan ini diperkuat oleh sidang world summit for children pada tahun 1989, dimana Indonesia turut menandatangani kesepakatan tersebut. Eradikasi dalam hal ini bukan sekedar mencegah terjadinya penyakit Polio, melainkan mempunyai arti yang lebih luas lagi, yaitu menghentikan terjadinya transmisi virus Polio liar di seluruh dunia. Pengertian Eradikasi Polio adalah apabila tidak ditemukan virus Polio liar indigenous selama 3 tahun berturut-turut di suatu region yang dibuktikan dengan surveilans AFP yang sesuai standar sertifikasi. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Polio telah dilakukan melalui gerakan imunisasi polio. Upaya ini juga ditindaklanjuti dengan kegiatan surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) kelompok umur <15 tahun dalam kurun waktu tertentu, untuk mencari kemungkinan adanya virus Polio liar yang berkembang di masyarakat dengan pemeriksaan spesimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai.surveilans AFP di Indonesia telah dilakukan sejak tahun 1995 dan pada tingkat provinsi telah ditempatkan tenaga khusus surveilans officer. Pada tahun 2012, Non Polio AFP rate di Maluku Utara sebesar 1,3 per anak usia <15 tahun. Angka ini masih jauh lebih rendah daripada target yang telah ditentukan untuk pencegahan dan pengendalian AFP yaitu sebesar 2 per anak usia <15 tahun. 60

62 2. Pengendalian TB Paru Millenium Development Goals telah menetapkan pengendalian penaykit TB Paru sebagai bagian dari tujuan di bidang kesehatan yang terdiri dari: 1) menurunkan insiden TB Paru pada tahun 2015, 2) menurunkan prevalensi TB Paru dan angka kematian TB Paru menjadi setengahnya pada tahun 2015 dibandingkan tahun 1990, 3) sedikitnya 70% kasus TB Paru BTA+ terdeteksi dan diobati melalui program DOTS (Directly Observed Treatment Shortcource Chemotherapy) atau pengobatan TB Paru dengan pengawasan langsung oleh pengawas menelan obat (PMO), dan 4) sedikitnya 85% tercapai succes rate (SR). Dengan menetapkan metode DOTS diharapkan program penyembuhan TB Paru dapat berlangsung lebih cepat. Upaya pemerintah dalam menanggulangi TBC, setiap tahunnya semakin menunjukkan kemajuan. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan penemuan jumlah penderita dan yang disembuhkan setiap tahun. Pada tahun 2012, insidens TB Paru di Maluku Utara sebesar 135,25 per penduduk, sedangkan prevalensi TB Paru mencapai 141,12 per penduduk. Penemuan penderita dapat diukur dengan persentase jumlah kasus BTA+ terhadap suspek TB Paru. Pada tahun 2012 proprosi BTA+ diantara suspek ditemukan sebanyak 16,2%, angka ini masih jauh lebih tinggi dibandingkan standar bahwa persentase BTA+ diperkirakan 10% dari suspek yang diperkirakan di masyarakat dengan nilai yang ditoleransi antara 5-15%. Angka yang cukup besar ini menunjukkan penjaringan suspek yang terlalu longgar, dimana kemungkinan banyak orang yang tidak memenuhi kriteria suspek atau ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (positif palsu). Dengan demikian maka perlu untuk lebih meningkatkan kualitas pemeriksaan laboratorium baik melalui peningkatan kapasitas petugas laboratorium mapun penyediaan sarana laboratoium yang sesuai standar. 61

63 Gambar 4.11 Kecenderungan Proporsi BTA+ Diantara Suspek Diperiksa Provinsi Maluku Utara Tahun , ,1 20,9 20, , Sumber: Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara Gambar berikut menunjukkan angka kesembuhan dan keberhasilan pengobatan TB Paru menurut kabupaten/kota di Maluku Utara. Pada gambar tampak bahwa hanya Kota Tidore Kepulauan yang telah berhasil mencapai target SR, sedangkan kabupaten/kota lainnya masih harus berupaya keras untuk mencapai target yang telah ditentukan. Gambar 4.12 Angka Kesembuhan dan Angka Keberhasilan Pengobatan Provinsi Maluku Utara Tahun 2012 Angka keberhasilan Pengobatan Angka Kesembuhan Morotai Haltim Kepsul Halteng Halut Halsel Halbar Tikep Ternate 0,0 62,5 48,3 58,6 43,1 41,9 54,5 45,0 53,2 71,1 75,9 77,4 84,8 77,1 81,7 82,6 81,4 95,7 Sumber: Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara 62

64 3. Pengendalian Penyakit ISPA ISPA masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. Diperkirakan sebanyak 40% - 60% dari kunjungan di puskesmas adalah karena penyakit ISPA. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena Pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan. Program pemberantasan penyakit ISPA membagi penyakit ISPA dalam dua golongan yaitu Pneumonia dan yang bukan Pneumonia. Pemberantasan dan pengendalian penyakit ISPA difokuskan pada Pneumonia pada balita, dengan penetapan prosedur bahwa semua kasus yang ditemukan harus ditatalaksanakan sesuai standar. Dengan demikian angka penemuan kasus ISPA juga menggambarkan penatalaksanaan kasus ISPA. Pada tahun 2012, di Maluku Utara baru ditemukan sebanyak 642 bayi menderita pneumonia atau baru mencapai 6% dari standar 10% dari total perkiraan penderita balita pneumonia pada balita. Cakupan yang rendah ini disebakan oleh beberapa hambatan antara lain: 1) manajemen data yang masih belum baik sehingga banyak kasus yang under reported yaitu kasus pneumonia masih dilaporkan sebagai kasus ISPA biasa, serta pencatatan dan pelaporan yang masih berbasis puskesmas dan belum mencakup kasus yang terdeteksi di rumah sakit dan pengobatan swasta, 2) masih banyaknya petugas pengelola program yang belum mendapatkan pelatihan terpadu. 4. Penanggulangan HIV/AIDS dan PMS Upaya pelayanan kesehatan dalam rangka penanggulangan penyakit HIV/AIDS, disamping ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan juga diarahkan pada upaya pencegahan melalui penemuan penderita secara dini yang dilanjutkan dengan kegiatan konseling. Upaya penemuan penderita dilakukan antara lain melalui skrining HIV/AIDS terhadap darah donor, 63

65 pemantauan pada kelompok beresiko penderita Penyakit Menular Seksual (PMS), penyalahguna obat dengan suntikan (IDUs), dan penghuni LAPAS. Berdasarkan data dari Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara, kasus HIV/AIDS di Maluku Utara sebagian besar terjadi akibat hubungan seksual (heteroseksual) yaitu sebesar 68%, namun demikian juga terlihat jumlah kasus yang terjadi melalui suntikan yang cukup signifikan yaitu sebesar 21%. Gambar 4.13 Jumlah Kasus HIV dan AIDS di Maluku Utara Menurut Faktor Resiko Tahun Heteroseksual Homoseksual IDU Dari Ibu ke Anak Tdk diketahui. Sumber: Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara 5. Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Penyakit Demam Berdarah (DBD) merupakan salah satu penyakit yang perjalanan penyakitnya cepat dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang sering menimbulkan kejadian luar biasa di Indonesia. Upaya pemberantasan DBD terdiri atas 3 hal utama yaitu: peningkatan kegiatan surveilans penyakit dan surveilans vektor, diagnosa dini dan pengobatan dini, dan peningkatan upaya pemberantasan vektor penular penyakit DBD. Dalam upaya surveilans dan pemberantasan vektor Pada tahun 2012, telah dilakukan pemeriksaan jentik nyamuk pada rumah/bangunan (81% dari jumlah rumah/bangunan yang ada), dan 64

66 ditemukan sebanyak (64%) rumah/bangunan yang dinyatakan telah bebas jentik. 6. Pengendalian Penyakit Malaria Malaria merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Dari seluruh daerah, Maluku termasuk salah satu daerah endemis malaria. Meningkatnya jumlah penderita malaria dan terjadinya kejadian luar biasa malaria sangat berkaitan erat dengan hal sebagai berikut: adanya perubahan lingkungan yang berakibat meluasnya tempat perindukan nyamuk penular malaria, mobilitas penduduk yang cukup tinggi, perubahan iklim yang menyebabkan musim hujan lebih panjang dari musim kemarau, krisis ekonomi yang berkepanjangan memberikan dampak pada daerah-daerah tertentu dengan adanya masyarakat yang mengalami gizi buruk sehingga lebih rentan untuk terserang malaria, tidak efektifnya pengobatan karena terjadi plasmodium falciparum resisten klorokuin dan meluasnya daerah resisten, serta menurunnya perhatian dan kepedulian masyarakat terhadap upaya penanggulangan malaria secara terpadu. Dalam upaya pencapaian eliminasi malaria maka telah dilakukan berbagai kegiatan terutama yang bersifat promotif dan preventif dengan sasaran utama pada ibu hamil dan balita sebagai kelompok resiko tinggi, antara lain dengan kampanye penggunaan kelambu berinsektisida dan pendirian pos malaria desa. Penatalaksanaan malaria juga menikberatkan pada pemeriksaan sediaan darah dari seluruh kasus malaria klinis, dan pengobatan terhadap seluruh penderita malaria baik klinis maupun positif. Pada tahun 2012, cakupan konfirmasi laboratorium telah mencapai 85% dari total suspek. Selain itu juga telah dilakukan integrasi program malaria dengan program KIA dalam upaya menurunkan angka kesakitan pada ibu hamil dan balita. Program integrasi tersebut menekankan pada upaya promotif preventif dengan memberikan kelambu berinsektisida kepada setiap ibu hamil dan balita. 65

67 7. Pengendalian Penyakit Kusta Upaya pengendalian penyakit kusta mengutamakan pada upaya penemuan kasus baru atau New Case Detection Rate (NCDR), proporsi cacat tingkat II, dan proporsi kasus anak diantara kasus baru. NCDR menggambarkan jumlah kasus baru terhadap penduduk. Untuk menilai kinerja petugas dalam penemuan kasus penyakit Kusta digunakan angka proporsi cacat tingkat II (cacat akibat kerusakan syaraf dan cacat terlihat). Tingginya proporsi cacat tingkat II menunjukkan keterlambatan dalam penemuan kasus atau dengan kata lain kinerja petugas yang rendah dalam menemukan kasus serta pengetahuan masyarakat yang rendah. Pada tahun 2012, NCDR di Maluku Utara telah mencapai 59% sedangkan untuk proporsi cacat TK II telah berhasil ditekan menjadi 3.34% dan telah sejalan dengan target program kusta yaitu proporsi cacat tingkat II < 35% hingga tahun Pengendalian Penyakit Filariasis Di Indonesia penyakit Filariasis (penyakit kaki gajah) tersebar luas hampir di seluruh Provinsi. Program eliminasi Filariasis dilaksanakan atas dasar kesepakatan global WHO tahun 2000 yaitu The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem the Year 2020 yang merupakan realisasi dari resolusi WHA (World Health Assembly) pada tahun Program eliminasi dilaksanakan melalui dua pilar kegiatan yaitu: 1) pengobatan massal (mass drug administration) kepada seluruh penduduk di kabupaten/kota endemis filariasis, dan 2) tata laksana kasus filariasis guna mencegah dan mengurangi kecacatan. Implementasi Unit (IU) yang digunakan dalam program eliminasi filariasis sejak tahun 2005 adalah kabupaten/kota. Artinya satuan wilayah terkecil dalam program ini adalah kabupaten/kota, baik untuk penentuan endemisitas maupun pengobatan massal. Pada tahun 2012, telah dilakukan survey filariasis pada 66

68 beberapa kecamatan antara lain Kecamatan Ibu, Kecamatan Tidore dan Kabau. Hasil survey menunjukkan species penyebab filaria yang ada di Maluku Utara adalah Wuchereria bancrofti dengan Mf rate diseluruh wilayah survey >1%. Angka Mf rate tersebut mengindikasikan perlunya dilakukan pengobatan massal pada wilayah dengan Mf rate 1%, akan tetapi pada tahun 2012 MDA hanya dapat dilakukan di Kota Tidore Kepulauan sebanyak 3 kali dan Kab. Halmahera Tengah sebanyak 1 kali.. D. Perbaikan Gizi Masyarakat Upaya perbaikan gizi masyarakat dimaksudkan untuk menangani permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat. Berdasarkan pemantauan yang telah dilakukan ditemukan beberapa permasalahan gizi yang sering dijumpai pada kelompok masyarakat antara lain kekurangan vitamin A dan anemia gizi besi. 1. Pemberian Kapsul Vitamin A Vitamin A merupakan zat gizi yang penting (esensial) bagi manusia karena zat gizi ini tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar. Vitamin A dapat diperoleh tubuh melalui bahan makanan antara lain bayam, daun singkong, pepaya matang, ASI, bahan makanan yang diperkaya dengan vitamin A, dan kapsul vitamin A dosis tinggi. Vitamin A penting untuk kesehatan mata dan mencegah kebutaan, dan lebih penting lagi vitamin A meningkatkan daya tahan tubuh. Anak-anak yang cukup mendapat vitamin A, bila terkena diare, campak atau penyakit infeksi lain, maka penyakit-penyakit tersebut tidak mudah menjadi parah sehingga tidak membahayakan jiwa anak. Dengan adanya bukti-bukti yang menunjukkan peranan vitamin A dalam menurunkan angka kematian, maka selain untuk mencegah kebutaan, pentingnya vitamin A, saat ini lebih dikaitkan dengan kelangsungan hidup anak, kesehatan dan pertumbuhan anak. Kelompok sasaran pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi yaitu bayi, balita, dan ibu nifas. Berdasarkan data Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2012, cakupan 67

69 ibu nifas yang mendapat Vitamin A telah mencapai 76%, bayi yang mendapat viatamin A sebesar 86%, sedangkan cakupan balita yang mendapat pelayanan Kapsul Vitamin A 2 kali sebanyak 54%. Perbandingan antara target dan cakupan balita yang mendapat pelayanan vitamin A 2 kali pada tahun 2012 dapat dilihat pada Gambar Gambar 4.14 Perbandingan Antara Target dan Cakupan Balita Mendapat Vitamin A Provinsi Maluku Utara Tahun Ternate Tidore Haltim Halteng Halut Halbar Halsel Sula Morotai Prov. Vit. A Balita (6-59 Bln) Target Vit. A Balita (6-59 Bln) Cak. 84,10 64,51 58,61 67,67 82,74 56,85 64,17 10,18 79,77 54,42 Sumber: Bidang Binkesmas Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara 2. Pemberian Tablet Tambah Darah pada Ibu Hamil (Fe) Anemia gizi merupakan masalah kesehatan yang ikut berperan sebagai penyebab tingginya angka kematian ibu, angka kematian bayi, produktivitas kerja, prestasi olah raga dan kemampuan belajar. Oleh karena itu, penanggulangan anemia gizi menjadi salah satu program potensial untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, yang telah dilaksanakan pemerintah sejak masa pemerintahan orde lama. Wanita hamil merupakan salah satu kelompok yang rentan masalah gizi terutama anemia akibat kekurangan zat besi (Fe). Keadaan kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan, baik pada sel tubuh 68

70 maupun sel otak pada janin. Pada ibu hamil dapat mengalami keguguran, lahir sebelum waktunya, dan bayi berat bdan lahir rendah (BBLR), bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan bayi. Dalam upaya penanganan anemia gizi besi pada ibu hamil pemerintah telah melaksanakan program pemberian tablet besi (Fe) pada ibu hamil sebanyak 90 tablet. Gambar 4.15 Persentase Ibu Hamil yang Mendapat 90 Tablet Fe Provinsi Maluku Utara Tahun Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2012 Cakupan pemberian tablet tambah darah terkait erat dengan antenatal care (ANC). Pada tahun 2012, cakupan kunjungan K4 pada ibu hamil mencapai 83%, sedangkan cakupan ibu hamil yang mendapatkan Fe3 sebesar 80%. Padahal salah satu kriteria K4 adalah ibu hamil tersebut harus mendapatkan 90 tablet tambah darah yang diindikasikan dengan cakupan Fe3. Oleh karena itu seharusnya cakupan fe3 harus lebih besar atau sama dengan cakupan K4. Faktor yang diduga menjadi penyebabnya adalah belum optimalnya koordinasi sistem pencatatan dan pelaporan antar program terkait. 69

71 Gambar 4.16 Perbandingan Cakupan Fe3 dan Kunjungan K4 Ibu Hamil Provinsi Maluku Utara Tahun Fe3 K4 Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun Cakupan Pemberian ASI Ekslusif Cara pemberian makanan yang baik dan benar adalah menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak hingga usia 24 bulan. Untuk mendukung program ASI ekslusif maka pada tahun 2013 telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah No 33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan. Target cakupan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif adalah 80%, namun pada tahun 2012 cakupan pemberian ASI eksklusif di Maluku Utara baru mencapai 61,5%. Berikut kecenderungan cakupan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif di Maluku Utara sejak tahun 2005 hingga 2012, tampak bahwa persentase bayi yang mendapatkan ASI eksklusif cenderung fluktuatif, namun pada tahun 2012 terjadi kenaikan yang sangat signifikan jika dibandingkan capaian tahun

72 Gambar 4.17 Kecenderungan Pemberian ASI Eksklusif Provinsi Maluku Utara Tahun ,49 54,5 32,17 26,17 27,14 Persen 10,5 15,51 11, Sumber: Bidang Binkesmas Dinkes Provinsi Maluku Utara Tahun Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu (D/S) Cakupan penimbangan balita di Posyandu (D/S) merupakan indikator yang berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan pelayanan kesehatan dasar di posyandu khususnya imunisasi serta penanganan prevalensi gizi kurang pada balita. Semakin tingginya cakupan D/S, seyogyanya semakin tinggi pula cakupan vitamin A pada balita, cakupan imunisasi, dan diharapkan prevalensi gizi kurang akan semakin berkurang. Berdasarkan data Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara tahun 2012, cakupan D/S baru mencapai 50% dimana masih jauh lebih rendah daripada target yang ingin dicapai yaitu 62%. Cakupan D/S yang tertinggi yaitu di Kab. Pulau Morotai sebanyak 80% sedangkan terendah di Kab. Kepulauan Sula yaitu hanya mencapai 28%. Masalah yang seringkli berkaitan dengan kunjungan balita ke Posyandu antara lain: masih terbatasnya dana operasional dan sarana prasarana untuk menggerakkan kegiatan posyandu, tingkat pengetahuan kader dan kemampuan petugas dalam pemantauan pertumbuhan dan konseling, tingkat pemahaman keluarga tentang manfaat posyandu, serta pelaksanaan pembinaan kader posyandu oleh pihak terkait. 71

73 Gambar 4.18 Perbandingan D/S Target dan Cakupan Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara Tahun Ternate Tidore Haltim Halteng Halut Halbar Halsel Sula Morotai Prov. % D/S Target ,9 % D/S Cak. 41,13 54,95 34,47 53,54 53,13 62,26 58,86 27,90 76,07 49,81 Sumber: Bidang Binkesmas Dinkes Provinsi Malut,

PROFIL KESEHATAN PROVINSI MALUKU UTARA TAHUN 2011

PROFIL KESEHATAN PROVINSI MALUKU UTARA TAHUN 2011 PROFIL KESEHATAN PROVINSI MALUKU UTARA TAHUN 2011 The book fills a much-needed gap Moses Hadas, 1900-1966 1 BAB I PENDAHULUAN Satu dekade telah berlalu sejak berakhirnya era orde baru tahun 1999, Indonesia

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1118KM2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 367 3 JUMLAH PENDUDUK 1 576,544 561,855 1,138,399 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 469,818 464,301 934,119.0 5 PENDUDUK 10 TAHUN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1.753,27 KM 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 309 3 JUMLAH PENDUDUK 1 2,244,772 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN NO KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 KABUPATEN CIREBON NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM - 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 381/ 5 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 972 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 192 3 JUMLAH PENDUDUK 1 852,799 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 682,447 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 343 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH BAYI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 8,5 Ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 68 3 JUMLAH PENDUDUK 50,884 493,947,004,83 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 407,97 382,66 790,533 5 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 299,019 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 417 desa/17 kel 3 JUMLAH PENDUDUK 1 5,077,210 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 17,650 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 20,994 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 DESA=309 KEL=8-3 JUMLAH PENDUDUK 1 869,767 819,995 1,689,232 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 673,079 551,261 1,224,340 5 PENDUDUK

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 K0TA TASIKMALAYA NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KESEHATAN

PROFIL DINAS KESEHATAN PROFIL DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrabbil alamiin. Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 belum mendapat data dari BPS 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 Kabupaten 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 305,519 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 442 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1,277,610 1,247,873 2,525,483 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN/KOTA WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK DESA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber. Pelindung/ Penasehat : Dr. dr. H. Rachmat Latief, SpPD., M.Kes., FINASIM drg.hj. Susilih Ekowati, M.Si Pengarah : Hj. Asmah, SKM., M.Kes Penyusun : Mohamad Nur, SKM Syahrir, S.Kom Agusyanti, SKM Nurmiyati

Lebih terperinci

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmatnya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1762,4 km2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 desa 270+ kel 10 = 280 3 JUMLAH PENDUDUK 1 341700 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 2388161 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 167 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 151 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1260565 1223412 2483977 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 1083136 1048577 2131713 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... I II VII VIII X BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI... 4 B. KEPENDUDUKAN / DEMOGRAFI...

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 4037,6 ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 15 3 JUMLAH PENDUDUK 1 558178 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 327536 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Tahunan dan Profil

Lebih terperinci

Tim Penyusun. Pelindung. Pengarah. Anggota. Kontributor. dr.idhar Sidi Umar, M.Kes Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara

Tim Penyusun. Pelindung. Pengarah. Anggota. Kontributor. dr.idhar Sidi Umar, M.Kes Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara Tim Penyusun Pelindung dr.idhar Sidi Umar, M.Kes Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara Pengarah Sarbaini A. Karim, SKM, M.Kes Sekretaris Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol.

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol. KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan nayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi

Lebih terperinci

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN TABEL 4 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE JUMLAH KELAHIRAN KABUPATEN KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 RESUME PROFIL KESEHATAN NO A. GAMBARAN UMUM L P L + P Satuan 1 Luas Wilayah 37.116,5 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5.918 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 22.666.168 21.882.263 44.548.431 Jiwa

Lebih terperinci

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG BERKUALITAS Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN TREND JAWA TIMUR TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2000 2011 Jl. A. Yani 118 Surabaya HTTP://dinkes.jatimprov.go.id Email : info@dinkesjatim.go.id DINAS Tahun KESEHATAN 2012 PROVINSI

Lebih terperinci

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi baik untuk jajaran manajemen kesehatan maupun untuk masyarakat umum perlu disediakan suatu paket data/informasi kesehatan yang ringkas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak umur bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, terutama penyakit infeksi (Notoatmodjo, 2011). Gangguan kesehatan

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012 Penanggung jawab : Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Pelaksana : Kepala UPT Surveilans, Data dan Informasi Tim Penyusun : - Seksi Data

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 -1- BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

UPT SURVEILANS, DATA DAN INFORMASI DINAS KESEHATAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGAH

UPT SURVEILANS, DATA DAN INFORMASI DINAS KESEHATAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGAH PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2010 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGAH DINAS KESEHATAN UPT SURVEILANS, DATA DAN INFORMASI Jalan Undata No. 3 Palu - Telp.+62-451-421070-457796 http://dinkes.sulteng.go.id

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG i KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA PADANG TAHUN 2011

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA PADANG TAHUN 2011 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 695 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 104 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 421.900 424.831

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung system manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta KATA PENGANTAR Profil Kesehatan merupakan data dan informasi yang menggambarkan situasi dan kondisi Kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang. B. Sistematika

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG - ii - DAFTAR ISI Judul Halaman Halaman Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Gambar... iv Daftar Tabel... v BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II GAMBARAN

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO JLN. R. A BASOENI NO. 4 SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO TELP. (0321) , FAX. (0321)

DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO JLN. R. A BASOENI NO. 4 SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO TELP. (0321) , FAX. (0321) DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO JLN. R. A BASOENI NO. 4 SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO TELP. (0321) 321957, FAX. (0321) 390113 Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Kata Pengantar Puji syukur

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN DALAM PENCAPAIAN RPJMD KABUPATEN MALANG 2010-1015 Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya atas tersusunnya Profil

Lebih terperinci

TABEL 2 JUMLAH PENDUDUK JUMLAH PENDUDUK KECAMATAN

TABEL 2 JUMLAH PENDUDUK JUMLAH PENDUDUK KECAMATAN TABEL 1 LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN 2011 NO KECAMATAN LUAS JUMLAH JUMLAH RATA-RATA

Lebih terperinci

JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN / WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK KOTA

JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN / WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK KOTA TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN / KODE WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK KOTA DESA + PENDUDUK (km

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945,

Lebih terperinci

Malang, April 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MALANG. dr. ABDURRACHMAN, M.Kes. Pembina Tk I NIP

Malang, April 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MALANG. dr. ABDURRACHMAN, M.Kes. Pembina Tk I NIP Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Malang Tahun 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Malang merupakan salah satu

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran...

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran... DAFTAR ISI Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran... i ii iii iv v vi Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015. Profil

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47 2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Lebih terperinci

Malang, 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. dr. Asih Tri Rachmi Nuswantari, MM Pembina Utama Muda NIP

Malang, 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. dr. Asih Tri Rachmi Nuswantari, MM Pembina Utama Muda NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas karunia-nya Dinas Kesehatan Kota Malang dapat menyelesaikan penyusunan Profil Kesehatan Kota Malang Tahun 2013. Profil Kesehatan ini disusun untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi buang air besar. Diare dapat juga didefinisikan bila buang air besar tiga kali atau lebih dan

Lebih terperinci

Malang, 2013 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. SUPRANOTO, M.Kes. Pembina Tingkat I NIP

Malang, 2013 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. SUPRANOTO, M.Kes. Pembina Tingkat I NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas karunia-nya Dinas Kesehatan Kota Malang dapat menyelesaikan penyusunan Profil Kesehatan Kota Malang Tahun 2012. Profil Kesehatan ini disusun untuk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 kk KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 ini dapat terselesaikan dengan baik. Buku

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945, pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat,

Lebih terperinci

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013 TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 118.41 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 42

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

Penyakit Endemis di Kalbar

Penyakit Endemis di Kalbar Penyakit Endemis di Kalbar 1. Malaria Penyakit Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Berdasarkan data profil kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2009 (tabel 11) terdapat

Lebih terperinci

Juknis Operasional SPM

Juknis Operasional SPM DIREKTORAT JENDERAL OTONOMI DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI Juknis Operasional SPM 1. KESEHATAN KABUPATEN/KOTA PROVINSI KABUPATEN : Jawa Timur : Tulungagung KEMENTERIAN KESEHATAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Lebih terperinci

DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN 2012-2013 TRIWULAN I

DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN 2012-2013 TRIWULAN I DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN 2012-2013 TRIWULAN I 1 DERAJAT KESEHATAN (AHH, AKB DAN AKI) 2 STATUS GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA 3 JUMLAH RUMAH SAKIT BERDASARKAN KEPEMILIKAN DAN PELAYANAN

Lebih terperinci

KABUPATEN TANAH LAUT

KABUPATEN TANAH LAUT KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, atas rahmat dan karunia-nya sehingga penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Tanah Laut Tahun 2014 dapat diselesaikan dengan baik. Profil Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Tri Kurniasih, FE UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Tri Kurniasih, FE UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit menular yang selalu menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Dalam laporannya, World Health Organization

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

PENANGGUNG JAWAB : dr. DEVIE C. BITJOLI, M.Si

PENANGGUNG JAWAB : dr. DEVIE C. BITJOLI, M.Si PENANGGUNG JAWAB : dr. DEVIE C. BITJOLI, M.Si PENYUSUN : ROSMERI PALEBA, S.Si., Apt SAID KUDO, SKM., MPH YONGKI ANU, SST DEBBY JUALITA LEAUA JAMES MAKANONENG PENGUMPUL DATA : JOHANA AIPIPIDELI, SKM Hj.

Lebih terperinci

3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun

3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat di Mandar 2007-2009 Indikator 2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 3 4 5 6 7 8 9 20 Tujuan Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan Menurunkan Proporsi

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2009

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2009 PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2009 Penanggung Jawab Pelaksana Tim Penyusun : Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah : Kepala UPT Surveilans, Data dan Informasi : - dr. Muhammad

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3 DAFTAR ISI SAMBUTAN BUPATI POLEWALI MANDAR....... i DAFTAR ISI............ iii DAFTAR TABEL............ vi DAFTAR GRAFIK............ ix DAFTAR GAMBAR............ xiii DAFTAR SINGKATAN............ xiv PETA

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi NTB

Profil Kesehatan Provinsi NTB Profil Kesehatan Provinsi NTB January 1 2013 [Profil kesehatan merupakan salah satu produk dari Sistem Informasi Kesehatan yang penyusunan dan penyajiannya dibuat sesederhana mungkin tetapi informatif

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 181 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 68 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 80.041 90.463

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan pembangunan pada dasarnya disusun untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat sebesarbesarnya yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013 Profil Kesehatan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan dalam bidang kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2013

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2013 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 1.281 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 460 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 586.021

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 37,117 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5891 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KOTA JAKARTA BARAT TAHUN 2014

PROFIL KESEHATAN KOTA JAKARTA BARAT TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KOTA JAKARTA BARAT TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 17 Ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas

Lebih terperinci

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk PEMERINTAH KOTA MALANG MATRIK RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MALANG (PENYEMPURNAAN) TAHUN 2013-2018 Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA M Nomor : 188.47/ 92 / 35.73.306/ 2015 Tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) adalah delapan tujuan pembangunan sebagai respons atas permasalahan global yang akan dicapai pada 2015. Delapan tujuan tersebut antara

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN IV.1. IV.2. VISI Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu dari penyelenggara pembangunan kesehatan mempunyai visi: Masyarakat Jawa

Lebih terperinci

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 214 GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Instansi Visi : DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR : Mewujudkan Masyarakat Jawa Timur Mandiri untuk Hidup Sehat Misi : 1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan 2.

Lebih terperinci