BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa merupakan tanaman anggota famili Arecaceae (Palm) dari genus

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa merupakan tanaman anggota famili Arecaceae (Palm) dari genus"

Transkripsi

1 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kelapa Deskripsi Kelapa Kelapa merupakan tanaman anggota famili Arecaceae (Palm) dari genus Cocos yang tersebar di seluruh daerah tropis maupun subtropis (Chan & Elevitch, 2006). Tanaman ini diyakini berasal dari daerah pesisir (zona littoral) Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Filipina) ataupun Melanesia, kemudian menyebar ke Amerika Latin, Karibia hingga ke Afrika (Chan & Elevitch, 2006; Gomes- Copeland et al., 2015). Kelapa dapat tumbuh subur di berbagai jenis tanah dengan ph tanah terbaik berkisar ph 5,5-7 (Ohler & Magat, 2016). Tanaman ini dapat tumbuh pada daerah dengan ketinggian 700 mdpl, dengan pencahayaan matahari 2000 jam per tahun, serta curah hujan mm (Ohler & Magat, 2016). Tanaman kelapa memiliki sistem perakaran serabut, bertekstur kaku, keras seperti tambang dan berukuran sekitar 1 cm (Tjitrosoepomo, 2000; Chan & Elevitch, 2006). Jumlah akar serabut dalam perakaran tanaman kelapa dapat mencapai akar per tanaman (Chan & Elevitch, 2006). Persebaran perakaran kelapa bervariasi tergantung pada karakteristik fisik tanah dan ketersediaan air. Biasanya akar mampu tumbuh dan menyebar hingga 6 m, namun pada kondisi optimal, sebaran akar dapat mencapai sekitar 30 m dari pangkal batang (Ohler & Magat, 2016). 8

2 9 a b c d Gambar 2.1 Morfologi batang dan daun tanaman kelapa. a. Pangkal batang tanaman kelapa yang menunjukkan adanya pembesaran pada pangkal batang; b. Susunan roset batang tanaman kelapa yang menunjukkan tangai daun keenam tepat berada di atas tangkai daun pertama (Foale, 2003) ; c. kelapa genjah orange yang memiliki tangkai daun dan buah berwarna orange (Chan & Elevitch, 2006); d. daun kelapa yang merupakan daun majemuk menyirip Batang tanaman kelapa berbentuk bulat (teres), arah tumbuh batang tegak serta tingginya dapat mencapai 20 m hingga 30 m (Tjitrosoepomo, 2000; Ohler & Magat, 2016). Diameter batang berkisar cm dimana pada beberapa kultivar pangkalnya membesar membentuk bole (Gambar 2.1.a Ohler & Magat, 2016; van Steenis, 1987). Batang berwarna abu-abu terang dan terdapat bekas daun yang rontok pada struktur luarnya (Ohler & Magat, 2016). Pada ujung batang terdapat daun kelapa yang rapat berjejal membentuk roset batang. Daun

3 10 tersebut tersusun dengan pola spiral pada filotaksis 2/5, yang artinya daun keenam tepat berada di atas daun pertama (Gambar 2.1.b; Tjitrosoepomo, 2000; Foale, 2003). Daun kelapa merupakan daun majemuk menyirip yang panjangnya dapat mencapai sekitar 4,5-5,5 m dengan helaian daun (Gambar 2.1.d). Anak daun tipis tetapi cukup kaku (perkamenteus) dengan lebar antara 1,5-5 cm dan panjang cm (Tjitrosoepomo, 2000; Chan & Elevitch, 2006). Tangkai daun dapat berwarna hijau maupun kuning perunggu atau orange (Gambar 2.1.c), warna tersebut mengindikasikan warna buah (Chan & Elevitch, 2006). Bunga kelapa tergolong ke dalam bunga tongkol majemuk yang terletak aksiler dengan bunga jantan dan betina dalam satu tongkol (Gambar 2.2.a; Chan & Elevitch, Satu tongkol majemuk (spadix) sebelum mekar biasanya diselubungi oleh seludang yang besar, tebal dan kuat (Tjitrosoepomo, 2000). Tongkol (spadix) tersusun dari poros tengah (rachis) dengan 30 atau lebih cabang lateral (rachillae). Panjang tongkol bunga sekitar 1-2 m sedangkan cabang lateral sekitar cm. Dalam setiap cabang lateral terdapat sekitar bunga jantan dengan satu atau lebih bunga betina di bagian pangkalnya. Jumlah bunga betina dalam perbungaan bergantung pada faktor genetik dan lingkungannya (Thomas & Josephrajkumar, 2013). Bunga jantan biasanya berwarna kuning pucat (berwarna hijau dan orange pada beberapa varietas), panjangnya sekitar 9 mm dan memiliki 3 kelopak bunga yang kecil dan 3 mahkota bunga, serta 6 benangsari dan 3 putik yang rudimentair (Thomas & Josephrajkumar, 2013; Ohler & Magat, 2016). Bunga betina

4 11 berbentuk bulat peluru dengan diameter 2,5-3 cm. Bunga betina memiliki bakal buah beruang 3 dengan perhiasan bunga berdaging yang menempel pada bakal buah, tangkai putik tidak ada sedangkan kepala putik seperti celah yang tenggelam (van Steenis, 1987). Pada kondisi yang menguntungkan, tanaman kelapa dapat berbunga untuk pertama kalinya setelah 4-5 tahun tanam (Chan & Elevitch, 2006). a b bunga betina bunga jantan c d Gambar 2.2 Bunga, buah, embrio kelapa beserta perkecambahannya. a. Perbungaan kelapa yang menunjukkan bunga jantan dan betina berada pada satu tongkol; b. Buah kelapa dengan 3 mata lembaga dimana salah satu mata merupakan letak dari embrio kelapa; c. Letak embrio kelapa pada emdosperm dilihat dari samping ; d. Munculnya tunas dan akar dari salah satu mata lembaga (Chan & Elevitch, 2006; Newton saplle, 2016)

5 12 Setelah terjadi fertilisasi, bunga betina akan berkembang membentuk buah dan matang dalam waktu bulan (Ohler & Magat, 2016). Buah kelapa memiliki warna, bentuk serta komposisi buah yang berbeda bergantung kultivar dan kondisi lingkungannya. Umumnya buah kelapa memiliki panjang berkisar antara cm dengan berat sekitar gram (Chan & Elevitch, 2006). Buah kelapa tergolong buah batu (drupa) yang mempunyai kulit buah yang terdiri atas tiga lapisan kulit yaitu: kulit luar (exocarpium) yang tipis (0,1 mm) menjangat, licin mengkilat; kulit tengah (mesocarpium) yang tebal (4-8 cm) berserabut; kulit dalam (endocarpium) yang keras dan berkayu (3-6 mm) (Tjitrosoepomo, 2000; Ohler & Magat, 2016). Di dalam lapisan kulit dalam (endocarpium) terdapat biji yang terdiri dari: lapisan tipis (testa); endosperm padat (daging buah) yang banyak mengandung lipid; endosperm cair (air kelapa), serta embrio (Gambar 2.2.c). Biji kelapa (Gambar 2.2.b) berbentuk kebulat-bulatan dengan diameter sampai 12 cm. (van Steenis, 1987; Ohler & Magat, 2016). Embrio pada biji kelapa terletak pada sisi buah yang terdapat 3 mata lembaga tepatnya pada salah satu mata yang lunak. Ukuran embrio kelapa bervariasi tergantung pada umur embrio dan kultivar, namun umumnya memiliki panjang sekitar 0,5-1 cm dengan berat sekitar 0,1 gram (Ohler & Magat, 2016). Embrio kelapa kemudian akan membesar saat terjadi perkecambahan. Pada saat perkecambahan, bagian kotiledon akan membentuk haustorium lalu bagian tunas akan muncul dari tempurung kelapa. Akar primer kemudian akan muncul disertai dengan bulu halus yang akan menjadi akar adventif (Gambar 2.2.d). Pada umumnya, tunas kelapa muncul dalam waktu

6 13 8 minggu setelah perkecambahan, sedangkan daun akan muncul setelah 13 minggu setelah perkecambahan (Ohler & Magat, 2016) Manfaat Kelapa Kelapa dikenal sebagai tree of life karena hampir semua bagian tanaman tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Akar kelapa sangat berpotensi sebagai bahan obat-obatan tradisional seperti sebagai antipiretik atau penurun suhu tubuh pada penderita demam maupun untuk diuretik (meningkatkan produksi urin) (Ohler & Magat, 2016). Akar kelapa juga banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bahan kerajinan (Pratiwi, 2013), serta bahan baku pewarna alami (Kristina & Syahid, 2007). Batang kelapa yang sering disebut glugu banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku bangunan ataupun kayu bakar. Batang kelapa juga banyak digunakan sebagai furniture seperti meja, kursi ; maupun peralatan rumah tangga (Ohler & Magat, 2016; Foale, 2003). Selain itu batang kayu kelapa juga dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan alat musik seperti gitar akustik yang berkualitas (Firmansyah, 2006). Daun kelapa yang sudah tua banyak dimanfaatkan sebagai atap bangunan, tikar, tas dan topi (Foale, 2003). Daun kelapa yang muda banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai perlengkapan dalam upacara adat dan keagamaan seperti untuk selongsong ketupat, serta hiasan pada pesta perkawinan. Tulang daun dapat dimanfaatkan sebagai sapu lidi sedangkan tangkai daun dan daun yang kering dapat digunakan sebagai kayu bakar (Ohler & Magat, 2016; Foale, 2003).

7 14 Bunga kelapa atau yang dikenal manggar yang masih muda biasanya disadap untuk diambil niranya. Nira kelapa ini mengandung gula sekitar 15 %, biasanya diminum secara langsung atau diolah menjadi tuak atau minuman beralkohol melalui proses fermentasi. Selain diolah menjadi minuman, nira juga dapat diproses menjadi gula kelapa ataupun gula kristal (Ohler & Magat, 2016). Bagian kelapa lainnya yang memiliki peran penting bagi masyarakat adalah buah. Salah satu bagian dari buah kelapa yaitu sabut banyak dimanfaatkan dalam pembuatan karpet, tali, tikar, geo-tekstil, sikat, pengisi jok, maupun kasur (Foale, 2003). Selain itu, serbuk dari sabut kelapa banyak digunakan untuk medium tanam (cocopeat), campuran kompos, bahan bangunan ringan dan isolasi termal (Ohler & Magat, 2016). Bagian tempurung kelapa atau yang dikenal batok banyak dimanfaatkan untuk membuat peralatan rumah tangga, pot hias, dan sebagai bahan bakar (Ohler & Magat, 2016) ataupun diolah menjadi berbagai aksesoris seperti aksesoris sepatu (Hariastuti, 2016). Selain itu, tempurung kelapa juga dapat digunakan untuk menghasilkan produk olahan arang aktif berkualitas tinggi yang banyak dimanfaatkan dalam dunia industri (Foale, 2003). Bagian endosperm cair atau air kelapa dapat dikonsumsi secara langsung sebagai minuman segar serta dapat menjadi sari kelapa atau nata de coco, cuka, anggur, ethil acetate, jeli dan ragi (Mahmud & Ferry, 2005). Selain endosperm cair, terdapat juga endosperm padat atau daging buah. Daging buah yang masih muda dapat dimakan langsung atau sebagai bahan utama dalam pembuatan es kelapa muda. Daging buah kelapa yang sudah tua (matang) dapat diolah untuk menjadi santan (coconut milk), kelapa parutan kering (desiccated coconut),

8 15 ataupun dikeringkan hingga kadar air mencapai kurang dari 50 % menjadi kopra untuk selanjutnya diolah menjadi minyak goreng berkualitas tinggi Indonesia saat ini dikenal sebagai negara pengekspor kopra terbesar kedua di dunia sesudah Filipina. Pada tahun 2013, nilai eksport minyak, kopra mencapai 631 ribu ton (FAO, 2016). Disamping dieksport, mayoritas hasil olahan kelapa seperti minyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Hingga saat ini harga minyak kelapa dalam negri dapat mencapai sekitar ,- per liter (kursrupiah.net). Dewasa ini daging buah juga banyak diproses untuk menghasilkan minyak goreng berkualitas tinggi yaitu virgin coconut oil (VCO). Hasil samping dari ampas kelapa (bungkil kelapa) merupakan salah satu bahan baku pakan ternak (Foale, 2003; Ohler & Magat, 2016) Kultivar Dilihat dari morfologinya, kelapa digolongkan menjadi beberapa tipe yaitu kelapa dalam (tall), kelapa genjah (dwarf) serta kelapa hibrida yang merupakan hasil persilangan dari kelapa tipe dalam dan genjah. Tipe kelapa dalam umumnya memiliki batang tinggi dengan pangkal membesar serta memiliki daun panjang dan lebar. Tipe kelapa lainnya yaitu genjah umunya memiliki batang pendek serta daun yang ukurannya relatif lebih kecil dan pendek dibandingkan kelapa dalam (Foale, 2003). Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi keragaman plasma nutfah kelapa. Hingga saat ini, Indonesia tercatat memiliki 105 kultivar kelapa yang sudah dipublikasikan secara resmi. Kultivar kelapa tersebut terdiri atas 82

9 16 kelapa dalam dan 23 kelapa genjah (Bourdeix, 2012). Namun demikian, diperkirakan masih banyak kutivar kelapa unggul lokal yang belum terpublikasi secara resmi oleh Pemerintah Indonesia. Salah satu kultivar tersebut adalah Kelapa Bido yang banyak ditemukan di Desa Bido, Kecamatan Morotai, Maluku Utara. Kelapa ini memiliki karakter pertumbuhan batang yang lambat yaitu tinggi rata-rata hanya 1-5m pada umur 4-50 tahun, cepat berbuah (mulai berbuah pada umur 3 tahun setelah tanam), memiliki ukuran buah yang besar yaitu 2,5 kg per butir dengan bobot daging buah per butir 534 gr dan tingkat ketebalan daging 1,2 cm (Gambar 2.3.a). Selain itu, produksi kelapa ini juga tinggi dengan jumlah tandan per pohon mencapai tandan serta jumlah buah per tandan mencapai 8-9 buah (malut.litbang.pertanian.go.id, 2017). a b Gambar 2.3 Contoh kultivar kelapa unggul di Indonesia.. a Kelapa bido yang terdapat di Desa Bido Kecamatan Morotai, Maluku Utara (malut.litbang.pertanian.go.id., 2016); b Kelapa Genjah Tebing Tinggi yang tersebar di Kota Tebing Tinggi, Sumatra Utara (Mashud & Matana, 2015) Kultivar kelapa unggul lainnya yaitu Kelapa Genjah Tebing Tinggi (Gambar 2.3.b) dapat ditemui di kota Tebing Tinggi, Sumatra Utara. Kultivar

10 17 kelapa tersebut merupakan salah satu aksesi kelapa genjah yang banyak dimanfaatkan sebagai sumber nira untuk bahan baku pembuatan gula (Mashud & Matana, 2014). Selain Kelapa Genjah Tebing Tinggi, di Jawa Tengah juga terdapat beberapa kultivar unggul salah satunya Kelapa Genjah Entog yang tersebar di kecamatan Cilongok dan Ajibarang, Kabupaten Banyumas (SK Direktur Jenderal Perkebunan, Nomor: 53/KB.820/SK/DJ.BUN / ). Kelapa ini memiliki ukuran batang yang pendek serta cepat berproduksi (bupati.banyumaskab.go.id, 2017). Kelapa-kelapa unggul tersebut sampai saat ini penyebarannya belum merata di seluruh Indonesia. Sehingga pengembangan kelapa-kelapa unggul tersebut masih terkendala ketersediaan benih maupun transportasi antar wilayah Permasalahan Kelapa di Indonesia Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Pada tahun 2014, luas area perkebunan kelapa di Indonesia tercatat 3,08 juta Ha dengan total produksi kelapa sekitar 19 juta ton (FAO, 2016). Angka tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara produsen kelapa terbesar di dunia. Meskipun demikian, produktivitas kelapa di Indonesia masih relatif rendah yaitu sekitar 0,9-1,1 ton kopra per hektar per tahun, jauh lebih rendah dari seharusnya sekitar 3-5 ton kopra per hektar per tahun (FAO- APCC, 2013). Banyak kendala yang dihadapi untuk meningkatkan produktivitas kelapa di Indonesia, diantaranya adalah tingginya serangan hama seperti Oryctes rhinoceros dan belalang Sexava nubile (Siahaya, 2014). Selain hama, tingginya

11 18 serangan penyakit yang menyerang tanaman kelapa juga menjadi kendala dalam meningkatkan produktivitas kelapa. Penyakit tersebut diantaranya penyakit busuk pucuk (PBP) yang disebabkan oleh cendawan Phytophthora palmivora serta penyakit layu Kalimantan (PLK) yang disebabkan oleh Phytoplasma (Lolong & Motulo, 2014). Salah satu kendala utama dalam upaya meningkatkan produktivtias kelapa di Indonesia adalah mayoritas tanaman berusia produktif ataupun tua. Pada tahun 2013 proporsi tanaman tua mencapai 0,58 juta Ha (FAO-APCC, 2013). Sebagai contoh di Kabupaten Kulonprogo terdapat sekitar 2 juta pohon kelapa yang mayoritas sudah berusia tua (Solopos.com, 2016). Oleh karena itu, upaya peremajaan tanaman kelapa diperlukan sebagai solusi jangka panjang guna meningkatkan produktivitas kelapa di Indonesia. Salah satu sarat agar terselenggaranya program peremajaan kelapa di Indonesia adalah tersedianya benih kelapa yang unggul dalam jumlah yang memadai. Untuk peremajaan ha (total tanaman tua) selama 5 tahun ( ha per tahun) dibutuhkan benih sebanyak 22 juta benih kelapa per tahun (1 ha memerlukan 220 benih, Novarianto, 2008) 2.2 Pembenihan Kelapa dan Permasalahannya Pembenihan secara Generatif dan Kultur Embrio Pada umumnya, pembenihan kelapa dilakukan secara generatif dengan menggunakan biji. Teknik pembenihan ini dilakukan dengan menyemaikan buah kelapa berumur bulan di tanah yang memiliki kadar air cukup (Setyamidjaya, 1984) (Gambar 2.4.a). Setelah biji berkecambah selanjutnya

12 19 dilakukan seleksi benih dan dilakukan pemindahan ke dalam polybag sehingga diperoleh benih kelapa (Gambar 2.4.b) a b Gambar 2.4 Pembenihan kelapa secara generatif. a. Kelapa tua berumur bulan disemai digundukan tanah. b. Benih kelapa siap tanam yang diletakkan dalam polybag (Manaroinsong et al., 2003 ) Teknik pembenihan kelapa secara generatif memiliki kelebihan seperti memerlukan waktu yang relatif singkat yaitu hanya ± 6 bulan dengan teknik yang cukup sederhana sehingga mudah dilakukan oleh masyarakat. Namun demikian, teknik ini memiliki kelemahan di antaranya memerlukan lahan yang relatif luas untuk proses pembenihan. Selain itu, penggunaan buah dalam pembenihan kelapa juga memungkinkan bibit penyakit yang tetap terbawa pada keturunannya. Kendala lain yang dihadapi dalam pembenihan kelapa adalah buah yang memiliki sifat rekalsitran, yaitu tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama dikarenakan biji kelapa akan kehilangan daya perkecambahan jika dikeringkan sampai kadar air dibawah 30 % (Oliver et al., 2010). Akibatnya buah kelapa tidak dapat disimpan dalam jangka waktu tertentu sampai buah tersebut dibutuhkan untuk dikecambahkan. Salah satu kelemahan utama yang lain dalam pembenihan kelapa secara generatif adalah karakter buah kelapa yang besar dan berat ( gr; Chan &

13 20 Elevitch, 2006). Akibatnya pengiriman benih ataupun buah kelapa dari satu wilayah produsen ke konsumen membutuhkan biaya yang cukup besar. Biaya pengiriman kelapa menjadi lebih besar lagi karena daerah penghasil benih kelapa unggul di Indonesia tidak tersebar secara merata. Sebagai contoh daerah utama penghasil Kelapa Dalam Bali adalah Denpasar Bali; kelapa Bido banyak dihasilkan di Morotai, Maluku; sedangkan kelapa Genjah Entok ada di Banyumas. Alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah pengiriman buah kelapa adalah dengan pengiriman embrio kelapa. Pengiriman benih kelapa dengan menggunakan embrio memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan pengiriman buah kelapa. Embrio memiliki ukuran relatif kecil, yaitu sekitar 0,1 g per embrio atau kali lebih kecil dibandingkan dengan buah kelapa, sehingga biaya pengirimannya jauh lebih murah. Selain itu, pengiriman embrio kelapa juga dapat mengurangi penyebaran penyakit dari satu wilayah ke wilayah yang lain dibandingkan dengan pengiriman menggunakan buah (Batugal, 1998). Melalui perkembangan teknologi kultur embrio kelapa yang semakin maju, maka pengiriman embrio kelapa merupakan alternatif terbaik untuk memecahkan masalah transportasi benih kelapa.. Kultur embio merupakan suatu teknik menumbuhkan embrio yang diisolasi dari endosperma pada medium tertentu dengan menggunakan teknik kerja aseptik (Raghavan, 2003). Teknik kultur embrio pada tanaman kelapa telah banyak diaplikasikan untuk berbagai tujuan diantaranya adalah untuk produksi benih kelapa dan penyelamatan aksesi kelapa dari kepunahan (Mashud et al., 2003), penyimpanan plasma nutfah kelapa (Masrur et al., 2016).

14 Kemajuan Penelitian tentang Pengiriman Embrio Kelapa Pada awalnya, pengiriman embrio kelapa dilakukan dengan cara mengirim embrio berikut potongan silinder endosperm (plug; Rillo & Palloma, 1991). Endosperm berisi embrio kelapa diisolasi dengan menggunakan cork borer (Gambar 2.5.a), kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik steril yang berisi kapas basah (Gambar 2.5.b) kemudian dikirim ke tempat tujuan dengan tingkat kelulushidupan mencapai sekitar % dari total embrio yang dikirim. Teknik tersebut mudah dilakukan serta tidak membutuhkan tenaga kerja yang banyak. Namun demikian, pengiriman harus dilakukan dalam suhu dingin (Rillo & Palloma, 1991), sehingga tidak mungkin dilakukan pada daerah-daerah tertentu. Penggunaan plug yang memiliki bobot relatif berat, yaitu sekitar 6 gram per plug merupakan kendala lain dalam penggunaan teknik tersebut. a b Gambar 2.5 Teknik pengiriman embrio kelapa oleh Rillo & Paloma, (1991). a. Embrio kelapa diambil menggunakan cork borer ; b. Plug embrio kelapa di tempatkan dalam kantong plastik steril yang berisi kapas basah. Teknik pengiriman plasma nutfah kelapa yang lebih ringan dilakukan dengan cara pengiriman embrio tanpa mengikutkan endospermnya seperti yang dilkukan oleh Karun & Sajini (1994). Embrio yang telah diisolasi kemudian disterilkan dan direndam dalam larutan aquades steril untuk dikirim ke tempat

15 22 tujuan. Teknik tersebut dapat digunakan untuk mengirim embrio dengan jangka waktu yang lebih panjang, yaitu sekitar 2 bulan dengan tingkat keberhasilan perkecambahan mencapai sekitar 70 % (Karun & Sajini,1994). Teknik pengiriman embrio tanpa mengikutsertakan endosperm juga telah dilaporkan oleh Samosir et al. (1999) dengan cara embrio steril direndam dalam larutan vit C kemudian dikirim ke tempat tujuan.. Namun teknik tersebut hanya dapat digunakan untuk pengiriman dengan durasi waktu yang singkat yaitu maksimal 4 hari. Teknik tersebut mampu menghasilkan embrio yang berkecambah dengan tingkat keberhasilan mencapai sekitar 95%. Teknik pengiriman embrio yang lain dapat digunakan untuk durasi waktu lebih lama (sekitar 12 hari) yaitu dengan menempatkan embrio steril pada tabung kultur berisi medium tanam padat kemudian dikirimkan ke tempat tujuan. Keberhasilan teknik tersebut relatif tinggi yaitu sekitar 80 % embrio yang dikirim mampu berkecambah secara normal (Sisunandar et al., 2010). Namun demikian, teknik tersebut mengikutkan medium tanam sehingga pengiriman menjadi lebih mahal serta resiko kontaminasi selama proses pengiriman menjadi lebih tinggi. Metode pengiriman embrio dengan mengikutkan medium tanam ataupun bahan yang lain sering kali tidak diterima oleh jasa pengiriman karena alasan faktor keamanan. Oleh karena itu, teknik pengiriman embrio kelapa yang lebih sederhana dan lebih ringan tanpa disertai medium tanam atau larutan perlu dikembangkan guna meningkatkan efisiensi pengiriman plasma nutfah kelapa antar wilayah di Indonesia.

16 Dehidrasi Embrio dan Permasalahannya Pengertian Air merupakan senyawa penyusun paling utama pada sel yang aktif. Air berperan sangat penting dalam metabolisme sel dan seluruh makluk hidup membutuhkan air agar tetap bertahan hidup (Salisbury & Ross, 1995). Semua tumbuhan membutuhkan kadar air tertentu agar tetap bertahan hidup. Misalnya hampir seluruh tumbuhan masih dapat bertahan hidup jika kelembapan udara berada di sekitar 80 % (Alpert & Oliver, 2002). Namun demikian untuk alasan tertentu seperti dormansi pada biji, tumbuhan memiliki mekanisme tersendiri untuk mengurangi metabolisme sel agar biji bisa bertahan lama. Mekanisme umum yang dilakukan oleh tumbuhan adalah dengan cara menurunkan kadar air pada biji yang sedang mengalami dormansi (Alpert & Oliver, 2002). Kadar air yang rendah dengan temperatur penyimpanan yang benar dapat memperlama waktu hidup sampel yang disimpan. Misalnya biji Lactuca sativa L. yang dikeringkan sampai kadar air 5 % dapat disimpan selama 13 tahun pada suhu 5 0 C tanpa kehilangkan kemampuan berkecambahnya, sedangkan apabila disimpan pada suhu C dapat disimpan sampai 150 tahun (Walters et al., 2004). Oleh karena itu penurunan kadar air pada suatu sampel tumbuhan banyak digunakan untuk tujuan penyimpanan sampel tersebut. Pengurangan kadar air dalam suatu sampel sangat penting dilakukan karena berkurangnya kadar air di dalam sel akan menurunkan reaksi kimia yang terjadi di dalam sel. Bahkan sel dengan kadar air kurang dari 0,1 g/g berat kering terbukti tidak akan terjadi reaksi-reaksi kimia di dalam sel yang dikontrol oleh

17 24 enzim karena protein-protein penyusun enzim akan mengalami dehidrasi sehingga menjadi tidak aktif (Alpert & Oliver, 2002). Namun demikian pengurangan kadar air juga dapat memiliki dampak negatif terhadap sel. Pammenter & Berjak (1999) menggolongkan kerusakan yang terjadi di dalam sel akibat adanya dehidrasi menjadi tiga macam, yaitu (1) perubahan ukuran sel yang memacu terjadinya kerusakan secara mekanik seperti rusaknya sitoskeleton di dalam sel karena protein yang terdenaturasi (Beckett et al., 2005), (2) terjadinya kerusakan metabolime sel seperti rusaknya enzim-enzim sebagai akibat terjadinya denaturasi protein maupun terjadinya perubahan ph di dalam sel, (3) terjadinya kerusakankerusakan makromolekul yang terjadi di permukaan sel maupun matriks ekstraselluler. Meskipun hampir 99 % tumbuhan berbunga akan mati jika dikeringkan sampai kadar air sekitar 50 %, namun setiap tumbuhan memiliki mekanisme tersendiri untuk tetap bertahan hidup. Saat ini terdapat sekitar 300 spesies (0,1 %) tumbuhan berbunga yang mampu bertahan hidup dalam kondisi kering selama 5 tahun dan masih tetap dapat hidup kembali setelah terkena air (Alpert & Oliver, 2002). Oleh karena itu, berdasarkan kemampuan bertahan hidupnya, tumbuhan digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu orthodox (desiccation tolerance), yaitu tumbuhan atau bagian tumbuhan yang mampu dikeringkan sampai kadar air kurang dari 10 %, serta tumbuhan recalcitrant (desisscation sensitive), yaitu tumbuhan atau bagian tumbuhan yang tidak dapat bertahan hidup meskipun dikeringkan hanya sampai kadar air 30 % (Oliver et al., 2010).

18 25 Salah satu mekanisme penurunan kadar air pada suatu sampel adalah dehidrasi. Dehidrasi adalah sebuah proses menurunkan kadar air dari suatu jaringan atau sampel. Proses penurunan kadar air dapat dilakukan secara fisika ataupun secara kimia. Pada umumnya, dehidrasi secara fisika dilakukan dengan cara menempatkan sampel pada lingkungan udara kering yang memiliki kelembapan udara lebih rendah sehingga air di dalam sampel keluar ke udara dalam bentuk uap air, sedangkan dehidrasi secara kimia umumnya dilakukan dengan cara merendam sampel pada larutan hipertonik sehingga air dari dalam sampel dapat mengalir keluar dari sampel (Panis & Lambardi, 2005). Dalam dehidrasi kimia, air akan mengalir keluar dari sampel sedangkan zat-zat terlarut dalam larutan hipertonik akan masuk ke dalam sampel (Ramallo & Mascheroni, 2005) Dehidrasi Kimia Ddehidrasi kimia pada umumnya dilakukan dengan menggunakan senyawa kimia konsentrasi tinggi sehingga memicu air di dalam sel keluar (Panis & Lambardi, 2005). Senyawa kimia seperti sukrosa, glukosa maupun fruktosa banyak digunakan untuk mendehidrasi jaringan atau bagian lain dari tumbuhan karena tidak bersifat toksik pada sel (Gomes-Copeland et al., 2015). Untuk tujuan penyimpanan pada suhu rendah, beberapa penelitian menggunakan senyawa krioprotektan seperti gliserol, polietilena glikol (PEG) ataupun dimetilsulfoksida (DMSO) untuk mendehidrasi bahan tanaman. Senyawa tersebut digunakan karena

19 26 mampu melindungi sel selama suhu rendah dengan cara menjaga stabilitas keutuhan membran plasma (Kaviani, 2011). Dehidrasi kimia pada jaringan ataupun bahan tumbuhan banyak digunakan untuk berbagai tujuan seperti penyimpanan bahan makanan baik buah maupun sayuran (Yadav & Singh, 2014), penyimpanan biji dan material hidup lainnya (Alpert & Oliver, 2002), bahkan banyak digunakan sebagai perlakuan untuk material-material yang akan disimpan pada suhu ultra rendah, seperti pucuk tanaman, meristem ataupun embrio tanaman (Gonzales-Arnao & Engelmann, 2006). Penelitian tentang dehidrasi embrio tumbuhan secara kimiawi telah banyak dilaporkan sebelum embrio tersebut disimpan pada suhu rendah maupun ultra rendah untuk tujuan konservasi. Embrio zigotik Castanea sativa berhasil diturunkan kadar airnya dari 93 % menjadi 17 % (berat basah) tanpa kehilangan kemampuan untuk berkecambah dengan cara direndam dalam larutan 0.7 M sukrosa dan dikeringkan di dalam laminar air flow selama 6 jam (Correodoira, et al., 2004). Embrio zigotik tanaman hantap (Sterculia cordata) berhasil didehidrasi dengan menggunakan larutan 0,75 M sukrosa selama 3 hari dengan tingkat keberhasilan mencapai 80 % (Nadarajan et al., 2007). Embrio zigotik tanaman palma Bactris gasipaes Kunth. juga berhasil didehidrasi dengan menggunakan 1 M sukrosa selama 24 jam dan diikuti dengan pengeringan dengan menggunakan laminar air flow selama 4 jam guna menurunkan kadar air di dalam embrio dari 87% menjadi 18 % tanpa kehilangan kemampuan germinasi (Steinmacher et al., 2007).

20 27 Pada kelapa (Cocos nucifera L), beberapa penelitian telah dilakukan untuk mendehidrasi embrio secara kimiawi. Senyawa yang umum digunakan adalah sukrosa atau glukosa dan beberapa penelitian lain menambahkan beberapa senyawa krioprotektan seperti gliserol, DMSO, atau sorbitol seperti tampak pada Tabel 2.1. Penelitian dehidrasi embrio kelapa pertama kali dilaporkan oleh Assy- Bah & Engelmann (1992) dengan menggunakan medium in vitro dengan penambahan 600 g/l glukosa dan 15% gliserol dalam LAF (laminar air flow) selama 24 jam. Embrio yang digunakan tersebut terdiri dari 4 kultivar kelapa yaitu hybrid PB 121, Genjah Merah Kamerun, Dalam India, serta Dalam Rene11 yang berumur bulan setelah penyerbukan. Prosentase embrio yang berhasil tumbuh setelah dilakukan dehidrasi dapat mencapai 93%. Tabel 2.1 Perkembangan penelitian dehidrasi embrio kelapa secara kimiawi Senyawa yang digunakan Dehidrasi dan waktu (jam) Kelulushi dupan (%) Berkecamb ah (%) Berkecm bah normal (%) Sumber Glukosa + Gliserol 15% LAF (4) Na Na Assy-bah & Engelmann, 1992 Sukrosa 2 M Silica gel (7) Na 68,8 Na Sukrosa 3 M Silika gel (7) Na 47,9 Na Glukosa Silica gel 160 Na 93,5 Na g (48) Glukosa LAF (34) Na 85 Na Glukosa 3.33 M + Gliserol 15 % LAF (4) Glukosa 3.33 M + Gliserol 15 % LAF (12) Glukosa 3.33 M + Gliserol 15 % LAF (24) Sajini et al., 2006 N nan et al., 2012 Sisunandar et al., 2012 Glukosa 3.33 M + Gliserol 15 % LAF (6) Glukosa 3.33 M + Gliserol 15 % LAF (12) Glukosa 3.33 M + Gliserol 15 % LAF (18) Glukosa 3.33 M + Gliserol 15 % LAF (24) Masrur et al., 2016

21 28 Sajini et al. (2006) juga telah melaporkan teknik dehidrasi embrio kelapa West Coast Tall dengan menggunakan 2 M sukrosa selama 24 jam dilanjutkan dengan menggunakan silica gel sehingga kadar air menurun dari 81,98% menjadi berkisar 30%. Teknik tersebut menghasilkan persentase embrio yang mampu berkecambah sebesar 68,8%. Penelitian lain dilaporkan oleh N Nan et al. (2012) dengan menggunakan medium yang berisi 3,2 M glukosa dan ditempatkan dalam LAF selama 34 jam ataupun menggunakan silica gel selama 48 jam yang diujikan pada 10 kultivar kelapa yang berbeda dan mampu menurunkan kadar air bervariasi antara 0.25 hingga 0.65 g g -1 Teknik tersebut mampu menghasilkan embrio yang berhasil berkecambah mencapai 94 %. Teknik dehidrasi embrio kelapa dengan menggunakan larutan glukosa 3,3 M dan gliserol 15 % dan ditempatkan dalam LAF (laminar air flow) selama 16 jam juga telah dilaporkan untuk menurunkan kadar air di dalam embrio kelapa dari 77% menjadi 29%. Teknik tersebut mampu memberikan prosentase kelulushidupan mencapai 93%, serta prosentase embrio yang mampu berkecambah sekitar 63 % setelah dilakukan dehidrasi (Sisunandar et al., 2012). Teknik serupa juga dilaporkan untuk mengeringkan embrio Kelapa Banyumas selama 6 jam sehingga kadar air di dalam embrio kelapa turun dari 71% menjadi 36%. Perlakuan tersebut mampu menghasilkan embrio yang tetap berkecambahan secara normal mencapai sekitar 78 % (Masrur et al., 2016). Embrio kelapa yang telah didehidrasi selanjutnya dapat disimpan dalam suhu rendah (Sisunandar et al., 2012) ataupun disimpan dalam suhu ultra rendah (Sisunandar et al., 2010). Namun demikian, embrio kelapa yang telah didehidrasi

22 29 belum pernah dicoba untuk dikirimkan ke tempat lain yang membutuhkan. Oleh karena itu pada penelitian ini dilaporkan upaya mencari teknik dehidrasi embrio kelapa Banyumas yang terbaik untuk digunakan dalam perlakuan embrio sebelum embrio tersebut dikirim ke daerah lain yang membutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman tropis yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman tropis yang memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman tropis yang memiliki banyak manfaat dan banyak dibudidayakan di Indonesia. Daun kelapa yang masih muda dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan salah satu tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan salah satu tanaman yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan salah satu tanaman yang banyak dibudidayakan dihampir seluruh negara tropis di dunia termasuk Indonesia. Indonesia mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengekspor kelapa kering (desiccated coconut) sebanyak 75,9 ribu ton

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengekspor kelapa kering (desiccated coconut) sebanyak 75,9 ribu ton 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kelapa (Cocos nucifera L) merupakan salah satu komoditi perkebunan yang sangat penting bagi Indonesia. Pada tahun 2014, Indonesia merupakan negara penghasil

Lebih terperinci

TANAMAN PERKEBUNAN. Kelapa Melinjo Kakao

TANAMAN PERKEBUNAN. Kelapa Melinjo Kakao TANAMAN PERKEBUNAN Kelapa Melinjo Kakao 1. KELAPA Di Sumatera Barat di tanam 3 (tiga) jenis varietas kelapa, yaitu (a) kelapa dalam, (b) kelapa genyah, (c) kelapa hibrida. Masing-masing mempunyai karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hampir semua bagian dari tanaman kelapa baik dari batang, daun dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hampir semua bagian dari tanaman kelapa baik dari batang, daun dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa merupakan salah satu tanaman yang terpenting dalam perekonomian Indonesia. Hampir semua bagian dari tanaman kelapa baik dari batang, daun dan buah mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Batang kelapa dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Batang kelapa dapat digunakan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman yang serbaguna karena seluruh bagian dari pohon dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Batang, daging

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa (Cocos nucifera L) disebut pohon kehidupan, karena hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa (Cocos nucifera L) disebut pohon kehidupan, karena hampir semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa (Cocos nucifera L) disebut pohon kehidupan, karena hampir semua bagian dari pohon yaitu akar, batang, daun dan buahnya dapat dipergunakan untuk kebutuhan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif. Perbanyakan tanaman secara generatif biasanya dilakukan melalui biji dan mengalami penyerbukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) Standar Nasional Indonesia Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana) SNI 01-7158-2006 Standar Nasional Indonesia Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

KELAPA. (Cocos nucifera L.)

KELAPA. (Cocos nucifera L.) KELAPA (Cocos nucifera L.) Produksi tanaman kelapa selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, juga diekspor sebagai sumber devisa negara. Tenaga kerja yang diserap pada agribisnis kelapa tidak sedikit,

Lebih terperinci

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. 2.1 Biologi dan Peran Kelapa dalam Kehidupan Manusia. 2n = 32 dan termasuk tumbuhan monokotil dalam family Arecaceae dan satu

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. 2.1 Biologi dan Peran Kelapa dalam Kehidupan Manusia. 2n = 32 dan termasuk tumbuhan monokotil dalam family Arecaceae dan satu 11 BAB II TIJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi dan Peran Kelapa dalam Kehidupan Manusia 2.1.1 Deskripsi Kelapa Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman tropis dengan kromosom 2n = 32 dan termasuk tumbuhan monokotil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Biologi Kelapa dan Peran Kelapa bagi Manusia (Cocos nucifera L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Biologi Kelapa dan Peran Kelapa bagi Manusia (Cocos nucifera L.) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kelapa dan Peran Kelapa bagi Manusia (Cocos nucifera L.) 2.1.1 Deskripsi Kelapa Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman anggota keluarga Arecaceae dan satu-satunya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Biologi Kelapa dan Peran kelapa bagi Manusia (Cocos nucifera L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Biologi Kelapa dan Peran kelapa bagi Manusia (Cocos nucifera L.) 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kelapa dan Peran kelapa bagi Manusia (Cocos nucifera L.) 2.1.1 Deskripsi Kelapa Kelapa (Cocos nucifera L) merupakan tanaman yang berasal dari famili Arecaceae dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Nira adalah cairan yang rasanya manis dan diperoleh dari bagian tandan

PENDAHULUAN. Nira adalah cairan yang rasanya manis dan diperoleh dari bagian tandan PENDAHULUAN Latar Belakang Nira adalah cairan yang rasanya manis dan diperoleh dari bagian tandan bunga jantan tanaman penghasil nira seperti aren, kelapa, tebu, bit, sagu, kurma, nipah, siwalan, mapel,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan merupakan salah satu sumber devisa negara. Daerah penghasil kelapa di Indonesia antara lain Sulawesi Utara,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Kedelai Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja atau Soja max, tetapi pada tahun 1984 telah disepakati nama botani yang

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

4.3.10. Pokok Bahasan 10: Pengamatan Panen. Tujuan Intruksional Khusus:

4.3.10. Pokok Bahasan 10: Pengamatan Panen. Tujuan Intruksional Khusus: 108 4.3.10. Pokok Bahasan 10: Pengamatan Panen Tujuan Intruksional Khusus: Setelah mengikuti course content ini mahasiswa dapat menjelaskan kriteria, komponen dan cara panen tanaman semusim dan tahunan

Lebih terperinci

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA Oleh Fetrie Bestiarini Effendi A01499044 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanaman Kelapa 1. Akar Akar serabut, jumlah 2.000 4.000 helai/phn, kebanyakan berada di permukaan tanah bisa mencapai 15 m sebagian masuk ke dlm tanah sampai 3,5

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai Cabai merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Selatan. Cabai dikenal di Eropa pada abad ke-16, setelah diintroduksi oleh Colombus saat perjalanan pulang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Setelah perkecambahan, akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

PENETAPAN BPT KELAPA DALAM SEBAGAI BENIH SUMBER DI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Oleh Yeany M. Bara Mata, SP

PENETAPAN BPT KELAPA DALAM SEBAGAI BENIH SUMBER DI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Oleh Yeany M. Bara Mata, SP PENETAPAN BPT KELAPA DALAM SEBAGAI BENIH SUMBER DI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Oleh Yeany M. Bara Mata, SP (PBT Pertama - Dinas Pertanian dan Perkebunan Propinsi NTT) Tanaman kelapa

Lebih terperinci

MENGENAL KELAPA DALAM UNGGUL LOKAL ASAL SULAWESI UTARA (Cocos nucifera. L) Eko Purdyaningsih,SP PBT Ahli Muda BBPPTPSurabaya

MENGENAL KELAPA DALAM UNGGUL LOKAL ASAL SULAWESI UTARA (Cocos nucifera. L) Eko Purdyaningsih,SP PBT Ahli Muda BBPPTPSurabaya A. Pendahuluan MENGENAL KELAPA DALAM UNGGUL LOKAL ASAL SULAWESI UTARA (Cocos nucifera. L) Eko Purdyaningsih,SP PBT Ahli Muda BBPPTPSurabaya Kelapa (Cocos nucifera. L) merupakan tanaman yang sangat dekat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai. Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai. Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari sebuah akar tunggang yang terbentuk dari calon akar,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Bunga gladiol yang berasal dari daratan Afrika Selatan ini memang sangat indah. Bunga ini simbol kekuatan, kejujuran, kedermawanan, ketulusan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Jagung Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada malai dan bunga betina terletak pada tongkol di pertengahan batang secara terpisah tapi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Kelapa termasuk jenis Palmae yang bersel satu (monokotil). Batang tanaman tumbuh lurus ke atas dan tidak bercabang. Adakalanya pohon kelapa dapat bercabang, namun hal

Lebih terperinci

MINYAK KELAPA DAN VCO. Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

MINYAK KELAPA DAN VCO. Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd MINYAK KELAPA DAN VCO Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd putri_anjarsari@uny.ac.id Kelapa Nama Binomial : Cocos nucifera Akar Batang Daun Tangkai anak daun Tandan bunga (mayang) Cairan tandan bunga Buah Sabut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Kelapa Sawit Pohon kelapa sawit terdiri dari pada dua spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan untuk pertanian komersial dalam pengeluaran minyak kelapa sawit.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai keanekaragaman tanaman hortikultura meliputi tanaman buah, tanaman sayuran dan tanaman hias. Menurut Wijaya (2006), Indonesia

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. Sifat dan perilaku tanaman kopi dapat dipelajari dari sisi biologinya. Artikel ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan tentang beberapa aspek biologi

Lebih terperinci

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 KENTANG (Disarikan dari PPPVH 2004) Direktorat Perbenihan Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura I. UJI ADAPTASI 1. Ruang Lingkup

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tinggal bercabang banyak dan berwarna kuning pucat atau abu-abu sampai merah

TINJAUAN PUSTAKA. tinggal bercabang banyak dan berwarna kuning pucat atau abu-abu sampai merah TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman akar wangi termasuk keluarga Gramineae, berumpun lebat, akar tinggal bercabang banyak dan berwarna kuning pucat atau abu-abu sampai merah tua. Rumpun tanaman akar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Paprika Tanaman paprika (Capsicum annum var. grossum L.) termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, famili Solanaceae dan genus Capsicum. Tanaman paprika merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman setelah perkecambahan. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Caisin Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan tanaman asli Asia. Caisin dibudidayakan di Cina Selatan dan Tengah, di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia,

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS Nama : Anugrah Kurniadi NIM : 10.11.3965 Kelas : S1TI-2F STMIK AMIKOM YOGYAKARTA MENDULANG RUPIAH DARI KELAPA ABSTRAK Peluang usaha dari manfaat kelapa Indonesia merupakan tempat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Gladiol Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis (Herlina, 1991). Tanaman gladiol berasal dari Afrika Selatan dan menyebar di Asia dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

Perkembangbiakan Tanaman

Perkembangbiakan Tanaman SERI LEMBARAN FAKTA TENTANG Penyimpanan Benih & Perkembangbiakan Tanaman Dikembangkan oleh Yayasan IDEP Dengan dukungan dari the Seed Savers Network Apakah Anda ingin menanam tanaman yang lebih sehat sambil

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EMBRIO KELAPA KOPYOR (Cocos nucifera L.) PADA BERBAGAI MODIFIKASI MEDIA KULTUR IN-VITRO SKRIPSI

PERTUMBUHAN EMBRIO KELAPA KOPYOR (Cocos nucifera L.) PADA BERBAGAI MODIFIKASI MEDIA KULTUR IN-VITRO SKRIPSI PERTUMBUHAN EMBRIO KELAPA KOPYOR (Cocos nucifera L.) PADA BERBAGAI MODIFIKASI MEDIA KULTUR IN-VITRO SKRIPSI Oleh : SILTA RESLITA BR GINTING 0925010003 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah 3 TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Hillel (1998) menyatakan bahwa tanah yang padat memiliki ruang pori yang rendah sehingga menghambat aerasi, penetrasi akar, dan drainase. Menurut Maryamah (2010) pemadatan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) termasuk ke dalam Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Fabales, Famili : Fabaceae, Genus : Pachyrhizus, Spesies

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

Peluang Investasi Agribisnis Jagung

Peluang Investasi Agribisnis Jagung Halaman1 Peluang Investasi Agribisnis Jagung Jagung termasuk tanaman yang Familiar bagi sebagian masyarakat. Seiring dengan perkembangan teknologi, saat ini banyak beredar jenis jagung. Untuk lebih mengenal

Lebih terperinci

Stratifikasi III. METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Waktu dan Tempat Penelitian

Stratifikasi III. METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Waktu dan Tempat Penelitian DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN... ii KATA PENGANTAR... iii ABSTRAK... v ABSTRACT... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xi I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. tebu, bit, maple, siwalan, bunga dahlia dan memiliki rasa manis. Pohon aren adalah

I PENDAHULUAN. tebu, bit, maple, siwalan, bunga dahlia dan memiliki rasa manis. Pohon aren adalah I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Sorgum Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae (Poaceae). Tanaman ini telah lama dibudidayakan namun masih dalam areal yang terbatas. Menurut

Lebih terperinci

(Prihatman,2000). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Amerika Tengah (Rabani, 2009; Swennen & Ortiz, 1997).

(Prihatman,2000). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Amerika Tengah (Rabani, 2009; Swennen & Ortiz, 1997). II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Taksonomi Tanaman Pisang Pisang (Musa spp.) merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia (Prihatman,2000).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Jagung Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung termasuk dalam keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan

Lebih terperinci

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Botani Tanaman gandum Menurut Laraswati (2012) Tanaman gandum memiliki klasifikasi sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Tanaman Pisang Pisang (Musa spp.) merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia (Prihatman,2000).

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Buncis Buncis berasal dari Amerika Tengah, kemudian dibudidayakan di seluruh dunia di wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan 14 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gladiol Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan pada bentuk daunnya yang sempit dan panjang seperti pedang. Genus gladiolus terdiri

Lebih terperinci

MENILIK KELAPA & MINYAKNYA UNTUK BERBAGAI PELUANG USAHA

MENILIK KELAPA & MINYAKNYA UNTUK BERBAGAI PELUANG USAHA MENILIK KELAPA & MINYAKNYA UNTUK BERBAGAI PELUANG USAHA (Untuk Memenuhi Tugas Dari Mata Kuliah Lingkungan Bisnis) DISUSUN OLEH: IRFAN FAUZIANSYAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 10.11.4409 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Dalam taksonomi tumbuhan, tebu tergolong dalam Kerajaan Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas Monocotyledoneae, Ordo Glumaceae, Famili Graminae, Genus

Lebih terperinci

TUGAS KULIAH PAPER TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH Teknologi Pembibitan Anggrek melalui Kultur Jaringan

TUGAS KULIAH PAPER TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH Teknologi Pembibitan Anggrek melalui Kultur Jaringan TUGAS KULIAH PAPER TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH Teknologi Pembibitan Anggrek melalui Kultur Jaringan ANGGOTA KELOMPOK 1: Nimas Ayu Kinasih 115040201111157 Nur Izzatul Maulida 115040201111339 KELAS L PROGRAM

Lebih terperinci

PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015

PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015 PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015 DESKRIPSI VARIETAS LADA LADA VAR. NATAR 1 SK Menteri Pertanian nomor : 274/Kpts/KB.230/4/1988 Bentuk Tangkai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.) Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil perennial dengan periode regenerasi yang panjang sekitar 20 tahun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Tanaman Jagung - Akar Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia 57 PEMBAHASAN Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia Hasil pertemuan yang dilakukan pengusaha sumber benih kelapa sawit yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Perkebunan pada tanggal 12 Februari 2010,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Jagung Manis Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea mays saccarata L. Menurut Rukmana ( 2009), secara sistematika para ahli botani mengklasifikasikan

Lebih terperinci

Lampiran 4. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 HST

Lampiran 4. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 HST Lampiran 4. Deskripsi Varietas TM 999 F1 Golongan : hibrida Bentuk tanaman : tegak Tinggi tanaman : 110-140 cm Umur tanaman : mulai berbunga 65 HST mulai panen 90 HST Bentuk kanopi : bulat Warna batang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Berbagai jenis tumbuhan di Indonesia mempunyai banyak manfaat bagi. kelangsungan hidup manusia. Salah satunya adalah tanaman aren (Arenga

PENDAHULUAN. Berbagai jenis tumbuhan di Indonesia mempunyai banyak manfaat bagi. kelangsungan hidup manusia. Salah satunya adalah tanaman aren (Arenga PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan wilayah yang memiliki kekayaan alam melimpah. Berbagai jenis tumbuhan di Indonesia mempunyai banyak manfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Salah satunya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Latin, seperti Peru, Ekuador, dan Meksiko. Selanjutnya, tomat menyebar ke seluruh Amerika,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asam Salisilat 1. Struktur Kimia Asam Salisilat Struktur kimia asam salisilat dan turunannya dapat dilihat pada Gambar 2 : Gambar 2. Struktur kimia asam salisilat dan turunannya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae,

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman: Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo : Euphorbiales, Famili

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saninten (Castanopsis argentea Blume A.DC) Sifat Botani Pohon saninten memiliki tinggi hingga 35 40 m, kulit batang pohon berwarna hitam, kasar dan pecah-pecah dengan permukaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil yang secara taksonomi diklasifikasikan ke dalam ordo Palmales, Famili Palmae, Subfamili Cocoidae,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian

II. TINJAUAN PUSTAKA. terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terung Ungu 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Terung Ungu Terung merupakan tanaman asli daerah tropis yang diduga berasal dari Asia, terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit diperkirakan berasal dari Afrika Barat dan Amerika Selatan. Tanaman ini lebih berkembang di Asia Tenggara. Bibit kelapa sawit pertama kali masuk ke Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Seledri Kedudukan tanaman seledri dalam taksonomi tumbuhan, diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisi Sub-Divisi Kelas Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk kedalam famili Solanaceae. Terdapat sekitar 20-30 spesies yang termasuk kedalam genus Capsicum, termasuk diantaranya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Tanaman Sorgum Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. Tanaman ini sudah lama dikenal manusia sebagai penghasil pangan, dibudidayakan

Lebih terperinci