BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Biologi Kelapa dan Peran Kelapa bagi Manusia (Cocos nucifera L.)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Biologi Kelapa dan Peran Kelapa bagi Manusia (Cocos nucifera L.)"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kelapa dan Peran Kelapa bagi Manusia (Cocos nucifera L.) Deskripsi Kelapa Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman anggota keluarga Arecaceae dan satu-satunya anggota genus Cocos yang diyakini memiliki asal-usul dari daerah pesisir (zona littoral) Asia tenggara (Indonesia, Malaysia, Filipina) dan Melanesia (Chan & Elevitch, 2006). Pada zaman prasejarah diyakini kelapa liar (Niu kafa) menyebar ke arah timur melalui arus laut ke pulau tropis pasifik (Melanesia, Polynesia, dan Mikronesia) dan ke barat pesisir India, Sri lanka, Afrika Timur, dan pulau-pulau tropis (misalnya Seychelles, Andaman dan Mauritius) di Samudera Hindia. Selain melalui arus laut, penyebaran kelapa diyakini melalui perpindahan manusia dalam rangka perdagangan seperti dilakukan oleh bangsa Melayu dan Arab sekitar 3000 tahun yang lalu menyebarkan kelapa ke barat India, Sri Lanka, dan Afrika Timur. Kelapa diperkenalkan ke Afrika Barat dan Karibia (termasuk pantai Atlantik, Amerika Tengah) pada abad 16 oleh penjelajah Eropa (Chan & Elevitch, 2006). Saat ini kelapa telah tumbuh di lebih 200 negara dan ditemukan didaerah antara 23 0 lintang utara dan 23 0 lintang selatan (Gomes-Copeland et al., 2015). Selain itu, kelapa yang pada awalnya merupakan tanaman yang dekat dengan pantai mulai menyebar ke pedalaman dan sekarang tumbuh di berbagai macam jenis tanah sampai dengan ketinggian 600 m di khatulistiwa (Chan & Elevitch, 2006). Tanaman kelapa dapat tumbuh optimal pada suhu 28 0 C, dengan 12

2 13 kelembapan relatif yang lebih besar dari 60 % serta tidak ada defisit air pada tanah ataupun kelebihan air salinitas pada tanah. Kelapa tumbuh optimal dengan curah hujan mencapai total 2000 mm pertahun (Foale & Harries, 2011). A B C F E D Gambar 2.1 Morfologi reproduksi dari kultivar Kelapa Dalam Borneo (Borneo tall / BONT) (A) tanaman kelapa umur kurang lebih 10 tahun, (B) tandan buah, (C) bunga dewasa kelapa karena sudah membuka, (D) bunga betina, menghasilkan nektar untuk menarik penyerbukan, (E) bunga jantan, menghasilkan benang sari yang mulai perkembang dari atas ke pangkal, (F) Buah kelapa, sekitar bulan setelah penyerbukan (COGENT network, 2013; Ratnambal et al., 2010; Anonim, 2016).

3 14 Kelapa (Gambar 2.1) merupakan tanaman monokotil yang memiliki sistem perakaran serabut (Chan & Elevitch, 2006; Ohler & Magat, 2016). Setiap pohon kelapa memiliki akar serabut sekitar buah dengan diameter sekitar 1 cm. Pada umumnya akar kelapa ditemukan sampai kedalaman 5 m pada tanah yang berpasir atau berdrainase baik. Sebagian besar akar ditemukan pada kedalaman 1,5 m (Ohler & Magat, 2016). Tanaman kelapa memiliki batang berbentuk silinder, tegak atau sering melengkung atau miring, dengan diameter cm (van Steenis, 1987). Batang kelapa umumnya berwarna abu-abu terang tidak bercabang dan mempunyai bekas daun berbentuk cincin serta tidak memiliki duri pada batangnya (van Steenis, 1987; Ohler & Magat, 2016). Pada ujung batang terdapat daun kelapa yang membentuk roset batang (mahkota). Daun kelapa tersusun pada batang dengan pola spiral pada filotaksis 2/5, yaitu daun keenam selalu berada di atas daun pertama (Foale, 2003). Jumlah daun kelapa pada setiap mahkota sebanyak antara helaian yang terbuka, sedangkan sekitar 40 daun masih terlipat berbentuk tombak. Panjang helaian daun antara 4,5-7 m dengan tangkai daun memiliki panjang antara 0,50-1,50 m. Kelapa memiliki warna tangkai daun bervariasi yang mengindikasikan warna buah. Warna tangkai daun tergantung kultivar kelapa (van Steenis, 1987; Chan & Elevitch, 2006; Ohler & Magat, 2016). Daun kelapa merupakan daun majemuk menyirip dengan jumlah anak daun mencapai sekitar 120 buah dengan ukuran lebar 1,5-5 cm dan panjang cm (van Steenis, 1987; Ohler & Magat, 2016).

4 15 Pada tanaman kelapa yang sudah dewasa, di setiap ketiak daun muncul satu buah sistem perbungaan (karangan bunga atau tongkol bunga) (van Steenis, 1987). Tanaman kelapa memiliki bunga tongkol majemuk dengan bunga betina dan jantan terletak pada kuntum bunga yang terpisah namun berada pada sistem perbungaan yang sama (Tjitrosoepomo, 2000; Ohler & Magat, 2016). Setiap sistem perbungaan tersusun atas buah spikelet (cabang karangan) yang dilindungi oleh seludang bunga (mancung/spata) (Chan & Elevitch, 2006). Setiap spikelet (cabang karang) memiliki sekitar bunga jantan dan beberapa bunga betina pada bagian pangkal tergantung kultivar (Ohler & Magat, 2016). Setiap tahun, kelapa dapat menghasilkan sistem perbungaan antara buah (Chan & Elevitch, 2006). Bunga jantan memiliki panjang sekitar 9 mm, dengan 3 buah sepal kecil dan 3 buah kelopak besar serta 6 benang sari. Bunga betina berbentuk bulat dengan diameter 2,5-3 cm. Bunga betina memiliki perhiasan bunga berdaging yang menempel pada bakal buah, dengan bakal buah beruang 3, tidak memiliki tangkai putik, dengan kepala putik seperti celah yang tenggelam (van Steenis, 1987). Setelah terjadi penyerbukan, bunga betina selanjutnya berkembang membentuk buah kelapa. Buah kelapa akan matang bulan kemudian sesudah terjadinya penyerbukan (Ohler & Magat, 2016). Buah kelapa berbentuk bulat telur (Round) sampai memanjang (Angeled), tergantung kultivar (International Plant Genetic Resources Institute (IPGRI), 1995; Ohler & Magat, 2016). Buah kelapa (Gambar 2.2) memiliki panjang cm dan berat antar grm (Chan & Elevitch, 2006; Ohler & Magat, 2016). Buah kelapa

5 16 memiliki kulit luar (exocarp) yang tipis (0,1 mm), keras, dan halus serta warna yang bervariasi tergantung kultivar. Lapisan dibawah kulit luar merupakan lapisan tebal yang berserat (mesocarp) dengan ketebalan antara 4-8 cm. Lapisan terdalam dari kulit buah (endocarp), berupa batok yang keras dan berwarna coklat (Ohler & Magat, 2016) Exocarp (kulit luar) 2. Mesocarp (sabut) 3. Embrio 4. Endocarp (batok) 5. Testa (lapisan kulit tipis yang keras 6. Endosperm padat (daging buah) 7. Endosperm cair (air kelapa Gambar 2.2 Morfologi buah dari kultivar Kelapa Dalam Borneo (Borneo tall / BONT) dari lapisan luar sampai ke dalam (COGENT network, 2013; Ratnambal et al., 2010). Di dalam endocarp ditemukan biji kelapa yang terdiri atas lapisan kulit tipis yang keras (testa), endosperm yang padat (daging buah) serta endosperm cair (air kelapa). Pada daging buah terdapat embrio yang berukuran bervariasi dengan panjang sekitar 0,5-1 cm dan diameter sekitar 0,5 cm serta berat yang sekitar 0,1 g tergantung kulivar dan umur embrio (Foale, 2003; Sisunandar et al., 2014; Ohler & Magat, 2016). Embrio terletak pada sisi pangkal buah yang terdapat tiga mata lembaga. Di antara ketiga mata lembaga tersebut terdapat satu buah mata

6 17 lembaga yang lunak tempat keluarnya tunas sewaktu embrio berkecambah (Gambar 2.3) (Ohler & Magat, 2016). A B C D E F Gambar 2.3 Embrio kelapa dan perkecambahannya, (A) 3 mata lembaga, (B) embrio pada endosperm (dilihat secara membujur / atas), (C) embrio pada endosperm (dilihat secara melintang / samping), (D) embrio kelapa yang sudah tumbuh ditandai munculnya tunas dan akar dari salah satu mata lembaga, (E) houstorium membesar, (F) penampang utuh embrio yang tumbuh terlepas dari batok (Newton saplle, 2016). Buah kelapa yang telah matang mulai berkecambah segera setelah panen tanpa diikuti masa dormansi (rekalsitrant). 2 4 minggu setelah panen, embrio bagian apikal tumbuh dan muncul dari batok melalui mata lembaga yang lunak sedangkan pada bagian dorsal akan berkembang menjadi haustorium yang lembut dan berasa manis (Ohler & Magat, 2016). Tunas dan akar primer muncul dari massa apikal sekitar 8 minggu setelah panen. Daun pertama muncul 5 minggu kemudian serta menjadi bibit siap tanam setelah sekitar 1 tahun setelah panen (Ohler & Magat, 2016).

7 Kultivar Berdasarkan morfologinya (Gambar 2.4), tanaman kelapa dibedakan menjadi dua tipe yaitu kelapa tipe dalam (tall) dan kelapa tipe genjah (dwarf; Foale & Harries, 2011). Kelapa dalam dapat dibedakan dengan kelapa genjah secara cepat karena kelapa dalam memiliki batang yang besar dengan pangkal yang membesar membentuk bole, sedangkan kelapa genjah memiliki batang yang lebih kecil dan pangkal tanpa membentuk bole. Pada umur yang sama, kelapa dalam memiliki batang yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelapa genjah (Foale, 2003; Chan & Elevitch, 2006). Kelapa dalam juga memiliki umur yang lebih panjang (bisa mencapai lebih dari 100 tahun) dibandingkan dengan kelapa genjah (sekitar 60 tahun)(ohler & Magat, 2016). Daun kelapa dalam juga lebih besar dan panjang dibandingkan dengan kelapa genjah (Foale, 2003). A B C D Gambar 2.4 Kultivar (A) Kelapa dalam Tenga (Tenga Tall/ TGT) dan (B) kelapa genjah Raja coklat (Raja Brown Dwarf / RBD01), (C) pangkal batang kelapa dalam yang memebentuk bole, (D) pangkal batang kelapa genjah yang tidak membentuk bole (Foale, 2003; Balai penelitian dan pengembangan perkebunan, 2007; Bourdeix R et al., 2010; Novarianto & Bourdeix, 2010).

8 19 Perbedaan kelapa dalam dengan kelapa genjah juga dapat diamati dari buahnya. Kelapa dalam mulai menghasilkan buah pada umur sekitar 6-8 tahun, dengan buah yang memiliki ukuran relatif besar dan jumlah per tandan relatif sedikit. Pada kelapa genjah, buah umumnya mulai dihasilkan setelah kelapa berumur 4-5 tahun dengan ukuran buah yang relatif kecil dibadingkan dengan buah kelapa dalam, serta memiliki jumlah buah per tandan relatif besar (Foale & Harries, 2011; Ohler & Magat, 2016). Pada umumnya kelapa dalam memiliki bunga bersifat protrandris (proterandri), yaitu bunga jantan lebih dahulu matang dibadingkan dengan bunga betina (Tjitrosoepomo, 2000). Akibatnya, kelapa dalam pada umumnya melakukan penyerbukan silang dan bersifat heterozigot. Hal tersebut tidak terjadi pada kelapa genjah, dimana bunga jantan matang hampir bersamaan dengan bunga betina sehingga mayoritas kelapa genjah melakukan penyerbukan sendiri dan bersifat homozigot (Foale & Harries, 2011). Kultivar kelapa dinamai dengan dua kata (Bourdeix, 2012). Kata pertama dapat menunjukkan tempat (pulau atau negara) mereka ditemukan, nama tradisional yang sudah dikenal, ciri-ciri yang menonjol atau kombinasi dari nama di atas. Pada kelapa genjah ditambahkan warna buah jika warna tersebut telah diketahui bersifat homozigot. Kata kedua menunjukkan kelapa tersebut tergolong kelapa dalam atau kelapa genjah. Sebagai contoh kelapa dalam bali (Bali tall) merupakan kultivar kelapa dalam yang berasal dari pulau Bali. Kelapa dalam tebu (Tebu sweet husk tall) merupakan kelapa dalam yang memiliki sabut yang manis seperti tebu. Contoh lain seperti genjah hijau Jombang (Jombang Green Dwarf)

9 20 merupakan kultivar kelapa genjah yang memiliki warna buah hijau dan berasal dari Jombang, Jawa Timur (Chan & Elevitch, 2006; Ohler & Magat, 2016). Demikian pula dengan genjah hijau kopyor (Kopyor green dwarf) merupakan kelapa genjah yang memiliki buah berwarna hijau dan endosperm yang hancur (kopyor). Pada tahun 2012, Indonesia memiliki 105 kultivar yang terdiri dari 82 kelapa dalam dan 23 kelapa genjah (Bourdeix, 2012). Angka tersebut hampir seperempat dari keseluruhan kultivar kelapa yang ditemukan di dunia. Pada saat ini ditemukan sebanyak 419 kultivar kelapa diseluruh dunia yang terdiri atas 319 kelapa dalam dan 100 kultivar kelapa genjah (Bourdeix, 2012). Meskipun demikian, di Indonesia diperkirakan masih banyak kultivar kelapa yang belum terpublikasi secara resmi. Salah satu daerah di Indonesia yang mempunyai jenis kelapa (kultivar) yang belum terpublikasi secara resmi adalah Kabupaten Banyumas. Luas area perkebunan kelapa di kabupaten Banyumas sekitar 18 ribu Hektar dengan jumlah pohon kelapa sekitar 1,7 juta pohon (Husein, 2014). Di Kabupaten Bayumas paling tidak dikenal dua jenis kelapa yang belum dilepas secara resmi oleh pemerintah, yakni Kelapa Dalam Banyumas (KDB) dan Kelapa Genjah Entog (KGE). KDB tersebar di kebun-kebun rakyat di desa Karang Gedang, Kemiri, kecamatan Sumpiuh, sedangkan KGE tersebar di dua kecamatan, yakni Cilongok dan Ajibarang (SK Direktur Jenderal Perkebunan, Nomor:53/KB.820/SK/DJ.BUN/ ). Kedua wilayah tesebut telah ditetapkan sebagai kebun blok penghasil tinggi penghasil benih guna memenuhi kebutuhan

10 21 benih kelapa. Namun demikian, upaya pelestarian kedua plasma nutfah terbetu belum dilakukan, oleh karena itu langkah-langkah penelitian guna pelestariannya perlu segera dilakukan Nilai Sosial-Ekonomi Kelapa Kelapa merupakan tree of life (pohon kehidupan) karena hampir semua bagian tanaman tersebut bermanfaat bagi kehidupan manusia (Foale, 2003). Akar kelapa digunakan sebagai bahan baku kerajinan pada masyarakat Bali (Pratiwi & Sutara, 2013). Akar kelapa juga banyak digunakan untuk menurunkan suhu tubuh pada penderita demam (antipiretik) maupun sebagai obat untuk meningkatkan produksi urin (diuretik; Ohler & Magat, 2016). Batang kelapa yang lurus secara umum dapat kita temui digunakan oleh masyarakat sebagai bahan baku bangunan (Pannetier & Buffard-Morel, 1986; Ohler & Magat, 2016). Selain itu, batang kelapa juga banyak digunakan sebagai furniture, alat rumah tangga, maupun hiasan rumah (Foale, 2003; Ohler & Magat, 2016). Daun kelapa digunakan oleh masyarakat sebagai atap, daun yang dianyam menjadi tikar, keranjang, tas, topi, wadah untuk makanan, dan tulang jari daun (lidi) dapat digunakan sebagai sapu (Foale, 2003; Ohler & Magat, 2016). Selain itu, tangkai daun dan daun yang kering dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk tungku tradisional (Foale, 2003). Di samping nilai ekonominya yang tinggi, daun kelapa juga mempunyai nilai sosial yang tinggi. Bagi masyarakat di Indonesia, daun kelapa digunakan sebagai perlengkapan dalam upacara adat maupun kegiatan keagamaan lainnya (Pratiwi & Sutara, 2013).

11 22 Bunga kelapa yang masih muda juga dapat disadap untuk menghasilkan nira. Nira mengandung sekitar 15 % sukrosa sehingga dapat digunakan untuk menghasilkan gula kelapa maupun gula semut (gula kristal; Ohler & Magat, 2016). Nira juga dapat diminum secara langsung atau diolah lebih lanjut untuk menghasilkan alkohol. Dalam satu satu hari, dapat dihasilkan nira dalam sekitar 1 liter untuk setiap pohon kelapa (Foale, 2003). Buah kelapa merupakan bagian terpenting dari tanaman kelapa yang memiliki nilai guna yang tinggi bagi masyarakat. Sabut kelapa banyak digunakan untuk membuat tali, karpet, tikar dan geo-tekstil, bahan pembuatan sikat, kasur, maupun jok (Foale, 2003). Selain itu, sabut kelapa yang dihancurkan/ tepung (cocopeat) dapat digunakan untuk campuran kompos, bahan bangunan ringan dan isolasi termal (Foale, 2003; Ohler & Magat, 2016). Bagian buah yang paling keras (batok) dapat dibuat menjadi peralatan rumah tangga, pot hias, dan digunakan sebagai bahan bakar (Ohler & Magat, 2016). Batok kelapa juga merupakan bahan baku karbon aktif yang memiliki nilai jual tinggi karena banyak dibutuhkan dunia industri (Foale, 2003). Daging buah atau endosperm padat merupakan bagian terpenting dari buah kelapa disamping air kelapa yang banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan nata de coco ataupun diminum secara langung. Daging buah kelapa yang masih muda dapat dimakan langsung atau sebagai bahan utama dalam pembuatan es kelapa muda. Daging buah kelapa yang sudah tua (matang) diparut dan dicampur dengan air untuk selanjutnya diperas untuk menghasilkan santan (coconut milk) yang banyak digunakan sebagai bahan tambahan dalam masakan

12 23 makanan atau minuman (Foale, 2003; Ohler & Magat, 2016). Selain itu daging buah banyak dikeringkan (kadar air <50 %) menjadi kopra untuk ekstraksi minyak dan bahan makanan. Minyak kelapa banyak digunakan dalam industri sabun, deterjen, kosmetik, shampoo, cat, pernis dan produk farmasi (Widiyanti, 2015; Ohler & Magat, 2016). Saat ini, daging buah juga banyak diproses untuk menghasilkan minyak goreng berkualitas tinggi dan menyehatkan, yaitu virgin coconut oil. Sisa pengolahan minyak kelapa (bungkil kelapa) juga banyak digunakan sebagai pakan ternak yang mengandung protein 20 % dan 10 % minyak sisa (Foale, 2003; Ohler & Magat, 2016) Budidaya Kelapa dan Permasalahannya Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan salah satu komoditi perkebunan yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2014, Indonesia merupakan produsen kelapa terbesar di dunia dengan total produksi mencapai 19,1 juta ton (FAO, 2014) yang dihasilkan dari area perkebunan kelapa seluas sekitar 3,6 juta hektar (Nasir, 2014). Salah satu kendala yang dihadapi pada budidaya kelapa di Indonesia adalah berkurangnya area perkebunan kelapa. Setiap tahun, luas area perkebunan kelapa di Indonesia menurun sekitar 0,38 % (Nasir, 2014). Beberapa faktor diduga menjadi penyebab berkurangnya luas area perkebuan kelapa seperti serangan hama dan penyakit, alihfungsi lahan, dan bencana alam. Hama utama yang telah terbukti berbahaya dan menimbulkan kerugian pada tanaman kelapa adalah kumbang badak (Oryctes rhinoceros) dan belalang pedang (Sexava nubila; Siahaya, 2014). Kumbang badak (O.rhinoceros) merusak

13 24 daun muda kelapa yang belum terbuka. Hama tersebut telah mengakibatkan kerugian sekitar 10 miliar rupiah di Jawa Tengah pada tahun 2005 (Mulyono, 2007). Selain itu pada tahun 2014, serangan hama tersebut juga telah menyebabkan kematian lebih dari 5 ribu batang pohon kelapa di Kabupaten Blitar, Jawa Timur (Kustantini, 2014). Hama belalang pedang (Sexava nubila) merusak kelapa pada bagian daun kelapa yang sudah dewasa (tua) meskipun terkadang dapat menyerang daun muda, kulit buah dan bunga. Pada serangan belalang pedang yang cukup berat dapat mengakibatkan daun kelapa meranggas dan hanya menyisakan lidi. Akibatnya, buah kelapa akan rontok dan tanaman tidak dapat menghasilkan buah selama kurang lebih 2 tahun atau pada serangan hama tersebut yang sangat parah dapat mengakibatkan kematian (Lobalohin et al., 2014). Pada tahun 2012, di Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara serangan hama tersebut menyebabkan kerugian ekonomi sekitar Rp. 26,3 milyar dengan total luas serangan mencapai 16 ribu hektar (Wagiman et al., 2012). Beberapa penyakit kelapa juga dapat menyebabkan berkurangnya luas lahan perkebunan kelapa seperti penyakik busuk pucuk (PBP) maupun penyakit layu Kalimantan (PLK). PBP disebakan oleh cendawan Phytophthora palmivora yang mengakibatkan daun-daun muda mengering di tengah-tengah tajuk, daun berwarna coklat dan patah pada pangkalnya, pangkal membusuk, yang kemudian dapat mencapai titik tumbuh sehingga pertumbuhan tanaman terhenti dan mati (Lolong, 2005). PBP pernah menyerang area perkebunan kelapa di daerah Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara dengan total lahan mencapai 3 ribu hektar (Lolong, 2010).

14 25 PLK disebabkan oleh Phytoplasma yang ditandai dengan daun menguning serta diikuti dengan pelepah bagian bawah kering layu dan menggantung di pohon. Pada serangan penyakit tersebut yang berat dapat mengakibatkan buah tidak normal dan banyak buah yang jatuh, maupun tangkai buah menjadi kering (Lolong, 2014). Berdasarkan hasil survei pada Desember 1997, PLK sudah menyerang lebih dari 100 ribu pohon, di antaranya lebih dari 47 ribu pohon mati (Lolong, 2014). Faktor lain yang menjadi berkurangnya luas area perkebunan kelapa adalah adanya alihfungsi lahan. Alihfungsi dapat terjadi karena meningkatnya jumlah populasi masyarakat di Indonesia. Alihfungsi yang selama ini telah terjadi adalah alihfungsi menjadi perumahan (tempat tinggal), jalan, dan penggantian tanaman menjadi tanaman yang dianggap memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Sebagai contoh pada tahun 2011, antar 5-10 % dari luas area perkebunan kelapa di Sulawesi Utara (dengan total area perkebunan kelapa sekitar 270 ribu hektar) mengalami alihfungsi lahan menjadi perumahan dan area industri (Republika.co.id, 2014). Selain itu, kebun plasma nutfah kelapa di Paniki, Manado, Sulawesi Utara telah dialihfungsikan menjadi tempat pacuan kuda karena dianggap mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi (Novarianto, 2008). Faktor terakhir yang menjadi penyebab berkurangnya luas area perkebunan kelapa adalah bencana alam. Seperti yang terjadi di Propinsi Aceh pada tahun 2004, tsunami telah dilaporkan mengakibatkan hilangnya 10 ribu hektar (9,28 %) perkebunan kelapa (Antaraaceh, 2014).

15 Konservasi Kelapa Salah satu akibat yang muncul dari berkurangnya luas area perkebunan kelapa di Indonesia adalah hilangnya plasma nutfah kelapa baik yang telah dikenal maupun yang belum teridentifikasi. Pada saat ini diketahui terdapat 419 kultivar kelapa di dunia dan lebih dari seperempatnya ditemukan di Indonesia. Pada tahun 2012, jumlah kultivar yang dimiliki Indonesia mencapai 105 kultivar yang terdiri dari 82 kelapa dalam dan 23 kelapa genjah (Bourdeix, 2012). Dan diperkirakan saat ini Indonesia masih memiliki sekitar 400 kultivar yang belum diidentifikasi (Novarianto, 2008). Untuk itu diperlukan upaya konservasi untuk mencegah terjadi pengikisan plasma nutfah kelapa tersebut Konservasi Kelapa secara In situ Konservasi kelapa secara in situ merupakan upaya mempertahankan plasma nutfah pada habitat aslinya seperti dilahan-lahan perkebunan milik petani, di pinggir pantai ataupun pulau terpencil (Foale, 2003). Salah satu contoh keberhasilan konservasi kelapa secara in situ adalah konservasi kelapa kopyor yang dilakukan oleh para petani di Kabupaten Pati yang dimulai sekitar tahun 1960-an (Maskromo et al., 2007). Pada saat ini program tersebut berhasil mengkonservasikan hampir 2000 pohon kelapa kopyor genjah (Kompas.com, 2012). Selain itu, upaya konservasi in situ juga dilakukan oleh pemerintah kabupaten Banyumas dengan membagikan 85 ribu bibit kelapa genjah entog kepada 85 kelompok tani di 13 kecamatan di kabupaten Banyumas (Bupatibanyumas, 2014). Upaya tersebut selain bertujuan untuk meremajakan tanaman kelapa khususnya tanaman kelapa deres, meningkatkan produktivitas

16 27 tanaman kelapa dan mengurangi resiko kecelakaan bagi penderes juga berperan penting dalam upaya pelestarian kelapa genjah entog di Kabupaten Banyumas. Konservasi kelapa secara in situ memiliki keuntungan tidak hanya mudah dilakukan dan membutuhkan biaya yang murah, namun dapat juga digunakan untuk penanggulangan kemiskinan dengan meningkatkan pendapatan serta pengetahuan petani kelapa. Di sisi lain, teknik tersebut juga memiliki kelemahan seperti rentan terhadap bencana alam, pengalihan fungsi lahan, membutuhkan pengawasan yang aktif dan sulitnya pengumpulan data jika diperlukan (Dullo et al., 2005). Oleh karena itu alternatif lain konservasi kelapa yang lebih aman dilakukan sangat dibutuhkan guna melestarikan plasma nutfah kelapa di Indonesia Konservasi Kelapa secara Ex Situ Konservasi kelapa secara ex situ merupakan upaya mempertahankan plasma nutfah di luar habitat aslinya seperti pembangunan kebun plasma nutfah, penyimpanan pollen, maupun penyimpanan embrio zigotik (Dullo et al., 2005). Konservasi kelapa secara ex situ memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan konservasi secara in situ, seperti lebih aman terhadap upaya alih fungsi lahan serta memiliki data yang lebih lengkap dan lebih mudah diakses (Engelman, 2011) Kebun Plasma Nutfah Kelapa Salah satu teknik konservasi kelapa yang paling banyak dilakukan karena lebih aman terhadap alih fungsi lahan maupun data yang lengkap adalah melalui pembangunan kebun plasma nutfah. Upaya pembangunan kebun plasma nutfah

17 28 kelapa di Indonesia telah dilakukan sejak tahun 1911 dengan dimulainya membuat koleksi kelapa dari berbagai wilayah di Indonesia. Pada tahun 1930, kebun koleksi kelapa pertama di Indonesia dibangun di kebun percobaan Mapanget, Manado oleh Dr. P.L.M. Thammes yang berhasil mengkoleksi lebih dari 40 kultivar yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia (Balai Penelitian tanaman Palma (Indonesia Palmae Resarch Institute), 2015). Pada saat ini, Indonesia memiliki kebun plasma nutfah kelapa sebanyak tujuh lokasi (Tabel 2.1), yaitu kebun plasma nutfah (KP) Mapanget (Manado, Sulawesi Utara), Pakuwon (Jawa Barat), Sikijang Mati (Riau), Paniki (Sulawesi Utara), Pandu (Sulawesi Utara) dan Kima Atas serta Bone-bone (Sulawesi Selatan) (Novarianto et al., 2005) dan berhasil mengkoleksi kelapa sebanyak 97 aksesi kelapa dalam dan 40 aksesi kelapa genjah (Novarianto et al., 2005; Novarianto, 2008). Tabel 2.1 Lokasi kebun plasma nutfah kelapa di Indonesia beserta jumlah aksesi (Novarianto et al., 2005; Novarianto, 2008). NO Kebun Plasma Nutfah Aksesi Dalam (tall) Genjah (dwarf) 1 Mapengat (Manado) Pakuwon (Jawa Barat) Sikijang Mati (Riau) Paniki (Sulut) Bone-Bone (Sulsel) na na 6 Pandu (Sulut) na na 7 Kima Atas (Sulsel) na na Jumlah Total Keterangan : na = data tidak tersedia Sumber Novarianto et al., 2005 Novarianto et al., 2005 Novarianto et al., 2005 Novarianto, 2008

18 29 Bahkan, mulai tahun 1993 Indonesia ditetapkan oleh International Coconut Genetics Network (COGENT) sebagai salah satu negara dari 5 negara lokasi pelestarian kelapa internasional (International Coconut Genebank/ ICG). Indonesia ditetapkan sebagai lokasi kebun plasma nutfah kelapa untuk wilayah Asia Tenggara dan Asia Timur yang meliputi Cina, Malaysia, Myanmar, Philipina, Thaliand, Vietman, dan Indonesia (Novarianto, 2008). Lokasi konservasi kelapa tersebut ditempatkan di Sikijang Mati, Riau. Namun karena adanya okupasi tanah oleh masyarakat akibat selama era reformasi, maka lokasi tersebut kemudian dipindahkan ke kebun Pandu dan Paniki, Sulawesi Utara pada tahun 2002 (Tulalo et al., 2007). Kebun plasma nutfah yang telah dibangun tersebut memberikan banyak kemudahan seperti pengaksesan dan pengamatan data yang lebih rinci karena terkumpul dalam satu wilayah, dimiliki oleh pemerintah sehingga relatif aman terhadap alihfungsi lahan ataupun tanaman perkebunan lainnya serta perawatan yang lebih baik sehingga relatif aman terhadap serangan hama dan penyakit (Engelman, 2011). Namun demikian, pembangunan kebun plasma nutfah masih rawan terhadap bencana alam termasuk kekeringan, disamping biaya untuk pembangunan dan perawatan yang cukup besar (Engelman, 2011). Oleh karena itu, ketersediaan plasma nutfah kelapa yang disimpan dalam bentuk lain sangat dibutuhkan sebagai cadangan simpanan plasma nutfah (back up) Konservasi Pollen Kelapa Salah satu upaya konservasi ex situ kelapa yang aman, tidak mengalami serangan hama dan penyakit serta terlindung dari bencana alam adalah konservasi

19 30 pollen. Konservasi pollen adalah upaya pelestarian plasma nutfah kelapa melalui penyimpanan pollen (serbuk sari). Penyimpanan tersebut dimaksudkan untuk memfasilitasi program pemuliaan tanaman melalui penyerbukan silang, pendistribusian dan pertukaran plasma nutfah antar lokasi dan melestarikan gen plasma nutfah, serta untuk studi fisiologi, biokimia, pembuahan dan bioteknologi, yang melibatkan ekspresi gen, serta transformasi dan pembuahan in vitro (Panis & Lambardi, 2005). Pollen dapat dikeringkan dan disimpan di bawah vakum untuk jangka waktu yang singkat (2-6 bulan) dalam freezer domestik (Dullo et al., 2005) atau disimpan di suhu beku ( C) untuk penyimpanan yang lebih lama (Karun et al., 2014). Keunggulan teknik tersebut adalah pollen dapat dengan mudah dikumpulkan dan dalam jumlah besar, membutuhkan ruang penyimpanan yang sedikit, serta mudah dalam pertukaran plasma nutfah (COGENT, 2008). Oleh karena itu teknik penyimpanan pollen dapat digunakan sebagai back up konservasi kelapa yang lain seperti kebun plasma ataupun teknik konservasi in situ. Namun demikian, penerapan teknik ini masih terbatas pada proses pemuliaan materi genetik tanaman jantan yang hanya menyimpan setengah dari informasi genetik yang terdapat pada kelapa (haploid; Engelmann et al., 2007) Konservasi Embrio Zigotik Kelapa Alternatif konservasi ex situ yang banyak digunakan adalah penyimpanan biji. Namun demikian biji kelapa tidak dapat disimpan karena biji kelapa merupakan biji rekalsitaran yakni biji dengan kadar air yang tinggi tidak toleran terhadap proses pengeringan (Engelman, 1999). Selain itu, ukuran buah kelapa yang besar (sekitar grm; Chan & Elevitch, 2006) akan sulit untuk disimpan dalam

20 31 jumlah yang banyak (Engelman, 1999). Oleh karena itu, satu-satunya alternatif yang tersedia untuk digunakan dalam konservasi kelapa secara ex situ adalah dengan cara konservasi embrio zigotik. Teknik konservasi embrio kelapa memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan teknik konservasi pollen karena menyimpan informasi genetik kelapa secara utuh. Beberapa teknik telah dikembangkan untuk konservasi embrio zigotik kelapa, baik untuk konservasi jangka pendek sampai menengah (short to medium term conservation), maupun untuk konservasi jangka panjang (long term conservation). Teknik konservasi embrio kelapa untuk jangka pendek sampai menengah bertujuan untuk menyimpan plasma nutfah embrio kelapa untuk jangka waktu 2 hingga 12 bulan (<1 tahun; Engelmann, 1990). Teknik penyimpanan yang dapat digunakan untuk menyimpan kelapa dalam jangka pendek-menengah meliputi teknik penyimpanan secara in vitro maupun embrio dikeringkan dan disimpan pada suhu rendah. Teknik penyimpanan embrio secara in vitro dapat dilakukan dengan cara mengubah menurunkan periode subkultur melalui modifikasi lingkungan kultur seperti penurunan temperatur ruang kultur (Karunaratne, 1988), intensitas cahaya maupun kuat penyinaran sehingga menurunkan tingkat metabolisme tanaman (Muhammed et al., 2013). Penurunan periode subkultur juga dapat dilakukan dengan cara menurunkan konsentrasi medium tanam (Karunaratne, 1988), penambahan zat penghambat pertumbuhan ataupun penambahan senyawa yang mampu menurunkan penyerapan nutrisi seperti penambahan mannitol (Sukendah & Cedo, 2005; Ledo et al, 2014).

21 32 Teknik penyimpanan in vitro tersebut mudah dilakukan dan cepat untuk mendapatkan tanaman baru jika dibutuhkan serta memiliki persentase keberhasilan yang tinggi (Sukendah & Cedo, 2005). Namun demikian, lama penyimpanan yang terbatas, tingginya resiko kontaminasi, membutuhkan pemeliharaan yang intensif dengan skill yang tinggi sehingga membutuhkan biaya yang mahal guna mengaplikasikan teknik tersebut (Tambunan & Mariska, 2003; Sukendah & Cedo, 2005). Teknik lain yang lebih mudah dan aman untuk digunakan dalam konservasi embrio kelapa dalam jangka pendek sampai menengah adalah dengan cara embrio dikeringkan sampai kadar air sekitar 29 %, kemudian embrio dapat disimpan sampai 3 minggu pada C atau selama 26 minggu pada C (Sisunandar et al., 2012). Teknik tersebut tidak membutuhkan tenaga kerja yang banyak serta murah untuk dilakukan, namun teknik penyimpanan tersebut masih terbatas untuk jangka waktu yang menengah (maksimal 26 minggu) dengan tingkat keberhasilan yang relatif rendah untuk menumbuhkan kembali tanaman dari embrio yang disimpan (12 %; Sisunandar et al., 2012). Oleh karena itu diperlukan alternatif lain teknik yang dapat digunakan untuk menyimpan embrio kelapa dalam jangka waktu yang panjang (>1 tahun; long term conservation). Penyimpanan embrio kelapa sebagai konservasi jangka panjang (long term conservation) dapat dicapai dengan menyimpanan embrio pada suhu ultra rendah ( C) dengan menggunakan nitrogen cair (kriopreservasi; Engelmann, 2004). Pada suhu tersebut proses aktifitas metabolisme sel akan berjalan lambat atau

22 33 bahkan terhenti, sehingga memungkinkan embrio disimpan dalam jangka waktu yang lama bahkan tidak terbatas (Engelman, 1990). 2.3.Teknik Kriopreservasi untuk Penyimpanan Plasma Nutfah Teknik kriopreservasi telah banyak diaplikasikan untuk menyimpan plasma nutfah berbagai tanaman untuk jangka waktu yang panjang, seperti rambutan (Nephelium lappaceum L; Zebua, 1998); damar (Agathis damare Salisb.; Djam an et al., 2006) ataupun purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk; Roostika et al., 2013). Teknik tersebut juga banyak direkomendasikan sebagai teknik penyimpanan plasma nutfah paling aman di berbagai laboratorium ternama seperti United States Departement of Agriculture- Agricultural Research Service (USDA- ARS) National Clonal Germplasm Repository (NCGR) di Corvalis, Amerika Serikat (Reed et al., 2001) dan Centro Internacional de Agricultura Tropical (CIAT di Columbia; Gonzalez-Benito et al., 2004). Secara umum, untuk melakukan penyimpanan plasma nutfah pada suhu ultra rendah tersebut dilakukan dengan 4 tahap, yaitu tahapan pengeringan (dehidrasi), pembekuan (freezing), pencairan (thawing), dan pemulihan kembali (recovery) Pengeringan (Dehidrasi) Pengeringan (dehidrasi) adalah usaha penurunan kadar air pada sampel yang akan disimpan. Air di dalam sel yang tinggi dapat menyebabkan terbentukanya kristal es dalam sel sewaktu dilakukan pembekuan. Akibatnya sel akan rusak dan menyebabkan kematian dari sampel yang akan disimpan (Panis & Lambardi, 2005). Oleh karena itu, semakin rendah kadar air di dalam sel akan diperoleh sampel yang mampu bertahan pada suhu beku semakin banyak. Banyak sampel

23 34 tumbuhan yang digolongkan di dalam kelompok ortodoks yang mampu dikeringkan sampai kadar air yang sangat rendah (sekitar 5 %) seperti tumbuhan gandum (Triticum aestivum L; Fabian et al., 2008), ceri liar (Prunus avium L; Chmielarz, 2008) dan jagung (Zea mays L; Usman & Abdulmalik, 2010). Namun demikian, banyak sampel tanaman yang digolongkan di dalam kelompok rekalsitran, yaitu tanaman yang hanya mampu dikeringkan sampai kadar air relatif tinggi (sekitar %), seperti tanaman araucaria (Araucaria husteinii K. Schum; Pritchard & Prendergast, 1986), karet (Hevea brasiliensis; Yen yen, 1999), melur (Podocarpus neriifolius; Syamsuwida & Aminah, 2008) maupun kelapa (Cocos nucifera L.; Engelmann, 2011). Sampai saat ini berbagai metode dehidrasi telah banyak dikembangkan, secara umum metode tersebut dapat dikelompokan menjadi dua, yakni dehidrasi secara fisik dan dehidrasi secara kimia atau gabungan dari kedua teknik tersebut. Dehidrasi secara fisik merupakan pengeringan menggunakan aliran udara, seperti laminar air flow (LAF) maupun silica gel, (Panis & Lambardi, 2005). Teknik dehidrasi dengan menggunakan LAF selama hampir 5 jam digunakan pada embrio zigotik labu siam (Sechium edule Jacq.Sw) dengan dengan keberhasilan 30 % (Abdelnour-Esquivel & Engelmann, 2002). Teknik yang sama dilakukan selama 0,5 jam juga berhasil digunakan pada embrio zigotik kopi robusta (Coffea canephora) dengan tingkat keberhasilan 41 % maupun kopi arabika (C. Arabica L) dengan tingkat keberhasilan mencapai 95,8 % (Abdelnour-Esquivel et al., 1992).

24 35 Teknik dehidrasi dengan cara mengeringkan sampel di dalam wadah tertutup berisi silika gel selama 9 jam juga berhasil dilakukan pada biji tanaman palem kipas cina (Livistona chinensis) dengan tingkat keberhasilan mencapai 80 % (Wen, 2009). Selain itu, Benmahioul et al., (2015) juga menggunakan silica gel selama 2 jam untuk mengeringkan bakal tunas kacang piscatio (Pistacia vera) sebelum disimpan di dalam nitrogen cair dengan tingkat keberhasilan mencapai 100 %. Dehidrasi secara kimia pada umumnya dilakukan dengan menggunakan senyawa kimia konsentrasi tinggi seperti sukrosa, glukosa, maupun polietilen glikol (PEG) yang mampu menyebabkan air di dalam sel keluar sehingga menurunkan kadar air di dalam sel (Panis & Lambardi, 2005). Sebagai contoh, dehidrasi dengan menggunakan larutan 0,75 M sukrosa selama 3 hari berhasil digunakan untuk mengeringkan embrio zigotik tanaman hantap (Sterculia cordata) dengan tingkat keberhasilan mencapai 80 % (Nadarajan et al., 2007). Teknik dehidrasi dengan cara eksplan direndam dalam larutan 0,5 M sukrosa selama 3 hari juga berhasil digunakan untuk mendehidrasi ujung pucuk tanaman jeruk ponsil (Poncirus trifoliata) dengan tingkat keberhasilan mencapai 50 % (Gonzalez-Arnao et al., 1998). Selain itu, dehidrasi menggunakan larutan 1 M glukosa selama 1 jam berhasil digunakan untuk mendehidrasi embrio tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dengan tingkat keberhasilan sekitar 28 % (Chabrillange et al., 2000). Beberapa penelitian menggunakan senyawa yang mampu melindungi sel selama suhu ultra rendah dengan cara menjaga stabilitas keutuhan membran

25 36 plasma (Kaviani, 2011), senyawa tersebut digolongkan ke dalam krioprotektan seperti dimetilsulfoksida (DMSO) gliserol, dan metanol (Day & McLellan, 1995). Sebagai contoh, dehidrasi menggunakan larutan 1,5 M gliserol yang dikombinasikan dengan 0,3 M sukrosa selama 30 menit berhasil digunakan untuk mendehidrasi embrio somatik tanaman tebu (Sacharrum sp) dengan tingkat kelulushidupan mencapai 55 % (Martinez-Montero et al, 2008). Contoh lain, penggunaan larutan 10 % DMSO dengan dikombinasi larutan 1 M sukrosa selama 30 menit berhasil mendehidrasi tanaman karet (Hevea brasiliensis) dengan tingkat kelulushidupan 49 % (Engelmann et al., 1997) Pembekuan (Freezing) Suhu penyimpanan sampel merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan penyimpanan plasma nutfah. Semakin rendah suhu penyimpanan akan mengakibatkan sampel yang disimpan semakin tahan lama. Sebagai contoh biji Lactuca sativa yang telah dikeringkan hanya disimpan selama 13 tahun pada suhu 5 0 C, sedangkan pada suhu yang lebih rendah (-18 0 C) dapat disimpan sampai 150 tahun, bahkan pada suhu ultra rendah ( C), biji dapat disimpan lebih dari 3000 tahun (Walter et al., 2004). Pada umumnya, sel akan mengalami kerusakan apabila dimasukkan ke dalam suhu rendah karena adanya pembentukan kristal es di dalam sel (Cruz-cruz et al., 2013), namun apabila pembekuan dilakukan secara benar maka pembentukan kristal es dapat dihindari. Berdasarkan kecepatan proses pembekuan, kriopreservasi dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu teknik pembekuan lambat dan pembekuan cepat. Pembekuan lambat merupakan proses penurunan

26 37 suhu secara perlahan-lahan dan terkontrol dengan kecepatan rendah (0,5-2,0 0 C per menit) sampai suhu sekitar C atau C dan dilanjutkan dengan perendaman ke dalam nitrogen cair ( C; Engelmann, 2004). Pada proses pembukan lambat ini, pada awalnya kristal es terbentuk di cairan ekstraseluler, kristalisasi es ini mendorong air dari sitoplasma dan vakuola ke luar dari sel, sehingga pembentukan kristal es pada bagian dalam sel dapat dihindari (Engelmann, 2004; Cruz-cruz et al., 2013). Teknik tersebut berhasil digunakan pada tanaman singkong (Manihot esculenta Crantz) dengan tingkat kelulushidupan 55 % (Danso & Ford-Lioyr, 2011). Namun demikian, pembekuan secara lambat membutuhkan alat pendingin yang dapat diprogram kecepatan penurunan suhunya. Oleh karena itu teknik tersebut kurang banyak digunakan (Engelmann, 2004). Teknik pembekuan paling umum dilakukan secara cepat dengan memasukkan sampel secara langsung ke dalam nitrogen cair ( C), sehingga faktor pembentukan kristal es dapat dihindari (Engelmann, 2004). Teknik tersebut berhasil diaplikasikan pada embrio tanaman hantap (Sterculia cordata) dengan tingkat keberhasilan 80 % berkecambah (Nadarajan et al., 2007), dan tunas apel (Malus domestica) dengan tingkat keberhasilan 68 % untuk kultivar Romus4 dan 62 % untuk kultivar rootstock M16 (Halmagyi et al., 2010) Pencairan (Thawing) Pencairan (thawing) adalah proses pengeluaran sampel dari fase pendinginan (dalam nitrogen; C) ke suhu kamar atau suhu awal (sekitar 25 0 C). Thawing bertujuan untuk menghindari kerusakan sel embrio akibat terbentuknya kembali kristal es (Engelmaan, 2004; Panis & Lambardi, 2005). Thawing dapat dibagi

27 38 menjadi dua macam, yakni slow thawing (pencairan lambat) dan rapid thawing (pencairan cepat). Slow thawing adalah dengan cara membiarkan cryotube dalam suhu ruang (sekitar 25 0 C) selama beberapa saat (Engelmann, 1990). Teknik slow thawing berhasil dilakukan pada quina (Strychnos pseudoquina) dengan cara sampel dibiarkan di temperatur ruangan selama 2 jam dan memiliki tingkat keberhasilan mencapai 80 % (Silva et al., 2012). Namun demikian, teknik slow thawing berpotensi menimbulkan kerusakan jaringan. Oleh karena itu teknik rapid thawing merupakan teknik yang sering digunakan. Teknik tersebut dilakukan dengan cara mencelupkan cryotube (tabung kriopreservasi) yang berisi embrio ke dalam air yang bersuhu sekitar 40 0 C selama kurang lebih 3 menit (Engelmann, 1990). Teknik rapid thawing tersebut berhasil digunakan pada kotiledon embrio tanaman teh (Camellia sinensis L) dengan tingkat kebehasilan antara % bibit (Kim et al., 2002) maupun pada sumbu embrio nangka (Artocarpus heterophyllus L) dengan tingkat kelangsunghidupan 30 % (Chandel et al., 1995) Pemulihan (Recovery) Penamaman kembali (recovery) sampel yang telah disimpan pada medium tanam merupakan tahapan terakhir dalam proses kriopreservasi. Pada tahapan ini sampel yang sudah melewati tahap thawing selanjutnya ditanam pada medium pemulihan secara in vitro. Pemilihan medium recovery tersebut sangat mempengaruhi keberhasilan sampel untuk berkecambah. Beberapa media yang dasar yang sering digunakan diantaranya medium MS (Murashige dan Skoog, 1962; Assy-bah & Engelman, 1992, 1993; N Nan et al., 2012), Eeuwens Y3

28 39 (Euwen, 1976; Gomes-Copeland et al., 2015), dan HEC (Hibrid Embrio Culture medium; Rillo, 2004). Penambahan zat pengatur tumbuh ke dalam medium tanam juga sering digunakan selama proses penanaman kembali tersebut. Proses penanaman kembali tumbuhan hantap (Sterculia cordata; Nadarajan et al., 2007) dilakukan dengan menggunakan medium MS dengan penambahan benzyadenosine (BA) 0,5 mg/l. Selain itu, pada tumbuhan krisan (Chysanthemum sp) juga telah dilakukan dengan menanam pada medium pemulihan MS dengan penambahan 0,25 mg dm -3 kinetin. Perlakuan tersebut memiliki tingkat keberhasilan pemulihan 40 % (Zalewska & Kulus, 2014). 2.4 Perkembangan Penelitian Kriopreservasi Kelapa dan Permasalahannya Penelitian tentang kriopreservasi kelapa telah banyak dilakukan. Sampai saat ini terdapat tiga buah jenis eksplan yang telah digunakan dalam kriopreservasi kelapa, yaitu plumular (Bandupriya et al., 2010; N Nan, 2014), embrio muda (Bajaj, 1984) dan embrio matang (Tabel 2.2). Namun demikian, teknik kriopreservasi kelapa dengan menggunakan eksplan embrio yang matang merupakan teknik yang paling banyak digunakan dan memiliki tingkat keberhasilan yang lebih baik dibandingkan dengan eksplan yang lain (Sisunandar et al., 2014).

29 40 Tabel 2.2 Perkembangan penelitian kriopreservasi embrio matang kelapa Praperlakuan dan waktu (jam) Glukosa + Gliserol (11-20) Sukrosa 2 M 24 Sukrosa 3 M 24 Glukosa Glukosa Dehidras i dan waktu (jam) LAF (4) Silika gel (18) LAF (24) Silika gel (7) Silika gel (7) Silika gel (8) Silika gel 80 g (48) LAF (24) Pembe kuan Cepat 40 (2) Cepat 40 (2) Cepat 40 (2) Cepat 40 (2) Cepat 40 (2) Cepat 40 (3) Cepat 40 (2) Cepat 40 (2) n.a. = data tidak dilaporkan Pencaira n ( 0 C) dan waktu (menit) Kelulush idupan (%) Berkec ambah (%) Berkeca mbah normal (%) Aklim atisasi (%) Tanaman siap tanam Sumber na na na na Assy-bah & Engelmann, 1992 na na na na na 68,8 na 20,8 na na 47,9 na 29 na Karun et al., 2005 Sajini et al., na Sisunandar et al., 2010b na 74,7 na na na N nan et al., 2012 na 82,75 na na na N nan et al., 2012 Penelitian kriopreservasi kelapa dengan menggunakan eksplan embrio matang dimulai pada tahun 1992 oleh Assy-bah & Engelmann dengan menggunakan eksplan embrio matang empat kultivar kelapa (hybrid PB 121, Genjah merah kamerun, Dalam India, Dalam Rene11) yang berumur bulan setelah penyerbukan. Embrio tersebut dikeringkan dalam LAF (laminar air flow) selama 4 jam dan didehidrasi pada medium (MS makro dan mikro, vitamin Morel & Wetmore, 41 mg/l, Fe-EDTA, 100 mg/l natrium askorbat) dengan penambahan 600 g/lsukrosa dan 15 % gliserol, dengan ph 5,5 selama 20 jam sebelum disimpan pada suhu C. Setelah dilakukan rapid thawing dan recovery, jumlah embrio yang masih bertahan hidup masih sangat tinggi (93 %), namun demikian, persentase kecambah yang berhasil tumbuh setelah disimpan serta jumlah bibit yang dihasilkan dari embrio yang telah disimpan belum dilaporkan. Karun et al., (2005) juga melaporkan kriopreservasi embrio kelapa dari kultivar West Coast Tall yang dikeringkan dalam gel silika (50 g) selama 18 Jam

30 41 untuk selanjutnya disimpan pada temperatur C (Tabel 2.2). Setelah dilakukan rapid thawing dan penanaman kembali pada medium tanam, perlakuan tersebut menghasilkan persentase embrio yang berkecambah mencapai sekitar 80 % dan perssentase perkecambahan normal mencapai 70 % serta 60 % bibit hasil aklimatisasi. Namun demikian persentase bibit siap tanam yang dihasilkan dari embrio yang telah disimpan di dalam nitrogen cair juga belum dilaporkan. Perlakuan 2 M sukrosa selama 24 jam dengan pengeringan menggunakan silika gel selama 7 jam juga berhasil digunakan untuk dehidrasi embrio kelapa West Coast Tall sebelum disimpan di dalam nitrogen cair (Tabel 2.2). Perlakuan tersebut menghasilkan persentase embrio yang mampu berkecambah sebesar 68,8 % dan bibit aklimatisasi sebesar 20,8 %. Namun teknik tersebut belum menghasilkan bibit siap tanam (Sajini et al., 2006). Pendekatan dehidrasi yang lebih sederhana dengan cara embrio kelapa dikeringkan dengan menggunakan silika gel (680 g) selama 8 jam sebelum disimpan di dalam nitrogen cair berhasil digunakan untuk menyimpan embrio kelapa dengan tingkat keberhasilan menghasilkan bibit yang berhasil diaklimatisasi mencapai sekitar % bergantung kultivar yang digunakan (Sisunandar et al., 2010b). Pada penelitian tersebut digunakan 10 kultivar kelapa dalam dan 10 kultivar kelapa genjah asli Indonesia. Berdasarkan penelitian tersebut, kultivar kelapa digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu mudah, sedang dan sukar berdasarkan tingkat keberhasilan perkecambahan sesudah kriopreservasi dan aklimatisasi (Sisunandar et al., 2010b).

31 42 Teknik dehidrasi dengan menggunakan larutan 3,2 M glukosa dan ditempatkan dalam laminar air flow (LAF) selama 24 jam juga telah digunakan untuk mengeringkan embrio kelapa sebelum disimpan dalam nitrogen cair. Teknik tersebut mampu menghasilkan embrio yang berhasil berkecambah setelah penyimpanan di dalam nitrogen cair dengan tingkat keberhasilan mencapai 82,75 % (N Nan, 2012). Namun demikian persentase bibit hasil aklimatisasi dan bibit siap tanam yang dihasilkan dari embrio yang telah disimpan di dalam nitrogen cair juga belum dilaporkan. Dari hasil penelitian yang telah dilaporkan tersebut menunjukkan bahwa meskipun tingkat keberhasilan kriopreservasi pada embrio kelapa masih relatif rendah, namun teknik tersebut memberikan harapan untuk digunakan sebagai back-up konservasi plasma nutfah kelapa. Salah satu daerah dengan potensi plasma nutfah kelapa yang cukup tinggi, namun belum diteliti dengan baik adalah Kabupaten Banyumas. Kultivar-kultivar kelapa yang ditemukan di Kabupaten Banyumas belum dikenal dan dilestarikan dengan baik. Oleh karena itu pada penelitian ini dilaporkan upaya penyimpanan plasma nutfah kelapa yang ditemukan di Kabupaten Banyumas melalui teknik kriopreservasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan salah satu tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan salah satu tanaman yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan salah satu tanaman yang banyak dibudidayakan dihampir seluruh negara tropis di dunia termasuk Indonesia. Indonesia mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengekspor kelapa kering (desiccated coconut) sebanyak 75,9 ribu ton

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengekspor kelapa kering (desiccated coconut) sebanyak 75,9 ribu ton 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kelapa (Cocos nucifera L) merupakan salah satu komoditi perkebunan yang sangat penting bagi Indonesia. Pada tahun 2014, Indonesia merupakan negara penghasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman tropis yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman tropis yang memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman tropis yang memiliki banyak manfaat dan banyak dibudidayakan di Indonesia. Daun kelapa yang masih muda dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Biologi Kelapa dan Peran kelapa bagi Manusia (Cocos nucifera L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Biologi Kelapa dan Peran kelapa bagi Manusia (Cocos nucifera L.) 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kelapa dan Peran kelapa bagi Manusia (Cocos nucifera L.) 2.1.1 Deskripsi Kelapa Kelapa (Cocos nucifera L) merupakan tanaman yang berasal dari famili Arecaceae dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa merupakan tanaman anggota famili Arecaceae (Palm) dari genus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa merupakan tanaman anggota famili Arecaceae (Palm) dari genus 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kelapa 2.1.1 Deskripsi Kelapa Kelapa merupakan tanaman anggota famili Arecaceae (Palm) dari genus Cocos yang tersebar di seluruh daerah tropis maupun subtropis (Chan

Lebih terperinci

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. 2.1 Biologi dan Peran Kelapa dalam Kehidupan Manusia. 2n = 32 dan termasuk tumbuhan monokotil dalam family Arecaceae dan satu

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. 2.1 Biologi dan Peran Kelapa dalam Kehidupan Manusia. 2n = 32 dan termasuk tumbuhan monokotil dalam family Arecaceae dan satu 11 BAB II TIJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi dan Peran Kelapa dalam Kehidupan Manusia 2.1.1 Deskripsi Kelapa Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman tropis dengan kromosom 2n = 32 dan termasuk tumbuhan monokotil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hampir semua bagian dari tanaman kelapa baik dari batang, daun dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hampir semua bagian dari tanaman kelapa baik dari batang, daun dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa merupakan salah satu tanaman yang terpenting dalam perekonomian Indonesia. Hampir semua bagian dari tanaman kelapa baik dari batang, daun dan buah mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa (Cocos nucifera L) disebut pohon kehidupan, karena hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa (Cocos nucifera L) disebut pohon kehidupan, karena hampir semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa (Cocos nucifera L) disebut pohon kehidupan, karena hampir semua bagian dari pohon yaitu akar, batang, daun dan buahnya dapat dipergunakan untuk kebutuhan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Batang kelapa dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Batang kelapa dapat digunakan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman yang serbaguna karena seluruh bagian dari pohon dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Batang, daging

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA WAKTU DEHIDRASI TERHADAP KEBERHASILAN PENYIMPANAN PLASMA NUTFAH EMBRIO KELAPA BANYUMAS (Cocos nucifera L.) MELALUI TEKNIK KRIOPRESERVASI

PENGARUH LAMA WAKTU DEHIDRASI TERHADAP KEBERHASILAN PENYIMPANAN PLASMA NUTFAH EMBRIO KELAPA BANYUMAS (Cocos nucifera L.) MELALUI TEKNIK KRIOPRESERVASI PENGARUH LAMA WAKTU DEHIDRASI TERHADAP KEBERHASILAN PENYIMPANAN PLASMA NUTFAH EMBRIO KELAPA BANYUMAS (Cocos nucifera L.) MELALUI TEKNIK KRIOPRESERVASI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanaman Kelapa 1. Akar Akar serabut, jumlah 2.000 4.000 helai/phn, kebanyakan berada di permukaan tanah bisa mencapai 15 m sebagian masuk ke dlm tanah sampai 3,5

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

Stratifikasi III. METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Waktu dan Tempat Penelitian

Stratifikasi III. METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Waktu dan Tempat Penelitian DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN... ii KATA PENGANTAR... iii ABSTRAK... v ABSTRACT... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xi I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal

Lebih terperinci

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. Sifat dan perilaku tanaman kopi dapat dipelajari dari sisi biologinya. Artikel ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan tentang beberapa aspek biologi

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN DIMETHYL SULFOXIDA (DMSO) KE DALAM MEDIUM DEHIDRASI TERHADAP KEBERHASILAN KRIOPRESERVASI EMBRYO KELAPA

PENGARUH PENAMBAHAN DIMETHYL SULFOXIDA (DMSO) KE DALAM MEDIUM DEHIDRASI TERHADAP KEBERHASILAN KRIOPRESERVASI EMBRYO KELAPA PENGARUH PENAMBAHAN DIMETHYL SULFOXIDA (DMSO) KE DALAM MEDIUM DEHIDRASI TERHADAP KEBERHASILAN KRIOPRESERVASI EMBRYO KELAPA (Cocos nucifera L.) BANYUMAS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai

Lebih terperinci

TANAMAN PERKEBUNAN. Kelapa Melinjo Kakao

TANAMAN PERKEBUNAN. Kelapa Melinjo Kakao TANAMAN PERKEBUNAN Kelapa Melinjo Kakao 1. KELAPA Di Sumatera Barat di tanam 3 (tiga) jenis varietas kelapa, yaitu (a) kelapa dalam, (b) kelapa genyah, (c) kelapa hibrida. Masing-masing mempunyai karakteristik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Kelapa Sawit Pohon kelapa sawit terdiri dari pada dua spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan untuk pertanian komersial dalam pengeluaran minyak kelapa sawit.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EMBRIO KELAPA KOPYOR (Cocos nucifera L.) PADA BERBAGAI MODIFIKASI MEDIA KULTUR IN-VITRO SKRIPSI

PERTUMBUHAN EMBRIO KELAPA KOPYOR (Cocos nucifera L.) PADA BERBAGAI MODIFIKASI MEDIA KULTUR IN-VITRO SKRIPSI PERTUMBUHAN EMBRIO KELAPA KOPYOR (Cocos nucifera L.) PADA BERBAGAI MODIFIKASI MEDIA KULTUR IN-VITRO SKRIPSI Oleh : SILTA RESLITA BR GINTING 0925010003 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil yang secara taksonomi diklasifikasikan ke dalam ordo Palmales, Famili Palmae, Subfamili Cocoidae,

Lebih terperinci

TUGAS KULIAH PAPER TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH Teknologi Pembibitan Anggrek melalui Kultur Jaringan

TUGAS KULIAH PAPER TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH Teknologi Pembibitan Anggrek melalui Kultur Jaringan TUGAS KULIAH PAPER TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH Teknologi Pembibitan Anggrek melalui Kultur Jaringan ANGGOTA KELOMPOK 1: Nimas Ayu Kinasih 115040201111157 Nur Izzatul Maulida 115040201111339 KELAS L PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif. Perbanyakan tanaman secara generatif biasanya dilakukan melalui biji dan mengalami penyerbukan

Lebih terperinci

A : JHONI ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV

A : JHONI ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV N A M A : JHONI N I M : 111134267 ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV I Ayo Belajar IPA A. StandarKompetensi 2. Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya B. KompetensiDasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Tanaman Sorgum Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. Tanaman ini sudah lama dikenal manusia sebagai penghasil pangan, dibudidayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai lebih dari 800 juta US$ dan meningkat menjadi lebih dari 1.2 milyar

BAB I PENDAHULUAN. mencapai lebih dari 800 juta US$ dan meningkat menjadi lebih dari 1.2 milyar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan penghasil devisa utama di Indonesia setelah kelapa sawit dan karet. Pada tahun 2010, total eksport kopi Indonesia

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman setelah perkecambahan. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit diperkirakan berasal dari Afrika Barat dan Amerika Selatan. Tanaman ini lebih berkembang di Asia Tenggara. Bibit kelapa sawit pertama kali masuk ke Indonesia

Lebih terperinci

3 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

3 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat 15 Tabel 8 Daftar komposisi media pada kultur mangga Komponen A B C D E Unsur makro ½ MS B5 B5 B5 ½B5 Unsur mikro MS MS MS MS MS Fe-EDTA ½MS MS MS MS MS Vitamin dan asam amino MS MS MS MS MS Asam askorbat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah 3 TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Hillel (1998) menyatakan bahwa tanah yang padat memiliki ruang pori yang rendah sehingga menghambat aerasi, penetrasi akar, dan drainase. Menurut Maryamah (2010) pemadatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman yang termasuk dalam famili Gramineae dan genus Oryza (Grist, 1959). Padi dapat tumbuh pada berbagai lokasi dan iklim yang berbeda.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family Caricaceae dan merupakan tanaman herba (Barus dan Syukri, 2008). Sampai saat ini, Caricaceae itu diperkirakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana) SNI 01-7158-2006 Standar Nasional Indonesia Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah

Lebih terperinci

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang AgroinovasI Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale. L.) merupakan salah satu tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

Perkembangbiakan Tanaman

Perkembangbiakan Tanaman SERI LEMBARAN FAKTA TENTANG Penyimpanan Benih & Perkembangbiakan Tanaman Dikembangkan oleh Yayasan IDEP Dengan dukungan dari the Seed Savers Network Apakah Anda ingin menanam tanaman yang lebih sehat sambil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) termasuk ke dalam Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Fabales, Famili : Fabaceae, Genus : Pachyrhizus, Spesies

Lebih terperinci

A. Struktur Akar dan Fungsinya

A. Struktur Akar dan Fungsinya A. Struktur Akar dan Fungsinya Inti Akar. Inti akar terdiri atas pembuluh kayu dan pembuluh tapis. Pembuluh kayu berfungsi mengangkut air dari akar ke daun. Pembuluh tapis berfungsi mengangkut hasil fotosintesis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman yang dikenal sebagai sumber utama penghasil minyak nabati sesudah kelapa. Minyak sawit kaya akan pro-vitamin

Lebih terperinci

PENETAPAN BPT KELAPA DALAM SEBAGAI BENIH SUMBER DI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Oleh Yeany M. Bara Mata, SP

PENETAPAN BPT KELAPA DALAM SEBAGAI BENIH SUMBER DI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Oleh Yeany M. Bara Mata, SP PENETAPAN BPT KELAPA DALAM SEBAGAI BENIH SUMBER DI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Oleh Yeany M. Bara Mata, SP (PBT Pertama - Dinas Pertanian dan Perkebunan Propinsi NTT) Tanaman kelapa

Lebih terperinci

KELAPA. (Cocos nucifera L.)

KELAPA. (Cocos nucifera L.) KELAPA (Cocos nucifera L.) Produksi tanaman kelapa selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, juga diekspor sebagai sumber devisa negara. Tenaga kerja yang diserap pada agribisnis kelapa tidak sedikit,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.) Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil perennial dengan periode regenerasi yang panjang sekitar 20 tahun

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae,

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut, divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, ordo liliales,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Hidroponik Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam (soilless culture). Media tanam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daryanto ( 2013 ) mengemukakan bahwa Sistematika tanaman (taksonomi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daryanto ( 2013 ) mengemukakan bahwa Sistematika tanaman (taksonomi) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi Tanaman Jagung Daryanto ( 2013 ) mengemukakan bahwa Sistematika tanaman (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kacang Tanah Kacang tanah tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm dan mengeluarkan daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan sebagai berikut. Kingdom Divisi Sub-divisi Class Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang produknya digunakan sebagai bahan baku industri serta sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. yang produknya digunakan sebagai bahan baku industri serta sangat penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Vanilla planifolia Andrews atau panili merupakan salah satu tanaman industri yang produknya digunakan sebagai bahan baku industri serta sangat penting peranannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong yang berpotensi untuk dibudidayakan secara intensif. Prospek agribisnis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman aren ( Arenga pinnata Merr) adalah salah satu jenis tumbuhan palma yang memproduksi buah, nira dan pati atau tepung di dalam batang. Hasil produksi aren ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Setelah perkecambahan, akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L. 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) Tanaman jagung merupakan tanaman asli benua Amerika yang termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorgum bicolor (L.) Moench) merupakan tanaman yang termasuk di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorgum bicolor (L.) Moench) merupakan tanaman yang termasuk di 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Sorgum 2.1.1. Klasifikasi Tanaman Sorgum Sorgum (Sorgum bicolor (L.) Moench) merupakan tanaman yang termasuk di dalam famili Graminae bersama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan spesies Zea mays L. Jagung merupakan tanaman semusim, sama seperti jenis rumput-rumputan yang lain, akar tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

Keragaman Somaklonal. Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP

Keragaman Somaklonal. Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP Keragaman Somaklonal Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP Mekanisme Terjadinya Keragaman Somaklonal Keragaman somaklonal adalah keragaman genetik tanaman yang terjadi sebagai hasil kultur

Lebih terperinci

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA Oleh Fetrie Bestiarini Effendi A01499044 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun mencapai US$ 681 juta pada tahun 2011 (FAO, 2013). Kopi memegang

BAB I PENDAHULUAN. tahun mencapai US$ 681 juta pada tahun 2011 (FAO, 2013). Kopi memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan komoditas perkebunan terbesar ke empat di Indonesia setelah karet, kelapa sawit dan cokelat (BPS, 2013). Komoditas tersebut mampu menjadi sumber pendapatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut : BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut : Divisi : Tracheophyta Subdivisi : Pteropsida Kelas : Angiospermae Sub Kelas : Monocotyledoneane

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia karena mampu menjadi sumber devisa utama. Pada tahun 2007, nilai

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia karena mampu menjadi sumber devisa utama. Pada tahun 2007, nilai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan dari sektor perkebunan di Indonesia karena mampu menjadi sumber devisa utama. Pada tahun 2007, nilai eksport

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan taraf hidup petani kelapa adalah dengan membudidayakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan taraf hidup petani kelapa adalah dengan membudidayakan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Kelapa merupakan salah satu tanaman yang dibudidayakan di hampir seluruh wilayah tropis di dunia, Indonesia merupakan negara dengan perkebunan kelapa terluas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan nasional sebagai sumber protein dan minyak nabati, dalam setiap 100 g kacang tanah mentah mengandung

Lebih terperinci

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) Standar Nasional Indonesia Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

Peluang Investasi Agribisnis Jagung

Peluang Investasi Agribisnis Jagung Halaman1 Peluang Investasi Agribisnis Jagung Jagung termasuk tanaman yang Familiar bagi sebagian masyarakat. Seiring dengan perkembangan teknologi, saat ini banyak beredar jenis jagung. Untuk lebih mengenal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Tanaman Pisang Pisang (Musa spp.) merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia (Prihatman,2000).

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Semangka Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Cucurbitaceae sehingga masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan melon (Cucumis melo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi lingkungan tumbuh. Selain itu anggrek Dendrobium memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kondisi lingkungan tumbuh. Selain itu anggrek Dendrobium memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggrek Dendrobium adalah salah satu genus anggrek favorit bagi pecinta anggrek. Hal ini dikarenakan anggrek ini mampu beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) Kopi tergolong pohon dan termasuk dalam famili Rubiaceae. Tumbuhan ini tumbuhnya tegak, bercabang dan bila dibiarkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Gladiol Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis (Herlina, 1991). Tanaman gladiol berasal dari Afrika Selatan dan menyebar di Asia dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kacang Tanah Secara garis besar kacang tanah dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe tegak dan menjalar. Kacang tanah tipe tegak percabangannya lurus atau sedikit miring ke atas.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan 14 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gladiol Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan pada bentuk daunnya yang sempit dan panjang seperti pedang. Genus gladiolus terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Caisin Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan tanaman asli Asia. Caisin dibudidayakan di Cina Selatan dan Tengah, di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Dengan perkembangan teknologi, ubi kayu dijadikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai Cabai merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Selatan. Cabai dikenal di Eropa pada abad ke-16, setelah diintroduksi oleh Colombus saat perjalanan pulang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dengan laju pembangunan dan pertambahan penduduk. Usaha ini tidak. terbatas pada tanaman pangan utama (padi) melainkan penganekaraman

PENDAHULUAN. dengan laju pembangunan dan pertambahan penduduk. Usaha ini tidak. terbatas pada tanaman pangan utama (padi) melainkan penganekaraman PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha peningkatan produksi bahan pangan terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan terutama makanan pokok terus meningkat sejalan dengan laju pembangunan dan pertambahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Jagung Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada malai dan bunga betina terletak pada tongkol di pertengahan batang secara terpisah tapi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. I. Persilangan dialel lengkap dua tetua anggrek Phalaenopsis. Pengaruh media dasar dan arang aktif terhadap pengecambahan biji

METODE PENELITIAN. I. Persilangan dialel lengkap dua tetua anggrek Phalaenopsis. Pengaruh media dasar dan arang aktif terhadap pengecambahan biji III. METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri 4 percobaan yaitu : I. Persilangan dialel lengkap dua tetua anggrek Phalaenopsis. II. Pengaruh media dasar dan arang aktif terhadap pengecambahan biji anggrek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyamplung Nyamplung memiliki sebaran yang luas di dunia, dari Afrika, India, Asia Tenggara, Australia Utara, dan lain-lain. Karakteristik pohon nyamplung bertajuk rimbun-menghijau

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983)

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983) TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983) diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Subkingdom : Spermatophyta Superdivisio : Angiospermae Divisio

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai (Capsicum annuum L.) termasuk dalam genus Capsicum yang spesiesnya telah dibudidayakan, keempat spesies lainnya yaitu Capsicum baccatum, Capsicum pubescens,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci