BAB II DASAR TEORI. listrik yang berhubungan dengan pelanggan pengguna jasa PLN.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II DASAR TEORI. listrik yang berhubungan dengan pelanggan pengguna jasa PLN."

Transkripsi

1 BAB II DASAR TEORI A. Tinjauan Pustaka Sistem keandalan pada jaringan distribusi sangat besar peranannya untuk mengetahui kebutuhan tenaga listrik pada setiap konsumen. Oleh karena itu peranannya yang sangat penting bagi konsumen, maka penyaluran listrik oleh PT.PLN tidak boleh terputus selama 24 jam. Hal ini akan mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi konsumen, untuk mengantisipasi hal ini maka diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui seberapa besar indeks keandalan sistem tenaga listrik yang berhubungan dengan pelanggan pengguna jasa PLN. Penelitian yang dilakukan oleh Affandy (2011), Analisis Keandalan Sistem Distribusi Tenaga Listrik Menggunakan Perhitungan SAIDI-SAIFI di PT.PLN (Persero) Unit Pelayanan Dan Jaringan Pemalang. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil penelitian yang menunjukan bahwa : (1). Feeder PML (pemalang) 1, feeder PML 2, feeder PML 6, feeder PML 7, feeder PML 8, feeder PML 9 memenuhi nilai target PT.PLN yaitu masing-masing 0,25; 0,66; 1,44; 0; 3,06; 1,7 kali/tahun untuk indeks SAIFI dan untuk indeks SAIDI yaitu 0,09; 0,87; 0,42; 0; 1,69; 0,87 jam/tahun. (2). Feeder PML 3 dan feeder PML 5 melebihi nilai target PT.PLN yaitu masing masing 10,56 kali/tahun dan 12,25 kali/tahun untuk nilai indeks SAIFI dan nilai indeks SAIDI yaitu 5,46 jam/tahun dan 6,3 jam/tahun. 7

2 8 Penelitian yang dilakukan oleh Apriyadi (2008), dengan judul penelitian Analisis Keandalan Sistem Distribusi Tenaga Listrik Penyulang Padayungan dan Penyulang Cidua pada PT.PLN (Persero) APJ Tasikmalaya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, nilai SAIDI Penyulang Padayungan pertahun sebesar 0,585 jam/tahun,dan SAIFI per tahun sebesar 3,167 pemadaman/tahun. Sedangkan target PLN (APJ Tasikmalaya) untuk SAIDI per tahun jam/tahun dan SAIFI per tahun pemadaman/ tahun. Pada penyulang Padayungan mempunyai tingkat keandalan yang tinggi karena nilai SAIDI-SAIFI pada Penyulang ini tidak melebihi nilai dari target PLN. Sedangkan pada penyulang Cidua didapatakan indeks keandalan SAIDI-SAIFI dengan nilai SAIDI jam/tahun, dan nilai SAIFI kali pemadaman/tahun. Dapat dikatakan bahwa penyulang Cidua memiliki tingkat keadalan sistem yang rendah, karena terdapat nilai penyimpangan Nilai realisasi SAIDI-SAIFI terhadap target PLN. Penelitian yang dilakukan oleh Onime (2013), dengan judul Analisis Keandalan Distribusi Daya Sistem di Nigeria Studi Kasus Jaringan Ekpoma. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, nilai indeks SAIFI pada jaringan Ekpoma pada tahun 2012 sebesar 0,1324 kali padam/ tahun, dan nilai indeks SAIDI sebesar 0,2972 jam/ tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Dan Husein (2011) dengan judul Analisis keandalan distribusi listrik. Penelitian dilakukan pada jaringan distribusi tenaga listrik di wilayah Omdurman, Sudan. Penelitian ini membahas keandalan jaringan distribusi listrik pada jaringan 33 kv dan 11 kv dengan menggunakan

3 9 indeks keandalan SAIFI-SAIDI sebagai indikator keandalan jaringan distribusi listrik di wilayah Omdurman. Dari penelitian dilakukan, diperoleh nilai indeks SAIFI pada bulan Januari Desember tahun 2011 pada jaringan 33 kv sebanyak 1,1875 kali padam pada bulan Januari, Februari sebanyak 1 kali padam, Maret 1 kali padam, April seabnyak 1,25 kali padam, Mei sebanyak 2 kali padam, Juni sebanyak 1,47 kali padam, Juli sebanyak 0,58 kali padam, Agustus sebanyak 2,47 kali padam, September sebanyak 1,7 kali padam, Oktober sebanyak 1,06 kali padam, November sebanyak kali padam, Desember sebesar 1,7368 kali padam. Dan SAIDI pada bulan januari sebesar 0,0022 jam, Februari 0,0017 jam, Maret 0,0075 jam, April 0,0028, Mei 0,0027 jam, Juni 0,0015 jam, July 0,0023 jam, Agustus 0,0053 jam, September 0,0096 jam, Oktober 0,0022 jam, November 0,0039 jam, Desember 0,0052 jam. Dan pada jaringan 11 kv untuk SAIFI bulan Januari sebanyak 1,597 kali padam, Februari 1,719 kali padam, Maret 2,549 kali padam, April 3,11 kali padam, Mei 4,23 kali padam, Juni 3,02 kali padam, July 1,793 kali padam, Agustus 4,27 kali padam, September 2,892 kali padam, Oktober 2,521 kali padam, November 1,319 kali padam, dan Desember sebanyak 1,622 kali padam. Dan untuk SAIDI pada bulan Januari sebesar 0,0021 jam, Februari 0,0034 jam, Maret 0,0034 jam, April 0,0055 jam, Mei 0,0057 jam, Juni 0,0037 jam, July 0,0032 jam, Agustus 0,0061 jam, September 0,0031 jam, Oktober 0,0019 jam, November 0,094 jam, dan Desember sebesar 0,0039 jam.

4 Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik dikatakan sebagai kumpulan/gabungan yang terdiri dari komponen-komponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator, saluran transmisi, saluran distribusi dan beban yang saling berhubungan. Gambar 2.1 Sistem tenaga listrik Tenaga listrik dibangkitkan di pusat-pusat tenaga listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP dan PLTD yang kemudian disalurkan melalui saluran transmisi setelah terlebih dahulu dinaikkan tegangannya oleh transformator penaik tegangan (step up transformator) yang ada di pusat listrik. Kemudian saluran tenaga listrik yang meghubungkan pembangkitan dengan gardu induk (GI) dikatakan sebagai saluran transmisi, karena saluran ini memakai standar tegangan tinggi yang dikatakan sebagai saluran udara tegangan tinggi atau sering disebut dengan singkatan SUTT. Pada saluran transmisi ini dibagi menjadi dua yaitu saluran udara tegangan tinggi (SUTT) dengan tegangan nominal 150 kv dan saluran udara tegangan ekstra tinggi atau sering disingkat dengan SUTET yaitu dengan tegangan nominal 500 kv. Setelah tenaga listrik disalurkan melalui saluran transmisi maka sampailah tenaga listrik di gardu induk (GI) sebagai pusat pengatur beban untuk

5 11 diturunkan tegangannya melalui transformator penurun tegangan (step down transformator) menjadi tegangan menengah atau biasa disebut sebagai tegangan distribusi primer. Tegangan distribusi primer PLN yang berkembang saat ini memiliki tegangan nominal 20 kv. Jaringan distribusi primer yaitu jaringan tenaga listrik yang keluar dari GI yang keluar dari GI baik berupa saluran kabel tanah, saluran kabel udara atau saluran kawat terbuka yang menggunakan standar tegangan menengah dikatakan sebagai jaringan tegangan menengah atau sering disebut dengan singkatan JTM. Setelah tenaga listrik disalurkan melalui jaringan distribusi primer, maka kemudian tenaga listrik diturunkan tegangannya dengan menggunakan trafo distribusi (step down transformator) menjadi tegangan rendah dengan tegangan standar 380/220 Volt. Tenaga listrik yang menggunakan standar tegangan rendah ini kemudian disalurkan melalui suatu jaringan yang disebut jaringan tegangan rendah atau JTR. 2.3 Sistem jaringan Distribusi Jaringan distribusi adalah bagian-bagian rangkaian listrik dari sumber daya sampai saklar pelayanan pelanggan (kwh meter). Saluran distribusi adalah saluran listrik yang dipakai untuk menyalurkan energi listrik dengan tegangan nominal sampai dengan 30 kv (SPLN 73:1987). Fungsi sistem distribusi, untuk menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik dari pusat suplai (gardu induk) ke pusat-pusat beban (gardu distribusi) dan ke konsumen. (SPLN 52-3:1983)

6 12 Secara garis besar jaringan distribusi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: 1. Distribusi primer Distribusi primer adalah jaringan distribusi daya listrik yang bertegangan menengah (20kV). Jaringan distribusi primer tersebut merupakan jaringan penyulang. Jaringan ini berawal dari sisi sekunder trafo daya yang terpasang pada gardu induk hingga ke sisi primer trafo distribusi yang terpasang pada tiang-tiang saluran. 2. Distribusi sekunder Distribusi sekunder adalah jaringan daya listrik yang termasuk dalam kategori tegangan rendah (380/220 Volt), yaitu rating yang sama dengan tegangan peralatan yang dilayani. Jaringan distribusi sekunder bermula dari sisi sekunder trafo distribusi dan berakhir hingga ke alat ukur (kwh meter) pelanggan. Sistem jaringan distribusi sekunder ini disalurkan kepada para pelanggan melalui kawat berisolasi. Untuk lebih jelasnya sistem distribusi dapat dilihat pada Gambar 2.2.

7 13 Gambar 2.2 Sistem distribusi tenaga listrik Dilihat dari pengawatannya dapat kita pisahkan menjadi 2 macam, yaitu : 1. Sistem distribusi 20 kv 3 fasa 3 kawat terdapat pada sistem distribusi 20 kv dengan pentanahan netral tinggi dan pada sistem distribusi 20 kv dengan pentanahan netral rendah. 2. Sistem distribusi 20 kv 3 fasa 4 kawat terdapat pada sistem ditribusi 20 kv dengan netral pentanahan langsung. 2.4 Peralatan-peralatan pada Sistem Distribusi Jaringan distribusi yang baik adalah jaringan yang memiliki perlengkapan dan peralatan yang cukup lengkap, baik itu peralatan guna kontruksi maupun peralatan proteksi. Untuk jaringan distribusi sistem saluran udara, peralatan

8 14 proteksi dipasangkan diatas tiang-tiang listrik berdekatan dekat letak pemasangan trafo, perlengkapan utama pada sistem distribusi tersebut antara lain : 1. Tiang Berfungsi untuk meletakan penghantar serta perlengkapan system seperti Transformator, Fuse, Isolator, Arrester, Recloser. Tiang dibagi menjadi 3 jenis yaitu tiang kayu, besi, dan beton sesuai dengan fungsi bawah tanah. 2. Penghantar Berfungsi sebagai penyaluran arus listrik dari trafo daya pada gardu induk ke konsumen. 3. Kapasitor Berfungsi untuk memperbesar faktor daya pada sistem penyaluran energi listrik. 4. Recloser Berfungsi untuk memutuskan saluran secara otomatis ketika terjadi gangguan dan akan segera menutup kembali beberapa waktu kemudian sesuai dengan setting waktunya. Biasanya alat ini akan disetting untuk 2 kali bekerja, yaitu dua kali pemutusan dan dua kali penyambungan. 5. Fuse Berfungsi untuk memutuskan saluran apabila terjadi gangguan beban lebih maupun adanya gangguan hubung singkat. 6. PMT (Pemutus Tenaga) Berfungsi untuk memutuskan saluran pada tiap out put. Pemutusan dapat terjadi karena adanya gangguan sehingga secara otomatis PMT akan

9 15 membuka ataupun secara manual diputuskan karena adanya pemeliharaan jaringan. 7. Transformator Berfungsi untuk menurukan level tegangan (step down) sehingga sesuai dengan tegangan kerja untuk konsumen yaitu 220/ Isolator Berfungsi untuk melindungi kebocoran arus dari penghantar ke tiang maupun ke penghantar lainya. 9. Sectionalizer atau SSO (Saklar Seksi Otomatis) Pengertian dan Fungsi SSO: 1) SSO atau auto setionalizer adalah saklar yang dilengkapi dengan kontrol elektronik/ mekanik yang digunakan sebagai pengaman seksi jaringan tegangan menengah. 2) SSO sebagai alat pemutus rangkaian/beban untuk memisahmisahkan saluran utama dalam beberapa seksi, agar pada keadaan gangguan permanen, luas daerah (jaringan) yang harus dibebaskan di sekitar lokasi gangguan sekecil mungkin. 3) Bila tidak ada relai recloser di sisi sumber maka SSO tidak berfungsi otomatis (sebagai saklar biasa). Perlengkapan perlengkapan sistem distribusi sangat penting keberadaannya, terutama untuk peralatan proteksi. Agar dapat bekerja dengan baik dan terjaminnya kontinuitas pelayanan, maka harus dilakukan pemeliharaan secara rutin untuk mengetahui kerusakan dan kehandalan dari masing-masing peralatan tersebut.

10 16 Pemeliharan peralatan yang rutin sangat penting dilakukan agar setiap saat dapat diawasi keadaannya apakah masih layak dipakai atau tidak. 2.5 Bentuk Konfigurasi Jaringan Sistem Distribusi Sedikitnya ada 3 jenis konfigurasi sistem distribusi primer yang sesuai dengan spesifikasi PLN adalah : 1. Radial 2. Lingkar / Ring (Loop) 3. Spindle Pemilihan jenis konfigurasi untuk sistem distribusi tegangan menengah tergantung kepada beberapa faktor antara lain faktor kawasan, kapasitas beban dan peruntukan. Untuk tujuan meningkatkan pelayanan tenaga listrik kepada konsumen modifikasi konfigurasi jaringan dilapangan sering dilakukan dengan harapan dapat melancarkan tugas operasi sistem dengan mempertahankan kontinuitas suplai pada konsumen. Berikut adalah sedikit penjelasan dengan bentuk bentuk dari konfigurasi sistem distribusi tegangan menengah: 1. Konfigurasi Sistem Radial Sistem pola radial adalah yang paling sederhana dan paling banyak dipakai. Jaringan ini terdiri atas feeder atau penyulang yang merupakan rangkaian tersendiri yang seolah-olah keluar dari suatu sumber atau wilayah tertentu secara radial.

11 17 150/70 kv 20 kv TRAFO GI GARDU DISTRIBUSI PMT GARDU DISTRIBUSI BEBAN Gambar 2.3 Konfigurasi jaringan sistem radial Spesifikasi dari jaringan bentuk radial ini adalah: Kelebihan : 1) Bentuknya sederhana. 2) Biaya investasinya relatif murah. Kekurangan : 1) Kualitas pelayanan dayanya relatif jelek, karena rugi tegangan dan rugi daya yang terjadi pada saluran relatif besar. 2) Kontinyuitas pelayanan daya tidak terjamin, sebab antara titik sumber dan titik beban hanya ada satu alternatif saluran sehingga bila saluran tersebut mengalami gangguan, maka seluruh rangkaian sesudah titik gangguan akan mengalami "black out" secara total.

12 18 2. Konfigurasi Sistim Lingkar / Ring (Loop) Salah satu cara mengurangi lama interupsi daya yang di sebabkan gangguan adalah dengan merancang feeder sebagai loop dengan menyambung kedua ujung saluran. Dalam hal ini pelanggan dapat memperoleh pasokan dari dua arah lainnya. Sehingga apabila terjadi gangguan pada section 1, dengan sistem jaringan loop ini kebutuhan pasokan listrik pada section 2 dapat dimanuver dari feeder yang lain. Gambar 2.4 Konfigurasi jaringan ring/loop Bentuk loop ini ada 2 macam, yaitu: 1) Open Loop Konfigurasi jaringan Open Loop ini merupakan pengembangan dari sistem radial, sebagai akibat diperlukannya keandalan yang lebih tinggi dan umumnya sistem ini dapat dipasok dalam satu gardu induk. Dimungkinkan juga dari gardu induk lain tetapi harus dalam satu sistem di sisi tegangan tinggi karena hal ini diperlukan untuk memudahkan manuver beban pada saat terjadi gangguan atau kondisi-kondisi pengurangan beban. Proteksi untuk sistem ini

13 19 masih sederhana tetapi harus memperhitungkan panjang jaringan pada titik manuver terjauh di sistem tersebut. Sistem ini umunya banyak digunakan di PLN baik pada SUTM (Saluran Udara Tegangan Menengah maupun SUTR (Saluran Udara Tegangan Rendah). 150/70 kv TRAFO GI-1 Open loop dari 2 GI 150/70 kv TRAFO GI-2 20 kv 20 kv PMT PMT PMT PMT GARDU DISTRIBUSI GARDU DISTRIBUSI BEBAN Open loop dari 1 GI BEBAN Gambar 2.5 Konfigurasi jaringan open loop 2) Close Loop Konfigurasi Jaringan Close Loop ini layak digunakan untuk jaringan yang dipasok dari satu gardu induk, memerlukan sistem proteksi yang cukup rumit biasanya menggunakan relai arah (directional relay). Sistem ini mempunyai kehandalan yang lebih tinggi dibandingkan sistem lainnya, dan sistem ini jarang digunakan di PLN tetapi biasanya dipakai untuk pelangganpelanggan khusus yang membutuhkan keandalan tinggi.

14 20 150/70 kv 20 kv PMT TRAFO GI GARDU DISTRIBUSI BEBAN Close Loop GARDU DISTRIBUSI Gambar 2.6 Konfigurasi jaringan close loop 3. Konfigurasi Sistem Spindle Sistem spindle adalah suatu pola konfigurasi jaringan dari pola radial dan ring. Spindle terdiri dari beberapa penyulang (feeder) yang tegangannya diberikan dari gardu induk dan tegangan tersebut berakhir pada gardu hubung (GH). Pada sebuah jaringan spindle biasanya terdiri dari beberapa penyulang aktif dan sebuah penyulang cadangan yang akan dihubungkan melalui gardu hubung. Gambar 2.7 Konfigurasi jaringan pola spindel

15 Proteksi Distribusi Tenaga Listrik Proteksi sistem tenaga listrik adalah sistem proteksi yang dipasang pada peralatan-peralatan listrik suatu sistem tenaga listrik, misalnya generator, transformator, jaringan dan lain-lain, terhadap kondisi abnormal operasi sistem itu sendiri. Kondisi abnormal itu dapat berupa antara lain: hubung singkat, tegangan lebih, beban lebih, frekuensi sistem rendah, dan lain-lain Manfaat Sistem Proteksi 1. Menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatan-peralatan akibat gangguan (kondisi abnormal operasi sistem). Semakin cepat reaksi perangkat proteksi yang digunakan maka akan semakin sedikit pengaruh gangguan kepada kemungkinan kerusakan pada peralatan-peralatan yang ada di jaringan distribusi. 2. Cepat melokalisir luas daerah yang mengalami gangguan, menjadi sekecil mungkin. 3. Dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi kepada konsumen dan juga mutu atau kontinyuitas listrik yang baik. 4. Mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik. Dalam distribusi, pembangkitan dan transmisi energi listrik, gangguan selalu terjadi. Pada umumnya gangguan tersebut merupakan gangguan hubung singkat, baik hubung singkat antar fasa atau fasa dengan tanah atau keduanya. Gangguan itu menimbulkan arus yang besar dan dapat merusak peralatan dan sistem yang ada.

16 22 Beberapa pengaman yang sering digunakan antara lain : 1. Fuse Cut Out (FCO) 2. Arrester 3. Pemisah (PMS) 4. Pemutus Tenaga (PMT) 5. Recloser Fuse Cut Out Fungsi umum pelebur dalam suatu rangkaian listrik adalah setiap saat menjaga atau mengamankan rangkaian berikut peralatan atau perlengkapan yang tersambung padanya dari kerusakan, dalam batas nilai pengenalnya. Kesempurnaan kerja pelebur tidak hanya tergantung pada ketelitian pembuatanya, tetapi juga pada ketepatan pengunaanya dan perhatian atau perawatan yang diberikan padanya setelah dilakukan pemasangan. Jika pelebur tidak secara tepat digunakan dan dipelihara, dapat menimbulkan kerusakan berarti pada peralatan yang dilindungi. Pengaman ini banyak digunakan pada sistem jaringan distribusi 20 kv karena disamping harganya murah juga mudah dalam pemasangannya dan dalam pengoperasianya. Kelemahan dari fuse cut out ialah penggunaanya terbatas pada daya yang kecil.

17 23 Fuse tidak dilengkapi pemadam busur api, sehingga bila digunakan untuk daya yang besar, fuse tidak mampu meredam busur api yang timbul pada saat terjadi gangguan. Gambar 2.8 Pengaman lebur atau fuse cut out Macam-macam Fuse Pengaman yang digunakan untuk tegangan di atas 600 Volt digolongkan dalam Distribution Cut Out atau Power Fuse. Berdasarkan cara kerjanya fuse dibedakan menjadi : 1. Current Zero Awaiting Type, contohnya Expultion Fuse. 2. Current Zero Shifting Type, contohnya Current Limiting. Sedang berdasarkan bentuk dan fisiknya fuse dapat dibedakan menjadi : 1. Enclosed (tertutup). 2. Open (terbuka). 3. Open Link (elemen terbuka).

18 Arrester Arrester adalah suatu alat pelindung bagi peralatan sistem tenanga listrik terhadap surja petir. Alat pelindung terhadap gangguan surja ini berfungsi melindungi peralatan sistem tanaga listrik dengan cara membatasi surja tegangan lebih yang datang dan mengalirkan ke tanah. Arrester yang ideal harus mempunyai karakteristik sebagai berikut : 1. Pada sistem tegangan yang normal arrester tidak bekerja. 2. Setiap gelombang transien dengan tegangan puncak yang lebih tinggi dari tegangan tembus arrester harus mempu mengalirkan arus ketanah. 3. Arrester harus mampu mengalirkan arus surja ke tanah tanpa merusak arrester itu sendiri tanpa menyebabkan tegangan pada terminal arrester lebih tinggi dari tegangan sumbunya. Arus tidak boleh mengalir ke tanah setelah gangguan diatasi. Bagian-bagian dan meliputi: 1. Elektroda Terdapat dua elektroda pada arrester, yaitu elektroda atas yang menghubungkan dengan bagian yang bertegangan dan elektroda bawah yang dihubungkan dengan tanah. 2. Spark Gap Apabila terjadi tegangan lebih oleh surja petir atau surja hubung pada arrester yang terpasang, maka pada spark gap atau sela percik akan terjadi busur api.

19 25 3. Tahanan katup/kran Tahanan yang dipergunakan dalam arrester ini adalah suatu jenis material yang sifat tahananya dapat berubah bila mendapatkan tegangan. 2.8 Pemisah (PMS) Disconnecting switch atau pemisah (PMS) suatu peralatan sistem tenaga listrik yang berfungsi sebagai saklar pemisah rangkaian listrik tanpa arus beban (memisahkan peralatan listrik dari peralatan lain yang bertegangan), dimana pembukaan atau penutupan PMS ini hanya dapat dilakukan dalam kondisi tanpa beban. Pengertian dan fungsi Pemisah (PMS) Pemisah adalah suatu alat untuk memisahkan tegangan pada peralatan instalasi tegangan tinggi. Ada dua macam fungsi PMS, yaitu: 1. Pemisah peralatan Berfungsi untuk memisahkan peralatan listrik dari peralatan lain atau instalasi lain yang bertegangan. PMS ini boleh dibuka atau ditutup hanya pada rangkaian yang tidak berbeban. 2. Pemisah Tanah (Pisau Pentanahan/Pembumian) Berfungsi untuk mengamankan dari arus tegangan yang timbul sesudah saluran tegangan tinggi diputuskan atau induksi tegangan dari penghantar atau kabel lainnya. Hal ini perlu untuk keamanan bagi orang-orang yang bekerja pada peralatan instalasi.

20 26 Gambar 2.9 Single line PMS 2.9 PMT (Pemutus Tenaga) PMT (Pemutus Tenaga) adalah saklar yang dapat digunakan untuk menghubungkan atau memutuskan instalasi listrik dalam keadaan berbeban sesuai dengan ratingnya. Pada saat PMT menghubungkan atau memutuskan arus listrik (beban) terjadi busur api. Untuk memadamkan busur api, PMT dilengkapi dengan media pemadam busur api antara lain berupa : minyak, udara dan gas.

21 27 Gambar 2.10 Pemutus Tenaga (PMT) Recloser Pengertian Recloser (Pemutus Balik Otomatis) Recloser adalah pemutus balik otomatis (Automatis Circuits Reclosers) secara fisik mempunyai kemampuan sebagai pemutus beban yang dapat bekerja secara otomatis untuk mengamankan sistem dari arus lebih yang diakibatkan adanya gangguan hubung singkat. Recloser digunakan sebagai pelengkap untuk pengaman terhadap gangguan temporer dan membatasi luas daerah yang padam akibat gangguan. Recloser bekerja secara otomatis untuk mengamankan sistem yang diakibatkan adanya gangguan hubung singkat. Bekerjanya untuk menutup balik dan membuka secara otomatis dan dapat diatur selang waktunya.

22 28 Gambar 2.11 Kondisi recloser yang terpasang di jaringan 20 kv Prinsip Kerja Recloser Relai penutup balik umumnya mempunyai dua elemen utama, yaitu : 1. Dead Time Element Berfungsi untuk menentukan selang waktu dari saat PMT trip sampai PMT diperintah masuk kembali, dan dead time element ini dimaksudkan untuk memadamkan busur api gangguan. 2. Blocking Time Element Berfungsi untuk memblok elemen Dead Time Delay selama beberapa waktu setelah bekerja memasukkan PMT, blocking time

23 29 dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada PMT guna memulihkan tenaganya setelah habis untuk melakukan suatu siklus auto reclosing. Recloser akan mulai bekerja saat mendapat tegangan positif dari ground fault relay (GFR) yaitu ketika relai GFR bekerja memberika perintah trip ke PMT. Elemen yang start adalah elemen DT (Dead Time Delay Element). Setelah beberapa waktu elemen DT menutup kontaknya dan memberi perintah masuk ke PMT dan mengenergise elemen BT (Blocking Time Delay Element). Element DT ini segera membuka rangkaian closing coil PMT sehingga PMT tidah bisa reclose. Setelah beberapa waktu sesuai settingannya element BT akan reset yang berarti DT dapat bekerja kembali siap untuk melakukan penutupan lagi.

24 30 Diagram Pengawatan Prinsip Kerja Recloser CT PMT TC CC GFR S C Keterangan gambar: S = saklar on-off DT = dead time element BT = blocking time element C = counter / penghitung kerja relai TC = trip coil CC = closing coil DT BT + Gambar 2.12 Rangkaian reclosing relai Cara Kerja : Ketika terjadi gangguan, relai GFR memberikan perintah trip ke PMT dan pada saat yang sama juga akan menjalankan reclosing-relay. Setelah dead time t1 yang sangat pendek (kurang dari 0,6 detik), relai memberikan perintah reclose ke PMT. Jika gangguan masih ada, PMT akan trip kembali dan reclosing-relay akan melakukan reclose yang kedua setelah dead time t2 yang cukup lama (antara sec). Jika gangguan masih ada, maka PMT akan trip kembali dan reclosing-relay akan

25 31 melakukan reclose yang ketiga setelah dead time (t3=t2). Bila terjadi gangguan lagi dalam periode blocking tb3, maka PMT akan trip dan lock-out. Dalam penggunaan multi-shot reclosing harus disesuaikan dengan siklus kerja (duty cycle) dari PMT. Berikut ini adalah beberapa setting waktu pada gangguan yang terjadi: 1. Setting recloser terhadap gangguan permanen Interval 1 st : 2 detik 2 nd : 5 detik Lock out : 3x trip (reclose 2x) Reset delay : 90 detik 2. Setting recloser terhadap gangguan temporer sama dengan gangguan permanen yang membedakan adalah tidak ada trip ke Komponen Komponen Recloser Di dalam Recloser terdapat komponen komponen pendukungnya yaitu : 1. PMT (Pemutus Tenaga) PMT adalah bagian dari recloser yang berhubungan langsung dengan tegangan menengah 20 kv yang mana PMT tersebut mengadakan interruptor pada saat pemasukan dan pelepasan beban. PMT recloser selalu dilengkapi dengan pemadam busur api seperti menggunakan media minyak, vacuum, atau gas SF6.

26 32 2. Kontrol elektronik Kontrol elektronik pada recloser adalah peralatan pengontrol yang mengatur pemasukan dan pelepasan PMT dimana dari kontrol ini setting recloser ditentukan. Kontrol elektronik ini terdiri dari beberapa kelengkapan sebagai berikut : 1) Batere. 2) Switch untuk pengoperasian. 3) Lampu control. 4) Reclosing relay Klasifikasi Recloser 1. Recloser menurut jumlah fasanya dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : 1) Fasa tunggal Recloser ini dipergunakan sebagai pengaman saluran fasa tunggal, misalnya saluran cabang fasa tunggal dari saluran utama fasa tiga. 2) Fasa tiga Fasa tiga umumnya untuk mengamankan saluran tiga fasa terutama pada saluran utama. 2. Recloser menurut media peredam busur apinya dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: 1) Media minyak 2) Vaccum 3) SF6

27 33 3. Recloser menurut peralatan pengendalinya (control) dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: 1) PBO Hidrolik (kontrol hidrolik) Recloser ini menggunakan kumparan penjatuh yang dipasang seri terhadap beban. Bila arus yang mengalir pada recloser 200% dari arus setting-nya, maka kumparan penjatuh akan menarik tuas yang secara mekanik membuka kontak utama recloser. 2) PBO Terkontrol Elektrik Cara kontrol elektronis lebih fleksibel, lebih mudah diatur dan diuji secara lebih teliti dibanding recloser terkontrol hidrolis. Perlengkapan elektronis diletakkan dalam kotak yang terpisah. Pengubah karakteristik, tingkat arus penjatuh, urutan operasi dari recloser terkontrol elektronis dapat dilakukan dengan mudah tanpa mematikan dan mengeluarkan dari tangki recloser. 4. Berdasarkan tipe perintah reclosing ke PMT dapat dibedakan dalam dua jenis reclosing relay, yaitu : 1) Single Shot Reclosing Relay Jenis ini hanya dapat memberikan perintah reclosing kepada CB (Circuit Breaker) sebanyak satu kali saja dan baru dapat melakukan reclosing lagi setelah jangka waktu blocking time berakhir. Apabila terjadi gangguan selama periode blocking time belum berakhir, maka CB akan trip yang kemudian mengunci (lock-out).

28 34 2) Multi Shot Reclosing Relay Jenis relay ini dapat melakukan reclosing lebih dari satu kali, umunya tiga kali. Apabila terjadi gangguan, relay akan memberikan perintah trip kepada CB dan pada saat yang sama mengerjakan relay dengan mengoperasikan DT (dead-time). Setelah jangka waktu dead-time pertama yang sangat pendek (< 0,6 detik) berakhir, relay memberikan perintah menutup ke CB. Jika ternyata gangguan masih ada, CB akan trip kembali dan relay akan melakukan proses reclosing untuk yang kedua. Setelah jangka waktu dead time kedua berakhir (sekitar 15 sampai 60 detik) maka CB akan menutup. Jika ternyata gangguan masih ada, CB akan trip kembali dan relay akan melakukan reclose untuk siklus yang ketiga. Setelah jangka waktu dead time ketiga berakhir (sekitar 1 sampai 3 menit) maka CB akan menutup. Jika gangguan masih ada selama jangka waktu blocking time masih berlangsung maka CB akan trip dan mengunci (lockout) Gangguan Pada dasarnya gangguan yang sering terjadi pada sistem distribusi saluran 20 kv dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu gangguan dari luar sistem dan gangguan dari dalam sistem. Gangguan yang berasal dari luar sistem disebabkan oleh sentuhan daun/ pohon pada penghantar, sambaran petir, manusia, binatang, cuaca dan lain-lain. Sedangkan gangguan yang datang dari dalam sistem dapat berupa kegagalan dari fungsi peralatan sistem, kerusakan dari peralatan jaringan, kerusakan dari peralatan pemutus beban dan kesalahan pada alat pendeteksi.

29 35 Klasifikasi gangguan yang terjadi pada jaringan distribusi (hutauruk,1987:4) adalah: 1. Dari jenis gangguanya, antara lain: 1. Gangguan dua fasa atau tiga fasa melalui hubungan tanah. 2. Gangguan fasa ke fasa. 3. Gangguan dua fasa ke tanah. 4. Gangguan satu fasa ke tanah atau gangguan tanah. 2. Dari lamanya gangguan, antara lain: 1. Gangguan permanen. 2. Gangguan temporer Penyebab gangguan Gangguan biasanya diakibatkan oleh kegagalan isolasi diantara penghantar fasa atau antara fasa dengan tanah. Efek dari kegagalan isolasi terhadap sistem yaitu menghasilkan arus yang cukup besar. Penyebab terjadinya gangguan pada jaringan distribusi disebabkan oleh: 1) Kesalahan mekanis. 2) Kesalahan thermis. 3) Kesalahan karena tegangan lebih. 4) Kesalahan karena material yang cacat atau rusak.

30 36 5) Gangguan hubung singkat. 6) Konduktor putus. Faktor-faktor penyebab terjadinya gangguan pada jaringan distribusi adalah karena: 1) Surja petir. 2) Burung atau daun-daun. 3) Polusi debu. 4) Pohon-pohon yang tumbuh didekat jaringan. 5) Keretakan pada isolator. 6) Andongan yang terlalu kendor Akibat Dari Gangguan Akibat yang paling serius dari gangguan adalah kebakaran yang tidak hanya akan merusak peralatan dimana gangguan terjadi tetapi bisa berkembang ke sistem dan akan menyebabkan kegagalan total dari sistem. Berikut ini akibat-akibat yang disebabkan oleh gangguan: 1. Penurunan tegangan yang cukup besar pada sistem daya sehingga dapat merugikan pelanggan atau mengganggu kerja peralatan listrik. 2. Bahaya kerusakan pada peralatan akibat overheating (pemanasan berlebih) dan akibat tekanan mekanis (alat pecah dan sebagainya). 3. Terganggunya stabilitas sistem dan ini dapat menimbulkan pemadaman menyeluruh pada sistem energi listrik.

31 Jenis Gangguan Gangguan yang terjadi pada sistem distribusi biasanya merupakan gangguangangguan yang terkait dengan saluran penghantar dan peralatan-peralatan gardu distribusi seperti trafo distribusi, kawat pentanahan dan sebagainya. Gangguan pada sistem distribusi dapat dikategorikan sebagai berikut: 1. Gangguan hubung singkat Gangguan hubung singkat pada sistem tenaga listrik terjadi ketika isolasi peralatan gagal karena tegangan lebih yang disebabkan oleh petir, kontaminasi isolasi, atau penyebab teknis lainnya. 2. Gangguan beban lebih (Over Load) Gangguan beban lebih terjadi karena pembebanan sistem distribusi yang melebihi kapasistas yang terpasang. Gangguan ini sebenarnya bukan gangguan murni, tetapi bila dibiarkan terus menerus berlangsung dapat merusak peralatan. 3. Gangguan tegangan lebih (Over Voltage) Gangguan tegangan lebih termasuk gangguan yang sering terjadi pada saluran distribusi. Berdasarkan penyebabnya maka gangguan tegangan lebih ini dapat dikelompokan atas dua hal: 1) Tegangan lebih over frekuensi Pada sistem distribusi hal ini biasanya disebabkan oleh kesalahan pada AVR (Automatic Voltage Regulator) atau pengatur tap pada trafo distribusi.

32 38 2) Tegangan lebih surja Gangguan ini biasanya disebabkan oleh surja hubung atau surja petir. Dari ketiga jenis gangguan tersebut, gangguan yang lebih sering terjadi dan berdampak sangat besar bagi sistem distribusi adalah gangguan hubung singkat. Sehingga peralatan proteksi yang dipasang cenderung mengatasi gangguan hubung singkat ini Pencegahan Gangguan Sistem tenaga listrik dikatakan baik apabila dapat mencatu dan menyalurkan tenaga listrik ke konsumen dengan tingkat keandalan yang tinggi. Keandalan di sisi meliputi kelangsungan, stabilitas, dan harga per kwh yang terjangkau oleh konsumen. Pemadaman listrik yang sering terjadi akibat gangguan yang tidak bisa diatasi oleh sistem pengamannya. Keadaan ini akan sangat menggangu kelangsungan penyaluran tenaga listrik, naik turunnya kondisi tegangngan dan catu daya listrik pun bisa merusak peralatan listrik. Pencegahan pada gangguan pada sistem tenaga listrik bisa dikategorikan menjadi dua langkah sebagai berikut : 1. Usaha Memperkecil Terjadinya Gangguan Cara yang ditempuh, antara lain: 1) Membuat isolasi yang baik untuk semua peralatan. 2) Membuat koordinasi isolasi yang baik antara ketahanan isolasi peralatan dan penangkal petir (arrester).

33 39 3) Membuat kawat tanah dan membuat tahanan tanah pada kaki menara sekecil mungkin, serta selalu mengadakan pengecekan. 4) Membuat perencanaan yang baik untuk mengurangi pengaruh luar mekanis dan mengurangi atau menghindarkan sebab-sebab gangguan karena binatang, manusia, pohon, dan lain sebagainya. 5) Pemasangan yang baik, artinya pada saat pemasangan harus mengikuti peraturan-peraturan yang baku. 6) Menghindari kemungkinan kesalahan operasi, yaitu dengan membuat prosedur tata cara operasional (standing operational procedur) dan membuat jadwal pemeliharaan yang rutin. 7) Memasang kawat tanah pada SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi) dan gardu induk untuk melindungi terhadap sambaran petir. 8) Memasang lightning arrester (penangkal petir) untuk mencegah kerusakan pada peralatan akibat sambaran petir. 2. Usaha Mengurangi Kerusakan Akibat Gangguan Beberapa cara untuk mengurangi pengaruh akibat gangguan, antara lain sebagai berikut: 1) Mengurangi akibat gangguan, misalnya dengan membatasi arus hubung singkat, caranya dengan menghindari konsentrasi pembangkitan atau dengan memakai impedansi pembatas arus, pemasangan tahanan, atau reaktansi untuk sistem pentanahanya

34 40 sehingga arus gangguan satu fasa terbatas. Pemakaian peralatan yang tahan atau handal terhadap terjadinya arus hubung singkat. 2) Secepatnya memisahkan bagian sistem yang terganggu dengan memakai pengaman lebur atau dengan relai pengaman dan pemutus beban dengan kapasasitas pemutusan yang memadai. 3) Merencanakan agar bagian sistem yang terganggu harus dipisahkan dari sistem tidak akan menggangu operasi sistem secara keseluruhan atau penyaluran tenaga listrik ke konsumen tidak terganggu. Hal ini bisa dilakukan, misalnya dengan : 1) Memakai saluran ganda atau memakai saluran yang membentuk ring. 2) Memakai penutup balik otomatis. 3) Memakai generator cadangan atau pembangkitan siap pakai. 4) Mempertahankan stabilitas sistem selama terjadi gangguan, yaitu dengan memakai pengatur tegangan otomatis yang cepat dan karakteristik kestabilan generator yang memadai. 5) Membuat data/pengamatan gangguan yang sistematis dan efektif, misalnya dengan menggunakan alat pencabut gangguan untuk mengambil langkah langkah pencegahan lebih lanjut.

35 Sistem Keandalan Definisi klasik dari keandalan adalah peluang berfungsinya suatu alat atau sistem secara memuaskan pada keadaan tertentu dan dalam periode waktu tertentu pula. Dapat juga dikatakan kemungkinan atau tingkat kepastian suatu alat atau sistem akan berfungsi secara memuaskan pada keadaan tertentu dalam periode waktu tertentu pula. Dalam pengertian ini, tidak hanya peluang dari kegagalan tetapi juga banyaknya, lamanya, dan frekuensinya juga penting. Kemungkinan atau tingkat kepastian sedemikian itu tidak dapat diduga dengan pasti, tetapi dapat dianalisa atas dasar logika ilmiah. Untuk mengevaluasi keandalan jaringan distribusi digunakan teknik analisis menggunakan rumus matematik, yaitu indeks keandalan dasar digunakan laju kegagalan λ (kegagalan/tahun), Rata-rata waktu keluar (outage) r (jam/kegagalan) dan rata-rata ketidaktersedian tahunan U (jam/tahun). Sedangkan indeks berbasis sistem diantaranya adalah SAIFI dan SAIDI. Secara umum keandalan didefinisikan sebagai kemungkinan (probability) dari suatu sistem yang mampu bekerja sesuai dengan kondisi operasi tertentu dalam jangka waktu yang ditentukan, dengan kata lain keandalan disebut juga dengan kecukupan atau ketersediaan. Keandalan memiliki sifat non deterministik (terjadi secara kebetulan) tapi probabilistik (suatu yang bersifat acak, tidak pasti, namun dianalisa dengan teori probabilitas).

36 42 Dalam mendefinisikan keandalan terhadap gangguan terdapat empat faktor yang memegang peranan penting yaitu: 1. Kemungkinan (probability) Angka yang menyatakan berapa kali gangguan terjadi dalam waktu tertentu pada suatu sistem atau saluran. 2. Bekerja Dengan Baik (performance) Menunjukan kriteria kontinuitas suatu saluran sistem penyaluran tenaga listrik tanpa mengalami gangguan. 3. Periode Waktu Periode waktu adalah lama suatu saluran bekerja dengan baik sesuai dengan fungsinya. Semakin lama saluran digunakan, maka akan semakin banyak kemungkinan terjadinya kegagalan. 4. Kondisi Operasi Kondisi operasi yang dimaksud disini adalah keadaan lingkungan kerja dari suatu jaringan seperti pengaruh suhu, kelembaban udara dan getaran yang mempengaruhi kondisi operasi Metode Section Technique Dalam perkembangan dunia kelistrikan, semakin banyak metode yang digunakan dalam mencari nilai keandalan salah satunya metode section technique. Metode section technique di dalam perhitungannya membagi suatu topologi jaringan menjadi beberapa

37 43 section dan lebih mudah dikerjakan. Dengan menggunakan metode ini maka dapat diketahui area mana pada jaringan yang perlu diperbaiki keandalannya. Baik melalui pemeliharaan maupun otomatisasi sistem. Section Technique merupakan suatu metode terstruktur untuk menganalisa suatu sistem. Metode ini dalam mengevaluasi keandalan sistem distribusi didasarkan pada bagaimana suatu gangguan atau kegagalan dari suatu peralatan mempengaruhi operasi sistem. Membagi batas area pada section berdasarkan letak sectionalizer. Efek atau konsekuensi dari gangguan individual peralatan secara sistematis diindentifikasi dengan penganalisaan apa yang terjadi jika gangguan terjadi. Kemudian masing-masing kegagalan peralatan dianalisis dari semua titik beban (load point). Data yang digunakan dalam perhitungan metode section technique adalah sebagai berikut : 1. Data kapasitas dan beban transformator pada sistem distribusi. 2. Data panjang saluran jaringan distribusi. 3. Data jenis penghantar jaringan distribusi. 4. Data jumlah pelanggan. 5. Data gangguan Data-data tersebut digunakan untuk menganalisis keandalan sistem jaringan distribusi dengan mengunakan metode section technique.

38 44 Sistem kerja metode section technique adalah sebagai berikut : Input Topologi jaringan Mekanisme pengaman sistem pemulihan gangguan Laju kegagalan peralatan Waktu perbaikan kerusakan Section technique Output SAIFI SAIDI Gambar 2.13 Skema sistem kerja metode section technique

39 45 Berikut ini adalah alur pengerjaan section technique sebagaimana terlihat pada gambar Gambar 2.14 Alur pengerjaan section technique 2.14 Keandalan Sistem Distribusi 20 kv Angka/Laju Kegagalan/ failure rate (λ) Laju kegagalan λ adalah harga rata-rata dari jumlah kegagalan per satuan waktu pada suatu selang waktu pengamatan (T). Laju kegagalan ini dihitung dengan satuan kegagalan per tahun.

40 46 Untuk selang waktu pengamatan diperoleh : Keterangan : λ = Total number of failures total of unit test or operating times = f T...(2.1) λ = Angka/laju kegagalan (failure rate). f = Jumlah kegagalan (Total number of failure) adalah jumlah kegagalan /gangguan/padam. T = total of unit test or operating times yaitu jumlah lamanya selang waktu pengamatan. Rumus diatas menjelaskan bahwa angka /laju kegagalan diperoleh banyaknya padam dibagi dengan waktu, sesuai dengan total waktu pengamatan. SAIFI (System Average Interruption Frequency Index) merupakan indeks yang menyatakan banyaknya gangguan (padam) yang terjadi dalam selang waktu tertentu pada pelanggan dalam suatu sistem secara keseluruhan. SAIFI = Ʃλi.Ni ƩN = jumlah gangguan pelanggan jumlah pelanggan...(2.2) Keterangan : λ i = angka /laju kegagalan pada bagian i. N i = Jumlah pelanggan yang padam pada bagian i. N = Total pelanggan yang dilayani.

41 47 Rumus di atas menjelaskan bahwa SAIFI diperoleh dari jumlah banyaknya padam dikalikan dengan jumlah pelanggan yang padam dibagi dengan total pelanggan yang dilayani. Sehingga apabila pelanggan padam berulang kali dalam sebulan selama satu tahun maka pelanggan padam akan ditambahkan Waktu / Lama kegagalan (U) Lama kegagalan ini merupakan fungsi dari waktu atau umum dari sistem atau saluran selama beroperasi. Untuk menghitung lama gangguan rata-rata (Average Annual Outage Time). U= Ʃt T...(2.3) Keterangan : t = Lamanya gangguan. T = Jumlah lamanya selang waktu pengamatan. u = Waktu kegagalan. Rumus diatas menjelaskan bahwa waktu kegagalan diperoleh dari jumlah lamanya gangguan dibagi jumlah lamanya selang waktu pengamatan. SAIDI (System Average Interruption Duration Index) merupakan suatu indek yang menyatakan lamanya gangguan (pemadaman) yang terjadi dalam selang waktu tertentu.

42 48 SAIDI = jumlah durasi gangguan pelanggan jumlah pelanggan = ƩUi.Ni ƩN...(2.4) Keterangan : U i = Lama kegagalan pada bagian i. N i = Jumlah pelanggan yang padam pada bagian i. N = Jumlah pelanggan yang dilayani. Rumus di atas menjelaskan bahwa SAIDI diperoleh dari jumlah lamanya kegagalan dikalikan dengan jumlah pelanggan yang padam dibagi dengan total pelanggan yang dilayani. Dalam penelitian ini diambil data gannguan recloser tahun 2015 selama 11 bulan yaitu bulan Januari - November Kepuasan Pelanggan Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja yang diharapkan (Kotler,2005). Pada dasarnya tujuan dari suatu bisnis adalah untuk menciptakan para konsumen agar merasa puas. Terciptanya kepuasan konsumen dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya hubungan antara perusahaan dan konsumen menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas konsumen, dan membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut yang menguntungkan perusahaan.

43 49 Konsumen akan memiliki harapan mengenai bagaimana produk tersebut seharusnya berfungsi (performance expectation), harapan tersebut adalah standar kualitas yang akan dibandingkan dengan fungsi atau kualitas produk yang sesungguhnya dirasakan konsumen. Fungsi produk yang sesungguhnya dirasakan nasabah sebenarnya adalah persepsi nasabah terhadap kualitas produk tersebut. Di dalam mengevaluasi kualitas suatu produk atau jasa, konsumen akan menilai berbagai atribut (dimensi kualitas pelayanan dan dimensi kualitas produk). Kaitan antara kepuasan konsumen dan kesetiaan konsumen tidak bersifat proporsional. Andaikan kepuasan konsumen diberi peringkat dengan skala satu sampai lima. Pada level kepuasan konsumen yang sangat rendah (level satu), para konsumen cenderung menjauhi perusahaan dengan menyebarkan cerita jelek tentang perusahaan tersebut. Pada level dua sampai empat, konsumen agak puas tetapi masih merasa mudah untuk beralih ketika tawaran yang lebih baik muncul. Pada level kelima, konsumen sangat cenderung membeli ulang dan bahkan menyampaikan cerita pujian tentang perusahaan. Kepuasan atau rasa senang yang tinggi menciptakan ikatan emosional dengan merek atau perusahaan tersebut, tidak sekedar suka yang berlebihan. Persepsi konsumen mengenai mutu suatu jasa dan kepuasan menyeluruh, mereka memiliki beberapa indikator / petunjuk yang bisa dilihat. Konsumen mungkin tersenyum ketika mereka berbicara mengenai barang atau jasa. Konsumen mungkin mengatakan hal-hal yang bagus tentang barang atau jasa. Senyum suatu bukti bahwa seseorang puas, cemberut sebaliknya mencerminkan kekecewaan.

44 50 Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan tentang sikap dan persepsi konsumen mengenai barang / jasa dengan meneliti manifestasi yang terkait dengan produk / jasa yang dilihat. Manifestasi yang terlihat adalah jawaban - jawaban yang diberikan para pelanggan melalui pengisian kuesioner kepuasan konsumen. Kalau para konsumen menunjukkan hal-hal yang bagus tentang produk / jasa pada kuesioner kepuasan pelanggan dan mendemonstrasikan indikasi perilaku positif lainnya. Ketika membentuk suatu kuesioner atau skala yang menilai sikap dan persepsi konsumen dalam upaya membentuk kebutuhan konsumen, perlu mempertimbangkan isu ukuran untuk menjamin bahwa skor yang diperoleh dari instrumen berupa kuesioner mencerminkan informasi yang akurat tentang kontrak yang mendasarinya. Tekanan pada isu pengukuran dalam kepuasan pelanggan sama pentingnya dengan isu pengukuran mengenai instrumen yang dirancang untuk mengukur obyek berupa barang yang bisa diraba Model Pengukuran Kepuasan Konsumen Ada beberapa metode yang dapat dipergunakan untuk mengukur dan memantau kepuasan konsumen. Tjiptono (2007) mengemukakan terdapat empat metode untuk mengukur kepuasan konsumen, salah satunya yaitu metode survei kepuasan konsumen. Metode survei kepuasan konsumen Melalui survei, perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik secara langsung dari konsumen dan sekaligus juga memberikan tanda (signal)

45 51 positif bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap konsumen. Pengukuran kepuasan dapat dilakukan dengan berbagai cara (Tjiptono, 2007): 1) Directly reported satisfaction Pengukuran dilakukan secara langsung, melalui pertanyaan dengan skala sebagai berikut; sangat tidak puas, tidak puas, netral, puas, sangat puas. 2) Derived dissatisfaction Pertanyaan yang diajukan menyangkut dua hal utama, yakni besarnya harapan palanggan terhadap atribut tertentu dan besarnya yang mereka rusak. 3) Problem analysis Pelanggan yang dijadikan responden diminta untuk mengungkapkan dua hal pokok. Pertama, masalah-masalah yang mereka hadapi berkaitan dengan penawaran dari perusahaan. Kedua, saran-saran untuk melakukan perbaikan. 4) Importance-performance analysis Dalam teknik ini, responden diminta untuk merangking berbagai elemen (atribut) dari penawaran berdasarkan derajat pentingnya setiap elemen tersebut. Selain itu responden juga diminta merangking seberapa baik kinerja perusahaan dalam masing-masing elemen/ atribut tersebut

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Sistem Tenaga listrik di Indonesia tersebar dibeberapa tempat, maka dalam penyaluran tenaga listrik dari tempat yang dibangkitkan sampai ke tempat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Penyaluran Tenaga Listrik Ke Konsumen Didalam dunia kelistrikan sering timbul persoalan teknis, dimana tenaga listrik dibangkitkan pada tempat-tempat tertentu, sedangkan

Lebih terperinci

SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) DAN GARDU DISTRIBUSI Oleh : Rusiyanto, SPd. MPd.

SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) DAN GARDU DISTRIBUSI Oleh : Rusiyanto, SPd. MPd. SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) DAN GARDU DISTRIBUSI Oleh : Rusiyanto, SPd. MPd. Artikel Elektronika I. Sistem Distribusi Merupakan system listrik tenaga yang diawali dari sisi tegangan menengah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distributed Generation Distributed Generation adalah sebuah pembangkit tenaga listrik yang bertujuan menyediakan sebuah sumber daya aktif yang terhubung langsung dengan jaringan

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir. Judul

Makalah Seminar Tugas Akhir. Judul 1 Judul ANALISA PENGGUNAAN ECLOSE 3 PHASA 20 KV UNTUK PENGAMAN AUS LEBIH PADA SUTM 20 KV SISTEM 3 PHASA 4 KAWAT DI PT. PLN (PESEO) APJ SEMAANG Disusun oleh : Kunto Herwin Bono NIM : L2F 303513 Jurusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Energi listrik disalurkan melalui penyulang-penyulang yang berupa saluran udara atau saluran kabel tanah. Pada penyulang distribusi ini terdapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Saluran Transmisi Sistem transmisi adalah suatu sistem penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat lain, seperti dari stasiun pembangkit ke substation ( gardu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Monte Carlo, nilai yang didapat telah mencapai standar yang sudah diterapkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Monte Carlo, nilai yang didapat telah mencapai standar yang sudah diterapkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Menurut Agung Arief Wibowo dalam penelitiannya yang berjudul Analisa Keandalan Transformator Gardu Induk Wilayah Surabaya Menggunakan Metode

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Tenaga Listrik adalah sistem penyediaan tenaga listrik yang terdiri dari beberapa pembangkit atau pusat listrik terhubung satu dengan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI

BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI 3.1 Umum Sebaik apapun suatu sistem tenaga dirancang, gangguan pasti akan terjadi pada sistem tenaga tersebut. Gangguan ini dapat merusak peralatan sistem tenaga

Lebih terperinci

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV 2.1. UMUM Gardu Induk adalah suatu instalasi tempat peralatan peralatan listrik saling berhubungan antara peralatan yang satu dengan peralatan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Kinerja Distribusi PT. PLN (Persero) Area Jaringan Tangerang Secara umum kinerja distribusi di PT. PLN (Persero) Area Jaringan Tangerang mengalami penurunan yang baik

Lebih terperinci

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Awalnya energi listrik dibangkitkan di pusat-pusat pembangkit listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP dan PLTD dengan tegangan menengah 13-20 kv. Umumnya pusat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Proses Penyaluran Tenaga Listrik Gambar 2.1. Proses Tenaga Listrik Energi listrik dihasilkan dari pusat pembangkitan yang menggunakan energi potensi mekanik (air, uap, gas, panas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir (state of the art) Berdasarkan topik usulan tugas akhir yang diambil, terdapat beberapa referensi dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PENDAHULUAN Energi listrik pada umumnya dibangkitkan oleh pusat pembangkit tenaga listrik yang letaknya jauh dari tempat para pelanggan listrik. Untuk menyalurkan tanaga listik

Lebih terperinci

EVALUASI KERJA AUTO RECLOSE RELAY TERHADAP PMT APLIKASI AUTO RECLOSE RELAY PADA TRANSMISI 150 KV MANINJAU PADANG LUAR

EVALUASI KERJA AUTO RECLOSE RELAY TERHADAP PMT APLIKASI AUTO RECLOSE RELAY PADA TRANSMISI 150 KV MANINJAU PADANG LUAR EVALUASI KERJA AUTO RECLOSE RELAY TERHADAP PMT APLIKASI AUTO RECLOSE RELAY PADA TRANSMISI 150 KV MANINJAU PADANG LUAR Edo Trionovendri (1), Ir. Cahayahati, M.T (2), Ir. Ija Darmana, M.T (3) (1) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia pada masa sekarang ini. Energi listrik mempunyai sifat fleksibel,

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1. Umum Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik yang dihasilkan pusat pembangkitan disalurkan melalui jaringan transmisi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya guna menentukan batasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya guna menentukan batasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Berdasarkan topik skripsi yang diambil, terdapat beberapa referensi dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya guna menentukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Kenyamanan dan keamanan pada konsumen perusahaan maupun rumah tangga sangat ditentukan oleh keandalan sistem distribusi tenaga listrik. Indeks keandalan merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Operasi Jaringan Distribusi Pada umumnya suatu sistem tenaga listrik yang lengkap mengandung empat unsur Pertama, adanya suatu unsur pembangkit tenaga listrik. Tegangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi Sistem distribusi merupakan keseluruhan komponen dari sistem tenaga listrik yang menghubungkan secara langsung antara sumber daya yang besar (seperti gardu transmisi)

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah Sistem Distribusi Tenaga Listrik adalah kelistrikan tenaga listrik mulai dari Gardu Induk / pusat listrik yang memasok ke beban menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Daya Listrik Sebagaimana diketahui, pada sistem distribusi terdapat 2 bagian ; yaitu distribusi primer yang mempergunakan tegangan menengah dan tinggi dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Relai Proteksi Relai proteksi atau relai pengaman adalah susunan peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi atau merasakan adanya gangguan atau mulai merasakan adanya ketidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar sampai ke konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar sampai ke konsumen. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam penggunaan daya listrik, mutlak dibutuhkan sistem distribusi. Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berguna untuk menyalurkan

Lebih terperinci

Bab V JARINGAN DISTRIBUSI

Bab V JARINGAN DISTRIBUSI Bab V JARINGAN DISTRIBUSI JARINGAN DISTRIBUSI Pengertian: bagian dari sistem tenaga listrik yang berupa jaringan penghantar yang menghubungkan antara gardu induk pusat beban dengan pelanggan. Fungsi: mendistribusikan

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI RELAY

SISTEM PROTEKSI RELAY SISTEM PROTEKSI RELAY SISTEM PROTEKSI PADA GARDU INDUK DAN SPESIFIKASINYA OLEH : WILLYAM GANTA 03111004071 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2015 SISTEM PROTEKSI PADA GARDU INDUK

Lebih terperinci

Pengelompokan Sistem Tenaga Listrik

Pengelompokan Sistem Tenaga Listrik SISTEM DISTRIBUSI Sistem Distribusi Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem transmisi memegang peranan yang sangat penting dalam proses penyaluran daya. Oleh karena itu pengaman pada saluran transmisi perlu mendapat perhatian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi 1 Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan adalah sistem distribusi. Sistem distribusi adalah bagian sistem tenaga listrik yang

Lebih terperinci

PROSES DAN SISTEM PENYALURAN TENAGA LISTRIK OLEH PT.PLN (Persero)

PROSES DAN SISTEM PENYALURAN TENAGA LISTRIK OLEH PT.PLN (Persero) PROSES DAN SISTEM PENYALURAN TENAGA LISTRIK OLEH PT.PLN (Persero) Oleh : Hery Setijasa Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang Jl Prof Sudarto,SH Tembalang Semarang 50275 Abstrak

Lebih terperinci

JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Pengertian dan fungsi distribusi tenaga listrik : Pembagian /pengiriman/pendistribusian/pengiriman energi listrik dari instalasi penyediaan (pemasok) ke instalasi pemanfaatan

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB 252 Oleh Vigor Zius Muarayadi (41413110039) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Sistem proteksi jaringan tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan energi listrik dengan gangguan pemadaman yang minimal.

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan energi listrik dengan gangguan pemadaman yang minimal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kebutuhan energi listrik terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini tentu saja menuntut PLN guna meningkatkan pasokan tenaga listrik. Di dalam penyaluran energi listrik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak BAB I PENDAHULUAN 1-1. Latar Belakang Masalah Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak sering terjadi, karena hal ini akan mengganggu suatu proses produksi yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar-Dasar Sistem Proteksi 1 Sistem proteksi adalah pengaman listrik pada sistem tenaga listrik yang terpasang pada : sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga, transmisi

Lebih terperinci

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK Gardu Induk merupakan suatu instalasi listrik yang terdiri atas beberapa perlengkapan dan peralatan listrik dan menjadi penghubung listrik

Lebih terperinci

SIMULASI PROTEKSI DAERAH TERBATAS DENGAN MENGGUNAKAN RELAI OMRON MY4N-J12V DC SEBAGAI PENGAMAN TEGANGAN EKSTRA TINGGI DI GARDU INDUK

SIMULASI PROTEKSI DAERAH TERBATAS DENGAN MENGGUNAKAN RELAI OMRON MY4N-J12V DC SEBAGAI PENGAMAN TEGANGAN EKSTRA TINGGI DI GARDU INDUK Simulasi Proteksi Daerah Terbatas... (Setiono dan Arum) SIMULASI PROTEKSI DAERAH TERBATAS DENGAN MENGGUNAKAN RELAI OMRON MY4N-J12V DC SEBAGAI PENGAMAN TEGANGAN EKSTRA TINGGI DI GARDU INDUK Iman Setiono

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. parameter keandalan suatu peralatan distribusi tenaga listrik terhadap

BAB II LANDASAN TEORI. parameter keandalan suatu peralatan distribusi tenaga listrik terhadap BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Keandalan sistem distribusi tenaga listrik sangat berperan penting terhadap kenyamanan dan keamanan bagi konsumen perusahaan maupun rumah tangga. Indeks keandalan

Lebih terperinci

Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka

Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka Erwin Dermawan 1, Dimas Nugroho 2 1) 2) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator, BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK II.1. Sistem Tenaga Listrik Struktur tenaga listrik atau sistem tenaga listrik sangat besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik

Lebih terperinci

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK Disusun Oleh : Syaifuddin Z SWITCHYARD PERALATAN GARDU INDUK LIGHTNING ARRESTER WAVE TRAP / LINE TRAP CURRENT TRANSFORMER POTENTIAL TRANSFORMER DISCONNECTING SWITCH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Proteksi Sistem proteksi merupakan sistem pengaman yang terpasang pada sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga transmisi tenaga listrik dan generator listrik.

Lebih terperinci

BAB III OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN DISTRIBUSI

BAB III OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN DISTRIBUSI BAB III OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN DISTRIBUSI 3.1 Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik sangatlah besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proteksi Sistem Tenaga Listrik Proteksi terhadap suatu sistem tenaga listrik adalah sistem pengaman yang dilakukan terhadap peralatan- peralatan listrik, yang terpasang pada sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik adalah kumpulan atau gabungan dari komponenkomponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator, saluran transmisi,

Lebih terperinci

BAB III PENGUKURAN DAN PENGUMPULAN DATA

BAB III PENGUKURAN DAN PENGUMPULAN DATA BAB III PENGUKURAN DAN PENGUMPULAN DATA Distribusi sistem tenaga listrik memiliki peranan penting dalam penyaluran daya ke beban atau konsumen, terutama kualitas energi listrik yang diterima konsumen sangat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Secara geografis Gardu Induk Kentungan letaknya berada di Jl. Kaliurang

BAB IV PEMBAHASAN. Secara geografis Gardu Induk Kentungan letaknya berada di Jl. Kaliurang BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gardu Induk Kentungan Secara geografis Gardu Induk Kentungan letaknya berada di Jl. Kaliurang Km 6,5 Yogyakarta. Ditinjau dari peralatannya Gardu Induk Kentungan merupakan Gardu Induk

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil proses penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil proses penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil proses penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dengan merujuk pada pertanyaan penelitian. Penulis menemukan kesimpulan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK 3.1. Umum Tenaga listrik merupakan suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia, terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

Lebih terperinci

RELE 220 V AC SEBAGAI OTOMATISASI CATU TEGANGAN PADA PEMUTUS BALIK ( RECLOCER) UNTUK KEANDALAN SISTEM PENYALURAN ENERGI LISTRIK

RELE 220 V AC SEBAGAI OTOMATISASI CATU TEGANGAN PADA PEMUTUS BALIK ( RECLOCER) UNTUK KEANDALAN SISTEM PENYALURAN ENERGI LISTRIK Rele 220 V AC sebagai Otomatisasi Catu Tegangan pada Pemutus (Setiono dan Priarta) RELE 220 V AC SEBAGAI OTOMATISASI CATU TEGANGAN PADA PEMUTUS BALIK ( RECLOCER) UNTUK KEANDALAN SISTEM PENYALURAN ENERGI

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti 6 BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN 2.1 Sistem Tenaga Listrik Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti PLTA, PLTU, PLTD, PLTP dan PLTGU kemudian disalurkan

Lebih terperinci

BAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR

BAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR BAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR 3.1 Konsep Dasar Sistem Tenaga Listrik Suatu system tenaga listrik secara sederhana terdiri atas : - Sistem pembangkit -

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 27 BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 4.1 Umum Sistem proteksi merupakan salah satu komponen penting dalam system tenaga listrik secara keseluruhan yang tujuannya untuk menjaga

Lebih terperinci

MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru. Oleh :

MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru. Oleh : MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru Oleh : I Gede Budi Mahendra Agung Prabowo Arif Budi Prasetyo Rudy Rachida NIM.12501241010 NIM.12501241013 NIM.12501241014 NIM.12501241035 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. sumber yang sebelumnya sudah pernah melakukan penelitian guna dijadikan

BAB II TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. sumber yang sebelumnya sudah pernah melakukan penelitian guna dijadikan 7 BAB II TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Dari pembahasan penelitian ini, terdapat beberapa referensi dari beberapa sumber yang sebelumnya sudah pernah melakukan penelitian guna dijadikan

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGUAN OJT D1 MINGGU XIV. GARDU INDUK 150 kv DI PLTU ASAM ASAM. Oleh : MUHAMMAD ZAKIY RAMADHAN Bidang Operator Gardu Induk

LAPORAN MINGGUAN OJT D1 MINGGU XIV. GARDU INDUK 150 kv DI PLTU ASAM ASAM. Oleh : MUHAMMAD ZAKIY RAMADHAN Bidang Operator Gardu Induk LAPORAN MINGGUAN OJT D1 MINGGU XIV GARDU INDUK 150 kv DI PLTU ASAM ASAM Oleh : MUHAMMAD ZAKIY RAMADHAN Bidang Operator Gardu Induk PROGRAM BEASISWA D1 JURUSAN TRAGI PT PLN (PERSERO) SEKTOR ASAM ASAM WILAYAH

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1 Umum BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Kehidupan moderen salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya pemakaian energi listrik itu disebabkan karena banyak dan beraneka

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dari hasil penelitian yang dilakukan di PT.PLN (Persero) P3B JB APP salatiga, Gardu Induk

BAB IV PEMBAHASAN. Dari hasil penelitian yang dilakukan di PT.PLN (Persero) P3B JB APP salatiga, Gardu Induk BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gardu Induk Gejayan Dari hasil penelitian yang dilakukan di PT.PLN (Persero) P3B JB APP salatiga, Gardu Induk Gejayan, didapatkan data-data yang berkaitan dengan permasalahan dan

Lebih terperinci

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1. Umum Berdasarkan standard operasi PT. PLN (Persero), setiap pelanggan energi listrik dengan daya kontrak di atas 197 kva dilayani melalui jaringan tegangan menengah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas dan kehandalan yang tinggi. Akan tetapi pada kenyataanya terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas dan kehandalan yang tinggi. Akan tetapi pada kenyataanya terdapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di masa sekarang kebutuhan energi listrik semakin meningkat sejalan dengan berkembangnya teknologi. Perkembangan yang pesat ini harus diikuti dengan perbaikan mutu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya

Lebih terperinci

STUDI PENEMPATAN SECTIONALIZER PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV DI PENYULANG KELINGI UNTUK MENINGKATKAN KEANDALAN

STUDI PENEMPATAN SECTIONALIZER PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV DI PENYULANG KELINGI UNTUK MENINGKATKAN KEANDALAN Mikrotiga, Vol 2, No. 1 Januari 2015 ISSN : 2355-0457 5 STUDI PENEMPATAN SECTIONALIZER PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV DI PENYULANG KELINGI UNTUK MENINGKATKAN KEANDALAN Azzahraninna Tryollinna 1*, Rudyanto

Lebih terperinci

Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta

Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta - Circuit Breaker (CB) 1. MCB (Miniatur Circuit Breaker) 2. MCCB (Mold Case Circuit Breaker) 3. NFB (No Fuse Circuit Breaker) 4. ACB (Air Circuit Breaker) 5. OCB (Oil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pengaman [2] Sistem pengaman adalah beberapa komponen yang saling berhubungan dan bekerja bersama-sama untuk satu tujuan dalam mengatasi permasalahan yang terjadi disebabkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1

DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN iii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERSEMBAHAN v HALAMAN MOTTO vi KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Literatur Pada penelitian sebelumnya pada tahun 2014 menjelaskan tentang studi keandalan sistem distribusi 20 kv menggunakan metode Section Technique dan RNEA (Realibility

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 TUGAS AKHIR STUDI TENTANG PENGGUNAAN RECLOSER PADA SISTIM JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV OLEH : NAMA : Abraham Silaban NIM : 050422013 Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk Memperoleh

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI

LAPORAN AKHIR PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI LAPORAN AKHIR PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI Oleh: OFRIADI MAKANGIRAS 13-021-014 KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI MANADO 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1

Lebih terperinci

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA 41 BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA 3.1 Pengamanan Terhadap Transformator Tenaga Sistem pengaman tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada peralatan - peralatan yang terpasang pada sistem tenaga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Berdasarkan topik skripsi yang diambil, terdapat beberapa referensi dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya guna menentukan

Lebih terperinci

Analisis Keandalan Sistem Distribusi Menggunakan Program Analisis Kelistrikan Transien dan Metode Section Technique

Analisis Keandalan Sistem Distribusi Menggunakan Program Analisis Kelistrikan Transien dan Metode Section Technique JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 B-153 Analisis Keandalan Sistem Distribusi Menggunakan Program Analisis Kelistrikan Transien dan Metode Section Technique Henki Projo Wicaksono,

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI MEDAN

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI MEDAN PENGARUH PENGATURAN RECLOSER UNTUK MENANGGULANGI GANGGUAN ARUS LEBIH DAN GANGGUAN TANAH (STUDI KASUS PADA KINERJA RECLOSER SESI NR1 DI PT PLN RAYON PANCUR BATU) LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah

Lebih terperinci

BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK 2.1 PENGERTIAN GANGGUAN DAN KLASIFIKASI GANGGUAN Gangguan adalah suatu ketidaknormalan (interferes) dalam sistem tenaga listrik yang mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Gangguan-Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik Gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik sangat beragam besaran dan jenisnya. Gangguan dalam sistem tenaga listrik adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga penyaluran energi listrik ke konsumen berjalan lancar dengan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. sehingga penyaluran energi listrik ke konsumen berjalan lancar dengan kualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan energi listrik selama ini selalu meningkat dari tahun ke tahun. Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian tentang keandalan sistem distribusi telah banyak dilakukan di berbagai daerah baik itu di Indonesia maupun luar negri banyak metode

Lebih terperinci

A. SALURAN TRANSMISI. Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan

A. SALURAN TRANSMISI. Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan A. SALURAN TRANSMISI Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan Berdasarkan pemasangannya, saluran transmisi dibagi menjadi dua kategori, yaitu: 1. saluran udara (overhead lines); saluran transmisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tersebarnya beberapa pelanggan tenaga listrik di wilayah PLN Area Klaten menyebabkan adanya konstruksi saluran utama dan saluran percabangan. Meskipun demikian, peningkatkan

Lebih terperinci

EVALUASI KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BERDASARKAN SAIDI DAN SAIFI PADA PT. PLN (PERSERO) RAYON KAKAP

EVALUASI KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BERDASARKAN SAIDI DAN SAIFI PADA PT. PLN (PERSERO) RAYON KAKAP EVALUASI KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BERDASARKAN SAIDI DAN SAIFI PADA PT. PLN (PERSERO) RAYON KAKAP Drajad Wahyudi Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Proteksi Pada suatu sistem tenaga listrik, meliputi pelayanan umum, industri, komersil, perumahan maupun sistem lainnya, mempunyai maksud yang sama yaitu menyediakan energi

Lebih terperinci

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1 Sistem Distibusi Tenaga Listrik Saluran distribusi adalah saluran yang berfungsi untuk menyalurkan tegangan dari gardu distribusi ke trafo distribusi ataupun

Lebih terperinci

ANALISIS KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK PADA PENYULANG NUSANTARA II DI PT.PLN (PERSERO) RAYON KROYA MENGGUNAKAN METODE SECTION TECHNIQUE

ANALISIS KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK PADA PENYULANG NUSANTARA II DI PT.PLN (PERSERO) RAYON KROYA MENGGUNAKAN METODE SECTION TECHNIQUE ANALISIS KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK PADA PENYULANG NUSANTARA II DI PT.PLN (PERSERO) RAYON KROYA MENGGUNAKAN METODE SECTION TECHNIQUE SKRIPSI JATMIKO AZIZ 1203030020 PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

ANALISA KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI 20 KV DI PT. PLN RAYON BLORA DENGAN METODE FMEA

ANALISA KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI 20 KV DI PT. PLN RAYON BLORA DENGAN METODE FMEA TUGAS AKHIR TE 141599 ANALISA KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI 20 KV DI PT. PLN RAYON BLORA DENGAN METODE FMEA M. Umar Khusni NM NRP 2215 105 050 Dosen Pembimbing Dr. Rony Seto Wibowo, ST., MT. Dr. Eng. I Made

Lebih terperinci

Penentuan Kapasitas CB Dengan Analisa Hubung Singkat Pada Jaringan 70 kv Sistem Minahasa

Penentuan Kapasitas CB Dengan Analisa Hubung Singkat Pada Jaringan 70 kv Sistem Minahasa 1 Penentuan Kapasitas CB Dengan Analisa Hubung Singkat Pada Jaringan 70 kv Sistem Minahasa Filia Majesty Posundu, Lily S. Patras, ST., MT., Ir. Fielman Lisi, MT., dan Maickel Tuegeh, ST., MT. Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu telah membahas tentang koordinasi sistem proteksi di sebuah jaringan listrik. Dan perlu diketahui, koordinasi proteksi ini

Lebih terperinci

Sela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad

Sela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad 23 BAB III PERALATAN PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH 3.1 Pendahuluan Gangguan tegangan lebih yang mungkin terjadi pada Gardu Induk dapat disebabkan oleh beberapa sumber gangguan tegangan lebih. Perlindunga

Lebih terperinci

Analisa Keandalan Jaringan Sistem Distribusi Tegangan Menengah 20kV di PT. Astra Daihatsu Motor

Analisa Keandalan Jaringan Sistem Distribusi Tegangan Menengah 20kV di PT. Astra Daihatsu Motor Analisa Keandalan Jaringan Sistem Distribusi Tegangan Menengah 20kV di PT. Astra Daihatsu Motor Okki Dwi Bagus A. 1), Sulistyono, ST, MM 2) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Mercubuana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu sistem tenaga listrik merupakan sistem sarana penyaluran tenaga listrik dari suatu titik sumber ke titik pusat beban yang terdiri atas pembangkitan, saluran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Sistem Tenaga Listrik [8] Sekalipun tidak terdapat suatu sistem tenaga listrik yang tipikal, namun pada umumnya dapat dikembalikan batasan pada suatu sistem yang lengkap

Lebih terperinci

SISTEM TENAGA LISTRIK. Modul ke: 09Teknik. Powerpoint Materi Sistem Tenaga Listrik. Fakultas. Program Studi Teknik Elektro

SISTEM TENAGA LISTRIK. Modul ke: 09Teknik. Powerpoint Materi Sistem Tenaga Listrik. Fakultas. Program Studi Teknik Elektro Modul ke: SISTEM TENAGA LISTRIK Powerpoint Materi Sistem Tenaga Listrik Fakultas 09Teknik Program Studi Teknik Elektro 1 Mengurangai Pengaruh Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik Memakai isolasi yang baik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. masalah yang berkaitan erat dengan topik yang sedang diambil. Referensi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. masalah yang berkaitan erat dengan topik yang sedang diambil. Referensi 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Berdasarkan topik tugas akhir yang diambil, terdapat beberapa referensi dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya guna menentukan batasanbatasan

Lebih terperinci

Analisis Keandalan Sistem Jaringan Distribusi PT. PLN (Persero) Banda Aceh Menggunakan Metode Section Technique

Analisis Keandalan Sistem Jaringan Distribusi PT. PLN (Persero) Banda Aceh Menggunakan Metode Section Technique KITEKTRO: Jurnal Online Teknik Elektro e-issn: -736 Analisis Keandalan Sistem Jaringan Distribusi PT. PLN (Persero) Banda Aceh Menggunakan Metode Section Technique Aditya Mulianda #1, Syahrizal #, Mansur

Lebih terperinci

OPTIMASI PENEMPATAN RECLOSER TERHADAP KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN ALGORITMA GENETIKA

OPTIMASI PENEMPATAN RECLOSER TERHADAP KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN ALGORITMA GENETIKA OPTIMASI PENEMPATAN RECLOSER TERHADAP KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN ALGORITMA GENETIKA Radiktyo Nindyo Sumarno Dr. Ir. Hermawan, DEA Wahyudi, ST., MT. Abstract Nowadays, the determination of recloser

Lebih terperinci

MATERI SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

MATERI SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK MATERI I SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK I.4. I.4.3. PROTEKSI SISTEM DISTRIBUSI RECLOSER DAN SECTIONALIZER Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 1 I.4.3. RECLOSER ( PBO)

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR GANGGUAN OVERLOAD PADA GARDU DISTRBUSI ASRAMA KIWAL

LAPORAN AKHIR GANGGUAN OVERLOAD PADA GARDU DISTRBUSI ASRAMA KIWAL LAPORAN AKHIR GANGGUAN OVERLOAD PADA GARDU DISTRBUSI ASRAMA KIWAL Oleh : SEMUEL MASRI PONGKORUNG NIM : 13021003 Dosen Pembimbing Reiner Ruben Philipus Soenpiet, SST NIP. 1961019 199103 2 001 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Pada Gardu Induk (GI), energi listrik didistribusikan melalui penyulangpenyulang yang berupa saluran udara atau saluran kabel tanah. Pada penyulang

Lebih terperinci