8. Suatu metode dari klaim 3, dimana bahan magneto-terbatas tersebut ukurannya adalah antara 10 mesh hingga 100 mesh.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "8. Suatu metode dari klaim 3, dimana bahan magneto-terbatas tersebut ukurannya adalah antara 10 mesh hingga 100 mesh."

Transkripsi

1 Klaim 1.Suatu metode pemompaan menggunakan suatu pompa magnetoterbatas yang terdiri dari langkah-langkah: a) menerapkan suatu medan magnetik kepada suatu media berpori yang berisi suatu magneto-propant; dan b) mengendurkan medan magnetik tersebut. 2. Suatu metode dari klaim 1, dimana tahap penerapan suatu medan magnetik tersebut terdiri dari langkah-langkah: mengfluktuasikan suatu medan magnetik tersebut; dan meluaskan frekuensi dari medan magnetik yang berfluktuasi tersebut, dengan demikian menentukan laju optimum dari fluktuasi untuk produksi. 3. Suatu metode dari klaim 1, dimana magneto-propant tersebut terdiri dari: suatu bahan magneto-terbatas; dan suatu bahan penyelubung sedikitnya sebagian melapisi bahan magneto-terbatas. 4. Suatu metode dari klaim 3, dimana bahan magneto-terbatas tersebut terdiri dari suatu campuran logam selanjutnya terdiri dari besi, terbium, dan disprosium. 5. Suatu metode dari klaim 3, dimana bahan penyelubung tersebut terdiri dari suatu bahan yang dipilih dari kelompok yang terdiri atas politetrafluoroetilena, silikon, gel, damar, damar fenolat, damar fenolat yang dikeringkan sebelumnya, damar fenolat yang dapat dikeringkan, damar cairan yang di set dengan pemanasan, damar epoksi, damar furan, damar furan-fenolat.

2 6. Suatu metode dari klaim 3, dimana bahan penyelubung tersebut dibentuk sedemikian rupa sehingga orientasi aksial dari bahan magneto-terbatas tersebut mengambang dalam suatu orientasi yang kira-kira vertikal. 7. Suatu metode dari klaim 3, dimana magneto-propant tersebut lebih lanjut berisikan bahan partikulat yang dipilih dari kelompok yang terdiri atas pasir, bauksit, zircon, partikelpartikel keramik, manik-manik kaca dan campuran daripadanya. 8. Suatu metode dari klaim 3, dimana bahan magneto-terbatas tersebut ukurannya adalah antara 10 mesh hingga 100 mesh. 9. Suatu metode dari klaim 1, dimana magneto-propant tersebut dibaut sesuai dengan suatu proses untuk memproduksi bahan partikulat yang diberi pelapis terdiri atas terutama sekali partikel-partikel magneto-terbatas yang bersifat tahan terhadap pelelehan pada temperatur dibawah sekitar F, yang terdiri dari: mencampurkan suatu damar yang tidak dikeringkan yang di set dengan pemanasan dengan bahan partikulat magneto-terbatas yang dipanaskan terlebih dahulu hingga temperatur sekitar F hingga F, dimana damar tersebut dipilih dari kelompok yang terdiri dari furan, kombinasi suatu damar fenolat dan damar furan, atau suatu terpolimer fenol, alkohol furfuril dan formaldehida. 10. Suatu metode dari klaim 9, dimana proses membuat magnetopropant tersebut lebih lanjut berisikan langkah memelihara campuran damar-bahan partikulat magneto-terbatas tersebut pada suatu temperatur diatas sekitar F untuk suatu waktu yang cukup untuk menghilangkan damar tersebut.

3 11. Suatu metode dari klaim 1, dimana magneto-propant tersebut terdiri dari: suatu substrat partikulat magneto-terbatas; dan suatu pelapis yang berisikan damar dan bahan berserat, dimana bahan berserat tersebut ditanamkan didalam pelapis tersebut untuk disebarkan diseluruh pelapis tersebut. 12. Suatu metode dari klaim 11, dimana substrat partikulat magneto-terbatas tersebut terdiri dari suatu campuran logam selanjutnya terdiri dari besi, terbium, dan disprosium. 13. Suatu metode dari klaim 11, dimana substrat partikulat magneto-terbatas tersebut mempunyai suatu ukuran partikel di dalam kisaran nomor-nomor dari USA Standard Testing Screen dari sekitar 8 hingga sekitar Suatu metode dari klaim 11, dimana bahan berserat tersebut dipilih dari kelompok yang mengandung serat-serat kaca yang digiling, serat-serat keramik yang digiling, serat-serat karbon yang digiling, serat-serat alam dan serat-serat buatan yang memiliki suatu titik pelunakan setidaknya sekitar 200 F. 15. Suatu metode dari klaim 11, dimana pelapis tersebut terdiri dari bahan berserat sekitar 0,1 hingga sekitar 15% berdasarkan pada berat substrat partikulat. 16. Suatu metode dari klaim 11, dimana pelapis tersebut terdiri dari bahan berserat sekitar 0,1 hingga sekitar 3% berdasarkan pada berat substrat partikulat. 17. Suatu metode dari klaim 11, dimana bahan berserat tersebut mempunyai panjang dari sekitar 6 mikron hingga sekitar 3200

4 mikron dan suatu panjang terhadap aspek rasio dari sekitar 5 hingga sekitar Suatu metode dari klaim 17, dimana bahan berserat tersebut mempunyai suatu penampang-lintang bundar, bujur-telur, atau segi-empat melintang terhadap sumbu longitudinal dari bahan berserat itu. 19. Suatu metode dari klaim 11, dimana damar tersebut diberikan dalam suatu jumlah dari sekitar 0,1 hingga sekitar 10 persen berat berdasarkan pada berat substrat. 20. Suatu metode dari klaim 11, dimana damar tersebut diberikan dalam suatu jumlah dari sekitar 0,4 hingga sekitar 6 persen berat berdasarkan pada berat substrat. 21. Suatu metode dari klaim 11, dimana damar tersebut terdiri dari suatu anggota yang dipilih dari kelompok yang mengandung suatu polimer novolac, suatu polimer resol dan campuran daripadanya. 22. Suatu metode dari klaim 11, dimana pelapis tersebut terdiri dari suatu damar orto tinggi, heksametilenatetramin, suatu silan peningkat adhesi, suatu pelumas silikon, suatu bahan pembasah dan suatu bahan penurun tegangan permukaan. 23. Suatu metode dari klaim 11, dimana damar tersebut terdiri dari suatu anggota dari kelompok yang mengandung suatu damar fenolik/furan, suatu damar furan, dan campuran daripadanya. 24. Suatu metode dari klaim 11, dimana damar tersebut terdiri dari suatu polimer bisfenolat-aldehida novolac.

5 25. Suatu metode dari klaim 11, dimana damar tersebut terdiri dari suatu damar yang diawatkan. 26. Suatu metode dari klaim 11, dimana damar tersebut terdiri dari suatu damar yang dapat diawatkan. 27. Suatu metode dari klaim 11, dimana bahan berserat tersebut disebarkan di dalam damar tersebut. 28. Suatu metode dari klaim 11, dimana bahan berserat tersebut sepenuhnya di dalam damar tersebut. 29. Suatu metode dari klaim 11, dimana bahan berserat tersebut secara parsial ditanamkan di dalam damar tersebut agar supaya menyebar dari damar tersebut. 30. Suatu metode penyesuaian efisiensi pompa magneto-terbatas yang terdiri dari langkah-langkah: menerapkan sejumlah pulsa-pulsa magnetik dimana masingmasing pulsa magnetik tersebut terdiri dari menerapkan suatu medan magnetik kepada suatu media berpori yang berisi suatu magneto-propant dan mengendurkan medan magnetik tersebut pada suatu periode waktu yang pertama; dan memvariasikan sejumlah pulsa-pulsa magnetik pada suatu periode waktu yang kedua dimana langkah memvariasikan tersebut terdiri dari mengubah periode waktu yang pertama tersebut untuk relaksasi medan magnetik tersebut untuk sedikitnya satu dari sejumlah pulsa-pulsa magnetik. 31. Suatu metode dari klaim 1 atau klaim 20 atau klaim 2, dimana media berpori tersebut adalah suatu bahan pelapis bumi.

6 32. Suatu metode dari klaim 1 atau klaim 30 atau klaim 2, di mana media berpori tersebut adalah suatu reservoir geologis. 33. Suatu magneto-propant untuk menempatkan pada bahan berpori yang terdiri dari: a) suatu bahan magneto-terbatas; dan b) suatu bahan penyelubung sedikitnya sebagian melapisi bahan magneto-terbatas, dimana bahan magneto-terbatas mampu ditempatkan pada bahan berpori. 34. Suatu magneto-propant dari klaim 33, dimana bahan magnetoterbatas tersebut terdiri dari suatu campuran logam dimana campuran logam selanjutnya terdiri dari besi, terbium, dan disprosium. 35. Suatu magneto-propant dari klaim 33, dimana bahan penyelubung tersebut terdiri dari suatu bahan yang dipilih dari kelompok yang terdiri atas politetrafluoroetilena, silikon, gel, damar, damar fenolat, damar fenolat yang dikeringkan sebelumnya, damar fenolat yang dapat dikeringkan, damar cairan yang di set dengan pemanasan, damar epoksi, damar furan, damar furanfenolat. 36. Suatu magneto-propant dari klaim 33, dimana bahan penyelubung tersebut dibentuk sedemikian rupa sehingga orientasi aksial dari bahan magneto-terbatas tersebut mengambang dalam suatu orientasi yang kira-kira vertikal. 37. Suatu magneto-propant dari klaim 33, lebih lanjut berisikan bahan partikulat yang dipilih dari kelompok yang terdiri atas pasir, bauksit, zircon, partikel-partikel keramik, manik-manik kaca dan campuran daripadanya.

7 38. Suatu magneto-propant dari klaim 33, dimana bahan magnetoterbatas tersebut ukurannya adalah antara 10 mesh hingga 100 mesh. 39. Suatu proses untuk memproduksi bahan partikulat yang diberi pelapis terdiri atas terutama sekali partikel-partikel magnetoterbatas yang bersifat tahan terhadap pelelehan pada temperatur dibawah sekitar F, berisikan: campuran suatu damar yang tidak dikeringkan yang di set dengan pemanasan dengan bahan partikulat magneto-terbatas yang dipanaskan terlebih dahulu hingga temperatur sekitar F hingga F, dimana damar tersebut dipilih dari kelompok yang terdiri dari furan, kombinasi suatu damar fenolat dan damar furan, atau suatu terpolimer fenol, alkohol furfuril dan formaldehida. 40. Suatu proses dari klaim 39, lebih lanjut terdiri dari langkah memelihara campuran damar-bahan partikulat magnetoterbatas tersebut pada suatu temperatur diatas sekitar 200 untuk suatu waktu yang cukup untuk mengeringkan damar tersebut. 0 F 41. Suatu partikel propant yang terdiri dari: a) suatu substrat partikulat magneto-terbatas; dan b) suatu pelapis yang berisikan damar dan bahan berserat, dimana bahan berserat tersebut ditanamkan didalam pelapis tersebut untuk disebarkan diseluruh pelapis tersebut. 42. Suatu partikel propant dari klaim 41, dimana substrat partikulat magneto-terbatas tersebut terdiri dari campuran logam selanjutnya terdiri dari besi, terbium, dan disprosium. 43. Suatu partikel propant dari klaim 41, dimana substrat

8 partikulat magneto-terbatas tersebut mempunyai suatu ukuran partikel didalam kisaran nomor-nomor dari USA Standard Testing Screen dari sekitar 8 hingga sekitar Suatu partikel propant dari klaim 41, dimana bahan berserat tersebut dipilih dari kelompok yang terdiri atas serat-serat kaca yang digiling, serat-serat keramik yang digiling, seratserat karbon yang digiling, serat-serat alam dan serat-serat buatan yang memiliki suatu titik pelunakan setidaknya sekitar 200 F. 45. Suatu partikel propant dari klaim 41, dimana pelapis tersebut terdiri dari sekitar 0,1 hingga sekitar 15% bahan berserat berdasarkan pada berat substrat partikulat. 46. Suatu partikel propant dari klaim 41, dimana pelapis tersebut terdiri dari sekitar 0,1 hingga sekitar 3% bahan berserat berdasarkan pada berat substrat partikulat. 47. Suatu partikel propant dari klaim 41, dimana bahan berserat tersebut mempunyai panjang dari sekitar 6 mikron hingga sekitar 3200 mikron dan suatu panjang terhadap aspek rasio dari sekitar 5 hingga sekitar Suatu partikel propant dari klaim 47, dimana bahan berserat tersebut mempunyai suatu penampang-lintang bundar, bujur-telur, atau segi-empat melintang terhadap sumbu longitudinal dari bahan berserat itu. 49. Suatu ppartikel propant dari klaim 41, dimana damar tersebut diberikan dalam suatu jumlah dari sekitar 0,1 hingga sekitar 10 persen berat berdasarkan pada berat substrat.

9 50. Suatu partikel propant dari klaim 41, dimana damar tersebut diberikan dalam suatu jumlah dari sekitar 0,4 hingga sekitar 6 persen berat berdasarkan pada berat substrat. 51. Suatu partikel propant dari klaim 41, dimana damar tersebut terdiri dari suatu anggota yang dipilih dari kelompok yang terdiri atas suatu polimer novolac, suatu polimer resol dan campuran daripadanya. 52. Suatu partikel propant dari klaim 41, dimana pelapis tersebut terdiri dari bagian yang dipilih dari kelompok yang berisi suatu damar orto tinggi, hexamethylenetetramine, suatu silan peningkat adhesi, suatu pelumas silikon, suatu bahan pembasah dan suatu bahan penurun tegangan permukaan. 53. Suatu partikel propant dari klaim 41, dimana damar tersebut terdiri dari suatu anggota dari kelompok yang terdiri atas suatu damar fenolat/furan, suatu damar furan, dan campuran daripadanya. 54. Suatu partikel propant dari klaim 41, dimana damar tersebut tediri dari suatu polimer bisfenolat-aldehida novolac. 55. Suatu partikel propant dari klaim 41, dimana damar tersebut terdiri dari suatu damar yang dikeringkan. 56. Suatu partikel propant dari klaim 41, dimana damar tersebut terdiri dari suatu damar yang dapat dikeringkan. 57. Suatu partikel propant dari klaim 41, dimana bahan berserat tersebut disebarkan didalam damar tersebut.

10 58. Suatu partikel propant dari klaim 41, dimana bahan berserat tersebut dengan sepenuhnya berada di dalam damar tersebut. 59. Suatu partikel propant dari klaim 41, dimana bahan berserat tersebut secara parsial ditanamkan di dalam damar tersebut supaya menyebar dari damar tersebut. 60. Suatu metode perlakuan suatu retakan yang diinduksikan secara hidrolik di dalam suatu formasi di bawah tanah yang mengelilingi suatu sumur bor yang terdiri dari memasukkan ke dalam retakan partikel-partikel propant tersebut, dimana sedikitnya beberapa partikel propant yang terdiri dari suatu substrat partikulat magneto-terbatas; dan suatu pelapis yang berisikan damar dan bahan berserat, dimana bahan berserat tersebut ditanamkan didalam pelapis tersebut untuk disebarkan diseluruh pelapis tersebut. 61. Suatu metode perlakuan dari klaim 60, dimana substrat partikulat tersebut terdiri dari suatu campuran logam yang terdiri dari besi, terbium, dan disprosium. 62. Suatu metode perlakuan dari klaim 60, dimana substrat partikulat tersebut mempunyai suatu ukuran partikel di dalam kisaran nomor-nomor dari USA Standard Testing Screen dari sekitar 8 hingga sekitar Suatu metode perlakuan dari klaim 60, dimana bahan berserat tersebut dipilih dari kelompok yang terdiri dari serat-serat kaca yang digiling, serat-serat keramik yang digiling, seratserat karbon yang digiling, serat-serat alam dan serat-serat buatan yang memiliki suatu titik pelunakan setidaknya sekitar

11 200 F. 64. Suatu metode perlakuan dari klaim 60, dimana pelapis tersebut terdiri dari bahan berserat sekitar 0,1 hingga sekitar 15% berdasarkan pada berat substrat partikulat. 65. Suatu metode perlakuan dari klaim 60, dimana bahan berserat tersebut mempunyai panjang dari sekitar 6 mikron hingga sekitar 3200 mikron dan panjang terhadap aspek rasio dari sekitar 5 hingga sekitar Suatu metode perlakuan dari klaim 60, dimana damar tersebut diberikan dalam suatu jumlah dari sekitar 0,1 hingga sekitar 10 persen berat berdasarkan pada berat substrat. 67. Suatu metode perlakuan dari klaim 60, dimana damar tersebut terdiri dari suatu anggota yang dipilih dari kelompok yang terdiri dari suatu polimer novolac, suatu polimer resol dan campuran daripadanya. 68. Suatu metode perlakuan dari klaim 60, dimana damar tersebut terdiri dari suatu polimer bisfenolat-aldehida novolac. 69. Suatu metode perlakuan dari klaim 60, dimana bahan berserat tersebut disebarkan di dalam damar tersebut. 70. Suatu metode perlakuan dari klaim 60, dimana bahan berserat tersebut sepenuhnya di dalam damar tersebut. 71. Suatu metode perlakuan dari klaim 60, dimana bahan berserat tersebut secara parsial ditanamkan di dalam damar tersebut supaya menyebar dari damar tersebut.

12 72. Suatu magneto-propant dari klaim 33, dimana bahan berpori tersebut meliputi sedikitnya satu stratum material. 73. Suatu magneto-propant dari klaim 33, dimana bahan berpori tersebut meliputi suatu reservoir geologis. 74. Suatu partikel propant dari klaim 41, dimana bahan berpori tersebut meliputi sedikitnya satu stratum material. 75. Suatu partikel propant dari klaim 41, dimana bahan berpori tersebut meliputi suatu reservoir geologis. 76. Suatu sistem magneto-propant yang terdiri dari: suatu bahan magneto-terbatas; suatu bahan penyelubung sedikitnya sebagian melapisi bahan magneto-terbatas; dan suatu bahan berpori; dimana bahan magneto-terbatas mampu ditempatkan pada bahan berpori.

BAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL

BAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL BAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL Kekerasan Sifat kekerasan sulit untuk didefinisikan kecuali dalam hubungan dengan uji tertentu yang digunakan untuk menentukan harganya. Harap diperhatikan bahwa

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

BAB 5 DASAR POMPA. pompa

BAB 5 DASAR POMPA. pompa BAB 5 DASAR POMPA Pompa merupakan salah satu jenis mesin yang berfungsi untuk memindahkan zat cair dari suatu tempat ke tempat yang diinginkan. Zat cair tersebut contohnya adalah air, oli atau minyak pelumas,

Lebih terperinci

Sistem pengering pilihan

Sistem pengering pilihan Sistem pengering pilihan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat menjelaskan alat pengeringan yang khusus (pilihan) Sub Pokok Bahasan 1.Pengering dua tahap 2.Pengering

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Saat ini proses pengecoran sudah sangat luas aplikasinya di bidang industri, pengecoran adalah proses pembentukan logam dengan cara memasukan logam cair kedalam cetakan

Lebih terperinci

ISBN

ISBN ISBN 978-979-98831-1-7 Proceeding Simposium Nasional IATMI 25-28 Juli 2007, UPN Veteran Yogyakarta STUDI KEMUNGKINAN PENGGUNAAN FIBER SEBAGAI SARINGAN PASIR DI INDUSTRI MIGAS Oleh : Suwardi UPN VETERAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di lab. Fisika Material, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 30 BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1 PENDAHULUAN Baterai seng udara merupakan salah satu bentuk sumber energi secara elektrokimia yang memiliki peluang sangat besar untuk aplikasi sumber energi masa depan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Konstruksi dari beton banyak memiliki keuntungan yakni beton termasuk tahan aus dan tahan terhadap kebakaran, beton sangat kokoh dan kuat terhadap beban gempa bumi, getaran,

Lebih terperinci

Di dalam penggunaannya sebagai bahan keramik, tanah liat yang tergolong secondary clay kita kenal dengan nama dan jenis sebagai berikut :

Di dalam penggunaannya sebagai bahan keramik, tanah liat yang tergolong secondary clay kita kenal dengan nama dan jenis sebagai berikut : I. Definisi Keramik Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos dan ensiklopedia tahun 1950-an mendefinisikan keramik sebagai suatu hasil seni yang artinya suatu bentuk dari tanah liat yang

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET SNI 19-6413-2000 1. Ruang Lingkup 1.1 Metode ini mencakup penentuan kepadatan dan berat isi tanah hasil pemadatan di lapangan atau

Lebih terperinci

METALURGI SERBUK (POWDER METALLURGY) Metalurgi Serbuk : Teknologi pemrosesan logam dimana part-part diproduksi dari serbuk metal.

METALURGI SERBUK (POWDER METALLURGY) Metalurgi Serbuk : Teknologi pemrosesan logam dimana part-part diproduksi dari serbuk metal. METALURGI SERBUK (POWDER METALLURGY) Metalurgi Serbuk : Teknologi pemrosesan logam dimana part-part diproduksi dari serbuk metal. Teknologi proses produksi secara umum : - Serbuk dipadatkan (di compressed/

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang sudah pernah dilakukan dan dapat di jadikan literatur untuk penyusunan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ishaq Maulana

Lebih terperinci

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei 17 III.METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II ARUS BOCOR DAN KELEMBABAN UDARA

BAB II ARUS BOCOR DAN KELEMBABAN UDARA BAB II ARUS BOCOR DAN KELEMBABAN UDARA II.1 Jenis Isolator Isolator merupakan salah satu bahan dielektrik yang digunakan untuk memisahkan konduktor bertegangan dengan kerangka penyangga yang dibumikan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Baja Baja adalah salah satu bahan konstruksi yang paling banyak digunakan. Sifat-sifatnya yang penting dalam penggunaan konstruksi adalah kekuatannya yang tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

Bab III Gas Metana Batubara

Bab III Gas Metana Batubara BAB III GAS METANA BATUBARA 3.1. Gas Metana Batubara Gas metana batubara adalah gas metana (CH 4 ) yang terbentuk secara alami pada lapisan batubara sebagai hasil dari proses kimia dan fisika yang terjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanggul, jalan raya, dan sebagainya. Tetapi, tidak semua tanah mampu mendukung

I. PENDAHULUAN. tanggul, jalan raya, dan sebagainya. Tetapi, tidak semua tanah mampu mendukung 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah mempunyai peranan yang sangat penting karena tanah adalah pondasi pendukung suatu bangunan atau bahan konstruksi dari bangunan itu sendiri seperti tanggul, jalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar di Pulau Sumatera. Secara geografis Kota Medan terletak pada 3 30'

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Korosi merupakan salah satu permasalahan penting yang harus dihadapi oleh berbagai macam sektor industri di Indonesia terutama industri perkapalan. Tidak sedikit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batang tekan merupakan batang yang mengalami tegangan tekan aksial. Dengan berbagai macam sebutan, tiang, tonggak dan batang desak, batang ini pada hakekatnya jarang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI JUDUL PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI JUDUL PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI JUDUL i PENGESAHAN ii PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI iii ABSTRAK iv ABSTRACT v KATA PENGANTAR vi DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiv DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN xvii BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Penghantar Fungsi penghantar pada teknik tenaga listrik adalah untuk menyalurkan energi listrik dari satu titik ketitik lain. Penghantar yang lazim

Penghantar Fungsi penghantar pada teknik tenaga listrik adalah untuk menyalurkan energi listrik dari satu titik ketitik lain. Penghantar yang lazim KONDUKTOR Penghantar Fungsi penghantar pada teknik tenaga listrik adalah untuk menyalurkan energi listrik dari satu titik ketitik lain. Penghantar yang lazim digunakan adalah aluminium dan tembaga. Aluminium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di wilayah iklim

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di wilayah iklim BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di wilayah iklim tropis dan terdiri dari berbagai pulau yang tersebar luas di samudra. Kondisi ini mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN Analisis Faktor. Faktor-faktor dominan adalah faktor-faktor yang diduga berpengaruh

BAB V PEMBAHASAN Analisis Faktor. Faktor-faktor dominan adalah faktor-faktor yang diduga berpengaruh BAB V PEMBAHASAN. 5.1. Analisis Faktor. Faktor-faktor dominan adalah faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap waktu pencapaian panas dan arus kompor induksi. Dari data waktu pencapaian panas dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga bulan April 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga bulan April 2013 di 19 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga bulan April 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Unila, Laboratorium Eksperimen Fisika

Lebih terperinci

STUDI PENURUNAN KADAR LOGAM BESI (Fe) DAN LOGAM MANGAN (Mn) PADA LEMPUNG TERHADAP PERUBAHAN ARUS LISTRIK DALAM SOLENOIDA.

STUDI PENURUNAN KADAR LOGAM BESI (Fe) DAN LOGAM MANGAN (Mn) PADA LEMPUNG TERHADAP PERUBAHAN ARUS LISTRIK DALAM SOLENOIDA. Jurnal Dinamika, September 2015, halaman 1-8 ISSN 2087-7889 Vol. 06. No.2 STUDI PENURUNAN KADAR LOGAM BESI (Fe) DAN LOGAM MANGAN (Mn) PADA LEMPUNG TERHADAP PERUBAHAN ARUS LISTRIK DALAM SOLENOIDA Arief

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Proses Pembentukan Batubara

Gambar 1.1 Proses Pembentukan Batubara 1. Bagaimana terbentuknya? Gas metana batubara terbentuk selama proses coalification, yaitu proses perubahan material tumbuhan menjadi batubara. Bahan organik menumpuk di rawa-rawa sebagai tumbuhan mati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.1 Latar Belakang Pasir besi merupakan salah satu sumber besi yang dalam

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Sampel tanah yang akan diuji adalah tanah yang diambil dari Desa Rawa

III. METODOLOGI PENELITIAN. Sampel tanah yang akan diuji adalah tanah yang diambil dari Desa Rawa III. METODOLOGI PENELITIAN A. Sampel Tanah Sampel tanah yang akan diuji adalah tanah yang diambil dari Desa Rawa Sragi, Kabupaten Lampung Timur B. Metode Pengambilan Sampel Pada saat pengambilan sampel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak memadai, dan kadar air tanah yang melebihi, Permasalahan umum yang sering dijumpai dalam pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. tidak memadai, dan kadar air tanah yang melebihi, Permasalahan umum yang sering dijumpai dalam pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang sering terjadi pada proyek pembangunan jalan adalah terjadinya penurunan tanah timbunan jalan, sehingga terjadi kerusakan pada aspal. Terjadinya penurunan

Lebih terperinci

Mekatronika Modul 11 Pneumatik (1)

Mekatronika Modul 11 Pneumatik (1) Mekatronika Modul 11 Pneumatik (1) Hasil Pembelajaran : Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan karakteristik dari komponen Pneumatik Tujuan Bagian ini memberikan informasi mengenai karakteristik dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam pembuatan lapisan film tebal CuFe O 4 yaitu dengan menggunakan screen printing (penyablonan). Teknik screen printing merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan jaman, populasi dan teknologi yang pesat, mengakibatkan permintaan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan jaman, populasi dan teknologi yang pesat, mengakibatkan permintaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perkembangan jaman, populasi dan teknologi yang pesat, mengakibatkan permintaan akan kebutuhan listrik semakin meningkat. Secara umum metode yang dilakukan

Lebih terperinci

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan ringan untuk tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Metal Casting Processes. Teknik Pembentukan Material

Metal Casting Processes. Teknik Pembentukan Material Metal Casting Processes Teknik Pembentukan Material Pengecoran (Casting) adalah suatu proses penuangan materi cair seperti logam atau plastik yang dimasukkan ke dalam cetakan, kemudian dibiarkan membeku

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KUAT TEKAN CAMPURAN BERASPAL

METODE PENGUJIAN KUAT TEKAN CAMPURAN BERASPAL METODE PENGUJIAN KUAT TEKAN CAMPURAN BERASPAL SNI 03-6758-2002 BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang Lingkup Metode pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan kuat tekan campuran aspal panas yang digunakan untuk lapis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aspal Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat. Jika dipanaskan sampai suatu temperatur tertentu

Lebih terperinci

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI Standar Nasional Indonesia Papan partikel ICS 79.060.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Klasifikasi...

Lebih terperinci

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Umum Dalam perencanaan pekerjaan, diperlukan tahapan-tahapan atau metodologi yang jelas untuk menentukan hasil yang ingin dicapai sesuai dengan tujuan yang ada, bagaimana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yang digambarkan dalam diagram alir

Lebih terperinci

III. DASAR PERENCANAAN

III. DASAR PERENCANAAN III. DASAR PERENCANAAN Persamaan kekuatan secara umum dapat dituliskan seperti pada Persamaan 3.1, dimana F u adalah gaya maksimum yang diakibatkan oleh serangkaian sistem pembebanan dan disebut pula sebagai

Lebih terperinci

18.1 Sandwich Panel Honeycomb sandwich

18.1 Sandwich Panel Honeycomb sandwich 18.1 Sandwich Panel Material komposit juga dapat dibuat dengan menyelipkan (to sandwich) material inti di antara dua lapisan luar yang tipis. Terdapat dua macam material yaitu : 1. Honeycomb sandwich 2.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil identifikasi herbarium yang dilakukan mempertegas bahwa ketiga jenis kayu yang diteliti adalah benar burmanii Blume, C. parthenoxylon Meissn., dan C. subavenium Miq. 4.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUANb Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUANb Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUANb A. Latar Belakang Permasalahan Dalam Perkembangan teknologi dan kemajuan industri saat ini yang sangat pesat memacu peningkatan pembangunan dari segala sektor kehidupan. Dan ini berdampak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam pembangunan konstruksi sipil, pekrjaan Teknik Sipil tidak akan lepas

I. PENDAHULUAN. Dalam pembangunan konstruksi sipil, pekrjaan Teknik Sipil tidak akan lepas I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembangunan konstruksi sipil, pekrjaan Teknik Sipil tidak akan lepas kaitannya dalam tanah, dimana tanah merupakan material yang sangat berpengaruh pada berbagai

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian pemisahan plastik dengan jig dilakukan dalam skala laboratorium untuk mengetahui sifat fisik sampel plastik, dan pengamatan proses jig dalam reaktor batch untuk

Lebih terperinci

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP DAERAH HAZ LAS PADA BAJA KARBON

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP DAERAH HAZ LAS PADA BAJA KARBON TUGAS AKHIR PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP DAERAH HAZ LAS PADA BAJA KARBON Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata Satu Pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rendah. Studi mengenai aliran air melalui pori-pori tanah diperlukan dan

I. PENDAHULUAN. rendah. Studi mengenai aliran air melalui pori-pori tanah diperlukan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah adalah kumpulan partikel padat dengan rongga yang saling berhubungan. Rongga ini memungkinkan air dapat mengalir di dalam partikel menuju rongga dari satu titik yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Agregat Penelitian ini menggunakan agregat kasar, agregat halus, dan filler dari Clereng, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Hasil pengujian agregat ditunjukkan

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN UJI BASAH DAN KERING CAMPURAN TANAH SEMEN DIPADATKAN

METODE PENGUJIAN UJI BASAH DAN KERING CAMPURAN TANAH SEMEN DIPADATKAN METODE PENGUJIAN UJI BASAH DAN KERING CAMPURAN TANAH SEMEN DIPADATKAN SNI 13-6427-2000 1. Ruang Lingkup 1.1 Metode pengujian ini meliputi prosedur penentuan kehilangan campuran tanah semen, perubahan kadar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA 59 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA 4.1 PENDAHULUAN Hasil perhitungan dan pengujian material uji akan ditampilkan pada Bab IV ini. Hasil perhitungan didiskusikan untuk mengetahui komposisi

Lebih terperinci

PROSES PENGECATAN (PAINTING) Dosen : Agus Solehudin, Ir., MT

PROSES PENGECATAN (PAINTING) Dosen : Agus Solehudin, Ir., MT PROSES PENGECATAN (PAINTING) Dosen : Agus Solehudin, Ir., MT JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FPTK - UPI 2 June 2010 asolehudin@upi.edu 1 PENGENALAN CAT Salah satu metoda yang paling banyak dipergunakan

Lebih terperinci

Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan

Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan konsekuensi meningkatnya luas permukaan. Ukuran partikel atau

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2014 sampai Juni 2015di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2014 sampai Juni 2015di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2014 sampai Juni 2015di Laboratorium Material Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lampung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baja HQ705 (High Quality) untuk komponen konstruksi permesinan. Baja HQ705

BAB I PENDAHULUAN. baja HQ705 (High Quality) untuk komponen konstruksi permesinan. Baja HQ705 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemakaian baja sebagai komponen utama pada konstruksi permesinan industri sangat mempertimbangkan biaya investasi dan perawatan yang rendah serta mempunyai ketahanan

Lebih terperinci

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la Pengelasan upset, hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja permukaan kontak disatukan dengan tekanan yang lebih tinggi sehingga diantara kedua permukaan kontak tersebut tidak terdapat celah. Dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Reaksi kimia yang terjadi selama perubahan dari larutan prekursor menjadi gel memiliki pengaruh yang berarti terhadap struktur dan homogenitas kimia dari gel. Permasalahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Plastik 2.1.1 Pengertian Plastik Plastik adalah polimer rantai-panjang dari atom yang mengikat satu sama lain. Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang, atau "monomer".

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalir ke tempat yang lebih rendah sehingga akhirnya kembali lagi ke laut. Lebih dari 98

BAB I PENDAHULUAN. mengalir ke tempat yang lebih rendah sehingga akhirnya kembali lagi ke laut. Lebih dari 98 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Salah satu sumber air yang dibutuhkan masyarakat dalam kehidupan sehari hari adalah air tanah. Air tersebut berasal dari hujan yang merembas masuk ke dalam tanah dan

Lebih terperinci

BAB V KERAMIK (CERAMIC)

BAB V KERAMIK (CERAMIC) BAB V KERAMIK (CERAMIC) Keramik adalah material non organik dan non logam. Mereka adalah campuran antara elemen logam dan non logam yang tersusun oleh ikatan ikatan ion. Istilah keramik berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pati merupakan polisakarida yang terdiri atas unit-unit glukosa anhidrat.

BAB I PENDAHULUAN. Pati merupakan polisakarida yang terdiri atas unit-unit glukosa anhidrat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pati merupakan polisakarida yang terdiri atas unit-unit glukosa anhidrat. Komposisi utama pati adalah amilosa dan amilopektin yang mempunyai sifat alami berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB III PERCOBAAN III.1. DIAGRAM ALIR PERCOBAAN. 17 Ibnu Maulana Yusuf

BAB III PERCOBAAN III.1. DIAGRAM ALIR PERCOBAAN. 17 Ibnu Maulana Yusuf BAB III PERCOBAAN III.1. DIAGRAM ALIR PERCOBAAN Gambar 3.1. Skema proses pembuatan filter air dari karbon serbuk dan pasir silika 17 III.2. TAHAP PERSIAPAN Pada tahap persiapan, proses-proses yang dilakukan

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan 3 Percobaan 3.1 Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air kelapa, gula pasir yang diperoleh dari salah satu pasar di Bandung. Zat kimia yang digunakan adalah (NH 4 ) 2

Lebih terperinci

Biokeramik pada Dental Implant

Biokeramik pada Dental Implant Biokeramik pada Dental Implant Latar Belakang Perkembangan ilmu kedokteran tak lepas dari peranan dan kerjasama engineer dalam menciptakan berbagai peralatan canggih yang menunjangnya. Bisa dikatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan perumahan menyebabkan kebutuhan akan bahan bangunan meningkat hal ini karena dalam pembangunan tersebut membutuhkan bahan-bahan bangunan berupa batu, kerikil,

Lebih terperinci

BAB VII PROSES THERMAL LOGAM PADUAN

BAB VII PROSES THERMAL LOGAM PADUAN BAB VII PROSES THERMAL LOGAM PADUAN Annealing adalah : sebuah perlakukan panas dimana material dipanaskan pada temperatur tertentu dan waktu tertentu dan kemudian dengan perlahan didinginkan. Annealing

Lebih terperinci

MATERIAL TEKNIK. 2 SKS Ruang B2.3 Jam Dedi Nurcipto, MT

MATERIAL TEKNIK. 2 SKS Ruang B2.3 Jam Dedi Nurcipto, MT MATERIAL TEKNIK 2 SKS Ruang B2.3 Jam 8.40-11.10 Dedi Nurcipto, MT dedinurcipto@dsn.dinus.ac.id MATERIAL TEKNIK Tujuan Mata Kuliah : Memahami tentang jenis - jenis bahan elektronika dan contoh penggunaannya

Lebih terperinci

5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab

5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab PSIKROMETRI Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab 1 1. Atmospheric air Udara yang ada di atmosfir merupakan campuran dari udara kering dan uap air. Psikrometri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktural yang memikul beban dari balok. Kolom meneruskan beban-beban dari elevasi atas ke elevasi yang lebih bawah hingga akhirnya

Lebih terperinci

Kaca & Keramik. Kaca. TKS 4406 Material Technology I 3/16/2017

Kaca & Keramik. Kaca. TKS 4406 Material Technology I 3/16/2017 TKS 4406 Material Technology I & Keramik Dr.Eng. Achfas Zacoeb, ST., MT. Department of Civil Engineering Faculty of Engineering University of Brawijaya adalah bahan tembus cahaya dan jernih yang terbentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pemanasan atau pendinginan fluida sering digunakan dan merupakan kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang elektronika. Sifat

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PANAS TERBUANG

PEMANFAATAN PANAS TERBUANG 2002 Belyamin Posted 29 December 2002 Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702) Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Desember 2002 Dosen : Prof Dr. Ir. Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia konstruksi di Indonesia semakin berkembang dengan pesat. Seiring dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau bahan yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri dan teknologi saat ini khususnya industri logam dan konstruksi, semakin hari semakin memacu arah pemikiran manusia untuk lebih meningkatkan kemampuan

Lebih terperinci

METODE PENGAMBILAN DAN PENGUJIAN BETON INTI

METODE PENGAMBILAN DAN PENGUJIAN BETON INTI METODE PENGAMBILAN DAN PENGUJIAN BETON INTI SNI 03-2492-2002 1 Ruang Lingkup 1) Metoda ini mencakup cara pengambilan beton inti, persiapan pengujian dan penentuan kuat tekannya; 2) Metode ini tidak memberikan

Lebih terperinci

PENGARUH VARIABEL KOMPAKSI TERHADAP MODULUS ELASTISITAS KOMPOSIT Al/SiC p DENGAN PERMUKAAN PARTIKEL SiC TERLAPISI ZnO

PENGARUH VARIABEL KOMPAKSI TERHADAP MODULUS ELASTISITAS KOMPOSIT Al/SiC p DENGAN PERMUKAAN PARTIKEL SiC TERLAPISI ZnO PENGARUH VARIABEL KOMPAKSI TERHADAP MODULUS ELASTISITAS KOMPOSIT Al/SiC p DENGAN PERMUKAAN PARTIKEL SiC TERLAPISI ZnO Fahmi 1109201707 Dosen Pembimbing Dr. Mochammad Zainuri, M.Si PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Umum Upaya peningkatan kualitas beton terus dilakukan dari waktu ke waktu, untuk mencapai kekuatan yang paling maksimal. Upaya ini terbukti dari munculnya berbagai penelitian

Lebih terperinci

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi 3.1 Konfigurasi Teras Reaktor Spesifikasi utama dari HTTR diberikan pada tabel 3.1 di bawah ini. Reaktor terdiri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Lentur Perkerasan lentur adalah struktur perkerasan yang sangat banyak digunakan dibandingkan dengan struktur perkerasan kaku. Struktur perkerasan lentur dikonstruksikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui fondasi. Karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui fondasi. Karena BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktural yang memikul beban dari balok. Kolom meneruskan beban-beban dari elevasi atas ke elevasi yang lebih bawah hingga akhirnya

Lebih terperinci

BAB V BAHAN KOMPOSIT

BAB V BAHAN KOMPOSIT BAB V BAHAN KOMPOSIT Komposit merupakan bahan yang terdiri dari gabungan 2 atau lebih bahan yang berbeda (logam, keramik, polimer) sehingga menghasilkan sifat mekanis yang berbeda dan biasanya lebih baik

Lebih terperinci

WUJUD ZAT. Perubahan wujud zat dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut: Zat padat. Keterangan:

WUJUD ZAT. Perubahan wujud zat dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut: Zat padat. Keterangan: WUJUD ZAT A. Tiga Wujud Zat Di sekitar kita terdapat berbagai benda seperti air, besi, kayu. Alkohol, udara yang kita hirup, atau gas helium yang digunakan untuk mengisi gas helium. Benda-benda tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ISOLATOR PIRING 2.1.1 Umum Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki tegangan dan juga tidak bertegangan. Sehingga bagian yang tidak bertegangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembuatan termoplastik elastomer berbasis NR berpotensi untuk meningkatkan sifat-sifat NR. Permasalahan utama blend PP dan NR adalah belum dapat dihasilkan blend

Lebih terperinci

BAB II TINJALAN PUSTAKA. Keanekaragaman jenis tanah yang ada di alam mempunyai berbagai macam

BAB II TINJALAN PUSTAKA. Keanekaragaman jenis tanah yang ada di alam mempunyai berbagai macam BAB II TINJALAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Umum Keanekaragaman jenis tanah yang ada di alam mempunyai berbagai macam sifat, dimana tidak semua jenis tanah yang ada dapat dipadatkan sehingga mencapai keadaan

Lebih terperinci

Tabel 3. Hasil uji karakteristik SIR 20

Tabel 3. Hasil uji karakteristik SIR 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK BAHAN BAKU 1. Karakteristik SIR 20 Karet spesifikasi teknis yang digunakan dalam penelitian ini adalah SIR 20 (Standard Indonesian Rubber 20). Penggunaan SIR 20

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan tambah membentuk massa padat.

Lebih terperinci

V. KEGIATAN BELAJAR 5 PASIR CETAK. Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan macam, sifat, dan pengujian pasir cetak.

V. KEGIATAN BELAJAR 5 PASIR CETAK. Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan macam, sifat, dan pengujian pasir cetak. V. KEGIATAN BELAJAR 5 PASIR CETAK A. Sub Kompetensi Pasir cetak dapat dijelaskan dengan benar B. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan macam, sifat, dan pengujian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Angin Angin adalah gerakan udara yang terjadi di atas permukaan bumi. Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara, ketinggian dan temperatur. Semakin besar

Lebih terperinci

Kewajiban mahasiswa : o Kehadiran 75% o UTS o UAS o Tugas-tugas

Kewajiban mahasiswa : o Kehadiran 75% o UTS o UAS o Tugas-tugas MK BNG 308 SKS 2 D3 - Sipil Jadwal : Hari : Senin Jam : 08.40 12.00 Kewajiban mahasiswa : o Kehadiran 75% o UTS o UAS o Tugas-tugas EVALUASI : o Jumlah kehadiran sebagai syarat mengikuti UAS (20%) o UTS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah masing-masing. 1) Kabin operator Truck Crane

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah masing-masing. 1) Kabin operator Truck Crane BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bagian-bagian Utama Pada Truck Crane a) Kabin Operator Seperti yang telah kita ketahui pada crane jenis ini memiliki dua buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nanas merupakan tanaman buah semak yang memiliki nama ilmiah Ananas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nanas merupakan tanaman buah semak yang memiliki nama ilmiah Ananas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nanas (Ananas comosus) Nanas merupakan tanaman buah semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus. Dalam bahasa Inggris disebut pineapple dan orang-orang Spanyol menyebutnya pina.

Lebih terperinci

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORBSI MATERIAL AKUSTIK DARI SERAT ALAM AMPAS TEBU SEBAGAI PENGENDALI KEBISINGAN

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORBSI MATERIAL AKUSTIK DARI SERAT ALAM AMPAS TEBU SEBAGAI PENGENDALI KEBISINGAN PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORBSI MATERIAL AKUSTIK DARI SERAT ALAM AMPAS TEBU SEBAGAI PENGENDALI KEBISINGAN Fajri Ridhola, Elvaswer Laboratorium Fisika Material, Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Static Immersion Test Perendaman statis merupakan jenis pengujian yang paling sederhana. Pengujiannya dengan cara melapisi agregat dengan aspal ukuran butiran 14 mm tertahan saringan,

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN SHELL MOLDING DENGAN METODE CRONING RINGKASAN

PROSES PEMBUATAN SHELL MOLDING DENGAN METODE CRONING RINGKASAN PROSES PEMBUATAN SHELL MOLDING DENGAN METODE CRONING Zainuddin Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya Jl.Srijaya Negara Bukit Besar Palembang 30139 Telp: 0711-353414, Fax: 0711-453211 RINGKASAN

Lebih terperinci