BAHASA DAN MASYARAKAT. Oleh: Ikhsanudin (Pendidikan Bahasa, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAHASA DAN MASYARAKAT. Oleh: Ikhsanudin (Pendidikan Bahasa, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak)"

Transkripsi

1 BAHASA DAN MASYARAKAT Oleh: Ikhsanudin (Pendidikan Bahasa, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak) Abstrak: Artikel ini berbicara mengenai keterkaitan antara ilmu kebahasaan dan kecenderungan masyarakat dalam berbahasa. Diawali dengan pembahasan mengenai munculnya kajian linguistik modern, artikel menguraikan kemunculan kajian sosiolinguistik, perbedaan sosiolinguistik dan sosiologi bahasa, pendekatan-pendekatan dalam sosiolinguistik, dan diakhiri dengan penguraian atas prinsip-prinsip dalam penelitian sosiolinguistik. Kajian yang digunakan di sini sepenuhnya adalah kajian kepustakaan dan hasilnya berupa deskripsideskripsi teoritis yang bersifat kumulatif. Kata Kunci: Bahasa, Masyarakat, Sosiologi, Sosiolinguistik. Pendahuluan Terdapat kecenderungan yang berbeda-beda dalam masyarakat menggunakan bahasa, meskipun bahasa yang sama. Kecendereungankecenderungan tersebut bisa terjadi pada aras bunyi (fonetis), aras fonem (fonologis), aras perubahan dan pembentukan kata (morfologis), aras susunan kalimat (sintaksis), sampai dengan aras penggunaan bahasa dalam konteks tertentu (wacana). Hal tersebut dapat diakibatkan banyak hal yang menjadi ciri kelompok masyarakat seperti usia, status sosial, pekerjaan, keadaan ekonomi, politik, dan agama. Hal tersebut mendorong munculnya kajian baru dalam linguisitik (yaitu sosiolinguistik) dan dalam sosiologi (sosiologi bahasa). Untuk memberikan gambaran kepada peminat pemula di bidang tersebut, di artikel ini sengaja disiapkan untuk memberikan uraian mengenai; (1). bagaimana munculnya disiplin ilmu kebahasaan modern?; (2). bagaimana munculnya disiplin sosiolinguistik?; (3). Apa perbedaan sosiolinguistik dan sosiologi bahasa?; (4). bagaimana pendekatan penelitian sosiolinguistik?; dan (5). apa saja prinsip-prinsip dalam penelitian sosiolinguistik?. Pertanyaan-pertanyaan di atas dibahas dengan kajian kepustakaan. Jawaban-jawaban yang diperoleh berupa deskripsi-deskripsi teoretis yang bersifat kumulatif. Sejarah Singkat Linguistik Modern Kajian sosiolinguistik selalu terkait dengan masyarakat dan bahasa, serta memberikan tekanan khusus pada aspek-aspek kebahasaan, terutama dalam hal masalah, tujuan, dan implikasi teoritisnya. Kajian kebahasaan memiliki sejarah yang amat panjang dalam dunia ilmu pengetahuan. Seperti ditulis oleh Johnson (2006) ilmu kebahasaan telah dibahas dalam dialog Plato ( SM) dan dalam tulisan-tulisan zaman Romawi (Johnson 2006). Bahkan, secara praksis sebenarnya manusia yang nota bene diciptakan bersukusuku dan berbangsa-bangsa agar

2 139 Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora Vol. 2. No. 2. Oktober 2011 saling kenal mengenal sejak memulai kehidupannya telah menggunakan bahasa. Berbagai spekulasi mengenai hal tersebut telah dan sampai saat ini masih saling mempertahankan pendapatnya dari berbagai sudut pandang. Khusus dalam bidang kebahasaan, penelitian-penelitian lama bertitik tumpu pada linguistik diakronis, yang salah satu harapannya adalah mengupayakan rekonstruksi sejarah bahasa dan sejarah peradaban manusia yang diharapkan juga berimplikasi pada penemuan sejarah asal-usul manusia pertama. Namun, dalam perkembangan berikutnya, sepeti juga dalam ilmu-ilmu lain, linguistik modern minimal memiliki tiga fungsi, yaitu: fungsi deskriptif dan eksplanatif, fungsi prediktif, dan fungsi pengembangan. Linguistik modern mulai dikenalkan oleh De Saussure ( ), yang kemudian dikenal sebagai Bapak Linguistik Modern, seorang Swiss yang sempat mengajar di Paris dan kemudian menjadi profesor di Jenewa serta mendirikan Mazhab Janewa. Semasa hidupnya dia tidak terlalu banyak menghasilkan karya tulis. Bukunya yang paling terkenal Cours de Linguistique Générale (terbit pertama kali pada 1916) justru merupakan kumpulan catatan kuliah yang dihimpun oleh mantan mahasiswanya dan diterbitkan secara anumerta. Paling tidak ada tiga hal menjadi landasan revolusi linguistik modern yang dibangun oleh de Saussure, yaitu: (1). Bahwa tanda terdiri atas signifiant dan signifié; (2). Perbedaan Langue, Parolé, dan Langage; serta, (3). Perihal sinkroni dan diakroni (de Saussure 1973). Mengenai yang pertama, setiap tanda (sign) memiliki dua sisi mata uang, yaitu signifiant dan signifié. Kata signifiant (Prancis) yang setara dengan signifier (Inggris) berarti sesuatu yang menandai atau dalam bahasa Indonesia disebut penanda sementara signifié (Prancis) yang setara dengan signified (Inggris) berarti sesuatu yang dimaksud oleh penanda yang dalam bahasa Indonesia disebut petanda. Penanda adalah wujud (form) yang bisa diindra sehingga orang yang mengindranya dapat sampai ke petanda (sering diacukan ke meaning). Mengenai yang kedua, dalam beberapa bahasa hanya ada dua kata terkait bahasa. Dalam bahasa Prancis ada langage dan langue, dalam bahasa Italia ada languaggio and lingue, and dalam bahasa Spanyol ada lenguaje dan lengua. Namun, yang perlu dibahas terkait ini adalah konsep dalam bahasa Prancis, yang membedakan langage dan langue. Konsep langage mengacu ke konsep bahasa secara umum sedangkan langue mengacu ke bahasa tertentu. Satu konsep lagi yang tidak dapat dipisahkan dalam bahasa Prancis adalah parole yang berarti ujaran. Pangkal diskusinya adalah istilah langue, yaitu sistem bahasa dari suatu bahasa. Di dalam sistem ada unit-unit dan hubungan-hubungan di antaranya. Linguistik modern mengalihkan perhatian dari kajian karya-karya Adiluhung yang dilakukan oleh tata bahasa tradisional kepada pengajian sistem bahasa. Mengenai yang ketiga, de Saussure menggerakkan bahasawan agar mendahulukan kajian sinkronis (pada suatu waktu) bahasa sebelum mengkajinya secara diakronis (lintas

3 Bahasa Dan Masyarakat (Ikhsanudin) 140 waktu). Bahasawan Abad 19 banyak mengkaji linguistik secara historis (sinkronis), padahal sebelum mengkaji secara sinkronis diperlukan pemahaman yang cukup mengenai keadaan bahasa terkait pada masanya. Terkait adanya konsep langue, pengajian sinkronis sangat memungkinkan. Dengan mengkaji secara sinkronis, bukan saja dapat menyampingkan unsur-unsur ekstralingual tetapi linguistik juga dapat melapaskan diri dari dimensi waktu. Dengan adanya tiga pokok kajian di atas. Kajian Awal Sosiolinguistik Pada perkembangan berikutnya, J.R. Firth mengemukakan gagasan pada 1935 yang kemudian diungkapkan lagi pada 1957 dan 1964/2005 mengenai perluasan kajian linguistik (Firth 2005: 66-70). Diperkenalkannya bahwa proses pemaknaan atau semantik utama adalah konteks situasi. Baginya, kajian fonetik, tata bahasa, semantik, leksikografi, dan sejenisnya cukup dipegang oleh para ahlinya. Dia memperluas kajian untuk pemakaian yang lebih luas dengan memperkenalkan kajian semasiology, untuk mencakup kajian-kajian historis mengenai perubahan makna. Namun, meskipun kajian makna telah dilakukan dengan memperhatikan konteks situasi, masih ada proses kontekstualisasi, yang diberi istilah bombastis sebagai the province of sociological linguistics, untuk menjaga campur aduknya kajian linguistik sosiologi dari bidangbidang lain dalam linguistik yang telah terbentuk. Kesulitan yang akan timbul sudah diketahuinya sejak awal, yaitu: (1). Menggambarkan dan mengklasifikasikan konteks-konteks situasi tipikal dalam konteks budaya; dan, (2). Menggambarkan dan menglasifikasikan tipe-tipe fungsi linguistik dalam konteks-konteks situasi terkait. Kajiannya tidak hanya berhenti pada kapling yang telah diambilnya. Ambisi kajian tersebut adalah membangun fondasi linguistik. Kajian tersebut selanjutnya menginspirasi pengembangan sub disiplin sosiolinguistik. Bagan: Organisasi Linguistik beserta bidang-bidang kajian terkait.

4 141 Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora Vol. 2. No. 2. Oktober 2011 Posisi sosiolinguistik dalam keseluruhan kajian linguisitik adalah sebagai berikut. Linguistik terdiri atas topik-topik dan cakupan yang luas yang tidak dapat didefinisikan dengan mudah dan sederhana. Bagan di atas, yang diambil dari Aitchison (1999) kira-kira dapat membantu pemahaman mengenai hal tersebut. Bagian yang paling tengah adalah fonetik, yaitu kajian mengenai bunyi ujaran manusia. Untuk dapat menggambarkan sistem bahasa dan realisasi ajarannya pemahaman mengenai fonetik sangat diperlukan. Pengetahuan tersebut bukan sekadar bagian dari linguistik tetapi juga merupakan pengetahuan linguistik dasar untuk memahami linguistik. Meskipun fonetik dan linguistik sering diacu bersama sebagai sains linguistik, fonetik bukan merupakan inti linguistik umum sebagai pengetahuan pemulaan bahasa. Pada bagian tersebut, fonetik dilingkupi oleh fonologi (pemulaan bunyi), lalu area fonologi diselimuti oleh sintaksis. Istilah sintaksis digunakan dalam arti luas sehingga mengandung arti bentuk kata dan susunannya (morfologi dan sintaksis). Sementara itu, semantik tidak masuk dalam sintaksis. Jadi, fonologi, sintaksis, dan semantik bagaikan kacang gerus, bumbu, dan sayuran dalam pecal linguistik, yang membentuk tata bahasa. Pusat daerah tata bahasa diselimuti oleh daerah pragmatik, yang mencakupi bagaimana penutur menggunakan bahasa yang tidak dapat diprediksi hanya dari pengetahuan linguistik semata. Pragmatik relatif baru perkembangannya dan terkait langsung baik dengan semantik maupun dengan cabang linguistik yang berhubungan langsung dengan dunia eksternal, yaitu: psikolinguistik, sosiolinguistik, linguistik terapan, linguistik komputasi, stilistik, antropolinguistik, dan filsafat bahasa. Dalam beberapa hal, cabang-cabang itu tumpang tindih sehingga sulit di definisikan secara pasti. Yang paling berkembang secara cepat di antara cabang-cabang itu adalah psikolinguistik dan sosiolinguistik. Posisi sosiolinguistik sangat penting dalam membangun kajian pragmatik bahasa dengan kajian kemasyarakatan atau dengan gejala-gejala kemasyarakatan. Sosiolinguistik dan Sosiologi Bahasa Pada intinya baik sosiolinguistik maupun sosiologi bahasa mengaji perkara bahasa dan masyarakat. Namun, secara lebih terurai para ahli kemudian melakukan penajaman-penajaman dengan cara pandang yang berbedabeda. Di antara pandanganpandangan mengenai sosiolinguistik dan yang bukan sosiolinguistik yang dapat dikemukakan di sini adalah pandangan Wardhaugh, Hudson, dan Trudgill. Pandangan-pandangan mereka berbeda terutama dalam hal bagaimana titik berat kajian, jenis hubungan antara bahasa dan masyarakat, dan hal-hal terkait metodologi penelitian dan pengembangan teori. Wardhaugh (1986:12-13), sosiolinguistik mengaji hubungan linguistik dan sosiologi bahasa dengan tujuan memahami lebih dalam struktur bahasa dan bagaimana bahasa berfungsi dalam komunikasi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa sosiolinguistik

5 Bahasa Dan Masyarakat (Ikhsanudin) 142 membahas hal-hal terkait kemasyarakatannya untuk memahami bahasanya. Sebaliknya, kajian sosiologi bahasa ditujukan untuk menemukan pemahaman lebih dalam mengenai struktur sosial melalui kajian atas bahasa. Misal: bagaimana ciri-ciri kebahasaan membantu menemukan susunan kemasyarakatan. Keselarasan pada keduanya adalah keharusan pengkajian yang sistematis dengan data-data kebahasaan dan data-data kemasyarakatan. Selanjutnya, sosiolinguistik tidak terlalu terganggu dengan temuan-temuan sosiologis dalam kajiannya dan, sebaliknya, sosiologi bahasa tidak perlu terganggu dengan temuan-temuan linguistik dalam kajiannya. Dalam bahasa yang lebih sederhana, Hudson (1980:4-5) membedakan bahwa sosiolinguistik adalah kajian kebahasaan terkait masyarakat dan sosiologi bahasa adalah kajian kemasyarakatan terkait bahasa. Dengan cara pandang lain, Trudgill (1978) lebih tertarik membedakan kajian sosiolinguistik dari yang bukan sosiolinguistik. Menurutnya, tidak ada yang mempermasalahkan bahwa sosiolinguistik mengaji perkara mengenai bahasa dan masyarakat tetapi tidak semua semua perkara bahasa dan masyarakat dapat dikaji oleh sosiolinguistik. Oleh karena itu, perlu diketahui beberapa kategori terkait pemisahan yang sosiolinguistik dan yang bukan. Kategori yang pertama adalah kategori bukan sosiolinguistik, yang tergolong dalam kategori ini adalah kajian-kajian tertentu mengenai kebahasaan yang bertujuan seperti tujuan kajian sosiologi. Beberapa contoh yang dikemukakan adalah kajian yang bersifat etnometodologis. Di samping itu, karya-karya Bernstein juga dikategorikan ke dalam kelompok ini. Kategori yang kedua adalah kategori sosiolinguistik, yang termasuk dalam kategori ini adalah struktur wacana dan percakapan, tindak tutur, kajian dalam etnometodologi dalam wicara, penelitian-penelitian sistem kekerabatan, kajian sosiologi bahasa (e.g. bilingualisme, alih kode, dan diglosia), dan keterkaitan praktis tertentu seperti berbagai aspek pengajaran dan perilaku berbahasa di ruang kelas. Kategori yang ketiga adalah kategori sosiolinguistik dengan cara pandang lain, yang termasuk dalam kajian ini adalah kajian-kajian empiris penggunaan bahasa dalam konteks sosial dan terkait minat para pakar bahasa. Dari penjelasan tersebut, dapat diambil contoh yang seiring seperti teori variasi (Labov) dan perubahan bahasa (Mac Mahon). patokannya adalah bahwa semua penelitian dalam kategori ini ditujukan terutama untuk mengembangkan teori linguistik dan mengembangkan pemahaman kita mengenai hakikat bahasa. Kategori yang ketiga adalah kategori keperluan praktis, maksudnya adalah kategori kajian kebahasaan untuk keperluan lain, yang diuraikannya pada kesempatan berbeda. Dalam kategori ini, ilmu lain dapat dimasukkan ke sub-sub kajian seperti: anthropological linguistics, geolinguistics, social prsychology of language, dan sebagainya (Trudgill 1983:32-33).

6 143 Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora Vol. 2. No. 2. Oktober 2011 Pandangan berikutnya, dari Hudson (1980:5) yang didukung oleh Wardhaugh (1986:14) adalah pada penekanannya, yaitu: (1). Siapakah si peneliti lebih tertarik pada bahasa atau masyarakat; dan, (2). Apakah si peneliti lebih piawai dalam menganalisis bahasa atau menganalisis kemasyarakatan. Di luar hal tersebut sulit dilakukan pembedaan karena keduanya saling tumpang tindih. The difference between sociolinguistics and the sociology of language is very much one on emphasis, according to whether the investigator is more interested in language or society, and also whether he has more skill in analyzing linguistic or social structures. There is a very large area of overlap between the two and it seems pointless to try to divide the disciplines more clearly than at present. Pandangan para penulis makalah ini dapat ungkapkan sebagai berikut. Suatu penyelidikan ilmiah (scientific investigation) berpangkal dari masalah dan dilakukan dengan metode yang benar dalam mengaji variabel-variabel untuk memeroleh kebenaran. Pada gilirannya, setiap penelitian dapat mengarah kepada upaya membangun teori. Terkait dengan prinsip tersebut, yang dapat digolongkan ke dalam kajian sosiolinguistik adalah kajian kebahasaan dan kemasyarakatan yang berpangkal pada masalah kebahasaan dan dilakukan untuk mencapai kebenaran kebahasaan serta berpotensi membangun ilmu kebahasaan dengan variabel kemasyarakatan dan dapat menggunakan metode-metode ilmuilmu sosial. Pendekatan Penelitian Sosiolinguistik Setiap kajian keilmuan perlu berpangkal pada suatu pendekatan. Konsep pendekatan diperkenalkan oleh Anthony dalam konteks pengajaran bahasa. Dalam pandangannya, pendekatan adalah serangkaian asumsi-asumsi yang saling berhubungan mengenai hakikat bahasa dan hakikat pengajaran dan pembelajaran bahasa (Anthony 1963: 63-67). Semua asumsi di atas bersifat aksiomatis dan selalu dapat diperdebatkan. Namun, jika perdebatan tidak berujung, alamat penelitian dan pengajian yang bersifat metodologis tidak dapat dilakukan. Oleh karena itu, pendekatan bersifat filosofis dan kebenarannya bersifat spekulatif, logis, dan sistematis. Jika diproyeksikan ke dalam bidang penelitian sosiolingusitik, pendekatan berarti serangkaian asumsi yang saling berhubungan mengenai bahasa, masyarakat, dan sosiolinguistik. Pendekatan sosiolinguistik mempertimbangkan who speaks (or writes) to whom and when and to what end (Fishman, 1972:46), yaitu; distribusi sosial butir-butir kebahasaan, sampai dengan mempertimbangkan bagaimana variabel-variabel linguistik tertentu berpotensi berhubungan dengan perumusan aturan gramatikal khas dalam suatu bahasa atau dialek dan bahkan proses yang memungkinkan bahasa-bahasa dapat berubah (Wahaugh 1986:16). Asumsiasumsi dasar mengenai bahasa, masyarakat, dan sosiolinguistik masing-masing telah dikemukakan di

7 Bahasa Dan Masyarakat (Ikhsanudin) 144 atas dan tidak perlu di ulang pada bagian ini. Pada bagian ini hanya akan ditambahkan beberapa asumsi dasar dan aksioma-aksioma yang belum dibahas di atas. Berdasarkan asumsi-asumsi mengenai bahasa, masyarakat, dan sosiolinguistik di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap penelitian sosiolinguistik berbasis data lapangan yang dapat dipercaya (bukti), terfokus, dan cukup serta didukung dengan teori ilmiah dalam mempertanyakan mencari jawaban atas pertanyaan tersebut. Oleh karena itu, peneliti harus memiliki pertanyaan-pertanyaan yang baik secara metodologis dan bidang sosiolinguistik serta mengumpulkan data-data yang benar yang mengarah kepada jawaban atas pertanyaanpertanyaan tersebut. Pertanyaanpertanyaan sosiolinguistik dapat merupakan kajian korelasional, kajian pengaruh, kajian mikrolinguistik, kajian makrolinguistik, dan sebagainya. Di samping itu, karena sosiolinguistik merupakan kajian empiris maka hal-hal berikut tidak dapat di abaikan. Pertama, upaya memperoleh jawaban harus dilakukan dengan dukungan data lapangan. Kedua, pengumpulan data dapat dilakukan dengan pengamatan alamiah dalam situasi percakapan apa adanya dan dapat juga (bahkan sebagian kasus perlu dilakukan) dengan pemancingan, dan manipulasi eksperimental (seperti percobaan samaran terbanding atau matched guise experiments). Ketiga, data dapat diperoleh dengan teknik sampling. Pengambilan kesimpulan dapat juga tidak memerlukan statistik karena yang diperlukan malah kategorisasi. Keempat, kerangka teoretis yang baik, data-data yang relevan, keterpercayaan, dan hasil yang sesungguhnya perlu diperoleh. Prinsip-Prinsip dalam Kajian Sosiolinguistik Melengkapi asumsi-asumsi di atas, aksioma Bell yang terdiri atas delapan prinsip perlu dikemukakan dalam bagian ini. Prinsip-prinsip tersebut adalah prinsip-prinsip kumulatif, keseragaman, konvergensi, alihan subordinat, pengalihan gaya, perhatian, keaslian dan keformalan (Wardhaugh 1986: 18-19). Delapan prinsip diuraikan secara ringkas sebagai berikut: Prinsip kumulatif berarti semakin banyak memiliki pengetahuan menganai bahasa semakin besar kemungkinan memperoleh temuan tentang bahasa, dan tidak mengejutkan jika penelitian mengenai pengetahuan baru akan membawa kepada bidangbidang kajian baru dan bidangbidang yang sudah digeluti oleh para wiyatawan (scholar) bidang lain. Prinsip keseragaman berarti proses-proses linguistik yang diamati dan berlangsung di sekitar pengamat sama dengan proses-proses linguistik yang terjadi pada masa lampau, sehingga tidak ada pemisah yang jelas antara kajian-kajian sinkronis dan diakronis. Prinsip konvergensi berarti nilai data baru yang digunakan untuk mengonfirmasi atau menginterpretasi temuan sebelumnya proporsional terhadap perbedaan-perbedaan cara pengumpulan data baru; yang secara khusus dapat digunakan adalah data linguistik yang dikumpulkan dengan prosedur-prosedur yang diperlukan di bidang-bidang kajian lain.

8 145 Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora Vol. 2. No. 2. Oktober 2011 Prinsip alihan subordinat berarti ketika penutur varietas bahasa non standar (subordinat), e.g. dialek, ditanya langsung mengenai varietasnya, tanggapannya akan beralih secara tidak teratur mengarah kepada atau menjauh dari varietas standarnya (superordinat), e.g., bahasa standar, sehingga memungkinkan peneliti mengumpulkan bukti berharga terkait perkara tersebut seperti varietas, norma, dan perubahan. Prinsip pengalihan gaya berarti tidak ada bahasa yang para penuturnya hanya memiliki satu gaya, karena setiap insan mengendalikan dan menggunakan satu varietas gaya kebahasaan dan tidak ada seorang pun berbicara dengan cara yang sama persis dengan cara orang lain di semua keadaan. Prinsip perhatian berarti gaya bicara dapat diatur sesuai dengan satu dimensi seberapa perhatian penutur terhadap tuturan yang disampaikan, sehingga semakin penutur sadar akan apa yang akan dituturkan maka gayanya akan menjadi lebih formal. Prinsip keaslian berarti gaya yang asli adalah yang struktur dan keterkaitan historis bahasanya paling teratur, yang santai, dan merupakan bahasa lisan yang diujarkan secara sangat atau paling tidak diperhatikan sadar (least conscious attention). Prinsip keformalan berarti observasi sistematis atas ujaran mana pun mensyaratkan suatu konteks penuh dengan perhatian sadar pada wicaranya, sehingga tanpa kelihaian yang luar biasa sangat sulit dilakukan observasi terhadap keaslian yang benar-benar asli. Penutup Sosiolinguistik adalah lahan yang sangat subur bagi penelitianpenelitian kebahasaan karena memiliki kaitan langsung dengan kehidupan. Dengan kedekatannya dengan masalah-masalah kehidupan secara langsung, sosiolinguistik menjadi lapangan penyelidikan kebahasaan yang menarik dan hasilnya dapat segera dimanfaatkan. Oleh karena itu, pengembangan pemahaman mengenai sosiolinguistik menjadi semakin menggugah selera pengaji bahasa. Makalah ini baru mengaji masalah-masalah yang sangat elementer dalam sosiolinguistik. Oleh karena itu, diperlukan upayaupaya lebih jauh untuk memahami sosiolinguistik agar pemahaman yang dimiliki cukup memadai untuk menjalankan sebuah penyelidikan sosiolinguistik. Kajian-kajian lebih jauh mengenai sosiolinguistik semakin lama semakin luas dengan berbagai hal baru ditemukan dalam teori maupun praktik. Beberapa di antara yang perlu segera dipelajari adalah pemahaman lebih dalam mengenai bahasa, dialek, dan variaetas bahasa yang dikaitkan dengan pemahaman mengenai perubahan bahasa, pujian dan kreasi. Pemahaman berikutnya memerlukan kajian lebih dalam mengenai masyarakat tutur, variasi regional dan sosial, pemilihan kode bahasa, bahasa dan budaya, etnografi dan etnometodologi, kesetaraan dan kesantunan, bertindak dan bercakapcakap, bahasa dan jantina, dan perencanaan bahasa. Semua sub-sub kajian di atas dapat dipelajari dari berbagai sumber, terutama bukubuku teks dan jurnal-jurnal ilmiah.

9 Bahasa Dan Masyarakat (Ikhsanudin) 146 Daftar Pustaka Aitchison, Jean. Teach Yourself Linguistics (edisi ke-5). London: Hodder & Stoughton Anthony, Edward M. Approach, Method, and Technique. English Language Teaching. 17 (January) pp Dimuat ulang di dalam Harold B. Allen dan Russell N. Campbell. Teaching English as a Second Language. New Delhi: Tata McGrawHill Publishing Company Ltd. pp.4-8. Firth, J.R.. On Sociological linguistics. Dimuat dalam Dell Hymes. Culture and Society: A Reader in Linguistics and Anthropology. New York: Harper & Row disarikan dari J.R. Firth. The technique of semantics. Transactions of the Philological Society. London: pp Artikel tersebut juga telah dicetak ulang dalam J.R. Firth. Papers in Linguistics (London: Oxford University Press, 1957), pp atas izin Philological Society dan Miss Jean M. Wheeler. Fischer, John L. Social Influences on the Choice of a Linguistic Variant. Culture and Society A Reader in Linguistics and Anthropology, ed. Dell Hymes. New York: Harper and Row Publishers, Inc., Fishman, J.A. The Sociology of Language. Rawly, Massacchusett: Newbury House, Hudson, R.A. Sociolinguistics. Cambridge: Cambridge University Press, Johnson, Dora. Linguistics. ERIC/CLL Resource Guides Online. Tersedia di nguistics.html. diakses pada 5 July Joos, Martin. The Five Clocks. New York: Harcourt Brace World, Inc., Saussure, Ferdinand de. Cours de Linguistique Générale. Paris: Payot (terbit pertama kali 1916). Terj. Rahayu S. Hidayat. (Ed.: Harimurti Kridalaksana). Pengantar Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Trudgill, P. Sociolinguistic Patterns in British English. London: Edward Arnold Trudgill. P. Sociolinguistics: An Introduction to Linguistics and Society. (edisi revisi) Harmonsworth, England: Penguin Books pp Wardhaugh, Ronald. An Introduction to Sociolinguistics. Oxford: Basil Blackwell Ltd., 1986.

Apa yang Dipelajari oleh Ilmu Bahasa (linguistik)? (Bahan Kuliah Sosiolinguistik)

Apa yang Dipelajari oleh Ilmu Bahasa (linguistik)? (Bahan Kuliah Sosiolinguistik) Bahasa dipelajari atau dikaji oleh disiplin ilmu yang disebut linguistik atau ilmu bahasa. Seperti halnya disiplin-displin yang lain, linguistik juga memiliki tiga pilar penyangga, yakni ontologi, epistemologi,

Lebih terperinci

PENGANTAR. 1. Pengertian Sosiolinguistik 2. Masalah Yang Dikaji Sosiolinguistik

PENGANTAR. 1. Pengertian Sosiolinguistik 2. Masalah Yang Dikaji Sosiolinguistik PENGANTAR 1. Pengertian Sosiolinguistik 2. Masalah Yang Dikaji Sosiolinguistik Pengantar مقدمة Bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi dapat dikaji secara internal dan eksternal. Kajian internal mikrolinguistik

Lebih terperinci

SILABUS SOSIOLINGUISTIK BIL008. Dr. Gatot Sarmidi, M.Pd.

SILABUS SOSIOLINGUISTIK BIL008. Dr. Gatot Sarmidi, M.Pd. Kode dokumen Halaman : 1 of 5 SILABUS SOSIOLINGUISTIK BIL008 Dr. Gatot Sarmidi, M.Pd. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG SILABUS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi tersebut, manusia memerlukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang telekomunikas. Saat ini untuk berkomunikasi dengan orang lain sangatlah

Lebih terperinci

SEJARAH ALIRAN LINGUISTIK

SEJARAH ALIRAN LINGUISTIK SEJARAH ALIRAN LINGUISTIK Linguistik Tradisional Dalam pendidikan formal ada istilah kata tata bahasa tradisional dan tata bahasa structural. Kedua jenis tata bahasa ini banyak dibicarakan orang sebagai

Lebih terperinci

(26 November February 1913) By: Ubaidillah

(26 November February 1913) By: Ubaidillah TEORI LINGUISTIK STRUKTURAL Ferdinand de Saussure (26 November 1857 22 February 1913) Sumber Bacaan: 1. Sampson, Geoffrey. 1980. Schools of Linguistics, Competition and Evolution. Hutchinson: London, Melbourne,

Lebih terperinci

Cabang Linguistik & Manfaat Linguistik Bagi Guru Bahasa. Pertemuan Ketiga-Munif 1

Cabang Linguistik & Manfaat Linguistik Bagi Guru Bahasa. Pertemuan Ketiga-Munif 1 Cabang Linguistik & Manfaat Linguistik Bagi Guru Bahasa Pertemuan Ketiga By Munif Pertemuan Ketiga-Munif 1 Cabang Linguistik Berdasarkan Pembidangannya Berdasarkan Sifat Telaahnya Beradasarkan Pendekatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka dalam sebuah penelitian penting untuk dideskripsikan. Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori, kajian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu identitas sebuah bangsa demikian juga halnya dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti bahasa Indonesia

Lebih terperinci

PROSEDUR. Sosiolinguistik IN329. Dr. Andoyo Sastromiharjo, MPd. Afi Fadlilah, S.S., M.Hum.

PROSEDUR. Sosiolinguistik IN329. Dr. Andoyo Sastromiharjo, MPd. Afi Fadlilah, S.S., M.Hum. PROSEDUR No.: FPBS/FM-7.1/07 Lampiran 9.7. Sistematika Silabus SILABUS Sosiolinguistik IN329 Dr. Andoyo Sastromiharjo, MPd. Afi Fadlilah, S.S., M.Hum. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONSEIA FAKULTAS

Lebih terperinci

Strukturalisme (Ferdinand de Saussure) (26 November February 1913)

Strukturalisme (Ferdinand de Saussure) (26 November February 1913) Strukturalisme (Ferdinand de Saussure) (26 November 1857 22 February 1913) Strukturalisme suatu gerakan pemikiran filsafat yg mempunyai pokok pikiran bhw semua masy & kebudayaan mempunyai suatu struktur

Lebih terperinci

BAHASA DAN JENDER. Oleh: Sudjianto

BAHASA DAN JENDER. Oleh: Sudjianto BAHASA DAN JENDER Oleh: Sudjianto Studi tentang bahasa dan jender berkutat pada masalah bagaimana jender memengaruhi cara kita menggunakan bahasa dan cara orang lain menggunakan bahasa dengan kita. Jender

Lebih terperinci

PENGERTIAN SOSIOLINGUISTIK

PENGERTIAN SOSIOLINGUISTIK PENGERTIAN SOSIOLINGUISTIK Janet Holmes (1995:1): sociolinguistics study the relationship between language and society, they are interested in explaining why we speak differently in different social context,

Lebih terperinci

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA Nama : Laela Mumtahanah NIM : 1402408305 BAB III OBJEK LINGUISTIK = BAHASA Objek kajian linguistik yaitu bahasa 3. 1. Pengertian Bahasa Objek kajian linguistik secara langsung adalah parole karena parole

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,

Lebih terperinci

SILABI. I. Identitas Mata Kuliah

SILABI. I. Identitas Mata Kuliah I. Identitas Mata Kuliah SILABI Mata Kuliah : Sosiolinguistik Kode mata kuliah : INA 207 SKS : 2 SKS Semester : VI Jurusan/Program Studi : PBSI/ PBSI dan BSI Jumlah Pertemuan : Dosen Pengampu : Dr. Zamzani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

Nama : Eryca Sherina P. NIM :

Nama : Eryca Sherina P. NIM : Nama : Eryca Sherina P. NIM : 1402408094 2. LINGUISTIK SEBAGAI ILMU 2. 1. Keilmiahan Linguistik Pada dasarnya setiap limu, termasuk juga ilmu linguistik, tetap mengalami tiga tahap perkembangan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan oleh pihak sekolah untuk menyambut kedatangan siswa baru. Kegiatan ini

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA; SEBUAH PIJINKAH? Restu Sukesti Balai Bahasa Yogyakarta

BAHASA INDONESIA; SEBUAH PIJINKAH? Restu Sukesti Balai Bahasa Yogyakarta BAHASA INDONESIA; SEBUAH PIJINKAH? Restu Sukesti Balai Bahasa Yogyakarta 1. Pendahuluan Bahasa Indonesia bukan bahasa yang lahir secara alamiah, melainkan hasil kesepakatan sosiologis dan politis, yaitu

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran, hal-hal, atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46).

Lebih terperinci

WHAT PSYCHOLINGUISTICS IS

WHAT PSYCHOLINGUISTICS IS WHAT PSYCHOLINGUISTICS IS Rohmani Nur Indah Objectives: Understanding the basic of Pscyholinguistics Explaining the definition, historical perspective, developments and schools in Psycholinguistics Exploring

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHSA DAN SENI SILABUS MATA KULIAH

DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHSA DAN SENI SILABUS MATA KULIAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHSA DAN SENI SILABUS MATA KULIAH 1. Identitas Mata Kuliah Nama Mata Kuliah : Sosiolinguistik Kode : Bobot SKS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingua france bukan saja di kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir seluruh

BAB I PENDAHULUAN. lingua france bukan saja di kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek Bahasa Melayu. Sudah berabad-abad lamanya Bahasa Melayu digunakan sebagai alat komunikasi atau lingua france bukan saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering didengar dan diketahui fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK 2.1 Teori-Teori Yang Relevan Dengan Variabel Yang Diteliti 2.1.1 Pengertian Semantik Semantik ialah bidang linguistik yang mengkaji hubungan antara tanda-tanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

PERBEDAAN TEORI LINGUISTIK FERDINAND DE SAUSSURE DAN NOAM CHOMSKY. Abdullah Hasibuan 1. Abstrak

PERBEDAAN TEORI LINGUISTIK FERDINAND DE SAUSSURE DAN NOAM CHOMSKY. Abdullah Hasibuan 1. Abstrak PERBEDAAN TEORI LINGUISTIK FERDINAND DE SAUSSURE DAN NOAM CHOMSKY Abdullah Hasibuan 1 Abstrak Linguistik merupakan suatu ilmu yang bahasa secara ilmiah atau ilmu tentang bahasa. Kata Linguistik berasal

Lebih terperinci

Ferdinand de Saussure

Ferdinand de Saussure Tokoh-Tokoh Linguistik Abad 20 Tokoh-Tokoh Linguistik Abad 20 Ferdinand de Saussure Vilem Mathesius Louis Hjemslev John R. Firth M.A.K. Halliday Charles J. Filmore Leonard Bloomfield Kenneth L. Pike Noam

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. Relevansi Dalam perkuliahan ini mahasiswa diharapkan sudah punya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa (language) merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. campuran, yaitu campuran antara bahasa Indonesia dan salah satu atau kedua

BAB I PENDAHULUAN. campuran, yaitu campuran antara bahasa Indonesia dan salah satu atau kedua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bersosial atau hidup bermasyarakat tidak pernah meninggalkan bahasa, yaitu sarana untuk berkomunikasi satu sama lain. Dengan berbahasa kita memahami apa yang orang

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) 1 of 8 SILABUS Fakultas : Bahasa dan Seni Jurusan/Prodi : Bahasa dan Sastra Indonesia/Sastra Indoesia Mata Kuliah : Sosiolinguistik Kode Mata Kuliah : SAS 311 SKS : 2 SKS Standar Kompetensi : Memiliki

Lebih terperinci

MATA KULIAH KEBAHASAAN PROGRAM DIK DAN NONDIK

MATA KULIAH KEBAHASAAN PROGRAM DIK DAN NONDIK ANCANGAN PRAKTIKUM MATA KULIAH KEBAHASAAN PROGRAM DIK DAN NONDIK 1. TUJUAN Secara umum, tujuan praktikum mata kuliah kebahasaan di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI adalah agar mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka berisi beberapa hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan komunikasi dapat menyampaikan pesan antar umat manusia. Salah satu alat komunikasi adalah

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS CIBIRU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA SILABUS

PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS CIBIRU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA SILABUS PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS CIBIRU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA SILABUS Nama Mata Kuliah : Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Kedua Kode Mata Kuliah : Bobot SKS : 4 SKS Tingkat/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh suku, daerah dan bangsa dalam bersosial. Tanpa adanya bahasa, komunikasi antar manusia akan terhambat. Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun kelompok. Bahasa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dapat mendukung proses berjalannya suatu penelitian.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dapat mendukung proses berjalannya suatu penelitian. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Alih Kode Konsep dapat mendukung proses berjalannya suatu penelitian. Menurut KBBI konsep adalah rancangan dasar, ide, pengertian, dan gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam berkomunikasi manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengantar Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah menjadi suatu wilayah yang kompleks masyarakatnya. Keadaan ini terjadi karena sekarang semakin

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis. Membaca

BAB II KAJIAN TEORI. pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis. Membaca BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Membaca Menurut Dechant (melalui Zuchdi, 2008:21), membaca adalah proses pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis. Membaca pada hakikatnya

Lebih terperinci

Dimensi Autentisitas di dalam Pembelajaran BIPA. Abstrak

Dimensi Autentisitas di dalam Pembelajaran BIPA. Abstrak Dimensi Autentisitas di dalam Pembelajaran BIPA B. Widharyanto PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Abstrak Autentisitas di dalam pembelajaran bahasa asing, seperti BIPA, merupakan aspek yang

Lebih terperinci

KAJIAN PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN SOLOPOS EDISI JANUARI-FEBRUARI 2010 SKRIPSI

KAJIAN PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN SOLOPOS EDISI JANUARI-FEBRUARI 2010 SKRIPSI KAJIAN PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN SOLOPOS EDISI JANUARI-FEBRUARI 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Kebutuhan akan bahasa sudah jauh sebelum manusia mengenal

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur. Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut

METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur. Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut merydah76@gmail.com ABSTRAK Tulisan ini bertujuan memberikan kontribusi pemikiran terhadap implementasi pembelajaran

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI S1 BAHASA INGGRIS SIKAP

PROGRAM STUDI S1 BAHASA INGGRIS SIKAP PROGRAM STUDI S1 BAHASA INGGRIS SIKAP a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius b. menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama, moral,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bahasa diartikan sebagai sistem lambang bunyi berartikulasi yang. mark having understood meanings.

BAB 1 PENDAHULUAN. bahasa diartikan sebagai sistem lambang bunyi berartikulasi yang. mark having understood meanings. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kamus Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI,1990:66) bahasa diartikan sebagai sistem lambang bunyi berartikulasi yang bersifat konvensional yang dipakai sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sebuah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh masyarakat umum dengan tujuan berkomunikasi. Dalam ilmu bahasa dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa mengalami perubahan signifikan seiring dengan perubahan masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya. Banyaknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting di dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, hampir semua kegiatan manusia bergantung pada dan bertaut dengan bahasa. Tanpa adanya bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia memiliki status sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang kebanggaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bahasa sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bahasa sebagai salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat dipisahkan. Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bahasa sebagai salah satu alat primer dalam

Lebih terperinci

FILSAFAT BAHASA DAN BAHASA MENURUT LUDWIG WITTGENSTEIN

FILSAFAT BAHASA DAN BAHASA MENURUT LUDWIG WITTGENSTEIN FILSAFAT BAHASA DAN BAHASA MENURUT LUDWIG WITTGENSTEIN > Pengertian Filsafat Bahasa Filsafat bahasa adalah ilmu gabungan antara linguistik dan filsafat.ilmu ini menyelidiki kodrat dan kedudukan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi manusia. Manusia menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan pikirannya, baik yang dilakukan secara lisan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bahasa. Tidak seperti sistem isyarat yang lain, sistem verbal bisa digunakan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bahasa. Tidak seperti sistem isyarat yang lain, sistem verbal bisa digunakan untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori Ibrahim (1993:125 126), berpendapat bahwa semua kelompok manusia mempunyai bahasa. Tidak seperti sistem isyarat yang lain, sistem verbal bisa digunakan untuk mengacu

Lebih terperinci

Bahasa sebagai Sistem. Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd. Dosen Penerbitan Politeknik Negeri Media Kreatif

Bahasa sebagai Sistem. Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd. Dosen Penerbitan Politeknik Negeri Media Kreatif Bahasa sebagai Sistem Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd. Dosen Penerbitan Politeknik Negeri Media Kreatif Bahasa sebagai sebuah sistem Bahasa terdiri atas unsur-unsur yang tersusun secara teratur. Unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan yang pesat saat ini. Film juga telah memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat. Selain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat paling penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat pemakai bahasa membutuhkan satu

Lebih terperinci

LINGUISTIK SEBAGAI ILMU

LINGUISTIK SEBAGAI ILMU LINGUISTIK SEBAGAI ILMU Pada bab pertama sudah disebutkan bahwa linguistik adalah ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. 2.1 KEILMIAHAN LINGUISTIK Sebelum membicarakan keilmiahan linguistik

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Linguistik merupakan ilmu bahasa yang di perlukan sebagai dasar untuk meneliti

Bab 1. Pendahuluan. Linguistik merupakan ilmu bahasa yang di perlukan sebagai dasar untuk meneliti Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Linguistik merupakan ilmu bahasa yang di perlukan sebagai dasar untuk meneliti suatu bahasa. Ilmu linguistik terdapat dalam semua bahasa. Dalam The New Oxford Dictionary

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK LINGUISTIK : BAHASA. Linguistik adalah ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya.

BAB 3 OBJEK LINGUISTIK : BAHASA. Linguistik adalah ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. BAB 3 OBJEK LINGUISTIK : BAHASA Linguistik adalah ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. 1. Pengertian Bahasa Kridalaksana (1983) : bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan

Lebih terperinci

MENGENAL LEBIH DEKAT ANALISIS WACANA DAN KAJIAN BAHASA KRITIS. Rohmani Nur Indah Fakultas Humaniora dan Budaya Universitas Islam Negeri Malang

MENGENAL LEBIH DEKAT ANALISIS WACANA DAN KAJIAN BAHASA KRITIS. Rohmani Nur Indah Fakultas Humaniora dan Budaya Universitas Islam Negeri Malang MENGENAL LEBIH DEKAT ANALISIS WACANA DAN KAJIAN BAHASA KRITIS Rohmani Nur Indah Fakultas Humaniora dan Budaya Universitas Islam Negeri Malang Abstrak Analisis wacana tampaknya semakin kerap tampil sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi

BAB I PENDAHULUAN. memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari segi fonologi, gramatikal, dan semantik kemampuan seorang anak dalam memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi

Lebih terperinci

Konsep Dasar Sosiolinguistik

Konsep Dasar Sosiolinguistik Konsep Dasar Sosiolinguistik i iv Sosiolinguistik SOSIOLINGUISTIK Suatu Pendekatan Pembelajaran Bahasa dalam Masyarakat Multikultural Penulis: Fathur Rokhman Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dominan di antara sesama manusia. Realitas ini menunjukkan betapa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dominan di antara sesama manusia. Realitas ini menunjukkan betapa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa adalah salah satu faktor yang menjadi ciri pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya. Bahasa merupakan alat dalam komunikasi dan interaksi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017

JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017 HUBUNGAN LINGUISTIK DENGAN METODE PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DATULINA GINTING DOSEN FKIP. UNIVERSITAS ASAHAN ABSTRACT The writing of this paper aims to determine the lingustik relationship with English

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dan anggota masyarakat memerlukan bahasa sebagai media komunikasi untuk berinteraksi dengan makhluk lainnya untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

RPKPS RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER

RPKPS RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER RPKPS RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER Nama Mata Kuliah : SOSIOPRAGMATIK Kode : LKB524 Sks : 3 Nama Dosen : Dr. Ike Revita, M.Hum. Dr. Fajri Usman, M.Hum. Prodi : S2 Linguistik PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tata kalimat, dan tata makna. Ciri-ciri merupakan hakikat bahasa, antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. tata kalimat, dan tata makna. Ciri-ciri merupakan hakikat bahasa, antara lain: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai rangkaian bunyi yang mempunyai makna tertentu yang dikenal sebagai kata, melambangkan suatu konsep. Setiap bahasa sebenarnya mempunyai ketetapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan berita-berita dan sebagainya (Sugono ed., 2015:872). Beritaberita dalam surat

Lebih terperinci

Rancangan Silabus BAHASA INDONESIA SEBAGAI MATAKULIAH UMUM Suatu Tinjauan Pendekatan Pragmatik Oleh : Yuniseffendri. Abstrak

Rancangan Silabus BAHASA INDONESIA SEBAGAI MATAKULIAH UMUM Suatu Tinjauan Pendekatan Pragmatik Oleh : Yuniseffendri. Abstrak Rancangan Silabus BAHASA INDONESIA SEBAGAI MATAKULIAH UMUM Suatu Tinjauan Pendekatan Pragmatik Oleh : Yuniseffendri Abstrak Singuistik tradisional mengkaji bahasa berdasarkan komponen kebahasan, meliputi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. berdasarkan konteks pemakaian dibedakan atas istilah umum, dan istilah

BAB V PENUTUP. berdasarkan konteks pemakaian dibedakan atas istilah umum, dan istilah BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melalui berbagai tahap penelitian, berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Istilah-Istilah dalam Register Fotografi pada Majalah Digital Camera ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan sebagainya melalui bahasa, sehingga bahasa merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan sebagainya melalui bahasa, sehingga bahasa merupakan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan komunikasi antar sesamanya. Setiap anggota masyarakat selalu terlibat dalam komunikasi, baik dia berperan sebagai

Lebih terperinci

Tokoh-Tokoh Linguistik Abad 20

Tokoh-Tokoh Linguistik Abad 20 Tokoh-Tokoh Linguistik Abad 20 Tokoh-Tokoh Linguistik Abad 20 Ferdinand de Saussure Vilem Mathesius Louis Hjemslev John R. Firth M.A.K. Halliday Charles J. Filmore Leonard Bloomfield Kenneth L. Pike Noam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia.

Bab 5. Ringkasan. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia. Bab 5 Ringkasan Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia. Tetapi perbedaan struktur kalimat antara bahasa Indonesia dan bahasa Jepang sering menjadi kendala bagi pemelajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan proses interaksi manusia satu dengan yang lainnya. Komunikasi bertujuan memberikan informasi atau menyampaikan pesan kepada mitra tutur.

Lebih terperinci

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dua bahasa atau lebih (multilingual), yaitu bahasa Indonesia (BI) sebagai bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dua bahasa atau lebih (multilingual), yaitu bahasa Indonesia (BI) sebagai bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia pada umumnya memiliki keterampilan menggunakan dua bahasa atau lebih (multilingual), yaitu bahasa Indonesia (BI) sebagai bahasa nasional dan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan manusia lain di sekitarnya. Sejak awal hidupnya dia sudah bergaul dengan lingkungan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan ciri yang paling khas manusia yang membedakan dengan makhluk-makhluk lain. Dengan bahasa manusia dapat mengadakan komunikasi, sebab bahasa adalah alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas sosial lainnya berbahasa baru terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya (Alan dalam

Lebih terperinci

Pengembangan Model Pembelajaran Bahasa Inggris untuk Kemampuan Berbicara Siswa Sekolah Dasar (Usia 7 9) Berbasiskan pada Teori tentang Theme dan Rheme

Pengembangan Model Pembelajaran Bahasa Inggris untuk Kemampuan Berbicara Siswa Sekolah Dasar (Usia 7 9) Berbasiskan pada Teori tentang Theme dan Rheme Pengembangan Model Pembelajaran Bahasa Inggris untuk Kemampuan Berbicara Siswa Sekolah Dasar (Usia 7 9) Berbasiskan pada Teori tentang Theme dan Rheme Juliansyah, S.Pd, M.Pd, Dra. Kurnia Idawati, M.Si,Sari

Lebih terperinci

Setiap kegiatan yang bersifat ilmiah tentu mempunyai objek. Begitu juga dengan linguistik, yang mengambil bahasa sebagai objeknya.

Setiap kegiatan yang bersifat ilmiah tentu mempunyai objek. Begitu juga dengan linguistik, yang mengambil bahasa sebagai objeknya. Nama : Ferdausy Priharini NIM : 1402408292 Kelas : IF RANGKUMAN BAHASA INDONESIA BAB III OBJEK LINGUISTIK: BAHASA Setiap kegiatan yang bersifat ilmiah tentu mempunyai objek. Begitu juga dengan linguistik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa selalu mengalami perubahan dan perkembangan.perkembangan dan perubahan itu terjadi karena adanya perubahan sosial, ekonomi, dan budaya.perkembangan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam interaksi manusia. Bahasa dapat digunakan manusia untuk menyampaikan ide, gagasan, keinginan, perasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang berbentuk lisan dan tulisan yang dipergunakan oleh masyarakat,

Lebih terperinci

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan, manusia dikodratkan sebagai makhluk sosial karena manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya membutuhkan bantuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam ujaran dan tulisan yang digunakan oleh orang-orang dari negara tertentu

BAB I PENDAHULUAN. dalam ujaran dan tulisan yang digunakan oleh orang-orang dari negara tertentu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan kamus bahasa Inggris Oxford, Bahasa adalah sistem komunikasi dalam ujaran dan tulisan yang digunakan oleh orang-orang dari negara tertentu (2000; 240).

Lebih terperinci