BAB I PENDAHULUAN. Terlebih dengan adanya sejumlah kasus yang muncul di tanah air akhir-akhir ini
|
|
- Indra Tanudjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ideologi agama menjadi tema yang menarik di abad modernisasi ini. Terlebih dengan adanya sejumlah kasus yang muncul di tanah air akhir-akhir ini berkaitan dengan gerakan pengatasnamaan agama hingga perlakuan negatif terhadap agama. Gerakan radikalisme muncul dan dianggap oleh pelakunya sebagai salah satu solusi keprihatinan atas politik negara dan pemerintah yang terpengaruh kapitalisme dan kolonialisme negara-negara Barat. Bom Bali merupakan salah satu contoh kejadian tragis dan fenomenal berkaitan dengan gerakan radikal yang dibalut dalam koridor jihad mengatasnamakan Islam fundamentalis. Jumlah korban sipil yang sangat besar menjadi sebab gerakan ini dapat dikategorikan sebagai terorisme. Adanya transformasi ideologi bisa menjadi cikal bakal gerakan tersebut. Perubahan dari kelompok gerakan Islam fundamentalis menjadi gerakan radikal hingga dicap sebagai teroris disertai dengan kekuatan ideologi Barat ini menjadi wacana ideologi yang menarik dan layak kaji. Dalam konteks perang ideologi Barat dan Islam tersebut di atas, pada tahun 2010, seorang sutradara dokumenter bernama Rudi Haryanto pernah mengejewantahkan pemikirannya ke dalam suatu karya film yang berjudul Prison and Paradise. Film ini memang sudah lama dirilis oleh Rudi sebagai sutradara, 1
2 2 namun pembuatan film yang menghabiskan waktu selama 7 tahun ini menarik perhatian banyak orang. Terlebih dengan kontroversi yang terjadi pasca rilisnya film ini. Adapun film ini berlatarbelakang tentang bom bunuh diri di Bali yang diledakkan oleh teroris pada tanggal 12 Oktober Insiden ini menewaskan 202 jiwa sebagian besar orang asing dan juga orang Indonesia. Sejak saat itu Indonesia menjadi target ancaman bom dengan motivasi agama yang ditujukan untuk kantor-kantor kedutaan. Rudi Haryanto memulai riset dan wawancaranya di In 2003, I had the opportunity to interview first Bali bombers. They are: Imam Samudra, Ali Gufron a.k.a Muklas, Amrozy and Ali Imron. I also met Mubarok a.k.a Fadlullah Hasan a.k.a Utomo Pamungkas in Kerobokan prison, Bali. In 2004, I was introduced to Noor Huda Ismail, a journalist at the Washington Post and an alumni of Al Mukmin Ngruki Islamic Boarding School (pesantren) on his duty covering the Bali bombing incident. Pada tahun 2003, saya berkesempatan untuk mewawancarai pelaku bom Bali pertama. Mereka adalah: Imam Samudra, Ali Gufron a.k.a Muklas, Amrozy dan Ali Imron. Saya juga bertemu Mubarok a.k.a Fadlullah Hasan a.k.a Utomo Pamungkas di penjara Kerobokan, Bali. Pada tahun 2004, saya diperkenalkan dengan Noor Huda Ismail, seorang wartawan di Washington Post dan seorang alumni pesantren Al Mukmin Ngruki dalam tugasnya meliput insiden bom Bali. Some perpetrators of the bombing were graduated from Ngruki Islamic boarding school, such as Ali Gufron, Ali Imron and Mubarok. In fact, Nur Hooda Ismail shared a room with Mubarok in their early years in pesantren since Mubarok was the chairperson of their room in the pesantren. However, Noor Huda Ismail and Mubarok chose different path of life and different practice of jihad. Beberapa pelaku pengeboman tersebut merupakan lulusan dari pesantren Ngruki, seperti Ali Gufron, Ali Imron dan Mubarok. Sebenarnya, Nur Hooda Ismail berbagi kamar dengan Mubarok di tahun-tahun awal mereka di pesantren sejak Mubarok menjadi ketua kamar mereka di
3 3 pesantren. Namun, Noor Huda Ismail dan Mubarok memilih jalan kehidupan yang berbeda dan praktik jihad yang berbeda. In 2007, Noor Huda Ismail introduced me to Ali Imron and Mubarok s families. He also invited me to meet Bali bombing victims, among other, the family of Haji Maksum, a Muslim activist in Denpasar, Bali. His son in law, Imawan Sarjono was killed during the bombing and left the wife, Eka Laskmi with their two sons, Alif and Aldi. During this meeting, I found many interesting stories, both from perpetrators families as well as victims families. They believe in the same religion, that s Islam, they believe in the same Holy Quran, they pray with same manner and ways, but in Jihad, they do have different opinion. Indonesia has been an important site for terrorism and terrorism debate. The film Prison and Paradise would like to portray this issue closely. I would like to show the problem arising from Jihadis and their families. I would like also to address the discourse on terrorism, jihad, Islam political movement, war on terror agenda, and how this discourse shapes the future of the children, both of perpetrators as well as victims. 1 - Pada tahun 2007, Noor Huda Ismail memperkenalkan saya pada keluarga Ali Imron dan Mubarok. Dia juga mengundang saya untuk bertemu korban bom Bali, antara lain, keluarga Haji Maksum, seorang aktivis Muslim di Denpasar, Bali. Menantu laki-lakinya, Imawan Sarjono tewas dalam pengeboman tersebut dan meninggalkan istrinya, Eka Laskmi bersama kedua putra mereka, Alif dan Aldi. Dalam pertemuan ini, saya menemukan banyak cerita menarik, baik dari keluarga pelaku maupun keluarga korban. Mereka percaya pada agama yang sama, yaitu Islam, mereka percaya pada Alquran yang sama, mereka berdoa dengan cara dan cara yang sama, namun dalam Jihad, mereka memiliki pendapat yang berbeda. Indonesia telah menjadi situs penting dalam terorisme dan perdebatan terorisme. Film "Prison and Paradise" ingin menggambarkan masalah ini dengan seksama. Saya ingin menunjukkan masalah yang timbul dari Jihadis dan keluarga mereka. Saya ingin juga membahas wacana tentang terorisme, jihad, gerakan politik Islam, perang terhadap agenda teror, dan bagaimana wacana ini membentuk masa depan anakanak, baik pelaku maupun korban. Tujuan film itu, kata Daniel, untuk menunjukkan dampak buruk terorisme yang diterima generasi muda, terutama anak-anak. Dalam karya itu, Rudi berupaya menyorot efek aksi terorisme dari berbagai sisi secara seimbang. 1 Director Statement oleh Daniel Rudi Haryanto how-terrorism-affects-children.html
4 4 Antara lain, dia menguak kehidupan korban, para pelaku teror, serta keluarga pelaku pengeboman. Dalam penggarapan filmnya, Rudi sempat mewawancarai para pelaku bom Bali seperti Imam Samudera, Amrozi Nurhasyim, Ali Gufron serta Ali Imron dan juga Mubarok dari balik jeruji besi di Pulau Nusakambangan di Jawa Tengah. Dalam penggarapan film ini, Rudi bekerjasama dengan Noor Huda Ismail, penulis novel Temanku Teroris. Noor Huda adalah mantan seorang wartawan Washington Post. Dia pernah menjadi teman sekamar dari salah satu tersangka Bom Bali I Utomo Pamungkas alias Fadhullah Hasan alias Mubarok ketika masih menjadi santri di Pondok Pesantren Al-Mukmin Ngruki. Saat ini, Huda mendirikan Yayasan Prasasti Perdamaian, yayasan yang melakukan pendampingan terhadap para mantan pelaku terorisme beserta keluarganya dan para korban terorisme. Tema film dokumenter yang diangkat oleh Rudi cukup membuat banyak kalangan memperdebatkan kembali ideologi jihad yang berujung pada radikalisme. Namun, ironisnya LSF justru menganggap dokumenter Rudi Haryanto tentang para pelaku bom Bali itu sarat dengan dialog-dialog propaganda yang menyesatkan dan berpotensi memberi pengaruh negatif terhadap generasi muda Islam Indonesia. Ideologi tentang terorisme, jihad, kapitalis negara Barat yang dipertentangkan dengan konsep kemanusiaan pembuat film muncul secara gamblang dalam film ini. Ideologi-ideologi tersebut dihadirkan dan secara lugas dituturkan oleh subyek-subyek yang ada dalam film tersebut. Pertentangan
5 5 ideologi tersebut dikemas secara terstruktur oleh Rudi Haryanto sebagai pembuat film menjadi sebuah tontonan yang bisa menghasilkan asumsi dan pandangan, bahkan bisa jadi resolusi atas kondisi yang terjadi. Dalam konteks radikalisme-teroris, agama ditunggangi dan digunakan menjadi alat praktik ideologi yang represif, dan pemahaman terhadap hukum dan landasan keyakinannya sangat tekstual fundamentalis sekalipun pencetus dari gerakan tersebut bisa jadi lahir justru bukan dari kelompok agama, seperti politik, sosial dan ekonomi. Oleh Rudi (panggilan akrab Rudi Haryanto), perbenturan ideologi-ideologi subyek dalam film ditampilkan namun dengan kemasan yang lebih halus karena mengangkat sisi keluarga dan dampak negatif yang ditimbulkan dari melakukan tindakan kejahatan terorisme. Selain itu, Noor Huda Ismail yang merupakan teman salah satu pelaku pemboman, memiliki pandangan bahwa keluarga pelaku harus mendapatkan hak yang sama seperti halnya masyarakat pada umum. Hal ini nampaknya sejalan dengan ideologi liberalisme dimana kebebasan individu dan hak asasi manusia menjadi mutlak harganya. Terlepas bahwa perlu adanya perjuangan untuk menegakkan hak asasi manusia, kebebasan setiap individu dalam praktik liberalisme juga akan mengalami gesekan dengan kebebasan dan kepentingan individu yang lain tentunya. Menurut penulis dalam konteks pertentangan ideologi, kemasan film yang dibuat oleh Rudi merupakan suatu ambivalen dalam praktik wacana kritis. Di satu sisi ia (Rudi, sutradara) berusaha menampik stereotype bahwa jihad dan Islam identik dengan terorisme, namun di sisi lain ia menampilkan sisi netral pemikirannya di bagian akhir film. Premis yang tersirat dalam filmnya, dimana
6 6 ideologi radikalis sebagaimana visinya menentang kapitalisme Barat justru dipertentangkan dengan pemikiran keluarga pelaku dan korban dalam adegan dan penuturan yang humanis. Kerelaan dan keikhlasan keluarga korban di bagian akhir justru menjadi degradasi perspektif dalam menampik stigma Islam-teroris. Nampaknya, hal ini yang kemudian menjadi sumber masalahnya. Interpretasi penonton terhadap film dokumenter Prison and Paradise inilah yang sepertinya ditakutkan oleh pihak Lembaga Sensor Film yang kemudian menolak penayangan film di seluruh daerah di Indonesia. Namun demikian, pihak LSF tidak memberikan ruang untuk diskusi lebih lanjut terkait hal itu. Dalam ranah politik lembaga pemerintah, tidak adanya mediasi ini adalah persoalan lain yang tidak akan dibahas dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, penulis berusaha meneliti ideologi-ideologi yang muncul dari setiap subyek film sebagai obyek kajian. Ideologi-ideologi tersebut muncul secara eksplisit sekaligus implisit dalam dialog tutur antara subyek dengan pembuat film. Bahkan tidak hanya implisit, namun juga symptomatic meaning yang bersifat ideologis. 2 Subyek film dokumenter Prison and Paradise disini dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian. Pertama; pelaku bom yaitu Imam Samudra, Amrozy, Ali Gufron, Ali Imron, dan Mubarok. Kedua; keluarga pelaku, yaitu diwakili oleh keluarga Mubarok; ayah Mubarok, Pak Harsono; istri Mubarok, Ukhi Titin beserta kedua anak perempuannya, Asma Azzahra dan Qonita Annisa. Juga istri Ali Imron yaitu Nissa dan juga anak mereka yaitu Azzah Rohida. Ketiga; keluarga korban diwakili oleh keluarga korban yaitu istri korban, 2 David Bordwell, Kristin Thompson. Film Art: an introduction. New York: McGraw-Hill Companies, Inc hal 57
7 7 Eka Laksmi; kedua putranya Alif dan Aldi; serta Haji Maksum, kakek mereka. Keempat; teman asrama Mubarok (pelaku bom) sekaligus pendiri Yayasan Prasasti Perdamaian (LSM yang bergerak di bidang pendampingan eks narapidana terorisme), Noor Huda Ismail. Dari empat subyek tersebut, satu kesamaan di antara mereka yaitu penganut agama Islam, perbedaannya ada pada identifikasi ideologi yang muncul dari dialog pada film, yaitu: pelaku bom memiliki ideologi Islam fundamentalis yang mengarah ke radikalisme, yang kemudian diterjemahkan oleh hegemoni Barat sebagai terorisme. Wacana kemanusiaan dengan isu dampak keluarga terhadap tindakan teroris dimunculkan sebagai pihak yang dipertentangkan dengan ideologi Islam fundamentalis para pelaku. Wacana kemanusiaan tersebut dipaparkan oleh narasumber Noor Huda Ismail, dimana merupakan subyek perpanjangan tangan Rudi sebagai pembuat film dalam meletakkan perspektifnya. Adapun Noor Huda Ismail adalah aktivis kemanusiaan yang memusatkan pada pandangan dan pemikiran terhadap hak asasi keluarga korban dan pelaku (baik keluarganya juga pelaku yang insaf). Sebagai informasi, adanya perbedaan pemikiran pasca peristiwa bom Bali membawa akibat Mubarok dan Ali Imron menyesali perbuatannya, tidak demikian dengan terpidana hukuman mati; Imam Samudra, Ali Gufron dan Amrozy. Mereka tetap konsisten dengan diri dan dasar pemikiran fundamentalisnya. Maka kemudian menjadi menarik ketika subyek keluarga pelaku dalam film justru diwakili oleh keluarga Mubarok dan Ali Imron yang notabene sudah insaf, bukan keluarga pelaku yang dihukum mati. Ideologi lain yang tersirat dari film ini adalah ideologi negara Barat yang
8 8 direpresentasikan sebagai kapitalis-hedonisme yang diwakili oleh dialog yang dituturkan oleh subyek dan makrostruktur hegemoni barat untuk menggambarkan kekuatan dominasi Barat dan hegemoninya atas Islam. Meskipun ideologi ini tidak muncul sebagai representasi ideologi subyek yang ada dalam film, namun ideologi kapitalis menjadi landasan dan dampak hegemoni munculnya banyak gerakan radikal di dunia. Dalam penelitian ini, penulis berusaha menelaah ideologi subyek yang muncul dalam film Prison and Paradise dan menganalisis wacana ideologi Islam fundamentalis-radikal serta kapitalisme negara barat dalam perspektif kemanusiaan Rudi sebagai pembuat film dengan menggunakan studi wacana kritis Teun A. Van Dijk. Adapun pemikiran dekonstruksif juga akan digunakan dalam penelitian ini sebagai perspektif pemaknaan ideologi subyek yang muncul dalam film dokumenter Prison and Paradise. Dengan meminjam perspektif analisis dekonstruksi, diharapkan bisa menyingkap makna-makna yang tersembunyi atau terabaikan dalam penafsiran ideologi. Bentuk penelusuran dekonstruksi membantu untuk bisa melihat apa yang disembunyikan sejarah dan menyusun sejarah melalui unsur-unsur yang didominasi. Metode dekonstruksi dirasa perlu untuk mengidentifikasi politik teks sehingga membantu untuk memperoleh kesadaran lebih tinggi akan adanya bentuk inkonsistensi dalam teks tanpa adanya keberpihakan. 3 Dalam konteks ideologi subyek dalam film dokumenter Prison and Paradise, terminologi tafsir jihad menjadi wacana kunci dalam film tersebut. Maka, penulis hendak memperlakukan teks, kognisi, dan konteksnya secara netral 3 Haryatmoko. Critical Discourse Analysis. Jakarta: Raja Grafindo hal 214
9 9 sebagai sarana yang mampu membuka kemungkinan baru untuk perubahan dan rekonsiliasi ideologi-ideologi yang represif dan tertutup Fokus Penelitian Berdasarkan apa yang telah dijabarkan pada latar belakang berkaitan dengan pertentangan ideologi yang muncul pada dialog subyek-subyek dalam film dokumenter Prison and Paradise, maka peneliti hendak mencari tahu secara relevan dan mendalam mengenai: Bagaimana dekonstruksi ideologi subyek yang terdapat dalam film dokumenter Prison and Paradise? 1.3. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian, dapat diidentifikasi masalah-masalah yang akan coba diselesaikan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana ideologi Islam fundamentalis-radikal subyek pada level teks, kognisi dan konteks sosial dalam film dokumenter Prison and Paradise? 2. Bagaimana ideologi kemanusiaan subyek pada level teks, kognisi dan konteks sosial dalam film dokumenter Prison and Paradise? 3. Bagaimana ideologi negara barat pada level teks, kognisi dan konteks sosial dalam film dokumenter Prison and Paradise?
10 Tujuan Penelitian Bertolak dari identifikasi masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengungkapkan ideologi Islam fundamentalis-radikal subyek pada level teks, kognisi dan konteks sosial dalam film dokumenter Prison and Paradise 2. Untuk mengungkapkan ideologi kemanusiaan subyek pada level teks, kognisi dan konteks sosial dalam film dokumenter Prison and Paradise 3. Untuk mengungkapkan ideologi negara barat pada level teks, kognisi dan konteks sosial dalam film dokumenter Prison and Paradise 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dapat peneliti kategorikan sebagai manfaat teoritis dan manfaat praktis, berikut penjabarannya: Manfaat Teoritis Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu komunikasi dan perfilman yang mempelajari dekonstruksi ideologi yang muncul dari subyek film dokumenter.
11 Manfaat Praktis Secara praktis peneliti berharap penelitian ini dapat memenuhi fungsifungsi seperti: Fungsi Akademis Penelitian ini dapat diterapkan bagi setiap kalangan yang memiliki minat dalam film dokumenter di Universitas Mercu Buana Fungsi Individual Diharapkan penelitian dapat memberikan gambaran bagaimana perspektif dekonstruksi ideologi subyek dalam film dokumenter Prison and Paradise Manfaat Sosial Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat akan perspektif dekonstruksi ideologi subyek dalam film dokumenter Prison and Paradise.
DEKONSTRUKSI IDEOLOGI SUBYEK DALAM FILM DOKUMENTER PRISON AND PARADISE. Analisis Wacana Kritis Model Teun Adrianus van Dijk.
DEKONSTRUKSI IDEOLOGI SUBYEK DALAM FILM DOKUMENTER PRISON AND PARADISE Analisis Wacana Kritis Model Teun Adrianus van Dijk SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Strata
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Subyek Penelitian Prison and Paradise adalah film dokumenter berdurasi 93 menit yang diproduseri, ditulis, dan disutradarai oleh Daniel Rudi Haryanto selama
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian Burhan Bungin (2003:63) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif mengacu pada prosedur penelitian yang menghasilkan data secara
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menguraikan metode penelitian yang digunakan untuk mengkaji teks-teks pemberitaan media Jerman sekait isu teorisme dalam kaitannya dengan Islam. Penjelasan dalam Bab
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan
25 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia dengan segala kompleks persoalan hidup sebagai objeknya, dan bahasa sebagai mediumnya. Peristiwa dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menelan banyak korban sipil tersebut. Media massa dan negara barat cenderung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terorisme menjadi tema utama dalam wacana global selain demokrasi dan perekonomian dunia. Sehingga menimbulkan berbagai pernyataan variatif dari berbagai elemen
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan & Jenis Penelitian Eriyanto (2001) menyatakan bahwa analisis wacana adalah salah satu alternatif dari analisis isi selain analisis isi kuantitatif yang dominan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk Muslim dunia (Top ten largest with muslim population, 2012). Muslim
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk Muslim terbanyak di dunia. Penduduk muslimnya berjumlah 209.120.000 orang atau 13% dari jumlah penduduk Muslim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam pengantar pesan. Setiap informasi yang dimuat dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media menjadi sarana informasi yang dibutuhkan masyarakat. Tujuannya memberikan gambaran mengenai alat komunikasi yang bekerja dari skala terbatas hingga melibatkan
Lebih terperinciTESIS KEDUDUKAN HUKUM JUSTICE COLLABORATOR DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME
TESIS KEDUDUKAN HUKUM JUSTICE COLLABORATOR DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME Oleh : ANTON LARANONO, S.H. NIM. 031324153087 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan
BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan Hasil analisa wacana kritis terhadap poligami pada media cetak Islam yakni majalah Sabili, Syir ah dan NooR ternyata menemukan beberapa kesimpulan. Pertama, poligami direpresentasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan menangkap pelaku-pelakunya, menyebabkan Lembaga Pemasyarakatan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan Kepolisian Republik Indonesia melalui Detasemen Khusus (Densus) 88 1 membongkar jaringan teroris berideologi Islam radikal di Indonesia 2 dan menangkap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terorisme di dunia bukanlah merupakan hal baru, namun menjadi aktual terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York, Amerika Serikat
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
15 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, Penulis ingin menjabarkan usaha kekerasan negara dalam menyebarkan kebencian terhadap Lekra, yang selanjutnya akan menimbulkan stigmatisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berawal dari aksi teror dalam bentuk bom yang meledak di Bali pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berawal dari aksi teror dalam bentuk bom yang meledak di Bali pada tanggal 12 oktober 2002 hingga bom yang meledak di JW Marriott dan Ritz- Carlton Jumat pagi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Film bermula pada akhir abad ke-19 sebagai teknologi baru, tetapi konten dan fungsi yang ditawarkan masih sangat jarang. Kemudian, film mengalami perubahan
Lebih terperinciBAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar
BAB V Penutup A. Kesimpulan Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar Kompas dan Republika dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama, produksi wacana mengenai PKI dalam berita
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
NOMOR 2 TAHUN 2002 PEMBERLAKUAN NOMOR 1 TAHUN 2002 PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME, PADA PERISTIWA PELEDAKAN BOM DI BALI TANGGAL 12 OKTOBER 2002 Menimbang : Mengingat : Menetapkan : PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2003 PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002 PEMBERLAKUAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002
Lebih terperinciNUSA DUA, BALI 10 AGUSTUS Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakaatuh. Selamat sore, salam sejahtera untuk kita semuanya. Yang saya hormati,
Sambutan Wakil Presiden Republik Indonesia H.M. Jusuf Kalla Pada International Meeting on Counter-Terrorism dan The 2nd Counter-Terrorism Financing Summit NUSA DUA, BALI 10 AGUSTUS 2016 Assalamu alaikum
Lebih terperinci11Ilmu ANALISIS WACANA KRITIS. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom
Modul ke: ANALISIS WACANA KRITIS Mengungkap realitas yang dibingkai media, pendekatan analisis kritis, dan model analisis kritis Fakultas 11Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi
Lebih terperinciOrang Kristen yang membunuh kaum Muslim jauh lebih sadis tidak pernah sedikit pun dibilang sebagai teroris.
Orang Kristen yang membunuh kaum Muslim jauh lebih sadis tidak pernah sedikit pun dibilang sebagai teroris. Tidak pernah ada cerita orang Kristen disebut teroris, meski tindakannya sama persis dengan teroris.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan agenda politik. bangsa Indonesia yang negaranya menganut paham demokrasi. Salah satu tahapan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan agenda politik lima tahunan bangsa Indonesia yang negaranya menganut paham demokrasi. Salah satu tahapan dalam proses Pemilu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk kategori kejahatan kemanusiaan (crime of humanity),apalagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terorisme merupakan suatu tindak pidana yang sangat serius ditangani oleh pemerintah,bahkan oleh dunia internasional. Aksi terorisme yang terjadi selalu menimbulkan
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara REKONSTRUKSI DATA B.1. Analisa
REKONSTRUKSI DATA B. NO Analisa Analisa dan koding tematik Perceive threat Adanya ketidakadilan terhadap pelebelan terorisme yang dirasakan umat Islam FGD.B..8 FGD.B..04 FGD.B.. FGD.B..79 FGD.B..989 Umat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Mendengar kata kekerasan, saat ini telah menjadi sesuatu hal yang diresahkan oleh siapapun. Menurut Black (1951) kekerasan adalah pemakaian kekuatan yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Muchammad Nazir dalam bukunya Metode Penelitian menyatakan
32 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah seperangkat alat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan
Lebih terperinciBAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME
BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME I. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI Peran Pemerintah dan masyarakat untuk mencegah dan menanggulangi terorisme sudah menunjukan keberhasilan yang cukup berarti,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan oleh para
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sejarah fundamentalisme Islam di Indonesia mengalami perkembangan yang dinamis dari era orde lama sampai orde reformasi saat ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Surat kabar merupakan salah satu media massa yang digunakan oleh seorang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Surat kabar merupakan salah satu media massa yang digunakan oleh seorang penulis (wartawan) untuk menuangkan ide masing-masing dalam analisis data-data yang
Lebih terperinciANALISIS WACANA KRITIS TENTANG PEMBERITAAN SUPORTER PERSIB DAN PERSIJA DALAM MEDIA PIKIRAN RAKYAT ONLINE DAN RAKYAT MERDEKA ONLINE
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berita olahraga merupakan salah satu berita yang sering dihadirkan oleh media untuk menarik jumlah pembaca. Salah satu berita olahraga yang paling diminati masyarakat
Lebih terperinciANCAMAN LINTAS AGAMA DAN IDEOLOGI MELALUI BOM DI TEMPAT LAHIRNYA PANCASILA
ANCAMAN LINTAS AGAMA DAN IDEOLOGI MELALUI BOM DI TEMPAT LAHIRNYA PANCASILA A. Abstrak Negara Indonesia kian terancam karena efek pemikiran ideologi orang luar yang ditelan mentah-mentah tanpa adanya suatu
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. umum, cara memecah kompleksitas dunia nyata. Dengan demikian, paradigma yang tertanam
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Menurut Patton dalam Tahir 1 Paradigma adalah sebuah pandangan dunia, perspektif umum, cara memecah kompleksitas dunia nyata. Dengan demikian, paradigma
Lebih terperinciBAB II ORGANISASI PENCEGAHAN TERORISME (BNPT DAN TPB UNODC) 2.1 Peraturan Perundang-Undangan tentang Terorisme di Indonesia
BAB II ORGANISASI PENCEGAHAN TERORISME (BNPT DAN TPB UNODC) Sebelum lebih jauh membahas interaksi kerjasama serta hasil yang didapat dari sebuah kerjasama antara dua unit pencegahan terorisme, dalam hal
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. mendalam. Dalam bab ini peneliti akan menggunakan Analisis Wacana yaitu
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan jenis penelitian Penelitian akan menggunakan metode penelitian kualitatif non kancah. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungannya hanya memaparkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi berasal dari kata Yunani 'methodologia' yang berarti teknik atau prosedur, yang lebih merujuk kepada alur pemikiran umum atau menyeluruh dan juga gagasan teoritis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Esai merupakan suatu ekspresi diri berupa gagasan atau pemikiran seseorang tentang suatu hal yang dituangkan dalam bentuk tulisan yang berupa teks. Esai atau tulisan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini berusaha melihat bagaimana konstruksi dalam film Samin VS Semen dan film Sikep Samin Semen bekerja. Konstruksi ini dilihat melalui konsep yang ada di dalam film
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe Penelitian ini adalah kualitatif eksploratif, yakni penelitian yang menggali makna-makna yang diartikulasikan dalam teks visual berupa film serial drama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan globalisasi dan kemajuan teknologi yang terjadi dewasa ini telah menimbulkan dampak yang luas terhadap berbagai bidang kehidupan, khususnya di bidang
Lebih terperinciImaji Vol. 4 - No. 2/ Februari 2009 RESENSI BUKU
RESENSI BUKU JUDUL BUKU : Cultural Studies; Teori dan Praktik PENULIS : Chris Barker PENERBIT : Kreasi Wacana, Yogyakarta CETAKAN : Ke-IV, Mei 2008 TEBAL BUKU : xxvi + 470 halaman PENINJAU : Petrus B J
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana hitam sering identik dengan salah dan putih identik dengan benar. Pertentangan konsep
Lebih terperinciBAB V PENUTUP 1. Kesimpulan
BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan Film Senyap mengungkapkan bahwa komunis merupakan korban pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang terjadi saat peristiwa pemberantasan komunis 1965 yang dampaknya masih terasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Eksistensi pemberitaan terorisme tidak pernah hilang menghiasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eksistensi pemberitaan terorisme tidak pernah hilang menghiasi bingkai pemberitaan media massa di Indonesia. Teror bom yang paling terkenal terjadi di Indonesia diantaranya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metodologi guna mendapatkan data-data dari berbagai sumber sebagai bahan analisa. Menurut Kristi E. Kristi Poerwandari dalam bukunya yang berjudul Pendekatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dalam bukunya metode penelitian menyatakan bahwa penelitian. menerus untuk memecahkan suatu masalah. 1 Penelitian merupakan
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah seperangkat alat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. media visual yang bekerja dengan gambar-gambar, simbol-simbol, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Film pertama kali dipertontonkan di Paris, Perancis pada tahun1895. Dari waktu ke waktu film mengalami perkembangan, baik dari teknologi yang digunakan maupun
Lebih terperinciCEGAH PERKEMBANGAN RADIKALISME DENGAN DERADIKALISASI
CEGAH PERKEMBANGAN RADIKALISME DENGAN DERADIKALISASI O L E H : PROF. DR. IRFAN IDRIS, MA DIREKTUR DERADIKALISASI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) RI JOGJAKARTA, 11 JUNI 2014 1 Kerangka Konsepsi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. pluralis melihat media sebagai saluran yang bebas dan netral, semua pihak dapat
PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Media dan berita yang diproduksi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Kaum pluralis melihat media sebagai saluran yang bebas dan netral, semua pihak dapat menyampaikan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Praktik poligami dalam bentuk tindakan-tindakan seksual pada perempuan dan keluarga dekatnya telah lama terjadi dan menjadi tradisi masyarakat tertentu di belahan
Lebih terperincimenjadi pemberitaan yang sering kali dikaitkan dengan isu agama. Budi Gunawan dalam bukunya Terorisme : Mitos dan Konspirasi (2005, 57) menekankan : K
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Belakangan ini Indonesia sedang digemparkan dengan berita ledakan bom yang terjadi di Solo pada 18 Agustus lalu. Bom meledak di depan Pos Polisi Tugu Gladak, Solo,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengonseptualisasikan dan menafsirkan dunia yang melingkupinya. Pada saat kita
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media utama dalam mengekspresikan pikiran, mengonseptualisasikan dan menafsirkan dunia yang melingkupinya. Pada saat kita berbahasa atau berkomunikasi,
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG LEMBAGA SENSOR FILM
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG LEMBAGA SENSOR FILM I. UMUM Kesadaran manusia akan kebutuhan hiburan memberi peluang besar pada industri perfilman untuk mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Media massa bukanlah saluran yang bebas dan netral, demikian pandangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa bukanlah saluran yang bebas dan netral, demikian pandangan paradigma kritis. Perspektif kritis ini bertolak dari asumsi umum bahwa realitas kehidupan bukanlah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Hal tersebut didasari oleh penggunaan data bahasa berupa teks di media massa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tampilannya yang audio visual, film sangat digemari oleh masyarakat. Film
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Film bukan lagi menjadi fenomena baru di ranah media massa. Dengan tampilannya yang audio visual, film sangat digemari oleh masyarakat. Film mampu merekonstruksi wacana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana tidak hanya dipandang sebagai pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan, tetapi juga sebagai bentuk dari praktik sosial. Dalam hal ini, wacana adalah
Lebih terperinciANALISA KASUS PERKOSAAN DISERTAI PEMBUNUHAN TERHADAP YUYUN DARI SUDUT PANDANG HUKUM HAK ASASI MANUSIA
ANALISA KASUS PERKOSAAN DISERTAI PEMBUNUHAN TERHADAP YUYUN DARI SUDUT PANDANG HUKUM HAK ASASI MANUSIA Oleh: Brian Edward Samuel Sorongan I Ketut Keneng, SH., MH. Hukum Acara Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciSKRIPSI. Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Diajukan oleh: Agatha Rebecca Rajagukguk
PEMBERITAAN MEDIA TERHADAP BENCANA JEPANG (STUDI ANALISIS WACANA TEUN A. VAN DIJK PADA HARIAN KOMPAS TENTANG PEMBERITAAN GEMPA DAN TSUNAMI JEPANG) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kelompok-kelompok kelas menengah ke bawah, lebih banyak didorong oleh
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seluruh masyarakat yang ada di dunia ini sebenarnya mendambakan dan membutuhkan kedamaian, kecukupan dan kemakmuran. Namun, seringkali yang diperoleh adalah sebaliknya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digencarkan Amerika Serikat. Begitupula konflik yang terjadi di Asia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembicaraan mengenai hak-hak dan perlakuan terhadap tawanan perang telah dimulai lebih dari satu abad yang lalu dan saat ini pun sedang menjadi isu hangat pasca dikobarkannya
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengungkapkan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya. Pendekatan kualitatif ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan munculnya berbagai konflik yang berujung kekerasan karena berbagai aspek seperti politik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra diciptakan untuk dinikmati, dihayati, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Luxemburg (1989:6) mengatakan
Lebih terperinci{mosimage}ismail Yusanto, Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia
{mosimage}ismail Yusanto, Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia Akhirnya para eksekutor dari kesatuan Brimob mengeksekusi mati tersangka bom Bali I, yakni Amrozi, Imam Samudra dan Mukhlas. Ketiganya dieksekusi
Lebih terperinciChapter V. Summary. Humanisme merupakan sebuah teori yang mendorong manusia untuk memutuskan segala
Chapter V Summary Humanisme merupakan sebuah teori yang mendorong manusia untuk memutuskan segala sesuatu melalui pengalaman hidup ketimbang terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Manusia saat ini sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keinginannya. Hal inipun diatur dalam Undang-Undang Dasar Terdapat paham liberalisme dimana liber yang artinya bebas atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap manusia pada umumnya menginginkan kehidupannya berjalan dengan baik, sesuai dengan apa yang dikehendakinya, yang mana sesuai dengan arti sebuah kebebasan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari peranan media yang menyebarkan visi dan misi mereka dalam kampanye untuk meraih suara pemilih.
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1 Genre musik hardcore adalah sebuah bentuk budaya tandingan terhadap budaya mainstream yang tersedia di masyarakat, yang berada dalam sebuah kancah alternatif dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel merupakan salah satu jenis media dimana penyampaianya berupa teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh tertentu ataupun
Lebih terperinciBagan 3.1 Desain Penelitian
26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Peneliti mencoba mengilustrasikan desain penelitian dalam menganalisis wacana pemberitaan Partai Demokrat dalam Media Indonesia. Penelitian ini menggunakan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. sehingga berada dalam ujung tanduk kehancuran, momentum yang tepat ini
BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Historis Kekalahan Uni Soviet dalam perang dingin membuatnya semakin lemah sehingga berada dalam ujung tanduk kehancuran, momentum yang tepat ini dimanfaatkan oleh negara-negara
Lebih terperinciBullying: Tindak Kekerasan Antara Siswa Laki-Laki Dan Siswa Perempuan Dalam Perspektif Jender di SMA Negeri 2 Ambon
Bullying: Tindak Kekerasan Antara Siswa Laki-Laki Dan Siswa Perempuan Dalam Perspektif Jender di SMA Negeri 2 Ambon I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan kekerasan atau violence umumnya dilakukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. serta kerugian harta benda, sehingga menimbulkan pengaruh yang tidak. hubungan Indonesia dengan dunia Internasional.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peristiwa pengeboman yang terjadi di Wilayah Negara Republik Indonesia telah menimbulkan rasa takut masyarakat secara luas. Mengakibatkan hilangnya nyawa serta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini film dan kebudayaan telah menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Film pada dasarnya dapat mewakili kehidupan sosial dan budaya masyarakat tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Analisis Qacan Kritis Teks Jurnalistik Pada Surat Kabar Online Le Monde
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa pada masa kini telah menjadi salah satu komponen terpenting dalam kehidupan sosial manusia. Melalui media massa, masyarakat dapat mengetahui segala
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2003 PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME, MENJADI UNDANG-UNDANG DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. signifikan terhadap perkembangan penetapan hukum di dunia ini, dimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serangan 11 September pada tahun 2001 telah memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan penetapan hukum di dunia ini, dimana serangan teroris tertentu telah
Lebih terperinciBAB V PENUTUP Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang lain karena mengangkat konsep multikulturalisme di dalam film anak. Sebuah konsep yang jarang dikaji dalam penelitian di media
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terorisme merupakan fenomena yang banyak didekati dengan berbagai disiplin ilmu, diantaranya politik, sosiologi, psikologi, komunikasi, hukum dan kriminologi. Definisi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan pendekatan deskriptif interpretatif.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang penulis tetapkan, yaitu untuk mengetahui bagaimana film 9 Summers 10 Autumns mendeskripsikan makna keluarga dan reproduksi
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif,
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, dengan pendekatan analisis wacana kritis. Pendekatan analisis wacana kritis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu ini mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam pendekatan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian terdahulu sebagai perbandingan dan tolak ukur penelitian. Tinjauan pustaka tentang penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang kita dapatkan. Banyak orang berilmu membagi wawasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Buku merupakan jendela ilmu. Dengan membaca buku akan banyak pengetahuan yang kita dapatkan. Banyak orang berilmu membagi wawasan yang dikuasai dengan menuliskannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang cukup efektif dalam menyampaikan suatu informasi. potret) atau untuk gambar positif (yang di mainkan di bioskop).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film merupakan salah satu media massa yang digunakan sebagai sarana hiburan. Selain itu film berperan sebagai sarana modern yang digunakan untuk menyebarkan informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini terjadi di Jalan Thamrin Jakarta. Peristiwa Bom Thamrin ini mengejutkan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Peristiwa Bom Thamrin yang terjadi pada tanggal 14 Januari 2016 ini terjadi di Jalan Thamrin Jakarta. Peristiwa Bom Thamrin ini mengejutkan banyak pihak karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai kasus kekerasan seksual, free sex,dan semacamnya. Dengan semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media saat ini baik elektronik maupun cetak banyak disorot oleh banyak kalangan sebagai salah satu penyebab utama hancurnya moral umat manusia termasuk golongan remaja.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. adalah YouTube, yang berbentuk komunikasi massa audio visual. YouTube tidak
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini, sosial media adalah suatu media online yang sering digunakan masyarakat untuk melakakukan kegiatan komunikasi, baik mencari atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada awalnya film merupakan hanya sebagai tiruan mekanis dari realita atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awalnya film merupakan hanya sebagai tiruan mekanis dari realita atau sarana untuk mereproduksi karya-karya seni pertunjukan lainnya seperti teater. Perkembangan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. telah mendapatkan legitimasi sebagai karya grafis bersifat internasional dan
BAB V KESIMPULAN Persepolis karya Marjane Satrapi merupakan karya francophone yang telah mendapatkan legitimasi sebagai karya grafis bersifat internasional dan dimasukkan ke dalam ranah studi literatur.
Lebih terperinci2015 ANANLISIS NILAI MORAL PAD A TOKOH UTAMA RED A D ALAM FILM LE GRAND VAJAGE(LGU) KARYA ISMAEL FERROUKHI
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Peran bahasa asing sangatlah penting dalam menunjang eksistensi para insan pendidikan di era globalisasi ini. Tidak bisa dipungkiri, agar menjadi pribadi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan zaman yang semakin pesat membuat orang dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan zaman yang semakin pesat membuat orang dapat berpindah dengan cepat dari satu tempat ketempat lain dan dari kemajuan zaman tersebut dapat mempengaruhi proses
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Agama adalah penyerahan mutlak dari hamba kepada tuhan. Maha Pencipta
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama adalah penyerahan mutlak dari hamba kepada tuhan. Maha Pencipta dengan tingkah laku, budi pekerti, dan perbuatan nyata sebagai manifestasinya. Jadi, dalam
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Munculnya feminisme memang tak lepas dari akar persoalan yang ada di kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih dianggap sebagai makhluk inferior.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagian dari media massa. Pada perkembangannya film dianggap sebagai alat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Film sebagai media kedua dalam komunikasi sekunder merupakan salah satu bagian dari media massa. Pada perkembangannya film dianggap sebagai alat komunikasi yang
Lebih terperinciBAB III PENDEKATAN PENELITIAN. korban perkosaan di LRC-KJHAM adalah pendekatan fenomenologi yang
BAB III PENDEKATAN PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang penulis gunakan untuk meneliti komunikasi terapeutik yang dibangun oleh pendamping terhadap perempuan korban perkosaan
Lebih terperinci