TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Keragaman tipe buah cabai dalam genotipe species C. annuum L. Sumber : Dremann (2008)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Keragaman tipe buah cabai dalam genotipe species C. annuum L. Sumber : Dremann (2008)"

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Cabai Tanaman cabai merupakan tanaman asli dari Amerika yang daerah penyebarannya meliputi Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Columbus adalah orang yang pertama kali memperkenalkan tanaman cabai dan membawa biji yang dijadikan benih ke Spanyol pada tahun 1493, sampai kemudian benihnya banyak ditanam di Eropa. Di Asia, tanaman cabai diperkenalkan oleh bangsa Portugal dan Spanyol pada abad ke - 16, sekarang ini tanaman cabai sudah tersebar di seluruh dunia termasuk Indonesia (Bosland dan Votava 1999). Di Indonesia cabai (Capsicum annuum L.) adalah sayuran penting yang paling banyak dikenal memiliki nilai ekonomi tinggi. Di Indonesia cabai dapat tumbuh dan berproduksi di dataran rendah dan tinggi, baik di lahan sawah atau tegalan sehingga arealnya mencapai 150,000 ha (Direktorat Jenderal Hortikultura 2008), tetapi produktivitasnya masih sangat rendah. Species Capsicum annuum L. mempunyai keragaman tipe buah yang tinggi untuk (Gambar 2). Gambar 2. Keragaman tipe buah cabai dalam genotipe species C. annuum L. Sumber : Dremann (2008) Cabai dalam species Capsicum spp. ini memiliki karakteristik yang luas pada ukuran buah, warna, dan bentuknya, yaitu dengan panjang bervariasi antara cm, bentuk buah yang sangat lonjong, mengerucut dan bundar, berwarna hijau dan kuning saat belum matang, oranye dan coklat saat sudah matang. Karakteristik tanamannya memperlihatkan keragaman yang tinggi. Keragaman yang tinggi tipe buah (Gambar 2). Banyaknya species cabai dalam genus Capsicum. Genus Capsicum termasuk di antaranya adalah lima spesies yang telah dibudidayakan yaitu Capsicum annuum, C. baccatum, C. chinense, C. frustescens, dan C. pubescens (Greenleaf 1986). Daftar spesies cabai yang dibudidayakan dan liar serta daerah penyebarannya disajikan pada Tabel 1. Tanaman cabai berbentuk semak dengan batang berkayu dan tipe

2 6 percabangan tegak atau menyebar dengan karakter yang berbeda-beda tergantung spesiesnya. Tinggi tanaman cabai berkisar cm. Daunnya berwarna hijau dan atau hijau tua, tumbuh pada tunas-tunas samping berurutan, pada batang utama dan tunggal tersusun secara spiral. Daunnya berbentuk hati lonjong atau bulat telur dengan letak yang berselang-seling (Poulus 1994). Tabel 1. Daftar spesies cabai yang telah dibudidayakan, tipe liarnya serta daerah penyebaran Spesies Status Daerah sebaran C. annuum L. Dibudidayakan Amerika Selatan hingga Colombia tropik, subtropik dan daerah beriklim sedang C. chinense Jacq. Dibudidayakan Dataran rendah Amerika Selatan bagian timur C. frutescens L. Dibudidayakan Amerika tropik C. baccatum L. Dibudidayakan Peru, Bolivia, Paraguay, Brazil, Argentina C. praetermisum Heiser & Smith. Liar Brazil Selatan C. chacoense A. T. Hunz. Liar Argentina Utara, Bolivia Paraguay, C. galapagoense A. T. Hunz. Liar Daerah Andes, dataran tinggi Amerika Tengah bagian utara hingga Meksiko C. pubescens R & P. Dibudidayakan Daerah Andes, dataran tinggi Amerika Tengah bagian utara hingga Meksiko C. cardendaii Heiser & Smith. Liar Bolivia C. eximium A.T.Hunz. Liar Bolivia, Argentina utara C. tovarii Eshbaugh, Smith, Liar Andes, Peru tengah Nickrent. C. lanceolatum. Liar Guetamala Sumber: Greenleaf (1986) Menurut Kusandriani (1996) bunga cabai termasuk bunga lengkap, yaitu terdiri atas kelopak dan mahkota, Daun-daun mahkota yang berlekatan menjadi satu sehingga digolongkan dalam sub-kelas Sympetalae. Bunga tanaman cabai mempunyai bunga tunggal atau soliter dan tumbuh pada ujung ruas, serta merupakan bunga sempurna. Alat kelamin jantan dan betina terdapat pada satu bunga. Mahkota bunga berwama putih atau ungu tergantung pada kultivarnya, helaian mahkota bunga berjumlah lima atau enam. Pada dasar bunga terdapat daun bunga berjumlah lima helai kadang-kadang bergerigi. Setiap bunga mempunyai satu putik, kepala putik berbentuk bulat. Bunga cabai terdiri dari lima petal, lima sepal, satu putik, dan lima benang sari yang fertile.

3 7 Bunga cabai termasuk menyerbuk sendiri tetapi dapat terjadi penyerbukan silang dengan bantuan lebah atau serangga lainnya dengan persentase persilangan berkisar %. Bunga tanaman cabai cenderung bersifat protogyny, yaitu kepala putik telah masak sebelum tepung sari keluar dari kotak sari atau sebelum anthesis, dan tepung sari keluar pada saat bunga mekar (Greenleaf 1986). Menurut Kusandriani (1996) persilangan cabai sering terjadi pada bunga yang mempunyai tangkai putik yang panjang dan kepala putik lebih tinggi dari kotak sari, sedangkan penyerbukan sendiri sering terjadi pada bunga yang memiliki tangkai putik yang pendek sehingga letak kepala putik lebih rendah dari kepala sari. Bunga tunggal terdapat pada setiap ruas dan pada saat antesis tangkai bunga umumnya merunduk. Bunga pertama biasanya terbentuk pada umur hari sesudah tanam (HST) dan buah pertama biasanya mulai terbentuk pada umur HST. Benih Cabai Benih cabai dihasilkan dari buah yang matang dalam waktu hari setelah pembuahan. Umumnya memiliki biji cabai berwarna kuning jerami (Hernandez 2002). Proses pemanenan cabai mempengaruhi mutu benihnya baik viabilitas maupun vigornya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat pemanenan cabai adalah ciri dan umur panen, cara panen, periode panen dan perkiraan produksi. Pemanenan pada saat masak fisiologis adalah yang terbaik karena pada saat itu vigor benih yang maksimum. Cabai dipanen pada saat buah memiliki bobot maksimal, buahnya padat dan warnanya 90% tepat merah menyala (Kusandriani 1996). Benih cabai terdiri atas enam bagian (Gambar 3) yaitu endosperm, mikrofil, kotiledon, embrio, testa (seed coat), dan radikula. Endosperm adalah jaringan penyimpan cadangan makanan genomnya berasal dari maternal. Mikrofil adalah saluran atau lubang yang menutup kulit benih, pada nuselus melalui tabung polen yang biasanya dimiliki selama fertilisasi. Pada saat benih matang dan mulai berkecambah mikrofil membantu untuk masuknya air. Biasanya tonjolan radikula melalui mikrofil endosperm. Kotiledon biasanya disebut sebagai daun benih. Embrio adalah sporofit muda hasil fertilisasi. Hipokotil adalah batang yang mirip dengan aksis embrionik di bawah kotiledon. Embrio matang terdiri atas kotiledon, hipokotil dan radikel. Testa adalah lapisan pelindung luar benih yang dikembangkan dari integument pada ovul Meyr (2005).

4 8 Gambar 3. Biji cabai dan bagian-bagiannya. Sumber : Meyr A (2005) Radikula adalah akar embrionik pada embrio matang bersama-sama dengan hipokotil(pada Gambar 4), bagian-bagian biji cabai harus berkembang sempurna untuk menghasilkan kecambah normal. Biji dan benih mempunyai fungsi yang berbeda. Biji berfungsi sebagai sebagai bahan pangan atau pakan, sedangkan benih berfungsi sebagai bahan perbanyakan tanaman. Baihaki (2009) menyatakan benih sebagai bahan perbanyakan harus diperhatikan mutunya karena dapat mempengaruhi produksi hingga 60%. Gambar 4. Kecambah Normal Cabai Mutu benih yang tinggi sudah diupayakan sejak benih akan diproduksi, selama pertanaman di lapang hingga masa menjelang panen. Mutu benih menjadi jaminan bagi konsumen benih, dan informasi mengenai mutu benih didapatkan dari pengujian. Hasil pengujian langsung adalah perwujudan kecambah atau bibit. Mutu benih cabai dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan (Baihaki 2009). Berapa besar faktor genetik

5 9 mempengaruhi mutu benih belum banyak informasinya, karena pada umumnya faktor lingkungan banyak mempengaruhi mutu benih. Terdapat kriteria tipe kecambah normal yang telah ditentukan oleh International Seed Testing Association (ISTA 1999). Pada cabai, kriteria kecambah normal (Gambar 4) yaitu akar primer tumbuh dan berkembang dengan baik, jaringan pembuluh berkembang dengan baik dan tidak terdapat kerusakan; plumula telah tumbuh, plumula harus tumbuh utuh serta berwarna hijau, tumbuhnya boleh melengkung asal tidak busuk; kecambah kelihatan sehat, atau tidak ada kerusakan. Vigor Benih Vigor benih adalah kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman normal, meski kondisi alam tidak optimum atau suboptimum. Benih yang vigor akan menghasilkan produk di atas normal kalau ditumbuhkan pada kondisi optimum (Sadjad et al. 1999). Kondisi suboptimum adalah kondisi alam terbuka berupa biosfer yang mengganas, cuaca yang tidak akrab, tanah yang tidak subur, pengairan yang tidak menunjang, semua keadaan itu dapat terjadi. Benih vigor yang mampu menumbuhkan tanaman normal pada kondisi alam sub optimum dikatakan memiliki kekuatan tumbuh. Permasalahan vigor benih Ketersediaan benih tanaman sayur dan umbi-umbian masih sangat rendah. Yaitu 4.1% (Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian 2008). Masalah lain adalah rendahnya mutu benih. Benih tidak selalu segera ditanam, sehingga mengalami penundaan tanam artinya mengalami penyimpanan. Benih yang diproduksi di daerah tertentu mengalami jarak tempuh yang panjang hingga beberapa hari. Pada tataniaga pertanian benih cabai selalu mengalami penyimpanan pada kondisi sub optimum sebelum sampai ke tangan petani. Penyimpanan pada kondisi sub optimum merupakan kondisi penyimpanan yang kurang baik, karena menyebabkan terjadinya penurunan mutu benih cabai baik viabilitas maupun vigornya sebelum ditanam. Teknologi penyimpanan yang baik dapat mencegah atau memperlambat kemunduran benih. Benih yang mempunyai viabilitas awal tinggi (mutu benih tinggi) akan memiliki daya simpan yang baik dibandingkan dengan benih yang mempunyai viabilitas awal yang

6 10 rendah (mutu benih rendah). Pada benih cabai menurunnya vigor benih ditunjukkan oleh menurunnya (panjang radikula, panjang hipokotil, daya berkecambah benih, kecepatan tumbuh benih, indeks vigor dan terjadi peningkatan nilai daya hantar listrik (Tabel 4). Hal ini didukung oleh Copeland dan McDonald (2001) bahwa menurunnya kualitas benih yang mengakibatkan menurunnya vigor benih dan akhirnya dapat menurunkan hasil. Tabel 2. Kebutuhan dan Ketersediaan Benih Horikultura Bermutu Tahun No Komoditi 1 Tan. Buah (pohon) Tan. Hias (pohon) Tan. Sayuran-Umbi (ton) Biji (ton) Tahun 2005 (dalam Ribuan) Tahun 2006 Dalam Ribuan Kebutuhan Ketersediaan Kebutuhan Ketersediaan (18.29%) (4.52%) (2.7%) 592 (50.1%) (14.95%) (6.21%) (4.1%) 665 (53.1%) 4 Tan. Obat (ton) 30 Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 0.4 (1.33%) (1.67%) Hubungan Vigor benih, Viabilitas dan Deteriorasi Tiap tahapan benih menggambarkan perubahan pada morfologi dan fisiologi ontogeny yang dapat mengubah potensi penampilan benih. Pada saat benih telah mencapai berat kering maksimum disebut dengan masak fisiologis, pada titik ini, mempunyai potensi yang lebih besar untuk pengecambahan dan vigor yang maksimum (Delouche 1974). Delouche dan Caldwell (1960) menyatakan bahwa pada saat vigor maksimum persentkecambahan mencapai maksimum (100%). Benih lot A adalah benih pada saat masak fisiologis dipanen. Setelah mengalami peningkatan deteriorasi persentase perkecambahan mengalami penurunan secara cepat. Pada umumnya benih mencapai masak fisiologis pada tingkat kadar air tinggi dan tidak aman untuk penyimpanan (Gambar 5). Benih yang dipanen tidak mencapai masak panen, maka daya simpannya rendah dan tidak dapat meminimalisir kerusakan mekanik. Vigor awal benih mempengaruhi kecepatan deteriorasi dan kecepatan penurunan percent germination. Besarnya sudut penurunan persentase perkecambahan juga berbeda antara benih lot A dan B yang dipanen pada kondisi kemasakan berbeda (Gambar 5).

7 11 Pemulia tanaman selama bertahun tahun sangat hati-hati dalam menyeleksi vigor benih. Untuk meningkatkan produksi, pemulia tanaman memperbaiki beberapa karaktetaristik benih seperti integritas mekanik (benih yang keras), resisten terhadap penyakit, kandungan protein, dan ukuran benih. Faktor tersebut berperan pada pertumbuhan di lapang dan sering menghasilkan penambahan daya hasil. Gambar 5. Hubungan antara vigor benih, viabilitas dan deteriorasi (Delouche dan Caldwell 1960) Pemulia tanaman telah memperkenalkan ketegaran hibrid benih hibrid vigor untuk kekerasan benih, pengaruh kerusakan benih, dan komposisi benih yang mempengaruhi ekspresi mutu benih. Ketegaran hibrid merupakan komponen heterosis dan menggambarkan pengukuran keunggulan hibrida yang melebihi tetua inbrednya. Keunggulan hibrida sering kali lebih besar pada kondisi cekaman dibandingkan kondisi optimum. Misalnya, benih hibrida jagung dan barley berkecambah dan tumbuh lebih cepat dibandingkan tetua inbrednya (Copeland dan McDonald 2001). Pemulia tanaman telah menemukan sistem gen yang mengendalikan kualitas nutrisi tetapi tidak diwariskan pada vigor benih. Nass dan Crane (1970) menemukan bahwa berbagai gen untuk ekspresi endosperma mempengaruhi pengecambahan benih pada suhu 15, 20, dan 25 o C. Benih dengan gen A1 menghasilkan benih yang lebih vigor dibandingkan dengan benih yang tidak mengandung gen tersebut.

8 12 Vigor Daya Simpan Benih Daya simpan (DS) benih adalah prakiraan waktu berapa lama benih mampu untuk disimpan. DS merupakan parameter lot benih dalam satuan waktu suatu periode simpan (PS). Periode simpan ialah kurun waktu simpan benih, dari benih siap disimpan sampai benih siap ditanam (Sadjad et al. 1999). Berdasarkan daya simpan benih Robert (1973) menyatakan ada dua tipe benih yaitu benih ortodoks dan rekalsitran. Benih ortodoks adalah benih yang dapat dikeringkan pada kadar air benih (KA) rendah yaitu sampai 5% tanpa kerusakan dan benih orthodiks tersebut toleran pada suhu dingin. Benih rekalsitran adalah benih yang tidak dapat dikeringkan pada KA < 30% tanpa kerusakan dan benih rekalsitran tidak dapat toleran pada suhu dingin. Sehubungan dengan daya simpan benih terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya simpan benih, yaitu faktor internal dan eksternal. Menurut Copeland dan McDonald (2001) faktor internal daya simpan benih yaitu ukuran benih, umur simpan benih dan komposisi kimia benih. Faktor eksternal menurut Sadjad (1999) adalah faktor lapangan mulai benih ditanam, pertumbuhan tanaman, pemasakan, pemanenan, pengolahan sampai benih siap disimpan dan kondisi penyimpanan serta lamanya benih disimpan. Kelembaban nisbi dan suhu dapat mempengaruhi daya simpan benih. Pada RH mencapai 80% dan suhu o C, benih sayuran kehilangan viabilitas dan vigornya. Copeland dan McDonald (2001) menyatakan benih sayuran dikarakterisasi mempunyai periode simpan pendek contohnya lettuce, bawang dan rye. Benih cabai tersebut termasuk dalam benih yang mempunyai periode simpan pendek. Menurut Hernandez (2002) bahwa daya simpan benih cabai sekitar 3 4 tahun tetapi dalam kondisi penyimpanan optimum pada temperature 10 C dan kelembaban nisbi (RH) 45% dan terkontrol. Copeland dan McDonald (2001) menurunnya viabilitas dan vigor benih sayuran apabila disimpan pada suhu kamar (kondisi RH 80% dan suhu o C) akan menyebabkan KA benih sayuran meningkat dan aktifnya peristiwa biokimia seperti aktivitas enzim hidrolik, peningkatan respirasi dan asam lemak bebas, dan cepat terjadi penurunan mutu benih (deteriorasi). Terdapat kaitan cukup erat antara kadar air benih dan kelembaban untuk menurunkan viabilitas dan vigor.

9 13 Pengujian Vigor Benih McDonald (1980) menjelaskan bahwa karakteristik pengujian vigor benih sebaiknya memenuhi kriteria sebagai berikut (1) tidak mahal karena keterbatasan dana untuk pengujian benih, (2) cepat, setiap laboratorium benih mempunyai periode aktivitas maksimum, (3) tidak rumit, prosedur pengujian vigor harus sederhana, (4) obyektif, untuk pengujian vigor lebih mudah dengan standarisasi, (5) dapat diulang, dan (6) korelasi dengan penampilan di lapang. Standarisasi pengujian vigor benih sangat sulit dilakukan karena kondisi alam yang bervariasi. Vigor daya simpan adalah untuk menduga seberapa lama periode simpan benih. Pengujian vigor daya simpan benih umumnya dilakukan dengan simulasi. Simulasi pengujian vigor daya simpan benih dilakukan dengan metode pengusangan cepat. Benih diperlakukan dalam kondisi suboptimum (cekaman) buatan untuk menduga kondisi simpan sebenarnya misalnya suhu tinggi, kelembaban (RH) tinggi, kimia (etanol, metanol, NaOH, PEG), air panas. Hasil pendugaan akan dihubungkan dengan dugaan lamanya periode simpan benih tersebut (Sadjad et al. 1999). Benih vigor adalah suatu produk teknologi yang melalui upaya pemuliaan genetik dan pemurnian fisik dapat menghasilkan satu lot benih berisi individu-individu prima yang tinggi tingkat kemurnian genetiknya, bersih penampilan fisiknya, sehat pertumbuhannya, dan homogen kinerja pertumbuhannya di lapang. Usaha pendekatan simulatif untuk menduga vigor benih harus dilakukan melalui jalur ilmu fisiologi, biokimiawi, matematika dan statistika. Semua pendekatan itu dilakukan untuk mendapatkan pendugaan vigor benih yang akurat, karena kompleksnya ilmu tentang vigor benih (Sadjad et al. 1999). Beberapa metode pengujian vigor daya simpan benih cabai yang dikembangkan pada penelitian ini adalah metode pengujian vigor yang sudah divalidasi ISTA (International Seed Testing Association 2001) adalah (1) Konduktiviti test (Daya hantar listrik) pada benih kacang kapri (Pisum sativum L.) dan (2) metode pengusangan cepat/ accelerated aging (AA) pada benih kedelai (Glycine max L.). Umumnya hasil pengujian benih di laboratorium dapat dipakai kembali hasilnya pada sampel benih yang sama dalam selang kepercayaan yang dapat diterima. Akan tetapi, pada pengujian yang sama yang dilakukan oleh laboratorium yang berbeda, sering menimbulkan keragaman. Ada beberapa kemungkinan untuk menjelaskan kekurangan standarisasi antara laboratorium (AOSA 1983).

10 14 Metode pengujian vigor benih diperlukan metode standar sebagai metode pembanding. Salah satu metode standar pengujian vigor adalah pengujian elektro konduktivitas untuk kacang kapri (Pisum sativum L.). Pengujian konduktivitas test adalah pengukuran terhadap konduktivitas elektrik memberikan penilaian mengenai tingkat kebocoran elektrolit jaringan tanaman. Benih yang mempunyai tingkat kebocoran elektrolit tinggi (konduktivitas tinggi) mempunyai vigor rendah, sedangkan benih yang memiliki kebocoran elektrolit rendah (tingkat konduktivitas rendah) mempunyai vigor tinggi (ISTA 2007). Lot benih yang mempunyai vigor tinggi akan mampu bertahan pada kondisi ekstrim dan proses deteriorasi (penuaan) lebih lambat dibandingkan dengan lot benih dengan vigor rendah. Sehingga setelah perlakuan pengusangan cepat (AA/Accelerated aging) lot benih yang mempunyai vigor tinggi akan tetap memiliki daya berkecambah tinggi, sedangkan lot benih yang mempunyai vigor rendah daya berkecambahnya akan berkurang. Pengujian AA merupakan suatu pengujian vigor untuk kedelai yang berhubungan dengan daya tumbuh dan daya simpan (Sadjad et al.1999). Tujuan penyimpanan benih adalah (1) untuk memelihara stok pertanaman dari satu musim sampai musim berikutnya, (2) untuk mempertahankan mutu benih selama periode panjang yang memungkinkan, (3) memberikan jaminan ketersediaan benih pada tahun saat mutu benih masih diterima dan saat produksinya rendah, (4) memungkinkan mempertahankan plasma nutfah melebihi waktunya untuk perbaikan program pemulian tanaman. Kondisi penyimpanan benih kebanyakan spesies mungkin aman disimpan selama beberapa tahun pada suhu dan RH terkontrol. Meskipun kondisi tersebut lebih mahal untuk kebanyakan lot benih pertanian, tetapi sangat berharga untuk memelihara plasma nutfah dan stok benih bernilai tinggi (Copeland dan Mc Donald 2001). Daya berkecambah, kadar air awal, suhu dan RH lingkungan penyimpanan berpengaruh besar pada derajat deteriorasi benih, karena deteriorasi benih sesuai model persamaan matematik (Roberts 1986). Prinsip umumnya adalah kadar air benih yang rendah, disimpan di bawah penanganan kondisi kering dan dingin mutu benihnya lebih baik dibandingkan kadar air tinggi dengan kondisi lembab dan panas. Robert (1986) mengembangkan persamaan sebagai berikut : KE = CW log m CH CQt 2 V = Ki p/10 Keterangan :

11 15 V = kemungkinan persentase kemampuan berkecambah setelah periode simpan perhari Ki = kemungkinan kemampuan berkecambah awal lot benih KE, CW, CH dan CQ = konstanta spesies m = Kadar Air benih pada bobot basah t = suhu penyimpanan ( o C) Bewley dan Black (1982) mengidentifikasi mutu benih di penyimpanan disebabkan beberapa faktor yaitu (1) kultivar dan keragaman panen, (2) kondisi sebelum dan pasca panen, (3) tekanan oksigen berpengaruh selama penyimpanan, (4) kondisi lingkungan yang fluktuatif atau berubah-ubah. Wilson dan Mc Donald (1989) memprediksi menggunakan benih Phaseolus vulgaris. Hasilnya bahwa kadar air sangat berpengaruh pada deteriorasi benih dan berhubungan dengan sifat fisiologis benih serta merupakan faktor utama yang menyebabkan benih mengalami deteriorasi selama di penyimpanan. Parameter Genetik Vigor Benih Metode Persilangan Dialel Metode persilangan dialel adalah seluruh kombinasi persilangan yang mungkin diantaranya sekelompok genotipe atau tetua, termasuk tetua itu sendiri lengkap dengan F1 turunannya. Tujuan dari persilangan dialel vigor benih cabai adalah untuk mengevaluasi dan menyeleksi benih tetua yang menghasilkan keturunan terbaik. Genotipe-genotipe tersebut bisa berupa benih, individu, klon atau galur homozigot. Dalam persilangan ini jumlah genotipe yang mungkin dilakukan bisa sangat besar, sehingga membutuhkan ruang, biaya dan tenaga yang lebih besar. Untuk itu maka persilangan tersebut dapat disederhanakan dengan maksud meniru populasi kawin acak (Griffing 1956). Beberapa metode persilangan dialel yang mungkin dilakukan: metode I (Full diallel) yaitu persilangan yang terdiri dari parent F1 tanpa resiprokal, metode II yaitu persilangan yang terdiri dari tetua dan F1 tanpa resiprokal, metode III yaitu persilangan yang terdiri dari F1 dan resiprokal, metode IV yaitu persilangan yang terdiri dari hanya F1 tanpa resiprokal (Griffing 1956; Roy 2000). Metode persilangan dialel yang digunakan adalah metode II yaitu persilangan yang terdiri dari tetua dan F1 tanpa resiprokal dengan analisis [n(n+1)/2]. Persilangan setengah

12 16 dialel (half diallel atau partial diallel) dibuat agar masing-masing tetua mewakili jumlah persilangan yang sama. Jika terdapat n tetua dan masing-masing tetua meliputi s persilangan, maka jumlah persilangan adalah [(ns)/2] (Griffing 1956). Semakin banyak tetua pada persilangan dialel, semakin banyak pula jumlah persilangan sehingga kemungkinan kesulitan dalam menangani tempat, waktu, dan tenaga. Penggunaan teknis analisis silang dialel memiliki beberapa keuntungan tersebut yaitu; (1) secara eksprimental merupakan pendekatan sistem sistematik; (2) secara analitik merupakan evaluasi genetik menyeluruh yang berguna dalam mengidentifikasi persilangan bagi potensi seleksi yang terbaik pada awal generasi (Khan dan Habiab 2003). Silang dialel juga dimungkinkan untuk memilih tetua dan memberikan informasi tentang daya gabung tetua dalam hibrida sehingga dapat membantu pemulia untuk meningkatkan dan menyeleksi populasi segregan. Menurut Dudley et al.(1999) analisis dialel kemungkinan dilakukan penilaian daya gabung dan pendugaan komponen ragam serta parameter genetik. Oleh karena itu untuk pendugaan parameter genetik vigor benih cabai digunakan analisis silang dialel. Dalam analisis silang dialel, pendugaan parameter genetik sudah dapat dilakukan pada F1, tanpa harus membentuk populasi F2, BCP1 ataupun BCP2 seperti pada teknik pendugaan parameter genetik lainya. Akan tetapi dalam pelaksanaanya analisis ini harus memenuhi beberapa asumsi berikut:(1) merupakan segregasi diploid, (2) tidak terdapat pengaruh tetua (tidak ada perbedaan persilangan resiprokal), (3) tidak ada interaksi antara gen-gen yang tidak satu alel (independen), (4) tidak ada peristiwa multiple alel, (5) tetua bersifat homozigot, (6) gen-gen menyebar secara bebas diantara tetua (Hayman 1954; Singh dan Chaudhary 1979; Roy 2000). Ploidi tanaman cabai adalah diploid (Greenleaf 1986) dengan demikian segregasi gen-gen yang terjadi merupakan segregasi diploid. Perbedaan antar persilangan resiprokal menandakan bahwa ada pengaruh tetua betina. Hal ini merupakan petunjuk bahwa pewarisan suatu karakter diwariskan oleh gen-gen ekstra kromosomal (Mather dan Jinks 1971). Adanya interaksi antara gen-gen yang tidak satu alel dalam analisis silang dialel dapat diuji dengan nilai konfersi regresi b dari garis regresi antara Wr (Peragam antara tetua dan keturunan dari array ke-r) terhadap Vr (ragam di dalam array ke-r). Jika ini b=1 maka tidak ada interaksi antara gen-gen tidak sealel (Singh and Chaudhary 1979). adanya beberapa alel yang mengendalikan suatu karakter akan menyulitkan analisis silang dialel,

13 17 Berdasarkan analisis silang dialel menggunakan Metode II Grifing akan diperoleh informasi tentang daya gabung umum (DGU) dan daya gabung khusus (DGK). Selain itu juga dapat diperoleh informasi tentang efek heterosis dan informasi tersebut sangat penting dalam suatu program pemuliaan tanaman (Griffing 1956). Informasi genetik yang diperoleh dari pengujian DGU dan DGK akan berguna untuk menentukan tetua dan metode pemuliaan yang sesuai dalam rangka perbaikan sifat. Kusandriani (1996) melaporkan adanya efek heterosis sifat kualitas dan daya hasil, serta ketahanan terhadap hama dan penyakit pada tanaman cabai hal ini memberi peluang untuk pembentukan varietas hibrida yang akan menghasilkan sifat yang baik daripada varietas galur murni. Menurut Ahmed et al. (2003): Sujiprihati et al. (2007) metode analisis dialel sudah banyak di manfaatkan untuk mempelajari dasar genetik suatu karakter pada tanaman cabai. Daya Gabung Galur Murni Daya gabung merupakan uji keturunan (progeny test), yaitu suatu ukuran kemampuan tanaman dalam persilangan untuk menghasilkan tanaman yang unggul. Evaluasi daya gabung terutama dibuat untuk pembentukan kultivar hibrida F1, yaitu memilih tetua-tetua atau genotipe yang dijadikan tetua hibrida/sintetik (Hermiati 2001). Daya gabung terdiri atas daya gabung umum (DGU) dan daya gabung khusus (DGK). DGU merupakan ukuran performa keturunan suatu genotipe yang disilangkan dengan contoh acak atau genotipe dengan jumlah besar. DGU diekspresikan pada keturunan persilangan suatu galur murni dengan beberapa genotipe dan terutama merupakan hasil aksi gen aditif. DGK merupakan ekspresi performa di antara dua galur murni dan ditujukan untuk aksi gen dominan, epistasis dan aditif. DGK merupakan ukuran performa keturunan suatu genotipe yang disilangkan dengan genotipe lainnya dan sering diekspresikan sebagai simpangan performa yang diduga dengan rata-rata atau daya gabung umum (Stoskopf et al. 1993). Populasi yang telah diidentifikasi memiliki DGU tinggi sering berpeluang memiliki DGK yang tinggi pula. DGU dan DGK menjadi penting dalam identifikasi tetua yang akan digunakan dalam pembentukan varietas hibrida (Welsh 1981).

14 18 Heritabilitas Heritabilitas adalah potensi suatu individu untuk mewariskan karakter tertentu pada keturunannya. Heritabilitas merupakan rasio ragam genetik terhadap ragam fenotipeik dari suatu karakter. Heritabilitas dibagi menjadi dua, yaitu heritabilitas dalam arti luas (broad sense heritability) dan heritabilitas dalam arti sempit (narrow sense heritability). Heritabilitas arti luas (h 2 bs) adalah rasio dari ragam total genetik terhadap ragam fenotipiknya, sedangkan heritabilitas dalam arti sempit (h 2 ns) adalah rasio ragam genetik aditif terhadap ragam fenotipe. Heritabilitas dalam arti sempit banyak digunakan karena ragam genetik aditif dipindahkan dari tetua kepada keturunannya (Mangoendidjojo 2003). Heritabilitas suatu faktor perlu diketahui dalam menentukan kemajuan seleksi apakah karakter yang tampil melalui fenotipenya banyak dipengaruhi oleh faktor genetik atau lingkungan (Poehlman 1995). Nilai heritabilitas dapat dinyatakan dalam persen atau desimal. Nilai tertinggi 100% atau 1.0. Nilai ini menunjukkan bahwa semua variasi disebabkan oleh faktor genetik. Tetapi bila nilainya 0.0 maka tidak ada variasi dalam populasi yang disebabkan oleh faktor genetik. Nilai heritabilitas suatu karakter tidak konstan. Banyak faktor yang mempengaruhi heritabilitas, antara lain karakteristik populasi, sampel genotipe yang dievaluasi, metode pendugaan, adanya pertautan gen (linkage), pelaksanaan percobaan, generasi populasi yang diuji dan lain-lain. Fenotipe merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dengan lingkungan. Dengan demikian kita harus dapat membedakan apakah keragaman yang diamati dari suatu karakter disebabkan oleh faktor genetik atau lingkungannya. Suatu karakter yang dikendalikan oleh sedikit gen (simple genic) disebut karakter kualitatif, dan yang dikendalikan oleh banyak gen (polygenic) disebut karakter kuantitatif. Karakter kualitatif sedikit dipengaruhi oleh lingkungan. Karakter kuantitatif banyak dipengaruhi oleh lingkungan (Mangoendidjojo 2003). Seleksi pada karakter yang mempunyai nilai heritabilitas rendah dilakukan pada generasi lanjut, sedangkan seleksi pada karakter yang mempunyai nilai heritabilitas tinggi dapat dilakukan pada generasi awal (F2) dan didasarkan pada jenis tanamannya. Kemajuan yang lebih besar dan cepat akan diperoleh apabila seleksi dilakukan pada karakter yang dikendalikan oleh gen aditif (George 1999).

15 19 Variabilitas Genetik Allard (1960) mengemukakan bahwa ragam fenotipik tersusun atas ragam genetik dan ragam lingkungan, sehingga perbedaan fenotipik suatu tanaman tergantung pada genotipe dan lingkungannya serta interaksi keduanya. Identifikasi dan seleksi awal dari beberapa genotipe melibatkan populasi yang sangat besar. Nilai pemuliaan dari masing-masing individu dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti lingkungan maupun kompetisi, sehingga suatu metode analisis genetik kuantitatif khusus sangat diperlukan untuk menghilangkan faktor-faktor yang mengganggu tersebut (Falconer 1976). Ragam genetik dan ragam lingkungan biasanya dinotasikan dengan σ 2 G dan σ 2 E. Kontribusi ragam genetik dan ragam lingkungan terhadap ragam fenotipik adalah bebas atau tidak saling mempengaruhi. Ragam genetik dan ragam lingkungan yang menyusun ragam fenotipe dapat dipisahkan dengan beberapa metode di antaranya adalah metode lingkungan yang seragam. Dalam metode ini lingkungan dibuat seragam sehingga ragam lingkungan menjadi nol dan ragam genetik sama dengan ragam fenotipe (Falconer 1976). Setelah dilaporkan adanya faktor mewaris pengendalian sifat oleh Mendel, orangorang beranggapan bahwa pertumbuhan tanaman semata-mata diatur oleh gen-gen dalam kromosom, sedangkan lingkungan hanya meningkatkan potensi sifatnya. Namun setelah diketahui bahwa tanaman-tanaman tidak berkembang secara teratur menurut perubahan lingkungan, maka mulai disadari adanya interaksi antar genotipe dan lingkungan. Untuk mengetahui seberapa jauh peranan lingkungan pada suatu sifat tanaman, maka didekati dengan usaha untuk memisahkan pengaruh genotipe dan lingkungan serta interaksinya (Poespodarsono 1988). Heterosis Hibrida adalah turunan petama (F 1 ) dari persilangan antara dua atau lebih galur murni. Persilangan antara dua galur murni dapat memberikan hasil yang lebih tinggi dari nilai tengah kedua tetuanya atau bahkan memberikan hasil tertinggi dari nilai salah satu tetua yang paling baik. Keadaan ini dikenal sebagai efek heterosis (Poehlman 1959). Menurut Welsh dan Mogea (1991), heterosis adalah peningkatan dalam ukuran atau vigor dari suatu hibrida melebihi rata-rata kedua tetuanya. Heterosis berkaitan dengan ekspresi heterozigositas. Adanya akumulasi alel dominan yang baik pada F 1 dan sebagian

16 20 alel tersebut berasal dari tetuanya, maka pengaruh jelek dari alel homozigot resesif akan tertutupi. Heterosis dapat dibagi menjadi tiga tipe tergantung genotipe pembanding yang digunakan (Nuruzzaman et al dan Virmani et al. 2003). Ketiga tipe heterosis tersebut adalah: (1) Mid-parent heterosis (heterosis) yaitu peningkatan atau penurunan performa hibrida dibandingkan dengan nilai rata-rata kedua tetua; (2) High parent heterosis (heterobeltiosis) yaitu peningkatan atau penurunan performa hibrida dibandingkan dengan nilai tetua terbaik yang digunakan dalam kombinasi persilangan; dan (3) Standard heterosis yaitu peningkatan atau penurunan performa hibrida dibandingkan dengan varietas cek (varietas pembanding). Menurut Allard (1960), dasar genetik penyebab terjadinya heterosis belum dapat diungkapkan secara jelas. Teori pertama adalah teori epistasis, yaitu interaksi antara alel yang berbeda lokus memberi nilai lebih karena hasil penambahan dan perkalian dari gen dominan pendukung keunggulan sifat. Teori kedua yaitu hipotesis dominan. Menurut Poehlman (1979), hipotesis ini berdasarkan teori bahwa gen yang menguntungkan untuk tanaman bersifat dominan dan gen yang merugikan bersifat resesif. Gen dominan yang berasal dari satu tetua akan dilengkapi oleh gen dominan dari tetua lainnya sehingga tanaman F1 memiliki kombinasi gen dominan yang menguntungkan dari kedua tetuanya. Hipotesis over dominan menyatakan bahwa heterozigot (a 1 a 2 ) lebih vigor dan produktif dibandingkan homozigot (a 1 a 1 atau a 2 a 2 ). Alel a 1 dan a 2 memiliki fungsi yang berbeda dan penggabungannya a 1 dan a 2 lebih superior jika dibandingkan homozigotnya (a 1 a 1 atau a 1 a 1 ). Semakin berbeda fungsi alel penyusun heterozigot, semakin tinggi efisien pembentukan superioritasnya (a 1 a 2 < a 1 a 3 atau a 1 a 4 ) (Allard 1960). Efek heterosis atau yang dikenal dengan hibrid vigor dapat terekspresi di berbagai bagian tanaman. Pada umumnya pemulia tanaman melihat efek heterosis pada peningkatan pertumbuhan vegetatif atau hasil; seperti ukuran sel, tinggi tanaman, ukuran daun, perkembangan akar, ukuran tongkol, jumlah benih, ukuran biji, dan lainnya (Poehlman 1979). Keunggulan sifat kuantitatif berkembang dengan peran banyak gen pendukungnya. Masing-masing sifat pendukung ini dapat menunjukkan keunggulannya karena heterosis dari gen pengendalinya. Dengan demikian akan memberi pengaruh pada pertumbuhan

17 21 yang lebih baik dan akhirnya akan menunjukkan nilai lebih pada sifat kuantitatif tersebut, misalnya produksi. Hal ini menjelaskan bahwa peran gen masing-masing sifat tidak hanya dari segi morfologisnya tetapi juga kemampuan fisiologisnya. Misalnya biji yang lebih besar, makin cepat berkecambah, makin besar jumlah anakan, makin tahan terhadap lingkungan ekstrim akan memberi kemungkinan berproduksi lebih baik (Sutjahjo et al. 2006). Penelitian Pendugaan Parameter Genetik Vigor Benih Informasi pendugaan parameter genetik sangat diperlukan untuk memperbaiki karakter suatu populasi. Parameter genetik dapat mendukung keberhasilan program pemuliaan tanaman, karena itu sangat penting dilakukan (Baihaki 2009). Pendugaan parameter genetik yang terkait dengan karakter vigor daya simpan benih cabai belum banyak informasinya. Pendugaan parameter genetik dilakukan untuk menduga nilai heritabilitas arti luas, ragam genetik, ragam fenotipee, koefisien keragaman genetiknya (KKG), koefisisen keragaman fenotipee (KKP) dan heterosis. Pada program pemuliaan tanaman, keragaman genetik pada populasi sangat penting sebagai dasar seleksi. Parameter genetik yang tinggi dapat mendukung keberhasilan program pemuliaan pada karakter yang akan diperbaiki. Hasil penelitian tentang karakter yang terkait dengan vigor benih mengenai vigor lebih banyak mengenai vigor kekuatan tumbuh benih. Karakter vigor kekuatan tumbuh benih dikendalikan secara genetik dan pendugaan parameter genetiknya telah diteliti pada benih kedelai (Thseng et al ; Basra et al. 2000)); benih chickpea (Abbo et al. 2000); benih sorgum (Cisse & Ejeta 2003): dan benih padi (Ali et al. 2006); Okelola et al. 2007; Akram et al. 2007). Penelitian Priestley (1986) pada benih jagung menghasilkan karakter yang terkait dengan vigor daya simpan benih jagung yang dikendalikan secara genetik adalah karakter ukuran benih. Ukuran benih biasanya mempengaruhi masa hidup benih, karena karakter tersebut dikaitkan dengan kandungan cadangan makanan dan ukuran embrio. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Arief et al. (2004), bahwa ukuran benih jagung berpengaruh terhadap daya simpan benih jagung dan vigor daya simpan benih. Penemuan terbaru menemukan gen untuk karakter ukuran benih adalah gen yang mengendalikan ukuran benih dan bimassa hasil oleh Chojecki pada tahun 2008.

18 22 Thseng et al. (1995) yang meneliti benih kedelai menghasilkan karakter yang terkait dengan vigor kekuatan tumbuh benih yang dikendalikan secara genetik dan mempengaruhi produktivitas tanaman kedelai pada suhu tinggi yaitu karakter daya berkecambah dan daya simpan benih. Keragaman genetik untuk kedua karakter tersebut sangat tinggi. Thseng meneliti menggunakan 12 genotipe kedelai yang ditaman di Taichung National Chung Hsing University,19 varietas ditanam di Hualien District Agricultural improvement Station dan 46 varietas ditamnam di Seed Improvement and Propagation Station Experimental Farm Taichung. Abbo et al. (2000) meneliti pada benih chickpea menghasilkan karakter yang terkait dengan vigor kekuatan tumbuh benih yang dikendalikan oleh faktor genetik adalah berat benih, ukuran benih dan konsentrasi kalsium pada benih. Abbo menggunakan 16 genotipe benih chickpea berasal dari 6 negara yaitu Mexico, Israel, Bulgaria, Ethiopia, India, Turkey. Analisis kalsium benih dilakukan pada generasi persilangan F1 dan selfing F1 menghasilkan F2, selfing F2 menghasilkan F3 dan selfing F3 menghasilkan F4, hal ini disebabkan kandungan kalsium dipengaruhi oleh efek maternal pada jaringan seed coat benih. Penelitian Cisse & Ejeta (2003) pada benih sorgum menghasilkan karakter yang terkait dengan vigor kekuatan tumbuh yang dipengaruhi faktor genetik adalah daya berkecambah dan tinggi kecambah, berat kering kecambah dan berat 100 benih. Keempat karakter tersebut mempunyai nilai yang tinggi untuk heritabilitas, dan koefisien keragaman genetik (KKG) nya. Hubungan antara karakter tersebut sangat nyata untuk beberapa genotipe sorgum misalnya genotipe tetua sorgum kaoliang. Genotipe tersebut dapat dipergunakan secara efektif untuk meningkatkan perkecambahan pada kondisi suhu dingin dan pada suhu optimum. Penelitian Akram et al. (2004) mengenai karakter yang terkait dengan vigor kekuatan tumbuh benih padi. Karakter yang terkait dengan vigor benih padi adalah tolok ukur daya berkecambah, aktivitas α amylase, aktivitas dehidrogenase, panjang akar (PA), bobot kering kecambah normal (BKKN) pada hari ke-14, dan bobot kering benih. Hasilnya menyatakan bahwa 7 (tujuh) genotipe benih padi F1 yang digunakan untuk pengujian vigor di laboratorium dan percobaan di lapang mengindikasikan adanya aksi gen aditif pada hampir semua karakter. Ali et al. (2006) meneliti pada benih padi menghasilkan karakter yang terkait dengan toleransi tanaman padi pada suhu dingin. Karakter yang terkait dengan

19 23 toleransi terhadap suhu dingin yang dikendalikan secara genetik yaitu kadar air benih, viabilitas awal, dan daya berkecambah. Ali menggunakan 13 (tiga belas) genotipe padi yang dipanen di Bangladesh Rice Research Institute, 11 (sebelas) genotipe dipanen di Ganzipur dan di lahan pertanian di Barisal. Okelola et al. (2007) meneliti tentang karakter yang terkait dengan vigor kekuatan tumbuh benih padi yang dikendalikan secara genetik. Karakter tersebut adalah daya berkecambah, kecepatan tumbuh, indeks vigor, energi perkecambahan dan produksi benih. Ketiga karakter tersebut mempunyai nilai koefisien keragaman genetik (KKG), heritabilitas dan kemajuan genetik tinggi. Karakter tersebut kemungkinan dapat menjadi karakter seleksi untuk mengembangkan genotipe padi pada tiap musimnya. Karakter seleksi tersebut dapat digunakan sebagai perbaikan umum padi Afrika Barat. Chojecki (2008) melaporkan hasil penelitiannya adalah pada benih arabidopsis dihasilkan faktor yang mempengaruhi ukuran benih ditemukan yaitu gen DA1, dengan menggunakan mapping genetik dan studi kloning gen. Gen DA1 menginduksi phytohormon absisic acid (ABA) dan mutannya da1-1 insensitive terhadap ABA dan overexpressi dari da1-1 dapat meningkatkan benih dan organ benih. Hal ini merupakan penemuan baru dalam transgenik tanaman.

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman cabai (Capsicum annuum L.) termasuk ke dalam kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, kelas Dicotyledoneae, ordo Solanes, famili Solanaceae, dan genus Capsicum. Tanaman ini berasal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Capsicum annuum L. merupakan tanaman annual berbentuk semak dengan tinggi mencapai 0.5-1.5 cm, memiliki akar tunggang yang sangat kuat dan bercabang-cabang.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk kedalam famili Solanaceae. Terdapat sekitar 20-30 spesies yang termasuk kedalam genus Capsicum, termasuk diantaranya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai Cabai merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Selatan. Cabai dikenal di Eropa pada abad ke-16, setelah diintroduksi oleh Colombus saat perjalanan pulang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemuliaan Jagung Hibrida

TINJAUAN PUSTAKA. Pemuliaan Jagung Hibrida TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Jagung Hibrida Kegiatan pemuliaan diawali dengan ketersediaan sumberdaya genetik yang beragam. Keanekaragaman plasma nutfah tanaman jagung merupakan aset penting sebagai sumber

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Buncis Buncis berasal dari Amerika Tengah, kemudian dibudidayakan di seluruh dunia di wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Wijen secara Umum

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Wijen secara Umum 11 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Wijen secara Umum Wijen (Sesamum indicum L.) merupakan tanaman setahun yang tumbuh tegak dan bisa mencapai ketinggian 1.5 m 2.0 m. Tanaman wijen berbentuk semak yang berumur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Klasifikasi Jagung Manis Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu (monoecious) dengan letak bunga jantan terpisah dari bunga betina pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan strategis ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Sejalan dengan bertambahnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman pangan dari famili Leguminosae yang berumur pendek. Secara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK VIGOR BENIH CABAI (Capsicum annuum L.) MENGGUNAKAN ANALISIS SILANG HALF DIALEL

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK VIGOR BENIH CABAI (Capsicum annuum L.) MENGGUNAKAN ANALISIS SILANG HALF DIALEL PENDUGAAN PARAMETER GENETIK VIGOR BENIH CABAI (Capsicum annuum L.) MENGGUNAKAN ANALISIS SILANG HALF DIALEL Estimation of genetic parameters chilli (Capsicum annuum L.) seeds vigor with half diallel cross

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA.1 Kacang Panjang.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Jagung merupakan tanaman semusim yang menyelesaikan satu siklus hidupnya selama 80-150 hari. Bagian pertama dari siklus tersebut merupakan tahap pertumbuhan vegetatif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit

I. PENDAHULUAN. Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit keragaman genetik menjadi suatu bentuk yang bermanfaat bagi kehidupan manusia (Makmur,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil protein dan lemak nabati yang cukup penting untuk memenuhi nutrisi tubuh manusia. Bagi industri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di Indonesia. Daerah utama penanaman kedelai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani Cabai 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Cabai Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk ke dalam famili Solanaceae. Terdapat sekitar 20-30 spesies cabai yang telah dikenal, diantaranya C. baccatum, C. pubescent,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan masyarakat. Kedelai biasanya digunakan sebagai bahan baku pembuatan tempe, tahu, kecap,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri.

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu komoditas pangan penting setelah padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri. Sebagai sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan

I. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemuliaan tanaman telah menghasilkan bibit unggul yang meningkatkan hasil pertanian secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan dihasilkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai Kedelai termasuk tanaman kacang-kacangan dengan klasifikasi lengkap tanaman kedelai adalah sebagai berikut, divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari benua Amerika Selatan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari benua Amerika Selatan, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Kacang Tanah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari benua Amerika Selatan, diperkirakan dari lereng pegunungan Andes, di negara-negara Bolivia, Peru, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang terbentuk akibat jagung biasa yang mengalami mutasi secara alami. Terdapat gen utama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu bahan pangan penting di Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat dominan dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal dari daerah Manshukuo (Cina Utara). Di Indonesia kedelai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Setelah perkecambahan, akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ujung (tassel) pada batang utama dan bunga betina tumbuh terpisah sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. ujung (tassel) pada batang utama dan bunga betina tumbuh terpisah sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Jagung Manis Jagung manis adalah tanaman herba monokotil dan tanaman semusim iklim panas. Tanaman ini berumah satu dengan bunga jantan tumbuh sebagai perbungaan ujung (tassel)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Vigor Benih

TINJAUAN PUSTAKA. Vigor Benih TINJAUAN PUSTAKA Vigor Benih Vigor adalah sekumpulan sifat yang dimiliki benih yang menentukan tingkat potensi aktivitas dan kinerja benih atau lot benih selama perkecambahan dan munculnya kecambah (ISTA,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki nilai gizi yang sangat tinggi terutama proteinnya (35-38%) hampir mendekati protein

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen dalam bentuk polong muda. Kacang panjang banyak ditanam di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan dengan meningkatnya kesadaran akan lingkungan hidup yang indah dan nyaman. Cabai (Capsicum sp.) disamping

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Padi Inbrida di Indonesia Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara definitif merupakan turunan pertama (F1) dari persilangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai (Capsicum annuum L.) termasuk dalam genus Capsicum yang spesiesnya telah dibudidayakan, keempat spesies lainnya yaitu Capsicum baccatum, Capsicum pubescens,

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN UMUM

VII. PEMBAHASAN UMUM VII. PEMBAHASAN UMUM Ketahanan terhadap penyakit antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum acutatum dilaporkan terdapat pada berbagai spesies cabai diantaranya Capsicum baccatum (AVRDC 1999; Yoon

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kedelai Vigor Benih dan Uji Vigor Benih

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kedelai Vigor Benih dan Uji Vigor Benih TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam tanaman kelas Dicotyledoneae, famili Leguminoceae, genus Glycine dan species Glycine

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hikam (2007), varietas LASS merupakan hasil rakitan kembali varietas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hikam (2007), varietas LASS merupakan hasil rakitan kembali varietas 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Jagung Manis LASS Menurut Hikam (2007), varietas LASS merupakan hasil rakitan kembali varietas jagung sintetik bernama Srikandi. Varietas LASS juga merupakan hasil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kacang Hijau secara Umum

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kacang Hijau secara Umum TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kacang Hijau secara Umum Tanaman kacang hijau termasuk famili Leguminosae yang banyak varietasnya. Secara morfologi tanaman kacang hijau tumbuh tegak. Batang kacang hijau berbentuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan sebagai berikut. Kingdom Divisi Sub-divisi Class Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun,

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 974.512 ton. Namun, pada tahun 2010 produksi kedelai nasional mengalami penurunan menjadi 907.031

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L) adalah anggota keluarga Graminae, ordo Maydeae, genus Zea (Fischer

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L) adalah anggota keluarga Graminae, ordo Maydeae, genus Zea (Fischer II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jagung Jagung (Zea mays L) adalah anggota keluarga Graminae, ordo Maydeae, genus Zea (Fischer dan Palmer, 1990). Tinggi tanaman jagung berkisar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Viabilitas benih Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah benih, persentase kecambah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Ilmiah Tanaman Kedelai Klasifikasi ilmiah tanaman kedelai sebagai berikut: Divisi Subdivisi Kelas Suku Ordo Famili Subfamili Genus Spesies : Magnoliophyta : Angiospermae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian tersebar ke daerah Mancuria, Korea, Jepang, Rusia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas terpenting di dunia. Sebagai tanaman kacang-kacangan sumber protein dan lemak nabati,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan bergizi tinggi sebagai sumber protein nabati dengan harga terjangkau. Di Indonesia, kedelai banyak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Informasi Mengenai Buncis Secara Umum Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari Amerika. Buncis merupakan tanaman musim panas yang memiliki tipe

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi yang baik semakin meningkat, baik kecukupan protein hewani

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian

II. TINJAUAN PUSTAKA. terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terung Ungu 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Terung Ungu Terung merupakan tanaman asli daerah tropis yang diduga berasal dari Asia, terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Viabilitas dan Vigor benih

TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Viabilitas dan Vigor benih 4 TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Mutu benih merupakan sebuah konsep yang kompleks yang mencakup sejumlah faktor yang masing-masing mewakili prinsip-prinsip fisiologi, misalnya daya berkecambah, viabilitas,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman

I PENDAHULUAN. Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman 2 I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang penting karena memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Setiap 100 gram kacang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dimulai bulan November 2009 sampai dengan bulan Mei 2010. Kondisi curah hujan selama penelitian berlangsung berada pada interval 42.9 mm sampai dengan 460.7

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data

BAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data 17 BAHAN DAN METODE Studi pewarisan ini terdiri dari dua penelitian yang menggunakan galur persilangan berbeda yaitu (1) studi pewarisan persilangan antara cabai besar dengan cabai rawit, (2) studi pewarisan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di Indonesia. Daerah utama penanaman kedelai

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai 3 2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) bukanlah tanaman asli Indonesia. Kedelai diduga berasal dari daratan China Utara atau kawasan subtropis. Kedelai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein nabati yang penting mengingat kualitas asam aminonya yang tinggi, seimbang dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Biji merupakan perkembangan lanjut dari bakal biji yang telah dibuahi dan

BAB I PENDAHULUAN. Biji merupakan perkembangan lanjut dari bakal biji yang telah dibuahi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Biji merupakan perkembangan lanjut dari bakal biji yang telah dibuahi dan berfungsi sebagai alat perkembangbiakan. Secara agronomis biji merupakan hasil budidaya yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman semusim, termasuk golongan rumputrumputan. Berasal dari genus Oryza, famili Graminae (Poaceae) dan salah satu spesiesnya adalah Oryza

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Tomat Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae, genus Lycopersicon, spesies Lycopersicon esculentum Mill. Tomat sangat bermanfaat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. fenotipe yang diamati menunjukkan kriteria keragaman yang luas hampir pada

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. fenotipe yang diamati menunjukkan kriteria keragaman yang luas hampir pada IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada penelitian F 5 hasil persilangan Wilis x B 3570 ini ditanam 15 genotipe terpilih dari generasi sebelumnya, tetua Wilis, dan tetua B 3570. Pada umumnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setelah beras. Selain itu juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku

I. PENDAHULUAN. setelah beras. Selain itu juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung di Indonesia merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat kedua setelah beras. Selain itu juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku industri.

Lebih terperinci

PARAMETER GENETIK (Ragam, Heritabilitas, dan korelasi) Arya Widura R., SP., MSi PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi

PARAMETER GENETIK (Ragam, Heritabilitas, dan korelasi) Arya Widura R., SP., MSi PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi PARAMETER GENETIK (Ragam, Heritabilitas, dan korelasi) Arya Widura R., SP., MSi PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi PENDAHULUAN Seleksi merupakan salah satu kegiatan utama dalam pemuliaan tanaman.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran,

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran, buah tomat sering digunakan sebagai bahan pangan dan industri, sehingga nilai ekonomi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Kuadrat Nilai Tengah Gabungan untuk Variabel Vegetatif dan Generatif

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Kuadrat Nilai Tengah Gabungan untuk Variabel Vegetatif dan Generatif IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kuadrat Nilai Tengah Gabungan untuk Variabel Vegetatif dan Generatif Tabel 4 menunjukkan kuadrat nilai tengah pada analisis ragam untuk tinggi tanaman, tinggi tongkol

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan dengan kandungan protein nabati yang tinggi dan harga yang relatif murah. Kedelai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sentra pertanaman kacang panjang yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sentra pertanaman kacang panjang yang mempunyai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sentra pertanaman kacang panjang yang mempunyai keanekaragaman genetik yang luas (Deanon dan Soriana 1967). Kacang panjang memiliki banyak kegunaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi tanaman tidak dapat dipisahkan dari program pemuliaan tanaman.

I. PENDAHULUAN. Produksi tanaman tidak dapat dipisahkan dari program pemuliaan tanaman. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi tanaman tidak dapat dipisahkan dari program pemuliaan tanaman. Pemuliaan tanaman berkaitan erat dengan proses seleksi. Seleksi hanya dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Pepaya (Carica papaya L.) termasuk dalam famili Caricaceae dan genus Carica. Famili Caricaceae ini terdiri dari empat genus yaitu Carica, Jarilla dan Jacaratial yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kelas : Monocotyledoneae, ordo : poales, famili : poaceae, genus : Zea, dan

TINJAUAN PUSTAKA. kelas : Monocotyledoneae, ordo : poales, famili : poaceae, genus : Zea, dan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Steenis (2003) dalam taksonomi tumbuhan, tanaman jagung diklasifikasikan dalam kingdom : Plantae, divisio : Anthophyta, kelas : Monocotyledoneae, ordo : poales,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode 23 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret Agustus 2012. Perbanyakan benih dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di KP Leuwikopo. Pengujian benih dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama setelah padi yang dikenal sebagai sumber utama protein nabati yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Steenis (1978) kedudukan tanaman jagung (Zea mays L.) dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Steenis (1978) kedudukan tanaman jagung (Zea mays L.) dalam TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Steenis (1978) kedudukan tanaman jagung (Zea mays L.) dalam taksonomi adalah: Kingdom Plantae, Divisi Spermatophyta, Family Graminae, Genus Zea dan Spesies Zea mays

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Spesies Phaseolus vulgaris L. atau common bean dikenal pula dengan sebutan French bean, kidney bean, haricot bean, salad bean, navy bean, snap bean, string bean, dry bean,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang Pepaya merupakan salah satu komoditi buah penting dalam perekonomian Indonesia. Produksi buah pepaya nasional pada tahun 2006 mencapai 9.76% dari total produksi buah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai 1 II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Sistematika Tanaman Kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Viabilitas Benih 2.1.1 Viabilitas benih Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Botani Tanaman Kacang Panjang. Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2011), susunan klasifikasi kacang panjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Botani Tanaman Kacang Panjang. Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2011), susunan klasifikasi kacang panjang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Botani Tanaman Kacang Panjang Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2011), susunan klasifikasi kacang panjang secara lengkap adalah sebagai berikut Divisi Kelas Sub kelas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. subdivisio Angiospermae, digolongkan ke dalam kelas Monocotyledonae,

TINJAUAN PUSTAKA. subdivisio Angiospermae, digolongkan ke dalam kelas Monocotyledonae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan literatur Grist (1960), tanaman padi dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan ke dalam divisio Spermatophytae dengan subdivisio Angiospermae,

Lebih terperinci

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif).

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif). PEMBAHASAN UMUM Sorgum merupakan salah satu tanaman serealia yang memiliki toleransi yang tinggi terhadap kekeringan sehingga berpotensi untuk dikembangkan di lahan kering masam di Indonesia. Tantangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai. Vigor Benih, Kemunduran dan Daya Simpan Benih

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai. Vigor Benih, Kemunduran dan Daya Simpan Benih TINJAUAN PUSTAKA Kedelai Kedelai merupakan tanaman semusim dengan beragam morfologi. Tinggi tanaman berkisar antara 10-200 cm dapat bercabang sedikit atau banyak tergantung kultivar dan lingkungan hidup.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan spesies Zea mays L. Jagung merupakan tanaman semusim, sama seperti jenis rumput-rumputan yang lain, akar tanaman

Lebih terperinci

( 2 ) untuk derajat kecocokan nisbah segregasi pada setiap generasi silang balik dan

( 2 ) untuk derajat kecocokan nisbah segregasi pada setiap generasi silang balik dan PEMBAHASAN UMUM Penggabungan karakter resisten terhadap penyakit bulai dan karakter yang mengendalikan peningkatan lisin dan triptofan pada jagung merupakan hal yang sulit dilakukan. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara agronomis benih didefinisikan sebagai biji tanaman yang diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Secara agronomis benih didefinisikan sebagai biji tanaman yang diperlukan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benih merupakan biji yang digunakan sebagai sumber perbanyakan tanaman, atau berkaitan dengan perbanyakan tanaman. Batasan tentang pengertian benih dapat dibedakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam 4 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam Definisi lahan kering adalah lahan yang pernah digenangi atau tergenang air pada sebagian besar waktu dalam setahun (Mulyani et al., 2004). Menurut Mulyani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Tidak hanya di Indonesia,

Lebih terperinci

menunjukkan karakter tersebut dikendalikan aksi gen dominan sempurna dan jika hp < -1 atau hp > 1 menunjukkan karakter tersebut dikendalikan aksi gen

menunjukkan karakter tersebut dikendalikan aksi gen dominan sempurna dan jika hp < -1 atau hp > 1 menunjukkan karakter tersebut dikendalikan aksi gen 71 PEMBAHASAN UMUM Nisbah populasi F2 untuk karakter warna batang muda, bentuk daun dan tekstur permukaan buah adalah 3 : 1. Nisbah populasi F2 untuk karakter posisi bunga dan warna buah muda adalah 1

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) merupakan tanaman pangan yang. sedangkan produksi dalam negri belum mencukupi, untuk mengatasinya

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) merupakan tanaman pangan yang. sedangkan produksi dalam negri belum mencukupi, untuk mengatasinya PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) merupakan tanaman pangan yang penting sebagai sumber protein nabati. Permintaan dan kebutuhan masyarakat, sedangkan produksi dalam negri belum

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glycine soya/ Glycine max L.) berasal dari Asia Tenggara dan telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah ditanam di negara tersebut dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Kedelai Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja atau Soja max, tetapi pada tahun 1984 telah disepakati nama botani yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Tanaman jagung termasuk kelas monocotyledoneae, bangsa Poales, suku Poaceae/graminea, marga Zea, spesies Zea mays L. (Sharma 2002) dan merupakan tanaman semusim (annual).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis (Zea mays saccharata [Sturt.] Bailey) merupakan tanaman berumah

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis (Zea mays saccharata [Sturt.] Bailey) merupakan tanaman berumah 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Jagung Jagung manis (Zea mays saccharata [Sturt.] Bailey) merupakan tanaman berumah satu (monoecious) dengan letak bunga jantan terpisah namun masih pada satu tanaman.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Padi

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Padi 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Padi Padi merupakan tanaman yang termasuk ke dalam genus Oryza Linn. Terdapat dua spesies padi yang dibudidayakan, yaitu O. sativa Linn. dan O. glaberrima Steud.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada

Lebih terperinci

melakukan inokulasi langsung pada buah pepaya selanjutnya mengamati karakter yang berhubungan dengan ketahanan, diantaranya masa inkubasi, diameter

melakukan inokulasi langsung pada buah pepaya selanjutnya mengamati karakter yang berhubungan dengan ketahanan, diantaranya masa inkubasi, diameter PEMBAHASAN UMUM Pengembangan konsep pemuliaan pepaya tahan antraknosa adalah suatu kegiatam dalam upaya mendapatkan genotipe tahan. Salah satu metode pengendalian yang aman, murah dan ramah lingkungan

Lebih terperinci