LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN MUHAMMADIYAH ABAD KEDUA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN MUHAMMADIYAH ABAD KEDUA"

Transkripsi

1 LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN MUHAMMADIYAH ABAD KEDUA MUHAMMADIYAH DALAM KURIKULUM PAUD INKLUSI BERBASIS RAMAH ANAK DAN IMPLEMENTASINYA DI DAERAH RAWAN BENCANA. (Penelitian di TK ABA 1 Baledono Purworejo dan TK Insan Robbani Magelang) DISUSUN OLEH: Ketua Tim: Dra. Lilis Madyawati, M.Si (Universitas Muhammadiyah Magelang) Anggota : Drs. Hamron Zubadi, M.Si (Universitas Muhammadiyah Magelang) 2017 i

2 ii

3 MUHAMMADIYAH DALAM KURIKULUM PAUD INKLUSI BERBASIS RAMAH ANAK DAN IMPLEMENTASINYA DI DAERAH RAWAN BENCANA RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keberadaan dan peran Muhammadiyah dalam kurikulum PAUD Inklusi berbasis ramah anak serta implementasinya mencakup: 1) mengkomparasikan keberadaan dan peran Muhammadiyah dalam kurikulum PAUD inklusi pada TK Insan Robbani dan TK ABA 1 Baledono Purworejo; 2) menelaah komponen manajemen sekolah dan menentukan model kurikulum yang digunakan; 3) mengkaji implementasi kurikulum serta evaluasi yang dilakukan dalam pembelajaran; serta 4) mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kurikulum PAUD Inklusi. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga PAUD Muhammadiyah di daerah rawan bencana yaitu di TK ABA 1 Baledono Purworejo dan TK Aisyiyah Insan Robbani kabupaten Magelang. Penelitian kualitatif ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research) berpendekatan komparatif kualitatif. Data dikumpulkan dari para pengelola, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, tenaga pendidik, serta para pengurus yayasan Muhammadiyah. Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, serta metode dokumentasi. Analisis data yang digunakan yaitu metode desk analysis deskriptif kualitatif, metode triangulasi sumber dengan cara melakukan cross-check antara hasil observasi, wawancara, dan metode dokumentasi. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Muhammadiyah di daerah bencana kabupaten Purworejo dan kabupaten Magelang melalui lembaga PAUD berusaha menerapkan kurikulum PAUD Inklusi yang berbasis ramah anak. Persyarikatan Muhammadiyah terbukti ingin melayani segala kebutuhan peserta didik tanpa memandang segala perbedaan. Implementasi kurikulum PAUD Inklusi berbasis ramah anak didukung penuh serta di bawah pengawasan organisasi Muhammadiyah yaitu Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Cabang Aisyiyah. Kata kunci: Muhammadiyah, kurikulum PAUD Inklusi, daerah rawan bencana iii

4 DAFTAR ISI HALAMAN COVER HALAMAN PENGESAHAN RINGKASAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Halaman i i ii iii v vi vii BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Fokus Penelitian C. Rumusan Masalah. D. Tujuan Penelitian... E. Kegunaan Penelitian.. KURIKULUM PAUD INKLUSI BERBASIS RAMAH ANAK DAN IMPLEMENTASINYA DI DAERAH RAWAN BENCANA A. Kurikulum PAUD Inklusi.. 1. Pengertian Kurikulum PAUD Inklusi.. 2. Perencanaan dan Pengorganisasian Kurikulum 3. Implementasi Kurikulum. 4. Komponen Kurikulum. B. PAUD Inklusi. C. Pendidikan yang Ramah Anak... D. Pendidikan di Daerah Rawan Bencana.. E. Telaah Pustaka... F. Kerangka Berpikir.. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Jenis dan Pendekatan Penelitian C. Subyek Penelitian.. D. Teknik Pengumpulan Data. E. Metode Analisis Data. MUHAMMADIYAH DALAM KURIKULUM PAUD INKLUSI BERBASIS RAMAH ANAK DAN IMPLEMENTASINYA DI TK ABA 1 BALEDONO PURWOREJO DAN TK INSAN ROBBANI A. Profil TK ABA 1 Baledono Purworejo.. B. Profil TK Aisyiyah Insan Robbani Magelang.. C. Hasil Penelitian dan Pembahasan... KESIMPULAN DAN SARAN iv

5 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN- LAMPIRAN A. Kesimpulan.. B. Saran v

6 TABEL DAFTAR TABEL Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan TK ABA 1 Purworejo. Keadaan Peserta Didik TK ABA 1 Baledono Program Kerja TK ABA 1 Baledono. Pendidik dan Tenaga Kependidikan TK Aisyiyah Insan Robbani... Rencana Kerja Tahunan TK Aisyiyah Insan Robbani. Halaman vi

7 GAMBAR DAFTAR GAMBAR Kerangka Berpikir... Struktur Organisasi TK ABA 1 Baledono APE Outdoor dan Kegiatan Awal. Kegiatan Inti II.. Struktur Organisasi TK Aisyiyah Insan Robbani Aktivitas Anak Berkebutuhan Khusus.. Halaman vii

8 LAMPIRAN DAFTAR LAMPIRAN Surat Pernyataan Kerja Sama.. Kisi- kisi Instrumen Penelitian Foto Anak Berkebutuhan Khusus... Anak Berkebutuhan Khusus dalam Kegiatan. Visi Misi Lembaga.. Foto Lembaga.. Contoh Rencana Kegiatan Harian... Foto Sarana Prasarana Lembaga. Dokumentasi Penelitian.. Foto Anak Berkebutuhan Khusus... Identitas Anak Berkebutuhan Khusus Halaman viii

9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan yaitu dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar di sekolah. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses belajar mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan proses pembelajaran juga tidak terlepas dari peranan kurikulum. Kurikulum terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan peserta didik termasuk bagi peserta didik dengan kebutuhan khusus. Untuk itu, perlu dikembangkan kurikulum pendidikan inklusi yang di dalamnya terdapat materi yang telah dirancang untuk memenuhi kebutuhan akan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Dengan demikian pendidikan juga perlu diberikan bagi anakanak dengan kebutuhan tertentu (khusus), karena setiap anak memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang layak. Pendidikan adalah bimbingan atau usaha secara sadar terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak menuju terbentuknya kepribadian (Ainscow, 2004). Pendidikan merupakan proses perubahan atau pengembangan diri anak dalam segala segi kehidupan sehingga terbentuklah suatu kepribadian anak. Anak akan berperan baik sebagai mahluk sosial maupun sebagai mahluk individu dapat menyesuaikan dan hidup dengan masyarakat sekitarnya dan masyarakat luas dengan baik. Peran pendidikan dalam kehidupan masyarakat atau bangsa, bukan sekedar sebagai kegiatan alih pengetahuan dan ketrampilan (transfer of knowledge and skill) saja, tetapi seharusnya juga sebagai kegiatan alih nilai dan budaya (transfer of value and culture). Mendidik anak bukanlah sesuatu hal yang dapat disepelekan dan dianggap mudah. Sebagai orang tua yang baik, kewajiban menjaga anak bukan hanya terletak pada memberinya makanan yang dibutuhkan setiap harinya, tetapi lebih kepada kelangsungan hidupnya kelak termasuk kebutuhan anak dalam bidang pendidikan. Pendidikan dapat didefinisikan sebagai sebuah usaha sadar yang ditujukan bagi pengembangan diri manusia secara utuh, melalui berbagai macam dimensi yang dimilikinya (relijius, moral, personal, sosial, kultural, dll), demi proses penyempurnaan dirinya secara terus menerus dalam memaknai hidup dan sejarahnya di dunia ini dalam kebersamaan dengan orang lain (Hagan, 2016). Tujuan pendidikan lebih bersifat intuitif ke depan 1

10 sebagaimana visi, sedangkan hasil- hasil pendidikan lebih merupakan akibat langsung setiap proses pendidikan yang dijalani. Untuk itu pendidikan memerlukan peranan dari semua pihak, baik dari guru, orang tua maupun lingkungan sekitar. Seorang anak sebelum dididik di bangku sekolah dan dididik oleh masyarakat terlebih dahulu dididik dalam rumah dan keluarga. Sudah barang tentu dalam proses pendidikan itu akan selalu mengikuti gerak- gerik orang tuanya dalam aspek sosial maupun moralnya. Oleh karena itu orang tua mempunyai tanggung jawab yang amat besar terhadap pendidikan anaknya. Keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama bagi anak- anak, sehingga orang tua merupakan guru yang paling utama dalam pendidikan keluarga. Pendidikan yang dilakukan secara benar akan membawa keunggulan dan kualitas akal serta kejernihan dalam berpikir. Selain itu dapat juga memahami hakikat- hakikat kebenaran yang ada, dan akan terbiasa dengan melakukan kebiasaan dan perbuatan yang baik, selalu berperilaku baik, selalu mengajak anak didik untuk berpikir dengan cermat dan mendalam, selalu mendorong untuk berkreativitas dan berpikir tentang alam dan mahluk hidup. Segala bentuk pendidikan, pengarahan dan pembinaan serta pengajaran tersebut akan sangat berpengaruh dan efektif apabila diberikan sejak masa kanak-kanak atau usia dini. Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran penting dalam sistem pendidikan, sebab dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang tujuan yang harus dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan, akan tetapi juga harus memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap anak. Salah satu fungsi pendidikan dan kurikulum bagi masyarakat adalah menyiapkan peserta didik untuk kehidupan di kemudian hari. Kebutuhan setiap daerah yang berbeda- beda memaksa setiap daerah untuk melihat dan memperhatikan kebutuhan bagi pendidikan di daerahnya termasuk dalam pengembangan kurikulum yang sesuai dan dapat dilaksanakan bagi daerahnya. Hal tersebut memerlukan sebuah pengelolaan aktivitas pengembangan kurikulum. Setiap langkah pengembangan kurikulum kalau tidak dikelola dengan baik maka hasilnya tidak akan maksimal. Oleh karena itu, manajemen pengembangan kurikulum bagi suatu lembaga pendidikan anak usia dini merupakan suatu keniscayaan. Keberhasilan pendidikan ditentukan oelh manajemennya. Manajemen pendidikan bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem proses belajar mengajar yang 2

11 meliputi administrasi kurikulum, program ketenagaan, program sarana dan prasarana, program pembiayaan dan program hubungan dengan masyarakat. Kelima jenis program tersebut mempunyai implikasi tertentu dalam rangka pengembangan kurikulum. Memahami manajemen sebagai suatu proses sosial yang berkenaan dengan keseluruhan usaha manusia dengan bantuan manusia lain serta sumber-sumber lainnya, menggunakan metode yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. Usia dini sering disebut dengan masa keemasan atau golden age. Masa ini merupakan masa yang paling penting yang dimiliki anak yang mencakup ruang intelektual, emosional, spiritual, dan motoric anak. Oleh karena itu, orang tua dan lingkungan di mana anak itu tinggal akan sangat mempengaruhi perkembangan anak tersebut. Awal masa kanak- kanak merupakan masa anak perlu mendapatkan berbagai stimulasi untuk membentuk dasar atau pondasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya. Pendidikan yang diperlukan anak tidak hanya cukup diperoleh melalui sekolah. Pendidikan dalam keluarga sangat mempunyai peran yang cukup penting dan signifikan bagi perkembangan anak. Berdasar pandangan modern, anak tidak hanya dianggap sebagai obyek atau sasaran pendidikan melainkan juga harus diperlakukan sebagai subyek pendidikan. Hal ini dilakukan antara lain dengan melibatkan anak, posisi orang tua dalam memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar. Seorang pendidik, utamanya pendidik pada lembaga Pendidikan Anak usia Dini (PAUD) dituntut untuk dapat mengenal anak secara mendalam, menguasai profil perkembangan fisik dan psikologis anak, menyelenggarakan kegiatan bermain yang memicu tumbuh kembang anak sebagai pribadiyang utuh, yang meliputi kemampuan untuk merancang kegiatan yang memicu perkembangan anak, mengimplementasikan kegiatan anak, menilai proses dan hasil kegiatan, melakukan perbaikan secara berkelanjutan berdasarkan hasil penilaian terhadap proses dan hasil kegiatan anak serta mengembangkan profesionalitas secara berkelanjutan. Di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu, hak memperoleh pendidikan yang sama wajib dinikmati oleh semua warga Negara tanpa terkecuali termasuk anak- anak berkebutuhan khusus atau difabel. Lembaga pendidikan wajib menerima anak dari semua golongan tanpa membedakan suku, agama, kelompok sosial maupun kemampuan ekonomi. Untuk memfasilitasi kebutuhan pendidikan 3

12 bagi anak- anak berkebutuhan khusus, maka salah satu program pendidikan yang layak diangkat ke permukaan adalah Pendidikan Inklusi. Inklusi memiliki deskripsi yang lebih positif dalam usaha menyatukan anak- anak yang memiliki hambatan dengan cara-cara yang komprehensif dalam kehidupan pendidikan (Cassady, 2011). Di Indonesia, inklusi memberi kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus dan anakanak lain yang selama ini tidak bias mengenyam pendidikan karena berbagai hal yang menghambat mereka untuk memperoleh kesempatan bersekolah, seperti letak sekolah luar biasa yang terlalu jauh dari rumah, harus bekerja membantu orang tua mereka, dan sebabsebab lainnya, sehingga diperlukan adanya sekolah inklusi. Sekolah inklusi merupakan sekolah yang menampung semua peserta didik yang normal maupun yang berkelainan di kelas yang sama dan memberikan pendidikan inklusi yang layak bagi mereka. Penyelenggaraan pendidikan inklusi dan prasarana pendidikan maupun sistem pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individu peserta didik. Jadi, pendidikan inklusi merupakan layanan pendidikan yang melayani seluruh siswa dalam kelas yang sama sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing- masing anak, termasuk di dalamnya siswa berkebutuhan khusus. Pendidikan inklusi tidak hanya membicarakan dan menangani anak dengan kebutuhan khusus, tetapi juga semua siswa yang belajar sekalipun mereka mempunyai kebutuhan dan minat belajar yang berbeda. Pendidikan yang berkualitas harus disediakan bagi semua anak, dengan keragaman kebutuhan belajar, biaya dan kecepatan belajar, serta berbagai kondisi anak lainnya. Termasuk di sini adalah anak berkebutuhan khusus fisik dan mental, pekerja anak dan anak jalanan, anak yang tinggal di daerah terpencil dan berpindah- pindah, anak dari kelompok minoritas etnis, budaya dan bahasa serta kelompok termarjinalkan lainnya. Anak- anak berkebutuhan khusus (ABK) ataupun peserta didik yang memiliki kelainan yang dimaksudkan antara lain penderita autis, anak tuna grahita, anak tuna netra, tuna daksa, anak tuna rungu, anak dengan tuna ganda, tuna laras, anak berkesulitan belajar, anak lambat belajar, memiliki gangguan motoric, menjadi korban penyalahgunaan narkoba, obat terlarang atau zat adiktif lainnya, dan anak Cerdas Istimewa Bakat istimewa (CI-BI). Anak berkebutuhan khusus dapat dikenali sejak bayi utamanya Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang berada pada level kebutuhan khusus di tingkat yang sedang sampai berat. 4

13 Anak dengan kebutuhan khusus atau dengan kelainan dapat dikarenakan bermacammacam sebab, seperti keturunan atau genetik, faktor kehamilan, faktor kelahiran, kecelakaan, makanan dan gizi yang tidak seimbang, disebabkan oleh virus, dan sebagainya. Di kabupaten Magelang dan kabupaten Purworejo, kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan penyelenggaraan pendidikan inklusi sudah mulai dikeluarkan. Dengan maksud supaya sekolah- sekolah penyelenggara pendidikan inklusi yang ada di kabupaten Purworejo dan kabupaten Magelang memiliki acuan pedoman penyelenggaraan sekolah inklusi, serta dapat mendukung upaya memecahkan persoalan pendidikan bagi anak- anak berkebutuhan khusus. Lembaga penyelenggara sekolah inklusi yang ada dan yang sudah ada untuk lembaga PAUD belum terdata, meskipun pada kenyataannya lembaga Taman Kanakkanak sudah ada beberapa yang menyelenggarakan program pendidikan inklusi. Salah satu Taman Kanak- kanak penyelenggara pendidikan inklusi sebagai amal usaha Muhammadiyah di kabupaten Magelang yaitu taman kanak- kanak Insan Robbani yang beralamat di Ngadisalam, Gunungpring, kecamatan Muntilan Magelang dan di kabupaten Purworejo yaitu Taman Kanak- Kanak Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Baledono kabupaten Purworejo. Pendidikan inklusi perlu dipromosikan dan diterapkan karena pada dasarnya semua anak mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan bermutu dan tidak didiskriminasikan. Semua anak juga mempunyai kemampuan untuk mengikuti kegiatan bermain sambil belajar tanpa melihat kelainan dan kecacatannya, karena sesungguhnya perbedaan merupakan penguat dalam meningkatkan mutu pembelajaran bagi semua anak. Karena pada dasarnya di balik kekurangan ada hikmah atau kelebihan yang dimiliki. Sekolah dan guru mempunyai kemampuan untuk belajar merespon dari kebutuhan pembelajaran yang berbeda. Oleh karena itu, untuk menindaklanjuti kebutuhan akan pendidikan inklusi dan kenyataannya di lapangan, perlu kiranya Dinas Pendidikan kabupaten/ kota bekerja sama dengan Muhammadiyah melakukan persiapan-persiapan untuk menyelenggarakan PAUD-PAUD Inklusi. Untuk mengenali pentingnya pendidikan inklusi, maka peneliti berpandangan tentang perlunya sebuah sekolah inklusi yang benar- benar dapat menampung dan memberikan layanan pendidikan baik bagi anak yang norma maupun anak dengan berkebutuhan khusus. Anak- anak yang normal dapat memperoleh kebutuhan akan pendidikan sesuai dengan porsi dan kebutuhannya. Sedangkan untuk anak- anak dengan kebutuhan khusus (ABK) juga tidak 5

14 terabaikan kebutuhan akan pendidikannya, mempunyai hak yang sama, karena masingmasing anak sudah mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan porsinya masingmasing. Berdasarkan latar belakang pemikiran tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait keberadaan dan peran Muhammadiyah dalam kurikulum PAUD Inklusi berbasis ramah anak dan implementasinya di Taman Kanak- Kanak Insan Robbani kabupaten Magelang dan Taman Kanak- Kanak Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Baledono kabupaten Purworejo. Taman Kanak- kanak Insan Robbani dan Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal 1 merupakan sekolah inklusi di tingkat pendidikan pra sekolah dan keduanya dikelola oleh Muhammadiyah, yang menurut peneliti sangat menarik untuk dikaji. Sekolah ini bebas dimasuki siapa saja anak didik yang membutuhkan pelayanan pendidikan anak, tanpa membedakan agama, ras, golongan dan sebagainya. Murid-murid di kedua lembaga pendidikan ini dapat secara bebas berkomunikasi dengan para pendidiknya. Hal ini dilakukan supaya tidak ada jarak antara guru dan anak. Dengan demikian diharapkan ada kedekatan yang alami dan akrab. Kedua lembaga ini juga sangat mengedepankan sikap dan tingkah laku anak sehari- hari. Sekolah ini benar- benar berbeda dan mempunyai karakteristik tersendiri yang membedakannya dengan sekolah lain. Di samping itu, penelitian ini penting bagi guru- guru pra sekolah, khususnya guru taman kanak- kanak inklusi. Hal ini dikarenakan selama ini pandangan masyarakat terhadap kaum difabel masih belum menunjukkan sikap yang positif, masyarakat masih banyak yang menganggap kaum difabel merupakan kaum yang tidak berpotensi atau dianggap sebagai kelompok yang tidak mandiri. Kurikulum dan pendidikan merupakan dua hal yang erat kaitannya yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Kurikulum sebagai aktualisasi faktor alat pendidikan, sarana tercapainya tujuan pendidikan (Canella, 1997). Kurikulum menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dalam proses pendidikan, karena kurikulum mengarahkan segala bentuk dan aktivitas proses pendidikan dalam tercapainya tujuan. Dengan demikian kurikulum merupakan suatu rencana pendidikan yang dapat memberi pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, urutan, isi, serta proses pendidikan. Kurikulum sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan serta kegiatan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan- 6

15 tujuan pendidikan, sehingga kedudukan dan fungsi kurikulum sangat penting. Nazhary (dalam Canella, 1997) merumuskan tiga rumusan tentang kurikulum sebagai berikut: 1. Kurikulum sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan, pada suatu tingkat dan lembaga pendidikan tertentu untuk mencapai tujuan. 2. Kurikulum berkedudukan sebagai landasan dari program pendidikan seperti bahan pengajaran yang dilaksanakan dalam batasan waktu tertentu seperti semester, kelas maupun level atau tingkat tertentu. 3. Kurikulum berfungsi sebagai pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajarannya, dilaksanakan di ruang kelas atau di luar kelas. Pengembangan kurikulum harus terus dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan, termasuk mengembangkan kurikulum untuk sekolah inklusi. Hal ini penting dilakukan mengingat pentingnya kedudukan kurikulum di dalam proses pendidikan. Anakanak berkebutuhan khusus berhak mendapatkan pendidikan yang sama dengan anak- anak seusianya. Anak berkebutuhan khusus membutuhkan pendidikan yang dapat mengakomodir kekurangan atau keberlainan yang dimilikinya, sehingga kurikulum inklusi sebagai jawaban untuk mengakomodir kebutuhan anak dengan keterbatasan- keterbatasan tertentu perlu untuk dikembangkan. Dalam word education telah mengesahkan Education for All sebagai program yang memiliki enam komitmen dasar yang meliputi: 1. Memperluas dan meningkatkan mutu perawatan dan pendidikan anak usia dini terutama anak yang rawan dan kurang beruntung. 2. Menjamin anak- anak yang dalam keadaan sulit memperoleh akses untuk menyelesaikan pendidikan dasar yang berkualitas. 3. Menjamin terpenuhinya kebutuhan belajar melalui akses yang adil pada program belajar dan pendidikan keterampilan hidup yang sesuai. 4. Menurunkan tingkat buta huruf 5. Menghapus disparsitas gender pada pendidikan dasar dan menengah. 6. Memperbaiki semua aspek kualitas penididikan dan menjamin keunggulannya. (Sharma, 2017) Dengan memberi kesempatan yang sama kepada anak yang berkemampuan berbeda untuk memperoleh pengajaran dan pendidikan, berarti memperkecil kesenjangan angka partisipasi pendidikan anak normal dengan anak berkelainan. Sejauh ini, pendidikan inklusi sudah mulai 7

16 dikembangkan. Di antara lembaga amal usaha Muhammadiyah yang menjadi pelopor sekolah inklusi pada pendidikan pra sekolah yaitu Taman Kanak- Kanak Insan Robbani kabupaten Magelang dan Taman Kanak- Kanak Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Baledono kabupaten Purworejo. Penelitian ini akan mengungkapkan fakta tentang keberadaan dan peran Muhammadiyah dalam kurikulum PAUD Inklusi berbasis ramah anak dan implementasinya serta mengungkap pula faktor pendukung dan faktor penghambat dalam mengimplementasikan kurikulum tersebut. B. Fokus Penelitian Sebuah lembaga pendidikan anak usia dini inklusi yang berhasil dapat dilihat dari faktorfaktor yang mendukungnya. Ada 3 faktor yang mempengaruhi keberhasilan tersebut, yakni faktor kurikulum, keterlibatan orang tua dan kualitas program. (Elisa, Wrastarti, 2013). Dalam hal ini peneliti mengkaji salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan tersebut yakni faktor kurikulum. Dalam penelitian ini peneliti lebih memfokuskan pada keberadaan dan peran Muhammadiyah dalam kurikulum PAUD Inklusi berbasis ramah anak dan implementasinya di daerah rawan bencana. Satuan PAUD Inklusi sekaligus sebagai amal usaha Muhammadiyah yang penulis teliti yaitu Taman Kanak- kanak Insan Robbani kabupaten Magelang dan Taman Kanak- Kanak Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Baledono kabupaten Purworejo. Jadi focus penelitian ini yaitu keberadaan dan peran Muhammadiyah dalam kurikulum PAUD Inklusi berbasis ramah anak dan implementasinya di Taman Kanak- Kanak Insan Robbani dan Taman Kanak- Kanak Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Baledono Purworejo. C. Rumusan Masalah Berdasarkan pemikiran dan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimanakah keberadaan dan peran Muhammadiyah dalam kurikulum PAUD Inklusi yang berbasis ramah anak di Taman Kanak- kanak Insan Robbani Magelang dan di Taman Kanak- Kanak Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Baledono Purworejo? 2. Bagaimana implementasi krikulum PAUD Inklusi di Taman Kanak- Kanak Insan Robbani Magelang dan di Taman Kanak- Kanak Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Baledono Purworejo? 8

17 3. Bagaimana perbandingan keberadaan dan peran Muhammadiyah dalam kurikulum PAUD Inklusi berbasis ramah anak dan implementasinya di Taman Kanak- Kanak Insan Robbani dan Taman Kanak- Kanak Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Baledono Purworejo? 4. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat implementasi kurikulum pendidikan inklusi di Taman Kanak- Kanak Insan Robbani Magelang dan Taman Kanakkanak Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Baledono Purworejo? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan keberadaan dan peran Muhammadiyah dalam kurikulum PAUD Inklusi berbasis ramah anak serta implementasinya yang mencakup: 1. Mengkomparasikan keberadaan dan peran Muhammadiyah dalam kurikulum PAUD Inklusi berbasis ramah anak dan implementasinya di daerah rawan bencana pada Taman Kanak- kanak Aisyiyah Insan Robbani dan Taman Kanak- kanak Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Baledono Purworejo. 2. Kurikulum pendidikan inklusi yang dimiliki oleh Taman Kanak- Kanak Insan Robbani Magelang dan Taman Kanak- Kanak Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Baledono Purworejo dengan memperhatikan kebutuhan anak didik, memperhatikan komponen manajemen sekolah dan menentukan model kurikulum yang digunakan. 3. Implementasi kurikulum yang meliputi pelaksanaan kegiatan belajar, pendekatan, metode, dan interaksi belajar mengajar serta evaluasi yang dilakukan dalam pembelajaran. 4. Faktor- faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan kurikulum PAUD inklusi yang mencakup faktor penghambat dan faktor pendukung. E. Kegunaan Penelitian Penelitian terhadap keberadaan dan peran Muhammadiyah dalam kurikulum PAUD Inklusi berbasis ramah anak serta implementasinya di daerah bencana ini diharapkan mempunyai signifikansi yang bermanfaat secara teoritis maupun praktis. Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu sebagai salah satu informasi yang dapat digunakan sebagai pijakan untuk organisasi Muhammadiyah dalam mengembangkan kurikulum pendidikan inklusi di tingkat Taman Kanak- kanak serta dapat dijadikan sumber pengetahuan bagi diri peneliti. Manfaat praktis dari penelitian ini berupa: 9

18 1. Bagi kalangan pengelola pendidikan inklusi lembaga Muhammadiyah, penelitian ini bermanfaat sebagai inspirasi bagi upaya pengembangan lembaganya. 2. Bagi pengambil kebijakan di kalangan persyarikatan Muhammadiyah yang berkaitan dengan pendidikan, penelitian ini bermanfaat untuk melakukan kajian ulang demi penyempurnaan kebijakan di masa yang akan dating. 3. Bagi orang tua dan masyarakat, penelitian ini sebagai informasi sekaligus sosialisasi tentang PAUD Inklusi agar masyarakat turut serta mendukung penyelenggaraan pendidikan inklusi sebagai layanan pendidikan regular bagi anak berkebutuhan khusus. 10

19 BAB II KURIKULUM PAUD INKLUSI BERBASIS RAMAH ANAK DAN IMPLEMENTASINYA DI DAERAH RAWAN BENCANA A. Kurikulum PAUD Inklusi 1. Pengertian Kurikulum PAUD Inklusi Kurikulum diartikan sebagai seperangkat rencana atau pengaturan pelaksanaan pembelajaran dan atau pendidikan yang di dalamnya mencakup pengaturan tentang tujuan, isi/ materi, proses dan evaluasi. Tujuan berarti apa yang akan dicapai, materi berarti apa yang akan dipelajari. Proses berarti apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan dan evaluasi berarti apa yang harus dilakukan untuk mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan. Kurikulum ini dapat bersifat makro, artinya pengaturan tentang tujuan, isi/ materi, proses dan evaluasi dalam skala nasional, tetapi juga dapat bersifat mikro yaitu pengaturan tentang hal tersebut dalam konteks pembelajaran di kelas. Kurikulum memiliki beberapa komponen. Tujuan dalam kurikulum adalah seperangkat kemampuan atau kompetensi yang akan dicapai setelah para siswa menyelesaikan program pendidikan dalam kurun waktu tertentu. Tujuan pendidikan atau pembelajaran secara umum terbagi ke dalam tiga jenis kemampuan, yaitu kemampuan yang berupa: 1) kognitif, 2) afektif dan 3) psikomotor. Jika ditinjau dari tingkatan atau lingkupnya tujuan dapat dibedakan berdasar tujuan pendidikan yang dapat diklasifikasikan ke dalam 4 tingkatan atau lingkup, yaitu 1) tujuan pendidikan nasional, 2) tujuan pendidikan lembaga/ institusi, 3) tujuan kurikuler, dan 4) tujuan pembelajaran. Tujuan pendidikan yang paling penting untuk dicermati dan dipahami oleh guru adalah tujuan pendidikan pada tingkat institusi (tujuan lembaga/ institusional) dan tujuan pembelajaran (tujuan instruksional). Jika dikaitkan dengan kurikulum terkini yang berlaku di Indonesia saat ini adalah Kurikulum 2013, maka yang dimaksud dengan tujuan pendidikan atau pembelajaran kurang lebih sama dengan apa yang tertera dalam kompetensi inti, kompetensi dasar dan indicator. Dengan demikian ada empat jenis kompetensi dalam kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang harus dicermati oleh guru kaitannya dengan tujuan pembelajaran dalam seting inklusi yaitu: Standar 11

20 Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA), Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Keberhasilan. (Sharma, 2017). 1. Komponen Isi (materi) Materi adalah isi atau konten yang harus dipelajari oleh siswa supaya dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Materi pembelajaran dapat berupa informasi, konsep, teori, dan lain- lain. Materi pembelajaran harus relevan atau mendukung terhadap pencapaian kompetensi dasar dan standar kompetensi. Rumusan materi tidak tersedia dalam kurikulum, tetapi harus dibuat atau dikembangkan sendiri oleh sekolah/ guru yang dapat mengacu pada buku sumber yang relevan. 2. Komponen proses Proses adalah kegiatan atau aktivitas yang akan dijalani oleh siswa supaya dapat menguasai materi yang diajarkan dan dapat mencapai tujuan- tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Proses memiliki pengertian yang sama dengan kegiatan belajar mengajar (KBM) atau pengalaman belajar yakni serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh siswa bersama guru baik di dalam maupun di luar kelas. Proses pembelajaran biasanya terkait dengan penggunaan metode mengajar, penggunaan media pembelajaran, pengalokasian waktu, pemanfaatan sumber, pengelolaan kelas, dan lain- lain. 3. Komponen Evaluasi Evaluasi adalah proses yang dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian tujuan- tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Kegiatan evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah para siswa telah berhasil mencapai atau menguasai kompetensi- kompetensi yang menjadi tujuan pembelajaran. Evaluasi juga bertujuan untuk mengetahui apakah proses pembelajaran telah berjalan secara efektif atau optial. Isu yang paling penting terkait dengan evaluasi adalah teknik atau cara yang digunakan dalam evaluasi untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran. Kurikulum inklusi merupakan kurikulum biasa yang dimodifikasi dan dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dipelajari, dilaksanakan dan memenuhi kebutuhan pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Dengan demikian kurikulum inklusi bagi Anak Berkebutuhan Khusus hakekatnya adalah kurikulum Pendidikan Luar Biasa (PLB). 12

21 Di dalam kurikulum inklusi bagi anak berkebutuhan khusus yang dirancang adalah pengelolaan kelas, program, dan layanannya. Jadi, dalam kurikulum inklusi pada intinya terdapat modivikasi aktivitas, metode, alat, atau lingkungan pembelajaran yang bertujuan untuk menyediakan peluang kepada anak dengan kebutuhan khusus mengikuti program pembelajaran dengan tepat, efektif serta mencapai kepuasan. Prinsip utama dalam modivikasi aktivitas adalah penyesuaian aktivitas pembelajaran yang disesuaikan dengan potensi siswa dalam melakukan aktivitas tersebut. Menurut Katz (2014) ada tiga model pendidikan sebagai implementasi kurikulum inklusi dalam pendidikan untuk menggabungkan Anak Berkebutuhan Khusus dengan anak normal dalam lingkungan belajar, yaitu: 1. Mainstream Merupakan sistem pendidikan yang menempatkan anak- anak berkebutuhan khusus di sekolah umum, mengikuti kurikulum akademis yang berlaku, guru tidak harus melakukan adaptasi kurikulum. Diikuti oleh anak- anak yang sakit namun tidak berdampak pada kemampuan kognisinya. 2. Integrasi adalah menempatkan anak- anak berkebutuhan khusus dalam kelas anak- anak normal. Peserta didik mengikuti berbagai pelajaranyang dapat mereka ikuti dari para gurunya. Untuk mata pelejaran akademis lainnya anak- anak berkebutuhan khusus itu memperoleh pengganti di kelas yang berbeda dan terpisah. Penempatan integrasi itu tidak sama dengan integrasi pengajaran dan integrasi sosial karena tergantung pada dukungan yang diberikan sekolah. 3. Inklusi Adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/ atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama- sama dengan peserta didik pada umumnya (Permendiknas No. 70 tahun 2009). Kurikulum inklusi sebaiknya berorientasi pada kebutuhan anak supaya anak tidak merasa mendapat tekanan secara psikologis. Kurikulum inklusi harus memiliki tujuan/ 13

22 capaian, harus dinamis dan konstruktif. Dalam pendidikan inklusi, kurikulum dapat berupa kurikulum sekolah regular yang dimodifikasi. Selanjutnya silabus merupakan rancangan pembelajaran yang disusun oleh guru selama satu semester. Rencana pembelajaran (RPP) yang disusun guru untuk satu atau beberapa pertemuan dengan peserta didik. Dalam pembelajaran inklusi, kurikulum untuk Anak Berkebutuhan Khusus dapat dikelompokkan menjadi : 1) Duplikasi Kurikulum, 2) Modifikasi Kurikulum, 3) Substitusi Kurikulum, dan 4) Omisi Kurikulum. Kurikulum yang digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi pada dasarnya menggunakan kurikulum regular yang berlaku di sekolah umum. Namun demikian karena ragam hambatan yang dialami peserta didik berkebutuhan khusus sangat bervariasi mulai dari yang sifatnya ringan, sedang sampai yang berat, maka dalam implementasinya kurikulum reguler perlu dilakukan modifikasi (penyelarasan) sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Modifikasi atau penyelarasan kurikulum dilakukan oleh tim pengembangan kurikulum di sekolah. Tim pengembang kurikulum sekolah terdiri dari: kepala sekolah, guru kelas, guru pendidikan khusus, konselor, psikolog dan ahli lain yang terkait. Dasar pengembangan kurikulum untuk melakukan modifikasi dan pengembangan kurikulum dalam program PAUD Inklusi harus mengacu pada peraturan perundangundangan yang berlaku. Adapun perundang- undangan yang menjadi landasan dalam pengembangan dan implementasi kurikulum dalam program PAUD Inklusi antara lain sebagai berikut: 1. UU No. 20/ 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional khususnya: a. Pasal 5 ayat (1): setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. b. Pasal 5 ayat (1): warga Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan/ atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. c. Pasal 5 ayat (3): warga Negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus. d. Pasal 5 ayat (4): warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus. 14

23 e. Pasal 12 ayat (1b): setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. f. Pasal 36 ayat (2): kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, serta peserta didik. Peraturan Pemerintah No.19/ 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan khususnya: a. Pasal 1 ayat (13): Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. b. Pasal 1 ayat (15): Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. c. Pasal 17 ayat (1): Kurikulum tingkat satuan pendidikan dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/ karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik. Kurikulum PAUD Inklusi merupakan rancangan pembelajaran PAUD Inklusi yang berguna sebagai pedoman ketercapaian guru terhadap tujuan yang telah ditentukan melalui proses belajar mengajar. Jenis kurikulum pada PAUD Inklusi hendaknya disesuaikan dengan program pembelajaran inklusi karena pada Anak Berkebutuhan Khusus memiliki hambatan yang cukup variatif. Kurikulum PAUD Inklusi sangatlah membantu peserta didik usia dini dalam mengembangkan potensi dan mengatasi hambatan belajar yang dialami peserta didik semaksimal mungkin dalam latar inklusi. Pembelajaran pada PAUD Inklusi menekankan pada siswa agar memiliki kesempatan yang sama dengan siswa non inklusi. 1. Perencanaan dan Pengorganisasian Kurikulum Kedudukan perencanaan sangat penting dalam setiap kegiatan termasuk dalam penyelenggaraan PAUD. Berhasil atau tidaknya sebuah kegiatan tergantung pada matang atau tidaknya sebuah perencanaan. Perencanaan mencakup menentukan visi, misi, dan fungsi organisasi mendefinisikan tujuan, menetapkan strategi dan mengembangkan rencana untuk mengkoordinasikan kegiatan- kegiatan sebuah lembaga. 15

24 Perencanaan dalam arti yang luas khususnya perencanaan kelembagaan seperti PAUD, perencanaan mencakup visi, misi, fungsi organisasi, tujuan kelembagaan, strategi mencapai tujuan, dan sebagainya. Perencanaan yang lebih riil dan aplikatif biasanya sudah dilengkapi dengan time schedule. Dalam konteks kelembagaan PAUD hal ini diimplementasikan ke dalam kalender akademik yang memuat program sepanjang tahun. Adapun rencana kegiatan sehari- hari tertuang dalam RKH (Rencana Kegiatan Harian). Anak usia dini belum bisa berpikir secara tegas untuk membedakan satu aspek dengan aspek lainnya dan masih melihat sesuatu sebagai satu kesatuan utuh. Oleh karena itu model pengorganisasian kurikulum terpadu integral curriculum menjadi pilihan yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Perencanaan sebaik apapun jika tidak diorganisasikan secara profesional akan menuai banyak kendala dan sulit untuk dioperasionalkan, maka sebuah perencanaan perlu pengorganisasian. Pengorganisasian adalah pembagian tugas secara profesional sesuai dengan kemampuan masing- masing sumber daya dalam menjalankan tugasnya. Jadi setiap perencanaan harus diorganisasikan ke dalam lingkup- lingkup yang lebih rinci, sehingga semua komponen PAUD mendapat tugas sesuai dengan kapasitasnya masing- masing. Organisasi sangat diperlukan dalam melaksnakan proses manajemen yaitu: a. Organisasi perencanaan kurikulum yang dilaksanakan oleh suatu lembaga pengembang kurikulum atau suatu tim pengembang kurikulum. b. Organisasi dalam rangka pelaksanaan kurikulum baik pada tingkat daerah maupun pada tingkat sekolah atau lembaga pendidikan yang melaksnakan kurikulum. c. Organisasi dalam evaluasi kurikulum yang melibatkan berbagai pihak dalam proses evaluasi kurikulum. (Drudy and Kinsella, 2009). 2. Implementasi Kurikulum Implementasi kurikulum adalah penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya kemudian diujicobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan sambil senantiasa dilakukan penyesuaian terhadap situasi lapangan dan karakteristik peserta didik, baik perkembangan intelektual, emosional, serta fisik. Implementasi kurikulum adalah semua pengalaman belajar anak usia dini baik yang 16

25 direncanakan maupun yang tidak direncanakan yang memiliki dampak terhadap belajar dan pengembangan anak usia dini. Implementasi manajemen kurikulum PAUD antara lain: a. Merumuskan tujuan layanan PAUD b. Menyusun kalender pendidikan di lembaga PAUD c. Menyusun program kerja tahunan d. Merumuskan job description kepala PAUD, pendidik PAUD dan staf PAUD e. Menyusun jadwal kegiatan layanan PAUD bagi peserta didik f. Menyusun program perencanaan pembelajaran oleh pendidik PAUD dalam bentuk Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) dan Rencana Kegiatan Harian (RKH) g. Menyusun tahap- tahap penilaian hasil belajar dan proses pembelajaran peserta didik secara kontinu. Implementasi kurikulum di kelas dapat menggunakan pendekatan Beyond Centers and Circle Time (BCCT). Pembelajaran dengan pendekatan BCCT atau sering diartikan sebagai pendekatan sentra dan lingkaran adalah pendekatan penyelenggaraan PAUD yang berfokus pada anak. Pendekatan BCCT merupakan pendekatan yang dikembangkan berdasarkan hasil kajian teoritik dan pengalaman empirik oleh Creative Center for Childhood Research and Training (CCCRT) di Florida USA dan dilaksanakan di Creative Pre School Florida, USA selama lebih dari 25 tahun baik untuk anak normal maupun untuk anak dengan kebutuhan khusus. BCCT merupakan pengembangan dari pendekatan Montessori, High Scope, dan Reggio Emilio. Pendekatan ini bertujuan untuk merangsang seluruh aspek kecerdasan anak agar kecerdasannya dapat berkembang secara optimal, maka otak anak perlu dirangsang untuk terus berpikir secara aktif dengan menggali pengalamannya sendiri (bukan sekedar mencontoh atau menghafal). Pendekatan ini memandang bermain merupakan wahana yang paling tepat dan satu- satunya wahana pembelajaran anak, karena di samping menyenangkan, bermain dalam setting pendidikan dapat menjadi wahana untuk berpikir aktif, kreatif dan inovatif. Proses pembelajaran BCCT berpusat di sentra main dan saat anak dalam lingkaran dengan menggunakan 4 jenis pijakan (scaffolding) untuk mendukung perkembangan anak, yaitu: a) pijakan lingkungan main, b) pijakan sebelum main, c) pijakan selama main, dan d) pijakan setelah main. Pijakan adalah dukungan yang berubah- ubah yang disesuaikan dengan perkembangan yang dicapai anak yang diberikan sebagai pijakan untuk mencapai 17

26 perkembangan yang lebih tinggi. Sentra main adalah zona atau area main anak yang dilengkapi dengan seperangkat alat main yang berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung perkembangan anak dalam 3 jenis main, yaitu bermain sensorimotorik/ fungsional, bermain peran dan bermain pembangunan. Saat lingkaran adalah saat ketika pendidik duduk bersama anak dengan posisi melingkar untuk memberikan pijakan kepada anak yang dilakukan sebelum dan sesudah main. Prinsip pembelajaran dengan pendekatan BCCT bahwa keseluruhan proses pembelajarannya berlandaskan pada teori dan pengalaman empirik. 3. Komponen Kurikulum Suatu kurikulum harus memiliki kesesuaian atau relevansi. Kesesuaian ini meliputi dua hal. Pertama, kesesuaian antara kurikulum dengan tuntutan, kebutuhan, kondisi, dan perkembangan masyarakat. Kedua, kesesuaian antar komponen-komponen kurikulum yaitu isi sesuai dengan tujuan, proses sesuai dengan isi dan tujuan, demikian juga evaluasi sesuai dengan proses, isi, dan tujuan kurikulum. Kurikulum sebagai suatu sistem memiliki komponen- komponen yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yaitu: a. Tujuan Pada dasarnya tujuan pembelajaran merupakan tujuan dari setiap program pendidikan yang akan diberikan kepada anak didik dan kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Rumusan tujuan pembelajaran harus terlebih dahulu ditetapkan. b. Materi Isi program atau materi pelajaran dalam suatu kurikulum merupakan segala sesuatu yang diberikan kepada anak dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Materi yang merupakan isi kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa. Materi harus mencerminkan kejadian dan fakta sosial, artinya sesuai dengan tuntutan hidup nyata dalam masyarakat. c. Strategi pembelajaran Pada saat menyusun bahan ajar/ materi juga harus dipikirkan strategi/ metode yang sesuai untuk menyampaikan bahan ajar yang sesuai. Beberapa strategi yang dapat dipergunakan, misalnya Exposition- Discovery learning dan Group-Individual Learning, Reception Learning- discovery learning dan Rote learning- Meaningful learning. d. Media 18

27 Media pembelajaran merupakan segala macam bentuk perangsang dan alat yang disediakan guru untuk mendorong aktivitas siswa belajar. e. Evaluasi Evaluasi ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan serta menilai proses pelaksanaan pembelajaran secara keseluruhan. Tiap kegiatan akan memberikan umpan balik dalam proses pelaksanaan pembelajaran. Umpan balik tersebut digunakan untuk usaha penyempurnaan bagi perumusan tujuan pembelajaran, penentuan bahan ajar, strategi, dan media pembelajaran. A. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Inklusi Inklusi mempunyai pengertian yang beragam. Stainback (2016) menyatakan bahwa secara fisik, mental, ataupun emosi memang terjadi perbedaan di antara anak- anak. Namun dari perbedaan- perbedaan itu akan dapat digali dan ditemukan persamaannya. Artinya, bahwa pada Anak- anak Berkebutuhan Khusus atau sisi kebutuhan mereka yang sama dengan kebutuhan anak- anak pada umumnya, terutama kebutuhan dalam memperoleh pendidikan. Hal yang demikian ini sesuangguhnya telah lama dipikirkan oleh para ahli melalui program pembelajaran mainstreaming, yang mencoba mengintegrasikan anak- anak berkebutuhan khusus dengan anak- anak normal dalam proses pembelajaran di sekolah dengan focus utama yaitu integrasi fisik, sosial, emosi, dan intelektualnya. Perkembangan untuk memperjuangkan kebersamaan ini ternyata tidak berhenti pada mainstreaming, tetapi terus berlanjut dan berkembang pada konsep dan program pendidikan inklusi, walaupun di antara keduanya memiliki prinsip yang berbeda dalam prosesnya, namun tetap dalam koridor kebersamaan. Fuchs (dalam Smith, 2015), menjelaskan bahwa inklusi dapat dan mempunyai arti yang berbeda- beda bagi setiap orang. Cara baru untuk mainstreaming ini sebagai inisiatif pendidikan regular dengan label baru. Inklusi juga diistilahkan dengan full inclusion atau uncompromising inclusion yang berarti penghapusan pendidikan khusus. PAUD Inklusi adalah pemberian pengajaran kepada anak-anak usia dini yang dirancang secara khusus serta bantuan bagi anak- anak berkebutuhan khusus dalam konteks lingkungan pendidikan regular. Hal ini berarti bahwa semua siswa yang masuk dalam lingkungan sekolah sepenuhnya menjadi anggota komunitas sekolah dan satu sama lain saling berpartisipasi secara wajar untuk mendapatkan kesempatan dan bertanggung jawab dalam 19

28 lingkungan pendidikan secara umum. Konsekuensi dari konsep PAUD Inklusi ini, lembaga berupaya memahami bahwa kelas/ sekolah menjadi lebih bervariasi lagi dan ini menjadi tugas guru untuk merancang program pembelajaran yang bermanfaat bagi semua siswa berdasarkan kondisi masing- masing yang berbeda pula. Sebagai konsep atau pendekatan yang dikembangkan dalam upaya pelayanan pendidikan anak- anak berkebuuhan khusus, PAUD inklusi dalam tataran operasional masih dianggap rancu dengan konsep terpadu yang lebih dahulu hadir dalam pendidikan anak berkebutuhan khusus. Secara umum di dalam pendidikan inklusi ditandai dengan adanya siswa berkebutuhan khusus yang belajar di sekolah umum, meskipun dengan cara- cara atau pendekatan yang berbeda. Pada PAUD Inklusi sistem suatu institusi atau lembaga yang harus menyesuaikan dengan kebutuhan siswa. Inklusi berpusat pada siswa dan dikembangkannya interaksi yang komunikatif dan dialogis. PAUD Inklusi menurut Sapon-Shevin (dalam O Neil, 2005) didefinisikan sebagai suatu sistem layanan bagi anak usia dini yang secara khusus mensyaratkan agar semua anak berkebutuhan khusus dilayani di sekolah- sekolah terdekat di kelas biasa bersama teman- teman seusianya. Untuk itu perlu adanya restrukrusisasi di sekolah sehingga menjadi komunitas yang mendukung pemenuhan kebutuhan khusus bagi setiap anak. Sejalan dengan konsep ini, gagasan utama mengenai PAUD Inklusi menurut Johnsen (2013) adalah: a) setiap anak merupakan bagian integral dari komunitas lokalnya dan kelas serta kelompok regular, b) kegiatan sekolah diatur dengan sejumlah besar tugas belajar yang kooperatif, individualisasi pendidikan dan fleksibilitas dalam pilihan materinya, serta c) pendidik bekerja sama dan memiliki pengetahuan tentang strategi pembelajaran dan kebutuhan pengajaran umum, khusus dan individual serta memiliki pengetahuan tentang cara menghargai tentang pluralitas perbedaan individual dalam mengatur aktivitas kelas. PAUD Inklusi mempercayai bahwa semua anak usia dini berhak mendapatkan pelayanan pendidikan yang baik sesuai dengan usia atau perkembangannya tanpa memandang derajat, kondisi ekonomi ataupun kelainannya. Penting bagi para pendidik untuk disadari, bahwa di sebuah lembaga PAUD mereka dapat membuat penyesuaian pendidikan bagi anak- anak berkebutuhan khusus ketika para pendidik memiliki pandangan pendidikan yang komprehensif yang terpusat pada anak. Meskipun mungkin masih memerlukan pelatihan tentang metode atau strategi khusus yang akan diterapkan di lembaga pendidikan anak usia dini. 20

29 Kesadaran tersebut juga perlu dibangun terutama berkenaan dengan pengembangan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan masing- masing anak secara individual. Ini didasari atas pertimbangan bahwa anak memiliki hak untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas sesuai dengan potensi dan kebutuhannya. Anak- anak usia dini yang berkebutuhan khusus juga memiliki hak untuk belajar bersama dengan teman- teman sebayanya. Hanya saja, sampai saat ini para tenaga pendidik dan tenaga kependidikan anak usia dini masih sedikit yang memiliki kesadaran dan kemauan untuk melakukan hal- hal tersebut. Hal ini merupakan tantangan dan ironis bahwa telah banyak peraturan dan perundangan dibuat namun implementasi di lapangan masih sangat terbatas. Masih banyak kontroversi di kalangan profesional dan masyarakat pada umumnya mengenai perlu tidaknya pendidikan anak usia dini (PAUD) inklusi bagi anak- anak berkebutuhan khusus. Perbedaan pandangan terjadi terkait dengan hakekat keberadaan anak berkebutuhan khusus yang dianggap sebagai individu yang memerlukan layanan pendidikan khusus dan tentu saja berbeda dengan anak- anak pada umumnya. Sebaliknya, anak- anak berkebutuhan khusus juga sebagai mahluk sosial yang hidup di tengah masyarakat umum dengan segala hak yang dimilikinya, maka tidak harus dipisahkan dari komunitas masyarakatnya, khususnya dalam memperoleh pendidikan. Kauffman (dalam Smith, 2014) juga mengungkapkan kekhawatirannya mengenai layanan-layanan kegiatan dan pengajaran khusus yang dibutuhkan oleh anak- anak yang memiliki hambatan mungkin saja berkurang atau hilang apabila pendidikan regular menjadi kenyataan. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam mengimplementasikan PAUD Inklusi menurut Skjorten, Miriam D (2006) yaitu: Anak-anak berkebutuhan khusus yang kemampuan intelektualnya tidak berada di bawah rata- rata. Ini juga dapat dilihat dari beberapa standar pendidikan yang disusun oleh pemerintah melalui BSNP yang hanya diperuntukkan bagi anak- anak tunanetra, tunarungu, tunadaksa, dan tunalaras, yang kemampuan intelektualnya tidak berada di bawah rata- rata. Padahal kenyataan di lapangan prevalensi anak- anak berkebutuhan khusus yang berkemampuan intelektual di bawah rata- rata paling banyak di antara jenis- jenis kelainan yang lain (Dit PSLB, 2015). Secara konsep filosofis, PAUD Inklusi merupakan wadah semua anak berkebutuhan khusus termasuk di antaranya anak- anak yang kemampuan intelektualnya berada di bawah rata- rata. 21

30 Pemerintah juga harus memberi perhatian dan dukungan bagi semua warganya untuk memperoleh pendidikan yang baik, yang memungkinkan seorang anak memperoleh kecerdasan sebagai individu maupun mahluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Penyelenggaraan PAUD Inklusi membutuhkan dukungan semua pihak. Selain pemerintah tentu masyarakat beserta para praktisi pendidikan dan juga para orang tua yang memiliki andil besar dalam mendidik anak- anak usia dini melalui nasehat- nasehat, bimbingan, pengarahan ataupun interaksi yang positif dalam lingkungan keluarga. Hadis (2014) menjelaskan bahwa pengaruh yang paling mengena dan dapat meninggalkan kesan lama harus dilakukan pada saat yang tepat yaitu pada masa kritis atau masa sensitif. Perlunya rangsangan diberikan pada usia dini yang dapat meningkatkan seluruh aspek perkembangan juga didasarkan pada pandangan tersebut. Keterlambatan atau pengabaian pemberian rangsangan pada saat yang tepat atau pada periode kritis akan memberi dampak positif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal lain yang juga perlu mendapat perhatian terkait PAUD Inklusi yaitu pemberian materi kegiatan atau pembelajaran. Gould (2009) melihat pendidikan inklusi harus berorientasi pada inisiatif anak sesuai dengan perkembangan dan pendekatan teacherdirected. Aktivitas dan intervensi akan memberikan banyak manfaat bagi anak- anak berkebutuhan khusus dalam pendidikan inklusi. Untuk mencapai tujuan itu, maka harus dipersiapkan tenaga pendidik, terapis dan orang tua untuk membantu aktivitas semua anak. Program selanjutnya dirancang untuk anak- anak berkebutuhan khusus dalam topik kegiatan a) circle time, b) art center, c) sand and water center, d) block center, e) dramatic play, f) snack time, g) transitions, h) fine motor center, and i)gross motor center. Yang sesungguhnya diharapkan mengenai sekolah penyelenggara PAUD inklusi adalah PAUD umum yang telah memenuhi beberapa persyaratan yang telah ditentukan. Beberapa persyaratan dimaksud di antaranya berkenaan dengan keberadaan siswa berkebutuhan khusus, komitmen, manajemen sekolah, sarana prasarana, dan ketenagaan. Pendidikan Anak Usia Dini penyelenggara pendidikan inklusi untuk anak berkebutuhan khusus haruslah memiliki siswa berkebutuhan khusus, memiliki komitmen terhadap pendidikan inklusi, penuntasan wajib belajar maupun terhadap komite sekolah. Selain itu juga harus memiliki jaringan kerja sama dengan lembaga- lembaga terkait yang didukung dengan adanya fasilitas dan sarana pembelajaran yang mudah diakses oleh semua anak. Direktorat PSLB (2009) menjelaskan, 22

31 bahwa PAUD Inklusi adalah PAUD yang terpilih melalui seleksi dan memiliki kesiapan baik Kepala sekolah, pendidik, orang tua, peserta didik, tenaga administrasi dan lingkungan sekolah/ masyarakat. Selain itu PAUD Inklusi juga harus menciptakan lingkungan yang ramah terhadap pembelajaran yang memungkinkan semua siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan. Berbagai metode atau strategi kegiatan sangat mungkin dikembangkan pada PAUD-PAUD inklusi untuk menciptakan situasi pembelajaran yang aktif dan fleksibel. Adanya penghargaan terhadap diri anak, memotivasi dan menumbuhkan kepercayaan diri anak dengan menggunakan kata- kata verbal atau isyarat yang baik. Beberapa kemampuan yang harus dimiliki tenaga pendidik pada PAUD Inklusi dikemukakan oleh Mirriam (2013) yaitu: a) pengetahuan tentang perkembangan anak, b) pemahaman tentang kebutuhan dan nilai interaksi komunikasi dan pentingnya dialog di kelas, c) pemahaman akan pentingnya mendorong rasa penghargaan diri anak berkaitan dengan perkembangan, motivasi dan belajar melalui suatu interaksi positif dan berorientasikan sumber, d) pemahaman tentang Konvensi Hak Anak dan implikasinya terhadap implementasi pendidikan dan perkembangan semua anak, serta e) pemahaman tentang pentingnya menciptakan lingkungan yang ramah terhadap pembelajaran yang berkaitan dengan isi, hubungan sosial, pendekatan dan metode juga bahan pembelajaran/ kegiatan. B. Pendidikan yang Ramah Anak Menurut UNICEF Innocentty Research ramah anak berarti menjamin hak anak sebagai warga Negara. Anak Indonesia dalam masyarakat ramah anak mendefinisikan kata ramah anak berarti masyarakat yang terbuka, melibatkan anak dan remaja untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial, serta mendorong tumbuh kembang dan kesejahteraan anak. Ramah anak berarti menempatkan, memperlakukan, dan menghormati anak sebagai manusia dengan segala hak- haknya. Dengan demikian ramah anak dapat diartikan sebagai upaya sadar untuk menjamin dan memenuhi hak anak dalam setiap aspek kehidupan secara terencana dan bertanggung jawab. Prinsip utama upaya ini adalah non diskriminasi, kepentingan yang terbaik bagi anak, hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan serta penghargaan terhadap pendapat anak. Berdasarkan hal tersebut, pendidikan yang ramah anak adalah pendidikan yang terbuka yang melibatkan anak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial serta mendorong tumbuh 23

32 kembang dan kesejahteraan anak. Sesuai pasal 4 Undang-undang No 23/ 2002 tentang Perlindungan anak disebutkan setiap anak berhak untuk dapat hidup tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapatkan perlindungan dan kekerasan serta diskriminasi. Anak memiliki posisi strategis. Menurut Hariwijaya (2011) dalam keluarga, anak adalah prioritas utama sebagai tumpuan masa depan keluarga. Anak akan tumbuh dan berkembang dengan optimal bila berada pada lingkungan yang mendukung, baik lingkungan keluarga, sekolah maupun lingkungan masyarakat sekitarnya. Pendidikan yang ramah anak dapat dimaknai sebagai bentuk pendidikan yang dapat memfasilitasi dan memberdayakan potensi anak. Untuk memberdayakan seluruh potensi anak lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini tentunya harus memprogramkan segala sesuatu yang menyebabkan potensi anak tumbuh dan berkembang. Pada lembaga- lembaga pendidikan anak usia dini yang ramah anak, anak tidak harus dipaksakan melakukan sesuatu tetapi dengan program kegiatan tersebut anak secara otomatis terdorong untuk mengeksplorasi dirinya. Faktor penting yang perlu diperhatikan lembaga pendidikan yang ramah anak yaitu partisipasi aktif anak terhadap kegiatan yang diprogramkan. Partisipasi yang tumbuh karena sesuai dengan kebutuhan anak. Pada anak usia dini seyogyanya program sekolah lebih menekankan pada fungsi dan sedikit proses, bukan menekankan produk atau hasil. Produk hanya merupakan konsekuensi dari fungsi. Biasanya dengan aktivitas bermain, kualitas-kualitas tersebut dapat difungsikan secara serempak. Di sisi lain, nilai- nilai karakter yang seharusnya dimiliki anak juga dapat terbina sebagai dampak partisipasi aktif anak. Kekuatan pendidikan yang ramah anak terutama pada kualitas tenaga pendidiknya, tanpa mengabaikan faktor lain. Guru memiliki peran penting dalam menyelenggarakan pembelajaran yang bermutu. Untuk pendidikan di tingkat prasekolah guru harus memiliki minimal tiga potensi, yaitu a) memiliki rasa kecintaan pada anak (Having sense of love to the children); b) Memahami dunia anak (Having sense of love to the children); dan c) mampu mendekati anak dengan tepat (Having appropriate approach). Kondisi suasana lingkungan pendidikan yang ramah anak seharusnya menjadi tempat bagi anak untuk belajar tentang kehidupan. Suasana aktivitas anak yang ada di masyarakat juga diprogramkan di sekolah sehingga anak tetap mendapatkan pengalaman- pengalaman yang 24

33 seharusnya ia peroleh di masyarakat. Bagi anak lingkungan dan suasana yang memungkinkan untuk bermain sangatlah penting karena bermain bagi anak merupakan bagian dari hidupnya. Pada dasarnya, bermain dapat dikatakan sebagai bentuk miniatur dari masyarakat. Artinya, nilai- nilai yang ada di masyarakat juga ada di dalam permainan atau aktivitas bermain. Jika suasana ini dapat tercipta di sebuah lembaga pendidikan anak usia dini, maka suasana di lingkungan sekolah sangat kondusif untuk menumbuhkembangkan potensi anak karena anak dapat mengekspresikan dirinya secara leluasa sesuai dengan dunianya. Lembaga pendidikan yang ramah anak harus menjamin hak partisipasi anak. Adanya forum anak, ketersediaan pusat-pusat informasi layak anak, ketersediaan fasilitas kreatif dan rekreatif pada anak, ketersediaan kotak saran kelas dan sekolah, atau ketersediaan buku-buku cerita untuk anak maupun ketersediaan ruang bermain yang nyaman dan aman bagi anak, merupakan bentuk pemenuhan sarana dan prasarana yang memadai. Pendidikan yang ramah anak adalah pendidikan yang harus dilakukan guru dalam mendidik para siswa. Hal ini perlu menjadi perhatian para guru bahwa siswa merupakan sosok yang harus dilindungi dan dijaga dari unsur kekerasan. Berbagai kasus yang ada saat ini dikarenakan sebagian guru kurang memahami hakekat pendidikan bagi peserta didik. Peserta didik adalah anak yang harus dijaga, dirawat, dan dilindungi bukan untuk diperlakukan dengan cara tidak ramah. Berikut beberapa ciri dari pendidikan yang ramah anak ditinjau dari beberapa aspek: a. Sikap terhadap anak didik Perlakuan adil bagi anak didik laki-laki dan perempuan, cerdas- lemah, kaya-miskin, normalcacat, anak pejabat- anak buruh. Penerapan norma agama, sosial dan budaya setempat serta kasih saying kepada semua anak didik. Memberikan perhatian bagi anak didik yang lemah dalam proses belajar, karena memberikan hukuman fisik maupun nonfisik bias menjadikan anak trauma. Saling menghormati hak- hak anak, baik antar peserta didik, antar tenaga, kependidikan serta antara tenaga kependidikan dan anak didik. b. Metode pembelajaran Terjadi proses belajar sedemikian rupa sehingga siswa merasakan senang mengikuti berbagai kegiatan, tidak ada rasa takut, cemas, dan was-was, anak didik menjadi lebih aktif dan kreatif serta tidak merasa rendah diri karena bersaing dengan teman lain. Terjadi proses belajar yang efektif yang dihasilkan oleh penerapan metode pembelajaran yang variatif dan inovatif. Misalnya kegiatan belajar tidak harus di dalam kelas, guru sebagai fasilitator proses belajar 25

34 menggunakan alat bantu untuk meningkatkan ketertarikan dan kesenangan dalam pengembangan bakat minat anak, termasuk lingkungan sekolah sebagai sumber belajar (pasar, kebun, sawah, sungai, dll). c. Proses belajar mengajar didukung oleh media ajar dan alat peraga serta alat permainan edukatif sehingga membantu daya serap anak didik. Guru sebagai fasilitator menerapkan proses kegiatan yang kooperatif, menyenangkan, edukatif, nyaman, aman, dan kreatif baik secara individu maupun berkelompok. Guru hendaknya memfasilitasi proses belajar agar anak didik dapat menemukan cara atau bereksplorasi secara mandiri. C. Pendidikan di Daerah Rawan Bencana Masalah yang muncul akibat pasca bencana alam meliputi masalah psikologi, sosial ekonomi dan yang tak kalah menarik yaitu keberlanjutan pendidikan anak- anak pasca bencana. Masalah pendidikan terutama menyangkut pemenuhan hak anak untuk mendapatkan pendidikan. Banyaknya gedung sekolah yang hancur dan tidak dapat digunakan lagi untuk melaksnakan proses pembelajaran. Bagaimana naka- anak korban bencana alam dapat meningkatkan skill mereka sementara sarana dan prasarana pendidikan telah luluh lantah akibat bencana. Sejak terjadinya bencana, biasanya anak- anak sekolah belajar di tendatenda darurat yang sudah lusuh dan lapuk dengan sarana seadanya. Para anak didik mengeluh kepanasan di siang hari dan ketika hujan turun kebocoran terjadi di sana sini akibat tenda yang sudah tidak layak dipakai. Dalam konteks pelayanan pendidikan, anak yang menjadi korban bencana alam dapat dikategori sebagai anak yang memiliki kelainan sosial. Mereka berhak memperoleh pendidikan khusus dari penyelenggara pendidikan atau pemerintah. Meskipun daerah dan pemukimannya sedang terkena musibah bencana alam, namun anak- anak yang bermukim di daerah tersebut harus tetap mendapat perhatian atas kelangsungan pendidikannya. Pendidikan anak di daerah bencana tidak boleh diabaikan. Karena itu, evaluasi untuk keberlanjutan pendidikan jangan terjebak dengan formalitas pendidikan. Proses belajar mengajar tidak harus dilakukan di dalam ruangan. Di mana saja dan kapan saja proses pendidikan bias berlangsung. Hal terpenting yaitu bagaimana menyiapkan anak- anak korban bencana agar tidak kehilangan masa depannya. Sungguh sangat disayangkan apabila potensi dan kecerdasan anak-anak harus sirna hanya karena sarana dan prasarana pendidikan. 26

35 Pendidikan di daerah bencana sebenarnya merupakan pendidikan seumur hidup dan menyangkut kepentingan masyarakat luas. Program-program pendidikan merupakan media untuk membentuk partisipasi masyarakat dalam upaya penanggulangan bencana yang berkelanjutan. Korban bencana yang tidak memiliki imunitas psikologis khususnya anakanak akan menunjukkan perilaku antara lain menangis terus menerus, merintih memanggil orang yang sudah meninggal karena bencana, duduk menyendiri dengan tatapan hampa, ketakutan, dan tak memiliki nafsu makan. Untuk pengembangan pendidikan di daerah bencana pasca bencana perlu memperhatikan relevansi kurikulum dengan kebutuhan masyarakat akan keselamatan kehidupannya. Selain itu perlu mencari potensi yang dapat dijadikan alat dan jalan masuk sehingga materi kegiatan/ materi ajar dapat terpenuhi dan daya berpikir serta konsentrasi anak menjadi lebih baik. Masalah lain yang terjadi berkaitan dengan penanganan dampak bencana di bidang pendidikan adalah pembangunan kembali fasilitas pendidikan (gedung sekolah) yang hancur atau rusak akibat bencana. Ketika anak- anak bersama orang tua mereka telah pulang kembali ke rumah mereka dari lokasi pengungsian. Anak- anak tidak dapat langsung mengikuti kegiatan belajar mengajar karena gedung sekolah mereka masih rusak dan belum dibangun kembali. Konsentrasi pemerintah masih tertuju pada upaya menyediakan rumah tinggal bagi warga, sementara penyediaan gedung sekolah menjadi prioritas kedua. Kelangsungan proses pendidikan anak pada saat terjadi bencana merupakan amanah Konvensi Hak Anak (the Convention on the Rights of the Child) tahun 1989 yang di dalamnya terdapat 4 prinsip hak anak, yaitu pertama, non diskriminasi, semua anak mempunyai hak yang sama dan harus diperlakukan sama oleh peraturan/ perundangan dan kebijakan Negara. Kedua, kepentingan terbaik untuk anak. Setiap tindakan kewenangan oleh publik harus mempertimbangkan kepentingan terbaik untuk anak. Ketiga, hak hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan. Anak juga mempunyai hak ekonomi, sosial, dan hak budaya. Keempat, partisipasi anak, anak mempunyai hak untuk menyatakan pendapat sesuai dengan tingkat usia dan perkembangannya serta diperhatikan pendapatnya. Pelibatan anak dalam penanganan dampak bencana guna memastikan pemenuhan kebutuhan dasar anak yang terdiri atas pangan, pendidikan, kesehatan, belajar dan berekreasi, jaminan keamanan, dan persamaan perlakuan serta pemenuhan kebutuhan khusus bagi anak penyandang cacat dan anak yang mengalami gangguan psikososial. Bersama masyarakat 27

36 dengan sumber daya yang dimiliki diharapkan dapat turut menciptakan suasana kondusif bagi pendidikan anak selama dan pasca bencana. Pelibatan pemerintah dan pihak lain juga penting untuk mengubah paradigma yang masih memandang penanganan bencana sebatas charity sehingga mengabaikan aspek lainnya, khususnya bidang pendidikan yaitu menjaga keberlangsungan proses kegiatan belajar mengajar anak selama dan setelah bencana terjadi. Dalam kondisi darurat seyogyanya guru memfokuskan pada pengelolaan kelas dengan metode sesuai kebutuhan, yaitu mengembangkan metode pendidikan yang dapat mengembangkan wawasan anak dalam hal kebencanaan. Ada baiknya materi kebencanaan dimasukkan dalam kurikulum pendidikan di sekolah. Dengan harapan semakin sering anak mendengar masalah tanggap bencana maka anak akan semakin memiliki kepekaan dalam menghadapi bencana. D. Telaah Pustaka Telaah pustaka akan menjadi dasar pemikiran dalam penyusunan penelitian ini. Dalam Buku Panduan Pendidikan Inklusif untuk Anak Usia Dini di Taman Kanak- Kanak yang disusun oleh Program Studi Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta mengatur bahwa Pendidikan Inklusi merupakan suatu model layanan pendidikan untuk anak- anak berkebutuhan khusus yang dipandang lebih manusiawi dan memberikan kesempatan kepada setiap anak untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Untuk itu perlu adanya restrukturisasi di sekolah sehingga menjadi komunitas yang mendukung pemenuhan kebutuhan khusus bagi setiap anak. Inklusi dapat berarti penerimaan anak- anak yang mengalami hambatan ke dalam kurikulum, lingkungan, interaksi sosial dan konsep diri (visi-misi) sekolah. Setiap anak merupakan bagian integral dari komunitas lokalnya dan kelas serta kelompok regular. Selanjutnya, di dalam buku yang berjudul Pendidikan Inklusi di Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini disusun oleh Nuraeni Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram menyampaikan bahwa Pendidikan Inklusif mensyaratkan pihak sekolah yang harus menyesuaikan dengan tuntutan kebutuhan individu peserta didik, bukan peserta didik yang menyesuaikan dengan sistem persekolahan. Dengan melihat adanya penyesuaian terhadap kebutuhan peserta didik yang berbeda- beda, maka dalam setting pendidikan inklusif model 28

37 pendidikan yang dilaksanakan memiliki model yang berbeda dengan model pendidikan yang lazim dilaksanakan di sekolah- sekolah regular. Penelitian tentang pendidikan inklusi yang khusus membahas tentang keberadaan dan peran Muhammadiyah dalam Kurikulum PAUD Inklusi berbasis ramah anak serta implementasinya di daerah rawan bencana hingga saat ini belum peneliti temukan. Penelitianpenelitian yang mengkaji tentang pendidikan inklusi secara umum banyak dijumpai. Penelitian- penelitian tersebut antara lain: 1. Penelitian berjudul Analisis Persepsi Guru Madrasah tentang Konsep Sekolah Inklusi di MI Muhammadiyah Jagalan Kab. Magelang, oleh Ahwy Oktradiksa tahun Hasil penelitiannya, bahwa ada kebijakan pemerintah untuk mengadakan pendidikan inklusi. Madrasah-madrasah ibtidaiyah Muhammadiyah memiliki strategi dengan cara menyiapkan sarana prasarana dan Sumber Daya Manusia yang ahli di bidang inklusi. Sekolah Muhammadiyah siap untuk ikt serta dalam pelaksanaan pendidikan inklusi guna pemberian pelayanan pendidikan terhadap masyarakat sekitar. 2. Tesis yang disusun oleh Supardjo (2016) dengan judul Pengelolaan Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Dasar Penyelenggara Pendidikan Inklusi Sekolah Dasar, menunjukkan bahwa Perencanaan pembelajaran pendidikan inklusi menggunakan kurikulum yang berlaku di sekolah dasar umum, perencanaan duplikasi, perencanaan fleksibel dan perencanaan dimodifikasi penuh atau sebagian dan program khusus sesuai dengan hambatan dan kemampuan Anak Berkebutuhan Khusus. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan inklusi dengan sistem klasikal, kelas khusus, kelas ketrampilan dan kesenian. 3. Ibnu Nasrulloh (2016) dalam penelitian yang berjudul Implementasi Pendidikan Inklusi pada Siswa Hiperaktif di SD Muhammadiyah Alam Surya Mentari Surakarta, membuktikan bahwa SD Muhammadiyah Alam Surya Mentari telah menyelenggarakan pendidikan inklusi dengan baik, penggunaan sistem pull out menandai sistem pendidikan inklusi di sekolah ini. Dengan sistem tersebut siswa berkebutuhan khusus akan lebih terkontrol dalam pemahaman materi di sekolah khususnya bagi siswa hiperaktif terbukti siswa hiperaktif telah mengalami penurunan pada sikap impulsifnya setelah diberikan pelayanan khusus dari divisi inklusi SD Muhammadiyah Alam Surya Mentari. 29

38 4. Puji Lestari (2016) melalui Tesisnya yang berjudul Peran Pendidikan Inklusi sebagai Upaya Meningkatkan Pendidikan Multikultur di SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta menghasilkan temuan penelitian bahwa pendidikan inklusi memerlukan sarana prasarana inklusi yang memadai. SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta menerapkan kurikulum pendidikan inklusi dengan sistem pull out dengan pendekatan pembelajaran yang tepat, adanya peran Peer Tutoring dan Peer Collaboration serta evaluasi pembelajaran yang disesuaikan memberikan peluang berprestasi bagi semua peserta didiknya. Penelitian dengan judul Muhammadiyah dalam Kurikulum Pendidikan Inklusi Berbasis Ramah Anak dan Implementasinya di Daerah Rawan Bencana ini sangat berbeda dengan penelitian- penelitian sebelumnya. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pendidikan inklusi pada jenjang prasekolah, khususnya pada jenjang Taman Kanak- kanak sudah mulai dirintis. Taman Kanak- kanak Insan Robbani di kabupaten Magelang dan Taman Kanak-kanak Aisyiyah 1 Baledobo di kabupaten Purworejo yang keduanya merupakan amal usaha Muhammadiyah merupakan pelopor dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi pra sekolah di daerah rawan bencana. Meskipun kajian awal menunjukkan langkanya referensi tentang sekolah inklusi, namun pada obyek penelitian di 2 kabupaten Magelang dan Purworejo peneliti optimis akan memperoleh data, fakta dan informasi yang riil. Data, fakta dan informasi tersebut berasal dari sumber pertama pelaku Pendidikan Anak Usia Dini Inklusi. Dengan demikian, maka hasil penelitian ini akan merupakan informasi baru di dunia ilmiah atau pendidikan yang perlu kajian lanjutan sebagai upaya penyempurnaannya. Diharapkan dari penelitian ini mampu mendorong para pendidik untuk terus melakukan inovasi dan penelitian tentang pendidikan inklusi pada lembaga Taman Kanak- kanak atau lembaga pra sekolah lainnya. A. Kerangka Berpikir Taman Kanak- kanak Insan Robbani merupakan salah satu lembaga pendidikan anak usia dini yang diselenggarakan oleh Muhammadiyah berada di kecamatan Muntilan kabupaten Magelang. Taman Kanak- kanak Insan Robbani memiliki jumlah siswa yang relatif banyak dibanding Taman kanak- kanak lainnya. Kurikulum di Taman Kanak- kanak Insan Robbani ini beragam serta menerapkan sistem fullday school. Selain Insan Robbani, 30

39 Taman Kanak- Kanak Aisyiyah Bustanul Athfal (ABA) 1 Baledono Purworejo yang beralamat di Baledono juga memiliki kurikulum yang beragam. Kedua lembaga Pendidikan Anak Usia Dini ini menggunakan kurikulum berdasarkan pola pikir manajemen, dengan ini berharap tujuan lembaga akan tercapai dengan baik. KURIKULUM PAUD INKLUSI YANG BERAGAM TK INSAN ROBBANI Kurikulum ekstra, intra, Pembiasaan, Kurikulum plus TK ABA1 BALEDONO Kurikulum ekstra, intra, pembiasaan, kurikulum plus KEBERADAAN DAN PERAN MUHAMMADIYAH perencanaan pengorganisasian implementasi evaluasi Gambar 1 Kerangka Berpikir TUJUAN Tujuan LEMBAGA TK Insan TERCAPAI Robbani Memiliki kemampuan dasar dalam beribadah Meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik Membuat suasana nyaman, menyenangkan, gembira Menyiapkan peserta didik secara mental dan akademik Tujuan TK ABA 1 Baledono Sikap dan prilaku anak didik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME Mengenal dunia sekitar dan menanamkan kedisiplinan Memiliki kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi dengan lingkungan Trampil, kreatif, mandiri 31

40 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian dilaksanakan di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Bustanul Athfal (ABA)1 Baledono yang berlokasi di Baledono Kabupaten Purworejo. Kabupaten Purworejo tercatat sebagai daerah rawan bencana di Jawa Tengah. Apabila dilihat dari letak geografis, masyarakat dan mata pencaharian penduduk sangat heterogen. Taman Kanak- kanak Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Baledono ini terletak di pinggiran kota Purworejo. Alasan peneliti melakukan penelitian di Taman Kanak-kanak ABA 1 Baledono Purworejo ini karena TK ABA 1 Baledono memiliki karakteristik yang menarik untuk dijadikan tempat kajian penelitian sebagaimana yang telah peneliti kemukakan pada bagian pendahuluan, bahwa TK ABA 1 Baledono Purworejo merupakan salah satu Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini yang menerapkan sistem inklusi dan terletak di daerah rawan bencana Jawa Tengah. Selain itu Taman Kanakkanak ABA 1 Baledono Purworejo ini menerima beberapa siswa yang terkategori Anak Berkebutuhan Khusus. Pengembangan yang dilakukan di Taman Kanak- kanak ABA 1 Baledono di antaranya dalam evaluasi atau laporan kegiatan siswa selama pembelajaran, tahun sebelumnya hanya berupa lembar observasi dan catatan anekdot, sekarang telah memiliki banyak bukti fisik berupa foto-foto kegiatan anak dengan catatan tumbuh kembangnya. Dengan kondisi tersebut diharapkan hal yang menjadi tujuan, inovasi, dan manfaat penelitian dapat tercapai. Selain di Taman Kanak- kanak Aisyiyah Bustanul Athfal (ABA) 1 Baledono Purworejo peneliti juga menjadikan Taman Kanak- kanak Insan Robbani yang berlokasi di Ngadisalam, Gunungpring, kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang sebagai tempat penelitian. Alasan peneliti memilih lokasi ini sebagai tempat penelitian karena Taman Kanak- kanak Insan Robbani menerima siswa berkebutuhan khusus dan menerapkan kurikulum plus untuk mencapai tujuan lembaga. Taman Kanak- kanak Insan Robbani juga memiliki beberapa program unggulan seperti: toilet training, outdoor activity, cooking class. 32

41 Kedua lembaga tersebut menjalin kemitraan dengan berbagai instansi dalam mengaplikasikan programnya. 2. Waktu Penelitian Aktivitas penelitian ini di lapangan dilaksanakan mulai akhir bulan Januari 2017 hingga April 2017 dengan rincian sebagai berikut : a. Observasi awal/ survey pra-penelitian di Taman Kanak-kanak ABA 1 Baledono Purworejo tanggal 24 dan 25 Januari b. Observasi awal/ survey pra- penelitian di Taman Kanak- kanak Insan Robbani Magelang tanggal 1 Pebruari dan 2 Pebruari 2017 c. Pengambilan data dokumentasi Taman Kanak- Kanak ABA 1 Baledono 25 Pebruari dan Pebruari 2017 d. Pengambilan data dokumentasi Taman Kanak- kanak Insan Robbani 1 Maret sampai dengan 3 Maret e. Wawancara tentang Kurikulum PAUD Taman Kanak- kanak ABA 1 Baledono tanggal 8 Maret hingga 10 Maret 2017 f. Wawancara tentang Kurikulum PAUD Taman Kanak-kanak Insan Robbani Magelang tanggal 13 hingga 15 Maret 2017 g. Observasi aktivitas Anak Berkebutuhan khusus di Taman Kanak- kanak ABA 1 Baledono Purworejo tanggal 18 Maret dan 20 Maret 2017 h. Observasi aktivitas Anak Berkebutuhan Khusus di Taman Kanak-kanak Insan Robbani Magelang tanggal 22 Maret dan 23 Maret i. Wawancara tentang peran serta Muhammadiyah dalam mewujudkan tujuan lembaga di Taman Kanak-kanak ABA 1 Baledono 30 Maret dan 1 April 2017 j. Wawancara tentang peran seta Muhammadiyah dalam mewujudkan tujuan lembaga di Taman Kanak-kanak Insan Robbani Magelang 4 April dan 7 April 2017 B. Jenis dan Pendekatan Penelitian Berdasarkan sifatnya penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Ditinjau dari segi tempatnya, penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research). Penelitian ini menggambarkan dan membandingkan tentang keberadaan dan kiprah Muhammadiyah dalam Kurikulum PAUD Inklusi berbasis 33

42 ramah anak serta implementasinya di Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal (ABA) 1 Baledono kabupaten Purworejo dan Taman Kanak- kanak Insan Robbani kecamatan Muntilan kabupaten Magelang. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan komparatif kualitatif. C. Subyek Penelitian 1. Pengelola Dari pengelola Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal (ABA) 1 Baledono Purworejo yaitu Djumiharti, S.Pd dan Taman Kanak-kanak Insan Robbani Magelang Agustina S.Pd.AUD, maka peneliti akan memperoleh data berbagai maca kebijakan yang terkait dengan program lembaga pendidikan tersebut. Selain itu juga peneliti peroleh data-data tentang kurikulum yang diterapkan di PAUD Inklusi yang ramah anak dan implementasinya di kedua lembaga itu. 2. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum Dari wakil kepala sekolah bidang kurikulum peneliti memperoleh data-data mengenai program dan pelaksanaan kurikulum PAUD Inklusi yang ramah anak yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, implementasi, dan evaluasi. 3. Para tenaga pendidik, peneliti mendapatkan data-data terkait program dan pelaksanaan kurikulum PAUD Inklusi yang ramah anak serta implementasinya di Taman Kanak- Kanak Aisyiyah Bustanul Athfal (ABA)1 Baledono Purworejo dan Taman Kanakkanak Insan Robbani Muntilan kabupaten Magelang yang terdiri dari Rencana Kegiatan Harian (RKH), Rencana Kegiatan Mingguan (RKM), silabus, pengrganisasian, implementasi, dan evaluasinya. 4. Para pengurus yayasan memberikan informasi dan data-data tentang kebijakan, keberadaan, peran dari pengurus yayasan (Pimpinan Ranting Aisyiyah, Pimpinan Cabang Aisyiyah, serta Pimpinan Daerah Aisyiyah Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah) untuk pencapaian tujuan lembaga Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Baledono Purwoejo dan Taman Kanak-kanak Insan Robbani kabupaten Magelang. D. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi 34

43 Observasi adalah cara untuk mengumpulkan data dengan mengamati atau mengobservasi obyek penelitian atau peristiwa secara langsung baik itu yang berupa manusia, benda mati, maupun gejala alam. Observasi ini peneliti gunakan untuk mendapatkan data-data tentang letak geografis, keadaan dan suasana dalam proses implementasi kurikulum PAUD Inklusi berbasis ramah anak di Taman Kanak- Kanak Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Baledono Purworejo dan Taman Kanak-kanak Insan Robbani Magelang. Observasi yang peneliti lakukan termasuk jenis observasi non partisipan, artinya peneliti tidak telibat secara langsung dalam proses kegiatan pembelajaran melainkan hanya sebagai observer penuh dan tidak terlalu mengambil bagian dalam interaksi terhadap subyek yang diletili tersebut. Observasi yang peneliti lakukan juga sebagai observasi terstruktur. Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis tentang apa yang akan diamati, kapan, dan di mana tempatnya. Dengan observasi ini peneliti akan dapat mendeskripsikan hasil pengamatan yang telah peneliti lakukan setelah melihat secara langsung fakta di lapangan. 2. Wawancara Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan interview kepada satu atau beberapa orang yang bersangkutan untuk dimintai data-data/ keterangan yang berkaitan dengan penelitian. Bentuk wawancara yangd ipakai oleh peneliti yaitu wawancara semi terstruktur. Peneliti menggunakan metode ini agar dalam wawancara akan lebih mudah terarah serta data yang diperoleh dapat diketahui kesesuaiannya dengan pelaksanaan atau keadaan nyata. Tujuan dari wawancara jenis ini yaitu untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, kepada pihak yang diwawancarai dimintai pendapat dan ide-idenya. Wawancara ini peneliti lakukan melalui tatap muka langsung face to face dengan responden yang dimaksud. Peneliti menyimak dan mencatat apa yang dikemukakan oleh responden tersebut. Sebelum peneliti melakukan wawancara, terlebih dahulu peneliti menyiapkan alat bantu berupa alat perekam dan catatan lapangan hasil wawancara serta menyiapkan kisi-kisi wawancara yang memuat hal-hal berikut: 35

44 a. Keberadaan dan peran Muhammadiyah dalam Kurikulum PAUD Inklusi yang ramah anak di Taman Kanak-kanak Aisyiyah 1 Baledono Purworejo dan Taman Kanakkanak Insan Robbani Magelang b. Kurikulum PAUD Inklusi yang diimplementasikan di Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Baledono Purworejo dan Taman Kanak-kanak Insan Robbani Magelang c. Pembelajaran hasil implementasi Kurikulum PAUD inklusi yang ramah anak di Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Baledono Purworejo dan Taman Kanak-kanak Insan Robbani Magelang. Dengan demikian peneliti akan mendapatkan informasi dan data-data yang berkaitan dengan masalah penelitian terutama mengenai keberadaan dan peran Muhammadiyah dalam Kurikulum PAUD Inklusi berbasis ramah anak dan implementasinya di Taman Kanak-kanak ABA 1 Baledono Purworejo dan Taman Kanak-kanak Insan Robbani kabupaten Magelang. 3. Dokumentasi Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara melihat atau mencatat suatu laporan/ dokumen yang sudah tersedia baik itu berupa dokumen-dokumen resmi seperti monografi, catatan-catatan serta buku-buku peraturan yang ada. Metode dokumentasi ini peneliti gunakan dengan tujuan untuk melengkapi data-data yang tidak peneliti peroleh melalui metode observasi dan metode wawancara baik itu yang berupa surat-surat, gambar atau foto, maupun catatan-catatan lain yang berkaitan dengan focus penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Data-data tersebut di antaranya berupa sejarah berdirinya lembaga, visi, misi, dan tujuan lembaga, struktur organisasi, tujuan berdirinya, keadaan peserta didik, keadaan pendidik, sarana prasarana, jadwal kegiatan serta kurikulum PAUD. E. Metode Analisis Data Dalam penelitian kualitatif ini peneliti mulai melakukan analisis data yaitu pada saat pengumpulan data berlangsung hingga setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Analisis data ini peneliti lakukan melalui 3 tahap yaitu tahap reduksi data, tahap penyajian data, dan tahap penarikan kesimpulan. Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, hingga datanya 36

45 jenuh. Aktivitas dalam analisis data meliputi data reduction, data display, dan conclusion drawing/ verification. Aktivitas/ kegiatan dalam analisis data yang peneliti lakukan seperti yang telah disebutkan meliputi tiga tahap kegiatan yaitu: 1. Reduksi Data (Data reduction) Tahap pertama setelah peneliti memperoleh data-data dari tempat penelitian, peneliti melakukan kegiatan reduksi data yaitu kegiatan memilih dan meringkas data-data kemudian menggolongkan dalam satu pola yang lebih luas menyangkut Muhammadiyah dalam Kurikulum PAUD inklusi ramah anak dan implementasinya di Taman Kanak-Kanak ABA 1 Baledono Purworejo dan Taman kanak- Kanak Insan Robbani kabupaten Magelang. Data- data tersebut meliputi sejarah berdirinya lembaga, visi dan misi, struktur organisasi, tujuan berdirinya lembaga, keadaan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, keadaan anak didik, sarana prasarana, jadwal kegiatan dan kurikulum PAUD, letak geografis, keadaan dan suasana dalam proses pelaksanaan kurikulum Taman Kanak-kanak ABA 1 Baledono Purworejo dan Taman Kanak- kanak Insan Robbani Muntilan. Keberadaan dan peran Muhammadiyah tingkat cabang hingga ranting Muhammadiyah terkait perencanaan, pengorganisasian, implementasi dan evaluasi. Keberadaan dan peran Muhammadiyah terkait dengan proses belajar mengajar. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal- hal yang pokok, memfokuskan pada hal- hal yang penting, dicari tema dan polanya. 2. Penyajian Data (Data Display) Setelah peneliti selesai memproses data data yang diperoleh dari lapangan, tahap selanjutnya adalah melakukan penyajian data. Dalam penyajian data ini peneliti menyajikannya dalam bentuk teks yang bersifat naratif sehingga mudah dipahami sehingga memungkinkan peneliti untuk menarik kesimpulan. 3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/ Verifikasi) Tahap terakhir dalam analisis data ini adalah peneliti melakukan penarikan kesimpulan dengan cara mendeskripsikan kesimpulan dalam bentuk bahasa verbal yang mudah dipahami sebagai bentuk jawaban atas permasalahan yang diteliti yakni keberadaan dan peran Muhammadiyah dalam Kurikulum PAUD Inklusi berbasis ramah anak dan implementasinya di daerah bencana di Taman Kanak- Kanak ABA 1 Baledono Purworejo dan Taman Kanak- Kanak Insan Robbani kabupaten Magelang. 37

46 BAB IV MUHAMMADIYAH DALAM KURIKULUM PAUD INKLUSI BERBASIS RAMAH ANAK DAN IMPLEMENTASINYA DI TK ABA 1 BALEDONO PURWOREJO DAN TK INSAN ROBBANI MAGELANG A. Profil Taman Kanak- Kanak ABA 1 Baledono Purworejo 1. Sejarah Berdiri Pada tahun 1979, Pimpinan Ranting Muhammadiyah Baledono Purworejo telah mendirikan Sekolah Dasar Muhammadiyah Baledono. Sebagai upaya menjaring murid ke sekolah dasar Muhammadiyah Baledono, maka ibu- ibu Aisyiyah berinisiatif mendirikan Taman Kanak- Kanak Aisyiyah di Baledono. Taman Kanak- kanak Aisyiyah Baledono tepatnya berdiri pada 10 Juli 1979 dengan jumlah murid awal 13 anak yang berasal dari putra-putri pengurus ranting isyiyah Baledono. Pada waktu itu gedung Taman Kanak- Kanak Aisyiyah menempati gedung Sekolah Dasar Muhammadiyah Baledono. Pada tahun 1981 Taman Kanak- kanak Aisyiyah Baledono mendapat pinjaman tempat bekas Balai Kelurahan baledono oleh Alm. Bapak H. Zarkoni dan pada akhirnya pada tahun 1994 tempat tersebut telah resmi menjadi milik TK Aisyiyah 1 Baledono Purworejo dengan luas lahan ± 860m 2. Bangunan kelas sementara memanfaatkan bangunan yang ada di lahan terssebut. Taman Kanak- Kanak Aisyiyah 1 Baledono lebih dikenal dengan sebutan TK ABA 1 dengan Nomor Induk: dan Piagam Pendirian TK dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo Nomor: 240/W3/PDA/ D/ TK/ Pada tahun 2000 memperoleh ijin operasional sekolah dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo Nomor: 35.6/ /DS/ Setelah TK ABA 1 beroperasional selama 23 tahun, tepatnya pada tahun 2002 didirikan Taman Penitipan Anak (TPA) Aisyiyah dengan ijin operasional Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo Nomor: 848/ 3103/ 2011 tanggal 17 Juni 2011 tentang Ijin Penyelenggaraan PAUD Pendidikan Non Formal TPA Aisyiyah. Berselang satu tahun kemudian pada tahun 2003 berdiri Kelompok Bermain (KB) Aisyiyah dan mendapat ijin operasional Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan 38

47 dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo Nomor: 421./ 6230/ 2010 tanggal 5 Agustus 2010 tentang Ijin Penyelenggaraan PAUD Pendidikan Non Formal KB Aisyiyah. Alhamdulillah pada tanggal 11 Desember 2011 telah diresmikan oleh bupati Purworejo Drs. H. Mahsun Zain, M.Ag menjadi PAUD terpadu Aisyiyah 1 Purworejo dan memiliki ijin operasional Nomor: 421.1/ 3253/ 2012 yang merupakan penggabungan dari bentuk layanan PAUD Terpadu yakni Taman Kanak- kanak Aisyiyah 1 Purworejo, Taman Penitipan Anak Aisyiyah Baledono dan Kelompo Bermain Aisyiyah Baledono. TK ABA 1 Baledono berkembang dinamis sesuai tuntutan lingkungan sekitar. Dalam hal ini tetap meninjolkan jiwa sosial dan merengkuh kalangan menengah ke bawah. 2. Visi dan Misi Untuk mencapai tujuan pendidikan yang dilaksanakan di TK ABA 1 Baledono, maka diperlukan visi dan misi lembaga. Visi dan misi TK ABA 1 Baledono sebagai berikut: a. Visi TK ABA 1 Baledono yaitu: Terwujudnya anak didik yang beriman, taqwa, cerdas, sehat, ceria, terampil, kreatif dan berakhlak mulia untuk siap memasuki pendidikan dasar. b. Misi 1) Mewujudkan anak didik yang beriman, taqwa, cerdas, sehat, ceria, terampil, kreatif, betanggung jawab, disiplin, berwawasan kebangsaan serta membimbing penghayatan terhadap ajaran agama sehingga menjadianak yang berakhlak mulia dan menjadi sumber kearifan dalam bertindak. 2) Melaksanakan pembelajaran dan membimbing secara efektif sehingga anak didik dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki. 3) Melaksanakan proses pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan. 4) Melaksanakan pengembangan pembiasaan, pengembangan kemampuan dasar dan pengembangan diri. Visi dan misi TK Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Baledono Purworejo ini diwujudkan dengan program- program yang telah dirancang selama satu tahun oleh sekolah. Dengan terjalinnya hubungan serta komunikasi yang baik antara seluruh warga sekolah, visi dan misi dapat tercapai sesuai dengan yang sudah diharapkan. 39

48 3. Struktur Organisasi Struktur organisasi merupakan faktor terpenting dalam perjalanan roda manajemen pendidikan. Di dalamnya terdapat sebuah kerangka yang menunjuk pada segenap tugas dan tanggung jawab seseorang untuk saling bekerja sama dalam mencapai tujuan organisasi. Struktur organisasi TK ABA 1 Baledono ini divisualisasikan ke dalam bentuk bagan organisasi yang menggambarkan hubungan antar bagian. Tanggung jawab dan wewenang utama terletak pada seluruh komponen warga sekolah. Berdasarkan dokumentasi yang ada di Taman Kanak- Kanak ABA 1 Baledono diperoleh data tentang struktur organisasi yang merupakan sistem kepengurusan yang dibentuk dalam rangka melaksanakan program- program TK ABA 1 agar berjalan dengan baik. Sistem kepengurusan TK ABA 1 sebagai berikut: Kepala sekolah : Djumiharti, S.Pd Sekretaris : Muji Lestari, A.Md Bendahara : Khoirul Maslakhah, S.Pd Waka Humas : Nursih Waka Kesiswaan : Tri W., S.Pd.AUD Waka Kurikulum : Sugiarti, S.Pd. AUD Sarpras : Astri S., S.Pd.I serta Kelompok Pendidik dan Tenaga Kependidikan Dengan adanya Struktur Organisasi yang tersusun rapi, maka akan mendukung segala akativitas yang ada di Taman Kanak- Kanak ABA 1 Baledono, khususnya dalam mengimplementasikan kurikulum PAUD Inklusi yang berbasis ramah anak. Struktur organisasi Taman Kanak- kanak ABA 1 Baledono selengkapnya sebagai berikut: 40

49 Kepala Sekolah Djumiharti, S.Pd Sekretaris Muji Lestari A. Md. Bendahara Khoirul Maslakhah S. Pd. Waka Humas Waka Kesiswaan WakaKurikulum Sarpras Nursih Tri W., S. Pd. AUD Sugiarti, S. Pd. AUD Astri S., S. Pd. I Gambar 2 Struktur Organisasi TK ABA 1 Baledono 4. Keadaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidik adalah sesosok orang yang menjadi teladan bagi para siswanya. Melalui pendidik pula siswa dapat belajar banyak tentang berbagai macam ilmu pengetahuan. Dikarenakan pendidik mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam proses belajar mengajarnya di lembaga pendidikan, maka seorang pendidik harus mampu membawa para anak didik menuju tujuan kegiatan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh lembaga pendidikan. Berikut ini data pendidik dan tenaga kependidikan Taman Kanak- Kanak ABA 1 Baledono Purworejo. Tabel 1 Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan TK ABA 1 Purworejo No Nama Jabatan Pendidikan Terakhir Djumiharti, S.Pd Tri W., S.Pd.AUD Astri S., S.Pd.I Resti I.,S.Pd Sugiarti, S.Pd.AUD Dwi Febriani, S.Pd Nursih Muji Lestari, A.Md Khoirul Maslakhah, S.Pd Puji Lestari, S.Pd Parwito Wakidjo Kepala Sekolah Guru Kelas Guru Kelas Guru Kelas Guru Kelas Guru Kelas Guru Kelas Guru Kelas Guru Kelas Guru Kelas Penjaga Sekolah Tenaga Kebersihan Strata 1 Strata 1 Strata 1 Strata 1 Strata 1 Strata 1 Diploma Diploma Strata 1 Strata 1 SMA SMP 41

50 Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa jumlah pendidik di Taman Kanak- Kanak ABA 1 adalah 12 orang dengan latar belakang pendidikan terakhir meliputi S1 sebanyak 8 orang, Diploma 2 orang, pendidikan SMA/ sederajat 1 orang dan SMP/ sederajat sebanyak 1 orang. Dari tenaga pendidik yang ada terdapat 1 orang sedang melanjutkan studi pada jenjang strata 2 di Universitas Muhammadiyah Magelang yaitu Khoirul Maslakhah, S.Pd. 5. Keadaan Peserta Didik Peserta didik di Taman Kanak- kanak ABA 1 Baledono berjumlah 116 orang yang dibagi ke dalam 3 layanan kelompok usia yaitu layanan kelompok usia 4,1-5 tahun, 5,1 6 tahun dan usia 6,1-7 tahun. Berikut rincian pengelompokkan anak didik di Taman Kanak- kanak ABA 1 Baledono berdasar layanan kelompok usia Tabel 2 Keadaan Peserta Didik Taman Kanak- kanak ABA 1 Baledono No Kelas Kelompok Usia Jumlah 1 A 4,1-5 tahun 49 2 B 5,1 6 tahun 47 3 B 6,1 7 tahun 20 J u m l a h 116 Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa jumlah peserta didik Taman Kanak- kanak ABA 1 Baledono Purworejo sebanyak 116 anak yang terdiri dari layanan kelompok usia 4,1-5 tahun berjumlah 49 anak, kelompok usia 5,1-6 tahun sebnayak 47 anak, dan 20 anak ada pada layanan kelompok usia 6,1-7 tahun. 6. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana di Taman Kanak- Kanak ABA 1 Baledono Purworejo sudah cukup baik namun perlu peningkatan lagi agar dapat menunjang keberhasilan implementasi kurikulum PAUD inklusi yang ramah anak. Sarana pembelajaran yang berada di dalam ruangan meliputi: meja sejumlah 143 meja untuk anak dan 10 buah meja guru, kursi, rak mainan, lemari, rak tas, rak sepatu, rak buku, papan tulis, karpet, kipas angin sebanyak 8 buah, tape recorder, jam dinding yang berada di setiap ruangan, APE dalam, APE luar, alat tulis sebanyak anak, media dan alat peraga serta wastafel semua dalam keadaan baik. 42

51 Kepemilikan mebelair inklusi di Taman Kanak-kanak ABA 1 Baledono masih sangat terbatas baik jenis maupun jumlahnya. 1. Anak Berkebutuhan Khusus di Taman Kanak- kanak ABA 1 Baledono Purworejo Pendidikan inklusi yang diterapkan ditaman Kanak-Kanak Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Baledono Purworejo melayani segala kebutuhan peserta didik tanpa memandang perbedaan agama, budaya, sosial ekonomi dari ABK. Semua peserta didik memperoleh pendidikan yang sama sesuai dengan kebutuhannya. Di TK ABA 1 Baledono penerapan pendidikan inklusi dapat dilihat dari berbagai aspek keberagaman budaya peserta didik, sosial ekonomi dan anak berkebutuhan khusus (ABK) (HW-1) Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas diperoleh informasi bahwa penerapan pendidikan inklusi di TK ABA 1 Baledono dapat dilihat dari ABK yang menjadi peserta didik. Sekalipun TK ABA 1 Baledono belum memiliki terapis khusus, sementara terdapat Guru pendamping yang menemani setiap kegiatan ABK saat berada di sekolah. Guru pendamping ini membantu para ABK untuk dapat bersosialisasi di sekolah seta membantu ABK dalam mengikuti setiap kegiatan. Masing-masing Guru pendamping dapat mendampingi 2-3 ABK. Hasl dokumentasi saat pembelajaran sedang berlangsung, diperoleh data bahwa penerapan pendidikan inklusi di TK ABA 1 Baledono juga dapat dilihat dari terdapatnya Guru pendamping beserta ABK yang berada di dalam kelas secara bersama- sama. Berbagai latar belakang peserta didik tidak menjadi suatu hambatan untuk anak mendapatkan pelayanan pendidikan. Peserta didik tidak dibeda- bedakan, semua bermain dan belajar di sekolah secara bersama-sama. Penerapan pendidikan inklusi pada pembelajaran TK ABA 1 Baledono sebagai berikut: a. Komponen Pendidikan Inklusi Komponen pendidikan inklusi yang diterapkan di TK ABA 1 Baledono Purworejo dirancang berdasarkan kebutuhan masing- masing individu peserta didik. Peserta didik berhak mendapatkan segala pendidikan yang layak bagi mereka. Peserta didik juga diberi fasilitas yang dapat menunjang segala aspek perkembangannya. Semua anak berhak untuk mendapatkan layanan pendidikan, sekalipun TK ABA 1 Baledono ini memiliki peserta didik yang beraneka ragam. Para Anak Berkebutuhan Khusus mendapatkan 43

52 pelayanan yang sama seperti peserta didik yang lain. Tidak ada kelas khusus yang membedakan antara ABK dengan peserta didik lainnya. Peserta didik bermain dan belajar bersama, serta saling menghargai satu sama lain dan peka terhadap lingkungannya. Untuk ABK tidak ada kelas khusus, semua anak bermain dan belajar bersama. Anak ditanamkan sejak dini untuk mau menghargai sesame temannya dan lingkungan di sekitar mereka. (HW-2). Tidak ada ruangan khusus untuk ABK. Seluruh anak bermain dan belajar bersama di kelas. (HW-3) Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah diperoleh data bahwa di TK ABA 1 Baledono untuk ABK tidak ditempatkan di kelas khusus. Seluruh peserta didik bermain dan belajar di kelas yang sama sesuai jenjang usianya. Pendidikan inklusi yang diterapkan di TK ABA 1 Baledono mengajarkan kepada peserta didik untuk mengenal berbagai keanekaragaman di sekeliling mereka. Berikut konsep pendidikan inklusi dapat dilihat di TK ABA 1 Baledono sebagai berikut: 1) Latar belakang penerapan pendidikan inklusi TK ABA 1 Baledono memberanikan diri menerima anak berkebutuhan khusus yang beragam. Lembaga PAUD ini mengedepankan pendidikan yang berpihak pada minat peserta didik. Peserta didik difasilitasi sesuai dengan kebutuhan mereka. Karena inklusi menghargai segala perbedaan. Negara ini membutuhkan orang- Orang yang dapat menghargai satu sama lain, yang tahu tentang keanekaragaman. Membelajarkan anak sejak dini akan menanamkan sikap saling menghargai dan peka terhadap sekelilingnya (membantu teman yang membutuhkan bantuan) (HW-4) Hasil wawancara yang telah dilakukan, diperoleh informasi bahwa yang melatarbelakangi TK ABA 1Baledono untuk menerapkan pendidikan inklusi yaitu karena inklusi menghargai segala perbedaan. Membelajarkan peserta didik sejak dini sangat bermanfaat dalam kehidupan di masa mendatang. Keberagaman menjadi salah satu yang mendasari filosofi TK ABA 1 Baledono, sehingga peserta didik memiliki kesempatan belajar yang sama. Menurut pihak sekolah, inklusi menghargai segala perbedaan. 2) Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) 44

53 Penerimaan murid baru di TK ABA 1 Baledono melalui beberapa tahap. Tahapan ini telah dirancang sesuai dengan kebutuhan antara calon peserta didik dengan pihak sekolah. Sekolah akan menentukan apakah peserta didik tersebut memang ingin bersekolah di TK ABA 1 Baledono atau karena paksaan dari orang tua. Peserta didik yang bersekolah di TK ABA 1 Baledono ini menjalani aktivitas di sekolah dengan ceria dan senang hati. Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) di TK ABA 1 Baledono berdasarkan usia anak dan tidak ada tes masuk. Sistemnya yaitu: a) Calon peserta didik mendapatkan dua kali pertemuan untuk observasi. Observasi ini lebih kepada minat anak dan mengetahui bagaimana karakteristik anak. Hal ini dilakukan agar apa yang diberikan oleh guru sesuai dengan kebutuhan. Untuk ABK ditambah dengan mengkonsultasikan permasalahan anak kepada psikolog yang disampaikan oleh guru bersama kepala sekolah. ABK tersebut memerlukan Guru pendamping yang seperti apakah yang cocok dan akan mendampingi ABK tersebut. b) Pembelian formulir c) Pengisian data kondisi fisik anak (HW-5) Hasil wawancara dengan kepala sekolah diperoleh informasi bahwa terdapat 3 tahap sistem penerimaan murid baru di TK ABA 1 Baledono. Tahap yang pertama yaitu observasi oleh calon peserta didik sebanyak dua kali. Pada tahap ini peserta didik diperbolehkan masuk ke dalam kelas sesuai dengan jenjang usianya. Peserta didik akan beradaptasi dan dapat memutuskan sendiri apakah anak nyaman berada di sekolah tersebut. Tahap yang kedua yaitu pembelian formulir. Pembelian formulir dilakukan setelah peserta didik benar-benar memutuskan untuk bersekolah di TK ABA 1 Baledono dan pihak sekolah juga mampu memfasilitasi peserta didik tersebut. Tahap yang terakhir yaitu pengisian data kondisi fisik peserta didik. Data peserta didik dikumpulkan dan dilengkapi berdasarkan kebutuhan yang diperlukan oleh pihak sekolah. 3) Kurikulum, metode, dan seting kelas Berdasarkan Kurikulum 2010 yang mengacu pada Peraturan Pemerintah Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 137, kurikulum dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan anak. Untuk penyesuaian dengan Kurikulum 2013, kurikulum tersebut merupakan tematik sehingga dalam pendidikan TK sudah berjalan lama dan tidak berpengaruh banyak. Penyesuaiannya lebih kepada pendidikan karakter anak. (HW-6) 45

54 Hasil wawancara yang diperoleh di TK ABA 1 Baledono kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum 2010 yang mengacu pada Permendiknas Nomor 58. Kurikulum dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan anak. Melalui kurikulum tersebut, dikembangkan pembelajaran yang berpihak pada peserta didik. Pembelajaran diciptakan sesuai kebutuhan peserta didik. Program pembelajaran dikembangkan melalui bentuk aktivitas yang bervariasi sehingga peserta didik dapat tumbuh dan berkembang lebih sehat, kreatif, ceria, dan cerdas. Metode yang digunakan yaitu metode area. Dalam penerapannya menyesuaikan SDM dengan menciptakan pembelajaran yang kreatif sekaligus menyenangkan agar anak tidak merasa bosan. Terdapat delapan area pembelajaran, meliputi: matematika, bahasa, seni, science, manipulative, konstruksi, musik, dan agama (HW-7) Kelas TK A diseting sesuai dengan metode yang diterapkan oleh sekolah, yaitu menggunakan metode area yang dirancang sesuai minat anak. Tidak ada ruangan khusus untuk ABK (HW-8) Tiap hari dibuka area yang berbeda- beda untuk anak. Dalam penerapannya menyesuaikan dengan minat anak dan RKH yang sudah dibuat oleh guru (HW-9) Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru kelas diperoleh informasi bahwa metode yang digunakan di TK ABA 1 Baledono adalah metode area. Seting kelas A dirancang sesuai minat peserta didik dan setiap hari dibuka area yang berbeda- beda menyesuaikan minat peserta didik serta RKH yang dibuat oleh guru. Metode pembelajaran yang digunakan di sekolah yaitu metode area. Setiap hari guru merancang area yang dikunjungi oleh peserta didik. 4) Peran kepala sekolah, guru, dan orang tua Peran serta pihak sekolah menjadi hal yang amat penting. Kepala sekolah serta guru diharapkan mampu mendidik peserta didik sesuai dengan visi misi sekolah. Peran yang diberikan oleh guru dan kepala sekolah yaitu dengan cara menyusun kegiatan selama satu tahun. Program- program tersebut diharapkan mampu mendidik anak menjadi pribadi yang lebih baik, mandiri, dan mampu menerima keadaan di sekelilingnya dengan menghargai segala keanekaragaman. 46

55 Dengan menyusun program kegiatan selama satu tahun. Diharapkan program ini mampu memfasilitasi peserta didik dalam proses pembelajaran dan tentunya berperan dalam pendidikan inklusi di TK ABA 1 Baledono (HW-10) Program yang rutin yaitu setiap satu kali dalam sebulan rapat komite dengan kepala sekolah. Dalam rapat ini terdpat pesan- pesan dan saran (HW-11) Program parenting setiap dua bulan sekali. Memantau perkembangan anak dengan orang tua dan saling sharing (HW-12) Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa peran kepala sekolah dan guru yang diberikan yaitu menyusun program kegiatan sekolah selama satu tahun. Program yang rutin dilakukan yaitu rapat komite dengan sekolah dan program parenting. Melalui kegiatan rapat diharapkan dapat menjalin komunikasi yang baik antara pihak sekolah dengan komite sekolah. Dalam rapat ini dapat pula dipantau perkembangan anak di sekolah dan di rumah serta saling tukar pendapat dan saran. Program parenting sangat membantu orang tua dalam memahami anaknya. Selain dari pihak sekolah, komite sekolah dan orang tua berperan serta dalam membantu terselenggaranya pendidikan yang tepat bagi anak mereka. Orang tua dan komite sekolah aktif bekerj sama dalam terselenggaranya kegiatan di sekolah. Membuat program workshop dua kali dalam satu tahun (HW-13) Mendukung program sekolah yaitu outing class. Dalam program ini terdapat tiga orang perwakilan dari komite untuk ikut dalam pendampingan program. Karena dalam program ini orang tua anak tidak ikut mendampingi (HW-14). Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa peran orang tua dan komite yaitu bekerja sama dalam terselenggaranya kegiatan di sekolah (workshop) dan mendukung program outing class. Kedua program ini perlu mendapatkan dukungan dari orang tua dan komite sekolah. Kegiatan workshop diselenggarakan sebanyak dua kali dalam setahun. Diskusi yang dilakukan dalam workshop mengenai dunia peserta didik. Selain itu, komite sekolah diharapkan mampu menjembatani antara pihak sekolah dengan orang tua anak. Selain workshop, ada pula program lainnya yaitu outing class yang mengajarkan kepada pesserta didik untuk mengenal lingkungan luar tanpa pendampingan dari orang tua. 5) Faktor Pendukung, penghambat, dan cara mengatasi 47

56 Dalam penerapan pendidikan inklusi di TK ABA 1 Baledono ini terdapat faktor pendukung dan penghambat serta cara mengatasi hambatan tersebut, yaitu: a) Faktor pendukung penerapan pendidikan inklusi SDM. Setiap tahun diadakan staf gathering. Memiliki satu visi yang sama, yaitu setiap anak berhak mendapatkan pendidikan. Semua bekerja dengan hati (dalam kondisi apapun mau menerima) (HW-15) Orang tua. Sesama orang tua saling menghargai baik orang tua yang memiliki ABK maupun non-abk, saling care dan tidak complain satu sama lain (HW-16) Hasil wawancara dengan kepala sekolah diperoleh informasi bahwa terdapat dua faktor pendukung dalam penerapan pendidikan inklusi di TK ABA 1 Baledono Purworejo yaitu Sumber Daya Manusia dan Orang Tua. Sumber Daya Manusia di sekolah meliputi: kepala sekolah, guru, dan karyawan. Seluruh Sumber Daya manusia mampu bekerja sama dan memiliki satu visi dan misi yang akan diwujudkan. Seluruh SDM menyukai dunia anak dan bekerja dengan hati, mampu menerima semua anak didik dengan kondisi apapun. Faktor kedua yaitu: orang tua. Para orang tua dari peserta didik mampu menghargai segala kondisi seluruh peserta didik yang berada di sekolah. Orang tua saling care satu sama lain, tidak membedakan ABK dengan peserta didik lainnya. Orang tua juga mendukung semua program yang telah dirancang oleh sekolah. Hal ini sangat membantu dalam pelaksanaan pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. b) Faktor penghambat penerapan pendidikan inklusi Alat main yang memiliki anak tangga. Hal ini terbatas bagi ABK dengan kondisi fisik yang tidak dapat menggunakannya secara maksimal. Guru Pendamping yang berkompeten. Mencari Guru Pendamping yang cocok dengan Anak berkebutuhan Khusus mengalami banyak kesulitan. Untuk gaji Guru Pendamping berasal dari orang tua ABK padahal ada ABK yang berasal dari keluarga ekonomi rendah (HW-17). Meningkatkan kompetensi Guru kelas untuk penanganan ABK. Kurangnya pengetahuan guru kelas tentang ABK menjelaskan kesulitan tersendiri dalam memberikan pembelajaran (terutama ketika Guru pendamping tidak masuk/ sedang cuti (HW-18). Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, diperoleh informasi bahwa terdapat 3 faktor yang menghambat penerapan pendidikan inklusi di TK ABA 1 Baledono Purworejo, yaitu gedung sekolah/ sarana prasarana, Guru pendamping dan guru kelas dalam penanganan ABK. TK ABA 1 Baledono memiliki sejumlah alat main 48

57 outdoor yang beranak tangga seperti bola dunia, tali panjatan, dll. Hal ini membuat salah satu pnghambat ketika ada anak ABK yang tidak mampu menaiki anak tangga demi anak tangga ketika bermain. Guru pendamping khusus yang berkompeten sangat sulit dicari. Hal ini mengakibatkan pihak sekolah juga kesulitan dalam mencari Guru pendamping yang cocok dengan ABK. Diperlukan adaptasi yang lama ketika seorang ABK mampu menerima Guru pendamping. Selain itu karena Guru pendamping digaji dari orang tua ABK yang sangat mungkin berasal dari orang tua ABK dengan status sosial ekonomi rendah. Faktor terakhir yaitu penanganan ABK oleh guru kelas. Kurangnya pengetahuan guru kelas dalam mendidik ABK dapat menjadi penghambat dalam pembelajaran peserta didik. Ketika guru kelas tidak hadir ke sekolah karena sakit atau cuti, maka guru lainnya akan mengalami kesulitan. ABK yang terbiasa dengan guru kelasnya akan kesulitan beradaptasi dengan guru lainnya. c) Cara mengatasi hambatan dalam penerapan pendidikan inklusi di TK ABA 1 Baledono Untuk mengatasi beberapa hambatan dalam penerapan pendidikan inklusi di TK ABA 1 Baledono ada beberapa cara yang dapat dilakukan. Cara-cara ini diharapkan mampu menyelesaikan hambatan dan memberikan solusi yang tepat dalam penerapan pendidikan inklusi di TK ABA 1 Baledono. Alat main di luar kelas. Karena anak perlu diberi stimulant untuk belajar memanjat sebagai salah satu stimulant pada motorik kasar/ fisik motorik, maka guru harus menemani dan membantu ABK bila ABK mengalami kesulitan ketika bermain. Memilih Guru pendamping yang memiliki kesabaran dan mau banyak belajar tentang perkembangan dan individu berkelainan (HW-18) Guru kelas pengganti sangat mungkin mau banyak bertanya dan belajar kepada guru kelas yang menangani ABK. Ikut aktif dalam seminar atau workshop tentang ABK. Memperkaya pengetahuan dengan banyak membaca buku dan sejenisnya, serta mau banyak belajar melalui teknologi mutakhir tentang ABK (HW-19). ABK yang diterima oleh sekolah yakni ABK yang dimungkinkan mampu secara mandiri menjangkau ruang dan alat main yang berada di TK ABA 1 Baledono. Guru kelas dan guru pendamping diharapkan lebih kreatif dalam memperkaya pengetahuan dengan membaca buku 49

58 maupun mencari informasi mutakhir dari banyak sumber tentang perkembangan dan dunia anak. 6) Pelaksanaan Pembelajaran Pembelajaran di TK ABA 1 Baledono meliputi 5 kegiatan yaitu kegiatan awal (opening), kegiatan initi I, istirahat, kegiatan inti II, dan kegiatan akhir. Kegiatan- kegiatan tersebut menjadi satu rangkaian pembelajaran yang telah disusun sesuai dengan program sekolah. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RKH yang telah dibuat terlebih dahulu. a. Opening (Kegiatan Awal) Kegiatan awal yang dilakukan bersama peserta didik dibuat menyenangkan dengan banyak aktivitas fisik. Kegiatan awal tesebut dimulai saat peserta didik dating. Peserta didik berkumpul bersama di halaman depan sekolah. Peserta didik berbaris sesuai kelasnya masing-masing. Guru mendampingi peserta didik tersebut. Peserta didik diajak bernyanyi sesuai dengan tema pembelajaran. Setelah menyanyikan lagu, peserta didik kelas A dan B menuju kelas masing-masing. Sampai di kelas peserta didik melepas sepatu dan kaos kaki serta meletakkannya dalam rak sepatu. Untuk tas milik peserta didik diletakkan di loker masing-masing peserta didik. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk minum terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar peserta didik merasa segar kembali di awal pembelajaran. Guru juga mempersilakan peserta didik bagi yang ingin ke toilet agar saat pembelajaran peserta didik dapat mengikuti dengan penuh konsentrasi tanpa harus ke luar kelas. Setelah peserta didik siap, guru mengajak peserta didik untuk bermain bersama- sama, peserta didik dan guru saling bergandengan tangan. Peserta didik berhak menentukan permainan apa yang ingin dilakukan oleh peserta didik. Untuk permainan yang dilakukan peserta didik setiap hari selalu bervariasi dan disesuaikan dengan tema, selanjutnya dilanjutkan berdoa. Saat berdoa peserta didik dudk melingkar di atas karpet. Setiap hari dijadwalkan 3 peserta didik untuk piket. Anak-anak tersebut bertugas untuk memimpin doa sebelum belajar, doa sebelum makan, dan doa sebelum pulang, peserta didik berdoa bersama- sama. Peserta didik berkumpul di halaman sekolah pukul WIB untuk berbaris kemudian berhitung sesuai kelompoknya. Guru mengajak peserta didik untuk menyanyi. Peserta didik meletakkan tas di dalam loker milik mereka masing- 50

59 masing. Mereka melepas sepatu dan kaos kaki masing-masing kemudian meletakkannya di atas rak (HW-20) Guru menawarkan kepada peserta didik untuk minum terlebih dahulu dan mempersilakan pada peserta didik yang ingin ke kamar mandi. Guru menggandeng tangan peserta didik mengajak untuk membuat lingkaran sambil bernyanyi besama- sama. Peserta didik diberikan tawaran untuk bernyanyi sambil bermain. Setiap hari dijadwalkan 3 peserta didik untuk piket, 3 peserta didik tersebut diberikan pilihan untuk bertugas mempimpin doa ketika akan belajar atau akan makan snack maupun akan pulang (HW-21) Sebagian dokumen kegiatan yang dilakukan tampak di bawah ini: Gambar 3 APE outdoor dan kegiatan awal Setiap hari Sabtu peserta didik melakukan kegiatan senam di halaman depan sekolah atau pergi berjalan-jalan di lingkungan sekolah. Peserta didik berkumpul dan senam bersama. Senam yang pertama guru memberikan contoh di depan peserta didik sambil senam bersama. Senam kedua peserta didik diberi kesempatan untuk berada di depan memberi contoh pada temanteman-temannya. Senam dilakukan sebanyak dua kali dengan gerakan dan lagu yang berbeda. 51

60 Peserta didik sangat aktif menirukan gerakan senam, peserta didik melakukannya dengan senang hati. Untuk peserta didik ABK mengikuti semampu mereka dan didampingi oleh guru. b. Kegiatan Inti I Pada pukul memasuki kegitan inti I. Di kegiatan ini guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan oleh peserta didik. Guru sering mengajak berdiskusi peserta didik tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan hari ini. Berkomunikasi dengan peserta didik akan melatih asa kepercayaan diri para peserta didik. Peserta didik akan mengungkapkan pendapat mereka dan menjawab rasa ingin tahu peserta didik. Pada saat akan melakukan kegiatan, guru bersama-sama peserta didik menyanyikan lagu sesuai kegiatan yang akan dilakukan setiap hari. Apabila lagu yang dinyanyikan belum pernah didengar oleh peserta didik, guru akan menjelaskan arti per kata dari lirik lagu tersebut. Hal ini membantu peserta didik dalam memahami lagu yang mereka nyanyikan. Peserta didik akan memulai mengerjakan kegiatan yang diberikan oleh guru saat memasuki kegiatan inti II. Guru bertanya kepada peserta didik, siapa yang tahu tema minggu ini, kita akan belajar apa ya? Kemudian guru menjelaskan bahwa minggu ini kita akan belajar kehidupan di desa dan kota (CL.1) Guru mengajak peserta didik menyanyikan lagu yang bertema pedesaan. Peserta didik menyanyikan lagu memandang alam Guru menjelaskan pula arti per kata dari lirik lagu tersebut. Peserta didik bersama- sama menyanyikan lagu itu. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan hari ini. Kegiatan pertama yaitu finger painting menggunakan jari telunjuk Kegiatan keduayaitu mengurutkan tinggi gedung dari yang paling tinggi sampai ke yang paling rendah Kegiatan ketiga yaitu mengerjakan Lembar Kerja Anak. Peserta didik menghubungkan gambar yang berekspresi dengan kata yang sesuai (senang, sedih, dan menangis) (CL.2) Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan pada hari itu dengan memberikan contoh terlebih dahulu. Guru menunjukkan gambar desa dan kota melalui laptop. Pada gambar desa terdapat gambar sungai, gunung, sawah, petani yang menggiring bebek, petani menanam padi, gubuk/ dangau, kebun the, petani membajak sawah dengan kerbau dan pak tani yang sedang menuntun sepeda. Sedangkan pada gambar kota terdapat gambar gedung, hotel, kantor, jalantol, dan mobil (CL.3) c. Breaktime (istirahat) Waktu istirahat dilakukan setelah keggiatan inti I berakhir. Sebelum makan, peserta didik berdoa terlebih dahulu. Peserta didik duduk berkumpul di karpet membentuk lingkaran 52

61 kemudian berdoa dipimpin oleh seorang peserta didik yang bertugas piket pada hari itu. Setelah selesai berdoa, peserta didik mengenakan sepatu kemudian menuju dapur untuk mencuci tangan. Peserta didik sudah terbiasa untuk mengantri saat mereka mencuci tangan, lalu menuju ke ruang makan dan duduk di kursi sambil menghadap ke meja. Pukul WIB peserta didik melakukan kegiatan makan bersama. Seorang anak yang piket hari itu memimpin doa sebelum makan. Setelah berdoa anak- anak menuju ke ruang makan untuk mencuci tangan di dapur dan makan (menu: kolak) (CL.4) Peserta didik berdoa sebelum makan kemudian menuju ruang makan untuk mencuci tangan dan makan snack (menu: onde-onde) (CL.5) Berdasarkan hasil observasi berupa catatan lapangan diperoleh data bahwa pelaksanaan istirahat (breaktime) dilakukan setelah kegiatan inti I berakhir. Berdoa sebelum makan dipimpin oleh peserta didik yang bertugas piket pada hari itu. Dari hasil dokumentasi yang telah dilakukan diperoleh data bahwa setiap hari Jum at pekan ke-2 dan ke-4 diadakan makan besar. Menu yang disajikan disesuaikan dengan gizi yang diperlukan oleh peserta didik yaitu menu 4 sehat 5 sempurna, terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. d. Kegiatan Inti II Setelah selesai makan, peserta didik kembali ke dalam kelas. Guru menawarkan kepada peserta didik untuk bermain terlebih dahuu atau langsung mengerjakan kegiatan. Ketika memilih untuk mengerjakan kegiatan, peserta didik akan mengerjakan kegiatan yang mereka sukai. Kegiatan yang dilakukan peserta didik sesuai dengan yang diberikan oleh guru pada kegiatan inti II. Hasil observasi berupa catatan lapangan menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan inti II dilakukan setelah peserta didik selesai makan di ruang makan dan kembali ke dalam kelas. Berikut contoh kegiatan inti II yang dilakukan oleh peserta didik: 53

62 Gambar 4 Kegiatan Inti II Dari hasil dokumentasi, diperoleh informasi bahwa Guru Pendamping selalu mendampingi Anak Berkebutuhan Khusus saat berada di sekolah. Guru Pendamping memberi perhatian yang lebih kepada ABK, dengan selalu mendampingi di setiap kegiatan. Guru Pendamping membantu mengarahkan apabila ABK tidak focus dan memberikan program individual yang tepat untuk ABK. Berdasar hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap Guru Pendamping diperoleh data bahwa dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh ABK sudah disesuaikan dengan rancangan program individual ABK. 54

63 e. Kegiatan Akhir Kegiatan akhir dilakukan menjelang waktu pulang. Guru tidak lupa mengingatkan untuk merapikan perlengkapan yang telah dipakai. Peserta didik sudah terbiasa merapikan alat- alat main yang sduah dipakainya. ABK bila memungkinkan merapikan alat main dibantu dan diampingi Guru Pendamping. Setelah semua alat main dan kelengkapannya telah rapi, anak- anak bersiap-siap pulang. Guru merieview kegiatan hari itu dengan metode bercakap- cakap kepada peserta didik, guru juga akan mempreview kegiatanuntuk esok hari. Hal ini bertujuan agar peserta didik merasa tertarik untuk berangkat sekolah keesokan hari. Guru juga mengingatkan tugas-tugas peserta didik yang harus dilakukan sesampainya di rumah, seperti: berganti baju, mencuci tangan, makan dan tidur siang. Kegiatan kemudian diakhiri dengan berdoa bersama dipimpin oleh seorang peserta didik yang bertugas piket pada hari tersebut. Di Taman Kanak- kanak ABA 1 Baledono Purworejo terdapat 5 orang anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus yang dimaksud yaitu: a. LEP adalah ABK dengan kelainan gangguan pendengaran dan kerusakan mata sebelah kiri, serta tidak dapat berbicara normal. b. MUF yaitu ABK yang kembar yang mengalami keterlambatan dalam tumbuh kembangnya, juga memiliki kelainan kidal. c. IR sulit melakukan pemusatan perhatian/ konsentrasi. Bila diajak berbicara, kadang tidak komunikatif d. NAR merupakan ABK yang tidak dapat berkomunikasi dengan baik/ jelas serta sulit berkonsentrasi e. BTP memiliki gangguan emosional, sering marah yang meledak-ledak dan sulit dikendalikan 2. Program Kerja Taman Kanak- kanak ABA 1 Baledono Purworejo memiliki sejumlah Program Kerja Jangka Pendek, jangka menengah, dan program kerja jangka panjang. Dalam pelaksanaan program kerja ini, TK ABA 1 selalu mendapat dukungan dari pihak Muhammadiyah, baik tingkat ranting, Muhammadiyah di tingkat cabang bahkan tingkat daerah. Program Kerja jangka pendek 1 tahun 2016/ 2017 mencakup beberapa bidang yaitu: bidang pengembangan kognitif (pengetahuan), bidang pengembangan afektif (nilai/ sikap), 55

64 pengembangan psikomotor (ketrampilan), bidang prestasi, bidang Keimanan/ keagamaan, karyawisata dan studi banding, serta bidang sarana prasarana. Untuk program jangka menengah 4 tahunan Taman Kanak- Kanak ABA 1 memiliki rencana berbagai program yaitu: bidang pengadaan barang dan sarana prasarana, bidang 7K, bidang keagamaan, dan renovasi. Adapun program jangka panjang yang dimiliki mencakup pembangunan gedung, pengadaan dan penambahan sarana pembelajaran, peningkatan mutu dan keamanan. Dalam pelaksanaan semua program ini tidak lepas dari dukungan yang diberikan pihak Muhammadiyah. Berikut Program Kerja yang dimiliki Taman Kanak- kanak ABA 1 Baledono Purworejo: Tabel 3 Program Kerja Taman Kanak- kanak ABA 1 Baledono Purworejo No Program Bidang 1 Jangka Pendek Pengembangan Kognitif (pengetahuan) Karyawisata dan studi banding Sarana prasarana dan perawatan Gedung Pengembangan afektif (nilai/ sikap) Pengembangan psikomotor (ketrampilan) Prestasi Keimanan/ Keagamaan 2 Jangka Menengah Pengadaan barang dan sarana prasarana 7 K (perindangan, tamanisasi) Keagamaan Renovasi 3 Jangka panjang Pembangunan gedung Pengadaan sarana pembelajaran Peningkatan mutu Keamanan Selain Program Jangka pendek, jangka menengah, serta program jangka panjang, di Taman Kanak- Kanak ABA 1 Baledono juga memiliki Program Plus Sabtu ceria yang 56

65 sering diisi dengan berbagai kegiatan seperti: ceramah psikologi, kegiatan ekstra kurikuler, pemeriksaan kesehatan anak, berjalan- jalan di lingkungan PAUD dan di luar lingkungan PAUD, bersenam, maupun mengikuti Festival Milad Muhammadiyah. Kegiatan Festival Milad Muhammadiyah secara rutin diikuti oleh Taman Kanak- kanak ABA 1 Baledono sebagai bukti bahwa TK ABA 1 berkomitmen dan berdedikasi tinggi terhadap persyarikatan Muhammadiyah. Tuntutan perkembangan zaman membuat Taman Kanak-kanak ABA 1 Baledono Purworejo bersinergi dengan Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Aisyiyah dan Pimpinan Cabang Muhammadiyah harus turut serta mempersiapkan putra- putri sebaikbaiknya agar kelak peserta didik mampu menyesuaikan diri, bahkan berperan aktif dalam memberikan pengaruh positif untuk kemajuan hidup, keluarga, masyarakat dan Negara. Taman Kanak- kanak ABA 1 Baledono Purworejo senantiasa berpegang pada salah satu Hadist, bahwa: Jangan tinggalkan anak keturunanmu dalam keadaan lemah, serta Bekalilah anak keturunanmu karena mereka akan hidup di zaman yang lain dengan kita. Taman Kanak- kanak ABA 1 Baledono Purworejo menyelenggarakan Program Layanan Pendukung dalam usahanya ikut serta melahirkan generasi mendatang yang meliputi: a. Program untuk Anak Didik: 1. Pemeriksaan Kesehatan Gigi 2. Panggung Gembira Sekolah 3. TPQ terpadu 4. Pemeriksaan Kesehatan Umum 5. Program Darmawisata 6. Sehari dengan Snack Bergizi 7. Pengenalan Bahasa Inggris Program TPQ Terpadu dilaksanakan setiap 1 pekan 3 x bersinergi dengan Pimpinan Ranting Muhammadiyah dan Pimpinan Ranting Aisyiyah Baledono. b. Program untuk Orang Tua: 1. Ceramah Ilmiah 2. Pengajian Ikatan Wali Murid 3. Pasar Murah Bulan Ramadhan 57

66 c. Program Bersama (penyelenggara, pendidik dan tenaga kependidikan, anak didik, orang tua/ wali), berupa: Belajar sholat bersama yang bertempat di aula TK ABA 1 Baledono. 9. Kegiatan Ekstra Kurikuler Taman Kanak- kanak ABA 1 Baledono juga memiliki serangkaian program kegiatan ekstrakurikuler yaitu: Sempoa Jari (hari Sabtu), Seni Tari, Drumband, serta Baca Tulis pada setiap semester kedua untuk layanan kelompok usia 5,5-6 tahun). 10. Waktu Efektif Pembelajaran Adapun alokasi waktu efektif pembelajaran per hari, Taman kanak- Kanak ABA 1 Baledono memiliki waktu efektif per hari selama 3 jam (180 menit), diawali dengan hafalan hadist/ bacaan sholat/ iqra setiap harinya. Alokasi waktu efektif per minggu diaksanakan selama 6 hari pembelajaran. 11. Konsep Pendidikan Inklusi Berbasis Ramah Anak di Taman Kanak- kanak ABA 1 Baledono Purworejo Konsep pendidikan inklusi berbasis ramah anak yang diterapkan di Taman Kanakkanak ABA 1 Baledono Purworejo menyatukan semua anak berkebutuhan khusus dengan anak- anak yang normal. Pendidik dan tenaga kependidikan memberikan perlakuan yang sama selama pembelajaran dan di luar kegiatan pembelajaran. Penyelenggara dan pengelola Taman Kanak- Kanak ABA 1 Baledono Purworejo memiliki keprihatinan yang sangat tinggi dan merasa peduli terhadap anak-anak yang berkebutuhan khusus. Dalam perjalanan pengelolaannya, Taman Kanak-kanak ABA 1 Baledono Purworejo belum pernah menolak hadirnya anak- anak yang memiliki berbagai gangguan menyimpang. Adapun jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus yang dilayani di Taman Kanak- Kanak ABA 1 Baledono imi terdiri dari anak dengan gangguan Tantrum, Cacat fisik, kurang pendengaran dan gangguan pertumbuhan pada mata, anak dengan rasa takut yang berlebihan, hambatan perkembangan fisik dan mental, serta gangguan komunikasi. Sekalipun para pendidik di Taman Kanak- kanak ABA 1 Baledono Purworejo ini taka da yang ahli dan khusus secara professional menangani anak-anak berkebutuhan khusus, layanan yang diberikan kepada ABK diberikan semampu dan sebia ilmu yang dimiliki oleh para pendidiknya. Taman Kanak-kanak ABA 1 Baledono Purworejo belum memiliki 58

67 tenaga khusus maupun terapis yang dapat memberikan layanan kepada anak- anak berkebutuhan khusus secara profesional. Penyelenggara dan pengelola Taman Kanak-kanak ABA 1 Baledono tetap berharap agar suatu saat TK ABA 1 Baledono memiliki tenaga-tenaga khusus yang secara optimal dapat melayani anak-anak berkebutuhan khusus seperti yang diharapkan. Peran para orang tua ada yang sangat peduli dan komunikasif dengan program pendidikan inklusi di TK ABA 1 ini, sekalipun hanya segelintir orang tua murid yang beranggapan bahwa anak- anak berkebutuhan khusus selayaknya diasuh dan dilayani di Sekolah luar Biasa (SLB). Pengurus Komite sekolah sangat kurang berpartisipasi dalam hal empati terhadap pendidikan inklusi di TK ABA 1 Baledono ini. Dengan menggunakan berbagai sumber belajar dalam penerapan pendidikan inklusi berbasis ramah anak, seperti: gambar-gambar, aneka Alat Permainan Edukatif, majalah anak, Buku cerdas, sumber belajar dari lingkungan, dsb., para pendidik memberikan layanan kepada anak- anak berkebutuhan khusus. Berbekal sebagian besar pendidik di Taman Kanak- kanak ABA 1 Baledono Purworejo ini berpendidikan terakhir Strata 1 (S1), mereka memberikan kegiatan belajar sambil bermain dengan menggunakan metode bercakap- cakap, pemberian tugas, demonstrasi, serta pendampingan, dan bercerita. 12. Administrasi Pendidikan Inklusi Berbasis Ramah Anak dan Implementasinya Administrasi dalam pendidikan yang tertib dan teratur, sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan pendidikan bagi Kepala Sekolah dan Guru. Peningkatan kemampuan tersebut akan berakibat positif yaitu makin meningkatnya efisiensi, mutu dan perluasan pada kinerja di dunia pendidikan tersebut. Untuk memperlancar kegiatan di atas agar lebih efektif dan efisien perlu informasi yang memadai. Kondisi administrasi pendidikan inklusi berbasis ramah anak di Taman Kanakkanak ABA 1 Baledono Purworejo sebagai berikut: a. Pencatatan/ Dokumen Administrasi keberadaannya cukup tersedia secara lengkap. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat serta dari pengurus yayasan, bahwa pendokumentasian administrasi di TK ABA 1 telah dilakukan dengan cukup baik. Sebagian kecil pendokumenan administrasi belum baku formatnya karena keterbatasan Sumber Daya Manusia bahwa tenaga administrasi 59

68 dirangkap oleh tenaga pendidik. Dengan kata lain TK ABA 1 Baledono belum memiliki tenaga administrasi mandiri. b. Kurikulum Kurikulum operasional yang diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran di Taman Kanak- kanak ABA 1 Baledono yaitu Kurikulum Tiga Belas. c. Rencana Kegiatan Harian Dokumen administrasi berupa Rencana Kegiatan Harian dilakukan pada semua layanan kelompok usia dan semua kelas. Rencana Kegiatan Harian ini disusun oleh semua pendidik/ penanggung jawab kelas sebelum pembelajaran dilakukan, sekalipun para pendidik sering mendapatkan tugas mendadak dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo maupun dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) tingkat kecamatan d. Dokumentasi Penilaian Penilaian pendidikan guna mengukur kemampuan dan tumbuh kembang anak didik secara harian dilakukan di Taman Kanak-Kanak ABA 1 Baledono Purworejo. Berbagai teknik penilaian dipergunakan, seperti: observasi, hasil karya, maupun unjuk kerja. Karena keterbatasan pemahaman para pendidik dalam melakukan pencatatan penilaian, maka pendidik di Taman Kanak- kanak ABA 1 Purworejo masih memerlukan bimbingan dan arahan dari pihak-pihak yang berkompeten di bidang pencatatan penilaian. e. Sarana dan Prasarana Taman Kanak- kanak ABA 1 Baledono Purworejo ini telah memiliki sarana dan prasarana berupa sarana pembelajaran dan sarana pendidikan yang cukup memadai. Berbagai sarana bermain luar, seperti: ayunan, jungkat-jungkit, mangkok putar, dan sejenisnya tersedia di TK ABA 1 ini. Berbagai balok dengan berbagai macam ukuran, fungsi, dan jumlah, aneka puzzle, alat bermain keaksaraan, alat bermain seni, bermain peran, balok berbagai ukuran, alat penimbang berat dan dan tinggi badan, hingga perlengkapan cuci tangan juga dimiliki olah TK ABA 1 Baledono. 13. Jalannya Kegiatan/ Proses Pembelajaran Dalam kegiatan proses pembelajaran sehai- hari diklasifikasikan pada Kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada kegiatan awal diawali dengan berdoa dan 60

69 salam, hafalan hadist, surat pendek, doa sehari-hari, membaca Asmaul husna dan lagu anak-anak sehari- hari. Pada setiap kegiatan ini harus ada 3 area yang berbeda, setiap anak harus menyelesaikan 3 kegiatan sekaligus. Pada waktu istirahat dan snack time diawali dengan mencuci tangan, makan bekal bersama, kemudian bermain di dalam maupun di luar ruangan. Berdoa setelah makan, bercakap- cakap, recalling kegiatan, berdoa, dan pulang merupakan rangkaian kegiatan akhir. 14. Keberadaan Muhammadiyah Dalam kegiatan pembelajaran sehari- hari serta pelaksanaan manajemen sekolah, Muhammadiyah melalui Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah senantiasa bersinergi melakukan fungsi pengawasan secara terjadwal kepada Pimpinan Lembaga Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal (ABA) 1 Baledono Purworejo. Bila dalam pelaksanaannya terdapat hal-hal yang perlu diselesaikan, maka keduanya melakukan penyelesaian masalah segera dengan cara musyawarah. B. Profil Taman Kanak- Kanak Aisyiyah Insan Robbani Magelang 1. Sejarah Berdiri Akar berdirinya lembaga Pendidikan Anak Usia Dini Aisyiyah Insan Robbani berawal dari keprihatinan anggota Nasyiatul Aisyiyah (Agustin Rahayu, Uswatun Hasanah, Dwi Rafika Agustina, Lusiana, Tri Asmaul Khusna) Gunungpring bahwa di desa Gunungpring khususnya untuk Pimpinan Ranting Aisyiyah Gunungpring belum mempunyai lembaga PAUD yang dapat melayani anak berusia dini umur 2-4 tahun. Dengan menggunakan gedung MADIN (Madrasah Diniyyah) yang sudah dua tahun tidak digunakan dengan memohon ijin terlebih dahulu kepada Pimpinan Ranting Muhammadiyah Gunungpring dan Pimpinan Ranting Aisyiyah Gunungpring maka dengan bekal semangat tinggi tepatnya tanggal 14 Maret 2008 memulai mendirikan PAUD Aisyiyah Insan Robbani dan mulai pembelajaran di awal tahun pelajaran 2008/2009 dengan memiliki 7 anak didik dengan usia 3-4 tahun. Alhamdulillah dengan bertambahnya umur PAUD Aisyiyah Insan Robbani maka jumlah anak didik yang awalnya 7 anak maka di akhir tahun ajaran sudah menjadi 18 anak didik, setelah dua tahun beroperasional maka dari masukan wali anak didik kami membuka kelas di usia 4-6 tahun. Di tahun ke 9 PAUD Aisyiyah Insan Robbani 61

70 berkembang pesat dengan jumlah anak didik mencapai 163 dan sudah memperoleh beberapa prestasi yang patut dibanggakan. Selain memiliki layanan kelompok bermain dan taman kanak-kanak, PAUD Aisyiyah Insan Robbani juga memiliki layanan TPA (Taman Pengasuhan Anak) dengan layanan usia 2-3 tahun. PAUD Aisyiyah Insan Robbani juga mengembangkan beberapa kegiatan untuk anak didik seperti tapak suci, cooking class, tari, Seni Budaya & Ketrampilan, outbond, ajang pentas seni dan yang lainnya. Hal ini diselenggarakan dengan tujuan untuk lebih menambah daya tarik orang tua dan masyarakat yang mau menyekolahkan putra-putrinya di PAUD Aisyiyah Insan Robbani. 2. Visi dan Misi Visi Taman Kanak- Kanak Aisyiyah Insan Robbani sebagai berikut: Terbentuknya generasi muda yang beriman dan bertaqwa, terampil, cerdas, beremosi matang, berkemampuan sosial tinggi, berdasarkan Al Quran dan Sunnah Rasul, akar budaya nasional, dan mampu bersaing secara global. Adapun yang menjadi misi Taman Kanak- kanak Aisyiyah Insan Robbani yaitu: a. Menyediakan lingkungan belajar yang kondusif untuk menjamin terlaksananya proses pembelajaran yang tepat bagi anak- anak usia dini dari semua kalangan agar dapat berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang dimiliki. b. Mengajarkan ketrampilan hidup menuju kemandirian dan keutuhan sebagai manusia Indonesia yang bertaqwa, bermoral dan mencintai bangsanya. c. Memanfaatkan kemampuan teknologi di bidang informasi dan komunikasi serta tepat guna, aktif, kreatif dan menyenangkan demi menumbuhkan kompetensi bersaing secara global. d. Menjadikan alam sebagai ruang kelas sehingga peserta didik diajak untuk mempelajari kurikulum nasional dengan memanfaatkan lingkungan sekitar baik fisik maupun sosial sebagai salah satu bahan rujukan. Tujuan lembaga Taman Kanak- kanak Aisyiyah Insan Robbani: Berdasar visi dan misi lembaga, maka Tujuan lembaga Tman Kanak- kanak Insan Robbani sebagai berikut: a. Agar siswa memiliki kemampuan dasar dalam beribadah 62

71 b. Meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik (berakhlak mulia, terampil, dan berwawasan luas) c. Membuat suasana nyaman, menyenangkan, dan gembira dalam mengembangkan kompetensi dasar secara optimal. d. Menyiapkan peserta didik secara mental dan akademik untuk memasuki pendidikan dasar (memiliki kesiapan belajar, mampu membaca, menulis dan berhitung permulaan). 3. Struktur Organisasi Struktur organisasi merupakan faktor terpenting dalam perjalanan roda manajemen pendidikan. Di dalam Struktur Organisasi terdapat sebuah kerangka yang menunjuk pada segenap tugas dan tanggung jawab seseorang untuk saling bekrja sama dalam mencapai tujuan organisasi. Berdasarkan dokumentasi yang ada di Taman Kanak- kanak Aisyiyah Insan Robbani diperoleh data tentang struktur organisasi yang merupakan sistem kepengurusan yang dibentuk dalam rangka untuk melaksanakan program- program TK Aisyiyah Insan Robbani agar berjalan dengan baik. Sistem kepenguruan di TK Aisyiyah Insan Robbani sebagai berikut: DIREKTUR PROGRAM PENGELOLA PAUD SEKRETARIS BENDAHARA GURU KELAS GURU KELAS GURU KELAS Gambar 5 Struktur Organisasi TK Aisyiyah Insan Robbani Dengan adanya struktur organisasi yang tersusun rapi, maka akan mendukung segala aktivitas yang ada di TK Aisyiyah Insan Robbani, khususnya dalam manajemen kurikulum PAUD Inklusi berbasis ramah anak dan implementasinya. 63

72 4. Keadaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidik adalah sesosok orang yang menjadi teladan bagi para siswanya. Melalui pendidik pulalah siswa dapat belajar banyak tentang berbagai macam ilmu pengetahuan. Dikarenakan pendidik mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam proses belajar mengajar di lembaga pendidikan, maka seorang pendidik harus mampu membawa siswa- siswanya ke arah tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Tabel 4 merupakan data pendidik dan tenaga kependidikan Taman Kanak-kanak Aisyiyah Insan Robbani. Tabel 4 Pendidik dan Tenaga Kependidikan TK Insan Robbani No N a m a Pendidikan Jabatan Status 1 Agustin Rahayu, S.Pd.AUD S1 Pengelola GTY 2 Umi Khuzaefah, S.IP S1 Guru Kelas GTY 3 Nashrin Al Bayyinah SMA (proses S1) Guru Kelas GTY 4 Eko Lilis Wikawati SMK (proses S1) Guru Kelas GTY 5 Yuni Dwi Kurnia SMA (proses S1) Guru Kelas GTY 6 Nurmita Aviani SMA Guru Kelas GTY 7 Dwi Rafika Agustina, S.IP S1 Guru Kelas GTY 8 Uswatun Hasanah, S.Sos S1 Guru Kelas GTY 5. Keadaan Peserta Didik Taman Kanak- kanak Aisyiyah Insan Robbani memiliki 159 anak didik yang diasuh oleh 15 orang tenaga pendidik. Sebagian besar anak didik tersebut berasal dari daerah kecamatan Muntilan dan sekitarnya. 6. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana Taman Kanak- kanak Aisyiyah Insan Robbani cukup baik namun perlu pembenahan lagi agar dapat menunjang kesuksesan implementasi kurikulum PAUD Inklusi. Berbagai sarana prasarana berupa perlengkapan kelas seperti: meja, kursi, rak mainan, lemari, rak tas, dll semua dalam kondisi layak pakai. Di setiap ruang kelas terdapat kipas angin, sehingga para tenaga pendidik dan anak didik dapat mengikuti kegiatan dengan nyaman. Adapun tape recorder sering dipergunakan untuk berbagai kegiatan pembelajaran. 64

73 Sejumlah Alat Permainan Edukatif dalam ruang lengkap seperti balok, puzzle, alat bermain keaksaraan, alat bermain seni, alat bermain peran, semuanya tersedia dalam jumlah, ukuran, serta fungsi sesuai dengan kebutuhan anak didik. Alat permainan luar seperti: jungkat- jungkit, mangkuk putar, bola dunia, masih terbatas jumlahnya karena keterbatasan luas lahan di gedung 1. Berkaitan dengan hal ini penyelenggara Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Insan Robbani melakukan penambahan lahan yang segera diadakan pembangunannya di awal tahun ajaran 2017/ Berkaitan dengan sarana prasarana penunjang kegiatan pembelajaran bagi anak didik yang berkebutuhan khusus, Taman Kanak- Kanak Aisyiyah Insan Robbani belum memfasilitasi alat kegiatan ini, yang ada hanya seperangkat alat bantu dengar. Adapun jumlah kelas yang dimiliki untuk kegiatan bermain dan belajar bagi anak dengan layanan kelompok usia 4-6 tahun sejumlah 7 kelas. Taman Kanak- kanak Aisyiyah Insan Robbani ini juga memiliki beberapa perangkat komputer yang berada pada ruang komputer bertujuan mengenalkan informasi dan teknologi kepada anak usia dini. Kebersamaan pada anak senantiasa dibangun dengan berbagai kegiatan, salah satu di antaranya kegiatan makan bersama. Anak- anak dapat melakukan kegiatan makan bersama bertempat di satu ruang kosong yang memang sengaja diperuntukkan bagi kegiatankegiatan yang harus dilakukan anak secara bersama- sama. Selain itu Taman Kanak- kanak Aisyiyah Insan Robbani juga memiliki fasilitas berupa ruang- ruang lain, seperti: ruang UKS, gudang, sejumlah kamar mandi, halaman bermain, papan pengumuman, tempat cuci tangan serta halaman parkir. Sarana dan Prasarana yang dimiliki lembaga Insan Robbani secara lengkap terdapat pada Lampiran. 7. Anak Berkebutuhan Khusus di Taman Kanak- Kanak Aisyiyah Insan Robbani Layanan yang diberikan lembaga Taman Kanak-kanak Aisyiyah Insan Robbani terhadap anak-anak berkebutuhan khusus menggunakan konsep duplikasi, bahwa layanan yang diberikan kepada anak- anak normal dengan ABK sama. Anak berkebutuhan khusus di Taman Kanak- kanak Aisyiyah Insan Robbani meliputi anak tuna rungu, Autis, dan Gangguan Berbahasa. Anak- anak berkebutuhan khusus tersebut diasuh oleh tenaga-tenaga pendidik yang bukan tenaga ahli khusus ABK, melainkan tenaga pendidik yang sehari-hari mengajar di TK Aisyiyah Insan Robbani. Sekalipun demikian para pendidik sangat memperhatikan layanan yang mereka berikan sesuai dengan kebutuhan dan tumbuh 65

74 kembang ABK. Bila dijumpai hal-hal atau masalah terkait dengan ABK, para pendidik melakukan komunikasi intensif pada orang tua dan berkonsultasi secara berkala dengan psikolog sekolah. Perlakuan dan layanan yang diberikan pihak lembaga melalui para tenaga pendidik kepada ABK tidak terdapat unsur diskriminatif. Anak- anak berkebutuhan khusus tetap ditempatkan bersama- sama dengan anak-anak normal dalam satu layanan sesuai kelompok usia. 8. Program dan Rencana Kerja Tahunan Rencana kerja tahunan yang menjadi program di Taman Kanak- Kanak Aisyiyah Insan Robbani mencakup program sebagai berikut: a. Program Umum: mengadakan rapat intern, mengikutsertakan guru dalam peraturan, mengadakan kegiatan dalam liburan TK Aisyiyah Insan Robbani, mengadakan kegiatan hari besar agama, kegiatan kesenian/ pentas seni, dll. b. Kesiswaan: penerimaan siswa baru, pembagian kelompok umur/ mutasi, menyusun program outbond/ fieldtrip/ belajar di lingkungan, assessment kesehatan anak, dsb. c. Kurikulum: menyusun jadwal kegiatan, menyusun STPPA dan penyebaran tahunan, meninjau/ evaluasi kurikulum, penetapan tema dan sebarannya, dll. d. Program Akademik: pemberian rangsangan pembelajaran, pengadaan ekstra les tari, pemeriksaan kesehatan/ gigi/ dan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak, dsb. e. Personalia: perekrutan staf, guru, dan pengasuh, mengusahakan kesejahteraan guru/ pegawai, evaluasi kinerja guru dalam perencanaan proses dan hasil, serta pembinaan f. Sumber Daya Manusia: Peningkatan Kompetensi Dasar PAUD, Peningkatan kompetensi tingkat lanjut, peningkatan kompetensi Paedagogik, Peningkatan kompetensi kepribadian, peningkatan kompetensi sosial, dll. g. Program Marketing: kerja sama dengan pihak lain/ kemitraan, pengadaan banner, pembuatan brosur, sosialisasi dengan warga dan orang tua murid, event Milad PAUD, dsb. h. Program Pembiayaan: pemberian gaji pokok pendidik, penggajian pengelola/ pendamping, pemberian gaji lembur, pemberian gaji piket, pemberian bingkisan hari raya, dll. 66

75 Masing-masing program yang tertuang dalam Rencana Kerja Tahunan Taman Kanak- kanak Aisyiyah Insan Robbani tersebut selanjutnya dituangkan dalam berbagai rencana kegiatan dalam satu tahun. Rencana kegiatan tahunan ini berlandaskan pada satu kebijakan. Berikut Program dan Rencana Kerja Tahunan TK Aisyiyah Insan Robbani yang dimaksud: Tabel 5 Rencana Kerja Tahunan TK Aisyiyah Insan Robbani No Program Kegiatan Kebijakan 1 Umum Mengadakan rapat intern Mengikutsertakan guru dalam peraturan Mengadakan kegiatan selama liburan Mengadakan kegiatan hari besar keagamaan Kegiatan kesenian/ pentas seni Kegiatan pada hari besar Nasional 2 Kesiswaan Penerimaan Siswa baru Pembagian kelompok umur/ mutasi Menyusun Program outbond/ fieldtrip/ belajar di lingkungan Menyampaikan laporan pribadi siswa Asessment kesehatan anak Studytour/ rekreasi 3 Kurikulum Menyusun jadwal kegiatan PAUD Aisyiyah Insan Robbani Menyusun STPPA dan enyebaran tahunan Meninjau/ mengevaluasi kurikulum Penetapan tema dan sebarannya Menyusun kegiatan program semester Evaluasi RPPM/ RPPH Rapat intern Rapat kerja lembaga Capacity Building organisasi Rapat kerja lembaga Rapat komite dan wali murid Implementasi Program Karakter Penerimaan murid sepanjang tahun Standar PAUD Nasional Penyesuaian puncak tema Penyampaian laporan mingguan, semester, dan tahunan Rujukan bagi anak yang bermasalah Rapat dewan lembaga Evaluasi berkala Evaluasi berkala akhir tema Rapat kerja lembaga Standar PAUD sesuai silabi Acuan Kurikulum Acuan silabi 67

76 4 Akademik Pemberian rangsangan pembelajaran Kegiatan ekstrakurikuler: Tari Pemeriksaan kesehatan Pemeriksaan kesehatan gigi Deteksi Dini Tumbuh Kembang anak Cooking Class 5 Personalia Perekrutan Staf, Guru, dan pengasuh Mengusahakan kesejahteraan guru/ pegawai Evaluasi Kinerja guru dalam perencanaan, proses, dan hasil Standar PAUD Nasional Kurikulum Program Holistik Integratif PAUD Program Holistik Integratif PAUD Pembelajaran kebersamaan Rapat kerja bersama penyelenggara Rapat kerja penyelenggara Rapat kerja lembaga 6 Sumber Daya Manusia Peningkatan Kompetensi Dasar, Kompetensi berjenjang, dan kompetensi lanjut pendidik PAUD Peningkatan Kompetensi paedagogik, kompetensi professional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial pendidik Pengusulan insentif guru Keikutsertaan aktif di gugus 7 Pendukung Pengadaan buku cerita anak Sarpras Pengadaan buku-buku pedoman penyelenggaraan Penyusunan program kerja sekolah Finalisasi Modul program sekolah Pengadaan sosialisasi visi, misi, tujuan lembaga, dan kalender akademik 8 Marketing Kerjasama dengan pihak lain/ jaringan kemitraan Pengadaan banner PSB Standar Akreditasi Nasional Standar Akreditasi Nasional Rapat kerja penyelenggara Rapat dewan guru beserta pengelola Standar Akreditasi dan Standar PAUD Nasional Rapat kerja lembaga Rapat kerja lembaga 68

77 Pembuatan brosur Sosialisasi pada wali murid dan masyarakat Event Milad PAUD Program Tutup tahun ajaran Rapat dewan penyelenggara Rapat dewan penyelenggara Rapat kerja lembaga Rapat penyelenggara dan pengelola 9 Kesejahteraan Peningkatan Gaji Pokok Pendidik Peningkatan gaji pengelola/ pendamping Insentif lembur dan piket Insentif lain yang melekat Alokasi uang pangkal sekolah 10 Parenting Konsultasi Psikologi Terpadu Pertemuan rutin wali murid Rapat rutin penyelenggara Rapat penyelenggara dan pengelola 11 Sarana pendidikan Uji kelayakan APE dalam Pengadaan alat anak Pengadaan ATK Kelas dan ATK Kantor Pengadaan dan perbaikan sarana pendidikan Penambahan dan perbaikan sarana gedung Menginventarisir barang inventaris Kebijakan Waka Bidang Sarpras Penyelenggara dan PCA Waka Bidang sarpras 9. Kegiatan Ekstra Kurikuler Taman Kanak- kanak Insan Robbani Kec. Muntilan Kab. Magelang juga memiliki serangkaian program kegiatan ekstrakurikuler yaitu: Seni Tari, Drumband, serta Baca Tulis pada setiap semester kedua untuk layanan kelompok usia 5,5-6 tahun). 10. Waktu Efektif Pembelajaran Adapun alokasi waktu efektif pembelajaran per hari, Taman kanak- Kanak Insan Robbani memiliki waktu efektif per hari selama 3 jam (180 menit), diawali dengan hafalan hadist/ bacaan sholat/ iqra setiap harinya. Alokasi waktu efektif per minggu 69

78 dilaksanakan selama 6 hari pembelajaran. Alokasi waktu efektif pembelajaran per hari dan per minggu sesuai dengan Badan Standar Nasional Pendidikan. 11. Konsep Pendidikan Inklusi Berbasis Ramah Anak di Taman Kanak- Kanak Insan Robbani Kab. Magelang Gagasan utama diselenggarakannya pendidikan Inklusi di Taman Kanak- Kanak Aisyiyah Insan Robbani, bahwa setiap anak merupakan bagian integral dari komunitas lokalnya. Guru dalam pendidikan inklusi seyogyanya bekerja sama dan memiliki pengetahuan tentang strategi pembelajaran dan kebutuhan pengajaran umum, khusus dan individual serta memiliki pengetahuan tentang cara menghargai pluralitas perbedaan individual dalam mengatur aktivitas di dalam kelas. Semua anak berhak mendapatkan pelayanan pendidikan yang baik sesuai usia atau perkembangannya, tanpa memandang derajat maupun kelainan yang dimiliki. Berkenaan dengan keberadaan Anak Berkebutuhan Khusus, komitmen, manajemen sekolah, sarana prasarana serta ketenagaan merupakan komponen pendukung utama terlaksananya program PAUD Inklusi. Sebagai lembaga penyelenggara pendidikan inklusi, Taman Kanak- kanak Aisyiyah Insan Robbani berkomitmen terhadap pelaksanaan pendidikan inklusi sekalipun lembaga belum memiliki sarana prasarana lengkap dan ketenagaan yang memadai. Dalam pemberian layanan kepada Anak-anak Berkebutuhan Khusus, para komponen lemabaga Insan Robbani sering melakukan musyawarah dengan para orang tua ABK, dengan para psikolog dalam mengatasi permasalahan. Lembaga Taman Kanak-kanak Aisyiyah Insan Robbani juga secara rutin 3 bulan sekali melakukan kegiatan Parenting dalam menyampaikan pemahaman tentang pengasuhan, perlindungan, dan pendidikan anak, termasuk pada orang tua anak yang memerlukan pelayanan khusus. Pada saat kegiatan sehari-hari, lembaga tidak menerapkan pendidikan yang terpisah pada Anak Berkebutuhan Khusus, sehingga lembaga tidak diskriminatif. Layanan terhadap anak berkelainan tetap menyatu dalam satu kegiatan dengan anak-anak yang normal. Lembaga Taman Kanak- Kanak Aisyiyah Insan Robbani dapat menerima sepenuhnya ABK dengan berbagai kondisi. 12. Administrasi Pendidikan Inklusi Berbasis Ramah Anak di Taman Kanak- kanak Aisyiyah Insan Robbani kab. Magelang Pelaksanaan PAUD Inklusi tidak dapat terpisah dengan dokumen administrasi yang mendukung suatu kegiatan pendidikan. Dalam melakukan administrasi pendidikan PAUD Inklusi, lembaga ini dibantu oleh seorang tenaga operator yaitu pihak yang berusaha dengan tertib melakukan pencatatan terhadap administrasi sekolah. Sekalipun merupakan salah satu lembaga penyelenggaran pendidikan inklusi, namun administrasi sekolah secara keseluruhan tidak berbeda dengan administrasi sekolah pada umumnya. Terdapat dokumen pencatatan sedikit terpisah pada 70

79 anak-anak yang bermasalah, namun pada dasarnya tidak membedakan dokumen-dokumen ABK dari dokumen anak didik lainnya. 13. Jalannya Kegiatan/ Proses Pembelajaran Pendidikan inklusi harus peduli dalam memberikan respon tepat terhadap spektrum kebutuhan belajar yang luas baik dalam seting pendidikan formal maupun pendidikan nonformal. Merupakan suatu keharusan pendidikan inklusi melihat bagaimana mengubah dan mengadaptasikan sistem pendidikan agar dapat merespon keberagaman peserta didik. Hal ini bertujuan agar pendidik dan peserta didik keduanya memungkinkan merasa nyaman dalam keberagaman sebagai tantangan dan pengayaan dalam lingkungan belajar. Pelaksanaan pembelajaran di Taman Kanak- Kanak Aisyiyah Insan Robbani berlangsung dari hari Senin- Jumat dimulai pada pukul WIB peserta didik sudah mulai berdatangan. Kegiatan dimulai sejak pukul dan berakhir pukul WIB. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan urutan peembukaan, kegiatan inti, dan penutup. Kegiatan pembelajaran anak normal berlaku pula bagi anak berkebutuhan khusus selalu mengacu dan disesuaikan dengan Rencana Kegiatan Harian (RKH), namun pada pelaksanaannya tidak semua kegiatan yang tertera di RKH dapat terlaksana. Dalam RKH terdapat 4 kegiatan dan setiap harinya dapat terlaksana 2-3 kegiatan. Kegiatan pembelajaran yang berlangsung dipilihkan dan diberikan oleh guru. Kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kelompok dan klasikal. Model pembelajaran klasikal biasanya digunakan pada saat pembiasaan ibadah, sedangkan metode kelompok biasa digunakan pada saat kegiatan initi pembelajaran. Semua peserta didik di TK Aisyiyah Insan Robbani dibiasakan untuk mandiri, termasuk ABK. Pembiasaan kemandirian berupa pembiasaan anak untuk terbiasa mandiri dalam kehidupan sehari-hari, seperti melatih anak untuk mengambil makan, makan dan meletakkan alat makan di tempatnya. Semua anak terlihat sudah mampu mandiri, kecuali ABK. Setiap anak di TK Aisyiyah Insan Robbani mendapatkan layanan yang berbeda- beda, hal ini disesuaikan dengan karakter serta kemampuan anak. Layanan yang dibrikan berupa pendampingan anak. Materi belajar, dan penyampaian materi belajar. Hasil dokumentasi terkait pembiasaan kemandirian anak di TK Aisyiyah Insan Robbani terdapat pada Lampiran. Layanan pendampingan anak berupa ketersediaan Guru Pendamping Khusus (GPK). Guru Pendamping Khusus (GPK) ini bertugas mendampingi semua anak yang mengalami kesulitan sewaktu pembelakjaran. Cara yang digunakan GPK dalam pendampingan ABK dan anak didik reguler sama, yaitu anak didekati, diarahkan, dan dibantu jika anak mengalami kesulitan belajar seperti belum memahami terhadap kegiatan yang harus anak lakukan. ABK dikatakan mandiri 71

80 bila anak sudah dapat mengontrol dirinya sendiri, tidak mengganggu anak lainnya sewaktu kegiatan dan mengerti kegiatan yang sedang berlangsung. Berikut hasil observasi terkait layanan pendampingan bagi ABK yang sudah mandiri: Kegiatan pagi itu adalah gerak dan lagu sesuai yang diarahkan oleh guru. Ca (ABK) tidak mau mengikuti kegiatan. Ca (ABK) bermain-main balok yang berada di dekatnya. Ca (ABK) ditemani guru diajak bertanya jawab seputar benda di sekitarnya, musik yang didengar, lagu, dan menggerakkan anggota tubuhnya. Guru mengarahkan Ca (ABK) agar mau mengikuti kegiatan gerak lagu seperti teman-temannya, selanjutnya Ca mau mengikuti kegiatan bersama temannya. Berikut gambar ABK dengan kegiatan dan aktivitasnya: Gambar 6 Aktivitas ABK bersama temannya 14. Keberadaan dan peran Muhammadiyah Peran serta Pimpinan Ranting Muhammadiyah Gunungpring dan Pimpinan Ranting Aisyiyah dalam Lembaga PAUD Aisyiyah Insan Robbani Ngadisalam Pendidikan merupakan sebuah lembaga milik Negara dan masyarakat. Oleh karena itu, maka sudah pasti masyarakat berperan penting dalam terselenggaranya pendidikan. Dalam membuat sebuah tujuan pendidikan disamping pemerintah yang memegang kekuasaan untuk menetukan tujuan dasar, masyarakatpun berperan penting terhadap pendidikan yang akan di jalani oleh anak-anak mereka. Tanpa adanya peran masyarakat pendidikan yang berlangsung tidak akan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang pada 72

81 akhirnya akan menjadi pelabuhan terakhir bagi anak-anaknya untuk bisa bersosialisasi lagi pada lingkungan masyarakat setelah mereka keluar dari sekolahnya. Masyarakat sangat berperan penting dalam pendidikan karena pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan Negara. Anak-anak sebagai pengenyam pendidikan berada di sekolah antara 6 sampai 9 jam saja, sehingga selebihnya anak-anak akan menempuh pendidikan di rumah dan lingkungan masyarakatnya. Oleh karena itu, maka masyarakat mampu melihat tentang hal apa saja yang dibutuhkan oleh anak-anak mereka. Masyarakat berhak dan berkewajiban untuk mendapatkan dan mendukung pendidikan yang baik. Kewajiban mereka tidak sebatas pada bantuan dana, lebih dari itu juga pemikiran dan gagasan juga bantuan teknis edukatif. Masyarakat pun berperan penting dalam pendidikan melihat bahwa kemampuan pemerintah dan sekolah ini tidak selalu dapat mencukupi kebutuhan dari pendidikan anak. Sejalan dengan pengembangan pendidikan yang menjadi salah satu pilar utama gerakan Aisyiyah melalui Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah, Aisyíyah mengembangkan visi pendidikan yang berakhlak mulia untuk umat dan bangsa. Dengan tujuan memajukan pendidikan (formal, non formal dan informal) serta mencerdaskan kehidupan bangsa hingga terwujud manusia muslim yang bertakwa, berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri, cinta tanah air dan berguna bagi masyarakat serta diridhai Allah SWT, berbagai program dikembangkan untuk menangani masalah pendidikan. Lembaga pendidikan di bawah Aisyiyah khususnya PAUD Aisyiyah Insan Robbani merupakan satu hasil riil gerakan Aisyiyah di bidang pendidikan. Jika kita berbicara tentang Aisyiyah maka tidak bisa kita lepaskan dari organisasi keagmaan Muhammadiyah. Karena Aisyiyah adalah salah satu anak cabang Muhammadiyah, yaitu divisi kewanitaanya. Maka di ranting Gunungpring untuk Muhammadiyah dan Aisyiyah bersinergi untuk saling membantu memajukan lembaga pendidikan yang ada Gunungpring, begitu pula untuk PAUD Aisyiyah Insan Robbani kami sangat terbantu dan termotivasi untuk lebih memjukan lembaga dengan adanya peran aktif baik dari Muhammadiyah ataupun Aisyiyah adapun peran yang sudah diberikan adalah sebagai berikut : 73

82 1. Peran secara aktif untuk membantu pengembangan gedung di PAUD dan juga penambahan lokal PAUD dengan turut membantu dalam pembelian tanah, memberikan pembinaan secara aktif untuk guru dan para karyawan, memberikan motivasi untuk lembaga untuk menhadapi PPDB di tahun ajaran baru, memberikan dukungan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh lembaga dengan menghadiri acara ( wasana warsa, wisuda anak dan pengajian),dan lain sebagainya. 2. Peran secara pasif dilakukan dengan menyetujui dan menerima keputusan yang di tentukan oleh PAUD Aisyiyah untuk lebih memajukan lembaga. C. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Kurikulum PAUD Inklusi Berbasis Ramah Anak dan Implementasinya di Taman Kanak- Kanak Aisyiyah Bustanul Athfal 1 (ABA 1) Baledono Kab. Purworejo Penerapan pendidikan inklusi di pra sekolah dasar tidak terlepas dari berbagai komponen yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Data di lapangan terkait dengan Kurikulum PAUD Inklusi bahwa pendidikan inklusi diterapkan pada pembelajaran TK kelompok A dan kelompok B (layanan usia 4-6 tahun) di Taman Kanak- Kanak Aisyiyah (ABA) 1 Baledono. Hal ini sesuai dengan teori inclusive education means that schools should accommodate all children regardless of physical, intellectual, social emotional, linguistic or other condition (The Salamanca Statement and Framework for Action on Special Need Education). Pendidikan inklusi menampung segala peserta didik dari berbagai latar belakang. Menghargai segala perbedaan dan menjunjung tinggi nilai-nilai keanekaragaman. Dalam pembelajaran di Taman Kanak- Kanak guru juga mempertimbangkan pendidikan yang terpadu dan mengakomodasi pendidikan bagi semua seperti yang dikemukakan oleh Tarmansyah (2008: 86) dalam salah satu skema karakter lingkungan inklusi dan pembelajaran yang ramah bahwa dalam pembelajaran harus melibatkan semua peserta didik tanpa memandang perbedaan. Fakta ini terbukti pada penerapan kurikulum PAUD inklusi berbasis ramah anak pada proses pembelajaran Taman Kanak-Kanak kelompok A dan B. Pada pelaksanaan pembelajaran di TK ABA 1 Baledono ini guru tidak membeda-bedakan peserta didik. Semua peserta didik dengan berbagai latar belakang perbedaan agama, status sosial, 74

83 serta Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) bermain dan belajar bersama di dalam kelas. Fakta tersebut sesuai dengan landasan pendidikan inklusi yang dikemukakan oleh Suparno (2010:10) dalam peraturan pemerintah nomor 70 tahun 2009, yaitu memberikan kesempatan atau peluang kepada ABK untuk memperoleh pendidikan di sekolah reguler. Komponen kurikulum pendidikan inklusi di TK ABA 1 dirancang berdasarkan kebutuhan masing- masing peserta didik. Seluruh peserta didik berhak mendapatkan segala pendidikan yang layak tanpa memandang segala perbedaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Ainscow (2004), bahwa dalam prinsip- prinsip pendidikan inklusi perbedaan-perbedaan manusia itu normal adanya. Oleh karenanya pembelajaran itu harus disesuaikan dengan kebutuhan anak. Hal tersebut juga sejalan dengan pendapat Sharma dan Forlin (2017), bahwa prinsip- prinsip fisiologis pendidikan inklusi yaitu semua peserta didik mempunyai hak untuk belajar dan bermain bersama. Pserta didik tidak boleh direndahkan atau dibedakan berdasarkan keterbatasan atau kesulitannya dalam belajar. Tidak ada satu alasanpun yang dapat dibenarkan untuk memisahkan peserta didik selama ia bersekolah. Segala macam perbedaan latar belakang peserta didik tidak menjadi halangan bagi peserta didik untuk mendapatkan pendidikan. Peserta didik layak untuk bermain dan belajar bersama- sama di sekolah. Diperlukan penerapan pendidikan yang tepat sehingga dapat mengakomodasi seluruh peserta didik dalam bermain dan belajar. Diterapkannya pendidikan inklusi dikedua lembaga yang dikelola oleh Muhammadiyah di daerah bencana Jawa Tengah ini karena inklusi menghargai segala perbedaan. Dari tahun ke tahun kedua lembaga ini menerima Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang beragam. Para ABK yang bersekolah di TK ABA 1 Baledono Purworejo dan TK Aisyiyah Insan Robbani Kabupaten Magelang ini memiliki kesempatan belajar yang sama. Sesuai dengan pendapat Drudy; Kinsella (2009) bahwa pendidikan inklusi sebagai sistem layanan pendidikan yang mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di sekolah- sekolah terdekat, di kelas regular bersamasama teman seusianya. Sejalan dengan hal tersebut Ainscow (2004) mengungkapkan bahwa salah satu tujuan kurikulum pendidikan inklusi yaitu kurikulum yang akan menciptakan dan 75

84 menjaga komunitas kelas yang hangat, menerima keanekaragaman, dan menghargai perbedaan. Dengan adanya pendidikan inklusi, peserta didik peka terhadap sekelilingnya. Peserta didik mampu menghargai perbedaan serta terbiasa dalam lingkungan yang beranekaragam. Di TK ABA 1 Baledono kabupaten Purworejo kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2010 mengacu pada Permendikbud Nomor 146 dan dimodifikasi berdasarkan tahap perkembangan serta minat peerta didik. Program pembelajaran dikembangkan melalui bentuk aktivitas yang bervariasi dan dimodivikasi sesuai karakteristik peserta didik. Seluurh peserta didik bermain dan belajar bersama. Hal ini sesuai dengan kurikulum pendidikan inklusi yang dikemukakan oleh Drudy; Kinsella (2009). Kurikulum yang digunakan di kelas inklusi adalah kurikulum anak normal (reguler) yang disesuaikan (dimodifikasi) sesuai dengan kemampuan awal dan karakteristik siswa. Guru kelas dibantu oleh Guru Pendamping untuk penanganan ABK yang menjadi peserta didik di TK ABA 1 Baledono maupun di TK Aisyiyah Insan Robbani Magelang di setiap aktivitasnya. Guru kelas dan guru pendamping bekerja sama dalam melayani seluruh peserta didik. Guru pendamping memberikan motivasi dan bantuan berupa rancangan program individual atau Individualized Education Program (IEP). Rancangan ini dibuat disesuaikan dengan perkembangan kemampuan ABK. Sesuai dengan pendapat Cassady (2011) bahwa pengajaran efektif dalam kelas inklusi meliputi keahlian kolaborasi professional. Hal ini meliputi: bekerja sama dengan pendidik khusus dan ahli lainnya, bekerja sama dan melibatkan orang tua seta berpartisipasi dalam merencanakan dan menerapkan IEP. Seting kelas di kedua tempat penelitian yaitu di TK ABA 1 Baledono dirancang sesuai minat peserta didik, setiap hari dibuka area yang berbeda-beda menyesuaikan minat peserta didik serta Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang dibuat oleh guru. Model pembelajaran berdasarkan minat disusun untuk memenuhi kebutuhankebutuhan spesifik peserta didik dan menghormati keberagaman latar belakang. Pada model pembelajaran ini terdapat satu guru kelas dan satu hingga dua guru pendamping dengan jumlah siswa anak dalam satu kelas untuk kelas B (layanan usia 5-6 tahun) dan 15 anak untuk kelas A (usia 4-5 tahun). 76

85 Peran kepala sekolah dan guru yang dapat diberikan yaitu menyusun program kegiatan sekolah selama satu tahun. Program kegiatan yang rutin dilakukan yaitu: rapat komite dengan pihak sekolah dan program parenting. Program-program tersebut diharapkan mampu mendidik peserta didik menjadi pribadi yang lebih baik, mandiri, dan mampu menerima keadaan di sekelilingnya dengan menghargai segala keanekaragaman. Melalui kegiatan rapat komite diharapkan lembaga dapat menjalin komunikasi yang baik antara pihak sekolah dengan komite sekolah. Dalam rapat ini dapat pula dipantau perkembangan peserta didik di sekolah dan di rumah, saling bertukar pendapat dan memberikan saran. Pihak sekolah memfasilitasi para orang tua untuk sharing mengenai berbagai permasalahan anaknya melalui program parenting. Yang paling penting dalam program tersebut adalah ketika orang tua mendapatkan pengetahuan yang baruyang tepat bagi pendidikan anaknya. Adapun peran yang dapat diberikan pihak orang tua dan komite sekolah yaitu bekerja sama dalam terselenggaranya kegiatan workshop. Workshop diselenggarakan sebanyak sekali dalam setahun. Workshop membahas dunia anak. Selain workshop juga diadakan kegiatan outing class. Program ini mengajarkan kepada peserta didik untuk mengenal lingkungan luar/ alam sekitar tanpa didampingi oleh para orang tua. Kegiatan ini melibatkan 3 orang komite. Diharapkan dengan adanya peran serta berbagai komponen sekolah: kepala sekolah, guru kelas, guru pendamping, dan komite sekolah akan tercipta iklim sekolah yang baik untuk anak bermain dan belajar. Hal ini sesuai upaya terciptanya pengajaran efektif dalam kelas inklusi yang dikemukakan oleh Cassady (2011) bahwa lembaga inklusi dapat bekerja sama dan melibatkan orang tua. Terdapat dua faktor pendukung dalam penerapan kurikulum PAUD inklusi yang berbasis ramah anak, yaitu Sumber Daya Manusia dan orang tua. Faktor-faktor yang menghambat penerapan kurikulum PAUD inklusi berupa: gedung sekolah, guru pendamping, guru kelas dalam penanganan ABK. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Katz (2014) bahwa faktor-faktor yang perlu mendapatkan perhatian dalam upaya penerapan kurikulum PAUD inklusi meliputi: kesipana sekolah dalam melakukan penyesuaian yang menyangkut pada ketersediaan sumber daya manusia, pemberdayaan guru umum, dan guru pembimbing khusus (GPK). 77

86 Perkembangan anak menjadi tujuan pembelajaran yang utama di kedua lembaga Pendidikan Anak Usia Dini ini. Melalui penerapan kurikulum pendidikan inklusi diharapkan mampu meningkatkan aspek perkembangan anak dengan baik dan kebutuhan anak dapat terpenuhi. Inklusi menghargai segala perbedaan. Seluruh anak tidak dibeda-bedakan dan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan yang layak. Peserta didik dengan berbagai latar belakang bermain dan belajar bersama di sekolah. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan perkembangan anak. Begitu pula dengan ABK dan anak- anak dengan latar belakang agama yang berbeda. ABK dan anak normal lain akan saling berinteraksi satu sama lain. Anak akan menghargai keanekaragaman sejak kecil. Pembelajaran ini sangat baik untuk perkembangan anak dan masa depannya kelak. Perkembangan kognitif peserta didik masih bersifat egosentris. Peserta didik reguler sudah mampu mengklasifikasikan sekelompok objek yang dilihatnya berdasarkan warna, bentuk, dan lain-lain. Berbeda dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), anak masih kesulitan dalam melakukannya. Ada pula ABK yang sulit mengenal letak benda- benda di sekitarnya. Perkembangan bahasa pada ABK juga terhambat, bahkan ada pula yang kesulitan dalam berkomunikasi. ABK ini sulit mengutarakan pendapatnya atau menggunakan kalimat tidak jelas dan tidak teratur. Perkembangan motorik kasar dan halus para ABK kurang mampu dikoordinasikan dengan baik. Hal ini dapat dilihat melalui aktivitas sehari- hari yang dilakukan oleh ABK. Sesuai dengan pendapat O Hagan (2016) bahwa Anak Berkebutuhan Khusus kurang memiliki kemampuan koordinasi motorik yang baik. Peserta didik ABK kurang mampu berprilaku dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Perkembangan sosial ini distimulan dengan menciptakan suasana yang menyenangkan ketika peserta didik bermain dan belajar bersama. Dalam hal perkembangan emosi, anak usia dini 4-6 tahun memiliki perkembangan emosi yang masih labil, apalagi perkembangan emosi pada ABK. Peserta didik ABK terkadang memperlihatkan emosi negatifnya, seperti sedih, malu, dan takut. Hal ini sejalan dengan teori yang disampaikan oleh Hurlock (1998) bahwa pada awal masa kanakkanak beberapa bentuk emosi yang umum tampak dapat berupa: marah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, senang, sedih, serta kasih sayang. 78

87 Peserta didik yang ABK juga kesulitan dalam hal memahami dan belajar tentang berbagai kegiatan yang boleh atau tidak dan buruk untuk sebuah prilaku. Hal tersebut sesuai dengan teori John Dewey (dalam Sharma; Forlin: 2017) bahwa perkembangan moral ABK usia Taman Kanak- Kanak berkecenderungan bersikap sesuai dengan mindset yang ia anggap benar. Anak-anak dengan kebutuhan khusus belum sepenuhnya mampu menunjukkan prilaku disiplin, simpati, murah hati, dan juga kurang peduli dengan sekitarnya. 79

88 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Muhammadiyah di daerah bencana kabupaten Purworejo dan kabupaten Magelang melalui lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) berusaha menerapkan kurikulum PAUD inklusi berbasis ramah anak. Persyarikatan Muhammadiyah terbukti ingin melayani segala kebutuhan peserta didik tanpa memandang segala perbedaan. Hal tersebut dapat dilihat dari: 1. Implementasi pembelajaran yang disinergikan dengan komposisi kelas dengan berbagai aspek keberanekaragaman yang meliputi peserta didik reguler dan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), guru kelas, guru pendamping, dan peserta didik dari berbagai latar belakang status sosial ekonomi. Hal ini bertujuan membelajarkan peserta didik untuk saling menghargai dan peka terhadap sekelilingnya 2. Kurikulum yang mengkomposisikan materi ajar dan pembelajaran dengan memperhatikan kebutuhan, bakat, minat, serta karakteristik peserta didik. Muatan materi pembelajaran untuk Anak Berkebutuhan Khusus terkemas sama dengan peserta didik reguler, peserta didik reguler berada dalam satu situai pembelajaran bersama dengan ABK. 3. Guru pendamping bersama guru kelas memberikan rancangan program individual pada ABK untuk membantu dalam penyelesaian kegiatan. 4. Dalam Sistem Penerimaaan Peserta Didik Baru, lembaga PAUD Muhammadiyah ini tidak memberlakukan sistem seleksi menggunakan tes, justru memperhatikan betul kondisi fisik anak. 5. Memberlakukan dua kurikulum yaitu kurikulum 2010 dan peralihan ke kurikulum 2013 yang mengacu pada Standar Nasional Permendikbud No. 137 dan Permendikbud No. 146 yang dimodifikasi sesuai kebutuhan peserta didik. 6. Peran kepala sekolah dan guru dalam penerapan kurikulum PAUD inklusi yang berbasis ramah anak didukung penuh serta di bawah pengawasan organisasi Muhammadiyah, yaitu Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Cabang Aisyiyah. 7. Faktor pendukung dalam penerapan kurikulum PAUD Inklusi yaitu Sumber Daya Manusia dan orang tua. Gedung sekolah, sarana prasarana, serta Guru pendamping 80

89 khusus merupakan faktor penghambat dalam penerapan kurikulum PAUD Inklusi yang berbasis ramah anak di kedua lembaga Muhammadiyah di rawan bencana ini. B. Saran Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian, sebagai bentuk rekomendasi maka peneliti menyarankan kepada pihak- pihak terkait beberapa hal sebagai berikut: 1. Bagi persyarikatan Muhammadiyah, kurikulum PAUD inklusi berbasis ramah anak masih perlu terus dikembangkan dan diterapkan di daerah termarginalkan termasuk daerah bencana, sebagai bukti kepedulian Muhammadiyah dalam bidang pendidikan yang menyeluruh. 2. Bagi lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Muhammadiyah agar terus berupaya maksimal dalam pengembangan dan implementasi kurikulum inklusi serta memberikan perhatian optimal kepada Anak-anak Berkebutuhan Khusus. 3. Bagi pendidik dan tenaga kependidikan khususnya di daerah bencana dalam rangka upaya menerapkan kurikulum PAUD inklusi, seyogyanya terus berupaya belajar memperkaya diri dan mencari tahu tentang hal-hal penting dan mutakhir dalam memberikan layanan kepada peserta didik yang berkebutuhan khusus. 4. Bagi peneliti selanjutnya, seyogyanya dapat mengkaji lebih mendalam hal-hal yang terkait dengan kurikulum PAUD Inklusi berbasis ramah anak di daerah bencana agar diperoleh hasil penelitian yang lebih kreatif, inovatif, dan variatif. 5. Bagi pemerintah pengambil kebijakan agar terus mendukung serta berperan serta dalam pengembangan kurikulum PAUD inklusi serta menjadi bahan pertimbangan dalam kebijakan pembangunan di daerah bencana. 81

90 DAFTAR PUSTAKA Ainscow, M. (2014). Developing Inclusive Education Systems: what are the leves for change? Journal of EducationalChange 6 (2): Boehm, T.L. (2015). Know for my strengths: Positive traits of transition-age youth with intellectual disability or autism. Research and Practice for Persons with Servere Disabilities (40): Carrington,S. (2010). Inclussion Needs of Different School Culture. International Journal of Inclusive Education 3 (3): Cassady, J.M. (2011). Teacher s Attitudes Towards The Inclusion of Students with Autism. Electronic Journal for Inclusive Education. Vol Drudy,S. & Kinsella, W. (2009). Developing Inclusive sistem in a rapidly changing European society. International Journal of Inclusive Education. (13): Erawati, E.L. (2015). Pendidikan Karakter Bangsa pada Anak Berkebutuhan Khusus dalam Pendidikan Inklusi di SD Negeri 2 Metro Selatan. Tesis (tidak diterbitkan). Universitas Lampung. Haryono, Syaifuddin. (2015). Evaluasi Pendidikan Inklusif Bagi Anak berkebutuhan Khusus (ABK) di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Pendidikan. 32 (2): Ilahi, M.T. (2011). Pendidikan Inklusif Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: PT Aruzz Media. Katz, J. (2015). Implementing the Three Block Model: job satisfaction in Inclusive Classrooms. International Journal of Inclusive Education (19): O Hagan & Hebron, J. ( 2016). Perception of Friendship among adolescents with autism spectrum conditions. European Journal of Special Needs Education. (32): Sharma, U.; Forlin, C. ( 2017). Using Indicators as a catalyst for inclusive education. International Journal of Inclusive Education. (21)(7): Sheridan, M.J (2013). Inclusion of Content on Religion and Spirituality in The Social Work. Journal of Social Work Education 30 (3): Sulistyadi, H.K. (2014). Implementasi Kebijakan Penyelenggaraan Layanan Pendidikan Inklusif di Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik 2 (1):

91 LAMPIRAN- LAMPIRAN 83

92 LAMPIRAN 1 Surat Pernyataan Kerja Sama 84

93 85

94 86

95 87

96 LAMPIRAN 2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian 88

97 KISI- KISI INSTRUMEN PENELITIAN Muhammadiyah dalam Kurikulum PAUD Inklusi Berbasis Ramah Anak dan Implementasinya di Daerah Rawan Bencana No Variabel Kisi- kisi Sumber Data Metode Pengumpulan Data 1 Sejarah dan Identitas Lembaga a. Tanggal berdiri b. Visi Misi c. Jumlah anak, guru, dan karyawan d. Status Sekolah Kepala Sekolah Wawancara 2 Fasilitas Lembaga a. Jumlah kelas b. Halaman c. APE d. Kamar Mandi e. Perpustakaan f. Kantor g. UKS Kepala Sekolah, Karyawan, Guru Observasi, Dokumentasi 3 Penerapan Pendidikan Inklusi pada Pembelajaran TK a. Pembelajaran Akomodatif, meliputi: - Perencanaan pembelajaran - Pelaksanaan pembelajaran b. Individualized Education Program (IEP) atau Rancangan Program Individual (RPI) c. Setting Kelas Guru, Karyawan Observasi, wawancara, dokumentasi 4 Administrasi a. Kurikulum b. RKH c. Perencanaan Pembelajaran Guru, Karyawan Wawancara, Dokumentasi 5 Faktor- faktor dalam Pendidikan Inklusi a. Faktor Pendukung b. Faktor Penghambat Guru, karyawan Observasi, wawancara 89

98 PANDUAN WAWANCARA Muhammadiyah dalam Kurikulum PAUD Inklusi Berbasis Ramah Anak dan Implementasinya di Daerah Rawan Bencana Hari/ Tanggal : Waktu: Tempat : Sumber: No Pertanyaan Deskripsi Jawaban 1 Bagaimana Sejarah berdirinya TK ABA 1 Baledono Purworejo? 2 Apa visi dan misi TK ABA 1 Baledono Purworejo? 3 Berapakah jumlah siswa, guru, dan karyawan di TK ABA 1 Baledono Purworejo? 4 Bagaimana konsep pendidikan inklusi yang diterapkan di TK ABA 1 Baledono Purworejo? 5 Mengapa di TK ABA 1 Baledono Purworejo menerapkan pendidikan inklusi? 6 Jenis- jenis Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) apa saja yang ditangani di TK ABA 1 Baledono Purworejo? 7 Adakah Guru Pembimbing khusus (GPK) di TK ABA 1 Baledono Purworejo? 8 Bagaimana peran guru dan kepala sekolah dalam penerapan pendidikan inklusi pada pembelajaran di TK ABA 1 Baledono Purworejo? 9 Bagaimana peran orang tua dan komite sekolah dalam penerapan pendidikan inklusi pada pembelajaran di TK ABA 1 Baledono Purworejo? 90

99 10 Metode apa saja yang digunakan dalam penerapan pendidikan inklusi pada pembelajaran TK? 11 Sumber belajar apa saja yang digunakan dalam penerapan pendidikan inklusi pada pembelajaran TK? 12 Faktor- faktor apa saja yang mendukung penerapan pendidikan inklusi pada pembelajaran TK? 13 Faktor-faktor apa saja yang menghambat penerapan pendidikan inklusi pada pembelajaran TK? 14 Bagaimana cara mengatasi masalahmasalah dalam penerapan pendidikan inklusi pada pembelajaran di TK? 91

100 CATATAN DOKUMENTASI PERLENGKAPAN KELAS Data : Perlengkapan kelas Hari/tanggal : Waktu : Tempat : No Perlengkapan Kelas 1 Meja Keterangan Ada Tidak Deskripsi 2 Kursi 3 Rak Mainan 4 Lemari 5 Rak tas 6 Rak sepatu 7 Rak buku 8 Papan tulis 92

101 No Perlengkapan Kelas 9 Karpet Keterangan Ada Tidak Deskripsi 10 AC/ Kipas angin 11 Tape recorder 12 Jam dinding 13 APE dalam 14 APE luar 15 Mebelair inklusi 16 Alat tulis 17 Media/ alat peraga 1 18 Wastafel 93

102 PANDUAN DOKUMENTASI FASILITAS DI TK. Hari/ Tanggal : Waktu : Tempat : Sumber : Obyek Keterangan Deskripsi No Ada Tidak 1 Ruang kantor (office) 2 Area bermain (indoor) 3 Area bermain (outdoor) 4 Ruang kelas KB 5 Ruang kelas TK 6 Ruang kelas Daycare 7 Ruang komputer 8 Ruang perpustakaan 9 Ruang seni (art) 10 Ruang dapur & ruang makan 94

103 Obyek Keterangan Deskripsi No Ada Tidak 11 Ruang koordinasi/ r.rapat 12 Ruang UKS 13 Gudang 14 Kamar mandi 15 Halaman 16 Papan pengumuman 17 Tempat cuci tangan 18 Halaman parkir Diisi dengan tanda Pada kolom Deskripsi diisi dengan keterangan yang menjelaskan keberadaan fasilitas 95

104 PANDUAN DOKUMENTASI KEGIATAN PEMBELAJARAN NAMA LEMBAGA: Hari/ Tanggal : Waktu : Tempat : Sumber : No Komponen Dokumentasi 1 Administrasi Keterangan Ada Tidak Deskripsi 2 Kurikulum 3 Rencana Kegiatan Harian 4 Penilaian 5 Sarana dan Prasarana 96

105 CATATAN WAWANCARA 1. Bagaimanakah konsep pendidikan inklusi yang diterapkan di TK ABA 1 Baledono Purworejo/ PAUD Insan Robbani Kab. Magelang? 2. Bagaimana cara TK ABA 1 Baledono Purworejo/ PAUD Insan Robbani Kab. Magelang mengatasi masalah- masalah dalam penerapan pendidikan inklusi? 3. Bagaimana penerapan sistem pengelolaan murid baru di TK ABA 1 Baledono / PAUD Insan Robbani? 4. Bagaimana sistem penerimaan murid baru untuk ABK? 5. Bagaimana penerapan kurikulum nasional dan kurikulum muatan Muhammadiyah untuk ABK? 6. Apakah ada program individual untuk ABK? Jika ada, program apa? Dan bagaimana aplikasinya? 7. Deskripsikan perkembangan masing-masing anak di TK ABA 1 Baledono/ PAUD Insan Robbani? 8. Apa sajakah latar belakang pekerjaan orang tua ABK yang berada di TK ABA 1 Baledono/ PAUD Insan Robbani? 9. Bagaimanakah peran yang diberikan orang tua terhadap anak mereka yang berkebutuhan khusus? 10. Bagaimanakah sikap orang tua terhadap ABK? 11. Bagaimanakah cara pendataan dan cara merawat sarana dan prasarana di TK ABA 1 Baledono/ PAUD Insan Robbani Kab. Magelang? 12. Tuliskan secara jelas Opening (Kegiatan awal) pembelajaran di TK ABA 1 Baledono/ PAUD Insan Robbani Kab. Magelang! * tuliskan untuk 3 tema! 13. Jelaskan aktivitas apa saja yang dilakukan guru dan siswa ABK pada saat Breaktime/ istirahat? (3 kegiatan yang bervariasi)! 14. Bagaimana aktivitas guru dan ABK pada saat kegiatan akhir dan menutup kegiatan? (tuliskan untuk 3 tema yang sama dengan no. 12)! 97

106 PANDUAN OBSERVASI MUHAMMADIYAH DALAM KURIKULUM PAUD INKLUSI BERBASIS RAMAH ANAK DAN IMPLEMENTASINYA DI DAERAH RAWAN BENCANA Hari/ Tanggal : Waktu : Tempat : Sumber : No Obyek Deskripsi 1 Kegiatan/ proses pembelajaran a. Kegiatan awal b. Kegiatan Inti c. Istirahat d. Kegiatan Akhir 2 Cara mengakomodasi ABK pada saat proses pembelajaran 98

107 3 Metode yang diterapkan saat pembelajaran 4 Evaluasi yang dilakukan setelah kegiatan pembelajaran 5 Media yang digunakan (sumber belajar) 99

108 PANDUAN DOKUMENTASI KEGIATAN PEMBELAJARAN NAMA LEMBAGA: Hari/ Tanggal : Waktu : Tempat : Sumber : No Komponen Dokumentasi 1 Administrasi Keterangan Ada Tidak Deskripsi 2 Kurikulum 3 Rencana Kegiatan Harian 4 Penilaian 5 Sarana dan Prasarana 100

109 LAMPIRAN 3 FOTO ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS TK ABA 1 BALEDONO 101

110 102

111 FOTO ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS TK AISYIYAH INSAN ROBBANI 103

112 104

113 LAMPIRAN 4 FOTO ABK DALAM KEGIATAN 105

114 106

115 LAMPIRAN 5 Visi Misi Lembaga TK ABA 1 Baledono dan TK Aisyiyah Insan Robbani 107

116 VISI DAN MISI TK ABA 1 BALEDONO VISI: Terwujudnya anak didik yang beriman, taqwa, cerdas, sehat, ceria, terampil, kreatif dan berakhlak mulia untuk siap memasuki pendidikan dasar. MISI: 1. Mewujudkan anak didik yang beriman, taqwa, cerdas, sehat, ceria, terampil, kreatif, bertanggung jawab, disiplin, berwawasan kebangsaan serta membimbing penghayatan terhadap ajaran agama sehingga menjadi anak yang berakhlak mulia dan menjadi sumber kearifan dalam bertindak. 2. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga anak didik dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki. 3. Melaksanakan proses pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan. 4. Melaksanakan pengembangan pembiasaan, pengembangan kemampuan dasar dan pengembangan diri. 108

117 VISI DAN MISI TK AISYIYAH INSAN ROBBANI VISI: Terbentuknya generasi muda yang beriman dan bertaqwa, terampil, cerdas, beremosi matang, berkemampuan sosial tinggi, berdasarkan Al Quran dan sunnah rosu, akar budaya anasional, dan mampu bersaing secara global. MISI: a. Menyediakan lingkungan belajar yang kondusif untuk menjamin terlaksananya proses pembelajaran yang tepat bagi anak- anak usia dini dari semua kalangan agar dapat berkembang secara optial, sesuai dengan potensi yang dimiliki. b. Mengajarkan keterampilan hidup menuju kemandirian dan keutuhan sebagai manusia Indonesia yang bertaqwa, bermoral dan mencintai bangsanya. c. Memanfaatkan kemampuan teknologi di bidang informasi dan komunikasi serta tepat guna, aktif, kreatif dan menyenangkan demi menumbuhkan kompetensi bersaing secara global. d. Menjadikan alam sebagai ruang kelas sehingga peserta didik diajak untuk mempelajari kurikulum nasional dengan memanfaatkan lingkungan sekitar baik fisik maupun sosial sebagai salah satu bahan rujukan. 109

118 LAMPIRAN 6 Foto Lembaga 110

119 LEMBAGA TEMPAT PENELITIAN 111

120 LAMPIRAN 7 Contoh Rencana Kegiatan Harian 112

121 113

122 HARI/TANGGAL : Senin,22 Mei 2017 T E M A : Rekreasi SENTRA : Persiapan SUB TEMA : NAIK PESAWAT KELAS : BUYA HAMKA MINGGU : 18 WA KT U RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN (RPPH) KURIKULUM 13TAHUN PELAJARAN 2017/2017 KB AISYIYAH INSAN ROBBANI NGADISALAM GUNUNGPRING MUNTILAN RENCANA KEGIATAN ALAT/SUMBER BELAJAR KD I. Penyambutan anak a. Pembukaan (60 Menit) Salam, Do adanhafalansrtpendek, hadits, AsmaulHusna KegiatanTransisi :Menyanyi, tepuk, senam fantasi Toilet training KegiatanIqro a. Bk. Doaharian, Juz Amma,Bk. Hadist b. Buku Bank LAgu c. Kamarmandi d.bukuiqro NAM 1.1 FM 3.3, II. Istirahat (60 Menit) Do asebelummakandancucitangan Makanbekaldanbermain a. BkDo a, air danserbetmakan b. Bekaldan APE out door III. Kegiatan Inti b. Pijakan Lingkungan Mronce sedotan pola AB-AB Kartu Huruf PESAWAT Melipat kertas menjadi pesawat c. Pijakan sebelum bermainl Bercerita dari buku Kosa kata : Pesawat,Bandara Gagasan menggunakan bahan : menjelaskan cara bermain dari bahan yang ada Mendiskusikan aturan main Berbagi alat main dengan teman Minta ijin saat akan pindah main Mematuhi aturan main yang sudah disepakati Membereskan mainan setelah selesai bermain Merancang transisi urutan main 2 variabel : anak laki-laki/perempuan yang dapat menjawab pertanyaan guru seputar cerita, boleh bermain terlebih dahulu - Sedotan warna merah kuning - Kartu huruf KOG 3.6, 4.6 Seni Bahasa 3.12,4.12 KOG SOSEM SOSEM SOSEM d. Pijakan saat main Mengobservasi dan mendokumentasikan perilaku bermain anak Memperluas bahasa anak dengan menanyakan beberapa hal tentang kegiatan yang sedang dilakukan Mendukung dan mempertinggi kemampuan anak secara individu melalui pertanyaan-pertanyaan dari kegiatan anak Memberikan motivasi/dorongan terutama pada anak yang cenderung pasif e. Pijakan setelah main Mempersilakan anak mengembalikan mainan ke tempat semula Mengulas kembali kegiatan main Berbagi cerita Memperkuat perilaku anak yang positif SOSEM

123 IV. Penutup (90 Menit) Makansiangdanmandi Sholatjamaah,do apenutup Salam a. Tempatmakan, peralatanmandi, dll b. c. Prltansholat,bkpesholatan NAM Mengetahui, Muntilan, Senin, 22 Mei2017 Kepala KB AisyiyahInsanRobbani Guru Kelas Tri Asmaul Khusna,S.Pd.AUD Umi Khuzaefah,S.IP 115

124 LAMPIRAN 8 Foto Sarana Prasarana Lembaga Tempat Penelitian 116

125 Ruang Serba Guna Tempat bermain luar Tempat bermain luar Mushola 117

126 Alat bermain peran Alat bermain seni 118

127 119

128 LAMPIRAN 9 Dokumentasi Peneliti 120

129 121

130 LAMPIRAN 10 Foto Anak Berkebutuhan Khusus 122

131 123

BAB I PENDAHULUAN. warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak, tidak terkecuali anak

BAB I PENDAHULUAN. warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak, tidak terkecuali anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Telah ditegaskan dalam UU RI 1945 pasal 31 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak, tidak terkecuali anak berkebutuhan khusus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik yang terjadi pada peradaban umat manusia sebagian besar disebabkan oleh ketidakmampuan manusia untuk dapat menerima perbedaan yang terjadi diantara umat manusia

Lebih terperinci

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO agung_hastomo@uny.ac.id Abstrak Artikel dengan judul Model penanganan Anak Berkebutuhan Khusus di sekolah akan

Lebih terperinci

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO agung_hastomo@uny.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak asasi yang paling mendasar bagi setiap manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010 AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010 SIAPAKAH? ANAK LUAR BIASA ANAK PENYANDANG CACAT ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PENDIDIKAN INKLUSIF Pendidikan inklusif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak pada umumnya adalah suatu anugerah Tuhan yang sangat berharga dan harus dijaga dengan baik agar mampu melewati setiap fase tumbuh kembang dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia menuju era globalisasi. Suatu era yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia menuju era globalisasi. Suatu era yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk membangun dan meningkatkan sumber daya manusia menuju era globalisasi. Suatu era yang ditandai dengan dinamika kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional, mental sosial, tapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

BAB I PENDAHULUAN. emosional, mental sosial, tapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Luar Biasa merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses penbelajaran karena kelainan fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dalam kehidupan seseorang baik dalam keluarga ataupun. masyarakat. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dalam kehidupan seseorang baik dalam keluarga ataupun. masyarakat. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan seseorang baik dalam keluarga ataupun masyarakat. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agar keberlangsungan hidup setiap manusia terjamin maka kebutuhan dasar akan pendidikan harus terpenuhi sehingga lebih bermartabat dan percaya diri. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini mempunyai peranan penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia yang unggul merupakan aset yang paling berharga bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia yang unggul merupakan aset yang paling berharga bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia yang unggul merupakan aset yang paling berharga bagi setiap Negara. Indonesia yang memiliki jumlah penduduk terbanyak ke-3 di dunia, memiliki potensi

Lebih terperinci

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara yang sudah merdeka sudah sepatutnya negara tersebut mampu untuk membangun dan memperkuat kekuatan sendiri tanpa harus bergantung pada negara lain. Maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan inklusif adalah pendidikan yang berusaha menjangkau semua orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai upaya meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang khusus agar memiliki hak untuk mendapatkan penghormatan atas integritas mental dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu negara memiliki kewajiban untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dengan kata lain tujuan membentuk Negara ialah. mengarahkan hidup perjalanan hidup suatu masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dengan kata lain tujuan membentuk Negara ialah. mengarahkan hidup perjalanan hidup suatu masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan untuk membangun Negara yang merdeka adalah dengan mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan tersebut telah diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usia emas atau golden age adalah masa yang paling penting dalam proses kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam pendidikan dasar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam upaya mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas

BAB I PENDAHULUAN. untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Adanya perubahan paradigma baru tentang pendidikan, yaitu pendidikan untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas usia, tingkat

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KHUSUS & PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS

PENDIDIKAN KHUSUS & PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS PENDIDIKAN KHUSUS & PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS HERRY WIDYASTONO Kepala Bidang Kurikulum Pendidikan Khusus PUSAT KURIKULUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 6/9/2010 Herry

Lebih terperinci

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas PAPARAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 1 PERTAMA: KONSEP DASAR 2 Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang

Lebih terperinci

A. Perspektif Historis

A. Perspektif Historis A. Perspektif Historis Pendidikan Luar Biasa (PLB) di Indonesia dimulai ketika Belanda masuk ke Indonesia. Mereka memperkenalkan system persekolahan dengan orientasi Barat. Untuk pendidikan bagi anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Setiap orang sepanjang hayatnya berusaha untuk memperoleh kehidupan yang layak sesuai kodratnya. Maka dari itu manusiapun berhak pula untuk mengecap pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan upaya yang dapat mengembangkan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena hanya manusia yang dapat

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN KHUSUS Oleh: Drs. R. Zulkifli Sidiq, M.Pd

PEMBELAJARAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN KHUSUS Oleh: Drs. R. Zulkifli Sidiq, M.Pd PEMBELAJARAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN KHUSUS Oleh: Drs. R. Zulkifli Sidiq, M.Pd A. PEMBELAJARAN BAGI ABK B. PERTIMBANGAN PEMBELAJARAN KEBUTUHAN KHUSUS C. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN KEBUTUHAN KHUSUS A. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan sangatlah penting bagi setiap manusia dalam rangka mengembangkan segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah sebuah proses yang melekat pada setiap kehidupan bersama dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa pendidikan tidak

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan Bab I Pendahuluan 1.1. Latar belakang 1.1.1 Judul Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan Karakteristik Pengguna 1.1.2 Definisi dan Pemahaman Judul Perancangan : Berasal

Lebih terperinci

Ma ruf Mushthafa Zurayq, Sukses Mendidik Anak, Serambi, Jakarta, 2003, hlm. 17.

Ma ruf Mushthafa Zurayq, Sukses Mendidik Anak, Serambi, Jakarta, 2003, hlm. 17. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak sangat tergantung pada adanya kerjasama yang baik antara sekolah di satu pihak dan orang tua di pihak yang lain. Dengan cara inilah kita dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam upaya mewujudkan tujuan nasional.

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang mandiri... (UURI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas

Lebih terperinci

PENGUATAN EKOSISTEM PENDIDIKAN MELALUI BATOBO SEBAGAI OPTIMALISASI PENDIDIKAN INKLUSI DI PAUD

PENGUATAN EKOSISTEM PENDIDIKAN MELALUI BATOBO SEBAGAI OPTIMALISASI PENDIDIKAN INKLUSI DI PAUD PENGUATAN EKOSISTEM PENDIDIKAN MELALUI BATOBO SEBAGAI OPTIMALISASI PENDIDIKAN INKLUSI DI PAUD Oleh : Nelti Rizka, S.Tr.Keb PAUD Terpadu Mutiara Bunda Bangkinang Kab.Kampar Provinsi Riau Emai: neltrizka@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diskriminatif, dan menjangkau semua warga negara tanpa kecuali. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. diskriminatif, dan menjangkau semua warga negara tanpa kecuali. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sesungguhnya bersifat terbuka, demokratis, tidak diskriminatif, dan menjangkau semua warga negara tanpa kecuali. Dalam konteks pendidikan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PAUD merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan strategis untuk

BAB I PENDAHULUAN. PAUD merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan strategis untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PAUD merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan strategis untuk mempersiapkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Melalui PAUD, anakanak uaia 0-6 tahun memperoleh

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN Oleh

PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN Oleh PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN 2016 Oleh SRI DELVINA,S.Pd NIP. 198601162010012024 SLB NEGERI PELALAWAN KEC. PANGKALAN KERINCI KAB. PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah berkewajiban memenuhi dan melindungi hak asasi tersebut dengan memberikan kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuat, dalam bentuk landasar filosofis, landasan yuridis dan landasan empiris.

BAB I PENDAHULUAN. kuat, dalam bentuk landasar filosofis, landasan yuridis dan landasan empiris. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penddikan adalah hak setiap warga negara. Negara berkewajiban menyelenggarakan pendidikan untuk semua warga negaranya tanpa diskriminasi. Pendidikan untuk semua diwujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang mampu menghasilkan kemampuan dan

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) PENDIDIKAN INKLUSIF DISEKOLAH DASAR KOTA PADANG Oleh: Afrina Devi Marti Abstrak: Penelitian ini di latarbelakangi oleh Permendiknas No.20 tahun 2009 tentang penyelenggaraan pendidikan inklusif. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Guru memiliki peran dan tanggung jawab yang besar dalam proses pendidikan, di mana tugas seorang guru bukan hanya memberikan transfer ilmu dan seperangkat

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS

BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS 1 BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hak asasi hidup setiap manusia. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hak asasi hidup setiap manusia. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hak asasi hidup setiap manusia. Oleh karena itu, setiap manusia memiliki hak untuk memperoleh pendidikan yang layak dan bermutu sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam lini kehidupan. Semua orang membutuhkan pendidikan untuk memberikan gambaran dan bimbingan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga bagi setiap Negara. Indonesia yang memiliki jumlah penduduk terbanyak ke-3 di dunia, memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa usia dini merupakan masa keemasan bagi seorang anak, sering disebut masa Golden Age, biasanya ditandai oleh terjadinya perubahan yang sangat cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tenaga profesional untuk menanganinya (Mangunsong,2009:3). Adapun pengertian tentang peserta didik berkebutuhan khusus menurut

BAB I PENDAHULUAN. tenaga profesional untuk menanganinya (Mangunsong,2009:3). Adapun pengertian tentang peserta didik berkebutuhan khusus menurut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Intelegensi atau kecerdasan adalah kemampuan beradaptasi dengan lingkungan baru atau perubahan dalam lingkungan, kapasitas pengetahuan dan kemampuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Ruang untuk Anak Usia Dini Ruang merupakan daerah tiga dimensi dimana obyek dan peristiwa berada. Ruang memiliki posisi serta arah yang relatif, terutama bila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan paradigma dalam bidang pendidikan dan berbagai perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang membawa implikasi terhadap berbagai

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF KABUPATEN BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, oleh karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, oleh karena itu negara memiliki kewajiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan upaya pembinaan pada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHALUAN. Pendidikan Anak Usia Dini Taman Kanak-kanak merupakan. sekarang ini, salah satu upaya ke arah tersebut adalah Pendidikan Anak Usia

BAB I PENDAHALUAN. Pendidikan Anak Usia Dini Taman Kanak-kanak merupakan. sekarang ini, salah satu upaya ke arah tersebut adalah Pendidikan Anak Usia BAB I PENDAHALUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini Taman Kanak-kanak merupakan pendidikan yang diperuntukkan bagi anak usia nol sampai enam tahun. Sukses masa depan hanya dapat diciptakan

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK PADA SATUAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia seutuhnya baik secara jasmani maupun rohani seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia seutuhnya baik secara jasmani maupun rohani seperti yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pendidikan nasional mengamanatkan negara menjamin hak dasar setiap warga negara terhadap pemenuhan kebutuhan pendidikan serta pengembangan diri dan memperoleh

Lebih terperinci

PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM 1. Arah atau Sasaran Kurikulum PAUD Kurikulum diarahkan pada pencapaian perkembangan sesuai dengan tingkatan

PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM 1. Arah atau Sasaran Kurikulum PAUD Kurikulum diarahkan pada pencapaian perkembangan sesuai dengan tingkatan PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM 1. Arah atau Sasaran Kurikulum PAUD Kurikulum diarahkan pada pencapaian perkembangan sesuai dengan tingkatan pertumbuhan dan perkembangan anak berdasarkan standar perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan Millenium Development Goals (MDGS), yang semula dicanangkan

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan Millenium Development Goals (MDGS), yang semula dicanangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia bergantung pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP) PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun Oleh : ANIK

Lebih terperinci

PAUD INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)

PAUD INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) Paud Inklusi Untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) PAUD INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) Abstrak Sri Huning Anwariningsih, Sri Ernawati Universitas Sahid Surakarta, Jl Adi Sucipto 154 Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ai Nuraeni, 2014 Pembelajaran PAI Untuk Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Ai Nuraeni, 2014 Pembelajaran PAI Untuk Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik dalam hal perkembangan potensinya dalam semua aspek. Sejalan dengan perkataan A.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 1 : 14).

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 1 : 14). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini merupakan upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hak semua anak, tanpa terkecuali. Baik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hak semua anak, tanpa terkecuali. Baik yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak semua anak, tanpa terkecuali. Baik yang berkebutuhan khusus (tunanetra, tunarungu, tunagrahita ringan, autisme, lambat belajar dan tunalaras),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Pendidikan Anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sekolah-sekolah regular dimana siswa-siswanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sekolah-sekolah regular dimana siswa-siswanya adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya sekolah-sekolah regular dimana siswa-siswanya adalah anak-anak normal yang tidak mengalami kebutuhan khusus dalam pendidikannya. Hal ini sudah berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan kodrat kemanusiaannya.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan kodrat kemanusiaannya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembukaan, alinea 4 Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa tujuan dibentuknya negara Indonesia di antaranya adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk memperoleh pelayanan pendidikan. Hak untuk. termasuk anak yang memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk memperoleh pelayanan pendidikan. Hak untuk. termasuk anak yang memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam kehidupan termasuk memperoleh pelayanan pendidikan. Hak untuk dapat memperoleh pendidikan melekat pada semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia anak-anak merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia anak-anak merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia anak-anak merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, karena anak memiliki masa perkembangan yang paling pesat, yakni pada masa golden age. Masa golden

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAN PENDIDIKAN KHUSUS DAN PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO,

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa dalam upaya memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pendidikan adalah hak bagi setiap anak, termasuk anak dengan disabilitas atau Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Pendidikan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Astriana Rahma, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Astriana Rahma, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai kondisi pendidikan anak usia dini secara global.kemudian ditelaah menjadi lebih terfokus ke dalam fenomena-fenomena yang sedang dialami oleh lembaga-lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang amat menentukan, tidak hanya bagi perkembangan dan perwujudan diri individu tetapi juga bagi pembangunan suatu bangsa dan negara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia serta untuk menyiapkan generasi masa kini sekaligus yang akan datang. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah, masyarakat dan orang tua sebagai penanggung jawab dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah, masyarakat dan orang tua sebagai penanggung jawab dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah, masyarakat dan orang tua sebagai penanggung jawab dalam pendidikan, terus menerus melakukan upaya pembaharuan untuk meningkatkan mutu pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan manusia dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan manusia dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan manusia dalam mempersiapkan generasi yang berkualitas dalam menghadapi era globalisasi. Dalam era globalisasi tersebut

Lebih terperinci

Sekolah Inklusif: Dasar Pemikiran dan Gagasan Baru untuk Menginklusikan Pendidikan Anak Penyandang Kebutuhan Khusus Di Sekolah Reguler

Sekolah Inklusif: Dasar Pemikiran dan Gagasan Baru untuk Menginklusikan Pendidikan Anak Penyandang Kebutuhan Khusus Di Sekolah Reguler Sekolah Inklusif: Dasar Pemikiran dan Gagasan Baru untuk Menginklusikan Pendidikan Anak Penyandang Kebutuhan Khusus Di Sekolah Reguler Drs. Didi Tarsidi I. Pendahuluan 1.1. Hak setiap anak atas pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. selalu berhubungan dengan tema tema kemanusiaan, artinya pendidikan

I. PENDAHULUAN. selalu berhubungan dengan tema tema kemanusiaan, artinya pendidikan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dan kemanusiaan adalah dua entitas yang saling berkaitan, pendidikan selalu berhubungan dengan tema tema kemanusiaan, artinya pendidikan diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan penting dalam usaha menciptakan masyarakat yang beriman, berakhlak mulia, berilmu serta demokratis dan bertanggungjawab. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya sadar untuk mengembangkan kemampuan peserta didik baik di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Melalui pernyataan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan penting dalam perkembangan anak karena, pendidikan merupakan salah satu wahana untuk membebaskan anak dari keterbelakangan, kebodohan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI Oleh: Nur Hayati, M.Pd

STRATEGI PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI Oleh: Nur Hayati, M.Pd STRATEGI PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI Oleh: Nur Hayati, M.Pd Pendidikan anak usia dini merupakan upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang mampu menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS UU No.20 Thn.2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 Ayat (2) : Warga Negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan atau sosial berhak memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sejak dilahirkan mempunyai fitrah sebagai makhluk yang. berguna bagi agama, berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sejak dilahirkan mempunyai fitrah sebagai makhluk yang. berguna bagi agama, berbangsa dan bernegara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sejak dilahirkan mempunyai fitrah sebagai makhluk yang memiliki kemampuan untuk berfikir, berkreasi dan juga beragam serta beradaptasi dengan lingkungannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori atau Konsep 1. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa yang berbeda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori atau Konsep 1. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa yang berbeda 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori atau Konsep 1. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa yang berbeda perkembangan fisik, mental, atau sosial dari perkembangan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 1991 TENTANG PENDIDIKAN LUAR BIASA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 1991 TENTANG PENDIDIKAN LUAR BIASA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 1991 TENTANG PENDIDIKAN LUAR BIASA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizki Panji Ramadana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah  Rizki Panji Ramadana, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hak dasar bagi setiap Warga Negara Indonesia, tak terkecuali bagi anak berkebutuhan khusus. Semua anak berhak mendapatkan pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

Kesiapan Guru dalam Pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun di Sekolah Inklusi

Kesiapan Guru dalam Pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun di Sekolah Inklusi Kesiapan Guru dalam Pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun di Sekolah Inklusi Nurul Hidayati Rofiah 1*, Muhammad Ragil Kurniawan 2 1,2 PGSD UAD *Email: nurulhidayati@pgsd.uad.ac.id Keywords: Wajib belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wadah untuk kegiatan belajar dan mengajar untuk mengembangkan potensi peserta didik melalui jenjang pendidikan yang dasar sampai jenjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan agar pribadi anak berkembang secara optimal. Tertunda atau

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan agar pribadi anak berkembang secara optimal. Tertunda atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak prasekolah adalah pribadi yang mempunyai berbagai macam potensi. Oleh karenanya perlu sekali Potensi-potensi tersebut dirangsang dan dikembangkan agar pribadi

Lebih terperinci

Jurnal Siliwangi Vol.2 No.2 Desember 2016 ISSN Seri Pengabdian Kepada Masyarakat

Jurnal Siliwangi Vol.2 No.2 Desember 2016 ISSN Seri Pengabdian Kepada Masyarakat ITGbM PELATIHAN PENERAPAN METODE BEYOND CENTERS AND CIRCLE TIME BERBASIS PESANTREN BAGI TUTOR PAUD DI KECAMATAN TAWANG KOTA TASIKMALAYA Lesi Oktiwanti 1), H. Syaefuddin 2),Lilis Karwati 3) 1,2,3 Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dan sanggup bersaing dengan bangsa lain. Dunia pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dan sanggup bersaing dengan bangsa lain. Dunia pendidikan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kunci bagi suatu bangsa untuk bisa menyiapkan masa depan dan sanggup bersaing dengan bangsa lain. Dunia pendidikan di tuntut memberikan

Lebih terperinci