BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. operasi dalam suatu periode dan perubahan posisi keuangan serta catatan terkait laporan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. operasi dalam suatu periode dan perubahan posisi keuangan serta catatan terkait laporan"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1. Landasan Teori II.1.1 Analisis Rasio Keuangan Laporan keuangan merupakan laporan posisi keuangan pada suatu titik, kegiatan operasi dalam suatu periode dan perubahan posisi keuangan serta catatan terkait laporan keuangan. Untuk mengetahui bagaimana laporan keuangan perusahaan dapat menggunakan analisis laporan keuangan. Sugiono dan Untung (2009:h10) menyebutkan perlunya menganalisa laporan keuangan adalah untuk dapat memperluas serta mempertajam informasi. Sugiono et. al. (2009) juga menyatakan analisis laporan keuangan dipergunakan untuk menilai laporan keuangan perusahaan. Dengan menggunakan teknik analisis rasio, analis dapat memberikan penilaian kinerja keuangan sebuah perusahaan. Helfert (2003) menjelaskan bahwa rasio keuangan dapat bermanfaat menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau kinerja perusahaan, dan dapat membantu menggambarkan kecenderungan serta pola perusahan tersebut, sehingga dapat menunjukkan peluang ataupun resiko perusahaan yang sedang ditelaah analis. Analisis rasio keuangan menurut Sugiono et. al. (2009:h56) adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara unsur-unsur dalam laporan keuangan. Hampir sama dengan Suigiono, menurut Mardiyanto (2009:h51) analisis rasio keuangan adalah merupakan peralatan (tools) untuk memahami laporan keuangan. Mardiyanto juga menambahkan jika pengguna laporan keuangan memahami makna dari analisis rasio 8

2 keuangan yang ada, angka pada rasio tersebut dapat dimanfaatkan untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan. Selain keuntungan yang dapat menganalis secara cepat, menurut Sugiono et. al. (2009) menyatakan kelemahan dari analisis rasio keuangan ini adalah objek analisa keuangan hanya didasarkan pada laporan keuangan. Padahal laporan keuangan banyak menggunakan kebijakan dan metode akuntansi yang berbeda-beda sehingga dapat menghasilkan angka yang berbeda. Sebagai contoh metode pencatatan persediaan. Analisis rasio keuangan menurut Mardiyanto (2009) dapat digolongkan menjadi 3 kelompok. Yang pertama dengan rata-rata industri dan pesaing yang unggul, ini merupakan kelompok cross-sectional (analisis silang), yaitu membandingkan rasio pada waktu (tahun) yang sama. Sedangkan yang kedua adalah analisis dengan data historis dan anggaran serta realisasinya termasuk analisis time-series (runtun waktu), yaitu membandingkan rasio dengan waktu yang berbeda. Yang terakhir adalah kelompok jenis analisis gabungan. Analisis gabungan adalah gabungan dari cross-sectional dan timeseries. Sebagai contoh, jika suatu perusahaan mendapatkan retun on asset (ROA) tahun ini meningkat dibanding tahun lalu tetapi hasil tersebut masih di bawah rata-rata industri tahun ini maka perusahaan tersebut masih memiliki kinerja yang kurang memuaskan dan harus diperbaiki ditahun mendatang. II.1.2 Rasio Likuiditas Menurut Brigham & Houston (2010) liquid asset adalah aset yang dapat diperdagangkan atau dijual ke pasar sehingga dapat berubah secara cepat menjadi kas dengan meggunakan harga pasar yang berlaku. Dengan aset likuid atau aset lancar yang tinggi posisi likuiditas perusahaan menjadi baik. Helfert (2003) juga adalah sependapat 9

3 dengan hal ini, dengan aset likuid yang tinggi dapat mengasumsikan aset tersebut dapat menjadi pelindung dalam menghadapi kegagalan. Hal tersebut karena aset lancar dapat dikonversikan menjadi kas secara cepat. Menurut Mardiyanto (2009:h54) rasio likuiditas bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. 1. Acid-Test Ratio Menurut Brigham et.al. (2010) cara menghitung rasio ini adalah dengan cara mengurangi persediaan dalam aset lancar perusahaan, dan kemudian membagi hasil tersebut dengan kewajiban lancar. Seluruh aset lancar dalam neraca diperhitungkan dalam perhitungan seperti kas, efek yang dapat diperdgangkan, piutang, dan persediaan. Begitupula kewajiban lancar, seluruh kewajiban lancar perusahaan turut menjadi perhitungan seperti hutang usaha, wesel tagih jangka pendek, hutang jangka panjang yang sudah jatuh tempo, pajak dan gaji yang masih harus dibayar. Perhitungan acid-test adalah mengeluarkan unsur persediaan dari aset lancar. Helfert (2003) menyatakan konsep utama dari rasio ini adalah untuk menguji kemampuan membayar kewajiban lancar pada saat likuidasi dengan asumsi bahwa tidak ada persediaan sama sekali. Rasio ini berasumsi persediaan tidak likuid sehingga perlu dikeluarkan. Mardiyanto (2009) memberikan alasan persediaan dianggap kompenen aset lancar yang tidak likuid karena persediaan barang dagang pada umumnya dijual secara kredit kemudian menjadi kas setelah tertagih. Dengan kata lain, diperlukan dua tahap persediaan menjadi kas, yaitu tahap piutang usaha dan tahap kas. Sependapat dengan Mardiyanto (2009), Gibson (2011:p225) menyatakan the 10

4 reason of removing inventory are that inventory may be slow-moving or possibly obsolete. Acid-test ratio digunakan untuk mengukur seberapa jauh acid-test ratio hanya memperhitungkan aset yang sudah lebih dekat dengan kas. Aset lancar perusahaan yang telah dikurangi persediaan mampu untuk melunasi kewajiban lancar atau jangka pendeknya, dengan perhitungan: Acid Test Ratio= Semakin tinggi jumlah aset lancar yang telah dikurangi persediaan dibandingkan dengan kewajiban lancar maka semakin tinggi acid-test ratio. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan. Rasio ini berbentuk kali (x). Jika acidtest ratio bernilai 2 kali, perusahaan cukup melunasi seluruh kewajiban lancar perusahaan dengan membayarkan setengah dari aset lancar tanpa persediaan yang dimiliki. Dan jika rasio bernilai kurang dari 1 kali maka berarti ada beberapa kewajiban lancar perusahaan yang tidak terbayarkan walaupun seluruh aset lancar yang tanpa persediaan telah dikonversikan menjadi kas. Menurut Prihadi (2008) 1 kali atau 1,00 juga disetujui dianggap cukup aman. Sependapat dengan Prihadi, Gibson (2011:p226) menyatakan the guideline for the minimum acid-test ratio is Gibson (2011) menambahkan juga penurunan tingkat likuiditas akan mengakibatkan perusahaan menuju kebangkrutan dan itu akan memperbesar resiko untuk pihak yang berkepentingan seperti pemegang saham. Menurut Helfert (2003) dan Mardiyanto (2009) jika hasil rasio ini terlalu tinggi menandakan likuiditas terlalu tinggi dan hal ini tidak terlalu baik karena menunjukkan praktek manajemen yang kurang baik seperti banyak jumlah kas yang 11

5 tidak terpakai, kebijakan kredit yang keliru yang mengakibatkan piutang usaha berlebihan, dan tingkat persediaan yang berlebihan. II.1.3 Rasio Solvabilitas Menurut Darsono et. al. (2005) rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar seluruh kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Darsono et. al. (2005) menambahkan rasio ini juga disebut rasio pengungkit (leverage) yaitu menilai batasan perusahaan dalam meminjam uang. Gibson (2011) menyatakan jumah dari kewajiban juga sebaiknya dianalisis. Analisis ini akan menunjukkan jumlah dana yang disediakan oleh pihak ketiga dan bukan disediakan oleh pemilik sendiri dengan kata lain meminjam. Gibson (2011:p257) menyatakan a large proportion in capital structure increases the risk of not meeting the principal and interest obligation because the company may not generate adequate funds to meet these obligation. Oleh karena itu, walaupun pemegang saham menginginkan profitabilitas yang tinggi, yang bisa didapat dengan meninjam dana dari pihak ketiga, tetapi harus tetap menganalisis apalah dana dari pihak ketiga tersebut masih masuk akal (tidak terlalu besar proporsinya) karena dapat menimbulkan resiko kewajiban tersebut tidak bisa terbayarkan. 1. Debt Ratio Rasio mengukur persentase kewajiban yang ada atau dana pinjaman terhadap total aset perusahaan. Prihadi (2008) menyatakan debt ratio atau debt to total capital adalah membandingkan seluruh hutang atau kewajiban yang dimiliki perusahaan, baik jangka 12

6 pendek maupun jangka panjang, dengan total aset sebagai sumber dana yang berasal dari hutang dan modal. Debt ratio menurut Brigham et.al. (2010) memiliki perhitungan: Debt Ratio= Jika perusahaan mempunyai rasio 20% maka artinya adalah kewajiban yang dimiliki persentasenya 0,2 dari jumlah total aset atau sumber pendanaan. Dengan kata lain, semakin besar rasio ini, semakin besar pembelian aset perusahaan dengan menggunakan hutang. Debt ratio yang tinggi berarti proposi peminjaman terhadap pihak ketiga besar. Hal ini tidak terlalu baik untuk perusahaan karena secara struktur pendanaan perusahaan lebih banyak berhutang dibandingkan dengan modal yang dimiliki perusahaan sendiri yang dapat menimbulkan resiko yang besar. Menurut Prihadi (2008) dengan struktur pendanaan lebih besar untuk hutang akan semakin besar resiko kebangkrutan. Karena semakin besar resiko kegagalan untuk membayar. Hal lain yang dapat terjadi yaitu menyebabkan jumlah bunga yang harus dibayarkan semakin besar. 2. Debt to Equity Ratio Menurut Helfert (2003) debt to equity ratio ini menunjukan proporsi kewajiban atau hutang sebuah perusahaan. Helfert (2003) menambahkan rasio ini adalah membandingkan total hutang terhadap total ekuitas perusahaan. Sependapat dengan Helfert (2003), menurut Prihadi (2008) debt to equity ratio juga mengungkapkan cara lain menghitung solvency yaitu membandingkan hutang (kewajiban) dengan hak kepemilikan atau modal perusahaan. 13

7 Debt to equity ratio dibaca dengan cara persentase (%). Semakin tinggi rasio ini berarti semakin buruk kondisi solvency perusahaan tersebut. Prihadi (2008) juga menambahkan jika rasio 233% atau dengan kata lain 70% hutang dan 30% modal adalah indikator yang layak dijadikan pedoman. Tetapi dalam kondisi tertentu seperti dalam project financing, ada beberapa perusahaan yang memiliki persentase di atas 70%. Rasio ini menunjukkan seberapa besar jumlah seluruh kewajiban perusahaan dengan total modal yang dimiliki, yang dinyatakan sebagai berikut : Debt Ratio= Jika perusahaan mempunyai rasio 20% maka artinya adalah total kewajiban yang dimiliki persentasenya 0,2 dari jumlah total ekuitas. Seperti penjelasan pada debt ratio sebelumnya, debt to equity ratio yang teralu tinggi juga tidak terlalu baik untuk perusahaan karena secara struktur pendanaan perusahaan lebih banyak berhutang dibandingkan dengan modal yang dipuyai perusahaan sendiri. Hutang yang terlalu besar dapat meyebabkan jumlah bunga yang harus dibayarkan semakin besar. Menurut Helfert (2003) kepentingan minoritas (minority interest) masuk dalam peritungan total ekuitas pada perhitungan. PSAK No. 4 tentang laporan keuangan konsolidasi menyatakan kalau hak minoritas adalah bagian hasil usaha dan bagian aset neto dari anak perusahaan yang tidak dimiliki, baik secara lagsung maupun tidak langsung oleh induk perusahaan. Sedangkan dalam PSAK No. 4 paragraf 24 menyatakan bahwa hak minoritas (minority interest) harus disajikan tersendiri dalam neraca konsolidasi antara kewajiban dan modal. Beams, Anthony, Clement, dan Lowensohn (2006) menyatakan bahwa walaupun banyak praktek minority interest 14

8 yang diklasifikasikan sebagai liability, tapi secara konsep klasifikasi minority interest sebagai liability tidak konsisten, karena secara konsep minority interest tersebut menunjukkan ekuitas investasi dalam aset bersih yang dikonsolidasikan (consolidated net asset) dari pemegang saham selain struktur afiliasi. Oleh karena itu, sesuai dengan tujuan utama debt to equity ratio yang membandingkan lebih banyak debt dengan ekuitas dalam membiayai total aset perusahaan, maka penelitian ini memasukkan unsur minority interest dalam ekuitas. 3. Times Interest Earned Times Interest Earned (TIE) merupakan rasio untuk mengetahui seberapa jauh laba dapat digunakan untuk menutup bunga. Menurut Prihadi (2008) ide dasar dari rasio ini adalah untuk mengetahui sejauh mana EBIT (laba sebelum bunga dan pajak) digunakan untuk membayar bunga dibandingkan dengan bunga pinjaman. Menurut Prihadi (2008) pengertian bunga yang digunakan sebaiknya dengan perhitungan biaya bunga dengan pendapatan bunga dikeluarkan. Menurut Helfert (2003) rasio ini dikembangkan dengan harapan bahwa EBIT atau laba operasi perusahaan tahunan sebagai sumber dana pokok dapat digunakan untuk menutupi biaya bunga hutang. Rasio ini menunjukkan seberapa besar EBIT yang diperoleh untuk menutupi beban bunga pinjaman, yang dinyatakan sebagai berikut : Times interest earned= Semakin tinggi persentase yang didapat perusahaan semakin tinggi perusahaan tersebut dalam membayarkan beban bunga dari keuntungan operasional perusahaan. 15

9 Jika perusahaan mempunyai nilai 20 maka artinya adalah laba operasi atau EBIT yang dimiliki perusahaan dapat membayarkan dua puluh kali lipat dari beban bunga yang ada. Oleh karena itu Sugiono et. al. (2009) mengatakan rasio ini berbentuk kali (x). Jika hasilya 20x, maka perusahaan dapat membayarkan beban bunga sebesar 20 kali dari hasil EBIT atau laba operasi. Mardiyanto (2009) menyatakan sekalipun rasio persentase hutang tidak berubah atau bahkan menurun, menurunnya TIE akan lebih mengkhawatirkan karena turunnya TIE menunjukkan semakin rendahnya kemampuan perusahaan membayar hutangnya, yaitu beban bunga. Hal ini juga ditegaskan oleh Brigham et al. (2010) karena mengalami kegagalan dalam membayar hutang, para kreditor apat melakukan tindakan hukum dan kemungkinan berakhir dengan kebangkutan. II.1.4 Rasio Profitabilitas Tujuan didirikannya perusahaan adalah memperoleh laba, sehingga menjadi hal yang umum apabila laba merupakan perhatian penting untuk investor. Prihadi (2008) menyebutkan bahwa tujuan perusahaan adalah memperoleh laba, sehingga tingkat profitabilitas yang tinggi dan konsisten untuk menjadi perhatian untuk analis dan pemegang saham. Oleh karena itu, tingkat profitabilitas dapat dijadikan alat ukur bagaimana perusahaan mampu bertahan dalam bisnisnya dengan memperoleh laba yang memadai. Menurut Gibson (2011) profitabilitas itu sendiri merupakan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba. Gibson (2011) menambahkan kalau analisis profitabilitas ini menjadi penting untuk pemegang saham karena berkaitan dengan pendapatan yang mereka dapat jika berinvestasi di sebuah perusahaan, yaitu deviden. 16

10 Hal ini dikarenakan jika perusahaan mendapatkan laba yang tinggi, maka akan menghasilkan deviden yang tinggi pula. Menurut Sugiono et al. (2009:h70) rasio profitabilitas bertujuan untuk mengukur efektivitas manajemen yang tercermin pada imbalan hasil investasi melalui kegiatan perusahaan atau dengan kata lain mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan dan efisiensi dalam pengelolaan kewajiban dan modal. Selain hal tersebut, Sugiono et. al. (2009) juga menambahkan bila rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur efisiensi aktivitas perusahaan dan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Menurut Darsono et. al. (2005) berpendapat bahwa profitabilitas adalah kemampuan manajemen untuk memperoleh laba. Untuk memperoleh laba di atas ratarata, manajemen harus mampu meningkatkan pendapatan (revenue) dan meminimalisasi beban (expense). Dengan kata lain, manajemen harus memberdayakan sumber daya seefisien mungkin sehingga dapat menciptakan laba yang optimal. 1. Return on Asset Return on asset (ROA) menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan untuk setiap aset yang digunankan. Dengan mengetahui rasio ini menurut Darsono et. al. (2005), analis bisa mengetahui apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan asetnya untuk kegiatan perusahaan dalam mencapai laba. Sependapat dengan Darsono, Prihadi (2008) menjelaskan ROA digunakan untuk mengukur tingkat laba terhadap aset yang digunakan dalam menghasilkan laba tersebut. Prihadi (2008) menambahkan jika ROA bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan aset untuk memperoleh laba dan 17

11 mengukur hasil total untuk seluruh kreditor dan pemegang saham selaku penyedia sumber dana. Sugiono et al. (2009) juga menyebutkan hal yang sama yaitu ROA dapat menggambarkan efisiensi pada dana yang digunakan perusahaan. Rasio ini menunjukkan persentase tingkat pengembalian laba atas seluruh total aset, yang dinyatakan sebagai berikut : Return on asset= Semakin tinggi persentase yang didapat perusahaan semakin semakin tinggi efisiensi perusahaan tersebut dalam memanfaatkan aset perusahaan dalam kegiatan operasional perusahaan. Jika perusahan mempunyai rasio 20% maka artinya adalah setiap aset yang dimiliki, perusahaan mendapatkan laba bersih sebesar Rp0,2 dengan kata lain perusahaan mampu mengelola setiap aset Rp1 untuk mengasilkan keuntungan 0,2. Laba bersih yang dimaksud adalah laba bersih yang tersedia untuk pemegang saham yang merupakan earning after tax and interest (EAT) atau net income. Sugiono et al. (2009) menjelaskan semakin tinggi ROA semakin tinggi perusahaan semakin tinggi penggunaan aset secara baik dan efisien untuk memperoleh keuntungan. Untuk menilai kinerja keuangan perusahaan dengan return on asset (ROA), menurut Darsono et al. (2005) dapat membandingkan rasio ROA tersebut dengan ratarata tingkat pengambalian pada indutri yang sama. Jika memperoleh ROA lebih tinggi dari rata-rata industri maka perusahaan dianggap baik karena memperoleh tingkat pengembalian yang lebih tinggi atas aset yang diinvestasikan. Sebaliknya, jika memperoleh ROA lebih rendah dari rata-rata industri maka perusahaan dianggap 18

12 kurang baik karena memperoleh tingkat pengembalian yang lebih rendah atas aset yang diinvestasikan. Faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengembalian yang rendah menurut Brigham et al. (2010) adalah dapat diakibatkan dari kemampuan untuk menghasilkan laba bersih perusahaan yang rendah dan/atau beban bunga yang tinggi yang disebabkan oleh banyaknya hutang perusahaan dibandingkan rata-rata dalam industrinya. 2. Return on equity Rasio return on equity (ROE) ini merupakan yang paling umum digunakan untuk mengukur hasil pengembalian atas investasi pemilik. Sugiono et al. (2009) menjelaskan bahwa rasio ini menggambarkan tingkat pengembalian laba atas seluruh modal yang ada. Hal ini juga disebutkan oleh Darsono et al. (2005) yaitu analis bisa mengetahui pengembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap modal dari pemilik. Sugiono et al. (2009) menambahkan ROE menjadi salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan kinerja perusahaan. Menurut Mardiyanto (2009) rasio return on equity (ROE) digunakan untuk mengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi para pemegang saham. Oleh karena itu, ROE dianggap sebagai representasi dari kekayaan pemegang saham atau nilai perusahaan. Menurut Brigham et al. (2010) ROE ini merupakan rasio akuntansi paling penting dan dianggap menjadi bottom line. Disebut bottom line karena menggunakan laba bersih sebagai pembilang. Laba bersih digunakan untuk tujuan perhitungan yang 19

13 mencerminkan hasil bisnis perusahan yang sepenuhnya dimiliki oleh pemilik modal, yaitu pemegang saham. Rasio ini menunjukkan persentase tingkat pengembalian laba terhadap ekuitas, yang dinyatakan sebagai berikut : Return on equity= Semakin tinggi persentase yang didapat perusahaan semakin tinggi pengelolaan modal perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari modal tersebut. Jika perusahaan mempunyai rasio 20% artinya perusahaan dapat memberikan pengembalian atas modal (ekuitas) sebesar 20% dari modal yang ditanamkan ke perusahaan. Menurut Darsono et. al. (2005), sama seperti ROA, rasio return on equity (ROE) dapat dibandingkan dengan rata-rata tingkat pengambalian pada industri yang sama. Jika memperoleh ROE lebih tinggi dari rata-rata industri maka perusahaan dianggap baik karena pemegang saham dapat memperoleh tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata industri. Sebaliknya, jika memperoleh ROE lebih rendah dari rata-rata industri maka perusahaan dianggap kurang baik karena pemegang saham memperoleh tingkat pengembalian yang lebih rendah. II.1.5 Market Value Added Laporan keuangan tidak mencerminkan nilai pasar sehingga tidak memadai untuk tujuan evaluasi kinerja manajer. Untuk mengisi kekosongan ini, dalam Brigham et al. (2010) dapat menggunakan konsep market value added (MVA). Konsep MVA ini dikembangkan oleh Joel Stern dan Bennett Stewart dalam bukunya The Quest of Value. 20

14 Brigham et al. (2010:h111) menyatakan bahwa nilai tambah pasar (MVA) yaitu perbedaan antara nilai pasar ekuitas suatu perusahaan dengan nilai buku seperti yang disajikan dalam neraca, nilai pasar dihitung dengan mengalikan harga saham dengan jumlah saham yang beredar. Market value added (MVA) diperlukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah memaksimalkan kekayaan untuk pemegang sahamnya. Selain itu MVA juga dapat membantu mengetahui apakah perusahaan telah mengalokasikan sumber daya yang dimiliki secara efisien sehingga dapat memberikan keuntungan ekonomis. Sehingga perhitungan MVA dalam buku Brigham et al. (2010) adalah total ekuitas perusahaan yang dimana termasuk saldo laba. Saldo laba merupakan hasil kinerja manajer perusahaan dalam mengalokasikan sumber daya. Dengan kata lain, MVA bukanlah agio saham yang sebatas membandingkan harga pasar saham beredar dengan harga buku saham. Menurut Brigham et al. (2010) MVA menunjukkan selisih dari nilai pasar saham dan jumlah modal ekuitas, yang dinyatakan sebagai berikut: MVA = Nilai pasar dari saham ekuitas modal = Saham beredar x Harga saham Total ekuitas Jika terdapat selisih, selisih tersebut merupakan perbedaan antara dana yang diinvestasikan pemegang saham. Jika MVA positif maka manajer dapat membuat kekayaan shareholder bertambah. Semakin tinggi (positif) MVA, semakin baik kinerja yang telah dilakukan manajer perusahaan untuk pemegang saham. Sebaliknya, semakin rendah MVA semakin buruk kinerja manajer perusahaan untuk pemegang saham. 21

15 Brigham et al. (2010) menambahkan tidak ada aturan baku yang mengatur bagaimana seharusnya perlakukan terhadap saham preferen dalam perhitungan market value added ini. Saham preferen sendiri dapat memiliki bentuk berbeda-beda, tetapi pada umumnya dibayarkan dengan jumlah yang sama setiap tahunnya seperti hutang tetapi sifatnya sama seperti saham biasa dalam artian jika perusahaan gagal membayar deviden preferen maka tidak bisa langsung dikatakan perusahaan tersebut bangkrut. Hal ini dapat menimbulkan kerancuan. Tetapi sepanjang melakukan perhitungan secara konsisten dengan salah satu perlakuan tersebut, memasukkan saham preferen atau tidak diperkenankan. II.1.6 Teori Statistika Dalam buku Supranto (2000), Andersen dan Bancrof mendefinisikan statistik adalah ilmu dan seni pengembangan dan penerapan metode yang paling efektif untuk kemungkinan salah dalam kesimpulan dan estimasi dapat diperkirakan dengan menggunakan penalaran berdasarkan probabilitas matematika. Supranto (2000) juga menambahkan statistik digunakan untuk membantu mengidentifikasi dan memahami suatu hubungan dan menjawab hipotesis dengan jawaban yang rasional. Perangkat statistik yang digunakan untuk menjawab hipotesis dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dengan uji coefficient multiple determination, uji koefisien beta dengan distribusi t dan uji multiple correlation dengan distribusi F. Sebelumnya, untuk mengetahui data pada regresi bias atau tidak dilakukan uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas. 22

16 1. Uji Normalitas, Uji Autokorelasi, Uji Multikoliniearitas, dan Uji Heteroskedastisitas Uji asumsi klasik ini harus dilakukan sebelum regresi untuk menguji hipotesis. Hal ini dilakukan agar penelitian tidak menjadi bias atau membuat perhitungan model regresi tidak stabil. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikoliniearitas, dan uji heteroskedastisitas. Menurut Wijaya (2009) uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah dalam model regresi variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi yang normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang terdisribusi normal. Dengan data terdistribusi normal data menjadi tidak bias. Selain itu Wijaya (2009) menyatakan model regresi yang baik selayaknya tidak terjadi multikolinearitas antara variabel independen. Asumsi dasar multikolinearitas mengharuskan variabel independen harus terbebas dari masalah multikolinearitas. Jika terjadi multikolinearitas yang tinggi pada model regresi, maka koefisien pada masingmasing variabel dapat menjadi bias. Sehingga uji multikolinearitas ini menguji apakah pada model regresi ditemukan ada atau tidaknya korelasi antara variabel independen. Uji autokorelasi juga harus dilakukan karena menurut Wijaya (2009) uji autokorelasi bertujuan untuk menguji ada tidaknya korelasi antara kesalahan pengganggu atau eror pada satu periode dengan periode lainnya pada penelitian. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Seringkali masalah korelasi sering timbul disebabkan data penelitian yang merupakan time series. Sedangkan untuk uji heteroskedastisitas menurut Wijaya (2009:h124) adalah model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Sehingga uji heteroskedastisitas menurut Wijaya (2009) untuk 23

17 mengetahui apakah data dalam model mengalami heteroskedastisitas, yaitu dari residual (eror) dalam regresi tidak sama atau tersebar. Sering kali masalah heteroskedastisitas timbul disebabkan data penelitian yang merupakan crosssection. 2. Uji Coefficient Multiple Determination, Uji Koefisien Beta Dengan Distribusi t dan Uji Multiple Correlation Dengan Distribusi F Setelah data tidak menunjukkan masalah dari uji asumsi klasik, maka akan dilakukan regresi linier berganda. Fungsi regresi menurut Martono (2010:h163) adalah untuk memprediksi atau meramalkan besarnya nilai variabel Y bila nilai variabel X ditambah beberapa kali. Dengan kata lain, pengujian regresi ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dan peran perubahan variabel independen dalam perubahan variabel dependen. Dalam menganalisis regresi linier berganda dilakukan pengujian coefficient multiple determination, koefisien beta dengan distribusi t dan multiple correlation dengan distribusi F. Menurut Atmaja (2009) uji determinasi dilakukan untuk mengetahui perubahan variabel dependen yang dapat dijelaskan atau dipengaruhi oleh peran variabel independen. Menurut Nugroho (2005), kuat atau lemahnya nilai coefficient multiple determination dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi (R). Nugroho (2005) menambahkan koefisien korelasi ini menunjukkan hubungan antara variabel-variabel dalam penelitian. Nilai ini antara atau +. Jika memiliki nilai yang negatif maka korelasi memiliki hubungan yang terbalik. Dan jika memiliki nilai yang positif memiliki hubungan yang lurus. Dengan kriteria korelasi sebagai berikut: - Sangat lemah jika 0,00 < R < 0,20. - Lemah jika 0,21 < R < 0,40. 24

18 - Kuat jika 0,41 < R < 0,70. - Sangat Kuat jika 0,71 < R < 0,90. - Kuat jika 0,91 < R < 0,99 - Sempurna jika R = 1,00. Sedangkan untuk uji koefisien beta dengan distribusi t dilakukan untuk menguji apakah variabel independen dapat mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Menurut Martono et. al. (2010) kegunaan uji ini adalah untuk menguji signifikansi model linear secara parsial. Uji multiple correlation dengan distribusi F dilakukan untuk menguji variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Berbeda dengan uji koefisien beta dengan distribusi t, fungsi dari uji multiple correlation dengan distribusi F adalah untuk menguji signifikansi antara kedua variabel tersebut secara bersama-sama. II.2. Pengembangan Hipotesis Dalam menilai kinerja keuangan perusahaan, para pihak berkepentingan terutama pemegang saham yang mempertimbangkan tingkat likuiditas, solvabilitas maupun profitabilitas perusahaan sebagai indikator penentu. Rasio likuiditas menjadi hal penting karena indikator tersebut mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya. Tentu saja secara logika para pemegang saham tidak ingin perusahaan yang mereka tanamkan modalnya adalah perusahaan yang illikuid, tidak bisa secara cepat mencairkan asetnya dalam bentuk kas sehingga tidak dapat membayar kewajiban jangka pendeknya. Rasio solvabilitas atau leverage juga penting karena mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajiban perusahaan baik jangka panjang maupun 25

19 jangka pendek. Tidak hanya kewajiban saja, solvabilitas juga mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dari pinjaman jangka panjang. Alasan solvabilitas dan likuiditas menjadi penting untuk pemegang saham adalah untuk mengetahui apakah perusahaan dalam posisi baik yaitu dapat menjamin kewajiban yang ada sehingga ketakutan akan going concern dapat diatasi. Karena sesuai dengan pernyataan Gibson (2011) bahwa proporsi hutang yang besar akan mengakibatkan resiko hutang tersebut tidak dibayarkan. Indikator penting lainnya adalah dengan melihat profitabilitas. Profitabilitas mengukur tingkat laba yang dihasilkan oleh perusahaan selama periode tertentu. Profitabilitas menjadi hal penting karena pada dasarnya, tujuan didirikannya perusahaan adalah memperoleh laba (profit). Dengan laba yang memadai diharapkan perusahaan mampu bertahan dalam bisnisnya. Sugiono et. al. (2009) mengungkapkan bahwa likuiditas, tingkat leverage dan profitabilitas saling berhubungan. Sebagai contoh, jika perusahaan memiliki profitabilitas tinggi tetapi memiliki likuiditas rendah, maka perusahaan akan menghadapi pailit dalam waktu dekat karena tidak mampu membayar kewajiban. Jika perusahaan memiliki tingkat leverage yang tinggi akan mempengaruhi profitabilitas. Karena semakin besar hutang, semakin besar biaya bunga yang harus dibayarkan perusahaan dan akan mengakibatkan profitabilitas perusahan menurun. Pemegang saham ingin bisnis perusahaan berkembang sehingga dapat meningkatkan laba karena dengan profitabilitas yang tinggi akan meningkatkan pendapatan pemegang saham. Oleh karena itu seharusnya penilaan kinerja keuangan dengan rasio likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas mempengaruhi pemegang saham untuk berinvestasi. 26

20 Berkaitan dengan penilaian kinerja perusahaan, Joel Stern dan Bennett Stewart mengembangkan konsep untuk menilai kinerja perusahaan dengan indikator yang mereka sebut market value added. Menurut mereka dengan menggunakan market value added para analis khususnya pemegang saham yang sudah maupun yang akan menanamkan modalnya ke perusahaan dapat menilai kinerja perusahaan dan dapat menilai apakah perusahaan mampu memberikan keutungan ekonomis dengan memperhitungkan selisih nilai pasar atas jumlah modal ekuitas. Baik metode likuiditas, solvabilitas, dan profitablilitas maupun market value added memberikan peniliaian kinerja perusahaan untuk menilai kinerja yang dapat memberikan keuntungan ekonomis. Dari keuntungan ekonomis ini dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa apabila jika ada kenaikan likuiditas, solvabilitas, dan profitablilitas maka akan ada kenaikan market value added pada perusahaan. Karena secara logika jika perusahaan dengan kenaikan likuiditas, solvabilitas, dan profitablilitas tinggi akan membuat pemegang saham ingin berinvestasi di perusahaan tersebut. Dan hasilnya akan meningkatkan market value added pada perusahaan. Begitu juga sebaliknya jika ada penurunan kenaikan likuiditas, solvabilitas, dan profitablilitas maka akan ada penurunan market value added pada perusahaan. Dengan kata lain, likuiditas, solvabilitas, dan profitablilitas dapat mempengaruhi market value added sebuah perusahaan. Hal ini juga diperkuat oleh beberapa jurnal yang penulis dapatkan. Salah satunya dari Ottemoesoe (2009) yang mengkaji market value added perusahaan yang memakai internet (internet firms) dengan yang tidak memakai internet pada perusahaan di Nekkei (indeks saham di Jepang). Dalam jurnalnya Ottenmoesoe menyatakan kalau market 27

21 value added (MVA) dipengaruhi banyak hal, antara lain termasuk likuiditas dan solvabilitas perusahaan. Wibowo dan Berasategui (2008) menyatakan market value added memiliki hubungan yang signifikan dengan reported earning (laba bersih) pada perusahaan yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia. Dalam jurnalnya, Wibowo dan Berasategui melakukan pengujian Pearson Correlation. Hasilnnya dari pengujian tersebut mendapatkan korelasi yang kuat secara positif (strong posistive correlation) antara market value added dan reported earnings. Disamping itu penelitian Airlangga (2009) yang juga menjadi acuan utama penelitian ini, telah membuktikan bahwa return on asset (ROA) mempunyai pengaruh terhadap market value added pada perusahaan manufaktur. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel ROA mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap market value added (MVA). Dengan kata lain, semakin baik perusahaan dalam memperoleh ROA semakin baik pula market value added. Penelitian Equilibrilla (2008) pada industri telekomunikasi dan transportasi juga telah membuktikan bahwa return on asset (ROA), return on equity (ROE), earning per share (EPS) dan economic value added (EVA) secara bersama-sama mempengaruhi market value added (MVA). Tetapi secara individual hanya ROA mempengaruhi MVA. Sedangkan menurut penelitian Equilibrilla, ROE, EPS dan EVA tidak mempengaruhi MVA secara signifikan. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengembangkan penelitian sebelumnya untuk mengukur seberapa besar pengaruh likuiditas, solvabiitas, dan profitabilitas terhadap market value added. Karena seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas dapat saling mempengaruhi. Penulis akan 28

22 meneliti perusahaan pada LQ 45 karena LQ 45 terdiri dari saham-saham perusahaan dengan likuiditas serta kapitalisasi pasar yang tinggi dan terus dipantau dan akan diadakan review setiap enam bulan sekali. Dengan kata lain, perusahaan dalam LQ 45 merupakan perusahaan unggulan yang memiliki market value yang baik di Bursa Efek Indonesia (BEI). Indikator likuiditas yang digunakan adalah acid-test ratio. Indikator solvabilitas yang digunakan adalah debt ratio, debt to equity ratio,dan times interest earned. Dan indikator profitabilitas yang digunakan adalah return on asset dan return on equity. Sehingga variabel independen dalam penelitian ini berjumah 6 variabel, yaitu acid-test ratio, debt ratio, debt to equity ratio, times interest earned, return on asset dan return on equity. Menurut Sugiyono (2008:h93) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Hipotesis merupakan jawaban sementara sebab perlu pengujian untuk membuktikan kebenaran dari jawaban tersebut. Ditambahkan oleh Sugiyono (2008) bahwa jawaban sementara adalah jawaban yang berasal dari teori-teori yang sesuai dan bukan dari pengujian dari fakta yang ada di lapangan dengan cara pengumpulan data. Dengan kata lain, hipotesis merupakan jawaban teoritis terhadap rumusan penelitian bukan jawaban yang empiris. Untuk membuktikan hipotesis atau jawaban sementara pada penelitian ini, penulis akan menguji beberapa variabel independen dan variabel independen. Berikut merupakan variabel-variabel yang akan digunakan dalam penyusunan hipotesis: 29

23 a. Variabel independen (X) : 1. Acid Test Ratio sebagai X 1 2. Debt Ratio sebagai X 2 3. Debt to Equity Ratio sebagai X 3 4. Times Interest Earned (TIE) sebagai X 4 5. Return on Asset (ROA) sebagai X 5 6. Return on Equity (ROE) sebagai X 6 b. Variabel dependen (Y) : - Market Value Added sebagai Y c. Variabel kontrol Menurut Sugiyono (2008:61) variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah krisis global pada tahun Akibat resesi global ini mengakibatkan IHSG turun. Dengan turunnya IHSG, harga saham perusahaan LQ45 juga tidak terlepas dari imbas krisis global tersebut. Terjadinya krisis global yang berimbas pada harga saham di Indonesia diperkuat dengan pernyataan Wibowo (2008) dalam vivanews.com, dengan judul 2008, IHSG Antiklimaks, IHSG melemah 50 persen setelah enam tahun berturut-turut dalam tren menguat. Dalam beritanya Wibowo mengatakan berdasarkan data 30 Desember 2008, IHSG turun 50,75 persen menjadi 1.352,23 dan melemahnya pasar modal terlihat dari kelanjutan krisis subprime mortgage yang mencapai puncak pada pertengahan September saat salah satu bank investasi terbesar di Amerika Serikat (AS), Lehman Brothers, mengumumkan pailit. 30

24 Variabel kontrol ini dibuat karena market value added sangat berhubungan dengan harga saham. Brigham et. al (2010) menyatakan angka pada market value added tidak sepenuhnya diakibatkan oleh manajemen. Salah satu unsur market value added adalah harga saham. Jadi naik turunnya harga saham dapat mempengaruhi market value added. Hal ini dipaparkan juga oleh Ottemoesoe (2009) dalam jurnalnya, yang menyatakan market value added sangat berkaitan dengan harga saham. Jika market value added tinggi dikarenakan harga saham perusahaan tinggi. Hal lain juga perkuat jurnal Thenmozhi (2000) yang juga menyatakan performa market value added sangat memiliki keterkaitan (korelasi) dengan harga saham sampai dengan 87,79%. Hipotesis 1: Bagaimana pengaruh acid-test ratio terhadap perubahan market value added (MVA) perusahaan? H 01 : Acid-test Ratio tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan market value added (MVA) perusahaan. H a1 : Acid-test Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan Market market value added (MVA) perusahaan. Hipotesis 2: Bagaimana pengaruh debt ratio terhadap perubahan market value added (MVA) perusahaan? H 02 : debt ratio tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan market value added (MVA) perusahaan. H a2 : debt ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan market value added (MVA) perusahaan. Hipotesis 3: Bagaimana pengaruh debt to equity ratio terhadap perubahan market value added (MVA) perusahaan? 31

25 H 03 : Debt to equity ratio tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan market value added (MVA) perusahaan. H a3 : Debt to equity ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan market value added (MVA) perusahaan. Hipotesis 4: Bagaimana pengaruh times interest earned (TIE) terhadap perubahan Market Value Added perusahaan? H 04 : Times interest earned (TIE) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan market value added (MVA) perusahaan. H a4 : Times interest earned (TIE) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan market value added (MVA) perusahaan. Hipotesis 5: Bagaimana pengaruh return on asset (ROA)terhadap perubahan Market Value Added perusahaan? H 05 : Return on asset (ROA)tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan market value added (MVA) perusahaan. H a5 : Return on asset (ROA)memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan market value added (MVA) perusahaan. Hipotesis 6: Bagaimana pengaruh return on equity (ROE) terhadap perubahan Market Value Added perusahaan? H 06 : Return on equity (ROE) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan market value added (MVA) perusahaan. H a6 : Return on equity (ROE) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan market value added (MVA) perusahaan. 32

26 Hipotesis 7: Acid-test Ratio, debt ratio, debt to equity ratio, times interest earned (TIE), return on asset (ROA), dan return on equity (ROE) erhadap perubahan market value added (MVA) perusahaan? H 07 : Acid-test Ratio, debt ratio, debt to equity ratio, times interest earned (TIE), return on asset (ROA), dan return on equity (ROE) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan market value added (MVA) perusahaan. H a7 : Acid-test Ratio, debt ratio, debt to equity ratio, times interest earned (TIE), return on asset (ROA), dan return on equity (ROE) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan market value added (MVA) perusahaan. 33

ANALISIS PENGARUH LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN PROFITABILITAS TERHADAP MARKET VALUE ADDED (MVA)

ANALISIS PENGARUH LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN PROFITABILITAS TERHADAP MARKET VALUE ADDED (MVA) ANALISIS PENGARUH LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN PROFITABILITAS TERHADAP MARKET VALUE ADDED (MVA) Marsya Aisyana; Yen Sun Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Komunikasi, BINUS University Jln. K.H. Syahdan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 8 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber dana jangka pendek

Lebih terperinci

Bab II. Tinjauan Pustaka

Bab II. Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Likuiditas Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampauan perusahaan-perusahaan membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisa Rasio Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Analisa rasio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini dalam suatu periode tertentu (Kasmir,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Economic Value Added (EVA) 1. Definisi Economic Value Added (EVA) EVA menurut John D.Martin et al (2010:44), menyatakan bahwa: Nilai Tambah Ekonomi (Economic Value Added EVA),

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. aktiva, baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan mendapatkan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. aktiva, baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan mendapatkan 8 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Investasi di Pasar Modal Investasi merupakan kegiatan menanamkan modal pada satu atau lebih aktiva, baik langsung maupun tidak langsung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.2.1. Profitabilitas Ada beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan dimana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai pedoman agar dapat digunakan didalam penelitian ini. Sebagai berikut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai pedoman agar dapat digunakan didalam penelitian ini. Sebagai berikut BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peneliti Terdahulu Pada penelitian ini menggunakan hasil dari para penelitian terdahulu sebagai pedoman agar dapat digunakan didalam penelitian ini. Sebagai berikut panelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aset 2.1.1 Pengertian Aset Aset merupakan bentuk dari penanaman modal perusahaan yang bentuknya dapat berupa hak atas kekayaan atau jasa yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh transaksi saham yang berlaku dalam lantai bursa pasar modal. Hal ini dimungkinkan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebuah perusahaan didirikan tentunya mempunyai tujuan yang jelas.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebuah perusahaan didirikan tentunya mempunyai tujuan yang jelas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah perusahaan didirikan tentunya mempunyai tujuan yang jelas. Tujuan semua perusahaan menurut ahli keuangan tidak jauh berbeda satu sama lainnya, hanya saja cara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Harga saham a. Pengertian saham Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk Indonesia menurut Badan Pusat Statistik Indonesia hampir

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk Indonesia menurut Badan Pusat Statistik Indonesia hampir BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk Indonesia menurut Badan Pusat Statistik Indonesia hampir mencapai 250.000.000 jiwa. Sebagai kebutuhan pokok, barang konsumsi merupakan barang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Laba didefinisikan dengan pandangan yang berbeda-beda. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Saham Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Signaling Theory 2.1.1. Pengertian Signaling Theory Menurut Jama an (2008) Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kinerja Keuangan Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Laba Setiap perusahaan berusaha untuk memperoleh laba yang maksimal. Laba yang diperoleh perusahaan akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan tersebut.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Saham Saham merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston, 18 II. LANDASAN TEORI 2.1 Rasio Likuiditas Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan

Lebih terperinci

: Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

: Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Nama Mahasiswa : Ario Yusuf Nomor Pokok Mahasiswa : 0611031039

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jenis-Jenis Rasio Keuangan Ada banyak jenis-jenis rasio keuangan yang biasa digunakan dalam melakukan analisis keuangan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Horne dan Wachowicz

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. minuman yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Pengambilan sampel dan purposive

BAB II URAIAN TEORITIS. minuman yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Pengambilan sampel dan purposive BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Tobing (2006) mengenai Pengaruh Struktur Modal terhadap Profitabilitas pada Industri Makanan dan Minuman yang Tercatat di Bursa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk memobilisasi dana yang bersumber dari masyarakat ke berbagai sektor yang melaksanakan investasi.

Lebih terperinci

II. TIN JAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi

II. TIN JAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi 17 II. TIN JAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi keuangan dari perusahaan. Laporan keuangan yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi perusahaan di Indonesia sangat sulit didapatkan, sekalipun perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. informasi perusahaan di Indonesia sangat sulit didapatkan, sekalipun perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bagi investor di pasar modal, informasi merupakan hal yang sangat penting untuk pengambilan keputusan investasi mereka. Sudah sangat umum diketahui bahwa informasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Laporan Keuangan Pengertian laporan keuangan menurut Feriansya (2015:4) : Laporan keuangan merupakan tindakan pembuatan ringkasan dan keuangan perusahaan. Laporan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Statistik deskriptif dalam penelitian ini meliputi nilai statistik deskriptif variabel return, CR, ROA, DER, EPS dan Beta. Dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan memberikan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode penelitian ini mencakup data tahun 2013 2015 dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya perusahaan yang berdiri dan berkembang sesuai dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya perusahaan yang berdiri dan berkembang sesuai dengan meningkatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dunia usaha saat ini semakin ketat. Hal ini disebabkan semakin banyaknya perusahaan yang berdiri dan berkembang sesuai dengan meningkatnya kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas menurut Anoraga (1997:300) adalah menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Rasio Keuangan Rasio yang menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasinya tersebut akan mampu memberikan tingkat pengembalian (rate of return)

BAB I PENDAHULUAN. investasinya tersebut akan mampu memberikan tingkat pengembalian (rate of return) BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada umumnya investasi merupakan suatu kegiatan menempatkan sejumlah dana selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan dan atau peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai investasi pada masa yang akan datang. Tujuan utama kegiatan investasi

BAB I PENDAHULUAN. nilai investasi pada masa yang akan datang. Tujuan utama kegiatan investasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi merupakan suatu kegiatan menempatkan sejumlah dana selama periode tertentu dengan harapan memperoleh penghasilan dan atau peningkatan nilai investasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Laporan tahunan (annual report) adalah suatu laporan resmi mengenai keadaaan

BAB II LANDASAN TEORI. Laporan tahunan (annual report) adalah suatu laporan resmi mengenai keadaaan 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Laporan Tahunan Perusahaan Laporan tahunan (annual report) adalah suatu laporan resmi mengenai keadaaan keuangan emiten dalam jangka waktu satu tahun. Termasuk di dalam laporan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Laporan Keuangan dan Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan disusun setiap akhir periode sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasio Likuiditas Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar. Pertumbuhan menggambarkan sesuatu yang hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar. Pertumbuhan menggambarkan sesuatu yang hidup dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan adalah suatu proses yang menggambarkan perubahan dari suatu yang belum ada menjadi ada, dari yang kecil berubah menjadi lebih besar. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Telah melakukan penelitian yang berjudul Analisis Perbandingan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Telah melakukan penelitian yang berjudul Analisis Perbandingan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini berdasarkan atas penelitian-penelitian yang terdahulu, natara lain : 1.1.1 Penelitian Raja Lambas (2005) Telah melakukan penelitian yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Modal 2.1.1 Pengertian Struktur Modal Investor menanamkan sejumlah dana pada suatu perusahaan dengan harapan memperoleh pengembalian yang menguntungkan. Menurut Brigham

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laba 2.1.1 Pengertian Laba Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka laba diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN LQ 45 YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE

ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN LQ 45 YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN LQ 45 YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2009-2013 Nama : Siti Wulandari NPM : 19210954 Fakultas / Jurusan : Ekonomi /Manajemen Latar Belakang

Lebih terperinci

PENGARUH TIME INTEREST EARNED

PENGARUH TIME INTEREST EARNED ABSTRAKSI PENGARUH TIME INTEREST EARNED, DEBT TO EQUITY RATIO DAN SIZE PERUSAHAAN TERHADAP RETURN ON EQUITY PADA PT ASTRA INTERNASIONAL, Tbk. DAN ENTITAS PERUSAHAAN Sara Email: sarawd@ymail.com Sekolah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Keuangan 2.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan Menurut Wibowo (2014:7 ), kinerja berasal dari pengertian performance. Ada pula yang memberikan pengertian performance sebagai

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Memahami Kondisi dan Kinerja Keuangan Perusahaan. Basharat Ahmad. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Manajemen Keuangan. Memahami Kondisi dan Kinerja Keuangan Perusahaan. Basharat Ahmad. Modul ke:  Fakultas Ekonomi dan Bisnis Manajemen Keuangan Modul ke: Memahami Kondisi dan Kinerja Keuangan Perusahaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Materi Pembelajaran Analisa Rasio Keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisa Rasio Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Analisa rasio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana. Dana

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana. Dana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan suatu bisnis setiap perusahaan perbankan memiliki banyak kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana. Dana merupakan elemen utama yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kebijakan Hutang 1. Pengertian Kebijakan Hutang Hutang menunjukkan besarnya kepentingan kreditur pada harta perusahaan. Pada prinsipnya hutang akan menguntungkan apabila perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu perusahaan dapat dikatakan mencapai kesuksesan dan berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang maksimal (Mahaputra, 2012). Di samping

Lebih terperinci

Disusun oleh : ARUM DESMAWATI MURNI MUSSALAMAH B

Disusun oleh : ARUM DESMAWATI MURNI MUSSALAMAH B PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS), DEBT TO EQUITY RATIO (DER) DAN RETURN ON EQUITY (ROE) TERHADAP HARGA SAHAM (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2011)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Return Saham Salah satu faktor yang memotivasi investor dalam melakukan kegiatan investasi yaitu adanya return saham yang merupakan imbalan atas keberanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sehat apabila perusahaan dapat bertahan dalam kondisi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sehat apabila perusahaan dapat bertahan dalam kondisi ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan laju tatanan perekonomian dunia yang telah mengalami perkembangan dan mengarah pada sistem ekonomi pasar bebas, perusahaanperusahaan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan harus selalu meningkatkan kinerja perusahaan mereka. Ada berbagai

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan harus selalu meningkatkan kinerja perusahaan mereka. Ada berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan bisnis dalam sebuah perusahaan tujuannya adalah untuk memaksimalkan kekayaan dan membuat bisnisnya semakin berkembang. Pada era sekarang ini, dunia bisnis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pekerjaan bagian pembukuan. Selanjutnya laporan keuangan tersebut untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pekerjaan bagian pembukuan. Selanjutnya laporan keuangan tersebut untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan Laporan keuangan bagi suatu perusahaan merupakan hasil akhir dari pekerjaan bagian pembukuan. Selanjutnya laporan keuangan tersebut untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Mayora Tbk maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil kinerja Likuiditas dilihat dari rasio

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 Kerangka penelitian. memperhitungkan tingkat return yang dikehendaki dan biaya-biaya modal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 Kerangka penelitian. memperhitungkan tingkat return yang dikehendaki dan biaya-biaya modal 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran untuk mengadakan penelitian ini secara sistematis dapat digambarkan sebagai berikut : EVA (X1) ROA (X2) ROE (X3) Harga Saham (Y)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Sawir (2008:67) kinerja keuangan adalah penilaian tingkat efisiensi dan produktifitas perusahaan di bidang keuangan yang dilakukan secara berkala atas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan pada penelitian ini adalah: 2.1.1 Widayanti dan Haryanto (2013) Penelitian Widayanti dan Haryanto (2013)

Lebih terperinci

PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP RETURN ON EQUITY DAN EARNING PER SHARE PADA PT PAKUWON JATI, Tbk. DAN ENTITAS ANAK

PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP RETURN ON EQUITY DAN EARNING PER SHARE PADA PT PAKUWON JATI, Tbk. DAN ENTITAS ANAK PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP RETURN ON EQUITY DAN EARNING PER SHARE PADA PT PAKUWON JATI, Tbk. DAN ENTITAS ANAK Mulyasari email: ame.meme@ymail.com Program Studi Akuntansi STIE Widya Dharma Pontianak

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH ROA, ROE, NPM DAN EPS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN SEKTOR MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

ANALISIS PENGARUH ROA, ROE, NPM DAN EPS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN SEKTOR MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA ANALISIS PENGARUH ROA, ROE, NPM DAN EPS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN SEKTOR MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA Nama Jurusan Pembimbing : Nurul Hasanah : Akuntansi : Dr. Dwi Asih Haryanti, SE.,

Lebih terperinci

ANALISIS KEUANGAN. o o

ANALISIS KEUANGAN. o o ANALISIS KEUANGAN Analisis rasio keuangan merupakan dasar untuk menilai dan menganalisa prestasi operasi perusahaan. Analisis rasio keuangan juga dapat digunakan sebagai kerangka kerja perencanaan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Rasio Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Analisis rasio adalah suatu metode Analisis untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi

Lebih terperinci

WARMING UP : Buatlah Neraca dan Laba Rugi

WARMING UP : Buatlah Neraca dan Laba Rugi PENJUALAN 3000$ HPP 30% PENJUALAN BIAYA ADMINISTRASI = HPP KAS = 30% MODAL PAJAK 10% LABA DITAHAN 30% TOTAL MODAL = LABA DITAHAN X2 BIAYA BUNGA 30% HPP PERSEDIAAN = 3 X KAS PIUTANG = KAS HUTANG LANCAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan suatu perhitungan rasio dengan menggunakan laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang (Tandelilin,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Current Ratio merupakan salah satu rasio yang paling umum digunakan untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Maharani Ritonga, Kertahadi dan Sri Mangesti Rahayu (2014)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Maharani Ritonga, Kertahadi dan Sri Mangesti Rahayu (2014) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang menjadi rujukan dalam penelitian ini diantaranya adalah : 1. Maharani Ritonga, Kertahadi dan Sri Mangesti Rahayu (2014) Tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal Pasar modal dapat digunakan sebagai tempat menjual saham bagi perusahaan yang memerlukan dana, begitu juga investor dapat membeli surat berharga di pasar modal.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu yang disusun

Lebih terperinci

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode tertentu. Dengan melihat laporan keuangan suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan masyarakat, tempat untuk meminjam, menukar, memindahkan dan menerima

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Nilai Perusahaan Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga saham.

Lebih terperinci

PENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA PENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA ARNI / 20208189 Pembimbing : Dr. Emmy Indrayani Latar Belakang Masalah Salah satu faktor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas menurut Anoraga (1997:300) adalah menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta meningkatkan mutu

BAB II LANDASAN TEORI. banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta meningkatkan mutu 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Teori - teori 1. Profitabilitas a. Pengertian Profitabilitas Tujuan akhir yang ingin dicapai perusahaan yang terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan Laba 1. Pengertian dan Karakteristik Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh modal yang semurah murahnya dan menggunakan seefektif, seefisien,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Objek penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode waktu yang dipilih

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. bahwa EVA dan MVA secara simultan (bersama-sama) memiliki pengaruh

BAB V PEMBAHASAN. bahwa EVA dan MVA secara simultan (bersama-sama) memiliki pengaruh 97 BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap Return Saham pada Perusahaan Property dan Real estate yang Terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab 4 yaitu penilaian kinerja keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk yang akan dibandingkan dengan rata-rata

Lebih terperinci

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perbankan Yang Terdaftrar Di Bursa Efek Indonesia

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perbankan Yang Terdaftrar Di Bursa Efek Indonesia Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perbankan Yang Terdaftrar Di Bursa Efek Indonesia Krishnan Samitra Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ABSTRAK Fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengambil keputusan investasi. Investor tidak terlibat secara langsung dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengambil keputusan investasi. Investor tidak terlibat secara langsung dalam BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sebuah informasi yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan investasi. Investor tidak terlibat secara langsung dalam operasional

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 20 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan Pengertian manajemen keuangan menurut beberapa pendapat, yaitu: Segala aktifitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini yang menjadi penelitian adalah seluruh perusahaan LQ 45 yang listing di BEI pada tahun 2010-2014, dimana perusahaan tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Analisis Rasio Keuangan Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai investasi di masa yang akan datang. (Jones, 2004). Tujuan kegiatan investasi

BAB I PENDAHULUAN. nilai investasi di masa yang akan datang. (Jones, 2004). Tujuan kegiatan investasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi merupakan suatu kegiatan menempatkan sejumlah dana selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan dan atau peningkatan nilai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjuaan Teoritis 1. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi semakin ketat dan kompetitif. Kondisi ini menuntut sebuah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi semakin ketat dan kompetitif. Kondisi ini menuntut sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini dunia usaha dihadapkan pada kondisi persaingan yang menjadi semakin ketat dan kompetitif. Kondisi ini menuntut sebuah perusahaan harus mampu beradaptasi dan

Lebih terperinci

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED DAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN TERHADAP RETURN PEMEGANG SAHAM (Studi Empiris Terhadap Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ) SKRIPSI Disusun Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya nilai perusahaan dapat meningkatkan kesejahteraan pemilik

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya nilai perusahaan dapat meningkatkan kesejahteraan pemilik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan, meningkatnya nilai perusahaan dapat meningkatkan kesejahteraan pemilik perusahaan (Prihadi, 2013:8).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terdapat di neraca. Menurut Munawir (2004:32) solvabilitas menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terdapat di neraca. Menurut Munawir (2004:32) solvabilitas menunjukkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Solvabilitas 1. Pengertian Solvabilitas Solvabilitas merupakan perbandingan antara kewajiban terhadap akun lain yang terdapat di neraca. Menurut Munawir (2004:32) solvabilitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Profitabilitas 1. Pengertian Profitabilitas Salah satu tujuan perusahaan adalah untuk menghasilkan laba atau profit. Laba merupakan peran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. independensi dari dua variabel atau lebih (Sekaran dan Bougie, 2010).

BAB III METODE PENELITIAN. independensi dari dua variabel atau lebih (Sekaran dan Bougie, 2010). BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang digunakan untuk pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan untuk menjelaskan sifat dari hubungan tertentu,

Lebih terperinci