TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA TERHADAP TOKOH GAMBIR DALAM NOVEL PINTU TERLARANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA TERHADAP TOKOH GAMBIR DALAM NOVEL PINTU TERLARANG"

Transkripsi

1 TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA TERHADAP TOKOH GAMBIR DALAM NOVEL PINTU TERLARANG Nuriyah Amalia, Maria Josephine K. Mantik 1. Program Studi Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia 2. Program Studi Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia ABSTRAK Jurnal ini membahas dinamika perilaku tokoh Gambir dalam novel Pintu Terlarang. Penelitian ini bertujuan untuk menjabarkan dan menganalisis dinamika perilaku yang terjadi pada tokoh Gambir sejak ia kecil hingga ia menderita skizofrenia dari sudut pandang psikoanalisis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-analitik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku Gambir bergerak ke arah abnormal karena sistem kepribadiannya yang tidak bekerja dengan seimbang. Kata kunci: Gambir, psikoanalisis, skizofrenia, Pintu Terlarang. PSYCHOLOGICAL LITERATURE OBSERVATION TOWARD GAMBIR CHARACTER IN PINTU TERLARANG ABSTRACT This journal investigates Gambir's behavior in Pintu Terlarang story. The purposes are to describe and analyze dynamics of Gambir's behavior since he was a kid until he suffers schizophrenia from point of view of psychoanalytic. This research used descriptive-analytic method. The result shows that dynamics of Gambir s behavior caused by inconsistency of his personality system. Keywords: Gambir, psychoanalytic, schizophrenia, Pintu Terlarang. PENDAHULUAN Pintu Terlarang adalah novel karya Sekar Ayu Asmara. Tokoh utama dalam novel ini bernama Gambir. Berdasarkan cara menampilkan tokoh, tokoh Gambir adalah tokoh bulat. Tokoh bulat berarti tokoh yang kompleks. Forster dalam Panuti Sudjiman (1988: 21) mengatakan bahwa tokoh bulat adalah tokoh yang terlihat berbagai sisinya. Panuti Sudjiman (1988: 21) menambahkan bahwa tokoh bulat menampilkan keseluruhan wataknya secara berangsur-angsur. Karena berangsur-angsur itulah, tokoh bulat seringkali memberikan kejutan dalam perwatakannya. Tokoh bulat mungkin saja menampilkan kejutan dan kompleksitas dalam perkembangan wataknya. Meski begitu, kejutan dan kompleksitas yang muncul haruslah berkaitan.

2 Seperti teori tokoh bulat yang disebutkan oleh Panuti Sudjiman, tokoh Gambir dalam Pintu Terlarang pun memiliki kompleksitas perwatakan. Kompleksitas tersebut terungkap berangsur-angsur dan membentuk sebuah dinamika. Dinamika perwatakan tokoh Gambir akan dianalisis dari sudut pandang ilmu psikologi. Sudut pandang ilmu psikologi dipilih karena tokoh Gambir memiliki penyakit psikologis atau kejiwaan. Hal-hal yang membuat Gambir menderita penyakit jiwa pun berhubungan dengan pengalaman psikologis. Dua hal itulah yang membuat sudut pandang ilmu psikologi dirasa tepat untuk menganalisis dinamika tokoh. Sebelum melakukan analisis psikologi terhadap dinamika perilaku tokoh Gambir, penulis terlebih dahulu melakukan analisis struktural terhadap unsur tokoh dan alur. Analisis struktural ini bertujuan untuk mengungkap informasi dasar tentang tokoh Gambir. Informasi dasar ini berkairan dengan tokoh-tokoh yang memiliki keterkaitan dengan perubahan perilaku Gambir serta jalan hidup tokoh Gambir. TINJAUAN TEORETIS Hubungan psikologi dengan ranah sastra mencakup tiga hal, yakni psikologi dengan pengarang, psikologi dengan pembaca, dan psikologi dengan karya sastra. Dalam analisis ini, hubungan yang dipakai adalah psikologi dengan karya sastra. Psikologi karya sastra mengkaji tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra (Wiyatmi, 2011:39). Dalam analisis psikologi karya sastra terdapat dua pendekatan. Pendekatan pertama adalah mengetahui lebih dulu teori-teori psikologi, kemudian mencari karya sastra yang mengandung fenomena psikologi. Pendekatan kedua adalah menentukan terlebih dahulu karya sastra, kemudian menentukan teori psikologi yang akan dipakai. Untuk analisis penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan pertama. Penulis telah terlebih dahulu mengetahui teori psikologi, kemudian mencari karya sastra yang mengandung fenomena psikologi. Teori psikologi yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori psikoanalisis. Teori ini dicetuskan oleh Sigmund Freud. Freud menyebutkan bahwa dalam kepribadian seseorang terdapat tiga subsistem, yakni id, ego, dan superego. Id berada di alam bawah sadar. Subsistem ini bekerja atas prinsip kesenangan. Ego berada di alam bawah sadar, prasadar, dan sadar. Ego bekerja atas prinsip realitas. Sama dengan ego, superego berada di ketiga wilayah kesadaran. Subsistem ini bekerja atas prinsip moralitas.

3 Ketiga subsistem yang dikatakan oleh Freud bekerja bersama dalam diri individu untuk memutuskan sebuah tindakan. Namun, ada kalanya, keinginan ketiga subsistem ini tidak bertemu. Pada saat itu timbullah kecemasan dalam diri individu dan untuk mengurangi rasa cemas itu, subsistem ego membentuk mekanisme pertahanan (Minderop, 2010: 29). Mekanisme pertahanan mencakup beberapa jenis, di antaranya represi, agresi, displacement, dan fantasi. Represi adalah mekanisme pertahanan yang berfungsi untuk mendorong impuls-impuls yang tidak diinginkan ke alam bawah sadar (Minderop, 2010: 32). Agresi adalah pelampiasan dalam bentuk kekerasan, baik ke sumber frustrasi ataupun objek pengganti. Displacement adalah pengalihan perasaan tidak senang dari satu objek ke objek lain yang lebih memungkinkan (Minderop, 2010: 34). Fantasi adalah menyelesaikan sebuah masalah dengan masuk ke dunia khayal. Teori psikoanalisis di atas akan digunakan untuk menganalisis dinamika perilaku Gambir. Jadi, penulis akan menganalisis peristiwa psikologis yang terjadi dalam diri tokoh Gambir setiap kali tokoh ini mengambil sebuah tindakan atau putusan. Selain teori psikoanalisis, teori psikologi lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah psikologi abnormal. Teori ini berfungsi untuk mengidentifikasi kelainan perilaku yang ada pada Gambir. Teori psikologi abnormal yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah skizofrenia keadaan terpecahnya kepribadian karena Gambir diduga menderita skuzofrenia. Untuk teori sastra, penelitian ini menggunakan teori struktural. Secara definitif, strukturalisme berarti paham mengenai keterkaitan antarunsur dalam karya sastra (Ratna, 2013: 91). Unsur-unsur yang akan dibahas adalah tokoh dan alur. Tokoh adalah individu rekaan dalam cerita. Tokoh dapat dibagi menjadi tokoh bawahan dan tokoh sentral mencakup protagonis dan antagonis (Sudjiman, 1988: 17). Alur adalah rangka cerita yang membuat cerita dapat berdiri. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik. Metode deskriptif analitik dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis, (Ratna, 2013: 53). I Nyoman Kutha Ratna (2013: 53) menambahkan bahwa, secara bahasa, analitik berarti menguraikan. Namun, analitik telah mengalami pertambahan makna sehingga tidak lagi sebatas menguraikan, tetapi juga memberikan pemahaman.

4 Metode deskriptif analitik digunakan untuk menjawab semua pokok permasalahan dalam penelitian ini. Pertama-tama, setiap permasalahan, seperti unsur alur dan tokoh dideskripsikan keadaannya. Pendeksripsian unsur tokoh dan alur membantu penulis memahami lingkungan dan jalan hidup tokoh Gambir. Setelah mengetahui hal itu, penulis akan dapat menganalisis dinamika perilaku tokoh Gambir. Dinamika perilaku ini juga dikaitkan dengan tokoh-tokoh di sekitarnya dan perjalanan hidupnya. Gambar 1 Bagan Ilustrasi Analisis Id, ego, superego berjalan baik/tidak Id, ego, superego berjalan baik/tidak Id, ego, superego berjalan baik/tidak Masa Kecil Gambir Peristiwa A Peristiwa B Gambir menderita skizofrenia HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 2 Skema Dinamika Perilaku Tokoh Gambir

5 Skema di atas memperlihatkan perjalanan hidup tokoh Gambir. Kotak-kotak yang berukuran lebih kecil menandakan peristiwa psikologis yang terjadi pada tokoh Gambir. Peristiwa psikologis pertama yang dialami oleh Gambir adalah halusinasi. Tanpa adanya stimulus eksternal, Gambir mendengar benda-benda mati berbicara padanya. Keadaan ini adalah salah satu simptom skizofrenia. Sesungguhnya, hal yang dikatakan oleh benda-benda mati itu adalah keinginan Gambir. Namun, ada rasa bersalah dalam diri Gambir karena memiliki keinginan itu membunuh kedua orangtuanya sehingga ia merefleksikan keinginan itu pada benda-benda di sekitarnya. Saat berhalusinasi, Gambir menuruti perintah benda-benda mati untuk membunuh kedua orangtuanya. Tindakan pembunuhan itu adalah salah satu bentuk agresi. Gambir melakukan agresi untuk melenyapkan sumber frustrasinya, yakni kedua orangtuanya. Setelah melakukan tindakan pembunuhan, Gambir dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa. Di rumah sakit jiwa Gambir sangat tenang. Ia hidup layaknya orang normal. Namun, suatu hari Gambir bertemu dengan kecoak. Kemunculan kecoak ini menjadi stimulus yang memunculkan trauma Gambir. Gambir pun mengamuk. Ia terkenang pada masa ia mengalami kekerasan dari kedua orangtuanya. Kenangan buruk terhadap masa lalunya dapat muncul kembali karena kenangan itu hanya sebatas direpresi. Artinya, kenangan itu hanya terdorong ke alam bawah sadar sehingga kemungkinan besar dapat muncul kembali apabila diberi stimulus. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Sumadi Suryabrata (1998: 145). Ia mengatakan bahwa hal yang direpresi harus dihilangkan. Jika tidak, individu akan terus dihinggapi oleh ketakutan masa kanak-kanaknya. Ketika trauma Gambir muncul kembali, Gambir juga mengalami delusi. Delusi adalah pemahaman keliru terhadap sesuatu. Gambir keliru mengira suster-suster di rumah sakit jiwa sebagai Tentara Setan Neraka yang dikirim oleh kedua orangtuanya dari neraka untuk menyakitinya. Padahal, suster-suster itu hanya ingin menenangkan Gambir. Pemahaman yang salah ini dapat terjadi karena Gambir melihat adanya kemiripan perilaku antara para suster dan kedua orangtuanya, yakni bertindak keras. Perilaku Gambir yang mencoba menyakiti para suster, membuatnya dikurung di sel isolasi. Ia pun dikenakan baju kurung. Dalam baju kurungnya, Gambir tidak bisa berbuat apaapa. Pelarian Gambir hanya satu, yakni berkhayal. Pada tahap ini Gambir melakukan sesuatu yang disebut fantasi. Fantasi adalah solusi bagi Gambir untuk mencapai kehidupan ideal. Ketika Gambir tidak dapat membedakan fantasi dengan realitas, saat itulah Gambir dikatakan menderita skizofrenia.

6 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dinamika perilaku Gambir berkembang ke arah abnormal. Hal ini disebabkan oleh pertentangan yang terjadi antara subsistemnya sehingga ego berkali-kali membentuk mekanisme pertahanan yang membuat mentalnya tidak sehat. Pertentangan antarsubsistem itu memiliki keterkaitan erat dengan penyiksaan yang dilakukan oleh kedua orangtua Gambir. PEMBAHASAN Analisis struktural adalah analisis yang dilakukan sebelum melakukan analisis psikologi. Analisis ini berguna untuk memperoleh informasi dasar tentang tokoh Gambir. Informasi dasar itu berkaitan dengan tokoh-tokoh yang ada di sekitar tokoh Gambir serta jalan hidup tokoh ini. Melalui analisis struktural, penulis memperoleh skema hubungan antara tokoh Gambir dan tokoh-tokoh lain dalam novel. Skema itu disajikan di bawah ini. Gambar 3 Skema Hubungan Antartokoh Ket: Kehidupan nyata Gambir Kehidupan khayalan Gambir Hubungan satu arah Hubungan dua arah Tokoh yang memiliki keterkaitan erat dengan tokoh Gambir adalah tokoh Bapak dan Ibu. Keduanya bertanggung jawab atas pembentukan sikap Gambir. Sementara itu, hubungan Gambir dengan tokoh Pusparanti dan Prof. Roekmantoro adalah hubungan satu arah. Dalam

7 artian, kedua tokoh itu berusaha melakukan kontak dengan Gambir, sedangkan Gambir tidak melakukan kontak dengan mereka. Fungsi kedua tokoh itu dalam cerita adalah memberikan informasi tentang tokoh Gambir melalui dialog-dialog yang mereka lakukan. Misalnya, Batinnya selalu menyesali nasibnya yang menjadi istri simpanan. Bukan menjadi istri yang resmi. Pelampiasan terhadap ketidakpuasan ini sering ia limpahkan kepada dia, (hlm. 214), dialog tersebut adalah hal yang dikisah oleh Prof. Roekmantoro kepada Pusparanti tentang Ibu Gambir. Tokoh-tokoh yang berada di kehidupan khayalan Gambir pada umumnya memiliki hubungan yang buruk dengan Gambir. Hampir semua dari mereka melakukan pengkhianatan terhadap Gambir. Hal ini berdampak buruk pada Gambir karena membuat Gambir semakin skeptis terhadap kehidupan. Alur dalam novel PT dapat dikatakan cukup rumit. Hal ini karena alur dalam novel PT terbagi tiga. Alur pertama adalah alur tokoh Aku (selanjutnya disebut alur A). Alur kedua adalah alur tokoh Gambir (selanjutnya disebut alur B). Alur ketiga adalah alur tokoh Pusparanti (selajutnya disebut alur C). Ketiga alur ini tidak disusun berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa. Ada kejadian yang memiliki urutan waktu lebih jauh, tetapi ditampilkan lebih dulu oleh pencerita. Alur utama dalam novel ini adalah alur tokoh Aku (alur A). Alur A kemudian melahirkan alur B, sedangkan alur C adalah alur bawahan dari alur A. Alur C ini ada untuk melengkapi alur A dari sudut pandang tokoh yang lain. Alur A dikatakan sebagai alur utama karena alur inilah yang menyebabkan kemunculan alur B dan alur C. Selain itu, alur A berkaitan erat dengan inti novel PT. Inti novel PT adalah kisah seseorang bernama Gambir yang mengalami kekerasan rumah tangga pada masa kecilnya sehingga ia mengalami kelainan jiwa. Di alur A-lah seluruh kisah ini dipaparkan. Alur B hanyalah bagian dari alur A yang berisi khayalan Gambir yang membentuk alur tersendiri, sedangkan alur C adalah alur yang mengisahkan kehidupan Pusparanti namun banyak disisipi informasi tentang tokoh Gambir. Pengaluran utama dalam novel ini adalah pengaluran alur A. Komposisi pengaluran itu dapat dilihat di bawah ini.

8 Gambar 4 Pengaluran Alur Utama Novel Pintu Terlarang Paparan dalam alur ini terjadi ketika tokoh Gambir memperkenalkan dirinya dan kedua orangtuanya. Sesaat setelah paparan, terjadi konflik antara tokoh Gambir dan kedua orangtuanya. Konflik yang terjadi adalah konflik fisik. Konflik ini terjadi berulang-ulang. Setelah konflik, alur beranjak menuju rumitan. Rumitan terjadi saat tokoh Gambir merasa tidak tahan dengan penyiksaan dari kedua orangtuanya. Ia mendengar benda-benda mati berbicara padanya untuk membunuh kedua orangtuanya. Klimaks pun terjadi. Tokoh Gambir membunuh kedua orangtuanya yang sedang tidur dengan pisau yang ia curi. Setelah membunuh kedua orangtuanya, tokoh Gambir memotong tangannya sendiri. Setelah kejadian ini, tensi cerita menurun dan memasuki tahap leraian. Tokoh Gambir dimasukkan ke rumah sakit jiwa dan ia tinggal dengan tenang di sana. Namun, cerita belum selesai di tahap ini. Rangsangan muncul kembali setelah leraian. Kemunculan rangsangan ditandai dengan kemunculan kecoak. Kemunculan kecoak di hadapan tokoh Gambir membangkitkan trauma tokoh Gambir terhadap penyiksaan yang ia terima. Tokoh Gambir pun mengamuk. Selanjutnya, konflik terjadi antara tokoh Gambir dan para suster. Para suster yang berusaha menenangkan tokoh Gambir justru ia anggap sebagai musuh. Konflik fisik terjadi di bagian ini. Tokoh Gambir melawan tindakan para suster. Tokoh Gambir akhirnya dimasukkan ke sel isolasi. Rumitan terjadi saat tokoh Gambir menyerang siapapun yang mendekatinya. Sikap ini memicu terjadinya klimaks. Klimaks terjadi saat tokoh Gambir dipakaikan baju kurung oleh para suster agar ia tidak menyerang siapapun. Setelah memakai baju kurung, tokoh Gambir tidak bisa bergerak sama sekali. Ia tidak bisa melakukan apa pun yang menghibur dirinya. Tokoh Gambir pun menghibur dirinya dengan berkhayal. Salah satu khayalannya adalah menjadi pematung dengan kehidupan yang

9 sempurna. Khayalan ini diwujudkan oleh pencerita ke dalam alur B. Peristiwa khayalan ini penulis sebut sebagai tahap leraian karena tensi cerita sudah menurun, tetapi belum sampai pada selesaian. Selesaian atau penutup pada alur ini adalah saat tokoh Gambir tersadar dari khayalannya sebagai pematung dan mendapat dirinya masih berada di dalam sel isolasi RSJ Bunga Bangsa. Setelah melakukan analisis struktural, penulis melakukan analisis psikologi terhadap dinamika perilaku tokoh Gambir. Analisis ini dimulai sejak tokoh Gambir masih berusia sembilan tahun dan ia menjadi objek kekerasan kedua orangtuanya. Hidupnya sebagai seorang anak tidak pernah mendapatkan kebahagiaan karena terus-menerus disiksa. Kekerasan rumah tangga yang terjadi dalam keluarga Gambir adalah kekerasan pada anak. Gambir adalah satu-satunya objek kekerasan dalam keluarganya. Pelakunya adalah kedua orangtuanya. Geram, Ibu mengambil serbet-makan. Ibu mendekatiku yang masih menunggu panas pipi mereda. Semilir melati menyapa hidungku. Ibu menyambit kepalaku berkali-kali dengan kain serbet. Refleks, aku membela diri. Tanganku menghalau serangan Ibu. Tanpa bermaksud, tanganku mengena dagu Ibu. Semakin geram, Ibu memelintir kedua lenganku. Ia mendesis gemas. Ia memaksa tanganku ke belakang sandaran kursi. Dan mengikat kedua tanganku dengan kain serbet, (hlm. 9), Bapak menjambak rambutku. Ubun-ubunku serasa terkelupas dari kepala. Beling menyayat pipiku. Darah hangat mengalir..., (hlm. 80). Dari dua kutipan itu dapat dilihat bahwa Gambir menerima kekerasan dari kedua orangtuanya. Penyiksaan yang didapatnya pun tidak mainmain. Kekerasan yang dilakukan oleh kedua orangtua Gambir adalah bentuk agresi yang dialihkan. Agresi yang dialihkan adalah bila seseorang mengalami frustrasi namun tidak dapat mengungkapkan secara puas kepada sumber frustrasi (Albertine Minderop, 2010: 38). Jadi, kedua orangtua Gambir sama-sama tidak puas dengan kehidupan mereka. Akan tetapi, mereka tidak mampu menyalurkan rasa tidak puas tersebut sehingga memilih objek terlemah sebagai pelampiasan. Pelampiasan terhadap ketidakpuasan ini sering ia limpahkan kepada dia. Dalam bentuk penyiksaan, ia melihat anak sebagai extension suaminya. Ia terjebak dalam ekses love-hate relationship yang berdampak negatif pada kejiwaannya. Ia mencintai suaminya, tapi ia membenci suaminya karena tidak bisa memberinya kedudukan terhormat sebagai istri pertama. Dan anaknya adalah perwujudan suaminya yang bisa ia limpahi dengan semua kekesalannya, (hlm. 213),

10 Ketika Melati kemudian melahirkan dia, Dr. Koentoro tidak pernah meyakini bahwa anak itu anaknya. Ia membenci anak itu, (hlm. 214). Dua kutipan itu adalah bukti bahwa kedua orangtua Gambir tidak merasa puas dengan kehidupannya. Kedua orangtuanya saling membenci, tetapi tidak dapat menyalurkan kebencian itu kepada pasangannya. Akibatnya, mereka memilih objek terlemah yang dapat dijadikan pelampiasan ketidakpuasan mereka. Sosok anak adalah sosok terlemah dalam keluarga. Maka dari itu, mereka memilih Gambir. Kekerasan dalam rumah tangga bersifat diturunkan. Orang yang melakukan kekerasan dalam rumah tangga adalah produk kekerasan pula. Hal inilah yang terjadi pada Melati, Ibu Gambir. Saat kecil, Melati adalah korban kekerasan Bapaknya,...Bapak tirinya kerap memukul Melati hanya karena dipicu masalah-masalah sepele. Puncak penyiksaan terhadap Melati terjadi ketika Bapak tirinya memerkosanya, (hlm. 212). Kekerasan yang dialami oleh Gambir memicu kecemasan dalam dirinya. Seperti yang dikatakan oleh Minderop (2010: 27) bahwa situasi apa pun yang mengancam kenyamanan suatu organisme diasumsikan melahirkan suatu kondisi yang disebut kecemasan. Situasi yang dimaksud bisa berupa situasi apapun selama itu membuat individu merasa tidak nyaman maka situasi itu akan memicu kecemasan.kecemasan yang terjadi pada Gambir terjadi karena adanya pertentangan id dan superego. Id Gambir menuntutnya untuk lepas dari kedua orangtuanya, sementara superego mencegahnya melakukan hal-hal buruk. Gambir pun mulai berhalusinasi sebagai jalan untuk merefleksikan perasaannya. Kecemasan yang ada pada diri Gambir tidak dapat hilang hanya dengan berhalusinasi, muncullah mekanisme pertahanan sebagai pereda kecemasan. Gambir berusaha menyingkirkan sumber kecemasannya dengan beragresi. Ia membunuh kedua orangtuanya agar dapat merasakan ketentraman dan kenyamanan, Ibu terjaga mendengar dengkur Bapak. Lakukanlah sekarang, lakukanlah sekarang, lakukanlah sekarang!!! Ibu menjerit melihatku. Ia menjerit melihat Bapak terkulai. Ibu menjerit melihat genangan darah yang meluas. Lakukanlah sekarang, lakukanlah sekarang, lakukanlah sekarang!!! Ibu berusaha menutupi ketelanjangannya dengan seprai. Aku meloncat. Aku duduk, menindih Ibu. Lakukanlah sekarang, lakukanlah sekarang, lakukanlah sekarang!!! Aku menancapkan belati ke dada Ibu, (hlm. 242). Agresi yang dilakukan oleh Gambir kepada kedua orangtuanya memang memberikannya kenyamanan. Ia terbebas dari kedua orangtuanya yang kejam. Akan tetapi, di sisi lain, agresi ini mengusik nuraninya. Ia merasa bersalah telah membunuh kedua orangtuanya.

11 Rasa bersalah terjadi pada seseorang ketika mengalami konflik dalam dirinya. Konflik terjadi ketika individu merasa tindakannya tidak sesuai dengan standar moral yang berlaku. Individu merasa telah melakukan hal yang salah, tetapi tidak tahu bagaimana cara menebus kesalahannya. Maka dari itu, individu merasa bersalah. Tokoh Gambir merasa bahwa perbuatannya membunuh kedua orangtuanya adalah hal yang salah. Ia pun menghukum dirinya dengan memotong tangannya, Tiba-tiba pisau berbicara. Tangan berlumur darah. Potong tanganmu. Potong sekarang. Pisau menyuruhku. Potong sekarang! Bantal menyuruhku. Potong sekarang. Guling menyuruhku. Potong sekarang! (hlm. 243). Perilaku yang terjadi pada Gambir ini disebut conscientia, perasaan bersalah yang dimunculkan oleh superego ketika seseorang melakukan perbuatan yang bertentangan dengan nilai moral. Setelah membunuh kedua orangtuanya, Gambir dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa. Di rumah sakit jiwa, Gambir berperilaku tenang dan normal. Ini karena ia telah berhasil menyingkirkan sumber frustrasinya, yakni kedua orangtuanya. Namun, perilaku Gambir berubah ketika ia bertemu dengan kecoak. "Aku takut pada segala jenis serangga. Apalagi kecoak. Aku teringat ketika ayah dan ibuku memaksaku makan kecoak," (hlm. 260). Dari peristiwa ini, penulis menyimpulkan bahwa frustrasi Gambir tidak benar-benar hilang. Frustrasinya ia pendam ke dalam wilayah ketidaksadaran karena hal ini merupakan trauma baginya. Seperti yang dikatakan Freud, wilayah ketidaksadaran adalah tempat untuk menyimpan trauma. Trauma yang dialami Gambir dapat muncul di wilayah kesadaran ketika ada pemicu, salah satunya adalah kecoak yang mengingatkannya pada masa lalunya. Ketika traumanya muncul, Gambir juga mengalami delusi. Delusi adalah keyakinan yang keliru yang tetap dipertahankan sekalipun dihadapkan dengan cukup bukti tentang kekeliruannya (Fausiah & Widury, 2007: 124). Delusi juga biasa disebut dengan waham. Delusi yang terjadi pada Gambir adalah ia mengira semua orang yang mendekatinya adalah tentara dari neraka yang diutus oleh kedua orangtuanya. Hal ini disebut delusi karena apa yang dipikirkan Gambir adalah keliru. Orang-orang yang mendekatinya adalah dokter, perawat, dan wartawan, tapi dia menganggapnya sebagai tentara dari neraka. Berikut kutipannya, Di rumah sakit ini banyak pasukan Tentara Setan Neraka. Mereka memakai seragam perang yang serbaputih. Awas! Mereka di sini sering menyebut diri mereka sendiri sebagai petugas kesehatan. Waspadalah! Karena sebenarnya mereka adalah Tentara Setan Neraka yang dikirim oleh orangtuaku dari neraka untuk terus menyiksaku. Ya, orangtuaku kini menghuni neraka bersama orangorang jahat sedunia, (hlm. 261).

12 Agresi yang dilakukan oleh Gambir pada setiap orang yang berusaha mendekatinya membuatnya dikurung di sel isolasi. Ia pun dikenakan baju kurung. Satu-satunya yang dapat ia lakukan adalah berfantasi. Ia berfantasi sebagai wujud ketidakpuasannya pada hidup. Ia membayangkan menjadi orang yang sukses, bahagia, dan mendapat perhatian. Fantasi ini adalah bentuk pelarian diri Gambir dari permasalahan hidup. Ia tinggal dalam fantasinya. Ia bahkan hampir tidak dapat membedakan kehidupannya yang asli dengan kehidupan fantasi,...percayalah, khayalanku semakin ampuh. Karena kadang, aku sendiri sukar membedakan. Mana duniaku, mana realita, (hlm. 262). Fantasi-fantasi Gambir antara lain menjadi seorang dai, presiden, uskup, penyanyi, pembalap, dan pematung. Khayalanku tak mengenal batas. Pernah kukhayalkan Gambir menjalani kehidupan sebagai dai yang memimpin semiliar umat. Allahu Akbar! Lain waktu, Gambir adalah calon presiden yang diunggulkan dan didukung oleh semua partai. Merdeka!!! Pernah juga Gambir adalah uskup agung yang ditunjuk langsung oleh Paus di Vatikan. Haleluya! Pernah lagi Gambir adalah vokalis kelompok musik yang manggung dari konser ke konser. Yeahhh! Gambir juga menjadi pembalapindonesia pertama yang memenangi kejuaraan balap formula dunia, (Asmara, 2012: ), Seperti dunia Gambir yang sedari tadi aku ceritakan. Gambir yang pematung. Gambir yang memiliki kehidupan yang sempurna. Gambir yang beristrikan perempuan sempurna bernama Talyda. Gambir yang beribukan Menik Sasongko yang cantik dan lembut. Gambir yang beradik Damar dan Menur yang disayangi, (Asmara, 2012: 262). Dalam fantasinya, Gambir selalu menjadi pusat perhatian. Gambir selalu mendapat kesenangan. Kehidupan Gambir dalam fantasinya sangat berbeda dengan kehidupan Gambir yang sebenarnya, meski pada akhirnya Gambir tidak dapat mengendalikan fantasinya dan kenangan masa lalunya mengontaminasi fantasinya. Namun, paling tidak, Gambir merasa bahagia sesaat dalam fantasinya. Fantasi adalah bentuk solusi yang salah dari depresi. Memilih fantasi sebagai solusi tidak membuat masalah selesai. Individu justru terjebak dalam fantasinya dan bisa jadi menginginkan fantasi sebagai kehidupannya. Hal inilah yang terjadi pada Gambir. Dari peristiwa-peristiwa di atas, penulis menyimpulkan bahwa sejak usia 9 tahun Gambir telah menunjukkan tanda-tanda skizofrenia karena ia mengalami halusinasi dan delusi. Gejala skizofrenia yang lebih nyata ditunjukkan oleh Gambir ketika ia mulai mengkhayalkan kehidupan lain di luar kehidupannya. Berdasarkan informasi dari novel,

13 khayalan ini dimulai sejak Gambir terkurung di ruang sel isolasi dan masih berlanjut hingga ia berusia 27 tahun. Hal ini berdasarkan informasi yang tertuang di bab 38. Di awal bab, Gambir mengisahkan, "Namaku Gambir. Aku dulu bocah kecil yang nakal. Orangtuaku menganggapku anak pembawa sial. Usiaku bukan lagi sembilan tahun. Tapi sudah 27 tahun," (hlm. 259). Selanjutnya, Gambir mengatakan, "Berkhayal senjata rahasiaku. Dari kecil aku sudah memiliki senjata rahasia ini. Selama terkungkung di dalam sel isolasi ini, khayalanku semakin ampuh. Aku bisa menciptakan kehidupan lain. Aku bisa menciptakan dunia lain," (hlm. 262). Dari kutipan itu, penulis menyimpulkan bahwa Gambir mulai berkhayal sejak ia kecil. Kehidupan dan dunia lain yang diciptakan oleh Gambir dalam khayalannya adalah salah satu bentuk mekanisme pertahanan ego, yakni fantasi. Fantasi adalah solusi untuk menyelesaikan masalah yang bertumpuk dengan masuk ke dunia khayal (Minderop, 2010: 38). Dalam hal ini, masalah yang dihadapi oleh Gambir adalah ketidakpuasan pada hidupnya. Seperti yang telah dijelaskan di bab-bab sebelumnya, masa kecil Gambir dipenuhi oleh penderitaan. Setelah dewasa pun, ia dikungkung oleh sel isolasi rumah sakit jiwa. Ia tidak memiliki kebebasan. Gambir tidak memiliki solusi nyata untuk permasalahannya itu. Ia tidak dapat mewujudkan kehidupan idealnya sehingga ia menyelesaikannya dengan berkhayal. Dalam khayalannya, ia membangun kehidupan yang ia inginkan. Fantasi adalah jalan singkat baginya untuk menyelesaikan masalahnya. Fantasi yang dialami Gambir juga lahir dari tidak terpenuhinya hasrat id. Id atau kesenangan Gambir adalah cita-citanya untuk mendapat kehidupan yang bebas, tenang, dan damai. "Setiap ada yang masuk pasti akan kuserang. Aku sudah tidak mau ada yang mendekatiku. Aku tidak mau disakiti lagi," (hlm. 261). Namun, hal ini tidak dapat terpenuhi karena Gambir dinilai sebagai orang yang sakit jiwanya oleh masyarakat dan secara normatif, ia harus tinggal di rumah sakit jiwa, bahkan dikurung di sel isolasi. Hasrat id yang tidak terpenuhi menimbulkan kecemasan dan untuk mengurangi kecemasan itu ia harus membentuk mekanisme pertahanan. Fantasilah bentuk mekanisme pertahanan yang kemudian diaktifkan oleh Gambir. Dengan berfantasi, Gambir mendapatkan kehidupan idealnya dan di saat yang sama tetap berada di sel isolasi.

14 KESIMPULAN Tokoh-tokoh dalam novel Pintu Terlarang yang memiliki keterkaitan dengan dinamika perilaku Gambir adalah tokoh Bapak dan Ibu. Sebagai orangtua, dua tokoh ini menjadi peletak dasar sikap Gambir. Sementara itu, tokoh-tokoh dalam khayalan Gambir merupakan pengalihan bentuk dari wujud kekejaman kedua orangtuanya. Penyimpulan ini didasarkan pada kemiripan perilaku antara tokoh-tokoh dalam khayalan Gambir dan kedua orangtua Gambir, yakni mereka berlaku kejam dan khianat. Alur dalam novel Pintu Terlarang ada tiga. Namun, alur utama ada pada alur A. Dalam alur A dipaparkan seluruh inti cerita novel ini. Alur A melahirkan alur B yang merupakan salah satu bagian dari alur A, yakni khayalan Gambir, yang membentuk alur tersendiri. Lalu ada alur C yang merupakan alur bawahan dari alur A karena fungsinya untuk melengkapi informasi tentang tokoh-tokoh dalam alur A. Analisis struktural di atas memberi informasi dasar tentang tokoh Gambir dan informasi dasar ini digunakan sebagai bahan untuk melakukan analisis psikologi. Analisis psikologi dimulai dari masa kecil Gambir ketika ia mendapat kekerasan dari kedua orangtuanya hingga ia menderita skizofrenia. Analisis psikologi menunjukkan bahwa dinamika perilaku yang terjadi pada Gambir disebabkan oleh ketidakseimbangan sistem kepribadian. Subsistem id dan superego seringkali berbenturan sehingga ego membentuk mekanisme pertahanan. Mekanisme pertahanan ini berdampak buruk pada kesehatan mental Gambir karena ia menyelesaikan masalah dengan cara yang salah. Namun, akar dari keabnormalitasan Gambir bukanlah ketidakseimbangan sistem kepribadian, melainkan pengasuhan yang salah dari kedua orangtuanya. SARAN Novel ini mengingatkan pembacanya pada betapa seramnya dampak yang ditimbulkan dari kekerasan rumah tangga. Maka dari itu, novel ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk melakukan kampanye anti kekerasan pada anak. Karya sastra adalah representasi dari realitas. Maka, bukan tidak mungkin ada anak-anak seperti tokoh Gambir di dunia nyata. Sebelum terlambat lebih jauh, ada baiknya kekerasan terhadap anak mulai menjadi perhatian serius bagi masyarakat. Selain untuk masyarakat, penulis juga memiliki saran untuk pengarang. Jika memang pengarang bermaksud menonjolkan aspek psikologis pada karyanya, ada baiknya pengarang memberikan informasi yang lebih detail tentang perkembangan tokoh dari usia 0 7 tahun.

15 Karena menurut Freud, pada usia itulah tahap perkembangan terpenting bagi seorang anak. Ini tidak hanya akan memudahkan pembaca dalam mencerna tokoh, tetapi juga akan memudahkan peneliti dalam meneliti karya ini. DAFTAR PUSTAKA Asmara, Sekar Ayu Pintu Terlarang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Fausiah, Fitri dan Julianty Widury Psikologi Abnormal: Klinis Dewasa. Jakarta: UI- Press. Kartono, Kartini Psikhologi Abnormal. Bandung: Penerbit Alumni. Minderop, Albertine Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh Kasus. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Ratna, Nyoman Kutha Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra (Cet. Ke-12). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sudjiman, Panuti Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya. Suryabrata, Sumadi Psikologi Kepribadian (Ed. Ke-8). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Wiyatmi Psikologi Sastra. Yogyakarta: Kanwa Publisher.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, suatu metode analisis dengan penguraian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat

Lebih terperinci

Trauma Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu

Trauma Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu Trauma Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu Oleh: Esa Putri Yohana 1 Abstrak Skripsi ini berjudul Trauma Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu. Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Penokohan merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk

Lebih terperinci

ANTARA ELING DAN RAGU: ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL DEWI KAWI

ANTARA ELING DAN RAGU: ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL DEWI KAWI ANTARA ELING DAN RAGU: ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL DEWI KAWI I Gede Iwan Astadi Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Abstract Analysis of the psychology literature

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. masalah, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama,

BAB V KESIMPULAN. masalah, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, BAB V KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang telah dilakukan sesuai dengan rumusan masalah, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, dalam novel Dan Hujan pun Berhenti terdapat

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Siti Fatimah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan suatu keadaan yang mendorong atau merangsang seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan kejiwaan itu terjadi karena tidak terkendalinya emosi dan perasaan dalam diri. Tidak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Sebelumnya Seperti beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang dalam

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Aji Budi Santosa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan sebagai karya kreatif, sastra mampu melahirkan suatu kreasi yang indah.

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan sebagai karya kreatif, sastra mampu melahirkan suatu kreasi yang indah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra adalah hasil karya imajinasi, dan seni kreatif manusia. Sehingga karya sastra mampu menimbulkan imajinasi tertentu pada benak penikmatnya. Sedangkan sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai titik tolak, dalam melakukan

Lebih terperinci

Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Perempuan Di Titik Nol Karya El-Saadewi

Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Perempuan Di Titik Nol Karya El-Saadewi Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Perempuan Di Titik Nol Karya El-Saadewi Ni Kadek Enny Muliandayani 1*, I Ketut Sudewa 2, I Ketut Nama 3 123 Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:588), konsep

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:588), konsep BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:588), konsep didefinisikan sebagai ling gambaran mental dari objek, proses atau apa pun yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya

BAB I PENDAHULUAN. adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya tulis, namun yang lebih penting dari tulisan tersebut adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya sastra bukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan imajinasi. Karya sastra merupakan cerminan pemikiran, perasaan, kepribadian, dan pengalaman hidup

Lebih terperinci

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI)

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI) KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI) Disusun Oleh: JOANITA CITRA ISKANDAR - 13010113130115 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PSIKOLOGI SASTRA KARYA SASTRA, METODE, TEORI, DAN CONTOH KASUS. Dr. Albertine Minderop, MA

PSIKOLOGI SASTRA KARYA SASTRA, METODE, TEORI, DAN CONTOH KASUS. Dr. Albertine Minderop, MA PSIKOLOGI SASTRA KARYA SASTRA, METODE, TEORI, DAN CONTOH KASUS Dr. Albertine Minderop, MA Yayasan Pustaka Obor Indonesia Jakarta 2010 Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh Kasus/ Dr.

Lebih terperinci

NOVEL BUNGA-BUNGA KERTAS KARYA KHUSNUL KHOTIMAH ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA. Ketut Endria Wiguna Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Unud

NOVEL BUNGA-BUNGA KERTAS KARYA KHUSNUL KHOTIMAH ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA. Ketut Endria Wiguna Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Unud 1 NOVEL BUNGA-BUNGA KERTAS KARYA KHUSNUL KHOTIMAH ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA Ketut Endria Wiguna Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Unud Abstract The object of the research is the novel written by

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peneliti ingin meneliti salah satu karya dari Asa Nonami berjudul Kogoeru Kiba.

BAB I PENDAHULUAN. peneliti ingin meneliti salah satu karya dari Asa Nonami berjudul Kogoeru Kiba. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asa Nonami merupakan seorang novelis terkenal di Jepang, ia lahir pada 19 Agustus 1960 di Tokyo. Asa Nonami adalah penulis cerita fiksi kejahatan dan cerita horor,

Lebih terperinci

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN 137 BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Konsep mimpi Sigmund Freud. Mimpi adalah produk psikis yang dianggap sebagai konflik antara daya-daya psikis. Dengan menganalisis mimpi maka dapat mengetahui

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL GELOMBANG LAUTAN JIWA KARYA ANTA SAMSARA

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL GELOMBANG LAUTAN JIWA KARYA ANTA SAMSARA ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL GELOMBANG LAUTAN JIWA KARYA ANTA SAMSARA Ni Putu Yulia Utami Putri email: utamiputri805@gmail.com Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, terdapat beberapa hasil penelitian yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini. Adapun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Amalia (2010) dengan penelitian yang berjudul Analisis Perilaku Tokoh

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Amalia (2010) dengan penelitian yang berjudul Analisis Perilaku Tokoh BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan hasil studi pustaka yang telah dilakukan, ditemukan beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini, baik

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dari hasil penelaahan novel yang diawali dari analisis struktur novel yang terdiri atas tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situ, acap kali sebuah novel merupakan hasil endapan pengalaman pengarang. yang sarat dengan perenungan akan kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. situ, acap kali sebuah novel merupakan hasil endapan pengalaman pengarang. yang sarat dengan perenungan akan kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Novel sebagai sebuah entitas karya sastra berusaha mengisahkan sesuatu melalui tokoh-tokoh rekaan yang ada dalam sebuah cerita. Tidak hanya sampai di situ,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2008:725) Konsep merupakan (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkenal adalah Senseijutsu Satsujin Jiken. Novel ini berhasil menjadi finalis dalam

BAB I PENDAHULUAN. terkenal adalah Senseijutsu Satsujin Jiken. Novel ini berhasil menjadi finalis dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Soji Shimada adalah novelis besar Jepang yang telah banyak menghasilkan karya sastra bermutu tinggi dan dihargai oleh masyarakat penikmat sastra dunia. Soji Shimada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu institusi budaya yang mempengaruhi dan dipengaruhi kenyataan sosial. Seorang seniman atau pengarang akan melibatkan sebuah emosi

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI UNSUR BAWAH SADAR TOKOH UTAMANOVEL MERPATI BIRU KARYA ACHMAD MUNIF DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI UNSUR BAWAH SADAR TOKOH UTAMANOVEL MERPATI BIRU KARYA ACHMAD MUNIF DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI UNSUR BAWAH SADAR TOKOH UTAMANOVEL MERPATI BIRU KARYA ACHMAD MUNIF DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Resmiyati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif mengenai kajian novel Misteri Matinya Wanita Simpanan karya S. Mara Gd., dan Kenangan Kematian karya Agatha

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Teori Kesusastraan Menurut Nurgiyantoro dan Putu Wijaya

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Teori Kesusastraan Menurut Nurgiyantoro dan Putu Wijaya BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Kesusastraan Menurut Nurgiyantoro dan Putu Wijaya Sastra adalah suatu wadah untuk menyampaikan model kehidupan yang di idealkan dan ditampilkan dalam cerita lewat para tokoh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah ungkapan pribadi seorang penulis yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan.

Lebih terperinci

MEKANISME PERTAHANAN DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVELET RYOUJUU KARYA YASUSHI INOUE

MEKANISME PERTAHANAN DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVELET RYOUJUU KARYA YASUSHI INOUE 1 MEKANISME PERTAHANAN DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVELET RYOUJUU KARYA YASUSHI INOUE Gusti Ayu Putu Yuliari Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Abstract This research

Lebih terperinci

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Hariyanto Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat memasuki hutan makin ke dalam makin lebat dan belantara, ada peristiwa suka dan duka, dan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang adalah salah satu negara maju yang cukup berpengaruh di dunia saat ini. Jepang banyak menghasilkan teknologi canggih yang sekarang digunakan juga oleh negara-negara

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini.

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini. BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini. 2.1.1 Novel Novel adalah jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan karya yang berasal dari imajinasi pengarang, imajinasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan karya yang berasal dari imajinasi pengarang, imajinasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan karya yang berasal dari imajinasi pengarang, imajinasi tersebut dikembangkan sesuai dengan pemikiran pribadi pengarang serta pengalaman

Lebih terperinci

LIKA-LIKU KEHIDUPAN PAK SEP DALAM NOVEL TARIAN OMBAK KARYA GERSON POYK

LIKA-LIKU KEHIDUPAN PAK SEP DALAM NOVEL TARIAN OMBAK KARYA GERSON POYK 1 LIKA-LIKU KEHIDUPAN PAK SEP DALAM NOVEL TARIAN OMBAK KARYA GERSON POYK Angelina Melany Jacob Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Abstract The object in this

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL KATARSIS KARYA ANASTASIA AEMILIA. Abstract

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL KATARSIS KARYA ANASTASIA AEMILIA. Abstract 1 ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL KATARSIS KARYA ANASTASIA AEMILIA Anak Agung Dewi Wulan Sari Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Abstract This study aims to analyze

Lebih terperinci

ANALISIS GANGGUAN KEJIWAAN TOKOH GAMBIR DALAM NOVEL PINTU TERLARANG KARYA SEKAR AYU ASMARA JURNAL ILMIAH

ANALISIS GANGGUAN KEJIWAAN TOKOH GAMBIR DALAM NOVEL PINTU TERLARANG KARYA SEKAR AYU ASMARA JURNAL ILMIAH ANALISIS GANGGUAN KEJIWAAN TOKOH GAMBIR DALAM NOVEL PINTU TERLARANG KARYA SEKAR AYU ASMARA JURNAL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA I) SARI DOLA

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi

BAB IV KESIMPULAN. Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi BAB IV KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi alur maju serta hubungan kausalitas yang erat. Hal ini terlihat pada peristiwaperistiwa yang memiliki

Lebih terperinci

Keywords: Anxiety, Character, Short Story

Keywords: Anxiety, Character, Short Story KECEMASAN TOKOH UTAMA DALAM KUMPULAN CERPEN PEREMPUAN PATAH HATI YANG KEMBALI MENEMUKAN CINTA MELALUI MIMPI KARYA EKA KURNIAWAN (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) Elvi Sri Handayani, Emil Septia, Ricci Gemarni

Lebih terperinci

RELIGION AND PERSONALITY (AGAMA DAN KEPRIBADIAN) SIGMUND FREUD

RELIGION AND PERSONALITY (AGAMA DAN KEPRIBADIAN) SIGMUND FREUD 1 A. Pengantar RELIGION AND PERSONALITY (AGAMA DAN KEPRIBADIAN) SIGMUND FREUD Oleh: D. Tiala Berbicara mengenai Psikoanalisis, maka kita tidak akan terlepas dari nama seorang tokoh klasik terkenal, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi

Lebih terperinci

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Indayani Pendidikan Bahasa dan Sastra Indoneisa Universitas

Lebih terperinci

NALISIS PSIKOLOGI BAWAH SADAR NOVEL SURAT DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NALISIS PSIKOLOGI BAWAH SADAR NOVEL SURAT DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NALISIS PSIKOLOGI BAWAH SADAR NOVEL SURAT DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Ahmad Hamid Pendidikan Bahasa dan Sastra Indoneisa Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA PADA NOVEL MUSYAHID CINTA KARYA AGUK IRAWAN MN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA PADA NOVEL MUSYAHID CINTA KARYA AGUK IRAWAN MN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA PADA NOVEL MUSYAHID CINTA KARYA AGUK IRAWAN MN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Novi Dwi Setianis Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL AMBA KARYA LAKSMI PAMUNTJAK ARTIKEL ILMIAH RIANTO NPM

ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL AMBA KARYA LAKSMI PAMUNTJAK ARTIKEL ILMIAH RIANTO NPM ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL AMBA KARYA LAKSMI PAMUNTJAK ARTIKEL ILMIAH RIANTO NPM. 10080307 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis klasifikasi emosi tokoh dalam novel-novel yang lain mungkin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis klasifikasi emosi tokoh dalam novel-novel yang lain mungkin BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Analisis klasifikasi emosi tokoh dalam novel-novel yang lain mungkin telah banyak diulas dalam bentuk penelitian, khususnya di Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disampaikan dengan bahasa yang unik, indah dan artistik, serta mengandung nilainilai

BAB 1 PENDAHULUAN. disampaikan dengan bahasa yang unik, indah dan artistik, serta mengandung nilainilai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu karya tulis yang memberikan hiburan dan disampaikan dengan bahasa yang unik, indah dan artistik, serta mengandung nilainilai kehidupan dan

Lebih terperinci

ASPEK PSIKOLOGIS DAN TRANSAKSI PSIKOLOGIS DUA TOKOH BERSAHABAT NOVEL SOBAT KARYA PUTU WIJAYA

ASPEK PSIKOLOGIS DAN TRANSAKSI PSIKOLOGIS DUA TOKOH BERSAHABAT NOVEL SOBAT KARYA PUTU WIJAYA 1 ASPEK PSIKOLOGIS DAN TRANSAKSI PSIKOLOGIS DUA TOKOH BERSAHABAT NOVEL SOBAT KARYA PUTU WIJAYA Rike Annisa Iswari Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Unud Abstract Sobat is a novel written by Putu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikembangkan di Jepang pada akhir abad ke 19. Istilah manga dalam Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. yang dikembangkan di Jepang pada akhir abad ke 19. Istilah manga dalam Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manga ( 漫画 ) merupakan komik yang dibuat di Jepang. Kata tersebut digunakan khusus untuk membicarakan tentang komik Jepang, sesuai dengan gaya yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Kesusastraan Pertanyaan mengenai apa itu sastra selama ini belum juga mendapatkan jawaban yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra, dalam hal ini novel, ditulis berdasarkan kekayaan pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah diungkapkan oleh Teeuw (1981:

Lebih terperinci

SIKSA BATIN DALAM CINTA SEGITIGA: ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL CINTA DI ANTARA DUA PRIA. Faridh Maulana S. Abstrac

SIKSA BATIN DALAM CINTA SEGITIGA: ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL CINTA DI ANTARA DUA PRIA. Faridh Maulana S. Abstrac 1 SIKSA BATIN DALAM CINTA SEGITIGA: ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL CINTA DI ANTARA DUA PRIA Faridh Maulana S. Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Abstrac The

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah cermin dari realitas sosial. Permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah cermin dari realitas sosial. Permasalahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah sebuah cermin dari realitas sosial. Permasalahan yang diusung dalam karya sastra adalah permasalahan yang biasa terjadi dalam realitas sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai refleksi atau cerminan dari realita masyarakat, cerpen menampilkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai refleksi atau cerminan dari realita masyarakat, cerpen menampilkan berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai refleksi atau cerminan dari realita masyarakat, cerpen menampilkan berbagai permasalahan manusia. Salah satunya adalah gangguan kejiwaan. Gangguan adalah sesuatu

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada empatkonsep yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu pergolakan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada empatkonsep yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu pergolakan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada empatkonsep yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu pergolakan jiwa,tokoh utama, kecemasan, dan struktur kepribadian. 2.1.1 Pergolakan

Lebih terperinci

CERPEN BEGAL DAN OGOH-OGOH DALAM PUPULAN CERPEN BEGAL: ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA

CERPEN BEGAL DAN OGOH-OGOH DALAM PUPULAN CERPEN BEGAL: ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA 1 CERPEN BEGAL DAN OGOH-OGOH DALAM PUPULAN CERPEN BEGAL: ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA Kade Gita Ksatriani Program Studi Sastra Bali Fakultas Sastra Universitas Udayana Abstract Analysis of the psychology

Lebih terperinci

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BAIT-BAIT MULTAZAM KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ARTIKEL ILMIAH SUCI LIDIA VITRI NPM

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BAIT-BAIT MULTAZAM KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ARTIKEL ILMIAH SUCI LIDIA VITRI NPM KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BAIT-BAIT MULTAZAM KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ARTIKEL ILMIAH SUCI LIDIA VITRI NPM 11080347 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang sastra dan budaya. Selain itu, Jepang juga melahirkan banyak penulis berbakat. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada semua masyarakat (Chamamah-Soeratno dalam Jabrohim, 2003:9). Karya sastra merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia dalam ekspresi ungkapan pengalaman pribadi, pemikiran,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia dalam ekspresi ungkapan pengalaman pribadi, pemikiran, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah kegiatan kreatif sebuah ciptaan karya bernilai seni mengenai kehidupan manusia dalam ekspresi ungkapan pengalaman pribadi, pemikiran, perasaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra lahir dari keinginan awal manusia untuk membuktikan keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra lahir dari keinginan awal manusia untuk membuktikan keberadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra lahir dari keinginan awal manusia untuk membuktikan keberadaan dirinya di tengah-tengah masyarakat. Setiap manusia pada dasarnya memiliki sifat kemanusiaan,

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Enik Kuswanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA Oleh: Alva Nadia Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan Agama Dunia Maya,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2005:588), konsep didefenisikan sebagai

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar (subconcius). Setelah memiliki

Bab I Pendahuluan. pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar (subconcius). Setelah memiliki Bab I Pendahuluan 1.Latar Belakang Karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar (subconcius). Setelah memiliki pemikiran bentuk

Lebih terperinci

KONFLIK BATIN TOKOH-TOKOH NOVEL LELAKI YANG SETIA MENCUMBUI SENJA KARYA ANDI ZULFIKAR

KONFLIK BATIN TOKOH-TOKOH NOVEL LELAKI YANG SETIA MENCUMBUI SENJA KARYA ANDI ZULFIKAR 1 KONFLIK BATIN TOKOH-TOKOH NOVEL LELAKI YANG SETIA MENCUMBUI SENJA KARYA ANDI ZULFIKAR Gusti Ayu Gita Dewicahya 0901105008 Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Abstract This article analysis the inner

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra (sansekerta/shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta sastra, yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH GAMBARAN POLA ASUH PENDERITA SKIZOFRENIA Disusun Oleh: Indriani Putri A F 100 040 233 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Rashomon karya

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Rashomon karya Bab 5 Ringkasan Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Rashomon karya Akutagawa Ryunosuke. Cerpen Rashomon hasil karya Akutagawa Ryunosuke pertama kali dipublikasikan di majalah sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang, lahir melalui proses perenungan dan pengembaraan yang muncul dari

BAB I PENDAHULUAN. pengarang, lahir melalui proses perenungan dan pengembaraan yang muncul dari 1 BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Karya sastra merupakan salah satu sarana untuk mengungkapkan masalah manusia dan kemanusiaan. Sastra merupakan hasil cipta kreatif dari seorang pengarang, lahir melalui

Lebih terperinci

PSIKOLOGI TOKOH AKU DALAM NOVEL SURAT PANJANG TENTANG JARAK KITA YANG JUTAAN TAHUN CAHAYA KARYA DEWI KHARISMA MICHELLIA ARTIKEL ILMIAH

PSIKOLOGI TOKOH AKU DALAM NOVEL SURAT PANJANG TENTANG JARAK KITA YANG JUTAAN TAHUN CAHAYA KARYA DEWI KHARISMA MICHELLIA ARTIKEL ILMIAH PSIKOLOGI TOKOH AKU DALAM NOVEL SURAT PANJANG TENTANG JARAK KITA YANG JUTAAN TAHUN CAHAYA KARYA DEWI KHARISMA MICHELLIA ARTIKEL ILMIAH DEWI INDAH SUPRIANI NPM 10080268 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL MENITI LANGKAH KARYA SUTRI YANINGSIH MANIK DAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL MENITI LANGKAH KARYA SUTRI YANINGSIH MANIK DAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL MENITI LANGKAH KARYA SUTRI YANINGSIH MANIK DAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Endang WidyasTuty Pratiwi Program Studi Pendidikan bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra dalam bentuk novel yang terpenting adalah pendekatannya yaitu pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. sastra dalam bentuk novel yang terpenting adalah pendekatannya yaitu pendekatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi dan kreatifitas pengarang, serta refleksinya terhadap gejala sosial yang terdapat di lingkungan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut: 2.1.1 Gambaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ciptaan sosial yang menampilkan gambaran kehidupan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ciptaan sosial yang menampilkan gambaran kehidupan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan gejala kejiwaan yang didalamnya terdapat fenomenafenomena kehidupan yang sesuai dengan realita masyarakat. Sastra bisa dipahami sebagai lembaga yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik 347 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dalam karya sastra Indonesia modern pascaproklamasi kemerdekaan ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik sebagai tokoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketika menikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang

Lebih terperinci

MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA)

MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA) GUIDENA, Vol.1, No.1, September 2011 MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA) Nurul Atieka Universitas Muhammadiyah Metro PENDAHULUAN Semua orang dalam membina keluarga, menginginkan keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki anak yang sehat dan memiliki tumbuh kembang yang baik merupakan dambaan bagi setiap pasangan suami istri yang telah menikah. Anak merupakan berkah yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia memiliki banyak realita yang mempengaruhi kehidupan itu sendiri. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain, seorang aktor harus menampilkan atau. mempertunjukan tingkah laku yang bukan dirinya sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain, seorang aktor harus menampilkan atau. mempertunjukan tingkah laku yang bukan dirinya sendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membawakan peran atau akting dapat diartikan menampilkan atau mempertunjukan tingkah laku terutama diatas pentas. Berbuat seolaholah, berpura pura menjadi seseorang,

Lebih terperinci

Oleh: Lisnawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Lisnawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA NOVEL 3 WALI 1 BIDADARI LELAKI PILIHAN ABAH KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA DAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA Oleh: Lisnawati Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan suatu ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman. Ungkapan-ungkapan tersebut di dalam sastra dapat berwujud lisan maupun tulisan. Tulisan adalah

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Modul ke: Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pandangan Dasar Manusia Pandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada

BAB I PENDAHULUAN. pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Nurgiyantoro (2012:70) dalam penciptaan sebuah karya sastra, pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada hakekatnya pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif manusia dalam kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra seni kreatif menggunakan

Lebih terperinci

Konflik Batin Tokoh Utama Novel Ayah, Mengapa Aku Berbeda Karya Agnes Davonar Tinjauan Psikologi Sastra

Konflik Batin Tokoh Utama Novel Ayah, Mengapa Aku Berbeda Karya Agnes Davonar Tinjauan Psikologi Sastra Konflik Batin Tokoh Utama Novel Ayah, Mengapa Aku Berbeda Karya Agnes Davonar Tinjauan Psikologi Sastra Sarry Kaswinda Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh

Lebih terperinci

MEKANISME PERTAHANAN EGO PADA TOKOH TRANSGENDER DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI: SUATU KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA

MEKANISME PERTAHANAN EGO PADA TOKOH TRANSGENDER DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI: SUATU KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA MEKANISME PERTAHANAN EGO PADA TOKOH TRANSGENDER DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI: SUATU KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA Ningrum Martono Helvy Tiana Rosa Gres Grasia Azmin Abstrak. Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan unit sosial terkecil di dalam lingkungan masyarakat. Bagi anak, keluarga merupakan tempat pertama mereka untuk berinteraksi. Keluarga yang

Lebih terperinci