ANALISIS SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN PADA PEREKONOMIAN KABUPATEN CIREBON (PERIODE ) OLEH : AYU SRI UTAMI HENDRIYANI H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN PADA PEREKONOMIAN KABUPATEN CIREBON (PERIODE ) OLEH : AYU SRI UTAMI HENDRIYANI H"

Transkripsi

1 ANALISIS SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN PADA PEREKONOMIAN KABUPATEN CIREBON (PERIODE ) OLEH : AYU SRI UTAMI HENDRIYANI H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 RINGKASAN AYU SRI UTAMI HENDRIYANI. Analisis Sektor-sektor Unggulan Pada Perekonomian Kabupaten Cirebon Periode (dibimbing oleh MUHAMMAD FINDI ALEXANDI). Pertumbuhan ekonomi adalah salahsatu indikator keberhasilan pembangunan. Pada dasarnya pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas lapangan pekerjaan, meningkatkan hubungan ekonomi antar daerah/wilayah dan mengupayakan terjadinya pergeseran kegiatan ekonomi yang semula dari sektor primer kepada sektor sekunder serta sektor tersier. Selain itu salahsatu indikator dari pertumbuhan suatu wilayah tertentu dapat pula dilihat dari segi perubahan Produk Domestik Bruto Regional (PDRB). PDRB tersebut terbagi berdasarkan lapangan usahanya yaitu menjadi sembilan sektor ekonomi. Sektor-sektor ekonomi di Indonesia sangat beranekaragam. Menurut Badan Pusat Statistik, sektor ekonomi tersebut terbagi menjadi sembilan sektor yaitu : 1) pertanian; 2) pertambangan dan penggalian; 3) industri pengolahan; 4) listrik,gas,dan air bersih; 5) konstruksi/bangunan; 6) perdagangan, hotel dan restoran; 7) pengangkutan dan komunikasi; 8) keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; 9) jasa-jasa. Sektor-sektor ekonomi ini, yang nantinya akan mendukung proses pembangunan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan. Pergerakan ekonomi suatu daerah sangat dipengaruhi oleh sembilan sektor yang telah dibahas diatas. Berbagai sektor-sektor ekonomi saling berkaitan antara satu sama lain guna memajukan pertumbuhan ekonomi pada suatu wilayah tertentu. Perlu adanya dukungan yang besar dari pemerintah dan pihak terkait juga dilakukannya upaya memprioritaskan sektor-sektor yang termasuk kepada sektor unggulan di suatu wilayah tersebut. Penelitian ini menganalisis sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Cirebon yang termasuk sektor unggulan dalam periode Data yang digunakan yaitu PDRB Provinsi Jawa Barat tahun dan PDRB Kabupaten Cirebon dalam periode atas dasar harga konstan tahun 2000.Metode analisis penelitian ini menggunakan metode Location Quotient (LQ) dan metode analisis Shift Share (SS) dan alat analisis yang digunakan adalah Microsoft Excel Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis metode LQ, sektor-sektor perekonomian Kabupaten Cirebon yang termasuk kedalam sektor unggulan adalah sektor pertanian, sektor bangunan/konstruksi, sektor jasajasa, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor perdagangan hotel dan restoran. Sedangkan berdasarkan analisis Shift Share, sektor unggulan yang mengalami pertumbuhan yang cepat yaitu terdapat pada sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sedangkan sektor yang memiliki dayasaing yang baik yaitu sektor jasa-jasa. Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, maka kebijakan yang bisa diambil oleh pemerintah Kabupaten Cirebon sebagai bahan pertimbangan adalah

3 meningkatkan sektor jasa-jasa yang memiliki daya saing yang baik juga pertumbuhan yang progressive. Pemerintah Kabupaten Cirebon pun dalam memajukan sektor jasa-jasa khususnya jasa hiburan dan rekreasi yaitu dengan cara mengadakan pameran dan peta wisata. Hal lain yang dapat dijadikan pertimbangan Pemerintah Kabupaten Cirebon yaitu memberikan anggaran kepada sektor yang tepat yaitu sektor jasa-jasa agar sektor-sektor tersebut dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon.

4 ANALISIS SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN PADA PEREKONOMIAN KABUPATEN CIREBON (PERIODE ) Oleh: AYU SRI UTAMI HENDRIYANI H Skripsi Sebagai salahsatu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

5 Judul Skripsi : Analisis Sektor-sektor Unggulan Pada Perekonomian Kabupaten Cirebon Periode Nama : Ayu Sri Utami Hendriyani NRP : H Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Muhammad Findi A, M.E. NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Dedi Budiman Hakim, Ph.D. NIP Tanggal Kelulusan :

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Juli 2012 Ayu Sri Utami.H H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Ayu Sri Utami Hendriyani lahir pada tanggal 26 Maret 1990 di Tasikmalaya. Kota kecil yang berada di Provinsi Jawa Barat. Ayu adalah anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Maman Somantri dan Dra.Arief Puspiaviani. Jenjang pendidikan yang dilaluinya tanpa hambatan, yaitu menamatkan pendidikan di Taman Kanak-kanak Sejahtera Tasikmalaya pada tahun Pendidikan dasar diselesaikan di SD Negeri Padjajaran di Kota Tasikmalaya pada tahun 2002, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 2 Tasikmalaya dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama, penulis diterima di SMA Negeri 3 Cirebon dan lulus pada tahun Pada tahun 2008 pendidikannya dilanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dan diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi pilihan penulis dengan harapan besar agar selain memperoleh ilmu pengetahuan juga dapat mengembangkan pola pikir sehingga menjadi sumber daya yang lebih baik. Pada tahun pertama di IPB dilalui sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB). Kemudian pada tahun yang sama dengan sistem mayor minor, diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM). Selama menjadi mahasiwa, penulis aktif dalam kegiatan mahasiswa, yaitu anggota Ikatan Keluarga Mahasiswa Cirebon Cabang Institut Pertanian Bogor periode

8 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah Analisis Sektor-sektor Unggulan Pada Perekonomian Kabupaten Cirebon (Periode ). Penulisan skripsi ini merupakan salahsatu syarat untuk melakukan penelitian pada Program Sarjana, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Kedua orangtua penulis Maman Somantri dan Dra. Arif Puspiaviani atas kasih sayang, doa, dukungan dan motivasi yang sangat besar bagi penulis. 2. Bapak Dr.Muhammad Findi A, M.E. yang telah banyak membantu dalam membimbing penulis baik secara teknis maupun teoritis dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan. 3. Ibu Dr. Yeti Lis Purnamadewi selaku dosen penguji utama dan Ibu Widyastutik,M.Si. selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah banyak memberikan saran juga masukan yang sangat bermanfaat bagi skripsi ini. 4. Bapak Dedi Budiman Hakim, Ph.D. sebagai ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. 5. Papah Hendar Ismail dan Mamah Ineu yang selama ini menguatkan, memberi dukungan besar serta doa-doa yang selalu dipanjatkan bagi penulis. 6. M.Ichwan Syawal, atas doa, dukungan, semangat dan motivasi yang selalu diberikan kepada penulis setiap harinya. 7. Seluruh staff TU Departemen Ilmu Ekonomi, FEM IPB atas bantuannya demi kelancaran seminar dan sidang skripsi ini. 8. Staf Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Cirebon, Staff BAPEDDA Kabupaten Cirebon, Staf Dinas Tenagakerja, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian, Dinas Binamarga, Dinas Kelautan, Kabupaten Cirebon dan dinas-dinas terkait lainnya serta Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Cirebon.

9 9. Sahabat-sahabat yang luar biasa Amel, Syike (Sugistiawati, Agronomi Holtikultura angkatan 45), Okty, Ule, dan Uni atas kebersamaan, bantuan, doa, serta dorongan motivasi yang sangat besar bagi penulis. 10. Sahabat-sahabat kostan Putri Bunda : Dina, Mephy, Wengki, Mutia, Ida, Fanny, Denissa juga Dea atas kebersamaan, kenangan indah, dukungan, doa juga bantuannya selama ini. 11. Ka Sri Retno (IE 44), Kak Firman Bayusetio, dan Wiriawan atas masukan, dukungan yang besar serta bantuannya. 12. Teman-teman Ilmu Ekonomi 45, Lisa (IE 45), Arifah (Agribisnis 45), Teman-teman satu bimbingan (Iwa, Andika, Nindi, Uni), teman-teman IKC (Ikatan Keluarga Cirebon), serta teman-teman A17 kebersamaan selama di IPB serta orang-orang lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Bogor, Juli 2012 Ayu Sri Utami.H H

10 i DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 8 II. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Pembangunan Ekonomi Konsep Pertumbuhan Ekonomi Teori Ekonomi Basis Konsep Sektor Unggulan (Basis) Metode Analisis Sektor Unggulan Metode Analisis LQ (Location Quotient) Metode Analisis SS (Shift Share) Penelitian Terdahulu Kerangka pemikiran III. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Analisis Analisis LQ (Location Quotient) Metode Analisis SS (Shift Share) Definisi Operasional Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Manfaat PDRB Tahun Dasar dan Tahun Akhir Analisis... 41

11 ii IV. GAMBARAN UMUM Kondisi Wilayah Kabupaten Cirebon Kependudukan Ketenagakerjaan Pendidikan Kesehatan Keadaan Perekonomian Daerah Perkembangan Ekonomi Sektoral Sektor Pertanian Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Industri pengolahan Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Sektor Konstruksi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Keuangan, Persewaan, dan Komunikasi Sektor Jasa-jasa V. HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor-sektor Unggulan Kabupaten Cirebon Periode Berdasarkan Pendekatan Location Quotient (LQ) PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), Pertumbuhan Wilayah dan Sektor -sektor Unggulan Kabupaten Cirebon Pertumbuhan Total PDRB Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat Rasio PDRB Total dan Sektoral Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat Tahun Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Cirebon Tahun Pertumbuhan dan Dayasaing Sektor-sektor Unggulan... 80

12 iii Pergeseran Bersih Sektor-sektor Unggulan Perekonomian Kabupaten Cirebon Kebijakan Pemerintah di Kabupaten Cirebon Kebijakan Pemerintah di Kabupaten Cirebon Tahun 2005 sampai dengan Rumusan Kebijakan Pemerintah kabupaten Cirebon dari Hasil Penelitian VI. PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 97

13 iv DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Cirebon Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usahanya (Juta Rupiah) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usahanya (Juta Rupiah) Indikator Kependudukan Kabupaten Cirebon Indikator Pendidikan kabupaten Cirebon Statistik Fasilitas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun Pertumbuhan Perekonomian Kabupaten Cirebon pada Tahun 2005 Hingga Statistik Luas Panen Padi di Kabupaten Cirebon Tahun Produksi Udang di Kabupaten Cirebon Tahun Statistik Pelanggan Listrik di Kabupaten Cirebon Statistik Hotel di Kabupaten Cirebon Tahun Statistik Kondisi Jalan di Kabupaten Cirebon Tahun Nilai LQ Sektor Perekonomian Kabupaten Cirebon Tahun 2005 sampai dengan Perubahan PDRB Kabupaten Cirebon Menurut Lapangan Usahanya Berdasarkan Harga Konstan 2000 Tahun Perubahan PDRB Provinsi Jawa Barat Menurut Lapangan Usahanya Berdasarkan Harga Konstan 2000 Tahun Rasio PDRB Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Cirebon Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Regional Tahun

14 v 5.6. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Cirebon Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Proporsional Tahun Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Cirebon Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Tahun Nilai Presentase PP (Pertumbuhan Proporsional) dan PPW (Pertumbuhan Pangsa Wilayah) di Kabupaten Cirebon Nilai Pergeseran Bersih (PB) Sektor-sektor Perekonomian di Kabupaten Cirebon Tahun Perbandingan Pergeseran Bersih dan Dayasaing Sektor Ekonomi di Kabupaten Cirebon Tahun

15 vi DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 2.1. Model Analisis Shift Share Sistematika Kerangka Pemikiran Profil Pertumbuhan Sektor-sektor Perekonomian Persentase Penduduk Sepuluh Tahun ke Atas Menurut Ijazah Tertinggi Yang Dimiliki Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Cirebon Tahun Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Cirebon Tahun Statistik Produksi Padi (Ton) di Kabupaten Cirebon Tahun 2005 sampai dengan Statistik Pelanggan Listrik di Kabupaten Cirebon Tahun Menurut Golongan Pelanggan Statistik Pelanggan Air Minum PDAM di Kabupaten Cirebon Tahun Statistik Kondisi Jalan di Kabupaten Cirebon tahun Profil Pertumbuhan Sektor-sektor Perekonomian Kabupaten Cirebon Periode

16 vii DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Cirebon Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha tahun (Juta Rupiah) Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa barat Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha tahun (Juta Rupiah) Perkembangan Realisasi Luas Panen Komoditas Padi di Kabupaten Cirebon Tahun Perkembangan Realisasi Produksi (TON/GKG) Komoditas Padi di Kabupaten Cirebon Tahun Perkembangan Luas Panen Komoditas Bawang Merah (Ha) Tahun Perkembangan Produksi (Ton) Umbi Basah Komoditas Bawang Tahun Perkembangan Tanaman Mangga (Pohon) Produksi (Ku) Tahun Perkembangan Tanaman Mangga (Pohon) Tanaman Yang Menghasilkan Tahun Gambar Peta Wilayah Kabupaten Cirebon Contoh Perhitungan Analisis Location Quotient (LQ) Contoh Perhitungan Analisis Shift Share (SS)

17 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki kondisi geografi wilayah yang bermacam-macam sehingga struktur ekonomi tiap wilayah sangat beragam. Dalam hal ini pembangunan wilayah menjadi sangat penting perannya terhadap pembangunan nasional. Sebagaimana tertuang dalam GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara) bahwa pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian terpenting dari pembangunan nasional yang bertujuan mencapai kesejahteraan rakyat yang berdasarkan pancasila. Perlu adanya usaha keras yang mendasar guna memperkokoh dan mencapai tujuan pembangunan nasional yang diharapkan. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi, maka semakin tinggi pula kesejahteraan masyarakatnya diluar indikator yang lain. Manfaat dari pertumbuhan ekonomi itu sendiri adalah untuk mengukur kemajuan ekonomi sebagai hasil pembangunan nasional maupun pembangunan daerahnya (Putong, 2003). Pertumbuhan ekonomi nasional yang baik dapat dilihat dari ketersediaan pembangunan wilayah atau daerah pada bidang produksi maupun infrastruktur yang lebih baik. Pembangunan daerah selalu memprioritaskan usaha-usaha yang mendukung guna membangun serta memperkuat sektor-sektor ekonomi di setiap wilayahnya. Menurut Badan Pusat Statistik, sektor ekonomi tersebut terbagi menjadi sembilan sektor yaitu : 1) pertanian; 2) pertambangan dan penggalian; 3)

18 2 industri pengolahan; 4) listrik,gas,dan air bersih; 5) konstruksi/bangunan; 6) perdagangan, hotel dan restoran; 7) pengangkutan dan komunikasi; 8) keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; 9) jasa-jasa. Sembilan sektor ekonomi tersebut terbagi menjadi sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier. Sektor primer meliputi : pertanian dan pertambangan, kemudian sektor sekunder meliputi : industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, dan konstruksi/bangunan. Sedangkan sektor tersier meliputi : perdagangan, pengangkutan, keuangan, persewaan dan jasa-jasa. Pada dasarnya pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas lapangan pekerjaan, pemerataan pembagian pendapatan, meningkatkan hubungan ekonomi antar daerah atau wilayah dan mengupayakan terjadinya pergeseran kegiatan ekonomi yang semula dari sektor primer kepada sektor sekunder serta sektor tersier. Dalam hal laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah baik secara keseluruhan maupun per sektor dapat dilihat dari data PDRB suatu daerah yang disajikan atas harga konstan. Pergerakan ekonomi suatu daerah sangat dipengaruhi oleh sembilan sektor yang telah dibahas diatas. Berbagai sektor-sektor ekonomi saling berkaitan antara satu sama lain guna memajukan perekonomian pada suatu daerah tertentu. Adanya keanekaragaman kondisi geografi dan fisiknya pada suatu daerah menyebabkan perbedaan pada potensi antara satu daerah dengan daerah yang lain. Hal ini berkaitan erat dengan karakteristik masing-masing daerah. Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001, seharusnya pemerintah daerah harus lebih leluasa untuk meningkatkan pembangunan wilayahnya agar tercapai pembangunan nasional yang nantinya akan memperkokoh dan meningkatkan

19 3 pertumbuhan ekonomi baik daerah maupun nasional. Pemerintah daerah serta masyarakatnya harus memiliki niat yang kuat, semangat serta usaha yang keras agar dapat meningkatkan pembangunan daerahnya yang berlandaskan pada aturan yang berlaku. Hal itulah yang terlihat dan seharusnya ditingkatkan di daerah Kabupaten Cirebon. Kabupaten Cirebon adalah daerah dimana terdapat banyak sumberdaya yang seharusnya dapat dioptimalkan sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Selain itu, Kabupaten Cirebon pun terkenal akan pertaniannya beras, bawang merah, cabai merah dan mangga gedong gincu yang beberapa komoditi prospek pemasarannya hingga ekspor ke luar negeri. Kabupaten Cirebon juga terkenal akan sentra industri pengolahan rotannya dan lain sebagainya. Selain itu juga, daerah ini terkenal akan usaha udangnya. Dengan berbagai potensi yang mereka punya dan letak daerah yang juga strategis yaitu perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah, seharusnya sembilan sektor ekonomi yang dimiliki Kabupaten Cirebon dapat lebih ditingkatkan agar pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon pun dapat meningkat. Pada Tabel 1.1. PDRB Kabupaten Cirebon selalu meningkat dari tahun ke tahunnya, yaitu pada tahun 2005 atas harga konstan tahun 2000 adalah sebesar juta rupiah, sedangkan pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi sebesar ,07 juta rupiah. Hal tersebut memperlihatkan bahwa semakin baiknya kondisi perekonomian Kabupaten Cirebon.

20 4 Tabel 1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Cirebon Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut lapangan Usahanya (Juta Rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Lapangan Usaha *) 2010 **) 1.Pertanian ,77 2.Pertambangan/ ,35 Penggalian 3.Industri ,23 Pengolahan 4.Listrik, Gas dan ,56 Air Bersih 5.Bangunan/Konstru ,72 -ksi 6.Perdagangan,Hotel ,74 dan restoran 7.Pengangkutan dan ,89 Komunikasi 8.Keuangan, ,47 Persewaan dan jasa Perusahaan 9.Jasa-jasa ,34 Total PDRB ,07 Sumber : BPS Kabupaten Cirebon, 2011 PDRB Jawa Barat pun selalu meningkat dari tahun ke tahunnya, yaitu pada tahun 2005 atas harga konstan tahun 2000 adalah sebesar juta rupiah, sedangkan pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi sebesar ,07 juta rupiah. Adapun Tabel PDRB Jawa Barat, dapat dilihat pada Tabel 1.2. Dengan Total PDRB Provinsi Jawa Barat terutama Kabupaten Cirebon yang terus meningkat dari tahun 2005 hingga Jika kita lihat dari segi PDRB tiap tahunnya terus meningkat dan harapannya Pemerintah Daerah meningkatkan perekonomian Kabupaten Cirebon per sektor atau per lapangan usahanya terutama dengan memprioritaskan sektor yang termasuk ke dalam sektor basis (unggulan).

21 5 Tabel 1.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut lapangan Usahanya (Juta Rupiah) Lapangan Usaha PDRB Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan *) 2010 **) 1.Pertanian Pertambangan/ Penggalian 3.Industri Pengolahan 4.Listrik, Gas dan Air Bersih 5.Banguna n/konstr- uksi 6.Perdagangan,Hot-el dan restoran 7.Pengangkutan dan Komunika si 8.Keuangan, Persewaan dan jasaperusahaan 9.Jasa-jasa Total PDRB Sumber : BPS Kabupaten Cirebon, 2011 Keterangan : *) Angka perbaikan **) Angka Sementara Hal untuk memprioritaskan sektor unggulan sangat penting dilakukan untuk pelaksanaan pembangunan yang efisien. Kontribusi setiap sektor terhadap perekonomian wilayah dapat diperkirakan melalui serangkaian teori yang secara umum dikenal sebagai teori pembangunan wilayah. Selain itu teori yang

22 6 digunakan dalam penelitian ini adalah teori basis ekonomi yaitu teori LQ dan analisis Shift Share Perumusan Masalah Sektor ekonomi yang sangat beragam di Kabupaten Cirebon, merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang cukup besar peranannya dalam pembangunan daerah Kabupaten Cirebon. Peran dan fungsi setiap sektornya terus meningkat seiring peningkatan laju pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Di Kabupaten Cirebon itu sendiri memiliki potensi yang beraneka ragam. Dari mulai sektor pertaniannya yaitu beras, bawang merah, cabai merah dan mangga gedong gincu. Kabupaten Cirebon pun terkenal akan usaha udangnya dan industri rotannya. Kabupaten Cirebon terkenal sebagai sentra industri rotan yang sangat berpotensi. Berbagai sektor masih tercampur aduk antara satu dengan yang lainnya. Dimungkinkan ada sektor-sektor ekonomi lainnya yang lebih unggul dan berpotensi dalam meningkatkan perekonomian selain hal-hal diatas. Perlu adanya spesifikasi antara sektor ekonomi yang termasuk ke dalam sektor unggulan (basis) dan nonunggulan (nonbasis). Jika dilihat dari PDRB dari tahun ke tahunnya semua sektor ekonomi sangat berpengaruh terhadap kemajuan tersebut dan harapannya Pemerintah Daerah Kabupaten Cirebon memajukan sektor-sektor ekonomi tersebut. Tetapi, jika kita melihat dari segi APBD (Anggaran Perencanaan Belanja Daerah) Pemerintah tidak mungkin memajukan semua sektor ekonomi yang ada dengan keterbatasan anggaran yang ada pada APBD Kabupaten Cirebon. Maka dari itu perlu adanya kebijakan untuk memprioritaskan sektor ekonomi yang termasuk ke

23 7 dalam sektor ekonomi unggulan yang harapannya akan meningkatkan pula sektor ekonomi nonunggulan lainnya. Hal ini yang menyebabkan betapa pentingnya menspesifikasikan dan memprioritaskan sektor unggulan di Kabupaten Cirebon sehingga pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon yang diharapkan dapat tercapai. Selain itu untuk meningkatkan kemampuan potensi sektor-sektor unggulan kita juga berfokus pada dayasaing dan pertumbuhan sektor unggulan. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan suatu perhitungan dan analisis potensi dan dayasaing sektor unggulan dalam perekonomian Kabupaten Cirebon periode Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Sektor ekonomi apa sajakah yang termasuk sektor unggulan dan nonunggulan di Kabupaten Cirebon periode ? 2. Bagaimana pertumbuhan dan dayasaing sektor unggulan di Kabupaten Cirebon periode ? 3. Bagaimana kebijakan pemerintah Kabupaten Cirebon dalam memioritaskan dan meningkatkan sektor-sektor unggulan tersebut? 1.3. Tujuan Penelitian Secara umum, tujuan dilakukannya penelitian ini didasarkan pada latar belakang dan perumusan masalah, yaitu : 1. Mengidentifikasi sektor ekonomi apa saja yang termasuk sektor unggulan dan nonunggulan di Kabupaten Cirebon periode Menganalisis pertumbuhan dan dayasaing sektor unggulan di Kabupaten Cirebon periode

24 8 3. Menganalisis dan merumuskan kebijakan pemerintah Kabupaten Cirebon dalam memprioritaskan dan meningkatkan sektor-sektor unggulan tersebut Kegunaan Penelitian Pengkajian dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat pada semua pihak. Baik bagi Pemerintah Kabupaten Cirebon, pembaca maupun bagi penulis. Harapannya bagi Pemerintah Kabupaten Cirebon dapat dijadikan pertimbangan dan bahan evaluasi dalam meningkatkan sektor-sektor unggulan perekonomian Kabupaten Cirebon. Bagi pembaca diharapkan bisa sebagai masukan dan sumber informasi. Sedangkan bagi penulis diharapkan dapat meningkatkan kemampuan daya analisis suatu permasalahan dan mengimplementasikan ilmu-ilmu yang diperoleh ketika masa perkuliahan Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mengenai kontribusi sektor-sektor unggulan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Cirebon periode menggunakan pendekatan analisis LQ (Location Quotient) dan analisis SS (Shift Share). Lingkup analisis lebih tertuju dan berfokus pada kontribusi sektor-sektor unggulan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon pada periode Penggunaan analisis Location Quotient dimaksudkan untuh melihat sektorsektor ekonomi mana sajakah yang termasuk kedalam sektor unggulan di Kabupaten Cirebon, Sedangkan analisis Shift Share dimaksudkan untuk melihat gambaran pertumbuhan dan dayasaing sektor-sektor unggulan di Kabupaten Cirebon. Penulis menggunakan periode karena dilihat dari LPE (Laju Pertumbuhan Ekonomi) Kabupaten Cirebon menunjukkan bahwa pada periode

25 9 tersebut laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon terus meningkat dan lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya. Sehingga penulis bermaksud saat laju pertumbuhan ekonominya terus meningkat sektor ekonomi mana sajakah yang tergolong kedalam sektor ekonomi unggulan yang nantinya perlu lebih dikembangkan agar dapat lebih meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Cirebon.

26 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno,1985). Pembangunan ekonomi dapat pula diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf kehidupan masyarakatnya. Pembangunan ini merupakan permasalahan-permasalahan negara yang saling berkaitan dan berpengaruh antara satu dengan yang lainnya. Maka dari itu perlu adanya pemecahan masalah dengan pendekatan multidisiplin (Sukirno, 1985). Pendekatan multidisiplin ini merupakan bauran berbagai disiplin ilmu lain, baik dari geografi, ekonomi, sosial, maupun politik (Rustiadi,et al., 2007). Menurut Arsyad (1999), pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses pemerintah daerah dan masyarakatnya secara bersama-sama mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu hubungan kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang pertumbuhan ekonomi. Sedangkan menurut Scumpeter, pembangunan adalah perubahan yang spontan juga terputus-putus, gangguan terhadap keseimbangan yang selalu mengubah keadaan keseimbangan sebelumnya. Perubahan ini atas inisiatif perekonomian sendiri dan muncul berdasar cakrawala perdagangan dan industri (Jhingan, 2004).

27 Konsep Pertumbuhan Ekonomi Menurut Schumpeter, pertumbuhan ekonomi adalah penambahan alami dari tingkat pertambahan penduduk dan tingkat tabungan. Sedangkan, menurut Putong (2003) pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan pendapatan nasional secara berarti (dengan meningkatnya pendapatan perkapita) dalam suatu periode perhitungan tertentu. Jika kita membicarakan pertumbuhan ekonomi, pasti berbeda dengan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin tinggi pula kesejahteraan masyarakatnya diluar indikator yang lain. Manfaat dari pertumbuhan ekonomi itu sendiri adalah untuk mengukur kemajuan ekonomi sebagai hasil pembangunan nasional maupun pembangunan daerahnya (Putong, 2003). Menurut Tarigan (2005), pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu wilayah yang digambarkan oleh kenaikan seluruh nilai tambah yang terjadi di wilayah tersebut. Hal ini juga yang nantinya akan menggambarkan kemakmuran daerah tersebut. Kemakmuran suatu wilayah ditentukan pula dengan seberapa besar bagian pendapatan yang mengalir ke luar wilayah atau mendapat aliran dana dari luar wilayah. Setiap negara akan selalu menargetkan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada setiap daerahnya, karena hal itu menggambarkan kemakmuran di daerah tersebut (Tarigan, 2005). W.W Rostow dalam Adisasmita (2008) mengemukakan suatu teori yang membagi pertumbuhan ekonomi dalam beberapa tahapan, yaitu masyarakat

28 12 tradisional (the traditional society), prasyarat untuk lepas landas (the precondition for take off), lepas landas (the take off), gerakan kearah kedewasaan (the drive to maturity) dan massa konsumsi tinggi (the age of high mass consumption). Penjelasan pertumbuhan Rostow ini dijelaskan dalam Arsyad (1999), yaitu sebagai berikut : a. Masyarakat Tradisional (The Traditional Society) Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang perekonomiannya masih bertumpu pada sektor pertanian dan memiliki fungsi produksi yang terbatas dan relatif primitif yang kehidupannya sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang turun-menurun dan cenderung kurang rasional. b. Tahap Prasyarat Lepas Landas (The Precondition For Take Off) Dalam kondisi ini, merupakan transisi untuk mencapai pertumbuhan yang mempunyai kekuatan untuk berkembang. Segala sesuatunya dipersiapkan untuk mencapai pertumbuhan dengan kekuatan sendiri termasuk ilmu pengetahuan yang akan menghasilkan penemuan baru. c. Tahap Lepas Landas (The Take Off) Berlakunya perubahan yang sangat besar dalam masyarakat misalnya tercipta kemajuan yang pesat dalam inovasi, revolusi politik dan sebagainya. d. Tahap Menuju Kedewasaan (The Drive To Maturity) Dalam kondisi ini masyarakat sudah secara efektif menggunakan teknologi modern pada sebagian besar faktor produksi. Munculnya pemimpin baru yang bercorak lebih kepada perkembangan teknologi, kekayaan alam dan lain-lain.

29 13 e. Tahap Konsumsi Tinggi (The Age Of High Mass Consumption) Konsumsi masal yang tinggi dimana perhatian masyarakat lebih menekankan kepada permasalahan yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat. Selain itu menurut Kuznets dalam bukunya Modern Economic Growth tahun 1966, definisi pertumbuhan ekonomi itu sendiri ialah suatu kenaikan yang terus-menerus dalam produk perkapita, seringkali diikuti dengan kenaikan jumlah penduduk dan biasanya dengan perubahan struktural (Jhingan, 2004). Pakar-pakar ekonomi pembangunan pun berpendapat, menurutnya pertumbuhan ekonomi tersebut berbeda dengan pembangunan ekonomi. Menurut mereka, pertumbuhan ekonomi merupakan istilah bagi negara yang telah maju untuk menyebut keberhasilan pembangunannya sedangkan pembangunan ekonomi itu digunakan untuk negara yang sedang berkembang (Putong, 2003). Sebenarnya banyak sekali teori pertumbuhan ekonomi yang berasal dari pakar-pakar ekonomi terdahulu. Teori klasik yang dikemukakan oleh Adam Smith melalui bukunya An Inquiry into The Nature and Cause of The Wealth of Nations yag terbit pada tahun 1917 menyatakan bahwa salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan penduduk. Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar dan perluasan pasar akan meningkatkan spesialisasi dalam perekonomian tersebut. Lebih lanjut, spesialisasi akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja sehingga meningkatkan upah dan keuntungan. Dengan demikian, proses pertumbuhan akan terus berlangsung sampai seluruh sumber daya termanfaatkan (Tarigan, 2005).

30 14 Sementara itu, David Ricardo dalam bukunya The Principles of Political Economy and Taxation yang terbit pada tahun 1917, menyatakan pandangan yang bertentangan dengan Adam Smith. Menurutnya, perkembangan penduduk yang berjalan cepat pada akhirnya akan menurunkan kembali tingkat pertumbuhan ekonomi ke taraf yang rendah. Pola pertumbuhan ekonomi menurut Ricardo berawal dari jumlah penduduk yang rendah dan sumber daya alam yang relatif melimpah. Menurut Keynes, untuk menjamin pertumbuhan yang stabil pemerintah perlu menerapkan kebijakan fiskal (perpajakan dan belanja pemerintah), kebijakan moneter (tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar), dan pengawasan langsung. Keynes mengemukakan bahwa pendapatan total merupakan fungsi dari pekerjaan total dalam suatu negara. Semakin besar pendapatan nasional, semakin besar volume pekerjaan yang dihasilkan, demikian sebaliknya. Volume pekerjaan tergantung pada permintaan efektif. Permintaan efektif ini ditentukan pada titik saat harga permintaan agregat sama dengan harga penawaran agregat. Selain itu Harrod-Domar pun mengemukakkan pandangannya. Dalam teori ini, Harrod-Domar melengkapi teori Keynes, dimana Keynes melihat dalam jangka pendek (kondisi statis), sedangkan Harrod-Dommar melihat dalam jangka panjang (kondisi dinamis). Harrod-Domar menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap, dimana seluruh kenaikan produksi dapat diserap oleh pasar, hanya dapat dicapai jika memenuhi syarat-syarat keseimbangan, yaitu g = k = n, dimana g adalah tingkat pertumbuhan output, k adalah tingkat pertumbuhan modal, dan n adalah tingkat pertumbuhan angkatan kerja (Priyarsono,et al., 2007).

31 15 Proses pertumbuhan menurut pandangan Schumpeter adalah proses peningkatan dan penurunan kegiatan ekonomi yang berjalan siklikal. Pembaruanpembaruan yang dilakukan oleh para pengusaha berperan dalam peningkatan kegiatan ekonomi. Dalam proses siklikal tersebut, tingkat keseimbangan yang baru akan selalu berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada tingkat keseimbangan sebelumnya. Pada intinya, dari semua teori yang ada sama-sama menjelaskan tentang bagaimana kita mengelola sumberdaya yang ada (manusia, alam dan teknologi) pada suatu wilayah agar perekonomian dapat berjalan sesuai harapan (Putong, 2003). Menurut Adam Smith dalam Boediono (1982), yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan output (GDP) total dan pertumbuhan penduduk. Smith melihat sistem produksi suatu negara terdiri dari 3 unsur pokok, yaitu 1) sumber-sumber alam yang tersedia (faktor produksi tanah), 2) sumbersumber manusiawi (jumlah penduduk), 3) stok barang kapital yang ada Teori Ekonomi Basis Pada umumnya teori basis ekonomi menjelaskan bahwasannya faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah. Teori basis ekonomi ini, mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besar kecilnya ekspor dari wilayah tersebut (Tarigan, 2005). Pengertian ekspor dalam ekonomi regional mencakup semua kegiatan baik penghasil produk maupun penyedia jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah, dan menjual produk atau jasa ke luar wilayah baik ke wilayah lain dalam negara tersebut maupun ke luar negeri.

32 16 Teori basis ekonomi ini terbagi menjadi dua, yaitu sektor basis (unggulan) dan sektor nonbasis (nonunggulan). Sektor basis (unggulan) adalah sektor yang hanya mampu memenuhi kebutuhan wilayah tersebut dan wilayah lainnya. Sektor basis ini merupakan satu-satunya sektor yang bisa meningkatkan perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan alamiahnya, karena kegiatan ini adalah kegiatan baik penghasil produk maupun penyedia jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah (Tarigan, 2005). Menurut Glasson (1977), diperlukannya metode Location Quotient guna menentukan apakah sektor tersebut basis (unggulan) atau tidak. Menurutnya, semakin banyak sektor unggulan dalam suatu wilayah maka akan menambah arus pendapatan wilayah tersebut. Kemudian jika semakin banyak sektor unggulan dalam suatu daerah maka akan menimbulkan kenaikan pula dalam volume sektor nonunggulan (Glasson, 1977). Teori basis ini pun memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya. Kelebihan teori ini yaitu selain teori ini sederhana, mudah diterapkan dan dapat menjelaskan struktur perekonomian suatu daerah dan dampak umum secara keseluruhan dari perubahan-perubahan jangka pendek. Sedangkan kelemahan pada teori ini yaitu kegagalan menghitung ketidakseragaman permintaan dan produktivitas nasional secara menyeluruh, selain itu teori ini mengabaikan fakta bahwasannya produksi nasional adalah untuk orang asing yang tinggal di wilayah tersebut. Secara umum terdapat beberapa metode untuk menentukan sektor basis (unggulan) dan nonbasis (nonunggulan) di suatu daerah, yaitu (dalam Priyarsono,et al., 2007) :

33 17 a. Metode Pengukuran Langsung Metode ini dilakukan dengan cara survei langsung kepada pelaku usaha, kemana mereka memasarkan barang produksi, dan darimana mereka membeli berbagai bahan kebutuhan untuk menghasilkan produk tersebut. b. Metode Pengukuran Tidak Langsung Metode pengukuran tidak langsung terbagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut : 1. Metode Asumsi Metode ini merupakan pendekatan yang paling sederhana dalam penentuan sektor basis (unggulan) dan nonbasis (nonunggulan) disuatu wilayah. Metode ini mengasumsikan bahwa sektor primer dan sekunder termasuk sektor basis (unggulan), sedangkan sektor tersier termasuk kedalam sektor nonbasis (nonunggulan). Metode ini cukup baik diterapkan pada daerah yang luasnya relatif kecil dan tertutup serta jumlah sektornya sedikit. Tetapi kelemahan dalam metode ini yaitu, penentuan sektor basis dan non-basis tersebut mungkin saja bisa menjadi tidak akurat dalam keadaan-keadaan tertentu. Dalam hal lain pun, di beberapa daerah perkotaan sektor basis (unggulan) dan nonbasis (nonunggulan) ini dengan menggunakan asumsi sangat sulit dilakukan dikarenakan jumlah dan jenis sektornya yang sangat beragam. 2. Metode Location Quotient (LQ) Metode ini dilakukan dengan cara menghitung perbandingan antara pendapatan di sektor i pada daerah bawah terhadap pendapatan total semua

34 18 sektor di daerah bawah dengan pendapatan di sektor i pada daerah atas terhadap pendapatan semua sektor di daerah atasnya. 3. Metode Pendekatan Kebutuhan Minimum Metode ini mirip dengan metode LQ, hanya saja jika LQ mengacu kepada perbandingan relatif pangsa pendapatan/tenaga kerja antara daerah bawah dengan daerah atas maka dalam metode pendekatan kebutuhan minimum ini daerah yang diteliti dibandingkan dengan daerah yang memiliki ukuran yang relatif sama dan ditetapkan sebagai daerah memiliki kebutuhan minimum tenaga kerja di sektor tertentu Konsep Sektor Unggulan (Basis) Sektor unggulan adalah sektor yang dimana keberadaannya diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan suatu wilayah. Kriteria sektor unggulan pun sangat bervariasi. Tergantung seberapa besar peranan sektor tersebut dalam pembangunan wilayah. Salah satu yang dapat memengaruhi sektor unggulan yaitu faktor anugerah (endowment factors). Dengan adanya keberadaan sektor unggulan ini sangat membantu dan memudahkan pemerintah dalam mengalokasikan dana yang tepat sehingga kemajuan perekonomian akan tercapai. Sektor basis atau sektor unggulan ini dapat mengalami kemajuan maupun kemunduran. Hal ini tergantung pada usaha-usaha suatu wilayah guna meningkatkan sektor unggulan tersebut. Adapun beberapa sebab kemajuan sektor basis yaitu : 1) perkembangan jaringan transportasi dan komunikasi, 2) perkembangan pendapatan dan penerimaan daerah, 3) perkembangan teknologi dan 4) adanya pengembangan prasarana ekonomi dan sosial. Sedangkan penyebab

35 19 terjadinya kemunduran pada sektor unggulan yaitu perubahan permintaan di luar daerah dan kehabisan cadangan sumberdaya. Sektor unggulan sangat berperan penting pada suatu pembangunan wilayah. Hal ini dapat dilihat pada besar kecilnya pengaruh serta peranannya terhadap pembangunan tersebut, diantaranya (Tarigan, 2005) : 1. Sektor unggulan tersebut memiliki laju pertumbuhan yang tinggi 2. Sektor unggulan tersebut memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar 3. Sektor unggulan tersebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik ke depan maupun ke belakang. 4. Sektor unggulan tersebut mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi 2.5. Metode Analisis Sektor Unggulan Metode analisis LQ (Location Quotient) Metode ini dilakukan dengan cara menghitung perbandingan antara pendapatan di sektor i pada daerah bawah terhadap pendapatan total semua sektor di daerah bawah dengan pendapatan di sektor i pada daerah atas terhadap pendapatan semua sektor di daerah atasnya. Dalam hal ini dilakukan perbandingan antara pendapatan di sektor i pada daerah bawah terhadap pendapatan total semua sektor di daerah bawah dengan pendapatan di sektor i pada daerah atas terhadap pendapatan semua sektor di daerah atasnya. Ketentuan dalam metode ini adalah jika nilai LQ > 1 maka sektor i dikategorikan sebagai sektor basis atau sektor unggulan. Sedangkan jika nilai LQ < 1 maka sektor i dikategorikan sebagai sektor non-basis atau sektor nonunggulan (Priyarsono,et al., 2007).

36 20 Tambunan (2001), LQ adalah suatu teknik atau metode yang digunakan untuk lebih memperluas dan memperjelas anlisis Shift Share. Dasar pemikiran metode ini atau dasar teori metode ini adalah teori basis ekonomi. Menurut Tarigan (2005), Metode LQ ini yaitu metode yang membandingkan besarnya peranan suatu sektor di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor tersebut secara nasional. Analisis ini merupakan analisis yang sederhana dan manfaatnya juga tidak begitu besar yaitu hanya melihat nilai LQ yang berada diatas 1 atau tidak. Analisis ini sangat menarik bila dilakukan dalam kurun waktu tertentu Metode analisis SS (Shifht Share) Analisis Shift Share ini pertama kali diperkenlakan oleh Perloff, et al. pada tahun Analisis Shift Share ini merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis struktur perekonomian di suatu wilayah. Selain itu dapat juga digunakan untuk melihat pertumbuhan sektor-sektor perekonomian suatu wilayah selama dua periode. Keunggulan utama dari analisis Shift Share yaitu analisis ini mengenai perubahan berbagai indikator kegiatan ekonomi, seperti produksi dan kesempatan kerja pada dua titik waktu di suatu wilayah. Kegunaan Analisis SS ini yaitu melihat perkembangan dari sektor perekonomian suatu wilayah terhadap perkembangan ekonomi wilayah yang lebih luas, juga melihat perkembangan sektor-sektor perekonomian jika dibandingkan secara relatif dengan sektor lain. Analisis ini pun dapat melihat perkembangan dalam membandingkan besar aktivitas suatu sektor pada wilayah tertentu dan pertumbuhan antarwilayah (Priyarsono,et al., 2007).

37 21 Menurut Budiharsono (2001) dalam Priyarsono, et al. (2007), secara umum terdapat tiga komponen pertumbuhan wilayah dalam analisis Shift Share, yaitu : 1. Komponen Pertumbuhan Nasional/PN (National Growth Component) Yaitu perubahan produksi atau kesempatan suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi atau kesempatan kerja nasional secara umum, perubahan kebijakan ekonomi nasional atau perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah misalnya devaluasi, kecenderungan inflasi, pengangguran dan kebijakan perpajakan. 2. Komponen Pertumbuhan Proporsional/PP (Proportional Mix Growth Component) Komponen ini tumbuh karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri (seperti kebijakan perpajakan, subsidi, dan price support) dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar. 3. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah/PPW (Regional Share Growth Component) Komponen ini timbul karena peningkatan atau penurunan produksi atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Cepat lambatnya pertumbuhan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial ekonomi serta kebijakan ekonomi regional pada wilayah tersebut. Berdasarkan ketiga komponen pertumbuhan wilayah tersebut dapat ditentukan dan diidentifikasikan perkembangan suatu sektor ekonomi pada suatu

38 22 wilayah. Apabila PP + PPW > 0 maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan sektor ke-i di wilayah ke-j termasuk ke dalam kelompok progresif (maju). Sementara itu, PP + PPW < 0 menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor ke-i pada wilayah ke-j termasuk pertumbuhannya lambat. Komponen Pertumbuhan Nasional Maju Wilayah ke-j sektor ke-i Komponen Pertumbuhan Proporsional Wilayah ke-j sektor ke-i Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah PP + PPW > 0 Lambat PP + PPW < 0 Sumber : Budiharsono dalam Priyarsono, et al. (2007) Gambar 2.1 Model Analisis Shift Share 2.6. Penelitian Terdahulu Putra (2004) dengan penelitiannya tentang menganalisis pertumbuhan sektor-sektor perekonomian pada waktu sebelum dan masa otonomi daerah. Metode yang digunakan adalah metode analisis Shift Share. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa pada masa sebelum otonomi daerah, seluruh sektor ekonomi Kota Jambi pertumbuhannya meningkat. Setelah otonomi daerah diberlakukan, seluruh sektor ekonomi Kota Jambi justru mengalami pertumbuhan yang lambat. Hanya saja pertumbuhan yang lambat ini belum tentu karena pengaruh diterapkannya otonomi daerah, karena kurun waktu yang diteliti hanya

39 23 dua tahun saja yaitu tahun Hasil penelitian ini juga menunjukkan sektor pertumbuhan yang paling cepat pada masa otonomi daerah adalah sektor industri pengolahan, sedangkan yang paling lambat adalah sektor jasa lainnya. Sementara sektor yang mempunyai keunggulan komparatif pada masa otonomi daerah adalah sektor pertambangan. Sondari (2007) dengan judul penelitiannya yaitu Analisis Sektor Unggulan dan Kinerja Ekonomi Provinsi Jawa Barat Periode menggunakan metode analisis LQ dan hasilnya menyimpulkan bahwa selama kurun waktu , sektor yang menjadi sektor basis dan merupakan sektor unggulan di Provinsi Jawa Barat yaitu listrik,gas, dan air bersih, sektor industri pengolahan serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Ana (2010) dalam penelitiannya tentang analisis sektor ekonomi potensial di Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau (periode ) menggunakan analisis LQ, Model Rasio Pertumbuhan (MRP), SS-EM, analisis overlay, dan analisis klassen typology. Analisis LQ untuk mengidentifikasi sektor/subsektor ekonomi potensial yang memiliki keunggulan komparatif. Untuk mengidentifikasi sektor/subsektor ekonomi potensial berdasarkan keunggulan kompetitif digunakan analisi MRP. Analisis SS-EM untuk mengetahui tingkat spesialisasi perekonomian di suatu wilayah. Analisis overlay digunakan sebagai lanjutan dari analisis LQ dan MRP untuk mendapatkan deskripsi ekonomi potensial berdasarkan kriteria pertumbuhan dan kontribusi. Analisis klassen typology digunakan untuk mengetahui potensi relatif sektor/subsektor ekonomi Kota Tanjungpinang terhadap kabupaten/kota lain se-provinsi Kepulauan Riau. Hasil penelitiannya didapatkan bahwa sektor keuangan, persewaan, dan jasa

40 24 perusahaan serta subsektor komunikasi dan sewa bangunan merupakan subsektor ekonomi potensial di Kota Tanjungpinang. Triseptina (2006) penelitiannya tentang analisis sektor-sektor unggulan kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat berdasarkan indikator pendapatan dengan menggunakan analisis LQ dan turunannya. Untuk mengetahui apakah suatu sektor merupakan sektor basis atau non-basis dapat digunakan metode langsung dan tidak langsung. Metode tidak langsung dengan metode arbiter, LQ dan kebutuhan minimum. Harisman (2007) dengan judul penelitiannya Analisis Struktur Perekonomian dan Identifikasi Sektor-Sektor Unggulan di Provinsi Lampung Periode menggunakan analisis Shift Share untuk menganalisis apakah terjadi perubahan struktur ekonomi di Provinsi Lampung. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa di Provinsi Lampung telah terjadi perubahan struktur ekonomi dari sektor primer ke sekunder yang dilihat dari peranan sektor sekunder yang terus meningkat melalui besarnya kontribusi terhadap PDRB Provinsi Lampung. Hasil analisis dengan menggunakan metode Location Quotient (LQ) menunjukkan bahwa di Provinsi Lampung terdapat tiga sektor basis yang merupakan sektor unggulan, yaitu : sektor pertanian, bangunan/konstruksi, serta pengangkutan dan komunikasi. Paramitasari (2010) dalam penelitiannya tentang potensi komoditas unggulan industri manufaktur dalam perekonomian Indonesia menggunakan analisis indeks komposit untuk mengetahui komoditas unggulan industri manufaktur. Hasil penelitiannya didapatkan ada sebelas komoditas unggulan industri manufaktur di Indonesia. Sebelas komoditas unggulan tersebut hanya

41 25 terdapat tiga komoditas yang mempunyai kemampuan tinggi, baik dalam hal penciptaan nilai tambah maupun penyerapan tenaga kerja. Aziz (2011) dengan judul penelitiannya Analisis Potensi, Dayasaing, dan Pajak Sektor Hotel Terhadap Perekonomian Kota Yogyakarta periode menggunakan metode analisis Shift Share, LQ dan Poeter s Diamond. Hasil penelitiannya menunjukkan sektor hotel memiliki pertumbuhan yang lambat dan memiliki dayasaing yang kurang baik. Hal ini disebabkan karena kerusakan fasilitas akibat adanya bencana alam di Kota Yogyakarta. Tetapi keadannya semakin membaik setelah adanya perbaikan fasilitas. Hasil analisis dengan menggunakan metode Location Quotient (LQ) menunjukkan bahwa sektor hotel pada periode termasuk ke dalam sektor basis ekonomi Kota Yogyakarta. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah fenomena-fenomena lapangan yang dikaji, metode serta daerah dan periode yang dikaji. Pada penelitian terdahulu, pendekatan yang digunakan hanya pendekatan LQ saja ataupun pendekatan Shift Share saja. Selain itu terdapat penelitian terdahulu lainnya yang menggunakan pendekatan LQ, Model Rasio Pertumbuhan (MRP), SS-EM, analisis overlay, dan analisis klassen typology. Selain itu ada juga yang menggunakan metode LQ dan Shift Share tetapi hanya satu sektor saja yang dikaji. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan pendekatan LQ (Location Quotient) dan analisis Shift Share untuk melihat sektor unggulan serta pertumbuhan dan dayasaingnya terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon sehingga dapat diketahui sektor-sektor apa sajakah yang termasuk

42 26 kedalam sektor unggulan (basis) di Kabupaten Cirebon pada periode serta bagaimana pertumbuhan dan dayasaing dari sektor unggulan tersebut Kerangka Pemikiran Kabupaten Cirebon merupakan daerah yang memiliki berbagai potensi dan letak daerah yang strategis yaitu perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah, seharusnya sembilan sektor ekonomi yang dimiliki Kabupaten Cirebon dapat lebih ditingkatkan agar pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon pun dapat meningkat yang berdampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Cirebon tidak terlepas dari adanya sektor-sektor unggulan yang dimiliki Kabupaten Cirebon. Maka dari itu, perlu dilakukannya analisis yang dapat menspesifikasikan sektor-sektor unggulan dan sektor-sektor nonunggulan yang ada di Kabupaten Cirebon. Pada perekonomian Kabupaten Cirebon, banyak sekali sektor unggulan yang mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut tetapi jika kita melihat pada segi APBD Kabupaten Cirebon dengan keterbatasan APBD maka pemerintah sebaiknya melakukan kebijakan untuk lebih memprioritaskan sektor unggulan mana saja yang nantinya dapat mendukung pula baik sektor unggulan lainnya maupun sektor nonunggulannya. Pemerintah Kabupaten Cirebon tidak mungkin memprioritaskan semua sektor unggulan yang ada di Kabupaten Cirebon dengan keterbatasan APBD yang ada. Maka dari itu pentingnya pemerintah melakukan spesifikasi dan prioritas kepada sektor unggulan yang ada di Kabupaten Cirebon.

43 27 Analisis ini dilakukan dengan menggunakan metode Location Quotient (LQ) dan Analisis Shift Share. Metode LQ digunakan untuk menentukan sektorsektor unggulan apa sajakah yang ada di Kabupaten Cirebon dalam periode , sedangkan metode analisis Shift Share digunakan untuk mengetahui gambaran pertumbuhan dan dayasaing sektor-sektor unggulan tersebut. Hal ini pun dilakukan agar dapat diajukan kepada Pemerintah Kabupaten Cirebon sehingga Pemerintah Kabupaten Cirebon dapat mengeluarkan kebijakan yang nantinya memprioritaskan sektor-sektor unggulan Kabupaten Cirebon sehingga pada akhirnya akan menciptakan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon yang berkelanjutan.

44 28 Secara skematis, kerangka pemikiran dapat dijelaskan pada Gambar 2.2 sebagai berikut : Adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon yang didukung sektor-sektor unggulan dan adanya keterbatasan pada APBD Kabupaten Cirebon Perlunya menganalisis, menspesifikasikan dan memprioritaskan sektor basis (unggulan) dan sektor nonbasis (nonunggulan) Dianalisis dengan Metode Location Quotient (LQ) Analisis Shift Share (SS) Mengklasifikasikan sektor unggulan dan sektor nonunggulan Pertumbuhan & daya saing sektor unggulan Sektor-sektor unggulan dan kondisi pertumbuhan serta daya saing sektor unggulan di Kabupaten Cirebon periode Rumusan Kebijakan Pemerintah Kabupaten Cirebon Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Cirebon yang berkelanjutan Gambar 2.2. Sistematika Kerangka Pemikiran

45 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data Produk Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat berdasarkan harga konstan dengan tahun dasar 2000 pada periode tahun , serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat, BPS Kabupaten Cirebon, instansi terkait lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini, berbagai literatur, internet dan sumber-sumber lainnya. Penulis menggunakan data tahun 2005 sampai tahun 2010 karena laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Cirebon dalam kurun waktu tersebut mengalami peningkatan daripada tahun sebelumnya. Kabupaten Cirebon pun mencapai pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 5,37 persen walaupun mengalami penurunan kembali pada tahun berikutnya dan Selama kurun waktu tersebut, PDRB Kabupaten Cirebon juga menunjukkan trend yang meningkat walaupun pada tahun 2008 dan 2010 mengalami sedikit perlambatan Metode Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode LQ (Location Quotient) dan analisis SS (Shift Share). Dalam penelitian ini, akan membahas sektor yang termasuk basis dan non-basis, juga membahas sektorsektor mana saja yang termasuk ke dalam kategori sektor unggulan dan untuk mengetahui sektor mana saja yang mengalami pertumbuhan yang paling cepat di Kabupaten Cirebon. Maka dari itu, analisis yang tepat untuk penelitian ini yaitu

46 30 dengan metode LQ (Location Quotient) dan analisis SS (Shift Share) dan pengolahan datanya menggunakan program Microsoft Excel Analisis LQ (Location Quotient) Metode ini digunakan untuk melihat sektor-sektor yang termasuk ke dalam kategori sektor unggulan. Selain itu analisis ini merupakan salah satu indikator yang mampu menunjukkan besar kecilnya peranan suatu sektor dalam suatu daerah dibandingkan dengan daerah atasnya. Dalam hal ini dilakukan perbandingan antara pendapatan di sektor i pada daerah bawah terhadap pendapatan total semua sektor di daerah bawah dengan pendapatan di sektor i pada daerah atas terhadap pendapatan semua sektor di daerah atasnya. Secara matematis, rumus LQ dapat dituliskan : LQ = Sib/Sb Sia/Sa Keterangan : Sib = Pendapatan sektor i pada daerah bawah (Kabupaten Cirebon) Sb = Pendapatan total semua sektor daerah bawah (Kabupaten Cirebon) Sia = Pendapatan sektor i pada daerah atas (Provinsi Jawa Barat) Sa = Pendapatan total semua sektor daerah atas (Provinsi Jawa Barat) Ketentuan dalam metode ini adalah jika nilai LQ > 1 maka sektor i dikategorikan sebagai sektor basis atau sektor unggulan. Nilai LQ yang lebih dari satu tersebut menunjukkan bahwa pangsa pendapatan (tenaga kerja) pada sektor i di daerah bawah lebih besar dibanding daerah atasnya dan output pada sektor i lebih berorientasi ekspor. Artinya, peranan suatu sektor dalam perekonomian

47 31 Kabupaten Cirebon lebih besar daripada peranan sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat. Sebaliknya, apabila nilai LQ < 1 maka sektor i dikategorikan sebagai sektor non-basis atau sektor nonunggulan. Nilai LQ yang kurang dari satu tersebut menunjukkan bahwa pangsa pendapatan (tenaga kerja) pada sektor i di daerah bawah lebih kecil dibanding daerah atasnya. Artinya, peranan suatu sektor dalam perekonomian Kabupaten Cirebon lebih kecil dari pada peranan sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat. Adapun asumsi yang digunakan dalam analisis LQ yaitu : 1. Pola konsumsi rumahtangga di daerah bawah (Kabupaten Cirebon) identik sama dengan pola konsumsi rumahtangga di daerah atasnya (Provinsi Jawa Barat) 2. Selera dan pola pengeluaran di suatu daerah dengan daerah lain di seluruh wilayah Provinsi Jawa Barat sama besarnya. 3. Setiap penduduk di Kabupaten Cirebon mempunyai pola permintaan terhadap suatu barang dan jasa yang sama terhadap pola permintaan barang dan jasa pada tingkat provinsi Jawa Barat Analisis SS (Shift Share) Pada umumnya analisis Shift Share (SS) ini dapat digunakan untuk melihat pertumbuhan sektor-sektor perekonomian suatu wilayah selama periode waktu tertentu. Selain itu, dapat juga melihat dalam daerah bawah (Kabupaten Cirebon) sektor-sektor ekonomi mana saja yang memberikan kontribusi pertumbuhan paling besar terhadap perekonomian daerah atasnya (Provinsi Jawa Barat) dan juga untuk mengetahui sektor mana saja yang mengalami pertumbuhan yang

48 32 paling cepat di masing-masing wilayah bawahnya. Kegunaan lainnya, yaitu dapat melihat perkembangan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya dan melihat perbandingan laju sektor-sektor perekonomian disuatu wilayah dengan laju pertumbuhan nasional serta sektor-sektornya. Adapun langkah-langkah utama dalam analisis Shift Share (SS), yaitu sebagai berikut : 1. Menentukan wilayah yang akan dianalisis. Dalam penelitian ini, wilayah yang akan dianalisis adalah wilayah Kabupaten Cirebon. 2. Menentukan indikator kegiatan ekonomi dan periode analisis. Indikator kegiatan ekonomi yang digunakan disini adalah pendapatan yang dicerminkan dari nilai PDRB Kabupaten Cirebon dan PDRB Provinsi Jawa Barat. Sedangkan periode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari tahun 2005 sampai dengan tahun Menentukan sektor ekonomi yang akan dianalisis. Sektor ekonomi yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah terfokus pada semua sektor ekonomi berdasarkan lapangan usahanya yang terdiri dari 9 sektor, yaitu : sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih; bangunan/konstruksi; perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta jasa-jasa yang ada di Kabupaten Cirebon. 4. Menghitung perubahan indikator ekonomi. a) PDRB Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun dasar analisis. m Y i = j=1 Yij ( 3.1)

49 33 Keterangan : Y i = PDRB Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun dasar analisis Y ij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Cirebon pada tahun dasar analisis b) PDRB Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun akhir analisis. Keterangan : m Y i = j=1 Y ij (3.2) Y i = PDRB Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun akhir analisis Y ij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Cirebon pada tahun akhir analisis c) Perubahan indikator kegiatan ekonomi dirumuskan sebagai berikut : d) Persentase perubahan PDRB Keterangan : Y ij = Y ij - Y ij (3.3) % Y ij = [(Y ij - Y ij )/ Y ij ]* 100 % (3.4) Y ij = perubahan PDRB sektor i pada wilayah Kabupaten Cirebon Y ij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Cirebon pada tahun dasar analisis Y ij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Cirebon pada tahun akhir analisis 5. Menghitung rasio indikator kegiatan ekonomi Rasio ini digunakan untuk melihat perbandingan PDRB sektor perekonomian di suatu daerah tertentu. Rasio tersebut terdiri dari ri, Ri dan Ra. a) ri (Rasio PDRB sektor i pada wilayah Kabupaten Cirebon) ri = (Y ij -Y ij )/Y ij (3.5)

50 34 Keterangan : Yij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Cirebon pada tahun dasar analisis Y ij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Cirebon pada tahun akhir analisis b) Ri (Rasio PDRB sektor i pada wilayah Provinsi Jawa Barat) Ri = (Y i -Y i )/Y i (3.6) Keterangan : Yi = PDRB sektor i wilayah Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar analisis Y i = PDRB sektor i wilayah Provinsi Jawa Barat pada tahun akhir analisis c) Ra (Rasio PDRB pada wilayah Provinsi Jawa Barat) Ra = (Y -Y )/Y (3.7) Keterangan : Y = PDRB wilayah Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar analisis Y = PDRB wilayah Provinsi Jawa Barat pada tahun akhir analisis 6) Menghitung komponen pertumbuhan wilayah a) Komponen Pertumbuhan Regional (PR) PR ij = (Ra) Y ij (3.8) Keterangan : PR ij = komponen pertumbuhan regional sektor i untuk wilayah Kabupaten Cirebon Ra = rasio PDRB pada wilayah Provinsi Jawa Barat

51 35 Y ij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Cirebon pada tahun dasar analisis b) Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) PP ij = (Ri-Ra) Y ij (3.9) Keterangan : PP ij = komponen pertumbuhan proporsional sektor i untuk wilayah Kabupaten Cirebon Ri = rasio PDRB sektor i pada wilayah Provinsi Jawa Barat Ra = rasio PDRB pada wilayah Provinsi Jawa Barat Y ij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Cirebon pada tahun dasar analisis Ketentuan setelah menghitung komponen PP, yaitu sebagai berikut : a. Jika, PP ij < 0 maka menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah Kabupaten Cirebon laju pertumbuhannya lambat. b. Jika, PP ij > 0 maka menujukan bahwa sektor i pada wilayah Kabupaten Cirebon laju pertumbuhannya cepat. c) Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) PPW ij = (ri-ri)y ij (3.10) Keterangan : PPW ij = komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i untuk wilayah Kabupaten Cirebon ri Ri Y ij = rasio PDRB sektor i pada wilayah Kabupaten Cirebon = rasio PDRB sektor i pada wilayah Provinsi Jawa Barat = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Cirebon pada tahun dasar analisis

52 36 Jika : PPW ij > 0, maka sektor i pada wilayah Kabupaten Cirebon mempunyai dayasaing yang tinggi dibandingkan dengan wilayah lainnya. PPW ij < 0, maka sektor i pada wilayah Kabupaten Cirebon mempunyai dayasaing yang rendah dibandingkan dengan wilayah lainnya. 7) Rumus-rumus lainnya yaitu sebagai berikut : a. Perubahan PDRB sektor i pada wilayah ke j (Kabupaten Cirebon), dirumuskan sebagai berikut : Y ij = PR ij + PP ij + PPW ij (3.11) Y ij = Y ij + Y ij (3.12) b. Dalam bentuk persamaan matematik menjadi : Y ij = PR ij + PP ij + PPW ij (3.13) Y ij + Y ij = Y ij (Ra)+Y ij (Ri-Ra)+Y ij (ri-ri) (3.14) c. Persentase ketiga pertumbuhan wilayah dirumuskan sebagai berikut : %PR = Ra (3.15) %PP = Ri-Ra (3.16) %PPW= ri-ri (3.17) atau %PR = (PR ij )/Y ij * 100% (3.18) %PP = (PP ij )/Y ij * 100% (3.19) %PPW = (PPW ij )/Y ij * 100 % (3.20) 8) Menentukan kelompok sektor ekonomi yang ditentukan berdasarkan pergeseran bersih (PB) PB ij = PP ij + PPW ij (3.21)

53 37 Jika : PBij > 0, menunjukan bahwa sektor-sektor tersebut pertumbuhan progressive (maju). PBij < 0, menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut pertumbuhan tidak progressive. 9) Menganalisis profil pertumbuhan sektor-sektor perekonomian Untuk menganalisis profil pertumbuhan sektor-sektor perekonomiannya dapat dilakukan dengan cara menggunakan bantuan empat kuadran yang terdapat pada garis bilangan yaitu : PPW Kuadran IV Kuadran I PP Kuadran III Kuadran II Gambar 3.1. Profil Pertumbuhan Sektor-sektor Perekonomian Sumber : Priyarsono,et al. (2007) Pada gambar di atas, terdapat garis yang memotong Kuadran II dan Kuadran IV yang membentuk 45. Garis tersebut merupakan garis yang menunjukkan nilai pergeseran bersih. Dalam gambar tersebut tedapat Kuadran I, II, III dan IV, maka penjelasannya sebagai berikut :

54 38 1. Kuadran I, merupakan kuadran dimana PP dan PPW sama-sama bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor di wilayah yang bersangkutan memiliki petumbuhan yang cepat (dilihat dari nilai PP-nya) dan memiliki dayasaing yang lebih baik apabila dibandingkan dengan wilayahwilayah lainnya (dilihat dari nilai PPW-nya). 2. Kuadran II, menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi yang ada di wilayah yang bersangkutan pertumbuhannya cepat (PP-nya bernilai positif), tetapi dayasaing wilayah untuk sektor-sektor tersebut dibandingkan dengan wilayah lainnya kurang baik (dilihat dari PPW yang bernilai negatif). 3. Kuadran III, merupakan kuadran dimana PP dan PPW nya bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi di wilayah yang bersangkutan memiliki pertumbuhan yang lambat dengan dayasaing yang kurang baik jika dibandingkan dengan wilayah lain. 4. Kuadran IV, menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi pada wilayah yang bersangkutan memiliki pertumbuhan yang lambat (dilihat dari PP yang bernilai negatif), tetapi dayasaing wilayah untuk sektor-sektor tersebut baik jika dibandingkan dengan wilayah lainnya (dilihat dari PPW yang bernilai positif) Definisi Operasional Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu wilayah tertentu. Menurut BPS Kabupaten Cirebon (2011) : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yaitu data statistik yang diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan pembangunan ekonomi.

55 39 Pada dasarnya pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas lapangan pekerjaan, pemerataan pembagian pendapatan, meningkatkan hubungan ekonomi antar daerah/wilayah dan mengupayakan terjadinya pergeseran kegiatan ekonomi yang semula dari sektor primer, yaitu sektor yang bergantung pada jenis lapangan usaha pertanian serta pertambangan dan penggalian kepada sektor sekunder (lapangan usaha industri pengolahan, listrik, gas,dan air minum, konstruksi/bangunan) serta sektor tersier (lapangan usaha perdagangan, hotel, dan restoran, angkutan dan komunikasi, bank/lembaga keuangan, perusahaan persewaan, jasa pemerintahan dan jasa swasta. Perhitungan PDRB menggunakan dua macam harga yaitu PDRB atas dasar harga berlaku yaitu menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga setiap tahunnya. Selain itu ada PDRB atas harga konstan yaitu menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar perhitungannya. PDRB yang akan dianalisis adalah PDRB Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha periode Manfaat Data PDRB Ketersediaan data dan penyusunan PDRB ini secara berkala, bermanfaat untuk memperoleh informasi antara lain: a. Tingkat pertumbuhan ekonomi Apabila angka-angka statistik PDRB disajikan atas dasar harga konstan akan menunjukkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah baik keseluruhan maupun per sektor.

56 40 b. Tingkat kemakmuran suatu daerah Pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu menjamin kemakmuran yang tinggi bagi masyarakat kalau perkembangan penduduk juga tinggi. Tingginya pertumbuhan pendapatan perkapita lebih menunjukan perkembangan kemakmuran sebab bila dilihat dari sudut konsumsi, berarti masyarakat akan mempunyai kesempatan untuk menikmati barang dan jasa yang lebih banyak atau lebih tinggi kualitasnya. Untuk mengetahui tingkat kemakmuran suatu daerah harus tersedia angka pembanding dari daerah lainnya dan untuk mengetahui perkembangannya perlu diketahui angka perkembangan pendapatan secara berkala. Adanya angka pembanding dari pendapatan perkapita dapat disimpulkan bahwa tingkat kemakmuran suatu daerah lebih baik dari daerah lainnya. Selain itu dapat dilihat peningkatan kemakmuran daerah tersebut dari tahun ke tahun. c. Tingkat inflasi dan deflasi Penyajian atas harga konstan dan atas harga berlaku dapat dipakai sebagai indikator untuk melihat tingkat inflasi ataupun deflasi yang terjadi. d. Gambaran struktur perekonomian Angka-angka yang disajikan secara sektoral memperlihatkan tentang struktur perekonomian suatu daerah, apakah menunjukkan kearah daerah yang agraris atau industri. Berdasarkan data dari masing-masing sektor dapat dilihat peranan atau sumbangan tiap sektor terhadap jumlah pendapatan secara keseluruhan. Dengan adanya gambaran perekonomian suatu daerah, merupakan bahan bagi para perencana ekonomi, baik dikalangan

57 41 pemerintahan maupun swasta, untuk menentukan ke arah mana daerah tersebut akan dikembangkan Tahun Dasar dan Tahun Akhir Analisis Dua hal ini sangat penting dalam penyusunan penelitian. Tahun dasar analisis merupakan tahun yang dijadikan titik awal sebagai acuan untuk menganalisis pertumbuhan sektor-sektor perekonomian. Sedangkan, tahun akhir analisis merupakan tahun yang dijadikan titik akhir untuk melihat pertumbuhan sektor-sektor perekonomian.

58 42 IV. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Cirebon 4.1. Kondisi Wilayah Kabupaten Cirebon Kabupaten Cirebon secara geografis terletak di bagian timur wilayah Provinsi Jawa Barat dan merupakan batas, sekaligus sebagai pintu gerbang Provinsi Jawa Tengah. Wilayah ini berada pada posisi ' BT ' BT dan 6 30` LS ` LS dengan batas- batas wilayah administrasi sebagai berikut: Sebelah Utara Sebelah Barat Laut Sebelah Selatan SebelahTimur : Kabupaten Indramayu : Kabupaten Majalengka : Kabupaten Kuningan : Kota Cirebon dan Kabupaten Brebes Luas wilayah keseluruhan km 2 dengan ketinggian sebesar m dari permukaan laut. Letak daratannya memanjang dari Barat Laut ke Tenggara. Kabupaten Cirebon merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa Barat yang terletak di bagian timur dan merupakan batas, sekaligus sebagai pintu gerbang Provinsi Jawa Tengah. Dalam sektor pertanian Kabupaten Cirebon merupakan salah satu daerah produsen beras yang terletak di jalur pantura. Jika dilihat dari permukaan daratannya dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu, dataran rendah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa dan dataran tinggi. Jumlah wilayah administrasi di Kabupaten Cirebon pada tahun 2010 terdiri dari 40 kecamatan, 412 desa, 12 kelurahan, jumlah RT sebanyak dan RW sebanyak Wilayah setiap kecamatannya terletak di bagian utara yaitu sepanjang jalur pantura termasuk pada dataran rendah yang memiliki

59 43 letak ketinggian antara 0-10 m dari permukaan air laut, sedangkan wilayah kecamatan bagian selatan memiliki letak ketinggian m dari permukaan laut. Faktor iklim dan curah hujan di Kabupaten Cirebon dipengaruhi oleh keadaan alamnya yang sebagian besar terdiri dari daerah pantai dan perbukitan terutama daerah bagian utara, timur, dan barat, sedangkan daerah bagian selatan merupakan daerah perbukitan. Berbagai macam karakteristik terbentuk karena letak wilayah Kabupaten Cirebon itu sendiri. Semua itu merupakan suatu modal untuk kemajuan daerah. Di sini pengaruh pembangunan modernisasi berdampak jelas terhadap perubahan kehidupan politik, ekonomi, sosial, budaya, serta pertahanan dan keamanan, apalagi Kabupaten Cirebon merupakan pintu gerbang memasuki wilayah Provinsi Jawa Tengah Kependudukan Jumlah penduduk di Kabupaten Cirebon dari tahun 2005 hingga tahun 2010 belum merata. Data terbaru yang didapat yaitu jumlah penduduk Kabupaten Cirebon pada tahun 2010 mencapai jiwa. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Cirebon dari tahun 2000 sampai dengan 2010 yaitu sebesar 0,70 persen. Dengan luas wilayah 990,36 Km 2, maka rata-rata setiap Km 2 ditempati penduduk sebanyak orang pada tahun Secara umum jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Hal ini ditunjukkan oleh sex ratio yang nilainya lebih besar dari 100. Pada tahun 2010, sex ratio sebesar 105,13 yang berarti untuk setiap 100 penduduk perempuan terdapat 105 penduduk laki-laki. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1.

60 44 Tabel 4.1. Indikator Kependudukan Kabupaten Cirebon Uraian Tahun 2010 Jumlah Penduduk (jiwa) Laju Pertumbuhan Penduduk (%) 0,70 Kepadatan Penduduk (jiwa/km 2 ) Rasio Jenis Kelamin 105,13 Jumlah Rumahtangga Rata-rata ART per Rumahtangga 3,77 Sumber : BPS Kabupaten Cirebon, 2010 Persebaran penduduk Kabupaten Cirebon per kecamatan hingga pada tahun 2010 masih menunjukkan kondisi kurang merata seperti tahun-tahun sebelumnya. Penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Sumber yaitu sebanyak jiwa dengan sebaran penduduknya sebesar 3,29 persen dan yang terkecil adalah Kecamatan Pasaleman dengan jumlah penduduk hanya jiwa dengan sebaran penduduk sebesar 1,21 persen Ketenagakerjaan Salah satu modal penting dalam proses meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menyukseskan program pembangunan adalah tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja di suatu daerah harus diimbangi dengan ketersediaan lapangan pekerjaan. Selain itu banyaknya jumlah penduduk pun harus diimbangi dengan pertumbuhan angkatan kerja agar tidak memunculkan pengangguran. Tenaga kerja di Kabupaten Cirebon pada tahun 2005 hingga tahun 2010 dari tahun ke tahunnya cenderung menurun. Sehingga pada tahun 2009 pemerintah Kabupaten Cirebon melaksanakan padat karya agar dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja. Di Kabupaten Cirebon lapangan pekerjaan yang banyak digeluti masyarakatnya adalah sektor primer (pertanian dalam arti luas

61 45 termasuk perikanan dan peternakan), diikuti sektor sekunder (industri pengolahan, listrik,gas dan air bersih dan konstruksi) sisanya kedalam sektor tersier ( jasa transportasi, keuangan, dan lain sebagainya) Pendidikan Pendidikan sangat erat kaitannya dengan ketersediaan fasilitas pendidikan. Fasilitas-fasilitas pendidikan dari tahun 2005 hingga tahun 2010 selalu ditingkatkan agar tercapainya standar pendidikan yang lebih baik pula. Data terbaru didapat yaitu pada jenjang pendidikan SD di Kabupaten Cirebon tahun ajaran 2010/2011 seorang guru SD rata-rata mengajar 30 murid SD. Semakin tinggi jenjang pendidikan maka beban seorang guru semakin sedikit dimana untuk jenjang pendidikan SLTP rata-rata seorang guru mengajar 19 murid dan di jenjang SLTA beban seorang guru hanya mengajar 14 murid saja. Untuk jenjang pendidikan SLTA baik negeri maupun swasta di Kabupaten Cirebon pada tahun 2010 tetapi pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Umum terjadi penurunan dari sebanyak murid pada tahun 2009 menjadi murid pada tahun Pada tahun 2009 persentase penduduk laki-laki berumur 10 tahun ke atas yang masih bersekolah lebih tinggi dari penduduk perempuan yaitu sebesar 18,38 persen, sedangkan penduduk perempuan berumur 10 tahun ke atas yang masih bersekolah sebesar 16,99 persen. (Suseda 2009).

62 46 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah tertinggi Yang Dimiliki 5% 4% 12% 15% 37% 27% Tidak Punya SD/MI SLTP/MTs Sederajat SLTA Sederajat SM Kejuruan Perguruan Tinggi Sumber : Survei Sosial Ekonomi Daerah, 2009 Gambar 4.1. Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah Tertinggi Yang Dimiliki Tabel 4.2. Indikator Pendidikan Kabupaten Cirebon Tahun 2010 Uraian 2010 Angka melek Huruf 92,33 Rata-rata Lama Sekolah 6,85 Sumber : Dinas Pendidikan kabupaten Cirebon, 2011 Indikator pendidikan diatas, dapat terlihat bahwa pada tahun 2010 masih ada sebanyak 7,67 persen penduduk di Kabupaten Cirebon yang masih buta huruf. Maka dari itu perlu diadakannya upaya-upaya untuk mendukung peningkatan dalam bidang pendidikan tersebut Kesehatan Kesehatan termasuk salah satu faktor penting dalam pembangunan suatu daerah. Pemerintah Kabupaten Cirebon selalu mengupayakan dan meningkatkan fasilitas-fasilitas kesehatan. Dapat dilihat peningkatan fasilitas-fasilitas kesehatan

63 47 Kabupaten Cirebon dari tahun 2005 hingga tahun 2010 cukup baik walaupun belum terlalu signifikan. Data terbaru yang didapat yaitu fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Cirebon pada tahun 2010 yaitu terdapat sebanyak 7 Rumah Sakit Umum, 283 Puskesmas yang terdiri dari 56 Puskesmas Umum, 56 Puskesmas Pembantu, dan 171 Puskesmas Keliling. Tabel 4.3. Statistik Fasilitas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun Uraian Perkembangan Fasilitas Kesehatan RSU Puskesmas Umum Pembantu Keliling Balai Pengobatan Klinik Bersalin BKIA BP gigi Apotik Sumber : Dinas kesehatan Kabupaten Cirebon, 2011 Sebagai rujukan masyarakat untuk berobat jalan di Kabupaten Cirebon fasilitas kesehatan tertinggi adalah puskesmas. Hal ini mengindikasikan bahwa fasilitas tersebut paling banyak dipilih karena cukup mudah dijangkau oleh penduduk dan biaya berobat yang dikeluarkan relatif murah. Selain itu juga terdapat fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya seperti balai pengobatan, klinik bersalin, dan apotik yang masing-masing berjumlah 53, 6, dan 103 apotik. Di Kabupaten Cirebon hanya 6 kecamatan dari 40 kecamatan yang terdapat fasilitas Rumah Sakit Umum.

64 48 Banyaknya bayi yang ada di Kabupaten Cirebon selama tahun 2010 adalah sebanyak bayi. Dari jumlah tersebut yang mendapatkan imunisasi selama tahun 2010 untuk jenis imunisasi BCG, DPT1+HB1, DPT3+HB3, Polio 1, Polio 3, Campak, dan HB0 masing masing sebanyak ; ; ; ; ; ; dan (Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, 2010) Keadaan Perekonomian Daerah Perekonomian suatu daerah tidak terlepas dari letak geografis yang strategis dan karakteristik sumber daya alamnya. Karakteristik ekonomi Kabupaten Cirebon didominasi oleh sektor-sektor sebagai berikut : sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan, sektor komunikasi, jasa serta industri pengolahan. Kabupaten Cirebon merupakan daerah yang tergolong cukup cepat dalam bertransformasi dari tatanan ekonomi yang secara tradisional bertumpu pada sektor yang mengandalkan nilai tambah sumber daya. Keuangan, persewaan & jasa persh 13% Pengangkutan dan komunikasi 3% Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Cirebon tahun 2008 Jasa-jasa 15% Perdagangan, hotel dan restoran % Sumber : BPS Kabupaten Cirebon, 2010 Pertambangan/p enggalian 5% Industri pengolahan 8% Listrik dan air bersih 12% Konstruksi/bang unan 16% Pertanian 14% Gambar 4.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Cirebon Tahun 2008

65 49 Adapun laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon tahun 2009 yaitu sebagai berikut : Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Cirebon tahun 2009 Keuangan, persewaan & jasa persh 10% Pengangkuta n dan komunikasi 10% Perdagangan, hotel dan restoran 14% Jasa-jasa 13% Pertanian 15% Pertambangan/p enggalian 9% Industri pengolahan 2% Listrik dan air bersih 14% Konstruksi/bang unan 13% Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 Gambar 4.3. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Cirebon Tahun 2009 Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon pada tahun 2005 hingga tahun 2010 selalu meningkat tetapi mengalami sedikit perlambatan pada tahun 2008 dan Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.4. Pertumbuhan Perekonomian Kabupaten Cirebon pada tahun Keterangan Pertumbuhan Perekonomian Kabupaten Cirebon PE Kabupaten Cirebon (%) 5,06 5,11 5,37 4,91 5,08 4,96 Sumber data: BPS dan BAPPEDA Kab.Cirebon, 2011

66 50 Secara letak geografis, Kabupaten Cirebon ini terletak di jalur perlintasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Hal ini yang menjadikan daerah ini memiliki kelebihan sendiri. Selain kota transit, kota ini dapat menjadi daerah tujuan yang baik untuk berwisata maupun berbisnis. Kegiatan perdagangan ini juga merupakan hal biasa bagi warganya, transaksi jual beli sangat berarti bagi denyut perekonomian daerah ini. Industri pengolahan non migas justru tercatat sebagai lapangan usaha dengan kontribusi yang paling dominan untuk penerimaan PAD (Pendapatan Asli Daerah) Kabupaten Cirebon Perkembangan Ekonomi Sektoral Sektor Pertanian Kabupaten Cirebon dikenal sebagai salah satu daerah penghasil tanaman pangan di Provinsi Jawa Barat khususnya padi. Sejak tahun 2005 hingga 2010 tanaman pangan ini semakin meningkat dari tahun ke tahunnya walaupun mengalami sedikit penurunan pada tahun 2006 dan Hasil pertanian yang unggul dilihat dari perkembangannya yaitu padi, bawang merah, dan mangga gedong gincu (dapat dilihat dalam lampiran 3 sampai lampiran 8). Data terbaru yang di dapat yaitu pada tahun 2010 berhasil memproduksi padi baik padi ladang maupun padi sawah sebesar ton. Hasil pertanian palawija yang ada hampir semua komoditi mengalami kenaikan rata-rata produksi di tahun 2010 dibanding tahun sebelumnya, yaitu pada komoditi jagung, ketela rambat, ketela pohon, dan kacang kedelai. Secara keseluruhan, luas panen untuk pertanian khususnya untuk padi selalu meningkat di setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 4.5.

67 51 Tabel 4.5. Statistik Luas Panen Padi di Kabupaten Cirebon Tahun Tahun Luas Panen Padi (Ha) Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Kehutanan Kabupaten Cirebon, 2011 Produksi padi di Kabupaten Cirebon pun dapat dilihat peningkatan setiap tahunnya yaitu sebagai berikut : Produksi Padi (Ton) di Kabupaten Cirebon Tahun Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Kehutanan Kabupaten Cirebon, 2011 Gambar 4.4. Statistik Produksi Padi (Ton) di Kabupaten Cirebon Tahun

68 52 Selain dari hasil pertanian, Kabupaten Cirebon yang merupakan daerah pantai tentunya menjadikan sektor perikanan termasuk kedalam sektor unggulan terutama produksi udangnya. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 4.6. Tabel 4.6. Produksi Udang di Kabupaten Cirebon Tahun Kategori Produksi (Ton) Ikan darat Udang tawar Udang lainnya Ikan Tambak Udang Windu Udang Vanane Udang Api-api Ikan Laut Udang Putih Udang Windu Udang Dogol Udang lain JUMLAH Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon, Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor ini diklasifikasikan dalam 3 subsektor yaitu minyak dan gas bumi (migas), pertambangan tanpa migas dan penggalian. Khususnya untuk wilayah Kabupaten Cirebon kegiatan yang ada hanyalah subsektor penggalian. Subsektor ini mencakup kegiatan penggalian dan pengambilan segala jenis barang galian, misalnya batu kapur, pasir, tanah liat, batu-batuan dan sebagainya. Data produksi dan harga diperoleh dari Dinas Pertambangan Wilayah IV Cirebon.

69 Sektor Industri Pengolahan Sektor ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu Industri Migas yang terdiri dari pengilangan minyak bumi dan gas alam cair, dan Industri tanpa migas. Untuk wilayah Kabupaten Cirebon kegiatan industri yang ada adalah industri tanpa migas. Kegiatan ini mencakup industri besar dan sedang, industri kecil dan industri rumahtangga. Industri besar dan sedang mencakup perusahaan industri yang mempunyai jumlah tenaga kerja 20 orang atau lebih. Sedangkan industri kecil 5 sampai 19 orang, dan industri rumahtangga dengan jumlah tenaga kerja 1 sampai 4 orang. Di Kabupaten Cirebon terkenal dengan industri pengolahannya yaitu lebih spesifikasinya industri pengolahan rotan atau industri rotan Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Sektor listrik merupakan sumber penerangan dan energi di berbagai sektor, listrik memegang peranan yang sangat vital. Sejak tahun 2005 hingga 2010, pelanggan listrik semakin meningkat tiap tahunnya. Data terbaru yang didapat yaitu pelanggan listrik di Kabupaten Cirebon pada tahun 2010 sebanyak pelanggan. Jika dilihat dari angka yang ada maka pelanggan dan daya terpasang di Kabupaten Cirebon dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Sejalan dengan peningkatan yang tajam dalam memenuhi kebutuhan listrik bagi masyarakat, jumlah listrik yang didistribusikan atau daya yang terpasang juga cenderung meningkat. Jumlah listrik yang didistribusikan pada tahun 2009 tercatat sebesar ,69 KVA. Angka ini meningkat menjadi sebesar ,44 KVA pada tahun 2010.

70 54 Jika dilihat dari data pelanggan listrik menurut golongannya, lebih dari 90 persen pelanggan listrik di Kabupaten Cirebon pada tahun 2010 adalah rumahtangga. Adapun data pelanggan listrik menurut golongannya pada tahun 2010 dapat dilihat sebagai berikut : Statistik Pelanggan Listrik di Kabupaten Cirebon Tahun 2010 Menurut Golongan Pelanggan Sumber : PT. PLN (Persero) Area Pelayanan & Jaringan Cirebon, 2011 Gambar 4.5. Statistik Pelanggan Listrik di Kabupaten Cirebon Menurut Golongan Pelanggan Tahun 2010 Secara keseluruhan pelanggan listrik di Kabupaten Cirebon sudah cukup baik, yaitu dengan adanya peningkatan untuk setiap tahunnya. Peningkatan tersebut selalu diupayakan setiap tahunnya oleh Pemerintah Kabupaten Cirebon. Data statistik pelanggan listrik untuk Kabupaten Cirebon dapat dilihat pada Tabel 4.7.

71 55 Tabel 4.7. Statistik Pelanggan Listrik di Kabupaten Cirebon Tahun Tahun Pelanggan Sumber : PT. PLN (Persero) Area Pelayanan & Jaringan Cirebon, 2011 Selain energi listrik, fasilitas penyediaan air minum juga penting bagi masyarakat. Perubahan dari tahun ke tahun jumlah pelanggan air minum yang dikelola PDAM Kabupaten Cirebon jumlahnya terus meningkat. Pada tahun 2009 sebanyak pelanggan dan pada tahun 2010 terjadi penambahan pelanggan PDAM sebanyak pelanggan. Jumlah pelanggan PDAM ebanyak 96,02 persen adalah pelanggan rumah tempat tinggal Statistik Pelanggan Air Minum PDAM di Kabupaten Cirebon Tahun Statistik Pelanggan Air Minum PDAM di Kabupaten Cirebon Tahun Sumber : PDAM Kabupaten Cirebon, 2011 Gambar 4.6. Statistik Pelanggan Air Minum PDAM di Kabupaten Cirebon

72 Sektor Konstruksi Sektor ini mencakup kegiatan pembangunan fisik (konstruksi), baik yang digunakan sebagai tempat tinggal atau saran lainnya yang dilakukan oleh perusahaan konstruksi maupun yang dilakukan oleh perorangan. Pemerintah Kabupaten Cirebon selalu mengupayakan usaha-usaha agar sektor konstruksi ini dapat lebih berkembang dan meningkat setiap tahunnya Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Tabel 4.8. Statistik Hotel di Kabupaten Cirebon,Tahun 2010 Uraian 2010 Akomodasi Hotel Bintang 3 Hotel Non Bintang/Melati 10 Jumlah Kamar Hotel bintang 142 Hotel Non Bintang/Melati 423 Jumlah Tempat Tidur Hotel bintang 244 Hotel Non Bintang/Melati 325 Sumber : BPS Kabupaten Cirebon, 2011 Sektor perdagangan, hotel dan restoran masih merupakan sektor yang terlihat meningkat dari tahun ke tahunnya walaupun belum terlihat signifikan. Data terbaru yang didapat yaitu pada tahun 2010 di Kabupaten Cirebon terdapat 13 usaha akomodasi yang terbagi dalam 3 kategori hotel berbintang dan 10 akomodasi lainnya (hotel non bintang) dengan 565 kamar dan 569 tempat tidur. Seluruh usaha akomodasi tersebut yaitu 142 kamar atau 25,13 persen tersedia di

73 57 hotel berbintang, sedangkan sekitar 423 kamar terdapat pada hotel nonbintang/melati. Berdasarkan statistik kunjungan tamu yang menginap di hotel masih di didominasi tamu domestik, sedangkan tamu mancanegara hanya sebanyak 43 orang. Adapun beberapa objek wisata unggulan di Kabupaten Cirebon adalah sebagai berikut : Taman Rekreasi Plangon, Kawasan Wisata Gunung Jati, Kurakura Belawa, Situ Patok, Situ Sedong, Banyu Panas Palimanan, Kawasan Wisata Ciperna, Kawasan Wisata Cikalahang, dan Kawasan Bondet Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Jalan sebagai sarana penunjang transportasi memiliki peran penting khususnya transportasi darat. Sektor ini masih memiliki kontribusi yang besar dari tahun 2005 hingga tahun Rusak Berat, 68.9 Rusak, Baik, Sedang, Sumber : Dinas Bina Marga Kabupaten Cirebon (dalam satuan Km), 2011 Gambar 4.7. Statistik Kondisi Jalan di Kabupaten Cirebon Tahun 2010

74 58 Data pada tahun 2010 yang didapat yaitu dari total panjang jalan yang ada yaitu sepanjang 642,36 Km sebanyak 76,01 persen berkategori jalan baik dan sedang, sementara hampir seperempatnya sisanya berkategori rusak. Secara keseluruhan kondisi jalan di Kabupaten Cirebon rata-rata selalu mengalami peningkatan yaitu dengan dilakukannya perbaikan-perbaikan jalan yang rusak. Data statistik kondisi jalan di Kabupaten Cirebon secara keseluruhan dapat dilihat dalam Tabel 4.9. Tabel 4.9. Statistik Kondisi Jalan di Kabupaten Cirebon Tahun Perkembangan Kondisi Jalan Kabupaten Cirebon Kondisi Baik Sedang Rusak Rusak Berat JUMLAH Sumber : Dinas Bina Marga Kabupaten Cirebon (dalam satuan Km), 2011 Angkutan, khususnya angkutan kereta api pada tahun 2010 di Kabupaten Cirebon mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya terutama peningkatan penumpang yang menggunakan jasa pelayanan kereta api, untuk angkutan barang secara volume sedikit mengalami penurunan. Pada tahun 2010 PT. KAI Daop 3 Cirebon khususnya untuk Kabupaten Cirebon (Stasiun Ciledug, Babakan, Arjawinangun, dan Cangkring) melayani penumpang atau meningkat sebesar 3,02 persen dibanding tahun Sedangkan untuk pelayanan angkutan barang mengalami penurunan sebesar 30,15 persen pada tahun 2010 jika dibanding tahun sebelumnya.

75 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Subsektor ini mencakup sektor keuangan yaitu Bank Sentral dan Bank Komersial yang memberikan jasa keuangan pada pihak lain misalnya menerima simpanan terutama dalam bentuk giro dan deposito, memberikan kredit atau pinjaman, baik kredit jangka pendek, menengah dan panjang, mengirim uang, membeli dan menjual surat-surat berharga, mendiskonto surat wesel atau kertas dagang dan sejenisnya, menyewakan tempat dan menyimpan barang berharga dan sejenisnya. Adapun lembaga keuangan lainnya seperti kegiatan asurasi, dana pensiun, pegadaian, koperasi simpan pinjam, dan lembaga pembiayaan. Dalam subsector ini juga mencakup kegiatan valuta asing, pasar modal, dan jasa penunjangnnya misalnya pialang, penjamin emisi dan sebagainya. Sedangkan sektor persewaan di Kabupaten Cirebon mencakup kegiatan usaha persewaan bangunan dan tanah, baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun bukan bangunan tempat tinggal seperti perkantoran, pertokoan, apartemen dan lain sebagainya. Sektor jasa perusahaan di Kabupaten Cirebon mencakup kegiatan pemberian jasa hukum (Advokat dan Notaris), jasa pengolahan dan penyajian data, jasa bangunan atau arsitek dan teknik, jasa periklanan dan riset pemasaran, serta jasa persewaan mesin dan peralatan Sektor Jasa-Jasa Sektor Jasa-jasa terbagi menjadi 2 subsektor yaitu : 1. Subsektor Jasa Pemerintahan Umum 2. Subsektor Jasa Swasta

76 60 1. Jasa Pemerintahan Umum Subsektor ini mencakup kegiatan jasa yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk kepentingan rumahtangga serta masyarakat umum. Sebagai contoh, jasa pemerintahan umum, pertahanan dan keamanan dan sebagainya. 2. Jasa Swasta Subsektor ini meliputi kegiatan jasa yang dilaksanakan pihak swasta, misalnya jasa sosial dan kemasyarakatan, jasa hiburan dan rekreasi, serta perorangan dan rumahtangga. a. Jasa Sosial Kemasyarakatan Subsektor ini mencakup kegiatan jasa pendidikan, kesehatan, riset atau penelitian, palang merah, panti asuhan, panti wreda, yayasan pemeliharaan anak cacat (YPAC), rumah ibadat dan sejenisnya, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta yang ada di Kabupaten Cirebon. b. Jasa Hiburan dan Rekreasi Subsektor ini mencakup kegiatan jasa bioskop, taman hiburan, bar, karaoke, diskotik, bilyard, kolam renang dan kegiatan hiburan lainnya seperti berbagai kesenian khas Cirebon (grup tarling, wayang golek, tari topeng dan sebagainya.) c. Jasa Perseorangan dan Rumahtangga Subsektor ini mencakup kegiatan yang pada umumnya melayani perorangan dan rumahtangga misalnya jasa reparasi, pemangkas rambut dan salon kecantikan, foto studio, tukang jahit, pembantu rumahtangga, semir sepatu dan sejenisnya.

77 61 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sektor-Sektor Unggulan Kabupaten Cirebon Periode Berdasarkan Pendekatan Location Quotient (LQ) Dalam hal sektor unggulan, pendekatan yang digunakan biasanya menggunakan pendekatan Location Quotient (LQ). Pada umumnya Produk Domestik Bruto Regional (PDRB) adalah indikator pendekatan LQ ini, sehingga dapat lebih menspesifikasikan antara sektor unggulan dan sektor nonunggulan yang peranannya berkaitan dengan pendapatan dan pertumbuhan wilayah Kabupaten Cirebon. Penelitian ini menggunakan periode dari tahun 2005 hingga tahun 2010 dan menggunakan PDRB Harga Konstan baik PDRB Kabupaten Cirebon maupun PDRB Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan periode tersebut dikarenakan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon pada tahun 2005 hingga 2010 lebih besar daripada tahun-tahun sebelumnya dan mengalami peningkatan setiap tahunnya, walau ada perlambatan di tahun 2008 dan Laju perekonomian Kabupaten Cirebon mencapai pertumbuhan tertinggi dalam tahun 2007 yaitu sebesar 7,32 persen walaupun mengalami penurunan kembali pada tahun berikutnya. Nilai LQ merupakan indikator untuk menyatakan sektor unggulan dan nonunggulan. Ketika suatu sektor memiliki nilai LQ lebih besar dari satu maka sektor tersebut termasuk kedalam sektor unggulan, yaitu artinya peranan suatu sektor dalam perekonomian Kabupaten Cirebon lebih besar daripada peranan sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat. Hasil perhitungan

78 62 analisis LQ menurut pendekatan pendapatan untuk seluruh sektor yang ada di Kabupaten Cirebon, yaitu sebagai berikut : Tabel 5.1. Nilai LQ Sektor Perekonomian Kabupaten Cirebon Tahun Lapangan Usaha Nilai LQ Pertanian Pertambangan/penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan/Konstruksi Perdagangan, Hotel dan restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan Jasa-jasa Sumber : BPS Kabupaten Cirebon Tahun (diolah) Berdasarkan tabel diatas, sektor yang termasuk pada sektor unggulan di Kabupaten Cirebon adalah : a. Sektor Pertanian Pada periode , nilai koefisien LQ > 1, dimana artinya kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Cirebon lebih besar daripada kontribusi sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat. Pesatnya pertumbuhan sektor ini juga karena ketersediaan kekayaan alam yang melimpah

79 63 di Kabupaten Cirebon. Kabupaten Cirebon merupakan salah satu daerah produsen beras yang terletak di jalur pantura. Selain itu telah dibahas diawal bahwasannya Kabupaten Cirebon terkenal akan pertaniannya yaitu bawang merah, cabai merah dan mangga gedong gincu. Pada saat ini yang menjadi primadona mangga gedong gincu, tetapi produksinya musiman. Sektor ini pun menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar. b. Bangunan/Konstruksi Pada periode , nilai koefisien LQ > 1, dimana artinya kontribusi sektor bangunan/konstruksi dalam perekonomian Kabupaten Cirebon lebih besar daripada kontribusi sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat. Sektor ini merupakan sektor unggulan peringkat kedua setelah sektor pertanian. Memang benar adanya, pesatnya pertumbuhan sektor ini juga didukung oleh kurangnya bangunan-bangunan yang bersifat sosial di daerah Kabupaten Cirebon. Sektor bangunan/konstruksi ini mencakup kegiatan pembangunan fisik (konstruksi), baik yang digunakan sebagai tempat tinggal atau sarana lainnya yang dilakukan oleh perusahaan konstruksi maupun yang dilakukan oleh perorangan. Misalnya saja baru-baru ini Kabupaten Cirebon membangun Mall yaitu Cirebon Square yang telah berdiri bangunanya, selanjutnya akan dibangun Mall lain yaitu Plumbon Square yang rencana pembangunannya akan berjalan pada saat ini hingga beberapa waktu kedepan. Bangunan ini dilaksanakan dan dibangun dengan tujuan agar fasilitas-fasilitas umum untuk masyarakat Kabupaten Cirebon sendiri dapat menjadi jauh lebih berkembang dan lengkap. Contoh hal lainnya, Kabupaten Cirebon pun sedang membangun rumah sakit-rumah sakit, sekolah, restoran, hotel dan lain sebagainya.

80 64 c. Jasa-Jasa Pada periode , nilai koefisien LQ > 1, dimana artinya kontribusi sektor jasa-jasa dalam perekonomian Kabupaten Cirebon lebih besar daripada kontribusi sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat. Hal ini dikarenakan terjadinya pertumbuhan yang cepat akibat banyaknya penambahan jasa sosial kemasyarakatan, jasa hiburan, rekreasi, jasa perseorangan dan rumahtangga. Jasa sosial kemasyarakatan seperti dibukanya rumah sakit swasta, klinik swasta, sekolah-sekolah swasta, kursus-kursus, riset atau penelitian, palang merah, panti asuhan, panti wreda, Yayasan Pemeliharaan Anak Cacat (YPAC), rumah ibadat dan sejenisnya, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta yang ada di Kabupaten Cirebon. Jasa rekreasi di Kabupaten Cirebon pun terus berkembang yaitu pengadaan seperti bioskop, mall, taman hiburan, kolam renang dan kegiatan hiburan lainnya seperti berbagai kesenian khas Cirebon (grup tarling, wayang golek, tari topeng dan sebagainya). Sedangkan jasa perseorangan dan rumahtangga pun kian meningkat seperti jasa-jasa reparasi alat-alat rumahtangga, pemangkas rambut dan salon kecantikan, foto studio, tukang jahit, pembantu rumahtangga, semir sepatu dan lain sebagainya. d. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Pada periode , nilai koefisien LQ > 1, dimana artinya kontribusi sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan dalam perekonomian Kabupaten Cirebon lebih besar daripada kontribusi sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat. Dalam sektor ini, Kabupaten Cirebon hanya terdapat Bank Komersial sedangkan Bank Sentralnya terdapat di Kota Cirebon. Kegiatan

81 65 asuransi, dana pensiun, pegadaian, koperasi simpan pinjam, dan lembaga pembiayaan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini didukung oleh meningkatnya sektor pertanian, jasa-jasa dan sektor unggulan lainnya yang menyebabkan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pun meningkat. Sedangkan sektor persewaan di Kabupaten Cirebon mencakup kegiatan usaha persewaan bangunan dan tanah, baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun sarana fasilitas umum. Sedangkan sektor jasa perusahaan di Kabupaten Cirebon mencakup kegiatan pemberian jasa hukum, jasa pengolahan dan penyajian data, jasa bangunan atau arsitek dan teknik, jasa periklanan dan riset pemasaran, serta jasa persewaan mesin, peralatan dan lain sebagainya. e. Pengangkutan dan Komunikasi Pada periode , nilai koefisien LQ > 1, dimana artinya kontribusi sektor pengangkutan dan komunikasi dalam perekonomian Kabupaten Cirebon lebih besar daripada kontribusi sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat. Sektor ini sangat dipengaruhi oleh sektor-sektor lainnya diantaranya khususnya sektor pertanian dan sektor industri pengolahan seperti industri rotan, industri tekstil, industri sandal, sepatu dan lain sebagainya. Pengangkutan dan komunikasi ini memiliki peran penting dalam perekonomian Kabupaten Cirebon. Sektor komunikasi pun kian meningkat sejalan peningkatan sektor transportasi (pengangkutan). Jalan sebagai sarana penunjang transportasi, memiliki peran penting khususnya transportasi darat. Walaupun kondisi jalan di Kabupaten Cirebon masih saja ada kerusakan dimana-mana akibat mobil kendaraan beroda empat

82 66 yang ukurannya besar seperti bus, fuso, truk dan lain sebagainya. Tetapi untuk sekarang, sedang dilakukan perbaikan jalan guna mencapai peningkatan pada sektor pengangkutan tersebut. Selain itu angkutan kereta api pun tidak kalah meningkat dibanding pengangkutan lainnya. Angkutan kereta api di Kabupaten Cirebon mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya terutama peningkatan penumpang yang menggunakan jasa pelayanan kereta api, walaupun untuk angkutan barang secara volume sedikit mengalami penurunan. Pemerintah selalu mengupayakan usaha-usaha terbaiknya guna meningkatkan sektor pengangkutan dan komunikasi tersebut. f. Perdagangan, Hotel dan Restoran Pada periode , nilai koefisien LQ > 1, dimana artinya kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam perekonomian Kabupaten Cirebon lebih besar daripada kontribusi sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat. Pesatnya perkembangan sektor ini didukung adanya objek wisata dan seni budaya yang ada di Kabupaten Cirebon ini. Walaupun dari data yang ada tamu yang menginap di hotel masih di didominasi tamu domestik daripada tamu mancanegara. Hal ini tidak menurunkan perkembangan sektor hotel di Kabupaten Cirebon. Karena letak Kabupaten Cirebon yang strategis maka sektor perdagangan menjadi semakin pesat. Kabupaten Cirebon merupakan perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah sehingga pusat perekonomian dan perdagangan terpusat pada daerah tersebut. Itulah yang menjadikan sektor perdagangan semakin meningkat dan merupakan sektor unggulan. Sektor restoran pun tidak kalah, pertumbuhan yang pesat pada sektor ini didukung oleh adanya keanekaragaman makanan khas Kota

83 67 maupun Kabupaten Cirebon yang ada di Kabupaten Cirebon. Makanan khasnya seperti : nasi jamblang, empal gentong, bubur sop, nasi lengko Cirebon, tahu gejrot, doclang, makanan seafood sejenis cumi yang disebut oleh masyarakat sana blakutak, udang, rajungan dan lain sebagainya. Keanekaragaman makanan khas ini membuat para wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara senang untuk singgah di restoran-restoran yang ada di Kabupaten Cirebon ini. Hal itulah yang menyebabkan pertumbuhan restoran yang ada di Kabupaten Cirebon kian meningkat. g. Listrik, Gas dan Air Bersih Jika dilihat dari hasil analisis LQ diatas, sektor ini termasuk sektor nonunggulan. Tetapi pada tahun 2007 dan 2008, sektor ini sempat masuk ke dalam golongan sektor unggulan di Kabupaten Cirebon. Dalam sektor listrik, gas dan air bersih pada tahun 2007 dan 2008 nilai koefisien LQ > 1, dimana artinya kontribusi sektor listrik, gas dan air bersih dalam perekonomian Kabupaten Cirebon lebih besar daripada kontribusi sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 2009, sektor ini kembali menurun dan tidak tergolong sektor unggulan kembali. Dilihat dari analisis LQ tersebut, sektor ini pada tahun 2007 dan 2008 memiliki nilai koefisien LQ > 1 walaupun mengalami penurunan di tahun berikutnya. Berdasarkan penjelasan sebelumnya terlihat bahwa, sektor ini memiliki potensi untuk menjadi sektor unggulan karena sektor ini sebagai salah satu sumber utama energi penggerak mesin-mesin produksi pada industri pengolahan. Untuk itu perlu adanya dorongan yang kuat dari Pemerintah Kabupaten Cirebon.

84 68 Berdasarkan analisis LQ pada Tabel 5.1, adapun sektor-sektor perekonomian Kabupaten Cirebon yang termasuk ke dalam sektor nonunggulan yaitu : industri pengolahan, pertambangan/penggalian serta sektor listrik, gas dan air bersih. Seperti yang kita ketahui, bahwasannya Cirebon terkenal dengan sentra industri pengolahan rotan. Kondisi ekspor rotan yang kian meningkat dari tahun ke tahunnya. Hal ini menunjukkan tanda-tanda bahwa sektor industri pengolahan rotan ini merupakan sektor unggulan di Kabupaten Cirebon. Tetapi dari hasil analisis LQ di atas, industri pengolahan tidak termasuk kedalam sektor unggulan. Hal ini disebabkan karena penelitian ini dilakukan dalam periode 2005 hingga 2010, pada pertengahan tahun 2005 pemerintah mengeluarkan kebijakan rotan mentah yang diatur dalam SK No. 12/M-DAG/PER/6/2005 tentang Pembebasan Ekspor Rotan Mentah. Adanya Kebijakan ekspor rotan mentah ini, mengakibatkan krisis pada perkembangan industri rotan tersebut dengan ditandai menurunnya persediaan bahan baku rotan domestik dan meningkatnya harga bahan baku rotan. Sejak saat itu industri rotan mengalami krisis bahan baku yang mengakibatkan penurunan pada volume dan nilai ekspor. Sehingga industri pengolahan rotan pun perkembangannya menurun setelah diberlakukannya kebijakan tersebut pada tahun Maka dari itu industri rotan termasuk pada sektor nonunggulan dalam periode karena adanya kebijakan pembebasan ekspor rotan mentah. Selain itu industri pengolahan bukan hanya industri pengolahan rotan saja, industri pengolahan tekstil, sandal, sepatu dan lain sebagainya.

85 69 Dalam hal sektor pertambangan/penggalian khususnya untuk wilayah Kabupaten Cirebon kegiatan yang ada hanyalah subsektor penggalian. Tidak adanya sektor pertambangan disebabkan oleh kondisi alam Kabupaten Cirebon yang tidak berpotensi untuk dilakukannya kegiatan pertambangan seperti halnya di daerah Kalimantan. Akibatnya sektor pertambangan/penggalian ini tidak termasuk kedalam sektor unggulan. Sedangkan untuk sektor listrik, gas, dan air bersih pun termasuk kedalam sektor nonunggulan tetapi pada tahun 2007 dan 2008 sektor ini berpotensi kedalam sektor unggulan di Kabupaten Cirebon PDRB (Produk Domestik Bruto Regional), Pertumbuhan Wilayah, dan Sektor-Sektor Unggulan Kabupaten Cirebon Pertumbuhan Total PDRB Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat Nilai riil PDRB Kabupaten Cirebon pada tahun 2005 atas dasar harga konstan tahun 2000 adalah sebesar Rp 6,34 triliun dan meningkat pada tahun 2010 menjadi Rp 8,13 triliun, sehingga pada periode terjadi peningkatan dengan pertumbuhan sekitar Rp 1,78 triliun. Persentase pertumbuhan semua sektor perekonomian di Kabupaten Cirebon pada periode 2005 sampai dengan 2010 menunjukkan peningkatan kontribusi sebesar 271,91 persen ( Tabel 5.2). Pada Tabel 5.2 jelas terlihat bahwa presentase pertumbuhan perekonomian tertinggi adalah sektor jasa-jasa yaitu sebesar 46,58 persen. Pada tahun 2005 kontribusi sektor jasa-jasa yang diberikan terhadap PDRB Kabupaten Cirebon adalah sebesar Rp 726,34 miliar dan meningkat pada tahun 2010 sebesar Rp 1,06 triliun, sehingga pada periode 2005 hingga 2010 sektor jasa-jasa meningkat sebesar Rp 338,34 miliar. Maka dari itu sektor jasa-jasa di Kabupaten Cirebon tumbuh pesat. Hal ini dikarenakan banyaknya penambahan baik jasa sosial

86 70 kemasyarakatan, jasa hiburan, rekreasi maupun jasa perseorangan dan rumahtangga oleh pemerintah Kabupaten Cirebon. Selain itu juga di dukung oleh faktor seni budaya Cirebon dalam hal jasa hiburan dan kesenian seperti grup tarling, wayang golek, tari topeng dan sebagainya. Adapun tabel pertumbuhan PDRB Kabupaten Cirebon, yaitu sebagai berikut : Tabel 5.2. Perubahan PDRB Kabupaten Cirebon Menurut Lapangan Usahanya Berdasarkan Harga Konstan 2000, Tahun 2005 dan 2010 (juta rupiah) Lapangan Usaha PDRB Persen 1.Pertanian , ,74 2.Pertambangan/penggalian , ,04 3. Industri Pengolahan , ,33 4. Listrik, Gas dan Air Bersih , ,29 5. Bangunan/Konstruksi , ,69 6. Perdagangan, Hotel dan restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan , , , , , ,91 9. Jasa-jasa , ,58 Total PDRB , Sumber : BPS Kabupaten Cirebon, 2011 (diolah) Persentase pertumbuhan perekonomian terendah adalah industri pengolahan yang tumbuh sebesar 9,33 persen. Pada tahun 2005 kontribusi industri pengolahan terhadap PDRB Kabupaten Cirebon adalah sebesar Rp 1,00 triliun dan meningkat pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp 1,09 triliun. Selama periode 2005 hingga 2010 sektor ini meningkat sebesar 9,36 miliar. Pada sektor industri

87 71 pengolahan ini menjadi sektor perekonomian yang pertumbuhannya terendah karena adanya kebijakan rotan mentah yang diatur dalam SK No. 12/M- DAG/PER/6/2005 tentang Pembebasan Ekspor Rotan Mentah. Selain itu industri pengolahan bukan hanya industri pengolahan rotan saja, industri pengolahan tekstil, sandal, sepatu dan lain sebagainya. Hal yang sama juga terjadi pada Provinsi Jawa Barat, pada tahun 2005 nilai riil PDRB Provinsi Jawa Barat atas dasar harga konstan 2000 adalah sebesar Rp 242,88 triliun dan meningkat pada tahun 2007 menjadi Rp 321,87 triliun (Tabel 5.3). Sedangkan pada pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan sebesar Rp 78,99 triliun. Pada Tabel 5.3 jelas terlihat bahwa persentase pertumbuhan perekonomian tertinggi adalah sektor bangunan/konstruksi sebesar 51,78 persen. Sektor ini pada tahun memiliki PDRB sebesar Rp 7,78 triliun dan meningkat menjadi Rp 11,81 triliun di tahun Sedangkan laju pertumbuhan ekonomi terendah terjadi pada sektor pertambangan/penggalian. Pada tahun 2005 kontribusi sektor pertambangan/penggalian terhadap PDRB Kabupaten Cirebon adalah sebesar Rp 7,14 triliun dan meningkat pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp 7,46 triliun. Selama periode 2005 hingga 2010 sektor ini meningkat sebesar 321,79 miliar. Adapun sektor yang memiliki perubahan PDRB terbesar dan terendah. Sektor yang memiliki perubahan PDRB terbesar yaitu sektor industri pengolahan sebesar 29,91 triliun. Nilai ini didapatkan dari selisih antara PDRB sektor industri pengolahan tahun 2010 sebesar Rp 135,24 trilliun dengan PDRB sektor industri pengolahan tahun 2005 sebesar Rp 105,33 trilliun.

88 72 Tabel 5.3. Perubahan PDRB Provinsi Jawa Barat Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan 2000, Tahun 2005 dan 2010 (juta rupiah) Lapangan Usaha PDRB Persen 1.Pertanian , , ,55 20,59 2.Pertambangan/pen -ggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5.Bangunan/Konstru -ksi 6.Perdagangan,Hotel dan restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi , , ,36 4, , , ,85 28, , , ,38 29, , , ,28 51, , , ,28 48, , , ,79 48,64 8.Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan , , ,92 38,58 9. Jasa-jasa , , ,84 30,19 Total PDRB , , ,25 32,52 Sumber : BPS Kabupaten Cirebon, 2011 (diolah) Sektor yang memiliki perubahan PDRB terendah yaitu sektor pertambangan/penggalian sebesar 321,79 miliar. Nilai ini didapatkan dari selisih antara PDRB sektor pertambangan/penggalian tahun 2010 sebesar Rp 7,46 trilliun dengan PDRB sektor pertambangan/penggalian tahun 2005 sebesar Rp 7,14 trilliun.

89 Rasio PDRB Total dan Sektoral Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat Tahun Pada umumnya kontribusi semua sektor perekonomian Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan. Dalam setiap sektor perekonomian memiliki rasio yang berbeda-beda baik pada PDRB Kabupaten Cirebon maupun Provinsi Jawa Barat. Rasio yang dimiliki tiap sektor biasanya terlihat dari nilai Ra, Ri dan ri. Nilai Ra diperoleh dari selisih antara jumlah PDRB Provinsi Jawa Barat tahun 2010 dengan jumlah PDRB Provinsi Jawa Barat tahun 2005 dibagi dengan jumlah PDRB Provinsi Jawa Barat tahun Antara tahun , nilai Ra adalah sebesar 0,33 (Tabel 5.4). Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat meningkat sebesar 0,33. Nilai Ri diperoleh dari selisih antara PDRB Provinsi Jawa Barat sektor i pada tahun 2010 dengan PDRB Provinsi Jawa Barat sektor i pada tahun Kontribusi pada setiap sektor perekonomian mengalami peningkatan, sehingga seluruh sektor perekonomian memiliki nilai Ri yang positif. Nilai Ri paling besar terdapat pada sektor bangunan/kontruksi yaitu sebesar 0,52. Hal ini dikarenakan laju pertumbuhan sektor bangunan/konstruksi adalah terbesar di Provinsi Jawa Barat. Sedangkan nilai Ri terkecil terdapat pada sektor pertambangan/penggalian karena letak topografi Provinsi Jawa Barat yang tidak memiliki daerah pertambangan, sehingga memiliki laju pertumbuhan yang kecil. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.4.

90 74 Tabel 5.4. Rasio PDRB Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat Lapangan Usaha Ra Ri ri 1.Pertanian 0, Pertambangan/penggalian 0, ,22 3. Industri Pengolahan 0, Listrik, Gas dan Air Bersih 0, Bangunan/Konstruksi 0, Perdagangan, Hotel dan restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan 0, , , Jasa-jasa 0, Sumber : BPS Kabupaten Cirebon Tahun 2005 dan 2010 (diolah) Dalam hal nilai ri, ini diperoleh dari selisih antara PDRB sektor i di Kabupaten Cirebon tahun 2010 dengan PDRB sektor i di Kabupaten Cirebon tahun 2005 dibagi dengan PDRB sektor i di Kabupaten Cirebon tahun Nilai ri terbesar terdapat pada sektor jasa-jasa sebesar 0,47 karena sektor ini didukung banyaknya penambahan jasa sosial kemasyarakatan, jasa hiburan, rekreasi, jasa perseorangan dan rumahtangga. Selain itu juga didukung oleh seni budaya kesenian Cirebon dalam hal jasa rekreasi di Kabupaten Cirebon seperti grup tarling, wayang golek, tari topeng dan sebagainya. Sedangkan nilai ri terkecil terdapat pada sektor industri pengolahan yaitu sebesar 0,09 karena adanya kebijakan yaitu SK No. 12/M-DAG/PER/6/2005 tentang Pembebasan Ekspor Rotan Mentah. Hal inilah yang mengakibatkan krisis

91 75 pada perkembangan industri rotan tersebut dan mengalami laju pertumbuhan yang menurun dan kecil Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Cirebon Tahun Pembangunan suatu wilayah dipengaruhi oleh faktor komponen pertumbuhan wilayah. Begitu pun yang terjadi pada pembangunan wilayah Kabupaten Cirebon. Komponen pertumbuhan wilayah tersebut terdiri dari komponen Pertumbuhan Regional (PR), komponen Pertumbuhan Proporsional (PP), dan komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW). Jika laju pertumbuhan semua sektor perekonomian Kabupaten Cirebon meningkat setiap tahunnya, maka ketiga komponen pertumbuhan wilayah tersebut bernilai positif. Ketiga komponen pertumbuhan wilayah ini diperoleh dari hasil kali antara rasio PDRB Provinsi Jawa Barat dengan PDRB sektor i pada Kabupaten Cirebon tahun Ketiga komponen pertumbuhan wilayah ini terjadi disebabkan oleh adanya perubahan kebijakan ekonomi di tingkat provinsi dan adanya perubahan dalam hal-hal yang memengaruhi perekonomian di sektor-sektor perekonomian Kabupaten Cirebon. Jika dilihat secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat tahun 2005 hingga 2010 telah memengaruhi peningkatan PDRB Kabupaten Cirebon sebesar Rp 2,06 triliun (32,52 persen). Berdasarkan Tabel 5.5, sektor-sektor perekonomian yang ada di Kabupaten Cirebon mengalami peningkatan kontribusi. Sektor perekonomian yang memiliki peningkatan kontribusi terbesar yaitu terdapat pada sektor pertanian sebesar Rp 647,08 miliar. Sedangkan sektor yang memiliki kontribusi terendah yaitu sektor pertambangan/penggalian yaitu sebesar Rp 8,53 miliar.

92 76 Tabel 5.5. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Cirebon Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Regional, Tahun Lapangan Usaha Pertumbuhan Regional (PR ij ) Juta Rupiah Persen 1.Pertanian ,82 32,52 2.Pertambangan/penggalian 8.532,95 32,52 3. Industri Pengolahan ,60 32,52 4. Listrik, Gas dan Air Bersih ,75 32,52 5. Bangunan/Konstruksi ,83 32,52 6. Perdagangan, Hotel dan restoran ,76 32,52 7. Pengangkutan dan Komunikasi ,43 32,52 8. Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan ,29 32,52 9. Jasa-jasa ,85 32,52 Total ,95 32,52 Sumber : BPS Kabupaten Cirebon Tahun 2010 (diolah) Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian adalah sektor yang sangat dipengaruhi oleh perubahan kebijakan pemerintah di tingkat Provinsi Jawa Barat. Jika terjadi perubahan kebijakan pemerintah, maka kontribusi sektor pertanian beserta subsektornya akan mengalami perubahan. Dalam hal pertumbuhan proporsional, diperoleh dari hasil kali antara PDRB Kabupaten Cirebon sektor i tahun 2005 dengan selisih antara Ri dan Ra. Dapat dilihat dalam Tabel 5.6. Selain itu juga dapat dilihat dalam Tabel 5.6, sektor unggulan yang memiliki nilai PP yang positif (PP ij > 0) adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 220,79 miliar (15,77 persen), sektor bangunan/konstruksi yaitu sebesar 81,10 miliar (19,26 persen), sektor pengangkutan dan komunikasi yaitu sebesar 56,60 miliar (16,11 persen), dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yaitu sebesar 16,65 miliar (6,06

93 77 persen). Sektor-sektor tersebut termasuk kedalam sektor unggulan yang pertumbuhannya cepat. Tabel 5.6. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Cirebon Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Proporsional, Tahun Pertumbuhan Proporsional Lapangan Usaha (PP ij ) Juta Rupiah Persen 1.Pertanian ,71-11,93 2.Pertambangan/penggalian ,01-28,02 3. Industri Pengolahan ,05-4,12 4. Listrik, Gas dan Air Bersih ,94-3,03 5. Bangunan/Konstruksi ,15 19,26 6. Perdagangan, Hotel dan restoran ,60 15,77 7. Pengangkutan dan Komunikasi ,92 16,11 8. Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan ,22 6,06 9. Jasa-jasa ,57-2,33 Total ,62 7,77 Sumber : BPS Kabupaten Cirebon Tahun, 2010 (diolah) Sektor unggulan lainnya yang memiliki nilai PP yang negatif (PP ij < 0) adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa. Sektor pertanian memiliki nilai PP yaitu sebesar -237,39 miliar (-11,93 persen). Sedangkan sektor jasa-jasa memiliki nilai PP sebesar -16,92 miliar (-2,33 persen). Sektor pertanian memiliki nilai PP yang negatif, hal ini karena rusaknya beberapa infrastruktur jalan yg ada di beberapa daerah Provinsi Jawa Barat yang memengaruhi pasokan pertanian di seluruh wilayah Provinsi Jawa Barat termasuk Kabupaten Cirebon. Pada sektor jasa-jasa memiliki nilai PP negatif dikarenakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat belum terfokus pada penambahan baik jasa sosial

94 78 kemasyarakatan, jasa hiburan, rekreasi maupun jasa perseorangan dan rumahtangga. Hal ini mengakibatkan kedua sektor tersebut termasuk kedalam sektor yang pertumbuhannya lambat (PP ij < 0). Pada sektor non unggulan dapat dilihat pada Tabel 5.6 terlihat bahwa semua sektor nonunggulan memiliki nilai PP yang negatif sehingga sektor-sektor non unggulan tersebut memiliki pertumbuhan yang lambat. Dalam Tabel 5.7 dapat dilihat tentang hal komponen pertumbuhan pangsa wilayah. Hal komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) memiliki ketentuan yaitu sektor yang memiliki nilai PPW ij > 0 atau positif maka sektor tersebut termasuk kedalam sektor yang memiliki dayasaing yang baik. Sedangkan jika suatu sektor memiliki nilai PPWij < 0 atau negatif maka sektor tersebut termasuk kedalam sektor yang memiliki dayasaing yang kurang baik. Pada Tabel 5.7, sektor unggulan yang memiliki nilai PPW yang positif (PPW ij > 0) adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa. Sektor pertanian memiliki nilai PPW sebesar 52,45 miliar (2,15 persen), sedangkan sektor jasa-jasa memiliki nilai PPW sebesar 174,48 miliar (16,39 persen). Sektor-sektor tersebut termasuk kedalam sektor unggulan yang memiliki dayasaing yang baik. Sektor unggulan lainnya yang memiliki nilai PPW yang negatif (PPW ij < 0) adalah sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (dapat dilihat pada Tabel 5.7).

95 79 Tabel 5.7. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Cirebon Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Tahun Lapangan Usaha Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW ij ) Juta Rupiah Persen 1.Pertanian ,63 2,15 2.Pertambangan/penggalian 5.614,29 17,53 3. Industri Pengolahan ,20-19,07 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 6.685,62 3,80 5. Bangunan/Konstruksi ,89-8,10 6. Perdagangan, Hotel dan restoran ,67-14,48 7. Pengangkutan dan Komunikasi ,53-18,12 8. Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan ,14-8,68 9. Jasa-jasa ,19 16,39 Total ,70-28,57 Sumber : BPS Kabupaten Cirebon Tahun, 2010 (diolah) Sektor bangunan/konstruksi yaitu sebesar miliar (-8,10 persen), sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar miliar (-14,48 persen), sektor pengangkutan dan komunikasi yaitu sebesar miliar (-18,12 persen), dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yaitu sebesar miliar (-8,68 persen). Sektor-sektor tersebut termasuk kedalam sektor unggulan yang memiliki dayasaing yang kurang baik. Pada sektor non unggulan dapat dilihat pada Tabel 5.7 terlihat bahwa sektor non unggulan yang memiliki nilai PPW yang positif (PPW ij > 0) adalah sektor pertambangan/penggalian dan sektor listrik, gas dan air bersih. Sektor pertambangan/penggalian memiliki nilai PPW sebesar 5.62 miliar (17,53 persen), sedangkan sektor listrik,gas dan air bersih memiliki nilai sebesar 6.69 miliar (3,80

96 80 persen). Sektor-sektor tersebut termasuk kedalam sektor nonunggulan yang memiliki dayasaing yang baik. Sedangkan sektor non unggulan lainnya yang memiliki nilai PPW yang negatif (PPW ij < 0) adalah sektor industri pengolahan yaitu sebesar miliar (-19,07 persen). Sektor ini termasuk kedalam sektor nonunggulan yang memiliki dayasaing yang kurang baik. Sektor unggulan yang memiliki laju pertumbuhan pangsa wilayah terbesar adalah sektor jasa-jasa sebesar 16,39 persen, hal ini dikarenakan dayasaing sektor tersebut lebih tinggi dibandingkan sektor yang sama di wilayah Provinsi Jawa Barat. Sedangkan sektor dengan laju PPW terendah adalah sektor industri pengolahan yaitu sebesar -19,07 persen, hal ini dikarenakan adanya kebijakan pembebasan ekspor rotan mentah mengakibatkan industri pengolahan rotan di Kabupaten Cirebon mengalami krisis. Banyak perusahaan-perusahaan yang tidak mampu melewati krisis tersebut sehingga bangkrut. Kebangkrutan perusahaanperusahaan industri pengolahan rotan inilah berdampak kepada keseluruhan pertumbuhan dayasaing industri pengolahan secara keseluruhan. Hal itu mengakibatkan dayasaing industri pengolahan menjadi rendah dan kurang baik Pertumbuhan dan Dayasaing Sektor-Sektor Unggulan Pada uraian sebelumnya telah dijelaskan bahwa penelitian ini akan melihat dayasaing juga pertumbuhan dari setiap sektor perekonomian Kabupaten Cirebon. Untuk melihat profil pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Cirebon dapat dilakukan dengan bantuan empat kuadran yang terdapat pada garis bilangan. Nilai-nilai yang terdapat pada empat kuadran tersebut diperoleh dari nilai presentase pertumbuhan proporsional (PP) dan nilai presentase pertumbuhan

97 81 pangsa wilayah (PPW). Berdasarkan nilai-nilai tersebut nantinya dapat terlihat masing-masing sektor pada setiap kuadrannya. Adapun nilai presentase pertumbuhan proporsional dan pertumbuhan pangsa wilayah, yaitu sebagai berikut: Tabel 5.8. Nilai Persentase PP dan PPW di Kabupaten Cirebon Lapangan Usaha % PP % PPW 1.Pertanian -11,93 2,15 2.Pertambangan/penggalian -28,02 17,53 3. Industri Pengolahan -4,12-19,07 4. Listrik, Gas dan Air Bersih -3,03 3,80 5. Bangunan/Konstruksi 19,26-8,10 6. Perdagangan, Hotel dan restoran 15,77-14,48 7. Pengangkutan dan Komunikasi 16,11-18,12 8. Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan 6,06-8,68 9. Jasa-jasa -2,33 16,39 Sumber : BPS Kabupaten Cirebon Tahun, 2010 (diolah) Jika dilihat secara keseluruhan, nilai presentase pertumbuhan proporsional dan pertumbuhan pangsa wilayah tidak terdapat kedua nilai yang bersifat positif. Maka dari itu perlu analisis lebih lanjut dalam pergeseran bersih yaitu melihat sektor mana yang memiliki pertumbuhan progressive.

98 82 Berikut adalah profil pertumbuhan sektor-sektor ekonomi yang dapat dilihat secara keseluruhan dalam keempat kuadran, yaitu sebagai berikut : PPW IV I pertanian pertambangan/penggalian 5.00 industri pengolahan PP listrik, gas dan air bersih bangunan/konstruksi perdagangan, hotel dan restoran pengangkutan dan komunikasi keuangan, persewaan dan jasa perusahaan jasa-jasa III II Gambar 5.1. Profil Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Cirebon Periode Berdasarkan Gambar 5.1, terlihat bahwa profil pertumbuhan sektor-sektor perekonomian Kabupaten Cirebon periode 2005 hingga 2010 terihat pada setiap kuadrannya yaitu kuadran I, II, III, dan IV. Pada hasil analisis, didapatkan bahwa tidak ditemukannya sektor perekonomian yang berada di kuadran I pada periode

99 hingga Ini berarti tidak ada sektor perekonomian di Kabupaten Cirebon yang memiliki laju pertumbuhan cepat dan memiliki dayasaing yang tinggi dibandingkan dengan wilayah lain yang ada di Provinsi Jawa Barat. Dalam kuadran II terdapat sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Artinya sektor-sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan yang cepat, tetapi memiliki dayasaing yang rendah untuk wilayah tersebut dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Jawa Barat. Pada kuadran III terdapat sektor industri pengolahan, yang berarti bahwa sektor ini memiliki laju pertumbuhan yang lambat dan memiliki dayasaing yang rendah jika dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Jawa Barat. Sedangkan pada kuadran IV terdapat sektor pertanian, sektor pertambangan/penggalian. Sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor jasa-jasa. Artinya, sektor-sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan yang lambat, tetapi memiliki dayasaing yang tinggi dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Jawa Barat Pergeseran Bersih (PB) Sektor-Sektor Unggulan Perekonomian Kabupaten Cirebon Adapun pertumbuhan bersih dari sektor-sektor unggulan yang ada di Kabupaten Cirebon, dapat dilihat pada Tabel 5.9. Nilai pergeseran bersih ini didapatkan dari hasil penjumlahan antara nilai pertumbuhan proporsional dengan nilai pertumbuhan pangsa wilayahnya pada semua sektor perekonomian. Jika suatu sektor memiliki nilai PB > 0 atau bernilai positif, maka sektor perekonomian tersebut memiliki pertumbuhan yang progressive (semakin meningkat). Sedangkan, jika suatu sektor memiliki nilai PB < 0 atau bernilai

100 84 negatif, maka sektor perekonomian tersebut memiliki pertumbuhan yang tidak progressive. Tabel 5.9. Nilai Pergeseran Bersih (PB) Sektor-sektor Perekonomian di Kabupaten Cirebon Tahun Lapangan Usaha Pergeseran Bersih (PB ij ) Juta Rupiah Persen 1.Pertanian ,08-9,78 2.Pertambangan/penggalian ,72-10,48 3. Industri Pengolahan ,25-23,19 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 2.685,69 0,77 5. Bangunan/Konstruksi ,26 11,16 6. Perdagangan, Hotel dan restoran ,07 1,29 7. Pengangkutan dan Komunikasi ,60-2,00 8. Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan ,93-2,62 9. Jasa-jasa ,62 14,06 Total ,09-20,80 Sumber : BPS Kabupaten Cirebon Tahun, 2010 (diolah) Dapat dilihat dalam Tabel 5.9, sektor perekonomian yang memiliki pertumbuhan yang progressive (semakin meningkat) yaitu sektor listrik,gas dan air bersih, sektor bangunan/konstruksi dan sektor jasa-jasa. Selama periode 2005 hingga 2010 sektor listrik,gas dan air bersih, sektor bangunan/konstruksi dan sektor jasa-jasa memiliki pertumbuhan yang progressive. Hal ini dapat dilihat dari, keadaan sektor listrik,gas dan air bersih yang semakin meningkat karena sektor ini terbilang memengaruhi sektor lain seperti sektor industri pengolahan dan lain sebagainya. Sektor bangunan/konstruksi semakin meningkat pada periode tersebut dilihat dari perbaikan-perbaikan pembangunan infrastruktur dan perencanaan

101 85 proyek-proyek bangunan untuk mendukung pengembangan wilayah Kabupaten Cirebon. Sedangkan sektor jasa-jasa pun terus meningkat sebagaimana penjelasan sebelumnya yaitu akibat dari banyaknya penambahan jasa sosial kemasyarakatan, jasa hiburan, rekreasi, jasa perseorangan dan rumahtangga. Jasa sosial kemasyarakatan seperti dibukanya rumah sakit swasta, klinik swasta, sekolahsekolah swasta, kursus-kursus, riset atau penelitian, palang merah, panti asuhan, panti wreda, Yayasan Pemeliharaan Anak Cacat (YPAC), rumah ibadat dan sejenisnya, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta yang ada di Kabupaten Cirebon. Jasa rekreasi di Kabupaten Cirebon pun terus berkembang yaitu pengadaan seperti bioskop, mall, taman hiburan, kolam renang dan kegiatan hiburan lainnya seperti berbagai kesenian khas Cirebon (grup tarling, wayang golek, tari topeng dan sebagainya). Sedangkan jasa perseorangan dan rumahtangga pun kian meningkat seperti jasa-jasa reparasi alat-alat rumahtangga, pemangkas rambut dan salon kecantikan, foto studio, tukang jahit, pembantu rumahtangga, semir sepatu dan lain sebagainya Kebijakan Pemerintah di Kabupaten Cirebon Kebijakan Pemerintah di Kabupaten Cirebon pada tahun Kebijakan yang diterapkan di Kabupaten Cirebon selama periode itu untuk mencapai agenda pembangunan daerah yaitu dengan meningkatkan mutu sumber daya manusia yang beriman, berakhlak, sehat, berilmu, cerdas, berbudaya dan sejahtera. Jika mutu sumberdayanya meningkat maka akan mendukung pertumbuhan ekonomi yang diharapkan. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Cirebon ini direalisasikan melalui program-program kegiatan yang

102 86 diterapkan pada bidang dan sektornya masing-masing sesuai Peraturan Bupati Cirebon Nomor 92 Tahun 2005 dan Nomor 12 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Cirebon Tahun Hal ini akan dijelaskan pada uraian selanjutnya. Struktur perekonomian Kabupaten Cirebon periode , secara keseluruhan memperhatikan bahwa sektor pertanian sangat dominan. Primadona untuk tanaman pangan yaitu padi, sedangkan primadona untuk palawija yaitu kacang hijau, sayurannya yaitu bawang merah dan untuk produk buahnya yaitu mangga gedong gincu. Berdasarkan uraian di atas maka kebijakan atau program yang dilakukan yaitu : 1. Meningkatkan produksi pertanian sehingga rata-rata hasil produksi ditiap kecamatan memiliki proporsi yang sama. 2. Mempertahankan luas areal pertanian dengan pengendalian alih fungsi lahan pertanian produktif menjadi kawasan industri. 3. Pemberdayaan sumberdaya pertanian dan peningkatan kesejahteraan petani. Penyumbang terbesar lainnya yaitu sektor industri dan perdagangan. Walaupun pertanian masih menjadi dominan di Kabupaten Cirebon, secara perlahan mengalami pergeseran dengan meningkatnya industri dan perdagangan. Pemerintah Kabupaten Cirebon selalu mengupayakan usaha-usaha yang dapat meningkatkan baik sektor industri maupun sektor perdagangan, yaitu melalui kegiatan : 1. meningkatkan investasi. 2. Memberdayakan pelaku ekonomi. 3. Meningkatkan infrastruktur pendukung perekonomian.

103 87 4. Meningkatkan kerjasama perdagangan internasional. Selain itu pemerintah juga mengadakan program pelestarian budaya dan pembinaan kesenian daerah, yaitu melalui serangkaian kegiatan : 1. Melaksanakan pemeliharaan bangunan, prasarti, situs bersejarah. 2. Menggali sejarah dan budaya Kabupaten Cirebon. 3. Pembauran bahasa Cirebon dalam aktifitas masyarakat. 4. Mengaktifkan dan meningkatkan sanggar-sanggar kesenian dan budaya daerah. 5. Melaksanakan misi dan pentas kesenian. Adapun program-program lainnya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Cirebon guna mendukung pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon yang berkelanjutan, yaitu sebagai berikut : 1. Program peningkatan investasi. Melalui kegiatan : a. Mempromosikan potensi investasi. b. Mengembangkan koordinasi penanaman modal daerah. c. Melaksanakan sosialisasi kebijakan investasi. d. Melaksanakan perluasan bentuk kerjasama investasi dengan investor dalam dan luar negeri. e. Memberikan layanan perijinan investasi. 2. Ketahanan pangan. Melalui kegiatan : a. Melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana pendukung pertanian, pertanian, peternakan, dan perikanan.

104 88 b. Memberikan pembinaan bidang usaha pertanian, peternakan dan perikanan. c. Mengoptimal sumber daya lahan dan meningkatkan mutu intensifikasi. d. Mengembangkan produk olahan (agroindustri) pangan. 3. Penanggulangan kemiskinan. Melalui kegiatan : a. Memberikan fasilitas subsidi silang baik dri Pemerintah Pusat maupun Propinsi serta memfasilitasi bantuan program pemerintah. b. Memberikan bantuan pada keluarga miskin. c. Memberikan bantuan Modal Usaha pada keluarga miskin. 4. Peningkatan dalan bidang ketenagakerjaan. Melalui kegiatan : a. Meningkatkan dayasaing tenagakerja. b. Meningkatkan perlindungan dan pengawasan ketenagakerjaan. c. Memfasilitasi penciptaan lapangan pekerjaan. d. Meningkatkan upah minimum dan perlindungan serta pengawasan ketenagakerjaan. 5. Pengembangan usaha industri andalan, dan unggulan, jasa, perdagangan dan pariwisata. Melalui kegiatan : a. Memberikan advokasi manajemen, fasilitasi permodalan dan stimulan usaha. b. Mengembangkan kelembagaan usaha masyarakat, koperasi dan Badan Usaha Milik Daerah.

105 89 c. Menentukan sentra perdagangan. d. Meningkatkan koordinasi kemitraan. e. Membangun sarana transportasi dan meningkatkan teknologi. f. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pariwisata bestandar internasional. 6. Pengembangan potensi PAD. Melalui kegiatan : a. Melakukan pendataan potensi objek pajak dan retribusi daerah. b. Melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi pendapatan daerah. c. Melakukan uji efisiensi pemungutan pajak dan retribusi pada dinas penghasil. 7. Peningkatan komunikasi dan media massa. Melalui kegiatan : a. Mempublikasikan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan. b. Melaksanakan forum dialog interaktif (temu wicara dan dialog bersama media). c. Mengembangkan kemitraan dengan pers. 8. Peningkatan kerjasama lembaga keuangan. Melalui kegiatan : a. Mengusulkan dan menyalurkan dana bantuan program. b. Meningkatkan koordinasi pemerintah pusat, provinsi dan lembaga keuangan. c. Mengusahakan pinjaman kredit lunak.

106 90 d. Melakukan kerjasama bisnis dengan investor. 9. Regulasi tata ruang dan pengendalian tata guna lahan. Melalui kegiatan : a. Verifikasi pembangunan infrastuktur dan perumahan. b. Menyusun dokumen rencana tata ruang. c. Menetapkan dan menegaskan subyek dan obyek redistribusi tanah kelebihan batas maksimum. d. Melaksanakan pemetaan penguasaan tanah, meneyelesaikan masalah pertanahan dan member ijin lokasi. e. Melaksanakan monitoring dan evaluasi pemanfaatan tanah. Program-program diatas adalah kebijakan-kebijakan di Kabupaten Cirebon yang ada pada periode Dalam hal ini, sebenarnya masih banyak kebijakan Pemerintah Kabupaten Cirebon berupa program-program kegiatan lainnya. Kebijakan yang ada ini perlu lebih ditingkatkan untuk kedepannya agar pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dapat tercapai (BAPEDDA, 2011) Rumusan Kebijakan Pemerintah Kabupaten Cirebon dari Hasil Penelitian Jika kita lihat dalam hasil penelitian ini, dengan menggunakan metode Location Quotient (LQ) diperoleh sektor-sektor unggulan yang ada di Kabupaten Cirebon yaitu sektor pertanian, sektor bangunan/konstruksi, sektor jasa-jasa, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor perdagangan hotel dan restoran. Dalam upaya peningkatan peranan sektor-sektor unggulan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Cirebon, Pemerintah Kabupaten Cirebon seharusnya memrioritaskan sektor

107 91 unggulan. Sektor unggulan yang perlu diprioritaskan Pemerintah dapat dilihat dalam analisis lanjut yaitu perbandingan pergeseran bersih dan dayasaingnya. Tabel Perbandingan Pergeseran Bersih dan Dayasaing Sektor Ekonomi di Kabupaten Cirebon Tahun Sektor Unggulan Peringkat Sektor Dayasaing Pergeseran Unggulan (LQ) (PPW) Bersih (PB) 1.Pertanian 1 2,15 % -9,78 % 2.Pertambangan/penggalian Nonunggulan 17,53 % -10,48 % 3. Industri Pengolahan Nonunggulan -19,07 % -23,19 % 4. Listrik, Gas dan Air Bersih Nonunggulan 3,80 % 0,77 % 5. Bangunan/Konstruksi 2-8,10 % 11,16 % 6. Perdagangan, Hotel dan restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa 3 Sumber : BPS Kabupaten Cirebon Tahun, 2010 (diolah) 6-14,48 % 1,29 % 5-18,12 % -2,00 % 4-8,68 % -2,62 % 16,39 % 14,06 % Sektor nonunggulan yang mempunyai pergeseran bersih yang progressive dan memiliki dayasaing yang baik yaitu sektor listrik, gas dan air bersih. Dari hasil penelitian menggunakan LQ pun terlihat sektor ini sempat menjadi sektor unggulan yaitu pada tahun 2007 dan Sedangkan sektor unggulan yang jelas terlihat memiliki pergeseran bersih yang progressive dan memiliki dayasaing yang baik adalah sektor jasa-jasa. Berdasarkan Tabel 5.10 rumusan kebijakan pemerintah Kabupaten Cirebon adalah lebih memprioritaskan dan mengembangkan sektor unggulan jasa-jasa karena selain memiliki pertumbuhan yang progressive, sektor jasa-jasa juga memiliki dayasaing yang baik.

108 92 VI. PENUTUP 6.1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Dengan menggunakan metode Location Quotient (LQ), sektor-sektor perekonomian yang termasuk kedalam sektor unggulan di Kabupaten Cirebon pada periode adalah sektor pertanian, sektor bangunan/konstruksi, sektor jasa-jasa, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor perdagangan hotel dan restoran. Sedangkan sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Cirebon yang termasuk sektor nonunggulan yaitu sektor listrik,gas dan air bersih, sektor industri pengolahan, dan sektor pertambangan dan penggalian. 2. Dengan metode analisis shift share diperoleh sektor unggulan yang mengalami pertumbuhan yang cepat yaitu terdapat pada sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (memiliki PP ij > 0). Sedangkan sektor yang memiliki dayasaing yang baik yaitu sektor jasa-jasa (PPW ij > 0). Walaupun demikian sektor jasa bukan satu-satunya sektor ekonomi yang dayasaingnya baik. Sektor lainnya yang memiliki dayasaing yang baik yaitu sektor nonunggulan sektor listrik, gas dan air bersih. 3. Rumusan kebijakan pemerintah Kabupaten Cirebon yaitu memprioritaskan sektor jasa-jasa. Hal ini dikarenakan analisis lanjutan dari analisis LQ dan

109 93 SS yaitu analisis pergeseran bersihnya. Sektor tersebut perlu diprioritaskan dikarenakan selain termasuk sektor unggulan di Kabupaten Cirebon, sektor ini pun memiliki dayasaing yang baik dan memiliki pertumbuhan yang progressive terhadap pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Cirebon. Selain itu juga, pemerintah memberikan anggaran yang tepat kepada sektor jasa-jasa yang memiliki potensi untuk menjadi sektor unggulan Saran 1. Berdasarkan hasil penelitian ini, Pemerintah Kabupaten Cirebon diharapkan dapat lebih memprioritaskan sektor unggulan yang ada di Kabupaten Cirebon guna mengupayakan peningkatan sektor-sektor unggulan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon. Hal ini dilakukan dengan cara mengalokasikan dana yang tepat kepada sektor unggulan tersebut sehingga dapat meningkatkan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Cirebon. Misalnya Pemerintah memberikan dana kepada sektor jasa-jasa yang selain termasuk sektor unggulan, sektor ini pun memiliki dayasaing yang baik dan pertumbuhan progressive. Sektor jasa-jasa disini khususnya jasa hiburan dan rekreasi yang dikelola oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Cirebon. 2. Dinas Pariwisata Kabupaten Cirebon sebaiknya melakukan upaya-upaya yang dapat mendukung peningkatan dalam umumnya sektor jasa-jasa khususnya jasa hiburan dan rekreasi. Hal ini dapat dilakukan dengan : a. Meningkatkan keunggulan dayatarik wisata melalui pengembangan produk wisata yang unik, tradisional dan mencerminkan jati diri masyarakat Kabupaten Cirebon.

110 94 b. Dinas Pariwisata melakukan program pengembangan pemasaran pariwisata yaitu dengan mempromosikan potensi wisata melalui diadakannya pameran seni budaya atau peta wisata dan budaya untuk meningkatkan sektor jasa khususnya jasa rekreasi dan hiburan. c. Mengadakan gelar pekan kesenian dan kebudayaan daerah Kabupaten Cirebon. d. Dinas pariwisata lebih meningkatkan monitoring, evaluasi dan pelaporan juga meningkatkan koordinasi antara kemitraan pariwisata.

111 95 DAFTAR PUSTAKA Adisasmita, R Pengembangan Wilayah : Konsep dan Teori. Graha Ilmu. Yogyakarta. Arsyad, L Ekonomi pembangunan. STIE. Yayasan Keluarga Pahlawan, Yogyakarta. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Cirebon Tahun BAPEDDA, Kabupaten Cirebon. Badan Pusat Statistik PDRB Provinsi-Provinsi di Indonesia Menurut Lapangan Usaha BPS, Jakarta Produk Domestik Bruto menurut Lapangan Usaha Kota/Kabupaten Jawa Barat BPS, Jakarta Produk Domestik Bruto menurut Lapangan Usaha Kota/Kabupaten Jawa Barat BPS, Jakarta Produk Domestik Bruto menurut Lapangan Usaha Kota/Kabupaten Jawa Barat BPS, Jakarta. Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon Produk Domestik Bruto menurut Lapangan Usaha Kabupaten Cirebon BPS Kabupaten Cirebon. Cirebon Statistik Daerah Kabupaten Cirebon. BPS Kabupaten Cirebon. Cirebon. Kabupaten Cirebon. Cirebon. Kabupaten Cirebon. Cirebon Cirebon Dalam Angka. BPS Cirebon Dalam Angka. BPS Boediono Teori Pertumbuhan Ekonomi. Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Glasson, J Pengantar Perencanaan Regional (Bagian Satu dan Dua). Paul Sitohang [penerjemah] (1990). Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta. Jhingan, M.L Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan Wilayah. PT. Raja Grafindo persada, Jakarta.

112 96 Priyarsono, D.S., Sahara, dan Muhammad, F Ekonomi Regional. Universitas Terbuka, Jakarta. Putong, I Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Ghalia Indonesia, Jakarta. Rustiadi, E., Sunsun, dan Dyah R. P Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta. Sukirno, S Ekonomi Pembangunan : Proses, Masalah, dan Dasar Kebijaksanaan. Lembaga Penerbit FE UI, Jakarta. Tambunan, T Perekonomian Indonesia. Ghalia Indonesia, Jakarta. Tarigan, R Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi. PT. Bumi Aksara, Jakarta. Utomo, S., H Analisis Sektor Unggulan Perekonomian daerah (Studi Kasus pada Komoditi Unggulan di kecamatan Bumiaji Kotamadya Batu). Jurnal Aplikasi Manajemen, Volume 9 Nomor 2.

113 LAMPIRAN 97

114 98 Lampiran 1. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Cirebon Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun (Juta Rupiah) Lapangan Usaha *) 2010 **) 1.Pertanian ,77 2.Pertambangan/ Penggalian 3.Industri Pengolahan 4.Listrik, Gas dan Air Bersi 5.Bangunan/Konstru -ksi 6.Perdagangan,Hotel dan restoran 7.Pengangkutan dan Komunikas 8.Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan , , , , , , ,47 9.Jasa-jasa ,34 Total PDRB ,07 Sumber : BPS Kabupaten Cirebon, 2011 Keterangan : *) Angka perbaikan **) Angka Sementara

115 99 Lampiran 2. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun (Juta Rupiah) Lapangan Usaha *) 2010 **) 1.Pertanian , , , , ,21 2.Pertamba-ngan/ Penggalia-n 3.Industri Pengolah-an ,2 4.Listrik, Gas dan Air Bersih ,62 5.Bangunan/Konstr-uksi ,72 6.Perdagangan, Hotel dan restoran 7.Pengangkutan dan Komunikasi 8.Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Jasa-jasa , Total PDRB , Sumber : BPS Kabupaten Cirebon,

116 100 Lampiran 3. Perkembangan Realisasi Luas Panen Komoditas Padi di Kabupaten Cirebon Tahun Tahun Kecamatan Jumlah Rata-rata Waled Pasaleman Ciledug Pabuaran Losari Pabedilan Babakan Gebang Karangsembung Karangwareng Lemahabang SusukanLebak Sedong Astanajapura Pangenan Mundu Beber Greged Talun Sumber Dukupuntang Palimanan Gempol Plumbon Depok Weru Plered Kedawung Tengah Tani Gunung Jati Kapetakan Suranenggala Klangenan Jamblang Arjawinangun Panguragan Ciwaringin Susukan Gegesik Kaliwedi Jumlah Sumber : DISTANBUNAKHUT Kabupaten Cirebon, 2011

117 101 Lampiran 4. Perkembangan Realisasi Produksi (Ton/GKG) Komoditas Padi di Kabupaten Cirebon Tahun Kecamatan Tahun Waled Pasaleman Ciledug Pabuaran Losari Pabedilan Babakan Gebang Karangsembung Karangwareng Lemahabang Susukan Lebak Sedong Astanajapura Pangenan Mundu Beber Greged Talun Sumber Dukupuntang Palimanan Gempol Plumbon Depok Weru Plered Kedawung Tengah Tani Gunung Jati Kapetakan Suranenggala Klangenan Jamblang Arjawinangun Panguragan Ciwaringin Susukan Gegesik Kaliwedi Jumlah Sumber : DISTANBUNAKHUT Kabupaten Cirebon, 2011

118 102 Lampiran 5. Perkembangan Luas Panen Komoditas Bawang Merah ( Ha ) Tahun Kecamatan Tahun Jumlah Waled Pasaleman Ciledug Pabuaran Losari Pabedilan Babakan Gebang Karangsembung Karangwereng Lemahabang Susukan Lebak Sedong Astanajapura Pangenan Mundu Beber Greged Talun Sumber Dukupuntang Palimanan Gempol Plumbon Depok Weru Plered Kedawung Tengah Tani Gunung Jati Kapetakan Suranenggala Klangenan Jamblang Arjawinangun Panguragan Ciwaringin Susukan Gegesik Kaliwedi Jumlah Sumber : DISTANBUNAKHUT Kabupaten Cirebon, 2011

119 103 Lampiran 6. Perkembangan Produksi ( Ton ) Umbi Basah Komoditas Bawang Merah Tahun Kecamatan Tahun Jumlah Waled Pasaleman Ciledug Pabuaran Losari Pabedilan Babakan Gebang Karangsembung Karangwareng Lemahabang Susukan Lebak Sedong Astanajapura Pangenan Mundu Beber Greged Talun Sumber Dukupuntang Palimanan Gempol Plumbon Depok Weru Plered Kedawung Tengah Tani Gunung Jati Kapetakan Suranenggala Klangenan Jamblang Arjawinangun Panguragan Ciwaringin Susukan Gegesik Kaliwedi Jumlah Sumber : DISTANBUNAKHUT Kabupaten Cirebon, 2011

120 104 Lampiran 7. Perkembangan Tanaman Mangga ( Pohon ) Produksi ( Ku) Tahun Tahun Kecamatan Jumlah Th Waled Pasaleman Ciledug Pabuaran Losari Pabedilan Babakan Gebang Karangsembung Karangwereng Lemahabang Susukan Lebak Sedong Astanajapura Pangenan Mundu Beber Greged Talun Sumber Dukupuntang Palimanan Gempol Plumbon Depok Weru Plered Kedawung Tengah Tani Gunung Jati Kapetakan Suranenggala Klangenan Jamblang Arjawinangun Panguragan Ciwaringin Susukan Gegesik Kaliwedi Jumlah Sumber : DISTANBUNAKHUT Kabupaten Cirebon, 2011

121 105 Lampiran 8. Perkembangan Tanaman Mangga ( Pohon ) Tanaman Yang Menghasilkan Tahun Kecamatan Jumlah Waled Pasaleman Ciledug Pabuaran Losari Pabedilan Babakan Gebang Karangsembung Karangwareng Lemahabang Susukan Lebak Sedong Astanajapura Pangenan Mundu Beber Greged Talun Sumber Dukupuntang Palimanan Gempol Plumbon Depok Weru Plered Kedawung Tengah Tani Gunung Jati Kapetakan Suranenggala Klangenan Jamblang Arjawinangun Panguragan Ciwaringin Susukan Gegesik Kaliwedi Jumlah Sumber : DISTANBUNAKHUT Kabupaten Cirebon, 2011

122 Lampiran 9. Gambar Peta Wilayah Kabupaten Cirebon (BAPPEDA, 2012) 106

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kondisi geografi wilayah yang bermacam-macam. sehingga struktur ekonomi tiap wilayah sangat beragam.

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kondisi geografi wilayah yang bermacam-macam. sehingga struktur ekonomi tiap wilayah sangat beragam. 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki kondisi geografi wilayah yang bermacam-macam sehingga struktur ekonomi tiap wilayah sangat beragam. Dalam hal ini pembangunan wilayah menjadi sangat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. 2010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat,

III. METODE PENELITIAN. 2010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat, 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data Produk Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi memiliki pengertian yang sangat luas. Menurut akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai suatu fenomena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi di definisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Menurut Rostow pembangunan merupakan perubahan dari keterbelakangan menuju kemajuan ekonomi yang dapat dijelaskan dalam suatu seri

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H

IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H14050032 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Ekonomi Regional Pertumbuhan ekonomi merupakan unsur penting dalam proses pembangunan wilayah yang masih merupakan target utama dalam rencana pembangunan di samping

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH ( ) OLEH NITTA WAHYUNI H

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH ( ) OLEH NITTA WAHYUNI H ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH (2001-2005) OLEH NITTA WAHYUNI H14102083 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Pembangunan ekonomi bukan sebuah konsep baru. Selama berpuluh tahun para ahli sosial telah berusaha merumuskan tentang konsep pembangunan,

Lebih terperinci

ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI KABUPATEN KERINCI PERIODE OLEH IRMA NURDIANTI H

ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI KABUPATEN KERINCI PERIODE OLEH IRMA NURDIANTI H ANALISIS LAJU PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI KABUPATEN KERINCI PERIODE 2005-2009 OLEH IRMA NURDIANTI H14070060 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN

V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN Pembangunan perekonomian suatu wilayah tentunya tidak terlepas dari kontribusi dan peran setiap sektor yang menyusun perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan permasalahan pembangunan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam struktur perekonomian yang diperlukan bagi terciptanya pertumbuhan yang terus menerus. Pembangunan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan ekonomi, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang.

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi di definisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR- SEKTOR PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA PADA ERA OTONOMI DAERAH TAHUN

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR- SEKTOR PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA PADA ERA OTONOMI DAERAH TAHUN ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR- SEKTOR PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA PADA ERA OTONOMI DAERAH TAHUN 2001-2005 Oleh TUTI RATNA DEWI H14103066 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah 16 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Ekonomi Pembangunan Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian nasional yang kondisi-kondisi ekonomi awalnya kurang lebih bersifat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup. per kapita. Tujuan pembangunan ekonomi selain untuk menaikkan

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup. per kapita. Tujuan pembangunan ekonomi selain untuk menaikkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang sering kali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN TANGERANG PERIODE OLEH ADHITIA KUSUMA NEGARA H

KONTRIBUSI SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN TANGERANG PERIODE OLEH ADHITIA KUSUMA NEGARA H KONTRIBUSI SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN TANGERANG PERIODE 2003-2007 OLEH ADHITIA KUSUMA NEGARA H14052528 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP 2.1.Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan pemerintah daerah bersama dengan masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dam masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk kerja sama antara pemerintah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembangunan Ekonomi Pembangunan adalah suatu proses yang mengalami perkembangan secara cepat dan terus-merenus demi tercapainya kesejahteraan masyarakat sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita dengan cara mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui

Lebih terperinci

II PENDAHULUAN PENDAHULUAN

II PENDAHULUAN PENDAHULUAN I II PENDAHULUAN PENDAHULUAN Pembangunan dapat diartikan berbeda-beda oleh setiap orang tergantung dari sudut pandang apa yang digunakan oleh orang tersebut. Perbedaan cara pandang mengenai proses pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju

I. PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk dapat mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju lainnya sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Lokasi yang diidentifikasi dalam penelitian ini Provinsi Sulawesi Utara dan kabupaten Bolaang Mongondow dan waktu yang dibutuhkan dalam pengumpulan data ini

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK

ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK Chanlis Nopriyandri, Syaiful Hadi, Novia dewi Fakultas Pertanian Universitas Riau Hp: 082390386798; Email: chanlisnopriyandri@gmail.com ABSTRACT This research

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu tujuan nasional yaitu memajukan kesejahteraan umum, seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. satu tujuan nasional yaitu memajukan kesejahteraan umum, seperti yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi nasional sebagai upaya untuk membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk mewujudkan salah satu tujuan nasional yaitu memajukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH OLEH PURWANINGSIH H

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH OLEH PURWANINGSIH H ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH OLEH PURWANINGSIH H14094004 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini ditujukkan melalui memperluas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah Pembangunan ekonomi daerah merupakan fungsi dari potensi sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal, prasarana dan

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI KOTA BEKASI PADA MASA OTONOMI DAERAH OLEH PRITTA AMALIA H

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI KOTA BEKASI PADA MASA OTONOMI DAERAH OLEH PRITTA AMALIA H ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI KOTA BEKASI PADA MASA OTONOMI DAERAH OLEH PRITTA AMALIA H14103119 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diimbangi dengan kemajuan teknologi dalam produksi untuk memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diimbangi dengan kemajuan teknologi dalam produksi untuk memenuhi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Konsep Pembangunan Ekonomi Penjelasan tentang definisi atau pengertian pembangunan ekonomi banyak dikemukakan oleh beberapa ahli ekonomi. Menurut Adam Smith dalam Suryana (2000),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota setiap daerah dituntut untuk mampu melakukan rentang kendali dalam satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil

I. PENDAHULUAN. dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah usaha meningkatkan pendapatan perkapita dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui penanaman modal,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series,

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series, III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series, dengan periode pengamatan tahun 2007-2011. Data yang digunakan antara lain: 1. Produk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

ANALISIS IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN STRUKTUR EKONOMI PULAU SUMATERA OLEH DEWI SAVITRI H

ANALISIS IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN STRUKTUR EKONOMI PULAU SUMATERA OLEH DEWI SAVITRI H ANALISIS IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN STRUKTUR EKONOMI PULAU SUMATERA OLEH DEWI SAVITRI H14084017 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN DEWI

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat. 43 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep dasar dan Defenisi Operasional Konsep dasar dan defenisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 Teori Basis Ekonomi Teori basis ekonomi menyatakan bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya penigkatan ekspor dari wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembangunan daerah di Indonesia pada dasarnya didasari oleh kebijaksanaan pembangunan nasional dengan mempertimbangkan karakteristik dan kebutuhan daerah. Kebijaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara berkembang hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi yang mengakibatkan lambatnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua 42 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah upaya multidimensional yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yaitu upaya peningkatan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju. kepada tercapainya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yaitu upaya peningkatan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju. kepada tercapainya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan ekonomi nasional adalah sebagai upaya untuk membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu memajukan kesejahteraan umum,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor-Sektor Unggulan Kabupaten Cirebon Periode Berdasarkan Pendekatan Location Quotient (LQ)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor-Sektor Unggulan Kabupaten Cirebon Periode Berdasarkan Pendekatan Location Quotient (LQ) 61 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sektor-Sektor Unggulan Kabupaten Cirebon Periode 2005-2010 Berdasarkan Pendekatan Location Quotient (LQ) Dalam hal sektor unggulan, pendekatan yang digunakan biasanya menggunakan

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM PEREKONOMIAN KOTA BOGOR (PERIODE ) YENI MARLINA

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM PEREKONOMIAN KOTA BOGOR (PERIODE ) YENI MARLINA ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM PEREKONOMIAN KOTA BOGOR (PERIODE 2006-2012) YENI MARLINA DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Menurut Rostow, pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan masyarakat, yaitu perubahan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN 102 VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN Adanya otonomi daerah menuntut setiap daerah untuk dapat melaksanakan pembangunan daerah berdasarkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN DAN KOTA SUKABUMI (PERIODE TAHUN ) WIDYA PARAMAWIDHITA

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN DAN KOTA SUKABUMI (PERIODE TAHUN ) WIDYA PARAMAWIDHITA ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN DAN KOTA SUKABUMI (PERIODE TAHUN 2007-2013) WIDYA PARAMAWIDHITA DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar BAB II STUDI KEPUSTAKAAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati, studi empiris dari penelitian sebelumnya yang merupakan studi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat sebagai wujud

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya produksi total suatu daerah. Selain itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta meningkatnya kesejahteraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan kesempatan kerja. Pendekatan pertumbuhan ekonomi banyak

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN 2007-2011 JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Bakhtiar Yusuf Ghozali 0810210036 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari Dalam UU No 22 tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari Dalam UU No 22 tahun 1999 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada peraturan pemerintah Republik Indonesia, pelaksanaan otonomi daerah telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari 2001. Dalam UU No 22 tahun 1999 menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah tidak lepas dari pembangunan. yang dimiliki oleh daerahnya. Pembangunan nasional dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah tidak lepas dari pembangunan. yang dimiliki oleh daerahnya. Pembangunan nasional dilakukan untuk A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi daerah tidak lepas dari pembangunan nasional, karena pembangunan nasional di Indonesia dilakukan agar mampu menciptakan pemerataan pendapatan

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PRA DAN PASCA OTONOMI DAERAH DI PROPINSI DKI JAKARTA ( ) OLEH ESTI FITRI LESTARI H

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PRA DAN PASCA OTONOMI DAERAH DI PROPINSI DKI JAKARTA ( ) OLEH ESTI FITRI LESTARI H ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PRA DAN PASCA OTONOMI DAERAH DI PROPINSI DKI JAKARTA (1996-2004) OLEH ESTI FITRI LESTARI H14102060 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu faktor penting dalam perencanaan pembangunan daerah adalah membangun perekonomian wilayah tersebut agar memiliki daya saing yang tinggi agar terus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya

I. PENDAHULUAN. setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya perekonomian dunia pada era globalisasi seperti saat ini memacu setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya saing. Salah satu upaya

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN SIDOARJO (Sebelum dan Sesudah Terjadi Semburan Lumpur Lapindo) SKRIPSI

ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN SIDOARJO (Sebelum dan Sesudah Terjadi Semburan Lumpur Lapindo) SKRIPSI ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN SIDOARJO (Sebelum dan Sesudah Terjadi Semburan Lumpur Lapindo) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan kearah perbaikan yang orientasinya pada pembangunan bangsa dan sosial ekonomis. Untuk mewujudkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dalam suatu negara sangat penting, karena pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal dan mandiri. Pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Adam Smith (1776) terdapat dua aspek utama pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Adam Smith (1776) terdapat dua aspek utama pertumbuhan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Pembangunan Ekonomi Menurut Adam Smith (1776) terdapat dua aspek utama pertumbuhan ekonomi yaitu pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk. Pada pertumbuhan output

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN OTONOMI DAERAH

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN OTONOMI DAERAH ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN OTONOMI DAERAH OLEH : RICKY ADITYA WARDHANA H14103019 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang pada umumnya termasuk di Indonesia masih memunculkan adanya dualisme yang mengakibatkan adanya gap atau kesenjangan antara daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan diwilayahnya sendiri memiliki kekuasaan untuk mengtur dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan diwilayahnya sendiri memiliki kekuasaan untuk mengtur dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi dan Konsep Otonomi Daerah Seperti yang diketahui semenjak orde reformasi bergulir ditahun 1998, ditahun 1999 lahir Undang-undang No. 22 tentang Pemerintah Daerah dan

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H14102092 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori perubahan struktural (structural-change theory) menitikberatkan pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori perubahan struktural (structural-change theory) menitikberatkan pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Perubahan Struktural Teori perubahan struktural (structural-change theory) menitikberatkan pada mekanisme untuk mentransformasikan struktur perekonomian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad, 2010).

I. PENDAHULUAN. panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad, 2010). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pusat dan daerah membawa implikasi mendasar terhadap. yang antara lain di bidang ekonomi yang meliputi implikasi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pusat dan daerah membawa implikasi mendasar terhadap. yang antara lain di bidang ekonomi yang meliputi implikasi terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergeseran paradigma dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan dari pola sentralisasi menjadi desentralisasi yang ditandai dengan lahirnya undang-undang nomer 22 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang giat dalam. merupakan rangkaian usaha untuk pembangunan yang merata dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang giat dalam. merupakan rangkaian usaha untuk pembangunan yang merata dalam rangka BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang giat dalam melaksanakan kegiatan pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan rangkaian usaha untuk pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang Analisis struktur perekonomian kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: HARRY KISWANTO NIM F0104064 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Cita-cita mulia tersebut dapat diwujudkan melalui pelaksanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan pertumbuhan ekonomi yang terjadi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi. Peran penting sektor pertanian tersebut sudah tergambar dalam fakta empiris yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan tolak ukur perekonomian suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama atau suatu keharusan bagi

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN SUBANG OLEH NURLATIFA USYA H

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN SUBANG OLEH NURLATIFA USYA H ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN SUBANG OLEH NURLATIFA USYA H14102066 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI DAN MENGURANGI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PEMERINTAH ACEH OLEH AGUS NAUFAL H

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI DAN MENGURANGI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PEMERINTAH ACEH OLEH AGUS NAUFAL H PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI DAN MENGURANGI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PEMERINTAH ACEH OLEH AGUS NAUFAL H14052333 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kesejahteraan rakyat. Sebagai wujud peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN BATANG (Pendekatan Location Quotient dan Shift Share Analysis)

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN BATANG (Pendekatan Location Quotient dan Shift Share Analysis) ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN BATANG (Pendekatan Location Quotient dan Shift Share Analysis) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

KONTRIBUSI SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN TANGERANG PERIODE OLEH ADHITIA KUSUMA NEGARA H

KONTRIBUSI SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN TANGERANG PERIODE OLEH ADHITIA KUSUMA NEGARA H KONTRIBUSI SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN TANGERANG PERIODE 2003-2007 OLEH ADHITIA KUSUMA NEGARA H14052528 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH KABUPATEN KARAWANG PERIODE Penerapan Analisis Shift-Share. Oleh MAHILA H

PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH KABUPATEN KARAWANG PERIODE Penerapan Analisis Shift-Share. Oleh MAHILA H PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH KABUPATEN KARAWANG PERIODE 1993-2005 Penerapan Analisis Shift-Share Oleh MAHILA H14101003 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang mengarah kearah yang lebih baik dalam berbagai hal baik struktur ekonomi, sikap, mental, politik dan lain-lain. Dari

Lebih terperinci