PERSEPSI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU IPS SMP DI KOTA YOGYAKARTA SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERSEPSI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU IPS SMP DI KOTA YOGYAKARTA SKRIPSI"

Transkripsi

1 PERSEPSI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU IPS SMP DI KOTA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Disusun Oleh : Anggita Nilam Sari JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016

2

3

4

5 MOTTO Dan bahwasannya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. (QS Al-Najm 53:39) ٦ ٥ Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. (QS Al-Insyirah 94:5-6) (Al Qur-an dan Terjemahan Untuk Wanita. Jakarta: Penerbit Wali) v

6 LEMBAR PERSEMBAHAN Alhamdulillahirabbil alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia- Nya. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Karya ini peneliti persembahan kepada: 1. Bapak Tasman dan Ibu Turyati, orang tua hebat yang selalu memberi kasih sayang kepada putra-putrinya. 2. Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta. vi

7 PERSEPSI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU IPS SMP DI KOTA YOGYAKARTA Oleh: Anggita Nilam Sari NIM ABSTRAK Kinerja guru merupakan fenomena yang perlu untuk diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta berdasarkan persepsi dari kepala sekolah. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Variabel dalam penelitian ini adalah kinerja guru. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru IPS SMP di Kota Yogyakarta yang berjumlah 114 guru dari 48 sekolah. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan data deskriptif yang dituangkan dalam bentuk persentase. Hasil penelitian menunjukan bahwa kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta menurut persepsi kepala sekolah sebagian besar adalah baik. Hal tersebut tampak dari persentase hasil penelitian dari 114 guru, 44,74% termasuk dalam kategori baik dengan nilai rata-rata sebesar 86,25. Adapun persentase hasil keseluruhan yaitu sebanyak 42,98% memiliki kinerja amat baik, 44,74% memiliki kinerja baik, 7,89% memiliki kinerja cukup, 3,51% memiliki kinerja sedang, 0,88% memiliki kinerja kurang. Kata kunci: Kinerja Guru, Persepsi Kepala Sekolah vii

8 KATA PENGANTAR Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga Tugas Akhir Skripsi (TAS) yang berjudul Persepsi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru IPS SMP Di Kota Yogyakarta ini dapat diselesaikan dengan lancar. Penyusunan TAS ini untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta. Penyusunan TAS ini tidak dapat berjalan lancar tanpa jasa berbagai pihak. Oleh karena itu, diucapkan terimakasih kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang telah memberikan izin dan bantuan selama penyusunan TAS ini. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penyusunan TAS ini. 3. Bapak Satriyo Wibowo, S. Pd., Penasihat Akademik yang telah memberikan arahan dan nasihat selama penyusunan TAS ini. 4. Ibu Suparmini, M. Si., Dosen Pembimbing yang telah mencurahkan waktu, serta memberikan bimbingan dan dukungan selama penyusunan TAS ini. 5. Bapak Supardi, M. Pd., Dosen Narasumber yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyusunan TAS ini. 6. Dosen-dosen Jurusan Pendidikan IPS yang telah mencurahkan ilmu dan bimbingan. viii

9 7. Petugas Administrasi Jurusan Pendidikan IPS yang telah meluangkan waktu untuk membuat surat-surat izin penelitian. 8. Kepala-Kepala Sekolah SMP di Kota Yogyakarta yang telah memberikan bantuan selama penelitian berlangsung. 9. Kedua orang tua, Bapak Tasman dan Ibu Turyati serta kedua saudara yang telah mencurahkan kasih sayang dan dukungan selama penyusunan TAS ini. 10. Septian Teguh Wijiyanto yang telah menjadi motivator untuk segera menyelesaikan TAS ini. Terimakasih juga untuk bantuan dan dukungan yang telah diberikan. 11. Apriliani Nurmalia, Sahar Nur Samah, Anisa Ganiy yang telah menjadi supporter jarak jauh. Terimakasih atas dukungannya. 12. Teman-teman seperjuangan Ade Rachma Yuliani, Ridha Pangestika, Zamroh Azizah Al Mukaromah, Devi Wakhyuningtiyas, Imna Layinatussifa, Hida Mujahida, Ajeng Ngesti Pujawati, Pitri Dwi Astuti, Lois Wayan Pratiwi, dan teman-teman Pendidikan IPS 2012 B lainnya. Terimakasih untuk kebersamaan, bantuan, dan dukungan kalian selama ini. 13. Teman-teman organisasi di HIMA DIPSOS 2013, BEM FIS 2014, dan BEM FIS 2015, terimakasih untuk kebersamaan, ilmu, dan pengalamannya selama ini. 14. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian TAS ini. Demikianlah yang dapat disampaikan. Semoga bantuan yang telah diberikan oleh berbagai pihak di atas memperoleh balasan kebaikan dari Allah SWT. ix

10

11 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii SURAT PERNYATAAN... iv MOTTO... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi ABSTRAK... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... xi DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 7 C. Batasan Masalah... 7 D. Rumusan Masalah... 7 E. Tujuan Penelitian... 8 F. Manfaat Penelitian... 8 BAB II KAJIAN TEORI... 9 A. Kajian Teori Pengertian Persepsi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Proses Persepsi Pengertian Kepala Sekolah Tugas, Peranan, dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah Pengertian Kinerja Guru Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Indikator Kinerja Guru Penilaian Kinerja Guru B. Penelitian Yang Relevan C. Kerangka Pikir BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian B. Lokasi dan Waktu Penelitian C. Definisi Operasional Variabel Penelitian D. Populasi E. Teknik Pengumpulan Data F. Instrumen Penelitian G. Teknik Pengolahan Data xi

12 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian B. Karakteristik Guru IPS C. Karakteristik Kepala Sekolah D. Deskripsi Hasil Penelitian Persepsi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang Kompetensi Pedagogik Persepsi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang Kompetensi Kepribadian Persepsi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang Kompetensi Profesional Persepsi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang Kompetensi Sosial Persepsi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta E. Pembahasan Hasil Penelitian Persepsi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru IPS SMP Di Kota Yogyakarta tentang Kompetensi Pedagogik Persepsi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru IPS SMP Di Kota Yogyakarta tentang Kompetensi Kepribadian Persepsi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru IPS SMP Di Kota Yogyakarta tentang Kompetensi Profesional Persepsi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru IPS SMP Di Kota Yogyakarta tentang Kompetensi Sosial Persepsi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru IPS SMP Di Kota Yogyakarta D. Keterbatasan Penelitian BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN B. IMPLIKASI C. SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Jumlah Kepala Sekolah Dan Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta Tabel 2. Kisi-kisi Angket Persepsi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta Tabel 3. Konversi Skor Ke Nilai Kompetensi Tabel 4. Konversi Nilai Kinerja Hasil Penilaian Tabel 5. Data Status Kepegawaian Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta Tabel 6. Data Pangkat/Golongan Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta Tabel 7. Data Pendidikan Terakhir Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta Tabel 8. Data Kepemilikan Sertifikat Profesional Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta Tabel 9. Data Umur Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta Tabel 10. Data Lama Bekerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta Tabel 11. Data Umur Kepala Sekolah SMP di Kota Yogyakarta Tabel 12. Data Pendidikan Terakhir Kepala Sekolah SMP di Kota Yogyakarta Tabel 13. Data Lama Bekerja Kepala Sekolah SMP di Kota Yogyakarta Tabel 14. Distribusi Frekuensi Nilai Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang Kompetensi Pedagogik Tabel 15. Distribusi Frekuensi Nilai Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang Kompetensi Pedagogik Tabel 16. Hasil Perhitungan Rata-Rata Nilai Setiap Indikator Untuk Kompetensi Pedagogik Tabel 17. Distribusi Frekuensi Nilai Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang Kompetensi Kepribadian Tabel 18. Distribusi Frekuensi Nilai Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang Kompetensi Kepribadian Tabel 19. Hasil Perhitungan Rata-Rata Nilai Setiap Indikator untuk Kompetensi Kepribadian Tabel 20. Distribusi Frekuensi Nilai Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang Kompetensi Profesional Tabel 21. Distribusi Frekuensi Nilai Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang Kompetensi Profesional Tabel 22. Hasil Perhitungan Rata-Rata Nilai Setiap Indikator untuk Kompetensi Profesional Tabel 23. Distribusi Frekuensi Nilai Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang Kompetensi Sosial Tabel 24. Distribusi Frekuensi Nilai Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang Kompetensi Sosial Tabel 25. Hasil Perhitungan Rata-Rata Nilai Setiap Indikator untuk Kompetensi Sosial Tabel 26. Distribusi Frekuensi Nilai Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta xiii

14 Tabel 27. Distribusi Frekuensi Nilai Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta Tabel 28. Hasil Perhitungan Rata-Rata Nilai Setiap Indikator untuk Kinerja Guru IPS SMP Menurut Persepsi Kepala Sekolah xiv

15 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian Gambar 2. Diagram Batang Frekuensi Nilai Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang Kompetensi Pedagogik Gambar 3. Diagram Lingkaran Nilai Kecenderungan Kinerja Guru IPS SMP di KotaYogyakarta tentang Kompetensi Pedagogik Gambar 4. Diagram Batang Frekuensi Hasil Perhitungan Rata-Rata Nilai Setiap Indikator untuk Kompetensi Pedagogik Gambar 5. Diagram Batang Frekuensi Nilai Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang Kompetensi Kepribadian Gambar 6. Diagram Lingkaran Nilai Kinerja Guru IPS SMP di KotaYogyakarta tentang Kompetensi Kepribadian Gambar 7. Diagram Batang Frekuensi Hasil Perhitungan Rata-Rata Nilai Setiap Indikator untuk Kompetensi Kepribadian Gambar 8. Diagram Batang Frekuensi Nilai Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang Kompetensi Profesional Gambar 9. Diagram Lingkaran Nilai Kinerja Guru IPS SMP di KotaYogyakarta tentang Kompetensi Profesional Gambar 10. Diagram Batang Frekuensi Hasil Perhitungan Rata-Rata Nilai Setiap Indikator untuk Kompetensi Profesional Gambar 11. Diagram Batang Frekuensi Nilai Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang Kompetensi Sosial Gambar 12. Diagram Lingkaran Nilai Kinerja Guru IPS SMP di KotaYogyakarta tentang Kompetensi Sosial Gambar 13. Diagram Batang Frekuensi Hasil Perhitungan Rata-Rata Nilai Setiap Indikator untuk Kompetensi Sosial Gambar 14. Diagram Batang Frekuensi Nilai Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta Gambar 15. Diagram Lingkaran Nilai Kinerja Guru IPS SMP di KotaYogyakarta Gambar 16. Diagram Batang Frekuensi Hasil Perhitungan Rata-Rata Nilai Setiap Indikator Kinerja Guru IPS SMP xv

16 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Data Populasi Penelitian Lampiran 2. Lembar Validasi Lampiran 3. Angket Penelitian Lampiran 4. Tabulasi Data Penelitian Lampiran 5. Hasil Perhitungan Data Penelitian Lampiran 6. Surat-surat Penelitian xvi

17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas masyarakat akan sangat berpengaruh pada pembangunan fisik maupun non-fisik suatu negara. Kualitas masyarakat dapat tercipta melalui lembaga pendidikan yang baik. Pendidikan yang baik akan menjadi bekal bagi masyarakat untuk semakin menunjukan kualitasnya serta mampu bersaing dalam berbagai bidang kehidupan. Kualitas masyarakat suatu negara dapat diciptakan melalui lembaga pendidikan seperti sekolah. Sekolah diharapkan dapat mempersiapkan generasi anak bangsa untuk mampu bersaing dalam kompetisi global yang semakin terasa dalam berbagai bidang kehidupan. Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan formal, menjadi penentu keberhasilan pembangunan bangsa. Hal ini dijelaskan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa sekolah merupakan lembaga pendidikan yang berfungsi untuk menghasilkan generasi yang berkualitas dan tentunya menjadi hal yang wajib bagi suatu negara untuk meningkatkan kualitas pendidikannya. Kualitas pendidikan juga dilihat dari masyarakatnya yang memiliki kompetensi yang sesuai. Masyarakat yang berkualitas dapat memberikan kontribusi yang tinggi bagi masa depan bangsa. Kualitas pendidikan tidak lepas dari peran kinerja para guru. Tanpa kinerja guru yang baik maka pencapaian 1

18 2 kualitas akan sulit untuk dicapai. Hal tersebut berarti guru memiliki peran yang penting, karena gurulah yang menjadi kreator dalam proses belajar mengajar. Guru merupakan salah satu komponen dalam sistem pendidikan yang memiliki posisi strategis dan mengambil banyak peran. Guru memiliki peranan penting dalam keberhasilan pendidikan suatu negara. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mempersiapkan guru yang profesional, berkualitas, dan memenuhi kompetensi yang telah ditentukan. Dalam rangka meningkatkan kualitas guru, salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan penilaian kinerja. Kinerja guru dapat terwujud dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab guru baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Penilaian kinerja guru penting dilakukan sebagai dasar untuk mengetahui bagaimana kualitas pengajaran yang dilakukan. Penilaian kinerja difokuskan pada peningkatan karir guru, kesejahteraan guru, kebutuhan, dan kompetensi guru. Penilaian kinerja tersebut tentunya juga dilakukan untuk mengevaluasi kinerja guru. Penilaian kinerja guru dan uji kompetensi guru merupakan upaya untuk peningkatan kualitas guru dan mutu pendidikan. Sejak tahun 2005 pemerintah telah melaksanakan program sertifikasi, dan saat ini di Indonesia terdapat banyak guru yang telah tersertifikasi, dan telah memperoleh tunjangan profesi. Namun persoalannya guru yang berkompeten hanya dilandaskan pada mereka yang telah tersertifikasi tampaknya sulit untuk dipertanggungjawabkan. Banyak diantara guru yang bersertifikat namun sebenarnya mereka belum memiliki kompetensi dan kelayakan menjadi guru profesional sehingga

19 3 walaupun banyak guru yang telah tersertifikasi namun mutu pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil Uji Kompentensi Guru (UKG) tahun Hasil UKG Nasional Kompetensi Pedagogik adalah 48,94, berada di bawah standar kompetensi minimal, yaitu 55 (Kemendikbud, 2016). Kompetensi pedagogik dapat dilihat dari kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dari awal perencanaan sampai dengan evaluasi pembelajaran, jika nilai guru berada pada nilai tersebut itu berarti kemampuan guru masih tergolong kurang. Padahal jumlah guru di Indonesia yang di data Kemendikbud sebanyak , hanya sekitar guru yang belum memiliki sertifikat (Warta Kota, 2016). Guru yang telah memiliki sertifikat profesional seharusnya memiliki pula kompetensi yang sesuai. Fakta ini memperlihatkan betapa rendah kompetensi guru di Indonesia padahal banyak diantara guru tersebut yang telah memiliki sertifikat pendidik profesional. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen mensyaratkan beban kerja guru sekurang-kurangnya 24 jam tatap muka dalam satu minggu. Padahal tugas seorang guru tidak hanya mengajar. Guru juga memiliki tuntutan lain seperti kualifikasi, kompetensi, dan sertifikat pendidik yang juga harus terpenuhi untuk menjadi guru profesional. Beban kerja guru yang berat menjadi penyebab kurangnya kinerja guru. Beban kerja guru yang banyak menyebabkan banyak guru kurang maksimal dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab karena banyaknya tuntutan yang harus terpenuhi sedangkan waktu yang dimiliki juga tebagi-bagi.

20 4 Dilansir dari Radar Jogja 26 November 2015 saat ini jumlah Guru Tidak Tetap (GTT) dan NaBan (Tenaga Bantuan) di Kota Yogyakarta berjumlah 522 orang. Terdiri dari 234 guru naban yang diangkat oleh Kepala Dinas Pendidikan dan diperbarui setiap tahun, serta 288 orang yang merupakan GTT atau PTT murni atau yang diangkat oleh kepala sekolah. Berdasarkan data tersebut, diketahui jumlah GTT dan Naban di Kota Yogyakarta masih cukup banyak. GTT dan Naban tersebut memiliki gaji yang rendah. Gaji guru yang rendah menyebabkan guru memiliki pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhan. Penelitian yang dilakukan oleh Wiles dalam Ahmad Barizi dan Idris 2010:153) menyatakan bahwa guru yang tidak maksimal kerjanya kebanyakan bersumber dari gaji yang tidak cukup, kemudian ia mencari pekerjaan untuk menutupi kekurangannya. Akibatnya etos kerjanya sebagai guru semakin menurun. Rerata nilai hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) di Yogyakarta pada tahun 2015 sebagai berikut, Kota Yogyakarta memperoleh rata-rata nilai 69, 12; Kabupaten Sleman memperoleh rata-rata nilai 67,04; Kabupaten Bantul memperoleh rata-rata nilai 67,04; Kabupaten Gunung Kidul memperoleh ratarata nilai 66,15; Kabupaten Kulonprogo memperoleh rata-rata nilai 65,91. Berdasarkan data tersebut Kota Yogyakarta menduduki nilai tertinggi, kualitas pendidikan di DIY, Kota Yogyakarta juga berada pada peringkat pertama. Namun, data dari Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta hasil UKG guru IPS di Kota Yogyakarta hanya 64,76, selain itu masih belum diketahui bagaimana hasil penilaian kinerja guru, karena data tentang Penilaian Kinerja Guru hanya

21 5 dimiliki oleh masing-masing sekolah, sehingga masih belum terdapat data yang menjelaskan bagaimana kinerja guru yang ada di Kota Yogyakarta. Berbagai upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kinerja guru, seperti seminar, penataran, dan pelatihan. Meningkatkan kinerja guru memanglah tidak semudah membalikan telapak tangan. Peningkatkan kinerja guru memerlukan peran dari berbagai pihak. Salah satu pihak yang berperan dalam peningkatan kinerja guru yaitu kepala sekolah. Kepala sekolah juga berperan dalam peningkatan kinerja guru serta keberhasilan pendidikan nasional. Wahjosumidjo (2010: 203) mengemukakan kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, sehingga kepala sekolah memiliki kewajiban untuk selalu mengadakan pembinaan dalam arti berusaha agar pengelolaan, penilaian, bimbingan, pengawasan, dan pengembangan pendidikan dapat dilaksanakan dengan lebih baik. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah juga menjelaskan kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah/madrasah yaitu kepala sekolah harus memenuhi kompetensi manajerial. Kompetensi manajerial tersebut salah satunya yaitu mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal dan melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya. Kepala sekolah memiliki tugas sebagai penanggungjawab administratif sekolah yang bertanggungjawab mengenai penyelenggaraan sekolah. Kepala

22 6 sekolah bertanggungjawab penuh dalam semua aspek operasional penyelenggaraan sekolah. Kepala sekolah seperti layaknya manajer perusahaan. Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang berpengaruh dalam peningkatan kinerja guru. Peranan kepala sekolah dapat berpengaruh terhadap kinerja guru. Hal ini dapat terjadi karena salah satu fungsi kepala sekolah adalah mengadakan evaluasi dalam pelaksanaan kegiatan sekolah. Evaluasi atau penilaian kepala sekolah terhadap kinerja guru dilaksanakan sekurang-kurangnya 2 (dua) kali setahun, yaitu pada awal tahun ajaran dan akhir tahun ajaran. Berdasarkan uraian di atas, menunjukan bahwa terdapat permasalahan tentang kinerja guru di Kota Yogyakarta, padahal kinerja guru merupakan salah satu komponen yang berperan penting dalam sistem pendidikan. Peran kepala sekolah sebagai manajer di sekolah yaitu sebagai penanggung jawab segala kegiatan yang berlangsung di sekolah. Sehingga kepala sekolah memiliki peranan untuk mengelola sumber daya manusia di sekolah (guru). Dengan dasar persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru diharapkan akan dapat menjelaskan bagaimana kinerja guru yang ada di Kota Yogyakarta. Dengan melihat latar belakang tersebut, maka timbulah keinginan untuk mengetahui bagaimana kinerja guru pendidikan IPS dilihat dari persepsi kepala sekolah. Untuk itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul

23 7 Persepsi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta. B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat diindentifikasi masalah-masalah sebagai berikut: 1. Guru telah memiliki sertifikat pendidik profesional tetapi kualitas pendidikan masih rendah. 2. Beban kerja guru yang berat menyebabkan guru kurang maksimal kinerjanya. 3. Kinerja guru yang rendah karena banyak guru yang tidak menekuni profesinya dengan utuh, sehingga mempengaruhi kedisiplinan dan persiapan saat mengajar. 4. Belum terdapat data yang menjelaskan bagaimana kinerja guru yang ada di Kota Yogyakarta. C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, dan untuk menghindari meluasnya permasalahan karena keterbatasan penulis, maka dalam penelitian ini permasalahan yang akan diteliti dibatasi pada kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta berdasarkan persepsi kepala sekolah. D. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu bagaimana persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta.

24 8 E. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta berdasarkan persepsi dari kepala sekolah. F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Melalui penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan mengenai kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta. Selain itu dengan penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme guru yang dapat dilihat dari kinerjanya selama proses pembelajaran yang dilakukan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah Memberikan informasi bagi pihak sekolah (kepala sekolah) sebagai bahan masukan dalam mengambil kebijakan agar guru dapat melaksanakan kinerjanya dengan maksimal. Penelitian ini juga sebagai bahan evaluasi bagi guru untuk dapat meningkatkan kualitas kinerjanya. b. Bagi peneliti Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan peneliti mengenai kinerja guru sehingga dapat diterapkan ketika terjun dalam dunia pendidikan.

25 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Persepsi 1. Pengertian Persepsi Persepsi memiliki arti tanggapan atau penerimaan langsung dari sesuatu. Miftah thoha (1983: 138) mengemukakan pengertian persepsi sebagai suatu proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya melalui indera yang dimiliki. Wibowo (2013: 60) menjelaskan persepsi sebagai suatu proses yang memungkinkan kita mengorganisir informasi dan menginterpretasikan kesan terhadap lingkungan sekitarnya. Dengan demikian persepsi merupakan proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk dalam alat indera. Dalam memahami stimulus/informasi yang ada memerlukan pertimbangan informasi mana saja yang perlu diperhatikan, bagaimana mengkategorikan informasi, dan bagaimana menginterpretasikannya dalam kerangka kerja pengetahuan yang telah ada. Bimo Walgito (2010: 99) mengemukakan pengertian persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu oleh alat indera atau juga disebut proses sensoris yang kemudian dilanjutkan dengan proses persepsi. Persepsi diawali dengan penginderaan. Persepsi bukan merupakan proses sekali jadi, melainkan suatu proses menggabungkan, 9

26 10 menginterpretasikan, dan akhirnya memberikan penilaian. Hasil akhir dari persepsi merupakan kesadaran individu terhadap keadaan di sekitarnya. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, peneliti menggunakan pengertian persepsi yang dikemukakan oleh Bimo Walgito yang menjelaskan persepsi sebagai proses proses menggabungkan, menginterpretasikan, dan akhirnya memberikan penilaian. Penginderaan yang dilakukan merupakan proses pengamatan yang bersifat kompleks dalam menerima dan menginterprtasikan informasi-informasi yang berada di lingkungan. Proses penginderaan hanya merupakan awal dari proses persepsi. Penginderaan hanya memberikan gambaran nyata tentang suatu obyek, sedangkan persepsi mampu memahami lebih dari gambaran nyata suatu obyek tersebut. Seseorang yang memiliki persepsi tentang suatu obyek berarti ia mengetahui, memahami, dan menyadari tentang onyek tersebut. Dalam proses persepsi individu akan mengadakan penyeleksian apakah stimulus itu berguna atau tidak baginya, serta menentukan apa yang terbaik untuk dilakukan. 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Suatu obyek yang sama dapat dipersepsikan berbeda oleh orang yang berbeda. Perbedaan tersebut dikarenakan pengaruh beberapa faktor. Bimo Walgito (2010: 101) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu:

27 11 a. Obyek yang dipersepsi. Obyek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar dan dari dalam diri individu yang mempersepsi. b. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf. Alat indera merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu terdapat syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf (otak) dan syaraf motoris sebagai alat untuk melakukan respon. c. Perhatian. Perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan dari aktivitas individu yang ditunjukan kepada sesuatu atau sekumpulan obyek. Robbins dan Judge dalam Wibowo (2013: 60-61) menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu: a. Perceiver, yaitu orang yang memberikan persepsi. Perceiver mengandung komponen sikap, motif, minat atau kepentingan. b. Target, yaitu obyek yang menjadi sasaran persepsi. Faktor ini mengandung komponen sesuatu yang baru, gerakan, suara, besaran atau ukuran, latar belakang, kedekatan, dan kesamaan. c. Situasi, yaitu keadaan pada saat persepsi dilakukan. Faktor ini mengandung komponen waktu, kerja, pengaturan kerja, dan pengaturan sosial.

28 12 Perbedaan pemilihan persepsi antara orang satu dengan yang lain dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang berasal dari luar maupun dari dalam (Miftah Thoha, 1983: 153). Faktor-faktor tersebut yaitu: a. Faktor-fakor daril luar, antara lain: 1) Intensitas, semakin besar intensitas stimulus dari luar tentu semakin besar pula hal-hal itu dapat dipahami. 2) Ukuran, faktor ini menyatakan semakin besar ukuran obyek, maka semakin mudah untuk bisa diketahui dan dipahami. Bentuk ukuran suatu obyek akan mempengaruhi persepsi seseorang. Bentuk ukuran suatu obyek orang akan mudah menarik perhatian yang pada gilirannya dapat membentuk persepsinya. 3) Keberlawanan atau kontras. Prinsip ini menyatakan bahwa stimulus dari luar yang penampilannya berlawanan dengan latar belakang atau sekelilingnya atau sama sekali di luar sangkaan orang banyak, akan menarik banyak perhatian. 4) Pengulangan. Stimulus dari luar yang diulang akan memberikan perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan yang sekali dilihat. 5) Gerakan. Orang akan memberikan banyak perhatian terhadap obyek yang bergerak dalam jangkauan pandangannya dibandingkan dari obyek yang diam. 6) Baru atau familier. Situasi eksternal yang baru maupun yang sudah dikenal dapat digunakan sebagai penarik perhatian.

29 13 b. Faktor-faktor dari dalam yaitu: 1) Belajar atau pemahaman, merupakan semua faktor dari dalam yang membentuk adanya perhatian kepada suatu obyek sehingga menimbulkan adanya persepsi adalah didasarkan dari kekomplekan kejiwaan. Kekomplekan kejiwaan ini selaras dengan proses pemahaman atau belajar dan motivasi yang dimiliki masing-masing orang. 2) Motivasi. Motivasi dan kepribadian tidak dapat dipisahkan dari proses belajar, keduanya memiliki dampak yang sangat penting. Sesuatu yang menarik perhatian sering kali lebih menimbulkan persepsi. 3) Kepribadian. Kepribadian, nilai-nilai dan juga umur dapat memberikan dampak terhadap cara seseorang melakukan persepsi pada lingkungan sekitarnya. Penelitian ini menggunakan pendapat dari Miftah Thoha yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang berasal dari dalam dan dari luar diri individu. 3. Proses Persepsi Bimo Walgito (2010: 102) menyatakan bahwa persepsi terdiri dari adanya obyek yang menimbulkan stimulus, kemudian terjadi proses kealaman atau proses fisik dimana stimulus mengenai alat indera, lalu stimulus yang diterima panca indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak atau yang disebut proses fisiologis, dan berikutnya adalah proses psikologis atau proses interpretasi di dalam syaraf otak. Alat indera merespon suatu

30 14 stimulus kemudian diinterpretasikan oleh otak sehingga individu mengerti apa yang dimaksud oleh alat indera, hal inilah yang disebut persepsi. Penginderaan manusia memiliki hubungan yang erat dengan persepsi. Penginderaan merupakan tahap awal terbentuknya sebuah persepsi. Persepsi seseorang dengan yang lain berbeda terhadap suatu obyek, hal ini disebabkan karena pengaruh dari beberapa faktor yang berasal dari dalam maupun dari luar individu. Persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru merupakan suatu proses dimana kepala sekolah menginterpretasi serta memberikan respon/tanggapan terhadap stimulus (kinerja guru), termasuk respon dan kesan terhadap kinerja guru. Respon ini dapat berupa pendapat, tindakan, atau bahkan dalam bentuk penolakan terhadap stimulus. Persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru akan mempengaruhi sikap, perilaku, dan kebijakan yang diambil kepala sekolah. B. Hakikat Kepala Sekolah 1. Pengertian Kepala Sekolah Kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang memiliki peran penting. Hal ini dikarenakan kepala sekolah merupakan pemimpin yang lebih dekat dan langsung berubungan dengan pelaksanaan program pendidikan pada tiap-tiap sekolah. Ngalim Purwanto (2005: 101) mengemukakan terlaksana atau tidaknya program dan tujuan sekolah sangat tergantung pada kecakapan dan kebijaksanaan kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan.

31 15 Kepala sekolah merupakan gabungan dari kata kepala dan sekolah. Kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi. Sedangkan sekolah adalah sebuah lembaga di mana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran. Jadi secara umum kepala sekolah dapat diartikan sebagai pemimpin sekolah atau suatu lembaga dimana tempat menerima dan memberi pelajaran. Wahjosumidjo (2010: 83) kepala sekolah didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah. Kepala sekolah memimpin sekolah dimana proses belajar mengajar berlangsung atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Daryanto (2006: 80) menjelaskan kepala sekolah merupakan personel sekolah yang memiliki tanggung jawab terhadap seluruh kegiatan-kegiatan sekolah. Kepala sekolah mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk menyelenggarakan kegiatan pendidikan dalam lingkungan sekolah yang dipimpinnya. Mulyasa (2005: 24) mengemukakan kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Hal ini dimaksudkan, kepala sekolah bertanggung jawab atas manajemen pendidikan secara mikro yang secara langsung berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah. Sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 12 ayat 1 PP No. 28 tahun 1990 bahwa: kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan,

32 16 administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pengertian kepala sekolah dari Daryanto yang menjelaskan kepala sekolah sebagai seseorang yang bertanggung jawab dalam kegiatan sekolah. Kepala sekolah sebagai personel sekolah memiliki tanggung jawab terhadap segala sumber daya yang ada dan memimpin seluruh kegiatan sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama dalam meningkatkan kualitas pendidikan. 2. Tugas, Peranan dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah Dalam satuan pendidikan, kepala sekolah menduduki dua jabatan penting untuk bisa menjamin kelangsungan proses pendidikan sebagaimana yang telah digariskan oleh peraturan perundang-undangan. Pertama, kepala sekolah adalah pengelola pendidikan di sekolah secara keseluruhan. Kedua, kepala sekolah adalah pemimpin formal pendidikan di sekolahnya. Moch. Idochi Anwar (2003: 75) juga menjelaskan kepala sekolah sebagai pengelola pendidikan yang bertangung jawab terhadap keberhasilan penyelenggaraan kegiatan pendidikan dengan melaksanakan administrasi sekolah dan seluruh substansinya. Kepala sekolah juga bertanggung jawab dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia yang ada agar mereka mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Sebagai pemimpin formal, kepala sekolah bertanggung jawab terhadap tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya menggerakkan para bawahan ke arah pencapaian tujuan

33 17 pendidikan yang telah ditetapkan. Ini berarti kepala sekolah juga menjalankan fungsi kepemimpinan yang berhubungan dengan pencapaian tujuan pendidikan maupun penciptaan iklim sekolah yang kondusif dan terlaksananya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Kepala sekolah merupakan personel sekolah yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan-kegiatan sekolah (Daryanto, 2006: 80). Hal ini berarti kepala sekolah tidak hanya bertanggung jawab atas kelancaran jalannya sekolah secara teknis akademis saja, akan tetapi segala kegiatan yang ada pada lingkungan sekolah yang dipimpinnya termasuk menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar sekolah. Fungsi kepala sekolah menurut Daryanto (2006: 81-82) yaitu: a. Merumuskan tujuan kerja dan pembuat kebijaksanaan (policy) sekolah. b. Pengatur tata kerja (mengorganisasi ) sekolah, yang mencakup: 1) Mengatur pembagian tugas dan wewenang. 2) Mengatur petugas pelaksana. 3) Menyelenggarakan kegiatan (mengkoordinasi). c. Pensupervisi kegiatan sekolah, meliputi: 1) Mengawasi kelancaran kegiatan. 2) Mengarahkan pelaksanaan kegiatan. 3) Mengevaluasi (menilai) pelaksanaan kegiatan. 4) Membimbing dan meningkatkan kemampuan pelaksana dan sebagainya.

34 18 Kepala sekolah yang efektif dalam mengelola program dan kegiatan pendidikan adalah yang mampu memberdayakan seluruh potensi kelembagaan dalam menentukan kebijakan, pengadministrasian dan inovasi kurikulum di sekolah yang dipimpinnya. Mulyasa (2003: ) menjelaskan peran dan tanggung jawab kepala sekolah sebagai berikut: a. Kepala Sekolah Sebagai Edukator (Pendidik) Kepala sebagai Pendidik harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya, menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah, memberikan dorongan pada seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik. Upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja sebagai pendidik, khususnya dalam meningkatkan kinerja tenaga kependidikan (guru) yaitu dengan memberikan kesempatan kepada guru untuk mengikuti berbagai pendidikan dan pelatihan secara teratur, memberikan kesempatan pada guru untuk berpartisipasi aktif dalam perkumpulan guru seperti Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), memberi kesempatan pada guru untuk mengikuti seminar, diskusi, lokakarya, penyediaan sumber belajar, melakukan Penilaian Kinerja Guru (PKG) sekurang-kurangnya 2 (dua) kali setahun, yaitu pada awal tahun dan akhir tahun ajaran.

35 19 b. Kepala Sekolah Sebagai Manajer Kepala sekolah sebagai seorang manajer di sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga pendidikan melalui kerjasama, memberi kesempatan kepada guru untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah. c. Kepala Sekolah Sebagai Administrator Kepala sekolah sebagai administrator harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi personalia, mengelola administrasi peserta didik, mengelola administrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara efektif dan efisien agar dapat menunjang produktivitas sekolah. d. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor dalam mempelajari tugas sehari-hari di sekolah, agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif. Kepala sekolah sebagai supervisor harus mewujudkannya dalam kemampuan menyusun dan melaksanakan program supervisi pendidikan serta memanfaatkan hasilnya. Kemampuan menyusun program supervisi

36 20 harus diwujudkan dalam penyusunan program supervisi kelas, pengembangan program supervisi untuk kegiatan ekstrakulikuler, pengembangan program supervisi perpustakaan, laboratorium, dan ujian. Kemampuan melaksanakan diwujudkan dalam program supervisi klinis dan nonlkinis, dan program supervisi kegiatan ekstrakulikuler. Sedangkan kemampuan memanfaatkan hasil supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam pemanfaatan hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja tenaga pendidikan seperti Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) dan pemanfaatan hasil supervisi untuk mengembangkan sekolah. e. Kepala Sekolah Sebagai Leader Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas. Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan, dan kemampuan berkomunikasi. f. Kepala Sekolah Sebagai Innovator Kepala sekolah sebagai innovator harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan

37 21 teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif. g. Kepala Sekolah Sebagai Motivator Kepala sekolah sebagai motivator harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar. Teknik-teknik yang dapat digunakan kepala sekolah untuk menjalankan fungsinya yaitu dengan teknik yang bersifat kelompok dan individu (Syaiful Sagala, 2010: ) a. Teknik Bersifat Kelompok 1) Pertemuan Orientasi 2) Rapat Guru 3) Studi Kelompok Antar Guru 4) Diskusi 5) Lokakarya 6) Tukar Menukar Pengalaman 7) Diskusi Panel 8) Seminar 9) Simposium b. Teknik Individual

38 22 1) Kunjungan Kelas 2) Observasi Kelas 3) Intervisitasi 4) Menilai Diri Sendiri 5) Demontrasi Mengajar 6) Buletin Supervisi Jadi dapat disimpulkan bahwa penilaian kepala sekolah adalah proses dan pemberian nilai dari kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah terhadap kinerja guru berdasarkan kriteria tertentu dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan di sekolah. C. Hakikat Kinerja Guru IPS 1. Pengertian Kinerja Guru IPS Dilihat dari arti kata kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Jadi menurut arti bahasanya kinerja dapat diartikan sebagai prestasi atau tindakan yang dicapai dalam melaksanakan suatu kegiatan. Kinerja dapat diartikan sebagai kemampuan kerja atau prestasi kerja atau hasil unjuk kerja. Hadari Nawawi (2006: 66) mengemukakan kinerja bukan sifat atau karakteristik individu, tetapi kemampuan kerja yang dapat dilihat dari cara bekerja dan hasil yang dicapai. Pengertian yang sama juga dikemukakan oleh Uhar Suharsaputra (2013: 167), kinerja merupakan kemampuan kerja atau prestasi kerja yang dilakukan pegawai untuk memperoleh hasil kerja yang optimal.

39 23 Kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi baik organisasi tersebut bersifat profit oriented dan non profit oriented yang dihasilkan selama satu periode tertentu. (Irfan Fahmi, 2010: 2). Anwar Prabu Mangkunegara (2005: 9) mengemukakan kinerja adalah prestasi kerja atau hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai SDM dalam periode waktu tertentu untuk melakasanakan kerja sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Suyadi Prawirosentono (2008: 2) menjelaskan pengertian kinerja sebagai hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau kelompok dalam organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Supardi (2013: 47) juga mengungkapkan pengertian kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang untuk mencapai tujuan berdasarkan atas standarisasi atau ukuran dan waktu yang disesuaikan dengan jenis pekerjaannya dan sesuai dengan norma dan etika yang telah ditetapkan. Kinerja sebagai hasil kerja seseorang didasarkan atas waktu untuk melaksanakan dan disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang dilakukan. Kinerja yang dilakukan juga secara legal sesuai dengan aturan yang berlaku. Kinerja guru merupakan penampakan kompetensi yang dimiliki oleh guru, yaitu kemampuan sebagai guru dalam melaksanakan tugas-tugas dan yang dibebabkan kepadanya. Jasmani dan Syaiful Mustofa (2013: 156) mengemukakan kinerja guru adalah hasil kerja yang dicapai oleh guru di

40 24 lembaga pendidikan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan kata lain, hasil kerja yang dicapai seorang guru dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhannya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pengertian kinerja guru dari Jasmani dan Syaiful Mustofa yang menjelaskan kinerja guru sebagai hasil kerja guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Hasil kerja guru ditunjukan pada penampakan kompetensi yang dimiliki dalam melaksanakan tugasnya yang menghasilkan hasil yang memuaskan dan pencapaian tujuan pendidikan tidak hanya dalam bidang mengajar di dalam kelas tetapi kinerja di luar mengajar. 2. Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Kinerja Guru Kinerja guru merupakan hasil kerja, kemampuan, prestasi atau dorongan guru untuk melaksanakan pekerjaan. Kinerja terjadi karena terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi. Jasmani dan Syaiful Mustofa (2013: 160), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu: a. Faktor dari dalam, meliputi motivasi, keterampilan, dan pendidikan. b. Faktor dari luar, meliputi iklim kerja, tingkat gaji. Supardi (2013: 50) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja terdiri atas pengetahuan, keterampilan, motivasi, kepercayaan, nilainilai dan sikap. Anwar Prabu Mangkunegara (2005: 13-14), faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah:

41 25 a. Faktor Kemampuan (Ability) Kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (Knowledge+skill). Artinya pimpinan dan karyawan yang memiliki IQ diatas rata-rata dengan pendidikan memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari akan lebih mudah dalam mencapai kinerja maksimal. b. Faktor Motivasi (Motivation) Motivasi diartikan sebagai suatu sikap pimpinan dan karyawan terhadap situasi kerja di lingkungan organisasinya. Mereka yang bersikap positif terhadap situasi kerjanya akan menunjukan motivasi kerja dan sebaliknya jika mereka bersikap negatif terhadap situasi kerjanya akan menunjukan motivasi kerja yang rendah. Situasi kerja yang dimaksud mencakup hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut peneliti sependapat dengan pendapat Anwar Prabu Mangkunegara yang menjelasakan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru yaitu faktor kemampuan dan faktor motivasi. Faktor kemampuan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kemampuan guru dalam menguasai kompetensi guru, sedangkan faktor motivasi yaitu kondisi lingkungan sekolah maupun diluar sekolah. 3. Indikator Kinerja Guru Tiap individu, kelompok atau organisasi memiliki kriteria penilaian tertentu atas kinerja dan tanggung jawab yang diberikan. Supardi (2013: 49)

42 26 mengemukakan bahwa kinerja pegawai dapat dilihat dari seberapa baik kualitas pekerjaan yang dihasilkan, tingkat kejujuran dalam berbagai situasi, inisiatif dan prakarsa memunculkan ide-ide baru dalam melaksanakan tugas, sikap karyawan terhadap pekerjaan, kerjasama dan kendala, pengetahuan dan keterampilan tentang pekerjaan, pelaksanaan tanggung jawab, serta pemanfaatan waktu secara efektif. Sardiman (2010: 164) mengemukakan terdapat sepuluh kompetensi guru yang merupakan profil kemampuan dasar bagi seorang guru. Sepuluh kompetensi tersebut meliputi: 1) Penguasaan bahan; 2) Pengelolaan program belajar mengajar; 3) Pengelolaan kelas; 4) Penggunaan media/sumber; 5) Penguasaan landasan pendidikan; 6) Mengelola interaksi belajar-mengajar; 7) Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran; 8) Mengenal fungsi dan program layanan bimbingan serta penyuluhan; 9) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah; 10) Memahami prinsip-prinsip dan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran. Kinerja guru secara utuh dan menyeluruh mencakup kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional (Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen). Keempat kompetensi tersebut telah dijabarkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 dan menjadi pedoman untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, terutama dalam pembelajaran dan bimbingan.

43 27 a. Kompetensi Pedagogik Kata pedagogik diturunkan dari bahasa Latin yang bermakna mengajari anak. Dalam makna modern, istilah pedagogy dalam bahasa Inggris merujuk pada seluruh konteks dan sumber daya operasi pengajaran dan pembelajaran yang secara nyata terlibat di dalamnya. Meski demikian, baik diambil dari bahasa Latin maupun Bahasa Inggris, kata pedagogik mempunyai makna yang kira-kira sama. Sudarwan Danim (2010: 47) mengemukakan konsep paling tradisional dari pedagogik bermakna suatu studi tentang bagaimana menjadi guru. Lebih khusus lagi, awalnya kata pedagogik bermakna cara seseorang guru mengajar atau seni mengajar. Menurut Danim, konsep lebih modern tentang pedagogik merujuk pada strategi pembelajaran, dengan titik tekan pada gaya guru mengajar. Kompetensi pedagogik sering dimaknai sebagai kemampuan mengelola pembelajaran. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi pedagogik guru mencakup konsep kesiapan mengajar yang ditunjukan oleh penguasaan dan keterampilan mengajar. Marselus

44 28 R. Payong (2011: 29) mengemukakan bahwa kompetensi pedagogik terkait erat dengan kemampuan didaktik dan metodik yang harus dimiliki guru sehingga dapat menjadi pendidik dan pembimbing yang baik. Guru tidak hanya sebagai pengajar yang mentransfer ilmu, pengetahuan dan keterampilan kepada siswa tetapi juga merupakan pembimbing dan pendidik yang dapat membentuk siswa mengembangkan potensi yang dimiliki baik potensi akademis maupun non akademis. Ayusita Mahanani (2011: 47) menjelaskan kemampuan pedagogik sebagai kemampuan pemahaman tentang peserta didik secara mendalam dan penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik. Pemahaman tentang peserta didik ini dimaksudkan sebagai pemahaman tentang psikologi perkembangan anak. Sedangkan pembelajaran yang mendidik meliputi kemampuan merancang pembelanjaran, mengimplementasikan pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran, dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan. Kompetensi pedagogik bukanlah kompetensi yang hanya bersifat teknis belaka (Dwi Siswoyo, 2011: 130). Selain mencakup pemahaman dan perkembangan peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, serta sistem evaluasi pembelajaran seorang guru harus pula menguasai ilmu pendidikan. Sehingga kompetensi pedagogik sangatlah penting untuk dimiliki oleh guru untuk dapat menyelenggarakan pembelajaran dengan optimal.

45 29 Guru yang memiliki kompetensi pedagogik dapat memahami peserta didiknya, dengan memahami peserta didik guru dapat merancang perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan karakter peserta didik. Dengan demikian, pelaksanaan pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif dan efisien. Hal ini dikarenakan guru dapat mengetahui metode maupun media yang cocok digunakan saat pembelajaran. Selain itu, guru dapat merancang penilaian dengan memilih teknik penilaian yang tepat sesuai dengan apa yang ingin dinilai. Dengan memahami karakteristik peserta didik, guru dapat mengetahui potensi-potensi yang dimiliki peserta didik sehingga guru dapat membantu mengambangkan potensi yang dimiliki peserta didiknya tersebut. Mulyasa (2013: 75), mengemukakan kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran meliputi hal berikut: 1) Memahami landasan kependidikan 2) Memahami peserta didik 3) Mengembangkan kurikulum/silabus 4) Merancang pembelajaran 5) Melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis 6) Pemanfaatan teknologi pembelajaran 7) Evaluasi hasil belajar 8) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

46 30 Syaiful Sagala (2011: 32) menjelaskan kompetensi pedagogik sebagai kemampuan dalam mengelola peserta didik yang meliputi: 1) Pemahaman guru tentang landasan dan filsafat pendidikan. 2) Pemahaman guru tentang potensi dan keberagaman peserta didik. 3) Kemampuan guru mengembangkan kurikulum/silabus dalam bentuk dokumen maupun implementasi dalam bentuk pengalaman belajar. 4) Kemampuan guru menyusun rencana dan strategi pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. 5) Kemampuan guru melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan suasana dialogis dan interaktif. 6) Kemampuan guru melaksanakan evaluasi hasil belajar sesuai dengan prosedur dan standar yang dipersyaratkan. 7) Kemampuan guru mengembangkan bakat dan minat peserta didik melalui kegiatan intrakuler dan ekstrakurikuler untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. Sudarwan Danim (2013: 22) mengungkapkan lima sub kompetensi yang terkandung dalam kompetensi pedagogik guru, yaitu: 1) Pemahaman peserta didik yang mendalam. 2) Perencanaan pembelajaran, termasuk pemahaman tentang landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran. 3) Pelaksanaan pembelajaran. 4) Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran.

47 31 5) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dari awal perencanaan pembelajaran sampai dengan evaluasi pembelajaran, sehingga dapat membimbing peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Kemampuan ini mencakup konsep kesiapan mengajar yang ditunjukan dengan penguasaan dan keterampilan mengajar. Pada penelitian ini indikator yang digunakan terkait dengan kompetensi pedagogik guru sesuai dengan kompetensi inti guru dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru, yaitu: 1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, kultural, emosional, dan intelektual. 2) Menguasai teori-teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. 3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu. 4) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. 5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. 6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

48 32 7) Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik. 8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. 9) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. 10) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. b. Kompetensi Kepribadian Kepribadian setiap individu berbeda-beda dan memiliki keunikan tersendiri. Kepribadian dapat terbentuk dari bawaan sejak lahir akan tetapi dipengaruhi juga oleh lingkungan sekitar. Sjarkawi (2006: 11), kepribadian adalah karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil dan juga bawaan seorang sejak lahir Nana Syaodih (2005: 136) mengungkapkan bahwa kepribadian merupakan keterpaduan antara aspek psikis dan aspek fisik. Keterpaduan aspek psikis dan fisik tersebut lebih dari sekedar penjumlahan ciri-ciri atau sifat-sifat menonjol atau yang lebih sering diperlihatkan kepada orang lain, sebab dalam keterpaduan terdapat hubungan fungsional yang saling mempengaruhi. Baharuddin (2009: 209) merumuskan definisi kepribadian sebagai berikut: 1) Suatu kebulatan yang terdiri dari aspek-aspek fisik dan psikis;

49 33 2) Bersifat dinamis dalam hubungannya dengan lingkungan; 3) Kepribadian seseorang adalah khas, berbeda dari orang lain; 4) Kepribadian berkembang dengan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari luar dan dalam. Berdasarkan rumusan tersebut dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah suatu keterpaduan dari sistem fisik dan psikis individu yang khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Sehingga kepribadian yang dimiliki seseorang tidak terjadi secara spontan tetapi sebagai hasil dari bawaan dan penyesuaian dengan lingkungan. Sebagai individu yang berkecimpung di dunia pendidikan, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Ungkapan guru bisa digugu dan ditiru mengandung makna bahwa seorang guru haruslah dapat dipercaya dan dapat menjadi teladan, sehingga sebagai seorang guru haruslah memiliki kepribadian yang baik. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir b, dikemukakan bahwa kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Mulyasa (2013: 117) mengemukakan bahwa setiap guru dituntut memiliki kompetensi kepribadian yang memadai, bahkan menjadi landasan bagi kompetensi-kompetensi lainnya. Hal ini dikarenakan guru tidak hanya dituntut untuk mampu memaknai

50 34 pembelajaran, tetapi bagaimana guru dapat menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik. Kompetensi kepribadian adalah kesiapan mental, kepribadian, dan moralitas guru untuk mengemban amanah sebagai guru (Ayusita Mahanani, 2011: 51). Sehingga kompetensi kepribadian ini haruslah tercermin dalam sikap dan perilaku guru dalam kehidupan sehari-hari, baik selama kegiatan pembelajaran di sekolah maupun di luar sekolah. Moh Roqib dan Nurfuadi (2009: 122) berpendapat bahwa kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpancar dalam perilaku sehari-hari. Hal ini dengan sendirinya berkaitan erat dengan falsafah hidup yang mengharapkan guru menjadi model manusia yang memiliki nilai-nilai luhur. Nilai-nilai luhur tersebut diharapkan bisa menjadi teladan bagi peserta didiknya. Martinis Yamin dan Maisah (2010: 9) mengemukakan pendapat tentang kompetensi kepribadian sebagai kemampuan personal yang dimiliki guru. Kompetensi kepribadian guru dapat digambarkan sebagai berikut: 1) Mantap; 2) Stabil; 3) Dewasa; 4) Arif dan bijaksana; 5) Berwibawa; 6) Berakhlak mulia; 7) Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; 8) Mengevaluasi kinerja sendiri; 9) Mengembangkan diri secara berkelanjutan

51 35 Kunandar (2011: 75) mengemukakan standar kompetensi kepribadian guru, yaitu: 1) Mantap dan stabil. 2) Dewasa. 3) Disiplin dan arif. 4) Berwibawa. 5) Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan. Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang harus dimiliki guru yang tercermin dari tata kelakuan, tutur kata, dan perilaku sehari-hari. Dalam penelitian ini indikator yang digunakan terkait dengan kompetensi kepribadian guru sesuai dengan kompetensi inti guru dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru, yaitu: 1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia. 2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat. 3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. 4) Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri. 5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

52 36 c. Kompetensi Profesional Istilah profesional berasal dari profession. Arifin (1995: 105) mengemukakan bahwa profession mengandung arti yang sama dengan kata occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan khusus. Martinis Yamin (2007: 3) mengemukanan profesi mempunyai pengertian seseorang yang menekuni pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, teknik, dan prosedur berlandaskan intelektualitas. Kunandar (2011: 45) menyebutkan bahwa profesional berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Jadi, profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu. M. Uzer Usman (2010: 14-15) mengemukakan bahwa profesional merupakan sebuah pekerjaan yang memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum. Kata profesional itu sendiri berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperi guru, dokter, hakim, dan sebagainya. Dengan kata lain, pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu

53 37 dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain. Berdasakan pendapat para ahli tentang profesional tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa profesional merupakan keahlian, kemampuan, dan keterampilan seseorang terhadap pekerjaan yang dimiliki yang diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan. Hal ini berarti guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. (M. Uzer Usman 2010: 14-15). Atau dengan kata lain, guru profesional adalah orang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya. Guru yang profesional tentunya harus memiliki kompetensi profesional. Kompetensi profesional merupakan kompetensi yang harus dikuasai guru dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas utamanya, yaitu mengajar. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir c kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan guru untuk membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Pendidikan Nasional. Ayusita Mahanani (2011:56) menjelaskan kompetensi profesional sebagai kemampuan melaksanakan tugas pokok

54 38 guru di bidang pembelajaran secara optimal, terutama dalam hal penguasaan dan pengembangan materi pembelajaran. Dwi Siswoyo (2011: 130) mengemukakan kompetensi profesional sebagai kemampuan yang harus dimiliki pendidik di sekolah berupa penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Dalam hal ini mencakup penguasaan materi pelajaran yang diampu, penguasaan kurikulum dan silabus sekolah, metode khusus pembelajaran bidang studi, dan wawasan etika dan pengembangan profesi. Martinis Yamin dan Maisah (2010: 11) mengemukakan kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi yang dimiliki, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuan. Dwi Siswoyo (2011: 136) menjelaskan prinsip-prinsip profesionalisme guru sebagai berikut: 1) Berdasarkan minat, panggilan jiwa, dan idealisme. 2) Profesi yang menuntut komitmen tinggi terhadap peningkatan mutu pendidikan, iman taqwa dan akhlak mulia. 3) Kualifikasi akademik dan latarbelakang pendidikan yang relevan. 4) Memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang tugasnya di sekolah. 5) Menuntut tanggungjawab tinggi atas tugas profesinya demi kemajuan bangsa.

55 39 Yamin dan Maisah (2010: 11) juga menjelaskan kompetensi profesional secara lebih ringkas sebagai berikut: 1) Memiliki konsep struktur dan metode keilmuan yang sesuai dengan materi ajar yang diampu. 2) Materi ajar yang diampu ada dalam kurikulum sekolah. 3) Saling berhubungan antar mata pelajaran yang terkait. 4) Menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari. 5) Menggunakan konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional. M. Uzer Usman (2010: 17-19), kompetensi profesional yang harus dipenuhi atau dimiliki seorang guru atau calon guru adalah: 1) Penguasaan terhadap landasan pendidikan, yakni memahami tujuan pendidikan agar dapat mencapai tujuan pendidikan nasional, memahami fungsi sekolah sebagai bagian dalam masyarakat, memahami prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar. 2) Penguasaan terhadap bahan pengajaran yang diampu, yakni menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan menengah, menguasai bahan pengayaan. 3) Memiliki kemampuan untuk menyusun program pengajaran, yakni menetapkan tujuan pembelajaran, memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran, memilih dan mengembangkan strategi belajar

56 40 mengajar, memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai, memilih dan memanfaatkan sumber belajar. 4) Melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan program yang telah disusun, yakni menciptakan iklim belajar yang tepat, mengatur ruangan belajar, dan mengolah interaksi belajar mengajar. 5) Melaksanakan penilaian hasil dan proses belajar mengajar, yakni menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran dan menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Berdasarkan berbagai pendapat tentang kompetensi profesional nampak bahwa kompetensi profesional merupakan kompetensi yang harus dikuasai guru dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas utamanya mengajar. dengan demikian kompetensi profesional membantu guru dalam menguasai jenis-jenis materi pembelajaran, mengurutkan materi pembelajaran, mengorganisasikan materi pembelajaran, dan mendayagunakan sumber belajar sebaik mungkin agar menghasilkan siswa yang berkualitas. Mulyasa (2013: ) mengemukakan secara lebih khusus kompetensi profesional guru sebagai berikut: 1) Pemahaman terhadap Standar Nasional Pendidikan 2) Kemampuan mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 3) Penguasaan materi pembelajaran yang diampu. 4) Pengelolaan program pembelajaran. 5) Kemampuan mengelola kelas.

57 41 6) Menggunakan media dan sumber pembelajaran saat pembelajaran berlangsung. 7) Penguasaan terhadap landasan kependidikan. 8) Memahami dan melaksanakan pengembangan peserta didik. 9) Memahami dan menyelenggarakan administrasi sekolah. 10) Memahami penelitian dalam pembelajaran. 11) Menampilkan keteladanan dan kepemimpinan dalam pembelajaran. 12) Mengembangkan teori dan konsep dasar pendidikan. 13) Memahami dan melaksanakan konsep pembelajaran individual. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi profesional guru adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan guru dapat melaksankan tugas utamanya yaitu mengajar. Kompetensi profesional mengacu pada perbuatan yang bersifat rasional dan memiliki spesifikasi tertentu dalam melaksanakan tugas kependidikan. Guru sebagai tenaga profesional dituntut untuk memiliki kemampuan yang sesuai dengan bidangnya. Dalam penelitian ini indikator yang digunakan terkait dengan kompetensi profesional guru sesuai dengan kompetensi inti guru dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru, yaitu: 1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

58 42 2) Menguasai standar kompetensi, dan kompetensi dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu. 3) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. 4) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. 5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. d. Kompetensi Sosial Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial diartikan sebagai suatu yang berhubungan dengan masyarakat. Sedangkan kata sosialisasi diartikan sebagai proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat dilingkungannya. Jadi kata sosial erat kaitannya dengan kehidupan yang berhubungan dengan orang lain yang berada di lingkungan sekitar tempat kita hidup, karena manusia tidak akan mampu hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Hal ini berarti kompetensi sosial guru berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Guru merupakan bagian dari kehidupan sosial masyarakat sehingga guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang memadai. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir d kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul

59 43 secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Agus Wibowo dan Hamrin (2012: 124) mengemukakan kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi, menjalin kerja sama, dan berinteraksi secara efektif dan efisien, dengan anak didik, sesama pendidik, orang tua/wali, maupun dengan masyarakat sekitar. Ayusita Mahanani (2011: 54) menjelaskan kompetensi sosial adalah kemampuan guru dalam menjalin relasi yang positif, empatik, dan santun dengan atasan, sesama guru dan pegawai, siswa, wali, murid, dan masyarakat. Dwi Siswoyo (2011: 131) mengemukakan kompetensi sosial sebagai kompetensi yang harus dimiliki guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengen peserta didik, sesama guru, orang tua/wali, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini mencerminkan sikap profesional guru di hadapan anak didik maupun masyarakat sekitar. Moh Roqib dan Nurfuadi (2009: 132) mendefinisikan kompetensi sosial guru merupakan kemampuan guru dalam memahami dirinya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat dan mampu mengembangkan tugas sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Kompetensi sosial juga mengandung arti bahwa seorang guru tidak boleh membeda-bedakan peserta didik meski berbeda latar belakang ekonomi, sosial, maupun budayanya. Seorang guru harus bisa bersikap obyektif dimanapun berada.

60 44 Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang nampak pada kemampuannya untuk berkomunikasi secara efektif dengan lingkungan sekolah maupun dengan lingkungan masyarakat. Martinis Yamin dan Maisah (2010: 12) secara ringkas menerangkan kompetensi sosial guru sebagai berikut: 1) Berkomunikasi lisan dan tulisan 2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional 3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan 4) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar Kompetensi sosial guru memiliki poin-poin yang mencakup kewajiban seorang guru untuk ditetapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mulyasa (2013: 173) telah menguraikan hal tersebut lebih lanjut dalam RPP tentang guru, bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat, yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk: 1) Berkimunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat. 2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional. 3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik. 4) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

61 45 Dalam penelitian ini indikator yang digunakan terkait dengan kompetensi sosial guru sesuai dengan kompetensi inti guru dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru, yaitu: 1) Bersifat inklusif dan bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. 2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat. 3) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya. 4) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. 4. Penilaian Kinerja Guru Penilaian kinerja mempunyai hubungan dengan produktivitas suatu organisasi karena merupakan indikator dalam menentukan usaha untuk mencapai tingkat produktivitas yang lebih tinggi. Penialaian kinerja guru juga digunakan untuk mengetahui apakah tugas, tanggung jawab, dan wewenang guru sudah terlaksana atau belum. Kemendiknas (2011: 1) menjelaskan penilaian kinerja guru diperlukan untuk menjamin terjadinya proses pembelajaran yang berkualitas di semua jenjang pendidikan. Penilaian kinerja guru bermanfaat untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan sesuai dengan standar yang telah ditentukan

62 46 dan sekaligus sebagai umpan balik bagi guru untuk dapat memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya. Mulyasa (2013: 90) menjelaskan pengertian penilaian kinerja guru sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja guru melalui pembinaan dan pengawasan yang dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan. Pembinaan dan pengawasan tersebut dapat dilakukan oleh sesama guru, kepala sekolah, maupun pengawas. Nanang Priatna (2013: 1) mengemukakan penilaian kinerja guru merupakan sistem penilaian yang dirancang untuk mengidentifikasi kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya melalui pengukuran penguasaan kompetensi yang ditunjukan dalam unjuk kerjanya. Kompetensi dalam penilaian kinerja guru disesuaikan dengan amanat Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru yaitu Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Profesional, dan Kompetensi Sosial. Kemendiknas (2011: 3) fungsi utama dari penilaian kinerja guru yaitu untuk menilai kemampuan guru dalam menerapkan kompetensi dan keterampilan yang diperlukan serta untuk mengehitung angka kreditnya. Hasil dari penilaian kinerja guru dapat menggambarkan kekuatan dan kelemahan guru dalam rangka memperbaiki maupun meningkatkan kualitas kinerjanya. Penilaian kinerja guru juga menjadi acuan untuk menentukan kebijakan dari kepala sekolah terkait dengan peningkatan kinerja dan mutu sekolah.

63 47 D. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian yang dilakukan oleh Arum Mita Pertiwi (Skripsi). Mahasiswi jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi yang meneliti tentang Persepsi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SD/MI se-kecamatan Wadaslintang Kabupaten Wonosobo penelitian tersebut menyatakan bahwa pe rsepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru penjasorkes tingkat SD/MI se-kecamatan Wadaslintang Kabupaten Wonosobo menunjukan kriteria tinggi yaitu 84,79% atau dengan total skor rata-rata 83, 94 dari total skor 99, dengan distribusi sebagai berikut: kompetensi kepribadian sebesar 89,15% atau dengan rata-rata 21,40% dari total skor 24, kompetensi pedagogik sebesar 87,34% dengan skor rata-rata 20,96 dari skor total 24, kompetensi profesional sebesar 79,82% dengan skor rata-rata 26,34 dari total skor 33, dan kompetensi sosial sebesar 84,70% dengan skor rata-rata 15,25 dari total skor 18. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama meneliti kinerja guru. Perbedaan penelitian terletak pada obyek yang diteliti dan lokasi penelitian. Pada penelitian yang dilakukan oleh Arum Mita Pertiwi obyek penelitian adalah guru penjasorkes SD/MI di Kecamatan Wadaslintang Kabupaten Wonosobo. Sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti obyek penelitiannya adalah guru IPS SMP di Kota Yogyakarta. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Asih Rahayu (Skripsi), yang meneliti tentang Peran Kepala Sekolah sebagai Motivator dalam Pengoptimalan

64 48 Kinerja Guru dan Karyawan di SMK Yayasan Pendidikan Ekonomi (YPE) Cilacap. Penelitian tersebut menyatakan bahwa peran kepala sekolah sebagai motivator untuk mengoptimalkan kinerja guru dan karyawan di SMK YPE Cilacap yaitu dengan 1) membuat empat program, yaitu a) memfokuskan pada pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di sekolah, b) mengembangkan kreativitas guru dalam mengajar dengan membuat program tahunan, program semester, dan rencana program pembelajaran (yang mengikuti kurikulum terbaru yakni kurikulum 2013), c) penyediaan sarana dan prasarana, dan d) menegakan disiplin di lingkungan sekolah dengan memberikan contoh hadir tepat waktu pada jam kerja; 2) pelaksanaan program berjalan cukup baik. Meskipun masih ada kendala, kepala sekolah bersikap tanggap terhadap permasalahan yang ada dan melakukan pengawasan secara langsung dan tidak langsung; 3) kepala sekolah melakukan evaluasi kinerja guru dan karyawan mulai dari proses pelaksanaan sampai dengan pembuatan laporan hasil kerja. Perbedaan dengan penelitian tersebut yaitu pada obyek yang diteliti. Penelitian Asih Rahayu meneliti peran dari kepala sekolah sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu tentang penilaian kepala sekolah. E. Kerangka Berpikir Persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru merupakan suatu proses dimana kepala sekolah memberikan respon/tanggapan terhadap kinerja guru. Persespi dilakukan berdasarkan pengumpulan data/informasi termasuk juga

65 49 respon dan kesan terhadap kinerja yang dilakukan oleh guru dalam melakasanakan tugas-tugas kependidikan di sekolah. Persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru akan mempengaruhi sikap, perilaku, dan kebijakan yang akan diambil kepala sekolah tersebut. Sesuai dengan Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen kinerja guru pada penelitian ini mencakup empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Melalui persepsi kepala sekolah tersebut akan menjelaskan atau menggambarkan bagaimana kinerja guru IPS. Melalui hasil yang diperoleh tersebut dapat menjadi bahan bagi kepala sekolah untuk mengambil kebijakan agar guru dapat memiliki kinerja yang lebih baik, selain itu dapat pula sebagai masukan bagi guru untuk memperbaiki dan mengembangkan kinerjanya.

66 50 Kerangka yang telah dijelaskan diilustrasikan pada gambar sebagai berikut: Kinerja Guru Kompetensi Pedagogik Kompetensi Kepribadian Kompetensi Profesional Kompetensi Sosial Pengamatan Kepala Sekolah Terhadap Guru Penilaian Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru IPS Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian

67 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan teknik pengumpulan data menggunakan angket. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu (Saifuddin Azwar, 2014: 7). Suharsimi Arikunto (2009: 234) mengemukakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai suatu status gejala yang ada, yaitu keadaan menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Jadi penelitian deskriptif merupakan penelitian yang mengambarkan secara sistematik suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja guru IPS di SMP di Kota Yogyakarta berdasarkan persepsi kepala sekolah. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP-SMP yang berada dalam wilayah Kota Yogyakarta. Penelitian dimulai dari penentuan judul, penyusunan proposal penelitian, seminar proposal penelitian, pengumpulan data penelitian, hingga pembuatan laporan penelitian. Waktu penelitian yaitu pada November 2015 sampai dengan Juni

68 52 C. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Penelitian Variabel dapat diartikan sebagai obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsini Arikunto, 2006: 116). Variabel pada penelitian ini yaitu kinerja guru. Kinerja guru IPS adalah hasil kerja guru IPS yang ditunjukan pada penampakan kompetensi yang dimiliki dalam melaksanakan tugas dan fungsinya untuk mencapai tujuan pendidikan tidak hanya dalam bidang mengajar di dalam kelas tetapi kinerja di luar mengajar. 2. Definisi Operasional Variabel Persepsi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta. Persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru didasarkan pada hasil interpretasi serta respon/tanggapan yang diberikan kepala sekolah terhadap stimulus (kinerja guru). Indikator kinerja yang digunakan pada penelitian ini sesuai dengan Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Indikator kinerja guru tersebut mencakup empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. a. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan

69 53 pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. b. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. c. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. d. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan guru untuk membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Pendidikan Nasional. D. Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsini Arikunto, 2006: 130). Dalam penelitian ini populasinya adalah guru IPS SMP yang unit kerjanya di Kota Yogyakarta yang berjumlah 114 guru, namun dalam penelitian ini kinerja guru dinilai berdasarkan persepsi dari kepala sekolah yang berjumlah 48 kepala sekolah yang unit kerjanya di Kota Yogyakarta.

70 54 Tabel 1. Jumlah Guru dan Kepala Sekolah IPS SMP di Kota Yogyakarta No. Jumlah Jumlah Status Nama Sekolah Kepala Guru Sekolah Sekolah IPS 1 Negeri SMP Negeri 1 Yogyakarta Negeri SMP Negeri 2 Yogyakarta Negeri SMP Negeri 3 Yogyakarta Negeri SMP Negeri 4 Yogyakarta Negeri SMP Negeri 5 Yogyakarta Negeri SMP Negeri 6 Yogyakarta Negeri SMP Negeri 7 Yogyakarta Negeri SMP Negeri 8 Yogyakarta Negeri SMP Negeri 9 Yogyakarta Negeri SMP Negeri 10 Yogyakarta Negeri SMP Negeri 11 Yogyakarta Negeri SMP Negeri 12 Yogyakarta Negeri SMP Negeri 13 Yogyakarta Negeri SMP Negeri 14 Yogyakarta Negeri SMP Negeri 15 Yogyakarta Negeri SMP Negeri16 Yogyakarta Swasta SMP Muh. 3 Yogyakarta Swasta SMP Muh. 4 Yogyakarta Swasta SMP Muh. 5 Yogyakarta Swasta SMP Muh. 6 Yogyakarta Swasta SMP Muh. 7 Yogyakarta Swasta SMP Muh. 8 Yogyakarta Swasta SMP Muh. 9 Yogyakarta Swasta SMP Muh. 10 Yogyakarta MTS Muhammadiyan Karang 1 2 Swasta Kajen 26 MTS Muhammadiyah Gedong 1 1 Swasta Tengen 27 Swasta SMP Piri 1 Yogyakarta Swasta SMP Piri 2 Yogyakarta Swasta SMP Budi Luhur Yogyakarta SMP Taman Dewasa IP 1 2 Swasta Yogyakarta 31 SMP Taman Dewasa 1 2 Swasta Kumendaman

71 55 32 SMP Taman Dewasa Jetis 1 3 Swasta Yogyakarta 33 Swasta SMP Perintis Yogyakarta Swasta SMP Perak Yogyakarta SMP Maria Immaculata 1 3 Swasta Yogyakarta 36 Swasta SMP Stella Duce 1 Yogyakarta Swasta SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Swasta SMP BOPKRI Swasta SMP BOPKRI Swasta SMP Johannes Bosco Swasta SMP Pangudi Luhur Swasta SMP IT Masjid Syuhada Swasta SMP Kanisius Gayam Swasta SMP Pemb. Ma'arif Swasta SMP Bhineke Tunggal Ika Swasta SMP "17" Swasta SMP Gotong Royong Swasta SMP Marsudi Luhur 1 1 Jumlah Sumber: E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan kuesioner (Angket). Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2013: 142). Angket dalam penelitian ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket, karena dengan metode tersebut peneliti dapat menghemat waktu, tenaga, dan biaya. Atas dasar pertimbangan lain, baik secara praktis dan metodologis maka dalam pengisiannya dilakukan secara langsung oleh responden menggunakan jenis

72 56 angket langsung dan tertutup. Angket dalam penelitian ini bersifat tertutup agar terdapat kesamaan jawaban masing-masing responden sehingga proses pengolahan datanya lebih mudah. F. Instrumen Penelitian Suharsini arikunto (2009: 101), instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam metode pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, cermat dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah angket. Suharsimi Arikunto (2006: 151), angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ingin diketahui. Angket ditujukan untuk memperoleh informasi dari responden dari hal yang diketahuinya melalui sejumlah pertanyaan yang disajikan dalam angket atau kuesioner. Responden diminta untuk memberikan respon terhadap pernyataan atau pertanyaan yang ada pada angket dengan cara memberikan atau memilih alternatif jawaban yang telah tersedia. Angket yang diberikan pada responden mengandung beberapa pertanyaan yang mengandung pada persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru IPS SMP. Adapun kisi-kisi angket dalam penelitian ini tercantum pada Tabel 2 sebagai berikut.

73 57 Tabel 2. Kisi-kisi Angket Persepsi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta Variabel Kompetensi Indikator Jumlah Butir Soal Persepsi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta Kompetensi Pedagogik 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, kultural, emosional, dan intelektual. 2. Menguasai teori-teori belajar dan prinsipprinsip pembelajaran yang mendidik. 3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu. 4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. 5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. 6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 7. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik. 8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar

74 58 Kompetensi Kepribadian Kompetensi Profesional 9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. 10. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. 1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia. 2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat. 3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. 4. Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri 5. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru. 1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu 2. Menguasai standar kompetensi, dan kompetensi dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu. 3. Mengembangkan materi

75 59 Kompetensi Sosial pembelajaran yang diampu secara kreatif 4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. 5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. 1. Bersifat inklusif dan bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. 2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat. 3. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya 4. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. Jumlah

76 60 G. Teknik Pengolahan Data Data dalam penelitian ini dianalisis dengan analisis statistik deskriptif. Analisis statistik deskriptif berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi yang ada tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum. Setelah semua data terkumpul, langkah selanjutnya adalah mengolah data. Tahap-tahap pengolahan data meliputi: 1. Editing, Koding, Tabulasi. a. Editing, yaitu proses yang dilakukan setelah semua kuesioner dikembalikan dan dikumpul semua. Moh Nazir (2014: 304) mengemukakan pengertian editing yaitu sebagai kerja memperbaiki kualitas data serta menghilangkan keraguan data. Kemudian apakah jawaban pada kuesioner sudah diisi semua atau belum. b. Koding (mengkodekan data), adalah menaruh angka pada setiap jawaban (Moh Nazir, 2014: 306). Dalam penelitian ini data yang telah dikumpulkan berupa identitas kepala sekolah, guru yang dinilai, serta angka. Untuk memudahkan analisis, maka jawaban-jawaban tersebut perlu diberi kode. c. Tabulasi, yaitu memasukan data ke dalam tabel-tabel, dan mengatur angka-angka sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam berbagai kategori (Moh Nazir, 2014: 312).

77 61 2. Skoring Skoring yaitu kegiatan yang berupa pemberian nilai pada setiap indikator dengan skala 1,2,3, atau 4. Sebelum pemberian nilai tersebut, kuesioner (kepala sekolah) terlebih dahulu memberikan skor 0,1, atau 2 pada masing-masing pernyataan untuk setiap indikator. Aturan pemberian skor untuk setiap pernyataan adalah: a. Skor 0 menyatakan pernyataan tidak dilaksanakan, atau tidak menunjukan bukti b. Skor 1 menyatakan pernyataan dilaksanakan sebagian, atau ada bukti tetapi tidak lengkap c. Skor 2 menyatakan pernyataan dilaksanakan sepenuhnya, atau ada bukti yang lengkap Perolehan skor untuk setiap indikator tersebut selanjutnya dijumlahkan dan dihitung persentasenya dengan cara: membagi total skor yang diperoleh dengan total skor maksimum indikator dan mengalikannya dengan 100%. Perolehan persentase pada setiap indikator ini kemudian di konversikan ke skala nilai 1,2,3,atau 4. Konversi skor 0,1, dan 2 ke dalam nilai indikator sesuai tabel.3 Tabel. 3 Konversi Skor Ke Nilai Kompetensi Rentang Total Skor X Nilai Indikator 0% < X 25% 1 25% < X 50% 2 50% < X 75% 3 75% < X 100% 4 Sumber: Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 16 Tahun 2009

78 62 Nilai setiap indikator kemudian ditotalkan dan selanjutnya dikonversikan ke dalam skala nilai dengan rumus: Nilai (skala 100) = 3. Membuat interval kelas yang melalui beberapa tahapan, yaitu: a. Menentukan jangkauan atau range (R) kelas yaitu nilai tertinggi dikurangi nilai terendah. b. Menentukan banyaknya kelas interval, dengan menggunakan rumus 1 + 3,3 log n. c. Menentukan panjang kelas interval dengan menggunakan rumus panjang kelas sama dengan jangkauan dibagi dengan banyaknya kelas interval. d. Membuat kolom interval. e. Menghitung frekuensi dari tiap-tiap kelas, kemudian dihitung persentase dari jumlah frekuensi dengan rumus: Keterangan: % = Persentase F = Frekuensi n = Jumlah Responden f. Menentuan Mean, Median, Modus, dan Standar Deviasi g. Menyajikan data dalam diagam batang. 4. Menentukan kategorisasi dengan mengkonversi hasil nilai. Penentuan kategori didasarkan pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 16 Tahun 2009 tentang

79 63 Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya sebagaimana tercantum dalam tabel berikut: Tabel 4. Konversi Nilai Kinerja Hasil Penilaian Nilai Hasil Kategori Amat baik Baik Cukup Sedang 50 Kurang Sumber: Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 16 Tahun Menyajikan dan menggunakan pie chart (diagram lingkaran) dengan cara persentase frekuensi 6. Melakukan interpretasi dan analisis data yang sudah disajikan. 7. Membuat kesimpulan.

80 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri dan Swasta yang berada di Kota Yogyakarta. Batas wilayah Kota Yogyakarta sebelah utara adalah Kabupaten Sleman, sebelah timur adalah Kabupaten Bantul dan Sleman, sebelah selatan adalah Kabupaten Bantul, serta sebelah barat adalah Kabupaten Bantul dan Sleman. Kota Yogyakarta memiliki luas wilayah 32,5 km 2. Sekolah Mengengah pertama yang ada di Kota Yogyakarta sebanyak 56 sekolah. Sekolah tersebut terdiri dari 16 SMP Negeri dan 43 SMP Swasta, namun dalam penelitian ini terdapat 8 sekolah yang menolak untuk dijadikan lokasi peneitian sehingga hanya 48 sekolah yang menjadi lokasi penelitian. Data mengenai alamat masing-masing sekolah terlampir (Lampiran 1). B. Karakteristik Guru IPS Guru IPS SMP yang menjadi sasaran penelitian sebanyak 114 guru. Guru tersebut merupakan guru IPS SMP yang unit kerjanya di Kota Yogyakarta. Berdasarkan angket yang digunakan dalam penelitian, diketahui karakteristik guru IPS SMP di Kota Yogyakarta sebagai berikut: 1. Status Kepegawaian Tabel 5. Data Status Kepegawaian Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta. No. Status Kepegawaian Frekuensi Persentase 1 PNS 80 70,18% 2 GTY 23 20,18% 3 GTT 11 9,65% Jumlah Sumber: Data primer yang diolah,

81 65 Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui persentase status kepegawaian guru IPS SMP di Kota Yogyakarta, dari 114 guru sebanyak 70,18% guru memiliki status kepegawaian sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), 20,18% guru memiliki status kepegawaian sebagai Guru Tetap Yayasan (GTY), dan 9,65% guru memiliki status kepegawaian sebagai Guru Tidak Tetap (GTT). 2. Pangkat/Golongan Tabel 6. Data Pangkat/Golongan Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta. No. Pangkat/Golongan Frekuensi Persentase 1 IID 1 0,88% 2 IIIA 6 5,26% 3 IIIB 10 8,77% 4 IIIC 7 6,14% 5 IIID 6 5,26% 6 IVA 49 42,98% 7 IVB 3 2,63% 8 Tidak Memiliki Pangkat/ 32 28,07% Golongan Jumlah Sumber: Data primer yang diolah, 2016 Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui frekuensi pangkat/golongan guru IPS SMP di Kota Yogyakarta, dari 114 guru sebanyak 0,88% guru merupakan golongan IID, 5,26% guru merupakan golongan IIIA, 8,77% guru merupakan golongan IIIB, 6,14% guru merupakan golongan IIIC, 5,26% guru merupakan golongan IIID, 42,98% guru merupakan golongan IVA, 2,63% guru merupakan golongan IVB, dan 28,07% guru tidak memiliki golongan/pangkat. Guru IPS di Kota Yogyakarta masih ada yang pangkat/golongannya IID. Berdasarkan angket penelitian umur guru tersebut masih tergolong muda sehingga seharusnya guru tersebut masih dapat meningkatkan

82 66 pangkat/golongannya. Guru tersebut merupakan guru SMP swasta di Kota Yogyakarta. 3. Pendidikan Terakhir Tabel 7. Data Pendidikan Terakhir Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta. No. Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase 1 D1 2 1,75% 2 D2 1 0,88% 3 D3 3 2,63% 4 S ,84% 5 S2 9 7,89% 6 S3 - - Jumlah Sumber: Data primer yang diolah, 2016 Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui persentase pendidikan terakhir guru IPS SMP di Kota Yogyakarta, dari 114 guru sebanyak 1,75% guru memiliki pendidikan D1, 0,88% guru memiliki pendidkan D2, 2,63% guru memiliki pendidikan D3, 86,84% guru memiliki pendidikan S1, 7,89% guru memiliki pendidikan S2, dan tidak ada guru yang memiliki pendidikan S3. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa di Kota Yogyakarta masih terdapat guru IPS SMP yang belum memenuhi kualifikasi S1 yaitu sebesar 5,26%. Guru IPS di Kota Yogyakarta masih ada yang pendidikan terakhirnya adalah D1. Guru tersebut telah berumur 55 tahun, sehingga guru tidak melanjutkan pendidikan dikarenakan faktor usia. Guru IPS di Kota Yogyakarta juga masih ada yang pendidikan terakhirnya adalah D2 dan D3, dari angket penelitian guru tersebut masih berusia muda, sehingga seharusnya guru tersebut mampu untuk meningkatkan pendidikannya

83 67 sehingga memenuhi kualifikasi guru S1/D-IV. Guru-guru tersebut merupakan guru SMP swasta yang ada di Kota Yogyakarta. 4. Kepemilikan Sertifikat Profesional Tabel 8. Data Kepemilikan Sertifikat Profesional Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta. No. Kepemilikan Sertifikat Frekuensi Persentase 1 Ya ,35% 2 Tidak 11 9,65% Jumlah Sumber: Data primer yang diolah, 2016 Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui persentase kepemilikan sertifikat profesional guru IPS SMP di Kota Yogyakarta, dari 114 guru sebanyak 90,35% guru memiliki sertifikat profesional dan 9,65% guru tidak memiliki sertifikat profesional. 5. Umur Tabel 9. Data Umur Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta. No. Umur Frekuensi Persentase ,75% ,77% ,60% ,88% Jumlah Sumber: Data primer yang diolah, 2016 Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui persentase umur guru IPS SMP di Kota Yogyakarta, dari 114 guru sebanyak 1,75% guru memiliki umur pada interval tahun, 8,77% guru memiliki umur pada interval tahun, 38,60% guru memiliki umur pada interval tahun, 50,88% guru memiliki umur pada interval tahun.

84 68 6. Lama Bekerja Tabel 10. Data Lama Bekerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta. No. Lama Bekerja Frekuensi Persentase 1 <5 6 5,26% ,65% ,40% ,56% ,53% 6 > ,60% Jumlah Sumber: Data primer yang diolah, 2016 Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui persentase lama bekerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta, dari 114 guru sebanyak 5,26% guru memiliki lama bekerja kurang dari 5 tahun, 9,65% guru memiliki lama bekerja pada interval 6-10 tahun, 11,40% guru memiliki lama bekerja pada interval tahun, 24,56% guru memiliki lama bekerja pada interval tahun, 10,53% guru memiliki lama bekerja pada interval tahun, dan 38,60% guru memiliki lama bekerja lebih dari 25 tahun. C. Karakteristik Kepala Sekolah Data hasil penelitian diperoleh dari persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta yang berjumlah 48 kepala sekolah. Berdasarkan angket yang digunakan dalam penelitian ini, diketahui karakteristik kepala sekolah sebagai berikut: 1. Umur Tabel 11. Data Umur Kepala Sekolah SMP di Kota Yogyakarta No. Umur Frekuensi Persentase ,25% ,67% ,08% Jumlah Sumber: Data primer yang diolah, 2016

85 69 Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui persentase umur kepala sekolah SMP di Kota Yogyakarta, dari 48 kepala sekolah sebanyak 6,25% kepala sekolah memiliki umur pada interval tahun, 16,67% kepala sekolah memiliki umur pada interval tahun, 77,08% kepala sekolah memiliki umur pada interval tahun. 2. Pendidikan Terakhir Tabel 12. Data Pendidikan Terakhir Kepala Sekolah SMP di Kota Yogyakarta. No. Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase 1 S ,67% 2 S ,33% Jumlah Sumber: Data primer yang diolah, 2016 Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui persentase pendidikan terakhir kepala sekolah SMP di Kota Yogyakarta, dari 48 kepala sekolah sebanyak 66,67% kepala sekolah memiliki pendidikan S1, 33,33% kepala sekolah memiliki pendidikan S2. 3. Lama Bekerja Tabel 13. Data Lama Bekerja Kepala Sekolah SMP di Kota Yogyakarta No. Lama Bekerja Frekuensi Persentase ,17% ,08% ,58% ,75% 5 > ,42% Jumlah Sumber: Data primer yang diolah, 2016 Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui persentase lama bekerja kepala sekolah SMP di Kota Yogyakarta, dari 48 kepala sekolah sebanyak 4,17% kepala sekolah memiliki lama bekerja pada interval 6-10 tahun, 2,08% kepala sekolah memiliki lama bekerja pada interval tahun, 14,58%

86 70 kepala sekolah memiliki lama bekerja pada interval16-20 tahun, 18,75% kepala sekolah memiliki lama bekerja pada interval tahun, dan 60,42% kepala sekolah memiliki lama bekerja lebih dari 25 tahun. D. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Persepsi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang Kompetensi Pedagogik Data persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang kompetensi pedagogik diperoleh melalui angket yang terdiri dari 34 pernyataan dengan jumlah guru sebanyak 114. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan diperoleh nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 40. Hasil perhitungan Mean sebesar 84,25, Median (Me) sebesar 88, Modus (Mo) sebesar 88, dan Standar Deviasi (SD) 13,70. Jumlah kelas interval diperoleh dengan menggunakan rumus k = 1 + 3,3 log 114, sehingga k = 1 + 3,3 (2,06) = 7,798 dan dibulatkan menjadi 8 kelas. Jangkauan kelas atau range = (data terbesar data terkecil), sehingga range = = 60, sedangkan lebar kelas I = range/k = 60/8 = 7,5 dan dibulatkan menjadi 8. Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensi persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang kompetensi pedagogik:

87 Frekuensi 71 Tabel 14. Distribusi Frekuensi Nilai Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang Kompetensi Pedagogik. No. Interval Frekuensi Persentase ,75% ,39% ,63% ,65% ,77% ,54% ,60% ,67% Jumlah Sumber: Data primer yang diolah, 2016 Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui persentase nilai kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang kompetensi pedagogik yang tertinggi sebesar 38,60% yaitu pada interval nilai 88-95, sedangkan yang terendah sebesar 1,75% pada interval Distribusi data persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang kompetensi pedagogik di atas dapat digambarkan dalam diagram berikut: Interval Gambar 2. Diagram Batang Frekuensi Nilai Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang Kompetensi Pedagogik

88 72 Data tersebut kemudian dikelompokan dalam lima kategori, yaitu amat baik, baik, cukup, sedang, dan kurang. Penentuan kategori didasarkan pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang telah dijelaskan pada teknik pengolahan data. Berdasarkan penentuan kategori tersebut, frekuensi persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang kompetensi pedagogik dapat disajikan dalam tabel berikut: Tabel 15. Distribusi Frekuensi Nilai Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang Kompetensi Pedagogik. No. Nilai Frekuensi Persentase Kategori ,84% Amat baik ,35% Baik ,91% Cukup ,51% Sedang ,39% Kurang Jumlah Sumber: Data primer yang diolah, 2016 Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang kompetensi pedagogik termasuk dalam kategori baik dengan persentase 40,35% tetapi masih terdapat kinerja guru IPS yang termasuk dalam kategori sedang dengan persentase 3,51% dan dalam kategori kurang dengan persentase 4,39%. Tabel distribusi frekuensi dan persentase nilai kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang kompetensi pedagogik dapat digambarkan dalam diagram lingkaran berikut:

89 73 Amat baik; 36,84% Baik; 40,35% Cukup; 14,91% Sedang; 3,51% Kurang; 4,39% Gambar 3. Diagram Lingkaran Nilai Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang Kompetensi Pedagogik. Berdasarkan Gambar 3 dapat diketahui nilai kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang kompetensi pedagogik dari 114 guru, sebanyak 36,84% guru dalam kategori amat baik, 40,35% guru dalam kategori baik, 14,91% guru dalam kategori cukup, 3,51% guru dalam kategori sedang, dan 4,39% guru dalam kategori kurang. Perolehan nilai kinerja guru IPS tentang kompetensi pedagogik di atas menunjukan bahwa persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang kompetensi pedagogik termasuk dalam kategori baik. Hal tersebut juga didukung dengan hasil perhitungan nilai mean sebesar 84,25 yang berada pada rentang nilai dalam kategori baik. Hasil perhitungan rata-rata nilai (mean) untuk setiap indikator pada kinerja guru IPS SMP tentang kompetensi pedagogik dapat disajikan dalam tabel berikut:

90 74 Tabel 16. Hasil Perhitungan Rata-Rata Nilai Setiap Indikator untuk Kompetensi Pedagogik. No Indikator Nilai Rata-Rata 1 Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek 1,62 fisik, moral, kultural, emosional, dan intelektual. 2 Menguasai teori-teori belajar dan prinsip-prinsip 1,66 pembelajaran yang mendidik. 3 Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan 1,72 mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu. 4 Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. 1,68 5 Memanfaatkan teknologi informasi dan 1,51 komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. 6 Memfasilitasi pengembangan potensi peserta 1,37 didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 7 Berkomunikasi secara efektif, empatik dan 1,69 santun dengan peserta didik. 8 Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses 1,66 dan hasil belajar. 9 Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk 1,54 kepentingan pembelajaran. 10 Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan 1,52 kualitas pembelajaran. Rata-Rata Total 1,60 Sumber: Data primer yang diolah, 2016 Berdasarkan Tabel 16 diketahui nilai setiap indikator untuk kompetensi pedagogik yang tertinggi yaitu pada indikator mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu dengan nilai rata-rata sebesar 1,72 dan yang terendah yaitu pada indikator memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya dengan nilai rata-rata 1,37. Perhitungan rata-rata nilai setiap indikator tersebut dapat digambarkan pada diagram batang berikut:

91 Frekuensi Menguasai karakteristik peserta didik Menguasai Teori dan prinsip pembelajaran Mengambangkan kurikulum Menyelenggaakan pembelajaran Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk pembelajaran Melakukan tindakan reflektif Gambar 4. Diagram Batang Frekuensi Hasil Perhitungan Rata-Rata Nilai Setiap Indikator untuk Kompetensi Pedagogik 2. Persepsi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang Kompetensi Kepribadian Data persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang kompetensi kepribadian diperoleh melalui angket yang terdiri dari 17 pernyataan dengan jumlah guru sebanyak 114. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan diperoleh nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 50. Hasil perhitungan Mean sebesar 94,43, Median (Me) sebesar 100, Modus (Mo) sebesar 100, dan Standar Deviasi (SD) 11,56. Jumlah kelas interval diperoleh dengan menggunakan rumus k = 1 + 3,3 log 114,

92 76 sehingga k = 1 + 3,3 (2,06) = 7,798 dan dibulatkan menjadi 8 kelas. Jangkauan kelas atau range = (data terbesar data terkecil), sehingga range = = 50, sedangkan lebar kelas I = range/k = 50/8 = 6,25 dan dibulatkan menjadi 6. Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensi persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang kompetensi kepribadian: Tabel 17. Distribusi Frekuensi Nilai Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang Kometensi Kepribadian. No. Interval Frekuensi Persentase ,51% ,88% ,75% ,75% ,75% ,14% ,39% ,82% Jumlah Sumber: Data primer yang diolah, 2016 Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui persentase nilai kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang kompetensi kepribadian yang tertinggi sebesar 79,82% yaitu pada interval nilai , sedangkan yang terendah sebesar 0,88% pada interval Distribusi data persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang kompetensi kepribadian di atas dapat digambarkan dalam diagram berikut:

93 Frekuensi Interval Gambar 5. Diagram Batang Frekuensi Nilai Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang Kompetensi Kepribadian Data tersebut kemudian dikelompokan dalam lima kategori, yaitu amat baik, baik, cukup, sedang, dan kurang. Penentuan kategori didasarkan pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang telah dijelaskan pada teknik pengolahan data. Berdasarkan penentuan kategori tersebut, frekuensi persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang kompetensi kepribadian dapat disajikan dalam tabel berikut: Tabel 18. Distribusi Frekuensi Nilai Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang Kompetensi Kepribadian No. Nilai Frekuensi Persentase Kategori ,82% Amat baik ,53% Baik ,26% Cukup ,63% Sedang ,75% Kurang Jumlah Sumber: Data primer yang diolah, 2016

94 78 Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui kinerja guru IPS di Kota Yogyakarta tentang kompetensi kepribadian termasuk dalam kategori amat baik dengan persentase 79,82% tetapi masih terdapat kinerja guru IPS yang termasuk dalam kategori kurang dengan persentase 1,75%. Tabel distribusi frekuensi dan persentase nilai kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang kompetensi kepribadian dapat digambarkan dalam diagram lingkaran berikut: Amat baik; 79,82% Baik; 10,53% Cukup; 5,26% Sedang; 2,63% Kurang; 1,75% Gambar 6. Diagram Lingkaran Nilai Kinerja Guru IPS SMP di KotaYogyakarta tentang Kompetensi Kepribadian. Berdasarkan Gambar 6 dapat diketahui nilai kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta dari 114 guru, sebanyak 79,82% guru dalam kategori amat baik, 10,53% guru dalam kategori baik, 5,26% guru dalam kategori cukup, 2,63% guru dalam kategori sedang, dan 1,75% guru dalam kategori kurang. Perolehan nilai persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru IPS tentang kompetensi kepribadian di atas menunjukan bahwa kinerja guru IPS SMP di

95 79 Kota Yogyakarta tentang kompetensi kepribadian termasuk dalam kategori amat baik. Hal tersebut juga didukung dengan hasil perhitungan nilai mean sebesar 94,43 yang berada pada rentang nilai dalam kategori amat baik. Hasil perhitungan rata-rata nilai (mean) untuk setiap indikator pada kinerja guru IPS SMP tentang kompetensi kepribadian dapat disajikan dalam tabel berikut: Tabel 19. Hasil Perhitungan Rata-Rata Nilai Setiap Indikator untuk Kompetensi Kepribadian. No. Indikator Nilai Rata-Rata 1 Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, 1,86 sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia. 2 Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, 1,89 berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat. 3 Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, 1,80 stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. 4 Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang 1,80 tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri. 5 Menjunjung tinggi kode etik profesi guru. 1,86 Rata-Rata Total 1,84 Sumber: Data primer yang diolah, 2016 Berdasarkan Tabel 19 diketahui nilai setiap indikator untuk kompetensi kepribadian yang tertinggi yaitu pada indikator menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat dengan nilai rata-rata sebesar 1,89 dan yang terendah yaitu pada indikator menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa serta indikator menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya

96 Frekuensi 80 diri dengan nilai rata-rata 1,80. Perhitungan rata-rata nilai setiap indikator tersebut dapat digambarkan pada diagram batang berikut: Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri Menjunjung tinggi kode etik profesi guru 1.74 Gambar 7. Diagram Batang Frekuensi Hasil Perhitungan Rata-Rata Nilai Setiap Indikator untuk Kompetensi Kepribadian. 3. Persepsi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang Kompetensi Profesional Data persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang kompetensi profesional diperoleh melalui angket yang terdiri dari 16 pernyataan dengan jumlah guru sebanyak 114. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan diperoleh nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 35. Hasil perhitungan Mean sebesar 83,20, Median (Me) sebesar 85, Modus (Mo) sebesar 95, dan Standar Deviasi (SD) 14,39. Jumlah kelas interval

97 81 diperoleh dengan menggunakan rumus k = 1 + 3,3 log 114, sehingga k = 1 + 3,3 (2,06) = 7,798 dan dibulatkan menjadi 8 kelas. Jangkauan kelas atau range = (data terbesar data terkecil), sehingga range = = 65, sedangkan lebar kelas I = range/k = 65/8 = 8,125 dan dibulatkan menjadi 8. Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensi persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang kompetensi profesional: Tabel 20. Distribusi Frekuensi Nilai Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang Kompetensi Profesional. No. Interval Frekuensi Persentase ,88% ,39% ,51% ,26% ,75% ,07% ,68% ,46% Jumlah Sumber: Data primer yang diolah, 2016 Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui persentase nilai kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang kompetensi profesional yang tertinggi sebesar 32,46% yaitu pada interval nilai , sedangkan yang terendah sebesar 0,88% pada interval Distribusi data persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang kompetensi profesional di atas dapat digambarkan dalam diagram berikut:

98 Frekuensi Interval Gambar 8. Diagram Batang Frekuensi Nilai Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang Kompetensi Profesional. Data tersebut kemudian dikelompokan dalam lima kategori, yaitu amat baik, baik, cukup, sedang, dan kurang. Penentuan kategori didasarkan pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang telah dijelaskan pada teknik pengolahan data. Berdasarkan penentuan kategori tersebut, persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang kompetensi profesional dapat disajikan dalam tabel berikut: Tabel 21. Distribusi Frekuensi Nilai Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang Kompetensi Profesional. No. Nilai Frekuensi Persentase Kategori ,09% Amat baik ,72% Baik ,67% Cukup ,26% Sedang ,26% Kurang Jumlah Sumber: Data primer yang diolah, 2016

99 83 Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui kinerja guru IPS di Kota Yogyakarta tentang kompetensi profesional termasuk dalam kategori baik dengan persentase 37,72% tetapi masih terdapat kinerja guru IPS yang termasuk dalam kategori kurang dengan persentase 5,26%. Tabel distribusi frekuensi dan persentase nilai kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang kompetensi profesional dapat digambarkan dalam diagram lingkaran berikut: Amat baik; 35,09% Baik; 37,72% Cukup; 16,67% Sedang; 5,26% Kurang; 5,26% Gambar 9. Diagram Lingkaran Nilai Kinerja Guru IPS SMP di KotaYogyakarta tentang Kompetensi Profesional. Berdasarkan Gambar 9 dapat diketahui nilai kinerja guru IPS SMP di KotaYogyakarta tentang kompetensi profesional dari 114 guru, sebanyak 35,09% guru dalam kategori amat baik, 37,72% guru dalam kategori baik, 16,67% guru dalam kategori cukup, 5,26% guru dalam kategori sedang, dan 5,26% guru dalam kategori kurang. Perolehan nilai kinerja guru IPS tentang

100 84 kompetensi profesional di atas menunjukan bahwa persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang kompetensi profesional termasuk dalam kategori baik. Hal tersebut juga didukung dengan hasil perhitungan nilai mean sebesar 83,20 yang berada pada rentang nilai dalam kategori baik. Hasil perhitungan rata-rata nilai (mean) untuk setiap indikator pada kinerja guru IPS SMP tentang kompetensi profesional dapat disajikan dalam tabel berikut: Tabel 22. Hasil Perhitungan Rata-Rata Nilai Setiap Indikator untuk Kompetensi Profesional. No. Indikator Nilai Rata-Rata 1 Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola 1,74 pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. 2 Menguasai standar kompetensi, dan kompetensi 1,84 dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu. 3 Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. 1,57 4 Mengembangkan keprofesionalan secara 1,36 berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. 5 Memanfaatkan teknologi informasi dan 1,61 komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. Rata-Rata Total 1,62 Sumber: Data primer yang diolah, 2016 Berdasarkan Tabel 22 diketahui nilai setiap indikator untuk kompetensi profesional yang tertinggi yaitu pada indikator menguasai standar kompetensi, dan kompetensi dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu sebesar 1,84 dan yang terendah yaitu pada indikator mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan

101 Frekuensi 85 melakukan tindakan reflektif dengan nilai rata-rata 1,36. Perhitungan ratarata nilai setiap indikator tersebut dapat digambarkan pada diagram batang berikut: Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan Menguasai standar kompetensi, dan kompetensi dasar mata pelajaran Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif Gambar 10. Diagram Batang Frekuensi Hasil Perhitungan Rata-Rata Nilai Setiap Indikator untuk Kompetensi Profesional. 4. Persepsi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang Kompetensi Sosial Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri Data persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang kompetensi sosial diperoleh melalui angket yang terdiri dari 10 pernyataan dengan jumlah guru sebanyak 114. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan diperoleh nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 50. Hasil perhitungan Mean sebesar 86,37, Median (Me) sebesar 87,50, Modus (Mo) sebesar 94, dan Standar Deviasi (SD) 12,57. Jumlah kelas interval

102 86 diperoleh dengan menggunakan rumus k = 1 + 3,3 log 114, sehingga k = 1 + 3,3 (2,06) = 7,798 dan dibulatkan menjadi 8 kelas. Jangkauan kelas atau range = (data terbesar data terkecil), sehingga range = = 50, sedangkan lebar kelas I = range/k = 50/8 = 6,25 dan dibulatkan menjadi 6. Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensi kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang kompetensi sosial: Tabel 23. Distribusi Frekuensi Nilai Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang Kompetensi Sosial. No. Interval Frekuensi Persentase ,75% ,63% ,75% ,02% ,28% ,16% ,19% ,21% Jumlah Sumber: Data primer yang diolah, 2016 Berdasarkan Tabel 23 dapat diketahui persentase nilai kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang kompetensi sosial yang tertinggi sebesar 34,21% yaitu pada interval nilai , sedangkan yang terendah sebesar 1,75% pada interval dan Distribusi data persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang kompetensi sosial di atas dapat digambarkan dalam diagram berikut:

103 Frekuensi Interval Gambar 11. Diagram Batang Frekuensi Nilai Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang Kompetensi Sosial. Data tersebut kemudian dikelompokan dalam lima kategori, yaitu amat baik, baik, cukup, sedang, dan kurang. Penentuan kategori didasarkan pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang telah dijelaskan pada teknik pengolahan data. Berdasarkan penentuan kategori tersebut, frekuensi persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang kompetensi sosial dapat disajikan dalam tabel berikut: Tabel 24. Distribusi Frekuensi Nilai Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang Kompetensi Sosial. No. Nilai Frekuensi Persentase Kategori ,33% Amat baik ,23% Baik ,05% Cukup ,63% Sedang ,75% Kurang Jumlah Sumber: Data primer yang diolah, 2016

104 88 Berdasarkan Tabel 24 dapat diketahui kinerja guru IPS di Kota Yogyakarta tentang kompetensi sosial termasuk dalam kategori baik dengan persentase 41,23% tetapi masih terdapat kinerja guru IPS yang termasuk dalam kategori kurang dengan persentase 1,75%. Tabel distribusi frekuensi dan persentase nilai kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang kompetensi sosial dapat digambarkan dalam diagram lingkaran berikut: Amat baik; 33,33% Baik; 41,23% Cukup; 21,05% Sedang; 2,63% Kurang; 1,75% Gambar 12. Diagram Lingkaran Nilai Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang Kompetensi Sosial. Berdasarkan Gambar 12 dapat diketahui nilai kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang kompetensi sosial dari 114 guru, sebanyak 33,33% guru dalam kategori amat baik, 41,23% guru dalam kategori baik, 21,05% guru dalam kategori cukup, 2,63% guru dalam kategori sedang, dan 1,75% guru dalam kategori kurang. Perolehan nilai kinerja guru IPS tentang kompetensi sosial di atas menunjukan bahwa persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang kompetensi

105 89 sosial termasuk dalam kategori baik. Hal tersebut juga didukung dengan hasil perhitungan nilai mean sebesar 86,37 yang berada pada rentang nilai dalam kategori baik. Hasil perhitungan rata-rata nilai (mean) untuk setiap indikator pada kinerja guru IPS SMP tentang kompetensi sosial dapat disajikan dalam tabel berikut: Tabel 25. Hasil Perhitungan Rata-Rata Nilai Setiap Indikator untuk Kompetensi Sosial. No. Indikator Nilai Rata-Rata 1 Bersifat inklusif dan bertindak objektif serta 1,86 tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. 2 Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan 1,68 santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat. 3 Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh 1,69 wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya. 4 Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri 1,44 dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. Rata-Rata Total 1,67 Sumber: Data primer yang diolah, 2016 Berdasarkan Tabel 25 diketahui nilai setiap indikator untuk kompetensi sosial yang tertinggi yaitu pada indikator bersifat inklusif dan bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi sebesar 1,86 dan yang terendah yaitu pada indikator berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.dengan nilai rata-rata 1,44. Perhitungan

106 Frekuensi 90 rata-rata nilai setiap indikator tersebut dapat digambarkan pada diagram batang berikut: Bersifat inklusif dan bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain 0 Gambar 13. Diagram Batang Frekuensi Hasil Perhitungan Rata-Rata Nilai Setiap Indikator untuk Kompetensi Sosial. 5. Persepsi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta. Data persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta diperoleh melalui angket yang terdiri dari 77 pernyataan dengan jumlah guru sebanyak 114. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan diperoleh nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 50. Hasil perhitungan Mean sebesar 86,25, Median (Me) sebesar 89, Modus (Mo) sebesar 96, dan Standar Deviasi (SD) 10,82. Jumlah kelas interval diperoleh dengan

107 91 menggunakan rumus k = 1 + 3,3 log 114, sehingga k = 1 + 3,3 (2,06) = 7,798 dan dibulatkan menjadi 8 kelas. Jangkauan kelas atau range = (data terbesar data terkecil), sehingga range = = 50, sedangkan lebar kelas I = range/k = 50/8 = 6,25 dan dibulatkan menjadi 6. Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensi persepsi kepala sekolah terhadap kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta: Tabel 26. Distribusi Frekuensi Nilai Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta. No. Interval Frekuensi Persentase ,51% ,88% ,63% ,39% ,02% ,18% ,05% ,35% Jumlah Sumber: Data primer yang diolah, 2016 Berdasarkan Tabel 26 dapat diketahui persentase nilai kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tertinggi sebesar 40,35% yaitu pada interval nilai , sedangkan yang terendah sebesar 0,88% pada interval Distribusi data persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta di atas dapat digambarkan dalam diagram berikut:

108 Frekuensi Interval Gambar 14. Diagram Batang Frekuensi Nilai Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta. Data tersebut kemudian dikelompokan dalam lima kategori, yaitu amat baik, baik, cukup, sedang, dan kurang. Penentuan kategori didasarkan pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang telah dijelaskan pada teknik pengolahan data. Berdasarkan penentuan kategori tersebut, frekuensi persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta dapat disajikan dalam tabel berikut: Tabel 27. Distribusi Frekuensi Nilai Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta. No. Nilai Frekuensi Persentase Kategori ,98% Amat baik ,74% Baik ,89% Cukup ,51% Sedang ,88% Kurang Jumlah Sumber: Data primer yang diolah, 2016

109 93 Berdasarkan Tabel 27 dapat diketahui kinerja guru IPS di Kota Yogyakarta termasuk dalam kategori baik dengan persentase 44,74% tetapi masih terdapat kinerja guru IPS yang termasuk dalam kategori kurang dengan persentase 0,88%. Tabel distribusi frekuensi dan persentase nilai kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta dapat digambarkan dalam diagram lingkaran berikut: Amat baik; 42,98% Baik; 44,74% Cukup; 7,89% Sedang; 3,51% Kurang; 0,88% Gambar 15. Diagram Lingkaran Nilai Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta. Berdasarkan Gambar 15 dapat diketahui bahwa dari 114 guru IPS SMP di Kota Yogyakarta sebanyak 42,98% guru memiliki kinerja dalam kategori amat baik, 44,74% guru memiliki kinerja dalam kategori baik, 7,89% guru memiliki kinerja dalam kategori cukup, 3,51% guru memiliki kinerja dalam kategori sedang, dan 0,88% guru yang memiliki kinerja kurang. Perolehan nilai persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru IPS di

110 94 atas menunjukan bahwa kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta termasuk dalam kategori baik. Hal tersebut juga didukung dengan hasil perhitungan nilai mean sebesar 86,25 yang berada pada rentang nilai dalam kategori baik. Hasil perhitungan rata-rata nilai (mean) untuk setiap indikator pada kinerja guru IPS SMP dapat disajikan dalam tabel berikut: Tabel 28. Hasil Perhitungan Rata-Rata Nilai Setiap Indikator untuk Persepsi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta. No. Indikator Nilai Rata-Rata 1 Kompetensi Pedagogik 84,25 2 Kompetensi Kepribadian 94,43 3 Kompetensi Profesional 83,20 4 Kompetensi Sosial 86,37 Rata-Rata Total 87,06 Sumber: Data primer yang diolah, 2016 Berdasarkan Tabel 28 diketahui nilai indikator untuk kinerja guru yang tertinggi yaitu pada indikator kompetensi kepribadian dengan rata-rata sebesar 94,43 dan yang terendah yaitu pada indikator kompetensi profesional dengan nilai rata-rata 83,20. Perhitungan rata-rata nilai setiap indikator tersebut dapat digambarkan pada diagram batang berikut:

111 Frekuensi Kompetensi Pedagogik Kompetensi Kepribadian Kompetensi Profesional Kompetensi Sosial Gambar 16. Diagram Batang Frekuensi Hasil Perhitungan Rata-Rata Nilai Setiap Indikator Persepsi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta. E. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Persepsi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta Tentang Kompetensi Pedagogik. Persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang kompetensi pedagogik mencakup menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, kultural, emosional, dan intelektual, menguasai teori-teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu, menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran, memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

112 96 dimilikinya, berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik, menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, dan melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 114 guru IPS SMP di Kota Yogyakarta melalui pengisian angket yang terdiri dari 34 pernyataan oleh 48 kepala sekolah, menunjukan bahwa kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang kompetensi pedagogik berada dalam kategori baik. Hal tersebut diketahui berdasarkan hasil perhitungan data yang kemudian dikelompokan dalam lima kategori yaitu amat baik, baik, cukup, sedang, dan kurang. Hasil persentase pengelompokan data dalam lima kategori sebagai berikut: 36,84% berada dalam kategori amat baik, 40,35% dalam kategori baik, 14,91% dalam kategori cukup, 3,51% dalam kategori sedang, dan 4,39% dalam kategori kurang. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa persentase tertinggi yaitu 40,35% menunjukan sebagian besar guru IPS SMP di Kota Yogyakarta memiliki kinerja pada aspek kompetensi pedagogik yang baik. Kinerja guru IPS SMP tentang kompetensi pedagogik masih terdapat yang termasuk dalam kategori sedang dan kurang. Guru tersebut masuk dalam kategori sedang dan kurang karena hanya menguasai sebagian dari indikator kompetensi pedagogik, hal ini dapat terlihat dari nilai untuk setiap indikator dalam kompetensi pedagogik guru hanya memperoleh rata-rata 51.

113 97 Indikator terendah yaitu pada menguasai teori-teori belajar dan prinsipprinsip pembelajaran, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran, menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, serta melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Perolehan rata-rata nilai untuk setiap indikator pada kompetensi pedagogik yang tertinggi yaitu pada mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu sebesar 1,72, sedangkan yang terendah yaitu pada memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya sebesar 1,37. Hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa sebagian besar guru IPS SMP di Kota Yogyakarta memiliki kinerja yang baik salah satunya karena guru dapat mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu. 2. Persepsi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta Tentang Kompetensi Kepribadian. Persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru IPS SMP di Kota tentang kompetensi kepribadian mencakup bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia, menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat, menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap,

114 98 stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, dan menjunjung tinggi kode etik profesi guru. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 114 guru IPS SMP di Kota Yogyakarta melalui pengisian angket yang terdiri dari 17 pernyataan oleh 48 kepala sekolah, menunjukan bahwa kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang kompetensi kepribadian berada dalam kategori amat baik. Hal tersebut diketahui berdasarkan hasil perhitungan data yang kemudian dikelompokan dalam lima kategori yaitu amat baik, baik, cukup, sedang, dan kurang. Hasil persentase pengelompokan data dalam lima kategori sebagai berikut: 79,82% berada dalam kategori amat baik, 10,53% dalam kategori baik, 5,26% dalam kategori cukup, 2,63% dalam kategori sedang, dan 1,75% dalam kategori kurang. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa persentase tertinggi yaitu 79,82% menunjukan sebagian besar guru IPS SMP di Kota Yogyakarta memiliki kinerja pada aspek kompetensi kepribadian yang amat baik. Kinerja guru IPS SMP tentang kompetensi kepribadian masih terdapat yang termasuk dalam kategori sedang dan kurang. Guru tersebut termasuk dalam kategori sedang dan kurang karena guru tidak menguasai semua indikator dalam kompetensi kepribadian, hal tersebut dapat terlihat dari nilai untuk setiap indikator kompetensi kepribadian guru hanya memperoleh ratarata 55. Indikator terendah guru yaitu pada menampilkan diri sebagai

115 99 pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan bijaksana, serta indikator menjunjung tinggi kode etik guru. Perolehan rata-rata nilai untuk setiap indikator pada kompetensi kepribadian yang tertinggi yaitu pada menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat sebesar 1,89, sedangkan yang terendah yaitu pada menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, serta pada menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri sebesar 1,80. Hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa sebagian besar guru IPS SMP di Kota Yogyakarta memiliki kinerja yang amat baik salah satunya karena guru menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat. 3. Persepsi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta Tentang Kompetensi Profesional Persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang kompetensi profesional mencakup menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, menguasai standar kompetensi, dan kompetensi dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu, mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif, mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan

116 100 mengembangkan diri. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 114 guru IPS SMP di Kota Yogyakarta melalui pengisian angket yang terdiri dari 16 pernyataan oleh 48 kepala sekolah, menunjukan bahwa kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang kompetensi profesional berada dalam kategori baik. Hal tersebut diketahui berdasarkan hasil perhitungan data yang kemudian dikelompokan dalam lima kategori yaitu amat baik, baik, cukup, sedang, dan kurang. Hasil persentase pengelompokan data dalam lima kategori sebagai berikut: 35,09% berada dalam kategori amat baik, 37,72% dalam kategori baik, 16,67% dalam kategori cukup, 5,26% dalam kategori sedang, dan 5,26% dalam kategori kurang. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa persentase tertinggi yaitu 37,72% menunjukan sebagian besar guru IPS SMP di Kota Yogyakarta memiliki kinerja pada aspek kompetensi profesional yang baik. Kinerja guru IPS SMP tentang kompetensi profesional masih terdapat yang termasuk dalam kategori sedang dan kurang. Guru tersebut termasuk dalam kategori sedang dan kurang karena guru hanya menguasai sebagian dari indikator pada kompetensi profesional, hal tersebut dapat terlihat dari nilai untuk setiap indikator kompetensi profesional guru hanya memperoleh rata-rata 52. Indikator terendah guru yaitu pada mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif, mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, memanfaatkan

117 101 teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. Perolehan rata-rata nilai untuk setiap indikator pada persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru IPS di Kota Yogyakarta tentang kompetensi profesional yang tertinggi yaitu pada kegiatan menguasai standar kompetensi, dan kompetensi dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu sebesar 1,84, sedangkan yang terendah yaitu pada mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif sebesar 1,36. Hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa sebagian besar guru IPS SMP di Kota Yogyakarta memiliki kinerja yang baik salah satunya karena menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu. 4. Persepsi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta Tentang Kompetensi Sosial Persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang kompetensi sosial mencakup bersifat inklusif dan bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi, berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat, beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya, berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri

118 102 dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 114 guru IPS SMP di Kota Yogyakarta melalui pengisian angket yang terdiri dari 10 pernyataan oleh 48 kepala sekolah, menunjukan bahwa kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang kompetensi sosial berada dalam kategori baik. Hal tersebut diketahui berdasarkan hasil perhitungan data yang kemudian dikelompokan dalam lima kategori yaitu amat baik, baik, cukup, sedang, dan kurang. Hasil persentase pengelompokan data dalam lima kategori sebagai berikut: 33,33% berada dalam kategori amat baik, 41,23% dalam kategori baik, 21,05% dalam kategori cukup, 2,63% dalam kategori sedang, dan 1,75% dalam kategori kurang. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa persentase tertinggi yaitu 41,23% menunjukan sebagian besar guru IPS SMP di Kota Yogyakarta memiliki kinerja yang baik. Kinerja guru IPS SMP tentang kompetensi sosial masih terdapat yang termasuk dalam kategori sedang dan kurang. Guru tersebut termasuk dalam kategori sedang dan kurang karena guru hanya menguasai sebagian dari indikator pada kompetensi sosial, hal tersebut dapat terlihat dari nilai untuk setiap indikator kompetensi sosial guru hanya memperoleh rata-rata 53. Indikator terendah guru yaitu pada bersifat inkusif dan bertindak objektif serta tidak diskriminatif kerena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang, dan status sosial ekonomi, serta pada indikator beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.

119 103 Perolehan rata-rata nilai untuk setiap indikator kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tentang kompetensi sosial yang tertinggi yaitu pada bersifat inklusif dan bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi sebesar 1,86, sedangkan yang terendah yaitu pada berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain sebesar 1,44. Hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa sebagian besar guru IPS SMP di Kota Yogyakarta memiliki kinerja yang baik salah satunya karena bersifat inklusif dan bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. 5. Persepsi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru IPS SMP di Kota Yogyakarta. Persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta mencakup kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 114 guru IPS SMP di Kota Yogyakarta melalui pengisian angket yang terdiri dari 77 pernyataan oleh 48 kepala sekolah, menunjukan bahwa kinerja guru IPS berada dalam kategori baik. Hal tersebut diketahui berdasarkan hasil perhitungan data yang kemudian dikelompokan dalam lima kategori yaitu amat baik, baik, cukup, sedang, dan kurang.

120 104 Hasil persentase pengelompokan data dalam lima kategori sebagai berikut: 42,98% berada dalam kategori amat baik, 44,74% dalam kategori baik, 7,89% dalam kategori cukup, 3,51% dalam kategori sedang, dan 0,88% dalam kategori kurang. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa persentase tertinggi yaitu 44,74% menunjukan sebagian besar guru IPS SMP di Kota Yogyakarta memiliki kinerja yang baik. Perolehan rata-rata nilai untuk setiap indikator pada persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru IPS di Kota Yogyakarta yang tertinggi yaitu pada kompetensi kepribadian sebesar 94,43, sedangkan yang terendah yaitu pada kompetensi profesional sebesar 83,20. Hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa sebagian besar guru IPS SMP di Kota Yogyakarta memiliki kinerja yang baik salah satunya karena memiliki kompetensi kepribadian yang baik. 6. Keterbatasan Penelitian Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Jumlah responden dalam penelitian ini cukup banyak, yaitu 48 kepala sekolah yang merupakan kepala-kepala sekolah IPS SMP di Kota Yogyakarta. Peneliti mengalami hambatan dalam pengumpulan data (pengedaran angket penelitian kepada kepala sekolah tersebut), karena jangkauan yang cukup luas, kesibukan kepala sekolah, dan urusan dengan birokrasi setiap sekolah. 2. Terdapat beberapa sekolah yang menolak untuk dilakukan penelitian. Sekolah tersebut yaitu SMP Muhammadiyah 1, SMP Muhammadiyah 2,

121 105 SMP Islam, SMP Budya Wacana, SMP Stella Duce 2, SMP BOPKRI 2, SMP BOPKRI 3, SMP IT Abu Bakar. Penyebab dari penolakan tersebut karena kesibukan dari kepala sekolah dan aturan dari sekolah yang mengijinkan adanya penelitian hanya pada semester ganjil. 3. Pengumpulan data dalam penelitian ini hanya dilakukan dengan angket tertutup. Angket penelitian tersebut berisi 77 pernyataan beserta alternatif jawaban, sehingga responden hanya memilih salah satu alternatif. Peneliti mengalami hambatan apabila harus menggunakan angket terbuka maupun teknik pengumpulan data lain. Penggunaan angket tertutup dimaksudkan untuk mempermudah analisis data.

122 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan pada Bab IV, maka dapat disimpulkan yaitu kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta dapat dilihat dari kompetensi yang dimiliki oleh guru. Kompetensi tersebut yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Hasil penelitian menunjukan bahwa persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru IPS berdasarkan berada dalam kategori baik dengan persentase 44,74%, hal tersebut didukung dengan nilai rata-rata kinerja guru sebesar 86,25 yang berada dalam kategori baik, namun masih terdapat 12, 28% guru IPS SMP di Kota Yogyakarta yang perlu untuk ditingkatkan kinerjanya. Penelitian tersebut menunjukan bahwa secara keseluruhan guru IPS SMP di Kota Yogyakarta memiliki kinerja yang baik. Kepala sekolah menilai bahwa guru IPS SMP di Kota Yogyakarta memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Perolehan rata-rata nilai untuk setiap indikator pada persepsi kepala sekolah terhadap kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta, yaitu: a) Kompetensi Pedagogik sebesar 84,25; b) Kompetensi Kepribadian sebesar 94,43; c) Kompetensi Profesional sebesar 83,20; d) Kompetensi Sosial sebesar 86,

123 107 B. Implikasi Jika guru IPS SMP di Kota Yogyakarta memiliki kinerja yang baik yang terlihat dalam penguasaan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial, maka guru IPS SMP di Kota Yogyakarta tersebut dapat disebut sebagai guru yang profesional. C. Saran Guru yang sudah berada dalam kategori amat baik harus tetap mempertahankan kinerjanya, sedangkan yang masih berada dalam kategori kurang sebaiknya dapat semakin meningkatkan kinerjanya. Guru dapat meningkatkan kinerja dengan secara teratur melakukan evaluasi diri untuk menilai dan meningkatkan kualitas kinerja yang dimiliki dan dapat pula melalui organisasi perkumpulan guru (MGMP) sehingga guru dapat berbagi informasi dan pengalaman yang bermanfaat untuk peningkatan kinerja. Sebaiknya sekolah turut serta dalam peningkatan kinerja guru dengan memberikan dukungan dan fasilitas yang diperlukan. Sekolah juga sebaiknya memantau dan memberikan penilaian terhadap kinerja guru yang dapat dilakukan secara berkala.

124 DAFTAR PUSTAKA Agus Wibowo & Hamrin Menjadi Guru Berkarakter Strategi Membangun Kompetensi & Karakter Guru. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Anwar Prabu mangkunegara Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: Refika Aditama. Arifin Kapita Selekta Pendidikan( Islam dan Umum). Jakarta: Bumi Aksara. Arum Mita Pertiwi Persepsi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SD/MI se-kecamatan Wadaslintang Kabupaten Wonosobo Abstrak Hasil Penelitian UNY. Yogyakarta:Lembaga Penelitian. Asih Rahayu Peran Kepala Sekolah sebagai Motivator dalam Pengoptimalan Kinerja Guru dan Karyawan di SMK Yayasan Pendidikan Ekonomi (YPE) Cilacap Abstrak Hasil Penelitian UNY. Yogyakarta:Lembaga Penelitian. Ayusita Mahanani Buku Pintar PLPG (Penidikan & Latihan Profesi Guru). Yogyakarta: Araska. Baharuddin Psikologi Pendidikan: Refleksi Teoritis terhadap Fenomena. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Bimo Walgito Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset. Daryanto Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Dwi Siswoyo, dkk Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Hadari Nawawi Evaluasi Kinerja di lingkungan Perusahaan dan Industri. Yogyakarta: Gajah Mada Press. Irfan Fahmi Manajemen Kinerja teori dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta. Jasmani & Syaiful Mustofa Supervisi Pendidikan: Terobosan Baru dalam Kinerja Peningkatan Kerja Pengawas Sekolah dan Guru. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media. Kemendikbud Provinsi Raih Nilai Terbaik Uji Kompetensi Guru Diakses dari pada 20 Juli

125 109 Kemendiknas Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru (PK Guru). Jakarta. Kunandar Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Marselus R. Payong Sertifikasi Profesi Guru Konsep Dasar, Problematika, dan Implementasinya. Jakarta: PT Indeks. Martinis Yamin & Maisah Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta: Gaung Persada. Martinis Yamin Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP. Jakarta: Gaung Persada Press. Miftah Thoha Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Moch. Idochi Anwar Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan (Teori, Konsep, dan Isu). Bandung: Alfabeta. Moh. Roqib & Nurfuadi Kepribadian Guru. Yogyakarta: Grafindo Litera Media. Mulyasa Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK. Bandung: Remaja Rosdakarya Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya Uji Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya. M. Uzer Usman Menjadi Guru Profesinal. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nanang Priatna & Tito Sukamto Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nana Syaodih S Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Ngalim Purwanto Administrasi dan Supersvisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

126 110 Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 16 Tahun 2009 Tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1990 Tentang Pendidikan Dasar. Radar Jogja Guru Tenaga Bnatuan Khawatir Kembali Jadi GTT Murni. Diakses dari pada 3 Januari 2016 Saifuddin Azwar Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Sardiman Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sjarkawi Pembentukan Kepribadian. Jakarta: PT Bumi Aksara. Sudarwan Danim Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method). Bandung: Alfabeta. Supardi Kinerja Guru. Jakarta:Raja Grafindo Persada. Suyadi Prawirosentono Manajemen Sumber Daya Manusia Kebijakan Kinerja Karyawan Kiat Membangun Organisasi Kompetitif Era Perdagangan Bebas Dunia edisi Kedua. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.

127 111 Syaiful Sagala Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Kependidikan. Bandung: Alfabeta Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta. Uhar Suharsaputra Administrasi Pendidikan. Bandung: Refika Aditama. Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Wahjosumidjo Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Wartakota Tahun 2016, Guru Akan Disertifikasi. Diakses dari pada tanggal 22 Juli Wibowo Perilaku dalam Organisasi. Jakarta: Rajawali Pers

128 Lampiran 1. Tabel1. Data Populasi Penelitian Jumlah No Nama Sekolah Guru IPS Alamat 1 SMP Negeri 1 Yogyakarta 3 Jln. Cik Ditiro 29, Terban, Gondokusuman 2 SMP Negeri 2 Yogyakarta 4 Jln. P Senopati 28-30, Prawirodirjan, Gondomanan 3 SMP Negeri 3 Yogyakarta 3 Jln. Pajeksan 18 Sosromenduran, 4 SMP Negeri 4 Yogyakarta 4 Jln. Hayam Wuruk 18 Bausasran, Danurejan 5 SMP Negeri 5 Yogyakarta 6 Jln. Wardhani 1Kotabaru Gondokusuman 6 SMP Negeri 6 Yogyakarta 4 Jln. RW. Munginsidi 1 Cokrodiningratan, Jetis 7 SMP Negeri 7 Yogyakarta 4 Jln. Wiratama 38 Tegalrejo Tegalrejo 8 SMP Negeri 8 Yogyakarta 6 Jln. Kahar Muzakir 2 Terban Gondokusuman 9 SMP Negeri 9 Yogyakarta 3 Jln. Ngeksigondo 30 Prenggan Kotagede 10 SMP Negeri 10 Yogyakarta 3 Jln. Tri Tunggal 2 Sorosutan Umbulharjo 11 SMP Negeri 11 Yogyakarta 3 Jln. HOS. Cokroaminoto 127 Tegalrejo, Tegalrejo 12 SMP Negeri 12 Yogyakarta 3 Jln. Tentara Pelajar 9 Bumijo Jetis 13 SMP Negeri 13 Yogyakarta 2 Jln. Minggiran Suryodiningratan, Mantrijeron 14 SMP Negeri 14 Yogyakarta 2 Jln. Tentara Pelajar 7 Bumijo Jetis, 15 SMP Negeri 15 Yogyakarta 4 Jln. Tegal Lempuyangan 61 Bausasran, Danurejan 16 SMP Negeri16 Yogyakarta 5 Jln. Nagan Lor 8 Patehan Kraton 17 SMP Muh. 3 Yogyakarta 4 Jln. Kapten P. Tendean 19 Wirobrajan, Wirobrajan 18 SMP Muh. 4 Yogyakarta 2 Jln. Ki. Mangunsarkoro 43 Gunungketur, Pakualaman 19 SMP Muh. 5 Yogyakarta 1 Jln. Patehan Lor 25 Patehan Kraton 20 SMP Muh. 6 Yogyakarta 1 Jln. Wahid Hasyim 87 Notoprajan, Ngampilan 112

129 21 SMP Muh. 7 Yogyakarta 3 Jln. Purbayan Kotagede Purbayan, Kotagede 22 SMP Muh. 8 Yogyakarta 2 Jln. Kenari Miliran Mujamuju Umbulharjo 23 SMP Muh. 9 Yogyakarta 2 Jln. Karangkajen MG III/1039 Brontokusuman, Mergangsan 24 SMP Muh. 10 Yogyakarta 2 Jln. Sagan GK V/1046 Terban Gondokusuman 25 MTS Muhammadiyan 2 Jln. Sisimangaraja Gg. Kalijaga Karang Kajen No. 4 Mergangsan 26 MTS Muhammadiyah 1 Jln. Dagen No. 82, Sosrome Gedong Tengen duran, Gedong Tengen 27 SMP Piri 1 Yogyakarta 2 Jln. Kemuning 14 Baciro Gondokusuman 28 SMP Piri 2 Yogyakarta 1 Jln. Nalen 1 Sorosutan Umbulharjo 29 SMP Budi Luhur 1 Jln. Keparakan Kidul MG I/1329 Yogyakarta Keparakan, Mergangsan 30 SMP Taman Dewasa IP 2 Jln. Tamansiswa 25 Wirogunan Yogyakarta Mergangsan 31 SMP Taman Dewasa 2 Jln. Kumendaman 9 Kumendaman Suryodiningratan, Mantrijeron 32 SMP Taman Dewasa Jetis 3 Jln. AM. Sangaji 39 Yogyakarta Cokrodiningratan, Jetis 33 SMP Perintis Yogyakarta 1 Jln. P. Wirosobo 30 Sorosutan Umbulharjo 34 SMP Perak Yogyakarta 1 Jln. Kemasan 68 Kotagede Prenggan, Kotagede 35 SMP Maria Immaculata 3 Jln. Brigj. Katamso 4 Yogyakarta Prawirodirjan, Gondomanan 36 SMP Stella Duce 1 3 Jln. Dagen 32 Sosromenduran Yogyakarta Gedongtengen 37 SMP BOPKRI 1 2 Jln. Mas Suharto 48 Yogyakarta Tegalpanggung, Danurejan 38 SMP BOPKRI 5 1 Jln. Kapten P. Tendean 55 Wirobrajan, Wirobrajan 39 SMP BOPKRI 10 1 Jln. Kenari UH II/224 Mujamuju, Umbulharjo 40 SMP Johannes Bosco 2 Jln. Melati Wetan 51 Baciro Gondokusuman 41 SMP Pangudi Luhur 2 Jln. Timoho II/29 Mujamuju Umbulharjo 42 SMP IT Masjid Syuhada 1 Jln. I Dewa Nyoman Oka 28 Kotabaru, Gondokusuman 43 SMP Kanisius Gayam 1 Jln. Dr.Sutomo 16 Baciro 113

130 44 SMP Pemb. Ma'arif 45 SMP Bhineke Tunggal Ika 46 SMP "17" 1 47 SMP Gotong Royong 48 SMP Marsudi Luhur Gondokusuman 1 Jln. Dagen GT 1/509 Sosromenduran, Gedongtengen 2 Jln. Poncowinatan 16 Cokrodiningratan, Jetis 1 Jln. Gowongan Lor Jt III/212 Gowongan, Jetis 1 Jln. Tompeyan 156 A Tegalrejo, Tegalrejo 1 Jln. Bintaran Kidul 12 Wirogunan, Mergangsan 114

131 Lampiran 2 115

132 116

133 117

134 118

135 119

136 120

137 Lampiran 3. Angket Kinerja Guru Ilmu Pengetahuan Sosial (Responden: Kepala Sekolah) A. Keterangan Angket Angket ini dimaksudkan untuk memperoleh data objektif kinerja guru IPS SMP di Kota Yogyakarta berdasarkan penilaian kepala sekolah. B. Petunjuk Pengisian Angket. 1. Sebelum anda menjawab daftar pertanyaan pada angket, terlebih dahulu isi daftar identitas yang telah disediakan. 2. Pilihlah jawaban anda di bawah ini dengan cara melingkari skor pada kolom yang dianggap paling sesuai, dengan ketentuan: d. Skor 0 menyatakan indikator tidak dilaksanakan, atau tidak menunjukan bukti. e. Skor 1 menyatakan indikator dilaksanakan sebagian, atau ada bukti tetapi tidak lengkap. f. Skor 2 menyatakan indikator dilaksanakan sepenuhnya, atau ada bukti yang lengkap. 3. Isilah angket dengan jujur sesuai dengan keadaan sebenarnya serta penuh ketelitian sehingga semua pertanyaan dapat dijawab. Sebelumnya kami mengucapkan banyak terimakasih atas segala bantuan Bapak/ibu dalam pengisian angket. C. Identitas Responden Nama :... Umur :... Pendidikan Terakhir :... Lama Bekerja :... Nama Sekola :... D. Identitas Guru IPS Nama Guru :... Status Kepegawaian :... Pangkat/Golongan :... Pendidikan terakhir/spesialisasi :... Jenis kelamin Kepemilikan Sertifikat Prefesional : Ya/Tidak Status perkawinan Umur Lama bekerja : Laki-laki/Perempuan : Nikah/Belum Nikah :... tahun :... tahun 121

138 A. Penilaian untuk Kompetensi Pedagogik Indikator 1. Guru mengidentifikasi karakteristik setiap peserta didik. 2. Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran. 3. Guru mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik. 4. Guru memberikan kesempatan yang sama pada peserta didik untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. 5. Guru memperhatikan peserta didik dengan kelemahan fisik tertentu dan peserta didik yang memiliki kemampuan belajar yang berbeda. 6. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menguasai materi pembelajaran melalui pengaturan proses pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi. 7. Guru menggunakan berbagai teknik untuk memotiviasi kemauan belajar peserta didik. 8. Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait satu sama lain, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran maupun proses belajar peserta didik. 9. Guru memperhatikan respon peserta didik yang belum/kurang memahami materi pembelajaran yang diajarkan dan menggunakannya untuk memperbaiki rancangan pembelajaran berikutnya. 10. Guru mampu menguasai kurikulum, silabus, dan bahan ajar mata pelajaran yang diampu. 11. Guru mampu merancang pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum dan silabus agar peserta didik mampu Tidak ada bukti (Tidak Terpenuhi) Skor Terpenuhi Sebagian Seluruhnya Terpenuhi

139 mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar yang ditetapkan 12. Guru mampu menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang telah dipilih mencakup: a) menyusun silabus dan rencana pembelajaran; b) merancang kerangka pengalaman belajar (tatap muka, terstruktur, dan mandiri); c) memilih dan mengorganisasikan materi dan bahan ajar; d) memilih dan merancang media dan sumber belajar yang diperlukan, dan e) membuat rancangan evaluasi proses dan hasil belajar. 13. Guru mampu melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah disusun. 14. Guru mampu menyesuaikan rencana program pengajaran dengan situasi kelas Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik, bukan untuk menguji sehingga membuat peserta didik merasa tertekan. 16. Guru mampu menumbuhkan pasrtisipasi aktif dan keceriaan siswa dalam pembelajaran. 17. Guru mampu menyikapi kesalahan yang dilakukan peserta didik sebagai tahapan proses pembelajaran. 18. Guru mampu memberikan pujian atau penghargaan bagi jawaban yang tepat dan sebaliknya mengarahkan jawaban yang kurang tepat bagi siswa. 19. Guru mampu menata latar pembelajaran mencakup menata sarana dan prasarana belajar yang akan digunakan secara tepat guna 20. Guru mampu memanfaatkan sarana dan prasarana belajar yang tersedia dan atau dapat disediakan, dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. 21. Guru memberikan kesempatan kepada

140 anak didik untuk merefleksikan pengalaman belajar yang telah dialaminya. 22. Guru menggunakan alat bantu mengajar, dan/atau audio-visual (termasuk TIK) untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran Guru mampu mengidentifikasi dan mengembangkan bakat, minat, dan potensi siswa. 24. Guru mampu memfasilitasi siswa untuk mengembangkan potensi akademik maupun non-akademik. 25. Guru menggunakan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman dan menjaga partisipasi peserta didik, termasuk memberikan pertanyaan terbuka yang menuntut peserta didik untuk menjawab dengan ide dan pengetahuan mereka Guru memberikan perhatian dan mendengarkan semua pertanyaan dan tanggapan peserta didik, tanpa menginterupsi, kecuali jika diperlukan untuk membantu atau mengklarifikasi pertanyaan/tanggapan tersebut. 27. Guru menanggapi pertanyaan peserta didik secara tepat, benar, dan mutakhir, sesuai tujuan pembelajaran dan isi kurikulum, tanpa mempermalukannya. 28. Guru mendengarkan dan memberikan perhatian terhadap semua jawaban peserta didik baik yang benar maupun yang dianggap salah untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik. 29. Guru memberikan perhatian terhadap pertanyaan peserta didik dan meresponnya secara lengkap dan relevan untuk menghilangkan kebingungan pada peserta didik. 30. Guru melaksanakan penilaian dengan tes dan penilaian non tes Guru menganalisis hasil penilaian proses

141 dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar 32. Guru menggunakan informasi ketuntasan belajar untuk merancang program remidi atau pengayaan 33. Guru memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran sebagai bahan penyusun rancangan pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya 34. Guru memanfaatkan masukan dari peserta didik dan merefleksikannya untuk meningkatkan pembelajaran selanjutnya B. Penilaian untuk Kompetensi Kepribadian Indikator 1. Guru menaati peraturan perundangundangan dan ketentuan lainnya. 2. Guru bertutur kata dan berperilaku serta berpenampilan fisik secara santun. 3. Guru memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma dengan ciri menaati tata tertib secara konsisten dan memiliki disiplin diri secara konsisten. 4. Guru menanamkan prinsip-prinsip Pancasila sebagai dasar ideologi dan etika bagi seluruh warga indonesia. 5. Guru berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi 6. Guru mampu bertindak sesuai dengan norma agama (iman dan taqwa, jujur dan ikhlas, suka menolong). 7. Guru memiliki perilaku yang dapat diteladani peserta didik dengan ciri bertutur kata sopan dan berperilaku terpuji. 8. Guru memiliki kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik 9. Guru bertindakan didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat Tidak ada bukti (Tidak Terpenuhi) Skor Terpenuhi Sebagian Seluruhnya Terpenuhi

142 10. Guru menunjukan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak dengan ciri menerima kritik dan saran untuk perbaikan dan menempatkan diri secara proporsional. 11. Guru bertindak sesuai dengan norma religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong) yang ditandai menghargai ajaran agama yang dianut maupun agama lain, menerapkan ajaran agama yang dianut, menerapkan norma kejujuran, menunjukan keikhlasan. 12. Guru memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik. 13. Guru memiliki perilaku yang disegani dengan ciri berperilaku yang dihormati oleh anak didik, berperilaku yang dihormati oleh sejawat, dan berperilaku yang dihormati oelh masyarakat. 14. Guru memiliki komitmen dan semangat dalam mengerjakan tugas. 15. Guru mampu memenuhi jam mengajar dan dapat melakukan semua kegiatan lain di luar jam mengajar. 16. Guru memiliki kepercayaan diri dan rasa bangga menjadi guru 17. Guru bertindak sesuai dengan kode etik profesi guru C. Penilaian untuk Kompetensi Profesional Indikator 1. Guru menguasai materi keilmuan yang diampu meliputi pengetahuan, nilai, dan keterampilan IPS. 2. Guru mampu mengembangkan materi, struktur, dan konsep IPS. 3. Guru mampu menyusun materi, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dengan tepat sehingga membantu peserta didik memahami konsep materi pelajaran IPS Tidak ada bukti (Tidak Terpenuhi) Skor Terpenuhi Sebagian Seluruhnya Terpenuhi

143 4. Guru memahami standar kompetensi mata pelajaran IPS 5. Guru memahami kompetensi dasar mata pelajaran IPS 6. Guru menyusun materi perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang berisi informasi yang tepat, mutakhir, dan yang membantu peserta didiku untuk memahami konsep materi pembelajaran IPS. 7. Guru mampu menerapkan konsep-konsep keilmuan IPS dalam kehidupan seharihari. 8. Guru mampu menggunakan berbagai metode pembelajaran yang tepat. 9. Guru mampu menggunakan berbagai media, fasilitas, dan sumber-sumber belajar lainnya secara efektif. 10. Guru mampu memilih dan mengolah materi pelajaran secara kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. 11. Guru melakukan refleksi terhadap kinerja secara spesifik, lengkap, dan terusmenerus untuk mengembangkan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran selanjutnya. 12. Guru melakukan penelitian, mengembangkan karya inovasi, mengikuti kegiatan ilmiah, dan aktif dalam Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan. 13. Guru dapat mengaplikasikan pengalaman PKB dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian pembelajaran, dan tindak lanjutnya. 14. Guru mengikuti perkembangan jaman dengan belajar dari berbagai sumber dalam rangka meningkatkan keprofesionalan. 15. Guru memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi 16. Guru menanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan

144 diri. D. Penilaian untuk Kompetensi Sosial Indikator 1. Guru menjaga hubungan baik dan peduli dengan teman sejawat, peserta didik, dan masyarakat. 2. Guru memperlakukan semua peserta didik secara adil, memberikan perhatian dan bantuan sesuai kebutuhan masingmasing tanpa memperdulikan faktor personal. 3. Guru tidak membedakan atas dasar perbedaan agama, suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status sosialekonomi terhadap siswa, teman sejawat, orang tua/wali siswa, dan lingkungan sekitar 4. Guru berkomunikasi dengan teman sejawat dan komunitas ilmiah lainnya secara santun, empatik dan efektif. 5. Guru berkomunikasi dengan orang tua murid dan masyarakat secara santun, empatik, dan efektif tentang program sekolah dan kemajuan peserta didik. 6. Guru mengikutsertakan orang tua/wali siswa dan masyarakat dalam program pembelajaran dan untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik. 7. Guru mampu beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja dalam rangka meningkatkan efektifitas sebagai pendidik, termasuk memahami bahasa daerah setempat. 8. Guru melaksanakan program dalam lingkungan kerja untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di lingkungan tempat bertugas. Guru ikut berperan aktif dalam kegiatan di luar pembelajaran yang dilakukan oleh sekolah dan masyarakat sekitar. Tidak ada bukti (Tidak Terpenuhi) Skor Terpenuhi Sebagian Seluruhnya Terpenuhi Guru berkomunikasi dengan teman

145 sejawat, profesi ilmiah, dan komunitas lain dalam tangka meningkatkan kualitas pendidikan. 10. Guru mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi pembelajaran kepada komunitas profesi sendiri secara lisan, tulisan atau bentuk lain Yogyakarta,... Penilai,

146 Lampiran 4 Tabulasi Data Penelitian No No Item Pertanyaan

147

148

149

150

151

152

153

154

155

156

157

158

159

160

161 Lampiran 5 Hasil Perhitungan Data Penelitian Statistik Kompetensi Pedagogik Kompetensi Kepribadian Kompetensi Profesional Kompetensi Sosial Kinerja Guru N Valid Missing Mean Median Mode Std Deviasi Varian Range Min Max Sum a. Kompetensi Pedagogik Indikator F Mean Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek 5 1,62 fisik, moral, kultural, emosional, dan intelektual. Menguasai teori-teori belajar dan prinsip-prinsip 4 1,66 pembelajaran yang mendidik. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan 3 1,72 mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. 9 1,68 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi 1 1,51 untuk kepentingan pembelajaran. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik 2 1,37 untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun 5 1,69 dengan peserta didik. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses 3 1,66 dan hasil belajar. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk 1 1,54 kepentingan pembelajaran. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. 1 1,52 145

162 b. Kompetensi Kepribadian Indikator F Mean Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, 4 1,86 sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, 3 1,89 berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, 6 1,80 stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang 3 1,80 tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru. 1 1,86 c. Kompetensi Profesional Indikator F Mean Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir 3 1,74 keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. Menguasai standar kompetensi, dan kompetensi 2 1,84 dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. 5 1,57 Mengembangkan keprofesionalan secara 4 1,36 berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. 2 1,61 d. Kompetensi Sosial Indikator F Mean Bersifat inklusif dan bertindak objektif serta tidak 3 1,86 diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun 3 1,68 dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah 2 1,69 Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. 2 1,44 e. Kinerja guru 146

163 Indikator F Mean Kompetensi Pedagogik 43 84,25 Kompetensi Kepribadian 17 94,43 Kompetensi Profesional 16 83,20 Kompetensi Sosial 10 86,37 147

164 Lampiran 6 SURAT-SURAT PENELITIAN 148

165 149

166 150

167 151

168 152

169 153

170 154

171 155

172 156

PERSEPSI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU IPS SMP DI KOTA YOGYAKARTA JURNAL

PERSEPSI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU IPS SMP DI KOTA YOGYAKARTA JURNAL 1 Persepsi Kepala Sekolah... (Anggita Nilam Sari) PERSEPSI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU IPS SMP DI KOTA YOGYAKARTA JURNAL Disusun Oleh: Anggita Nilam Sari 12416241049 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan secara harfiah berasal dari kata pimpin. Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas II. KAJIAN PUSTAKA A. Supervisi Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah tenaga pendidik. Tenaga pendidik (guru) dituntut untuk mampu melaksanakan tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata dalam aktivitas kerja bawahannya. Kepala sekolah yang rajin, cermat, peduli terhadap

Lebih terperinci

Oleh : Hepy S Pasambuna, Arwildayanto*, Arifin**

Oleh : Hepy S Pasambuna, Arwildayanto*, Arifin** EVALUASI PERAN KEPALA SEKOLAH DI SMA NEGERI SE KOTA KOTAMOBAGU Oleh : Hepy S Pasambuna, Arwildayanto*, Arifin** Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMANFAATAN FASILITAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 PAKEM

PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMANFAATAN FASILITAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 PAKEM PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMANFAATAN FASILITAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 PAKEM SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk I. PENDAHULUAN Pada Bab I ini akan membahas beberapa hal mengenai: latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk memahami kebermaknaan penelitian ini, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang pendidikan diarahkan kepada pengembangan. SDM yang bermutu tinggi, guna memenuhi kebutuhan dan menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang pendidikan diarahkan kepada pengembangan. SDM yang bermutu tinggi, guna memenuhi kebutuhan dan menghadapi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang pendidikan diarahkan kepada pengembangan SDM yang bermutu tinggi, guna memenuhi kebutuhan dan menghadapi tantangan kehidupan di masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Madrasah, dalam konteks ini Institusi Pendidikan formal yang berbasis Agama

1. PENDAHULUAN. Madrasah, dalam konteks ini Institusi Pendidikan formal yang berbasis Agama 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Madrasah, dalam konteks ini Institusi Pendidikan formal yang berbasis Agama Islam merupakan harapan masa depan umat. Sebab munculnya Madrasah sangat mewarnai bangsa

Lebih terperinci

BAB II KEPALA MADRASAH DAN KINERJA GURU. madrasah. Kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu

BAB II KEPALA MADRASAH DAN KINERJA GURU. madrasah. Kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu BAB II KEPALA MADRASAH DAN KINERJA GURU A. Pengertian dan tugas-tugas Kepala Madrasah 1. Pengertian kepala madrasah Kata kepala madrasah berasal dari dua kata yaitu kepala dan madrasah. Kata kepala dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dalam bidang pendidikan. Sehubungan dengan hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dalam bidang pendidikan. Sehubungan dengan hal tersebut, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan dalam berbagai bidang kehidupan demikian cepatnya, salah satunya dalam bidang pendidikan. Sehubungan dengan hal tersebut, khususnya di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal ini bersentuhan dengan Undang - undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal ini bersentuhan dengan Undang - undang Nomor 20 Tahun 2003 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penting dalam proses kemajuan suatu bangsa. Hal ini bersentuhan dengan Undang - undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TIJAUAN PUSTAKA

BAB II TIJAUAN PUSTAKA BAB II TIJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Sertifikasi Guru a. Pengertian Sertifikasi Sertifikasi guru merupakan proses uji kompetensi bagi calon guru atau guru yang ingin memperoleh pengakuan dan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah memiliki keunggulan dan berkualitas adalah dambaan bagi guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah. Sebagai kepala sekolah sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk menjalankan sistem pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk menjalankan sistem pendidikan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk menjalankan sistem pendidikan di Indonesia. Karena tanpa adanya manajemen dalam instansi pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu usaha menciptakan manusia yang mampu berinovasi dengan mengembangkan potensi dalam dirinya. Selain itu, pendidikan juga meningkatkan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai 75 BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai dengan hasil penelitian. Sehingga pembahasan ini akan mengintegrasikan hasil penelitian yang ada sekaligus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar tahun 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudakan tujuan tersebut,

Lebih terperinci

MOTTO. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Al-Insyirah: 6) Usaha dan doa itu mutlak. Mereka adalah pasangan yang tidak bisa

MOTTO. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Al-Insyirah: 6) Usaha dan doa itu mutlak. Mereka adalah pasangan yang tidak bisa MOTTO Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Al-Insyirah: 6) Usaha dan doa itu mutlak. Mereka adalah pasangan yang tidak bisa ditolak.(penulis) Be your self and always be positive. (Penulis)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Telah muncul kesadaran pada diri banyak orang, bahwa pembangunan pendidikan merupakan peristiwa yang tidak akan pernah selesai selagi peradaban manusia masih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu organisasi.arti kinerja sebenarnya berasal dari kata-kata job performance

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu organisasi.arti kinerja sebenarnya berasal dari kata-kata job performance BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kinerja Kinerja (performance) merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi,

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEBAK KATA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP N 3 SEWON SKRIPSI

PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEBAK KATA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP N 3 SEWON SKRIPSI PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEBAK KATA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP N 3 SEWON SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dunia pendidikan Indonesia saat ini berada dalam kondisi yang memprihatinkan baik dilihat dari sudut pandang internal berhubungan dengan pembangunan bangsa maupun dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran atau kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang ada di sekitar kita. tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran atau kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang ada di sekitar kita. tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Dewasa ini pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting demi kelangsungan kehidupan. Baik kelangsungan kehidupan seseorang hingga kelangsungan suatu bangsa.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian lapangan dan pembahasan, maka kesimpulan penelitian sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas tersebut

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU IPS SMP DI KECAMATAN EROMOKO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI

PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU IPS SMP DI KECAMATAN EROMOKO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU IPS SMP DI KECAMATAN EROMOKO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI DiajukanKepadaFakultasIlmuSosialUniversitasNegeri Yogyakarta UntukMemenuhiSebagianPersyaratanGunaMemperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah mengadakan perubahan besar pada kebijakan pada sektor pendidikan dalam berbagai aspek,

Lebih terperinci

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS Berikut Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah (UKKS) DIMENSI KOMPETENSI INDIKATOR Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Merumuskan

Lebih terperinci

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Memimpin dalam rangka pendayagunaan sumber daya secara optimal Menciptakan budaya dan iklim yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut : BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan peneliti terhadap "Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sekolah Efektif (Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia, pembentukan pribadi manusia yang berkualitas menjadi keharusan bagi suatu bangsa jika ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring perubahan zaman dan bertambahnya usia manusia, maka kebutuhan hidup nya pun akan meningkat. Kebutuhan ini terdiri dari kebutuhan fisik dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutu pendidikan sering diartikan sebagai karakteristik jasa pendidikan yang sesuai dengan kriteria tertentu untuk memenuhi kepuasan pengguna (user) pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi istilah. 1.1. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mutu sumber daya manusia menuju era globalisasi yang penuh dengan tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. mutu sumber daya manusia menuju era globalisasi yang penuh dengan tantangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk membangun dan meningkatkan mutu sumber daya manusia menuju era globalisasi yang penuh dengan tantangan. Sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk. meningkatkan kualitas manusia. Sekolah merupakan salah satu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk. meningkatkan kualitas manusia. Sekolah merupakan salah satu organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk meningkatkan kualitas manusia. Sekolah merupakan salah satu organisasi untuk mencapai tujuan pembangunan nasional.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun oleh: Esti Wulandari

SKRIPSI. Disusun oleh: Esti Wulandari PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING PADA MATERI KEGIATAN POKOK EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN DAN MOTIVASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VII F DI SMP NEGERI 2 NGEMPLAK SLEMAN SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN TEKA-TEKI SILANG (TTS) PADA PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS XI IPS 1 SMA N 3 BANTUL TAHUN AJARAN

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN TEKA-TEKI SILANG (TTS) PADA PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS XI IPS 1 SMA N 3 BANTUL TAHUN AJARAN MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN TEKA-TEKI SILANG (TTS) PADA PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS XI IPS 1 SMA N 3 BANTUL TAHUN AJARAN 2012/2013 Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE FIRING LINE UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA SISWA KELAS VIII D DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 DEPOK TAHUN AJARAN 2012/2013

IMPLEMENTASI METODE FIRING LINE UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA SISWA KELAS VIII D DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 DEPOK TAHUN AJARAN 2012/2013 IMPLEMENTASI METODE FIRING LINE UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA SISWA KELAS VIII D DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 DEPOK TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya melalui manajemen pendidikan yang diterapkan. Sebagai pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya melalui manajemen pendidikan yang diterapkan. Sebagai pelaksana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah sebagai organisasi yang menjalankan proses pendidikan dengan segala fungsi dan hasilnya, mempunyai perangkat yang mewujudkan fungsi dan tugasnya melalui manajemen

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN GARIS SINGGUNG LINGKARAN KELAS VIII A SMP NEGERI 2 PACITAN SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN GARIS SINGGUNG LINGKARAN KELAS VIII A SMP NEGERI 2 PACITAN SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN GARIS SINGGUNG LINGKARAN KELAS VIII A SMP NEGERI 2 PACITAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi merupakan era kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi merupakan era kemajuan ilmu pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi merupakan era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah menimbulkan persaingan dalam berbagai bidang, yang menuntut masyarakat Indonesia untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Rendahnya kualitas sumber

Lebih terperinci

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Memimpin dalam rangka pendayagunaan sumber daya secara optimal Menciptakan budaya dan iklim yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah tonggak kemajuan bangsa. Menjadi negara yang maju merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia. Indonesia merupakan salah

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA GURU IPS DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN TERPADU DI SMP NEGERI (STUDI KASUS PADA SMP NEGERI DI WILAYAH EKS. KOTIP KABUPATEN CILACAP)

PROBLEMATIKA GURU IPS DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN TERPADU DI SMP NEGERI (STUDI KASUS PADA SMP NEGERI DI WILAYAH EKS. KOTIP KABUPATEN CILACAP) PROBLEMATIKA GURU IPS DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN TERPADU DI SMP NEGERI (STUDI KASUS PADA SMP NEGERI DI WILAYAH EKS. KOTIP KABUPATEN CILACAP) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kualitas pembelajaran sangat ditentukan oleh kemampuan seorang pendidik untuk menyampaikan dan melaksanakan proses pembelajaran. Proses yang baik merupakan pengalaman bagi seorang

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU MATEMATIKA DI SMP NEGERI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI. Oleh:

ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU MATEMATIKA DI SMP NEGERI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI. Oleh: ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU MATEMATIKA DI SMP NEGERI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Oleh: IBNU SALAM AL BASTOMI NIM 1002010101099 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SUMBER BELAJAR IPS BENTUK MAJALAH DENGAN MATERI INTERAKSI MANUSIA DAN LINGKUNGAN UNTUK SISWA KELAS VII SMP SKRIPSI

PENGEMBANGAN SUMBER BELAJAR IPS BENTUK MAJALAH DENGAN MATERI INTERAKSI MANUSIA DAN LINGKUNGAN UNTUK SISWA KELAS VII SMP SKRIPSI PENGEMBANGAN SUMBER BELAJAR IPS BENTUK MAJALAH DENGAN MATERI INTERAKSI MANUSIA DAN LINGKUNGAN UNTUK SISWA KELAS VII SMP SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya, pada bagian akhir ini penulis mengemukakan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan pada penelitian ini yaitu:

BAB V PENUTUP. sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan pada penelitian ini yaitu: BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penyajian data yang telah penulis lakukan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan pada penelitian ini yaitu: 1. Pelaksanaan peran kepala sekolah di SMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari kualitas pendidikan itu sendiri. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari kualitas pendidikan itu sendiri. Banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sangat penting dalam masyarakat, karena pendidikan berpengaruh terhadap kehidupan dalam masyarakat. Pendidikan yang berkualitas akan berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aspek yang paling utama dalam menghadapi era globalisasi dimana keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja seorang guru merupakan komponen yang sangat menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja seorang guru merupakan komponen yang sangat menentukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penting dalam proses kemajuan suatu bangsa. Pendidikan diharapkan mampu menghasilkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas sehingga

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP ISLAM TERPADU (IT) ABU BAKAR YOGYAKARTA SKRIPSI

PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP ISLAM TERPADU (IT) ABU BAKAR YOGYAKARTA SKRIPSI PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP ISLAM TERPADU (IT) ABU BAKAR YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah aspek penting dan merupakan ujung tombak dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah aspek penting dan merupakan ujung tombak dalam BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah aspek penting dan merupakan ujung tombak dalam rangka meningkatkan kualitas sumberdaya manusia agar supaya mampu bersaing di tengah kompetisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan itu dilakukan melalui proses atau tahapan-tahapan kegiatan,

BAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan itu dilakukan melalui proses atau tahapan-tahapan kegiatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang memiliki berbagai potensi, minimal memiliki pendengaran, penglihatan dan hati. Untuk memaksimalkan potensi tersebut, maka harus

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA PADAA BAHASAN HIMPUNANN DENGAN PENDEKATAN PROBLEM SOLVING UNTUK SISWA SMP KELAS VII SKRIPSI

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA PADAA BAHASAN HIMPUNANN DENGAN PENDEKATAN PROBLEM SOLVING UNTUK SISWA SMP KELAS VII SKRIPSI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA PADAA BAHASAN HIMPUNANN DENGAN PENDEKATAN PROBLEM SOLVING UNTUK SISWA SMP KELAS VII SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumen merasa tidak puas dapat melakukan keluhan yang dapat merusak citra

BAB I PENDAHULUAN. konsumen merasa tidak puas dapat melakukan keluhan yang dapat merusak citra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karyawan sebagai sumber daya utama perusahaan dituntut untuk memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen dan memberikan kinerja yang optimal sehingga konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kompetensi adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi dilihat juga dari sikap dan mentalitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi dilihat juga dari sikap dan mentalitasnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya dilihat dari

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DI SMP NEGERI SE-KECAMATAN DEPOK

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DI SMP NEGERI SE-KECAMATAN DEPOK IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DI SMP NEGERI SE-KECAMATAN DEPOK SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

masalah penelitian yaitu gaya kepemimpinan kepala sekolah, sistem pelayanan administratif, sistem penyelenggaraan proses pendidikan (pembelajaran dan

masalah penelitian yaitu gaya kepemimpinan kepala sekolah, sistem pelayanan administratif, sistem penyelenggaraan proses pendidikan (pembelajaran dan BAB VI KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Bab IV ini mempakan deskripsi temuan penelitian yang mencakup masalah penelitian yaitu gaya kepemimpinan kepala sekolah, sistem pelayanan administratif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kegiatan proses belajar mengajar. 1. kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh guru.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kegiatan proses belajar mengajar. 1. kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh guru. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah sistem, sehingga keberhasilan dari proses pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pendidik atau guru. Guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. profesionalnya, dan sebaliknya kinerja yang di bawah standar kerja

BAB I PENDAHULUAN. profesionalnya, dan sebaliknya kinerja yang di bawah standar kerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap profesional ingin menunjukkan bahwa kinerjanya dapat dipertanggungjawabkan. Guru sebagai seorang profesional mempertaruhkan profesi pada kualitas kerjanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gaya kepemimpinan suatu organisasi merupakan salah satu faktor lingkungan intern yang sangat jelas mempunyai pengaruh terhadap perumusan kebijaksanaan dan penentuan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis paparan data dan temuan penelitian dapat disimpulkan hasil penelitian Implementasi Profesionalisme guru di SD Negeri Sukatani Kecamatan

Lebih terperinci

SIKAP MAHASISWA PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL TERHADAP PEMANFAATAN LABORATORIUM OUTDOOR IPS DI DESA BOKOHARJO

SIKAP MAHASISWA PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL TERHADAP PEMANFAATAN LABORATORIUM OUTDOOR IPS DI DESA BOKOHARJO SIKAP MAHASISWA PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL TERHADAP PEMANFAATAN LABORATORIUM OUTDOOR IPS DI DESA BOKOHARJO SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Setelah mengemukakan latar belakang penelitian yang diantaranya memuat rumusan masalah dan ruang lingkup

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP PROFESIONALISME GURU SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP PROFESIONALISME GURU SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP PROFESIONALISME GURU SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI MI MUHAMMADIYAH 6 NGLEGOK JENANGAN

PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI MI MUHAMMADIYAH 6 NGLEGOK JENANGAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI MI MUHAMMADIYAH 6 NGLEGOK JENANGAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Ponorogo Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belakang dan wawasan setiap individu berbeda-beda, sehingga. mengandung 3 komponen yang membentuk sikap, yaitu:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belakang dan wawasan setiap individu berbeda-beda, sehingga. mengandung 3 komponen yang membentuk sikap, yaitu: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Pandangan Proses pengamatan individu terhadap objek akan melibatkan pengalaman dan perasaannya dalam memberikan pandangan. Latar belakang dan wawasan

Lebih terperinci

KOMPETENSI GURU DAN PERANAN KEPALA SEKOLAH. Inom Nasution 1 ABSTRAK

KOMPETENSI GURU DAN PERANAN KEPALA SEKOLAH. Inom Nasution 1 ABSTRAK KOMPETENSI GURU DAN PERANAN KEPALA SEKOLAH Inom Nasution 1 ABSTRAK Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan, kompetensi guru merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Kompetensi guru tersebut meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah dan Penegasan Judul. berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah dan Penegasan Judul. berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan merupakan pondasi utama dalam pengembangan peradaban. Sejak adanya manusia maka sejak saat itu pula pendidikan itu ada. 1 Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam bentuk pendidikan formal, non formal maupun informal di sekolah dan luar sekolah yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru merupakan komponen yang palingmenentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan yang harus mendapat perhatian yang sentral, pertama dan utama. Figur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kompetensi Pedagogik Guru Sebelum membahas secara khusus tentang kompetensi pedagogik guru, ada baiknya terlebih dahulu dibahas tentang kompetensi secara umum. Kompetensi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketakwaan, kecerdasan, dan keterampilan. Untuk dapat menghasilkan produk

BAB I PENDAHULUAN. ketakwaan, kecerdasan, dan keterampilan. Untuk dapat menghasilkan produk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar di sekolah yang bertujuan untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan dasar sehingga siswa memiliki ketakwaan, kecerdasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teras, 2009), hlm Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi dan Aplikasi, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Teras, 2009), hlm Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi dan Aplikasi, (Yogyakarta: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan zaman, lembaga pendidikan menjadi semakin berkembang dan berkualitas, madrasah merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Supervisi Pendidikan 2.1.1 Tujuan Supervisi Supervisi adalah kata serapan dari bahasa Inggris supervision, gabungan dari dua kata super dan vision, yang memiliki arti melihat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Definisi Pengawas Pengawas sekolah merupakan bagian dari pendidikan yang bertugas untuk membantu kinerja guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

Lebih terperinci

Oleh FENI TRISTANTI NIM

Oleh FENI TRISTANTI NIM ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MENURUT POLYA POKOK BAHASAN VOLUME KUBUS DAN BALOK PADA SISWA KELAS V SDN 2 BLAMBANGAN BANYUWANGI SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan menekankan pelajaran agama, baik yang sudah di tambah pelajaran umum

BAB I PENDAHULUAN. dengan menekankan pelajaran agama, baik yang sudah di tambah pelajaran umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Madrasah adalah suatu lembaga pendidikan yang sudah memakai sistem kelas dengan menekankan pelajaran agama, baik yang sudah di tambah pelajaran umum maupun yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP KEGIATAN EKSTRAKURIKULER MARCHING BAND

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP KEGIATAN EKSTRAKURIKULER MARCHING BAND HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP KEGIATAN EKSTRAKURIKULER MARCHING BAND DENGAN SIKAP TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA SD DI KELAS SE-GUGUS KALITIRTO KECAMATAN BERBAH KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu hampir

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERBASIS MASALAH PADA MATERI INTERAKSI MANUSIA DENGAN LINGKUNGAN UNTUK SISWA KELAS VII SMP SKRIPSI

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERBASIS MASALAH PADA MATERI INTERAKSI MANUSIA DENGAN LINGKUNGAN UNTUK SISWA KELAS VII SMP SKRIPSI PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERBASIS MASALAH PADA MATERI INTERAKSI MANUSIA DENGAN LINGKUNGAN UNTUK SISWA KELAS VII SMP SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. profesional. Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. profesional. Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya maka sangat dibutuhkan peran pendidik yang profesional.

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VII A MATA PELAJARAN IPS MELALUI METODE GUIDED NOTE TAKING DI SMP N 1 MLATI SKRIPSI

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VII A MATA PELAJARAN IPS MELALUI METODE GUIDED NOTE TAKING DI SMP N 1 MLATI SKRIPSI UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VII A MATA PELAJARAN IPS MELALUI METODE GUIDED NOTE TAKING DI SMP N 1 MLATI SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Lebih terperinci

KOMPETENSI TENAGA KEPENDIDIKAN 1. KOMPETENSI PENGAWAS/PENILIK PAUD

KOMPETENSI TENAGA KEPENDIDIKAN 1. KOMPETENSI PENGAWAS/PENILIK PAUD LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI KOMPETENSI TENAGA KEPENDIDIKAN 1. KOMPETENSI PENGAWAS/PENILIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepala Sekolah pada suatu waktu dan guru-guru tetap menjalankan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Kepala Sekolah pada suatu waktu dan guru-guru tetap menjalankan aktivitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ada berbagai pendapat menyangkut pola, peran dan tanggung jawab Kepala Sekolah pada suatu lembaga pendidikan. Ketika ada atau tidak ada Kepala Sekolah pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani. hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani. hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan guru sangat penting dalam mentransformasikan input-input pendidikan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Peranan guru sangat penting dalam mentransformasikan input-input pendidikan, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru merupakan faktor sentral di dalam sistem pembelajaran terutama di sekolah. Peranan guru sangat penting dalam mentransformasikan input-input pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi. Supervisi sebagai fungsi administrasi pendidikan berarti aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian, dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian, dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian. I. PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

Lebih terperinci