KAJIAN KEPUSTAKAAN. sebagai penghasil telur dan daging di Indonesia. Menurut Srigandono (1997) dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN KEPUSTAKAAN. sebagai penghasil telur dan daging di Indonesia. Menurut Srigandono (1997) dan"

Transkripsi

1 10 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Itik Cihateup Itik Cihateup adalah salah satu jenis unggas air yang memiliki potensi sebagai penghasil telur dan daging di Indonesia. Menurut Srigandono (1997) dan Scanes dkk. (2004) klasifikasi itik sebagai berikut : Kingdom : Animalia Subkingdom : Bilateria Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Infraphylum : Gnasthostomata Superkelas : Tetrapoda Kelas : Aves Subkelas : Neonithe Superordo : Anserimorphae Ordo : Anseriformes Infraordo : Anserides Famili : Anatidae Genus : Anas Spesies : Anas platyrhynchos javanica Itik Cihateup adalah itik yang berasal dari Desa Cihateup, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Daerah Cihateup merupakan daerah dataran tinggi sehingga itik tersebut disebut juga dengan itik gunung. Daya adaptasinya dengan lingkungan dingin yang baik, membuat itik tersebut sesuai dipelihara untuk daerah dingin atau pegunungan (Wulandari dkk., 2005; Matitaputty dan Suryana, 2014). Ciri khas itik Cihateup dari itik lainnya termasuk itik Alabio dan Mojosari adalah ukuran panjang leher, sayap, femur dan tibia yang lebih panjang.

2 11 Perbedaan ukuran tubuh tersebut diduga karena adanya pengaruh lingkungan pemeliharaan di kawasan penggunungan. Ukuran panjang paha, sayap dan leher serta kemampuan jalan maupun terbang yang relatif jauh merupakan ciri khas itik Cihateup (Matitaputty dan Suryana, 2014). Warna bulu bagian leher itik Cihateup jantan didominasi warna pencilled dan ekor warna polos, sedangkan paruh dan shank didominasi warna hitam. Pada itik betina warna bulu bagian leher, dada, shank dan ekor sedikit berbeda dengan jantan yakni warna laced dan buttercup, sementara pada shank dan paruh tetap didominasi warna hitam (Wulandari dkk., 2005 dalam Matitaputty dan Suryana, 2014). Fertilitas itik Cihateup sangat tinggi yaitu 90% baik melalui inseminasi buatan (IB) atau kawin alam (Matitaputty dan Suryana, 2014) dan itik Cihateup dapat memproduksi telur sampai 200 butir/ekor/tahun (Susanti dan Prasetyo, 2007 dalam Matitaputty dan Suryana, 2014). 2.2 Albumin Albumin merupakan protein plasma darah yang paling banyak di dalam tubuh yaitu sekitar 55-60% dari protein serum yang terukur. Albumin terdiri dari rantai polipeptida tunggal dengan berat molekul 66,4 kda dan terdiri dari 585 asam amino. Albumin disintesis di dalam hati yang berasal dari protein pakan. Laju produksi albumin tergantung kepada keadaan penyakit dan laju nutrisi karena albumin hanya dibentuk pada lingkungan osmotik, hormonal, dan nutrisi yang cocok (Hasan dan Tities, 2008). Sintesis albumin terjadi di hati. Laju sintesis albumin dipengaruhi oleh asupan nutrisi dan keadaan tubuh. Albumin hanya dapat disintesis jika cukup

3 12 nutrisi, sistem hormon, dan lingkungan osmotik. Sintesis albumin membutuhkan mrna untuk translasi di ribosom. Penurunan konsentrasi mrna dapat terjadi akibat penyakit dan kondisi tubuh ternak. Hormonal juga dapat mempengaruhi konsentrasi mrna. Hormon insulin dibutuhkan dalam sintesis albumin. Suplai asam amino dibutuhkan untuk konsentrasi mrna. Asam amino akan diaktivasi dan berikatan dengan trna untuk pembentukan ATP. Gen ditranskripsikan ke mrna di dalam nukleus. Kemudian mrna disekresikan ke dalam sitoplasma, albumin yang berikatan dengan ribosom membentuk polysome yang mensintesis preproalbumin (Nicholson dkk., 2000). Kadar albumin normal pada ayam antara 1,6-2,0 g/dl (Swenson, 1984 dalam Widhyari dkk., 2011). Albumin adalah protein yang paling melimpah di dalam plasma yang merupakan protein utama yang dihasilkan oleh hati. Albumin memiliki fungsi fisiologis dan farmakologis. Albumin berfungsi untuk membawa logam, asam lemak, kolesterol, pigmen empedu, dan obat-obatan. Albumin memiliki peranan penting dalam regulasi tekanan osmotik (Roche dkk., 2008). Albumin memiliki fungsi untuk mempertahankan tekanan osmotik darah agar tidak terjadi asites, membantu metabolisme dan transportasi substansi lipofilik, anti-inflamasi, membantu keseimbangan asam-basa, antioksidan dengan cara menghambat produksi radikal bebas eksigen oleh leukosit polimorfonuklear, mempertahankan integritas mikrovaskuler sehingga mencegah masuknya bakteri usus ke dalam pembuluh darah, serta memiliki efek antikoagulan dalam kapasitas kecil (Hasan dan Tities, 2008). Albumin berperan penting dalam menjaga tekanan osmotik dalam tubuh, Menurut Frandson (1992) dalam Rahadian dkk., (2015) albumin dapat menjaga tekanan osmotik karena albumin memiliki berat molekul yang tinggi sehingga

4 13 tidak dapat melintasi dinding pembuluh atau dinding kapiler dan oleh karenanya akan membantu mempertahankan cairan yang berada di dalam sistem vaskular. Albumin memelihara keseimbangan cairan di dalam pembuluh darah dengan cairan di dalam rongga interstitial dalam batas-batas normal. Kekurangan albumin dalam serum dapat mempengaruhi pengikatan dan pengangkutan senyawa-senyawa endogen dan eksogen, termasuk obat-obatan, karena fraksi albumin juga dapat berfungsi sebagai distributor obat ke seluruh tubuh (Goldstein dkk., 1968; Vallner, 1977; Tandra dkk., 1988 dalam Nugroho, 2012). Albumin bersifat antioksidan karena albumin memiliki sumber gugus sulfihidril tereduksi yang mampu mengikat oksigen reaktif. Selain itu, albumin juga mampu mengikat ion-ion besi, tembaga, kobalt, seng, dan nikel. Ion-ion tersebut merupakan katalisator beberapa reaksi kimia yang dapat menghasilkan radikal bebas (Fanali dkk., 2012). 2.3 Globulin Globulin adalah salah satu protein plasma yang memiliki fungsi antibodi yaitu dapat melawan infeksi dan penyakit dalam tubuh. Kekurangan kadar globulin dalam tubuh akan mengakibatkan mudahnya tubuh terkena serangan penyakit. Dunia kedokteran telah menggunakan globulin sebagai obat injeksi bagi pasien yang kekurangan sistem imun. Globulin adalah komponen darah sangat penting karena antibodi merupakan globulin gamma (Hicks dkk., 1998). Globulin serum adalah campuran heterogen molekul-molekul protein, α, ß, dan γ-globulin berdasarkan mobilitas elektroforesis. Klasifikasi didasarkan pada struktur atau fungsinya yakni mukoprotein, lipoprotein, protein pengikat logam dan Gamma (γ) Globulin.

5 14 Fraksi γ-globulin serum adalah tempat utama antibodi yang beredar, yang dinamakan Imunoglobulin. Secara elekroforesis imunoglobulin (lg) dibagi dalam 5 golongan. Diantaranya lgg yang juga dikenal sebagai γ-globulin adalah fraksi terpenting yang mengandung antibodi, terdiri kira-kira 80% dari γ-globulin (Ischak, 2013). Imunoglobulin atau antibodi merupakan glikoprotein yang disekresi oleh sel plasma sebagai respon terhadap paparan imunogen. Antibodi ini mempunyai kemampuan untuk mengikat epitop yang merangsang pembentukan antibodi tersebut. Antibodi ini terutama berada dalam fraksi γ-globulin serum (Ischak, 2013). Antibodi adalah bahan larut jenis glikoprotein disebut globulin, dibangun dari dua rantai polipeptida berat dan dua rantai polipeptida ringan, dikenal sebagai imunoglobulin. Antibodi dibentuk oleh sel plasma dari proliferasi sel limfosit B akibat adanya kontak dengan antigen. Imunoglobulin dibagi dlm 5 kelas IgG, IgM, IgA, IgD dan IgE (Ischak, 2013). Globulin merupakan antibodi karena memiliki globulin gamma (Hiks dkk., 1998). Kadar globulin normal pada ayam antara 2,3-3,3 g/dl (Swenson, 1984 dalam Widhyari dkk., 2011). Pada saat cekaman panas kenaikan glukokortikoid yang akan menggangu immunitas harus dipertahankan dengan cara peningkatan globulin (Rahadian dkk., 2015). Namun kadar globulin akan mengalami penurunan jika tubuh berada dalam kondisi tidak nyaman dalam jangka waktu yang lama (Mushtaq dkk., 2013; Aengwanich, 2007). Kadar globulin dapat meningkat jika tubuh berada dalam kondisi infeksi kronis (paarasit, bakteri, atau virus), penyakit hati (sirosis), sindrom karsinoid,

6 15 radang sendi, ulkus pada kolon, leukimia, penyakit autoimun, dan gagal ginjal (Kaslow, 2010). 2.4 Metode Bromcresol Green Bromcresol green (BCG) adalah zat warna dari triphenylmethane family (triarylmethane dyes) yang digunakan sebagai penunjuk ph dan sebagai tracking dye untuk elektroforesis gel agarose DNA. Hal tersebut dilakukan untuk mengukur kadar albumin. Metode BCG dapat memberikan penaksiran kadar albumin dan globulin yang baik karena BCG dapat berikatan dengan albumin dan juga α dan β globulin (Ilmiah dkk., 2014). Prinsip kerja dari BCG adalah BCG akan mengikat albumin dalam keadaan asam yaitu dengan ph 4,2. Plasma yang diberi BCG akan berubah warna dari kuning menjadi hijau kemudian diabsorbansi menggunakan spektofotometer dengan panjang gelombang 630 nm ( ) ( 2.5 Pemeliharaan Minim Air dan Respon Fisiologi Unggas Air Pemeliharaan intensif atau disebut juga dengan pemeliharaan minim air adalah pemeliharaan itik yang dikandangkan secara terus-menerus. Sistem pemeliharaan ini ternak tidak digembalakan dan tidak memiliki kolam renang atau kubangan. Unggas air termasuk itik Cihateup membutuhkan kubangan untuk melepaskan panas tubuhnya yang merupakan salah satu usaha homeostasis tubuh. Jika kubangan tidak ada, maka panas tubuh akan terperangkap dan suhu tubuh akan meningkat. Cara lain yang dapat dilakukan ternak untuk mengeluarkan panas tubuh adalah termoregulasi.

7 16 Termoregulasi merupakan usaha ternak dalam mengantisipasi suhu lingkungan yang berubah terhadap suhu tubuhnya. Beberapa organ yang turut berinteraksi dalam proses termoregulasi antara lain jantung, sistem sirkulasi, hati, ginjal dan sistem syaraf pusat. Lingkungan dalam tubuh yang dipengaruhi dengan proses termoregulasi adalah cairan internal dan eksternal tubuh yang terkait dengan ph, suhu tubuh, komposisi ion-ion (Wardhana dkk., 2015). Respon tubuh terhadap perbedaan suhu permukaan dengan suhu di dalam tubuh berupa penurunan konsumsi ransum, performan yang suboptimal, berkurangnya aktivitas, mencari tempat dingin, bertambahnya laju pernafasan, dan beberapa tingkah laku lain. Kesemuanya ini dilakukan melalui suatu proses yang dikenal dengan homeostasis (Wardhana dkk., 2015). Suhu lingkungan yang cocok untuk itik adalah o C dan mampu meningkatkan pertumbuhan itik. Performa itik akan menurun ketika terjadi peningkatan suhu lingkungan diatas 29 o C (El-Badry dkk., 2009). Cekaman panas akan menyebabkan perubahan fisiologi dan biokimia tubuh ternak seperti hypertermia dan penurunan protein plasma yaitu albumin, globulin, dan fibrinogen. Penurunan protein plasma ini dijadikan kriteria evaluasi karena protein plasma telah dijadikan sebagai penanda ternak terkena cekaman panas (El- Badry dkk., 2009). Itik yang berada dalam keadaan tidak nyaman cenderung mengalami cekaman panas. Itik akan melakukan panting jika berada dalam cekaman panas karena itik tidak memliki kelenjar keringat. Proses panting ini akan menyebabkan itik melepaskan banyak CO2 dan itik akan kehilangan banyak air. Menurut Rahardja (2010) dalam Rahadian dkk., (2015) bahwa cekaman panas menyebabkan kehilangan air akan berlanjut dengan meningkatnya tekanan

8 17 osmotik (hiperosmolaritas) dan menurunnya volume darah (hipovolemia). Kondisi ini dilanjutkan dengan pengeluaran urin yang berlebihan guna mengurangi panas tubuh, yang dapat memacu pengeluaran mineral-mineral elektrolit (Na+, K+, Cl). Hal ini menyebabkan resistensi mineral di ginjal maka tekanan osmotik akan terganggu (Rahadian dkk., 2015). Cekaman panas juga dapat menyebabkan perubahan hormonal, ratio heterofil/limfosit (H/L), dan kadar malonaldehida (MDA). Menurut Kadir (2001) dalam Rahadian dkk., (2015) pada stres (cekaman panas) hipotalamus akan membentuk CRH (Corticotrophin Releasing Hormone) yang akan menstimulasi pembentukan ACTH (Adrenocorticotropic Hormone) pada hipofisa anterior yang kemudian akan menginduksi pembentukan glukorkotikoid pada kelenjar adrenal korteks. Konsentrasi hormon glukokortikoid yang meningkat merupakan salah satu penyebab profil albumin meningkat. Hal tersebut dikarenakan hormon glukokortikoid dibawa oleh albumin (Mushawwir dan Latipudin, 2012). Menurut Kaslow (2010) konsentrasi albumin dapat meningkat karena dehidrasi ringan, gagal dalam penggunaan perombakan protein, dan kelebihan hormon glukokortikoid. Menurut Mashaly dkk., (2004) hormon stres dapat menyebabkan gangguan pembentukan sel-sel imun. Penelitian Puvadolpiron dan Thaxton (2000); Mumma dkk. (2006) dalam Tamzil (2014) melaporkan bahwa ACTH dapat menyebabkan peningkatan rasio heterofil/limfosit (H/L) dalam darah, serta menurunkan bobot organ limfa, timus dan bursa fabricius, sehingga limfosit yang dihasilkan menjadi berkurang. Akibatnya antibodi yang dihasilkan oleh limfosit tersebut (antara lain gamma globulin) menjadi lebih rendah. Menurunnya jumlah limfosit

9 18 mengakibatkan meningkatnya rasio H/L. Semakin tinggi angka rasio H/L maka semakin tinggi pula tingkat cekaman sebagai bentuk stres pada unggas (Kusnadi, 2008). Penelitian Maini dkk., (2007) dalam Kusnadi (2008) melaporkan bahwa ternak yang berada dalam pada kondisi cekaman panas akan mengalami peningkatan kadar malonaldehida (MDA). MDA merupakan produk sampingan dari peroksidasi lipid sebagai indikator tingginya cekaman oksidatif karena tingginya radikal bebas akibat cekaman panas (Feng dkk., 2008 dalam Kusnadi, 2009). Peroksidasi lipida dapat merusak lipida dengan menghasilkan antara lain (MDA) dan 4-hidroksinonenal. Kedua senyawa tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada protein berupa mudahnya protein mengalami lisis (Supartondo, 2002 dalam Kusnadi, 2008). Total protein termasuk albumin dan globulin akan mengalami peningkatkan ketika infeksi kronis, hypofungsi dari kelenjar adrenal, kegagalan fungís hati, penyakit kolagen pada buluh darah, hypersensitif (alergi), dehidrasi, penyakit saluran pernafasan (sesak nafas), hemolisis, kecanduan alkohol, leukemia. Total protein termasuk albumin dan globulin akan akan mengalami penurunan ketika malnutrisi dan malabsorbsi, penyakit hati, diare kronis maupun non kronis, terbakar, ketidakseimbangan hormon, penyakit ginjal (proteinuria), rendahnya albumin, rendahnya globulin, bunting (Kaslow, 2010). Kadar albumin dan globulin plasma mengalami peningkatan ketika terjadi cekaman panas dan ketidakseimbangan elektrolit mineral dalam jangka pendek, kemudian kadar albumin dan globulin berangsur menurun dengan jangka waktu cekaman panas yang lama (Mushtaq dkk., 2013; Aengwanich, 2007).

10 Kitosan Iradiasi Kitosan adalah polisakarida linear hasil deasetilasi kitin yang memiliki struktur molekul α (1 4) linked 2-amino-2-deoxy-β-D glucopyranose. Kitosan bersifat biodegradable, biocompatible, dan tidak bersifat toksik sehingga telah digunakan dalam proteksi tumbuhan sebagai anti jamur dan imunitas (IAEA, 2014). Ilustrasi 1. Struktur Kitosan Kitin memiliki struktur molekul β(1-4)-linked 2-acetamido-2-deoxy-β-Dglucose1(N-acetylglucosamine) yang merupakan bahan konstituen organik yang penting dalam penyusunan kulit hewan golongan arthropoda. Kitin diperoleh melalui proses deamineralisasi dan deproteinasi. Deamineralisasi adalah proses penghilangan gugus gugus mineral menggunakan asam kuat yaitu larutan HCl. Deproteinasi adalah proses penghilangan gugus protein menggunakan basa kuat yaitu menggunakan larutan NaOH. Kitin dihilangkan gugus asetilnya menggunakan larutan NaOH sehingga dihasilkan kitosan. (Badan Tenaga Nuklir Nasional, 2013). Kitosan mudah larut dalam media asam encer, namun sangat sukar bila larut dalam air, oleh karena itu modifikasi kitosan sangat penting untuk meningkatkan biodegradabilitasnya. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menurunkan berat molekul kitosan (Erizal, 2012).

11 20 Cara reaksi enzimatis dapat dilakukan untuk menurunkan berat molekul kitosan. Namun, kelemahan penggunaan enzim adalah prosesnya tidak mudah dan harga enzim yang mahal. Cara populer yang dilakukan saat ini adalah penggunaan iradiasi gamma dan elektron (Erizal, 2012). Menurut Abraham dkk., (2010); Maity dkk., (2009); Kyriakos dan Rignakos (2010); Mrad dkk., (2010); David (2010) dalam Erizal (2012) menyatakan bahwa iradiasi gamma dan elektron sudah populer dimanfaatkan untuk sterilisasi di bidang kesehatan dan pengawetan makanan. Keunggulan dari iradiasi gamma dan elektron ini adalah prosesnya relatif cepat, tidak ada residu yang tersisa, dan dosis iradiasi dapat diatur sesuai keperluan (Erizal, 2012). Kitosan iradiasi yang dihasilkan oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Jakarta Selatan adalah kitosan yang dilakukan penyinaran dengan sinar gamma kobalt-60 pada dosis 75 kgy dan laju dosis 5 kgy/jam. Hal ini sesuai dengan patent BATAN No. IDP tahun 2013 No.3. Sehingga kitosan yang dihasilkan memiliki berat molekul (Mv) rendah yaitu 7-14 kd dan dapat larut dengan asam organik seperti asam asetat (Badan Tenaga Nuklir Nasional, 2013). Sifat dan karakteristik kitosan dipengaruhi oleh berat molekul dan derajat deasetilasi. Menurut Muzzarelli (1985) dan Austin (1988) dalam Trisnawati dkk., (2013). Kitosan berwarna putih sampai kuning pucat. Kitosan memiliki kadar abu <1% dan kadar air 2-10% serta kitosan hanya dapat larut pada ph 6. Karakteristik kitosan iradiasi dari BATAN juga disajikan di Lampiran 4. Kitosan merupakan bahan alam dengan struktur polimer linier dan mempunyai gugus reaktif amino dan hidroksil. Kitosan bersifat aman dan ramah lingkungan sehingga banyak digunakan digunakan dalam berbagai bidang.

12 21 Kitosan memiliki anti mikroba, anti jamur, dan anti virus pada beberapa mikroorganisme (Badan Tenaga Nuklir Nasional, 2013). Kitosan mampu memperbaiki pencernaan hewan dengan mengurangi absorpsi lemak dari saluran pencernaan ternak dengan mengikat gugus karboksil lemak sehingga meningkatkan pertumbuhan. Kitosan mempunyai aktifitas imunologik seperti dapat mengaktivasi makrofage sehingga meningkatkan sistem imun (Badan Tenaga Nuklir Nasional, 2013). Penelitian Xu dkk. (2013) dengan pemberian kitosan dapat meningkatkan struktur morfologi usus kecil pada babi (non ruminansia), yang ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan panjang villivilli usus kecil. Hasilnya nutrisi lebih maksimal diserap oleh usus halus. Pemberian kitosan dapat meningkatkan pertumbuhan, kadar total protein, albumin darah, imunoglobulin dan menurunkan kadar nitrogen urea. Senyawa aktif kitosan dapat memperbaiki struktur villi sehingga meningkatkan anabolisme nutrisi. Gugus amino dan hidroksil mampu mengaktifkan makrofage serta menstimulasi antibodi dan lisozim sehingga meningkatkan kadar imunoglobulin (Wang dkk., 2011).

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung dan tanpa kitosan iradiasi disajikan pada Tabel 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung dan tanpa kitosan iradiasi disajikan pada Tabel 4. 34 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1 Kadar Albumin Darah Itik Cihateup Rata-rata kadar albumin darah itik Cihateup yang diberi ransum mengandung dan tanpa kitosan iradiasi disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rata-rata

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Itik mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memiliki banyak

I PENDAHULUAN. Itik mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memiliki banyak I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memiliki banyak kelebihan dibandingkan ternak unggas yang lain, diantaranya adalah lebih tahan terhadap penyakit, memiliki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. melakukan aktivitas pada suhu lingkungan yang berbeda. Kondisi minim air dapat menyebabkan itik mengalami stress berat dan

PENDAHULUAN. melakukan aktivitas pada suhu lingkungan yang berbeda. Kondisi minim air dapat menyebabkan itik mengalami stress berat dan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik Cihateup adalah jenis unggas air yang berbeda dengan yang lain dan memiliki kemampuan termoregulasi yang lebih rendah dari unggas lainnya. Itik mempunyai sifat yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Itik Cihateup merupakan salah satu unggas air, yaitu jenis unggas yang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Itik Cihateup merupakan salah satu unggas air, yaitu jenis unggas yang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik Cihateup merupakan salah satu unggas air, yaitu jenis unggas yang sebagian besar waktunya dihabiskan di air. Kemampuan termoregulasi itik menjadi rendah karena tidak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Itik (Anas platyrhynchos)

TINJAUAN PUSTAKA. Itik (Anas platyrhynchos) TINJAUAN PUSTAKA Itik (Anas platyrhynchos) Menurut Achmanu (1997), itik termasuk ke dalam unggas air (waterfowl) yang mempunyai klasifikasi sebagai berikut : kelas Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dipertahankan. Ayam memiliki kemampuan termoregulasi lebih baik dibanding

PENDAHULUAN. dipertahankan. Ayam memiliki kemampuan termoregulasi lebih baik dibanding I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik merupakan hewan homoioterm yang suhu tubuhnya harus tetap dipertahankan. Ayam memiliki kemampuan termoregulasi lebih baik dibanding itik. Zona suhu kenyamanan (Comfort

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sebagian hidupnya dilakukan ditempat berair. Hal ini ditunjukkan dari struktur fisik

PENDAHULUAN. sebagian hidupnya dilakukan ditempat berair. Hal ini ditunjukkan dari struktur fisik I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Itik merupakan ternak unggas penghasil daging dan telur yang cukup potensial disamping ayam. Ternak itik disebut juga sebagai unggas air, karena sebagian hidupnya dilakukan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. besar pasang gen yang masing-masing dapat berperan secara aditif, dominan dan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. besar pasang gen yang masing-masing dapat berperan secara aditif, dominan dan II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Lokal Ayam lokal merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di pelosok masyarakat. Unggas merupakan penyumbang terbesar keperluan daging

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. : Anas platyrhynchos (domestic duck) Itik sangat identik dengan kehidupan nya yang selalu berkelompok dan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. : Anas platyrhynchos (domestic duck) Itik sangat identik dengan kehidupan nya yang selalu berkelompok dan 8 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Deskripsi Itik Itik adalah hewan yang telah didomestikasi guna diambil daging, telur ataupun bulunya. Klasifikasi itik meliputi : Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus Spesies

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 28 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Tingkat Energi Protein Ransum Berbeda Terhadap Total Protein Darah Ayam KUB Rataan total protein darah ayam kampung unggul Balitbangnak (KUB) pada penelitian ini

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Ternak itik merupakan hewan homoiterm yang dapat melakukan

PENDAHULUAN. Ternak itik merupakan hewan homoiterm yang dapat melakukan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak itik merupakan hewan homoiterm yang dapat melakukan homeostatis pada suhu lingkungan yang tidak sesuai dengan suhu tubuhnya. Pemeliharaan itik kurang diminati

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan osmotik serta stres panas. Itik akan mengalami kesulitan

PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan osmotik serta stres panas. Itik akan mengalami kesulitan I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik sangat rentan terhadap cuaca panas ditambah lagi dengan sistem pemeliharaan minim air menyebabkan konservasi air oleh ginjal lebih banyak dan meningkatnya tekanan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik ini

PENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik ini I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik Cihateup adalah bangsa itik yang berasal dari Desa Cihateup, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik ini sering disebut sebagai itik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik Cihateup

PENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik Cihateup I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik merupakan jenis unggas petelur maupun pedaging yang cukup produktif dan potensial disamping ayam. Itik Cihateup berasal dari Desa Cihateup, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul Pengaruh tingkat energi protein dalam ransum terhadap total protein darah ayam Sentul dapat dilihat pada Tabel 6.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. fructooligosaccharide (FOS) pada level yang berbeda disajikan pada Tabel 5:

HASIL DAN PEMBAHASAN. fructooligosaccharide (FOS) pada level yang berbeda disajikan pada Tabel 5: 31 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Albumin Darah Itik Cihateup Rata-rata kadar albumin darah itik Cihateup pada pemberian fructooligosaccharide (FOS) pada level yang berbeda disajikan pada Tabel 5: Tabel

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan berat telur rata-rata 65-70gram per butir (Rasyaf, 1993). Indonesia

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan berat telur rata-rata 65-70gram per butir (Rasyaf, 1993). Indonesia II KAJIAN KEPUSTAKAAN 1.1 Deskripsi Itik Itik di Indonesia merupakan keturunan dari itik Indian Runner yang mampu bertelur hingga 300 butir per tahun dengan kondisi peternakan (intensif), dengan berat

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN

II KAJIAN KEPUSTAKAAN 8 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Itik Cihateup Itik diklasifikasikan sebagai berikut (Srigandono, 1997; Scanes dkk., 2004) : Kingdom : Animalia Subkingdom : Bilateria Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dibandingkan dengan unggas-unggas lainnya seperti ayam. Fakultas Peternakan

PENDAHULUAN. dibandingkan dengan unggas-unggas lainnya seperti ayam. Fakultas Peternakan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Itik Cihateup termasuk kedalam jenis unggas air yang memiliki sifat fisiologik terbiasa dengan air dan kemampuan thermoregulasi yang rendah dibandingkan dengan unggas-unggas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Ternak itik mulai diminati oleh masyarakat terutama di Indonesia. Karena,

I PENDAHULUAN. Ternak itik mulai diminati oleh masyarakat terutama di Indonesia. Karena, 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak itik mulai diminati oleh masyarakat terutama di Indonesia. Karena, menghasilkan produk peternakan seperti telur dan daging yang memiliki kandungan protein hewani

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking merupakan itik tipe pedaging yang termasuk dalam kategori unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem pemeliharaan itik Peking

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN

II KAJIAN KEPUSTAKAAN II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Itik Itik merupakan salah satu jenis unggas yang sudah lama dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Selain sebagai alat pemenuh kebutuhan konsumsi namun juga berpotensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Albumin Albumin merupakan protein plasma yang paling banyak dalam tubuh manusia, yaitu sekitar 55-60% dan total kadar protein serumnormal adalah 3,85,0 g/dl. Albumin terdiri

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Broiler merupakan unggas penghasil daging sebagai sumber protein hewani yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat. Permintaan daging

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan cekaman panas yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan cekaman panas yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi 1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan cekaman panas yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi dapat merupakan masalah serius pada pengembangan ayam broiler di daerah tropis. Suhu rata-rata

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Tingkat Energi Protein Ransum terhadap Total Protein Darah Ayam Lokal Jimmy Farm

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Tingkat Energi Protein Ransum terhadap Total Protein Darah Ayam Lokal Jimmy Farm IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Tingkat Energi Protein Ransum terhadap Total Protein Darah Ayam Lokal Jimmy Farm Pengaruh tingkat energi protein ransum terhadap total protein darah ayam lokal Jimmy

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ayam petelur adalah ayam yang mempunyai sifat unggul dalam produksi telur atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL

BAB I PENDAHULUAN. Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL (low density lipoprotein), HDL (high density lipoprotein), total kolesterol dan trigliserida.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mayarakat secara umum harus lebih memberi perhatian dalam pencegahan dan pengobatan berbagai jenis penyakit yang ditimbulkan oleh mikroorganisme patogen seperti

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. kulit yang biasa disebut dengan lemak abdominal. Daging itik dibanding spesies

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. kulit yang biasa disebut dengan lemak abdominal. Daging itik dibanding spesies II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Itik Cihateup Itik merupakan salah satu unggas air, ternak ini memiliki kulit yang tebal yang disebabkan oleh adanya lapisan lemak tebal yang terdapat di lapisan bawah kulit yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae, sub family Anatinae, tribus Anatini dan genus Anas (Srigandono,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. waktu dan di dalam kandang tersebut terdapat kubangan atau tempat khusus untuk

PENDAHULUAN. waktu dan di dalam kandang tersebut terdapat kubangan atau tempat khusus untuk 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik termasuk kedalam golongan unggas air yang berperan sebagai penghasil telur dan daging. Itik Cihateup yang merupakan salah satu itik lokal Indonesia yang berasal

Lebih terperinci

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya SISTEM SIRKULASI Kompetensi Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya Suatu sistem yang memungkinkan pengangkutan berbagai bahan dari satu tempat ke tempat lain di dalam tubuh organisme Sistem

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. ketinggian 378 m di atas permukaan laut (dpl) yang merupakan dataran tinggi,

KAJIAN KEPUSTAKAAN. ketinggian 378 m di atas permukaan laut (dpl) yang merupakan dataran tinggi, 7 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Itik Cihateup Itik Cihateup berasal dari Desa Cihateup, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat. Daerah Cihateup berada pada ketinggian 378 m di atas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Protein Hati Broiler

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Protein Hati Broiler IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Protein Hati Broiler Berdasarkan hasil penelitian, kadar protein hati broiler yang diberi probiotik selama pemeliharaan dapat dilihat pada

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut menunjukan bahwa ayam lokal mempunyai potensi yang baik untuk

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut menunjukan bahwa ayam lokal mempunyai potensi yang baik untuk II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Lokal Ayam lokal merupakan jenis ayam yang banyak dipelihara orang di Indonesia, terutama di daerah pedesaan. Ayam lokal yang terdapat di Indonesia beragam penempilanya dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tingkat keperluan terhadap hasil produksi dan permintaan masyarakat berupa daging

PENDAHULUAN. Tingkat keperluan terhadap hasil produksi dan permintaan masyarakat berupa daging I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam lokal saat ini menjadi salah satu bahan pangan yang digemari masyarakat luas untuk dikonsumsi baik dalam bentuk telur maupun dagingnya. Tingkat keperluan terhadap

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. optimal salah satunya itik. Itik sebagai hewan homoeotherm, itik memerlukan

I PENDAHULUAN. optimal salah satunya itik. Itik sebagai hewan homoeotherm, itik memerlukan I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Unggas merupakan salah satu hewan yang tergolong homoeoterm berdasarkan adaptasinya terhadap perubahan suhu tubuh dan perubahan suhu lingkungan. Setiap jenis unggas memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Profil Ayam Kedu dan Status Nutrisi Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di Kabupaten Temanggung. Ayam Kedu merupakan ayam lokal Indonesia yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah) Profil parameter eritrosit yang meliputi jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit kucing kampung (Felis domestica) ditampilkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang dikembangkan pada tipe

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor peternakan merupakan sektor yang strategis, mengingat dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan dan mencerdaskan bangsa, sektor peternakan berperan penting melalui penyediaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gathot Gathot merupakan hasil fermentasi secara alami pada ketela pohon. Ketela pohon tersebut memerlukan suasana lembab untuk ditumbuhi jamur secara alami. Secara umum,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil perhitungan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC pada kerbau lumpur betina yang diperoleh dari rata-rata empat kerbau setiap

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan adalah 60 ekor itik Cihateup betina fase grower

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan adalah 60 ekor itik Cihateup betina fase grower 22 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Ternak yang digunakan adalah 60 ekor itik Cihateup betina fase grower berumur 4 bulan yang memliki simpangan baku bobot badannya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. yang bisa menyesuaikan tubuh dengan lingkungannya. Karena itik termasuk ke

I PENDAHULUAN. yang bisa menyesuaikan tubuh dengan lingkungannya. Karena itik termasuk ke 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Itik adalah golongan unggas air dan itik merupakan hewan homoiterm yang bisa menyesuaikan tubuh dengan lingkungannya. Karena itik termasuk ke dalam hewan berdarah panas,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus mengalami peningkatan sehingga permintaan akan ketersediaan makanan yang memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit kritis merupakan suatu keadaan sakit yang membutuhkan dukungan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit kritis merupakan suatu keadaan sakit yang membutuhkan dukungan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak sakit kritis Penyakit kritis merupakan suatu keadaan sakit yang membutuhkan dukungan terhadap kegagalan fungsi organ vital yang dapat menyebabkan kematian, dapat berupa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang berkembang pesat. Pada 2013 populasi broiler di Indonesia mencapai 1.255.288.000 ekor (BPS,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pemeliharaan itik dipeternakan rakyat tergolong sulit karena kondisi kandang

PENDAHULUAN. Pemeliharaan itik dipeternakan rakyat tergolong sulit karena kondisi kandang 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemeliharaan itik dipeternakan rakyat tergolong sulit karena kondisi kandang harus menyesuaikan dengan kebutuhan itik yang tergolong unggas air, kebutuhan air bagi itik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat

PENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditi unggas yang telah lama berkembang di Indonesia salah satunya ialah puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat sebagai sumber

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.

HASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5. 50 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kadar Hemoglobin Itik Cihateup Data hasil pengamatan kadar hemoglobin itik cihateup fase grower yang diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Indonesia selama ini banyak dilakukan dengan sistem semi intensif.

I PENDAHULUAN. Indonesia selama ini banyak dilakukan dengan sistem semi intensif. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik merupakan hewan yang terbiasa hidup di kolam air untuk minum dan berenang dalam upaya menurunkan suhu tubuh. Sistem pemeliharaan itik di Indonesia selama ini banyak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian FOS terhadap Jumlah Plak Peyeri Ileum Itik Cihateup

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian FOS terhadap Jumlah Plak Peyeri Ileum Itik Cihateup IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian FOS terhadap Jumlah Plak Peyeri Ileum Itik Cihateup Rata-rata jumlah plak peyeri ileum itik Cihateup setelah pemberian FOS dapat dilihat di Tabel 6. Tabel

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Yupiter Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah A. Bagian-Bagian Darah Terdiri atas apakah darah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian diperoleh hasil kadar ikan kembung yang diawetkan dengan garam dan khitosan ditunjukkan pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur merupakan ternak unggas petelur yang banyak dikembangkan di Indonesia. Strain ayam petelur ras yang dikembangkan di Indonesia antara lain Isa Brown,

Lebih terperinci

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. adalah Timbal (Pb). Timbal merupakan logam berat yang banyak digunakan

PENDAHULUAN. adalah Timbal (Pb). Timbal merupakan logam berat yang banyak digunakan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pencemaran lingkungan oleh logam berat cukup membahayakan kehidupan. Salah satu logam berbahaya yang menjadi bahan pencemar tersebut adalah Timbal (Pb). Timbal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Protein Hati Itik

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Protein Hati Itik IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Protein Hati Itik Rata-rata kadar Protein hati itik yang diberikan imbangan elektrolit ransum disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Persentase

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Bangsa-bangsa itik lokal yang ada umumnya diberi nama berdasarkan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Bangsa-bangsa itik lokal yang ada umumnya diberi nama berdasarkan II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Itik Cihateup Bangsa-bangsa itik lokal yang ada umumnya diberi nama berdasarkan tempat asalnya. Itik Cihateup berasal dari Desa Cihateup, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Ransum Ransum penelitian disusun berdasarkan rekomendasi Leeson dan Summers (2005) dan dibagi dalam dua periode, yakni periode starter (0-18 hari) dan periode finisher (19-35

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Barat, Itik cihateup tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan dijadikan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Barat, Itik cihateup tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan dijadikan 1 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Itik Cihateup Itik Cihateup merupakan salah satu jenis unggas air yang berasal dari Jawa Barat, Itik cihateup tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan dijadikan sebagai

Lebih terperinci

SISTEM IMUN SPESIFIK. Lisa Andina, S.Farm, Apt.

SISTEM IMUN SPESIFIK. Lisa Andina, S.Farm, Apt. SISTEM IMUN SPESIFIK Lisa Andina, S.Farm, Apt. PENDAHULUAN Sistem imun spesifik adalah suatu sistem yang dapat mengenali suatu substansi asing yang masuk ke dalam tubuh dan dapat memacu perkembangan respon

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).

Lebih terperinci

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti yang paling utama) adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan A. Protein Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Pakan Sapi Perah Faktor utama dalam keberhasilan usaha peternakan yaitu ketersediaan pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi (Firman,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kesehatan, bahkan pada bungkus rokok-pun sudah diberikan peringatan mengenai

I. PENDAHULUAN. kesehatan, bahkan pada bungkus rokok-pun sudah diberikan peringatan mengenai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan hal yang sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Bahkan menurut data WHO tahun 2011, jumlah perokok Indonesia mencapai 33% dari total jumlah penduduk

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Itik Cihateup adalah itik yang berasal dari Desa Cihateup, Kecamatan. Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Itik Cihateup adalah itik yang berasal dari Desa Cihateup, Kecamatan. Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat. II KAJIAN KEPUSTAKAAN 1.1 Itik Cihateup Itik Cihateup adalah itik yang berasal dari Desa Cihateup, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat. Selain di daerah asalnya, itik Cihateup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Pakan Bahan pakan sapi perah terdiri atas hijauan dan konsentrat. Hijauan adalah bahan pakan yang sangat disukai oleh sapi. Hijauan merupakan pakan yang memiliki serat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar eritrosit, haemoglobin, hematokrit, dan MCV ayam peterlur yang diberi dan tanpa kitosan dalam pakan, berdasarkan hasil penelitian disajikan pada Tabel 1. Tabel.1 Kadar Eritrosit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan

Lebih terperinci

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini studi tentang hubungan antara makanan dan kesehatan memerlukan metode yang mampu memperkirakan asupan makanan biasa. Pada penelitian terdahulu, berbagai upaya

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 31 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Minyak Buah Makasar terhadap Protein Hati Itik Cihateup Rata-rata kadar protein hati pada itik Cihateup yang diberi minyak buah makasar (MBM) pada kondisi

Lebih terperinci

THERMOREGULATION SYSTEM ON POULTRY

THERMOREGULATION SYSTEM ON POULTRY THERMOREGULATION SYSTEM ON POULTRY Oleh : Suhardi, S.Pt.,MP Pembibitan Ternak Unggas AYAM KURANG TOLERAN TERHADAP PERUBAHAN SUHU LINGKUNGAN, SEHINGGA LEBIH SULIT MELAKUKAN ADAPTASI TERHADAP PERUBAHAN SUHU

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. unggas lainnya. Menurut Saraswati (2011), klasifikasi Itik Cihateup adalah sebagai

KAJIAN KEPUSTAKAAN. unggas lainnya. Menurut Saraswati (2011), klasifikasi Itik Cihateup adalah sebagai 9 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Itik Cihateup Itik Cihateup merupakan salah satu unggas air yang mempunyai sifat fisiologik dengan kemampuan thermoregulasi yang rendah dibandingkan dengan unggas

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH

SISTEM PEREDARAN DARAH SISTEM PEREDARAN DARAH Tujuan Pembelajaran Menjelaskan komponen-komponen darah manusia Menjelaskan fungsi darah pada manusia Menjelaskan prinsip dasar-dasar penggolongan darah Menjelaskan golongan darah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang sangat pesat, Populasi ayam lokal pada tahun 2014

PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang sangat pesat, Populasi ayam lokal pada tahun 2014 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam bidang sektor peternakan di Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, Populasi ayam lokal pada tahun 2014 mencapai 274,1 juta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura termasuk dalam sapi lokal Indonesia, yang berasal dari hasil persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura memiliki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah 23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, persentase hematokrit, MCV, MCH dan MCHC ayam broiler dengan perlakuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Basah. Tabel 7. Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Basah Usus Besar

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Basah. Tabel 7. Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Basah Usus Besar IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Basah Analisis sampel yang pertama diperoleh data berat basah yang menunjukkan berat sel dan air dari usus besar tersebut. Tabel 7. Pengaruh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hen Day Production (HDP) ayam petelur pada THI yang berbeda (kuningan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hen Day Production (HDP) ayam petelur pada THI yang berbeda (kuningan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hen Day Production (HDP) Hen Day Production (HDP) ayam petelur pada THI yang berbeda (kuningan dan Cililin) berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuak merupakan hasil sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren

BAB I PENDAHULUAN. Tuak merupakan hasil sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuak merupakan hasil sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren (Arenga pinnata) sejenis minuman yang merupakan hasil fermentasi dari bahan minuman/buah yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Hidup dan Karkas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Hidup dan Karkas HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Hidup dan Karkas Rataan bobot hidup dan karkas ayam broiler umur lima minggu hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan Bobot Hidup

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan

TINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepadatan Ayam Petelur Fase Grower Ayam petelur adalah ayam yang efisien sebagai penghasil telur (Wiharto, 2002). Keberhasilan pengelolaan usaha ayam ras petelur sangat ditentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan terjadinya peningkatan

I. PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan terjadinya peningkatan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan protein. Kondisi ini memerlukan adanya berbagai langkah untuk mengatasinya. Salah satu

Lebih terperinci

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. peternakan. Penggunaan limbah sisa pengolahan ini dilakukan untuk menghindari

I PENDAHULUAN. peternakan. Penggunaan limbah sisa pengolahan ini dilakukan untuk menghindari I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah pangan yang berasal dari sisa-sisa pengolahan makanan merupakan salah satu sumber bahan pakan alternatif yang sering digunakan dalam dunia peternakan. Penggunaan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Zat Makanan Berdasarkan analisis statistik, konsumsi bahan kering nyata dipengaruhi oleh jenis ransum, tetapi tidak dipengaruhi oleh jenis domba dan interaksi antara kedua

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh Analisis terhadap kandungan kolesterol daging, hati dan telur dilakukan saat puyuh berumur 14 minggu, diperlihatkan pada Tabel 5 dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanpa disadari, setiap hari semua orang membutuhkan makanan untuk dapat bertahan hidup karena makanan merupakan sumber utama penghasil energi yang dapat digunakan

Lebih terperinci

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. PROTEIN Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringanjaringan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh logam berat sudah sangat

PENDAHULUAN. Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh logam berat sudah sangat I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh logam berat sudah sangat memprihatinkan. Pencemaran lingkungan oleh logam berat merupakan suatu proses yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI digilib.uns.ac.id Pembuatan Kitosan dari Cangkang Keong Mas untuk Adsorben Fe pada Air BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka A.1. Keong mas Keong mas adalah siput sawah yang merupakan salah satu hama

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Morfometrik Mikro Ileum

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Morfometrik Mikro Ileum 36 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Morfometrik Mikro Ileum Rataan jumlah vili dan ukuran (panjang dan lebar) vili ileum itik Cihateup yang diberi dan tanpa kitosan iradiasi disajikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lipid 2.1.1 Pengertian lipid Lipid adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa organik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan cara penggorengan. Minyak kelapa sawit merupakan jenis minyak utama yang digunakan masyarakat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh Puyuh yang digunakan dalam penilitian ini adalah Coturnix-coturnix japonica betina periode bertelur. Konsumsi pakan per hari, bobot

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 25 BAB 5 HASIL PENELITIAN Preparat jaringan yang telah dibuat, diamati dibawah mikroskop multinokuler dengan perbesaran 4x dan 10x. Semua preparat dapat dibaca berdasarkan tolok ukur skor tingkat peradangan

Lebih terperinci