KAJIAN KEPUSTAKAAN. Barat, Itik cihateup tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan dijadikan

Transkripsi

1 1 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Itik Cihateup Itik Cihateup merupakan salah satu jenis unggas air yang berasal dari Jawa Barat, Itik cihateup tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan dijadikan sebagai ternak penghasil telur dan Daging (Ditjen PKH 2012). Itik cihateup yang dibudidayakan memiliki potensi yang baik sebagai penghasil telur dengan produktivitas rataannya adalah sebesar 290 butir per tahun, tingkat kematian 2% 5% (Dudi, 2007). Itik lokal yang dikembangkan oleh peternak di pelosok nusantara memiliki daya adaptasi yang sangat baik dengan lingkungan tempat mereka dikembangkan dan dapat hidup pada lingkungan barunya. Kemampuan tersebut menurut Hardjosworo (1995) merupakan sifat genetik yang bernilai tinggi pada ternak lokal. Setiap itik lokal mempunyai karakteristik morfometrik berbeda antara satu dengan yang lainnya dari segi ukuran dan bentuk. Terbentuknya karakteristik fenotipik ini kemungkinan disebabkan oleh seleksi alam yang dialami itik di daerah asalnya dalam waktu yang lama. Menurut Srigandono (1997) itik Cihateup termasuk ternak itik lokal yang memiliki taksonomi sebagai berikut : Kingdom Phylum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Vertebrata : Aves : Anseriformes : Anatidae : Anas : Anas Platyhyncos

2 2 Itik Cihateup yang dipelihara produktivitasnya dipenagaruhi oleh fakor genetik dan faktor lingkungan pemeliharaan itik yag kurang baik akan berpengaruh terhadap penurunan produksi oleh karena itu penelitian mengenai itik Cihateup terus dilakukan agar dapat diperoleh itik cihateup yang mampu berproduksi optimal (Procula dan Surayana, 2014). 2.2 Buah Makasar Deskrispsi Buah Makasar Buah makasar sudah banyak dikenal sebagai obat tradisional yang dipercaya mengandung beberapa manfaat untuk mengobati penyakit, tumbuhan ini berbentuk perdu tegak menahun dan banyak tumbuh liar di Indonesia di hutan atau pekarangan rumah. Buah tanaman ini mempunyai rasa yang sangat pahit sehingga tidak dapat dikonsumsi (praptiwi, dkk. 2007). Taksonomi dari buah makasar adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae Ordo : Sapindales Family : Simaroubaceae Genus : Brucea Spesies : Brucea javanica Buah makasar (Brucea javanica L. Merr) merupakan buah yang tergolong dalam famili Simaroubaceae. Famili Simaroubaceae kebanyakan mengandung golongan senyawa alkaloid, terpenoid, kuainoid dan steroid. Buah makasar juga mempunyai aktivitas antimikrobam antiinflamasi, antioksidan, antimalaria, antitumor, antikanker Kandungan Buah Makasar Hasil analisis komposisi kimia minyak buah makasar menggunakan GC-MS menunjukan bahwa terdapat dua kelompok senyawa di dalamnya yaitu asam lemak

3 3 dan senyawa organik lainnya. Asam lemak yang paling banyak terkandung dalam minyak buah makasar adalah asam linoleat CH3-(CH2)4-(CH=CH-CH2)2(CH2)6- COOOH, yaitu sebesar 52,89%. Asam linoleat atau dikenal dengan istilah asam lemak omega 6 adalah asam lemak yang memiliki rantai karbon sebanyak 18 dan mengandung dua ikatan rangkap pada posisi 9 (C9-C10) dan 12 (C12-C13) dengan isomer geometris cis. Ikatan rangkap ini menyebabkan asam linoleat disebut asam lemak tidak jenuh (Murhadi, 2005). Asam linoleat memiliki aktivitas antioksidan yang akan merespon dan melakukan pertahanan dengan cara menyerang sumber penyakit seperti bakteri, virus, dan parasit. Asam linoleat konsentrasi yang rendah dapat membunuh dan mencegah pertumbuhan sel kanker kulit,kolon, dan payudara secara in vitro. Hal ini kemungkinan karena aktivitas antioksidan dari asam linoleat. Selain itu asam linoleat dapat pula memodifikasi aktivitas enzim-enzim yang berhubungan dengan karsinogenesis seperti protein kinase (Pariza, 2004). Pemberian asam linoleat kepada broiler dapat menurunkan total lemak, dan meningkatkan jaringan otot dan kerapatan tulang. 2.3 Heat Shock Protein (HSP) Deskripsi HSP Heat shock protein (HSP) adalah molekuler chaperones yang menggunakan energy ATP untuk mengkatalis folding protein setelah translasi. Kondisi lingkungan seperti suhu dapat menganggu struktur tiga dimensi protein. Peningkatan suhu akan melemahkan ikatan hydrogen. Suhu yang tinggi dapat menyebabkan protein menjadi tidak terlipat atau denarurasi. Ketika terdenaturasi sebuah protein tidak bisa lagi melakukan fungsi sesuai dan mungkin akan merusak sel. Molecular Chaperones mengikat pada protein denaturasi (Ilustrasi 1), dan

4 4 melipatnya menjadi konformasi yang sesuai. Selama stress sell meningkatkan level molekul chaperone yang disebut Heat Shock Protein (Mushawwir, 2015). Ilustrasi 1. Proses Pelipatan Protein oleh Chaperone HSP dikelompokkan atau dikategorikan berdasarkan berat molekulnya dan urutan molekul asam aminonya (AA) serta dengan struktur dan fungsi. Mayoritas HSP dalam sel mamalia termasuk HSP 110, 90, 70, 60, dan 27, masing-masing memiliki fungsi dan lokasi selular yang berbeda. Secara umum HSP dikenal sebagai pendamping molekul. HSP mengikat atau membuka protein yang gagal melipat dan membantu mengembalikan ke konformasi asli mereka (Bouchama dan Knochel, 2002). Protein dapat berfungsi secara fungsional apabila mereka terlipat pada konformasi yang tepat, beberapa protein dapat menggunakan informasi dengan sekuens primer, namun lainnya membutuhkan molekul chaperones (Moyes, 2006).

5 5 Setiap bagian dari subselular memiliki protein HSP 70, yang membantu pada lipatan protein menjadi konformasi yang tepat dan menargetkan pada protein yang tidak terlipat (misfolded) untuk degradasi. Golongan HSP 70 dihasilkan oleh sel yang berada dalam kondisi stres. Ketika suhu meningkat tinggi sel secara langsung menginduksi sintesis HSP 70 yang diproduksi di sitoplasma dimana HSP melipat kembali protein yang terdenaturasi terhadap respon akibat perubahan suhu. Kemampuan untuk menjalankan heat shock response merupakan penghubung dengan thermotolerance (Feder, 1990) Mekanisme Kerja HSP Ketika organisme hidup yang terkena panas dan stres nonthermal, sintesis protein umumnya mengalami hambatan dan satu masalah yang penting bagi metabolisme. Namun, terdapat sekelompok protein yang sangat dijaga ketata bahkan mampu dilestarikan dengan kemampuan sintesis yang cepat, dikenal sebagai Heat Shock Protein (HSP) (Baqchi dkk., 2001; Ogura dkk., 2007; Sun dkk., 2007).

6 6 Ilustrasi 2. Mekanime Heat Shock Response Beberapa publikasi juga menunjukan bahwa heat shock protein (HSP) berukuran kecil (< 70 kda) melindungi filamen aktin dari fragmentasi yang disebabkan oleh cekaman panas (Lavoie dkk., 1995; Bryantsev dkk., 2002; Pivovarova dkk., 2005). Saat ini penemuan yang menyoroti pentingnya pembuluh darah dan endotelium dalam perlindungan miokard, menunjukan sebuah hubungan antara HSP 70 dalam pembuluh darah dan fungsional pemulihan setelah perawatan heat shock protein (HSP). Putih (1980) pertama menemukan bahwa satu protein dengan berat molekul terakumulasi dalam fraksi mikrovaskuler saat irisan telencephalon diinkubasi di vinblastin. Protein tersebut diinduksi dan diverifikasi merupakan komponen protein dari gen HSP. Heat shock response terdiri dari beberapa tahapan, menurut Moyes. (2006) (Ilustrasi 2), mekanisme respon tersebut terdiri dari :

7 7 1. Komplek dari heat shock factor (HSF) dan HSP berada dalam kondisi stres akan memacu kompleks tersebut menjadi memisahkan diri. 2. HSP 70 akan mengikat pada protein yang terdenaturasi. 3. Monomer HSF akan bergabung bersama menjadi trimer. 4. Trimer tersebut akan bergerak menuju nukleus dan mengikat pada gen promotor dengan heat shock element (HSE). 5. Transkripsi gen HSP 70 akan meningkat. 6. Poly A+ m RNA akan dipindahkan menuju sitoplasma. 7. Poly A+ mrna di translasi untuk membentuk lebih banyak HSP Peningkatan level HSP 70 menyebabkan kompleks untuk membentuk lagi. Sehingga menghentikan aktivasi transkripsi. Heat shock proteins (HSP) telah diketahui sebagai stress-inducible protein atau protein yang mudah diinduksi oleh stress. HSP memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga fungsi seluler. Ekspresi gen HSP memiliki hubungan yang kuat dengan peningkatan radikal bebas (ROS dari phosporilasi oksidatif) dan uric acid, telah dilaporkan oleh Van Milgen dkk. (2003) bahwa konsentrasi radikal bebas menginduksi gen HSP. Sun dkk. (2007) menunjukan hubungan yang kuat terhadap peningkatan stres dengan ekspresi gen HSP, serta Milne dkk. (2012) melaporkan peningkatan ekspresi gen HSP dengan peningkatan cekaman stres, yang distimulasi oleh radikal bebas.