BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM"

Transkripsi

1 BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Masalah PT. PLN (Persero) merupakan perusahaan penyedia jasa kelistrikan terbesar di Indonesia. Perusahaan ini telah banyak memberikan konstribusi yang besar dalam memasok kebutuhan listrik untuk masyarakat. Selaku perusahaan BUMN yang menangani masalah kepentingan listrik dan memberikan jumlah pasokan listrik kepada masyarakat dalam jumlah yang sangat besar, tentunya PT. PLN (Persero) memberikan pelayanan sebagai upaya pasti dalam memberikan public service yang maksimal untuk kepentingan dan kemajuan bersama. Proses penentuan pemakaian tenaga listrik merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh PLN dalam medistribusikan listrik ke masyarakat khususnya tarif rumah tangga. Kebanyakan masyarakat sekarang belum mengerti dalam menentukan pemakaian tenaga listrik yang tepat sesuai dengan kebutuhan rumahnya. Dalam berbagai faktor penting pihak PLN memberikan beberapa kebijakan bagi pelanggan dalam menentukan pemakaian tenaga listriknya. Untuk itu maka akan dibangun sebuah sistem yang akan berfungsi sebagai pembuat keputusan untuk menentukan pemakaian tenaga listrik khusus rumah tangga pada PT. PLN (Persero) Area Medan Rayon Medan Kota dengan menggunakan metode AHP dan data hasil penghitungan AHP (Analytical Hierarchy Proccess). 39

2 40 III.2. Penerapan Metode Analytical Hierarchy Proccess Analytical Hierarchy Process (AHP) dikembangkan Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton School Of Business pada tahun 1970-an untuk mengorganisasikan informasi dan judgement dalam memiliki alternatif yang paling disukai. Pada dasarnya AHP adalah metode untuk memecahkan suatu masalah yang komplek dan tidak terstruktur kedalam kelompoknya, mengatur kelompok-kelompok tersebut dalam suatu susunan hierarki, memasukan nilai numerik sebagai pengganti persepsi manusia dalam melakukan perbandingan relatif dan akhirnya dalam suatu sintesis ditentukan AHP adalah sebuah metode memecah permasalahan yang komplek/ rumit dalam situasi yang tidak terstruktur menjadi bagian-bagian komponen. Mengatur bagian atau variabel ini menjadi suatu bentuk susunan hierarki, kemudian memberikan nilai numerik untuk penilaian subjektif terhadap kepentingan relatif dari setiap variabel dan mensistematis penilaian untuk variabel mana yang memiliki prioritas tertinggi yang akan memppengaruhi penyelesaian dari situasi tersebut. AHP menggabungkan pertimbangan dan penilaian pribadi dengan cara logis yang di pengaruhi imajinasi, pengalaman, dan pengetahuan untuk menyusun hierarki dari suatu masalah yang berdasarkan logika, intuisi dan juga pengalaman. AHP merupakan suatu proses mengidentifikasi, dan memberikan perkiraaan interaksi sistem secara keseluruhan. (Tominanto ; 2012 :2).

3 41 Dalam metode Analytical Hierarchy Proccess dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mendefenisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. Dalam tahap ini penulis berusaha menentukan masalah yang akan dipecahkan secara jelas, detail dan mudah dipahami. Dari masalah yang ada penulis coba tentukan solusi yang mungkin cocok bagi masalah tersebut. Solusi dari masalah mungkin berjumlah dari satu. Solusi tersebut nantinya penulis kembangkan lebih lanjut dalam tahap berikutnya. 2. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama. Setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun level hierarki yang berada dibawahnya yaitu kriteria-kriteria yang cocok untuk mempertimbangkan atau menilai alternatif yang penulis berikan dan menentukan alternatif tersebut. Tiap kriteria mempunyai intensitas yang berbeda-beda. Hirarki dilanjutkan dengan subkriteria (jika mungkin diperlukan). 3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Matriks yang digunakan bersifat sederhana, memiliki kedudukan kuat untuk kerangka konsistensi, mendapatkan informasi lain yang mungkin dibutuhkan dengan semua perbandingan yang mungkin dan mampu menganalisis kepekaan prioritas secara keseuluruhan untuk perubahan pertimbangan. Pendekatan dengan matriks mencerminkan aspek ganda dalam prioritas yang mendominasi dan

4 42 didominasi. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment dari pengabil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Untuk memulai proses perbandingan berpasangan dipilih subuah kriteria dari level yang paling atas, hiraki misalnya K, dan kemudian dari level bibawahnya diambil elemen yang akan dibandingkan misalnya E1, E2, E3, E4, E5. 4. Melakukan medefenisikan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh jumlah penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen akan berupa angka dan 1 sampai 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. Apabila suatu elemen dalam matriks dibandingkan dengan dirinya sendiri, maka hasil perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah terbukti dapat diterima dan bisa membedakan intensitas antar elemen. Hasil perbandingan tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan elemen yang dibandingkan. Skala perbandingan-perbandingan berpasangan dan maknanya yang diperkenalkan oleh Saaty bisa dilihat dibawah Intensitas Kepentingan: a. 1 berarti kedua elemen sama pentingnya, Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar. b. 3 berarti elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemenyang lainnya. Pengalaman dan penilain sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya.

5 43 c. 5 berarti elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang lainnya. Pengalaman dan penilain sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya. d. 7 berarti satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya. Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek. e. 9 berarti satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya. Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan. f. 2, 4, 6, 8 berarti nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan, Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara 2 pilihan Kebalikan = Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannnya sebanding dengan i. 5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi. 6. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki. 7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan yang merupakan bobot dari setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai mencapai tujuan. Perhitungan dilakukan lewat cara menjumlahkan nilai setiap kolom matriks, membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks, dan menjumlahkan

6 44 nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata. 8. Memeriksa konsistensi hirarki. Adapun yang diukur dalam Analytical Hierarchy Proccess adalah rasio konsistensi dengan melihat index konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar sihasillkan keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan 10%.(Yusuf Anshori;2012:127) III.3. Kriteria dan Metode Analytical Hierarchy Proccess Pada proses penentuan pemakaian tenaga listrik khusus rumah tangga dengan metode AHP terdapat hirarki sistem yang telah disesuaikan dengan tujuan awal penelitian yaitu penentuan pemakaian listrik khusus rumah tangga. Hirarki proses ini sebelumnya telah dijelaskan pada bab Landasan teori hanya secara umum sesuai dengan konsep AHP. Hirarki sistem ini sebenarnya adalah dekomposisi dari masalah penentuan pemakaian listrik khusus rumah tangga. Menentukan tujuan (penentuan pemakaian listrik), mencari kriteria tepat yang digunakan untuk menyelesaikan tujuan serta dekomposisi dari kriteria yang telah ditentukan. Dekomposisi ini merupakan penjabaran dari kriteria yang telah ditentukan yang menghasilkan identifikasi-identifikasi item dekomposisi masalah dalam menentukan pemakaian tenaga listrik khusus rumaha tangga. Dalam matriks keputusan tujuan ini disebut goal. Sedangkan Jumlah Tanggungan Keluarga, Barang Elektronik, Penghasilan Per Bulan, Luas Bangunan dan Pemakaian Listrik merupakan atribut yang merupakan karakteristik

7 45 atau kriteria dari keputusan. Tiap kriteria ini memiliki item penilaian dimana setiap elemen item berhubungan erat dengan kriteria tersebut. Semua item penilaian itu dihubungkan secara langsung dengan kriterianya dan membentuk pohon hirarki yang dapat terlihat pada gambar III.3. Tujuan Penentuan Pemakaian Tenaga Listrik Kriteria Jlh Tanggungan Keluarga Barang Elektronik Pengahasilan Per Bulan Luas Bangunan Pemakaian Listrik Sub Kriteria Tinggi Sedang Rendah Alternatif Pelanggan 1 Pelanggan 2 Pelanggan 3 Pelanggan 4 Pelanggan 5 Gambar III.1. Bagan Hierarki Tujuan Proses Penentuan Pemakaian Listrik Khusus Rumah Tangga Menurut Jurnal (Hilyah Magdalena;2010:193) menjelaskan bahwa Analytical Hierarchy Proccess (AHP) merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi krieria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Menurut Saaty, hirarki didefenisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur

8 46 multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya kebawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan kedalam kelompokkelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu beentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. Sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut; 1. Struktur yang hirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam. 2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan. Tabel III.1. Perbandingan Matriks Berpasangan Kriteria Jumlah Tanggungan Keluarga Barang Elektronik Penghasilan Per Bulan Luas Bangunan Pemakaian Listrik Jumlah Tanggungan 1/1 1/1 1/5 1/3 1/5 Keluarga Barang Elektronik Penghasilan Per Bulan Luas Bangunan 1/1 1/1 1/5 3/1 1/3 5/1 5/1 1/1 5/1 1/3 3/1 1/3 1/5 1/1 1/3

9 47 Pemakaian Listrik 5/1 3/1 3/1 3/1 1/1 Cara pengisian elemen-elemen matriks pada Tabel III Elemen a[i,i] = 1 dimana i = 1, 2,....., n ( Untuk penelitian ini n = 5). 1/1 = 1 1/1 = 1 1/5 = 0,2 1/3 = 0,3333 1/5 = 0,2 1/1 = 1 1/1 = 1 1/5 = 0,2 3/1 = 3 1/3 = 0,3333 5/1 = 5 5/1 = 5 1/1 = 1 5/1 = 5 1/3 = 0,3333 3/1 = 3 1/3 = 0,3333 1/5 = 0,2 1/1 = 1 1/3 =0,3333 5/1 = 5 3/1 = 3 3/1 = 3 3/1 = 1 1/1 = 1 Tabel III.2. Hasil Perhitungan Kriteria Kriteria Jumlah Tanggungan Keluarga Barang Elektronik Penghasilan Per Bulan Luas Bangunan Pemakaian Listrik Jumlah Tanggungan 1 1 0,2 0,3333 0,2 Keluarga Barang Elektronik Penghasilan Per Bulan Luas Bangunan Pemakaian Listrik 1 1 0,2 3 0, , ,3333 0,2 1 0,

10 48 Setelah memasukkan hasil perhitungan kriteria, langkah selanjutnya menentukan nilai elemen kolom kriteria dengan rumus : tiap-tiap sel pada Tabel III.2. dibagi dengan masing-masing jumlah kolom. Tabel III.3. Hasil Perhitungan Kriteria Kriteria Jumlah Tanggungan Keluarga Barang Elektronik Penghasilan Per Bulan Luas Bangunan Pemakaian Listrik Jumlah Tanggungan 1 1 0,2 0,3333 0,2 Keluarga Barang Elektronik Penghasilan Per Bulan Luas Bangunan Pemakaian Listrik Jumlah ( ) 1 1 0,2 3 0, , ,3333 0,2 1 0, ,33 4,60 12,33 2,20 Diketahui : = , = 10,33 0,2 + 0, ,2 + 3 = 4,60 0, = 12,33 0,2 + 0, , , = 2,20

11 49 Setelah memasukkan hasill perbandingan matriks, dihasilkan nilai pembagian jumlah kolom yang rumusnya adalah masing-masing sel pada Tabel III.3. dibagi dengan jumlah kolom masing-masing. Hasilnya ditampilkan seperti pada Tabel III.4. Tabel III.4. Perhitungan Pembagian Jumlah Kolom Jumlah Tanggungan Barang Penghasilan Luas Bangunan Pemakaian Keluarga Elektronik Per Bulan Listrik 1/15 1/10,33 0,2/4,60 0,3333/12,33 0,2/2,20 1/15 1/10,33 0,2/4,60 3/12,33 0,3333/2,20 5/15 5/10,33 1/4,60 5/12,33 0,3333/2,20 3/15 0,3333/10,33 0,2/4,60 1/12,33 0,3333/2,20 5/15 3/10,33 3/4,60 1/12,33 1/2,20 Tabel III.5. Hasil Nilai Pembagian Jumlah Kolom Jumlah Tanggungan Barang Penghasilan Luas Pemakaian Keluarga Elektronik Per Bulan Bangunan Listrik

12 50 Diketahui : , , , ,0909 = 0, , , , ,1515 = 0, , , , ,1515 = 1, , , , ,1515 = 0, , , , ,4545 = 1,9736 Tabel III.6. Hasil Perhitungan Pembagian Jumlah Baris Jumlah Tanggungan Barang Penghasilan Luas Pemakaian Jumlah Keluarga Elektronik Per Bulan Bangunan Listrik Baris ,3249 0,6017 1,1519 0,5083 1,9736 Sedangkan untuk menghitung prioritas kriteria digunakan rumus jumlah baris pada Tabel III.6. dibagi dengan banyaknya kriteria (5), Hasilnya ditampilkan pada Tabel III.7.

13 51 Tabel III.7. Hasil Perhitungan Pembagian Jumlah Baris Kriteria Jumlah Baris Jumlah Tanggungan Keluarga 0,3249/5 Barang Elektronik 0,6017/5 Penghasilan Per Bulan 1,5919/5 Luas Bangunan 0,5083/5 Pemakaian Listrik 1,9736/5 Setelah melakukan perhitungan prioritas kriteria, maka hasil penilaian prioritas kriteria sebagai berikut. Tabel III.8. Nilai Prioritas Kriteria Kriteria Prioritas Kriteria Jumlah Tanggungan Keluarga 0,0650 Barang Elektronik 0,1203 Penghasilan Per Bulan 0,3183 Luas Bangunan 0,1017 Pemakaian Listrik 0,3947 Tabel III.9. Tabel Matriks Penjumlahan Setiap Baris Jumlah Tanggungan Barang Penghasilan Luas Pemakaian Jumlah Keluarga Elektronik Per Bulan Bangunan Listrik Baris ,1776

14 , , , ,9209 Nilai pada baris Jumlah Tanggungan Keluarga kolom Jumlah Tanggungan Keluarga diperoleh dari prioritas nilai tertinggi dikalikan dengan nilai baris Jumlah Tanggungan Keluarga kolom Jumlah Tanggungan Keluarga. Nilai Prioritas Tertinggi >< Kriteria 1 = x 1 = Nilai Prioritas Tertinggi >< Kriteria 2 = x 1 = Nilai Prioritas Tertinggi >< Kriteria 3 = 0,3183 x 5 = Nilai Prioritas Tertinggi >< Kriteria 4 = 0,1017 x 3 = Nilai Prioritas Tertinggi >< Kriteria 5 = 0,3947 x 5 = Selanjutnya dihitung dengan cara yang sama. Kolom jumlah diperoleh dengan menjumlahkan nilai pada masing-masing baris pada tabel tersebut. Tanggungan Keluarga= = Barang Elektronik = = 0,6659 Penghsilan Per Bulan = = 5,1990 Luas Bangunan = = 0,4948 Pemakaian Listrik = =5,9209

15 53 Menghitung Rasio Konsistensi Perhitungan ini digunakan untuk memastikan bahwa nilai rasio konsistensi (CR) < = 0,1. Jika nilai CR > 0,1 maka matriks perbandingan berpasangan harus dihitung ulang. Diketahui : ,0650= 0,2426 0, ,1203= 0,6659 5, ,3183= 5,1990 0, ,1017= 0,4948 5, ,3947= 5,9249 Tabel III.10. Tabel Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Jumlah/Baris Prioritas Hasil Jumlah Tanggungan Keluarga Barang Elektronik Penghasilan Per Bulan Luas Bangunan Pemakaian Listrik Jumlah 13,4580 Tabel III.11. Tabel Index Random (IR) n R ,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49

16 54 Kolom jumlah perbaris diperoleh dari kolom jumlah kolom, sedangkan kolom prioritas diperoleh dari kolom prioritas. Dari Tabel III.10. diperoleh nilainilai Jumlah (jumlah dari nilai-nilai hasil): 13,4580 n (jumlah kriteria) = 5 Maks(jumlah/n) = 13,4580 / 5 = 2,692 Ci(Max-n)/n = (2,692 5)/5 = -0,46 CR(Ci/IR) = -0,46/1,12 = -0,41 Dari perhitungan diatas dihasilkan nilai CR < 0,1, sehingga perhitungan rasio konsistensi tersebut bisa diterima atau konsisten. Untuk menentukan Prioritas SubKriteria dilakukan dengan cara yang sama seperti menentukan Prioritas Kriteria perbedaannya untuk menentukan Prioritas SubKriteria dimana nilai pada kolom prioritas subkriteria diperoleh dari nilai prioritas pada baris tersebut dengan nilai tertinggi pada kolom prioritas. Adapun langkah langkah untuk mengetahui nilai Prioritas SubKriteria di jelaskan pada tabel di bawah ini : Tabel III.12. Perbandingan SubKriteria Jumlah Tanggungan Keluarga Jlh Tanggug Klg Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Jumlah Setelah melakukan perbandingan SubKriteria Jumlah Tanggungan Keluarga, maka hasil penilaian SubKriteria Jumlah Tanggungan Keluarga adalah sebagai berikut :

17 55 Tabel III.13. Bobot Nilai Dan Prioritas SubKriteria Jumlah Tanggungan Keluarga Jlh Tanggug Klg Tinggi Sedang Rendah Jumlah Prioritas Prioritas Sub Kriteria Tinggi Sedang Rendah Setelah mengetahui Bobot Nilai Dan Prioritas SubKriteria Jumlah Tanggungan Keluarga, maka langkah selanjutnya adalah melakulan perbandingan SubKriteria Barang Elektronik seperti pada Tabel III.14 Tabel III.14. Perbandingan SubKriteria Barang Elektronik Barang Elektronik Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Jumlah Barang Elektronik Setelah melakukan perbandingan SubKriteria Barang Elektronik, maka hasil penilaian SubKriteria Barang Elektronik adalah sebagai berikut : Tabel III.15. Bobot Nilai Dan Prioritas SubKriteria Barang Elektronik Tinggi Sedang Rendah Jumlah Prioritas Prioritas Sub Kriteria Tinggi Sedang Rendah

18 56 Setelah mengetahui Bobot Nilai Dan Prioritas SubKriteria Barang Elektronik, maka langkah selanjutnya adalah melakulan perbandingan SubKriteria Penghasilan Perbulan seperti pada Tabel III.15. Tabel III.16. Perbandingan SubKriteria Penghasilan Perbulan Penghasilan Perbulan Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Jumlah Setelah melakukan perbandingan SubKriteria Suhu Penghasilan Perbulan, maka hasil penilaian SubKriteria Penghasilan Perbulan adalah sebagai berikut: Tabel III.17. Bobot Nilai Dan Prioritas SubKriteria Penghasilan Perbulan Penghasilan Prioritas Sub Tinggi Sedang Rendah Jumlah Prioritas Perbulan Kriteria Tinggi Sedang Rendah Setelah mengetahui Bobot Nilai Dan Prioritas SubKriteria Penghasilan Perbulan, maka langkah selanjutnya adalah melakulan perbandingan SubKriteria Luas Bangunan seperti pada Tabel III.18. Tabel III.18. Perbandingan SubKriteria Luas Bangunan Luas Bangunan Lebar Sedang Sempit Lebar Sedang Sempit Jumlah

19 57 Setelah melakukan perbandingan SubKriteria Luas Bangunan, maka hasil penilaian SubKriteria Luas Bangunan adalah sebagai berikut : Tabel III.19. Bobot Nilai Dan Prioritas SubKriteria Luas Bangunan Luas Prioritas Sub Lebar Sedang Sempit Jumlah Prioritas Bangunan Kriteria Lebar Sedang Sempit Setelah mengetahui Bobot Nilai Dan Prioritas SubKriteria Luas Bangunan, maka langkah selanjutnya adalah melakulan perbandingan SubKriteria Pemakaian Listrik seperti pada Tabel III.20. Tabel III.20. Perbandingan SubKriteria Pemakaian Listrik Pemakaian Listrik Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Jumlah Setelah melakukan perbandingan SubKriteria Pemakaian Listrik, maka hasil penilaian SubKriteria Pemakaian Listrik adalah sebagai berikut : Tabel III.21. Bobot Nilai Dan Prioritas SubKriteria Pemakaian Listrik Pemakaian Prioritas Sub Tinggi Sedang Rendah Jumlah Prioritas Listrik Kriteria Tinggi Sedang Rendah

20 58 Setelah mendapatkan kriteria penilaian dari masing-masing kriteria, langkah selanjutnya adalah menentukan nilai kualitas. Hasilnya dapat dilihat pada table III.22. Tabel III.22. Penentuan Pemakaian Listrik Nilai Keterangan Tertinggi Tertinggi Tertinggi Terendah Setelah menentukan nilai kualitas, langkah selanjutnya adalah menentukan hasil akhir penilaian. Hasilnya dapat dilihat pada table III.23. Tabel III.23. Hasil Akhir Penilaian Id Pel Nama Pelangga n Tari f Daya Alamat Jlh Tanggungan Brg Elektro Penghasiln Luas Bgn Pmkian Total Keteranga n P Giatno R1 900 Jl.Kesawan Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Sedang Terendah P Tan Book Hoo R1 900 Jl.Asia Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Rendah Terendah P Sugeng R1 450 Jl.Palmerah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tertinggi P Dadang R Jl.Aksara Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tertinggi Angka pada kolom Nilai baris P10001 ( ) di peroleh dari Nilai Prioritas Kriteria dikali dengan Prioritas SubKriteria per baris setelah hasil

21 59 Prioritas kriteria dan Prioritas SubKriteria didapat kemudian dijumlahkan hasil Prioritas Kriteria dan Prioritas SubKriteria tersebut. Untuk mendapatkan Total dan Keterangan, Nilai yang didapat dari penjumlahan tersebut disesuaikan dengan nilai standart pada Tabel III.22. III.3.1. Pembahasan Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah metode pencarian keputusan yang akan menghasilkan hasil keputusan yang rasional. Keputusan yang rasional didefenisikan sebagai keputusan terbaik. Kunci utama keputusan yang rasional tersebut meliputi alternatif dan kriteria yang menuju ke tujuan yang diinginkan dan berdasarkan pada sumber-sumber yang ada. Rumus untuk menentukan Rasio Konsistensi (CR) Indeks Konsistensi dari matriks berordo n dapat diperoleh dengan rumus : CI = maksimum - n n - 1 Keterangan : CI = Indeks Konsistensi (Consistency Index) maksimum = Nilai eigen terbesar dari matriks berordo n maksimum didapat dengan menjumlahkan hasil perkalian jumlah kolom dengan eigen vektor utama. Apabila CI = 0, berarti matriks konsisten. Batas ketidak konsistenan yang ditetapkan Saaty diukur dengan menggunakan rasio konsistensi (CR), yakni

22 60 perbandingan indeks konsistensi dengan nilai pembangkit random (RI). Nilai RI bergantung pada ordo matriks n. III.4. Desain Sistem Perancangan desain sistem akan di bangun menggunakan pemodelan Unified Modelling System (UML). Diagram-diagram yang digunakan use case diagram, class diagram, activity diagram dan sequence diagram. III.4.1. Usecase Diagram Secara garis besar, bisnis proses sistem yang akan dirancang digambarkan dengan usecase diagram dari Sistem Pendukung Keputusan penentuan pemakaian tenaga listrik khusus rumah tangga pada PT.PLN (Persero) Area Medan Rayon Medan Kota yang terdapat pada Gambar III.1. Gambar III.1. Use Case Diagram Sistem Pendukung Keputusan Pemakaian Tenaga Listrik Khusus Rumah Tangga Metode AHP

23 61 III.4.2. Class Diagram Class diagram pada aplikasi yang akan dibangun untuk Admin. Untuk masuk ke aplikasi seorang admin harus melakukan proses yaitu mulai dari login admin untuk proses selanjutnya yaitu mengelola data pelanggan, mengelola nilai kriteria dan sinkronisasi hasil keputusan. Class diagram akan menampilkan manipulasi pada sistem yang akan dibangun ditunjukkan pada gambar III.2. Gambar III.2. Class Diagram Sistem Pendukung Keputusan Pemakaian Tenaga Listrik Khusus Rumah Tangga Metode AHP

24 62 III.4.3. Activity Diagram Setiap aktifitas suatu aktor dieksentasikan ke aktifitas aktor lain dapat disatukan dengan swimline. Aktifitas yang terjadi pada sistem yang akan dibangun memiliki gabungan aktifitas antar Admin. 1. Activity Diagram Login User Sistem Login Input Username dan Password Otentikasi Tidak Sesuai Ya Beranda Gambar III.3. Activity Diagram Login

25 63 2. Activity Diagram Data Pelanggan Gambar III.4. Activity Diagram Data Pelanggan

26 64 3. Activity Diagram Prioritas Kriteria Gambar III.5. Activity Diagram Prioritas Kriteria

27 65 4. Activity Diagram Penilaian Gambar III.6. Activity Diagram Hasil Keputusan

28 66 III.4.4. Sequence Diagram Penggambaran kolaborasi antar objek dari kelas-kelas yang ada serta peran dari jawaban yang diterima atau dikirim oleh objek. Sequence diagram pada aplikasi yang akan dibuat yaitu adalah sebagai berikut. 1. Sequence Diagram Login Adapun bentuk rancangan tentang login yang dirancang penulis adalah sebagai berikut : III.7. Sequence Diagram Login

29 67 2. Sequence Diagram Data Pelanggan Adapun bentuk rancangan tentang data pelanggan yang dirancang penulis adalah sebagai berikut : III.8. Sequence Diagram Data Pelanggan 3. Sequence Diagram Prioritas Kriteria Adapun bentuk rancangan tentang halaman beranda yang dirancang penulis adalah sebagai berikut : Gambar III.9. Sequence Diagram Prioritas Kriteria

30 68 4. Sequence Diagram pada halaman Penilaian Adapun bentuk rancangan tentang halaman beranda yang dirancang penulis adalah sebagai berikut : Gambar III.10. Sequence Diagram pada halaman Penilaian

31 69 III.5. Desain User Interface III.5.1. Desain Input Desain input merupakan masukan yang penulis rancang guna lebih memudahkan dalam entry data. Entry data yang dirancang akan lebih mudah dan cepat dan meminimalisir kesalahan penulisan dan memudahkan perubahan. 1. Desain Tampilan Halaman Login Admin Berikut ini desain tampilan halaman login admin : SIGN IN Gambar Username Password Login Reset Keluar Gambar III.12. Desain Tampilan Login 2. Desain Tampilan Halaman Home Desain sistem ini berisikan tampilan hasil yang akan diperoleh dari Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Pemakaian Tenaga Listrik Khusus Rumah Tangga Pada PT. PLN (Persero) Area Medan Rayon Medan Kota oleh Pengguna yaitu berupa halaman beranda, seperti pada gambar III.11. berikut ini:

32 70 Form Utama Gambar File Database Tentang Saya Log Out Form Perhitungan Form Perhitungan & Perbandgan Laporan Exit Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Pemakaian Tenaga Listrik Khusus Rumah Tangga Dengan Menggunakan Metode AHP Footer Gambar III.13. Desain Form Perancangan Halaman Home 3. Desain Form Halaman Profil Halaman Profil merupakan halaman yang menampilkan profil Instansi PT. PLN (Persero) yang berisi Visi dan Misi PT.PLN (Persero) seperti pada gambar III.12. berikut :

33 71 Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Pemakaian Tenaga Listrik Khusus Rumah Tangga Dengan Menggunakan Metode AHP Home Profil Gambar III.14. Desain Form Perancangan Halaman Profil PT.PLN (Persero) 4. Desain Form Tampilan Halaman Akhir Penilaian Halaman hasil penilaian merupakan halaman yang menampilkan hasil dari data perhitungan nilai kriteria pelanggan pada PT. PLN (Persero) seperti pada gambar III.13. berikut:

34 72 C Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Pemakaian Tenaga Listrik Khusus Rumah Tangga Dengan Menggunakan Metode AHP Hasil Penentuan Pemakaian Tenaga Listrik Id_Pel Nama Tarif Daya Almt Jumlah Tanggun gan Kluarga Brg Elektroni k Pengha silan Perbula n Luas Bang unan Pemak aian Listrik Nilai Hasil Total Ket cetak Gambar III.15. Desain Form Perancangan Halaman Hasil Penentuan Pemakaian Tenaga Listrik Khusus Rumah Tangga Dengan Menggunakan Metode AHP III.6.1. Desain Database Desain database terdiri dari tahap merancang kamus data, melakukan normalisasi tabel, merancangan struktur tabel dan membangun Entity Relationship Diagram (ERD). III Kamus Data Kamus data merupakan sebuah daftar yang terorganisasi dari elemen data yang berhubungan dengan sistem, dengan definisi yang tepat dan teliti sehingga

35 73 pemakai dan analis sistem akan memiliki pemahaman yang umum mengenai input, ouput, dan komponen penyimpanan. Berikut kamus data dari Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Pemakaian Tenaga Listrik Khusus Rumah Tangga Pada PT. PLN (Persero) Menggunakan Metode AHP : Admin Nama Pelanggan Hasil Penilaian = ({username} + password) = ({id_pel} + nama_pel + tarif + daya + alamat) = ({id_pel} + nilai) =({id_pel } + jlh_tanggungan_keluarga + barang_elektronik +penghasilan_perbulan+luas_bangunan+pemakaian_listr ik). III Normalisasi Tabel Normalisasi yang digunakan dari Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Pemakaian Tenaga Listrik Khusus Rumah Tangga Pada PT. PLN (Persero) Menggunakan Metode AHP adalah normalisasi tabel dari sistem hanya INF, berikut ini tabel III.12. data penentuan pemakaian listrik khusus rumah tangga yang belum dinormalisasi : 1. Bentuk tidak Normal dan Normal 1 (1NF) Tabel III.14. Normalisasi Bentuk Tidak Normal dan Normal 1 (1NF) id_pel nama_pel kriteria total keterangan 101 Tan Book Hoo Jumlah Tanggungan Keluarga Tertinggi 102 Giatno Barang Elektronik Terendah 101 Tan Book Hoo Jumlah Tanggungan Keluarga Terendah 103 Susi Penghasilan Perbulan Tertinggi

36 74 id_pel nama_pel kriteria total keterangan 101 Tan Book Hoo Jumlah Tanggungan Keluarga Tertinggi 101 Tan Book Hoo Jumlah Tanggungan Keluarga Terendah 102 Giatno Barang Elektronik Terendah 103 Susi Penghasilan Perbulan Tertinggi 2. Bentuk Normal Tahap 2 (2NF) Tabel III.15. Normalisasi Bentuk Normal 2 (2NF) id_pel nama_pel kriteria total keterangan id_kriteria 101 Tan Book Hoo Jumlah Tanggungan Keluarga Tertinggi Giatno Barang Elektronik Terendah Tan Book Hoo Jumlah Tanggungan Keluarga Terendah Susi Penghasilan Perbulan Tertinggi 002 id_pel kriteria total keterangan id_kriteria Jumlah Tanggungan 101 Keluarga Tertinggi Barang Elektronik Terendah Jumlah Tanggungan Keluarga Terendah Penghasilan Perbulan Tertinggi 002 kriteria id_pel id_kriteria Jumlah Tanggungan Keluarga Barang Elektronik Jumlah Tanggungan Keluarga Penghasilan Perbulan

37 75 3. Bentuk Normal Tahap 3 (3NF) Tabel III.16.Normalisasi Bentuk Normal 3 (3NF) id_pel kriteria id_kriteria 101 Jumlah Tanggungan Keluarga Barang Elektronik Jumlah Tanggungan Keluarga Penghasilan Perbulan 001 Jumlah Tanggungan id_pel id_kriteria Keluarga Barang Elektronik Jumlah Tanggungan Keluarga Penghasilan Perbulan Jumlah Tanggungan Keluarga III Struktur Tabel Setelah melakukan tahap normalisasi, maka selanjutnya yang dikerjakan yaitu merancang struktur table pada basis data yang dibuat dengan SQLServer. Berikut merupakan rancangan struktur table Sistem Pendukung Keputusan Pemakaian Tenaga Listrik Khusus Rumah Tangga Pada PT. PLN (Persero) Menggunakan Metode AHP. 1. Struktur Tabel Admin Tabel Admin digunakan untuk menyimpan data Username, Password, selengkapnya mengenai struktur table ini dapat dilihat pada table III.15. berikut:

38 76 Tabel III.17. Rancangan Tabel Admin Nama Database Nama Tabel Spk_ahp Admin No Field Name Type Width Keyword 1 Id_admin Int 5 Primary Key 2 Nama Varchar 30-3 Username Varchar 20-4 Password Varchar Struktur Tabel Pemakaian Tertinggi Tabel Hasil digunakan untuk melihat hasil, selengkapnya mengenai struktur tabel ini dapat dilihat pada tabel III.16. berikut: Tabel III.18. Rancangan Tabel Pemakaian Tertinggi Nama Database Nama Tabel Spk_ahp Pemakaian Tertinggi No Field Name Type Width Keyword 1 Id_Pel Int 11 Primary Key 2 Nama_Pel Varchar 20-3 Tarif Varchar 20-4 Daya Varchar 20-5 Alamat Varchar 20 -

39 77 6 Jumlah Tnggan Klg Varchar 20-7 Barang Elektronik Varchar 20-8 Penghasilan Perbulan Varchar 20-9 Luas Bangunan Varchar Pemakaian Listrik Varchar Total Varchar Keterangan Varchar Struktur Tabel Data Pelanggan Tabel Data Pelanggan digunakan untuk menyimpan data Pelanggan, Nama_Pelanggan, Tarif, Daya, Alamat. Selengkapnya mengenai struktur tabel ini dapat dilihat pada tabel III.17 berikut: Tabel III.19. Rancangan Tabel Data Pelanggan Nama Database Nama Tabel Spk_Listrik Pelanggan No Field Name Type Width Keyword 1 Id_Pel Int 11 Primary Key 2 Nama_Pel Int 20-3 Tarif Int 20-4 Daya Int 20-5 Alamat Text -

40 78 4. Struktur Tabel Penilaian Tabel penilaian mahasiswa digunakan untuk menyimpan data Id_Pelanggan,Nama_Pelanggan,Jlh_Tanggungan_Orangtua,Barang_Elektronik,Pe nghasilan_perbulan,luas_bangunan,pemakaian_listrik. Selengkapnya mengenai struktur tabel ini dapat dilihat Pada tabel III.18 berikut: Tabel III.20. Rancangan Tabel Prioritas Nama Database Nama Tabel Spk_ahp Prioritas No Field Name Type Width Keyword 1 Id_Prioritas Int 15 Primary Key 2 Jumlah Tnggan Klg Varchar 20-3 Barang Elektronik Varchar 20-4 Penghasilan Perbulan Varchar 20-5 Luas Bangunan Varchar 20-6 Pemakaian Listrik Varchar 20-7 Jumlah Perbaris Varchar 20 - III ERD (Entity Relationship Diagram) Tahap selanjutnya pada penelitian ini yaitu merancang ERD untuk mengetahui hubungan antar tabel yang telah didesain sebelumnya, ERD tersebut dapat dilihat pada gambar III.19. Berikut :

41 79 Id_Pel Username Nama_Pel Tarif Pelanggan Olah Data Admin Password Daya Id_Pel Hitung Nama_Pel Alamat Jlh_Tanggungan Brg_Elektronik Menghasilkan Penghasilan_Perbulan Luas_Bangunan Hasil Penilaian Penilaian Pemakaian Pemakaian_Listrik Total Kriteria Nama_Pel Nilai Keterangan Hasil Penilaian Pemakaian Tertinggi Gambar III.16. Diagram ERD

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Tujuan analisa sistem dalam pembangunan aplikasi sistem pendukung keputusan ini adalah untuk mendapatkan semua kebutuhan pengguna dan sistem, yaitu

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Masalah Koperasi Serba Usaha Mitra Karya Unit XXIV Medan adalah salah satu instansi atau perusahaan yang bergerak dibidang pengelolaan koperasi usaha untuk

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Masalah Tujuanan alias sistem dalam pembangunan aplikasi sistem pendukung keputusan ini adalah untuk mendapatkan semua kebutuhan pengguna dan sistem, yaitu

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. evaluasi terhadap Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan STMIK Terbaik Di

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. evaluasi terhadap Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan STMIK Terbaik Di BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Masalah Analisis masalah bertujuan untuk mengidentifikasi serta melakukan evaluasi terhadap Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan STMIK Terbaik Di Medan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Sistem Yang Sedang Berjalan Analisis sistem dilakukan guna mengetahui gambaran umum penilaian hasil kerja security pada STMIK Potensi Utama yakni menganalisis

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Masalah Agen Asuransi merupakan perantara dari perusahaan asuransi dengan pihak tertanggung baik dalam penutupan pertanggung maupun dalam penyelesaian klaim.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Masalah Pengambilan Keputusan dalam menentukan jumlah pemesanan obat masih sering terjadi kesalahan sehingga menjadi lambat dan tidak akurat. Hal ini cenderung

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Masalah Masih kurangnya suatu aplikasi dalam menentukan jenis atau paket asuransi kendaraan yang dibutuhkan, hal ini menjadi permasalahan tersendiri bagi

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Sistem Yang Berjalan Proses yang sedang berjalan dalam perhitungan premi asuransi akan nasabah pada PT. Asuransi Harta Aman Pratama masih bersifat semi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Analisis sistem dilakukan guna mengetahui gambaran umum tentang sistem pendukung keputusan menentukan lulusan mahasiswa terbaik pada Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Sistem Pendukung Keputusan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan dan memanipulasi data. Sistem ini digunakan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Siswa berprestasi merupakan dambaan bangsa yang diharapkan untuk menjadi pemimpin ataupun generasi yang dapat memajukan bangsa Indonesia. Namun

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Proses yang sedang berjalan dalam perekrutan calon karyawan pada PT. Anugerah Bersama Lestari masih bersifat semi komputerisasi. Dimana petugas

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem Yang Berjalan Proses pemilihan karyawan berprestasi pada CV. Cyber Computindo saat ini masih dilakukan secara manual dan tidak efisiensi dari segi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Masalah Pemilihan Kualitas busa springbed ini masih dilakukan secara manual dan tidak efisiensi baik dari segi waktu maupun biaya. Proses pemilihan Kualitas

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM III.1 Analisis Sistem Analisis sistem merupakan penguraian dari suatu sistem yang utuh kedalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem Yang Berjalan Proses yang sedang berjalan dalam sistem informasi geografis lokasi kantor telkom di kota medan masih bersifat manual. Bentuk manual

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem Yang Sedang Berjalan Analisa sistem dilakukan guna mengetahui gambaran umum sistem pendukung keputusan penerimaan Prajurit TNI AD di KODAM I Bukit

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Sistem Yang Sedang Berjalan Analisis sistem dilakukan guna mengetahui gambaran umum seleksi pendataan agunan pinjaman yaitu menganalisis tentang sistem

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem Yang Berjalan Pemberian Bonus Berdasarkan Kinerja Karyawan ini masih dilakukan secara manual dan tidak efisiensi baik dari segi waktu maupun biaya.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Perlunya hiburan untuk menikmati keindahan alam dan menyegarakn fikiran. Untuk itu kebanyakan masyarakat mempergunakan waktu liburan panjang mereka

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Tampilan Hasil Berikut ini dijelaskan tentang tampilan hasil dari sistem pendukung keputusan seleksi pemilihan agen terbaik dengan sistem yang dibangun dapat dilihat sebagai

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem Yang Sedang Berjalan CV. Fountain Dalam penentuan evaluasi karyawan oleh Departemen Sumber Daya Manusia (SDM) terdapat beberapa faktor yang menjadi

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Masalah Sebuah perusahaan untuk dapat konsisten harus tangguh dan dapat bersaing. Untuk menjaga konsistensi dalam dunia bisnis hal yang paling penting adalah

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Saat ini suatu sistem aplikasi komputer sangatlah diperlukan untuk mempermudah pekerjaan. Karena dengan adanya aplikasi tersebut kita dapat mengolah

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III. 1. Analisa Sistem Yang Berjalan Analisa sistem dilakukan guna mengetahui gambaran umum sistem informasi geografis letak lokasi baliho di Kota Medan, yakni menganalisis

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM. Indonesia I cabang Belawan masih bersifat manual, yaitu surat-surat bukti

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM. Indonesia I cabang Belawan masih bersifat manual, yaitu surat-surat bukti BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Masalah Pada kegiatan pelayanan keluar masuk kapal pada PT. Pelabuhan Indonesia I cabang Belawan masih bersifat manual, yaitu surat-surat bukti pendaftaran,

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Analisa masalah yang berjalan bertujuan untuk mengidentifikasi serta melakukan evaluasi Sistem Informasi Geografis Lokasi Support Center Resmi

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem Yang Berjalan Seorang pakar dalam menentukan alternatif keputusan membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga dapat mempengaruhi faktor fisikis seorang

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Masalah Pengelolaan data proses pemilihan buku pelajaran pada sekolah SMA Yayasan Perguruan Swasta Budi Agung Medan dilakukan dengan musyawarah antara para

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN Pada perancangan sistem pendukung keputusan, analisis memegang peranan yang penting dalam membuat rincian sistem baru. Analisis perangkat lunak merupakan langkah pemahaman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Tampilan Hasil Berikut ini dijelaskan tentang tampilan hasil dari sistem pendukung keputusan penentuan kenaikan kelas pada SMA Ar Rahman dengan sistem yang dibangun dapat

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem Yang Berjalan Proses yang sedang berjalan dalam Perancangan Sistem Informasi Geografis Objek Pariwisata Kabupaten Serdang Bedagai masih bersifat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Sistem Menurut Churchman (2011) sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang dikoordinasikan untuk melaksanakan seperangkat tujuan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM. kecamatan di kota medan masih bersifat manual. Bentuk manual yang dibuat oleh petugas

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM. kecamatan di kota medan masih bersifat manual. Bentuk manual yang dibuat oleh petugas BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem Yang Berjalan Proses yang sedang berjalan dalam sistem informasi geografis lokasi posyandu pada kecamatan di kota medan masih bersifat manual. Bentuk

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global

Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global Sri Subekti 1, Arni Retno Mariana 2, Andri Riswanda 3 1,2 Dosen STMIK Bina Sarana Global,

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN Yosep Agus Pranoto Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

AHP (Analytical Hierarchy Process)

AHP (Analytical Hierarchy Process) AHP (Analytical Hierarchy Process) Pengertian Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Adapun permasalahan yang dihadapi SMA Negeri 2 Medan dalam mempersiapkan siswa-siswa untuk mengikuti olimpiade sains adalah menyesuaikan minat

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai Sistem Informasi Geografis Lokasi Penyewaan Gaun Pengantin di Kota Medan yang meliputi analisa sistem yang sedang berjalan dan desain

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ISSN : 2338-4018 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Ambar Widayanti (ambarwidayanti@gmail.com) Muhammad Hasbi (hasbb63@yahoo.com) Teguh Susyanto (teguh@sinus.ac.id)

Lebih terperinci

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process )

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process ) Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process ) A. Pengertian AHP ( Analitycal Hierarchy Process ) AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III1 Analisa Masalah Analisa masalah bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisa permasalahan yang terjadi dalam pemilihan bibit jambu madu terbaik Adapun permasalahan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem Yang Berjalan Proses analisa sistem merupakan langkah kedua pada fase pengembangan sistem. Analisa sistem dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vendor Dalam arti harfiahnya, vendor adalah penjual. Namun vendor memiliki artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam industri yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem Yang Berjalan Analisa sistem dilakukan untuk mengetahui gambaran umum dari sistem yang selama ini dijalankan oleh pihak STAI-ISLAHIYAH serta memahami

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem Yang Berjalan Proses yang sedang berjalan dalam sistem informasi geografis lokasi kolam renang di kota medan masih bersifat manual. Bentuk manual

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Sistem yang Berjalan Analisa sistem pada yang berjalan bertujuan untuk mengidentifikasi serta melakukan evaluasi terhadap sistem yang telah ada pada perusahaan.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem yang Sedang Berjalan Banyaknya masyarakat yang tidak mengetahui informasi tentang lokasi dan letak dari depo kontainer yang ada di kota Medan, Permasalahan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1 BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1 Analisis Sistem yang Berjalan Sistem yang sedang berjalan belum tersedia sistem informasi yang berbasis komputer atau dengan kata lain masih dengan cara manual.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Analisis masalah bertujuan untuk mengidentifikasi serta melakukan evaluasi terhadap Sistem Pendukung Keputusan Evaluasi Kinerja Dosen Menggunakan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem Berjalan Didalam sistem yang sedang berjalan saat ini informasi mengenai daftar instansi yang bekerjasama dengan Bimble Basics tidak pernah disampaikan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.. Analisis Masalah Analisis yang berjalan pada sistem ini bertujuan untuk mengidentifikasi serta melakukan evaluasi terhadap Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Pegawai

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Analisis masalah bertujuan untuk mengidentifikasi serta melakukan evaluasi terhadap Penentuan Kualitas Buah Apel Menggunakan Metode SAW Pada Swalayan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM. Analisa masalah dilakukan guna mengetahui masalah-masalah yang terkait

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM. Analisa masalah dilakukan guna mengetahui masalah-masalah yang terkait BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Analisa masalah dilakukan guna mengetahui masalah-masalah yang terkait didalam Sistem Informasi Geografis Ragam Budaya Indonesia yang berjalan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem Yang Sedang Berjalan Sistem Informasi lokasi rawan narkoba di kota Medan adalah menggambarkan lingkungan rawan narkoba yang harus dihindari oleh

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem Analisa sistem pada penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan sistem yang sedang berjalan yang terdiri dari input, proses, dan output sistem sehingga

Lebih terperinci

PENERAPAN AHP UNTUK SELEKSI MAHASISWA BERPRESTASI

PENERAPAN AHP UNTUK SELEKSI MAHASISWA BERPRESTASI bidang TEKNIK PENERAPAN AHP UNTUK SELEKSI MAHASISWA BERPRESTASI SRI NURHAYATI, SRI SUPATMI Program Studi Teknik Komputer Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia Tujuan dari Perguruan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem yang sedang berjalan Proses yang sedang berjalan dalam penginformasian lokasi ATM di kota Medan masih bersifat manual. Bentuk manual yaitu dengan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan menjelaskan analisa sistem dan perancangan sebuah aplikasi desktop untuk pendataan bayi dan analisa kesehatan dengan mengimplementasikan algoritma Analitycal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Sistem Sistem merupakan kumpulan elemen yang saling berkaitan yang bertanggung jawab memperoses masukan (input) sehingga menghasilkan keluaran (output). (Kusrini; 2007 : 11)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terkait Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dita Monita seorang mahasiswa program studi teknik informatika dari STMIK Budi Darma Medan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Sistem yang Berjalan Melihat kebutuhan akan informasi tentang Lokasi Bimbingan Belajar merupakan hal yang penting bagi setiap masyarakat yang ingin mengetahui

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem Yang Berjalan Proses yang sedang berjalan dalam sistem informasi geografis sekolah luar biasa berbasis web masih bersifat manual. Bentuk manual yang

Lebih terperinci

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK 3.1 Pengertian Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) pertama kali dikembangkan oleh Thomas Lorie Saaty dari Wharton

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Masalah Analisis dilakukan agar dapat menemukan masalah-masalah dalam pengolahan sistem pendukung keputusan pemilihan tempat penanaman teh dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Sistem yang Berjalan Proses yang sedang berjalan dalam penginformasian Lokasi Akper dan Akbid ini masih bersifat manual. Bentuk manual yang dibuat oleh

Lebih terperinci

PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG

PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG Fitriyani STMIK Atma Luhur Pangkalpinang Jl. Jend. Sudirman Selindung Pangkalpinang bilalzakwan12@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM III.1. Analisa Sistem Yang Sedang Berjalan Analisa sistem yang sedang berjalan dalam Sistem Informasi Geografis Letak Kantor Pusat Dan Cabang Provinsi Sumatera.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem yang berjalan Proses yang sedang berjalan dalam penginformasian mengenai data lokasi Kantor Kecamatan di Kota Medan masih menggunakan daftar tabel

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM. yang terjadi sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikannya.

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM. yang terjadi sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikannya. 50 BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Analisis masalah merupakan tahap pertama dalam tahapan analisis yang bertujuan untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahanpermasalahan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem yang berjalan Proses yang sedang berjalan dalam penginformasian mengenai data lokasi bengkel resmi sepeda motor yamaha di kota medan masih bersifat

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem yang sedang berjalan Lalu lintas jalan merupakan salah satu sektor yang berpengaruh dalam pembangunan suatu daerah. yang rusak dapat menganggu para

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM 24 BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1 Analisa Masalah Bab ini di jelaskan mengenai prosedur yang berjalan dan yang di usulkan dari sistem yang ada pada Apotek Kimia Farma. Analisis yang penulis lakukan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Masalah Analisa sistem pada yang berjalan bertujuan untuk mengidentifikasi serta melakukan evaluasi terhadap Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem Yang Sedang Berjalan Kendala-kendala yang dihadapi pada sistem yang sedang berjalan yaitu : 1. Proses pencarian informasi kurang efektif. 2. Informasi

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem Yang Sedang Berjalan Analisa sistem merupakan proses awal yang harus dilaksanakan untuk menentukan permasalahan yang sedang dihadapi. Tahap ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Sistem Analisis sistem adalah tahapan yang memiliki tujuan untuk mempelajari prosedur yang sedang berjalan saat ini dan kebutuhan pengguna dari aplikasi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Sistem yang Sedang Berjalan Sistem yang saat ini sedang berjalan pada CV. Bintang Terang dalam hal pengolahan laporan pemesanan barang masih dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Tampilan Hasil Sistem yang dibangun berdasarkan dari data-data yang diperoleh dari perusahaan. Berdasarkan data-data tersebut maka dapat dibuat kriteria-kriteria karyawan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III. 1 Analisis Sistem Yang Sedang Berjalan Berbagai produsen handphone menawarkan produk dengan berbagai pilihan beragam serta kelebihan yang berbeda dari masing masing

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM 23 BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem Yang Sedang Berjalan Adapun analisa sistem yang sedang berjalan dalam penyusutan inventaris kantor pada Kantor Distrik Navigasi Kelas 1 Belawan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Paramuda Tour & Transport mengalami penurunan pelanggan yang

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Paramuda Tour & Transport mengalami penurunan pelanggan yang BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Identifikasi Permasalahan Paramuda Tour & Transport mengalami penurunan pelanggan yang berkelanjutan dan ingin memperluas pangsa pasar yang ada. Paramuda Tour

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Masalah Analisa masalah dilakukan guna mengetahui masalah-masalah yang terkait didalam knowledge management system tentang layanan IT yang berjalan saat

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1 Analisis Sistem Analisis sistem pada yang berjalan bertujuan untuk mengidentifikasi serta melakukan evaluasi terhadap sistem yang telah ada pada perusahaan. Analisis

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem Yang Sedang Berjalan Pada bab ini akan dibahas mengenai Aplikasi Sistem Informasi Perhotelan pada Hermes Palace Hotel Medan yang meliputi analisa

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Sistem Sistem pendukung keputusan pemilihan bantuan bencana dengan menggunakan metode AHP (Analitycal Hierarchy Process) ini diimplementasikan dengan

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Sistem yang Berjalan Analisa sistem pada yang berjalan bertujuan untuk mengidentifikasi serta melakukan evaluasi terhadap sistem yang telah ada pada perusahaan.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM 37 BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISEM III.1. Analisa Sistem yang Sedang Berjalan Analisa sistem sangat berguna untuk mengetahui gambaran umum mengenai sistem informasi geografis lokasi wedding solution

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI Dwi Nurul Izzhati Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang 50131 E-mail : dwinurul@dosen.dinus.ac.id

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang tujuannya untuk menyajikan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Sistem yang Berjalan Analisa sistem pada yang berjalan bertujuan untuk mengidentifikasi serta melakukan evaluasi terhadap Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Tahap analisis sistem yang berjalan ini bertujuan untuk mencari informasi mengenai sistem yang lama guna mendapatkan bahan evaluasi untuk pengembangan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem Yang Berjalan Proses analisa sistem merupakan langkah kedua pada fase pengembangan sistem. Analisa sistem dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN Pada perancangan sistem pendukung keputusan, analisis merupakan peranan yang penting dalam membuat rincian sistem baru. Analisis perangkat lunak merupakan langkah pemahaman

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM 31 BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Masalah PT. Perkebunan Nusantara III (Persero), belum memiliki sebuah sistem informasi yang terprogram, belum adanya aplikasi khusus yang digunakan untuk

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem yang berjalan Analisa sistem yang sedang berjalan dalam memberikan informasi tentang lokasi Bengkel Resmi Honda pada CV. Indako Trading Co masih

Lebih terperinci

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014 PENERAPAN METODE TOPSIS DAN AHP PADA SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PENERIMAAN ANGGOTA BARU, STUDI KASUS: IKATAN MAHASISWA SISTEM INFORMASI STMIK MIKROSKIL MEDAN Gunawan 1, Fandi Halim 2, Wilson 3 Program

Lebih terperinci