BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Nasution (2010) memaparkan bahwa belajar terjadi jika ada hasilnya yang dapat diperlihatkan. Belajar terjadi hanya dapat diketahui jika ada sesuatu yang dingat dari apa yang dipelajari. Bloom dalam Sudjana, (2010) mengklasifikasi hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotoris. Ranah afektif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan dan ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan empat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranaf afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak, terdiri dari enam aspek yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif serta interpretatif. Diantara ketiga ranah tersebut ranah kognitif yang paling banyak dinilai oleh guru di sekolah berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan ajar. Dipaparkan pula oleh Yamin (2003) bahwa hasil belajar dapat diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan, tentunya perubahan tersebut merupakan perubahan yang lebih baik dibandingkan sebelumnya. Sudjana (2010), proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni: (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing- 5

2 masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) ketrampilan motoris. Menurut Glaser ada dua macam penilaian hasil belajar yaitu norm-referenced dan criterion-referenced. Penilaian normreferenced didasarkan pada penilaian murid yang dibandingkan dengan hasil keseluruhan kelas, yang diutamakan disini adalah perbedaan individu. Penilaian criterion-referenced yaitu penilaian hasil belajar berdasarkan standar atau kriteria tertentu, yaitu yang ditentukan oleh tujuan belajar, dalam penilaian ini yang perlu diketahui adalah sampai dimana siswa telah mencapai tujuan tersebut, sehingga tujuan harus dirumuskan secara spesifik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian dengan criterion-referenced yaitu: Soal harus berhubungan langsung dengan rumusan tujuan pelajaran; Murid harus diberitahukan dengan jelas hasil apa yang diharapkan pada akhir pelajaran; Pertanyaan hendaknya jangan mengenai hal-hal yang dapat dihafal, kecuali sesuatu memang harus dihafal sebagai hasil belajar yang diharapkan. Siswa yang gagal memenuhi standar yang ditentukan menurut tujuan, maka siswa tersebut harus mengulang pelajaran agar dapat menguasai materi, sehingga siswa tidak mengalami kesulitan dalam pelajaran selanjutnya (Nasution, 2010). Sabri (2007) hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari lingkungan dan faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengarunya terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti yang dikemukakan oleh Clark bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada dua jenis yaitu yang bersumber dari dalam diri manusia (faktor internal) dan faktor yang bersumber dari luar diri manusia (faktor eksternal). Faktor internal dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu faktor biologis dan faktor psikologis. Faktor biologis 6

3 yaitu usia, kematangan, dan kesehatan. Lain halnya dengan faktor psikologis yaitu kelelahan, suasana hati, motivasi, minat, dan kebiasaan belajar. Faktor eksternal juga diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu faktor manusia (human) dan non manusia seperti alam benda, hewan, dan lingkungan (Arikunto, 1990). Berdasarkan pengertian-pengertian yang sudah dipaparkan oleh pakar tersebut penelitian ini sejalan dengan pendapat Sudjana (2010), yang menyebutkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa dapat dilihat dari kemampuannya setelah siswa mempelajari suatu materi tertentu. b. Tujuan dan Fungsi Penilaian Hasil Belajar Menurut Hamdani (2011) menyebutkan tujuan dan fungsi penilaian hasil belajar. Tujuan itu sendiri dibagi menjadi dua yaitu tujuan penilaian secara umum dan khusus. Tujuan umum penilaian hasil belajar yaitu: Menilai pencapaian kompetensi siswa; Memperbaiki proses pembelajaran; Sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan belajar siswa. Tujuan khusus penilaian hasil belajar yaitu: Mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa; Mendiagnosis kesulitan belajar; Memberikan umpan balik atau perbaikan proses belajar mengajar; Menentukan kenaikan kelas; Memotivasi belajar siswa dengan cara mengenal dan memahami diri serta merangsang untuk melakukan usaha perbaikan. Fungsi penilaian hasil belajar, yaitu meliputi: Bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas; Umpan balik dalam perbaikan proses belajar mengajar; Meningkatkan motivasi siswa; dan Evaluasi diri terhadap kinerja siswa. 2. Modul a. Pengertian Hamdani (2011) memaparkan bahwa modul merupakan sarana pembelajaran dalam bentuk tertulis atau cetak yang disusun secara sistematis, memuat materi pembelajaran, 7

4 metode, tujuan pembelajaran berdasarkan kompetensi dasar atau indikator pencapaian kompetensi, petunjuk kegiatan belajar mandiri (self instructional) dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menguji diri sendiri melalui latihan yang disajikan dalam modul. Pengertian modul juga dikemukan oleh Nasution (2010), modul merupakan suatu kesatuan yang bulat dan lengkap yang terdiri atas serangkaian kegiatan belajar yang secara empirik telah terbukti memberi hasil belajar yang efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan secara jelas dan spesifik. Sejalan dengan pengertian tersebut, Sabri (2007) juga mengemukakan pengertian modul yaitu modul merupakan suatu unit yang lengkap yang terdiri dari rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Modul merupakan suatu paket kurikulum yang disediakan untuk dapat digunakan siswa belajar sendiri, sehingga tanpa kehadiran guru siswa dapat belajar secara mandiri. Menurut Winkel (2004) modul merupakan satuan program belajar mengajar terkecil, yang dipelajari oleh siswa sendiri secara perseorangan atau diajarkan oleh siswa kepada dirinya sendiri (self instructional), setelah siswa menyelesaikan satuan yang satu, siswa akan mempelajari satuan berikutnya. Berdasarkan pengertian di atas maka penelitian akan menggunakan teori modul dari Nasution (2010) yaitu bahwa modul merupakan suatu kesatuan yang bulat dan lengkap yang terdiri atas serangkaian kegiatan belajar yang secara empirik telah terbukti memberi hasil belajar yang efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan secara jelas dan spesifik. b. Tujuan Pembelajaran Modul Menurut Sabri (2007) sistem pembelajaran modul dipandang lebih efektif karena pembelajaran modul merupakan salah satu bentuk pembelajaran mandiri yang dapat membimbing siswa untuk belajar sendiri mengenai materi pembelajaran tanpa adanya campur tangan guru atau dosen. Tujuan dari pembelajaran modul adalah sebagai berikut: Siswa 8

5 dapat belajar sesuai dengan cara mereka masing-masing; Siswa mempunyai kesempatan untuk belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing; Siswa dapat memilih topik pembelajaran yang diminati, karena siswa tidak mempunyai pola minat yang sama untuk mencapai tujuan yang sama; Siswa diberi kesempatan untuk mengenal kelebihan dan kekurangannya dan memperbaiki kelemahannya melalui program remidial. Tujuan pembelajaran modul juga dipaparkan oleh Nasution (2010) tujuan dengan penggunaan modul yaitu: Memberi kesempatan siswa untuk memilih diantara banyak topik dalam rangka suatu program; Mengadakan penilaian yang sering mengenai kemajuan dan kelemahan siswa; Memberikan modul remidial untuk mengolah kembali seluruh bahan yang telah diberikan untuk pemantapan dan perbaikan atau mengulang bahan dengan metode cara lain untuk mempermudah siswa dalam memahami materi. c. Kelebihan dan Kekurangan Pengajaran Modul Hamdani (2011) memaparkan manfaat modul bagi siswa dan bagi guru. Manfaat modul bagi siswa yaitu: Siswa memiliki kesempatan melatih diri belajar secara mandiri; Belajar menjadi lebih menarik karena dapat dipelajari di luar kelas dan di luar jam pelajaran; Berkesempatan mengekspresikan cara-cara belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya; Berkesempatan menguji kemampuan diri sendiri dengan mengerjakan latihan yang disajikan dalam modul; Mampu membelajarkan diri sendiri; Mengembangkan kemampuan siswa dalam berinteraksi langsung dengan sumber belajar yang lainnya. Manfaat modul bagi kepentingan guru yaitu: Mengurangi kebergantungan terhadap ketersediaan buku teks; Memperluas wawasan karena disusun dengan menggunakan berbagai referensi; Menambah khazanah pengetahuan dan pengalaman dalam menulis bahan ajar; Membangun komunikasi yang efektif antara dirinya dan siswa karena pembelajaran tidak harus berjalan secara tatap muka; Menambah angka kredit jika dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan. 9

6 Menurut Nasution (2010) modul memiliki keuntungan baik untuk siswa maupun guru. Keuntungan penggunaan modul bagi siswa adalah: Modul memberikan feedback, sehingga siswa dapat mengetahui tingkat hasil belajarnya, dengan demikian kesalahan dapat segera diperbaiki; Setiap siswa mendapat kesempatan untuk mencapai angka/nilai tertinggi dengan menguasai bahan pelajaran secara tuntas, dengan demikian diharapkan siswa memperoleh dasar yang lebih mantap untuk memulai materi yang baru; Tujuan modul harus jelas, spesifik, dan dapat dicapai oleh murid; Memotivasi siswa untuk lebih memahami materi dengan langkah-langkah yang teratur; Penggunaan modul bersifat fleksibel, dapat disesuaikan dengan perbedaan siswa baik dari kecepatan belajar, cara belajar, atau pun bahan belajar; Timbul rasa kerjasama baik antar murid maupun guru dengan murid; Memberi kesempatan untuk pelajaran remidial. Pembelajaran dengan menggunakan modul juga mempunyai keuntungan bagi guru, yaitu: Rasa puas dari guru karena kesuksesan yang dicapai oleh siswa; Penggunaan modul dapat memberikan kesempatan lebih banyak bagi guru untuk memberi bantuan dan perhatian kepada siswa; Guru lebih mempunyai banyak waktu untuk memberi ceramah dan pelajaran tambahan sebagai pengayaan; Guru terbebas dari rutinitas yaitu melakukan persiapan pelajaran karena semuanya sudah tersedia di modul; Antar sekolah maupun perguruan tinggi dapat bertukar modul; Mendorong guru lebih bersikap ilmiah tentang profesinya; Evaluasi formatif lebih mudah dilakukan. Penggunaan modul juga mempunyai kelemahan, menurut Nasution (2010) meskipun terdapat banyak keuntungan dari penggunaan modul namun ada kelemahan yang ada baik bagi guru, siswa, maupun administrator. Kesulitan bagi siswa yaitu siswa tidak terbiasa dengan metode belajar yang baru seperti modul karena siswa terbiasa dengan metode mastery learning yaitu guru sebagai pusat pengetahuan sehingga metode baru sulit diterima oleh siswa. Kesulitan bagi pengajar yaitu: Pada saat menyiapkan modul, yaitu untuk modul yang baik dibutuhkan banyak waktu, keahlian dan keterampilan yang 10

7 cukup; Guru merasa kehilangan gengsi karena kedudukan guru yang tinggi yaitu sebagai pusat pengetahuan akan banyak berkurang dengan pengajaran modul; Tidak semua siswa mempelajari bahan yang sama sehingga guru harus menjawab pertanyaan siswa yang berbeda-beda. Kesulitan yang dialami oleh administrator yaitu dengan menggunakan modul membutuhkan lebih banyak biaya dan tenaga. d. Langkah-Langkah Penyusunan Modul Langkah-langkah dalam penyusunan modul adalah sebagai berikut (Sabri, 2007): Merumuskan tujuan secara jelas dan spesifik dalam bentuk mengamati kelakuan siswa; Urutan tujuan-tujuan yang menentukan langkah-langkah yang harus diikuti dalam modul; Tes diagnostik untuk mengukur pengetahuan dan kemampuan siswa serta latar belakang mereka sebagai prasyarat untuk menempuh modul; Menyusun alasan pentingnya modul ini bagi siswa; Kegiatan belajar direncanakan untuk membantu dan membimbing siswa dalam mencapai kompetensi-kompetensi dan merumuskan dalam tujuan; Menyusun posttes untuk mengukur hasil belajar siswa; Menyiapkan sumber-sumber berupa bacaan yang dibutuhkan siswa. Dipaparkan pula oleh Hamdani (2011) tentang urutan penyusunan sebuah modul: Menetapkan judul modul yang akan disusun; Menyiapkan buku-buku sumber dan buku referensi lainnya; Melakukan identifikasi terhadap kompetensi dasar, melakukan kajian terhadap materi pembelajaran, serta merancang bentuk kegiatan pembelajaran yang sesuai; Mengidentifikasi indikator pencapaian kompetensi dan merancang bentuk dan jenis penilaian yang disajikan; Merancang format penulisan modul; Penyusunan draf modul; Melakukan validasi dan finalisasi terhadap draf modul; e. Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Menggunakan Modul Langkah-langkah belajar menggunakan modul menurut Suryosubroto (1983) sebagai berikut: Langkah pertama yaitu pada saat akan dimulainya penggunaan modul. Sebelum modul 11

8 digunakan dalam pembelajaran di kelas guru harus terlebih dahulu mempelajari bahan modul atau materi yang disajikan dalam modul. Guru juga harus mempelajari alat-alat dan sumber belajar yang harus disediakan agar modul tersebut dapat digunakan secara maksimal. Langkah kedua yaitu pada saat berlangsungnya proses belajar. Guru harus kreatif dalam pembelajaran dengan menggunakan modul, guru sebaiknya melaksanakan pembelajaran berdasarkan pada pedoman guru, selain itu guru juga menjelaskan kepada siswa jika ada hal-hal penting yang harus diperhatikan di dalam modul. Guru juga menegaskan kepada siswa bahwa siswa tidak perlu tergesa-gesa dalam menyelesaikan modul namun yang lebih penting adalah siswa menguasai materi yang terdapat di dalam modul. Saat pembelajaran menggunakan modul siswa boleh bertanya kepada guru atau teman yang dianggap lebih tahu tentang halhal yang belum jelas. Guru juga harus berkeliling kelas untuk mengecek seberapa jauh siswa memahami petunjuk di dalam modul, kesulitan yang dialami siswa, serta seberapa jauh siswa memahami dan mengerjakan tugas-tugas atau lembar kerja yang terdapat di dalam modul. Materi boleh dijelaskan di depan kelas jika semua siswa dirasa mempunyai kesulitan yang sama dalam mempelajari materi di dalam modul. Langkah ketiga yaitu pada saat siswa selesai mengerjakan seluruh lembaran kegiatan siswa dan lembaran kerja. Siswa baru boleh mengambil tes jika sudah benar-benar menguasai modul yang dipelajari, untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai modul atau belum dapat dilihat dengan memeriksa lembaran kerja siswa. Tes diberikan jika siswa benarbenar telah menyelesaikan Lembaran Kegiatan dan Lembaran Kerja dengan baik. Langkah keempat yaitu pada saat siswa telah menyelesaikan lembaran tes. Siswa yang telah mencapai sekor 75% guru harus segera memberikan tugas-tugas pengayaan atau memberika modul baru sebagai kelanjutan modul yang diteskan. Siswa yang belum mencapai sekor 75% guru harus segera mengadakan identifikasi terhadap bagian-bagian yang membuat siswa salah dan memberikan bimbingan khusus kepada siswa 12

9 yang masih belum paham atau mempelajari latar belakang kesulitan siswa tersebut sebelum mengambil suatu keputusan. f. Unsur-Unsur Administrasi Sistem Modul Menurut Nasution (2010) administrasi dengan menggunakan modul ada tiga unsur yaitu pengembangan modul, pelaksanaan, dan biaya. Hal-hal yang termasuk dalam pengembangan modul yaitu: Memilih bahan pelajaran dan alatalat pelajaran; Menyusun bahan dalam satuan-satuan untuk setiap modul; Merumuskan tujuan setiap modul; Menyesuaikan tujuan dengan proses belajar; Merencanakan cara memonitor dan mencatat kemajuan serta hasil belajar siswa; Merencanakan evaluasi akhir hasil belajar. Unsur yang kedua yaitu pelaksanaan, hal-hal yang terkait dengan pelaksanaan yaitu: Penyebaran dan penyampaian modul kepada siswa; Mencatat hasil belajar siswa; Memonitor kemajuan belajar siswa; Memberi balikan kepada siswa; dan menilai hasil belajar akhir. Unsur ketiga dalam administrasi sistem modul yaitu biaya. Dibandingkan dengan pengajaran konvensional, pengajaran dengan menggunakan modul pada umumnya memakan biaya yang lebih banyak. Biaya yang dimaksud antara lain: Masalah waktu, pengajar membutuhkan banyak waktu untuk menyusun modul; Biaya alat audio-visual, pegawai administrasi, dan alat laboratorium; Biaya untuk memperbanyak modul, buku bimbingn belajar, dan komponen yang lain; dan Biaya ruang belajar. g. Komponen Modul Pembelajaran Menurut Sabri (2007) Modul pembelajaran merupakan satuan yang terdiri dari komponen utama sebagai berikut: Rumusan tujuan pengajaran yang eksplisit dan spesifik; Petunjuk untuk guru; Petunjuk untuk siswa; Lembaran kegiatan siswa yang memuat materi pembelajaran yang harus dikuasai siswa; Lembaran kerja; Kunci evaluasi. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Winkel (2004) komponen-komponen pada modul adalah: Pedoman guru/petunjuk guru, yaitu menguraikan peran guru dalam kegiatan belajar mengajar, mendiskripsikan unit yang dipelajari, 13

10 kegiatan-kegiatan siswa, alat-alat pelajaran yang digunakan, dan alat evaluasi; Lembar Kegiatan Siswa, yaitu berisi rumusan tujuan instruksional yang akan dicapai, kegiatan-kegiatan belajar yang harus dilakukan, alat-alat pelajaran yang digunakan, dan tugas-tugas yang harus diselesaikan; Lembar Kerja, yaitu menyertai Lembar Kerja Siswa berisi pertanyaan-pertanyaan dan tugas-tugas yang harus dikerjakan; Kunci Lembar Kerja, yaitu berisi jawaban-jawaban atas pertanyaan atau tugas yang ada dalam Lembar Kerja sehingga siswa dapat mencocokkan sendiri; Lembar Tes, yaitu berisi soal-soal yang harus dikerjakan untuk mengukur tingkat keberhasilan/penguasaan setelah modul dipelajari, ini berisi tes formatif; Kunci Lembar Tes, yaitu berisi jawaban-jawaban atas soal-soal dalam Lembar Tes, sehingga siswa dapat mencocokannya sendiri. h. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Modul Prinsip pembelajaran dengan menggunakan modul dipaparkan oleh Sabri (2007) pembelajaran modul memiliki karakteristik tersendiri yang luas dan berbeda dengan pembelajaran individual lainnya, yaitu: Prinsip fleksibilitas, yakni prinsip menyesuaikan perbedaan siswa; Prinsip feed-back; Prinsip penguasaan tuntas (mastery learning), artinya siswa belajar tuntas; Prinsip remidial, memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki kesalahan atau kekurangannya; Prinsip motivasi dan kerjasama; Prinsip pengayaan. i. Tahap-Tahap Pengembangan modul Banyak pendapat ahli mengenai aspek yang harus diperhatikan dalam pengembangan modul. Menurut Rowntree ada 9 aspek dalam pengembangan modul yaitu (Setiawan, 2007): Membantu pembaca untuk menemukan cara mempelajari modul, misalnya dengan mengulangi bagian-bagian yang sulit; Menjelaskan apa yang perlu pembaca persiapkan sebelum mempelajari modul; Menjelaskan apa yang diharapkan dari pembaca setelah mereka selesai mempelajari modul; Memberi pengantar tentang cara pembaca menghadapi 14

11 modul, misalnya berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari bagian tertentu atau bagaimana mempersiapkan diri untuk mengerjakan tugas yang diminta dalam modul; Menyajikan materi sejelas mungkin sehingga pembaca dapat mengaitkan materi yang dipelajari dari modul dengan dengan apa yang sudah diketahui sebelumnya; Memberi dukungan pada pembaca agar berani mencoba langkah yang diperlukan untuk memahami materi modul; Melibatkan pembaca dalam latihan dan kegiatan yang akan membuat mereka berinteraksi dengan materi yang sedang dipelajari. Sebisa mungkin menghindari agar pembaca tidak hanya sekedar membaca materi; Memberikan umpan balik pada latihan dan kegiatan yang dilakukan pembaca. Hal ini penting bagi pembaca untuk menilai tingkat keberhasilannya dalam memahami materi dalam modul; Membantu pembaca untuk meringkas dan merefleksikan apa yang sudah dipelajari setelah mempelajari modul. Menurut Nasution (2010) langkah-langkah penyusunan atau pengembangan modul adalah sebagai berikut: Merumuskan tujuan secara jelas, spesifik, dalam bentuk sikap siswa yang dapat diamati dan diukur; Mengurutkan tujuantujuan tersebut yang menentukan langkah-langkah yang diikuti dalam modul; Tes diagnostik untuk mengukur latar belakang siswa, pengetahuan, dan kemampuan yang telah dimilikinya sebagai prasyarat untuk menempuh modul; Menyusun alasan pentingnya modul ini bagi siswa; Kegiatan-kegiatan belajar dirancang untuk membantu dan membimbing siswa agar mencapai kompetensi yang telah dirumuskan dalam tujuan; Menyusun posttest untuk mengukur hasil belajar siswa dan sampai dimana siswa telah menguasai tujuan modul; Menyiapkan sumber bacaan bagi siswa jika siswa memerlukannya. j. Format Modul Menurut Hamdani (2011) format dalam penyusunan modul adalah: Halaman sampul berisi judul pokok bahasan dan logo. Halaman sampul ini juga berisi nama penulis, nama mata pelajaran, dan keterangan yang dianggap perlu ditambahkan; 15

12 Pokok bahasan, berisi seperti yang tertulis pada Standar Kompetensi; Pengantar berisi kedudukan modul dalam suatu mata pelajaran, ruang lingkup materi modul, serta kaitan antar pokok bahasan dan sub-sub pokok bahasan; Kompetensi Dasar dikutip dari standar isi (kurikulum). Satu kompetensi dasar biasanya dirancang menjadi beberapa kegiatan belajar, tergantung pada keluasan dan kedalaman materi; Kompetensi Dasar dikutip dari standar isi kurikulum, satu kompetensi dasar biasanya dibuat untuk satu kegiatan belajar; Tujuan pembelajaran yaitu merupakan rumusan gambaran tentang kemampuan tertentu yang harus dicapai oleh siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajar tertentu. Selanjutnya yaitu kegiatan belajar, dalam satu modul biasanya terdiri dari satu sampai tiga kegiatan belajar atau bahkan lebih, sesuai dengan silabus dan RPP; Judul kegiatan belajar ditulis secara singkat, tetapi menggambarkan keseluruhan isi materi pembelajaran; Uraian dan contoh, pada bagian ini sebelum menuliskan uraian dan contoh harus ditulis judul dan sub unit kecil terlebih dahulu. Uraian materi ditulis dengan bahasa sederhana, tetapi tidak mengurangi substansi materi, uraian disampaikan dalam bentuk bertutur sehingga memberi kesan seolah-olah guru berada di depan siswa. Contoh juga harus disertakan secara lengkap dan jelas sehingga dapat membantu siswa dalam memahami materi; Latihan dalam modul merupakan alat untuk menguji diri sendiri bagi siswa. Mengerjakan tugas dan soal-soal dalam latihan, siswa dapat mengukur seberapa besar kemampuannya menguasai pokokpokok materi. Hendaknya latihan juga disertai dengan petunjukpetunjuk praktis dan jelas; Bagian rangkuman, ditulis pokokpokok materi yang telah disajikan dalam uraian dan contoh. Tes formatif dalam modul dibuat untuk mengukur kemajuan belajar siswa dalam satu unit pembelajaran. Tes formatif biasanya dibuat dalam bentuk tes objektif (benar salah, pilihan ganda, isian/melengkapi kalimat, menjodohkan atau memasangkan sesuatu); Umpan balik dan tindak lanjut yaitu memberikan rumus yang dapat digunakan untuk memaknai pencapaian hasil belajar siswa sehingga dapat 16

13 diberikan umpan balik dan tindak lanjut yang harus digunakan; Kunci jawaban, diberikan pada halaman yang berbeda dengan maksud agar siswa dapat mengukur kemampuan diri sendiri; Daftar pustaka, mencantumkan daftar kepustakaan yang dijadikan sumber dalam penyusunan modul. Berdasarkan pengertian, tujuan, kelemahan, keuntungan, serta langkah-langkah penyusunan modul penelitian ini sejalan dengan pendapat Nasution (2010), yaitu bahwa modul merupakan suatu kesatuan yang bulat dan lengkap yang terdiri atas serangkaian kegiatan belajar yang secara empirik telah terbukti memberi hasil belajar yang efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan secara jelas dan spesifik. 3. Miskonsepsi a. Pengertian Konsep Menurut Winkel (2004) konsep merupakan satuan arti yang mewakili sejumlah obyek yang mempunyai ciri-ciri yang sama dalam bentuk lambang mental yang penuh gagasan. Belajar konsep merupakan salah satu cara belajar dengan pemahaman dan kerap dikenal dengan concept information. Orang yang mempunyai konsep mampu melakukan abstraksi terhadap obyek-obyek yang dihadapinya sehingga obyek tersebut ditempatkan dalam golongan atau klasifikasi tertentu. Sejalan dengan pengertian konsep, Berg dalam Widiawati (2010) menyebutkan bahwa konsep adalah abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antara manusia dan yang memungkinkan manusia berfikir. Edwardes (dalam Bintoro, 2010) menyebutkan bahwa konsep merupakan golongan benda, simbol, atau peristiwa tertentu yang digolongkan berdasarkan sifat yang dimiliki masing-masing dan dapat diberikan nama yang khusus atau dapat diperlihatkan dengan sebuah simbol khusus. Konsep dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu: Object concept (konsep benda) yaitu konsep yang dapat ditunjukkan dengan gambar, foto atau model. Misalnya gambar lampu, gambar pohon, foto rumah, dll; Symbol concept (konsep simbol atau lambang) yaitu 17

14 konsep yang dapat ditunjukkan melalui jenis kata yang khusus, bilangan, tanda, atau bisa dengan hal lain yang merupakan benda-benda, peristiwa, atau merupakan hubungan antarnya. Misalnya kuadrat, akar kuadrat, dll; Event concept (konsep peristiwa) yaitu konsep yang menunjukkan interaksi antara benda-benda yang hidup dengan yang mati. Misalnya percepatan, pertumbuhan, dll. Cara seseorang memperoleh konsep menurut Dahar ada dua cara yaitu (Mulyati, 2005): Cara Formasi konsep yaitu konsep diperoleh anak sebelum masuk sekolah atau dapat dikatakan belajar konsep konkret dari pengalaman. Pengalaman konsep dapat terjadi dengan proses induksi, belajar penemuan, dan mengikuti pola eg-rule atau pola contoh. Misalnya konsep ayam, anjing, kucing, bola, dll; Cara Asimilasi konsep yaitu konsep diperoleh selama atau sesudah anak belajar di sekolah, pada umumnya anak belajar konsep abstrak. Konsep diperoleh dengan proses deduktif, belajar sajian, dan belajar konsep sebagai aturan atau contoh rule-eg. b. Pengertian Miskonsepsi Miskonsepsi berarti kesalahpahaman (misconception) tentang suatu konsep ilmu, kadang-kadang disebut pula teori siswa, kesalah pengertian (misunderstanding), salah konsep atau salah alternatif (alternative concept). Miskonsepsi juga menyangkut pra konsep (pra conception) yang tidak cocok dengan segi ilmu (Tunu, 2010). Sejalan dengan pengertian tersebut Mu Awinah (2010) memaparkan pula bahwa miskonsepsi menunjuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima pakar dalam bidang itu. Menurut Suparno dalam penelitian Widiawati (2010) mengidentifikasi ada lima sebab utama miskonsepsi dan masingmasing ditimbulkan oleh sebab kusus yaitu yang berasal dari siswa, guru, buku teks, konteks, dan cara mengajar. Penyebabpenyebab tersebut dapat dilihat pada tabel 1 berikut : 18

15 Tabel 1 Sebab Utama Miskonsepsi Sebab Utama Sebab Kusus 1. Siswa a. Prakonsepsi. b. Pemikiran asosiatif. c. Pemikiran humanistik. d. Reasoning yang tidak lengkap. e. Intuisi yang salah. f. Tahap perkembangan kognitif siswa. g. Kemampuan siswa. h. Minat belajar siswa. 2. Guru a. Tidak menguasai bahan. b. Bukan lulusan dari bidangnya. c. Tidak mengungkapkan prakonsepsi siswa. d. Relasi guru dan siswa tidak baik. 3. Buku teks a. Penjelasan keliru. b. Salah tulis terutama dalam rumus. c. Tingkat kesulitan penulisan buku terlalu tinggi bagi siswa. d. Siswa tidak tahu teknik membaca buku teks. e. Kartun yang sering membuat miskonsepsi. 4. Konteks a. Pengalaman siswa. b. Bahasa sehari-hari berbeda. c. Teman diskusi yang salah. d. Keyakinan dan agama. e. Penjelasan orang tua dan orang lain yang keliru. f. Konteks hidup siswa (TV, radio, film) yang keliru. g. Perasaan senang dan tidak senang. h. Bebas dan tertekan. 5. Cara mengajar a. Hanya berisi ceramah dan menulis. b. Langsung ke dalam bentuk matematika. c. Tidak mengungkapkan miskonsepsi siswa. d. Tidak mengoreksi PR yang salah. e. Model praktikum. f. Model diskusi. Menurut Sleeman tipe kesalahan dikelompokkan ke dalam tiga tipe kesalahan Tunu (2010) dan Widiawati (2010): Tipe kesalahan I (Precenden Errors) yaitu kesalahan siswa dalam menerapkan konsep-konsep dasar pada bilangan berpangkat seperti menjumlahkan bilangan berpangkat, menjumlahkan 19

16 koefisien dan variabel, mengabaikan simbol (tidak memperhatikan tanda kurung) dan tidak memperhatikan letak pangkat. Tipe kesalahan II (Sustitution Errors) yaitu kesalahan siswa yang tidak dapat mengingat konsep yang telah diajarkan seperti mengkalikan pangkat ketika soal menyebutkan perkalian bilangan berpangkat dan membagi pangkat ketika soal menyebutkan pembagian pada bilangan berpangkat. Tipe kesalahan III (Non Modeled Errors) yaitu kesalahan yang tidak dapat didiagnosa seperti siswa menjawab secara langsung dan kesalahan karena kecerobohan menjumlahkan, mengurangi, mengkalikan, dan membagi, serta kecerobohan siswa dalam penulisan huruf. 4. Materi Ajar a. Bilangan Pangkat 1. Pangkat Bulat Positif a n = a a a a a a n faktor Sifat-sifat pangkat: Sifat-sifat bilangan berpangkat bulat positif adalah sebagai berikut, jika a dan b bilangan real serta n, p, dan q bilangan bulat positif maka berlaku: a) a p a q = a p+q b) a p a q = a p q dengan p > q c) a p q p q = a d) a b n = a n b n e) a b n = a n bn, dengan b 0 2. Pangkat Bulat Negatif Misal a R dan a 0, maka a n adalah kebalikan dari a n atau sebaliknya, secara matematis dapat ditulis: a n = 1 a n atau an = 1 a n 20

17 B. Penelitian yang Relevan Harahap (2010) penelitiannya tentang Efektifitas Penggunaan Modul Matematika Pokok Bahasan Fungsi, Persamaan dan Pertidaksamaan Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa Kelas X SMA di Kabupaten Katingan. Berdasarkan penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika pada siswa yang diberikan pembelajaran matematika dengan menggunakan modul matematika dan tidak menggunakan modul matematika pada pokok bahasan fungsi, persamaan dan pertidaksamaan. Siswa yang menggunakan modul matematika memperoleh hasil yang lebih baik daripada siswa yang tidak menggunakan modul matematika Penelitian yang dilakukan oleh Citrawathi (2006) yang berjudul Pengembangan Pembelajaran Biologi Dengan Menggunakan Modul Berorientasi Siklus Belajar dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa di SMA. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan pendekatan konstruktivistik dengan modul berorintasi siklus belajar lebih baik dibandingkan dengan menggunakan cara konvensional, dan secara umum respon siswa dan guru terhadap pembelajaran biologi menggunakan modul berorientasi siklus belajar adalah positif atau baik. Pujani (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Kualitas Perkuliahan Termodinamika dengan Mengintensifkan Penggunaan Tes Formatif Melalui Pembelajaran Kooperatif Bermodul, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kualitas proses pembelajaran membaik, hasil belajar mengalami peningkatan, dan respon mahasiswa terhadap strategi perkuliahan yang diterapkan positif. Hasil penelitian Mardana (2007) yang berjudul Pembelajaran Modul Eksperimen Berbasis ICT Dengan Model Cognitive Apprenticeship dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika dan Literasi Komputer Mahasiswa menunjukkan bahwa pembelajaran modul eksperimen berbasis ICT dapat menurunkan miskonsepsi, meningkatkan aktivitas belajar, hasil belajar, dan respon mahasiswa C. Kerangka Berfikir Keberhasilan proses belajar mengajar khususnya pada pembelajaran matematika dapat dilihat dari tingkat pemahaman dan penguasaan materi. Keberhasilan pembelajaran matematika dapat diukur 21

18 dari kemampuan siswa dalam memahami dan menerapkan berbagai konsep untuk memecahkan masalah. Siswa dikatakan paham apabila indikator-indikator pemahaman tercapai. Mengacu pada indikatorindikator tersebut berarti jika siswa dapat mengerjakan soal-soal yang diberikan dengan baik dan benar maka siswa dikatakan paham. Pembelajaran matematika disekolah terutama di SMP kelas IX dalam materi Bilangan Berpangkat menjadi suatu masalah jika siswa salah dalam pemahaman dan akan sangat sulit untuk memperbaikinya. Oleh karena itu penelitian akan mencoba untuk merancang modul dalam pembelajaran untuk melakukan remidiasi atau menanamkan konsep yang benar terhadap materi tersebut. Modul ini diharapkan dapat digunakan dalam pembelajaran dikelas agar siswa dapat memahami materi dengan tepat. Penelitian ini merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi miskonsepsi siswa yang menyebabkan siswa salah dalam memahami konsep pada pembelajaran matematika. Prosedur penelitian ini dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari penelitian sebelumnya. Materi Ajar Siswa Paham Siswa Tidak Paham Melanjutkan Materi Terjadi Miskonsepsi Menggunakan Modul Remidiasi Miskonsepsi Berkurang Gambar 1 Kerangka Berpikir 22

19 D. Hipotesis Berdasarkan hasil kajian teori dan kerangka berpikir maka dirumuskan hipotesis yaitu penggunaan modul pada materi bilangan berpangkat dapat mengurangi miskonsepsi, sehingga ada perbedaan ratarata jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi sebelum dan sesudah penggunaan modul. Hipotesis nol (Ho) : Tidak terjadi pengurangan miskonsepsi siswa pada materi Bilangan Berpangkat. Hipotesis alternatif (H1) : Terjadi pengurangan miskonsepsi siswa pada materi Bilangan Berpangkat. 23

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Bahan Ajar a. Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar merupakan salah satu hal yang penting dalam proses pembelajaran. Ada banyak tokoh yang memberikan definisi mengenai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bahan Ajar 2.1.1 Pengertian Bahan Ajar Hamdani (2011:218) mengemukakan beberapa pengertian tentang bahan ajar, yaitu sebagai berikut: a. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar Matematika Belajar merupakan hal yang sangat dasar bagi manusia dan merupakan proses yang terjadi tiada henti-hentinya. Belajar adalah suatu proses

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. melalui generalisasi dan berfikir abstrak. Konsep merupakan prinsip dasar

II. TINJAUAN PUSTAKA. melalui generalisasi dan berfikir abstrak. Konsep merupakan prinsip dasar 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Konsep merupakan pemikiran dasar yang diperoleh dari fakta peristiwa, pengalaman melalui generalisasi dan berfikir abstrak. Konsep merupakan prinsip dasar yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Modul 1. Pengertian Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan IPA Pendidikan IPA merupakan disiplin ilmu yang di dalamnya terkait dengan ilmu pendidikan dan IPA itu sendiri. Sebelum mengetahui lebih jelas mengenai pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konsep Konsep secara umum menurut Poh (2007) adalah ide abstrak yang digeneralisasikan dari fakta-fakta atau pengalaman yang spesifik. Pendapat lain dari Soedjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap. BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Pembelajaran sejarah Belajar merupakan suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan, yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) a. Pengertian Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) Strategi pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan dari siswa setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab II akan menjelaskan tentang kajian teori, kajian penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis. Teori-teori yang digunakan akan dijelaskan dalam kajian teori. Kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Karena itu, pemerintah selalu berusaha agar mutu pendidikan matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. 2

BAB II KAJIAN TEORI. penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. 2 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Belajar Untuk memperoleh pengertian yang objektif tentang belajar terutama belajar di sekolah, perlu dirumuskan secara jelas pengertian belajar. Belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak

BAB II KAJIAN TEORITIS. pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teoretis 1. Strategi Cooperative Script Dalam strategi pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Media Pembelajaran Mind Mapping a. Pengertian Media Pembelajaran Mind Mapping Sadiman (dalam Rianti, 2012, h.9) menjelaskan media pembelajaran

Lebih terperinci

Unit 4. Pengembangan Bahan Pembelajaran Cetak. Isniatun Munawaroh. Pendahuluan

Unit 4. Pengembangan Bahan Pembelajaran Cetak. Isniatun Munawaroh. Pendahuluan Unit 4 Pengembangan Bahan Pembelajaran Cetak Isniatun Munawaroh Pendahuluan Bahan pembelajaran cetak merupakan bahan pembelajaran yang sudah umum digunakan bagi para guru tak terkecuali di tingkat Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia sepanjang hidupnya. Pendidikan dapat diartikan sebagai proses kegiatan mengubah perilaku individu kearah kedewasaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5-6) bahwa hasil belajar itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Hamalik (2009: 155) hasil belajar tampak sebagai

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Hamalik (2009: 155) hasil belajar tampak sebagai BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Hamalik (2009: 155) hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah dan Zain, 1996:53).

TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah dan Zain, 1996:53). 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Metode Pemberian Tugas Secara etimologi pengertian metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah dan Zain, 1996:53). metode

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT 8 BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT A. Metode Kerja Kelompok Salah satu upaya yang ditempuh guru untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang kondusif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. meningkatkan mutu pendidikan secara nasional. Agar tidak tertinggal dan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. meningkatkan mutu pendidikan secara nasional. Agar tidak tertinggal dan untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Materi Pembelajaran IPA Untuk menanggapi kemajuan era global dan semakin pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, kurikulum sains termasuk IPA terus disempurnakan untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Seseorang akan mengalami perubahan pada tingkah laku setelah melalui suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Belajar Pendapat tentang pengertian belajar ada bermacam-macam. Pendapat tersebut lahir

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Belajar Pendapat tentang pengertian belajar ada bermacam-macam. Pendapat tersebut lahir BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Pendapat tentang pengertian belajar ada bermacam-macam. Pendapat tersebut lahir berdasarkan sudut pandang yang berbeda-beda. Menurut Slameto

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Matematika. dan matematis (Rina Dyah Rahmawati, dkk, 2006: 01).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Matematika. dan matematis (Rina Dyah Rahmawati, dkk, 2006: 01). 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika Ke SD-an a. Pengertian Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada siswa melalui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 9 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Belajar dan Hasil Belajar A. Pengertian belajar Belajar adalah upaya pemenuhan reaksi mental dan atau fisik terhadap penglihatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan merupakan masalah serius di negara-negara berkembang terutama di Indonesia. Menurut Sanjaya (2010), salah satu masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

BAB II LANDASAN TEORITIS. tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang menyangkut pengetahuan, BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Belajar Matematika Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan, artinya tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini dibahas teori-teori yang relevan dengan penelitian ini agar dapat memberi gambaran umum tentang latar peneliti dan sebagai bahan rujukan pembahasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Konseptual 1. Metode Peer Learning (Teman Sebaya) Menurut (Miller et al.,1994), peer learning merupakan metode pembelajaran yang sangat tepat digunakan pada peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) Pasal 37 ditegaskan bahwa mata pelajaran matematika merupakan salah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Model Guided Discovery Learning a. Pengertian Guided Discovery Learning Menurut Newhall J (dalam Eggen P, 2012, h.177) model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003:

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003: BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam

Lebih terperinci

JURNAL OLEH YENI FARIDA The Learning University

JURNAL OLEH YENI FARIDA The Learning University PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS SEJARAH KELAS VII SMP NEGERI 1 MALANG SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN 2011/2012 JURNAL OLEH YENI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. Eggen dan Kauchak (dalam Trianto, 2007: 42) mengemukakan bahwa

BAB II KAJIAN TEORITIS. Eggen dan Kauchak (dalam Trianto, 2007: 42) mengemukakan bahwa 6 BAB II KAJIAN TEORITIS 1.1 Pembelajaran Kooperatif Eggen dan Kauchak (dalam Trianto, 2007: 42) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Observasi Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain ialah sebagai teknik penyajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia sekarang sedang menghadapi tantangan yang hebat. Tuntutan untuk mengembangkan sumber daya manusia melalui pendidikan mutlak harus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Hakikat Belajar Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Metode Menurut Hamdani (2010 : 80) metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk menyampaiakan pelajaran kepada siswa. Dengan demikian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling melengkapi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran kooperatif Tipe NHT Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar menurut Anni ( 2004:4 ) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar Hasil belajar

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL PEMBELAJARAN UNIVERSITAS ESAUNGGUL. Modul merupakan sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan,

PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL PEMBELAJARAN UNIVERSITAS ESAUNGGUL. Modul merupakan sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL PEMBELAJARAN UNIVERSITAS ESAUNGGUL A. PENGERTIAN Modul merupakan sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipelajari siswa sehingga pembelajaran matematika mempunyai. dituntut mempunyai konsentrasi, ketelitian, dan keterampilan.

BAB I PENDAHULUAN. dipelajari siswa sehingga pembelajaran matematika mempunyai. dituntut mempunyai konsentrasi, ketelitian, dan keterampilan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan ilmu pengetahuan lain. Matematika menjadi salah satu bidang studi yang mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB III BELAJAR TUNTAS

BAB III BELAJAR TUNTAS BAB III BELAJAR TUNTAS A. Pengertian Belajar Tuntas Tujuan pembelajaran secara ideal adalah agar materi yang dipelajari dikuasai sepenuhnya atau tuntas oleh peserta didik, ini disebut dengan istilah mastery

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa model pembelajaran

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi Putu Ayu Puspayanti, Lilies, Bustamin Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungannya (Slameto, 2010). Menurut Gredler dalam Aunurrahman. sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi mengetahui.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungannya (Slameto, 2010). Menurut Gredler dalam Aunurrahman. sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi mengetahui. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Hakikat Belajar dan Pembelajaran Belajarmerupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dedi Supriadi, 2014

BAB I PENDAHULAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dedi Supriadi, 2014 BAB I PENDAHULAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Untuk membangun masyarakat terdidik, masyarakat yang cerdas, maka mau tidak mau harus merubah paradigma dan sistem pendidikan. Dengan paradigma baru, praktik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Hasil Belajar Matematika

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Hasil Belajar Matematika BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Hasil Belajar Matematika Sudjana. (2007: 22), mengemukakan bahwa hasil belajar adalah menemukan pengalaman belajar. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Belajar Hasil belajar adalah hasil akhir baik berupa perilaku, maupun pengetahuan (kognitif) yang terjadi setelah proses pembelajaran dalam rangka memperoleh suatu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata pelajaran matematika di tingkat Sekolah Menengah Pertama adalah agar peserta didik memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak kalangan pelajar menganggap belajar fisika adalah aktivitas yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian dengan pikiran pada suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang guru dituntut untuk memiliki dan menguasai keterampilan dasar

BAB I PENDAHULUAN. Seorang guru dituntut untuk memiliki dan menguasai keterampilan dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang guru dituntut untuk memiliki dan menguasai keterampilan dasar mengajar. Terdapat delapan keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai oleh seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan. Di dalam sebuah proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang menduduki peranan penting dalam dunia pendidikan. Matematika dipelajari oleh semua siswa, mulai dari pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori, pendapat-pendapat ahli yang mendukung penelitian akan dipaparkan dalam obyek yang sama, dengan pandangan dan pendapat yang berbedabeda. Kajian

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN DAN OBJEK PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MODEL PEMBELAJARAN DAN OBJEK PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL PEMBELAJARAN DAN OBJEK PEMBELAJARAN MATEMATIKA Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran Matematika Dosen Pengampu: Dra. MM. Endang Susetyawati, M.Pd Disusun Oleh: Nikmahtun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Fisika merupakan ilmu fundamental yang menjadi dasar perkembangan ilmu

I. PENDAHULUAN. Fisika merupakan ilmu fundamental yang menjadi dasar perkembangan ilmu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan ilmu fundamental yang menjadi dasar perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mengingat begitu pentingnya peranan ilmu fisika, sudah semestinya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian merupakan kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara

TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian merupakan kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan Penelitian merupakan kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara alamiah dalam bidang tertentu untuk mendapatkan suatu informasi yang datanya

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. Metode didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru dalam menjalankan

II. KERANGKA TEORETIS. Metode didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru dalam menjalankan 5 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Metode Peta Konsep Metode didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode

Lebih terperinci

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. lingkungan. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. lingkungan. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Belajar Belajar pada hakekatnya adalah suatu interaksi antara individu dengan lingkungan. Lingkungan menyediakan rangsangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pada sub bab ini, peneliti akan membahas mengenai teori - teori yang berkaitan dengan variabel yang sudah ditentukan. Adapaun teori yang berkaitan dengan variabel

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Demonstrasi 2.1.1.1 Hakekat Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi dalam diri seseorang dan interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi dalam diri seseorang dan interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Belajar Matematika Belajar merupakan proses yang dapat menyebabkan perubahan tingkah laku karena adanya reaksi terhadap situasi tertentu atau adanya proses internal

Lebih terperinci

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang dewasa ini telah berkembang cukup pesat, baik secara teori maupun praktik. Oleh sebab itu maka konsep-konsep

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Modul a. Pengertian Modul Menurut Mudlofir (2011) modul ialah alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara evaluasi. Keempat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. aplikasi dari konsep matematika. Pengenalan konsep-konsep matematika

BAB II KAJIAN TEORI. aplikasi dari konsep matematika. Pengenalan konsep-konsep matematika BAB II KAJIAN TEORI A. Pendekatan Realistik 1. Pengertian Pendekatan Realistik Pendekatan realistik adalah salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang menekankan pada keterkaitan antar konsep-konsep

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PENEMUAN TERHAD AP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA SMP KELAS VIII PAD A POKOK BAHASAN HUKUM NEWTON

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PENEMUAN TERHAD AP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA SMP KELAS VIII PAD A POKOK BAHASAN HUKUM NEWTON BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ilmu fisika merupakan salah satu dari ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang fenomena alam sehingga dalam pembelajarannya diperlukan kegiatan yang dapat mengarahkan

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII. No. 2 Tahun 2010, Hlm

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII. No. 2 Tahun 2010, Hlm Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII. No. 2 Tahun 2010, Hlm. 33-40 PEMANFAATAN PENILAIAN PORTOFOLIO DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI Oleh Sukanti 1 Abstrak Hasil belajar dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 pada pasal 1 ayat 1 pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAHAN AJAR MODUL. Irnin Agustina D.A., M.Pd.

BAHAN AJAR MODUL. Irnin Agustina D.A., M.Pd. BAHAN AJAR MODUL Irnin Agustina D.A., M.Pd. 1. definisi modul Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru (depdiknas)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. HASIL 1. Hasil Kesesuaian antar Panelis Kehandalan data dari masing-masing panelis diuji menggunakan uji

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. HASIL 1. Hasil Kesesuaian antar Panelis Kehandalan data dari masing-masing panelis diuji menggunakan uji BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Hasil Kesesuaian antar Panelis Kehandalan data dari masing-masing panelis diuji menggunakan uji kehandalan data menurut Krippendorf dengan menghitung koefisien alpha

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model pembelajaran TTW TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari tindakan yang cermat mengenai kegiatan pemebelajaran yaitu lewat kegiatan berifikir

Lebih terperinci

Eko Budiono, Hadi Susanto PENDAHULUAN

Eko Budiono, Hadi Susanto PENDAHULUAN PENYUSUNAN DAN PENGGUNAAN MODUL PEMBELAJARAN BERDASAR KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI SUB POKOK BAHASAN ANALISA KUANTITATIF UNTUK SOAL-SOAL DINAMIKA SEDERHANA PADA KELAS X SEMESTER I SMA Eko Budiono, Hadi

Lebih terperinci

TINJAUAN MATA KULIAH...

TINJAUAN MATA KULIAH... iii Daftar Isi TINJAUAN MATA KULIAH... ix MODUL 1: MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 1.1 Hakikat Matematika... 1.3 Latihan... 1.17 Rangkuman... 1.19 Tes Formatif 1..... 1.20 Matematika Sekolah/Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Menurut Slameto (dalam Bahri, 2008:13), Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari pembentukan Negara RI adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tentunya menuntut adanya penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Pengertian prestasi yang disampaikan oleh para ahli sangatlah bermacammacam dan bervariasi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar meruapakan suatu perubahan di dalam diri seseorang dari tudak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar meruapakan suatu perubahan di dalam diri seseorang dari tudak BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 2.1 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar Belajar meruapakan suatu perubahan di dalam diri seseorang dari tudak tahu menjadi tahu, seperti yang diungkapkan oleh Slameto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 1. anak setelah melakukan suatu kegiatan belajar. 2

BAB II KAJIAN TEORI. murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 1. anak setelah melakukan suatu kegiatan belajar. 2 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Hasil Belajar Matematika a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Hasil Belajar Hasil belajar menurut Sudjana (1991:22) adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN PECAHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN REALISTIK. A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN PECAHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN REALISTIK. A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar 11 BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN PECAHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN REALISTIK A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Siswa Sekolah Dasar pada umumnya berusia 7 sampai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata belajar sudah sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata belajar sudah sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Kata belajar sudah sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat, sebagai contohnya adalah bayi yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sektor penentu keberhasilan pembangunan dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia, mempercepat proses alih teknologi demi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Metode Demonstrasi 2.1.1 Pengertian Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan format belajar mengajar yang secara sengaja mempertunjukkan atau memperagakan tindakan, proses

Lebih terperinci