CAHAYA ALAMI SEBAGAI UNSUR PEMBENTUK EKSPRESI SAKRAL PADA GEREJA DI JAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "CAHAYA ALAMI SEBAGAI UNSUR PEMBENTUK EKSPRESI SAKRAL PADA GEREJA DI JAKARTA"

Transkripsi

1 CAHAYA ALAMI SEBAGAI UNSUR PEMBENTUK EKSPRESI SAKRAL PADA GEREJA DI JAKARTA Irfan Balindo Sidauruk, Firza Utama Sjarifudin, Vivien Himmayani Universitas Bina Nusantara, ABSTRACT The purpose of this research was to define the influence of natural light as one of the elements in forming the sacred worship space in catholic church. Qualitative method used focuses on the theory of sacred space, the meaning of light in church, and relationship with the natural light itself and comparative study of similiar projects. The result was natural light played an important role in a religious building, especially in this case was the church, due to the influx of light that penetrates the building can be inffered as a symbol of the presence of God, as the Bible says I am the Light of the world and strengthen the theory of light that became one of the sacred element in the church. Conclusions that can be made was the theory of sacred space in the Catholic Church design has been applied. Entry of light to penetrate the building could meets the category of sacred space and light into the church building. Keywords: church, natural light, sacred. (IBS) Keywords: church, natural light, sacred. ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh seberapa besar pengaruh cahaya alami sebagai salah satu unsur pembentuk sakral dalam ruang ibadah gereja katolik. Metode yang digunakan adalah Kualitatif, dimana kualitatif disini menitikberatkan pada teori mengenai sakral dan ruang sakral, makna cahaya pada gereja dan hubungan cahaya alami dengan sakral itu sendiri lalu studi banding proyek sejenis. Hasil yang didapatkan adalah bahwa cahaya alami mempunyai peranan penting dalam sebuah bangunan religius khususnya dalam kasus ini adalah Gereja karena masuknya cahaya yang menembus bangunan gereja adalah simbol kehadiran Tuhan sebagaimana Alkitab mengatakan bahwa Akulah Terang Dunia dan menguatkan teori mengenai cahaya yang menjadi salah satu unsur sakral dalam gereja. Kesimpulan yang dapat diambil yakni teori mengenai sacred space dalam bangunan gereja katolik adalah telah ada dan dapat diterapkan. Masuknya cahaya menembus bangunan sudah memenuhi kategori sacred space dan cahaya yang masuk ke dalam bangunan gereja diaplikasikan dengan estetika cahaya dan filosofi.(ibs) Kata kunci: gereja, cahaya alami, sakral

2 PENDAHULUAN Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta mengatakan bahwa dari tahun 2010 hingga tahun 2013 pertumbuhan penduduk Jakarta mencapai sekitar jiwa setiap tahun. Angka pertumbuhan ini berpengaruh terhadap bertambahnya jumlah penganut agama yang ada di Jakarta setiap tahun dan akan mempengaruhi kuantitas tempat ibadah yang akan mereka gunakan. Berikut ulasan mengenai jumlah penduduk DKI Jakarta menurut agama pada tahun Kota-madya Islam Agama Kong Hu Chu Kristen Katolik Hindu Budha Lainnya Kep. Seribu Jak-Sel Jak-Tim Jak-Pus Jak-Bar Jak-Ut Jumlah Tabel 1. Data Jumlah Penduduk Menurut Agama Berikut adalah data sarana ibadah yang ada di Jakarta : Kotamadya Masjid Mushola Gereja Pura/ Kristen Katolik kuil Vihara Jumlah Kep. Seribu Jak-Sel Jak-Tim Jak-Pus Jak-Bar Jak-Ut Jumlah Tabel 2. Data Jumlah Tempat Ibadah di DKI Jakarta Berdasarkan data, berikut ulasan perhitungan rasio antara penganut agama dengan sarana ibadahnya di Jakarta : Islam jiwa : Masjid & Musholla = 933 jiwa : 1 Masjid & Musholla Kristen jiwa : Gereja = 657 jiwa : 1 Gereja Katolik jiwa : 45 Gereja = 6740 : 1 Gereja Hindu jiwa : 21 Pura = 970 : 1 Pura/Kuil Buddha jiwa : 248 Vihara = 1281 jiwa : 1 Vihara

3 Berkaca pada kapasitas Gereja katolik terbesar di Jakarta yakni Katedral, Taufik Kipot, Humas Paroki Gereja Katedral Jakarta, mengatakan, kapasitas standar di dalam gereja tersebut adalah 800 orang. Jika diakumulasikan dengan ibadah sebanyak 7 kali pada Gereja Katedral dalam 1 minggu didapatkan umat terlayani dalam 1 mingguan ibadah. Jumlah ini masih cukup jauh dengan data 6740 jiwa dalam 1 gerejanya. Hal ini mengindikasikan adanya sebuah kebutuhan terhadap Gereja Katolik di Jakarta, selanjutnya akan di bahas mengenai kotamadya yang mempunyai rasio perbandingan tertinggi untuk asumsi umat dalam 1 Gereja. Nama Kabupaten / Kota Katolik Jakarta Selatan Gereja Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara Prov. DKI Jakarta Tabel 3. Data Jumlah Penduduk agama kristen katolik Jakarta Selatan jiwa : 7 gereja = jiwa : 1 gereja Jakarta Timur jiwa : 10 gereja = jiwa : 1 gereja Jakarta Pusat jiwa : 8 gereja = jiwa : 1 gereja Jakarta Barat jiwa : 11 gereja = jiwa : 1 gereja Jakarta Utara jiwa : 9 gereja = jiwa : 1 gereja Pada data perbandingan diatas diperoleh bahwa satu Gereja pada wilayah Jakarta Barat harus menampung jiwa, angka ini adalah tertinggi dibanding 4 daerah lainnya. Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa wilayah Jakarta Barat butuh penambahan Gereja Katolik. Saat ini telah ada 11 gereja Katolik yang ada di Jakarta Barat yaitu : St. Thomas Rasul (Cengkareng) Trinitas (Cengkareng) St. Kristoforus (Grogol Petaamburan) Damai Kristus (Tambora) St. Andreas (Kedoya) St. Petrus & Paulus (Taman Sari) Maria Kusuma Karmel Maria Bunda Karmel (Kebon Jeruk) St. Maria de Fatima (Taman Sari) Kristus Salvator (Palmerah) St. Matias rasul (Cengkareng)

4 Pendahuluan Topik Paus Benediktus XVI dikenal memiliki kepedulian pada karya seni suci (Sacred art) dan Arsitektur dalam Gereja Katolik, beberapa tulisan dalam bentuk buku, jurnal dan isi dari homili-nya memperlihatkan hal itu. Dengan posisi Paus Benediktus sebagai pemimpin tertinggi dalam Gereja Katolik, tentu pokok-pokok pandangannya mengenai Arsitektur memiliki dampak dalam desain Arsitektur Gereja Katolik di seluruh dunia. Kasus yang belum lama muncul pada bulan November 2011 yakni keprihatinan Paus atas penyimpangan yang begitu banyak terjadi pada desain Arsitektur Gereja Katolik di seluruh dunia. Inti dari penyimpangan yang dimaksud adalah bahwa Arsitektur Gereja Katolik kehilangan apa yang disebut sacred space karena tidak lagi didesain dengan berpatokan pada Liturgi yang benar. pernyataan ini menunjukkan pentingnya sacred space dalam Arsitektur Gereja Katolik. Salah satu unsur pemaknaan religius dan Sakral yaitu cahaya yang bagi umat Kristiani merupakan simbol kebenaran, kesucian, keadilan, bahkan merupakan simbol akan Tuhan yang perlu dihadirkan pada ruang dalam gereja untuk membentuk karakteristik ruang yang religius, suci, dan kudus. Dalam menjalankan ibadah, dibutuhkan sesuatu yang mempresentasikan kehadiran Tuhan untuk mendukung kegiatan tersebut. Menurut Humphrey dan Vitebsky ( 1997 ), Cahaya alami secara umum memang berperan sebagai pemberi kenyamanan visual panca indera yang berasal dari matahari (bukan buatan). Sedangkan pada bangunan gereja, cahaya alami bukan saja berperan dalam kenyamanan visual melainkan ada unsur rohani yang berperan di dalamnya dimana unsur cahaya tersebut dapat menciptakan unsur sakral yang dapat membuat suasana lebih hikmat dan religius. Triantafyllides (1964, hal.5 ) berpendapat bahwa " orang-orang percaya memasuki gereja akan melihat ke arah cahaya dan akan merasakan kehadiran Allah" METODE PENELITIAN Pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang mengerucut pada studi kasus dan kuantitatif dengan simulasi. Metode kualitatif meliputi kebutuhan ruang gereja katolik dan studi perilaku para pelaku gereja. Metode penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Dalam penelitian ini peneliti melakukan simulasi pencahayaan dan bukaan ruang menggunakan software ecotect dan sketchup. Dalam penelitian ini alurnya berupa sebagai berikut:

5 Gambar 1. Diagram Alur Penelitian HASIL DAN BAHASAN Lokasi Lokasi Tapak berada di Jalan Perdana Kusuma, Kelurahan Wijaya Kusuma, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat Gambar 2. Lokasi Tapak

6 Lokasi Tapak : Jalan Wijaya Kusuma, Grogol, Jakarta Barat Peruntukan lahan : SUK Tipe masa bangunan : Tunggal Luas Tapak : m 2 GSB : 8 m KDB : 40 % Luas lantai yang boleh dibangun : 40 % x m 2 : 4082,4 m 2 KLB : 1,6 Luas total bangunan yang boleh dibangun : 1,6 x m 2 : ,6 m 2 Maksimum ketinggian lantai : 4 Pencapaian Site dapat ditempuh dengan kendaraan umum, kendaraan pribadi baik motor maupun mobil dan berjalan kaki. Kendaraan umum yakni Transjakarta koridor 2B, 3, dan 3A, angkutan KWK B02, Metromini 80, bajaj, dan ojek. Dari depan jalan perumahan dapat ditempuh dengan berjalan kaki sejauh +/- 160 m. Dengan sarana transportasi yang cukup memadai tersebut diharapkan dapat memudahkan akses orang-orang yang ingin ke gereja ini. Selain itu dari kawasan Citraland, Kampus Tarumanagara dan Kampus Trisakti cukup dekat ke tapak dengan waktu tempuh +/- 15 menit. Analisa Tapak Berdasarkan arah datangnya sinar matahari, bentuk massa yang paling efisien adalah bentuk memanjang searah matahari karena sedikit sisi yang terkena sinar matahari karena dapat mengurangi radiasi panas, namun bentuk massa ini bukanlah bentuk massa akhir, masih perlu membandingkan dengan analisa lainnya dan akan dibahas lebih dalam pada analisa pencahayaan terkait analisa tapak terhadap matahari. Bangunan diposisikan lebih ke dalam yakni ke area yang sedikit mengalami bising. Jika dilihat dari tipologi gereja dimana pintu masuk adalah satu garis lurus dengan posisi altar, maka diperoleh pintu masuk dari ujung- ujung bangunan. (memanjang) Pertimbangan lain yang ingin dicapai adalah unsur filosofi pada bangunan religius yang telah ada. Pada proyek ini pertimbangan pertama adalah membuat garis Salib. Pengaturannya adalah dengan membuat garis (warna hijau) yang membentang sepanjang sisi terpanjang bangunan. Selanjutnya menarik garis (warna kuning) sebagai respon terhadap ujung-ujung tapak.

7 Hasil obeservasi Gambar. Contoh penerapan masuknya cahaya Pembahasan Gambar. Pergerakan Matahari pada Tapak Pada gambar diatas adalah hasil analisa jalur pergerakan matahari dalam satu tahun. Matahari akan berada pada utara dan selatan tapak pada bulan-bulan tertentu. Pergerakan Semu Matahari Tahunan : 21 Maret : Matahari pada pada daerah khatulistiwa 21 Juni : Matahari pada belahan bumi utara 21 September : Matahari pada daerah khatulistiwa 21 Desember : Matahari pada belahan bumi selatan Selanjutnya akan dibahas mengenai pergerakan matahari harian :

8 12:00 18:00 06:00 Gambar 4.25 Pergerakan Matahari Harian Perbedaan derajat setiap jamnya adalah sebesar 15 derajat. Selanjutnya menganalisa bentuk yang akan dipilih. Pada pembahasan sebelumnya mengenai sacred space dijelaskan bahwa layout gereja yang dimaksud adalah bentuk gereja yang satu garis lurus dari area Narthex, Nave dan Sanctuary. Hal ini yang menyebabkan banyak gerejagereja katolik dahulu banyak mengadopsi bentuk Salib yang bentuknya memanjang. Akhirnya diambil bentuk yang memanjang namun akan di elaborasi kemudian dengan analisa lainnya. Gambar 4.28 Bentuk memanjang Pada teori sebelumnya dijelaskan bahwa desain pencahayaan alami di gerejagereja yang mungkin selalu ditentukan oleh efek estetika dan simbolisme agama. Berdasarkan hal ini penulis ingin membuat bentuk yang merespon pergerakan cahaya matahari.

9 Gambar 4.29 Perubahan Massa Bentuk elips dipilih karena dapat merespon pergerakan semu tahunan matahari karena ingin mendapatkan pergerakan cahaya yang berbeda-beda setiap waktunya. Selain itu dari teori dalam buku Seeking the Sacred in Contemporary Religious Architecture (2010) dijelaskan bahwa bentuk elips adalah representatif dari simbol kesempurnaan. Gambar 4.30 Bentuk Massa

10 Berdasarkan teori sebelumnya bahwa daerah altar adalah daerah paling sakral dalam gereja, maka dari itu penulis ingin memaksimalkan pencahayaan pada area altar dengan membuat bukaan yang mengarah pada area tersebut. Jika melihat pergerakan semu harian matahari, maka diambil bentuk yang dapat merespon pergerakan semu matahari tersebut. dengan mengambil teori prinsip cahaya, diambil alternatif pantulan cahaya ke dalam bangunan. Gambar 4.30 Bukaan pada atas Altar Pada bagian atas bangunan dibuat aksen dome dengan dibuat batang-batang lubang yang berfungsi sebagai bidang pantul cahaya yang masuk ke dalam altar. Pada bagian selubung bangunan akan dibuat lubang untuk masuknya cahaya dari sisi bangunan dengan membentuk filosofi sayatansayatan cambuk sebagai simbol penyiksaan Tuhan sebelum ia disalibkan. Gambar. Bentukan Akhir

11 Gambar. Tampak Atas SIMPULAN Kesimpulan yang dapat ditarik adalah dimana sebuah sacred space atau ruang sakral perlu dihadirkan kembali sebagaimana kritik Paus Benediktus XVI. Apabila ditelaah ternyata kategori ruang sakral itu sebenarnya sudah dijabarkan dalam teori dan dapat diaplikasikan pada pembangunan gereja baru, hanya saja pemahaman manusia sekarang terhadap hal ini sudah sangat kurang dan perlahan mungkin akan hilang. Pada proyek ini penulis mencoba menerapkan kategori-kategori sacred space itu sendiri dalam sebuah desain. Dimana pengaplikasiannya mencakup dari eksterior maupun interior, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan keseluruhan sacred space itu. Untuk pencahayaan dikatakan bahwa masuknya cahaya menembus bangunan sudah memenuhi kategori sacred space, dan dikatakan juga cahaya yang masuk kedalam bangunan gereja ini diaplikasikan dengan permainan estetika cahaya. Itulah yang coba penulis lakukan dengan mencoba bermain dengan cahaya untuk mendapatkan sebuah pengalaman ruang yang baru. Ada keterkaitan antara filosofi bentuk bukaan cahaya dengan hanya sekedar memasukkan cahaya itu sendiri, dimana filosofi ini menambah kuat kesan terhadap bangunan gereja tersebut. contohnya seperti pada bangunan Tadao Ando dalam Church of The Light dimana beliau membuat bukaan berbentuk salib yang diketahui bersama salib adalah simbol pengorbanan Tuhan kepada umat manusia. Simbol ini kemudian dibelah dengan masuknya cahaya yang membuat orang yang melihatnya seperti melihat Tuhan hadir dalam kegelapan manusia. Pada proyek ini penulis mencoba membuat benang merah antara filosofi dengan masuknya cahaya tersebut dimana penulis membuat sayatan cambuk sebelum Tuhan disalib. Secara keseluruhan penulis ingin membuat gereja ini menjadi gereja yang menjadi ikon dengan konsep tubuh kristus dimana ketika orang melihat gereja dan sitenya ornag akan teringat akan pengorbanan Tuhan di kayu salib. SARAN Bagi para pembaca dan yang akan melakukan penelitian terkait, diharapkan dapat melakukan pemahaman mengenai sakral. kemampuan yang dalam terhadap software perlu ditunjang karena sangat mempengaruhi performa kerja dimana pada penelitian jenis ini software menjadi alat yang cukup signifikan. REFERENSI General Instruction of The Roman Missal (Canada: St. Joseph Communications, 2010).

12 Hoffman,R.D., (2010). Seeking the Sacred in Contemporary Religious Architecture. The Kent State University, Ohio Lam, William M. C. (1986). Sunlight as Formgiver for Architecture. New York: Van Nostrand Reinhold Lechner, Norbert. (2007). Heating, Cooling and Lighting : Metode Desain untuk Arsitektur. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Satwiko, Prasasto. (2004). Fisika Bangunan 1. Yogyakarta: Andi. Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. (2013). Jakarta Dalam Angka/Jakarta In Figures 2013 Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. (2013). Jakarta Barat Dalam Angka 2013 Antonakaki, Theodora (2007). Lighting and Spatial Structure in Religious Architecture Doni Srisadono, Yosef (2012). Konsep Sacred Space Dalam Arsitektur Gereja Katolik. Jurnal melintas ( ) Shumka, L (2013). Considering importance of light in the post byzantine church in central albania. Ziabakhsh, Neda (2011). Spiritual manifestation of natural light in sacred building : a comparative study. Thomas Schielke (28 maret 2014) Light matters: Sacred Spaces. diakses 5 April 2014 dari Editor (2014).perencanaan bangunan gereja baru. diakses 24 maret 2014 dari RIWAYAT PENULIS Irfan Balindo Sidauruk lahir di kota Jakarta pada 22 September Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Arsitektur pada 2014.

BAB III KONSEP PERANCANGAN INTERIOR

BAB III KONSEP PERANCANGAN INTERIOR BAB III KONSEP PERANCANGAN INTERIOR 3.1 Tema perancangan Tema perancangan yang di ambil dalam membangun fasilitas ibadat ini adalah Keimanan Kepada Yesus Kristus, dalam pengertian penciptaan suasana transendental

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ABSTRACTION... BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ide Gagasan Rumusan Masalah 4

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ABSTRACTION... BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ide Gagasan Rumusan Masalah 4 ABSTRAKSI Gereja adalah salah satu objek arsitektur rumah ibadah yang memiliki banyak makna, tidak hanya makna pragmatic atau fungsional, namun mengandung makna-makna keagamaan, yang di ciptakan peradaban

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian yang sudah dilakukan adalah gereja memiliki dua kebutuhan utama dalam hal akustik, yaitu musik dan speech. Kedua aktivitas

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK 1.1.1 Tinjauan Umum Gereja Dengan adanya perkembangan zaman dan pertumbuhan penduduk yang semakin cepat, mengakibatkan manusia berlomba-lomba dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Dengan populasi penduduk

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Dengan populasi penduduk BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Dengan populasi penduduk melebihi 200 juta penduduk, bangsa Indonesia terdiri dari multi ras, etnis, kultur, dan agama.

Lebih terperinci

diberikan Tuhan, meminta tolong kepada Tuhan, menenangkan pikiran dan memusatkannya untuk menuju ke fase kesederhanaan, absolusi / penebusan, epifania

diberikan Tuhan, meminta tolong kepada Tuhan, menenangkan pikiran dan memusatkannya untuk menuju ke fase kesederhanaan, absolusi / penebusan, epifania BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gereja adalah sebuah bangunan atau struktur yang tujuan utamanya untuk memfasilitasi pertemuan umat Kristiani. Dalam kegiatan ibadat umat Katolik, kegiatan terpenting

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agama mempunyai rumah ibadah masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. agama mempunyai rumah ibadah masing-masing. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mengakui adanya Tuhan. Hal ini tertulis pada butir sila pertama pancasila. Indonesia memiliki berbagai macam agama, namun hanya beberapa

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUMAH SUSUN DI JAKARTA TIMUR

OPTIMALISASI PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUMAH SUSUN DI JAKARTA TIMUR OPTIMALISASI PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUMAH SUSUN DI JAKARTA TIMUR Ricky Suriyanto, Renhata Katili, Yosica Mariana Jurusan Arsitektur, Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan no.9 Palmerah, Jakarta

Lebih terperinci

GEREJA KATOLIK SANTO PAULUS DI PRINGGOLAYAN, BANTUL

GEREJA KATOLIK SANTO PAULUS DI PRINGGOLAYAN, BANTUL LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GEREJA KATOLIK SANTO PAULUS DI PRINGGOLAYAN, BANTUL TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI DERAJAT SARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bhineka Tunggal Ika merupakan semboyan dari Bangsa Indonesia, yang menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRACT... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI.. vi DAFTAR GAMBAR. ix DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR DIAGRAM. xiv

DAFTAR ISI. ABSTRACT... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI.. vi DAFTAR GAMBAR. ix DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR DIAGRAM. xiv ABSTRAK Gereja Katedral Jakarta merupakan gereja Katolik yang menjadi pusat keuskupan se-jakarta. Letaknya yang berseberangan dengan Masjid Agung menunjukkan bahwa negara Indonesia yang memiliki keragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tempat ibadah adalah suatu tempat dimana umat manusia beribadah kepada Sang Pencipta. Oleh karena itu tempat ibadah harus mampu merepresentasikan suasana sakral

Lebih terperinci

BAB Il TINJAUAN UMUM. : 6,5 dari tepi jalan alam sentosa di hadapan tapak. : Gereja dan Hunian terdiri dari Imam lanjut usia,

BAB Il TINJAUAN UMUM. : 6,5 dari tepi jalan alam sentosa di hadapan tapak. : Gereja dan Hunian terdiri dari Imam lanjut usia, BAB Il TINJAUAN UMUM 2.1. Gambaran Umum Proyek Lokasi : Sentul City (Bogor) Site : Jalan Alam Sentosa, Kav. C12 Tema : Arsitektur Simbolik Pemilik / Pendanaan : Swasta Sifat Proyek : Fiktif Luas Lahan

Lebih terperinci

International Fash on Institute di Jakarta

International Fash on Institute di Jakarta BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1. Konsep Dasar Perancangan Pemikiran Konsep: - Fungsi bangunan - Analisis Tapak - Bentuk bangunan sebagai lambang wujud fashion. PEMIKIRAN KONSEP KONSEP FASHION Fashion: - Busana

Lebih terperinci

PENDEKATAN AKUSTIK ADAPTIF DALAM OPTIMALISASI WAKTU DENGUNG PADA GEREJA KATOLIK DI JAKARTA

PENDEKATAN AKUSTIK ADAPTIF DALAM OPTIMALISASI WAKTU DENGUNG PADA GEREJA KATOLIK DI JAKARTA PENDEKATAN AKUSTIK ADAPTIF DALAM OPTIMALISASI WAKTU DENGUNG PADA GEREJA KATOLIK DI JAKARTA Michelle Tiara, Wiyantara Wizaka, Riva Tomasowa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara

Lebih terperinci

Deretan kolom yang menunjukkan ritme bersemangat. Gambar 5 Aplikasi ritme bersemangat pada sebuah bangunan. Sumber: Dokumentasi dari internet

Deretan kolom yang menunjukkan ritme bersemangat. Gambar 5 Aplikasi ritme bersemangat pada sebuah bangunan. Sumber: Dokumentasi dari internet Deretan kolom yang menunjukkan ritme bersemangat Gambar 5 Aplikasi ritme bersemangat pada sebuah bangunan. Sumber: Dokumentasi dari internet 24 2.1.1.3. Ciri Khas Ruang Interior yang Bersemangat Contoh

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR UNIVERSITAS BINA NUSANTARA JAKARTA

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR UNIVERSITAS BINA NUSANTARA JAKARTA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR UNIVERSITAS BINA NUSANTARA JAKARTA Nama Judul Jumlah Halaman : Denny Setiawan : Gereja Kristen Protestan Oikumene di Kebon Jeruk : Permulaan xvii Halaman + Isi 155 Halaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. a. Strategi/ Pendekatan Perancangan. Untuk pemilihan judul rest area tol Semarang-Solo

BAB I PENDAHULUAN. a. Strategi/ Pendekatan Perancangan. Untuk pemilihan judul rest area tol Semarang-Solo BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang a. Strategi/ Pendekatan Perancangan Untuk pemilihan judul rest area tol Semarang-Solo dikarenakan masih kurangnya fasilitas seperti rest area yang berada di tol Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agama Katolik masuk ke Indonesia melalui Bangsa Portugis pada tahun 1512 dengan tujuan untuk berdagang di daerah penghasil rempahrempah tepatnya di kepulauan Maluku.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Metode Umum Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau tahapan-tahapan dalam merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelayakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelayakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kelayakan Dengan adanya perkembangan zaman dan pertumbuhan penduduk yang cepat seperti pada saat sekarang ini, mengakibatkan manusia berlomba-lomba dalam mempertahankan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN Kesimpulan akan menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah diajukan sebelumnya (pada bab 1) sehingga akan didapatkan pemahaman mengenai konsep ruang

Lebih terperinci

UKDW PENDAHULUAN. GEDUNG GEREJA GKST BUKIT MORIA di KOTA PALU SULAWESI TENGAH CHRISMANTO LAULA PULAU SULAWESI KOTA PALU

UKDW PENDAHULUAN. GEDUNG GEREJA GKST BUKIT MORIA di KOTA PALU SULAWESI TENGAH CHRISMANTO LAULA PULAU SULAWESI KOTA PALU PENDAHULUAN PROFIL Kota palu secara geografis berada di wilayah kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah. Terletak di sebelah garis khatulistiwa pada astronomis 0,36º LU- 0,56º LU dan 199,45º BT- 120,01º

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN 27 BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN 4.1 Analisa Aspek Manusia 4.1.1. Analisa Pelaku Kegiatan Tabel 4.1 Analisa pelaku kegiatan No Pelaku Keterangan 1 Penghuni atau pemilik rumah susun Memiliki unit ataupun menyewa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Sumber : diakses tanggal 2 Oktober 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Sumber :  diakses tanggal 2 Oktober 2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang pertumbuhan kotanya cenderung pesat. Sebagai ibu kota negara, Jakarta menjadi pusat dari berbagai kegiatan dibidang

Lebih terperinci

Aspek Konsep Utama Theravada : Bagan 5.2. Kerangka Pikir Konsep dari Aspek Theravada Konsep ini muncul dari tiga elemen penting dalam interior yaitu e

Aspek Konsep Utama Theravada : Bagan 5.2. Kerangka Pikir Konsep dari Aspek Theravada Konsep ini muncul dari tiga elemen penting dalam interior yaitu e BAB V KONSEP PERENCANAAN INTERIOR V.1. Konsep Perencanaan Interior Aspek Manusia : Bagan 5.1. Kerangka Pikir Konsep dari Aspek Manusia 54 Aspek Konsep Utama Theravada : Bagan 5.2. Kerangka Pikir Konsep

Lebih terperinci

PASAR INDUK CENGKARENG Dengan Penekanan Desain Arsitektur Tropis

PASAR INDUK CENGKARENG Dengan Penekanan Desain Arsitektur Tropis LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PASAR INDUK CENGKARENG Dengan Penekanan Desain Arsitektur Tropis Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

APARTEMEN MENENGAH DI KAWASAN CENGKARENG DENGAN PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BUKAAN JENDELA

APARTEMEN MENENGAH DI KAWASAN CENGKARENG DENGAN PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BUKAAN JENDELA APARTEMEN MENENGAH DI KAWASAN CENGKARENG DENGAN PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BUKAAN JENDELA Augusta Chistopher, Sigit Wijaksono, Susilo Kusdiwanggo Universitas Bina Nusantara, Jakarta Chrizzt_13@yahoo.com

Lebih terperinci

PENCAHAYAAN BUATAN DALAM GEREJA KATOLIK

PENCAHAYAAN BUATAN DALAM GEREJA KATOLIK PENCAHAYAAN BUATAN DALAM GEREJA KATOLIK Sylviana J. Pelealu1 (1), Sangkertadi (2) dan Juddy O. Waani (3) Mahasiswa Program Studi Arsitektur S2, Pascasarjana Unsrat Manado Email : jeane.pelealu@ymail.com

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 2 / 3 SKS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 2 / 3 SKS SATUAN ACARA PERKULIAHAN STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 2 / 3 SKS Pertemuan Ke Sub dan TIK 1 1. Pengantar Perkuliahan 1.1. Materi Pokok Studio Perancangan Arsitektur 2 Mahasiswa dapat menguraikan materi

Lebih terperinci

RUMAH RETRET DI YOGYAKARTA

RUMAH RETRET DI YOGYAKARTA LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH RETRET DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI DERAJAT SARJANA TEKNIK (S PADA PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 2.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik RTH Sifat Proyek KLB KDB RTH Ketinggian Maks Fasilitas : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep perancangan Rumah Susun Sederhana Sewa ini adalah hasil analisis pada bab sebelumnya yang kemudian disimpulkan. Konsep ini merupakan konsep turunan dari

Lebih terperinci

Membaca Pola Geometri pada Gereja Katolik Palasari

Membaca Pola Geometri pada Gereja Katolik Palasari Membaca Pola Geometri pada Gereja Katolik Palasari Aminah Inoue Sjaharia 1, Chairil Budiarto Amiuza 2, Bambang Yatnawijaya S. 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 2

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERANCANGAN 6.1. Konsep Multifungsionalitas Arsitektur Kesadaran bahwa perancangan youth center ini mempunyai fungsi yang lebih luas daripada sekedar wadah aktivitas pemuda, maka dipilihlah

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP. Tabel 6.1 Kebutuhan Ruang dan Dimensi Ruang pada Gereja Katolik. Kebutuhan Ruang Kapasitas Standar Dimensi Ruang. = 14,5 m².

BAB VI KONSEP. Tabel 6.1 Kebutuhan Ruang dan Dimensi Ruang pada Gereja Katolik. Kebutuhan Ruang Kapasitas Standar Dimensi Ruang. = 14,5 m². BAB VI KONSEP VI.1. Konsep Programatik Berdasarkan hasil analisis pada bab sebelumnya, maka didapat konsep program ruang sebagai berikut: 1. Perbandingan antara jumlah misa dengan jumlah umat yang datang

Lebih terperinci

HOTEL BUTIK DENGAN OPTIMALISASI BENTUK FASADE BERDASARKAN PENCAHAYAAN ALAMI DI JAKARTA SELATAN

HOTEL BUTIK DENGAN OPTIMALISASI BENTUK FASADE BERDASARKAN PENCAHAYAAN ALAMI DI JAKARTA SELATAN HOTEL BUTIK DENGAN OPTIMALISASI BENTUK FASADE BERDASARKAN PENCAHAYAAN ALAMI DI JAKARTA SELATAN Fransiska Yuanita, Daryanto, Welly Wangidjaja Jurusan Arsitektur, Universitas Bina Nusantara, Jalan KH Syahdan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN Konsep dasar ini tidak digunakan untuk masing-masing ruang, tetapi hanya pada ruang-ruang tertentu. 1. Memperkenalkan identitas suatu tempat Karena

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI Unsur-unsur bangunan seperti Ketinggian bangunan, Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Bangunan (KDB) / Building

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 3.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan Senen, Jakarta Pusat : ± 48.000/ 4,8 Ha : Fasilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berubah dibandingkan dengan perancangan bangunan tempat ibadah pada masa

BAB I PENDAHULUAN. berubah dibandingkan dengan perancangan bangunan tempat ibadah pada masa BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Perancangan bangunan tempat ibadah pada masa sekarang sudah banyak berubah dibandingkan dengan perancangan bangunan tempat ibadah pada masa dahulu. Dulu bangunan tempat

Lebih terperinci

DESAIN SHADING DEVICE PADA BANGUNAN KANTOR SURABAYA

DESAIN SHADING DEVICE PADA BANGUNAN KANTOR SURABAYA DESAIN SHADING DEVICE PADA BANGUNAN KANTOR SURABAYA Kartika Kusuma W 1, Jusuf Thojib 2, Bambang Yatnawijaya 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan Arsitektur,

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building Rumah Susun dan Pasar ini adalah adanya kebutuhan hunian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Gereja Santo Paulus Pringgolayan merupakan Gereja Paroki Administratif dari Paroki Bintaran. Dengan lokasi bangunan gereja yang

Lebih terperinci

GEREJA PAROKI SANTO YUSUP BATANG Dengan Penekanan Desain Tadao Ando

GEREJA PAROKI SANTO YUSUP BATANG Dengan Penekanan Desain Tadao Ando LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GEREJA PAROKI SANTO YUSUP BATANG Dengan Penekanan Desain Tadao Ando Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia mempunyai dua aspek kebutuhan yang wajib untuk dipenuhi oleh setiap pribadinya, yaitu kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Kebutuhan jasmani merupakan

Lebih terperinci

STUDI RUANG PARKIR UNIVERSITAS SULTAN FATAH (UNISFAT) DEMAK

STUDI RUANG PARKIR UNIVERSITAS SULTAN FATAH (UNISFAT) DEMAK STUDI RUANG PARKIR UNIVERSITAS SULTAN FATAH (UNISFAT) DEMAK Mohhamad Kusyanto Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah (UNISFAT) Jl. Sultan Fatah No. 83 Demak Telp. (0291)

Lebih terperinci

RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT

RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2008-2009 Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Menempuh Ujian Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta,

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta, ketersediaan tempat tinggal menjadi perhatian utama bagi semua pihak bagi pemerintah maupun

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang merupakan Ibukota Jawa Tengah yang saat ini mulai menunjukkan kemajuan di sektor ekonomi. Kawasan perekonomian Kota Semarang terpusat di wilayah Semarang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai.

BAB IV ANALISA. seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai. BAB IV ANALISA IV.1. ANALISA ASPEK LINGKUNGAN IV.1.1. Analisis Pemilihan Tapak Penentuan tapak dilakukan melalui perbandingan 2 tapak yang dipilih sebagai alternatif dalam memperoleh tapak dengan kriteria-kriteria

Lebih terperinci

GEREJA KATOLIK IBU TERESA DI LIPPO CIKARANG

GEREJA KATOLIK IBU TERESA DI LIPPO CIKARANG GEREJA KATOLIK IBU TERESA DI LIPPO CIKARANG Lydia Utami, Fermanto Lianto, Mieke Choandi Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara Email : angelina_lydia@live.com; fermantol@ft.untar.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas keberagaman bukan terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah

Lebih terperinci

ELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA

ELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA ELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA Tataguna Lahan Aktivitas Pendukung Bentuk & Massa Bangunan Linkage System Ruang Terbuka Kota Tata Informasi Preservasi & Konservasi Bentuk dan tatanan massa bangunan

Lebih terperinci

SIMBOLISASI PADA RANCANGAN ARSITEKTUR GEREJA KATOLIK SANTO PETRUS DAN GEREJA KATOLIK SANTA PERAWAN MARIA TUJUH KEDUKAAN DI KOTA BANDUNG

SIMBOLISASI PADA RANCANGAN ARSITEKTUR GEREJA KATOLIK SANTO PETRUS DAN GEREJA KATOLIK SANTA PERAWAN MARIA TUJUH KEDUKAAN DI KOTA BANDUNG SIMBOLISASI PADA RANCANGAN ARSITEKTUR GEREJA KATOLIK SANTO PETRUS DAN GEREJA KATOLIK SANTA PERAWAN MARIA TUJUH KEDUKAAN DI KOTA BANDUNG Meielisa Chrisylla Magister Arsitektur, Program Pascasarjana, Universitas

Lebih terperinci

Pengembangan RS Harum

Pengembangan RS Harum BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. KONSEP DASAR PENINGKATAN DENGAN GREEN ARCHITECTURE Dari penjabaran prinsi prinsip green architecture beserta langkahlangkah mendesain green building menurut: Brenda dan Robert

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. lingkungan maupun keadaan lingkungan saat ini menjadi penting untuk

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. lingkungan maupun keadaan lingkungan saat ini menjadi penting untuk BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Lingkungan Setelah melakukan analisis lingkungan, maka konsep lingkungan yang diterapkan adalah Konsep Interaksi. Konsep Interaksi merupakan konsep

Lebih terperinci

PUSAT SENI PERTUNJUKAN MEDAN ARSITEKTUR METAFORA LAPORAN PERANCANGAN TKA TUGAS AKHIR SEMESTER B TAHUN AJARAN 2010 / 2011

PUSAT SENI PERTUNJUKAN MEDAN ARSITEKTUR METAFORA LAPORAN PERANCANGAN TKA TUGAS AKHIR SEMESTER B TAHUN AJARAN 2010 / 2011 PUSAT SENI PERTUNJUKAN MEDAN ARSITEKTUR METAFORA LAPORAN PERANCANGAN TKA 490 - TUGAS AKHIR SEMESTER B TAHUN AJARAN 2010 / 2011 Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Arsitektur Oleh : WYDIA

Lebih terperinci

Pusat Penjualan Mobil Hybrid Toyota di Surabaya

Pusat Penjualan Mobil Hybrid Toyota di Surabaya JURNAL edimensi ARSITEKTUR, No. 1 (2012) 1-6 1 Pusat Penjualan Mobil Hybrid Toyota di Surabaya Gladwin Sogo Fanrensen, Esti Asih Nurdiah Program Studi Teknik Arsitektur, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

arsitektur fakultas teknik sipil dan perencanaan

arsitektur fakultas teknik sipil dan perencanaan TUGAS AKHIR RA 091381 RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT green dentistry LIZA DEWI 3207 100 092 Dosen Pembimbing : Ir. Erwin Sudarma, MT Dosen Koordinator : Ir. M. Salatoen P, MT arsitektur fakultas teknik sipil

Lebih terperinci

REDESAIN INTERIOR DAN EKSTERIOR GBI KELUARGA ALLAH YANG BERSEMANGAT, BERSAHABAT, DAN RELIGIUS DI GEDUNG GRAND PELITA TERBAN YOGYAKARTA

REDESAIN INTERIOR DAN EKSTERIOR GBI KELUARGA ALLAH YANG BERSEMANGAT, BERSAHABAT, DAN RELIGIUS DI GEDUNG GRAND PELITA TERBAN YOGYAKARTA LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REDESAIN INTERIOR DAN EKSTERIOR GBI KELUARGA ALLAH YANG BERSEMANGAT, BERSAHABAT, DAN RELIGIUS DI GEDUNG GRAND PELITA TERBAN YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA

Lebih terperinci

BAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

BAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM BAB 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN Pada bab kali ini akan membahas penyelesaian persoalan perancangan dari hasil kajian yang dipaparkan pada bab sebelumnya. Kajian yang telah dielaborasikan menjadi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Tapak perancangan merupakan area yang berada jauh dari kota. Lokasi ini

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Tapak perancangan merupakan area yang berada jauh dari kota. Lokasi ini BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Tapak 5.1.1 Pemilihan Tapak Tapak perancangan merupakan area yang berada jauh dari kota. Lokasi ini dipilih karena dapat meningkatkan perasaan kembali ke alam dan menyepi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek Keseimbangan hidup manusia adalah adanya keseimbangan segi jasmani dan rohani. Kehidupan jasmani terpenuhi dengan segala hal yang bersifat duniawi sedangkan

Lebih terperinci

Membangun Rumah Tangga JADWAL 2018

Membangun Rumah Tangga JADWAL 2018 Membangun Rumah Tangga JADWAL 2018 JANUARI 2018 14 & 21 Kristus Raja Pejompongan 27 & 28 St. Regina Caeli Pantai Indah Kapuk 20 & 21 Bunda Hati Kudus Kemakmuran 13 & 14 St. Kristoforus Grogol 27 & 28 27

Lebih terperinci

bahasa dan mulai menyebarkan ajaran Kristus kepada orang lain yang beranekaragam. Hal tersebut mirip dengan karakter umat di Gereja St. Monika BSD yan

bahasa dan mulai menyebarkan ajaran Kristus kepada orang lain yang beranekaragam. Hal tersebut mirip dengan karakter umat di Gereja St. Monika BSD yan BAB V KONSEP PERANCANGAN Setelah melakukan pengamatan dan analisa pada bab sebelumnya, maka bangunan gereja St. Monika BSD memerlukan suatu peremajaan pada bagian interior berupa pengembangan komposisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Cahaya merupakan kebutuhan dasar manusia dalam menghayati ruang dan melakukan berbagai kegiatan dalam ruang pada bangunan serta sebagai prasyarat bagi penglihatan

Lebih terperinci

Pada proyek ini, gereja yang akan mengadaptasi budaya lokal adalah Gereja St. Maria Emaculata di Bandar Lampung. 1.2 Rumusan Masalah Masalah utama yan

Pada proyek ini, gereja yang akan mengadaptasi budaya lokal adalah Gereja St. Maria Emaculata di Bandar Lampung. 1.2 Rumusan Masalah Masalah utama yan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Proyek Gereja merupakan salah satu tempat ibadah yang memiliki nilai-nilai religi yang tinggi dan memiliki standarisasi berdasarkan GIRM (General Instruction

Lebih terperinci

PUSAT PELATIHAN MUSIK PULOMAS DENGAN PENERAPAN ARSITEKTUR KINETIK UNTUK PENGOPTIMALAN BENTUK RUANG BERDASARKAN SUARA

PUSAT PELATIHAN MUSIK PULOMAS DENGAN PENERAPAN ARSITEKTUR KINETIK UNTUK PENGOPTIMALAN BENTUK RUANG BERDASARKAN SUARA PUSAT PELATIHAN MUSIK PULOMAS DENGAN PENERAPAN ARSITEKTUR KINETIK UNTUK PENGOPTIMALAN BENTUK RUANG BERDASARKAN SUARA KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Pusat Pelatihan Musik Indonesia Topik : Perkembangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Penelitian Identifikasi Masalah Rumusan Masalah Ide Gagasan... 4

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Penelitian Identifikasi Masalah Rumusan Masalah Ide Gagasan... 4 ABSTRACT This design report is about designing or redesigning St.Maria Cathedral Catholic Church in Palembang, South Sumatra with the design theme is "Mary". The "Mary" theme was based by St.Mary figure

Lebih terperinci

Analisis Itensitas Pencahayaan Alami pada Ruang Kuliah Prodi Arsitektur Universitas Malikussaleh

Analisis Itensitas Pencahayaan Alami pada Ruang Kuliah Prodi Arsitektur Universitas Malikussaleh TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Analisis Itensitas Pencahayaan Alami pada Ruang Kuliah Prodi Arsitektur Universitas Malikussaleh Nova Purnama Lisa (1), Nurhaiza (2) novapurnamalisa@gmail.com (1) Perencanaan dan

Lebih terperinci

- BAB. V - RUANG DAN BENTUK KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep Perancangan Tapak Konsep Penzoningan Tapak TAMAN/ PUBLIK

- BAB. V - RUANG DAN BENTUK KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep Perancangan Tapak Konsep Penzoningan Tapak TAMAN/ PUBLIK - BAB. V - KONEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Tapak Konsep Penzoningan Tapak TAMAN/ PUBLIK PARKIR / PUBLIK GEDUNG D/ EMIPRIVAT PERPUTAKAAN / EMIPUBLIK GEDUNG TK/ EMIPRIVAT PARKIR/ PUBLIK YAYAAN/

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PROYEK

BAB III DESKRIPSI PROYEK 31 BAB III DESKRIPSI PROYEK A. Gambaran Umum Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut yang akan direncanakan dan dirancang adalah Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Kelas A yang akan menampung pasien rujukan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agria Tri Noviandisti, 2012 Perencanaan dan Perancangan Segreen Apartment Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Agria Tri Noviandisti, 2012 Perencanaan dan Perancangan Segreen Apartment Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tempat tinggal merupakan kebutuhan utama bagi setiap manusia. Jumlah populasi manusia yang terus bertambah membuat tingkat kebutuhan manusia terhadap tempat tinggal

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Bentukan Dasar Bangunan Bentuk massa bangunan terdiri terdiri dari susunan kubus yang diletakan secara acak, bentukan ruang yang kotak menghemat dalam segi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang bertempat tinggal dan bekerja di dalam kota maupun yang berasal dari daerah pinggiran seperti,

Lebih terperinci

PEREMAJAAN KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH DENGAN IMPLEMENTASI TEORI KEVIN LYNCH DI KLENDER

PEREMAJAAN KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH DENGAN IMPLEMENTASI TEORI KEVIN LYNCH DI KLENDER PEREMAJAAN KAWASAN PEMKIMAN KMH DENGAN IMPLEMENTASI TEORI KEVIN LYNCH DI KLENDER Cynthia, Michael Tedja dan Indartoyo Jurusan Arsitektur, niversitas Bina Nusantara, Jalan K.H. Syahdan No. 9, Kemanggisan,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL i ii iii v vi viii xi xiv BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

KAJIAN KONSEP ARSITEKTUR MINIMALIS ZEN TADAO ANDO PADA BANGUNAN CHURCH OF THE LIGHT

KAJIAN KONSEP ARSITEKTUR MINIMALIS ZEN TADAO ANDO PADA BANGUNAN CHURCH OF THE LIGHT KAJIAN KONSEP ARSITEKTUR MINIMALIS ZEN TADAO ANDO PADA BANGUNAN CHURCH OF THE LIGHT Disusun oleh: Ir. Herry Kapugu, M.Ars ABSTRAK Konsep Minimalis dalam Arsitektur merupakan sebuah konsep dasar perancangan

Lebih terperinci

APARTEMEN DENGAN MENERAPKAN SIRIP PENANGKAL SINAR MATAHARI KINETIS DI DEPOK

APARTEMEN DENGAN MENERAPKAN SIRIP PENANGKAL SINAR MATAHARI KINETIS DI DEPOK APARTEMEN DENGAN MENERAPKAN SIRIP PENANGKAL SINAR MATAHARI KINETIS DI DEPOK Fahmy Desrizal Mahdy, Riva Tomasowa, Wiyantara Wizaka Unversitas Bina Nusantara, Jln K.H Syahdan no 9, Kemanggisan, Jakarta Barat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tujuan penyusunan paper tugas akhir ini adalah sebagai syarat untuk kelulusan

KATA PENGANTAR. Tujuan penyusunan paper tugas akhir ini adalah sebagai syarat untuk kelulusan KATA PENGANTAR Tujuan penyusunan paper tugas akhir ini adalah sebagai syarat untuk kelulusan program S1 jurusan Arsitektur Universitas Bina Nusantara, dengan telah selesainya penyusunan paper tugas akhir

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU 3.1. Tinjauan Tema a. Latar Belakang Tema Seiring dengan berkembangnya kampus Universitas Mercu Buana dengan berbagai macam wacana yang telah direncanakan melihat

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORERIKAL PENDEKATAN ARSITEKTUR ORGANIK PADA TATA RUANG LUAR DAN DALAM HOMESTAY DAN EKOWISATA SAWAH

BAB III TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORERIKAL PENDEKATAN ARSITEKTUR ORGANIK PADA TATA RUANG LUAR DAN DALAM HOMESTAY DAN EKOWISATA SAWAH BAB III TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORERIKAL PENDEKATAN ARSITEKTUR ORGANIK PADA TATA RUANG LUAR DAN DALAM HOMESTAY DAN EKOWISATA SAWAH 3.1. Tinjauan Pendekatan Arsitektur Organik 3.1.1. Definisi Arsitektur

Lebih terperinci

2.8 Kajian dan konsep figuratif rancangan (penemuan bentuk dan ruang). 59 bagian 3 hasil Rancangan dan pembuktiannya Narasi dan Ilustrasi

2.8 Kajian dan konsep figuratif rancangan (penemuan bentuk dan ruang). 59 bagian 3 hasil Rancangan dan pembuktiannya Narasi dan Ilustrasi DAFTAR ISI Halaman Judul... i Daftar Isi... ix Daftar Tabel... xi Daftar Gambar... xii BAGIAN 1 Pendahuluan... 1 1.1 Latar Belakang Proyek... 1 1.2 Latar Belakang Permasalahan... 2 1.3 Pernyataan Persoalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan

BAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan ibu kota Indonesia yang termasuk dalam 14 kota terbesar di dunia. Berdasarkan data sensus penduduk dari Badan Pusat Statistik, pada tahun 2009 Jakarta

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Peraturan pada tapak Lokasi Tapak : Jl. Perintis Kemerdekaan, Jakarta Timur Luas Lahan : 18.751,5 m 2 KDB : 40 % Luas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1 Jumlah Penduduk Usia 2-6 Tahun Pada Tahun 2013 di DKI Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1 Jumlah Penduduk Usia 2-6 Tahun Pada Tahun 2013 di DKI Jakarta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dikatakan mengalami keterlambatan perkembangan motorik dan kognitif pada anak usia dini. Hal ini diungkapkan oleh Ketua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat menghargai adanya perbedaan, bukan hanya perbedaan pada suku, ras atau kebangsaan melainkan perbedaan dalam

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 1 / 4 SKS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 1 / 4 SKS SATUAN ACARA PERKULIAHAN STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 1 / 4 SKS Pertemuan Ke Sub dan TIK 1 1. Pengantar Perkuliahan 1.1. Materi Pokok Studio Perancangan Arsitektur 1 Mahasiswa dapat menguraikan materi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengembangan perkotaan dalam sektor pusat bisnis dan hunian makin pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengembangan perkotaan dalam sektor pusat bisnis dan hunian makin pesat, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan perkotaan dalam sektor pusat bisnis dan hunian makin pesat, semua developer berlomba-lomba untuk mengembangkan kawasan tertentu menjadi kawasan superblok

Lebih terperinci

Penerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Kasus: Pasar Sederhana, Bandung

Penerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Kasus: Pasar Sederhana, Bandung TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Penerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Atika Almira (1), Agus S. Ekomadyo (2) (1) Mahasiswa Program Sarjana Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN CENGKARENG OFFICE PARK LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN CENGKARENG OFFICE PARK LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Pembangunan JORR W1 yang menghubungkan Kebon Jeruk dan Penjaringan memberikan dampak positif dan negatif bagi kawasan di sekitarnya. Salah satu dampak negatif yang

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI DAN PROGRAM. Redesain Kompleks Gereja Kristus Raja Semesta Alam di Kelurahan Tegalrejo, Salatiga

LANDASAN TEORI DAN PROGRAM. Redesain Kompleks Gereja Kristus Raja Semesta Alam di Kelurahan Tegalrejo, Salatiga PROJEK AKHIR ARSITEKTUR Periode LXVII, Semester Genap, Tahun 2014/2015 LANDASAN TEORI DAN PROGRAM Redesain Kompleks Gereja Kristus Raja Semesta Alam di Kelurahan Tegalrejo, Salatiga Tema Desain ARSITEKTUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan yang kedua, Gereja adalah umat Katolik itu sendiri. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan yang kedua, Gereja adalah umat Katolik itu sendiri. Perkembangan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar belakang penelitian Gereja dalam ajaran agama Katolik memiliki dua pengertian, yang pertama, gereja adalah bangunan untuk melaksanakan ibadah bagi umat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang a.) Kelayakan Proyek Pengertian Gereja adalah gedung tempat beribadah para penganut agama Kristen juga merupakan sarana untuk berkomunikasi dengan Tuhan, dan tempat

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek wisma atlet ini menggunakan pendekatan behavior/perilaku sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci