BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Struktur dalam istilah umum linguistik berhubungan dengan proses internal

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Struktur dalam istilah umum linguistik berhubungan dengan proses internal"

Transkripsi

1 BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur Struktur dalam istilah umum linguistik berhubungan dengan proses internal penyusunan atau pembentukan suatu unit-unit bahasa (Crystal, 1997: 86). Konstruksi tekstual berhubungan dengan susunan atau struktur unit-unit bahasa sehingga mampu menciptakan makna tertentu dalam suatu interaksi sosial. Melalui suatu analisis terhadap konstruksi tekstual, dapat diketahui nilai atau pokok suatu teks secara keseluruhan dengan mempertimbangkan kohesi dan koherensi yang dimiliki satu bagian teks dengan bagian teks lainnya, terutama dalam menjalankan fungsinya sebagai alat interaksi sosial (Ade, 2010: 1). Dalam disiplin linguistik, konstruksi tekstual yang melingkupi penciptaan dan hubungan makna (Halliday dan Hasan, 1992: 101) dapat didekati dengan beberapa pendekatan, diantaranya adalah pendekatan Linguistik Sistemik Fungsional (System Functional Linguistics), Analisis Wacana Kristis (Critical Discourse Analysis) dan Pendekatan Sistemik Fungsional pada Analisis Multimodal (Systemic Functional approach to Multimodal Discourse Analysis). Martin dkk (1984) melakukan penelitian struktur teks selama beberapa tahun di Sydney sampai di akhir penelitian mereka menemukan bahwa struktur teks merupakan faktor budaya yang khas menjadi ciri sebuah teks dan menganggapnya bagian dari sistem semiotik konteks budaya dan sejak tahun 1984 Martin dan kawan-kawan menamakan unsur struktur teks sebagai genre dan masuk dalam konteks budaya.

2 2.1.2 Makna Fungsi makna adalah hubungan antara lambang bunyi dengan acuannya. Makna merupakan bentuk responsi dari stimulus yang diperoleh pemeran dalam komunikasi sesuai dengan asosiasi maupun hasil belajar yang dimiliki. Dalam KBBI (2012), makna adalah arti; maksud pembicara atau penulis; pengertian yg diberikan kpd suatu bentuk kebahasaan. Menurut Mansoer Pateda (2001:79) istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Ullman (dalam Mansoer Pateda 2001:82) mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian. Pakar bahasa Ferdinand De Saussure (dalam buku Abdul Chaer,1994:286) mengungkapkan bahwa pengertian makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik. Sementara itu LSF mempercayai bahwa semua organisasi paragdimatik tata bahasa adalah fungsional, dilihat dari cara sistem yang saling berhubungan. Di sini, sistem-sistem terbagi atas kategori metafungsi yang luas, yaitu sistem (i) ideasional, (ii) interpersonal, dan (iii) tekstual. Inilah yang menghubungkan bahasa dengan dunia luarnya yaitu sistem-sistem semiotik lain, bahwa (1) komponen-komponen makna fundamental dalam bahasa adalah komponen-komponen fungsional, (2) semua bahasa berdasarkan dua komponen makna: makna ideasional atau refleksif dan interpersonal atau aktif dan (3) kedua komponen makna tersebut berhubungan dengan makna ketiga yaitu komponen makna tekstual (Halliday 1985b: xiii). LSF menegaskan bahwa fungsi bahasa membuat makna. Bila manusia mengekspresikan keperluan-keperluan mereka melalui bahasa, mereka membuat makna dalam sebuah teks, yaitu bahasa fungsional. Kontekstualisasi penerapannya kepada pembelajaran bahasa adalah bahwa belajar bahasa berarti belajar memaknai bahasa.

3 2.1.3 Iklan Menurut Kasali (1992), iklan adalah bagian dari bauran promosi dan bauran promosi adalah bagian dari bauran pemasaran. Jadi secara sederhana iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media. Sedangkan menurut Jefkins (1997) iklan adalah pesan yang diarahkan untuk membujuk orang untuk membeli. Definisi standar dari periklanan biasanya mengandung enam elemen : 1. Periklanan adalah bentuk komunikasi yang dibayar, walaupun beberapa bentuk periklanan seperti iklan layanan masyarakat, biasanya menggunakan ruang khusus yang gratis. 2. Selain pesan yang harus disampaikan harus dibayar, dalam iklan juga terjadi proses identifikasi sponsor. Iklan bukan hanya menampilkan pesan mengenai kehebatan produk yang ditawarkan, tapi juga sekaligus menyampaikan pesan agar konsumen sadar mengenai perusahaan yang memproduksi produk yang ditawarkan. 3. Upaya membujuk dan mempengaruhi konsumen. 4. Periklanan memerlukan elemen media massa sebagai media penyampai pesan kepada audiens sasaran. 5. Periklanan mempunyai sifat bukan pribadi 6. Periklanan adalah audiens. Dalam iklan harus jelas ditentukan kelompok konsumen yang jadi sasaran pesan.

4 2.1.4 Teks Teks dalam penelitian ini di pahami sebagai unit-unit bahasa yang fungsional, yang berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi dalam suatu lingkungan sosial (Sinar, 2008 : 19). Halliday dan Hasan (1976: 1) mengatakan bahwa teks adalah unit dari penggunaan bahasa. Bukan unit gramatika seperti klausa dan kalimat; dan bukan di definisikan mengikuti ukurannya. Teks dalam Linguistik Fungsional Sistematik dipahami bukan semata-mata hanya berbentuk kata atau kalimat, tetapi lebih kepada suatu wacana yang memiliki fungsi sosial dan sistem bahasa secara keseluruhan. Sistem semantik menyediakan pilihan-pilihan semantik yang dapat di gunakan oleh pemakai bahasa dalam berinteraksi dengan pihak lain, di mana sistem semantik ini berhubungan langsung dengan sistem-sistem lainnya yang berada di sekitar ide interaksi tersebut (Sinar,2008 : 19) Teks Iklan Teks iklan yang dihasilkan dari kegiatan periklanan dapat dipahami bukan hanya sebagai kegiatan pemasaran belaka, tetapi juga merupakan kegiatan komunikasi massa persuasif yang sangat strategis dalam mencapai tujuan pemasaran, yaitu mendapatkan keuntungan atau laba sebesar-besarnya melalui berbagai praktek-praktek kebahasaan dalam bentuk teks (Goddard, 1998 : 5-7). Sebelum membuat teks iklan tersebut ada baiknya, kita mengetahui terlebih dahulu apa saja karakteristik pembaca iklan, contoh-contohnya adalah sebagai berikut: 1. Menyukai hal hal yang berbau uang 2. Merupakan solusi dari permasalahan yang dihadapi. 3. Sesuatu yang bersifat baru Up to date. 4. Memiliki nilai gengsi.

5 5. Memiliki nilai Religius. 6. Mengandung kecenderungan seksualitas. 7. Gemar pada yang murah atau Gratis. 8. Kecenderungan akan hal yang mudah dan menguntungkan. 9. Tidak menyukai hal yang berbau Resiko / Kondisi Merugi. 10. Logis / Masuk akal Konteks Bahasa adalah satu sistem semiotik sosial dan hidup dalam konteks. Sebagai sistem semiotik, bahasa bersosialisasi dengan sistem-sistem semiotik lain sekaligus juga meminjam sistem-sistem semiotik tersebut antara lain sistem semiotik konteks. Hubungan bahasa dengan konteks adalah realisasi bahasa sebagai sebuah sistem semiotik sosial. Dengan kata lain, bahasa wujud dalam konteks dan tiada bahasa tanpa konteks sosial (Sinar, 2012: 51). Sistem konteks sosial berada pada tingkat semiotik konotatif bahasa yang terdiri dari konteks sosial, konteks budaya dan ideologi. Dengan demikian, pengkaji bahasa harus memperhatikan lingkungan sosialnya yaitu konteks situasi context of situation (register), konteks budaya (genre) dan konteks ideologi. Kesemua konteks-konteks ini berhubungan dengan ciri linguistik teks (bahasa). Dalam perspektif konteks situasi, ada dua istilah yang selalu digunakan oleh pakar teori LSF dengan cara berbeda yaitu situasional dan discoursal. Istilah situasional mempunyai kata benda situasi, digunakan disini untuk merepresentasikan ruang semiotik konsep teori LSF konteks situasi atau register sebagai varitas dalam bahasa atau register. Menurut Halliday (1978) dan Gregory (1967) register mempunyai dua dimensi utama yaitu: (1) dimensi semiotik dialektal, dan (2) dimensi semiotik diatipik. Dalam hal ini dimensi dialektal terdiri dari bahasa-dalam-konteks menurut pengguna atau yang mempunyai

6 kategori konseptual seperti dialek sosial, dialek geografis, varitas sub-kultural (bahasa baku dan bukan baku), variabel bahasa (kasta, kelas sosial, umur, jenis kelamin, dan lain-lain) yang termasuk dalam pembahasaan sosiolinguistik. Sedangkan dimensi diaptik sebaliknya, terdiri dari bahasa-dalam-konteks menurut penggunaan, atau sebagai cara penyampaian. Menurut Halliday (1978) varitas bahasa dilihat dari pandangan semantik dan direalisasikan melalui leksikogramatika, di dalamnya terdapat kategori konseptual medan (field), pelibat (tenor), dan sarana (mode), sedangkan Gregory (1967) memandang register berbeda dengan Halliday yaitu terdiri dari empat komponen yaitu medan wacana (field of discourse), pelibat personal (personal tenor of discourse), pelibat fungsional (functional tenor of discourse) dan sarana wacana (mode of discourse) Kursus Bahasa Mandarin Menurut KBBI3, kursus adalah (i) pelajaran tentang suatu pengetahuan atau keterampilan, yang diberikan dalam waktu singkat, contohnya: bahasa Inggris, mengetik; (ii) merupakan lembaga di luar sekolah yang memberikan pelajaran serta pengetahuan atau keterampilan yang diberikan dalam waktu singkat. Terdapat banyak kursus bahasa Mandarin di Medan, berikut peneliti paparkan beberapa data kursus Bahasa Mandarin yang berada di Medan : 1. IEC, Inc, jalan Malaka no. 29/59 Medan 2. Edu smart, komplek asia mega mas blok DD no.42-e Medan 3. CEC, jl. Madong Lubis no. 75 C-D Medan 4. Rochester Education Centre, komplek asia mega mas Blok BB no.9 Medan 5. Tinkerbell Learning Centre, jl. Mandor no.23d Medan

7 6. 中华传统文化道德教育 (zhōng huá chuán tǒng wén huá dào dé jiào yù ) jl. Bilal (Komplek Bilal Lestari) Blok B-3 Medan 7. Sunrise Education Centre, Komplek Cemara Asri jl. Boulevard B1 no.64 Medan 8. Kursus Mandarin JiaYou, jl. Thamrin Baru no. 25 Medan 9. EMC Learning Centre, jl. Mahoni no.6 Keberadaan kursus Bahasa Mandarin ini sangat membantu sekali dalam membantu peserta didik meningkatkan pengetahuan dalam belajar Bahasa Mandarin, seperti menurut salah satu murid sekolah swasta di Medan, guru mereka tidak menjelaskan banyak cara dalam menguasai Bahasa Mandarin, hanya membuat catatan, latihan dan ujian. Cara ini belum sepenuhnya bisa membuat murid mengerti akan suatu huruf ataupun bacaan dalam Bahasa Mandarin. Cara belajar Bahasa Mandarin berbeda yang harus dilakukan oleh anak-anak China, mereka menghabiskan waktu berjam-jam untuk menulis huruf yang sama terus-menerus sampai melekat. Tujuan dari menghapal tidak lain agar peserta didik dapat mengenal huruf Bahasa Mandarin tersebut. Bagi seorang penutur bahasa Inggris yang belajar bahasa Prancis, ada beberapa bantuan. Police menjadi police, garden menjadi jardin. Namun, orang asing tidak punya panduan seperti itu dalam bahasa Mandarin. Polisi adalah jingcha, kebun menjadi huayuan. Tidak hanya jingcha dan huayuan, untuk setiap kata, Anda harus belajar tiga komponen: bunyi, huruf, dan nada. Banyak kata berbunyi sama persis atau kedengaran senada. Seringkali orang China harus berbuat apa saja untuk menentukkan sebuah huruf yang keluar dari konteks.misalnya, normal bagi beberapa orang untuk memperkenalkan diri mereka dengan Halo, aku Wakil Kepala Seksi Li. Li dengan tanda pohon di bagian atas dan benih di bagian bawah atau

8 Halo, aku Madam Wang. Wang yang digunakan dalam laut tanpa batas bukan yang berarti raja (Tanaga, 2008). Tanpa penjelasan lebih lanjut, sebuah huruf yang konteksnya kurang jelas seringkali tidak mungkin dikenali dengan pasti jika seseorang hanya mengandalkan pada bunyinya. Sebagai hasilnya, orang China sering harus memberi penjelasan panjang untuk menyampaikan secara akurat arti yang mungkin cukup jelas dalam bahasa Inggris. Tidak heran apabila banyak sekali orang asing dari Barat yang kemudian menyerah mempelajari bahasa Mandarin, pulang ke rumah, dan melupakan apa yang telah mereka pelajari. Itulah sebabnya anak yang sejak kecil belajar bahasa Mandarin IQ-nya naik antara 15 sampai 20 %. Itu ketekunan dan kesabaran yang tinggi sangat dibutuhkan.untuk mendorong perkembangan pengajaran Bahasa Mandarin, dan penyebaran kebudayaan bahasa Mandarin di seluruh dunia, Tim Pimpinan China untuk Pengajaran Bahasa Mandarin menyelenggarakan Kongres Bahasa Mandarin Sedunia yang dihadiri oleh pemimpin China, menteri pendidikan berbagai negara, pengambil kebijakan pengajaran Bahasa Mandarin, Rektor universitas terkenal di seluruh dunia, sinologis terkenal, dan pengajar Bahasa Mandarin pada tanggal 20 sampai 22 Juli 2005 di Beijing (Tanaga, 2008). Salah satu pembahasan dalam kongres tersebut adalah mencari metode pengajaran bahasa Mandarin yang tepat. Selama ini, sebagaimana terungkap dalam kongres itu, orang asing yang ingin belajar bahasa Mandarin mengalami kesulitan yang luar biasa. Lihatlah metode modern belajar bahasa Mandarin ini. Isinya terlalu tradisional, ujar Zhu Yongshen, dekan di Fudan University. Tapi, Zhu sendiri belum tahu metode modern bagaimana yang benar-benar modern. (Tanaga, 2008). Terakhir, bahasa Mandarin juga memiliki standar ujian bertaraf internasional yang dinamakan Hanyu Shuiping Kaoshi atau HSK, sejenis dengan TOEFL untuk bahasa Inggris.

9 Tes kemampuan berbahasa Mandarin ini ditujukan bagi pelajar/siswa dari luar China yang ingin mendaftarkan diri untuk belajar di universitas di China. Meskipun tergolong sulit, namun bahasa Mandarin tidak pernah sepi peminat. Peminat Bahasa Mandarin meningkat dari tahun ke tahun dan hal ini dapat dilihat dari peningkatan murid pada setiap kursus bahasa Mandarin di Medan. Disamping itu pimpinan kursus juga harus menawarkan berbagai kegiatan perlombaan-perlombaan yang berkenaan dengan skill atau kemampuan bahasa Mandarin. Koran bahasa Mandarin di Medan juga memberikan penghargaan bagi penulis cerpen yang menulis cerita dalam bahasa Mandarin. 2.2 Landasan Teori Pendekatan yang digunakan pada analisis penelitian ini adalah pendekatan LSF, sebagaimana yang diperkenalkan oleh M.A.K. Halliday, pakar linguistik bertaraf dunia, (1973, 1978, 1985a, 1985b), dan dikembangkan oleh para pakar LSF antara lain J.R. Martin (1985a, 1985b, 1986, 1991, 1992), M.A.K Halliday & J.R. Martin (1993a), C.M.I.M. Matthiessen (1992/1995), J.R. Martin, C.M.I.M. Matthiessen & C.Painter (1997), J.R. Martin & R.Veel, Eds. (1998), M.A.K Halliday & C.M.I.M. Matthiessen (1999), dan J.R. Martin & D. Rose (2003) Linguistik Sistemik Fungsional (LSF) LSF diperkenalkan oleh linguis Michael Alexander Kirkwood Halliday pada awal tahun 1960-an. Halliday tersohor dengan tata bahasanya systemic grammar yang dikenal dengan tata bahasa mazhab Halliday. Dalam mengembangkan teorinya, Halliday dipengaruhi oleh gurunya dari Inggris J.R. Firth ( ), sebagian dari LSF di Eropa, dan dari linguistik antropologi di Amerika Serikat. Bersama-sama dengan Firth dan antropolog B.Malinowski, Halliday mendapat konsep tentang konteks situasi dan konteks budaya. Dari

10 linguistik antropologi, Halliday terinspirasi dengan pandangan tentang bahasa sebagai fenomena sosial. Objek atau sasaran kajian linguistik adalah bahasa, yaitu bahasa manusia yang alamiah (natural). Jadi bukan bahasa binatang, dan juga bukan bahasa buatan (artificial). Bahasa manusia merupakan bahasa yang di pakai oleh suatu masyarakat bahasa (linguistic society) sebagai alat komunikasi verbal secara umum dan wajar. Cabang ilmu linguistik yang paling sesuai digunakan untuk teori analisis makna adalah teori mengenai Linguistik Sistemik Fungsional. LSF adalah salah satu aliran dalam disiplin linguistik yang memperkenalkan suatu teori yang memandang bahasa sebagai bagian dari fenomena sosial yang tentunya berhubungan dengan konteks sosial pemakaian bahasa. Dengan kata lain teori sistemik bahasa melingkupi fungsi, sistem, makna, semiotika sosial, dan konteks (Sinar, 2008: 19-24). Sistem semantik diwujudkan melalui kata-kata dan tata bahasa dalam suatu proses penyusunan ide dalam pikiran manusia. Kata-kata dan tata bahasa berhubungan secara alamiah dengan makna yang dirujuknya yang kemudian menghasilkan ujaran dan tulisan, sehingga proses interaksi dapat berjalan (Sinar, 2008 : 19). Selanjutnya LSF mempercayai bahwa semua organisasi paragdimatik tata bahasa adalah fungsional, dilihat dari cara sistem yang saling berhubungan. Sistem-sistem terbagi atas kategori metafungsi yang luas, yaitu sistem: (i) (ii) (iii) Ideasional, Interpersonal, dan Tekstual. Ketiga sistem inilah yang menghubungkan bahasa dengan dunia luarnya yaitu sistemsistem semiotik lain, bahwa (1) komponen-komponen makna fundamental dalam bahasa adalah komponen-komponen fungsional, (2) semua bahasa berdasarkan dua komponen

11 makna: makna ideasional atau refleksif dan interpersonal atau aktif dan (3) kedua komponen makna tersebut berhubungan dengan makna ketiga yaitu komponen makna tekstual (Halliday 1985b: xiii). Penegasan LSF yang lain adalah bahwa fungsi bahasa membuat makna. Manusia mengekspresikan keperluan-keperluan mereka melalui bahasa, dengan demikian mereka membuat makna dalam sebuah teks, yaitu bahasa fungsional. Berikut tabel metafungsi-metafungsi, susunan-susunan tafsiran realitas dan realisasirealisasi gramatikal. Metafungsi Realitas berkonstrual Tugas Realisasi Gramatika Ideasional (a) Logis: - Bahasa sebagai Logika Alamiah Realitas alamiah Pengamat Klausa Komplek Sistem transitivitas (b) Eksperensial: - Bahasa sebagai Representasi Interpersonal - Bahasa sebagai Pertukaran Realitas Intersubjektif Penyusup Sistem modus Tekstual - Bahasa sebagai Perangkai Realitas Semiotik Relevansi Sistem tema Tabel 1: fungsi-metafungsi, susunan-susunan tafsiran realitas dan realisasi-realisasi gramatikal (adaptasi dari Martin 1993: 145) Fungsi eksperiensial digunakan untuk mengetahui pemarkah verba (proses) pada data. Fungsi eksperiensial terjadi pada tingkat klausa sebagai representasi pengalaman-pengalaman manusia dari dua realitas, baik realitas luaran maupun realitas dalaman diri manusia itu sendiri (Sinar, 2008:31). Unsur bahasa adalah klausa-klausa yang dihasilkan dan ini bermakna satu fungsi klausa adalah sebagai representasi pengalaman dari dua realitas, yaitu realitas dari luaran dan

12 dari dalaman seseorang. Eksperiensial atau representasi fungsi bahasa khususnya fungsi klausa direalisasikan oleh sistem transitivitas bahasa (klausa). Klausa transitivitas sebagai unit tata bahasa mempunyai tiga komponen yaitu (1) proses, (2) partisipan, dan (3) sirkumstan. Proses yang sedang terjadi terbagi dalam prosesproses yang bervariasi. Halliday (1985, 1994) mengidentifikasi proses-proses realitas yang terekam, dan secara linguistik dan tata bahasa mengklasifikasikan proses-proses yang bervariasi ini ke dalam jenis-jenis proses, khasnya jenis proses dalam sistem transitivitas bahasa Inggris. Di dalam bahasa ini proses dikategorikan ke dalam tiga proses utama: (1) proses material, (2) proses mental, dan (3) proses relasional; dan mengklasifikasikan lagi ke dalam tiga proses tambahan, yakni (1) proses tingkah laku, (2) proses verbal, dan (3) proses wujud (existential). Dalam tatabahasa proses yang sedang terjadi mempunyai tiga komponen yang terdiri dari (1) proses itu sendiri, menurut cirinya direalisasikan oleh satu kata kerja atau frasa kata kerja (2) partisipan-partisipan di dalam proses, menurut cirinya direalisasikan oleh kata benda atau frasa kata benda, dan (3) sirkumstan-sirkumstan yang berkaitan dengan proses, khususnya direalisasikan oleh frase ajektif atau frase preposisi. Pada penelitian ini penulis mengaplikasikan teori LSF untuk menganalisis struktur dan makna teks iklan brosur kursus Bahasa Mandarin. Pada analisis teks iklan secara verbal peneliti mengaplikasikan fungsi Eksperiensial, yaitu proses, partisipan, dan sirkumstan. Sedangkan untuk analisis teks iklan secara visual peneliti mengaplikasikan analisis multimodal Cheong.

13 2.2.2 Analisis Multimodal Model Cheong Analisis multimodal yang diaplikasikan dalam penelitian ini menggunakan teori LSF dengan memfokuskan pada model Cheong (2004). Dengan menggunakan analisis multimodal, akan tampak bagaimana teks verbal dan visual membangun makna suatu teks, apakah kedua model teks tersebut saling mendukung, saling bertentangan, saling tumpang tindih, atau bahkan memberikan makna yang berbeda satu sama lain dalam teks yang sama. Keseluruhan informasi dalam teks akhirnya akan menentukan makna seperti apa yang ingin ditampilkan oleh teks tersebut kepada khalayak ramai (Young dan Fitzgerald, 2006 : 170). Pentingnya analisis multimodal ini juga karena semakin banyaknya teks multimodal yang bermunculan, apakah itu dalam bentuk foto berita surat kabar, iklan, keperluankeperluan untuk ilustrasi dalam ilmu-ilmu alam dan matematika. Kress dan van Leeuwen (1996) dalam Young dan Fitzgerald (2006: 170) menyatakan pentingnya analisis multimodal adalah sebagai akibat semakin meningkatnya kemunculan teks-teks modern yang tidak hanya mengandung teks verbal tetapi juga teks visual yang di akibatkan oleh kemajuan teknologi dalam industry percetakan (Teo, 2004: 193 dalam Young dan Fitzgerald, 2006 : 170). Analisis multimodal dapat dijadikan sebagai suatu pendekatan alternatif dalam menganalisis teks iklan karena kemampuannya dalam melihat teks secara menyeluruh, yaitu peran-peran yang dimainkan oleh teks verbal maupun teks visual dan bagaimana hubungan di antara keduanya dalam membentuk dan menyampaikan makna sebuah teks iklan (Young dan Fitzgerald, 2006: ). Berikut adalah struktur umum iklan cetak model Cheong (2004: ).

14 IKLAN Komponen Verbal Announcement: Primary, Secondary Enhancer Emblem Tag Call-and-visit information Komponen Visual Lead: Locus of Attention (LoA), Complement to the Locus of Attention (Comp.LoA) Display: Explicit, Implicit, Congruent, Incongruent (metaphorical) Emblem Tabel 2: struktur umum iklan cetak model Cheong (2004: ). Untuk mengetahui makna yang dikandung dalam pesan iklan, Cheong (2004: ) memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai struktur iklan cetak yang terdiri atas teks verbal, teks visual, dan gabungan diantara keduanya. 1. Announcement, memberikan tiga penjelasan bahwa pengumuman satu-satunya pesan iklan, aspek terpenting secara interpersonal diantara pesan-pesan yang lain dalam teks, dan aspek catch-phrase. 2. Enhancer adalah untuk membangun makna yang berasal dari interaksi antara Lead dan Announcement. Pesan Enhancer dalam iklan biasanya disampaikan lewat paragraf. 3. Call-and-Visit Information merupakan kontak informasi yang dapat dihubungi masyarakat pengguna yang ingin memperoleh produk yang diiklankan, dan biasanya Call-and-Visit Information dicetak dalam bentuk tulisan kecil dan posisinya berada di bagian bawah, atas atau kanan/kiri produk iklan tersebut. 4. Lead menjelaskan ukuran, posisi dan atau warna yang harus mempunyai potensi menyimpan kesan dan makna bagi pengguna. Cheong (2004: 165) mengklasifikasi komponen Lead ke dalam Locus of Attention (LoA) dan Complement to the Locus of

15 Attention (Comp.LoA) sebagai inti pesan iklan dan memfokuskan perhatian khalayak terhadap bagian-bagian khusus. 5. Display berfungsi untuk menggambarkan produk secara nyata dan eksplisit. Komponen visual display Congruent berfungsi untuk merealisasikan produk tanpa melalui simbolisasi dan display Incongruent merealisasikan produk melalui simbolisasi. 6. Emblem terbagi atas emblem visual yang direalisasikan melalui logo produk yang diiklankan, dan emblem linguistikk wujud melalui brandname atau trademark. Fungsi Emblem memberikan identitas atau status bagi produk yang mempunyai posisi letak di sisi mana saja menyesuaikan proporsi teks iklan. 7. Tag adalah rekomendasi terhadap produk iklan. 8. Conversion pada teks menjelaskan Partisipan aktif dan pasif dalam teks verbal. 9. Setting berfungsi sebagai latar yang menjelaskan kelebihan produk yang ditawarkan. 10. Additive adalah hubungan yang menjelaskan berbagai informasi visual melalui teks verbal yang sifatnya saling melengkapi kelebihan yang dimiliki oleh produk. 11. Demand adalah interaksi langsung antara Partisipan dengan khalayak diwujudkan melalui kontak mata (Eye contact) yang menatap kepada penyaksi. 12. Social dan Equality adalah cara pengambilan elemen visual pada teks dengan memberikan informasi kepada khalayak bahwa produk tersebut adalah produk yang dapat dimiliki dengan mudah dan realisasinya dapat ditemukan pada Call-and-Visit Information. 13. Salience menunjukkan keunggulan yang diperoleh dengan menggunakan produk yang diiklankan secara tidak langsung disampaikan efeknya kepada khalayak misalnya tubuh yang indah yang menjadi impian setiap perempuan atau tubuh berotot idaman lelaki.

16 14. Reactor adalah orang-orang disekitar yang memandang kepada objek yang menjadi pusat perhatian. Aspek-aspek di atas akan diaplikasikan pada analisis data di mana peneliti menganalisis teks iklan, khususnya dalam Bahasa Mandarin pada brosur kursus Bahasa Mandarin baik dari kursus bahasa Mandarin yang berada di kota Medan maupun yang diunduh dari internet. 2.3 Tinjauan Pustaka Penelitian tentang iklan cetak telah dilakukan oleh Yuen (2004) dengan menggunakan analisis multimodal dan juga menggunakan pengembangan terhadap teori Hasan (1996) mengenai struktur iklan cetak. Yuen di tahun 2004 lalu telah meneliti iklan Epson, Golf, MI, Beetle, dan Guess?. Hasil analisis Yuen menunujukan bagaimana hubungan antara teks verbal dan visual dalam menciptakan makna pesan iklan cetak. Dengan menggunakan perangkat komponen metafungsi bahasa, analisis multimodal dapat dijadikan sebagai suatu pendekatan alternatif dalam menganalisis teks iklan karena kemampuannya dalam melihat teks secara menyeluruh, yaitu peran-peran yang dimainkan oleh teks verbal maupun teks visual dan bagaimana hubungan di antara keduanya dalam membentuk dan menyampaikan makna sebuah teks iklan (Young dan Fitzgerald,2006 : ). Sementara itu, Nasution (2010) juga telah melakukan analisis tentang teks iklan yang terdapat di dalam enam majalah seperti Herper s BAZAAR Indonesia, COSMOPOLITAN Indonesia, female Indonesia, Esquire Indonesia, Men s Health Indonesia, dan Parents guide. Analisis yang digunakan Nasution adalah analisis verbal dengan menggunakan analisis metafungsi bahasa Halliday dan analisis visual yang memakai model perangkat analisis Kress

17 dan van Leeuwen (2004) yang merupakan hasil pengembangan terhadap metafungsi bahasa Halliday. Liu Y dan Kay O Halloran (2009: 3) melakukan penelitian yang didiskusikan di Laboratorium Analisis Multimodal, Universitas Nasional Singapura yang menganalisa tentang hubungan antara teks verbal dan teks visual dalam teks multimodal. Liu dan O Halloran menggunakan data penelitian dari 3 iklan: HURLEY (produk kecantikan), ALPEN CEREAL (produk makanan), dan DIOVAN dengan menggunakan komponen analisis multimodal Kress dan Van Leeuwen (1996) yaitu penelitian yang menunjukkan adanya hubungan antara teks verbal dan teks visual dalam teks multimodal. Eduardo de Gregorio-Godeo (2009) melakukan penelitian yang menganalisis iklan dari parfum pria yang terdapat dalam majalah Inggris, seperti: Arena, Esquire, FHM, Front, GQ, Loaded, Maxim, Men s Health dan Stuff for Men. Godeo dalam penelitian ini menggunakan analisis multimodal dengan mengkombinasikan konsep metafungsi Halliday, analisis bahasa visual Van Leeuwen (1996) dan analisis wacana kritis Fairclough (1989). Penelitian ini menunjukkan hubungan antara teks verbal dan teks visual dalam membangun arti dari maskulin yang terdapat dalam iklan parfum pria. Penelitian lain tentang LSF diselesaikan oleh Nugroho (2009). Analisis dalam penelitiannya menggunakan LSF yang diperkenalkan oleh Halliday (1985, 1994) dan Halliday, Matthiessen (2004) yang mengatakan bahwa teks akan lebih dimengerti bila fungsi disimulasikan dalam tiga metafungsi: ideational, interpersonal dan textual. Dalam penelitian Sinar (2011) menganalisa tentang iklan cetak dari Men s Health dan Harper s Bazaar Magazine dengan menggunakan teori Halliday (1985, 1994, 2004) dan mengkombinasikan analisis multimodal dari komponen visual yang terdapat dalam dua iklan cetak yang mengikuti teknik analisis Kress dan Van Leeuwen. Sinar menemukan bahwa semiotik sosial, nuansa dan sikap personal adalah potensi yang kuat dalam merepresentasikan

18 nuansa masyarakat dan gambar seperti sebuah kumpulan masyarakat dalam membuat iklan. Asosiasi dari teks verbal dan visual ini pasti terpisah tetapi keduanya tetap berhubungan antara komunikasi, isi dan bahasa visual.

diunduh pada tanggal 16 Juni Lampiran 1: Klarifikasi Istilah No. Istilah Uraian 1. Analisis Multimodal

diunduh pada tanggal 16 Juni Lampiran 1: Klarifikasi Istilah No. Istilah Uraian 1. Analisis Multimodal www.unair.ac.id diunduh pada tanggal 16 Juni Lampiran 1: Klarifikasi Istilah No. Istilah Uraian 1. Analisis Multimodal : Analisis yang bisa menjelaskan bagaimana teks verbal dan visual membangun makna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konstruksi adalah suatu istilah umum dalam linguistik yang berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Konstruksi adalah suatu istilah umum dalam linguistik yang berhubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi adalah suatu istilah umum dalam linguistik yang berhubungan dengan proses internal penyusunan atau pembentukan suatu unit-unit bahasa (Crystal, 1997: 86).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan bahasa visual dipandang kurang penting, padahal banyak kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan bahasa visual dipandang kurang penting, padahal banyak kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa verbal (lisan dan tulis) memegang peranan penting dalam interaksi dan menjadi sarana interaksi yang paling utama, sedangkan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik sistemik fungsional berperan penting memberikan kontribusi dalam fungsi kebahasaan yang mencakup

Lebih terperinci

ANALISIS MULTIMODAL IKLAN INDOMIE

ANALISIS MULTIMODAL IKLAN INDOMIE ANALISIS MULTIMODAL IKLAN INDOMIE Suprakisno Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Tulisan ini membahas tentang analisis multimodal iklan Indomie. Iklan baik iklan media cetak maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang terdiri dari bangsa yang multikultural disatukan oleh satu bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang terdiri dari bangsa yang multikultural disatukan oleh satu bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbiter, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. diuraikan, diperlukan sejumlah teori yang menjadi kerangka landasan di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. diuraikan, diperlukan sejumlah teori yang menjadi kerangka landasan di dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam membahas masalah yang diuraikan, diperlukan sejumlah teori yang menjadi kerangka landasan di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wacana. Artinya, sebuah teks disebut wacana berkat adanya konteks.

BAB I PENDAHULUAN. wacana. Artinya, sebuah teks disebut wacana berkat adanya konteks. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teks merupakan hasil proses wacana. Didalam proses tersebut, terdapat nilainilai, ideologi, emosi, kepentingan-kepentingan, dan lain-lain. Dengan demikian memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi dalam kehidupan masyarakat. Fungsi-fungsi itu misalnya dari yang paling sederhana

Lebih terperinci

RELEVANSI LFS DALAM ANALISIS BAHASA

RELEVANSI LFS DALAM ANALISIS BAHASA RELEVANSI LFS DALAM ANALISIS BAHASA Rosmawaty Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Bahasa merupakan fenomena sosial yang terwujud dalam konteks sosial. Konteks sosial menentukan bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mackey (1986:12) mengemukakan bahasa adalah suatu bentuk dan bukan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Mackey (1986:12) mengemukakan bahasa adalah suatu bentuk dan bukan suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan elemen penting untuk menjadi alat komunikasi antar kelompok masyarakat yang telah disepakati menjadi sistem tanda bunyi sehingga memberikan suatu ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi, dan interaksi di kelas, merupakan alat penting yang

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi, dan interaksi di kelas, merupakan alat penting yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media penyalur pesan informasi ilmu pengetahuan, sarana komunikasi, dan interaksi di kelas, merupakan alat penting yang senantiasa harus diperhatikan

Lebih terperinci

16, Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 Pada dasarnya, secara semantik, proses dalam klausa mencakup hal-hal berikut: proses itu sendiri; partisipan yang

16, Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 Pada dasarnya, secara semantik, proses dalam klausa mencakup hal-hal berikut: proses itu sendiri; partisipan yang TRANSITIVITAS DALAM ANTOLOGI CERPEN KAKI YANG TERHORMAT KARYA GUS TF SAKAI Ogi Raditya Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui transitivitas dalam antologi cerpen Kaki yang Terhormat. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam segala kegiatan seperti pendidikan, keagamaan, perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam segala kegiatan seperti pendidikan, keagamaan, perdagangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai alat interaksi sosial peranan bahasa besar sekali. Hampir tidak ada kegiatan manusia yang berlangsung tanpa kehadiran bahasa. Bahasa muncul dan diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

TEKS KOTA SYURGA DI IRAN : SUATU KAJIAN LINGUISTIK SISTEMIK FUNGSIONAL

TEKS KOTA SYURGA DI IRAN : SUATU KAJIAN LINGUISTIK SISTEMIK FUNGSIONAL TEKS KOTA SYURGA DI IRAN : SUATU KAJIAN LINGUISTIK SISTEMIK FUNGSIONAL Bagiya PBSI, FKIP, Universitas Muhammadiyah Purworejo email: bagiya.purworejo@gmail.com Abstrak: Teks Kota Syurga di Iran ditinjau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penulis) maupun sebagai komunikan (mitra-bicara, penyimak, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. penulis) maupun sebagai komunikan (mitra-bicara, penyimak, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Setiap anggota masyarakat dan komunitas tertentu selalu terlibat dalam komunikasi,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR, LANDASAN TEORI, KAJIAN PUSTAKA, DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KONSEP DASAR, LANDASAN TEORI, KAJIAN PUSTAKA, DAN KERANGKA PIKIR BAB II KONSEP DASAR, LANDASAN TEORI, KAJIAN PUSTAKA, DAN KERANGKA PIKIR Bab 1 sebelumnya telah dijelaskan latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan, apa yang akan dibahas dan tujuan serta manfaat

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA

ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA Subur Ismail Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta ABSTRAK Analisis Wacana Kritis merupakan salah satu metode yang dapat digunakan

Lebih terperinci

ABSTRAK PENDAHULUAN EPRESENTASI METAFUNGSI PADA PENGANTAR MAJALAH FEMINA. Hesti Fibriasari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

ABSTRAK PENDAHULUAN EPRESENTASI METAFUNGSI PADA PENGANTAR MAJALAH FEMINA. Hesti Fibriasari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan EPRESENTASI METAFUNGSI PADA PENGANTAR MAJALAH FEMINA Hesti Fibriasari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Rubrik pengantar redaksi memiliki daya tarik oleh pembaca agar pembaca dapat

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. Relevansi Dalam perkuliahan ini mahasiswa diharapkan sudah punya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Multimodal merupakan salah satu cabang kajian Linguistik Sistemik

BAB I PENDAHULUAN. Multimodal merupakan salah satu cabang kajian Linguistik Sistemik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Multimodal merupakan salah satu cabang kajian Linguistik Sistemik Fungsional (LSF) yang dikembangkan oleh Kress dan Van Leeuwen dalam buku Reading Images (2006). Kajian

Lebih terperinci

Linguistik Indonesia, Agustus 2011, Tahun ke-29, No. 2 Copyright 2011, Masyarakat Linguistik Indonesia, ISSN:

Linguistik Indonesia, Agustus 2011, Tahun ke-29, No. 2 Copyright 2011, Masyarakat Linguistik Indonesia, ISSN: Linguistik Indonesia, Agustus 2011, 201-205 Tahun ke-29, No. 2 Copyright 2011, Masyarakat Linguistik Indonesia, ISSN: 0215-4846 Resensi Buku Judul: Introducing Functional Grammar (Second Edition) Penulis:

Lebih terperinci

Ahyad. Fakultas Komunikasi Universitas Gunadarma Kata Kunci: wacana kritis, iklan, makna

Ahyad. Fakultas Komunikasi Universitas Gunadarma Kata Kunci: wacana kritis, iklan, makna ANALISIS WACANA KRITIS TERHADAP PERSAINGANIKLAN SELULER Studi Kasus Iklan XL versus AS ABSTRAK Tujuan penelitian ini cidalah mencari makna teks dan konteks dalam media televisi terhadap kondisi sosial.

Lebih terperinci

Bahasa, Fungsi Bahasa, dan Konteks Sosial

Bahasa, Fungsi Bahasa, dan Konteks Sosial Modul 1 Bahasa, Fungsi Bahasa, dan Konteks Sosial Dr. Tri Wiratno, M.A. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D. S PENDAHULUAN ebagai alat komunikasi, bahasa digunakan di dalam masyarakat. Penutur suatu bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi ideasional (ideational function), fungsi interpersonal (interpersonal

BAB I PENDAHULUAN. fungsi ideasional (ideational function), fungsi interpersonal (interpersonal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Setiap anggota masyarakat dan komunitas tertentu selalu terlibat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum 2013 menempatkan bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesis berbasis teks, beragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam kehidupan pasti tidak akan terlepas untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa sebagai media komunikasi telah dijadikan instrumen untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa sebagai media komunikasi telah dijadikan instrumen untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai media komunikasi telah dijadikan instrumen untuk memperkuat dan mengubah kognisi dalam menciptakan sejumlah makna-makna konotatif. Namun bahasa tidak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian Burhan Bungin (2003:63) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif mengacu pada prosedur penelitian yang menghasilkan data secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyampai maksud dalam berkomunikasi. Komunikasi verbal adalah bentuk

BAB I PENDAHULUAN. penyampai maksud dalam berkomunikasi. Komunikasi verbal adalah bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang menggunakan bahasa sebagai alat penyampai maksud dalam berkomunikasi. Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi yang disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pembicaraan orang dan umumnya mengenai objek-objek dan kejadiankejadian.

BAB I PENDAHULUAN. dari pembicaraan orang dan umumnya mengenai objek-objek dan kejadiankejadian. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Bloom dan Lahey struktur bahasa adalah suatu sistem dimana unsur-unsur bahasa diatur dan dihubungkan satu dengan yang lain. Dalam menghubungkan unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam menggunakan bahasa saat berkomunikasi baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Di dalam berbahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wujudnya berupa aneka simbol, isyarat, kode, dan bunyi (Finoza, 2008:2). Hal

BAB I PENDAHULUAN. yang wujudnya berupa aneka simbol, isyarat, kode, dan bunyi (Finoza, 2008:2). Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia, dapat dikatakan bahwa hampir seluruh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam kasus ini, peneliti menggunakan sudut pandang konstruktivis yang merupakan landasan berpikir secara kontekstual dengan bertumpu pada tujuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Kebutuhan akan bahasa sudah jauh sebelum manusia mengenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan adalah pengalihan makna dari bahasa sumber (BS) ke bahasa target (BT) dan makna BS harus dapat dipertahankan sehingga tidak terjadi pergeseran makna pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari komunikasi. Manusia memerlukan bahasa baik secara lisan maupun tertulis sebagai sarana mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan judul. Hasil suatu karya ilmiah bukanlah pekerjaan mudah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan judul. Hasil suatu karya ilmiah bukanlah pekerjaan mudah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan judul. Hasil suatu karya ilmiah bukanlah pekerjaan mudah dipertanggungjawabkan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Adapun jenis penelitiannya peneliti menggunakan jenis analisis semiotik dengan menggunakan model Semotika Halliday.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium,

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa pada prinsipnya merupakan alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium, merupakan makhuk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Peranan tersebut, antara lain: untuk menyampaikan beragam informasi

BAB I PENDAHULUAN. penting. Peranan tersebut, antara lain: untuk menyampaikan beragam informasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surat kabar sebagai salah satu media massa cetak memiliki peran yang penting. Peranan tersebut, antara lain: untuk menyampaikan beragam informasi kepada masyarakat,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008 31 BAB 3 METODOLOGI 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton (1990), paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Bahkan iklan memegang peran untuk menyampaikan pesan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Bahkan iklan memegang peran untuk menyampaikan pesan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iklan bukanlah sesuatu hal yang asing dalam kegiatan perekonomian Indonesia. Bahkan iklan memegang peran untuk menyampaikan pesan penjualan dan untuk mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk tulisan yang lebih bebas. Penerjemah harus berhadapan dan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk tulisan yang lebih bebas. Penerjemah harus berhadapan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teks terjemahan diciptakan dalam bingkai kondisi yang berlainan dengan bentuk-bentuk tulisan yang lebih bebas. Penerjemah harus berhadapan dan mengatasi sejumlah masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingua france bukan saja di kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir seluruh

BAB I PENDAHULUAN. lingua france bukan saja di kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek Bahasa Melayu. Sudah berabad-abad lamanya Bahasa Melayu digunakan sebagai alat komunikasi atau lingua france bukan saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalin hubungan dengan luar. Indonesia adalah alat komunikasi paling penting untuk mempersatukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalin hubungan dengan luar. Indonesia adalah alat komunikasi paling penting untuk mempersatukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Setiap anggota masyarakat selalu terlibat dalam komunikasi, baik berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB II. Beberapa tulisan yang menyangkut analisis teks banyak dibuat, yakni

BAB II. Beberapa tulisan yang menyangkut analisis teks banyak dibuat, yakni 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Analisis teks memiliki cukup banyak pengikut dalam dunia linguistik. Beberapa tulisan yang menyangkut analisis teks

Lebih terperinci

kebahasaan lintas-bahasa yang lengkap dengan sendirinya akan menuntut terliputnya aspek dan dimensi yang berasal dari dan termasuk ke dalam berbagai

kebahasaan lintas-bahasa yang lengkap dengan sendirinya akan menuntut terliputnya aspek dan dimensi yang berasal dari dan termasuk ke dalam berbagai RINGKASAN Penelitian ini mengkaji fenomena translasi, yang dalam kepustakaan berbahasa Indonesia biasa disebut terjemah, terjemahan, atau penerjemahan. Fenomena translasi merupakan fenomena yang berjagat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan 25 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dan dengan

Lebih terperinci

TRANSITIVITAS DALAM TEKS PERDA KEPARIWISATAAN KABUPATEN TABANAN

TRANSITIVITAS DALAM TEKS PERDA KEPARIWISATAAN KABUPATEN TABANAN TRANSITIVITAS DALAM TEKS PERDA KEPARIWISATAAN KABUPATEN TABANAN Ni Putu Veny Narlianti (1), I Ketut Darma Laksana (2), Putu Sutama (3) Jl. Tukad pakerisan Gang XX/4 08563836951 venynarliantiputu@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu sama lain, yakni sebagai media informasi, media pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. Fungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan oleh pihak sekolah untuk menyambut kedatangan siswa baru. Kegiatan ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Dalam bab ini penulis akan memaparkan penelitian terdahulu, konsep dan landasan teori. Tinjauan pustaka mencakup penelitian sebelumnya, konsep berkaitan dengan variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan perekonomiannya. Pertumbuhan perekonomian China yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan perekonomiannya. Pertumbuhan perekonomian China yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Bahasa Mandarin kini menjadi salah satu bahasa penting di dunia seiring dengan perkembangan perekonomiannya. Pertumbuhan perekonomian China yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi manusia bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi manusia bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi manusia bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting. Dengan bahasa itu, orang dapat menyampaikan berbagai berita batin, pikiran, dan harapan kepada sesama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan & Jenis Penelitian Eriyanto (2001) menyatakan bahwa analisis wacana adalah salah satu alternatif dari analisis isi selain analisis isi kuantitatif yang dominan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Qacan Kritis Teks Jurnalistik Pada Surat Kabar Online Le Monde

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Qacan Kritis Teks Jurnalistik Pada Surat Kabar Online Le Monde BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa pada masa kini telah menjadi salah satu komponen terpenting dalam kehidupan sosial manusia. Melalui media massa, masyarakat dapat mengetahui segala

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini, dijelaskan desain penelitian yang digunakan dalam tesis ini. Desain yang dimaksud berkenaan dengan metode penelitian yang meliputi jenis penelitian, data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi khalayak agar bertindak sesuai dengan keinginan pengiklan. Slogan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi khalayak agar bertindak sesuai dengan keinginan pengiklan. Slogan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Iklan merupakan pesan yang disampaikan oleh komunikator tentang barang dan jasa kepada komunikan yang bertujuan untuk memberikan informasi, membujuk dan mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wacana kritis oleh kalangan ahli komunikasi. Untuk itu,diperlukan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. wacana kritis oleh kalangan ahli komunikasi. Untuk itu,diperlukan pengembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Analisis mengenai wacana kritis relatif masih sedikit dilakukan oleh kalangan ahli bahasa. Hal ini bertolak belakang dengan banyaknya penelitian wacana kritis oleh kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Peranan tersebut, berfungsi untuk menyampaikan beragam informasi

BAB I PENDAHULUAN. penting. Peranan tersebut, berfungsi untuk menyampaikan beragam informasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Surat kabar sebagai salah satu media massa cetak memiliki peran yang penting. Peranan tersebut, berfungsi untuk menyampaikan beragam informasi kepada masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sepanjang hidupnya, manusia tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi tersebut, manusia memerlukan sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa menjadi bagian penting bagi manusia secara mayoritas dan menjadi milik masyarakat pemakainya. Salah satu aplikasi bahasa sebagai alat komunikasi adalah penggunaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam menyelesaikan persoalan penelitian dibutuhkan metode sebagai proses yang harus ditempuh oleh peneliti. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan media sering terjadi pada proses komunikasi massa.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan media sering terjadi pada proses komunikasi massa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan teknologi komunikasi berlangsung dengan sangat cepat kearah yang lebih maju. Keberlangsungan proses komunikasi ini dilakukan dengan dua cara, yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas

Lebih terperinci

13Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi

13Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi semiotika Modul ke: Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi Fakultas 13Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi S1 Brodcasting analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak sekali media yang menawarkan berbagai macam hal dari yang berupa barang sampai dengan jasa. Karena kuatnya persaingan dalam usaha itu, maka tidak jarang

Lebih terperinci

REALISASI REGISTER DALAM IKLAN AQUA

REALISASI REGISTER DALAM IKLAN AQUA REALISASI REGISTER DALAM IKLAN AQUA Irma Winingsih Universitas Dian Nuswantoro Semarang Abstrak Analisis register dalam iklan AQUA ini menggunakan ancangan Linguistik Fungsional Sistemik (SFL) yang dikemukakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat dipisahkan. Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bahasa sebagai salah satu alat primer dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Studi dalam penelitian ini berkonsentrasi pada kelas verba dalam kalimat

BAB I PENDAHULUAN. Studi dalam penelitian ini berkonsentrasi pada kelas verba dalam kalimat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Studi dalam penelitian ini berkonsentrasi pada kelas verba dalam kalimat bahasa Sunda. Dalam pandangan penulis, kelas verba merupakan elemen utama pembentuk keterkaitan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Muchammad Nazir dalam bukunya Metode Penelitian menyatakan

BAB III METODE PENELITIAN. Muchammad Nazir dalam bukunya Metode Penelitian menyatakan 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah seperangkat alat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sebuah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh masyarakat umum dengan tujuan berkomunikasi. Dalam ilmu bahasa dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

LINGUISTIK FUNGSIONAL : DIMENSI DALAM BAHASA

LINGUISTIK FUNGSIONAL : DIMENSI DALAM BAHASA LINGUISTIK FUNGSIONAL : DIMENSI DALAM BAHASA Bahagia Saragih Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRACT This article deals with the explanation about a small part of the study of Systemic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis proses yang terkait dengan partisipan dan sirkumstan, dan peran partisipan, yang direalisasikan ke dalam realita pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. jenis proses yang terkait dengan partisipan dan sirkumstan, dan peran partisipan, yang direalisasikan ke dalam realita pengalaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transitivitas adalah sistem yang menguraikan pengalaman sebagai jenis proses yang terkait dengan partisipan dan sirkumstan, (Halliday,1985:101). Transitivitas berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat bermanfaat bagi masyarakat apabila dalam perkembangannya. masyarakat adalah dengan cara memasang iklan.

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat bermanfaat bagi masyarakat apabila dalam perkembangannya. masyarakat adalah dengan cara memasang iklan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah manusia semakin berkembang dan sejalan dengan itu berkembang pula permintaan terhadap barang dan jasa. Makin jauh perkembangan peradaban manusia, makin

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA / KERANGKA TEORETIS. 2.1 Teori Linguistik Sistemik Fungsional (LSF)

BAB II KAJIAN PUSTAKA / KERANGKA TEORETIS. 2.1 Teori Linguistik Sistemik Fungsional (LSF) BAB II KAJIAN PUSTAKA / KERANGKA TEORETIS 2.1 Teori Linguistik Sistemik Fungsional (LSF) Teori yang digunakan dalam disertasi ini adalah teori LSF yang dikemukakan oleh Halliday (1985, 1994), Saragih (2006),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipandang sebagai faktor yang menentukan proses-proses perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipandang sebagai faktor yang menentukan proses-proses perubahan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi media massa mempunyai peran yang sangat penting untuk menyampaikan berita, gambaran umum serta berbagai informasi kepada masyarakat luas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan. Oleh karena itu, kajian bahasa merupakan suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya pasti memerlukan komunikasi. Proses komunikasi tersebut tentu membutuhkan sebuah lambang bunyi yang dimengerti oleh pembicara dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia pasti membutuhkan sarana untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia pasti membutuhkan sarana untuk mengungkapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti membutuhkan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, dan sebagainya. Bahasa dianggap sebagai sarana yang paling utama dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam bukunya metode penelitian menyatakan bahwa penelitian. menerus untuk memecahkan suatu masalah. 1 Penelitian merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. dalam bukunya metode penelitian menyatakan bahwa penelitian. menerus untuk memecahkan suatu masalah. 1 Penelitian merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah seperangkat alat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana ialah satuan bahasa yang terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 2006: 49). Menurut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Iklan merupakan salah satu kegiatan komunikasi. Iklan digunakan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Iklan merupakan salah satu kegiatan komunikasi. Iklan digunakan sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Iklan merupakan salah satu kegiatan komunikasi. Iklan digunakan sebagai penyampai pesan produsen mengenai suatu produk tertentu dengan tujuan untuk mempengaruhi khalayak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk mendapatkan informasi terkini, wawasan maupun hiburan. Media massa sendiri dalam kajian komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alinea, atau wacana. Pemilihan kata akan dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mempelajari bahasa Inggris terutama yang berkenaan dengan makna yang terkandung dalam setiap unsur suatu bahasa, semantik merupakan ilmu yang menjadi pengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia karena dengan bahasa manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia karena dengan bahasa manusia dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena dengan bahasa manusia dapat berbicara mengenai apa saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kridalaksana dan Djoko Kentjono (dalam Chaer, 2012: 32),

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kridalaksana dan Djoko Kentjono (dalam Chaer, 2012: 32), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam bersosialisasi. Menurut Kridalaksana dan Djoko Kentjono (dalam Chaer, 2012: 32), bahasa adalah sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk dari bahasa tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam dua jenis yaitu bahasa

BAB I PENDAHULUAN. bentuk dari bahasa tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam dua jenis yaitu bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan suatu hal yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia dalam melakukan komunikasi untuk mendukung proses interaksi. Secara umum bentuk dari bahasa tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan informasi semakin pesat. Hal ini menyebabkan kemudahan pemerolehan informasi secara cepat dan efisien. Perkembangan tersebut menjangkau dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ciri khas merupakan tuntutan dalam derasnya persaingan industri media massa yang ditinjau berdasarkan tujuannya sebagai sarana untuk mempersuasi masyarakat. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh, dan tidak perlu mengacu kepada isi yang rasional maupun isi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh, dan tidak perlu mengacu kepada isi yang rasional maupun isi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam situasi lisan maupun tulisan, wacana mengacu kepada sebuah teks yang utuh, dan tidak perlu mengacu kepada isi yang rasional maupun isi yang logis. Wacana

Lebih terperinci