PERATURAN DIREKTUR PENGAMANAN OBYEK VITAL KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT No... TAHUN 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERATURAN DIREKTUR PENGAMANAN OBYEK VITAL KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT No... TAHUN 2012"

Transkripsi

1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT PAMOBVIT PERATURAN DIREKTUR PENGAMANAN OBYEK VITAL KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT No.... TAHUN 2012 TENTANG STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR (SOP) PENGAMANAN VIP ( PEJABAT LEMBAGA NEGARA ) ( K O N S E P ) Mataram, April 2012 STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR ( SOP ) PENGAMANAN VIP PEJABAT LEMBAGA NEGARA DAN PERWAKILAN ASING

2 DAFTAR ISI Daftar Isi Hal BAB I PENDAHULUAN Umum Dasar Maksud dan Tujuan Ruang Lingkup Tata Urut Pengertian pengertian... 3 BAB II PENGGOLONGAN Pejabat Lembaga Tinggi Negara Pejabat Kementerian / Lembaga Setingkat Menteri Pejabat Kementerian Pejabat Lembaga - Lembaga Pemerintah Non Departemen Pejabat Komisi Komisi Lembaga Negara Pejabat Daerah Sasaran Pengamanan... 7 BAB III GANGGUAN NYATA KAMTIBMAS TERHADAP VIP Kejahatan Konvensional Kejahatan yang berimplikasi kontijensi Gangguan Kamtibmas dalam bentuk peristiwa bencana alam Potensi Kerawanan Kecelakaan Potensi Gangguan Lalu Lintas... 7

3 BAB IV KONFIGURASI STANDAR PENGAMANAN Standar Kekuatan Personel Pengamanan Standar Kemampuan Personel Pengamanan Standar Perlengkapan dan Peralatan... 9 BAB V PELAKSANAAN KEAMANAN Kegiatan Pengamanan kawal Pengamanan pada saat Berjalan Kaki Kegiatan Pengamanan di dalam sarana Transportasi Pengamanan di tempat kegiatan Pengamanan VIP ( Pejabat Lembaga Negara ) di kediaman / rumah BAB VI PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Pengawasan Pengendalian BAB VII PENUTUP... 28

4 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT PAMOBVIT 1 1. Umum SETANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR (SOP) PENGAMANAN VIP ( PEJABAT LEMBAGA NEGARA ) BAB I PENDAHULUAN a. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia mengamanatkan bahwa tugas pokok Polri yaitu memelihara Kamtibmas dalam bentuk kegiatan melayani, mengayomi dan melindungi masyarakat serta melakukan penegakan hukum dengan tetap menjunjung tinggi prinsip hak asasi manusia. b. tugas pokok Polri tersebut dilaksanakan untuk menjamin keamanan dalam negeri agar seluruh proses pembangunan nasional dan kegiatan disegala bidang dapat berjalan dengan aman, tertib dan lancar sesuai dengan harapan dan cita - cita bangsa dan negara. c. salah satu tugas Polri yang diemban adalah memberikan rasa aman dan nyaman terhadap para pejabat negara yang melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya di pemerintahan untuk membangun dan mensejahterakan masyarakat yang adil dan makmur. d. dalam menjaga keamanan terhadap VIP maka Polri memberikan tugas dan tanggung jawab kewenangan pengamanan kepada Dit Pam Obvit Polri dan seluruh satuan kewilayahan sehingga perlu disusun Standar Operasional dan Prosedur ( SOP ) sebagai arah dan pedoman dalam penyelenggaraan pengamanan VIP dan VVIP. e. Pelayanan publik yang diberikan oleh Polri kepada masyarakat adalah merupakan perwujudan fungsi sebagai aparatur Negara sebagai abdi masyarakat. Pelayanan publik menjadi salah satu focus perhatian dalam meningkatkan kinerja Polri dan harus terukur dan dapat dievaluasi keberhasilannya

5 2 keberhasilannya.sehingga Polri harus memiliki dan menerapkan prosedur kerja yaitu Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam melaksanakan pelayanan publik, SOP tidak saja bersifat internal tetapi juga bersifat eksternal karena SOP dapat juga digunakan untuk mengukur responsitivas, responsibelitas dan akuntabilitas Polri. f. Subdit Lemneg Ditpamobvit Polda NTB merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Direktur Ditpamobvit Polda NTB dengan tugas melaksanakan pengamanan kementrian dan lembaga Negara termasuk VIP, yang memerlukan pengamanan khusus; 2. Dasar a. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 30 Ayat (4), Amandemen ke 2 bahwa Polisi sebagai alat negara yang bertugas memelihara Kamtibmas, melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat serta menegakan hukum. b. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. c. Keputusan Presiden RI Nomor 70 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia. d. Keputusan Kapolri No. Pol. : Kep / 53 / X / 2002 tanggal 17 Oktober 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia, beserta perubahannya. e. Keputusan Kapolri No. Pol. : Kep / 54 / X / 2002 tanggal 17 Oktober 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah, beserta perubahannya. f. Peraturan Kapolri No.Pol.: 6 Tahun 2005 tentang Pedoman Tindakan Bagi Anggota Polri dalam Penggunaan kekuatan Kepolisian. g. Surat Keputusan Kapolri No.Pol.: Skep / 247 / IV / 2004 tanggal 21 April 2004 tentang Buku Petunjuk Pengamanan VIP. h. Surat Keputusan Kapolri No.Pol.: Skep / 249 / IV / 2004 tanggal 21 April 2004 tentang Buku Petunjuk Kegiatan Patroli. i. Surat Keputusan Kapolri No.Pol.: Skep / 262 / IV / 2004 tanggal 21 April 2004 tentang Buku Petunjuk Kegiatan Penjagaan. j. Surat Keputusan Kapolri No.Pol.: Skep / 263 / IV / 2004 tanggal 21 April 2004 tentang Buku Petunjuk Kegiatan Pengawalan. k. Perkap Nomor 22 Tahun 2010 tanggal 28 September 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat Kepolisian Daerah. I.Surat

6 l. Surat Keputusan Kapolri No. Pol.: Skep/738/X/2005/tanggal 13 Oktober 2005 tentang Pedoman Sistem Pengamanan Objek Vital Nasional; 3 3. Maksud dan Tujuan a. maksud. Standar Operasional dan Prosedur ( SOP ) ini disusun sebagai pedoman dan arahan bagi Subdit Lemneg Dit PamObvit Polda NTB dan satuan kewilayahan dalam penyelenggaraan pengamanan VIP (Pejabat Lembaga Negara). b. tujuan. 4. Ruang Lingkup. tujuan disusunnya Standar Operasional dan Prosedur ( SOP ) ini untuk menyamakan persepsi dan tindakan dalam penyelenggaraan pengamanan VIP (Pejabat Lembaga Negara). Standar Operasional dan Prosedur ( SOP ) ini meliputi penggolongan, standar konfigurasi pengamanan VIP dan pelaksanaan pengamanan VIP (Pejabat Lembaga Negara). 5. Tata Urut a. BAB I PENDAHULUAN b. BAB II PENGGOLONGAN c. BAB III GANGGUAN KAMTIBMAS TERHADAP VIP d. BAB IV KONFIGURASI STÁNDAR PENGAMANAN e. BAB V PELAKSANAAN PENGAMANAN f. BAB VI PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN g. BAB VII PENUTUP 6. Pengertian a. Standar Operasional Prosedur ( SOP ) adalah merupakan tata cara atau tahapan yang dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu. b. Pengamanan adalah segala usaha, pekerjaan dan kegiatan dalam rangka pencegahan, penangkalan dan penanggulangan serta penegakan hukum terhadap setiap ancaman dan gangguan keamanan.

7 4 c. VIP (Very Important Person) adalah Pejabat / Tamu Negara yang karena kepentingan dan kedudukannya sehingga memerlukan pengamanan Polri. d. Pejabat Lembaga Negara adalah Orang yang menduduki posisi / jabatan di Badan-badan negara di semua lingkungan pemerintahan negara khususnya dilingkungan eksekutif, yudikatif dan legislatif. e. Pejabat Perwakilan Asing adalah Orang yang menduduki / posisi diperwakilan Diplomatik dan perwakilan konsuler negara asing yang secara resmi mewakili dan memperjuangkan kepentingan negara asing secara keseluruhan di negara penerima dan atau pada organisasi internasional. f. Aide-De-Cam / ADC adalah seorang Perwira yang membantu pejabat tinggi negara / teras sebagai staf pribadi untuk membebaskan pejabat itu dari pekerjaan tertentu yang memakan waktu, sehingga dapat terus melaksanakan tugas dengan efisien dan kontinyu. g. Pengawal Pribadi yang selanjutnya disebut Walpri adalah seseorang atau lebih yang ditunjuk sebagai pengawal VIP yang berfungsi sebagai perisai hidup dalam melindungi keselamatan jiwa raga pejabat Lembaga Negara tersebut. h. Pengamanan VIP adalah rangkaian kegiatan atau bentuk tindakan dari satuan pengamanan yang memberikan perlindungan kepada seseorang yang dianggap sangat penting / Pejabat Negara dari ancaman dan gangguan baik secara langsung maupun tidak langsung. i. Escape adalah Pengamanan dan atau penyelamatan jiwa seseorang dan harta bendanya dari lokasi / tempat yang dilanda bahaya ke tempat / lokasi yang lebih aman. j. Safe room adalah ruangan / tempat aman yang dipersiapkan untuk pejabat / tamu negara. k. Pengawal depan adalah Petugas Lantas yang mjenggunakan kendaraan R2 yang bertugas mengawal kendaraan VIP. l. Teror adalah Serangkaian tindakan, ancaman yang dapat menimbulkan keresahan dan ketakutan yang luar biasa. m. Konfigurasi adalah gambaran maupun sketsa yang dapat menjelaskan suatu permasalahan. n. Perisai hidup adalah petugas pengamanan yang dapat memberikan perlindungan dan pengamanan terhadap VIP dari ancaman dan gangguan yang dapat membahayakan jiwanya BAB II...

8 5 BAB II PENGGOLONGAN 7. Pejabat Lembaga Tinggi Negara. a. Ketua MPR b. Ketua DPR c. Ketua DPD d. Ketua MK e. Ketua MA f. Ketua BPK g. Jaksa Agung 8. Pejabat Kementerian / Lembaga Setingkat Menteri. a. Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan b. Menteri Koordinator Perekonomian c. Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat d. Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional / BAPPENAS e. Menteri Negara Riset dan Teknologi / BPPT f. Menteri Negara Koperasi dan UKM g. Menteri Negara BUMN h. Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal i. Menteri Negara Lingkungan Hidup j. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara k. Menteri Negara Perumahan Rakyat l. Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan m. Menteri Negara Pemuda dan Olahraga n. Sekretaris Negara o. Sekretaris Kabinet p. Jaksa Agung q. Panglima TNI r. Kapolri s. Gubernur BI 9. Pejabat Kementerian. a. Menteri Dalam Negeri b. Menteri Luar negeri c. Menteri Pertahanan d. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia e. Menteri Komunikasi dan Informatika f. Menteri Keuangan g.menteri...

9 g. Menteri Perdagangan h. Menteri Perindustrian i. Menteri Perhubungan j. Menteri Pekerjaan Umum k. Menteri Tenaga Kerja dan transmigrasi l. Menteri Pertanian m. Menteri Kehutanan n. Menteri Kelautan dan Perikanan o. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral p. Menteri Kesehatan q. Menteri Pendidikan Nasional r. Menteri Sosial s. Menteri Agama t. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata 10. Pejabat Lembaga-Lembaga Pemerintah Non Departemen. a. Kepala BIN b. Kepala BKKBN c. Ketua Bappenas d. Ketua LAN e. Kepala BPN f. Ketua Arsip Nasional RI g. Ketua Badan Akuntasi Keuangan Negara h. Ketua badan Kepegawaian Negara i. Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal j. Ketua Badan Tenaga Nuklir Nasional 11. Pejabat Komisi-Komisi Lembaga Negara. a. Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK ) b. Ketua Komisi Yudisial c. Ketua Komisi Pemilihan Umum ( KPU ) d. Ketua Komisi Ombudsman Nasional e. Ketua Komisi Hak Asasi Manusia f. Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia g. Ketua Komisi Pengawasan Persaingan Usaha h. Ketua Komisi Perlindungan Perempuan 12. Pejabat Daerah a. Gubernur dan wakil gubernur b. Bupati, wakil bupati, walikota dan wakil walikota c. Ketua DPRD sasaran

10 13. Sasaran Pengamanan. a. manusia ( VIP ) b. harta benda, rumah, penginapan / hotel, tempat kerja ( kantor ) c. kegiatan 14. Kejahatan Konvensional a. pembunuhan. b. penculikan. c. penganiayaan. d. perampokan. e. pemerasan f. penghadangan. g. pencurian. h. pengrusakan. i. penyanderaan. 7 BAB III GANGGUAN KAMTIBMAS TERHADAP VIP 15. Kejahatan yang berimplikasi kontijensi a. unjuk rasa. b. sabotase. c. teror. 16. Gangguan Kamtibmas dalam bentuk peristiwa bencana alam. a. gempa bumi b. banjir. c. tanah longsor. d. angin topan. g. gunung meletus. 17. Potensi kerawanan kecelakaan a. di darat b. di air c. di udara 18. Potensi gangguan lalu-lintas a. kecelakaan b. kemacetan BAB IV...

11 8 BAB IV KONFIGURASI STANDAR PENGAMANAN 19. Standar kekuatan personil pengamanan a. pengamanan kawal 1) pengawal depan R2 pangkat BA 2 orang ( apabila ada permintaan ). 2) ADC berpangkat Pama 1 orang 3) Walpri berpangkat Bintara 4 orang / setiap shift 4) pengemudi kendaraan VIP 1 orang 5) personel dari Kepolisian setempat. b. pengamanan saat berjalan kaki 1) ADC 1 orang 2) Walpri 4 orang. 3) personel dari Kepolisian setempat. 4) personel pengamanan internal / security. c. pengamanan di rumah / kediaman 1) petugas pengamanan / security. 2) personel Kepolisian setempat. 20. Standar Kemampuan Personel Pengamanan a. memiliki kemampuan bela diri perorangan b. memiliki kemampuan kualifikasi menembak ( laras pendek dan panjang ) c. memiliki kemampuan mengemudi kendaraan ( R2 dan R4 ) d. Memiliki kemampuan berkomunikasi yang efektif dengan bahasa yang jelas dan mudah dimengerti. e. Memiliki kemampuan berbicara bahasa asing dan atau bahasa daerah setempat. f. memiliki kemampuan negosiasi. g. memiliki...

12 9 g. memiliki kemampuan mengoperasionalkan peralatan pendeteksi logam, bahan peledak dan bahan berbahaya lainnya yang digunakan untuk bertugas. h. Memiliki kemampuan manajemen minimal setingkat komandan regu / unit (masa kerja dinas kepolisian 5 tahun). i. Memiliki kemampuan daya deteksi terhadap ancaman dan alternatif problem solving atau pengambilan keputusan di lapangan. 21. Standar perlengkapan dan peralatan a. umum 1) kendaraan R4 dan R2. ( kendaraan disesuaikan dengan kondisi geografis wilayah). 2) kendaraan VIP. 3) detektor logam portable. 4) kamera untuk jarak jauh. 5) body vest / rompi anti peluru. 6) kacamata hitam. 7) persenjataan. - Senpi pendek 17 glock + peredam. 8) Alkom. - HP satelit + telepon. - HT b. di kediaman / rumah VIP ( Pejabat Lembaga Negara ). 1) Mirror Gate. 2) Metal Detector. 3) CCTV. 4) Safety Box. 5) alarm. 6) buku mutasi. 7) Alkom. 8) alat pemadam kebakaran. 9) senter. 10) tongkat T. 11) peluit. 12) borgol. BAB V...

13 10 BAB V PELAKSANAAN PENGAMANAN 22. Kegiatan pengamanan kawal a. persiapan 1) ADC melaksanakan pengecekan kesiapan untuk para petugas Walpri dan pengemudi meliputi : a) keberadaan anggota. b) sikap tampang kerapian. c) kelengkapan perorangan. d) kelengkapan administrasi / surat perintah tugas. 2) ADC memberikan arahan tentang tugas-tugas kepada petugas Walpri dan pengemudi serta menginformasikan jadwal kegiatan. 3) ADC melakukan koordinasi dengan protokoler tentang rencana kedatangan VIP. 4) sebelum melaksanakan tugas ke tempat sasaran, ADC berkoordinasi dengan Walpri dan pengawal depan ( jika diperlukan ) untuk persiapan pengamanan, pengawalan serta mengecek rute yang akan dilalui. 5) apabila ada permintaan pengamanan VIP yang bersifat insidentil dari suatu instansi terkait yang ditujukan kepada Kapolda NTB atau Dit Pam Obvit Polda NTB, maka surat perintah dapat ditanda tangani oleh Kapolda NTB atau Dirpamobvit Polda. b. pelaksanaan 1) sebelum VIP akan memasuki kendaraan, ADC atau Walpri menghubungi pengemudi kendaraan dan pengawal depan R2 untuk siap berangkat. 2) ADC bergerak di belakang VIP, kemudian mendahului untuk membukakan pintu kendaraan. Selanjutnya setelah VIP memasuki dan duduk di dalam kendaraan, ADC menutup pintu, memberi hormat kepada VIP, kemudian ADC memasuki kendaraan dan memerintahkan pengemudi untuk mengunci pintu kendaraan dan siap untuk jalan / bergerak. 3) setelah ADC masuk kendaraan, lalu Walpri masuk kendaraan pengawalan Walpri. 4) personel....

14 11 4) personel pengawal depan R2 mendahului, lalu diikuti kendaraan VIP kemudian kendaraan Walpri mengikuti dari belakang. 5) setelah sampai di tempat tujuan, ADC keluar dari kendaraan lalu memberikan penghormatan kepada VIP dan membuka pintu kendaraan, setelah VIP keluar dari kendaraan kemudian diikuti oleh ADC dan anggota Walpri sesuai dengan posisi yang sudah ditentukan. 6) pelaksanaan pengamanan oleh Walpri disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta tetap waspada terhadap adanya gangguan yang dapat mengancam keselamatan VIP. 7) ADC dan Walpri selalu melaksanakan koordinasi di dalam pelaksanaan tugas untuk kelancaran kegiatan VIP. 8) apabila kegiatan pengamanan VIP ke luar daerah tanpa Walpri maka kepolisian setempat menyiapkan personel Walpri untuk memberikan pengamanan terhadap VIP tersebut. 9) ADC segera melaporkan ke Kepolisian setempat jika terjadi kejadian yang menonjol. 10) apabila terjadi kecelakaan lalu-lintas maka langkah-langkah yang diambil sebagai berikut : a) ADC atau Walpri segera lakukan pertolongan pertama kepada VIP di TKP. b) ADC atau Walpri segera koordinasi dengan kepolisian setempat untuk penanganan di TKP. c) apabila VIP mengalami luka berat atau luka ringan agar ADC atau Walpri segera lakukan evakuasi ke rumah sakit terdekat. d) apabila menggunakan pengawal depan lalu mengalami kecelakaan dan tidak dalam posisi yang membahayakan, maka rangkaian kendaraan VIP dan Walpri tetap berjalan untuk menghindari terjadinya kecelakaan yang beruntun. 11) apabila terjadi kemacetan lalu lintas maka langkah-langkah yang diambil sebagai berikut : a) ADC atau Walpri berkoordinasi dengan satuan Kepolisian setempat ( lalu lintas ) untuk mengatasi kemacetan lalu-lintas atau mencarikan jalur alternatif yang akan dilalui oleh VIP. b) petugas......

15 12 b) apabila menggunakan petugas pengawal depan, agar dalam pengawalan tetap menjaga etika berlalu lintas dan hindari adanya sikap arogan serta tetap menjaga keamanan dan keselamatan. c) agar ADC dan Walpri tetap selalu waspada untuk menghindari adanya gangguan terhadap VIP. 12) apabila melalui / melintasi Traffic Light maka langkah-langkah yang diambil sebagai berikut : a) dalam situasi normal, VIP pada saat melintasi traffic light tetap mengikuti peraturan berlalu-lintas dan apabila ada kegiatan yang mendesak berdasarkan permintaan dari VIP agar ADC atau pengawal depan koordinasi dengan personel lalu-lintas setempat / di lapangan untuk memberikan prioritas / didahulukan. b) apabila pada saat berhenti di traffic light, agar ADC dan Walpri selalu waspada untuk menghindari adanya gangguan atau ancaman terhadap VIP. 13) apabila melalui / melintasi perlintasan Kereta Api maka langkahlangkah yang diambil sebagai berikut : a) ADC atau Walpri untuk segera berkoordinasi atau menginformasikan dengan petugas pengamanan Kepolisian wilayah setempat untuk membantu kegiatan pengamanan disekitar lintasan KA yang akan dilalui. b) apabila kendaraan VIP akan melintasi perlintasan KA agar mengikuti peraturan yang berlaku. c) apabila pada saat berhenti di pelintasan KA, agar ADC dan Walpri selalu waspada untuk menghindari adanya gangguan atau ancaman terhadap VIP. 14) apabila melewati aksi unjuk rasa maka langkah-langkah yang diambil sebagai berikut : a) apabila menggunakan pengawal depan, dan pengawal depan tersebut mengetahui adanya aksi unjuk rasa di jalan yang akan dilalui segera menginformasikan kepada ADC atau Walpri. b) ADC atau pengawal depan segera berkoordinasi dengan Kepolisian lalu-lintas setempat untuk membuka jalan. c) ADC......

16 13 c) ADC atau Walpri segera memerintahkan pengawal depan untuk melalui jalur alternatif yang aman atau berbalik arah. d) apabila tidak menggunakan pengawal depan maka ADC atau Walpri melakukan koordinasi dengan Kepolisian setempat. e) ADC dan Walpri selalu waspada untuk menghindari adanya gangguan terhadap VIP. 15) apabila terjadi penghadangan maka langkah-langkah yang diambil sebagai berikut : a) ADC dan Walpri segera lakukan pengamanan VIP di sekitar tempat kejadian dari serangan lawan / pelaku, dan salah satu Walpri menginformasikan kepada Kepolisian setempat tentang kejadian di TKP. b) Walpri segera melakukan pengamanan terhadap VIP dengan adanya ancaman dari lawan / pelaku kejahatan, lalu segera memindahkan VIP dari kendaraan VIP ke kendaraan Walpri dengan tetap memberikan perlindungan. c) Posisi rangkaian kendaraan langsung berbalik arah 180, tetapi posisi kendaraan Walpri di belakang kendaraan VIP untuk mengamankan. d) segera untuk lakukan evakuasi terhadap VIP dengan melalui jalan aman untuk menuju ketempat yang lebih aman dan nyaman (escape). e) ADC dan Walpri segera lakukan evakuasi ke rumah sakit terdekat apabila ada gangguan kesehatan VIP. f) ADC segera melaporkan kejadian di TKP kepada Kepolisian setempat. 23. Pengamanan pada saat berjalan kaki a. persiapan 1) ADC melaksanakan pengecekan kesiapan untuk para petugas Walpri dan pengemudi meliputi : a) keberadaan anggota. b) sikap tampang kerapian. c) kelengkapan perorangan. d) kelengkapan administrasi / surat perintah tugas. 2) ADC.....

17 14 2) ADC memberikan arahan tentang tugas-tugas kepada petugas Walpri dan pengemudi, serta menginformasikan jadwal kegiatan. 3) ADC melakukan koordinasi dengan protokoler tentang rencana kegiatan VIP sesuai dengan tempat tujuan. 4) sebelum melaksanakan tugas, ADC selalu berkoordinasi dengan Walpri untuk persiapan kegiatan pengamanan. b. pelaksanaan : 1). pengamanan dari kendaraan ke tempat kegiatan a) saat kendaraan berhenti di tempat tujuan, lalu ADC keluar mendahului dari kendaraan kemudian membukakan pintu VIP sesaat itu juga Walpri keluar dari kendaraan kemudian melakukan formasi pengamanan. b) pada saat Walpri melaksanakan pengamanan berjalan kaki terhadap VIP jarak antar petugas dijaga dan dipertahankan dengan jarak ideal antara 1m s/d 1,5 m. c) Walpri selalu menjaga jarak dan mengatur posisinya masingmasing yang membuat rasa aman terhadap VIP. d) Walpri agar membatasi pembicaraan yang tidak perlu selama dalam tugas pengamanan dan tetap selalu waspada dengan disekitarnya. e) apabila ada masyarakat yang ingin berjabat tangan dengan VIP, Walpri memberi kesempatan kepada masyarakat tetapi tetap waspada. f) apabila dalam perjalanan dianggap adanya gangguan atau ancaman yang membahayakan terhadap VIP, Walpri segera merapatkan jarak dengan VIP dalam memberikan perlindungan pengamanan (perisai hidup). g) Walpri melaksanakan pengamanan VIP sampai ke tempat tujuan dengan aman, tertib dan lancar. h) kendaraan yang digunakan VIP harus dijaga oleh petugas keamanan setempat yang sudah ditunjuk. i) ADC dan Walpri selalu melaksanakan koordinasi di dalam pelaksanaan tugas untuk kelancaran kegiatan VIP. j) ADC.....

18 15 j) ADC melaksanakan koordinasi dengan Kepolisian setempat untuk kegiatan pengamanan terbuka dan tertutup di sekitar tempat kegiatan. k) ADC segera melaporkan ke kepolisian setempat apabila terjadi kejadian yang menonjol. 2) pengamanan pada saat menggunakan lift. a) seorang Walpri mendahului dan membuka masuk untuk menahan pintu lift beberapa saat sebelum VIP memasuki / menggunakannya. b) Walpri lainnya melakukan pengamatan dan pengawasan situasi dan keadaan di sekitar lift. c) Walpri yang mendahului masuk lift adalah orang paling akhir keluar lift. d) apabila lift mengalami kemacetan salah seorang Walpri segera menekan tombol alarm. e) ADC dan Walpri selalu melaksanakan koordinasi di dalam pelaksanaan tugas untuk kelancaran kegiatan VIP. f) ADC dan Walpri segera koordinasi dengan kepolisian setempat dan petugas pengamanan internal, bila terjadi kejadian yang menonjol. 3) pengamanan pada saat menggunakan eskalator. a) pada saat naik : (1) salah satu Walpri mendahului naik eskalator dengan mengawasi keadaan sekitar eskalator yang akan digunakan oleh VIP. (2) pada saat VIP naik di atas eskalator ADC dan Walpri membentuk formasi pengamanan dan mencegah agar tidak ada seorangpun yang mendekat dengan VIP di eskalator. (3) ADC dan Walpri selalu melaksanakan koordinasi di dalam pelaksanaan tugas untuk kelancaran kegiatan VIP. (4) ADC melaksanakan koordinasi dengan Kepolisian setempat untuk kegiatan pengamanan terbuka dan tertutup di sekitar tempat kegiatan. (5) ADC segera melaporkan ke kepolisian setempat apabila terjadi kejadian yang menonjol. a. pada.....

19 b) pada saat turun : 16 (1) salah satu Walpri mendahului turun eskalator dengan mengawasi keadaan sekitar eskalator yang akan digunakan oleh VIP. (2) pada saat VIP turun dari eskalator ADC dan Walpri membentuk formasi pengamanan dan mencegah agar tidak ada seorangpun yang mendekat dengan VIP di eskalator. (3) ADC dan Walpri selalu melaksanakan koordinasi di dalam pelaksanaan tugas untuk kelancaran kegiatan VIP. (4) ADC melaksanakan koordinasi dengan Kepolisian setempat untuk kegiatan pengamanan terbuka dan tertutup di sekitar tempat kegiatan. (5) ADC segera melaporkan ke kepolisian setempat apabila terjadi kejadian yang menonjol. 24. Kegiatan pengamanan di dalam sarana transportasi a. persiapan 1) ADC melaksanakan pengecekan kesiapan untuk para petugas Walpri meliputi : a) keberadaan anggota. b) sikap tampang kerapian. c) kelengkapan perorangan. d) kelengkapan administrasi / surat perintah tugas. 2) ADC memberikan arahan tentang tugas-tugas kepada petugas Walpri, serta menginformasikan jadwal kegiatan. 3) ADC melakukan koordinasi dengan protokoler tentang rencana kegiatan menggunakan sarana transportasi oleh VIP. 4) sebelum melaksanakan tugas, ADC selalu berkoordinasi dengan Walpri untuk persiapan pengamanan. b. pelaksanaan : 1) pesawat a) ADC melakukan koordinasi dengan protokoler VIP baik di tempat keberangkatan maupun di tempat kedatangan. b) ADC.....

20 17 b) ADC dan Walpri selalu melaksanakan koordinasi di dalam pelaksanaan tugas untuk kelancaran kegiatan VIP. c) ADC dan Walpri dengan berkoordinasi protokoler VIP mengupayakan agar pada saat boarding / naik ke pesawat setelah penumpang umum dan sebaliknya pada saat keluar mendahului sebelum penumpang umum turun. d) ADC dan Walpri menempati tempat duduk yang telah ditentukan sesuai dengan nomor tempat duduk. e) Walpri agar memantau dan mengawasi situasi di dalam pesawat dan selalu menjaga kewaspadaan. f) memberikan pengamanan dan perlindungan sesegera mungkin terhadap VIP jika timbul suatu kejadian yang dapat mengancam jiwanya dan koordinasi untuk meminta bantuan kepada crew kabin pesawat. g) pada saat VIP akan menuju maupun keluar dari pesawat, ADC dan Walpri melaksanakan formasi pengamanan berjalan kaki. 2) helikopter a) ADC melakukan koordinasi dengan protokoler VIP baik di tempat keberangkatan maupun di tempat kedatangan. b) ADC dan Walpri selalu melaksanakan koordinasi di dalam pelaksanaan tugas untuk kelancaran kegiatan VIP. c) ADC dan Walpri menempati tempat duduk yang telah ditentukan sesuai dengan kondisi helikopter. d) apabila terjadi sesuatu terhadap VIP agar ADC segera koordinasi dan meminta bantuan dengan crew kabin helikopter. e) pada saat VIP akan naik dan turun dari helikopter agar diperhatikan keselamatan dan keamanannya ( melalui depan helikopter ). 3) kereta api. a) ADC melakukan koordinasi dengan protokoler VIP baik di tempat keberangkatan maupun di tempat kedatangan. b) ADC dan Walpri selalu melaksanakan koordinasi di dalam pelaksanaan tugas untuk kelancaran kegiatan VIP. c) pada.....

21 18 c) pada saat akan naik kereta api agar didahului oleh Walpri, kemudian diikuti oleh VIP dan ADC selanjutnya diakhiri oleh Walpri lainnya. d) selama di dalam kereta api Walpri agar memantau dan mengawasi situasi di dalam kereta api dan selalu menjaga kewaspadaan disekitar VIP. e) memberikan pengamanan dan perlindungan sesegera mungkin terhadap VIP jika timbul suatu kejadian yang dapat mengancam jiwanya. f) bila VIP ingin ke toilet, tetap lakukan pengamanan disekitarnya, serta menempatkan seorang petugas pengawal di depan pintu toilet. g) setibanya di stasiun tujuan, agar Walpri pertama mendahului turun kemudian diikuti oleh VIP dan diikuti oleh Walpri lainnya. h) ADC segera melaporkan ke kepolisian setempat apabila terjadi kejadian yang menonjol. 4) kapal a) ADC melakukan koordinasi dengan protokoler VIP, baik di tempat keberangkatan maupun di tempat kedatangan. b) ADC dan Walpri selalu melaksanakan koordinasi di dalam pelaksanaan tugas untuk kelancaran kegiatan VIP. c) setibanya di pelabuhan pada saat naik dan turun dari kapal, agar Walpri pertama mendahului naik / turun kemudian diikuti oleh VIP dan ADC serta diikuti oleh Walpri lainnya. d) Walpri menempati kamar yang berdekatan dengan kamar VIP. e) selama di dalam kapal Walpri harus waspada dan tetap pada posisi pengamanan disekitar VIP. f) memberikan pengamanan dan perlindungan segera mungkin terhadap VIP jika timbul suatu kejadian yang dapat mengancam jiwanya, lalu koordinasi dengan kapten kapal / crew. 5) speed......

22 19 5) speed boat 6) bus a) ADC melakukan koordinasi dengan protokoler VIP, baik di tempat keberangkatan maupun di tempat kedatangan. b) ADC dan Walpri selalu melaksanakan koordinasi di dalam pelaksanaan tugas untuk kelancaran kegiatan VIP. c) setibanya di pelabuhan pada saat naik dan turun dari kapal, agar salah satu Walpri mendahului naik / turun kemudian diikuti oleh VIP dan ADC serta diikuti oleh Walpri lainnya. d) VIP pejabat duduk disebelah kiri motoris, sedangkan posisi ADC dan Walpri di kursi belakang. e) selama dalam perjalanan ADC dan Walpri selalu waspada, menjaga keamanan dan keselamatan VIP. f) ADC segera koordinasi dengan motoris apabila ada kejadian yang menonjol. a) ADC melakukan koordinasi dengan protokoler VIP, baik di tempat keberangkatan maupun di tempat kedatangan. b) ADC dan Walpri selalu melaksanakan koordinasi di dalam pelaksanaan tugas untuk kelancaran kegiatan VIP. c) pada saat naik dan turun dari bus, agar salah satu Walpri mendahului naik / turun kemudian diikuti oleh VIP dan diikuti oleh Walpri lainnya. d) Walpri menempatkan dirinya di depan, tepat dibelakang maupun disisi kiri dan kanan VIP. e) selama di dalam bus Walpri harus waspada dan tetap pada posisi pengamanan disekitar VIP. f) memberikan pengamanan dan perlindungan sesegera mungkin terhadap VIP jika timbul suatu kejadian yang dapat mengancam jiwanya. g) ADC segera melaporkan ke kepolisian setempat apabila terjadi kejadian yang menonjol. 25. Pengamanan.....

23 Pengamanan di tempat kegiatan a. persiapan 1) ADC melaksanakan pengecekan kesiapan untuk para petugas Walpri meliputi : a) keberadaan anggota. b) sikap tampang kerapian. c) kelengkapan perorangan. d) kelengkapan administrasi / surat perintah tugas. 2) ADC memberikan arahan tentang tugas-tugas kepada petugas Walpri, serta menginformasikan jadwal kegiatan. 3) ADC melakukan koordinasi dengan protokoler tentang rencana kegiatan VIP sesuai dengan tempat tujuan. 4) sebelum melaksanakan tugas, ADC selalu berkoordinasi dengan Walpri untuk persiapan kegiatan pengamanan. b. pelaksanaan : 1) di tempat ibadah a) ADC dan Walpri menempatkan dirinya di posisi yang sudah ditentukan di sekitar VIP. b) ADC dan Walpri selalu melaksanakan koordinasi di dalam pelaksanaan tugas untuk kelancaran kegiatan VIP. c) sebelum, selama dan setelah pelaksanaan ibadah Walpri harus tetap waspada dalam memberikan pengamanan kepada VIP. d) apabila ada masyarakat yang ingin berjabat tangan dengan VIP, Walpri memberi kesempatan kepada masyarakat tetapi tetap waspada. e) kendaraan yang digunakan VIP harus dijaga oleh petugas keamanan setempat yang sudah ditunjuk. f) ADC segera melaporkan ke Kepolisian setempat apabila terjadi kejadian yang menonjol. 2) di tempat.....

24 21 2) di tempat acara pertemuan a) ADC melakukan koordinasi dengan protokoler VIP tentang rencana kegiatan di tempat pertemuan. b) ADC dan Walpri selalu melaksanakan koordinasi di dalam pelaksanaan tugas untuk kelancaran kegiatan VIP. c) Walpri berkoordinasi untuk mengetahui tempat duduk VIP ditempat yang dipandang aman dan mudah untuk diamankan (escape) apabila terjadi sesuatu. d) selama kegiatan Walpri harus waspada dan tetap pada posisi pengamanan disekitar VIP. e) kendaraan yang digunakan VIP harus dijaga oleh petugas keamanan setempat yang sudah ditunjuk. f) apabila ada masyarakat yang ingin berjabat tangan dengan VIP, Walpri memberi kesempatan kepada masyarakat tetapi tetap waspada. h) ADC segera melaporkan ke kepolisian setempat apabila terjadi kejadian yang menonjol. 3) di Hotel a) ADC melakukan koordinasi dengan protokoler VIP tentang rencana kegiatan di hotel dan penyiapan kamar ADC dan Walpri bersebelahan / berdekatan dengan kamar yang akan digunakan oleh VIP. b) ADC dan Walpri selalu melaksanakan koordinasi di dalam pelaksanaan tugas untuk kelancaran kegiatan VIP. c) ADC dan Walpri harus saling berkoordinasi dengan melibatkan petugas / Reception hotel, dalam rangka untuk berkoordinasi apabila ada tamu yang ingin menemui VIP, atau kegiatan yang berhubungan dengan VIP. d) khusus untuk pengamanan makanan / minuman VIP, agar ADC atau Walpri untuk melakukan pengecekan / pemeriksaan kondisi makanan / minuman yang akan disajikan serta memperhatikan petugas yang akan menyajikan. e) Walpri.....

25 22 e) Walpri harus saling mengatur waktu istirahat dan tugas jaga, sehingga sewaktu-waktu dibutuhkan oleh VIP dapat memberikan bantuan. f) selama kegiatan Walpri harus tetap waspada dan memonitor di sekitar hotel serta penghuni hotel yang berada di satu lokasi / lantai kamar yang digunakan oleh VIP. g) apabila ada masyarakat yang ingin berjabat tangan dengan VIP, Walpri memberi kesempatan kepada masyarakat tetapi tetap waspada. h) kendaraan yang digunakan VIP harus dijaga oleh petugas keamanan setempat yang sudah ditunjuk. i) ADC melaksanakan koordinasi dengan Kepolisian setempat untuk kegiatan pengamanan terbuka dan tertutup di sekitar hotel. j) ADC segera melaporkan ke kepolisian setempat apabila terjadi kejadian yang menonjol. 4) di podium a) ADC melaksanakan koordinasi dengan protokoler sesuai rencana kegiatan VIP di podium. b) ADC dan Walpri selalu melaksanakan koordinasi di dalam pelaksanaan tugas untuk kelancaran kegiatan VIP. c) ADC melaksanakan koordinasi dengan Kepolisian setempat untuk kegiatan pengamanan terbuka dan tertutup di sekitar kegiatan. d) kendaraan yang digunakan VIP harus dijaga oleh petugas keamanan setempat yang sudah ditunjuk. e) ADC mendampingi VIP ke podium dan Walpri lainnya mengatur dan menempatkan posisi yang dapat memantau di sekitar kegiatan. f) selama kegiatan Walpri harus tetap waspada dan pada posisi pengamanan disekitar VIP. g) apabila.....

26 23 g) apabila ada masyarakat yang ingin berjabat tangan dengan VIP, Walpri memberi kesempatan kepada masyarakat tetapi tetap waspada. h) ADC segera melaporkan ke kepolisian setempat apabila terjadi kejadian yang menonjol. i) apabila ada serangan mendadak yang ditujukan kepada VIP, maka : (1) ADC dan Walpri cepat untuk melindungi tubuh VIP dari serangan sebagai perisai hidup. (2) Walpri menahan serangan dan melindungi tubuh VIP. (3) segera mengamankan VIP ke kendaraan dan meninggalkan lokasi kegiatan. 5) saat mengunjungi lokasi bencana alam a) ADC melaksanakan koordinasi dengan protokoler sesuai rencana kegiatan VIP di tempat lokasi bencana alam. b) ADC dan Walpri selalu melaksanakan koordinasi di dalam pelaksanaan tugas untuk kelancaran kegiatan VIP. c) selama VIP di lokasi bencana alam Walpri tetap waspada serta memantau situasi di sekitarnya. d) apabila ada masyarakat yang ingin berjabat tangan dengan VIP, Walpri memberi kesempatan kepada masyarakat tetapi tetap waspada. e) kendaraan yang digunakan VIP harus dijaga oleh petugas yang sudah di tunjuk. f) ADC melaksanakan koordinasi dengan Kepolisian setempat untuk kegiatan pengamanan terbuka dan tertutup di sekitar lokasi bencana alam. g) ADC segera melaporkan ke kepolisian setempat apabila terjadi kejadian yang menonjol. 6) saat.....

27 24 6) saat mengunjungi lokasi TKP Peledakan Bom a) ADC melaksanakan koordinasi dengan protokoler sesuai rencana kegiatan VIP di tempat lokasi TKP peledakan bom. b) ADC dan Walpri selalu melaksanakan koordinasi di dalam pelaksanaan tugas untuk kelancaran kegiatan VIP. c) selama VIP di lokasi TKP peledakan bom, Walpri tetap waspada serta selalu memantau situasi di sekitarnya. d) apabila ada masyarakat yang ingin berjabat tangan dengan VIP, Walpri memberi kesempatan kepada masyarakat tetapi tetap waspada. e) kendaraan yang digunakan VIP harus dijaga oleh petugas yang sudah di tunjuk. f) ADC melaksanakan koordinasi dengan Kepolisian setempat untuk kegiatan pengamanan terbuka dan tertutup di sekitar lokasi TKP peledakan bom. g) ADC segera melaporkan ke kepolisian setempat apabila terjadi kejadian yang menonjol. 7) tujuan ke tempat lainnya ( bersifat kunjungan pribadi ) a) ADC melaksanakan koordinasi dengan protokoler sesuai rencana kegiatan VIP ke tempat tujuan. b) ADC dan Walpri berkoordinasi dengan pihak Kepolisian setempat yang akan menjadi objek / tempat kegiatan VIP. c) ADC dan Walpri tetap mendekat VIP dan waspada sekitar kegiatan. d) apabila ada masyarakat yang berjumpa dan ingin berjabat tangan dengan VIP diberi kesempatan tetapi tetap waspada. e) kendaraan yang digunakan VIP harus dijaga oleh petugas yang sudah ditunjuk. f).apabila ada kejadian yang menonjol, ADC atau Walpri segera melaporkan ke Kepolisian setempat. 8) saat.....

28 25 8) saat kampanye a) situasi aman. (1) ADC melaksanakan koordinasi dengan protokoler sesuai rencana kegiatan VIP (Pejabat Lembaga Negara) di tempat kampanye. (2) ADC dan Walpri selalu melaksanakan koordinasi di dalam pelaksanaan tugas untuk kelancaran kegiatan VIP (Pejabat Lembaga Negara). (3) ADC dan Walpri mendampingi VIP (Pejabat Lembaga Negara) selanjutnya mengatur dan menempatkan posisi yang dapat memantau di sekitar kegiatan. (4) selama kegiatan Walpri harus tetap waspada dan pada posisi pengamanan disekitar VIP (Pejabat Lembaga Negara). (5) apabila ada masyarakat yang ingin berjabat tangan dengan VIP (Pejabat Lembaga Negara), Walpri memberi kesempatan kepada masyarakat tetapi tetap waspada. (6) kendaraan yang digunakan VIP Pejabat (Lembaga Negara) harus dijaga oleh petugas yang sudah di tunjuk. (7) ADC melaksanakan koordinasi dengan Kepolisian setempat untuk kegiatan pengamanan terbuka dan tertutup di sekitar lokasi kampanye. (8) ADC segera melaporkan ke kepolisian setempat apabila terjadi kejadian yang menonjol. b) situasi bila terjadi gangguan. (1) ADC atau Walpri segera tentukan safe room di dalam / dekat tempat acara. (2) Walpri menentukan jalan pendekat ke safe room dari berbagai arah. (3) Walpri tentukan jalan pendekat ke mobil penyelamatan dari berbagai arah. (4) Walpri.....

29 26 (4) Walpri tentukan tempat pemindahan kendaraan VIP yang berdekatan dengan tempat kampanye. (5) Walpri tentukan rute evakuasi utama dan cadangan untuk menyelamatkan VIP (escape). (6) ADC atau Walpri segera berkoordinasi dengan kepolisian setempat untuk memberikan pengamanan dilokasi kejadian. 26. Pengamanan VIP ( Pejabat Lembaga Negara ) di kediaman / rumah a. personel pengamanan kediaman / rumah VIP ( Pejabat Lembaga Negara ) adalah satuan pengamanan internal / security. b. personel Kepolisian setempat yang ditugaskan di rumah / kediaman, melakukan kegiatan sebagai berikut : 1) melaksanakan kegiatan patroli dan monitoring disekitar rumah / kediaman pada saat jam rawan gangguan kriminalitas. 2) memberikan arahan - arahan terhadap petugas pengamanan internal / security, dan pengecekan kondisi perlengkapan pengamanan. 3) mengimplemetasikan pemolisian masyarakat ( community policing ) di sekitar lingkungan area kediaman VIP ( Pejabat Lembaga Negara ). 4) petugas melaksanakan koordinasi dengan ADC atau Walpri untuk menghindari adanya gangguan terhadap VIP ( Pejabat Lembaga Negara ). 5) petugas segera melaporkan ke atasan / pimpinan jika terjadi kejadian yang menonjol. 6) ADC dan Walpri setiap saat on call dan dapat dihubungi sewaktuwaktu diperlukan oleh VIP ( Pejabat Lembaga Negara ). BAB VI.....

30 27 BAB VI PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN 27. Pengawasan a. kegiatan petugas pengamanan VIP yang mendapatkan surat perintah pengamanan dari pimpinan / atasan, pengawasannya dilaksanakan oleh pimpinan / atasan tersebut. b. petugas pengamanan VIP dari personel Mabes Polri, maka Direktur Pengamanan Objek Khusus Babinkam Polri yang akan memberikan petunjuk dan arahan teknis, sedangkan untuk di tingkat daerah oleh kepolisian daerah setempat. c. Dit Pam Obsus Babinkam Polri akan melakukan supervisi ke wilayah terhadap pelaksanaan pengamanan terhadap VIP. b. petugas pengamanan VIP dari Subdit Lemneg Polda NTB, maka Direktur Pengamanan Obvit Polda NTB yang akan memberikan petunjuk dan arahan teknis, sedangkan untuk di tingkat Polres oleh Kapolres Pengendalian a. pengendalian kegiatan pengamanan VIP dilaksanakan oleh Dir Pamobvit Polda NTB dan Kapolda NTB. b. dalam situasi tertentu / event nasional atau internasional pengendalian kegiatan pengamanan VIP dibawah kendali Kapolda Cq Ro Ops Polda NTB c. membuat laporan pelaksanaan tugas oleh petugas pengamanan VIP secara periodik. d. melaksanakan analisa dan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas pengamanan VIP. BAB VII....

31 28 BAB VII PENUTUP Demikian Standar Operasi Prosedur pengamanan VIP (Pejabata Lembaga Negara ) ini dibuat untuk dijadikan pedoman dalam pelaksanaan tugas. Ditetapkan di : Mataram pada tanggal : April 2012 DIREKTUR PAMOBVIT POLDA NTB Drs. RUSLAN,S.H.M.H. KOMBESPOL NRP

32

PERATURAN DIREKTUR PENGAMANAN OBYEK VITAL KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT No... TAHUN 2012

PERATURAN DIREKTUR PENGAMANAN OBYEK VITAL KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT No... TAHUN 2012 1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT PAMOBVIT PERATURAN DIREKTUR PENGAMANAN OBYEK VITAL KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT No.... TAHUN 2012 TENTANG STANDAR OPERASIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 5 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 5 TAHUN 2005 TENTANG Hasil rapat 7-7-05 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 5 TAHUN 2005 TENTANG TEKNIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN TERHADAP SAKSI, PENYIDIK, PENUNTUT UMUM, HAKIM DAN KELUARGANYA DALAM

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR ( SOP ) PENGAMANAN OBYEK PARIWISATA DIREKTORAT PAMOBVIT POLDA NTB

STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR ( SOP ) PENGAMANAN OBYEK PARIWISATA DIREKTORAT PAMOBVIT POLDA NTB KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT PAMOBVIT STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR ( SOP ) PENGAMANAN OBYEK PARIWISATA DIREKTORAT PAMOBVIT POLDA NTB BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI HASIL PELAKSANAANKEGIATAN OPERASIONAL DIT PAMOBVIT POLDA NTBTAHUN 2016

LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI HASIL PELAKSANAANKEGIATAN OPERASIONAL DIT PAMOBVIT POLDA NTBTAHUN 2016 KEPOLISIANNEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT PAMOBVIT LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI HASIL PELAKSANAANKEGIATAN OPERASIONAL DIT PAMOBVIT POLDA NTBTAHUN 2016 I. PENDAHULUAN A.

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) SATUAN SABHARA POLRES MATARAM DALAM PENANGANAN UNJUK RASA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) SATUAN SABHARA POLRES MATARAM DALAM PENANGANAN UNJUK RASA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) SATUAN SABHARA POLRES MATARAM DALAM PENANGANAN UNJUK RASA I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI PELAKSANAAN TUGAS PENJAGAAN SUBDIT GASUM DITSABHARA POLDA NTB BULAN FEBRUARI 2017

LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI PELAKSANAAN TUGAS PENJAGAAN SUBDIT GASUM DITSABHARA POLDA NTB BULAN FEBRUARI 2017 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT SABHARA LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI PELAKSANAAN TUGAS PENJAGAAN SUBDIT GASUM DITSABHARA POLDA NTB BULAN FEBRUARI 2017 I. PENDAHULUAN.

Lebih terperinci

PENGHEMATAN ANGGARAN JILID II

PENGHEMATAN ANGGARAN JILID II PENGHEMATAN ANGGARAN JILID II http://www.republika.co.id Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menandatangani Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 8 Tahun 2016 tentang Langkah-Langkah Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KEGIATAN PENGAWALAN SAT SABHARA POLRES SUMBAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KEGIATAN PENGAWALAN SAT SABHARA POLRES SUMBAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT SUMBAWA BARAT Jalan Telaga Baru Taliwang 84355 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KEGIATAN PENGAWALAN SAT SABHARA POLRES SUMBAWA BARAT BAB

Lebih terperinci

TABEL 4 * JUMLAH TENAGA PENGADAAN BERSERTIFIKAT DI PUSAT

TABEL 4 * JUMLAH TENAGA PENGADAAN BERSERTIFIKAT DI PUSAT Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) 0 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) 0 Kepresidenan 0 Mahkamah Agung 0 Mahkamah Konstitusi 0 Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) 0 Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI 0 0 Dewan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 17 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 17 TAHUN 2005 TENTANG Hsl Rpt Tgl 20-12-05 (Draft) Hasil rapat 7-7-05 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 17 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP PELAPOR DAN SAKSI

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG LANGKAH-LANGKAH PENGHEMATAN BELANJA KEMENTERIAN/LEMBAGA DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA POLRI. Tindakan. Penggunaan Kekuatan. Pencabutan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA POLRI. Tindakan. Penggunaan Kekuatan. Pencabutan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.6, 2009 POLRI. Tindakan. Penggunaan Kekuatan. Pencabutan PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM TINDAKAN

Lebih terperinci

KONSEP STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR ( SOP ) PENGAMANAN KAWASAN TERTENTU ( WASTER )

KONSEP STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR ( SOP ) PENGAMANAN KAWASAN TERTENTU ( WASTER ) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT PAMOBVIT KONSEP STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR ( SOP ) PENGAMANAN KAWASAN TERTENTU ( WASTER ) BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a.

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Kepolisian Negar

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Kepolisian Negar BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1172, 2017 POLRI. Bantuan Pengamanan. Objek Vital Nasional dan Objek Tertentu. Pencabutan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG POLMAS PERAIRAN

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG POLMAS PERAIRAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN STANDART OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG POLMAS PERAIRAN BAB I P E N D A H U L U A N 1. Umum a. Kepolisian Negara

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWALAN

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWALAN PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWALAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN STANDART OPERASIONAL PROSEDUR Tentang SAR ( SEARCH AND RESCUE ) PENANGANAN KECELAKAAN DIWILAYAH PERAIRAN Lembar,

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita sekalian

Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita sekalian KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA AMANAT PADA APEL GELAR PASUKAN DALAM RANGKA OPERASI LILIN 2014 TANGGAL 23 DESEMBER 2014 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita sekalian Yang Saya

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LANGKAH-LANGKAH PENGHEMATAN DAN PEMOTONGAN BELANJA KEMENTERIAN/LEMBAGA DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN

Lebih terperinci

Standar Pelayanan Pengkoordinsian Pengamanan Kunjungan Tamu Negara Setingkat Kepala Negara/Kepala Pemerintahan Negara Asing

Standar Pelayanan Pengkoordinsian Pengamanan Kunjungan Tamu Negara Setingkat Kepala Negara/Kepala Pemerintahan Negara Asing - 262-3. Standar Pelayanan Pengkoordinsian Pengamanan Kunjungan Tamu Negara Setingkat Kepala Negara/Kepala Pemerintahan Negara Asing STANDAR PELAYANAN PENGKOORDINASIAN PENGAMANAN KUNJUNGAN TAMU NEGARA

Lebih terperinci

KONSEP STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR ( SOP ) PENGAMANAN KAWASAN TERTENTU ( WASTER )

KONSEP STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR ( SOP ) PENGAMANAN KAWASAN TERTENTU ( WASTER ) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT PAMOBVIT KONSEP STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR ( SOP ) PENGAMANAN KAWASAN TERTENTU ( WASTER ) BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a.

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN 1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH SUMATERA BARAT RESOR PARIAMAN Jalan Imam Bonjol 37 Pariaman 25519 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN Pariaman, 02 Januari 2012 2 KEPOLISIAN

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN PENERBITAN SURAT IJIN, PEMBERITAHUAN KEGIATAN MASYARAKAT DAN PENYAMPAIAN PENDAPAT DIMUKA UMUM

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN PENERBITAN SURAT IJIN, PEMBERITAHUAN KEGIATAN MASYARAKAT DAN PENYAMPAIAN PENDAPAT DIMUKA UMUM KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR LOMBOK TENGAH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN PENERBITAN SURAT IJIN, PEMBERITAHUAN KEGIATAN MASYARAKAT DAN PENYAMPAIAN PENDAPAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA KEMENTERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

REKAPITULASI TARGET PNBP KEMENTERIAN/LEMBAGA TA

REKAPITULASI TARGET PNBP KEMENTERIAN/LEMBAGA TA REKAPITULASI TARGET PNBP KEMENTERIAN/LEMBAGA TA 2009-2012 BA KEMENTERIAN/LEMBAGA APBN TA 2009 APBN-P TA 2009 APBN TA 2010 APBN-P TA 2010 APBN TA 2011 APBN-P TA 2011 APBN 2012 001 Majelis Permusyawaratan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA KEMENTERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pencarian dan Pertolongan adalah segala usaha dan

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pencarian dan Pertolongan adalah segala usaha dan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.113, 2017 HANKAM. Pencarian dan Operasi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6061) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22

Lebih terperinci

STANDART OPERASIONAL PROSEDURE ( SOP ) PENGAWASAN SENJATA API DAN BAHAN PELEDAK

STANDART OPERASIONAL PROSEDURE ( SOP ) PENGAWASAN SENJATA API DAN BAHAN PELEDAK POLRI DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT INTELKAM STANDART OPERASIONAL PROSEDURE ( SOP ) PENGAWASAN SENJATA API DAN BAHAN PELEDAK I. PENDAHULUAN. 1. Umum. a. Intelijen Keamanan merupakan salah satu

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

2015, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.696, 2015 KEMENHAN. TNI. Penanggulangan Bencana. Pelibatan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELIBATAN TNI

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PATROLI SAT SABHARA POLRES SUMBAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PATROLI SAT SABHARA POLRES SUMBAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT SUMBAWA BARAT Jl. Telaga Baru Taliwang 84355 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PATROLI SAT SABHARA POLRES SUMBAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN NUNUKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, 1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 10 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 10 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 10 TAHUN 2017 TENTANG POLA KOORDINASI PERANGKAT DAERAH DAN INSTANSI VERTIKAL LINGKUP KOTA MATARAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TATA CARA PENGELOLAAN BARANG BUKTI DI LINGKUNGAN DIREKTORAT RESESRE NARKOBA KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TATA CARA PENGELOLAAN BARANG BUKTI DI LINGKUNGAN DIREKTORAT RESESRE NARKOBA KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT RESERSE NARKOBA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TATA CARA PENGELOLAAN BARANG BUKTI DI LINGKUNGAN DIREKTORAT RESESRE NARKOBA

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN R I

MENTERI KEUANGAN R I MENTERI KEUANGAN R I Yth. 1. Para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu 2. Jaksa Agung RI 3. Kepala Kepolisian RI 4. Para Kepala Lembaga Pemerintahan Non Departemen 5. Para Pimpinan Kesekretariatan Lembaga

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN PENERBITAN SURAT IJIN, PEMBERITAHUAN KEGIATAN MASYARAKAT DAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DIMUKA UMUM

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN PENERBITAN SURAT IJIN, PEMBERITAHUAN KEGIATAN MASYARAKAT DAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DIMUKA UMUM KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH JAWA TENGAH RESOR KENDAL STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN PENERBITAN SURAT IJIN, PEMBERITAHUAN KEGIATAN MASYARAKAT DAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DIMUKA UMUM

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG PENGAMANAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN, MANTAN PRESIDEN DAN MANTAN WAKIL PRESIDEN BESERTA KELUARGANYA SERTA TAMU NEGARA SETINGKAT KEPALA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.571, 2015 OMBUDSMAN. Tata Kerja. Susunan Organisasi. Pecabutan. PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

(emergency) diperlukan nomor tunggal panggilan darurat

(emergency) diperlukan nomor tunggal panggilan darurat GUBERNUR DKI JAKARTA PERATURAN GUBERNUR DKI JAKARTA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN NOMOR TUNGGAL PANGGILAN DARURAT 112 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

Lebih terperinci

DAFTAR PIRANTI LUNAK PADA SAT RESKRIM LOMBOK TENGAH

DAFTAR PIRANTI LUNAK PADA SAT RESKRIM LOMBOK TENGAH KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR LOMBOK TENGAH DAFTAR PIRANTI LUNAK PADA SAT RESKRIM LOMBOK TENGAH SUMBER NO JENIS PIRANTI LUNAK UNDANG MABES POLDA KET UNDANG PERKAP

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG PENGAMANAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN, MANTAN PRESIDEN DAN MANTAN WAKIL PRESIDEN BESERTA KELUARGANYA SERTA TAMU NEGARA SETINGKAT KEPALA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang ada namun meski telah melakukan reformasi birokrasi selama

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang ada namun meski telah melakukan reformasi birokrasi selama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) sebagai institusi negara yang salah satu tugasnya adalah melakukan pengamanan dan menjamin keselamatan warga

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamualaikum, Wr. Wb.

KATA PENGANTAR. Assalamualaikum, Wr. Wb. KATA PENGANTAR Assalamualaikum, Wr. Wb. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 mengamanatkan kepada para pimpinan Kementerian/Lembaga, Gubernur, dan Bupati/Walikota untuk melakukan pemantauan terhadap

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF. Pengamanan. Ketertiban. Pelaksanaan. Tata Cara.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF. Pengamanan. Ketertiban. Pelaksanaan. Tata Cara. No.1340, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF. Pengamanan. Ketertiban. Pelaksanaan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2017, No Perubahan Ketiga atas Organisasi dan Tata Kerja Badan SAR Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 684); 4. Peratur

2017, No Perubahan Ketiga atas Organisasi dan Tata Kerja Badan SAR Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 684); 4. Peratur BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.293, 2017 BASARNAS. Unit Siaga Pencarian dan Pertolongan. PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK 4 TAHUN 2017 TENTANG UNIT SIAGA PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PETIKAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA KONFERENSI TINGKAT TINGGI ASIA AFRIKA TAHUN 2015 DALAM RANGKA PERINGATAN KE-60 KONFERENSI ASIA AFRIKA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 893 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG POKOK-POKOK PENYELENGGARAAN TUGAS BANTUAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DALAM MENANGGULANGI BENCANA ALAM, PENGUNGSIAN DAN BANTUAN

Lebih terperinci

URAIAN TUGAS SATPAM INTERNAL

URAIAN TUGAS SATPAM INTERNAL A. Identitas URAIAN TUGAS SATPAM INTERNAL Nama : Unit Kerja : Satpam B. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab 1. Bertanggung jawab kepada manajemen atas keamanan, ketertiban, rasa aman dan nyaman di rumah sakit

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PENANGANAN GANGGUAN KEAMANAN DALAM NEGERI PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PENANGANAN GANGGUAN KEAMANAN DALAM NEGERI PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PENANGANAN GANGGUAN KEAMANAN DALAM NEGERI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

2015, No. -2- untuk melaksanakan ketentuan Pasal 50 Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dan Pasal 47 Peraturan Pemerintah Nomor

2015, No. -2- untuk melaksanakan ketentuan Pasal 50 Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dan Pasal 47 Peraturan Pemerintah Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1528, 2015 KEMENKUMHAM. Lembaga Pemasyarakatan. Rumah Tahanan Negara. Pengamanan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2015

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANGKAT, Menimbang

Lebih terperinci

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KEPULAUAN RIAU DIREKTORAT PENGAMANAN OBYEK VITAL LAPORAN HASIL PELATIHAN CHECK BAG X-RAY MOBILE TA.

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KEPULAUAN RIAU DIREKTORAT PENGAMANAN OBYEK VITAL LAPORAN HASIL PELATIHAN CHECK BAG X-RAY MOBILE TA. KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KEPULAUAN RIAU DIREKTORAT PENGAMANAN OBYEK VITAL LAPORAN HASIL PELATIHAN CHECK BAG X-RAY MOBILE TA. 2016 Batam, Oktober 2016 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

JADWAL PENAJAMAN INPRES NO. 10 TAHUN 2016

JADWAL PENAJAMAN INPRES NO. 10 TAHUN 2016 JADWAL PENAJAMAN INPRES NO. 10 TAHUN 2016 SELASA, 15 NOVEMBER 2016 RABU, 16 NOVEMBER 2016 KAMIS, 17 NOVEMBER 2016 JUM AT, 18 NOVEMBER 2016 RUANG RAPAT 3.2 - KSP RUANG RAPAT 3.2 - KSP RUANG RAPAT 3.2 -

Lebih terperinci

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 360 / 009205 TENTANG PENANGANAN DARURAT BENCANA DI PROVINSI JAWA TENGAH Diperbanyak Oleh : BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH JALAN IMAM BONJOL

Lebih terperinci

: s /PB/2014 : Penting/Segera : 1 (satu) Berkas : Perubahan Akun Belanja Barang Persediaan

: s /PB/2014 : Penting/Segera : 1 (satu) Berkas : Perubahan Akun Belanja Barang Persediaan KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN GEDUNG PRIJADI PRAPTOSUHARDJO I, LANTAII, JALAN LAPANGAN BANTENG TIMUR NOMOR 2-4. JAKARTA 10710 TELEPON 021-3449230 FAKSIMILE

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 RINCIAN ANGGARAN PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS Halaman : 1 001 MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT 21.106.197 305.536.058 24.747.625 0 351.389.880 13.550.500

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA KEMENTERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB I

MEMUTUSKAN : : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA KEMENTERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB I PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA KEMENTERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2007 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2007 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) RINCIAN ANGGARAN PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2007 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS Halaman : 1 001 MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT 81.406.623 88.821.300 25.893.402 0 196.121.325 14.349.217

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNSI PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BLITAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PENGAWALAN TAHANAN POLRES MATARAM

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PENGAWALAN TAHANAN POLRES MATARAM KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PENGAWALAN TAHANAN POLRES MATARAM I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELKAKANG a. Bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PENGAMANAN OBJEK VITAL DAN FASILITAS PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PEDOMAN

Lebih terperinci

PENGAMANAN KEPARIWISATAAN

PENGAMANAN KEPARIWISATAAN MODUL 04 PENGAMANAN KEPARIWISATAAN 44 JP (1.980menit) Pengantar Dalam modul ini dibahas materi tentang pengamanan kepariwisataan. bertujuan agar kepariwisataan. peserta pelatihan terampil dalam pengamanan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) RINCIAN ANGGARAN PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS Halaman : 1 001 MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT 79.185.200 117.232.724 20.703.396 0 217.121.320 13.993.473

Lebih terperinci

DATA MoU DAN PEDOMAN KERJA/PETUNJUK TEKNIS POLDA DAN POLRES

DATA MoU DAN PEDOMAN KERJA/PETUNJUK TEKNIS POLDA DAN POLRES KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DATA MoU DAN PEDOMAN KERJA/PETUNJUK TEKNIS POLDA DAN POLRES NO KEMENTERIAN LEMBAGA NOMOR PEJABAT MASA NOTA PEDOMAN TTG/JUDUL PENANDA BERLAKU

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2004 TENTANG PERNYATAAN PERUBAHAN STATUS KEADAAN BAHAYA DENGAN TINGKATAN KEADAAN DARURAT MILITER MENJADI KEADAAN BAHAYA DENGAN TINGKATAN KEADAAN DARURAT

Lebih terperinci

DAFTAR STANDAR PELAYANAN DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT NEGARA TAHUN 2008

DAFTAR STANDAR PELAYANAN DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT NEGARA TAHUN 2008 Lampiran 1 DAFTAR STANDAR PELAYANAN DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT NEGARA TAHUN 2008 Satuan Organisasi/Unit Kerja A. Rumah Tangga Kepresidenan 1. Deputi Kepala Rumah Tangga Kepresidenan Bidang Kerumahtanggaan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2010 TENTANG KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2010 TENTANG KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2010 TENTANG KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai

Lebih terperinci

NASKAH SEMENTARA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KEGIATAN PENGENDALIAN MASSA SAT SABHARA POLRES SUMBAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN

NASKAH SEMENTARA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KEGIATAN PENGENDALIAN MASSA SAT SABHARA POLRES SUMBAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT SUMBAWA BARAT Jalan Telaga Baru - Taliwang 84355 NASKAH SEMENTARA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KEGIATAN PENGENDALIAN MASSA SAT SABHARA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG TINDAKAN PERTAMA DI TEMPAT KEJADIAN PERKARA (TPTKP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

2016, No Menetapkan MEMUTUSKAN: : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN TENTANG PEMBAGIAN TUGAS DI KEDEPUTIAN BADAN PENGAW

2016, No Menetapkan MEMUTUSKAN: : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN TENTANG PEMBAGIAN TUGAS DI KEDEPUTIAN BADAN PENGAW No.734, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Kedeputian. Pembagian Tugas. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEMBAGIAN TUGAS

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

Lebih terperinci

KONFIGURASI KEANGGOTAAN DPR 560 ANGGOTA

KONFIGURASI KEANGGOTAAN DPR 560 ANGGOTA KONFIGURASI KEANGGOTAAN DPR 560 ANGGOTA 109 9 1 73 61 49 47 40 39 35 16 KELEMBAGAAN DPR DAN UNSUR PENDUKUNGNYA FUNGSI Legislasi Anggaran Pengawasan O UT PU T SEKRETARIAT JENDERAL DAN BKD TENAGA AHLI &

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SAT BINMAS POLRES BIMA KOTA TAHUN 2016

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SAT BINMAS POLRES BIMA KOTA TAHUN 2016 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR BIMA KOTA I. PENDAHULUAN 1. Umum STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SAT BINMAS POLRES BIMA KOTA TAHUN 2016 a. Bahwa dalam rangka pengembangan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA KEMENTERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 07 TAHUN 2009 TENTANG PENGGANTIAN BIAYA OPERASI SEARCH AND RESCUE (SAR)

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 07 TAHUN 2009 TENTANG PENGGANTIAN BIAYA OPERASI SEARCH AND RESCUE (SAR) PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 07 TAHUN 2009 TENTANG PENGGANTIAN BIAYA OPERASI SEARCH AND RESCUE (SAR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA KEMENTERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.91, 2010 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN. Pembagian. Tugas Dan Wewenang. Ketua. Anggota. PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG

Lebih terperinci

DAFTAR ISIAN PIRANTI LUNAK PADA SAT LANTAS POLRES LOMBOK TENGAH YANG BERSUMBER DARI MABES POLRI / POLDA NTB

DAFTAR ISIAN PIRANTI LUNAK PADA SAT LANTAS POLRES LOMBOK TENGAH YANG BERSUMBER DARI MABES POLRI / POLDA NTB KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT LOMBOK TENGAH DAFTAR ISIAN PIRANTI LUNAK PADA SAT LANTAS POLRES LOMBOK TENGAH YANG BERSUMBER DARI MABES POLRI / POLDA NTB SUMBER NO

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 9 2009 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAKSANAAN TUGAS SUBDIT KERMA TAHUN 2017

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAKSANAAN TUGAS SUBDIT KERMA TAHUN 2017 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT BINMAS STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAKSANAAN TUGAS SUBDIT KERMA TAHUN 2017 Mataram, 5 Januari 2017 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA KEMENTERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 28 TAHUN 2013

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 28 TAHUN 2013 SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI SEKRETARIAT DAERAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

Bab II Tim Evaluasi, Mekanisme Evaluasi, Instrumen Evaluasi, dan Hasil Evaluasi

Bab II Tim Evaluasi, Mekanisme Evaluasi, Instrumen Evaluasi, dan Hasil Evaluasi Bab II Tim Evaluasi, Mekanisme Evaluasi, Instrumen Evaluasi, dan Hasil Evaluasi A. Tim Evaluasi T im Evaluasi ditetapkan dengan Keputusan Deputi Menteri Sekretaris Negara Nomor 3 Tahun 2010 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang

Lebih terperinci

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG BUKTI

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG BUKTI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG BUKTI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TATA CARA PENGELOLAAN BARANG BUKTI DI LINGKUNGAN DIREKTORAT TAHANAN

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 RINCIAN ANGGARAN PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS Halaman : 1 001 MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT 21.106.197 281.961.663 34.630.463 0 337.698.323 10.833.500

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1157, 2014 KEMENHAN. Penanggulangan Bencana. Evakuasi Medik. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG EVAKUASI MEDIK DALAM PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA HSL RPT TGL 5 MART 09 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA KEMENTERIAN NEGARA

Lebih terperinci

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN I. PENDAHULUAN. 1. Umum

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN I. PENDAHULUAN. 1. Umum KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN STANDART OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG KECEPATAN PELAYANAN TEAM QUICK RESPON DITPOLAIR MENDATANGI TKP GANGGUAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.legalitas.org PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

DATA PILUN SAT. INTELKAM POLRES LOBAR

DATA PILUN SAT. INTELKAM POLRES LOBAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT LOMBOK BARAT NO PIRANTI LUNAK DATA PILUN SAT. INTELKAM POLRES LOBAR NOMOR TANGGAL TENTANG PERKAP KEP JENIS PERKA SATFUNG PEDOMAN JMLH

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci