BAB I PENDAHULUAN. (Kridalaksana, 2008: 24). Menurut Baalbaki (1990: 272), bahasa adalah sistem

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. (Kridalaksana, 2008: 24). Menurut Baalbaki (1990: 272), bahasa adalah sistem"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 2008: 24). Menurut Baalbaki (1990: 272), bahasa adalah sistem yang terbentuk oleh simbol-simbol, diusahakan, dan dapat berubah untuk mengekspresikan tujuan pribadi atau komunikasi individu. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, pikiran, dan perasaan. Selain itu, bahasa juga merupakan alat integrasi dan adaptasi social sehingga individu dapat saling mengadakan pendekatan baik antar warga yang satu dengan warga yang lainnya maupun terhadap lingkungan sosialnya. Sebagai alat komunikasi, bahasa berperan untuk mengadakan kontrol social sehingga setiap individu dapat mempengaruhi individu lainnya melalui keahlian berbicara, menulis dan lain sebagainya. Oleh karena itu, peranan bahasa tersebut begitu besar dalam kehidupan manusia (Alwi, 1988: 3). Bahasa adalah salah satu sisi kehidupan suatu bangsa dalam melestarikan ilmu, kebudayaan, bahkan agama. Maka komitmen mereka dalam menjaga dan melestarikan bahasa mereka akan menjadi indikasi komitmen mereka dalam menjunjung tinggi ilmu, budaya dan agama. Pada tahap tertentu, bahasa juga bisa menjadi indikasi kuat lemahnya bangsa itu, karena bahasa merupakan sarana 1

2 mengembangkan cipta, ras, dan karsa yang selanjutnya dapat membawa bangsa itu berlaga di kancah pergaulan dunia (Alwasilah, 2011: 268). Di dalam suatu masyarakat yang mengalami perkembangan setapak demi setapak di seluruh bidang kehidupannya, perkembangan bahasanya biasanya terdapat di dalam bidang ekonomi, politik, maupun kulturil. Terlebih lagi hal itu dapat dilihat pada perkembangan ilmu pengetahuannya, yang mau tidak mau harus mengalami pertumbuhan sejajar dengan alatnya, yaitu bahasa. Istilah-istilah baru diciptakan sebagai suatu keharusan untuk meng-kode-kan pikiran-pikiran baru, pendapat-pendapat baru, teori-teori baru, dan lain sebagainya. Malahan kadang-kadang diciptakan pula susunan-susunan mengemukakan proposisiproposisi yang baru (Samsuri, 1991: 32). Adalah suatu kenyataan bahwa bahasa mana pun setiap saat sedang mengalami evolusi. Bahkan dapat ditinjau rincian cara kerjanya untuk mendapati berbagai proses yang dapat membuatnya, dalam waktu yang lama, tidak dikenali lagi. Apa pun dalam sebuah bahasa mungkin berubah, entah morfologi, leksikon, sintaksis ataupun fonologinya (Martinet, 1987: 173). Menurut teori struktural, bahasa dapat didefinisikan sebagai suatu sistem tanda arbitrer yang konvensional. Berkaitan dengan ciri sistem, bahasa bersifat sistematik dan sistemik. Bahasa bersifat sistemik karena mengikuti ketentuanketentuan atau kaidah-kaidah yang teratur. Pada setiap bahasa aturan ini bisa terlihat dalam dua hal yaitu : (1) sistem bunyi dan (2) sistem makna. Hanya bunyi-bunyi tertentulah yang bisa dipakai, digabung-gabungkan dengan bunyi lainnya untuk menbentuk satu kata sebagai simbol dari satu acuan atau rujukan (referent) (Alwasilah, 2011: 10). Bahasa juga bersifat sistemik karena bahasa itu 2

3 sendiri merupakan suatu sistem atau subsistem-subsistem. Misalnya subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis, subsistem semantic, dan subsistem leksikon. Berkaitan dengan ciri tanda, bahasa pada dasarnya merupakan paduan antara dua unsure, yaitu signifie dan signifiant (de Saussure, 1974: 114). Bahasa terbentuk dari sejumlah unsure yang menyangkut isi dan bentuk bahasa. Isi bahasa termasuk dalam kategori non-linguistik, sedangkan bentuk bahasa termasuk dalam kategori linguistik (Mar at, 1983: 25). Bahasa Arab terkenal dengan kekayaan kosakatanya. Kekayaan kosakata ini antara lain disebabkan oleh adanya bentuk tunggal, dual, jama serta adanya jenis maskulin dan feminim (mudzakkar dan mu annats). Di antara kajian-kajian yang telah dilakukan yaitu menyatukan kesamaan pembentukan kata dalam kalimat yang ditinjau dari sisi morfologis. Dalam morfologi, ragam bentuk, wazan, dan makna mashdar dalam bahasa Arab sangat beragam. Keragaman ini, antara lain disebabkan oleh sistem qiyas (proses analogi) yang menjadikan suatu kata dapat ditashrif dan dibentuk sesuai wazan yang berlaku. Selain itu, akurasi bahasa Arab khususnya para nuhat dalam memberlakukan metode sama (mendengar, menelusuri dan mengikuti yang valid dari orang Arab yang terpercaya dalam hal penggunaan kata dan kalimat) juga menjadi faktor utama yang membuat bahasa Arab memiliki keragaman mashdar yang luar biasa. Dari metode sama ini muncullah beberapa kaidah wazan-wazan yang ada dalam suatu kata. Nomina verba adalah salah satu bagian dari struktur kalimat dalam sistem morfologi bahasa Arab yang mempunyai banyak jenis dan varian. Nomina verba banyak kita temukan pada setiap teks-teks arab yang kita baca karena nomina 3

4 verba bagian yang tak terpisahkan dalam kaidah tata bahasa Arab. Salah satu varian dari nomina verba tersebut adalah nomina verba yang terbentuk secara samā īy. Terkadang hal inilah yang menyulitkan para pembaca teks Arab dalam memahami teks, karena kurang mengetahui dan memahami jenis dan kedudukannya. Oleh sebab itu diperlukan suatu paparan dan analisis tentang nomina verba secara samā īy dalam bahasa Arab. Walaupun penjelasan mengenai nomina verba secara samā īy ini telah banyak dilakukan oleh para ilmuwan, tetapi peneliti merasa masih perlu adanya penelitian lebih lanjut karena banyak yang tidak memperhatikan adanya qiyāsiy maupun samā īy dalam suatu nomina verba. 1.2 Rumusan Masalah Sehubungan dengan latar belakang yang diuraikan di atas, masalah pokok yang hendak dijawab dan dipecahkan dalam penelitian yang berkaitan dengan nomina verba samā īy verba triliteral denuded (fi il tsulātsī mujarrad) dalam bahasa Arab dalam tinjauan morfologis dapat dirumuskan dalam beberapa pokok permasalahan, di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pembentukan (proses morfologis) nomina verba samā īy fi il tsulātsī mujarrad? 2. Apa wazan atau pola dalam nomina verba samā īy fi il tsulātsī mujarrad? 3. Wazan apa yang paling banyak digunakan (common used) dalam nomina verba samā īy fi il tsulātsī mujarrad? 4

5 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penelitian pembentukan nomina verba samā īy fi il tsulātsī mujarrad dalam tinjauan morfologis adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan dan menjelaskan pembentukan nomina verba samā īy fi il tsulātsī mujarrad. 2. Mendeskripsikan dan menjelaskan wazan atau pola dalam nomina verba samā īy fi il tsulātsī mujarrad. 3. Mendeskripsikan dan menjelaskan wazan yang paling banyak digunakan (common used) dalam nomina verba samā īy fi il tsulātsī mujarrad. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dalam dua aspek utama, baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat secara teoritis, mengacu kepada manfaat keilmuan sedangkan manfaat secara praktis lebih mengarah kepada telaah fungsional. Penelitian ini juga diharapkan dapat memperkaya khazanah teori-teori linguistik Arab yang sudah ada. Secara praktis fungsional, hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan informasi dan pemahaman baru dalam kajian morfologi bahasa Arab serta dalam proses pengajaran bahasa Arab terutama bagi non-penutur Arab dalam mempelajari wazan atau pola yang terbentuk secara samā īy. 5

6 1.5 Tinjauan Pustaka Dalam tinjauan pustaka, dimuat uraian sistematis tentang hasil-hasil penelitian yang didapatkan dari peneliti terdahulu yang ada hubungannya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan satuan kebahasaan yang akan diteliti (Agra dan Ismadi, peny., 2003: 5-6). Pembahasan mengenai pembentukan nomina dalam bahasa Arab telah banyak dilakukan oleh para peneliti baik dari orang Arab sendiri maupun dari orang non Arab. Pada umumnya sudah dalam bentuk buku dan beberapa karyakarya ilmiah. Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai karya-karya tersebut: Fakhruddin Qubāwah dalam bukunya Tashrīfu al-asmā wa al-af āl (1998) membahas tentang proses pembentukan nomina derivative (ism Musytaq) yang meliputi nomina verba, participel aktif (isim Fā il), participel pasif (isim Maf ul), nomina tempat (Ism makan), nomina waktu (ism zaman), nomina instrumental (Ism ālah), similar quality (Isim Shifah Musyabbahah), dan nomina preference (Isim Tafdhil). Dalam suatu nomina verba, ada beberapa diantaranya yang terbentuk bukan secara analogy (qiyāsiy), akan tetapi terbentuk secara samā īy. Mushthafā al-gulāyaini dalam bukunya yang berjudul Jāmi u ad-durūs al- Arabiyyah (1993) bab IV Tashrīfu al-asma, beliau menggunakan istilah nomina deklinasi (ism mutamakkin) untuk nomina yang bisa dibentuk. Pembentukan nomina atau nominalisasi hanya terjadi pada nomina deklinasi yaitu nomina primitif dan derivatif. 6

7 Atim Husnan dalam bukunya Majāni al-mustathraf fī Ilmi ash-sharf (1984) juga membahas tentang pembentukan nomina derivatif seperti nomina verba, nomina vicis (isim marrah), nomina isim haiah, nomina waktu (isim zamān), nomina tempat (isim makān), dan nomina instrument (isim ālah). Penjelasan tentang data-data mengenai nomina derivatif diawali dengan sistem pola kalimat kemudian memasukkan data-data tersebut sesuai dengan pola. Beliau menjadikan pola triliteral sebagai barometer dalam pembentukan nomina sehingga asal kata dapat diketahui dengan analisis yang tepat dan mempermudah proses pembentukan kata. Mengenai pembentukan nomina verba, beliau berkesimpulan bahwa mashdar dari triliteral denuded (tsulatsi mujarrad) berasal dari proses samā īy dan quadriliteral (rubā i) berasal dari proses qiyāsiy atau analogi. William Wright dalam bukunya A Grammar of the Arabic Language (1962), membahas tentang proses pembentukan nomina melalui sistem pola akan tetapi hanya terfokus pada nomina derivatif (ism musytaq). Selanjutnya beliau mengklasifikasikan nomina derivatif dalam dua kategori berdasarkan bentuk dasar katanya, yaitu denominatif atau nomina yang terbentuk dari nomina dan deverba atau nomina yang terbentuk dari verba. Tinjauan pustaka lainnya dalam penelitian ini adalah suatu tesis tentang proses pembentukan kata dilakukan oleh Muhammad Aqil Luthfan (2010) yang berjudul Sistem Morfologi Verba Bahasa Arab. Tesis ini membahas tentang sistem morfologi verba dalam bahasa Arab. Penelitian ini menghasilkan beberapa point penting, yaitu (1) karakter pembentukan kata dalam bahasa Arab berdasarkan pada interdigitasi akar radikal dan pola, (2) sistem morfologi bahasa 7

8 Arab bersifat infleksional dan derivasional, dan (3) proses morfologi dalam bahasa Arab tidak mengenal reduplikasi, komposisi, dan konversi. Walaupun dalam satu rumpun morfologi, namun proses pembentukan nomina dan verba memiliki karakter-karakter sendiri. Selain penelitian di atas, yaitu penelitian yang membahas tentang pembentukan kata jenis nomina dalam bahasa Arab. Penelitian ini dilakukan oleh Amir Syuhada (2011) yang berjudul Sistem Morfologi Nomina dalam bahasa Arab. Hasil dari penelitian ini yaitu (1) karakter pembentukan nomina dalam bahasa Arab berdasarkan sistem kelas kata yang berjenis nomina, integritasi akar dan pola akan membentuk nomina utuh yang memiliki makna leksikal dan gramatikal; berdasarkan bentuknya nomina terbagi menjadi dua, nomina variabel dan nomina invariabel; nomina variabel menjadi fokus utama dalam proses morfologis; (3) proses morfologis nomina variabel terjadi melalui augmentasi; dan (4) komponen-komponen yang terlibat dalam proses morfologis nomina adalah bentuk dasar, konsonan augmentasi, dan unsur-unsur vokal serta quiscensi yang tergabung dalam satu pola. Tesis ini menjadi tinjauan pustaka yang paling relevan dalam pembahasan penelitian ini. Proses maupun hasil dari penelitian tesis ini dapat menjadi bahan acuan bagi penelitian ini. Pembahasan tentang nominalisasi telah banyak dilakukan oleh peneliti dari sudut pandang, teori, dan metode yang berbeda-beda. Akan tetapi dalam penelitian ini, peneliti berusaha meneliti nominalisasi dari sudut yang berbeda dan belum dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya yaitu menjelaskan dan memaparkan sistem morfologi nomina verba samā īy fi il 8

9 tsulātsī mujarrad. Karena pada hakekatnya wazan suatu nomina terbentuk secara samā īy. Buku-buku dan karya ilmiah diatas memberi gambaran umum yang jelas tentang proses pembentukan nomina yaitu proses pembentukan nomina dalam bahasa Arab berdasarkan karakternya sendiri-sendiri. 1.6 Landasan Teori Dalam teori kebahasaan, teori adalah seperangkat hipotesis yang dipergunakan untuk menjelaskan data bahasa, baik yang bersifat lahiriah seperti bunyi bahasa, maupun yang bersifat batin seperti makna (Kridalaksana, 2008: 240). Teori merupakan unsur sentral yang selalu member pencerahan terhadap upaya perumusan masalah termasuk jawaban tentative terhadap masalah (disebut juga hipotesis), pemilihan metode termasuk teknik-tekniknya, dan wujud data yang harus disediakan pada tahap penyediaan data (Mahsun, 2011: 17) Morfologi Morfologi merupakan salah satu cabang ilmu linguistik yang mempelajari satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal (Verhaar, 2008: 97). Dalam bahasa Arab, istilah ini disepadankan dengan ilmu Shorf, yaitu ilmu yang mempelajari tentang asli kata dan perubahannya baik dalam bentuk nomina dan verba (al-makārim, 2007: 19). Keterkaitan kedua disiplin ilmu ini menimbulkan sebuah istilah baru sesuai dengan letak geografisnya yaitu morfologi bahasa Arab. Al-Ghulāyāni (1973) berpendapat bahwa yang dinamakan morfologi Arab adalah dalil-dalil yang menjelaskan tentang keadaan kata-kata Arab sebelum tersusun. 9

10 Dapat juga dikatakan sebagai ilmu yang membahas bentuk dan kata-kata Arab serta aspek-aspeknya sebelum tersusun dalam kalimat. Menurut Nida (1967: 1) menyatakan bahwa morfologi membicarakan seluk-beluk morfem dan susunan morfem dalam pembentukan kata. Lebih lanjut disebutkan juga bahwa di dalam proses pembentukan kata tersebut terdapat pengaruhnya terhadap fungsi dan arti. Sedangkan menurut Kridalaksana (2008), morfologi adalah bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian kata, yakni morfem. Adapun menurut Soeparno (2002: 91), morfologi adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari bentuk dan pembentukan kata. Tataran terendah yang dipelajari oleh morfologi adalah morfem, sedangkan tataran tertinggi yang dipelajari adalah kata kompleks. Menurut Crystal (1980: 232), morfologi adalah cabang tata bahasa yang menelaah struktur atau bentuk kata, utamanya melalui penggunaan morfem. Morfologi pada umumnya dibagi ke dalam dua bidang: yakni telaah infleksi (inflectional morphology), dan telaah pembentukan kata (lexical or derivational morphology). Menurut O Grady dan Dobrovolsky (1989: 89), morfologi adalah komponen tata bahasa generative transformasional (TGT) yang membicarakan tentang struktur internal kata, khususnya kata kompleks. Selanjutnya, mereka membedakan antara teori morfologi umum yang berlaku bagi semua bahasa morfologi khusus yang hanya berlaku bahasa tertentu. Teori morfologi umum berurusan dengan pembahasan secara tepat mengenai jenis-jenis kaidah morfologi 10

11 yang dapat ditemukan dalam bahasa-bahasa ilmiah. Di pihak lain, morfologi khusus merupakan seperangkat kaidah yang mempunyai fungsi ganda. Pertama, kaidah-kaidah ini berurusan dengan pembentukan kata baru. Kedua, kaidahkaidah ini mewakili pengetahuan penutur asli yang tidak disadari tentang internal kata yang sudah ada dalam bahasanya. Ramlan dalam bukunya Morfologi (2009: 21) mengatakan dengan ringkas bahwa morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik. Jadi morfologi merupakan ilmu yang mempelajari dan menganalisis struktur, bentuk dan klasifikasi kata. Morfologi merupakan salah satu dari tataran ilmu linguistik yang mempelajari dan menganalisis struktur, bentuk serta klasifikasi kata. Di dalam bahasa Arab kajian dari morfologi ini di disebut dengan تصريف yaitu perubahan satu bentuk kata menjadi bermacam-macam bentukan untuk mendapatkan makna yang berbeda dan tanpa ada perubahan tersebut makna yang berbeda tidak akan diperoleh (Alwasilah, 1993: 110) Sebagai contoh perubahan bentuk dasar ع م alima (mengetahui) menjadi م beberapa bentuk, diantaranya /`allama/ mengajar, ع ل ل ع belajar, /ta`allama/ ت ل م, a'lama/ memberitahukan /اعلم mengetahui. /`ālimun/ yang ع ا ل 11

12 Perubahan bentuk dasar menjadi beberapa bentuk tersebut adalah dengan menambahkan afiks. Penambahan afiks pada contoh di atas ada yang berupa prefiks (kata depan) yaitu pada kata (sisipan) yaitu pada kata م أ عل م ع /`allama/ dan ع ل /a`lama/ dan ada pula yang berupa infiks /`ālimun/ dan ada pula yang berupa ا ل gabungan afiks yang ditambahkan di awal dan di tengah yaitu pada kata /ta`allama/. ع Perubahan bentuk /`alima/ menjadi ع ل م ت م ل م /a`lama/, dan أ عل م /`allama/, ل ت ع /ta`allama/ yang berubah hanya identitas leksikalnya saja sedangkan status kategorialnya tetap, sedangkan perubahan bentuk ع ل م /`alima/ menjadi /`ālimun/ yang berubah tidak hanya identitas leksikalnya tetapi juga status ع ال م kategorialnya. (Khudri, 2004: 6). Ya`qub (Tth: 186) dalam Nasution (2006: 116), menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan morfologi dalam bahasa Arab adalah: املعىن بينهما يف التناسب مع بتغيريما أخرى من كلمة أخذ /akhdzu kalimatin min ukhrā bitaghyīri mā, ma`a at-tanāsubi fīl ma`nā/ "Membentuk kata dari kata yang lain dengan berbagai perubahan, namun tetap memiliki hubungan makna". Sejalan dengan pendapat Ya`qub di atas, Syahrin (1980: 80) dalam Nasution (2006: 116), juga menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan morfologi di dalam bahasa Arab adalah: ومعىن أصلية مادة اتفاقهما مع أخرى من أخذ صيغة /akhdzu shīgatin ukhrā ma`a infāqihā māddah ashliyyah wa ma`nā/ Membuat bentuk kata dari kata yang lain dan terjadi perubahan pada bentuk dan makna. 12

13 Beberapa definisi tentang morfologi di atas terlihat tidak ada perbedaan, justru antara satu sama lain saling melengkapi. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa morfologi merupakan salah satu kajian linguistik yang mempelajari perubahan-perubahan kata dan bagian-bagiannya secara gramatikal pada setiap bahasa. Dengan demikian, satuan terkecil dalam morfologi adalah morfem (suku kata). Kata tulis misalnya, bisa dirubah menjadi menulis, tertulis, tulisan, tulisan-tulisan, dll. Dalam bahasa Arab kata كتب /ka-ta-ba/ berubah menjadi مكتب /maktabah/, مكتبة /maktūb-un/, مكتوب /kātib-un/, كاتب,/ yaktubu /يكتب /maktab-un/, كتاب /kitāb-un/, كتابة /kitābah/, dll. Proses perubahan dan makna yang muncul dari perubahan itu, merupakan pembahasan dalam morfologi Pembentukan Nomina Proses morfologis ialah peristiwa (cara), pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan yang lainnya. Dalam proses morfologis akan dijumpai pula morfem dan kata. Untuk itu perlu diperjelas lagi bahwa kata dibentuk oleh morfem (bukan sebaliknya), dan hal itu dapat pula dikatakan bahwa dalam proses morfologis ini yang menjadi bentuk terkecilnya ialah morfem dan bentuk terbesarnya ialah kata (Yasin, 1987: 48). Kata adalah satuan istimewa dalam teori tata bahasa tradisional. Dalam kajian morfologi, berurusan dengan struktur dalam kata-kata (Lyons, 1995: 190). Untuk dapat digunakan di dalam kalimat atau pertuturan tertentu, maka setiap bentuk dasar, terutama dalam bahasa fleksi dan aglutunasi, harus dibentuk lebih dahulu menjadi sebuah kata gramatikal, baik melalui proses afiksasi, proses 13

14 reduplikasi, maupun proses komposisi. Pembentukan kata mempunyai dua sifat, yaitu membentuk kata-kata yang bersifat inflektif, dan kedua yang bersifat derivatif (Chaer, 2007: ). Proses morfologis ini melibatkan empat komponen: bentuk dasar, alat pembentuk, makna gramatikal, hasil proses pembentukan (Chaer, 2008: 25). Dalam bahasa Arab umumnya, suatu kata terbentuk secara qiyas (analogi), akan tetapi banyak ditemukan kata-kata yang terbentuk dari sama. Para nuhat dalam memberlakukan metode sama (mendengar, menelusuri dan mengikuti yang valid dari orang Arab yang terpercaya dalam hal penggunaan kata dan kalimat) juga menjadi faktor utama yang membuat bahasa Arab memiliki keragaman mashdar yang luar biasa. Sama terjadi tidak hanya dalam mashdar saja, akan tetapi sama juga terjadi dalam nomina plural (jama ) dan nomina affinity (nisbah). Dari metode sama ini muncullah beberapa kaidah wazan-wazan yang ada dalam suatu kata Samā īy Samā īy merupakan asas pertama yang telah ditetapkan oleh bahasa. Ulama terdahulu sudah menulis apa yang mereka dengar dari para perawi dan orang-orang Arab yang fashih. Akan tetapi belum tentu apa yang mereka dengar itu diucapkan oleh orang Arab, maka dari itu yang pertama adalah harus kembali kepada qiyas untuk mengetahui apa yang belum mereka dengar, dan yang kedua yaitu mengembalikan ke hukum-hukum sintaksis terhadap apa yang telah mereka dengar itu. Dan unsur linguistik yang paling penting untuk mendapatkan as-samā 14

15 yaitu al-qur an al-karim, dan hadits nabawy, dan perkataan orang Arab sebelum diutusnya Rasul dan pada zaman Rasul dan setelah zamannya (Tharazi, 2005: 74). Istilah samā īy (hearing, recceiving, generally accepted used) setidaktidaknya digunakan dalam dua konteks, yaitu: pembuatan atau penggunaan bentuk kata yang didasarkan pada apa biasa digunakan dan didengar langsung dari orang Arab yang dinilai fashih, misalnya mashdar samā īy dan penggunaan metode pembakuan kaidah melalui proses penelusuran, penyimakan, pencatatan langsung dari fushahā Arab. Dalam ushūl al-nahwi, metode samā īy ini dianggap sebagai metode pembakuan kaidah yang cukup bermasalah (Wahab, 2009: 137). Prinsip samā īy pada dasarnya terkait erat dengan masalah budaya daripada sebuah sistem ilmu pengetahuan. Budaya yang dimaksud adalah budaya otoritas. Dalam tradisi Islam klasik terdapat kelompok tertentu yang diyakini memiliki otoritas dalam persoalan bahasa sehingga mereka dijadikan sebagai rujukan atau bahkan penentu bagi validitas sebuah teori atau penetapan kaidah bahasa, tentu selain al-qur an dan al-hadits. Kelompok pemegang otoritas ini adalah masyarakat Arab yang tinggal di pedalaman sahara atau pegunungan (ahl al-badwi atau al-arab) (al-jabiri, 1989: 75) Fi il Tsulātsī Mujarrad Menurut asal kata dan pembentukannya, Fi'il terbagi dua: 1. Fi il Mujarrad ) yaitu fi'il yang semua hurufnya asli dan tidak ada huruf ziyadah ف ع ل جم ر د ( (afiksasi) di dalamnya. 2. Fi il Mazid ( م ز ي د ف ع ل ) yaitu fi'il yang mendapat huruf tambahan (afiksasi). Fi'il Mujarrad pada umumnya terdiri dari tiga huruf sehingga dinamakan pula Fi il Tsulatsi Mujarrad ث ال ث ي جم ر د) (ف ع ل dan mempunyai enam 15

16 ف ع ل misalnya: ف ع ل ي ن ص ر ن ص ر ف ع ل 2. (menolong) ي misalnya: ف ع ل ي ي ل س 3. (duduk) ج ل س ف ع ل ف ع ل ي.4 (membuka) ي ف ت ح ف ع ل ف ت ح misalnya: ف ع ل ي ع ل م.5 (mengetahui) ع ل م ي ف ع ل misalnya: ف ع ل ي ر ر ي ك ث ف ع ل 6. banyak) (menjadi ك ث misalnya: ف ع ل ي ح س ب wazan atau timbangan (pola huruf dan harakat) yakni: 1. misalnya: (menghitung). ي س ب 1.7 Metode Penelitian Salah satu cara untuk memperoleh dan mengembangkan ilmu adalah melalui penelitian. Cara atau prosedur ini dinilai modern dan akademik, karena penelitian dilakukan secara objektif, sistematis, logis, akumulatif, dan komprehensif. Penelitian adalah serangkaian kegiatan terencara dan sistematis untuk mencari kebenaran ilmiah (Alwasilah, 2005: 13). Penelitian juga merupakan upaya cermat (akurat). Sistematis, terkontrol, dan kritis dalam rangka memperoleh pemecahan suatu masalah yang dihadapi oleh manusia. Penelitian bertujuan untuk menemukan kebenaran ilmiah (yang baru), memastikan validitasnya, dan menganalisis hubungan antar fakta-fakta, sehingga bermuara pada penyelesaian permasalahan (Ubaidat, 1999: 52). Sedangkan menurut Sudaryanto (1993), penelitian merupakan suatu proses yang berlangsung dari tahap pengumpulan (penyediaan) sampai pada tahap memproduksikan hasil penelitian. Berdasarkan pada cara pandang ini, kerja penelitian dibagi dalam tiga tahap, yang disebut sebagai tahap strategi, yaitu tahap pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data, yang masingmasing melahirkan metode pengumpulan atau penyediaan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data. 16

17 1.7.1 Penyediaan Data Dalam rangka penyediaan data bahasa yang dihayati penggunaannya oleh peneliti maka titik berat dan prioritas penggunaan salah satu dari kedua metode itu sepenuhnya bergantung pada watak objek sasaran dan tujuan penelitiannya. Demikian pula bila titik berat dan prioritas penggunaan metode tertentu itu sudah dapat ditentukan, titik berat dan prioritas penggunaan teknik-tekniknya pun sepenuhnya bergantung pula pada watak objek sasaran dan tujuan penelitian itu (Sudaryanto, 1993: 141). Penelitian ini menggunakan metode simak yaitu menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993: 133). Metode ini tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan akan tetapi juga penggunaan bahasa secara tertulis. Penggunaan metode simak ini dimaksudkan untuk menyajikan data yang berupa data-data bahasa yang tertulis. Metode ini memiliki teknik dasar yang berwujud teknik sadap. Teknik sadap disebut sebagai teknik dasar dalam metode simak karena pada hakikatnya penyimakan diwujudkan dengan penyadapan. Teknik sadap ini digunakan peneliti dalam upaya mendapatkan data dengan menyadap penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang yang menjadi informan. Teknik ini untuk menyadap penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis (Mahsun, 2011: 92). Teknik selanjutnya yaitu menggunakan teknik catat, yaitu teknik lanjutan yang dilakukan ketika menerapkan metode simak dengan teknik lanjutan di atas. Teknik catat adalah teknik menjaring data dengan mencatat hasil penyimakan data pada kartu data (Kesuma, 2007: 45). Data dalam penelitian ini diambil dari berbagai literature-literature bahasa Arab, kamus, dan jurnal-jurnal ilmiah yang relevan sebagai sumber penelitian. 17

18 Beberapa literature yang dijadikan sumber data skunder dalam penelitian ini adalah Syadza Al- Urfi Fī Fanni As-Sharfi (2007) Ahmad Hamalāwi, Jāmi ud- Durūsil- Arabiyyah (1993) - Mushthafā al-gulāyaini, Majāni al-mustathraf fī Ilmi Ash-Sharf (1984) Atim Husnan, Tashrif Al-Asma wa Al-Af āl (1998) Fakhruddin Qubāwah, Ittihāfuth-Tharf fī Ilmi Ash-Sharf (2008) Yāsīn Al- Hāfid, Ash-Sharfu Al-Wāfī (2010) Hādī Nahar, As-Sharfu Al-Kāfī (2010) Ayman Amin Abdul Ghanī, At-Tathbīq Ash-Sharfī (1999) Abduh Ar-Rājihī, Ash-Sharfu Al-Muyassar lil-asma (1996) Muhammad Al-Mukhtār Muhammad Al-Mahdī, dan lain sebagainya. Setelah data didapat dari literature-literature yang ada, peneliti mencatat hal-hal yang bisa dijadikan catatan penting untuk penelitian ini, yakni data yang berhubungan dengan nomina verba samā īy dalam fi il tsulatsi mujarrad, untuk dianalisa dan diambil kesimpulan Analisis Data Setelah data didapatkan oleh peneliti dan telah diklarifikasikan, tahap selanjutnya adalah menganalisa data-data tersebut. Analisis data merupakan upaya sang peneliti menangani langsung masalah yang terkandung dalam data (Sudaryanto, 1993: 6). Metode yang dapat digunakan dalam upaya menemukan kaidah dalam tahap analisis data ada dua, yaitu metode padan dan metode agih atau yang disebut juga sebagai distributional method (Sudaryanto, 1993: 13). Metode padan adalah metode analisis data yang mana alat ukurnya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan atau diteliti (Sudaryanto, 1993: 13). Tujuan analisis data dengan metode padan ini 18

19 adalah untuk menentukan kejatian atau identitas objek penelitian (Kesuma, 2007: 47). Adapun metode distribusional adalah metode analisis data yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti Sudaryanto, 1993: 15). Dan metode yang digunakan dalam menganalisa data dalam penelitian ini adalah metode padan intralingual. Metode padan intralingual adalah metode analisis dengan cara menghubung-bandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual, baik yang terdapat dalam satu bahasa maupun dalam beberapa bahasa yang berbeda (Mahsun, 2011: 118). Penggunaan metode ini berdasarkan jenis data, dalam penelitian ini jenis datanya adalah data lingual yang bersifat kualitatif. Metode ini dilakukan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan data-data berupa kata yang mengalami proses pembentukan nomina atau nominalisasi. Dari hasil analisis tersebut akan terbentuk secara sistematis dan terstruktur proses pembentukan nomina verba. Metode ini memiliki tiga teknik dalam menganalisis data, yaitu teknik hubung banding menyamakan (HBS), teknik hubung banding membedakan (HBB), dan teknik hubung banding menyamakan hal pokok (HBSP), yaitu teknik yang bertujuan untuk mencari kesamaan hal pokok dari pembedaan dan penyamaan yang dilakukan dengan menerapkan teknik HBS dan HBB, karena tujuan akhir dari banding menyamakan dan membedakan adalah menemukan kesamaan pokok di antara data yang di perbandingkan itu (Mahsun, 2011:119). Dalam studi morfologis, Chaer (2008: 21) membagi empat teknik dalam menganalisis satuan-satuan morfologi. Pertama, teknik analisis unsur bawahan 19

20 langsung, teknik ini menyatakan bahwa setiap satuan bahasa yang bukan akar terdiri atas dua unsur langsung yang membangun satuan bahasa lain, dalam meggunakan analisis teknik ini makna dari bentuknya harus diperhatikan. Kedua, model kata dan paradigma, adalah model analisis morfologi yang terlama dalam sejarah linguistik. Dalam model ini, yang dijadikan satuan dasar adalah kata dan unsur-unsur kata yaitu morfem. Ketiga, model tata nama, dalam model tata nama disajikan unsur-unsur gramatikal yaitu morfem kemudian diperlihatkan bagaimana hubungan antara unsur-unsur itu. Keempat, model proses, dalam model analisis proses, setiap bentuk komplek terjadi dari hasil proses yang melibatkan dua buah komponen yaitu dasar dan proses. Keempat model analisis ini dalam morfologi Arab dapat disepadankan dengan model analisis akar dan pola yang menjadi karakter morfem bahasa Arab (Ryding, 2005: 47-48). Ada tiga tahapan dalam analisis akar dan pola atau perubahan kata dalam bahasa Arab, yaitu pertama, menentukan jenis kata dasar (akar), kedua, menemukan dan menguraikan bentuk morfem, ketiga, menganalisis peran masing-masing morfem (Hasan, 1985:82) Penyajian Data Sesuai dengan manfaat teoritis dan praktis, analisis data yang telah selesai dilakukan selanjutnya disajikan dalam bentuk teori dengan sistematis dan terstruktur agar mudah dipahami oleh pembaca. Hasil analisis data yang berupa kaidah-kaidah yang telah didapatkan peneliti selanjutnya disajikan dengan melalui dua cara, yaitu: perumusan dengan menggunakan kata-kata biasa, termasuk penggunaan terminologi yang bersifat 20

21 teknis, dan perumusan dengan menggunakan tanda-tanda atau lambang-lambang (Mahsun, 1995: 148). Dengan demikian, penggunaan kata-kata biasa (a natural language) serta penggunaan tanda dan lambang (an artificial language) merupakan teknik hasil penjabaran metode penyajian itu (Sudaryanto, 1993: 145). Penyajian analisis data diusahakan dapat memenuhi tiga prinsip yakni, descriptive adequacy (kepadanan deskriptif), explanatory adequacy (kepadanan penjelasan), dan exhaustic adequacy (kepadanan ketuntasan). Kepadanan deskriptif adalah penyajian dapat mendeskripsikan semua rincian permasalahan penelitian. Kepadanan penjelasan adalah bahwa penelitian dapat menjelaskan semua permasalahan yang ada. Sedangkan kepadanan ketuntasan adalah bahwa penyajian data dilakukan secara tuntas dan komprehensif, sehingga semua permasalahannya dapat dikaji dan disajikan dengan teliti (Hadi, 2003: 76). Dalam kaitannya dengan metode penyajian data ini, peneliti akan menyajikan hasil analisis datanya dengan metode informal. 1.8 Sistematika Penulisan Penulisan hasil penelitian ini dibagi menjadi lima bab yang disusun secara sistematis untuk mendapatkan kesempurnaan dalam merepresentasikan hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian. Setiap bab dalam penelitian ini dikembangkan ke dalam beberapa sub-bab yang disesuaikan dengan luasnya tema pada setiap pokok bahasan. Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang terdiri atas latar belakang permasalahan yang akan diteliti, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat 21

22 penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metodologi penelitian, dan sistematika penyajian data. Bab kedua merupakan teori tentang pembentukan nomina dalam linguistik Arab dan linguistik umum. Bab ketiga merupakan penjelasan tentang pembentukan nomina verba samā īy fi il tsulātsī mujarrad. Bab keempat merupakan penjelasan tentang wazan atau pola yang ada dalam nomina verba samā īy fi il tsulātsī mujarrad dan wazan yang paling banyak digunakan (common used) dalam nomina verba samā īy. Bab kelima adalah penutup yang mencakup kesimpulan dan saran. 22

BAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara populer orang sering menyatakan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bahasa; atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya; atau lebih tepat lagi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang selalu membuka diri terhadap perkembangan. Hal ini terlihat pada perilakunya yang senantiasa mengadakan komunikasi dengan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa sangat membantu manusia dalam menyampaikan gagasan, ide, bahkan pendapatnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya, beberapa bahasa di dunia, dalam penggunaannya pasti mempunyai kata dasar dan kata yang terbentuk melalui suatu proses. Kata dasar tersebut

Lebih terperinci

Pembentukan Kata Dalam Bahasa Arab (Sebuah Analisis Morfologis K-T-B )

Pembentukan Kata Dalam Bahasa Arab (Sebuah Analisis Morfologis K-T-B ) Pembentukan Kata Dalam Bahasa Arab (Sebuah Analisis Morfologis K-T-B ) Faculty of Education Department of Islamic Education Darussalam Institute of Islamic Studies Gontor Ponorogo Email: tadib.isid@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan komunikasi dapat menyampaikan pesan antar umat manusia. Salah satu alat komunikasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan untuk para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

Lebih terperinci

Dalam Ayat tersebut terdapat fi il mabni majhul yaitu lafadz ا ر س ل ت م, disebut fi il

Dalam Ayat tersebut terdapat fi il mabni majhul yaitu lafadz ا ر س ل ت م, disebut fi il BAB IV ANALISIS FI IL MABNI MAJHUL DALAM SURAH AL FUSHSHILAT A. Analisis Fi il Mabni Majhul dalam Surah Al Fushshilat Dalam Ayat tersebut terdapat fi il mabni majhul yaitu lafadz ل ت,ف ص disebut fi il

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang struktur kata dan cara pembentukan kata (Harimurti Kridalaksana, 2007:59). Pembentukan kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diberikan akal dan pikiran yang sempurna oleh Tuhan. Dalam berbagai hal manusia mampu melahirkan ide-ide kreatif dengan memanfaatkan akal dan pikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus sebagai modal dasar pembangunan bangsa. Potensi ini hanya dapat digali dan dikembangkan serta dipupuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Arab. Keindahan bahasa, susunan kata-kata, serta maknanya menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. Arab. Keindahan bahasa, susunan kata-kata, serta maknanya menjadi perhatian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Alquran merupakan kitab yang disampaikan dan ditulis dalam bahasa Arab. Keindahan bahasa, susunan kata-kata, serta maknanya menjadi perhatian bagi para peneliti

Lebih terperinci

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI Nama : Irine Linawati NIM : 1402408306 BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI Fonem adalah satuan bunyi terkecil dari arus ujaran. Satuanfonem yang fungsional itu ada satuan yang lebih tinggi yang disebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu penelitian, maka dibutuhkan sebuah metode penelitian. Metode ini dijadikan pijakan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer, konvensional, dan memiliki makna. Sifat dinamis itu muncul karena manusia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nominalisasi sebagai salah satu fenomena kebahasaan, mesti mendapatkan perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai peran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia pada dasarnya sangat membutuhkan bahasa dalam bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di lingkungan formal. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa lisan, misalnya bahasa dalam khotbah, bahasa dalam pidato, dan bahasa. dalam karangan siswa, bahasa terjemahan Al Qur an.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa lisan, misalnya bahasa dalam khotbah, bahasa dalam pidato, dan bahasa. dalam karangan siswa, bahasa terjemahan Al Qur an. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia diberikan akal dan pikiran yang sempurna oleh Allah, sehingga mampu melahirkan ide-ide yang kreatif. Salah satu kelebihan manusia di antaranya, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia diberikan anugerah yang luar biasa oleh Tuhan Yang Maha Esa berupa ilmu tauhid dalam dirinya. Hal ini dapat diurai melalui proses pendalaman dan penjabaran

Lebih terperinci

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI Nama : TITIS AIZAH NIM : 1402408143 LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI I. MORFEM Morfem adalah bentuk terkecil berulang dan mempunyai makna yang sama. Bahasawan tradisional tidak mengenal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi manusia dalam berinteraksi di lingkungan sekitar. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Hal ini harus benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kualitas manusia yang dalam pelaksanaanya merupakan suatu proses yang berkesinambungan pada setiap jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai kunci ilmu pengetahuan adalah mata pelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai kunci ilmu pengetahuan adalah mata pelajaran bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu pelajaran yang merupakan bagian dari ilmu pengetahuan dan dapat dikatakan sebagai kunci ilmu pengetahuan adalah mata pelajaran bahasa khususnya mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan mediator utama dalam mengekspresikan segala bentuk gagasan, ide, visi, misi, maupun pemikiran seseorang. Bagai sepasang dua mata koin yang selalu beriringan,

Lebih terperinci

INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU

INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU Oleh: Ida Satriyani Kasran Ramsi ABSTRAK Masalah pokok dalam penelitian ini adalah apa sajakah afiks infleksi dalam bahasa Kulisusu, dalam hal ini meliputi pembagian afiks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan dengan realitas, dan memiliki bentuk dan struktur yang logis. Bahasa pada dasarnya adalah sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya untuk media cetak, media sosial maupun media yang lainnya. Bahasa kini dirancang semakin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan oleh pihak sekolah untuk menyambut kedatangan siswa baru. Kegiatan ini

Lebih terperinci

ANALISIS FORMAT FI'IL

ANALISIS FORMAT FI'IL ANALISIS FORMAT FI'IL DILIHAT DARI JUMLAH HURUF YANG TERTULIS SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN KONSEP MEMBACA FI'IL YANG TIDAK BERHARAKAT (BERBARIS) ABDUL HARIS 1 Abstract Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi manusia memerlukan. paling utama adalah sebagai sarana komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi manusia memerlukan. paling utama adalah sebagai sarana komunikasi. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat manusia selalu menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa

Lebih terperinci

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd KOMPOSISI BERUNSUR ANGGOTA TUBUH DALAM NOVEL-NOVEL KARYA ANDREA HIRATA Sarah Sahidah Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dan hubungan maknamakna gramatikal leksem anggota tubuh yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. Bahasa mempunyai hubungan yang erat dalam komunikasi antar manusia, yakni dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengekspresikan. sesuatu, baik untuk menyatakan pendapat, pengalaman atau untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengekspresikan. sesuatu, baik untuk menyatakan pendapat, pengalaman atau untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengekspresikan sesuatu, baik untuk menyatakan pendapat, pengalaman atau untuk mengekspresikan perasaan atau emosi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga perkembangan bahasa Indonesia saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang bahasa. Bahasa adalah suatu sistem simbol bunyi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi antara individu dengan lingkungannya. Secara umum, bahasa

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi antara individu dengan lingkungannya. Secara umum, bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh setiap kelompok masyarakat. Setiap bahasa biasanya digunakan untuk berkomunikasi dengan lingkungannya yang sejenis.

Lebih terperinci

: Nomina Quadriliteral. : Verba triliteral. : Verba Quadriliteral. : Verba Intransitif. : Verba Transitif BAB I PENDAHULUAN 1.

: Nomina Quadriliteral. : Verba triliteral. : Verba Quadriliteral. : Verba Intransitif. : Verba Transitif BAB I PENDAHULUAN 1. NQ VTr VQ VI VT : Nomina Quadriliteral : Verba triliteral : Verba Quadriliteral : Verba Intransitif : Verba Transitif BAB I PENDAHULUAN 1.1 PENGANTAR Pada bab Pendahuluan ini peneliti akan memaparkan latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Definisi Operasional. membudayakan manusia. Melalui pendidikan segala potensi sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Definisi Operasional. membudayakan manusia. Melalui pendidikan segala potensi sumber daya manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Definisi Operasional 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar bertujuan yang pada hakikatnya adalah membudayakan manusia. Melalui pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang digunakan sebagai alat komunikasi antar-masyarakat di sana sampai

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang digunakan sebagai alat komunikasi antar-masyarakat di sana sampai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Sasak (selanjutnya disingkat BS) merupakan salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia. BS yang ada di pulau Lombok adalah bahasa daerah yang digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam linguistik bahasa Jepang (Nihon go-gaku) dapat dikaji mengenai beberapa hal, seperti kalimat, kosakata, atau bunyi ujaran, bahkan sampai pada bagaimana bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah diajarkannya cara menulis Al-Quran dan Hadits. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah diajarkannya cara menulis Al-Quran dan Hadits. Pembelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mampu dan terampil menulis dengan baik dan benar menjadi salah satu tujuan pembelajaran di sekolah, baik yang formal maupun informal. Salah satu yang diajarkan di

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGGUNAAN METODE CERAMAH UNTUK PEMBELAJARAN MORFOLOGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGGUNAAN MORFEM PADA TEKS PIDATO SISWA KELAS VIII A

DESKRIPSI PENGGUNAAN METODE CERAMAH UNTUK PEMBELAJARAN MORFOLOGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGGUNAAN MORFEM PADA TEKS PIDATO SISWA KELAS VIII A DESKRIPSI PENGGUNAAN METODE CERAMAH UNTUK PEMBELAJARAN MORFOLOGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGGUNAAN MORFEM PADA TEKS PIDATO SISWA KELAS VIII A MTsN POPONGAN KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam berinteraksi, manusia memerlukan bahasa. Bahasa memegang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam berinteraksi, manusia memerlukan bahasa. Bahasa memegang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam berinteraksi, manusia memerlukan bahasa. Bahasa memegang peran penting dalam kehidupan, sebagai alat menyampaikan pikiran, gagasan, konsep ataupun perasaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan berita-berita dan sebagainya (Sugono ed., 2015:872). Beritaberita dalam surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai bahasa yang dituturkannya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu kesepakatan itu pun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam kehidupan pasti tidak akan terlepas untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari pada makhluk lainnya di muka bumi ini. Semua orang menyadari betapa pentingnya peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Pendidikan adalah usaha sadar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum atau lembaga pendidikan agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

Bab II. Mengenal Macam-macam Isim

Bab II. Mengenal Macam-macam Isim 8 Bab II Mengenal Macam-macam Isim Alokasi Waktu Materi : 120 menit :- Pembagian Isim Ditinjau dari Bilangannya - Pembagian Isim Ditinjau dari Perubahannya - Beberapa Contoh Isim lainnya ISIM bilangannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya. Salah satu alat komunikasi adalah melalui bahasa. berbicara, pada hakikatnya ia masih juga memakai bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya. Salah satu alat komunikasi adalah melalui bahasa. berbicara, pada hakikatnya ia masih juga memakai bahasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial selalu berinteraksi satu dengan yang lainnya. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia juga perlu berkomunikasi dengan sesamanya.

Lebih terperinci

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Judul Skripsi : Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Nama : Eli Rahmat Tahun : 2013 Latar Belakang Menurut Keraf bahasa memiliki empat fungsi, yaitu (1) sebagai alat untuk mengekpresikan diri, (2)

Lebih terperinci

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK Nama : Wara Rahma Puri NIM : 1402408195 BAB 5 TATARAN LINGUISTIK 5. TATARAN LINGUISTIK (2): MORFOLOGI Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna. 5.1 MORFEM Tata bahasa tradisional tidak

Lebih terperinci

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN 0 RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Bahasa diungkapkan dalam kata-kata, dalam setiap kata terdapat makna

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Bahasa diungkapkan dalam kata-kata, dalam setiap kata terdapat makna 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa diungkapkan dalam kata-kata, dalam setiap kata terdapat makna sesuai yang dikehendaki untuk menunjukan suatu maksud tertentu. Begitu banyaknya maksud, keinginan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa

BAB I PENDAHULUAN. keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa di dunia tentu saja memiliki persamaan dan perbedaan serta keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa di dunia beserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Walija (1996:4), bahasa

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Walija (1996:4), bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Walija (1996:4), bahasa merupakan alat komunikasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588). BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan manusia lainnya. Allah swt berfirman dalam Q.S. al-hujuraat ayat

BAB I PENDAHULUAN. dengan manusia lainnya. Allah swt berfirman dalam Q.S. al-hujuraat ayat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran di sekolah sekarang harus bervariasi agar bisa menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dimana siswa dapat tertarik dengan

Lebih terperinci

AHMAD GAZALI NIM

AHMAD GAZALI NIM ANALISIS KRITIS TERHADAP GAGASAN PADA PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2009 DAN DOKUMEN KURIKULUM MUATAN LOKAL PENDIDIKAN AL- QUR AN TESIS Oleh AHMAD GAZALI NIM.1102110799 INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem yang dibutuhkan bagi manusia untuk dapat saling berkomunikasi satu sama lain. Bahasa menyampaikan pesan, konsep, ide, perasaan atau pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Bahasa juga merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari dan menjadi jembatan dalam bersosialisasi dengan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan berbahasa meliputi mendengar, berbicara, membaca, menulis. Keempat kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang diterapkan dalam melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHN (SAP)

SATUAN ACARA PERKULIAHN (SAP) SATUAN ACARA PERKULIAHN (SAP) Mata Kuliah : Mengenal dasar-dasar bahasa Arab Kode Mata Kuliah : AR100 Bobot SKS : 2 SKS Semester : 1 Prasyarat : - Penanggung jawab : Dr. Mamat Zaenuddin, MA. Anggota :

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Latar Belakang Pemikiran

Bab I Pendahuluan. Latar Belakang Pemikiran Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Pemikiran Keberadaan buku teks di perguruan tinggi (PT) di Indonesia perlu terus dimutakhirkan sehingga tidak dirasakan tertinggal dari perkembangan ilmu dewasa ini.

Lebih terperinci

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI Kita kembali dulu melihat arus ujaran yang diberikan pada bab fonologi yang lalu { kedua orang itu meninggalkan ruang siding meskipun belum selesai}. Secara bertahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis kesalahan berbahasa adalah salah satu cara kerja untuk

BAB I PENDAHULUAN. Analisis kesalahan berbahasa adalah salah satu cara kerja untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analisis kesalahan berbahasa adalah salah satu cara kerja untuk menganalisis kesalahan manusia dalam berbahasa yang merupakan komponen linguistik. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian terhadap ilmu-ilmu bahasa Arab tidak terhenti pada

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian terhadap ilmu-ilmu bahasa Arab tidak terhenti pada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian terhadap ilmu-ilmu bahasa Arab tidak terhenti pada menghasilkan teori-teori saja, akan tetapi berlanjut secara terus menerus mengikuti perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari oleh para penuturnya. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses berpikir maupun dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia, karena dalam kehidupannya manusia tidak terpisahkan dari pemakaian bahasa. Dengan bahasa, manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan komunikasi antar sesamanya. Setiap anggota masyarakat selalu terlibat dalam komunikasi, baik dia berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK 2.1 Teori-Teori Yang Relevan Dengan Variabel Yang Diteliti 2.1.1 Pengertian Semantik Semantik ialah bidang linguistik yang mengkaji hubungan antara tanda-tanda

Lebih terperinci

KUNCI MENGENAL ISLAM LEBIH DALAM

KUNCI MENGENAL ISLAM LEBIH DALAM MODUL PENGENALAN KAIDAH BAHASA ARAB DASAR BAHASA ARAB KUNCI MENGENAL ISLAM LEBIH DALAM Diterbitkan oleh: MA HAD UMAR BIN KHATTAB YOGYAKARTA bekerjasama dengan RADIO MUSLIM YOGYAKARTA 1 ال م ف ر د ات (Kosakata)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi tersebut, manusia memerlukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia. Terkait dengan kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap sebagai

Lebih terperinci

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL Rahmi Harahap Program Studi S-1 Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Abstract Research on the structural

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dengan sesama manusia. Dalam berinteraksi juga dibutuhkan. bahwa bahasa berhubungan dengan hal-hal diluar bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dengan sesama manusia. Dalam berinteraksi juga dibutuhkan. bahwa bahasa berhubungan dengan hal-hal diluar bahasa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat pemersatu antara manusia satu dengan manusia yang lain. Manusia sebagai makhluk yang berbudaya juga butuh interaksi dengan sesama manusia. Dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, digunakan baik sebagai bahasa pengantar sehari-hari ataupun bahasa pengantar di lingkungan formal seperti bahasa pengantar sekolah,

Lebih terperinci

اللغة هي اصوات يعب ر بها كل قوم عن اغراضهم

اللغة هي اصوات يعب ر بها كل قوم عن اغراضهم BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam BAB III, akan dipaparkan metode, definisi operasional, uraian data dan korpus, instrumen, teknik pengumpulan, dan teknik pengolahan. Adapun pemaparan hal-hal tersebut

Lebih terperinci

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM PERNYATAAN KEASLIAN... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI.. DAFTAR TRANSLITRASI..

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM PERNYATAAN KEASLIAN... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI.. DAFTAR TRANSLITRASI.. DAFTAR ISI SAMPUL DALAM PERNYATAAN KEASLIAN.... PERSETUJUAN PEMBIMBING.... PENGESAHAN.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI.. DAFTAR TRANSLITRASI.. i ii iii iv v vi viii xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo Kabupaten Banggai Kepulauan Provinsi Sulawesi Tengah belum pernah dilakukan sebelumnya. Oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepustakaan yang Relevan Kajian tentang morfologi bahasa khususnya bahasa Melayu Tamiang masih sedikit sekali dilakukan oleh para ahli bahasa. Penulis menggunakan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam. Bahasa Karo, merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam. Bahasa Karo, merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam pembentukan dan pengembangan bahasa Indonesia. Sebelum mengenal bahasa Indonesia sebagian besar bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan kualitas manusia. Dimana manusia merupakan kekuatan sentral dalam pembangunan, sehingga mutu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi satu dengan yang lain. Dengan adanya bahasa, manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi satu dengan yang lain. Dengan adanya bahasa, manusia sebagai BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang membantu mereka untuk berinteraksi satu dengan yang lain. Dengan adanya bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari bahasa sebagai alat komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem lambang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia memiliki status sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang kebanggaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial mutlak akan saling

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial mutlak akan saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial mutlak akan saling berinteraksi dan berkomunikasi antara satu dengan

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian jenis proses campur kode menunjukkan hasil yang berbeda-beda antara bahasa yang satu dan bahasa yang lain karena subjek penelitian mereka pun berbeda-beda, baik dari

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM...... i PERNYATAAN KEASLIAN... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii PENGESAHAN... iv ABSTRAK... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TRANSLITERASI... xi BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pengguna bahasa selalu menggunakan bahasa lisan saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana,

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana, 2008:143). Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh para anggota

Lebih terperinci