BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan selalu berusaha untuk menekan biaya pengeluaran atau operasional perusahaan, untuk meningkatkan keuntungan atau laba yang diperoleh perusahaan, akan tetapi pada saat ini untuk meminimumkan biaya operasional tersebut sangatlah sulit, terlebih lagi perusahaan yang mempunyai usaha mendistribusikan barang. Dimana biaya operasional untuk mendistribusikan barang memerlukan biaya yang relatif tinggi, dikarenakan alat transportasi pendistribusian barang memerlukan bahan bakar yang lebih banyak. Terlebih lagi saat ini harga bahan bakar (BBM) melonjak tinggi yang mengakibatkan biaya operasional pendistribusian juga akan melonjak. Sehingga keuntungan dari hasil penjualan barang tersebut pada perusahaan akan memperoleh sedikit laba bahkan dapat berakibatkan kerugian pada perusahaan itu sendiri. Jaringan distribusi merupakan sesuatu yang menggambarkan pengiriman barang atau produk dari sejumlah asal ke tempat tujuan. Salah satu aspek paling penting dari perancangan jaringan distribusi adalah pengambilan keputusan tentang penentuan lokasi fasilitas baru seperti pusat distribusi (Agen) dan pengecer (Pangkalan). Keputusan tentang penentuan lokasi fasilitas baru ini merupakan faktor penting dalam menentukan apakah bahan-bahan akan mengalir dengan efisien melalui sistem distribusi. Sebagai kegiatan distribusi, perdagangan menjamin peredaran, penyebaran dan penyediaan barang melalui mekanisme pasar. Tidak adanya kontrol terhadap pendistribusian barang dapat menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Distribusi akan melibatkan pergerakan dan penyimpanan produk dari pabrik ke konsumen dengan pertambahan nilai dari produk. (Blanchard, 2004, Tersine 1994). 1

2 Faktor - faktor yang berpengaruh dalam kelancaran suatu proses distribusi antara lain sistem distribusi, penentuan rute distribusi dan alat transportasi. Transportasi mencerminkan seberapa cepat dan seberapa tepat produk dapat berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Ditunjukan sebagai time in transit, ketepatan waktu dalam pengangkutan dan ketepatan jasa (consistency of service). Jika suatu produk tidak tersedia pada saat dibutuhkan akan terjadi kerugian yang tidak terhitung, seperti kehilangan penjualan, ketidakpuasan konsumen, kehilangan kepercayaan konsumen dan keterlambatan produksi. Perencanaan pengiriman produk menjadi sangat vital terkait dengan minimasi total biaya distribusi yang terdiri dari biaya pengiriman dan biaya simpan (Sheikh, 2003, Taha, 2003, Dilworth, 1989). Menurut Philip Kottler (1994 : P42), kunci untuk mempertahankan pelanggan adalah menjaga serta mempertahankan kepuasan pelanggan. Rasa puas dan tidak puas, suka atau tidak suka berhubungan dengan sikap dan kepercayaan orang terhadap obyek produk. Karena itu selain melakukan promosi, perusahaan pun harus mampu mendistribusikan atau menyampaikan produk mereka dengan baik agar konsumen memperoleh banyak kemudahan untuk mendapatkan produk tersebut dalam jumlah dan waktu yang tepat, tetapi hal ini sering kali tidak terlaksana dengan baik karena adanya hambatan dalam pendistribusian seperti: biaya yang besar dan rute pendistribusian serta kapasitas yang kurang tepat. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan yang telah di uraikan diatas, diketahui bahwa biaya pengeluaran/ operasional perusahaan sangatlah penting, untuk meningkatkan keuntungan/ laba yang diperoleh perusahaan. Dengan mengetahui jaringan distribusi dapat juga mengurangi kerugian yang tidak terhitung, seperti kehilangan penjualan, ketidakpuasan konsumen, kehilangan kepercayaan konsumen dan keterlambatan produksi. Perencanaan pengiriman produk menjadi sangat vital sehingga diperlukan jarigan distribusi. 2

3 Dengan kemajuan ilmu pengetahuan ini kita dapat merencanakan jaringan pendistribusian dan mengetahui biaya oprasional. Salah satunya dengan bantuan Penginderaan Jauh (PJ) dan Sistem Informasi Geografi (SIG), kita dapat pemetakan jalur pendistribusian. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ini dilaksanakan pada beberapa masalah, antara lain: 1. Bagaimana peran penginderaan jauh dapat membantu dalam menyadap informasi jaringan jalan yang menghasilkan peta yang benar. 2. Bagaimana peran sistem informasi geografi dalam pengolah data jaringan jalan sebagai bantuan untuk menentuan rute optimal pendistribusian. Berdasarkan pemahaman tentang permasalahan dan kondisi yang telah disampaikan, penulis mengambil penelitian dengan judul Aplikasi Sistem Informasi Geografi Uuntuk Analisis Rute Optimal Pendistribusian LPG 3 Kg PT. Wina Putra Jaya Kota Yogyakarta 1.3 Tujuan Berdasarkan uraian permasalahan diatas maka tujuan dari penelitian ini anatara lain: 1. Membuat peta rute optimal pendistribusian LPG 3 kg. 2. Membandingkan hasil rute hasil network analisis dengan rute pengiriman empiris. 1.4 Manfaat Diharapkan penelitian tentang jalur optimal pendistribusian LPG 3 kg ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Memberikan masukan berupa informasi spasial bagi para pengusaha dalam mengelola operasiaonal pendistribusian barang. 2. Memberikan gambaran tentang bagaimana data penginderaan jauh dan analisa spasial sistem informasi geografi dapat membantu dalam menentukan jalur optimal pendistribusian barang. 3

4 3. Penerapana ilmu penginderaan jauh (PJ) dan sistem informasi geografi (SIG) mampu dipergunakan secara teknis di bidang perindutrian. 1.5 Tinjauan Pustaka Penginderaan jauh Penginderaan jauh adalah aktivitas penyadapan informasi tentang obyek atau gejala di permukaan bumi (dekat permukaan bumi) tanpa melalui kontak langsung. Sedangkan menurut Sutanto (1986) penginderaan jauh merupakan ilmu atau seni untuk memperoleh informasi tentang obyek atau gejala dengan cara menganalisa data yang diperoleh dengan alat tanpa kontak langsung dengan obyek. Karena tanpa kontak langsung kita mampu menganalisis permukaan bumi dengan bantuan citra atau foto udara. Dalam memerolehan data dengan teknik penginderaan jauh ini dapat menggunakan bantuan berupa wahana pesawat terbang atau satelit yang membawa sensor eletromagnetik untuk merekam permukaan bumi. Seperti gambar di bawah ini proses perekaman obyek permukaan bumi. Gambar 1.1 Perolehan data menggunakan teknik penginderaan jauh. 4

5 Setiap obyek di permukaan bumi akan memberikan reaksi yang berbeda beda terhadap sumber tenaga dalam salah satu komponen penginderaan jauh. Ada obyek yang menyerap (absorption), memantulkan (reflection) dan meneruskan (transmision) tenaga-tenaga tersebut. Sifat-sifat obyek atau interaksi terhadap gelombang elektromagnetik tersebutlah yang ditangkap Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sebuah sistem untuk pengolahan, penyimpanan, pemrosesan atau manipulas, analisis dan penayangan data yang mana data tersebut secara spasial (keruangan) terkait dengan muka bumi. Penggunaan SIG untuk pemrosesan data spasial identik dengan pemanfaatan perangkat keras komputer dan perangkat lunak SIG yang memiliki keunggulan dimana masukan data dapat diproses, diperbaharui dan dipanggil kembali sewaktu-wakru jika dibutuhkan. Hal ini memberikan keuntungan pada biaya kumulatif dalam jangka panjang, karena biaya untuk perbaikan dan penyediaan data selanjutnya dapat ditekan seminimal mungkin. Penerapan teknologi SIG saat ini telah meliputi berbagai bidang dan kegiatan dari organisasi, pemerintahan, dan swasta untuk perencanaan atau pemantauan. Teknologi ini dimanfaatkan untuk memecahkan suatu masalah, menentukan pilihan ataupun menentukan suatu kebijakan berdasarkan metoode analisis spasial dengan menggunakan komputer sebagai alat untuk pengolaan data sumberdaya yang diproses. Berbagai batasan SIG mengarah pada suatu pengertian SIG yang berkembang saat ini. Pengertian ini dikemukakan oleh Aronoff yang menyatakan bahwa suatu sistem informasi yang berdasarkan pada kerja komputer yang mempunyai kemampuan untuk menangani data geografis, meliputi kemampuan untuk memasukan, mengolah, memanipulasi, dan analisa data serta memberi keluaran hasil. 5

6 SIG merupakan alat yang bermanfaat untuk menangani data spasial yang mana di dalam SIG, data tersimpan dalam format digital. Jumlah data yang besar dapat disimpan dan diambil kembali secara cepat dengan biaya yang rendah dengan memanfaatkan sistem informasi berbasis kerja komputer. Keunggulan SIG yang lainnya adalah kemampuan manipulasi dan analisis data spasial dengan mengkaitkan data dan informasi atribut untuk menyatukan tipe data yang berbeda kedalam suatu analisis tunggal. Penerapan teknologi SIG yang berbasis kerja komputer di dalam pemrosesan data dan penyajian keluaran, dinamisasi proses masukan, klarifikasi, analisis, dan keluaran hasil yang memungkinkan sistem informasi ini dapat menerima dan memproses data dalam jumlah besar dan waktu relatif singkat. Perencanaan suatu tindakan maupun pengambilan keputusan memeperlukan analisis data yang menunjukan rujukan spasial atau geografis. Dikemukakan bahwa pengambilan keputusan memerlukan pengetahuan yang didukung oleh konsep yang mapan, sehingga informasi yang berkaitan dengan permasalahan harus dipilih dari sejumlah besar data untuk mengetahui keadaan permasalahan tersebut melalui pemrosesan dan analisis data. Menurut Aronoff, SIG terdiri dari beberapa komponen yang dapat digunakan untuk menangani data spasial, yaitu komponen masukan data, pengolahan data, manipulasi dan analisis data serta keluaran data. Uraian selanjutnya mengenai komponen-komponen SIG mengacu pada: 1. Komponen Masukan Data Komponen masukan data merupakan sumber data yang dapat digunakan dalam SIG. Sumber data ini antara lain berupa peta-peta, foto udara, citra satelit, data lapangan maupun tabel-tabel atribut yang berkaitan. Komponen ini harus menjamin konsistensi kualitas data dalam proses pemasukan dan penerimaan data agar hasilnya benar dan dapat dimanfaatkan. 6

7 2. Komponen Pengolahan Data Komponen pengolahadata SIG meliputi fungsi yang dibutuhkan untuk menyimpan atau menimbun dan memanggil kembali data dari arsip data dasar. Efisiensi fungsi ini harus diutamakan sehingga perlu dipilih sesuai dengan struktur data yang digunakan. Perbaikan data dasar unuk mengurangi, menambah, ataupun memperbaharui data dapat dilakukan pada komponen ini. 3. Komponen Manipulasi dan Analisis Data Fungsi-fungsi manipulas dan analisis data membedakan informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Komponen ini dapat digunakan mengubah format data dan memperoleh parameter. 4. Komponen Keluaran Data Komponen ini berfungsi untuk menanyakan informasi dan hasil analisis data spasial secara kualitatif maupun kuantitatif yang berupa peta-peta ataupun arsip elektronik, yaitu tabel-tabel dan statistik, data dasar lainnya. Keluaran data dapat digunakan sebagai dasar untuk identifikasi informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan dan perencanaan Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berbeda pada permukaan tanah, diatas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. (Undang- Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan: Pasal 1) Peran jalan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan: Pasal 5 adalah sebagai berikut: 1. Jalan sebagai bagian prasarana transportasi mempunyai peran penting dalam bidang ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, politik, 7

8 pertahanan dan keamanan, serta dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. 2. Jalan sebagai prasarana distribusi barang dan jasa merupakan urat nadi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Pengelompokan jalan menurut Warpani, (2002:85-86) dapat ditinjau berdasarkan daya dukung (kelas) jalan, fungsi jalan dan berdasarkan pengelolaannya. Penjelasan masing-masing pengelompokan jalan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pengelompokan jalan berdasarkan kelas jalan a. Jalan kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi milimeter, ukuran panjang tidak melebihi milimeter dan, muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton. b. Jalan kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi milimeter, ukuran panjang tidak melebihi milimeter dan, muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton. c. Jalan kelas IIIA, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi milimeter, ukuran panjang tidak melebihi milimeter dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari 8 ton. d. Jalan kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi milimeter, ukuran panjang tidak melebihi milimeter dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari 8 ton e. Jalan kelas III C, yaitu jalan arteri lokasi yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi milimeter, ukuran panjang tidak melebihi milimeter dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari 8 ton. 8

9 2. Pengelompokan jalan berdasarkan fungsi jalan a. Arteri primer, yaitu jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak berdampingan atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kedua. b. Arteri Sekunder, yaitu jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu, atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu lainnya, atau kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua. c. Kolektor primer, yaitu jalan yang menghubungkan antara kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua lainnya, atau kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga. d. Lokal primer, yaitu jalan yang menghubungkan persil dengan kota pada semua jenjang. e. Lokal Sekunder, yaitu jalan yang menghubungkan permukiman dengan semua kawasan sekunder. 3. Pengelompokan jalan berdasarkan pengelolaan jalan a. Jalan negara, yaitu jalan yang dibina oleh pemerintah pusat. b. Jalan propinsi, yaitu jalan yang dibina oleh pemerintah daerah propinsi. c. Jalan kabupaten, yaitu jalan yang dibina oleh pemerintah Kabupaten/Kota. d. Jalan desa, yaitu jalan yang dibina oleh pemerintah Desa Jaringan (Network) Demers 1997, Menguraikan bahwa garis tidak hanya menggambarkan simbol- simbol objek garis di permukaan bumi tapi juga dapat memiliki nilai manakala objek ini membentuk suatu jaringan (network) dari satu node ke node yang lain. Jaringan atau network dapat didefinisikan sebagai seperangkat garis hubung yang memiliki atribut tertentu yang menunjukkan adanya arus objek dari satu tempat ke tempat lain. 9

10 Network terdiri dari tiga bentuk utama: garis lurus, seperti jalan raya, garis bercabang, seperti alur sungai, dan sirkuit seperti jalan yang memiliki arah putar (Muehrcke, 1992 dalam Demers, 1997). Jenis ini dapat dibedakan menjadi directed network dan undirected network. Directed Network hanya memiliki satu arah arus saja dalam satu jalur, seperti sungai ataupun sesuatu yang berhubungan dengan hidrologi dan sistem utilitas. Sedangkan, undirected network mempunyai dua arah arus dalam satu jalur seperti jaringan transportasi. Dalam network analyst memungkinkan penggunanya untuk memodelkan beberapa rute jaringan seperti berikut : 1. Travel Cost : biaya rata- rata melintasi sebuah link, dimodelkan dalam satuan jarak, waktu, biaya atau satuan lain. 2. One Way Streets : satu jalan yang hanya dapat dilalui satu arah (dari arah tertentu). 3. Turn : tidak boleh berbelok atau memutar, left, right, straigth, u-turn. Pada satu perpotongan jalan tidak boleh berbelok, atau boleh berbelok dengan resiko bobot tertentu. 4. Over and Underpass : sebuah jala yang terletak diatas (Over pass) atau dibawah (Under Pass) jalan dimana pengguna tidak dapat berbelok atau memutar kearah secara langsung. 5. Closed Streets : jalan yang baru saja ditutup karena alasan tertentu untuk lalu lintas umum atau tipe jalan tertentu yang tidak memenuhi syarat. (Edi Prahasta,2004 dalam Anastasia Nina, 2011) Pada kota besar banyak sekali permasalahan yang berhubungan dengan jaringan, terutama jaringan transportasi. Jaringan transportasi merupakan jaringan khusus yang berkaitan dengan sarana tranportasi. Jaringan ini memuat arus kendaraan, biaya, rute ataupun kecepatan arus tersebut. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut maka diperlukan analisis terhadap jaringan atau disebut network analyst. Analisis jaringan sendiri merupakan suatu metode yang digunakan 10

11 untuk menyelesaikan permasalahan jaringan seperti kecepatan arus, keterjangkauan, atau pun kapasitas, menggunakan hubungan antar jaringan. Dewasa ini banyak perangkat lunak yang bisa digunakan untuk melakukan analisis jaringan, seperti ArcGIS ataupun arcview yang mampu melakukan analisis jaringan diantaranya : pemilihan rute (route solver), service area, jarak ke fasilitas terdekat (closest facility), ataupun pemilihan rute terbaik antara distributor kepada pelangan-pelangan (vehicle routing problem), dan lain-lain Karakteristik Citra Qiuckbird Citra Quickbird diluncurkan oleh DigitalGlobe pada tanggal 18 Oktober 2001 dengan mesin pendorong Boeing Delta II. Peluncuran dilakukan di pangkalan angkatan udara Vandenberg California, Amerika Serikat. Ketinggian orbit 450 km, waktu orbit 93,4 menit melewati khatulistiwa 10:30 am dan kemiringan 97,2 derajat sun synchronus. Quickbird menggunakan sensor BGIS 200 dan Digital Globe berhasil memodifikasi Quickbird untuk meningkatkan resolusi melalui pengaturan orbit terbang satelit, yaitu dari 1 meter ke 61 cm (pankromatik) dan dari 4 meter ke 2,44 meter (multispektral). Quickbird menggunakan sensor BGIS 200 dan memiliki saluran. Untuk lebih jelas tentang spesifikasi citra quickbird, tinggi wahana pengambilan data serta luas liputan perekaman dapat dilihat dibawah ini. Tabel 1.1 Spesifikasi citra Quickbird Informasi peluncuran Tanggal: 18 Oktober 2001 Peluncuran wahana: ( EDT) Kendaraan peluncur: Delta II Lokasi peluncuran: SLC-2W, Vandenberg Air Force Base, California Orbit Ketinggian: 450 km 98 derajat, sun-synchronous inclination Resolusi temporal: 1 sampai 3,5 hari berdasar pada latitude Pada resolusi piksel 60 cm Viewing angel: Agile spacecraft in- track and cross-track pointing 11

12 Periode: 93,6 menit Koleksi Per Orbit ~128 gigabits (approximately 57 single area image) Lebar cakupan dan Ukuran Nominal swath widht: 16,5-kilometer at nadir Accessible ground swath: 544- km centered on the satellite ground track (to ~30º off wilayah Areas of interest: Single area 16.5 km x 16.5 km Strip km x 165 km Akurasi metrik 23-meter circular eror, 17-meter linear error (tanpa ground control) Resolusi sensor & Panchromatic Multispectral rentang spectral 60-cm GSD (Ground Sample Distance) at nadir 2,4-meter GSD on nadir Blue: nanometer Green: nanometer Red: nanometer Near-IR: nanometer Julat dinamis 11 bits per piksel Komunikasi Payload Data Housekeeping 320 Mbps X-ban X-band from 4, 16 and 256 Kbps 2 Kbps S-band uplink ADCS Approch Tipe: 3-axis stabilized, star tracker/iru/reaction wheels, GPS Pointing and agility Accuracy: less than 0,5 milliradians absolute per axis Knowledge: less than 15 microradians per axis Stability: less than 10 microradians per second Onboard storage 128 Gbits capacity Masa orbit Bahan bakar untuk 7 tahun Berat 2400 pound, panjang 3,04-meter (10-ft) Sumber : 08/12/

13 Gambar : 1.2 Sketsa Satelit Quickbird Produk citra Quickbird ini dibagi ke dalam tiga level, yaitu : 1. Basic Imagery Produk ini merupakan produk citra yang paling sedikit dilakukan pemrosesan. Didesain untuk pengguna yang mempunyai kemampuan image processing yang handal. Produk ini sudah terkoreksi radiometri, terkoreksi sensor tetapi belum terkoreksi geometrinya. Karena belum terkoreksi geometri, maka proyeksi dan ellipsoid kartografinya belum diketahui. 2. Standard Imagery Produk ini didesain untuk pengguna yang menghendaki akurasi sedang dan atau cakupan area yang sempit. Pengguna yang menggunakan produk ini mempunyai kemampuan image processing 13

14 yang cukup dan mampu memanipulasi dan memanfaatkan citra untuk berbagai aplikasi. Resolusi bervariasi antara cm untuk pankromatik dan 2,4-2,8 meter untuk multispektral. 3. Orthorectified imagery Produk ini sudah menghapus kesalahan topografi dan ketelitian posisinya lebih baik, merupakan GIS ready, sebagai basemap untuk pembuatan atau revisi pemetaan database GIS atau untuk menunjuk keberdaan suatu kenampakan. Citra ini terkoreksi berdasarkan area of interest tanpa bereferensi pada kenampakannya sehingga citra ini mempunyai koordinat absolut Software ArcGIS Komputer bekerja atas dasar intruksi. sekumpulan intruksi diberikan untuk mengendalikan perangkat keras komputer. Sekumpulan intruktur inilah yang dikenal sebagai program komputer atau perangkat lunak (Software). Perngkat lunak biasanya di kelompokan menjadi program aplikasi (Application Program) dan program sistem (System Program). Program sistem atau disebut juga Operating System adalah program yang digunakan untuk mengontrol kemampuan komputer seperti CPU dan piranti masukan/ keluaran. Kedudukan program ini adalah sebagai perantara anatara program aplikasi dengan perangkat keras komputer. Program aplikasi adalah program yang dibuat untuk melakukan suatu tugas khusus. Perkembangan teknologi pada saat ini begitu pesat, hal ini juga terjadi pada perkembangan perangkat lunak yang digunakan dalam SIG dan pengolahan citra penginderaan jauh, tidak hanya kemampuan perangkat lunak yang bertambah canggih tetapi juga jumlah perangkat lunak tersebut makin bertambah. Walaupun secara umum software-software tersebut memiliki banyak kesamaan tetapi masing-masing software tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda. ArcGIS merupakan suatu software yang diciptakan oleh ESRI yang diguakan dalam Sistem Informasi Geografi ArcGIS merupakan software 14

15 pengolahan data spasial yang mampu mendukung berbagai format data gabungan dari tiga software yaitu ArcInfo, Arc View dan AcrEdit yang mempunyai kemampuan complete dalam geoprocessing, modelling dan scripting serta mudah diaplikasikan dalam berbagai tipe data. Dekstop ArcGIS terdiri dari 4 modul yaitu Arc MAP, Arc Catalog, Arc Globe dan Arc Toolbox dan model builder. 1. Arc Map mempunyai fungsi untuk menampilkan peta untuk proses analisis peta, proses editing peta dan juga dapat digunakan untuk mendesain secara kartografis. 2. Arc Catalog digunakan untuk management data atau mengatur managemen file-file, jika dalam windows fungsinya sama dengan Explore. 3. Arc Globe dapat digunakan untuk data yang terkait degan data yang universal, untuk menampilkan 3D, dan juga dapat digunakan untuk menampilkan Google Earth. 4. Arc Toolbox digunakan untuk menampilkan tool-tool tambahan. Model spasial adjusment merupakan suatu model tambahan yang digunakan untuk menggabungkan peta-peta yang memiliki cakupan wilayah yang sama tetapi hasil digitasinya berbeda. Dalam spasial adjusment terdapa 3 modul yang digunakan yaitu transformasi koordinat, rubber sheeting, dan edge match. Tranformasi koordinat merupakan suatu cara untuk merubah/ memindahkan suatu koordinat peta dari asal koordinat ke koordinat tujuan. Rubber sheeting digunakan untuk mengkoreksi kesalahan koordinat dengan geometric adjustment. Sama seperti transformasi koordinat, displacement link yang digunakan dalam rubber sheeting ini digunakan untuk menggambarkan feature yang dipindah. Edge match merupakan suatu proses untuk mengatur feature sepanjang edge dari suatu layer ke feature dari feature addjoint. Layer yang kurang akurat di-adjust, dan layer lainya sebagai control. Untuk lebih jelas tentang spesifikasi software ArcGIS dapat dilihat pada tabel dibawah ini. 15

16 Tabel 1.2 Spesifikasi software ArcGIS No Spesifikasi Uraian Keterangan 1 Nama Software ArcGIS Merupakan paket software yang digunakan oleh masyarakat geographic imaging (pencitraan mengenai ilmu bumi), dirancang untuk pengolahan citra dan GIS. 2 Versi/Release 10.1 Merupakan versi yang terbaru dari seri ArcGIS 10.X 3 Diluncurkan tahun 2012 Software ini mulai dipasarkan dan dipakai oleh banyak pengguna mulai tahun Pembuat Environment System Perusahaan pembuat software Sistem Research Institute Informasi Geografi yang berasal dari (ESRI) USA. Produk terkenal lainnya adalah 5 Minimum Hardware - Processor - RAM - VGA Card - Free space Pentium X 800 MHz minimum 512 MB 800 X color resolution 207 MB hard disk 6 Operating System Windows server 2003, NT 4.0, 2000, XP, Linux 7 Kategori Software GIS - Profesional IP - Viewer Arc/Info dan ArcView GIS Software ini menggunakan spesifikasi hardware yang besar karena data yang dapat diolah merupakan data yang kompleks baik data raster maupun vektor. Semakin tinggi kapasitas hardware yang ada maka akan lebih mempercepat proses pada saat analisis data. Software ini dapat beroperasi di berbagai macam sistem windows, minimal windows Software GIS ini termasuk profesional karena memiliki berbagai fasilitas input data hingga output data yang lengkap. Image processing software ini termasuk hanya viewer saja karena kurang memiliki fasilitas format data yang lengkap. 8 Struktur Data/File Raster dan vektor Mampu menampilkan data baik dari format raster maupun vektor. Sangat banyak mendukung format data raster seperti *.tiff dan lain-lain. Format data vektor yang didukung antara lain format data ErMapper yaitu *.ers. 9 Format Data/File *.shp *.shx *.dbf *.sbn *.sbx *.prj 10 Fasilitas pada Software *.shp format file yang menjelaskan feature geometri *.shx format file yang menjelaskan index pada feature geometri *.dbf format dbase yang menjelaskan tentang atribut feature *.prj format file hasil output 16

17 Inti (core) Input + editing On screen digitizing dan register and transform tools Editing : edit theme dan atributnya. Input (Digitasi on screen), yaitu proses pengubahan data grafis menjadi data grafis digital, dalam struktur data vektor yang disimpan dalam bentuk titik, garis dan area dengan mengguna kan mouse langsung pada komputer. Kesalahan hasil input dapat dikoreksi atau diedit dengan menggunakan fasilitas yang ada. Processing Overlay, buffering, 3D scene dan manipulasi analisis data lainnya. Processing merupakan fasilitas untuk menganalisis data yang ada seperti overlay peta, buffering dan sebagainya. Output (layout) 11 Fasilitas paket program yang terintegrasi dengan software inti Peta data grafis dan atribut Database Manager Avenue Fasilitas layout merupakan fungsi untuk membuat komposisi peta untuk dicetak dalam bentuk hardcopy. Database manager meng gunakan query builder dan fasilitas tabel (*dbf). Avenue merupakan fasilitas paket program yang berupa bahasa pemrograman untuk costumize data. 12 Format I/O data Data Raster : *.tiff *.prj *.bmp *.hdr Data Vektor : *.arc *.pnt *.shp *.mif *.dxf *.sdl *.xyz 13 Fasilitas khusus/fasilitas lainnya Sumber: - 3D analyst - Image analyst - Spasial analyst - Edit tools - X-tools - dan sebagainya Format input data yang mendukung software ArcGIS sangat banyak berupa format raster dan format vektor. Fasilitas-fasilitas khusus lainnya dapat digunakan dengan terlebih dahulu membuka extentions yang ada. 17

18 1.5.7 Transportasi dan Distribusi Barang Transaksi perdagangan adalah proses pemindahan barang dari penjual kepada pembeli dengan pembayaran yang dilakukan pembeli kepada penjual. Beralih atau perpindahan barang dagangan tersebut dapat terjadi melalui : 1. Dari gudang yang dimiliki penjual, menuju gudang atau tempat yang ditujuk oleh pembeli. 2. Dari pabrik dimana barang tersebut diproduksi menuju gudang atau tempat yang ditunjuk oleh pembeli 3. Dari lokasi pertambangan menuju gudang/ atau tempat pabrik di mana tambang tersebut dibutuhkan sebagai bahan baku. Untuk kelancaran proses pemindahan tersebut diperlukan rangkaian kegiatan yang disebut distribusi dan transportasi. Distribusi merupakan teknologi dalam ilmu ekonomi dan dalam kalangan perindustrian. Menurut Franks H. Woodward distribusi adalah kinerja dari semua aktivitas bisnis terlibat dalam bergerak yang baik dari titik pengolahan atau memproduksi titik penjualan kepada pelanggan dan akan mencakup : - Pergudangan - Matrial penanganan dan pengemasan - Dokumentasi dan pengiriman - Lalu lintas dan transportasi - Layanan purna jual kepada pelanggan Namun transportasi mempunyai peranan penting bagi industri karena produsen mempunyai kepentingan agar barangnya diangkut sampai kepada konsumen tepat waktu, tepat pada tempat yang ditentukan dan barang dalam kondisi baik. Lokasi industri atau gudang dapat mempengaruhi ketersedianya jasa pengangkutan. Transportasi merupakan factor penting diperhatikan, karena aktivitas pengangkutan memindahkan sampai ketujuan yang membutuhkan biaya. 18

19 Untuk melaksanakan kegiatan pengangkutan ada 4 jenis fasilitas transportasi yang dapat digunakan yaitu: 1. Angkutan kereta api 2. Angkutan jalan raya atau truck 3. Angkutan melalui air yaitu laut atau sungai 4. Angkutan udara Seperti dalam hal Jalur distribusi resmi LPG 3 kg bersubsidi yang diatur dalam sistem tata niaga yang berlaku adalah Pertamina sebagai badan usaha pelaksana penyediaan dan distribusi, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji (SPBBE), Agen, dan pangkalan sebagai sub penyalur yang menyalurkan LPG 3 kg bersubsidi kepada konsumen rumah tangga. Secara keseluruhan pola jalur distribusi dari Elpiji digambarkan sebagai berikut : Gambar : 1.3 Pola jalur distribusi Elpiji 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu kawasan tujuan wisata nomor dua setelah Bali. Disamping itu, Kota Yogyakarta sebagai ibukota Propinsi DIY terkenal dengan

Lebih terperinci

alternatif, contoh perdagangan usaha mikro kecil diantaranya apotek, toko alat tulis, warung kelontong, salon, pusat perbelanjaan kecil, warung

alternatif, contoh perdagangan usaha mikro kecil diantaranya apotek, toko alat tulis, warung kelontong, salon, pusat perbelanjaan kecil, warung BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perdagangan adalah kegiatan ekonomi yang mengaitkan antara para produsen dan konsumen. Sebagai kegiatan distribusi, perdagangan menjamin peredaran, penyebaran, dan

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) Sistem Informasi Geografis atau disingkat SIG dalam bahasa Inggris Geographic Information System (disingkat GIS) merupakan sistem informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata telah menjadi potensi andalan dan menjadi prioritas pengembang perekonomian bagi setiap negara, terlebih bagi negara berkembang seperti Indonesia

Lebih terperinci

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA? PENGUKURAN KEKOTAAN Geographic Information System (1) Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Permohonan GIS!!! Karena tidak pernah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komputer dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menyelesaikan berbagai persoalan. Sistem Informasi Geografi adalah suatu sistem manajemen berupa informasi

Lebih terperinci

[Type the document title]

[Type the document title] SEJARAH ESRI Sistem Informasi Geografis adalah suatu sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisa, dan menghasilkan data yang mempunyai referensi

Lebih terperinci

Pengertian Sistem Informasi Geografis

Pengertian Sistem Informasi Geografis Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu aspek yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu perusahaan dalam bertahan dan bersaing adalah dilakukan melalui proses sistem distribusi, dimana

Lebih terperinci

Pengantar Sistem Informasi Geografis O L E H : N UNUNG P U J I N U G R O HO

Pengantar Sistem Informasi Geografis O L E H : N UNUNG P U J I N U G R O HO Pengantar Sistem Informasi Geografis O L E H : N UNUNG P U J I N U G R O HO Outline presentasi Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG) Komponen SIG Pengertian data spasial Format data spasial Sumber

Lebih terperinci

Citra Satelit IKONOS

Citra Satelit IKONOS Citra Satelit IKONOS Satelit IKONOS adalah satelit inderaja komersiil pertama yang dioperasikan dengan tingkat ketelitian 1 meter untuk model pankromatik dan 4 meter untuk model multispektral yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh daya beli masyarakat (Pasal 3, Undang-undang No. 14 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh daya beli masyarakat (Pasal 3, Undang-undang No. 14 Tahun 1992 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi jalan diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat, tertib dan teratur, nyaman dan efisien,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan fisik penggunaan lahan terutama di daerah perkotaan relatif cepat dibandingkan dengan daerah perdesaan. Maksud perkembangan fisik adalah penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Reformasi tahun 1998 membuka kesempatan seluas-luasnya bagi daerah dalam mengatur urusan rumah tangganya sendiri. Berbagai peraturan perundangundangan diterbitkan

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis saat ini tentunya sangat berpengaruh dalam strategi pemasaran sebuah produk.

1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis saat ini tentunya sangat berpengaruh dalam strategi pemasaran sebuah produk. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis saat ini tentunya sangat berpengaruh dalam strategi pemasaran sebuah produk. Era persaingan bisnis tidak hanya menuntut sebuah produk

Lebih terperinci

C. Prosedur Pelaksanaan

C. Prosedur Pelaksanaan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan peta-peta digital beserta data tabulernya, yaitu peta administrasi, peta tanah, peta geologi, peta penggunaan Lahan (Landuse), peta lereng,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan kota dapat diartikan sebagai perencanaan yang berkaitan dengan pengalokasian lahan dalam berbagai macam fungsi dan kegiatan (Hariyono 2010). Salah satu

Lebih terperinci

PRAKTIKUM SISTEM INFORMASI GEOGRAFI LAPORAN PRAKTIKUM 7 BUFFER

PRAKTIKUM SISTEM INFORMASI GEOGRAFI LAPORAN PRAKTIKUM 7 BUFFER PRAKTIKUM SISTEM INFORMASI GEOGRAFI LAPORAN PRAKTIKUM 7 BUFFER OLEH ORIZA STEVA ANDRA (1201575) JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI PADANG KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan lahan menurut Malingreau (1978) (dalam Ritohardoyo, 2009) adalah segala macam campur tangan manusia, baik secara permanen ataupun secara skil terhadap suatu

Lebih terperinci

Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang

Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum tahun 1940-an analisis geografis dilakukan dengan melakukan tumpung tindih (overlay) beberapa jenis peta pada area tertentu. Namun sejak tahun 1950- an dikembangkan

Lebih terperinci

Pengantar Teknologi. Informasi (Teori) Minggu ke-11. Geogrphical Information System (GIS) Oleh : Ibnu Utomo WM, M.Kom UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

Pengantar Teknologi. Informasi (Teori) Minggu ke-11. Geogrphical Information System (GIS) Oleh : Ibnu Utomo WM, M.Kom UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Pengantar Teknologi FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO http://www.dinus.ac.id Informasi (Teori) Minggu ke-11 Geogrphical Information System (GIS) Oleh : Ibnu Utomo WM, M.Kom Definisi GIS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penutupan Lahan dan Perubahannya Penutupan lahan menggambarkan konstruksi vegetasi dan buatan yang menutup permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penginderaan Jauh Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan

Lebih terperinci

17.2 Pengertian Informasi Geografis

17.2 Pengertian Informasi Geografis Bab 17 Sistem Informasi Geografis 17.1 Pendahuluan Sistem informasi geografis atau SIG merupakan suatu sistem berbasis komputer yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, menggabungkan, mengatur mentransformasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk telah menyebabkan meningkatnya permintaan jumlah tempat tinggal. Permintaan yang tinggi akan tempat tinggal, kurang sebanding dengan luasan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjalankan sistem informasi ini adalah sebagai berikut : a. Processor Pentium III 1 Ghz

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjalankan sistem informasi ini adalah sebagai berikut : a. Processor Pentium III 1 Ghz BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi Perangkat Keras minimum yang diperlukan untuk menjalankan sistem informasi ini adalah sebagai berikut : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi penggunaan lahan dinamis, sehingga perlu terus dipantau. dilestarikan agar tidak terjadi kerusakan dan salah pemanfaatan.

BAB I PENDAHULUAN. kondisi penggunaan lahan dinamis, sehingga perlu terus dipantau. dilestarikan agar tidak terjadi kerusakan dan salah pemanfaatan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan sangat diperlukan untuk kelanjutan hidup manusia. Kemajuan pembangunan di suatu wilayah sejalan dengan peningkatan jumlah pertumbuhan penduduk yang diiringi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Perkembangan kota yang semakin pesat membuat banyak bangunan didirikan dimana-mana dan tentunya akan merubah tata ruang yang telah ada.

1. PENDAHULUAN Perkembangan kota yang semakin pesat membuat banyak bangunan didirikan dimana-mana dan tentunya akan merubah tata ruang yang telah ada. SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DENGAN TEKNIK GEODESIGN DALAM PERENCANAAN TATA RUANG KECAMATAN BEKASI TIMUR Dr. Lintang Yuniar B., MSc *), Novitasari Kuswidyandari **) Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 14 Sesi NGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI A. MODEL DATA SPASIAL Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. a. Model Data Vektor

Lebih terperinci

PRAKTIKUM-2 PENGENALAN ARCVIEW

PRAKTIKUM-2 PENGENALAN ARCVIEW PRAKTIKUM-2 PENGENALAN ARCVIEW Tujuan: - Mahasiswa dapat mengenal software Arcview beserta menu-menu yang terdapat di dalamnya - Mahasiswa dapat mengoperasikan software Arcview Pendahuluan Software ArcView

Lebih terperinci

Aplikasi Penentuan Rute Terbaik Berbasis Sistem Informasi Geografis

Aplikasi Penentuan Rute Terbaik Berbasis Sistem Informasi Geografis Aplikasi Penentuan Rute Terbaik Berbasis Sistem Informasi Geografis Much Aziz Muslim Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Stikubank Semarang email : a212@unisbank.ac.id ABSTRAK : Sistem informasi

Lebih terperinci

A. Pendahuluan Sistem Informasi Geografis/GIS (Geographic Information System) merupakan bentuk cara penyajian informasi terkait dengan objek berupa

A. Pendahuluan Sistem Informasi Geografis/GIS (Geographic Information System) merupakan bentuk cara penyajian informasi terkait dengan objek berupa A. Pendahuluan Sistem Informasi Geografis/GIS (Geographic Information System) merupakan bentuk cara penyajian informasi terkait dengan objek berupa wilayah dalam bentuk informasi spatial (keruangan). GIS

Lebih terperinci

MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA

MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA A. Tujuan Praktikum - Praktikan memahami dan mampu melakukan register peta raster pada MapInfo - Praktikan mampu melakukan digitasi peta dengan MapInfo B. Tools MapInfo

Lebih terperinci

Web GIS untuk Bank Swasta di Kota Semarang

Web GIS untuk Bank Swasta di Kota Semarang Web GIS untuk Bank Swasta di Kota Semarang Much Aziz Muslim Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Stikubank Semarang email : a212@unisbank.ac.id ABSTRAK : Masyarakat membutuhkan informasi mengenai

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PEMETAAN JARINGAN PIPA DAN TITIK PROPERTI PELANGGAN DI PT AETRA AIR TANGERANG

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PEMETAAN JARINGAN PIPA DAN TITIK PROPERTI PELANGGAN DI PT AETRA AIR TANGERANG SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PEMETAAN JARINGAN PIPA DAN TITIK PROPERTI PELANGGAN DI PT AETRA AIR TANGERANG Ardiansyah 1, Kardono 2 Program Studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas

Lebih terperinci

Jumlah Penduduk (Orang) Kecamatan

Jumlah Penduduk (Orang) Kecamatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi mengenai penggunaan lahan dan perubahnnya mempunyai peran penting untuk mengetahui dinamika perubahan penggunaan lahan itu sendiri. Perubahan penggunaan lahan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Windhu Purnomo FKM UA 2013 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memeriksa, mengintegrasi, memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi perangkat keras minimum yang digunakan untuk dapat menjalankan aplikasi dengan baik adalah : a. Prosesor

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika FT UGM TGGM KARTOGRAFI DIGITAL. Oleh Gondang Riyadi. 21 March 2014 Kartografi - MGR

Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika FT UGM TGGM KARTOGRAFI DIGITAL. Oleh Gondang Riyadi. 21 March 2014 Kartografi - MGR KARTOGRAFI DIGITAL Oleh Gondang Riyadi hal 1 Perkembangan Teknologi Pemetaan Teknologi pemetaan yang pada awalnya dilakukan secara manual (konvensional) bergeser kearah digital. Termasuk di dalamnya teknik

Lebih terperinci

BAB IV. Ringkasan Modul:

BAB IV. Ringkasan Modul: BAB IV REKTIFIKASI Ringkasan Modul: Pengertian Rektifikasi Menampilkan Data Raster Proses Rektifikasi Menyiapkan Semua Layer Data Spasial Menyiapkan Layer Image Menambahkan Titik Kontrol Rektifikasi Menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Batasan Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Batasan Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menambah layanan jaringan Internet kabel baru di kota Yogyakarta, membutuhkan perhitungan yang benar-benar spesifik. Pelanggan baru yang ingin memasang Internet

Lebih terperinci

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL INFRASTRUKTUR

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL INFRASTRUKTUR LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 25/PRT/M/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT PROSEDUR

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN (Kuliah ke 12)

SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN (Kuliah ke 12) SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN (Kuliah ke 12) SISTEM MANAJEMEN BASIS DATA Oleh: Dr.Ir. Yuzirwan Rasyid, MS Beberapa Subsistem dari SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS 1. Subsistem INPUT 2. Subsistem MANIPULASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada waktu sekarang dalam perekonomian manapun di permukaan bumi ini tumbuh dan berkembang berbagai macam lembaga keuangan. Semua lembaga keuangan tersebut mempunyai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Contoh Pembagian Rayon dalam Suatu Wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Contoh Pembagian Rayon dalam Suatu Wilayah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan otonomi yang dimiliki perusahaan daerah untuk mengelola air minum menghadapi masalah pemetaan. Masalah pemetaan ini disebabkan oleh pembagian wilayah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personil yang dirancang secara efisien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penginderaan jauh didefinisikan sebagai proses perolehan informasi tentang suatu obyek tanpa adanya kontak fisik secara langsung dengan obyek tersebut (Rees, 2001;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Aetra Air Tangerang merupakan perusahaan hasil kerjasama pemerintah kabupaten Tangerang dengan pihak swasta (KPS) yang menyuplai kebutuhan air bersih bagi penduduk

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN 16/09/2012 DATA Data adalah komponen yang amat penting dalam GIS SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN Kelas Agrotreknologi (2 0 sks) Dwi Priyo Ariyanto Data geografik dan tabulasi data yang berhubungan akan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Pelayanan kesehatan, Georaphical Information System (GIS), Kebumen, Rumah sakit dan puskesmas

ABSTRAK. Kata kunci: Pelayanan kesehatan, Georaphical Information System (GIS), Kebumen, Rumah sakit dan puskesmas Pemodelan Profil Prasarana Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Kebumen Menggunakan Sistem Informasi Geografis / GIS Mahmud Husein S Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam penyelesaian masalah keruangan (spasial) di Indonesia sangat dibutuhkan, dimana peran sertanya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. listrik harus bisa men-supplay kebutuhan listrik rumah tangga maupun

BAB I PENDAHULUAN. listrik harus bisa men-supplay kebutuhan listrik rumah tangga maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan energi utama yang digunakan hampir diseluruh sisi kehidupan manusia saat ini dimana semua aktifitas manusia berhubungan dengan energi listrik.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Status administrasi dan wilayah secara administrasi lokasi penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Status administrasi dan wilayah secara administrasi lokasi penelitian TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Lokasi Penelitian Status administrasi dan wilayah secara administrasi lokasi penelitian berada di kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar. Kecamatan Lhoknga mempunyai 4 (empat)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan dan aktivitas penduduk sekarang ini meningkat terutama terjadi di daerah perkotaan, sehingga daerah perkotaan pada umumnya mengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem transportasi adalah suatu kesatuan dari elemen elemen, komponen komponen yang saling mendukung dan bekerja sama dalam pengadaan transportasi yang memiliki jangkaun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di bumi terdapat kira-kira 1,3 1,4 milyar km³ air : 97,5% adalah air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh : Misbakhul Munir Zain 3506100055 Program Studi Teknik Geomatika ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Email

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) 24/09/2012 10:58 Sistem (komputer) yang mampu mengelola informasi spasial (keruangan), memiliki kemampuan memasukan (entry), menyimpan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PROTOTIPE SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENYEBARAN RUTE ANGKUTAN UMUM KOTA SEMARANG

PENGEMBANGAN PROTOTIPE SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENYEBARAN RUTE ANGKUTAN UMUM KOTA SEMARANG PENGEMBANGAN PROTOTIPE SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENYEBARAN RUTE ANGKUTAN UMUM KOTA SEMARANG Afif Luthfi Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian Nuswantoro Email : luthrev@gmail.com ABSTRAK : Tugas Akhir

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemetaan Sawah Baku 2.2. Parameter Sawah Baku

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemetaan Sawah Baku 2.2. Parameter Sawah Baku II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemetaan Sawah Baku Mega isu pertanian pangan dan energi, mencakup: (1) perbaikan estimasi produksi padi, dari list frame menuju area frame, (2) pemetaan lahan baku sawah terkait

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS - PENGENALAN AWAL MENGENAI SIG & KONSEP DASAR SIG OUTLINE

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS - PENGENALAN AWAL MENGENAI SIG & KONSEP DASAR SIG OUTLINE SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS - PENGENALAN AWAL MENGENAI SIG & KONSEP DASAR SIG MINGGU KE 2 Materi 1 OUTLINE 2 1. SEKILAS TENTANG PETA Komponen Peta 2. SUMBER INFORMASI GEOGRAFIS 3. DEFINISI SIG 4. SEJARAH

Lebih terperinci

BAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING

BAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING BAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING APLIKASI GIS UNTUK PEMBUATAN PETA INDIKATIF BATAS KAWASAN DAN WILAYAH ADMINISTRASI DIREKTORAT PENGUKURAN DASAR DEPUTI BIDANG SURVEI, PENGUKURAN DAN PEMETAAN BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Coding SIG

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Coding SIG SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Coding SIG Disusun Oleh : ADI MAHENDRA (201031118) AGUSTINUS SUAGO (200931057) HENDRA TANGDILINTIN (200831113) MUHAMMAD ISHAK (201231014) ZUHRUF F.H (200631021) SUTRISNO (200931046)

Lebih terperinci

GIS UNTUK PENATAAN DAN MANAJEMEN TATA RUANG

GIS UNTUK PENATAAN DAN MANAJEMEN TATA RUANG GIS UNTUK PENATAAN DAN MANAJEMEN TATA RUANG Dinar DA Putranto dwianugerah@yahoo.co.id PENGERTIAN RUANG Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara sebagai satu kesatuan

Lebih terperinci

Tujuan. Model Data pada SIG. Arna fariza. Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 4/7/2016

Tujuan. Model Data pada SIG. Arna fariza. Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 4/7/2016 Model Data pada SIG Arna fariza Politeknik elektronika negeri surabaya Tujuan Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 1 Materi Sumber data spasial Klasifikasi

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 95 BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi perangkat keras minimum yang digunakan untuk menjalankan aplikasi ini dengan baik adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem informasi adalah suatu sistem manusia dan mesin yang terpadu untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen, dan pengambilan keputusan. Tujuan dari sistem

Lebih terperinci

REMOTE SENSING AND GIS DATA FOR URBAN PLANNING

REMOTE SENSING AND GIS DATA FOR URBAN PLANNING REMOTE SENSING AND GIS DATA FOR URBAN PLANNING Jarot Mulyo Semedi disampaikan pada: Workshop Continuing Professional Development (CPD) Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota Jakarta, 7 Oktober 2016 Isi Presentasi

Lebih terperinci

Analisis Ketelitian Objek pada Peta Citra Quickbird RS 0,68 m dan Ikonos RS 1,0 m

Analisis Ketelitian Objek pada Peta Citra Quickbird RS 0,68 m dan Ikonos RS 1,0 m Jurnal Rekayasa LPPM Itenas No. 3 Vol. XIV Institut Teknologi Nasional Juli September 2010 Analisis Ketelitian Objek pada Peta Citra Quickbird RS 0,68 m dan Ikonos RS 1,0 m BAMBANG RUDIANTO Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penginderaan jauh merupakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni perolehan informasi objek di permukaan Bumi melalui hasil rekamannya (Sutanto,2013). Objek di permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini kota-kota besar di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam bidang industri, sarana transportasi, perluasan daerah pemukiman dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

Gambar 1. prinsip proyeksi dari bidang lengkung muka bumi ke bidang datar kertas

Gambar 1. prinsip proyeksi dari bidang lengkung muka bumi ke bidang datar kertas MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA A. Tujuan Praktikum - Praktikan memahami dan mampu melakukan register peta raster pada MapInfo - Praktikan mampu melakukan digitasi peta dengan MapInfo B. Tools MapInfo

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Umum Proses aplikasi rute tercepat akan menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak yang memiliki spesifikasi sama agar proses penentuan rute ini dapat

Lebih terperinci

Informasi Geografis untuk Kepadatan Lalu Lintas

Informasi Geografis untuk Kepadatan Lalu Lintas Informasi Geografis untuk Kepadatan Lalu Lintas I Wayan S. Wicaksana, Anastasia, Eko Sri, Indah Kusuma Wardani, Nicky Suryo, Prima Gusti Hanum Program Studi Teknik Informatika Universitas Gunadarma iwayan@staff.gunadarma.ac.id,

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. dari Sistem Informasi Geografi(SIG) ini adalah sebagai berikut:

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. dari Sistem Informasi Geografi(SIG) ini adalah sebagai berikut: BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 4.1 Implementasi 4.1.1 Spesifikasi Hardware Spesifikasi minimum hardware yang diperlukan untuk menjalankan aplikasi dari Sistem Informasi Geografi(SIG) ini adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Hidrologi sebagai cabang ilmu yang basisnya adalah pengukuran Fenomena Alam, dihadapkan pada tantangan bagaimana memodelkan atau memprediksi proses hidrologi pada

Lebih terperinci

REGISTRASI PETA TUTORIAL I. Subjek Matter: 1.1 GEOFERENSING 1.2 COORDINAT GEOMETRIK (COGO)

REGISTRASI PETA TUTORIAL I. Subjek Matter: 1.1 GEOFERENSING 1.2 COORDINAT GEOMETRIK (COGO) TUTORIAL I REGISTRASI PETA Subjek Matter: 1.1 GEOFERENSING 1.2 COORDINAT GEOMETRIK (COGO) A. Dasar Teori Peta dasar yang digunakan sebagai sumber dalam pemetaan yang berupa gambar citra/peta hasil proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aplikasinya di berbagai area telah meningkat pesat. Hal ini ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. aplikasinya di berbagai area telah meningkat pesat. Hal ini ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian mengenai transportasi dan aplikasinya di berbagai area telah meningkat pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era Teknologi merupakan era dimana informasi serta data dapat didapatkan dan ditransfer secara lebih efektif. Perkembangan ilmu dan teknologi menyebabkan kemajuan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DATA DAN INFORMASI TATA RUANG KABUPATEN/KOTA BERBASIS CITRA SATELIT DAN GIS PENGANTAR Pesatnya perkembangan teknologi informasi membawa perubahan yang besar di berbagai bidang termasuk bidang

Lebih terperinci

3/17/2011. Sistem Informasi Geografis

3/17/2011. Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis Pendahuluan Data yang mengendalikan SIG adalah data spasial. Setiap fungsionalitasyang g membuat SIG dibedakan dari lingkungan analisis lainnya adalah karena berakar pada keaslian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a) Purwadhi (1994) dalam Husein (2006) menyatakan: perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan data, serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a) Purwadhi (1994) dalam Husein (2006) menyatakan: perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan data, serta BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi Geografis (SIG) 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Ada beberapa pengertian dari sistem informasi geografis, diantaranya yaitu: a) Purwadhi (1994) dalam

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. 4.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Perangkat Lunak. a. Processor Intel Pentium 4 atau lebih tinggi

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. 4.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Perangkat Lunak. a. Processor Intel Pentium 4 atau lebih tinggi BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Perangkat Lunak 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Persyaratan minimum perangkat keras agar nantinya dapat bekerja optimal adalah : a.

Lebih terperinci

Session_02 February. - Komponen SIG - Unsur-unsur Essensial SIG. Matakuliah Sistem Informasi Geografis (SIG)

Session_02 February. - Komponen SIG - Unsur-unsur Essensial SIG. Matakuliah Sistem Informasi Geografis (SIG) Matakuliah Sistem Informasi Geografis (SIG) Oleh: Ardiansyah, S.Si GIS & Remote Sensing Research Center Syiah Kuala University, Banda Aceh Session_02 February - Komponen SIG - Unsur-unsur Essensial SIG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara yang berada di bumi merupakan komponen yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Penggunaannya akan tidak terbatas selama udara mengandung unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, Sistem Informasi Geografis merupakan Sistem. yang dapat menjelaskan situasi dan keadaan tempat tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, Sistem Informasi Geografis merupakan Sistem. yang dapat menjelaskan situasi dan keadaan tempat tersebut. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sebagaimana diketahui, Sistem Informasi Geografis merupakan Sistem Informasi yang menunjukkan letak atau pemetaan pada suatu tempat. Dimana yang dapat menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena diperlukan dalam setiap kegiatan manusia, seperti untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi tersebut. Berkembangnya teknologi informasi dan komputer

BAB I PENDAHULUAN. informasi tersebut. Berkembangnya teknologi informasi dan komputer BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekembangan teknologi informasi dan komputer yang sangat pesat dewasa ini semakin luas. Komputer merupakan alat bantu yang memberikan kemudahan bagi manusia untuk

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA Agus Rudiyanto 1 1 Alumni Jurusan Teknik Informatika Univ. Islam Indonesia, Yogyakarta Email: a_rudiyanto@yahoo.com (korespondensi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Sistem Informasi Geografis (GIS) Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic Information System (GIS) merupakan suatu sistem berbasiskan komputer yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Sistem Sistem dapat didefinisikan sebagai sekumpulan objek, ide, berikut saling keterkaitannya (inter-relasi) di dalam (usaha) mencapai suatu tujuan (atau sasaran bersama

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian 22 METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Sukabumi, Jawa Barat pada 7 wilayah kecamatan dengan waktu penelitian pada bulan Juni sampai November 2009. Pada lokasi penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS SPASIAL PENENTUAN LOKASI KESEHATAN DI KOTA SALATIGA

ANALISIS SPASIAL PENENTUAN LOKASI KESEHATAN DI KOTA SALATIGA Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi - Vol. 4 No. 1 Maret 2013 ANALISIS SPASIAL PENENTUAN LOKASI KESEHATAN DI KOTA SALATIGA Agus Santoso Program Studi Sistem Informasi STMIK ProVisi Semarang bigsevencode@gmail.com

Lebih terperinci

SIG berdasarkan penggunaannya. Data PENUNJAN G. Data DASAR. Data POKOK

SIG berdasarkan penggunaannya. Data PENUNJAN G. Data DASAR. Data POKOK BAB XVI PENGERTIAN SIG berdasarkan penggunaannya Data DASAR Data PENUNJAN G Data POKOK SIG berdasarkan sumbernya Data Primer yaitu data yang lansung diperoleh dengan mengadakan survei, pengamatan atau

Lebih terperinci

Identifikasi Kawasan Rawan Kebakaran di Martapura Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan dengan Sistem Informasi Geografis

Identifikasi Kawasan Rawan Kebakaran di Martapura Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan dengan Sistem Informasi Geografis Identifikasi Kawasan Rawan Kebakaran di Martapura Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan dengan Sistem Informasi Geografis Nisfi Sasmita 1, Rina Reida 1, Ida Parida Santi 1, Daratun Nurahmah 1, Neny Kurniawati

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Maret sampai bulan November 2009. Objek penelitian difokuskan pada wilayah Kota Banjarmasin, Yogyakarta, dan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAERAH BANJIR DI DKI JAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN ARC VIEW

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAERAH BANJIR DI DKI JAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN ARC VIEW PERANCANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAERAH BANJIR DI DKI JAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN ARC VIEW Created by : Adeline Narwastu, Eri Prasetyo Sistem Informasi / Universitas Gunadarma Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

Tujuan. Pengenalan SIG

Tujuan. Pengenalan SIG Pengenalan SIG Tujuan Mengerti konsep sistem informasi geografis Mengerti model data pada SIG Memahami proses membangun SIG Dapat merancang dan membangun sistem informasi geografis 1 Materi Pengenalan

Lebih terperinci