alternatif, contoh perdagangan usaha mikro kecil diantaranya apotek, toko alat tulis, warung kelontong, salon, pusat perbelanjaan kecil, warung
|
|
- Susanto Kurnia
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perdagangan adalah kegiatan ekonomi yang mengaitkan antara para produsen dan konsumen. Sebagai kegiatan distribusi, perdagangan menjamin peredaran, penyebaran, dan penyediaan barang melalui mekanisme pasar. (Marwati Djoened, 2002). Rondinelli (1985) berpendapat bahwa dalam interaksi ekonomi keterkaitan integrasi spasial yang sangat penting adalah adanya jaringan pasar melalui pelayanan komoditi, bahan baku yang berinteraksi antara pusat perdagangan dengan permukiman. Pada umumnya jika ada aksesibilitas bagi pembeli maupun pedagang, maka pasar yang diciptakan oleh adanya aktifitas perekonomian akan berkembang karena dibutuhkan oleh masyarakat. Daerah yang memiliki lokasi strategis dan mempunyai sarana prasarana transportasi yang baik akan cepat berkembang perekonomiannya dibanding dengan wilayah yang memiliki letak yang kurang strategis dan jauh dari kegiatan perdagangan. Kota Yogyakarta dikenal dengan sebutan kota budaya dan kota pelajar. Di Yogyakarta terdapat banyak tempat tempat kebudayaan, tempat tujuan wisata dan banyak perguruan tinggi. Dapat dikatakan bahwa Kota Yogyakarta memiliki daya tarik orang dari luar kota untuk belajar dan menimba ilmu di Kota Yogyakarta ini. Dengan adanya banyak pendatang ini, Kota Yogyakarta menjadi semakin ramai. Banyak penduduk yang memiliki modal kecil sampai besar yang memanfaatkan peluang ini dalam bentuk usaha berskala kecil atau berskala besar yang menjadi sumber penghasilan utama baik bagi penduduk setempat maupun pendatang. Program pembangunan dalam mengembangkan koperasi dan UKM di DIY, salah satunya adalah memberdayakan usaha mikro kecil dan menengah yang disinergikan dengan kebijakan program dari pemerintah pusat. Tujuan dari ekonomi mikro adalah menganalisis pasar beserta mekanismenya yang membentuk harga relatif kepada produk dan jasa, dan alokasi dari sumber terbatas di antara banyak penggunaan 1
2 alternatif, contoh perdagangan usaha mikro kecil diantaranya apotek, toko alat tulis, warung kelontong, salon, pusat perbelanjaan kecil, warung makan, laundry, dan lain lain. Berkembangnya usaha mikro kecil yang didukung dengan bertambahnya lokasi wisata dan institusi pendidikan, secara otomatis akan menambah tingkat kebutuhan pendatang dari luar Yogyakarta. Salah satu kecamatan di Yogyakarta yang turut serta dalam perkembangan lokasi perdagangan adalah Kecamatan Mantrijeron, yang terletak di sisi selatan Yogyakarta, lebih tepatnya pada perbatasan Kota Yogyakarta dengan Kabupaten Bantul yang keadaan wilayahnya belum terlalu padat. Hal ini yang membuat para Investor semakin melirik daerah ini untuk dikembangkan menjadi kawasan perdagangan. Alasan lain karena Diana (2003) menyatakan bahwa faktor-faktor penentu berkembangnya lokasi perdagangan diantaranya jumlah penduduk pendukung, aksesibilitas, keterkaitan spasial, kelengkapan fasilitas perdagangan. Hal ini yang menyebabkan kawasan permukiman dan perekonomian semakin berkembang pesat. Penginderaan jauh memungkinkan perolehan data dengan lebih cepat dan lebih murah untuk penentuan lokasi kawasan perdagangan daripada cara terestrial dan dengan ketelitian yang dapat diterima (Sutanto, 1986). Beberapa data dan informasi yang didapat dari data penginderaan jauh dibutuhkan dalam penentuan lokasi kawasan perdagangan, sehingga peran penginderaan jauh sangat membantu dalam hal ini untuk efisiensi waktu dan biaya. Sistem Informasi Geografis (SIG) mempunyai kemampuan untuk menghasilkan informasi baru dengan cepat dan mudah, selain itu SIG merupakan suatu sistem yang dapat memuat data dengan rujukan spasial, yang dapat di analisis kemudian di konversi menjadi informasi untuk keperluan tertentu termasuk untuk penentuan lokasi kawasan perdagangan. Dengan demikian, pengaplikasian Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi memiliki arti penting dalam pemetaan potensi lokasi kawasan perdagangan. 2
3 1.2. Perumusan Masalah Bertambahnya jumlah penduduk memberikan indikasi semakin bertambahnya sumberdaya manusia yang dapat dimanfaatkan dalam menunjang pertumbuhan ekonomi yang ada. Tingginya minat masyarakat dalam bidang perdagangan secara tidak langsung membentuk suatu kawasan perdagangan. Terbentuknya kawasan perdagangan ini tidaklah secara abstrak, pemilihan lokasi usaha adalah hal utama yang pasti perlu dipertimbangkan. Lokasi yang strategis menjadi salah satu faktor penting dan sangat menentukan keberhasilan suatu usaha, karena sangat berpengaruh pada penghasilan. Pemilihan lokasi pada Kecamatan Mantrijeron memerlukan penataan dan perencanaan untuk kawasan perdagangan yang memungkinkan. Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi merupakan tekhnik yang dapat menyajikan secara cepat dan akurat, dari uraian tersebut timbul permasalahan yang menjawab : 1. Bagaimana cara memperoleh data dari Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi dalam penentuan lokasi kawasan perdagangan di Kecamatan Mantrijeron? 2. Bagaimana Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi dapat digunakan untuk membuat Peta Potensi Lokasi Kawasan Perdagangan di Kecamatan Mantrijeron? 1.3. Tujuan 1. Memanfaatkan data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi untuk menentukan potensi lokasi kawasan perdagangan di Kecamatan Mantrijeron. 2. Membuat Peta Potensi Lokasi Kawasan Perdagangan di Kecamatan Mantrijeron Kegunaan Penelitian 1. Memberikan masukan kepada pemerintah setempat dalam melakukan pembangunan untuk lokasi kawasan perdagangan di Kecamatan 3
4 Mantrijeron. 2. Meminimalkan kegiatan survei lapangan dengan cara memanfaatkan data Penginderaan Jauh dan SIG untuk mengetahui persebaran potensi lokasi kawasan perdagangan di Kecamatan Mantrijeron. 3. Sebagai salah satu persyaratan akademik dalam menyelesaikan program diploma Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi pada Sekolah Vokasi UGM Yogyakarta Tinjauan Pustaka Penginderaan Jauh Penginderaan jauh ialah ilmu atau seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis data yang telah diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah, atau gejala yang dikaji (Sutanto, 1986). Alat yang dimaksud ialah alat pengindera atau sensor. Pada umumnya sensor dipasang pada wahana (platform) yang berupa pesawat terbang, satelit, pesawat ulang-alik atau wahana lainnya. Hasil dari perekaman sensor tersebut berupa data penginderaan jauh. Data harus diterjemahkan menjadi informasi tentang obyek, daerah atau gejala yang diindera. Proses dari penerjemahan data menjadi informasi tersebut disebut dengan analisis atau interpretasi data. Komponen atau parameter yang terdapat dalam penginderaan jauh meliputi beberapa hal di bawah ini : a. Sumber Tenaga Terdapat dua macam sumber tenaga yang digunakan dalam penginderaan jauh. Kedua sumber tenaga tersebut meliputi sumber tenaga aktif dan sumber tenaga pasif. Sumber tenaga pasif diperoleh secara alami oleh sensor, sebagai contoh tenaga yang berasal dari sinar matahari, emisi/pancaran suhu bendabenda permukaan bumi. Sumber tenaga dari matahari mencapai bumi dipengaruhi oleh waktu (jam, musim), lokasi dan kondisi cuaca. Sedangkan sumber tenaga aktif ialah sensor secara aktif menyediakan energi sendiri dengan mengeluarkan sinyal terhadap obyek. Tenaga yang datang diterima oleh sensor 4
5 dapat berupa tenaga pantulan maupun tenaga pancaran yang berasal dari objek di permukaan bumi. b. Atmosfer Amosfer membatasi bagian spektrum elektromagnetik yang dapat digunakan dalam penginderaan jauh. Pengaruh tersebut merupakan fungsi panjang gelombang yang bersifat selektif. c. Interaksi antara Tenaga dan Obyek Tiap obyek memiliki karakteristik tertentu dalam memantulkan atau memancarkan tenaga ke sensor. Pengenalan obyek dilakukan dengan mengamati karakteristik spektral obyek terhadap masing-masing panjang gelombang yang digunakan yang tergambar pada citra. d. Sensor Tenaga yang datang dari obyek di permukaan bumi diterima dan direkam oleh sensor. Tiap sensor mempunyai kepekaan tersendiri terhadap bagian spektrum elektromagnetik.kemampuan sensor untuk menyajikan gambaran obyek terkecil disebut resolusi spasial yang menunjukkan kualitas sensor. e. Perolehan Data Perolehan data dapat dilakukan dengan cara manual yaitu dengan interpretasi visual, dan dapat pula secara digital yaitu dengan menggunakan komputer. f. Pengguna Data Pengguna data merupakan komponen penting dalam penginderaan jauh. Kerincian dan kesesuaiannya terhadap kebutuhan pengguna sangat menentukan diterima tidaknya data penginderaan jauh oleh para penggunanya. 5
6 Data penginderaan jauh yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan citra Quickbird serta dalam pengolahannya menggunakan salah satu software atau piranti lunak untuk pengolahan citra yaitu ArcGIS Sistem Informasi Geografi SIG adalah sistem untuk pengelolaan, pemrosesan (manipulasi), analisis dan penayangan data secara spasial terkait dengan muka bumi. (Linden, 1987). Secara sederhana salah satu manfaat SIG dalam data kekayaan sumberdaya alamiah adalah untuk mengetahui persebaran kawasan lahan, misalnya kawasan lahan potensial. Merencanakan suatu tindakan atau mengambil keputusan diperlukan analisis data yang mempunyai referensi geografis. Untuk pengambilan keputusan diperlukan pengetahuan yang didukung oleh konsep yang tertata. Informasi yang berkaitan dengan permasalahan harus dipilih dari sejumlah data yang ada apabila ingin mengetahui permasalahan yang dihadapi, melalui pemrosesan dan analisis. SIG terdiri dari beberapa subsistem yang dapat digunakan untuk memasukkan data, menyimpan, dan mengeluarkan informasi yang diperlukan. Secara garis besar komponen tersebut adalah sebagai berikut: a. Masukan Data Subsistem masukan data adalah fasilitas dalam SIG yang dapat digunakan untuk memasukkan data dan merubah bentuk asli ke bentuk yang dapat diterima dan dapat dipakai di dalam SIG. Masukan data yang bereferensi geografis dapat diperoleh dari berbagai sumber. Memasukkan data dalam SIG merupakan pekerjaan yang banyak menyita waktu. b. Pengelolaan Data Berbagai cara yang dapat digunakan dalam pengelolaan data akan sejalan dengan struktur data yang digunakan. Pengorganisasian data dalam bentuk arsip dapat dimanfaatkan dalam bentuk subsistem pengelolaan data. Perbaikan data 6
7 dasar dengan cara menambah, mengurangi, atau memperbarui dilakukan pada subsistem ini. c. Manipulasi dan Analisis Data Subsistem ini berfungsi untuk membedakan data yang akan diproses dalam SIG. Subsistem ini dapat digunakan untuk merubah format data, mendapatkan parameter dan melalui proses dalam penglolaan data dapat pula dijumpai hambatan. Data yang telah dimasukkan bisa dimanipulasi dan dianalisis dengan mengunakan software SIG. Pada tiap software mempunyai fasilitas yang memungkinkan untuk melakukan manipulasi dan analisis. Diantaranya adalah pengkaitan data atribut dengan data grafis, overlay, kalkulasi, dan lain-lain. Overlay dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu: - Identity adalah tumpangsusun antara dua data grafis dengan menggunakan data grafis pertama sebagai batas luarnya. - Union adalah tumpangsusun antara dua data grafis yang menghasilkan batas luar baru berupa gabungan antara batas luar data grafis pertama dan data grafis kedua. - Intersect adalah tumpangsusun antara dua data grafis dengan menggunakan data grafis kedua sebagai batas luarnya. - Update adalah tumpangsusun antara dua data dengan menghapus informasi grafis pada coverage input dan diganti dengan informasi coverage update. d. Keluaran Data (data output) Subsistem ini berfungsi untuk menayangkan informasi maupun hasil analisis data geografis secara kualitatif maupun kuantitatif. Keluaran data dapat berupa peta, tabel ataupun arsip elektronik. Melalui keluaran ini pengguna dapat malakukan identifikasi informasi yang diperlukan sebagai bahan dalam pengambilan kebijakan atau perencanaan. 7
8 ArcGIS ArcGIS 10.1 mulai dirilis oleh Esri pada awal tahun 2012 dengan bertemakan Sharing and Collaboration, dimana pengguna akan menemukan bahwa versi ini akan lebih memudahkan untuk analisis geospasial dan pemetaan pada lebih banyak pengguna tanpa pengguna tersebut harus ahli dalam GIS. ArcGIS merupakan Software pengolah data spasial yang mampu mendukung berbagai format data gabungan dari tiga software yaitu ArcInfo, ArcView dan ArcEdit yang mempunyai kemampuan lengkap dalam geoprocessing, modelling dan scripting serta mudah diaplikasikan dalam berbagai type data. Dekstop ArcGis terdiri dari 4 modul yaitu Arc Map, Arc Catalog, Arc Globe, dan Arc Toolbox dan model boolder. a. Arc Map mempunyai fungsi untuk menampilkan peta untuk proses, analisis peta, proses editing peta, dan juga dapat digunakan untuk mendesain secara kartografis. b. Arc Catalog digunakan untuk management data atau mengatur managemen file file, jika dalam Windows fungsinya sama dengan explorer. c. Arc Globe dapat digunakan untuk data yang terkait dengan data yang universal, untuk tampilan 3D, dan juga dapat digunkan untuk menampilkan geogle earth. d. Model Builder digunakan untuk membuat model builder / diagram alur. e. Arc Toolbox digunakan untuk menampilkan tools tools tambahan. Dalam penelitian ini menggunakan salah satu software SIG yaitu Arcgis 10.1 untuk pengolahan data spasial agar menjadi sebuah peta, berikut spesifikasinya: Tabel 1.1 Spesifikasi ArcGIS 10.1 No Spesifikasi Uraian Keterangan 1. Nama Software ArcGIS Merupakan paket software yang digunakan oleh masyarakat geographic imaging untuk 8
9 image processing dan GIS 2. Versi/release 10.0 / 10.1 Merupakan versi yang terbaru dari seri ArcGIS 3. Tahun peluncuran 4. Vendor/pembuat Environment System Research Institute (ESRI) 5. Minimum Hardware - Processor - RAM - VGA Card - Free Space 2010 software ini mulai dipasarkan dan dipakai oleh banyak pengguna - Intel Pentium 4, Intel Core Duo, atau Prosesor Xeon, SSE2 (atau lebih) - 2 GB atau lebih tinggi MB 800 x - Color resolution 207 MB Harddisk Perusahaan pembuat software SIG yang berasal dari USA Software ini menggunakan spesifikasi hardware yang besar karena data yang dapat diolah merupakan data yang kompleks baik data raster maupun vektor 6. Operating system 7. Kategori software Windows server 2003, NT 4.0, 2000, XP, Linux GIS Software ini dapat beroperasi di berbagai macam sistem windows 2000 Software ini termasuk 9
10 - Profesional profesional karena memiliki banyak fasilitas input atau output data yang Sumber: Citra Quickbird Quickbird merupakan satelit pertama yang diluncurkan oleh Digital Globe dengan tujuan untuk menghasilkan citra satelit resolusi tinggi untuk kepentingan komersial. Quickbird memliki resolusi spasial 0.6 meter untuk citra pankromatik (hitam-putih) serta 2.4 meter untuk citra multispektral (berwarna). Berikut spesifikasi dari citra quickbird. Tabel 1.2 Spesifikasi Citra Quickbird Peluncuran Orbit Perekaman Per Orbit Lebar Sapuan & Luas Area Ketelitian Tanggal : 18 Oktober 2001 Range waktu Peluncuran : GMT ( EDT) Roket Peluncur : Delta II Lokasi Peluncuran : SLC-2W, Vandenberg Air Force Base, California Tinggi: 450 km, 98 derajat, sun-synchronous inclination Putaran ke lokasi yg sama : 2-3 hari tergantung posisi Lintang Periode orbit : 93.4 minutes ~128 gigabits (sekitar 57 image area tunggal) Lebar Sapuan : 16.5 kilometer di atas nadir dan kemampuan sapuan tanah : 544 km di pusat daerah lintasan satelit (hingga ~30 off-nadir) Areas of interest Single Area: 16.5 km x 16.5 km Strip: 16.5 km x 115 km Kesalahan radius 23 meter, dan kesalahan linear 17 meter (tanpa titik kontrol) 10
11 Resolusi Sensor & Spectral Bandwidth Dynamic Range Kapasitas Penyimpanan Pankromatik 61 centimeter (2 ft) Ground Sample Distance (GSD) pada nadir Black & White: 445 s/d 900 nanometer 11-bit per pixel 128 gigabit Multispektral 2.4 meter (8 ft) GSD pada nadir Blue: nanometer Green: nanometer Red: nanometer Near-IR: nanometer Dimensi & Umur Satelit Sumber : Perkiraan usia : s/d tahun 2010 Bobot : 1050 Kg, panjang 3.04-meter (10-ft) Kota dan Fungsi Kota Dari segi geografi, kota merupakan sebuah bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur yang alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya (Bintarto, 1987). Pembangunan kota termasuk dalam upaya untuk mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik dan juga artinya mengadakan proses agar kota lebih berperan. Berdasarkan fungsinya kota dikelompokkan menjadi 6 yaitu kota sebagai pusat produksi, kota sebagai pusat perdagangan, kota sebagai pusat pemerintahan, kota sebagai pusat kebudayaan, kota sebagai pusat kesehatan, dan kota sebagai pusat rekreasi. 11
12 Perdagangan Perdagangan adalah kegiatan ekonomi yang mengaitkan antara para produsen dan konsumen. Sebagai kegiatan distribusi, perdagangan menjamin peredaran, penyebaran, dan penyediaan barang melalui mekanisme pasar (Marwati Djoened, 2003). Manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan perdagangan adalah memperoleh keuntungan tambahan dari kegiatan perdagangan. Berdasarkan penelitian yang akan dibahas, ilmu ekonomi dibagi menjadi 2, yaitu ekonomi mikro dan makro. Ilmu ekonomi mikro adalah cabang dari ilmu ekonomi yang mempelajari perilaku konsumen dan perusahaan serta penentuan harga-harga pasar dan kuantitas faktor input, barang, dan jasa yang diperjualbelikan. Ekonomi mikro meneliti bagaimana berbagai keputusan dan perilaku tersebut mempengaruhi penawaran dan permintaan atas barang dan jasa, yang akan menentukan harga dan bagaimana harga, pada gilirannya, menentukan penawaran dan permintaan barang dan jasa selanjutnya Penggunaan Lahan Penggunaan lahan yang oleh Sandy (1995) dimaknai sebagai dampak dari segala kegiatan manusia diatas muka bumi yang dipengaruhi oleh keadaan alam (fisik lingkungan) serta kegiatan sosial-ekonomi dan budaya masyarakat suatu wilayah. Penggunaan lahan ditentukan pula oleh keadaan topografi, relief dan ketinggian, aksesibilitas, kemampuan dan kesesuaian lahan serta tekanan penduduk. Lahan yang subur lebih banyak digunakan untuk pertanian dan biasanya berpenduduk padat (Sandy, 1995). Tabel 1.3 Sistem Klasifikasi Penggunaan Lahan Kota Tingkat Kerincian Klasifikasi No Tingkat I Tingkat II Tingkat III Tingkat IV 1 Daerah Kota Permukiman -Pola Teratur - Kepadatan rendah - Kepadatan sedang -Pola setengah teratur - Kepadatan rendah - Kepadatan sedang 12
13 Perdagangan Idustri Transportasi Jasa -Pola tidak teratur -Pasar -Pom bensin -Pusat perbelanjaan -Pertokoan -Pabrik/perusahaan -Gudang -Jalan -Stasiun/terminal - Kepadatan tinggi - Kepadatan rendah - Kepadatan sedang - Kepadatan tinggi - Kepadatan sangat tinggi - Besar - Kecil - Kereta api/bus/angkutan Perkantoran, sekolah/kampus Hotel -Kelembagaan -Non-kelembagaan Rekreasi -Kebun binatang -Lapangan olahraga -Stadion -Gedung Pertunjukan Tempat -Masjid ibadah -Gereja Pertanian -Sawah -Tegalan -Kebun Campuran Hutan -Hutan/Taman wisata Lain-lain -Kuburan - Umum -Makam pahlawan -Lahan kosong -Lahan sedang dibangun Sumber : Sutanto, 1981 dengan sedikit modifikasi Aksesibilitas Lahan Salah satu faktor dari penentu lokasi kawasan perdagangan adalah aksesibilitas lahan. Aksesibilitas merupakan keadaan/ketersediaan hubungan dari suatu tempat ke tempat lainnya sehingga memberikan kemudahan untuk bergerak 13
14 dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan aman, nyaman, dan dengan kecepatan yang wajar. Hargestan (dalam Moseley, 1979) berpendapat bahwa aksesibilitas dibedakan menjadi dua aspek, yaitu aksesibilitas sosial dan aksesibilitas fisik. Aksesibilitas sosial menyangkut persyaratan sosial ekonomi yang harus dipenuhi seseorang untuk mendapatkan pelayanan yang diinginkan, sedangkan aksesibilitas fisik adalah jarak yang harus ditempuh seseorang untuk mendapatkan pelayanan Tingkat Harga Lahan Harga lahan dipengaruhi oleh penggunaan lahan, aksesibilitas positif, aksesibilitas negatif, dan kelengkapan utilitas umum (Meyliana, 1996). Harga lahan dapat dipergunakan untuk menganalisis pemanfaatan lahan yaitu suatu pengukuran atas lahan berdasarkan karakteristik lahan. Harga lahan dapat dikaitkan dengan sewa lahan seperti halnya nilai aktifitas dengan nilai hasil jasa yang diakibatkan oleh pengguna aktifitas tersebut karena aktifitas tersebut akan memberi hasil atau manfaat selama periode tertentu Penelitian Sebelumnya Beberapa rujukan yang dipakai dalam penelitian ini merujuk terhadap beberapa hasil penelitian terdahulu, diantaranya : Puspita (2002) mengemukakan penggunaan foto udara dan Sistem Informasi Geografi untuk penentuan prioritas lokasi kawasan perdagangan di Kecamatan Depok dengan menggunakan beberapa parameter, berupa penggunaan lahan, aksesibilitas positif, aksesibilitas negatif, harga lahan, kepadatan penduduk, fasilitas pendidikan, dan tingkat pendapatan. Kelas prioritas yang didapat untuk kelas tinggi berada pada bentuk penggunaan lahan perdagangan dan permukiman yang menempati lahan dengan aksesibilitas tinggi dan sedang, harga lahan tinggi hingga rendah, dan kepadatan penduduk tinggi sampai sedang. Yunus (2007) menentukan prioritas lokasi perdagangan dengan mengggunakan metode kuantitatif berupa pengharkatan dan pemberian bobot pada tiap tiap parameter berupa peta penggunaan lahan, peta aksesibilitas positif, peta 14
15 aksesibilitas negatif, peta kepadatan penduduk, peta fasilitas pendidikan, dan peta harga lahan. Menurut Yunus, daerah yang mudah dikembangkan sebagai lokasi perdagangan berada di kelurahan Keparakan, lebih tepatnya di sepanjang Jalan Brigjend Katamso. Puspa (2012) yang mengemukakan citra quickbird digunakan sebagai data primer yang menghasilkan peta penggunaan lahan dan didukung oleh berbagai parameter untuk menentukan prioritas lokasi perdagangan meliputi aksesibilitas positif, aksesibilitas negatif, tingkat harga lahan, kepadatan penduduk, dan fasilitas perdagangan) Kerangka Pemikiran Jumlah penduduk yang semakin meningkat menyebabkan kebutuhan akan permukiman juga semakin tinggi. Hal ini berdampak terhadap pemenuhan kebutuhan ekonomi penduduknya, sehingga wilayah dengan jumlah penduduk tinggi, intensitas kegiatan perdagangannya akan tinggi, sedangkan perdagangan merupakan kegiatan ekonomi yang sangat penting bagi masyarakat. Kecamatan Mantrijeron adalah salah satu kecamatan di Kota Yogyakarta yang berada di sebelah selatan Kraton, atau berada di sisi selatan Kota Yogyakarta. Adanya lokasi wisata dan institusi pendidikan yang bertambah, secara otomatis akan menambah tingkat kebutuhan pendatang dari luar Yogyakarta menuju ke daerah ini, antara lain untuk kebutuhan ekonomi, sosial, dan sebagainya. Hal ini yang membuat para Investor semakin melirik daerah ini untuk dikembangkan menjadi kawasan perdagangan. Tekhnologi Penginderaan Jauh dan SIG digunakan untuk membantu menentukan potensi lokasi kawasan perdagangan di Kecamatan Mantrijeron. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari digitasi Citra Quickbird, parameter-parameter tersebut diantaranya penggunaan lahan, aksesibilitas positif, aksesibilitas negatif, kepadatan penduduk, harga lahan, dan jarak lahan terhadap fasilitas pendidikan. Parameter penggunaan lahan dapat disadap dengan cara interpretasi dan digitasi berdasarkan delapan unsur interpretasi dari citra Quicbird Tahun
16 Data kepadatan penduduk di peroleh dari estimasi jumlah orang yang tinggal di suatu bangunan rumah dalam satu blok permukiman yang terdapat dalam citra quickbird. Data aksesibilitas positif, aksesibilitas negatif, harga lahan, jarak terhadap fasilitas pendidikan dapat diperoleh dengan cara buffering. Aksesibilitas dibagi menjadi 2, yaitu aksesibilitas positif dan aksesibilitas negatif. Aksesibilitas positif mempunyai pengaruh yang baik terhadap lahan di sekitarnya. Aksesibilitas positif diperoleh dari hasil buffering dari masing masing jalan yaitu jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan setapak yang kemudian di overlay. Begitu pula sebaliknya, yang termasuk dalam aksesibilitas negatif adalah jarak lahan terhadap sungai dan kuburan umum. Aksesibilitas Negatif diperoleh dari buffer lahan terhadap sungai dan kuburan. Kepadatan penduduk tinggi dan jarak yang dekat dengan fasilitas pendidikan mempunyai pengaruh besar dalam penentuan potensi lokasi kawasan perdagangan. Lokasi perdagangan dengan penduduk yang padat dan jarak dengan fasilitas pendidikan yang dekat lebih berpotensi sebagai kawasan perdagangan, karena banyaknya jumlah penduduk akan menuntut peningkatan sarana lingkungan, fasilitas sosial dan sarana kota lainnya dalam usaha memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Tingkat harga lahan mencerminkan tinggi rendahnya nilai lahan yang ada di suatu wilayah. Kelas harga lahan diperoleh dari hasil overlay beberapa parameter yaitu penggunaan lahan, aksesibilitas positif, aksesibilitas negatif, dan kelengkapan utilitas umum. Lokasi perdagangan yang diminati adalah lahan yang letaknya strategis dengan harga yang relatif murah. Semua parameter tersebut di overlay dan diberikan bobot pada setiap parameternya hingga mendapatkan skor total untuk mendapatkan kelas potensi perdagangan. Pengaruh besar atau kecilnya pembobot sesuai dengan pengaruh terhadap penentuan potensi lokasi perdagangan. Masing masing parameter kemudian di beri skor berdasarkan kelasnya yaitu kelas potensi I, II, dan III. 16
17 Batasan Istilah Aksesibilitas Suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain dan mudah tidaknya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi (Parawangsa, 2000) Aksesibilitas negatif Aksesibilitas lahan yang menyebabkan harga suatu lahan rendah (Sismawati, 2005) Aksesibilitas positif Aksesibilitas lahan yang menyebabkan harga suatu lahan tinggi (Sismawati, 2005) Interpretasi citra Proses memperoleh informasi dengan citra sebagai sumber atau sebagai perantaranya (Sutanto, 1979) Perdagangan Setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka penjualan dan atau pembelian barang, termasuk penawaran untuk menjual dan kegiatan lain yang berkenaan dengan pemindahtanganan barang untuk memperoleh imbalan (Yunus, 2008) Unsur interpretasi Ciri ciri pengenal pada obyek atau gejala yang terekam pada citra, yang terdiri dari rona/warna, bentuk, ukuran, tekstur, asosiasi, pola, bayangan, dan situs (Sutanto, 1979) 17
BAB I. 1.1 Pengantar Latar Belakang PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengantar 1.1.1 Latar Belakang Perkembangan kota yang semakin meningkat berpengaruh terhadap kebutuhan lahan disuatu wilayah. Lahan merupakan suatu sumber daya yang menyediakan ruangan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan Pengertian Lahan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan 2.1.1 Pengertian Lahan Pengertian lahan tidak sama dengan tanah, tanah adalah benda alami yang heterogen dan dinamis, merupakan interaksi hasil kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penginderaan jauh didefinisikan sebagai proses perolehan informasi tentang suatu obyek tanpa adanya kontak fisik secara langsung dengan obyek tersebut (Rees, 2001;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan lahan menurut Malingreau (1978) (dalam Ritohardoyo, 2009) adalah segala macam campur tangan manusia, baik secara permanen ataupun secara skil terhadap suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, perkembangan suatu daerah semakin pesat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan sarana prasarana. Akibatnya, pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komputer dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menyelesaikan berbagai persoalan. Sistem Informasi Geografi adalah suatu sistem manajemen berupa informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kondisi penggunaan lahan dinamis, sehingga perlu terus dipantau. dilestarikan agar tidak terjadi kerusakan dan salah pemanfaatan.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan sangat diperlukan untuk kelanjutan hidup manusia. Kemajuan pembangunan di suatu wilayah sejalan dengan peningkatan jumlah pertumbuhan penduduk yang diiringi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra
67 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra satelit ke dalam peta tematik antara lain sebagai berikut : 1. Bahan a. Data
Lebih terperinciBAB 11: GEOGRAFI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI
1. Sistem Informasi Geografi merupakan Sistem informasi yang memberikan gambaran tentang berbagai gejala di atas muka bumi dari segi (1) Persebaran (2) Luas (3) Arah (4) Bentuk 2. Sarana yang paling baik
Lebih terperinciBAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS
BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) Sistem Informasi Geografis atau disingkat SIG dalam bahasa Inggris Geographic Information System (disingkat GIS) merupakan sistem informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan fisik penggunaan lahan terutama di daerah perkotaan relatif cepat dibandingkan dengan daerah perdesaan. Maksud perkembangan fisik adalah penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada waktu sekarang dalam perekonomian manapun di permukaan bumi ini tumbuh dan berkembang berbagai macam lembaga keuangan. Semua lembaga keuangan tersebut mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan berkembangnya permintaan akan pemetaan suatu wilayah dalam berbagai bidang, maka semakin berkembang pula berbagai macam metode pemetaan. Dengan memanfaatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di bumi terdapat kira-kira 1,3 1,4 milyar km³ air : 97,5% adalah air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah,
Lebih terperinciANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD
ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana
Lebih terperinciSejalan dengan berkembangnya suatu kota atau wilayah dan meningkatnya kebutuhan manusia, infrastruktur jalan sangat diperlukan untuk menunjang proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem transportasi terutama infrastruktur jaringan jalan merupakan salah satu modal utama dalam perkembangan suatu wilayah. Pada daerah perkotaan, terutama, dibutuhkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem penginderaan jauh satelit telah menghasilkan citra digital yang tidak pernah dibayangkan oleh praktisi pada 1980-an, yaitu citra multispektral dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, masih cukup tinggi. Salah satu penyebab adanya laju pertambahan penduduk
Lebih terperinciCitra Satelit IKONOS
Citra Satelit IKONOS Satelit IKONOS adalah satelit inderaja komersiil pertama yang dioperasikan dengan tingkat ketelitian 1 meter untuk model pankromatik dan 4 meter untuk model multispektral yang merupakan
Lebih terperinciULANGAN HARIAN PENGINDERAAN JAUH
ULANGAN HARIAN PENGINDERAAN JAUH 01. Teknologi yang terkait dengan pengamatan permukaan bumi dalam jangkauan yang sangat luas untuk mendapatkan informasi tentang objek dipermukaan bumi tanpa bersentuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Reformasi tahun 1998 membuka kesempatan seluas-luasnya bagi daerah dalam mengatur urusan rumah tangganya sendiri. Berbagai peraturan perundangundangan diterbitkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. listrik harus bisa men-supplay kebutuhan listrik rumah tangga maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan energi utama yang digunakan hampir diseluruh sisi kehidupan manusia saat ini dimana semua aktifitas manusia berhubungan dengan energi listrik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini kota-kota besar di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam bidang industri, sarana transportasi, perluasan daerah pemukiman dan lain sebagainya.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan, Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan, Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan Lahan adalah suatu wilayah daratan yang ciri-cirinya menerangkan semua tanda pengenal biosfer, atsmosfer, tanah geologi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mempunyai sifat keruangan (spatial) dan merupakan lokasi aktivitas manusia. Fenomena kebutuhan lahan akan
Lebih terperinciTabel 1.1 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Banguntapan Tahun 2010 dan Tahun 2016
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tempat tinggal merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan karena merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Tempat tinggal menjadi sarana untuk berkumpul,
Lebih terperinciISTILAH DI NEGARA LAIN
Geografi PENGERTIAN Ilmu atau seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagaimana keadaan di negara-negara lain, industri keuangan di Indonesia kini tengah mengalami perubahan yang mendasar. Perubahan yang mendasar tersebut terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh daya beli masyarakat (Pasal 3, Undang-undang No. 14 Tahun 1992
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi jalan diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat, tertib dan teratur, nyaman dan efisien,
Lebih terperinciPengertian Sistem Informasi Geografis
Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk
Lebih terperinciPEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAN LAHAN DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA
PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAN LAHAN DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA Sudaryanto 1), Melania Swetika Rini 2) Abstrak: Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kepariwisataan merupakan salah satu dari sekian banyak gejala atau
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kepariwisataan merupakan salah satu dari sekian banyak gejala atau peristiwa yang terjadi di muka bumi yang timbul dari aktifitas manusia untuk memenuhi kebutuhannya,
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Coding SIG
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Coding SIG Disusun Oleh : ADI MAHENDRA (201031118) AGUSTINUS SUAGO (200931057) HENDRA TANGDILINTIN (200831113) MUHAMMAD ISHAK (201231014) ZUHRUF F.H (200631021) SUTRISNO (200931046)
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. lahan dengan data satelit penginderaan jauh makin tinggi akurasi hasil
4 TINJAUAN PUSTAKA Makin banyak informasi yang dipergunakan dalam klasifikasi penutup lahan dengan data satelit penginderaan jauh makin tinggi akurasi hasil klasifikasinya. Menggunakan informasi multi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam penyelesaian masalah keruangan (spasial) di Indonesia sangat dibutuhkan, dimana peran sertanya dengan
Lebih terperinciGEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 3 A. CITRA NONFOTO. a. Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik
GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 10 Sesi NGAN PENGINDERAAN JAUH : 3 A. CITRA NONFOTO Citra nonfoto adalah gambaran yang dihasilkan oleh sensor nonfotografik atau sensor elektronik. Sensornya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, Sistem Informasi Geografis merupakan Sistem. yang dapat menjelaskan situasi dan keadaan tempat tersebut.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sebagaimana diketahui, Sistem Informasi Geografis merupakan Sistem Informasi yang menunjukkan letak atau pemetaan pada suatu tempat. Dimana yang dapat menjelaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengantar 1.1.1 Latar Belakang Ruang atau lahan merupakan suatu sumber daya alam yang sangat penting, karena ruang merupakan sesuatu yang tidak dapat terlepas dari lingkungan kita
Lebih terperinci1.2 Perumusan Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bertambahnya jumlah penduduk yang kian meningkatdi Kecamatan Gondomanan menyebabkankebutuhan masyarakat kian meningkat untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Selain itu,faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia terus bertambah setiap tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tidak menunjukkan peningkatan, justru sebaliknya laju pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciPENGGUNAAN HIGH TEMPORAL AND SPASIAL IMAGERY DALAM UPAYA PENCARIAN PESAWAT YANG HILANG
PENGGUNAAN HIGH TEMPORAL AND SPASIAL IMAGERY DALAM UPAYA PENCARIAN PESAWAT YANG HILANG Oleh : Yofri Furqani Hakim, ST. Ir. Edwin Hendrayana Kardiman, SE. Budi Santoso Bidang Pemetaan Dasar Kedirgantaraan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Arikunto (1988), metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Data yang dikumpulkan bisa berupa
Lebih terperinciPRAKTIKUM SISTEM INFORMASI GEOGRAFI LAPORAN PRAKTIKUM 7 BUFFER
PRAKTIKUM SISTEM INFORMASI GEOGRAFI LAPORAN PRAKTIKUM 7 BUFFER OLEH ORIZA STEVA ANDRA (1201575) JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI PADANG KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN. Oleh: Dyah Respati Suryo Sumunar
LAPORAN PENELITIAN KAJIAN KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN KOTA YOGYAKARTA BAGIAN SELATAN DENGAN FOTO UDARA PANKROMATIK HITAM PUTIH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh: Dyah Respati Suryo Sumunar Penelitian
Lebih terperinciPENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh : Misbakhul Munir Zain 3506100055 Program Studi Teknik Geomatika ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Email
Lebih terperinciTujuan. Model Data pada SIG. Arna fariza. Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 4/7/2016
Model Data pada SIG Arna fariza Politeknik elektronika negeri surabaya Tujuan Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 1 Materi Sumber data spasial Klasifikasi
Lebih terperinciKOMPONEN PENGINDERAAN JAUH. Sumber tenaga Atmosfer Interaksi antara tenaga dan objek Sensor Wahana Perolehan data Pengguna data
PENGINDERAAN JAUH KOMPONEN PENGINDERAAN JAUH Sumber tenaga Atmosfer Interaksi antara tenaga dan objek Sensor Wahana Perolehan data Pengguna data Lanjutan Sumber tenaga * Alamiah/sistem pasif : sinar matahari
Lebih terperinciPENGEMBANGAN DATA DAN INFORMASI TATA RUANG KABUPATEN/KOTA BERBASIS CITRA SATELIT DAN GIS PENGANTAR Pesatnya perkembangan teknologi informasi membawa perubahan yang besar di berbagai bidang termasuk bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu kawasan tujuan wisata nomor dua setelah Bali. Disamping itu, Kota Yogyakarta sebagai ibukota Propinsi DIY terkenal dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penginderaan jauh merupakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni perolehan informasi objek di permukaan Bumi melalui hasil rekamannya (Sutanto,2013). Objek di permukaan
Lebih terperinciBAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. 4.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Perangkat Lunak. a. Processor Intel Pentium 4 atau lebih tinggi
BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Perangkat Lunak 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Persyaratan minimum perangkat keras agar nantinya dapat bekerja optimal adalah : a.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemetaan Sawah Baku 2.2. Parameter Sawah Baku
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemetaan Sawah Baku Mega isu pertanian pangan dan energi, mencakup: (1) perbaikan estimasi produksi padi, dari list frame menuju area frame, (2) pemetaan lahan baku sawah terkait
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan sumber daya alam yang sangat vital, manusia membutuhkan lahan sebagai tempat kegiatan hidup demi kelangsungan hidupnya. Lahan dapat dimanfaatkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penginderaan Jauh Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan
Lebih terperinciSTUDI PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA BERDASARKAN INTERPRETASI CITRA QUICKBIRD
STUDI PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA BERDASARKAN INTERPRETASI CITRA QUICKBIRD Sudaryanto dan Melania Swetika Rini* Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui tingkat
Lebih terperinciBAB II METODE PENELITIAN
BAB II METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam analisis tingkat kekritisan lahan kawasan budidaya pertanian yaitu dengan menggunakan metode analisis data sekunder yang dilengkapi dengan
Lebih terperinciGEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 1 A. PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH B. PENGINDERAAN JAUH FOTOGRAFIK
GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 08 Sesi NGAN PENGINDERAAN JAUH : 1 A. PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH Penginderaan jauh (inderaja) adalah cara memperoleh data atau informasi tentang objek atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem transportasi adalah suatu kesatuan dari elemen elemen, komponen komponen yang saling mendukung dan bekerja sama dalam pengadaan transportasi yang memiliki jangkaun
Lebih terperinciJENIS CITRA
JENIS CITRA PJ SENSOR Tenaga yang dipantulkan dari obyek di permukaan bumi akan diterima dan direkam oleh SENSOR. Tiap sensor memiliki kepekaan tersendiri terhadap bagian spektrum elektromagnetik. Kepekaannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan dan aktivitas penduduk sekarang ini meningkat terutama terjadi di daerah perkotaan, sehingga daerah perkotaan pada umumnya mengalami perubahan
Lebih terperinciPERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA
PERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA I. Citra Foto Udara Kegiatan pengindraan jauh memberikan produk atau hasil berupa keluaran atau citra. Citra adalah gambaran suatu objek yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di daerah perkotaan secara alami akan menimbulkan masalah. Permasalahan utama yang terjadi di kota adalah masalah permukiman manusia, yang pada
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis saat ini tentunya sangat berpengaruh dalam strategi pemasaran sebuah produk.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis saat ini tentunya sangat berpengaruh dalam strategi pemasaran sebuah produk. Era persaingan bisnis tidak hanya menuntut sebuah produk
Lebih terperinciyang tersedia untuk dibangun dan terus meningkatnya harga tanah yang terlalu tinggi serta kesulitan dalam proses pembebasan tanah untuk perumahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari tahun ke tahun jumlah penduduk Indonesia terus mengalami pertambahan yang sangat pesat, hal ini akan berdampak pada peningkatan kebutuhan akan tempat tinggal.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengantar Sistem Informasi Geografis (SIG)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengantar Kecepatan akses dan pengolahan data yang tinggi, kemudahan dalam mengkoordinasikan segala aktivitas manusia membuat komputer banyak digunakan di berbagai bidang dalam kehidupan
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.
GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 14 Sesi NGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI A. MODEL DATA SPASIAL Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. a. Model Data Vektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan pada suatu wilayah akan berpengaruh terhadap perubahan suatu kawasan. Perubahan lahan terbuka hijau menjadi lahan terbangun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara yang berada di bumi merupakan komponen yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Penggunaannya akan tidak terbatas selama udara mengandung unsur-unsur
Lebih terperinciACARA I SIMULASI PENGENALAN BEBERAPA UNSUR INTERPRETASI
ACARA I SIMULASI PENGENALAN BEBERAPA UNSUR INTERPRETASI Oleh: Nama Mahasiswa : Titin Lichwatin NIM : 140722601700 Mata Kuliah : Praktikum Penginderaan Jauh Dosen Pengampu : Alfi Nur Rusydi, S.Si., M.Sc
Lebih terperinciPENGINDERAAN JAUH. --- anna s file
PENGINDERAAN JAUH copyright@2007 --- anna s file Pengertian Penginderaan Jauh Beberapa ahli berpendapat bahwa inderaja merupakan teknik yang dikembangkan untuk memperoleh data di permukaan bumi, jadi inderaja
Lebih terperinciGEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik
GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 12 Sesi NGAN PENGINDERAAN JAUH : 5 A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik 1. Hutan Hujan Tropis Rona gelap Pohon bertajuk, terdiri dari
Lebih terperinciKesesuaian Lahan dan Geographic Information System (GIS)
Kesesuaian Lahan dan Geographic Information System (GIS) Kompetensi Utama: Kompetensi Inti Guru: Kompetensi Dasar: Profesional Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penginderaan jauh yaitu berbagai teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi. Informasi tersebut berbentuk radiasi elektromagnetik
Lebih terperinci3/17/2011. Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Geografis Pendahuluan Data yang mengendalikan SIG adalah data spasial. Setiap fungsionalitasyang g membuat SIG dibedakan dari lingkungan analisis lainnya adalah karena berakar pada keaslian
Lebih terperinciKarena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?
PENGUKURAN KEKOTAAN Geographic Information System (1) Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Permohonan GIS!!! Karena tidak pernah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah merupakan kebutuhan manusia yang tidak dapat dihindari. Kebutuhan rumah bahkan termasuk ke dalam kebutuhan primer selain makanan dan pakaian. Dengan semakin
Lebih terperinci11/25/2009. Sebuah gambar mengandung informasi dari obyek berupa: Posisi. Introduction to Remote Sensing Campbell, James B. Bab I
Introduction to Remote Sensing Campbell, James B. Bab I Sebuah gambar mengandung informasi dari obyek berupa: Posisi Ukuran Hubungan antar obyek Informasi spasial dari obyek Pengambilan data fisik dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan salah satu sarana transportasi darat yang penting untuk menghubungkan berbagai tempat seperti pusat industri, lahan pertanian, pemukiman, serta sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tiap-tiap negara mempunyai pertimbangan berbeda mengenai penetapan suatu wilayah yang disebut kota. Pertimbangan itu dipengaruhi oleh beberapa variasi kewilayahan
Lebih terperinciRINGKASAN MATERI INTEPRETASI CITRA
Lampiran 1 Ringkasan Materi RINGKASAN MATERI INTEPRETASI CITRA 1 Pengertian Intepretasi Citra Inteprtasi Citra adalah kegiatan menafsir, mengkaji, mengidentifikasi, dan mengenali objek pada citra, selanjutnya
Lebih terperinciPetunjuk Penggunaan Alat. Spesifikasi minimum yang dibutuhkan untuk mengoperasikan aplikasi dengan
Petunjuk Penggunaan Alat 1. Spesifikasi Peranti Keras (Hardware) baik: Spesifikasi minimum yang dibutuhkan untuk mengoperasikan aplikasi dengan 1. Processor Intel Pentium 4 yang berfungsi untuk melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN menjadikan kota Saumlaki semakin berkembang dengan pesat.
16 BAB I PENDAHULUAN 2.1 Latar Belakang Kota Saumlaki, terletak di Propinsi Maluku, Indonesia. Saumlaki dahulu adalah kota kecamatan dalam wilayah Kabupeten Maluku Tenggara, yang kemudian melalui pemekaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan materi yang terdiri dari agregat (butiran) padat yang tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain serta dari bahan bahan organik yang telah
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Windhu Purnomo FKM UA 2013 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memeriksa, mengintegrasi, memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan lahan merupakan hasil kegiatan manusia baik yang berlangsung secara siklus atau permanen pada sumberdaya lahan alami maupun buatan guna terpenuhinya kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (1989), hingga tahun 2000 diperkirakan dari 24 juta Ha lahan hijau (pertanian,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bentuk penggunaan lahan suatu wilayah terkait dengan pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya. Semakin meningkatnya jumlah penduduk dan semakin intensifnya aktivitas
Lebih terperinciPengantar Sistem Informasi Geografis O L E H : N UNUNG P U J I N U G R O HO
Pengantar Sistem Informasi Geografis O L E H : N UNUNG P U J I N U G R O HO Outline presentasi Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG) Komponen SIG Pengertian data spasial Format data spasial Sumber
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu untuk mengetahui potensi terjadinya banjir di suatu wilayah dengan memanfaatkan sistem informasi geografi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya
5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penutupan Lahan dan Perubahannya Penutupan lahan menggambarkan konstruksi vegetasi dan buatan yang menutup permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya
Lebih terperinciq Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :
MAKSUD DAN TUJUAN q Maksud dari kegiatan ini adalah memperoleh informasi yang upto date dari citra satelit untuk mendapatkan peta penggunaan lahan sedetail mungkin sebagai salah satu paramater dalam analisis
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN (Kuliah ke 12)
SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN (Kuliah ke 12) SISTEM MANAJEMEN BASIS DATA Oleh: Dr.Ir. Yuzirwan Rasyid, MS Beberapa Subsistem dari SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS 1. Subsistem INPUT 2. Subsistem MANIPULASI
Lebih terperinciSistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang
Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi
Lebih terperinciA. Pendahuluan Sistem Informasi Geografis/GIS (Geographic Information System) merupakan bentuk cara penyajian informasi terkait dengan objek berupa
A. Pendahuluan Sistem Informasi Geografis/GIS (Geographic Information System) merupakan bentuk cara penyajian informasi terkait dengan objek berupa wilayah dalam bentuk informasi spatial (keruangan). GIS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia memiliki kurang lebih 17.508 pulau (Indonesia.go.id). Wilayah Indonesia didominasi laut dengan
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TEMPAT PENGOLAHAN BARANG BEKAS DI SURAKARTA
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TEMPAT PENGOLAHAN BARANG BEKAS DI SURAKARTA Disusun Oleh : Widya Lestafuri K3513074 Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GEOGRAFIS,
Integrasi GISdan Inderaja Penginderaan jauh (remote sensing) adalah ilmu dan ketrampilan untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3. 1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Bekasi (Gambar 1) dan analisis data dilakukan di studio Bagian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Departemen
Lebih terperinciC. Prosedur Pelaksanaan
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan peta-peta digital beserta data tabulernya, yaitu peta administrasi, peta tanah, peta geologi, peta penggunaan Lahan (Landuse), peta lereng,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan penggunaan lahan merupakan obyek kajian yang dinilai penting untuk diteliti karena dapat berkaitan dengan masalah global maupun lokal. Masalah dari perubahan
Lebih terperinci