BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
|
|
- Ridwan Kurniawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada waktu sekarang dalam perekonomian manapun di permukaan bumi ini tumbuh dan berkembang berbagai macam lembaga keuangan. Semua lembaga keuangan tersebut mempunyai fungsi pokok menyalurkan dana pinjaman yang berasal dari para penabung kepada pihak-pihak yang telah melakukan atau merencanakan pendefisitan atas anggaran belanjanya. Salah satu diantara lembaga-lembaga keuangan tersebut yang nampaknya paling besar peranannya dalam perekonomian ialah lembaga keuangan bank (Reksoprayitno, 1997). Salah satu fungsi utama bank adalah menjadi lembaga perantara bagi penyaluran dana antara para penabung dan para peminjam. Dengan demikian bagi banyak kalangan keberadaan bank akan sangat bermanfaat karena dimungkinkan untuk membentuk anggaran belanja defisit. Dengan demikian maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa bank mempunyai peran yang besar dalam mendorong perekonomian mulai dari tingkat rumah tangga sampai dengan tingkat negara. Dalam perkembangannya tingkat kemajuan dari suatu bank akan banyak pula ditentukan oleh kemampuannya dalam melayani nasabah baik nasabah pemakai dana maupun pemasok dana. Nasabah pemasok dana memiliki peranan dalam hal masukan dana yang digunakan dalam operasional bank dan juga sebagai sumber dana dari yang nantinya akan dipinjamkan. Sementara itu nasabah pemakai dana adalah nasabah yang memakai jasa perbankan dalam bentuk pinjaman. Dari golongan inilah bank memperoleh keuntungan dari bunga yang dibayarkan. Untuk itu golongan nasabah pemakai dana adalah golongan yang berkedudukan sangat penting bagi kemajuan bank. Sebagaimana dengan keadaan di negara-negara lain, industri keuangan di Indonesia kini tengah mengalami perubahan yang mendasar. Perubahan yang mendasar tersebut terjadi karena adanya perubahan struktural dalam sistem perdagangan dan moneter internasional, kemajuan teknologi komunikasi dan pengolahan data, maupun karena adanya deregulasi yang meliputi seluruh aspek perekonomian nasional, termasuk industri keuangan. Deregulasi ekonomi nasional 1
2 2 itu telah mempercepat integrasi ekonomi nasional dengan ekonomi dunia. Selain melalui jalur keuangan, ekonomi nasional berintegrasi dengan ekonomi dunia melalui jalur perdagangan, investasi dan teknologi (Nasution, 1990). Rangkaian deregulasi dalam industri keuangan selama pemerintahan Orde Baru, yaitu bentuk deregulasi yang ketiga, perubahan mendasar dilakukan lebih mendasar pada tanggal 27 Oktober 1988 (Pakto), dan paket deregulasi 1991 yang merupakan ketentuan lanjutan Pakto 88 tentang penyempurnaan, pengawasan dan pembinaan bank. Pakto membuka ijin pendirian lembaga keuangan baru beserta kantor-kantor cabangnya serta meningkatkan partisipasi lembaga keuangan asing dalam industri keuangan nasional. Kondisi ini memacu perkembangan perbankan di Indonesia, dengan semakin bertambahnya jumlah bank. Sejak Pakto 88 hingga januari 2010, jumlah bank di Indonesia mencapai 121 bank diantaranya terdapat 5 bank pemerintah, 11 bank asing, 26 bank daerah dan 97 bank umum swasta nasional, jumlah BPR (Bank Perkredi tan Rakyat) sebanyak bank (Bank Indonesia, 2010) Bentuk deregulasi yang berikutnya adalah mendorong industri keuangan untuk menciptakan instrumen keuangan yang baru. Produk-produk baru itu tercipta karena adanya persaingan antar sesama bank maupun antara bank dengan Lembaga Keuangan Non Bank. Persaingan yang semakin sehat akan merangsang lembaga-lembaga keuangan nasional untuk mengintrodusir produk-produk baru, melakukan modernisasi dan inovasi untuk meningkatkan efisiensinya. Pada gilirannya, peningkatan efisiensi industri keuangan dalam negeri akan menyumbang pada peningkatan ekonomi nasional secara keseluruhan. Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan kualitas pelayanan bank bagi konsumen, sekaligus meningkatkan citra perusahaan maka mengikuti teknologi informasi menjadi tuntutan yang tak bisa dihindarkan. Penggunaan teknologi komputer telah menyebabkan perubahan besar dalam usaha pelayanan jasa perbankan. Salah satunya yaitu dengan mengoperasionalkan jaringan Automated
3 3 Teller Machine (ATM) atau d alam istilah Indonesia diterjemahkan menjadi Anjungan Tunai Mandiri (ATM). ATM adalah sebuah mesin yang bisa mengeluarkan uang sendiri, sebagai mesin pengganti teller dan siap bekerja 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Dengan alat otomatis ini pihak bank maupun nasabah dapat melakukan penghematan lebih banyak. Dari pihak nasabah lebih ditekankan ke efisiensi dan efektivitas proses (Kasali, detikcom.life, 26 juli 2000). Perkembangan bank yang memanfaatkan teknologi ini sangat pesat dalam persaingan antar bank. Kesiapan teknologi informasi termasuk salah satu kunci dalam mengelola dana nasabah dan ragam layanan. Hal ini dikarenakan perkembangan ekonomi terutama sektor bisnis sangat menuntut kecepatan dan fleksibilitas dan inilah yang ditawarkan. Perkembangan perbankan di Daerah Istimewa Yogyakarta sangat pesat, khususnya di wilayah Perkotaan Yogyakarta. Perekonomian di Yogyakarta tergolong maju sehingga perputaran uang di Yogyakarta cukup tinggi, terlebih Yogyakarta merupakan tujuan utama pendidikan di negeri ini sehingga banyak pelajar dan mahasiswa dari luar kota yang tinggal di kota ini untuk menuntut ilmu. Yogyakarta yang tumbuh sebagai kota yang kaya akan budaya dan kesenian Jawa, telah pula menjadi daerah tujuan wisata utama di Indonesia. Sebagai sebuah industri, pariwisata memang memiliki keterkaitan dengan banyak sektor ekonomi lainnya, seperti sektor industri jasa hotel dan restoran, pengangkutan, dan komunikasi, keuangan, sewa dan jasa perusahaan serta kerajinan dan perdagangan. Sehingga banyak bank yang membuka cabangnya di kota ini. Di Daerah Istimewa Yogyakarta ini terdapat total 186 bank berikut kantor cabang dan kantor cabang pembantu. Diantaranya 72 bank persero, 19 bank pemerintah, 92 bank swata nasional, dan 3 bank asing. (Bank Indonesia, 2010) Dengan perkembangan perbankan seperti tersebut maka diperlukan suatu cara atau teknik penyajian, penyampaian dan perolehan data yang mutakhir sebagai bagian dari proses perencanaan, pengembangan dan pembangunan perekonomian, khususnya sektor perbankan. Salah satu teknik perolehan, penyajian dan penyampian data adalah menggunakan Sistem Informasi Geografis
4 4 (SIG). Teknik ini dilakukan dengan mengintegrasikan antara data yang diperoleh dari interpretasi citra penginderaan jauh dan pemrosesan serta analisa dengan menggunakan SIG. Pada dasarnya SIG merupakan suatu sistem pengelolaan, penyusunan, pemrosesan, hingga pada tahapan analisa dan penayangan data, dimana data tersebut secara spasial terkait dengan permukaan bumi (Linden,1987 dalam Suharyadi, 1991). Keuntungan dengan memanfaatkan SIG adalah dapat dilakukan integrasi data grafis yang berupa peta dengan data atribut yang berupa data statistik dengan mudah. Pemanfaatan SIG dapat pula membantu dalam analisa data melalui proses tumpangsusun peta dan data sehingga dapat menghasilkan peta baru untuk keperluan perencanaan. Hadirnya teknologi penginderaan jauh saat ini, dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah yang efektif dan efisien. Seperti penggunaan citra IKONOS yang memiliki keunggulan dalam resolusi spasial yang lebih halus (reso lusi spasial 1 m pada band pankromatik) dibandingkan citra PJ keluaran sebelumnya. Resolusi spasial itu sendiri mempengaruhi tingkat kedetailan objek yang disajikan. Semakin halus resolusi spasial suatu citra maka semakin detail objek yang ditampilkan. Sehingga dengan penggunaan teknologi penginderaan jauh seperti citra IKONOS ini diharapkan mampu untuk mempermudah pelaku ekonomi, dalam hal ini perbankan dalam meningkatkan kualitas pelayanannya khususnya penempatan mesin ATM. Sistem penginderaan jauh sistem satelit dewasa ini telah masuk pada era penginderaan jauh dengan resolusi tinggi atau dengan kata lain sama dengan sistem fotografik. Sistem penginderaan jauh yang dimaksud disini adalah citra IKONOS dengan resolusi spasialnya 4 meter untuk multispektral dan 1 meter untuk pankromatik. Kualitas piktorial citra ini sangat baik terutama pada citra IKONOS tipe Precision Plus, yaitu setara dengan foto udara skala 1: dan beberapa memiliki keuntungan dibanding foto udara diantaranya a) wahana yang lebih stabil, b) kemampuan untuk melakukan perekaman ulang dan c) harga relatif lebih murah ( Kaitannya dengan kegiatan pemilihan letak, pemanfaatan sistem penginderaan jauh resolusi tinggi sangat
5 5 esensial untuk dijadikan sumber data pemetaan yang temanya cepat berubah. Ketersediaan citra IKONOS di daerah penelitian, kiranya dapat dipergunakan sebagai kerangka dasar langkah kerja penelitian Perumusan Masalah Mengacu pada latar belakang di atas maka masalah yang hendak diangkat adalah dalam hal pemilihan letak ATM perbankan. Secara spasial terdapat kecenderungan pengelompokan ataupun konsentrasi ATM dengan persebaran di lokasi-lokasi pelayanan perbankan yang terpusat pada pusat-pusat perkotaan dan pusat-pusat kegiatan tertentu saja. Hal ini tidak sejalan dengan upaya melayani masyarakat kecil di daerah pinggiran kota yang mulai mengenal jasa-jasa perbankan maupun bentuk pelayanannya, termasuk ATM. Sehingga diperlukan kajian untuk menentukan letak ATM yang lebih merata. Distribusi pelayanan perbankan nasional yang terpusat pada pusat-pusat perkotaan saja distimulasi ketidakberanian bank-bank untuk membuka pelayanannya di daerah pinggiran kota. Terlebih apabila keamanan pada suatu lokasi tidak terjamin. Jawaban atas permasalahan ini diharapkan dapat diketahui dari studi tentang ATM ini. Sesungguhnya banyaknya jumlah bank, kantor cabang dengan teknologi pelayanannya dalam hal ini ATM akan menjadi stimulus pembangunan jika terdistribusi secara proporsional, dengan mempertimbangkan permintaan akan jumlah dan lokasi ATM tertentu yang disesuaikan dengan kemampuan pihak bank dalam penyediaan fasilitas ATM maupun optimalisasi penggunaan ATM oleh nasabah. Sehingga kondisi kelebihan ataupun kekurangan fasilitas pelayanan ATM dapat dikurangi. Yang terjadi, terdapat kecenderungan bahwa disuatu lokasi tertentu jumlah ATM sangat banyak, tetapi di lokasi lain jumlahnya relatif kurang. Sehingga dapat mempengaruhi optimalisasi penggunaan ATM, dalam arti adanya keseimbangan antara supply yang disediakan pihak bank, dan permintaan oleh nasabah. Berdasarkan uraian tersebut pertanyaan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
6 6 1. Sejauh mana citra IKONOS dapat menyediakan parameter lahan perkotaan dalam penentuan lokasi ATM? 2. Bagaimana hasil interpretasi citra penginderaan jauh dengan bantuan Sistem Informasi Geografis mengolah parameter penentu lokasi ATM? 3. Dimana lokasi ATM alternatif di Daerah Perkotaan Yogyakarta? Berdasarkan hal tersebut maka penulis melakukan penelitian dengan judul : Pemilihan Letak Anjungan Tunai Mandiri Perbankan dengan Citra IKONOS dan Sistem Informasi Geografis di Daerah Perkotaan Yogyakarta Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Menguji kemampuan Citra Penginderaan Jauh Ikonos untuk memperoleh parameter lahan perkotaan sebagi penentu letak ATM. 2. Penentuan letak ATM berdasarkan parameter lahan perkotaan hasil interpretasi citra penginderaan jauh dengan bantuan SIG 3. Memberikan alternatif rekomendasi pemilihan lokasi ATM di Daerah Perkotaan Yogyakarta Kegunaan Penelitian 1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah perbendaharaan dan pengembangan aplikasi bagi penerapan metode penginderaan jauh khususnya tentang pemanfaatan citra IKONOS dan Sistem Informasi Geografis dalam bidang ekonomi khususnya sektor perbankan. 2. Sumbangan informasi bagi pengambil kebijakan pengembangan wilayah khususnya sektor perbankan. 3. Memenuhi syarat dalam mencapai gelar sarjana S2 di Universitas Gadjah Mada Keaslian penelitian Penggunaan teknologi penginderaan jauh untuk penelitian dalam sektor perbankan khususnya Anjungan Tunai Mandiri (ATM) antara lain : Pada tahun
7 Lina Wahyuni melakukan penelitian dengan judul Pola Distribusi Keruangan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) Perbankan di Perkotaan Yogyakarta. Dengan tujuan diantaranya adalah (1). Mengidentifikasi karakteristik dengan pola distribusi keruangan ATM. (2). Membuat tipologi lokasi ATM. (3). Mengidentifikasi pola pemanfaat ATM. (4). Menyajikan arahan bagi pengembangan lokasi ATM. Dalam penelitian ini metode yang digunakan yaitu (1). Statistik deskriptif (2). Pemetaan dan overlay (3). Analisa Tetangga Terdekat (4). Kai kuadrat (chi square). Dengan hasil penelitian yang diperoleh adalah : (1). Terdapat 4 tipologi lokasi ATM (perdagangan dan jasa, pendidikan, pariwisata, dan tipe lainnya). (2). Tidak terdapat perbedaan penempatan lokasi ATM antar bank. (3). Persentase jumlah pengguna ATM didominasi pada tipe lokasi perdagangan dan jasa dan tipe lokasi pendidikan. (4). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara pengguna ATM dalam hal gender, usia, waktu penggunaan ATM, pada tipe lokasi ATM bank tertentu. (5). Peta persebaran ATM perbankan berdasarkan tipologi tertentu. Kemudian pada tahun 2003 Nugroho melakukan penelitian mengenai ATM, dengan tujuan untuk menguji kemampuan foto udara sebagai sumber data dalam mengkaji kondisi pemanfaatan lahan untuk penempatan ATM dan untuk menentukan lokasi potensial untuk penempatan lokasi ATM di Kota Yogyakarta. Dengan metode yang digunakan adalah interpretasi foto udara, dan hasil penelitian yang diperoleh adalah prioritas penempatan ATM. Dalam penelitian ini terdapat persamaan atas kedua penelitian sebelumnya, yaitu mengenai ATM dan terdapat persamaan lokasi, dimana daerah penelitian dilakukan di perkotaan Yogyakarta. Dengan batas daerah penelitian yang dilakukan oleh Ardiyanto Nugroho dibatasi oleh batas administrasi Kota Yogyakarta, sedangkan penelitian yang dilakukan saat ini dilakukan di daerah perkotaan Yogyakarta yang dibatasi oleh Jalan Lingkar (Ring Road). Untuk data yang digunakan pada penelitian sebelumnya adalah menggunakan foto udara, sedangkan pada penelitian ini digunakan data citra penginderaan jauh IKONOS. Dengan adanya beberapa kesamaan parameter yang digunakan yaitu aksesibilitas, pemanfaatan lahan, eksisting ATM, pengguna ATM
8 8 dan faktor keamanan. Dalam penelitian ini terdapat beberapa parameter yang ditambahkan, diantaranya adalah blok perumahan, pusat pendidikan (perguruan tinggi), pusat perdagangan dan jasa (mall), pasar tradisional, dan halte bus (bus Trans Jogja). Dan dilakukan interpretasi citra secara manual, dengan pendekatan kuantitatif berjenjang tertimbang. Selanjutnya dapat dijelaskan pada tabel berikut dibawah ini :
9 9 Tabel 1.1. Penelitian terdahulu No Nama Tahun Judul Penelitian Tujuan Metode Hasil Penelitian 1 Lina Wahyuni 2002 Pola Distribusi Keruangan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) Perbankan di Perkotaan Yogyakarta 1. Mengidentifikasi karakteristik dengan pola distribusi keruangan ATM 2. Membuat tipologi lokasi ATM 3. Mengidentifikasi pola pemanfaatan ATM 4. Menyajikan arahan bagi pengembangan lokasi ATM - Statistik deskriptif - Pemetaan dan overlay - Analisa Tetangga Terdekat - Kai kuadrat (chi square) 1. Terdapat 4 tipologi lokasi ATM (perdagangan dan jasa, pendidikan, pariwisata, dan tipe lainnya) 2. Tidak terdapat perbedaan penempatan lokasi ATM antar bank 3. Persentase jumlah pengguna ATM didominasi pada tipe lokasi perdagangan dan jasa dan tipe lokasi pendidikan 4. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara pengguna ATM dalam hal gender, usia, waktu penggunaan ATM, pada tipe lokasi ATM bank tertentu. 5. Peta persebaran ATM perbankan berdasarkan tipologi tertentu. 2 Handoyo, RT 3 Ardiyanto Nugroho 2002 Studi Awal terhadap ketelitian Penggunaan Citra IKONOS untuk Pembuatan Peta Skala Menengah dan Besar ditinjau dari Aspek Geometrisnya 2003 Pemilihan Letak Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dengan foto udara dan Sistem Informasi Geografis Menganalisa proses transformasi dari citra IKONOS yang belum terkoreksi menjadi sebuah citra yang memiliki tingkat akurasi dan toleransi seperti peta 1. Menguji kemampuan foto udara sebagai sumber data dalam mengkaji kondisi penggunaan lahan untuk penempatan ATM. 2. Menentukan lokasi potensial untuk penempatan lokasi ATM di Kota Yogyakarta. Koreksi geometri 2 tahap yaitu: interpolasi spasial dengan transformasi koordinat model polynomial dan interpolasi intensitas (resumpling) Interpretasi foto udara Citra IKONOS terkoreksi dengan transformasi model polynomial, tingkat ketelitian dan akurasi citra untuk membuat peta skala menengah dan skala besar Prioritas penempatan ATM
10 10 No Nama Tahun Judul Penelitian Tujuan Metode Hasil Penelitian 4 Fauzi Analisis visual citra Peta pemilihan letak industri sekunder Nurrahman 2003 Pemilihan letak Kawasan Industri Sekunder dengan Citra Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Semarang Bagian Timur 1. Pemilihan letak dan penentuan kawasan industri sekunder 2. Meneliti kemampuan data yang disadap dari data penginderaan jauh 3. Membandingkan hasil pemilihan letak dengan Rencana Tata Ruang Kota (RTRK) 5 Lina Wahyuni 2010 Pemilihan Letak Anjungan Tunai Mandiri (ATM) Perbankan dengan Ikonos dan Sistem Informasi Geografis di Daerah Perkotaan Yogyakarta 1. Mengetahui kemampuan Penginderaan Jauh Citra Ikonos dan Sistem Informasi Geografis dalam pemrosesan parameter-parameter penentu letak ATM. 2. Pemodelan spasial penentuan letak ATM 3. Memberikan alternatif rekomendasi lokasi ATM Dengan pendekatan kuantitatf berjenjang tertimbang 1. Mengetahui kemampuan Sistem Informasi Geografis dalam pemrosesan parameter-parameter penentu letak ATM. 2. Pemodelan spasial penentuan letak ATM
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagaimana keadaan di negara-negara lain, industri keuangan di Indonesia kini tengah mengalami perubahan yang mendasar. Perubahan yang mendasar tersebut terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian dan pembangunan di Indonesia yang didukung kegiatan di sektor industri sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan yang struktur dan infrastrukturnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia terus bertambah setiap tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tidak menunjukkan peningkatan, justru sebaliknya laju pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan penggunaan lahan merupakan obyek kajian yang dinilai penting untuk diteliti karena dapat berkaitan dengan masalah global maupun lokal. Masalah dari perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penginderaan jauh merupakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni perolehan informasi objek di permukaan Bumi melalui hasil rekamannya (Sutanto,2013). Objek di permukaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kepariwisataan merupakan salah satu dari sekian banyak gejala atau
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kepariwisataan merupakan salah satu dari sekian banyak gejala atau peristiwa yang terjadi di muka bumi yang timbul dari aktifitas manusia untuk memenuhi kebutuhannya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Jumlah penduduk Indonesia dalam beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada tahun 1990 jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan lahan merupakan hasil kegiatan manusia baik yang berlangsung secara siklus atau permanen pada sumberdaya lahan alami maupun buatan guna terpenuhinya kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan fisik penggunaan lahan terutama di daerah perkotaan relatif cepat dibandingkan dengan daerah perdesaan. Maksud perkembangan fisik adalah penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Dewasa ini, manusia seakan berpacu dalam waktu di dalam kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dewasa ini, manusia seakan berpacu dalam waktu di dalam kehidupan sehari-harinya. Dua puluh empat jam sehari, 7 hari dalam 1 minggu, dan seterusnya. Semua itu memaksa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini kota-kota besar di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam bidang industri, sarana transportasi, perluasan daerah pemukiman dan lain sebagainya.
Lebih terperinciEVALUASI PEMANFAATAN RUANG DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR
EVALUASI PEMANFAATAN RUANG DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: YUSUF SYARIFUDIN L2D 002 446 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2007
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jembatan antara surplus unit dengan defisit unit dalam ekonomi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan dari kegiatan pemasaran adalah mempengaruhi konsumen agar bersedia membeli produk pada saat mereka membutuhkanya. Oleh karena itu, setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah memiliki peranan penting dalam menunjang pembangunan nasional. Pada masa Orde baru pembangunan nasional dikendalikan oleh pemerintah pusat, sedangkan
Lebih terperinciTabel 1.1 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Banguntapan Tahun 2010 dan Tahun 2016
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tempat tinggal merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan karena merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Tempat tinggal menjadi sarana untuk berkumpul,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era Teknologi merupakan era dimana informasi serta data dapat didapatkan dan ditransfer secara lebih efektif. Perkembangan ilmu dan teknologi menyebabkan kemajuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan pembangunan ekonomi tujuan utamanya adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera dengan cara mencapai pertumbuhan ekonomi yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral. dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat penting dan strategis
Lebih terperinciIdentifikasi Kawasan Rawan Kebakaran di Martapura Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan dengan Sistem Informasi Geografis
Identifikasi Kawasan Rawan Kebakaran di Martapura Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan dengan Sistem Informasi Geografis Nisfi Sasmita 1, Rina Reida 1, Ida Parida Santi 1, Daratun Nurahmah 1, Neny Kurniawati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Data Bank Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data Bank Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami dinamika. Dinamika pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak tahun 2011 hingga 2016 cenderung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam membangun perekonomian suatu negara, industri perbankan selaku lembaga keuangan memegang peranan penting dalam menggerakkan roda perekonomian yang membantu pemerintah
Lebih terperinciPeranan Aplikasi GIS Dalam Perencanaan Pengembangan Pertanian
Peranan Aplikasi GIS Dalam Perencanaan Pengembangan Pertanian Disusun Oleh : Adhi Ginanjar Santoso (K3513002) Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penginderaan jauh didefinisikan sebagai proses perolehan informasi tentang suatu obyek tanpa adanya kontak fisik secara langsung dengan obyek tersebut (Rees, 2001;
Lebih terperinciFAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH TABUNGAN MASYARAKAT PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT BADAN KREDIT DELANGGU RAYA KABUPATEN KLATEN
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH TABUNGAN MASYARAKAT PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT BADAN KREDIT DELANGGU RAYA KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh daya beli masyarakat (Pasal 3, Undang-undang No. 14 Tahun 1992
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi jalan diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat, tertib dan teratur, nyaman dan efisien,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sektor perbankan, maka kondisi persaingan bank semakin ketat. Selain kebijakan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Dengan dikeluarkannya paket kebijakan Pemerintah Republik Indonesia tanggal 27 Oktober 1988 (PAKTO 1988) yang merupakan titik tolak liberalisasi sektor perbankan, maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. transaksi keuangan. Jika ditelusuri lewat sejarah sejak dulu sampai. tidak akan dapat lepas dari dunia perbankan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, bank merupakan salah satu media transaksi keuangan. Bank memberikan berbagai fasilitas dalam memudahkan proses transaksi keuangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di bumi terdapat kira-kira 1,3 1,4 milyar km³ air : 97,5% adalah air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan sektor jasa terutama jasa perbankan. transaksi ekonomi terus mengalami perkembangan dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi yang semakin canggih, turut berperan pada pertumbuhan sektor jasa terutama jasa perbankan. Sejalan dengan perkembangan teknologi
Lebih terperinciBAB 1. Pendahuluan. dijadikan oleh perusahaan sebagai keunggulan dalam usahanya untuk
BAB 1 Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, untuk memenangkan sebuah persaingan dalam bisnis tentunya sebuah perusahaan haruslah memiliki sesuatu yang unggul dari perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belakangan ini memang berlangsung sangat cepat. Semua negara di dunia ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pertumbuhan dan perkembangan dunia usaha beberapa tahun belakangan ini memang berlangsung sangat cepat. Semua negara di dunia ini terus berlomba mengerahkan segala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi yang cepat dan akurat. Tanpa informasi yang cepat dan akurat ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan dunia usaha semakin pesat sehingga membutuhkan informasi yang cepat dan akurat. Tanpa informasi yang cepat dan akurat ini membuat para
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jakarta. Kata Bandung berasal dari kata bendung atau bendungan karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bandung merupakan kota kecil yang terletak di sebelah selatan Ibu Kota Jakarta. Kata Bandung berasal dari kata bendung atau bendungan karena terbendungnya sungai citarum
Lebih terperinciBAB 11: GEOGRAFI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI
1. Sistem Informasi Geografi merupakan Sistem informasi yang memberikan gambaran tentang berbagai gejala di atas muka bumi dari segi (1) Persebaran (2) Luas (3) Arah (4) Bentuk 2. Sarana yang paling baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kondisi penggunaan lahan dinamis, sehingga perlu terus dipantau. dilestarikan agar tidak terjadi kerusakan dan salah pemanfaatan.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan sangat diperlukan untuk kelanjutan hidup manusia. Kemajuan pembangunan di suatu wilayah sejalan dengan peningkatan jumlah pertumbuhan penduduk yang diiringi
Lebih terperinciANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DAN SIG (Studi Kasus: Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta)
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DAN SIG (Studi Kasus: Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta) TUGAS AKHIR Oleh: SUPRIYANTO L2D 002 435 JURUSAN PERENCANAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Aplikasi teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis semakin meluas sejak dikembangkan di era tahun 1960-an. Sejak itu teknologi penginderaan jauh dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan organik merupakan komponen tanah yang terbentuk dari jasad hidup (flora dan fauna) di tanah, perakaran tanaman hidup maupun mati yang sebagian terdekomposisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transportasi memiliki peranan yang sangat besar dalam menunjang proses kehidupan manusia sebagai penunjang media perpindahan arus barang, orang, jasa serta informasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. itu, setiap perusahaan harus berusaha meningkatkan pelayanan ( services)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan dari kegiatan pemasaran adalah mempengaruhi konsumen agar bersedia membeli produk pada saat mereka membutuhkannya. Oleh karena itu, setiap perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu jasa mesin pembayaran yang disebut dengan ATM (Automatic teller
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dengan adanya perbankan di era modern ini akan mempermudah nasabah dalam melakukan transaksi. Pihak bank berusaha meningkatkan jasa pelayanan guna mempertahankan
Lebih terperinciSejalan dengan berkembangnya suatu kota atau wilayah dan meningkatnya kebutuhan manusia, infrastruktur jalan sangat diperlukan untuk menunjang proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem transportasi terutama infrastruktur jaringan jalan merupakan salah satu modal utama dalam perkembangan suatu wilayah. Pada daerah perkotaan, terutama, dibutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penggunaan Transaksi Non-Tunai di Indonesia dalam beberapa tahun
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penggunaan Transaksi Non-Tunai di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Disatu sisi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia memiliki kurang lebih 17.508 pulau (Indonesia.go.id). Wilayah Indonesia didominasi laut dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hasil kerja pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya. Pertumbuhan ekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah hal yang sangat diinginkan semua daerah maupun negara. Pertumbuhan ekonomi juga merupakan gambaran dari hasil kerja pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan bentang permukaan bumi yang dapat bermanfaat bagi manusia baik yang sudah dikelola maupun belum. Untuk itu peran lahan cukup penting dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Visi dari pembangunan kesehatan di Indonesia adalah menciptakan penduduk yang hidup dalam lingkungan sehat dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan ekonomi membutuhkan modal dasar sebagai alat untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi membutuhkan modal dasar sebagai alat untuk menggerakkan perekonomian. Modal dasar pembangunan dapat berupa kekayaan alam, sumberdaya manusia, teknologi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota akan selalu berhubungan erat dengan perkembangan lahan baik dalam kota itu sendiri maupun pada daerah yang berbatasan atau daerah sekitarnya. Selain itu lahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat kenyamanan permukiman di kota dipengaruhi oleh keberadaan ruang terbuka hijau dan tata kelola kota. Pada tata kelola kota yang tidak baik yang ditunjukkan dengan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN DATA DAN INFORMASI TATA RUANG KABUPATEN/KOTA BERBASIS CITRA SATELIT DAN GIS PENGANTAR Pesatnya perkembangan teknologi informasi membawa perubahan yang besar di berbagai bidang termasuk bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 1997
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional 2015 dan Perda No 2 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang
Lebih terperincimelestarikan alam, lingkungan dan sumber daya yang ada.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara luas pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang mempunyai multidimensi dari rangkaian suatu proses pembangunan. Pembangunan sektor pariwisata menyangkut aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penginderaan jauh yaitu berbagai teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi. Informasi tersebut berbentuk radiasi elektromagnetik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan secara terus-menerus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikator keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. investasi, akan mempengaruhi perekonomian Indonesia dimana akan semakin terbuka
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi ini dengan semakin berkembangnya dunia perdagangan dan investasi, akan mempengaruhi perekonomian Indonesia dimana akan semakin terbuka
Lebih terperinciPROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI CINDERAMATA DAN MAKANAN OLEH-OLEH DI KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR TKP Oleh: RINAWATI NUZULA L2D
PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI CINDERAMATA DAN MAKANAN OLEH-OLEH DI KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR TKP- 481 Oleh: RINAWATI NUZULA L2D 000 450 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD
ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, masih cukup tinggi. Salah satu penyebab adanya laju pertambahan penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Dalam pembangunan ekonomi suatu negara, jasa bank sangat penting dan dibutuhkan. Jasa perbankan pada umumnya terbagi atas dua tujuan. Tujuan pertama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk yang semakin cepat dan aktifitas penduduk di suatu daerah membawa perubahan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk yang semakin cepat dan aktifitas penduduk di suatu daerah membawa perubahan yang besar terhadap aspek kehidupan manusia dan lingkungan. Pertumbuhan
Lebih terperinciPoliteknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjam uang dan menerbitkan promes. Kata bank
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah merupakan kebutuhan manusia yang tidak dapat dihindari. Kebutuhan rumah bahkan termasuk ke dalam kebutuhan primer selain makanan dan pakaian. Dengan semakin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Masalah. Dengan bertambah pesatnya industri perbankan membuat persaingan
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Dengan bertambah pesatnya industri perbankan membuat persaingan antar bank semakin ketat dalam merebut nasabah serta mempertahankan pangsa pasar yang ada saat
Lebih terperinciberbagai macam sumberdaya yang ada di wilayah pesisir tersebut. Dengan melakukan pengelompokan (zonasi) tipologi pesisir dari aspek fisik lahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah negara bahari dan negara kepulauan terbesar di dunia dengan keanekaragaman hayati laut terbesar (mega marine biodiversity) (Polunin, 1983).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau merevisi peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang tentang Penataan Ruang Nomor 26 tahun 2007 mewajibkan setiap wilayah provinsi dan juga kabupaten/kota untuk menyusun atau merevisi peraturan daerah tentang
Lebih terperinciINTERPRETASI CITRA IKONOS KAWASAN PESISIR PANTAI SELATAN MATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH OLEH : BHIAN RANGGA J.R NIM : K
INTERPRETASI CITRA IKONOS KAWASAN PESISIR PANTAI SELATAN MATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH OLEH : BHIAN RANGGA J.R NIM : K 5410012 PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS
Lebih terperinciBAB PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan tubuh alam yang menyelimuti permukaan bumi dan merupakan sumberdaya yang sangat penting bagi makhluk hidup. Tanah mempunyai kemampuan untuk mendukung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. listrik harus bisa men-supplay kebutuhan listrik rumah tangga maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan energi utama yang digunakan hampir diseluruh sisi kehidupan manusia saat ini dimana semua aktifitas manusia berhubungan dengan energi listrik.
Lebih terperinciPDF Compressor Pro BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Profil adalah kenampakan permukaan alam disebabkan adanya beda tinggi apabila beda tinggi dua tempat tersebut dibandingkan dengan jarak lurus mendatar. Manfaat profil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk khususnya di wilayah perkotaan dipengaruhi dari berbagai faktor-faktor yang menyebabkan suatu daerah menjadi padat penduduknya. Hal ini akan menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya, perbankan Indonesia telah mengalami pasang surut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangannya, perbankan Indonesia telah mengalami pasang surut. Diawali pada tahun 1983, ketika berbagai macam deregulasi dilakukan oleh pemerintah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peta merupakan representasi dari permukaan bumi baik sebagian atau keseluruhannya yang divisualisasikan pada bidang proyeksi tertentu dengan menggunakan skala tertentu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tiap-tiap negara mempunyai pertimbangan berbeda mengenai penetapan suatu wilayah yang disebut kota. Pertimbangan itu dipengaruhi oleh beberapa variasi kewilayahan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.10/Menhut-II/2010 TENTANG MEKANISME DAN TATA CARA AUDIT KAWASAN HUTAN
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.10/Menhut-II/2010 TENTANG MEKANISME DAN TATA CARA AUDIT KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciKegiatan- kegiatan tersebut dapat dijelaskan pada gambar berikut:
BAB I PENGENALAN BANK A. Pengertian Bank Bank berasal dari bahasa Italia Banco yang berarti Bangku Menurut UU No. 10 Tahun 1998, definisi Bank adalah: Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta menyediakan jasa jasa dalam lalu lintas pembayaran. masyarakat. Fungsi perbankan yang demikian disebut sebagai perantara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sistem perekonomian suatu negara, industri perbankan merupakan salah satu sektor yang penting sebagai penunjang perekonomian negara. Di Indonesia sendiri, industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat. kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara menginginkan negaranya memiliki suatu
Lebih terperinciFAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012
i Penentuan Lokasi Potensial Anjungan Tunai Mandiri (ATM) Dengan Pemanfaatan Citra IKONOS dan Sistem Informasi Geografi (SIG) di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan penyelenggaraan otonomi daerah, pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan industri perbankan saat ini semakin meningkat, baik dalam hal penyediaan produk, transaksi maupun pelayanan. Hal ini menunjukkan semakin banyak pula tuntutan
Lebih terperinciPENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH (Studi Kasus pada PT. BPR Sukadana Surakarta) SKRIPSI
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH (Studi Kasus pada PT. BPR Sukadana Surakarta) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank mempunyai peranan yang sangat penting di dalam membantu dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank mempunyai peranan yang sangat penting di dalam membantu dan mendorong perkembangan perekonomian pada suatu negara. Dapat dikatakan bahwa lembaga perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia bisnis senantiasa berjalan secara dinamis untuk mendukung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia bisnis senantiasa berjalan secara dinamis untuk mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Aktivitas bisnis merupakan salah satu bagian dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan suatu wilayah, yaitu memudahkan interaksi antar wilayah yang akan membawa manfaat ekonomi dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah pendapatan di Lampung Tengah mengakibatkan. peningkatan permintaan terhadap jasa keuangan. Pertumbuhan lembaga
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah pendapatan di Lampung Tengah mengakibatkan peningkatan permintaan terhadap jasa keuangan. Pertumbuhan lembaga keuangan suatu daerah dapat dilihat dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem ekonomi adalah suatu sistem yang memiliki spesialisasi yang tinggi. Hal ini berarti tidak ada seorangpun yang mampu memproduksi semua apa yang dikonsumsinya
Lebih terperinciSektor Perbankan yang merupakan salah satu kegiatan ekonomi. hingga kini masih menjadi pembicaraan hangat berbagai kalangan. Di
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor Perbankan yang merupakan salah satu kegiatan ekonomi hingga kini masih menjadi pembicaraan hangat berbagai kalangan. Di samping karena merupakan lahan bisnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era perkembangan ekonomi seperti saat ini, saat gelombang ekonomi mengakibatkan krisis di berbagai area kehidupan, masyarakat membutuhkan adanya sumber modal
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin
III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Maret sampai bulan November 2009. Objek penelitian difokuskan pada wilayah Kota Banjarmasin, Yogyakarta, dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang mengapa studi ini dilakukan serta rumusan dan pertanyaan penelitian yang penting untuk dijawab. Bab ini juga menguraikan tujuan dan sasaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, dengan susunan fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Metro adalah kota hasil pemekaran Kabupaten Lampung Tengah dan memperoleh otonomi daerah pada tanggal 27 April 1999 sesuai dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Amartya Sen, peraih Nobel Ekonomi tahun 1998, menyatakan bahwa. bersama akan maksimal, dengan demikian kemakmuran sebuah bangsa dapat
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Amartya Sen, peraih Nobel Ekonomi tahun 1998, menyatakan bahwa pembangunan adalah sesuatu yang bersahabat, pembangunan seharusnya merupakan proses yang memfasilitasi
Lebih terperinciInterpretasi dan Uji Ketelitian Interpretasi. Penggunaan Lahan vii
DAFTAR ISI Halaman Judul... i Intisari... ii Abstract... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel... ix Daftar Gambar... xi Daftar Lampiran... xiii BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang...
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Peran industri perbankan di Indonesia sangat penting dalam menjalankan roda
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran industri perbankan di Indonesia sangat penting dalam menjalankan roda perekonomian negara, terutama pada saat krisis global seperti sekarang ini. Kemajuan industri
Lebih terperinciBank Umum dan Bank Sentral
Bank Umum dan Bank Sentral Peran Ban dalam Perekonomian Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berperan penring dalam penyediaan likuiditas keuangan dalam perekonomian Bank dapat berperan dalam
Lebih terperinci