BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya isu pencemaran dan keracunan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya isu pencemaran dan keracunan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya isu pencemaran dan keracunan merkuri (Hg) 1 yang berdampak sangat buruk terhadap manusia dan lingkungan hidup dan juga dilatarbelakangi oleh pengaturan penggunaan merkuri dan pembuangan limbah industri yang mengandung zat merkuri. Berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ( IPTEK ) dan industrialisasi 2 secara global memacu terjadinya pencemaran lingkungan baik pencemaran air, tanah dan udara secara global oleh zat merkuri (Hg) secara berlebihan. Pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh dampak perkembangan industri harus dapat dikendalikan, karena bila tidak dilakukan sejak dini akan menimbulkan permasalahan yang serius bagi kelangsungan hidup manusia maupun lingkungan hidup global. Salah satu contoh isu pencemaran merkuri di Indonesia adalah matinya ribuan ikan akibat aliran limbah merkuri di sungai dan keracunan warga akibat terpapar merkuri di lokasi sekitar penambangan emas di kawasan Aceh jaya. 1 Keracunan merkuri (Hg) juga dikenal dengan istilah mercurialism yaitu penyakit yang disebabkan oleh paparan mercuri dan senyawanya yang efeknya dapat merusak ginjal, otak dan paru-paru, Masran Saimima, 2013, Cited Sabtu, 8 Nopember 2013, keracunan-merkuri?related=1. 2 Industrialisasi adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi yang mengubah sistem pencaharian masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Industrialisasi adalah bagian dari proses modernisasi dimana perubahan sosial dan perkembangan ekonomi erat hubungannya dengan inovasi teknologi. Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Cited Sabtu, 8 Nopember wikipedia.org/wiki/industrialisasi. 1

2 Yang diindikasikan oleh kadar merkuri pada rambut warga yang mencapai kadar maksimum, hal ini diungkapkan oleh Kepala Bapedal Aceh. 3 Beliau mengutip hasil penelitian Kementrian Lingkungan Hidup, dimana responden diteliti berdasarkan kadar merkuri pada rambut. Yang secara statistik menunjukkan bahwa rambut warga setempat sudah terpapar merkuri. Selain itu juga dicurigai bahwa pada air, ikan, rambut manusia dan makhluk hidup lain yang dicurigai terpapar merkuri adalah tanaman. Hal ini terjadi karena tanah berpotensi tercemar merkuri serta sifat merkuri yang tidak terurai, melainkan hanya berpindah antarhewan, tanaman dan manusia. 4 Dari isu di atas dapat kita tangkap bahwa logam berat seperti merkuri (Hg) atau yang disebut juga dengan Raksa merupakan satu golongan logam transisi yang berbentuk cair pada suhu kamar dan mudah menguap. Logam merkuri banyak dipergunakan dalam proses penambangan emas skala kecil. Selain untuk kegiatan penambangan emas skala kecil, logam merkuri juga dipergunakan di berbagai bidang kehidupan manusia dan lingkungan. Selama kurun waktu beberapa tahun merkuri telah banyak dipergunakan dalam bidang pertanian dan industri. Merkuri dapat berada dalam berbagai senyawa. Contohnya garam merkuri sering digunakan dalam krim pemutih dan krim antiseptik. 3 KLH, 2012, Pemantauan Penggunaan Merkuri Pada Pertambangan Emas Skala Kecil Di Kecamatan Krueng Sabee, Kab. Aceh Jaya, Provinsi Aceh. 4 Tribun News Regional Sumatra, Rabu, 27 Agustus 2014, Limbah Merkuri Yang Meracuni Warga Teunon Sudah Diambang Batas Maksimum, Cited Rabu 5 Nopember 2014, warga-teunonsudah-diambang-batas-maksimum. 2

3 Saat ini mulailah disadari efek buruk dari zat merkuri bagi manusia dan lingkungan hidup yang sebagian besar dari zat merkuri itu dihasilkan dari sisa industri secara global, menurut United Nations Environment Programme (UNEP) sekitar ton setiap tahunnya. 5 Semua komponen merkuri yang masuk ke dalam tubuh manusia baik dalam bentuk unsur merkuri (Hg 0 ), Merkuri Anorganik (Hg 2+ dan Hg 2+ 2 ) dan Merkuri organic (organo mercury), apabila mengendap secara terus-menerus dalam tubuh makhluk hidup seperti manusia, akan menyebabkan kerusakan pada otak, hati dan ginjal. Hal ini disebabkan karena endapan merkuri yang menumpuk berakibat buruk pada sistem saraf pusat. 6 Salah satu contoh katastropik 7 akibat keracunan zat merkuri bagi manusia dan lingkungan hidup adalah Minamata Desease yang terjadi di teluk Minamata Jepang. Dilatarbelakangi oleh kesadaran yang besar akan bahaya keracunan zat merkuri bagi lingkungan hidup dan manusia oleh masyarakat serta Negara-negara di dunia, maka untuk mengatur penggunaan zat merkuri dan mengatur pengelolaan zat merkuri, diadakanlah Konferensi oleh Negara-negara di dunia yang diprakarsai oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) melalui Badan PBB 5 UNEP, Mercury Acting Now, Cited (Kamis, 6 Nopember 2014), Portals/9/Merkuri/Publications/Merkuri% 20Acting%20Now.pdf. 6 Zul Alfian, 2006, Merkuri: Antara Manfaat Dan Efek Penggunaannya Bagi Kesehatan Manusia Dan Lingkungannya, Pidato Pengukuhan jabatan Guru besar Tetap Universitas Sumatra Utara, USU e repository, Cited Selasa 4 November Katastropik berasal dari bahasa Inggris yaitu kata catastrophic adalah kata sifat turunan dari catastrophe yang paling tidak punya dua makna yang cukup berbeda, yaitu (1) titik balik drama dan (2) bencana (besar) mendadak. 3

4 United Nations Environment Programme. Konferensi tersebut melahirkan Perjanjian Internasional baru yaitu Konvensi Minamata tentang Merkuri Konvensi Minamata memuat pengaturan tentang penggunaan merkuri dan pengelolaan merkuri bagi masyarakat global. Konvensi Minamata dibuka penandatangannya dari bulan Oktober 2013 sampai dengan Oktober Konvensi Minamata akan mulai berlaku (entry into force) pada tahun Indonesia merupakan salah satu Negara penandatangan konvensi ini, namun sampai saat ini belum ada ratifikasi oleh pemerintah Indonesia ke dalam peraturan hukum nasional. Sementara kebutuhan pengaturan hukum yang tegas akan penggunaan merkuri dan pengelolaan merkuri sangatlah mendesak terutama bagi masyarakat dan lingkungan hidup yang dirugikan olehnya Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan oleh penulis di atas maka dapat ditarik Pemasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu: a. Bagaimanakah urgensi ratifikasi Konvensi Minamata tentang Merkuri 2013 oleh Indonesia? b. Bagaimanakah tanggung jawab negara terhadap pelanggaran Konvensi Minamata tentang Merkuri 2013? 8 Diplomatic Conference for the Minamata Convention on Mercury, Cited (5 Nopember 2014), DiplomaticConference/tabid/105832/Default.aspx. 9 UNEP Treaty Collections, 2013, Minamata Convention On Merkuri, Article 29, Cited (4 Nopember 2014), Merkuri/Documents/dipcon/CONF_3_Minamata%20Convention%20on%20Merkuri_ final%2026%2008_e.pdf. 10 Margaretha Quina, 2013, Indonesian Center For Environment Law, Konvensi Minamata: Persiapan Implementasi Nasional, Cited (Jumat, 7 Nopember 2014), 4

5 1.3. Ruang Lingkup Masalah Penelitian ini akan mengkaji pengaturan dampak pencemaran dan keracunan zat merkuri kepada manusia dan lingkungan hidup sebagai isu global yang memerlukan pengaturan hukum secara internasional yaitu hukum lingkungan internasional, karena permasalahan ini melibatkan aktor negaranegara, organisasi internasional dan perusahaan industri baik perusahaan nasional, maupun multinasional yang memanfaatkan zat merkuri untuk proses produksinya. Urgensi tentang aturan hukum secara internasional tersebut dijawab oleh Konvensi Minamata tentang Merkuri 2013 yang diprakarsai oleh United Nations Environment Programme (UNEP), maka penelitian ini juga akan membahas tentang dibentuknya konvensi ini. Ruang lingkup yang akan dikaji secara mendalam adalah : 1. Kebutuhan Indonesia meratifikasi instrumen hukum yang mengatur tentang penggunaan dan pembuangan limbah merkuri di bidang industri. Meskipun Indonesia telah menandatangani Konvensi Minamata tentang Merkuri 2013 akan tetapi sampai sekarang belum ada wujud ratifikasi dalam Peraturan perundangan nasional. Maka penelitian ini akan mengkaji urgensi ratifikasi terhadap Konvensi Minamata tentang Merkuri 2013 oleh Negara-negara pesertanya, khususnya Indonesia. 2. Penelitian ini juga mengkaji tanggung jawab negara terhadap pelanggaran Konvensi Minamata tentang Merkuri 2013 serta akibat hukum bagi Indonesia jika meratifikasinya. 5

6 1.4. Orisinalitas Penelitian Sifat keaslian atau orisinalitas dari penelitian ilmiah mengenai Ratifikasi Konvensi Minamata tentang Merkuri 2013 Oleh Negara Peserta Bagi Masyarakat Internasional (Khususnya Indonesia) Dalam Mengatur Penggunaan Dan Pengelolaan Zat Merkuri (Hg) ini melalui pendekatan hukum internasional yang bersifat yuridis normatif, berdasarkan pengamatan penulis dari sumber media seperti internet, merupakan topik penelitian ilmiah yang baru untuk tujuan penulisan skripsi di bidang hukum internasional, namun sebagai pembanding yang menunjukkan orisinalitas penelitian ini maka penulis mencantumkan penelitian sebelumnya yaitu berupa jurnal dalam ilmu hukum, yang berkaitan dengan tanggung jawab Negara terhadap lingkungan hidup dengan topik yang berbeda sebagai berikut: No. Judul Penelitian Penulis Rumusan Masalah 1 Indonesia s Responsibility For Coral Reef Damage In Kepulauan Seribu Natalia Yeti Puspita,Tisa Windayani, A. Aris Swantoro (Jurnal Mimbar Hukum Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Vol. 25 No. 2) Tahun How does international law rule on state responsibility for environmental damage within stage territory? 2.What is the responsibility of indonesia as a state party to the convention on biological diversity in 1992 with regards to the damage to coral reefs in the kepulauan seribu? 6

7 1.5. Tujuan Penulisan Tujuan penelitian ini meliputi : Tujuan Umum Penelitian sebagai bagian dari proses pengembangan ilmu pengetahuan menempati kedudukan yang sangat penting dikarenakan untuk menemukan halhal baru yang aktual mengenai perkembangan ilmu tersebut, menggali permasalahan-permasalahan yang ada saat ini untuk diungkap keberadaannya, memecahkan masalah yang timbul menjadi penghalang dan penghambat kehidupan secara terfokus dengan solusi-solusi yang praktis, serta mensinergikan antara das sollen dan das sein dengan dikaitkannya antara teori-teori dan hukum positif dan kenyataan yang dihadapi Tujuan Khusus 1. Menemukan sebab-sebab yang mengakibatkan Konvensi Minamata tentang Merkuri 2013 belum diratifikasi. 2. Menemukan model praktik realisasi tanggung jawab Negara terhadap pelanggaran Konvensi Minamata tentang Merkuri Manfaat Penulisan Manfaat Teoretis 1. Menemukan permasalahan yang perlu diatasi dalam rangka ratifikasi Konvensi Minamata tentang Merkuri 2013 ke dalam sistem hukum nasional Indonesia. 2. Mengkaji dasar ratifikasi Konvensi Minamata tentang Merkuri 2013 dan penerapan ke dalam hukum nasional. 7

8 Manfaat Praktis Menemukan pola penyelesaian sengketa yang dapat digunakan sebagai dasar pelaksanaan tanggung jawab Negara dalam hal Indonesia menjadi pihak dalam suatu sengketa menurut Konvensi Minamata tentang Merkuri Landasan Teoritis Landasan teori yang penulis gunakan dalam penelitian tentang ratifikasi Konvensi Minamata tentang Merkuri 2013 ini adalah: 1. Teori-Teori Mengikatnya Hukum Internasional Hukum internasional merupakan keseluruhan kaidah hukum dan asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara yang bukan bersifat perdata. 11 Kaidah hukum dan asas hukum tersebut memiliki sifat mengikat dan berlaku di antara subjek-subjeknya, yaitu negara dan negara serta negara dengan subjek hukum lain bukan negara satu sama lain. Bagaimanakah Hukum Internasional itu dapat mengikat subjek-subjeknya terutama negaranegara, sementara hukum internasional tidak memiliki kekuasaan eksekutif penuh seperti halnya hukum nasional? Untuk menjawab persoalan tersebut ada beberapa teori yang dikemukakan tentang dasar mengikatnya hukum internasional yaitu: a. Teori Hukum Alam Teori ini merupakan teori hukum yang tertua serta memiliki pengaruh besar atas hukum internasional. Salah satu tokoh teori hukum alam modern adalah Hugo Grotius yang melepaskan teori ini dari sifat keagamaan. Yang 11 Mocthar Kusumaadmadja dan Etty R. Agoes, 2002, Pengantar Hukum Internasional, Alumni, Jakarta, h

9 memandang manusia sebagai makhluk berakal. Menurut para penganut ajaran hukum alam, hukum internasional bersifat mengikat karena hukum internasional itu adalah hukum alam yang diterapkan dalam kehidupan bangsa-bangsa. Hukum internasional merupakan bagian dari hukum yang lebih tinggi yaitu hukum alam. Kemudian teori ini disempurnakan oleh Emmerich Vattel dalam bukunya Droit De Gens, ia antara lain mengatakan: We use the term necessary Law of Nations for that law which result from applying the natural law to nations. It is necessary because nations are absolutely bound to observe it. It contains these preceipts which the natural law dictates to states, and it is no less binding upon them. It is upon individuals. 12 Pada dasarnya teori hukum alam ini berlandaskan pada kaidah moral dan keadilan individual-individual yang membentuk suatu bangsa-bangsa dan kemudian membentuk masyarakat internasional. Sebagai masyarakat internasional harus dapat hidup berdampingan dengan baik satu sama lain. b. Teori kehendak negara (voluntaris) untuk tunduk kepada hukum internasional Teori ini memandang bahwa dasar mengikatnya hukum initernasional adalah berdasarkan atas kehendak negara untuk tunduk pada hukum internasional, pada dasarnya negara merupakan sumber segala hukum dan hukum internasional itu mengikat karena Negara itu atas kemauan sendiri untuk tunduk pada hukum internasional. Tokoh dari aliran ini adalah Hegel, selain itu George Jellineck dengan Selbst-limitation-theorie. Lalu Zorn yang berpendapat bahwa 12 Ibid., h

10 hukum internasional itu tidak lain adalah hukum tata negara yang mengatur hubungan luar suatu negara (Auszeres Staatrecht). Teori ini memiliki suatu kelemahan yang tidak dapat menerangkan secara memuaskan bagaimana caranya hukum internasional yang bergantung pada kehendak negara dapat mengikat negara itu, bagaimana bila suatu negara membatalkan niatnya untuk terikat pada hukum internasional. 13 c. Teori mengikatnya hukum internasional berdasarkan kehendak bersama (Vereinbarungs Theorie) Teori ini berusaha mengatasi teori kehendak Negara, dimana Triepel mengungkapkan bahwa hukum internasional itu mengikat bagi Negara bukan karena kehendak mereka satu persatu untuk terikat, melainkan karena adanya suatu kehendak bersama, yang lebih tinggi dari kehendak masing-masing negara, untuk tunduk pada hukum internasional. 14 Teori ini juga menerangkan sifat mengikatnya hukum kebiasaan (customary law) yang artinya kehendak untuk terikat diberikan secara diam-diam. Pada hakikatnya teori ini mendasarkan pada persetujuan negara untuk diikat oleh hukum internasional, teori ini memandang hukum internasional sebagai hukum perjanjian antara negara-negara. d. Teori norma hukum sebagai dasar mengikatnya hukum internasional yang dikemukakan oleh aliran objektivis dan Mazhab Vienna. Teori ini memandang bahwa kehendak manusia sebagai subjek hukum saja tidak mungkin menjadi dasar kekuatan hukum yang mengatur kehidupan. 13 Ibid., h Ibid., h

11 Sebab ia dapat melepaskan diri dari kekuatan mengikat hukum dengan menarik kembali persetujuannya untuk tunduk pada hukum itu. Berdasarkan teori ini persetujuan negara untuk tunduk pada hukum internasional menghendaki adanya suatu hukum atau norma sebagai sesuatu yang telah ada terlebih dahulu dan berlaku lepas dari kehendak negara. Jadi norma hukumlah yang merupakan dasar terakhir mengikat hukum internasional. Aliran ini melandasi pendirian mazhab viena, mazhab viena mengungkapkan tentang kaidah dasar (grundnorm) daripada hukum internasional, Hans Kelsen sebagai tokoh yang terkenal dalam aliran ini menganggap bahwa asas pacta sunt servanda sebagai kaidah dasar (grundnorm) hukum internasional. 15 Kekuatan mengikat hukum internasional muncul dari kaidah hukum itu sendiri yang dibentuk oleh subjek-subjek hukum internasional. Sebagai contoh apabila suatu perjanjian internasional dibentuk oleh negara-negara, maka pembentuk perjanjian internasional tersebut harus menaati apa yang telah dibentuk dan dikonsensuskan oleh suatu ketentuan hukum yaitu prinsip pacta sunt servanda. 16 Pacta harus diartikan secara umum, yaitu setiap pactum atau persetujuan yang merupakan pencerminan dari kehendak dua atau lebih negara untuk mengikatkan diri, sehingga setiap pactum selalu dimaksudkan untuk mengikat berdasarkan hukum internasional. Sedangkan servanda berarti diwajibkan 15 Ibid., h F. A. Whisnu Situni, SH., 1989, Identifikasi dan Reformulasi Sumber-Sumber Hukum Internasional, CV. Mandar Maju, Bandung, h

12 (required) oleh hukum internasional untuk dipatuhi (to be observed) dengan itikad baik (good faith). 17 e. Teori Fakta Kemasyarakatan (Fait Sosial) dari Mazhab Perancis. Teori ini menghubungkan kekuatan mengikat hukum internasional dengan kenyataan hidup manusia. Teori ini dikemukakan oleh Fauchile, Scelle dan Duguit yang mendasarkan kekuatan mengikat hukum internasional pada factor biologis, sosial dan sejarah kehidupan manusia. Dimana faktor seperti naluri sosial yang dimiliki oleh manusia yang juga dimiliki oleh bangsa-bangsa yang mempunyai kebutuhan untuk bersosialisasi. Jadi kenyataan sosial bahwa mengikatnya hukum internasional itu mutlak perlu untuk terpenuhinya kebutuhan manusia (bangsa) untuk hidup bermasyarakat Landasan Teori Tentang Tanggung Jawab Negara Berdasarkan hukum internasional, apabila tindakan suatu negara merugikan negara lainnya, maka negara yang dirugikan atas tindakan negara tersebut berhak akan ganti kerugian. Ganti kerugian bergantung pada keadaankeadaan peristiwa. Kerugian yang menimbulkan pertanggungjawaban suatu negara dapat bermacam-macam jenisnya, yang dapat berupa perbuatan atau kelalaian. Pertanggung jawaban negara diatur dengan ukuran internasional dan bergantung pada hukum internasional, kapan dan sampai dimana perbuatan atau kelalaian itu merupakan kesalahan. 19 Secara umum unsur-unsur tanggung jawab negara adalah : Ibid, h Ibid., h F. Isjwara SH, LL.M., 1972, Pengantar Hukum Internasional, Alumni, Bandung, h. 12

13 1. Ada perbuatan atau kelalaian (act or mission) yang dapat dipertautkan (imputable) kepada suatu negara; 2. Perbuatan atau kelalaian itu merupakan suatu pelanggaran terhadap suatu kewajiban internasional, baik kewajiban itu lahir dari perjanjian maupun dari sumber hukum internasional lainnya. Teori tentang tanggung jawab negara dapat dibagi menjadi : a. Risk Theory / Teori Resiko yang menimbulkan absolut liability / strict liability / objective responsibility. Yaitu bahwa suatu negara mutlak bertanggungjawab atas setiap kegiatan yang menimbulkan akibat yang sangat membahayakan walaupun kegiatan itu sendiri adalah kegiatan yang sah menurut hukum. Menurut teori ini manakala suatu pejabat negara atau agen negara telah melakukan tindakan yang mengakibatkan kerugian terhadap orang lain maka negaranya bertanggung jawab menurut hukum internasional tanpa dibuktikan apakah tindakan tersebut dilaksanakan dengan maksud baik atau jahat. 20 Contohnya, Pasal II Liability Convention 1972 yang menyatakan bahwa negara peluncur (launching state) mutlak bertanggungjawab untuk membayar kompensasi untuk kerugian dipermukaan bumi atau pada pesawat udara yang sedang dalam penerbangan yang ditimbulkan oleh benda angkasa miliknya Huala Adolf, 1989, Aspek-Aspek Negara dalam hukum Internasional, Rajawali Pers, Jakarta, h

14 b. Teori kesalahan / Fault Theory yang menimbulkan tanggung jawab Negara subjective / liability based on fault. Yaitu tanggungjawab negara atas perbuatannya baru dikatakan ada jika dapat dibuktikan adanya unsur kesalahan perbuatan itu. Menurut JG Starke terdapat batas antara hukum internasional dan hukum nasional ini berkenaan dengan: a. Pelanggaran kewajiban atau kelalaian oleh sesuatu negara yang mengakibatkan pertanggungan jawaban. b. Kekuasaan (wewenang) badan negara yang melakukan kesalahan itu. Pelanggaran atau kelalaian pada instansi terakhir harus merupakan pelanggaran atau kelalaian akan suatu asas hukum internasional. Pertanggungan jawaban negara tidak ada karena hukum nasional saja, negara tidak dapat membela diri dengan mengemukakan bahwa badan yang melakukan kesalahan itu melampaui kewenangannya atau sama sekali tidak berwenang menurut hukum nasional. Apabila hukum internasional mengatakan bahwa negara itu bertanggung jawab maka hukum internasional berlaku, sekalipun menurut hukum nasional tidak. Maka negara tidak dapat menggunakan hukum nasionalnya sebagai alasan untuk tidak melakukan kewajiban internasional Metode Penelitian Jenis Penelitian Penelitian pada dasarnya merupakan suatu upaya pencarian atas suatu pengetahuan yang benar, dimana pengetahuan yang benar ini nantinya akan 22 Ibid, h

15 digunakan untuk menjawab pertanyaan atau ketidaktahuan tertentu. 23 Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya, juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 24 Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif yang bersifat kualitatif yang berarti penelitian yang mengacu pada norma hukum. Menurut Soerjono Soekanto, penelitian hukum normatif terdiri atas: 1. Penelitian terhadap asas-asas hukum; 2. Penelitian terhadap sistematika hukum; 3. Penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum; 4. Penelitian sejarah hukum; 5. Penelitian terhadap perbandingan hukum. Penelitian hukum normatif meneliti kaidah atau norma hukum sebagai suatu bangunan hukum yang terkait dengan suatu peristiwa hukum. 25 Oleh karena itu penulis menggunakan pendekatan-pendekatan tertentu dari sejumlah pendekatan yang dikenal dalam penelitian hukum normatif. 23 Bambang Sunggono, 1996, Metodologi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h Ibid, h Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, 2009, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, h

16 Jenis Pendekatan Penelitan hukum normatif pada umumnya mengenal 7 (tujuh) jenis macam pendekatan yaitu : Pendekatan Kasus (the case approach); 2. Pendekatan Perundang-undangan (The Statute Approach); 3. Pendekatan Fakta (Fact Approach); 4. Pendekatan Analisis Konsep Hukum (Analitical and conseptual approach); 5. Pendekatan Frase (Words and Phrase Approach); 6. Pendekatan Sejarah (Historical Approach); 7. Pendekatan perbandingan (Comparative Approach). Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan Kasus (Case Approach) yang bertujuan mempelajari norma-norma hukum yang diaktualisasikan dalam praktek hukum yang menelaah kasus yang berkaitan dengan aspek hukum dari bahaya pencemaran lingkungan hidup dan keracunan oleh zat merkuri yang dihasilkan oleh industri yang menghasilkan limbah merkuri. Serta pendekatan Perundang-undangan (The Statute Approach) yang menelaah mengenai urgensi pengaturan penggunaan serta pembuangan zat merkuri dalam berbagai bidang industri secara global dari perspektif hukum internasional dan pendekatan Fakta (Fact Approach) yang menelaah fakta-fakta mengenai bahaya pencemaran lingkungan hidup dan keracunan oleh zat merkuri yang dihasilkan oleh industri yang menghasilkan limbah merkuri. 26 Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2009, Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar, h

17 Bahan Hukum Penulisan karya ilmiah ini menggunakan metode penelitian hukum normatif sehingga bahan hukum yang digunakan berdasarkan atas bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yang dapat diuraikan sebagai berikut : a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang memiliki kekuatan mengikat umum, terdiri atas peraturan perundang-undangan, yurisprudensi atau putusan pengadilan, peraturan dasar, konvensi ketatanegaraan dan perjanjian internasional (traktat). Bahan hukum primer bersifat otoritatif yang artinya mempunyai otoritas, yaitu merupakan hasil tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh lembaga yang berwenang untuk itu. Dalam penulisan skripsi ini akan menggunakan bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan dan ketentuan-ketentuan yang lebih khusus. 27 b. Bahan Hukum Sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, yang dapat berupa rancangan peraturan perundang-undangan, hasil penelitian, buku-buku teks, jurnal ilmiah, surat kabar / koran, pamflet, brosur, karya tulis hukum, atau pandangan ahli hukum yang termuat dalam media massa maupun berita di internet yang berkaitan dengan masalah yang dibahas, yaitu aspek hukum dari bahaya pencemaran lingkungan hidup dan keracunan oleh zat merkuri yang dihasilkan oleh industri yang menghasilkan limbah merkuri 27 Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Kencana, h , dikutip dari Mukti Fajar MD dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, h

18 dan mengenai urgensi pengaturan penggunaan serta pembuangan zat merkuri dalam berbagai bidang industri secara global dari perspektif hukum internasional. c. Bahan Hukum Tersier, yaitu sumber yang menjelaskan bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder. Bahan hukum dalam karya tulis ini berupa Kamus besar bahasa Indonesia, Ensiklopedia dan lain-lain Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Teknik pengumpulan bahan-bahan hukum yang digunakan adalah teknik studi dokumen, yaitu dalam pengumpulan bahan hukum terhadap sumber kepustakaan yang relevan dengan permasalahan yang dibahas dengan cara membaca dan mencatat kembali bahan hukum tersebut kemudian dikelompokkan secara sistematis yang berhubungan dengan masalah dalam penelitian yang bertujuan untuk menyusun skripsi ini. Untuk menunjang penelitian ini maka bahan-bahan hukum diperoleh dari: 1. Pengumpulan bahan hukum primer yang diperoleh dengan cara mengumpulkan peraturan perundang-undangan Nasional dan perjanjian Internasional (traktat) yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. 2. Pengumpulan bahan hukum sekunder dilakukan secara penelitian kepustakaan yang bertujuan untuk mendapatkan bahan hukum yang berasal dari buku-buku teks, jurnal ilmiah, surat kabar koran, pamflet, brosur, karya tulis hukum, atau pandangan ahli hukum yang termuat 28 Amirudin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h

19 dalam media massa maupun berita di internet yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini Teknik Analisis Teknik pengolahan bahan hukum dilakukan dengan cara, setelah bahan hukum terkumpul kemudian dianalisis menggunakan teknik deskripsi yaitu dengan memaparkan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder apa adanya. 29 Yang selanjutnya kedua bahan hukum tersebut diberikan penilaian (evaluasi), kemudian dilakukan intepretasi dan selanjutnya diajukan argumentasi. Argumentasi tersebut dilakukan oleh peneliti untuk memberikan penilaian mengenai benar atau salah apa yang seharusnya menurut hukum terhadap fakta atau peristiwa hukum dari hasil penelitian. Dari hal tersebut nantinya akan ditarik kesimpulan secara sistematis agar tidak menimbulkan kontradiksi antara bahan hukum yang lain. Selain itu penulis menggunakan teknik analisis yaitu pemaparan secara mendetail dari keterangan-keterangan yang didapat pada tahap sebelumnya yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini sehingga keseluruhannya membentuk suatu kesatuan yang saling berhubungan secara logis. 30 Menggambarkan secara lengkap tentang aspek-aspek tertentu atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan yang bersangkutan dengan masalah kemudian dianalisa kebenaran tersebut Roni Hanitijo, 1991, Metode Penelitian Hukum, Cet. II, Ghalia indo, Jakarta, h Ibid. 31 Amirudin dan Zainal Asikin, 2003, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h

TEORI HUKUM INTERNASIONAL H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

TEORI HUKUM INTERNASIONAL H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI TEORI HUKUM INTERNASIONAL H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI SIFAT HAKEKAT MENGIKATNYA HUKUM INTERNASIONAL Apakah yang menjadi dasar kekuatan mengikatnya Hukum Internasional? Mengingat Hukum Internasional tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konferensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa III telah berhasil

BAB I PENDAHULUAN. Konferensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa III telah berhasil BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konferensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa III telah berhasil menghasilkan Konvensi tentang Hukum Laut Internasional/ The United Nations Convention on

Lebih terperinci

PERKULIAHAN III Devica Rully M., SH. MH. LLM.

PERKULIAHAN III Devica Rully M., SH. MH. LLM. HAKEKAT DAN DASAR BERLAKUNYA HUKUM INTERNASIONAL PERKULIAHAN III Devica Rully M., SH. MH. LLM. DASAR KEKUATAN MENGIKAT HI Alasan Pembahasan : O HI tidak memiliki lembaga2 yang lazim diasosiasikan dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. Selain itu, juga

III. METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. Selain itu, juga III. METODE PENELITIAN Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kepustakaan atau data sekunder, dengan mengkaji mengenai asas-asas, norma,

BAB III METODE PENELITIAN. kepustakaan atau data sekunder, dengan mengkaji mengenai asas-asas, norma, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan mendasarkan pada data kepustakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup adalah pengetahuan dasar tentang bagaimana makhluk hidup berfungsi dan bagaimana merreka berinteraksi satu sama lain dengan lingkungan mereka.

Lebih terperinci

BAB II HAKIKAT BERLAKU HUKUM INTERNASIONAL TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

BAB II HAKIKAT BERLAKU HUKUM INTERNASIONAL TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) BAB II HAKIKAT BERLAKU HUKUM INTERNASIONAL TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Pada akhir kuliah mahasiswa diharapkan dapat memahami hakikat dan dasar berlakunya Hukum Internasional serta kaitannya dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Masalah Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam pendekatan, yaitu pendekatan yuridis normatif. Penelitian hukum normatif adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang telah mengalami perkembangan yang cukup baik dari masa kemasa. Sebagai salah satu contohnya banyak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Suatu penelitian agar dapat dipercaya kebenarannya, harus disusun dengan menggunakan metode yang tepat. Sebuah penelitian, untuk memperoleh data yang akurat dan valid diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Hukum Internasional adalah keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas-batas Negara-negara antara Negara dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) pada tanggal 24 September 1960, telah terjadi perubahan

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM LAUT INTERNASIONAL MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM NELAYAN TRADISIONAL INDONESIA. Jacklyn Fiorentina

TINJAUAN HUKUM LAUT INTERNASIONAL MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM NELAYAN TRADISIONAL INDONESIA. Jacklyn Fiorentina 1 TINJAUAN HUKUM LAUT INTERNASIONAL MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM NELAYAN TRADISIONAL INDONESIA Jacklyn Fiorentina (Pembimbing I) (Pembimbing II) I Made Pasek Diantha I Made Budi Arsika Progam Kekhususan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB III METODE PENELITIAN Skripsi sebagai salah satu bentuk dari penulisan karya tulis yang dilakukan oleh mahasiswa untuk menempuh S1, diperlukan suatu metodologi yang bertujuan untuk mengadakan pendekatan

Lebih terperinci

PENERAPAN PRINSIP NON REFOULEMENT TERHADAP PENGUNGSI DALAM NEGARA YANG BUKAN MERUPAKAN PESERTA KONVENSI MENGENAI STATUS PENGUNGSI TAHUN 1951

PENERAPAN PRINSIP NON REFOULEMENT TERHADAP PENGUNGSI DALAM NEGARA YANG BUKAN MERUPAKAN PESERTA KONVENSI MENGENAI STATUS PENGUNGSI TAHUN 1951 PENERAPAN PRINSIP NON REFOULEMENT TERHADAP PENGUNGSI DALAM NEGARA YANG BUKAN MERUPAKAN PESERTA KONVENSI MENGENAI STATUS PENGUNGSI TAHUN 1951 Oleh: Titik Juniati Ismaniar Gede Marhaendra Wija Atmadja Bagian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. normatif adalah penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah

BAB III METODE PENELITIAN. normatif adalah penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitan hukum Normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma. 1 Adapun pencarian bahan di

BAB III METODE PENELITIAN. hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma. 1 Adapun pencarian bahan di BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif dengan menggunakan studi kepustakaan yaitu penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ilmiah adalah proses analisa yang meliputi metode-metode penelitian untuk

BAB III METODE PENELITIAN. ilmiah adalah proses analisa yang meliputi metode-metode penelitian untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis, Sifat, Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.1.1. Jenis Penelitian Hal yang cukup penting dalam penelitian hukum sebagai suatu kegiatan ilmiah adalah proses analisa yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa Bangsa selanjutnya disebut PBB merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa Bangsa selanjutnya disebut PBB merupakan suatu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perserikatan Bangsa Bangsa selanjutnya disebut PBB merupakan suatu organisasi internasional yang dibentuk sebagai pengganti Liga Bangsa Bangsa selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah normatif, yang dilakukan dengan cara meneliti bahan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah normatif, yang dilakukan dengan cara meneliti bahan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah normatif, yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka, dapat dinamakan penelitian hukum normatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat pada era modern saat ini di dalam aktivitasnya dituntut untuk memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam waktu

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPPRES 20/1996, PENGESAHAN CONVENTION ON INTERNATIONAL LIABILITY FOR DAMAGE BY SPACE OBJECTS, 1972 (KONVENSI TENTANG TANGGUNGJAWAB INTERNASIONAL TERHADAP KERUGIAN YANG DISEBABKAN OLEH BENDA BENDA ANTARIKSA,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 24

III. METODE PENELITIAN. permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 24 III. METODE PENELITIAN Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten. 2 Jadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten. 2 Jadi BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode merupakan cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, termasuk juga metode dalam sebuah penelitian. Menurut Peter R. Senn, 1 metode merupakan suatu prosedur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris normatif yaitu jenis penelitian yang merupakan gabungan dari jenis penelitian hukum empiris dan normatif.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis, Sifat Penelitian, dan Pendekatan. normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang meletakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis, Sifat Penelitian, dan Pendekatan. normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang meletakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis, Sifat Penelitian, dan Pendekatan Penelitian yang ada dalam skripsi ini merupakan penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang meletakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk senantiasa meningkatkan kompetensi dan profesionalisme

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk senantiasa meningkatkan kompetensi dan profesionalisme BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu profesi pendukung kegiatan dunia usaha, kebutuhan pengguna jasa akuntan publik semakin meningkat terutama kebutuhan atas kualitas informasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif-empiris. Menurut Abdulkadir Muhammad yang dimaksud sebagai penelitian hukum normatifempiris (applied

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalan penelitian normatif empiris. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalan penelitian normatif empiris. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalan penelitian normatif empiris. Penelitian hukum normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dengan arus lalu lintas transportasi. Semua kebutuhan dan kegiatan yang dilakukan dalam pekerjaan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan suksesi negara. Bersandar dari konsepsi hukum internasional, suksesi

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan suksesi negara. Bersandar dari konsepsi hukum internasional, suksesi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemisahan Timor Timur dari wilayah Republik Indonesia merupakan hal yang terkait dengan suksesi negara. Bersandar dari konsepsi hukum internasional, suksesi negara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Yogyakarta telah melaksankan ketentuan-ketentuan aturan hukum jaminan

BAB III METODE PENELITIAN. Yogyakarta telah melaksankan ketentuan-ketentuan aturan hukum jaminan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif dengan pendekatan undang-undang (statute approach) yang dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditimbulkan dapat menyentuh berbagai bidang kehidupan. Korupsi

BAB I PENDAHULUAN. yang ditimbulkan dapat menyentuh berbagai bidang kehidupan. Korupsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di berbagai belahan dunia, korupsi selalu mendapatkan perhatian yang lebih dibandingkan dengan tindak pidana lainnya. Fenomena ini dapat dimaklumi mengingkat dampak

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGESAHAN MINAMATA CONVENTION ON MERCURY (KONVENSI MINAMATA MENGENAI MERKURI)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGESAHAN MINAMATA CONVENTION ON MERCURY (KONVENSI MINAMATA MENGENAI MERKURI) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGESAHAN MINAMATA CONVENTION ON MERCURY (KONVENSI MINAMATA MENGENAI MERKURI) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri. Pelaksanaan jual beli atas tanah yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri. Pelaksanaan jual beli atas tanah yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jual beli sebagai salah satu cara untuk memperoleh hak dan kepemilikan atas tanah yang pelaksanaannya memiliki aturan dan persyaratan serta prosedur tersendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai lahan untuk memperoleh pangan. untuk pertanian, maupun perkebunan untuk memperoleh penghasilan

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai lahan untuk memperoleh pangan. untuk pertanian, maupun perkebunan untuk memperoleh penghasilan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia hidup, tumbuh besar, dan berkembangbiak, serta melakukan segala aktivitas di atas tanah, sehingga manusia selalu berhubungan dengan tanah. Manusia hidup dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian merupakan suatu proses, yaitu suatu rangkaian langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis untuk memperoleh pemecahan masalah atau jawaban

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hukum empiris. Penelitian hukum normatif akan mengkaji asas-asas, konsepkonsep

BAB III METODE PENELITIAN. hukum empiris. Penelitian hukum normatif akan mengkaji asas-asas, konsepkonsep BAB III METODE PENELITIAN A. TIPE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris. Penelitian hukum normatif akan mengkaji asas-asas, konsepkonsep hukum, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan masyarakat internasional yang demikian pesat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan masyarakat internasional yang demikian pesat memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan masyarakat internasional yang demikian pesat memberikan suatu dimensi baru dalam hukum internasional telah memberikan suatu pedoman pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. suatu proses untuk menemukan suatu aturan hukum, prinsip-prinsip hukum,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. suatu proses untuk menemukan suatu aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Sebagaimana yang diketahui bahwa Ilmu Hukum mengenal dua jenis penelitian, yaitu penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris. Menurut Peter

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 37 III. METODE PENELITIAN Metode artinya cara melakukan sesuatu dengan teratur (sistematis). Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian dan membandingkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara dimana wilayah daratnya berbatasan dengan laut. menimbulkan kerenggangan hubungan dan apabila berlarut-larut akan

BAB I PENDAHULUAN. negara dimana wilayah daratnya berbatasan dengan laut. menimbulkan kerenggangan hubungan dan apabila berlarut-larut akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah suatu negara yang kita kenal seperti udara dan darat juga lautan. Namun masalah kelautan atau wilayah laut tidak dimiliki oleh setiap negara, hanya negara-negara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUMPULAN DATA. penelitian hukum empiris kualitatif. Penelitian hukum empiris adalah sebuah

BAB III METODE PENGUMPULAN DATA. penelitian hukum empiris kualitatif. Penelitian hukum empiris adalah sebuah BAB III METODE PENGUMPULAN DATA A. Tipe Penelitian Jenis penelitian hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum empiris kualitatif. Penelitian hukum empiris adalah sebuah metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai sebuah bangunan sistem norma. Sistem norma yang dimaksud adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai sebuah bangunan sistem norma. Sistem norma yang dimaksud adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis/Tipe Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dan empiris. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang membawa akibat-akibat hukum yang sangat kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. negara yang membawa akibat-akibat hukum yang sangat kompleks. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suksesi negara adalah suatu keadaan di mana terjadi perubahan atau penggantian kedaulatan dalam suatu negara sehingga terjadi semacam pergantian negara yang membawa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. membandingkan dengan standar ukuran yang telah ditentukan. 1

BAB III METODE PENELITIAN. membandingkan dengan standar ukuran yang telah ditentukan. 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah cara yang dipakai untuk mencapai tujuan. Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian dan membandingkan dengan standar

Lebih terperinci

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI HUKUM INTERNASIONAL INTERNATIONAL LAW : 1. PUBLIC INTERNATIONAL LAW ( UNITED NATIONS LAW, WORLD LAW, LAW of NATIONS) 2. PRIVATE INTERNATIONAL LAW 2 DEFINISI "The Law of Nations,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggali, mengelola dan merumuskan bahan-bahan hukum dalam menjawab

BAB III METODE PENELITIAN. menggali, mengelola dan merumuskan bahan-bahan hukum dalam menjawab BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode dalam sebuah penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan disiplin ilmu pengetahuan, khususnya Ilmu hukum yang berusaha mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dalam lingkungan wilayah yang dibatasi oleh garis-garis perbatasan

BAB I PENDAHULUAN. dan dalam lingkungan wilayah yang dibatasi oleh garis-garis perbatasan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Wilayah atau teritori adalah salah satu manifestasi paling utama dari kedaulatan suatu negara.oleh karena itu dalam lingkungan wilayahnya tersebut suatu negara

Lebih terperinci

merupakan masalah klasik yang telah menjadi isu internasional sejak lama. Sudah berabad-abad negara menerima dan menyediakan perlindungan bagi warga

merupakan masalah klasik yang telah menjadi isu internasional sejak lama. Sudah berabad-abad negara menerima dan menyediakan perlindungan bagi warga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengungsi internasional merupakan salah satu hal yang masih menimbulkan permasalahan dunia internasional, terlebih bagi negara tuan rumah. Negara tuan rumah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 41 III. METODE PENELITIAN Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran, secara sistematis, metodologis,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. 19 Jenis penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. 19 Jenis penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Masalah Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari suatu atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan pembangunan Indonesia. transportasi yang efektif dan efisien serta terpadu antar moda transportasi,

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan pembangunan Indonesia. transportasi yang efektif dan efisien serta terpadu antar moda transportasi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi laut sebagai bagian dari sistem transportasi nasional perlu dikembangkan dalam rangka mewujudkan Wawasan Nusantara yang mempersatukan seluruh wilayah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam menyusunan sebuah karya ilmiah diperlukan data-data yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan penelitian di lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang kekurangan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang kekurangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank Pembangunan Daerah dengan fungsinya meningkatkan pertumbuhan perekonomian dan pembangunan daerah, sebagai perantara pihakpihak yang memiliki kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pekerjaan. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pekerjaan. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan ini manusia mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam, untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut manusia dituntut untuk melaksanakan suatu usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan, dan kepentingan masyarakat demi mencapai tujuan dari Negara

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan, dan kepentingan masyarakat demi mencapai tujuan dari Negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar hukum dan untuk mewujudkan kehidupan tata negara yang adil bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah perilaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk membentuk suatu keluarga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa

Lebih terperinci

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Aspek Tanggung Jawab yang Timbul dalam Pengoprasian Drone Berdasarkan Hukum Udara Internasional dan Implementasinya dalam Peraturan Menteri No 90 Tahun 2015 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam memahami hukum Organisasi Internasional. tidak dapat dipisahkan dari sejarah pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam memahami hukum Organisasi Internasional. tidak dapat dipisahkan dari sejarah pembentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam memahami hukum Organisasi Internasional tidak dapat dipisahkan dari sejarah pembentukan Organisasi Internasional itu sendiri, yang sudah lama timbul

Lebih terperinci

LEGALITAS PENGANCAMAN DAN PENGGUNAAN SENJATA NUKLIR OLEH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL

LEGALITAS PENGANCAMAN DAN PENGGUNAAN SENJATA NUKLIR OLEH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL LEGALITAS PENGANCAMAN DAN PENGGUNAAN SENJATA NUKLIR OLEH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL Oleh: Dani Budi Satria Putu Tuni Cakabawa Landra I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Internasional dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera, yang merata,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan untuk skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif (normative legal research) 79 yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat itu sendiri, untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat itu sendiri, untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa berkembang secara dinamik sesuai dengan perkembangan zaman. Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari interaksi antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, sudah sejak lama dilakukan oleh negara-negara di dunia ini. Perjanjianperjanjian

BAB I PENDAHULUAN. internasional, sudah sejak lama dilakukan oleh negara-negara di dunia ini. Perjanjianperjanjian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perwujudan atau realisasi hubungan-hubungan internasional dalam bentuk perjanjianperjanjian internasional, sudah sejak lama dilakukan oleh negara-negara di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik sengketa dalam negeri maupun luar negeri. Sengketa-sengketa tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. baik sengketa dalam negeri maupun luar negeri. Sengketa-sengketa tersebut dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semenjak awal kelahirannya, suatu negara tak lepas dari namanya sengketa, baik sengketa dalam negeri maupun luar negeri. Sengketa-sengketa tersebut dapat dipicu

Lebih terperinci

Oleh. Luh Putu Yeyen Karista Putri Suatra Putrawan Program Kekhususan Hukum Internasional dan Bisnis Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana

Oleh. Luh Putu Yeyen Karista Putri Suatra Putrawan Program Kekhususan Hukum Internasional dan Bisnis Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana PENGUJIAN KEKEBALAN DIPLOMATIK DAN KONSULER AMERIKA SERIKAT BERDASARKAN HUKUM KETENAGAKERJAAN INDONESIA (STUDI KASUS TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NO. 673K/PDT.SUS/2012) Oleh Luh Putu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaku usaha (produsen, dan/atau penjual barang dan jasa), pebisnis, perlu

BAB I PENDAHULUAN. Pelaku usaha (produsen, dan/atau penjual barang dan jasa), pebisnis, perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaku usaha dan konsumen adalah dua pihak yang saling memerlukan. Pelaku usaha (produsen, dan/atau penjual barang dan jasa), pebisnis, perlu menjual barang dan jasanya

Lebih terperinci

Hukum Perdata Internasional

Hukum Perdata Internasional HUKUM INTERNASIONAL DALAM PENGANTAR HUKUM INDONESIA PENGERTIAN Hukum Internasional = Hukum Internasional Publik Hukum Perdata Internasional Hukum Internasional Publik ialah keseluruhan kaidah & asas hukum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang merujuk pada cara yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data

BAB III METODE PENELITIAN. yang merujuk pada cara yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data BAB III METODE PENELITIAN Penelitian hukum dilakukan untuk mencari suatu pemecahan permasalahan atau isu yang ada di dalam masyarakat. Untuk menjawab suatu isu tersebut dibutuhkan metode yang merujuk pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup terpisah dari kelompok manusia lainnya. Dalam menjalankan kehidupannya setiap manusia membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. pihak yang mengadakan perjanjian pengangkutan laut ini. Tetapi karena

BAB I P E N D A H U L U A N. pihak yang mengadakan perjanjian pengangkutan laut ini. Tetapi karena BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Mengikuti perkembangan dari perekonomian yang moderen, adanya pengangkutan merupakan salah satu sarana yang cukup penting dalam menunjang pembangunan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap negara pada prinsipnya mempunyai kedaulatan penuh atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap negara pada prinsipnya mempunyai kedaulatan penuh atas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara pada prinsipnya mempunyai kedaulatan penuh atas wilayahnya baik darat, air, maupun udara, dimana hukum yang berlaku adalah hukum nasional negara masing-masing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang dimiliki oleh masing-masing manusia tersebut nantinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang dimiliki oleh masing-masing manusia tersebut nantinya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan yang secara terus-menerus akan berubah seiring berjalannya waktu, akan menyadarkan manusia bahwa ada suatu persaingan antara manusia satu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya melibatkan hampir seluruh negara di dunia. Hal ini sejalan pula dengan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya melibatkan hampir seluruh negara di dunia. Hal ini sejalan pula dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek yang dewasa ini aktivitasnya melibatkan hampir seluruh negara di dunia. Hal ini sejalan pula dengan hukum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Untuk memperoleh data atau bahan yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian hukum dengan metode yang lazim digunakan dalam metode penelitian hukum dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan kegiatan pengangkutan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan manusia yang paling sederhana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara tegas tercantum dalam penjelasan umum Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. secara tegas tercantum dalam penjelasan umum Undang-Undang Dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah Negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Pernyataan tersebut secara tegas tercantum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hal ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode berasal dari bahasa Yunani, Methodos yang artinya adalah cara atau jalan. Dikaitkan dengan penelitian ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja, yaitu cara kerja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dicari hubungan sebab akibat atau kecenderungannya. Penelitian merupakan suatu

BAB III METODE PENELITIAN. dicari hubungan sebab akibat atau kecenderungannya. Penelitian merupakan suatu SAMPUL LUAR BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ilmiah dilakukan sebagai suatu cara untuk merealisasikan keingintahuan sesorang dengan menggunakan metode dan cara yang sistematis, ilmiah disertai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum BAB I PENDAHULUAN Hukum perjanjian adalah bagian dari Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum Perdata, karena Hukum Perdata banyak mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggapan, uang adalah darah -nya perekonomian, karena dalam mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. anggapan, uang adalah darah -nya perekonomian, karena dalam mekanisme BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Uang merupakan alat pertukaran yang sah dalam transaksi jual beli. Uang sudah menjadi bagian terpenting dalam kehidupan kita sehari-hari. Bahkan ada anggapan, uang adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan undang-undang atau keputusan pengadilan. Hukum internasional

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan undang-undang atau keputusan pengadilan. Hukum internasional 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam satu negara, kepentingan hukum dapat diadakan dengan berdasarkan kontrak di antara dua orang atau lebih, kesepakatan resmi, atau menurut sistem pemindahtanganan

Lebih terperinci

PERJANJIAN INTERNASIONAL DI ERA GLOBALISASI

PERJANJIAN INTERNASIONAL DI ERA GLOBALISASI PERJANJIAN INTERNASIONAL DI ERA GLOBALISASI DISUSUN OLEH : Sudaryanto, S.H., M.Hum FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS TUJUH BELAS AGUSTUS SEMARANG TAHUN 2011 BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Hukum Perjanjian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian Hukum Empiris adalah suatu metode penelitian hukum yang menggunakan fakta-fakta empiris yang diambil dari perilaku manusia, baik perilaku verbal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksistensi fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia dalam tata

BAB III METODE PENELITIAN. eksistensi fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia dalam tata 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe dan Jenis Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksplanatoris, yaitu menerangkan, memperkuat, atau menguji sesuatu terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah dilaksanakan sebanyak empat tahapan dalam kurun waktu empat tahun (1999, 2000, 2001, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan usaha di sektor jasa keuangan pada saat sekarang ini sedang mengalami perkembangan dan kemajuan, hal itu dapat terlihat dari besarnya antusias masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di negara negara maju bidang hak kekayaan intelektual ini sudah mencapai suatu titik dimana masyarakat sangat menghargai dan menyadari pentingnya peranan hak kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barter merupakan suatu sistem pertukaran antara barang dengan barang atau

BAB I PENDAHULUAN. barter merupakan suatu sistem pertukaran antara barang dengan barang atau BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk yang saling ketergantungan yang tidak akan dapat hidup secara individual. Hal ini dibuktikan dengan adanya kegiatan untuk mendapatkan sebuah kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam melakukan suatu penelitian hukum tidak dapat terlepas dengan menggunakan metode penelitian.karena setiap penelitian tentunya perlu menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan rumusan masalah diperoleh kesimpulan, yaitu:

BAB V PENUTUP. Berdasarkan rumusan masalah diperoleh kesimpulan, yaitu: 103 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah diperoleh kesimpulan, yaitu: 1. Dampak kedudukan kelembagaan adat Dayak Kedamangan dalam Peraturan Daerah Provinsi Nomor 16 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode pendekatan yang akan digunakan dalam penulisan hukum ini adalah

III. METODE PENELITIAN. Metode pendekatan yang akan digunakan dalam penulisan hukum ini adalah III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Metode pendekatan yang akan digunakan dalam penulisan hukum ini adalah penelitian hukum yuridis normatif dan yuridis empiris. Pendekatan Yuridis Normatif adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang

III. METODE PENELITIAN. hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang III. METODE PENELITIAN Penelitian Hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsipprinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. 30 A. Pendekatan Masalah

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 32 BAB 3 METODE PENELITIAN Dalam membuat suatu penelitian tentunya dibutuhkan suatu metode, begitu pula dalam pembuatan penelitian hukum dalam bentuk skripsi ini. Metode sendiri ialah suatu kerangka kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Page 14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa Negara Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum. Itu berarti bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. musibah. Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. musibah. Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu dihadapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya dalam kehidupan ini manusia selalu dihadapkan dengan dua kejadian yaitu kejadian yang terjadi secara terencana dan kejadian yang muncul secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Suatu penelitian memiliki arti ilmiah apabila menggunakan metodologi yang sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Metode penelitian merupakan bagian yang terpenting

Lebih terperinci