FAKTOR-FAKTOR PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG FAKULTAS KEDOKTERAN DI PT

Transkripsi

1 FAKTOR-FAKTOR PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG FAKULTAS KEDOKTERAN DI PT. SUMBER ALAM SEJAHTERA BEHAVIORAL FACTORS ASSOCIATED WITH THE USE OF PERSONAL PROTECTIVE EQUIPMENT (PPE) ON WORKERS BUILDING CONSTRUCTION PROJECT FACULTY OF MEDICINE IN PT. SUMBER ALAM SEJAHTERA Oktaviani Pieters*, V. D. Doda*, Wulan P.J Kaunang* *Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi, Manado ABSTRAK Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan, terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga, serta dapat menyebabkan cedera terhadap tenaga kerja yang mengalaminya. Data dari Internasional Labour Organization (ILO) juga mencatat, setiap hari terjadi sekitar kecelakaan kerja fatal di dunia. Di Indonesia, kasus kecelakaan yang terjadi setiap hari, sepertiganya berasal dari sektor kontruksi. Penyebeb utama kecelakaan kerja masih sama, rendahnya kesadaran akan pentingnya penerapan K3 di kalangan industri dan masyarakat. Adapun hierarki pengendalian yang dapat dilakukan berurutan sampai dengan tingkat resiko / bahaya berkurang menuju titik yang aman. Hirarki pengendalian tersebut antara lain ialah eliminasi, substitusi, perancangan, administrasi dan alat pelindung diri (APD). Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, dengan sampel penelitian 70 pekerja. Sampel yang digunakan adalah total populasi yang memenuhi kriteria inklusi ekslusif yang telah ditentukan sebelumnya. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Variabel penelitian yaitu pengetahuan, pelatihan, pengawasan dan penggunaan APD. Analisis bivariat menggunakan uji chi square. Presentasi untuk pengetahuan kurang 8 orang (11,4%) dan untuk pengetahuan baik 62 orang (88,6%). Pelatihan kurang 55 orang (78,6%) dan pelatihan baik 15 orang (21,4%). Pengawasan kurang 39 orang (55,7%) pengawasan baik 31 orang (44,3%). Untuk penggunaan APD yang tidak menggunakan sebanyak 43 orang (61,4%) dan yang menggunakan APD sebanyak 27 orang (38,6%). Hasil uji chi-square untuk pengetahuan dengan penggunaan APD nilai p=1,000, untuk pelatihan dengan penggunaan APD nilai p=0,000 dan pengawasan dengan penggunaan APD nilai p=0,000. Kesimpulannya adalah tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan APD, sedangkan pelatihan dan pengawasan terdapat hubungan dengan penggunaan APD. Kata Kunci : Pengetahuan, Pelatihan, Pengawasan, Penggunaan APD ABSTRACT Occupational accidents are an undesirable occurrence, happened suddenly and unexpectedly, and may cause injury to the worker who have it. Data from the International Labor Organization (ILO) also record, every day there are about 6,000 fatal occupationnal accidents in the world. In Indonesia, cases of accidents that occur every day, a third comes from the construction sector. The main contributor to occupational accidents is still the same, the lack awareness of the importance of OSH application in industry and society. The control hierarchy can be done sequentially until the level of risk / danger is reduced to a safe point. The hierarchy of control is among others elimination, substitution, design, administration and personal protective equipment (PPE). This research is an observational analytic research with cross sectional study, with sample of 70 workers. The sample used is the total population that meets the criteria of exclusive inclusions that have been determined previously. Data collection was done by using questionnaire. The research variables are knowledge, training, supervision and use of PPE. Bivariate analysis using chi square test. Presentation for less knowledge 8 people (11,4%) and for good knowledge 62 people (88,6%). Training less 55 people (78,6%) and good training 15 people (21,4%). Supervision less 39 people (55,7%) good supervision 31 people (44,3%). For the use of PPE that does not use as many as 43 people (61.4%) and who use PPE as much as 27 people (38.6%). Results of chi-square test for knowledge with use of PPE p value = 1,000, for training with use of PPE p value = 0,000 1

2 and for supervision with use of PPE p value = 0,000. The conclusion is there was no relationship between knowledge with the use of PPE, while training and supervision has arelationship with the use of PPE Keywords : Knowledge, Training, Supervision, The use of PPE PENDAHULUAN Tumbuh kembangnya industri dan keberhasilan program industrialisasi adalah syarat multak bagi kemajuan Indonesia. Dalam menghadapi kemungkinan terjadinya dampak negatif dari proses industrialisasi sangat tepat apabila kita senantiasa mempersiapkan diri dan benar-benar siap agar tidak terulang kesalahan-kesalahan sebagaimana pernah dialami oleh negara lain. Jika segala sesuatunya direncanakan dengan baik termasuk melaksanakan hiperkes dan keselamatan kerja maka kemungkinan timbulnya malapetaka industri pasti dapat dihindari (Suma mur, 2014 ). Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan, terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga, serta dapat menyebabkan cedera terhadap tenaga kerja yang mengalaminya. Dalam hal suatu kecelakaan kerja menyebabkan cedera kepada tenaga kerja, tenaga kerja yang telah memperoleh perawatan dan pengobatan dapat berlanjut menjadi sembuh total tanpa cacat, sembuh dengan cacat atau meninggal dunia (Suma mur, 2014 ). Angka kecelakaan kerja di sektor kontruksi tertinggi dibanding dengan kecelakaan kerja di bidang lainnya. Tiap hari ada 5 orang yang meninggal karena kecelakaan, 3 orang meninggal dalam kecelakaan lalu lintas, dan dua orang dari sektor pekerja. Dari sektor pekerja, kecelakaan paling banyak terjadi di sektor jasa kontruksi kurang lebih per tahun menurut Maruli selaku Plt Dirjen Pembinaan, Pengawasan Ketenagakerjaan dan Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) Kementerian Tenaga Kerja (okezone.com). Data dari Internasional Labour Organization (ILO) juga mencatat, setiap hari terjadi sekitar kecelakaan kerja fatal di dunia. Di Indonesia, kasus kecelakaan yang terjadi setiap hari, sepertiganya berasal dari sektor kontruksi. Penyebeb utama kecelakaan kerja masih sama, rendahnya kesadaran akan pentingnya penerapan K3 di kalangan industri dan masyarakat. Selama ini penerapan K3 seringkali dianggap sebagai beban biaya bukan sebagai investasi untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Lokasi proyek merupakan salah satu lingkungan kerja yang mengandung risiko yang cukup besar. Ada banyak kemungkinan penyebab terjadinya kecelakaan kerja dalam proyek konstruksi, salah satunya adalah karakter dari proyek itu sendiri. Proyek 2

3 konstruksi mempunyai konotasi yang kurang baik jika ditinjau dari aspek kebersihan dan kerapiannya, lebih tepatnya dapat disebut semrawut karena padat alat, pekerja, material. Faktor lain penyebab timbulnya kecelakaan kerja adalah fakor pekerja konstruksi yang cenderung kurang mengindahkan ketentuan standar keselamatan kerja, pemilihan metode kerja yang kurang tepat, perubahan tempat kerja. Tim manajemen sebagai pihak yang bertanggungjawab selama proses pembangunan berlangsung harus mendukung dan mengupayakan program-program yang dapat menjamin agar tidak terjadi/meminimalkan kecelakaan kerja atau tindakan-tindakan pencegahannya (Ervianto, 2005). Upaya untuk mencegah kecelakaan kerja adalah dengan mengendalikan atau menghilangkan resiko. Adapun hierarki pengendalian yang dapat dilakukan berurutan sampai dengan tingkat resiko / bahaya berkurang menuju titik yang aman. Hierarki pengendalian tersebut antara lain ialah eliminasi, substitusi, perancangan, administrasi dan alat pelindung diri (APD). PT. Sumber Alam Sejahtera adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi yang menyediakan jasa kontraktor. Pada saat survey dilapangan ditemui kasus pekerja yang belum menggunakan alat pelindung diri pada saat bekerja, disebabkan oleh tidak tersedianya anggaran pada saat pelelangan kontrak kerja dengan pihak pemerintah. Namun dari pihak PT. Sumber Alam Sejahtera sebenarnya sudah menyediakan APD walaupun hanya helm dan sepatu safety. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui faktor-faktor perilaku yang berhubungan dengan penggunaan alat pelindung diri (APD) pada pekerja proyek pembangunan gedung Fakultas Kedokteran oleh PT. Sumber Alam Sejahtera. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional study (potong lintang). Adapun tempat dan waktu penelitian adalah di proyek pembangunan gedung Fakultas Kedokteran di PT. Sumber Alam Sejahtera pada bulan September Desember Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja di PT. Sumber Alam Sejahtera yang berjumlah 70 orang. Sementara sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi yang diambil secara Total Sampling yaitu seluruh pekerja di PT. Sumber Alam Sejahtera. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menjalankan 3

4 kuesioner yang berisi pertanyaan tentang Alat Pelindung Diri. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan aplikasi komputer. Data yang telah diolah selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji chi-square dengan α = 0.05, untuk mengetahui faktor-faktor perilaku yang berhubungan dengan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan proyek pembangunan gedung Fakultas Kedokteran, menunjukkan bahwa responden berdasarkan umur paling banyak ada di kelompok umur tahun berjumlah 38 orang dengan persentase (54,3%) sedangkan yang paling sedikit responden yang berumur 19 tahun dan berumur 44 tahun masing-masing sebanyak 7 orang dengan persentase (10,0%). Responden berdasarkan pendidikan terakhir yang paling banyak adalah tamatan SMP dan SMA yaitu masing-masing berjumlah 34 orang dengan persentase (48,6 %) sedangkan yang paling sedikit adalah tamat SD dan tamat Perguruan Tinggi masing-masing berjumlah 1 orang dengan persentase (1,4 %). Berdasarkan hasil menunjukkan bahwa responden dengan masa kerja 5 tahun lebih tinggi yaitu berjumlah 31 orang dengan persentase (44,3 %) dibandingkan dengan responden dengan masa kerja tahun yang berjumlah 5 orang dengan persentase (7,1 %). Pengetahuan Berdasarkan hasil penelitian, responden yang mempunyai pengetahuan baik dengan persentase (88,6 %) berjumlah 62 orang sedangkan responden yang mempunyai pengetahuan kurang dengan persentase (11,4 %) yaitu berjumlah 8 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada penelitian ini pengetahuan yang dimiliki oleh pekerja sebagai responden penelitian ini sudah baik. Sesuai dengan observasi dan wawancara dengan responden tingginya pengetahuan responden tentang APD oleh karena responden yang menjawab sudah banyak mengetahui apa itu APD, fungsi dan kegunaan dari APD karena banyaknya informasi yang didapat di media massa maupun hanya informasi dari teman sehingga hasil yang diperoleh ternyata pengetahuan responden tentang APD tinggi walaupun tidak pernah mendapatkan penjelasan atau penyuluhan tentang APD oleh pihak-pihak yang berkompeten. Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. 4

5 Namun kenyataannya sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui indera penglihatan dan pendengaran (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan formal maupun informal seperti pelatihan, penyuluhan, pengalaman atau informasi lainnya (Notoatmodjo, 2010). Pelatihan Hasil penelitian pada pekerja proyek pembangunan gedung Fakultas Kedokteran dengan jumlah responden sebanyak 70 orang menunjukkan bahwa responden yang memiliki pelatihan kurang berjumlah lebih banyak yaitu 55 orang dengan persentase 78,6 % dibandingkan yang memiliki pelatihan baik yaitu 15 orang dengan persentase 21,4 %. Hasil diatas menunjukkan bahwa pekerja yang memiliki pelatihan kurang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja yang memiliki pelatihan baik. Dalam penelitian ini peneliti mendapatkan informasi dari responden bahwa pihak perusahaan belum pernah mengadakan pelatihan ataupun briefing sebelum bekerja tentang APD sehingga sesuai dengan hasil yang peneliti peroleh bahwa pelatihan kurang, walaupun ada beberapa responden yang sudah pernah mengikuti pelatihan namun tidak dilaksanakan atau didapat ketika bekerja di PT. Sumber Alam Sejahtera. Menurut Hadipoetro (2014) tujuan pelatihan keselamatan kerja bagi pekerja yang baru penting untuk memahami misi tujuan perusahaan dan peranan dalam mengamankan dan pada gilirannya akan meningkatkan produksi oleh sebab itu harus mengenal bahaya yang berpotensi dapat menimbulkan kecelakaan, dan mengenal cara pengendaliannya. Sedangkan untuk pekerja lama pelatihan keselamatan kerja ini diperuntukkan untuk penyegaran kembali terhadap pelatihan keselamtan kerja yang lalu. Hal ini penting sebab dengan bertambahnya pengalaman dan jam terbang mereka sering kali menganggap bahwa pekerja lama memiliki cara kerja yang lebih praktis dan lebih nyaman dengan cara memotong prosedur (short-cut) padahal cara ini mengandung risiko tinggi. Pengawasan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengawasan, menurut informasi yang didapatkan oleh peneliti bahwa tidak ada seorang ahli K3 ataupun supervisor dalam proyek pembangunan ini, walaupun ada hanya dari kontraktor sehingga dalam pengawasan hanya diawasi cara kerjanya dan capaian target kerja, seharusnya ada seorang supervisor yang 5

6 mengawasi para pekerja mengingatkan untuk berhati-hati dalam bekerja, menggunakan APD ketika bekerja dan selalu mengutamakan keselamatan kerja agar pekerja terhindar dari bahaya kecelakaan kerja. Hasil yang diperoleh sesuai dengan pembahasan diatas bahwa wajar jika pengawasan kurang yaitu berjumlah 39 orang dengan persentase 55,7 % lebih tinggi jika dibandingkan dengan pengawasan baik berjumlah 31 orang dengan persentase 44,3 %. Menurut ILO (2013), pengawasan lingkungan kerja adalah kegiatan dalam pengawasan dari semua tindakan yang dilakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan atas pemenuhan peraturan perundang-undangan atas objek pengawasan lingkungan kerja. Lingkungan kerja adalah istilah generik yang mencakup identifikasi dan evaluasi faktor-faktor lingkungan yang memberikan dampak pada kesehatan tenaga kerja. Penggunaan Alat Pelindung Diri Penelitian yang dilakukan terhadap penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada pekerja proyek pembangunan gedung Fakultas Kedokteran dengan jumlah responden 70 orang yang tidak menggunakan APD dengan persentase 61,4% berjumlah 43 orang sedangkan yang menggunakan APD dengan persentase 38,6% berjumlah 27 orang. Hasil diatas menunjukkan bahwa pekerja yang tidak menggunakan APD lebih banyak dibandingkan dengan pekerja yang menggunakan APD. Hal ini sejalan dengan hasil pengambilan data awal bahwa ditemui kasus pekerja yang belum menggunakan alat pelindung diri pada saat bekerja, disebabkan oleh tidak tersedianya anggaran pada saat pelelangan kontrak kerja dengan pihak pemerintah. Namun dari pihak perusahaan sebenarnya sudah menyediakan APD walaupun hanya helm dan sepatu safety. Dasar hukum dari alat pelindung diri ini adalah Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1970 Bab IX Pasal 13 tentang Kewajiban Bila Memasuki Tempat kerja yang berbunyi Barangsiapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan. Notoatmodjo (2010) suatu sikap yang baik belum tentu akan terwujud, melalui suatu tindakan dalam perwujudan sikap menjadi suatu perbuatan nyata maka diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas, disamping itu juga diperlukan faktor dukungan dari pihak lain. Dari pernyataan diatas dapat juga disimpulkan bahwa selain penggunaan APD perlu adanya pelatihan dan juga pengawasan dari pihak perusahaan terhadap para pekerja yang ada. 6

7 Hubungan Antara Pelatihan dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Tabel 1. Hubungan Antara Pelatihan Dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pelatihan Penggunaan APD Tidak Total Menggunakan Menggunakan p value n % n % n % Kurang 41 74, , ,000 Baik 2 13, , Total 43 61, , Berdasarkan tabel 1 hasil pengolahan data dari faktor pemungkin yaitu pelatihan dengan penggunaan alat pelindung telinga diperoleh responden yang memiliki pelatihan kurang dan tidak menggunakan Alat Pelindung Diri yaitu dengan persentase 74,5 % sedangkan pekerja yang memiliki pelatihan kurang dan menggunakan Alat Pelindung Diri dengan persentase 25,5 %. Pada pekerja yang memiliki pelatihan baik dan tidak menggunakan Alat Pelindung Diri dengan persentase 13,3 %, sedangkan pekerja yang memiliki pelatihan baik dan menggunakan Alat Pelindung Diri dengan persentase 86,7 %. Hasil pengolahan data menggunakan uji statistik chi square dengan bantuan program Statistical Program for Social Sciences (SPSS) didapatkan p value sebesar 0,000 dengan nilai α = 0,05 (< 0,05) jadi nilai p value lebih kecil dibandingkan dengan nilai α, maka terdapat hubungan antara pelatihan dengan penggunaan alat pelindung diri. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Candra (2015) bahwa terdapat hubungan antara pelatihan dengan kepatuhan penggunaan alat pelindung telinga diperoleh hasil dengan menggunakan uji chi square dan fisher exact test yaitu 0,007 maka p value < 0,05. Akan tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arianto (2010) bahwa tidak terdapat hubungan antara pelatihan dengan perilaku penggunaan alat pelindung diri dengan nilai p value 0,938 maka p value > 0,05. Menurut Peraturan Pemerintahan R.I Nomor 71 Tahun 1991 dikemukakan bahwa pelatihan (Pelatihan kerja) adalah keseluruhan kegiatan untuk memberikan, memperoleh meningkatkan serta mengembangkan keterampilan, produktivitas, disiplin, sikap kerja dan etos kerja pada tingkat keterampilan tertentu yang pelasanaanya lebih mengutamakan praktek darpada teori. Departement of Employment, Glossary of Training dalam Pater Bramley (1991) pelatihan adalah upaya pengembangan sistimatik atau sikap/pengetahuan/keterampilan/ 7

8 pembentukan perilaku yang diperlukan oleh seseorang untuk memiliki kemampuan melakukan tugas atau pekerjaan yang tepat (Tim Pengembang Ilmu perilaku, 2009). Hubungan Antara Pengawasan dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Tabel 2. Hubungan Antara Pengawasan Dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pengawasan Penggunaan APD Tidak Total Menggunakan Menggunakan p value n % n % n % Kurang 35 89,7 4 10, ,000 Baik 8 25, , Total 43 61, , Berdasarkan tabel 2 hasil pengolahan data dari faktor penguat yaitu pengawasan dengan penggunaan alat pelindung diri diperoleh responden yang memiliki pengawasan kurang dan tidak menggunakan Alat Pelindung Diri yaitu dengan persentase 89,7 % dan pekerja yang memiliki pelatihan kurang dan menggunakan Alat Pelindung Diri dengan persentase 10,3 %. Pada pekerja yang memiliki pengawasan baik dan tidak menggunakan Alat Pelindung Diri dengan persentase 25,8 % sedangkan pekerja yang memiliki pengawasan baik dan menggunakan Alat Pelindung Diri dengan persentase 74,2 %. Hasil pengolahan data menggunakan uji statistik chi square dengan bantuan program Statistical Program for Social Sciences (SPSS) didapatkan p value sebesar 0,000 dengan nilai α = 0,05 (< 0,05) jadi nilai p value lebih kecil dibandingkan dengan nilai α, maka terdapat hubungan antara pengawasan dengan penggunaan alat pelindung diri pada pekerja. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arianto (2010) bahwa ada hubungan antara pengawasan dengan penggunaan alat pelindung diri dengan nilai p value 0,000 maka p value < 0,05. Akan tetapi berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ruhyandi dan Evi (2008) bahwa tidak terdapat hubungan antara pengawasan dengan perilaku kepatuhan penggunaan APD diperoleh hasil dengan menggunakan uji chi square yaitu 0,255 maka p value > 0,05. Menurut ILO (2013), pengawasan lingkungan kerja adalah kegiatan dalam pengawasan dari semua tindakan yang dilakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan atas pemenuhan peraturan perundangundangan atas objek pengawasan lingkungan kerja. 8

9 Lingkungan kerja adalah istilah memberikan dampak pada kesehatan generik yang mencakup identifikasi dan tenaga kerja. evaluasi faktor-faktor lingkungan yang Hubungan Antara Pengetahuan dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Tabel 3. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Penggunaan APD Pengetahuan Tidak Total Menggunakan Menggunakan n % N % n % Kurang 5 62,5 3 37, Baik 38 61, , Total 43 61, , p value 1,000 Berdasarkan tabel 3 hasil pengolahan data untuk factor predisposisi yaitu pengetahuan dengan penggunaan alat pelindung diri diperoleh responden yang memiliki pengetahuan kurang dan tidak menggunakan Alat Pelindung Diri dengan persentase 62,5 % sedangkan pekerja yang memiliki pengetahuan kurang dan menggunakan Alat Pelindung Diri dengan persentase 37,5 %. Pada pekerja yang memiliki pengetahuan baik dan tidak menggunakan Alat Pelindung Diri dengan persentase 61,3 % sedangkan pekerja yang memiliki pengetahuan baik dan menggunakan Alat Pelindung Diri dengan persentase 38,7 %. Hasil pengolahan data menggunakan uji statistik chi square dengan bantuan program Statistical Program for Social Sciences (SPSS) didapatkan p value sebesar 1,000 dengan nilai α = 0,05 (> 0,05) jadi nilai p value lebih besar dibandingkan dengan nilai α, maka tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan Alat Pelindung Diri. Berdasarkan hasil yang ada bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan APD maka sesuai dengan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti walaupun pengetahuan tentang penggunaan APD sudah baik namun para pekerja tidak mendapatkan kelengkapan APD yang cukup ketika bekerja oleh karena pada saat pelelangan kontrak pihak pemerintah tidak bersedia menyediakan anggaran untuk APD dan pihak perusahaan pun hanya menyediakan helm dan safety shoes itupun ketersediaannya terbatas dan tidak sesuai dengan jumlah pekerja yang ada. Kendala juga ditemui karena 9

10 walaupun sudah ada helm dan safety shoes menurut pekerja mereka tidak nyaman menggunakan APD pada saat bekerja. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuli, Margo, dan Trixie (2011) bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan praktik pemakaian APD pada radiografer dengan menggunakan uji chi square yaitu 1,000 maka p value > 0,05. Akan tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ruhyandi dan Evi (2008) bahwa pengetahuan berhubungan dengan perilaku kepatuhan penggunaan APD diperoleh hasil dengan menggunakan uji chi square yaitu 0,000 maka p value < 0,05. Pengetahuan juga merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang mrelakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan merupakan penginderaan manusia, terhadap objek yang dimilikinya. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap proyek (Fitriani S, 2011). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan alat pelindung diri pada pekerja proyek pembangunan gedung Fakultas Kedokteran. 2. Ada hubungan antara pelatihan dengan penggunaan alat pelindung diri pada pekerja proyek pembangunan gedung Fakultas Kedokteran. 3. Ada hubungan antara pengawasan dengan penggunaan alat pelindung diri pada pekerja proyek pembangunan gedung Fakultas Kedokteran SARAN Saran yang dapat dianjurkan berkaitan dengan penelitian ini yaitu: 1. Pihak perusahaan PT. Sumber Alam Sejahtera harus lebih meningkatkan pengetahuan para pekerja khususnya pengetahuan tentang penggunaan alat pelindung diri agar terhindar dari resiko kecelakaan akibat kerja. 2. Pihak perusahaan harus mengadakan pelatihan tentang APD terhadap para pekerja karna peneliti mendapatkan informasi dari para 10

11 pekerja melalui kuesioner yang dijalankan bahwa pihak perusahaan belum pernah mengadakan pelatihan untuk para pekerja yang bekerja di proyek pembangunan gedung Fakultas Kedokteran, walaupun ada pekerja yang sudah pernah mengikuti pelatihan tetapi tidak dilaksanakan atau tidak didapat oleh pekerja ketika bekerja di PT. Sumber Alam Sejahtera melainkan dari luar perusahaan. 3. Pihak PT. Sumber Alam Sejahtera harus lebih meningkatkan pengawasan terhadap para pekerja, jika perlu ditambah juga seorang supervisor yang mempunyai keahlian di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu seorang Ahli K3. DAFTAR PUSTAKA Anonim Kecelakaan Kerja Sektor Kontruksi Paling Tinggi. ( /kecelakaan-kerja-sektorkonstruksi-paling-tinggi, diakses 16 maret 2017). Ervianto, W Manajemen Proyek Konstruksi (Edisi Revisi). Yogyakarta. CV. ANDI. Fitriani, S Promosi Kesehatan Edisi Pertama. Yogyakarta. Graham Ilmu. Hadipoetro, S Manajemen Komprehensif Keselamatan Kerja. Jakarta. Yayasan Patra Tarbiyyah Nusantara. International Labour Organization Data Statistik Pekerja. ( Kementrian Ketenagakerjaan Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta. Katindo Megah Utama. Notoatmodjo S Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Notoatmodjo S Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. PT. Rineka Cipta. Ruhyandi, Candra E Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Kepatuhan Penggunaan APD pada Karyawan Bagian Press Shop di PT. Almasindo II Kabupaten Bandung Barat Tahun ( i/ejournal/filesx/2009/200904/ pdf, diakses 28 februari 2017). Suma mur Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). Jakarta. Sagung Seto. Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan Ilmu dan Aplikasi 11

12 Pendidikan. Jakarta. Imperial Bahkti Utama. Wibowo A Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri Di Areal Pertambangan PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor Tahun ( e_digital/arianto%20wibowo.p df, diakses 29 agustus 2016). 12