INTRODUKSI LEGUMINOSA UNGGUL PADA PASTURA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INTRODUKSI LEGUMINOSA UNGGUL PADA PASTURA"

Transkripsi

1 INTRODUKSI LEGUMINOSA UNGGUL PADA PASTURA Brachiaria humidicola DENGAN PENGGUNAAN MIKROORGANISME POTENSIAL TANAH DI UNIT PENELITIAN DAN PENDIDIKAN PETERNAKAN JONGGOL SKRIPSI NIA KURNIATY DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 RINGKASAN NIA KURNIATY. D Introduksi Leguminosa Unggul pada Pastura Brachiaria humidicola dengan Penggunaan Mikroorganisme Potensial Tanah di Unit Penelitian dan Pendidikan Peternakan Jonggol. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Panca Dewi M. H. K, M.Si. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc.Agr. Permasalahan penyediaan pakan hijauan yang berkualitas baik merupakan suatu aspek penting yang mempengaruhi pengembangan dan produksi ternak ruminansia. Kualitas dan ketersediaan hijauan makanan ternak yang semakin berkurang merupakan permasalahan yang terjadi pada lahan pastura UP3J IPB. Introduksi leguminosa dan peranan mikroorganisme potensial tanah mampu meningkatkan produktivitas tanaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan spesies leguminosa yang adaptif terhadap kondisi pastura yang telah ada dengan tanaman rumput Brachiaria humidicola. Penelitian ini menggunakan pastura rumput Brachiaria humidicola yang terdapat pada lahan UP3J dan tiga jenis leguminosa yaitu Calopogonium mucunoides, Centrosema pubescens dan Pueraria javanica yang sering digunakan sebagai tanaman penutup lahan. Penelitian yang dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan delapan perlakuan dan empat ulangan, pada setiap perlakuan yaitu kontrol negatif (B. humidicola tanpa introduksi leguminosa dan tanpa penambahan mikroorganisme potensial tanah serta pupuk); kontrol positif (B. humidicola dengan P. javanica, C. pubescens dan C. mucunoides tanpa mikroorganisme potensial tanah); B. humidicola dengan P. javanica; B. humidicola dengan C. pubescens; B. humidicola dengan C. mucunoides; B. Humidicola dengan P. javanica dan C. pubescens; B. humidicola dengan P. javanica dan C. mucunoides; B. humidicola dengan P. javanica, C. pubescens dan C. mucunoides. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya introduksi leguminosa dan penggunaan mikroorganisme potensial tanah mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman pada lahan pastura rumput B. humidicola secara nyata. Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa perlakuan introduksi leguminosa dan mikroorganisme potensial tanah mununjukkan berbeda nyata (P<0,05) pada panjang penyebaran, jumlah daun trifoliat, tinggi vertikal dan biomassa kering legum, sedangkan tidak berbeda nyata pada biomassa kering rumput B. humidicola. Kesimpulan yang dapat diambil adalah adanya introduksi leguminosa pada sistem penanaman campuran antara rumput dan leguminosa serta penggunaan mikroorganisme potensial tanah mampu memacu pertumbuhan dan produktivitas hijauan. Campuran leguminosa menyebabkan kompetisi antara leguminosa. Berdasarkan produksi biomassa hijauan total perlakuan terbaik yang diperoleh adalah P7 yaitu campuran introduksi leguminosa Calopogonium mucunoides dan Pueraria javanica. Kata kunci : Brachiaria humidicola, leguminosa, mikroorganisme potensial tanah, pastura i

3 ABSTRACT Introduction of Excellent Leguminoceae to Brachiaria humidicola Pasture with Potentially Soil Microorganism in Jonggol Animal Science Teaching and Research Unit Kurniaty, N., P. D. M. H. Karti, and L. Abdullah Problems of adequate supply of forage which good quality and well supply for whole year are the low productivity of land used. The availability of green fodder of diminishing and declining quality of the problems occurred in the land pastures UP3J IPB. The role of soil potential microorganisms and the introduction legume improve plant productivity. The purpose of this research is to find species that legume pastures adaptive to conditions that already exist with the grass Brachiaria humidicola plants. Experimental design used in this study was a randomized complete block design with eight treatments and four replications of negative controls (not used of legumes introduction and potentially soil microorganism); positive control (B. humidicola with P. javanica, C. pubescens and C. mucunoides without potential soil microorganisms); B. humidicola with P. javanica; B. humidicola with C. pubescens; B. humidicola with C. mucunoides; B. humidicola with P. javanica and C. pubescens; B. humidicola with P. javanica and C. mucunoides; B. humidicola with P. javanica, C. pubescens and C. mucunoides. The data were analyzed with Analyzed of Variance (ANOVA), test results that the treatment of legume introduction and soil potential microorganisms showed land on a percentage significantly different (P<0.05) in length distribution, number of leaves trifoliat, vertical height and biomass dry legumes, while not significantly different in the dry grass biomass B. humidicola. The results showed best plant that could be planted well on UP3J land is seven treatment. Moreover, the existence of legume introduction and use of potentially soil microorganisms able to improve growth and crop production on grass-land pastures B. humidicola significantly. Keywords : Brachiaria humidicola, legumes, potentially soil microorganism, pasture ii

4 INTRODUKSI LEGUMINOSA UNGGUL PADA PASTURA Brachiaria humidicola DENGAN PENGGUNAAN MIKROORGANISME POTENSIAL TANAH DI UNIT PENELITIAN DAN PENDIDIKAN PETERNAKAN JONGGOL NIA KURNIATY D Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 v

5 Judul Skripsi : Introduksi Leguminosa Unggul pada Pastura Brachiaria humidicola dengan Penggunaan Mikroorganisme Potensial Tanah di Unit Penelitian dan Pendidikan Peternakan Jonggol Nama NIM : Nia Kurniaty : D Menyetujui, Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota, Dr. Ir. Panca Dewi M.H.K., M.Si. Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc.Agr. NIP NIP Menyetujui : Ketua Departemen, Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc.Agr. NIP Tanggal Ujian : 10 Mei 2010 Tanggal Lulus : vi

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 28 September 1986 di Fak-fak. Penulis merupakan anak kelima dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Sutarya S.Ag dan Ibu Ona Bestari. Pendidikan penulis diawali dengan pendidikan dasar yang diselesaikan pada tahun 1998 di SDN Inpres BTN Kotaraja Jayapura. Pendidikan lanjutan tingkat pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SLTP N 5 Jayapura Selatan dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2004 di SMA N 1 Abepura Jayapura. Penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor pada tahun 2005 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan pada tahun Selama menjadi mahasiswa, penulis juga aktif dalam organisasi Lembaga Kemahasiswaan Fakultas Peternakan yaitu Lembaga Dakwah Fakultas (LDF) FAMM Al-An aam periode pada Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Staff Al-Faruq, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) periode pada Divisi Olahraga dan Budaya, Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (HIMASITER) periode pada Biro Khusus Magang, Tim Eksternal Pengurus Asisten Pendidikan Agama Islam (PAI) TPB IPB periode 2008/2009, asistem mata kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI) pada tahun ajaran 2008/2009, pernah mengikuti program magang kewirausahaan di Ternak Domba Sehat, Kampoeng Ternak Dompet Dhuafa Republika pada tahun 2007 dan magang perusahaan di peternakan sapi perah KFA Pondok Rangon pada tahun 2008 serta mengikuti kegiatan Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) dan beberapa kepanitiaan di Fakultas Peternakan IPB. vii

7 KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Introduksi Leguminosa Unggul pada Pastura Brachiaria humidicola dengan Penggunaan Mikroorganisme Potensial Tanah di Unit Penelitian dan Pendidikan Peternakan Jonggol yang ditulis berdasarkan hasil penelitian pada bulan April sampai dengan Oktober 2009 berlokasi di Laboratorium Lapang Unit Penelitian dan Pendidikan Peternakan Jonggol (UP3J) Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. UP3J merupakan salah satu fasilitas untuk menunjang pendidikan dan penelitian yang berkaitan dengan peternakan dalam sistem penggembalaan di lahan marjinal. Permasalahan yang dihadapi adalah rendahnya kualitas pastura akibat rendahnya mutu hijauan pakan sebagai satu-satunya sumber pakan pada sistem pemeliharaan ekstensif berbasis pastura. Pada saat ini pastura UP3J IPB hanya mengandalkan satu jenis tanaman, yaitu rumput Brachiaria humidicola. Upaya untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas hijauan makanan ternak adalah dengan cara mengintroduksi tanaman leguminosa. Leguminosa merupakan salah satu hijauan makanan ternak sebagai sumber protein bagi ternak. Leguminosa yang digunakan pada ladang pastura ada tiga macam, yaitu Pueraria javanica (PJ), Centrosema pubescens (CP) dan Calopogonium mucunoides (CM). Penggunaan mikroorganisme potensial tanah yaitu fungi mikoriza arbuskula (FMA), Azospirillum sp., Rhizobium sp., dan Mikroorganisme Pelarut Fosfat (MPF) sebagai pupuk hayati dan introduksi hijauan pakan berkualitas tinggi seperti legum menjadi suatu pilihan manajemen yang diharapkan tepat untuk memperbaiki kualitas pastura. Penulis berharap semoga skripsi ini menjadi salah satu amal shalih penulis dan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Bogor, 10 Mei 2010 Penulis

8 DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN i ABSTRACT.. ii LEMBAR PERNYATAAN LEMBAR PENGESAHAN... iv RIWAYAT HIDUP KATA PENGANTAR DAFTAR ISI vii DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR x DAFTAR LAMPIRAN xi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang... 1 Tujuan 2 TINJAUAN PUSTAKA. 3 Padang Penggembalaan... 3 Brachiaria humidicola... 4 Leguminosa.. 5 Calopogonium mucunoides Centrosema pubescens Pueraria javanica... 9 Fungi Mikoriza Arbuskula Mikroorganisme Pelarut Fosfat Mikroorganisme Penambat Nitrogen Azospirillum Rhizobium Pupuk NPK Pupuk Kandang Biomassa Tanaman MATERI DAN METODE. 16 Lokasi dan Waktu Materi. 16 Rancangan. 16 Perlakuan Model Analisis Data Prosedur Pelaksanaan Persiapan Mikroorganisme Potensial Tanah iii v vi ix

9 Persiapan Lahan Persiapan Pupuk Pengambilan Sampel Tanah Pelaksanaan Perlakuan dan Pemeliharaan 19 Pengamatan dan Pengambilan Data. 20 Peubah yang Diamati Pemanenan HASIL DAN PEMBAHASAN.. 23 Keadaan Umum Penelitian Kondisi Lahan UP3J Kondisi Umum Cuaca UP3J Panjang Penyebaran Jumlah Daun Trifoliat Tinggi Vertikal Total Produksi Biomassa KESIMPULAN DAN SARAN. 40 Kesimpulan.. 40 Saran UCAPAN TERIMAKASIH. 41 DAFTAR PUSTAKA.. 42 LAMPIRAN 45 viii

10 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Data Analisis Tanah Jonggol Data Cuaca UP3 Jonggol April-Oktober Rataan Tinggi Vertikal Pengaruh Perlakuan terhadap Produksi Biomassa Kering Leguminosa, Biomassa Kering Rumput Brachiaria humidicola dan Total Produksi Biomassa ix

11 Nomor DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Padang Penggembalaan Penelitian UP3J Brachiaria humidicola Calopogonium mucunoides Centrosema pubescens Pueraria javanica (a) Lahan Penelitian Sebelum Ditanami Leguminosa dan (b) Lahan Penelitian Setelah Ditanami Leguminosa Pengaruh Introduksi Leguminosa, Pupuk dan Mikroorganisme Potensial Tanah terhadap Panjang Penyebaran Peueraria javanica Pengaruh Introduksi Leguminosa, Pupuk dan Mikroorganisme Potensial Tanah terhadap Panjang Penyebaran Centrosema pubescens Pengaruh Introduksi Leguminosa, Pupuk dan Mikroorganisme Potensial Tanah terhadap Panjang Penyebaran Calopogonium mucunoides Pengaruh Introduksi Leguminosa, Pupuk dan Mikroorganisme Potensial Tanah terhadap Jumlah Daun Trifoliat Peueraria javanica Pengaruh Introduksi Leguminosa, Pupuk dan Mikroorganisme Potensial Tanah terhadap Jumlah Daun Trifoliat Centrosema pubescens Pengaruh Introduksi Leguminosa, Pupuk dan Mikroorganisme Potensial Tanah terhadap Jumlah Daun Trifoliat Calopogonium mucunoides Pengaruh Introduksi Leguminosa, Pupuk dan Mikroorganisme Potensial Tanah terhadap Tinggi Vertikal rumput Brachiaria humidicola Pengaruh Introduksi Leguminosa, Pupuk dan Mikroorganisme Potensial Tanah terhadap Produksi Biomassa Leguminosa, Produksi Biomassa Rumput dan Total Produksi Biomassa x

12 Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Denah Lokasi Penelitian Peta Unit Penelitian dan Pendidikan Peternakan Jonggol Anova Panjang Penyebaran Pueraria javanica Anova Panjang Penyebaran Centrosema pubescens Anova Panjang Penyebaran Calopogonium mucunoides Anova Jumlah Daun Trifoliat Pueraria javanica Anova Jumlah Daun Trifoliat Centrosema pubescens Anova Jumlah Daun Trifoliat Calopogonium mucunoides Anova Tinggi Vertikal Brachiaria humidicola Anova Produksi Biomasaa Kering Leguminosa Anova Produksi Biomasaa Kering Rumput Brachiaria humidicola Uji Lanjut Kontras Ortogonal Panjang Penyebaran Pueraria javanica Uji Lanjut Kontras Ortogonal Panjang Penyebaran Centrosema pubescens Uji Lanjut Kontras Ortogonal Panjang Penyebaran Calopogonium mucunoides Uji Lanjut Kontras Ortogonal Jumlah Daun Trifoliat Pueraria javanica Uji Lanjut Kontras Ortogonal Jumlah Daun Trifoliat Centrosema pubescens Uji Lanjut Kontras Ortogonal Jumlah Daun Trifoliat Calopogonium mucunoides Uji Lanjut Kontras Ortogonal Tinggi Vertikal Rumput Brachiaria humidicola Uji Lanjut Kontras Ortogonal Panjang Produksi Biomassa Leguminosa Uji Lanjut Kontras Ortogonal Total Produksi Biomassa... 59

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Ketersediaan hijauan makanan ternak dengan kualitas yang baik yang digunakan sebagai sumber energi dan serat merupakan hal yang sangat penting dalam peningkatan produktivitas ternak ruminansia. Hijauan makanan ternak merupakan salah satu komponen penting sebagai sumber makanan utama bagi ternak ruminansia untuk dapat hidup, berproduksi dan berkembang biak. Rendahnya produktivitas hijauan pakan baik kualitas maupun kuantitas salah satunya disebabkan oleh tingkat kesuburan lahan yang rendah (UP3J, 1990). Pemanfaatan lahan secara integrasi perlu dilakukan pada pastura lapang di Unit Penelitian dan Pendidikan Peternakan Jonggol sebagai cara untuk memperbaiki kebutuhan pakan hijauan ternak dan peningkatan jumlah populasi ternak. Institut Pertanian Bogor dengan asetnya di Unit Penelitian dan Pendidikan Peternakan Jonggol (UP3J) di bawah koordinasi Fakultas Peternakan, telah melakukan upaya pembibitan domba dengan cara manajemen ekstensif berbiaya murah. UP3J merupakan salah satu fasilitas untuk menunjang pendidikan dan penelitian yang berkaitan dengan peternakan dalam sistem penggembalaan di lahan marjinal. Permasalahan yang dihadapi adalah rendahnya kualitas pastura akibat rendahnya mutu hijauan pakan sebagai satu-satunya sumber pakan pada sistem pemeliharaan ekstensif berbasis pastura. Pada saat ini pastura UP3J IPB hanya mengandalkan satu jenis tanaman, yaitu pastura Brachiaria humidicola yang cukup berkembang sejak tahun 1986 (UP3J, 1990). Ketersediaan hijauan makanan ternak yang semakin berkurang dan kualitas yang menurun merupakan permasalahan yang terjadi pada lahan pastura UP3J IPB. Permasalahan tersebut disebabkan oleh rendahnya kualitas pastura akibat rendahnya mutu hijauan pakan sebagai satu-satunya sumber pakan pada sistem pemeliharaan ekstensif berbasis pastura. Produksi hijauan pastura Brachiaria humidicola di Jonggol musim kemarau secara umum hanya sekitar 60% dari produksi hijauan pada musim hujan, meskipun terjadi kenaikan kandungan mineral lebih tinggi pada musim kemarau dibandingkan di musim hujan (UP3J, 1990). Langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pastura agar terjadi peningkatan produktivitas domba adalah 1) penggunaan mikroorganisme

14 potensial tanah (fungi mikoriza arbuskula, Azospirillum sp., Rhizobium sp., dan bakteri pelarut fosfat) sebagai pupuk hayati untuk meningkatkan pertumbuhan, produksi dan kualitas rumput serta leguminosa pakan, 2) memperbaiki keragaman tanaman pastura dan variasi hijauan pakan melalui introduksi beberapa tanaman pakan berkualitas tinggi dari leguminosa dengan cara menyisipkan (stripping) leguminosa secara sendiri-sendiri maupun konsorsium (campuran leguminosa) pada pastura Brachiaria humidicola yang sudah digunakan terlebih dahulu. Leguminosa merupakan salah satu hijauan makanan ternak sebagai sumber protein bagi ternak. Penggunaan mikroorganisme potensial tanah (fungi mikoriza arbuskula (FMA), Azospirillum sp., Rhizobium sp., dan bakteri pelarut fosfat) sebagai pupuk hayati dan introduksi hijauan pakan berkualitas tinggi seperti legum menjadi suatu pilihan manajemen yang tepat untuk memperbaiki kualitas pastura. Ketersediaan dan kualitas leguminosa pakan menjadi bagian yang tidak dipisahkan dari usaha pengembangan peternakan untuk peningkatan produktivitas ternak, khususnya ruminansia. Leguminosa yang digunakan pada ladang pastura ada tiga macam, yaitu Pueraria javanica (PJ), Centrocema pubescens (CP) dan Calopogonium mucunoides (CM). Tanaman ini umumnya digunakan sebagai tanaman penutup tanah (cover crop) dan sudah mulai banyak digunakan sebagai hijauan makanan ternak. Calopogonium mucunoides, Centrocema pubescens dan Pueraria javanica merupakan tanaman kacang-kacangan yang dapat bersimbiosis dengan mikroorganisme potensial tanah, seperti fungi mikoriza arbuskula (FMA), mikroorganisme pelarut fosfat (PSB), Azospirillum sp., dan Rhizobium. Diharapkan dengan penggunaan mikroorganisme potensial tanah sebagai pupuk hayati dan introduksi legum ini dapat meningkatkan produksi dan kualitas pastura, sehingga kelestarian produksi ternak domba dan kestabilan ekosistem pastura akibat keragaman jenis tanaman pastura dapat berkembang lebih baik. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan spesies leguminosa introduksi yang adaptif terhadap kondisi pastura yang telah ada (exixting pasture) yang ditunjukkan oleh peningkatan pertumbuhan, produktivitas, kualitas hijauan dan produksi biomassa tertinggi. 2

15 TINJAUAN PUSTAKA Padang Penggembalaan Padang penggembalaan adalah suatu daerah padangan dimana tumbuh tanaman makanan ternak yang tersedia bagi ternak yang dapat merenggutnya menurut kebutuhannya dalam waktu singkat. Beberapa macam padang penggembalaan diantaranya padang penggembalaan alam, padang penggembalaan permanen yang sudah ditingkatkan, padang penggembalaan temporer dan padang penggembalaan irigasi. Beberapa cara menggembalakan ternak di padang penggembalaan antara lain yaitu cara ekstensif dengan menggembalakan ternak di padangan yang luas tanpa rotasi, semi-ekstensif dengan melakukan rotasi namun pemilihan hijauan masih bebas, cara intensif dengan melakukan rotasi tiap petak dengan hijauan dibatasi, strip grazing dengan menempatkan kawat sekeliling ternak yang bisa dipindah dan solling dengan hijauan padangan yang dipotong dan diberikan pada ternak di kandang (Reksohadiprodjo, 1994). Gambar 1. Padang Penggembalaan Penelitian UP3J Rumput yang biasa digunakan untuk pastura (padang penggembalaan) adalah Brachiaria humidicola yang merupakan rumput tahunan yang memiliki perkembangan vegetatif dengan stolon yang begitu cepat sehingga bila ditanam di lapang akan segera membentuk hamparan, memiliki warna bunga ungu atau ungu kecoklatan, helai daun berwarna hijau terang dan berbentuk gepeng dengan lebar 5-6 cm dan panjang cm. Produksi rumput di padang penggembalaan ditentukan oleh beberapa faktor seperti iklim, pengelolaan, kesuburan tanah, pemeliharaan dan tekanan penggembalaan (Reksohadiprodjo, 1994).

16 Brachiaria humidicola Brachiaria humidicola juga disebut dengan Brachiaria dictyoneura, dengan nama umum rumput Koronovia dan rumput Creeping Signal. Menurut Reksohadiprodjo (1994), rumput Brachiaria humidicola diklasifikasikan dalam Phylum: Spermatophyta, Sub-phylum: Angiospermae, Classis: Monocotiledoneae, Ordo: Glumiflora, Familia: Gramineae, Sub-familia: Panicoideae, Tribus: Paniceae, Genus: Brachiaria dan spesies: Brachiaria humidicola. Gambar 2. Brachiaria humidicola Brachiaria humidicola merupakan rumput tahunan yang memiliki perkembangan vegetatif dengan stolon yang begitu cepat sehingga bila ditanam di lapang akan segera membentuk hamparan, daunnya tidak berbulu dan umumnya menggulung untuk menahan penguapan air. Tanaman ini tahan kekeringan dan cukup tahan genangan, tahan terhadap penggembalaan berat dan mempunyai ketahanan tinggi terhadap invasi gulma. Selain itu tanaman ini juga tahan terhadap tanah yang mengandung Al tinggi dan sangat responsif terhadap pemupukan nitrogen yang tinggi (Skerman dan Riveras, 1990). Kandungan nutrisi rumput banyak ditentukan oleh umur tanaman saat di grazing, jenis rumput, intensitas cahaya dan suhu, lingkungan dan manajemen grazing (Coleman dan Henry, 2002). Komposisi kimia dan produksi hijauan sangat berpengaruh terhadap produktivitas ternak, ternak yang dilahirkan pada musim panas umumnya memiliki bobot badan yang rendah, produksi dan kualitas susu rendah, pertumbuhan anak domba terhambat (Brandano et al., 2004). Komposisi zat makanan rumput Brachiaria humidicola muda berdasarkan persentase dari bahan kering mengandung protein kasar (PK) 5,1%; serat kasar (SK) 4

17 37,4%; abu 9,8% dan BETN 46,1%, sedangkan yang sudah berbunga atau dewasa mengandung TDN 55%, protein kasar (PK) 7,9%; serat kasar (SK) 35,5%; abu 14,7% dan BETN sebesar 39,9% (Skerman et al., 1977). Penanaman rumput Brachiaria humidicola dalam jarak yang terlalu rapat dapat menghalangi pertumbuhan rumput ataupun legum yang ditanam bersamanya. Ketika legum ditanam sebelum rumput Brachiaria humidicola, legum dapat menekan pertumbuhan rumput (Bogdan, 1977). Leguminosa Leguminosa merupakan salah satu hijauan pakan ternak selain rumput. Sistematika tanaman legum adalah sebagai berikut: phylum : spermatophyta, subphylum : Angiosspermae; classis : Dicotyledoneae; Ordo : Rosales; Familia : Leguminoceae. Terdapat tiga sub-familia legum Mimosoideae, Caesalpiniodeae dan Papilionodeae. Setiap sub-familia tersebut dibagi menjadi beberapa tribus dan genus. Pada umumnya identifikasi ketiga sub-familia tersebut dilihat melalui bunganya. Sub-familia yang paling banyak digunakan sebagai makanan ternak untuk daerah tropik adalah sub-familia Papilionoideae (Reksohadiprojo, 1994). Menurut Reksohadiprodjo (1994), berdasarkan fungsinya, leguminosa terbagi menjadi 3 macam yaitu : 1) sebagai bahan pangan dan hijauan pakan ternak (Papilionaceae). Contohnya : Kacang Tanah (Arachis hipogeae), Kacang Kedele (Glycine soya), Kacang Panjang (Vigna sinensis); 2) sebagai hijauan pakan ternak (Mimosaceae). Contohnya : Kacang Gude (Cayanus cayan), Kalopo (Calopogonium mucunoides), Sentro (Centrosoma pubescens); 3) multifungsi (pakan, pagar, pelindung, penahan erosi). Contohnya : Gliricidea maculata, Albazia falcate. Apabila dilihat dari bentuknya, tanaman leguminosa dibagi menjadi tiga : 1) Pohon adalah tanaman leguminosa yang berkayu dan mempunyai tinggi lebih dari 1,5 meter. Contoh : Leucaena leucocephala, Sesbania glandiflora, Glyricidia sepium, Bauhinia sp.; 2) Perdu adalah tanaman leguminosa yang berkayu dan mempunyai tinggi kurang dari 1,5 meter. Contoh : Desmanthus vergatus, Desmodium gyroides, Flemingia congesta, Indigofera arrecta; 3) Semak adalah tanaman leguminosa yang tidak berkayu, sifat tumbuhnya memanjat (twinning) dan merambat (trilling). Contoh : Centrosema pubescens, Calopogonium mucunoides dan Pueraria javanica. 5

18 Leguminosa mengandung protein yang tinggi (dibagian biji dan daunnya) dibanding rumput, terutama pada tanaman yang tua. Kadungan serat di batang cenderung tinggi dan karbohidrat yang mudah larut relatif rendah. Kandungan protein yang tinggi tersebut kemungkinan terkait karena adanya simbiosis fiksasi nitrogen (nitrogen-fixation symbiosis). Tanaman legum mampu mengkonversi nitrogen atmosfer menjadi komponen nitrogen yang berguna bagi tanaman tersebut. Ini dicapai karena nodul-nodul akar ( dapat dilihat oleh mata telanjang) yang berisi bakteri jenis Rhizobium. Bakteri ini mempunyai suatu hubungan simbiotik dengan legume dalam fiksasi nitrogen untuk tanaman. Sebagai gantinya, legume menyuplai bakteri dengan sumber karbon (C) yang diproduksi melalui fotosintesis. Hal ini memungkinkan legume dapat bertahan hidup dan bersaing secara efektif di daerah dengan kondisi kekurangan nirogen. Kemampuan bersimbiosis ini juga mengurangi biaya-biaya pemupukan dan disarankan digunakan di suatu perputaran tanaman pertanian (crop) untuk mengisi lahan yang telah banyak kehilangan nitrogen (Church dan Pond, 1978). Calopogonium mucunoides Calopogonium terdiri dari beberapa spesies, diantaranya yang paling banyak dikenal adalah Calopogonium caeruleum dan Calopogonium mucunoides. Kedua spesies ini berasal dari Meksiko, Amerika Tengah, India barat dan sebelah timur Amerika Selatan, kemudian menyebar secara luas sampai ke daerah tropis basah. Calopogonium muconoides mulai dikenalkan ke Asia sekitar awal tahun 1900-an dan penggunaannya di Pulau Jawa mulai tahun 1922, namun hanya sebatas pupuk hijau dan penutup tanah kemudian menyebar ke Malaysia seiring dengan berkembangnya perkebunan, terutama perkebunan karet (Fanindi dan Bambang, 2005). Gambar 3. Calopogonium mucunoides 6

19 Calopogonium mucunoides merupakan terna (tanaman merambat) yang tumbuh cepat, dengan menjalar, membelit atau melata. Panjang hingga beberapa meter, membentuk sekumpulan daun yang tak beraturan dengan ketebalan cm, dengan batang padat meroma dengan rambut-rambut yang tersebar. Berdaun tiga, panjang tangkai daun hingga 16 cm dan meroma. Biji berbentuk persegi padat dengan panjang 2-3 mm, berwarna kekuningan atau coklat kemerahan. Tumbuh setiap tahun pada musim panas di bawah kondisi basah dan berbiji setiap tahun. Suhu untuk tumbuh sesuai dengan suhu di daerah tropis basah, sedangkan suhu minimum tidak terlalu dingin, seperti suhu yang dibutuhkan oleh centro atau puero. Fanindi dan Bambang (2005) melaporkan, hanya 2% bahan kering, 4,8% rata-rata tumbuh dan 14% luas daun ketika tumbuh pada suhu 20 o C dibandingkan dengan pertumbuhan pada suhu 30 o C. Tumbuh pada lintang o S, juga tumbuh baik pada ketinggian 2000 m dpl di Colombia tapi lebih banyak tumbuh pada ketinggian m, curah hujan yang baik untuk pertumbuhannya adalah 1125 mm/th atau lebih, curah hujan sampai 1250 mm, dapat tumbuh pada kondisi genangan/ basah, biasanya tumbuh baik pada tanah basah yang subur, beradaptasi pada berbagai tekstur tanah, ph yang baik untuk pertumbuhannya 4,5 5,0. Dapat tumbuh baik dengan hampir semua rumput tropis, semisal Panicum sp, Setaria sp, Brachiaria sp, serta legum seperti centrosema atau puero, dapat tumbuh cepat untuk menekan gulma, merupakan hijauan yang kuat karena dapat menjadi penutup tanah terus menerus selama 4-5 bulan bahkan bisa sampai 20 bulan. Toleransi terhadap sinar rendah, terutama pada jenis Calopogonium caeurelum, pada intensitas cahaya kurang dari 20%, daun Calopogonium akan berkurang 70% dibandingkan pada lahan terbuka. Centrosema pubescens Centrosema pubescens Benth termasuk sub familia papilionaceae dari familia leguminoseae. C. pubescens Benth berasal dari Amerika Selatan. Sentro merupakan suatu jenis legum berumur panjang yang bersifat merambat dan memanjat (Allen dan Allen, 1981). Family: Fabaceae (Leguminosae), subfamily: Faboideae, tribe: Phaseoleae, subtribe: Clitoriinae, also placed in: Papilionaceae, disebut dengan nama Centro. Sifat Perennial, merambat, dengan perakaran kuat. 7

20 Daun trifoliolate, 3 cm panjang dan lebar 1,3-2 cm, halus. Produksi biji sekitar biji/kg (FAO, 2009). Gambar 4. Centrosema pubescens Centro merupakan tanaman tahunan, berdaun lebat, rebah dan menjalar. Mudah ditanam dengan biji. Kebutuhan biji 4-6 kg/ha. Kadar protein kasar % dari bahan kering (McIlroy, 1976). Daun-daun Sentro adalah trifoliate dan lebih runcing bila dibandingkan dengan daun-daun legum Puero atau Calopo. Berdaun lebat dan batangnya tidak berkayu meskipun tanaman telah berumur 18 bulan (Reksohadiprodjo, 1985). Sutedi dkk. (2005) melakukan penelitian di Kalimantan Timur menyatakan bahwa tanaman Centrosema pubescens merupakan jenis kacangkacangan yang cepat tumbuh dan mampu hidup pada keadaan musim kering sampai 6 bulan kering dan tahan terhadap kondisi lahan yang tergenang air. Allen dan Allen (1981) menyatakan bahwa Sentro adalah tanaman yang sesuai untuk daerah tropik, mempunyai jaringan perakaran yang luas dan relatif tahan terhadap musim kemarau yang agak panjang. Sifat tumbuh Sentro adalah perennial (hidup lebih dari satu tahun), sangat agresif, batang-batangnya menjalar dan membentuk pertanaman penutup tanah 4-6 bulan setelah penanamannya dari biji (Reksohadiprojo,1985). Kandungan nutrisi Sentro terdiri dari protein kasar 23,6%, serat kasar 31,8 %, abu 8,2%, lemak kasar 3,6% dan BETN 32,8% (Gohl, 1981). Sentro merupakan salah satu hijauan yang disukai oleh ternak dengan produksi BK Sentro ± 12 ton/ha/th (Mannetje dan Jones, 1992). Menurut Sumarno (1985) melaporkan bahwa Tanaman centro mampu mengfiksasi nitrogen minimal kg N/ha/th. Hasil tertinggi yang diperoleh 8

21 peneliti adalah 269 kg N/ha/th. Pada pertanaman campuran centro dengan Cynodon plectostachyus, Centro dapat menyumbangkan 280 kg N/ha/th kepada pastura tersebut. Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Nutman (Sumarno, 1985) didapatkan bahwa Centro mampu memfiksasi nitrogen antara kg N/ha/th dengan rata rata 259 kg N/ha/th. Pueraria javanica Pueraria javanica Benth disebut juga kacang ruji (Jawa). P. javanica merupakan tanaman tahunan yang tumbuh rebah dan menjalar serta berstolon. Mempunyai batang membelit dan merambat, panjang stolon sekitar 1-3 meter.jika menjalar sulur akan membentuk akar pada tiap bukunya. Perakarannya dalam dan bercabang-cabang (Reksohadiprojo, 1985). P. javanica berdaun lebar,bulat dan meruncing dibagian ujungnya. Daun-daun yang masih muda tertutup bulu yang berwarna coklat, sedangkan bunganya berwarna ungu kebiruan. Gambar 5. Pueraria javanica P. javanica tahan terhadap tanah masam, tanah kekurangan kapur dan fosfor.selain bermanfaat sebagai makanan ternak, P. javanica digunakan sebagai penutup tanah, pencegah erosi dan pupuk hijau (Reksohadiprodjo, 1985). Cocok untuk daerah-daerah dengan curah hujan tinggi dengan musim kering yang tidak terlalu panjang (McIlroy, 1976). Kandungan nutrisi P. javanica terdiri dari protein kasar berkisar 20,5%, serat kasar 37,9%, abu 6,7%, lemak kasar 2,0% dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 32,9% (Gohl, 1981). Berat biji yang dihasilkan biji/g. Produksi bahan keringnya ± 10 ton/ha/th (Mannetje dan Jones, 1992). 9

22 Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Mikoriza adalah suatu bentuk hubungan simbiosis mutualistik antara cendawan (myces) dan perakaran (rhiza) tumbuhan tinggi. Cendawan mikoriza arbuskula termasuk ke dalam family Endogonaceae, ordo Mocurales, kelas Zygomicetes. Mikoriza vesikula-arbuskula diklasifikasikan menjadi empat macam genus yaitu Glomus, Gigaspora, Acaulospora dan Sclerocystis. Klasifikasi tersebut didasarkan pada ciri-ciri bentuk spora dan hifa pembawa, struktur dinding spora, cara perkecambahan spora dan susunan spora di dalam sporokarp (Imas et al., 1989). Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) memiliki karakteristik perakaran inang yang terkenan infeksi tidak membesar dan cendawan membentuk struktur hifa yang tipis. Hifa FMA merupakan hifa yang tidak bersekat yang tumbuh diantara sel-sel korteks akar dan bercabang-cabang di dalamnya. Hifa dapat menembus ke silinder pusat stele, pada sel-sel inang terinfeksi akan dibentuk gelung-gelung hifa atau cabang-cabang hifa kompleks yang dinamakan arbuskula. Arbuskula ini juga berperan sebagai pemindah unsur hara yang diserap oleh cendawan untuk tanaman. Vesikula mengandung banyak lemak dan fungsi utamanya sebagai penyimpan cadangan makanan (Gunawan,1993). Fakuara (1998) menyatakan bahwa ciri utama FMA adalah adanya vesikel dan arbuskulus di dalam korteks akar. Hifa inter dan intraseluler juga ada di dalam korteks dan infeksi di sisi akar secara langsung berhubungan dengan miselium bagian luar yang menyebar dan bercabang-cabang di dalam tanah. Fungsi mikoriza arbuskula dapat membantu tanaman untuk penyediaan dan penyerapan unsur P yang rendah ketersediaannya pada tanah masam karena kemampuan FMA untuk beradaptasi pada tanah masam (Karti, 2001). Gunawan (1993) menambahkan, mikoriza arbuskula termasuk dalam kelompok endomikoriza yang dicirikan oleh adanya hifa cendawan yang menembus akar secara intraseluler. Ada dua fase miselium pada perkembangan mikoriza arbuskula, yaitu : 1. Miselium eksternal yang ada di dalam tanah dengan spora yang dibentuknya dan tersebar di sekitar akar. 2. Miselium internal yang ada di dalam akar tanaman bermikoriza, terdiri atas hifa tidak bercabang yang intraseluler, hifa interseluler, hifa yang melingkarlingkar (hifa gulung), arbuskula dan vesikula. 10

23 Menurut Imas et al., (1989) terdapat beberapa manfaat dari cendawan mikoriza arbuskula, yaitu : a. meningkatkan penyerapan unsur hara Tanaman bermikoriza secara efektif dapat meningkatkan penyerapan unsur hara mikro. Mikoriza arbuskula dapat meningkatkan serapan ion melalui akar dengan peningkatan kapasitas serapan akar dan percepatan gerakan ion melalui hifa cendawan (Gunawan, 1993). Penggunaan inokulum yang tepat dapat menggantikan sebagian kebutuhan pupuk. Sebagai contoh mikoriza dapat menggantikan kira-kira 50% kebutuhan fosfor, 40% kebutuhan nitrogen, dan 25% kebutuhan kalium untuk tanaman lamtoro. b. meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan Akar bermikoriza akan cepat kembali menjadi pulih setelah periode kekurangan air berlalu. Hal ini disebabkan oleh hifa cendawan masih mampu untuk menyerap air pada pori-pori tanah, pada saat akar tanaman tidak mampu. c. tahan terhadap serangan patogen akar d. dapat memproduksi hormon dan zat pengatur tumbuh Fungsi mikoriza arbuskula dapat membantu tanaman untuk penyediaan dan penyerapan unsur P yang rendah ketersediaannya pada tanah masam karena kemampuan FMA untuk beradaptasi pada tanah masam. Fungi Mikoriza Arbuskula mampu membantu tanaman menyediakan unsur hara P, bahkan dapat mengefisienkan pemupukan P hingga 50%, meningkatkan produksi tanaman (Karti, 1999) dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap stress lingkungan (kekeringan, salinitas, logam berat dan penyakit akar) bahkan mampu menghasilkan hormon pertumbuhan (Karti, 2003). Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, FMA dapat digunakan secara efektif dalam mengurangi penggunaan pupuk buatan yang merupakan sumberdaya alam tak terbaharukan. Penggunaan pupuk buatan, apalagi yang dilakukan secara tidak bijaksana dapat menyebabkan degradasi lingkungan yang akan berakibat pada turunnya produksi pertanian. Pertumbuhan tanaman meningkat dengan adanya FMA karena meningkatkan serapan hara, ketahanan terhadap kekeringan, produksi hormon pertumbuhan dan zat pengatur tumbuh, perlindungan dari patogen akar dan unsur 11

24 toksik. Sehingga penggunaan pupuk hayati dari FMA merupakan alternatif terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan produksi hasil pertanian (Oktaviani, 2008). Media yang digunakan sebagai mikoriza yaitu mycofer. Mycofer merupakan salah satu pupuk hayati yang telah dihasilkan oleh Laboratorium Bioteknologi Hutan dan Lingkungan Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi dengan mengutamakan kekuatan mikroba fungi mikoriza arbuskula (FMA). Mycofer terdiri dari empat jenis spora yang berbeda asal dan spesieanya. Mereka adalah Glomus manihotis (Indo-1), Glomus etunicatum (NPI-126), Gigaspora margarita dan Acaulospora tuberculata (Indo-2). Acaulospora dilaporkan lebih luas pada tanah asam dan Gigaspora sp lebih umum ada pada tanah asam dibandingkan Glomus sp. Spora dari FMA lebih toleran terhadap kondisi asam dan konsentrasi Al yang tinggi. Acaulospora sp, Gigaspora sp dan Glomus manihotis umumnya toleran (Clark dan Zeto, 1997). Mikroorganisme Pelarut Fosfat (MPF) Kesuburan tanah tidak hanya bergantung pada komposisi kimiawinya melainkan juga pada ciri alami mikroorganisme yang menghuninya. Mikroorganisme yang menghuni tanah dapat dikelompokkan menjadi bakteri, aktinomisetes, jamur, alga dan protozoa (Rao, 1994) Mikroorganisme pelarut fosfat adalah mikroorganisme yang mempunyai kemampuan mengekstrak P dalam bentuk yang tidak tersedia menjadi bentuk yang dapat digunakan tanaman, diantaranya adalah dengan cara menghasilkan asam-asam organik. Asam-asam organik yang dihasilkan oleh mikroorganisme akan membentuk senyawa kompleks dengan ion Ca, Fe dan Al sehingga unsur P akan dibebaskan dan tersedia bagi tanaman. Mikroorganisme pelarut fosfat dapat berasal dari kelompok bakteri, fungi dan aktinomisetes (Rao, 1982). Mikoroorganisme pelarut fosfat merupakan mikroorganisme tanah yang dapat memperbaiki penyediaan P pada tanah masam dengan menghasilkan asam organik sehingga kelarutan Al dapat diturunkan karena adanya pengikatan oleh asam organik (Karti, 2003). Mikroorganisme dalam aktifitasnya akan menghasilkan asam-asam organik, diantaranya adalah asam format, asetat, propionate, laktat, glikolat, fumarat dan suksinat (Rao, 1982). Meningkatnya asam-asam organik tersebut diikuti dengan 12

25 penurunan ph yang tajam, sehingga mengakibatkan terjadinya pelarutan Ca-P. Penurunan ph juga disebabkan oleh terbebasnya asam sulfat dan nitrat pada oksidasi kemoautotropik sulfur dan ammonium, berturut-turut oleh bakteri Thiobacillus dan Nitrosomonas (Alexander, 1978). Beberapa peneliti mengemukakan bahwa pengaruh mikroorganisme pelarut fosfat terhadap tanaman, tidak hanya disebabkan oleh kemampuannya dalam meningkatkan ketersediaan P, tetapi juga disebabkan oleh kemampuannya dalam menghasilkan zat pengatur tumbuh terutama oleh mikroorganisme yang hidup pada permukaan akar seperti Pseudomonas fluorescens, P. putida dan P. striata (Vancura, 1989). Mikroorganisme pelarut fosfat dapat menghasilkan zat pengatur tumbuh seperti auksin, giberelin dan sitokinin (Kundu dan Gaur, 1980). Mikroorganisme Penambat Nitrogen Bakteri penambat nitrogen dibagi menjadi dua yaitu bakteri yang dapat membentuk bintil akar, contohnya adalah Rhizobium dan Bradyrhizobium; dan bakteri yang tidak dapat membentuk bintil akar, contohnya adalah Azotobacter dan Azospirillum (Martaguri, 2009). Nitrogen tersedia berlimpah di udara dalam bentuk gas N 2. Dalam bentuk ini tanaman dapat memanfaatkannya dengan adanya kerjasama dengan bakteri tanah, N 2 gas tersebut dapat diubah menjadi bentuk amonium sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber nitrogen oleh tanamanyang dikenal sebagai proses fiksasi secara simbiotik. Fiksasi N 2 secara biologi menyumbang kira-kira 70% dari semua nitrogen yang difiksasi di bumi, karena gabungan rhizobium dengan tanaman leguminosa (kira-kira 50%) dan 90% kebutuhan nitrogen tanaman dapat dihasilkan oleh gabungan ini (Martaguri, 2009). Azospirillum Azospirillum merupakan salah satu genus PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) yaitu kelompok bakteri yang hidup di daerah Rizosfer serta memiliki kemampuan dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman, akan mempunyai peran penting dalam peningkatan hasil produksi pertanian. Azospirillum merupakan salah satu genus PGPR yang sudah banyak dipelajari. Bakteri ini mampu mensintesis 13

26 hormon pemacu pertumbuhan tanaman, menfiksasi nitrogen, melarutkan fosfat, mensintesis siderofok dan sebagai agen pengendali hayati (Astuti, 2007). Hormon pemacu pertumbuhan tanaman yang dihasilkan oleh Azospirillum sp. yaitu indo 1-3-asetat (AIA), giberelin dan sitokinin. AIA adalah jenis auksin utama yang terdapat pada tumbuhan. Auksin merupakan hormon yang penting bagi peningkatan pertumbuhan tanaman karena dapat berperan dalam inisisasi akar., pemanjangan sel, diferensiasi jaringan pembuluh, dominasi apikal, dan prose pembungaan (Salisbury dan Ross, 1995). Rhizobium Rhizobium adalah bakteri yang dapat membentuk bintil akar pada tanaman leguminosa. Rhizobium termasuk dalam Famili: Rhizobiaceae, Genus: Rhizobium. Bakteri Rhizobium mempunyai kemampuan untuk menginfeksi akar dan membentuk bintil akar (nodul) dalam simbiosisnya dengan leguminosa. Kemampuan membentuk nodul ini merupakan ciri khas yang membedakan Rhizobium dari genera bakteri lain (Setiadi, 1989). Simbiosis leguminosa-rhizobium terjadi karena Rhizobium memerlukan karbohidrat sebagai sumber energi yang diperoleh dari tanaman inang, sedangkan tanaman inang membutuhkan nitrogen untuk proses pertumbuhannya. Kerjasama ini diwujudkan dalam bentuk bintil akar. Pembentukan bintil akar ini melalui beberapa tahapan, secara garis besar (1) pembentukan akar-akar rambut; (2) peningkatan populasi Rhizobium di sekitar akar rambut; (3) pembengkokan akar rambut dan infeksi oleh bakteri; (4) pembentukan infection threads dan (5) pembentukan bintil akar (Setiadi, 1989). Pupuk NPK Unsur hara N, P, dan K dalam tanah tidak cukup tersedia dan terus berkurang diambil untuk pertumbuhan tanaman dan terangkut pada waktu panen, tercuci, menguap dan erosi sehingga diperlukan pemupukan. Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara. Pupuk NPK disebut juga pupuk lengkap, umumnya masing-masing kandungan unsur hara dalam NPK berkadar rendah. Kadar ketiga unsur kurang lebih 20% (Soepardi, 1983). 14

27 Pupuk Kandang Pupuk kandang berguna untuk meningkatkan kadar bahan organik dalam tanah. Bahan organik menurunkan kehilangan unsur mikro karena pencucian, meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah, serta mensuplai nitrogen, belerang, dan fosfor. Pupuk kandang juga menaikkan jumlah hara yang dapat tersedia dan menaikkan hasil tanaman dan sisa bahan organik yang tertinggal di dalam tanah, dengan demikian pupuk kandang yang mengandung banyak nitrogen bukan saja penting sebagai sumber nitrogen bagi tanaman tetapi juga dapat mempertahankan kadar bahan organik tanah. Bahan organik dapat memperbaiki sifat dan kimia tanah. Bila bahan organik tanah memadai kebutuhan kapur akan berkurang (Soepardi, 1983). Biomassa Tanaman Biomassa tanaman adalah bahan hidup yang dihasilkan tanaman yang bebas dari pengaruh grafitasi, sehingga bersifat konstan tidak seperti berat yang tergantung pada tempat penimbangan yang berhubungan dengan gaya grafitasi. Biomassa tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa taksiran biomassa (berat) tanaman relatif mudah diukur dan merupakan integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya. Oleh sebab itu parameter ini merupakan indikator pertumbuhan yang paling representatif untuk mendapatkan penampilan keseluruhan pertumbuhan tanaman atau suatu organ tertentu. Pengukuran biomassa dapat dilakukan melalui penimbangan (Guritno dan Sitompul, 1995). 15

28 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada lahan Laboratorium Lapang Unit Penelitian dan Pendidikan Peternakan Jonggol (UP3J), Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Desa Singasari, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor. Penelitian berlangsung dari bulan April sampai dengan Oktober Materi Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain pastura yang ditanami Brachiaria humidicola (BH) dengan luas ± 3 ha yang dibagi menjadi delapan pedok, 3 jenis benih legum, yaitu Calopogonium mucunoides (Calopo) sebanyak 25 kg, Centrocema pubescens (Centro) sebanyak 25 kg, Pueraria javanica (Puero) 15 kg, Mikroorganisme Potensial Tanah (MPT) yaitu Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) yang digunakan adalah mycofer sebanyak 20 kg, Phosphate Solubilizing Bacteria (PSB), Rhizobium dan Azospirillum sp. yang berasal dari Laboratorium Bioteknologi Hutan dan Lingkungan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB, pupuk kandang, pupuk NPK sebanyak 150 kg, molases 10 liter dan aquades 6 galon. Alat yang digunakan adalah alat pengolah tanah soil gouge sampler alat pemanenan dan pengukuran, kuadan 25 cm x 25 cm, tali rafia, timbangan digital 5 kg, plastik, galon, cangkul dan traktor. Rancangan Perlakuan Perlakuan yang dilakukan untuk peningkatan kualitas pastura dengan introduksi leguminosa dengan menggunakan 3 jenis leguminosa yaitu Centrosema pubescens, Calopogonium mucunoides, Pueraria javanica. Penelitian ini menggunakan 8 perlakuan, yaitu : P 1 : Kontrol negatif (rumput BH tanpa pupuk + tanpa Mikroorganisme Potensial Tanah) P 2 : Kontrol positif (pastura rumput BH + konsorsium leguminosa Pueraria javanica (PJ) + Centrosema pubescens (CP) + Calopogonium mucunoides (CM) + tanpa pupuk + tanpa Mikroorganisme Potensial Tanah))

29 P 3 : pastura rumput BH + Pueraria javanica (PJ) + Pupuk + Mikroorganisme Potensial Tanah P 4 : pastura rumput BH + Centrosema pubescens (CP) + Pupuk + Mikroorganisme Potensial Tanah P 5 : pastura rumput BH + Calopogonium mucunoides (CM) + Pupuk + Mikroorganisme Potensial Tanah P 6 : pastura rumput BH + Pueraria javanica (PJ) + Centrosema pubescens (CP) + Pupuk + Mikroorganisme Potensial Tanah P 7 : pastura campuran rumput BH + Pueraria javanica (PJ) + Calopogonium mucunoides (CM) + Pupuk + Mikroorganisme Potensial Tanah P 8 : pastura campuran rumput BH + konsorsium leguminosa Pueraria javanica (PJ) + Centrosema pubescens (CP) + Calopogonium mucunoides (CM) + Pupuk + Mikroorganisme Potensial Tanah Model Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan 8 perlakuan dan 4 ulangan. Model matematik yang digunakan adalah sebagai berikut : Yij = µ + i + β j + ij Keterangan : Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j = Nilai rataan umum i = Pengaruh perlakuan ke-i β j ij = Pengaruh ulangan ke-j = Error perlakuan ke-i dan ulangan ke-j Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA), jika terdapat perbedaan yang nyata, maka dilakukan uji kontras ortogonal (Steel dan Torrie, 1993). 17

30 Prosedur Pelaksanaan Persiapan Mikroorganisme Potensial Tanah Mikroorganisme potensial tanah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai pupuk hayati adalah Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA), Phosphate Solubilizing Bacteria (PSB), Rhizobium, dan Azospirillum sp. berasal dari koleksi Laboratorium Bioteknologi Hutan dan Lingkungan Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB. PSB, Rhizobium dan Azospirillum sp. dicampurkan dengan media untuk menumbuhkannya dan pemberiannya di lahan penelitian dengan cara disemprot. Mikoriza yang digunakan adalah inokulum mycofer produksi Laboratorium Bioteknologi Hutan dan Lingkungan Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan bioteknologi IPB yang berbentuk granular dan pemberiannya dengan cara disebar ke lahan penelitian. Persiapan lahan Lahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lahan pastura Unit Penelitian dan Pendidikan Peternakan Jonggol yang telah ditanami rumput Brachiaria humidicola sejak tahun Metode yang digunakan dalam penelitian lapang adalah metode stripping. Metode stripping adalah metode penyisipan antara rumput yang sudah ada sebelumnya dengan disisipkan tanaman leguminosa. Lahan yang digunakan untuk penelitian, luasan lahan seluruhnya m 2 dengan luas setiap satuan percobaan yaitu 3000 m 2. Lahan yang digunakan untuk penanaman legum seluas 1200 m 2 dan lahan rumput BH seluas 1800 m 2. Pembagian lahan antara rumput dan leguminosa berdasarkan kompisisi botani antara perbandingan rumput dan leguminosa yaitu 60 : 40. Lahan dibagi menjadi delapan pedok sebagai kelompok dan masing-masing pedok terdiri dari empat plot sehingga total keseluruhan terdapat 32 plot. Seluruh petak percobaan (plot) dari pedok 3 sampai dengan pedok 8 diberikan pupuk dasar (pupuk kandang), mikroorganisme potensial tanah dan pupuk NPK. Kemudian, pedok 2 hanya pemberian pupuk NPK tanpa penambahan mikroorganisme potensial tanah dan pupuk kandang, sedangkan pedok 1 hanya rumput BH saja tanpa perlakuan apapun. 18

31 Persiapan Pupuk Pupuk yang digunakan pada penelitian ini adalah pupuk kandang dan pupuk NPK. Pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk kandang padat dari kotoran sapi. Pupuk kandang (pukan) padat yaitu kotoran ternak yang berupa padatan baik belum dikomposkan maupun sudah dikomposkan sebagai sumber hara terutaman n bagi tanaman dan dapat memperbaiki sifat kimia, biologi dan fisik tanah. Penanganan pupuk padat umumnya kotoran sapi dikumpulkan 1-3 hari sekali pada saat pembersihan kandang dan ditumpuk di suatu tempat tertentu, kemudian digunakan. Pupuk kandang diberikan sebelum penanaman pada lahan sebelum penanaman. Pupuk NPK yang digunakan pupuk jenis Ponscha dengan komposisi setiap unsur yaitu N 15%, P 2 O 5 15%, KCl 15% sebanyak 150 kg. Pemberian pupuk NPK diberikan berbeda untuk masing-masing larikan disesuaikan dengan jumlah larikan di setiap pedok, dengan perhitungan dengan diketahui luas setiap pedok 1200 m, sehingga perhitungan pemberian NPK yaitu : 150 kg/ha = gr/ha x 1200 m = gr/pedok untuk 7 pedok. Pengambilan Sampel Tanah Sampel tanah diambil pada seluruh plot lahan penelitian menggunakan soil gouge sampler dengan kedalaman 0-20 cm. Sampel diambil secara acak sebanyak delapan titik kemudian dicampur sebelum dianalisa di laboratorium, setelah itu dilakukan analisa tanah di Balai Penelitian Tanah Bogor. Pelaksanaan Perlakuan dan Pemeliharaan Benih leguminosa yang digunakan adalah Calopogonium mucunoides sebanyak 15 kg, Centrosema pubescens sebanyak 25 kg dan Pueraria javanica sebanyak 20 kg. Metode yang digunakan dalam penanaman yaitu metode stripping (metode penyisipan). Penanaman menggunakan metode strip pada luasan pedok 0.3 ha untuk setiap perlakuan, hamparan rumput Brachiaria humidicola dibuat larikan memanjang dengan jarak antar larikan 175 cm, 100 cm dan 75 cm. Jarak antara larikan dibagi berdasarkan pembagian menggunakan traktor dengan jarak 175 cm. Setiap larikan diberikan pupuk dasar (pupuk kandang dan pupuk NPK) dan mikroorganisme potensial tanah yaitu fungi mikoriza arbuskula (FMA), Azospirillum sp., Rhizobium sp. dan bakteri pelarut fosfat yang merupakan hasil penelitian 19

32 terdahulu disilang masing-masing untuk spesies. Dosis benih dan perbandingan populasi antara spesies yaitu : P1 : Rumput BH UP3J (Kontrol negatif) P2 : Puero : Centro : Calopo = 1 : 1 : 1 (Kontrol positif) P3 : Puero = 20 kg/ha P4 : Centro = 25 kg/ha P5 : Calopo = 15 kg/ha P6 : Puero : Centro = 1 : 1 P7 : Puero : Calopo = 1 : 1 P8 : Puero : Centro : Calopo = 1: 1: 1 Pemeliharaan dilakukan dengan pemagaran di seluruh lahan untuk menghindari gangguan ternak. Penyulaman dilakukan apabila terdapat tanaman yang mati atau pertumbuan tanaman sangat lambat. Pembersihan lahan dari gulma dilakukan secara manual yaitu dengan mencabut gulma 2-3 kali seminggu. Proses penyiraman dilakukan apabila diperlukan, namun selama penelitian berlangsung tidak dilakukan penyiraman dan hanya mengharapkan sumbangan air hujan. Penggemburan tanah dilakukan dengan pemberian pupuk di masing-masing larikan yang mendapatkan perlakuan pemberian mikroorganisme potensial tanah dan penanaman legum. Pedok 1 sama sekali tidak diberi perlakuan apapun. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk kandang dan pupuk NPK. Pedok 2 tanpa pemberian pupuk kandang dan mikroorganisme potensial tanah, namun diberikan pupuk NPK. Pemberian pupuk kandang diberikan sebelum penanaman sebagai langkah awal penanaman. Pedok 3 sampai dengan pedok 8 mendapatkan perlakuan pemberian pupuk kandang, mikroorganisme potensial tanah dan pupuk NPK. Pemberian pupuk dilakukan untuk memberikan ruangan aerasi bagi ketersediaan oksigen dalam tanah, menambah unsur hara dan memecah agregat-agregat tanah yang mulai keras. Pemberian pupuk NPK diberikan setelah penanaman selama 1 bulan dan tanaman mempunyai tinggi sekitar ± 10 cm. Pengamatan dan Pengambilan Data Pengamatan dan pengambilan data pertumbuhan setiap dua minggu sekali dengan mengukur panjang penyebaran tanaman legum, jumlah daun trifoliate legum dan tinggi vertikal rumput B. humidicola. Pengamatan pada pedok 3 dan 4 dilakukan 20

33 pada minggu pertama dan pengamatan pada pedok 2, 5, 6, 7 dan 8 pada minggu berikutnya. Selanjutnya, pada pedok ke 1. Hal ini dikarenakan oleh waktu penanaman yang berbeda. Pengamatan dilakukan setiap 2 minggu sekali dengan mengukur panjang penyebaran tanaman dan jumlah daun trifoliat. Peubah yang Diamati Peubah yang diamati pada penelitian ini antara lain, pada pada leguminosa yaitu panjang penyebaran tanaman dan jumlah daun trifoliat, sedangkan pada rumput BH yaitu pengukuran tinggi vertikal dan jumlah stolon, komposisi botani, produksi biomassa dan analisis jaringan. 1. Panjang Penyebaran Tanaman Panjang penyebaran tanaman diukur mulai dari bagian batang di atas permukaan tanah sampai ujung tanaman yang paling panjang dengan menegakkan tanaman menggunakan meteran. Pengukuran panjang penyebaran tanaman dimulai sejak tanaman berumur 7 minggu setelah penanaman dan dilakukan setiap dua minggu sekali selama penanaman hingga pemanenan. 2. Jumlah Trifoliat Penghitungan jumlah daun trifoliat dilakukan dengan mengambil satu tanaman untuk diamati jumlah daun utama yang terdiri dari 3 helai daun terbuka (trifoliat). Penghitungan jumlah daun trifoliat dimulai sejak tanaman berumur 7 minggu dan diamati setiap dua minggu sekali selama penanaman hingga pemanenan. 3. Pengukuran Tinggi Vertikal Pengukuran tinggi vertikal tanaman rumput Brachiaria humidicola dimulai dari bagian tanaman di atas permukaan tanah sampai ujung tanaman dengan menggunakan pita ukur. 4. Produksi Biomassa Pengukuran biomassa tanaman dilakukan pada saat pemanenan yaitu tiga bulan setelah waktu penanaman. Penghitungan biomassa tanaman dilakukan dengan cara penimbangan berat semua tanaman dalam satu petak dalam keadaan segar dan kering. Parameter ini merupakan indikator 21

34 pertumbuhan yang paling representatif untuk mendapatkan penampilan keseluruhan pertumbuhan tanaman atau suatu organ tertentu. Pemanenan Pemanenan dilakukan setelah tanaman mencapai umur panen setelah 3 bulan penanaman. Tiap-tiap pedok diambil dengan menggunakan pelemparan kuadran dan ditimbang produksi biomassa segar. Pada leguminosa antara batang dan daun dipisahkan kemudian ditimbang berat segar masing-masing. Setelah itu, dikeringkan untuk diperoleh produksi biomassa kering hijauan rumput dan leguminosa. 22

35 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Oktober 2009 di Laboratorium Lapang Unit Penelitian dan Pendidikan Peternakan Jonggol (UP3J), Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Desa Singasari, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor. Luas areal UP3J yaitu 169 ha lahang kering yang dipagari kawat berduri. Sekitar 67 ha digunakan untuk kebun rumput, pelatihan, praktikum dan penelitian. Lahan penelitian yang digunakan seluas m 2 dengan luas satuan percobaan 3000 m 2 dibagi menjadi 8 pedok sebagai lahan percobaan. Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol Institut Pertanian Bogor terletak 60 km sebelah Timur Laut Bogor, di Desa Singasari Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor. Daerah ini terletak pada 106,53 o BT dan 06,53 o LS dengan ketinggian 70 m di atas permukaan laut. Sebanyak 20% areal UP3J umumnya tanah datar, 60% bergelombang dan 20% bukit-bukit curam dan lembah. Luas lahan UP3J adalah 169 ha terdiri atas 67 ha padang rumput seperti Brachiaria humidicola, Brachiaria decumbens dan rumput alam, bangunan kandang, gudang dan perumahan (guest house). Pada bulan pertama setelah penanaman, tanaman Pueraria javanica, Centrosema pubescens dan Calopogonium mucunoides menunjukkan pertumbuhan yang hampir sama dan sedikit lambat pertumbuhannya, namun pada bulan kedua dan seterusnya mulai terlihat perbedaan respon ketiga jenis tanaman tersebut. (a) (b) Gambar 6. (a). Lahan Penelitian Sebelum Ditanami Leguminosa (UP3J, 2009) (b). Lahan Penelitian Setelah Ditanami Leguminosa (UP3J, 2009)

36 Kondisi Lahan UP3J Berdasarkan hasil analisis dari Balai Penelitian Tanah, tanah Jonggol merupakan tanah masam dengan ph<7 dan berwarna sedikit kecoklatan dan kemerahan agak gelap. Data analisis tanah Jonggol dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Data Analisis Tanah Jonggol No. Uraian Nilai Kriteria 1. Tekstur (pipet) : - Pasir (%) 11 - Debu (%) 14 - Liat (%) Ekstrak 1 : 5 - ph : 1. H 2 O 6,1 Netral 2. KCI 5,2 Masam - DHL : 3. Terhadap contoh kering 105 o C : - Bahan organik : 1. Walkley & Black C (%) 2,00 Rendah 2. Kjeldahl N (%) 0,13 Rendah 3. C/N 15 Sedang - HCI 25% : 1. P 2 O 5 (mg/100 g) 8 Sangat rendah 2. K 2 O (mg/100 g) 8 Sangat rendah - Olsen P 2 O 5 (ppm) 8 Sangat rendah - Bray 1 P 2 O 5 (ppm) - - Morgan K 2 O (ppm) 49 Tinggi 4. Nilai Tukar Kation (NH 4 -Acetat 1N, ph7) : - Ca (cmol (+)/kg) 39,84 Tinggi - Mg (cmol (+)/kg) 2,23 Sangat rendah - K (cmol (+)/kg) 0,09 Sangat rendah - Na (cmol (+)/kg) 0,27 Sangat rendah - Jumlah 42,43 - KTK (cmol (+)/kg) 30,73 Tinggi - KB* (%) > 100 Tinggi 5. KCI 1N : - AI 3+ (cmol(+)/kg 0,00 Sangat rendah - H + (cmol(+)/kg 0,02 Sangat rendah 6. Total : - Fe (%) 10,85 - Mn (ppm) Cu (ppm) 29 - Zn (ppm) 189 Sumber : Balai Penelitian Tanah (BALITAN, 2009) Keterangan : *>100 Terdapat Kation-kation bebas disamping kation-kation dapat ditukar 24

37 Tanah jonggol merupakan tanah latosol hal ini dilihat dari warna yaitu merah, coklat hingga kuning dengan solum (1,5-10 m) dan batas horizon tidak jelas. Lahan pada pastura ini tidak diairi, namun pada musim hujan dapat menghasilkan produksi hijauan yang lebih tinggi dibandingkan dengan musim kemarau dikarenakan oleh curah hujan yang lebih tinggi. Tingginya produksi hijauan dapat berdampak pada meningkatnya konsumsi hijauan oleh ternak sehingga dapat mengakibatkan pertambahan bobot badan yang tinggi. Kondisi tanah di UP3J mempunyai ph ratarata 6 dan termasuk jenis tanah liat coklat pekat, memiliki respon yang baik terhadap pemupukan NPK dan tingkat kesuburan umumnya rendah. Kondisi Umum Cuaca UP3J Pengamatan lapang yang dipengaruhi cuaca pada saat penanaman dan pemanenan pada bulan Mei sampai dengan Juli. Kondisi umum cuaca di UP3J dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2. Data Cuaca UP3 Jonggol April-Oktober 2009 Bulan Kondisi Umum Apr Mei Jun Jul Aug Sept Okt Curah Hujan (mm) 291,0 276,0 296,5 34,5 59,5 66,5 167,5 Kelembaban (%) 94,7 90,7 95,7 93,9 93,2 95,8 97,0 Suhu Maksimum ( o C) 31,9 31,7 32,5 32,8 28,6 34,9 34,9 Suhu Minimum ( o C) 22,9 23,0 22,5 21,0 21,3 22,0 23,6 Sumber: Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J, 2009) Data iklim di UP3J menunjukkan bahwa suhu maximum dan minimum adalah 32,8 o C dan 21,0 o C, dan kelembaban sekitar 79%. Bulan terbasah dan terkering masing-masing terjadi pada Januari (413 mm) dan Juli (116 mm). Periode kering terjadi selama bulan Juni September. Sumber air utama adalah air hujan dan air sumur. Kondisi cuaca pada saat awal penelitian yaitu pada musim peralihan musim basah dan kering, sehingga lahan cukup kering untuk daerah Jonggol. Pada saat penanaman (penyisipan) leguminosa dengan cara penyebaran atau disebar pada larikan yang telah dibuat. Penyiraman tidak dilakukan karena mengandalkan air hujan dan penelitian lapang di lahan yang cukup luas sehingga tidak efisien menggunakan air sumur yang sulit diperoleh di daerah penelitian UP3J. 25

38 Rataan Panjang Penyebaran (cm) Kondisi alam selama penelitian memasuki musim hujan dan kemarau sehingga rumput di padang penggembalaan memiliki produksi yang berbeda tiap musimnya. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Juni yaitu 296,5 mm dengan kelembaban mencapai 90,7% dengan suhu maksimum 31,7 o C. Curah hujan terendah dan cukup panas pada bulan Juli yaitu 34,5 mm dan pada bulan ini dilakukan pemanenan hijauan. Panjang Penyebaran Rataan pertambahan panjang penyebaran masing-masing leguminosa Pueraria javanica, Centrosema pubescens dan Calopogonium mucunoides yang ditanam secara tunggal, ditanam bersama dua jenis legum yang berbeda maupun secara konsorsium yaitu tiga legum yang ditanam secara bersamaan disajikan pada Gambar 7, Gambar 8 dan Gambar 9. Pueraria javanica Rataan nilai panjang penyebaran yang diamati pada tanaman Pueraria javanica dapat dilihat pada Gambar ,54 a 51,23 a 54,99 a 55,60 a ,06 b 0 P2 P3 P6 P7 P8 Perlakuan Gambar 7. Pengaruh Introduksi Leguminosa, Pupuk dan Mikroorganisme Potensial Tanah terhadap Panjang Penyebaran Pueraria javanica Hasil sidik ragam pengaruh introduksi leguminosa, pupuk dan mikroorganisme potensial tanah pada panjang penyebaran Pueraria javanica menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05), dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil uji lanjut dapat dilihat pada Lampiran 12. Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa perlakuan P3, P6, P7 dan P8 tidak berbeda dan paling tinggi 26

39 dibandingkan P2. Hal ini dikarenakan pada perlakuan P2 sebagai kontrol positif yang dilakukan introduksi leguminosa tetapi tidak diberikan penambahan mikroorganisme potensial tanah. Sehingga, pada perlakuan P3, P6, P7 dan P8 memiliki rataan pertambahan panjang penyebaran lebih tinggi karena mendapatkan perlakuan penambahan mikroorganisme potensial tanah. Hal ini menyatakan bahwa mikroorganisme potensial tanah berpengaruh pada pertambahan panjang penyebaran leguminosa yang ditanam pada lahan UP3 Jonggol. Pada perlakuan P3, P. javanica ditanam secara tunggal tanpa introduksi leguminosa lain dan memiliki rataan pertambahan panjang penyebaran yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan P6 yang ditanam secara bersamaan dengan leguminosa C. pubescens dan P7 yang ditanam secara bersamaan dengan leguminosa C. mucunoides. Hal ini juga dapat dilihat pada perlakuan P8 yang ditanam secara konsorsium, namun memiliki panjang penyebaran yang tidak berbeda nyata. Dapat disimpulkan bahwa, P. javanica dapat ditanam secara individu maupun secara bersamaan dengan leguminosa lain dan tahan terhadap lahan yang kering karena saat penanaman dan pengamatan pada musim kering. Namun, pada perlakuan kontrol positif leguminosa P. javanica memiliki rataan panjang penyebaran paling terendah dibandingkan leguminosa C. pubescens dan C. mucunoides. Hal ini mungkin disebabkan oleh karakteristik leguminosa masing-masing. Penambahan mikroorganisme potensial tanah, seperti mikoriza dapat menambah panjang akar dan luas penyebarannya dibantu oleh penambahan mikoriza sehingga unsur hara terserap lebih banyak. Centrosema pubescens Rataan nilai panjang penyebaran yang diamati pada tanaman Centrosema pubescens dapat dilihat pada Gambar 8. Hasil sidik ragam pengaruh introduksi leguminosa, pupuk dan mikroorganisme potensial tanah pada panjang penyebaran Centrosema pubescens menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05), dapat dilihat pada Lampiran 4. Hasil uji lanjut dapat dilihat pada Lampiran

40 Rataan Panjang Penyebaran (cm) ,36 a 55,08 b 58,27b 14,39 c P2 P4 P6 P8 Perlakuan Gambar 8. Pengaruh Introduksi Leguminosa, Pupuk dan Mikroorganisme Potensial Tanah terhadap Panjang Penyebaran Centrosema pubescens Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa pada perlakuan P4 yaitu penanaman leguminosa C. pubescens pada penyisipan rumput Brachiaria humidicola yang ditanam secara tunggal tanpa leguminosa lain memiliki nilai tertinggi dibandingkan perlakuan P2, P6 dan P8. Perlakuan P6 yaitu penanaman leguminosa P. javanica dan C. pubescens memiliki nilai yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan P8 yaitu penanaman konsorsium leguminosa P. javanica, C. pubescens dan C. mucunoides. Pada perlakuan P2 nyata paling rendah pertambahan panjang penyabaran leguminosa C. pubescens dibandingkan perlakuan P4 maupun P6 dan P8. Hal ini menyatakan bahwa, perlakuan pemberian mikroorganisme potensial tanah memberikan pengaruh nyata pada pertambahan panjang pada lahan UP3J. Leguminosa C. pubescens yang ditanam secara konsorsium (campuran tiga jenis leguminosa) dan mendapatkan perlakuan mikroorgansime potensial tanah memiliki ratan lebih rendah dibandingkan perlakuan P4 yang ditanam secara tunggal. Hal tersebut menunjukkan bahwa leguminosa C. pubescens tidak tahan terhadap kompetisi dan ditanam secara konsorsium dengan leguminosa lainnya sehingga pertumbuhan lebih tinggi terjadi pada perlakuan P4. Calopogonium mucunoides Rataan nilai panjang penyebaran yang diamati pada tanaman Calopogonium mucunoides dapat dilihat pada Gambar 9. 28

41 Gambar 9. Pengaruh Introduksi Leguminosa, Pupuk dan Mikroorganisme Potensial Tanah terhadap Panjang Penyebaran Calopogonium mucunoides. Hasil sidik ragam pengaruh introduksi leguminosa, pupuk dan mikroorganisme potensial tanah pada panjang penyebaran Calopogonium mucunoides menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05), dapat dilihat pada Lampiran 5. Hasil uji lanjut dapat dilihat pada Lampiran 14. Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa perlakuan P5 dan P8 tidak berbeda nyata dan memiliki nilai paling tinggi dibandingkan P2 dan P7. Pada perlakuan P2 menunjukkan bahwa rumput Brachiaria humidicola dan konsorsium leguminosa tanpa pemberian pupuk kandang dan mikroorganisme potensial tanah meiliki nilai terendah. Sehingga, pemberian mikroorganisme potensial tanah memiliki pengaruh nyata pada pertambahan panjang penyebaran. Peningkatan panjang penyebaran pada perlakuan yang ditambahkan pupuk hayati (mikroorganisme potensial tanah) dan pupuk kandang lebih baik dibandingkan perlakuan kontrol positif yang tidak menggunakan penambahan pupuk hayati maupun pupuk kandang dan semua perlakuan diberikan pupuk NPK.Peningkatan panjang penyebaran tersebut menunjukkan perbedaan panjang penyebaran antara leguminosa yang diberikan mikroorganisme potensial tanah dengan perlakuan kontrol tanpa penambahan mikroorganisme potensial tanah yang cukup besar. Tinggi tanaman merupakan pertumbuhan yang paling mudah diukur. Pertumbuhan tinggi tanaman ditentukan oleh perkembangan dan pertumbuhan sel, semakin cepat sel membelah dan memanjang semakin cepat tanaman meninggi (Lakitan, 1996). Peningkatan panjang penyebaran tersebut menunjukkan perbedaan 29

42 panjang penyebaran yang diberi perlakuan introduksi leguminosa dan mikroorganisme potensial tanah dibandingkan perlakuan kontrol yang memiliki nilai lebih rendah. Fungsi mikroorganisme potensial tanah seperti mikoriza (FMA) mampu membantu tanaman dalam menyediakan unsur hara P dan mengefisienkan pemupukan P hingga 50% meningkatkan produksi tanaman (Karti, 1999). Peran bakteri Rhizobium yaitu kemampuan untuk menjadikan bintil-bintil akar dapat mengfiksasi nitrogen bebas dari udara pada tanaman leguminosa. Simbiosis ini dapat menggantikan pupuk nitrogen selama pertumbuhan tanaman leguminosa (Downie and Brewin, 2003). Jumlah Daun Trifoliat Daun merupakan salah satu aspek penting dalam pertumbuhan tanaman, karena daun berperan penting dalam proses fotosintesis dan transpirasi. Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan jumlah daun trifoliat dapat dilihat pada Grafik 10, Grafik 11 dan Grafik 12. Hasil sidik ragam menunjukkan adanya pengaruh perlakuan mikroorganisme potensial tanah dan pemupukan nyata (P<0,05) meningkatkan pertambahan jumlah daun trifoliat pada setiap pengamatan. Pueraria javanica Rataan nilai jumlah daun trifoliat yang diamati pada tanaman P. javanica dapat dilihat pada Gambar 10. Pada perlakuan penanaman P. javanica ditanam pada perlakuan P2, P3, P6, P7 dan P8, penyajian data dijelaskan pada gambar dibawah ini. Gambar 10. Pengaruh Introduksi Leguminosa, Pupuk dan Mikroorganisme Potensial Tanah terhadap Jumlah Daun Trifoliat Pueraria javanica 30

43 Hasil sidik ragam pengaruh introduksi leguminosa, pupuk dan mikroorganisme potensial tanah pada jumlah daun trifoliat Pueraria javanica menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05), dapat dilihat pada Lampiran 6. Hasil uji lanjut dapat dilihat pada Lampiran 15. Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa perlakuan P3, P6, P7 dan P8 tidak berbeda nyata. P2 memiliki nilai paling terendah dibandingkan P3, P6, P7 dan P8. Pemberian pupuk dan mikroorganisme potensial tanah pada P. javanica yang ditanam baik leguminosa tunggal ataupun terdiri dari dua maupun konsorsium yang diberi perlakuan mikroorganisme potensial tanah serta pupuk kandang dan NPK tidak berpengaruh nyata pada perlakuan P3, P6, P7 dan P8 karena menunjukkan jumlah daun trifoliat yang tidak jauh berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa pada perlakuan ini kompetisi antara hijauan tidak berpengaruh nyata. Sehingga, P. javanica dapat tumbuh baik dengan leguminosa lainnya. Namun, pada perlakuan P2 yaitu P. javanica dengan penanaman konsorsium leguminosa antara C. mucunoides dan C. pubescens pada Brachiaria humidicola tanpa pemberian pupuk kandang dan mikroorganisme potensial tanah menunjukkan jumlah daun trifoliat jauh lebih rendah. Dapat disimpulkan bahwa, P. javanica dapat ditanam secara individu maupun secara bersamaan dengan leguminosa lain dan tahan terhadap lahan yang kering karena saat penanaman dan pengamatan pada musim kering. Namun, pada perlakuan kontrol positif leguminosa P. javanica memiliki jumlah daun trifoliat paling terendah dibandingkan leguminosa C. pubescens dan C. mucunoides. Hal ini mungkin disebabkan oleh karakteristik leguminosa masing-masing. Selain itu, pemberian mikroorganisme potensial tanah sangat berpengaruh pada kesuburan tanaman yang dapt dilihat dari pertambahan jumlah daun trifoliat antara kontrol positif tanpa pemberian mikroorganisme potensial tanah dengan perlakuan yang diberikan. Centrosema pubescens Rataan nilai jumlah daun trifoliat yang diamati pada tanaman C. pubescens dapat dilihat pada Gambar 11. Hasil sidik ragam pengaruh introduksi leguminosa, pupuk dan mikroorganisme potensial tanah pada jumlah daun trifoliat Centrosema pubescens menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05), dapat dilihat pada Lampiran 7. Hasil uji lanjut dapat dilihat pada Lampiran

44 Gambar 11. Pengaruh Introduksi Leguminosa, Pupuk dan Mikroorganisme Potensial Tanah terhadap Jumlah Daun Trifoliat Centrosema pubescens Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa perlakuan P2 memiliki nilai paling terendah dibandingkan P4, P6 dan P8. Pada perlakuan P4 yaitu penanaman leguminosa C. pubescens pada penyisipan rumput Brachiaria humidicola memiliki nilai tertinggi dibandingkan perlakuan P2, P6 dan P8 namun tidak terjadi kompetisi pada perlakuan tersebut. Perlakuan P6 yaitu penanaman leguminosa P. javanica dan C. pubescens pada Brachiaria humidicola memiliki nilai yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan P8 yaitu penanaman konsorsium leguminosa (P. javanica, C. pubescens dan C. mucunoides) pada Brachiaria humidicola. Perlakuan P6 dan P8 meskipun diberi perlakuan penambahan pupuk kandang dan NPK serta mikroorganisme potensial tanah tetapi terjadi kompetisi sehingga jumlah daun trifoliat lebih rendah dibandiungkan perlakuan P4. Namun, jika Brachiaria humidicola dan konsorsium tanpa pemberian mikroorganisme potensial tanah dan pupuk kandang maka jumlah dauh trifoliat jauh lebih rendah seperti pada perlakuan P2. Calopogonium mucunoides Rataan nilai jumlah daun trifoliat yang diamati pada tanaman C. mucunoides dapat dilihat pada Gambar

45 Gambar 12. Pengaruh Introduksi Leguminosa, Pupuk dan Mikroorganisme Potensial Tanah terhadap Jumlah Daun Trifoliat Calopogonium mucunoides Hasil sidik ragam pengaruh introduksi leguminosa, pupuk dan mikroorganisme potensial tanah pada jumlah daun trifoliat Calopogonium mucunoides menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05), dapat dilihat pada Lampiran 8. Hasil uji lanjut dapat dilihat pada Lampiran 17. Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa perlakuan P2 memiliki nilai paling terendah dibandingkan P5, P7 dan P8. Berdasarkan gambar di atas pengaruh pemberian pupuk dan mikroorganisme potensial tanah pada C. micunoides yang ditanam baik leguminosa tunggal, dua leguminosa maupun konsorsium leguminosa yang diberi perlakuan mikroorganisme potensial tanah serta pupuk kandang dan NPK tidak berpengaruh nyata pada perlakuan P5, P7 dan P8 karena menunjukkan jumlah daun trifoliat yang tidak jauh berbeda. Leguminosa C. mucunoides mampu beradaptasi dan bertahan untuk ditanami sehingga, C. mucunoides dapat tumbuh baik dengan leguminosa lainnya. Namun, pada perlakuan P2 yaitu C. mucunoides dengan penanaman konsorsium leguminosa antara P. javanica dan C. pubescens pada Brachiaria humidicola tanpa pemberian pupuk kandang dan mikroorganisme potensial tanah menunjukkan jumlah daun trifoliat jauh lebih rendah. Perlakuan pemberian penambahan mikroorganisme potensial tanah dan pemupukan mampu meningkatkan pertambahan jumlah daun dibandingkan perlakuan kontrol yang tidak diberikan penambahan mikroorganisme potensial tanah. Pada tanaman P. javanica dan C. mucunoides antara perlakuan yang diberikan 33

46 penambahan pupuk hayati mikroorganisme potensial tanah tidak berbeda nyata sedangkan nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan kontrol. Sedangkan, pada tanaman C. pubescens antara perlakuan yang diberikan penambahan pupuk hayati mikroorganisme potensial tanah menunjukkan hasil berbeda nyata dengan perlakuan kontrol. Penanaman leguminosa ini dikombinasikan dengan penambahan mikroorganisme potensial tanah. Fungi mikoriza arbuskula (FMA) dapat membantu tanaman untuk penyediaan dan penyerapan unsur P yang rendah ketersediaannya pada tanah masam karena kemampuan FMA untuk beradaptasi pada tanah asam (Karti, 2001). Fungi mikoriza arbuskula mampu membantu tanaman dalam menyediakan unsur hara P dan mengefisienkan pemupukan P hingga 50%, meningkatkan produksi tanaman (Karti, 1999). Mikroorganisme pelarut fosfat merupakan mikroorganisme tanah yang dapat memperbaiki penyediaan P pada tanah masam dengan menghasilkan asam organik, sehingga kelarutan Al dapat diturunkan karena adanya pengikatan oleh asam organik (Karti, 2003). Peran bakteri Rhizobium sangat penting bagi dunia pertanian yaitu kemampuan untuk menjadikan bintil-bintil akar dapat memfiksasi nitrogen bebas dari udara pada tanaman leguminosa seperti tanaman polong-polongan, kacang-kacangan, alfalfa dan tanaman penutup. Simbiosis ini dapat menggantikan pupuk nitrogen selama pertumbuhan tanaman leguminosa (Downie and Brewin, 2003). Cendawan mikoriza arbuskula yang menginfeksi sistem perakaran tanaman inang akan memproduksi jalinan hifa secara intensif, sehingga tanaman bermikoriza akan mampu meningkatkan kapasitasnya dalam menyerap unsur hara dan air (Martaguri, 2009). Tinggi Vertikal Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai peubah yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan (Guritno dan Sitompul, 1995). Pertambahan tinggi vertikal tanaman dapat dilihat pada Tabel 3. 34

47 Tabel 3. Rataan Tinggi Vertikal Keterangan : Perlakuan P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 Tinggi Vertikal B. humidicola (cm) 14,98 b 17,04 b 20,49 a 24,68 a 21,44 a 15,29 b 18,90 b 25,78 a Hasil uji sidik ragam menunjukkan pengaruh nyata (P<0,05) pada perlakuan; P1 (Kontrol Negatif); P2 (Kontrol Positif); P3 (BH+PJ); P4 (BH+CP); P5 (BH+CM); P6 (BH+PJ+CP); P7 (BH+PJ+CM); P8 (BH+PJ+CP+CM). Hasil sidik ragam pada pertambahan tinggi vertikal pada rumput Brachiaria humidicola menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05), dapat dilihat pada Lampiran 9. Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa perlakuan P1, P2, P6 dan P7 tidak nyata tetapi lebih rendah dibandingkan perlakuan P3, P4, P5 dan P8 dapat dilihat pada Lampiran 18. Perlakuan yang menunjukkan hasil tinggi vertikal rumput lebih tinggi pada P8 dan dapat dilihat pada Gambar 13. Gambar 13. Pengaruh Introduksi Leguminosa, Pupuk dan Mikroorganisme Potensial Tanah terhadap Tinggi Vertikal rumput Brachiaria humidicola Pada perlakuan P3, P4 dan P5 yaitu penanaman legum tunggal menunjukkan bahwa tinggi vertikal rumput Brachiaria humidicola lebih tinggi dibandingkan 35

48 dengan (1) konsorsium leguminosa pada penyisipan Brachiaria humidicola walaupun diberi pupuk dan inokulasi (mikroorganisme potensial tanah); (2) konsorsium leguminosa pada penyisipan Brachiaria humidicola tanpa pemberian pupuk dan mikroorganisme potensial tanah; dan (3) kontrol Brachiaria humidicola tanpa penanaman leguminosa dan tanpa pemberian pupuk maupun mikroorganisme potensial tanah. Pada perlakuan P6 dan P7 yang diberi penambahan pupuk dan mikroorganisme potensial tanah memiliki nilai terendah dan tidak jauh berbeda dengan perlakuan P1 dan P2. hal ini bisa disebabkan karena lahan P6 dan P7 memiliki pertumbuhan yang agak lambat karena lahan yang banyak terdapat bebatuan serta lebih curam. Penampilan ukuran tinggi vertikal merupakan salah satu aspek yang dapat diamati dari jauh dan mudah dinilai kualitas pertumbuhannya. Pertumbuhan tinggi tanaman ditentukan oleh perkembangan dan pertumbuhan sel, semakin cepat sel membelah dan memanjang (membesar) semakin cepat tanaman meninggi. Hasil sidik ragam untuk perlakuan yang diberikan mikroorganisme potensial tanah dan penanaman leguminosa dan penambahan pupuk memberikan pengaruh nyata (P<0,05) meningkatkan pertambahan tinggi vertikal pada P3, P4, P5 dan P8 memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan P1, P2, P6 dan P7. Sedangkan, perlakuan P2 dan P8 memiliki nilai lebih tinggi dan lebih baik dibandingkan perlakuan P1 dan P6. Perlakuan P8 merupakan campuran tiga leguminosa yaitu C. mucunoides, C. pubescens dan P. javanica. Pada pengamatan di lahan peningkatan tinggi vertikal rumput menunjukkan hasil yang baik dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan penambahan mikroorganisme potensial tanah dan pemupukan serta penyisipan tanaman leguminosa memberikan hasil yang terbaik dalam meningkatkan pertambahan tinggi vertikal, sedangkan pertambahan tinggi vertikal terendah ditunjukkan oleh perlakuan tanpa penyisipan tanaman leguminosa, tanpa penambahan mikroorganisme potensial tanah dan pemupukan tidak diberikan pada perlakuan kontrol negatif. Total Produksi Biomassa Biomassa tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman. Parameter ini merupakan indikator pertumbuhan yang paling representatif untuk mendapatkan penampilan 36

49 keseluruhan pertumbuhan tanaman atau suatu organ tertentu. Pengukuran biomassa dapat dilakukan melalui penimbangan berat panen (Guritno dan Sitompul, 1995). Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang sangat nyata dari perlakuan terhadap produksi biomassa kering leguminosa, rumput dan total produksi hijauan. Hasil sidik ragam pada biomassa kering leguminosa menunjukkan berbeda nyata (P<0,05) dan biomassa kering rumput B. humidicola tidak berbeda nyata (P>0,05), dapat dilihat pada Lampiran 10. dan Lampiran 11. menunjukkan bahwa pada kering biomassa legum yang diberi perlakuan P1, P3, P5 dan P8 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Perlakuan P4 dan P6 nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan P1 dan P2. Sedangkan P2 nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan P1. Hasil uji lanjut dapat dilihat pada Lampiran 19. dan Lampiran 20. Produksi biomassa kering leguminosa, biomassa kering rumput Brachiaria humidicola dan total produksi biomassa dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Pengaruh Perlakuan terhadap Produksi Biomassa Kering Leguminosa, Biomassa Kering Rumput Brachiaria humidicola dan Total Produksi Biomassa Perlakuan Produksi Biomassa Leguminosa Produksi Biomassa Rumput (*) Total produksi Biomassa (**) g/0,25 m P1 0,00 37,48 22,48 d P2 45,28 c 65,42 57,36 c P3 121,99 a 49,25 78,34 a P4 65,89 b 42,64 51,93 c P5 140,87 a 30,88 74,86 a P6 81,53 b 66,51 72,51 b P7 121,56 a 53,66 80,81 a P8 112,15 a 44,42 71,41 b Keterangan : Hasil uji sidik ragam menunjukkan pengaruh nyata (P<0,05) pada perlakuan; (*) Hasil uji sidik ragam menunjukkan tidak berbeda nyata; (**) Produksi biomassa hijaun rumput dan leguminosa telah dikonversi ke perbandingan luasan lahan, Rumput : Legum = 60% : 40%; P1 (Kontrol Negatif); P2 (Kontrol Positif); P3 (BH+PJ); P4 (BH+CP); P5 (BH+CM); P6 (BH+PJ+CP); P7 (BH+PJ+CM); P8 (BH+PJ+CP+CM). Data penelitian menunjukkan bahwa pada produksi biomassa total dan legum tanaman Calopogonium mucunoides menunjukkan hasil yang lebih tinggi dan toleran 37

50 terhadap lahan UP3 Jonggol dibandingkan tanaman Pueraria javanica dan Centrosema pubescens. Pada produksi biomassa rumput yang ditanam dengan cara penyisipan legumniosa menunjukkan bahwa rumput Brachiaria humidicola pada P6 yang terdapat legum Calopogonium mucunoides lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang lainnya. Data penelitian hasil produksi biomassa kering leguminosa, biomassa kering rumput dan total biomassa dapat dilihat pada Gambar 14. Gambar 14. Pengaruh Introduksi Leguminosa, Pupuk dan Mikroorganisme Potensial Tanah terhadap Produksi Biomassa Leguminosa, Produksi Biomassa Rumput dan Total Produksi Biomassa Leguminosa Pueraria javanica, Centrosema pubescens dan Calopogonium mucunoides adalah tanaman kacang-kacangan yang dapat bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium. Tanaman leguminosa berperan dalam mensuplai nitrogen telah lama diketahui. Dari ketiga jenis leguminosa yang digunakan yang memberikan hasil yang cukup baik terhadap produksi biomassa legum dan rumput adalah tanaman leguminosa P. javanica, C. pubescans dan C. mucunoides. Simbiosis Rhizobium dam fungi mikoriza arbuskula dapat digunakan sebagai bio-pupuk dan pupuk anorganik pada penelitian kedelai yang dilakukan untuk meningkatkan produksi kedelai. Simbiosis FMA dengan tanaman inang memang tidak selalu bersifat mutualistik. FMA dilaporkan dapat menurunkan pertumbuhan dan serapan hara N dan P rumput invasif Cynodon dactilon (Bertham, 2007). Kesuburan tanah tidak hanya bergantung pada komposisi kimiawinya melainkan juga pada ciri alami mikroorganisme yang menghuninya. Mikroorganisme 38

51 dapat dikelompokkan menjadi bakteri, aktinomisetes, jamur, alga, dan protozoa (Rao, 1994). Selain mikoriza, penggunaan mikroorganisme pelarut fosfat merupakan mikroorganisme tanah yang dapat memperbaiki penyediaan P pada tanah masam dengan menghasilkan asam organik, sehingga kelarutan Al dapat diturunkan karena adanya pengikatan oleh asam organik (Karti, 2003). Bakteri Rhizobium mempunyai kemampuan untuk menginfeksi akar dan membentuk bintil akar (nodul) dalam simbiosisnya dengan leguminosa (Setiadi, 1989). Peningkatan produksi dan kecernaan bahan kering Centrosema pubescens dan Pueraria phaseoloides oleh pemupukan batuan fosfat dan inokulasi mikoriza vesikular arbuskular menunjukkan bahwa produksi bahan kering dan kecernaan bahan kering leguminosa pada defoliasi kedua pada P. phaseoloides lebih tinggi dibandingkan C. pubescens. Pemupukan batuan fosfat lebih dapat meningkatkan produksi bahan kering dibandingkan inokulasi mikoriza vesikular arbuskular (Lukiwati, 2007). 39

52 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Adanya introduksi leguminosa pada pastura Brachiaria humidicola dan penggunaan mikroorganisme potensial tanah bahwa mampu memacu pertumbuhan dan meningkatkan produktivitas hijauan di lahan pastura UP3 Jonggol. Berdasarkan produksi biomassa hijauan total perlakuan terbaik yang diperoleh adalah P7 yaitu campuran introduksi leguminosa Calopogonium mucunoides dan Pueraria javanica. Saran Berdasarkan data produksi biomassa, P7 merupakan perlakuan introduksi leguminosa pada pastura Brachiaria humidicola yang potensial ditanam di lahan UP3 Jonggol, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Untuk mengetahui pemanfaatan leguminosa yang ditanam pada lahan UP3 Jonggol terhadap produktifitas ternak perlu dilakukan pengujian kualitas hijauan makanan ternak dan uji secara biologis pada ternak.

53 UCAPAN TERIMAKASIH Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat serta pengikutnya hingga akhir zaman. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Ir. Panca Dewi MHKS, M.Si. dan Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc.Agr. sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan saran kepada penulis selama penelitian dan penulisan skripsi. Kepada Ir. M. Agus Setiana, MS. sebagai penguji seminar, Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr. dan Ir. Salundik, M.Si. sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis, Ir. Dwi Margi Suci, M.Si. selaku perwakilan departemen INTP dan Ir. Lilis Khotijah, M.Si. yang telah memberikan saran dalam penulisan skripsi ini. Dosen, staf dan laboran Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Laboratorium Agrostologi serta kepada seluruh pegawai dan staff UP3J yang telah membantu selama penelitian berlangsung, terima kasih atas bantuannya. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ayahanda bapak Sutarya S.Ag. dan Ibunda Ona Bestari, Kakak dan adik tersayang (Ekayani Susanti, Bayu Pramono, Meilan Dwi Wulandari, Ikram Hanafi, Iis Iriani, dan Agung Nugroho) yang telah memberikan do a, kasih sayang, kesabaran, nasehat, bimbingan moral maupun materi yang tiada henti kepada penulis. Semoga penulis dapat memenuhi harapan dan memberikan yang terbaik. Amin. Terima kasih kepada teman satu penelitian dan seluruh teman-teman INTP 42 atas bantuan, persahabatan serta semangat selama penelitian ini. Penulis juga berterimakasih kepada teman-teman Warga Nabila Anggrek dan Cempaka B, FAMM Al-An aam, FL42H, BEM FAPET, HIMASITER dan IPTP 42 yang telah memberikan motivasi, persahabatan dan kebersamaan disaat penulis sedang putus asa. Terakhir penulis mengucapkan terima kasih kepada civitas akademika Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya. Bogor, 10 Mei 2010 Penulis

54 DAFTAR PUSTAKA Alexander, M Introduction to Soil Microbiology. John Willey and Sons, New York. Allen, O. N. & E. K. Allen The Legumminosae, A Source Book of Characteristic Uses and Nodulation. The University of Wisconsin press, Wisconsin. Astuti, A Isolasi dan karakterisasi Azospirillum sp. indigenus penghasil asam indo 1 asetat asal tanah rizosfer. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Bertham,Y. H Dampak inokulasi ganda fungi mikoriza arbuskula dan rhizobium indigenous pada tiga genotipe kedelai di tanah ultisol. J. Akta Agrosia. 2 : Brandano, P., Rassa & S. P. G., Lanza Feeding dairy lamb. In: Pullina, G., (Editor). Prolific Sheep. CABI Publising, Canberra. Church, D.C. & Pond Basic Animal Nutrition and feeding. O & B Books, USA. [2 Mei 2010]. Clark, R. B. & S. K. Zeto. Arbuscular mycorrhizal adaption, spore germination, root colonitation and host plant growth and mineral acquisition at low ph. J. Plant and soil. 192 : Coleman, S. W. & D. A. Henry Nutritive of Herbage. In : Freer M., Dove H (Editor). Sheep Nutrition. CABI Publishing, Canberra. Downie, A. & N. Brewin The Rhizobium-legume symbiosis. [17 Desember 2009]. Fakuara, M. Y Mikoriza, Teori dan Kegunaan dalam Praktek. Pusat Antar Universitas. Lembaga Sumberdaya Informasi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Fanindi. A. & Bambang R. P Karakteristik dan pemanfaatan kalopo (Calopogonium sp.). Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak. Balai Penelitian Ternak, Bogor. FAO Centrosema pubescens. scens.htm. [1 Mei 2010]. Gohl, B. O Tropical Feed. Feed Information. Summaries and Nutritive Value. FAO, Rome. Gunawan, W. A Mikoriza Arbuskula. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Guritno, B. & S. M. Sitompul Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

55 Imas, T., R. S. Hadioetomo, A. W. Gunawan & Y. Setiadi Mikrobiologi II. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Karti, P. D. M. H Pengaruh inokulasi cendawan mikoriza arbuskula terhadap pertumbuhan, produksi dan serapan phosfor. Prosiding Seminar Nasional Mikoriza I Sept, Bogor. Karti, P. D. M. H Pengaruh cendawan mikoriza arbuskula terhadap pertumbuhan Setaria splendida pada stres kering. Di dalam Penggunaan cendawan mikoriza dalam sistem pertanian organik dan rehabilitasi lahan kritis. Prosiding Seminar Mikoriza dan Pameran Produk Pertanian Organik Jul. Asosiasi Mikoriza Indonesia, Bandung. Karti, P. D. M. H Respon morfofisiologi rumput toleran dan peka alumunium terhadap penambahan mikroorganisme dan pembenah tanah. Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kundu, B. S. & A. C. Gaur Establishment of nitrogen fixing and phosphate solubilizing bacteria in rhizosphere and their effect on yield and nutrient uptake of wheat crop. J. Plant and Soil. 57 : Lakitan, B Fisiologi Tumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Lukiwati, D. R Peningkatan produksi dan kecernaan bahan kering Centrosema pubescens dan Pueraria phaseoloides oleh pemupukan batuan fosfat dan inokulasi MVA. J. Ilmu-Ilmu pertanian. 9 (1) : 1-5. McIlroy, R. J Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Pradnya Paramita, Jakarta. Manetje, L. & R. M. Jones Plant Resources of South East Asia. Prosea, Bogor. Martaguri, I Pemanfaatan mikroorganisme tanah potensial dan asam humat untuk produktivitas leguminosa pakan pada lahan pasca penambangan emas PT. Aneka Tambang Pongkor. Tesis. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rao, N. B. S Biofertilizer in Agriculture. Oxford and IBH Publ. Co., New Delhi. Rao, N. B. S Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. UI-Press, Jakarta. Reksohadiprodjo, S Produksi Biji Rumput dan Legum Makanan Ternak Tropik. Edisi Pertama. BPFE, Yogyakarta Reksohadiprodjo, S Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. Edisi Ketiga. BPFE, Yogyakarta. Salisbury, F. B. & C. W.Ross Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3. Institut Teknologi Bandung, Bandung. 43

56 Setiadi, Y Pemanfaatan Mikroorganisme dalam Kehutanan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Skerman, P. J Tropical Forage Legumes. Food and Agriculture Organization of United Nation, Rome. Soepardi, G Sifat dan Ciri Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Steel, R. G. D. & J. H Torrie Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan Biometrik. Penerjemah : M. Syah. Edisi ketiga. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sumarsono Pengaruh Pupuk TSP, Pupuk Kandang dan Interval Pemotongan terhadap Produksi dan Kualitas Hijauan Pertanaman Campuran Setaria splendida Staft dan Centrosema pubescens Benth. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tim Pengelola UP3J Laporan dan Pengembangan Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol periode Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Vancura, V Inoculation of plant with Pseudomonas putida. In. Vancur,V and F, Kund. (Eds) Interrelationship Between Microorganism and Plant In Soil. Elsevier, Amsterdam :

57 LAMPIRAN

58 Lampiran 1. Denah Lokasi Penelitian P3U4 P4U1 P5U4 P6U2 P7U3 P8U2 P2U3 P3U3 P4U4 P5U2 P6U4 P7U1 P8U3 P2U4 P3U1 P4U2 P5U1 P6U3 P7U2 P8U4 P2U2 P3U2 P4U3 P5U3 P6U1 P7U4 P8U1 P2U1 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P2 (K +) P1U2 P1U3 P1U1 P1U4 P1 (K-) 46

59 Lampiran 2. Peta Unit Penelitian dan Pendidikan Peternakan Jonggol 47

Gambar 2. Centrosema pubescens

Gambar 2. Centrosema pubescens TINJAUAN PUSTAKA Pengaruh Cekaman Kekeringan pada Tanaman Cekaman kekeringan merupakan istilah untuk menyatakan bahwa tanaman mengalami kekurangan air akibat keterbatasan air dari lingkungannya yaitu media

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. untuk menentukan suatu keberhasilan dari sebuah peternakan ruminansia, baik

PENDAHULUAN. untuk menentukan suatu keberhasilan dari sebuah peternakan ruminansia, baik I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan pakan khususnya hijauan pakan menjadi salah satu faktor untuk menentukan suatu keberhasilan dari sebuah peternakan ruminansia, baik secara kuantitas maupun

Lebih terperinci

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pegaruh Perlakuan terhadap Produksi Hijauan (Bahan Segar)

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pegaruh Perlakuan terhadap Produksi Hijauan (Bahan Segar) IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pegaruh Perlakuan terhadap Produksi Hijauan (Bahan Segar) Produksi hijauan segar merupakan banyaknya hasil hijauan yang diperoleh setelah pemanenan terdiri dari rumput

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Brachiaria humidicola

TINJAUAN PUSTAKA Brachiaria humidicola TINJAUAN PUSTAKA Brachiaria humidicola B. humidicola juga disebut dengan B. dictyoneura, dengan nama umum rumput Koronovia atau rumput Creeping Signal. Menurut Reksohadiprodjo (1981), rumput B. humidicola

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Mucuna Bracteata DC.

TINJAUAN PUSTAKA Mucuna Bracteata DC. 3 TINJAUAN PUSTAKA Mucuna Bracteata DC. Tanaman M. bracteata merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang pertama kali ditemukan di areal hutan Negara bagian Tripura, India Utara, dan telah ditanam

Lebih terperinci

Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala. yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau.

Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala. yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau. Pemanfaatan lahan-lahan yang kurang

Lebih terperinci

TANAMAN STYLO (Stylosanthes guianensis) SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA

TANAMAN STYLO (Stylosanthes guianensis) SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA TANAMAN STYLO (Stylosanthes guianensis) SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA TANAMAN Leguminosa Styloshanthes guianensis (Stylo) merupakan salahsatu tanaman pakan yang telah beradaptasi baik dan tersebar di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumput Gajah Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) adalah tanaman yang dapat tumbuh di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa tambahan nutrien

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN LEGUM Calopogonium mucunoides, Centrosema pubescens DAN Arachis pintoi SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN LEGUM Calopogonium mucunoides, Centrosema pubescens DAN Arachis pintoi SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN LEGUM Calopogonium mucunoides, Centrosema pubescens DAN Arachis pintoi SKRIPSI ADETIAS KATANAKAN GINTING E10013243 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan dari tahun ke tahun meningkat, hal ini sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan dari tahun ke tahun meningkat, hal ini sejalan dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan pangan dari tahun ke tahun meningkat, hal ini sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang juga meningkat. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan lahan-lahan yang subur lebih banyak

I. PENDAHULUAN. Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan lahan-lahan yang subur lebih banyak I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan lahan-lahan yang subur lebih banyak digunakan untuk kegiatan pertanian dan perkebunan yang lebih berorientasi pada penyediaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. endomikoriza atau FMA (Fungi Mikoriza Arbuskula) pada jenis tanaman. (Harley and Smith, 1983 dalam Dewi, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA. endomikoriza atau FMA (Fungi Mikoriza Arbuskula) pada jenis tanaman. (Harley and Smith, 1983 dalam Dewi, 2007). TINJAUAN PUSTAKA Mikoriza merupakan suatu bentuk simbiosis mutualistik antara jamur dan akar tanaman (Brundrett, 1991). Hampir pada semua jenis tanaman terdapat bentuk simbiosis ini. Umumya mikoriza dibedakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peranan pakan dalam usaha bidang peternakan sangat penting karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan produksi ternak. Jenis pakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Penutup Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Penutup Tanah TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Penutup Tanah Tanaman penutup tanah adalah tanaman yang khusus ditanam untuk melindungi tanah dari ancaman kerusakan oleh erosi. Selain itu, tanaman penutup tanah juga digunakan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover Crop) merupakan jenis tanaman kacang-kacangan yang biasanya digunakan untuk memperbaiki sifat fisik,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berubah kembali ke asal karena adanya tambahan substansi, dan perubahan bentuk

TINJAUAN PUSTAKA. berubah kembali ke asal karena adanya tambahan substansi, dan perubahan bentuk TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Tanaman Pertumbuhan adalah peristiwa perubahan biologis yang terjadi pada makhluk hidup, berupa perubahan ukuran yang bersifat ireversibel. Ireversibel artinya tidak berubah

Lebih terperinci

KELARUTAN MINERAL KALSIUM (Ca) DAN FOSFOR (P) BEBERAPA JENIS LEGUM POHON SECARA IN VITRO SKRIPSI SUHARLINA

KELARUTAN MINERAL KALSIUM (Ca) DAN FOSFOR (P) BEBERAPA JENIS LEGUM POHON SECARA IN VITRO SKRIPSI SUHARLINA KELARUTAN MINERAL KALSIUM (Ca) DAN FOSFOR (P) BEBERAPA JENIS LEGUM POHON SECARA IN VITRO SKRIPSI SUHARLINA PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah 3 TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Hillel (1998) menyatakan bahwa tanah yang padat memiliki ruang pori yang rendah sehingga menghambat aerasi, penetrasi akar, dan drainase. Menurut Maryamah (2010) pemadatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. D. cinereum (nama lainnya Desmodium rensonii) merupakan tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. D. cinereum (nama lainnya Desmodium rensonii) merupakan tanaman 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Desmodium cinereum D. cinereum (nama lainnya Desmodium rensonii) merupakan tanaman semak tegak berumur pendek, tinggi tanaman sekitar 1-3 m. Daun biasanya agak tebal, bulat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

EFEK PENAMBAHAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA (FMA) PADA TANAMAN LEGUMINOSA MERAMBAT DALAM KONDISI CEKAMAN KEKERINGAN SKRIPSI ARISTYA WULANDARI

EFEK PENAMBAHAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA (FMA) PADA TANAMAN LEGUMINOSA MERAMBAT DALAM KONDISI CEKAMAN KEKERINGAN SKRIPSI ARISTYA WULANDARI EFEK PENAMBAHAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA (FMA) PADA TANAMAN LEGUMINOSA MERAMBAT DALAM KONDISI CEKAMAN KEKERINGAN SKRIPSI ARISTYA WULANDARI DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Umum Tanaman Cabai Tanaman cabai mempunyai daya adaptasi yang cukup luas. Tanaman ini dapat diusahakan di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai ketinggian 1400

Lebih terperinci

EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI

EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI SKRIPSI Ajeng Widayanti PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Umum Penelitian Pada penelitian ini semua jenis tanaman legum yang akan diamati (Desmodium sp, Indigofera sp, L. leucocephala dan S. scabra) ditanam dengan menggunakan anakan/pols

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia.

PENGANTAR. Latar Belakang. Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia. PENGANTAR Latar Belakang Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia. Produktivitas ternak ruminansia sangat ditentukan oleh ketersediaan pakan yang berkualitas secara cukup dan berkesinambungan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) termasuk tanaman monokotil tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) termasuk tanaman monokotil tidak II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) termasuk tanaman monokotil tidak bercabang dan tidak mempunyai kambium. Pada ujung batang terdapat titik tumbuh yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Pertumbuhan tanaman buncis Setelah dilakukan penyiraman dengan volume penyiraman 121 ml (setengah kapasitas lapang), 242 ml (satu kapasitas lapang), dan 363 ml

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. Susunan morfologi kedelai terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosales, Famili: Leguminosae, Genus: Glycine, Species: Glycine max (L.) Merrill

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosales, Famili: Leguminosae, Genus: Glycine, Species: Glycine max (L.) Merrill II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Botani Tanaman Kedelai Berdasarkan taksonominya, tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Klas: Dicotyledonae,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea, L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brazilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang tanah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan produksi protein hewani untuk masyarakat Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh peningkatan penduduk, maupun tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brizilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan (UP3) Jonggol, Laboratorium Biologi Hewan Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Kedelai. diberi nama nodul atau nodul akar. Nodul akar tanaman kedelai umumnya dapat

TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Kedelai. diberi nama nodul atau nodul akar. Nodul akar tanaman kedelai umumnya dapat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Budidaya Kedelai Tanaman kedelai dapat mengikat Nitrogen di atmosfer melalui aktivitas bakteri Rhizobium japonicum. Bakteri ini terbentuk di dalam akar tanaman yang diberi nama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Leguminosa merupakan salah satu suku tumbuhan dikotil yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Leguminosa merupakan salah satu suku tumbuhan dikotil yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Leguminosa Leguminosa merupakan salah satu suku tumbuhan dikotil yang mempunyai kemampuannya mengikat (fiksasi) nitrogen langsung dari udara (tidak melalui cairan tanah) karena

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai akhir bulan Desember 2011-Mei 2012. Penanaman hijauan bertempat di kebun MT. Farm, Desa Tegal Waru. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merill.), merupakan salah satu sumber protein penting di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman kedelai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berubah kembali ke asal karena adanya tambahan substansi, dan perubahan bentuk

TINJAUAN PUSTAKA. berubah kembali ke asal karena adanya tambahan substansi, dan perubahan bentuk TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Tanaman Pertumbuhan adalah peristiwa perubahan biologis yang terjadi pada makhluk hidup, berupa perubahan ukuran yang bersifat ireversibel. Ireversibel artinya tidak berubah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Mikoriza adalah suatu struktur khas pada sistem perakaran yang terbentuk sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Mikoriza adalah suatu struktur khas pada sistem perakaran yang terbentuk sebagai TINJAUAN PUSTAKA Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Mikoriza adalah suatu struktur khas pada sistem perakaran yang terbentuk sebagai manifestasi adanya simbiosis mutualisme antara cendawan (myces) dan perakaran

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. itu strategi dalam mengatasi hal tersebut perlu diupayakan. Namun demikian,

BAB I. PENDAHULUAN. itu strategi dalam mengatasi hal tersebut perlu diupayakan. Namun demikian, 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan peternakan mempunyai harapan baik dimasa depan karena permintaan akan bahan-bahan yang berasal dari ternak terus meningkat, oleh sebab itu strategi

Lebih terperinci

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan Lokakarya Fungsional Non Peneliri 1997 PENGEMBANGAN TANAMAN ARACHIS SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK Hadi Budiman', Syamsimar D. 1, dan Suryana 2 ' Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Jalan Raya Pajajaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mikoriza merupakan sebuah istilah yang mendeskripsikan adanya hubungan

I. PENDAHULUAN. Mikoriza merupakan sebuah istilah yang mendeskripsikan adanya hubungan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Mikoriza merupakan sebuah istilah yang mendeskripsikan adanya hubungan simbiosis yang saling menguntungkan antara akar tanaman dengan fungi tertentu. Melalui

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol (UP3J) merupakan areal peternakan domba milik Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terletak di desa Singasari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dapat menyebabkan rendahnya produksi ternak yang di hasilkan. Oleh karena itu,

I. PENDAHULUAN. dapat menyebabkan rendahnya produksi ternak yang di hasilkan. Oleh karena itu, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pakan merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan usaha peternakan karena berkaitan dengan produktivitas ternak, sehingga perlu dilakukan peningkatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fungi Mikoriza Arbuskular Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk kelangsungan hidupnya fungi berasosiasi dengan akar tanaman. Spora berkecambah dengan

Lebih terperinci

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2005 sampai dengan Januari 2006. Penanaman dan pemeliharaan bertempat di rumah kaca Laboratorium Lapang Agrostologi, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan. daripada melaksanakan pertanian organik (Sutanto, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan. daripada melaksanakan pertanian organik (Sutanto, 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat dunia mulai memperhatikan persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan melaksanakan usaha-usaha yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Gambar 1. Rumput Brachiaria humidicola. Rumput Brachiaria humidicola merupakan rumput yang berasal dari

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Gambar 1. Rumput Brachiaria humidicola. Rumput Brachiaria humidicola merupakan rumput yang berasal dari II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Rumput Brachiaria humidicola 2.1.1 Deskripsi Daun Batang Gambar 1. Rumput Brachiaria humidicola Rumput Brachiaria humidicola merupakan rumput yang berasal dari Afrika Selatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah hutan di Indonesia pada umumnya berjenis ultisol. Menurut Buckman dan Brady (1982), di ultisol kesuburan tanah rendah, pertumbuhan tanaman dibatasi oleh faktor-faktor yang

Lebih terperinci

EFEK PEMBERIAN MIKORIZA DAN PEMBENAH TANAH TERHADAP PRODUKSI LEGUMINOSA PADA MEDIA TAILING LIAT DARI PASCA PENAMBANGAN TIMAH

EFEK PEMBERIAN MIKORIZA DAN PEMBENAH TANAH TERHADAP PRODUKSI LEGUMINOSA PADA MEDIA TAILING LIAT DARI PASCA PENAMBANGAN TIMAH EFEK PEMBERIAN MIKORIZA DAN PEMBENAH TANAH TERHADAP PRODUKSI LEGUMINOSA PADA MEDIA TAILING LIAT DARI PASCA PENAMBANGAN TIMAH SKRIPSI NOVRIDA MAULIDESTA DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang Hijau Kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosae. Klasifikasi botani tanman kacang hijau sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis

Lebih terperinci

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor Data statistik menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir, rata-rata

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi dan Morfologi Kacang Tunggak Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari genus Vignadan termasuk ke dalam kelompok yang disebut catjangdan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam al-quran surat an-naba (78): telah disebutkan tentang salah

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam al-quran surat an-naba (78): telah disebutkan tentang salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam al-quran surat an-naba (78): 15-16 telah disebutkan tentang salah satu tanaman yang sangat istimewa. Tanaman inimempunyai kelebihan yang terkandungpada batang,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia, cocok ditanam di wilayah bersuhu tinggi. Penyebaran tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. jamur (mykos = miko) dan akar (rhiza). Jamur ini membentuk simbiosa

TINJAUAN PUSTAKA. jamur (mykos = miko) dan akar (rhiza). Jamur ini membentuk simbiosa TINJAUAN PUSTAKA Defenisi Mikoriza Istilah mikoriza diambil dari Bahasa Yunani yang secara harfiah berarti jamur (mykos = miko) dan akar (rhiza). Jamur ini membentuk simbiosa mutualisme antara jamur dan

Lebih terperinci

RUMPUT DAN LEGUM Sebagai Hijauan Makanan Ternak

RUMPUT DAN LEGUM Sebagai Hijauan Makanan Ternak RUMPUT DAN LEGUM Sebagai Hijauan Makanan Ternak Penulis: Dr. Endang Dwi Purbajanti, M.S. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak

Lebih terperinci

Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola

Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola The Effect of Three Kind Manure (Cow, chicken, and goat) to The Vegetative

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kedelai Varietas Detam-1. Kegunaan utama kedelai hitam di Indonesia yaitu sebagai bahan baku

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kedelai Varietas Detam-1. Kegunaan utama kedelai hitam di Indonesia yaitu sebagai bahan baku II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kedelai Varietas Detam-1 Kegunaan utama kedelai hitam di Indonesia yaitu sebagai bahan baku industri kecap. Keuntungannya selain meningkatkan kualitas kecap, juga berpotensi meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

I. PENDAHULAN. A. Latar Belakang. Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha

I. PENDAHULAN. A. Latar Belakang. Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha I. PENDAHULAN A. Latar Belakang Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha memenuhi kebutuhan primer yaitu makanan. Dalam sejarah hidup manusia dari tahun ke tahun mengalami perubahan

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu psidium yang berarti delima, guajava

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman yang berasal dari

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman yang berasal dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman yang berasal dari daratan Afrika. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mucuna bracteta 2.1.1 Botani Mucuna bracteata adalah jenis kacangan penutup tanah yang berasal dari dataran tinggi Kerala India Selatan, dapat juga dijumpai di beberapa dataran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur hara guna mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan masyarakat antara lain dengan penganekaragaman pola makan sehari-hari

I. PENDAHULUAN. pangan masyarakat antara lain dengan penganekaragaman pola makan sehari-hari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pangan di Indonesia yaitu kualitas dan nilai gizi yang relatif masih rendah. Sehubungan dengan itu perlu dilakukan usaha peningkatan gizi pangan masyarakat antara

Lebih terperinci

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Hasil análisis data penelitian dari masing-masing parameter adalah sebagai berikut: a. Hasil Analisis Kandungan Tabel 1. Tandan Kosong Kelapa Sawit *) Parameter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan pakannya berupa hijauan. Pakan hijauan dengan kualitas baik dan kuantitas yang cukup

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembibitan Pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit, yang sangat menentukan keberhasilan budidaya pertanaman. Melalui tahap

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yakni perbanyakan inokulum cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. Perbanyakan inokulum

Lebih terperinci

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN 1979 5777 55 PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogea L.) VARIETAS LOKAL MADURA PADA BERBAGAI JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK FOSFOR Nurul Hidayat

Lebih terperinci

P.D.M.H. Karti, Setiana, M.A., Ariyanti, dan G.J., Kusumawati R.

P.D.M.H. Karti, Setiana, M.A., Ariyanti, dan G.J., Kusumawati R. Penggunaan Zeolit, Pasir dan Tanah sebagai Media Tumbuh dan Rumput serta Legum Pakan Sebagai Tanaman Inang untuk Produksi Massal Inokulum Cendawan Mikoriza arbuskula P.D.M.H. Karti, Setiana, M.A., Ariyanti,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNIK PROPAGASI VEGETATIF Trichnntera gigantea DENGAN PEMBERIAN ASAM INDOL BUTIRAT (IBA) DAN INOKULASI CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA

PENGEMBANGAN TEKNIK PROPAGASI VEGETATIF Trichnntera gigantea DENGAN PEMBERIAN ASAM INDOL BUTIRAT (IBA) DAN INOKULASI CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA PENGEMBANGAN TEKNIK PROPAGASI VEGETATIF Trichnntera gigantea DENGAN PEMBERIAN ASAM INDOL BUTIRAT (IBA) DAN INOKULASI CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA SKRIPSI HERI IRAWAN PROGRAM STUD1 NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L) Tanaman kacang panjang termasuk dalam famili papilionaceae yang tergolong tanaman semusim berbentuk perdu

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS PASTURA CAMPURAN DENGAN PERLAKUAN TINGKAT NAUNGAN DAN INTERVAL PEMOTONGAN TESIS YUNIAR

PRODUKTIVITAS PASTURA CAMPURAN DENGAN PERLAKUAN TINGKAT NAUNGAN DAN INTERVAL PEMOTONGAN TESIS YUNIAR PRODUKTIVITAS PASTURA CAMPURAN DENGAN PERLAKUAN TINGKAT NAUNGAN DAN INTERVAL PEMOTONGAN TESIS YUNIAR 107040003 PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

umbinya tipis berwarna kuning pucat dengan bagian dalamnya berwarna putih

umbinya tipis berwarna kuning pucat dengan bagian dalamnya berwarna putih TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Van Steenis (2005), klasifikasi tanaman bengkuang adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Sub Divisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Jagung Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung termasuk dalam keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan

Lebih terperinci

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman IV. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan HPT Jenis, produksi dan mutu hasil suatu tumbuhan yang dapat hidup di suatu daerah dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: Iklim Tanah Spesies Pengelolaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hadisuwito, 2008). Tindakan mempertahankan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rumput gajah berasal dari afrika tropis, memiliki ciri-ciri umum berumur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rumput gajah berasal dari afrika tropis, memiliki ciri-ciri umum berumur BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) Rumput gajah berasal dari afrika tropis, memiliki ciri-ciri umum berumur tahunan (Perennial), tingginya dapat mencapai 7m dan akar sedalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serangan hama karena buahnya yang berupa polong berada dalam tanah.

BAB I PENDAHULUAN. serangan hama karena buahnya yang berupa polong berada dalam tanah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kacang tanah merupakan tanaman pangan kacang-kacangan yang menempati urutan terpenting kedua setelah kedelai. Tanaman ini dapat digunakan sebagai bahan pangan dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kacang Tanah Tanaman kacang tanah memiliki perakaran yang banyak, dalam, dan berbintil. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun majemuk

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN FOSFOR TERHADAP BERAT KERING, KANDUNGAN NITROGEN DAN FOSFOR LEGUM TROPIS MERAMBAT SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN FOSFOR TERHADAP BERAT KERING, KANDUNGAN NITROGEN DAN FOSFOR LEGUM TROPIS MERAMBAT SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN FOSFOR TERHADAP BERAT KERING, KANDUNGAN NITROGEN DAN FOSFOR LEGUM TROPIS MERAMBAT SKRIPSI OLEH NURMALA SARI LUBIS E10013236 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI 2017 i

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ciri utama lahan kritis adalah gundul, terkesan gersang dan. Alang-alang (Imperata cylindrica) adalah jenis rumput tahunan yang

TINJAUAN PUSTAKA. Ciri utama lahan kritis adalah gundul, terkesan gersang dan. Alang-alang (Imperata cylindrica) adalah jenis rumput tahunan yang TINJAUAN PUSTAKA Ekologi Alang-alang Ciri utama lahan kritis adalah gundul, terkesan gersang dan produktivitasnya yang rendah. Umumnya lahan kritis didominasi vegetasi alangalang. Alang-alang (Imperata

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L) merupakan salah satu komoditi yang sangat

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L) merupakan salah satu komoditi yang sangat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung (Zea mays L) merupakan salah satu komoditi yang sangat penting setelah padi, karena jagung merupakan salah satu tanaman pangan penghasil karbohidrat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kedelai Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja, atau Soja max. Namun demikian, pada tahun 1984 telah disepakati bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mikoriza merupakan suatu bentuk asoasiasi mutualisme antara cendawan (myces)

I. PENDAHULUAN. Mikoriza merupakan suatu bentuk asoasiasi mutualisme antara cendawan (myces) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Mikoriza merupakan suatu bentuk asoasiasi mutualisme antara cendawan (myces) dan perakaran (rhiza) tumbuhan tingkat tinggi. Simbiosis mikoriza melibatkan

Lebih terperinci