pengembangan PHT dan penggunaan program SIM OPT versi 2.1 yang telah disempurnakan, pemberdayaan THL Tenaga Bantu POPT-PHP, penyediaan dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "pengembangan PHT dan penggunaan program SIM OPT versi 2.1 yang telah disempurnakan, pemberdayaan THL Tenaga Bantu POPT-PHP, penyediaan dan"

Transkripsi

1 Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012

2 RINGKASAN ESEKUTIF 1. Dalam rangka mewujudkan sasaran produksi tanaman pangan, telah ditetapkan strategi peningkatan produksi, yaitu peningkatan produktivitas, perluasan areal tanam, pengamanan produksi, dan pemberdayaan kelembagaan pertanian dan dukungan pembiayaan usahatani. 2. Pengamanan produksi tanaman pangan terkait erat dengan perlindungan terhadap gangguan serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI), dilaksanakan melalui berbagai kegiatan perlindungan tanaman pangan. Sesuai dengan sumberdaya yang tersedia, pada Tahun 2012 telah dilakukan kegiatan yang meliputi penyusunan naskah buku, penguatan SDM, penguatan kelembagaan, inovasi dan diseminasi teknologi perlindungan tanaman, dan penyediaan sarana pengendalian OPT. 3. Berdasarkan evaluasi, luas banjir pada tanaman pangan utama (padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah) Tahun 2012 mencapai ha (puso: ha), terluas terjadi pada tanaman padi seluas ha ( ha), kemudian diikuti oleh jagung ( ha, puso : ha), kedelai (2.340 ha, puso : ha), dan kacang tanah (58 ha, puso : 21 ha). 4. Kekeringan pada tanaman pangan utama (padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah) selama Tahun 2012 seluas ha (puso : ha) terluas terjadi pada tanaman padi ( ha, puso: ha), kemudian diikuti oleh jagung ( ha, puso : ha), kedelai (1.546 ha, puso : 130 ha), dan kacang tanah (153 ha). 5. Serangan OPT utama pada tanaman pangan utama (padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah) Tahun 2012 seluas ha (puso : ha), terluas disebabkan oleh OPT utama padi ( ha, puso: ha), kemudian diikuti jagung ( ha, puso: 53 ha), kedelai (5.221 ha, puso: 15 ha), dan kacang tanah (5.187 ha, puso : 7 ha). 6. Luas pertanaman padi yang mengalami puso akibat banjir, kekeringan, dan serangan OPT utama selama Tahun 2012 seluas ha. Luas tersebut sebesar 0,55% dari realisasi luas tanam padi pada Tahun 2012 seluas ha. 7. Pada tanaman terserang telah dilakukan upaya pengendalian oleh petani secara swadaya maupun memanfaatkan bantuan sarana pengendalian dari pemerintah (kecamatan, kabupaten, provinsi, dan pusat/cadangan nasional). Pengendalian OPT utama pada tanaman pangan Tahun 2012 seluas ha. 8. Dalam penanganan OPT dan DPI, telah dilaksanakan kegiatan yang meliputi penguatan kualitas SDM melalui pelatihan petugas dalam pelaksanaan dan Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012

3 pengembangan PHT dan penggunaan program SIM OPT versi 2.1 yang telah disempurnakan, pemberdayaan THL Tenaga Bantu POPT-PHP, penyediaan dan penyebarluasan teknologi perlindungan tanaman pangan, gerakan pengendalian OPT, pembinaan dan pengawalan pelaksanaan SLPHT dan SLI, penyediaan sarana pengendalian OPT, dan koordinasi dengan instansi terkait. 9. Pelaksanaan SLPHT yang direncanakan di seluruh provinsi sejumlah unit, selama Tahun 2012 telah direalisasikan sebanyak unit (99,33%), sedangkan SLI yang direncanakan sejumlah 130 unit yang tersebar di 33 provinsi dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana (100%). 10. Disamping kegiatan yang telah dilakukan diatas, untuk penanganan banjir, kekeringan dan menekan luas dan intensitas serangan OPT utama, juga dilakukan berbagai kegiatan antara lain pengiriman informasi prakiraan iklim dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kepada Gubernur, pengiriman surat kewaspadaan peningkatan serangan OPT, dan langkah operasional penanganannya kepada Gubernur, konsolidasi petugas, pembentukan POSKO Pengendalian OPT (tingkat Kabupaten, Kecamatan, dan desa), menurunkan tim pemantauan dan bimbingan teknis (provinsi, kabupaten, kecamatan), dan penyediaan bantuan pestisida cadangan nasional. 11. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman pangan yaitu beragamnya kelembagaan perlindungan tanaman di daerah, terbatasnya kualitas THL Tenaga Bantu POPT-PHP, ketergantungan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, kurang lancarnya arus informasi/pelaporan, belum optimalnya koordinasi penanganan OPT, perubahan iklim dan faktor lingkungan yang kurang mendukung, dan belum optimalnya pemberdayaan kelembagaan PHT di tingkat lapangan (LPHP, BPT, PPAH, dan alumni SLPHT). 12. Dukungan anggaran (APBN dan APBN-P) untuk pelaksanaan kegiatan pengamanan produksi pada Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 berjumlah Rp ,- (Tiga ratus lima puluh lima milyar seratus satu juta enam puluh delapan ribu). Sampai akhir Desember 2012, realisasi anggaran mencapai Rp ,- (96,10%). Berdasarkan alokasi anggaran, secara umum, kegiatan yang direncanakan pada Tahun 2012 dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan, sasaran dan waktu. Sedangkan sisa anggaran merupakan penghematan dari beberapa kegiatan pertemuan dan pemberian bantuan penanggulangan bencana. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012

4 KATA PENGANTAR Perlindungan Tanaman Pangan merupakan bagian integral dari sistem produksi yang berfungsi menjaga kuantitas, kualitas dan kontinuitas hasil. Sesuai dengan fungsi tersebut, pada Tahun 2012 telah dilaksanakan berbagai kegiatan yang telah direncanakan. Untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan, permasalahan dan capaian yang telah diperoleh, perlu disusun Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Laporan ini juga menyajikan kegiatan ketatausahaan yang mendukung pelaksanaan program dan kegiatan, Koperasi Daya Guna, serta Ikatan Karyawati (Ikawati). Kami berharap laporan ini dapat memberikan informasi dan sebagai bahan pemantapan program pembangunan tanaman pangan, khususnya dalam upaya pengamanan produksi pada tahun tahun mendatang. Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan laporan ini, kami sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih atas partisipasinya. Jakarta, April 2012 Direktur, Ir. Erma Budiyanto, M.S. NIP Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012

5 DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI.... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN II. ORGANISASI DAN KETATAUSAHAAN A. Organisasi B. Ketatausahaan C. Rumah Tangga D. Keuangan III. EVALUASI DAMPAK FENOMENA IKLIM (DPI) A. Evaluasi Musim Halaman B. Evaluasi Kerusakan Akibat Banjir dan Kekeringan IV. EVALUASI LUAS SERANGAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN A. Padi B. Palawija V. EVALUASI LUAS PENGENDALIAN OPT A. Upaya Pengendalian B. Teknologi Pengendalian C. Luas Pengendalian D. Kasus-Kasus Penggunaan Pestisida VI. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN A. Bahan Rekomendasi Kebijakan Menteri Pertanian di Bidang Perlindungan Tanaman Pangan... B. Pedoman Perlindungan Tanaman Pangan C. Bahan Informasi Perlindungan Tanaman Pangan i iii iv vi vii ix 51 Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012

6 D. Pelatihan Teknis Perlindungan Tanaman Pangan E. Pengembangan Sistim Informasi Management (SIM) F. Rapat-Rapat Koordinasi G. Penguatan Kelembagaan H. Penanggulangan Hama dan Penyakit Tanaman I. Pengembangan Jabatan Fungsional Pengendali OPT J. Bantuan Sarana Kerja Petugas Lapangan dan Petani Pengamat K. Bantuan Sarana Pengamatan (Light Trap) dan Mobil Brigade Proteksi 85 Tanaman Pangan... L. Bantuan Bahan Pengendali OPT dan Sarana Lainnya K. Bantuan Penanggulangan Padi Puso (BP-3) VII. KEGIATAN LAIN A. Komisi-Komisi B. Kerjasama Luar Negeri C. Koperasi Daya Guna D. Ikawati VIII.PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHANNYA PENUTUP LAMPIRAN Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012

7 DAFTAR TABEL Tabel Hal 1. Daftar Pegawai yang Naik Pangkat pada Tahun Daftar Pegawai yang Naik Gaji Berkala pada Tahun Daftar Barang Inventaris Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Daftar Inventaris Kendaraan Roda 2 dan Roda 4 Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Rekapitulasi Pembayaran Gaji Pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun Jumlah Anggaran Keuangan per tolok ukur dan Persentase pada Kegiatan Perlindungan Tahun Anggaran Realisasi Anggaran Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun Daftar Jumlah Dokumen Kegiatan Pengadaan Barang dan Jasa Direktorat Pelindungan Tanaman Pangan Perbandingan Luas Serangan OPT Utama Padi pada Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Perbandingan Luas Serangan OPT Utama Jagung pada Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Perbandingan Luas Serangan OPT Utama Kedelai pada Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Perbandingan Luas Serangan OPT Utama Kacang Tanah Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Luas Pengendalian OPT Utama Padi Tahun 2012 dan Tahun Luas Pengendalian OPT Utama Palawija Tahun 2012 dan Tahun Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Banjir pada Tanaman Padi Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Banjir pada Tanaman Jagung Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Banjir pada Tanaman Kedelai Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Banjir pada Tanaman Kacang Tanah Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Perbandingan Luas Kerusakan Akibat Banjir pada Tanaman Pangan Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Kekeringan pada Tanaman Padi Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Kekeringan pada Tanaman Jagung Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) 8. Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Kekeringan pada Tanaman Kedelai Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Kekeringan pada Tanaman Kacang Tanah Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ). Hal Perbandingan Kerusakan Akibat Kekeringan pada Tanaman Pangan Tahun , 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Perkembangan Luas Serangan Tikus pada Tanaman Padi Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Perkembangan Luas Serangan Penggerek Batang pada Tanaman Padi Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Perkembangan Luas Serangan WBC pada Tanaman Padi Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Perkembangan Luas Serangan Penyakit Blas pada Tanaman Padi Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012

9 Gambar 15. Perkembangan Luas Serangan Penyakit BLB/kresek pada Tanaman Padi Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ). 16. Perkembangan Luas Serangan Penyakit Tungro pada Tanaman Padi Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) 17. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Jagung Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Perkembangan Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kedelai Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) 19. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kacang Tanah Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Hal Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012

10 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Hal 1. Struktur Organisasi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Berdasarkan Permentan No.61/Permentan/OT.140/10/ Perbandingan Luas Banjir Pada Tanaman Padi Di Indonesia Tahun , 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Luas Banjir Pada Tanaman Padi Di Indonesia Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Perbandingan Luas Banjir pada Tanaman Palawija Tahun 2012, , dan Rerata 5 Tahun ( ) Luas Banjir Pada Tanaman Jagung Di Indonesia Tahun 2012, 2011, 104 dan Rerata 5 Tahun ( ) Luas Banjir Pada Tanaman Kedelai Di Indonesia Tahun 2012, 2011, 105 dan Rerata 5 Tahun ( ) Luas Banjir Pada Tanaman Kacang Tanah Di Indonesia Tahun , 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Perbandingan Luas Kekeringan pada Tanaman Padi Tahun 2012, , dan Rerata 5 Tahun ( ) Luas Kekeringan pada Tanaman Padi Di Indonesia Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Perbandingan Luas Kekeringan pada Tanaman Palawija Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Luas Kekeringan Pada Tanaman Jagung Di Indonesia Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Luas Kekeringan Pada Tanaman Kedelai Di Indonesia Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Luas Kekeringan Pada Tanaman Kacang Tanah Di Indonesia Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Padi Tahun Perbandingan Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Padi Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Perkembangan Luas Serangan OPT Utama Pada Tanaman Padi Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Jagung Tahun Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012

11 Lampiran Hal 18. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Jagung Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Perkembangan Luas Serangan OPT Utama Pada Tanaman Jagung Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kedelai Tahun Perbandingan Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kedelai Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Perkembangan Luas Serangan OPT Utama Pada Tanaman Kedelai Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kacang Tanah Tahun Perbandingan Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kacang Tanah Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Perkembangan Luas Serangan OPT Utama Pada Tanaman Kacang Tanah Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Luas Pengendalian OPT Utama Pangan Tahun 2012 dan Luas Pengendalian OPT Utama Padi Tahun 2012 dan Luas Pengendalian OPT Utama Jagung Tahun 2012 dan Luas Pengendalian OPT Utama Kedelai Tahun 2012 dan Luas Pengendalian OPT Utama Kc Tanah Tahun 2012 dan Rencana dan Realisasi SLPHT Tahun Rencana dan Realisasi SLI Tahun Alokasi Bantuan Sarana Pengendali OPT APBN-P Tahun Alokasi Bantuan Sarana Pengendali OPT APBN-P Tahun 2012 Seed 148 Treatment Alokasi Bantuan Sarana Pengamatan dan Pengendalian Light Trap (LT) Tahun Alokasi Bantuan Penanggulangan Padi Puso (BP-3) Tahun Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012

12 Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012

13 I. P E N D A H U L U A N Peranan sektor pertanian khususnya tanaman pangan dalam pembangunan nasional sangatlah penting. Upaya mewujudkan swasembada berkelanjutan padi dan jagung serta swasembada kedelai pada Tahun 2014, memerlukan strategi dan langkah operasional yang sinergis antara pusat dengan daerah. Strategi peningkatan produksi pangan diterapkan melalui perluasan areal tanam, peningkatan produktivitas, pengamanan produksi, dan pemberdayaan kelembagaan pertanian serta adanya dukungan pembiayaan usaha tani. Strategi pengamanan produksi diupayakan dalam kegiatan perlindungan tanaman pangan yang berperan penting dalam sistem produksi. Perlindungan tanaman pangan berperan dalam mengamankan kuantitas, kualitas dan kontinuitas tanaman pangan terutama dari gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI). Tantangan dan kendala yang dihadapi semakin beragam dan berat terutama dengan adanya faktor iklim yang ekstrim menyebabkan berbagai dampak seperti banjir, kekeringan, pergeseran waktu tanam, dan perubahan perilaku OPT. Dalam menangani hal tersebut diperlukan langkah-langkah strategis yang bersifat antisipatif, praktis, dan aplikatif. Upaya pengamanan OPT tetap berpedoman pada penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan penanganan DPI melalui antisipasi dan mitigasi dampak yang akan terjadi. Berdasarkan rencana strategis tanaman pangan, telah ditetapkan program perlindungan tanaman meliputi a). Penanganan OPT, b). Antisipasi dan mitigasi DPI, c). Peningkatan mutu produk, dan d). Penguatan kelembagaan perlindungan tanaman. Sesuai dengan sumberdaya yang tersedia pada Tahun 2012, telah disusun program dan kegiatan perlindungan tanaman pangan yang terdiri dari peningkatan sumberdaya manusia, penguatan database dan pengembangan sistem informasi, inovasi dan diseminasi teknologi perlindungan tanaman, penguatan kelembagaan dan pembinaan secara berkelanjutan. Berdasarkan evaluasi kerusakan tanaman pangan utama (padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah) selama Tahun 2012, terjadi kerusakan akibat banjir seluas ha (puso: ha) dan kekeringan seluas ha (puso ha) yang terjadi Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

14 hampir di seluruh provinsi. Luas banjir pada Tahun 2012 lebih tinggi apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 ( ha, puso : ha), luas kerusakan Tahun 2012 menurun apabila dibandingan dengan rerata 5 Tahun ( ha, puso : ha). Luas kekeringan pada Tahun 2012 lebih tinggi apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 ( ha) sedangkan luas puso lebih rendah ( ha), luas kerusakan Tahun 2012 menurun apabila dibandingan dengan rerata 5 Tahun ( ha, puso : ha). Luas kerusakan tanaman pangan yang disebabkan oleh serangan OPT utama selama Tahun 2012 mencapai luas ha (puso: ha). Serangan terluas disebabkan oleh OPT utama tanaman padi (penggerek batang, tikus, BLB/kresek, WBC, blas, dan tungro). Luas serangan OPT utama pada tanaman pangan tersebut lebih rendah apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 ( ha, puso: ha) dan rerata 5 Tahun ( ha, puso: ha). Sesuai dengan sumberdaya yang tersedia, program dan kegiatan yang telah direncanakan secara umum dapat dilaksanakan, namun dalam pelaksanaannya ditemui beberapa kendala dan permasalahan. Kendala dan permasalahan tersebut meliputi dampak perubahan iklim global, sumber daya manusia yang terbatas, keragaman kelembagaan perlindungan tanaman, serta ketergantungan pemerintah daerah kepada pemerintah pusat merupakan hambatan yang dihadapi dalam upaya mengamankan produksi tanaman pangan. Dalam upaya mengatasi hambatanhambatan tersebut, perlu adanya peningkatan koordinasi Pemerintah Pusat dengan pemerintah provinsi, kabupaten/kota serta seluruh pihak yang berkepentingan, dan upaya upaya melalui program dan kegiatan yang telah direncanakan. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

15 II. O R G A N I S A S I & K E T A T A U S A H A A N A. Organisasi 1. Tugas dan Fungsi Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/ OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Direktorat Perlindungan anaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perlindungan tanaman pangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengelolaan data organisme pengganggu tumbuhan, dampak perubahan iklim, teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, dan pengelolaan pengendalian hama terpadu; b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan data organisme pengganggu tumbuhan, dampak perubahan iklim, teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, dan pengelolaan pengendalian hama terpadu; c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengelolaan data organisme pengganggu tumbuhan, dampak perubahan iklim, teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, dan pengelolaan pengendalian hama terpadu; d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengelolaan data organisme pengganggu tumbuhan, dampak perubahan iklim, teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, dan pengelolaan pengendalian hama terpadu; dan e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

16 Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/ 10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, ditetapkan bahwa Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan terdiri dari: 1) Subdirektorat Pengelolaan Data Organisme Pengganggu Tumbuhan, 2) Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim, 3) Subdirektorat Teknologi Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan, 4) Subdirektorat Pengelolaan Pengendalian Hama Terpadu, 5) Subbagian Tata Usaha, dan 6) Kelompok Jabatan Fungsional Adapun tugas masing-masing bagian organisasi adalah sebagai berikut : 1) Subdirektorat Pengelolaan Data Organisme Pengganggu Tumbuhan Subdirektorat Pengelolaan Data Organisme Pengganggu Tumbuhan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengelolaan data organisme pengganggu tumbuhan. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Pengelolaan Data Organisme Pengganggu Tumbuhan menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang monitoring dan analisis data serta evaluasi dan pelaporan data organisme pengganggu tumbuhan; b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang monitoring dan analisis data serta evaluasi dan pelaporan data organisme pengganggu tumbuhan; c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang monitoring dan analisis data serta evaluasi dan pelaporan data organisme pengganggu tumbuhan; d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang monitoring dan analisis data serta evaluasi dan pelaporan data organisme pengganggu tumbuhan. 2) Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim, Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

17 standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang dampak perubahan iklim. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim, menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim; b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim; c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim; d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim. 3) Subdirektorat Teknologi Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan, Subdirektorat Teknologi Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Teknologi Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan, menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang identifikasi dan verifikasi teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan; b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang identifikasi dan verifikasi teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan; c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang identifikasi dan verifikasi teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan; d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang identifikasi dan verifikasi teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

18 4) Subdirektorat Pengelolaan Pengendalian Hama Terpadu, Subdirektorat Pengelolaan Pengendalian Hama Terpadu, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Pengelolaan Pengendalian Hama Terpadu, menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan; b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan; c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan; d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan. 5) Subbagian Tata Usaha, Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga dan surat menyurat serta kearsipan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. 6) Kelompok Jabatan Fungsional. Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jenjang jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di bidang peramalan OPT, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan didukung oleh 1 (satu) Unit Pelaksana Teknis (UPT) yaitu Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) yang berkedudukan di Jatisari, Karawang, Jawa Barat. Sedangkan untuk pengujian mutu dan residu pestisida serta pupuk, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan didukung oleh 1 (satu) unit UPT yaitu Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman (BPMPT) yang Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

19 berkedudukan di Jakarta. BBPOPT dan BPMPT secara teknis operasional dibina oleh Direktur Perlindungan Tanaman Pangan. Struktur organisasi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan seperti tercantum dalam Bagan pada Lampiran Tata Hubungan Kerja Dalam upaya pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi perlindungan tanaman dalam hal peramalan dan rujukan proteksi organisme pengganggu tumbuhan di bidang tanaman pangan dan hortikultura, dilaksanakan oleh BBPOPT. Sedangkan pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi perlindungan tanaman di daerah, dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah/Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura atau Bidang yang menangani perlindungan tanaman pangan di bawah Dinas Pertanian Provinsi. a. Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan adalah Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan. Secara teknis dibina oleh Direktur Perlindungan Tanaman Pangan dan Direktur Perlindungan Tanaman Hortikultura. BBPOPT mempunyai tugas melaksanakan dan mengembangkan peramalan OPT serta rujukan proteksi di bidang perlindungan tanaman pangan dan hortikultura. Dalam melaksanakan tugas dimaksud Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan menyelenggarakan fungsi : 1) Penyusunan program dan evaluasi peramalan, pengembangan peramalan OPT, dan rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura. 2) Pelaksanaan analisis data dan informasi serangan OPT, dan faktor penentu perkembangan OPT. 3) Pelaksanaan pengkajian dan pengembangan teknologi peramalan, pengamatan, dan pengendalian OPT berdasarkan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT). 4) Pelaksanaan perumusan peramalan, pengamatan, dan pengendalian OPT. 5) Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi penerapan teknologi peramalan, pengamatan, dan pengendalian OPT. 6) Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pengembangan sistem mutu dan standar Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

20 7) Pemberian pelayanan kegiatan peramalan, pengembangan peramalan OPT, serta rujukan Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura. 8) Pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga BBPOPT. b. Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman (BPMPT) Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman adalah unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian No. 393/Kpts/OT.130/6/2004 tanggal 9 Juni 2004, BPMPT mempunyai tugas melaksanakan pengujian mutu pestisida, pupuk dan produk tanaman, hortikultura dan perkebunan. Dalam melaksanakan tugasnya, Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman menyelenggarakan fungsi: 1) Pengelolaan sampel pestisida, pupuk dan produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. 2) Pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian mutu pestisida, pupuk dan produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. 3) Pelaksanaan perumusan hasil pemeriksaan dan pengujian mutu pestisida, pupuk dan produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. 4) Pelaksanaan pengembangan teknik dan metode pemeriksaan dan pengujian mutu pestisida, pupuk dan produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. 5) Pelaksanaan pemantauan mutu pestisida dan pupuk yang beredar serta produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. 6) Pemberian pelayanan teknik kegiatan pengujian mutu pestisida, pupuk dan produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. 7) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman. c. Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD BPTPH) Upaya pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi perlindungan tanaman pangan di daerah dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD BPTPH) dan Bidang Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

21 yang menangani perlindungan tanaman pangan. Dengan perangkat tersebut diharapkan segala permasalahan perlindungan tanaman yang timbul di daerah dapat diatasi secara cepat. B. Ketatausahaan 1. Administrasi Umum a. Surat menyurat Surat masuk dan surat keluar dibukukan dalam buku agenda dan diarsipkan menurut kodefikasi surat. Surat yang sifatnya penting dan mendesak, dikirim dengan faksimili, kilat khusus, dan kilat tercatat. Selama Tahun 2012 realisasi surat masuk sebanyak pucuk surat, sedangkan surat keluar sebanyak pucuk surat. b. Perpustakaan Perpustakaan yang diharapkan dapat memberi informasi melalui literatur, buku dan informasi lainnya masih belum berfungsi dengan baik. Hal ini dikarenakan kurang lengkapnya koleksi buku-buku atau literatur. Buku-buku yang masuk sebagian besar berupa laporan dari Direktorat Lingkup Tanaman Pangan. Sedangkan buku-buku yang berupa literatur, lembaran negara dan lain-lain masih sangat kurang karena kegiatan pengadaan tidak tersedia. Pada Tahun 2012 buku-buku yang masuk berupa laporan bulanan dan tahunan dari Direktorat Lingkup Tanaman Pangan, Buletin dan Majalah sebanyak 55 buah. Diharapkan tahun yang akan datang dana untuk pembelian literatur bisa disediakan dan direalisasikan. c. Informasi lain Dalam Tahun 2012, surat dan informasi yang diterima melalui faksimili sebanyak 468 kali, pengiriman faksimili sebanyak kali, sedangkan pengiriman interlokal sebanyak kali. 2. Kepegawaian a. Komposisi Pegawai Selama Tahun 2012 tercatat sejumlah 70 orang pegawai. Komposisi pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan sebagai berikut : 1) Pegawai Organik Pusat terdiri dari : - Golongan IV = 7 orang - Golongan III = 50 orang - Golongan II = 13 orang J u m l a h = 70 orang Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

22 b. Mutasi Pegawai yang bersifat mengurangi Bezetting Beberapa mutasi yang bersifat mengurangi bezetting pegawai selama Tahun 2012 adalah sebagai berikut: 1) Pelimpahan atau Pengalihan ke Instansi lain Pada Tahun 2012 Pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan yang melimpah ke instansi lain atau lingkup Departemen Pertanian yaitu Syahrul Rochman (NIP ), Golongan Pengatur Tk. I (II/d) melimpah ke BKD Karawang. 2) Berhenti karena pensiun Pada Tahun 2012, 2 (dua) orang Pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan yang berhenti karena pensiun. 3) Berhenti atas permintaan sendiri Pada Tahun 2012, tidak ada pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan yang mengajukan permohonan pengunduran diri sebagai Pegawai Negeri Sipil. 4) Cuti diluar Tanggungan Negara Pada Tahun 2012, tidak ada pegawai yang cuti di luar tanggungan negara. c. Mutasi Pegawai Yang Bersifat Menambah Bezetting Mutasi pegawai limpahan dari instansi lain (intern Deptan) yaitu Purwanto, SH (NIP: ) dari Direktorat Kacang dan Umbi-umbian ke Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. d. Kenaikan Pangkat Pada Tahun 2012 periode April terealisasi kenaikan pangkat sebanyak 3 (tiga) orang telah terealisasi, sedangkan periode Oktober terealisasi kenaikan pangkat sebanyak 2 (dua) orang telah terealisasi, secara rinci seperti tabel berikut. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

23 Tabel 1. Daftar Pegawai yang Naik Pangkat pada Tahun No. Periode April Nama/NIP Kenaikan Pangkat Dari Gol. Ke Gol. 1 Edi Eko Sasmito, SP III/a III/b Nip Nasrul Sani II/c II/d Nip Kusmanto, SP III/b III/c Nip Periode Oktober 1 Rachmat III/a III/b Nip Agus Djunaedi II/d III/a Nip e. Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil. Pada Tahun 2012 tidak ada pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil. f. Kenaikan Gaji Berkala Dalam Tahun 2012 telah terealisasi kenaikan Gaji Berkala sebanyak 30 (tiga puluh) orang pegawai dengan perincian seperti pada tabel berikut. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

24 Tabel 2. Daftar Pegawai yang Naik Gaji Berkala pada Tahun Bulan Nama Gol. Masa Kerja Januari Ir. Benedicta Indriastuti K. W. III/D 22 Ana Caharana, SP III/B 8 Edi Eko Sasmito, SP III/B 4 Suparni, SP III/A 4 Februari Ir. Mutiara Sinuraya IV/a 22 Amsudin III/b 22 Maret Ir. Etty Purwanti III/d 26 Drs. Ruswandi, MM IV/b 30 Sri Indarti, S.TP III/D 30 Ichsan, S.TP III/D 14 Abriani Fensionita, SP, Msi III/D 14 Puspitasari III/A 12 April Ir. Gatot Ari Putranto, MM IV/B 22 Ni Wayan Srinadhy, SE III/D 26 Sigit Subali III/B 22 AgusDjunaedi III/A 27 Nasrul Sani II/D 19 Dwi Astuti Yuniasih, SP III/B 6 Yunita Fauziah Rahim, SP III/B 6 Nur Rahmi Endah Utami, SP III/B 6 Siti Haryati, SP III/B 6 Mei Triana III/A 23 Sri Hidayanti II/C 17 Ir. Rosdiana IIID 19 Juni Deno II/D 19 Agustus Nurbayana, SP III/A 17 Oktober Ir. Gatut Sumbogodjati IV/B 24 Desember Andriarti.K, SP.MP III/C 10 Eko Setiyoko, SP III/A 9 g. Kegiatan Kepegawaian Selama Tahun 2012, kegiatan kepegawaian meliputi : 1) Alih Tugas Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

25 Alih tugas pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan ke instansi lain intern Departemen Pertanian tidak ada, sedangkan yang masuk ke Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan hanya 1 (satu) orang. 2) Diklat Jabatan Struktural Diklat Jabatan Struktural tidak ada. 3) Latihan Pra Jabatan Pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan yang mengikuti Latihan Pra Jabatan tidak ada. 4) Cuti Pegawai Pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan yang mengambil cuti sebanyak 56 (lima puluh enam) orang pegawai. 5) Kartu Pegawai (KARPEG) Pembuatan Kartu Pegawai sebanyak 6 (enam) orang pegawai. 6) Kartu Asuransi Kesehatan (ASKES) Usulan pembuatan Kartu ASKES sebanyak 5 (lima) orang pegawai. C. Rumah Tangga Urusan Rumah Tangga mempunyai tugas di bidang kerumahtanggaan, perlengkapan kantor serta keuangan rutin yang meliputi penyiapan perlengkapan kantor, gaji pegawai, keamanan dan kebersihan kantor, inventaris, pengadaan dan penghapusan barang-barang kantor dan penyiapan anggaran rutin. 1. Perlengkapan Pengadaan barang inventaris Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2012 dilaksanakan melalui Anggaran Rutin Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Pengadaan barang-barang inventaris yang dilaksanakan melalui Anggaran Rutin Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Satuan Kerja seperti tercantum pada tabel berikut. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

26 Tabel 3. Daftar Barang Inventaris Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan No. Nama Barang Jumlah Keterangan 1 PC Komputer 13 2 Printer 8 3 Laptop 9 4 Kamera Digital 3 5 Wareless Router 2 6 Portable Proyektor 1 7 Eksternal Hardisk 4 8 UPS 2 9 Kursi sofa/sic 6 10 Handycam 1 11 Meja Kerja 8 12 Kursi Besi 8 13 AC Splite 1 14 Meja Kerja Biro 6 15 Meja Kerja ½ Biro 7 16 Kursi Putar 6 17 Kursi Kerja 7 18 AC I PK Splite 7 2. Pemeliharaan Pemeliharaan sarana dan prasarana kantor Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan meliputi : a. Pemeliharaan gedung/bangunan dan alat-alat kantor Pada Tahun 2012, Pemeliharaan gedung/bangunan meliputi penggantian/ rehabilitasi yang meliputi : 1) Pengecatan seluruh gedung kantor. 2) Perbaikan ruangan Direktur. 3) Perbaikan keramik lantai selasar 4) Perbaikan toilet 5) Perbaikan kantin 6) Perbaikan musholla 7) Pembuatan pilar-pilar luar 8) Pembuatan toilet satpam Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

27 9) Pemeliharaan peralatan kantor berupa jaringan listrik, instalasi air, barang inventaris, kantor (AC, komputer, printer, mesin tik, dan jaringan internet (local area network). b. Pemeliharaan kendaraan dinas roda 2 dan roda 4 Pada Tahun 2012, pemeliharaan kendaraan dinas roda 2 sebanyak 21 unit dan roda 4 sebanyak 7 unit dananya disediakan melalui anggaran rutin Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Tabel 4. Daftar Inventaris Kendaraan Roda 2 dan 4 Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan No Jenis /Merk No Polisi Keterangan Mobil 1 Minibus / Ford Escape 2 Sedan / Toyota Soluna B KQ 3 Minibus / KIA Carens B LQ 4 Minibus / Daihatsu Xenia B WQ 5 Minibus / Toyota Kijang B WQ 6 Dobel Kabin Isuzu D Max B.2077 FQ 7 Dobel Kabin Isuzu D Max B WQ 8 Dobel Kabin Isuzu D Max B WQ Motor 1 Sepeda Motor / Honda GL 100 B XP 2 Sepeda Motor / Honda GL 100 B XP 3 Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport B SQK 4 Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport B SQL 5 Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport B SQL 6 Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport B SQL 7 Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport B SQK 8 Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport B SQL 9 Sepeda Motor / Suzuki Arashi 125 Bebek B SQM 10 Sepeda Motor / Suzuki Arashi 125 Bebek B SQK 11 Sepeda Motor / Suzuki Arashi 125 Bebek B SQK 12 Sepeda Motor / Suzuki Arashi 125 Bebek B SQK 13 Sepeda Motor / Suzuki Arashi 125 Bebek B SQK 14 Sepeda Motor / Suzuki Shogun 125 Bebek T FF Pinjam BBPOPT Jatisari 15 Sepeda Motor / Suzuki Shogun 125 Bebek T FF SDA 16 Sepeda Motor / Suzuki Shogun 125 Bebek T FF SDA 17 Sepeda Motor / Suzuki shogun 125 Bebek T FF SDA Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

28 No Jenis /Merk No Polisi Keterangan 18 Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport T FF SDA 19 Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport T FF SDA 20 Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport T FF SDA 21 Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport T FF SDA 3. Keamanan dan Kebersihan Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan keamanan dan kebersihan secara maksimal di lingkungan kantor Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Tenaga keamanan berjumlah 8 orang yaitu 5 orang dari Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 1 orang dari Direktorat Pasca Panen, 1 orang dari Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, dan 1 orang dari Direktorat Kacang dan Umbi-umbian. Pembagian tugas jaga yaitu 2 orang pagi dan 2 orang malam. Pemeliharaan kebersihan area kantor Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dirasakan masih belum optimal. Keterbatasan jumlah tenaga kebersihan serta dukungan sarana kerja mempengaruhi kinerja pemeliharaan kebersihan. Tenaga kebersihan berjumlah 5 (lima) orang yang terdiri dari 5 orang khusus di bidang kebersihan. Luas areal kantor, taman, dan halaman Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan adalah m Pengurusan Gaji Pegawai Selama Tahun 2012, telah diselesaikan pengurusan gaji pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan periode Januari sampai dengan Desember 2012 sebesar Rp ,- (Tiga milyar lima ratus dua puluh tiga juta tiga ratus enam puluh empat ribu tiga ratus rupiah), dengan perincian pembayaran setiap bulan seperti pada tabel berikut. Tabel 5. Rekapitulasi Pembayaran Gaji Pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun Bulan Jumlah Jml suami/ Jumlah Jumlah Gaji Jumlah Gaji Peg.(org) Isteri (org) Anak Kotor (Rp) Bersih (Rp) Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

29 Bulan Jumlah Jml suami/ Jumlah Jumlah Gaji Jumlah Gaji Peg.(org) Isteri (org) Anak Kotor (Rp) Bersih (Rp) September Oktober Nopember Desember Jumlah D. Keuangan Program utama Pembangunan Pertanian Tahun 2012 yaitu Program Peningkatan Ketahanan Pangan dan Pengembangan Agribisnis di bidang pertanian khususnya tanaman pangan. Perlindungan Tanaman Pangan adalah untuk mendukung Operasional Kebijakan Pembangunan Tanaman Pangan yang berwawasan ketahanan pangan. Program peningkatan ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis bertujuan untuk mendorong peningkatan produksi pangan dalam rangka mencapai kemandirian dan ketahanan pangan yang berwawasan agribisnis dan mampu menghasilkan produksi tanaman pangan yang berdaya saing tinggi. Usaha pertanian dengan kawasan bisnis yang mampu menghasilkan produksi pertanian dan industri petani primer yang berdaya saing, menghasilkan nilai tambah bagi peningkatan dan kesejahteraan para petani dan para produsen serta mendukung pertumbuhan pendapatan nasional. Adapun sasarannya adalah untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional. I. Anggaran Kegiatan Perlindungan Tanaman Sesuai dengan Lembaran Surat Pengesahan DIPA Nomor 0325/ /00/2011 tanggal 20 Desember 2010, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2012 mengelola anggaran sebesar Rp ,- (Tiga ratus lima puluh lima milyar seratus satu juta empat ratus enam puluh delapan ribu rupiah). Anggaran tersebut terdiri dari : 1. Anggaran murni Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan sebesar Rp ,- (Empat milyar seratus juta rupiah) 2. Anggaran tambahan dari Dana Penghematan (Revisi 6) untuk kegiatan Pengadaan Sarana Bahan Pengendalian OPT sebesar Rp ,- 3. Anggaran tambahan dari dana APBN-P (Revisi 7) untuk pengadaan sarana Bahan Pengendalian OPT (wereng batang coklat dan tikus) sebesar Rp ,- (Seratus milyar rupiah) 4. Anggaran limpahan dari Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan untuk penanggulangan bencana alam, serangan OPT dan DPI dalam rangka pengamanan produksi tanaman pangan sebesar Rp ,- (Tiga puluh milyar enam ratus juta rupiah). Dari jumlah anggaran tersebut terbagi dalam 4 (empat) kategori jenis belanja yaitu: Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

30 No. Jenis Belanja Jumlah (Rp). 1. Belanja Pegawai 0 2. Belanja Barang/Jasa Belanja Modal Belanja Bantuan Sosial Jumlah Sedangkan jumlah anggaran dan persentase kegiatan pertolok ukur, maka komposisi peruntukan dana tersebut dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Jumlah Anggaran Keuangan per Tolok Ukur dan Persentase pada Kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2012 Mata Dana Persentase Tolok Ukur Anggaran (Rp) (%) Rancangan Pengembangan Perlindungan Tanaman Pangan , Pedoman Perlindungan Tanaman , Data Base Perlindungan Tanaman Pangan Bahan Informasi Perlindungan Tanaman Pangan Visualisasi Kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan Rumusan Paket Teknologi Pengendalian OPT Tanaman Pangan POPT-PHP, LPHP/LAH, Kelompok Tani Berprestasi Pelatihan Teknis Perlindungan tanaman Pangan Laporan Kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan , , , , , , , Sarana Penanggulangan OPT/DPI , Kendaraan Bermotor , Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi , Peralatan dan Fasilitas Perkantoran ,05 Jumlah II. Realisasi Keuangan Dari anggaran yang tersedia pada kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2012 sebesar Rp ,- (Tiga ratus lima puluh lima milyar seratus satu juta empat ratus enam puluh delapan ribu rupiah). telah direalisasikan sebesar Rp ,- (96,10 %). Realisasi tersebut disasarkan pada SPM Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

31 yang terbit selama pelaksanaan kegiatan sampai dengan tanggal 31 Desember Sisa dana sebesar Rp ,- (3,90%). Tabel 7. Realisasi Anggaran Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 Mata Anggaran Tolok Ukur Jumlah Dana (Rp) Realisasi (Rp) Persen (%) Sisa Dana (Rp) Persen (%) Rancangan Pengembangan Perlindungan Tanaman Pangan , , Pedoman Perlindungan Tanaman , , Data Base Perlindungan Tanaman Pangan Bahan Informasi Perlindungan Tanaman Pangan Visualisasi Kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan Rumusan Paket Teknologi Pengendalian OPT Tanaman Pangan POPT-PHP, LPHP/LAH, Kelompok Tani Berprestasi Pelatihan Teknis Perlindungan tanaman Pangan Laporan Kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan , , , , , , , , , , , , , , Sarana Penanggulangan OPT/DPI , , Kendaraan Bermotor , , Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi , , Peralatan dan Fasilitas Perkantoran , ,37 JUMLAH , ,90 III. Pelaksanaan Kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan Dokumen-dokumen pengadaan barang/jasa Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2011 yang telah diterbitkan meliputi Surat Keputusan, Surat Perintah Kerja, Surat Perintah Tugas (SPT), Berita Acara Penjelasan/Aanwizijing, Beritas Acara Serah Terima Pekerjaan, Berita Acara Serah Terima Barang, dan Surat Undangan Penawaran Harga ke Rekanan/Hotel. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

32 Tabel 8. Daftar Jumlah Dokumen Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan No. Jenis Dokumen Jumlah 1. Surat Keputusan 2. Surat Perintah Kerja 3. Surat Perjanjian/Kontrak 4. Surat Perintah Tugas 5. Surat Undangan Penawaran 6. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan 7. Berita Acara Serah Terima Barang 8. Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan 9. Berita Acara Pemeriksaan Barang 10. Berita Acara Penjelasan Aanwijzing 11. Berita Acara Evaluasi 12. Berita Acara Negoisasi a. Pengadaan Peralatan Kantor dan Sarana Lapang Dalam mendukung program Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan telah terealisasi pengadaan peralatan kantor seperti pengadaan komputer PC 2 unit, laptop 3 unit dan printer 2 unit b. Pengadaan ATK, Bahan Komputer, Bahan Cetakan dan sejenisnya Alat tulis kantor, bahan komputer, bahan cetakan dan sejenisnya diperlukan dalam rangka mendukung kelancaran administrasi dalam kegiatan sehari-hari, baik kepentingan langsung administrasi maupun untuk mendukung kelancaran pekerjaan di eselon III lainnya. c. Kegiatan Konsiyasi, Pertemuan, Sosialisasi dan Pelatihan Untuk merumuskan berbagai kegiatan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan maka diperlukan kegiatan konsinyasi, pertemuan koordinasi, sosialisasi, rapat-rapat dan lain-lain. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

33 III. E V A L U A S I DAMPAK PERUBAHAN IKLIM (D P I) Iklim dan cuaca merupakan sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam proses budidaya tanaman sehingga tingkat produksi dan produktivitas sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim maupun cuaca yang terjadi. Oleh karena itu seyogyanya kegiatan budidaya tanaman harus mempertimbangkan kondisi iklim dan cuaca yang terjadi berdasarkan informasi prakiraan musim dan iklim yang dikeluarkan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebagai salah satu sumber informasi iklim dan cuaca. Berdasarkan informasi prakiraan musim yang dikeluarkan oleh BMKG, evaluasi Musim Hujan (MH) dan Musim Kemarau (MK) sebagai berikut : A. Evaluasi Musim 1. Musim Hujan (MH) 2011/2012 Musim Hujan 2011/2012 dimulai secara bertahap, berawal pada bulan Agustus 2011 di sebagian wilayah Sumatera. Pada bulan September 2011 di sebagian wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Pada bulan Oktober-November 2011 seluruh wilayah Indonesia telah memasuki MH 2011/2012. Pada bulan Desember 2011 di sebagian wilayah Jawa, Bali, NTB, NTT, Sulawesi, Maluku dan Papua. Pada bulan Maret 2012 di sebagian wilayah Sulawesi. Pada bulan April 2012 di sebagian wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua. Pada bulan Mei 2012 di sebagian wilayah Maluku dan Papua. Dibandingkan dengan rata-ratanya ( ), Awal Musim Hujan 2011/2012 umumnya sama dengan rata-ratanya (62,28%), Mundur terhadap rata-ratanya (25,44%), dan Maju terhadap rata-ratanya (12,28%). Sifat Hujan Musim Hujan 2011/2012, Normal (78,07%) dan Atas Normal (11,7%), sedangkan Bawah Normal (10,23%). Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

34 2. Musim Kemarau (MK) 2012 Musim Kemarau (MK) 2012 pada umumnya dimulai secara bertahap, berawal pada bulan Februari - Oktober Awal MK mulai terjadi pada bulan Februari 2012 di sebagian wilayah Sumatera. Pada bulan Maret di sebagian wilayah Bali. Pada bulan April di sebagian wilayah Jawa, Bali, NTB, NTT, dan Sulawesi. Pada bulan Mei seluruh wilayah Indonesia telah memasuki MK Pada bulan Juni di sebagian wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Pada bulan Juli di sebagian wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Pada bulan Agustus di sebagian wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua. Pada bulan September di sebagian wilayah Maluku dan Papua. Pada bulan Oktober di sebagian wilayah Sulawesi Perbandingan prakiraan awal MK 2012 pada umumnya sama dengan rataratanya (50,9%), mundur terhadap rata-ratanya (39,42%), dan 9,9% maju terhadap rata ratanya. Secara umum sifat hujan pada MK 2012 adalah Normal (56,7%), di Atas Normal (AN) sebanyak 34,8% dan yang di Bawah Normal (BN) sebanyak 8,5%. B. Evaluasi Kerusakan Akibat Banjir dan Kekeringan 1. BANJIR a. Padi Luas kerusakan akibat banjir pada tanaman pangan strategis (padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah) selama Tahun 2012 dan perbandingannya dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun ( ), sebagai berikut: Pertanaman padi yang mengalami kerusakan akibat banjir pada Tahun 2012 seluas ha (puso: ha), terluas terjadi pada bulan Januari. Banjir terluas terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan ( ha, puso: ha), diikuti Banten, Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kerusakan akibat banjir Tahun 2012, apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun mengalami penurunan seluas ha (17,00%) dan ha (97,00%). Perkembangan luas kerusakan akibat banjir pada tanaman padi setiap bulannya seperti terlihat pada Gambar Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

35 Luas Banjir (Ha) 1 di bawah ini. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Th Th Rerata 5 th Gambar 1. Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Banjir pada Tanaman Padi Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun ( ) Perbandingan luas banjir pada tanaman padi Tahun 2012, 2011 dan rerata 5 tahun ( ) dapat dilihat pada lampiran 2. b. Jagung Pertanaman jagung yang mengalami kerusakan akibat banjir pada Tahun 2012 seluas ha (puso: ha), terluas terjadi pada bulan Juli. Kerusakan terluas di Provinsi Sulawesi Selatan (5.234 ha, puso: 977 ha) diikuti Nusa Tenggara Timur, Sumatera Utara, Lampung, dan Jawa Timur. Luas banjir pada Tahun 2012 apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun masing-masing mengalami penurunan seluas ha (32,56%) dan ha (53,41%). Perkembangan luas kerusakan akibat banjir pada tanaman jagung setiap bulannya seperti terlihat pada Gambar 2 di bawah ini. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

36 Luas Banjir (Ha) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Th Th Rerata 5 th Gambar 2. Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Banjir pada Tanaman Jagung Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun ( ) c. Kedelai Pertanaman kedelai yang mengalami kerusakan akibat banjir pada Tahun 2012 mencapai ha (puso: ha), terluas terjadi pada bulan Juli. Kerusakan terluas di Provinsi Sulawesi Selatan (1.207 ha, puso: 815 ha), diikuti Pemerintah Aceh dan Nusa Tenggara Barat. Luas banjir pada Tahun 2012 apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun masing-masing mengalami penurunan seluas ha (69,57%) dan seluas ha (75,49%). Perkembangan luas kerusakan akibat banjir pada tanaman kedelai setiap bulannya seperti terlihat pada Gambar 3 di bawah ini. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

37 Luas Banjir (Ha) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Th Th Rerata 5 th Gambar 3. Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Banjir pada Tanaman Kedelai Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun ( ) d. Kacang Tanah Luas banjir pada pertanaman kacang tanah Tahun 2012 seluas 58 ha (puso: 21 ha), terluas terjadi pada bulan November. Kerusakan terluas terjadi di Provinsi Sumatera Utara (27 ha, puso: 2 ha) diikuti Nusa Tenggara Barat dan Jambi. Kerusakan akibat banjir Tahun 2012, apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun mengalami penurunan seluas 905 ha (93,97 %) dan seluas ha (95,45%). Perkembangan luas kerusakan akibat banjir pada tanaman kacang tanah setiap bulannya seperti terlihat pada Gambar 4 di bawah ini. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

38 Luas Banjir (Ha) Luas Banjir (Ha) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Th Th Rerata 5 th Gambar 4. Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Banjir pada Tanaman Kacang Tanah Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun ( ) Perbandingan luas kerusakan akibat banjir pada pertanaman pangan Tahun 2012, 2011 dan rerata 5 tahun ( ) dapat dilihat pada Gambar 5 dibawah ini Th 2012 Th 2011 Rerata 5 th Padi Jagung Kedelai Kacang Tanah Gambar 5. Perbandingan luas kerusakan akibat banjir pada tanaman pangan Tahun 2012, 2011 dan rerata 5 tahun ( ) Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

39 Luas Banjir (Ha) Data luas banjir pada tanaman palawija Tahun 2012 dapat dilihat pada Lampiran 4 dan perbandingan luas banjir pada tanaman palawija Tahun 2012, Tahun 2011 dan rerata ( ) dapat dilihat pada Lampiran KEKERINGAN Luas kerusakan akibat akibat kekeringan pada tanaman pangan strategis (padi, jagung, kedelai, kacang tanah) Tahun 2012, Tahun 2011 dan rerata 5 tahun ( ) sebagai berikut: a. Padi Tanaman padi yang mengalami kerusakan akibat kekeringan Tahun 2012 seluas ha ( ha), terluas terjadi pada bulan Agustus. Provinsi terluas adalah Provinsi Jawa Barat ( ha, puso: ha), diikuti Jawa Tengah, Banten, Pemerintah Aceh dan Lampung. Kerusakan akibat kekeringan Tahun 2012 apabila dibandingkan dengan Tahun 2011, mengalami peningkatan seluas ha (7,3%), tetapi dibandingkan rerata 5 tahun mengalami penurunan seluas ha (6,53%). Perkembangan luas kerusakan akibat kekeringan pada tanaman padi setiap bulannya seperti terlihat pada Gambar 5 di bawah ini. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Th Th Rerata 5 th Gambar 6. Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Kekeringan Pada Tanaman Padi Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun ( ) Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

40 Luas Banjir (Ha) b. Jagung Kerusakan akibat kekeringan pada pertanaman jagung pada Tahun 2012 seluas ha (puso: ha), terluas terjadi pada bulan September. Kerusakan terluas di Provinsi Jawa Tengah ( ha, puso: 119 ha), diikuti Lampung, Nusa Tenggara Barat dan Jawa Timur. Kerusakan akibat kekeringan Tahun 2012, apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun mengalami penurunan seluas ha (4,4%) dan ha (69,2%). Perkembangan luas kerusakan akibat kekeringan pada tanaman jagung setiap bulannya seperti terlihat pada Gambar 6 di bawah ini. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Th Th Rerata 5 th Gambar 7. Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Kekeringan Pada Tanaman Jagung Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun ( ) b. Kedelai Pertanaman kedelai yang mengalami kerusakan akibat kekeringan pada Tahun 2012 seluas ha (puso: 130 ha), terluas terjadi pada bulan Juni. Kerusakan terluas di Pemerintah Aceh (341 ha, puso: 40 ha), diikuti Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan. Kerusakan akibat kekeringan Tahun 2012, apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun mengalami penurunan, masing-masing seluas 683 ha (30,6%) dan seluas ha (76,8%). Perkembangan luas kerusakan akibat kekeringan pada tanaman kedelai setiap bulannya seperti terlihat pada Gambar 7 di bawah ini. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

41 Luas Banjir (Ha) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Th Th Rerata 5 th Gambar 8. Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Kekeringan Pada Tanaman Kedelai Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun ( ) c. Kacang Tanah Pertanaman kacang tanah yang mengalami kerusakan akibat kekeringan pada Tahun 2012 seluas 153 ha, terluas terjadi pada bulan Agustus. Kerusakan terluas terjadi di Provinsi Jawa Tengah (87 ha) diikuti Pemerintah Aceh, Sumatera Selatan dan Nusa Tenggara Barat. Apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun, luas pertanaman yang terkena kekeringan pada Tahun 2012 lebih rendah 70 ha (31,41 %) dan ha (97,99 %). Perkembangan luas kerusakan akibat kekeringan pada tanaman kacang tanah setiap bulannya seperti terlihat pada Gambar 9 di bawah ini. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

42 Luas Banjir (Ha) Luas Banjir (Ha) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Th Th Rerata 5 th Gambar 9. Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Kekeringan Pada Tanaman Kacang Tanah Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun ( ) Perbandingan luas kerusakan akibat kekeringan pada pertanaman pangan Tahun 2012, 2011 dan rerata 5 tahun ( ) dapat dilihat pada Gambar 10 dibawah ini Th 2012 Th 2011 Rerata 5 th Padi Jagung Kedelai Kacang Tanah Gambar 10. Perbandingan luas kerusakan akibat kekeringan pada tanaman pangan Tahun 2012, 2011 dan rerata 5 tahun ( ) Perbandingan luas kekeringan pada tanaman palawija Tahun 2012, Tahun 2011 dan rerata ( ) dapat dilihat pada Lampiran 9. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

43 IV. EVALUASI LUAS SERANGAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (O P T) Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan faktor pembatas produksi dalam usaha budidaya tanaman pangan. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, luas serangan OPT utama pada tanaman pangan strategis (padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah) dapat diuraikan sebagai berikut: A. Padi Luas serangan OPT utama padi (penggerek batang, Wereng Batang Coklat (WBC), Blas, Tikus, BLB/kresek, dan tungro) Tahun 2012 mencapai ha (puso: ha). Apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun ( ), luas serangan mengalami penurunan masing-masing seluas ha (40,99%) dan ha (9,07%). Serangan pada Tahun 2012 terutama disebabkan oleh tikus kemudian berturut-turut diikuti oleh penggerek batang dan WBC. Perbandingan luas serangan OPT utama tersebut seperti tersaji pada tabel 8 berikut. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15. Tabel 9. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama Padi Tahun 2012 dengan Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun ( ) Rerata 5 Tahun( ) Tahun 2012 (ha) Tahun 2011 (ha) (ha) No Jenis OPT T P T P T P 1 PBP WBC Tikus Blas BLB/Kresek Tungro Jumlah Ket.: T = Terkena, P = Puso Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

44 Luas Serangan (Ha) 1. Penggerek batang padi Luas serangan OPT selama Tahun 2012 terutama disebabkan oleh penggerek batang padi ( ha, puso 102 ha) dengan puncak serangan terjadi pada bulan Maret. Serangan penggerek batang padi terluas terjadi di Provinsi Jawa Barat ( ha), diikuti Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Banten. Luas serangan penggerek batang padi pada Tahun 2012 lebih rendah apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun. Penurunannya masingmasing seluas ha (8,18%) dan ha (10,54%). Perkembangan luas serangan penggerek batang padi setiap bulannya seperti terlihat pada Gambar 11 di bawah ini. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Th Th Rerata 5 th Gambar 11. Perkembangan Luas Serangan Penggerek Batang Padi pada Tanaman Padi Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun ( ) Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

45 Luas Serangan (Ha) 2. Tikus Luas serangan tikus pada Tahun 2012 mencapai ha (puso: ha), dengan puncak serangan terjadi pada bulan Juli. Serangan terluas terjadi di Provinsi Jawa Tengah ( ha, puso: 553 ha), diikuti Jawa Barat, Pemerintah Aceh, Sulawesi Selatan, dan Jawa Timur. Luas Serangan tikus pada Tahun 2012 lebih rendah apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun. Penurunannya masing-masing seluas ha (35,50%) dan ha (70,03%). Perkembangan luas serangan tikus setiap bulannya seperti terlihat pada Gambar 12 dibawah ini. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Th Th Rerata 5 th Gambar 12. Perkembangan Luas Serangan Tikus pada Tanaman Padi Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun ( ) Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

46 Luas Serangan (Ha) 3. Wereng Batang Coklat (WBC) Luas serangan WBC selama Tahun 2012 adalah ha (puso: 242 ha), dengan puncak serangan terjadi pada bulan Juli. Serangan terluas terjadi di Provinsi Jawa Barat ( ha, puso: 116 ha), diikuti oleh Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sumatera Utara. Luas serangan wereng batang coklat Tahun 2012 mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun yaitu seluas ha (87,12%) dan seluas ha (99,33%). Perkembangan luas serangan WBC setiap bulannya dapat dilihat pada Gambar 13. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Th Th Rerata 5 th Gambar 13. Perkembangan Luas Serangan WBC pada Tanaman Padi Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun ( ) Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

47 Luas Serangan (Ha) 4. Penyakit Blas Selama Tahun 2012 luas serangan penyakit blas adalah ha (puso: 137 ha), puncak serangan terjadi pada bulan Februari. Serangan terluas terjadi di Provinsi Jawa Timur ( ha, puso: 92 ha), diikuti Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, dan Pemerintah Aceh. Luas serangan blas Tahun 2012 mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 seluas ha (86,52%) dan rerata 5 tahun seluas ha (158,33%). Perkembangan luas serangan blas setiap bulannya seperti terlihat pada Gambar 14 berikut. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Th Th Rerata 5 th Gambar 14. Perkembangan Luas Serangan Penyakit Blas pada Tanaman Padi Tahun 2012, Tahun 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

48 Luas Serangan (Ha) 5. Penyakit Hawar Daun Bakteri/Kresek Serangan penyakit Daun Bakteri/Kresek pada Tahun 2012 seluas ha (puso: 33 ha) dengan puncak serangan terjadi pada bulan Februari. Serangan terluas terjadi di Provinsi Jawa Barat ( ha), diikuti Jawa Tengah dan Jawa Timur. Apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun, luas serangan Tahun 2012 lebih rendah ha (29,62%) dan ha (4,64%). Perkembangan luas serangan penyakit Hawar Daun Bakteri/Kresek setiap bulannya disajikan pada Gambar 15. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Th Th Rerata 5 th Gambar 15. Perkembangan Luas Serangan Penyakit Hawar Daun Bakteri/Kresek pada Tanaman Padi Tahun 2012, Tahun 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

49 Luas Serangan (Ha) 6. Penyakit Tungro Luas serangan penyakit tungro selama Tahun 2012 seluas ha (puso: 151 ha) dengan puncak serangan terjadi pada bulan Januari. Serangan terutama terjadi di Provinsi Jawa Barat (1.633 ha), diikuti Nusa Tenggara Timur, Jawa Tengah, Sumatera Barat dan Bali. Apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun, luas serangan Tahun 2012 lebih rendah ha (59,81%) dan ha (37,09%). Perkembangan luas serangan penyakit tungro setiap bulannya seperti pada Gambar 16. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16. Perbandingan luas serangan OPT utama tanaman padi Tahun 2012 dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun dapat dilihat pada Lampiran Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Th Th Rerata 5 th Gambar 16. Perkembangan Luas Serangan Penyakit Tungro pada Tanaman Padi Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun ( ) Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

50 B. Palawija Beberapa komoditas palawija yang serangan OPT utamanya dilaporkan adalah jagung, kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau. 1. Jagung Luas serangan OPT utama tanaman jagung (penggerek tongkol, penggerek batang, ulat grayak, lalat bibit, bulai dan tikus) selama Tahun 2012 mencapai ha (puso: 53 ha) dengan puncak serangan terjadi pada bulan Februari. Serangan OPT utama terutama di Jawa Barat (3.506 ha), diikuti Nusa Tenggara Timur, Jawa Tengah, Gorontalo, dan Sulawesi Selatan. Luas serangan OPT utama Tahun 2012 lebih rendah apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 seluas ha (31,71%) tetapi lebih tinggi apabila dibandingkan dengan rerata 5 tahun seluas ha (55,98%). Perbandingan luas serangan OPT utama jagung Tahun 2012, Tahun 2011 dan rerata 5 tahun dapat dilihat pada Tabel 9. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 18. Tabel 10. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama Jagung Pada Tahun 2012 dengan Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun No Jenis OPT Rerata 5 Th Tahun 2012 Tahun 2011 ( ) (ha) (ha) (ha) T P T P T P 1 P. Tongkol P. Batang Ulat Grayak Lalat Bibit Bulai Tikus Jumlah Ket.: T = Terkena, P = Puso Perkembangan serangan OPT Utama pada tanaman jagung setiap bulannya disajikan pada Gambar 17. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

51 Luas Serangan (Ha) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Th ,5 1852,1 3154, , Th , ,1 3780, , Rerata 5 th , , Gambar 17. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Jagung Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun ( ) 2. Kedelai Luas serangan OPT utama kedelai (ulat grayak, penggulung daun, lalat kacang, tikus, penggerek polong, dan ulat jengkal) pada Tahun 2012 adalah ha (puso: 15 ha) dengan puncak serangan terjadi pada bulan Juli. Serangan OPT utama terluas terjadi di Pemerintah Aceh (1.394 ha), Jawa Tengah, Jawa Barat, NTB,, dan Jawa Timur. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 20. Luas serangan OPT utama Tahun 2012 mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun. Penurunan masingmasing seluas ha (47,56%) dan 845 ha (13,93%). Perbandingan luas serangan OPT utama Kedelai Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun ( ) seperti tersaji pada Tabel 10 dan Lampiran 21. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

52 Luas Serangan (Ha) Tabel 11. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama Kedelai Pada Tahun 2012 dengan Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun No Jenis OPT Tahun 2012 (ha) Tahun 2011 (ha) Rerata 5 Th ( ) (ha) T P T P T P 1 Ulat Grayak Penggulung Daun Lalat Kacang Tikus Penggerek Polong Ulat Jengkal Ket. : T = Terkena, P = Puso Jumlah Perkembangan luas serangan OPT utama kedelai setiap bulannya seperti terlihat pada Gambar 18 di bawah ini Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Th Th Rerata 5 th Gambar 18. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama Pada Tanaman Kedelai Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun ( ) Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

53 3. Kacang Tanah Luas serangan OPT utama kacang tanah (ulat grayak, pelipat daun, bercak daun coklat, babi hutan, tikus dan karat daun) pada Tahun 2012 seluas ha puncak serangan terjadi pada Bulan September Serangan OPT terluas terjadi di Provinsi Jawa Timur (1.427 ha), diikuti Jawa Barat, DI Yogyakarta, Pemerintah Aceh, dan Jawa Tengah. Luas serangan OPT utama pada tanaman kacang tanah dapat dilihat pada Lampiran 23. Luas serangan OPT utama Tahun 2012 mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 seluas ha (31,39%) tetapi mengalami peningkatan seluas ha (24,76%) apabila dibandingkan dengan rerata 5 tahun. Perbandingan luas serangan OPT utama kacang tanah Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun ( ) seperti tersaji pada Tabel 11 dan Lampiran 24. Tabel 12. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama Kacang Tanah pada Tahun 2012 dengan Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun Rerata 5 Th Tahun 2012 Tahun 2011 No Jenis OPT ( ) (ha) (ha) (ha) T P T P T P 1 Ulat Grayak Pelipat Daun Bercak Daun Coklat Babi Hutan Tikus Karat Daun Jumlah Ket. : T = Terkena, P = Puso Perkembangan luas serangan OPT utama kacang tanah setiap bulannya disajikan pada Gambar 19. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

54 Luas Serangan (Ha) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Th Th Rerata 5 th Gambar 19. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama Pada Tanaman Kacang Tanah Tahun 2012, Tahun 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

55 V.EVALUASI LUAS PENGENDALIAN OPT Peningkatan produksi dipengaruhi oleh berbagai faktor baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu masalah yang dihadapi dalam pengamanan produksi adalah serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang dapat menyebabkan penurunan kualitas, kuantitas, terganggunya kontinuitas produksi, bahkan puso. Kerusakan tanaman oleh OPT sangat berpengaruh terhadap hasil produksi dan kesejahteraan petani, serta berdampak lanjut pada penurunan kemandirian ketahanan pangan nasional. Oleh karena itu, upaya pengamanan produksi dari gangguan OPT dan dampak perubahan iklim perlu dilakukan mulai dari pratanam sampai panen. Untuk mendorong masyarakat petani dan masyarakat luas berpartisipasi langsung dalam pengamanan produksi padi secara serentak dalam areal yang luas dan terkoordinasi, Presiden RI memberikan arahan agar seluruh komponen masyarakat terkait melakukan GERAKAN LAWAN HAMA. Menindaklanjuti arahan tersebut, Kementerian Pertanian mengeluarkan kebijakan SPOT STOP, yaitu menghentikan titik awal serangan sehingga sumber serangan tidak menyebar ke daerah lain. SPOT STOP didahului oleh penerapan upaya Preemtif (budidaya tanaman sehat dan pengaturan pola tanam). Untuk dapat melakukan SPOT STOP harus dilakukan pengamatan dini dan pengendalian dini. Pelaksanaan pengendalian OPT merupakan tanggung jawab petani (perorangan) sebagai pengusaha di lahan usahataninya, kelompok dalam masyarakat, dan pemerintah khususnya apabila terjadi eksplosi yang tidak dapat ditanggulangi oleh petani. Eksplosi adalah serangan OPT yang sifatnya mendadak, populasinya berkembang cepat, dan menyebar luas dengan cepat. Penanganan eksplosi oleh Pemerintah dilakukan secara berjenjang dari tingkat kecamatan sampai dengan tingkat pusat. Pengendalian OPT oleh petani dilakukan menggunakan cara mekanikfisik/pemusnahan, aplikasi agens hayati dan pestisida nabati, pestisida kimiawi serta dengan cara lain yang spesifik lokasi. Sejalan dengan strategi yang mengutamakan pengendalian hayati, pengendalian spot/titik serangan di suatu hamparan diutamakan menggunakan agens hayati. Apabila dengan menggunakan agens hayati spot serangan terus berkembang, perlu dilakukan aplikasi pestisida secara 6 (enam) tepat. Aplikasi pestisida secara spot Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

56 treatment pada hamparan diharapkan tidak mengganggu keseimbangan agroekosistem antara OPT dan musuh alaminya. Gangguan OPT yang berpengaruh terhadap luas panen dan produksi harus ditekan sejak sebelum tanam melalui tindakan preemtif dan apabila ternyata di pertanaman masih terjadi serangan OPT di atas ambang pengendalian, dilakukan tindakan responsif. A. Upaya Pengendalian Dalam rangka mengamankan produksi tanaman pangan dari gangguan OPT, telah dilakukan berbagai upaya sebagai berikut: 1. Pengamatan OPT secara intensif Pengamatan dilaksanakan secara intensif baik rutin maupun insidentil oleh petugas lapangan POPT-PHP, petugas teknis LPHP dan UPTD-BPTPH. Pengamatan rutin dilaksanakan pada petak tetap dan pengamatan keliling. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, POPT-PHP memberikan rekomendasi pengendalian berupa peringatan dini dan tindakan pengendalian yang harus dilakukan petani melalui KCD/Mantan/UPTD Kecamatan dan Penyuluh Lapangan. Data dan informasi hasil pengamatan dari daerah dilaporkan kepada pusat secara berjenjang dan berkala. Pengamatan dinamika serangan OPT khususnya terhadap perubahan iklim ekstrim dimaksudkan untuk mengetahui perubahan status OPT (OPT minor menjadi OPT major) sehingga perlu dibangun sistem peringatan dini (early warning system). Operasionalisasi sistem peringatan dini serangan OPT perlu didukung dengan kelembagaan yang tepat dan kuat, penelitian dan pengembangan tentang prediksi iklim. 2. Penyampaian informasi Informasi berupa laporan peringatan dini, laporan rutin periode setengah bulanan, dan prakiraan serangan disertai rekomendasi pengendalian yang sesuai disampaikan kepada jajaran Dinas Pertanian Tanaman Pangan. Informasi kewaspadaan terhadap serangan OPT dikirimkan kepada Gubernur dan Dinas Pertanian Provinsi. 3. Koordinasi Koordinasi Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota serta Kecamatan diperlukan untuk pengamanan produksi dari gangguan serangan OPT dan mensinergikan tindakan operasional pengendalian OPT di lapangan. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

57 4. Pengembangan dan Penerapan Teknologi Pengendalian Pengembangan dan penerapan teknologi pengendalian OPT di arahkan pada pelaksanaan pertanian berkelanjutan dan lestari. Teknologi pengendalian yang dikembangkan saat ini adalah teknologi pengendalian spesifik lokasi dan ramah lingkungan yang dilaksanakan dengan mengoptimalkan pemanfaatan agens hayati dan pestisida nabati. Pengembangan dan pemasyarakatan penerapan teknologi pengendalian OPT dilakukan oleh LPHP/LAH. 5. Operasional Pengendalian OPT Operasional pengendalian OPT dilaksanakan dengan menerapkan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) oleh petani baik secara individu maupun secara massal. Empat prinsip dasar penerapan PHT adalah budidaya tanaman sehat, pengamatan rutin, pelestarian musuh alami, dan membina petani menjadi ahli di lahan usahataninya. Strategi operasional pengendalian berdasarkan prinsip PHT dilakukan dengan pendekatan preemtif dan responsif. Pendekatan preemtif mengkondisikan agroekosistem menjadi tahan terhadap cekaman lingkungan serta pemunculan dan perkembangan OPT pada fase tanam selanjutnya. Pendekatan preemtif mengutamakan penggunaan agens hayati yang berfungsi sebagai agens antagonis, varietas unggul yang tahan OPT, pupuk organik, dan waktu tanam yang tepat. Pengendalian responsif dilaksanakan sejak munculnya OPT dengan cara fisik/mekanik, pemanfaatan agens hayati, dan apabila serangan OPT melebihi Ambang Pengendalian maka dilakukan pengendalian kimiawi secara 6 (enam) tepat yaitu tepat cara, sasaran, dosis, jenis, waktu, dan tempat. Pengendalian dilaksanakan berdasarkan analisis POPT-PHP pada spot serangan OPT di suatu hamparan. Apabila dinilai membahayakan, dan petani dalam batas waktu dua hari tidak melaksanakan pengendalian spot serangan OPT, maka Brigade Proteksi Tanaman (BPT) digerakkan untuk mengendalikannya. 6. Bantuan bahan pengendali Pengawalan dan pengamanan produksi tanaman pangan dari serangan OPT, khususnya padi tidak selalu bertumpu pada penggunaan pestisida kimiawi, namun dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai teknologi pengendalian OPT lainnya, seperti pemanfaatan agens hayati, pestisida nabati, dan teknologi spesifik lokasi lainnya yang ada di daerah. Khusus untuk pengendalian penyakit dan hama yang bersifat endemis perlu dilakukan Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

58 pengendalian kimiawi sebagai tindakan pencegahan seperti aplikasi seed treatment di daerah endemis penyakit blas. Dalam mendukung program SPOT STOP perlu dilakukan tindakan pengendalian terhadap titik-titik (spot) serangan OPT agar tidak meluas. Bantuan bahan pengendali OPT berupa pestisida kimia dari pemerintah yang berasal dari stok cadangan nasional merupakan pendukung upaya pelaksanaan program SPOT STOP. Pemerintah Daerah dapat memanfaatkan bantuan pestisida dari pusat dan potensi yang ada di daerah dengan mensinergikan pendanaan yang ada dengan sumber pendanaan lainnya seperti APBD propinsi dan APBD kabupaten/kota, serta menjalin kemitraan dengan stakeholder yang bergerak di bidang perlindungan tanaman pangan. Tahun 2012, Direktorat Perlindungan Tanaman pangan telah memberikan bantuan pestisida ke 26 (dua puluh enam) provinsi sebanyak kg/ltr dan bahan asap sebanyak boks, yang terdiri dari bahan seed treatment padi, jagung, kedelai, dan bahan pengendali OPT padi, jagung, kedelai, serta bahan pengasapan tikus. B. Teknologi Pengendalian LPHP/LAH sebagai pusat pengembangan teknologi pengendalian secara terus menerus melakukan inovasi dengan mengembangkan teknologi pengendalian OPT spesifik lokasi dan ramah lingkungan. Pengembangan dan pemasyarakatan teknologi pengendalian tersebut antara lain pendayagunaan dan pemanfaatan agens hayati serta diseminasi teknologi pengendalian OPT. Pada Tahun 2012, teknologi pengendalian OPT telah tersebar di 32 provinsi, yang belum mengembangkan adalah Provinsi Kepulauan Riau. Salah satu kegiatan pengembangan teknologi pengendalian OPT spesifik lokasi dan ramah lingkungan, adalah pengembangan agens hayati. Selama Tahun 2012, agens hayati yang telah dikembangkan di LPHP/LAH antara lain : a) Jamur : Beauveria bassiana, Metarhizium sp., Trichoderma sp., Gliocladium sp., Verticillium sp., Spicaria sp., Nomuraeya rileyi, b) Bakteri : Pseudomonas fluorescens, Pseudomonas sp., Corynebacterium spp., bakteri merah, bakteri putih, Penicillium spp., Paecylomyces spp., c) Parasitoid : Trichogramma spp., Hemiptarsemus varicornis, d) Predator : Tyto Alba Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

59 e) Virus : Sl-NPV, Se-NPV, f) Dekomposer : Mikorumba (Mikro Organisme Rumpun Bambu) g) Nematoda Steinernema sp. dan Heterorabditis sp. yang digunakan sebagai insektisida untuk mengendalikan ulat dan uret, h) PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) merupakan agens hayati yang mengandung bakteri Pseudomonas flourescens dan Bacillus ploymixa. PGPR merupakan koloni akar, yang habitat hidupnya di sekitar daerah perakaran tanaman. Secara umum PGPR berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan, kesehatan dan kebugaran tanaman. Kegiatan lainnya adalah eksplorasi dan pengembangan beberapa jenis pestisida nabati. Bahan pestisida nabati yang dikembangkan di beberapa LPHP/LAH antara lain ekstrak dari daun mimba, lengkuas, sereh, tembakau, kamalakian, daun sirsak, ampas parutan kelapa, akar terigi, rimpang empon-empon, biji bengkuang dan buah majapahit. C. Luas Pengendalian Selama Tahun 2012, telah dilakukan upaya pengendalian OPT pada tanaman pangan (padi, jagung, kedelai dan kacang tanah) seluas ha. Pengendalian OPT utama pada tanaman padi seluas ha dan pengendalian OPT utama palawija (jagung, kedelai dan kacang tanah) seluas ha. Pengendalian OPT dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : secara mekanik fisik, aplikasi pestisida, dan dengan cara lain. Pestisida yang digunakan untuk mengendalikan OPT utama tanaman pangan, berasal dari swadaya petani dan pemerintah daerah (kecamatan, kabupaten/kota, provinsi), serta bantuan pengadaan pemerintah pusat maupun dari stok cadangan nasional yang dialokasikan ke provinsi. Luas pengendalian OPT utama pada tanaman pangan Tahun 2012 dapat dilihat pada Lampiran 26. Luas pengendalian OPT pada tanaman pangan utama, sebagai berikut : 1. Padi Berdasarkan laporan yang diterima dari daerah, pengendalian OPT utama pada tanaman padi (penggerek batang padi, tikus, WBC, blas, BLB, dan tungro) yang dilakukan oleh petani pada umumnya masih menggunakan Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

60 pestisida. Selama Tahun 2012, luas pengendalian OPT utama padi mencapai ha. Luas pengendalian OPT utama pada tanaman padi tersebut lebih rendah ha (22,13%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 ( ha), terutama pada pengendalian penggerek batang padi dan tikus. Luas pengendalian OPT utama pada tanaman padi Tahun 2012 dan Tahun 2011 seperti tercantum pada Tabel 1 dan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 27. Tabel 13. Luas Pengendalian OPT Utama Padi Tahun 2012 dan Tahun 2011 No. OPT Tahun 2012 (ha) Tahun 2011 (ha) 1 Tikus Penggerek batang padi WBC Hawar daun bakteri Blas Tungro Jumlah Palawija Secara umum, pengendalian OPT utama pada tanaman palawija (jagung, kedelai, dan kacang tanah) yang telah dilaksanakan selama Tahun 2012 seluas ha. Pengendalian OPT pada tanaman palawija Tahun 2012 ini mengalami penurunan seluas ha (18,94%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 ( ha). Secara lengkap luas pengendalian OPT palawija seperti tabel berikut : Tabel 14. Luas Pengendalian OPT Utama Palawija Tahun 2012 dan 2011 No. Komoditas OPT Tahun 2012 Tahun 2011 I. Jagung 1. Tikus Bulai Penggerek Batang Penggerek Tongkol Lalat Bibit Ulat Grayak Jumlah Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

61 No. Komoditas OPT Tahun 2012 Tahun 2011 II. Kedelai 1. Ulat Grayak Penggulung Daun Ulat Jengkal Tikus Penggerek Polong Lalat Kacang Jumlah III. Kacang Tanah 1. Ulat Grayak Bercak Daun Tikus Karat Daun Pelipat Daun Babi Hutan Jumlah Jumlah Palawija Secara rinci, pengendalian OPT pada tanaman palawija, sebagai berikut : a) Jagung Luas pengendalian OPT utama jagung (penggerek tongkol, penggerek batang, tikus, bulai, lalat bibit, dan ulat grayak) pada Tahun 2012 seluas ha. Luas pengendalian pada Tahun 2012 ini lebih rendah ha (21,64%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 ( ha). Pengendalian terluas dilakukan terhadap hama tikus seluas ha, diikuti penyakit bulai seluas ha dan penggerek tongkol seluas ha. Secara rinci, luas pengendalian OPT utama pada jagung Tahun 2012 dapat dilihat pada Lampiran 28. b) Kedelai Luas pengendalian OPT utama kedelai (ulat grayak, penggulung daun, tikus, ulat jengkal, lalat kacang, dan penggerek polong) pada Tahun 2012 seluas ha. Luas pengendalian Tahun 2012 ini lebih rendah 596 ha (7,84%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 (7.606 ha). Pengendalian terluas dilakukan terhadap ulat jengkal seluas ha, diikuti ulat grayak seluas ha dan penggulung daun seluas 854 ha. Secara rinci, luas pengendalian OPT kedelai dapat dilihat pada Lampiran 29. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

62 c) Kacang Tanah Luas pengendalian OPT utama kacang tanah (ulat grayak, bercak daun, tikus, karat daun, pelipat daun, dan babi hutan) pada Tahun 2012 seluas ha. Luas pengendalian Tahun 2012 ini lebih rendah 592 ha (33,33%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 (1.776 ha). Pengendalian terluas dilakukan terhadap penyakit bercak daun seluas 510 ha, diikuti karat daun seluas 258 ha dan tikus seluas 213 ha. Secara rinci, luas pengendalian OPT utama kacang tanah Tahun 2012 dapat dilihat pada Lampiran 30. D. Kasus-kasus Penggunaan Pestisida Penggunaan pestisida harus dilakukan sesuai prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan merupakan langkah terakhir yang dilakukan berdasarkan hasil pengamatan di lahan/lapangan dan dipilih secara selektif, bijaksana, dan diawasi. Penggunaan pestisida tidak sesuai aturan dapat membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan. Sesuai konsep sistem PHT, penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih diutamakan untuk mengendalikan OPT sedemikian rupa sehingga populasi/keberadaan OPT berada di bawah batas ambang ekonomi atau ambang pengendalian. Tahun 2012, beberapa provinsi telah melaporkan kasus-kasus penggunaan pestisida, provinsi tersebut antara lain Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Aceh, dan Papua. Kasus-kasus penggunaan pestisida yang dilaporkan adalah : a. Terbunuhnya organisme bukan sasaran, yaitu musuh alami (laba-laba) b. Keracunan pada manusia karena tidak memakai Alat Perlindungan Diri (APD) pada saat aplikasi c. Pestisida repacking (pengemasan ulang) Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

63 VI.EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN 2012 A. Bahan Rekomendasi Kebijakan Menteri Pertanian di Bidang Perlindungan Tanaman Pangan Pertemuan Koordinasi Komisi Perlindungan Tanaman (KPT) Pertemuan Koordinasi Komisi Perlindungan Tanaman (KPT) bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan kebijakan dan membahas permasalahan aktual di bidang perlindungan tanaman sebagai bahan masukan kepada Menteri Pertanian dalam penetapan kebijakan yang stategis dan akomodatif. Pada Tahun 2012 telah dilaksanakan 1 (satu) kali Pertemuan Koordinasi KPT yang dilaksanakan pada tanggal 6 8 Juni 2012, di Semarang Jawa Tengah. Pertemuan dihadiri oleh Anggota KPT, Pejabat Eselon II, dan perwakilan dari Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Perlindungan Perkebunan, Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura, dan Pusat Karantina Tumbuhan, narasumber dan undangan lainnya. Hasil penting dari pertemuan tersebut adalah sebagai berikut: a. Pelembagaan PHT Kawasan-kawasan PHT harus dibentuk untuk mengefektifkan pemasyarakatan dan penerapan PHT, minimal di tingkat kecamatan (Kecamatan PHT) yang berbasis komoditas unggulan di wilayah tersebut. Dengan terbentuknya Kecamatan PHT, permasalahan terkait penyebaran serangan OPT polifag subsektor (tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan) tidak akan lagi menjadi persoalan. b. SDM Perlindungan Jumlah sumber daya manusia (SDM) perlindungan tanaman (POPT) terutama di daerah semakin berkurang karena purna tugas, alih tugas, dan lain-lain, sehingga tidak sebanding dengan wilayah pengamatannya. Perekrutan SDM POPT oleh daerah sangat terbatas, untuk itu pusat (Pemerintah) agar mengupayakan dan memprioritaskan perekrutan tersebut. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

64 c. Sekolah Lapangan Beberapa Sekolah Lapangan (SL) yang dilaksanakan pada saat ini tidak sesuai dengan prinsip SL, yaitu: a) belajar dari pengalaman; b) lahan sebagai tempat belajar; c) mengikuti fase-fase fenomena obyek belajar (fenologi) secara berkesinambungan; d) metode Pendidikan Orang Dewasa (POD); e) kontrak belajar sampai temu lapang; dan f) siklus belajar setiap pertemuan (mengamati, menganalisa, mendiskusikan, menyimpulkan, dan dinamika kelompok). Untuk itu, diperlukan Peraturan Menteri Pertanian tentang standardisasi SL. d. Organisasi dan Advokasi KPT Saat ini, tugas dan wewenang KPT masih sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang ada, yaitu memberikan saran dan pertimbangan kepada Menteri Pertanian serta mengevaluasi kebijakan perlindungan tanaman. Komposisi keanggotaan KPT perlu diperluas sebagai tanggapan terhadap perkembangan kompleksitas dan dinamika masalah perlindungan tanaman. Sosialisasi dan advokasi implementasi saran serta pertimbangan yang dihasilkan oleh KPT harus dilakukan oleh para penyusun dan pelaksana kebijakan di pusat dan daerah. e. Kesehatan Benih Kesehatan benih merupakan komponen penting dalam menjamin keberhasilan pengendalian OPT tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan. Standar kesehatan benih hortikultura telah diatur dalam SNI dan SK Direktur Jenderal Hortikultura. Bagi benih yang belum ditetapkan SNI-nya, produsen wajib mencantumkan parameter kesehatan benih pada labelnya. Sedangkan standar kesehatan benih tanaman pangan dan perkebunan harus segera dikaji, ditetapkan, dan diwajibkan penerapannya melalui SK Direktur Jenderal teknis terkait. f. Agens Hayati Pesatnya perkembangan dan kebutuhan pemanfaatan agens hayati (mikroba berguna sebagai bahan pengendali OPT dan pemacu pertumbuhan tanaman) dan pestisida nabati di lapangan, menuntut ditetapkannya standar pengembangan, registrasi dan penjaminan mutu, baik di tingkat laboratorium maupun Pos Pelayanan Agens Hayati (PPAH). Persyaratan untuk pendaftaran agens hayati antara lain meliputi identifikasi yang tepat dan akurat, Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

65 keefektifan yang tinggi, informasi daya simpan, serta keamanan terhadap manusia dan lingkungan. Pengaturan pemanfaatan agens hayati harus dibedakan berdasarkan pada ruang lingkup tujuan pemanfaatannya (komersial atau penggunaan secara internal di kelompok tani). g. Perizinan, Pelembagaan, dan Pengawasan Pestisida (Policy Paper) Regulasi dan evaluasi yang lebih ketat dalam perizinan serta pengawasan pestisida diperlukan untuk menjamin kualitas pestisida yang beredar di lapangan. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian sebagai berikut: a. Standar pengujian efikasi pestisida untuk kepentingan registrasi harus ditelaah agar pestisida yang terdaftar dan beredar aman terhadap manusia serta lingkungan. b. Jumlah formulasi pestisida dengan bahan aktif yang sama terhadap OPT sasaran yang sama harus dibatasi. c. Perizinan suatu produk/merk dagang pestisida agar dicabut apabila berdasarkan pengawasan, produk tersebut tidak diproduksi atau diproduksi hanya berdasarkan permintaan/pesanan. Perguruan tinggi dan lembaga yang berkompeten perlu didorong untuk mengkaji dampak negatif pestisida di lapangan pasca registrasi, termasuk menelaah berbagai bahan aktif pestisida yang saat ini telah dilarang di negara lain. Data hasil kajian akan digunakan sebagai komponen evaluasi pestisida dalam proses registrasi ulang. B. Pedoman Perlindungan Tanaman Pangan 1. Pedoman Operasional LPHP Dalam rangka mendukung optimalisasi kinerja Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit (LPHP) diperlukan pedoman operasional yang akan menjadi acuan petugas/pengelola LPHP dalam pelaksanaan kegiatannya. Pedoman operasional ini dimaksudkan untuk mendukung terpenuhinya persyaratan dan terwujudnya jaminan mutu produk, jasa, proses, sistem, SDM/personel dan lainnya, sehingga dapat memberikan kepercayaan kepada pengguna dan pihak terkait. Selain itu, pedoman operasional tersebut diharapkan dapat mendukung upaya peningkatan produktivitas melalui kegiatan pengamanan produksi, daya guna dan hasil guna serta perlindungan terhadap konsumen, Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

66 tenaga kerja dan masyarakat dalam hal keselamatan, keamanan, kesehatan dan kelestarian lingkungan. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pada Tahun 2012 telah dilakukan penyusunan buku Pedoman Operasional LPHP yang diharapkan dapat menjadi rujukan kegiatan untuk dapat memilih kegiatan sesuai skala prioritas di wilayahnya 2. Pedoman Penilaian POPT, LPHP, Petani dan Kelompok Tani Teladan Salah satu upaya untuk memotivasi kinerja POPT-PHP, POPT, LPHP, Petani, dan Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati adalah melalui pemberian penghargaan kepada POPT, POPT-PHP, LPHP, petani, dan Kelompok Tani teladan. Berkaitan dengan hal tersebut dipandang perlu menyusun pedoman sebagai acuan Tim Penilai dalam melakukan penilaian terhadap POPT-PHP, POPT, LPHP, serta petani dan kelompok tani pengembang agens hayati teladan tingkat nasional. Berdasarkan hal tersebut di atas, pada Tahun 2012 telah dilakukan penyusunan pedoman sebagai berikut: a) Pedoman Penilaian POPT Teladan, sebagai acuan pelaksanaan kegiatan penilaian dalam rangka pemberian penghargaan POPT dan POPT-PHP Teladan Tingkat Nasional. b) Pedoman Penilaian LPHP Teladan, sebagai acuan pelaksanaan kegiatan penilaian dalam rangka pemberian penghargaan LPHP Teladan Tingkat Nasional. c) Pedoman Penilaian Petani dan Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati Teladan, sebagai acuan pelaksanaan kegiatan penilaian dalam rangka pemberian penghargaan Petani Pengembang PHT dan Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati Teladan Tingkat Nasional. 3. Pedoman Pelaksanaan SLPHT yang disempurnakan Pada tahun 2012 telah dialokasikan dana APBN untuk kegiatan SLPHT skala kelompok dan SLPHT Tindak Lanjut di seluruh provinsi kecuali Provinsi Kepulauan Riau. Penyempurnaan Pedoman Pelaksanaan SLPHT dilakukan untuk memperbaiki buku Pedoman Pelaksanaan SLPHT yang telah ada dengan dilengkapi Pedoman SLPHT Tindak Lanjut sebagai standar/acuan baku bagi petugas pemandu lapangan dalam pelaksanaan SLPHT di lapangan. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

67 4. Pedoman Jabatan Fungsional POPT POPT wajib mengumpulkan dan menyusun hasil kegiatan yang telah dilakukan dalam bentuk dokumen berupa Data Usulan Penetapan Angka Kredit (DUPAK) setiap tahunnya. Tata cara penyusunan dan pengajuan DUPAK ditentukan berdasarkan pedoman yang berlaku. Selain melaksanakan tugas pokok, untuk meningkatkan profesionalismenya, POPT diharapkan dapat menyusun Karya Tulis Ilmiah (KTI) sesuai dengan Pedoman Penyusunan KTI (SK mentan No. 34/Permentan/OT.140/6/2011). Pada tahun 2012 ini telah disusun Pedoman Penyusunan dan Pengajuan DUPAK POPT dan perbanyakan Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI). Pedoman Penyusunan dan Pengajuan DUPAK POPT bertujuan untuk memberikan acuan kepada POPT dalam mengumpulkan angka kredit yang diajukan sebagai syarat kenaikan pangkat dan jenjang. Pedoman Penyusunan KTI dimaksudkan sebagai acuan dalam menyusun KTI sesuai kaidah ilmiah. C. Bahan Informasi Perlindungan Tanaman Pangan Dalam rangka penyediaan bahan informasi bagi petugas lapangan dan petani dalam memberikan rekomendasi pengendalian OPT (padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah) dengan mengacu kepada prinsip PHT, selama Tahun 2012 telah disusun dan banner, buku dan buletin. 1. Banner Pengendalian OPT Tanaman Pangan dan Media Visualisasi Perlindungan Tanaman Pangan (Diorama) Banner dicetak dalam upaya penyebaran informasi kepada petugas lapangan maupun masyarakat untuk menambah wawasan tentang pengendalian OPT. Banner juga digunakan dalam mendukung pelaksanaan pertemuan MPTHI yang diselenggarakan di Palu, Sulawesi Tengah. Banner dicetak sebanyak 8 unit. Sebagai upaya melakukan sosialisasi kegiatan perlindungan tanaman pangan, telah dibuat media visualisasi berupa maket, diorama, media elektronik, dan media pamer lainnya, yang diletakkan di ruang pamer Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. 2. Buku Dalam mendukung pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman pangan baik di pusat maupun di daerah, diterbitkan beberapa buku pedoman/petunjuk yaitu Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

68 2012 (Kontingensi), Pedoman Teknis Petani Pengamat, Pedoman Pengamatan dan Pelaporan Perlindungan Tanaman Pangan, Komik SPOT- STOP. 3. Buletin Warta Perlindungan Tanaman Pangan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan merupakan lembaga publik yang mempunyai kewajiban untuk memberikan akses informasi yang terbuka kepada publik dalam rangka transparansi, akuntabilitas dan pengelolaan pemerintahan yang baik sesuai dengan UU. No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Informasi yang harus disampaikan oleh Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan tentunya berkaitan dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam rangka pengamanan produksi tanaman pangan. Oleh karena itu, perlu dibuat media informasi yang efektif untuk menyampaikan kebijakan-kebijakan tersebut kepada masyarakat terutama petugas lapangan dan stakeholder perlindungan tanaman pangan. Salah satu media yang dibutuhkan untuk kepentingan hal tersebut adalah Warta Perlindungan Tanaman Pangan. Selain memuat tentang kebijakan-kebijakan perlindungan tanaman pangan, media informasi tersebut juga memuat data dan informasi lain seperti data serangan OPT, DPI, Pemasyarakatan PHT dan Teknologi Pengendalian OPT. Selain itu Warta Perlindungan Tanaman Pangan dapat juga menjadi sarana pengembangan keprofesian bagi Pejabat Fungsional Pengendali OPT (POPT) yang ada di Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Pada Tahun 2012 telah disusun buletin Warta Perlindungan Tanaman Pangan sebanyak 6 (enam) edisi. D. Pelatihan Teknis Perlindungan Tanaman Pangan Selama Tahun 2012, dalam rangka peningkatan kompetensi petugas telah dilakukan kegiatan: 1. Pelatihan Pemetaan Serangan OPT pada Tanaman Pangan Pemetaan merupakan langkah awal untuk mengetahui penyebaran OPT di suatu wilayah. Pemetaan OPT merupakan dasar dalam menentukan langkahlangkah pengendalian OPT yang timbul, sehingga dampak terhadap penurunan kualitas dan kuantitas produksi pangan pada masa yang akan datang dapat ditekan. Pelatihan Pemetaan Serangan OPT pada Tanaman Pangan telah dilaksanakan dan diikuti oleh staf teknis dan pejabat fungsional POPT lingkup Direktorat Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

69 Perlindungan Tanaman Pangan dan unsur Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Provinsi Jawa Barat, Banten, D.I. Yogyakarta, dan Maluku. Pemetaan disusun menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographical Information System = GIS. SIG menyajikan informasi dan pengelolaan data, baik data spasial bergeoreferensi maupun data non-spasial (data numerik/alfanumerik/ atribut) yang cukup komplek secara terpadu. Praktek yang dilakukan pada pelatihan pemetaan sebaran daerah endemis serangan OPT meliputi praktek pengolahan dan analisis data serangan Penggerek Batang Padi (PBP) dan Wereng Batang Coklat (WBC) pada Musim Hujan (MH) dan Musim Kemarau (MK), praktek Penyusunan Peta Sebaran Daerah Endemis PBP Di Indonesia Pada MH, praktek Penyusunan Peta Sebaran Daerah Endemis PBP Di Indonesia Pada MK, praktek Penyusunan Peta Sebaran Daerah Endemis WBC Di Indonesia Pada MH, praktek Penyusunan Peta Sebaran Daerah Endemis WBC Di Indonesia Pada MK, dan praktek pembuatan batas wilayah Kabupaten/Kota baru berdasarkan hasil pemekaran wilayah. 2. Pelatihan Analisis Data Serangan OPT Tanaman Pangan Analisis serangan OPT merupakan kegiatan untuk menganalisa perkembangan populasi OPT serta penyebaran dan akibat yang ditimbulkan dalam ruang dan waktu tertentu. Informasi tersebut menjadi masukan bagi petugas lapangan dalam pengambilan kebijakan dan menyusun strategi serta teknik pengendalian OPT secara spesifik lokasi, sehingga produktivitas pertanian dapat dipertahankan pada taraf tinggi, kualitas dan kontinuitas terjamin, serta aman terhadap lingkungan. Pelatihan Analisis Data Serangan OPT Tanaman Pangan telah dilaksanakan dan diikuti oleh staf teknis perllindungan tanaman pangan dan fungsional POPT. Narasumber dan pemandu berasal dari Direktrorat Perlindungan Tanaman Pangan, Balai Besar Peramalan OPT, dan Universitas Gadjah Mada. Analisis data serangan OPT terbagi menjadi dua, yaitu 1) pengolahan dasar/sederhana (menghitung nilai rata-rata contoh, menghitung varian contoh, menghitung varian populasi, mengevaluasi kualitas data, mengevaluasi sebaran data, dan mentransformasi data); dan 2) pengolahan lanjutan/komprehensif (analisis anova, pengembangan sampling, pemetaan, dan peramalan). Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

70 Peramalan OPT bertujuan untuk menyusun model peramalan OPT sederhana, akurat dan aplikatif, menyusun saran tindak pengelolaan OPT sesuai dengan prinsip/strategi PHT, serta menekan populasi/serangan OPT, menjaga tingkat produktivitas tanaman dan keamanan lingkungan. Pengembangan peramalan OPT dilakukan menggunakan metode regresi linier, yaitu analisis statistika yang memodelkan hubungan beberapa variabel menurut bentuk hubungan persamaan linier eksplisit. Model peramalan penyakit BLB pada tanaman padi yang berhasil dikembangkan pada saat pelatihan berlangsung adalah model peramalan penyakit BLB pada Musim Kemarau 2012 dan Musim Hujan 2011/2012 di Indonesia. 3. Training of Trainer Sekolah Lapangan Iklim Training Of Trainer (TOT) Sekolah Lapangan Iklim (SLI) merupakan suatu proses pembelajaran bagi petugas lapangan dalam mengelola data dan informasi iklim yang pelaksanaannya mengacu kepada sistem SLPHT. Melalui TOT-SLI ini diharapkan petugas terutama yang wilayah kerjanya termasuk kategori daerah rawan banjir/kekeringan mampu melakukan analisis dan evaluasi data dan informasi faktor iklim/cuaca. Disamping itu diharapkan petugas perlindungan tanaman dapat menyampaikan informasi tersebut kepada petani melalui kegiatan SLI, sehingga informasi tersebut dapat dimanfaatkan dalam kegiatan budidaya tanaman. Pertemuan TOT SLI pada tahun 2012 telah dilaksanakan di Solo, Jawa Tengah. Pasca TOT SLI, beberapa hal yang ditindaklanjuti antara lain dengan membentuk ikatan petani alumni SLI dan memberikan mereka kegiatan sehingga tetap berkesinambungan seperti studi banding dan pertemuan antara alumni, serta diharapkan segera melaksanakan TOT di tingkat provinsi maupun kabupaten. 4. Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Pemanfaatan AWS Automatic Weather Station (AWS) atau Stasiun Cuaca Otomatis Telemetri Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan merupakan stasiun yang dikembangkan oleh Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi yang mampu merekam data cuaca terkini secara digital (diatur sesuai kebutuhan). AWS dapat merekam enam jenis unsur cuaca antara lain: curah hujan, suhu (minimum, maksimum dan rata-rata), kelembaban udara (minimum, maksimum dan rata-rata), radiasi matarahari, kecepatan angin, dan arah angin. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

71 Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan AWS maka perlu dilakukan pengenalan dan aplikasi pemanfaatan AWS tersebut bagi semua pihak yang terkait. Pelatihan ini bertujuan meningkatkan pengetahuan petugas pengelola data di Pusat dan daerah agar mampu mengoptimalkan pemanfaatan AWS di lapangan. Pelatihan telah dilaksanakan dan diikuti oleh petugas pengelola data iklim di 9 Provinsi (Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Kalimantan Timur). Informasi-informasi iklim hasil pengamatan AWS tersebut akan dianalisis dan disebarluaskan kepada petani melalui petugas lapangan (POPT-PHP) sehingga luas lahan terkena serangan OPT dan DPI diharapkan dapat berkurang. 5. TOT PL 1 SLPHT Kemampuan dan penguasaan materi Pemandu Lapangan (PL) sebagai fasilitator kegiatan SLPHT memegang peran penting dalam pelaksanaan kegiatan secara optimal sesuai konsep dasar PHT. Saat ini, jumlah petugas POPT-PHP yang memiliki pengetahuan di bidang kepemanduan SLPHT masih terbatas sehingga perlu dilaksanakan Training of Trainer (TOT) PL I yang diharapkan dapat mengatasi terbatasnya jumlah tenaga pemandu SLPHT. Training of Trainer (TOT) PL I telah dilaksanakan di Malang, Jawa Timur. Salah satu materi penting TOT adalah pengamatan agroekosistem. Praktek pengamatan agroekosistem dilaksanakan di Desa Kasembon, Batu, Malang yang merupakan hamparan SLPHT tindak lanjut. Wilayah Desa Kasembon tersebut direncanakan menjadi pilot project Rintisan Desa PHT bekerjasama antara Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang dengan UPTD BPTPH Provinsi Jawa Timur. Kunjungan peserta ke Rintisan Desa PHT tersebut diharapkan dapat memotivasi peserta untuk mendorong pembentukan desa/kecamatan PHT di provinsi masing-masing. 6. Sosialisasi Pedoman Fungsional POPT Salah satu butir kegiatan jabatan fungsional POPT adalah pengembangan profesi yang merupakan kegiatan pengembangan diri POPT melalui peningkatan pengetahuan, teknologi, dan keterampilan untuk meningkatkan kualitas dan profesionalismenya serta pengamalannya kepada masyarakat luas. Salah satu kegiatan pengembangan profesi dimaksud adalah menyusun KTI. Penyusunan KTI berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 34/Permentan/OT.140/6/2011 tentang Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah bagi Pejabat Fungsional Rumpun Ilmu Hayat Lingkup Pertanian. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

72 Pedoman tersebut disosialisasikan, khususnya kepada POPT untuk meningkatkan pemahaman dan persamaan persepsi tentang penyusunan KTI sesuai kaidah ilmiah. Untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta pemahaman POPT dalam menyusun DUPAK juga telah dilaksanakan Sosialisasi Draft Pedoman Penyusunan dan Pengajuan DUPAK. Mengingat beragamnya permasalahan dalam pemberdayaan dan pengembangan jabatan fungsional POPT di daerah, dipandang perlu menyepakati beberapa hal terkait dengan perolehan angka kredit pendidikan formal, persyaratan pendidikan POPT Ahli dan Alih Kelompok, pengukuhan POPT, penerapan peraturan terkait, batas waktu maksimal perolehan angka kredit untuk kenaikan pangkat/jabatan POPT, pembebasan sementara, dan penilaian KTI. 7. Seminar Sehari Perlindungan Tanaman Pangan Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan wawasan pejabat fungsional POPT, telah dilaksanakan Seminar Sehari bertema Pengaruh Dampak Perubahan Iklim terhadap Perkembangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Tanaman Pangan di Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan pada tanggal 29 Agustus Peserta seminar adalah POPT perwakilan dari Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Perlindungan Hortikultura, Direktorat Perkebunan, Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Jatisari, BPTPH (Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat) maupun staf teknis lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Seminar dilaksanakan dengan mengundang Narasumber terkait yang berasal dari IPB, BBSDLP, dan BBPOPT Jatisari. Beberapa hal yang dihasilkan : 1. Dampak Perubahan Iklim berakibat pada : Meningkatnya suhu udara sebesar 0,74 o C dalam kurun waktu 100 tahun ( ) Naiknya permukaan laut sebesar 0,7 mm/ tahun ( ), dalam kurun waktu 100 tahun lagi (tahun 2061), akan menjadi 70 mm Terjadinya perubahan spesies flora dan fauna Menurunnya frekuensi dan volume hujan pada musim hujan, dan meningkat pada musim kemarau Terjadinya perubahan pola dan musim tanam Berubahnya siklus hidup organisme sehingga dalam setahun dapat menyelesaikan beberapa generasi Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

73 Meningkatnya frekwensi timbulnya hama atau penyakit manusia, hewan dan tumbuhan 2. Di Indonesia telah dilakukan beberapa kajian terkait perubahan iklim, kegiatan yang telah berlangsung selama 3 tahun, adalah sebagai berikut : Pengembangan galur padi dan kedelai tahan salinitas dan tahan kering Pengembangan alat-alat pertanian prsesisi Prediksi Iklim Pengembangan kalender tanam dinamik Survey pengaruh perubahan iklim pada pergeseran HPT Padi, pengembangan basis data HPT dan pengembangan pengendalian hama terpadu Produksi dan pengembangan teknologi pupuk organic dan biofertilizer Pengembangan sistem irigasi Diseminasi dan adaptasi teknologi UKM 3. Dampak perubahan iklim, juga berdampak pada perubahan iklim mikro. Perubahan iklim mikro terhadap serangga hama mempengaruhi : Proses biologi OPT (keperidian, siklus hidup, ukuran tubuh, maupun kemampuan makan) Kondisi Inang (Morfologi, ketahanan) Lingkungan (faktor biologi, musuh alami, keefektifan) 4. Dampak perubahan iklim, juga berdampak pada perubahan iklim mikro. Perubahan iklim mikro terhadap penyakit mempengaruhi : Patogen (reproduksi, patogenesitas, penularan, bertahan hidup) Inang (ketahanan/morfofisiologi, ekspresi gejala) Lingkungan (sifat fisiokimia tanah, perkembangan dan dominasi mikroba tanah, filosfer, dn simbion) 5. Contoh kejadian perubahan iklim adalah eksplosi hama wereng batang coklat. Perubahan iklim yang terjadi menyebabkan curah hujan dan suhu meningkat. Kemungkinan yang terjadi adalah keperidian wereng menjadi tinggi, tanaman menjadi stress sehingga fotosisntesis berada dalam keadaan sub-optimal, lingkungan pada tanaman padi terutama bagian pangkal batang menjadi gelap, suasana anearob, pelapukan bahan organik menjadi lambat, dan keragaman serangga rendah. Dengan kondisi tersebut, ekosistem sawah menjadi lemah, kandungan bahan organik rendah, jaringan padi miskin simbion (endofit), ditambah lagi dengan perilaku petani yang menyemprotkan pestisida dengan tidak Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

74 bijaksana yang menyebabkan matinya musuh alami, maka kondisi tersebut akan menyebabkan terjadinya ledakan hama wereng. 6. Tindak lanjut dalam meminimalisir kerugian yang disebabkan oleh pemgaruh perubahan iklim terhadap perkembangan OPT yaitu : Mulai mengamati unsur iklim sebagai penciri serangan hama-penyakit Mencari model hubungan antara luas/populasi OPT dengan faktor pemicu serangan/iklim yang spesifik lokasi karena serangan OPT umumnya spesifik lokasi Penyediaan capacity building : peralatan AWS/stasiun iklim, terutama di sentra-sentra produksi tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan, dan kemampuan analisis SDM Menyusun peringatan dini luas serangan OPT E. Pengembangan Sistem Informasi Manajemen ( SIM ) 1. Evaluasi Penerapan SIM OPT Sejalan dengan perkembangan program SIM OPT dari versi 1.1 menjadi 2.1, maka pelaporan OPT dan DPI secara berjenjang sampai ke tingkat pusat (Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan) diharapkan semakin lancar, cepat, dan akurat. Kegiatan ini bertujuan untuk memantau dan menginventarisasi informasi terkait penerapan SIM OPT di beberapa daerah, terutama yang mengalami kendala dalam penerapan program tersebut. Dengan kegiatan ini, dapat ditemukan solusi yang tepat terhadap permasalahan yang dihadapi oleh petugas pengelola data OPT/DPI sehingga program SIM OPT versi 2.1 dapat diterapkan secara optimal. Evaluasi dalam rangka penerapan SIM OPT telah dilaksanakan di beberapa provinsi terutama yang mengalami kendala, yaitu Provinsi Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Selatan, Jawa Timur, Jambi, Kalimantan Tengah dan Jawa Tengah. Berdasarkan hasil Evaluasi Penerapan SIM OPT ke beberapa provinsi diketahui beberapa permasalahan antara lain: - Sistem Aplikasi Data OPT dan DPI di daerah belum sepenuhnya dapat diterapkan karena petugas pengelola sering berganti, sarana yang belum memadai, dan keterbatasan kemampuan teknis petugas pengelola. - Beberapa daerah belum memanfaatkan sistem pengiriman data OPT dan DPI melalui SIM OPT, karena belum mengikuti prosedur yang sesuai dengan petunjuk (manual) dan proses upload data ke server (Pusat Data Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

75 dan Informasi Kementerian Pertanian) masih mengalami kendala. Pengiriman data dilakukan melalui , faksimili, dan jasa pos. 2. Pemutakhiran Data dan Informasi Situs Web Sistem Informasi Manajemen (SIM) data OPT yang telah dikembangkan oleh Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan adalah situs web. Situs web tersebut berisikan data dan informasi serangan OPT, DPI, maupun informasi yang terkait dengan perlindungan tanaman sesuai kondisi terkini, serta dapat menyajikan tulisan ilmiah/populer. Data dan informasi tersebut sangat dibutuhkan baik bagi penentu kebijakan maupun petugas perlindungan di pusat maupun di daerah. Secara umum, situs web yang telah ada belum dapat memenuhi kebutuhan akan informasi yang diperlukan karena adanya hambatan dalam pengumpulan data pendukung updating situs web, belum memadainya sarana pendukung updating, dan belum optimalnya pemanfaatan server. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu diupayakan pengembangan dan penyempurnaan sehingga dapat memenuhi kebutuhan data dan informasi baik pusat maupun daerah. Dalam rangka pengembangan sistem informasi situs web, telah dilaksanakan penyusunan bahan updating/pemutakhiran data dan informasi yang ada pada situs web Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan sehingga situs web tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik. F. Rapat-Rapat Koordinasi 1. Regional IV Pertemuan Regional IV dilaksanakan dalam rangka koordinasi dan sinkronisasi kegiatan Tahun 2012 dan evaluasi Tahun 2011 untuk seluruh pelaksanaan kegiatan peningkatan produksi tanaman pangan antara pemerintah pusat dan daerah, sehingga terhimpun data/informasi sementara luas tanam, luas panen, produksi, dan produktivitas tanaman pangan di wilayah Sulawesi (Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara) serta mengiventarisasi permasalahan dan merumuskan alternatif pemecahannya. Beberapa hal yang dapat disimpulkan adalah Sasaran nasional produksi padi tahun 2012 sebesar ton. Wilayah regional IV (Sulawesi) awalnya ditargetkan dapat berkontribusi sebesar Ton terhadap sasaran produksi nasional sesuai dengan kesepakatan yang telah dilakukan oleh Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

76 masing-masing provinsi dengan Dirjen Tanaman Pangan, namun hasil workshop lebih kecil, yaitu mencapai sebesar ton (99,83 %) terdiri dari provinsi Sulawesi Selatan sebesar ton atau 97,96 % dari sasaran nasional ( ton); Provinsi Sulawesi Utara sebesar ton (98,72%) dari sasaran nasional ( ton); Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar ton (118,46 %) dari sasaran nasional ( ton); Provinsi Sulawesi Tengah sebesar ton atau 102,90 % dari sasaran nasional ton; Provinsi Sulawesi Barat sebesar ton atau 101,14 % dari sasaran nasional ( ton); Gorontalo sebesar ton (89,65 %) dari sasaran nasional ( ton). Sedangkan sasaran nasional produksi Jagung tahun 2012 sebesar ton. Wilayah regional IV (enam provinsi) ditargetkan dapat berkontribusi sebesar Ton dari total sasaran nasional sesuai dengan kesepakatan yang telah dilakukan oleh masing-masing provinsi dengan Dirjen Tanaman Pangan, namun hasil workshop lebih kecil menjadi sebesar ton (88,37 %) terdiri dari Provinsi Sulawesi Selatan sebesar ton (97,39 %) dari sasaran nasional ( ton); Provinsi Sulawesi Utara sebesar ton (84,48 %) dari sasaran nasional ( ton); Provinsi Sulawesi Tengah sebesar ton (100,04 %) dari sasaran nasional ( ton); Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar ton (109,54 %) dari sasaran nasional ( ton); Provinsi Sulawesi Barat sebesar ton (130,98 %) dari sasaran nasional ( ton); dan Gorontalo sebesar ton (64,80 %) dari sasaran nasional ( ton). Sasaran nasional produksi kedelai tahun 2012 sebesar ton. Wilayah regional IV (enam provinsi) ini dapat berkontribusi sebesar ton sesuai dengan kesepakatan yang telah dilakukan oleh masing-masing provinsi dengan Dirjen Tanaman Pangan, sedangkan hasil workshop lebih kecil yaitu sebesar ha (77,92 %) terdiri dari Provinsi Sulawesi Selatan sebesar ton (98,09 %) dari sasaran nasional ( ton); Provinsi Sulawesi Utara sebesar ton (25,40 %) dari sasaran nasional ( ton); Provinsi Sulawesi Tengah sebesar ton atau 75,83 % dari sasaran nasional ( ton); Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar ton atau 72,97 % dari sasaran nasional ( ton); Provinsi Sulawesi Barat sebesar ton atau 44,66 % dari sasaran nasional ( ha); dan Gorontalo sebesar ton atau 58,95 % dari sasaran nasional ( ton). Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

77 2. Koordinasi Teknis Pelaksanaan Kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 Pertemuan Koordinasi Teknis Pelaksanaan Kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan antara pusat dan daerah dilaksanakan untuk membahas kebijakan, strategi, program dan kegiatan serta langkah-langkah operasional dalam rangka mengamankan sasaran produksi tanaman pangan Tahun Dengan pertemuan tersebut diharapkan dapat meningkatkan koordinasi dan sinergitas pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman pangan antara pusat dan daerah (Diperta Provinsi dan BPTPH) dalam upaya peningkatan ketahanan pangan serta merencanakan kegiatan perlindungan tanaman pangan Tahun 2012 untuk pusat dan daerah. Berdasarkan diskusi dihasilkan rumusan sebagai berikut : a. Kegiatan perlindungan tanaman yang perlu ditingkatkan pada Tahun 2012 adalah mengaktifkan dan menguatkan kegiatan-kegiatan perlindungan tanaman. Kegiatan tersebut meliputi surveillance, rapat koordinasi tingkat wilayah kerja LPHP sebagai tindak lanjut hasil surveillance, taksasi kehilangan hasil, rice garden/observasi reaksi varietas, klinik tanaman, kajian teknologi spesifik lokasi, pemetaan, pengamatan lampu perangkap (light trap), dan pengamatan penakar curah hujan/stasiun meteorologi pertanian khusus (SMPK). b. SLPHT tindak lanjut diharapkan mampu mencetak petani mandiri dan ahli PHT. Setiap unit SLPHT minimal dapat menghasilkan 2 (dua) petani pengamat dan 1 (satu) petani pemandu untuk membantu tugas POPT- PHP. SLPHT tindak lanjut merupakan program pemberdayaan dan pendayagunaan alumni SLPHT dalam upaya memperkuat dan memasyarakatkan PHT. Penerapan PHT dalam skala luas diharapkan dapat mendorong pengamanan produksi dan peningkatan produksi. c. Brigade Proteksi Tanaman (BPT) merupakan unit pelaksana pengendalian yang mempunyai tugas pokok membantu petani dalam pengendalian OPT di daerah sumber serangan dan daerah yang mengalami eksplosi. Pada umumnya kondisi BPT kurang memadai, sehingga tidak optimal menunjang pelaksanaan tugasnya. Oleh karena itu perlu dilakukan revitalisasi baik SDM maupun sarana dan prasarana lainnya. Sebaran BPT diupayakan pada setiap wilayah agroklimat/lphp di bawah komando BPTPH. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

78 d. Upaya pengamanan yang harus dilakukan dalam mengantisipasi peningkatan OPT antara lain pengawalan pertanaman secara ketat, pemberdayaan petugas, koordinasi dengan instansi terkait, monitoring, gerakan pengendalian, peningkatan kewaspadaan, serta penyiapan sarana dan prasarana. e. Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) dalam penyiapan sarana pengendalian OPT agar mengutamakan peralatan seperti light trap, bendera spot stop, hand sprayer dan mistblower. Sedangkan untuk fasilitasi Pos Pengembang Agens Hayati (PPAH) agar mengutamakan peralatan dan perlengkapan laboratorium seperti refrigerator, kompor gas, tabung gas 3 kg, panci besar, blender, incase sederhana dan dandang. f. Jumlah POPT-PHP PNS saat ini semakin berkurang, demikian juga pengangkatan THL belum dapat diupayakan dalam waktu dekat. Untuk itu beberapa upaya yang dapat ditempuh antara lain : Pemberdayaan petani alumni SLPHT sebagai petani pengamat dan PPL untuk membantu tugas POPT-PHP. Pendampingan TNI/Polri dalam operasional pengamanan produksi g. Berdasarkan data lima tahun terakhir ( )Serangan penyakit blas dan BLB/kresek mengalami peningkatan di beberapa sentra produksi padi. Oleh karena itu perlu disusun strategi dan taktik operasional pengendalian secara terpadu, baik bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. h. Meningkatnya luas serangan penyakit blas dan BLB/kresek disebabkan karena penggunaan varietas tahan WBC tapi peka/rentan terhadap blas dan BLB/kresek, pengaruh iklim dan pemupukan N berlebihan. i. Penyakit blas merupakan penyakit penting pada tanaman padi gogo, namun karena struktur populasi ras antar daerah berbeda dan penyakit ini terbawa benih (seed born pathogen), maka sebaran penyakit bergeser ke padi sawah. Penyakit BLB/kresek tersebar di seluruh pertanaman padi, baik pada saat musim hujan maupun musim kemarau. Perkembangan penyakit tergantung cuaca dan ketahanan tanaman. j. Operasionalisasi Pengendalian Spot Stop jangka pendek dapat dilakukan dengan strategi menghindar (escape) dari infeksi dan memperkuat faktor pengendalian alamiah, antara lain: 1) Pengelolaan varietas (variabilitas varietas, tanam varietas peka pada musim kemarau); 2) Benih/bibit sehat dan bersertifikat dari varietas yang tahan; Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

79 3) Seed treatment; 4)Pengolahan tanah sempurna, persemaian dibuat setelah pengolahan tanah sempurna; 5) Pengaturan air; 6) Jajar legowo; 7) Interplanting; 8) Pemupukan yang rasional (PHSL)/pemberian pupuk silikat; 9) Pengamatan serangan (spot), apabila perkembangan serangan dinilai mengkhawatirkan maka dilakukan pengendalian (stop serangan). k. Operasionalisasi pengendalian Spot Stop jangka menengah-panjang dapat dilakukan dengan strategi peningkatan diversitas genetik dan penggunaan benih sehat menuju pertanian berkelanjutan, antara lain: 1) Perakitan varietas tahan dengan sumber ketahanan berbeda tetapi sesuai preferensi konsumen (gene pyramiding, sequential release); 2) Peningkatan kemampuan jajaran perlindungan tanaman mengidentifikasi strain/patotipe (pemetaan); 3) Inter-planting; 4) Intercropping; 5) Multilines; 6) Perbaikan sistem perbenihan mendukung pergiliran varietas (genetik); 7) Revisi metode sertifikasi benih. Pengujian mutu benih mempertimbangkan kesehatan benih (kontaminasi patogen); 8) Pemasangan bola kaca. 3. Pertemuan Masyarakat Perlindungan Tumbuhan dan Hewan (MPTHI) Kebijakan Pemerintah di bidang perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem pengendalian hama terpadu (PHT) yaitu sistem pengendalian yang tidak hanya memanfaatkan satu cara pengendalian, namun pengendalian yang lebih menekankan kepada pengelolaan agroekosistem sejalan dengan Good Agriculture Practices (GAP) dan sistem pertanian berkelanjutan. Untuk membangun komitmen dalam meningkatkan pelaksanaan dan pengembangan PHT diperlukan keterlibatan secara aktif seluruh stakeholders di bidang perlindungan tanaman (petani, petugas lapangan, pemerintah daerah dan pusat, pihak pengusaha/swasta, pakar, lembaga penelitian/perguruan tinggi) dan instansi terkait lainnya. Peran aktif seluruh stakeholder dapat disinergikan secara optimal melalui wadah/forum yang sesuai. Wadah/forum komunikasi yang telah aktif pada saat ini dan perlu terus diberdayakan adalah Masyarakat Perlindungan Tumbuhan dan Hewan Indonesia (MPTHI). Melalui MPTHI diharapkan dapat dibangun koordinasi dan sinergitas secara berkesinambungan dalam kegiatan perlindungan tumbuhan dan hewan untuk mewujudkan visi dan misi bersama menuju sistem pertanian berkelanjutan. Pertanian berkelanjutan yang tangguh merupakan Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

80 komponen penting dalam mendukung pencapaian tujuan bersama yaitu ketahanan pangan nasional. Selain menguatkan peran serta seluruh stakeholders di bidang perlindungan tanaman dan hewan Indonesia, juga dilakukan ekspose berbagai teknologi dan sarana perlindungan tanaman dan hewan, baik yang dikembangkan oleh pemerintah, swasta, maupun petani, dan mensosialisasikan peran MPTHI dalam mendukung peningkatan agribisnis untuk penguatan pasar dalam negeri. Pertemuan MPTHI ke-10 (sepuluh) telah dilaksanakan di Palu, Sulawesi Tengah, diawali dengan pembukaan oleh Wakil Gubernur dan pengarahan oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan. Peserta yang hadir berasal dari Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Perlindungan Hortikultura, Direktorat Perlindungan Perkebunan, Dinas Pertanian Provinsi, Dinas Perkebunan Provinsi, Dinas Peternakan Provinsi, Balai Karantina Pertanian, BPTPH se-indonesia, Akademisi dan Mahasiswa Universitas Tadulako, Kelompok Tani, dan Petani Teladan. Berbagai kegiatan yang dilaksanakan meliputi, seminar, diskusi panel, pelatihan, dan pameran yang diikuti oleh 30 stand pameran yang terdiri dari 20 stand BPTPH/daerah, 3 stand Kementerian Pertanian (Badan Karantina Pertanian, Direktorat Jenderal Perkebunan, dan BBPOPT Jatisari) serta 7 stand dari stakeholder. 4. Temu Teknologi Pengendalian OPT Ramah Lingkungan Temu Teknologi Pengendalian OPT Ramah Lingkungan dilaksanakan untuk mengevaluasi penerapan teknologi pengendalian OPT ramah lingkungan di tingkat petani. Teknologi pengendalian OPT yang dimaksud merupakan teknologi hasil-hasil penelitian, kajian Perguruan Tinggi, teknologi yang telah dikembangkan/diterapkan oleh BPTPH dan LPHP di tingkat lapangan, ataupun teknologi lainnya yang merupakan rekayasa berbagai komponen teknologi termasuk yang telah dihasilkan oleh LPHP. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengendalian serta membatasi pencemaran lingkungan, kebijakan pengendalian perlu memperhatikan kelestarian lingkungan dengan mengutamakan teknologi pengendalian OPT ramah lingkungan dan spesifik lokasi berdasarkan prinsip PHT. Pengendalian OPT ramah lingkungan dan pengembangan teknologi pengendalian OPT spesifik lokasi bertujuan untuk membatasi penggunaan Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

81 pestisida kimiawi seminimal mungkin tetapi sasaran kualitas dan kuantitas produksi tanaman pangan masih dapat dicapai. LPHP diharapkan berperan sebagai pusat pembinaan dan Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati dalam penyiapan isolat spesifik lokasi. Disamping itu, LPHP sebagai wadah berkumpulnya pengguna, pengembang dan peneliti (perguruan tinggi, litbang) untuk saling bertukar informasi/pengetahuan sehingga tercipta teknologi pengendalian OPT spesifik lokasi, sebagai acuan perlindungan tanaman di wilayahnya. Pada umumnya, LPHP belum mampu mengeksplorasi agens hayati sebagai sumber isolat agens hayati spesifik lokasi. Identifikasi isolat belum terlaksana dengan baik dan pemeliharaan isolat murni yang tersedia kurang terjaga dikarenakan keterbatasan jumlah dan kompetensi sumber daya manusia (SDM). 5. Evaluasi Pengembangan dan Penerapan Teknologi Pengendalian OPT Ramah Lingkungan Informasi teknologi pengendalian OPT ramah lingkungan yang telah dikembangkan dan diterapkan di berbagai tempat dan mampu mengendalikan OPT secara efektif masih terbatas dan belum tersebar luas. Untuk itu perlu dilakukan monitoring, evaluasi dan penelaahaan terkait dengan efektivitas dan efisiensi penerapannya. Hasil monitoring dan evaluasi tersebut kemudian disusun dan disebarluaskan ke petugas lapang dan masyarakat pertanian. 6. Forum Sekolah Lapangan Iklim Forum Sekolah Lapangan Iklim (SLI) telah dilaksanakan untuk menyediakan suatu wadah dalam upaya memberdayakan petugas pemandu lapangan SLI dan saran tukar menukar informasi iklim serta teknologi budidaya. Pada tahun 2012 kegiatan pertemuan forum SLI telah diadakan sebanyak 2 (dua) kali. Forum SLI dihadiri oleh Kepala UPTD BPTPH dan Pemandu Lapangan SLI dari 13 Provinsi (Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Maluku), dan perwakilan Ikatan Petani PHT di Indonesia (IPPHTI), beberapa nara sumber dari instansi tekait dan undangan lainnya. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

82 Beberapa hal yang dapat diidentifikasi dari Forum SLI yaitu beberapa permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan SLI di lapangan antara lain; kurangnya tingkat antusiasme peserta terhadap pelaksaan SLI, kurangnya kemampuan Pemandu Lapangan 1 (PL1) dalam memahami materi dan metode penyampaian materi, kurang memadainya sarana dan prasarana alat peraga dalam kegiatan SLI, kurang terkoordininya dan sinergitas program SLI yang diadakan Pusat dengan SLI yang diadakan oleh instansi lainnya, dan kurangnya modul mengenai materi-materi yang bersifat spesifik lokasi. Oleh karena itu, dipandang perlu adanya pengembangan modul SLI baik dari segi teknologi yang diterapkan maupun materi-materi yang diajarkan, perlu dilakukannya verifikasi CPCL sebagai salah satu bagian dari kegiatan Pra SLI yang akan menentukan optimalisasi dan keberhasilan pelaksanaan kegiatan SLI, modul SLI (Modul SLI bagi Pemandu Lapangan dan Tenaga Teknis dan Modul Pelaksanaan SLI) yang tepat sangat dibutuhkan dan menentukan keberhasilan pelaksanaan SLI di Lapangan. Pelaksanaan SLI akan berlanjut menuju SLI Pengembangan (SLI-P) dan Tindak Lanjut (SLI-TL) yang diharapkan dapat membangun kemampuan petani dalam menerapkan sistem pertanian yang Climate Smart (sistem usahatani yang cerdas iklim). Sistem pertanian yang Climate Smart adalah mensinergikan kegiatan adaptasi dan mitigasi dalam usahatani yang akan meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani. Penerapan sistem pertanian yang Climate Smart secara langsung maupun tidak langsung akan meminimalisir luas areal pertanaman yang terkena dampak perubahan iklim (banjir/kekeringan). 7. Evaluasi Pelaksanaan dan Kepemanduan SLPHT Salah satu model pemasyarakatan penerapan PHT yang dinilai cukup berhasil mewujudkan petani sebagai ahli PHT adalah Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT). Pelaksanaan SLPHT telah berkembang, yang semula hanya pada komoditas padi, saat ini meluas ke komoditas palawija. Salah satu faktor keberhasilan pelaksanaan SLPHT adalah peran Pemandu Lapangan (PL) sebagai fasilitator SLPHT. Untuk mengindikasikan keberhasilan SLPHT perlu dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap perbaikan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), tindakan (psikomotorik) petani dan kepemanduan SLPHT. Untuk mengetahui efektivitas, dampak dan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

83 pelaksanaan SLPHT, dipandang perlu melakukan evaluasi pelaksanaan dan kepemanduan SLPHT. Evaluasi Pelaksanaan dan Kepemanduan SLPHT telah dilaksanakan di Bogor, Jawa Barat dan diikuti oleh penanggung jawab dan Pemandu Lapangan kegiatan SLPHT dari 32 provinsi. Pertemuan Evaluasi juga mengundang Narasumber Dr. Gatot Mudjiono, Dr. Suryo Wiyono, dan Prof. M.A. Yunita T. Winarto. Beberapa hal yang dihasilkan sebagai berikut; 1. Kegiatan SLPHT merupakan sarana dan proses pembelajaran bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam pengelolaan agroekosistem secara mandiri dan berkelanjutan sehingga produktivitas lahan yang dikelolanya pada taraf tinggi, OPT terkendali, keuntungan optimal dan lingkungan relatif aman. 2. Jumlah unit SLPHT yang dibiayai oleh APBN sejak tahun 2007 sampai dengan 2011 mengalami penurunan, yaitu dari unit pada tahun 2007 menjadi 502 unit pada tahun Namun pada tahun 2012, jumlah SLPHT meningkat menjadi unit, dan pada tahun 2013 direncanakan unit yang tersebar di 32 provinsi. 3. Beberapa kendala pelaksanaan SLPHT yang ditemukan di lapangan antara lain: a. Masih kurangnya pemandu lapangan sehingga pelaksanaan SLPHT kurang optimal. b. Kesulitan penentuan Calon Petani Calon Lokasi (CP/CL) secara tepat antara lain terkait kepemilikan lahan, usia produktif, dan komposisi gender. c. Pencairan dana pelaksanaan SLPHT yang seharusnya dimulai pada awal musim tanam sering kali terlambat sehingga menghambat pelaksanaan SLPHT. d. Tugas Pemandu Lapangan semakin berat dengan semakin banyaknya tugas-tugas lain di luar bidang perlindungan tanaman dan tugas-tugas administratif terkait pelaksanaan kegiatan e. Masih terbatasnya pembinaan dan pemberdayaan alumni SLPHT f. Pelaksanaan SLPHT masih mempertimbangkan pemerataan/ penyebarluasan sehingga penguasaan/pendalaman petani dalam penerapan PHT masih terbatas. g. Terjadi kecenderungan bahwa SLPHT tidak diarahkan kepada penggalian potensi dan strategi dalam pengelolaan agroekosistem, Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

84 tetapi lebih diarahkan kepada pengenalan dan penerapan teknologi baru. h. Peningkatan jumlah formulasi dan promosi pestisida sehingga semakin banyak petani yang cenderung kembali menggunakan bahan-bahan kimia 4. Untuk meminimalkan kendala pelaksanaan SLPHT di lapangan, persiapan pelaksanaan (H-Min) perlu mendapat perhatian. Oleh karena itu, pertemuan persiapan SLPHT harus dilaksanakan seoptimal mungkin yang meliputi kegiatan sebagai berikut : a. Analisis peran (siapa mengerjakan apa) b. Penelusuran budidaya petani (pemetaan kebiasaan petani) c. Penentuan calon lokasi dan petani calon peserta yang tepat d. Penentuan studi kasus/studi petani disesuaikan dengan kebutuhan daerah/lahan pertanaman dan keadaan OPT e. Penetapan kontrak belajar yang kondusif 5. Hasil evaluasi terhadap 5 (lima) indikator utama pelaksanaan SLPHT padi pada tahun 2011 sebanyak 366 unit yang tersebar di 31 provinsi, sebagai berikut : a. Rata-rata pengetahuan dan kemampuan peserta terhadap teknologi PHT mengalami peningkatan (74,83 %), dan nilai pre test rata-rata 43,51 menjadi nilai post test 76,07 b. Rata-rata intensitas serangan OPT utama pada petak PHT adalah 6,29 % lebih rendah dibandingkan dengan pada petak non PHT (10,18 %). c. Rata-rata frekuensi aplikasi pestisida kimia pada petak PHT adalah 0,98 kali, lebih rendah dibandingkan dengan petak non PHT (3,52 kali) d. Rata-rata produktivitas pada petak PHT adalah 60,71 ku/ha, lebih tinggi (17,02%) dibandingkan dengan pada petak non PHT (51,88 ku/ha) e. Rasio keuntungan dan biaya usahatani (B/C Ratio) pada petak PHT sebesar 2,27, lebih tinggi (21,39 %) dibandingkan dengan pada petak non PHT (1,87). 6. Pemasyarakatan PHT dapat dikembangkan melalui tahapan pengenalan, implementasi, dan penguatan PHT sehingga selain tercapai jumlah dan peningkatan kemampuan peserta, diharapkan dapat Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

85 meningkatkan penerapan PHT dan terbangunnya sistem PHT dalam skala lebih luas. 7. Dampak SLPHT terhadap perubahan kebiasaan petani dapat lebih optimal apabila kegiatan SLPHT dilakukan minimal 3 kali secara berurut-turut pada kelompok tani yang sama. Berdasarkan penelitian selama 20 tahun oleh Prof. M.A. Yunita T. Winarto Antropolog dari Universitas Indonesia, SLPHT yang hanya dilaksanakan satu kali pada satu kelompok belum menunjukkan hasil yang signifikan dalam peningkatan penerapan PHT. Untuk itu keberlanjutan pelaksanaan SLPHT bagi alumni SLPHT perlu diupayakan, antara lain melalui SLPHT Tindak Lanjut yang pada tahun ini mulai dilaksanakan serta mendorong pelaksanaan SLPHT swadaya (terutama dari petani ke petani). 8. Untuk dapat memasyarakatkan PHT secara luas, masif dan berkelanjutan perlu dibentuk kelembagaan PHT di tingkat kecamatan yang didukung tokoh-tokoh masyarakat, petugas pertanian dan pimpinan daerah. 9. Kecamatan PHT merupakan kecamatan yang telah menerapkan kaidahkaidah PHT dalam budidaya tanaman dan melembaga di masyarakat sehingga serangan OPT terkendali, produksi aman konsumsi dan lingkungan lestari. Kecamatan PHT diperlukan sebagai mercusuar atau indikator keberadaan program PHT. Kecamatan PHT antara lain dicirikan dengan: a. Adanya penerapan dan keberlanjutan penerapan PHT b. Adanya indikasi terjadinya penurunan luas serangan OPT c. Adanya dukungan SDM petani, petugas jajaran pertanian, pelayan masyarakat, dan tokoh masyarakat yang bahu membahu dalam menerapkan dan memasyarakatkan PHT. d. Adanya penguatan Kelembagaan PHT dengan terbentuk dan berfungsinya jejaring petani seperti adanya jejaring petani/kelompok tani alumni SPHT yang dapat berperan sebagai penyedia komponen sarana produksi pertanian (benih, pupuk organik, agens hayati, dll). 10. Keberhasilan SLPHT ditentukan oleh peran Pemandu Lapangan (PL) yang memiliki kompetensi di bidang kepemanduan SLPHT. Saat ini jumlah PL terbatas, dan sebagian besar dalam waktu dekat akan memasuki purna tugas. Upaya yang dilakukan adalah meningkatkan Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

86 kuantitas dan kualitas PL melalui Training of Trainers (TOT) PL-SLPHT, baik TOT PL I di tingkat Pusat maupun TOT PL II di tingkat provinsi. 11. Kegiatan prioritas yang diperlukan untuk pengembangan SLPHT Tahun 2013 dan 2014 antara lain sebagai berikut: a. TOT PL I dan TOT PL II b. Pertemuan koordinasi PL I dan PL II sebelum pelaksanaan kegiatan; c. Lokakarya PL I dan PL II di tingkat provinsi d. Pelatihan teknis bagi calon Petani Pengamat dan Petani Pemandu e. Apresiasi bagi petugas Pemandu Lapangan, Petani Pengamat, dan Petani Pemandu f. Magang pengembangan agens hayati bagi petani alumni SLPHT g. Studi banding ke lokasi SLPHT yang sudah maju bagi petani alumni SLPHT h. Sosialisasi PHT kepada seluruh lapisan masyarakat, misalnya kepada murid sekolah, tokoh masyarakat, dan aparat setempat. 8. Apresiasi Pengelolaan Brigade Proteksi Tanaman Pangan Brigade Proteksi Tanaman (BPT) merupakan suatu unit pelaksana pengendalian yang mempunyai tugas utama membantu petani dalam mengendalikan OPT di daerah sumber serangan dan daerah yang mengalami eksplosi serangan OPT. Peran BPT di lapangan sangat penting dalam menentukan langkah operasional pengendalian untuk mengatasi kondisi tertentu, terutama pada daerah yang belum dapat mengatasi permasalahan OPT nya. Petugas BPT harus memiliki kemampuan dan wawasan yang mencukupi untuk mengambil keputusan yang cepat dan tepat sehingga gerakan pengendalian yang direkomendasikan dan dilaksanakan memiliki efektivitas yang tinggi dan memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Dalam rangka meningkatkan efektivitas pengendalian dan kemampuan petugas BPT, maka perlu adanya peningkatan kemampuan petugas melalui kegitan apresiasi pengelolaan Brigade Proteksi Tanaman. Tujuan dari pertemuan ini yaitu untuk meningkatkan kemampuan petugas Brigade Proteksi Tanaman Pangan sehingga petugas lebih terampil dan tanggap dalam pengendalian OPT di daerah sumber serangan secara aman dan bijaksana. Apresiasi Pengelolaan Brigade Proteksi Tanaman Pangan dilaksanakan pada tanggal Juni 2012 di Galeri Ciumbuleuit Hotel, Jl. Ciumbuleuit No. 42A Bandung, Jawa Barat. Peserta pertemuan sebanyak 78 orang terdiri dari Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, petugas Brigade Proteksi Tanaman, Staf UPTD-BPTPH dan Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

87 Dinas Pertanian dari 29 provinsi, serta narasumber. Beberapa hal yang dapat dilaporkan sebagai berikut : a. Brigade Proteksi Tanaman (BPT) merupakan suatu unit pelaksana pengamanan produksi yang mempunyai tugas utama membantu petani dalam mengendalikan OPT di daerah sumber serangan atau pada saat terjadi eksplosi serangan OPT. Peran BPT sangat penting dalam mendukung pelaksanaan Gerakan Spot Stop OPT, dimana Spot Stop diutamakan dengan sistem PHT. Pengendalian oleh BPT tidak bertumpu menggunakan pestisida kimiawi, tapi juga dengan memanfaatkan berbagai teknologi pengendalian lainnya seperti menggunakan agens hayati, pestisida nabati, serta teknologi spesifik lokasi yang ada di daerah. b. BPT merupakan satu kesatuan tripartit dari POPT-PHP/BPT, KCD, dan PPL dalam pelaksanaan Spot Stop, oleh sebab itu BPT hendaknya senantiasa berkoordinasi dengan baik dan lebih diperkuat. Dalam rangka pemberdayaan kelembagaan BPT di Kabupaten, di kabupaten terbuka kesempatan untuk membentuk BPT. Namun dalam operasionalnya, BPT Kabupaten tetap dalam kesatuan BPT di wilayah. c. Untuk mendukung peran BPT, tahun 2012 ada beberapa kegiatan antara lain : Pelaksanaan gerakan pengendalian OPT daerah sumber serangan dan eksplosi Pelatihan alumni SLPHT untuk penguatan regu pengendali hama (RPH) Penyediaan alat dan bahan pengendali OPT Renovasi gudang BPT Pengadaan kendaraan operasional Operasional BPT d. Rata-rata pengetahuan dan kemampuan peserta terhadap perubahan paradigma dari pemadam eksplosi menjadi pengendali sumber serangan, BPT perlu terus meningkatkan, utamanya pengetahuan PHT untuk penerapan preemptif (agens hayati). BPT agar mendukung pelaksanaan penagamatan dini dan pengendalian dini. e. Untuk menertibkan peredaran penggunaan dan penyimpanan, serta pengawasan pestisida oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) bidang pupuk dan pestisida, dan jajaran BPTPH perlu didukung dana operasional yang memadai. Sosialisasi penggunaan pestisida secara aman perlu terus menerus ditingkatkan, untuk itu BPT agar berpartisipasi dalam penyuluhan tersebut. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

88 f. Untuk meningkatkan kemampuan SDM BPT dalam penggunaan pestisida, BPTPH agar merancang pelatihan penggunaan pestisida secara rasional/aman, secara berjenjang mulai petugas BPT/perlintan dan petani RPH. g. BPT merupakan pertahanan terakhir dalam melaksanakan Spot Stop sehingga penyebaran Spot dapat dihentikan. Oleh sebab itu BPT (SDM dan sarananya) senantiasa siap mengantisipasi serangan OPT. h. Jenis perizinan pestisida ada 3 macam, yaitu izin percobaan, izin sementara, dan izin tetap. Jenis bahan aktif yang dilarang untuk semua bidang pertanian sebanyak 42 jenis bahan aktif. Untuk mengindari peredaran pestisida yang dilarang, diharapkan peran PPNS di daerah/petugas lapangan ikut mengawal peredaran pestisida yang dilarang. PPNS/petugas lapang merupakan ujung tombak dalam pengawasan pestisida, untuk mendukung tugas tersebut telah dialokasikan dana stimulus ke Kabupaten sebesar 30 juta dan ke provinsi sebesar 40 juta dari Direktorat Jenderal Sarana dan Prasarana. i. Keselamatan kerja dalam aplikasi pestisida harus diperhatikan untuk meminimalisir kecelakaan kerja. Pencegahan kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan pendekatan umum dengan memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja (K3), manajemen K3, dan penerapan budaya ber-k3. Selain itu dalam aplikasi harus dihindarkan dari anak-anak, dan binatang peliharaan. j. Untuk menghindari penyalahgunaan pestisida setiap pemakai pestisida harus memahami label pada kemasan. Pencegahan keracunan dalam penggunaan pestisida dapat dilakukan dengan : pakaian pelindung (saat pencampuran dan penyemprotan), tindakan pencegahan yang harus diikuti, cara penyimpanan produk secara aman, mengetahui bahaya terhadap lingkungan, rekomendasi pemusnahan, prosedur pertolongan pertama/tindakan medis, dan petunjuk perawatan dokter tentang pemakaian antidot. k. Pestisida yang sudah lewat nomor pendaftarannya harus dilakukan pendaftaran ulang untuk diuji mutunya masih layak atau tidak. Tetapi pestisida yang sudah lewat masa pendaftarannya masih bisa dipakai untuk waktu 2 tahun selama kemasan masih bagus dan penyimpanan dilakukan dengan benar. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

89 l. Aplikasi pestisida yang tepat merupakan keharusan untuk memperoleh hasil terbaik karena produk yang bagus hanya diperoleh jika aplikasinya juga bagus. Kualitas pengendalian dipengaruhi oleh : kualitas produk, alat dan kalibrasi, waktu aplikasi dan nozzle. Tidak disarankan melakukan pencampuran pestisida kecuali ada serangan OPT lain yang cara pengendalian berbeda (kontak dan sistemik). Selain itu juga perlu diperhatikan efek dari pencampuran pestisida tersebut, jangan sampai menimbulkan efek antagonis satu sama lain. Selain itu, faktor penting dalam kualitas aplikasi pestisida juga harus memperhatikan waktu, cara kerja, dosis, jenis tanaman dan stadia tumbuh, alat aplikasi, teknik aplikasi, dan cuaca. m. Sebelum melakukan penyemprotan, perlu dilakukan kalibrasi terlebih dahulu untuk mengukur kecepatan jalan dalam penyemprotan dan volume semprot yang dibutuhkan. Kalibrasi bertujuan untuk mendapatkan ketepatan dosis aplikasi sesuai dengan rekomendasi secara efektif, mencegah kelebihan dan kontaminasi lingkungan. n. Pemeliharaan alat semprot sangat penting untuk kualitas hasil semprot dan kualitas alatnya. Keuntungan dari pemeliharaan alat semprot secara teratur antara lain : mengurangi biaya aplikasi (dengan pemeliharaan yang baik akan mengurangi biaya dan alat lebih awet), aplikasi lebih efisien, pencegahan kebocoran untuk menjaga keselamatan, dan hemat waktu. o. Penyimpanan pestisida sangat penting karena berbahaya bagi manusia dan ternak, untuk mempertahankan mutunya, mencegah pencemaran dari limbah, dan menghindarkan keracunan akibat kecelakan (atau disengaja). Pemusnahan limbah yang benar berpengaruh terhadap kelestarian lingkungan. Pemusnahan limbah pestisida dapat dikubur atau dibakar. p. Untuk memenuhi arahan Bapak Direktur Jenderal, telah dirumuskan slogan BPT, yaitu Brigade Tanggap OPT, Spot Stop Oke. Lingkungan Lestari, Petani Berseri. agar disosialisasikan guna suksesnya pelaksanaan Spot Stop. q. Untuk optimalnya peran BPT dalam pelaksanaan Spot Stop pada Tahun 2013 diusulkan : Pengadaan mobil Brigade yang dilengkapi dengan alat pengendalian Pengadaan alat pelindung diri (APD) Biaya operasional BPT Lainnya (antara lain penguat daya tahan tubuh). Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

90 Rata-rata pengetahuan dan kemampuan petugas terhadap pestisida, keamanan, keselamatan, legalitas, aplikasi dan penanganannya pada pretest adalah 6,69. Rata-rata pengetahuan dan kemampuan petugas pada post-test adalah 7,42. Terjadi kenaikan pengetahuan sebesar 0,73 (10,91 %). Dengan adanya pelatihan Apresiasi Pengeloaan Brigade Proteksi Tanaman Pangan telah meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas. Diharapkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dapat disosialisasikan di tingkat petani, sehingga tidak terjadi penyalahgunaan pestisida dan lebih efektif dalam aplikasi pestisida. G. Penguatan Kelembagaan 1. Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Proteksi/Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD-BPTPH) Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Proteksi/Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD-BPTH) merupakan pelaksana dan penanggungjawab pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman pangan di provinsi yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas Pertanian Provinsi. Umumnya keberadaan UPTD-BPTPH di daerah telah menjalankan tugas pokok dan fungsinya dengan baik. Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001 telah terbentuk 28 UPTD-BPTPH yang tersebar di 28 provinsi dari 30 provinsi yang ada pada saat itu. Dalam perkembangannya, sampai tahun 2012 sesuai dengan pemekaran provinsi telah terbentuk 32 UPTD-BPTPH dari 33 provinsi yang ada saat ini (Provinsi Kepulauan Riau belum membentuk UPTD-BPTPH). UPTD-BPTPH sebagai pelaksana kegiatan perlindungan tanaman pangan di tingkat provinsi, bertugas mengumpulkan dan mengolah laporan tengah bulanan keadaan OPT dan antisipasi DPI, melaksanakan kegiatan pengembangan teknologi di Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit/Laboratorium Agens Hayati (LPHP/LAH), Sekolah Lapangan (SLPHT dan SLI), pengembangan SDM, dan kegiatan perlindungan tanaman lainnya. 2. Brigade Proteksi Tanaman (BPT) Brigade Proteksi Tanaman (BPT) merupakan unit penanganan upaya pengendalian responsif dan eksplosi OPT yang dalam pelaksanaannya berkoordinasi dengan LPHP dan POPT-PHP, serta dibantu oleh Regu Pengendali Hama (RPH)/petani setempat. Pada awal terbentuknya, Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

91 kedudukan BPT berada di bawah pengelolaan Dinas Pertanian Provinsi, seiring dengan berjalannya waktu keberadaan BPT pada beberapa provinsi (32 provinsi) telah diserahkan kepada UPTD BPTPH. Saat ini terdapat 86 unit BPT yang tersebar di seluruh Indonesia kecuali Provinsi Kepulauan Riau. 3. Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit/Laboratorium Agens Hayati (LPHP/LAH) Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit/Laboratorium Agens Hayati (LPHP/LAH) merupakan institusi terdepan dalam penerapan dan pengembangan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) di lapangan. LPHP/LAH berperan sebagai klinik tanaman dan rujukan dalam pengembangan dan diseminasi teknologi perlindungan tanaman. Pada Tahun 2012, LPHP/LAH berjumlah 95 unit dan tersebar di seluruh provinsi kecuali Provinsi Kepulauan Riau. Sebagai pusat pengembangan teknologi perlindungan tanaman, kegiatan yang dilaksanakan antara lain eksplorasi, perbanyakan, pengembangan, dan pemasyarakatan agens hayati/pestisida nabati. Beberapa agens hayati dan pestida nabati yang telah dikembangkan hingga saat ini yaitu: a. Jamur : Beauveria bassiana, Metarhizium sp., Trichoderma sp., Gliocladium sp., Verticillium sp., Spicaria sp, Nomuraeya rileyi, b. Bakteri : Pseudomonas fluorencens, Pseudomonas sp., Corynebacterium, bakteri merah, bakteri putih, Penicillium, Paecylomyces, c. Parasitoid : Trichogramma spp., Hemiptarsemus varicornis, d. Predator : Tyto Alba, e. Virus : Sl-NPV, Se-NPV, f. Dekomposer : Mikorumba (Mikro Organisme Rumpun Bambu), g. Nematoda Steinernema dan Heterorabditis yang di gunakan sebagai inekktisida untuk mengendalikan ulat dan uret, h. PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) merupakan agens hayati yang mengandung bakteri Pseudomonas flourescence dan Basilus ploymixa. PGPR merupakan koloni akar, yang habitat hidupnya di sekitar daerah perakaran tanaman. Secara umum PGPR berfungsi untuk meningkatkan pertumbuah, kesehatan dan kebugaran tanaman. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

92 4. Pejabat Fungsional Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Pengamat Hama Penyakit Tumbuhan (POPT-PHP) dan Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu POPT-PHP (THL- TB POPT-PHP) Dalam sistem perlindungan tanaman, keberhasilan perlindungan tanaman terletak pada kinerja POPT-PHP, yang dalam tugasnya mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melaporkan hasil pengamatan perkembangan OPT dan DPI, memberi rekomendasi pengendalian OPT dan penanganan DPI pada lingkup wilayah pengamatannya, melakukan pengawasan peredaran dan penggunaan bahan pengendali OPT serta pupuk bersubsidi. Jumlah POPT PHP saat ini berjumlah orang yang tersebar di seluruh Indonesia kecuali Provinsi Kepulauan Riau dan Bangka Belitung, dan tersebar di 497 kabupaten/kota. Seiring dengan pemekaran wilayah di era otonomi daerah, jumlah POPT PHP saat ini belum mencapai kondisi ideal yang diharapkan, yaitu 1 (satu) orang POPT-PHP di tiap wilayah kerja pengamatan (kecamatan) yang berjumlah kecamatan. Kurang memadainya jumlah POPT-PHP dapat mengakibatkan kurang akuratnya data dan informasi hasil pengamatan, sehingga kegiatan operasional pengendalian/penanganan serta perencanaan pengendalian OPT dan antisipasi DPI dalam rangka pengamanan produksi kurang optimal. Pada tahun 2007 telah direkrut petugas THL TB POPT-PHP untuk membantu POPT-PHP dalam menunjang kegiatan pengamanan produksi melalui kegiatan pengamatan OPT, DPI, serta pengawasan penggunaan pupuk bersubsidi dan bahan pengendali OPT. Pada awalnya, petugas THL TB POPT PHP berjumlah orang yang tersebar di 32 provinsi. Pada Tahun 2010 berkurang menjadi orang, pada Tahun 2011 menjadi orang, dan pada Tahun 2012 menjadi orang. Hal ini dikarenakan adanya petugas yang mengundurkan diri, meninggal dunia, dan lulus seleksi CPNS (Pusat maupun daerah). 5. Pos Pengembangan Agens Hayati (PPAH) Pos Pengembangan Agens Hayati (PPAH) adalah kelembagaan perlindungan tanaman di tingkat petani dan merupakan kelompok tani binaan dari BPTPH/LPHP/LAH. PPAH memiliki peran yang besar dalam pemasyarakatan penerapan PHT dengan kegiatan perbanyakan dan pemanfaatan agens hayati Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

93 serta pestisida nabati, baik untuk memenuhi kebutuhan di lahan usahataninya maupun kelompok tani lainnya. Keberadaan PPAH mengalami fluktuasi dengan kecenderungan meningkat, yaitu sebanyak 704 unit PPAH pada Tahun 2010, meningkat menjadi 855 unit di Tahun 2011, dan pada Tahun 2012 meningkat menjadi 877 unit PPAH, tersebar di 29 provinsi. Provinsi yang belum melaporkan keberadaan PPAH adalah Provinsi Kepulauan Riau, Kalimantan Tengah, Papua, dan Papua Barat. Melalui dana APBN, Pada tahun 2012 telah dialokasikan anggaran sebanyak 344 unit untuk kegiatan fasilitasi PPAH di daerah. 6. Penilaian POPT, LPHP, Petani dan Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati Teladan Untuk meningkatkan motivasi, kinerja, dan profesionalisme POPT-PHP, POPT, LPHP/LAH, dan meningkatkan peran Petani/Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati, serta memberikan apresiasi atas prestasi kerjanya, perlu diberikan penghargaan kepada POPT-PHP, POPT, LPHP/LAH dan Petani/Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati tersebut. Pada Tahun 2012, dilaksanakan kegiatan pemberian penghargaan kepada POPT-PHP, POPT, LPHP/LAH dan Petani/Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati Teladan Tingkat Nasional. Kegiatan penilaian dalam rangka pemberian penghargaan tersebut dilaksanakan pada Bulan Maret November Tim Penilai adalah jajaran perlindungan tanaman pangan yang ditetapkan oleh Direktur Perlindungan Tanaman Pangan melalui Surat Penugasan Nomor 43/KP.340/C.5/03/4/2012 tanggal 12 April Mekanisme Penilaian mengacu pada Pedoman Penilaian yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Direktur Perlindungan Tanaman Pangan. Pedoman penilaian tersebut meliputi: 1) Pedoman Penilaian POPT Teladan; 2) Pedoman Penilaian Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit Teladan; dan 3) Pedoman Penilaian Petani Pengembang PHT dan Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati Teladan. Pada Tahun 2012, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan menerima usulan calon penerima penghargaan teladan dari 30 provinsi, sedangkan Provinsi Sulawesi Barat, Bangka Belitung, dan Kepulauan Riau, tidak mengirimkan calon. Usulan calon dengan rincian sebagai berikut: 30 calon POPT-PHP Teladan, 15 calon POPT Teladan, 6 calon LPHP Teladan, 6 calon Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

94 Petani Pengembang PHT Teladan, dan 14 calon Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati Teladan. Berdasarkan hasil penilaian, dengan menggabungkan seluruh komponen penilaian dan hasil verifikasi, ditetapkan 1 (satu) orang POPT, 1 (satu) orang POPT-PHP, 3 (tiga) unit LPHP, 3 (tiga) Kelompok Tani PAH, dan 3 (tiga) Petani Pengembang PHT Teladan Tingkat Nasional yang memperoleh penghargaan dari Menteri Pertanian. Sedangkan 14 orang POPT dan 29 orang POPT-PHP Berprestasi memperoleh penghargaan dari Direktur Jenderal Tanaman Pangan. Untuk lebih meningkatkan motivasi Kelompok Tani PAH dan Petani Pengembang PHT, yang belum menerima penghargaan dari Menteri Pertanian maupun Direktur Jenderal Tanaman Pangan, diberikan apresiasi berupa Piagam Penghargaan Direktur Perlindungan Tanaman Pangan kepada 11 Kelompok Tani PAH dan 3 Petani Pengembang PHT. Penghargaan tersebut diberikan pada saat acara MPTHI Tahun 2012 di Palu, Sulawesi Tengah pada tanggal 6-8 November Sedangkan pemberian penghargaan kepada POPT dan POPT-PHP Teladan Tingkat Nasional disampaikan pada saat penerimaan penghargaan Adhi Karya Pangan Nusantara yang dilaksanakan di Jakarta. H. Penanggulangan Hama dan Penyakit Tanaman 1. Rencana Tindak Lanjut (RTL) Gerakan Pengendalian OPT di Sentra Produksi Tanaman Pangan Tujuan Rencana Tindak Lanjut (RTL) adalah (1) mempersiapkan sumberdaya dan gugus tugas pengendalian, (2) mengendalikan sumber serangan dan existing daerah serangan. Tahapan RTL yaitu: (1) pemetaan sumber serangan, (2) pemetaan tanaman menurut umur dan varietas, (3) inventarisasi sarana pengendalian (bahan dan alat), (4) membentuk gugus tugas pengendalian (POPT, BPPT, Penyuluh Lapangan dan KCD), (5) pembagian area pengendalian, (6) evaluasi dan laporan pengendalian. Rencana Tindak Lanjut (RTL) adalah penentuan tindakan yang perlu dilakukan untuk pengamanan areal tanam berdasarkan evaluasi serangan OPT dan fase pertanaman. Tindak lanjut meliputi menata ulang pertanaman existing, penentuan pola tanam, tanam serempak, dan pengendalian/ eradikasi dengan pendampingan dari semua unsur terkait baik pemerintah maupun swasta. Koordinasi dan sinergisme penyusunan RTL melibatkan beberapa Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

95 instansi terkait, yaitu; BB Padi, BBPOPT, Dinas Pertanian Prov./Kab./Kota, Bakorluh, BPTP, BPTPH, LPHP, serta partisipasi aktif dari petani. Evaluasi hasil RTL dilakukan setiap bulan hingga menjelang panen. Bila dalam pelaksanaan RTL ditemui adanya kekeliruan dalam pelaksanaan, maka perlu dilakukan pembaharuan RTL. Field day dilakukan saat menjelang panen di tiap kabupaten. Pada Tahun 2012, RTL dilaksanakan di Provinsi Sulawesi Utara, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Lampung. 2. Pendampingan Gerakan Spot Stop Pengendalian OPT Tanaman Pangan Terkait dengan perkembangan kondisi iklim dan OPT sepanjang Tahun 2012, Kementerian Pertanian RI melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan telah merumuskan langkah-langkah teknis antisipasi ancaman dampak perubahan iklim dan serangan OPT untuk dilaksanakan seluruh pihak terkait dan pemangku kepentingan di daerah. Pendampingan gerakan pengendalian dilaksanakan untuk merumuskan rekomendasi dan mengevaluasi tindakan pengendalian OPT di daerah sentra produksi. Pendampingan gerakan Spot Stop dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat, D.I. Yogyakarta, Jawa Tengah, Banten, Jawa Timur, Lampung, Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan Maluku Utara. 3. Apresiasi Pengelolaan Brigade Proteksi Tanaman Pangan Brigade Proteksi Tanaman (BPT) merupakan unit pelaksana pengendalian yang mempunyai tugas utama membantu petani dalam mengendalikan OPT di daerah sumber serangan dan daerah yang mengalami eksplosi serangan OPT. Peran BPT di lapangan sangat penting dalam menentukan langkah operasional pengendalian untuk mengatasi kondisi tertentu, terutama pada daerah yang belum dapat mengatasi permasalahan OPT. Dalam rangka meningkatkan kinerja, peran, dan fungsi serta kemampuan/keterampilan petugas BPT untuk mendukung pengamanan produksi serta meningkatkan efektivitas pengendalian OPT, telah dilaksanakan kegiatan Apresiasi Pengelolaan Brigade Proteksi Tanaman. Apresiasi dilaksanakan pada tanggal Juni 2012 di Bandung, Jawa Barat. Peserta pertemuan apresiasi adalah petugas BPT dari UPTD-BPTPH dan Dinas Pertanian sebanyak 78 orang dari 29 provinsi. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

96 I. Pengembangan Jabatan Fungsional Pengendali-OPT Peningkatan profesionalisme dan pembinaan karir Pengendali-OPT sebagaimana telah ditetapkan melalui peraturan tentang Jabatan Fungsional POPT dan Angka Kreditnya, secara berkelanjutan terus diupayakan. Kegiatan pengembangan yang telah dilakukan meliputi penilaian Data Usulan Penetapan Angka Kredit (DUPAK), Pelatihan Dasar, sosialisasi pedoman jabatan fungsional, dan pembinaan. Pada Tahun 2012 telah dilakukan penilaian DUPAK POPT dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Hortikultura dan Direktorat Jenderal Perkebunan untuk kenaikan pangkat periode April dan Oktober Jumlah DUPAK yang telah dinilai oleh Tim Penilai Kementerian sebanyak 127 berkas dengan hasil penilaian berupa PAK sebanyak 43 berkas dan HAPAK sebanyak 84 berkas. Jumlah ini lebih tinggi apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 (112 berkas DUPAK). Jumlah DUPAK yang dinilai oleh Tim Penilai Pusat sebanyak 17 berkas dengan hasil penilaian berupa PAK sebanyak 13 berkas dan HAPAK sebanyak 4 berkas. Jumlah tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 (6 berkas DUPAK). Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 9. Jumlah PAK/HAPAK Pejabat Fungsional POPT Tahun Tahun Tim Penilai Departemen Tim Penilai Pusat PAK HAPAK Jumlah PAK HAPAK Jumlah Penetapan PAK merupakan syarat dipertimbangkannya kenaikan pangkat/jenjang POPT atau diangkatnya calon POPT menjadi POPT. J. Bantuan Sarana Kerja Petugas Lapangan dan Petani Pengamat Tahun 2012 Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mengalokasikan bantuan sarana kerja bagi petugas lapangan (POPT-PHP) sejumlah unit dan unit bagi petani pengamat. Bantuan tersebut berupa topi, jas hujan, sepatu boot, tas kerja, handcounter, tool kit, loupe,leaflet, brosur, agenda kerja, alat tulis. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

97 K. Bantuan Sarana Pengamatan (Light Trap) dan Mobil Brigade Proteksi Tanaman Light trap/lampu perangkap serangga sebanyak unit juga didistribusikan ke 26 provinsi sebagai sarana pengamatan petugas lapangan (POPT-PHP) terutama di daerah rawan serangan OPT. Sarana ini dimaksudkan untuk membantu POPT- PHP mengetahui dinamika populasi serangga hama maupun musuh alami di wilayahnya masing-masing. Alokasi light trap tersebut disajikan dalam Lampiran 32. Sebanyak 10 unit mobil operasional Brigade Proteksi Tanaman telah didistribusikan/dialokasikan ke 10 BPT di 10 provinsi guna mendukung gerakan pengendalian secara SPOT STOP. Provinsi yang menerima mobil operasional ini adalah Provinsi Sumutera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, NTB, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan. L. Bantuan Bahan Pengendali OPT dan sarana lainnya Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan juga telah mengalokasikan sejumlah anggaran di masing-masing provinsi (BPTPH) untuk pengadaan bahan pengendali OPT berupa agens hayati dan bahan pengendali organik lainnya. Disamping itu, juga untuk pengadaan sarana pengendalian OPT sesuai dengan kebutuhan spesifik masing-masing provinsi misalnya burung hantu beserta rumahnya/kandang. M. Bantuan Penanggulangan Padi Puso (BP-3) Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 36/Permentan/OT.140/7/2011 telah ditetapkan Pedoman Bantuan Penanggulangan Padi Puso. Maksud pemberian bantuan penanggulangan padi puso (BP-3) yaitu sebagai bentuk upaya mempertahankan produksi beras dalam mendukung ketahanan pangan. BP-3 diberikan dalam bentuk tunai, untuk mempercepat penanaman kembali padi sawah yang mengalami puso, dalam bentuk bantuan dan bukan ganti rugi. Tujuan pemberian BP-3 yaitu memberikan bantuan kepada petani padi yang mengalami puso; meningkatkan atau minimal mempertahankan produksi padi secara berkelanjutan; mewujudkan ketahanan pangan nasional. Sedangkan pelaksanaan BP-3 yaitu terwujudnya produksi padi/beras secara berkelanjutan; terpenuhinya stok beras secara nasional. Tahun 2012, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan telah melakukan identifikasi dan verifikasi luas areal padi terkena puso akibat Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI) calon penerima BP3 dan Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

98 menetapkan areal padi puso seluas ,55 ha dari 18 provinsi yang layak mendapatkan Bantuan Penanggulangan Padi Puso (BP3) dari Direktorat Jenderal Prasarana Dan Sarana Pertanian. Alokasi bantuan penanggulangan padi puso (BP- 3) tersebut disajikan dalam Lampiran 34 Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

99 VII.KEGIATAN LAIN A. Komisi-Komisi Sesuai dengan tugas dan fungsi Perlindungan Tanaman Pangan, Direktur Perlindungan Tanaman Pangan menjadi anggota dalam berbagai komisi/kelembagaan antara lain: 1. Anggota Komisi Pestisida Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7 Tahun 1973 tentang Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida, bahwa pestisida yang digunakan harus mendapat izin dari Menteri Pertanian. Dalam rangka pendaftaran pestisida yang telah terdaftar, pendaftaran baru maupun perpanjangan izin, perlu dilakukan evaluasi. 2. Anggota National Plant Protection Organization (NPPO) Dalam rangka mendukung tugas Organisasi Perlindungan Tanaman Nasional (National Plant Protection Organization), dibentuk Komisi Ahli Karantina Tumbuhan yang mempunyai tugas memberikan saran dan solusi pemecahan terhadap permasalahan di dalam pelaksanaan tugas, serta melakukan kajian dan analisis terhadap perkembangan perlindungan dan perkarantinaan tumbuhan secara reguler atau insidentil. Anggota komisi terdiri dari perguruan tinggi, lembaga penelitian, dan praktisi perlindungan. B. Kerjasama Luar Negeri 1. Mengikuti CPM ke-7 Pada Tahun 2012, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan ikut berpartisipasi dalam menghadiri sidang Commission of Phytosanitary Measures (CPM) 7 pada tanggal Maret 2012 di Roma, italia. Sidang CPM-7 IPPC ini dihadiri oleh para wakil pejabat tinggi dari negara-negara anggota berjumlah 177 negara. Pembahasan umum materi sidang terkait kebijakan internasional system perlindungan tumbuhan dan penetapan standard internasional dengan ruang lingkup pertanian, kehutanan, lingkungan hidup dan tumbuhan yang hidup di air dalam mewujudkan ketahanan pangan dan harmonisasi perdagangan global selaras dalam WTO- SPS. Delegasi Indonesia pada sidang CPM-7 dihadiri oleh Ketua delegasi Ir. Banun Harpini, MSc, Kepala Badan Karantina Pertanian dengan anggota Dr. Ir. Arifin Tasrif, MSc, Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

100 Nabati, Ir. Erma Budiyanto, M.Si., Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Ditjen Tanaman Pangan, Dr. Ir. Antarjo Dikin, Wakil Asia Anggota Standard Committee IPPC dari Badan Karantina Pertanian, Yadi Rusyadi, Kepala Subdit Teknologi Pengendalian OPT. Agenda sidang CPM-7 yang disepakati membahas butir-butir penting yang perlu menjadi perhatian dan tindak lanjut : Laporan kerja Standard Committee selama tahun 2011 telah membuat konsep standard atas usulan dari Sidang CPM dalam pertemuan Standard Committee 25 negara secara rutin dan pemanfaatan virtual elektronik, namun masih lambat penyelesaian draft, serta kompleksitas permalahan untuk penerapan kebijakan internasional tersebut dalam perdagangan global antara lain : konsep standard pemeriksaan kontainer kosong (empty sea container) dari mobiltas antar negara dalam pencegahan kontaminasi quarantine pests, perlakuan dielectric treatment (microwave) hanya terbatas pada komodtas kayu bukan untuk kemasan kayu. Diterimanya pada pleno CPM terhadap revisi terminologi dari istilah Official Control dan Not Widely Distributed yang masih selas definisi dalam PP No. 14 tahun 2002 tentang karantina tumbuhan. Diterimanya dalam pleno terdapat Annex ISPM 27 Diagnostic Protocol untuk Trogoderma granarium Everts dan Plum Pox Virus sedangkan untuk perlakuan Cold treatment diserahkan kembali kepada Standard Committee (SC) untuk dilakukan kaji ulang pada pertemuan SC mendatang. Cold treatment terhadap buah untuk perlakuan lalat buah dibatalkan diterima untuk CPM, tentunya ini akan diteruskan ke SC untuk pembahasanl ebihlanjut. Beberapa hal disampaikan pembahasan terkait untuk upaya peningkatan percepatan proses dan kualitas pembuatan standard IPPC dengan 30 rekomendasi yang disampaikan dari Focus Group antara lain : selama masa 14 hari sebelum sidang CPM, masing-masing negara hanya diperkenankan mengajukan koreksi bersifat substansi dengan alasan teknis yang dapat dipertanggung jawabkan, Sekretariat akan memperhatikan usulan NPPO bila adanya surat resmi keberatan terhadap akan ditetapkan standard dan setiap standard harus memuat kajian dampak terhadap biodiversity. NPPO perlu memperhatikan usulan revisi dari proces pengembangan standard dari IPPC yang akan disyahkan dalam CPM meliputi tahapan umum : Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

101 Pengembangan program kerja IPPC berupa pembuatan daftar topik standard yang akan dibuat; drafting; member consultation dan adopsi serta publikasi. Dalam pleno disampaikan review terhadap kelangsungan pelaksanaan IPPC meliputi : Strategic Framework tahun ; Financial report 2011; Budget and operational plan 2012; the IPPC resource mobilization strategy. Sekretariat IPPC melakukan kajian ulang terhadap daftar standard yang akan diselesaikan oleh SC berdasarkan urutan prioritas kebutuhan serta sekretariat menghapus terhadap usulan CPM sebelumnya untuk dikerjakan SC. Indonesia keberatan akan dihapuskannya standard IPPC tentang Appropriate Level of Protection (ALOP). Standard ini perlu dibuat oleh sekretariat mengingat setiap negara menetapkan batasan ALOP beragam yang tidak diketahui parameter yang digunakan, diharapkan bila ada standard untuk penetapan ALOP maka akan lebih transparan suatu negara dan dapat meminimalkan hambatan import terutama dari negara maju. STDF dari WTO Geneva akan menyelenggarakan seminar internasional Invasive Aliens Species, IAS pada tanggal July 2012 sebelum sidang WTO-SPS. Tujuan dari seminar untuk memberikan pemahaman tentang IAS dan hubungan yang penting antara SPS, lingkungan pada perdagangan. Diharapkan negara anggota dapat menghadiri seminar dengan pendaftaran 16 April 2012 secara online. Selaras dengan pengembangan layanan single window dalam upaya percepatan arus barang dalam perdagangan, STDF WTO akan membentuk working group untuk mewujudkan harmonisasi perdangan dan peningkatan pengelolaan SPS pada perbatasan negara. Topik bahasan merupakan kerjasama antara Karantina, Badan POM dan instansi Bea Cukai. Terbentuknya organisasi perlindungan tumbuhan regional untuk kelompok negara Near East (NEPPO) merupakan bagian dari IPPC, semoga NEPPO dapat berkontribusi dan kerjasama dengan APPPC. e-phyto yang telah dibahas dalam workshop diselenggarakan di Korea merupakan bentuk sertifikat elektronik dari ISPM 12 diharapkan secara voluntari negara anggota dapat mengembangkannya dengan negara mitra dalam perdagangan. Usulan dari CPM agar untuk dapat operasionalnya e- phyto akan dibentuk sterring committee atas nama CPM forum. Indonesia menyampaikan dalam sidang CPM bahwa telah siap aplikasi e-phyto untuk bermitra dari aplikasi yang telah dikembangkan Badan Karantina Pertanian. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

102 Penggunaan logo ISPM 15 pada kemasan kayu sebagai pengganti sertifikat kesehatan (Phytosanitary Certificate,PC) yang dikeluarkan oleh NPPO masingmasing negara sebagai mandat penggunaan logo ISPM 15 dikeluarkan oleh FAO perlu dilindungi secara hukum agar tidak terjadi penyalahgunaan. PC merupakan dokumen resmi negara yang dikeluarkan NPPO, Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian. Badan Karantina Pertanian wajib mengendalikan penggunaan mark logo ISPM 15 pada kemasan kayu dalam perdagangan internasional. Logo ISPM 15 yang dikeluarkan oleh NPPO wajib dipatenkan dari lembaga paten Indonesia, selanjutnya secara resmi disampaikan kepada FAO untuk pengawasan penyalah gunaan tingkat internasional, ditetapkan persyaratan penggunaan logo dapat diterima internasional oleh NPPO. Selanjutnya NPPO wajib berkontribusi kepada FAO terkait untuk jaminan perlindungan terhadap logo secara internasional untuk biaya perpanjangan registrasi sebesar US $ 27, Adanya MoU IPPC dan Ozone secretariat agar menjadi perhatian Negara anggota IPPC sebagai tindak lanjut pertemuan Montereal Protocol di Bali Nopember 2011, maka penggunaan fumigan methyl bromide (MB) hanya untuk aplikasi karantina dan pra-pengapalan. Terkait perlakuan karantina hanya untuk eradikasi quarantine pests saja dan dilarang untuk penggunaan karantina terhadap non-quarantine pests. Upaya yang perlu dilakukan untuk pengurangan/pengganti penggunaan methyl bromide oleh setiap negara yaitu: penggunaan alternative MB, mengurangi penggunaan MB, mengurangi secara fisik dari emisi MB, dan mencatat penggunaan MB secara kuantitas, jenis OPTK yang diberikan treatment, komoditas yang diberikan perlakuan, untuk tujuan impor atau export pada tindakan karantina. Penggunaan MB selama ini agar dilaporkan kepada sekretariat ozone, the United Nation of Environmental Program, Nairobi, Kenya sebelum 13 Maret Pembahasan rules dan procedures terkait pemilihan ketua dan wakil ketua dari CPM masih memerlukan perhatian untuk disepakati serta pertimbangan pemberlakuan urutan 7 regional IPPC, serta pengusulan ketua mendatang sidang CPM-8 akan dipimpin oleh wakil regional Asia. Indonesia untuk pemilihan ketua CPM-8 mendatang mendukung Korea selaku wakil Regional Asia, namun dari hasil voting dari 128 negara dihasil sbb: 2 abstaint, 1 rusak, 63 untuk UK dan 62 untuk Korea (Asia). Simposium dilakukan disela-sela CPM dan materi penting yang perlu menjadi perhatian terhadap perdagangan tumbuhan melalui internet global sebagai pathway, dari hasil observasi bahwa umumnya tidak dilengkapi persyaratan Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

103 kesehatan dan sungguh berisiko bagi negara. Selain itu terhadap perhatian mobilitas tumbuhan aquatik diperdagangkan yang belum diketahui status tanaman dapat bermanfaat atau sebagai pests (gulma). 2. Mengikuti Pertemuan The 1 st Meeting Of Asean-China SPS Cooperation- Technical Working Group Meeting on Food Safety, Animal Inspection and Quarantine, and Plant Inspection and Quarantine Pada Tahun 2012, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan ikut berpartisipasi dalam Pertemuan The 1 st Meeting Of Asean-China SPS Cooperation-Technical Working Group Meeting on Food Safety, Animal Inspection and Quarantine, and Plant Inspection and Quarantine pada tanggal 4-6 Juni 2012 di Lombok, Indonesia. Pertemuan dihadiri oleh peserta delegasi dari Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam, Sekretariat ASEAN dan Asisten Pembangunan Ekonomi Nusa Tenggara Barat (NTB). Hasil dari pertemuan ini adalah: a. Diprioritaskan pertukaran informasi tentang Inspeksi dan persyaratan karantina, peringatan pada makanan, status hama dan penyakit tumbuhan dan pembaharuan otoritas kompetensi b. Semua pemberitahuan maupun pertukaran informasi antar negara anggota disampaikan melalui portal webside dan c. Sekretariat ASEAN akan menjadwalkan secara bergantian mengadakan pertemuan pembahasan masing-masing kelompok kerja teknis (TWG) yang akan diajukan pada bulan Juli Hal tersebut disebabkan karena adanya perbedaan pelaksanaan prosedur dan peraturan karantina, serta kesulitan dalam analisis risiko juga standar yang berbeda dan kesenjangan dalam mekanisme peraturan SPS. d. Dalam rangka memperkecil kesenjangan dan permasalahan disepakati adanya pelatihan, seminar dan pertukaran personil /tenaga ahli, yang juga termasuk melakukan kerjasama kursus singkat di masing-masing wilayah, rencana kerja diusulkan oleh masing-masing TWGs e. Untuk memiliki pemahaman yang lebih baik dalam persyaratan SPS, diprioritaskan membahas kesenjangan dan pengakuan terhadap kerjasama SPS ASEAN-Cina, disepakati untuk diadakan konferensi Plant Inspection and Quarantine dan Animal Inspection and Quarantine pada tahun 2014, di mana tanggal dan tempat akan ditentukan lebih lanjut, sedangkan untuk pelaksanaan konferensi Food Safety dijadwalkan pada Mei-Juni f. Memperhatikan isu-isu terkait kegiatan SPS yang melibatkan pemangku kepentingan dalam melaksanakan kegiatan, bahwa koordinasi antar lembaga diperlukan untuk memfasilitasi perdagangan yang efektif dan sinergi serta mempersatukan perbedaan atau kesamaan dari inisiatif dalam kaitannya dengan pelaksanaan kegiatan SPS. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

104 g. China berinisiatif melakukan "Workshop Pencegahan Penyebaran Hama Exotic lintas perbatasan antara China-ASEAN", yang akan diselenggarakan pada Juli 2012 di Beijing, Cina. Dalam konteks ini, diharapkan TWGs untuk berkoordinasi dengan Kontak Poin ASEAN-China SPS dari negara masing-masing untuk membahas kemungkinan untuk berpartisipasi dalam lokakarya. h. Untuk memajukan harmonisasi dan mempersempit kesenjangan, China diminta untuk mendukung negara-negara, khususnya Kamboja, Laos dan Myanmar, dalam terjemahan dokumen SPS dalam bahasa inggris. Pertemuan rutin TWG akan diselenggarakan secara bergiliran antar negara anggota ASEAN dan China, Sekretariat ASEAN diminta berkonsultasi dengan Cina untuk mengkonfirmasi tuan rumah pertemuan berikutnya serta kepastian tanggal dan tempatnya 2. Mengikuti Pertemuan EWG-MRLs of Pesticides among ASEAN Countries Ke 16 Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan ikut berpartisipasi dalam Pertemuan Sidang ke-16 EWG-MRLs of Pesticides among ASEAN Countries pada tanggal Januari 2012 di Vientiane, Laos. Pertemuan dihadiri oleh delegasi dari Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, perwakilan dari Sekretariat ASEAN. Berdasarkan hasil sidang disepakati batas maksimum residu sebagai berikut : a). beta-cyfluthrin pada kubis 0,04 mg/kg (Indonesia) b). triazophos pada soybean immature (whole pods) 1 mg/kg (Thailand) c). triazophos pada soybean immature (seeds) 0,5 mg/kg (Thailand) d). triazophos pada yard long bean 0,4 mg/kg (Thailand) e). lambda-cyhalothrin pada okra 0,03 mg/kg (Thailand dan Malaysia) f). imidacloprid pada okra 0,1 mg/kg (Thailand) g). profenofos pada pummelo 2 mg/kg (Thailand) h). cypermethrin pada carambola 0,2 mg/kg (Malaysia) i). chlorpyrifos pada chilli 3 mg/kg (Thailand) j). metalaxyl pada pineapple 0,1 mg/kg (Thailand) k). lambda-cyhalothrin pada citrus 0,2 mg/kg (Indonesia) l). thiamethoxam pada orange 0,5 mg/kg (Indonesia) C. Koperasi Daya Guna Koperasi Daya Guna (KDG) dengan Badan Hukum nomor: 1087/B.H/I merupakan koperasi karyawan/karyawati Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dan Direktorat Perlindungan Hortikultura yang berfungsi memberikan pelayanan kesejahteraan kepada anggota. KDG berupaya memberikan pelayanan maksimal Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

105 untuk mencapai kesejahteraan anggota, oleh karena itu manajemen Koperasi Daya Guna senantiasa berusaha menjalin hubungan yang sebaik-baiknya dengan pejabat dan pimpinan Direktorat. 1. Keanggotaan Keanggotaan Koperasi mencakup dua Direktorat, yaitu Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Ditjen Tanaman Pangan dan Direktorat Perlindungan Hortikultura, Ditjen Tanaman Hortikultura. Jumlah anggota pada Tahun 2012 sebanyak 125 orang yang terdiri dari : a. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan : 90 orang b. Direktorat Perlindungan Hortikultura : 26 orang c. Anggota luar biasa : 5 orang d. Anggota tidak aktif : 4 orang 2. Usaha Kegiatan koperasi adalah simpan pinjam, toko dan aneka usaha. 3. Pelayanan Koperasi Daya Guna secara konsisten melaksanakan fungsi sosialnya melalui berbagai kegiatan antara lain santunan-santunan (kelahiran, kematian dan lain-lain), pasar murah bersubsidi dalam rangka Idul Fitri dan sebagainya. D. Ikawati Kepengurusan Ikatan Karyawati (Ikawati) Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan periode dengan susunan sebagai berikut: Pembina : Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Ketua : Trias Retno Wardhani Wakil Ketua : Abriani Fensionita SekretarisI : Syanti Asviatuti Nurbayana Bendahara : Andriarti Kusumawardhani Seksi Pendidikan : Maunah Ambarwati Hastari Kusumawardhani Fitria Yulianti Rhonda Hesti E Seksi Umum : Eka Widiyastuti Marwanti Ade Ratna Yulinar Seksi Usaha : Yoyoh Rokayah Sri Hidayanti Puspitasari Indah Nur Rokhmah Teguh Puji Sri Lestari Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

106 Selama Tahun 2012, berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan Ikawati adalah sebagai berikut : 1. Mengadakan pertemuan rutin setiap empat bulan diantaranya arisan, berbagi pengetahuan dan pengalaman serta keterampilan dari karyawati untuk karyawati. 2. Menghadiri dan mengikuti berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh Ikawati Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Dharma Wanita Sub Unit Direktorat Jenderal Tanaman Pangan serta Kementerian Pertanian 3. Melaksanakan kegiatan pengajian dan ceramah agama pada bulan Ramadhan untuk lebih meningkatkan kecerdasan spiritual karyawati. 4. Dalam rangka menghimpun dana untuk menambah modal usaha, Seksi Usaha melaksanakan kegiatan antara lain pengadaan barang dengan angsuran. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

107 VIII.PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHANNYA Dalam pelaksanaan program dan kegiatan perlindungan tanaman pangan, selama Tahun 2012, beberapa permasalahan yang muncul dan upaya pemecahannya sebagai berikut : 1. Beragamnya kelembagaan Perlindungan Tanaman di daerah Implementasi dari PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, menyebabkan kelembagaan perlindungan tanaman di daerah cukup bervariasi sehingga perhatian, eksistensi, dan peran serta fungsinya cenderung menurun. Lembaga perlindungan di daerah diantaranya LPHP/LAH sebagai pusat pengembangan teknologi perlindungan tanaman masih bervariasi antar daerah, baik sarana dan prasarana, SDM, maupun kegiatannya sehingga belum berfungsi secara optimal. Untuk itu, diperlukan advokasi kepada pemerintah Provinsi agar dapat ditingkatkan koordinasi dan sinergi dengan instansi terkait di daerah. 2. Belum optimalnya pemberdayaan kelembagaan PHT di tingkat lapangan Alumni SLPHT berperan penting dalam penerapan, pengembangan, dan pemasyarakatan PHT, namun kelembagaan tersebut belum diberdayakan secara optimal. Pos Pengembang Agens Hayati (PPAH) yang sudah dibangun dan dibentuk oleh alumni SLPHT, aktivitasnya belum optimal karena terbatasnya dukungan sarana dan prasarana, teknologi dan pendanaan yang dialokasikan oleh daerah. Petani alumni SLPHT di beberapa daerah tidak berperan optimal dalam memperbanyak unit-unit SLPHT swadana, sehingga masih diperlukan dukungan dana melalui APBD provinsi dan APBD kabupaten/kota untuk pengembangan unit-unit SLPHT. Dalam pengembangan PPAH diperlukan pendataan kelompok, penyediaan sarana, pendampingan dan pembinaan, serta pemberian dukungan yang memadai dilakukan secara terus menerus sehingga dapat terwujud kemandirian kelompok PPAH/petani untuk penerapan PHT. 3. Ketergantungan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota Sesuai dengan Otonomi Daerah, dalam memenuhi kebutuhan SDM dan sarana serta prasarana perlindungan tanaman adalah tanggungjawab pemerintah daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota). Sampai saat ini kebutuhan SDM, sarana Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

108 dan prasarana perlindungan tanaman di provinsi maupun di kabupaten/kota masih tergantung kepada pusat. Untuk itu, perlu dilakukan advokasi kepada Gubernur, Bupati/Walikota, dan lembaga legislatif serta pemangku kepentingan perlindungan tanaman di daerah. 5. Perubahan iklim dan faktor lingkungan yang kurang mendukung. Perubahan iklim sudah dirasakan dan berpengaruh sangat nyata, antara lain curah hujan di atas rata-rata, pergeseran musim hujan dan musim kemarau, rusaknya daerah tangkapan air, dan rusaknya sarana irigasi. Kondisi ini menyebabkan meningkatnya luas, frekuensi dan durasi DPI berupa banjir dan kekeringan serta berpengaruh terhadap dinamika populasi OPT, peningkatan patogenitas penyakit dan pola distribusi serangannya. Oleh karena itu, upaya antisipasi, mitigasi, serta penanganan OPT/DPI perlu mendapat perhatian terkait dengan kelembagaan, penelitian, pengembangan, dan penanganannya. Upaya-upaya tersebut ditingkatkan melalui peningkatan diseminasi prakiraan serangan OPT/DPI, pemanfaatan informasi prakiraan iklim di tingkat lapangan, penyebarluasan rekomendasi penyesuaian pola tanam dan kalender tanam, rehabilitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, penanganan secara spesifik lokasi, serta pemberdayaan petani melalui SLI dan SLPHT. 6. SLI tidak dapat dilakukan secara spesifik komoditas Hal ini disebabkan lahan yang digunakan untuk SLI merupakan lahan yang sudah mempunyai pola tanam padi-palawija. Selain itu modul yang disampaikan dalam SLI mencakup teknologi budidaya khususnya teknologi yang digunakan dalam menyikapi perubahan iklim di wilayah setempat. 7. Belum optimalnya koordinasi penanganan OPT Penanganan OPT, terutama pada daerah sumber serangan dan sumber infeksi di daerah perbatasan antar provinsi/kabupaten/kota belum dilaksanakan secara optimal. Hal ini disebabkan karena kurangnya koordinasi dan sinkronisasi antar wilayah sejak diberlakukan otonomi daerah. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu diupayakan koordinasi dan sinkronisasi secara vertikal dan horizontal. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

109 IX.P E N U T U P 1. Pengamanan produksi tanaman pangan terkait erat dengan perlindungan terhadap gangguan serangan OPT dan DPI, dilaksanakan melalui berbagai kegiatan perlindungan tanaman pangan. Sesuai dengan sumberdaya yang tersedia, pada Tahun 2012 telah dilakukan kegiatan yang meliputi penguatan SDM, penguatan kelembagaan, inovasi dan diseminasi teknologi perlindungan tanaman, dan penyediaan sarana pengendalian OPT. 2. Berdasarkan evaluasi, luas banjir pada tanaman pangan utama (padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah) Tahun 2012 mencapai ha (puso: ha), terluas terjadi pada tanaman padi seluas ha ( ha), kemudian diikuti oleh jagung ( ha, puso : ha), kedelai (2.340 ha, puso : ha), dan kacang tanah (58 ha, puso : 21 ha). 3. Kekeringan pada tanaman pangan utama (padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah) selama Tahun 2012 seluas ha (puso : ha) terluas terjadi pada tanaman padi ( ha, puso: ha), kemudian diikuti oleh jagung ( ha, puso : ha), kedelai (1.546 ha, puso : 130 ha), dan kacang tanah (153 ha). 4. Serangan OPT utama pada tanaman pangan utama (padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah) Tahun 2012 seluas ha (puso : ha), terluas disebabkan oleh OPT utama padi ( ha, puso: ha), kemudian diikuti jagung ( ha, puso: 53 ha), kedelai (5.221 ha, puso: 15 ha), dan kacang tanah (5.187 ha, puso : 7 ha). 5. Luas pertanaman padi yang mengalami puso akibat banjir, kekeringan, dan serangan OPT utama selama Tahun 2012 seluas ha. Luas tersebut sebesar 0,55% dari realisasi luas tanam padi pada Tahun 2012 seluas ha. 6. Pada tanaman terserang telah dilakukan upaya pengendalian oleh petani secara swadaya maupun memanfaatkan bantuan sarana pengendalian dari pemerintah (kecamatan, kabupaten, provinsi, dan pusat/cadangan nasional). Pengendalian OPT utama pada tanaman pangan Tahun 2012 seluas ha. 7. Dalam penanganan OPT dan DPI, telah dilaksanakan kegiatan yang meliputi penguatan kualitas SDM melalui pelatihan petugas dalam pelaksanaan dan pengembangan PHT dan penggunaan program SIM OPT versi 2.1 yang telah disempurnakan, pemberdayaan THL Tenaga Bantu POPT-PHP, penyediaan dan penyebarluasan teknologi perlindungan tanaman pangan, gerakan pengendalian OPT, pembinaan dan pengawalan pelaksanaan SLPHT dan SLI, penyediaan sarana pengendalian OPT, dan koordinasi dengan instansi terkait. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

110 8. Pelaksanaan SLPHT yang direncanakan di seluruh provinsi sejumlah unit, selama Tahun 2012 telah direalisasikan sebanyak unit (99,33%), sedangkan SLI yang direncanakan sejumlah 130 unit yang tersebar di 33 provinsi dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana (100%). 9. Disamping kegiatan yang telah dilakukan diatas, untuk penanganan banjir, kekeringan dan menekan luas dan intensitas serangan OPT utama, juga dilakukan berbagai kegiatan antara lain pengiriman informasi prakiraan iklim dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kepada Gubernur, pengiriman surat kewaspadaan peningkatan serangan OPT, dan langkah operasional penanganannya kepada Gubernur, konsolidasi petugas, pembentukan POSKO Pengendalian OPT (tingkat Kabupaten, Kecamatan, dan desa), menurunkan tim pemantauan dan bimbingan teknis (provinsi, kabupaten, kecamatan), dan penyediaan bantuan pestisida cadangan nasional. 10. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman pangan yaitu beragamnya kelembagaan perlindungan tanaman di daerah, terbatasnya kualitas THL Tenaga Bantu POPT-PHP, ketergantungan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, kurang lancarnya arus informasi/pelaporan, belum optimalnya koordinasi penanganan OPT, perubahan iklim dan faktor lingkungan yang kurang mendukung, dan belum optimalnya pemberdayaan kelembagaan PHT di tingkat lapangan (LPHP, BPT, PPAH, dan alumni SLPHT). 11. Dukungan anggaran (APBN dan APBN-P) untuk pelaksanaan kegiatan pengamanan produksi pada Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 berjumlah Rp ,- (Tiga ratus lima puluh lima milyar seratus satu juta enam puluh delapan ribu). Sampai akhir Desember 2012, realisasi anggaran mencapai Rp ,- (96,10%). Berdasarkan alokasi anggaran, secara umum, kegiatan yang direncanakan pada Tahun 2012 dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan, sasaran dan waktu. Sedangkan sisa anggaran merupakan penghematan dari beberapa kegiatan pertemuan dan pemberian bantuan penanggulangan bencana. 12. Untuk mendukung pelaksanaan kebijakan perlindungan tanaman ke depan, diperlukan penguatan SDM dan kelembagaan perlindungan baik di pusat maupun di daerah, database yang akurat dan mekanisme pelaporan yang sistematis. 13. Agar pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman dapat diimplementasikan dengan baik, sangat diperlukan sinkronisasi dan koordinasi yang baik antara pusat dengan daerah maupun instansi terkait lintas sektor. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

111 Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

112 Lampiran 1. Struktur Organisasi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Berdasarkan Permentan No.61/Permentan/OT.140/10/2010 DIREKTUR PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN SUB BAGIAN TATA USAHA SUBDIT PENGELOLAAN DATA OPT SUBDIT DAMPAK PERUBAHAN IKLIM SUBDIT TEKNOLOGI PENGENDALIAN OPT SUBDIT PENGELOLAAN PHT SEKSI MONITORING DAN ANALISIS DATA SEKSI ADAPTASI SEKSI IDENTIFIKASI SEKSI PEMASYARAKATAN SEKSI EVALUASI DAN PELAPORAN SEKSI MITIGASI SEKSI VERIFIKASI SEKSI KELEMBAGAAN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

113 Lampiran 2. Perbandingan Luas Banjir Pada Tanaman Padi Di Indonesia Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Banjir No Propinsi Rerata T P T P T P 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Jumlah Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

114 Lampiran 3. Luas Banjir Pada Tanaman Padi Di Indonesia Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Bulan Rerata T P T P T P Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

115 Lampiran 4. Perbandingan Luas Banjir pada Tanaman Palawija Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Jagung Kedelai Kacang Tanah No Propinsi Rerata Rerata Rerata T P T P T P T P T P T P T P T P T P 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Jumlah Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

116 Lampiran 5. Luas Banjir Pada Tanaman Jagung Di Indonesia Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Bulan Rerata T P T P T P Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

117 Lampiran 6. Luas Banjir Pada Tanaman Kedelai Di Indonesia Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Bulan Rerata T P T P T P Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

118 Lampiran 7. Luas Banjir Pada Tanaman Kacang Tanah Di Indonesia Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Bulan Rerata T P T P T P Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

119 Lampiran 8. Perbandingan Luas Kekeringan pada Tanaman Padi Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Kekeringan No Propinsi Rerata T P T P T P 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Jumlah Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

120 Lampiran 9. Luas Kekeringan pada Tanaman Padi Di Indonesia Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Bulan Rerata T P T P T P Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

121 Lampiran 10. Perbandingan Luas Kekeringan pada Tanaman Palawija Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Jagung Kedelai Kacang Tanah No Propinsi Rerata Rerata Rerata T P T P T P T P T P T P T P T P T P 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Jumlah Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

122 Lampiran 11. Luas Kekeringan Pada Tanaman Jagung Di Indonesia Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Bulan Rerata T P T P T P Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

123 Lampiran 12. Luas Kekeringan Pada Tanaman Kedelai Di Indonesia Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Bulan Rerata T P T P T P Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

124 Lampiran 13. Luas Kekeringan Pada Tanaman Kacang Tanah Di Indonesia Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) Bulan Rerata T P T P T P Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

125 Lampiran 14. Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Padi Tahun 2012 Penggerek Wereng batang No. Provinsi batang padi coklat Tikus Blas BLB/Kresek Tungro OPT Utama T P T P T P T P T P T P T P 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat R i a u J a m b i Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten B a l i Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat M a l u k u Maluku Utara Papua Barat Papua Jumlah Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

126 Lampiran 15. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Padi Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) No Provinsi Penggerek batang padi Wereng batang coklat Rerata 5 Thn Rerata 5 Thn T P T P T P T P T P T P 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

127 Lanjutan... Tikus Blas No Provinsi Rerata 5 Thn Rerata 5 Thn T P T P T P T P T P T P 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

128 Lanjutan... BLB/Kresek Tungro No Provinsi Rerata 5 Thn Rerata 5 Thn T P T P T P T P T P T P 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

129 Lanjutan... OPT Utama No Provinsi Rerata 5 Thn T P T P T P 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

130 Lampiran 16. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama Pada Tanaman Padi Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) OPT Utama Januari Februari Maret April Mei Juni T P T P T P T P T P T P Pgr batang padi Rerata Wereng batang coklat Rerata Tikus Rerata Blas Rerata BLB/Kresek Rerata Tungro Rerata OPT Utama Rerata Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

131 Lanjutan... OPT Utama Juli Agustus September Oktober November Desember Total T P T P T P T P T P T P T P Pgr batang padi Rerata Wereng batang coklat Rerata Tikus Rerata Blas Rerata BLB/Kresek Rerata Tungro Rerata OPT Utama Rerata Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

132 Lampiran 17. Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Jagung Tahun 2012 No Provinsi Penggerek tongkol Penggerek batang Ulat grayak Lalat bibit Bulai Tikus OPT Utama T P T P T P T P T P T P T P 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat R i a u J a m b i Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten B a l i Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat M a l u k u Maluku Utara Papua Barat Papua Jumlah Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

133 Lampiran 18. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Jagung Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) No Provinsi Penggerek tongkol Penggerek batang Rerata 5 Thn Rerata 5 Thn T P T P T P T P T P T P 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

134 Lanjutan... Ulat grayak Lalat bibit No Provinsi Rerata 5 Thn Rerata 5 Thn T P T P T P T P T P T P 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

135 Lanjutan... Bulai Tikus No Provinsi Rerata 5 Thn Rerata 5 Thn T P T P T P T P T P T P 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

136 Lanjutan... OPT Utama No Provinsi Rerata 5 Thn T P T P T P 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

137 Lampiran 19. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama Pada Tanaman Jagung Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) OPT Utama Penggerek tongkol Januari Februari Maret April Mei Juni T P T P T P T P T P T P Rerata Penggerek batang Rerata Ulat grayak Rerata Lalat bibit Rerata Bulai Rerata Tikus Rerata OPT Utama Rerata Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

138 Lanjutan... OPT Utama Penggerek tongkol Juli Agustus September Oktober November Desember Total T P T P T P T P T P T P T P Rerata Penggerek batang Rerata Ulat grayak Rerata Lalat bibit Rerata Bulai Rerata Tikus Rerata OPT Utama Rerata Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

139 Lampiran 20. Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kedelai Tahun 2012 No Provinsi Ulat grayak Pgl daun Lalat kacang OPT Utama T P T P T P T P T P T P T P 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat R i a u J a m b i Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten B a l i Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat M a l u k u Maluku Utara Papua Barat Papua Jumlah Tikus Penggerek polong Ulat jengkal Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

140 Lampiran 21. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kedelai Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) No Provinsi Ulat grayak Penggulung daun Rerata 5 Thn Rerata 5 Thn T P T P T P T P T P T P 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

141 Lanjutan... Lalat kacang Tikus No Provinsi Rerata 5 Thn Rerata 5 Thn T P T P T P T P T P T P 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

142 Lanjutan... Penggerek polong Ulat jengkal No Provinsi Rerata 5 Thn Rerata 5 Thn T P T P T P T P T P T P 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

143 Lanjutan... OPT Utama No Provinsi Rerata 5 Thn T P T P T P 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

144 Lampiran 22. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kedelai Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) OPT Utama Januari Februari Maret April Mei Juni T P T P T P T P T P T P Ulat grayak Rerata Penggulung daun Rerata Lalat kacang Rerata Tikus Rerata Penggerek polong Rerata Ulat jengkal Rerata OPT Utama Rerata Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

145 Lanjutan... OPT Utama Juli Agustus September Oktober November Desember Total T P T P T P T P T P T P T P Ulat grayak Rerata Penggulung daun Rerata Lalat kacang Rerata Tikus Rerata Penggerek polong Rerata Ulat jengkal Rerata OPT Utama Rerata Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

146 Lampiran 23. Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kacang Tanah Tahun 2012 Bercak daun Ulat grayak Pelipat daun No Provinsi coklat Babi hutan Tikus Karat daun OPT Utama T P T P T P T P T P T P T P 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat R i a u J a m b i Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten B a l i Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat M a l u k u Maluku Utara Papua Barat Papua Jumlah Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

147 Lampiran 24. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kacang Tanah Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) No Provinsi Penggerek tongkol Penggerek batang Rerata 5 Thn Rerata 5 Thn T P T P T P T P T P T P 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep.Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

148 Lanjutan... Ulat grayak Lalat bibit No Provinsi Rerata 5 Thn Rerata 5 Thn T P T P T P T P T P T P 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep.Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

149 Lanjutan... Bulai Tikus No Provinsi Rerata 5 Thn Rerata 5 Thn T P T P T P T P T P T P 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep.Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

150 Lanjutan... OPT Utama No Provinsi Rerata 5 Thn T P T P T P 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep.Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

151 Lampiran 26. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama Pada Tanaman Kacang Tanah Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun ( ) OPT Utama Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total T P T P T P T P T P T P T P T P T P T P T P T P T P Ulat grayak Rerata Pelipat daun Rerata Bercak daun coklat Rerata Babi hutan Rerata Tikus Rerata Karat daun Rerata OPT Utama Rerata Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

152 Lampiran 26. Luas Pengendalian OPT Utama Pangan Tahun 2012 dan 2011 No. Tahun Padi Jagung Kedelai Kacang Tanah Jumlah Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

153 Lampiran 27. Luas Pengendalian OPT Utama Padi Tahun 2012 dan 2011 No. Provinsi Luas Pengendalian Tahun 2011 Tahun 2012 PM Pest CL Jumlah Jumlah 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat R i a u J a m b i Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia Keterangan: PM : Pengendalian secara fisik mekanik Pest : Pengendalian dengan menggunakan pestisida CL : Pengendalian dengan menggunakan cara lain * : Data sementara sampai Bulan Desember 2012 tidak dibedakan menurut cara pengendaliannya (PM, Pest dan CL) Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

154 Lampiran 28. Luas Pengendalian OPT Utama Jagung Tahun 2012 dan 2011 Luas Pengendalian No. Provinsi Tahun 2011 Tahun 2012 PM Pest CL Jumlah Jumlah 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat R i a u J a m b i Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia Keterangan: PM : Pengendalian secara fisik mekanik Pest : Pengendalian dengan menggunakan pestisida CL : Pengendalian dengan menggunakan cara lain * : Data sementara sampai Bulan Desember 2012 tidak dibedakan menurut cara pengendaliannya (PM, Pest dan CL) Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

155 Lampiran 29. Luas Pengendalian OPT Utama Kedelai Tahun 2012 dan 2011 No. Provinsi Luas Pengendalian Tahun 2011 Tahun 2012 PM Pest CL Jumlah Jumlah 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat R i a u J a m b i Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia Keterangan: PM : Pengendalian secara fisik mekanik Pest : Pengendalian dengan menggunakan pestisida CL : Pengendalian dengan menggunakan cara lain * : Data sementara sampai Bulan Desember 2012 tidak dibedakan menurut cara pengendaliannya (PM, Pest dan CL) Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

156 Lampiran 30. Luas Pengendalian OPT Utama Kacang Tanah Tahun 2012 dan 2011 No. Provinsi Luas Pengendalian Tahun 2011 Tahun 2012 PM Pest CL Jumlah Jumlah 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat R i a u J a m b i Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia Keterangan: PM : Pengendalian secara fisik mekanik Pest : Pengendalian dengan menggunakan pestisida CL : Pengendalian dengan menggunakan cara lain * : Data sementara sampai Bulan Desember 2012 tidak dibedakan menurut cara pengendaliannya (PM, Pest dan CL) Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

157 Lampiran 31. Rencana dan Realisasi SLPHT Tahun 2012 No Propinsi SLPHT Kelompok (Unit) SLPHT Tindak Lanjut (Unit) Total Jumlah SLPHT(Unit) Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi % 1 Pemerintah Aceh ,00 2 Sumatera Utara ,00 3 Sumatera Barat ,00 4 R i a u ,33 5 J a m b i ,73 6 Sumatera Selatan ,00 7 Bengkulu ,00 8 Lampung ,00 9 Kep. Bangka Belitung ,00 10 Kep. Riau DKI Jakarta ,00 12 Jawa Barat ,00 13 Jawa Tengah ,00 14 DI. Yogyakarta ,00 15 Jawa Timur ,00 16 B a n t e n ,00 17 B a l i ,00 18 Nusa Tenggara Barat ,00 19 Nusa Tenggara Timur ,00 20 Kalimantan Barat ,00 21 Kalimantan Tengah ,00 22 Kalimantan Selatan ,00 23 Kalimantan Timur ,00 24 Sulawesi Utara ,00 25 Sulawesi Tengah ,00 26 Sulawesi Selatan ,00 27 Sulawesi Tenggara ,00 28 Gorontalo ,00 29 Sulawesi Barat ,00 30 Maluku ,00 31 Maluku Utara ,00 32 Papua ,55 33 Papua Barat ,00 Jumlah , , ,33 Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

158 Lampiran 32. Rencana dan Realisasi SLI Tahun 2012 No. Provinsi Rencana (unit) Realisasi (unit) % Capaian 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah D.I. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Jumlah Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

159 Lampiran 33. Alokasi Bantuan Sarana Pengendali OPT APBN-P Tahun 2012 No PROVINSI PADAT CAIR JUMLAH PADI JAGUNG KEDELAI PADI JAGUNG KEDELAI Satuan Satuan Satuan Satuan Satuan Satuan Satuan Vol Ukur Vol Ukur Vol Ukur Vol Ukur Vol Ukur Vol Ukur Vol Ukur 1 Pemerintah Aceh Kg 779 Kg Kg Ltr Ltr Kg/ltr 2 Sumatera Utara Kg Ltr Kg/ltr 3 Sumatera Barat 500 Kg 500 Kg/ltr 4 Riau Kg Kg/ltr 5 Jambi Kg 140 Kg 265 Ltr Kg/ltr 6 Sumatera Selatan Kg Ltr Kg/ltr 7 Bengkulu Kg Kg/ltr 8 Lampung Kg Kg 444 Kg Ltr Ltr 380 Ltr Kg/ltr 9 Jawa Barat Kg Kg Kg Ltr Ltr Ltr Kg/ltr 10 Jawa Tengah Kg Kg Kg Ltr Ltr Ltr Kg/ltr 11 DI Yogyakarta 700 Kg Kg 907 Ltr Kg/ltr 12 Jawa Timur Kg Kg Kg Ltr Ltr Ltr Kg/ltr 13 Banten Kg 500 Ltr Kg/ltr 14 Bali 300 Kg 300 Kg/ltr 15 Nusa Tenggara Barat Kg Kg Kg Ltr Ltr Ltr Kg/ltr 16 Nusa Tenggara Timur Kg Ltr Kg/ltr 17 Kalimantan Barat 800 Kg 450 Kg Ltr Kg/ltr 18 Kalimantan Tengah 160 Kg 360 Ltr 520 Kg/ltr 19 Kalimantan Selatan Kg 360 Ltr Kg/ltr 20 Sulawesi Utara Kg Ltr Kg/ltr 21 Sulawesi Selatan Kg Kg 420 Kg Ltr Ltr Ltr Kg/ltr 22 Sulawesi Tengah 140 Kg Kg 660 Ltr Kg/ltr 23 Sulawesi Tenggara 260 Kg 400 Ltr 660 Kg/ltr 24 Gorontalo Kg Ltr Kg/ltr 25 Sulawesi Barat 140 Kg 380 Ltr 520 Kg/ltr Jumlah Kg Kg Kg Ltr Ltr Ltr Kg/ltr Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

160 Lampiran 34. Alokasi Bantuan Sarana Pengendali OPT APBN-P Tahun 2012 (Seed Treatment) Padi Jagung Kedelai Jumlah No Provinsi Satuan Satuan Satuan Satuan Volume Ukur Volume Ukur Volume Ukur Volume Ukur 1 Pemerintah Aceh 40 Kg 220 Kg Kg Kg 2 Sumatera Utara 180 Kg 180 Kg 3 Sumatera Selatan 100 Kg 100 Kg 4 Lampung 180 Kg Kg 20 Kg Kg 5 Jawa Barat Kg Kg 360 Kg Kg 6 Jawa Tengah Kg Kg 500 Kg Kg 7 DI Yogyakarta 40 Kg 246 Kg 286 Kg 8 Jawa Timur Kg Kg 800 Kg Kg 9 Banten 100 Kg 100 Kg 10 Nusa Tenggara Barat 120 Kg Kg Kg 11 Nusa Tenggara Timur Kg Kg 12 Kalimantan Barat Kg Kg 13 Kalimantan Tengah 20 Kg 20 Kg 14 Kalimantan Selatan 50 Kg 50 Kg 15 Sulawesi Utara Kg Kg 16 Sulawesi Tengah 20 Kg 40 Kg 60 Kg 17 Sulawesi Selatan 500 Kg Kg 60 Kg Kg 18 Sulawesi Tenggara 40 Kg 40 Kg 19 Gorontalo 620 Kg 620 Kg Jumlah Kg Kg Kg Kg Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

161 Lampiran 35. Alokasi Bantuan Sarana Pengamatan dan Pengendalian Light Trap (LT) Tahun 2012 No Provinsi Jumlah (Unit) 1 Pemerintah Aceh Sumatera Utara 38 3 Sumatera Barat 18 4 Riau 17 5 Jambi 16 6 Sumatera Selatan 88 7 Bengkulu 24 8 Lampung Kep. Bangka Belitung 0 10 Kep. Riau 0 11 DKI Jakarta 0 12 Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku 0 31 Maluku Utara 0 32 Papua Barat 0 33 Papua 0 Jumlah 7000 Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

162 Lampiran 36. ALOKASI BANTUAN PENANGGULANGAN PADI PUSO (BP-3) TAHUN 2012 (berdasarkan Luas Puso) No Provinsi Kab/Kodya Luas Padi Puso (Ha) 1 Pemerintah Aceh Aceh Besar 2.152,00 Subulussalam 217,00 Pidie 1.175,00 Bireuen 850,00 Aceh Timur 1.790,00 Aceh Besar 335,00 Jumlah 6.519,00 2 Sumatera Utara Tapanuli Utara 161,50 Padang Lawas Utara 395,00 Jumlah 556,50 3 Sumatera Barat Padang 28,25 Pasaman Barat 14,50 Tn Datar 9,00 Pesisir Selatan 37,30 Padang Pariaman 6,00 Sijunjung 50,25 Jumlah 145,30 4 Riau Siak 130,00 Jumlah 130,00 Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

163 Lanjutan... No Provinsi Kab/Kodya Luas Padi Puso (Ha) 5 Jambi Tanjung Jabung Timur 329,50 Kerinci 198,95 Kerinci 37,25 Sungai Penuh 149,79 Batanghari 226,00 Jambi 1,00 Jumlah 942,49 6 Lampung Pesawaran 570,25 Lampung Barat 786,50 Jumlah 1.356,75 7 Banten Kota Serang 1.121,48 Padeglang 3.960,00 Lebak 2.477,79 Tangerang 954,76 Serang 1.865,50 Jumlah ,53 Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

164 Lanjutan... No Provinsi Kab/Kodya Luas Padi Puso (Ha) 8 Jawa Tengah Tegal 601,00 Purbalingga 229,00 Pemalang 1.083,00 Brebes 69,00 Sragen 215,00 Sukoharjo 153,00 Jumlah 2.350,00 9 DIY Kulonprogo 121,00 Gunung Kidul 49,40 Bantul 60,00 Jumlah 230,40 10 Bali Buleleng 19,00 Jembrana 17,00 Klungkung 83,00 Tabanan 30,13 Badung 7,51 Jumlah 156,64 Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

165 Lanjutan... No Provinsi Kab/Kodya Luas Padi Puso (Ha) 11 Nusa Tenggara Barat Sumbawa 262,00 Bima 479,00 Sumbawa Barat 31,65 Jumlah 772,65 12 Kalimantan Tengah Barito Selatan 51,00 Jumlah 51,00 13 Kalimantan Selatan Banjar 155,50 Jumlah 155,50 14 Kalimantan Timur Paser 16,50 Samarina 147,70 Palaran 26,50 Jumlah 190,70 15 Sulawesi Tengah Parigi mauotong 215,00 Jumlah 215,00 16 Sulawesi Selatan Soppeng 585,00 Enrekang 29,72 Jeneponto 85,00 Sidrap 1.716,52 Luwu 90,00 Jumlah 2.506,24 Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

166 Lanjutan... Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun

KATA PENGANTAR. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan

KATA PENGANTAR. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan mempunyai tugas mengamankan produksi dari gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI) sehingga produksi tercapai

Lebih terperinci

Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan

Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Laporan Kinerja Tahun 2014 i RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Pengamanan produksi tanaman pangan mencakup seluruh areal pertanaman. Operasional kegiatan diarahkan dalam rangka penguatan perlindungan tanaman pangan

Lebih terperinci

DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN

DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Pengamanan produksi tanaman pangan mencakup seluruh areal pertanaman. Operasional kegiatan diarahkan dalam rangka penguatan perlindungan tanaman pangan dari gangguan OPT dan DPI.

Lebih terperinci

93% 98% 97% 98% 98% 98% 98% Laporan Tahunan 2015 ii

93% 98% 97% 98% 98% 98% 98% Laporan Tahunan 2015 ii RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Dalam rangka Rencana Strategis Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menargetkan pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan padi, jagung, dan kedelai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN KETAHANAN PANGAN DAN PERIKANAN KABUPATEN

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN BALAI BESAR

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2016

LAPORAN TAHUNAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2016 LAPORAN TAHUNAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2016 Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan 2017 KATA PENGANTAR Direktorat Perlindungan

Lebih terperinci

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2013

Lebih terperinci

NOTA DINAS banjir Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung kekeringan OPT banjir kekeringan OPT banjir

NOTA DINAS banjir Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung kekeringan OPT banjir kekeringan OPT banjir NOMOR: NOTA DINAS Yth. : Direktur Jenderal Tanaman Pangan Dari : Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Hal : Laporan Perkembangan Serangan OPT, Banjir dan Kekeringan Tanggal : April 2017 Bersama ini kami

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2015 Evaluasi Capaian Kinerja Pembangunan Tanaman

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA.

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA. PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA. BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

4. Upaya yang telah dilakukan dalam mengendalikan serangan OPT dan menangani banjir serta kekeringan adalah sebagai berikut:

4. Upaya yang telah dilakukan dalam mengendalikan serangan OPT dan menangani banjir serta kekeringan adalah sebagai berikut: NOMOR: NOTA DINAS Yth. : Direktur Jenderal Tanaman Pangan Dari : Plh. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Hal : Laporan Perkembangan Serangan OPT, Banjir dan Kekeringan Tanggal : Maret 2017 Bersama ini

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014 KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2014

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 392/Kpts/OT.130/6/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 392/Kpts/OT.130/6/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 392/Kpts/OT.130/6/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN MENTERI PERTANIAN, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci

NOTA DINAS banjir OPT banjir kekeringan OPT banjir kekeringan OPT

NOTA DINAS banjir OPT banjir kekeringan OPT banjir kekeringan OPT NOMOR: NOTA DINAS Yth. : Direktur Jenderal Tanaman Pangan Dari : Plt. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Hal : Laporan Perkembangan Serangan OPT, Banjir dan Kekeringan Tanggal : Mei 2017 Bersama ini

Lebih terperinci

29 Januari LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN /D

29 Januari LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN /D 29 Januari LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN 2003 Menimbang PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 19 TAHUN 2003 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 19 TAHUN : 2008 SERI : D PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 69 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 19 TAHUN : 2008 SERI : D PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 69 TAHUN 2008 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 19 TAHUN : 2008 SERI : D PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 69 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS PADA UNSUR ORGANISASI TERENDAH DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2014 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) SURABAYA Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahun

Lebih terperinci

-1- GUBERNUR BALI, Jdih.baliprov.go.id

-1- GUBERNUR BALI, Jdih.baliprov.go.id -1- GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 105 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN PROVINSI BALI

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-018.01-0/AG/2014 DS 6100-9979-1830-7597 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG :

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 17 TAHUN 2003 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 NOMOR SP DIPA-18.1-/216 DS933-1269-654-625 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PETANI PENGAMAT TAHUN 2018

PETUNJUK TEKNIS PETANI PENGAMAT TAHUN 2018 PETUNJUK TEKNIS PETANI PENGAMAT TAHUN 2018 DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2018 KATA PENGANTAR Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)

Lebih terperinci

CAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2014

CAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2014 CAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2014 Bahan Rapat Koordinasi Dengan Bupati/Walikota se Provinsi Jawa Timur Terkait Rekomendasi Dewan Pertimbangan Presiden Tentang Ancaman OPT Dan Progrnosa Produksi Padi Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 215 NOMOR SP DIPA-18.1-/215 DS791-3632-6284-16 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 130 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 130 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 130 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN RINCIAN TUGAS POKOK UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA, DAN PERKEBUNAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA-018.01-0/2013 DS 5903-0340-5288-0144 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004

Lebih terperinci

PENGENDALI ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN BAB I PENDAHULUAN

PENGENDALI ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN BAB I PENDAHULUAN 5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 80/PERMENTAN/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGENDALI ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGENDALI

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun KATA PENGANTAR

Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dalam rangka mewujudkan luas areal tanaman pangan yang aman dari gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI), perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan peran

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... I. PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... I. PENDAHULUAN... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... i ii iii iv v iv I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Kedudukan,

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2010 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2010

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2010 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2010 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 200 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 200 Unit Eselon I : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian

Lebih terperinci

SALINAN. Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

SALINAN. Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887); SALINAN SALINAN BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN KABUPATEN BULUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan

Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Organisme Pengangganggu an (OPT) utama yang menyerang padi ada 9 jenis, yaitu : Tikus, Penggerek Batang, Wereng Batang Coklat,

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN

PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 KATA PENGANTAR Kejadian El Nino Tahun 2015

Lebih terperinci

ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 01/PRT/M/2008 18 Januari 2008 Tentang: ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR DAFTAR ISI PENGANTAR I. Direktorat

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

Pasal 3 (1) Susunan Organisasi Dinas Pangan dan Perkebunan terdiri dari : a. Kepala; b. Sekretariat, terdiri dari : 1. Sub Bagian Perencanaan; 2.

Pasal 3 (1) Susunan Organisasi Dinas Pangan dan Perkebunan terdiri dari : a. Kepala; b. Sekretariat, terdiri dari : 1. Sub Bagian Perencanaan; 2. BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 105 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PANGAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN CILACAP

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN KOTA BATU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KUALIFIKASI JABATAN STRUKTURAL, JABATAN FUNGSIONAL UMUM DAN JABATAN FUNGSIONAL TERTENTU DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN

KUALIFIKASI JABATAN STRUKTURAL, JABATAN FUNGSIONAL UMUM DAN JABATAN FUNGSIONAL TERTENTU DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN Lampiran II : Keputusan Bupati Grobogan Nomor : Tanggal : I. DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA. KUALIFIKASI JABATAN STRUKTURAL, JABATAN FUNGSIONAL UMUM DAN JABATAN FUNGSIONAL TERTENTU DILINGKUNGAN

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci

5. Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan

5. Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan 5. Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Organisme Pengangganggu Tanaman (OPT) utama yang menyerang padi ada 9 jenis, yaitu : Tikus, Penggerek Batang, Wereng Batang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN

INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN LAMPIRAN : PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 49/Permentan/OT.140/8/2012 TANGGAL : 15 Agustus 2012 TENTANG : INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2010-2014 INDIKATOR KINERJA

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL Anggaran : 208 Formulir RKA SKPD 2.2 Urusan Pemerintahan : 3. 03 Urusan Pilihan Pertanian Organisasi : 3. 03. 0 Ketahanan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KABUPATEN KLATEN

Lebih terperinci

LAKIP. (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Tahun 2013

LAKIP. (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Tahun 2013 Dok L. 01 28/01/2014 LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Tahun 2013 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SUMBAWA.

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SUMBAWA. PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SUMBAWA. BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA KABUPATEN KLATEN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 393/Kpts/OT.130/6/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGUJIAN MUTU PRODUK TANAMAN MENTERI PERTANIAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 393/Kpts/OT.130/6/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGUJIAN MUTU PRODUK TANAMAN MENTERI PERTANIAN, KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 393/Kpts/OT.130/6/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGUJIAN MUTU PRODUK TANAMAN MENTERI PERTANIAN, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan mutu produk

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KLATEN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BALAI PROTEKSI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA ACEH

BALAI PROTEKSI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA ACEH PERAN UPTD PROTEKSI DALAM MENDUKUNG KEGIATAN UPSUS TP DAN PENINGKATAN KUALITAS DATA SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 *) BALAI PROTEKSI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA ACEH *) Disampaikan pada : Pertemuan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PADA DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN BERAU BUPATI BERAU, Menimbang : a. bahwa sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perkebunan harus mampu meningkatkan pemanfaatan potensi sumberdaya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat secara berkeadilan dan berkelanjutan,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS PERKEBUNAN

Lebih terperinci

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG -1- BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI WAY KANAN NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PETERNAKAN

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN AMBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kerusakan tanaman yang disebabkan gangguan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) baik hama, penyakit maupun gulma menjadi bagian dari budidaya pertanian sejak manusia

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUMBAWA.

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUMBAWA. PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUMBAWA. BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN KABUPATEN KLATEN

Lebih terperinci

DINAS PERKEBUNAN. Tugas Pokok dan Fungsi. Sekretaris. Sekretaris mempunyai tugas :

DINAS PERKEBUNAN. Tugas Pokok dan Fungsi. Sekretaris. Sekretaris mempunyai tugas : DINAS PERKEBUNAN Tugas Pokok dan Fungsi Sekretaris Sekretaris mempunyai tugas : a. Menyusun rencana dan program kerja kesekretariatan; b. Mengkoordinasikan program kerja masing-masing Sub Bagian; c. Mengkoordinasikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditi aneka kacang (kacang tanah dan kacang hijau) memiliki peran yang cukup besar terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pakan. Peluang pengembangan aneka kacang

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

a. Kepala Balai ; b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha; c. Kepala Seksi Proteksi Tanaman Pangan; d. Kepala Seksi Proteksi Hortikultura; e. Kelompok Jabatan

a. Kepala Balai ; b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha; c. Kepala Seksi Proteksi Tanaman Pangan; d. Kepala Seksi Proteksi Hortikultura; e. Kelompok Jabatan BAB XXII BALAI PROTEKSI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PADA DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI BANTEN Pasal 98 Susunan Organisasi Balai Balai Proteksi Tanaman Pangan Dan Hortikultura terdiri dari:

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS UNSUR-UNSUR ORGANISASI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 80/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGENDALI ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 80/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGENDALI ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 80/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGENDALI ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA, PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS DAN URAIAN TUGAS JABATAN PADA DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN PETERNAKAN KABUPATEN BARITO UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PENGUATAN INOVASI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1 - 2-5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82); 6. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 5 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 5 TAHUN 2002 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 5 TAHUN 2002 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN JOMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN OKTOBER 2017 2017 Laporan Kinerja Triwulan III DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 88 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 88 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 88 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887); SALINAN BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Berdasarkan Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, Kementerian Pertanian merupakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi PENDAHULUAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 28 Tahun 2015 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau, pada pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwa

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur

Lebih terperinci

Tugas Pokok. melaksanakan kegiatan teknis operasional dinas dibidang Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura.

Tugas Pokok. melaksanakan kegiatan teknis operasional dinas dibidang Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura. Pokok melaksanakan kegiatan teknis operasional dinas dibidang Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura. Fungsi 1. penyusunan rencana teknis operasional Balai; 2. pelaksanaan pengamatan, peramalan, penetapan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 106 TAHUN 2017

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 106 TAHUN 2017 WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 106 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN PANGAN KOTA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN KESATUAN BANGSA POLITIK DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 59 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KABUPATEN KLATEN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI D

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI D BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI D PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 166 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA URAIAN TUGAS JABATAN PADA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

Lebih terperinci

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887); SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS TRANSMIGRASI DAN TENAGA KERJA

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci