BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cukup bulan (Reading et al., 1990). Definisi hipoalbuminemia pada neonatus berbeda

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada periode neonatus, kadar albumin serum meningkat seiring dengan umur kehamilan mulai dari 1,9 g/dl di bawah umur 30 minggu menjadi 3,1g/dL pada bayi cukup bulan (Reading et al., 1990). Definisi hipoalbuminemia pada neonatus berbeda antar pusat penelitian. Green (1993) mendefinisikan hipoalbuminemia pada kondisi kadar albumin serum kurang dari 2,5 g/dl, Kanarek et al. (1992) menetapkan hipoalbuminemia jika kadar albumin kurang dari 3 g/dl, sedangkan Greenough (1999) mendefinisikan hipoalbuminemia jika kadar albumin serum kurang dari 2 g/dl (dikutip dari Jardine et al., 2010). Penyebab hipoalbuminemia neonatus bisa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu penurunan sintesis, peningkatan katabolisme, kehilangan, dan terganggunya distribusi antara kompartemen intravaskular dan ekstravaskular (Uhing, 2004). Hipoalbuminemia terjadi pada beberapa kondisi klinis termasuk prematuritas, bayi dengan sakit akut, sindrom distres respirasi, enterokolitis nekrotikan, perdarahan intrakranial, hidrops fetalis dan edema (Jardine, et al., 2010). Kondisi hipoalbuminemia terkait dengan kondisi disfungsi organ, penurunan tekanan onkotik, pertahanan terhadap infeksi, kemampuan untuk penyembuhan, edema perifer dan intestinal, penurunan motilitas gastrointestinal, toleransi terhadap nutrisi enteral dan luaran klinis yang buruk (Porto et al., 2005) 1

2 2 Oleh karena itu, suplementasi albumin pada pasien hipoalbuminemia dengan nutrisi yang buruk bisa sangat berguna untuk memperbaiki fungsi organ (Porto et al., 2005). Transfusi albumin terbukti tidak berpengaruh terhadap peningkatan atau penurunan kematian (Wilkes dan Navickis, 2001; Jacob et al., 2008; Jardine et al., 2010) akan tetapi penggunaan albumin terbukti memberikan manfaat dalam menurunkan morbiditas dengan RR=0,92 dengan Interval Kepercayaan 95% 0,89-0,92 (Vincent et al., 2004). Metaanalisis dengan metode regresi menemukan bahwa terdapat hubungan kadar albumin serum pascatransfusi dengan morbiditas. Pada kelompok neonatus dengan kadar albumin serum pascatransfusi mencapai 3 g/dl akan lebih cepat mencapai berat lahir, meningkatnya status nutrisi dan toleransi terhadap makanan enteral, komplikasi perawatan yang lebih sedikit dan menurunnya kejadian pneumonia dan sepsis dibandingkan kelompok dengan kadar albumin serum pascatransfusi kurang dari 3 g/dl (Vincent et al., 2003). Indikasi transfusi albumin pada neonatus yaitu neonatus dengan kadar albumin serum kurang dari 2 g/dl dengan kondisi sepsis, peningkatan kehilangan protein melalui ginjal, saluran cerna atau perdarahan masif. Jumlah albumin intravena yang diperlukan dihitung dengan rumus: dosis albumin (g) = (3 g/dl kadar albumin terukur) x Berat badan (kg) x 0,8 (Liumbruno et at., 2009). Pada neonatus, dosis yang diberikan bervariasi akan tetapi mayoritas memberikan albumin intravena maksimal 1 gr/kg/hari (Jardine et al., 2010; Morris et al.,2008).

3 3 Evaluasi kadar albumin pascatransfusi pada neonatus menunjukkan bahwa terdapat peningkatan bermakna kadar albumin pascatransfusi (Morris et al., 2008). Kadar albumin serum pascatransfusi yang diperiksa merupakan gabungan dari kadar albumin endogen dan albumin eksogen yang ditransfusikan. Albumin endogen merupakan hasil sintesis neonatus yang dipengaruhi oleh umur kehamilan, berat lahir dan pemberian nutrisi (Cartlidge et al., 1987; Dancis et al., 1957; Lee et al.,2005, Bunt et al., 2007). Albumin eksogen ditentukan oleh waktu paruh larutan albumin yang ditransfusikan. Waktu paruh albumin di dalam sistem sirkulasi dipengaruhi oleh tingkat distribusi dan katabolisme albumin (Quinlan et al, 1998; Allison et al., 2001). Pada beberapa kondisi klinis dimana terdapat kerusakan integritas endotel seperti pada sepsis dan sakit kritis, proses distribusi albumin akan terganggu sehingga albumin intravena akan keluar ke interstitium dan kadar albumin serum akan turun dibawah kadar albumin yang diharapkan pascatransfusi (Quinlan et al., 1998; Allison et al., 2001). Selain itu, kondisi dengan peningkatan katabolisme seperti pada pasien dengan kasus bedah, pencapaian kadar albumin sesuai target akan sulit didapatkan (Liumbruno et al., 2009). Selain waktu paruh albumin, penelitian pada dewasa menemukan bahwa kadar albumin pascatransfusi juga ditentukan oleh kadar albumin sebelum transfusi. Sebuah evaluasi praktek klinis retrospektif pemberian albumin di Intensive Care Unit (ICU) pada pasien dewasa, ditemukan pada kelompok dengan kadar albumin serum pasca transfusi 3 g/dl memiliki kadar albumin serum sebelum transfusi yang lebih

4 4 tinggi (0,45 g/dl, p< 0,001) dibandingkan dengan kelompok dengan kadar albumin serum pascatransfusi < 3 g/ (Palmese et al., 2005). Berdasarkan konsep farmakokinetik albumin, jarak waktu antara pemberian albumin dan evaluasi kadar albumin pascatransfusi juga menentukan keberhasilan pencapaian kadar albumin yang diharapakan. Pada kondisi sehat, larutan albumin yang ditransfusikan akan keluar ke jaringan interstitial sehingga terjadi penurunan kadar albumin setelah 24 jam pascatransfusi dan 75% larutan albumin akan hilang dari sirkulasi dalam waktu 2 hari. Pada kondisi disintegritas endotel, penurunan kadar larutan albumin yang ditransfusikan terjadi lebih cepat (Quinlan et al, 1998; Margarson et al, 2004). Semua faktor diatas menyebabkan kadar albumin pascatransfusi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Akan tetapi, mayoritas penelitian dilakukan pada pasien dewasa dan belum terdapat penelitian pada neonatus. B. Perumusan Masalah Dengan memperhatikan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Hipoalbuminemia neonatus terjadi pada berbagai kondisi klinis yaitu prematuritas, bayi dengan sakit akut, sindrom distres respirasi, enterokolitis nekrotikan, perdarahan intrakranial, hidrops fetalis dan edema. 2. Suplementasi albumin pada pasien hipoalbuminemia dengan nutrisi yang buruk bisa sangat berguna untuk memperbaiki fungsi organ terkait albumin dan menurunkan morbiditas jika kadar albumin dipertahankan 3g/dL.

5 5 3. Faktor yang mempengaruhi tercapainya kadar albumin serum pascatransfusi sesuai target ( 3 g/dl) masih belum banyak diketahui dan belum ada penelitian pada neonatus. C. Pertanyaan Penelitian Dari rumusan masalah di atas dapat dibuat suatu pertanyaan penelitian: Faktor-faktor apa yang mempengaruhi tercapainya kadar albumin serum sesuai target pascatransfusi albumin pada neonatus? D. Tujuan Penelitian Mengetahui faktor yang mempengaruhi tercapainya kadar albumin serum sesuai target pascatransfusi albumin pada neonatus di Instalasi Maternal Perinatal (IMP) RSUP Dr. Sardjito. E. Manfaat Penelitian 1. Bidang ilmiah Dapat diperoleh tambahan referensi mengenai transfusi albumin pada neonatus dengan hipoalbuminemia. 2. Bidang pengabdian masyarakat Dengan mengetahui faktor risiko yang mempengaruhi tercapainya kadar albumin serum sesuai target pascatransfusi, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pemberian albumin khususnya pada neonatus. 3. Bidang penelitian Dapat digunakan sebagai acuan penelitian berikutnya

6 6 F. Keaslian Penelitian Penelitian yang berkenaan dengan faktor risiko tercapainya kadar albumin serum sesuai target pascatransfusi albumin pada neonatus masih sedikit dan belum pernah dilakukan di IMP RSUP Dr. Sardjito. Pencarian menggunakan Pubmed dan Google (Periode ) dengan kata kunci : neonates, albumin transfusion, attained albumin level diperoleh sebagai berikut Tabel 1. Faktor yang mempengaruhi tercapainya kadar albumin 3 g/dl pascatransfusi No. Peneliti, tahun Desain Hasil Penelitian Penelitian 1. Palmese et al., 2005 Kohor retrospektif Pada pasien dewasa, terdapat perbedaan signifikan antara kadar albumin serum sebelum transfusi albumin pada kelompok dengan kadar pascatransfusi >3g/dL dibandingkan dengan kelompok dengan kadar albumin pascatransfusi < 2. Quinlan et al., 1998 Kohor prospektif 3. Margarson et al., 2004 Kasus kontrol 4. Morris and Molloy,2008 Kohor retrospektif 3 g/dl (p < 0,05). Pada kondisi sepsis, terdapat penurunan kadar albumin serum 4 jam pascatransfusi (p<0,05) Pada pasien dewasa, terdapat perbedaan kadar albumin serum pada kelompok pasien sepsis (2,3 g/dl) versus kontrol (4,7 g/dl) setelah pemberian albumin 20% intravena. Pemberian albumin pada neonatus prematur dan BBLR, rata-rata nilai albumin serum sebelum transfusi 1,78 g/dl, pascatransfusi 2,45 g/dl dengan peningkatan 4,3 g/dl, p<0,05.