BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi penjelasan tentang latar belakang dilakukannya penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi penjelasan tentang latar belakang dilakukannya penelitian"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi penjelasan tentang latar belakang dilakukannya penelitian terkait isu diversifikasi korporasi dan biaya modal, dan alasan pentingnya penelitian tersebut khususnya dalam konteks Indonesia. Selain itu, bab ini juga memaparkan rumusan masalah, tujuan, dan kontribusi yang ingin dihasilkan dari penelitian ini. 1.1 Latar Belakang Pada berbagai penelitian sebelumnya disebutkan bahwa konsep diversifikasi korporasi muncul pertama kali pada tahun 1950-an di Eropa dan Amerika yang kemudian berkembang pesat pada tahun 1960-an dengan adanya gelombang merger. Namun sebenarnya strategi ini merupakan konsekuensi logis dari konsep transaction costs economics yang dimunculkan oleh Coase (1937) dan kemudian dikembangkan oleh Williamson (1975) dalam konsep integrasi vertikal. Di dalam konsep tersebut Coase (1937) menjelaskan bahwa ada biaya yang cukup tinggi yang harus ditanggung perusahaan ketika melakukan transaksi dengan pihak eksternal akibat ketidakpastian pasar, sehingga pilihan untuk melakukan transaksi dengan pihak internal menjadi alternatif yang lebih murah. Selain ketidakpastian pasar, terjadinya kegagalan pasar (market failure) juga menyebabkan transaksi dengan pihak internal menjadi lebih efisien. Konsep kegagalan pasar yang dikemukakan oleh Penrose (1959) dan Teece (1982) menjelaskan bahwa ketidakmampuan pasar dalam menyediakan sumber daya yang dibutuhkan perusahaan akan mendorong perusahaan untuk melakukan 1

2 strategi diversifikasi agar dapat memanfaatkan kelebihan kapasitas faktor produksi yang dimiliki. Kecenderungan untuk terus memperbesar ukuran perusahaan melalui kegiatan integrasi vertikal dan horizontal inilah yang kemudian dikenal dengan istilah diversifikasi yang diharapkan akan menghasilkan sinergi dalam kegiatan operasional perusahaan. Isu terkait diversifikasi usaha sudah banyak diteliti, diawali oleh Wernerfelt dan Montgomery pada tahun Namun hingga saat ini berbagai kajian dan pendapat masih banyak yang memperdebatkan apakah diversifikasi usaha membawa manfaat atau biaya bagi perusahaan. Oweis (2012) mengklasifikasikan penelitian tentang diversifikasi usaha ke dalam 4 gelombang. Gelombang pertama dimulai sejak akhir 1980-an hingga pertengahan 1990-an menemukan bahwa diversifikasi menurunkan nilai perusahaan. Hal ini didukung oleh temuan Wernerfelt dan Montgomery (1988), Lang dan Stulz (1994), dan Berger dan Ofek (1995) yang menunjukkan bahwa perusahaan tidak terdiversifikasi memiliki kinerja lebih baik dibandingkan dengan perusahaan terdiversifikasi. Gelombang kedua menjelaskan pengaruh negatif diversifikasi usaha terhadap nilai perusahaan dengan dua teori utama, yaitu teori keagenan dan pasar pendanaan internal yang diantaranya diteliti oleh May (1995), Denis, Denis, dan Sarin (1997), dan Scharfstein (1999). Berdasarkan perspektif keagenan sebagaimana dijelaskan oleh Scharfstein (1999), pengaruh negatif diversifikasi usaha terhadap nilai perusahaan disebabkan oleh perilaku rent-seeking dari para manajer. Tujuan utama dari keputusan diversifikasi bagi para manajer yang berperilaku rent-seeking adalah pencapaian kepentingannya pribadi, seperti 2

3 meningkatkan posisi tawar dan kompensasi, bukan didasari oleh penciptaan nilai bagi perusahaan. Temuan lainnya dari Scharfstein (1999) adalah adanya paham sosialis dalam hal keputusan alokasi modal internal pada perusahaan yang menerapkan strategi diversifikasi usaha. Paham tersebut berkembang melalui praktik subsidi silang sumber daya yang ditransfer dari unit bisnis yang memiliki kinerja bagus ke unit bisnis yang kinerjanya buruk. Praktik subsidi silang yang tidak tepat pada akhirnya akan menyebabkan inefisiensi dalam alokasi pendanaan sehingga menurunkan nilai perusahaan. Pada gelombang ketiga mulai muncul pertentangan. Sebagian peneliti menemukan diversifikasi usaha tidak mengurangi nilai perusahaan. Penurunan nilai yang terjadi lebih disebabkan oleh perbedaan karakteristik perusahaan, seperti ukuran perusahaan, laba operasi, dan tingkat pertumbuhan industri (Campa dan Kedia, 2002), likuiditas dan gaji eksekutif (Hyland dan Diltz, 2002), serta kinerja perusahaan sebelum melakukan diversifikasi (Graham, Lemon, dan Wolf, 2002). Temuan ini kemudian diperkuat oleh kelompok terakhir yang menyebutkan bahwa sebenarnya pengaruh negatif diversifikasi usaha terhadap nilai perusahaan tidak pernah benar-benar terjadi. Berbagai hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan pengaruh negatif lebih disebabkan oleh pemilihan sampel yang bias, serta penggunaan instrumen pengukuran dan teknik ekonometrika yang kurang tepat (Mansi dan Reeb, 2002; Schoar, 2002). 3

4 Walaupun Berger dan Ofek (1995) menemukan adanya pengaruh negatif diversifikasi usaha terhadap nilai perusahaan, namun mereka menjelaskan bahwa kegiatan diversifikasi usaha memang memiliki dampak ganda. Di satu sisi bisa meningkatkan nilai perusahaan, dan di sisi lain juga dapat menurunkannya. Manfaat potensial yang bisa didapat dari diversifikasi usaha diantaranya, kesempatan untuk mengeksploitasi aset tertentu yang dimiliki perusahaan sehingga bisa dimanfaatkan di pasar yang baru (Wernerfelt dan Montgomery, 1988), efisiensi alokasi sumber daya internal (Weston, 1970), meningkatkan kapasitas utang (Lewellen, 1971), serta meningkatkan economies of scale dan economies of scope (Teece, 1980) yang merupakan upaya perusahaan untuk menurunkan biaya produksi rata-rata melalui peningkatan volume atau jenis produk yang dihasilkan. Di sisi lain juga ada biaya yang harus ditanggung perusahaan akibat diversifikasi usaha, seperti semakin tingginya asimetri informasi antara manajer pusat dengan manajer divisi yang meningkatkan biaya operasional (Harris, Kriebel, dan Raviv, 1982), peluang terjadi over investment semakin besar karena diskresi yang dimiliki manajer semakin tinggi (Jensen, 1986), inefisiensi alokasi modal antar divisi (Stulz, 1990), serta adanya insentif terhadap munculnya perilaku rent-seeking, yaitu perilaku manajer yang fokus pada pencapaian tujuan pribadi dengan mengorbankan nilai perusahaan (Scharfstein dan Stein, 2000). Dengan adanya dampak ganda tersebut, maka menurut Campa dan Kedia (2002) perusahaan sebaiknya melakukan diversifikasi jika manfaat yang dihasilkan lebih 4

5 besar dari biaya yang harus ditanggung perusahaan. Sebaliknya, jika biaya yang dihasilkan lebih besar maka sebaiknya perusahaan tetap fokus pada satu segmen. Mengacu pada berbagai hasil penelitian di atas yang cenderung menemukan adanya pengaruh negatif diversifikasi usaha terhadap kinerja, peneliti tertarik untuk mengidentifikasi alasan lain yang mungkin menjadi salah satu motivasi perusahaan dalam melakukan strategi diversifikasi usaha. Berangkat dari hasil penelitian Lewellen (1971), Amihud dan Lev (1981), Franco, Urcan, dan Vasvari (2010), serta Hann, Ogneva, dan Ozbas (2013) yang menemukan bahwa korelasi arus kas yang tidak sempurna pada perusahaan terdiversifikasi dapat menurunkan risiko kebangkrutan melalui mekanisme coinsurance, penelitian ini mencoba melihat hubungan antara diversifikasi usaha dengan biaya modal. Sebagaimana diketahui bahwa biaya modal berkorelasi positif dengan risiko perusahaan. Semakin rendah risiko suatu perusahaan, maka biaya modal yang ditanggung juga akan semakin rendah. Hann et. al., (2013) menjelaskan bahwa pandangan yang berkembang di berbagai penelitian sebelumnya menganggap bentuk perusahaan apakah itu bersifat segmen tunggal (tidak terdiversifikasi) atau multi-segmen (terdiversifikasi) tidak berpengaruh terhadap biaya modal. Hal ini dikarenakan para peneliti sebelumnya menggunakan konsep merger dan akuisisi dalam menjelaskan pengaruh diversifikasi usaha terhadap risiko perusahaan. Salah satunya dijelaskan oleh Jensen dan Meckling (1976) bahwa secara umum perusahaan dikatakan mengalami kebangkrutan jika tidak mampu memenuhi kewajibannya terhadap para kreditur. Semakin tinggi probabilitas kebangkrutan, 5

6 maka risiko yang dihadapi perusahaan juga akan semakin tinggi. Salah satu cara mengurangi risiko kebangkrutan adalah dengan melakukan merger. Ketika unit bisnis sebelumnya mengalami gagal bayar, maka dengan merger unit usaha yang baru diharapkan dapat melunasi seluruh kewajiban perusahaan sebelumnya. Berdasarkan perspektif merger, diversifikasi usaha dianggap tidak berpengaruh terhadap biaya modal karena perusahaan tetap dipandang sebagai entitas tunggal (perusahaan tidak terdiversifikasi) sehingga korelasi arus kas yang tidak sempurna antar unit bisnis dianggap hanya mampu mengurangi risiko yang bersifat idiosyncratic, sedangkan risiko sistematisnya tetap sama. Hal ini dikarenakan kegiatan subsidi silang dan mekanisme pasar pendanaan internal tidak bisa dilakukan. Hal tersebut dijelaskan oleh Ross, Westerfield, dan Jaffe (2008) dalam Hann et. al., (2013) bahwa risiko sistematis tidak bisa dikurangi dengan merger. Dengan menggunakan pandangan yang berbeda, Hann et. al., (2013) menemukan bahwa perusahaan terdiversifikasi memiliki biaya modal yang lebih rendah dibanding perusahaan tidak terdiversifikasi. Risiko sistematis perusahaan yang melakukan diversifikasi usaha dapat dikurangi melalui mekanisme coinsurance yang diperkenalkan pertama kali oleh Lewellen (1971). Lewellen (1971) menjelaskan bahwa korelasi arus kas yang tidak sempurna antar unit bisnis dapat menurunkan risiko kebangkrutan perusahaan. Dalam perspektif coinsurance setiap unit bisnis dipandang sebagai stand-alone firm (perusahaan dengan segmen tunggal), sehingga perusahaan yang terdiversifikasi merupakan kumpulan dari berbagai perusahaan dengan segmen tunggal. 6

7 Berdasarkan pandangan tersebut, perusahaan dimungkinkan untuk melakukan transfer sumber daya atau subsidi silang dari unit usaha yang mengalami surplus (cash-rich units) ke unit usaha yang mengalami defisit (cashpoor units) sehingga perusahaan bisa terhindar dari financial distress. Platt dan Platt (2002) mendefinisikan financial distress sebagai suatu kondisi di mana perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan terancam bangkrut yang disebabkan oleh ketidakmampuan hasil operasi dalam menutupi kewajiban perusahaan (insolvency). Financial distress berkorelasi positif dengan biaya kebangkrutan yang akan meningkat ketika tingkat arus kas masuk rendah. Hal ini biasanya terjadi pada kondisi ekonomi yang tidak stabil atau krisis. Dengan adanya mekanisme coinsurance, arus kas perusahaan terdiversifikasi diharapkan memiliki risiko sistematis lebih rendah dibandingkan dengan arus kas perusahaan tidak terdiversifikasi. Penurunan risiko perusahaan yang melakukan diversifikasi usaha tersebut diharapkan akan menghasilkan kesempatan untuk meningkatkan kapasitas utang atau menurunkan biaya utang pada kapasitas utang yang sama. Hal ini dikarenakan tingkat keuntungan yang disyaratkan kreditur berkorelasi positif dengan risiko perusahaan. Semakin rendah risiko, maka biaya utang yang disyaratkan juga akan semakin rendah. Penelitian Stulz (1990) menunjukkan bahwa perusahaan terdiversifikasi juga memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan sumber pendanaan internal, sehingga biaya modalnya diharapkan lebih rendah dibanding dengan perusahaan tidak terdiversifikasi. Selain itu, diversifikasi usaha juga dapat mengurangi terjadinya under investment melalui penciptaan pasar modal internal 7

8 yang lebih luas. Stein (1997) dan Matsusaka dan Nanda (2002) juga menemukan bahwa diversifikasi usaha menjadi sumber pendanaan internal baru yang dapat meningkatkan efisiensi dalam kegiatan investasi. Di sisi lain mekanisme pendanaan internal juga juga dapat meningkatkan risiko perusahaan akibat konflik keagenan dan kegiatan subsidi silang atau alokasi modal internal yang tidak tepat yang akan meningkatkan biaya modal perusahaan sebagaimana dijelaskan oleh Scharfstein dan Stein (1999). Potensi konflik yang terjadi antar manajer divisi bisa mempengaruhi keputusan transfer sumber daya yang tidak lagi didasarkan pada pertimbangan kinerja namun bisa jadi faktor lain seperti kedekatan hubungan antar manajer divisi, dan lain sebagainya. Hal selaras ditemukan oleh Shin dan Stulz (1998) dan Scharfstein dan Stein (2000) bahwa adanya perilaku rent-seeking dari para manajer dan politik internal perusahaan juga dapat menyebabkan terjadinya inefisiensi dalam hal alokasi modal internal yang dapat meningkatkan risiko perusahaan. Menurut Shin dan Stulz (1998) dan Rajan et. al., (2000) idealnya prioritas utama dari manajer dalam pengalokasian dana adalah untuk unit bisnis dengan tingkat pertumbuhan tinggi. Hasil penelitian Mansi dan Reeb (2002) menunjukkan adanya pengaruh yang kontradiktif dari strategi diversifikasi usaha terhadap dua komponen utama biaya modal, yaitu biaya utang dan biaya ekuitas. Temuannya menunjukkan bahwa penurunan risiko kebangkrutan pada perusahaan terdiversifikasi di satu sisi akan meningkatkan nilai debtholder, dan di sisi lain juga menurunkan nilai shareholder akibat peningkatan leverage. Besaran penurunan nilai yang dialami shareholder bergantung pada seberapa besar peningkatan leverage yang terjadi. 8

9 Oleh karena itu, asumsi utama yang dibangun dalam penelitian ini bahwa diversifikasi korporasi dapat menurunkan risiko kebangkrutan perusahaan yang akan berdampak terhadap peningkatan kapasitas utang atau penurunan biaya utang. Peningkatan kapasitas utang yang terjadi akan meningkatkan risiko pemegang saham sehingga biaya ekuitas yang disyaratkan juga akan meningkat. Franco et. al., (2010) menjelaskan bahwa manfaat diversifikasi usaha lebih banyak dirasakan oleh pemegang obligasi dibanding pemilik ekuitas. Hal ini dikarenakan pemilik ekuitas dapat mengurangi risiko investasi mereka melalui portofolio saham dengan biaya yang lebih murah. Walaupun bondholders juga dapat membentuk portofolio obligasi, namun biaya yang harus dikeluarkan jauh lebih besar dibandingkan dengan pembentukan portofolio saham. Hal ini dikarenakan sifat dari obligasi yang biasanya illiquid. Hal yang sama juga berlaku untuk kreditur yang berasal dari perbankan. Walaupun dimungkinkan bagi perbankan untuk menyalurkan dana pinjaman ke berbagai sektor industri, namun hal tersebut akan berdampak terhadap biaya monitoring. Temuan Acharya, Hasan, dan Saunders (2006) mendukung hal tersebut. Portfolio investasi perbankan ke berbagai sektor industri justru menurunkan kualitas portfolio yang disebabkan oleh buruknya kinerja monitoring yang dilakukan perbankan. Dengan keterbatasan yang dimiliki lender tersebut, maka diharapkan mereka akan memberikan insentif lebih bagi perusahaan yang melakukan strategi diversifikasi usaha dengan mensyaratkan tingkat keuntungan yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang tidak terdiversifikasi. 9

10 Hasil penelitian Yan (2006) menunjukkan bahwa nilai perusahaan yang terdiversifikasi akan meningkat ketika perusahaan mengalami kendala pendanaan yang tinggi. Hal ini dikarenakan pada kondisi tersebut biaya pendanaan dari sumber eksternal akan sangat tinggi sehingga manfaat yang didapatkan perusahaan dari sumber dana internal akan semakin besar. Berbagai penelitian terkait dengan diversifikasi usaha dan pasar pendanaan internal juga mendukung hal tersebut (Matsusaka dan Nanda, 2002; Stein, 1997). Dengan demikian, besaran manfaat diversifikasi usaha dalam mengurangi biaya modal berdasarkan perspektif sumber pendanaan internal akan sangat dipengaruhi oleh kondisi pasar modal eksternal, seperti suku bunga. Semakin tinggi selisih biaya modal internal dengan biaya modal eksternal yang mengindikasikan semakin tingginya kendala pendanaan yang dihadapi perusahaan, maka manfaat yang didapatkan perusahaan terdiversifikasi dari sumber pendanaan internal diharapkan akan semakin besar. Selain itu hasil penelitian Leland (2007), Franco et. al., (2010), serta Hann et. al., (2013) menunjukkan bahwa kemampuan diversifikasi usaha dalam mengurangi risiko perusahaan akan semakin besar ketika tingkat korelasi arus kas antar unit bisnis perusahaan rendah. Dengan kata lain tingkat korelasi arus kas merupakan salah satu komponen yang mempengaruhi risiko sistematis. Perusahaan yang memiliki korelasi arus kas yang rendah antar unit bisnis memiliki kesempatan yang lebih besar untuk melakukan transfer sumber daya dari unit bisnis yang memiliki surplus dana ke unit bisnis yang mengalami defisit pendanaan, dibandingkan dengan perusahaan terdiversifikasi dengan korelasi arus kas yang tinggi. 10

11 Penelitian ini fokus pada pengujian pengaruh diversifikasi usaha terhadap biaya modal. Ada tiga alasan utama yang mendasari peneliti untuk menguji pengaruh tersebut. Pertama, menjawab pertanyaan mengapa perusahaan tetap melakukan strategi diversifikasi meskipun banyak hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Dalam upaya menjawab pertanyaan tersebut, peneliti mencoba mengaitkannya dengan biaya modal untuk mengidentifikasi salah satu faktor yang mungkin mendasari keputusan perusahaan dalam menerapkan strategi diversifikasi. Hal ini diperkuat juga dengan fenomena konglomerasi yang mulai berkembang di Indonesia yang ditandai dengan banyaknya grup atau korporasi bisnis yang muncul dan menguasai berbagai sektor usaha. Sebagaimana diketahui bahwa ada dua tipe diversifikasi usaha, yaitu diversifikasi terkait (di dalam satu sektor industri yang sama) dan diversifikasi tidak terkait (terdiri dari berbagai sektor industri). Konglomerasi merupakan bentuk implementasi diversifikasi tidak terkait yang dilakukan perusahaan ke berbagai sektor industri. Tipe diversifikasi yang dilakukan perusahaan akan mempengaruhi tingkat korelasi arus kas antar unit bisnis. Alasan kedua mengapa penelitian ini relevan untuk dilakukan dikarenakan berbagai penelitian sebelumnya tentang diversifikasi usaha lebih banyak menyoroti isu terkait dengan kinerja. Hann et. al., (2013) menyebutkan bahwa penelitian mereka merupakan penelitian pertama yang menguji pengaruh diversifikasi usaha terhadap biaya modal dengan menggunakan perspektif coinsurance effect. Hal ini berbeda dengan berbagai penelitian sebelumnya yang 11

12 menggunakan konsep merger dan akuisisi dalam menjelaskan pengaruh diversifikasi usaha terhadap risiko perusahaan. Alasan ketiga, sebagian besar penelitian mengenai strategi diversifikasi usaha dilakukan di negara maju. Penelitian serupa masih jarang dilakukan dalam konteks negara berkembang, khususnya Indonesia. Padahal isu diversifikasi usaha menjadi fenomena menarik untuk diteliti di negara tersebut. Kondisi pasar modal yang belum mapan di negara berkembang, serta masih lemahnya regulasi terkait dengan perlindungan investor menyebabkan proses alokasi modal secara internal melalui diversifikasi usaha menjadi sumber pendanaan dominan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan perspektif coinsurance, diversifikasi usaha diduga memiliki pengaruh ganda terhadap biaya modal. Di satu sisi penurunan risiko perusahaan akibat diversifikasi akan mengurangi biaya utang, namun di sisi lain peningkatan utang akan meningkatkan risiko pemegang saham sehingga tingkat keuntungan yang disyaratkan pemegang saham akan meningkat. Perspektif keagenan dan pasar pendanaan internal juga menjelaskan hal yang sama, diversifikasi usaha dapat meningkatkan ataupun menurunkan biaya modal. Dengan adanya pengaruh ganda dari diversifikasi usaha terhadap biaya modal, penelitian ini bertujuan untuk menguji dampak akhir (net effect) dari pengaruh tersebut secara keseluruhan. Untuk menguji apakah secara rata-rata diversifikasi usaha menurunkan atau meningkatkan biaya modal, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 12

13 1. Apakah diversifikasi usaha berpengaruh terhadap biaya modal perusahaan? 2. Apakah pengaruh diversifikasi usaha terhadap biaya modal perusahaan akan semakin kuat atau semakin lemah ketika tingkat korelasi arus kas antar unit bisnis perusahaan rendah? 3. Apakah pengaruh diversifikasi usaha terhadap biaya modal perusahaan akan semakin kuat atau semakin lemah ketika perusahaan menghadapi kendala pendanaan yang tinggi? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menguji pengaruh diversifikasi usaha terhadap biaya modal perusahaan. 2. Untuk menguji pengaruh moderasi dari korelasi arus kas antar unit bisnis terhadap hubungan diversifikasi usaha dengan biaya modal perusahaan. 3. Untuk menguji pengaruh moderasi dari kendala pendanaan terhadap hubungan diversifikasi usaha dengan biaya modal perusahaan. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian serupa terkait strategi diversifikasi usaha di masa yang akan datang. b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi pengambil keputusan dan kontrol manajerial dalam kebijakan terkait dengan keputusan diversifikasi usaha, serta menjadi bahan pertimbangan investor dalam menentukan keputusan investasi pada perusahaan yang melakukan diversifikasi usaha. 13

BAB I PENDAHULUAN. Argumentasi mengenai pengaruh diversifikasi pada nilai perusahaan masih

BAB I PENDAHULUAN. Argumentasi mengenai pengaruh diversifikasi pada nilai perusahaan masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Argumentasi mengenai pengaruh diversifikasi pada nilai perusahaan masih bergulir dan menjadi perdebatan sampai saat ini. Beberapa penelitian terdahulu belum sampai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diversifikasi. Keputusan untuk melakukan diversifikasi dapat murni berasal dari

BAB 1 PENDAHULUAN. diversifikasi. Keputusan untuk melakukan diversifikasi dapat murni berasal dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dalam prosesnya untuk bertahan dan unggul dalam persaingan bisnis selalu berusaha untuk meningkatkan nilai perusahaanya. Berbagai strategi bisnis baik jangka

Lebih terperinci

Diversifikasi korporasi dan biaya modal

Diversifikasi korporasi dan biaya modal Jurnal Siasat Bisnis Vol.21 o. 2, 2017, 181-198 Journal homepage: http://www.jurnal.uii.ac.id/index.php/jsb Katiya ahda1, Marwan Asri2 1 Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, Indonesia orresponding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran melalui peningkatan nilai perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran melalui peningkatan nilai perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan dalam perkembangannya selalu berusaha untuk mempertahankan keunggulan bisnisnya dalam upaya meningkatkan nilai perusahaan. Tujuan utama perusahaan adalah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab ini disampaikan kesimpulan, keterbatasan, serta implikasi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab ini disampaikan kesimpulan, keterbatasan, serta implikasi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini disampaikan kesimpulan, keterbatasan, serta implikasi penelitian. Kesimpulan yang disampaikan tersebut pada dasarnya merupakan kesimpulan empiris berdasarkan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. timbul antara prinsipal (atau Equity Ownership of Outside Blockholders) dan agen

BAB I PENDAHULUAN. timbul antara prinsipal (atau Equity Ownership of Outside Blockholders) dan agen 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah keagenan (Agency Problem) dapat timbul jika manajer suatu perusahaan memiliki kurang dari 100 persen saham biasa perusahaan tersebut. Definisi masalah keagenan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipicu oleh fenomena gagal bayar subprime mortgage bertransformasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dipicu oleh fenomena gagal bayar subprime mortgage bertransformasi menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis finansial tercatat banyak terjadi hingga tahun 2013. Krisis tersebut menimpa perusahaan, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kegagalan menjaga likuiditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas suatu entitas bisnis dan laporan keuangan berfungsi sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas suatu entitas bisnis dan laporan keuangan berfungsi sebagai bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja pihak manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan tercermin dari laba yang disajikan pada laporan keuangan. Laba digunakan untuk mengukur efektivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah dilaksanakan. PSAK No.1 Tahun 2013 tentang penyajian pelaporan

BAB I PENDAHULUAN. telah dilaksanakan. PSAK No.1 Tahun 2013 tentang penyajian pelaporan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan alat utama bagi para manajer untuk menunjukan efektivitas pencapaian tujuan dan melaksanakan fungsi pertanggungjawaban dalam organisasi.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN IPO

PERTUMBUHAN PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN IPO BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia bisnis di Indonesia sekarang ini sedang berkembang pesat di tandai dengan terus bertambahnya perusahaan yang melakukan IPO (Initial Publick Overing)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap entitas bisnis (perusahaan) dalam operasinya tentu memiliki tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap entitas bisnis (perusahaan) dalam operasinya tentu memiliki tujuan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap entitas bisnis (perusahaan) dalam operasinya tentu memiliki tujuan yang akan dicapai. Tujuan tersebut dibagi menjadi dua, yaitu tujuan jangka pendek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat bertahan atau bahkan lebih berkembang. Perusahaan yang. perusahaan dapat melakukan pengembangan perusahaan maupun

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat bertahan atau bahkan lebih berkembang. Perusahaan yang. perusahaan dapat melakukan pengembangan perusahaan maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi dan pasar bebas, persaingan usaha diantara perusahaan yang ada semakin ketat. Kondisi demikian menuntut perusahaan agar dapat bertahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekspansi perusahaan umumnya dipandang sebagai salah satu indikator keberhasilan atau kemajuan sebuah perusahaan atau anak perusahaan selain dari meningkatnya jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seorang manajer yang diberikan kepercayaan oleh para pemegang saham untuk mengelola dan menjalankan perusahaan merupakan inti dari keberhasilan suatu perusahaan. Manajer

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah menjalankan kebijakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah menjalankan kebijakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah menjalankan kebijakan bidang keuangan yang harus selaras dan serasi dengan memaksimalisasi keuntungan suatu perusahaan. Kegiatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. negatif dan menunjukkan adanya masalah likuiditas. Default berarti. menyebabkan tindakan hukum (Sari dan Wuryan, 2005:460).

PENDAHULUAN. negatif dan menunjukkan adanya masalah likuiditas. Default berarti. menyebabkan tindakan hukum (Sari dan Wuryan, 2005:460). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah keuangan yang dihadapi suatu perusahaan apabila dibiarkan berlarut-larut dapat mengakibatkan terjadinya kebangkrutan. Beberapa perusahaan yang mengalami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi perusahaan yang besar, sehingga sistem pengelolaan perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi perusahaan yang besar, sehingga sistem pengelolaan perusahaan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Banyak perusahaan kecil di Indonesia berkembang menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengelolaan pada manajer. Pengelolaan asset yang telah dipercayakan kapada

BAB 1 PENDAHULUAN. pengelolaan pada manajer. Pengelolaan asset yang telah dipercayakan kapada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian tujuan perusahaan untuk memaksimalkan kemakmuran dapat terwujud jika pengelolaan seluruh perusahaan dilakukan dengan baik. Pembiayaan merupakan elemen penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan debt to equity ratio. Rasio ini merupakan rasio hutang yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan debt to equity ratio. Rasio ini merupakan rasio hutang yang digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal atau bursa efek merupakan suatu obyek penelitian yang menarik untuk diteliti. Hal ini dikarenakan bahwa pasar modal memiliki daya tarik. Pertama,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Kondisi perekonomian yang sangat ketat saat ini menyebabkan persaingan yang semakin kompetitif menjadikan tugas manajer keuangan semakin berat yaitu mencari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Struktur Modal Teori struktur modal berkaitan dengan bagaimana modal dialokasikan dalam aktivitas investasi aktiva riil perusahaan, yaitu dengan cara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi, banyak bidang dalam dunia usaha mengalami perkembangan serta pertumbuhan usaha yang cepat. Kecepatan perkembangan dan pertumbuhan ini memicu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hutang. Hutang adalah kewajiban suatu perusahaan yang timbul dari transaksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hutang. Hutang adalah kewajiban suatu perusahaan yang timbul dari transaksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebijakan Hutang 1. Definisi Hutang dan Pengklasifikasian hutang Semua perusahaan baik kecil maupun perusahaan yang besar mempunyai hutang. Hutang adalah kewajiban suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan perusahaan adalah untuk meningkatkan kekayaan pemegang saham

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan perusahaan adalah untuk meningkatkan kekayaan pemegang saham BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan perusahaan adalah untuk meningkatkan kekayaan pemegang saham dengan memaksimalkan laba (profit). Antara manajemen dan pemegang saham diharap bisa saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. untuk menggambarkan situasi tersebut adalah kebangkrutan, kegagalan,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. untuk menggambarkan situasi tersebut adalah kebangkrutan, kegagalan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Financial distress adalah suatu konsep luas yang terdiri dari beberapa situasi dimana perusahaan menghadapi masalah kesulitan keuangan. Istilah umum untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mengalami kesulitan keuangan atau financial distress. Menurut Plat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mengalami kesulitan keuangan atau financial distress. Menurut Plat dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998 memiliki dampak yang besar bagi kehidupan masyarakat di Indonesia. Pada tahun itu, terjadi inflasi secara besar-besaran.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pemberian wewenang oleh pemegang saham kepada manajer untuk bekerja demi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pemberian wewenang oleh pemegang saham kepada manajer untuk bekerja demi BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Dan Konsep 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (agency theory) dipopulerkan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976. Teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di era globalisasi ini perkembangan perusahaan semakin lama semakin pesat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di era globalisasi ini perkembangan perusahaan semakin lama semakin pesat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi ini perkembangan perusahaan semakin lama semakin pesat. Banyaknya perusahaan yang bersaing untuk dapat berkembang di masing-masing usaha yang mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersaing dengan perusahaan lain. Ketidakmampuan perusahaan dalam. mengantisipasi perkembangan global dengan memperkuat fundamental

BAB I PENDAHULUAN. bersaing dengan perusahaan lain. Ketidakmampuan perusahaan dalam. mengantisipasi perkembangan global dengan memperkuat fundamental BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan yang semakin kuat membuat perusahaan dituntut untuk selalu memperkuat fundamental manajemen sehingga nantinya akan mampu bersaing dengan perusahaan lain.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1. Pertumbuhan Perusahaan Tingkat pertumbuhan perusahaan akan menunjukkan sampai seberapa besar perusahaan akan menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Fenomena yang berkembang pada saat ini menggambarkan bahwa sektor properti dan real estate merupakan sektor bisnis yang sedang berkembang pesat di Indonesia. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pasar Modal Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh sumber dana dan bagaimana mengalokasikan dana tersebut

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh sumber dana dan bagaimana mengalokasikan dana tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada perkembangan bisnis saat ini, perusahaan memiliki tujuan untuk meningkatkan kemakmuran para pemilik modal atau para pemegang saham dengan mempercayakan

Lebih terperinci

yang diangkat oleh pemegang saham bertindak atas kepentingan pemegang saham.

yang diangkat oleh pemegang saham bertindak atas kepentingan pemegang saham. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama perusahaan adalah untuk menaikkan nilai perusahaan dengan cara memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Karena itu diharapkan manajer yang diangkat oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendanaan adalah fondasi utama dalam dunia usaha dan perekonomian. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai kegiatan operasionalnya atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. lalu dan harus dibayar dengan kas, barang dan jasa di waktu yang akan datang

BAB II LANDASAN TEORI. lalu dan harus dibayar dengan kas, barang dan jasa di waktu yang akan datang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Liabilitas Semua perusahaan baik kecil maupun perusahaan yang besar mempunyai utang. Utang adalah kewajiban suatu perusahaan yang timbul dari transaksi pada waktu lalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan di Indonesia yang mengalami kerugian yang besar bahkan sampai

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan di Indonesia yang mengalami kerugian yang besar bahkan sampai BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Krisis global yang baru-baru ini terjadi mempengaruhi keberadaan perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Tidak sedikit perusahaan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan perusahaan dalam menjual saham yaitu untuk mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan perusahaan dalam menjual saham yaitu untuk mendapatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan perusahaan dalam menjual saham yaitu untuk mendapatkan tambahan modal, sedangkan bagi investor dengan membeli saham dan menanamkan modalnya di suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang saat ini memasuki era pembangunan yang diharapkan nantinya mampu menunjukkan eksistensinya pada masyarakat dunia. Agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saham keputusan investasi sangat penting karena investasi dijadikan indikator

BAB I PENDAHULUAN. saham keputusan investasi sangat penting karena investasi dijadikan indikator 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang diharapkan pada berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang sering kali sulit diprediksi oleh para investor.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Semenjak Modigliani dan Miller (1958) mengungkapkan tentang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Semenjak Modigliani dan Miller (1958) mengungkapkan tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semenjak Modigliani dan Miller (1958) mengungkapkan tentang ketidakrelevanan kebijakan hutang dan ketidakrelevanan kebijakan dividen, para peneliti ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (1966). Beaver mendefinisikan financial distress sebagai kebangkrutan,

BAB I PENDAHULUAN. (1966). Beaver mendefinisikan financial distress sebagai kebangkrutan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Financial distress pertama kali dikenal melalui penelitian oleh Beaver (1966). Beaver mendefinisikan financial distress sebagai kebangkrutan, ketidakmampuan melunasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Krisis perekonomian global yang terjadi memberikan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Krisis perekonomian global yang terjadi memberikan tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis perekonomian global yang terjadi memberikan tantangan yang tidak ringan kepada Indonesia. Krisis yang terjadi pada triwulan terakhir tahun 2008 itu berlanjut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melimpahkan kepada pihak lain yaitu manajer sehingga menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. melimpahkan kepada pihak lain yaitu manajer sehingga menyebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen keuangan bertujuan untuk memaksimumkan kesejahteraan pemilik (shareholder) melalui keputusan dan kebijakan yang tercermin dalam harga saham dipasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari semakin banyaknya transaksi bisnis antara pihak-pihak yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. dari semakin banyaknya transaksi bisnis antara pihak-pihak yang berasal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional atau dikenal dengan perdagangan antar negara, saat ini telah berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut dapat kita ketahui dari semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan investasi dapat didefinisikan sebagai tindakan penundaan penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan investasi dapat didefinisikan sebagai tindakan penundaan penggunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan investasi dapat didefinisikan sebagai tindakan penundaan penggunaan dana yang kita miliki sekarang untuk menghasilkan pengembalian yang lebih tinggi di masa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal menurut Husnan (2003:3) dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerja atau investasi pada aset. Kas tersebut biasanya menimbulkan konflik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerja atau investasi pada aset. Kas tersebut biasanya menimbulkan konflik BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Free Cash Flow Free cash flow merupakan kas perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditur atau pemegang saham yang tidak diperlukan untuk modal kerja atau investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan utama sebagian besar perusahaan, terutama perusahaan yang berorientasi bisnis, adalah mengoptimalkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya laporan keuangan diungkapkan Belkoui (1993) dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya laporan keuangan diungkapkan Belkoui (1993) dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Pentingnya laporan keuangan diungkapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Free cash flow adalah bentuk lain ukuran arus kas. Pengertian free cash

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Free cash flow adalah bentuk lain ukuran arus kas. Pengertian free cash BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Free Cash Flow Free cash flow adalah bentuk lain ukuran arus kas. Pengertian free cash flow bisa bermacam macam. Menurut Ross et al ( 2000 ), free cash flow adalah kas lebih

Lebih terperinci

MANAJEMEN MERGER PERBANKAN. /

MANAJEMEN MERGER PERBANKAN. / MANAJEMEN MERGER PERBANKAN Daya Tarik Merger 1. Meningkatkan skala ekonomi (economies of scale) penggunaan sumberdaya yang ada menjadi semakin ekonomis, yang pada gilirannya profitabilitas perbankan meningkat.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan kontrak dimana satu atau lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Jensen dan Meckling (1976)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Jensen dan Meckling (1976) 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan menjelaskan hubungan antara pemegang saham sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Jensen dan Meckling

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Modal Pada umumnya suatu perusahaan dapat memilih struktur modal yang diinginkan. Keputusan struktur modal dapat memiliki implikasi yang penting bagi nilai perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tagihan, cicilan hutang berikut bunganya, pajak, dan juga belanja modal (capital

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tagihan, cicilan hutang berikut bunganya, pajak, dan juga belanja modal (capital BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Free Cash Flow (Aliran kas Bebas) Arti sederhana dari free cash flow atau arus kas bebas adalah sisa perhitungan arus kas yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada prinsipnya setiap perusahaan membutuhkan dana untuk dapat mengembangkan bisnisnya. Sumber pendanaan dapat berasal dari pihak eksternal maupun pihak internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan tujuan utama perusahaan yaitu, meningkatkan. kemakmuran para pemegang saham perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan tujuan utama perusahaan yaitu, meningkatkan. kemakmuran para pemegang saham perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Didalam perusahaan seorang manajer yang diberikan kepercayaan oleh para pemegang saham untuk mengelola dan menjalankan perusahaan yang dimana itu merupakan sebuah kunci

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. likuid dan efisien. Pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan

BAB I PENDAHULUAN. likuid dan efisien. Pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, pasar modal merupakan tempat bertemu antara pembeli dan penjual dengan risiko untung dan rugi. Selain itu, pasar modal juga merupakan suatu usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan global dimulai dengan kasus subprime mortgage dan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan global dimulai dengan kasus subprime mortgage dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian Indonesia mendapat pengaruh negatif dari krisis keuangan global pada awal tahun 2008 yaitu berupa krisis energi dan krisis komoditas. Krisis keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang melakukan transaksi perdagangan internasional akan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang melakukan transaksi perdagangan internasional akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan selain memiliki hubungan perdagangan dengan perusahaan domestik juga memiliki hubungan perdagangan dengan perusahaanperusahaan asing yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat penurunan risiko terutama risiko spesifik perusahaan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat penurunan risiko terutama risiko spesifik perusahaan. Hal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teori portofolio menyatakan bahwa diversifikasi investasi akan memberikan manfaat penurunan risiko terutama risiko spesifik perusahaan. Hal ini mendorong pengelola

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengertian perusahaan menurut UU No. 8 Pasal 1 ayat 1 tahun 1997 adalah setiap bentuk usaha yang melakukan kegiatan secara tetap dan terus menerus dengan tujuan memperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Utang Menurut Munawir (2004) dalam Pitaloka (2009) utang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. melalui Foreign Direct Investment (FDI). Investor menganggap bahwa

BAB I PENDAHULUAN UKDW. melalui Foreign Direct Investment (FDI). Investor menganggap bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan bisnis di era modern ini menyebabkan persaingan usaha antar perusahaan menjadi sangat ketat. Manajemen perusahaan harus mampu membuat keputusan penting,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. yaitu fee income dan trading income. Fee income adalah sumber pedapatan yang

BAB V PENUTUP. yaitu fee income dan trading income. Fee income adalah sumber pedapatan yang 76 BAB V PENUTUP 5.1. Ringkasan Penelitian Bank-bank mulai mencari sumber-sumber pendapatan selain pendapatan dari kredit yang mampu menurunkan risiko dan meningkatkan kinerja bank. Sumber pendapatan tersebut

Lebih terperinci

BAB II DIVERSIFIKASI, KINERJA PERUSAHAAN DAN PELAPORAN SEGMEN. yang berbeda (Kuncoro, 2006). Diversifikasi merupakan strategi tingkat corporate

BAB II DIVERSIFIKASI, KINERJA PERUSAHAAN DAN PELAPORAN SEGMEN. yang berbeda (Kuncoro, 2006). Diversifikasi merupakan strategi tingkat corporate BAB II DIVERSIFIKASI, KINERJA PERUSAHAAN DAN PELAPORAN SEGMEN 2.1. Diversifikasi Strategi diversifikasi merupakan strategi pertumbuhan sebuah korporasi di mana perusahaan memperluas operasionalnya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau laba yang sebesar-besarnya yang mengandung konsep bahwa perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. atau laba yang sebesar-besarnya yang mengandung konsep bahwa perusahaan harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Ada pendapat yang menyatakan bahwa tujuan perusahaan adalah untuk mencapai keuntungan maksimal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi ekonomi indonesia yang tidak stabil, menyebabkan perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi ekonomi indonesia yang tidak stabil, menyebabkan perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi indonesia yang tidak stabil, menyebabkan perusahaan kesulitan untuk tetap eksis dalam mempertahankan persaingan yang sangat ketat. Seiring dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal 2.1.1.1 Pengertian Struktur Modal Struktur modal merupakan suatu pilihan pendanaan perusahaan antar hutang dan ekuitas (Theresia,2007).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi para investor dan salah satu sumber dana bagi perusahaan (emiten). Pasar

BAB I PENDAHULUAN. bagi para investor dan salah satu sumber dana bagi perusahaan (emiten). Pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran pasar modal merupakan suatu hal yang penting dalam dunia perekonomian, karena pasar modal dapat berfungsi sebagai alternatif investasi bagi para investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik peringkat obligasi yang diperdagangkan maka return yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. baik peringkat obligasi yang diperdagangkan maka return yang diberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peringkat obligasi merupakan skala risiko dari semua obligasi yang diperdagangkan (Magreta dan Poppy, 2009). Peringkat obligasi juga menunjukkan seberapa aman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalukan ekspansi usaha. Untuk tujuan tersebut, maka perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. melalukan ekspansi usaha. Untuk tujuan tersebut, maka perusahaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan berkembangnya perekonomian, banyak perusahaan melalukan ekspansi usaha. Untuk tujuan tersebut, maka perusahaan memerlukan dana yang relatif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. para pemegang saham dalam bentuk dividen. Laba ditahan (retained earning)

BAB 1 PENDAHULUAN. para pemegang saham dalam bentuk dividen. Laba ditahan (retained earning) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tujuan dari perusahaan dalam beroperasi adalah untuk mendapatkan laba. Bagi perusahaan yang berbentuk korporasi, laba yang diperoleh perusahaan akan dialokasikan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah salah satu tempat untuk terjadinya perpindahan dana dari investor kepada yang membutuhkan dana. Menurut Tandelilin (2010:26-27) terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor bisnis sekarang ini semakin pesat sehingga menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor bisnis sekarang ini semakin pesat sehingga menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan sektor bisnis sekarang ini semakin pesat sehingga menimbulkan persaingan yang ketat diantara pelaku bisnis. Para pemimpin perusahaan harus merencanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Dalam suatu organisasi, pemilik perusahaan (principal) memberikan kepercayaan kepada manajer (agen) untuk mengambil keputusan-keputusan finansial dan keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keputusan-keputusan yang akan membantu mencapai tujuan tersebut. Secara

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keputusan-keputusan yang akan membantu mencapai tujuan tersebut. Secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menentukan tujuan yang harus dicapai, pihak manajemen perusahaan perlu menentukan keputusan-keputusan yang akan membantu mencapai tujuan tersebut. Secara normatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan keuangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan keuangan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan keuangan tersebut diharapkan dapat memberikan informasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Struktur kepemilikan adalah perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Struktur kepemilikan adalah perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Struktur Kepemilikan Struktur kepemilikan adalah perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh orang dalam (insider) dengan jumlah saham yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan perusahaan dalam upaya untuk mengantisipasi persaingan yang semakin tajam dalam pasar yang semakin global seperti sekarang ini akan selalu dilakukan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dampaknya adalah perusahaan yang berskala kecil akan mengalami. krisis keuangan dalam perusahaan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dampaknya adalah perusahaan yang berskala kecil akan mengalami. krisis keuangan dalam perusahaan mereka. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Perkembangan ekonomi dunia dalam beberapa tahun terakhir telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Kemajuan yang sangat pesat ini disebabkan oleh semakin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya setiap orang ingin melakukan investasi. Investasi dapat dilakukan di berbagai instrumen keuangan yang ada. Salah satu instrumen yang dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Profitabilitas Kinerja keuangan diukur dengan profitabilitas, menurut Warsono (2003) Profitabilitas merupakan hasil bersih dari sejumlah kebijakan dan keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdapat beberapa kasus praktik income smoothing (perataan laba) yang pernah terjadi,

BAB I PENDAHULUAN. terdapat beberapa kasus praktik income smoothing (perataan laba) yang pernah terjadi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktik income smoothing (perataan laba) bukanlah hal baru yang terjadi di tengah perekonomian Indonesia. Berdasarkan data dari Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal),

Lebih terperinci

BAB II DIVERSIFIKASI USAHA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II DIVERSIFIKASI USAHA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II DIVERSIFIKASI USAHA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Diversifikasi Usaha Diversifikasi usaha merupakan memperluas pasar dengan mengembangkan produk baru yang sesuai dengan pasar agar memiliki keunggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan go public merupakan istilah yang tidak asing lagi di

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan go public merupakan istilah yang tidak asing lagi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan go public merupakan istilah yang tidak asing lagi di masyarakat. Perusahaan ini menggambarkan perusahaan yang menawarkan sahamnya kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut PSAK no.1 Revisi 2013 paragraf 7,

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut PSAK no.1 Revisi 2013 paragraf 7, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan menyiapkan laporan keuangan secara periodik untuk pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut PSAK no.1 Revisi 2013 paragraf 7, laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lembaga keuangan berskala besar pada September Dampak krisis pun

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lembaga keuangan berskala besar pada September Dampak krisis pun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis finansial kembali mendera dunia. Berawal dari subprime mortgage di Negeri Paman Sam menjelang akhir 2007, berdampak pada ambruknya beberapa lembaga keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perlu mempertimbangkan berbagai faktor dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perlu mempertimbangkan berbagai faktor dalam menentukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembayaran dividen merupakan salah satu hal krusial yang menjadi perhatian manajemen perusahaan dan pemegang saham. Manajemen perusahaan perlu mempertimbangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori keagenan yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan (principal)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adanya penelitian yang telah dilakukan sebelum penelitian ini dibahas,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adanya penelitian yang telah dilakukan sebelum penelitian ini dibahas, 26 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Adanya penelitian yang telah dilakukan sebelum penelitian ini dibahas, membahas masalah yang sama, namun berbeda. Penelitian yang menjadi acuan adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen perusahaan dalam mendanai aktivanya (Sawir, 2004:2).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen perusahaan dalam mendanai aktivanya (Sawir, 2004:2). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Struktur Modal dan Leverage Keuangan Struktur modal merupakan komposisi pendanaan permanen perusahaan, yaitu bauran pendanaan jangka panjang perusahaan. Struktur modal merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia mempunyai pengaruh yang sangat signifikan. Harga-harga saham turun secara tajam demikian pula dengan volume transaksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan mengemukakan tentang penjelasan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan mengemukakan tentang penjelasan latar belakang BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan mengemukakan tentang penjelasan latar belakang dilakukannya penelitian baik dari sisi konseptual maupun kontekstual. Di dalam bab ini juga menguraikan mengenai rumusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Struktur Modal Teori struktur modal berkaitan dengan bagaimana modal dialokasikan dalam aktivitas investasi aktiva riil perusahaan, yaitu dengan cara menentukan struktur

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Menurut Jensen dan Mekling (1976) dalam Hanifah (2013) menggambarkan hubungan keagenan (agency

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama didirikannya perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Kesejahteraan dapat ditingkatkan melalui kinerja perusahaan (firm performance)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang tejadi di Amerika. Krisis tersebut diawali oleh kerugian yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang tejadi di Amerika. Krisis tersebut diawali oleh kerugian yang terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2008 berawal dari krisis keuangan yang tejadi di Amerika. Krisis tersebut diawali oleh kerugian yang terjadi

Lebih terperinci