PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI BANK SAMPAH PITOE JAMBANGAN KOTA SURABAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI BANK SAMPAH PITOE JAMBANGAN KOTA SURABAYA"

Transkripsi

1 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI BANK SAMPAH PITOE JAMBANGAN KOTA SURABAYA Fransiska Tanuwijaya Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga Abstract This research aims to discover the community participation and factors that affect the community participation on waste management in Bank Sampah PITOE Jambangan. The reason behind the emergence of this research is waste problem in Surabaya. To resolve this problem, Surabaya Government with private sector through Green and Clean program, involving community participation on waste management, among others by the establishment of waste banks. One kampung in Surabaya that got many rewards for good waste management is RW III, Kelurahan Jambangan, where up to 2015 won ten awards. One of the best waste banks on this region is Bank Sampah PITOE Jambangan. The results of this research shows from participation s shapes, community participate in decision making, implementation, and the utilization of waste management activities in Bank Sampah PITOE Jambangan. However, community did not participate in the evaluation process. While from degree of participation, shows community participation is on interactive degree related to decision making, is on self-mobilization degree related to implementation and enjoy the results, and is on consultative degree related to evaluation process. The results of this research also shows the factors that affect community participation, i.e., economic motive, social motive for creating harmony, pscyhology motive for achievement of residence and self-satisfaction as the environment becomes clean, motivation and support from local government, motivation and support from the staff of Bank Sampah PITOE Jambangan, motivation and support from environmental cadres, the communication with community that going smoothly, and citizen forum is routinely performed. Keywords: Community Participation, Waste Management, Waste Bank. Pendahuluan Pertambahan jumlah penduduk yang semakin pesat tidak hanya menjadi salah satu faktor penyebab permasalahan permasalahan seperti persaingan diantara masyarakat semakin ketat ataupun urbanisasi dari desa ke kota semakin tinggi saja, tetapi juga menjadi penyebab limbah buangan yang disebut sebagai sampah semakin bertambah jumlahnya. Salah satu negara di dunia yang mengalami permasalahan ini sebagai dampak dari bertambahnya jumlah penduduk adalah negara Indonesia. Negara Indonesia memiliki jumlah penduduk yang cukup padat dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Indonesia menjadi negara dengan penduduk terbesar ke 4 didunia pada tahun 2010 setelah China (1,341 milyar), India (1,225 milyar), dan Amerika Serikat (310 juta) (dalam Widjajanti, et al. 2014:2). Data mengenai perkembangan jumlah penduduk di Indonesia berdasarkan provinsi tahun tertera pada tabel berikut: Tabel 1. Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan Provinsi Tahun Sumber: Statistik Indonesia Tahun 2015 oleh BPS, Proyeksi Penduduk Indonesia Umur Tertentu dan Umur Satu Tahunan oleh BPS, Suara KPU Desember 2012, Rekapitulasi Data Kependudukan Per Provinsi (Edisi 31 Desember 2013) oleh Kemendagri, Penduduk Indonesia Hasil Survey Penduduk Antar Sensus 2015 oleh BPS, diolah. 230

2 Indonesia memiliki jumlah penduduk yang cukup padat dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Tabel 1. menunjukkan bahwa di tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia hanya sebesar jiwa. Namun di tahun 2011 hingga 2013, jumlah penduduk di Indonesia mengalami peningkatan, sehingga jumlah penduduk Indonesia berturut turut menjadi jiwa di tahun 2011, jiwa di tahun 2012, dan jiwa ditahun Di tahun 2014, jumlah penduduk Indonesia mengalami penurunan sebesar jiwa, sehingga menjadi jiwa. Kenaikan jumlah penduduk di Indonesia kembali terjadi di tahun 2015, sehingga menjadi jiwa. Hal ini kemudian yang menjadi salah satu penyebab jumlah sampah yang ada di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pertambahan jumlah penduduk dari tahun ke tahun di Indonesia menyebabkan jumlah sampah yang ada di Indonesia semakin hari semakin bertambah. Data mengenai volume sampah yang terangkut per hari menurut kota di Indonesia tahun dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Volume Sampah yang Terangkut per Hari Menurut Kota di Indonesia Tahun yang terangkut secara berturut turut semakin meningkat, sehingga menjadi ,5 m 3 di tahun 2011, ,14 m 3 di tahun 2012, dan ,58 m 3 di tahun Pada tahun 2014, volume sampah yang terangkut per hari mengalami penurunan ,33 m 3, sehingga menjadi ,25 m 3. Tabel 2. juga menunjukkan bahwa Kota Surabaya menjadi salah satu kota dengan volume sampah terbesar di Indonesia. Pertambahan jumlah penduduk di Kota Surabaya menyebabkan sampah di Kota Surabaya semakin bertambah hingga menjadi salah satu kota di Indonesia dengan volume sampah terbesar. Kondisi ini kemudian semakin di perparah dengan masih diterapkannya penggunaan paradigma lama pengelolaan sampah oleh sebagian besar masyarakat Kota Surabaya. Selama ini sebagian besar masyarakat Kota Surabaya masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, tidak berharga, menjijikkan, bahkan sampah dilihat sebagai sumber daya yang tidak perlu dimanfaatkan dan tidak memiliki nilai ekonomis. Masyarakat dalam mengelola sampah selama ini masih bertumpu pada pendekatan akhir (end of pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah begitu saja. Data mengenai cara pembuangan sampah rumah tangga Kota Surabaya tahun tertera pada tabel berikut: Tabel 3. Cara Pembuangan Sampah Rumah Tangga Kota Surabaya Tahun Sumber: Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Surabaya Tahun 2011 dan 2012, diolah. Sumber: Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2012, 2013, 2015 oleh BPS, diolah. Tabel 2. menunjukkan bahwa volume sampah yang terangkut per hari menurut kota di Indonesia pada tahun 2010 hingga 2014 semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010, volume sampah yang terangkut per hari hanya sebesar ,85 m 3. Sedangkan di tahun 2011 hingga 2013, volume sampah Tabel 3. menunjukkan bahwa di tahun 2011 hingga 2012, masyarakat Kota Surabaya masih menggunakan paradigma lama dalam pengelolaan sampah. Data menunjukkan bahwa dari rumah tangga yang ada di Kota Surabaya pada tahun 2011, semua rumah tangga Kota Surabaya membuang sampahnya yang berjumlah M 3 dengan menggunakan paradigma lama, dimana sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah begitu saja. Begitu pula di tahun 2012, sampah yang berjumlah M 3 dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah begitu saja oleh rumah tangga yang ada di Kota Surabaya. Oleh karenanya, paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir tersebut sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru pengelolaan sampah. Paradigma baru pengelolaan sampah memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan. Paradigma baru dalam pengelolaan sampah ini juga memandang perlunya peran serta / keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah. Masyarakat dipandang sebagai salah satu faktor utama keberhasilan pengelolaan 231

3 sampah melalui paradigma ini karena pada dasarnya masyarakat dan segala aktivitas aktivitas yang dilakukannya lah yang menjadi salah satu penyebab sampah yang ada saat ini bertambah jumlahnya dan semakin beragam jenisnya. Salah satu kampung yang terdapat di Kota Surabaya dengan tingkat partisipasi masyarakat yang baik dalam pengelolaan sampah adalah Kampung Jambangan. Partisipasi masyarakat yang baik di Kampung Jambangan ini pada kenyataannya berhasil mengubah Kampung Jambangan yang dulunya kumuh, bau, penuh kotoran, bahkan tradisi buang hajat di sungai yang melekat pada masyarakat Jambangan dengan banyaknya WC WC terapung yang dikenal dengan sebutan "Helikopter", yang dulu menghias di sepanjang sungai yang membelah kampung itu ( -Jambangan,-Surganya-Surabaya, akses: 20 Februari 2016), sekarang menjadi sebuah kampung yang dikenal sebagai Kampung Wisata Lingkungan. Keberhasilan Jambangan mengubah perilaku masyarakat untuk lebih peduli akan lingkungan juga berhasil menghantarkan Kelurahan Jambangan, Kecamatan Jambangan mendapatkan penghargaan Kalpataru dengan kategori perintis lingkungan yang diberikan oleh Presiden Republik Indonesia kepada Ibu Sriyatun ( akses: 20 Februari 2016). Salah satu RW (Rukun Warga) yang terdapat di Kelurahan Jambangan dengan tingkat partisipasi masyarakat yang baik dalam pengelolaan sampah adalah RW III. RW III Kelurahan Jambangan, Kecamatan Jambangan menjadi salah satu RW teladan di Kota Surabaya karena keberhasilannya mengubah sampah sampah yang ada, yang semula tidak berharga, menjadi suatu komoditas yang memiliki nilai ekonomis dan dapat digunakan kembali. Hal ini kemudian yang membuat RW III Kelurahan Jambangan berhasil mendapat berbagai prestasi dan penghargaan baik pada tingkat regional maupun nasional, yaitu diantaranya: Tabel 4. Prestasi dan Penghargaan RW III Kelurahan Jambangan, Kecamatan Jambangan, Kota Surabaya 232 Sumber: RW III Kelurahan Jambangan, Kecamatan Jambangan, diolah.

4 Salah satu bentuk pengelolaan dan pemanfaatan sampah di wilayah RW III Kelurahan Jambangan adalah melalui adanya bank sampah. Dari 180 unit bank sampah yang ada di Kota Surabaya pada tahun 2013( files/events_documents/surabaya%20city%20indonesi a.pdf, akses: 18 Februari 2016), terdapat 9 unit bank sampah terbaik dengan jumlah nasabah terbanyak dan omzet pendapatan per bulan terbesar sebagai indikatornya, dimana salah satunya terdapat di wilayah RW III Kelurahan Jambangan. Data mengenai 9 bank sampah terbaik di Kota Surabaya pada tahun 2013 tertera pada tabel berikut: Tabel 5. Sembilan Unit Bank Sampah Terbaik di Kota Surabaya Tahun 2013 Sumber: Yustisia. Materi Presentasi dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. Didapat dari: abaya%20city%20indonesia.pdf (Akses: 18 Februari 2016), diolah. Tabel 5. menunjukkan bahwa dari 180 unit bank sampah yang ada di Kota Surabaya, terdapat 9 unit bank sampah terbaik dengan jumlah nasabah terbanyak dan omzet pendapatan per bulan terbesar sebagai indikatornya. Bank Sampah PITOE RW III Jambangan masuk dalam 3 besar bank sampah terbaik di Kota Surabaya, dimana hingga tahun 2013 Bank Sampah PITOE RW III Jambangan ini memiliki jumlah nasabah ± 85 orang dan omzet pendapatan perbulan hingga ± Rp ,-. Keberhasilan Bank Sampah PITOE RW III Jambangan menjadi salah satu bank sampah terbaik di Kota Surabaya ini tentunya tidak dapat terlepas dari partisipasi masyarakat didalamnya. Partisipasi masyarakat menjadi salah satu faktor keberhasilan Bank Sampah PITOE RW III Jambangan menjadi salah satu bank sampah terbaik di Kota Surabaya. Hal ini terbukti dengan sejarah berdirinya Bank Sampah PITOE Jambangan yang pada awalnya merupakan bank sampah yang didirikan atas inisiatif masyarakat setempat. Tidak hanya itu, partisipasi masyarakat yang baik dalam pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan juga membuat Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia, Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA., tertarik untuk mengunjungi dan meresmikan Bank Sampah PITOE Jambangan secara langsung pada tanggal 8 Maret Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan, Kota Surabaya? 2. Faktor faktor apakah yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan, Kota Surabaya? Dan berdasarkan permasalahan yang dirumuskan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan, Kota Surabaya. 2. Mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan, Kota Surabaya. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat akademis Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memperkaya dan menambah wawasan pengetahuan bagi kalangan akademisi terkait dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di bank sampah. Tidak hanya itu, penelitian ini juga diharapkan mampu digunakan sebagai bahan perbandingan bagi peneliti selanjutnya dalam rangka penelitian dan pengembangan lebih lanjut dalam penerapan ilmu, khususnya partisipasi masyarakat. 2. Manfaat praktis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan, baik bagi Kecamatan dan Kelurahan yang ada di Kota Surabaya maupun Pemerintah Kota Surabaya untuk lebih melibatkan masyarakat dalam pengelolaan sampah melalui pendirian bank sampah di setiap kampung kampung yang ada di Kota Surabaya. Disisi lain, dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memotivasi masyarakat agar mau melibatkan diri dalam pengelolaan lingkungan, khususnya dalam pengelolaan sampah serta diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungannya sendiri dengan ikut meminimalkan jumlah timbulan sampah misalnya. Tinjauan Pustaka Sampah Istilah sampah sendiri memiliki banyak pengertian. Berikut ini beberapa pengertian sampah dari berbagai sudut pandang: 1. Menurut Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dalam pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia dan / atau alam yang berbentuk padat. 233

5 2. Menurut Ditjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum (2007) (dalam Hermawati, et al. 2015:1) sampah diartikan sebagai suatu buangan atau produk sisa dalam bentuk padat sebagai akibat kegiatan manusia yang dapat dianggap sudah tidak bermanfaat lagi, untuk itu harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan kesehatan manusia. 3. Menurut Ecolink (1996) (dalam Samal, ed. 2010:2) memberikan pengertian sampah sebagai bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas baik yang dilakukan oleh manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Pengelolaan Sampah Paradigma Pengelolaan Sampah Dari berbagai literatur yang ada, setidaknya terdapat dua paradigma pengelolaan sampah yang selama ini digunakan (Penjelasan Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah), yaitu paradigma lama dan paradigma baru. 1. Dalam paradigma lama, sampah dipandang sebagai material yang tidak berguna sehingga cukup ditangani dengan cara pendekatan akhir (end of pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang atau disingkirkan begitu saja. 2. Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya, untuk energi, kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku industri. Pengelolaan Sampah Secara Terpadu (Terintegrasi) Tchobanoglous, et al. (1993) (dalam Hermawati, et al., 2015:87) mendefinisikan pengelolaan sampah sebagai suatu disiplin kegiatan yang terkait dengan pengendalian timbulan sampah hingga pembuangannya dengan cara yang sesuai dengan prinsip prinsip kesehatan masyarakat, ekonomi, rekayasa, konservasi, estetika, dan lingkungan. Menurut Tchobanoglous, et al. (1993), aktivitas pengelolaan sampah dari titik timbulan sampah sampai ke pembuangan akhir meliputi enam elemen fungsional yaitu timbulan sampah; penanganan, pemisahan, penyimpanan, dan pemrosesan akhir di sumber; pengumpulan sampah; pemisahan, pemrosesan, dan transformasi sampah; transfer dan pengangkutan sampah; dan pembuangan akhir sampah. Hubungan antar elemen dalam sistem pengelolaan sampah dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 1. Skema Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Sumber: Tchobanoglous, et al. (1993) dalam Hermawati, et al. (2015:9). 234 Aktivitas pengelolaan sampah tidak terbatas pada aspek teknis semata, tetapi juga aspek aspek lainnya seperti yang dikemukakan oleh Sucipto (2012:32), diantaranya: (1) aspek teknologi, (2) aspek partisipasi masyarakat (sosial), (3) aspek ekonomi dan finansial, (4) aspek hukum dan peraturan, (5) aspek organisasi dan manajemen, (6) aspek operasional, dimana masing masing aspek ini saling berkaitan satu sama lain yang tidak dapat dipisahkan. Namun, diantara semua aspek yang ada, Dhokhikah, et al. (2015:153) berpendapat bahwa partisipasi masyarakat menjadi suatu faktor kunci keberhasilan pengelolaan sampah terpadu. Partisipasi masyarakat memiliki peran penting dalam mencapai pengelolaan sampah secara terpadu. Bank Sampah Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle Melalui Bank Sampah dalam pasal 1 ayat 1 mendefinisikan bank sampah sebagai tempat pemilahan dan pengumpulan sampah yang dapat didaur ulang dan/atau diguna ulang yang memiliki nilai ekonomi. Sedangkan Dhokhikah, et al. (2015:154) memandang bank sampah sebagai bank yang didirikan oleh komunitas masyarakat. Bank sampah menerima sampah daur ulang dari komunitas (yang disebut sebagai nasabah / klient dari bank sampah). Bank sampah menerima sampah daur ulang, seperti botol plastik, gelas bekas air kemasan, koran, majalah, buku, kertas bekas, kertas bekas pemakaian di kantor kantor, kabel kabel bekas, kaleng bekas, kaleng bensin, besi tua, dan sepatu bekas, dan lain sebagainya dari nasabah. Harga sampah per kilogram bergantung pada jenis sampahnya. Setiap jenis sampah ditimbang yang kemudian dicatat dalam buku tabungan sampah. Masing masing nasabah memiliki buku tabungan, yang didalamnya berisi jenis sampah yang dikumpulkan, berat sampah yang dikumpulkan dan telah ditimbang, harga per kilogram, dan jumlah total saldo nominal uang dari sampah yang telah dikumpulkan. Bank sampah sangat berguna untuk meminimalkan jumlah sampah dari sumber sebelum diangkut ke tempat pembuangan sementara (TPS). Partisipasi Masyarakat Pengertian Partisipasi Masyarakat Seorang ahli ekonomi kerakyatan, Mubyarto (1997) (dalam Huraerah 2008:96) mengatakan, pengertian partisipasi masyarakat adalah keterlibatan masyarakat dalam suatu proses pembangunan dimana masyarakat ikut terlibat mulai dari tahap penyusunan program, perencanaan dan pembangunan, perumusan kebijakan, dan pengambilan keputusan. Sementara itu, Sulaiman (1985) (dalam Huraerah 2008:96), mengungkapkan partisipasi sosial sebagai keterlibatan aktif warga masyarakat secara perorangan, kelompok, atau dalam kesatuan masyarakat dalam proses pembuatan keputusan bersama, perencanaan dan pelaksanaan program serta usaha pelayanan dan pembangunan

6 kesejahteraan sosial di dalam dan atau di luar lingkungan masyarakat atas dasar rasa kesadaran tanggung jawab sosialnya. Pada dasarnya partisipasi masyarakat menjadi hal yang penting dalam penyelenggaraan negara, khususnya dalam pembangunan. Tjokrowinoto (1987) (dalam Mardiyanta 2013: ) berpendapat bahwa argumentasi pentingnya konsep dan praktek partisipasi masyarakat dalam pembangunan meliputi: 1. Rakyat adalah fokus sentral dan tujuan terakhir pembangunan, partisipasi merupakan akibat logis dari dalil tersebut; 2. Partisipasi menimbulkan rasa harga diri dan kemampuan pribadi untuk dapat turut serta dalam keputusan penting yang menyangkut masyarakat; 3. Partisipasi menciptakan suatu lingkaran umpan balik arus informasi tentang sikap, aspirasi, kebutuhan dan kondisi daerah yang tanpa keberadaannya akan tidak terungkap. Arus informasi ini tidak dapat dihindari untuk berhasilnya pembangunan; 4. Pembangunan dilaksanakan lebih baik dengan dimulai dari di mana rakyat berada dan dari apa yang mereka miliki; 5. Partisipasi memperluas zone (kawasan) penerimaan proyek pembangunan; 6. Ia akan memperluas jangkauan pelayanan pemerintah kepada seluruh masyarakat; 7. Partisipasi menopang pembangunan; 8. Partisipasi menyediakan lingkungan yang kondusif baik bagi aktualisasi potensi manusia maupun pertumbuhan manusia; 9. Partisipasi merupakan cara yang efektif membangun kemampuan masyarakat untuk pengelolaan program pembangunan guna memenuhi kebutuhan khas daerah; 10. Partisipasi dipandang sebagai pencerminan hak-hak demokratis individu untuk dilibatkan dalam pembangunan mereka sendiri. Bentuk Bentuk Partisipasi Masyarakat Kaho (2007:127) menarik kesimpulan bahwa bentuk partisipasi yang dapat diberikan oleh masyarakat, yaitu: 1. Partisipasi dalam proses pembuatan keputusan Setiap proses penyelenggaraan, terutama dalam kehidupan bersama masyarakat, pasti melewati tahap penentuan kebijaksanaan. Dalam hal ini Moebyarto menegaskan,... dalam keadaan yang paling ideal keikutsertaan masyarakat untuk membuat putusan politik yang menyangkut nasib mereka, adalah ukuran tingkat partisipasi rakyat. Semakin besar kemampuan untuk menentukan nasib sendiri, semakin besar partisipasi masyarakat. Dalam hal ini, bentuk partisipasi yang dapat diberikan oleh masyarakat adalah dengan terlibat dalam pembuatan keputusan karena keputusan yang dibuat pada dasarnya menyangkut nasib masyarakat itu sendiri. 2. Partisipasi dalam pelaksanaan Partisipasi ini menjadi tahap lanjutan dari tahap pertama. Terkait dengan hal ini, Uphoff berpendapat bahwa masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan dapat memberikan kontribusinya guna menunjang pelaksanaan pembangunan berupa tenaga, uang, barang, material, ataupun informasi yang berguna bagi pelaksanaan pembangunan. Moebyarto menambahkan bahwa hal yang penting dan perlu diperhatikan dalam hal ini adalah kesediaan masyarakat untuk membantu agar program yang dijalankan dapat berhasil harus sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang dan tanpa mengorbankan kepentingan diri sendiri ini sudah dikategorikan sebagai partisipasi. 3. Partisipasi dalam memanfaatkan hasil Dalam hal ini, masyarakat mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam menikmati setiap usaha bersama yang ada secara adil. Adil dalam pengertian ini adalah setiap orang mendapatkan bagiannya sesuai dengan pengorbanannya dan menurut norma norma yang berlaku. Uphoff, et al., berpendapat bahwa partisipasi dalam menikmati hasil dapat dilihat dari tiga segi, yaitu dari aspek manfaat materialnya (material benefit), manfaat sosialnya (social benefit), dan manfaat pribadi (personal benefit). 4. Partisipasi dalam evaluasi Sudah umum disepakati bahwa setiap penyelenggaraan apa pun dalam kehidupan bersama, hanya dapat dinilai berhasil apabila dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Untuk mengetahui hal ini, sudah sepantasnya masyarakat diberi kesempatan untuk menilai hasil yang telah dicapai. Masyarakat dapat dijadikan sebagai hakim yang adil dan jujur dalam menilai hasil yang ada. Derajat Partisipasi Masyarakat Prety, J. (1995) (dalam Sugandi 2011: ) berpendapat bahwa ada tujuh karakteristik tipologi partisipasi, yang berturut turut semakin dekat dengan bentuk ideal, yaitu: 1. Partisipasi pasif atau manipulatif, dimana dalam partisipasi ini masyarakat hanya dijadikan sebagai penerima pemberitahuan dari apa yang sedang dan telah terjadi. Pengumuman sepihak yang dilakukan oleh pelaksana proyek ini tidak memperhatikan tanggapan masyarakat sebagai sasaran program. Informasi yang dipertukarkan terbatas pada kalangan profesional saja, diluar kelompok sasaran. Partisipasi bentuk ini merupakan partisipasi yang paling lemah. 2. Partisipasi informatif, dimana dalam hal ini masyarakat hanya menjawab pertanyaan pertanyaan untuk proyek, namun tidak memiliki kesempatan untuk terlibat dan mempengaruhi proses keputusan. Akurasi hasil studi juga tidak dibahas bersama masyarakat. 3. Partisipasi konsultatif, dimana dalam hal ini masyarakat berpartisipasi dengan cara 235

7 berkonsultasi, sedangkan orang luar mendengarkan, serta menganalisis masalah dan pemecahannya. Masyarakat juga belum memiliki peluang untuk membuat keputusan bersama. Para profesional tidak berkewajiban untuk mengajukan pandangan masyarakat (sebagai masukan) untuk ditindaklanjuti. 4. Partisipasi insentif, dimana dalam hal ini masyarakat memberikan pengorbanan barang dan jasa untuk memperoleh imbalan insentif berupa upah, walau tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran atau eksperimen eksperimen yang dilakukan. Masyarakat tidak memiliki andil untuk melanjutkan kegiatan kegiatan setelah insentif dihentikan. 5. Partisipasi fungsional, masyarakat membentuk kelompok sebagai bagian proyek, setelah ada keputusan keputusan utama yang disepakati. Pada tahap awal, masyarakat tergantung kepada pihak luar, tetapi secara bertahap kemudian menunjukkan kemandiriannya. 6. Partisipasi interaktif, dimana dalam hal ini masyarakat berperan dalam proses analisis untuk perencanaan kegiatan dan pembentukan atau penguatan kelembagaan, pola ini cenderung melibatkan metode interdisipliner yang mencari keragaman perspektif dalam proses belajar yang terstruktur dan sistematis. Masyarakat memiliki peran untuk mengontrol atas pelaksanaan keputusan keputusan mereka, sehingga memiliki andil dalam keseluruhan proses kegiatan. 7. Mandiri (self mobilization), dimana dalam hal ini masyarakat mengambil inisiatif sendiri secara bebas (tidak dipengaruhi pihak luar) untuk mengubah sistem atau nilai nilai yang mereka junjung. Mereka mengembangkan kontak dengan lembaga lembaga lain untuk mendapatkan bantuan dan dukungan teknis serta sumberdaya yang diperlukan, yang terpenting masyarakat juga memegang kendali atas pemanfaatan sumberdaya yang ada dan atau digunakan (Syahyuti, 2006). Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Billah (dalam Huraerah 2008: ) mengungkapkan bahwa setidak tidaknya ada 5 motif masyarakat berpartisipasi, yaitu: 1. Motif psikologi Kepuasan pribadi, pencapaian prestasi, atau rasa telah mencapai sesuatu (achievement) dapat merupakan motivasi yang kuat bagi seseorang untuk melakukan kegiatan, termasuk juga untuk berpartisipasi meskipun kegiatan atau partisipasinya itu tidak akan menghasilkan keuntungan (baik berupa uang ataupun materi). 2. Motif sosial Terdapat dua sisi motif sosial, yaitu untuk memperoleh status sosial dan untuk menghindarkan dari terkena pengendalian sosial (social control). Orang akan dengan suka hati berpartisipasi dalam suatu kegiatan (pembangunan) manakala 236 keikutsertaannya itu akan membawa dampak meningkatnya status sosialnya. Pada sisi negatif, orang akan terpaksa berpartisipasi dalam satu kegiatan (pembangunan) karena takut terkena sanksi sosial (tersisih atau dikucilkan oleh masyarakat). Motif semacam ini dikendalikan oleh norma norma sosial yang masih kuat di dalam masyarakat, terutama yang masih bersifat keguyuban. 3. Motif keagamaan Motif keagaamaan didasarkan pada kepercayaan kepada kekuatan yang ada di luar manusia (Tuhan, sesuatu yang gaib, supernatural). Agama sebagai ideologi sosial yang mempunyai berbagai macam fungsi bagi pemeluknya, yaitu fungsi fungsi: inspiratif, normatif, integratif, identifikatif, dan operatif / motivatif. Melalui aktualisasi fungsi fungsi itu agama dapat meningkatkan peranannya di dalam proses pembangunan, dan lebih dari itu agama dapat meningkatkan peran para pemeluknya dalam proses pembangunan. 4. Motif ekonomi Laba (profit) adalah motif ekonomi yang dapat dan bahkan seringkali efektif mendorong orang mengambil keputusan untuk ikut berpartisipasi didalam kegiatan (pembangunan). Dengan menggunakan tata nalar ekonomi orang akan memutuskan berpartisipasi (dalam suatu kegiatan) manakala kegiatan kegiatan itu dapat menghasilkan manfaat / keuntungan bagi dirinya atau bagi perusahaan / kelompoknya, atau setidak tidaknya ia akan ikut berpartisipasi jika tidak akan memperoleh kerugian atau paling tidak kerugian yang diperoleh dari partisipasinya lebih kecil daripada kerugian yang dapat di derita karena tidak ikut berpartisipasi. 5. Motif politik Dasar utama motif politik ini adalah kekuasaan. Oleh karenanya, partisipasi seseorang atau golongan akan ditentukan oleh besar kecilnya kekuasaan yang dapat diperoleh dari partisipasinya di dalam berbagai kegiatan (pembangunan). Makin besar kekuasaan yang mungkin di peroleh dari keterlibatannya di dalam kegiatan (pembangunan), maka makin kuat pula kemungkinan untuk ikut berpartisipasi. Sedangkan, Najib (2005) (dalam Huraerah 2008:108) memandang keberhasilan partisipasi masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: 1. Siapa penggagas partisipasi: apakah pemerintah pusat, pemerintah daerah atau LSM. Non government stakeholders berpeluang untuk lebih lanjut. 2. Untuk kepentingan siapa partisipasi itu dilaksanakan: apakah untuk kepentingan pemerintah atau untuk masyarakat. Jika untuk kepentingan warga maka program kemiskinan dengan pendekatan partisipasi akan lebih berlanjut. 3. Siapa yang memegang kendali: apakah pemerintah pusat, pemerintah daerah, atau lembaga donor. Jika pemerintah daerah atau LSM yang memegang

8 kendali cenderung lebih berhasil, karena pemerintah daerah atau LSM cenderung lebih mengetahui permasalahan, kondisi, dan kebutuhan daerah atau masyarakatnya dibanding pihak luar. 4. Hubungan pemerintah dengan masyarakat: apakah ada kepercayaan dari masyarakat terhadap pemerintahannya, jika hubungan ini baik, partisipasi akan lebih mudah dilaksanakan. 5. Kultural: daerah yang masyarakatnya memiliki tradisi dalam berpartisipasi (proses pengambilan keputusan melalui musyawarah) cenderung lebih mudah dan berlanjut. 6. Politik: kepemerintahan yang stabil serta menganut sistem yang transparan, meghargai keberagaman dan demokratis. 7. Legalitas: tersedianya (diupayakan) regulasi yang menjamin partisipasi warga dalam pengelolaan pembangunan (terintegrasi dalam sistem keperintahan di daerah). 8. Ekonomi: adanya mekanisme yang menyediakan akses bagi warga miskin untuk terlibat atau memastikan bahwa mereka akan memperoleh manfaat (langsung maupun tidak langsung) setelah berpartisipasi. 9. Kepemimpinan: adanya kepemimpinan yang disegani dan memiliki komitmen untuk mendorong serta melaksanakan partisipasi, dapat dari kalangan pemerintah, LSM, masyarakat itu sendiri atau tokoh masyarakat. 10. Waktu: penerapan partisipasi tidak hanya sesaat, tetapi ditempatkan pada kurun waktu yang cukup lama. 11. Tersedianya jaringan yang menghubungkan antara warga masyarakat dan pemerintah (forum warga). Metode Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Penelitian kualitatif menurut Denzin dan Lincoln (1987) (dalam Moleong 2013:5) merupakan penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dalam penelitian ini, yang menjadi lokasi penelitian adalah Kota Surabaya, dimana objek yang diteliti adalah Bank Sampah PITOE Jambangan. Pemilihan informan dilakukan secara purposive sampling untuk informan kunci dan snowball sampling untuk informan lanjutan. Instrumen penelitian yang digunakan adalah peneliti sendiri. Data diperoleh melalui proses wawancara mendalam dengan para informan untuk pengumpulan data primer, sedangkan untuk pengumpulan data sekunder dilakukan melalui observasi, dokumentasi, dan penelusuran data online. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data model Miles dan Huberman (dalam Sugiyono 2011:246), dimana dilakukan melalui 3 aktivitas, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Sedangkan teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi. Hasil dan Pembahasan 1. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan a. Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan Di Bank Sampah PITOE Jambangan, masyarakat dilibatkan dalam proses pembuatan keputusan melalui musyawarah yang diadakan oleh pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan. Keputusan yang diambil pertama tama dilakukan didalam internal pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan melalui rapat internal. Didalam rapat internal tersebut, pengurus membuat suatu konsep atau pilihan alternatif alternatif keputusan. Setelah konsep atau alternatif alternatif keputusan dipilih dan ditetapkan oleh pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan, masyarakat kemudian dilibatkan untuk memilih dan menetapkan salah satu diantara alternatif alternatif keputusan tersebut melalui voting, sehingga keputusan yang diambil merupakan suatu kesepakatan antara pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan dengan masyarakat. Pembuatan keputusan bersama dengan masyarakat dilakukan secara intens dan rutin setiap bulan pada tanggal 7 di pertemuan PKK. Antusiasme masyarakat dalam proses ini ditunjukkan melalui dua hal. Pertama, kehadiran masyarakat pada saat pertemuan PKK. Kedua, masyarakat secara aktif memberikan usulan dan masukan kepada pihak pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan selama pertemuan berlangsung, apabila diperlukan. Gambar 2. Musyawarah antara Pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan dengan Masyarakat dalam Pertemuan PKK Sumber: Dokumentasi Peneliti Tanggal 12 Juni 2016 di Balai RT 7 RW III Kelurahan Jambangan Kecamatan Jambangan, Kota Surabaya. 237

9 Gambar 3. Salah Seorang Masyarakat Yang Memberikan Usulan Pada Saat Pertemuan PKK 238 Sumber: Dokumentasi Peneliti Tanggal 12 Juni 2016 di Balai RT 7 RW III Kelurahan Jambangan Kecamatan Jambangan, Kota Surabaya. Dari hasil temuan peneliti selama berada dilapangan dan teori mengenai partisipasi masyarakat dalam proses pembuatan keputusan sebagaimana dikemukakan oleh Kaho dapat disimpulkan bahwa masyarakat dilibatkan dalam proses pembuatan keputusan di Bank Sampah PITOE Jambangan. Masyarakat memiliki kesempatan untuk menentukan nasib mereka sendiri dan juga nasib operasional Bank Sampah PITOE Jambangan, meskipun pembuatan keputusan telah dilakukan oleh pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan dalam rapat internal sebelumnya. Antusiasme masyarakat dalam proses pembuatan keputusan terbukti dengan kehadiran masyarakat dalam setiap pertemuan dan keaktifan masyarakat dalam memberikan usulan pada saat pertemuan. b. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan PITOE Jambangan Dalam proses kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan, masyarakat secara aktif terlibat didalamnya. Sama halnya dengan yang dikemukakan oleh Dhokhikah, et.al, dalam pelaksanaan kegiatan pemanfaatan sampah, pertama tama masyarakat memilah dan memisahkan sampah dari rumahnya masing masing menjadi dua, yaitu sampah basah dan sampah kering. Sampah basah seperti sisa sayuran dikumpulkan, dipotong potong, dan dimasukkan kedalam komposter. Sedangkan untuk sampah kering seperti sampah plastik bekas, botol kemasan air mineral bekas, gelas kemasan air mineral bekas, dan sebagainya dikumpulkan, dipilah berdasarkan jenisnya, dan dibersihkan, yang kemudian dibawa oleh masyarakat ke Bank Sampah PITOE Jambangan. Sampah yang dibawa oleh para masyarakat Bank Sampah PITOE Jambangan, lalu ditimbang sesuai dengan jenisnya satu per satu. Setelah ditimbang kemudian dicatat dalam buku catatan seperti layaknya sebuah bank pada umumnya oleh pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan. Sampah sampah masyarakat yang telah ditimbang dan dicatat ini kemudian dipilah oleh pengurus bank sampah, dibersihkan bila diperlukan, dirapikan, dan dimasukkan kedalam gudang bank sampah, yang selanjutnya siap untuk diambil oleh pengepul. Selain dijual ke pengepul, sampah sampah yang ada di Bank Sampah PITOE juga dijual ke pengrajin daur ulang. Gambar 4. Masyarakat Membawa Sampah Yang Sudah Dipilah Ke Bank Sampah PITOE Jambangan Sumber: Dokumentasi Peneliti Tanggal 22 Mei 2016 di Bank Sampah PITOE Jambangan. Antusiasme masyarakat dalam pelaksanaan PITOE Jambangan dapat dikatakan tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan setiap minggunya ada saja masyarakat yang menyetorkan sampahnya, sehingga menyebabkan tidak jarang kapasitas gudang Bank Sampah PITOE Jambangan tidak mencukupi untuk menampung sampah sampah tersebut. Keaktifan dan kemauan masyarakat untuk membantu pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan dalam pelaksanaan PITOE Jambangan juga menjadi bukti antusiasme masyarakat yang tinggi. Masyarakat tidak segan segan untuk membantu pengurus Bank Sampah PITOE jika masyarakat tidak sedang sibuk. Peran serta yang biasanya diberikan oleh masyarakat adalah membantu pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan dalam memilah dan membersihkan sampah sampah setelah kegiatan penimbangan selesai dilakukan. Selain itu, partisipasi lainnya yang diberikan oleh masyarakat adalah dengan ikut menjaga sarana dan prasarana yang ada di Bank Sampah PITOE, sehingga sarana dan prasarananya tidak hilang atau rusak. Masyarakat juga ikut mempromosikan Bank Sampah PITOE Jambangan kepada orang lain yang belum mengetahui adanya Bank Sampah PITOE Jambangan. Disisi lain, peran serta

10 masyarakat dalam proses kegiatan pengelolaan sampah juga terletak pada dukungan mereka kepada pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan dengan memberikan makanan ringan, snack, kue, roti, ataupun minuman. Gambar 5. Masyarakat Membantu Pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan dalam Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan Sumber: Dokumentasi Peneliti pada tanggal 22 Mei 2016 di Bank Sampah PITOE Jambangan. Gambar 6. Seorang Masyarakat membawa Permen untuk Pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan Sumber: Dokumentasi Peneliti pada tanggal 22 Mei 2016 di Bank Sampah PITOE Jambangan. Dari hasil temuan peneliti selama berada dilapangan dan teori mengenai partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan sebagaimana dikemukakan oleh Uphoff dan Moebyarto dapat disimpulkan bahwa masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan memberikan kontribusinya untuk menunjang pelaksanaan kegiatan di Bank Sampah PITOE Jambangan, baik berupa tenaga, uang, barang, maupun material. Seperti yang dikemukakan oleh Mubyarto, masyarakat bersedia untuk membantu dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan, jika tanggungjawabnya sebagai ibu rumah tangga sudah selesai dilakukan. c. Partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan hasil PITOE Jambangan Hasil kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan yang dapat dinikmati oleh masyarakat setidaknya dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek pendapatan (ekonomi), aspek lingkungan, dan aspek sosial. Pertama dalam aspek pendapatan (ekonomi), dimana masyarakat dapat menikmati hasil dari proses pelaksanaan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan berupa uang dari hasil penjualan sampah. Melalui pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan ini, sampah yang dulunya terbuang begitu saja, ternyata dapat menjadi tambahan penghasilan yang cukup lumayan bagi masyarakat melalui adanya Bank Sampah PITOE Jambangan ini. Hasil uang atau tabungan dari masyarakat memang tidak terlalu besar, sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup primer sehari hari. Namun, uang atau tabungan yang diperoleh oleh masyarakat ini biasanya digunakan oleh masyarakat sebagai tambahan untuk memenuhi kebutuhan sekunder, misalnya untuk membeli tak jil, membeli kue kue kering untuk lebaran, ataupun untuk tambahan membayar uang sekolah anak. Manfaat kedua adalah terkait pada kebersihan lingkungan sekitarnya. Masyarakat merasa bahwa dengan adanya pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan ini jumlah tumpukkan sampah yang ada dirumah menjadi semakin berkurang dan membuat lingkungan di wilayah Jambangan Tama menjadi bersih dari sampah. Disisi lain, keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan sedikit banyaknya membantu Pemerintah Kota Surabaya dalam menangani permasalahan sampah yang semakin menumpuk dan menggunung di TPA Benowo. Selain itu, keberadaan Bank Sampah PITOE Jambangan juga membuat masyarakat semakin sadar untuk menggunakan dan menerapkan salah satu konsep 3R, yaitu reuse (menggunakan kembali). Melalui adanya Bank Sampah PITOE Jambangan, masyarakat tidak malu dan tidak segan untuk membeli dan mempergunakan kembali barang yang dianggap sebagai sampah oleh pemilik sebelumnya. Gambar 7. Lingkungan Jalan Jambangan Tama yang Bersih dan Hijau Sumber: Dokumentasi Peneliti pada tanggal 12 Juni 2016 di Bank Sampah PITOE Jambangan. 239

11 Manfaat ketiga yang diperoleh masyarakat adalah terletak pada aspek sosial. Masyarakat merasa bahwa dengan adanya kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan setiap hari Minggu semakin meningkatkan keguyuban antar masyarakat di wilayah Jambangan Tama. Masyarakat yang setiap hari jarang untuk bersosialisasi dan keluar rumah karena kesibukan dan padatnya aktivitas yang harus dilakukan, menjadi dapat bersosialisasi satu sama lain melalui adanya kegiatan di Bank Sampah PITOE Jambangan ini. Gambar 8. Pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan yang sedang Berbincang Bincang dengan Masyarakat masyarakat atau pilihan yang kedua adalah dengan menampung seluruh usulan dan masukan yang disampaikan oleh masyarakat untuk kemudian dibawa dalam rapat internal pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan. Namun, bukan berarti usul dan masukan yang disampaikan oleh masyarakat ini dapat langsung disetujui dan dilaksanakan oleh pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan. Hal ini bergantung pada apakah pengurus sanggup untuk melaksanakan usul dan masukan yang diberikan tersebut. Proses evaluasi dilakukan secara rutin minimal satu kali dalam setahun. Laporan keuangan Bank Sampah PITOE Jambangan dalam satu tahun menjadi bentuk evaluasi yang dilakukan oleh pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan. Secara terbuka pengurus memberikan lembaran fotocopy laporan keuangan selama satu tahun kepada masyarakat. Gambar 9. Rapat Internal Pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan Setelah Evaluasi yang diadakan dalam Pertemuan PKK Sumber: Dokumentasi Peneliti pada tanggal 22 Mei 2016 di Bank Sampah PITOE Jambangan. 240 Dari hasil temuan peneliti selama berada dilapangan dan teori mengenai partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan hasil sebagaimana dikemukakan oleh Kaho dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak sekali hasil yang dimanfaatkan oleh masyarakat dari PITOE Jambangan, dimana setidaknya dapat dilihat dari tiga aspek manfaat, yaitu dari aspek ekonomi, aspek lingkungan, dan aspek sosial. Masyarakat dapat menikmati setiap hasil dari PITOE Jambangan secara adil dan sesuai dengan pengorbanan serta norma yang berlaku. Tabungan sampah yang dimiliki oleh masing masing masyarakat menjadi bukti bahwa hasil tabungan yang didapat sesuai dengan pengorbanan masyarakat dalam kegiatan penyetoran sampahnya. d. Partisipasi masyarakat dalam evaluasi kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa masyarakat tidak dilibatkan dalam proses evaluasi di Bank Sampah PITOE Jambangan. Proses evaluasi PITOE Jambangan dilakukan dengan dua cara. Pertama, dilakukan dalam rapat internal pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan untuk kemudian hasilnya disampaikan kepada Sumber: Dokumentasi Peneliti pada tanggal 12 Juni 2016 di Balai RT 7 RW III Kelurahan Jambangan, Kecamatan Jambangan, Surabaya. Gambar 10. Ibu Yulia selaku Direktur Bank Sampah PITOE Saat Menyampaikan Laporan Keuangan Kepada Masyarakat Sumber: Dokumentasi Peneliti pada tanggal 12 Juni 2016 di Balai RT 7 RW III Kelurahan Jambangan, Kecamatan Jambangan, Surabaya.

12 Gambar 11. Pembagian Tabungan Kepada Masyarakat Sumber: Dokumentasi Peneliti pada tanggal 12 Juni 2016 di Balai RT 7 RW III Kelurahan Jambangan, Kecamatan Jambangan, Surabaya. Dari hasil temuan peneliti selama berada dilapangan dan teori mengenai partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan hasil sebagaimana dikemukakan oleh Kaho dapat disimpulkan bahwa masyarakat tidak dilibatkan dalam proses evaluasi kegiatan di Bank Sampah PITOE Jambangan secara bersama. Evaluasi kegiatan dilakukan dalam rapat internal pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan. Masyarakat hanya sebatas memberikan usulan dan masukan kepada pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan, dimana hal ini tidak berarti bahwa usul yang diberikan dapat 100% diterima dan dilaksanakan oleh pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan. Dalam proses evaluasi, masyarakat hanya menerima lembaran laporan keuangan Bank Sampah PITOE Jambangan selama satu tahun. 2. Derajat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan a. Derajat partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa derajat partisipasi masyarakat dalam proses pembuatan keputusan di Bank Sampah PITOE Jambangan berada dalam derajat partisipasi yang disebut sebagai interaktif. Dalam derajat ini, masyarakat dan pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan saling berinteraksi dalam memutuskan dan memecahkan permasalahan yang ada. Masyarakat memiliki kesempatan untuk berperan dalam proses analisis untuk perencanaan kegiatan dan pembentukan atau penguatan kelembagaan melalui usulan dan masukan yang secara aktif diberikan. Masyarakat juga memiliki peran untuk mengontrol jalannya pelaksanaan keputusan, sehingga apabila terjadi penyimpangan ataupun dirasa jalannya keputusan kurang begitu baik, maka masyarakat kembali memberikan usulan dan masukan kepada pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan. b. Derajat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa derajat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan berada pada tahap yang disebut sebagai mandiri (self mobilization). Masyarakat secara mandiri dan tanpa dipengaruhi pihak luar membawa sampahnya ke Bank Sampah PITOE Jambangan. Selain itu, masyarakat memberikan bantuan bantuan maupun dukungan dukungan kepada pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan atas inisiatif dan kemauannya sendiri, tanpa paksaan maupun pengaruh dari pihak lain. c. Derajat partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan hasil kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa derajat partisipasi masyarakat dalam menikmati hasil kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan berada pada tahap yang disebut sebagai mandiri (self mobilization). Dalam tahap ini, masyarakat sendiri yang mengendalikan pemanfaatan hasil tabungan sampah. d. Derajat partisipasi masyarakat dalam evaluasi PITOE Jambangan Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui bahwa derajat partisipasi masyarakat dalam evaluasi kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan berada pada tahap yang disebut sebagai konsultatif. Pada tahap ini, masyarakat belum memiliki kesempatan untuk dilibatkan dalam proses evaluasi bersama. Proses evaluasi hanya sebatas pada pelaporan keuangan atau kinerja dari pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan kepada masyarakat. Usulan dan masukan dari masyarakat didengarkan dan ditampung, namun belum tentu menjadi masukan yang ditindaklanjuti. 3. Faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan 1. Motif ekonomi Dalam motif ini, masyarakat terdorong untuk memberikan peran sertanya dalam setiap PITOE Jambangan karena ingin mendapatkan uang dari hasil tabungan sampah. Sampah yang sebelumnya hanya dibuang begitu saja, ternyata dapat memberikan penghasilan tambahan bagi 241

13 masyarakat melalui adanya Bank Sampah PITOE Jambangan. 2. Motif sosial a. Motivasi untuk menciptakan keguyuban Dalam motif ini, masyarakat terdorong untuk memberikan peran sertanya dalam setiap kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan karena ingin menciptakan keguyuban dengan masyarakat lain. Ditengah kesibukannya, masyarakat ingin melakukan sosialisasi dan komunikasi dengan masyarakat lainnya melalui adanya kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan. 3. Motif psikologi a. Motivasi untuk Pencapaian Prestasi Tempat Tinggalnya Dalam motif ini, masyarakat terdorong untuk memberikan peran sertanya dalam setiap kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan karena masyarakat ingin agar tempat tinggalnya memenangkan banyak kompetisi, baik yang diadakan oleh Pemerintah maupun pihak pihak lainnya. Semangat kompetitif yang tinggi disertai dengan keinginan yang tinggi untuk memenangkan kompetisi membuat tingkat kepedulian masyarakat terhadap lingkungan semakin meningkat. b. Kepuasan Diri karena Lingkungan menjadi Bersih Dalam motif ini, faktor yang mendorong masyarakat untuk memberikan peran sertanya dalam setiap kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan adalah karena ingin melihat lingkungan sekitarnya menjadi bersih. Ada suatu kepuasan tersendiri dalam diri masyarakat ketika melihat tumpukkan sampah didalam rumah menjadi berkurang, lingkungan sekitar menjadi lebih bersih dan bebas dari sampah, serta dapat membantu Pemerintah Kota Surabaya untuk mengurangi jumlah sampah yang menggunung di TPA Benowo. 4. Motivasi dan Dukungan dari Pemerintah Dalam motif ini, faktor yang mendorong masyarakat untuk memberikan peran sertanya dalam setiap kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan adalah karena adanya motivasi dan dukungan dari pihak pemerintah, baik Pemerintah Kota Surabaya, Camat Jambangan, Lurah Jambangan, Ketua RW maupun Ketua RT yang ada diwilayah Jambangan. Dukungan dukungan seperti dana hingga dukungan moril lainnya membuat masyarakat semakin terpacu untuk memberikan peran sertanya. Pemimpin dalam hal ini menjadi figur contoh bagi masyarakat. Gambar 12. Lurah Jambangan dan Ketua RW III Kelurahan Jambangan saat Mengantarkan Tamu dari Banjarmasin Barat ke Bank Sampah PITOE Jambangan Sumber: Dokumentasi Peneliti pada tanggal 29 Mei 2016 di Bank Sampah PITOE Jambangan. 5. Motivasi dan Dukungan Pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan Dalam motif ini, faktor yang mendorong masyarakat untuk memberikan peran sertanya dalam setiap kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan adalah karena adanya motivasi dari pihak pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan, yang mana sering mengingatkan warga untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan. Para pengurus Bank Sampah PITOE yang selalu terbuka dan siap untuk menerima masukan dan saran juga membuat masyarakat menjadi termotivasi untuk semakin memberikan peran sertanya di Bank Sampah PITOE Jambangan. Disisi lain, pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan juga sangat welcome terhadap siapapun juga serta tidak pernah membeda bedakan orang membuat tidak adanya gap atau jarak antara masyarakat dan pihak pengurus. 6. Motivasi dan Dukungan Kader Lingkungan Dalam motif ini, kader lingkungan juga memegang peran penting dan menjadi faktor yang mendorong masyarakat untuk memberikan peran sertanya dalam setiap kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan. Kader lingkungan diposisikan sebagai agent of change dalam merubah perilaku masyarakat yang dulunya masyarakat Jambangan ini memiliki kebiasaan membuang sampah dan hajat dikali menjadi masyarakat yang memiliki budaya hidup bersih dan sehat. Kader lingkungan ini yang kemudian menjadi ujung tombak dalam pembentukan perilaku dan meningkatkan partisipasi masyarakat. 7. Komunikasi dengan Masyarakat yang Lancar 242

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan industri dan urbanisasi pada daerah perkotaan dunia yang tinggi meningkatkan volume dan tipe sampah. Aturan pengelolaan sampah yang kurang tepat

Lebih terperinci

ADLN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. 13 tahun 2012 tentang pedoman pelaksanaan reduce, reuse, dan recycle melalui

ADLN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. 13 tahun 2012 tentang pedoman pelaksanaan reduce, reuse, dan recycle melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surabaya merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia yang memiliki permasalahan kompleks, salah satunya adalah permasalahan sampah. Sebagai kota terbesar ke dua

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi masyarakat, peningkatan konsumsi masyarakat dan aktivitas kehidupan masyarakat di perkotaan, menimbulkan bertambahnya

Lebih terperinci

Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat. Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY

Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat. Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat Pendahuluan Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY siti_marwati@uny.ac.id Sampah merupakan suatu barang yang dihasilkan dari aktivitas

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA

BAB V IMPLEMENTASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA BAB V IMPLEMENTASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA 5.1 Latar Belakang Program Setiap rumah tangga adalah produsen sampah, baik sampah organik maupun sampah anorganik. Cara yang paling efektif untuk mengatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, karena pada

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Sampah merupakan salah satu permasalahan yang patut untuk diperhatikan. Sampah merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, karena pada

Lebih terperinci

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN 1 Sampah merupakan konsekuensi langsung dari kehidupan, sehingga dikatakan sampah timbul sejak adanya kehidupan manusia. Timbulnya

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN

IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 (Studi: Partisipasi Masyarakat dalam Mensukseskan Bank Sampah Mandiri Di Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, Kota

Lebih terperinci

BANK SAMPAH RANGGA MEKAR : BERKAT SAMPAH MENUAI BERKAH. Oleh : Budi Budiman, S.Hut, M.Sc Penyuluh Kehutanan Pusat

BANK SAMPAH RANGGA MEKAR : BERKAT SAMPAH MENUAI BERKAH. Oleh : Budi Budiman, S.Hut, M.Sc Penyuluh Kehutanan Pusat BANK SAMPAH RANGGA MEKAR : BERKAT SAMPAH MENUAI BERKAH Oleh : Budi Budiman, S.Hut, M.Sc Penyuluh Kehutanan Pusat Permasalahan sampah Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber aktivitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya alam (SDA) dan lingkungan merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dan merupakan tempat hidup mahluk hidup untuk aktivitas kehidupannya. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengabaikan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Untuk mencapai kondisi

BAB I PENDAHULUAN. mengabaikan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Untuk mencapai kondisi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan hidup yang semakin tinggi membuat manusia mengabaikan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang hidup sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sampah merupakan suatu sisa-sisa benda yang tidak diinginkan setelah berakhirnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sampah merupakan suatu sisa-sisa benda yang tidak diinginkan setelah berakhirnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampah merupakan suatu sisa-sisa benda yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah bisa juga diartikan oleh manusia menurut keterpakaiannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan sebagai suatu kegiatan nyata dan berencana, menjadi menonjol sejak selesainya perang dunia II. Inayatullah (dalam Nasution, hlmn 28) mengungkapkan

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN UMUM 7.1. Visi Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Berkelanjutan

VII. PEMBAHASAN UMUM 7.1. Visi Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Berkelanjutan VII. PEMBAHASAN UMUM 7.1. Visi Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Berkelanjutan TPA Bakung kota Bandar Lampung masih belum memenuhi persyaratan yang ditentukan, karena belum adanya salahsatu komponen dari

Lebih terperinci

Potensi Penerapan Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis 3R di Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang

Potensi Penerapan Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis 3R di Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang Potensi Penerapan Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis 3R di Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang Sudiro 1), Arief Setyawan 2), Lukman Nulhakim 3) 1),3 ) Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tahun 2012 memiliki total jumlah penduduk sebesar jiwa (BPS, 2013).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tahun 2012 memiliki total jumlah penduduk sebesar jiwa (BPS, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Makassar sebagai salah satu kota metropolitan di Indonesia pada tahun 2012 memiliki total jumlah penduduk sebesar 1.369.606 jiwa (BPS, 2013). Jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT. Lingkungan hidup manusia adalah jumlah semua benda dan kondisi yang

BAB II TINJAUAN UMUM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT. Lingkungan hidup manusia adalah jumlah semua benda dan kondisi yang 25 BAB II TINJAUAN UMUM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT 2.1 Pengertian sampah dan sejenisnya Lingkungan hidup manusia adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruangan yang ditempati

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM BANK SAMPAH SKRIPSI

DAMPAK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM BANK SAMPAH SKRIPSI DAMPAK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM BANK SAMPAH (Studi di Bank Sampah Bintang Mangrove Kelurahan Gunung Anyar Tambak Kecamatan Gunung Anyar Kota Surabaya) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS BANK SAMPAH DI KOTA BANDUNG DAN KOTA YOGYAKARTA

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS BANK SAMPAH DI KOTA BANDUNG DAN KOTA YOGYAKARTA PERBANDINGAN EFEKTIVITAS BANK SAMPAH DI KOTA BANDUNG DAN KOTA YOGYAKARTA M. Agphin Ramadhan Mahasiswa Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta Email: agphin.ramadhan@gmail.com ABSTRACT Waste

Lebih terperinci

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI BANK SAMPAH PITOE JAMBANGAN KOTA SURABAYA SKRIPSI

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI BANK SAMPAH PITOE JAMBANGAN KOTA SURABAYA SKRIPSI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI BANK SAMPAH PITOE JAMBANGAN KOTA SURABAYA SKRIPSI Disusun Oleh: FRANSISKA TANUWIJAYA 071211132014 PROGRAM STUDI S1 ILMU ADMINISTRASI NEGARA DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (makhluk hidup) dan abiotik (makhluk tak hidup). Kedua komponen itu akan

BAB I PENDAHULUAN. (makhluk hidup) dan abiotik (makhluk tak hidup). Kedua komponen itu akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan yang kita diami terdiri atas dua komponen utama yaitu biotik (makhluk hidup) dan abiotik (makhluk tak hidup). Kedua komponen itu akan saling berpengaruh

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa memenuhi ketentuan pasal 18 ayat 1, 2 dan 3 Peraturan Daerah

Lebih terperinci

Pengelolaan Sampah Terpadu. Berbasis Masyarakat Kelurahan Karang Anyar

Pengelolaan Sampah Terpadu. Berbasis Masyarakat Kelurahan Karang Anyar Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat Kelurahan Karang Anyar Pesatnya pembangunan perkotaan tidak hanya menimbulkan dampak positif bagi berkembangnya kota tersebut tetapi juga menimbulkan dampak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dari penjelasan pada bab-bab sebelumnya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil analisa terhadap 22 Kelurahan di

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA)

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA) KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA) Oleh : Shinta Dewi Astari 3308 202 006 Dosen Pembimbing : I.D.A.A Warmadewanthi, ST., MT., Ph.D. PROGRAM

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Sampah Sampah merupakan barang sisa yang sudah tidak berguna lagi dan harus dibuang. Berdasarkan istilah lingkungan untuk manajemen, Basriyanta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah persampahan kota hampir selalu timbul sebagai akibat dari tingkat kemampuan pengelolaan sampah yang lebih rendah dibandingkan jumlah sampah yang harus dikelola.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk sangat besar di dunia setelah negara China dan India. Semakin bertambahnya jumlah penduduk dari

Lebih terperinci

KONSEP PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI OLEH RUKUN WARGA DIKOTA YOGYAKARTA. Program Magister Ilmu Lingkungan UNDIP,

KONSEP PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI OLEH RUKUN WARGA DIKOTA YOGYAKARTA. Program Magister Ilmu Lingkungan UNDIP, KONSEP PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI OLEH RUKUN WARGA DIKOTA YOGYAKARTA Iswanjana 1,Syafrudin 2,Tukiman Taruna 3 1 Program Magister Ilmu Lingkungan UNDIP, 2 Staf Edukatif Fakultas Teknik Lingkungan UNDIP

Lebih terperinci

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI POLEWALI MANDAR BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN KOTA KABUPATEN POLEWALI MANDAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mutlak. Peran penting pemerintah ada pada tiga fungsi utama, yaitu fungsi

BAB I PENDAHULUAN. dan mutlak. Peran penting pemerintah ada pada tiga fungsi utama, yaitu fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di negara berkembang mempunyai kedudukan yang sangat penting dan mutlak. Peran penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sembarangan karena tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. sembarangan karena tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan sampah merupakan hal yang tidak dapat dikesampingkan begitu saja.persoalan sampah dapat berpotensi menjadi masalah kultural karena dampaknya yang dapat

Lebih terperinci

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI POLEWALI MANDAR BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DAN LINGKUNGAN OLEH PEMERINTAH, SWASTA DAN MASYARAKAT BUPATI POLEWALI MANDAR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

pendahuluan dilakukan untuk memperoleh hasil pengolahan atau daur ulang yang mengefektifkan pengolahan sampah selanjutnya, termasuk upaya daur ulang.

pendahuluan dilakukan untuk memperoleh hasil pengolahan atau daur ulang yang mengefektifkan pengolahan sampah selanjutnya, termasuk upaya daur ulang. BAB VI POTENSI REDUKSI SAMPAH DI KOMPLEKS PERUMAHAN BBS KELURAHAN CIWEDUS KOTA CILEGON BANTEN 6.1. Konsep Pemilahan Sampah Dalam usaha mengelola limbah atau sampah secara baik, ada beberapa pendekatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Meningkatnya laju konsumsi dan pertambahan penduduk Kota Palembang mengakibatkan terjadinya peningkatan volume dan keragaman sampah. Peningkatan volume dan keragaman sampah pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan saling terkait antar satu dengan lainnya. Manusia membutuhkan kondisi lingkungan yang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam program pembangunan kesehatan masyarakat salah satunya adalah program lingkungan sehat, perilaku

Lebih terperinci

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE) PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE) Disampaikan oleh: DINAS CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KABUPATEN KENDAL 2016 Dasar hukum Pengelolaan Sampah Undang undang no. 18 tahun 2008 ttg Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, pada Pasal 1 butir (1) disebutkan bahwa sampah adalah sisa kegiatan seharihari manusia dan/atau

Lebih terperinci

INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO. Oleh: Chrisna Pudyawardhana. Abstraksi

INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO. Oleh: Chrisna Pudyawardhana. Abstraksi INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO Oleh: Chrisna Pudyawardhana Abstraksi Pengelolaan sampah yang bertujuan untuk mewujudkan kebersihan dan kesehatan lingkungan serta menjaga keindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lupy Dwi Septa Satria, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lupy Dwi Septa Satria, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat merupakan satu kesatuan individu yang hidup dalam satu wilayah tertentu yang beragam baik dari jenis kelamin, usia, status sosial ekonomi, adat istiadat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Berbagai aktifitas manusia secara langsung maupun tidak langsung menghasilkan sampah. Semakin canggih teknologi di dunia, semakin beragam kegiatan manusia di bumi, maka

Lebih terperinci

Kata Kunci: Evaluasi, Masa Pakai, Reduksi, Pengomposan, Daur Ulang

Kata Kunci: Evaluasi, Masa Pakai, Reduksi, Pengomposan, Daur Ulang PERANSERTA MASYARAKAT DALAM USAHA MEMPERPANJANG MASA PAKAI TPA KEBON KONGOK KOTA MATARAM Imam Azhary, Ellina S. Pandebesie Program Pascasarjana Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS Email: imam_dpu@yahoo.com

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SAMPAH, PENGHIJAUAN DAN PENDIDIKAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI SATUAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA., Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan

Lebih terperinci

1

1 Ethos (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat): 161-170 PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN TIMBULAN SAMPAH 1 Yanti Sri Rejeki, 2 M. Dzikron, 3 Nugraha, 4 Dewi Shofi M., 5 Chaznin

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA Shinta Dewi Astari dan IDAA Warmadewanthi Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP Program Pascasarjana, Institut Teknologi

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI Sampah?? semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri dan kegiatan pertanian. Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga

Lebih terperinci

PERMASALAHAN SAMPAH SAAT INI

PERMASALAHAN SAMPAH SAAT INI PERMASALAHAN SAMPAH SAAT INI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN INDONESIA BERSIH SAMPAH 2020 DIREKTUR JENDERAL, LIMBAH DAN B3 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN MAGELANG

PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN MAGELANG DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN MAGELANG Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN MAGELANG PRESENT BY : SRI MURNI EDIYATI, SH DASAR HUKUM PENGELOLAAN SAMPAH 1. UU No.

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN 108

LAMPIRAN-LAMPIRAN 108 LAMPIRAN-LAMPIRAN 108 LAMPIRAN I DOKUMENTASI SURVEI LAPANGAN DAN PROSES RAPID RURAL APPRAISAL (RRA) Gambar 1. Mengurus Perijinan, Membangun Komunikasi, Serta Melakukan Wawancara dengan Tokoh-Tokoh Masyarakat

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK Joko Widodo dan Yulinah Trihadiningrum Program Pasca Sarjana Jurusan Teknik Lingkungan FTSP - ITS Surabaya ABSTRAK Pembuangan akhir sampah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bank Sampah Wargi Manglayang RW 06

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bank Sampah Wargi Manglayang RW 06 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bagian ini menjelaskan gambaran umum mengenai dua objek penelitian yang akan diteliti. Keduanya merupakan pelaku dalam usaha bank sampah di Kota Bandung.

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. peningkatan sebesar jiwa. Pada tahun 2015, diperkirakan jumlah penduduk akan mencapai

BAB I. Pendahuluan. peningkatan sebesar jiwa. Pada tahun 2015, diperkirakan jumlah penduduk akan mencapai BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Depok merupakan Kota penyangga Ibu Kota yang tingkat pertumbuhannya begitu pesat. Dalam kurun waktu 5 tahun (2009 2014) penduduk Kota Depok mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sampah telah menjadi permasalahan nasional sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara

Lebih terperinci

PETA PERSAMPAHAN BANDUNG. Mengembangkan Piranti Lunak Untuk Mendorong Sistem Persampahan Berbasis Komunitas di Kota Bandung

PETA PERSAMPAHAN BANDUNG. Mengembangkan Piranti Lunak Untuk Mendorong Sistem Persampahan Berbasis Komunitas di Kota Bandung PETA PERSAMPAHAN BANDUNG Mengembangkan Piranti Lunak Untuk Mendorong Sistem Persampahan Berbasis Komunitas di Kota Bandung permasalahan 1. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah. Walaupun

Lebih terperinci

SUMMARY. PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA GORONTALO (Studi Kasus di UD. Loak Jaya)

SUMMARY. PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA GORONTALO (Studi Kasus di UD. Loak Jaya) SUMMARY PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA GORONTALO (Studi Kasus di UD. Loak Jaya) Sri Wedari Rusmin Djuma, 811409010. 2013. Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Surabaya merupakan salah satu kota di Indonesia yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai kepadatan penduduk setiap tahunnya. Jumlah penduduk Surabaya mengalami

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa pertambahan penduduk

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU UNTUK MENINGKATKAN NILAI EKONOMI BAGI MASYARAKAT DI DAERAH

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU UNTUK MENINGKATKAN NILAI EKONOMI BAGI MASYARAKAT DI DAERAH ) KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU UNTUK MENINGKATKAN NILAI EKONOMI BAGI MASYARAKAT DI DAERAH (Studi Kasus Pengelolaan Sampah di DIY) Yeni Widowaty, Septi Nur wijayanti Laras Astuti, dan Reni Budi

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT

EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (Studi Kasus: Pengelolaan Sampah Terpadu Gerakan Peduli Lingkungan (GPL) Perumahan Pondok Pekayon Indah, Kelurahan Pekayon Jaya, Bekasi Selatan)

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH MENUJU INDONESIA BERSIH SAMPAH 2020 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP L/O/G/O

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH MENUJU INDONESIA BERSIH SAMPAH 2020 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP L/O/G/O KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH MENUJU INDONESIA BERSIH SAMPAH 2020 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP L/O/G/O 2014 DASAR HUKUM PENGELOLAAN SAMPAH UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH PERATURAN

Lebih terperinci

Kajian Tentang Sampah Berbasis Masyarakat

Kajian Tentang Sampah Berbasis Masyarakat Kajian Tentang Sampah Berbasis Masyarakat Focus Group Discussion (FGD) Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Semarang, 19 Oktober 2017 Oleh: Mardwi Rahdriawan DPWK FT. UNDIP Pengertian Pengelolaan sampah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Di samping itu, pola konsumsi masyarakat memberikan

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan berdasarkan Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030 pada sasaran ke enam ditujukan untuk mewujudkan ketersediaan dan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan pengelolaan sampah merupakan sesuatu yang tidak asing lagi bagi setiap wilayah di dunia tidak terkecuali Indonesia. Hampir di seluruh aspek kehidupan manusia

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Perumusan strategi dalam percepatan pembangunan sanitasi menggunakan SWOT sebagai alat bantu, dengan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada tiap

Lebih terperinci

2015 STUDI TENTANG PEMBERDAYAAN PARTISIPATIF DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI DAN PERILAKU WARGA MASYARAKAT

2015 STUDI TENTANG PEMBERDAYAAN PARTISIPATIF DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI DAN PERILAKU WARGA MASYARAKAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemberdayaan dalam arti luas merupakan suatu tindakan untuk memfasilitasi dan mendorong masyarakat agar mampu menempatkan diri secara proporsional agar secara

Lebih terperinci

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari keterkaitannya terhadap lingkungan. Lingkungan memberikan berbagai sumberdaya kepada manusia dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diistilahkan dengan Environmental Impact Analysis, telah secara luas digunakan oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. diistilahkan dengan Environmental Impact Analysis, telah secara luas digunakan oleh banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), yang dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan Environmental Impact Analysis, telah secara luas digunakan oleh banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi manusia terhadap barang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. permukiman, jasa dan pelayanan masyarakat. Pertumbuhan dan. masyarakat. Perkembangan suatu daerah mempengaruhi pola konsumsi dan

BAB I. PENDAHULUAN. permukiman, jasa dan pelayanan masyarakat. Pertumbuhan dan. masyarakat. Perkembangan suatu daerah mempengaruhi pola konsumsi dan 0 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi dengan berbagai macam aktivitas di suatu wilayah meningkatkan pertumbuhan daerah sebagai pusat permukiman, jasa dan pelayanan

Lebih terperinci

1. Pendahuluan ABSTRAK:

1. Pendahuluan ABSTRAK: OP-26 KAJIAN PENERAPAN KONSEP PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU DI LINGKUNGAN KAMPUS UNIVERSITAS ANDALAS Yenni Ruslinda 1) Slamet Raharjo 2) Lusi Susanti 3) Jurusan Teknik Lingkungan, Universitas Andalas Kampus

Lebih terperinci

POTENSI PENGELOLAAN SAMPAH MENUJU ZERO WASTE YANG BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN KEDUNGKANDANG KOTA MALANG ABSTRAK

POTENSI PENGELOLAAN SAMPAH MENUJU ZERO WASTE YANG BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN KEDUNGKANDANG KOTA MALANG ABSTRAK POTENSI PENGELOLAAN SAMPAH MENUJU ZERO WASTE YANG BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN KEDUNGKANDANG KOTA MALANG Nama Mahasiswa : Sriliani Surbakti NRP : 3308.201.007 Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Wahyono Hadi,

Lebih terperinci

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104

KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104 KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104 Environmental Engineering ITB - 2010 KELOMPOK 2 Dian Christy Destiana 15308012 Vega Annisa H. 15308014 Ratri Endah Putri 15308018 M. Fajar Firdaus 15308020 Listra Endenta

Lebih terperinci

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH SOSIALISASI DAN PELATIHAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS Nedi Sunaedi nedi_pdil@yahoo.com PENGERTIAN SAMPAH Suatu bahan yang terbuang dari sumber aktivitas manusia dan/atau alam yang tidak

Lebih terperinci

RINGKASAN ANALISIS PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP DI KOTA BANDUNG

RINGKASAN ANALISIS PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP DI KOTA BANDUNG 1 RINGKASAN ANALISIS PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP DI KOTA BANDUNG Berdasarkan data dari PD Kebersihan Kota Bandung Tahun 2009, volume timbulan

Lebih terperinci

NOTULENSI KOORDINASI DAN PENDATAAN PENGELOLAAN SAMPAH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) BELAWAN NO SUMBER INFORMASI HASIL KOORDINASI

NOTULENSI KOORDINASI DAN PENDATAAN PENGELOLAAN SAMPAH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) BELAWAN NO SUMBER INFORMASI HASIL KOORDINASI NOTULENSI KOORDINASI DAN PENDATAAN PENGELOLAAN SAMPAH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) BELAWAN Kota Medan, 29 Agustus 2017 NO SUMBER INFORMASI HASIL KOORDINASI 1. Bu Ida dan pak Suyono (PPS Belawan)

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. 1. Gambaran Umum Dusun Kaliabu RW 13 dan Bank Sampah Karesma

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. 1. Gambaran Umum Dusun Kaliabu RW 13 dan Bank Sampah Karesma BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 1. Gambaran Umum Dusun Kaliabu RW 13 dan Bank Sampah Karesma Dusun Kaliabu merupakan salah satu dusun yang ada di Yogyakarta. Dusun Kaliabu terletak di Desa Banyuraden,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo ± 4 km. Jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah Jiwa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo ± 4 km. Jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah Jiwa BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Dulalowo 1. Geografi, Batas Wilayah Dan Iklim Kelurahan Dulalowo berada di Kecamatan Kota Tengah merupakan salah satu kecamatan yang ada

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang maka semakin besar pula volume sampah yang dihasilkan. 1. dan volumenya akan berbanding lurus dengan jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. barang maka semakin besar pula volume sampah yang dihasilkan. 1. dan volumenya akan berbanding lurus dengan jumlah penduduk. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia sehari-hari tidak terlepas dari kebutuhannya terhadap lingkungan. Setiap manusia akan selalu berusaha untuk memenuhi segala kebutuhan primer,

Lebih terperinci

MODEL BANK SAMPAH DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK BERBASIS MASYARAKAT DI PERUM CISALAK KELURAHAN SUKAMANAH KECAMATAN CIPEDES KOTA TASIKMALAYA

MODEL BANK SAMPAH DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK BERBASIS MASYARAKAT DI PERUM CISALAK KELURAHAN SUKAMANAH KECAMATAN CIPEDES KOTA TASIKMALAYA MODEL BANK SAMPAH DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK BERBASIS MASYARAKAT DI PERUM CISALAK KELURAHAN SUKAMANAH KECAMATAN CIPEDES KOTA TASIKMALAYA Andini Yunita ¹ (Andiniyunita91@yahoo.com) Siti Fadjarajani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mengalami proses pembangunan perkotaan yang pesat antara tahun 1990 dan 1999, dengan pertumbuhan wilayah perkotaan mencapai 4,4 persen per tahun. Pulau Jawa

Lebih terperinci

HAK MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI PROGRAM BANK SAMPAH DI KOTA DENPASAR

HAK MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI PROGRAM BANK SAMPAH DI KOTA DENPASAR HAK MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI PROGRAM BANK SAMPAH DI KOTA DENPASAR Agus Pratama Putra Pembimbing : Cokorda Dalem Dahana I Ketut Suardita Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG, PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG, Menimbang Mengingat : a. bahwa lingkungan hidup yang baik merupakan hak asasi

Lebih terperinci

PELESTARIAN LINGKUNGAN MELALUI TATAJER

PELESTARIAN LINGKUNGAN MELALUI TATAJER PELESTARIAN LINGKUNGAN MELALUI TATAJER Anitarakhmi Handaratri, Yuyun Yuniati Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ma Chung Email: anita.hand@gmail.com, yuyun.yuniati@machung.ac.id

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metodologi penelitian adalah serangkaian hukum, aturan dan tata cara tertentu yang diatur dan ditentukan berdasarkan kaidah ilmiah dalam menyelenggarakan suatu penelitian dalam

Lebih terperinci

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM BANK RAMAH LINGKUNGAN KELURAHAN LOK BAHU KECAMATAN SUNGAI KUNJANG KOTA SAMARINDA

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM BANK RAMAH LINGKUNGAN KELURAHAN LOK BAHU KECAMATAN SUNGAI KUNJANG KOTA SAMARINDA ejournal Ilmu Pemerintahan, 2014, 2 (2): 2479-2490 ISSN 2338-3651, ejournal.ip.fisip.unmul Copyright 2014 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM BANK RAMAH LINGKUNGAN KELURAHAN LOK BAHU KECAMATAN SUNGAI

Lebih terperinci

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR + BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Kajian Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Secara Terpadu Di Kampung Menoreh Kota Semarang. Tugas Akhir

Kajian Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Secara Terpadu Di Kampung Menoreh Kota Semarang. Tugas Akhir Kajian Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Secara Terpadu Di Kampung Menoreh Kota Semarang Tugas Akhir Oleh : Agil Zhega Prasetya NIM.L2D 605 181 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN

PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN PROYEK PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH UNTUK KEGIATAN 3R DAN PENGELOLAAN SAMPAH DI REPUBLIK INDONESIA Kata Pengantar

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang Mengingat : a. bahwa pertambahan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktivitas manusia dalam memanfaatkan alam selalu meninggalkan sisa yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai barang buangan, yaitu

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota akan selalu berhubungan erat dengan perkembangan lahan baik dalam kota itu sendiri maupun pada daerah yang berbatasan atau daerah sekitarnya. Selain itu lahan

Lebih terperinci