DAFTAR ISI. Kata Pengantar. i Daftar Isi. ii Daftar Grafik. v Gambar. x Daftar Tabel

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI. Kata Pengantar. i Daftar Isi. ii Daftar Grafik. v Gambar. x Daftar Tabel"

Transkripsi

1

2

3 DAFTAR ISI Hal Kata Pengantar i Daftar Isi ii Daftar Grafik v Gambar x Daftar Tabel xi BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM Keadaan Penduduk Letak Geografis dan Luas Wilayah Keadaan Pemerintahan Pendidikan Ekonomi 12 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN ANGKA KEMATIAN Angka Kematian Bayi (AKB) Angka Kematian Ibu (AKI) Angka Kematian Neonatal Angka Kematian Balita (AKABA) ANGKA KESAKITAN Penyakit Menular Malaria Tuberculosis (TBC) Pneumonia Penyakit HIV/AIDS Kusta Penyakit Potensial KLB/Wabah 45 [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun 2015 ii

4 Demam Berdarah Dengue (DBD) Penyakit Diare Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi AFP Rate (Non Polio) < 15 Tahun Campak Surveilans Tetanus Neonatorum Surveilans Difteri Epidemiologi Penyakit Tidak Menular STATUS GIZI MASYARAKAT Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 73 BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN PELAYANAN KESEHATAN DASAR Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Pelayanan Antenatal (K1 dan K4) Pertolongan Persalinan oleh Nakes dengan Kompetensi Kebidanan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Persentase Pelayanan Komplikasi Cakupan Pelayan Pertama Neonatus (KN1) Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal (PKn) Cakupan Pelayanan Bayi (KBy) Cakupan Pelayanan Anak Balita Pelayanan Keluarga Berencana Pelayanan Imunisasi Pencapaian Uci Desa (Universal Child Immunization) Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR 94 [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun 2015 iii

5 4.3. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT Bayi mendapat ASI Eksklusif Balita 6-59 bulan mendapat kapsul Vitamin A Cakupan balita ditimbang (D/S) Balita gizi buruk mendapat perawatan AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN 109 BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN SARANA KESEHATAN Puskesmas Rumah Sakit Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat TENAGA KESEHATAN SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN 128 BAB VI KESIMPULAN KESIMPULAN SARAN 135 LAMPIRAN [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun 2015 iv

6 DAFTAR GRAFIK Grafik 2.1. Piramida Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok UmurProvinsi Sumatera Selatan Tahun Grafik 2.2. Sex Ratio Penduduk Sumatera Selatan Tahun Grafik 2.3. Grafik 2.4. Grafik 3.1. Grafik 3.2. Jumlah Penduduk Usia Produktif (15 64 Tahun) Menurut Jenis Kelamin Per Kabupaten Kota se-sumatera Selatan 9 Rata-rata Kelembaban Udara Provinsi Sumatera Selatan Yang Tercacat pada Stasiun Klimatologi Kenten Palembang 10 Jumlah Kasus Kematian Bayi Per Kab/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Jumlah Kasus Kematian Ibu di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Grafik 3.3. Faktor Dominan Penyebab Kematian Ibu 18 Grafik 3.4. Jumlah Angka Kematian Neonatal di Sumatera SelatanTahun Grafik 3.5. Grafik 3.6. Grafik 3.7. Grafik 3.8. Jumlah Kasus Kematian Balita Per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Pada Tahun Jumlah Kasus Kematian Balita Provinsi Sumatera Selatan pada Tahun Jumlah Kasus Malaria Klinis, Pemeriksaan Malaria Positif Provinsi Sumatera Selatan Distribusi Kasus Malaria Positif Berdasarkan Umur Provinsi Sumatera Selatan Grafik 3.9. CDR Tuberkulosis Paru BTA Positif Provinsi Sumatera Selatan 27 Grafik CDR Per Kab/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun Grafik Angka Keberhasilan Pengobatan Provinsi Sumatera Selatan Grafik 3.12 Grafik Grafik Penemuan Pneumonia Secara Kumulatif Berdasarkan Kab/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Persentase Cakupan Penemuan Pneumonia Balita Secara Kumulatif Berdasarkan Kab/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Jumlah Kasus ISPA Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun 2015 v

7 Grafik Jumlah Kasus ISPA Per Bulan Provinsi Sumatera Selatan Tahun Grafik Jumlah Kasus ISPA Berdasarkan Klasifikasi Kelompok dan Umur Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Grafik Jumlah Kasus HIV AIDS Provinsi Sumatera Selatan Tahun Grafik Jumlah Pengidap HIV Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Grafik Jumlah Pengidap HIV Menurut jenis kelamin di Sumsel Tahun Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Kumulatif Pengidap HIV Menurut Kelompok Umur di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Distribusi Penderita AIDS Menurut Kondisi Saat Dilaporkan di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Case Detaction Rate (CDR) Provinsi Sumatera Selatan Tahun Cacat Tingkat 2 dan Proporsi Kasus Baru Pada Anak Provinsi Sumatera Selatan Tahun Proporsi Penderita Kusta Anak ( 5%) Provinsi Sumatera Selatan Tahun Proporsi Cacat Tingkat II Penderita Kusta Per Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun Grafik Kelengkapan Laporan SKDR Kabupaten/Kota di Provinsi 46 Sumatera Selatan Tahun 2015 Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Perbandingan Frekuensi dan Penderita KLB Penyakit di Provinsi Sumtera Selatan Tahun Jumlah Desa KLB Per Penyakit di Provinsi Sumtera Selatan Tahun Perbandingan CFR dan AR Kasus KLB di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Jumlah Kasus DBD Per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Tahun Jumlah Kasus DBD Kelompok Umur Provinsi Sumatera Selatan Tahun Distribusi Jenis Kelamin Kasus DBD Provinsi Sumatera Selatan Tahun [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun 2015 vi

8 Grafik Distribusi Kasus Diare Per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Grafik Trend Kejadian Diare Provinsi Sumatera Selatan Tahun Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Cakupan Pelayanan Diare Per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Penemuan Kasus campak rutin di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2011 sampai dengan Penemuan Kasus campak Rutin Menurut Kelompok Umur di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Status Imunisasi Penderita Klinis Campak Pada Semua Kelompok Umur di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Kasus Campak (CBMS) Menurut Kelompok Umur dengan Konfirmasi LaboratoriumDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun Jumlah KLB dan Hasil Konfirmasi laboratorium di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Grafik Penemuan Kasus Tetanus Neonatorum Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan tahun Grafik Penemuan Kasus Tetanus Neonatorum Yang Meninggal Per Kab/Kota di Provinsi Sumatera Selatan tahun Grafik Grafik Grafik Grafik Penemuan Kasus Difteri Per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Kasus Penyakit Tidak Menular di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Angka Kejadian Penyakit Tidak Menular Khususnya Kanker di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Jumlah Kasus Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Per Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan Tahun Grafik 4.1. Cakupan Pelayanan K1 di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Grafik 4.2. Cakupan Pelayanan K4 di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Grafik 4.3. Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Grafik 4.4. Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Grafik 4.5. Cakupan Pelayanan Penanganan Komplikasi di Provinsi Sumatera Selatan Tahun [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun 2015 vii

9 Grafik 4.6. Cakupan Pelayanan Pertama Neonatus (KN1) di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Grafik 4.7. Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Grafik 4.8. Cakupan Pelayanan Bayi di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Grafik 4.9. Cakupan Pelayanan Anak Balita di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Grafik Grafik Grafik Grafik Jumlah Peserta KB Aktif Per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Proporsi Peserta KB Menurut Jenis Kontrasepsi di Provinsi Provinsi Sumatera Selatan Tahun Cakupan Imunisasi Rutin Provinsi Sumatera Selatan Tahun Angka Drop Out (D.O.) Imunisasi Rutin Provinsi Sumatera Selatan Tahun Grafik Cakupan UCI Desa Provinsi Sumatera Selatan Tahun Grafik Pencapaian UCI Desa Provinsi Sumatera Selatan Tahun Grafik Grafik Hasil Cakupan BIAS DT Murid SD/MI Kelas IProvinsi Sumatera Selatan Tahun Hasil Cakupan BIAS Td Murid SD/MI Kelas II dan III di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Grafik Hasil Cakupan BIAS Campak Murid SD/MI Kelas I Tahun Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Rumah Sehat Menurut Kabupaten/Kota dan Puskesmas di Provinsi Sumatera Selatan Tahun TTU Memenuhi Syarat Menurut Kabupaten/Kota dan Puskesmas di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Bersih Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum (Layak) Menurut Kabupaten/Kota dan Puskesmas di Provinsi Sumatera Selatan Tahun TPM Memenuhi Syarat Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota dan Puskesmas di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Capaian Tempat Tempat Pengolahan Makanan dan Minuman Sehat di Provinsi Sumatera Selatan Tahun [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun 2015 viii

10 Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Cakupan Pemberian ASI di Provinsi Sumatera Selatan Periode Tahun Cakupan Pemberian Vitamin A Bayi di Provinsi Sumatera Selatan Periode Tahun Cakupan Pemberian Vitamin A Baita di Provinsi Sumatera Selatan Periode Tahun Presentase Capaian D/S Kelompok Umur 0-23 Bulan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Cakupan Masyarakat Miskin yang Mendapatkan Jaminan Pelayanan Kesehatan Komprehensif di Provinsi Sumatera Selatan Selama Tahun Grafik 5.1. Jumlah Puskesmas di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Grafik 5.2. Grafik 5.3. Grafik 5.4. Grafik 5.5. Jumlah Rumah Sakit Menurut Kepemilikan di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Persentase Capaian Posyandu Purnama di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Jumlah Posyandu dan Posyandu Aktif di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Persentase Capaian Desa Siaga Aktif di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Grafik 5.6. Jumlah Desa Siaga di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Grafik 5.7. Grafik 5.8. Jumlah Poskesdes, Polindes dan Posbindu di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Jumlah Desa Siaga Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Grafik 5.9. Jumlah Tenaga Kesehatan di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Grafik Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Jenis Ketenagaan di Provinsi Sumatera Selatan Tahun [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun 2015 ix

11 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Peta Provinsi Sumatera Selatan 11 Gambar 3.1. Peta Endemis Malaria Sumsel Tahunn [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun 2015 x

12 DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Tingkat Kepadatan Penduduk Provinsi Sumatera Selatan Tahun Tabel 3.1. Jumlah Kasus Malaria dalam Lima Terakhir Provinsi Sumatera Selatan 17 Tabel 3.2. Tabel 3.3. Tabel 3.4. Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7. Tabel 3.8. Tabel 3.9. Tabel Data Pemeriksaan Malaria Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Jumlah Kasus Malaria Dalam 5 Tahun Terakhir Provinsi Sumatera Selatan 25 Data Pemeriksaan Malaria Kab/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun Distribusi Penemuan Kasus Kusta Baru Perkabupaten /Kota Tahun Laporan W1 KLB Per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Ketepatan W1 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Distribusi KLB Penyakit Menular dan Keracunan Per Kabupaten /Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Distribusi KLB Penyakit Menular dan Keracunan Berdasarkan jenis Penyakit di Provinsi Sumatera Selatan Selama Tahun Distribusi Penemuan Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Perkabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Tabel Kinerja Surveilans AFP Januari-Desember Tahun Tabel Tabel Tabel 4.1. Kinerja Surveilans Campak Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2007 sampai dengan Tahun Hasil Case Base Measles Surveillance di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Hasil Cakupan Imunisasi Rutin Provinsi Sumatera Selatan Tahun Tabel 4.2. Pemakaian Vaksin Provinsi Sumatera Selatan Tahun Tabel 4.3. Indeks Pemakaian (IP) Vaksin Imunisasi Rutin Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun 2015 xi

13 Tabel 4.4. Tabel 4.5. Tabel 4.6. Data Target Desa Dan Realisasi SBS Kabupaten Provinsi Sumatera Selatan Tahun Akses Jamban Menurut 10 Kabupaten/Kota PAMSIMAS Provinsi Sumatera Selatan Tahun Cakupan Klinik Sanitasi Aktif Menurut Kabupaten Provinsi Sumatera Selatan Tahun Tabel 5.1. Anggaran Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun 2015 xii

14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi. Pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan yaitu setiap kebijakan publik selalu memperhatikan dampak pada kesehatan. Pembangunan kesehatan dilaksanakan secara sistematis, berdayaguna, berhasilguna, bersih dan bertanggungjawab serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme sehingga tercipta Good Governance sesuai Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 serta Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan memiliki tugas dan fungsi untuk meingkatkan derajat kesehatan masyarakat di provinsi Sumatera Selatan yang setinggi-tingginya yang dalam pelaksanaannya berlandaskan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) provinsi Sumatera Selatan. Pembangunan bidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya yang ditandai dengan meningkatnya umur harapan hidup, menurunnya angka kematian ibu dan bayi, meningkatkan status gizi, dan menurunnya angka kesakitan serta angka kematian yang disebabkan oleh berbagai penyakit, yaitu baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular. Untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

15 orang agar dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, hal tersebut selaras dengan komitmen internasional yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) dan Sustainable Development Goals (SDGs). Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan pembangunan kesehatan mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebagaimana ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 741/Menkes/Per/VII/2008: (1) Indikator Derajat Kesehatan yang terdiri atas indikator-indikator untuk Mortalitas, Morbiditas, dan Status Gizi; (2) Indikator-indikator untuk Keadaan Lingkungan, Perilaku Hidup, Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan; serta (3) Indikator-indikator untuk Pelayanan Kesehatan, Sumber Daya Kesehatan, Manajemen Kesehatan, dan Kontribusi Sektor Terkait. Visi Provinsi Sumatera Selatan tahun 2013 sampai dengan 2018 yaitu Sumatera Selatan sejahtera, lebih maju dan berdaya saing internasional. Untuk mewujudkan Visi diatas maka Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan mempunyai Misi yaitu: Menjamin pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau bagi seluruh masyarakat Sumatera Selatan; meningkatkan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat melalui pendidikan kesehatan kepada masyarakat dan pemberdayaan masyarakat; meningkatkan profesionalitas Sumber Daya Manusia Kesehatan yang berdaya saing global; mengutamakan upaya peningkatan dan pencegahan dengan tidak mengabaikan upaya pengobatan dan pemulihan kesehatan. Hal tersebut selaras dengan Tujuan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yaitu Meningkatnya status kesehatan masyarakat dan meningkatnya daya tanggap (responsiveness) dan perlindungan masyarakat terhadap resiko sosial dan finansial di bidang kesehatan. Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan upaya kesehatan, peningkatan pembiayaan kesehatan, peningkatan sumber daya kesehatan, peningkatan sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan serta peningkatan manajemen dan informasi kesehatan. Tantangan pembangunan kesehatan menuntut adanya dukungan sumber daya yang cukup serta arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

16 yang tepat. Sering kali para pembuat kebijakan di bidang kesehatan mengalami kesulitan dalam pengambilan keputusan yang tepat karena keterbatasan atau tidak tersedianya data dan informasi yang akurat, tepat dan cepat. Kebutuhan terhadap data dan informasi yang akurat makin meningkat, namun berbagai masalah masih dihadapi dalam penyelenggaraan sistem informasi kesehatan. Untuk mendukung keberhasilan pembangunan tersebut dibutuhkan adanya ketersediaan data dan informasi yang akurat bagi proses pengambilan keputusan dan perencanaan program. Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang evidence based diarahkan untuk penyediaan data dan informasi yang akurat, lengkap, dan tepat waktu. Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2015 tentang Sistem Informasi Kesehatan, serta Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 92 tahun 2015 tentang penyelenggaraan komunikasi data dalam sistem informasi kesehatan terintegrasi, seyogyanya pelaksanaan sistem informasi kesehatan yang selama ini dilaksanakan secara terfragmentasi sudah harus dilakukan secara terintegrasi. Pembangunan kesehatan yang berhasilguna dan berdayaguna dapat dicapai melalui pembinaan, pengembangan, dan pelaksanaan, serta pemantapan fungsi-fungsi administrasi kesehatan yang didukung oleh Sistem Informasi Kesehatan (SIK), ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, serta hukum kesehatan. SIK di setiap institusi pelayanan kesehatan mulai dari tingkat Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi sampai tingkat Pusat, harus terus dikembangkan sehingga diharapkan dapat memberikan dukungan dalam rangka pelaksanaan fungsi manajemen kesehatan. SIK yang baik mampu memberikan informasi yang akurat (evidance based) dan up to date untuk proses pengambilan keputusan di semua tingkat administrasi pelayanan kesehatan. Salah satu bentuk output dari SIK adalah penerbitan buku profil kesehatan yang dilakukan setiap tahun anggaran. Tujuan penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan adalah memberikan informasi tentang hasil [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

17 pencapaian program pembangunan kesehatan di Provinsi Sumatera Selatan umumnya, termasuk pencapaian indikator-indikator pembangunan kesehatan di Provinsi Sumatera Selatan. Sistematika penyajian Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan adalah sebagai berikut : B. Tujuan 1. Tujuan Umum Adapun maksud dan tujuan penyusunan dari Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan adalah memberikan gambaran dan situasi tentang kesehatan secara menyeluruh di Provinsi Sumatera Selatan serta untuk meningkatkan kemampuan manajemen dalam pengelolaan operasional di lapangan terhadap pelayanan prima dibidang kesehatan bagi masyarakat serta mengembangkan informasi sebagai bahan evaluasi untuk memberikan petunjuk dalam pembuatan rencana strategis (Renstra) pembangunan di Provinsi Sumatera Selatan. 2. Tujuan Khusus Sedangkan tujuan khusus dalam penyusunan profil kesehatan ini adalah sebagai berikut : a. Tersedianya data dan informasi yang akurat (evidance based). b. Tersedianya Grafikan situasi kesehatan secara menyeluruh dan merata pada setiap kecamatan di wilayah Provinsi Sumatera Selatan. c. Tersedianya bahan acuan untuk mengevaluasi sampai sejauh mana hasil program/kegiatan yang telah dilaksanakan. d. Tersedianya konsep yang jelas tentang keberadaan status kesehatan saat ini dan seberapa jauh tujuan yang akan dicapai kedepan. e. Sebagai sarana untuk memantau keberhasilan tingkat kesehatan kota Palembang untuk acuan evaluasi tahunan terhadap kinerja kegiatan. [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

18 f. Adanya sarana informasi dan komunikasi tentang peta data, keadaan pelayanan kesehatan masyarakat di Provinsi Sumatera Selatan. g. Sebagai acuan pemantauan evaluasi program tahunan dan sebagai wadah yang strategis serta integral dari berbagai data yang dikumpulkan dalam sistim pencatatan pelaporan yang ada di puskesmas, rumah sakit, maupun di unit-unit kesehatan lainnya. B. Sistematika Penulisan Sistematika penyajian Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan adalah sebagai berikut : Bab-1 : Pendahuluan Bab ini menyajikan tentang latar belakang dan tujuan diterbitkannya Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 serta sistematika penyajiannya. Bab-2 : Gambaran Umum Bab ini menyajikan tentang Gambaran umum Provinsi Sumatera Selatan. Selain uraian tentang letak geografis, administratif dan informasi umum lainnya, disini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lainnya misalnya kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan lingkungan. Bab - 3 : Situasi Derajat Kesehatan Bab ini menguraikan indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan, dan angka status gizi masyarakat. Bab - 4 : Situasi Upaya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang bagaimana gambaran situasi pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

19 pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh Kabupaten/Kota. Bab-5 : Situasi Sumber Daya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang bagaimana sarana, tenaga, pembiayaan dan sumber daya kesehatan lainnya. Bab-6 : Kesimpulan Bab ini menjelaskan tentang hal-hal penting yang perlu ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan di tahun yang bersangkutan. Selain keberhasilan-keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Lampiran. Pada lampiran ini berisi resume/angka pencapaian Puskesmas dan Kecamatan dalam Provinsi Sumatera Selatan dan 81 tabel data yang merupakan gabungan Tabel Indikator Kabupaten Sehat dan Indikator pencapaian kinerja Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan. Tabel lampiran Profil Kesehatan tersebut sesuai dengan Petunjuk Teknis Penyusunan Kesehatan Kabupaten/Kota, Edisi Terpilah menurut jenis kelamin, yang dikeluarkan oleh Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

20 BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. KEPENDUDUKAN Berdasarkan perhitungan dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan, Jumlah penduduk Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2015 berjumlah jiwa (BPS 2015). Dengan komposisi penduduk laki-laki dan penduduk perempuan. Sedangkan jumlah Rumah Tangga tahun 2015 yaitu Rumah Tangga. Dari 17 (tujuh belas) kabupaten yang ada, jumlah penduduk terbesar terdapat di Kota Palembang sebanyak jiwa dengan luas wilayah hanya 363,68 km², sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di wilayah Kota Pagaralam sebanyak 133,862 jiwa dengan luas wilayah 632,80 km². Hal ini menunjukkan persebaran penduduk di Provinsi Sumatera Selatan tidak merata dilihat dari perbandingan antara luas wilayah dengan jumlah penduduk. Rata-rata kepadatan penduduk di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2015 adalah 92,11 jiwa/km². Jumlah penduduk Provinsi Sumatera Selatan menurut jenis kelamin dan berdasarkan kelompok umur yaitu sebagaimana Penduduk di bawah ini: ditunjukkan pada Piramida Grafik 2.1. Piramida Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok UmurProvinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 Pagar Alam Prabumulih PALI Muratara Lubuk Linggau Empat Lawang OKU OKU Selatan Musi Rawas Lahat Ogan Ilir Muara Enim Muba OKU Timur OKI Banyuasin Palembang Perempuan Laki-Laki Palem bang Banyu asin OKI Muar OKU Timur Muba a Enim Ogan Ilir Lahat Musi Rawa s OKU Selata n OKU Empa t Lawa ng Lubuk Lingg au Murat ara Perempuan Laki-Laki Sumber : Badan Pusat Statistik Prov.Sumsel PALI Prabu mulih Pagar Alam [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

21 Tabel 2.1. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Tingkat Kepadatan Penduduk Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 JUMLAH KEPADATA LUAS JUMLAH RATA-RATA KABUPATEN/KOT DESA + JUMLAH N NO WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH A DESA KELURAHAN KELURAHA PENDUDUK PENDUDUK (km2) TANGGA TANGGA N per km Ogan Komering Ulu 3.747, , ,33 2 Ogan Komering Ilir 17,086, , ,09 3 Muara Enim 6.901, , ,0 4 Lahat 4,297, , ,51 5 Musi Rawas 6,330, , ,71 6 Musi Banyuasin 14,530, , ,08 7 Banyuasin 12,361, , ,65 8 OKU Selatan 4.544, , ,72 9 OKU Timur 3,397, , ,16 10 Ogan Ilir 2,411, , ,69 11 Empat Lawang 2,312, , ,98 12 PALI 1,844, , ,32 13 Muratara 5.836, , ,32 14 Kota Palembang 363, , , , Kota Prabumulih 458, , ,54 16 Kota Pagar Alam 632, , ,5 17 Kota Lubuk Linggau 365, , ,48 JUMLAH (KAB/KOTA) 87,421, ,151, ,11 Sumber : Badan Pusat Statistik Prov.Sumsel [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

22 Grafik 2.2. Sex Ratio Penduduk Sumatera Selatan Tahun 2015 Sex Ratio Lubuk Linggau Ogan Ilir PALI Muara Enim OKU Timur Lahat Muba OKI OKU Selatan 1,00 1,00 1,00 1,01 1,01 1,02 1,03 1,04 1,04 1,04 1,04 1,05 1,05 1,05 1,05 1,05 1,10 Sex Ratio - 0,50 1,00 1,50 Sumber : Badan Pusat Statistik Prov.Sumsel Grafik 2.3. Jumlah Penduduk Usia Produktif (15 64 Tahun) Menurut Jenis Kelamin Per Kabupaten Kota se-sumatera Selatan Tahun2015 Sumber : Badan Pusat Statistik Prov.Sumsel 2.2. LETAK GEOGRAFIS DAN LUAS WILAYAH Secara geografi Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 o sampai 4 o Lintang Selatan dan 102 o sampai 106 o Bujur Timur, dengan luas wilayah ,17 km 2 yang terdiri dari pegunungan dan pesisir pantai dan dilintasi oleh banyak sungai. Sebagian besar lahan terdiri dari hutan produksi, lahan pertanian, eksplorasi dan [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

23 ekploitasi gas bumi dan bahan galian lainnya seperti minyak bumi dan batubara. Provinsi Sumatera Selatan berbatasan dengan di sebelah utara dengan Provinsi Jambi, di sebelah Selatan dengan Provinsi Lampung, di sebelah Timur dengan Provinsi Bangka Belitung. Di daerah bagian Pantai Timur tanahnya terdiri dari rawa-rawa dan berair payau yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Untuk vegetasinya berupa tumbuhan palmase dan kayurawa (bakau), semakin ke barat terhampar daerah dataran tinggi dan terdapat daerah Bukit Barisan. Grafik 2.3. Rata-rata Kelembaban Udara Provinsi Sumatera Selatan Yang Tercacat pada Stasiun Klimatologi Kenten Palembang Tahun 2015 Sumber: Badan Pusat Statistik Prov.Sumsel Musim yang terdapat di Sumatera Selatan sama seperti umumnya yang terjadi di bagian lain dari Indonesia. Di indonesia, hanya di kenal dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Pada umumnya sekitar bulan Juni sampai dengan bulan September arus angin berasal dari Australia, dimana Angin ini tidak banyak mengandung uap air sehingga mengakibatkan terjadinya musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember sampai bulan Maret arus angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Asia dan Samudra pasifik mengakibatkan terjadinya musim penghujan. Keadaan seperti ini terjadi hampir setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April - Mei dan Oktober - November. [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

24 2.3. KEADAAN PEMERINTAHAN Provinsi Sumatera Selatan dikenal juga sebagai Bumi Sriwijaya, karena pada abad ke-7 hingga ke-12 masehi sumatera Selatan merupakan pusat kerajaan Sriwijaya yang terkenal dengan kerajaan maritim terbesar. Provinsi Sumatera Selatan berdiri pada tanggal 12 September Sama halnya dengan provinsi lain di Indonesia, provinsi Sumatera Selatan juga dibagi menjadi beberapa Kabupaten/Kota, selanjutnya Kabupaten/Kota dibagi lagi menjadi Kecamatan, dan kemudian Kecamatan dibagi menjadi kelurahan dan desa. Pada tahun 2013, Provinsi Sumatera Selatan kembali mengalami pemekaran daerah yng terdiri dari 15 kabupaten/kota menjadi 17 kabupaten/kota. Kabupaten yang mengalami pemekaran yaitu kabupaten Musi Rawas menjadi kabupaten Musi Rawas dan kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) dan kabupaten Muara Enim menjadi kabupaten Muara Enim dan kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) sehingga jumlah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan sampai akhir tahun 2015 bertambah menjadi 17 kabupaten/kota dengan jumlah desa dan kelurahan sebanyak Desa dan Kelurahan. Letak geografis Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan Kabupaten/Kota sebagaimana peta di bawah ini : Gambar 2.1. Peta Provinsi Sumatera Selatan Sumber : Badan Pusat Statistik Prov.Sumsel [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

25 2.4. PENDIDIKAN Pendidikam merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai subjek sekaligus objek dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Pendidikan sangat berperan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan pendidikan meliputi pembanguan pendidikan secara formal maupun non formal. Keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan antara lain ditandai dengan meningkatnya angka partisipasi bersekolah, dan meningkatnya persentase penduduk yang menyelesaikan program wajib belajar 9 tahun dan meningkatnya angka melek huruf usia 15 tahun keatas. Dalam bidang pendidikan, variabel - variabel seperti jumlah gedung sekolah, jumlah murid dan jumlah guru sering kali ditampilkan untuk menggambarkan situasi pendidikan. Misalnya dua variabel terakhir diatas dapat digunakan untuk menghitung rasio murid-guru. Pada tahun ajaran 2014/2015, Sumatera Selatan memiliki gedung sekolah sebanyak sekolah yang terdiri atas Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dan 257 Sekolah Menengah Atas (SMA). Selama tahun ajaran 2014/2015, jumlah murid SD sebanyak orang, SLTP sebanyak orang, dan SMA sebanyak orang. Jumlah guru yang mengajar di masing- masing sekolah pada tahun 2014/2015 ini terdiri atas guru Sekolah Dasar, orang guru SLTP, serta orang guru SMA. Jika kita amati pada tahun 2015, jumlah guru yang ada cenderung mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.(bps) 2.5. EKONOMI Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah indikator utama untuk mengukur perkembangan perekonomian di suatu wilayah. Selama empat tahun terakhir, PDRB Sumsel atas dasar harga berlaku terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 nilai yang terbentuk sebesar 253,3 trilyun rupiah dan terus tumbuh hingga pada tahun 2015, nilainya menjadi sebesar 332,7 trilyun rupiah. [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

26 Berdasarkan harga berlaku, terdapat tiga lapangan usaha yang memberikan peranan cukup besar terhadap PDRB. Pada tahun 2015, tiga lapangan usaha yang memberikan peranan terbesar adalah pertambangan diikuti oleh industri pengolahan, serta pertanian, perkebunan, dan perikanan. Pada tahun 2015 peranan masing-masing lapangan usaha di atas secara berurutan adalah 21,9 persen, 18,3 persen, dan 16,6 persen. Dibanding kondisi tahun sebelumnya, peran industri pengolahan meningkat sebesar 5,2 persen. Sedangkan pertambangan dan penggalian dan pertanian menurun masing-masing sebesar 8,4 persen dan 6,7 persen. Secara umum, laju perekonomian Sumatera Selatan pada tahun 2015 mengalami perlambatan, yaitu dari 4,7 persen pada tahun 2014 menjadi 4,5 persen pada tahun Hal ini dapat dilihat dari banyaknya industri yang mengalami perlambatan pertumbuhan, antara lain pertanian, pengadaan listrik dan gas, pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang, konstruksi, perdagangan, real estate, jasa pendidikan, jasa perusahaan, serta jasa kesehatan dan kegiatan sosial.(bps) [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

27 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN Grafikan derajat kesehatan dapat dilihat dari beberapa indikator seperti mortalitas, morbiditas dan angka status gizi masyarakat. Berikut ini diuraikan tentang indikator-indikator tersebut ANGKA KEMATIAN Angka kematian (Mortalitas) merupakan salah satu ukuran untuk melihat Grafikan perkembangan derajat kesehatan masyarakat dan dijadikan acuan untuk menilai keberhasilan pembangunan kesehatan. Angka kematian dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu dan pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan Survey dan penelitian. Angka kematian bayi (AKB), kematian ibu akibat melahirkan (AKI) dan kematian balita (AKA Balita) merupakan indikator utama dalam menilai pencapaian derajat kesehatan masyarakat. Pada tahun 2002 Pemimpin dunia telah menyepakati pencapaian Millenium Development Goals yang selanjutnya disingkat MDGs bahwa selain Memberantas kemiskinan dan kelaparan serta Mewujudkan pendidikan dasar, maka Peningkatan Kesehatan Ibu merupakan indikator utama yang harus dicapai sampai tahun Oleh karena angka kematian ini diperoleh melalui survey misalnya SDKI atau survey bidang kesehatan lainnya maka informasi tentang data kematian yg disajikan dalam profil ini adalah data absolut (jumlah kematian) yang diperoleh dari laporan rutin kab/kota Angka Kematian Bayi (AKB) Menurunnya angka kematian bayi dan meningkatnya angka harapan hidup mengindikasikan meningkatnya derajat kesehatan penduduk. Angka kematian bayi atau Infant Mortality Rate (IMR) merupakan indikator utama dalam mengukur derajat kesehatan masyarakat. Angka kematian bayi di Indonesia dalam beberapa tahun [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

28 terakhir telah banyak mengalami penurunan dan penyakit-penyakit penyebab utama kematian sudah dapat dieliminasi. Berdasarkan laporan program kesehatan keluarga jumlah kematian bayi periode tahun 2015 terlaporkan 776 kasus. Jumlah kasus kematian bayi dapat dihitung dengan penjumlahan dari jumlah kematian neonatal yaitu kematian bayi umur 0 28 hari ditambah dengan jumlah kematian post Neonatal yaitu kematian bayi umur 29 hari sampai dengan satu tahun. Grafik 3.1 Jumlah Kematian Bayi per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 Sumber : Bidang Bina Pelayanan Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel Dari Grafik diatas dapat dilihat bahwa Jumlah kasus kematian bayi per Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan sampai dengan bulan Desember 2015 mencapai 776 kasus, dimana jumlah kematian bayi tertinggi terjadi di Kabupaten Musi Rawas yaitu (118 kasus) dan diikuti Kabupaten Banyuasin yaitu (110 kasus). Sedangkan jumlah kematian bayi terendah terjadi di Kabupaten Pali yaitu (3 orang). [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

29 Maka hal tersebut perlu mendapatkan perhatian bagi pelaksana program baik di Tingkat Provinsi maupun Kabupaten Kota Angka Kematian Ibu (AKI) Upaya menurunkan angka kematian ibu juga masih merupakan salah satu prioritas utama pembangunan nasional bidang kesehatan sebagaimana tercantum dalam dokumen Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun Untuk menurunkan angka kematian ibu/jumlah kasus kematian ibu maternal, ada beberapa indikator yang akan menjadi prioritas utama kegiatan di Provinsi Sumatera Selatan antara lain: Seluruh Ibu hamil harus mendapatkan pelayanan ANC terpadu sesuai standar; Seluruh Ibu hamil dengan deteksi faktor resiko sudah mendapat pelayanan/teratasi secara adekuat; Seluruh Ibu Bersalin harus ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten dengan melakukan persalinan di fasilitas kesehatan; Seluruh ibu bersalin dengan komplikasi harus tertangani dan apabila tidak sesuai prosedur maka dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih memadai dan terjangkau; Seluruh ibu hamil, bersalin dan nifas harus mendapat akses pelayanan yang aman, bersih dan berkualitas sesuai standar. Angka kematian ibu (AKI) adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau penanganannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan dan terjatuh. Sesuai indicator MDGS 4 dan 5 yaitu menurunkan angka kematian ibu dan menurunkan angka kematian bayi dan balita. Indikator ini secara langsung digunakan untuk memonitor kematian terkait dengan kehamilan. AKI dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk status kesehatan secara umum, `pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Sumatera Selatan masih sulit diukur karena jumlah penduduk yang masih sangat sedikit, laporan yang tidak akurat serta [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

30 dipengaruhi oleh kesalahan sampling yang tinggi dan selang kepercayaan yang besar, maka tidak mungkin menyimpulkan pencapaian angka kematian ibu (AKI) tanpa melalui Survey Khusus, SENSUS dan SUPAS atau survey khusus lainnya. Jumlah kematian ibu bersalin (AKI) di Provinsi Sumatera Selatan dapat kita lihat pada grafik berikut : Grafik 3.2. Jumlah Kasus Kematian Ibu di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Sumber : Bidang Bina Pelayanan Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel Tabel 3.1. Jumlah Kasus Kematian Ibu Per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 No Kab./Kota Jumlah Kematian OKU OKI Muara Enim Lahat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan Ilir Empat Lawang PALI Muratara Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau Prov. Sumatera Selatan Sumber : Bidang Bina Pelayanan Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

31 Grafik 3.3. Faktor Dominan Penyebab Kematian Ibu Tahun Perdarahan HDK Infeksi Abortus Partus Lama Lain GSPD Gangguan Metabolik Sumber : Bidang Bina Pelayanan Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel Tabel 3.2.Penyebab Kematian Ibu Tahun 2012 s.d 2015 No Penyebab Kematian TAHUN Perdarahan Hipertensi dalam kehamilan Infeksi Abortus Partus Lama Lain-lain Gangguan Sistem Peredaran Darah 30 8 Gangguan Metabolik 4 J u m l a h Sumber : Bidang Bina Pelayanan Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

32 Target pencapaian Angka Kematian Ibu menurut MDGs tahun 2015 yaitu 102/ KH. Angka kematian ibu yang dilaporkan di Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan data Profil Kesehatan Tahun 2015 yaitu 165/ KH, Kabupaten Musi Banyuasin berjumlah dua puluh (20) kasus. Namun bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya lebih tinggi yaitu 155/ KH. Jumlah kematian ibu di Provinsi Sumatera Selatan yang masih tinggi disebabkan oleh faktor perdarahan dalam persalinan berjumlah lima puluh lima (55) kasus, hipertensi dalam kehamilan berjumlah tiga puluh empat (34) kasus, disebabkan oleh penyakit infeksi berjumlah enam (6) kasus, faktor lain-lain berjumlah lima puluh lima (55) kasus, oleh gangguan system peredaran darah berjumlah tiga puluh (30) kasus, dan faktor gangguan metabolik berjumlah empat (4) kasus. Terjadinya kasus ini dimungkinkan karena terlambatnya deteksi dini faktor resiko oleh tenaga kesehatan, penanganan persalinan yang kurang adekuat serta system rujukan tidak sesuai dengan prosedur jejaring manual rujukan. Walaupun demikian hal ini dapat juga terjadi oleh system manajemen yang sudah terlaksana dengan baik, diantaranya: pelaksanaan Audit Maternal Perinatal yang melibatkan Tim Teknis dan Tim Managemen sehingga seluruh kematian ibu maternal dapat terlacak serta system pencatatan dan pelaporan yang sudah berjalan dengan baik KEMATIAN NEONATAL Jumlah Kematian Neonatal di Provinsi Sumatera Selatan sampai dengan bulan Desember 2015 mencapai 579 kasus, menurun jika dibandingkan tahun 2014 sebanyak 626 kasus. Pada Grafik disamping terlihat bahwa : Kasus kematian neonatal tertinggi ada di Kobupaten Musirawas (92 kasus). Sedangkan kasus kematian neonatal terendah terjadi di Kabupaten PALI (2 kasus). [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

33 Grafik 3.4. Jumlah Angka Kematian Neonatal di Sumatera SelatanTahun Kematian Neonatal (0-28 hr) OKUS PALI PAGARALAM LAHAT PRABUMULIH PALEMBANG MURATARA OGAN ILIR LUBUK LINGGAU EMPAT LAWANG MUBA OKI OKU BANYUASIN MUARA ENIM OKUT MURA PROVINSI Sumber: Bidang Bina Pelayanan Kesehatan Dinkes. Prov. Sumsel Angka Kematian Balita (AKABA) Berdasarkan hasil pengumpulan data profil kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, jumlah kematian balita tahun 2015 berjumlah 55 Kasus dari kelahiran hidup, terbanyak kasus terjadi di kabupaten Musi Rawas (12 kasus), kemudian diikuti oleh kabupaten OKU (8 kasus) dan Kota Palembang (7 kasus). Sedangkan kasus kematian balita terendah terjadi di Kota Pagar Alam, Ogan Ilir, dan OKU Selatan (1 kasus) kemudian, Kota Lubuk Linggau, Prabumulih, Pali dan Muara Enim tidak ada kasus. Angka tersebut jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan data tahun 2014 sebanyak 65 kasus kematian balita dari kelahiran hidup di Provinsi Sumatera Selatan. [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

34 Grafik 3.5. Jumlah Kasus Kematian Balita Per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Pada Tahun 2015 AKABA (12-59 bln) MUARA ENIM PALI PRABUMULIH LUBUK LINGGAU OKUS OGAN ILIR PAGARALAM OKI LAHAT MURATARA MUBA EMPAT LAWANG BANYUASIN OKUT PALEMBANG OKU 12 MURA PROVINSI Sumber: Bidang Bina Pelayanan Kesehatan Dinkes. Prov. Sumsel. Grafik 3.6. Jumlah Kasus Kematian Balita Provinsi Sumatera Selatan Pada Tahun Kematian Balita Sumber: Bidang Bina Pelayanan Kesehatan Dinkes. Prov. Sumsel. [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

35 Namun angka ini juga tidak dapat dijadikan suatu ukuran pasti karena hanya berdasarkan hasil laporan dari puskesmas, dan diperlukan adanya survey khusus untuk mengetahui kematian balita dan diperkirakan masih banyak kasus kasus kematian anak balita yang tidak terlaporkan ANGKA KESAKITAN Data angka kesakitan penduduk yang berasal dari masyarakat (community based data) yang diperoleh melalui study morbiditas dan hasil pengumpulan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta dari sarana pelayanan kesehatan (facility based data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan Penyakit Menular Penyakit menular yang disajikan dalam bagian ini diantaranya Penyakit Malaria, TB Paru, HIV/AIDS, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Kusta, Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) Malaria Malaria klinis adalah kasus dengan gejala malaria klinis (demam, menggigil dan berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal pegal). Malaria positif adalah kasus malaria yang di diagnosis (pemeriksaan specimen/sediaan darahnya) secara mikroskopist atau rapid diagnosis test hasil positif mengandung plasmodium. Prevalensi malaria atau angka kesakitan malaria adalah banyaknya kasus ( kasus baru maupun lama) malaria per penduduk yang diukur dengan Annual Parasite Incidence ( API ) dan Annual Malaria Incidence (AMI). Digunakan untuk memonitor daerah yang mengalami endemi tinggi malaria yang disinyalir meningkat pada dua dekade terakhir karena sistem kesehatan yang buruk, meningkatnya resistensi terhadap pemakaian obat dan insektisida, pola perubahan iklim, gaya hidup, migrasi dan perpindahan penduduk. [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

36 Di Indonesia terdapat dua puluh empat (24) Kabupaten/kota yang endemis malaria, dan diperkirakan sekitar 45% penduduk Indonesia beresiko tertular malaria. Pada Provinsi Sumatera Selatan terdapat 8 Kabupaten endemis malaria dari 17 Kabupaten/Kota yang ada, serta diperkirakan 8 per penduduk Sumatera Selatan beresiko tertular malaria. Tujuan program pemberantasan malaria di Provinsi Sumatera Selatan adalah terwujudnya masyarakat yang hidup sehat dalam lingkungan yang terbebas dari penularan malaria tahun Sedangkan tujuang khususnya diantaranya: - Tercapinya eliminasi malaria di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun Pada tahun 2020 seluruh Kabupaten/Kota mampu melakukan pemeriksaan sediaan darah malaria dan memberikan pengobatan tepat dan terjangkau. - Pada tahun 2020 seluruh wilayah Provinsi Sumatera Selatan sudah melaksanakan intensifikasi dan integrasi dalam pengendalian malaria dan tahun 2030 untuk seluruh Indonesia. Pokok kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai eliminasi malaria antara lain: - Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko. - Penemuan penderita dan tatalaksana kasus. - Peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah. - Peningkatan KIE pencegahan dan pemberantasan penyakit. Jumlah kasus klinis malaria Prov. Sumsel tahun 2015 sebanyak kasus. Dari kasus klinis tersebut yang dikonfirmasi laboratorium sebanyak kasus dan jumlah positif menderita malaria sebanyak kasus dengan nilai API sebesar 0,26 per 1000 penduduk, nilai ini termasuk dalam kategori kasus malaria rendah (low case incidence). Kasus positif malaria yang tertinggi terdapat di Kabupaten Lahat dengan API 2,57 per 1000 penduduk dan Kota Lubuk Linggau dengan API 2,28 per 1000 penduduk. [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

37 Hingga saat ini terdapat 7 Kabupaten/ Kota yang mendapatkan sertifikat eliminasi malaria yaitu Kota Palembang, Kab.Banyuasin, Kab.Ogan Ilir, Kab.OKI, Kota Prabumulih, Kab.Empat Lawang dan Kota Pagaralam. Sedangkan Kab/Kota yang lain merupakan endemis malaria yang digolongkan pada daerah sedang dan rendah. Penanganan kasus yang diberikan pada umumnya melalui pengobatan radikal dengan konfirmasi laboratorium di Puskesmas atau Rumah Sakit. Gambar 3.1. Peta Endemis Malaria Sumsel Tahunn 2015 Sumber: Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes. Prov. Sumsel. Berdasarkan peta di atas dapat diketahui, Kab/Kota yang mempunyai API>1-5 per 1000 penduduk (berwarna kuning) adalah Kab.Lahat dan Kota Lubuk Linggau. Wilayah tersebut merupakan wilayah endemis malaria, dimana sebagian besar penduduk mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian/perkebunan dan pertambangan sehingga kemungkinan kontak terhadap vektor lebih besar. [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

38 Grafik Jumlah Kasus Kasus Malaria Klinis, Pemeriksaan Malaria Positif Prov.Sumsel Sumsel Sumber: Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes. Prov. Sumsel. TABEL 3.3. JUMLAH KASUS MALARIA DALAM 5 TAHUN TERAKHIR PROVINSI SUMATERA SELATAN KETERANGAN MALARIA KLINIS 36,201 42,062 53, MALARIA KLINIS DIPERIKSA 28,491 27,616 31, MALARIA POSITIF 2,055 2,842 3, Sumber: Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes. Prov. Sumsel. TABEL 3.4 DATA PEMERIKSAAN MALARIA KAB/KOTA PPROV.SUMSEL TAHUN 2015 No Kab/Kota Malaria Klinis Diperiksa Positif Pf Pv Mix ACT 1 OKU OKI MUBA MURA M.ENIM LAHAT Palembang P.Alam Prabumulih L.Linggau Banyuasin OKU Timur OKU Selatan Ogan Ilir Empat Lawang PALI Muratara SUMSEL Rumah Sakit Sumber: Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes. Prov. Sumsel. [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

39 Grafik 3.8. Distribusi Kasus Malaria Positif Berdasarkan Umur Prov.Sumsel Sumber: Bidang Bina Pengendalian Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel Tuberkulosis (TBC) Penanggulangan dan pengendalian Penyakit TB Paru di Sumatera Selatan dengan melaksanakan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course), TB Paru merupakan masalah kesehatan, berdasarkan hasil survey prevalensi TB di Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa angka prevalensi TB BTA positif secara regional untuk wilayah Sumatera adalah 160 per penduduk. Peningkatan pelaksanaan program TB akan meningkatkan beban kerja program yang dengan sendirinya harus ditunjang dengan peningkatan upaya dan peningkatan sumber daya termasuk dana. Semua sumber daya yang tersedia baik APBN, dana kerjasama pemerintah RI dengan organisasi internasional maupun sumber dana lainnya seperti APBD provinsi, APBD kab/kota harus kerjasama lintas program dan lintas sektoral serta peran serta masyarakat terus ditingkatkan untuk mencapai program. Angka kesembuhan (Cure Rate) merupakan angka pasien baru TB BTA positif yang sembuh selama masa pengobatan. Angka kesuksesan (Succes Rate) merupakan angka kesembuhan yang disertai dengan cakupan pengobatan lengkap. Angka keberhasilan pengobatan (Succes Rate) adalah jumlah pasien baru TB BTA Positif yang sembuh dan mendapat pengobatan lengkap dibagi dengan jumlah pasien [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

40 baru TB BTA Positif yang diobati. Angka Notifikasi Kasus TB (Case Notification Rate) adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien TB semua tipe yang ditemukan dan dicatat diantara penduduk pada satu periode disuatu wilayah tertentu. Program Pengendalian Penyakit TB Paru di Sumatera Selatan telah melaksanakan dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course), TB Paru merupakan masalah kesehatan, Berdasarkan hasil survey prevalensi TB di Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa angka prevalensi TB BTA positif secara regional untuk wilayah Sumatera adalah 160 per penduduk sampai dengan tahun 2015 program penanggulangan TB dengan strategi DOTS di Sumatera Selatan menjangkau 100% Puskesmas, sementara untuk Rumah Sakit baru mencapai 80%. Program dan kegiatan yang dilakukan pada tahun 2015 dalam upaya penanggulangan Tuberkulosis pada tahun 2015 antara lain: Bimbingan Teknis Program TB ke 4 kab/ kota di Prov. Sumsel. Angka Default (pasien mangkir) banyak terdapat di RS; Sistem Jejaring Eksternal di beberapa kab/kota belum maksimal; turn over petugas tinggi (terutama dokter). Angka penemuan pasien baru TB BTA Positif (Case Detection Rate) di Provinsi Sumatera Selatan dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2015 berfluktuasi, sedangkan target yang dimulai tahun 2005 sebesar 70% dapat dilihat seperti Grafik berikut: Grafik CDR 3.9. TB PARUBTA CDR TB POSITIF Paru BTA Positif TAHUN 2002 S/D 2015 Tahun 2002 s.d 2015 Sumber: Bidang Bina Pengendalian Masalah Kesehatan Dinkes [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

41 Grafik CDR CDR PER KAB./KOTA Per Kab/Kota PROV. SUMSEL Provinsi Sumsel Tahun TAHUN 2015 TARGET 70% Sumber: Bidang Bina Pengendalian Masalah Kesehatan Dinkes Grafik 3.11 ANGKA KEBERHASILAN PENGOBATAN (SUCCES RATE) PROV. SUMSEL TAHUN Sumber: Bidang Bina Pengendalian Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

42 Pneumonia Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih merupakan masalah bagi kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit ini sering terjadi pada anak. Berdasarkan Survei Kematian Balita tahun 2005, kematian pada Balita sebagian besar disebabkan karena pneumonia, yaitu sebesar 23,6 %. Episode penyakit batuk-pilek pada Balita di Indonesia diperkirakan terjadi 3-6 kali per tahun. ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di sarana kesehatan. Sebanyak 40-60% kunjungan berobat di puskesmas dan 15-30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit disebabkan oleh penyakit ISPA. Pelaksanaan program pemberantasan penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan merupakan upaya yang mendukung peningkatan sumber daya manusia serta bagian dari upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular. Program ISPA menitikberatkan pelaksanaan kegiatan penanggulangan pneumonia pada balita. Hal ini sesuai dengan tekad masyarakat dunia untuk menurunkan kesakitan dan kematian bayi dan balita karena pneumonia. Sekurang-kurangnya 1/3 (tahun ) untuk mencapai penurunan 2/3 pada tahun 2015, karena dalam kenyataannya kematian ISPA pada balita memang disebabkan oleh pneumonia atau penyakit yang berkomplikasi pneumonia. Pneumonia adalah pembunuh utama Balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, Malaria, dan Campak. Di dunia setiap tahun diperkirakan lebih dari 2 juta balita meninggal karena Pneumonia (1 balita/ 15 detik) dari 9 juta total kematian balita. Diantara 5 kematian balita, 1 diantaranya disebabkan oleh Pneumonia. Bahkan karena besarnya kematian ISPA ini, ISPA/ Pneumonia disebut sebagai pandemi yang terlupakan, atau The Forgotten pandemic. Namun tidak banyaknya perhatian terhadap penyakit ini sehingga Pneumonia disebut juga pembunuh balita yang terlupakan atau The Forgotten Killer of Children (UNICEF, 2006). [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

43 Penyakit ISPA banyak faktor yang menyebabkannya, baik dari agent infeksi (virus atau kuman bakteri), kondisi klinis secara umum (malnutrisi, anemia, kelelahan), gangguan pernapasan (alergi, asma, kongesti paru) dan juga perubahan musim ataupun pencemaran udara (asap rokok, kebakaran hutan dan lahan, gas buangan sarana transportasi dan industri. Selama terjadinya kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2015 terjadi peningkatan kasus ISPA sebesar %. Pelaksanaan program pemberantasan penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan merupakan upaya yang mendukung peningkatan sumber daya manusia serta bagian dari upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular. Program ISPA menitikberatkan pelaksanaan kegiatan penanggulangan pneumonia pada balita. Hal ini sesuai dengan tekad masyarakat dunia untuk menurunkan kesakitan dan kematian bayi dan balita karena pneumonia. Sekurang-kurangnya 1/3 (tahun ) untuk mencapai penurunan 2/3 pada tahun 2015, karena dalam kenyataannya kematian ISPA pada balita memang disebabkan oleh pneumonia atau penyakit yang berkomplikasi pneumonia. Peningkatan pelaksanaan program ISPA akan meningkatkan beban kerja program yang dengan sendirinya harus ditunjang dengan peningkatan upaya dan peningkatan sumber daya termasuk dana. Semua sumber daya yang tersedia baik APBN, dana kerjasama pemerintah RI dengan organisasi internasional maupun sumber dana lainnya seperti APBD provinsi, APBD kab/kota harus kerjasama lintas program dan lintas sektoral serta peran serta masyarakat terus ditingkatkan untuk mencapai program. Laporan tahunan merupakan salah satu alat untuk mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan selama satu tahun (2015) untuk mendapatkan gambaran pelaksanaan program ISPA di 17 Kabupaten/ Kota di Sumatera Selatan pada umumnya dan di tingkat provinsi pada khususnya, apakah sudah berjalan sesuai [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

44 dengan yang direncanakan dan apakah sesuai dengan yang telah digariskan oleh kebijakan program. Selain itu, kegiatan ini bertujuan meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan program ISPA di provinsi Sumatera Selatan. Berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Kabupaten/ Kota di Sumatera Selatan baik berasal dari dana APBN maupun APBD perlu dievaluasi sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja pengelola program P2 ISPA. Pada tahun 2015 jumlah penemuan kasus Pneumonia Balita pada Program P2 ISPA Provinsi Sumatera Selatan adalah kasus atau sebesar 59,4 % dari target dimana target penemuan penderita sebanyak balita. Pada kasus pneumonia golongan umur <1 tahun sebanyak kasus (34,71%) dan untuk golongan umur 1-5 tahun sebanyak kasus (65,29 %) dari seluruh kasus pneumonia. Pada Pneumonia berat untuk golongan umur <1 tahun sebanyak 209 kasus (43,18%) dan pada golongan umur 1-5 tahun sebanyak 275 kasus (56,82%) dari seluruh kasus Pneumonia Berat. Hasil kegiatan penemuan kasus dapat dilihat pada tabel terlampir. Dilihat dari realisasi cakupan penderita berdasarkan target penemuan yang ada persentase tertinggi dicapai oleh kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (177,75 %) sedangkan kabupaten terendah yaitu Kota Pagaralam sebesar 0 (0%). Belum dapat disimpulkan bahwa rendahnya penemuan ini didasari oleh memang tidak terdapatnya penderita atau kurang aktifnya petugas dalam melakukan penemuan kasus. Pada tahun 2015, situasi terkini Penyakit ISPA memang terdapat peningkatan kasus ISPA sebesar 10%-20 % selama terjadi kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan pada puncak musim kemarau di Provinsi Sumatera Selatan yaitu sekitar bulan September - November. Dan juga adanya kenaikan kunjungan pasien di fasilitas pelayanan kesehatan khususnya di puskesmas dengan keluhan ISPA. Di provinsi Sumatera Selatan terdapat beberapa kab/kota yang rawan terhadap kabut asap sehingga penanggulangannya lebih difokuskan disana dikarenakan merupakan sumber kebakaran hutan dan lahan dan terdapat titik api (hotspot) yang lebih banyak [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

45 dibandingkan dengan daerah lainnya, diantaranya Kab Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Banyuasin, Musi Banyuasin, dan Kota Palembang yang mendapatkan kiriman asap dari daerah tersebut. Oleh karena itu perlu diupayakan penanggulangan penyakit ISPA akibat kabut asap, misalnya : Koordinasi dengan lintas program (promosi kesehatan, kesehatan lingkungan dan seksi farmakmin dan alat kesehatan) dan lintas sector terkait (BPBD, BNPB, dan BLH) serta Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota sebagai kesiapsiagaan penanggulangan dampak kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan, Membuat surat edaran ke Dinas Kesehatan kabupaten/ kota tentang kesiapsiagaan penanggulangan penyakit ISPA akibat kabut asap atau pencemaran udara, Menghimbau kepada masyarakat melalui media massa dan kepala Dinas Kesehatan kabupaten/ kota mengenai dampak negative maupun upaya antisipasinya, agar masyarakat lebih waspada dan memahami situasinya, Pendistribusian masker pada kelompok yang rentan dan beresiko terkena penyakit ISPA, Pengaktifan puskesmas keliling dan ambulans untuk antisipasi penanggulangan korban akibat terpapar kabut asap terus menerus, dan juga mendirikan beberapa rumah singgah untuk pemulihan bagi masyarakat yang terpapar kabut asap terus menerus, khususnya bagi kelompok rentan (orang tua, anakanak dan ibu hamil). Grafik 3.12 PENEMUAN KASUS PNEUMONIA SECARA KUMULATIF BERDASARKAN KAB/ KOTA DI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN OKU OKI ME LHT MURA MUBA BA OKUS OKUT OI 4L PLG PRB PGA LLG PALI M.UTR PROV TH TH Kasus Pneumonia terbanyak di kota Palembang, karena di kota Palembang merupakan kota besar dengan jumlahpendudukyang lebihbanyakdanjugaseringmendapatkanasapkirimandarikab/kotalainnyayang bersebelahan dengan kota Palembang. Tetapi hal ini masih wajar dan sesuai dengan kondisi di kota Palembang. Sumber: Bidang Bina Pengendalian Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

46 Grafik 3.13 % CAKUPAN PENEMUAN PNEUMONIA BALITA SECARA KUMULATIF BERDASARKAN KAB/ KOTA DI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN OKU OKI ME LHT MURA MUBA BA OKUS OKUT OI 4L PLG PRB PGA LLG PALI M.UTR PROV TH TH Sumber: Bidang Bina Pengendalian Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel Berdasarkan grafik diatas urutan cakupan pneumonia yang tertinggi terjadi di Kabupaten PALI sebesar 177,75 % dengan jumlah kasus kasus dari target sasaran Pneumonia balita sebesar 648 kasus, Kabupaten Muara Enim sebesar 113,41 % dengan jumlah kasus kasus dan Kota Palembang sebesar 102,42 % dengan jumlah kasus kasus Grafik PENEMUAN 3.14 JUMLAH KASUS KASUS ISPA SECARA ISPA KABUPATEN/KOTA KUMULATIF BERDASARKAN KAB/ KOTA DI PROVINSI SUMATERA PROVINSI SUMATERA SELATAN SELATAN TAHUN TAHUN OKU OKI ME LHT MURA MUBA BA OKUS OKUT OI 4L PLG PRB PGA LLG PALI M.UTR PROV TH TH Kasus ISPA terbanyak di kota Palembang, karena di kota Palembang merupakan kota besar dengan jumlah pendudukyang lebihbanyakdanjugaseringmendapatkanasapkirimandarikab/kotalainnyayang bersebelahan dengan kota Palembang. Tetapi hal ini masih wajar dan sesuai dengan kondisi di kota Palembang. Sumber: Bidang Bina Pengendalian Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel 29 Januari 2016 [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

47 Grafik 3.15 Jumlah Kasus Ispa per Bulan Provinsi Sumatera Selatan Tahun PENEMUAN KASUS ISPA PER BULAN PROV. SUMSEL TAHUN Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Th Th Th 2015 Th 2014 Kasus ISPA dari terbanyak pada bulan Oktober pada periode Januari sampai dengan Desember 2015, hal ini disebabkan adanya faktor resiko asap akibat kebakaran hutan dan lahan. Selama musim kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan, kasus ISPA terjadi peningkatan sekitar 10-20% tetapi sudah diinformasikan untuk semua kab/kota agar siap siaga memantau dan melaporkan kasus ISPA. Sumber: Bidang Bina Pengendalian Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel Berdasarkan grafik diatas kasus ISPA tertinggi terjadi di kota Palembang dengan jumlah kasus kasus, kabupaten Banyuasin sebesar kasus dan kabupaten Ogan Komering Ilir sebesar kasus. Sedangkan berdasarkan waktu, penyakit ISPA tertinggi pada bulan Oktober 2015 sebanyak kasus. Dan untuk perbandingan data pneumonia, pneumonia berat dan batuk bukan pneumonia dapat dilihat dari grafik di bawah ini, dimana dari data tersebut mayoritas dari kasus ispa adalah batuk bukan pneumonia (94,64 % ) dengan jumlah kasus Berdasarkan kelompok umur, kasus Pneumonia banyak diderita pada usia Balita sebanyak penderita ( 52 % ) Grafik 3.16 Kasus ISPA berdasarkan klasifikasi kasus Kasus ISPA berdasarkan klasifikasi kelompok Pneumonia umur Sumber: Bidang Bina Pengendalian Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

48 Berdasarkan Grafik diatas urutan cakupan pneumonia yang tertinggi terjadi di Kabupaten PALI sebesar 69,03 % dengan jumlah kasus kasus dari target sasaran Pneumonia balita sebesar kasus, Kota Palembang sebesar 44,15 % dengan jumlah kasus kasus dan Kabupaten Muara Enim sebesar 39,29 % dengan jumlah kasus kasus. Sehingga untuk mengatasi masalah-masalah kedepan, langkah yang dapat dilakukan antara lain: Perencanaan Pelatihan Manajemen P2 ISPA bagi petugas pengelola program ISPA kabupaten/kota; Pengadaan dan pendistribusian logistik program ISPA; Mengintensifkan sistem pelaporan; Sosialisasi penyakit ISPA di masyarakat; serta Membangun dan meningkatkan jejaring dengan sarana kesehatan di wilayah kerja Dinas Kesehatan provinsi/kab/kota/puskesmas untuk pengumpulan data kasus pneumonia Penyakit HIV/AIDS Kasus HIV/AIDS yang merupakan penyakit yang paling ditakuti terus mengalami peningkatan di berbagai daerah. Makin tingginya kasus HIV/AIDS di Indonesia mengharuskan penanganan serta penanggulangan penyakit mematikan ini lebih serius dari berbagai pihak. Lebih dari 20 ribu kasus AIDS terjadi di seluruh kota di Indonesia. Pada akhir tahun 2013 secara global ada sekitar 35 juta orang yang hidup dengan HIV dan diantaranya ada 2,1 juta orang baru terinfeksi HIV. Antara tahun 2001 dan 2013, hasil dari upaya peningkatan layanan pencegahan HIV di dunia menunjukkan adanya penurunan jumlah infeksi baru HIV pada anak-anak sebanyak 58%. Meskipun demikian, jumlah anak yang terinfeksi HIV (kasus baru) tetap tinggi. Sekitar anak-anak terinfeksi HIV pada tahun 2013 di negara-negara dengan pendapatan rendah dan menengah. Di tahun 2013 secara global, sebanyak 12,9 juta orang yang hidup dengan HIV yang menerima terapi antiretroviral (ART), dimana 11,7 juta orang yang menerima ART di negara berpenghasilan rendah dan menengah. 11,7 juta orang yang [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

49 mendapatkan ART tersebut merupakan 36% dari 32,6 juta orang yang hidup dengan HIV di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Cakupan pada anak-anak masih rendah, pada tahun yang sama, kurang dari 1 dalam 4 anak yang hidup dengan HIV memiliki akses ke ART, dimana 1 dari 3 orang dewasa sudah mendapatkan ART. Resiko seorang ibu yang hidup dengan HIV menularkan virus kepada anaknya berkurang menjadi 5% atau lebih kecil lagi bila ia mendapatkan terapi ARV yang efektif selama masa kehamilan, persalinan dan menyusui. Pada tahun 2013, sebesar 67% dari ibu hamil yang hidup dengan HIV memiliki akses terapi ARV yang menyelamatkan jiwanya. (UNAIDS 2013). Namun dari laporan WHO tahun 2014, cakupan HIV pada anak masih tertinggal. Pada tahun 2013 kurang dari 1 di antara 4 anak yang hidup dengan HIV memiliki akses ke ART. Situasi ini masih di bawah dewasa, dimana 1 dari 3 orang dewasa yang hidup dengan HIV dapat mengakses ART. Untuk mempercepat tujuan tercapainya getting 3 zeroes (zero infeksi baru, zero kematian terkait AIDS, zero stigma dan diskriminasi) dalam upaya kesehatan masyarakat, maka dikembangkan Layanan Komprehensif Berkesinambungan (LKB) dengan melibatkan peran aktif komunitas secara berjenjang kohesif dengan mengedepankan efektifitas dan efisiensi. Pendekatan strategis pemberian obat ARV secara tepat yang dikenal sebagai Strategic Use of ARV (SUFA) di maksudkan untuk mempercepat penemuan dan penanganan bagi orang yang terinfeksi HIV untuk mencapai tujuan pencegahan booster dual protection sekaligus meningkatkan kualitas hidup dengan pengobatan infeksi HIV. Dan dalam rangka pemantauan dan evaluasi upaya program yang telah dilakukan, pencatatan dan pelaporan program terhadap berbagai upaya pelayanan yang telah dilakukan sangatlah penting. Pencatatan dan pelaporan yang akurat, valid, dan tepat waktu tentunya akan dapat menjawab berbagai indikator yang telah ditetapkan baik global maupun nasional. [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

50 Kementerian Kesehatan RI telah melaksanakan pencatatan dan pelaporan program HIV-AIDS dan IMS dengan menggunakan SIHA (Sistem Informasi HIV dan AIDS) sehingga data yang akurat akan menghasilkan informasi yang sangat berguna dalam penyusunan perencanaan dalam upaya pengendalian HIV-AIDS dan IMS di Indonesia. Untuk mempercepat tercapainya tujuan tersebut diatas Provinsi Sumatera Selatan melalui Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera selatan pada Program HIV-AIDS dan IMS telah melakukan berbagai upaya di tahun 2015 ini baik dukungan APBD, APBN dan juga dari Global Fund Komponen AIDS Sumatera Selatan dengan bekerjasama dengan lintas sektor dan lintas program terkait. Kegiatan tersebut di uraikan melalui laporan tahunan program HIV-AIDS dan IMS dengan berbagai kegiatan tahun Dari 17 Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan hingga saat ini ada 11 kabupaten/kota (Palembang, Prabumulih, Banyuasin, OKI, OKU, MURA, MUBA, Pagaralam, Muara Enim, Lubuk Linggau, Ogan Ilir, yang ada layanan program HIV- AIDS dan IMS baik di tingkat Puskesmas maupun RS baik di dukung oleh Global Fund AIDS maupun dari APBD Kabupaten/Kota. Dan untuk kabupaten/kota lainnya sudah dilakukan advokasi agar dalam waktu dekat dapat membentuk layanan HIV- AIDS dan IMS dukungan dari APBD II. Berdasarkan data terakhir dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera selatan dari 1995 sampai dengan Desember 2015 secara kumulatif Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) di Sumatera Selatan berjumlah kasus, yang terdiri dari Pengidap HIV berjumlah jiwa dan Penderita AIDS berjumlah jiwa. Sedangkan penemuan kasus HIV/ AIDS pada tahun 2015, pengidap HIV berjumlah 70 orang dan penderita AIDS berjumlah 176 orang. Kasus dalam 10 tahun terakhir semakin nyata menjadi masalah kesehatan masyarakat di Provinsi Sumatera Selatan, dimana terus meningkat penemuan kasus [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

51 melalui VCT dan laporan surveilans AIDS dari Rumah Sakit. Infeksi HIV dan AIDS sudah menyebar hampir diseluruh Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan dan di Indonesia sendiri telah mengalami perubahan dari epidemiologi rendah menjadi epidemiologi terkonsentrasi. Sebelumnya upaya penanggulangan HIV dan AIDS diprioritaskan pada upaya pencegahan. Dengan semakin meningkatnya pengidap HIV dan kasus AIDS yang memerlukan terapi antiretroviral (ARV), maka strategi penanggulangan harus dengan memadukan upaya pencegahan dengan upaya perawatan, dukungan dan pengobatan. Dalam rangka mendukung target pada MDGs maka peran klinik VCT dalam upaya untuk meningkatkan cakupan penemuan kasus baru serta penanganan 100% harus dimaksimalkan. Peningkatan jumlah pengidap HIV selain dikarenakan meningkatnya kasus itu sendiri, juga didukung dengan meningkatnya kunjungan klien ke klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT) untuk mengetahui status HIV nya secara sukarela baik datang ke layanan VCT statis maupun layanan Mobile Clinik VCT. Klien disini merupakan kelompok resiko tinggi tertular HIV yaitu, Waria, Wanita Penjaja Seks, Laki-laki Seks dengan Laki-laki, Pengguna Narkoba Suntik (Penasun) serta Pelanggan Seks. Dengan bertambahnya Klinik Layanan Infeksi Menular Seksual (IMS) di beberapa Puskesmas yang ada di Kabupaten/Kota maka semakin memudahkan klien tersebut mendapat layanan yang komprehensif (IMS-VCT) sehingga seorang klien dapat lebih dini diketahui untuk dilakukan tatalaksana selanjutnya dapatmencegah infeksi penyerta lainnya serta meningkatkan kualitas hidup klien serta dapat mengendalikan epidemi HIV dan AIDS di Provinsi Sumatera Selatan. [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

52 Berikut Grafikan HIV-AIDS di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015 adalah sebagai berikut: Jumlah kasus Grafik HIV dan Jumlah AIDS Kasus menurut HIV/AIDS tahun 2005 Provinsi sd 2015 Sumatera di Sumatera Selatan Tahun Selatan HIV AIDS Sumber : Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Prov.Sumsel. Grafik Pengidap Jumlah HIV Pengidap menurut HIV Menurut Kab/Kota Kabupaten 1995 /Kota sd di 2015 Prov. di Sumsel Sumatera Tahun 2015 Selatan PLG PBM OKI LLG BA MBA OKU MRA ME LHT PGA OI OKT OKS 4L BNK LAM Sumber : Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Prov.Sumsel. HIV [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

53 Grafik Pengidap Jumlah HIV Pengidap menurut HIV jenis Menurut kelamin Jenis Kelamin di Sumsel di Prov. Januari Sumsel s/d Tahun Desember PEREM PUAN, 30 Sumber : Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Prov.Sumsel. LAKI-LAKI, 40 Sumber : Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Prov.Sumsel. Grafik Jumlah Kumulatif Pengidap HIV Menurut Kelompok Kumulatif Umur Pengidap di Prov. Sumsel HIV menurut Tahun 2015 Kel.umur 1995 sd 2015 di Sumatera Selatan > 50 NN > 50 NN Sumber : Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Prov.Sumsel. [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

54 Grafik Distribusi Penderita AIDS Menurut Kondisi Saat di DISTRIBUSI PENDERITA AIDS MENURUT KONDISI SAAT DILAPORKAN DI PROV.SUMSEL laporkan Di Prov. Sumsel Tahun 2015 (1995 s/d DESEMBER 2015) MENINGGAL 125 HIDUP 903 Sumber : Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Prov.Sumsel Kusta Provinsi Sumatera Selatan adalah daerah low endemic kusta dengan CDR <5/ penduduk. Dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2012 terjadi statis dalam penemuan kasus baru kusta (CDR), ada fluktuasi penemuan kasus baru, tetapi tidak berselisih jauh tiap tahun, dan belum ada tanda-tanda ke arah penurunan kasus. Cacat tingkat II juga masih tinggi sejak 10 tahun terakhir (2005 s.d 2015) masih di atas 5 %. Hal ini di sebabkan deteksi dini yang masih kurang sehingga terjadi angka kecacatan yang masih tinggi yaitu di atas 5%. Selain itu hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat utk memeriksakan diri ke Puskesmas dan juga stigma yang masih tinggi di masyarakat dan petugas kesehatan akan penyakit kusta sehingga penderita ditemukan dalam keadaan sudah cacat. Kesenjangan antara target dan capaian indikator program yang ada antara lain: High turn-over of staff ; Tingginya perpindahan staff; In low burden districts most of the TBL staff are having lack of KAP due lack of cases; Rendahnya beban kusta di beberapa kabupaten, membuat staff kurang pengalaman dalam penatalaksanaan kasus; Puskesmas mengalami kesulitan/ hambatan utk merujuk penderita ke Rumah [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

55 Sakit; Terdapat derah kantong-kantong kusta di daerah yg sulit utk di jangkau ( remote area); Jaringan atau kerja sama dengan Rumah Sakit Kusta tidak stabil karena rotasi staff yg tinggi di Rumah Sakit. No Kab/Kota Populasi Penduduk Tabel 3.5. Distribusi penemuan kasus kusta baru Perkabupaten / kota tahun 2015 CDR / Kasus baru Proporsi MB Jlh Pend MB % Cacat Tk.2 Jlh Cacat Tk.2 Propors i Anak Jlh Kasus Anak 1 OKU , OKI , , M,Enim , , Lht , , Mura , Muba , , Banyu Asin , , OKUS , OKUT , Ogan Ilir , E. Lawang , Palembang , , P.Mulih , , P.Alam , L.Linggau Pali , , Muratara Total Propinsi , , , ,00 25 Sumber : Bidang Bina Pengendalian Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

56 Grafik Case Detaction Rate (CDR) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2005 s.d 2015 CDR/ penduduk Axis Title 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0, CDR 3,7 2,7 3,06 3,9 3,05 3 3,7 4 2,63 4,03 4,07 Sumber : Bidang Bina Pengendalian Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel Grafik Cacat Tingkat 2 dan Proporsi Kasus Baru Pada Anak Provinsi Sumatera Selatan Tahun Column Cacat Tk.2 & Proporsi Anak (<5 ) Cacat Tk.2 5,57 17,84 26,07 14,24 21,36 28,44 35,02 37,37 33, Proporsi Anakj 9,43 4, ,58 4,09 4 7,67 5,05 3,57 4,65 8 Sumber : Bidang Bina Pengendalian Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

57 Grafik Proporsi Penderita Kusta Anak ( 5%) Provinsi Sumatera Selatan Tahun OKU OKI ME LHT MR MB BA OKU S OKU T OI 4L PLG PRB PA LL Pali Mur atar Prov Anak ABSOLUT Sumber : Bidang Bina Pengendalian Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel Grafik Proporsi Cacat Tingkat II Penderita Kusta Per Kab/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun OKU OKI ME LHT MR MB BA OKU S OKU T OI 4L PLG PRB PA LL Pali Mur atar Prov Cacat Tk ABSOLUT Sumber : Bidang Bina Pengendalian Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

58 Penyakit Potensial KLB/Wabah Berdasarkan hasil rekapan program surveilans KLB selama tahun 2015, bahwa kejadian KLB di kabupaten/kota frekuensi KLB 26 kali menyerang 26 desa dengan 334 penderita dan kematian 9 orang (CFR 2.7%), frekuensi dan penderita KLB menurun jika dibandingkan dengan tahun Pada tahun 2014 frekuensi KLB 40 kali menyerang 40 desa dengan 1395 penderita dan kematian 3 orang (CFR 0,22%), namun jika dilihat dari kematian karena KLB pada tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 123% dibandingkan tahun Pada tahun anggaran 2015, Program KLB telah melaksanakan beberapa kegiatan Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB Penyakit menular dan Keracunan Makanan di kabupaten/kota. Penyakit yang menjadi penyebab KLB yaitu Keracunan makanan,dbd, Rabies, Rubella, Campak, Hepatitis, Pertusis. Mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan RI (Kepmenkes) nomor 1091/2004 tentang SPM-KLB, maka ditetapkan bahwa setiap terjadi KLB harus ditangani dan ditanggulangi dalam waktu kurang dari 24 jam. Pada tahun 2015 ditargetkan minimal 95 % desa/kelurahan sudah dilaksanakan penanggulangan KLB dalam waktu kurang dari 24 jam oleh Tim Gerak Cepat Kab/kota masing-masing. maka hal tersebut sudah dapat terlaksana dengan baik, pada tahun 2015 ketepatan penanggulangan KLB <24 jam yaitu 100%. Mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan RI (Kepmenkes) nomor 1091/2004 tentang SPM-KLB, maka ditetapkan bahwa setiap terjadi KLB harus ditangani dan ditanggulangi dalam waktu kurang dari 24 jam. Pada tahun 2015 ditargetkan minimal 95 % desa/kelurahan sudah dilaksanakan penanggulangan KLB dalam waktu kurang dari 24 jam oleh Tim Gerak Cepat Kab/kota masing-masing. maka hal tersebut sudah dapat terlaksana dengan baik, pada tahun 2015 ketepatan penanggulangan KLB <24 jam yaitu 100%. Mulai tahun 2013 Provinsi Sumatera Selatan sudah melaksanakan laporan mingguan penyakit potensial KLB berbasis windows Acces dan Internet. Data Penyakit dilaporkan dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kota melalui [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

59 SMS dan kemudian oleh petugas Kabupaten data dientry kedalam Software dan dilakukan pengolahan data untuk melihat signal kemungkinan adanya KLB penyakit menular yang diamati. Setelah itu petugas Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengirim data ke Provinsi melalui untuk dilakukan analisa data dan kemudian data oleh Dinas Kesehatan Provinsi di Kirim ke Pusat. Pengumpulan dan pengolahan data penyakit yang berpotensi KLB selama tahun 2015 adalah sebagai berikut : a. Kelengkapan Laporan SKDR Kabupaten/Kota Grafik Kelengkapan Laporan SKDR Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 KELENGK APAN RESPON ALERT Sumber: Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel. Tabel diatas terlihat bahwa terdapat 12 Kab/Kota yang telah mencapai target (> 80%) kelengkapan laporan mingguan dari Puskesmas penyakit potensial KLB yang tercatat dalam Sistem SKDR berbasis Web SMS gateway yaitu Muara Enim, OKUT, OKU, Pagaralam, Prabumulih, Banyuasin, Ogan Ilir, Lahat, Palembang, Musi Rawas, Lubuk Linggau dan Pali. Sedangkan yang belum mencapai target yaitu Empat Lawang, Musi Rawas, Musi Banyuasin, OKUS, dan OKI. Kabupaten yang lain tidak mencapai target hal ini dikarenakan kurangnya pembinaan Kabupaten/Kota ke Puskesmas. Beberapa penyebab pembinaan yang kurang yaitu dana pendukung kegiatan surveilan dari APBD kab/kota belum optimal atau masih rendah, pengetahuan tentang surveilans baik pengelola maupun meneger di tingkat Puskesmas dan Kabupaten masih kurang serta tingginya beban kerja dan mutasi pengelola program. [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

60 b. Kelengkapan Laporan W1 dari Kab/Kota Tabel 3.6 Laporan W1 KLB Per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 Sumber: Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel. Bila terjadi KLB pada suatu daerah, maka harus ditindaklanjuti dengan pengiriman laporan KLB <24 jam (Laporan W1) secara berjenjang dari puskesmas ke kab/kota lalu ke provinsi dan disertai dengan penanggulangan KLB, dimana sudah mencapai 100 %. [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

61 c. Ketepatan Laporan W1 dari Kab/Kota Tabel 3.7. Ketepatan W1 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 NO KAB/KOTA Jumlah KLB Ketepatan Terkirim Ket 1 OKU ,00 2 OKI ,00 3 M. Enim ,00 4 Lahat Tidak ada KLB 5 MURA ,00 6 MUBA Tidak ada KLB 7 Banyuasin ,00 8 OKU Selatan Tidak ada KLB 9 OKU Timur ,00 10 Ogan Ilir ,00 11 Empat Lawang Tidak ada KLB 12 Palembang ,00 13 Prabumulih Tidak ada KLB 14 Pagaralam Tidak ada KLB 15 Lubuk Linggau Tidak ada KLB 16 PALI ,00 17 Muratara ,00 Jumlah ,00 Sumber: Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel. d. Jumlah Desa Terjadi Kejadian Luar Biasa di Provinsi Sumatera Selatan Pada tahun 2015, di Sumatera Selatan terjadi KLB sebanyak 26 desa di 10 Kabupaten/Kota, sedangkan Kab/kota yang tidak mengalami KLB yaitu Kabupaten Kota Pagaralam, Kota Lubuk Linggau, Kota Prabumulih, Kabupaten Empat Lawang, Kabupaten Lahat, Kabupaten MUBA dan Kab. OKUS. Adapun rincian per kabupaten/kota adalah sebagai berikut: [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

62 Tabel 3.8. Distribusi KLB Penyakit Menular dan Keracunan Per Kabupaten/Kota di Prov. Sumsel. Tahun 2015 Desa Beresiko Jumlah No Kabupaten KLB Tertular Penderita MGL AR CFR 1 OKU ,9 0 2 OKI , MUARA ENIM ,07 1,2 4 LAHAT MURA MUBA BANYUASIN , OKUS OKUT OGAN ILIR , EMPAT LAWANG PALEMBANG PRABUMULIH PAGAR ALAM LUBUK LINGGAU PALI Muratara ,2 0 Jumlah Sumber: Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel. Dari tabel di atas menunjukan Jumlah Desa KLB tahun 2015 sebanyak 26 Desa dengan Jumlah KLB sebanyak 26 kejadian dengan jumlah penderita 334 orang dan meninggal 9 orang (CFR 2.7) Desa terbanyak terjadi KLB di Kabupaten Banyuasin (6 desa) dan Kabupaten Muara Enim (6 Desa)., adapun CFR yang tinggi (100%) disebabkan oleh penyakit Rabies. [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

63 Perbandingan antara jumlah penderita dan jumlah desa yang terjadi KLB tahun 2003 s.d 2015 terlihat pada grafik dibawah ini : Grafik Perbandingan Frekuensi dan Penderita KLB Penyakit & Ker-Mak di Provinsi Sumatera Selatan dari Tahun Grafik Perbandingan Frekuensi dan Penderita KLB Penyakit di Provinsi Sumtera Selatan Tahun Penderita Desa Meninggal CFR 0,94 1,12 0,15 0,62 0,93 1,25 0 0,26 0,77 1,3 0, Sumber: Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel. Dari grafik diatas terlihat terjadi peningkatan CFR KLB pada tahun 2015 jika dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 123%, namum jumlah penderita dan frekuensi KLB menurun. Penurunan Frekuensi KLB dikarenakan pada tahun 2015 KLB di dominasi oleh penyakit rabies dan DBD yang jumlah penderitanya sedikit, sedangkan pada tahun 2014 KLB yang terbanyak yaitu penyakit campak dimana penderitanya lebih banyak. e. Distribusi KLB Penyakit Menular dan Keracunan Per Penyakit saat dilakukan penanggulangan. [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

64 Tabel 3.9. Distribusi KLB Penyakit Menular dan Keracunan Berdasarkan jenis Penyakit di Prov. Sumsel, Selama Tahun 2015 Penyakit Jml Desa Kasus Meninggal Rentan AR (%) CFR (%) Campak Kermak DBD Rubella Pertusis Rabies Hepatitis Jumlah Sumber: Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel. Terlihat dari table diatas penyakit yang terbanyak penyebab terjadi KLB adalah Penyakit keracunan makanan dan DBD, selama tahun 2015 frekuensi KLB sebanyak 26 kali KLB di 26 desa dan 10 Kab/Kota. Grafik Jumlah Desa Grafik KLB Per Penyakit di Provinsi Jumlah Desa Sumtera KLB Per Penyakit Selatan di Prov. Tahun Sumsel 2015 Tahun Campak Kermak DBD Rubella Rabies Campak Hepatitis Pertusis Desa Sumber: Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel. [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

65 f. Perbandingan CFR & AR Grafik Perbandingan Perbandingan CFR & AR KLB CFR di Prov. dan Sumsel AR Kasus KLB di Provinsi Sumatera dari Tahun 2000 Selatan Tahun CFR AR Sumber: Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel. Pada tahun 2015 Attack Rate (AR) sebesar 1 % menurun jika dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu sebesar 1,2%. Sedangkan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2.7 % meningkat 123% jika dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu sebesar 0.22%. Pada tahun 2015 kasus KLB yang terjadi terbanyak adalah penyakit keracunan Makanan dan DBD. Dimana DBD kasus yang terjadi sedikit sedangkan denominatornya adalah jumlah penduduk di Desa dimana KLB terjadi Demam Berdarah Dengue (DBD) Situasi Demam Berdarah di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2015 terjadi peningkatan kasus dibandingkan tahun Pada tahun 2015 jumlah kasus mencapai kasus (IR sebesar 42,6/ penduduk) dengan jumlah kematian sebanyak 16 kematian (CFR 0,47%). Sementara Pada tahun 2014 jumlah kasus mencapai kasus (IR sebesar 19/ penduduk) dengan jumlah kematian sebanyak 4 kematian (CFR 0,27%). Dari tabel diatas penemuan kasus DBD terbanyak untuk tahun 2015 yaitu di kota Palembang sebanyak 979 kasus, banyuasin 431 kasus, Prabumulih 330 kasus,. [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

66 Transportasi yang lancar,kota yang sangat berkembang serta pemukiman penduduk yang padat menyebabkan kota Palembang selama bertahun-tahun menjadi peringkat teratas dalam jumlah kasus Demam Berdarah Dengue. Jumlah kasus yang tinggi ditahun 2015 juga merupakan karena pengaruh pecahnya kabupaten yang semula berjumlah 15 kab/kota menjadi 17 kab/kota di Sumatera Selatan. Tujuan dari program kegiatan antara lain: Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat agar terhindar dari Penyakit Demam Berdarah Dengue; terselenggaranya kegiatan PemberantasanSarang Nyamuk (PSN) terutama 3 M plus secara berkesinambungan; Menurunkan angka kesakitan kurang dari 51/ ; dan angka kematian CFR < 1%, Membatasi wilayah penyebaran penyakit dan mengurangi wilayah endemis DBD, Angka bebas jentik (ABJ) 95 %. Sedangkan kegiatan yang dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2015 diantaranya: Penyemprotan Sarang nyamuk pada 135 Fokus; Pengadaan Uji Dengue IGg/Igm sebanyak 272 box. Kesenjangan antara target dan capaian indicator program DBD (P2B2) yang ada diantaranya: PSN 3M plus di masyarakat belum optimal; Pokjanal DBD belum optimal; Cuaca yang tak menentu serta tingginya curah hujan sehingga meningkatnya populasi nyamuk aedes; Laporan angka bebas jentik (ABJ) tidak semua kab/kota melaporkan ke provinsi; Perilaku hidup bersih dalam pengendalian nyamuk DBD yang masih kurang; Terlambatnya membawa pasien DBD ke pelayanan kesehatan yang ada karena alasan fasilitas yang jauh; Menganggap enteng demam biasa yang menjadi gejala klinis DBD; Kurangnya pengetahuan dan perilaku masyarajkat terhadap pengendalian DBD; dan Terbatasnya dana APBD provinsi untuk medukung kinerja program dalam pengendalian demam berdarah dengue (DBD). Tabel dibawah ini menunjukkan penemuan kasus DBD terbanyak untuk tahun 2015 yaitu di kota Palembang sebanyak 979 kasus, banyuasin 431 kasus, Prabumulih 330 kasus,. Transportasi yang lancar, kota yang sangat berkembang serta [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

67 pemukiman penduduk yang padat menyebabkan kota Palembang selama bertahuntahun menjadi peringkat teratas dalam jumlah kasus Demam Berdarah Dengue. Grafik Jumlah Kasus DBD per Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 Sumber: Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel. Transportasi yang lancar,kota yang sangat berkembang serta pemukiman penduduk yang padat menyebabkan kota Palembang selama bertahun-tahun menjadi peringkat teratas dalam jumlah kasus Demam Berdarah Dengue. Situasi Demam Berdarah di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2015 terjadi peningkatan kasus dibandingkan tahun Pada tahun 2015 jumlah kasus mencapai kasus (IR sebesar 42,6/ penduduk) dengan jumlah kematian sebanyak 16 kematian (CFR 0,47%). Sementara Pada tahun 2014 jumlah kasus mencapai kasus (IR sebesar 19/ penduduk) dengan jumlah kematian sebanyak 4 kematian (CFR 0,27%). Hal ini menunjukkan masih tingginya kasus DBD dibeberapa kab/kota provinsi Sumatera Selatan. Dapat dilihat bahwa pada tahun 2015 ini distribusi kelompok umur untuk penderita Demam Berdarah Dengue, yaitu kelompok umur 5-14 tahun dengan proporsi 43 % lebih banyak jumlahnya sama dengan tahun 2014 (42%). Perlunya promosi mengenai Penyakit Demam Berdarah serta pemberantasan nyamuk Demam Berdarah Dengue kepada seluruh aspek masyarakat terutama kelompok umur sekolah [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

68 dan pekerja, sehingga bisa diharapkan menurunnya jumlah kasus Demam Berdarah Dengue yang dimaksud. Proporsi yang tinggi pada laki-laki untuk terkena Demam Berdarah Dengue dibandingkan perempuan karena laki-laki mempunyai intensitas pekerjaan yang tinggi dan kurang perduli akan lingkungan sekitar terutama rumah tangga dalam pencegahan penyakit DBD dan PSN aktif dibandingkan perempuan terutama ibu rumah tangga. Tabel Distribusi Penemuan Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Perkabupaten / Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 No KABUPATEN /KOTA P TOTAL 1 OKU OKI Muara Enim LAHAT Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKUS OKUT Ogan ilir Empat Lawang Palembang Prabumulih PagarAlam Lubuk Linggau PALI MURATARA Propinsi 3, Sumber: Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel. M I.R. CFR [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

69 Grafik Jumlah Kasus DBD Kelompok Umur di Provinsi Sumatera Selatan Tahn 2015 Sumber: Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel. Grafik Distribusi Jenis Kelamin Kasus DBD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 Sumber: Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel Penyakit Diare Penyebab diare secara klinis dapat dikelompokkan kedalam 6 (enam) golongan besar adalah infeksi, malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi, dan sebab-sebab lain. Paling sering ditemukan dilapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan. Tujuan umum program pemberantasan diare yaitu menyelanggarakan kegiatan pengendalian penyakit diare dan ISP dalam rangka [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

70 menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat penyakit diare dan ISP di Sumatera Selatan bersama lintas program dan lintas sector terkait. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan diantaranya Sosialisasi dan advokasi LROA di kabupaten Ogan Ilir di 24 Puskesmas, Peningkatan Kapasitas petugas pelaksana LROA di Kabupaten Muara Enim di 26 Puskesmas. Namun dalam pelaksanaan program ada beberapa kesenjangan antara target dan capaian indikator program diare diantaranya belum semua kabupaten/kota menyediakan anggaran khusus untuk pengendalian penyakit diare; sistem pelaporan belum optimal, sering terlambat; belum semua pengelola program/tenaga kesehatan mendapat pelatihan tentang manajemen dan penanganan diare standar, sedangkan petugas yang sudah terlatih sering pindah (berganti-ganti); KIE belum aktif, yang salah satunya dikarenakan media KIE yang kurang; usulan permintaan logistic diare yang tidak sesuai kebutuhan serta distribusi dari gudang provinsi dan kabupaten/kota ke fasilitas pelayanan kesehatan sering kurang baik; sarana LROA di fasilitas pelayanan kesehatan banyak yang sudah lama tidak aktif; CFR jika terjadi KLB diare masih tinggi, dikarenakan penanganan diare yg kurang cepat dan tata laksana diare di rumah tangga khususnya pada balita yang belum standar; Advokasi dan sosialisasi program Diare dan ISP masih kurang di semua jenjang; Penemuan kasus belum optimal (kendala penunjang diagnosis); Reagen, bahan dan alat periksa laboratorium untuk hepatitis dan tifoid belum tersedia di puskesmas; Pelayanan medis, biaya pengadaan penunjang medis sangat minim, belum tersedia standar pencatatan dan pelaporan, serta pencatatan dan pelaporan hepatitis dan tifoid di setiap jenjang belum baik. [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

71 Grafik DISTRIBUSI KASUS DIARE PER KAB / KOTA PROV. SUMSEL TAHUN Ket: Berdasarkan data laporan yg masuk, kab/kota yang tinggi kasus diarenya adalah Palembang, Banyuasin, OKI dan Muara Enim (dikarenakan jmlh penduduknya yg memang besar, rata-rata penduduknya yang bertempat tinggal di daerah aliran sungai serta sistem pencatatan dan pelaporan yang sudah baik) Sumber: Bidang Bina Pengendalian Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel TREND KEJADIAN DIARE PROV SUMSEL Grafik TAHUN Trend 2015 Kejadian Diare Prov. Sumsel Tahun 2015 Ket : Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa trend kasus diare di Sumatera Selatan untuk tahun 2015 mengalami peningkatan kasus pada bulan Oktober karena sudah memasuki musim kemarau, namun dapat ditanggulangi sehingga kasus mengalami penurunan pada bulan november dan desember Sumber: Bidang Bina Pengendalian Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

72 Grafik 3.35 CAKUPAN PELAYANAN DIARE PER KAB / KOTA PROV. SUMSEL TAHUN 2015 Sumber: Bidang Bina Pengendalian Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel Penyakit Menular Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Dalam pemberantasan penyakit melalui program surveilans, salah satu yang menjadi tanggungjawab untuk dilakukan pengamatan adalah Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Adapun penyakit-penyakit yang diamati adalah Penyakit Polio, Campak, Tetanus Neonatorum dan Difteri. Tahapan pemberantasan penyakit meliputi tahap Reduksi (menurunkan angka kesakitan serendah-rendahnya), tahap Eliminasi (menekan sampai sekecil-kecilnya) dan terakhir tahap eradikasi (membebaskan dunia dari suatu Penyakit). Walaupun tidak semua penyakit dapat dibebaskan. Hal ini terkait dengan beberapa factor diantaranya host penyebab penyakit, tersedianya vaksin (pencegahan), sifat virus/bakteri, dan lain sebagainya AFP Rate (Non Polio) < 15 Tahun Pada pemberantasan penyakit Polio, saat ini sudah memasuki tahap eradikasi. Agenda WHO, pada tahun 2016 dunia diperkirakan dapat mencapai bebas Polio. Negara Indonesia baru akan melaksanakan pada tahun Dalam hal pencatatan dan pelaporan surveilans AFP diintegrasikan dengan pencatatan dan pelaporan kasus Campak, Tetanus Neonatorum dan Difteri. Hal ini untuk lebih efektifnya pelaksanaan [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

73 kegiatan surveilans AFP terutama di unit pelayanan kesehatan (puskesmas dan rumah sakit). Untuk pemberantasan/pencegahan kasus Folio, selain kegiatan imunisasi, juga dilaksanakan surveillance AFP (Accute Flaccid Paralysis) untuk menemukan kasus polio liar (AFP). Pada tahun 2015 tidak ditemukan kasus AFP (Accute Flaccid Paralysis). Penemuan kasus pada tahun 2015 mencapai target yang ditetapkan dalam 1 tahun yaitu 54 kasus dengan AFP non Polio rate sebesar 2.3 per anak usia < 15 tahun. Pencapaian kinerja Surveilans AFP pada tahun 2015 mengalami peningkatan penemuan kasus (AFP non Polio rate) namun pencapaian specimen adekuat mengalami penurunan sebesar 7.4% jika dibanding tahun 2014 (2014: 94.4%, 2015 : 87%). Demikian pula untuk pencapaian kelengkapan laporan tahun 2015 mengalami peningkatan yaitu dari 69% pada tahun 2014 menjadi 84.3% pada tahun Penemuan kasus AFP pada tahun 2015 mencapai 54 kasus (target : 47 kasus) dengan AFP rate 2.3 per anak usia < 15 tahun. Pencapaian spesimen adekuat sebesar 87%. Pencapaian Kinerja Surveilans AFP dapat dilihat pada grafik dibawah ini : [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

74 Tabel Kinerja Surveilans AFP Januari-Desember Tahun 2015 No. KAB./KOTA MINIMAL KASUS AFP SATU TAHUN JUMLAH KASUS AFP INDIKATOR NonPolio AFP Rate Spesimen Adekuat TAHUN 2015 VIRUS POLIO LIAR KLASIFIKASI KOMPATIBEL BUKAN POLIO VACCINE DERIVED POLIO VIRUS PENDING KELENG KAPAN LAPO RAN (%) PUSKESMAS 01 Palembang , Prabumulih 1 2 4, Muba 4 3 1, OKI 4 1 0, OKU 2 4 4, Muara Enim 3 6 4, Lahat 2 2 2, Musi Rawas 3 3 2, Pagar Alam 1 0 0, L. Linggau 1 2 4, Banyuasin 5 5 2, Ogan Ilir ,00 83, OKU Timur 4 2 1, OKU Selatan 2 0 0, Lawang 1 0 0, Penukal Abab Lematang Ilir 1 0 0, Musi Rawas Utara 1 2 4, SUMSEL ,30 87, Sumber : Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel. : NP AFP Rate <1 atau Spec.adek<60% : Kelengkapan Laporan PKM & RS 1%- <60% : NP AFP Rate 1-1,9 atau Spec.adek60-79% : Kelengkapan Laporan PKM & RS 60% - 90% : NP AFP Rate >=2 atau spec.ade >= 80% : Kelengkapan Laporan PKM & RS 90%-100% Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dalam hal penemuan kasus pada tahun 2015 mencapai target yang ditetapkan dalam 1 tahun yaitu 54 kasus dengan AFP non Polio rate sebesar 2.3 per anak usia < 15 tahun. Pencapaian kinerja Surveilans AFP pada tahun 2015 mengalami peningkatan penemuan kasus (AFP non Polio rate) namun pencapaian specimen adekuat mengalami penurunan sebesar 7.4% jika dibanding tahun 2014 (2014: 94.4%, 2015 : 87%). Demikian pula [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

75 untuk pencapaian kelengkapan laporan tahun 2015 mengalami peningkatan yaitu dari 69% pada tahun 2014 menjadi 84.3% pada tahun Campak Indonesia sudah melaksanakan penguatan surveilans campak sejak tahun 2006, dan pada tahun 2009 mulai melaksanakan konfirmasi laboratorium terhadap 20% klinis campak dan saat ini berlaku 50% bagi provinsi dengan klinis yang masih cukup tinggi (termasuk Provinsi Sumatera Selatan) dan 100% pada provinsi dengan klinis yang sudah mulai sedikit. Terjadi fluktuasi kasus klinis campak setiap tahunnya,dimana pada tahun 2014 klinis campak yang terlaporkan meningkat menjadi 802 kasus dengan kelengkapan laporan surveilans campak (C-1) hanya sebesar 77%. Sementara pada tahun 2015 kasus yang terlaporkan sebanyak 536 kasus dengan kelengkapan laporan (C-1) hanya sebesar 71.5%. Dengan asumsi jumlah kasus klinis campak tahun 2015 belum menggambarkan kondisi yang sebenarnya dimasyarakat. Pelaksanaan surveilans campak meliputi pengumpulan data rutin dan KLB menggunakan formulir C1 yang terintegrasi dengan kasus AFP dan Tetanus Neonatorum. Selain itu kasus campak mulai bulan Juli 2009 dilaksanakan Cases Based Méaslles Surveilance (CBMS) dengan konfirmasi laboratorium sebanyak 20% total kasus rutin dalam 1 tahun. Namun karena negara kita akan menuju Eliminasi Campak pada tahun 2020, maka mulai tahun 2013 persentase klinis Campak yang dilakukan konfirmasi laboratorium menjadi sebesar 50%. Adapun pencapaian kinerja surveilans campak dapat dilihat pada grafik dan tabel dibawah ini. [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

76 Tabel Kinerja Surveilans Campak Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 Kinerja Surveilans Campak Target Realisasi a. Kasus campak dengan hasil laboratorium negatif IgM (Campak & Rubella) 2 / populasi 0.55 per b. Kasus Campak dilakukan pemeriksaan spesimen 50 % 27.9% c. d. Spesimen tiba di laboratorium dalam 5 hari setelah diambil & hasil laboratorium diterima dalam 4 hari setelah diperiksa lab KLB Campak dilakukan Penyelidikan Epidemiologi dan Pemeriksaan 80% 100% 100% e. KLB Campak diperiksa virologi 80% 37.5% f. Kelengkapan laporan mingguan dan bulanan 90% 84.3%, 77.9% Sumber : Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel. Grafik Penemuan Kasus campak rutin di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2011 sampai dengan 2015 Sumber : Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel. Dari grafik diatas terlihat adanya penurunan angka klinis campak dari tahun 2011 ke tahun 2013 namun pada tahun 2015 mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu 337,6% dari 317 kasus meningkat menjadi 536 kasus pada tahun Dan hal ini juga ditunjukkan dengan adanya peningkatan kelengkapan laporan C-1 (kasus campak rutin) dari puskesmas jika dibandingkan sebelum adanya penguatan surveilans campak (penguatan surveilans campak dimulai sejak tahun 2006).Pada tahun 2013 terjadi penurunan kasus yang diikuti dengan penurunan kelengkapan laporan C1, sehingga belum dapat dipastikan rendahnya jumlah kasus [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

77 adalah yang sebenarnya terjadi di masyarakat. Demikian juga pada tahun 2015 ada sedikit peningkatan sebesar 7% pada kelengkapan laporan C1 namun peningkatan jumlah klinis campaknya sangat tinggi sebesar 337,6%. Peningkatan kilinis campak belum tentu adalah Campak yang sebenarnya oleh karena itu perlu dilakukan konfirmasi laboratorium untuk pemastian. Dari grafik dibawah dapat dilihat bahwa kasus terbanyak setiap tahunnya terjadi pada kelompok umur > 5 tahun yaitu sebesar >51% (data tahun 2014), jika dibanding pada kelompok umur < 4 tahun (49%). Pencapaian tahun 2015 mengalami peningkatan persentase dengan komposisi yang sama yaitu kelompok umur > 5 tahun menjadi 59.5% dan kelompok umur < 4 tahun yaitu sebesar 40.5%. Grafik Penemuan Kasus campak Rutin Menurut Kelompok Umur di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Sumber : Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel. Pada grafik dibawah terlihat bahwa >50% kasus sudah pernah mendapat imunisasi campak, sisanya belum mendapat imunisasi (tidak imunisasi maupun tidak tahu). Dari > 50% yang sudah mendapat imunisasi, ada beberapa faktor yang menyebabkan anak-anak tetap terkena campak diantaranya rantai dingin vaksin, dan faktor evikasi vaksin (evikasi vaksin campak 85%) dimana vaksin yng disuntikkan tidak 100% memberikan kekebalan pada anak. Dan terlihat bahwa kelompok kasus yang belum mendapat imunisasi [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

78 semakin kecil setiap tahunnya. Dan harus tetap ditingkatkan kualitas pemberian imunisasi baik cakupan maupun vaksin. Grafik Status Imunisasi Penderita Klinis Campak Pada Semua Kelompok Umur di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 Sumber : Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel. Dari grafik dibawah terlihat bahwa komposisi kelompok umur pada hasil yang positif campak adalah terbesar pada usia > 5 tahun yaitu sebesar 62,5% sementara usia < 5 tahun hanya sebesar 37.5%. Demikian pula untuk yang positif Rubella kelompok usia > 5 tahun sebesar 84% lebih besar jika dibandingkan dengan kelompok umur < 5 tahun (16%). Dapat disimpulkan bahwa anak-anak yang terkena campak sudah bergeser pola epidemiologinya pada kelompok usia > 5 tahun dan sebagiannya bukan lagi campak namun Rubella yang mempunyai gejala yang mirip dengan campak. [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

79 Grafik Kasus Campak (CBMS) Menurut Kelompok Umur dengan Konfirmasi Laboratorium di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 Sumber : Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel. Dari grafik dibawah menunjukkan bahwa pada tahun 2015 penurunan frekuensi KLB yang dilaporkan dibanding pada tahun 2014 dimana dari 8 frekuensi yang dilaporkan menunjukkan hasil positif campak sebesar 12.5%, positif Rubella 62.5%. Hal ini menunjukkan bahwa kasus Rubella sudah mulai meningkat di masyarakat. Dan harus diwaspadai apabila virus Rubella menginfeksi wanita yang sedang mengalami kehamilan terutama trisemester pertama karena dapat menyebabkan Congenital Rubella Syndrome. Grafik Jumlah KLB dan Hasil Konfirmasi laboratorium Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Sumber : Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel. [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

80 Tabel Hasil Case Base Measles Surveillance, Di Sumatera Selatan, 2015 Hasil Laboratorium Jml Spes yg Bulan Rubella Campak & Campak & diterima lab Campak(+) (+) Rubella (+) Rubella (-) Equivocal Pending Januari Febrfuari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Sumber : Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel. Dari tabel diatas, bahwa hasil serologis pada 150 kasus klinis campak yang dilakukan konfirmasi laboratorium di Sumsel ternyata 24 kasus IgM (+) campak (16%), IgM(+) Rubella sebesar 31 kasus (21%), Campak & Rubella (-) sebesar 66 kasus (44%), Equivocal campak dan rubella 18 kasus (12%) dan masih ada 7% yang belum ada hasilnya Surveilans Tetanus Neonatorum Pelaksanaan surveilans Tetanus Neonatorum melalui formulir T2 yang dikompilasikan ke dalam laporan integrasi menunjukkan adanya peningkatan jumlah kasus jika dibandingkan dengan penemuan kasus pada tahun sebelumnya ( Th.2011 : 8 Kasus, 4 kematian; Th : 6 kasus, 4 kematian; Th kasus, 1 kematian dan tahun kasus dengan 1 kematian ). Penemuan kasus Tetanus Neonatorum tahun 2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini: [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

81 Grafik Penemuan Kasus Tetanus Neonatorum Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015 Sumber : Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel. Grafik Penemuan kasus Tetanus Neonatorum yang meninggal Per Kab/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 Sumber : Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel. Dari grafik diatas terlihat bahwa masih ada beberapa kab/kota yang melaporkan adanya kejadian Tetanus Neonatorum yaitu Kab. Muara Enim, dan Kab. Banyuasin dengan total kasus sebanyak 5 kasus dengan 1 kematian (CFR : 20%). Dari 5 kasus Tetanus Neonatorum yang terlaporkan, dilakukan penyelidikan epidemiologi dengan hasil bahwa 100% ibu tidak mendapat imunisasi TT saat hamil 100% penolong persalinan adalah dukun, 100% pemotongan tali pusat menggunakan bambu dengan perawatan tali pusat menggunakan ramuan. [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

82 Surveilans Difteri Kasus Difteri yang terdiagnosa di rumah sakit pada tahun 2014 sebanyak 3 kasus dengan 1 kematian (CFR : 33.3%). Dan untuk tahun 2015 penemuan kasus dapat dilihat pada grafik dibawah ini : Grafik Penemuan Kasus Difteri Per Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 Sumber : Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel. Dari grafik diatas terlihat bahwa terdapat 3 kabupaten/kota yang melaporkan adanya kasus Difteri yaitu Kota Palembang, kab. Ogan Komering Ilir dan Kab. Ogan Ilir dengan total kasus sebanyak 5kasus dan 0 kematian (CFR: 0%) Epidemiologi Penyakit Tidak Menular Indonesia mengalami transisi epidemiologi penyakit dan kematian yang disebabkan oleh gaya hidup, meningkatnya sosial ekonomi dan bertambahnya harapan hidup. Pada awalnya, penyakit didominasi oleh penyakit menular namun saat ini penyakit tidak menular (PTM) terus mengalami peningkatan dan melebihi penyakit menular. Tingginya permasalahan PTM di indonesia memerlukan upaya pengendalian yang memadai dan komprehensif melalui promosi, deteksi dini, pengobatan, dan rehabilitasi. Upaya tersebut perlu didukung oleh penyediaan data dan informasi yang tepat dan akurat secara sistemtis dan terus menerus melalui sistem surveilans yang baik, Hal ini sesuai dengan amanat UU no 36 tahun 2009 pasal 158 tentang [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

83 Pengendalian Penyakit Tidak menular. Dengan surveilans PTM yang baik makan program pencegahan dan pengendalian PTM berlangsung lebih efektif baik dalam hal perencanaan, pengendalian, monitoring, dan evaluasi program serta sebagai ide awal penelitian. Kasus penyakit PTM terbanyak adalah hipertensi dengan jumlah kasus kasus, kedua tertinggi adalah cedera akibat kecelakaan lalu lintas yaitu kasus. Ketiga tertinggi adalah penyakit asma bronkiale dengan kasus, disusul oleh Diabetes Mellitus dnegan kasus, dan osteoporosis sebanyak kasus. Angka kejadian penyakit tidak menular khususnya kanker pada wilayah provinsi Sumatera Selatan tahun Lima penyakit kanker terbanyak yaitu kanker serviks, kanker payudara, kanker hati, leukimia, dan kanker kolorektal. Program pengendalian Penyakit Tidak Menular di Sumatera Selatan pada tahun 2015 masih memiliki banyak kendala terutama mengenai pelaporan rutin setiap bulan. Perlu dilakukan sosialisasi mengenai format baru pelaporan PTM untuk tingkat puskesmas dan rumah sakit. Program PPTM yang melibatkan banyak lintas program dan lintas sektor perlu mendapatkan perhatian dari banyak pihak sehingga jejaring kemitraan PPTM dan KTR dapat terbentuk, dan program PPTM dapat berjalan dengan lancar. Peraturan daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) masih memiliki banyak kendala terutama dalam hal penerbitan peraturan daerah. Perlu diusulkan pertemuan advokasi untuk kawasan tanpa rokok untuk kabupaten/kota lainnya, yang pada tahun 2015 telah dilaksanakan di 2 kabupaten/kota terpilih yaitu: kabupaten Banyuasin dan Ogan Ilir. [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

84 Grafik Kasus Penyakit Tidak Menular di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2014 Sumber: Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel Grafik Angka Kejadian Penyakit Tidak Menular Khususnya Kanker Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 Sumber: Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov. Sumsel 3.3. STATUS GIZI MASYARAKAT Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator, antara lain bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Status Gizi Balita, Status Gizi Wanita Usia Subur, Kurang Energi Kronik (KEK), dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Upaya perbaikan gizi masyarakat sebagaimana tercantum di dalam UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi dan peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Visi pembangunan gizi sendiri adalah [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

85 mewujudkan keluarga mandiri sadar gizi untuk mencapai status gizi keluarga yang optimal. Keadaan gizi dapat dipengaruhi oleh keadaan fisiologis, dan juga oleh keadaan ekonomi, sosial, politik dan budaya. Pada saat ini, selain dampak dari krisis ekonomi yang masih terasa, juga keadaan dampak dari bencana nasional mempengaruhi status kesehatan pada umumnya dan status gizi khususnya. Keadaan gizi meliputi proses penyediaan dan penggunaan gizi untuk pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan dan aktifitas. Kurang gizi dapat terjadi dari beberapa akibat, yaitu ketidakseimbangan asupan zat-zat gizi, faktor penyakit pencernaan, absorpsi dan penyakit infeksi. Masalah gizi terjadi disebabkan oleh banyak faktor yang saling berkaitan satu sama lain. Faktor penyebab ini dikelompokkan Penyebab langsung yaitu intake konsumsi bahan makanan dan infeksi. Namun secara umum sebelum terjadi masalah gizi selalu didahului oleh situasi tertentu seperti gagal panen, dan peningkatan harga pangan. Saat ini pola konsumsi makanan beragam, bergizi seimbang dan aman telah bergeser menjadi pola konsumsi makanan cepat saji yang tinggi kadar lemak jenuh, tinggi garam dan gula serta miskin serat makanan. Peningkatan pendapatan keluarga membawa perubahan gaya hidup baik pola konsumsi juga aktivitas fisik karena didukung kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. Masalah gizi dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat apabila besarannya diatas ambang batas yang telah ditetapkan. Secara universal ambang batas masalah kesehatan masyarakat untuk setiap masalah gizi seperti pada tabel berikut. Batas masalah kesehatan masyarakat tersebut dipakai untuk menentukan arah dan pentahapan pembinaan gizi jangka panjang. [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

86 Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Pencapaian dari indikator status gizi masyarakat tahun 2015 dilihat dari kasus bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yaitu kurang dari gram yang merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu : BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau BBLR karena intrauterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetap berat badannya kurang. Dinegara berkembang banyak BBLR dengan IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, Anemia, Malaria dan menderita Penyakit Menular Seksual (PMS) sebelum konsepsi atau pada saat hamil. Grafik Jumlah Kasus Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Per Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan Tahun 2015 Sumber: Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov. Sumsel Kasus bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Provinsi Sumatera Selatan banyak terjadi di Kota Palembang. Jumlah kasus yang dilaporkan di Kota Palembang sebanyak 319 kasus, sementara beberapa kabupaten kota tidak melaporkan kasus Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Hal tersebut dapat dikarenakan Kota Palembang system pencatatan dan pelaporan sudah lebih baik dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya, karena mudahnya akses informasi di Ibukota Provinsi Sumatera Selatan tersebut. [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

87 BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN Sesuai dengan tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan yaitu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagi upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Berikut ini akan diuraikan beberapa upaya pelayanan kesehatan selama tahun PELAYANAN KESEHATAN Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif. Pelayanan promotif adalah upaya meningkatkan kesehatan masyarakat ke arah yang lebih baik lagi dan yang preventif mencegah agar masyarakat tidak jatuh sakit dan terhindar dari penyakit. Upaya - upaya dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dilihat melalui indikator angka kematian ibu, angka kematian anak dan balita, serta usia harapan hidup. Beberapa upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan untuk mencapai indikator tersebut seperti pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan ibu dan bayi, pelayanan kesehatan anak sekolah dan remaja serta pelayanan keluarga berencana Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Pelayanan kesehatan ibu meliputi pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan, pelayanan terhadap ibu hamil risiko tinggi dirujuk, kunjungan neonatus dan kunjungan bayi. Berikut sasaran program Ibu dan Anak yang dijalankan yaitu Meningkatnya pelayanan antenatal terpadu berkualitas; Meningkatnya persalinan ditolong oleh tenaga [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

88 kesehatan di fasilitas kesehatan tingkat pertama; Penanganan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas di tingkat pertama dalam mendukung rujukan ke tingkat lanjutan; Meningkatnya Pelayanan KB berkualitas, terutama KB pasca persalinan; Meningkatnya pelayanan kesehatan reproduksi terpadu yang responsif gender; Penguatan manajemen program kesehatan ibu dan reproduksi. Dengan sasaran pelayanan adalah sebagai berikut : Ibu Hamil, bersalin dan nifas; Wanita Usia Subur; Pasangan Usia Subur; Pengelola program kesehatan ibu dan reproduksi; Lintas program dan lintas sektor terkait serta Unsur organisasi profesi. Sedangkan Sasaran Program anak diantaranya Meningkatnya Kualitas Pelayanan Kesehatan Bayi; Meningkatnya Pelayanan Kesehatan Anak Balita Dan Pra Sekolah; Meningkatnya Pelayanan Kesehatan Bagi Anak Usia Sekolah Dan Remaja; Meningkatnya Yan Kes Bagi Anak Yang Membutuhkan Perlindungan Khusus. Dengan Sasaran Pelayanan : Bayi baru lahir /Neonatal ( 0-28 hari); Bayi ( usia 29 hari 11 bulan ); Anak balita (usia tahun); Anak prasekolah (usia bulan); Anak usia sekolah ( usia 6 18 tahun); Anak Remaja (usia tahun); Anak yang membutuhkan perlindungan khusus (0-18 tahun) Pelayanan Antenatal (K1 dan K4) Pelayanan kesehatan antenatal merupakan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1 dan K4. Pada gambar di bawah ini terlihat bahwa Cakupan K1 di Provinsi Sumatera Selatan sampai dengan bulan Desember 2015 mencapai 98,08%. Cakupan K1 tertinggi dicapai kabupaten Lahat (100,%), dan Kota Lubuk Linggau (100%), diikuti oleh Kota Palembang (99,92%) dan Kab. OKI (99,85%). Sedangkan cakupan terendah dicapai [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

89 oleh kabupaten Empat Lawang (96,0%), kemudian diikuti oleh Kab. (95,8%) dan Kabupaten Banyuasin (95,7%). Ogan Ilir Grafik 4.1. Cakupan Pelayanan K1 di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 Muratara Palembang Oku Lubuk Linggau OKU TimurOki Banyuasin Lahat Prabumulih Pagar Alam Musi Banyuasin Ogan Ilir PALI OKU Selatan Empat Lawang 82,18 102,13 100,46 99,85 99,74 99,74 99,26 98,09 97,81 96,94 96,88 96,28 96,27 95,54 94,58 91,86 91, Musi Rawas Muara Enim Sumber: Bidang Bina Pelayanan Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel. Cakupan K4 sampai dengan bulan Desember 2015 di Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada Pada gambar di samping. terlihat bahwa Cakupan K4 di Provinsi Sumatera Selatan sampai dengan bulan Desember 2015 mencapai 93,86%. Cakupan tertinggi dicapai oleh Kab. Lahat 98 % diikuti Kota Palembang (97,46%), kemudian diikuti oleh kota Lubuk Linggau (95,66%) dan Kota Prabumulih (95,40%). Sedangkan cakupan terendah ada di kabupaten Muara Enim (90,82%), kemudian diikuti kabupaten Musi Rawas (90,25%) dan Kab. Musi Rawas Utara (86,07%). Grafik 4.2. Cakupan Pelayanan K4 di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 MURATARA Musi Rawas Muara Enim Empat Lawang Pagar Alam OKU Musi Banyuasin PALI Ogan Ilir OKI OKU Timur Provinsi Banyuasin OKU Selatan Prabumulih Lubuk Linggau Palembang Lahat Sumber: Bidang Bina Pelayanan Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel. [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

90 Pada gambar di atas terlihat bahwa masih terjadi gap/selisih antara K1 dan K4 di Provinsi Sumatera Selatan berkisar antara 0,9% - 6,34%. Walaupun selisih K1 dengan K4 masih dibawah 10%, namun tetap harus menjadi perhatian bahwa masih ada ibu hamil yang pemeriksaan kehamilannya belum mencapai 4 kali selama kehamilannya. Kunjungan 4 x (K4) selama kehamilan ditargetkan 95% pada tahun 2015, namun pencapaian K4 pada ,86 % dikarenakan sasaran Bumil pada tahun yang sama memang belum mendapatkan pelayanan sebanyak 4 x dan akan di akumulasikan pada tahun berikutnya (pada dasarnya kesenjangan 1,14 % hanya validasi data belum aktual. Jika dibandingkan dengan jumlah kasus kematian, ada beberapa kabupaten kota yang cakupan K1 dan K4 sudah mencapai target bahkan melebihi namun jumlah kasus kematiannya juga masih cukup tinggi, hal inilah yang menjadi perhatian khsusus program kesehatan ibu sebagai acuan untuk melaksanakan berbagai upaya kegiatan yang mempunyai daya ungkit menurunkan jumlah kasus kematian tersebut Pertolongan Persalinan oleh Nakes dengan Kompetensi Kebidanan Indikator ini merupakan pelayanan pertolongan persalinan yang bersih dan aman oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan meng-grafik-kan kemampuan Manajemen program KIA dalam pertolongan persalinan sesuai standar. Pada gambar di bawah ini terlihat bahwa cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Provinsi Sumatera Selatan sampai dengan bulan Desember 2015 mencapai 92.8%. Capaian cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten/Kota berkisar antara 88.9% - 96,4 %, dimana capaian tertinggi ada di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (96,4%), kemudian diikuti oleh Kota Palembang (95,3%) dan Kabupaten Lahat (95,0%). Sementara capaian terendah terjadi di Kabupaten Ogan Ilir (90%) dan Musi Rawas (88,9%). [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

91 Grafik 4.3. Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 Musi Rawas Musi Banyuasin Ogan Ilir Empat Lawang Banyuasin OKU TimurOKU PrabumulihOKI Provinsi MURATARA Pagar Alam Lubuk Linggau Muara Enim PALI Palembang Lahat OKU Selatan 88,9 90,0 90,3 90,4 91,8 91,9 92,1 92,1 92,6 92,8 93,2 93,2 93,7 94,6 94,8 95,0 95,3 96,4 84,0 86,0 88,0 90,0 92,0 94,0 96,0 98,0 Sumber: Bidang Bina Pelayanan Kesehatan Dinkes Prov. Sumsel Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Indikator yang digunakan dalam capaian ini adalah cakupan pelayanan pasca persalinan dan kelahiran yang di tangani oleh tenaga kesehatan, tingkat perlindungan ibu nifas dan menggambarkan kemajuan manajemen atau kelangsungan program KIA. Cakupan Pelayanan Nifas di Provinsi Sumatera Selatan sampai dengan Bulan Desember 2015 mencapai 91,04%. Cakupan Pelayanan Nifas di Kabupaten/Kota berkisar antara 85,0% - 95,3%. Pada gambar dibawah ini dapat dilihat bahwa Capaian KF tertinggi tedapat di Kota Palembang (95,3%), kemudian diikuti oleh kab. OKU Selatan (95,3%) dan Kabupaten Muara Enim (94,4%). Sedangkan cakupan terendah terjadi di Kota Lubuk Linggau (85,9%), dan Kabupaten Musi Banyuasin (85%). Cakupan Kunjungan Nifas tahun 2015 mengalami sedikit peningkatan dibandingkan dengan cakupan kunjungan nifas di tahun 2014, hal ini disebabkan oleh akses terhadap pelayanan sudah terpenuhi dan kedua tenaga kesehatan yang bertugas dilapangan/bidan sudah melakukan pelayanan nifas berkualitas dengan melakukan kunjungan ke rumah sekaligus melakukan pelayanan/kunjungan neonatus. [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

92 Grafik 4.4. Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 Musi Banyuasin Lubuk Linggau OKU Timur Musi Rawas MURATARA Ogan Ilir Lahat Empat LawangOKI OKU Provinsi Banyuasin Prabumulih Pagar Alam Muara Enim PALI OKU Selatan Palembang 85,0 85,9 87,9 88,2 88,5 88,9 89,9 90,2 90,2 91,0 91,0 91,7 92,6 92,7 93,6 94,4 95,3 95,3 75,0 80,0 85,0 90,0 95,0 100,0 Sumber: Bidang Bina Pelayanan Kesehatan Dinkes Prov. Sumsel Persentase Penanganan Komplikasi Indikator ini merupakan capaian komplikasi yang mendapatkan penanganan definitif sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih pada tingkat pelayanan emergency kebidanan dan neonatal dasar (PONED) dan komprehensif (PONEK) yang dapat dijangkau serta mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional kepada ibu (hamil, bersalin, nifas) dengan komplikasi. Cakupan pelayanan penanganan komplikasi di provinsi sumatera selatan pada akhir desember 2015 mencapai 55,94% bila dibandingkan dengan tahun 2014 mengalami penurunan yaitu : 65,95%. Capaian tertinggi di kota Pagar Alam yaitu 96,48% dan terendah di kabupaten Lahat yaitu sebesar 7,94%. Disparitas antara penanganan komplikasi ini disebabkan karena sasaran yang ditangani tidak terakses oleh tenaga kesehatan. Penanganan Komplikasi (PK) yang ditargetkan 70% pada tahun 2015, namun pencapaian PK hanya 55,94 % (kesenjangan %) ini [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

93 dikarenakan kompetensi Nakes dalam pengenalan kegawatdaruratan serta penanganannya belum maksimal serta sistem rujukan tingkat lanjut yang belum terlaksana dengan baik. Grafik 4.5. Cakupan Pelayanan Penanganan Komplikasi Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 MURATARA Lahat OKU Selatan Empat Lawang OKU Timur PALI Musi Banyuasin Ogan Ilir Provinsi Banyuasin Muara Enim Palembang Prabumulih Pagar Alam OKU Musi Rawas OKI Lubuk Linggau 7,94 9,85 14,53 20,70 21,19 25,50 46,22-3,00 7,00 17,00 27,00 37,00 47,00 57,00 67,00 77,00 87,00 97,00 55,10 55,94 58,07 59,81 64,10 68,21 70,68 81,38 85,37 93,11 96,48 Sumber: Bidang Bina Pelayanan Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel Cakupan Pelayan Pertama Neonatus (KN1) Neonatus adalah bayi berumur 0-28 hari. Indikator KN1 adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6-48 jam setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator ini dapat diukur melalui akses / jangkauan pelayanan kesehatan Neonatal. Cakupan pelayanan pertama Neonatus (KN1) di Provinsi Sumatera selatan sampai dengan bulan desember tahun 2015 adalah 94,0%. Pada gambar dibawah terlihat capaian pelayanan pertama Neonatus (KN1) terdapat di Kabupaten Pali 98,9% kemudian diikuti oleh selatan 98,3% dan Kota Lubuk Linggau sebesar 97,3%. Sedangkan capaian terendah terdapat di Kabupaten Musi Banyuasin (87,0), Kab. OKU Timur (86,8) dan Kab. Musi Rawas Utara (86,1%). [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

94 Grafik 4.6. Cakupan Pelayanan Pertama Neonatus (KN1) di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 KN 1 100,0 98,0 96,0 94,0 93,0 94,0 94,4 94,5 95,2 96,6 96,7 97,0 97,0 97,1 97,2 97,3 98,3 98,9 92,0 90,0 89,8 88,0 86,0 84,0 82,0 80,0 86,1 86,8 87,0 78,0 MURATARA OKUT MUBA BANYUASIN PAGARALAM PROVINSI OKU MUARA ENIM MURA PALEMBANG LAHAT PRABUMULIH OGAN ILIR Sumber: Bidang Bina Pelayanan Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel EMPAT LAWANG OKI LUBUK LINGGAU OKUS PALI Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal (PKn) Indikator ini menunjukkan kemampuan Sarana pelayanan kesehatan dalam menangani kasus kegawat daruratan Neonatal, yang kemudian ditindak lanjuti sesuai dengan kewenangannya atau di rujuk Ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.cakupan PKn Adalah cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani oleh tenaga kesehatan yang terlatih sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Berdasarkan laporan yang diterima dari pengelola data Dinas kesehatan Kabupaten/Kota, Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal (PKn) untuk Provinsi Sumatera Selatan sampai dengan bulan desember 2015 adalah 52,8%, capaian ini cukup bervariasi antara kabupaten / kota, terlihat pada grafik berikut : Grafik 4.7. Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun PALI 1,7 3 BANYUASIN 12,8 14,8 21,8 EMPAT LAWANG LAHAT MURATARA Neo Komplikasi 40,9 33,434,4 52,8 55,159,361,2 Sumber: Bidang Bina Pelayanan Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel OKUS OKUT MUBA PROVINSI OKU MURA OGAN ILIR 72,7 75,978,580,4 PAGARALAM LUBUK LINGGAU OKI PALEMBANG 85,5 PRABUMULIH 99,5 MUARA ENIM [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

95 Cakupan Pelayanan Bayi (KBy) Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam melindungi bayi sehingga kesehatannya terjamin melalui penyediaan pelayanan kesehatan. Cakupan kunjungan bayi ini Adalah cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna minimal 4 kali yaitu 1 kali pada umur 29 hari 2 bulan, 1 kali pada umur 3 5 bulan, dan satu kali pada umur 6 8 bulan dan 1 kali pada umur 9 11 bulan sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan kunjungan Bayi untuk Provinsi Sumatera Selatan sampai dengan bulan desember tahun 2015 adalah 92,9 %. Capaian kunjungan bayi untuk kabupaten/kota pada tahun 2015 sebagian besar masih dibawah target, hal ini bias di lihat pada Grafik di bawah. Grafik 4.8. Cakupan Pelayanan Bayi di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 Sumber: Bidang Bina Pelayanan Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel Cakupan Pelayanan Anak Balita Cakupan Pelayanan Anak Balita Adalah anak balita (12 59 bulan) yang memperoleh pelayanan sesuai standar, meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8 x setahun, pemantauan perkembangan minimal 2 x setahun, pemberian vitamin A 2 x setahun. Cakupan pelayanan anak balita Provinsi Sumatera Selatan sampai dengan bulan desember tahun 2015 adalah : 83,03%, bila dibandingkan dengan target thn 2015 maka capain pelayanan anak balita sudah memenuhi target namun jika dilihat [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

96 dari capaian kabupaten/kota terdapat gap yang cukup jauh. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada table dibawah. MUSI RAWAS LUBUK LINGGAU OKU TIMUR OKU P A L I PRABUMULIH EMPAT LAWANG MURA TARA SUMATERA SELATANOKI Capaian tertinggi dicapai oleh kabupaten Lahat (98,99%) kemudian diikuti kabupaten Banyuasin (96,60%) dan Kota Palembang (91,16%), capaian terendah terdapat di kabupaten Musi Rawas (56,01%) dan disusul kota lubuk linggau (64,14%). PAGAR ALAM OGAN ILIR MUSI BANYUASIN MUARA ENIM OKU SELATAN PALEMBANG BANYUASIN LAHAT Grafik 4.9. Cakupan Pelayanan Anak Balita di Provinsi Sumatera Selatan Tahun ,01 64,14 69,53 77,57 79,19 80,06 80,08 81,14 81,32 83,03 83,91 84,38 84,70 85,62 90,16 91,16 96,60 98,99 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00 Sumber: Bidang Bina Pelayanan Kesehatan Prov.Sumsel Pelayanan Keluarga Berencana Kegiatan pelayanan keluarga berencana yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak harus terus dilaksanakan oleh pemerintah ataupun swasta dan bekerjasama dengan lintas sektor. Peran serta masyarakat juga sangat penting dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak ini. Untuk itu kegiatan pelayanan keluarga berencana harus dilaksanakan secara terpadu dan merata sampai ke pelosok pedesaan. Pencapaian kegiatan ini dapat dilihat dari beberapa indikator antara lain Jumlah peserta KB baru dan peserta KB Aktif. Selengkapnya Grafikan peserta KB baru dan peserta KB Aktif tahun 2015 sebanyak atau 74,67% peserta aktif serta dapat dilihat dari grafik di bawah ini : [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

97 Grafik Jumlah Peserta KB Aktif Per Kabupaten/Kota di Provinsi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 Sumber: Bidang Bina Pelayanan Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel Grafik Proporsi Peserta KB Menurut Jenis Kontrasepsi di Provinsi Provinsi Sumatera Selatan Tahun MKJP Non MKJP Peserta Aktif Peserta Baru Sumber: Bidang Bina Pelayanan Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel Pelayanan Imunisasi Program imunisasi sampai saat ini masih merupakan salah satu program prioritas, terutama dalam upaya penanggulangan Penyakit-penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Indikator yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) tahun 2011 adalah tercapainya Universal Child Immunization (UCI) di semua desa di Indonesia (UCI 100%). Namun, secara nasional, berdasarkan pengamatan selama tiga tahun terakhir ternyata cakupan imunisasi rutin cenderung menurun, walaupun angkanya tidak cukup besar/tidak signifikan. [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

98 Pada tahun 2010 Kementerian Kesehatan RI menerbitkan Kepmenkes RI nomor 482/Menkes/SK/IV/2010 tentang Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional Universal Child Immunization (GAIN UCI ). Dalam Kepmenkes tersebut disampaikan revisi pencapaian pentahapan target UCI Desa, yaitu 80 % tahun 2010 hingga 100 % tahun Sementara itu, dalam rangka pencapaian target nasional maupun global seperti yang dicantumkan dalam Millenium Development Goals (MDGs), cakupan imunisasi rutin yang tinggi, merata dan berkesinambungan tetap merupakan faktor yang penting. Untuk Provinsi Sumatera Selatan sendiri, cakupan imunisasi rutin terlihat meningkat dari tahun ke tahun. Tabel 4.1. Hasil Cakupan Imunisasi Rutin Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 Kabupaten / Sasaaran HASIL CAKUPAN ( % ) No Kota Bayi HB0 BCG DPT/HB/Hib3 Polio4 Campak 1 O.K.U O.K.I Muara Enim Lahat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan Ilir Empat Lawang Pali Muratara Palembang Prabumulih Pagar Alam Lubuk Linggau Provinsi [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

99 Pada tabel di atas terlihat untuk imunisasi BCG sebagai indikator aksesibilitas program, dari target >95 %, terdapat 12 (dua belas) kabupaten/kota yang belum mencapai hasil yang diharapkan, yaitu Kabupaten OKI (94.1%), kabupaten Muara Enim (93.4%), kabupaten Musi Rawas (92.5%), kabupaten Banyuasin (94.2%), kabupaten OKU Selatan (77.6%), OKU Timur (87.3%), Ogan Ilir (81.9%), Empat Lawang (89.7%), Pali (93.9%), Palembang (89.1%), Pagar Alam (85.7%) dan Lubuk Linggau (93%). Untuk cakupan DPT/HB 3 dari target >90%, sudah 15 kabupaten/kota yang mencapai target, sedangkan 2 (dua) kabupaten/kota yang belum mencapai hasil yang diharapkan, yaitu Kabupaten OKU Selatan (89.9%) dan Kabupaten Ogan Ilir (81.9%). Untuk cakupan imunisasi campak sebagai indikator tingkat perlindungan program targetnya adalah >90 %, 14 kabupaten/kota telah mencapai target tersebut, Sedangkan 3 (tiga) Kabupaten/Kota belum mencapai target yaitu Kabupaten Ogan Ilir (79.6%), Kabupaten Empat Lawang (86.6%) dan Kota Pagar Alam (86.7%). Sebagai perbandingan data cakupan imunisasi rutin di Sumatera Selatan dalam 5 (lima) tahun terakhir dapat dilihat pada grafik sebagai berikut: Grafik Cakupan Imunisasi Rutin Provinsi Sumatera Selatan Tahun BCG HEP B DPT/HB POL CAMPAK Sumber: Bidang Bina Pengendalian Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

100 Berdasarkan data tersebut, ternyata tahun 2015 secara umum cakupan imunisasi mengalami penurunan dibanding tahun-tahun sebelumnya seperti cakupan imunisasi BCG dari target yang harus dicapai 95% tetapi hasil cakupan hanya mencapai 92.2%, sedangkan untuk imunisasi HB0, DPT/HB/Hib, Polio4 dan Campak sudah mencapai target cakupan. Namun demikian angka tersebut harus tetap ditingkatkan sehingga semua sasaran bayi mendapat imunisasi secara lengkap. Seorang anak dikatakan mendapat imunisasi lengkap bila telah menerima imunisasi Hb-0, BCG, DPT/HB1-2-3, Polio dan Campak. Angka drop out (DO) dinilai dari selisih anak yang mendapat imunisasi DPT/HB1 dan imunisasi Campak sebagai imunisasi terakhir. Angka yang ditolerir pada indikator DO ini adalah < 5 %. Artinya makin tinggi angka DO artinya makin banyak anak yang tidak mendapat imunisasi lengkap. Adapun data DO per kabupaten/kota adalah sebagai berikut: Grafik Angka Drop Out (D.O.) Imunisasi Rutin Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 Sumber: Bidang Bina Pengendalian Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel Grafik di atas menunjukkan angka Drop Out Provinsi Sumatera Selatan sudah melebihi target toleransi yaitu 5.6% yang seharusnya tidak boleh melebihi dari 5% sedangkan jika dilihat dari Kabupaten Kota ada 6 (enam) Kabupaten/Kota yang [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

101 angka Drop Out lebih dari 5% yang artinya masih banyak anak yang belum imunisasi dasar lengkap, yaitu Kabupaten OKI (10.3%), Kabupaten Lahat (8.9%), Kabupaten Musi rawas (9.0%), Kabupaten OKU Selatan (5.4%), Kota Prabumulih (6.1%) dan yang paling tinggi yaitu Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (13.9%), hal ini menunjukkan bahwa ada tiga belas koma sembilan persen atau sebanyak 609 bayi di daerah tersebut belum mendapat imunisasi lengkap, sehingga memungkinkan terjadinya wabah dan/atau KLB terhadap Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) Pencapaian Uci Desa (Universal Child Immunization) UCI Desa merupakan indikator penting dalam program imunisasi. Sesuai KEPMENKES RI nomor 482 tahun 2010, target UCI Desa tahun 2015 adalah > 85 %. Artinya target UCI tercapai bila minimal 85% desa/kelurahan di kabupaten/kota bayi-bayinya telah mendapat imunisasi lengkap, mulai dari HbO pada usia < 7 hari hingga imunisasi campak pada usia 9 bulan sebagai imunisasi rutin terakhir. Cakupan UCI Desa tahun 2015 Provinsi Sumatera Selatan adalah 92.1 %, artinya masih berada di atas target rata-rata nasional (80 %) dan target Provinsi Sumatera Selatan (91%). Adapun cakupan UCI Desa tahun 2015 dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik Cakupan UCI Desa Provinsi Sumatera Selatan Tahun CAPAIAN CAKUPAN UCI DESA KAB-KOTA TAHUN M.ENI LAHAT MURA MUBA BANYU OKU OKI OKUS OKUT OI 4L PLG PBM PA LL PALI M ASIN Murata ra Sumber: Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

102 Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa pada tahun 2015 dari 17 kabupaten/kota, ada 4 (empat) kabupaten/kota yang tidak mencapai target UCI desa, yaitu Kabupaten OKU Selatan (81.9%), Kabupaten OKU Timur (76.3%), Kabupaten Empat Lawang (78.8%), dan Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (80.3%). Sedangkan Kabupaten/Kota yang sudah mencapai cakupan 100% yaitu Kota Prabumulih dan Kota Lubuk Linggau. Pencapaian UCI Desa merupakan salah satu Indikator Penting pencapaian Indonesia Sehat dan salah satu target penting dalam pencapaian MDGs. Sebagai perbandingan, cakupan Desa UCI dalam 5 (lima) tahun terakhir, yaitu dari tahun 2011 hingga 2015 se-provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik 4.15 Pencapaian UCI Desa Provinsi Sumatera SelatanTahun CAPAIAN UCI TAHUN PROV.SUMSEL CAPAIAN UCI Sumber: Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel Dari grafik di atas terlihat bahwa dari tahun ke tahun cakupan UCI Desa di Provinsi Sumatera Selatan terjadi fluktuasi dan tidak stabil. Hal ini perlu mendapat perhatian lebih lanjut, apalagi sebagian petugas imunisasi kabupaten/kota dan puskesmas baru dimutasi dan belum dilatih mengenai program imunisasi, baik teknis program maupun cold chain. Selain itu juga sarana dan prasarana sebagian sudah disediakan dari provinsi. [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

103 Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) Salah satu strategi yang tercantum dalam Global Immunization Vision and Strategy (GIVS) adalah to protect more people in a changing world. Untuk mengimplementasikan visi tersebut, maka kegiatan yang dapat dilaksanakan adalah melakukan pemberian imunisasi pada anak yang lebih tua, dalam hal ini adalah murid sekolah dasar. Pemberian imunisasi pada murid sekolah yang disebut BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) telah dilaksanakan secara rutin sejak tahun 1984, dimana saat ini murid kelas 1 SD/MI menerima imunisasi DT dan Campak, sedangkan murid kelas 2 dan kelas 3 menerima imunisasi Td. Pelaksanaan BIAS ini merupakan salah satu kegiatan rutin yang harus dilaksanakan bekerjasama dengan pihak sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah. Namun demikian masih ada kabupaten/kota yang tidak melaksanakan BIAS tersebut dengan berbagai permasalahan. Adapun cakupan BIAS DT dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik Hasil Cakupan BIAS DT Murid SD/MI Kelas I Provinsi Sumatera Selatan Tahun Hasil Cakupan BIAS DT Klas I Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 OKUTOKUS Lahat Mura MubaM.Tara OKU Prabu Banyu L.LggM.Enim OKI Plg P.Alam OI PALI E.LwgSumse HASIL TARGET Sumber: Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel Dari grafik di atas menunjukkan bahwa tidak ada Kabupaten/Kota yang mencapai cakupan BIAS DT l00% tetapi rata rata sudah mencapai diatas 90%. Sedangkan cakupan yang paling rendah terdapat di Kabupaten Empat Lawang hanya [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

104 mencapai target 91.2% yang artinya masih banyak anak kelas 1 SD/MI yang tidak disuntik DT. Untuk cakupan pelaksanaan BIAS Td dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik Hasil Cakupan BIAS Td Murid SD/MI Kelas II dan III Provinsi Sumatera Selatan Tahun Hasil Cakupan BIAS Klas II & III Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 OKUTM.EnimLahat OKUSM.TaraPrabu Mura Muba OKUSBanyuE.Lwg Plg L.Lgg OKI PALI OI P.AlamSumse HASIL TARGET Sumber: Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel Grafik di atas menunjukan bahwa Cakupan BIAS Td dengan cakupan 100 % hanya di Kabupaten OKU. Sedangkan cakupan yang terendah di Kota Pagar Alam(85.2%). Sebagai tindak lanjut pelaksanaan Kampanye Imunisasi Campak tahun 2006 dan 2010 di Sumatera Selatan, serta sebagai upaya menuju tahapan Eliminasi Campak di Indonesia, maka dilaksanakan BIAS Campak bagi murid SD/MI kelas 1. Pemberian imunisasi campak dosis kedua pada murid sekolah ini dimaksudkan sebagai booster, yang akan meningkatkan kekebalan terhadap penyakit campak seumur hidup. berikut: Adapun hasil pelaksanaan BIAS Campak tahun 2015 adalah sebagai [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

105 Grafik Hasil Cakupan BIAS Campak Murid SD/MI Kelas I Tahun P.Alam OKUT OKUS M.Enim Pali Lahat L.Lgg B.Asin OKU Mura OKI Muba Prabu Plg E.Lwg OI M.Tara Sumsel Cak.2014 TARGET Sumber: Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel Dari grafik di atas terlihat bahwa semua kabupaten/kota telah melaksanakan BIAS Campak pada murid kelas 1 SD/MI, dengan hasil cakupan rata-rata lebih dari 95%, sedangkan cakupan yang terendah terdapat di Kabupaten Ogan Ilir (92.0%) yang artinya masih ada 8% anak sekolah kelas 1 SD yang tidak di imunisasi BIAS Campak. Jika dilihat secara keseluruhan, pelaksanaan BIAS di Provinsi Sumatera Selatan belum mencapai target 100%, masih banyak Kabupaten/Kota yang tidak mencapai target terutama Kabupaten Ogan Ilir, hal ini disebabkan masih ada penolakan kerjasama dari pihak sekolah terutama sekolah MI, dan orang tua murid tidak mengizinkan anaknya di imunisasi. [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

106 Tabel 4.2. Pemakaian Vaksin Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 N0 JENIS VAKSIN STOK STOK PENERIMAAN PEMAKAIAN AWAL AKHIR 1 BCG (20 ds/ampul) DPT/HB (5 ds/vial) , TT (10 dsvial) POLIO (10 ds/vial) CAMPAK (10 ds/vial) HB PID (1ds/Buah) DT (10 ds/vial) Td (10 ds/vial) DPT/HB-hib (5 ds/vial) Sumber: Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel Tabel 4.3. Indeks Pemakaian (IP) Vaksin Imunisasi Rutin Dinas Kesehatan Prov. Sumsel Tahun 2015 NO JENIS VAKSIN JUMLAH DOSIS/VIAL IP 1 Hepatitis B Polio Campak BCG DPT/HB DPT/HB-Hib IPV DT Td BIAS Td Rutin Sumber: Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel Setiap jenis vaksin mempunyai IP standar tersendiri, yang menunjukkan berapa dosis atau berapa banyak bayi seharusnya menerima vaksin dari setiap vial/ampulnya. Dari tabel di atas terlihat IP vaksin per antigen. Hai ini diharapkan pemakaian vaksin di pelayanan berdasarkan IP vaksin sesuai dengan antigen sehingga [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

107 pemakaian vaksin sesuai dengan jumlah cakupan bayi dan tidak akan terjadi kekurangan ataupun kelebihan vaksin. Selain itu untuk menjaga agar vaksin tetap bermutu baik, maka semua vaksin harus disimpan dalam lemari es khusus vaksin yang sesuai standar Internasional WHO, agar rantai dingin (cold chain) nya tetap terjaga. Berdasarkan hasil pemantauan kegiatan selama tahun Pencapaian UCI Desa masih dibawah target yaitu sebesar 91.6% dari target 91 %, hal ini disebabkan karena masih ada orang tua anak yang menolak jika anaknya di imunisasi, dan juga akses menuju pelayanan kesehatan yang jauh. Pencapaian Cakupan BIAS masih dibawah target yaitu DT (97.2%), Td (97.2%) dan Campak (97.8%) dari target 100%, hal ini disebabkan karena masih ada di kabupaten/kota dimana pihak sekolah terutama MI belum bisa kerjasama dalam hal pelaksanaan BIAS. Masih ada puskesmas menggunakan lemari es rumah tangga (34 bh), artinya kualitas vaksin tidak memenuhi standar WHO yaitu suhu C, sehingga dibutuhkan adanya pengantian lemari es yang berstandar WHO (RCW 42 EK/RCW 50). Petugas cold chain yang sudah dilatih pindah ke tempat lain sehingga pengelolaan vaksin kurang diperhatikan, SOP pengelolaan vaksin kurang berjalan dengan baik PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR Indeks penyakit yang ada di masyarakat khususnya penyakit yang berbasis lingkungan di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015 seperti kasus diare yang masih cukup tinggi. Penyebab itu semua adalah dilihat dari Kesehatan Lingkungan yang kurang memenuhi syarat terutama bagi sebagian penduduk yang tinggal di pedesaan, dan daerah perkotaan (urban area/bantaran sungai). Mereka belum bisa memenuhi standar hidup bersih dan sehat, yang terlihat dari rendahnya cakupan penduduk yang menggunakan dan memanfaatkan akses sarana kesehatan lingkungan yang layak. [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

108 Cakupan Rumah Sehat yaitu sebesar 72,94%. Cakupan tertinggi di Kabupaten Banyuasin dengan persentase 97,2% dan persentase terendah di Kota Pagar Alam dengan Persentase 45,1 %. Grafik Rumah Sehat Menurut Kabupaten/Kota dan Puskesmas di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 Sumber: Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel Dilihat dari grafik diatas pada tahun 2015 rata-rata tiap kabupaten/kota menunjukkan terjadi perbaikan dalam hal rumah sehat terkecuali pada kabupaten Musi Rawas Utara dan Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir yang tidak tersedia Data tersebut. Hal ini dikarenakan adanya kontribusi dari PAMSIMAS, PPSP (Program Percepatan Sanitasi Perkotaan) dan EHRA (Enviroment Health Rish Assement/ Study Kelayakan Kesehatan Lingkungan), meningkatnya kesadaran masyarakat akan kondisi rumah yang memenuhi persyaratan kesehatan ( seperti dalam suatu rumah sudah ada air bersih, jamban, tempat sampah, limbah rumah tangga dan pengelolaan makanan dan minuman), pembinaan dan pengawasan program penyuluhan rumah sehat. [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

109 Grafik TTU Memenuhi Syarat Menurut Kabupaten/Kota dan Puskesmas di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 Sumber: Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel. Dari tabel dan grafik diatas terlihat bahwa TTU yang memenuhi syarat kesehatan menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 yaitu 84,6 % dengan rincian sebagai berikut : - Persentase Tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan tertinggi untuk terdapat pada Kabupaten Musi Banyuasin, Kota Pagar Alam dengan masing-masing 100 %, sedangkan untuk Kabupaten Banyuasin, OKU Selatan, - Persentase Tempat-tempat umum untuk Kabupaten Banyuasin, OKUS, Muratara dan Palembang masih kosong karena belum ada laporannya. [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

110 Grafik Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Bersih Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 Sumber: Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel. Berdasarkan grafik di atas rata-rata cakupan penduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air bersih di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2015 yaitu sebesar 67,92%. Dari 17 Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan akses tertinggi Kota palembang dengan akses 90,38 % dan Kabupaten Lubuk Linggau dengan akses 89,95 %. Sedangkan akses terendah Kabupaten OKU Timur 12,57 %. Peningkatan tersebut disamping karena adanya program Pamsimas di Provinsi Sumatera Selatan juga karena semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya akses terhadap sarana air bersih. Dengan kata lain peningkatan tersebut tidak terlepas dari kesadaran masyarakat akan penggunaan sarana air bersih baik yang dibangun secara mandiri maupun oleh pemerintah. Disamping itu peran tenaga kesehatan yang memberikan bimbingan kepada masyarakat tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat. Disadari juga bahwa penyakit yang timbul melalui media air ini cukup banyak. Untuk itu perlu terus disosialisasikan tentang pentingnya arti penggunaan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan baik dari segi sarana maupun kualitas air yang digunakan. [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

111 Grafik Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum (Layak) Menurut Kabupaten/Kota dan Puskesmas di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 Sumber: Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel. Berdasarkan tabel dan grafik di atas rata-rata cakupan penduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air minum (layak) di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2015 yaitu sebesar 62,54%. Dari 17 Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan. Akses tertinggi Kota Palembang dengan akses 90,38, sedangkan akses terendah Kota Pagar Alam (13.17%). Peningkatan tersebut disamping karena adanya program Pamsimas di Provinsi Sumatera Selatan juga karena semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya akses terhadap sarana air bersih. Dengan kata lain peningkatan tersebut tidak terlepas dari kesadaran masyarakat akan penggunaan sarana air bersih baik yang dibangun secara mandiri maupun oleh pemerintah. Disamping itu peran tenaga kesatan yang memberikan bimbingan kepada masyarakat tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat. Disadari juga bahwa penyakit yang timbul melalui media air ini cukup banyak. Untuk itu perlu terus disosialisasikan tentang pentingnya arti penggunaan air minum yang layak atau yang memenuhi syarat kesehatan baik dari segi sarana maupun kualitas air yang digunakan. [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

112 Grafik TPM Memenuhi Syarat Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota dan Puskesmas di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 Sumber: Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel. Dari grafik di atas persentase Tempat Pengolahan Makanan (TPM) Sehat yang diperiksa menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 yaitu sebesar 30,17 % dengan rincian sebagai berikut : Persentase TPM yang memenuhi Hygiene Sanitasi tertinggi yang diperiksa terdapat pada Kabupaten Oku Timur (100%). Sedangkan terdapat Kabupaten yang belum ada laporannya yaitu Kabupaten Muaratara. Persentase TPM yang tidak memenuhi Hygiene Sanitasi tertinggi yang diperiksa terdapat pada Kota Prabumulih (0,00). Sedangkan terdapat Kabupaten yang belum ada laporannya yaitu Kabupaten Muratara. Dari uraian diatas terlihat bahwa Kota Prabumulih masih belum mengirimkan data, sehingga mempengaruhi cakupan tingkat provinsi. [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

113 Grafik Capaian Tempat Tempat Pengolahan Makanan dan Minuman Sehat di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Sumber: Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel. Grafik Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Sumber: Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel. Grafik di atas menunjukkan bahwa persentase Tempat Pengolahan Makanan (TPM) Sehat yang diperiksa menurut Kab/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 yaitu sebesar 30,17 % dengan rincian sebagai berikut : - Persentase TPM yang memenuhi Hygiene Sanitasi tertinggi yang diperiksa terdapat pada Kota Oku Timur (100%). Sedangkan terdapat Kabupaten yang belum ada laporannya yaitu Kabupaten Muaratara. - Persentase TPM yang tidak memenuhi Hygiene Sanitasi tertinggi yang diperiksa terdapat pada Kota Prabumulih (0,00). Sedangkan terdapat Kabupaten yang belum ada laporannya yaitu Kabupaten Muaratara. [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

114 Dari uraian diatas terlihat bahwa Kota Prabumulih masih belum mengirimkan data, sehingga mempengaruhi cakupan tingkat provinsi. Tabel 4.4. Data Target Desa PAMSIMAS dan Realisasi SBS Kabupaten Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Sumber: Bidang Bina Pemberantasan Masalah Kesehatan Dinkes Prov.Sumsel. Berdasarkan tabel di atas rata-rata Dusun SBS dari 10 kabupaten terdapat 845 Desa yaitu sebesar 118 (13,84%) Desa SBS terbanyak yaitu Kabupaten Lahat Sebanyak 28 Desa. Sedangkan Desa SBS yang sedikit yaitu Kabupaten Empat Lawang dan OKU sebanyak 2 Desa. Dusun SBS dikabupaten terdapat 845 Desa. Kabupaten yang melaksanakan verifikasi Program Pamsimas di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2015 yaitu (62,96%). [Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan] Profil Tahun

2014 PROFIL KESEHATAN

2014 PROFIL KESEHATAN 2014 PROFIL KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 8000 7000 6000 5000 Grafik Perbandingan Frekuensi dan Penderita KLB Penyakit & Ker-Mak JUMLAH KASUS di Provinsi JUMLAH Sumatera KASUS Selatan dari Tahun

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

2014 PROFIL KESEHATAN

2014 PROFIL KESEHATAN 24 PROFIL KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN 8 7 6 5 Grafik Perbandingan Frekuensi dan Penderita KLB Penyakit & Ker-Mak di Provinsi JUMLAH Sumatera KASUS Selatan dari Tahun 23-24 JUMLAH KASUS KEMATIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN NO KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH

Lebih terperinci

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmatnya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai

Lebih terperinci

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Tahunan dan Profil

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN/KOTA WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK DESA

Lebih terperinci

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi baik untuk jajaran manajemen kesehatan maupun untuk masyarakat umum perlu disediakan suatu paket data/informasi kesehatan yang ringkas

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 1 BAB II PERENCANAAN KINERJA Dalam mencapai suatu tujuan organisasi diperlukan visi dan misi yang jelas serta strategi yang tepat. Agar lebih terarah dan fokus dalam melaksanakan rencana strategi diperlukan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol.

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol. KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan nayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN KANTOR PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH LANTAI V JL. JEND SUDIRMAN KM 12 CAMBAI KODE POS 31111 TELP. (0828) 81414200 Email: dinkespbm@yahoo.co.id KOTA PRABUMULIH Lampiran

Lebih terperinci

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk PEMERINTAH KOTA MALANG MATRIK RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MALANG (PENYEMPURNAAN) TAHUN 2013-2018 Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA M Nomor : 188.47/ 92 / 35.73.306/ 2015 Tanggal

Lebih terperinci

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN TREND JAWA TIMUR TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2000 2011 Jl. A. Yani 118 Surabaya HTTP://dinkes.jatimprov.go.id Email : info@dinkesjatim.go.id DINAS Tahun KESEHATAN 2012 PROVINSI

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA 1 BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja pada Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar secara umum sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang terukur berdasar Rencana Strategis yang mengacu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

Sumatera Selatan. Jembatan Ampera

Sumatera Selatan. Jembatan Ampera Laporan Provinsi 169 Sumatera Selatan Jembatan Ampera Jembatan Ampera adalah sebuah jembatan di Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. Jembatan Ampera, yang telah menjadi semacam lambang kota,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR : 440 / 104 / KPTS / KES / 2015 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR : 440 / 104 / KPTS / KES / 2015 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS DINAS KESEHATAN Jl. Pangeran Moehamad Amin Komplek Perkantoran Pemkab Musi Rawas Telp. 0733-4540076 Fax 0733-4540077 MUARA BELITI KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut :

Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut : 4. Sistem Informasi pelaporan dari fasilitas pelayanan kesehatan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kota Provinsi yang belum tepat waktu Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KESEHATAN

PROFIL DINAS KESEHATAN PROFIL DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrabbil alamiin. Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

Lebih terperinci

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 214 GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara

Lebih terperinci

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber. Pelindung/ Penasehat : Dr. dr. H. Rachmat Latief, SpPD., M.Kes., FINASIM drg.hj. Susilih Ekowati, M.Si Pengarah : Hj. Asmah, SKM., M.Kes Penyusun : Mohamad Nur, SKM Syahrir, S.Kom Agusyanti, SKM Nurmiyati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

Palembang, 2011 Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, Dr.H.Zulkarnain Noerdin, M.Kes

Palembang, 2011 Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, Dr.H.Zulkarnain Noerdin, M.Kes KATA PENGANTAR uji dan Syukur senantiasa dipersembahkan ke hadirat Allah SWT atas taufiq dan hidayah-nya, sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan tahun 21 dapat diselesaikan. Seharusnya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3 DAFTAR ISI SAMBUTAN BUPATI POLEWALI MANDAR....... i DAFTAR ISI............ iii DAFTAR TABEL............ vi DAFTAR GRAFIK............ ix DAFTAR GAMBAR............ xiii DAFTAR SINGKATAN............ xiv PETA

Lebih terperinci

Juknis Operasional SPM

Juknis Operasional SPM DIREKTORAT JENDERAL OTONOMI DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI Juknis Operasional SPM 1. KESEHATAN KABUPATEN/KOTA PROVINSI KABUPATEN : Jawa Timur : Tulungagung KEMENTERIAN KESEHATAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Instansi Visi : DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR : Mewujudkan Masyarakat Jawa Timur Mandiri untuk Hidup Sehat Misi : 1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan 2.

Lebih terperinci

3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun

3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat di Mandar 2007-2009 Indikator 2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 3 4 5 6 7 8 9 20 Tujuan Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan Menurunkan Proporsi

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47 2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN IV.1. IV.2. VISI Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu dari penyelenggara pembangunan kesehatan mempunyai visi: Masyarakat Jawa

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

POLA PEMBIAYAAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA PROPINSI SUMATERA SELATAN

POLA PEMBIAYAAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA PROPINSI SUMATERA SELATAN POLA PEMBIAYAAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA PROPINSI SUMATERA SELATAN Oleh : Misnaniarti, SKM, MKM UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Halaman: 1

Lebih terperinci

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Masyarakat No PROGRAM SI AWAL PENGGU NG WAB 1 Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS PROVINSI BANTEN 2012-2017 DATA CAPAIAN Persentase Balita Ditimbang Berat 1 2 1 PROGRAM BINA GIZI DAN Badannya

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dekade berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat cukup signifikan,

BAB I PENDAHULUAN. dekade berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat cukup signifikan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah program Indonesia sehat dengan sasaran pokok Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yaitu meningkatkan status kesehatan dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... I II VII VIII X BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI... 4 B. KEPENDUDUKAN / DEMOGRAFI...

Lebih terperinci

Tabel 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar Kabupaten Gianyar

Tabel 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar Kabupaten Gianyar Tabel 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar Kabupaten Gianyar NO Indikator Kinerja sesuai Tugas dan Fungsi SKPD Target SPM Target IKK Target Indikator Lainnya Target Renstra

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya tata Instansi Pemerintah yang baik, bersih dan berwibawa (Good Governance dan Clean Governance) merupakan syarat bagi setiap pemerintahan dalam

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PACITAN TAHUN 2015

RENCANA KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PACITAN TAHUN 2015 RENCANA KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PACITAN TAHUN 2015 Pemerintah Kabupaten Pacitan DINAS KESEHATAN Jl. Letjend Soeprapto No. 42 Pacitan KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala

Lebih terperinci

TABEL 2 JUMLAH PENDUDUK JUMLAH PENDUDUK KECAMATAN

TABEL 2 JUMLAH PENDUDUK JUMLAH PENDUDUK KECAMATAN TABEL 1 LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN 2011 NO KECAMATAN LUAS JUMLAH JUMLAH RATA-RATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan pembangunan pada dasarnya disusun untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat sebesarbesarnya yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN TABEL 4 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE JUMLAH KELAHIRAN KABUPATEN KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI

Lebih terperinci

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta KATA PENGANTAR Profil Kesehatan merupakan data dan informasi yang menggambarkan situasi dan kondisi Kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, November 2008 Kepala Pusat Data dan Informasi. DR. Bambang Hartono, SKM, MSc. NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, November 2008 Kepala Pusat Data dan Informasi. DR. Bambang Hartono, SKM, MSc. NIP KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2007 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1118KM2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 367 3 JUMLAH PENDUDUK 1 576,544 561,855 1,138,399 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 469,818 464,301 934,119.0 5 PENDUDUK 10 TAHUN

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN TAHUN

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN TAHUN LAMPIRAN XII PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR : 23 TAHUN 2014 TANGGAL : 16 SEPTEMBER 2014 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN TAHUN 2014-2019 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA SATUAN Meningkatnya

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KOTA PALEMBANG TAHUN 2012 PEMERINTAH KOTA PALEMBANG

PROFIL KESEHATAN KOTA PALEMBANG TAHUN 2012 PEMERINTAH KOTA PALEMBANG PEMERINTAH KOTA PALEMBANG PROFIL KESEHATAN KOTA PALEMBANG TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN KOTA PALEMBANG JL. MERDEKA NO. 72 PALEMBANG www.dinkes.palembang.go.id DAFTAR ISI HALAMAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

BAB IV PENUTUP. 4.1 Kesimpulan BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari Analisa Data Secara Integratif Untuk Menghasilkan Database Kecamatan dan Atlas adalah sebagai berikut: 1. Gambaran umum sejauh mana pencapain dari 7

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Lebih terperinci

TANTANGAN DAN PERAN DINAS KESEHATAN DALAM JARLITBANGKES DI DAERAH. Sekretaris Dinas Kesehatan Prov. Sumatera Selatan dr. H. Trisnawarman, M.

TANTANGAN DAN PERAN DINAS KESEHATAN DALAM JARLITBANGKES DI DAERAH. Sekretaris Dinas Kesehatan Prov. Sumatera Selatan dr. H. Trisnawarman, M. TANTANGAN DAN PERAN DINAS KESEHATAN DALAM JARLITBANGKES DI DAERAH Sekretaris Dinas Kesehatan Prov. Sumatera Selatan dr. H. Trisnawarman, M.Kes Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan V I S I - MISI DINAS

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGGAI

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGGAI INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGGAI PEMERINTAH KABUPATEN BANGGAI DINAS KESEHATAN JLN. JEND. AHMAD YANI NO. 2D TELP. (0461) 211906 LUWUK SULAWESI TENGAH KEPUTUSAN KEPALA DINAS

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN 2012-2016 P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R KATA PENGANTAR KEPALA DINAS KESEHATAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Segala Puji Syukur kita panjatkan Kehadirat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015. Profil

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET PROGRAM /KEGIATAN (1) (2) (3) (4) (5) I Meningkatnya kualitas air 1 Persentase

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945, pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat,

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 201 3

Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 201 3 KATA PENGANTAR Puji dan Syukur ke hadirat Allah SWT sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2013 dapat diselesaikan. Buku profil kesehatan ini menampilkan situasi kesehatan di Provinsi

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1.753,27 KM 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 309 3 JUMLAH PENDUDUK 1 2,244,772 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Soreang, Februari 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG

KATA PENGANTAR. Soreang, Februari 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG Laporan Akuntabilitas Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Tahun 2014 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Tahun 2014 merupakan laporan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yaitu terciptanya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang Derajat kesehatan yang tinggi merupakan salah satu perwujudan dari kesejahteraan umum masyarakat Indonesia. Oleh karena itu salah satu agenda pemerintah dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI No SASARAN STRATEGIS No 1 Meningkatnya pelayanan kesehatan 1 Penurunan Angka 17 pada ibu, neonatus, bayi, balita

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 SKPD : Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi Tahun Anggaran : 2015 PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET 2015

Lebih terperinci

Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013

Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013 Disampaikan pada Seminar Nasional dan Kongres VIII MKTI Di Palembang 5-7 November 2013 Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013 Permasalahan Pengelolaan SDA Sampah Pencemaran Banjir Kependudukan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012 Penanggung jawab : Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Pelaksana : Kepala UPT Surveilans, Data dan Informasi Tim Penyusun : - Seksi Data

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 305,519 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 442 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1,277,610 1,247,873 2,525,483 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Berdasarkan visi dan misi pembangunan jangka menengah, maka ditetapkan tujuan dan sasaran pembangunan pada masing-masing

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 KABUPATEN CIREBON NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM - 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 381/ 5 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 972 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 192 3 JUMLAH PENDUDUK 1 852,799 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 682,447 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 343 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH BAYI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 8,5 Ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 68 3 JUMLAH PENDUDUK 50,884 493,947,004,83 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 407,97 382,66 790,533 5 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 299,019 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 417 desa/17 kel 3 JUMLAH PENDUDUK 1 5,077,210 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 17,650 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 20,994 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 DESA=309 KEL=8-3 JUMLAH PENDUDUK 1 869,767 819,995 1,689,232 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 673,079 551,261 1,224,340 5 PENDUDUK

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Daerah Dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan 2016-2021 tidak ada visi dan misi, namun mengikuti visi dan misi Gubernur

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 K0TA TASIKMALAYA NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 RESUME PROFIL KESEHATAN NO A. GAMBARAN UMUM L P L + P Satuan 1 Luas Wilayah 37.116,5 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5.918 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 22.666.168 21.882.263 44.548.431 Jiwa

Lebih terperinci