BAB III PERSEPSI ORANG JAWA TENTANG NIKAH DI BULAN MUHARRAM MENURUT ADAT JAWA. wilayah desa Bambangkerep Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang di mana

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PERSEPSI ORANG JAWA TENTANG NIKAH DI BULAN MUHARRAM MENURUT ADAT JAWA. wilayah desa Bambangkerep Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang di mana"

Transkripsi

1 BAB III PERSEPSI ORANG JAWA TENTANG NIKAH DI BULAN MUHARRAM MENURUT ADAT JAWA A. Sekilas Desa Bambangkerep Di bawah ini akan diungkapkan gambaran umum tentang keadaan wilayah desa Bambangkerep Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang di mana penulis mengadakan penelitian tentang : 1. Kondisi Geografis Bambangkerep merupakan salah satu wilayah Kota Semarang yang mana Kota tersebut seluruhnya dibagi menjadi beberapa wilayah kecamatan. Adapaun desa Bambangkerep ini mempunyai garis batas wilayah yaitu : a. Sebelah Utara : Kelurahan Purwoyoso b. Sebelah Selatan : Kelurahan Kedungpane c. Sebelah Barat : Kelurahan Ngaliyan d. Sebelah Timur : Kelurahan Kelipancur Luas wilayah desa Bambangkerep adalah 322 Ha. Yang mana daerah yang seluas itu terdiri dari beberapa bagian. Untuk lebih terperincinya di sini penulis akan uraikan yaitu terdiri dari tanah pertanian yang meliputi : a. Padi dan palawija : 2 ha. Ton b. Sayur-mayur : 3 ha. ton c. Buah-buahan : 5 ha. ton

2 Mengenai iklim desa Bambangkerep terdiri dari iklim tropis dan memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau seperti daerahdaerah di Indonesia pada umumnya. Dengan suhu udara rata-rata + 30 o C sedangkan banyaknya curah hujan antara mm/th, ketinggian tanah dari permukaan laut 30 m dan sedangkan topografi (dataran rendah) : dataran tinggi. Orbitasi (jarak dari pusat pemerintahan) a. Jarak dari pusat pemerintahan Kecamatan : 3 km b. Jarak dari pusat pemerintahan Administratif : - c. Jarak dari Ibu Kota Kotamdya Daerah Tingkat II : 8 Km d. Jarak dari Ibu Kota Propinsi Daerah Tingkat I : 10 Km e. Jarak dari Ibu Kota Negara : 528 Km Kondisi Demografi a. Jumlah Penduduk Menurut data laporan monografi tahun 2003, bahwa penduduk di desa Bambangkerep terdiri dari : a. Jenis Kelamin 1. Laki-laki : 888 orang 2. Perempuan : orang b. Kepala keluarga : 863 KK c. Kewarganegaraan : 1. WNI : orang 1 Data diperoleh dari pemerintahan desa Bambangkerep Kecamatan Ngaliyan Kodya Semarang pada tanggal 22 Desember 2003

3 2. WNA : - orang 3. Jumah Penduduk menurut Agama a. Islam : orang b. Kristen : 738 orang c. Katolik : 400 orang d. Hindu : 1 orang e. Budha : - orang Mengenai sarana peribadatan (tempat ibadah) dapat dilihat di bawah ini : a. Jumlah masjid : 3 buah b. Jumlah Mushalla : 6 buah c. Jumlah Gereja : 1 buah d. Jumlah Pura : - buah e. Jumlah Wihara : - buah Apabila kita lihat data di atas maka dapat diketahui bahwa penduduk desa Bambangkerep Kecamtan Ngaliyan Kota Semarang adalah agamanya mayoritas Islam. Masjid sebagai sarana peribadatan bagi umat Islam di samping untuk menjalankan ibadah shalat biasanya juga dipergunakan sebagai tampat pendidikan atau pengajian-pengajian baik itu pengajian anak, remaja maupun orang tua. 4. Menurut Pendidikan Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan umur lima tahun ke atas sebagai berikut : tahun : 267 orang

4 tahun : 278 orang tahun : 294 orang tahun : 335 orang di samping itu ada juga masyarakat di desa Bambangkerep yang menuntut ilmu di lembaga-lembaga pendidikan non-formal seperti pesantrenpesantren, baik di daerah sendiri maupun di luar daerahnya. Ada juga yang menuntut ilmu di madrasah-madrasah diniyah. Adapun jumlah penduduk tingkat pendidikan : a. Lulusan Pendidikan Umum : 394 b. Lulusan pendidikan Khusus : Menurut Mata Pencaharian Sebagaimana pada daerah-daerah lainya penduduk di desa Bambangkerep mengandalkan pertanian sebagai mata pencaharian pokok dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mengingat desa Bambangkerep sebagian besar merupakan lahan pertanian yang digunaka untuk bercocok tanam penduduk. Baik berupa sawah atau perkebunan maka tidak mustahil apabila sebagian besar pendapatan ekonomi penduduk berasal dari hasil pertanian, seperti padi, jagung, kedelai dan sebagainya terutama sekali bagi mereka yang berada di daerah-daerah yang tanahnya subur. Jika ada yang mempunyai pekerjaan lain sebagai mata pencaharian pokonya inipun masih bertani, hal itu sebagai usaha cadangan bila terjadi kepailitan. Di samping itu ada peternak sapi, kerbau, kambing, ayam, atau yang lainnya selain itu ada juga yang bermata pencaharian dari sektor buruh bangunan, industri, pedagang,

5 jasa dan lain-lain. Berikut ini akan penulis lampirkan data-data perincian mata pencaharian desa Bambangkerep segagai berikut: Jumlah penduduk menurut mata pencaharian: a. Karyawan : 65 orang b. Wiraswasta : 169 orang c. Petani : 817 orang d. Pertukangan : 293 orang e. Buruh : 811 orang f. Pensiunan : 23 orang g. Nelayan : - orang h. Pemulung : - orang i. Jasa : 21 orang B. Sekilas Penanggalan Adat Jawa Sebelum penulis memberi batasan pengertian tentang neptu, maka ada baiknya jika diketahui sejak kapan sebenarnya masalah neptu ini dipakai di kalangan masyarakat suku Jawa. Kalau oang Yunai ataupun Romawi kuno pandai meramal dengan menggunakan pedoman planet-planet, maka sejak dahulu bangsa Jawa-pun telah pandai meramal dengan berpedoman pada neptu hari dan neptu pasaran, neptu bulan serta neptu tahun. Maka ramalan itu wajar bila ada yang benar dan ada yang salah. Hanya karena mereka tekun dalam penelitian dan mencatat peristiwa-peristiwa yang dianggap perlu, maka penelitian itu kemudian

6 dijadikannya patokan. Lalu patokan-patokan ini dihubungkan dengan penanggalan-penanggalan adat Jawa. 2 Kepandaian orang Jawa dalam hal neptu hari, pasaran, bulan, dan petung tahun sudah dikenal sejak lama. Menurut catatannya, bermula dari tahun 1387 dari tahun Jawa. Ada pula yang mengatakan bahwa bermula dari kerajaan Majapahit, sejak Hayam Wuruk menjadi Raja. 3 Di sini ada beberapa buku yang akan kami ketengahkan sehubungan dengan masalah penanggalan-penanggalan atau neptu-neptu tersebut. Bukubuku itu di antaranya adalah : 1. Primbon Betal Jemur Adammakna Primbon ini disusun oleh R. Soemodidjojo dari Tjakraningrat, KPH. Adapun mengenai isi dari primbon ini : Pertama memuat rumusan neptu hari, pasaran bulan dan tahun, dikaitkan dengan perhitungan perkawinan (petung poso tohan salakirabi = Jawa) Kedua, dalam buku ini membahas masalah slametan-slametan di antaranya slametan ijab qabul, slametan orang mengandung, mulai dari mengandung umur satu bulan sampai dengan melahirkan bayi, puput pusar, pemberian nama hingga bayi tersebut disapih (tidak disusui lagi) oleh ibunya. Kelompok ketiga dari buku ini berisi sesuatu yang berkiatan dengan masalah obat-obatan tradisional untuk orang laki-laki, untuk orang perempuan dan 2 L.Canifah AG, Primer dan Horoskop, CV. Bintang Pelajar, t. th., hlm. 7 3 Ibid

7 untuk anak-anak dan memuat pula tentang ilmu jiwa (yaitu penilaian terhadap watak seseorang sesuai dengan hari serta pasaran dari kelahiran mereka) dan lain-lainnya yang tak perlu kami sebutkan, sebab kurang ada hubungannya dengan pembahasan skripsi ini. 2. Primbon Lukmanakim Adammakna Primbon ini merupakan lanjutan dari primbon Betal Jemur Adammakna, dihimpun oleh Ny. Siti Woeryan Soemodiyah Noeradya. Primbon ini juga diterbitkan oleh penerbit Soemadidjojo Mahadewa. Adapun isi dari primbon ini dapat dikelompokkan ke dalam beberapa sub kelompok yaitu : a. Memuat masalah kaweruh umur panjang ( yuswo widodo). b. Sastro Gending pasa tohan. Dalam sastra gending inilah akan banyak kita jumpai penggunaan neptu. c. Perhitungan perkawinan (poso tohan sala kirabi) dan jalannya raga hari. d. Perhitungan-perhitungan lain yang ada kaitannya dengan aktivitas kehidupan sehari-hari, misalnya mendirikan rumah dan lain-lain. 3. Primbon dan Horoscop Primbon ini disusun oleh L. Chanifah AG. Diterbitkan oleh CV. Bintang Pelajar, tanpa tahun. Adapun mengenai isinya dapat dikelompokkan dalam beberapa sub kolompok seperti berikut : a. Pengetahuan masalah masalah neptu serta segala sesuatu yang berkaitan dengan masalah perkawinan.

8 b. Ilmu jiwa wanita (penilaian pribadi wanita berdasarkan hari kelahiran, postur tubuh atau yang lainnya) dan juga ilmu jiwa utuk pria. c. Jimat-jimat dan mantera-mantera d. Horoskop pria dan wanita 4. Primbon Sodo Guru Primbon ini dihimpun oleh SPH Handanamangkara, diterbitkan oleh penerbit CV Indah Jaya Sala. Isi primbon Sodo Guru ini dapat digolongkan ke dalam beberapa sub kelompok sebagai berikut : a. Ilmu Jiwa ( Penilaian pribadi seseorang berdasarkan hari kelahirannya) b. Pedoman awal hari dan pasaran, sasi dan tahun. c. Perhitungan perkawinan, rejeki dan jalannya naga hari dan tahun, dan hari anggara kasih. d. Perhitungan hari baik untuk memulai suatu pekerjaan misalnya nglamar, temu manten, dan sebagainya. 5. Primbon Jawi Lengkap Primbon ini dihimpun oleh Ki Buro, diterbitkan oleh Penerbit UD. Mayasari, Solo. Isi buku primbon Jawi ini dapat digolongkan ke dalam beberapa sub kelompok sebagai berikut : a. Neptu hari, pasaran, bulan Jawa dan tahun Jawa serta masa tutup tahun Jawa yang ditaburkan untuk melaksanakan hajat perkawinan. b. Bulan yang dianggap baik dan cukup untuk melaksanakan hajat perkawinan serta hidup matinya bulan jawa.

9 c. Perhitungan jumlah neptu pengantin pria dan wanita, perhitungan hari dan weton pengantin pria dan wanita dan perhitungan menurut jumlah weton pengantin pria dan wanita. d. Tanggal naas dan tanggal Jawa yang sangar, tidak diperbolehkan untuk melaksanakan hajat perkawinan dan sebagainya. 6. Adat dan upacara perkawinan daerah Jawa Tengah, buku monografi daerah Jawa Tengah. Kedua buku yang terakhir ini sengaja tidak kami kemukakan mengenai keseluruhan isi dari buku tersebut. Buku ini adalah sebagai pelengkap dalam penyusunan skripsi ini. Adapun kedua buku ini disusun oleh Tim Peneliti Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya, Kebudayaan Daerah, Dekdikbud. Dalam buku adat dan upacara perkawinan daerah Jawa Tengah dicantumkan masalah neptu ini pada halaman tiga puluh delapan. Sedangkan dalam buku monografi daerah Jawa Tengan, masalah neptu ini tercantum pada halaman tujuh puluh tiga. Itulah buku-buku yang kami ketengahkan, yang di dalamnya mengungkap masalah penanggalan (neptu), guna kesempurnaan penyusunan skripsi ini. Untuk selanjutnya pembahasan ini akan penulis ketengahkan masalah kegunaan neptu dalam adat istiadat Jawa. Dalam adat istiadat Jawa, neptu merupakan salah satu faktor amat penting, hal ini karena erat hubungannya dengan aktivitas kehidupan sehari-

10 hari. Di ataranya adalah untuk memperhitungkan atau menentukan pelaksanaan di hari pernikahannya. Adapun perhitungan (petung Jawa) neptu hari, pasaran, sasi dan tahun yang menurut perhitungan pujangga Jawa adalah sebagai berikut : Neptu hari : (Neptu dina : Jawa) Akad neptune : 5 Senen neptune : 4 Selasa neptune : 3 Rabu neptune : 7 Kamis neptune : 8 Jum at neptune : 6 Setu neptune : 9. 4 Neptu pasaran : Kliwon neptune : 8 Legi neptune : 5 Pahing neptune : 9 Pon neptune : 7 Wage neptune : 4. 5 Neptu Bulan (Neptu sasi : Jawa) Sura neptune : 7 4 Tjakraningrat, KPH, Primbon Betal Jemur Adammakna, (dihimpun oleh R. Soemodidjoj), Soemadidjoyo maka dewa, Yogyakarta, hlm. 7 5 Ibid

11 Sapar neptune : 2 Rabiul Awal neptune : 3 Rabiul Akhir neptune : 5 Jumadil Awal neptune : 6 Jumadil Akhir neptune : 1 Rejeb neptune : 2 Ruwah neptune : 4 Poso neptune : 5 Sawal neptune : 7 Dulkaidah neptune : 1 Besar neptune : 3. 6 Neptu tahun (Neptu Windu : Jawa) Alip neptu : 1 Ehe neptu : 5 Jimawal neptu : 3 Je neptu : 7 Dal neptu : 4 Be neptu : 2 Wawu neptu : 6 Jimakir neptu : Ibid. 7 Ibid., s

12 Bila mana neptu hari, neptu pasaran, neptu bulan dan neptu tahun seseorang telah dapat diketahui, maka tinggallah memperhitungkan pengaruh apakah yang timbul dari neptu itu terhadap diri seseorang berkaiatan dengan hari kelahirannya. Orang Jawa telah membuat catatan-catatan perhitungan perkawinan melalui dari hari kelahiran seseorang (Jawa : weton) dengan mempertemukan neptunya. Dari hasil perhitungan inilah dibuat catatan ketentuan-ketantuan yang bersifat ketelitian (Jawa : Titen) terutama rizki, sakit, atau nasib dan sebagainya. Berikut keterangan contoh-contoh perhitungan perkwinan yang dapat penulis kutib dari beberapa buku primbon. Petung Pasatohan Salakirabi : Wetone penganten lanang wadon, neptune dino lan pasaran digungung, banjur kabage 9, lanang turah pira, wadon turah pira, yen turah: 1 lan 1 becik kinasihan 1 lan 2 becik 1 lan 3 kuat, adoh rejekine 1 lan 4 akeh bilahine 1 lan 5 pegat 1 lan 6 adoh sandang pangane 1 lan 7 sugih satra 1 lan 8 kasurang-surang 1 lan 9 dadi pangauban

13 2 lan 2 slamet akeh rejekine 2 lan 3 gelis mati siji 2 lan 4 akeh godane 2 lan 5 akeh bilahine 2 lan 6 adoh sandang pangane 2 lan 7 anake akeh mati 2 lan 8 cepak rejekine 2 lan 9 sugih rejekine 3 lan 3 mlarat 3 lan 4 akeh godane 3 lan 5 gelis pegat 3 lan 6 oleh nugraha 3 lan 7 akeh bilaine 3 lan 8 gelis mati siji 3 lan 9 kalah siji 4 lan 4 kerep lara 4 lan 5 akeh rencanane 4 lan 6 sugih rejekine 4 lan 7 mlarat 4 lan 8 akeh pangkalane 4 lan 9 kalah siji 5 lan 5 tulus begjane 5 lan 6 cepak rejekine

14 5 lan 7 tulus sandang pengane 5 lan 8 akeh sembekalane 5 lan 9 kalah siji 6 lan 6 cepak rejekine 6 lan 7 rukun 6 lan 8 sugih satra 6 lan 9 kasurang-surang 7 lan 7 ingikum maring rabine 7 lan 8 nemu bilai saka awake dewe 7 lan 9 tulus polo kramane 8 lan 8 kinasihan deng wong 8 lan 9 akeh bilaine 9 lan 9 giras rejekine. 8 keterangan : saupama wetone penganten lanang jumlah kliwon, neptune jumuah = 6, kliwon = 8, = 14. penganten wadon jumuah pahing, neptune jumuah = 6, paing = 9, = 15, kabage 9, turah 5 lan 6. dadi 5 lan 6 tibo cepak rejekine, iku becik. 9 Petung Salakirabi Wetone penganten lanang wadon, neptune dino lan pasaran di gunggung, banjur kabage 4, turah piro. Yen turah : 1. Gentho, larang anak 8 Tjakraningrat KPH, Primbon Betal Jemur., op. cit., hlm Ibid.

15 2. Gembili, sugih anak 3. Sri, sugih rejekine 4. Punggel, mati siji. 10 Petung Salakirabi Weton penganten lanang wadon, neptune dino lan pasaran kagunggung diwuwuhi neptune sasi, tahun lan tanggale. Gunggunge kabage 9, turah piro, yen turah : tiba wali, ala. Turah tiba pengulu, sedheng. Pangetunge mengkene : Penganten lanang : dino Rebo neptu 7 Pasaran Kliwon neptu 8 Sasi Suro neptu 7 Tanggal neptu 20 Tahun Alip neptu 1 Penganten Wadon : Dino Jumuah neptu 6 Pasaran Pon neptu 7 Sasi sapar neptu 2 Tanggal 14 Tahun Wawu neptu 6 + Gunggung 78 Jumlahe kebage 9, turah 6, tiba pengaten. Iku becik. 11 Ada cara lain, perhitunga perjodohan yang menggunakan cara yang lebih sederhana dan mudah untuk diingat yang kebanyakan digunakan 10 Ibid. 11 Tjakroningrat, KPH, Primbon Lukmanakim Adam Makna, (dihimpun oleh: Ny. Siti Woeryan Soemodiyah Noerodyo) Soemodidjojo Mahadewi, Yogyakarta, 1994, hlm. 37

16 oleh masyarakat. Adapun caranya hanya dengan jalan mempertemukan hari kelahiran dan pasangan kedua pengantin. Hal ini dalam adat istiadat Jawa biasa dikenal dengan Pasatohan salakirabi. Rumusannya seperti di bawah ini : Pasatohan Salakirabi: Wetone peganten lanang wadon neptune kagunggung, yen ketemu : 36 : Becik guyup rukun 35 : Sedheng, ora tukar padu 34 : Ala, kerep kesusahan lan kangelan 33 : Becik, apa kang sinedya keturunan 32 : Ala, nemu susah lan kengelan 31 : Becik banget, samubarang gawe kedaden 30 : Ala benget, enggal, salah siji 29 : Becik rejekine 28 : Ala, nemu kemlaratan 27 : Sedheng, luminthu rejekine 26 : Ala, tansah kengelan 25 : Sedheng, luminthu rejekine 24 : Ala, nemu bilahi lan kerep kemalingan 23 : Sedheng, luminthu rejekine nanging rada kekurangan margo sugih dayoh 22 : Ala, nemu loro lan banjur mati 21 : Becik, sugih anak lan slamet

17 20 : Ala, mati salah siji 19 : Becik, sugih anak lan slamet, becik turune 18 : Ala, nemu lara banget 17 : Becik, sugih anak lan slamet 16 : Ala, nemu lara lan banjur mati 15 : Sedheng, ketemu cukup sekabehe 14 : Ala, kerep suloyo, enggal pegatan. 12 Dari keterangan tersebut dapat diambil suatu pemahaman bahwa yang dimaksud dengan : Neptu hari ialah suatu perhitungan, dalam adat istiadat jawa, yang berdasarkan atas ketentuan nilai hari, yaitu minggu, senin, selasa, rabu kamis, jumuat dan sabtu. Neptu pasaran ialah suatu perhitungan, dalam adat istiadat Jawa berdasarkan ketentuan nilai pasaran, yaitu : pahing, pon, wage, kliwon dan legi. Neptu bulan ialah suatu perhitungan, dalam adat istiadat Jawa, berdasarkan ketantuan nilai, bulan, yaitu: Suro, Sapar, Mulud, Bakdha Mulud, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rejeb, Ruwah, Poso, Syawal, Dulkaidah, Besar. Dan neptu tahun ialah suatu perhitungan, dalam adat istiadat jawa, berdasarkan ketentuan nilai tahun, yaitu: Alip, Ehe, Jimawal, Je, Dal, Be Wawu, Jimakir Tjakraningrat, KPH, Primbon Lukma hakim.., Op. Cit., hlm Kisuro, Primbon Jawi Lengkap, edisi bahasa Indonesia, Cet. Pertama, UD Mayasari, Solo, 1995, hlm. 3.

18 C. Pendapat Orang-Orang Jawa Tentang Nikah Di Bulan Muharram Sebelum penulis mengemukakan pendapat orang-orang Jawa tentang nikah di bulan Muharram, maka ada baiknya bila kita mengetahui dengan jelas makna dan apa yang terkait di dalam bulan Muharram pada masyarakat suku Jawa. Muharram adalah nama bulan Arab yang terdiri dari dua belas bulan dalam setahun. Nama bulan tersebut diketahui dan ditetapkan oleh bangsa Arab sebelum lahirnya agama Islam pada abad ke-7 masehi, tegasnya sebelum lahir Nabi Muhammad Rasulullah Saw. pada tahun 570 Masehi. Setelah agama Islam lahir di tanah Arab (Makkah), maka dalam ajaran agama Islam itu banyak hukum-hukumnya yang sangat erat hukumannya dengan bulan-bulan Arab tersebut. Karena itu, seluruh kaum muslimin yang mukmin perlu dan harus mengetahui peredaran bulan-bulan tersebut setiap tahun, agar amal ibadahnya dapat dikerjakan dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan jadwal waktunya tersebut. Agama Islam yang dibawa Muhammad Rasulullah SAW. itu adalah salah satu agama yang mementingkan dan menghargai waktu. Waktu untuk ibadah yang ditentukan secara tahunan, atau secara bulan dan secara harian dan jam, seperti waktu shalat subuh (pagi), dzuhur (lohor, tengah hari), ashar (petang hari), maghrib (ketika terbenam matahari), dan isya (malam hari). Semua memerlukan pengetahuan untuk mengerjakan tepat pada jadwalnya. 14 hlm Amir Taat Nasution, Muharram dan Hijriyyah, Cet I, Surabaya: Bina Ilmu, 1982,

19 Selain waktu shalat yang begitu rapi dan teratur yang telah ditetapkan oleh hukum syari at Islam (hukum fiqih), maka umat Islam harus mengetahui: 1. Waktu shalat Idul Fitri, pada setiap tanggal 1 syawal, 2. Waktu shalat Idul Adha, (hari raya haji) pada setiap tanggal 10 bulan Dzulhijjah. Adapun nama bulan-bulan Arab tersebut, sebagai berikut : 15 No Nama Bulan Arab Bulan Jawa Jumlah hari 1. Muharram Suro 30 hari 2 Shafar Sapar 29 hari 3. Rabiul awal Mulud 30 hari 4. Rabiul akhir (tsani) Silih mulud (bakda mulud) 29 hari 5. Jumadil awal Jumadil awal 30 hari 6. Jumadil akhir (tsani) Jumadil akhir 29 hari 7. Rajab Rejeb 30 hari 8. Sya ban Ruwah 29 hari 9. Ramadhan Poso atau Siyam 30 hari 10. Syawal ( idul fitri) Sawal lebaran 29 hari 11. Zulqa idah Bulan apit 30 hari 12. Zulhijjah Bulan besar (Haji) 29 hari Muharram atau Asyura adalah hari kesepuluh Muharram bulan pertama Hijriah. Hari tersebut menjadi menonjol dalam kalender Islam bukan 15 Ibid., hlm.42

20 saja karena hubungannya dengan diundangnya, untuk pertama kali, sebagai hari berpuasa dalam Islam tetapi juga dengan simbol keagamaan penting terutama bagi kelompok Syi ah. 16 Mulai pada hari itu pada tahun 680 (61 H), Hussein bin Ali mati terbunuh secara mengenaskan oleh pasukan Yazid, Khalifah Umayyah kedua,di bawah komando Ubaidullah bin Ziyad. Dan kejadian tersebut mendapatkan simpati dari hampir seluruh umat, ia berkembang secara unik di kalangan Syi ah, sehingga kematian yang mengerikan itu menunjukkan jiwa pengorbanan yang tak ternilai. Akibatnya timbullah semacam rasa bersalah dan semangat penebusan yang menggelora di antara orang-orang Syi ah demi menjunjung tinggi dan mengekspresikan kepatuhan kepada imam Hussein dan keluarga Nabi secara umum. 17 Untuk selanjutnya pembahasan ini akan penulis ketengahkan pendapat orang-orang Jawa tentang nikah di bulan Muharram. Pada dasarnya masyarakat di desa Bambangkerep, sangat memperhatikan peredaran pergantian penanggalan (neptu) hari, bulan, dan tahun guna untuk melaksanakan hajat-hajat tertetu seperti halnya nikah. Pada umumnya di Desa Bambangkerep penanggalan (neptu) merupakan salah satu faktor amat peninting hal ini karena erat hubungannya dengan aktifitas kehidupan seharihari. Diantaranya adalah untuk memperhituangkan atau menentukan pelaksanaan jodoh. 16 Ibid., hlm Ensiklopedi Islam Indonesia Tim penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta :Djambatan, 1992, hlm. 132

21 Umpamanya jika seseorang akan melangsungkan pernikahan/ perkawinan pada bulan Muharram, maka pertanda banyak terjadi perebutan. Jika melangsungkannya pada bulan safar, maka pertanda banyak hutangnya. Jika ingin melangsungkan pada bulan Rabi ulawwal, pertanda akan mengalami mati salah satu di antaranya. Jika ingin melangsungkan pada bulan Rabi ulakhir, maka pertanda akan terjadi pertengkaran dan berhasil nazarnya yang jelek. Jika ingin melangsungkan pada bulan Jumadilawwal, maka pertanda mengalami kerugian. Jika pada bulan Jumadilakhir, maka pertanda akan mendapatkan mas selaka dan rahayu. Jika pada bulan Rajab maka pertanda memperoleh anak banyak. Jika pada bulan Sya ban, maka pertanda akan mendapatkan rahayu. Jika pada bulan Ramadhan, maka pertanda banyak bencinya. Jika ingin melangsungkannya pada bulan Syawal, maka pertanda akan banyak hutangnya. Jika pada bulan Dzulqa dah, maka pertanda mendapatkan kegembiraan. 18 Penanggalan atau neptu dilihat dari kedudukannya dalam perkawinan adat Jawa di desa Bambangkerep adalah sebagai sarana untuk menentukan pelaksanaan calon jodoh di jauhkan dari sesuatu marabahaya yang tidak diinginkan, karena di dalam penanggalan (neptu) yang ditentukan mengandung unsur-unsur syarat yang diyakininya membawa keselamatan dan keberkahan dalam suatu perkawinan, oleh warga masyarakat desa Bambangkerep sejak kami belum ada, dan sudah berulang kali adat itu dilakukan sampai kini. Karen kepercayaan (keyakinan) yang sudah melekat itu Desember Wawancara dengan Bapak Khairuman di Desa Bambangkerep pada tanggal 15

22 tidak berani untuk meninggalkannya, karena khawatir akan terjadi bencana yang akan menimpanya bagidirinya sendiri yang melawannya. Menurut hukum adat yang berlaku, barang siapa yang hendak menikah hendaknya menghitung neptu hari kelahiran si suami dan si istri. Kemudian dicocokkan berapa jumlahnya kemudian dicocokkan dengan jadwal di bawah ini supaya diberi jodoh yang selama-lamanya agar tidak mudah bercerai, dan agar selamat selamanya tidak ada halangan apa-apa. Apabila jatuh pada hari yang kurang baik, hendaknya ditinggal. Jika baik maka harus dilaksanakan. 19 Di bawah inilah jadwalnya dan penjelasannya: 1. Bila jatuh pada karsa: insya Allah akan banyak keinginannya. Jadi termasuk baik. 2. Bila jatuh pada banda: insya Allah banyak rizkinya. 3. Bila jatuh pada rusak: maka tiada ketentraman dalam berumah tangga, jangan diteruskan ini kurang baik. 4. Bila jatuh pada tunggal: maka menjadi rumah tangga yang kuat, meskipun sering bertengkar, namun tiada mudah untuk bercerai, maka sebaiknya diteruskan. 5. Bila jatuh pada mati: inysa Allah kurang baik, karena di antara salah satu suami/istri itu kadang-kadang sering sakit kadang-kadang sampai meninggal Wawancara dengan Bapak Ridwan di Desa Bambangkerep pada tanggal 14 Desember

23 Pada umumnya masyarakat Desa Bambangkerep apabila mau aqad nikah, menentukan penanggalan (neptu) hari kelahiran calon suami dan isteri beserta hari untuk nikahnya harus dijumlah. Umpama: pria = hari kamis pon, wanita = hari rebo pahing. Hari untuk aqad nikah: hari selasa wage. Jika kamis = delapan, pon = tujuh, jumlahnya adalah 15 (lima belas). Jika rebo = tujuh, pahing = sembilan, jumlahnya adalah 16 (enam belas). Jika selasa = tiga, wage = empat, jumlahnya adalah 7 (tujuh). Jadi jumlah seluruhnya adalah = 38 Kemudian jumlah tersebut dikurangi tiga-tiga sampai habis. Umpama 38- (3 x 12) = 2 (dua). Menurut adat Jawa yang berlaku di Bambangkerep Insya Allah 2 (dua) itu adalah yang baik, jadi sisa 1 (satu) atau 3 (tiga) adalah kurang baik. 20 Telah berlaku di kalangan masyarakat luas terutama bagi suku Jawa, setiap akan menjodohkan anaknya pasti menghitung-hitung neptu kelahiran anaknya dan calon isteri atau suaminya. Bilamana hitungan itu cocok dengan patokan yang telah ada, maka rencana perjodohan jadi dilaksanakan, tapi apabila terjadi sebaliknya walaupun calon pengantin sudah sama cocok dan saling mencintai biasanya orang tua terpaksa melarang anaknya melaksanakan perkawinan. 21 Apa yang telah dilaksanakan orang-orang Jawa mengenai perjodohan ini, semata-mata hanya mengikuti orang-orang dahulu yang ahli dalam ilmu Wawancara dengan Bapak Rokhani di desa Bambangkerep pada tanggal 14 Desember 21 L.Chanifah-A.G, Primbon dan Horposkop, op. cit., hlm. 15

24 ilmu perhitungan. Jadi bukan gugon yang tanpa dasar. Melainkan mengikuti jejak para leluhur, kita yang menemukan ilmu perhitungan. 22 Pada dasarnya masyarakat di desa Bambangkerep tidak berani melaksanakan perkawinan di bulan-bulan tertentu semisal Suro, itu sangat ditakuti di kalangan masyarakat suku Jawa pada umumnya, di desa Bambangkerep tersebut. Karena menurut orang-orang Jawa di desa Bambangkerep yang meyakini pepitung Jawa, bahwa di bulan Suro itu sedang dibuat hajatan oleh Nyi Roro Kidul (duwe gawe) yaitu di antara tanggal satu sampai sepuluh, dan setelah itu diperbolehkan untuk melaksanakan hajat-hajat apapun semisal, perkawinan, khitanan, mendirikan rumah, dan lain sebagainya, jadi tidak semua bulan Suro itu dina askan (larangan) untuk menjalankan hajat-hajat perkawinan. 23 Dan menurut Ki Dalang Hartono yang juga sebagai tokoh lembaga masyarakat berpendapat bahwa Di bulan Suro untuk melaksanakan hajat perkawinan itu diperbolehkan semenjak masuknya bulan Suro (Muharram, Hijriyyah) sampai tanggal duapuluh sembilan dan yang tidak boleh hanyalah akhir (silem) tanggalnya na as yaitu tanggal tiga puluhnya yang diyakininya silem tanggalnya itu sebagai hari yang sial menurut adat Jawa (larangan na as). 24 Dalam pelaksanaan perkawinan di dalam masyarakat adat Jawa pada khususnya di Desa Bambangkerep Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang, masih berdasar dari kepercayaan dari leluhurnya atau dari nenek moyangnya, 22 Ibid. 23 Wawancara dengan bapak Sutat, Warga masyarakat Purwosari RT/RW. IV/II Mijen Kota Semarang, 29 November Wawancara dengan bapak Hartono, Ki Dalang Kenthus Purwosari. Kec Mijen, Kota. Semarang, 12 Desember 2003

25 mereka melaksanakan perkawinan di bulan Suro sampai tidak berani itu di antaranya mulai tanggal satu, karena tanggal satu merupakan penghormatan semua umat Jawa (sejagad) dan melestarikan (nguri-uri) warisan adat zaman kuno, juga karena di saat itu tanggal satu hari rayanya umat Budha, hari Suronya diperbolehkan setelah tanggal satunya Suro dan jangan na asnya kedua orang tua (meninggalnya kedua orang tua), dan jangan matine (silemnya) bulan Suro yaitu di akhirnya bulan Suro Wawancara dengan bapak Karmin, di desa Pucung pada tanggal 30 November 2003.

BAB II GAMBARAN DESA PEDAWANG DAN WETON SECARA UMUM. Geografis berasal dari bahasa belanda Geografie, yang berarti ilmu yang

BAB II GAMBARAN DESA PEDAWANG DAN WETON SECARA UMUM. Geografis berasal dari bahasa belanda Geografie, yang berarti ilmu yang BAB II GAMBARAN DESA PEDAWANG DAN WETON SECARA UMUM A. Deskripsi Wilayah Di bawah ini akan diungkapkan gambaran umum tentang keadaan wilayah Desa Pedawang Kecamatan Karanganyar Kabupaten Pekalongan, penyusun

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM DESA PUGERAN KECAMATAN GONDANG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB III GAMBARAN UMUM DESA PUGERAN KECAMATAN GONDANG KABUPATEN MOJOKERTO BAB III GAMBARAN UMUM DESA PUGERAN KECAMATAN GONDANG KABUPATEN MOJOKERTO A. Keadaan Geografis Desa Pugeran 1. Luas dan batas wilayah Desa Pugeran merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten BAB II KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, yang terdapat komunitas Islam Aboge merupakan ajaran Islam

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB III PRAKTEK HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN BAB III PRAKTEK HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak geografis, luas wilayah dan kependudukan Desa Petaonan merupakan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha. BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK A. Letak Geografis dan Demografis 1. Geografis Desa Teluk Batil merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Sungai Apit

Lebih terperinci

BAB III MEKANISME GADAI TANAH SAWAH DI DESA BAJUR KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

BAB III MEKANISME GADAI TANAH SAWAH DI DESA BAJUR KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN BAB III MEKANISME GADAI TANAH SAWAH DI DESA BAJUR KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN A. Gambaran Umum Desa Bajur 1. Letak Lokasi Masyarakat Bajur merupakan salah satu suku bangsa yang berada di wilayah

Lebih terperinci

Analisis Fenomena Swing Voters Pada Pemilu Reformasi di Kabupaten Rembang. Oleh : Susi Dian Rahayu D2B

Analisis Fenomena Swing Voters Pada Pemilu Reformasi di Kabupaten Rembang. Oleh : Susi Dian Rahayu D2B Analisis Fenomena Swing Voters Pada Pemilu Reformasi di Kabupaten Rembang Oleh : Susi Dian Rahayu D2B 009 005 Serial Primbon 83 Hari Baik Pindah Rumah Cara menghitung dan kemudian memilih hari yang baik

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB III PRAKTIK UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG BAB III PRAKTIK UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG A. Letak Geografis 1. Letak Lokasi Desa Ragang merupakan satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Waru Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III PENYESUAIAN KALENDER SAKA DENGAN KALENDER HIJRIYAH DAN APLIKASINYA DALAM PENENTUAN AWAL BULAN QOMARIYAH

BAB III PENYESUAIAN KALENDER SAKA DENGAN KALENDER HIJRIYAH DAN APLIKASINYA DALAM PENENTUAN AWAL BULAN QOMARIYAH BAB III PENYESUAIAN KALENDER SAKA DENGAN KALENDER HIJRIYAH DAN APLIKASINYA DALAM PENENTUAN AWAL BULAN QOMARIYAH A. Penyesuaian Antara Kalender Saka Dengan Kalender Hijriyah Penyesuaian antara kalender

Lebih terperinci

BAB IV. Analisis Metode Perumusan Pada Kalender Abadi Asopon Karya Johan. Hudaya dan Witono

BAB IV. Analisis Metode Perumusan Pada Kalender Abadi Asopon Karya Johan. Hudaya dan Witono BAB IV Analisis Metode Perumusan Pada Kalender Abadi Asopon Karya Johan Hudaya dan Witono A. Metode Perumusan Penentuan Awal Bulan Kamariah Pada Kalender Abadi Asopon Karya Johan Hudaya Dan Witono Dalam

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN TRADISI MIYANG DI DESA WERU KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Adapun jarak Desa Weru

BAB III PELAKSANAAN TRADISI MIYANG DI DESA WERU KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Adapun jarak Desa Weru BAB III PELAKSANAAN TRADISI MIYANG DI DESA WERU KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN A. Gambaran umum Desa Weru 1. Letak Geografis Desa Weru merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Paciran Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Demografis Desa Sungai Keranji

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Demografis Desa Sungai Keranji BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis dan Demografis Desa Sungai Keranji Desa Sungai Keranji merupakan desa yang berada Di Kecamatan Singingi Kabupaten Kuantan Singingi dengan luas

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah tersebut merupakan daerah yang mempunyai iklim tropis dimana terdapat

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah tersebut merupakan daerah yang mempunyai iklim tropis dimana terdapat BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Geografis Penelitian ini dilakukan di Desa Kebun Durian Kecamatan Gunung Sahilan Kabupaten Kampar. Daerah ini mempunyai luas wilayah ± 28.500 Ha. Daerah

Lebih terperinci

PENANGGALAN SYAMSIYAH DAN QAMARIYAH

PENANGGALAN SYAMSIYAH DAN QAMARIYAH 1 PENANGGALAN SYAMSIYAH DAN QAMARIYAH Dimaklumi bersama bahwa ilmu astronomi sekarang menganut teori Heliosentris (Helio = matahari, sentris = pusat). Heliosentris adalah teori bahwa matahari sebagai pusat

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN

BAB III PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN 37 BAB III PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN A. Gambaran Umum Desa Kombangan 1. Letak Lokasi Desa Kombangan merupakan satu desa yang berada di wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV DISKRIPSI LOKASI PENELITIAN

BAB IV DISKRIPSI LOKASI PENELITIAN 46 BAB IV DISKRIPSI LOKASI PENELITIAN Gambar 3 Peta Kabupaten S idoarjo Gambar 4 Peta Lokasi TPST Janti Berseri 47 A. Kondisi Geografis Letak geografis Desa Janti terletak di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja 13 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja Tinggi Kabupaten Padang Lawas di Propinsi Sumatera Utara dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MASALAH. A. Analisis Fungsi Manifes Terhadap Pengaruh Weton dalam Pelaksanaan

BAB IV ANALISIS MASALAH. A. Analisis Fungsi Manifes Terhadap Pengaruh Weton dalam Pelaksanaan BAB IV ANALISIS MASALAH A. Analisis Fungsi Manifes Terhadap Pengaruh Weton dalam Pelaksanaan Akad Nikah Akad nikah merupakan prosesi paling penting dalam perkawinan. Dalam akad nikah terdapat ijab qabul

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN TERHADAP TRADISI PENITIPAN BERAS DI TOKO BERAS DI DUSUN BANYUURIP DESA SUMBERINGIN KECAMATAN SANAN KULON KABUPATEN BLITAR

BAB III GAMBARAN TERHADAP TRADISI PENITIPAN BERAS DI TOKO BERAS DI DUSUN BANYUURIP DESA SUMBERINGIN KECAMATAN SANAN KULON KABUPATEN BLITAR BAB III GAMBARAN TERHADAP TRADISI PENITIPAN BERAS DI TOKO BERAS DI DUSUN BANYUURIP DESA SUMBERINGIN KECAMATAN SANAN KULON KABUPATEN BLITAR A. Keadaan Umum Dusun Banyuurip Desa Sumberingin 1. Keadaan Geografis

Lebih terperinci

BAB III DISKRIPSI TENTANG FAKTOR FAKTOR YANG MELATAR BELAKANGI PERNIKAHAN WANITA HAMIL. A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

BAB III DISKRIPSI TENTANG FAKTOR FAKTOR YANG MELATAR BELAKANGI PERNIKAHAN WANITA HAMIL. A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 46 BAB III DISKRIPSI TENTANG FAKTOR FAKTOR YANG MELATAR BELAKANGI PERNIKAHAN WANITA HAMIL A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Keadaan Wilayah Kelurahan rungkut Lor Surabaya memiliki wilayah seluruh 416,44

Lebih terperinci

BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI

BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dalam kehidupan sosial bermasyarakat, keadaan suatu

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Secara administratif Kota Yogyakarta berada di bawah pemerintahan Propinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) yang merupakan propinsi terkecil setelah Propinsi

Lebih terperinci

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo Di bawah ini penulis akan sampaikan gambaran umum tentang keadaan Desa Bendoharjo Kecamatan Gabus Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN JAM KERJA KARYAWAN DI TB. SEDERHANA DI DESA GUNTUR KECAMATAN GUNTUR KABUPATEN DEMAK

BAB III PELAKSANAAN JAM KERJA KARYAWAN DI TB. SEDERHANA DI DESA GUNTUR KECAMATAN GUNTUR KABUPATEN DEMAK BAB III PELAKSANAAN JAM KERJA KARYAWAN DI TB. SEDERHANA DI DESA GUNTUR KECAMATAN GUNTUR KABUPATEN DEMAK A. Gambaran Umum Tentang Desa Guntur Kecamatan Guntur Kabupaten Demak 1. Letak Geografis 1 Desa Guntur

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM KELURAHAN LOMANIS. kelurahan di wilayah Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.Lokasinya

BAB II KONDISI UMUM KELURAHAN LOMANIS. kelurahan di wilayah Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.Lokasinya BAB II KONDISI UMUM KELURAHAN LOMANIS A. Kondisi Geografis Kelurahan Lomanis merupakan salah satu kelurahan dari 4 wilayah kelurahan di wilayah Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.Lokasinya disebelah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan sejarahnya Desa Karta Kecamatan Tulang Bawang Udik Kabupaten

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan sejarahnya Desa Karta Kecamatan Tulang Bawang Udik Kabupaten BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Desa Karta. Berdasarkan sejarahnya Desa Karta Kecamatan Tulang Bawang Udik Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah nama sebuah Desa yang terletak

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB III GAMBARAN LOKASI PENELITIAN BAB III GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Geografis Desa Lebung Gajah Desa Lebung Gajah adalah merupakan salah satu desa yang termasuk dalam wilayah hukum Kecamatan Tulung Selapan Kabupaten Ogan Komering Ilir

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN SEWA MENYEWA RUKO DI DESA KUWASEN KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG

BAB III PELAKSANAAN SEWA MENYEWA RUKO DI DESA KUWASEN KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG BAB III PELAKSANAAN SEWA MENYEWA RUKO DI DESA KUWASEN KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG A. Gambaran Umum Desa Kuwasen Kelurahan Pongangan Kecamatan Gunungpati Semarang 1. Keadaan Monografi Desa Kuwasen merupakan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Deskripsi Umum tentang Desa Kepudibener 1. Letak Geografis Desa Kepudibener merupakan satu desa yang

Lebih terperinci

BAB III TRADISI NGALOSE DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT DESA KEPUH TELUK KECAMATAN TAMBAK BAWEAN KABUPATEN GRESIK

BAB III TRADISI NGALOSE DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT DESA KEPUH TELUK KECAMATAN TAMBAK BAWEAN KABUPATEN GRESIK BAB III TRADISI NGALOSE DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT DESA KEPUH TELUK KECAMATAN TAMBAK BAWEAN KABUPATEN GRESIK A. Gambaran Tentang Desa Kepuh Teluk 1. Letak Geografis Desa Kepuh Teluk Desa atau Kelurahan

Lebih terperinci

BAB III PERAMPASAN HAK MILIK PEMBELI ATAS KETERLAMBATAN PEMBAYARAN DENGAN JAMINAN YANG DITANGGUHKAN

BAB III PERAMPASAN HAK MILIK PEMBELI ATAS KETERLAMBATAN PEMBAYARAN DENGAN JAMINAN YANG DITANGGUHKAN BAB III PERAMPASAN HAK MILIK PEMBELI ATAS KETERLAMBATAN PEMBAYARAN DENGAN JAMINAN YANG DITANGGUHKAN A. Gambaran Umum 1. Letak Lokasi Desa Ragang merupakan satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Waru

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA. A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA. A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita 1. Keadaan geografis Pasar Pelita merupakan salah satu pasar yang ada di kecamatan Kubu Babussalam tepatnya di desa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penilitian Sejarah Desa Bale Luas, Batas dan Topografi Wilayah

BAB IV ANALISIS DATA 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penilitian Sejarah Desa Bale Luas, Batas dan Topografi Wilayah BAB IV ANALISIS DATA 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penilitian 4.1.1 Sejarah Desa Bale Desa Bale terletak diwilayah timur Indonesia tepatnya di wilayah Maluku Utara. Pada tahun 1800an kesultanan ternate berkunjung

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Naga Beralih adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Kampar Utara.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Naga Beralih adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Kampar Utara. BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geografi dan Demografi Geografi Desa Naga Beralih adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Kampar Utara. Batas wilayah di Desa Naga Beralih Kecamatan Kampar

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK HIBAH SEBAGAI CARA PEMBAGIAN HARTA WARISAN DI DESA SRIWULAN KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

BAB III PRAKTIK HIBAH SEBAGAI CARA PEMBAGIAN HARTA WARISAN DI DESA SRIWULAN KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL BAB III PRAKTIK HIBAH SEBAGAI CARA PEMBAGIAN HARTA WARISAN DI DESA SRIWULAN KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL A. Monografi dan Demografi Desa Sriwulan Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal 1. Monografi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geofrafis dan Demografis Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di wilayah Kecamatan Inuman Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Susukan merupakan salah satu Kecamatan yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Susukan merupakan salah satu Kecamatan yang berada di BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah Kecamatan Susukan merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Kecamatan ini berada di lereng gunung Merbabu. Kecamatan Susukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR. orang jawa yang masuk dalam Wilayah Wali Tebing Tinggi. Setelah itu

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR. orang jawa yang masuk dalam Wilayah Wali Tebing Tinggi. Setelah itu BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR A. Letak Dan Sejarah Geografis Pada tahun 1923 Jepang masuk yang diberi kekuasaan oleh Raja Siak untuk membuka lahan perkebunan karet dan sawit yang

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PEMBAGIAN WARISAN AHLI WARIS ANAK YANG DIASUH OLEH IBU TIRI DI KELURAHAN PEGIRIAN KECAMATAN SEMAMPIR KOTA SURABAYA

BAB III PELAKSANAAN PEMBAGIAN WARISAN AHLI WARIS ANAK YANG DIASUH OLEH IBU TIRI DI KELURAHAN PEGIRIAN KECAMATAN SEMAMPIR KOTA SURABAYA BAB III PELAKSANAAN PEMBAGIAN WARISAN AHLI WARIS ANAK YANG DIASUH OLEH IBU TIRI DI KELURAHAN PEGIRIAN KECAMATAN SEMAMPIR KOTA SURABAYA A. Gambaran Umum Masyarakat Kelurahan Pegirian Kecamatan Semampir

Lebih terperinci

BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA MERAK KECAMATAN SUKAMULYA KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN

BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA MERAK KECAMATAN SUKAMULYA KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA MERAK KECAMATAN SUKAMULYA KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN A. Kondisi Geografis Desa Merak Kecamatan Sukamulya Kabupaten Tangerang Provinisi Banten Tertulis atau terdengar

Lebih terperinci

BAB II LOKASI UMUM PENELITIAN

BAB II LOKASI UMUM PENELITIAN BAB II LOKASI UMUM PENELITIAN A. Letak Geografis dan Demografis Kecamatan Kampar adalah merupakan satu kecamatan yang ada di Kabupaten Kampar dengan ketinggian 30/50 Meter dari permukaan laut, suhu maksimum

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK UTANG PIUTANG DENGAN SISTEM NGAMBAK DI DUKUH BURAN KELURAHAN BABAT JERAWAT KECAMATAN PAKAL KOTA SURABAYA

BAB III PRAKTIK UTANG PIUTANG DENGAN SISTEM NGAMBAK DI DUKUH BURAN KELURAHAN BABAT JERAWAT KECAMATAN PAKAL KOTA SURABAYA BAB III PRAKTIK UTANG PIUTANG DENGAN SISTEM NGAMBAK DI DUKUH BURAN KELURAHAN BABAT JERAWAT KECAMATAN PAKAL KOTA SURABAYA A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Berdasarkan data monografi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN 2.1 Letak Geografis Sumbul Pegagan Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara. Secara geografis Sumbul Pegagan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering kita

I. PENDAHULUAN. memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering kita I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering kita sebut dengan kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KAMPUNG RANTAU PANJANG KUCHING SARAWAK. Secara umum Kampung Rantau Panjang termasuk dalam kawasan

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KAMPUNG RANTAU PANJANG KUCHING SARAWAK. Secara umum Kampung Rantau Panjang termasuk dalam kawasan 17 BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KAMPUNG RANTAU PANJANG KUCHING SARAWAK A. Letak dan Aksesibilitas Secara umum Kampung Rantau Panjang termasuk dalam kawasan Batu Kawa lama yang terletak 17.4 km dari

Lebih terperinci

BAB III LARANGAN NIKAH NYIGAR KUPAT DI KECAMATAN NGUNUT KABUPATEN TULUNGAGUNG. A. Gambaran Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung

BAB III LARANGAN NIKAH NYIGAR KUPAT DI KECAMATAN NGUNUT KABUPATEN TULUNGAGUNG. A. Gambaran Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung BAB III LARANGAN NIKAH NYIGAR KUPAT DI KECAMATAN NGUNUT KABUPATEN TULUNGAGUNG A. Gambaran Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung 1. Keadaan Geografis dan Jumlah Penduduk Kecamatan Ngunut adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian merupakan suatu estafet

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK 12 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK A. Kondisi Geografis Desa Olak merupakan salah satu daerah integral yang terletak di Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Lampung Tengah adalah 3,802 ha² yang terdiri dari pemukiman

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Lampung Tengah adalah 3,802 ha² yang terdiri dari pemukiman 50 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis Desa Gunung Batin Udik Luas wilayah Desa Gunung Batin Udik Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah adalah 3,802 ha² yang terdiri

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. jarak dengan ibukota provinsi (pekanbaru)sekitar 200 km. 1) Sebelah utara berbatasan dengan desa sepotong

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. jarak dengan ibukota provinsi (pekanbaru)sekitar 200 km. 1) Sebelah utara berbatasan dengan desa sepotong 18 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geografi Desa laksamana merupakan desa yang ada di kecamatan Sabak Auh yang ibu kota nya Kabupaten Siak dengan luas wilayah lebih kurang 918,44 km2. jarak antara

Lebih terperinci

BAB III SANKSI TERHADAP NIKAH SIRRI YANG DIKENAKAN DENDA JIKA MELEWATI 3 BULAN DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

BAB III SANKSI TERHADAP NIKAH SIRRI YANG DIKENAKAN DENDA JIKA MELEWATI 3 BULAN DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN BAB III SANKSI TERHADAP NIKAH SIRRI YANG DIKENAKAN DENDA JIKA MELEWATI 3 BULAN DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN A. Letak Geografis 1. Letak Lokasi Desa Ragang merupakan satu desa yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KECAMATAN SEMARANG BARAT. 4.1 Situasi Umum Kecamatan Semarang Barat. Manyaran, Cabean, Tawang Mas, Tawang Sari, Tambak Harjo,

BAB IV GAMBARAN UMUM KECAMATAN SEMARANG BARAT. 4.1 Situasi Umum Kecamatan Semarang Barat. Manyaran, Cabean, Tawang Mas, Tawang Sari, Tambak Harjo, BAB IV GAMBARAN UMUM KECAMATAN SEMARANG BARAT 4.1 Situasi Umum Kecamatan Semarang Barat 4.1.1 Keadaan Geografis Kecamatan Semarang Barat adalah pusat pemerintahan yang mempunyai ketinggian dataran 3 meter

Lebih terperinci

Tabel II Jumlah Penduduk Menurut Usia 2 a. Tabel Kelompok Pendidikan No. Umur Jumlah Tahun Orang

Tabel II Jumlah Penduduk Menurut Usia 2 a. Tabel Kelompok Pendidikan No. Umur Jumlah Tahun Orang BAB III IMPLEMENTASI AMALAN KEAGAMAAN ANAK DALAM KELUARGA DI KELURAHAN KEBONDALEM, PEMALANG A. Gambaran Umum Kelurahan Kebundalem, Pemalang 1. Letak Dan Batas Wilayah Secara geografis Kebondalem berada

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

BAB II PROFIL WILAYAH. acuan untuk menentukan program kerja yang akan dilaksanakan selama KKN

BAB II PROFIL WILAYAH. acuan untuk menentukan program kerja yang akan dilaksanakan selama KKN BAB II PROFIL WILAYAH A. Kondisi Wilayah Survei sangat perlu dilakukan sebelum penerjunan ke lokasi KKN sebagai acuan untuk menentukan program kerja yang akan dilaksanakan selama KKN belangsung, sehingga

Lebih terperinci

BAB III WETON DALAM PELAKSANAAN AKAD NIKAH DI DESA PEDAWANG KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN

BAB III WETON DALAM PELAKSANAAN AKAD NIKAH DI DESA PEDAWANG KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN BAB III WETON DALAM PELAKSANAAN AKAD NIKAH DI DESA PEDAWANG KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN A. Pengaruh Penggunaan Weton Terhadap Pelaksanaan Akad Nikah Penggunaan weton dalam kepercayaan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KEADAAN MASYARAKAT DESA SEPANJANG SEBELUM MASUKNYA MUHAMMADIYAH

BAB II KEADAAN MASYARAKAT DESA SEPANJANG SEBELUM MASUKNYA MUHAMMADIYAH 9 BAB II KEADAAN MASYARAKAT DESA SEPANJANG SEBELUM MASUKNYA MUHAMMADIYAH A. Monografi Desa Sepanjang Sepanjang adalah nama sebuah Desa yang termasuk dalam wilayah kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo Propinsi

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK PENGUPAHAN SISTEM ROYONGAN DI DESA KLIRIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL. A. Demografi Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal

BAB III PRAKTEK PENGUPAHAN SISTEM ROYONGAN DI DESA KLIRIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL. A. Demografi Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal BAB III PRAKTEK PENGUPAHAN SISTEM ROYONGAN DI DESA KLIRIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL A. Demografi Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal Letak geografis yang penulis ambil sebagai obyek pembahasan

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG A. Deskripsi Wilayah 1. Profil Desa Bantarjo merupakan salah satu pedukuhan yang berada di Desa Banguncipto Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulonprogo Yogykarata, luas wilayah 96.5 ha,

Lebih terperinci

BAB III PERKEMBANGAN KEAGAMAAN ANAK BURUH PABRIK DI WONOLOPO

BAB III PERKEMBANGAN KEAGAMAAN ANAK BURUH PABRIK DI WONOLOPO BAB III PERKEMBANGAN KEAGAMAAN ANAK BURUH PABRIK DI WONOLOPO A. Tipologi Demografis Masyarakat Kelurahan Wonolopo Kecamatan Mijen Kota Semarang 1. Keadaan Demografis Penduduk Kelurahan Wonolopo berjumlah

Lebih terperinci

BAB III PEMBAGIAN KEUNTUNGAN DI RENTAL PLAY STATION DESA MLORAH KEC. REJOSO KAB. NGANJUK

BAB III PEMBAGIAN KEUNTUNGAN DI RENTAL PLAY STATION DESA MLORAH KEC. REJOSO KAB. NGANJUK 50 BAB III PEMBAGIAN KEUNTUNGAN DI RENTAL PLAY STATION DESA MLORAH KEC. REJOSO KAB. NGANJUK A. Gambaran Umum Tentang Daerah Penelitian 1. Keadaan geografis Keadaan geografis Desa Mlorah Kecamatan Rejoso

Lebih terperinci

BAB III PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH PADA KALENDER ABADI ASOPON KARYA JOHAN HUDAYA DAN WITONO. A. Biografi Singkat Penyusun Kalender Abadi Asopon

BAB III PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH PADA KALENDER ABADI ASOPON KARYA JOHAN HUDAYA DAN WITONO. A. Biografi Singkat Penyusun Kalender Abadi Asopon BAB III PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH PADA KALENDER ABADI ASOPON KARYA JOHAN HUDAYA DAN WITONO A. Biografi Singkat Penyusun Kalender Abadi Asopon Kalender Abadi Asopon disusun oleh Witono dan Johan Hudaya.

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Sejarah dan Geografis Menurut data dari Kantor Kelurahan, Desa Sumbermanjingkulon terbagi menjadi dua Dukoh (daerah pemerintahan), yaitu Dukoh Dusun Krajan dan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA A. Kondisi Geografi Surakarta merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang menunjang kota-kota besar seperti Semarang maupun Yogyakarta. Letaknya yang strategis dan berpotensi

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK A. Profil Desa Lundo 1. Letak geografis Desa Lundo merupakan salah satu desa yang terletak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENETAPAN AWAL BULAN KAMARIAH SISTEM ABOGE DI DESA KRACAK KECAMATAN AJIBARANG

BAB IV ANALISIS PENETAPAN AWAL BULAN KAMARIAH SISTEM ABOGE DI DESA KRACAK KECAMATAN AJIBARANG BAB IV ANALISIS PENETAPAN AWAL BULAN KAMARIAH SISTEM ABOGE DI DESA KRACAK KECAMATAN AJIBARANG A. Analisis Terhadap Metode Penetapan Awal Bulan Kamariah Sistem Aboge di Desa Kracak. Hisab Jawa yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Perawang Barat maju pesat dalam pembangunan maupun perekonomian, hal ini didukung

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Perawang Barat maju pesat dalam pembangunan maupun perekonomian, hal ini didukung BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Sejarah Desa Perawang Barat adalah salah satu Desa hasil dari pemekaran dari Desa Induk yaitu Desa Tualang berdasarkan peraturan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Restu Rahayu Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan Raman Utara, Kabupaten Lampung Timur. Wilayah Kecamatan Raman Utara memiliki

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU Wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada posisi geografis 107 o 52 sampai 108 o 36 Bujur Timur (BT) dan 6 o 15 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan untuk mengetahui lokasi dari Dusun Klegung, Desa Ngoro-oro, baik

BAB I PENDAHULUAN. lapangan untuk mengetahui lokasi dari Dusun Klegung, Desa Ngoro-oro, baik BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah Berdasarkan hasil survey dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan untuk mengetahui lokasi dari Dusun Klegung, Desa Ngoro-oro, baik melalui wawancara, curah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua makhluk Allah SWT yang bernyawa. Adanya pernikahan bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan salah satu sunatullah yang berlaku pada semua mahluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuhan. Dengan naluri mahluk, dan masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar.segala hal yang menyangkut tentang perkawinan haruslah dipersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. besar.segala hal yang menyangkut tentang perkawinan haruslah dipersiapkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan bagi sebagian besar masyarakat merupakan hal yang sangat urgen dan sakral.hampir seluruh adat masyarakat di Indonesia memandang pernikawan sebagai sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, baik itu tarian, lagu, seni rupa, karya sastra, kuliner, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, baik itu tarian, lagu, seni rupa, karya sastra, kuliner, dan lain 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras. Hal ini menjadikan tiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas masing-masing,

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. klasifikasi data rendah. Dusun Mojosantren merupakan dusun yang strategis

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. klasifikasi data rendah. Dusun Mojosantren merupakan dusun yang strategis BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dusun mojosantren bila dilihat dari sudut geografis termasuk pada klasifikasi data rendah. Dusun Mojosantren merupakan dusun yang strategis

Lebih terperinci

BAB III TRANSAKSI GADAI SAWAH DI DESA BETON KECAMATAN SIMAN KABUPATEN PONOROGO

BAB III TRANSAKSI GADAI SAWAH DI DESA BETON KECAMATAN SIMAN KABUPATEN PONOROGO BAB III TRANSAKSI GADAI SAWAH DI DESA BETON KECAMATAN SIMAN KABUPATEN PONOROGO A. Gambaran Umum Objek Penelitian Pada bab ini akan diuraikan tentang objek penelitian dengan maksud untuk menggambarkan objek

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 93 BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Sumberejo Kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang Desa Sumberejo Kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang secara geografis merupakan wilayah yang

Lebih terperinci

PANTANGAN PERNIKAHAN ADAT JAWA DALAM PERSPEKTIF TOKOH MASYARAKAT. (Studi Kasus Desa Ketangirejo Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan) NASKAH PUBLIKASI

PANTANGAN PERNIKAHAN ADAT JAWA DALAM PERSPEKTIF TOKOH MASYARAKAT. (Studi Kasus Desa Ketangirejo Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan) NASKAH PUBLIKASI 1 PANTANGAN PERNIKAHAN ADAT JAWA DALAM PERSPEKTIF TOKOH MASYARAKAT (Studi Kasus Desa Ketangirejo Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Data Umum Hasil Penelitian a. Profil Desa 1) Demografi Desa Caruban mempunyai jumlah penduduk 4.927 Jiwa. Tabel 4.1 Statistik penduduk

Lebih terperinci

BAB III MEKANISME JUAL BELI TANAH SAWAH DENGAN SISTEM BATA DI DESA BRUDU KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG

BAB III MEKANISME JUAL BELI TANAH SAWAH DENGAN SISTEM BATA DI DESA BRUDU KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG BAB III MEKANISME JUAL BELI TANAH SAWAH DENGAN SISTEM BATA DI DESA BRUDU KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG A. Deskripsi tentang Lokasi Penelitian Untuk mengetahui letak geografis desa Brudu Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Berdirinya Kelurahan Sail Kelurahan adalah pembagian wilayah administratif di bawah kecamatan, dalam konteks merupakan wilayah kerja lurah sebagai

Lebih terperinci

IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 114,47 km 2 beribukota di

IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 114,47 km 2 beribukota di 40 IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 4,47 km beribukota di Kampung Gedung Aji yang berjarak 36 km dari Ibu Kota Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah satu desa dari 13

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah satu desa dari 13 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Koto Tuo Barat adalah Desa yang terletak di Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian 60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Indonesia dengan sasaran pembukaan lapangan kerja.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Indonesia dengan sasaran pembukaan lapangan kerja. 11 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian tentang usaha pembelian buah kelapa sawit ini terletak di Desa Tapung Jaya Kecamatan Tandun Kabupaten Rokan Hulu. Desa Tapung Jaya

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DUSUN NONGKO DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN NGARINGAN KABUPATEN GROBOGAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DUSUN NONGKO DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN NGARINGAN KABUPATEN GROBOGAN BAB IV GAMBARAN UMUM DUSUN NONGKO DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN NGARINGAN KABUPATEN GROBOGAN A. Sejarah Desa Sumberagung Kecamatan Ngaringan Kabupaten Grobogan Desa Sumberagung merupakan desa terbesar sekecamatan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan 29 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa Teluk Mesjid Desa Teluk Mesjid adalah suatu wilayah di kecamatan Sungai Apit kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PRAKTEK SEWA SAWAH DI DESA TAMANREJO KECAMATAN TUNJUNGAN KABUPATEN BLORA

BAB III PELAKSANAAN PRAKTEK SEWA SAWAH DI DESA TAMANREJO KECAMATAN TUNJUNGAN KABUPATEN BLORA BAB III PELAKSANAAN PRAKTEK SEWA SAWAH DI DESA TAMANREJO KECAMATAN TUNJUNGAN KABUPATEN BLORA A. Demografi dan Monografi Desa Tamanrejo Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora Penulis akan menyampaikan gambaran

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang 38 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan

Lebih terperinci

BAB III PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA. 1. Letak Georgafis Desa Tahunan Baru, Tegalombo, Pacitan

BAB III PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA. 1. Letak Georgafis Desa Tahunan Baru, Tegalombo, Pacitan BAB III PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA A. Data Umum 1. Letak Georgafis Desa Tahunan Baru, Tegalombo, Pacitan Secara umum, letak desa Tahunan Baru adalah

Lebih terperinci

BAB II KONDISI OBYEKTIF LOKASI DESA BITUNG JAYA KEC. CIKUPA KAB. TANGERANG

BAB II KONDISI OBYEKTIF LOKASI DESA BITUNG JAYA KEC. CIKUPA KAB. TANGERANG BAB II KONDISI OBYEKTIF LOKASI DESA BITUNG JAYA KEC. CIKUPA KAB. TANGERANG A. Gambaran Umum Wilayah 1. Letak Geografis Desa Bitung jaya merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Cikupa kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pringsewu. Keadaan Geografis Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah barat Bandar Lampung, ibukota Provinsi

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG A. Profil Desa Krikilan 1. Kondisi Geografis Desa Krikilan di bawah pemerintahan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI. Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI. Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat 28 BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI A. Sejarah Singkat Kelurahan Way Dadi Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat berbatasan dengan wilayah Bandar Lampung maka pada

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK DARI HUTANG PIUTANG KE JUAL BELI DI DESA KARANGMALANG WETAN KECAMATAN KANGKUNG KABUPATEN KENDAL

BAB III PRAKTEK DARI HUTANG PIUTANG KE JUAL BELI DI DESA KARANGMALANG WETAN KECAMATAN KANGKUNG KABUPATEN KENDAL BAB III PRAKTEK DARI HUTANG PIUTANG KE JUAL BELI DI DESA KARANGMALANG WETAN KECAMATAN KANGKUNG KABUPATEN KENDAL A. Profil Wilayah Desa Karangmalang Wetan Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal Sebagai gambaran

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN WAKAF PRODUKTIF KEBUN APEL DI DESA ANDONOSARI KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN

BAB III PELAKSANAAN WAKAF PRODUKTIF KEBUN APEL DI DESA ANDONOSARI KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN BAB III PELAKSANAAN WAKAF PRODUKTIF KEBUN APEL DI DESA ANDONOSARI KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Desa Andonosari sebagai lokasi penelitian merupakan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PULAU SENGKILO KECAMATAN KELAYANG KABUPATEN INDRAGIRI HULU

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PULAU SENGKILO KECAMATAN KELAYANG KABUPATEN INDRAGIRI HULU BAB II GAMBARAN UMUM DESA PULAU SENGKILO KECAMATAN KELAYANG KABUPATEN INDRAGIRI HULU A. Geografis Dan Demografis Desa Pulau Sengkilo merupakan suatu desa yang terletak di Kecamatan kelayang Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci