membangun imej positif di Desa Muara?
|
|
- Surya Susanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 LAMPIRAN Daftar Pertanyaan dan Jawaban Bapak Leman 1. Apa nama kegiatan penanaman mangrove di Desa Muara? nama kegiatan tersebut adalah Kampung Mangrove Dengan Energi Terbarukan. 2. Apa tujuan kegiatan tersebut? Tujuan dari kegiatan ini adalah membangun kampung pembibitan mangrove atau pusat pembibitan mangrove, menjadikan kawasan itu menjadi pemasok kebutuhan donasi tanaman mangrove untuk program Pertamina, menjadikan kawasan percontohan tanaman mangrove, meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat dengan mangrove, perbaikan lingkungan pesisir sekitar, dan meningkatkan kemampuan masyarakat. 3. Apakah kegiatan ini ada kaitannya dengan membangun citra kepedulian terhadap lingkungan? Kegiatan CSR itu pada dasarnya adalah seperti kegiatan amal tanpa menerima balasan. Namun disisi lain Citra akan tumbuh dengan sendirinya bila kita melakukan kegiatan tersebut dengan baik. Dengan sendirinya masyarakat menyadari bahwa Pertamina merupakan Perusahaan yang ikut serta dalam menjaga dan melindungi alam karena Pertamina merupakan perusahaan yang besar. 4. Apa jenis kegiatan CSR penanaman mangrove di Desa Muara? jenis CSR yang digunakan dalam penanaman mangrove ditanjung pasir adalah Filantophy, jadi kami memberikan anggaran dana kepada lembaga yang dapat dipertanggung jawabkan. 5. Bagaimana tahap-tahap strategi CSR lingkungan Pertamina dalam membangun imej positif di Desa Muara? Tahapan dari kegiatan tersebut adalah Pertamina membuat kesepakatan MOU dengan pihak LBLL Trisakti untuk menjadi L1
2 L2 partner kami dalam melakukan kegiatan tersebut. selanjutnya yang menjadi penanggung jawab sepenuhnya dilapangan adalah pihak dari LBLL Trisakti. selanjutnya kami melakukan monitoring kelapangan setelah kegiatan penanaman dan kami selalu meminta laporan pertanggung jawaban dari pihak LBLL Trisakti untuk mengetahui progress dari kegiatan tersebut. 6. Bagaimana cara mengidentifikasi masalah yang ada di lingkungan Desa Muara? Kami melakukan komunikasi dengan pihak LBLL Trisakti dan mereka yang melakukan kegiatan identifikasi masalah. Tentunya setelah adanya identifikasi masalah dilapangan, dari pihak LBLL Trisakti harus memberikan laporan kepada kami. 7. Bagaimana rencana selanjutnya setelah mengidentifikasi masalah? Pertamina hanya melakukan control dari jauh. Tidak berada secara langsung di lapangan, namun kami memberikan deadline bagi pihak LBLL untuk memberika laporan, hal ini tertera disurat perjanjian. Pertamina memberikan tugas lapangan secara penuh kepada orang lapangan dari pihak Trisakti. 8. Apa yang dilakukan pertamina pada saat tahap pelaksanaan? pada proses penanaman kami tidak menghadiri, karena yang bertanggung jawab dilapangan adalah pihak LBLL Trisakti. Namun pada saat peresmian CSR Pertamina hadir dalam acara tersebut dan kami melakukan komunikasi dengan kawan media bahwa Pertamina melakukan kegiatan CSR sehingga kawan-kawan media hadir dalam acara peresmian tersebut. 9. Bagaimana CSR lingkungan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan penanaman mangrove di Tanjung Pasir? kami datang langsung dengan tim kami meninjau lapangan. Waktu itu kegiatan tersebut bulan Februari, sekaligus kami launching kegiatan dan dihadiri oleh beberapa media massa. Kami juga menerima laporan penanaman tersebut dari LBLL Trisakti, segala laporan monitoring dan evaluasi semua berdasarkan dari LBLL Trisakti. Monitoring tersebut berupa anggaran dan kegiatan, sedangkan evaluasi itu berupa tujuan yang dicapai dan kendala.
3 L3 10. Bagaimana cara melakukan termination/pengakhiran terhadap keiatan penanaman mangrove ditanjung pasir? pengakhiran kegiatan berdasarkan dari surat kontrak yang sudah dibuat dengan LBLL Trisakti. Kita akan mengakhiri kegiatan tersebut tanpa ada acara ceremonial. Kami akan tetap membantu bila di daerah tersebut membutuhkan bantuan. Sebagai contoh peminjaman uang ke bank, kami akan membantu mereka bagaimana membuat proposal yang baik ke bank. 11. Apa kendala yang dihadapi Pertamina dalam melakukan kegiatan tersebut? kendalanya menurut laporan dari LBLL Trisakti adalah bila pada tahap awal kita mengumumkan kegiatan ini dari Pertamina, mereka akan lebih berorientasi pada uang. Jadi kemandirian dan kesadaran mereka akan berkurang. 12. Apa faktor yang mendukung kegiatan penanaman mangrove tersebut? yang mendukung pada kegiatan ini adalah mudahnya mencari bibit pohon mangrove didaerah tersebut. Bapak Hendri 13. Apa nama kegiatan penanaman mangrove di Desa Muara? Kampung Mangrove Dengan Energi Terbarukan. 14. Apa tujuan kegiatan tersebut? berdasarkan dari tujuan diadakannya rehabilitasi mangrove ini Membangun kampung pembibitan mangrove dengan energi terbarukan, Menjadikan kawasan ini sebagai kawasan pendampingan yang dapat memasok kebutuhan donasi tanaman mangrove sebagai program lingkungan Pertamina, Menjadikan kawasan ini sebagai kawasan percontohan dan edukasi tanaman mangrove, Meningkatkan kesejahteraan ekonomi warga melalui program all about mangrove. 15. Apakah kegiatan ini ada kaitannya dengan membangun citra kepedulian terhadap lingkungan?
4 L4 Menurut saya ada, karena masyarakat Desa Muara sendiri mengetahui bahwa kegiatan tersebut adalah kegiatan Pertamina. Walaupun saya tidak mengerti masalah CSR. 16. Apa jenis kegiatan CSR penanaman mangrove di Desa Muara? saya tidak mengerti mengenai masalah CSR, namun dalam kegiatan ini Pertamina memberikan dana bantuan yang di berikan kepada pihal LBLL Trisakti untuk nantinya diolah oleh pihal LBLL untuk menjadi kegiatan ini. 17. Bagaimana tahap-tahap strategi CSR lingkungan Pertamina dalam membangun imej positif di Desa Muara? kami pertama-tama melakukan identifikasi masalah dilapangan dan kondisi sosial setempat, kemudian kami melakukan community mapping, lalu pembentukan lembaga/kelompok kerja dimasyarakat, pendampingan dimasyarakat, pelatihan, lalu dilakukannya rehabilitasi mangrove atau persemaiaan dan penanaman. Setelah penanaman Pertamina melakukan launching yang dihadiri oleh media-media nasional. 18. Bagaimana cara mengidentifikasi masalah yang ada di lingkungan Desa Muara? Dalam mengidentifikasi masalah kita melakukan survey dilapangan untuk data sekunder kita melakukan wawancara kepada masyarakat atas kebutuhan yang dirasa perlu pada penanaman mangrove tersebut. Untuk fisik kita melakukan identifikasi lapangan secara langsung agar kita bisa mendapatkan teknik penanaman dan juga cara pendekatan sosialisasi kemasyarakat. 19. Bagaimana rencana selanjutnya setelah mengidentifikasi masalah? Selanjutnya kita membuat rencana pendekatan ke masyarakat dengan menggunakan FGD dan juga membentuk komunitas mangrove swadaya masyarakat muara ujung. Dari komunitas tersebut kami mengembangkan kegiatan lainnya, seperti kegiatan penanaman, penyemaian dan pemeliharaan. Kami juga melakukan pelatihan kepada mereka termasuk pelatihan kewirausahaan dan budidaya tambak ramah lingkungan. Tahap selanjutnya kami membuat rencana
5 L5 pembuatan bibit yang diambil dari pohon bakau yang ada disekitar wilayah tersebut. 20. Apa yang dilakukan pertamina pada saat tahap pelaksanaan? Pada tahap pelaksanaan, kami melakukan penanaman, penanaman tersebut dilakukan oleh masyarakat Desa Muara, selanjutnya kami melakukan penyulaman pohon apabila ada pohon bakau yang mati setelah penanaman, yaitu mengganti pohon yang mati dengan yang baru. Setelah melakukan penanaman Pertamina melakukan peresmian penanaman tersebut di Desa Muara yang dihadiri juga oleh 20 media nasional dan juga staff CSR Pertamina. 21. Bagaimana CSR lingkungan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan penanaman mangrove di Tanjung Pasir? Pertamina akan menginformasikan kepada kita bila mereka mau datang, sebagai contoh bila mereka mau melihat kegiatan penanaman. Intinya salah satu kegiatan, tidak setiap hari Pertamina akan datang. Selain itu juga kami memberikan laporan kegiatan disana. 22. Bagaimana cara melakukan termination/pengakhiran terhadap keiatan penanaman mangrove ditanjung pasir? kegiatan ini akan berakhir sesuai dengan surat kontrak. Pertamina itu tidak menginformasikan kegiatan tersebut akan berakhir kepada masyarakat, namun hanya kepada orang-orang penting disana. Jadi kami berupaya agar masyarakat sudah bisa mandri, mereka sudah punya pengetahuan untuk membuat bibit dan bisa meningkatkan ekonomi. Intinya mereka sudah bisa berjalan sendiri dalam segi kepedulian terhadap lingkungannya dan dapat mengelola sumber daya mereka sendiri. 23. Apa kendala yang dihadapi Pertamina dalam melakukan kegiatan tersebut? Kendala pada saat kegiatan biasanya ada pada hama, hama yang biasa memakan pohon mangrove adalah kambing dan kepiting lumpur. Masalah lainnya adalah kadang-kadang kegiatan tersebut
6 L6 disangkut pautkan dengan kegiatan politik karena di Desa Muara saat ini akan berlangsung pemilihan kepala desa. 24. Apa faktor yang mendukung kegiatan penanaman mangrove tersebut? bibit yang didapatkan merupakan bibit dari pohon mangrove didaerah tersebut. yang lainnya adalah orang-orangnya sangat menginginkan perubahan pada perkampungan mereka, setelah mereka merasakan keburukan dari perubahan desa mereka yang semakin buruk. Selain itu masyarakat juga sudah ada yang sudah tahu bagaimana melakukan pembibitan mangrove. Ustad Nasan 25. Apa nama kegiatan penanaman mangrove di Desa Muara? Kampung Mangrove Dengan Energi Terbarukan. 26. Apa tujuan kegiatan tersebut? tujuan yang saya tahu itu Pertamina akan menjadikan Desa Muara sebagai pusat pembibitan mangrove dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu meningkatkan kesadaran masyarakat akan kesadaran lingkungan, karena di Desa Muara ini telah terkena Abrasi akibat tangan-tangan manusianya itu sendiri. Dulu bibir pantai di Desa Muara ini sangat jauh dari bibir pantai sekarang. Banyak ditumbuhi Pepohonan dan juga dulunya daerah ini adalah hutan mangrove dan dihuni oleh banyak monyet. 27. Apakah kegiatan ini ada kaitannya dengan membangun citra kepedulian terhadap lingkungan? Masyarakat memahami sekali bahwa Pertamina yang menyelenggarakan kegiatan ini. Sehingga terdapat unsur membangun citra dalam kegiatan seperti ini. 28. Apa jenis kegiatan CSR penanaman mangrove di Desa Muara? saya kurang tau apa jenis kerja sama ini, tapi menurut saya Pertamina yang memberikan dana kepada LBLL Trisakti.
7 L7 29. Bagaimana tahap-tahap strategi CSR lingkungan Pertamina dalam membangun imej positif di Desa Muara? yang saya tahu pertama-tama mereka meneliti terlebih dulu apa yang sekira-kiranya diperlukan disini, lalu dibuatlah Komunitas Mangrove Swadaya Masyarakat Muara Ujung, setelah itu mereka memberikan semacam penyuluhan bagaimana penanaman dan pembibitan pohon bakau, selanjutnya baru dilakukan penanaman. Pertamina waktu itu datang pada saat peresmian dan terdapat puluhan media yang datang ke sini. 30. Bagaimana cara mengidentifikasi masalah yang ada di lingkungan Desa Muara? Anak-anak dari Trisakti, mereka melihat secara langsung kesini, melihat potensi yang ada disini dan juga melakukan Tanya jawab dengan masyarakat mengenai lngkungan sekitar. Jadi ada survey tempat dan melihat bagaimana kerusakan lingkungan disekitar. 31. Bagaimana rencana selanjutnya setelah mengidentifikasi masalah? Mereka mengarahkan masyarakat disini dan menginformasikan manfaat dari pohon mangrove. Selain itu juga Kami membuat Komunitas mangrove untuk selanjutnya melakukan pelatihan penanaman dan penyemaian. 32. Apa yang dilakukan pertamina pada saat tahap pelaksanaan? Sebelumnya Pertamina Mempercayai kepada pendamping lapangan yaitu Hendri, setelah diinformasikan untuk melakukan penanaman masyarakat berkumpul dirumah saya untuk melakukan penanaman atau penyemaiaan. Jadi kita melakukan proses penanaman dan ada proses penyemaian. Proses penanaman hanya berlangsung selama empat hari. Setelah itu proses perawatan. Perawatan itu berlangsung sebulan sekali atau seminggu, bila ada yang mati kita akan melakukan penyulaman, mengganti bibit yang mati tersebut dengan yang baru. Di daereh ini nantinya akan dijadikan pusat pembibitan. 33. Bagaimana CSR lingkungan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan penanaman mangrove di Tanjung Pasir? Monitoring yang dilakuan oleh pertamina adalah Pertamina datang secara langsung untuk melihat proses penyemaian, kadang-kadang mereka juga melihat bagian yang sudah ditanamkan.
8 L8 34. Bagaimana cara melakukan termination/pengakhiran terhadap keiatan penanaman mangrove ditanjung pasir? karena kegiatan ini belum selesai, saya kira mereka akan memberikan informasi kepada pihak Desa Muara, yang saya harapkan pada kegiatan ini, masyarakat sekitar sudah bisa sadar terhadap lingkungannya sendiri. 35. Apa kendala yang dihadapi Pertamina dalam melakukan kegiatan tersebut? Kendalanya adalah masyarakat mengikuti kegiatan ini karena adanya uang dalam kegiatan ini jadi mereka belum merasa sadar terhadap lingkungannya sendiri. Masih hanya sebatas karena menganggur kemudian ada kegiatan ini jadi akhirnya mereka memiliki pekerjaan. Kegiatan ini juga menjadi alat politik karena sedang akan dilaksanakan pemilihan kepala desa, Selain itu ada hama yang suka merusak tanaman mangrove seperti wideng. 36. Apa faktor yang mendukung kegiatan penanaman mangrove tersebut? Jadi ada pada saat masa panen buah bakau, bakau bisa dicari disini. Seandainya kita butuh 200 ribu buah, itu bisa ter-cover untuk penanaman mangrove di Desa Muara.
9 Gambar L1 Proses wawancara dengan Bapak Hendri L9
10 L10 Gambar L2 Proses wawancara dengan Ustad Nasan
11 Gambar L3 Proses wawancara dengan Bapak Leman L11
12 L12 Gambar L4 Plang zona penanaman mangrove
13 Gambar L5 Zona penyemaian pohon mangrove L13
14 L14 Gambar L6 Daerah yang ditanam pohon mangrove oleh Pertamina (Foto yang didapatkan dari hasil dokumentasi pihak LBLL.)
15 Gambar L7 Halaman akhir surat perjanjian kerjasama antara Pertamina dan LBLL yang disertai materai Rp ,- L15
DAFTAR ISI. Ekspedisi Citarum Wanadri Muara Gembong, Bekasi...4 Sekilas Potret Masyarakat Muara...9 Pencemaran Air: Berkah atau Bencana?...
DAFTAR ISI Ekspedisi Citarum Wanadri 2009...2 Muara Gembong, Bekasi...4 Sekilas Potret Masyarakat Muara...9 Pencemaran Air: Berkah atau Bencana?...18 Fotografi: Veronica Wijaya, Candra Samekto, Diella
Lebih terperinciLEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN AKSI KAMPUNG BUAH KELURAHAN AKCAYA
LEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN AKSI KAMPUNG BUAH KELURAHAN AKCAYA 1 2 3 4 5 6 7 Lab. Inovasi Nama Instansi/ SKPD Judul Inovasi Telp. Instansi E-mail Instansi Penanggung Jawab Inovasi Deskripsi Inovasi KOTA
Lebih terperinciBAB VI DAMPAK KONVERSI MANGROVE DAN UPAYA REHABILITASINYA
48 BAB VI DAMPAK KONVERSI MANGROVE DAN UPAYA REHABILITASINYA 6.1. Dampak Konversi Mangrove Kegiatan konversi mangrove skala besar di Desa Karangsong dikarenakan jumlah permintaan terhadap tambak begitu
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penentuan karakteristik
Lebih terperinciPANDUAN PROGRAM ABDIMAS PENGHIJAUAN UT
PANDUAN PROGRAM ABDIMAS PENGHIJAUAN UT UNIVERSITAS TERBUKA 2012 KATA PENGANTAR Panduan ini disusun dalam rangka pelaksanaan kegiatan program pengabdian kepada masyarakat Universitas Terbuka (Abdimas UT)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan dan keanekaragaman sumber daya alam dan jenis endemiknya sehingga Indonesia dikenal sebagai Negara dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan, pengertian hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
Lebih terperinciLaporan Program (Periode Juni 2012)
Laporan Program (Periode Juni 2012) I. Pendahuluan Banyak hal telah kami capai pada bulan ke-7 di tahun ini terkait pada program konservasi mangrove di Krakatoa Nirwana Resort (KNR), Merak Belantung, Lampung
Lebih terperinciPANDUAN PROGRAM ABDIMAS PENGHIJAUAN
PANDUAN PROGRAM ABDIMAS PENGHIJAUAN Hasoloan Siregar Lidwina Sri Ardiasih Etty Susanty Megafury Apriandhini Idha Farida UNIVERSITAS TERBUKA 2013 i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii A. Pendahuluan...
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN & SARAN. Pada tahap kesimpulan, peneliti mendapatkan hasil yaitu berupa : konsensi (Desa Muara Toyu Kalimantan Timur).
80 BAB V KESIMPULAN & SARAN 5.1 Kesimpulan Pada tahap kesimpulan, peneliti mendapatkan hasil yaitu berupa : 1. Strategi CSR yang digunakan PT. Fajar Surya Surya Swadaya dalam merealisasikan tanaman kehidupan
Lebih terperinciREHABILITASI MANGROVE SEBAGAI UPAYA PENGELOLAAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DI DAERAH ENDEMIS MALARIA
REHABILITASI MANGROVE SEBAGAI UPAYA PENGELOLAAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DI DAERAH ENDEMIS MALARIA Kholis Ernawati, Umar F. Achmadi, Dewi Susanna 1 Bagian IKM, Fakultas Kedokteran, Universitas YARSI, Jakarta.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kaya yang dikenal sebagai negara kepulauan. Negara ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kaya yang dikenal sebagai negara kepulauan. Negara ini memiliki banyak wilayah pesisir dan lautan yang terdapat beragam sumberdaya alam. Wilayah
Lebih terperinciPERSEN TASE (%) Dinas Kelautan dan Perikanan ,81 JUMLAH ,81
05. A. KEBIJAKAN PROGRAM Arah kebijakan program pada Urusan Pilihan Kelautan dan Perikanan diarahkan pada Peningkatan Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan secara Optimal, dengan tetap menjaga
Lebih terperinciPROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TADULAKO 2016
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE UNTUK MENANGGULANGI ABRASI DI PANTAI SARI DESA TOLAI BARAT KECAMATAN TORUE KABUPATEN PARIGI MOUTONG Ni Ketut Rediasti No. Stb A 351 10 052 Diajukan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Wilayah pesisir adalah wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang seluruh anggota komunitasnya (manusia, hewan, tumbuhan, mikroorganisme, dan abiotis) saling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai yang terpanjang di dunia, lebih dari 81.000 KM garis pantai dan 17.508 pulau yang membentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan
BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 17.000 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km atau dua kali keliling bumi melalui khatulistiwa.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. laut. Hutan bakau atau mangrove ini tumbuh terutama di tempat tempat yang. ikan blodok, kepiting, burung kuntul, kera, dan ular.
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan bakau merupakan hutan yang bisa tumbuh di atas rawa berair payau kemudian terletak di pesisir pantai serta dipengaruhi oleh adanya pasang surut dari air laut. Hutan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 16,9 juta ha hutan mangrove yang ada di dunia, sekitar 27 % berada di Indonesia
1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Wilayah pesisir dan lautan merupakan salah satu wilayah yang kaya akan sumberdaya alam hayati dan non hayati. Salah satu sumberdaya alam hayati tersebut adalah hutan mangrove.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari uraian program dan kegiatan DAK pada Dinas Kehutanan Pasaman
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari uraian program dan kegiatan DAK pada Dinas Kehutanan Pasaman Barat maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Implementasi program dan kegiatan DAK pada Dinas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik bagi pesisir/daratan maupun lautan. Selain berfungsi secara ekologis,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem yang sangat vital, baik bagi pesisir/daratan maupun lautan. Selain berfungsi secara ekologis, ekosistem mangrove memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini membahas mengenai pengetahuan Nasabah Bank Sampah Bintang Mangrove mengenai isi pesan pada banner kegiatan CSR PT. PLN (Persero) Distribusi
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove bagi kelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungan hidup memiliki fungsi yang sangat besar, yang meliputi fungsi fisik dan biologi. Secara fisik ekosistem
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon bakau yang mampu
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINAFLipDESA BANTALANKECAMATAN SUNGAI PERAK KABUPATEN INDRAGIRI HILIR. (Kamis,14 Mei 2015)
LAPORAN KINERJA INVESTASI KEM.PERTAMINAFLipDESA BANTALANKECAMATAN SUNGAI PERAK KABUPATEN INDRAGIRI HILIR (Kamis,14 Mei 2015) FOTO IKON KAWASAN PRA KEM FOTO IKON KAWASAN PASCA KEM Disusun oleh: PADIL, ST,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I - 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih dari 3.700 pulau dengan luas daratan ± 1.900. 000 km 2 dan lautan ± 3.270.000 km 2.Garis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. sepanjang km (Meika, 2010). Wilayah pantai dan pesisir memiliki arti
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu bagian terpenting dari kondisi geografis Indonesia, sebagian wilayah kepulauan adalah wilayah pantai dan pesisir dengan garis pantai sepanjang 81.000 km (Meika,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang-surut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Gumuk Pasir (sand dunes) merupakan bentukan alam berupa gundukangundukan pasir menyerupai bukit akibat pergerakan angin (eolean). Istilah gumuk berasal dari bahasa
Lebih terperinciInti dari kegiatan rehabilitasi adalah menanam bibit di lapangan. Apabila penanaman dilakukan dengan
2 Menanam Bibit di Lapangan Inti dari kegiatan rehabilitasi adalah menanam bibit di lapangan. Apabila penanaman dilakukan dengan cara yang benar dan waktu yang tepat maka peluang tumbuhnya bibit di lapangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar didunia yang memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang ± 81.000 km dan luas sekitar 3,1 juta km 2.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 3700 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km. Wilayah pantai ini merupakan daerah yang sangat intensif
Lebih terperinciPENDAMPINGAN DESA ALO ALO MELALUI KEGIATAN REHABILITASI MANGROVE DAN PENYUSUNAN PERATURAN DESA
PENDAMPINGAN DESA ALO ALO MELALUI KEGIATAN REHABILITASI MANGROVE DAN PENYUSUNAN PERATURAN DESA Eddy Hamka 1, Fajriah 2, Laode Mansyur 3 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Muhammadiyah Kendari,
Lebih terperinciKata kunci: rehabilitasi, mangrove, silvofhisery
Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Pengelolaan Hutan Mangrove dan Ekosistem Pantai Koordinator : Judul Kegiatan : Teknologi Penanaman Jenis Mangrove dan Tumbuhan Pantai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
1 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu kecamatan yang ada di sidoarjo yang berbatasan langsung dengan laut utara yaitu kecamatan Jabon. Kecamatan Jabon sendiri memiliki potensi alam yang bisa
Lebih terperinciRENCANA AKSI TAHUN 2017 DINAS PERIKANAN KABUPATEN LAMONGAN
RENCANA TAHUN 2017 DINAS PERIKANAN KABUPATEN LAMONGAN SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA 1. Meningkatnya Produksi Perikanan Tangkap TARGET Prosentase peningkatan jumlah produksi perikanan tangkap - -
Lebih terperinciGUBERNUR SUMATERA BARAT
GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 08 TAHUN 2017 TENTANG PENGANEKARAGAMAN PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh pada daerah yang berair payau dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan mangrove memiliki ekosistem khas karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan (sustainabel development) merupakan alternatif pembangunan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan mengandung pengertian suatu perubahan besar yang meliputi perubahan fisik wilayah, pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang didukung
Lebih terperinciTeknologi penanaman jenis mangrove dan tumbuhan pantai pada tapak khusus
Teknologi penanaman jenis mangrove dan tumbuhan pantai pada tapak khusus TEKNIK PENANAMAN MANGROVE PADA DELTA TERDEGRADASI DI SUMSEL Teknik Penanaman Mangrove Pada Delta Terdegradasi di Sumsel Teknik Penanaman
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR : P.8/PDASHL-SET/2015 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR : P.8/PDASHL-SET/2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN POHON OLEH PESERTA DIDIK, PENDIDIK, DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang dilintasi oleh garis khatulistiwa. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang berkawasan tropis yang memiliki kekayaan dan keanekaragaman
Lebih terperinciISLAM NOMOR : P.7/PDASHL-SET/2015 NOMOR : DJ:II/555 TAHUN 2015 TENTANG
PERATURAN BERSAMA DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG DAN DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM NOMOR : P.7/PDASHL-SET/2015 NOMOR : DJ:II/555 TAHUN 2015 TENTANG
Lebih terperinciINSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
LAPORAN AKHIR PKM-M ALTERNATIF MATA PENCAHARIAN BARU UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN BULANAN MELALUI PEMBINAAN PRAKTEK USAHA BUDIDAYA JAMUR PANGAN DI KAMPUNG PARUNG LEUNGSIR BOGOR Disusun oleh: Ketua : Mamun
Lebih terperinciPROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG GERAKAN MENANAM POHON BELITUNG TIMUR PELANGI
SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG GERAKAN MENANAM POHON BELITUNG TIMUR PELANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,
Lebih terperinciDESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Legonkulon berada di sebelah utara kota Subang dengan jarak ± 50 km, secara geografis terletak pada 107 o 44 BT sampai 107 o 51 BT
Lebih terperinciVI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP
VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP 6.1 Prioritas Aspek yang Berperan dalam Penyempurnaan Pemanfaatan Dana Pinjaman Bergulir P2KP Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR LEMBAR PERSEMBAHAN ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii LEMBAR PERSEMBAHAN... iv ABSTRAK... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar
Lebih terperinciPENDAHULUAN. garis pantai sepanjang kilometer dan pulau. Wilayah pesisir
PENDAHULUAN Latar belakang Wilayah pesisir merupakan peralihan ekosistem perairan tawar dan bahari yang memiliki potensi sumberdaya alam yang cukup kaya. Indonesia mempunyai garis pantai sepanjang 81.000
Lebih terperinciPEMANFAATAN DAK BIDANG KEHUTANAN
10. Penanaman pengkayaan hutan rakyat adalah kegiatan penambahan anakan pohon pada lahan yang memiliki tegakan berupa anakan, pancang, tiang dan poles minimal 200-250 batang/ha, dengan maksud untuk meningkatkan
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR ABSTRAK ABSTRACTION DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1
DAFTR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR ABSTRAK ABSTRACTION DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL i ii iii iv v vi vii x xii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang
Lebih terperinciBAB III Tahapan Pendampingan KTH
BAB III Tahapan Pendampingan KTH Teknik Pendampingan KTH 15 Pelaksanaan kegiatan pendampingan KTH sangat tergantung pada kondisi KTH, kebutuhan dan permasalahan riil yang dihadapi oleh KTH dalam melaksanakan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.157, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEJAHTERAAN. Penanganan. Fakir Miskin. Pendekatan Wilayah. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5449) PERATURAN
Lebih terperinciLEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA AKSI BERINGIN GANG HIJAU & POSYANDU RUMAH TOGA
LEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA AKSI BERINGIN GANG HIJAU & POSYANDU RUMAH TOGA 1 Lab Inovasi : 2 Nama Instansi/SKPD : 3 Judul Inovasi : 4 Telp. Instansi : 5 E-mail instansi : 6 Penanggung Jawab Inovasi
Lebih terperinciJENIS-JENIS DAN POLA KEMITRAAN USAHA OLEH : Anwar sanusi
JENIS-JENIS DAN POLA KEMITRAAN USAHA OLEH : Anwar sanusi Penyuluh Pertanian Madya, Pada Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BAKORRLUH) Provinsi NTB Landasan kuat untuk membangun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertentu dan luasan yang terbatas, 2) Peranan ekologis dari ekosistem hutan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove memiliki sifat khusus yang berbeda dengan ekosistem hutan lain bila dinilai dari keberadaan dan peranannya dalam ekosistem sumberdaya alam, yaitu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Desain Komunikasi Visual 1
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki garis pantai terpanjang keempat di dunia, yakni tercatat sekitar 95.181 km. Panjang garis pantai tersebut menyimpan hutan bakau yang luas dan rindang.
Lebih terperinciSUMBERDAYA ALAM WILAYAH PESISIR
SUMBERDAYA ALAM WILAYAH PESISIR EDI RUDI FMIPA UNIVERSITAS SYIAH KUALA Ekosistem Hutan Mangrove komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu untuk tumbuh
Lebih terperinciPEMANFAATAN PERSEMAIAN BERTINGKAT UNTUK PRODUKSI BIBIT DALAM KERANGKA REHABILITASI HUTAN MANGROVE SPESIFIK LOKASI. Bau Toknok 1 Wardah 1 1
39 PEMANFAATAN PERSEMAIAN BERTINGKAT UNTUK PRODUKSI BIBIT DALAM KERANGKA REHABILITASI HUTAN MANGROVE SPESIFIK LOKASI Bau Toknok 1 Wardah 1 1 Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako Email: bautoknok@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam suatu wilayah pesisir terdapat beragam sistem lingkungan (ekosistem). Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove, terumbu karang,
Lebih terperinciVI. PERSEPSI TERHADAP PROGRAM PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN. 6.1 Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan
VI. PERSEPSI TERHADAP PROGRAM PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN 6.1 Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan Berdasrkan Tim Studi PES RMI (2007) program Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL) DAS Brantas melibatkan beberapa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian menjadi dasar dalam pemenuhan kebutuhan pokok nasional. Disamping produk pangan, produk pertanian lainnya seperti produk komoditas sayuran, sayuran, perikanan,
Lebih terperinciKERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI)
1 KERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI) Tesis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hutan bakau / mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah pasang surut atau tepi laut (pesisir). Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciPERATURAN BERSAMA ANTARA DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG DAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN DASAR
PERATURAN BERSAMA ANTARA DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG DAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH NOMOR : P.9/PDASHL-SET/2015 NOMOR : 403/D/DN/2015 TENTANG
Lebih terperinciMETODE KAJIAN Sifat dan Tipe Kajian Komunitas Lokasi dan Waktu
METODE KAJIAN Sifat dan Tipe Kajian Komunitas Rancangan penelitian yang dilakukan dalam melakukan kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2005) penelitian kualitatif adalah penelitian
Lebih terperinciBEKASI (6/8/2016)
2016/08/06 21:05 WIB - Kategori : Warta Penyuluhan UPAYA SITI CHODIJAH, PENYULUH PERIKANAN BANTU KABUPATEN BEKASI BERDAYAKAN NELAYAN MUARAGEMBONG BEKASI (6/8/2016) www.pusluh.kkp.go.id Kegiatan upaya pembangunan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebuah komitmen untuk melibatkan masyarakat di dalam pembangunan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kondisi hutan yang semakin kritis mendorong pemerintah membuat sebuah komitmen untuk melibatkan masyarakat di dalam pembangunan pengelolaan hutan. Komitmen tersebut
Lebih terperinciBAB III PROSEDUR PENELITIAN. untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu
28 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Menurut Tika (2005 : 1) penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan atau masalah,
Lebih terperinciPartisipasi Masyarakat dalam Rehabilitasi Mangrove di Beberapa Desa Pesisir Kabupaten Rembang: Tinjauan Berdasarkan Tahap Perencanaan
Maspari Journal, 2014, 6 (1), 13-19 http://masparijournal.blogspot.com Partisipasi Masyarakat dalam Rehabilitasi Mangrove di Beberapa Pesisir Kabupaten Rembang: Tinjauan Berdasarkan Tahap Perencanaan Diah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. diakibatkan oleh berbagai macam faktor, salah satunya adalah munculnya penyakit yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara produksi udang terbesar di dunia, namun produksi tambak udang di Indonesia sejak tahun 1992 mengalami penurunan. Peristiwa penurunan produksi
Lebih terperinciTINGKAT PENERAPAN SISTEM BUDIDAYA MANGROVE PADA MASYARAKAT PULAU UNTUNG JAWA, KEPULAUAN SERIBU
TINGKAT PENERAPAN SISTEM BUDIDAYA MANGROVE PADA MASYARAKAT PULAU UNTUNG JAWA, KEPULAUAN SERIBU Diarsi Eka Yani (diarsi@ut.ac.id) PS Agribisnis, FMIPA, Universitas Terbuka ABSTRAK Abrasi pantai yang terjadi
Lebih terperinciMelaksanakan tanaman hutan di setiap lokasi garapan masing-masing. pasang surut air laut dan aliran sungai. pengembangan pengelolaan ikan dan lainnya.
Melaksanakan tanaman hutan di setiap lokasi garapan masing-masing Ikut menerbitkan pemukiman/perambah dalam kawasan hutan mangrove Gotong royong memperbaiki saluran air yang dangkal untuk mempelancar pasang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ilmu Alam atau sains (termasuk biologi di dalamnya) adalah upaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Alam atau sains (termasuk biologi di dalamnya) adalah upaya sistematis untuk menciptakan, membangun, dan mengorganisasikan pengetahuan tentang gejala alam
Lebih terperinciBUPATI BINTAN HASIL PERBAIKAN PAK JAROT
BUPATI BINTAN HASIL PERBAIKAN PAK JAROT PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 6 TAHUN 2013TAHUN TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN REHABILITASI SOSIAL RUMAH TIDAK LAYAK HUNI (RS-RTLH) TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 09/PRT/M/2010 Tentang PEDOMAN PENGAMANAN PANTAI MENTERI PEKERJAAN UMUM,
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 09/PRT/M/2010 Tentang PEDOMAN PENGAMANAN PANTAI MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang : a. bahwa pantai merupakan garis pertemuan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA MODEL KOMUNIKASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. PERTAMINA (PERSERO) MOR V SURABAYA
BAB IV ANALISIS DATA MODEL KOMUNIKASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. PERTAMINA (PERSERO) MOR V SURABAYA A. Temuan Penelitian Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan tahap yang bermanfaat
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Sebagaimana dirumuskan dalam fokus penelitian, studi ini ingin. mengetahui apa dan bagaimana kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagaimana dirumuskan dalam fokus penelitian, studi ini ingin mengetahui apa dan bagaimana kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh perusahaan melalui program CSR untuk masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi adalah badan kerjasama operasi yang dibentuk berdasarkan Production Sharing Contract antara perusahaan PT. Pertamina Hulu Energi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Wilayah laut Indonesia dikelilingi garis pantai sepanjang km yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah laut Indonesia dikelilingi garis pantai sepanjang 81.000 km yang merupakan terpanjang di dunia setelah Kanada. Di sepanjang pantai tersebut, yang potensil sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No. 1230, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUT. Kelompok Tani Hutan. Pembinaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.57/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELOMPOK
Lebih terperinciPENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK
PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK 1 Hutwan Syarifuddin, 1 Wiwaha Anas Sumadja, 2 Hamzah, 2 Elis Kartika, 1 Adriani, dan 1 Jul Andayani 1. Staf Pengajar Fakultas
Lebih terperinciIV. TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu Dan Tempat
IV. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di kawasan pesisir pantai area lahan tambak dan mangrove Desa Bakauheni, Kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan pada bulan
Lebih terperinciVALUASI EKONOMI EKOSISTEM MANGROVE DI DESA BAROWA KECAMATAN BUA KABUPATEN LUWU
1 VALUASI EKONOMI EKOSISTEM MANGROVE DI DESA BAROWA KECAMATAN BUA KABUPATEN LUWU Dharma Fidyansari, S.Pi., M.M. Sri Hastuty, S.E., M.Pd. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis valuasi ekonomi
Lebih terperinciBAB VI PERUBAHAN SETELAH PENDAMPINGAN. A. Kesadaran pentingnya Pengembangan Wisata bahari
BAB VI PERUBAHAN SETELAH PENDAMPINGAN A. Kesadaran pentingnya Pengembangan Wisata bahari Dalam sebuah pendampingan masyarakat, adanya perubahan yang baik merupakan hasil dari proses yang telah dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayah perbatasan antara daratan dan laut, oleh karena itu wilayah ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau sekitar 17.508 pulau dan panjang pantai kurang lebih 81.000 km, memiliki sumberdaya pesisir yang sangat besar,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
Lebih terperinciBAB VIII STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM
BAB VIII STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM Strategi dan perencanaan program disusun berdasarkan permasalahanpermasalahan yang muncul pada dan potensi yang dimiliki oleh. Program disusun oleh berdasarkan
Lebih terperinciD O K U M E N P E N G A DA A N
PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI DINAS KEHUTANAN DAN PEREKEBUNAN Jln.Pembangunan I No. 13 Selatpanjang 28753 Telp. 0763 ( 31404 ) Faks. 31404 A d d e n d u m A a n w i j i z i n g D O K U M E N P
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPENDAHULUAN BAB I Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut yang tergenang oleh air laut, komunitasnya dapat bertoleransi terhadap air garam, dan
Lebih terperinciBUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG
BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENCADANGAN KAWASAN TERUMBU KARANG PASIR PUTIH SEBAGAI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2015 TENTANG PENGAMANAN PANTAI
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2015 TENTANG PENGAMANAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK
Lebih terperinci4. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Tabel 4 Luas wilayah studi di RPH Tegal-Tangkil
27 4. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Lokasi penelitian, khususnya ekosistem mangrove masuk dalam wilayah pengelolaan Resort Polisi Hutan (RPH) Tegal-Tangkil, BKPH Ciasem- Pamanukan.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN IMPLIKASI REKOMENDASI
341 BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI REKOMENDASI Berdasarkan permasalahan kajian penelitian ini, maka ditarik beberapa kesimpulan bagi penyelenggaraan program pendidikan luar sekolah, khususnya program pendidikan
Lebih terperinci