BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PEPAYA Pepaya merupakan tanaman asli daerah teropis, buah pepaya pertama kali ditemukan di Southern Mexico dan seluruh Andes di Amerika Selatan oleh Cristoper Colombus. Pada pertengahan abat ke-17 buah pepaya mulai dipasarkan di Hawaii. Pepaya merupakan tanaman berakar tunggal dengan tinggi ft, pada batang pohon papaya terdapat lubang atau luka bekas dahan yang telah gugur, pohon pepaya memiliki daun yang lebar hingga (2 ½) kaki dan buah yang berwana hijau hingga coklat dengan diameter 8 inci [25], tanaman ini dapat tumbuh di berbagai tempat. Klasifikasi pepaya (Carica Papaya L) dapat dilihat pada Tabel 2.1 Tabel 2.1 Klasifikasi Pepaya (Carica Papaya L) [25] Domain Kingdom Subkingdom Klass Subklass Divisi Superdivisi Filum Order Famili Genus Nama Botanical Flowering plant Plantae Tracheobionta Magnoliopsida Dilleniidae Magnoliophyta Spermatophyta Steptophyta Brassicales Caricaceae Carica Carica Papaya Linn Pepaya dianggap salah satu buah yang paling penting karena kaya akan antioksidan (misalnya, karoten, vitamin C, dan flavonoid), vitamin B (misalnya, folat dan asam pantotenat), mineral (misalnya, kalium dan magnesium), dan serat. Selain itu, pepaya merupakan sumber enzim papain pencernaan yang digunakan dalam industri pembuatan bir, obat-obatan, produk kecantikan, dan kosmetik [11]. Pepaya merupakan tumbuhan yang tumbuh subur di daerah tropis dan sebagian daerah subtropis. Dapat dilihat data negara yang beriklim tropis dan subtropis penghasil buah papaya pada Gambar 2.1 6

2 Amerika Tengah 9.56% Karibia 1.38% Oseania 0.13% Amerika Utara 0.14% Amerika Selatan 23.09% Asia 52.55% Afrika 13.16% Gambar 2.1 Produksi Pepaya Global [11] Susunan Kimia Pepaya Pada biji pepaya terdapat sebuah senyawa yang dihaluskan diyakini mampu melawan cacing parasit di usus, yaitu benzyl isothiocynate, telah terbukti memiliki efek pada kontraksi pembuluh darah menggunakan arteri karotis dalam model in vitro [31]. Serta memiliki berbagai khasiat yang mampu melancarkan pencernaan. Pepaya mengandung berbagai jenis enzim, vitamin serta asma lemak dan juga berbagai zat-zat kimia lainnya pada berbagai bagian pepaya, seperti pada buah, daun, bunga, biji, akar, dan kulit. Buah pepaya memiliki kandungan 30,1% minyak, 28,1% protein, 19,1% serat, 25,6% karbohidrat, 7,3% kandungan air, dan 8,2% abu [22]. 7

3 Table 2.2 Komposisi Kimia Buah Pepaya [32] Komposisi Kimia Nilai (%) Air Protein Minyak Abu Serat Total korbon 7,3 28,1 30,1 8,2 19,1 25,6 Tabel 2.3 Komposisi Kimia Berbagai Bagian Pepaya [22] Bagian Buah Benih Akar Daun Kulit Getah Kandungan zat-zat kimia Protein, lemak, serat, karbohidrat, mineral: kalsium, fosfor, zat besi, vitamin C, tiamin, riboflavin, niasin, dan karoten, asam amino, asam sitrat dan malat (buah hijau), senyawa volatil: linalool, benzylisothiocyanate, cis dan trans-2.6- dimetil-3,6-epoksi-7-okten-2-ol, Alkaloid, carpaine, benzyl-d-glukosida, 2-pentiletil-D-glukosida, 4-hidroksifenil-2-etil-D-glukosida dan empat isomer malonated benzil-d-glukosida. Asam lemak, protein kasar, serat kasar, minyak pepaya, Carpaine, benzylisothiocyanate, benzylglucosinolate, glucotropacolin, benzylthiourea, hentriacontane, -sitosterol, caricin dan myrosin enzimmyrosin. Carposide dan enzyme myrosin. Alkaloid carpain, pseudocarpain dan dehydrocarpaine I dan II, kolin, carposide, vitamin C dan E. sitosterol, glukosa, fruktosa, sukrosa, galaktosa dan xylitol. Enzim proteolitik, papain dan chemopapain, glutamine cyclotransferase, chymopapains A, B dan C, peptidase A dan B dan lysozymesand lysozymes. 8

4 Tabel 2.4 Kandungan Gizi dalam 100 gr Buah Pepaya [22] Koposisi Kimia Pepaya Matang Pepaya Muda Protein Lemak Mineral Serat Karbohidrat Energi Total Karoten Beta carotene 0,6 g 0,1 g 0,5 g 0,8 g 7,2 g 32kcal 2,740µm 888 µm 0,7 g 0,2 g 0,5 g 0,9 g 5,7 g 27 kcal 0 0 Biji pepaya memiliki kandungan protein serta lemak yang tinggi. Ini merupakan daya tarik ekonomis untuk ektraksi minyak skala industri terutama dibandingkan dengan tanaman biji konvensional yang menghasilkan minyak seperti jagung dan kedelai. Kandungan lemak yang begitu tinggi itu terdapat pada biji pepaya, dengan komposisi meristat (C 14-0) 0,24%, palmitat (C 16-0) 13,5%, palmitolet (C 16-1) 0,21%, stearat (C 18-0) 4,5%, oleat (C 18-1) 72,52%, linoleat (C 18-2) 2,90%, linoleanat (C 18-3) 0,23%, arakidonat (C 20-0) 0,39%, eikosenoat (C 20-1) 0,28% [32] Table 2.5 Komposisi Asam Lemak/Minyak Biji Pepaya [24] Asam Lemak Nilai (%) Miristat (C14: 0) Palmitat (C16: 0) Palmitolet (C16: 1) Margarin (C17: 0) Stearat (C18: 0) Oleat (C18: 1 n-9) Linoleat (C18: 2 n-6) Linolenat (C18: 3 n-3) Arakidonat (C20: 0) Eikosenoat (C20: 1) 0,20 16,16 0,27 0,13 4,73 71, ,22 0,38 0,32 9

5 2.2 EKSTRAKSI Salah satu cara pengambilan minyak yang terkandung dalam biji pepaya adalah dengan cara ekstraksi. Ekstraksi merupakan salah satu metode pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan. Secara umum ekstraksi dapat didefinisikan sebagai proses pemisahan zat dari suatu padatan ataupun cairan dengan menambahankan pelarut tertentu untuk mengeluarkan komponen campuran dari zat padat atau zat cair tersebut, proses ekstraksi dalam konteks ini adalah pemisahan senyawa dari substrat. Dalam banyak kasus, ekstraksi adalah proses fisik, dimana senyawa dilarutkan dalam pelarut dan kemudian dipisahkan dari pelarut sebagai produk. Tetapi ada juga kasus dimana pelarut tidak hanya secara fisik berinteraksi dengan substrat, tetapi bereaksi dengan memecah ikatan antara substrat dan senyawa atau bereaksi dengan senyawa itu sendiri [35]. Komponen yang dipindahkan dari zat padat ke dalam pelarut disebut solute sedangkan padatan yang tidak terlarut dalam pelarut disebut inert proses tersebut akan menjadi sempurna jika solut dipisahkan dari pelarutnya, misalnya dengan cara distilasi/penguapan [16]. Leaching adalah pemisahan fraksi larut dalam bentuk solusi dari fase padat yang biasanya bersifat permeabel. leaching umumnya melibatkan pelarut yang selektif dengan atau tanpa difusi. Metode yang digunakan untuk leaching biasanya ditentukan oleh jumlah konstituen yang akan dilarutkan, distribusi konstituen dalam padatan, sifat padatan dan ukuran partike. Mekanisme proses leaching pada umumnya ialah zat terlarut ditransfer dari larutan ke permukaan padatan kemudian berdifusi kedalam padatan, pelarut yang berada didalam padatan akan larut oleh zat terlarut kemudian terdifusi menjadi campuran solut-solven ke permukaan padatan dan ditransfer keluar/ kedalam larutan zat terlarut [29]. Kecepatan transfer massa dalam residu berpori sulit untuk dinilai karena tidak mungkin untuk menentukan bentuk pori melalui mana transfer harus terjadi, hal ini dimungkinkan. Namun untuk mendapatkan indikasi perkiraan laju perpindahan dari partikel untuk sebagian besar cairan [30]. Menggunakan konsep film tipis menyediakan ketahanan terhadap transfer, persamaan untuk transfer massa dapat ditulis sebaga: 10

6 (2.1) dimana: A adalah luas antarmuka padat-cair, b adalah ketebalan efektif dari film cairan yang mengelilingi partikel, c adalah konsentrasi zat terlarut dalam sebagian besar solusi pada waktu t, cs adalah konsentrasi larutan jenuh dalam kontak dengan partikel, M adalah massa zat terlarut ditransfer dalam waktu t, dan k adalah koefisien difusi Pada umumnya kecepatan transfer solven ke permukaan terjadi sangat cepat dan berlangsung pada saat terjadi kontak antara solut dan solvent. Sedangkan kecepatan difusi campuran solute-solvent ke permukaan solid merupakan tahapan yang mengontrol dalam keseluruhan proses leaching. Kecepatan difusi campuran solut-solvent ke permukaan solid tergantung dari beberapa faktor yaitu suhu, luas permukaan partikel, pelarut (solvent), perbandingan solut-solvent, proses pencampuran atau pengadukan dan lama pengadukan. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi, yaitu: ukuran partikel, pelarut, suhu, dan pengadukan dari fluida (campuran pelarut, solut, dan padatan) [30] FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRAKSI Pemilihan peralatan untuk proses ekstraksi dipengaruhi beberapa faktor-faktor. Dengan demikian, jika difusi zat terlarut melalui struktur berpori dari padatan sisa adalah faktor pengendali, materi harus ukuran kecil sehingga proses difusi zat terlarut sangat mudah. Di sisi lain, jika difusi zat terlarut dari permukaan partikel sebagian besar adalah faktor pengendali, pengadukan cairan yang diperlukan, ukuran partikel, temperatur ekstraksi, jumlah pelarut, serta waktu ekstraksi [32]. Pada prinsipnya ekstraksi adalah melarutkan dan menarik senyawa dengan menggunakan pelarut yang tepat. Ada tiga tahapan proses pada waktu ekstraksi yaitu: 1. Penetrasi pelarut kedalam pori padatan 2. Disolusi pelarut ke dalam pori padatan dan melarutkan zat yang diinginkan oleh pelarut 11

7 3. Difusi bahan yang terekstraksi ke luar padatan Proses di atas diharapkan terjadinya kesetimbangan antara zat terlarut dan pelarut. Kecepatan untuk mencapai kesetimbangan umumnya tergantung pada suhu, ukuran partikel, dan gerakan partikel. Prinsip yang utama adalah yang berkaitan dengan kelarutan, yaitu senyawa polar lebih mudah larut dalam pelarut polar dan senyawa nonpolar akan mudah larut dalam pelarut nonpolar [25] Ukuran Partikel Ukuran partikel mempengaruhi laju ekstraksi dalam beberapa cara. Semakin besar area permukaan antara padat dan cair, oleh karena itu semakin tinggi tingkat transfer material, maka semakin kecil jarak terlarut yang berdifusi dalam padatan. Di sisi lain, permukaan mungkin tidak begitu efektif digunakan jika sirkulasi cairan terhambat dan pemisahan partikel dari cairan berdrainase terhadap residu padatan. Diharapkan kisaran ukuran partikel harus kecil sehingga setiap partikel membutuhkan waktu yang sama untuk ekstraksi [30]. Secara umum, penurunan ukuran partikel berbannding lurus dengan kenaikan laju ekstraksi. Pemeningkat perpindahan massa dengan diameter partikel yang lebih kecil, dan panjang jalur transportasi senyawa dalam substrat padat dipersingkat jika senyawa tidak hanya terdifusi di permukaan, tetapi juga hadir dalam padat substrat [16] Suhu Ekstraksi Suhu adalah pengaruh besar pada ekstraksi dengan suhu tinggi. Tingkat dan hasil ekstraksi yang sangat tinggi berbanding lurus dengan suhu. Salah satu alasan adalah peningkatan daya pelarut dengan suhu tinggi untuk senyawa nonpolar. Alasan lainnya adalah peningkatan proses perpindahan massa dengan suhu dan kenaikan eksponensial dari tekanan uap dari senyawa ekstrak. Dalam waktu kritis dan superkritis, peningkatan laju reaksi dan hasil kurang optimal jika kepadatan tetap tinggi. Jika kepadatan berkurang terlalu banyak, maka kelarutan akan turun dan mempengaruhi jumlah zat diekstraksi. 12

8 Temperatur yang lebih tinggi (viskositas pelarut lebih rendah, kelarutan solute lebih besar) pada umumnya menguntungkan unjuk kerja ekstraksi. Namun, temperatur ekstraksi tidak boleh melebihi titik didih pelarut karena akan menyebabkan pelarut menguap. Biasanya temperatur ekstraksi yang paling baik adalah sedikit di bawah titik didih pelarut [16]. Kelarutan bahan yang diekstraksi akan meningkat dengan suhu untuk memberikan tingkat yang lebih tinggi dari ekstraksi, koefisien difusi meningkat dengan kenaikan suhu dan ini juga akan meningkatkan laju ekstraksi [30]. Dalam beberapa kasus, batas atas temperatur ditentukan oleh pertimbangan sekunder, seperti kebutuhan untuk menghindari aksi enzim selama ekstraksi gula Pelarut Pada proses ekstraksi pelarut bertujuan untuk mengekstrak zat terlarut dari satu fase cair yang lain. Hal ini dapat dilakukan untuk memisahkan dua zat terlarut yang berbeda untuk memurnikan fasa cairan dari kontaminasi. Sebuah sistem ekstraksi pelarut mengandung dua fasa cair yang bercampur, satu fase rafinat dan satu cair organik, pengencer, dan satu atau lebih zat terlarut. Selain itu, sistem ekstraksi di sebagian besar satu atau lebih ekstraktan ditambahkan ke pengencer untuk meningkatkan ekstraksi dan pemisahan. Kadang-kadang pengubah fase digunakan untuk mencegah pembentukan tahap ketiga mengganggu [12]. Jenis pelarut merupakan faktor penting dalam ekstraksi minyak dari biji pepaya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pelarut adalah selektivitas, kemampuan mengekstrak, toksisitas, kemudahan untuk diuapkan, dan harga pelarut. Sejumlah solvent yang digunakan dalam ekstraksi adalah faktor lain yang dipertimbangkan. Pemilihan solvent pengekstrak harus berdasarkan sifat alami dari sampel. Selain itu, efisiensi ekstraksi dan matriks yang tak larut, pemilihan ini harus mempertimbangkan aspek-aspek lain. Solvent harus lebih banyak daripada jumlah sampel. Volume solvent yang rendah terkadang berguna untuk menghasilkan konsentrasi yang lebih tinggi dalam penganalisaan [27] Ada beberapa faktor spesifik yang dipertimbangkan dalam pemilihan solvent yang meliputi: 1. Selektifitas 13

9 Kemampuan untuk menghilangkan dan konsentrat solute dari komponen Lainnya [33]. 2. Ketersediaan Solvent harus tersedia selama proses ekstraksi [33]. 3. Kemampuan melarut dalam umpan Diperlukannya pemulihan solvent dari rafinat atau penyegaran kembali solvent yang digunakan [33]. 4. Perbedaan Densitas Perbedaan densitas yang terlalu rendah antara fasa-fasa akan menghasilkan masalah dalam pemisahan. Perbedaan densitas yang terlalu tinggi dapat menyulitkan untuk menentukan proses ekstraksi yang terbaik yang diinginkan [33]. Dengan meningkatnya densitas, laju ekstraksi akan meningkat pada suhu yang konstan. Hasil ekstraksi akan berbeda untuk densitas yang sama pada suhu yang berbeda [33]. 5. Sifat Fisik Solvent yang terlalu kental akan menghalangi perpindahan massa dan kapasitasnya. Tegangan permukaan yang terlalu rendah akan mendorong kearah masalah pengemulsian. Titik didih solvent harus berbeda dengan titik didih solute [33]. 6. Toksisitas Toksisistas harus dipertimbangkan untuk kesadaran kesehatan dan kemurnian dari produk yang dihasilkan [33]. 7. Tidak Bersifat Korosif Disyaratkan menggunakan konstruksi material yang mahal untuk peralatan proses ekstraksi. 8. Mudah untuk dipulihkan Pemulihan dan pemurnian solvent yang sempurna dibutuhkan sebaik mungkin ketika solvent dikembalikan lagi ke dalam ekstraktor untuk meminimalisasikan kehilangan banyak solvent [33]. Menurut Kumar dan Bangaraiah 2013 pilihan pelarut untuk ekstraksi terbatas pada beberapa pelarut dengan kemurnian tertentu karena hukum nasional dan internasional dalam memproses material makanan. Heksana, aseton, alkohol (etanol, 14

10 metanol), isopropanol dan etil asetat digunakan dalam ekstraksi oleoresin dari bumbu-bumbu. Pelarut terbagi menjadi 3 kelas. Pelarut Kelas 1 tidak boleh digunakan dalam pembuatan zat obat, bahan pembantu dan produk obat, karena toksisitas tidak dapat diterima atau efek merusak lingkungan [14]. Namun jika penggunaannya tidak dapat dihindari untuk menghasilkan produk obat dengan kemajuan yang signifikan, maka konsentrasi harus dibatasi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.5, kecuali dibenarkan. Pelarut 1,1,1-Trichloroethane termasuk dalam Tabel 2.6, karena bahaya terhadap lingkungan. Batas menyatakan ppm didasarkan pada review data keselamatan. Tabel 2.6 Pelarut Kelas 1 yang Harus Dihindari dalam Bidang Farmasi dan Makanan [14] Pelarut Batas konsentrasi (ppm) Keterangan Benzene 2 Dapat menyebabkan kanker Carbon tetrachloride 4 Beracun dan berbahaya pada lingkungan 1,2-Dichloroethane 5 Beracun 1,1-Dichloroethene 8 Beracun 1,1,1Trichloroethane 1,500 Berbahaya pada lingkungan Pelarut kelas 2 sama halnya dengan pelarut kelas 1 yang berbahaya bagi tubuh manusia dan lingkungan, penggunaan pelarut kelas 2 ini dibatasi. PPM yang diperbolehkan adalah 0,1 mg / hari, dan konsentrasi yang diberikan 10 ppm. 15

11 Tabel 2.7 Pelarut Kelas 2 DiBatasi dalam Produk Farmasi [14] Pelarut PDE (mg/day) Batas konsentrasi (ppm) Acetonitrile 4,1 410 Chlorobenzene 3,6 360 Chloroform 0,6 60 Cyclohexane 38,8 3,880 Cumene 0,7 70 1,2-Dichloroethene 18,7 1,870 Dichloromethane 6, ,2-Dimethoxyethane 1,0 100 N,N- Dimethylacetamide 10,9 1,090 N,N- Dimethylformamide 8, ,4-Dioxane 3, Ethoxyethanol 1,6 160 Ethyleneglycol 6,2 620 Formamide 2,2 220 Hexane 2,9 290 Methanol 30,0 3,000 2-Methoxyethanol 0,5 50 Methylbutyl ketone 0,5 50 Methylcyclohexane 11,8 1,180 N-Methylpyrrolidone 5,3 530 Nitromethane 0,5 50 Pyridine Sulfolane 1,6 160 Tetrahydrofuran 7,2 720 Tetralin 1,0 100 Toluene 8, ,1,2-Trichloroethene 0,8 80 Xylene 1 21,7 2,170 N-butil asetat termasuk dalam pelarut kelas 3 dapat dianggap kurang beracun dan risiko yang lebih rendah untuk kesehatan manusia, Pelarut kelas pada umumnya digunakan dalam bidang farmasi. Namun, tidak semua dapat digunakan dalam 16

12 jumlah banyak. N-butil asetat sangat cocok digunakan sebagai pelarut dalam industi makanan [14]. Pada penelitian ini menggunakan pelarut n-butil Asetat yang memiliki sifat fisika dan kimia seperti table 2.8: Tabel 2.8 Sifat Fisika dan Kimia N-Butil Asetat [8] dan [9] Parameter n-butil Asetat Struktur Rumus Molekul C 6 H 12 O 2 Nama Umum Eter asetat, asetatdien,, etil ester, etill etanoat, napta Berat Molekul 116 Sifat Fisik Jernih, tidak mudah menguap, cairan yang dapat terbakar; bau seperti buah-buahan Titik leleh C Titik Didih C Kelarutan dalam Air 10 % pada 25 0 C Kelarutan Larut dengan alkohol, aseton, kloroform, eter Densitas Relatif pada 20 0 C Densitas Uap Relatif 3.04 Tekanan Uap 1,39 mmhg pada 20 0 C Log P ow 1,4 Tabel 2.9 Penggunaan Pelarut Dan Hasil Yang Diperoleh Pada Ekstraksi Minyak Biji Pepaya [23] Pelarut Hasil (g g -1 ) Etanol 151 Aseton 286 n-heksan 285 Etil Asetat 290 Etanol merupakan pelarut yang menghasilkan ekstrak kurkumin yang paling tinggi dibandingan dengan pelarut lain, yakni aseton, etil asetat, metanol, dan isopropanol, hal ini dikarenakan kelarutan dari konstituen aktif [21]. 17

13 2.3.4 Pengadukan Dalam pemisahan yang mengunakan pengadukan, waktu kontak dapat dibuat lebih cepat untuk setiap pendekatan yang diinginkan untuk keseimbangan, secara ekonomi efisiensi dapat mencapai 80-90% [5]. Pengadukan pada pelarut penting karena hal ini meningkatkan difusi dan transfer materi dari permukaan partikel untuk sebagian besar dari solusi, seperti yang dibahas dalam bagian berikut. Selanjutnya, agitasi suspensi partikel halus mencegah sedimentasi dan lebih efektif penggunaan terbuat dari permukaan antar muka [30]. 2.4 SOXHLET EXTRACTION Leaching memungkinkan analit yang akan diekstrak dan dipisahkan dari matriks padat dan juga dari senyawa lain yang dapat mengganggu dalam proses analisis. Salah satu bentuk ekstraksi padat-cair adalah ekstraksi soxhlet. Teknik dasar ini dikembangkan pada tahun 1879 oleh Franz Ritter Von Soxhlet, Dia adalah seorang kimiawan Jerman dan fisiologi gizi, yang dikenal sekarang sebagai soxhlet extraction. Teknik ini pertama kali digunakan untuk menentukan kandungan lemak dalam susu. Sejak itu, teknik ekstraksi soxhlet telah mendapatkan pengakuan luas di bidang ekstraksi. Saat ini teknik ekstraksi soxhlet konvensional digunakan sebagai teknik standar untuk mengekstraksi analit dari padat sampel terhadap efisiensi teknik leaching dibandingkan lainnya [39]. 18

14 Persiapan sampel pada Proses ektraksi menggunakan metode soxshlet extrection Sampel padatan/cairan Sampel biologi: daging, lemak, susu, sayur-sayuran, duah, dan sebagainya Homogenisasi Pengilingan sampel padatan pra pengeringan dengan zat anhidrat Soxhlet ekstraksi Membersihkan ekstrak mentah Gambar 2.2 Persiapan sampel pada Proses ektraksi menggunakan metode soxshlet extraction [39]. Soxhlet extraction adalah teknik standar dimana pelarut segar dikontakkan dengan sampel secara berkala [7]. Menurut [18] proses ekstraksi minyak biji papaya dilakukan dengan metode Soxhlet Extraction mengunakan pelarut non polar, Condensor Extractor Sampel Shipon Destilation Heater Gambar 2.3 Soxhlet Extraction Convensional [4] 19

15 Dari gambar 2.3 dapat dijelaskan bahwa untuk ekstraksi, material padatan yang akan diekstrak diletakkan di dalam suatu thimble yang terbuat dari kertas saring yang tebal atau di dalam suatu tabung yang terdapat di tengah bagian dari Soxhlet. Thimble biasanya dibuat dari selulosa dan bersifat permeable ke Pelarut. Sampel yang digunakan harus dihancurkan untuk menghasilkan partikulat yang baik dengan luas permukaan yang besar sebelum melakukan Soxhlet extraction. Solvent yang digunakan untuk ekstraksi ditambahkan pada bagian tengah dari Soxhlet sampai batas dari siphon ke dalam bagian bawah round-bottom flask. Pelarut didistilasi dari bottom flask dengan menggunakan suatu peralatan panas umum laboratorium yaitu hot plate. Intensitas pemanasan mengendalikan aliran solvent melalui sistem. Soxhlet dilengkapi dengan kondenser. Pelarut dikondensasikan kembali ke dalam bagian tengah dari peralatan. Suhu dari kondenser harus rendah untuk menghindari banyak Pelarut yang hilang. Proses diulang dalam sejumlah proses ekstraksi, Pelarut terakumulasi di bagian tengah dari peralatan secara berkala dikembalikan kembali ke dalam flask dimana Pelarut dipanaskan. Efisiensi ekstraksi dengan menggunakan peralatan Soxhlet sangat baik (mendekati 100%), dan prosedurnya dapat dengan mudah digunakan untuk menganalisa secara kuantitatif dengan pemulihan yang baik [27] Faktor-faktor yang Mempengaruhi Soxhlet Extraction Ada 3 faktor yang dapat mempengaruhi kinerja dari metode Soxhlet extraction yaitu meliputi (1) Pemilihan Pelarut, (2) Sifat Matriks, dan (3) Kondisi Operasi [36] Pemilihan Pelarut Pemilihan pelarut yang tepat untuk ekstraksi harus dipilih dari target dengan menggunakan metode Soxhlet extraction. Pelarut yang berbeda akan meghasilkan ekstrak yield dan komposisi ekstrak yang berberda. Penggunaan alternatif Pelarut telah meningkatkan kesadaran lingkungan dan keamanan. Suatu co-solvent terkadang ditambahkan agar meningkatkan polaritas dari fasa cair. Campuran Pelarut akan meningkatkan yield dan kinetika ekstraksi [36]. 20

16 Sifat Matriks Soxhlet extraction bergantung dari sifat matriks dan ukuran partikel ketika difusi internal sebagai tahap akhir selama proses ekstraksi [36] Kondisi Operasi Selama proses ekstraksi, solvent biasanya dipulihkan dengan cara evaporasi. Suhu ekstraksi dan evaporasi memiliki dampak dalam kualitas produk [36]. 2.5 EDIBLE OIL Lemak dan minyak nabati adalah suatu substansi yang diperoleh dari tanaman yang terdiri dari trigliserida dan menghadirkan sejumlah komponen utama dari lemak dan minyak edible. Komponen kecil dari lemak dan minyak yang edible terbentuk dari mono dan dietil-gliserol, asam lemak bebas, fosfatida, sterol, fat-soluble, vitamin, tokoferol, pigmen, wax, dan fatty alcohol. Cara moderen dalam pemerosesan minyak nabati adalah melalui ekstraksi kimia dan menggunakan pelarut pengekstrak, suatu proses yang menghasilkan yield tertinggi dari minyak dalam waktu yang singkat [54]. Untuk pemerosesan minyak diperoleh dari biji dilakukan beberapa tahap yaitu: pemerosesan secara umum, degumming, refining/netralisasi, bleaching, dan deodorization [55]. Untuk mengetahui edible oil dapat dilihat dari Tabel Tabel 2.10 Parameter Edible Oil Parameter Standar Edible Oil Bilangan Peroksida (meq/kg minyak) 10 [49] Bilangan Iodin (g/mg) [49] Spesific gravity (SG) 0,9-1,16 [47] Kadar Asam Lemak Bebas (%) 0,5-1% [46] Refractive Index (20 0 C) 1,457 [46] Total Fenol (mg/g) 220 [46] Bilangan Keasaman 1 % [46] 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemangi Kemangi merupakan salah satu tumbuhan berbau yang terkenal [15], termasuk dalam famili Lamiaceae, subfamili Nepetoideae genus Ocimum yang terdiri dari 65 spesies [4,

Lebih terperinci

a. Pengertian leaching

a. Pengertian leaching a. Pengertian leaching Leaching adalah peristiwa pelarutan terarah dari satu atau lebih senyawaan dari suatu campuran padatan dengan cara mengontakkan dengan pelarut cair. Pelarut akan melarutkan sebagian

Lebih terperinci

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat EKSTRAKSI CAIR-CAIR I. TUJUAN PERCOBAAN Mahasiswa mampu mengoperasikan alat Liqiud Extraction dengan baik Mahasiswa mapu mengetahui cara kerja alat ekstraksi cair-cair dengan aliran counter current Mahasiswa

Lebih terperinci

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin. Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, dimana berarti lemak dan minyak merupakan triester dari gliserol. Dari pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa lemak dan minyak merupakan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRASI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRASI EKTRAKSI Ekstraksi tanaman obat merupakan suatu proses pemisahan bahan obat dari campurannya dengan menggunakan pelarut. Ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan

Lebih terperinci

F L U I D A S U P E R K R I T I K. Nosy Awanda Amrina Malahati Wilujeng Sulistyorini A

F L U I D A S U P E R K R I T I K. Nosy Awanda Amrina Malahati Wilujeng Sulistyorini A F L U I D A S U P E R K R I T I K Nosy Awanda 191338 Amrina Malahati 191338 Wilujeng Sulistyorini 19133862A Samsiyati Andriani 19133863A Fluida superkritik ialah keadaan fluida ketika berada pada temperatur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 BIDIESEL Biodiesel merupakan sumber bahan bakar alternatif pengganti solar yang terbuat dari minyak tumbuhan atau lemak hewan. Biodiesel bersifat ramah terhadap lingkungan karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asam Palmitat Asam palmitat adalah asam lemak jenuh rantai panjang yang terdapat dalam bentuk trigliserida pada minyak nabati maupun minyak hewani disamping juga asam lemak

Lebih terperinci

EKSTRAKSI BAHAN NABATI (EKS)

EKSTRAKSI BAHAN NABATI (EKS) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA EKSTRAKSI BAHAN NABATI (EKS) Disusun oleh: Inasha Vaseany Dr. Tatang Hernas Soerawidjaja Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TOMAT (Lycopersicum esculentum) Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan salah satu sayuran yang paling banyak dikonsumsi, dan telah menjadi tanaman sayuran yang paling penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Lemak dan minyak merupakan makanan yang sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Selain itu lemak dan minyak juga merupakan sumber energi yang lebih efektif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Nabati Minyak nabati adalah cairan kental yang diambil atau diekstrak dari tumbuhtumbuhan. Komponen utama penyusun minyak nabati adalah trigliserida asam lemak, yang

Lebih terperinci

BAB I SOLVENT EXTRACTION

BAB I SOLVENT EXTRACTION BAB I SOLVENT EXTRACTION 1.1 Pengertian Solvent extracted Solvent extracted adalah suatu metode yang digunakan untuk mengekstraksi minyak dengan bantuan pelarut organik (Anggorodi, 1985) teknik pemisahannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Turi (Sesbania grandiflora) merupakan tanaman asli Indonesia, yang termasuk kedalam jenis kacang-kacangan. Kacang turi merupakan jenis kacang-kacangan dari pohon turi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu dari beberapa tanaman golongan Palm yang dapat menghasilkan minyak adalah kelapa sawit (Elaeis Guinensis JACQ). kelapa sawit (Elaeis Guinensis JACQ), merupakan komoditas

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses. Secara garis

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI-DESTILASI DENGAN PELARUT N-HEXAN DAN PELARUT ETANOL

PROSES PEMBUATAN MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI-DESTILASI DENGAN PELARUT N-HEXAN DAN PELARUT ETANOL PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 24 ISSN : 1411-4216 PROSES PEMBUATAN MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI-DESTILASI DENGAN PELARUT N-HEXAN DAN PELARUT ETANOL Yanuar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak Goreng 1. Pengertian Minyak Goreng Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel) HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel) Minyak nabati (CPO) yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak nabati dengan kandungan FFA rendah yaitu sekitar 1 %. Hal ini diketahui

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Proksimat Komposisi rumput laut Padina australis yang diuji meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar abu tidak larut asam dilakukan

Lebih terperinci

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH Petunjuk Paktikum I. ISLASI EUGENL DARI BUNGA CENGKEH A. TUJUAN PERCBAAN Mengisolasi eugenol dari bunga cengkeh B. DASAR TERI Komponen utama minyak cengkeh adalah senyawa aromatik yang disebut eugenol.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Kelapa termasuk jenis Palmae yang bersel satu (monokotil). Batang tanaman tumbuh lurus ke atas dan tidak bercabang. Adakalanya pohon kelapa dapat bercabang, namun hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu dari golongan palem yang dapat menghasilkan asam oleat adalah kelapa sawit (Elaenisis guineensis jacq) yang terkenal terdiri dari beberapa varietas, yaitu termasuk dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

ISOLASI BAHAN ALAM. 2. Isolasi Secara Kimia

ISOLASI BAHAN ALAM. 2. Isolasi Secara Kimia ISOLASI BAHAN ALAM Bahan kimia yang berasal dari tumbuhan atau hewan disebut bahan alam. Banyak bahan alam yang berguna seperti untuk pewarna, pemanis, pengawet, bahan obat dan pewangi. Kegunaan dari bahan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. nabati berupa Crude Plam Oil (CPO), sangat banyak ditanam dalam perkebunan

I. TINJAUAN PUSTAKA. nabati berupa Crude Plam Oil (CPO), sangat banyak ditanam dalam perkebunan I. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Serat Buah Sawit 1. Definisi Kelapa Sawit merupakan salah satu tanaman budidaya penghasil minyak nabati berupa Crude Plam Oil (CPO), sangat banyak ditanam dalam perkebunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Kelapa Sawit Sumber minyak dari kelapa sawit ada dua, yaitu daging buah dan inti buah kelapa sawit. Minyak yang diperoleh dari daging buah disebut dengan minyak kelapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keragaman hayati.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keragaman hayati. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keragaman hayati. Letak Indonesia yang dilewati oleh garis katulistiwa berpengaruh langsung terhadap kekayaan

Lebih terperinci

Ekstraksi Biji Karet

Ekstraksi Biji Karet Ekstraksi Biji Karet Firdaus Susanto 13096501 DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2001 TK-480 PENELITIAN 1 dari 9 BAB I PENDAHULUAN Biji karet berpotensi menjadi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) Abstrak Kulit buah langsat diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut yang berbeda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji ) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Durian 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian Menurut Rahmat Rukmana ( 1996 ) klasifikasi tanaman durian adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Biji Kemiri Sumber : Wikipedia, Kemiri (Aleurites moluccana) merupakan salah satu tanaman tahunan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Biji Kemiri Sumber : Wikipedia, Kemiri (Aleurites moluccana) merupakan salah satu tanaman tahunan yang 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kemiri Gambar 1. Biji Kemiri Sumber : Wikipedia, 2016 Kemiri (Aleurites moluccana) merupakan salah satu tanaman tahunan yang termasuk dalam famili Euphorbiaceae (jarak-jarakan).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah kita ketahui bahwa materi terdiri dari unsur, senyawa, dan campuran. Campuran dapat dipisahkan melalui beberapa proses pemisahan campuran secara fisika dimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk peningkatan devisa negara. Indonesia merupakan salah satu negara

I. PENDAHULUAN. untuk peningkatan devisa negara. Indonesia merupakan salah satu negara I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang dapat memberikan kontribusi untuk peningkatan devisa negara. Indonesia merupakan salah satu negara pemasok

Lebih terperinci

PENGARUH PERBANDINGAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DENGAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) DAN JENIS JAMBU BIJI TERHADAP KARAKTERISTIK JUS

PENGARUH PERBANDINGAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DENGAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) DAN JENIS JAMBU BIJI TERHADAP KARAKTERISTIK JUS PENGARUH PERBANDINGAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DENGAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) DAN JENIS JAMBU BIJI TERHADAP KARAKTERISTIK JUS TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Sidang Sarjana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gliserol Biodiesel dari proses transesterifikasi menghasilkan dua tahap. Fase atas berisi biodiesel dan fase bawah mengandung gliserin mentah dari 55-90% berat kemurnian [13].

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pepaya Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko dan Amerika Selatan, kemudian menyebar ke berbagai negara tropis, termasuk Indonesia sekitar

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka A. Minyak Sawit Bab II Tinjauan Pustaka Minyak sawit berasal dari mesokarp kelapa sawit. Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak. Sesuai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran METDE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Sebagian besar sumber bahan bakar yang digunakan saat ini adalah bahan bakar fosil. Persediaan sumber bahan bakar fosil semakin menurun dari waktu ke waktu. Hal ini

Lebih terperinci

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 LEMAK DAN MINYAK Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 kkal sedangkan karbohidrat dan protein

Lebih terperinci

METODE EKSTRAKSI Ekstrak Ekstraksi 1. Maserasi Keunggulan

METODE EKSTRAKSI Ekstrak Ekstraksi 1. Maserasi Keunggulan METODE EKSTRAKSI Ekstrak merupakan sediaan sari pekat tumbuh-tumbuhan atau hewan yang diperoleh dengan cara melepaskan zat aktif dari masing-masing bahan obat, menggunakan menstrum yang cocok, uapkan semua

Lebih terperinci

Kemiri berasal dari Maluku dan tersebar ke Polynesia, India, Filipina, Jawa, Australia dan kepulauan Pasifik, India Barat, Brazil dan Florida.

Kemiri berasal dari Maluku dan tersebar ke Polynesia, India, Filipina, Jawa, Australia dan kepulauan Pasifik, India Barat, Brazil dan Florida. MAKALAH TEKNOLOGI MINYAK NABATI MINYAK KEMIRI Disusun Oleh: ANISYA DWI S. ( I1506009 ) FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009 MINYAK KEMIRI SEJARAH Kemiri berasal

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. protein berkisar antara 20% sampai 30%. Kacang-kacangan selain sumber protein

I PENDAHULUAN. protein berkisar antara 20% sampai 30%. Kacang-kacangan selain sumber protein I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

4 Pembahasan Degumming

4 Pembahasan Degumming 4 Pembahasan Proses pengolahan biodiesel dari biji nyamplung hampir sama dengan pengolahan biodiesel dari minyak sawit, jarak pagar, dan jarak kepyar. Tetapi karena biji nyamplung mengandung zat ekstraktif

Lebih terperinci

Kingdom : Plantae. Divisi : Spermatophyta. Class : Dicotyledoneae. Ordo : Cistales. Famili : Caricaceae. Genus : Carica. Spesies : Carica papayal.

Kingdom : Plantae. Divisi : Spermatophyta. Class : Dicotyledoneae. Ordo : Cistales. Famili : Caricaceae. Genus : Carica. Spesies : Carica papayal. Tanaman pepaya merupakan herba menahun dan tingginya mencapai 8 m. Batang tak berkayu, bulat, berongga, bergetah dan terdapat bekas pangkal daun. Dapat hidup pada ketinggian tempat 1m-1.000m dari permukaan

Lebih terperinci

Ekstraksi pelarut atau ekstraksi air:

Ekstraksi pelarut atau ekstraksi air: Ekstraksi pelarut atau ekstraksi air: Metode pemisahan atau pengambilan zat terlarut dalam larutan (biasanya dalam air) atau menggunakan pelarut lain (biasanya organik) Tidak memerlukan alat khusus atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biodiesel Biodiesel merupakan bahan bakar rendah emisi pengganti diesel yang terbuat dari sumber daya terbarukan dan limbah minyak. Biodiesel terdiri dari ester monoalkil dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Minyak Sawit Sebagai Bahan Baku Biodiesel Tanaman sawit (Elaeis guineensis jacquin) merupakan tanaman yang berasal dari afrika selatan. Tanaman ini merupakan tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. minyak yang disebut minyak sawit. Minyak sawit terdiri dari dua jenis minyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. minyak yang disebut minyak sawit. Minyak sawit terdiri dari dua jenis minyak II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Kelapa Sawit Buah kelapa sawit terdiri dari 80% bagian perikarp (epikarp dan mesokarp) dan 20% biji (endokarp dan endosperm), dan setelah di ekstraksi akan menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Nabati Minyak nabati adalah sejenis minyak yang terbuat dari tumbuhan. Digunakan dalam makanan dan memasak. Beberapa jenis minyak nabati yang biasa digunakan ialah minyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Minyak dan Lemak Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang artinya lemak). Lipida larut dalam pelarut nonpolar dan tidak larut dalam air.

Lebih terperinci

A. Sifat Fisik Kimia Produk

A. Sifat Fisik Kimia Produk Minyak sawit terdiri dari gliserida campuran yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Dua jenis asam lemak yang paling dominan dalam minyak sawit yaitu asam palmitat, C16:0 (jenuh),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu yang baru keluar dari kelenjar mamae melalui proses pemerahan merupakan suatu sumber bahan pangan yang murni, segar, higienis, bergizi, serta mengandung sejumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu bagian tanaman pepaya yang dapat dimanfaatkan sebagai obat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu bagian tanaman pepaya yang dapat dimanfaatkan sebagai obat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bagian tanaman pepaya yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah biji buah pepaya (Carica papaya L.). Secara tradisional biji pepaya dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

A. Judul Praktikum : Uji Keasaman Minyak (Uji Lipid) B. Tujuan Praktikum : untuk mengetahui sifat Asam dan Basa Minyak. C. Latar Belakang : Lipid

A. Judul Praktikum : Uji Keasaman Minyak (Uji Lipid) B. Tujuan Praktikum : untuk mengetahui sifat Asam dan Basa Minyak. C. Latar Belakang : Lipid A. Judul Praktikum : Uji Keasaman Minyak (Uji Lipid) B. Tujuan Praktikum : untuk mengetahui sifat Asam dan Basa Minyak. C. Latar Belakang : Lipid adalah senyawa biomolekul yang tidak larut dalam air, sehingga

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.)

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) Disusun oleh: Nama : Eky Sulistyawati FA/08708 Putri Kharisma FA/08715 Gol./Kel.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES 2.1 Sejarah dan Perkembangan Furfural pertama kali diisolasi tahun 1832 oleh ilmuwan kimia jerman bernama Johan Dobreiner dalam jumlah yang sangat sedikit dari

Lebih terperinci

Distilasi, Filtrasi dan Ekstraksi

Distilasi, Filtrasi dan Ekstraksi Distilasi, Filtrasi dan Ekstraksi Nur Hidayat Pengantar Teknologi Pertanian Minggu 9 Teori Produk hasil pertanian merupakan bahan komplek campuran dari berbagai komponen. Pemisahan atau ekstraksi diperlukan

Lebih terperinci

EKSTRAKSI KURKUMIN DARI TEMULAWAK DENGAN MENGGUNAKAN ETANOL

EKSTRAKSI KURKUMIN DARI TEMULAWAK DENGAN MENGGUNAKAN ETANOL EKSTRAKSI KURKUMIN DARI TEMULAWAK DENGAN MENGGUNAKAN ETANOL A. F. Ramdja, R.M. Army Aulia, Pradita Mulya Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya ABSTRAK Temulawak ( Curcuma xanthoriza

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buah Naga Buah naga atau dragon fruit merupakan buah yang termasuk kedalam kelompok tanaman kaktus. Buah naga berasal dari Negara Mexico, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar masyarakat Jatisrono berwirausaha sebagai pedagang ayam, para pedagang tersebut menjualnya dalam bentuk daging mentah dan ada pula yang matang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zaman dahulu jus buah dijadikan minuman raja-raja untuk menjaga kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. zaman dahulu jus buah dijadikan minuman raja-raja untuk menjaga kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah-buahan telah lama dikenal sebagai sumber vitamin dan mineral. Pada zaman dahulu jus buah dijadikan minuman raja-raja untuk menjaga kesehatan tubuh. Demikian pula

Lebih terperinci

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri Penggolongan minyak Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri Definisi Lemak adalah campuran trigliserida yang terdiri atas satu molekul gliserol yang berkaitan dengan tiga molekul asam lemak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak dan memiliki warna kuning keemasan. Pohon nanas sendiri dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak dan memiliki warna kuning keemasan. Pohon nanas sendiri dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nanas (Ananas comosus (L) Merr.) adalah buah yang memiliki mata yang banyak dan memiliki warna kuning keemasan. Pohon nanas sendiri dapat tumbuh subur di daerah beriklim

Lebih terperinci

BAB II. KESEIMBANGAN

BAB II. KESEIMBANGAN BAB II. KESEIMBANGAN Pada perhitungan stage wise contact konsep keseimbangan memegang peran penting selain neraca massa dan neraca panas. Konsep rate processes tidak diperhatikan pada alat kontak jenis

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji karet, dan bahan pembantu berupa metanol, HCl dan NaOH teknis. Selain bahan-bahan di atas,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari x BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lipid Pengertian lipid secara umum adalah kelompok zat atau senyawa organik yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari zat

Lebih terperinci

EKSTRAKSI Ekstraksi padat-cair Ekstraksi cair-cair Ekstraksi yang berkesinambungan Ekstraksi bertahap Maserasi metode ekstraksi padat-cair bertahap

EKSTRAKSI Ekstraksi padat-cair Ekstraksi cair-cair Ekstraksi yang berkesinambungan Ekstraksi bertahap Maserasi metode ekstraksi padat-cair bertahap EKSTRAKSI Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi dari campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, dapat dibedakan dua macam ekstraksi yaitu

Lebih terperinci

tetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada

tetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada I. TUJUAN PERCOBAAN 1.1 Memahami pemisahan berdasarkan ekstraksi asam asetat. 1.2 Menentukan harga koefisien distribusi senyawa dalam dua pelarut yang tidak saling campur (ekstraksi cair - cair) II. DASAR

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG MENGGUNAKAN PEMANASAN GELOMBANG MIKRO

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG MENGGUNAKAN PEMANASAN GELOMBANG MIKRO PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG MENGGUNAKAN PEMANASAN GELOMBANG MIKRO Dosen Pembimbing : Dr. Lailatul Qadariyah, ST. MT. Prof. Dr. Ir. Mahfud, DEA. Safetyllah Jatranti 2310100001 Fatih Ridho

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini pemakaian bahan bakar yang tinggi tidak sebanding dengan ketersediaan sumber bahan bakar fosil yang semakin menipis. Cepat atau lambat cadangan minyak bumi

Lebih terperinci

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu 40 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat 1. Kadar air (AOAC 1995, 950.46) Cawan kosong yang bersih dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 105 o C dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tebu merupakan tanaman yang hanya dapat ditanam di daerah beriklim tropis seperti Indonesia. Indonesia memiliki hasil perkebunan yang melimpah, menurut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Susu segar menurut Dewan Standardisasi Nasional (1998) dalam Standar

TINJAUAN PUSTAKA. Susu segar menurut Dewan Standardisasi Nasional (1998) dalam Standar II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Kambing Susu segar menurut Dewan Standardisasi Nasional (1998) dalam Standar Nasional Indonesia nomor 01-3141-1998 didefinisikan sebagai cairan yang berasal dari ambing ternak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan kekayaan alamnya. Tanahnya yang subur dan iklimnya yang tropis memungkinkan berbagai jenis tumbuhan dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MINYAK KELAPA SAWIT Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia [11]. Produksi CPO Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang menutupi permukaan tubuh. Fungsi kulit secara keseluruhan adalah antara lain kemampuannya sebagai penghadang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Nabati Minyak nabati adalah senyawa minyak yang terbuat dari tumbuhan yang diperoleh melaui proses ekstraksi dan pengepressan mekanik. digunakan dalam makanan dan untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Zat Ekstraktif Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan ekstrak aseton yang diperoleh dari 2000 gram kulit A. auriculiformis A. Cunn. ex Benth. (kadar air 13,94%)

Lebih terperinci

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pendahuluan Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pelarut lain yang digunakan adalah etanol dan minyak. Selain digunakan secara oral, larutan juga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. 2. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Teknik Pengolahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lipid 1. Definisi Lipid Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik (Widman, 1989) Lemak disebut juga lipid,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Molase Molase adalah hasil samping dari proses pembuatan gula tebu. Meningkatnya produksi gula tebu Indonesia sekitar sepuluh tahun terakhir ini tentunya akan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya, bakteri juga

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dantujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis dan (7)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia dalam rangka pemenuhan kebutuhan sehari-hari (Ketaren, 1986). Minyak goreng diekstraksi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah, (3) Maksud dan tujuan penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Kerangka pemikiran, dan (6) Hipotesis. 1.1 Latar

Lebih terperinci

Pabrik Gula dari Nira Siwalan dengan Proses Fosfatasi-Flotasi

Pabrik Gula dari Nira Siwalan dengan Proses Fosfatasi-Flotasi Pabrik Gula dari Nira Siwalan dengan Proses Fosfatasi-Flotasi Nurul Istiqomah (2309 030 075) Rini Rahayu (2309 030 088) Dosen Pembimbing : Prof.Dr.Ir.Danawati Hari Prajitno, M.Pd NIP : 19510729 198603

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Ubi Kayu Ubi kayu yang sering pula disebut singkong atau ketela pohon merupakan salah satu tanaman penghasil bahan makanan pokok di Indonesia. Tanaman ini tersebar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tetapi larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter, kloroform, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tetapi larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter, kloroform, dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak dan Lemak 1. Definisi Minyak dan Lemak Minyak dan lemak adalah salah satu kelompok yang termasuk golongan lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat dialam serta tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia dan merupakan kunci utama diberbagai sektor. Semakin hari kebutuhan akan energi mengalami kenaikan seiring dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghasilkan produk-produk dari buah sawit. Tahun 2008 total luas areal

I. PENDAHULUAN. menghasilkan produk-produk dari buah sawit. Tahun 2008 total luas areal I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Propinsi Lampung merupakan salah satu daerah paling potensial untuk menghasilkan produk-produk dari buah sawit. Tahun 2008 total luas areal perkebunan kelapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat. Selain itu konsumen

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat. Selain itu konsumen BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Minyak goreng adalah salah satu unsur penting dalam industri pengolahan makanan. Dari tahun ke tahun industri pengolahan makanan semakin meningkat sehingga mengakibatkan

Lebih terperinci

A. RUMUS STRUKTUR DAN NAMA LEMAK B. SIFAT-SIFAT LEMAK DAN MINYAK C. FUNGSI DAN PERAN LEMAK DAN MINYAK

A. RUMUS STRUKTUR DAN NAMA LEMAK B. SIFAT-SIFAT LEMAK DAN MINYAK C. FUNGSI DAN PERAN LEMAK DAN MINYAK 8 LEMAK DAN MINYAK A. RUMUS STRUKTUR DAN NAMA LEMAK B. SIFAT-SIFAT LEMAK DAN MINYAK C. FUNGSI DAN PERAN LEMAK DAN MINYAK Lipid berasal dari kata Lipos (bahasa Yunani) yang berarti lemak. Lipid didefinisikan

Lebih terperinci

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. BAHAN YANG DIGUNAKAN Aquades Indikator PP NaOH 0,1 N Asam asetat pekat Trikloroetan (TCE)

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. BAHAN YANG DIGUNAKAN Aquades Indikator PP NaOH 0,1 N Asam asetat pekat Trikloroetan (TCE) EKSTRAKSI CAIR-CAIR I. TUJUAN Dapat menerapkan prinsip perpindahan massa pada operasi pemisahan secara ekstraksi dan memahami konsep perpindahan massa pada operasi stage dalam kolom berpacking. II. III.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Berenuk (Crescentia cujete L). a. Sistematika Tumbuhan Kingdom : Plantae Sub kingdom : Tracheobionata Super divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Ketersediaan sumber energi khususnya energi fosil semakin mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya kebutuhan energi dunia (Arisurya, 2009). Indonesia yang dahulu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Uji Kadar Aspal dalam Batuan Uji kadar aspal ini dilakukan dengan mekanisme seperti pada Gambar 4. berikut. Gambar 4. Diagram alir percobaan uji kadar aspal 2 Batuan aspal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TANAMAN KATUK (Sauropus androgynus (L) Merr) Katuk (Sauropus androgynus (L) Merr) merupakan tanaman yang tumbuh subur di Indonesia, diketahui mengandung senyawa aktif yang memiliki

Lebih terperinci