Abstract. Keywords: Law Enforcement-Narcotics-Jurisdiction

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Abstract. Keywords: Law Enforcement-Narcotics-Jurisdiction"

Transkripsi

1 Pelaksanaan Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Peredaran Narkotika oleh Kepolisian di Wilayah Hukum Kepolisian Resort Kota Dumai Oleh: Hendra Ricardo Simanullang Pembimbing: Gusliana HB, S.H.,M.Hum Erdiansyah, S.H., M.H. Alamat: Jl. Abdul Muis, Gang Reformasi 19B, Gobah. Telpon: Abstract The distribution and abuse of narcotics and illicit drugs has reached very alarming levels. Just imagine, almost all regions in Indonesia easily obtain narcotics and drugs in discos, hotels, places of prostitution even in school. There are countless antinarcotics efforts made by law enforcement, but it still has not been able to eradicate narcotics offenses. It also happens to law enforcement in combating narcotic crimes that occurred in the jurisdiction of Police Station City of Enforcement of the law by police officers Resort Dumai in combating narcotics offenses in Dumai City did not go well. This is because the development of technological advances resulting modus operandi by narcotics traffickers increasingly sophisticated crime, but the modus operandi of the development undertaken by the perpetrators is not accompanied by an increase in law enforcement efforts against drug crime itself. Law enforcement against drug crime in the city of Dumai greatly influenced the development of drug crime in the city of Keywords: Law Enforcement-Narcotics-Jurisdiction A. Pendahuluan Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009, pengertian narkotika adalah: Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi-sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang ini. Tindak pidana narkotika di Kota Dumai telah menunjukkan peningkatan yang signifikan tiap tahunnya. 1 Hal ini dapat dilihat dari tabel jumlah kasus tindak pidana penyalahgunaan narkotika yang terjadi di Kota Dumai mulai dari tahun 2009 sampai Desember Wawancara dengan Bapak Bripka. Irdian, S.,H. Penyidik Reserse Narkotika Kepolisian Resort Kota Dumai, Hari Rabu, Tanggal 20 Februari 2013, bertempat di Kepolisian Resort Kota 1

2 Tabel I.1 Jumlah Kasus Narkotika di Kepolisian Resort Kota Dumai No Tahun Kasus Sumber: Data olahan dari Kepolisian Resort Kota Dumai Berdasarkan tabel tersebut, terjadinya peningkatan tindak pidana narkotika di Kota Dumai antara lain disebabkan karena letak geografis Kota Dumai yang strategis yang mana Kota Dumai berbatasan langsung dengan kota-kota besar seperti Kota Pekanbaru dan Kota Medan. Sedangkan melalui jalur laut, Kota Dumai berbatasan dengan Selat Malaka, Malaysia dan Singapura. 2 Penegakan hukum dalam memberantas tindak pidana penyalahgunaan dan peredaran narkotika di Kota Dumai belum mampu terlaksana dengan baik, hal ini dikarenakan dalam memberantas tindak pidana penyalahgunaan dan peredaran narkotika di Kota Dumai penegak hukum mengalami beberapa kendala, diantaranya terbatasnya jumlah personil kepolisian yang menangani tindak pidana narkotika di Kota Dumai yaitu hanya 15 (lima belas) orang dan hanya 5 (lima) orang penyidik narkotika sehingga mengakibatkan proses penyelidikan dan penyidikan tidak dapat berjalan maksimal. 3 Berikut tabel kasus tindak pidana penyalahgunaan dan peredaran narkotika yang terjadi di Kota Tabel I.2. Jumlah Kasus Narkotika di Kepolisian Resort Kota Dumai Jumlah No Bulan Jumlah Tersangka Kasus 1. Januari April Mei Agustus September Desember Jumlah Sumber: Data olahan Kepolisian Resort Kota Dumai kasus Tahun Wawancara dengan Bapak Kompol. Ahmad Gusti Hartono S.H.,Sik, Kasat Reserse narkotika Kepolisian Resort Kota Dumai, Hari Rabu, Tanggal 20 Februari 2013, bertempat di Kepolisian Resort Kota 3 Wawancara dengan Bapak Kompol. Ahmad Gusti Hartono S.H.,Sik, Kasat Reserse narkotika Kepolisian Resort Kota Dumai, Hari Rabu, Tanggal 20 Februari 2013, bertempat di Kepolisian Resort Kota. 2

3 Data ini sangat mengejutkan, hanya dalam kurun waktu per 4 (empat) bulan statistik tindak pidana narkotika di wilayah hukum Kepolisian Resort Kota Dumai terus memperlihatkan peningkatan yang sangat signifikan. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah pelaksanaan penegakan hukum terhadap tindak pidana peredaran narkotika oleh Kepolisian di wilayah hukum Kepolisian Resort Kota Dumai? 2. Apa saja hambatan dalam pelaksanaan penegakan hukum terhadap tindak pidana peredaran narkotika oleh Kepolisian di wilayah hukum Kepolisian Resort Kota Dumai? 3. Apa saja upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan penegakan hukum terhadap tindak pidana peredaran narkotika oleh Kepolisian di wilayah hukum Kepolisian Resort Kota Dumai? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a) Untuk mengetahui pelaksanaan penegakan hukum terhadap tindak pidana peredaran narkotika oleh Kepolisian di wilayah hukum Kepolisian Resort Kota b) Untuk mengetahui hambatan dalam pelaksanaan penegakan hukum terhadap tindak pidana peredaran narkotika oleh Kepolisian di wilayah hukum Kepolisian Resort Kota c) Untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan pelaksanaan penegakan hukum terhadap tindak pidana peredaran narkotika oleh Kepolisian di wilayah hukum Kepolisian Resort Kota 2. Kegunaan Penelitian a) Penelitian ini untuk menambah pengetahuan dan pemahaman penulis khususnya mengenai permasalahan yang diteliti. b) Penelitian ini dapat menjadi sumber masukan bagi penegak hukum dalam menentukan kebijakan dan memberikan langkah-langkah untuk memberikan pertanggungjawaban pidana. c) Penelitian ini sebagai sumbangan dan alat mendorong bagi rekan-rekan mahasiswa untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan tindak pidana narkotika. D. Kerangka Teori 1. Teori Tindak Pidana (Straafbaarfeit) Dalam bahasa Belanda, Straafbaarfeit terdapat dua unsur pembentuk kata, yaitu Straafbaar dan feit. Perkataan feit dalam bahasa Belanda diartikan 3

4 sebagian dari kenyataan, sedangkan straafbaar berarti dapat dihukum, sehingga straafbaarfeit berarti sebagian dari kenyataan yang dapat dihukum. 4 Suatu perbuatan dikategorikan sebagai suatu tindak pidana adalah apabila perbuatan tersebut dilarang oleh aturan pidana dan kepada pelakunya diancam dengan sanksi pidana sedangkan melawan hukum dan merugikan masyarakat menunjukkan sifat perbuatan tersebut. Suatu perbuatan yang bersifat melawan hukum dan merugikan masyarakat belum tentu merupakan suatu tindak pidana mungkin saja merupakan suatu perbuatan yang berada dalam lapangan hukum perdata. Suatu perbuatan yang bersifat melawan hukum dan merugikan masyarakat dikategorikan sebagai tindak pidana apabila ada larangan oleh aturan pidana yang dilanggar dan pelakunya diancam dengan ketentuan pidana serta pelaku dapat dipertanggungjawabkan. 2. Teori Penegakan Hukum Menurut Soerjono Soekanto, penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah yang mantap dan mengejawantahkan dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. 5 Tujuan daripada penegakan hukum yakni untuk mengatur masyarakat agar damai dan adil dengan mengadakan keseimbangan antara kepentingan yang dilindungi,sehingga tiap-tiap anggota masyarakat memperoleh sebanyak mungkin apa yang menjadi haknya. 6 Menurut Soerjono Soekanto menyatakan bahwa masalah penegakan hukum sebenarnya terletak pada faktor-faktor yang mungkin mempengaruhinya. Faktor-faktor pendukung pelaksanaan keadilan tersebut adalah sebagai berikut: a. Faktor hukumnya sendiri; b. Faktor penegakan hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menetapkan hukum; c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum; d. Faktor masyarakat, yaitu lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan; dan e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia didalam pergaulan hidup. 4 P.A.F Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, hlm Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT.Raja Grafindo, Jakarta, 2005, hlm RE. Baringbing, Catur Wangsa Simpul Mewujudkan Supremasi Hukum, Pusat Kajian Informasi, Jakarta, 2001, hlm

5 Kelima faktor tersebut saling berkaitan karena merupakan esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur dari efektifitas penegakan hukum. 7 Dalam penelitian ini penulis terfokus pada penegak hukum yang dilakukan oleh Kepolisian terkhusus pada tingkat penyelidikan dan penyidikan, karena dalam bidang hukum pidana polisi merupakan aparat penegak hukum yang sering berhadapan dengan masyarakat dalam kaitannya dengan penegakan hukum dan polisi yang melaksanakan tugasnya mengambil keputusan-keputusan hukum secara nyata dilapangan. 3. Teori Penyelidikan dan Penyidikan a. Penyelidikan Tindakan penyelidikan merupakan tindakan yang sangat penting karena penyelidikan dilakukan terhadap suatu peristiwa yang diduga merupakan suatu tindak pidana, dari hasil penyelidikan yang telah dilakukan ditentukan dapat atau tidak dilakukannya pemeriksaan terhadap kasus tersebut kemudian ditingkatkan dengan melakukan penyidikan dengan tujuan untuk mengumpulkan bukti-bukti yang dengan bukti tersebut maka tindak pidana itu menjadi jelas dan terang kemudian dilanjutkan dengan memanggil atau menangkap orang-orang yang terlibat dalam perkara tersebut. b. Penyidikan Menurut Pasal 1 butir 2 KUHAP, pengertian penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi guna menemukan tersangkanya. E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum sosiologis yaitu penelitian yang hendak melihat korelasi antara hukum dan masyarakat, sehingga mampu mengungkap efektifitas berlakunya hukum dalam masyarakat dan mengidentifikasi hukum yang tidak tertulis yang berlaku pada masyarakat. Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu penulis mencoba untuk memberikan gambaran dari suatu kenyataan secara lengkap, rinci, dan jelas tentang mengenai masalah yang diteliti. 2. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini di wilayah hukum Kepolisian Resort Kota Dumai karena diwilayah hukum ini merupakan tempat yang strategis serta di wilayah ini terjadi peningkatan tindak pidana penyalahgunaan narkotika. 7 Ibid. 5

6 3. Populasi dan Sampel a) Populasi Populasi adalah keseluruhan atau himpunan objek dengan ciri-ciri yang sama. Populasi dapat berupa orang, benda (hidup atau mati), kejadian, kasus-kasus, waktu, atau tempat dengan sifat dan ciri yang sama. 8 Adapun yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Kasat Reserse Narkotika Kepolisian Resort Kota Dumai 2) Kanit Narkotika Kepolisian Resort Kota Dumai 3) Penyidik Narkotika Kepolisian Resort Kota Dumai 4) Tersangka tindak pidana narkotika b) Sampel Sampel adalah merupakan himpunan atau sebagian populasi yang dijadikan objek penelitian yang dianggap dapat mewakili keseluruhan populasi. 9 Dalam menentukan sampel penulis menggunakan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria masalah yang diteliti. Kriteria yang di maksud adalah populasi dan sampel yang berkaitan dengan tindak pidana penyalahgunaan narkotika. Tabel I.3 Populasi dan Sampel No. Responden Populasi Sampel Persentase (%) 1. Kasat Reserse Narkotika Kepolisian Resort Kota Dumai 2. Kanit Narkotika Kepolisian Resort Kota Dumai 3. Penyidik Narkotika Kepolisian Resort Kota Dumai Tersangka tindak pidana ,5% narkotika Jumlah % Sumber data: data primer olahan tahun Sumber Data Berdasarkan metode penelitian sosiologis maka alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah: c) Data Primer Data Primer adalah data yang diperoleh dari informasi langsung dari aparat penegak hukum khususnya dari Kepolisian di wilayah hukum Kepolisian Resort Kota Dumai yang bertugas atau berkaitan dengan upaya 8 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm Ibid. hlm

7 penegakan hukum dalam penanggulangan tindak pidana narkotika di Kota d) Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari berbagai studi kepustakaan serta peraturan perundang-undangan, buku-buku literatur serta pendapat para ahli yang berkaitan dengan permasalahan penelitian ini, yang terdiri dari: 1) Bahan Hukum Primer yaitu Undang-Undang yang berhubungan dengan penelitian antara lain Undang-Undang Nomor 1 tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan Undang- Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika. 2) Bahan Hukum Sekunder merupakan bahan-bahan penelitian yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer serta bahan hukum sekunder juga merupakan bahan-bahan penelitian yang berasal dari literatur atau hasil penulisan para sarjana yang berupa buku-buku, artikel, jurnal dan juga bahan-bahan bacaan yang ada di media cetak maupun media elektronik yang berkaitan dengan pokok pembahasan. 3) Bahan Hukum Tertier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia. 5. Teknik Pengumpulan Data a) Wawancara (interview) yaitu melakukan teknik wawancara langsung dengan responden mengenai permasalahan yang diteliti. b) Kuesioner (questioner), yaitu alat riset atau survei yang terdiri atas serangkaian pertanyaan tertulis, bertujuan mendapatkan tanggapan dari responden terpilih melalui daftar pertanyaan 10. Responden dalam kuisioner penelitian ditujukan kepada tahanan di Rutan Kota c) Kajian kepustakaan yaitu penulis mengambil kutipan dari buku bacaan, literatur, atau buku pendukung yang memiliki kaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. 6. Analisis Data Data-data yang terkumpul akan dianalisa secara kualitatif artinya data yang berdasarkan uraian kalimat atau data tidak dianalisis dengan menggunakan statistik atau matematika ataupun sejenisnya, yaitu apa yang dinyatakan responden secara tertulis atau lisan atau perilaku nyata yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh. Dari pembahasan tersebut, akan menarik kesimpulan secara deduktif yaitu penarikan kesimpulan dari yang bersifat umum kepada penarikan kesimpulan yang bersifat khusus diakses tanggal 14 Maret

8 F. Pembahasan 1. Pelaksanaan Penegakan Hukum terhadap Tindak Pidana Peredaran Narkotika oleh Kepolisian di Wilayah Hukum Kepolisian Resort Kota Dumai Penegakan hukum yang dilakukan oleh Kepolisian Republik Indonesia khususnya jajaran Kepolisian Resort Kota Dumai dalam upaya menanggulangi tindak pidana narkotika adalah sebagai berikut: a. Penegakan Hukum Secara Preventif Upaya preventif adalah segala upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya tindak pidana dengan menghapuskan faktor kesempatan. Adapun langkah-langkah yang diambil oleh aparat Kepolisian Resort Kota Dumai dalam mencegah terjadinya tindak pidana narkotika pada umumnya, antara lain sebagai berikut: 1) Melakukan Patroli Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Kasat Narkoba Kepolisian Resort Kota Dumai, 11 beliau mengatakan bahwa tempattempat yang dilakukan patroli merupakan tempat yang rawan dan intensitas tinggi terjadinya tindak pidana narkotika. Jenis patroli yang dilakukan oleh Kepolisian Resort Kota Dumai sesuai dengan situasi dan kondisi daerah masung-masing, diantaranya: a) Patroli rutin, yaitu patroli yang dilakukan secara terus menerus, sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. b) Patroli selektif, yaitu patroli yang dilakukan pada tempat-tempat tertentu atau daerah yang disangka sering mengganggu kamtibmas. c) Patroli insidentil, yaitu patroli yang dilaksanakan pada tempattempat terjadinya tindak pidana 2) Melakukan penyuluhan Berdasarkan hasil wawancara penulis lakukan dengan Kasat Narkoba Kepolisian Resort Kota Dumai 12 penyuluhan atau pemberian informasi dan edukasi dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung. Penyuluhan secara langsung adalah dengan melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, yakni diantaranya dengan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Riau dan Badan Narkotika Kota (BNK) Dumai serta dibantu oleh dinas kesehatan setempat untuk memberikan 11 Wawancara dengan Bapak Kompol. Ahmad Gusti Hartono S.H., Sik, Kasat Reserse Narkotika Kepolisian Resort Kota Dumai, Pada hari kamis, Tanggal 30 Mei 2013, bertempat di Polres Kota 12 Wawancara dengan Bapak Kompol. Ahmad Gusti Hartono S.H., Sik, Kasat Reserse Narkotika Kepolisian Resort Kota Dumai, pada hari kamis, tanggal 30 Mei 2013, bertempat di Polres Kota 8

9 penyuluhan secara langsung dengan masyarakat. Penyuluhan ini dilakukan pada sekolah-sekolah atau tempat-tempat tertentu yang diduga memiliki intensitas tinggi terjadinya tindak pidana narkotika.. Penyuluhan secara tidak langsung yaitu dengan memberikan informasi tentang bahaya narkotika serta sanksi terhadap pelaku penyalahguna dan peredaran gelap narkotika melalui papan reklame, spanduk, media cetak maupun elektronik, dan sebagainya. Penyuluhan melalui papan reklame biasanya dilakukan di sekolah-sekolah, di pelabuhan, di terminal serta tempat-tempat stategis lainnya. b. Penegakan Hukum secara Represif Penegakan hukum secara represif adalah penegakan hukum yang dilakukan pihak kepolisian untuk melakukan penindakan terhadap pelaku penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika melalui jalur hukum berdasarkan KUHAP dan perundang-undangan lainnya. Terhadap tindak pidana narkotika yang terjadi dilakukan upayaupaya represif oleh aparat kepolisian antara lain: 1) Strategi undercover buy Tindak pidana penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika merupakan jenis tindak pidana yang sulit pengungkapannya. Hal ini dikarenakan peredarannya melibatkan banyak jaringan secara berlapis-lapis. Dalam mengatasi hal tersebut, Kepolisian Resort Kota Dumai melakukan teknik undercover buy, artinya penangkapan tersangka dengan cara anggota polisi yang menyamar sebagai pembeli demi mengamankan tersangka beserta barang bukti narkotika. Berdasarkan data yang diperoleh oleh penulis melalui questioner yang dilakukan kepada 5 (lima) orang tahanan tindak pidana narkotika yang ditahan di Rutan Kota Dumai, yaitu: Tabel III.2 Teknik Penangkapan No Jawaban Responden Jumlah 1. Polisi yang menyamar sebagai pembeli 3 Polisi menangkap ketika sedang menggunakan 2. 1 narkotika. Ditangkap ketika sedang mengedarkan atau 3. 1 membeli narkotika. Sumber: Data olahan dari Rutan Kota Dumai Pada Juli

10 2) Melakukan Penyelidikan dan Penyidikan. a) Penyelidikan Dalam Pasal 1 angka 5 KUHAP mendefenisikan penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan b) Penyidikan Pasal 1 butir 2 KUHAP menerangkan bahwa pengertian penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi guna menemukan tersangkanya. Tindakan penyidikan pada kasus tindak pidana narkotika yang terjadi di wilayah hukum Kepolisian Resort Kota Dumai dilaksanakan oleh Unit Reserse Narkotika Kepolisian Resort Kota Bagian unit ini terdiri dari 1 (satu) orang Kepala Satuan, 2 (dua) orang Kepala Unit, 5 (lima) orang penyidik narkotika dan 7 (tujuh) orang sebagai penyelidik narkotika. 2. Hambatan Dalam Melaksanakan Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Peredaran Narkotika oleh Kepolisian di Wilayah Hukum Kepolisian Resort Kota Dumai Hambatan-hambatan yang dialami oleh Kepolisian Resort Kota Dumai dalam melaksanakan penegakan hukum terhadap tindak pidana narkotika di Kota Dumai, adalah sebagai berikut: a. Faktor kurangnya jumlah personil penyidik narkotika di Kepolisian Resort Kota Dumai Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan kepada Kasat Reserse Narkotika 13 kendala yang menjadi faktor penghambat dalam melaksanakan penegakan hukum terhadap tindak pidana penyalahguna dan peredaran gelap narkotika di wilayah hukum Kepolisian Resort Kota Dumai yaitu kurangnya jumlah personil dari penyidik narkotika yang bertugas di Kota Beliau menambahkan, faktanya penyidik Reserse Narkotika Kepolisian Resort Kota Dumai hanya berjumlah 5 (lima) orang saja, padahal idealnya penyidik narkotika di wilayah yang seluas Kota Dumai adalah 10 (sepuluh) orang penyidik narkotika. Kekurangan jumlah personil ini berakibat pada tidak maksimalnya tindakan penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan di Kota 13 Wawancara dengan Bapak Kompol. Ahmad Gusti Hartono S.H., Sik, Kasat Reserse Narkotika Kepolisian Resort Kota Dumai, Pada hari kamis, Tanggal 30 Mei 2013, bertempat di Polres Kota 10

11 b. Faktor kurangnya partisipasi dari masyarakat Masyarakat Kota Dumai masih belum berani untuk melaporkan jika ada penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika yang terjadi di Kota Hal ini dikarenakan masyarakat belum sepenuhnya merasakan semangat memberantas tindak pidana narkotika dan masih memiliki anggapan bahwa hanya aparat kepolisian yang mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam memberantas tindak pidana narkotika. c. Dana yang terbatas Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan kepada Kasat Reserse Narkotika 14, salah satu kendala dalam menanggulangi tindak pidana narkotika adalah keterbatasan dana operasional dalam melaksanakan penyidikan. Kompol Ahmad Gusti menyatakan pada tahap penyidikan, pemeriksaan terhadap barang bukti yang diperoleh dari tersangka hanya dapat dilakukan di Labkrim, dan untuk wilayah sumatera pemeriksaan barang bukti melalui labkrim hanya terdapat di kota Medan saja. Jika dihitung, pada tahap pemeriksaan barang bukti narkotika bisa menghabiskan dana Rp ,- (lima juta rupiah). Besaran dana tersebut belum dihitung dari proses penyelidikan dan penyidikan lain yang dilakukan aparat kepolisian. d. Faktor kurangnya sarana dan prasarana pendukung Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan kepada Kasat Reserse Narkotika, 15 kendala lain dalam menanggulangi tindak pidana narkotika adalah kurangnya sarana dan prasarana pendukung dalam pelaksanaan penegakan hukum terhadap tindak pidana penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika. Sarana dan prasarana pendukung tersebut antara lain kendaraan roda dua maupun roda empat, labkrim narkotika untuk mempercepat proses penyidikan, maupun detektor atau alat sadap telepon. 3. Upaya dalam Mengatasi Hambatan Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Peredaran Narkotika oleh Kepolisian di Wilayah Hukum Kepolisian Resort Kota Dumai Beberapa upaya yang dilakukan oleh Kepolisian Resort Kota Dumai dalam melaksanakan penegakan hukum terhadap tindak pidana narkotika di wilayah hukum Kepolisian Resort Kota Dumai; a. Pembinaan secara intensif bagi para informan 14 Wawancara dengan Bapak Kompol. Ahmad Gusti Hartono S.H., Sik, Kasat Reserse Narkotika Kepolisian Resort Kota Dumai, Pada hari kamis, Tanggal 30 Mei 2013, bertempat di Polres Kota 15 Wawancara dengan Bapak Kompol. Ahmad Gusti Hartono S.H., Sik, Kasat Reserse Narkotika Kepolisian Resort Kota Dumai, Pada hari kamis, Tanggal 30 Mei 2013, bertempat di Polres Kota 11

12 Wawancara yang penulis lakukan terhadap penyidik narkotika di Kepolisian Resort Kota Dumai, 16 Pembinaan yang dilakukan terhadap informan dilakukan untuk mengefektifkan dan mengefisienkan tindakan penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan oleh aparat kepolisian. Meskipun pihak kepolisian mengalami kendala kekurangan jumlah personel untuk menangani tindak pidana narkotika namun pemberdayaan masyarakat secara menyeluruh untuk berperan aktif secara bersama-sama memberantas tindak pidana narkotika yang terjadi di Kota Dumai dapat mengatasi permasalahan jumlah personel dalam menegakkan hukum narkotika yang dialami oleh pihak kepolisian. Namun di Kota Dumai, tidak semua informan yang memberikan informasi kepada aparat kepolisian adalah sebagai bentuk bakti dan peran aktif mereka sebagai warga masyarakat untuk bersama-sama memberantas tindak pidana narkotika, namun ada motivasi lain dalam menjadi informan, diantaranya untuk mendapatkan uang bahkan ada informan yang merupakan pelaku tindak pidana narkotika yang memberikan informasi tentang akan, sedang atau telat terjadinya tindak pidana narkotika kepada aparat kepolisian bertujuan untuk mengalahkan persaingan pengedar narkotika lain dalam mengedarkan narkotika, bahkan yang sama parahnya lagi, ada informan yang memberikan informasi tentang adanya tindak pidana narkotika namun setelah dicek ke lokasi ternyata adalah informasi palsu. Hal-hal seperti inilah yang membutuhkan pembinaan secara intensif dari pihak kepolisian agar motivasi-motivasi yang salah tersebut dapat diminimalisir bahkan ditiadakan agar terciptanya penegakan hukum yang baik antara pihak kepolisian dan masyarakat dalam menegakkan tindak pidana penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika yang terjadi di Kota b. Bekerjasama dengan beberapa instansi terkait dalam memberikan penyuluhan narkotika terhadap masyarakat Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada Kasat Reserse Narkotika Kepolisian Resort Kota Dumai, 17 dalam mengantisipasi masyarakat yang kurang berperan aktif secara bersamasama memberantas tindak pidana narkotika maka pihak kepolisian bekerjasama dengan dinas kesehatan dan Badan Narkotika Kota (BNK) Dumai untuk menggiatkan tindakan prefentif seperti dilakukan melalui penyuluhan, tatap muka dan pengedaran pamflet atau spanduk untuk 16 Wawancara dengan Bapak Bripka. Irdian S.H. Penyidik Narkotika Kepolisian Resort Kota Dumai, Pada hari kamis, tanggal 30 Mei 2013, bertempat di Polres Kota 17 Wawancara dengan Bapak Kompol. Ahmad Gusti Hartono S.H., Sik, Kasat Reserse Narkotika Kepolisian Resort Kota Dumai, Pada hari kamis, Tanggal 30 Mei 2013, bertempat di Polres Kota 12

13 mencegah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika. Upaya-upaya tersebut telah dilakukan di sekolah-sekolah hingga pada tingkat desa/ kelurahan.. c. Melakukan tindakan efektif dan efisien dalam mengelola dana yang tersedia Dalam mengatasi kendala yang ada yakni salah satunya kekurangan dana, Pihak Kepolisian Kota Dumai melakukan tindakan secara efektif dan efisien dalam mengelola dana yang tersedia. Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan kepada Kasat Reserse Narkotika, 18 dana operasional untuk penegakan hukum tindak pidana narkotika di cek secara selektif, terhadap hal-hal yang tidak terlalu penting yang dapat mengurangi dana operasional maka pencairan dana operasional diminimalisir. Contoh dari hal yang tidak terlalu penting namun membutuhkan dana yang besar seperti dana akomodasi penginapan dan kebutuhan hidup dari penyidik dalam melakukan penyidikan. Untuk mengantisipasi dari hal tersebut adalah meminimalisir pengeluaran yang berlebihan yakni dengan menyediakan akomodasi yang standar bahkan bisa menggunakan mesjid atau mushala sebagai tempat penginapan sementara ketika melakukan penyidikan terhadap tersangka. d. Mendayagunakan sarana dan prasarana yang tersedia Terhadap hambatan kurangnya sarana dan prasarana yang tersedia dalam melakukan penegakan hukum terhadap tindak pidana narkotika di Kota Dumai, Pihak kepolisian mengambil upaya mengatasinya dengan lebih memaksimalkan setiap sarana dan prasarana yang ada dan untuk sarana dan prasarana yang belum ada, Kepolisian Resort Kota Dumai tetap mengajukan permohonan kepada pimpinan pusat untuk melengkapi sarana dan prasarana yang belum ada dalam kaitannya menegakkan hukum tindak pidana narkotika. Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan pada Kasat Reserse Narkotika Kepolisian Resort Kota Dumai, 19 Pihak kepolisian tidak menjadikan setiap kendala yang ada sebagai penghambat dalam melaksanakan penegakan hukum namun lebih memaksimalkan tiap-tiap sarana dan prasarana yang ada dalam mendukung penegakan hukum tindak pidana narkotika. Beliau menambahkan, jika aparat kepolisian dalam melakukan penegakan hukum tindak pidana narkotika mengalami hambatan terkait 18 Wawancara dengan Bapak Kompol. Ahmad Gusti Hartono S.H., Sik, Kasat Reserse Narkotika Kepolisian Resort Kota Dumai, Pada hari kamis, Tanggal 30 Mei 2013, bertempat di Polres Kota 19 Wawancara dengan Bapak Kompol. Ahmad Gusti Hartono S.H., Sik, Kasat Reserse Narkotika Kepolisian Resort Kota Dumai, Pada hari kamis, Tanggal 30 Mei 2013, bertempat di Polres Kota 13

14 kendaraan, kendaraan roda dua maupun roda empat milik pribadi anggota kepolisian dapat digunakan untuk melakukan tindakan patroli maupun tindakan penegakan hukum lainnya. Namun, untuk sarana dan prasarana yang belum ada seperti alat sadap telepon pihak kepolisian tetap mengajukan permohonan kepada pimpinan pusat untuk dapat melengkapi sarana dan prasarana yang kurang maupun yang belum ada. G. Penutup 1. Kesimpulan a) Pelaksanaan penegakan hukum terhadap tindak pidana peredaran narkotika oleh di wilayah hukum Kepolisian Resort Kota Dumai dilakukan dengan cara preventif dan reprentif, secara preventif yang dilakukan oleh Kepolisian Resort Kota Dumai diantaranya adalah melakukan patroli (rutin, selektif, insidentil), memberdayakan informan, dan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya dari narkotika. Secara represif yang dilakukan oleh Kepolisian Resort Kota Dumai diantaranya adalah melakukan teknik undercover buy, dan melakukan tindakan penyelidikan dan penyidikan. Pelaksanaan penegakan hukum terhadap tindak pidana narkotika di Kota Dumai belum berjalan maksimal, hal ini dikarenakan adanya beberapa hambatan yang dialami oleh Kepolisian Resort Kota b) Hambatan yang dialami oleh Kepolisian Resort Kota Dumai diantaranya adalah kurangnya jumlah personil penyidik narkotika di Kepolisian Resort Kota Dumai, kurangnya partisipasi dari masyarakat, dana yang terbatas, dan kurangnya sarana dan prasarana pendukung dalam memberantas tindak pidana narkotika. c) Upaya yang dilakukan oleh Kepolisian dalam mengatasi hambatan penegakan hukum tindak pidana narkotika diantaranya adalah memberikan pembinaan secara intensif bagi para informan, bekerjasama dengan beberapa instansi terkait dalam memberikan penyuluhan narkotika terhadap masyarakat, melakukan tindakan efektif dan efisien dalam mengelola dana yang tersedia dan mendayagunakan sarana dan prasarana yang ada. 2. Saran a) Dalam menghadapi perkembangan modus operandi yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana narkotika maka perlu kiranya untuk memperlengkapi aparat penegak hukum dengan sarana dan prasara yang dibutuhkan dalam melakukan penegakan hukum agar dapat terciptanya penegakan hukum yang maksimal. b) Dalam memberantas tindak pidana narkotika di Kota Dumai, diharapkan Kepolisian Resort Kota Dumai melakukan pendekatan yang lebih 14

15 maksimal menjangkau masyarakat dalam berperan aktif untuk memberantas tindak pidana peredaran gelap narkotika. c) Penegakan hukum terhadap tindak pidana narkotika yang terjadi di Kota Dumai merupakan tanggung jawab bersama, oleh karena itu diharapkan penegak hukum lain juga berperan aktif dalam menjaga Kota Dumai untuk terbebas dari narkotika. H. Daftar Pustaka 1. Buku Baringbing, RE, 2011, Catur Wangsa Simpul Mewujudkan Supremasi Hukum, Pusat Kajian Informasi, Jakarta. Chazawi, Adam, 2008,Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Lamintang, P.A.F, 1997, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Sunggono, Bambang, 2006, Metodologi Penelitian Hukum, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta Soekanto, Soerjono, 2005, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT.Raja Grafindo, Jakarta. 2. Surat Kabar Tempo, tanggal 5 Februari Website: diakses tanggal 25 Januari diakses tanggal 14 Maret

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan teknologi yang sangat cepat, berpengaruh secara signifikan terhadap kehidupan sosial masyarakat. Dalam hal ini masyarakat dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini bangsa Indonesia sedang giat melaksanakan pembangunan nasional. Adanya pertumbuhan dan kemajuan perkembangan kehidupan pembangunan di segala bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa negara Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum dan tidak berdasarkan atas

Lebih terperinci

SKRIPSI PELAKSANAAN TEKNIK PEMBELIAN TERSELUBUNG OLEH PENYELIDIK DALAM TINDAK PIDANA PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DI KOTA PADANG

SKRIPSI PELAKSANAAN TEKNIK PEMBELIAN TERSELUBUNG OLEH PENYELIDIK DALAM TINDAK PIDANA PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DI KOTA PADANG SKRIPSI PELAKSANAAN TEKNIK PEMBELIAN TERSELUBUNG OLEH PENYELIDIK DALAM TINDAK PIDANA PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DI KOTA PADANG Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Meraih Gelar Sarjana Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya kecenderungan yang terus meningkat. Hal ini merupakan ancaman yang serius bukan saja terhadap kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan dalam kehidupan manusia merupakan gejala sosial yang akan selalu dihadapi oleh setiap manusia, masyarakat, dan bahkan negara. Kenyataan telah membuktikan,

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Narkotika di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah personil yang di Direktorat Reserse Narkotika dan

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Narkotika di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah personil yang di Direktorat Reserse Narkotika dan 41 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Cara Polda DIY Dalam Memberantas Tindak Pidana Narkotika di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Jumlah personil yang di Direktorat Reserse Narkotika dan Obat Berbahaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. segala bidanng ekonomi, kesehatan dan hukum.

I. PENDAHULUAN. segala bidanng ekonomi, kesehatan dan hukum. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan Negara Indonesia secara konstitusional adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur yang merata materiil dan spiritual

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG Diajukan Guna Memenuhi Sebahagian Persyaratan Untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan internasional, regional dan nasional. Sampai dengan saat ini, penyalahgunaan narkotika di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus termasuk derajat kesehatannya. dengan mengusahakan ketersediaan narkotika dan obat-obatan jenis tertentu

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus termasuk derajat kesehatannya. dengan mengusahakan ketersediaan narkotika dan obat-obatan jenis tertentu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Trend perkembangan kejahatan Narkoba di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Trend perkembangan kejahatan Narkoba di Indonesia akhir-akhir ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Trend perkembangan kejahatan Narkoba di Indonesia akhir-akhir ini menunjukkan peningkatan yang sangat tajam. Hasil analisis Polri atas tingginya angka kejahatan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia dikenal dengan Negara Hukum, sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bertujuan mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain. Manusia selalu ingin bergaul bersama manusia lainnya dalam. tersebut manusia dikenal sebagai makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain. Manusia selalu ingin bergaul bersama manusia lainnya dalam. tersebut manusia dikenal sebagai makhluk sosial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang berinteraksi dengan sesamanya. Dalam kenyataannya tidak ada manusia yang dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia hidup saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningkatnya kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor memang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningkatnya kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor memang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor memang tidak dapat terelakkan akibat meningkatnya laju pertumbuhan kendaraan bermotor yang cukup tinggi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Anak dan Anak Nakal Pengertian masyarakat pada umumnya tentang anak adalah merupakan titipan dari Sang Pencipta yang akan meneruskan keturunan dari kedua orang tuanya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya yang adil dan makmur, sejahtera, tertib dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dan perkembangan penduduk di Indonesia berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dan perkembangan penduduk di Indonesia berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan penduduk di Indonesia berkembang sangat pesat seperti pertumbuhan dan perkembangan tindak pidana juga semakin meningkat pula, salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modern. Ini ditandai dengan kemajuan di bidang Ilmu Pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. modern. Ini ditandai dengan kemajuan di bidang Ilmu Pengetahuan dan A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya yang adil, makmur, sejahtera, tertib, dan

Lebih terperinci

ABSTRACT. A. Pendahuluan

ABSTRACT. A. Pendahuluan PERANAN KEPOLISIAN DALAM PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENGEDAR DAN PENJUAL KASET DVD DAN VCD BAJAKAN DI WILAYAH HUKUM POLISI RESORT KOTA PEKANBARU Oleh: Ricardo Silaen Pembimbing: Mukhlis R,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terhadap tindak pidana pencurian, khususnya pencurian dalam keluarga diatur didalam

I. PENDAHULUAN. terhadap tindak pidana pencurian, khususnya pencurian dalam keluarga diatur didalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak pidana pencurian dapat diproses melalui penegakan hukum. Penegakan hukum terhadap tindak pidana pencurian, khususnya pencurian dalam keluarga diatur didalam ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan di segala bidang, baik pembangunan fisik maupun pembangunan mental spiritual

Lebih terperinci

hukum terhadap tindak pidana pencurian, khususnya pencurian dalam keluarga diatur

hukum terhadap tindak pidana pencurian, khususnya pencurian dalam keluarga diatur I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak pidana pencurian dapat diproses melalui penegakan hukum. Penegakan hukum terhadap tindak pidana pencurian, khususnya pencurian dalam keluarga diatur didalam ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan narkotika sebagai bentuk tindakan yang melanggar hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan secara tegas bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. Sejalan dengan ketentuan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembiusan sebelum pasien dioperasi. Seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembiusan sebelum pasien dioperasi. Seiring dengan perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awalnya narkotika hanya digunakan untuk pengobatan, adapun jenis narkotika pertama yang digunakan pada mulanya adalah candu atau lazim disebut sebagai madat

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. kekerasan. Hal ini dapat dilihat dari tabel tentang jumlah kejahatan yang

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. kekerasan. Hal ini dapat dilihat dari tabel tentang jumlah kejahatan yang BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kepolisian Polres Bantul terbukti kurang berhasil dalam menangani tindak pidana pencurian dengan kekerasan. Hal

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. Berdasarkan uraian dan analisis pada bab - bab sebelumnya, maka dapat. 1. Upaya yang dilakukan oleh Kepolisian Resort Sleman dalam

BAB III PENUTUP. Berdasarkan uraian dan analisis pada bab - bab sebelumnya, maka dapat. 1. Upaya yang dilakukan oleh Kepolisian Resort Sleman dalam 55 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan analisis pada bab - bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai jawaban atas permasalahan yang diajukan dalam penulisan hukum/skripsi ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peradilan pidana di Indonesia pada hakekatnya merupakan suatu sistem, hal ini dikarenakan dalam proses peradilan pidana di Indonesia terdiri dari tahapan-tahapan yang

Lebih terperinci

Ty PERTANGGUNGJAWABAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA WANITA YANG TERLIBAT DALAM PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DI WILAYAH HUKUM KEPOLISIAN RESOR KOTA PEKANBARU

Ty PERTANGGUNGJAWABAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA WANITA YANG TERLIBAT DALAM PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DI WILAYAH HUKUM KEPOLISIAN RESOR KOTA PEKANBARU Ty PERTANGGUNGJAWABAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA WANITA YANG TERLIBAT DALAM PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DI WILAYAH HUKUM KEPOLISIAN RESOR KOTA PEKANBARU Oleh: Lepina Rotua Sinaga Pembimbing : Mukhlis R, S.H.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur, materil spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur, materil spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembicaraan tentang anak dan perlindungannya tidak akan pernah berhenti sepanjang sejarah kehidupan karena anak adalah generasi penerus pembangunan, yaitu generasi yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan daerah daratan, lautan dan udara yang dimana musim penghujan dan

I. PENDAHULUAN. dengan daerah daratan, lautan dan udara yang dimana musim penghujan dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia dikarunia oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan daerah daratan, lautan dan udara yang dimana musim penghujan dan musim kemarau berlangsung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting,

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting, penyalahgunaan narkotika dapat berdampak negatif, merusak dan mengancam berbagai aspek

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana sekarang ini telah menjadi suatu fenomena, dimana hampir setiap hari ada berita

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana sekarang ini telah menjadi suatu fenomena, dimana hampir setiap hari ada berita I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak pidana sekarang ini telah menjadi suatu fenomena, dimana hampir setiap hari ada berita tentang peristiwa pidana, baik melalui media cetak maupun media elektronik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perjalanan waktu dan kemajuan teknologi. tiga bagian yang saling terkait, yakni adanya produksi narkotika secara gelap

BAB I PENDAHULUAN. dengan perjalanan waktu dan kemajuan teknologi. tiga bagian yang saling terkait, yakni adanya produksi narkotika secara gelap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan internasional, regional dan nasional. Sampai dengan saat ini, penyalahgunaan narkotika di seluruh

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI POLRES KABUPATEN SOLOK SELATAN.

PELAKSANAAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI POLRES KABUPATEN SOLOK SELATAN. PELAKSANAAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI POLRES KABUPATEN SOLOK SELATAN Sandro Fernando 1, Uning Pratimaratri 1, Syafridatati 11 Prodi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Bung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara hukum dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam negara hukum, hukum merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Di tangan mereka peranperan strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum. Indonesia memiliki banyak keanekaragaman budaya dan kemajemukan masyarakatnya. Melihat dari keberagaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Keberhasilan pembangunan Bangsa Indonesia ditentukan oleh Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Keberhasilan pembangunan Bangsa Indonesia ditentukan oleh Bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan Bangsa Indonesia ditentukan oleh Bangsa Indonesia itu sendiri. Tidak hanya pada saat ini tetapi berlangsung terus sampai akhir zaman. Yang menentukan

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Upaya yang dilakukan Polisi DIY dalam Penanggulangan Tindak. pidana Kesusilaan

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Upaya yang dilakukan Polisi DIY dalam Penanggulangan Tindak. pidana Kesusilaan 49 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Upaya yang dilakukan Polisi DIY dalam Penanggulangan Tindak pidana Kesusilaan Berdasarkan wawancara dengan narasumber Bapak Kompol Zulham Efendi Lubis, S.iK dalam hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. POLRI dalam memberantas peredaran minuman keras illegal khususnya di

BAB III PENUTUP. POLRI dalam memberantas peredaran minuman keras illegal khususnya di 69 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah saya analisa mengenai peran POLRI dalam memberantas peredaran minuman keras illegal khususnya di wilayah hukum Polres Sleman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia seutuhmya yang adil, makmur, sejahtera dan tertib berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narkotika pada hakekatnya sangat bermanfaat untuk keperluan medis dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada umumnya mengatur secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditinjau dari segi hukum ada perilaku yang sesuai dengan norma dan ada pula perilaku yang tidak sesuai dengan norma. Terhadap perilaku yang sesuai dengan norma

Lebih terperinci

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015 Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015 Permasalahan narkotika merupakan salah satu permasalahan global yang selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif dari pembangunan tersebut antara lain semakin majunya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. positif dari pembangunan tersebut antara lain semakin majunya tingkat BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Permasalahan Pembangunan mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat, untuk itu pembangunan memerlukan sarana dan prasarana pendukung

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DAN OBAT-OBAT TERLARANG DI KALANGAN REMAJA SERTA UPAYA PENANGGULANGANNYA OLEH KEPOLISIAN DAN BADAN NARKOTIKA KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan

BAB I PENDAHULUAN. Guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945 Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. 1. perundang-undangan lain yang mengatur ketentuan pidana di luar KUHP

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. 1. perundang-undangan lain yang mengatur ketentuan pidana di luar KUHP 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam UUD 1945 ditegaskan bahwa negara Indonesia berdasarkan atas hukum (Recchstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (Machstaat). Ini berarti bahwa Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak mampu bertanggung jawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di Indonesia dalam kehidupan penegakan hukum. Praperadilan bukan lembaga pengadilan yang berdiri sendiri.

Lebih terperinci

Keywords : Law Enforcement Narcotic Crime. JOM Fakultas Hukum Volume I Nomor 2 Oktober 2014

Keywords : Law Enforcement Narcotic Crime. JOM Fakultas Hukum Volume I Nomor 2 Oktober 2014 1 Penegakan Hukum Terhadap Peredaran Narkotika Jenis Ganja berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika di Wilayah Hukum Barat Oleh : Intan Purnama Sari NIM: 1009112112 Pembimbing I

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG PENEGAKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana adalah suatu pelanggaran norma-norma yang oleh pembentuk undang-undang ditanggapi dengan suatu hukuman pidana. Maka, sifat-sifat yang ada di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Pasal 372 KUHP tindak pidana penggelapan adalah barang siapa dengan sengaja dan dengan melawan hukum memiliki barang yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum, hal ini diatur tegas dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara hukum asas taat dan hormat

Lebih terperinci

PERANAN INTEROGASI OLEH PENYIDIK TERHADAP TERSANGKA DALAM KASUS TINDAK PIDANA PENCURIAN. (Studi pada Polsekta Medan Baru) SKRIPSI

PERANAN INTEROGASI OLEH PENYIDIK TERHADAP TERSANGKA DALAM KASUS TINDAK PIDANA PENCURIAN. (Studi pada Polsekta Medan Baru) SKRIPSI PERANAN INTEROGASI OLEH PENYIDIK TERHADAP TERSANGKA DALAM KASUS TINDAK PIDANA PENCURIAN (Studi pada Polsekta Medan Baru) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Guna Memenuhi Syarat Dalam Mencapai Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di Indonesia merupakan sebuah fenomena yang menarik untuk di bahas. Perilaku pelajar yang anarkis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang Undang Dasar Repubik Indonesia (UUD 1945) Pasal 1 ayat (3).

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang Undang Dasar Repubik Indonesia (UUD 1945) Pasal 1 ayat (3). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Negara Indonesia merupakan negara hukum sebagaimana yang termuat dalam Undang Undang Dasar Repubik Indonesia (UUD 1945) Pasal 1 ayat (3). Dalam segala aspek

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Yogyakarta yang telah diuraikan dalam BAB IV, maka dapat dikemukakan. 1) Melakukan kegiatan pembinaan dan penyuluhan

BAB V PENUTUP. Yogyakarta yang telah diuraikan dalam BAB IV, maka dapat dikemukakan. 1) Melakukan kegiatan pembinaan dan penyuluhan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang upaya polisi dalam menanggulangi penyalahgunaan narkoba oleh mahasiswa di Kota Yogyakarta yang telah diuraikan dalam BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur yang merata baik materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terjadinya pelanggaran lalu lintas merupakan salah satu bentuk problematika yang sering menimbulkan permasalahan di jalan raya. Hal tersebut dapat dilihat

Lebih terperinci

WEWENANG KEPOLISIAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI POLDA BALI

WEWENANG KEPOLISIAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI POLDA BALI WEWENANG KEPOLISIAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI POLDA BALI IMade Widiasa Pembimbing : I ketut Rai Setiabudhi A.A Ngurah Wirasila Program Kekhususan Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

BAB II PROSES PENYIDIKAN BNN DAN POLRI TERHADAP TERSANGKA NARKOTIKA MENGACU PADA UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

BAB II PROSES PENYIDIKAN BNN DAN POLRI TERHADAP TERSANGKA NARKOTIKA MENGACU PADA UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA BAB II PROSES PENYIDIKAN BNN DAN POLRI TERHADAP TERSANGKA MENGACU PADA UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG 2.1 Bentuk Kejahatan Narkotika Kejahatan adalah rechtdelicten, yaitu perbuatan-perbuatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan masyarakat. Peranan yang seharusnya dilakukan Kepolisian Resort

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan masyarakat. Peranan yang seharusnya dilakukan Kepolisian Resort II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Peran Peran adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa. 12 Sedangkan Pengertian peran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah mengambil bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari semakin memprihatinkan terlebih di Indonesia. Narkotika seakan sudah menjadi barang yang sangat mudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat kejahatan terhadap harta benda orang banyak sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap kepentingan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara hukum, artinya segala tindakan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia harus berdasarkan hukum yang berlaku di negara Indonesia. Penerapan hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertama kalinya konferensi tentang psikotropika dilaksanakan oleh The United

BAB I PENDAHULUAN. Pertama kalinya konferensi tentang psikotropika dilaksanakan oleh The United BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Di masa sekarang ini Pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan di segala bidang, baik pembangunan fisik maupun pembangunan mental spiritual manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan globalisasi dan kemajuan teknologi yang terjadi dewasa ini telah menimbulkan dampak yang luas terhadap berbagai bidang kehidupan, khususnya di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindak pidana narkoba ini, diperlukan tindakan tegas penyidik dan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. tindak pidana narkoba ini, diperlukan tindakan tegas penyidik dan lembaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini peredaran narkoba semakin merajalela, dan dalam menjalankan aksinya pun para pengedar menggunakan berbagai macam cara. Untuk mengatasi tindak pidana

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Arief, Barda Nawawi Berbagi Aspek Kebijakan Penegakan Pembangunan Hukum Pidana. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

DAFTAR PUSTAKA. Arief, Barda Nawawi Berbagi Aspek Kebijakan Penegakan Pembangunan Hukum Pidana. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. DAFTAR PUSTAKA Arief, Barda Nawawi. 1998. Berbagi Aspek Kebijakan Penegakan Pembangunan Hukum Pidana. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. Moeljatno. 1996. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Bumi Aksara. Jakarta.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk didapat, melainkan barang yang amat mudah didapat karena kebutuhan

I. PENDAHULUAN. untuk didapat, melainkan barang yang amat mudah didapat karena kebutuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan. Narkoba sendiri merupakan barang yang tidak lagi dikatakan barang haram yang susah untuk didapat,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengeledahan, penangkapan, penahanan dan lain-lain diberi definisi dalam. Berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP),

I. PENDAHULUAN. pengeledahan, penangkapan, penahanan dan lain-lain diberi definisi dalam. Berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum Pidana formal mengatur tentang bagaimana Negara melalui alatalatnya melaksanakan haknya untuk memindana dan menjatuhkan pidana. Hukum acara pidana ruang lingkupnya

Lebih terperinci

Kendala Penyidik Dalam Mengungkap Teknik Baru Peredaran Tindak Pidana Narkotika

Kendala Penyidik Dalam Mengungkap Teknik Baru Peredaran Tindak Pidana Narkotika Kendala Penyidik Dalam Mengungkap Teknik Baru Peredaran Tindak Pidana Narkotika (Studi Kasus di Polres Malang Kota) Lisa Angeline Lucas, Dr. Nurini Aprilianda, SH. MH., Ardi Ferdian SH, MKn Fakultas Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang mengintegrasikan bagian-bagian masyarakat dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang mengintegrasikan bagian-bagian masyarakat dan hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin modern suatu masyarakat, semakin banyak bidang-bidang kehidupan yang di atur oleh hukum. Hal ini terutama disebabkan oleh karena suatu masyarakat modern

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan Penyelidik. Dalam Pasal 1 angka 1 KUHAP

Lebih terperinci

melaksanakan kehidupan sehari-hari dan dalam berinterkasi dengan lingkungannya. Wilayah

melaksanakan kehidupan sehari-hari dan dalam berinterkasi dengan lingkungannya. Wilayah A. Latar Belakang Keamanan dan ketertiban di dalam suatu masyarakat merupakan masalah yang penting, dikarenakan keamanan dan ketertiban merupakan cerminan keamanan di dalam masyarakat melaksanakan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin tidak ada habisnya, mengenai masalah ini dapat dilihat dari pemberitaan media masa seperti

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap penegak hukum mempunyai kedudukan (status) dan peranan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap penegak hukum mempunyai kedudukan (status) dan peranan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Peranan Setiap penegak hukum mempunyai kedudukan (status) dan peranan (role). Kedudukan merupakan posisi tertentu di dalam struktur kemasyarakatan dimana kedudukan itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena peredarannya melingkupi disemua lapisan masyarakat baik miskin, kaya, tua, muda, dan bahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan atau hukum (constitutional democracy) yang tidak terpisahkan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan atau hukum (constitutional democracy) yang tidak terpisahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, menyebutkan bahwa Negara Republik Indonesia itu adalah Negara Hukum yang demokrasi (democratische rechtstaat) dan sekaligus adalah

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. sebelumnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

BAB III PENUTUP. sebelumnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 74 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dan uraian yang dipaparkan pada bab-bab sebelumnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Peran penyidik polisi dalam mengungkap

Lebih terperinci

KAJIAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENIPUAN YANG DILAKUKAN PEREMPUAN (STUDI DI POLRESTA SURAKARTA) JURNAL

KAJIAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENIPUAN YANG DILAKUKAN PEREMPUAN (STUDI DI POLRESTA SURAKARTA) JURNAL KAJIAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENIPUAN YANG DILAKUKAN PEREMPUAN (STUDI DI POLRESTA SURAKARTA) JURNAL Oleh : YOGO NUGROHO NPM: 11100074 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA 2016 KAJIAN PENYIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesatuan langkah menuju tercapainya tujuan pembangunan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesatuan langkah menuju tercapainya tujuan pembangunan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata kehidupan bangsa yang sejahtera,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Oleh karena itu

I. PENDAHULUAN. spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Oleh karena itu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan negara Indonesia secara konstitusional adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur yang merata materiil dan spirituil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kesehatan penting untuk menunjang program kesehatan lainnya. Pada saat ini

I. PENDAHULUAN. kesehatan penting untuk menunjang program kesehatan lainnya. Pada saat ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan kesehatan adalah suatu usaha atau kegiatan untuk membantu individu, keluarga dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuannya untuk mencapai kesehatan secara optimal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini modus kejahatan semakin berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Dalam perkembangannya kita dihadapkan untuk bisa lebih maju dan lebih siap dalam

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENYIDIKAN PENYALAHGUNAAN PSIKOTROPIKA OLEH PENYIDIK DI POLRESTA PADANG JURNAL. Oleh ZULFATRIADI NPM:

PELAKSANAAN PENYIDIKAN PENYALAHGUNAAN PSIKOTROPIKA OLEH PENYIDIK DI POLRESTA PADANG JURNAL. Oleh ZULFATRIADI NPM: PELAKSANAAN PENYIDIKAN PENYALAHGUNAAN PSIKOTROPIKA OLEH PENYIDIK DI POLRESTA PADANG JURNAL Oleh ZULFATRIADI NPM: 0810005600046 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS TAMANSISWA PADANG 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara berdasarkan UUD 1945 sebagai konstitusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara berdasarkan UUD 1945 sebagai konstitusi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara berdasarkan UUD 1945 sebagai konstitusi negara Indonesia, negara Indonesia merupakan negara demokrasi yang oleh karena itu segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam bidang pengobatan dan studi ilmiah sehingga diperlukan suatu produksi narkotika yang terus menerus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peredaran narkoba secara tidak bertanggungjawab sudah semakin meluas dikalangan masyarakat. Hal ini tentunya akan semakin mengkhawatirkan, apalagi kita mengetahui yang

Lebih terperinci

JURNAL UPAYA KEPOLISIAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH GENG MOTOR

JURNAL UPAYA KEPOLISIAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH GENG MOTOR JURNAL UPAYA KEPOLISIAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH GENG MOTOR Diajukan oleh : I Putu Putra Jaya Negara NPM : 100510256 Program Studi Program Kekhususan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan kemajuan teknologi. Adanya perkembangan dan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan kemajuan teknologi. Adanya perkembangan dan kemajuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman reformasi sekarang ini, berbicara mengenai anak adalah sangat penting karena anak merupakan potensi nasib manusia hari mendatang, dialah yang ikut

Lebih terperinci

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARAN BARAT RESOR BIMA KOTA STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP) Tentang PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA NARKOBA POLRES BIMA KOTA Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya hukum dalam masyarakat oleh aparat penegak hukum. Sebagai anggota polisi harus mengetahui

Lebih terperinci