PELAKSANAAN PENYIDIKAN PENYALAHGUNAAN PSIKOTROPIKA OLEH PENYIDIK DI POLRESTA PADANG JURNAL. Oleh ZULFATRIADI NPM:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PELAKSANAAN PENYIDIKAN PENYALAHGUNAAN PSIKOTROPIKA OLEH PENYIDIK DI POLRESTA PADANG JURNAL. Oleh ZULFATRIADI NPM:"

Transkripsi

1 PELAKSANAAN PENYIDIKAN PENYALAHGUNAAN PSIKOTROPIKA OLEH PENYIDIK DI POLRESTA PADANG JURNAL Oleh ZULFATRIADI NPM: PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS TAMANSISWA PADANG

2 Pelaksanaan Penyidikan Penyalahgunaan Psikotropika Oleh Penyidik Di Polresta Padang ( Zulfatriadi, , Fakultas Hukum Universitas Tamansiswa Padang 2014, 76 Halaman ) ABSTRAK Penyidikan merupakan bagian dari proses penegakan hukum, yang diwujudkan dalam system peradilan pidana Indonesia. Penegakan hukum terhadap penyalahgunaan psikotropika di Kota Padang, telah mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Namun dalam kenyataannya justru semakin meningkatnya penegakan hukum terhadap penyalahgunaan psikotropika ini, masih banyak kasus - kasus penyalahgunaan psikotropika ini yang belum terungkap. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Pertama, Bagaimana pelaksanaan penyidikan terhadap penyalahgunaan psikotropika oleh penyidik di Polresta Padang? Kedua, Apakah kendala - kendala yang dihadap ipenyidik dalam proses penyidikan penyalahgunaan psikotropika di Polresta Padang? Ketiga, Apakah upaya upaya untuk mengatasi kendala kendala yang di hadapi dalam proses penyidikan penyalahgunaan psikotropika di Polresta Padang? Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis melakukan penelitian di Polresta Padang dengan metode pendekatan yuridis empiris ( sosiologis ), dimana dalam metode pendekatan yuridis empiris ini bersifat deskriptif. Disamping itu juga jenis data yang digunakan dalam memperoleh data dilapangan yaitu data primer dan data sekunder. Dalam pelaksanaan penyidikanpolresta Padang telah banyak mengalami peningkatan dalam proses penegakan hukum. Dalam proses penyidikan penyidik menghadapi beberapa faktor kendala, yakni :faktor perundang undangan, faktor aparat penegak hukum ( penyidik Polresta padang ), fakto rsarana dan prasarana, faktor kesadaran masyarakat terhadap hukum. Dalam mengatasi kendala yang dihadapi, penyidik harus memahami tentang tugas yang dihadapi, apa yang harus dipelajari dan apa yang harus di tanamkan dalam diri personil penyidik dan masyarakat. 1

3 A. Latar Belakang Psikotropika merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, tetapi dalam kenyataannya penggunaan psikotropika banyak yang bertentangan dengan aturan yang berlaku. Perkembangan penyalahgunaan psikotropika dalam kenyataannya semakin meningkat, mendorong Pemerintah Indonesia menerbitkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 1 Dalam Pasal 1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tersebut yang dimaksud dengan psikotropika adalah Zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis yang bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Pelaksanaan penyidikan terhadap penyalahgunaan psikotropika yang di lakukan oleh penyidik Polresta padang tidak berjalan dengan lancar, tapi juga mengalami hambatan hambatan yang signifikan, sehingga menjadi kendala dalam mendapatkan informasi yang lebih akurat. Sebagaimana yang penulis kutip dari keterangan Kepala Unit Penyelidikan Polresta Padang Ipda Sutrisno Dalam penyidikan yang dilakukan oleh penyidik Polresta padang tidaklah berjalan dengan mulus, hal ini disebabkan karena kekurangan informasi yang akurat, dan juga peran dari masyarakat dalam upaya pemberantasan tindak pidana psikotropika ini 1 Himpunan Peraturan Perundang undangan,fokus Media,Bandung,2011,Hlm 1 2

4 sangat minim, sehingga menyulitkan aparat penyidik dalam mencapai suatu keberhasilan dalam penyidikan. 2 Masyarakat selalu berharap agar kepolisian selalu serius untuk memberantas peredaran psikotropika. Kepolisian hendaknya lebih berperan aktif mencari informasi dan menyelidiki setiap adanya indikasi penyalahgunaan psikotropika di kota Padang, tentunya hal ini juga tidak terlepas dari peran masyarakat dalam memberikan informasi. Polisi sebagai ujung tombak penegak hukum tentu harus mampu memberi rasa aman dan menjauhkan masyarakat dari bahaya pengaruh psikotropika ini. Namun tentu dalam pelaksanaan penyidikan hingga ke penyelidikan, aparat kepolisian tentu tidak mudah dalam membuktikan kasus tersebut. Hal ini tentu tidak terlepas dari kendala - kendala yang di alami aparat polisi dalam proses penyidikan. Berdasarkan uraian diatas, dengan maraknya peredaran psikotropika, dengan memperhatikan beberapa kasus yang banyak beredar di media cetak, media elektronik, dan juga berdasarkan pengamatan penulis, walaupun sudah banyak dilakukan penindakan tegas sesuai aturan yang berlaku, tetapi kenapa masih banyak kasus yang berkaitan dengan penyalahgunaan psikotropika. Maka penulis tertarik untuk membahas masalah penyidikan penyalahgunaan psikotropika yang dilakukan oleh penyidik Polresta Padang sebagai penelitian atau tugas akhir. Adapun judul yang penulis pilih dalam penelitian ini adalah 2 Sutrisno, Kepala Unit Penyelidikan Polresta Padang, 5 April,2012 3

5 Pelaksanaan Penyidikan Penyalahgunaan Psikotropika Oleh Penyidik Di Polresta Padang. B. Rumusan Masalah Sebagaimana latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan permasalahan yang akan diangkat dalam penulisan penelitian ini yakni: 1. Bagaimana pelaksanaan penyidikan terhadap penyalahgunaan psikotropika oleh penyidik Polresta Padang? 2. Apakah kendala-kendala yang dihadapi dalam proses penyidikan penyalahgunaan psikotropika di Polresta Padang? 3. Apakah upaya upaya untuk mengatasi kendala kendala yang dihadapi dalam proses penyidikan penyalahgunaan psikotropika di Polresta Padang? C. Pelaksanaan Penyidikan Penyalahgunaan Psikotropika Oleh Penyidik Di Polresta Padang A. Pelaksanaan Penyidikan Penyalahgunaan Psikotropika Oleh Penyidik Polresta Padang Pelaksanaan penyidikan terhadap penyalahgunaan psikotropika di Kota Padang oleh penyidik Polresta padang, merupakan bagian dari kegiatan penegakan hukum terhadap kejahatan penyalahgunaan psikotropika dan obat obat terlarang (narkoba). Dalam proses pelaksanaan penyidikan terhadap penyalahgunaan psikotropika di Polresta padang, penyidik memulai pelaksanaan 4

6 penyidikan berawal dari laporan yang mana telah ada indikasi dalam penyalahgunaan psikotropika di suatu tempat, setelah di nyatakan bahwa benar terjadi penyalahgunaan psikotropika. Dengan adanya laporan ini maka penyidik lakukan proses dan mengeluarkan surat perintah dimulainya penyidikan ( SPDP ) sesuai dengan Pasal 109 ayat (2) KUHAP. Berdasarkan data yang diperoleh dari penyidik Polresta padang terhadap kasus kasus penyalahgunaan psikotropika yaitu : TABEL 1. DATA PENYALAHGUNAAN PSIKOTROPIKA TAHUN 2010 s/d 2012 TAHUN NO URAIAN KET 1 JUMLAH *13 LP Tahun 2012 KASUS Sedang Dalam Sidik 2 SAI KARA TERSANGKA BARANG BUKTI Shabu : 74, 29 Gram 3 paket besar Shabu : 65, 13 gram 1 paket besar Shabu : 71,19 gram 3 paket besar *3 LP dilimpahkan ke POMAL * 5 LP dilimpahkan ke POM Extacy : 119 butir Extacy : 3 butir Extacy : 137 butir ( Sumber : Satuan Narkoba Polresta Padang ) 5

7 Berdasarkan data yang diperoleh dari Satuan Narkoba Polresta Padang tersebut dapat diperkirakan bahwa dari tahun 2010 s/d 2012 tingkat penyalahgunaan psikotropika mengalami peningkatan yang tentunya dikarenakan dari tahun ke tahun, anggota Kepolisian Satuan Narkoba Polresta Padang walaupun berhasil mengungkap jaringan jaringan atau sindikat pengedar dan pemakai narkoba di lingkungan Kota Padang, namun hingga pada tahun 2012 penyalahgunaan psikotropika masih mengalami peningkatan dari tahun tahun sebelumnya. Hal hal yang harus diperhatikan dalam penyelesaian perkara penyalahgunaan psikotropika harus berdasarkan kepada beberapa hal yaitu : 1. Laporan masyarakat Berdasarkan tugas dan fungsi kepolisian yang menjadi penegak hukum, pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat yang merupakan tempat bagi masyarakat untuk menyampaikan laporan dan aspirasi yang terkait dengan tindak pidana, apalagi permasalahan ini telah meresahkan kehidupan di tengah tengah msyarakat. 2. Tertangkap tangan oleh petugas atau penyidik Tertangkap tangan di sini sudah jelas pokok permasalahan yang terjadi, bahwa seseorang di nyatakan bersalah secara tertangkap tangan, seorang tersangka atau di duga bersalah apabila pada dirinya terdapat barang bukti ( BB ), saksi dan pelaku itu sendiri, dan 6

8 tertangkap oleh kalayak ramai yang secara jelas terlibat secara langsung dalam pidana tersebut. 3. Target operasi ( TO ) Berdasarkan tiga hal diatas maka yang perlu diproses oleh penyidik adalah bagaimana tahap tahap pelaksanaan penyidikan terhadap penyalahgnaan psikotropika yang berdasarkan kepada laporan dari masyarakat, maka diperlukan beberapa tahap yang penting dilakukan oleh penyidik, yakni ; 1. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana atau penyalahgunaan psikotropika. 2. Penyelidik melaporkan kepada penyidik bahwa benar adanya tindak penyalahgunaan psikotropika, maka penyidik memberikan perintah dengan mengeluarkan surat perintah dimulainya penyidikan ( SPDP ). Dengan adanya surat ini maka penyidik langsung menuju TKP dengan melakukan tindakan pertama pada saat ditempat kejadian perkara, adapun tindakan yang dilakukan penyidik menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka, Dan penyidik juga bisa melakukan tindakan lain menurut hukum yang bertanggungjawab, dimana seorang penyidik melakukan tindakan diluar dari ketentuan yang didasarkan pada suatu kebijakan yang bertujuan untuk kepentingan bersama ( diskresi kepolisian ). 7

9 3. Adapun tindakan selanjutnya yang dilakukan oleh penyidik melakukan penangkapan, penahanan, pengeledahan dan penyitaan serta mengumpulkan barang bukti dengan melakukan olah TKP, melakukan pemeriksaan dan penyitaan terhadap surat surat penting yang berkaitan dengan penyalahgunaan psikiotropika, memotret seorang tersangka dan mengambil sidik jari. Penahanan terhadap tersangka dilakukan selama 1 x 24 jam guna kepentingan penyelidikan untuk mengetahui benar atau tidaknya terjadi tindak pidana atau penyalahgunaan psikotropika. 4. Setelah dinyatakan bahwa tersangka benar melakukan tindak pidana serta semua tindakan di TKP selesai dan dilkukan penahan lanjutan terhadap tersangka. Penyidik melakukan pemberkasan terhadap perkara penyalahgunaan psikotropika, penyidik melakukan pemeriksaan terhadap tersangka untuk diminta keterangan atau alibi dari tersangka. 5. Memanggil seorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi, untuk saksi disini ada dua yakni ; Saksi dari korban atau masyarakat dan saksi ahli. 6. Penyidik memanggil saksi ahli, hal ini di perlukan karena saksi ahli ini sangat erat hubungannya dalam pemeriksaan perkara penyalahgunaan psikotropika. 8

10 7. Setelah pemeriksaan perkara selesai penyidik membuat berkas perkara, yang mana berkas perkara ini berisikan resume dari yang telah diproses dari awal hingga menetapkan seorang jadi tersangka dalam penyalahgunaan psikotropika. Dalam membuat berkas perkara ini penyidik tidak mengurangi ketentuan lain dalam undang undang. Pemberkasan dilakukan setelah dilakukan penahanan terhadap tersangka, sebagaimana yang di atur dalam Pasal 24 ayat (1) dan (2) KUHAP. Adapun waktu dalam menyelesaikan berkas perkara yaitu ; Penahanan dilakukan oleh penyidik selama 20 hari, apabila pemberkasan belum selesai maka diperpanjang menjadi 40 hari dengan izin dari penuntut umum, dan bila berkas belum selesai dapat diperpanjang menjadi 110 hari dengan izin dari Mahkamah Agung. Bila dalam waktu 110 hari pemberkasan belum selesai maka demi hukum tersangka harus dikeluarkan dari tahanan sebelum waktu pemberkasan berakhir, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 28 ayat (4) KUHAP. Setelah berkas perkara selesai, penyidik menyerahkan atau melimpahkan perkara kepda penuntut umum ( JPU ) yang diberi wewenang oleh kejaksaan. Dalam pelimpahan berkas perkara ini dilakukan dalam dua tahap yaitu ; a) Tahap pertama penyidik hanya menyerahkan berkas perkara saja,hal ini dilakukan untuk mengantisipasi tindakan penuntut umum yang melakukan pra penuntutan. 9

11 b) Tahap yang kedua penyidik menyerahkan tanggung jawab tersangka dan barang bukti kepada penuntut umum ( JPU ). Pra penuntutan merupakan pengembalian berkas dari penuntut umum, hal ini terjadi apabila berkas yang dilimpahkan oleh penyidik dinyatakan belum lengkap oleh pihak kejaksaan ( penuntut umum ), pernyataan pengembalian berkas ini di tandai P 18 yang menyatakan berkas belum lengkap, dilanjutkan dengan P 19 yang merupakan pengembalian berkas yang disertai dengan petunjuk petunjuk dari pemberkasan kepada penyidik. Setelah pemberkasan diselesaikan oleh penyidik maka kembali dilimpahkan kepada kejaksaan dan dinyatakan lengkap oleh penuntut umum dengan dibuktikan adanya pernyataan P 21 yang menyatakan berkas lengkap dan penyidikan selesai dan dilanjutkan proses di pengadilan. B. Kendala-Kendala yang dihadapi oleh Penyidik Dalam Melakukan Penyidikan Penyalahgunaan Psikotropika di Polresta Padang Dari segi fungsinya sebagai penegak hukum, kepolisian dalam tugasnya melakukan tindakan reprensif atau pencegahan, Penyidikan merupakan bagian dari rangkaian sistem peradilan pidana di Indonesia. Sedangkan yang menjadi tujuan dari sistem peradilan pidana tersebut adalah : 1. Mencegah masyarakat menjadi korban tindak pidana atau kejahatan 2. Menyelesaikan kasus kejahatan yang terjadi sehingga masyarakat puas bahwa keadilan telah ditegakkan dan yang bersalah dipidana. 10

12 3. Mengusahakan agar mereka yang pernah melakukan kejahatan tidak mengulangi kejahatannya lagi. 3 Dalam pelaksanaan penyidikan oleh Sat Narkoba Polresta Padang terdapat beberapa kendala yang menghambat kinerja pihak penyidik. Dimana kendala kendala ini sangat berpengaruh dalam penegakan hukum, demi terlaksananya proses penegakan hukum maka harus diperhatikan beberapa faktor, diantaranya yaitu : 1. Faktor Peraturan Perundang Undangan Perundang undangan yang berkaitan dengan tindak pidana psikotropika ini adalah Undang Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang psikotropika dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Dimana dalam undang undang ini juga diatur mengenai pelaksanaan penyidikan terhadap tindak pidana psikotropika, yakni pada pasal Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 dan pada Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 pelaksanaan penyidikan terhadap penyalahgunaan psikotropika bukan pada penyidik polri saja tetapi dalam undang-undang ini diberikan juga kewenangan lebih kepada BNN untuk menyidik. Pada Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 ini kewenangan BNN antara lain: i. Menyelidik dan menyidik. ii. Mempercepat pemusnahan barang bukti. 3 Romli Atmasasmita, Sistem Peradilan Pidana,, Bandung : Binacipta, hlm.15 11

13 iii. Menyadap pihak yang terkait penyalahgunaan dan peredaran narkoba. Disamping itu, polisi juga mempunyai tugas penting dalam menegakan undang undang, yang diaplikasikan lewat pelaksanaan penyidikan. Hal ini tidak lain karena kepolisian berada di lini terdepan dalam berprosesnya sistem peradilan pidana. 2. Faktor Aparat Penegak Hukum ( Penyidik Polresta Padang ) Sebagaimana telah dinyatakan dalam Pasal 13 Undang Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian, dinyatakan bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia memiliki tiga fungsi pokok yang mana dalam pelaksanaannya ketiga fungsi tersebut tidak dapat dipisahkan. Ketiga fungsi kepolisian tersebut meliputi : 4 1. Sebagai pemelihara keamanan dan ketertiban ditengah tengah masyarakat 2. Sebagai penegakan hukum yang berlaku 3. Sebagai pelindung, pengayom dan pelayan ditengah tengah masyarakat Dalam pelaksanaan dan pengemban fungsi Kepolisian Negara Republik Indonesia, membutuhkan kerjasama dari beberapa pihak yang melaksanakan fungsi nya sesuai dengan peraturan perundang undangan 4 Website Google ; http // ( terakhir kali di kunjungi tanggal 23 agustus 2014 ) 12

14 yang menjadi dasar hukumnya masing masing, pihak pihak yang terkait meliputi : 1. Kepolisian khusus 2. Penyidik pegawai negeri sipil 3. Bentuk bentuk pengamanan swakarsa Secara umum kemampuan SDM dari para personel aparat Polresta Padang dalam menguasai pengetahuan mengenai psikotropika berdasarkan Undang Undang Nomor 5 Tahun 1997 dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ini masih kurang maksimal. Secara sosiologis, aparat penegak hukum khususnya penyidik mempunyai kedudukan ( status ) dan peranan ( role ). Kedudukan ini mempunyai peranan yang sangat penting, dimana peranan tersebut memiliki unsur unsur, yakni : 5 1. Peranan yang ideal ( ideal role ) 2. Peranan yang seharusnya ( expected role ) 3. Peranan yang di anggap oleh diri sendiri ( perceived role ) 4. Peranan yang sebenarnya dilakukan ( actual role ) 5 Soejono Soekanto, Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 1983, Hlm 19 13

15 3. Faktor Sarana dan Prasarana Beberapa sarana dan prasarana yang tidak terpenuhi dengan baik tersebut adalah : a. Dana Penggunaan dana operasional yang besar dalam proses penyidikan penyalahgunaan Psikotropika ini antara lain : 1. Biaya labor 2. Tes urine 3. Memanggil saksi 4. Menyediakan penasehat hukum bagi tersangka. b. Laboratorium forensik Untuk mengungkap secara medis kasus psikotropika, harus ditunjang dengan keberadaan laboratorium forensik. Dimana, kegunaan laboratorium ini adalah untuk melakukan tes urine dan darah terhadap pelaku yang diduga pemakai. c. Alat pengukur atau penimbang barang bukti (BB) Psikotropika Untuk mengukur atau menimbang jumlah barang bukti psikotropika yang didapatkan dari pelaku secara akurat, Polresta Padang tidak mempunyai alat pengukur atau penimbang yang diperlukan tersebut. Karena ketiadaan ini, Polresta Padang bekerja sama dengan Pemko Padang untuk melakukan pengukuran atau penimbangan. Biasanya pihak 14

16 Polresta Padang meminta Bantuan kepada pihak pemilik PT. pegadaian yang mempunyai alat ukur tersebut. 4. Faktor Kesadaran Hukum Masyarakat Dalam melakukan penyidikan, dukungan masyarakat sangat diperlukan. Sebab, masyarakat memiliki andil dalam memberikan laporan, pengaduan dan informasi kepada polisi terhadap dugaan tindak pidana psikotropika yang terjadi. Beberapa kendala yang membuat proses penyidikan menjadi terhambat tersebut itu meliputi : a. Kesadaran Untuk Menjadi Saksi b. Kesadaran Untuk Memberikan Laporan dan Informasi c. Kurangnya Pengetahuan Masyarakat Terhadap Psikotropika C. Upaya Untuk Mengatasi Kendala Kendala Yang Di Hadapi Dalam Proses Penyidikan Penyalahgunaan Psikotropika Adapun upaya upaya untuk mengatasi kendala kendala yang di hadapi dalam pelaksanaan penyidikan, yakni : 1. Penyidik harus bisa memberikan kepercayaan dan keyakinan kepada masyarakat supaya masyarakat mau bekerja sama dengan kepolisian khususnya penyidik, penyidik harus memberikan sosialisasi tentang betapa pentingnya pengetahuan tentang undang undang, apalagi tentang tindak pidana. 15

17 2. Dalam pelaksanaan penyidikan tindak pidana, penyidik kepolisian harus meningkatkan sumber daya manusia dari personil penyidik sebagai aparat penegak hukum, dan yang pokok dari penyidik sendiri harus memahami tentang undang undang dan peraturan yang berlaku. 3. Apabila diperhatikan bahwa untuk kelancaran pelaksanaan tugas penyidikan dan untuk proses pemberkasan oleh penyidik saat sekarang ini sangat memprihatinkan, karena dalam proses penyidikan ini dibutuhkan sarana dan prasarana untuk menunjang pelaksanaan tugas, sehingga penyidikan dapat terlaksana secara optimal dan memuaskan. 4. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penyidikan, kurang sadarnya masyarakat dalam pencegahan terjadinya tindak pidana khususnya penyalahgunaan psikotropika, hal ini terjadi karena masyarakat merasa tidak nyaman terhadap apa yang akan mereka lakukan, mereka hanya mengutamakan keselamatan individu dan keluarga, begitu pentingnya rasa aman bagi masyarakat sehingga harus tutup mata akan apa terjadi di lingkungan masyarakat. Jadi dengan memberikan kenyamanan dan perlindungan kepada masyarakat 16

18 yang di iringi dengan sosialisasi akan penting nya hubungan masyarakat dengan aparat penegak hukum. D. Kesimpulan Hasil penelitian dan analisis terhadap pokok permasalahan, berikut diajukan beberapa kesimpulan yang terkait dengan identifikasi masalah dalam skripsi ini adalah : 1. Berdasarkan hasil penelitian terhadap permasalahan dalam pelaksanaan penyidikan penyalahgunaan psikotropika di Kota Padang oleh penyidik Polresta Padang, pada dasarnya menghadapi banyak kendala dan hambatan sehingga proses penyidikan yang dilakukan oleh penyidik Polresta Padang tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan, namun demikian sudah banyak hasil yang didapat dan dilaksanakan oleh penyidik dengan telah banyaknya kasus kasus yang telah diselesaikan dan dilimpahkan kepada kejaksaan dan pengadilan dan sudah divonis menurut aturan hukum yang berlaku. Walaupun pada kenyataannya akhir akhir ini peredaran psikotropika semakin meningkat dan meluas. 2. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan penyidik Sat Narkoba Polresta Padang, maka penyidik mengalami beberapa kendala yang signifikan dihadapi dalam proses penyidikan penyalahgunaan psikotropika dipolresta Padang yaitu antara lain : 17

19 a. Faktor Peraturan Perundang undangan b. Faktor Aparat Penegak Hukum ( Penyidik Polresta Padang ) c. Faktor sarana dan Prasarana d. Faktor Kesadaran Hukum 2. Dalam upaya mengatasi Kendala kendala yang dihadapi dalam proses penyidikan penyalahgunaan psikotropika, maka penyidik harus memahami tentang apa tugas yang dihadapi, apa yang harus di pelajari, apa yang harus di tanamkan dalam diri personil penyidik dan masyarakat, sehingga akan tercipta suatu hubungan yang baik antara penyidik dam masyarakat dalam memberantas penyalahgunaan psikotropika di tengah tengah masyarakat. Saran Mengacu pada hasil penelitian, berikut diajukan beberapa saran : 1. Penyidik dalam melaksanakan tugas nya sebagai penyidik diharapkan mampu dalam pelaksanaan penyidikan khususnya penyalahgunaan psikotropika, dan diharapkan bisa mengajak masyarakat untuk bisa mengerti Undang Undang dan hukum, serta mampu memberikan rasa rasa aman dan nyaman ditengah tengah masyarakat.. 2. Penyidik diharapkan dalam menghadapi tantangan yang ada dalam proses hukum penyalahgunaan psikotropika dan pidana lainnya, agar mampu memahami faktor faktor yang memperlambat proses pelaksanaan penyidikan tindak pidana, khususnya penyalahgunaan psikotropika. 18

20 3. Dalam pelaksanaan penyidikan tindak pidana, khususnya penyalahgunaan psikotropika, penyidik harus bisa lebih berperan baik itu terhadap sumber daya manusia penyidik, penerapan tentang Undang Undang, dalam memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya pengetahuan tentang hukum, keberanian masyarakat dalam bertindak, dan khususnya kepada pimpinan instansi kepolisian agar mampu memberikan dukungan semaksimal mungkin kepada personilnya dalam menunjang pelaksanaan tugas yang di emban, serta melengkapi sarana dan prasarana yang di butuhkan dalam proses penyidikan. 19

21 E. Daftar Pustaka A. Buku - Buku Hari Susangka, Narkotika dan Psikotropika, Mandar Maju, Jakarta, 2003, Julian Lisa fr, Narkoba, Psikotropika dan Gangguan Jiwa, Sang Media, Jakarta, 2014 Adami chazawi, Stelsel Pidana, Tindak Pidana, Teori Teori Pemidanaan Dan Batas Berlakunya Hukum Pidana. Raja Grafindo Persada, Jakarta, Leden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, Romli Atmasasmita, Sistem Peradilan Pidana, Binacipta, Bandung, Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakkan Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Saleh, Roeslan, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana. Aksara Baru, Jakarta, Tirtaamidjadja, Pokok Pokok Hukum Pidana, Fasco, Jakarta, Wajowasito,S. Kamus Umum Belanda Indonesia, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, Redaksi Sinar Grafika, pelaksanaan KUHAP, Pedoman Pelaksanaan KUHAP, Sinar Grafika, Jakarta, 2013 B. Peraturan Perundang Undangan Undang Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Peraturan Hukum Pidana Undang Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika Undang Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Undang Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika 20

22 PP No. 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP sebagaimana diubah dengan PP No. 58 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan KUHAP Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana C. Sumber lainnya Website Google ; http // hukum pidana.blogspot.com Website Google ; http // kuliah.co.id Website Google ; http // bahan kuliah.co.id Website Google ; http // hukumonline.com Website Google ; http // jpuarifsuhartono.blogspot.com Website Google ; http // dimensiilmu.blogspot.com 21

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan di segala bidang, baik pembangunan fisik maupun pembangunan mental spiritual

Lebih terperinci

BAB II PROSES PENYIDIKAN BNN DAN POLRI TERHADAP TERSANGKA NARKOTIKA MENGACU PADA UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

BAB II PROSES PENYIDIKAN BNN DAN POLRI TERHADAP TERSANGKA NARKOTIKA MENGACU PADA UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA BAB II PROSES PENYIDIKAN BNN DAN POLRI TERHADAP TERSANGKA MENGACU PADA UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG 2.1 Bentuk Kejahatan Narkotika Kejahatan adalah rechtdelicten, yaitu perbuatan-perbuatan

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG Diajukan Guna Memenuhi Sebahagian Persyaratan Untuk

Lebih terperinci

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR DOMPU STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SAT RES NARKOBA

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR DOMPU STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SAT RES NARKOBA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR DOMPU STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SAT RES NARKOBA Dompu 2 Januari 2016 1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modern. Ini ditandai dengan kemajuan di bidang Ilmu Pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. modern. Ini ditandai dengan kemajuan di bidang Ilmu Pengetahuan dan A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya yang adil, makmur, sejahtera, tertib, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan secara tegas bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. Sejalan dengan ketentuan tersebut

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN NOMOR 52/2014 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kelima, Penyidikan Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN)

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kelima, Penyidikan Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Modul E-Learning 3 PENEGAKAN HUKUM Bagian Kelima, Penyidikan Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) 3.5 Penyidikan Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) 3.5.1 Kewenangan Penyidikan oleh BNN Dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan kejahatan pada saat ini cenderung

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan kejahatan pada saat ini cenderung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan dan kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan kejahatan pada saat ini cenderung meningkat. Semakin pintarnya

Lebih terperinci

SKRIPSI PELAKSANAAN TEKNIK PEMBELIAN TERSELUBUNG OLEH PENYELIDIK DALAM TINDAK PIDANA PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DI KOTA PADANG

SKRIPSI PELAKSANAAN TEKNIK PEMBELIAN TERSELUBUNG OLEH PENYELIDIK DALAM TINDAK PIDANA PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DI KOTA PADANG SKRIPSI PELAKSANAAN TEKNIK PEMBELIAN TERSELUBUNG OLEH PENYELIDIK DALAM TINDAK PIDANA PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DI KOTA PADANG Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Meraih Gelar Sarjana Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipenuhi. Manusia dalam hidupnya dikelilingi berbagai macam bahaya. kepentingannya atau keinginannya tidak tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipenuhi. Manusia dalam hidupnya dikelilingi berbagai macam bahaya. kepentingannya atau keinginannya tidak tercapai. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia adalah mendukung atau penyandang kepentingan, kepentingan adalah suatu tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi. Manusia dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur, materil spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur, materil spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembicaraan tentang anak dan perlindungannya tidak akan pernah berhenti sepanjang sejarah kehidupan karena anak adalah generasi penerus pembangunan, yaitu generasi yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral bangsa dan merugikan seluruh lapisan masyarakat, sehingga harus dilakukan penyidikan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. 1. perundang-undangan lain yang mengatur ketentuan pidana di luar KUHP

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. 1. perundang-undangan lain yang mengatur ketentuan pidana di luar KUHP 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam UUD 1945 ditegaskan bahwa negara Indonesia berdasarkan atas hukum (Recchstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (Machstaat). Ini berarti bahwa Republik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Negara Republik Indonesia dan penyidikan oleh penyidik Badan Narkotika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Negara Republik Indonesia dan penyidikan oleh penyidik Badan Narkotika II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penyidikan dalam Tindak Pidana Narkotika Penyidikan dalam tindak pidana narkotika yang dimaksud dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu penyidikan oleh penyidik

Lebih terperinci

MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN

MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN POLTABES LOCUSNYA KOTA BESAR KEJAKSAAN NEGERI KOTA PENGADILAN NEGERI PERISTIWA HUKUM PENGADUAN LAPORAN TERTANGKAP TANGAN PENYELIDIKAN, PEYIDIKAN BAP Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan secara tegas bahwa negara Indonesia adalah negara hukum.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan secara tegas bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan secara tegas bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. Sejalan dengan ketentuan tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap yang dilakukan oleh pelakunya. Dalam realita sehari - hari, ada

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap yang dilakukan oleh pelakunya. Dalam realita sehari - hari, ada 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum Pidana adalah keseluruhan dari peraturan- peraturan yang menentukan perbuatan apa saja yang dilarang dan termasuk ke dalam tindak pidana, serta menentukan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I BERKAS PENYIDIKAN

BAB I BERKAS PENYIDIKAN BAB I BERKAS PENYIDIKAN Rangkaian penyelesaian peradilan pidana terdiri atas beberapa tahapan, suatu proses penyelesaian peradilan dimulai dari adanya suatu peristiwa hukum, namun untuk menentukan apakah

Lebih terperinci

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARAN BARAT RESOR BIMA KOTA STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP) Tentang PENANGKAPAN TERSANGKA TINDAK PIDANA NARKOBA POLRES BIMA KOTA Menimbang : Semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat kejahatan terhadap harta benda orang banyak sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap kepentingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUN PUSTAKA. Hukum acara pidana di Belanda dikenal dengan istilah strafvordering,

BAB II TINJAUN PUSTAKA. Hukum acara pidana di Belanda dikenal dengan istilah strafvordering, BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1 Pengertian Hukum Acara Pidana Hukum acara pidana di Belanda dikenal dengan istilah strafvordering, menurut Simons hukum acara pidana mengatur tentang bagaimana negara melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan narkoba merupakan kejahatan yang bersifat merusak, baik merusak mental maupun moral dari para pelakunya, terlebih korban yang menjadi sasaran peredaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan teknologi yang sangat cepat, berpengaruh secara signifikan terhadap kehidupan sosial masyarakat. Dalam hal ini masyarakat dituntut

Lebih terperinci

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARAN BARAT RESOR BIMA KOTA STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP) Tentang PENYIMPANAN DAN PEMUSNAHAN BARANG BUKTI TINDAK PIDANA NARKOBA POLRES BIMA KOTA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) 18 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) dikenal dengan istilah stratbaar feit dan dalam kepustakaan tentang hukum pidana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijalani oleh setiap manusia berdasarkan aturan kehidupan yang lazim disebut norma. Norma

Lebih terperinci

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARAN BARAT RESOR BIMA KOTA STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP) Tentang PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA NARKOBA POLRES BIMA KOTA Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PENGATURAN MINUMAN BERALKOHOL, PENYALAHGUNAAN ALKOHOL, OBAT- OBATAN DAN ZAT ADIKTIF LAINNYA DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan dalam kehidupan manusia merupakan gejala sosial yang akan selalu dihadapi oleh setiap manusia, masyarakat, dan bahkan negara. Kenyataan telah membuktikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan bagi penggunanya dimana kecenderung akan selalu

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan bagi penggunanya dimana kecenderung akan selalu A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN Bahaya narkotika di Indonesia saat ini semakin mengkhawatirkan bangsa-bangsa beradab hingga saat ini. Sehingga Pemerintah Indonesia mengeluarkan pernyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dan perkembangan penduduk di Indonesia berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dan perkembangan penduduk di Indonesia berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan penduduk di Indonesia berkembang sangat pesat seperti pertumbuhan dan perkembangan tindak pidana juga semakin meningkat pula, salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus

BAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara berkewajiban untuk menjamin adanya suasana aman dan tertib dalam bermasyarakat. Warga negara yang merasa dirinya tidak aman maka ia berhak meminta perlindungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyelidikan dan Penyidikan. Pengertian penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mencari dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyelidikan dan Penyidikan. Pengertian penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mencari dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penyelidikan dan Penyidikan Pengertian penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Pelaksanaan Penyidikan dan Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika.

ABSTRAK. Kata kunci : Pelaksanaan Penyidikan dan Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika. PELAKSANAAN PENYIDIKAN TERHADAP KASUS TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (Studi Kasus Di Polresta Surakarta) Oleh : Budi Wicaksono NIM. 12100093 Universitas Slamet Riyadi Surakarta ABSTRAK Terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur baik spiritual maupun

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur baik spiritual maupun BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang terus berupaya untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur baik spiritual maupun material berdasarkan Pancasila dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian bertujuan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian bertujuan untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepolisian Republik Indonesia 1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia Menurut Pasal 4 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia disebutkan

Lebih terperinci

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARAN BARAT RESOR BIMA KOTA STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP) Tentang PEMBERHENTIAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA NARKOBA POLRES BIMA KOTA Menimbang : Semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan Penyelidik. Dalam Pasal 1 angka 1 KUHAP

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara berkembang sangatlah membutuhkan pembangunan yang merata di

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara berkembang sangatlah membutuhkan pembangunan yang merata di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai Negara berkembang sangatlah membutuhkan pembangunan yang merata di segala bidang, dalam rangka membangun Indonesia seutuhnya dan mewujudkan suatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. bencana terhadap kehidupan perekonomian nasional. Pemberantasan korupsi

BAB III PENUTUP. bencana terhadap kehidupan perekonomian nasional. Pemberantasan korupsi BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Umum Tindak pidana korupsi di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa bencana terhadap kehidupan

Lebih terperinci

PERLUNYA NOTARIS MEMAHAMI PENYIDIK & PENYIDIKAN. Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N. Disampaikan pada Konferda INI Kota Surakarta, Tanggal, 10 Juni 2014

PERLUNYA NOTARIS MEMAHAMI PENYIDIK & PENYIDIKAN. Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N. Disampaikan pada Konferda INI Kota Surakarta, Tanggal, 10 Juni 2014 PERLUNYA NOTARIS MEMAHAMI PENYIDIK & PENYIDIKAN Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N. Disampaikan pada Konferda INI Kota Surakarta, Tanggal, 10 Juni 2014 Ketentuan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Kitab

Lebih terperinci

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYIDIKAN BAGI PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENCEGAHAN PERMAINAN JUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENCEGAHAN PERMAINAN JUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2005 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENCEGAHAN PERMAINAN JUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia telah lahir beberapa peraturan perundang-undangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia telah lahir beberapa peraturan perundang-undangan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia telah lahir beberapa peraturan perundang-undangan yang ditujukan untuk melindungi kepentingan anak baik sebagai pelaku kejahatan atau sebagai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 4 SERI E TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PELARANGAN PEREDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL DI KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana adalah suatu pelanggaran norma-norma yang oleh pembentuk undang-undang ditanggapi dengan suatu hukuman pidana. Maka, sifat-sifat yang ada di dalam

Lebih terperinci

tertolong setelah di rawat RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo, kota Mojokerto. 1

tertolong setelah di rawat RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo, kota Mojokerto. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia minuman beralkohol diawasi peredarannya oleh negara, terutama minuman impor. Jenis minuman beralkohol seperti, anggur, bir brendi, tuak, vodka, wiski

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peredaran narkoba secara tidak bertanggungjawab sudah semakin meluas dikalangan masyarakat. Hal ini tentunya akan semakin mengkhawatirkan, apalagi kita mengetahui yang

Lebih terperinci

ALUR PERADILAN PIDANA

ALUR PERADILAN PIDANA ALUR PERADILAN PIDANA Rangkaian penyelesaian peradilan pidana terdiri atas beberapa tahapan. Suatu proses penyelesaian peradilan dimulai dari adanya suatu peristiwa hukum, misalnya seorang wanita yang

Lebih terperinci

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARAN BARAT RESORT BIMA KOTA STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP) Tentang PENYITAAN BARANG BUKTI TINDAK PIDANA NARKOBA POLRES BIMA KOTA Menimbang : Semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sidang pengadilan. Penyidikan dilakukan oleh penyidik Polri untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. sidang pengadilan. Penyidikan dilakukan oleh penyidik Polri untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penegakan hukum tindak pidana narkotika, dimulai dari penyelidikan kemudian dilanjutkan penyidikan sebelum dilaksanakan pemeriksaan di muka sidang pengadilan.

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Untuk menjawab permasalahan dalam skripsi ini penulis telah melakukan

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Untuk menjawab permasalahan dalam skripsi ini penulis telah melakukan IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Untuk menjawab permasalahan dalam skripsi ini penulis telah melakukan wawancara dengan responden yang berkaitan dengan Analisis Yuridis Penyidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya yang adil dan makmur, sejahtera, tertib dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum yang berlandaskan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945). Negara juga menjunjung tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam bidang pengobatan dan studi ilmiah sehingga diperlukan suatu produksi narkotika yang terus menerus

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang Undang Dasar Repubik Indonesia (UUD 1945) Pasal 1 ayat (3).

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang Undang Dasar Repubik Indonesia (UUD 1945) Pasal 1 ayat (3). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Negara Indonesia merupakan negara hukum sebagaimana yang termuat dalam Undang Undang Dasar Repubik Indonesia (UUD 1945) Pasal 1 ayat (3). Dalam segala aspek

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. segala bidanng ekonomi, kesehatan dan hukum.

I. PENDAHULUAN. segala bidanng ekonomi, kesehatan dan hukum. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan Negara Indonesia secara konstitusional adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur yang merata materiil dan spiritual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini bangsa Indonesia sedang giat melaksanakan pembangunan nasional. Adanya pertumbuhan dan kemajuan perkembangan kehidupan pembangunan di segala bidang

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR - 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL GUBERNUR

Lebih terperinci

SANKSI PIDANA TERHADAP PENYIDIK DALAM PENANGANAN PERKARA NARKOTIKA 1 Oleh : Stefano Junio Muaja 2

SANKSI PIDANA TERHADAP PENYIDIK DALAM PENANGANAN PERKARA NARKOTIKA 1 Oleh : Stefano Junio Muaja 2 SANKSI PIDANA TERHADAP PENYIDIK DALAM PENANGANAN PERKARA NARKOTIKA 1 Oleh : Stefano Junio Muaja 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana jenis-jenis perbuatan penyidik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara harus berlandaskan hukum. Dalam Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. negara harus berlandaskan hukum. Dalam Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara hukum, yaitu bahwa setiap orang mempunyai hak dan kewajiban terhadap negara dan kegiatan penyelenggaraan negara harus berlandaskan

Lebih terperinci

Lex Crimen Vol. II/No. 4/Agustus/2013

Lex Crimen Vol. II/No. 4/Agustus/2013 FUNGSI PENYELIDIKAN DALAM PROSES PENYELESAIAN PERKARA PIDANA 1 Oleh : Rovan Kaligis 2 ABSTRAK Keinginan Masyarakat untuk memperoleh kehidupan yang tertib dan damai dalam hidup bermasyarakat terus diupayakan,

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 MUHAMMAD AFIED HAMBALI Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta PROCEDDING A. Latar Belakang. Penyalahgunaan narkoba

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG KOORDINASI, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN PENYIDIKAN BAGI PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebebasan, baik yang bersifat fisik maupun pikiran. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar

I. PENDAHULUAN. kebebasan, baik yang bersifat fisik maupun pikiran. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hak asasi manusia (selanjutnya disingkat HAM) yang utama adalah hak atas kebebasan, baik yang bersifat fisik maupun pikiran. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yakni

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yakni BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara hukum dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yakni Negara Indonesia adalah Negara

Lebih terperinci

melaksanakan kehidupan sehari-hari dan dalam berinterkasi dengan lingkungannya. Wilayah

melaksanakan kehidupan sehari-hari dan dalam berinterkasi dengan lingkungannya. Wilayah A. Latar Belakang Keamanan dan ketertiban di dalam suatu masyarakat merupakan masalah yang penting, dikarenakan keamanan dan ketertiban merupakan cerminan keamanan di dalam masyarakat melaksanakan kehidupan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

melakukan penyidikan terhadap tindak pidana psikotropika dengan pelaku anak

melakukan penyidikan terhadap tindak pidana psikotropika dengan pelaku anak c). Untuk mengetahui kendala atau hambatan yang dihadapi penyidik dalam melakukan penyidikan terhadap tindak pidana psikotropika dengan pelaku anak dibawah umur. 2. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara Hukum.

BAB I PENDAHULUAN. pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara Hukum. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara Hukum sebagaimana dicantumkan pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang berbunyi Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan narkotika sebagai bentuk tindakan yang melanggar hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini modus kejahatan semakin berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Dalam perkembangannya kita dihadapkan untuk bisa lebih maju dan lebih siap dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengobatan dan pelayanan kesehatan. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, narkotika

I. PENDAHULUAN. pengobatan dan pelayanan kesehatan. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, narkotika I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awalnya narkotika digunakan untuk kepentingan umat manusia, khususnya untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, narkotika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa negara Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum dan tidak berdasarkan atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1 ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1 ayat (3) A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1 ayat (3) menegaskan bahwa Negara Republik Indonesia berdasar atas hukum (rechsstaat), tidak berdasarkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, PERBAIKAN DR SETUM 13 AGUSTUS 2010 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG KOORDINASI, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN PENYIDIKAN BAGI PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana untuk mencari serta

BAB I PENDAHULUAN. cara yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana untuk mencari serta BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Dalam hukum acara pidana ada beberapa runtutan proses hukum yang harus dilalui, salah satunya yaitu proses penyidikan. Proses Penyidikan adalah tahapan-tahapan

Lebih terperinci

MANFAAT DAN JANGKA WAKTU PENAHANAN SEMENTARA MENURUT KITAB UNDANG HUKUM ACARA PIDANA ( KUHAP ) Oleh : Risdalina, SH. Dosen Tetap STIH Labuhanbatu

MANFAAT DAN JANGKA WAKTU PENAHANAN SEMENTARA MENURUT KITAB UNDANG HUKUM ACARA PIDANA ( KUHAP ) Oleh : Risdalina, SH. Dosen Tetap STIH Labuhanbatu MANFAAT DAN JANGKA WAKTU PENAHANAN SEMENTARA MENURUT KITAB UNDANG HUKUM ACARA PIDANA ( KUHAP ) Oleh : Risdalina, SH. Dosen Tetap STIH Labuhanbatu ABSTRAK Penahanan sementara merupakan suatu hal yang dipandang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap penegak hukum mempunyai kedudukan (status) dan peranan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap penegak hukum mempunyai kedudukan (status) dan peranan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Peranan Setiap penegak hukum mempunyai kedudukan (status) dan peranan (role). Kedudukan merupakan posisi tertentu di dalam struktur kemasyarakatan dimana kedudukan itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum. Indonesia memiliki banyak keanekaragaman budaya dan kemajemukan masyarakatnya. Melihat dari keberagaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, baik dari sudut medis, psikiatri, kesehatan jiwa, maupun psikososial

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, baik dari sudut medis, psikiatri, kesehatan jiwa, maupun psikososial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan penyalahgunaan narkoba memiliki dimensi yang sangat kompleks, baik dari sudut medis, psikiatri, kesehatan jiwa, maupun psikososial ekonomi, politik, sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya hukum dalam masyarakat oleh aparat penegak hukum. Sebagai anggota polisi harus mengetahui

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 56 TAHUN 2003 SERI E.5

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 56 TAHUN 2003 SERI E.5 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 56 TAHUN 2003 SERI E.5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PELANGGARAN KESUSILAAN, MINUMAN KERAS, PERJUDIAN, DAN PENYALAHGUNAAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa anak merupakan amanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertama kalinya konferensi tentang psikotropika dilaksanakan oleh The United

BAB I PENDAHULUAN. Pertama kalinya konferensi tentang psikotropika dilaksanakan oleh The United BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Di masa sekarang ini Pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan di segala bidang, baik pembangunan fisik maupun pembangunan mental spiritual manusia

Lebih terperinci

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA. (Studi Kasus di Polres Sukoharjo)

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA. (Studi Kasus di Polres Sukoharjo) PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA (Studi Kasus di Polres Sukoharjo) SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memberikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Penegakan Hukum Pidana. 1. Penegak Hukum dan Penegakan Hukum Pidana

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Penegakan Hukum Pidana. 1. Penegak Hukum dan Penegakan Hukum Pidana 14 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Penegakan Hukum Pidana 1. Penegak Hukum dan Penegakan Hukum Pidana Penegak hukum adalah petugas badan yang berwenang dan berhubungan dengan masalah peradilan

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG SEKRETARIAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG SEKRETARIAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG SEKRETARIAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka efektifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena kehidupan manusia akan seimbang dan selaras dengan diterapkannya

BAB I PENDAHULUAN. karena kehidupan manusia akan seimbang dan selaras dengan diterapkannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan manusia tidak terlepas dengan hukum yang mengaturnya, karena kehidupan manusia akan seimbang dan selaras dengan diterapkannya sebuah hukum. Manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan (immoril), merugikan masyarakat, asosial sifatnya dan melanggar hukum serta Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan

BAB I PENDAHULUAN. Guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945 Negara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Anak dan Anak Nakal Pengertian masyarakat pada umumnya tentang anak adalah merupakan titipan dari Sang Pencipta yang akan meneruskan keturunan dari kedua orang tuanya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana (kepada barangsiapa yang melanggar larangan tersebut), untuk singkatnya dinamakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan kemajuan teknologi. Adanya perkembangan dan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan kemajuan teknologi. Adanya perkembangan dan kemajuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman reformasi sekarang ini, berbicara mengenai anak adalah sangat penting karena anak merupakan potensi nasib manusia hari mendatang, dialah yang ikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik, maka berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik, maka berdasarkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agar hukum dapat berjalan dengan baik, maka berdasarkan Undang-undang No. 8 tahun 1981 yang disebut dengan Kitab Undangundang Hukum Acara Pidana (KUHAP), menjelaskan

Lebih terperinci