BAB V PENUTUP. Yogyakarta yang telah diuraikan dalam BAB IV, maka dapat dikemukakan. 1) Melakukan kegiatan pembinaan dan penyuluhan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V PENUTUP. Yogyakarta yang telah diuraikan dalam BAB IV, maka dapat dikemukakan. 1) Melakukan kegiatan pembinaan dan penyuluhan"

Transkripsi

1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang upaya polisi dalam menanggulangi penyalahgunaan narkoba oleh mahasiswa di Kota Yogyakarta yang telah diuraikan dalam BAB IV, maka dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Upaya polisi dalam menanggulangi penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh mahasiswa di Kota Yogyakarta, yaitu: a. Upaya Preventif 1) Melakukan kegiatan pembinaan dan penyuluhan Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta dan Sat Binmas Polresta Yogyakarta melakukan kegiatan penyuluhan tentang bahaya penyalahgunaan narkoba bagi kalangan mahasiswa di tempat-tempat seperti di kampus, Asrama Aswenda dan Asrama Kalimantan. Sat Binmas Polresta Yogyakarta juga melakukan pembinaan kepada mahasiswa di LP Yogyakarta agar tidak lagi menyalahgunakan narkoba. 2) Melakukan kampanye anti narkoba Sat Binmas Polresta Yogyakarta melakukan kampanye anti narkoba lewat surat kabar, lewat radio sekali setiap bulan pada minggu pertama di Radio Republik Indonesia (RRI) Yogyakarta dan Sonora Yogyakarta. 144

2 145 3) Mengadakan pengajian Khotmil Quran Polresta Yogyakarta mengadakan pengajian Khotmil Quran setiap bulan lima kali ke kampung-kampung bersama Kapolsek, di Polresta sekali, di Polsek setiap minggu yang dihadiri oleh para orang tua. Polisi berharap orang tua yang mempunyai anak mahasiswa memberitahu agar tidak menyalahgunakan narkoba dengan cara spiritual. 4) Melakukan pendekatan dengan tokoh agama Setiap ada tokoh agama seperti Habib Syeh datang ke Yogyakarta dilakukan pengawalan. Polisi melakukan pengawalan dengan harapan bisa memasukkan pendapat tentang masalah mahasiswa yang menyalahgunakan narkoba agar ketika melakukan ceramah di panggung Habib Syeh menyampaikan apa yang Sat Binmas Polresta Yogyakarta sampaikan kepada Habib Syeh. Sat Binmas Polresta Yogyakarta berharap tokoh agama memberitahukan kepada mahasiswa agar tidak menyalahgunakan narkoba. 5) Memasang spanduk himbauan agar tidak menyalahgunakan narkoba Namun spanduk-spanduk tersebut hanya dipasang di jalan-jalan umum saja, spanduk-spanduk tersebut tidak ada yang dipasang di kampuskampus. 6) Melakukan kerjasama dengan BNNP dan Dikti Sat Binmas Polresta Yogyakarta mendapatkan berbagai materi tentang pencegahan penyalahgunaan narkona untuk kalangan mahasiswa dari

3 146 BNN. Sat Binmas Polresta Yogyakarta juga kerjasama dengan Dikti, kerjasamanya apabila ada permintaan dari perguruan tinggi untuk menjadi narasumber maka wajib melaksanakannya. 7) Sosialisasi Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta biasanya melakukan kegiatan sosialisasi tersebut di kampus dan di asrama. Kegiatan sosialisasi tersebut biasanya dilakukan pada saat acara penyuluhan tentang bahaya penyalahgunaan narkoba. 8) Melakukan patroli Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta melakukan patroli ke tempattempat pemukiman, ke tempat yang biasanya banyak mahasiswa berkumpul seperti warung remang-remang, ke tempat-tempat sepi seperti di jalan-jalan pada malam hari, di pasar-pasar pada malam hari. 9) Membentuk kring narkoba. Kring narkoba yaitu pembagian wilayah untuk diawasi dan dipantau. Kota Yogyakarta dibagi menjadi empat kring, masing-masing kring terdiri dari tiga atau empat wilayah polsek. Selanjutnya masing-masing kring dipantau dan diawasi oleh enam atau delapan anggota polisi dari Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta. 10) Membentukan jaringan informan Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta membentukan jaringan narkoba bertujuan agar polisi mendapatkan informasi tentang adanya penyalahgunaan narkoba dengan mudah. Biasanya masing-masing

4 147 anggota Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta memiliki jaringan informasi sendiri yang bersifat rahasia, karena informan-informan tersebut dilindungi oleh polisi. b. Upaya Represif Menegakan hukum terhadap mahasiswa yang menyalahgunakan narkoba, yaitu dengan tindakan penyelidikan dan penyidikan. 1) Tindakan penyelidikan untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana penyalahgunaan narkoba guna menentukan dapat tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Pasal 1 butir 5 KUHAP). Penyelidikan dilakukan dengan cara observasi, pembuntutan dan penyamaran untuk mencari informasi atau menerima informasi dari masyarakat mengenai adanya penyalahgunaan narkoba. 2) Tindakan penyidikan untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana penyalahgunaan narkoba yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Penyidikan meliputi tindakan penangkapan, penggeledahan, penahanan, penyitaan, pemeriksaan dan pemberkasan. Termasuk juga melakukan kegiatan razia di tempat-tempat hiburan, di tempat berkumpulnya mahasiswa, di kos-kosan, di tempat-tempat sepi. Selain itu Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta juga berkerjasama dengan Laboratorium Kedokteran dan Kesehatan (Lab Dokkes) Polda DIY, Kedokteran dan Kesehatan (Dokkes) Polda DIY,

5 148 BNNP dan BNNK. Kerjasama yang dilakukan dengan Lab Dokkes Polda DIY untuk memeriksa barang bukti. Sedangkan kerjasama yang dilakukan dengan Dokkes biasanya untuk tes urine. Selanjutnya kerjasama dengan BNNP dan BNNK yaitu untuk pengungkapan kasus. 2. Kendala-kendala yang dihadapi polisi dalam upaya menanggulangi penyalahgunaan narkoba oleh mahasiswa di Kota Yogyakarta, yaitu: a. Kendala-kendala pada tindakan preventif: 1) Waktu pelaksanaan penyuluhan dan sosialisasi yang kadang-kadang kurang tepat. 2) Sebagian mahasiswa ada yang kurang merespon dengan baik terhadap kegiatan pembinaan, penyuluhan dan sosialisasi yang diselenggarakan oleh polisi. Kadang-kadang ada mahasiswa tidak mau datang ke acara pembinaan, penyuluhan dan sosialisasi yang diselenggarakan oleh Sat Binmas Polresta Yogyakarta. 3) Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta belum memiliki inventaris mobil ataupun sepeda motor untuk melakukan patroli. 4) Sat Res Narkota Poresta Yogyakarta belum bisa melakukan sidak dan tes urine di kampus-kampus. b. Kendala-kendala pada tindakan represif: 1) Kurangnya kesadaran dari sebagian masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya P4GN.

6 149 2) Sering terjadi ada anggota polisi yang memberikan informasi akan ada razia kepada masyarakat. 3) Sat Res Narkota Poresta Yogyakarta belum bisa melakukan razia dan tes urine di kampus-kampus. 4) Kurangnya sarana dan prasarana, seperti alat penyadap, sepeda motor ataupun mobil inventaris belum punya. 5) Kurang adanya koordinasi antara pihak kepolisian dengan PT. Telkom, Jaringan Komunikasi (Indosat, Telkomsel, dan lain-lain), dan Bank. Ketika penyidik ingin mengetahui rekening seseorang yang mungkin dicurigai tidak diperbolehkan dan ketika penyidik ingin memblokir rekening juga susah dan ketika penyidik ingin mengetahui nomor telephone/handphone punya siapa tidak bisa, atau ingin mengetahui posisi nomor handphone ada dimana juga susah. 3. Upaya polisi dalam mengatasi kendala-kendala yang dihadapi polisi dalam upaya menanggulangi penyalahgunaan narkoba oleh mahasiswa di Kota Yogyakarta, sebagai berikut: a. Upaya dalam mengatasi kendala-kendala pada tindakan preventif: 1) Untuk mengatasi masalah waktu pelaksanaan penyuluhan dan sosialisasi, Sat Binmas Polresta Yogyakarta berusaha memilih waktu yang kira-kira mahasiswa memiliki waktu luang agar mahasiswa dapat menghadiri acara penyuluhan dan sosialisasi, seperti pada waktu OSPEK.

7 150 2) Untuk mengatasi masalah sebagian mahasiswa kurang merespon dengan baik terhadap kegiatan penyuluhan dan sosialisasi, Sat Binmas Polresta Yogyakarta belum memiliki cara khusus untuk mengatasinya. Tetapi Sat Binmas Polresta Yogyakarta akan berusaha sebaik mungkin agar mahasiswa dapat menyukai kegiatan tersebut. 3) Untuk mengatasi masalah belum punya inventaris mobil ataupun sepeda motor untuk patroli, Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta melaporkan kepada Kapolresta Yogyakarta bahwa Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta membutuhkan inventaris sepeda motor atau mobil untuk melakukan kegiatan patroli. Untuk sementara dalam melakukan patroli menggunakan kendaraan pribadi atau pinjam kendaran dari satuan lain. 4) Untuk mengatasi masalah belum bisa melakukan sidak dan tes urine di kampus-kampus, Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta berencana untuk mencoba melakukan koordinasi dengan pihak kampus, tetapi tidak mendapat respon dari pihak kampus. b. Upaya dalam mengatasi kendala-kendala pada tindakan represif: 1) Untuk mengatasi masalah masyarakat yang kurang berpartisipasi dalam P4GN, Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta melakukan pembinaan dengan cara memberikan pengertian kepada masyarakat bahwa masyarakat memiliki hak dan tanggung jawab dalam P4GN. Selain itu polisi juga memberitahukan bahwa setiap masyarakat yang

8 151 memberikan segala informasi tentang adanya penyalahgunaan narkoba akan dirahasiakan identitasnya dan dilindungi oleh kepolisian. 2) Untuk mengatasi masalah ada anggota polisi yang menginformasikan adanya razia kepada masyarakat, Sat Res Narkoba Polesta Yogyakarta berusaha merahasiakan kegiatannya agar anggota polisi yang lain tidak tahu dan memberikan himbauan kepada anggota polisi agar berkomitmen kepada tugasnya untuk menegakkan hukum. 3) Untuk mengatasi masalah belum bisa melakukan razia dan tes urine di kampus-kampus, Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta berencana untuk mencoba melakukan koordinasi dengan pihak kampus, tetapi tidak mendapat respon dari pihak kampus. 4) Untuk mengatasi masalah kurangnya sarana dan prasarana, Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta melaporkan kepada Kapolresta Yogyakarta bahwa Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta dalam melakukan penyelidikan dan penyidikan membutuhkan alat penyadap, serta membutuhkan inventaris sepeda motor atau mobil untuk membawa penyalahguna narkoba yang tertangkap. 5) Untuk mengatasi masalah kurang adanya koordinasi antara polisi dengan pihak bank dan layanan komunikasi, Kasat atau Kanit Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta berusaha menemui manager bank ataupun manager layanan komunikasi agar mendapatkan kesepakatan dan dapat bekerjasama dengan pihak bank ataupun pihak layanan komunikasi, sehingga setiap Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta

9 152 membutuhkan informasi yang terkait dengan masalah perbankan dan layanan komunikasi, pihak bank dan layanan komunikasi dapat membantu. B. Saran Dari penelitian yang dilakukan, maka peneliti memberikan saran pada pihak Sat Binmas dan Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta, sebagai berikut: 1. Spanduk himbauan yang di pasang sebaiknya lebih menekankan pada efek atau dampak dari penyalahgunaan narkoba dan sebaiknya juga ditambah dengan gambar, sehingga jika orang yang sedang mengendarai kendaraan bermotor tidak sempat membaca, maka dapat hanya dengan melihat gambar tetapi sudah mengerti apa maksud yang terkandung pada spanduk tersebut. Spanduk himbauan sebaiknya juga dipasang di kampus-kampus, jangan hanya di jalan-jalan umum saja. 2. Sat Binmas Polresta Yogyakarta jika akan mengadakan acara penyuluhan dan pembinaan sebaiknya membuat iklan semenarik mungkin, sehingga mahasiswa tertarik dan akhirnya mau menghadiri acara yang dilakukan oleh Sat Binmas Polresta Yogyakarta. Selain itu, dalam menyajikan materi dilakukan dengan sebaik-baiknya dan menggunakan media yang dibuat semenarik mungkin agar mahasiswa tidak bosan dan dapat merespon dengan baik, sehingga mahasiswa dapat memahami dengan baik dan tidak akan menyalahgunakan narkoba. 3. Jika ada anggota polisi yang memberikan informasi tentang adanya razia, Sat Res Narkoba Polresta Yogyakarta sebaiknya mencari tahu siapa yang

10 153 memberikan informasi tersebut. Setelah mengetahui siapa yang melakukannya sebaiknya diberikan sanksi. 4. Sidak dan tes urine sebaiknya juga bisa dilakukan di kampus-kampus karena penyalahgunaan narkoba kebanyakan dilakukan oleh mahasiswa.

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG Diajukan Guna Memenuhi Sebahagian Persyaratan Untuk

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kelima, Penyidikan Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN)

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kelima, Penyidikan Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Modul E-Learning 3 PENEGAKAN HUKUM Bagian Kelima, Penyidikan Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) 3.5 Penyidikan Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) 3.5.1 Kewenangan Penyidikan oleh BNN Dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 1. Pelaksanaan penyidikan terhadap anak tersangka tindak pidana Narkotika di

BAB IV PENUTUP. 1. Pelaksanaan penyidikan terhadap anak tersangka tindak pidana Narkotika di BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian dan pembahasan tersebut diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan penyidikan terhadap anak tersangka tindak pidana Narkotika di Polresta

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Narkotika di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah personil yang di Direktorat Reserse Narkotika dan

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Narkotika di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah personil yang di Direktorat Reserse Narkotika dan 41 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Cara Polda DIY Dalam Memberantas Tindak Pidana Narkotika di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Jumlah personil yang di Direktorat Reserse Narkotika dan Obat Berbahaya

Lebih terperinci

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015 Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015 Permasalahan narkotika merupakan salah satu permasalahan global yang selalu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Negara Republik Indonesia dan penyidikan oleh penyidik Badan Narkotika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Negara Republik Indonesia dan penyidikan oleh penyidik Badan Narkotika II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penyidikan dalam Tindak Pidana Narkotika Penyidikan dalam tindak pidana narkotika yang dimaksud dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu penyidikan oleh penyidik

Lebih terperinci

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR DOMPU STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SAT RES NARKOBA

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR DOMPU STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SAT RES NARKOBA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR DOMPU STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SAT RES NARKOBA Dompu 2 Januari 2016 1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tindakan cyber bullying dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tindakan cyber bullying dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai peranan Kepolisian Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta dalam menanggulangi tindakan cyber bullying dapat dikemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan manusia juga ditujukan, agar masyarakat semakin sejahtera, sehat jiwa

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan manusia juga ditujukan, agar masyarakat semakin sejahtera, sehat jiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia tidak hanya dilakukan secara fisik, tetapi pembangunan manusia juga ditujukan, agar masyarakat semakin sejahtera, sehat jiwa dan raga. Masalah yang

Lebih terperinci

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARAN BARAT RESOR BIMA KOTA STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP) Tentang PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA NARKOBA POLRES BIMA KOTA Menimbang

Lebih terperinci

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT Kamis, 11 September 2014 10:28:28 Medan (SIB)- Badan Narkotika Nasional Provinsi melakukan tes urine terhadap pegawai Badan Pemeriksa Keuangan Sumatera Utara di kantor perwakilan

Lebih terperinci

PERLUNYA NOTARIS MEMAHAMI PENYIDIK & PENYIDIKAN. Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N. Disampaikan pada Konferda INI Kota Surakarta, Tanggal, 10 Juni 2014

PERLUNYA NOTARIS MEMAHAMI PENYIDIK & PENYIDIKAN. Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N. Disampaikan pada Konferda INI Kota Surakarta, Tanggal, 10 Juni 2014 PERLUNYA NOTARIS MEMAHAMI PENYIDIK & PENYIDIKAN Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N. Disampaikan pada Konferda INI Kota Surakarta, Tanggal, 10 Juni 2014 Ketentuan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Kitab

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. narkoba oleh mahasiswa di Kota Yogyakarta dilakukan di Kepolisian Resort

BAB III METODE PENELITIAN. narkoba oleh mahasiswa di Kota Yogyakarta dilakukan di Kepolisian Resort BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tentang upaya polisi dalam menanggulangi penyalahgunaan narkoba oleh mahasiswa di Kota Yogyakarta dilakukan di Kepolisian

Lebih terperinci

BAB II PROSES PENYIDIKAN BNN DAN POLRI TERHADAP TERSANGKA NARKOTIKA MENGACU PADA UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

BAB II PROSES PENYIDIKAN BNN DAN POLRI TERHADAP TERSANGKA NARKOTIKA MENGACU PADA UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA BAB II PROSES PENYIDIKAN BNN DAN POLRI TERHADAP TERSANGKA MENGACU PADA UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG 2.1 Bentuk Kejahatan Narkotika Kejahatan adalah rechtdelicten, yaitu perbuatan-perbuatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum tentang Kepolisian Resort Kota Yogyakarta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum tentang Kepolisian Resort Kota Yogyakarta BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum tentang Kepolisian Resort Kota Yogyakarta 1. Wilayah Kepolisian Resort Kota Yogyakarta (Polresta Yogyakarta) Daerah Kota Yogyakarta dengan geografis

Lebih terperinci

PERATURAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA NOMOR : 04/PU/REK/BAAK/XI/2004 TENTANG

PERATURAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA NOMOR : 04/PU/REK/BAAK/XI/2004 TENTANG PERATURAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA NOMOR : 04/PU/REK/BAAK/XI/2004 TENTANG PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI LINGKUNGAN KAMPUS UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA Menimbang: a. Bahwa setiap pegawai dan

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, T

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, T No. 339, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Pencucian Uang. Asal Narkotika. Prekursor Narkotika. Penyelidikan. Penyidikan. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELIDIKAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian bertujuan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian bertujuan untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepolisian Republik Indonesia 1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia Menurut Pasal 4 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia disebutkan

Lebih terperinci

SKRIPSI PELAKSANAAN TEKNIK PEMBELIAN TERSELUBUNG OLEH PENYELIDIK DALAM TINDAK PIDANA PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DI KOTA PADANG

SKRIPSI PELAKSANAAN TEKNIK PEMBELIAN TERSELUBUNG OLEH PENYELIDIK DALAM TINDAK PIDANA PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DI KOTA PADANG SKRIPSI PELAKSANAAN TEKNIK PEMBELIAN TERSELUBUNG OLEH PENYELIDIK DALAM TINDAK PIDANA PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DI KOTA PADANG Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Meraih Gelar Sarjana Hukum

Lebih terperinci

psikotropika biasanya tingkat keberhasilan setelah pengobatan terbilang sering berhasil, bahkan ada yang bisa sembuh 100 %.

psikotropika biasanya tingkat keberhasilan setelah pengobatan terbilang sering berhasil, bahkan ada yang bisa sembuh 100 %. psikotropika biasanya tingkat keberhasilan setelah pengobatan terbilang sering berhasil, bahkan ada yang bisa sembuh 100 %. 62 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Sebab-Sebab Terjadinya Tindak Pidana

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. rawan menjadi sasaran peredaran gelap narkotika. penyalahgunaan narkotika. peredaran gelap narkotika.

BAB III PENUTUP. rawan menjadi sasaran peredaran gelap narkotika. penyalahgunaan narkotika. peredaran gelap narkotika. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam bab-bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Upaya BNNP DIY dalam melakukan pencegahan dan penanggulangan peredaran

Lebih terperinci

Pemeriksaan Sebelum Persidangan

Pemeriksaan Sebelum Persidangan Pemeriksaan Sebelum Persidangan Proses dalam hukum acara pidana: 1. Opsporing (penyidikan) 2. Vervolging (penuntutan) 3. Rechtspraak (pemeriksaan pengadilan) 4. Executie (pelaksanaan putusan) 5. Pengawasan

Lebih terperinci

V. PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai upaya penanggulangan

V. PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai upaya penanggulangan 52 V. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai upaya penanggulangan terhadap tindak kekerasan yang dilakukan oleh geng motor di Bandung Jawa Barat yang telah dilakukan

Lebih terperinci

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARAN BARAT RESOR BIMA KOTA STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP) Tentang PENANGKAPAN TERSANGKA TINDAK PIDANA NARKOBA POLRES BIMA KOTA Menimbang : Semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di Indonesia merupakan sebuah fenomena yang menarik untuk di bahas. Perilaku pelajar yang anarkis

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG 1 NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALEMBANG, Menimbang: a. bahwa dalam upaya preventif guna memberikan perlindungan

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI KABUPATEN TEMANGGUNG. Diajukan Oleh: RESIKA SIBORO NPM :

JURNAL SKRIPSI PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI KABUPATEN TEMANGGUNG. Diajukan Oleh: RESIKA SIBORO NPM : JURNAL SKRIPSI PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI KABUPATEN TEMANGGUNG Diajukan Oleh: RESIKA SIBORO NPM : 10 05 10472 Program Studi Program Kekhususan : Ilmu Hukum : Penyelesaian Sengketa Hukum

Lebih terperinci

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH SUMATERA BARAT RESOR PARIAMAN STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) Tentang SISTEM PELAYANAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN POLRES PARIAMAN I. PENDAHULUAN 1. Umum Untuk

Lebih terperinci

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG BUKTI

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG BUKTI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG BUKTI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TATA CARA PENGELOLAAN BARANG BUKTI DI LINGKUNGAN DIREKTORAT TAHANAN

Lebih terperinci

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARAN BARAT RESOR BIMA KOTA STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP) Tentang PENYIMPANAN DAN PEMUSNAHAN BARANG BUKTI TINDAK PIDANA NARKOBA POLRES BIMA KOTA

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TATA CARA PENGELOLAAN BARANG BUKTI DI LINGKUNGAN DIREKTORAT RESESRE NARKOBA KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TATA CARA PENGELOLAAN BARANG BUKTI DI LINGKUNGAN DIREKTORAT RESESRE NARKOBA KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT RESERSE NARKOBA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TATA CARA PENGELOLAAN BARANG BUKTI DI LINGKUNGAN DIREKTORAT RESESRE NARKOBA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan bagi penggunanya dimana kecenderung akan selalu

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan bagi penggunanya dimana kecenderung akan selalu A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN Bahaya narkotika di Indonesia saat ini semakin mengkhawatirkan bangsa-bangsa beradab hingga saat ini. Sehingga Pemerintah Indonesia mengeluarkan pernyataan

Lebih terperinci

PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN URUSAN PENANGGULANGAN NARKOTIKA NO JENIS/ SERIES ARSIP RETENSI KETERANGAN KEBIJAKAN

PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN URUSAN PENANGGULANGAN NARKOTIKA NO JENIS/ SERIES ARSIP RETENSI KETERANGAN KEBIJAKAN LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN URUSAN PENANGGULANGAN NARKOTIKA PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR

Lebih terperinci

RENCANA KEGIATAN ANGGARAN BELANJA (RKAB) BNNK TANGERANG ALOKASI APBD TA. 2019

RENCANA KEGIATAN ANGGARAN BELANJA (RKAB) BNNK TANGERANG ALOKASI APBD TA. 2019 RENCANA KEGIATAN ANGGARAN BELANJA (RKAB) BNNK TANGERANG ALOKASI APBD TA. 209 KODE 066.0.0 3237.347.76.000,00 I KESEKTARIATAN 285.766.000,00 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembiusan sebelum pasien dioperasi. Seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembiusan sebelum pasien dioperasi. Seiring dengan perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awalnya narkotika hanya digunakan untuk pengobatan, adapun jenis narkotika pertama yang digunakan pada mulanya adalah candu atau lazim disebut sebagai madat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan narkoba merupakan kejahatan yang bersifat merusak, baik merusak mental maupun moral dari para pelakunya, terlebih korban yang menjadi sasaran peredaran

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENERIMAAN LAPORAN POLISI SATUAN RESERSE NARKOBA POLRES MATARAM Mataram, 02 Januari 2016

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Modul E-Learning 3 PENEGAKAN HUKUM Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4.1 Kewenangan KPK Segala kewenangan yang

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Untuk menjawab permasalahan dalam skripsi ini penulis telah melakukan

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Untuk menjawab permasalahan dalam skripsi ini penulis telah melakukan IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Untuk menjawab permasalahan dalam skripsi ini penulis telah melakukan wawancara dengan responden yang berkaitan dengan Analisis Yuridis Penyidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan akuntansi berbasis akrual (accrual) oleh pemerintah, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan akuntansi berbasis akrual (accrual) oleh pemerintah, termasuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada tahun 2010, Pemerintah menerbitkan PP No. 71 Tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintahan (SAP) untuk meningkatkan kualitas pertanggungjawaban kinerja

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR NOMOR DOKUMEN : SOP-RESTRO TNG KOTA-

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR NOMOR DOKUMEN : SOP-RESTRO TNG KOTA- KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR DOKUMEN : /III/2013 Tentang PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA NARKOBA Tangerang, Maret 2013 KASAT RESNARKOBA KAPOLRES METRO TANGERANG KOTA KABIDKUM POLDA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG BUKTI DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG BUKTI DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL HSL RPT TGL 13 JULI 2009 PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG BUKTI DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. tekanan kelompok dan ketidakharmonisan keluarga.

BAB V PENUTUP. tekanan kelompok dan ketidakharmonisan keluarga. 52 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Faktor penyebab anak anak melakukan tindak pidana penyalahgunaan narkotika adalah karena faktor individu anak meliputi kepribadian anak yang lemah dan labil, dorongan

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENYELIDIKAN TINDAK PIDANA SATUAN RESERSE NARKOBA POLRES MATARAM Mataram, 02 Januari 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini terlihat dari banyaknya perubahan yang terjadi, terutama dalam bidang teknologi transportasi.

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Upaya yang dilakukan Polisi DIY dalam Penanggulangan Tindak. pidana Kesusilaan

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Upaya yang dilakukan Polisi DIY dalam Penanggulangan Tindak. pidana Kesusilaan 49 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Upaya yang dilakukan Polisi DIY dalam Penanggulangan Tindak pidana Kesusilaan Berdasarkan wawancara dengan narasumber Bapak Kompol Zulham Efendi Lubis, S.iK dalam hal

Lebih terperinci

MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN

MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN POLTABES LOCUSNYA KOTA BESAR KEJAKSAAN NEGERI KOTA PENGADILAN NEGERI PERISTIWA HUKUM PENGADUAN LAPORAN TERTANGKAP TANGAN PENYELIDIKAN, PEYIDIKAN BAP Berdasarkan

Lebih terperinci

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARAN BARAT RESORT BIMA KOTA STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP) Tentang PENYITAAN BARANG BUKTI TINDAK PIDANA NARKOBA POLRES BIMA KOTA Menimbang : Semakin

Lebih terperinci

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO, 02 Maret 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR 29 S A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 29 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi permasalahan, banyaknya kasus yang ditemukan oleh aparat penegak hukum merupakan suatu bukti

Lebih terperinci

4 Melakukan gelar perkara Melaksanakan gelar perkara terhadap kasus narkoba yang ditangani oleh penyidik Sat Res Narkoba

4 Melakukan gelar perkara Melaksanakan gelar perkara terhadap kasus narkoba yang ditangani oleh penyidik Sat Res Narkoba KESEPAKATAN KINERJA SPESIFIK PANGKAT : AKP Dengan ini menyatakan kesepakatan untuk melaksanakan hal-hal tertulis dibawah ini, yang merupakan bagian dari penjabaran tugas pokok dari fungsi sesuai dengan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Pelaksanaan Penyidikan dan Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika.

ABSTRAK. Kata kunci : Pelaksanaan Penyidikan dan Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika. PELAKSANAAN PENYIDIKAN TERHADAP KASUS TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (Studi Kasus Di Polresta Surakarta) Oleh : Budi Wicaksono NIM. 12100093 Universitas Slamet Riyadi Surakarta ABSTRAK Terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai ketentuan yang ada dalam undang undang dasar 1945 negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai ketentuan yang ada dalam undang undang dasar 1945 negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai ketentuan yang ada dalam undang undang dasar 1945 negara kesatuan Republik Indonesia merupakan Negara hukum. Hukum tersebut diyakini sebagai alat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemeriksaan oleh Ankum yang menangani pelanggaran disiplin.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemeriksaan oleh Ankum yang menangani pelanggaran disiplin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyidikan adalah merupakan kegiatan/proses yang dilakukan oleh penyidik kepada tersangka yang melakukan perbuatan pidana. Seseorang dapat dikatakan tersangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif dari pembangunan tersebut antara lain semakin majunya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. positif dari pembangunan tersebut antara lain semakin majunya tingkat BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Permasalahan Pembangunan mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat, untuk itu pembangunan memerlukan sarana dan prasarana pendukung

Lebih terperinci

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARAN BARAT RESOR BIMA KOTA STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP) Tentang PENGGELEDAHAN TINDAK PIDANA NARKOBA POLRES BIMA KOTA Menimbang : Semakin berkembangnya

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. Berdasarkan uraian dan analisis pada bab - bab sebelumnya, maka dapat. 1. Upaya yang dilakukan oleh Kepolisian Resort Sleman dalam

BAB III PENUTUP. Berdasarkan uraian dan analisis pada bab - bab sebelumnya, maka dapat. 1. Upaya yang dilakukan oleh Kepolisian Resort Sleman dalam 55 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan analisis pada bab - bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai jawaban atas permasalahan yang diajukan dalam penulisan hukum/skripsi ini,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasi penelitian dan pembahasan hasil penelitian yang telah dianalisis dan dikaji dengan beberapa teori yang berkaitan, pada tahap berikutnya penulis memaparkan beberapa

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH PERAN DAN KEBIJAKAN KEPOLISIAN RESORT (POLRES) SLEMAN DALAM PENANGGULANGAN PERJUDIAN DI WILAYAH KABUPATEN SLEMAN.

JURNAL ILMIAH PERAN DAN KEBIJAKAN KEPOLISIAN RESORT (POLRES) SLEMAN DALAM PENANGGULANGAN PERJUDIAN DI WILAYAH KABUPATEN SLEMAN. JURNAL ILMIAH PERAN DAN KEBIJAKAN KEPOLISIAN RESORT (POLRES) SLEMAN DALAM PENANGGULANGAN PERJUDIAN DI WILAYAH KABUPATEN SLEMAN DiajukanOleh : YOHANES SENO AJI NPM :050509148 Program Studi Program Kekhususan

Lebih terperinci

LEMBAR WAWANCARA. 1. Kasus-kasus apa saja yang meresahkan dan mengganggu ketertiban

LEMBAR WAWANCARA. 1. Kasus-kasus apa saja yang meresahkan dan mengganggu ketertiban 111 LEMBAR WAWANCARA 1. Kasus-kasus apa saja yang meresahkan dan mengganggu ketertiban masyarakat yang sering terjadi dalam 3 (tiga) tahun terakhir di wilayah hukum Polres Sibolga? 2. Jenis perjudian apa

Lebih terperinci

4 Melakukan gelar perkara Melaksanakan gelar perkara terhadap kasus narkoba yang ditangani oleh penyidik Sat Res Narkoba

4 Melakukan gelar perkara Melaksanakan gelar perkara terhadap kasus narkoba yang ditangani oleh penyidik Sat Res Narkoba KESEPAKATAN KINERJA SPESIFIK NRP : 6602005 Dengan ini menyatakan kesepakatan untuk melaksanakan hal-hal tertulis dibawah ini, yang merupakan bagian dari penjabaran tugas pokok dari fungsi sesuai dengan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENYIDIKAN PENYALAHGUNAAN PSIKOTROPIKA OLEH PENYIDIK DI POLRESTA PADANG JURNAL. Oleh ZULFATRIADI NPM:

PELAKSANAAN PENYIDIKAN PENYALAHGUNAAN PSIKOTROPIKA OLEH PENYIDIK DI POLRESTA PADANG JURNAL. Oleh ZULFATRIADI NPM: PELAKSANAAN PENYIDIKAN PENYALAHGUNAAN PSIKOTROPIKA OLEH PENYIDIK DI POLRESTA PADANG JURNAL Oleh ZULFATRIADI NPM: 0810005600046 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS TAMANSISWA PADANG 2014

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Upaya Polisi Dalam Menanggulangi Pencurian Kendaraan Bermotor Di Wonosobo. a. Upaya Preventif Adalah upaya penanggulangan kejahatan dengan lebih menitikberatkan

Lebih terperinci

Polda DIY juga memaparkan dampar-dampak dari trafficking. Hal ini agar

Polda DIY juga memaparkan dampar-dampak dari trafficking. Hal ini agar 59 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang penulis lakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Peran Polda DIY dalam menanggulangi tindak pidana perdagangan orang meliputi:

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil penelitian yang telah dibahas mengenai strategi Badan

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil penelitian yang telah dibahas mengenai strategi Badan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dibahas mengenai strategi Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sumatera Barat dalam pencegahan penyalahgunaan narkotika dikalangan remaja,

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI PENANGGULANGAN DAN PEMBERANTASAN NARKOBA DI LAPAS/RUTAN DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN

PEDOMAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI PENANGGULANGAN DAN PEMBERANTASAN NARKOBA DI LAPAS/RUTAN DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN PEDOMAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI PENANGGULANGAN DAN PEMBERANTASAN NARKOBA DI LAPAS/RUTAN DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. UMUM

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PENGATURAN MINUMAN BERALKOHOL, PENYALAHGUNAAN ALKOHOL, OBAT- OBATAN DAN ZAT ADIKTIF LAINNYA DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan kejahatan pada saat ini cenderung

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan kejahatan pada saat ini cenderung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan dan kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan kejahatan pada saat ini cenderung meningkat. Semakin pintarnya

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau

BAB IV TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau BAB IV TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau adalah lembaga pemerintah non kementrian yang professional yang

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PELARANGAN MINUMAN BERALKOHOL, PENYALAHGUNAAN ALKOHOL, MINUMAN DAN OBAT OPLOSAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

LAPORAN - POLISI. a. Tabrakan antara Sepeda Motor dengan Sepeda Motor b. Kendaraan slip / lepas kendali, dsb. Lepas Kendali

LAPORAN - POLISI. a. Tabrakan antara Sepeda Motor dengan Sepeda Motor b. Kendaraan slip / lepas kendali, dsb. Lepas Kendali Jalan Poros Palu Kulawi Km 17 Maku 94361 LAPORAN - POLISI Nomor : LP / 126 / VIII / 2017 / Lantas / Res - Sigi -------- Pada hari ini Minggu tanggal 06 bulan Agustus tahun 2017, Pukul 15.30 Wita, oleh

Lebih terperinci

1. Merencanakan penyelidikan Pelanggaran Hukum Lalu Lintas

1. Merencanakan penyelidikan Pelanggaran Hukum Lalu Lintas KODE UNIT : RSK.PL01.169.01 JUDUL UNIT : Melaksanakan Penyelidikan Pelanggaran Hukum Lalu Lintas DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini menunjukan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Anak dan Anak Nakal Pengertian masyarakat pada umumnya tentang anak adalah merupakan titipan dari Sang Pencipta yang akan meneruskan keturunan dari kedua orang tuanya,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN LINGKUNGAN MASYARAKAT

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SALINAN NOMOR 3/E, 2008 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN LINGKUNGAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERDANG BEDAGAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERDANG BEDAGAI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERDANG BEDAGAI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Pasal 52 Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu berinteraksi dengan sesama manusia sebagai aplikasi dari proses sosial

BAB I PENDAHULUAN. perlu berinteraksi dengan sesama manusia sebagai aplikasi dari proses sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya manusia sebagai makhluk sosial, dalam kehidupan seharihari, perlu berinteraksi dengan sesama manusia sebagai aplikasi dari proses sosial tersebut. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. 1. perundang-undangan lain yang mengatur ketentuan pidana di luar KUHP

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. 1. perundang-undangan lain yang mengatur ketentuan pidana di luar KUHP 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam UUD 1945 ditegaskan bahwa negara Indonesia berdasarkan atas hukum (Recchstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (Machstaat). Ini berarti bahwa Republik

Lebih terperinci

PERANAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KOTA SAMARINDADALAM MENSOSIALISASIKAN BAHAYA PENYALAHGUNAAN NARKOBA TAHUN 2013 DI KOTA SAMARINDA MIFTAHUL JANNAH 1

PERANAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KOTA SAMARINDADALAM MENSOSIALISASIKAN BAHAYA PENYALAHGUNAAN NARKOBA TAHUN 2013 DI KOTA SAMARINDA MIFTAHUL JANNAH 1 ejournal Administrasi Negara, 2014, 4 (2) : 1422-1435 ISSN 0000-0000, ejournal.an.fisip-unmul.org Copyright 2014 PERANAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KOTA SAMARINDADALAM MENSOSIALISASIKAN BAHAYA PENYALAHGUNAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan Penyelidik. Dalam Pasal 1 angka 1 KUHAP

Lebih terperinci

PENGADILAN TINGGI MEDAN

PENGADILAN TINGGI MEDAN P U T U S A N Nomor : 621/PID.SUS/2016/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pola kehidupan masyrakat Indonesia. Tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pola kehidupan masyrakat Indonesia. Tingkat pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman sekarang ini membawa perubahan besar terhadap pola kehidupan masyrakat Indonesia. Tingkat pertumbuhan penduduk yang cepat dan terus bertambah,

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU dan WALIKOTA BENGKULU MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU dan WALIKOTA BENGKULU MEMUTUSKAN: WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG PENANGANAN ANAK JALANAN, GELANDANGAN DAN PENGEMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang

Lebih terperinci

J A K A R T A, M E I

J A K A R T A, M E I J A K A R T A, M E I 2 0 1 3 TRANSNASIONAL CRIME YANG TERORGANISIR DAN SANGAT MERESAHKAN LAHGUN & PEREDARAN GELAP NARKOBA DAMPAK YG DITIMBULKAN : MERUSAK KEHIDUPAN MASY MENGHANCURKAN KETAHANAN NEGARA SENDI

Lebih terperinci

V. PENUTUP. pembahasan tentang upaya unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) dan

V. PENUTUP. pembahasan tentang upaya unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) dan V. PENUTUP Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada hasil penelitian dan pembahasan, maka pada bagian penutup ini dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai hasil dari pembahasan tentang upaya unit Perlindungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di dalamnya diatur oleh hukum. Tujuan dibuatnya hukum ini adalah untuk menciptakan suatu masyarakat yang

Lebih terperinci

BUPATI SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BUPATI SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT BUPATI SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa keamanan dalam negeri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara hukum, artinya segala tindakan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia harus berdasarkan hukum yang berlaku di negara Indonesia. Penerapan hukum

Lebih terperinci

Perda No. 12 / 2002 Tentang Penanggulangan Tuna Susila di Kabupaten Magelang. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG

Perda No. 12 / 2002 Tentang Penanggulangan Tuna Susila di Kabupaten Magelang. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG Perda No. 12 / 2002 Tentang Penanggulangan Tuna Susila di Kabupaten Magelang. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG PENANGGULANGAN TUNA SUSILA DI KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan derajat

Lebih terperinci

Abstract. Keywords: Law Enforcement-Narcotics-Jurisdiction

Abstract. Keywords: Law Enforcement-Narcotics-Jurisdiction Pelaksanaan Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Peredaran Narkotika oleh Kepolisian di Wilayah Hukum Kepolisian Resort Kota Dumai Oleh: Hendra Ricardo Simanullang Pembimbing: Gusliana HB, S.H.,M.Hum

Lebih terperinci

Sumber: Dewi, A.I, 2008, Etika dan Hukum Kesehatan, Pustaka book Publisher : yogyakarta.

Sumber: Dewi, A.I, 2008, Etika dan Hukum Kesehatan, Pustaka book Publisher : yogyakarta. 5. Tahapan & Regulasi Hukum Acara Pidana Masalah Hukum Kesehatan Setiap pelanggaran hukum akan selalu mengakibatkan timbulnya sanksi hukum, sanksi ini merupakan monopoli atau wewenang dari penguasa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alam dan Sumber Daya Manusia yang melimpah, sehingga Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Alam dan Sumber Daya Manusia yang melimpah, sehingga Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia yang melimpah, sehingga Indonesia dijadikan negara dengan peluang

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENGIRIMAN TAHAP II SATUAN RESERSE NARKOBA POLRES MATARAM Mataram, 07 Januari 2016 STANDAR

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL KHUSUS KEPOLISIAN DAERAH KALIMANTAN TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL KHUSUS KEPOLISIAN DAERAH KALIMANTAN TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL KHUSUS KEPOLISIAN DAERAH KALIMANTAN TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR GELAR PERKARA DI LINGKUNGAN DITRESKRIMSUS POLDA KALTIM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LAPORAN - POLISI. a. Tabrakan antara Sepeda Motor dengan Pejalan kaki b. Kendaraan slip / lepas kendali, dsb. -

LAPORAN - POLISI. a. Tabrakan antara Sepeda Motor dengan Pejalan kaki b. Kendaraan slip / lepas kendali, dsb. - Jalan Poros Palu Kulawi Km 17 Maku 94361 LAPORAN - POLISI Nomor : LP / 123 / VIII / 2017 / Lantas / Res - Sigi -------- Pada hari ini tanggal 02 bulan Agustus tahun 2017, Pukul 11.30 Wita, oleh saya :

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 1. Apakah ada penyidik khusus untuk judi online? 5. Sebelum melakukan penangkapan, tindakan apa yang dilakukan oleh penyidik?

LAMPIRAN. 1. Apakah ada penyidik khusus untuk judi online? 5. Sebelum melakukan penangkapan, tindakan apa yang dilakukan oleh penyidik? LAMPIRAN A. Daftar Pertanyaan Wawancara Mengenai Penanggulangan Tindak Pidana Judi Online Yang Dilakukan Penyidik Subdit III Unit I Tipidum Dan Unit Cyber Crime Mabes Polri, Sebagai Berikut: 1. Apakah

Lebih terperinci

NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI

NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci