PEMANFAATAN DAUN JATI (Tectona grandis) SEBAGAI ZAT PEWARNA ALAMI TEKSTIL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMANFAATAN DAUN JATI (Tectona grandis) SEBAGAI ZAT PEWARNA ALAMI TEKSTIL"

Transkripsi

1 PEMANFAATAN DAUN JATI (Tectona grandis) SEBAGAI ZAT PEWARNA ALAMI TEKSTIL. Oleh : M. MA SUM AMIRUDIN NIM PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA S A M A R I N D A 2011

2 2 PEMANFAATAN DAUN JATI (Tectona grandis) SEBAGAI ZAT PEWARNA ALAMI TEKSTIL Oleh : M. MA SUM AMIRUDIN NIM Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2011

3 3 HALAMAN PENGESAHAN Judul Karya Ilmiah Nama : PEMANFAATAN DAUN JATI (Tectona grandis) SEBAGAI ZAT PEWARNA ALAMI TEKSTIL : M. Ma sum Amirudin NIM : Program Studi Jurusan : Teknologi Hasil Hutan : Teknologi Pertanian Pembimbing, Penguji, Ir. Syafii, MP NIP Erina Hertianti S.Hut, MP NIP Menyetujui, Ketua Program Studi Teknologi Hasil Hutan Politeknik Lulus ujian Pertanian pada tanggal Negeri : Samarinda... Mengesahkan, Ketua Jurusan Teknologi Pertanian Ir. Syafii, MP NIP Heriad Daud Salusu, S.Hut, MP NIP Lulus ujian pada tanggal :.

4 4 ABSTRAK MUHAMMAD MA SUM AMIRUDIN ( ), Pemanfaatan Daun Jati (Tectona grandis) Sebagai Zat Pewarna Alami Tekstil (di bawah bimbingan SYAFII). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah daun jati dapat dijadikan sebagai zat pewarna alami tekstil serta untuk melihat warna yang dihasilkan dari ekstraksi daun jati tersebut. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa agar dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang pembuatan zat warna alami untuk tekstil dari daun jati serta dapat mempelajari prosesnya, serta bagi masyarakat dapat memanfaatkan daun jati yang mempunyai nilai jual rendah menjadi produk yang lebih berguna sebagai zat warna alami untuk tekstil. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengekstrak daun jati dengan cara memasak daun jati dengan menggunakan pelarut air sebanyak 5 liter sampai volume air berkurang menjadi setengah dari volume awal yaitu sebanyak 2,5 liter. Kain lalu direndam pada zat pewarna alami hasil ekstraksi dengan lama waktu perendaman yang berbeda yaitu selama 30 menit, 60 menit, dan 24 jam. Kemudian kain difiksasi menggunakan larutan tawas dan terakhir kain dicuci kemudian dikeringkan. Dari penelitian ini diketahui bahwa daun jati dapat dijadikan sebagai zat pewarna alami dengan cara mengekstrak daun jati tersebut dan warna yang dihasilkan dari proses ekstraksi tersebut adalah ungu kecoklatan. Lama waktu perendaman dapat mempengaruhi tingkat warna yang dihasilkan. Semakin lama kain mengalami proses perendaman maka akan semakin terang pula warna yang dihasilkan, sebaliknya waktu perendaman yang singkat akan menghasilkan warna yang tidak terlalu terang. Kata kunci : zat warna, ekstraksi, dan fiksasi.

5 5 RIWAYAT HIDUP Muhammad Ma sum Amirudin, lahir pada tanggal 12 Desember 1983 di Majalengka, Jawa Barat. Merupakan anak ke-3 dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Masrodin dan Ibu Cicih Sumarsih. Pendidikan dasar dimulai tahun 1991 di MI Al-Fatah Cileungsi kabupaten Bogor Jawa Barat dan lulus pada tahun Kemudian melanjutkan pendidikan pada Sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Fatah cileungsi yang berbasis pesantren dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan sekolah Madrasah Aliyah (MA) Al-Fatah Cileungsi kabupaten Bogor dan lulus pada tahun Kemudian pada tahun yang sama bekerja di PT. Caterpilar Indonesia sampai tahun 2006 dan masuk pendidikan tinggi pada tahun yang sama di Bina Sarana Informatika. Kemudian pada tahun 2008 melanjutkan pendidikan tinggi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Teknologi Pertanian, Program Studi Teknologi Hasil Hutan (THH). Pada tanggal 07 Maret 2011 sampai dengan tanggal 21 April 2011 melaksanakan Praktek Kerja Lapang di Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Jl. Kusuma negara no.7 Yogyakarta.

6 6 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahiim Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan judul Pemanfaatan Daun Jati (Tectona grandis) Sebagai Zat Pewarna Alami Tekstil. Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Studi Diploma III Teknologi Hasil Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Penulisan karya ilmiah ini disusun berdasarkan studi pustaka dan hasil percobaan di Laboratorium Sifat Fisik Kayu dan Analisis Produk Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan jazakalloh khoiron katsiron kepada Bapak dan Mamah tercinta yang telah mengasuh, mendidik dan memberikan bantuan yang sangat berharga kepada penulis baik moril ataupun materiil, juga kepada kakak - kakak dan adik - adikku tersayang yang selalu memberikan dukungannya sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini dengan baik dan tepat waktu. Dan juga mengucapkan jazakalloh khoiron katsiron kepada : 1. Bapak Ir. Syafi i, MP, selaku Dosen Pembimbing Jurusan Teknologi Pertanian sekaligus selaku Ketua Program Studi Teknologi Hasil Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda yang banyak meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis. 2. Bapak Heriad Daud Salusu S.Hut, MP, selaku Ketua Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 3. Bapak Ir. Wartomo, MP, selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

7 7 4. Ibu Erina Hertianti S.Hut, MP, selaku dosen penguji. 5. Para staf teknisi dan administrasi yang telah membantu penulis selama pelaksanaan penelitian. 6. Suryani, atas perhatian dan dukungannya yang sangat membantu kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini. 7. Sahabat sahabat seperjuanganku Ade, Junet, Ipol, Dat, dan Joko atas semua kebaikan yang diberikan. 8. Teman-teman mahasiswa Jurusan Teknologi Pertanian, BTP, MH, dan TPHP Politeknik Pertanian Negeri Samarinda khususnya angkatan 2008 serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Tidak ada harapan lain dari penulis semoga segala kebaikan yang telah diberikan akan mendapatkan ganjaran amal dari Allah SWT dan kita selalu dalam lindungan-nya, amin. Penulis menyadari bahwa dalam penyusuanan karya ilmiah ini masih terdapat segala kekurangan, namun demikian semoga karya ilmiah ini dapat manfaat bagi yang memerlukannya. Wassalamu`alaikum Wr. Wb M. Ma sum Amirudin Kampus Sei Keledang, Agustus 2011

8 8 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN... i ABSTRAK... ii RIWAYAT HIDUP... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... ix I. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA A. Zat Warna Tekstil... 3 B. Tanaman Jati... 5 C. Proses Pewarnaan Pada Tekstil... 8 D. Ekstraksi... 9 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian B. Bahan dan Alat Penelitian C. Prosedur Penelitian III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil B. Pembahasan... 18

9 9 IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 25

10 10 DAFTAR GAMBAR Tubah utama No Halaman 1. Gambar 1. Kain hasil perendaman selama 30 menit Gambar 2. Kain hasil perendaman selama 60 menit Gambar 3. Kain hasil perendaman selama 24 jam Gambar 4. Perbandingan antara kain hasil perendaman 30 menit, 60 menit, dan 24 jam yang telah melalui proses Fiksasi dan pencucian Lampiran No Halaman 1. Gambar 1. Penimbangan bahan baku Gambar 2. Perajangan bahan baku Gambar 3. Pengeringan bahan baku yang telah dirajang Gambar 4. Tawas (Al 2 (SO 4 ) 3 ) Gambar 5. Tawas yang telah dilarutkan oleh air Gambar 6. Proses mordanting Gambar 7. Proses ekstraksi Gambar 8. Proses pewarnaan Gambar 9. Proses fiksasi Gambar 10. Proses pencucian kain setelah diwarnai dan difiksasi... 28

11 11 I. PENDAHULUAN Zat warna alami adalah zat warna (pigmen) yang diperoleh dari tumbuhan, hewan, atau dari sumber-sumber mineral. Zat warna ini telah sejak dahulu digunakan untuk pewarna makanan dan sampai sekarang penggunaannya secara umum dianggap lebih aman daripada zat warna sintetis (Fitrihana, 2007). Zat warna alami memiliki potensi pasar yang tinggi sebagai komoditas unggulan produk Indonesia memasuki pasar global dengan daya tarik pada karakteristik yang unik, etnik dan eksklusif. Warna batik tradisional di beberapa daerah dan jogja khususnya adalah biru tua, hitam, soga coklat dan putih. Untuk membuat kain batik berkualitas bagus tentu saja dibutuhkan pewarna alami. Rancangan busana maupun kain batik yang menggunakan zat warna alami memiliki nilai jual atau nilai ekonomi yang tinggi karena memiliki nilai seni dan warna khas, ramah lingkungan sehingga berkesan etnik dan eksklusif. Bahan bahan dari tumbuhan yang bisa dibuat menjadi pewarna alami antara lain: daun pohon nila (Indigofera), kulit pohon soga tinggi (Ceriops candolleana arn), kayu tegeran (Cudraina javanensis), kunyit (Curcuma), teh (Tea), akar mengkudu (Morinda citrifolia), kulit soga jambal (Pelthophorum ferruginum), kesumba (Bixa orelana), daun jambu biji (Psidium guajava), daun jarak (Jatropha curcas linneaus), dan kayu ulin (Eucideroxylon zwageri) (Fitrihana, 2007).

12 12 Di beberapa daerah khususnya di Jawa kebanyakan daun jati hanya dimanfaatkan secara tradisional sebagai pembungkus, termasuk pembungkus makanan. Nasi yang dibungkus dengan daun jati terasa lebih nikmat. Contohnya adalah nasi jamblang yang terkenal dari daerah Jamblang, Cirebon. Daun jati juga banyak digunakan di Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur sebagai pembungkus tempe. Dalam perkembangannya daun jati sebenarnya dapat dimanfaatkan secara lebih optimal salah satunya dengan memanfaatkan daun jati sebagai zat pewarna alami untuk tekstil. Sehingga diharapkan daun jati tersebut memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah daun jati dapat dijadikan sebagai zat pewarna alami serta warna yang dihasilkan dari ekstraksi daun jati tersebut. Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat terhadap : 1. Mahasiswa Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang pembuatan zat warna alami untuk tekstil dari daun jati serta dapat mempelajari prosesnya. 2. Masyarakat Dapat memanfaatkan daun jati yang mempunyai nilai jual rendah menjadi produk yang lebih berguna sebagai zat warna alami untuk tekstil.

13 13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Zat Warna Tekstil Zat warna tekstil - tekstil itu digolongkan menjadi dua yaitu: yang pertama adalah zat pewarna alam (ZPA) yaitu zat warna yang berasal dari bahan - bahan alam pada umumnya dari hewan ataupun tumbuhan dapat berasal (akar, batang, daun,kulit, dan bunga ). Sedangkan yang kedua adalah zat pewarna sintesis (ZPS) yaitu zat warna buatan atau sintesis dibuat dengan reaksi kimia (Fitrihana, 2007). Sebagian besar warna dapat diperoleh dari produk tumbuhan. Di dalam tumbuhan terdapat pigmen tumbuhan penimbul warna yang berbeda tergantung menurut struktur kimianya yaitu: klorofil, karotenoid, tanin, dan antosianin. Sifat dari pigmen pigmen ini umumnya tidak stabil terhadap panas, cahaya, dan ph tertentu (Anonim, 2007). Khlorofil (chlorophil) adalah kelompok pigmen fotosintesis yang terdapat dalam tumbuhan, menyerap cahaya merah, biru dan ungu, serta merefleksikan cahaya hijau yang menyebabkan tumbuhan memperoleh ciri warnanya. Terdapat dalam kloroplas dan memanfaatkan cahaya yang diserap sebagai energi untuk reaksi-reaksi cahaya dalam proses fotosintesis. Klorofil A merupakan salah satu bentuk klorofil yang terdapat pada semua tumbuhan autotrof. Klorofil B terdapat pada ganggang hijau chlorophyta dan tumbuhan darat. Klorofil C terdapat pada ganggang coklat Phaeophyta serta diatome Bacillariophyta. Klorofil D terdapat pada

14 14 ganggang merah Rhadophyta. Akibat adanya klorofil, tumbuhan dapat menyusun makanannya sendiri dengan bantuan cahaya matahari (Arthazone, 2007). Karotenoid adalah pigmen yang larut dalam lemak tetapi tidak larut dalam air yaitu pigmen zat warna kuning orange sampai merah. Karotenoid dikenal dalam 2 bentuk (Anonim, 2007). Antosianin yaitu pigmen yang larut dalam air, yang dapat memberikan warna merah, biru, atau keunguan. Antosianin bagi kesehatan berfungsi sebagai antioksidan (Anonim, 2007). Tanin ialah pigmen pembentuk warna gelap. Tanin merupakan senyawa kompleks biasanya campuran polifenol tidak mengkristal (tannin extracts). Tanin disebut juga sebagai asam tanat dan asam galatanat (Anonim, 2007). Dari percobaan yang dilakukan oleh Fitrihana (2007) yaitu pembuatan ekstrak zat warna alami dari buah mahkotadewa. Proses ekstrasi ini dilakukan dengan menggunakan metode ekstraksi secara batch dengan pelarut air. Ekstraksi secara batch dilakukan dengan cara merebus dan memekatkan ekstrak sampai 1/3 dari volume awal (Fitrihana, 2007). Pembuatan ekstrak zat warna yang dilakukan oleh Anonim (2007) dengan bahan baku biji buah manggis menghasilkan warna coklat tua. Percobaan ini dilakukan dengan cara perebusan (ekstraksi secara batch).

15 15 Perebusan dilakukan untuk mendapatkan ekstrak zat warnanya, kemudian memekatkannya dengan cara diuapkan (Anonim, 2007). B. Tanaman Jati Jati adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi m. Berdaun besar, yang luruh di musim kemarau. Jati dikenal dunia dengan nama teak (bahasa Inggris). Nama ini berasal dari kata thekku dalam bahasa Malayalam, bahasa di Negara bagian Kerala di India selatan. Nama ilmiah jati adalah Tectona grandis L.f. Pohon jati (Tectona grandis sp.) dapat tumbuh meraksasa selama ratusan tahun dengan ketinggian meter dan diameter 1,8-2,4 meter. Namun, pohon jati rata-rata mencapai ketinggian 9-11 meter, dengan diameter 0,9-1,5 meter. Pohon jati yang dianggap baik adalah pohon yang bergaris lingkar besar, berbatang lurus, dan sedikit cabangnya. Kayu jati terbaik biasanya berasal dari pohon yang berumur lebih daripada 80 tahun. Daun umumnya besar, bulat telur terbalik, berhadapan, dengan tangkai yang sangat pendek. Daun pada anakan pohon berukuran besar, sekitar cm cm; sedangkan pada pohon tua menyusut menjadi sekitar cm. Berbulu halus dan mempunyai rambut kelenjar di permukaan bawahnya. Daun yang muda berwarna kemerahan dan mengeluarkan getah berwarna merah darah apabila diremas. Ranting yang muda berpenampang segi empat, dan berbonggol di bukubukunya (Mahfudz dkk, 1996).

16 16 Daun jati letaknya saling berhadapan berbentuk opposite bertangkai pendek. Permukaan daun bagian atas berwarna hijau dan kasar sedangkan bagian bawah berwarna hijau kekuning-kuningan berbulu halus, diantara rambut- rambutnya terdapat kelenjar merah yang menggembung, sedangkan daun yang masih muda berwarna hijau tua keabu-abuan (Mahfudz dkk, 1996). Daun jati dimanfaatkan secara tradisional di Jawa sebagai pembungkus, termasuk pembungkus makanan. Nasi yang dibungkus dengan daun jati terasa lebih nikmat. Contohnya adalah nasi jamblang yang terkenal dari daerah Jamblang, Cirebon. Daun jati juga banyak digunakan di Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur sebagai pembungkus tempe. Klasifikasi ilmiah jati adalah : o Kerajaan :Plantae o Divisi :Magnoliophyta o Kelas :Magnoliopsida o Ordo :Lamiales o Famili :Verbenaceae o Genus :Tectona o Spesies : T. Grandis o Nama binomial : Tectona grandis (Mahfudz dkk, 1996). Di Indonesia, jati tersebar di Jawa, Muna, Bali dan Nusa Tenggara. Sekarang, di luar Jawa, kita dapat menemukan hutan jati secara terbatas

17 17 di beberapa tempat di Pulau Sulawesi, Pulau Muna, daerah Bima di Pulau Sumbawa, dan Pulau Buru. Jati berkembang juga di daerah Lampung di Pulau Sumatera. Ada sekitar ha di Pulau Muna dan ha di pedalaman Pulau Butung di Teluk Sampolawa (Mahfudz dkk, 1996). Di Pulau Jawa hutan jati tersebar di pantai utara Jawa, mulai dari Kerawang hingga ke ujung timur pulau ini. Namun, hutan jati paling banyak menyebar di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hutan jati yang cukup luas di Jawa terpusat di daerah alas roban Rembang, Blora, Groboragan, dan Pati. Bahkan, jati jawa dengan mutu terbaik dihasilkan di daerah tanah perkapuran Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah (Mahfudz dkk, 1996). Pada 1995, luas lahan hutan Perhutani mencapai hampir seperempat luas Pulau Jawa. Luas lahan hutan jati Perhutani di Jawa mencapai sekitar 1,5 juta hektar. Ini nyaris setara dengan setengah luas lahan hutan Perhutani atau sekitar 11% luas Pulau Jawa (Mahfudz dkk, 1996). Kandungan dari jati antara lain :? Kandungan kimia Kulit : asam, damar, zat samak Tanaman / daun : zat pahit, glukose dan lemak Efek farmakologis : anti diare, astringen, dan menguruskan badan dengan cara melarutkan lemak.

18 18? Kandungan fisik : Daun tunggal, bulat telur, permukaan kasar, tepi bergerigi, ujungruncing, pangkal berlekuk, penulangan menyirip, panjang cm, warna hijau (Mahfudz dkk, 1996). C. Proses Pewarnaan Pada Tekstil Proses pewarnaan pada tekstil secara sederhana meliputi mordanting, pewarnaan, fiksasi, dan pengeringan. Mordanting adalah perlakuan awal pada kain yang akan diwarnai agar lemak, minyak, kanji, dan kotoran yang tertinggal pada proses penenunan dapat dihilangkan. Pada proses ini kain dimasukkan ke dalam larutan tawas yang akan dipanaskan sampai mendidih. Proses pewarnaan dilakukan dengan pencelupan kain pada zat warna. Proses fiksasi adalah proses mengunci warna kain. Proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan tawas yang telah dilarutkan oleh air (Moerdoko, 1975). 1. Proses mordanting Kain tekstil yang hendak diwarnai harus diproses mordanting terlebih dahulu. Proses mordanting ini dimaksudkan untuk meningkatkan daya tarik zat warna alami terhadap tekstil serta berguna untuk menghasilkan kerataan dan ketajaman warna yang baik. 2. Pembuatan larutan fixer (pengunci warna) Pada pecelupan bahan tekstil dengan zat warna alam dibutuhkan proses fiksasi yaitu proses penguncian warna setelah bahan dicelup

19 19 dengan zat warna alam agar memiliki ketahanan luntur yang baik, ada tiga jenis larutan fixer yang biasa digunakan yaitu tunjung (FeSO 4 ), tawas (Al 2 (SO 4 ) 3 ), dan kapur tohor (CaCO 3 ). Untuk itu sebelum melakukan pencelupan kita perlu menyiapkan larutan fixer terlebih dahulu dengan cara: (Fitrihana, 2007). a. Larutan fixer tunjung : larutkan 70 gram tunjung dalam tiap liter air yang digunakan (resep ini bisa divariasikan). Biarkan mengendap dan ambil larutan beningnya. b. Larutan fixer tawas : larutkan 70 gram tawas dalam tiap liter air yang digunakan. Biarkan mengendap dan ambil larutan beningnya. c. Larutan fixer kapur tohor : larutkan 70 gram kapur tohor dalam tiap liter air yang digunakan. Biarkan mengendap dan ambil larutan beningnya. Dari percobaan yang telah dilakukan oleh Anonim (2007) proses fiksasi pada kain yang telah diwarnai dengan zat warna alami dari akar mengkudu difiksasi menggunakan larutan tawas (5 gr tawas dalam 1 liter air) ( Anonim, 2007). D. Ekstraksi Ekstraksi merupakan suatu metode untuk mengeluarkan suatu komponen tertentu dari zat padat atau zat cair dengan bantuan pelarut. Teknik ini dapat dikategorikan dalam dua kategori :

20 20 1. Ekstraksi zat padat (leaching) Pada ekstraksi padat-cair,satu atau beberapa komponen yang dapat larut dipisahkan dari bahan padat dengan bantuan pelarut. Jenis pelarut menentukan kecepatan ekstraksi. Selain jenis pelarut, kecepatan ekstraksi juga ditentukan oleh : (Anonim, 2007). a. Kain (bahan) Kain harus memiliki permukaan yang seluas mungkin karena perpindahan massa berlangsung pada bidang kontak antara fase padat dan fase cair. Ini dapat dicapai dengan memperkecil ukuran bahan ekstraksi. b. Rasio bahan padatan dan pelarut Perbandingan jumlah bahan padatan dan pelarut harus tepat. c. Suhu Suhu yang lebih tinggi, viskositas pelarut yang lebih rendah, kelarutan ekstrak lebih besar. 2. Ekstraksi zat cair Ekstraksi zat cair digunakan untuk memisahkan dua zat cair yang saling bercampur dengan menggunakan suatu pelarut yang melarutkan salah satu komponen dalam campuran itu. Bila pemisahan dengan destilasi sangat sulit dilakukan dan tidak efektif, maka ekstraksi zat cair adalah alternative utama yang perlu diperhatikan. Campuran dari zat yang titik didihnya berdekatan, biasanya dipisahkan dari ketidakmurniannya dengan cara ekstraksi, yang

21 21 menggunakan perbedaan kimia sebagai pengganti perbedaan tekanan uap (Guenter, 1987).

22 22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu penelitian Penelitian dilaksanakan selama dua minggu, dari tanggal 7-17 Agustus Yang meliputi persiapan bahan baku, ekstraksi, dan pewarnaan dan penulisan karya ilmiah. 2. Tempat penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Sifat Fisik Kayu dan Analisis Produk Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. B. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan yang digunakan a. Daun jati sebanyak 500 gr b. Tawas ( A1 2 (SO 4 ) 3 ) sebanyak 70 gr c. Kain blacu berukuran 5 x 5 cm sebanyak 10 lembar d. Sabun sebanyak 2 gr e. Air sebanyak 5 liter 2. Alat yang digunakan a. Kompor listrik b. Panci stainless c. Gelas ukur d. Gunting

23 23 e. Parang f. Stop watch g. Wadah (baskom) h. Timbangan i. Kasa penyaring (saringan) C. Prosedur Penelitian 1. Pengambilan bahan baku yaitu daun jati sebanyak 500 gr yang diambil secara acak baik daun muda maupun daun yang sudah tua kemudian daun dipotong atau dirajang menjadi ukuran kecil kecil lalu diangin anginkan. 2. Memasukkan potongan-potongan daun yang telah dirajang tersebut ke dalam panci. Tambahkan air dengan perbandingan 1:10. Contohnya jika berat bahan yang diekstrak sebanyak 500 gr maka airnya 5 liter. 3. Merebus bahan hingga volume air menjadi setengahnya (2,5 liter). Jika menghendaki larutan zat warna jadi lebih kental, volume sisa perebusan bisa diperkecil misalnya menjadi sepertiganya. 4. Menyaring dengan kasa penyaring larutan hasil proses ekstraksi tersebut untuk memisahkan dengan sisa bahan yang diesktrak (residu). Larutan ekstrak hasil penyaringan ini disebut larutan zat warna alam. Setelah dingin larutan siap digunakan.

24 24 Sebelum dilakukan pencelupan dengan larutan zat warna alam pada kain katun tersebut, perlu terlebih dahulu dilakukan beberapa proses persiapan sebagai berikut: a. Proses Mordanting Kain tekstil jenis blacu yang telah dibeli dan akan diwarnai harus diproses mordanting terlebih dahulu. Proses mordanting ini dimaksudkan untuk meningkatkan daya tarik zat warna alami terhadap kain tekstil serta berguna untuk menghasilkan kerataan dan ketajaman warna yang baik. Proses mordanting dilakukan sebagai berikut: 1) Memotong kain tekstil sebagai sample untuk diwarnai dengan ukuran 5 x 5 cm atau sesuai keinginan sebanyak sepuluh lembar. 2) Merendam kain tekstil yang akan diwarnai dalam larutan 2 gr/liter sabun cuci. Artinya setiap 1 liter air yang digunakan ditambahkan 2 gram sabun cuci. Perendaman dilakukan selama 2 jam. Bisa juga direndam selama semalam. Setelah itu kain dicuci atau dibilas lalu dianginkan. b. Pembuatan Larutan Fixer (pengunci warna) Pada proses pencelupan kain tekstil dengan zat warna alam dibutuhkan proses fiksasi (fixer) yaitu proses penguncian warna setelah kain dicelup dengan zat warna alam agar warna memiliki ketahanan luntur yang baik, untuk itu sebelum

25 25 melakukan pencelupan kita perlu menyiapkan larutan fixer terlebih dahulu dengan cara melarutkan 70 gram tawas dalam tiap liter air yang digunakan. Biarkan mengendap dan ambil larutan beningnya. c. Proses Pencelupan Dengan Zat Pewarna Alami Setelah kain dimordanting dan larutan fixer siap maka proses pencelupan kain tekstil dapat segera dilakukan dengan jalan sebagai berikut : 1) Menyiapkan larutan zat warna alami hasil proses ekstraksi dalam tempat pencelupan atau perendaman. 2) Memasukkan kain tekstil yang telah dimordanting kedalam larutan zat warna alami dan diproses pencelupan atau perendaman dengan lama waktu perendan yang berbeda selama 30 menit, 60 menit dan 24 jam. 3) Memasukkan kain kedalam larutan fixer (larutan tawas). Kain diproses dalam larutan fixer selama menit. 4) Mencuci dan membilas kain yang telah diwarnai lalu keringkan. Kain telah selesai diwarnai dengan larutan zat warna alami.

26 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Daun jati dapat dijadikan sebagai zat pewarna alami melalui proses ekstraksi. Warna yang didapatkan dari hasil ekstraksi adalah ungu kecoklatan. Pada tiga perlakuan yaitu perendaman 30 menit, 60 menit, dan 24 jam pada kain tekstil didapatkan hasil warna kain yang berbeda pada tiap perlakuan. 1. Kain hasil perendaman selama 30 menit A B C D Gambar 1. Kain hasil perendaman selama 30 menit. Keterangan: A : Kain putih sebagai pembanding B : Kain yang telah direndam selama 30 menit tanpa dilakukan proses fiksasi dan pencucian C : Kain yang telah direndam selama 30 menit dan melalui proses fiksasi D : Kain yang telah direndam selama 30 menit dan melalui proses fiksasi kemudian dicuci

27 27 2. Kain hasil perendaman selama 60 menit A B C D Gambar 2. Kain hasil perendaman selama 60 menit. Keterangan : A : Kain putih sebagai pembanding B : Kain yang telah direndam selama 60 menit tanpa dilakukan proses fiksasi dan pencucian C : Kain yang telah direndam selama 60 menit dan melalui proses fiksasi D : Kain yang telah direndam selama 60 menit dan melalui proses fiksasi kemudian dicuci 3. Kain hasil perendaman selama 24 jam A B C D Gambar 3. Kain hasil perendaman selama 24 jam. Keterangan : A : Kain putih sebagai pembanding B : Kain yang telah direndam selama 24 jam tanpa dilakukan proses fiksasi dan pencucian C : Kain yang telah direndam selama 24 jam dan melalui proses fiksasi D : Kain yang telah direndam selama 24 jam dan melalui proses fiksasi kemudian dicuci

28 28 4. Perbandingan warna antara kain hasil perendaman selama 30 menit, 60 menit, dan 24 jam A B C D Gambar 4. Perbandingan antara kain hasil perendaman selama 30 menit, 60 menit, dan 24 jam yang telah melalui proses fiksasi dan pencucian. Keterangan : A : Kain putih sebagai pembanding B : Kain yang telah direndam selama 30 menit C : Kain yang telah direndam selama 60 menit D : Kain yang telah direndam selama 24 jam. Berdasarkan Gambar 4, dapat dilihat perbedaan tingkat warna pada tiap perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa lama perendaman mempengaruhi tingkat warna yang dihasilkan. Semakin lama kain direndam dalam zat pewarna maka semakin terang pula warna yang dihasilkan. B. Pembahasan Ekstrak zat warna dari daun jati dapat dihasilkan dengan merebus daun jati dengan menggunakan pelarut air. Perebusan dilakukan hingga warna air berubah menjadi warna merah tua dan volume air menjadi setengah dari volume awal. Setelah itu disaring untuk memisahkan hasil ekstaksi dengan padatan atau daun sisa ekstraksi.

29 29 Penelitian ini menggunakan tiga perlakuan yang berbeda pada lama perendamannya yakni perendaman 30 menit, perendaman 1 jam, dan perendaman 24 jam. Pada Gambar 1, dapat dilihat bahwa kain yang direndam pada larutan hasil ekstraksi daun jati selama 30 menit tanpa mendapatkan perlakuan fiksasi setelah perendaman memiliki warna ungu kecoklatan dan masih mengandung kotoran-kotoran yang berasal dari endapan rendaman. Setelah kain mendapatkan perlakuan fiksasi setelah perendaman, didapatkan warna ungu yang lebih muda. Hal ini disebabkan oleh lunturnya kotoran-kotoran hasil endapan yang terdapat pada kain sehingga yang tersisa hanyalah warna yang telah menyerap kedalam serat kain. Kain kemudian dicuci untuk mengetahui ketahanan warna kain yang telah mengalami proses fiksasi, pada Gambar 1, dapat dilihat bahwa warna kain tidak mengalami perubahan warna. Hal ini menunjukkan bahwa zat pewarna telah benar benar menyerap kedalam kain dan warnanya telah diikat oleh larutan tawas. Warna ungu yang dihasilkan dari perendaman adalah warna ungu muda yang tidak terlalu terang, hal ini disebabkan oleh lama perendaman yang singkat sehingga zat pewarna alami tersebut tidak terlalu menyerap kedalam serat kain. Pada Gambar 2, dapat dilihat hasil perendaman kain pada zat pewarna alami selama 60 menit atau 1 jam warna kain adalah ungu kecoklatan yang lebih terang sebelum mengalami proses fiksasi dibandingkan warna kain yang direndam selama 30 menit, hal ini

30 30 disebabkan oleh lama waktu perendaman yang lebih lama sehingga zat pewarna alami tersebut lebih menyerap kedalam serat kain. Begitu pula setelah kain melalui proses fiksasi dan pencucian, warna kain menjadi ungu muda tapi lebih terang dari pada kain yang diberi perlakuan perendaman selama 30 menit. Seperti halnya pada perlakuan yang pertama, kain yang diberi perlakuan ke dua yaitu perendaman selama 60 menit atau 1 jam perbedaan warna kain antara kain yang direndam tanpa perlakuan fiksasi dan pencucian dengan kain yang telah melalui proses fiksasi dan pencucian disebabkan oleh lunturnya kotoran kotoran endapan larutan zat pewarna alami pada saat proses fiksasi dan pencucian sehingga yang tersisa adalah zat pewarna alami yang telah meresap kedalam serat kain dan telah diikat oleh larutan pengikat yaitu larutan tawas. Pada Gambar 3, dapat dilihat hasil perendaman kain pada larutan zat pewarna alami dari ekstraksi daun jati selama 24 jam yaitu kain menjadi berwarna ungu kecoklatan yang lebih pekat atau tua dibandingkan kain yang direndam selama 30 menit dan 60 menit. Hal ini disebabkan lamanya perendaman sehingga zat pewarna alami lebih menyerap kedalam serat serat kain. Dari tiga perlakuan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa perbedaan lama perendaman mempengaruhi tingkatan warna yang dihasilkan. Semakin lama kain direndam pada zat pewarna alami

31 31 tersebut, maka semakin terang atau tua juga warna yang dihasilkan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4. Warna kain yang dihasilkan dari perendaman zat pewarna alami dari ekstraksi daun jati adalah keunguan, warna ungu ini didapatkan dari unsur pigmen yang terdapat pada daun jati yaitu antosianin. Seperti yang dikemukakan oleh Anonim (2007) yang menyatakan bahwa antosianin yaitu pigmen yang larut dalam air yang dapat memberikan warna merah, biru, atau keunguan.

32 32 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Daun jati dapat dijadikan sebagai zat pewarna alami dengan cara diekstraksi. Warna yang dihasilkan dari proses ekstraksi adalah ungu kecoklatan. 2. Kain yang direndam selama 30 menit, 60 menit, dan 24 jam memiliki tingkatan warna yang berbeda. Semakin lama kain direndam dalam zat pewarna maka semakin terang pula warna yang dihasilkan. 3. Daun jati dapat memiliki nilai ekonomi yang tinggi apabila dilakukan pengolahan yang benar dan tepat guna sebagai zat pewarna alami untuk tekstil. B. Saran 1. Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut mengenai pengulangan perlakuan, pengaruh suhu, atau pengujian terhadap kecerahan warna dan mengenai bahan baku lain yang dapat dimanfaatkan sebagai zat pewarna alami yang berasal dari tanaman kehutanan agar didapatkan zat pewarna alami yang beranekaragam warna. 2. Agar lembaga menyempurnakan pengadaan alat alat yang mendukung penelitian mengenai zat pewarna alami

33 33 sehingga nantinya penelitian ini dapat terus berkembang dan dapat dijadikan sebagai materi perkuliahan dan praktikum.

34 34 DAFTAR PUSTAKA Anonim Pemanfaatan Zat Warna Alam Untuk Bahan Tekstil dantenun Arthazone Klorofil Zat Tanaman yang Memiliki Banyak Khasiat Kesehatan Fitrihana N Teknik Eksplorasi Zat Pewarna Alam dari Tanaman Di Sekitar Kita Untuk Pencelupan Bahan Tekstil Guenter E Minyak Atsiri, jilid 1, UI Press, Jakarta Mahfudz dkk Sekilas Jati. Puslitbang Biotek dan Pemuliaan Tanaman Hutan, Jogyakarta Moerdoko W Evaluasi Tekstil Bagian Kimia, Institut Teknologi Tekstil, Bandung

35 35

36 36 Gambar 1. Penimbangan bahan baku Gambar 2. Perajangan bahan baku Gambar 3. Pengeringan bahan baku yang telah dirajang Gambar 4. Tawas (Al 2 (SO 4 ) 3 )

37 37 Gambar 5. Tawas yang telah dilarutkan oleh air Gambar 6. Proses mordanting Gambar 7. Proses ekstraksi Gambar 8. Proses pewarnaan Gambar 9. Proses fiksasi

38 Gambar 10. Proses pencucian kain setelah diwarnai dan difiksasi 38

TEKNIK EKSPLORASI ZAT PEWARNA ALAM DARI TANAMAN DI SEKITAR KITA UNTUK PENCELUPAN BAHAN TEKSTIL Noor Fitrihana,ST Jurusan PKK FT UNY

TEKNIK EKSPLORASI ZAT PEWARNA ALAM DARI TANAMAN DI SEKITAR KITA UNTUK PENCELUPAN BAHAN TEKSTIL Noor Fitrihana,ST Jurusan PKK FT UNY TEKNIK EKSPLORASI ZAT PEWARNA ALAM DARI TANAMAN DI SEKITAR KITA UNTUK PENCELUPAN BAHAN TEKSTIL Noor Fitrihana,ST Jurusan PKK FT UNY Pendahuluan Menurut sumber diperolehnya zat warna tekstil digolongkan

Lebih terperinci

ALAT PENGERING BERKABUT UNTUK MENGHASILKAN ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT KAYU MAHONI, JAMBAL, DAN TINGI GUNA MENGGANTIKAN SEBAGIAN WARNA SINTETIK BATIK

ALAT PENGERING BERKABUT UNTUK MENGHASILKAN ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT KAYU MAHONI, JAMBAL, DAN TINGI GUNA MENGGANTIKAN SEBAGIAN WARNA SINTETIK BATIK SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN SERBUK ZAT WARNA ALAMI TEKSTIL DARI DAUN JATI DENGAN METODE SPRAY DRYER

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN SERBUK ZAT WARNA ALAMI TEKSTIL DARI DAUN JATI DENGAN METODE SPRAY DRYER LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN SERBUK ZAT WARNA ALAMI TEKSTIL DARI DAUN JATI DENGAN METODE SPRAY DRYER Disusun Oleh : A. PADMITASARI K.A I 8307006 DEWI NOVITASARI I 8307011 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

OPTIMASI SERBUK PEWARNA ALAMI INSTANDAUN SIRSAK (AnnonamuricataL.)DITELAAH DARIWAKTU PEMANASAN DAN PENAMBAHAN MALTODEKSTRIN

OPTIMASI SERBUK PEWARNA ALAMI INSTANDAUN SIRSAK (AnnonamuricataL.)DITELAAH DARIWAKTU PEMANASAN DAN PENAMBAHAN MALTODEKSTRIN SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VII Penguatan Profesi Bidang Kimia dan Pendidikan Kimia Melalui Riset dan Evaluasi Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan P.MIPA FKIP UNS Surakarta, 18 April

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Warna memiliki peranan dan fungsi penting dalam kehidupan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Warna memiliki peranan dan fungsi penting dalam kehidupan yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Warna memiliki peranan dan fungsi penting dalam kehidupan yang dapat menciptakan nuansa keindahan saat diaplikasikan pada sebuah objek ataupun benda. Dengan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN EKSTRAK WARNA DAUN ALPUKAT SEBAGAI ZAT PEWARNA ALAM (ZPA) TEKSTIL PADA KAIN SUTERA

PEMANFAATAN EKSTRAK WARNA DAUN ALPUKAT SEBAGAI ZAT PEWARNA ALAM (ZPA) TEKSTIL PADA KAIN SUTERA PEMANFAATAN EKSTRAK WARNA DAUN ALPUKAT SEBAGAI ZAT PEWARNA ALAM (ZPA) TEKSTIL PADA KAIN SUTERA Oleh: Widihastuti Staf Pengajar Prodi Teknik Busana FT UNY widihastuti@uny.ac.id Pendahuluan Tanaman alpukat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. Nama daerah :tahi kotok (Sunda), kenikir (Jawa)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. Nama daerah :tahi kotok (Sunda), kenikir (Jawa) BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kembang Telekan Kembang Telekan (Tagetes Erecta L) Nama daerah :tahi kotok (Sunda), kenikir (Jawa) Tanaman ini sering ditanam di halaman rumah dan taman-taman

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH DAUN MANGGA SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA KAIN KATUN DAN SUTERA

PEMANFAATAN LIMBAH DAUN MANGGA SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA KAIN KATUN DAN SUTERA PEMANFAATAN LIMBAH DAUN MANGGA SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA KAIN KATUN DAN SUTERA Emi Erawati, Risky Patria Sari, dan Sri Hidayati Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami dari Buah Mangrove Spesies Rhizophora stylosa sebagai Pewarna Batik dalam Skala Pilot Plan

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami dari Buah Mangrove Spesies Rhizophora stylosa sebagai Pewarna Batik dalam Skala Pilot Plan BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan 1. Bahan Bahan yang Digunakan a. Buah mangrove jenis Rhizophora stylosa diperoleh dari daerah Pasar Banggi, Rembang b. Air diperoleh dari Laboratorium Aplikasi Teknik

Lebih terperinci

Bayu Wirawan D. S. 1, Hazbi As Siddiqi 2. Dosen Program Studi Teknik Batik, Politeknik Pusmanu

Bayu Wirawan D. S. 1, Hazbi As Siddiqi 2. Dosen Program Studi Teknik Batik, Politeknik Pusmanu EKSPLORASI WARNA ALAM MENGGUNAKAN KULIT BATANG, AKAR, DAUN DAN BUAH DARI TANAMAN MANGROVE (RHIZOPORA STYLOSA) SEBAGAI PEWARNA BATIK DENGAN PENGGUNAAN FIKSATOR TAWAS, TUNJUNG DAN KAPUR Bayu Wirawan D. S.

Lebih terperinci

J. Gaji dan upah Peneliti ,- 4. Pembuatan laporan ,- Jumlah ,-

J. Gaji dan upah Peneliti ,- 4. Pembuatan laporan ,- Jumlah ,- Anggaran Tabel 2. Rencana Anggaran No. Komponen Biaya Rp 1. Bahan habis pakai ( pemesanan 2.500.000,- daun gambir, dan bahan-bahan kimia) 2. Sewa alat instrument (analisa) 1.000.000,- J. Gaji dan upah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit jagung dan bulu ayam merupakan contoh limbah hasil pertanian dan peternakan yang jumlahnya sangat melimpah. Tanaman jagung dapat tumbuh hampir diseluruh daratan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN DAN APLIKASI ZAT WARNA ALAMI DARI BUAH MANGROVE JENIS Rhizophora stylosa

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN DAN APLIKASI ZAT WARNA ALAMI DARI BUAH MANGROVE JENIS Rhizophora stylosa LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN DAN APLIKASI ZAT WARNA ALAMI DARI BUAH MANGROVE JENIS Rhizophora stylosa Disusun Oleh : 1. Asrina Nurul Aini (I8311005) 2. Vaykotul Chusnayni (I8311062) PROGRAM STUDI DIPLOMA

Lebih terperinci

Pengaruh Konsentrasi dan Jenis Bahan Fiksasi dalam Pemanfaatan Daun Jati (Tectona grandis Linn.f ) sebagai Bahan Pewarna Alami Batik

Pengaruh Konsentrasi dan Jenis Bahan Fiksasi dalam Pemanfaatan Daun Jati (Tectona grandis Linn.f ) sebagai Bahan Pewarna Alami Batik Pengaruh Konsentrasi dan Jenis Bahan Fiksasi dalam Pemanfaatan Daun Jati (Tectona grandis Linn.f ) sebagai Bahan Pewarna Alami Batik Beauty Suestining Diyah D. *), Susinggih Wijana,Danang Priambodho Jurusan

Lebih terperinci

SENI KERAJINAN BATIK TEKNIK/PROSES MEMBATIK. Oleh: ISMADI PEND. SENI KERAJINAN JUR. PEND. SENI RUPA FBS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

SENI KERAJINAN BATIK TEKNIK/PROSES MEMBATIK. Oleh: ISMADI PEND. SENI KERAJINAN JUR. PEND. SENI RUPA FBS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SENI KERAJINAN BATIK TEKNIK/PROSES MEMBATIK Oleh: ISMADI PEND. SENI KERAJINAN JUR. PEND. SENI RUPA FBS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PROSES PEMBUATAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. MENGOLAH KAIN (PERSIAPAN ALAT DAN

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL

BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL digilib.uns.ac.id BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL Hasil uji coba/eksperimen dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi beberapa kategori sesuai dengan jenisnya yaitu tentang

Lebih terperinci

PENCELUPAN PADA KAIN SUTERA MENGGUNAKAN ZAT WARNA URANG ARING (ECLIPTA ALBA) DENGAN FIKSATOR TAWAS, TUNJUNG DAN KAPUR TOHOR

PENCELUPAN PADA KAIN SUTERA MENGGUNAKAN ZAT WARNA URANG ARING (ECLIPTA ALBA) DENGAN FIKSATOR TAWAS, TUNJUNG DAN KAPUR TOHOR PKMP-3-10-1 PENCELUPAN PADA KAIN SUTERA MENGGUNAKAN ZAT WARNA URANG ARING (ECLIPTA ALBA) DENGAN FIKSATOR TAWAS, TUNJUNG DAN KAPUR TOHOR Kharomi Trismawati, Very Setyabakti, Cahyaning Wuri Rosetyo Program

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - Kompor gas - Sendok - Cetakan plastik A.2Bahan

Lebih terperinci

2014 EKSPERIMEN WARNA ALAM MANGGA ARUMANIS, MANGGA GEDONG GINCU DAN MANGGA SIMANALAGI SEBAGAI PEWARNA KAIN SUTERA

2014 EKSPERIMEN WARNA ALAM MANGGA ARUMANIS, MANGGA GEDONG GINCU DAN MANGGA SIMANALAGI SEBAGAI PEWARNA KAIN SUTERA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awalnya proses pewarnaan tekstil menggunakan zat warna alam. Namun, seiring kemajuan teknologi dengan ditemukannya zat warna sintetis untuk tekstil, maka semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan tekstil di era modern seperti sekarang ini semakin dibutuhkan.batik adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG ( PKL ) DI BALAI BESAR KERAJINAN DAN BATIK ( BBKB ) YOGYAKARTA. Oleh : M. MA SUM AMIRUDIN NIM :

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG ( PKL ) DI BALAI BESAR KERAJINAN DAN BATIK ( BBKB ) YOGYAKARTA. Oleh : M. MA SUM AMIRUDIN NIM : 1 LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG ( PKL ) DI BALAI BESAR KERAJINAN DAN BATIK ( BBKB ) YOGYAKARTA Oleh : M. MA SUM AMIRUDIN NIM : 080 500 093 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN JURUSAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN

Lebih terperinci

PENGUJIAN KETAHANAN LUNTUR TERHADAP PENCUCIAN DAN GOSOKAN TEKSTIL HASIL PEWARNAAN DENGAN EKSTRAK CURCUMIN INDUK KUNYIT

PENGUJIAN KETAHANAN LUNTUR TERHADAP PENCUCIAN DAN GOSOKAN TEKSTIL HASIL PEWARNAAN DENGAN EKSTRAK CURCUMIN INDUK KUNYIT 372 PENGUJIAN KETAHANAN LUNTUR TERHADAP PENCUCIAN DAN GOSOKAN TEKSTIL HASIL PEWARNAAN DENGAN EKSTRAK CURCUMIN INDUK KUNYIT Zahra Fona 1, Syafruddin 2 1,2 Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe,

Lebih terperinci

Dian Ramadhania, Kasmudjo, Panji Probo S. Bagian Teknologi Hasil Hutan,Fakultas Kehutanan, UGM Jl. Agro No : 1 Bulaksumur Yogyakarta.

Dian Ramadhania, Kasmudjo, Panji Probo S. Bagian Teknologi Hasil Hutan,Fakultas Kehutanan, UGM Jl. Agro No : 1 Bulaksumur Yogyakarta. PENGARUH PERBEDAAN CARA EKSTRAKSI dan BAHAN FIKSASI BAHAN PEWARNA LIMBAH SERBUK KAYU MAHONI (Swietenia macrophylla King.) TERHADAP KUALITAS PEWARNAAN BATIK Dian Ramadhania, Kasmudjo, Panji Probo S Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kertas merupakan benda yang sering kita temukan sehari-hari dalam berbagai kegiatan kehidupan manusia. Kertas didefinisikan sebagai lembaran yang relatif tipis

Lebih terperinci

POTENSI DAUN KETAPANG, DAUN MAHONI DAN BUNGA KECOMBRANG SEBAGAI ALTERNATIF PEWARNAAN KAIN BATIK YANG RAMAH LINGKUNGAN

POTENSI DAUN KETAPANG, DAUN MAHONI DAN BUNGA KECOMBRANG SEBAGAI ALTERNATIF PEWARNAAN KAIN BATIK YANG RAMAH LINGKUNGAN Jukung Jurnal Teknik Lingkungan, 2 (1): 62-70, 2016 POTENSI DAUN KETAPANG, DAUN MAHONI DAN BUNGA KECOMBRANG SEBAGAI ALTERNATIF PEWARNAAN KAIN BATIK YANG RAMAH LINGKUNGAN Vita Kumalasari Stikes Surya Global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar masyarakat Jatisrono berwirausaha sebagai pedagang ayam, para pedagang tersebut menjualnya dalam bentuk daging mentah dan ada pula yang matang.

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN ZAT WARNA ALAMI TEKSTIL DARI BIJI BUAH MAHKOTADEWA

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN ZAT WARNA ALAMI TEKSTIL DARI BIJI BUAH MAHKOTADEWA LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN ZAT WARNA ALAMI TEKSTIL DARI BIJI BUAH MAHKOTADEWA Disusun Oleh : FITRIA KURNIASTUTI I 8305020 E. LIA DWI SUSANTI I 8306056 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN ZAT WARNA ALAM (ZPA) UNTUK PEWARNAAN BATIK

TEKNIK PENGOLAHAN ZAT WARNA ALAM (ZPA) UNTUK PEWARNAAN BATIK TEKNIK PENGOLAHAN ZAT WARNA ALAM (ZPA) UNTUK PEWARNAAN BATIK Oleh: Bandi Sobandi 1. Fungsi Warna dalam Seni Kriya Warna alam berasal dari tumbuhan, binatang, tanah, dan batu-batuan yang diolah sedemikian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri Lampung, Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratoriun

Lebih terperinci

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Ekstraksi Tepung Karaginan Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : 1. Sortasi dan Penimbangan Proses sortasi ini bertujuan untuk memisahkan

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN (Kode : G-02)

KEWIRAUSAHAAN (Kode : G-02) MAKALAH PENDAMPING KEWIRAUSAHAAN (Kode : G-02) ISBN : 978-979-1533-85-0 LIMBAH GERGAJI KAYU SUREN (Toona sureni Merr.) SEBAGAI PEWARNA ALAMI BATIK TULIS (PENGARUH JENIS FIKSATIF TERHADAP KETUAAN DAN KETAHANAN

Lebih terperinci

PENGARUH FIKSATOR PADA EKSTRAK AKAR MENGKUDU TERHADAP PEWARNAAN JUMPUTAN

PENGARUH FIKSATOR PADA EKSTRAK AKAR MENGKUDU TERHADAP PEWARNAAN JUMPUTAN PENGARUH FIKSATOR PADA EKSTRAK AKAR MENGKUDU TERHADAP PEWARNAAN JUMPUTAN Enggar Kartikasari enggar.kartikasari@yahoo.com Dosen Prodi PKK JPTK UST Abstrak Penelitian ini secara umum untuk mengetahui pengaruh

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS FIKSATIF TERHADAP KETUAAN DAN KETAHANAN LUNTUR KAIN MORI BATIK HASIL PEWARNAAN LIMBAH TEH HIJAU

PENGARUH JENIS FIKSATIF TERHADAP KETUAAN DAN KETAHANAN LUNTUR KAIN MORI BATIK HASIL PEWARNAAN LIMBAH TEH HIJAU PENGARUH JENIS FIKSATIF TERHADAP KETUAAN DAN KETAHANAN LUNTUR KAIN MORI BATIK HASIL PEWARNAAN LIMBAH TEH HIJAU A.Ign. Kristijanto 1 dan Hartati Soetjipto 1 Prodi Kimia, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Batik merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang saat ini telah berkembang pesat, baik lokasi penyebaran, teknologi maupun desainnya.

PENDAHULUAN Batik merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang saat ini telah berkembang pesat, baik lokasi penyebaran, teknologi maupun desainnya. 2 PENDAHULUAN Batik merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang saat ini telah berkembang pesat, baik lokasi penyebaran, teknologi maupun desainnya. Semula batik hanya dikenal di lingkungan keraton di Jawa

Lebih terperinci

LAJU FOTOSINTESIS PADA BERBAGAI PANJANG GELOMBANG CAHAYA. Tujuan : Mempelajari peranan jenis cahaya dalam proses fotosintesis.

LAJU FOTOSINTESIS PADA BERBAGAI PANJANG GELOMBANG CAHAYA. Tujuan : Mempelajari peranan jenis cahaya dalam proses fotosintesis. LAJU FOTOSINTESIS PADA BERBAGAI PANJANG GELOMBANG CAHAYA Tujuan : Mempelajari peranan jenis cahaya dalam proses fotosintesis. Pendahuluan Fotosintesis merupakan proses pemanfaatan enegi matahari oleh tumbuhan

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAM DAN FIKSASI TERHADAP KETAHANAN LUNTUR WARNA PADA KAIN BATIK KATUN

PENGARUH EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAM DAN FIKSASI TERHADAP KETAHANAN LUNTUR WARNA PADA KAIN BATIK KATUN 31 PENGARUH EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAM DAN FIKSASI TERHADAP KETAHANAN LUNTUR WARNA PADA KAIN BATIK KATUN The Effect Extraction Method and Fixation of Natural Dyes to Color Fastness on Cotton Fabric Titiek

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan september 2011 hingga desember 2011, yang bertempat di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Departemen

Lebih terperinci

SENI KERAJINAN BATIK. Oleh : Ismadi Pendidikan Seni Kerajinan Jur. Pend. Seni Rupa FBS UNY

SENI KERAJINAN BATIK. Oleh : Ismadi Pendidikan Seni Kerajinan Jur. Pend. Seni Rupa FBS UNY SENI KERAJINAN BATIK Oleh : Ismadi Pendidikan Seni Kerajinan Jur. Pend. Seni Rupa FBS UNY Pengertian Batik Pengertian batik secara umum adalah pembentukan gambar pada kain dengan menggunakan teknik tutup

Lebih terperinci

Pemanfaatan Daun Ketapang (Terminalia Catappa) Menjadi Zat Warna Alami Tekstil dengan Menggunakan Variasi Pelarut

Pemanfaatan Daun Ketapang (Terminalia Catappa) Menjadi Zat Warna Alami Tekstil dengan Menggunakan Variasi Pelarut Pemanfaatan Daun Ketapang (Terminalia Catappa) Menjadi Zat Warna Alami Tekstil dengan Menggunakan Variasi Pelarut Diajukan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indikator asam basa adalah zat yang warnanya bergantung pada ph larutan atau zat yang dapat menunjukkan sifat asam, basa, dan netral pada suatu larutan (Salirawati,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung dan Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE A. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah kulit buah manggis, ethanol, air, kelopak bunga rosella segar, madu dan flavor blackcurrant. Bahan kimia yang digunakan untuk keperluan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

Emy Budiastuti dan Kapti Asiatun ( Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana FT UNY)

Emy Budiastuti dan Kapti Asiatun ( Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana FT UNY) KUALITAS ACASIA NILOTICA L (DAUN ONCIT) SEBAGAI PEWARNA KAIN SUTERA Emy Budiastuti dan Kapti Asiatun ( Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana FT UNY) ABSTRAK Tujuan penelitian ini antara lain

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KETAHANAN TARIK DAN KETAHANAN SOBEK KERTAS SENI Hasil penelitian tentang kertas yang terbuat dari bulu ayam dan kulit jagung diperoleh data hasil pengujian ketahanan

Lebih terperinci

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH Petunjuk Paktikum I. ISLASI EUGENL DARI BUNGA CENGKEH A. TUJUAN PERCBAAN Mengisolasi eugenol dari bunga cengkeh B. DASAR TERI Komponen utama minyak cengkeh adalah senyawa aromatik yang disebut eugenol.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Dephut, 1998): Kingdom : Plantae Divisio : Spematophyta

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES (pra Rancangan Pabrik,kgrtas kgrajinan dari enceng gondok. BAB III PERANCANGAN PROSES Perancangan pabrik home industri ini menghasilkan produk kertas kerajinan yang siap dibuat untuk kerajinan yang unik.

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBUATAN IKAT CELUP DAN PEWARNAAN

TEKNIK PEMBUATAN IKAT CELUP DAN PEWARNAAN ABSTRAK Di Indonesia kain jumputan dikenal dengan nama nama yang berbedabeda, masyarakat Jawa menyebutnya Jumputan, di daerah Bali dikenal dengan nama Sangsangan, sedangkan di Palembang orang menamakannya

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian

MATERI DAN METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian II. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi jaring, bambu, pelampung, hand refraktometer,

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAM DAN FIKSASI TERHADAP KETAHANAN LUNTUR WARNA PADA KAIN BATIK KATUN

PENGARUH EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAM DAN FIKSASI TERHADAP KETAHANAN LUNTUR WARNA PADA KAIN BATIK KATUN P u j i l e s t a r i, P e n g a r u h E k s t r a k s i Z a t W a r n a A l a m... 1 PENGARUH EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAM DAN FIKSASI TERHADAP KETAHANAN LUNTUR WARNA PADA KAIN BATIK KATUN The Effect Extraction

Lebih terperinci

Tips kesehatan, berikut ini 7 makanan yang menurunkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh anda :

Tips kesehatan, berikut ini 7 makanan yang menurunkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh anda : Tips Alami Turunkan Kolestrol Dengan Cepat Sahabat, tips kesehatan. Dalam keadaan normal atau stabil, kolesterol memang memiliki beberapa fungsi penting dalam tubuh manusia. Beberapa fungsi kolesterol

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN DATA, EKSPERIMEN, DAN ANALISA. Pohon kapuk berbunga tiga atau empat kali dalam setahun dengan selang

BAB III TINJAUAN DATA, EKSPERIMEN, DAN ANALISA. Pohon kapuk berbunga tiga atau empat kali dalam setahun dengan selang BAB III TINJAUAN DATA, EKSPERIMEN, DAN ANALISA 3.6 Proses Pengambilan Serat Kapuk Pohon kapuk berbunga tiga atau empat kali dalam setahun dengan selang waktu 2 atau 3 pekan, yang pertama kalinya biasanya

Lebih terperinci

LUKISAN DENGAN TEKNIK PEWARNAAN ALAM DI PERUSAHAAN PRAM S BATIK NATURAL COLOUR YOGYAKARTA SKRIPSI

LUKISAN DENGAN TEKNIK PEWARNAAN ALAM DI PERUSAHAAN PRAM S BATIK NATURAL COLOUR YOGYAKARTA SKRIPSI LUKISAN DENGAN TEKNIK PEWARNAAN ALAM DI PERUSAHAAN PRAM S BATIK NATURAL COLOUR YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mengkudu Mengkudu (Basa Aceh: keumeudee, Jawa: pace, kemudu, kudu); cangkudu (Sunda), kodhuk (Madura), tibah (Bali) berasal daerah Asia Tenggara, tergolong dalam

Lebih terperinci

Titiek Pujilestari Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No.7 Yogyakarta

Titiek Pujilestari Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No.7 Yogyakarta 53 OPTIMASI PENCELUPAN KAIN BATIK KATUN DENGAN PEWARNA ALAM TINGI (Ceriops tagal) DAN INDIGOFERA Sp. Batik Fabric Dyeing Process Optimization Using Natural Dyes Tingi (Ceriops tagal) and Indigofera Sp.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel PBAG di lingkungan sekitar kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan daerah Cipaku.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi)

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi) Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi) Diambil 1 kg tepung onggok singkong yang telah lebih dulu dimasukkan dalam plastik transparan lalu dikukus selama 30 menit Disiapkan 1 liter

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS BAHAN BAKU Analisis bahan baku bertujuan untuk mengetahui karakteristik bahan baku yang digunakan pada penelitian utama. Parameter yang digunakan untuk analisis mutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai indikator asam dan basa telah banyak digunakan seperti

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai indikator asam dan basa telah banyak digunakan seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum, cairan yang berasa asam disebut larutan asam, yang terasa asin disebut larutan garam, sedangkan yang terasa licin dan pahit disebut larutan basa. Tidak

Lebih terperinci

OLEH: YULFINA HAYATI

OLEH: YULFINA HAYATI PENGOLAHAN HASIL KEDELAI (Glycine max) OLEH: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Dalam usaha budidaya tanaman pangan dan tanaman perdagangan, kegiatan penanganan dan pengelolaan tanaman sangat penting diperhatikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Juli 2014 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2014 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan

Lebih terperinci

Oleh : Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P. NIP DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

Oleh : Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P. NIP DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 KARYA TULIS NILAI ph DAN ANALISIS KANDUNGAN KIMIA ZAT EKSTRAKTIF BEBERAPA KULIT KAYU YANG TUMBUH DI KAMPUS USU, MEDAN Oleh : Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P. NIP. 132 296 841 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Lebih terperinci

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan PROSES PEMBUATAN TELUR ASIN SEBAGAI PELUANG USAHA Oleh : Andi Mulia, Staff Pengajar di UIN Alauddin Makassar Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai angka yang sangat tinggi. Ada beberapa jenis kertas antara lain

BAB I PENDAHULUAN. mencapai angka yang sangat tinggi. Ada beberapa jenis kertas antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kertas merupakan bahan yang tipis dan rata yang biasanya terbuat dari kayu, sering digunakan untuk berbagai kepentingan misalnya untuk menulis, mencetak, menggambar,

Lebih terperinci

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah. Telur dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama lima bulan dari bulan Mei hingga September 2011, bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Bengkel Teknologi Peningkatan

Lebih terperinci

APLIKASI KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA KAIN KATUN SECARA PRE-MORDANTING.

APLIKASI KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA KAIN KATUN SECARA PRE-MORDANTING. ISSN 1907-9850 APLIKASI KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA KAIN KATUN SECARA PRE-MORDANTING Manuntun Manurung Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cengkeh adalah tumbuhan asli Maluku, Indonesia. Cengkeh dikenal dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman asli Indonesia ini tergolong

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. diperlukan analisis pada permasalahan tersebut ; analisa yang pertama diperoleh

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. diperlukan analisis pada permasalahan tersebut ; analisa yang pertama diperoleh BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan pada permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka diperlukan analisis pada permasalahan tersebut ; analisa yang pertama diperoleh dengan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN KEDELAI MENJADI TEMPE KEJO SECARA SEDERHANA

PENGOLAHAN KEDELAI MENJADI TEMPE KEJO SECARA SEDERHANA PENGOLAHAN KEDELAI MENJADI TEMPE KEJO SECARA SEDERHANA DI UNIT PENGOLAHAN HASIL BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI Oleh : Kemas Muhammad Erwansyah, S.TP NIP. 19820916200901 1010 I. PENDAHULUAN Kedelai mempunyai

Lebih terperinci

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu 40 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat 1. Kadar air (AOAC 1995, 950.46) Cawan kosong yang bersih dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 105 o C dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.

Lebih terperinci

Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar

Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar MEMBUAT TEKSTIL DENGAN TEKNIK REKALATAR 87 Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari cara membuat ragam hias dengan teknik rekalatar. Melalui kegiatan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Salah satu genus umbi-umbian yaitu genus Dioscorea atau

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Salah satu genus umbi-umbian yaitu genus Dioscorea atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman umbi-umbian dapat tumbuh di daerah yang beriklim tropis seperti Indonesia. Salah satu genus umbi-umbian yaitu genus Dioscorea atau uwi-uwian. Genus Dioscorea

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE. Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan 20 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur, analisa dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN 35 BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN A. Metode Penciptaan Dalam penciptaan Tugas Akhir ini penulis mengambil judul APLIKASI TEKNIK BATIK TULIS DENGAN MOTIF RUMAH ADAT DAYAK KANAYATN PADA PEMBUATAN TAS

Lebih terperinci

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 30 %, dan kadar gula tinggi (>60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

MODUL X FOTOSINTESIS

MODUL X FOTOSINTESIS 58 MODUL X FOTOSINTESIS TUJUAN Membuktikan fotosintesis menghasilkan karbohidrat dan oksigen. TEORI Fotosintesis merupakan suatu peristiwa penyusunan senyawa komplek dari senyawa sederhana dengan bantuan

Lebih terperinci

NATURAL DYES. Green Heritage From The Past HOW TO MAKE IT. By Noor Fitrihana, M.Eng Fashion Design Department Yogyakarta State University

NATURAL DYES. Green Heritage From The Past HOW TO MAKE IT. By Noor Fitrihana, M.Eng Fashion Design Department Yogyakarta State University NATURAL DYES Green Heritage From The Past HOW TO MAKE IT By Noor Fitrihana, M.Eng Fashion Design Department Yogyakarta State University Background Dyeing materials with plants is an ancient art practiced

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel tanaman AMA di daerah Sumedang.Penelitian berlangsungsekitar8bulan dari bulan Oktober 2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberian tekanan yang tinggi (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Di pasaran,

BAB I PENDAHULUAN. pemberian tekanan yang tinggi (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Di pasaran, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari pulp (Paskawati dkk, 2010). Kompresi merupakan pemberian tekanan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 19 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bagian Kimia Hasil Hutan Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Laboratorium Kimia Organik Departemen Kimia Fakultas MIPA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang menutupi permukaan tubuh. Fungsi kulit secara keseluruhan adalah antara lain kemampuannya sebagai penghadang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menggunakan zat warna alami dan sintetis untuk membuat tampilan produk

I. PENDAHULUAN. menggunakan zat warna alami dan sintetis untuk membuat tampilan produk I. PENDAHULUAN Kebutuhan akan zat warna semakin meningkat seiring dengan berkembangnya dunia industri. Industri pangan, kosmetik, farmasi, dan lainnya menggunakan zat warna alami dan sintetis untuk membuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pepaya Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko dan Amerika Selatan, kemudian menyebar ke berbagai negara tropis, termasuk Indonesia sekitar

Lebih terperinci

UJI COBA PENGGUNAAN DAUN SIRIH GADING SEBAGAI BAHAN PEWARNA ALAMI PADA KAIN KATUN

UJI COBA PENGGUNAAN DAUN SIRIH GADING SEBAGAI BAHAN PEWARNA ALAMI PADA KAIN KATUN UJI COBA PENGGUNAAN DAUN SIRIH GADING SEBAGAI BAHAN PEWARNA ALAMI PADA KAIN RIZKI AMALIA PUTRI Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya amalovelyc3@gmail.com

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada Maret--Agustus 2011 bertempat di

III. BAHAN DAN METODE. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada Maret--Agustus 2011 bertempat di 22 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada Maret--Agustus 2011 bertempat di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Hasil penelitian yang telah dilaksanakan sebelumya, khususnya untuk komoditi gambir antara lain: Solin (2010), menganalisis tentang pengaruh 1) luas kepemilikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

Pemanfaatan buah cengkeh untuk pewarna kain PEMANFAATAN BUAH CENGKEH UNTUK PEWARNA KAIN

Pemanfaatan buah cengkeh untuk pewarna kain PEMANFAATAN BUAH CENGKEH UNTUK PEWARNA KAIN Pemanfaatan buah cengkeh untuk pewarna PEMANFAATAN BUAH CENGKEH UNTUK PEWARNA KAIN Budi Defri Kurniawati Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya bdefri@gmail.com

Lebih terperinci

Identifikasi Hijauan Makanan Ternak (HMT) Lokal mendukung Pengembangan Sapi Potong di Sulawesi Selatan

Identifikasi Hijauan Makanan Ternak (HMT) Lokal mendukung Pengembangan Sapi Potong di Sulawesi Selatan Identifikasi Hijauan Makanan Ternak (HMT) Lokal mendukung Pengembangan Sapi Potong di Sulawesi Selatan Nurlina Saking dan Novia Qomariyah Disampaikan Dalam Rangka Seminar Nasional Teknologi Peternakan

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai dengan bulan Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material, dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab Bandung Barat. Sampel yang diambil berupa tanaman KPD. Penelitian berlangsung sekitar

Lebih terperinci

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 30 %, dan kadar gula tinggi (>60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan 1 Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan Pengertian Abon Abon merupakan salah satu jenis makanan awetan berasal dari daging (sapi, kerbau,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan sampel ascidian telah dilakukan di Perairan Kepulauan Seribu. Setelah itu proses isolasi dan pengujian sampel telah dilakukan

Lebih terperinci