HUBUNGAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI"

Transkripsi

1 HUBUNGAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI Oleh : Muhammad Mashuri, S.H., M.H. (Dosen Fakultas Hukum, Universitas Merdeka Pasuruan HP: ) Abstrak Perdagangan Berjangka Komoditi khususnya Bursa Berjangka dengan Pialang Berjangka dan Pialang Berjangka dengan Nasabah memiliki hubungan hukum yang saling berhubungan. Bursa Berjangka selaku pengelola dan Pialang Berjangka selaku pelaku perdagangan Berjangka Komoditi. Pialang Berjangka harus taat dan tertib tehadap aturan-aturan yang dibuat oleh Bursa Berjangka berdasarkan tugas, kewajiban dan wewenang dari bursa berjangka yang memiliki karakteristik berbeda dengan pasar forward (forward market) atau pasar fisik lainnya. Pialang/Wakil Pialang Berjangka hanya sebagai pihak perantara terhadap keinginan untuk melakukan perdagangan berjangka komoditi yang akan dilakukan oleh Nasabah, yang tidak dapat dilakukan secara langsung oleh masyarakat umum, akan tetapi harus melalui Pialang/Wakil Pialang Berjangka. Kata kunci : Hubungan Hukum, Perdagangan Berjangka Komoditi, Bursa dan Pialang. Abstract : Commodity Futures Trading Futures Exchange in particular with Broker and Broker to the Customer has a legal relationship interconnected. Stock Futures Broker as manager and as the Commodity Futures traffickers. Broker and orderly tehadap must obey the rules made by the Futures Exchange based tasks, duties and powers of the futures market that has different characteristics with market forward (forward market) or other physical market. Broker / Brokers only as the intermediary of the desire to trade commodity futures to be performed by the Customer, which can not be done directly by the general public, but must go through a Broker / Brokers. Keywords: Relations Law, the Commodity Futures Trading, Exchange and Brokerage. A. Pendahuluan Salah satu tugas utama pemerintah adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui peningkatan dan pemberdayaan ekonomi nasional. Kesejahteraan masyarakat akan meningkat apabila tinglat pendapatan mereka meningkat. Hal itu 34

2 secara tegas dinyatakan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa bumi dan air dan segala isinya harus diuapayakan sedemikian rupa untuk kemakmuran rakyat Indonesia. Salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita tersebut dengan meningkatkan kegiatan di sektor perdagangan. Perdagangan internasioanl yang dalam hal ini kegiatan ekspor ditujukan untuk mendapatkan devisa yang akan dimanfaatkan sebesarbesarnya untuk menunjang pembangunan suatu negara. Peningkatan dibidang pergadagangan sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat merupakan tolak ukur utama untuk kemajuan suatu negara. Dewasa ini, perdagangan tidak hanya dilakukan dengan cara pergadangan biasa, seperti ekspor-impor dan perdagangan dalam negeri, tetapi jauh lebih luas dari pada itu yaitu dengan perdagangan berjangka komoditi. Dalam era globalisasi dan liberalisasi yang saat ini berlangsung dengan sangat cepat telah mengakibatkan terjadinya persaingan yang makin tajam di dunia diiringi dengan terjadinya resiko yang sering sangat merugikan pihak pelaku usaha. Resiko yang terjadi yang sering di alami oleh pelaku usaha adalah resiko pada mata rantai pemasaran, seperti harga, produksi, distribusi dan pengolahan. Dari semua resiko tersebut yang paling sulit diperkirakan adalah resiko akibat terjadinya fluktuasi harga khususnya harga di bidang komoditi. Indonesia sangat beruntung sebagai salah satu negar penghasil komoditi dunia yang memiliki manfaat ekonomi yang tinggii karena sebagian besar hasilnya dijual ke pasar internasional (ekspor). Sebagai ilustrasi, komoditi utama dunia yang dihasilkan oleh Indonesia seperti kopi, karet, minyak kelapa sawit, olein, timah, batubara, emas, rumput laut, hasil hutan, dan aluminium. Sebagai negara penghasil komoditi, resiko yang mungkin terjdi sebagaimana dijelaskan di atas perlu diatasi dengan instrumen yang disebut sebagai Perdagangan Berjangka. Fungsi ekonomi Perdaganga Berjangka adalah sebagai sarana lindung nilai (hedging) serta sarana penciptaan harga ( price discovery) sebagai harga rujukan (reference of prince) yang transparan yang menjadi acuan harga dunia. Dengan Perdagangan Berjangka tersebut, resiko yang merugikan para pelaku usaha khususnya petani kecil dapat terlindungi. 1 Kehadiran perdagangan berjangka di Indonesia diawali terjadinya berbagai kasus penipuan pada dekade 70-an yang dilakukan beberapa perusahaan komisioner yang menjalankan kegiatan penyaluran amanat kontrak berjangka komoditi dari nasabah di dalam negeri ke bursa berjangka di luar negeri. Pada 1 Johanes Ariffin Wijaya. Bursa Berjanka. Penerbit ANDI Yogyakarta, Yogyakarta h. xi-xii 35

3 praktiknya, amanat ternyata tidak disalurkan ke bursa luar negeri dan banyak dana nasabah yang dilarikan. Pandangan negatif tentang perdagangan berjangka di Indonesia pun sulit dihindari. Meski demikian, berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh Bank Dunia, keberadaan perdagangan berjangka penting dalam menunjang perekonomian nasional pada umumnya. Perdagangan Berjangka Komoditi merupakan kegiatan yang sangat kompleks yang melibatkan banyak pihak didalamnya. Dalam kegiatannya perlu dasar hukum yang kuat untuk memberikan kepastian hukum serta melindungi masyarakat dari praktek perdagangan yang merugikan. Oleh karena itu, perdagangan berjangka komoditi diatur oleh Undang-undang. Berdasarkan hal tersebut pada tangga 3 desember 1996 presiden Rebuplik Indonesia menyampaikan Rancangan Undang-undang tentang perdagangan berjangka komoditi kepada DPR-RI. Rancangan Undang-undang Pedagangang Berjangka Komoditi yang diajukan pemerintah terdiri atas 13 bab dengan 75 pasal berubah menjadi 13 bab dengan 81 pasal dengan gambaran penyempurnaan yang lakukan dalam rapat Panitia Khusus, adalah yang disetujui tetap dalam naskah Rancangan Undang-undang sebanyak 79 materi, disetujui dengan perubahan redaksional 125 materi, disetujui dengan perubahan subtansional sebanyak 127 materi, disetujui penambahan materi baru 12 materi dan dihapus 6 materi danbeberapa dipindah tempatkan sesuai dengan konteksnya. Melalui pembahasan yang intensif pada tingka interdepartemental pada tahun 1995/1996 juga pembahasan yang alot dan melelahkan pada tahun 1996/1997, akhirnya Rancangan Undangan-undang Perdagangan Berjangka Komoditi disahkan menjadi Undang-undang tentang Perdagangan Berjangka Komoditi pada tanggal 5 desember Berdasarkan undang-undang tersebut, kedudukan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi sebagai Badan Pelaksana Bursa Komoditi yang semula dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1982 berubah menjadi Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. Kurang lebih tiga tahun kemudian, tepatnya tanggal 21 November 2000, izin usaha bursa berjangka pertama di Indonesia diterbitkan. Perusahaan yang ditetapkan sebagai pengelola bursa berjangka pertama adalah PT Bursa Berjangka Jakarta (disingkat BBJ). 3 2 Pantas Lumban Batu, Perdagangan Berjangka Futures Trading, (Jakarta: Penerbit Elex Media Komputindo, 2010), hlm

4 Pada 15 Desember 2000, untuk pertama kalinya Bursa Berjangka Jakarta membuka perdagangan di lantai bursa dengan memperdagangkan dua kontrak komoditas, yaitu crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit/olein dan kopi robusta yang berdasarkan dari Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1999 tentang Komoditi Yang Dapat Dijadikan Subjek Kontrak Berjangka, dari perkembangannya melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia 73 tahun 2000 tentang Komoditi Yang Dapat Dijadikan Subjek Kontrak Berjangka kemudian ditambahkannya menjadi plywood, karet, kakao, lada, dan melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 119 tahun 2001 tentang Komoditi Yang Dapat Dijadikan Subjek Kontrak Berjangka di tambahkan pula gula pasir, kacang tanah, kedelai, cengkeh, udang, ikan, bahan bakar minyak, gas alam, tenaga listrik, emas, batubara, timah, pulp dan kertas, benang, semen dan pupuk. Seiring berkembangnya dunia perdagangan internasional dan perdagangan bebas, maka Undang-undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi dirasa sudah perlu dilakukan pembahuruan, akhirnya pada tanggal 8 Agustus 2011 dirubah menjadi Undang-undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 32 tahun 1997 tentang Perdagangah Berjangka Komoditi, yang selanjutnya didalam penulisan penelitian ini disebut Undang-undang Perdagangan Berjangka Komoditi. Mengenai komoditas yang sebelumnya diatur melalui Keputusan Presiden, di Undang-Undang ini melalui SK Kepala Bappebti Nomor: 90/BAPPEBTI/PER/10/2011 tentang komoditi yang dapat dijadikan subjek kontrak berjangka, kontrak derivatif syariah dan/atau kontrak derivatif lainnya yang diperdagangkan di bursa berjangka. Diantaranya dibidang pertanian dan perkebunan : kopi, kelapa sawit, kakao, karet, lada, mete, cengkeh, kacang tanah, kedelai dan jagung dan kopra. Dibidang pertambangan dan energi : emas, timah, alumunium, bahan bakar minyak, gas alam, tenaga listrik dan batu baru. Dibidang industri gula pasir, polywod, pulp dan kertas, benang, semen dan pupuk. Dibidang perikanan dan kelautan : udang, ikan dan rumput laut. Selain itu juga indeks saham dan indeks emas. Ada juga yang diperdagangkan selain komoditi, indeks saham dan indeks emas, yaitu : Sistem perdagangan alternatif atau yang biasanya disingkat dengan SPA, Sistem Perdagangan Alternatif adalah sistem perdagangan yang berkaitan dengan jual beli kontrak derivatif yang dilakukan secara bilateral dengan penarikan margin. Kegiatan jual beli kontrak derivatif dalam sistem perdagangan alternatif hanya dapat dilakukan oleh penyelenggara sistem perdagangan alternatif dan peserta sistem perdagangan alternatif yang mendapatkan izin dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. 37

5 Kelembagaan dalam perdagangan berjangka komoditi sangat diperlukan untuk menunjang efektif dan efesiensi perdagangan baik yang menyangkut jual atau beli. Perdagangan berjangka dilakukan pada suatu bursa komoditi, yang di Indonesia disebut dengan Bursa berjangka Jakarta sebagai tempat pertemuan terorganisir dimana terdapat aturan main yang ditetapkan. Kelembagaan dalam perdagangan berjangka mempunyai hubungan hukum antara satu dengan yang lainnya, yang mana semuanya adalah untuk melindungi nasabah apabila terjadi praktek curang didalam lembaga perdagangan berjangka itu sendiri. Kelembagaan perdagangan berjangka meliputi pengawas perdagangan berjangka, penglola perdagangan berjangka, pelaku dalam perdagangan berjangka dan lembaga penunjang. Dari uraian diatas, maka dapat diambil suatu rumusan masalah didalam melindungi nasabah dalam perdagangan berjangka yang ditujukan pada kelembagaannya, yaitu, Apakah bentuk-bentuk hubungan hukum para pihak atau lembaga pada perdagangan berjangka komoditi khususnya antara Bursa Berjangka dengan Pialang Berjangka dan Pialang Berjangka dengan Nasabah. B. Hubungan Para Pihak Dalam Perdagangan Berjangka Komoditi Perdagangan berjangka komoditi memang merupakan suatu bisnis yang sangat menarik, khususnya bagi kalangan Nasabahnya, karena antara lain bahwa modal yang diperlukan dalam perdagangan berjangka ini biasanya rata-rata 5 sampai 10% dari nilai kontrak berjangka. Bagi para pengusaha yang bermaksud melakaukan hedging, modal yang kecil ini tidak memberatkan posisi keuangan perusahaan bila dibandingkan dengan resiko yang akan ditanggung bila tanpa melakukan hedging. Perdagangan berjangka didalam bursa berjangka memang mengandung resiko yang sangat besar. Oleh karena itu para pelaku yang berada didalam perdagangan berjangkja komoditin dituntut untuk memiliki sifat yang professional serta memiliki integritas dan kecakapan serta memiliki kemampuan yang cukup memadai dalam melaksanakan fungsinya di perdagangan berjangka komoditi didalam bursa berjangka. Beberapa para pelaku baik lembaga atau pihak yang berperan dalam kegiatan perdagangan berjangka, meliputi pengawas perdagangan berjangka (Badan Pengawas Pedagangan Berjangka Komoditi, Bursa Berjangka, Lembaga Kliring Berjangka), pelaku dalam perdagangan berjangka (Pedagang, Pialang, Nasabah) dan lembaga penunjang (Pengelola Sentra Dana, Penasehat dan Perbankan). Sebelum menjelaskan mengenai hubungan hukum antara Bursa Berjangka dengan Pialang berjangka dan Pialang Berjangka dengan Nasabah, perlu diketahui 38

6 pula mengenai lembaga-lembaga apa saja yang ada didalam perdagangan berjangka dan apa tugas dan wewenangnya. Di Indonesia, otoritas yang mengatur perdagangan berjangka di bursa Berjangka adalah: 1. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi atau biasa yang di singkat dengan BAPPEBTI adalah yang melakukan pengawasan terhadap perdagangan berjangka di Indonesia. Termasuk di dalamnya memberikan pembinaan, pengaturan dan pengawasan sehari-hari pada kegiatan perdagangan berjangka. Berdasarkan Pasal 6 Undang undang Perdagangan Berjangka Komoditi, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi berwenang: a. Membuat pedoman teknis mengenai mekanisme perdagangan berjangka. b. Memberikan: 1. Izin usaha kepada Bursa Berjangka, Lembaga Kliring Berjangka, Pialang Berjangka, Penasihat Berjangka, dan Pengelola Sentra Dana Berjangka; 2. Persetujuan pembukaan kantor cabang pialang berjangka 3. Izin kepada orang perseorangan untuk menjadi Wakil Pialang Berjangka, Wakil Penasihat Berjangka, dan Wakil Pengelola Sentra Dana Berjangka; 4. Sertifikat pendaftaran kepada Pedagang Berjangka; 5. Persetujuan kepada Pialang Berjangka dalam negeri untuk menyalurkan amanat Nasabah dalam negeri ke Bursa Berjangka luar negeri; 6. Persetujuan kepada bank berdasarkan rekomendasi Bank Indonesia untuk menyimpan dana Nasabah, dana Kompensasi, dan dana jaminan yang berkaitan dengan transaksi Kontrak Berjangka, kontrak derivatif syariah dan/atau kontrak derevatif lainnya serta untuk pembentukan Sentra Dana Berjangka; 7. persetujuan kepada Bursa Berjangka untuk melakukan kegiatan penyelenggaraan pasar fisik komoditi terorganisasi; 8. persetujuan kepada Lembaga Kliring Berjangka untuk melakukan kegiatan kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi di pasar fisik komoditi terorganisasi; dan 9. persetujuan kepada Pedagang Berjangka dan Pialang Berjangka untuk melakukan kegiatan jual beli Kontrak Derivatif selain Kontrak Berjangka dan Kontrak Derivatif Syariah dalam penyelenggaraan Sistem Perdagangan Alternatif. 39

7 c. Menetapkan daftar surat berharga alas hak (document of title) yang dipergunakan dalam penyelesaian transaksi dalam Perdagangan Berjangka; d. menetapkan daftar Bursa Berjangka luar negeri dan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya; e. Melakukan pemeriksaan terhadap Pihak yang memiliki izin usaha, izin orang perseorangan, persetujuan, atau sertifikat pendaftaran; f. Menunjuk pihak lain untuk melakukan pemeriksaan tertentu dalam rangka pelaksanaan wewenang Bappebti sebagaimana dimaksud pada huruf e; g. Memerintahkan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap Pihak yang diduga melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya; h. Menyetujui peraturan dan tata tertib Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring Berjangka, termasuk perubahannya; i. memberikan memberikan persetujuan terhadap Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang akan digunakan sebagai dasar jual beli Komoditi di Bursa Berjangka dan/atau Sistem Perdagangan Alternatif, sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan; j. menetapkan persyaratan dan tata cara pencalonan dan memberhentikan untuk sementara waktu anggota dewan komisaris dan/atau direksi serta menunjuk manajemen sementara Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring Berjangka, sampai dengan terpilihnya anggota dewan komisaris dan/atau anggota direksi yang baru oleh Rapat Umum Pemegang Saham; k. Menetapkan persyaratan keuangan minimum dan kewajiban pelaporan bagi Pihak yang memiliki izin usaha berdasarkan ketentuan Undang- Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya; l. Menetapkan batas jumlah maksimum dan batas jumlah wajib lapor posisi terbuka Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang dapat dimiliki atau dikuasai oleh setiap Pihak; m. m.mengarahkan Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring Berjangka untuk mengambil langkah-langkah yang dianggap perlu, apabila diyakini akan terjadi keadaan yang mengakibatkan tidak wajarnya perkembangan harga di Bursa Berjangka dan/atau terhambatnya pelaksanaan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya; 40

8 n. Mewajibkan setiap Pihak untuk menghentikan dan/atau memperbaiki iklan atau kegiatan promosi yang menyesatkan dan/atau merugikan berkaitan dengan Perdagangan Berjangka dan mengganti kerugian sebagai akibat yang timbul dari iklan atau kegiatan promosi dimaksud baik secara langsung maupun tidak langsung; o. Menetapkan ketentuan tentang dana Nasabah yang berada pada Pialang Berjangka yang mengalami pailit; p. Memeriksa keberatan yang diajukan oleh suatu Pihak terhadap keputusan Bursa Berjangka atau Lembaga Kliring Berjangka serta memutuskan untuk menguatkan atau membatalkannya; q. Membentuk sarana penyelesaian permasalahan yang berkaitan dengan kegiatan Perdagangan Berjangka; r. Mengumumkan hasil pemeriksaan, apabila dianggap perlu, untuk menjamin terlaksananya mekanisme pasar dan ketaatan semua Pihak terhadap ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya; s. Melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian masyarakat sebagai akibat pelanggaran terhadap ketentuan Undang- Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya; dan t. Melakukan hal-hal lain yang diberikan berdasarkan ketentuan Undang- Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya. 4 Secara praktis Bappebti berfungsi sebagai pengawas keamanan bertransaksi dalam semua perdagangan berjangka di Indonesia, termasuk di dalamnya Forex Trading. Secara aktif Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi mengeluarkan berbagai regulasi dan peraturan dengan tujuan menjaga keamanan nasabah dalam bertransaksi di bidang perdagangan komoditi berjangka. Pengawasan terhadap kegiatan perdagangan berjangka pada umumnya dilakukan oleh pemerintah. Untuk menjamin bahwa semua kegiatan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kegiatan pengawasan ini dapat dilakukan secara preventif seperti pembuatan tata tertib dan bimbingan represif seperti pemeriksaan, penyidikan, dan pengenaan sanksi. Pengawasan kegiatan perdagangan berjangka di Indonesia dilakukan oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi 4 Undang-Undang No. 10 tahun 2011 tentang Perubahan atas undang-undang nomor 32 tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi, Ps

9 (BAPPEBTI). Lembaga ini adalah unit eselon di bawah Kementrian Perdagangan Bursa Berjangka Menurut Pasal 1 angka 4 Undang undang Perdagangan Berjangka Komoditi, Bursa Berjangka adalah Badan usaha yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/atau sarana untuk kegiatan jual beli komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka, kontrak derivatif syariah, dan/atau kontrak derivatif lainnya,. Bursa Berjangka didirikan dengan tujuan menyelenggarakan transaksi Kontrak Berjangka yang teratur, wajar, efisien, efektif dan transparan. Bursa berjangka di Indonesia berdiri setelah Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEPTI) memberikan Izin Usaha kepada PT Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) yang beralamat Annex Gedung BDN LT.2, Jl. Tahmrin No.5 Jakarta Pusat pada tanggal 21 November Berdasakan Izin Usaha tersebut BBJ mulai beroperasi dengan memperdagangkan kontrak berjangka kopi dan minyak kelapa sawit (CPO) pada tanggal 15 Desember Dalam paragraf 4 pasal 16, pasal 17 dan pasal 18 Undang undang Perdagangan Berjangka Komoditi, dijelaskan tugas, fungsi dan wewenang dari Bursa Berjangka yaitu : Bursa Berjangka bertugas: a. Menyediakan fasilitas yang cukup untuk dapat terselenggaranya transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang teratur, wajar, efisien, efektif, dan transparan; b. Menyusun rencana anggaran tahunan dan penggunaan laba Bursa Berjangka sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh dan dilaporkan kepada Bappebti; c. Melakukan pengawasan pasar atas setiap transaksi Kontrak Derivatif selain Kontrak Berjangka dan Kontrak Derivatif Syariah, dari Penyelenggara dan Peserta Sistem Perdagangan Alternatif; dan d. Menyusun peraturan dan tata tertib Bursa Berjangka. Bursa Berjangka wajib: a. Memiliki modal yang cukup untuk menyelenggarakan kegiatan Bursa Berjangka dengan baik; b. Menyiapkan catatan dan laporan terperinci seluruh kegiatan Anggota Bursa Berjangka yang berkaitan dengan transaksi Kontrak Berjangka, 5 Op.cit Pantas Lumban Batu, hlm Ibid, hlm

10 Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya dan penguasaan Komoditi yang menjadi subjek Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya tersebut; c. Menjamin kerahasiaan informasi posisi keuangan serta kegiatan usaha Anggota Bursa Berjangka, kecuali informasi tersebut diberikan dalam rangka pelaksanaan ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya; d. Membentuk Dana Kompensasi; e. Mempunyai satuan pemeriksa; f. Mendokumentasikan dan menyimpan dengan baik semua data yang berkaitan dengan kegiatan Bursa Berjangka; g. Menyebarluaskan informasi harga Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang diperdagangkan; h. Memantau kegiatan dan kondisi keuangan Anggota Bursa Berjangka serta mengambil tindakan pembekuan atau pemberhentian Anggota Bursa Berjangka yang tidak memenuhi persyaratan keuangan dan pelaporan, sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya; dan i. Mengawasi transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya. (1) Pimpinan satuan pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, wajib melaporkan secara langsung kepada direksi, dewan komisaris Bursa Berjangka, dan Bappebti tentang masalah materiil yang ditemukan, yang dapat memengaruhi Anggota Bursa Berjangka dan/atau Bursa Berjangka yang bersangkutan. (2) Bursa Berjangka wajib menyediakan semua laporan satuan pemeriksa setiap saat apabila diperlukan oleh Bappebti. (3) Sebelum peraturan dan tata tertib Bursa Berjangka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf d termasuk perubahannya diberlakukan, wajib memperoleh persetujuan BAPPEBTI. Bursa Berjangka berwenang: a. Mengevaluasi dan menguji kualifikasi calon anggota serta menerima atau menolak calon tersebut menjadi Anggota Bursa Berjangka; b. Mengatur dan menetapkan sistem penentuan harga penyelesaian bersama dengan Lembaga Kliring Berjangka; c. Menetapkan persyaratan keuangan minimum dan pelaporan bagi Anggota Bursa Berjangka; 43

11 d. Melakukan pengawasan kegiatan serta pemeriksaan terhadap pembukuan dan catatan Anggota Bursa Berjangka secara berkala dan sewaktu-waktu diperlukan; e. Menetapkan biaya keanggotaan dan biaya lain; f. Melakukan tindakan yang dianggap perlu untuk mengamankan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya, termasuk mencegah kemungkinan terjadinya manipulasi harga; g. Menetapkan mekanisme penyelesaian pengaduan dan perselisihan sehubungan dengan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya; h. Mengambil langkah-langkah untuk menjamin terlaksananya mekanisme transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya dengan baik serta melaporkannya kepada Bappebti; dan i. Memperoleh informasi yang diperlukan dari Lembaga Kliring Berjangka yang berkaitan dengan transaksi yang dilakukan oleh Anggota Kliring Berjangka, termasuk transaksi Pedagang Penyelenggara dan Pialang Peserta Sistem Perdagangan Alternatif Kliring Berjangka Indonesia (KBI) Lembaga yang terkait erat dengan transaksi perdagangan berjangka komoditas adalah Lembaga Kliring atau clearing house. Lembaga ini bertugas menjamin penyelesaian kontrak yang ditransaksikan di lantai bursa baik melalui likuiditas maupun penyerahan fisik. Ia bertindak sebagai wakil penjual terhadap pembeli dan wakil pembeli terhadap penjual. Dengan demikian posisi penjual dan pembeli dalam melakukan transaksi diwakili oleh lembaga kliring tersebut, dan di Indonesia adalah PT. Kliring Berjangka Indonesia. PT. Kliring Berjangka Indonesia (KBI) adalah suatu perusahaan negara (BUMN) yang telah mendapat izin usaha dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi untuk melakukan penyelesaian dan penjaminan transaksi perdagangan berjangka di bursa berjangka. Berikut detail tentang Lembaga Kliring Berjangka Indonesia: Didirikan pada tanggal 25 Agustus 1984, Salah satu otoritas pada Industri Berjangka dan Derivatif di Indonesia yang saat ini dimiliki secara penuh oleh Pemerintah Republik Indonesia. Berfungsi untuk mendukung kegiatan perdagangan berjangka secara teratur, wajar dan efisien. Dari sisi nasabah, keberadaan Kliring Berjangka Indonesia menjamin bahwa setiap dana yang di Perdagangan 7 Op.cit Undang-undang no 10 tahun 2011, ps. 16, 17 dan 18 44

12 berjangka akan melalui pialang tidak disalahgunakan untuk kegiatan perusahaan pialang secara pribadi dengan menunjuk Bank Penyimpan untuk Segregated Account dari Pialang untuk menampung dana Nasabah. Pengertian terpisah di sini, sekurangnya mencakup dua lapis perlindungan. Pertama, dana di rekening terpisah hanya bisa digunakan atas kuasa nasabah untuk menyelesaikan kewajiban dari transaksi nasabah tersebut. Kedua, dana dalam rekening terpisah bukan merupakan bagian dari aset perusahaan pialang sehingga bila perusahaan pialang mengalami kebangkrutan, dana dalam rekening terpisah tidak bisa diklaim pihak lain yang punya tuntutan kepada perusahaan pialang. Berdasarkan Pasal 26, 27 dan 28 Undang undang Perdagangan Berjangka Komoditi, Lembaga Kliring Berjangka juga mempunyai tugas, kewajiban dan kewenangan antara lain: Lembaga Kliring Berjangka bertugas: a. Menyediakan fasilitas yang cukup untuk terlaksananya penjaminan dan penyelesaian transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, Kontrak Derivatif lainnya, dan/atau transaksi fisik komoditi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15; b. Menerima pendaftaran dan menjamin penyelesaian setiap transaksi Kontrak Derivatif selain Kontrak Berjangka dan Kontrak Derivatif Syariah dari Penyelenggara dan Pialang Peserta Sistem Perdagangan Alternatif; dan c. Menyusun peraturan dan tata tertib Lembaga Kliring Berjangka. Lembaga Kliring Berjangka wajib: a. Memiliki modal yang cukup untuk menyelenggarakan kegiatan Lembaga Kliring Berjangka dengan baik; b. Menyimpan dana yang diterima dari Anggota Kliring Berjangka dalam rekening yang terpisah dari rekening milik Lembaga Kliring Berjangka pada bank yang disetujui oleh Bappebti; c. Menjamin dan menyelesaikan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang disebabkan kegagalan anggotanya dalam memenuhi kewajiban kepada Lembaga Kliring Berjangka; d. Menjamin kerahasiaan informasi posisi keuangan serta kegiatan usaha Anggota Kliring Berjangka, kecuali informasi tersebut diberikan dalam rangka pelaksanaan ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya; e. Mendokumentasikan dan menyimpan semua data yang berkaitan dengan kegiatan Lembaga Kliring Berjangka; dan 45

13 f. Memantau kegiatan dan kondisi keuangan Anggota Kliring Berjangka serta mengambil tindakan pembekuan atau pemberhentian Anggota Kliring Berjangka yang tidak memenuhi persyaratan keuangan minimum dan pelaporan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya. Lembaga Kliring Berjangka berwenang: a. Mengevaluasi dan menguji kualifikasi calon anggota serta menerima atau menolak calon tersebut menjadi Anggota Kliring Berjangka; b. Menetapkan persyaratan keuangan minimum dan pelaporan bagi Anggota Kliring Berjangka; c. Melakukan pengawasan kegiatan serta pemeriksaan terhadap pembukuan dan catatan Anggota Kliring Berjangka secara berkala dan sewaktu-waktu diperlukan; d. Menetapkan besarnya Margin, membentuk dan mengelola dana kliring, serta menetapkan dana jaminan kliring, biaya keanggotaan dan biaya lain; e. Memperoleh informasi yang diperlukan dari Bursa Berjangka yang berhubungan dengan transaksi yang dilakukan oleh Anggota Kliring Berjangka; dan f. Mengambil langkah-langkah untuk menjamin terlaksananya mekanisme kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, Kontrak Derivatif lainnya, dan/atau transaksi fisik Komoditi dengan baik serta melaporkannya kepada Bappebti Perusahaan Pialang Berjangka Pialang berjangka merupakan pelaku utama dan transaksi yang terjadi di Bursa Berjangka. Pialang Berjangka adalah pelaku yang mengelola amanat (order) dari nasabah dan meneruskannya untuk ditransaksikan di Bursa Berjangka. Pengertian Pialang Berjangka terdapat dalam pasal 1 angka 12 Undang-undang Perdagangan Berjangka Komoditi yaitu Pialang Perdagangan Berjangka, yang selanjutnya disebut Pialang Berjangka, adalah badan usaha yang melakukan kegiatan jual beli Komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka atas amanat Nasabah dengan menarik sejumlah uang dan/atau surat berharga tertentu sebagai margin untuk menjamin transaksi tersebut. Dan selanjutnya diatur dalam Bab IV Pasal 31 sampai dengan Pasal 33 Undang undang Perdagangan Berjangka Komoditi. Perusahaan Pialang Berjangka disyaratkan berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas (PT) dan menjadi anggota Bursa Berjangka serta mendapat izin usaha dari Badan 8 Ibid, ps 26, 27 dan 28 46

14 Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI). Perusahaan Pialang Berjangka ini yang selanjutnya disebut sebagai perusahaan trading. Dalam hubungannya dengan Lembaga Kliring Berjangka, Pialang Berjangka dapat dikelompokan menjadi: 1) Pialang Berjangka yang merupakan anggota Lembaga Kliring Berjangka 2) Pialang berjangka yang bukan anggota Lembaga Kliring Berjangka. Dalam pelaksanaan kegiatannya Pialang Berjangka harus memenuhi pedoman perilaku yang ditetapkan dalam menyalurkan amanat dari nasabahnya. Selain itu sebelum dapat menjadi Wakil Pialang Berjangka setiap orang harus mengikuti tes dan mendapat sertifikat dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi sebagai bentuk izin menjadi Wakil Pialang Berjangka. Dalam melaksanakan kegiatan perdagangan berjangka, fungsi Pialang Berjangka sebagai perusahaan dijalankan oleh Wakil Pialang Berjangka sebagai perorangan yang berwenang berhubungan langsung dengan nasabah untuk transaksi kontrak berjangka di Bursa Berjangka. Wakil Pialang Berjangka harus yang profesional atau memiliki keahlian dibidang perdagangan berjangka serta memiliki ahlak dan reputasi yang baik. 9 Pada hakikatnya, Pialang Berjangka adalah mitra yang menjembatani berbagai pihak, baik sebagai nasabah penjual ataupun nasabah pembeli. Dengan demikian fungsi Pialang Berjangka menjembatani nasabah sebagai penggerak pasar melalui pemanfaatan pergerakan harga untuk menciptakan likuiditas pasar. 5. Pedagang Berjangka Pengertian Pedagang Berjangka sebagaimana di atur didalam Pasal 1 angka 16 Undang undang Perdagangan Berjangka Komoditi adalah anggota Bursa Berjangka yang hanya berhak melakukan transaksi untuk rekeningnya sendiri dan/atau kelompok usahanya. Pedagang Berjangka dapat berbentuk perusahaan atau perorangan. Perdagangan Berjangka wajib memperoleh sertifikat pendaftaran dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi sebelum bertransaksi. Pedagang Berjangka terbuka bagi berbagai bentuk badan usaha dan orang perseorangan yang dapat berfungsi sebagai hedger. Kelompok hedger terdiri atas produsen, pedagang, eksportir dan prosesor serta industri pemakai yang ingin mengalihkan resiko dengan cara melakukan lindung nilai yaitu 9 Op.cit, Pantas Lumban Batu, h

15 mengambil posisi di pasar berjangka yang berlawanan di posisi pasar fisik. 10 Sehingga dapat disimpulkan peranan dan fungsi Pedagang Berjangka adalah : 1) Kepentingan sendiri atau kelompok usahanya. 2) Posisi sebagai Risk taker 6. Nasabah Didalam Pasal 1 angka 22 Undang undang Perdagangan Berjangka Komoditi, pengertian tentang nasabah adalah pihak yang melakukan transaksi kontrak berjangka, kontrak derivatif syariah dan/atau Kontrak derivatif lainnya melalui rekening yang dikelola oleh Pialang berjangka. Sedangkan menurut Pantas Lumban Batu, Nasabah adalah orang atau lembaga yang memiliki dana yang ikut bertransaksi di bursa berjangka dengan motivasi semata-mata mencari kekuntungan dari pergerakan harga. Nasabah ini memiliki peran yang penting untuk menciptakan pasar menjadi likuid karena keikutsertaan mereka dalam transaksi bursa berjangka sebagai pengambilan resiko atas kekhawatiran pada perubahan harga yang tidak diharapkan. Walaupun pasar berjangka mempunyai fungsi ekonomi untuk menyediakan fasilitas bertransaksi bagi para produsen, eksportir tetapi fungsi ini tidak akan berarti banyak bila mana pesertanya hanya para hedger saja dan tidak ada nasabah. Dengan bertransaksi di pasar berjangka, para nasabah telah bersedia untuk mengambil alih resiko hedger. Dengan kehadiran nasabah ini, para hedger dapat melakukan hedging (lindung nilai) untuk menghindari resiko kerugian yang mungkin terjadi akibat perubahan harga. 7. Sentra Dana Berjangka Sentra Dana Berjangka dikelola oleh Pengelola Sentra Dana Berjangka yang merupakan badan usaha berbadan hukum Perseroan Terbatas yang diberi izin usaha oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi untuk menyelenggarakan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat yang dipergunakan dalam transaksi kontrak berjangka di Bursa Berjangka. Dana yang dihimpun tersebut dikelola dalam Sentra Dana Berjangka yang dibentuk atas kesepakatan dengan peserta Sentra Dana Berjangka. Setiap peserta dalam Sentra Dana Berjangka mendapat sertifikat penyertaan yang telah ditetapkan nominalnya. Dana Sentra Berjangka disimpan dan di admnistrasikan di bank penitipan yang disetujui oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. 10 Ibid, h

16 Pengertian Sentra Dana Perdagangan Berjangka diatur dalam Pasal 1 angka 19 Undang undang Perdagangan Berjangka Komoditi,, yang selanjutnya disebut Sentra Dana Berjangka, adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana secara kolektif dari masyarakat untuk diperdagangan berjangkakan dalam Kontrak Berjangka. 8. Penasehat Berjangka Didalam Pasal 1 angka 18 Undang undang Perdagangan Berjangka Komoditi, Penasehat Berjangka atau yang disebut juga Penasehat Perdagangan Berjangka adalah pihak yang memberikan nasehat kepada pihak lain mengenai jual beli komoditi berdasarkan kontrak berjangka dengan menerima imbalan. Dalam memberikan nasehat untuk transaksi kontrak berjangka, mereka bisa memberikan informasi untuk perdagangan berjangka tanpa harus menjadi pedagang berjangka atau pialang berjangka. Mereka bisa bekerjasama dengan berbagai institusi atau para individu yang menjadi klien mereka. Penansehat tidak boleh mengelola dana klien. Biasanya klien yang bersangkutan langsung berhubungan dengan pialang berjangka yang bertindak sebagai penerima amanat. 11 Penasehat biasanya dimanfaatkan pengelola sentra dana, karena penasehat sebelum memberikan nasehat biasanya mereka telah melakukan penelitian pasar secara akurat sehingga mereka bisa memberikan informasi mengenai perkembangan pasar dengan baik dan pengelola sentra dana bisa memilih kontrak dan harga yang terbaik. 9. Perbankan Dalam pelaksanaan perdagangan berjangka, bahwa setiap transaksi harus dijamin dengan sejumlah uang atau surat berharga yang disebut dengan margin yang disimpan di bank yang disetujui oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. Uang atau surat berharga tersebut disimpan dan diadministrasikan oleh bank dalam rekening terpisah antara dana milik nasabah dan dana milik pialang berjangka. Dana nasabah yang terdapat dalam rekening terpisah tidak bisa ditarik oleh pialang berjangka kecuali untuk komisi dan pengeluaran lainnya atas persetujuan nasabah. C. Hubungan Hukum antara Bursa Berjangka dengan Pialang Berjangka Bursa Berjangka merupakan sebuah lembaga yang dibentuk berdasarkan keanggotaan yang menyediakan fasilitas serta sarana pelayanan untuk menyelenggarakan dan mengawasi kegiatan transaksi di pasar berjangka sesuai peraturan dan undang-undang yang berlaku. Sistem, sarana berupa fasilitas dan 11 Ibid. h

17 pelayanan yang diberikan suatu bursa adalah ; lokasi fisik yang layak dan memadai untuk tempat bertransaksi para anggotanya (pialang berjangka). Anggota BBJ terdiri dari 4 kategori: 1. Pedagang, adalah Anggota Bursa yang telah terdaftar di Bappebti, yang terbagi atas: o Pedagang Perusahaan, yang hanya dapat bertransaksi untuk rekeningnya sendiri dan/atau kelompok usahanya. Pedagang Perusahaan harus memiliki sedikitnya 1 seat. o Pedagang Perorangan, yang hanya dapat bertransaksi untuk rekeningnya sendiri. Pedagang Perorangan harus memiliki seat atau menyewa minimal 1 (satu) seat. 2. Pialang, adalah Anggota Bursa berbentuk perusahaan yang telah mendapatkan izin dari Bappebti, yang terbagi atas: Pialang dapat menerima amanat dari nasabah. Sebagai tambahan, Pialang juga harus memiliki sedikitnya 1 seat. 3. Pihak yang sedang dalam proses menjadi Pialang atau Pedagang 4. Pemegang Saham Pendiri yang tidak memiliki izin atau terdaftar sebagai Pialang atau Pedagang, sebagaimana diatur dalam Pasal 12 (3) UU Perdagangan Berjangka Komoditi. 12 Jika di lihat dari tugas, kewajiban dan wewenang Bursa Berjangka, hubungan hukum yang akan timbul diantara Bursa Berjangka selaku pengelola dengan Pialang Berjangka selaku pelaku perdagangan berjangka yang juga anggota Bursa Berjangka adalah : 1) Menyediakan fasilitas yang cukup untuk dapat terselenggaranya transaksi kontrak berjangka, kontrak derivative syari ah dan/atau kontrak derivative lainnya yang teratur, wajar, efisien, efektif, dan transparan 2) Melakukan pengawasan pasar atas setiap transaksi kontrak derivative selain kontrak berjangka dan derivative syari ah, dari penyelenggra dan peserta sistem perdaganganga alternative. 3) Menyiapkan catatan dan laporan terperinci seluruh kegaitan anggota bursa berjangka yng berkaitan dengan transaksi kontrak berjangka, kontrak derivative syari ah dan./atau kontrak derivative lainnya dan penguasaan komoditi yang menjadi subyek kontrak berjangka, kontrak derivative sya riah dan./atau kontrak derivative lainnya tersebut. 4) Menjamin kerahasiaan informasi posisi keuangan serta kegaiatan usaha anggota bursa berjangka, kecuali informasi tersebut diberikan dalam rangka pelaksanaa ketentuan undang-undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya

18 5) Menyebarluaskan informasi harga kontrak berjangka, kontrak derivative sya riah dan/atau kontrak derivative lainnya yang diperdagangkan. 6) Memantau kegiatan dan kondisi keuangan anggota bursa berjangka serta mengambil tindakan pembekuan atau pemberhentian anggota bursa berjangka yang tidak memenuhi persyaratan keuangan dan pelaporan, sesuai dengan ketentuan undang-undang ini dan/atau peraturan pelaksanaan lainnya. 7) Mengawasi transaksi kontrak berjangka, kontrak derivative syari ah dan/atau kontrak derivative lainnya 8) Mengevaluasi dan menguji kualifikasi calon anggota serta menerima atau menolak calon tersebut menjadi anggota bursa berjangka 9) Menetapkan persyaratan keuangan minimum dan pelaporan bagi anggota bursa berjangka 10) Melakukan pengawasan kegiatan serta pemeriksaan terhadap pembukuan dan cacatan anggota bursa berjangka secara berkala dan sewaktu-waktu diperlukan 11) Melakukan tindakan yang dianggap perlu untuk mengamanakan transaksi kontrak berjangka, kontrak derivative syari ah dan/atau kontrak derivative lainnya, termasuk mencegah kemungkinana terjadinya manipulsai harga 12) Mendapatkan informasi yang diperlukan dari lembaga kliring berjangka yang berkaitan dengan transaksi yang dilakukan oleh anggota kliring berjangka teramsuk transaksi pedagang penyelenggara dan pialang peserta sistem perdagangan alternatif. Sebagai contoh mengenai tugas Bursa Berjangka untuk membuat aturan dalam organisasinya, yaitu peraturan dan tata tertib yang harus dipatuhi oleh anggotanya dan para pelaku transaksinya. Penegakkan peraturan ini akan sangat penting dalam rangka menciptakan kepercayaan terhadap nasabah terhadap pasar, bahwa amanat para nasabah akan dipenuhi sesuai perintah/amanat pada tingkat harga yang wajar. Bursa berjangka harus mencegah terjadinya tindakan penipuan, cidera janji (wanprestasi), rumor/isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan yang dapat mempengaruhi harga, serta tindakan-tindakan tidak jujur (curang) Yang dapat menurunkan integritas bursa itu sendiri. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya kecurangan, bursa selalu melakukan pemantauan yang cermat dan terus menerus terhadap kegiatan yang terjadi di perdagangan berjangka komoditi ini. Hal ini karena sebelum nasabah turun langsung untuk melakukan Perdagangan berjangka di Bursa Berjangka ada baiknya nasabah mengetahui terlebih dahulu tentang apa itu Bursa Berjangka dan segala sesuatu yang berkaitan dengan Perdagangan berjangka di Bursa Berjangka. Pengetahuan calon nasabah terhadap 51

19 Bursa Berjangka akan sangat membantu calon nasabah menghadapi semua resiko yang mungkin akan dialami dalam melakukan Perdagangan berjangka di Bursa Berjangka. Dengan pengetahuan yang dimiliki akan mampu untuk melindungi calon nasabah dari perilaku Pialang Berjangka atau Wakil Pialang berjangka yang nakal. Karena dalam kenyataannya banyak terjadi di lapangan atau di tengah masyarakat, masyarakat yang akan menjadi nasabah di Bursa Berjangka termakan janji-janji menggiurkan yang ditawarkan oleh pialang atau wakil pialang berjangka tanpa mereka mengetahui tentang resiko yang mungkin akan mereka terima dengan memilih Perdagangan berjangka terebut. Bahwa dari jumlah kasus yang ada sebagian besar terjadi karena ketidaktahuan nasabah tentang Bursa Berjangka dan mereka hanya terjebak dengan janji-janji keuntungan yang dijanjikan oleh marketing perusahaan Pialang Berjangka atau oleh Wakil Pialang Berjangka. Karena dalam prakteknya banyak marketing atau Wakil Pialang Berjangka bahkan perusahaan Pialang Berjangka sendiripun lebih banyak mengumbar tentang besarnya keuntungan dengan modal yang tidak bergitu besar kepada nasabah, mereka dari awal hanya berbicara tentang keuntungan yang akan di dapat oleh nasabah jika berperdagangan berjangka di Pialang Berjangka. Padahal dalam kenyataannya tidak semua yang dijanjikan tersebut dapat terpenuhi bahkan tidak jarang banyak yang cidera janji. Sehingga nasabah harus benar-benar mengetahui tentang Bursa Berjangka sebelum masuk berperdagangan berjangka ke Pialang Berjangka. Fungsi utama Bursa Berjangka adalah menyediakan fasilitas bagi anggota (Pialang Berjangka) untuk bertemu dan bertransaksi Kontrak Berjangka. Harga ditentukan melalui metode elektronis, melalui interaksi yang efisien berdasarkan permintaan dan penawaran dalam sistem perdagangan. Dua sistem perdagangan akan di implementasikan oleh BBJ yaitu, sistem satu harga per sesi dan sistem perdagangan kontinyu. Selain itu kunci pelaksanaan kegiatan bursa adalah penyedia sistem dan sarana transaksi suatu kontrak berjangka yang dapat dimulai oleh seorang yang ingin menutup kerugian yang sama kemudian melakukan kegiatan transasksi yang berlawanan dengan anggota yang berbeda sama sekali dan semua transaksi harus di cacat, di rekam, dan di laporkan. Mekanisme transaksi kontrak berjangka harus dijamin kelancaran pelaksanaanya oleh bursa mulai dari penerimaan amanat dan pelaksanaan transaksi di bursa berjangka sampai dengan penyelesaian keuangan dan penyerahan komoditi. Pelaksanaan operasional bursa dilengkapi dengan kehadiran lembaga kliring yang berfungsi menyelengagarakan penyelesaian keuangan setiap transaksi kontrak berjangka yang terjadi di bursa, dan telah di daftar pada lembaga kliring. Disinilah uniknya mekanisme perdagangan berjangka yaitu bahwa setiap transaksi dijamin 52

20 pelaksanaan penyerahan komoditinya maupun penyelesaian keuangannya. Bilamana anggota melakukan kecurangan atau pelanggaran dalam transaksi maka lembaga kliring akan bertanggaung jawab atas penyelesaian keuangan terhadap kegiatan transaksi secara keseluruhan. Bursa Berjangka memiliki banyak pengamanan dengan standar yang tinggi untuk memproteksi integritas bursa. Mereka antara lain : 1. PT Kliring Dalam melindungi integritas finansial pasar, Bursa Berjangka bersama PT Kliring dan Jaminan Bursa Komoditi (KJBK), mengadaptasi sistem pengamanan operasi dan finansial yang dapat dibandingkan dengan praktek-praktek perdagangan internasional terbaik. Sistem ini di desain untuk memberikan tingkat keamanan tertinggi dengan sistem deteksi dini dari praktek-praktek yang tidak jujur pada setiap anggotanya. Perlindungan terhadap kegagalan pasar bersifat krusial dan tetap menjadi tujuan utama sistem kliring. Kinerja keuangan dari seluruh kontrak yang diperdagangkan di lantai BBJ di jamin, diawali oleh para anggota kliring, selanjutnya oleh KJBK, ketika kontrak telah dicocokkan dan diterima oleh kliring. Seluruh peserta Bursa harus men-klir perdangangan mereka melalui anggota kliring di KJBK untuk memastikan bahwa ada pihak yang mempunyai kekuatan dibelakang kontrak mereka segera setelah mereka bertransaksi. Sekali kontrak diterima oleh kliring, KJBK akan menganggap dirinya sebagai pihak pembeli dari penjual dan sebaliknya. KJBK kemudian akan memegang setiap anggota kliring yang bertanggung jawab atas setiap posisi yang dibawanya dengan menafikkan apakah posisi yang dibawanya berasal dari anggota lain, untuk rekening nasabah non-anggota, atau untuk rekening Anggota Kliring sendiri. Pendeknya, KJBK melihat semata-mata pada Anggota Kliring yang membawa dan menjamin rekening untuk mengamankan seluruh pembayaran dan melakukan obligasi. 2. Divisi Pengawasan Divisi Pengawasan mempunyai tanggung jawab menyeluruh untuk menegakkan integritas Pasar Berjangka BBJ. Divisi ini menjalankan tanggung jawab yang luas melalui staf-stafnya yang kompeten dan dipilih secara hati-hati melalui audit yang meliputi pengawasan harian dan teratur terhadap pasar dan anggotanya, kunjungan teratur ke kantor-kantor anggota untuk audit lapangan dan mengawasi aktifitas di lantai bursa. Tugas divisi pengawasan dapat di klasifikasikan dalam tiga hal besar : a) Audit dan Tata Tertib 53

21 Bertanggung jawab untuk mendeteksi pelanggaran terhadap tata tertib dan Undang-Undang Perdagangan Berjangka Komoditi. Melakukan audit rutin dan mendadak terhadap anggota pialang dan mereview cukup tidaknya kontrol internal mereka. b) Pengawasan Keuangan Bertanggung jawab untuk mendeteksi setiap kesalahan oleh anggota yang gagal memenuhi persyaratan finansial minimum Bursa. Melaksanakan pengawasan teratur terhadap posisi keuangan anggota dan dana klien secara terpisah. Tingkat peringatan dini dibuat untuk memfasilitasi pengawasan secara lebih intensive ketika diperlukan, terhadap posisi keuangan anggota pialang. c) Pengawasan Pasar Bertanggung jawab terhadap deteksi setiap situasi yang merugikan yang dapat mengancam kelangsungan perdagangan dan likuiditas kontrak di setiap pasar berjangka BBJ untuk menghindari kemungkinan gangguan pasar. Melakukan pengawasan harian terhadap harga berjangka dan harga komoditas mendasar dari kontrak berjangka, dan juga posisi terbuka pedagang-pedagang besar. 3. Divisi Operasi Perdagangan Bertanggung jawab untuk mendeteksi setiap praktek curang dalam perdagangan, penyalahgunaan, pelanggaran lainnya dari peraturan dan tata tertib BBJ. Tugasnya antara lain memastikan seluruh pedagang di lantai mempunyai perilaku yang profesional dan berstandar tinggi, melakukan audit teratur kepada anggota menyangkut pelanggaran peraturan di lantai, menyelidiki pengaduan resmi dari anggota, individual, PT Kliring, dan sumber-sumber lainnya dan menyelenggarakan audit khusus atas permintaan komite perilaku bisnis di Bursa. Selain melaksanakan kewajiban mendeteksi pelanggaran yang dapat berpengaruh terhadap integritas pasar, unit ini juga melakukan pendekatan proaktif dalam membantu anggotaagar bertindak sesuai peraturan. Anggota didorong untuk berkonsultasi dengan unit ini pada masalah-masalah yang berhubungan dengan peraturan. Sebagai tambahan, unit ini secara teratur mengusulkan amademen terhadap peraturan agar menjadi pasar yang lebih efisien. 4. Pendaftaran Pialang Seorang anggota Bursa, yang memegang rekenign berjangka nasabah harus mempunyai izin sebagai Pialang Berjangka dari Bappebti berdasarkan Undang- Undang Perdagangan Berjangka Bappebti adalah lembaga pengawas 54

22 independen nasional yang bertanggung-jawab mengatur dan mengawasi seluruh perdagangan berjangka di Indonesia. Seorang pialang berjangka juga harus memastikan bahwa seluruh pegawai yang mengurusi nasabah terdaftar sebagai wakil pialang berjangka di Bursa dan mempunyai lisensi dari BAPPEBTI. 5. Posisi Wajib Lapor dan Batas Posisi Spekulatif Anggota diwajibkan untuk melapor ke Bursa ketika pemilik rekening, atau salah satu nasabahnya, mempunyai posisi yang sama atau mendekati level wajib lapor yang ditentukan oleh Bursa untuk setiap kontrak. Batas ini diberlakukan dengan ketat untuk mencegah manipulasi harga atau penyudutan pasar, sekaligus melindungi integritas Bursa. Pengecualian terhadap batas posisi dapat dilakukan untuk pedagang lindung nilai yang bonafide. 6. Pemisahan Dana Nasabah Anggota diwajibkan untuk membuat rekening bank terpisah utuk seluruh dana nasabah. Dana Nasabah tidak dapat ditarik dari rekening yang terpisah kecuali untuk tujuan pembayaran deposit dan margin, pembayaran debit kepada anggota dari nasabahnya, dan uang yang ditarik atas otoritas nasabahnya. Anggota juga tidak diperbolehkan untuk menggunakan uang yang dimiliki satu nasabah yang lain untuk pembayaran marjin atau membiayai perdagangan dan posisi nasabah yang lain atau anggota itu sendiri. 13 D. Hubungan Hukum antara Pialang Berjangka dengan Nasabah Nasabah selaku pemilik modal dan pelaku perdagangan berjangka di Bursa Berjangka yang di fasilitasi oleh Pialang/Wakil Pialang Berjangka. Dengan demikian terlihat bahwa Pialang/Wakil Pialang Berjangka hanya sebagai pihak perantara terhadap keinginan untuk melakukan perdagangan berjangka komoditi yang akan dilakukan oleh Nasabah. Hal ini karena untuk melakukan perdagangan berjangka komoditi di Bursa Berjangka tidak dapat dilakukan secara langsung oleh masyarakat umum, akan tetapi harus melalui Pialang/Wakil Pialang Berjangka. Hal ini terlihat dari pengertian Pialang Berjangka itu sendiri, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 17, Undang undang Perdagangan Berjangka Komoditi,yang berbunyi : Pialang Perdagangan Berjangka, yang selanjutnya disebut Pialang Berjangka, adalah badan usaha yang melakukan kegiatan jual beli Komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka, kontrak derivatif syariah dan/atau kontrak derivatif lainnya atas amanat Nasabah dengan menarik

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA

Lebih terperinci

Bursa Berjangka didirikan dengan tujuan menyelenggarakan transaksi Kontrak Berjangka yang teratur, wajar, efisien, efektif, dan transparan.

Bursa Berjangka didirikan dengan tujuan menyelenggarakan transaksi Kontrak Berjangka yang teratur, wajar, efisien, efektif, dan transparan. BAB III BURSA BERJANGKA DAN LEMBAGA KLIRING BERJANGKA Bagian Kesatu Bursa Berjangka Paragraf I Tujuan Pasal 10 Bursa Berjangka didirikan dengan tujuan menyelenggarakan transaksi Kontrak Berjangka yang

Lebih terperinci

VI. IMPLIKASI KEBIJAKAN

VI. IMPLIKASI KEBIJAKAN 119 VI. IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Hubungan Harga Crude Palm Oil Indonesia dan Rotterdam Berdasarkan hasil analisis dari impulse response maka dapat didapatkan hasil bahwa respon Indonesia pada bulan pertama

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I KETENTUAN UMUM BAB I KETENTUAN UMUM 100. DEFINISI Kecuali konteksnya menunjukkan makna yang lain, istilah-istilah yang ditulis dalam huruf kapital dalam Peraturan ini akan mengandung pengertian-pengertian sebagai berikut:

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 16, 1999 BURSA BERJANGKA. PERDAGANGAN. KOMODITI. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. BAPPEBTI. (Penjelasan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.143, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Perdagangan. Berjangka. Komoditi. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 5548) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI EKONOMI. Perdagangan. Berjangka. Komoditi. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 143) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UMUM Untuk mewujudkan terlaksananya kegiatan Perdagangan Berjangka Komoditi

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Rumusan Permasalahan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Rumusan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Rumusan Permasalahan Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan teknologi, corak dan ragam perdagangan juga mulai mengalami perkembangan, dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kesepakatan Indonesia dalam WTO, APEC, dan AFTA serta Paket

BAB I PENDAHULUAN. dengan kesepakatan Indonesia dalam WTO, APEC, dan AFTA serta Paket BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia usaha semakin berkembang dengan adanya era perdagangan bebas, 107 maka untuk menghadapi era perdagangan bebas tersebut yang sejalan dengan kesepakatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menurut Milman (2008) pada wikipedia, bursa berjangka adalah. tempat/fasilitas memperjualbelikan kontrak atas sejumlah komoditi atau

I. PENDAHULUAN. Menurut Milman (2008) pada wikipedia, bursa berjangka adalah. tempat/fasilitas memperjualbelikan kontrak atas sejumlah komoditi atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Milman (2008) pada wikipedia, bursa berjangka adalah tempat/fasilitas memperjualbelikan kontrak atas sejumlah komoditi atau instrumen keuangan dengan harga tertentu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA

PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA Copyright (C) 2000 BPHN PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA *36161 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 9 TAHUN 1999 (9/1999) TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI

Lebih terperinci

BAB II PERDAGANGAN BERJANGKA

BAB II PERDAGANGAN BERJANGKA BAB II PERDAGANGAN BERJANGKA 2.1. PENGERTIAN KONTRAK BERJANGKA Bagi masyarakat Indonesia, kontrak berjangka dan kegiatan perdagangan berjangka, masih merupakan sesuatu yang baru. Berbeda dengan pengertian

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI [LN 1997/93, TLN 3720]

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI [LN 1997/93, TLN 3720] UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI [LN 1997/93, TLN 3720] Bagian Kedua Ketentuan Pidana Pasal 71 (1) Setiap Pihak yang melakukan kegiatan Perdagangan

Lebih terperinci

Mekanisme Transaksi Perdagangan Berjangka

Mekanisme Transaksi Perdagangan Berjangka Mekanisme Transaksi Perdagangan Berjangka DAFTAR ISI Deskripsi... 2 Manfaat Perdagangan Berjangka Komoditi.. 3 Mekanisme Transaksi Multilateral... 4 Produk Multilateral... 5 Perbedaan Multilateral dan

Lebih terperinci

BAB VII PELAKSANAAN PERDAGANGAN BERJANGKA. Bagian Kesatu Pedoman Perilaku. Pasal 49

BAB VII PELAKSANAAN PERDAGANGAN BERJANGKA. Bagian Kesatu Pedoman Perilaku. Pasal 49 BAB VII PELAKSANAAN PERDAGANGAN BERJANGKA Bagian Kesatu Pedoman Perilaku Pasal 49 1. Setiap Pihak dilarang melakukan kegiatan Perdagangan Berjangka, kecuali kegiatan tersebut dilakukan berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

BAB 3 MANAJEMEN LEMBAGA KLIRING

BAB 3 MANAJEMEN LEMBAGA KLIRING BAB 3 MANAJEMEN LEMBAGA KLIRING 300. STRUKTUR ORGANISASI Secara umum tugas dan tanggung jawab Dewan Direksi adalah sebagaimana yang ditetapkan Anggaran Dasar Perseroan. Dewan Direksi mewakili Lembaga Kliring

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERATURAN DAN TATA TERTIB PT. BURSA KOMODITI & DERIVATIF INDONESIA INDONESIA COMMODITY & DERIVATIVES EXCHANGE ( ICDX )

DAFTAR ISI PERATURAN DAN TATA TERTIB PT. BURSA KOMODITI & DERIVATIF INDONESIA INDONESIA COMMODITY & DERIVATIVES EXCHANGE ( ICDX ) DAFTAR ISI PERATURAN DAN TATA TERTIB PT. BURSA KOMODITI & DERIVATIF INDONESIA INDONESIA COMMODITY & DERIVATIVES EXCHANGE ( ICDX ) DEFINISI BAB 1 KEANGGOTAAN DAN KEPESERTAAN BURSA A KEANGGOTAAN BURSA A100.

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan tidak lagi berupa benda yang berwujud. Perdagangan berjangka dilakukan di Pasar Berjangka (futures market).

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan tidak lagi berupa benda yang berwujud. Perdagangan berjangka dilakukan di Pasar Berjangka (futures market). BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dewasa ini, dunia perdagangan mengalami perkembangan yang pesat, perdagangan konvensional dimana ada penjual, pembeli, dan obyek yang secara nyata diperdagangkan bagi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BAB 3 KEPENGURUSAN DAN KOMITE LEMBAGA KLIRING

BAB 3 KEPENGURUSAN DAN KOMITE LEMBAGA KLIRING BAB 3 KEPENGURUSAN DAN KOMITE LEMBAGA KLIRING 300. STRUKTUR ORGANISASI 301. RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) 1. RUPS adalah pemegang kekuasaan tertinggi di Lembaga Kliring yang memiliki wewenang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 DEFINISI 100. DEFINISI

BAB 1 DEFINISI 100. DEFINISI BAB 1 DEFINISI 100. DEFINISI Kecuali konteksnya menunjukkan makna yang lain, istilah-istilah yang ditulis dengan huruf awal kapital dalam peraturan ini akan mengandung pengertian-pengertian sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. distributor, dan perdagangan. Suatu keuntungan yang besar telah memiliki jaringan

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. distributor, dan perdagangan. Suatu keuntungan yang besar telah memiliki jaringan BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1. Tinjauan Umum Perusahaan Millennium Danatama Group merupakan sebuah group yang telah terkenal dengan aktivitas di berbagai bidang, seperti jasa keuangan, perumahan, perbankan,

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /POJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN PERILAKU MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJASAMA INVESTASI ANTARA INVESTOR DENGAN PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJASAMA INVESTASI ANTARA INVESTOR DENGAN PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJASAMA INVESTASI ANTARA INVESTOR DENGAN PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA Galih Mahendratama Putra, Budiharto, Siti Mahmudah*) Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar Hukum PT Premier Equity Futures PT Premier Equity Futures bergerak di bidang perdagangan kontrak derivatif komoditi, Indeks Saham dan Foreign Exchange, bersifat independen

Lebih terperinci

BAB 5 PENEGAKAN PERATURAN

BAB 5 PENEGAKAN PERATURAN BAB 5 PENEGAKAN PERATURAN OTORITAS PENEGAK PERATURAN DAN TATA TERTIB BURSA 500. DIVISI AUDIT DAN PENGAWASAN PASAR 1. Direksi menunjuk kepala Divisi Audit Dan Pengawasan Pasar untuk melaksanakan penegakan

Lebih terperinci

UU No. 8/1995 : Pasar Modal

UU No. 8/1995 : Pasar Modal UU No. 8/1995 : Pasar Modal BAB1 KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1 Afiliasi adalah: hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat a. kedua, baik

Lebih terperinci

Di Indonesia, badan pemerintahan yang mengatur perizinan dan pengawasan kegiatan investasi forex dan komoditi trading dipegang oleh :

Di Indonesia, badan pemerintahan yang mengatur perizinan dan pengawasan kegiatan investasi forex dan komoditi trading dipegang oleh : PERDAGANGAN BERJANGKA Perdagangan berjangka adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan jual dan beli dengan penyerahan kemudian berdasarkan kontrak berjangka dan Opini atas kontrak berjangka. Kontrak

Lebih terperinci

PASAR KOMODITI: Perdagangan Berjangka & Pasar Lelang Komoditi

PASAR KOMODITI: Perdagangan Berjangka & Pasar Lelang Komoditi RINGKASAN BUKU: PASAR KOMODITI: Perdagangan Berjangka & Pasar Lelang Komoditi Oleh: IR. R. SERFIANTO D. PURNOMO CITA YUSTISIA SERFIYANI, SH ISWI HARIYANI, SH, MH Penerbit: JOGJA BANGKIT PUBLISHER (GALANGPRESS

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI DAN INTERPRETASI

BAB I DEFINISI DAN INTERPRETASI BAB I DEFINISI DAN INTERPRETASI 100. DEFINISI Kecuali konteksnya menunjukkan makna yang lain, istilah-istilah yang ditulis dalam huruf kapital dalam Peraturan ini akan mengandung pengertian-pengertian

Lebih terperinci

BAB X PELAKSANAAN PERDAGANGAN BERJANGKA. Bagian Kesatu Pedoman Perilaku Pialang Berjangka. Pasal 102

BAB X PELAKSANAAN PERDAGANGAN BERJANGKA. Bagian Kesatu Pedoman Perilaku Pialang Berjangka. Pasal 102 BAB X PELAKSANAAN PERDAGANGAN BERJANGKA Bagian Kesatu Pedoman Perilaku Pialang Berjangka Pasal 102 Pialang Berjangka wajib mempertahankan Modal Bersih Disesuaikan sebagaimana ditetapkan oleh Bappebti.

Lebih terperinci

BAB 14 SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF

BAB 14 SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF BAB 14 SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF 1400. KETENTUAN UMUM Tanpa mengesampingkan pengertian yang tercantum dalam Bab 1 Peraturan dan Tata Tertib Lembaga Kliring, maka setiap istilah yang tercantum dalam

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI KEMENTERIA PER DAGAN REPUBLIK INDONESI INISTRY OF TRAD BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI Gedung Bappebti Lantai 3-5 JI. Kramat Raya No. 172 Jakarta 10430 Telephone: (021) 31924744 Faxsimile

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya suatu masyarakat adil dan makmur berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB IX PEMBUKUAN DAN PELAPORAN. Pasal 87

BAB IX PEMBUKUAN DAN PELAPORAN. Pasal 87 BAB IX PEMBUKUAN DAN PELAPORAN Pasal 87 1. Bursa Berjangka, Lembaga Kliring Berjangka, Pialang Berjangka, Penasihat Berjangka, dan Pengelola Sentra Dana Berjangka wajib membuat, menyimpan, dan memelihara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UU R.I No.8/1995 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar berjangka (futures market) merupakan bagian dari pasar derivatif yang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar berjangka (futures market) merupakan bagian dari pasar derivatif yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar berjangka (futures market) merupakan bagian dari pasar derivatif yang digunakan oleh berbagai pihak untuk mengelola resiko. Di Indonesia pasar ini sudah lama dirasakan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk kepentingan negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa pembangunan bidang ekonomi khususnya kelancaran

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te No.291, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Lembaga Kliring dan Penjaminan. Pemeliharaan Dokumen (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6159) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

BAB 3 MANAJEMEN LEMBAGA KLIRING. 300 Struktur Organisasi. 301 Pengurus. 302 Tugas dan Tanggung Jawab Direksi

BAB 3 MANAJEMEN LEMBAGA KLIRING. 300 Struktur Organisasi. 301 Pengurus. 302 Tugas dan Tanggung Jawab Direksi BAB 3 MANAJEMEN LEMBAGA KLIRING 300 Struktur Organisasi 301 Pengurus 302 Tugas dan Tanggung Jawab Direksi 303 Tugas dan Tanggung Jawab Tambahan Direksi 304 Komite Kliring No. : PTT-DSP-001 REV.04/03 Januari

Lebih terperinci

M E M U T U S K A N : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG KETENTUAN TEKNIS PERILAKU PIALANG BERJANGKA.

M E M U T U S K A N : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG KETENTUAN TEKNIS PERILAKU PIALANG BERJANGKA. 6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 60/M Tahun 2008 tentang Pengangkatan Pejabat Eselon I di lingkungan Departemen Perdagangan; 7. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 01/M-DAG/PER/3/2005

Lebih terperinci

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR ATAS PAILITNYA PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA DALAM PERJANJIAN KERJASAMA

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR ATAS PAILITNYA PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA DALAM PERJANJIAN KERJASAMA BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR ATAS PAILITNYA PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA DALAM PERJANJIAN KERJASAMA INVESTASI DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PEDAGANGAN BERJANGKA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut akan dapat memberikan manfaat bagi para investor, pelaku usaha, dan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut akan dapat memberikan manfaat bagi para investor, pelaku usaha, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar komoditi dan pasar keuangan merupakan jenis pasar yang memiliki pengaruh besar dalam menjaga stabilitas perekonomian suatu negara. Kedua pasar tersebut

Lebih terperinci

PASAR MODAL. Tujuan Pembelajaran. Perbedaan Pasar Modal dan Pasar Uang. Perihal Pasar Modal Pasar Uang Tingkat bunga Relatif rendah Relatif tinggi

PASAR MODAL. Tujuan Pembelajaran. Perbedaan Pasar Modal dan Pasar Uang. Perihal Pasar Modal Pasar Uang Tingkat bunga Relatif rendah Relatif tinggi KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PASAR MODAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami karakteristik pasar modal. 2. Memahami

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/9/PADG/2017 TENTANG LEMBAGA PENDUKUNG PASAR UANG YANG MELAKUKAN KEGIATAN TERKAIT SURAT BERHARGA KOMERSIAL DI PASAR UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA

Lebih terperinci

Formulir Nomor IV.PRO.10.1 (KOP PERUSAHAAN)

Formulir Nomor IV.PRO.10.1 (KOP PERUSAHAAN) Formulir Nomor IV.PRO.10.1 (KOP PERUSAHAAN) DOKUMEN PEMBERITAHUAN ADANYA RISIKO YANG HARUS DISAMPAIKAN OLEH PIALANG BERJANGKA UNTUK TRANSAKSI KONTRAK DERIVATIF DALAM SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF Dokumen

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional yang berkesinambungan

Lebih terperinci

Rancangan Undang-undang tentang Akuntan Publik

Rancangan Undang-undang tentang Akuntan Publik Departemen Keuangan RI Rancangan Undang-undang tentang Akuntan Publik Panitia Antar Departemen Penyusunan Rancangan Undang-undang Akuntan Publik Gedung A Lantai 7 Jl. Dr. Wahidin No.1 Jakarta 10710 Telepon:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dengan semakin menyatunya perekonomian nasional ke dalam tatanan ekonomi dunia, ketidakpastian usaha akan menjadi ciri dalam dinamika perekonomian global yang harus

Lebih terperinci

2017, No Berjangka Komoditi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 79, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5232);

2017, No Berjangka Komoditi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 79, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5232); BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1453, 2017 BAPPEPTI. Direktur Kepatuhan. Tugas, Wewenang, dan Kewajiban. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN DANA KOMPENSASI.

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN DANA KOMPENSASI. 7. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M- DAG/PER/7/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Perdagangan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

109 Jasa Kliring dan Penjaminan serta Penyelesaian Transaksi Kontrak Berjangka. 110 Wewenang Lembaga Kliring Dalam Penyelesaian Kontrak Berjangka

109 Jasa Kliring dan Penjaminan serta Penyelesaian Transaksi Kontrak Berjangka. 110 Wewenang Lembaga Kliring Dalam Penyelesaian Kontrak Berjangka BAB 1 KETENTUAN UMUM 100 Kepatuhan Terhadap Undang-Undang 101 Perubahan Peraturan 102 Kewajiban Anggota Kliring 103 Batasan Tanggung Jawab 104 Larangan terhadap Pejabat atau Pegawai 105 Larangan Penyalahgunaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI. BAB I KETENTUAN

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI. BAB I KETENTUAN No.293, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Pasar Modal. Manajer Investasi. Prinsip Syariah. Penerapan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5983) PERATURAN

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang

2 menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang No.361, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Transaksi. Bursa. Penjamin. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5635) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.36, 2017 KEUANGAN OJK. Investasi Kolektif. Multi Aset. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6024) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 26/POJK.04/2014 TENTANG. Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 26/POJK.04/2014 TENTANG. Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 26/POJK.04/2014 TENTANG Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGAWASAN KEPATUHAN DAN PEMANTAUAN TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN KEPATUHAN

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.292, 2017 KEUANGAN OJK. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian. Pemeliharaan Dokumen. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6160) PERATURAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pembangunan bidang ekonomi khususnya kelancaran produksi dan distribusi barang

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH PADA MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH PADA MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH PADA MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 69 /POJK.04/2017 TENTANG PEMELIHARAAN DOKUMEN OLEH BURSA EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 69 /POJK.04/2017 TENTANG PEMELIHARAAN DOKUMEN OLEH BURSA EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 69 /POJK.04/2017 TENTANG PEMELIHARAAN DOKUMEN OLEH BURSA EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 15 /PBI/2014 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 15 /PBI/2014 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 15 /PBI/2014 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. b. c. d. bahwa penyelenggara

Lebih terperinci

BAB III PERJANJIAN INVESTASI ANTARA INVESTOR DENGAN PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA. A. Dasar Hukum Untuk Melaksanakan Perjanjian Kerjasama Investasi

BAB III PERJANJIAN INVESTASI ANTARA INVESTOR DENGAN PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA. A. Dasar Hukum Untuk Melaksanakan Perjanjian Kerjasama Investasi BAB III PERJANJIAN INVESTASI ANTARA INVESTOR DENGAN PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA A. Dasar Hukum Untuk Melaksanakan Perjanjian Kerjasama Investasi Perjanjian secara umum diatur dalam dalam Buku III Kitab

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 1997 (32/1997) TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 1997 (32/1997) TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 1997 (32/1997) TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1.tE,"P...F.3...1!..7. INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

II. PIHAK YANG WAJIB MELALUI PROSES PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN

II. PIHAK YANG WAJIB MELALUI PROSES PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN Yth. Direksi Perusahaan Efek Yang Melakukan Kegiatan Usaha Sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 57 /SEOJK.04/2017 TENTANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UU R.I No.8/1995 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa industri perasuransian yang sehat, dapat diandalkan,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PERSYARATAN, TUGAS, WEWENANG, DAN KEWAJIBAN DIREKTUR KEPATUHAN PIALANG BERJANGKA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor: 107/BAPPEBTI/PER/11/2013

Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor: 107/BAPPEBTI/PER/11/2013 8. Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 63/BAPPEBTI/Per/9/2008 tentang Ketentuan Teknis Perilaku Pialang Berjangka sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Badan

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL

KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 50 /POJK.04/2016 TENTANG PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN

Lebih terperinci