BAB I PENDAHULUAN. tersebut akan dapat memberikan manfaat bagi para investor, pelaku usaha, dan
|
|
- Yandi Cahyadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar komoditi dan pasar keuangan merupakan jenis pasar yang memiliki pengaruh besar dalam menjaga stabilitas perekonomian suatu negara. Kedua pasar tersebut akan dapat memberikan manfaat bagi para investor, pelaku usaha, dan masyarakat jika ditangani dengan pengelolaan yang baik dan benar. Menurut Dibyo Purnomo et al. (2013:1), investasi di pasar komoditi mempunyai potensi keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan tabungan atau deposito, bahkan dapat melebihi keuntungan dari saham atau obligasi. Namun demikian, investasi di pasar komoditi khususya perdagangan berjangka, harus dilakukan dengan bijak karena memiliki risiko yang lebih besar serta tidak mendapatkan jaminan oleh pemerintah/lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Seiring berjalannya waktu, perekonomian Indonesia saat ini dapat dikatakan semakin membaik. Hal tersebut terlihat pada pernyataan World Economic Forum yang menempatkan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi dunia peringkat ke-18 sehingga Indonesia masuk dalam jajaran negara elit G-20 dan bahkan mendapatkan investment grade (negara layak investasi) pada bulan Desember 2011 yang terlepas sejak krisis moneter tahun 1997 (Dibyo Purnomo et al., 2013:2). Kemajuan perekonomian Indonesia tersebut ikut mendorong perkembangan industri jasa keuangan khususnya pada perdagangan berjangka komoditi yang digunakan sebagai sarana pengelolaan risiko dan pembentuk harga acuan yang wajar dan transparan di pasar fisiknya. Sebagai negara penghasil 1
2 2 berbagai komoditi andalan dunia seperti minyak sawit, kakao, kopi, karet, kayu, emas, timah dan lain-lain, Indonesia pada hakikatnya memiliki kekuatan untuk ikut mengatur harga komoditi dunia. Namun kenyataannya, negara kita hanya sebagai negara produsen yang tidak berdaya dalam mengatur harga komoditi yang dihasilkannya. Jika Indonesia berhasil mengembangkan perdagangan berjangka maka Indonesia nantinya dapat menjadi barometer harga berbagai komoditi andalan dunia. Komoditi Kakao adalah salah satu komoditas ungulan perkebunan di Indonesia yang diperdagangkan di Bursa Berjangka Jakarta (Jakarta Futures Exchange) sejak tahun Kakao memiliki peranan yang cukup penting bagi perekonomian nasional. Selain menarik investor asing, keberadaan komoditi kakao secara tidak langsung menciptakan penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Berdasarkan data Kementrian Pertanian Republik Indonesia, sumbangan devisa komoditas kakao di tahun 2012 mencapai US$ 1,05 miliyar. Selain itu, pada tahun 2002, perkebunan kakao juga telah menyediakan lapangan pekerjaan dan sumber pendapatan sekitar 900 ribu kepala keluarga petani yang sebagian besar berada di kawasan timur Indonesia. Perkebunan kakao di Indonesia mengalami perkembangan pesat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir dan pada tahun 2002 areal perkebunan kakao Indonesia tercatat seluas ha. Perkebunan kakao tersebut sebagian besar dikelola oleh rakyat sebanyak 87,4% dan selebihnya 6,0% dikelola oleh perkebunan besar negara, serta 6,7% oleh perkebunan besar swasta. Jenis tanaman kakao yang dibudidayakan sebagian besar adalah jenis kakao curah dengan sentra produksi
3 3 utama adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. Disamping itu juga dibudidayakan jenis kakao mulia oleh perkebunan besar negara di Jawa Timur dan Jawa Tengah ( Selain kakao, Indonesia juga merupakan salah satu negara produsen dan eksportir kopi paling besar di dunia. Kebanyakan hasil produksinya adalah varietas robusta yang meskipun saat ini masih memiliki kualitas yang lebih rendah. Indonesia juga terkenal karena memiliki sejumlah kopi khusus seperti kopi luwak (dikenal sebagai kopi yang paling mahal di dunia) dan kopi Mandailing. Kopi diperkenalkan di Nusantara oleh Belanda yang pada awalnya menanam pohon-pohon kopi di sekitar wilayah kekuasaan mereka di Batavia namun kemudian dengan cepat mengekspansi produksi kopi ke wilayah Bogor dan Sukabumi di Jawa Barat di abad ke-17 dan abad ke-18. Indonesia terbukti memiliki iklim yang hampir ideal untuk produksi kopi dan karenanya perkebunanperkebunan didirikan di wilayah-wilayah lain di Jawa, Sumatra dan juga di Sulawesi. Pada saat ini, perkebunan kopi Indonesia mencakup total wilayah kirakira 1,24 juta hektar, 933 hektar perkebunan robusta dan 307 hektar perkebunan arabika. Lebih dari 90% dari total perkebunan dibudidayakan oleh para petani skala kecil (Ridwan dan Wijaya, 2014). Komoditi kakao dan kopi robusta merupakan komoditas yang telah diperdagangkan di Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) di bawah pengawasan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEPTI). PBK adalah sarana perdagangan yang dapat dimanfaatkan investor, dunia usaha, termasuk petani dan UMKM untuk mencegah kemungkinan-kemungkina jelek
4 4 berupa kerugian yang akan terjadi baik dalam jangka pendek ataupun jangka pajang akibat fluktuasi harga. Selain berfungsi sebagai sarana pengelolaan risiko, PBK juga berfungsi sebagai sarana terbentuknya harga (price discovery) yang efektif and transparan sehingga informasi harga yang terbentuk dapat digunakan sebagai referensi berbagai pihak. Fluktuasi harga yang terjadi menyebabkan para pelaku bursa baik pembeli maupun penjual mengalami kesulitan dalam menentukan harga acuan (price reference) yang dapat menimbulkan kerugian dari kedua belah pihak (Dibyo Purnomo et al., 2013:14-16). Untuk meminimalkan risiko yang akan terjadi diperlukan upaya serta analisis yang akurat untuk penjegahan risiko kerugian. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah diperlukan diversifikasi portofolio. Menurut Ismiyanti dan Sasmita (2011), investor dengan tipe penghindar risiko, pemilihan diversifikasi portofolio tidaklah cukup. Diversifikasi portofolio hanyalah untuk mengurangi risiko non-systematic, akan tetapi risiko pasar (systematic risk) masih tetap ada. Oleh karena itu, untuk meminimalkan risiko pasar diperlukan suatu instrumen lindung-nilai (hedging) yang dapat menurunkan tingkat varians return. Upaya lindung-nilai ini berkaitan dengan beberapa faktor yaitu harga komoditas di pasar fisik, harga komoditas di pasar berjangka dan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Hedging atau lindung-nilai pada dasarnya mentransfer risiko kepada pihak lain yang lebih bisa mengelola risiko lebih baik melalui transaksi instrumen keuangan seperti kontrak berjangka. Harga komoditi sering berfluktuasi yang disebabkan oleh sejumlah faktor yang sulit dikontrol seperti anomali cuaca dan
5 5 musim, bencana alam, dan lain-lain. Dengan melakukan hedging menggunakan kontrak berjangka para pemilik komoditi, investor ataupun spekulator dapat meminimalkan risiko penjualan akibat gejolak harga. Pemanfaatan mekanisme hedging tersebut membuat produsen komoditi dapat menjual komoditi yang baru akan dipanen beberapa bulan kemudian pada tingkat harga yang telah dipastikan sebelum panen. Dengan cara demikian, mereka dapat memperoleh jaminan harga sehingga tidak terpengaruh fluktuasi harga jual di pasar fisik. Selain bermanfaat bagi produsen komoditi, manfaat yang sama juga dapat diperoleh oleh pihak lain seperti eksportir yang harus melakukan pembelian komoditi di masa yang akan datang pada saat harus memenuhi kontrak dengan pembeli di luar negeri. Perusahaan pengolahan bahan baku komoditi yang secara terus-menerus membutuhkan pasokan juga akan diuntungkan, sebab merekapun akan mendapatkan komoditi dengan harga yang stabil. (Hull, 2008:45) menyebutkan lindung-nilai yang sempurna adalah dengan mengeleminasi semua risiko, namun perfect hedging merupakan hal yang sangat jarang sekali adanya. Dengan melakukan hedging menggunakan kontrak derivatif diharapkan dapat mendekatkan pada kondisi lindung-nilai yang sesempurna mungkin sehingga, nantinya diharapkan imbal hasil yang diperoleh dapat sesuai dengan imbal hasil yang diharapkan (expected return). Selain itu alternatif lain yang dapat dilakukan oleh pelaku bursa untuk meminimalkan risiko yaitu dengan melakukan manuver strategi yaitu cross hedging. Cross hedging dapat dilakukan dengan menghedge suatu komoditi dengan menggunakan kontrak futures komoditi lain. Contonya Petani, investor, ataupun
6 6 spekulator ingin menghindari risiko dari fluktuasi harga di pasar fisik komoditi A sehingga mereka melakukan hedging dengan membeli kontrak futures komoditi A di pasar berjangka. Akan tetapi pada suatu waktu keuntungan dengan kontrak futures A tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, investor dan speculator dapat melakukan menuver strategi dengan melakukan cross hedging yaitu menghedge komoditi A dengan kontrak futures komoditi B yang memiliki trend pergerakan yang sama dengan harga komoditi A di pasar fisiknya. Temuan dari penelitian Ismiyanti dan Sasmita (2011) menyatakan bahwa cross hedging dapat dilakukan jika komoditi yang akan dihedge tidak terdapat kontrak futuresnya, maka sebagai alternatifnya dapat digunakan kontrak futures komoditi lain yang memilik pergerakan harga yang sama. Dari penelitian tersebut, dengan mengunakan uji statistik pearson correlation, ditemukan bahwa korelasi spot emas dengan olein futures sebesar 0,694 dan korelasi spot olein dengan gold futures sebesar 0,691. Hal tersebut merupakan indicator bahwa futures emas dapat digunakan untuk menghedge komoditi olein, dan futures olein dapat digunakan untuk menghedge komoditi emas. Selanjutnya Graff et al. (1997) menyatakan bahwa secara umum, cross hedging akan berjalan dengan baik dalam mengurangi risiko jika harga komoditi yang akan dilakukan cross hedge memiliki korelasi yang kuat terhadap harga kontrak futures hedgednya dan memiliki arah pergerakan yang sama. Dalam hal ini, cross hedging bukan merupakan strategi yang baik dan bahkan memungkinkan tidak akan meminimalkan risiko jika pergerakan harga komoditi di pasar spot tidak searah dengan pergerakan harga futures yang akan di cross
7 7 hedge. Pada situasi ini, kemungkinan yang terjadi adalah risiko harga hedgenya akan lebih besar dari risiko harga jika tidak melakukan hedge (unhedged). Hull (2008:21) menyebutkan bahwa kontrak futures merupakan sebuah kesepakatan untuk membeli atau menjual aset pada harga dan waktu tertentu dimasa yang akan datang. Dengan menggunakan kontrak futures diharapkan dapat melakukan pencegahan risiko terhadap pergerakan harga pada pasar spot yang tidak diinginkan. Disaat pasar futures dan pasar tunai bergerak bersamaan, setiap kerugian yang diderita oleh hedgers pada satu posisi dapat diimbangi dengan laba pada posisi lainnya. Oleh karena itu laba dan kerugian diharapkan memiliki nilai yang sama. Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) di Indonesia dilakukan di Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) yang didirikan pada 21 November 2000, dan mulai resmi melakukan perdagangan pertama sejak 15 Desember Selain itu, PBK juga dapat dilakukan di Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) yang didirikan pada 23 Juni Bursa komoditi mempertemukan pembeli dan penjual untuk memperdagangkan kontrak berjangka atas komoditi. Pada mulanya, bursa komoditi digunakan oleh petani dan produsen untuk melindungi kedua belah pihak dari fluktuasi harga. Hingga saat ini, selain dimanfaatkan oleh petani dan produsen, bursa komoditi juga dimanfaatkan oleh spekulator yang melakukan pembelian dan penjualan kontrak berjangka untuk mendapatkan keuntungan serta menyediakan likuiditas terhadap sistem perdagangan berjangka. Komoditi yang umumnya ditransaksikan adalah kopi, kakao, gula, kedelai, jagung, emas, tembaga, kapas, lada, gandum, CPO (crude palm oil, minyak sawit mentah),
8 8 katun, susu, logam (emas, perak, nikel), dan juga kontrak berjangka yang menggunakan komoditi sebagai aset acuannya. Kontrak berjangka ini mencakup harga spot, kontrak serah (forward), kontrak berjangka (futures), dan opsi berjangka. Berdasarkan data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) terdapat 10 komoditi utama yang di perdagangkan di Perdagangan Berjangka Komoditi diantaranya CPO (crude palm oil), Olein, Minyak Kelapa, Kakao, Kopi Arabika, Kopi Robusta, Karet, Jagung, Emas dan Timah. Diantara komoditi tersebut, kakao merupakan komoditi ungulan ketiga dan kopi merupakan komoditi keempat dari komoditi lainnya ( Pada penelitian ini, topik yang dibahas adalah mengenai lindung-nilai yang terbaik dalam meminimalkan risiko pada komoditi kakao di pasar fisiknya dengan melakukan hedging atau cross hedging. Analisis yang dilakukan adalah dengan melakukan perbandingan antara hedging kakao futures dengan cross hedging kopi robusta futures dengan melihat nilai varians return yang dihasilkan. Nantinya dari analisis tersebut diperoleh kontrak futures mana yang efektif dalam meminimalkan risiko di pasar fisik kakao Rumusan Masalah Pada rumusan masalah ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai masalah atau isu yang akan dibahas pada penelitian ini. Berdasarkan uraian yang telah disampaikan pada bagian latar belakang, maka rumusan masalah yang telah disusun dalam penelitian ini adalah:
9 9 1. Apakah terdapat perbedaan antara varians return saat melakukan hedging Kakao Futures Contracts dengan varians return saat melakukan cross hedging Kopi Robusta Futures Contracts? 2. Apakah hedging kakao futures dapat meminimalkan risiko pada komoditi kakao di pasar fisiknya? 3. Apakah cross hedging kopi robusta futures dapat meminimalkan risiko pada komiditi kakao di pasar fisiknya? 1.3. Batasan Masalah Untuk mencegah agar tidak terjadi ketidakjelasan terhadap topik penelitian, maka perlu adanya batasan masalah. Batasan masalah ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor mana saja yang termasuk dalam ruang lingkup masalah penelitian dan faktor mana saja yang tidak termasuk dalam ruang lingkup masalah penelitian. Adapun batasan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini mengunakan data yang bersumber dari data yang dipublikasikan di Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEPTI) yang dihimpun dari data Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) atau Jakarta Futures Exchange (JFX) periode: Periode pengamatan berdasarkan bulan kontrak masing-masing futures. Pengamatan kakao futures di bulan Maret, Mei, Juli, September, dan Desember. Pengamatan kopi robusta futures di bulan Januari, Maret, Mei, Juli, September dan November.
10 10 3. Penelitian ini mengunakan Uji Akar Unit atau Uji Stationer, Uji Korelasi Pearson, Uji Regresi Sederhana, dan Uji Independent Sample T-Test yang akan dijelaskan pada BAB III Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan rumusan kalimat yang menunjukkan hasil, sesuatu yang diperolah setelah penelitian selesai, ataupun sesuatu yang akan dicapai/dituju dalam sebuah penelitian. Dalam hal ini, berdasarkan rumusan masalah dan batasan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini yang hendak dicapai adalah sebagai berikut: 1. Menguji perbedaan varians return yang dihasilkan antara hedging kakao futures dengan cross hedging kopi robusta futures. 2. Menguji efektivitas hedging dengan kakao futures dalam meminimalkan risiko pada komoditi kakao di pasar fisiknya. 3. Menguji efektivitas cross hedging dengan kopi robusta futures dalam meminimalkan risiko pada komoditi kakao di pasar fisiknya Manfaat Penelitian Manfaat Penelitian merupakan dampak dari pencapaiannya suatu tujuan. Pada penelitian ini, manfaat yang akan diperoleh tidak hanya akan diterima dari satu pihak saja, melainkan pada beberapa pihak yang akan mendapat manfaat dari
11 11 penelitian ini, yaitu diantaranya bagi akademis, petani selaku pemilik komoditi, pedagang investor, ataupun spekulator. Berikut ini akan dijabarkan lebih lanjut: 1. Bagi Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memperdalam kajian teori mengenai manajemen keuangan khususnya pada bursa berjangka dan nantinya dapat dikembangkan lebih jauh lagi. 2. Bagi Investor, Spekulator dan Pedagang Penelitian ini diharapkan dapat menjadi saran dan pedoman bagi investor, spekulator, dan pedagang selaku hedger dalam menentukan keputusan pada saat melakukan transaksi di Bursa Berjangka Sistematika Penulisan Sistematika penulisan merupakan rencana dari isi penelitian yang akan ditulis sebagai gambaran awal untuk menilai kerangka materi yang akan disusun penulis. Adapun susunan sistematika penulisannya adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian yang akan diteliti.
12 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi penjelasan dan pembahasan secara rinci yang meliputi telaah pustaka dan hasil penelitian terdahulu sehingga nantinya dapat diprediksi dalam bentuk hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan beberapa hal mengenai metode penelitian, di antaranya data dan metode pengumpulan data sekunder, serta alat analisis data. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan mengenai metode analisis dan menguraikan hasil penelitian secara keseluruhan atau sebagian yang sesuai dengan teori atau menurut pandangan secara umum yang berlaku. Peneliti juga membandingkan hasil yang diperoleh dengan hasil penelitian yang lain, apakah ada persamaan atau perbedaan. BAB V PENUTUP Menguraikan secara singkat kesimpulan dari hasil penelitian dan memberikan saran yang mungkin berguna untuk penelitian berikutnya dan untuk masyarakat sekitar.
BAB I PENDAHULUAN. Pasar keuangan yang berkembang dengan sangat pesat menyebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar keuangan yang berkembang dengan sangat pesat menyebabkan terjadinya perubahan situasi dan kondisi pasar yang cenderung menimbulkan risiko bagi para investor.
Lebih terperinciPASAR KOMODITI: Perdagangan Berjangka & Pasar Lelang Komoditi
RINGKASAN BUKU: PASAR KOMODITI: Perdagangan Berjangka & Pasar Lelang Komoditi Oleh: IR. R. SERFIANTO D. PURNOMO CITA YUSTISIA SERFIYANI, SH ISWI HARIYANI, SH, MH Penerbit: JOGJA BANGKIT PUBLISHER (GALANGPRESS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu keuntungan. Perdagangan bebas dan ilmu teknologi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dewasa ini investasi adalah cara untuk menjaga kekayaan dan menghasilkan suatu keuntungan. Perdagangan bebas dan ilmu teknologi yang serba canggih, membuka peluang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hitungan menit maupun detik. Berkembangnya teknologi dan informasi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fenomena fluktuasi kurs mata uang dunia bukan merupakan hal baru dalam dunia perekonomian dunia. Perubahan nilai mata uang tersebut terjadi bukan hanya dalam
Lebih terperinciANALISIS PERBEDAAN HEDGING KAKAO FUTURES DENGAN CROSS HEDGING KOPI ROBUSTA FUTURES YANG DIPERDAGANGAN DI BURSA BERJANGKA JAKARTA PERIODE:
1 ANALISIS PERBEDAAN HEDGING KAKAO FUTURES DENGAN CROSS HEDGING KOPI ROBUSTA FUTURES YANG DIPERDAGANGAN DI BURSA BERJANGKA JAKARTA PERIODE: 2012-2016 Muhammad Noval Hidayat C. Handoyo Wibisono Prodi Manajemen
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Menurut Milman (2008) pada wikipedia, bursa berjangka adalah. tempat/fasilitas memperjualbelikan kontrak atas sejumlah komoditi atau
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Milman (2008) pada wikipedia, bursa berjangka adalah tempat/fasilitas memperjualbelikan kontrak atas sejumlah komoditi atau instrumen keuangan dengan harga tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan sumber pembiayaan yang sangat penting adalah devisa. Devisa diperlukan untuk membiayai impor dan membayar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia juga mengalami peningkatan. Bertambahnya aset dan modal yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi yang makin berkembang telah membuka peluang dalam dunia bisnis semakin lebar dan luas. Aset dan modal yang dimiliki perusahaan di Indonesia juga mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan adanya perdagangan bebas dan teknologi yang serba canggih. Hal tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini investasi adalah cara untuk menjaga kekayaan yang dimiliki dan menghasilkan keuntungan. Salah satu ciri dari era globalisasi saat ini yaitu dengan adanya
Lebih terperinciPERTEMUAN 14 KONSEP, TRANSAKSI DAN LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING
PERTEMUAN 14 KONSEP, TRANSAKSI DAN LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Mahasiswa dapat menjelaskan masalah-masalah yang timbul akibat nilai kurs mata uang yang menyatakan hubungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi penggunaan BBM (bahan bakar minyak) di Indonesia yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumsi penggunaan BBM (bahan bakar minyak) di Indonesia yang sudah melebihi jumlah produksi, mengakibatkan pemerintah harus mencari cara pemenuhan jumlah ketersediaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dengan semakin menyatunya perekonomian nasional ke dalam tatanan ekonomi dunia, ketidakpastian usaha akan menjadi ciri dalam dinamika perekonomian global yang harus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen beberapa komoditi. primer seperti produk pertanian, perkebunan, dan perikanan serta
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara produsen beberapa komoditi primer seperti produk pertanian, perkebunan, dan perikanan serta kehutanan. Sebagian besar dari produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Minyak kelapa sawit merupakan minyak nabati yang berasal dari buah kelapa sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan. Minyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (sumber: goldprice.org)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Dalam bursa berjangka, sejumlah komoditas diperjualbelikan dengan harga tertentu yang penyerahannya dilakukan pada saat yang akan datang. Komoditas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat dahulu, pada umumnya orang melakukan investasi secara tradisional.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat dahulu, pada umumnya orang melakukan investasi secara tradisional. Orang yang memiliki dana berlebih dan tidak menyukai resiko biasanya berinvestasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha perkebunan merupakan usaha yang berperan penting bagi perekonomian nasional, antara lain sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi petani, sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Harga komoditi Crude Palm Oil (CPO) ditentukan oleh kekuatan supply dan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Harga komoditi Crude Palm Oil (CPO) ditentukan oleh kekuatan supply dan demand pasar dunia, harga ini memiliki resiko berubah seiring dengan tekanan kekuatan pasar.
Lebih terperinciMekanisme Transaksi Perdagangan Berjangka
Mekanisme Transaksi Perdagangan Berjangka DAFTAR ISI Deskripsi... 2 Manfaat Perdagangan Berjangka Komoditi.. 3 Mekanisme Transaksi Multilateral... 4 Produk Multilateral... 5 Perbedaan Multilateral dan
Lebih terperinciVI. IMPLIKASI KEBIJAKAN
119 VI. IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Hubungan Harga Crude Palm Oil Indonesia dan Rotterdam Berdasarkan hasil analisis dari impulse response maka dapat didapatkan hasil bahwa respon Indonesia pada bulan pertama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komoditas merupakan salah satu subyek yang kerap digunakan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komoditas merupakan salah satu subyek yang kerap digunakan dalam perekonomian dan juga dalam perdagangan kontrak berjangka di bursa berjangka (Baer & Saxon,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. alternatif investasi tersebut. Besarnya return yang didapat memiliki korelasi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar finansial telah menimbulkan dampak munculnya beragam produk investasi, mulai dari yang konvensional hingga yang kepada produk-pruduk terstruktur.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Hal ini didorong oleh semakin meningkatnya hubungan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hull (2008: 45) menyebutkan bahwa lindung nilai yang sempurna adalah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hedging atau Lindung Nilai Hull (2008: 45) menyebutkan bahwa lindung nilai yang sempurna adalah dengan mengeleminasi semua risiko, namun perfect hedging
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dunia telah dikagetkan dengan sebuah fenomena baru pada kurun waktu
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Masyarakat dunia telah dikagetkan dengan sebuah fenomena baru pada kurun waktu yang sangat singkat dalam setahun terakhir ini yaitu pergerakan harga minyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal atau investor. Dana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama menjadi sarana bagi perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan bebas. Perdagangan bebas merupakan suatu kegiatan jual beli produk antar negara tanpa adanya
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,
BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti
Lebih terperinciPENDAHULUAN. ini pertumbuhannya sangat signifikan. Sejak tahun 2006 indonesia telah. Tabel 1.1 Volume dan Nilai Expor Kelapa Sawit
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Industri kelapa sawit di Indonesia dalam dua puluh tahun belakangan ini pertumbuhannya sangat signifikan. Sejak tahun 2006 indonesia telah menjadi produsen
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pemenuhan kebutuhan pokok dalam hidup adalah salah satu alasan agar setiap individu maupun kelompok melakukan aktivitas bekerja dan mendapatkan hasil sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan salah satu bisnis strategis dan andalan dalam perekonomian Indonesia, bahkan pada masa krisis ekonomi. Agribisnis subsektor ini mempunyai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya bagi para pelaku ekonomi. Dewasa ini pasar modal merupakan indikator kemajuan perekonomian
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN
BAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN 5.1 Komoditas Perkebunan Komoditi perkebunan merupakan salah satu dari tanaman pertanian yang menyumbang besar pada pendapatan nasional karena nilai ekspor yang tinggi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Indonesia merupakan produsen
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai penghasil produk-produk hulu pertanian yang mencakup sektor perkebunan, hortikultura dan perikanan. Potensi alam di Indonesia memungkinkan pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di Indonesia sebagai negara yang berkembang memang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi di Indonesia sebagai negara yang berkembang memang menghadapi tantangan yang begitu besar, baik berasal dari luar maupun dari dalam negeri.
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: Mean Reversion, Musiman, Kontrak Opsi Tipe Eropa, Black-scholes
Judul : Aplikasi Model Mean Reversion dengan Musiman dalam Menentukan Nilai Kontrak Opsi Tipe Eropa Pada Harga Komoditas Kakao Nama : Ida Ayu Putu Candra Dewi Pembimbing : 1. Ir. Komang Dharmawan, M.Math.,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sehingga penelitian ini dilakukan. Bagian ini juga terdiri dari 7 bagian sub-bab yaitu
BAB 1 PENDAHULUAN Pada bagian ini berisi tentang gambaran awal dan permasalahan yang terjadi sehingga penelitian ini dilakukan. Bagian ini juga terdiri dari 7 bagian sub-bab yaitu latar belakang penelitian,
Lebih terperinciKAJIAN PENGEMBANGAN KONTRAK BERJANGKA CPO
KAJIAN PENGEMBANGAN KONTRAK BERJANGKA CPO Widiastuti *) Kepala Bagian Pengembangan Pasar, BAPPEBTI Pengantar redaksi: Tahun 2010, lalu, Biro Analisa Pasar, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saham merupakan bukti penyertaan modal di suatu perusahaan, atau merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. Komoditas yang ditanami diantaranya kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, dan komoditas
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi telah menambahkan banyak tantangan baru bagi agribisnis di seluruh dunia. Agribisnis tidak hanya bersaing di pasar domestik, tetapi juga untuk bersaing
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan kegiatan investasi telah mengalami kemajuan yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kegiatan investasi telah mengalami kemajuan yang pesat. Investasi menjadi sangat penting bagi suatu negara, organisasi maupun individu untuk melindungi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak pasti. Beragam jenis investasi kini banyak ditawarkan, dari yang paling
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Setiap orang membutuhkan investasi sebagai penjamin masa depan yang tidak pasti. Beragam jenis investasi kini banyak ditawarkan, dari yang paling sederhana berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi apabila barang yang dihasilkan oleh suatu negara dijual ke negara lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perdagangan Internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa antara masyarakat di suatu negara dengan masyarakat di negara lain. Indonesia termasuk salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an,
60 BAB I PENDAHULUAN 3.1. Latar Belakang Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an, luas areal perkebunan kelapa sawit mengalami perkembangan yang sangat pesat. Bila pada
Lebih terperinciBAB I. peranan yang sangat penting dengan memberikan benefit secara langsung pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia sektor perdagangan internasional mempunyai peranan yang sangat penting dengan memberikan benefit secara langsung pada sektor perdagangan
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Rumusan Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Rumusan Permasalahan Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan teknologi, corak dan ragam perdagangan juga mulai mengalami perkembangan, dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memfasilitasi investor untuk berinvestasi, untuk mendapatkan pengembalian yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Dalam era persaingan global setiap negara ingin bersaing secara internasional, sehingga dalam hal ini kebijakan yang berbeda diterapkan untuk memfasilitasi investor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan nilai investasi (Husnan, 1998). Investasi dianggap mempunyai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakam salah satu alternatif pilihan investasi yang dapat menghasilkan tingkat keuntungan yang optimal bagi investor. Investor dapat diartikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia, peran tersebut antara lain adalah bahwa sektor pertanian masih menyumbang sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat ini. Dunia usaha dituntut agar mampu bersaing ditengah kompetisi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan berbagai sektor seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, perekonomian, pola konsumsi masyarakat serta bertambahnya jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komitmen untuk mengorbankan konsumsi sekarang (sacrifice current
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu selalu dihadapkan dalam beberapa pilihan dalam hidupnya, misalnya saja pilihan dalam menentukan proporsi dana dan sumber daya yang dimiliki untuk konsumsi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan komitmen sejumlah dana dengan tujuan untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan komitmen sejumlah dana dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang. Setiap investor atau orang yang melakukan investasi pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut ke sektor-sektor yang produktif. Pembiayaan pembangunan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana yang efektif untuk mempercepat akumulasi dana bagi pembiayaan pembangunan melalui mekanisme pengumpulan dana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Respon (stance) kebijakan moneter ditetapkan untuk menjamin agar pergerakan inflasi dan ekonomi ke depan tetap berada pada jalur pencapaian sasaran inflasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beberapa jenis perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu
BAB 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan salah satu tempat transaksi perdagangan saham dari berbagai jenis perusahaan yang ada di Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau investor.kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi. Pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kinerja ekonomi tercermin dalam kinerja perusahaanperusahaan. Bursa Efek Indonesia merupakan pasar modal yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu Negara di lihat dari perkembangan pasar keuangannya, termasuk pasar uang, pasar saham, dan pasar komoditi. Demikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari semakin banyaknya transaksi bisnis antara pihak-pihak yang berasal dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional atau dikenal dengan perdagangan antar negara, saat ini telah berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut dapat kita ketahui dari semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan antar negara akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi sumber daya alam Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan bagian dari suatu pasar finansial karena berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka panjang. Hal ini berarti pasar
Lebih terperinciTeam project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis
Lebih terperinci: Penentuan Harga Kontrak Opsi Komoditas Emas Menggunakan. Nama : I Gede Rendiawan Adi Bratha (NIM: )
Judul : Penentuan Harga Kontrak Opsi Komoditas Emas Menggunakan Metode Binomial Tree Nama : I Gede Rendiawan Adi Bratha (NIM: 1108405004) Pembimbing : 1. Ir. Komang Dharmawan, M.Math.,Ph.D 2. Dra. Ni Luh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin pesat, dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah meningkatkan arus perdagangan
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara
I.PENDAHULUAN 1.1 LATARBELAKANG Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara untuk membiayai pembangunan adalah ekspor nonmigas, yang mulai diarahkan untuk menggantikan pemasukan dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mengalami penurunan pada masa. krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, masih berlangsung hingga
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia yang mengalami penurunan pada masa krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, masih berlangsung hingga akhir tahun 2000 yang ditunjukkan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya. Modal dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara membutuhkan modal dalam mengembangkan perekonomiannya. Modal dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Akumulasi modal sangat diperlukan untuk
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. investor menggunakan sekuritas derivatif. Transaksi derivatif merupakan salah satu
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Derivatif Untuk mengantisipasi kerugian yang besar di masa yang akan datang, biasanya investor menggunakan sekuritas derivatif. Transaksi derivatif merupakan salah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. (Madura, 2012:211). Hedging didefinisikan sebagai tindakan untuk membatasi risiko
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 1) Landasan Teori 2.1.1 Hedging Hedging adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh suatu perusahaan multinasional untuk melindungi perusahaan dari eksposur terhadap valuta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pasar keuangan indeks harga saham gabungan di perbankan di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan penting yang dimiliki oleh pasar uang dalam resiko investasi terhadap pasar keuangan indeks harga saham gabungan di perbankan di Indonesia memberikan manfaat
Lebih terperinciProses globalisasi yang bergerak semakin cepat pada dekade terakhir ini
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses globalisasi yang bergerak semakin cepat pada dekade terakhir ini mengakibatkan saling ketergantungan antar negara semakin hat dan semakin sulit bagi sesuatu negara
Lebih terperinciSalah satu kontribusi terbesar pada krisis ekonomi dan resesi di lndonesia
I. PENDAHULUAN 1.I. Latar Belakang Salah satu kontribusi terbesar pada krisis ekonomi dan resesi di lndonesia adalah besarnya hutang swasta kepada pihak luar negeri. Keadaan ini diperparah oleh ketidakmampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memungkinkan para pemodal (investor) untuk melakukan diversifikasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan sarana untuk melaksanakan investasi yang memungkinkan para pemodal (investor) untuk melakukan diversifikasi investasi, membentuk portofolio
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam GBHN 1993, disebutkan bahwa pembangunan pertanian yang mencakup tanaman pangan, tanaman perkebunan dan tanaman lainnya diarahkan pada berkembangnya pertanian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan negara karena setiap negara membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan perekonomian nasional dan menjadi sektor andalan serta mesin penggerak pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era perdagangan bebas saat ini telah meningkatkan interaksi antara Negara berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan kebutuhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber daya alam, terutama dari sektor pertanian. Sektor pertanian ini mempunyai peran yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan perusahaan-perusahaan go public di Indonesia. Dan juga lewat. dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam beberapa tahun belakangan ini. Tingginya pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat dijadikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Langkah awal dalam menganalisis suatu risiko adalah dengan melakukan identifikasi pada risiko dan sumber risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan kesepakatan Indonesia dalam WTO, APEC, dan AFTA serta Paket
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia usaha semakin berkembang dengan adanya era perdagangan bebas, 107 maka untuk menghadapi era perdagangan bebas tersebut yang sejalan dengan kesepakatan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
Latar Belakang PENDAHULUAN Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan, yang menghasilkan minyak nabati paling efisien yang produknya dapat digunakan dalam
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
1.tE,"P...F.3...1!..7. INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Crude palm oil (CPO) merupakan produk olahan dari kelapa sawit dengan cara perebusan dan pemerasan daging buah dari kelapa sawit. Minyak kelapa sawit (CPO)
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berbasis pada sektor pertanian, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi
Lebih terperinciInvestasi Saham di Pasar Modal
Investasi Saham di Pasar Modal Andre adalah salah satu individu yang ikut memeriahkan perdagangan saham di bursa efek Jakarta. Sudah kurang lebih 3 tahun Andre selalu mengikuti dan bertransaksi saham.
Lebih terperinciPENDAHULUAN. daratan menjadi objek dan terbukti penyerapan tenaga kerja yang sangat besar.
PENDAHULUAN Latar Belakang Kekayaan Negara Indonesia merupakan sebuah anugerah yang tidak ternilai. Seluruh potensi alam yang terkandung baik di dalam perut bumi Indonesia maupun di daratan dan lautan
Lebih terperinciANALISIS KINERJA PERDAGANGAN KONTRAK BERJANGKA LOGAM MULIA PADA PERIODE OKTOBER DESEMBER 2009
ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN KONTRAK BERJANGKA LOGAM MULIA PADA PERIODE OKTOBER 2009 - DESEMBER 2009 Mohamad Heykal 1 ; Erlin 2 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Bina Nusantara University
Lebih terperinciPENERAPAN ASAS-ASAS PERJANJIAN JUAL BELI DALAM TRANSAKSI KONTRAK BERJANGKA (FUTURES CONTRACT) DI BURSA BERJANGKA BAB I PENDAHULUAN
PENERAPAN ASAS-ASAS PERJANJIAN JUAL BELI DALAM TRANSAKSI KONTRAK BERJANGKA (FUTURES CONTRACT) DI BURSA BERJANGKA BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Perdagangan berjangka komoditi (yang selanjutnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang didukung oleh sektor pertanian. Salah satu sektor pertanian tersebut adalah perkebunan. Perkebunan memiliki peranan yang besar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai tempat. penyimpanan dana, membantu pembiayaan dalam bentuk kredit, serta
I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Industri perbankan, khususnya bank umum, merupakan pusat dari sistem keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai tempat penyimpanan dana, membantu pembiayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Desa Asam Jawa merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Daerah ini memiliki ketinggian
Lebih terperinci