ANALISIS KEBANGKRUTAN BERDASARKAN METODE ALTMAN Z-SCORE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KEBANGKRUTAN BERDASARKAN METODE ALTMAN Z-SCORE"

Transkripsi

1 ANALISIS KEBANGKRUTAN BERDASARKAN METODE ALTMAN Z-SCORE (Studi Kasus di Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode ) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Oleh: Margarita Wiwik Endarwatik NIM : PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016

2 ANALISIS KEBANGKRUTAN BERDASARKAN METODE ALTMAN Z-SCORE (Studi Kasus di Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode ) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Oleh: Margarita Wiwik Endarwatik NIM : PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i

3 SKRIPSI ii

4 iii

5 MOTTO DAN PERSEMBAHAN Segala perkara kutanggungkan di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. (Filipi 4:13) Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang. (Amsal 23:18) "Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya." (Yesaya 40:29) "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu." (Matius 7:7) "Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya." (Matius 21:22) Skripsi ini saya persembahkan untuk: Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu ada dan menopangku Bapakku; Yacobus Suharno, ibuku; Veronika Sumarni; kakakku; Yohanes Ardiyanto Sulaksono, S.Kom. dan adikku; Dominica Rika Suharyani, yang selalu memberikan doa, kasih sayang, dan dukungan dalam banyak hal. iv

6 UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI- PROGRAM STUDI AKUNTANSI PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: ANALISIS KEBANGKRUTAN BERDASARKAN METODE ALTMAN ZSCORE (Studi Kasus di Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode ) dan diajukan untuk diuji pada tanggal 15 Juni 2016 adalah hasil karya saya. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya. Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah di berikan oleh universitas batal saya terima. Yogyakarta, 29 Juli 2016 Yang membuat pernyataan, Margarita Wiwik Endarwatik v

7 LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Margarita Wiwik Endarwatik Nomor Mahasiswa : Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: ANALISIS KEBANGKRUTAN BERDASARKAN METODE ALTMAN Z-SCORE (Studi Kasus di Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode ) beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 29 Juli 2016 Yang menyatakan, (Margarita Wiwik Endarwatik) vi

8 KATA PENGANTAR Puji syukur dan terimakasih kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada: 1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis. 2. Dr. H.Herry Maridjo, Msi. selaku dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma 3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., QIA selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma. 4. Dr. FA. Joko Siswanto, M.M. Akt., QIA sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan semangat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. vii

9 5. Dr. Titus Odong Kusumajati, M.A. sebagai dosen pembimbing akademik atas saran dan semangat yang telah diberikan bagi penulis. 6. Orang tuaku Yacobus Suharno (bapak) dan Veronika Sumarni (ibu). Kakakku Yohanes Ardiyanto Sulaksono, S.Kom. dan adikku Dominica Rika Suharyani atas doa, perhatian, dan pengorbanan yang telah diberikan kepadaku selama ini. 7. Teman-teman Akuntansi 2012 atas dukungan dan saran kalian selama ini. 8. Teman-teman KKP 29 dan MPAT kelas I yang saling memberikan semangat, doa, dan hiburan. 9. Sahabatku Falen, Elsa, Sinta, Ria, dan Asri yang telah memberikan doa dan semangat. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun, penulis berharap semoga skripsi ini berguna dan memberikan manfaat bagi pembaca. Yogyakarta, 29 Juli 2016 Margarita Wiwik Endarwatik viii

10 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS... HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... HALAMAN KATA PENGANTAR... HALAMAN DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... HALAMAN DAFTAR GRAFIK... ABSTRAK... ABSTRACT... BAB 1 PENDAHULUAN... A. Latar Belakang Masalah... B. Rumusan Masalah... C. Tujuan Penelitian... D. Manfaat Penelitian... E. Sistematika Penulisan... BAB II LANDASAN TEORI... A. Laporan Keuangan Pengertian Laporan Keuangan Komponen Laporan Keuangan Pemakai dan Manfaat Laporan Keuangan... B. Analisis Laporan Keuangan Pengertian Analisis Laporan Keuangan Tujuan Analisis Laporan Keuangan... C. Rasio Keuangan Pengertian Rasio Keuangan Macam-macam Rasio Keuangan... D. Kebangkrutan Pengertian Kebangkrutan Manfaat Informasi Kebangkrutan... E. Altman Z-Score Teori Altman Z-Score Komponen Z-Score Kelebihan metode Altman Z-Score... BAB III METODE PENELITIAN... A. Jenis Penelitian... ix i ii iii iv v vi vii ix xi xiii xiv xv

11 B. Tempat dan Waktu Penelitian... C. Subjek dan Objek Penelitian... D. Data yang Diperlukan... E. Teknik Pengambilan Sampel... F. Teknik Pengumpulan Data... G. Variabel Penelitian... H. Teknik Analisis Data... BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN... Gambaran Umum Perusahaan Sampel... BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... A. Deskripsi Data... B. Analisis Data... C. Pembahasan... BAB VI PENUTUP... A. Kesimpulan... B. Keterbatasan Penelitian... C. Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN... x

12 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 Tabel 5.4 Tabel 5.5 Tabel 5.6 Tabel 5.7 Tabel 5.8 Tabel 5.9 Tabel 5.10 Tabel 5.11 Tabel 5.12 Tabel 5.13 Tabel 5.14 Tabel 5.15 Tabel 5.16 Tabel 5.17 Tabel 5.18 Tabel 5.19 Tabel 5.20 Tabel 5.21 Tabel 5.22 Tabel 5.23 Tabel 5.24 Tabel 5.25 Tabel 5.26 Tabel 5.27 Tabel 5.28 Tabel 5.29 Tabel 5.30 Tabel 5.31 Tabel 5.32 Tabel 5.33 Tabel 5.34 Tabel 5.35 Tabel 5.36 Pengambilan Sampel... Daftar Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman... Nilai Batas Altman Z-Score... X1 (Working Capital to Total Assets)... X2 (Retained Earnings to Total Assets)... X3 (Earnings before Interest and Taxes/EBIT to Total Assets). X4 (Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities)... X5 (Sales to Total Assets)... Z-Score PT. Akasha Wira Internasional Tbk. tahun Z-Score PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. tahun Z-Score PT. Delta Djakarta Tbk. tahun Z-Score PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Z-Score PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. tahun Z-Score PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk. tahun Z-Score PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk Z-Score PT. Sekar Laut Tbk. tahun Z-Score PT. Ultrajaya Milk and Trading Company Z-Score PT. Akasha Wira Internasional Tbk. tahun Z-Score PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. tahun Z-Score PT. Delta Djakarta Tbk. tahun Z-Score PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Z-Score PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. tahun Z-Score PT. Prasidha Aneka NiagaTbk.tahun Z-Score PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk Z-Score PT. Sekar Laut Tbk. tahun Z-Score PT. Ultrajaya Milk and Trading Company Z-Score PT. AkashaWira Internasional Tbk. tahun Z-Score PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. tahun Z-Score PT. Delta Djakarta Tbk. tahun Z-Score PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Z-Score PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. tahun Z-Score PT. Prasidha Aneka NiagaTbk.tahun Z-Score PT. Nippon Indosari CorporindoTbk Z-Score PT. Sekar Laut Tbk. tahun Z-Score PT. Ultrajaya Milk and Trading Company Z-Score PT. Akasha Wira Internasional Tbk. tahun Z-Score PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. tahun Z-Score PT. Delta Djakarta Tbk. tahun Z-Score PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk xi

13 Tabel 5.37 Tabel 5.38 Tabel 5.39 Tabel 5.40 Tabel 5.41 Tabel 5.42 Tabel 5.43 Tabel 5.44 Tabel 5.45 Tabel 5.46 Tabel 5.47 Tabel 5.48 Tabel 5.49 Tabel 5.50 Tabel 5.51 Tabel 5.52 Tabel 5.53 Tabel 5.54 Tabel 5.55 Tabel 5.56 Tabel 5.57 Z-Score PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. tahun Z-Score PT. Prasidha Aneka NiagaTbk.tahun Z-Score PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk. tahun Z-Score PT. Sekar Laut Tbk. tahun Z-Score PT. Ultrajaya Milk and Trading Company Tbk Z-Score PT. Akasha Wira Internasional Tbk. tahun Z-Score PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. tahun Z-Score PT. Delta Djakarta Tbk. tahun Z-Score PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. tahun Z-Score PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. tahun Z-Score PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk. tahun Z-Score PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk. tahun Z-Score PT. Sekar Laut Tbk. tahun Z-Score PT. Ultrajaya Milk and Trading Company Interpretasi Nilai Z-Score tahun Interpretasi Nilai Z-Score tahun Interpretasi Nilai Z-Score tahun Interpretasi Nilai Z-Score tahun Interpretasi Nilai Z-Score tahun Nilai Z-Score Keseluruhan Perusahaan... Persentase Interpretasi Nilai Z-Score... xii

14 DAFTAR GRAFIK Grafik 5.1 Grafik 5.2 Grafik 5.3 Grafik 5.4 Grafik 5.5 Grafik 5.6 Grafik 5.7 Grafik 5.8 Grafik 5.9 Nilai Z-Score PT. Akasha Wira Internasional Tbk... Nilai Z-Score PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk... Nilai Z-Score PT. Delta Djakarta Tbk.... Nilai Z-Score PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.... Nilai Z-Score PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.... Nilai Z-Score PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk... Nilai Z-Score PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk... Nilai Z-Score PT. Sekar Laut Tbk... Nilai Z-Score PT. Ultrajaya Milk and Trading Company Tbk xiii

15 ABSTRAK ANALISIS KEBANGKRUTAN BERDASARKAN METODE ALTMAN Z-SCORE (Studi Kasus di Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode ) Margarita Wiwik Endarwatik NIM: Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2016 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode Penelitian ini menggunakan metode dari Altman Z-Score. Perusahaan diharapkan dapat membuat kebijakan yang tepat setelah mengetahui kondisi keuangannya. Dengan mengetahui kondisi keuangan sejak dini, perusahaan diharapkan dapat mengantisipasi masalah keuangan yang mungkin terjadi. Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Penelitian menggunakan data sekunder dari laporan keuangan sembilan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode dari Altman Z-Score. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di tahun 2010 perusahaan makanan dan minuman yang dikategorikan berpotensi memiliki risiko kebangkrutan yang besar (high risk) ada tiga perusahaan (33,33%), yang tidak bisa ditentukan kondisi keuangannya (grey area) ada satu perusahaan (11,11%), dan yang memiliki risiko kebangkrutan yang rendah (low risk) ada lima perusahaan (55,56%). Tahun 2011, ada satu perusahaan (11,11%) dalam kategori high risk, dua perusahaan (22,22%) dalam kategori grey area, dan enam perusahaan (66,67%) dalam kategori low risk. Tahun , tidak ada perusahaan dalam kategori high risk (0%), dalam kategori grey area ada dua perusahaan (22,22%), dan dalam kategori low risk ada tujuh perusahaan (77,78%). Kata kunci: kebangkrutan, Altman Z-Score, analisis keuangan xiv

16 ABSTRACT ANALYSIS OF BANKRUPTCY BASED ON ALTMAN Z-SCORE (Case Studies in Food and Beverage Company Listed in Indonesia Stock Exchange Period ) Margarita Wiwik Endarwatik NIM: Sanata Dharma University Yogyakarta 2016 The purpose of this study was to know the financial condition among companies listed on the Indonesia Stock Exchange period. This study uses the method of Altman Z-Score. By knowing the financial condition early, the company are expected to anticipate the financial problems that might occur. This type of research was a case study. The study used secondary data from the financial statements of nine food and beverage companies listed in Indonesia Stock Exchange from 2010 to The data analysis techniques employed the method of Altman Z-Score. The results shows in 2010 food and beverage companies which were categorized as high risk are three companies (33.33%), gray area was one company (11.11%), and low risk area were five companies (55.56%). In 2011, there was one company (11.11%) categorized as high risk, while two companies (22.22%) were in gray area category, and six companies (66.67%) were in low risk category. In 2012 to 2014, no company in the category of high risk (0%), gray area were two companies (22.22%), and low risk area were seven companies (77.78%). Keywords: bankruptcy, Altman Z-Score, financial analysis xv

17 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia mulai memasuki masa Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Dalam menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi Asean), pemerintah mendorong industri makanan dan minuman sebagai sektor yang strategis dalam menghadapi persaingan global. Sektor industri makanan dan minuman menjadi salah satu industri yang dipersiapkan bersaing dengan produk negara ASEAN lainnya. Pemerintah berharap Indonesia dapat menjadi basis produksi untuk industri makanan, hal ini dilansir dalam berita online ( 8/04/2015). Saat memasuki Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), persaingan antar perusahaan makanan dan minuman akan semakin ketat. Perusahaan akan menentukan berbagai strategi untuk menghadapi persaingan tersebut dengan berusaha menciptakan produk yang mampu bersaing dan mampu untuk menguasai pasar agar perusahaan dapat terus bertahan di tengah persaingan global yang semakin tinggi. Perusahaan yang tidak mampu menghadapi kondisi perekonomian dan persaingan yang terus bermunculan, akan 1

18 2 mengalami krisis keuangan dan bahkan sampai mengalami kebangkrutan. Kebangkrutan merupakan masalah yang bisa terjadi dalam sebuah perusahaan jika perusahaan tersebut mengalami kesulitan keuangan. Berbagai faktor baik internal maupun eksternal dapat mempengaruhi kondisi keuangan suatu perusahaan yang dapat menyebabkan kebangkrutan. Menurut Darsono (2005) dalam Iflaha (2008), faktor-faktor internal yang dapat mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan yaitu, manajemen yang tidak efisien (kurangnya keterampilan dan keahlian manajemen), adanya ketidakseimbangan antara modal yang dimiliki dengan jumlah hutang dan piutang yang dimiliki, dan adanya kecurangan yang dilakukan manajemen perusahaan. Faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan misalnya kesulitan bahan baku, adanya perubahan selera konsumen, persaingan bisnis yang ketat, kondisi perekonomian dalam negeri yang tidak stabil, dan lainlain. Manajer diharapkan dapat mengambil kebijakan maupun strategi yang lebih baik bagi kelangsungan hidup perusahaan dengan melakukan analisis prediksi kebangkrutan. Salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan adalah analisis Altman Z-Score. Analisis ini dapat membantu manajemen dalam melakukan berbagai langkah strategis untuk mengambil langkah-langkah pencegahan yang cepat dan tepat dalam memperbaiki kondisi keuangan perusahaan sebelum sampai pada kebangkrutan. Analisis Altman Z-Score juga berguna bagi pihak investor

19 3 untuk mengantisipasi segala risiko terhadap investasi yang telah ditanamkan pada perusahaan. Altman Z-Score menggunakan beberapa rasio untuk menciptakan alat prediksi kebangkrutan. Altman Z-Score menggunakan teknik statistik (analisis diskriminan berganda multiple discriminant analysis) untuk menghasilkan alat prediksi yang merupakan fungsi linier dari beberapa variabel penjelas. (Subramanyam dan Wild, 2013: 288). Setiap perusahaan mempunyai risiko kesulitan keuangan bahkan sampai mengalami kebangkrutan dari berbagai faktor yang ada, tidak terkecuali perusahaan yang memproduksi kebutuhan-kebutuhan pokok masyarakat seperti kebutuhan akan makanan dan minuman sekalipun. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk memilih penelitian dengan judul Analisis Kebangkrutan Berdasarkan Metode Altman Z-Score (Studi Kasus di Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode ). B. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang ingin dibahas dalam penelitian ini adalah: Bagaimana kondisi keuangan perusahaan makanan dan minuman periode yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berdasarkan metode Altman Z-Score?

20 4 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi keuangan pada perusahaan makanan dan minuman periode yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan metode Altman Z-Score. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis Penulis mendapatkan pengetahuan tentang analisis kondisi keuangan perusahaan, mendapatkan wawasan mengenai perusahaan makanan dan minuman yang dinilai mengalami masalah keuangan yang serius, dan dapat menerapkan ilmu maupun teori yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan. 2. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi perusahaan yang dinilai mengalami masalah keuangan yang serius agar dapat mengantisipasinya sehingga perusahaan dapat menjaga kelangsungan hidup usahanya. Selain itu, penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai prediksi kebangkrutan perusahaan sehingga dapat menjadi acuan manajemen dalam setiap pengambilan keputusan.

21 5 3. Bagi Pihak Eksternal Perusahaan Penelitian ini diharapkan menjadi informasi yang dapat membantu para investor, kreditor, maupun pemerintah dalam mengambil keputusan ekonomi maupun bisnis yang tepat di masa yang akan datang. 4. Bagi Universitas Sanata Dharma Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi kepustakaan Universitas Sanata Dharma. E. Sistematika Penulisan BAB 1 Pendahuluan Bab ini akan menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II Landasan Teori Bab ini akan menguraikan teori-teori yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian. BAB III Metode Penelitian Bab ini akan menguraikan tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek dan objek penelitian, data yang diperlukan, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan

22 6 data, variabel penelitian, dan teknik analisis data yang digunakan. BAB IV Gambaran Umum Perusahaan Bab ini akan menjelaskan tentang gambaran umum perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian. BAB V Analisis Data dan Pembahasan Bab ini berisi analisis terhadap data-data yang telah diperoleh dengan dasar teknik analisis data yang telah ditentukan. BAB VI Penutup Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian, keterbatasan penelitian yang dilakukan, serta saran bagi peneliti selanjutnya dari penelitian yang dilakukan.

23 BAB II LANDASAN TEORI A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Berbagai pihak yang memiliki kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut, dan kondisi keuangan perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. (Harahap, 2007: 105) Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut (Fahmi, 2011: 2). Laporan keuangan (financial statements) merupakan produk akhir dari serangkaian proses pencatatan dan pengikhtisaran data transaksi bisnis. Seorang akuntan diharapkan mampu untuk mengorganisir seluruh data akuntansi sehingga menghasilkan laporan keuangan, dan bahkan harus 7

24 8 dapat menginterpretasikan serta menganalisis laporan keuangan yang dibuatnya (Hery, 2015: 3). Maka, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses pencatatan dan pengikhtisaran data transaksi yang dapat menggambarkan kondisi keuangan maupun kinerja dari perusahaan tersebut selama periode yang bersangkutan. 2. Komponen Laporan Keuangan Menurut IAI (2002) dalam Octavia (2013), laporan keuangan yang lengkap yaitu: a. Neraca: neraca menggambarkan kondisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu, dengan menampilkan aset (sumber daya ekonomis) dan klaim atas aset tersebut (meliputi utang dan modal sendiri). Aset perusahaan menunjukkan keputusan penggunaan dana pada masa lalu, sedangkan klaim perusahaan menunjukkan sumber dana tersebut pada masa lalu. b. Laporan laba rugi: laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, dan laba rugi yang diperoleh selama periode tertentu. Tiga elemen pokok dalam laporan laba rugi yaitu 1) pendapatan operasional yang merupakan aset masuk yang berasal dari kegiatan pokok perusahaan, 2) beban operasional sebagai aset keluar dari kegiatan pokok perusahaan, 3) untung atau rugi (gain

25 9 or loss), gain didefinisikan sebagai kenaikan modal saham dan loss adalah penurunan modal saham dimana keduanya berasal dari transaksi incidental atau bukan merupakan kegiatan pokok perusahaan. c. Laporan perubahan ekuitas: laporan perubahan ekuitas perusahaan menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan. Laporan perubahan ekuitas kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham seperti setoran modal dan pembayaran dividen, menggambarkan jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan selama periode yang bersangkutan. d. Laporan arus kas: laporan arus kas digunakan untuk melihat efek kas dari kegiatan operasi, investasi, dan pendanaan. Aktivitas operasi merupakan bagian dari usaha sehari-hari perusahaan. Aktivitas investasi adalah kegiatan yang berhubungan dengan pembelian dan penjualan aktiva jangka panjang. Sedangkan, aktivitas pendanaan merupakan kegiatan dimana kas diperoleh dari atau pembayaran kembali kepada pemilik atau kreditur. e. Catatan atas laporan keuangan: catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen.

26 10 3. Pemakai dan Manfaat Laporan Keuangan Laporan keuangan perusahaan dapat digunakan oleh beberapa pihak (Harahap, 2007: 7), diantaranya: a. Pemilik Perusahaan Bagi pemilik perusahaan, laporan keuangan dimaksudkan untuk: 1) Menilai prestasi atau hasil yang diperoleh manajemen 2) Mengetahui hasil dividen yang akan diterima 3) Menilai posisi keuangan perusahaan dan pertumbuhannya 4) Mengetahui nilai saham dan laba per lembar saham 5) Sebagai dasar untuk memprediksi kondisi perusahaan di masa yang akan datang 6) Sebagai dasar untuk mempertimbangkan menambah atau mengurangi investasi b. Manajemen Perusahaan Bagi manajemen perusahaan, laporan keuangan ini digunakan untuk: 1) Alat untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan kepada pemilik 2) Mengukur tingkat biaya dari setiap kegiatan operasi perusahaan, divisi, bagian, atau segmen tertentu 3) Mengukur tingkat efisiensi dan tingkat keuntungan perusahaan, divisi, bagian, atau segmen 4) Menilai hasil kerja individu yang diberi tugas dan tanggungjawab

27 11 5) Menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan perlu tidaknya diambil kebijaksanaan baru 6) Memenuhi ketentuan dalam UU, peraturan, AD (Anggaran Dasar), Pasar Modal, dan lembaga regulator lainnya. c. Investor Bagi investor, laporan keuangan dimaksudkan untuk: 1) Menilai kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan 2) Menilai kemungkinan menanamkan dana dalam perusahaan 3) Menilai kemungkinan menanamkan divestasi (menarik investasi) dari perusahaan 4) Menjadi dasar memprediksi kondisi perusahaan di masa datang. d. Kreditur atau banker Bagi kreditur, banker, atau supplier laporan keuangan digunakan untuk: 1) Menilai kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang 2) Menilai kualitas jaminan kredit/investasi untuk menopang kredit yang akan diberikan 3) Melihat dan memprediksi prospek keuntungan yang mungkin diperoleh dari perusahaan atau menilai rate of return perusahaan 4) Menilai kemampuan likuiditas, solvabilitas, rentabilitas perusahaan sebagai dasar dalam pertimbangan keputusan kredit

28 12 5) Menilai sejauh mana perusahaan mengikuti perjanjian kredit yang sudah disepakati e. Pemerintah dan regulator Bagi pemerintah atau regulator laporan keuangan dimaksudkan untuk: 1) Menghitung dan menetapkan jumlah pajak yang harus dibayar 2) Sebagai dasar dalam penetapan-penetapan kebijakan baru 3) Menilai apakah perusahaan memerlukan bantuan atau tindakan lain 4) Menilai kepatuhan perusahaan terhadap aturan yang ditetapkan 5) Bagi lembaga pemerintahan lainnya bisa menjadi bahan penyusunan data dan statistik. f. Analis, Akademisi, Pusat Data Bisnis Bagi para analis, akademis, dan juga lembaga-lembaga pengumpulan data bisnis seperti PDBI, Moody s, Brunstreet, Standard & Poor, Perfindo, laporan keuangan ini penting sebagai bahan atau sumber informasi primer yang akan diolah sehingga menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi analisis, ilmu pengetahuan, dan komoditi informasi.

29 13 B. Analisis Laporan Keuangan 1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan terdiri dari dua kata yaitu analisis dan laporan keuangan. Kata analisis berarti memecahkan atau menguraikan suatu unit menjadi berbagai unit terkecil, sedangkan laporan keuangan adalah neraca, laba/rugi, dan arus kas (dana) (Harahap, 2007: 189). Analisis laporan keuangan menurut Harahap (2007: 190) adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses untuk membedah laporan keuangan ke dalam unsur-unsurnya dan menelaah masing-masing dari unsur tersebut dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri (Hery, 2015: 132). Maka, dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan adalah kegiatan untuk mengetahui laporan keuangan secara lebih mendalam agar dapat mengetahui kondisi keuangan perusahaan dengan lebih baik.

30 14 2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan Salah satu tugas penting setelah akhir tahun dalam sebuah perusahaan adalah menganalisis laporan keuangan perusahaan. Analisis ini didasarkan pada laporan keuangan yang sudah disusun (Harahap, 2007: 18). Tujuan analisis laporan keuangan menurut Bernstein (1983) adalah sebagai berikut: a. Screening: analisis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi perusahaan dari laporan keuangan tanpa pergi langsung ke lapangan. b. Understanding: memahami perusahaan, kondisi keuangan, dan hasil usahanya. c. Forecasting: analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang. d. Diagnosis: analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan atau masalah lain dalam perusahaan. e. Evaluation: analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen dalam mengelola perusahaan. Di samping tujuan tersebut, analisis laporan keuangan dapat digunakan untuk menilai kewajaran laporan keuangan yang disajikan.

31 15 Dengan melakukan analisis laporan keuangan, maka informasi yang diperoleh dari laporan keuangan akan menjadi lebih luas dan lebih dalam. C. Rasio Keuangan 1. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnyan yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan (Harahap, 2007: 297). Rasio keuangan merupakan suatu perhitungan rasio dengan menggunakan laporan keuangan yang berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan (Hery, 2015: 161). Rasio keuangan merupakan alat analisis yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara elemen yang satu dengan elemen yang lain dalam suatu laporan keuangan (financial statement) (Arifin, 2004: 7). Maka, dapat disimpulkan bahwa pengertian rasio keuangan merupakan hasil perhitungan atau perbandingan dari pos-pos laporan keuangan yang dapat digunakan untuk menilai kondisi keuangan perusahaan.

32 16 2. Macam-macam Rasio Keuangan Adapun rasio keuangan yang sering digunakan adalah: 1) Rasio Likuiditas : rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Rasio likuiditas dapat dihitung berdasarkan informasi modal kerja dari pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar (Arifin, 2004: 8). Beberapa jenis rasio likuiditas yaitu: a. Current Ratio: digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar yang dimiliki. Rumus untuk menghitung current ratio adalah sebagai berikut: = Aktiva lancar Kewajiban lancar b. Cash Ratio atau Ratio of Immediate Solvency: digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban yang harus segera dipenuhi dengan kas yang tersedia dan efek (surat berharga) yang dapat segera dicairkan. Rumus untuk menghitung cash ratio adalah sebagai berikut: = Kas + efek Kewajiban lancar

33 17 c. Quick Ratio atau Acid Test Ratio: digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid (liquid asset). Rumus untuk menghitung quick ratio adalah sebagai berikut: = Kas + efek + piutang Kewajiban lancar d. Working Capital to Total Assets Ratio: digunakan untuk mengukur likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja (neto). Rumus untuk menghitungnya adalah sebagai berikut: = Aktiva lancar Kewajiban lancar Jumlah aktiva 2) Rasio solvabilitas: rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajibankewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan utang jangka panjang (Harahap, 2007: 303). a. Rasio Utang atas Modal: rasio ini menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar. Semakin kecil rasio ini semakin baik. Rasio ini disebut juga rasio leverage. Untuk keamanan

34 18 pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari jumlah utang atau miminal sama. Rasio Utang atas Modal = Total utang Modal (Equity) b. Debt Service Ratio (Rasio Pelunasan Utang): rasio ini menggambarkan sejauh mana laba setelah dikurangi bunga dan penyusutan serta biaya nonkas dapat menutupi kewajiban bunga dan pinjaman. Semakin besar rasio ini semakin besar kemampuan perusahaan menutupi utangutangnya. Perusahaan yang sehat mestinya laba yang diperoleh jauh melebihi kewajiban pembayaran/pelunasan utang. = Laba bersih + bunga + penyusutan + Biaya nonkas Pembayaran Bunga dan Pinjaman c. Rasio Utang atas Aktiva: rasio ini menunjukkan sejauh mana utang dapat ditutupi oleh aktiva. Lebih besar rasionya, lebih aman (solvable). = Total Utang Total Aktiva

35 19 3) Rasio Aktivitas: digunakan mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber daya yang dimiliki (Arifin, 2004: 11). Rasio aktivitas diantaranya sebagai berikut: a. Total Assets Turnover: digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva yang berputar pada suatu periode atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan revenue. Rumus untuk menghitung Total Assets Turnover adalah sebagai berikut: = b. Receivable Turnover: Penjualan neto Total aktiva digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola dana yang tertanam dalam piutang yang berputar pada suatu periode tertentu. Rumus untuk menghitung Receivable Turnover adalah sebagai berikut: = Penjualan kredit Piutang rata rata c. Average Collection Period: digunakan untuk mengukur periode rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang (dalam satuan hari). Jika menghasilkan angka yang

36 20 semakin kecil menunjukkan hasil yang semakin baik. Rumus untuk menghitung Average Collection Period adalah sebagai berikut: = d. Inventory Turnover: Piutang rata rata x 360 Penjualan kredit digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan yang berputar pada suatu periode tertentu. Atau, likuiditas dari persediaan dan tendensi adanya overstock. Rumus untuk menghitungnya adalah sebagai berikut: = Harga pokok penjualan Persediaan rata rata e. Average Day s Inventory: digunakan untuk mengukur periode (hari) rata-rata persediaan barang dagangan berada di gudang perusahaan. Rumus untuk menghitungnya adalah sebagai berikut: = Persediaan rata rata x360 Harga pokok penjualan f. Working Capital Turnover: digunakan untuk mengukur kemampuan modal kerja (neto) yang berputar pada suatu

37 21 periode siklus kas (cash cycle) yang terdapat di perusahaan, dihitung dengan rumus sebagai berikut: = Penjualan Neto Aktiva lancar kewajiban lancar 4) Rasio Profitabilitas atau Rentabilitas, menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya (Harahap, 2007: 304). a. Margin Laba (Profit margin): angka ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini, semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi. = b. Asset Turnover Pendapatan bersih Penjualan (Return On Asset): rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba.

38 22 = Penjualan bersih Total Aktiva c. Retained Earning to Total Asset Ratio (Return On Equity/ROE): rasio ini menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Semakin besar semakin bagus. d. = Laba bersih Rata rata Modal (Equity) Return On Total Asset (ROA): rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva. = e. Laba bersih Rata rata Total Aset Basic Earning Power: rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva. Semakin besar ratio semakin baik. = f. EBIT Total Aktiva Earning per Share: rasio ini menunjukkan berapa besar kemampuan per lembar saham menghasilkan laba.

39 23 = g. Laba bagian saham bersangkutan Jumlah saham Contribution Margin: rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan melahirkan laba yang akan menutupi biayabiaya tetap pengetahuan atau biaya operasi lainnya. Dengan atas rasio ini kita dapat mengontrol pengeluaran untuk biaya tetap atau biaya operasi sehingga perusahaan dapat menikmati laba. = Laba kotor Penjualan 5) Rasio Penilaian Pasar (Market Based Ratio), rasio ini merupakan rasio yang lazim dan yang khusus dipergunakan di pasar modal yang menggambarkan situasi/keadaan prestasi perusahaan di pasar modal (Harahap, 2007: 310). a. Price Earning Ratio (PER): rasio ini menunjukkan perbandingan antara harga saham di pasar atau harga perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima. PER yang tinggi menunjukkan ekspektasi investor tentang prestasi perusahaan di masa yang akan datang cukup tinggi.

40 24 = Harga Pasar Saham Laba Bersih b. Market to Book Value Ratio: rasio ini menunjukkan perbandingan harga saham dipasar dengan nilai buku saham tersebut yang digambarkan di neraca. = D. Kebangkrutan Nilai Pasar Saham Nilai Buku 1. Pengertian Kebangkrutan Kebangkrutan (bankcruptcy) merupakan kondisi dimana perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi kewajibannya. Kondisi ini biasanya tidak muncul begitu saja di perusahaan. Ada indikasi awal dari perusahaan tersebut yang biasanya dapat dikenali lebih dini kalau laporan keuangan dianalisis secara lebih cermat dengan suatu cara tertentu. (Prihadi, 2010: 332). Menurut Alimiansyah (2003) dalam Iflaha (2008) kebangkrutan dapat diartikan sebagai pernyataan keadaan yang menunjukkan jalannya usaha yang sangat kritis (genting) dan akhirnya jatuh pailit atau bangkrut. Dapat disimpulkan bahwa kebangkrutan adalah suatu kondisi keuangan yang sangat kritis dan diawali dengan kesulitan pembayaran kewajiban-kewajiban jangka pendek perusahaan.

41 25 2. Manfaat Informasi Kebangkrutan Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat bagi beberapa pihak seperti berikut ini (Hanafi dan Halim, 2012: 259): a. Pemberi pinjaman (seperti pihak bank): informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk mengambil keputusan siapa yang akan diberi pinjaman, dan kemudian bermanfaat untuk kebijakan memonitor pinjaman yang ada. b. Investor: investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut. c. Pihak Pemerintah: pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk mengawasi jalannya usaha tersebut (misal sektor perbankan). Pemerintah juga mempunyai badan-badan usaha (BUMN) yang harus selalu diawasi. Lembaga pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya tindakantindakan yang perlu bisa dilakukan lebih awal. d. Akuntan: akuntan memiliki kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatu usaha karena akuntan kemampuan going concern suatu perusahaan. akan menilai

42 26 e. Manajeman: suatu penelitian menunjukkan biaya kebangkrutan bisa mencapai 11-17% dari nilai perusahaan, contohnya biaya akuntan dan biaya penasihat hukum. Apabila manajemen bisa mendeteksi kebangkrutan ini lebih awal, maka tindakan-tindakan penghematan bisa dilakukan, misal dengan melakukan merger atau restrukturisasi keuangan sehingga biaya kebangkrutan bisa dihindari. E. Altman Z-Score 1. Teori Altman Z-Score Model prediksi kebangkrutan sudah dikembangkan ke beberapa negara. Altman (1983, 1984) melakukan survei model-model yang dikembangkan di Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Swis, Brazil, Australia, Inggris, Irlandia, Kanada, Belanda, dan Perancis (Foster, 1986: 551). Menurut Wilopo (2001) dalam Octavia (2013), Altman (1968) mengembangkan model prediksi kebangkrutan menggunakan metode multiple discriminant analysis (MDA). Altman mengambil sampel 66 perusahaan manufaktur yang dibagi dua menjadi kelompok perusahaan yang bangkrut dan tidak bangkrut untuk periode amatan Digunakan lima rasio keuangan yaitu: working capital/total asset, retained earnings/total asset, earnings before interest and taxs/total aseets, market value equity/book value of total debt, serta sales/total asset.

43 27 Z-Score adalah skor yang ditentukan dari hitungan standar kali nisbahnisbah keuangan yang menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan. Formula Z-Score dari Altman merupakan sebuah multivariate formula yang digunakan untuk mengukur kesehatan finansial dari sebuah perusahaan (Munawir, 2002) dalam Kneefel dan Mandagie (2015). ZScore Altman untuk perusahaan yang telah go public ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Hanafi dan Halim, 2012: 272): Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 Keterangan : X1 = Modal kerja terhadap total aktiva (Working capital to total asset) X2 = Laba yang ditahan terhadap total aktiva (Retained earnings to total asset) X3 = Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total aktiva (Earnings before interest and taxes to total asset) X4 = Nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku dari hutang (Market value equity to book value of total debt) X5 = Penjualan terhadap total aktiva (Sales to total asset). Dalam metode tersebut, perusahaan yang mempunyai skor Z lebih dari 2,99 diklasifikasikan sebagai perusahaan yang rendah risiko bangkrut (low risk), sedangkan perusahaan yang mempunyai skor antara 1,81 sampai

44 28 2,99, perusahaan dikategorikan tidak bisa ditentukan kondisi keuangannya (grey area). Selanjutnya skor Z kurang dari 1,81 perusahaan dikategorikan berpotensi mengalami kesulitan keuangan yang besar dan berisiko tinggi mengalami kebangkrutan (high risk). Dalam penelitian ini, model Altman yang pertama inilah yang akan digunakan sebagai dasar untuk mengetahui tanda-tanda kesulitan keuangan dalam perusahaan yang telah Go Public. Altman Z-Score menggunakan teknik statistik (analisis diskriminan berganda multiple discriminant analysis) untuk menghasilkan alat prediksi yang merupakan fungsi linier dari beberapa variabel penjelas. (Subramanyam dan Wild, 2013: 288). Menurut Altman (1968), lima jenis rasio keuangan yang dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan tersebut, terbukti dengan sangat akrual dapat memprediksi kebangkrutan dengan tingkat kebenaran 94% dengan sampel 95% dari seluruh perusahaan yang dinyatakan bangkrut dan tidak bangkrut. Metode Altman mampu memperoleh ketepatan prediksi sebesar 95% untuk data satu tahun sebelum terjadinya kebangkrutan, dan untuk data dua tahun sebelum kebangkrutan memiliki ketepatan prediksi sebesar 72%. Selain itu diketahui bahwa perusahaan yang memiliki profitabilitas rendah, sangat berpotensi mengalami krisis keuangan yang serius.

45 29 2. Komponen Altman Z-Score Altman Z-Score menggunakan beberapa rasio untuk menciptakan alat prediksi kesulitan keuangan. Lima rasio keuangan yang digunakan pada ZScoreadalah X1 = Modal kerja/ total aset, X2 = Laba ditahan/ total aset, X3 = Laba sebelum bunga dan pajak/total aset, X4 = Ekuitas pemegang saham/total kewajiban, dan X5 = Penjualan/ total aset. Dapat dilihat bahwa X1, X2, X3, X4, dan X5 masing-masing mencerminkan 1) likuiditas, 2) usia perusahaan dan profitabilitas kumulatif, 3) profitabilitas, 4) struktur keuangan, dan 5) tingkat perputaran modal (Subramanyam dan Wild, 2013: 288). Rasio yang diambil dari rasio-rasio metode Altman yaitu: a. X1 = Working Capital to Total Asset Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal bersih dari total aktiva yang dimilikinya. Rasio ini dihitung dengan membagi modal bersih dengan total aktiva. Modal kerja bersih adalah selisih antara aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Modal kerja bersih yang negatif kemungkinan perusahaan akan menghadapi masalah dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya karena tidak tersedianya aktiva lancar yang cukup untuk menutupi kewajiban tersebut (Iflaha, 2008).

46 30 b. X2 = Retained Earnings to Total Assets Rasio ini digunakan untuk mengukur profitabilitas kumulatif. Rasio ini mengukur akumulasi laba selama perusahaan beroperasi. Umur perusahaan berpengaruh terhadap rasio tersebut karena semakin lama perusahaan beroperasi memungkinkan untuk memperlancar akumulasi laba ditahan (Kamal, 2012). Laba ditahan merupakan laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham. Dengan kata lain laba ditahan menunjukkan berapa banyak pendapatan perusahaan yang tidak dibayarkan dalam bentuk dividen kepada para pemegang saham (Octavia, 2013). c. X3 = Earning Before Interest and Tax to Total Asset Rasio ini digunakan untuk mengukur produktivitas yang sebenarnya dari aktiva perusahaan. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Beberapa indikator yang dapat digunakan dalam mendeteksi adanya masalah pada kemampuan profitabilitas perusahaan diantaranya adalah piutang dagang meningkat, rugi terus-menerus dalam beberapa kwartal, persediaan meningkat, penjualan menurun, dan terlambatnya hasil penagihan piutang (Kamal, 2012). Semakin kecil tingkat profitabilitas berarti semakin tidak efisien dan tidak efektif

47 31 perusahaan menggunakan keseluruhan aktiva di dalam menghasilkan laba usaha (Octavia, 2013). d. X4 = Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban kewajiban dari nilai pasar modal sendiri (saham biasa) (Iflaha, 2008). Nilai pasar ekuitas sendiri diperoleh dengan mengalikan jumlah lembar saham yang beredar dengan harga pasar per lembar saham. Nilai buku utang diperoleh dengan menjumlahkan kewajiban lancar dengan kewajiban jangka panjang (Kamal, 2012). e. X5 = Sales to Total Asset Rasio ini menunjukkan apakah perusahaan menghasilkan volume bisnis yang cukup dibandingkan dengan investasi dalam total aktivanya. Rasio ini menunjukkan efisiensi manajemen dalam menggunakan keseluruhan aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan dan mendapatkan laba (Iflaha, 2008). Sales to Total Asset termasuk rasio aktivitas yang mengukur keefektifan suatu perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini menggambarkan kemampuan peningkatan penjualan dari aktiva perusahaan (Octavia, 2013).

48 32 3. Kelebihan metode Altman Z-Score Menurut Bapepam (2005) dalam Kamal (2012), kelebihan dari hasil ZScore adalah: a) Menggabungkan berbagai risiko keuangan secara bersama-sama. b) Menyediakan koefisien yang sesuai untuk mengkombinasikan variabel-variabel independen. c) Mudah dalam penerapan.

49 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus, yaitu melakukan penelitian tentang subyek tertentu yang jumlahnya terbatas, sehingga kesimpulan yang diperoleh hanya berlaku untuk subyek yang diteliti tersebut. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) Universitas Sanata Dharma,Yogyakarta. 2. Waktu penelitian Penelitian dilakukan mulai bulan Januari 2016 sampai Februari

50 34 C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek penelitian ini adalah perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode Objek penelitian ini adalah laporan keuangan yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia. D. Data yang diperlukan Data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah data sekunder tentang laporan keuangan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010 hingga tahun Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui pihak kedua (biasanya diperoleh melalui badan atau instansi yang bergerak dalam proses pengumpulan data, baik oleh instansi pemerintah maupun swasta) (Sedarmayanti dan Hidayat, 2011: 73). E. Teknik Pengambilan Sampel Populasi adalah keseluruhan dari unit analisis/hasil pengukuran yang dibatasi oleh kriteria tertentu (Sedarmayanti dan Hidayat, 2011: 72). Penelitian ini menggunakan populasi dari perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode yang berjumlah 15 perusahaan. Sampel adalah sekumpulan atau sebagian dari unit populasi yang diperoleh melalui proses sampling tertentu (Sedarmayanti dan Hidayat, 2011:

51 35 72). Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Pengambilan sampel bertujuan (purposive) dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dapat berdasarkan pertimbangan (judgment) tertentu atau jatah (quota) tertentu (Jogiyanto, 2013: 98). Kriteria sampel yang harus dipenuhi yaitu perusahaan yang menyediakan laporan keuangan selama lima tahun berturut-turut dari tahun Tabel 3.1 Pengambilan Sampel Kriteria Sampel Jumlah Perusahaan Populasi 15 Perusahaan makanan dan minuman yang tidak lengkap menyediakan laporan keuangan periode (6) Jumlah sampel 9 Sumber :

52 36 Tabel 3.2 Daftar Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman No. Nama Perusahaan Kode 1. PT. Akasha Wira International Tbk. ADES 2. PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. CEKA 3. PT. Delta Djakarta Tbk. DLTA 4. PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. ICBP 5. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. MLBI 6. PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk. PSDN 7. PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk. ROTI 8. PT. Sekar Laut Tbk. SKLT 9. PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk. Sumber : ULTJ F. Teknik Pengumpulan Data Proses pengumpulan data melalui dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengumpulkan dan menganalisis keterangan atau informasi yang sesuai dengan lingkup batas kajian dari catatan laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia. G. Variabel Penelitian 1. Menurut Direktorat Pendidikan Tinggi Depdikbud dalam Narbuko dan Achmadi (2007: 118), variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian.

53 37 2. Variabel Bebas (Independent Variable) adalah kondisi-kondisi atau karakteristik-karakteristik yang oleh peneliti dimanipulasi dalam rangka untuk menerangkan hubungannya dengan fenomena yang diobservasi. Variabel ini berfungsi mempengaruhi variabel lain, jadi secara bebas berpengaruh terhadap variabel lain (Narbuko dan Achmadi, 2007: 119). Variabel independen/bebas dalam penelitian ini adalah variabel (X) yang terdiri dari lima variabel, meliputi : (X1) Working Capital to Total Assets, (X2) Retained Earning to Total Assets, (X3) Earning Before Interest and Taxes (EBIT) to Total Assets, (X4) Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities, dan (X5) Sales to Total Assets. 3. Variabel Tergantung (Dependent Variable) yaitu kondisi atau karakteristik yang berubah atau muncul ketika penelitian mengintroduksi, pengubah atau mengganti variabel bebas. Karena variabel ini dipengaruhi variabel lain, maka sering disebut variabel yang dipengaruhi atau variabel terpengaruh (Narbuko dan Achmadi, 2007: 119). Adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah (Z) yaitu nilai Z-Score dengan formula yang ditemukan oleh Altman dengan penelitian yang akan dilakukan pada perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia periode

54 38 H. Teknik Analisis Data Langkah-langkah yang akan dilakukan untuk menjawab rumusan masalah yang sudah dikemukakan adalah : 1. Mengumpulkan data Data awal yang dibutuhkan adalah data laporan keuangan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan laba ditahan/ laporan perubahan modal, serta harga saham dari sembilan perusahaan dan makanan yang diteliti. 2. Menghitung komponen Z-Score dalam bentuk rasio untuk menilai kondisi masing-masing perusahaan dengan langkah-langkah : X1 = Working Capital to Total Assets (Modal kerja bersih / Total Aktiva) a) Komponen ini termasuk dalam rasio likuiditas. Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya (Harahap, 2007: 301). b) Modal kerja bersih didapatkan dengan cara aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar. X2= Retained Earnings to Total Aseets (Laba ditahan / Total Aktiva) a) Rasio ini adalah ukuran dari profitabilitas kumulatif lewat waktu dan disebut sebagai satu dari rasio baru. Laba ditahan merupakan rekening yang menunjukkan akumulasi jumlah laba

55 39 yang diinvestasikan kembali atau mengukur akumulasi modal laba saham perusahaan beroperasi (Octavia, 2013). b) Tujuan rasio laba ditahan terhadap total aktiva pada dasarnya untuk mengukur akumulasi laba selama perusahaan beroperasi, sehingga umur perusahaan juga berpengaruh pada rasio tersebut. Semakin tinggi hasil rasio ini, menunjukkan semakin besarnya laba ditahan yang dapat digunakan untuk membiayai kebutuhan dana perusahaan dan mengurangi besarnya sumber dana eksternal. (Onyskow dan Yuniarti, 2014: 76). X3 = Earnings before Interest and Taxes to Total Assets (EBIT) (Laba sebelum bunga dan pajak / Total Aktiva) Komponen ini termasuk dalam rasio profitabilitas yaitu basic earning power atau earning power of total investment. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva. Semakin besar rasio, semakin baik (Harahap, 2007: 305).

56 40 X4 = Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities (Nilai pasar ekuitas/ nilai buku total utang). a) Rasio ini termasuk dalam rasio solvabilitas. Market Value didapatkan dari harga saham dikalikan dengan jumlah saham yang beredar. Book Value of Total Liabilities (nilai buku total utang) diperoleh dengan menjumlahkan kewajiban lancar dengan kewajiban jangka panjang (Kamal, 2012). b) Rasio ini mengukur kemampuan permodalan perusahaan dalam menanggung seluruh beban hutangnya. Rasio ini merupakan kebalikan dari rasio hutang per modal sendiri (DER) yang lebih terkenal (Onyskow dan Yuniarti, 2014: 78). X5 = Sales to Total Assets (Penjualan/ Total Aktiva) Komponen ini termasuk dalam rasio aktivitas yaitu total assets turnover (perputaran total aktiva), rasio ini menunjukkan perputaran total aktiva diukur dari volume penjualan dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aktiva menciptakan penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik (Harahap, 2007: 309).

57 41 3. Menghitung nilai Z-Score untuk masing-masing perusahaan. Setelah menghitung dari masing-masing komponen Z-Score, kemudian memasukkan nilai komponen tersebut untuk menghitung nilai Z-Score dengan rumus : = Sumber: Bergevin (2002: 311) 4. Menganalisis nilai Z-Score yang telah dihasilkan dengan berdasarkan nilai batas sehingga dapat diketahui kategori dari masing-masing perusahaan tersebut. Tabel 3.3 Nilai Batas Altman Z-Score Nilai Z-Score Interpretasi Perusahaan dikategorikan dalam Z > 2,99 kondisi rendah risiko bangkrut (low risk). Perusahaan dikategorikan tidak bisa 1,81 < Z < 2,99 ditentukan kondisi keuangannya (grey area). Perusahaan dikategorikan berpotensi mengalami masalah keuangan yang Z <1,81 serius atau tinggi risiko bangkrut (high risk). Sumber: Hanafi dan Halim (2012: 273)

58 BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Gambaran Umum Perusahaan Sampel: 1. PT. Akasha Wira International Tbk. PT Akasha Wira International, Tbk (sebelumnya dikenal dengan nama PT Ades Waters Indonesia Tbk) ( Perseroan ) adalah perusahaan yang berkedudukan di Jakarta beralamat di Perkantoran Hijau Arkadia Tower C lantai 15, Jalan Letjen. TB. Simatupang Kav. 88, Jakarta Selatan. Perseroan bergerak dalam industri air minum dalam kemasan (AMDK) yang memproduksi serta menjual produk air minum dalam kemasan dengan merek dagang AdeS, AdeS Royal yang dimiliki oleh The Coca Cola Company, dan Nestlé Pure Life yang dimiliki oleh Nestlé SA.Di tahun 2010 Perseroan memperluas bidang usahanya dalam bisnis kosmetika dengan dibelinya aset berupa mesin-mesin produksi kosmetika milik PT Damai Sejahtera Mulia, perusahaan yang memproduksi produk kometika perawatan rambut. Perluasan bidang usaha tersebut mewajibkan Perseroan memperluas izin-izinnya dengan memasukkan Industri bahan kosmetik dan kosmetik, 42

59 43 dalam izin usahanya. Dengan perluasan izin usaha tersebut maka izin usaha Perseroan meliputi air minum dalam kemasan; minuman ringan; industri produk roti dan kue; industri kembang gula lainnya; industri mie dan produk sejenisnya; industri bahan kosmetik dan kosmetik, termasuk pasta gigi; dan bisnis perdagangan besar (distributor utama, ekspor, dan impor). Selama tahun 2010 Perseroan mengoperasikan 1 pabrik dan 1 kantor penjualan, sebagai berikut: a) Pabrik: Jalan Tapos KM. 1, Desa Kranji, Kel Ciriung, Kecamatan Cibinong b) Kantor Penjualan: Jalan Tapos KM. 1, Desa Kranji, Kel Ciriung, Kecamatan Cibinong. 2. PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. adalah suatu perseroan terbatas yang memiliki kantor pusat berkedudukan di Kabupaten Bekasi dengan alamat di Jalan Industri Selatan 3 Blok GG No. 1, Kawasan Industri Jababeka, Cikarang, Bekasi 17550, Propinsi Jawa Barat. Perseroan dahulu bernama CV Tjahaja Kalbar yang didirikan di Pontianak berdasarkan Akta No. 1 tanggal 3 Februari 1968.Perseroan disahkan menjadi Perseroan Terbatas berdasarkan SK Menteri Kehakiman RI No.C HT TH.88 tanggal 17 Februari 1988.

60 44 Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun Perseroan bergerak di bidang industri dan perdagangan minyak nabati yaitu minyak kelapa sawit beserta produk turunannya, biji tengkawang, minyak tengkawang, dan minyak nabati spesialitas. PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. merupakan perusahaan di bawah Grup Wilmar International Limited ( WIL ). WIL merupakan perusahaan yang mencatatkan sahamnya di bursa efek Singapura. Entitas induk perusahaan adalah Tradesound Investments Limited dan entitas pengendali pemegang saham perusahaan adalah Wilmar International Limited. 3. PT. Delta Djakarta Tbk. PT. Delta Djakarta (Perseroan) didirikan pada tahun 1932 oleh suatu kelompok usaha Jerman yang awalnya bernama Archipel Brouwerij NV, selanjutnya kelompok usaha Belanda mengambil alih Perseroan dan merubah namanya menjadi NV De Oranje Brouwerij. Tahun 1970 Perseroan berubah nama dengan namanya yang dikenal saat ini, PT. Delta Djakarta. Pada tanggal 27 Februari 1984, PT. Delta Djakarta menjadi salah satu dari kelompok pertama perusahaan-perusahaan yang telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia dan membuka jalan untuk berkembang sebagai salah satu pemain utama dalam industri bir di negeri ini. Tahun 1993,

61 45 PT. Delta Djakarta menjadi bagian dari perusahaan makanan, minuman, dan kemasan terbuka terbesar di Asia Tenggara. 4. PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. PT. Indofood CBP sukses Makmur Tbk ( ICBP atau Perseroan ) merupakan produsen makanan dalam kemasan yang mapan dan terkemuka dengan berbagai pilihan produk makanan sehari hari bagi konsumen di segala usia. Banyak di antara merek produknya merupakan merek terkemuka yang telah melekat di hati masyarakat Indonesia, serta memperoleh kepercayaan dan loyalitas jutaan konsumen di Indonesia selama bertahun tahun. ICBP berdiri sebagai entitas terpisah di bulan September 2009 serta tercatat di Bursa Efek Indonesia ( BEI ) pada tanggal 7 Oktober ICBP didirikan melalui restrukturisasi internal dari Grup Produk Konsumen Bermerek ( CBP ). PT. Indofood Sukses Makmur Tbk ( Indofood ), perusahaan induk ICBP yang sahamnya tercatat di BEI sejak tahun Melalui proses restrukturisasi internal, seluruh kegiatan usaha Grup CBP dari Indofood, yang meliputi mi instan, dairy, penyedap makanan, makanan ringan, nutrisi dan makanan khusus, serta biskuit (sebelumnya tergabung dalam Grup Bogasari), dialihkan ke ICBP. Setelah pencatatan saham ICBP, Indofood tetap menjadi pemegang saham mayoritas ICBP dengan kepemilikan saham sebesar 80%. Oleh

62 46 karenanya, ICBP tetap memiliki sinergi dengan perusahaan perusahaan Grup Indofood lainnya dalam menjaga keunggulan kompetitifnya. 5. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. Nederlandsch-Indische Bierbrouwerijen awalnya didirikan di Medan pada tahun 1929 dengan sebuah pabrik bir di Surabaya. Domisili Perseroan dipindahkan ke Surabaya pada tahun 1936 dan pada tahun yang sama Heineken N.V. menjadi pemegang saham utama. Pada tahun 1951, Perseroan mengubah namanya menjadi Heineken s Nederlandsch-Indische Bierbrouwerijen Maatschappij N.V. Sebuah pabrik bir baru didirikan di Tangerang pada tahun Setelah beberapa kali berubah nama, Perseroan menjadi perusahaan publik pada tahun 1981 dan memakai nama baru, PT. Multi Bintang Indonesia. Kantor pusatnya pun dipindahkan dari Surabaya ke Jakarta. Sahamsahamnya kini diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Kini, PT Multi Bintang Indonesia Tbk. telah menjadi produsen bir terkemuka di Indonesia. Perseroan memproduksi dan memasarkan serangkaian produk ternama, seperti Bir Bintang, Bintang Zero, Heineken, Guinness Foreign Extra Stout dan Green Sands. Perseroan mengoperasikan pabrik-pabrik di Sampang Agung (Mojokerto) dan Tangerang, sedangkan anak perusahaannya, PT. MuIti Bintang Indonesia Niaga memiliki kantor-kantor penjualan dan pemasaran di semua kota besar, dari Medan di Sumatra Utara hingga Jayapura di Papua.

63 47 6. PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk. Perseroan yang didirikan dengan Akta Pendirian nomor 7 pada tanggal 16 April 1974, semula bernama PT Aneka Bumi Asih dan berkedudukan di Palembang. Mendapat Pengesahan dengan Surat Keputusan Menteri Kehakiman nomor Y.A.5/358/23 tanggal 3 Oktober 1974 dan diumumkan dalam Berita Negara nomor 37 tanggal 10 Mei 1994, Tambahan nomor Dengan Akta nomor 39 tanggal 29 Desember 1993 tentang Perubahan Anggaran Dasar, Perseroan berganti nama menjadi PT. Prasidha Aneka Niaga (PAN) dan telah mendapat Persetujuan Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan nomor C HT TH.94 tanggal 1 Maret 1994, yang diumumkan dalam Berita Negara nomor 40 tanggal 20 Mei 1994 Tambahan nomor Bidang usaha Perseroan dan Anak Perusahaan yang utama adalah pengolahan dan perdagangan hasil-hasil bumi seperti karet remah dan kopi. Kegiatan pemasaran perusahaan dan anak perusahaan disentralisir pada kantor pusat di Jakarta. Sistem sentralisasi dilakukan sehingga pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh Direksi perusahaan dapat dikoordinasikan secara efektif. Negara tujuan ekspor antara lain: a. Karet Remah: Amerika Serikat, Belanda, Korea Selatan b. Kopi Instan: Jepang, Thailand, Vietnam, China, Malaysia, Singapore, Filipina c. Biji Kopi: Jepang, Jerman, Belanda, Amerika Serikat, Inggris.

64 48 7. PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk. PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk. berdiri sejak tahun 1995 dan saat ini berkantor di Jababeka Blok W, Kawasan Industri Jababeka, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk. merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha industri roti, kue dan jenis roti lainnya. Dalam menjalankan kegiatannya, PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk melakukan akvitas usahanya dengan mendirikan pabrik roti, memproduksi, memasarkan dan menjual roti tawar dan segala jenis roti lainnya. Pada awal berdirinya, PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk. mempunyai 2 lini mesin - 1 lini mesin untuk pembuatan jenis roti tawar dan 1 lini mesin untuk pembuatan jenis roti manis. Masyarakat Indonesia menyambut baik roti-roti produk Indosari. Penjualan dari bulan demi bulan terus bertumbuh, sehingga untuk memenuhi permintaan pelanggan, pada 2001 PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk. meningkatkan kapasitas produksi menjadi dua kali lipat dengan menambah dua lini mesin. Sampai awal 2011 Perseroan mengoperasikan 11 lini mesin, yaitu 5 lini mesin untuk roti tawardan 6 lini mesin untuk roti manis. 8. PT. Sekar Laut Tbk. PT. Sekar Laut Tbk, adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi makanan, khususnya krupuk, saos, dan bumbu masak. Proses produksi krupuk telah dilakukan oleh pendiri sejak tahun 1966, dimulai dari

65 49 industri rumah tangga. Tahun 1976, PT. Sekar Laut didirikan dan produksinya mulai dikembangkan dalam skala industri besar. Pada tahun 1996, proses pembuatan krupuk telah dikembangkan dengan teknologi modern, yang mengutamakan kebersihan, kualitas, dan nutrisi. Kapasitas produksi krupuk juga meningkat. Produk krupuk dipasarkan di dalam dan di luar negeri. Perusahaan juga telah berkembang dan memproduksi saus tomat, sambal, bumbu masak, dan makanan ringan. Produk-produknya dipasarkan dengan merek FINNA. Selain pemasaran produk sendiri, perusahaan juga bekerja sama dengan perusahaan makanan lainnya, di dalam membantu memproduksi dan menyuplai produk makanan sesuai kebutuhan masingmasing. Tanggal 8 September 1993 sahamnya di daftar untuk diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya. 9. PT. Ultrajaya Milk and Trading Company Tbk. Kantor pusat dan pabrik Perseroan terletak di Jalan Raya Cimareme no.131, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Bermula dari usaha keluarga yang dirintis sejak tahun 1960an oleh Bapak Achmad Prawirawidjaja (alm), PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk. ( Perseroan ) dari tahun ke tahun terus berkembang, dan saat ini telah menjadi salah satu perusahaan yang cukup terkemuka di bidang industri makanan dan minuman. Tahun 1970an Perseroan mulai memperkenalkan dan memasarkan minuman yang diproses dengan teknologi UHT (Ultra High Temperature) sehingga

66 50 steril dan dikemas dalam kemasan karton aseptik (Aseptic Packaging Material) sehingga bisa tahan lama tanpa harus menggunakan bahan pengawet. Perseroan bergerak dalam bidang industri makanan dan minuman. Di bidang minuman Perseroan memproduksi rupa-rupa jenis minuman seperti minuman susu cair, sari buah, teh, minuman tradisional dan minuman untuk kesehatan. Di bidang makanan Perseroan memproduksi susu bubuk (powder milk), dan susu kental manis (sweetened condensed milk). Perseroan juga memproduksi konsentrat buah-buahan tropis (tropical fruit juice concentrate). Tahun 1975 Perseroan mulai memproduksi secara komersial produk minuman susu cair UHT dengan merk dagang Ultra Milk, tahun 1978 memproduksi minuman sari buah UHT dengan merk dagang Buavita, dan tahun 1981 memproduksi minuman teh UHT dengan merk dagang Teh Kotak. Tahun 2008 merk dagang Buavita dan Go-Go telah dijual kepada PT. Unilever Indonesia. Sampai saat ini Perseroan telah memproduksi lebih dari 60 macam jenis produk minuman UHT.

67 BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari situs Data yang digunakan adalah laporan keuangan dari sembilan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode Data-data yang digunakan adalah total aktiva lancar, total aktiva, total hutang lancar, total hutang, laba ditahan, laba sebelum bunga dan pajak, jumlah lembar saham yang beredar, harga saham, dan total penjualan. Data tentang total aktiva lancar, total aktiva, total hutang lancar, total hutang, dan jumlah lembar saham yang beredar didapatkan dari laporan keuangan bagian neraca. Untuk data laba ditahan didapatkan dari laporan keuangan bagian laporan perubahan modal, sedangkan untuk data laba sebelum bunga dan pajak serta total penjualan didapatkan dari laporan keuangan bagian laporan laba rugi, dan untuk data harga saham didapatkan dari fact book idx bagian harga penutupan saham. 51

68 52 B. Analisis Data Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai Z-Score dari rumus Altman, sedangkan variabel independennya adalah lima rasio keuangan yang digunakan dalam rumus Altman. Analisis data dilakukan dengan langkah-langkah yang sudah ditentukan sebelumnya dalam bab metode penelitian, yaitu: 1. Mengumpulkan data Data diambil dari laporan keuangan setiap perusahaan, yang akan digunakan dalam penghitungan komponen-komponen dalam rumus Altman ZScore. Data-data yang digunakan adalah total aktiva lancar, total aktiva, total hutang lancar, total hutang, laba ditahan, laba sebelum bunga dan pajak, jumlah lembar saham yang beredar, harga saham, dan total penjualan. 2. Menghitung komponen Z-Score dalam bentuk rasio untuk menilai kondisi masing-masing perusahaan. Terdapat lima komponen dalam rumus Altman Z-Score yang dihitung untuk masing-masing perusahaan, yaitu: a. X1 (Working Capital to Total Assets) Modal kerja diperoleh dengan cara total aktiva lancar dikurangi dengan total kewajiban lancar. X1 termasuk rasio likuiditas yang digunakan untuk mendeteksi likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja. Tabel 5.1 merupakan hasil perhitungan X1 (Working Capital to Total Assets) untuk

69 53 sembilan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun Tabel 5.1: X1 (Working Capital to Total Assets) Kode Perusahaan 1 ADES 2 CEKA 3 DLTA 4 ICBP 5 MLBI 6 PSDN 7 ROTI 8 SKLT 9 ULTJ Sumber: data diolah No ,137 0,304 0,672 0,323 (0,031) 0,179 0,212 0,228 0,238 0,169 0,306 0,692 0,367 (0,003) 0,236 0,055 0,202 0,145 0,239 0,014 0,686 0,355 (0,290) 0,210 0,020 0,147 0,249 0,200 0,307 0,679 0,311 (0,009) 0,225 0,024 0,097 0,331 0,166 0,261 0,669 0,296 (0,346) 0,148 0,053 0,078 0,395 Berdasarkan hasil perhitungan modal kerja bersih terhadap total aktiva yang dimiliki masing-masing perusahaan, ada satu perusahaan yang memiliki nilai X1 negatif yaitu PT. Multi Bintang Indonesia, Tbk. (MLBI) dari tahun Hal tersebut terjadi karena perusahaan memiliki kewajiban lancar yang lebih besar dibandingkan dengan aset lancar yang dimiliki, sehingga aset lancar yang dimiliki tidak mencukupi untuk menutup kewajibannya. Nilai X1 terendah yaitu pada PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. (MLBI) di tahun 2014 yang memiliki rasio sebesar (0,346) atau (34,6%) dan dapat diartikan bahwa perusahaan mengalami kekurangan aktiva lancar untuk membayar hutang lancar yang telah jatuh tempo sebesar 34,6% dari total aktiva perusahaan. Nilai X1 tertinggi yaitu pada PT. Delta Djakarta Tbk. (DLTA) di tahun 2011 yang mencapai 0,692 atau

70 54 sebesar 69,2%. Hal ini menunjukkan bahwa kelebihan aktiva lancar setelah membayar kewajiban lancar yang telah jatuh tempo adalah sebesar 69,2% dari total aktiva perusahaan. b. X2 (Retained Earnings to Total Assets) Laba ditahan merupakan laba yang akan diinvestasikan kembali dan atau rugi dari suatu perusahaan selama umur perusahaan tersebut. Rasio ini termasuk rasio profitabilitas kumulatif yang digunakan untuk mengukur besarnya kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba. Laba ditahan terjadi karena pemegang saham mengizinkan perusahaan untuk menginvestasikan kembali laba yang tidak didistribusikan sebagai dividen. Laba ditahan yang dilaporkan dalam neraca bukan merupakan kas dan tidak tersedia untuk pembayaran dividen atau yang lain. Tabel 5.2 merupakan hasil perhitungan X2 (Retained Earnings to Total Assets). Tabel 5.2: X2 (Retained Earnings to Total Assets) Kode Perusahaan 1 ADES 2 CEKA 3 DLTA 4 ICBP 5 MLBI 6 PSDN 7 ROTI 8 SKLT 9 ULTJ Sumber: data diolah No (1,579) 0,054 0,766 0,175 0,394 (1,402) 0,319 0,069 0,324 (1,640) 0,173 0,746 0,239 0,415 (1,349) 0,359 0,086 0,340 (1,184) 0,194 0,740 0,272 0,266 0,020 0,326 0,100 0,415 (1,107) 0,247 0,729 0,280 0,541 0,031 0,281 0,115 0,461 (1,016) 0,214 0,728 0,299 0,238 (0,015) 0,319 0,147 0,521

71 55 Berdasarkan hasil perhitungan laba ditahan terhadap total aktiva yang dimiliki masing-masing perusahaan, ada dua perusahaan yang memiliki nilai X2 yang negatif yaitu PT. Akasha Wira International Tbk. (ADES) dari tahun dan PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk. (PSDN) tahun 2010, 2011, dan Perusahaan yang memiliki nilai X2 terkecil selama tahun yaitu PT. Akasha Wira Internasional Tbk. (ADES) di tahun 2011 yang memiliki rasio (1,640) atau (164%). Nilai yang negatif ini menunjukkan bahwa total aktiva yang digunakan perusahaan tidak dapat menghasilkan laba ditahan yang bernilai positif karena jumlah kerugian perusahaan telah melebihi laba ditahan awal periode. Sehingga, nilai (1,640) atau (164%) dapat diartikan bahwa perusahaan tidak dapat menutupi kerugian yang terjadi pada perusahaan sebesar 164% dari total aktiva. Nilai X2 tertinggi dari sembilan perusahaan tersebut adalah pada PT. Delta Djakarta Tbk. (DLTA) di tahun 2010 yang memiliki rasio 0,766 atau 76,6%. Nilai ini menunjukkan kemampuan total aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba ditahan adalah sebesar 76,6% dari total aktiva yang dimiliki. c. X3 (Earnings Before Interest and Taxes /EBIT to Total Assets) Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sebelum pembayaran bunga dan pajak dari total aktiva perusahaan. Semakin besar tingkat profitabilitas, maka semakin efektif dan efisien

72 56 perusahaan dalam penggunaan keseluruhan aktiva dalam menghasilkan laba usaha. Tabel 5.3 menunjukkan hasil perhitungan laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset yang dimiliki oleh masing-masing dari sembilan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode Tabel 5.3:X3 (EarningsBefore Interest and Taxes /EBIT to Total Assets) Kode Perusahaan 1 ADES 2 CEKA 3 DLTA 4 ICBP 5 MLBI 6 PSDN 7 ROTI 8 SKLT 9 ULTJ Sumber: data diolah No ,103 0,047 0,272 0,188 0,522 0,095 0,237 0,031 0, ,094 0,181 0,294 0,180 0,557 0,088 0,204 0,037 0, ,197 0,089 0,386 0,170 0,527 0,074 0,166 0,047 0, ,134 0,085 0,413 0,139 0,885 0,063 0,116 0,055 0, ,082 0,076 0,383 0,136 0,483 (0,030) 0,118 0,071 0,129 Berdasarkan hasil perhitungan laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset yang dimiliki oleh masing-masing perusahaan, ada satu perusahaan yang memiliki nilai X3 yang negatif di tahun 2014 yaitu PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk. (PSDN) sebesar (0,030) atau (3%). X3 yang bernilai negatif disebabkan karena perusahaan memiliki biaya operasional yang lebih besar daripada laba bruto yang dihasilkan, sehingga laba yang diperoleh tidak dapat menutup biaya operasional perusahaan. Rasio yang negatif menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kerugian dan menunjukkan total aktiva perusahaan tidak dapat menghasilkan laba dari kegiatan operasional

73 57 perusahaan yang telah dilakukan sebesar 3% dari total aktiva yang dimiliki. Sedangkan, nilai X3 tertinggi yaitu pada PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. (MLBI) di tahun 2013 sebesar 0,885 atau 88,5%. Nilai ini menunjukkan kemampuan total aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak sebesar 88,5% dari total aktiva yang dimiliki perusahaan. d. X4 (Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities) Rasio ini termasuk dalam rasio solvabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan pada setiap hutangnya melalui modal sendiri. Nilai pasar ekuitas sendiri diperoleh dengan mengalikan jumlah lembar saham yang beredar dengan harga pasar per lembar saham. Sedangkan untuk nilai buku hutangnya diperoleh dengan menjumlahkan kewajiban lancar dan kewajiban jangka panjang. Berikut ini adalah perhitungan untuk X4 yang disajikan dalam tabel 5.4 Tabel 5.4: X4 (Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities) Kode Perusahaan 1 ADES 2 CEKA 3 DLTA 4 ICBP 5 MLBI 6 PSDN 7 ROTI 8 SKLT 9 ULTJ Sumber: data diolah No ,255 0,605 14,666 6,816 8,673 0,521 23,772 1,193 4,953 3,131 0,677 14,477 6,718 10,917 2,075 15,820 1,059 4,016 6,294 0,686 27,737 7,887 18,901 1,081 12,971 1,034 5,161 6,694 0,638 31,919 7,433 31,713 0,817 4,987 0,766 16,317 3,880 0,599 27,432 7,739 15,012 0,850 5,927 1,163 16,478

74 58 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, terlihat bahwa nilai X4 (Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities) yang dimiliki perusahaan makanan dan minuman di tahun , secara keseluruhan memiliki nilai X4 yang fluktuatif dari tahun ke tahun. Perusahaan yang mempunyai X4 yang rendah, menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah menggunakan lebih banyak hutang daripada modal sendiri. Perusahaan yang memiliki nilai X4 paling kecil adalah PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk. (PSDN) di tahun 2010 yaitu sebesar 0,521 atau 52,1%, nilai ini menunjukkan bahwa perusahaan hanya mampu membayar biaya hutang sebesar 52,1% dari ekuitas perusahaan yang dinilai dari harga pasar. Nilai X4 tertinggi yaitu pada PT. Delta Djakarta Tbk. (DLTA) di tahun 2013 sebesar 31,919 atau 3.191,9%, nilai ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk membayar biaya hutangnya sebesar 3.191,9% dari ekuitas perusahaan yang dinilai dari harga pasar. e. X5 (Sales to Total Assets) Rasio initermasuk dalam rasio aktivitas yang dapat mengukur keefektifan suatu perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki. Rasio ini menggambarkan kemampuan peningkatan penjualan dari aktiva yang dimiliki perusahaan. Tabel 5.5 merupakan hasil perhitungan untuk X5.

75 59 Tabel 5.5: X5 (Sales to Total Assets) Kode Perusahaan 1 ADES 2 CEKA 3 DLTA 4 ICBP 5 MLBI 6 PSDN 7 ROTI 8 SKLT 9 ULTJ Sumber: data diolah No ,674 0,844 0,773 1,344 1,574 2,239 1,077 1,576 0, ,947 1,504 0,810 1,272 1,522 2,958 1,071 1,608 0, ,225 1,093 0,966 1,215 1,360 1,912 0,988 1,608 1, ,139 2,367 1,000 1,180 1,999 1,877 0,826 1,878 1, ,146 2,883 0,886 1,205 1,339 1,570 0,877 2,055 1,343 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, ada beberapa perusahaan yang memiliki rasio yang rendah yaitu PT. Akasha Wira Internasional Tbk. (ADES) di tahun 2010 dan 2011, PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. (CEKA) di tahun 2010, PT. Delta Djakarta Tbk. (DLTA) di tahun 2010, 2011, 2012, dan 2014, PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk. (ROTI) tahun 2012, 2013, dan 2014, dan PT. Ultrajaya Milk and Trading Company Tbk. (ULTJ) di tahun 2010 dan Nilai X5 terendah dimiliki oleh PT. Akasha Wira Internasional Tbk. (ADES) di tahun 2010 yaitu sebesar 0,674. Nilai ini menunjukkan bahwa dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva perusahaan dalam satu tahun berputar 0,674 kali atau setiap Rp 1,- aktiva selama satu tahun dapat menghasilkan penjualan sebesar Rp 0,674. Sedangkan nilai X5 terbesar yaitu pada PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk. (PSDN) di tahun 2011 sebesar 2,958. Nilai ini menunjukkan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva

76 60 perusahaan dalam satu tahun berputar 2,958 kali atau setiap Rp 1,- aktiva selama satu tahun dapat menghasilkan penjualan sebesar Rp 2, Menghitung nilai Z-Score untuk masing-masing perusahaan dan menganalisis nilai Z-Score yang dihasilkan berdasarkan nilai batas Rumus Z-Score yang digunakan dalam penelitian ini adalah: = Setelah mengetahui rasio-rasio dalam komponen rumus Altman Z-Score dari X1 hingga X5, hasil perhitungan tersebut kemudian dikalikan dengan standar masing-masing yang sesuai dengan rumus Z-Score, maka akan diperoleh nilai Z-Score dari masing-masing perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI dari tahun Hasil perhitungan Z-Score tersebut ditampilkan dalam tabel 5.6 hingga tabel 5.50

77 61 Tabel 5.6 Nilai Z-Score PT. Akasha Wira Internasional Tbk. (ADES) tahun 2010 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan ( ) EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,137 = Retained Earning to Total Asset Ratio (1,579) = Basic Earning Power Ratio 0,103 = MVBV Ratio 4,255 = Total assets turnover Ratio 0,674 Z-Score= 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 (0,137) + 1,4 ((1,579)) + 3,3 (0,103)+ 0,6 (4,255) + 1,0 (0,674) = 1,522 Berdasarkan tabel nilai Z-Score,, PT. Akasha Wira Internasional Tbk. (ADES) memiliki rasio negatif pada X2, karena perusahaan mengakumulasikan rugi di tahan yang cukup tinggi yaitu mencapai ( ) (dalam jutaan rupiah). Sedangkan rasio tertinggi yaitu pada X4 (Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities) sebesar 4,255. Adanya rasio negatif pada komponen Z-Score akan mempengaruhi pada nilai Z-Score yang dihasilkan. Sehingga, di tahun 2010, perusahaan menghasilkan angka Z-Score sebesar 1,522.

78 62 Tabel 5.7 Nilai Z-Score PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. (CEKA) tahun 2010 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,304 = Retained Earning to Total Asset Ratio 0,054 = Basic Earning Power Ratio 0,047 = MVBV Ratio 0,605 = Total assets turnover Ratio 0,844 Z-Score= 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 (0,304) + 1,4 (0,054) + 3,3 (0,047) + 0,6 (0,605) + 1,0 (0,844) = 1,805 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. (CEKA) memiliki rasio perputaran aktiva (X5) yang lebih tinggi dibandingkan dengan rasio yang lain yaitu 0,844. Tetapi, tingkat penjualan perusahaan belum mencapai hasil yang lebih tinggi dari aktiva yang dimiliki perusahaan, sehingga perusahaan dianggap belum dapat menggunakan aktiva dengan efektif dan manajemen juga diharapkan untuk mengevaluasi strategi pemasarannya.dari perhitungan Z-Score tersebut, di tahun 2010 perusahaan menghasilkan nilai ZScore sebesar 1,805.

79 63 Tabel 5.8 Nilai Z-Score PT. Delta Djakarta Tbk. (DLTA) tahun 2010 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,672 = Retained Earning to Total Asset Ratio 0,766 = Basic Earning Power Ratio 0,272 = MVBV Ratio 14,666 = Total assets turnover Ratio 0,773 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 (0,672) + 1,4 (0,766) + 3,3 (0,272) + 0,6 (14,666) + 1,0 (0,773) = 12,350 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Delta Djakarta Tbk. (DLTA) di tahun 2010 memiliki rasio tertinggi pada X4 (Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities) sebesar 14,666. Semakin tinggi X4, semkain tinggi pula kemampuan perusahaan dalam mencukupi kewajibannya dengan ekuitas yang dimiliki yang dinilai dari harga pasar.rasio terendah yaitu pada X3 (Basic Earning Power Ratio) sebesar 0,272.Dari rasio yang telah dihasilkan tersebut, perusahaan menghasilkan angka Z-Score sebesar 12,350.

80 64 Tabel 5.9 Nilai Z-Score PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) tahun 2010 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,323 = Retained Earning to Total Asset Ratio 0,175 = Basic Earning Power Ratio 0,188 = MVBV Ratio 6,816 = Total assets turnover Ratio 1,344 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 (0,323) + 1,4 (0,175) + 3,3 (0,188) + 0,6 (6,816) + 1,0 (1,344) = 6,690 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) memiliki dua rasio yang cukup baik di tahun 2010 yaitu Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities Ratio (X4) yang mencapai 6,816 dan Total Assets Turnover Ratio (X5) yang mencapai 1,344. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan dapat memenuhi semua kewajibannya dengan modal sendiri. Perusahaan juga telah cukup efektif dalam menggunakan total aktiva untuk penjualan karena tingkat penjualan yang dihasilkan perusahaan telah melebihi total aktiva yang dimiliki, sehingga nilai Z-Score perusahaan di tahun 2010 mampu mencapai 6,690.

81 65 Tabel 5.10 Nilai Z-Score PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. (MLBI) tahun 2010 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja (34.785) Laba ditahan EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio (0,031) = Retained Earning to Total Asset Ratio 0,394 = Basic Earning Power Ratio 0,522 = MVBV Ratio 8,673 = Total assets turnover Ratio 1,574 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 ((0,031)) + 1,4 (0,394) + 3,3 (0,522) +0,6 (8,673) + 1,0 (1,574) = 9,018 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. (MLBI) memiliki satu rasio negatif pada working capital ratio (X1) yang bernilai (0,031).Modal kerja bersih yang negatif kemungkinan akan membuat perusahaan menghadapi masalah dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya karena tidak tersedianya aktiva lancar yang cukup untuk menutupi kewajiban perusahaan tersebut. Rasio tertinggi yang dihasilkan perusahaan yaitu pada X4 (Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities) yang mencapai 8,673.Hal tersebut membuat perusahaan memiliki nilai Z-Score yang mencapai 9,018.

82 66 Tabel 5.11 Nilai Z-Score PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk. (PSDN) tahun 2010 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan ( ) EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,179 = Retained Earning to Total Asset Ratio (1,402) = Basic Earning Power Ratio 0,095 = MVBV Ratio 0,521 = Total assets turnover Ratio 2,239 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 (0,179) + 1,4 ((1,402)) + 3,3 (0,095)+ 0,6 (0,521) + 1,0 (2,239) = 1,117 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk. (PSDN) memiliki satu rasio negatif pada Retained Earning to Total Asset Ratio (X2) sebesar (1,402) karena perusahaan memiliki rugi ditahan yang cukup tinggi yaitu mencapai ( ) (dalam jutaan rupiah), dan di tahun 2010 perusahaan menghasilkan rasio tertinggi pada X5 (Total Assets Turnover Ratio) yaitu sebesar 2,239. Hal tersebut ternyata tidak membuat perusahaan menghasilkan nilai Z-Score yang tinggi, karena di tahun 2010 perusahaan hanya memiliki Z-Score yang bernilai 1,117.

83 67 Tabel 5.12 Nilai Z-Score PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk. (ROTI) tahun 2010 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,212 = Retained Earning to Total Asset Ratio 0,319 = Basic Earning Power Ratio 0,237 = MVBV Ratio 23,772 = Total assets turnover Ratio 1,077 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 (0,212) + 1,4 (0,319) + 3,3 (0,237) + 0,6 (23,772) + 1,0 (1,077) = 16,823 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk. (ROTI) memiliki rasio terendah pada X1 (Working Capital Ratio) yang bernilai 0,212. Perusahaan dapat dikatakan memiliki kemampuan yang baik dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan modal yang dimiliki karena perusahaan mampu menghasilkan Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities (X4) sebesar 23,772, sehingga perusahaan menghasilkan ZScore yang mencapai 16,823.

84 68 Tabel 5.13 Nilai Z-Score PT. Sekar Laut Tbk. (SKLT) tahun 2010 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,228 = Retained Earning to Total Asset Ratio 0,069 = Basic Earning Power Ratio 0,031 = MVBV Ratio 1,193 = Total assets turnover Ratio 1,576 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2(0,228) + 1,4 (0,069) + 3,3 (0,031) + 0,6 (1,193) +1,0 (1,576) = 2,764 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Sekar Laut Tbk. (SKLT) memiliki rasio terendah pada Basic Earning Power Ratio (X3) yang hanya mencapai 0,031.Untuk rasio tertinggi yang dihasilkan perusahaan yaitu pada Total Assets Turnover Ratio (X5) sebesar 1,576. Hal ini berarti bahwa dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva dalam satu tahun berputar 1,576 kali atau setiap Rp 1,- aktiva selama satu tahun dapat menghasilkan penjualan sebesar Rp 1,576 dan nilai Z-Score yang dihasilkan perusahaan di tahun 2010 mencapai 2,764.

85 69 Tabel 5.14 Nilai Z-Score PT. Ultrajaya Milk and Trading Company Tbk. (ULTJ) tahun 2010 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,238 = Retained Earning to Total Asset Ratio 0,324 = Basic Earning Power Ratio 0,101 = MVBV Ratio 4,953 = Total assets turnover Ratio 0,937 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 (0,238) + 1,4 (0,324) + 3,3 (0,101) + 0,6 (4,953) + 1,0 (0,937) = 4,983 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Ultrajaya Milk and Trading Company Tbk. (ULTJ) memiliki rasio terendah pada Basic earning power ratio (X3) yang hanya mencapai 0,101. Sedangkan rasio tertinggi pada X4 (Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities) sebesar 4,953 atau 495,3%. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu membayar kewajiban sebesar 495,3% dari ekuitas perusahaan yang dinilai dari harga pasar. Sehingga, di tahun 2010 perusahaan menghasilkan nilai Z-Score yang mencapai 4,983.

86 70 Tabel 5.15 Nilai Z-Score PT. Akasha Wira Internasional Tbk. (ADES) tahun 2011 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan ( ) EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,169 = Retained Earning to Total Asset Ratio (1,640) = Basic Earning Power Ratio 0,094 = MVBV Ratio 3,131 = Total assets turnover Ratio 0,947 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 (0,169) + 1,4 ((1,640)) + 3,3 (0,094) + 0,6 (3,131)+ 1,0 (0,947) = 1,043 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Akasha Wira Internasional Tbk. (ADES) memiliki rasio negatif pada Retained Earning to Total Asset Ratio (X2) sebesar (1,640) karena perusahaan mengakumulasikan rugi ditahan yang cukup tinggi dibandingkan total aktivanya yaitu mencapai ( ) (dalam jutaan rupiah). Rasio tertinggi yang dihasilkan perusahaan yaitu X4(Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities) sebesar 3,131.Adanya rasio yang bernilai negatif dapat mempengaruhi nilai Z-Score yang dihasilkan, sehingga ZScore yang dihasilkan perusahaan di tahun 2011 sebesar 1,043.

87 71 Tabel 5.16 Nilai Z-Score PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. (CEKA) tahun 2011 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,306 = Retained Earning to Total Asset Ratio 0,173 = Basic Earning Power Ratio 0,181 = MVBV Ratio 0,677 = Total assets turnover Ratio 1,504 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2(0,306) + 1,4 (0,173) + 3,3 (0,181) + 0,6 (0,677) + 1,0 (1,504) = 3,118 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. (CEKA) memiliki rasio tertinggi pada Total Assets Turnover Ratio (X5) yang mencapai 1,504. Perusahaan memiliki rasio paling rendah pada Retained Earning to Total Asset Ratio (X2) yang hanya mencapai 0,173 atau 17,3%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan total aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba ditahan adalah sebesar 17,3%, sehingga nilai Z-Score yang dihasilkan perusahaan mencapai 3,118.

88 72 Tabel 5.17 Nilai Z-Score PT. Delta Djakarta Tbk. (DLTA) tahun 2011 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,692 = Retained Earning to Total Asset Ratio 0,746 = Basic Earning Power Ratio 0,294 = MVBV Ratio 14,477 = Total assets turnover Ratio 0,810 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 (0,692) + 1,4 (0,746) + 3,3 (0,294) + 0,6 (14,477) + 1,0 (0,810) = 12,342 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Delta Djakarta Tbk. (DLTA) memiliki rasio paling rendah dari kelima rasio tersebut pada Basic Earning Power Ratio (X3) yang mencapai 0,294. Sedangkan rasio tertinggi pada Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities (X4) sebesar 14,477. Dari hasil rasio-rasio tersebut, nilai Z-Score yang dihasilkan PT. Delta Djakarta Tbk. (DLTA) mencapai 12,342.

89 73 Tabel 5.18 Nilai Z-Score PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) tahun 2011 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,367 = Retained Earning to Total Asset Ratio 0,239 = Basic Earning Power Ratio 0,180 = MVBV Ratio 6,718 = Total assets turnover Ratio 1,272 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 (0,367) + 1,4 (0,239) + 3,3 (0,180) + 0,6 (6,718) + 1,0 (1,272) = 6,674 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) memiliki rasio tertinggi pada Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities (X4) yang mencapai 6,718.Untuk rasio terendah dari kelima rasio yang dihasilkan perusahaan, ada pada X3 (Basic Earning Power Ratio) yang bernilai 0,180 atau 18%. Hal ini berarti bahwa kemampuan total aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba dari kegiatan operasional yang telah dilakukan yaitu sebesar 18% dari total aktivanya. Sehingga, nilai Z-Score yang dihasilkan perusahaan mencapai 6,674.

90 74 Tabel 5.19 Nilai Z-Score PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. (MLBI) tahun 2011 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja (3.834) Laba ditahan EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio (0,003) = Retained Earning to Total Asset Ratio 0,415 = Basic Earning Power Ratio 0,557 = MVBV Ratio 10,917 = Total assets turnover Ratio 1,522 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 ((0,003)) + 1,4 (0,415)+3,3 (0,557)+ 0,6 (10,917) + 1,0 (1,522) = 10,490 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. (MLBI) memiliki rasio negatif pada Working Capital Ratio (X1) yang bernilai (0,003). Hal tersebut dikarenakan perusahaan memiliki hutang lancar yang lebih besar daripada aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, sedangkan rasio tertinggi ada pada Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities (X4) yaitu sebesar 10,917. Dari rasio-rasio yang telah dihasilkan tersebut, perusahaan menghasilkan Z-Score di tahun 2011 mencapai 10,490.

91 75 Tabel 5.20 Nilai Z-Score PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk. (PSDN) tahun 2011 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan ( ) EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,236 = Retained Earning to Total Asset Ratio (1,349) = Basic Earning Power Ratio 0,088 = MVBV Ratio 2,075 = Total assets turnover Ratio 2,958 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 (0,236) + 1,4 ((1,349)) + 3,3 (0,088)+ 0,6 (2,075) + 1,0 (2,958) = 2,888 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk. (PSDN) memiliki rasio negatif pada X2 (Retained Earnings to Total Asset) yang bernilai (1,349). Nilai X2 yang negatif menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu menutupi kerugian yang terjadi pada perusahaan sebesar 134,9% dari total aktiva yang dimilikinya. Dari kelima rasio tersebut, perusahaan memiliki rasio paling tinggi pada Total Assets Turnover Ratio(X5) yang bernilai 2,958.Maka, di tahun 2011 angka Z-Score perusahaan mencapai 2,888.

92 76 Tabel 5.21 Nilai Z-Score PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk. (ROTI) tahun 2011 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,055 = Retained Earning to Total Asset Ratio 0,359 = Basic Earning Power Ratio 0,204 = MVBV Ratio 15,820 = Total assets turnover Ratio 1,071 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 (0,055) + 1,4 (0,359) + 3,3 (0,204) + 0,6 (15,820) + 1,0 (1,071) = 11,805 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk. (ROTI) mempunyai rasio tertinggi pada Market Value of Equity to Book Valueof Total Liabilities (X4) yang bernilai 15,820. Perusahaan memiliki rasio paling rendah pada Working Capital Ratio (X1) yang bernilai 0,055.Dari komponen rasio Z-Score yang telah dihasilkan tersebut, nilai Z-Score yang diperoleh perusahaan di tahun 2011 mencapai 11,805.

93 77 Tabel 5.22 Nilai Z-Score PT. Sekar Laut Tbk. (SKLT) tahun 2011 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,202 = Retained Earning to Total Asset Ratio 0,086 = Basic Earning Power Ratio 0,037 = MVBV Ratio 1,059 = Total assets turnover Ratio 1,608 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 (0,202) + 1,4 (0,150) + 3,3 (0,037) + 0,6 (1,059) + 1,0 (1,608) = 2,729 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Sekar Laut Tbk. (SKLT) memiliki rasio tertinggi dibandingkan empat rasio yang lain, yaitu pada Total Assets Turnover Ratio (X5) yang bernilai 1,608, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan telah menghasilkan tingkat penjualan yang lebih tinggi dari total aktivanya atau setiap Rp 1,- aktiva selama satu tahun telah meghasilkan penjualan sebesar Rp 1,608. Rasio paling rendah dari kelima rasio tersebut adalah pada Basic Earning Power Ratio (X3) yang bernilai 0,037.Maka, di tahun 2011 nilai Z-Score perusahaan mencapai 2,729.

94 78 Tabel 5.23 Nilai Z-Score PT. Ultrajaya Milk and Trading Company Tbk. (ULTJ) tahun 2011 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,145 = Retained Earning to Total Asset Ratio 0,340 = Basic Earning Power Ratio 0,072 = MVBV Ratio 4,016 = Total assets turnover Ratio 0,965 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 (0,145) + 1,4 (0,340) + 3,3 (0,072) + 0,6 (4,016) + 1,0 (0,965) = 4,262 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Ultrajaya Milk and Trading Company Tbk. (ULTJ) memiliki rasio tertinggi pada Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities (X4) yang bernilai 4,016.Rasio yang paling rendah adalah pada Basic Earning Power Ratio (X3) yang bernilai 0,072. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan total aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak sebesar 7,2% dari total aktiva yang dimiliki perusahaan. Sehingga, di tahun 2011 PT. Ultrajaya Milk and Trading Company Tbk. menghasilkan nilai Z-Score sebesar 4,262.

95 79 Tabel 5.24 Nilai Z-Score PT. Akasha Wira Internasional Tbk. (ADES) tahun 2012 X1 X2 Z X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan ( ) EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,239 = Retained Earning to Total Asset Ratio (1,184) = Basic Earning Power Ratio 0,197 = MVBV Ratio 6,294 = Total assets turnover Ratio 1,225 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 (0,239) + 1,4 ((1,184)) + 3,3 (0,197)+ 0,6 (6,294) + 1,0 (1,225) = 4,280 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Akasha Wira Internasional Tbk. (ADES) memiliki rasio yang bernilai negatif pada Retained Earning to Total Asset Ratio (X2) yang bernilai (1,184), hal ini berarti bahwa perusahaan tidak mampu menutupi kerugian yang terjadi pada perusahaan sebesar 118,4% dari total aktivanya. Perusahaan memiliki rasio tertinggi pada Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities (X4) yang bernilai 6,294. Hal ini berarti bahwa di tahun 2012, perusahaan sudah mampu memenuhi kewajibannya sebesar 629,4% dari ekuitas perusahaan yang dinilai dari harga pasar. Di tahun 2012, perusahaan menghasilkan nilai Z-Scoresebesar 4,280.

96 80 Tabel 5.25 Nilai Z-Score PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. (CEKA) tahun 2012 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,014 = Retained Earning to Total Asset Ratio 0,194 = Basic Earning Power Ratio 0,089 = MVBV Ratio 0,686 = Total assets turnover Ratio 1,093 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 (0,014) + 1,4 (0,194) + 3,3 (0,089) + 0,6 (0,686) + 1,0 (1,093) = 2,087 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. (CEKA) memiliki rasio tertinggi pada Total Assets Turnover Ratio (X5) yang bernilai 1,093, hal ini berarti bahwa setiap Rp 1,- aktiva selama satu tahun menghasilkan penjualan sebesar Rp 1,093. Dari kelima rasio tersebut, Working Capital Ratio (X1) memiliki nilai paling rendah yaitu 0,014. Sehingga, nilai ZScore yang dihasilkan perusahaan mencapai 2,087.

97 81 Tabel 5.26 Nilai Z-Score PT. Delta Djakarta Tbk. (DLTA) tahun 2012 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,686 = Retained Earning to Total Asset Ratio 0,740 = Basic Earning Power Ratio 0,386 = MVBV Ratio 27,737 = Total assets turnover Ratio 0,966 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 (0,686) + 1,4 (0,740) + 3,3 (0,386) + 0,6 (27,737) + 1,0 (0,966) = 20,741 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Delta Djakarta Tbk. memiliki rasio tertinggi pada Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities (X4) yang bernilai 27,737. Semakin tinggi rasio ini, semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk mencukupi kewajibannya dari ekuitas perusahaan yang dinilai dari harga pasar. Sedangkan rasio paling rendah dari kelima rasio tersebut adalah pada Basic Earning Power Ratio (X3) yang memiliki nilai 0,386, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan total aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak sebesar 38,6% dari total aktivanya. Sehingga, perusahaan menghasilkan nilai Z-Score yang mencapai 20,741.

98 82 Tabel 5.27 Nilai Z-Score PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) tahun 2012 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,355 = Retained Earning to Total Asset Ratio 0,272 = Basic Earning Power Ratio 0,170 = MVBV Ratio 7,887 = Total assets turnover Ratio 1,215 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 (0,355) + 1,4 (0,272) + 3,3 (0,170) + 0,6 (7,887) + 1,0 (1,215) = 7,317 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) memiliki rasio terendah pada Basic Earning Power Ratio (X3) yang menunjukkan nilai 0,170. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan hanya mampu menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak sebesar 17% dari total aktiva yang dimiliki perusahaan. Sedangkan rasio tertinggi ada pada Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities (X4) yang bernilai 7,887. Sehingga, nilai Z-Score perusahaan tahun 2012 menunjukkan hasil yang mencapai 7,317.

99 83 Tabel 5.28 Nilai Z-Score PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. (MLBI) tahun 2012 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja ( ) Laba ditahan EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio (0,290) = Retained Earning to Total Asset Ratio 0,266 = Basic Earning Power Ratio 0,527 = MVBV Ratio 18,901 = Total assets turnover Ratio 1,360 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 ((0,290)) + 1,4 (0,266)+ 3,3 (0,527)+ 0,6 (18,901)+ 1,0 (1,360) = 14,465 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. (MLBI) memiliki rasio yang bernilai negatif pada Working Capital Ratio (XI) yang memiliki nilai (0,290), hal ini terjadi karena perusahaan memiliki hutang lancar yang lebih besar daipada aktiva lancar yang dimiliki. Semakin rendah angka modal kerja, semakin rendah pula kepastian bahwa hutang jangka pendek akan dilunasi tepat waktu. Rasio paling tinggi dalam perusahaan tersebut adalah pada Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities (X4) yang memiliki nilai 18,901, sehingga perusahaan memiliki nilai Z-Score tahun 2012 sebesar 14,465.

100 84 Tabel 5.29 Nilai Z-Score PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk. (PSDN) tahun 2012 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,210 = Retained Earning to Total Asset Ratio 0,020 = Basic Earning Power Ratio 0,074 = MVBV Ratio 1,081 = Total assets turnover Ratio 1,912 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 (0,210) + 1,4 (0,020) + 3,3 (0,074) + 0,6 (1,081) + 1,0 (1,912) = 3,086 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk. (PSDN) memiliki rasio yang rendah pada Retained Earning to Total Asset Ratio (X2) yang bernilai 0,020. Hal ini berarti bahwa kemampuan total aktiva untuk menghasilkan laba ditahan sebesar 2% dari total aktivanya. Sedangkan rasio tertingginya yaitu pada Total Assets Turnover Ratio (X5) yang memiliki nilai 1,912, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- aktiva selama satu tahun menghasilkan penjualan sebesar Rp 1,912 dan nilai Z-Score yang dihasilkan mencapai 3,086.

101 85 Tabel 5.30 Nilai Z-Score PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk. (ROTI) tahun 2012 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,020 = Retained Earning to Total Asset Ratio 0,326 = Basic Earning Power Ratio 0,166 = MVBV Ratio 12,971 = Total assets turnover Ratio 0,988 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 (0,020) + 1,4 (0,326) + 3,3 (0,166) + 0,6 (12,971) + 1,0 (0,988) = 9,798 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk. (ROTI) memiliki rasio tertinggi pada Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities (X4) yang memiliki nilai 12,971. Sedangkan rasio terendah yang dihasilkan perusahaan di tahun 2012 yaitu pada Working Capital Ratio(X1) yang memiliki nilai 0,020, sehingga perusahaan memiliki kelebihan aktiva lancar setelah pembayaran hutang lancar sebesar 2% dari total aktiva perusahaan. Sehingga, di tahun 2012 perusahaan memiliki angka Z-Score sebesar 9,798.

102 86 Tabel 5.31 Nilai Z-Score PT. Sekar Laut Tbk. (SKLT) tahun 2012 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,147 = Retained Earning to Total Asset Ratio 0,100 = Basic Earning Power Ratio 0,047 = MVBV Ratio 1,034 = Total assets turnover Ratio 1,608 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 (0,147) + 1,4 (0,100) + 3,3 (0,047) + 0,6 (1,034) + 1,0 (1,608) = 2,700 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Sekar Laut Tbk. (SKLT) memiliki rasio tertinggi pada Total Assets Turnover Ratio (X5) yang memiliki nilai 1,608. Rasio paling rendah dalam komponen Z-Score pada perusahaan tersebut adalah Basic Earning Power Ratio (X3) yang memiliki nilai 0,047. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak sebesar 4,7% dari total aktiva yang dimiliki perusahaan. Sehingga, Z-Score yang dihasilkan perusahaan di tahun 2012 sebesar 2,700.

103 87 Tabel 5.32 Nilai Z-Score PT. Ultrajaya Milk and Trading Company Tbk. (ULTJ) tahun 2012 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,249 = Retained Earning to Total Asset Ratio 0,415 = Basic Earning Power Ratio 0,189 = MVBV Ratio 5,161 = Total assets turnover Ratio 1,161 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 (0,249) + 1,4 (0,415) + 3,3 (0,189) + 0,6 (5,161) + 1,0 (1,161) = 5,762 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Ultrajaya Milk and Trading Company Tbk. (ULTJ) memiliki rasio paling rendah yang dihasilkan perusahaan di tahun 2012 yaitu pada Basic Earning Power Ratio (X3) sebesar 0,189. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan total aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak sebesar 18,9% dari total aktiva yang dimiliki perusahaan. Sedangkan rasio tertinggi yaitu pada Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities (X4) sebesar 5,161. Sehingga, nilai ZScore PT. Ultrajaya Milk and Trading Company Tbk. (ULTJ) untuk tahun 2012 menunjukkan hasil yang mencapai 5,762.

104 88 Tabel 5.33 Nilai Z-Score PT. Akasha Wira Internasional Tbk. (ADES) tahun 2013 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan ( ) EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,200 = Retained Earning to Total Asset Ratio (1,107) = Basic Earning Power Ratio 0,134 = MVBV Ratio 6,694 = Total assets turnover Ratio 1,139 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 (0,200) + 1,4 ((1,107)) + 3,3 (0,134)+ 0,6 (6,694) + 1,0 (1,139) = 4,287 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Akasha Wira Internasional Tbk. (ADES) memiliki rasio yang negatif pada Retained Earning to Total Asset Ratio (X2) yang memiliki nilai (1,107), hal ini berarti perusahaan tidak dapat menutupi kerugian yang terjadi pada perusahaan sebesar 110,7% dari total aktivanya. Dari lima rasio tersebut, rasio tertinggi yang dihasilkan perusahaan di tahun 2013 yaitu Market Value of Equity to Book Valueof Total Liabilities (X4) yang memiliki nilai 6,694, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu membayar kewajibannya sebesar 669,4% dari ekuitas perusahaan yang dinilai dari harga pasar. Sehingga, nilai Z-Score perusahaan di tahun 2013 menunjukkan nilai 4,287.

105 89 Tabel 5.34 Nilai Z-Score PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. (CEKA) tahun 2013 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,307 = Retained Earning to Total Asset Ratio 0,247 = Basic Earning Power Ratio 0,085 = MVBV Ratio 0,638 = Total assets turnover Ratio 2,367 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 (0,307) + 1,4 (0,247) + 3,3 (0,085) + 0,6 (0,638) + 1,0 (2,367) = 3,744 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. (CEKA) mempunyai rasio tertinggi pada Total Assets Turnover Ratio (X5) yang memiliki nilai 2,367, nilai ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- aktiva perusahaan selama satu tahun dapat menghasilkan penjualan sebesar Rp 2,367. Sedangkan rasio paling rendah dalam komponen Z-Score dari perusahaan tersebut adalah pada Basic Earning Power Ratio (X3) yang hanya memiliki nilai 0,085, hal ini berarti bahwa kemampuan total aktiva untuk menghasilkan laba dari kegiatan operasional yang telah dilakukan adalah 8,5% dari total aktiva perusahaan. Sehingga, nilai Z-Score yang dihasilkan mencapai 3,744.

106 90 Tabel 5.35 Nilai Z-Score PT. Delta Djakarta Tbk. (DLTA) tahun 2013 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,679 = Retained Earning to Total Asset Ratio 0,729 = Basic Earning Power Ratio 0,413 = MVBV Ratio 31,919 = Total assets turnover Ratio 1,000 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 (0,679) + 1,4 (0,729) + 3,3 (0,413) + 0,6 (31,919) + 1,0 (1,000) = 23,351 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Delta Djakarta Tbk. (DLTA) mempunyai rasio paling rendah dalam kelima komponen Z-Score tersebut pada Basic Earning Power Ratio (X3) yang memiliki nilai 0,413, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan hanya mampu menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak sebesar 41,3% dari total aktivanya. Sedangkan, rasio tertinggi ada pada Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities (X4) yang memiliki nilai 31,919. Semakin tinggi rasio ini, semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban dari ekuitas perusahaan yang dinilai dari harga pasar. Sehingga, di tahun 2013 PT. Delta Djakarta Tbk. menghasilkan nilai Z-Score yang mencapai 23,351.

107 91 Tabel 5.36 Nilai Z-Score PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) tahun 2013 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,311 = Retained Earning to Total Asset Ratio 0,280 = Basic Earning Power Ratio 0,139 = MVBV Ratio 7,433 = Total assets turnover Ratio 1,180 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 (0,311) + 1,4 (0,280) + 3,3 (0,139) + 0,6 (7,433) + 1,0 (1,180) = 6,866 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) memiliki rasio paling rendah dari kelima komponen Z-Score tersebut pada Basic Earning Power Ratio (X3) yang memiliki nilai 0,139. Nilai ini menunjukkan kemampuan total aktiva untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak sebesar 13,9% dari total aktivanya. Sedangkan, rasio tertingginya yaitu pada Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities Ratio (X4) yang memiliki nilai 7,433, hal ini berarti bahwa perusahaan mampu membayar biaya hutang sebesar 743,3% dari ekuitas perusahaan yang dinilai dari harga pasar. Sehingga di tahun 2013, perusahaan menghasilkan nilai Z-Score yang mencapai 6,866.

108 92 Tabel 5.37 Nilai Z-Score PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. (MLBI) tahun 2013 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja (16.290) Laba ditahan EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio (0,009) = Retained Earning to Total Asset Ratio 0,541 = Basic Earning Power Ratio 0,885 = MVBV Ratio 31,713 = Total assets turnover Ratio 1,999 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 ((0,009)) +1,4 (0,541) +3,3 (0,885)+ 0,6 (31,713) + 1,0 (1,999) = 24,693 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. (MLBI) memiliki rasio negatif pada Working Capital Ratio (X1) yang bernilai (0,009). Hal ini terjadi karena perusahaan memiliki aktiva lancar yang lebih rendah dari hutang lancar yang dimiliki perusahaan, dan dapat diartikan bahwa perusahaan mengalami kekurangan aktiva lancar untuk membayar hutang lancar yang telah jatuh tempo sebesar 0,9% dari total aktiva perusahaan. Sedangkan, perusahaan mempunyai rasio tertinggi dalam komponen Z-Score tersebut pada Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities (X4) yang bernilai 31,713. Maka, perusahaan menghasilkan nilai Z-Score yang mencapai 24,693.

109 93 Tabel 5.38 Nilai Z-Score PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk. (PSDN) tahun 2013 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,225 = Retained Earning to Total Asset Ratio 0,031 = Basic Earning Power Ratio 0,063 = MVBV Ratio 0,817 = Total assets turnover Ratio 1,877 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 (0,225) + 1,4 (0,031) + 3,3 (0,063) + 0,6 (0,817) + 1,0 (1,877) = 2,891 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk. (PSDN) memiliki rasio tertinggi pada Total Assets Turnover Ratio (X5) yang memiliki nilai 1,877. Nilai ini berarti setiap Rp 1,- aktiva dalam satu tahun mampu menghasilkan penjualan sebesar Rp 1,877. Sedangkan rasio yang paling rendah dari kelima komponen Z-Score tersebut adalah Retained Earning to Total Asset Ratio (X2) yang hanya memiliki nilai 0,031. Ini berarti bahwa kemampuan total aktiva perusahaan dalam menghasilkan laba ditahan adalah sebesar 3,1% dari total aktiva. Sehingga, nilai Z-Scorenya mencapai 2,891.

110 94 Tabel 5.39 Nilai Z-Score PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk. (ROTI) tahun 2013 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,024 = Retained Earning to Total Asset Ratio 0,281 = Basic Earning Power Ratio 0,116 = MVBV Ratio 4,987 = Total assets turnover Ratio 0,826 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 (0,024) + 1,4 (0,281) + 3,3 (0,116) + 0,6 (4,987) + 1,0 (0,826) = 4,268 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT.Nippon Indosari Corpindo Tbk. (ROTI) memiliki rasio paling rendah dari kelima rasio tersebut pada Working Capital Ratio (X1) yang memiliki nilai 0,024. Sedangkan untuk rasio tertinggi dari kelima komponen Z-Score tersebut adalah X4 (Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities) yang memiliki nilai 4,987, semakin tinggi rasio ini semakin besar pula kemampuan perusahaan dalam mencukupi kewajibannya dari ekuitas perusahaan yang dinilai dari harga pasar. Sehingga, angka Z-Score yang dihasilkan perusahaan di tahun 2013 mencapai 4,268.

111 95 Tabel 5.40 Nilai Z-Score PT. Sekar Laut Tbk. (SKLT) tahun 2013 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,097 = Retained Earning to Total Asset Ratio 0,115 = Basic Earning Power Ratio 0,055 = MVBV Ratio 0,766 = Total assets turnover Ratio 1,878 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 (0,097) + 1,4 (0,115) + 3,3 (0,055) + 0,6 (0,766) + 1,0 (1,878) = 2,796 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Sekar Laut Tbk. (SKLT) memiliki rasio tertinggi dari kelima komponen Z-Score tersebut pada X5 (Total Assets Turnover Ratio) sebesar 1,878. Nilai ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,aktiva dalam satu tahun dapat menghasilkan penjualan sebesar Rp 1,878. Di tahun 2013, perusahaan menghasilkan rasio terendah dari kelima komponen ZScore tersebut pada Basic Earning Power Ratio (X3) sebesar 0,055, hal ini berarti kemampuan total aktiva perusahaan dalam menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak adalah sebesar 5,5% dari total aktivanya, sehingga perusahaan menghasilkan angka Z-Score sebesar 2,796.

112 96 Tabel 5.41 Nilai Z-Score PT. Ultrajaya Milk and Trading Company Tbk. (ULTJ) tahun 2013 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,331 = Retained Earning to Total Asset Ratio 0,461 = Basic Earning Power Ratio 0,155 = MVBV Ratio 16,317 = Total assets turnover Ratio 1,231 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 (0,331) + 1,4 (0,487) + 3,3 (0,155) + 0,6 (16,317) + 1,0 (1,231) = 12,576 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Ultrajaya Milk and Trading Company Tbk. (ULTJ) memiliki rasio tertinggi dari kelima komponen Z-Score tersebut pada Market Value of Equity to Book Valueof Total Liabilities (X4) yang memiliki nilai 16,317. Sedangkan rasio terendah dari kelima komponen ZScore tersebut adalah pada X3 (Basic Earning Power Ratio) yang memiliki nilai 0,155. Nilai ini menunjukkan kemampuan total aktiva perusahaan dalam menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak adalah sebesar 15,5% dari total aktivanya dan di tahun 2013, perusahaan telah menghasilkan angka Z-Score yang mencapai 12,576.

113 97 Tabel 5.42 Nilai Z-Score PT. Akasha Wira Internasional Tbk. (ADES) tahun 2014 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan ( ) EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,166 = Retained Earning to Total Asset Ratio (1,016) = Basic Earning Power Ratio 0,082 = MVBV Ratio 3,880 = Total assets turnover Ratio 1,146 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 (0,166) + 1,4 ((0,593)) + 3,3 (0,082)+ 0,6 (3,880) + 1,0 (1,146) = 2,523 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Akasha Wira Internasional Tbk. (ADES) memiliki rasio yang bernilai negatif pada Retained Earning to Total Asset (X2) yang memiliki nilai (1,016), hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak dapat menutupi kerugian yang terjadi pada perusahaan sebesar 101,6% dari total aktiva yang dimilikinya. Rasio paling tinggi dari kelima komponen ZScore tersebut adalah pada X4 (Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities) yang memiliki nilai 3,880. Maka, di tahun 2014 perusahaan menghasilkan angka Z-Score yang mencapai 2,523.

114 98 Tabel 5.43 Nilai Z-Score PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. (CEKA) tahun 2014 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,261 = Retained Earning to Total Asset Ratio 0,214 = Basic Earning Power Ratio 0,076 = MVBV Ratio 0,599 = Total assets turnover Ratio 2,883 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 (0,261) + 1,4 (0,214) + 3,3 (0,076) + 0,6 (0,599) + 1,0 (2,883) = 4,104 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. (CEKA) memiliki rasio tertinggi dari antara lima komponen Z-Score tersebut pada X5 (Total Assets Turnover Ratio) yang memiliki nilai 2,883. Nilai ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- aktiva perusahaan dalam satu tahun dapat menghasilkan penjualan sebesar Rp 2,883. Sedangkan rasio terendah dari lima komponen Z-Score tersebut ada pada X3 (Basic Earning Power Ratio) yang memiliki nilai 0,076. Hal ini berarti kemampuan total aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak sebesar 7,6% dari total aktivanya. Sehingga, angka Z-Score yang dihasilkan perusahaan di tahun 2014 mencapai 4,104.

115 99 Tabel 5.44 Nilai Z-Score PT. Delta Djakarta Tbk. (DLTA) tahun 2014 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,669 = Retained Earning to Total Asset Ratio 0,728 = Basic Earning Power Ratio 0,383 = MVBV Ratio 27,432 = Total assets turnover Ratio 0,886 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 (0,669) + 1,4 (0,728) + 3,3 (0,383) + 0,6 (27,432) + 1,0 (0,886) = 20,429 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Delta Djakarta Tbk. (DLTA) memiliki rasio terendah pada X3 (Basic Earning Power Ratio) yang mencapai 0,383. Nilai ini menunjukkan kemampuan total aktiva perusahaan dalam menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak sebesar 38,3% dari total aktivanya. Sedangkan rasio tertinggi ada pada X4 (Market Value of Equity to Book Valueof Total Liabilities) yaitu sebesar 27,432, semakin tinggi rasio ini, maka semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban dengan ekuitasnya yang dinilai dari harga pasar, sehingga nilai Z-Score yang dihasilkan perusahaan mampu mencapai 20,429.

116 100 Tabel 5.45 Nilai Z-Score PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) tahun 2014 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,296 = Retained Earning to Total Asset Ratio 0,299 = Basic Earning Power Ratio 0,136 = MVBV Ratio 7,739 = Total assets turnover Ratio 1,205 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 (0,296) + 1,4 (0,299) + 3,3 (0,136) + 0,6 (7,739) + 1,0 (1,205) = 7,072 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) menghasilkan rasio paling rendah pada X3 (Basic Earning Power Ratio) yang memiliki nilai 0,136. Jika angka rasio ini rendah, maka kemampuan perusahaan dalam mengelola modal perusahaan dalam menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak juga masih rendah. Rasio tertinggi yang dihasilkan perusahaan yaitu pada X4 (Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities) yaitu sebesar 7,739. Sehingga, di tahun 2014 angka Z-Score yang dihasilkan perusahaan mencapai 7,072.

117 101 Tabel 5.46 Nilai Z-Score PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. (MLBI) tahun 2014 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja ( ) Laba ditahan EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio (0,346) = Retained Earning to Total Asset Ratio 0,238 = Basic Earning Power Ratio 0,483 = MVBV Ratio 15,012 = Total assets turnover Ratio 1,339 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 ((0,346)) + 1,4 (0,238)+ 3,3 (0,483)+ 0,6 (15,012)+ 1,0 (1,339) = 11,859 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. (MLBI) memiliki rasio negatif pada X1 (Working Capital Ratio) yang memiliki nilai (0,346). Jika modal kerja bersih perusahaan bernilai negatif, maka kemungkinan perusahaan akan menghadapi masalah dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya karena tidak tersedianya aktiva lancar yang cukup untuk menutupi kewajiban tersebut. Perusahaan memiliki rasio tertinggi dari kelima komponen Z-Score tersebut pada Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities (X4) yang memiliki nilai 15,012. Sehingga, perusahaan menghasilkan angka Z-Score yang mencapai angka 11,859.

118 102 Tabel 5.47 Nilai Z-Score PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk. (PSDN) tahun 2014 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan (9.307) EBIT (18.968) Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,148 = Retained Earning to Total Asset Ratio (0,015) = Basic Earning Power Ratio (0,030) = MVBV Ratio 0,850 = Total assets turnover Ratio 1,570 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 (0,148)+ 1,4 ((0,015))+ 3,3 ((0,030))+ 0,6 (0,850)+ 1,0 (1,570) = 2,136 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk. (PSDN) memiliki rasio terendah pada X3 (Basic Earning Power Ratio) yang bernilai (0,030). Hal ini terjadi karena perusahaan memiliki biaya operasional yang lebih tinggi dari laba yang dihasilkan, sehingga laba tersebut tidak mencukupi biaya operasional perusahaan. Perusahaan memiliki rasio tertinggi pada X5 (Total Assets Turnover Ratio) yaitu sebesar 1,570. Maka, perusahaan menghasilkan angka Z-Score yang mencapai 2,136.

119 103 Tabel 5.48 Nilai Z-Score PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk. (ROTI) tahun 2014 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,053 = Retained Earning to Total Asset Ratio 0,319 = Basic Earning Power Ratio 0,118 = MVBV Ratio 5,927 = Total assets turnover Ratio 0,877 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 (0,053) + 1,4 (0,319) + 3,3 (0,118) + 0,6 (5,927) + 1,0 (0,877) = 5,333 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk. (ROTI) memiliki rasio terendah pada X1 (Working Capital Ratio) yang bernilai 0,053 dan rasio tertinggi pada X4 (Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities) yang bernilai 5,927. Semakin tinggi angka X4, semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk mencukupi seluruh kewajibannya dengan ekuitas perusahaan yang dinilai dari harga pasar. Sehingga, Z-Score yang dihasilkan perusahaan di tahun 2014 mencapai 5,333.

120 104 Tabel 5.49 Nilai Z-Score PT. Sekar Laut Tbk. (SKLT) tahun 2014 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,078 = Retained Earning to Total Asset Ratio 0,147 = Basic Earning Power Ratio 0,071 = MVBV Ratio 1,163 = Total assets turnover Ratio 2,055 Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 (0,078) + 1,4 (0,147) + 3,3 (0,071) + 0,6 (1,163) + 1,0 (2,055) = 3,287 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Sekar Laut Tbk. (SKLT) memiliki rasio terendah pada Basic Earning Power Ratio (X3) yang memiliki nilai 0,071. Nilai ini menunjukkan bahwa kemampuan total aktiva perusahaan dalam menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak adalah sebesar 7,1% dari total aktivanya. Sedangkan rasio tertinggi dari lima rasio komponen Z-Score tersebut pada X5 (Total Assets Turnover Ratio) sebesar 2,055. Hal ini berarti bahwa setiap Rp 1,- aktiva selama satu tahun dapat menghasilkan penjualan sebesar Rp 2,055. Sehingga, untuk tahun 2014 angka Z-Score yang dihasilkan perusahaan mencapai 3,287.

121 105 Tabel 5.50 Nilai Z-Score PT. Ultrajaya Milk and Trading Company Tbk. (ULTJ) tahun 2014 X1 X2 X3 X4 X5 Modal kerja Laba ditahan EBIT Nilai Pasar Ekuitas Penjualan / Nilai Buku Total hutang = Working Capital Rasio 0,395 = Retained Earning to Total Asset Ratio 0,521 = Basic Earning Power Ratio 0,129 = MVBV Ratio 16,478 = Total assets turnover Ratio 1,343 Z-Score= 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 = 1,2 (0,395) + 1,4 (0,521) + 3,3 (0,129) + 0,6 (16,478) + 1,0 (1,343) = 12,857 Berdasarkan tabel nilai Z-Score, PT. Ultrajaya Milk and Trading Company Tbk. (ULTJ) memiliki rasio terendah pada Basic Earning Power Ratio (X3) yaitu sebesar 0,129. Nilai ini menunjukkan kemampuan total aktiva dalam menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak sebesar 12,9% dari total aktivanya. Rasio tertinggi dari antara lima rasio komponen Z-Score tersebut ada pada X4 (Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities) yang mencapai 16,478. Semakin tinggi angka X4, semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya dengan ekuitas perusahaan yang dinilai dari harga pasar. Sehingga, di tahun 2014 perusahaan menghasilkan angka Z-Score yang mencapai 12,857.

122 Menganalisis nilai Z-Score yang telah dihasilkan dengan berdasarkan nilai batas Tabel 5.51: Interpretasi Nilai Z-Score Sembilan Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI tahun 2010 No. Nama Perusahaan Nilai Z-Score Interpretasi 1 PT. Akasha Wira Internasional Tbk. 1,522 High Risk (ADES) 2 PT. Wilmar Cahaya 1,804 High Risk Indonesia Tbk. (CEKA) 3 PT. Delta Djakarta Tbk. 12,350 (DLTA) 4 PT. Indofood CBP Sukses 6,690 Makmur Tbk. (ICBP) 5 PT. Multi Bintang 9,018 Indonesia Tbk. (MLBI) 6 PT. Prasidha Aneka 1,117 High Risk Niaga Tbk. (PSDN) 7 PT. Nippon Indosari 16,823 Corpindo Tbk. (ROTI) 8 PT. Sekar Laut Tbk. 2,764 Grey Area (SKLT) 9 PT. Ultrajaya Milk and Trading Company Tbk. 4,983 (ULTJ) Sumber: data diolah Nilai Batas Z >2,99 1,81< Z < 2,99 Z < 1,81 Interpretasi Grey Area High Risk Berdasarkan perhitungan Z-Score tersebut, di tahun 2010 dari sembilan perusahaan yang diteliti, ada tiga perusahaan yang memiliki risiko kebangkrutan yang besar (high risk) yaitu PT. Akasha Wira Internasional Tbk. (ADES) dengan nilai Z-Score 1,522, PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.

123 107 (CEKA) dengan nilai Z-Score 1,804, dan PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk. (PSDN) dengan nilai Z-Score 1,117. Perusahaan yang tidak bisa ditentukan kondisi keuangannya (grey area) ada satu perusahaan yaitu PT. Sekar Laut Tbk. (SKLT) dengan nilai Z-Score 2,764, sedangkan lima perusahaan lainnya yaitu PT. Delta Djakarta Tbk. (DLTA), PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP), PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. (MLBI), PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk. (ROTI), dan PT. Ultrajaya Milk and Trading Company Tbk. (ULTJ) berada dalam kondisi keuangan yang rendah risiko bangkrut (low risk). Tabel 5.52: Interpretasi Nilai Z-Score Sembilan Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI tahun 2011 No. Nama Perusahaan Nilai Z-Score Interpretasi 1 PT. Akasha Wira 1,043 High Risk Internasional Tbk. (ADES) 2 PT. Wilmar Cahaya 3,118 Indonesia Tbk. (CEKA) 3 PT. Delta Djakarta Tbk. 12,342 (DLTA) 4 PT. Indofood CBP Sukses 6,674 Makmur Tbk. (ICBP) 5 PT. Multi Bintang Indonesia 10,490 Tbk. (MLBI) 6 PT. Prasidha Aneka Niaga 2,888 Grey Area Tbk. (PSDN) 7 PT. Nippon Indosari 11,805 Corpindo Tbk. (ROTI) 8 PT. Sekar Laut Tbk. 2,729 Grey Area (SKLT) 9 PT. Ultrajaya Milk and Trading Company Tbk. 4,262 (ULTJ)

124 108 Nilai Batas Z > 2,99 1,81< Z < 2,99 Z < 1,81 Sumber: data diolah Interpretasi Grey Area High Risk Tahun 2011, ternyata ada dua perusahaan yang mampu memperbaiki kondisi keuangannya yaitu PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. (CEKA) mampu meningkatkan kondisi keuangannya dari risiko bangkrut yang besar (high risk) dengan nilai Z-Score 1,804 menjadi rendah risiko bangkrut (low risk) dengan nilai Z-Score 3,118, sedangkan PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk. (PSDN) dari risiko bangkrut yang besar (high risk) dengan nilai Z-Score 1,117 menjadi grey area atau tidak bisa ditentukan kondisi keuangannya dengan nilai Z-Score 2,888. Untuk tujuh perusahaan makanan dan minuman yang lain masih dalam kondisi keuangan yang sama seperti tahun sebelumnya.

125 109 Tabel 5.53: Interpretasi Nilai Z-Score Sembilan Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI tahun 2012 No. Nama Perusahaan Nilai Z-Score Interpretasi 1 PT. Akasha Wira 4,280 Internasional Tbk. (ADES) 2 PT. Wilmar Cahaya 2,087 Grey Area Indonesia Tbk. (CEKA) 3 PT. Delta Djakarta Tbk. 20,741 (DLTA) 4 PT. Indofood CBP Sukses 7,317 Makmur Tbk. (ICBP) 5 PT. Multi Bintang 14,465 Indonesia Tbk. (MLBI) 6 PT. Prasidha Aneka Niaga 3,086 Tbk. (PSDN) 7 PT. Nippon Indosari 9,798 Corpindo Tbk. (ROTI) 8 PT. Sekar Laut Tbk. 2,700 Grey Area (SKLT) 9 PT. Ultrajaya Milk and Trading Company Tbk. 5,762 (ULTJ) Sumber: data diolah Nilai Batas Z > 2,99 1,81< Z < 2,99 Z < 1,81 Interpretasi Grey Area High Risk Berdasarkan hasil perhitungan Z-Score di tahun 2012, ada dua perusahaan yang mampu memperbaiki kondisi keuangannya yaitu PT. Akasha Wira Internasional Tbk. (ADES) dari risiko bangkrut yang besar (high risk) dengan nilai Z-Score 1,043 menjadi rendah risiko bangkrut (low risk) dengan nilai ZScore 4,280 dan PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk. (PSDN) dari kondisi keuangan yang tidak bisa ditentukan (grey area) dengan nilai Z-Score 2,888

126 110 menjadi rendah risiko bangkrut (low risk) dengan nilai Z-Score 3,086. Tetapi, ada juga perusahaan yang mengalami penurunan kondisi keuangan dari rendah risiko bangkrut (low risk) dengan nilai Z-Score 3,118 menjadi tidak bisa ditentukan kondisi keuangannya (grey area) dengan nilai Z-Score 2,087 yaitu PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. (CEKA). Untuk enam perusahaan makanan dan minuman yang lain masih berada dalam kondisi keuangan yang sama dengan tahun sebelumnya. Tabel 5.54: Interpretasi Nilai Z-Score Sembilan Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI tahun 2013 No. Nama Perusahaan Nilai Z-Score Interpretasi 1 PT. Akasha Wira 4,287 Internasional Tbk. (ADES) 2 PT. Wilmar Cahaya 3,744 Indonesia Tbk. (CEKA) 3 PT. Delta Djakarta Tbk. 23,351 (DLTA) 4 PT. Indofood CBP Sukses 6,866 Makmur Tbk. (ICBP) 5 PT. Multi Bintang 24,693 Indonesia Tbk. (MLBI) 6 PT. Prasidha Aneka Niaga 2,891 Grey Area Tbk. (PSDN) 7 PT. Nippon Indosari 4,268 Corpindo Tbk. (ROTI) 8 PT. Sekar Laut Tbk. 2,796 Grey Area (SKLT) 9 PT. Ultrajaya Milk and Trading Company Tbk. 12,576 (ULTJ) Sumber: data diolah

127 111 Nilai Batas Z > 2,99 1,81< Z < 2,99 Z < 1,81 Interpretasi Grey Area High Risk Berdasarkan hasil perhitungan Z-Score di tahun 2013, hanya ada satu perusahaan yang mampu memperbaiki kondisi keuangannya dari kondisi keuangan yang tidak bisa ditentukan (grey area) dengan nilai Z-Score 2,087 menjadi rendah risiko bangkrut (low risk) dengan nilai Z-Score 3,744 yaitu PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. (CEKA). Tetapi PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk. (PSDN) mengalami penurunan kondisi keuangan dari rendah risiko bangkrut (low risk) dengan nilai Z-Score 3,086 menjadi tidak bisa ditentukan kondisi keuangannya (grey area) dengan nilai Z-Score 2,891. Sedangkan untuk tujuh perusahaan makanan dan minuman yang lainnya yaitu PT. Akasha Wira Internasional Tbk. (ADES), PT. Delta Djakarta Tbk. (DLTA), PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP), PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. (MLBI), PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk. (ROTI), PT. Sekar Laut Tbk. (SKLT), dan PT. Ultrajaya Milk and Trading Company Tbk. (ULTJ) masih dalam kondisi keuangan yang sama seperti tahun sebelumnya.

128 112 Tabel 5.55: Interpretasi Nilai Z-Score Sembilan Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI tahun 2014 No. Nama Perusahaan Nilai Z-Score Interpretasi 1 PT. Akasha Wira 2,523 Grey Area Internasional Tbk. (ADES) 2 PT. Wilmar Cahaya 4,104 Indonesia Tbk. (CEKA) 3 PT. Delta Djakarta Tbk. 20,429 (DLTA) 4 PT. Indofood CBP Sukses 7,072 Makmur Tbk. (ICBP) 5 PT. Multi Bintang 11,859 Indonesia Tbk. (MLBI) 6 PT. Prasidha Aneka Niaga 2,136 Grey Area Tbk. (PSDN) 7 PT. Nippon Indosari 5,333 Corpindo Tbk. (ROTI) 8 PT. Sekar Laut Tbk. 3,287 (SKLT) 9 PT. Ultrajaya Milk and Trading Company Tbk. 12,857 (ULTJ) Sumber: data diolah Nilai Batas Z > 2,99 1,81< Z < 2,99 Z < 1,81 Interpretasi Grey Area High Risk Berdasarkan hasil perhitungan Z-Score di tahun 2014, ada satu perusahaan yang mengalami peningkatan kondisi keuangan dari yang tidak bisa ditentukan kondisinya (grey area) dengan nilai Z-Score 2,796 menjadi rendah risiko bangkrut (low risk) dengan nilai Z-Score 3,287 yaitu PT. Sekar Laut Tbk. (SKLT), tetapi ada satu perusahaan juga yang mengalami penurunan kondisi keuangan dari rendah risiko bangkrut (low risk) dengan nilai Z-Score

129 113 4,287 menjadi tidak bisa ditentukan kondisi keuangannya (grey area) dengan nilai Z-Score 2,523 yaitu PT. Akasha Wira Internasional Tbk. (ADES). Untuk tujuh perusahaan makanan dan minuman yang lain masih dalam kondisi keuangan yang sama seperti tahun sebelumnya. C. 1. Pembahasan Nilai Z-Score Masing-masing Perusahaan Grafik 5.1 Nilai Z-Score PT. Akasha Wira Internasional Tbk. (ADES) Nilai Z-Score PT. Akasha Wira Internasional Tbk. (ADES) Series Tahun Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Sumber: data diolah Dari grafik 5.1 tersebut, dapat diketahui bahwa PT. Akasha Wira Internasional Tbk. (ADES) mempunyai penilaian kondisi keuangan yang fluktuatif. Perusahaan dalam kondisi yang memiliki risiko bangkrut yang besar (high risk) di tahun 2010 dan tahun 2011 karena memiliki laba ditahan negatif yang tinggi yaitu mencapai ( ) (dalam jutaan rupiah) ditahun 2010 dan ( ) (dalam jutaan rupiah) di tahun 2011, tetapi mampu meningkatkan kondisi keuangannya menjadi rendah risiko

130 114 bangkrut (low risk) di tahun 2012 dan 2013 karena nilai X4 perusahaan mengalami peningkatan dari 3,131 di tahun 2011 menjadi 6,294 di tahun 2012 dan 6,694 di tahun Peningkatan rasio ini karena total hutang perusahaan mengalami penurunan dari (dalam jutaan rupiah) di tahun 2011 menjadi (dalam jutaan rupiah) di tahun 2012 dan menjadi (dalam jutaan rupiah) di tahun Namun, angka ZScore mengalami penurunan di tahun 2014 dengan interpretasi kondisi keuangan yang tidak bisa ditentukan (grey area), hal ini disebabkan nilai X4 mengalami penurunan karena total hutang yang meningkat menjadi (dalam jutaan rupiah) dan harga saham mengalami penurunan dari Rp per lembar menjadi Rp per lembar. Grafik 5.2 Nilai Z-Score PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. (CEKA) Nilai Z-Score PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. (CEKA) Series Tahun 2010 Tahun Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Sumber: data diolah Berdasarkan grafik 5.2, dapat dilihat bahwa PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. (CEKA) mempunyai kondisi keuangan yang fluktuatif. Angka Z-

131 115 Score PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. (CEKA) yang mengalami peningkatan interpretasi kondisi menjadi rendah risiko bangkrut (low risk) di tahun 2011, 2013 dan 2014 dikarenakan PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. (CEKA) mengalami peningkatan penjualan dari (dalam jutaan rupiah) di tahun 2012, menjadi (dalam jutaan rupiah) di tahun 2013 dan menjadi (dalam jutaan rupiah) di tahun Tetapi perusahaan sempat mengalami penurunan angka Z-Score di tahun 2012 karena mengalami penurunan laba sebelum bunga dan pajak dari (dalam jutaan rupiah) di tahun 2011 menjadi (dalam jutaan rupiah) di tahun Grafik 5.3 Nilai Z-Score PT. Delta Djakarta Tbk. (DLTA) Nilai Z-Score PT. Delta Djakarta Tbk. (DLTA) Series Tahun Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Sumber: data diolah Berdasarkan hasil nilai Z-Score pada grafik tersebut, PT. Delta Djakarta Tbk. (DLTA) dapat dikatakan mempunyai kondisi keuangan yang baik,

132 116 karena nilai Z-Score yang dimiliki PT. Delta Djakarta Tbk.(DLTA) telah menunjukkan kondisi keuangan yang rendah risiko bangkrut (low risk) pada nilai batas Z-Score. Dari grafik tersebut juga dapat dilihat bahwa nilai Z-Score perusahaan mengalami penurunan dari tahun 2010 ke tahun 2011 tetapi tidak terlalu signifikan yaitu dari angka Z-Score 12,350 menjadi 12,342, hal ini karena harga saham perusahaan mengalami penurunan dari Rp per lembar menjadi Rp Kenaikan yang signifikan terjadi di tahun 2012 sampai tahun 2013 karena nilai X4 yang meningkat. Peningkatan ini karena harga saham mengalami kenaikan menjadi Rp per lembar di tahun 2012 dan Rp per lembar di tahun Tetapi mengalami penurunan nilai Z-Score di tahun Hal ini karena perusahaan memiliki penurunan nilai X4 dari 31,919 di tahun 2013 menjadi 27,432 di tahun 2014 yang terjadi karena total hutang mengalami peningkatan dari (dalam jutaan rupiah) di tahun 2013 menjadi (dalam jutaan rupiah) di tahun Walaupun sempat mengalami penurunan, tetapi angka Z-Score masih menunjukkan bahwa perusahaan dalam kondisi yang rendah risiko bangkrut (low risk).

133 117 Grafik 5.4 Nilai Z-Score PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) Nilai Z-Score PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) Series Tahun Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Sumber: data diolah Hasil nilai Z-Score pada PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) menunjukkan kondisi keuangan yang rendah risiko bangkrut (low risk) berdasarkan nilai batas Z-Score. Perusahaan mengalami penurunan angka Z-Score yang tidak terlalu signifikan di tahun 2011 karena mengalami peningkatan total hutang yaitu dari (dalam jutaan rupiah) di tahun 2010 menjadi (dalam jutaan rupiah) di tahun Di tahun 2012, perusahaan mengalami peningkatan angka Z-Score yang signifikan yaitu menjadi 7,317, hal ini karena harga saham mengalami kenaikan dari Rp per lembar di tahun 2011 menjadi Rp per lembar di tahun Tetapi, perusahaan mengalami penurunan nilai ZScore di tahun 2013, penurunan nilai Z-Score ini disebabkan adanya

134 118 penurunan Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities (X4) dari 7,887 di tahun 2012, menjadi 7,433 di tahun Penurunan nilai X4 dikarenakan perusahaan memiliki peningkatan total hutang dari (dalam jutaan rupiah) di tahun 2012 menjadi (dalam jutaan rupiah) di tahun Perusahaan kembali mengalami peningkatan angka Z-Score di tahun 2014 karena harga saham mengalami kenaikan dari Rp per lembar di tahun 2013 menjadi Rp per lembar di tahun Grafik 5.5 Nilai Z-Score PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. (MLBI) Nilai Z-Score PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. (MLBI) Series Tahun 2010 Tahun Tahun Tahun 2013 Tahun 2014 Sumber: data diolah Berdasarkan hasil perhitungan nilai Z-Score pada PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. menunjukkan bahwa perusahaan dalam kondisi keuangan yang rendah risiko bangkrut (low risk) selama lima tahun berturut-turut berdasarkan nilai batas Z-Score. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.

135 119 memiliki peningkatan nilai Z-Score dari tahun 2011 sampai 2013 karena harga saham terus mengalami kenaikan dari Rp per lembar di tahun 2010 menjadi Rp per lembar di tahun 2011, Rp per lembar di tahun 2012, dan Rp per lembar di tahun Perusahaan mengalami penurunan angka Z-Score di tahun 2014, karena mengalami penurunan pada harga saham dan juga rasio X1 (Working Capital Ratio) dari (0,009) menjadi (0,346), hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kekurangan aktiva lancar dalam pembayaran kewajiban lancarnya, tetapi nilai Z-Score masih menunjukkan kondisi keuangan dalam kriteria yang rendah risiko bangkrut (low risk). Grafik 5.6 Nilai Z-Score PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk. (PSDN) Nilai Z-Score PT. Prashida Aneka Niaga Tbk. (PSDN) Series Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Sumber: data diolah Berdasarkan nilai Z-Score pada grafik di atas, PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk. (PSDN) dapat dikatakan mengalami kondisi keuangan yang

136 120 fluktuatif, tetapi perusahaan mengalami peningkatan interpretasi nilai ZScore dari interpretasi risiko bangkrut yang besar (high risk) di tahun 2010 karena mengakumulasikan laba ditahan yang negatif sebesar ( ) dalam jutaan rupiah dan kondisi keuangannya menjadi tidak bisa ditentukan (grey area) di tahun 2011 karena harga saham mengalami kenaikan dari Rp 80 per lembar menjadi Rp 310 per lembar. Kondisi keuangan perusahaan menjadi rendah risiko bangkrut (low risk) di tahun 2012 karena mampu mengakumulasikan laba ditahan sebesar (dalam jutaan rupiah) yang sebelumnya bernilai negatif sebesar ( ) (dalam jutaan rupiah) di tahun Tahun 2013 mengalami penurunan nilai Z-Score karena harga saham mengalami penurunan dari Rp 205 per lembar di tahun 2012 menjadi Rp 150 per lembar di tahun Di tahun 2014, perusahaan mengalami penurunan nilai Z-Score karena memilki biaya operasional yang lebih tinggi daripada laba yang dihasilkan sehingga perusahaan memiliki laba sebelum bunga dan pajak yang bernilai negatif yaitu sebesar (18.968) dalam jutaan rupiah.

137 121 Grafik 5.7 Nilai Z-Score PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk. (ROTI) Nilai Z-Score PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk. (ROTI) Series Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun Tahun 2014 Sumber: data diolah Berdasarkan grafik nilai Z-Score, PT. Nippon Indosari CorpindoTbk. (ROTI) mengalami penurunan nilai Z-Score dari tahun 2011 sampai 2013 seperti yang ditampilkan grafik di atas. Penurunan angka Z-Score ini disebabkan perusahaan mengalami peningkatan total hutang yaitu dari (dalam jutaan rupiah) di tahun 2010 menjadi (dalam jutaan rupiah) di tahun 2011, menjadi (dalam jutaan rupiah di tahun 2012, dan menjadi (dalam jutaan rupiah) di tahun Tetapi nilai Z-Score mengalami peningkatan di tahun 2014 karenalaba di tahan perusahaan mengalami kenaikan dari (dalam jutaan rupiah) di tahun 2013 menjadi (dalam jutaan rupiah) di tahun 2014 dan secara keseluruhan kondisi keuangan PT. Nippon Indosari CorpindoTbk. (ROTI) dalam kondisi yang rendah risiko bangkrut (low risk) selama lima tahun berturut-turut.

138 122 Grafik 5.8 Nilai Z-Score PT. Sekar Laut Tbk. (SKLT) Nilai Z-Score PT. Sekar Laut Tbk. (SKLT) Series Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun 2014 Sumber: data diolah Berdasarkan grafik nilai Z-Score tersebut, PT. Sekar Laut Tbk. (SKLT) dapat dikatakan memiliki peningkatan maupun penurunan angka Z-Score yang tidak terlalu signifikan. Dari tahun 2010 sampai 2013, perusahaan dalam kondisi keuangan yang tidak bisa ditentukan (grey area). Penurunan nilai Z-Score terjadi dari tahun 2011 sampai 2012 karena perusahaan memiliki kenaikan total hutang dari (dalam jutaan rupiah) di tahun 2010 menjadi (dalam jutaan rupiah) di tahun 2011 dan menjadi (dalam jutaan rupiah) di tahun Peningkatan angka Z-Score terjadi di tahun 2013 sampai 2014 karena perusahaan mengalami kenaikan penjualan dari (dalam jutaan rupiah) di tahun 2012 menjadi (dalam jutaan rupiah) di tahun 2013, dan (dalam jutaan rupiah) di tahun 2014, hal ini berarti bahwa perusahaan telah menggunakan total aktivanya seefektif mungkin untuk

139 123 menghasilkan penjualan, sehingga di tahun 2014 perusahaan dalam kondisi yang rendah risiko bangkrut (low risk). Grafik 5.9 Nilai Z-Score PT. Ultrajaya Milk and Trading Company Tbk. (ULTJ) Nilai Z-Score PT. Ultrajaya Milk and Trading Company Tbk. (ULTJ) Series Tahun Tahun Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Sumber: data diolah Berdasarkan hasil perhitungan Z-Score tersebut, PT. Ultrajaya Milk and Trading Company Tbk. (ULTJ) dapat dikatakan dalam kondisi keuangan yang rendah risiko bangkrut (low risk). Perusahaan memiliki penurunan angka Z-Score di tahun 2011 tetapi tidak terlalu signifikan, hal ini terjadi karena modal kerja bersih mengalami penurunan yaitu dari (dalam jutaan rupiah) di tahun 2010 menjadi (dalam jutaan rupiah) di tahun Peningkatan angka Z-Score terjadi di tahun 2012 sampai 2014 karena harga saham mengalami peningkatan yang signifikan yaitu dari Rp per lembar di tahun 2012 menjadi Rp per

140 124 lembar di tahun Selain itu, penjualan juga mengalami peningkatan dari (dalam jutaan rupiah) di tahun 2012 menjadi (dalam jutaan rupiah) di tahun 2013, dan menjadi (dalam jutaan rupiah) di tahun 2014.

141 125 Untuk mengetahui kondisi keuangan dari sembilan perusahaan makanan dan minuman tersebut selama lima tahun berturut-turut dari tahun , maka untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.56 C. 2. Pembahasan Nilai Z-Score Keseluruhan Perusahaan Makanan dan Minuman Tabel 5.56 Nilai Z-Score dan Interpretasi Nilai Z-Score dari Sembilan Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI periode Kode Perusahaan ADES CEKA DLTA ICBP MLBI PSDN ROTI SKLT ULTJ Nilai ZScore ,522 1,804 12,350 6,690 9,018 1,117 16,823 2,764 4,983 Sumber: data diolah Interpretasi High Risk High Risk High Risk Grey Area Nilai ZScore ,043 3,118 12,342 6,674 10,490 2,888 11,805 2,729 4,262 Interpretasi High Risk Grey Area Grey Area Nilai ZScore ,280 2,087 20,741 7,317 14,465 3,086 9,798 2,700 5,762 Interpretasi Grey Area Grey Area Nilai ZScore ,287 3,744 23,351 6,866 24,693 2,891 4,268 2,796 12,576 Interpretasi Grey Area Grey Area Nilai ZScore ,523 4,104 20,429 7,072 11,859 2,136 5,333 3,287 12,857 Interpretasi Grey Area Grey Area Dari tabel di atas, menurut Altman Z-Score dari sembilan perusahaan makanan dan minuman tersebut, perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang fluktuatif yaitu PT. Akasha Wira Internasional Tbk. (ADES) yang memiliki risiko kebangkrutan yang besar (high risk) dari tahun kemudian mengalami peningkatan menjadi rendah risiko bangkrut (low risk) di tahun , tetapi mengalami penurunan kondisi menjadi tidak bisa ditentukan kondisi

142 126 keuangannya (grey area) di tahun PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. (CEKA) memiliki risiko kebangkrutan yang besar (high risk) di tahun 2010, mengalami peningkatan kondisi menjadi rendah risiko bangkrut (low risk) di tahun 2011, tetapi mengalami penurunan menjadi tidak bisa ditentukan kondisi keuangannya (grey area) tahun 2012 dan kembali mengalami peningkatan menjadi rendah risiko bangkrut (low risk) di tahun PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk. (PSDN) memiliki risiko kebangkrutan yang besar (high risk) di tahun 2010, kemudian mengalami peningkatan secara bertahap mulai dari kondisi keuangan yang tidak bisa ditentukan (grey area) tahun 2011 menjadi rendah risiko bangkrut (low risk) tahun 2012, tetapi kembali mengalami penurunan menjadi tidak bisa ditentukan kondisi keuangannya (grey area) tahun PT. Sekar Laut Tbk. (SKLT) memiliki kondisi keuangan yang tidak bisa ditentukan (grey area) dari tahun , tetapi mengalami peningkatan kondisi menjadi rendah risiko bangkrut (low risk) tahun Ada lima perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang sama selama lima tahun berturut-turut yaitu dalam kondisi yang rendah risiko bangkrut (low risk) terdiri dari PT. Delta Djakarta Tbk. (DLTA), PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP), PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. (MLBI), PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk. (ROTI), dan PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk. (ULTJ).

143 127 Untuk mengetahui persentase kondisi keuangan dari sembilan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode , dapat dilihat pada tabel 5.57 Tabel 5.57 Persentase Interpretasi Nilai Z-Score No. Interpretasi High Risk Grey Area Total Sumber: data diolah ,33 % 11,11 % 55,56 % 100% ,11% 22,22% 66,67% 100% Persentase % 0% 22,22% 22,22% 77,78% 77,78% 100% 100% % 22,22% 77,78% 100% Dari tabel 5.57 tersebut, dapat dilihat bahwa dari sembilan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode , menurut metode Altman Z-Score, di tahun 2010 perusahaan yang memiliki risiko kebangkrutan yang besar (high risk) ada 33,33%, perusahaan yang tidak bisa ditentukan kondisi keuangnnya (grey area) ada 11,11%, dan perusahaan yang rendah risiko bangkrut (low risk) ada 55,56%. Di tahun 2011, perusahaan yang memiliki risiko kebangkrutan yang besar (high risk) mengalami penurunan yaitu menjadi 11,11%, perusahaan yang tidak bisa ditentukan kondisi keuangannya (grey area) meningkat menjadi 22,22%, dan yang memiliki risiko kebangkrutan yang rendah (low risk) meningkat menjadi 66,67%. Sedangkan untuk tahun , persentase prediksi kebangkrutan perusahaan memiliki hasil yang sama yaitu perusahaan yang memiliki risiko

144 128 kebangkrutan yang besar (high risk) mengalami penurunan menjadi 0%, perusahaan yang tidak bisa ditentukan kondisi keuangannya (grey area) ada 22,22%, dan perusahaan yang memiliki risiko kebangkrutan yang rendah (low risk) mengalami peningkatan yaitu menjadi 77,78%.

145 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil analisis data dan pembahasan, penulis membuat kesimpulan bahwa metode Altman Z-Score merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menganalisis kebangkrutan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan perhitungan dengan metode Altman Z-Score pada sembilan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010 sampai 2014, maka dapat dikatakan bahwa di tahun 2010 perusahaan yang memiliki risiko kebangkrutan yang besar (high risk) ada tiga perusahaan atau 33,33%, perusahaan yang tidak bisa ditentukan kondisi keuangnnya (grey area) ada satu perusahaan atau 11,11%, dan perusahaan yang rendah risiko bangkrut (low risk) ada lima perusahaan atau 55,56%. Di tahun 2011, perusahaan yang memiliki risiko kebangkrutan yang besar (high risk) yaitu satu perusahaan atau 11,11%, perusahaan yang tidak bisa ditentukan kondisi keuangannya (grey area) ada dua perusahaan atau 22,22%, dan yang memiliki risiko kebangkrutan yang rendah (low risk) ada enam perusahaan atau 66,67%. Sedangkan untuk tahun , perusahaan yang memiliki risiko 129

146 130 kebangkrutan yang besar (high risk) yaitu 0% atau tidak ada perusahaan yang memiliki risiko kebangkrutan yang besar (high risk), perusahaan yang tidak bisa ditentukan kondisi keuangannya (grey area) ada dua perusahaan atau 22,22%, dan perusahaan yang memiliki risiko kebangkrutan yang rendah (low risk) yaitu tujuh perusahaan atau 77,78%. Hal ini berarti bahwa sebagian besar perusahaan sektor industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode memiliki kondisi keuangan yang rendah risiko bangkrut (low risk) sehingga dapat bertahan di tengah persaingan global yang semakin tinggi. B. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini adalah kemungkinan adanya perbedaan kondisi perusahaan yang sebenarnya karena Altman mengambil sampel dari perusahaan manufaktur go publik di Amerika, sedangkan penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur go public di Indonesia. Selain itu, penelitian ini hanya menggunakan sembilan sampel perusahaan dari keseluruhan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode yang berjumlah lima belas perusahaan karena ketidaklengkapan laporan keuangan yang dipublikasikan oleh enam perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tersebut.

147 131 C. Saran 1. Bagi pihak perusahaan Bagi pihak internal perusahaan yang dalam kondisi high risk dan grey area, sebaiknya selalu memperhatikan arus kas perusahaan, sehingga manajemen perusahaan dapat mengontrol antara pendapatan dan biaya. Manajemen perusahaan juga sebaiknya memperhatikan kondisi keuangan perusahaan setiap periodenya. Jika perusahaan mengalami penurunan kondisi keuangan, maka pihak manajemen diharapkan dapat mengambil kebijakan yang tepat untuk periode selanjutnya agar kondisi keuangan perusahaan tetap dalam kondisi yang sehat atau rendah risiko kebangkrutan. Bagi perusahaan yang sudah dalam kondisi low risk, diharapkan dapat terus menjaga kondisi keuangan perusahaannya sehingga kondisi perusahaan tidak mengalami penurunan. 2. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya diharapkan tidak menggunakan data laporan keuangan sebelum tahun 2010 karena sebagian besar data keuangannya tidak tersedia di Bursa Efek Indonesia dan diharapkan dapat menggunakan model prediksi kebangkrutan yang lain seperti Springate dan Zmijewsky.

148 132 DAFTAR PUSTAKA Altman, Edward I Financial Ratios, Discriminant Analysis and The Prediction of Corporate Bankruptcy. Journal of Finance. Vol. 23, September Arifin, Johar Analisis Laporan Keuangan Berbasis Komputer. PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta. Bergevin, Peter Financial Statement Analysis. Pearson Education, Inc. Upper Saddle River, New Jersey. Fahmi, Irham Analisis Laporan Keuangan. Alfabeta cv, Bandung. Foster, George Financial Statement Analysis. Prentice-Hall. Englewood Cliffs, New Jersey. Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim Analisis Laporan Keuangan. Edisi keempat. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, Yogyakarta. Harahap, Syafri Sofyan Analisis Kritis atas Laporan Keuangan.Edisi 1. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta. Hartono, Jogiyanto Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi 5. BPFE, Yogyakarta. Hery Analisis Laporan Keuangan. Center for Akademic Publishing Service, Yogyakarta. Diakses tanggal 25 September Diakses tanggal 11 Januari 2016 Iflaha, Diana Atim Analisis Financial Distress dengan Metode Z-Score untuk Memprediksi Kebangkrutan Perusahaan. Skripsi. Malang: Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Kamal, ST. Ibrah Mustafa Analisis Prediksi Kebangkrutan pada Perusahaan Perbankan Go Public di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Makassar: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin. Kneefel, S.A dan Y. Mandagie Analisis Z-Score pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di BEI Periode Jurnal EMBA ISSN Vol 3.(September). No. 3:

149 133 Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi Metodologi Penelitian. PT. Bumi Aksara, Jakarta. Octavia, Natalia Analisis Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma. Onyskow, Geraldina Antonia dan Rita Yuniarti Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi Kebangkrutan Perusahaan. Jurnal Riset Akuntansi. Vol.6, (April). No.1: Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama. Prihadi, Toto Analisis Laporan Keuangan: Teori dan Aplikasi. Penerbit PPM, Jakarta Pusat. Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat Metodologi Penelitian. CV. Mandar Maju, Bandung. Subramanyam K.R. dan John J.Wild Analisis Laporan Keuangan (Financial Statement Analysis). Edisi 10.Salemba empat, Jakarta..

150 134 LAMPIRAN

151 135 LAMPIRAN 1 DATA LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE (Disajikan dalam jutaan rupiah) Tahun Aktiva Lancar Hutang Lancar Modal kerja Total Aktiva Laba ditahan ADES PT. Akasha Wira Internasional Tbk ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Laba sebelum bunga & pajak CEKA PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk DLTA PT. Delta Djakarta Tbk ICBP PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk MLBI PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (34.785) (3.834) ( ) (16.290) ( ) Kode Perusahaan Nama Perusahaan Saham Beredar (jutaan lembar) Harga Saham Nilai Pasar Ekuitas Total Hutang Penjualan

152 136 LAMPIRAN 1 (Lanjutan Hal. 135) DATA LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE (Disajikan dalam jutaan rupiah) Tahun Aktiva Lancar Hutang Lancar Modal kerja Total Aktiva Laba ditahan PSDN PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk ( ) ( ) (9.307) Laba sebelum bunga & pajak (18.968) ROTI PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk SKLT PT. Sekar Laut Tbk ULTJ PT. Ultrajaya Milk and Trading Company Tbk Kode Perusahaan Nama Perusahaan Saham Beredar (jutaan lembar) Harga Saham Nilai Pasar Ekuitas Total Hutang Penjualan

153 137 LAMPIRAN II Hasil Perhitungan Komponen Altman Z-Score Nama Perusahaan Tahun X1 (Modal Kerja/Total Aktiva) PT. Akasha Wira Internasional Tbk ,137 0,169 0,239 0,200 0,166 X2 (Laba ditahan/ Total Aktiva) (1,579) (1,640) (1,184) (1,107) (1,016) PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk ,304 0,306 0,014 0,307 0,261 0,054 0,173 0,194 0,247 0,214 0,047 0,181 0,089 0,085 0,076 0, ,686 0,638 0,599 0,844 1,504 1,093 2,367 2,883 DLTA PT. Delta Djakarta Tbk ,692 0,686 0,679 0,669 0,766 0,746 0,740 0,729 0,728 0,272 0,294 0, ,383 14,666 14,477 27,737 31,919 27, ,810 0,966 1,000 0,886 ICBP PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ,323 0,367 0,355 0,311 0,296 0,175 0,239 0,272 0,280 0,299 0,188 0,180 0,170 0,139 0,136 6,816 6,718 7, ,739 1,344 1,272 1,215 1,180 1,205 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (0,031) (0,003) (0,290) (0,009) (0,346) 0,394 0,415 0,266 0,541 0,238 0,522 0,557 0,527 0,885 0,483 8,673 10,917 18,901 31,713 15,012 1,574 1,522 1,360 1,999 1,339 PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk ,179 0,236 0,210 0,225 0,148 (1,402) (1,349) 0,020 0,031 (0,015) 0,095 0,088 0,074 0,063 (0,030) 0,521 2,075 1,081 0,817 0,850 2,239 2,958 1,912 1,877 1,570 Kode Perusahaan ADES CEKA MLBI PSDN X3 (EBIT/ Total Aktiva) X4 (Ekuitas/Ke wajiban) X5 (Penjualan/ Total Aktiva) ,094 0,197 0,134 0,082 4,255 3,131 6,294 6,694 3,880 0,674 0,947 1,225 1,139 1,146

154 138 LAMPIRAN 11 (Lanjutan Hal. 137) Hasil Perhitungan Komponen Altman Z-Score Kode Perusahaan Nama Perusahaan Tahun X1 (Modal Kerja/Total Aktiva) 7 PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk ,212 0,055 0,020 0,024 0,053 X2 (Laba ditahan/ Total Aktiva) 0,319 0,359 0,326 0,028 0,319 SKLT PT. Sekar Laut Tbk ,228 0,202 0,147 0,097 0,078 ULTJ PT. Ultrajaya Milk and Trading Company Tbk ,238 0,145 0,249 0,331 0, ROTI X3 (EBIT/ Total Aktiva) X4 (Ekuitas/ Kewajiban) X5 (Penjualan/ Total Aktiva) 0,237 0,204 0,166 0,116 0,118 23,772 15,820 12,971 4,987 5,927 1,077 1,071 0,988 0,826 0,877 0,069 0,086 0, ,147 0,031 0,037 0,047 0,055 0,071 1,193 1,059 1,034 0,766 1,163 1,576 1,608 1,608 1,878 2,055 0,324 0,340 0,415 0,461 0,521 0,101 0,072 0,189 0,155 0,129 4,953 4,016 5,161 16,317 16,478 0,937 0,965 1,161 1,231 1,343

155 139 LAMPIRAN III Hasil Perhitungan Altman Z-Score Kode Perusahaan 1 ADES Tahun 1,2 * X1 1,4 * X2 3,3 * X3 0,6 * X4 1,0 * X ,165 0,203 0,286 0,239 0,200 (2,211) (2,296) (1,658) (1,550) (1,423) 0,341 0,309 0,650 0,443 0,271 2,553 1,879 3,777 4,016 2,328 0,674 0,947 1,225 1,139 1,146 ZScore 1,522 1,043 4,280 4,287 2,523 Interpretasi High Risk High Risk Grey Area 2 CEKA ,365 0,367 0,017 0,368 0,313 0,075 0,242 0,272 0,345 0,299 0,157 0,599 0,293 0,280 0,250 0,363 0,406 0,412 0,383 0,359 0,844 1,504 1,093 2,367 2,883 1,804 3,117 2,087 3,744 4,104 High Risk Grey Area 3 DLTA ,807 0,830 0,823 0,815 0,802 1,072 1,045 1,036 1,020 1,019 0,899 0,971 1,273 1, ,799 8,686 16,642 19,151 16,459 0,773 0,810 0,966 1,000 0,886 12,350 12,342 20,741 23,351 20,429 4 ICBP ,388 0,441 0,426 0,374 0,355 0,246 0,335 0,381 0,393 0,419 0,622 0,595 0,563 0,460 0,449 4,090 4,031 4,732 4,460 4,643 1,344 1,272 1,215 1,180 1,205 6,690 6,674 7,317 6,866 7,072 5 MLBI (0,037) (0,004) (0,348) (0,011) (0,415) 0,552 0,582 0,373 0,758 0,333 1,724 1,839 1,739 2,920 1,595 5,204 6,550 11,340 19,028 9,007 1,574 1,522 1,360 1,999 1,339 9,018 10,490 14,465 24,693 11,859 6 PSDN ,215 0,283 0,252 0,270 0,178 (1,963) (1,888) 0,027 0,044 (0,021) 0,312 0,291 0,246 0,209 (0,101) 0,313 1,245 0,649 0,490 0,510 2,239 2,958 1,912 1,877 1,570 1,117 2,888 3,086 2,891 2,136 High Risk Grey Area Grey Area Grey Area 7 ROTI , ,024 0,029 0,063 0,446 0,502 0,456 0,039 0,447 0,782 0,674 0,547 0,382 0,389 14,263 9,492 7,783 2,992 3,556 1,077 1,071 0,988 0,826 0,877 16,823 11,805 9,798 4,268 5,333

156 140 LAMPIRAN III (Lanjutan Hal. 139) Hasil Perhitungan Altman Z-Score Kode Perusahaan 8 SKLT 9 ULTJ Tahun 1,2 * X1 1,4 * X2 3,3 * X3 0,6 * X4 1,0 * X ,273 0,242 0,177 0,117 0,094 0,097 0,120 0,140 0,160 0,206 0,102 0,123 0,154 0,181 0,234 0,716 0,635 0,620 0,460 0,698 1,576 1,608 1,608 1,878 2,055 ZScore 2,764 2,729 2,700 2,796 3, ,286 0,174 0,299 0,398 0,473 0,454 0,476 0,581 0,645 0,729 0,334 0,237 0,624 0,513 0,425 2,972 2,409 3,096 9,790 9,887 0,937 0,965 1,161 1,231 1,343 4,983 4,262 5,762 12,576 12,857 Interpretasi Grey Area Grey Area Grey Area Grey Area

157 141 LAMPIRAN IV INTERPRETASI NILAI Z-SCORE SEMBILAN PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE Kode Perusahaan Nilai ZScore Nilai ZInterpretasi 2010 Score Nilai ZInterpretasi 2011 Score Nilai ZInterpretasi 2012 Score Nilai ZInterpretasi 2013 Score Interpretasi 2014 ADES 1,522 High Risk 1,043 High Risk 4,280 4,287 2,523 Grey Area CEKA 1,804 High Risk 3,118 2,087 Grey Area 3,744 4,104 DLTA 12,350 12,342 20,741 23,351 20,429 ICBP 6,690 6,674 7,317 6,866 7,072 MLBI 9,018 10,490 14,465 24,693 11,859 PSDN 1,117 High Risk 2,888 Grey Area 3,086 2,891 Grey Area 2,136 Grey Area ROTI 16,823 11,805 9,798 4,268 5,333 SKLT 2,764 Grey Area 2,729 Grey Area 2,700 Grey Area 2,796 Grey Area 3,287 ULTJ 4,983 4,262 5,762 12,576 12,857

158 142 LAMPIRAN V GRAFIK NILAI Z-SCORE SEMBILAN PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE ADES CEKA DLTA ICBP MLBI PSDN ROTI SKLT ULTJ

159 143

160 144

161 145

162 146

163 147

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 48 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perhitungan Komponen Z-Score Uraian pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa model Altman (Z-Score) yang telah dikemukakan oleh Altman untuk negara-negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat di gunakan sabgai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Sebuah perusahaan pastilah memerlukan pencatatan keuangan atas transaksi-transaksi bisnis yang telah dilakukan agar perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan suatu perhitungan rasio dengan menggunakan laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Salah satu bentuk informasi untuk melihat dan menilai perkembangan kinerja perusahaan ialah laporan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Pada hakekatnya laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengukomunikasikan

Lebih terperinci

Oleh: Siti Rasikaesti Dewi NIM

Oleh: Siti Rasikaesti Dewi NIM PENGGUNAAN METODE ALTMAN Z-SCORE DAN SPRINGATE UNTUK MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BEI LAPORAN AKHIR Laporan akhir ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data penelitian yang di peroleh peneliti dari berbagai sumber yang telah ada dan secara

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan dan didukung oleh teoriteori yang dipelajari dan hasil pembahasan yang diperoleh mengenai analisis prediksi kebangkrutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pasti memiliki tujuan untuk memperoleh laba sebanyakbanyaknya.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pasti memiliki tujuan untuk memperoleh laba sebanyakbanyaknya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan pasti memiliki tujuan untuk memperoleh laba sebanyakbanyaknya. Namun apabila perusahaan mengalami kegagalan dalam menjalankan usahanya kemungkinan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. aktiva dengan Return on Investment (ROI) pada PT. Sumbetri Megah. Hasil

BAB II URAIAN TEORITIS. aktiva dengan Return on Investment (ROI) pada PT. Sumbetri Megah. Hasil BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Grace (2009) melakukan penelitian tentang analisis hubungan efektifitas aktiva dengan Return on Investment (ROI) pada PT. Sumbetri Megah. Hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Hery (2012:3) laporan keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Hery (2012:3) laporan keuangan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Harahap (2011:105) mendefinisikan laporan keuangan sebagai suatu laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 8 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Laba didefinisikan dengan pandangan yang berbeda-beda. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang

Lebih terperinci

ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI

ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI Anggraini Aprilia B anggrainiaprilia@gmail.com Aniek Wahyuati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA)

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS KINERJA BERDASARKAN MODEL KEMAPANAN. Kinerja keuangan perusahaan adalah prestasi kerja suatu perusahaan di

BAB II ANALISIS KINERJA BERDASARKAN MODEL KEMAPANAN. Kinerja keuangan perusahaan adalah prestasi kerja suatu perusahaan di BAB II ANALISIS KINERJA BERDASARKAN MODEL KEMAPANAN II.1 Kinerja Keuangan II.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan Kinerja keuangan perusahaan adalah prestasi kerja suatu perusahaan di bidang keuangan ( Munawir,

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Anggarini (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Hubungan Likuiditas dan Leverage Terhadap Profitabilitas Pada PT. Perkebunan Nusantara II (Persero)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya sehingga dapat digunakan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya sehingga dapat digunakan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LAPORAN KEUANGAN 1. Pengertian Laporan Keuangan Akuntansi adalah proses identifikasi, pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh modal yang semurah murahnya dan menggunakan seefektif, seefisien,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Penyebab, dan Manfaat Informasi Kebangkrutan 2.1.1 Pengertian Kebangkrutan Dalam kenyataannya, tidak semua perusahaan mampu bertahan hidup dalam jangka panjang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasio Keuangan 2.1.1 Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan antara elemen satu dengan elemen lain dalam suatu laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pada saat ini membuat dunia usaha mengalami perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pada saat ini membuat dunia usaha mengalami perubahan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pada saat ini membuat dunia usaha mengalami perubahan yang sangat pesat dan menjadi lebih baik dalam persaingan bisnis. Setiap perusahaan saling

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan oleh : CANDRA PUSPITA /FE/EA. Kepada

SKRIPSI. Diajukan oleh : CANDRA PUSPITA /FE/EA. Kepada ANALISIS RASIO KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN KINERJA PERUSAHAAN MANUFAKTUR (FOOD AND BEVERAGE) YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE (2005-2008) SKRIPSI Diajukan oleh : CANDRA PUSPITA 0513010279/FE/EA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesulitan keuangan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya artinya perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesulitan keuangan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya artinya perusahaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Financial Distress (Kesulitan Keuangan) Financial distress adalah suatu kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 financial distress merupakan proses yang mana perusahaan mengalami kesulitan keuangan, sehingga perusahaan tidak mampu dalam memenuhi kewajibannya. Perusahaan akan mengalami

Lebih terperinci

BAB 3 METODA PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Dan Gambaran dari Populasi (Obyek) Penelitian

BAB 3 METODA PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Dan Gambaran dari Populasi (Obyek) Penelitian BAB 3 METODA PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Dan Gambaran dari Populasi (Obyek) Penelitian Jenis penelitian yang saya lakukan ini adalah jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laba 2.1.1 Pengertian Laba Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka laba diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam dunia bisnis, tingginya tingkat persaingan membuat setiap perusahaan akan senantiasa meningkatkan kinerjanya agar dapat bertahan. Oleh karena itu, setiap perusahaan akan selalu berusaha memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering digunakan. Rasio keuangan menghubungkan berbagai perkiraan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah rumit dalam rangka mencapai tujuan yang optimal. Proses

BAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah rumit dalam rangka mencapai tujuan yang optimal. Proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya selalu menghadapi masalah-masalah rumit dalam rangka mencapai tujuan yang optimal. Proses pencapaian tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian Bab 1 Pasal 1 ayat 1, koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Analisa Laporan Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Analisa Laporan Keuangan Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai alat penguji

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi. keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan menggambarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi. keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan menggambarkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan menggambarkan kemajuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi keuangan perusahaan. Pada mulanya laporan keuangan hanya dijadikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi keuangan perusahaan. Pada mulanya laporan keuangan hanya dijadikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Analisis laporan keuangan Laporan keuangan merupakan dasar menyediakan banyak informasi yang diperlukan para pemakai untuk membuat keputusan ekonomis sehubungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada umumnya perusahaan yang go public memanfaatkan keberadaan pasar

I. PENDAHULUAN. Pada umumnya perusahaan yang go public memanfaatkan keberadaan pasar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya perusahaan yang go public memanfaatkan keberadaan pasar modal sebagai sarana untuk mendapatkan sumber dana atau alternatif pembiayaan. Adanya pasar modal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 24 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi, meliputi Neraca, Perhitungan Laba-Rugi dan laba ditahan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) : Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Signaling Theory 2.1.1. Pengertian Signaling Theory Menurut Jama an (2008) Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada

Lebih terperinci

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK. Nama NPM Jurusan Pembimbing

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK. Nama NPM Jurusan Pembimbing ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK. Nama NPM Jurusan Pembimbing : Tri Utami Saputri : 2A214851 : S1 - Akuntansi : Dr. Renny, SE., MM LATAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh transaksi saham yang berlaku dalam lantai bursa pasar modal. Hal ini dimungkinkan karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perusahaan makanan dan minuman merupakan salah satu kategori sektor industri

I. PENDAHULUAN. Perusahaan makanan dan minuman merupakan salah satu kategori sektor industri 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan makanan dan minuman merupakan salah satu kategori sektor industri di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang mempunyai peluang untuk tumbuh dan berkembang. Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan 2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir suatu proses kegiatan pencatatan akuntansi yang merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan keuangan Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari pembuatan ringkasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perolehan laba merupakan tujuan akhir yang dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah perolehan laba atau keuntungan yang maksimal, di samping hal-hal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Pesinyalan (Signalling theory) Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Munculnya globalisasi perekonomian yang merupakan suatu proses kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Munculnya globalisasi perekonomian yang merupakan suatu proses kegiatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Munculnya globalisasi perekonomian yang merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dimana dihapuskan batasan antar Negara, menyebabkan persaingan antar perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 40 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Hasil Perhitungan Variabel Independen Model Altman (z-score) Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa rumus (formula)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profitabilitas Profitabilitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran dalam persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan laba

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 20 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan Pengertian manajemen keuangan menurut beberapa pendapat, yaitu: Segala aktifitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksimalkan laba. Laba secara operasional merupakan perbedaan antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksimalkan laba. Laba secara operasional merupakan perbedaan antara BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba Indikator kinerja dari suatu perusahaan adalah laba, karena tujuan utama dari kegiatan operasional yang dijalankan oleh perusahaan adalah memaksimalkan

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT SENTUL CITY, Tbk. DAN ENTITAS ANAK

LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT SENTUL CITY, Tbk. DAN ENTITAS ANAK LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT SENTUL CITY, Tbk. DAN ENTITAS ANAK Elvira Jayanti Panutupani elvirabey@ymail.com Program Studi Akuntansi STIE Widya Dharma Pontianak ABSTRAKSI Tujuan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. mengetahui tingkat keuntungan dan tingkat risiko perusahaan.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. mengetahui tingkat keuntungan dan tingkat risiko perusahaan. BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Menurut Hanafi dan Halim (1996 : 49) laporan keuangan perusahaan merupakan salah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian 1. Pengertian Property dan Real Estate Menurut buku Realestate Sebuah Konsep Ilmu dan Problem Pengembang di Indonesia ( Budi Santoso,2000) definisi real estate adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Rasio dan Analisis Rasio Keuangan

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Rasio dan Analisis Rasio Keuangan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Rasio Keuangan 2.1.1 Pengertian Rasio dan Analisis Rasio Keuangan Rasio adalah satu angka yang dinyatakan dalam hubugannya dengan yang lain (Harvarindo 2010:12). Dimana angka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan Laba 1. Pengertian dan Karakteristik Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Rasio Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Analisis rasio adalah suatu metode Analisis untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. merupakan suatu ringkassan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi

BAB II LANDASAN TEORITIS. merupakan suatu ringkassan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkassan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan tersebut yaitu terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan tersebut yaitu terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebangkrutan yang dialami oleh perusahaan tidak hanya merugikan pihak internal perusahaan itu sendiri saja, namun banyak pihak yang akan juga dirugikan terutama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Laporan Keuangan dan Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan disusun setiap akhir periode sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Laporan Keuangan Menurut Kasmir (2012:7), laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan sampai sejauh mana tagihan-tagihan jangka

BAB IV PEMBAHASAN. kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan sampai sejauh mana tagihan-tagihan jangka BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Liquidity Ratios IV.1.1 Current Ratio Rasio lancar (current ratio), dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan sampai sejauh mana tagihan-tagihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Hutang Hutang sering disebut juga sebagai kewajiban, dalam pengertian sederhana dapat diartikan sebagai kewajiban keuangan yang harus dibayar oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Segala macam kegiatan terorganisir untuk mencapai tujuan pasti membutuhkan manajemen. Jadi orang-orang dalam kegiatan tersebut akan membutuhkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tidak langsung dengan melalui internet. Data sekunder dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. tidak langsung dengan melalui internet. Data sekunder dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data penelitian yang di peroleh peneliti dari berbagai sumber yang telah ada dan secara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep Laporan Keuangan dan Akuntansi. II.1.1. Pengertian Laporan Keuangan dan Akuntansi

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep Laporan Keuangan dan Akuntansi. II.1.1. Pengertian Laporan Keuangan dan Akuntansi 6 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Konsep Laporan Keuangan dan Akuntansi II.1.1. Pengertian Laporan Keuangan dan Akuntansi Akuntansi adalah suatu sistem untuk mengumpulkan dan memproses, termasuk melakukan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan 1. Pengertian Manajemen Keuangan

BAB III PEMBAHASAN. A. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan 1. Pengertian Manajemen Keuangan BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan 1. Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan salah satu dari sistem manajemen secara keseluruhan. Manajemen yang baik dan

Lebih terperinci

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode tertentu. Dengan melihat laporan keuangan suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kondisi Rasio-Rasio Keuangan Bank di Indonesia Dengan Menggunakan Metode Altman Z-score. Analisis kesulitan keuangan yang dapat menyebabkan kebangkrutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi perusahaan yang mampu bersaing dengan perusahaan yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi perusahaan yang mampu bersaing dengan perusahaan yang lain. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan industri barang konsumsi adalah salah satu perusahaan yang ikut berperan dalam pasar modal. Perusahaan industri barang konsumsi merupakan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat ini, menyebabkan pertumbuhan ekonomi juga semakin meningkat. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. pesat ini, menyebabkan pertumbuhan ekonomi juga semakin meningkat. Sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha saat ini ditandai dengan banyak bermunculannya usaha-usaha baru. Dalam dunia usaha yang berkembang semakin pesat ini, menyebabkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan penilaian terhadap kondisi. Pengertian laporan keuangan menurut beberapa ahli :

BAB II LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan penilaian terhadap kondisi. Pengertian laporan keuangan menurut beberapa ahli : BAB II LANDASAN TEORI II.1 Laporan Keuangan II.1.1 Definisi Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi keuangan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan penilaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tinggi rendahnya tingkat likuiditas perusahaan dapat ditunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tinggi rendahnya tingkat likuiditas perusahaan dapat ditunjukkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tinggi rendahnya tingkat likuiditas perusahaan dapat ditunjukkan oleh aset likuid yang mudah dikonversi menjadi kas diantaranya kas, bank, piutang, surat-surat berharga,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Fianancial Distress (Kesulitan Keuangan) Kesulitan keuangan (Financial Distress) merupakan kondisi sebuah perusahaan dimana hasil operasi perusahaan tidak cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Demi menjaga kelangsungan hidup usahanya, perusahaan harus menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Demi menjaga kelangsungan hidup usahanya, perusahaan harus menjalankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Demi menjaga kelangsungan hidup usahanya, perusahaan harus menjalankan dan mengelola kegiatan bisnis dengan baik. Hal ini perlu didukung oleh ketersediaan

Lebih terperinci

BAB 11 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN

BAB 11 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN BAB 11 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN A. Arti Penting Analisis Laporan Keuangan Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan untuk mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai kekuatan rasio keuangan dalam memprediksi kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai kekuatan rasio keuangan dalam memprediksi kondisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 1. Evanny Indri Hapsari (2012) Penelitian mengenai kekuatan rasio keuangan dalam memprediksi kondisi financial distress perusahaan manufaktur di BEI pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal menjalankan dua

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal menjalankan dua 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal adalah salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dananya, dengan adanya pasar modal diharapkan aktivitas perekonomian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian, Tujuan dan Karakteristik Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan unsur yang sangat penting dalam menilai kinerja keuangan perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kegiatan operasi sebuah perusahaan bagian yang terpenting yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kegiatan operasi sebuah perusahaan bagian yang terpenting yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kegiatan operasi sebuah perusahaan bagian yang terpenting yaitu bidang keuangannya, baik itu pada perusahaan go public ataupun yang belum go public, terutama

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN FINANCIAL DISTRESS PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH RIGHT ISSUE: STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG RIGHT ISSUE TAHUN 2009

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN FINANCIAL DISTRESS PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH RIGHT ISSUE: STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG RIGHT ISSUE TAHUN 2009 ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN FINANCIAL DISTRESS PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH RIGHT ISSUE: STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG RIGHT ISSUE TAHUN 2009 LAPORAN SKRIPSI Oleh Susianti 1301007761 Universitas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN maka perusahaan akan mengetahui apakah kinerja keuangan perusahaannya lebih baik atau bahkan lebih baik dari perusahaan lain. Dengan adanya analisis rasio laporan keuangan maka akan dapat membantu manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang membutuhkan dana dapat menjual sebagian sahamnya kepada

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang membutuhkan dana dapat menjual sebagian sahamnya kepada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan yang membutuhkan dana dapat menjual sebagian sahamnya kepada masyarakat melalui pasar modal (bursa efek). Pasar modal merupakan esensi dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. a. Pengertian Laporan Keuangan. mempunyai arti yang sangat penting terutama bagi pihak-pihak yang

BAB II TINJAUAN TEORITIS. a. Pengertian Laporan Keuangan. mempunyai arti yang sangat penting terutama bagi pihak-pihak yang BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan a. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan berisi tentang posisi perusahaan pada suatu waktu tertentu maupun operasinya selama beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Tujuan dan Jenis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan suatu perusahaan memiliki peranan yang sangat penting bagi pihak manajemen perusahaan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Laporan keuangan merupakan media yang penting untuk menilai prestasi serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat mengambil suatu keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan. Dimana faktor terpenting untuk melihat perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan. Dimana faktor terpenting untuk melihat perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya tujuan didirikannya perusahaan adalah untuk mengoptimalkan keuntungan atau laba. Dimana tujuan ini dapat dicapai jika perusahaan melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan tertentu antara elemen yang satu dengan elemen yang lain dalam suatu laporan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Sinyal (Signalling Theory) Teori sinyal (signalling theory) menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Keuangan

Evaluasi Kinerja Keuangan Evaluasi Kinerja Keuangan Untuk mengevaluasi kinerja keuangan suatu perusahaan hal yang pertama dilakukan adalah dengan menganalisis kinerja keuangan. Untuk menganalisis kinerja keuangan ada beberapa analisis

Lebih terperinci

TIME SERIES ANALYSIS DARI LAPORAN KEUANGAN PT. UNILEVER INDONESIA Tbk. TRIWULAN REKRUTMEN FINANCIAL ASSISTANT COMMUNITY

TIME SERIES ANALYSIS DARI LAPORAN KEUANGAN PT. UNILEVER INDONESIA Tbk. TRIWULAN REKRUTMEN FINANCIAL ASSISTANT COMMUNITY TIME SERIES ANALYSIS DARI LAPORAN KEUANGAN PT. UNILEVER INDONESIA Tbk. TRIWULAN 3 2011 REKRUTMEN FINANCIAL ASSISTANT COMMUNITY Araffy Meidi Rizky 13409001 Manajemen Rekayasa Industri 2012 ABSTRAK Laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisa Rasio Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Analisa rasio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Sumber: Majalah SWA 6 Desember 2007

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Sumber: Majalah SWA 6 Desember 2007 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia usaha dewasa ini semakin maju ditandai dengan semakin ketatnya persaingan di antara perusahaan-perusahaan yang ada. Persaingan ini terjadi di dalam

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M.

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M. LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Febriyanto, S.E., M.M. LAPORAN KEUANGAN Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Perindustrian dan Perdagangan mengeluarkan target pertumbuhan sektor

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Perindustrian dan Perdagangan mengeluarkan target pertumbuhan sektor Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Departemen Perindustrian dan Perdagangan mengeluarkan target pertumbuhan sektor industri rata-rata 8 persen per tahun untuk perioda 2005 2009. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami

BAB II LANDASAN TEORI. Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami BAB II LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori II.1.1 Kebangkrutan Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami ketidakcukupan dana untuk menjalankan usahanya. Menurut Undang-Undang Kepailitan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Laba Setiap perusahaan berusaha untuk memperoleh laba yang maksimal. Laba yang diperoleh perusahaan akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peluang investasi karena banyak perusahaan berlomba-lomba meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. peluang investasi karena banyak perusahaan berlomba-lomba meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat dan ketat menimbulkan persaingan antar para pelaku bisnis. Keadaan yang seperti ini memaksa para pelaku bisnis untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini persaingan dalam dunia bisnis semakin tinggi. Semakin banyak perusahaan baru yang muncul untuk bersaing dengan perusahaan lama. Tujuan perusahaan

Lebih terperinci