HUBUNGAN TAHAP KEMOTERAPI PADA PENDERITA LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT DENGAN STATUS GIZI DI BANGSAL ILMU KESEHATAN ANAK RSUD DR.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN TAHAP KEMOTERAPI PADA PENDERITA LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT DENGAN STATUS GIZI DI BANGSAL ILMU KESEHATAN ANAK RSUD DR."

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id HUBUNGAN TAHAP KEMOTERAPI PADA PENDERITA LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT DENGAN STATUS GIZI DI BANGSAL ILMU KESEHATAN ANAK RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran MEGA ASTRININGRUM G FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta commit 2011 to user

2 digilib.uns.ac.id PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan Penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Desember 2011 Mega Astriningrum NIM G iii

3 digilib.uns.ac.id ABSTRAK Mega Astriningrum. G , Hubungan Tahap Kemoterapi pada Penderita Leukemia Limfoblastik Akut dengan Status Gizi di Bangsal Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Moewardi., Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan tahap kemoterapi pada penderita Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) dengan status gizi di bangsal Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Moewardi. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan pada bulan April-Agustus 2011 di Bangsal Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Moewardi. Pengambilan sampel dilaksanakan secara purposive random sampling dengan kriteria inklusi adalah (1) penderita Leukemia Limfoblastik Akut berumur 0-18 tahun, (2) mendapatkan penatalaksanaan kemoterapi, (3) status gizi tergolong baik atau kurang. Sampel tidak dapat dipilih jika (1) penderita leukemia tipe lain, (2) tidak mendapatkan penatalaksanaan kemoterapi, (3) status gizi tergolong lebih atau buruk. Data sekunder berupa catatan rekam medik di Bagian Rekam Medik RSUD Dr. Moewardi. Diperoleh 52 data dan dianalisis menggunakan (1) Uji Chi Square (X 2 ) (2) Odds Ratio melalui program SPSS 17.0 for Windows. Hasil Penelitian: Penelitian ini menunjukkan (1) tahap induksi dengan status gizi baik sebesar 54,55% dan status gizi kurang sebesar 45,45% (2) tahap konsolidasi dengan status gizi baik sebesar 26,67% dan status gizi kurang sebesar 73,33% (3) tahap maintenance dengan status gizi baik sebesar 73,33% dan status gizi kurang sebesar 26,67% (4) hasil uji Chi Square tahap induksi menunjukkan p = dengan Odds Ratio sebesar 5,2 (5) hasil uji Chi Square tahap konsolidasi menunjukkan p = dengan Odds Ratio sebesar 5,45 (6) hasil uji Chi Square tahap rumatan (maintenance) menunjukkan p = dengan Odds Ratio sebesar 8,0. Simpulan Penelitian: Terdapat hubungan yang kuat dan bermakna antara tahap induksi serta tahap rumatan (maintenance) dengan status gizi penderita Leukemia Limfoblastik Akut. Terdapat hubungan yang kuat tetapi kurang bermakna antara tahap konsolidasi dengan status gizi penderita Leukemia Limfoblastik Akut. Kata Kunci: Leukemia Limfoblastik Akut, tahap kemoterapi, status gizi iv

4 digilib.uns.ac.id ABSTRACT Mega Astriningrum. G , The Correlation between Chemotherapy Stages in Acute Lymphoblastic Leukemia Patients with Nutrient Status at Department of Pediatric Ward RSUD Dr. Moewardi. Medical Faculty of Sebelas Maret Univesity. Objectives: This research aims to know the relationship between chemotherapy stages in Acute Lymphoblastic Leukemia patients with nutrient status at Department of Pediatric ward RSUD Dr. Moewardi. Methods: This research was an analytical descriptive research using cross sectional approach and had been done in April-August 2011 at Department of Pediatric ward RSUD Dr. Moewardi. The sample data collecting was done by using simple purposive sampling method with the inclusion criteria (1) patients suffered from Acute Lymphoblastic Leukemia were 0-18 age, (2) got the chemotherapy, (3) the nutrient status was good or less, (3) the nutrient status was more or poor. The data was secondary data which was taken at Medical Record RSUD Dr. Moewardi. It got 52 data and they were analyzed by (1) Chi Square test (X 2 ) (2) Odds Ratio, by using SPSS 17.0 for windows program. Results: This research shows (1) induction stage with good nutrient status is 54,55% and the less one is 45,45% (2) consolidation stage with good nutrient status is 26,67% and the less one is 73,33% (3) maintenance stage with good nutrient status is 73,33% and the less one is 26,67% (4) the result from Chi Square test of induction stage shows p = with the odds ratio is 5,2 (5) the result from Chi Square test of consolidation stage shows p = with the odds ratio is 5,45 (6) the result from Chi Square test of maintenance stage shows p = with the odds ratio is 8,0. Conclusion: This study shows strong and meaningful correlation between induction and maintenance stage with the nutrient status of Acute Lymphoblastic Leukemia Patients. And this study shows strong but no meaningful correlation between concolidation stage with the nutrient status of Acute Lymphoblastic Leukemia Patients. Keywords: Acute Lymphoblastic Leukemia, chemotherapy stages, nutrient status v

5 digilib.uns.ac.id PRAKATA Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan rahmat yang telah Ia berikan kepada hamba-nya. Sholawat serta salam tercurah kepada Nabi Muhammad saw, utusan Allah yang menjadi teladan seluruh ummat manusia. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD., K-R., FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku ketua tim skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Annang Giri Moelyo, dr., Sp.A., M.Kes., selaku tim skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Muhammad Riza, dr., Sp.A., M.Kes., selaku pembimbing utama yang secara intensif telah memberikan bimbingan dan motivasi bagi penulis. 5. Yulidar Hafidh, dr., Sp.A(K), selaku pembimbing pendamping yang secara intensif telah memberikan bimbingan dan motivasi bagi penulis. 6. Prof. Dr. Harsono Salimo, dr., Sp.A(K), selaku penguji utama yang telah memberikan masukan demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini. 7. Suci Murti Karini, dra., M.Si., selaku anggota penguji yang telah memberikan masukan demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini. 8. Dosen dan staf SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Moewardi, seluruh staf RSUD Dr.Moewardi, dan Tim Skripsi FK UNS Surakarta yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini. 9. Ayah dan Ibu tercinta, serta Mas Gembong dan Mbak Wika tersayang yang senantiasa berkorban dan berjuang tanpa pamrih serta memberikan dukungan dan semangat. 10. Rifki Effendi Suyono untuk dukungan, kesabaran, dan kebersamaan dalam menyelesaikan ini semua. 11. Sahabat-sahabat tercinta (Chanif Lutfiyati, Cherelia Dinar, Nugroho Jati, Gilda Ditya, Amora Fadila, Aila Mustofa, Izzatika) yang telah memberikan support, motivasi, dan mendampingi penulis dalam suka duka. 12. Teman seperjuangan skripsi, Cholifatur Ravita Fauzi, yang tiada habis memberi motivasi. 13. Teman-teman Pendidikan Dokter Angkatan 2008 dan semua pihak yang dengan ikhlas telah membantu terselesaikannya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis berharap skripsi ini bisa bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Untuk kesempurnaan skripsi ini, penulis mengharapkan masukan, kritik, dan saran dari pembaca. Surakarta, Desember 2011 Mega Astriningrum vi

6 digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI PRAKATA vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Perumusan Masalah... 3 C. Tujuan Penelitian... 3 D. Manfaat Penelitian... 3 BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Leukemia Leukemia Limfoblastik Akut... 6 a. Definisi... 6 b. Epidemiologi c. Etiologi d. Gejala dan Tanda Klinis e. Diagnosis f. Terapi... 9 g. Prognosis vii

7 digilib.uns.ac.id h. Komplikasi Kemoterapi Kanker a. Dasar Kemoterapi b. Kemoterapi pada Leukemia Limfoblastik Akut c. Efek Samping Obat-obat Kemoterapi Status Gizi a. Definisi b. Klasifikasi Status Gizi Hubungan Tahap Kemoterapi dengan Status Gizi B. Kerangka Pemikiran C. Hipotesis BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Lokasi dan Waktu Penelitian C. Subjek Penelitian D. Teknik Sampling E. Indentifikasi Variabel F. Definisi Operasional Variabel G. Alur Penelitian H. Instrumen Penelitian I. Teknik Analisis Data viii

8 digilib.uns.ac.id BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Sampel B. Uji Statistik BAB V. PEMBAHASAN BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix

9 digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Tabel 1. Karakteristik sampel menurut usia pada tahap induksi. Tabel 2. Karakteristik sampel menurut usia pada tahap konsolidasi. Tabel 3. Karakteristik sampel menurut usia pada tahap maintenance. Tabel 4. Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap induksi. Tabel 5. Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap. Tabel 6. Karakteristik sampel menurut jenis kelamin pada tahap maintenance. Tabel 7. Karakteristik sampel menurut status gizi pada tahap induksi. Tabel 8. Karakteristik sampel menurut status gizi pada tahap konsolidasi. Tabel 9. Karakteristik sampel menurut status gizi pada tahap maintenance. Tabel 10. Hubungan tahap kemoterapi leukemia limfoblastik akut dengan status gizi. Tabel 11. Besar Odds Ratio dan Interpretasi tentang Kekuatan Hubungan antara Paparan dan Risiko. x

10 digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran. Gambar 3.1 Alur Penelitian. xi

11 digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Sampel dari Pihak Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Lampiran 2. Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Sampel dari Pihak Diklit RSUD Dr. Moewardi. Lampiran 3. Frekuensi Tahap Kemoterapi Berdasarkan Umur. Lampiran 4. Frekuensi Tahap Kemoterapi Berdasarkan Jenis Kelamin. Lampiran 5. Frekuensi Tahap Kemoterapi Berdasarkan Status Gizi. Lampiran 6. Crosstab Data Kemoterapi Tahap Induksi. Lampiran 7. Crosstab Data Kemoterapi Tahap Konsolidasi. Lampiran 8. Crosstab Data Kemoterapi Tahap Maintenance. Lampiran 9. Data Pasien Kemoterapi Tahap Induksi. Lampiran 10. Data Pasien Kemoterapi Tahap Konsolidasi. Lampiran 11. Data Pasien Kemoterapi Tahap Maintenance. xii

12 digilib.uns.ac.id PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan Tahap Kemoterapi pada Penderita Leukemia Limfoblastik Akut dengan Status Gizi di Bangsal Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Moewardi Mega Astriningrum, NIM : G , Tahun : 2011 Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada hari Selasa, Tanggal 27 Desember 2011 Pembimbing Utama Nama : Muhammad Riza, dr., Sp.A., M.Kes NIP : (...) Pembimbing Pendamping Nama : Yulidar Hafidh, dr., Sp.A(K) NIP : (...) Penguji Utama Nama : Prof. Dr. Harsono Salimo, dr., Sp.A(K) NIP : (...) Anggota Penguji Nama : Suci Murti Karini, dra., M.Si. NIP : (...) Surakarta,... Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS Muthmainah, dr., M.Kes commit Prof. to Dr. user Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM NIP NIP

13 digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Leukemia adalah penyakit keganasan yang paling sering ditemukan pada anak-anak, dimana terhitung kira-kira 41% semua penyakit keganasan terjadi pada anak-anak usia di bawah 15 tahun (Behrman, 2004). Leukemia adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi sel induk hematopoietik yang secara maligna melakukan transformasi, yang menyebabkan penekanan dan penggantian unsur sumsum yang normal (Price, 2007). Secara umum, leukemia diklasifikasikan menjadi 4 tipe yaitu Leukemia Limfoblastik Akut, Leukemia Limfoblastik Kronik, Leukemia Mieloblastik Akut, dan Leukemia Mieloblastik Kronik (Porth, 2005; Behrman, 2004). Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) merupakan kasus keganasan yang paling sering ditemukan pada anak-anak, yang terdiri dari 80-85%. Puncak insiden LLA ini terjadi pada anak berusia 2-4 tahun (Porth, 2005). Dari hampir semua kasus LLA, penyebab pasti dari LLA sampai sekarang belum diketahui, walaupun beberapa faktor genetik dan lingkungan sering dihubungkan dengan leukemia pada anak-anak. Terpaparnya sinar radiasi juga telah dihubungkan dengan naiknya kejadian LLA. Selain itu, beberapa deskripsi dan penelitian tentang berbagai tingkatan geografi pada setiap kasus telah menimbulkan perhatian bahwa faktor lingkungan bisa menyebabkan naiknya kejadian LLA (Behrman, 2004).

14 digilib.uns.ac.id 2 Penatalaksanaan Leukemia Limfoblastik Akut sampai sekarang masih mengandalkan kemoterapi sebagai terapi utama. Kemoterapi LLA dibagi menjadi beberapa tahap yaitu induksi remisi, konsolidasi atau intensifikasi, profilaksis susunan saraf pusat (SSP), dan pemeliharaan jangka panjang atau rumatan (maintenance). Namun sayangnya, obat-obat kemoterapi ini memiliki banyak efek samping terutama pada sistem hematopoietik dan gastrointestinal (Nafrialdi and Sulistia, 2003; Fianza, 2009). Efek terhadap sistem hematopoietik adalah berupa supresi hemopoiesis terlihat sebagai leukopenia, trombositopenia, atau anemia. Supresi sistem hemopoietik ini masih dapat berlanjut walaupun pemberian obat telah dihentikan. Sedangkan, gangguan pada sistem gastrointestinal saluran cerna berupa anoreksia ringan, mual, muntah, diare, dan stomatitis sampai yang berat yaitu ulserasi oral dan intestinal, perforasi, diare hemoragik. Hampir semua obat anti kanker menyebabkan efek samping ini, tapi jarang sampai menimbulkan kematian (Nafrialdi and Sulistia, 2003). Efek samping pada sistem pencernaan bisa mengakibatkan penyerapan nutrisi pada anak menurun, padahal kebutuhan nutrisi anak digunakan untuk proses tumbuh kembang. Gangguan penyerapan nutrisi ini berakibat langsung pada status gizi anak tersebut. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan (Almatsier, 2003).

15 digilib.uns.ac.id 3 Bertolak dari beberapa teori yang dikemukakan sebelumnya, Penulis bermaksud mengadakan penelitian yang dapat menjelaskan apakah ada keterkaitan antara tahap kemoterapi pada pasien anak penderita Leukemia Limfoblastik Akut dengan status gizi anak. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, maka didapatkan permasalahan sebagai berikut: Apakah terdapat hubungan antara tahap kemoterapi pada penderita Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) dengan status gizi di Bangsal Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Moewardi? C. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan tahap kemoterapi pada penderita Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) dengan status gizi di Bangsal Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Moewardi. D. Manfaat Penelitian Dengan penelitian ini diharapkan memberikan manfaat : 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk sedini mungkin melakukan screening pada leukemia limfoblastik akut pada anak mengingat kasus leukemia limfoblastik akut adalah kejadian terbanyak pada kelompok

16 digilib.uns.ac.id 4 keganasan. Selain itu, bagi dunia penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan acuan untuk penelitian yang akan datang. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada para dokter dan tenaga medis untuk dapat memberikan penatalaksanaan yang adekuat dengan efek samping seminimal mungkin sehingga komplikasi yang ditimbulkan dari kemoterapi pada kasus leukemia bisa ditekan angka kejadiannya. Serta dapat mempertahankan atau memperbaiki status gizi pasien menjadi lebih baik dengan pemberian nutrisi secara langsung maupun melalui konseling gizi.

17 digilib.uns.ac.id 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Leukemia Leukemia, mula-mula dijelaskan oleh Virchow pada tahun 1987 sebagai "darah putih", adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi sel induk hematopoietik yang secara maligna melakukan transformasi, yang menyebabkan penekanan dan penggantian unsur sumsum yang normal (Price, 2007). Sel-sel ini bisa berkembang dan memperbanyak diri melebihi jumlah sel tersebut dalam batas normal, atau bisa diakibatkan menurunnya kemampuan apoptosis secara spontan, atau bisa keduanya. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan fungsi normal sumsum tulang dan bisa lebih parah lagi yaitu kegagalan sumsum tulang (Behrman, 2004). Kegagalan sumsum tulang akibat sel-sel abnormal ini dapat menyebabkan timbulnya gejala yaitu anemia, netropenia, trombositopenia, dan juga sel-sel abnormal ini akan menginfiltrasi ke organorgan misalnya hati, limpa, kelenjar getah bening, meninges, otak, kulit, atau testis (Hoffbrand, 2005). Leukemia adalah penyakit keganasan yang paling sering ditemukan pada anak-anak, dimana terhitung kira-kira 41% semua penyakit keganasan terjadi pada anak-anak usia di bawah 15 tahun (Behrman, 2004). Secara umum, leukemia diklasifikasikan menurut tipe sel yang paling banyak

18 digilib.uns.ac.id 6 berada di dalam tubuh (limfoblastik atau mieloblastik) dan juga tergantung dari kondisi akut atau kronis. Klasifikasi leukemia terdiri dari empat tipe yaitu Leukemia Limfoblastik Akut (LLA), Leukemia Limfoblastik Kronik (LMK), Leukemia Mieloblastik Akut (LMA), dan Leukemia Mieloblastik Kronik (LMK). Leukemia limfoblastik terdiri dari sel-sel limfosit yang imatur dan sel-sel induk limfosit yang berasal dari sumsum tulang tetapi menginfiltrasi splen atau limpa, nodus limfatikus, susunan saraf pusat, dan jaringan-jaringan lainnya. Sedangkan leukemia mieloblastik, terdiri dari selsel mieloid pluripoten yang berasal dari sumsum tulang (Porth, 2005). Leukemia Limfoblastik Akut terhitung kira-kira 71% dari kasus keganasan pada anak-anak, untuk Leukemia Mieloblastik Akut kira-kira 11%, Leukemia Mieloblastik Kronik kira-kira 2-3%, dan untuk Leukemia Mieloblastik Kronik Juvenil kira-kira 1-2% (Behrman, 2004). 2. Leukemia Limfoblastik Akut a. Definisi Leukemia akut adalah suatu keganasan pada sel progenitor pembentuk sel darah. Leukemia akut biasanya terjadi dengan tanda dan gejala yang berhubungan dengan menurunnya fungsi sumsum tulang. Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) adalah leukemia akut yang paling sering ditemukan pada anak-anak, yang terdiri dari 80-85% kasus. Puncak insiden LLA ini terjadi pada anak berusia 2-4 tahun. Leukemia Limfoblastik Akut meliputi kelompok sel-sel tumor yang terdiri dari

19 digilib.uns.ac.id 7 prekursor limfosit B atau limfosit T yang imatur. Sebagian besar kasus LLA, sekitar 80% kasus, berasal dari prekursor limfosit B (Porth, 2005). b. Epidemiologi Insidensi LLA adalah 1 dari orang per tahun, dengan 75% penderita berusia kurang dari 15 tahun. Insidensi puncaknya usia 3-5 tahun. LLA lebih banyak ditemukan pada pria daripada perempuan (Fianza, 2009). c. Etiologi Dari hampir semua kasus LLA, penyebab pasti dari LLA sampai sekarang belum diketahui, walaupun beberapa faktor genetik atau keturunan dan lingkungan sering dihubungkan dengan leukemia pada anak-anak. Terpaparnya sinar radiasi juga telah dihubungkan dengan naiknya kejadian LLA. Sebagai tambahannya, beberapa deskripsi dan penelitian tentang berbagai tingkatan geografi pada setiap kasus telah menimbulkan perhatian bahwa faktor lingkungan bisa menyebabkan naiknya kejadian LLA. Selebihnya, belum ada faktor lain yang ditemukan selain faktor paparan radiasi (Behrman, 2004; Fianza, 2009). d. Gejala dan Tanda Klinis Presentasi klinis LLA sangat bervariasi. Pada umumnya gejala klinis menggambarkan kegagalan sumsum tulang atau keterlibatan ekstramedular oleh sel leukemia. Akumulasi sel-sel limfoblas ganas di sumsum tulang menyebabkan kurangnya sel-sel normal di darah perifer dan gejala klinis dapat berhubungan dengan anemia, infeksi, dan

20 digilib.uns.ac.id 8 perdarahan. Demam atau infeksi yang jelas dapat ditemukan pada separuh penderita LLA, sedangkan gejala perdarahan pada sepertiga penderita yang baru didiagnosis LLA. Perdarahan yang berat jarang terjadi. Gejala-gejala dan tanda klinis yang dapat ditemukan: 1) Anemia menyebabkan mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada. 2) Anoreksia atau berat badan yang menurun karena proliferasi dan metabolisme sel-sel leukemia yang begitu cepat. 3) Nyeri tulang dan sendi (karena infiltrasi sumsum tulang oleh sel- sel leukemia). 4) Demam, banyak berkeringat (gejala hipermetabolisme). 5) Infeksi mulut, saluran napas atas dan bawah, selulitis, atau sepsis. Penyebab yang paling sering adalah stafilokokus, streptokokus, dan bakteri gram negatif usus, serta berbagai spesies jamur. Infeksi ini sering terjadi berulang yang disebabkan karena neutropeni atau berkurangnya jumlah neutrofil. 6) Perdarahan kulit (petechiae, atraumatic ecchymosis), perdarahan gusi, hematuria, perdarahan saluran cerna, perdarahan otak, dimana perdarahn-perdarahan ini terjadi karena kurangnya jumlah trombosit. 7) Hepatomegali, splenomegali, limfadenopati yang disebabkan infiltrasi sel-sel leukemia ke berbagai jaringan dan organ. 8) Massa di mediastinum (sering pada LLA sel T).

21 digilib.uns.ac.id 9 9) Leukemia sistem saraf pusat: nyeri kepala, muntah (gejala tekanan tinggi intrakranial), perubahan dalam status mental, kelumpuhan saraf otak terutama saraf VI dan VII, kelainan neurologik fokal, kejang, sampai terjadi koma. 10) Keterlibatan organ lain: testis, retina, kulit, pleura, perikardium, tonsil. (Price, 2007; Fianza, 2009; Hoffman, 2009) e. Diagnosis Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium (CBC, apus darah tepi, pemeriksaan koagulasi, kadar fibrinogen, kimia darah, ABO dan Rh, penentuan HLA), foto toraks atau CT, pungsi lumbal, aspirasi dan biopsi sumsum tulang dengan pewarnaan sitokimia, analisis sitogenetik, analisis imunofenotip, analisis molekular BCR-ABL (Yinski, 2010). f. Terapi Keberhasilan terapi LLA terdiri dari kontrol sumsum tulang dan penyakit sistemiknya, juga terapi atau pencegahan SSP. Hal ini dapat tercapai dengan kombinasi pemberian kemoterapi dan terapi pencegahan SSP (Kemoterapi intratekal dan/atau sistemik dosis tinggi, dan pada beberapa kasus dengan radiasi kranial). Lama rata-rata terapi LLA bervariasi antara 1,5-3 tahun dengan tujuan untuk eradikasi populasi sel leukemia (Fianza, 2009).

22 digilib.uns.ac.id 10 Kemoterapi LLA dibagi menjadi beberapa tahap induksi remisi, konsolidasi atau intensifikasi, profilaksis susunan saraf pusat (SSP), dan pemeliharaan jangka panjang atau rumatan (maintenance) (Fianza, 2009). Program pengobatan menggunakan kombinasi vinkristin, prednison, L-asparaginase, siklofosfamid, dan atrasiklin seperti daunorubisin. Karena meningen mengandung sel leukemia, kemoterapi intratekal profilaktik (ke dalam ruang subarakhnoid) juga dimasukkan untuk mencegah relaps SSP (Price, 2007). g. Prognosis Awitan LLA biasanya mendadak disertai perkembangan dan kematian yang cepat jika tidak diobati. Angka harapan hidup yang membaik dengan pengobatan sangat dramatis. Tidak saja 90 sampai 95 % anak dapat mencapai remisi penuh, tetapi 60% menjadi sembuh. Sekitar 80% orang dewasa mencapai remisi lengkap, dengan sepertiganya mengalami harapan hidup jangka panjang, yang dicapai dengan kemoterapi agresif yang diarahkan pada sumsum tulang, serta SSP. Transplantasi sumsum tulang harus dipikirkan untuk orang dewasa dengan prognosis agresif dan buruk untuk memperpanjang harapan hidup bebas penyakit. Anak-anak dengan remisi kurang dari 18 bulan harus dipikirkan untuk transplantasi sumsum tulang (Price, 2007). h. Komplikasi Komplikasi kemoterapi LLA yang paling menimbulkan masalah termasuk perburukan neuropsikologi, kerusakan-kerusakan pada tulang,

23 digilib.uns.ac.id 11 dan obesitas. Perburukan neuropsikologi ini diketahui merupakan efek samping dari radiasi kranial, kemoterapi intratekal, dan kemoterapi sistemik (terutama metroteksat) yang juga dapat menyebabkan atrofi otak dan disfungsi medulla spinalis. Kemoterapi intratekal dan kemoterapi sistemik menambah perkembangan keracunan neurokognitif. Obesitas paling banyak terjadi pada anak perempuan penderita LLA yang dikaitkan dengan efek radiasi kranial dan kortikosteroid (Hoffman, 2009). 3. Kemoterapi Kanker a. Dasar Kemoterapi Kemoterapi adalah pengobatan penyakit dengan agen kimiawi, dimana bahan kimiawi tersebut merugikan organisme penyebab suatu penyakit tetapi tidak membahayakan bagi pasien (Dorland, 2006). Konsep mengenai pemberian kemoterapi kanker didasarkan pada siklus pertumbuhan dan pembelahan sel, sifat sel kanker itu sendiri yang berbeda dari sel normal, dan sasaran yang dapat dicapai. Kemoterapi bersifat sistemik dan hanya dihalangi oleh pembatasan anatomik pasca bedah dan efek radiasi dan pengaruhnya tetap ada walaupun sel-sel tumor sudah menyebar. Khasiat antikanker sebagian besar obat sitostatik disebabkan oleh kemampuan obat-obat tersebut dalam menghambat pembentukan DNA dalam sel. Seperti diketahui, DNA mempunyai dua fungsi penting yakni sebagai lahan bagi duplikasi dirinya (proses baru selesai bila sudah terbentuk DNA dalam jumlah yang dua kali lipat

24 digilib.uns.ac.id 12 sebelumnya) dan pembentukan RNA untuk sintesis protein (Reksodiputro, et al., 2004). Pemberian kemoterapi direncanakan berdasarkan hasil pengamatan terhadap perbedaan dalam reaksi sel tumor dan sel normal terhadap obat sitostatik. Walaupun beberapa sel yang sedang tidak membelah sensitif terhadap zat-zat sitostatik, zat anti-neoplastik (radiasi, obat) terutama efektif dalam fase pertumbuhan sel, pada saat mana terjadi rangkaian peristiwa menuju pembelahannya. Hal ini mendasari pertimbangan para ahli dalam pemberian kemoterapi kanker (Reksodiputro, et al., 2004). Obat kemoterapi kanker terbagi menjadi beberapa macam kriteria, yaitu: 1) Kemoterapi Induksi Kemoterapi induksi adalah kemoterapi sebagai pengobatan awal untuk kanker, terutama sebagai bagian dari terapi kombinasi modalitas (Dorland, 2006). 2) Kemoterapi Tunggal Kemoterapi tunggal merupakan kemoterapi yang hanya memberikan satu jenis atau satu macam obat saja. Pada tahun 1970 dasar penggunaaan kemoterapi tunggal adalah memberikan satu macam obat dan menggantikannya bila ternyata tidak efektif (Reksodiputro, et al., 2004; Dorland, 2006).

25 digilib.uns.ac.id 13 3) Kemoterapi Kombinasi Kemoterapi kombinasi adalah penggunaan beberapa agen berbeda pada saat bersamaan untuk meningkatkan efektivitas dari masing-masing obat. Kemoterapi ini paling sering digunakan pada kemoterapi kanker (Reksodiputro, et al., 2004; Dorland, 2006). 4) Kemoterapi Adjuvan Merupakan kemoterapi kanker yang diberikan setelah tumor primer diangkat dengan cara lain, misalkan pembedahan. Konsep kemoterapi adjuvan merupakan pendekatan terapeutik terpenting dalam pengobatan modern penyakit keganasan. Prinsipnya ialah pemberian obat sistemik, baik secara tunggal maupun kombinasi, bersama dengan suatu modalitas pengobatan regional-lokal seperti pembedahan atau radioterapi. Cara ini bertujuan memberantas mikrometastasis yang tersebar jauh sehingga diharapkan terjadi peningkatan angka kesembuhan (Reksodiputro, et al., 2004; Dorland, 2006). b. Kemoterapi pada Leukemia Limfoblastik Akut Kemoterapi pada kasus Leukemia Limfoblastik Akut tidak jauh berbeda dari kemoterapi pada umumnya. Kemoterapi LLA terbagi menjadi empat tahapan yang terdiri dari: 1) Induksi remisi Seorang penderita yang menderita leukemia akut, biasanya mempunyai beban tumor yang tinggi dan berada dalam risiko tinggi

26 digilib.uns.ac.id 14 akibat komplikasi kegagalan sumsum tulang dan infiltrasi leukemik. Tujuan induksi remisi adalah untuk membunuh sebagian besar sel tumor secara cepat dan menyebabkan penderita memasuki keadaan remisi. Keadaan ini didefinisikan sebagai jumlah sel blas yang kurang dari 5% dalam sumsum tulang, hitung darah tepi yang normal, dan tidak ada gejala atau tanda-tanda lain penyakit itu. Terapi ini hampir selalu menggunakan glukokortikoid (prednison, prednisolon, deksametason), vinkristin, dan sedikitnya obat golongan lain (biasanya asparaginase, antrasiklin, atau keduanya) yang sangat efektif sehingga dapat mencapai remisi pada lebih dari 90% anak dan 80-90% orang dewasa (pada orang dewasa sering ditambahkan daunorubisin). Penelitian telah membuktikan terapi induksi remisi yang intensif, cepat, dan secara utuh mereduksi sel-sel leukemia muda dapat mencegah resistensi obat dan meningkatkan rasio kesembuhan (Hoffbrand, 2005; Pui and Evans, 2006). Walaupun demikian, harus diingat bahwa remisi tidak sama dengan sembuh. Pada remisi, dalam tubuh penderita mungkin masih terdapat sejumlah besar sel tumor dan tanpa pemberian kemoterapi lebih lanjut hampir semua penderita akan mengalami relaps. Walaupun begitu, pencapaian remisi merupakan langkah awal yang berharga dalam perjalanan pengobatan, dan penderita yang gagal mencapai remisi mempunyai prognosis buruk (Hoffbrand, 2005).

27 digilib.uns.ac.id 15 2) Terapi Konsolidasi/Intensifikasi Ketika hematopoiesis kembali normal, penderita yang mendapatkan terapi remisi selanjutnya akan mendapatkan terapi konsolidasi atau terapi intensif. Tahapan-tahapan ini menggunakan kemoterapi multi-obat dosis tinggi untuk mengurangi beban tumor sampai tingkat yang sangat rendah. Dosis kemoterapi dekat dengan batas toleransi penderita dan selama masa intensifikasi, penderita mungkin memerlukan banyak sekali dukungan (Hoffbrand, 2005; Pui and Evans, 2006). Protokol yang umum mencakup penggunaan vinkristin, siklofosfamid, sitosin arabinosida, dauronubisin, etoposid, thioguanin, atau merkaptopurin yang diberikan dalam kombinasi yang berbedabeda. Pemakaian asparaginase yang intensif selama masa pasca induksi memberikan hasil yang sangat memuaskan dengan angka morbiditas rendah, terutama komplikasi trombotik dan hiperglikemia, yang dibarengi dengan pemberian glukokortikoid selama pemberian terapi induksi remisi. Jumlah blok intensifikasi yang optimal masih dalam penelitian, tetapi dua tiga blok biasanya khas pada anak, dan lebih banyak pada dewasa (Hoffbrand, 2005; Pui and Evans, 2006). 3) Terapi Profilaksis Susunan Saraf Pusat (SSP) Beberapa obat yang diberikan secara sistemik dapat mencapai cairan serebrospinal (CSF) dan perlu diberikan pengobatan spesifik.

28 digilib.uns.ac.id 16 Pilihannya adalah metotreksat dosis tinggi yang diberikan secara intravena, metotreksat atau sitosin arabinosida intratekal, atau radiasi kranial. Percobaan klinis untuk membandingkan regimen-regimen ini sedang dilakukan. Relaps CNS masih terjadi dan muncul dengan sakit kepala, muntah, papiledema, dan sel blas dalam CSF. Pengobatan dengan metroteksat, sitosin arabinosida, dan hidrokortison intratekal, dengan atau tanpa radiasi intrakranial dan reinduksi sistemik karena biasanya juga terdapat penyakit sumsum tulang (Hoffbrand, 2005). 4) Rumatan (maintenance) Rumatan (maintenance) diberikan 2 tahun pada anak perempuan dan orang dewasa, dan 3 tahun pada anak laki-laki, dengan merkaptourin oral harian dan metotreksat oral sekali seminggu. Vinkristin intravena dengan kortikosteroid oral singkat (5 hari) ditambahkan dengan interval bulanan atau 3 bulan (pada dewasa). Selama terapi rumatan pada anak yang tidak mempunyai imunitas terhadap virus-virus tersebut memiliki risiko yang tinggi menderita varisela atau campak. Apabila terjadi pemajanan terhadap infeksi tersebut, harus diberikan imunoglobulin profilaktik. Selain itu, diberikan kotrimoksazol oral untuk mengurangi risiko terkena Pneumocystis carinii (Hoffbrand, 2005). c. Efek Samping Obat-obat Kemoterapi Obat-obat kemoterapi antikanker merupakan obat yang indeks terapinya sempit. Semuanya dapat menyebabkan efek toksik berat, yang

29 digilib.uns.ac.id 17 mungkin sampai menyebabkan kematian secara langsung maupun tidak langsung. Karena obat-obat antikanker umumnya bekerja pada sel yang sedang aktif, maka efek sampingnya juga terutama mengenai jaringan dengan proliferasi tinggi yaitu sistem hematopoietik dan gastrointestinal (Nafrialdi and Sulistia, 2003). Supresi hemopoiesis terlihat sebagai leukopenia, trombositopenia, atau anemia. Supresi sistem hemopoietik ini masih dapat berlanjut walaupun pemberian obat telah dihentikan. Gangguan saluran cerna berupa anoreksia ringan, mual, muntah, diare, dan stomatitis sampai yang berat yaitu ulserasi oral dan intestinal, perforasi, diare hemoragik. Hampir semua obat anti kanker menyebabkan efek samping ini, tapi jarang sampai menimbulkan kematian. Lesi selaput lendir mulut umumnya terjadi pada pemberian metroteksat, fluorourasil, daktinomisin, vinblastin, dan antrasiklin (daunorubisin, doksorubisin). Reaksi kulit dapat berupa eritem, urtikaria, dan erupsi makulopapular sampai sindrom Stevens-Johson (Nafrialdi and Sulistia, 2003). Alkilator dapat menyebabkan depresi hemopoietik yang ireversibel, terutama bila diberikan setelah pengobatan antikanker yang lain atau radiasi. Alkilator aktif mempunyai efek langsung lepuh dan dapat merusak jaringan pada tempat jaringan dan menimbulkan toksisitas sistemik. Mual muntah merupakan efek yang umum dilaporkan pada pemberian intravena mekloretamin, siklofosfamid, dan karmustin, dan kadang-kadang pada siklofosfamid oral. Efek toksik obat alkilator bisa

30 digilib.uns.ac.id 18 menyebabkan depresi sumsum tulang dan terjadi leukopenia serta trombositopenia. Siklofosfamid bisa lebih menyebabkan trombositopenia dibandingkan alkilator lain (Salmon and Alan, 2001; Nafrialdi and Sulistia, 2003). Antimetabolit, selain menyebabkan depresi hemopoietik dan gangguan saluran cerna, sering menyebabkan stomatisis aftosa, dimana efek samping ini paling banyak disebabkan setelah pemberian metotreksat, fluorourasil, dan bisa juga merkaptopurin. Stomatitis, diare, ulserasi pada saluran cerna bagian distal, infeksi, hemoragik, trombositopenia, leukopenia, atau trombositopenia adalah kumpulan efek samping obat antimetabolit. Antimetabolit dikontraindikasikan pada penderita dengan status gizi buruk, leukopenia berat, atau trombositopenia (Nafrialdi and Sulistia, 2003). Efek toksik asparaginase terhadap sumsum tulang minimal, demikian juga kerusakan pada saluran cerna. Namun, obat ini toksik terhadap hati, ginjal, pankreas, susunan saraf pusat, dan mekanisme pembekuan darah serta dapat menekan sistem imun tubuh (Nafrialdi and Sulistia, 2003). 4. Status Gizi a. Definisi Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi ini dibedakan menjadi status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. Status gizi baik atau status gizi

31 digilib.uns.ac.id 19 optimal terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksis atau membahayakan (Almatsier, 2003). Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. 1) Antropometri Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh. 2) Klinis Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahanperubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial

32 digilib.uns.ac.id 20 tissues) seperti kulit, rambut, mata, dan mukosa oral atau pada organorgan yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical survey). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Di samping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit. 3) Biokimia Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urin, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak monolog untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik. 4) Biofisik Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic

33 digilib.uns.ac.id 21 of night blindness). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap (Supariasa, 2002). Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi tiga macam penilaian yaitu survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor etiologi (Supariasa, 2002). Cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri gizi. Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan cara mengukur beberapa parameter, antara lain umur, berat badan, panjang badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit. Kombinasi dari beberapa parameter tersebut disebut Indeks Antropometri (Supariasa, 2002). Indeks Antropometri yang paling sering digunakan adalah berat badan dibanding umur (BB/U). Hal ini dikarenakan berat badan merupakan indikator yang paling mudah diukur. BB/U ini sangat tepat digunakan untuk menilai status gizi kurang atau baik, namun tidak dapat digunakan untuk menentukan status gizi lebih atau obesitas (WHO, 2006). b. Klasifikasi Status Gizi Di Indonesia, ukuran baku hasil pengukuran status gizi belum ada (Supariasa, 2002). Sehingga, klasifikasi status gizi dalam penelitian ini mengacu pada baku rujukan WHO 2005, yaitu sebagai berikut: 1) Status gizi lebih, dengan kriteria: Z-score BB/U lebih dari 1.

34 digilib.uns.ac.id 22 2) Status gizi baik, dengan kriteria: Z-score BB/U antara -2 dan 1. 3) Status gizi kurang, dengan kriteria: Z-score BB/U antara -3 dan -2. 4) Status gizi buruk, dengan kriteria: Z-score BB/U kurang dari -3. (WHO, 2005) 5. Hubungan Tahap Kemoterapi dengan Status Gizi Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang salah satunya adalah faktor zat kimia dari luar tubuh yang bisa diartikan sebagai pemakaian obat-obatan. Berdasarkan teori sebelumnya, hampir semua jenis obat anti kanker atau kemoterapi dapat menyebabkan efek toksik berat, yang mungkin sampai menyebabkan kematian secara langsung maupun tidak langsung. Karena obat-obat antikanker umumnya bekerja pada sel yang sedang aktif, maka efek sampingnya juga terutama mengenai jaringan dengan proliferasi tinggi yaitu sistem hematopoietik dan gastrointestinal (Nafrialdi and Sulistia, 2003; Supariasa, 2002). Hampir semua obat anti kanker menyebabkan efek samping berupa gangguan saluran cerna berupa anoreksia ringan, mual, muntah, diare, dan stomatitis sampai yang berat yaitu ulserasi oral dan intestinal, perforasi, diare hemoragik. Hal ini dapat menyebabkan penurunan status gizi pada penderita yang diberikan pengobatan antikanker berupa kemoterapi (Nafrialdi and Sulistia, 2003). Kemoterapi leukemia limfoblastik akut dibagi menjadi 3 tahap yaitu induksi, konsolidasi, dan rumatan (maintenance). Obat-obat

35 digilib.uns.ac.id 23 yang sering digunakan pada tahap induksi adalah glukokortikoid (prednison, prednisolon, deksametason), vinkristin, dan sedikitnya obat golongan lain (biasanya asparaginase, antrasiklin, atau keduanya). Pada tahap konsolidasi berupa vinkristin, siklofosfamid, sitosin arabinosida, dauronubisin, etoposid, thioguanin, atau merkaptopurin, dan asparaginase. Kemudian pada tahap rumatan (maintenance) obat-obatnya berupa merkaptourin, metotreksat, vinkristin intravena dengan pemberian kortikosteroid (Hoffbrand, 2005; Pui and Evans, 2006). Obat-obat yang diberikan pada kemoterapi leukemia limfoblastik akut hampir sama di tiap tahapannya. Hal yang berbeda adalah pemberian kortikosteroid atau glukokortikoid pada tahap induksi dan rumatan (maintenance). Sebuah penelitian menyatakan bahwa efek dari penggunaan kortikosteroid dapat memberikan kontrol yang baik terhadap sistemik dan sistem saraf pusat sehingga mampu menjaga status gizi penderita yang menjalani kemoterapi (Pui and Evans, 2006). Selain itu penelitian lain juga menyebutkan bahwa kortikosteroid dapat digunakan sebagai anti mual dan muntah yang manjur pada kemoterapi (Ioannidis JP, Hesketh PJ, Lau J, 2000). Sehingga dapat dikatakan status gizi penderita leukemia limfoblastik akut akan tetap membaik pada kemoterapi tahap induksi dan rumatan (maintenance) dan akan mengalami penurunan status gizi ketika tahap konsolidasi.

36 digilib.uns.ac.id 24 B. Kerangka Pemikiran Tahap Kemoterapi Leukemia Limfoblastik Akut Efek samping obat Sistem gastrointestinal atau pencernaan Anoreksia ringan Mual, muntah Diare, diare hemoragik Stomatitis Ulserasi atau perforasi oral dan intestinal Gangguan asupan nutrisi Pengaruh terhadap status gizi anak Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran : diteliti : tidak diteliti

37 digilib.uns.ac.id 25 Keterangan: Pengobatan yang digunakan pada tahap kemoterapi leukemia limfoblastik akut umumnya bekerja pada sel yang sedang aktif, sehingga efek samping yang ditimbulkan juga mengenai jaringan dengan proliferasi tinggi terutama pada sistem gastrointestinal atau pencernaan berupa anoreksia ringan, mual, muntah, diare, dan stomatitis sampai yang berat yaitu ulserasi oral dan intestinal, perforasi, diare hemoragik. Adanya gangguan pada sistem gastrointestinal atau pencernaan tersebut akan mempengaruhi kemampuan penyerapan nutrisi yang selanjutnya akan mempengaruhi status gizi anak. C. Hipotesis Terdapat hubungan antara tahap kemoterapi pada penderita Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) dengan status gizi di Bangsal Anak RSUD Dr. Moewardi.

38 digilib.uns.ac.id 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian observasional analitik dengan menggunakan metode cross sectional dimana sampel berupa data sekunder yang diambil dari catatan rekam medik penderita. Alasan pemilihan metode cross sectional antara lain: 1. Penelitian ini tidak menggunakan case control karena data kemoterapi pada penderita Leukemia Limfoblastik Akut dan pengukuran status gizi anak dilakukan pada waktu yang sama. 2. Metode cohort tidak dipilih karena membutuhkan waktu yang lebih lama dan mengharuskan intervensi pada sampel. Merupakan suatu perbuatan yang tidak terpuji bila peneliti sengaja mengatur lama pemberian kemoterapi pada penderita anak Leukemia Limfoblastik Akut. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Bangsal Ilmu Kesehatan Anak dan Bagian Rekam Medik RSUD Dr. Moewardi selama bulan April - Agustus 2011.

39 digilib.uns.ac.id 27 C. Subjek Penelitian 1. Populasi Penderita Leukemia Limfoblastik Akut yang dirawat di Bangsal Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Moewardi. 2. Sampel Penderita Leukemia Limfoblastik Akut yang dirawat di Bangsal Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Moewardi dengan kriteria: a. Kriteria inklusi: 1) Penderita Leukemia Limfoblastik Akut berumur 0-18 tahun. 2) Mendapatkan penatalaksanaan kemoterapi baik itu induksi, konsolidasi maupun rumatan (maintenance). 3) Status gizi penderita tergolong kategori baik atau kurang. b. Kriteria eksklusi: 1) Penderita Leukemia tipe lain seperti Leukemia Limfoblastik Kronik atau Leukemia Mieloblastik Akut maupun Kronik. 2) Tidak mendapatkan penatalaksanaan kemoterapi baik itu induksi, konsolidasi maupun rumatan (maintenance). 3) Status gizi penderita tergolong kategori lebih atau buruk. 3. Besar Sampel Menentukan ukuran sampel pada penelitian ini dipergunakan rumus untuk analisis bivariat, yaitu analisis yang melibatkan sebuah variabel dependen dan sebuah variabel independen dengan menggunakan patokan umum Rule of Thumb, yaitu digunakan ukuran sampel sebanyak minimal 30

40 digilib.uns.ac.id 28 penderita setelah dilakukan restriksi dengan kriteria yang telah ditentukan (Murti, 2006). D. Teknik Sampling Pengambilan sampel dalam penelitian ini akan dilakukan secara Purposive Random Sampling karena sampel dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dan berdasarkan atas ciri-ciri atau sifat tertentu yang berkaitan dengan karakteristik populasi (Sugiyono, 2005; Taufiqqurahman, 2004). E. Identifikasi Variabel 1. Variabel Bebas (Independent Variable) Tahap kemoterapi pada penderita Leukemia Limfoblastik Akut (LLA). 2. Variabel Terikat (Dependent Variable) Status gizi pada penderita Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) yang mendapatkan penatalaksaan kemoterapi. F. Definisi Operasional Variabel 1. Tahap kemoterapi pada penderita Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) Tahap kemoterapi pada leukemia limfoblastik akut digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu: a. Kelompok yang terdiri dari penderita yang menjalani kemoterapi tahap induksi remisi (minggu 1-6).

41 digilib.uns.ac.id 29 b. Kelompok yang terdiri dari penderita yang menjalani kemoterapi tahap konsolidasi (minggu 7-12). c. Kelompok yang terdiri dari penderita yang menjalani kemoterapi tahap rumatan (maintenance) (minggu 13-62). Skala: nominal 2. Status gizi pada penderita Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) yang mendapatkan penatalaksaan kemoterapi Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi dapat diukur dengan berbagai cara. WHO (2005) telah membuat panduan status gizi anak berdasarkan Z-score dengan membandingkan berat badan dan umur (BB/U). Penggolongan status gizi berdasarkan Z-score yaitu: a. Status gizi baik, dengan kriteria: Z-score BB/U antara -2 dan 1. b. Status gizi kurang, dengan kriteria: Z-score BB/U antara -3 dan -2. Skala: nominal

42 digilib.uns.ac.id 30 G. Alur Penelitian Anak penderita Leukemia Limfoblastik Akut yang mendapat Kemoterapi Tahap Induksi Remisi (minggu 1-6) Tahap Konsolidasi (minggu 7-12) Tahap Rumatan (minggu 13-62) Sampel anak yang diberikan kemoterapi tahap induksi remisi Sampel anak yang diberikan kemoterapi tahap konsolidasi Sampel anak yang diberikan kemoterapi tahap rumatan Diukur status gizi dengan menggunakan Z-score Diukur status gizi dengan menggunakan Z-score Diukur status gizi dengan menggunakan Z-score Status gizi baik Status gizi kurang Status gizi baik Status gizi kurang Status gizi baik Status gizi kurang Uji Analisis Bivariat Gambar 3.1 Alur Penelitian

43 digilib.uns.ac.id 31 H. Instrumen Penelitian Catatan rekam medik (Medical Record) penderita Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) yang dirawat di Unit Rawat Inap Bangsal Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Moewardi dan skala Z-score untuk mengukur status gizi. I. Teknik Analisis Data Untuk membuktikan apakah tahap kemoterapi Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) berpengaruh terhadap status gizi penderita anak tersebut, data yang diperoleh diuji dengan uji analisis Bivariat dengan menggunakan Chi Square (X 2 ) SPSS 17 for Windows untuk melihat ada tidaknya asosiasi antar variable (Taufiqurrahman, 2004). Sedangkan untuk menguji kekuatan hubungan antara tahap kemoterapi LLA terhadap status gizi penderita anak menggunakan Odds Ratio (OR) (Murti, 2006).

44 digilib.uns.ac.id 32 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Sampel Penelitian yang dilakukan selama bulan April - Agustus 2011 didapatkan 52 sampel dari catatan rekam medis penderita Rawat Inap di Bangsal Anak RSUD Dr. Moewardi, yang terbagi menjadi 3 kategori berdasarkan tahap kemoterapi: 1. Tahap induksi: 22 penderita 2. Tahap konsolidasi: 15 penderita 3. Tahap rumatan (maintenance): 15 penderita Dari data tersebut, diperoleh karakteristik sampel sebagai berikut: Tabel 1. Karakteristik Sampel Menurut Usia pada Tahap Induksi Usia Jumlah Persentase 0 tahun sampai 5 tahun 16 72,73% 5 tahun sampai 10 tahun 5 22,73% 10 tahun sampai 18 tahun 1 4,54% Jumlah Total % Sumber : data sekunder, 2011 Berdasarkan tabel tersebut di atas, sampel yang berusia antara 0 tahun sampai 5 tahun berjumlah 16 (72,73%) orang, 5 tahun sampai 10 tahun berjumlah 5 (22,73%) orang, dan 10 tahun sampai 18 tahun berjumlah 1 (4,54%) orang.

45 digilib.uns.ac.id 33 Tabel 2. Karakteristik Sampel Menurut Usia pada Tahap Konsolidasi Usia Jumlah Persentase 0 tahun sampai 5 tahun 7 46,67% 5 tahun sampai 10 tahun 2 13,33% 10 tahun sampai 18 tahun 6 40,00% Jumlah Total % Sumber : data sekunder, 2011 Berdasarkan tabel tersebut di atas, sampel yang berusia antara 0 tahun sampai 5 tahun berjumlah 7 (46,67%) orang, 5 tahun sampai 10 tahun berjumlah 2 (13,33%) orang, dan 10 tahun sampai 18 tahun berjumlah 6 (40,00%) orang. Tabel 3. Karakteristik Sampel Menurut Usia pada Tahap Rumatan (Maintenance) Usia Jumlah Persentase 0 tahun sampai 5 tahun 8 53,34% 5 tahun sampai 10 tahun 5 33,33% 10 tahun sampai 18 tahun 2 13,33% Jumlah Total % Sumber : data sekunder, 2011 Berdasarkan tabel tersebut di atas, sampel yang berusia antara 0 tahun sampai 5 tahun berjumlah 8 (53,34%) orang, 5 tahun sampai 10

BAB I PENDAHULUAN. sumsum tulang yang paling sering ditemukan pada anak-anak (Wong et al, normal di dalam sumsum tulang (Simanjorang, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. sumsum tulang yang paling sering ditemukan pada anak-anak (Wong et al, normal di dalam sumsum tulang (Simanjorang, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Leukemia merupakan kanker pada jaringan pembuluh darah yang disebabkan karena terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah yaitu sumsum tulang yang paling sering

Lebih terperinci

HUBUNGAN DERAJAT KEPARAHAN STROKE DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA PASEIN POST-STROKE ISKEMIK AKUT SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN DERAJAT KEPARAHAN STROKE DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA PASEIN POST-STROKE ISKEMIK AKUT SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN DERAJAT KEPARAHAN STROKE DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA PASEIN POST-STROKE ISKEMIK AKUT SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Eksy Andhika W G.0010068 FAKULTAS

Lebih terperinci

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Leukemia Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sumsum tulang dan sel-sel darah putih. Leukemia merupakan salah satu dari sepuluh kanker pembunuh teratas di Hong Kong, dengan sekitar 400 kasus baru

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Karla Kalua G0011124 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran CAKRADENTA YUDHA POETERA G

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran CAKRADENTA YUDHA POETERA G PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN NEKROSIS PULPA DENGAN ABSES APIKALIS KRONIS ANTARA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DAN NON DIABETES MELLITUS DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KADAR FERITIN DENGAN KREATININ SERUM PADA PASIEN THALASSEMIA DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN ANTARA KADAR FERITIN DENGAN KREATININ SERUM PADA PASIEN THALASSEMIA DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN ANTARA KADAR FERITIN DENGAN KREATININ SERUM PADA PASIEN THALASSEMIA DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Eko Dewi Ratna Utami G.0010067 FAKULTAS

Lebih terperinci

IBNU FAJAR IDN SUPARIASA B. DODDY RIYADI JUIN HADI SUYITNO

IBNU FAJAR IDN SUPARIASA B. DODDY RIYADI JUIN HADI SUYITNO IBNU FAJAR IDN SUPARIASA B. DODDY RIYADI JUIN HADI SUYITNO pasien masuk Skrening PENGKAJIAN GIZI Riwayat diet Antropometri Laboratorium Klinis-fisik Riwayat pasien Diagnosis medis PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai bulan sesudah diagnosis (Kurnianda, 2009). kasus baru LMA di seluruh dunia (SEER, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai bulan sesudah diagnosis (Kurnianda, 2009). kasus baru LMA di seluruh dunia (SEER, 2012). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Leukemia Mieloid Akut (LMA) adalah salah satu kanker darah yang ditandai dengan transformasi ganas dan gangguan diferensiasi sel-sel progenitor dari seri mieloid. Bila

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN HIPOTERMIA PADA NEONATUS DI RSUD DR MOEWARDI. SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN HIPOTERMIA PADA NEONATUS DI RSUD DR MOEWARDI. SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN ANEMIA DENGAN HIPOTERMIA PADA NEONATUS DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Ardiningsih G0009026 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit kanker yang sering terjadi pada anak adalah leukemia, mencapai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit kanker yang sering terjadi pada anak adalah leukemia, mencapai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kanker yang sering terjadi pada anak adalah leukemia, mencapai 30%-40% dari seluruh keganasan. Insidens leukemia mencapai 2,76/100.000 anak usia 1-4 tahun (Permono,

Lebih terperinci

Limfoma. Lymphoma / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Limfoma. Lymphoma / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Limfoma Limfoma merupakan kanker pada sistem limfatik. Penyakit ini merupakan kelompok penyakit heterogen dan bisa diklasifikasikan menjadi dua jenis utama: Limfoma Hodgkin dan limfoma Non-Hodgkin. Limfoma

Lebih terperinci

PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hockenberry, Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2008; American Cancer. sisanya sebagian besar AML (Rudolph, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Hockenberry, Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2008; American Cancer. sisanya sebagian besar AML (Rudolph, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Leukemia adalah sekumpulan penyakit yang ditandai oleh adanya akumulasi leukosit ganas dalam sumsum tulang dan darah (Hoffbrand, Pettit & Moss, 2005). Leukemia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ANDREAS PETER PATAR B. S. G0010018 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN 2012 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN 2012 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN 2012 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

Editor : Yayan Akhyar Israr. Faculty of Medicine University of Riau. Pekanbaru, Riau. Files of DrsMed FK UNRI (http://www.files-of-drsmed.

Editor : Yayan Akhyar Israr. Faculty of Medicine University of Riau. Pekanbaru, Riau. Files of DrsMed FK UNRI (http://www.files-of-drsmed. Editor : Yayan Akhyar Israr Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2010 0 Files of DrsMed FK UNRI (http://www.files-of-drsmed.tk Leukemia atau kanker darah adalah sekelompok penyakit neoplastik

Lebih terperinci

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9 Kanker Paru-Paru Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Hong Kong. Ada lebih dari 4.000 kasus baru kanker paru-paru dan sekitar 3.600 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini setiap

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA SISWA KELAS XI SMA 3 SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA SISWA KELAS XI SMA 3 SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA SISWA KELAS XI SMA 3 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran OGI KURNIAWAN G 0009164 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita Balita adalah kelompok anak yang berumur dibawah 5 tahun. Umur balita 0-2 tahun merupakan tahap pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, terutama yang penting adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mutasi sel normal. Adanya pertumbuhan sel neoplasma ini ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. mutasi sel normal. Adanya pertumbuhan sel neoplasma ini ditandai dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Leukemia atau lebih dikenal kanker darah atau sumsum tulang merupakan pertumbuhan sel-sel abnormal tidak terkontrol (sel neoplasma) yang berasal dari mutasi sel normal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang bagian paru, namun tak

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu bedah digestif, ilmu bedah onkologi, dan ilmu gizi 4.2 Tempat dan waktu Lokasi penelitian ini adalah ruang

Lebih terperinci

Hubungan antara Anemia dan Kejadian Inersia Uteri di RSUD Dr.Moewardi SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Hubungan antara Anemia dan Kejadian Inersia Uteri di RSUD Dr.Moewardi SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Hubungan antara Anemia dan Kejadian Inersia Uteri di RSUD Dr.Moewardi SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Dhyani Rahma Sari G0010056 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

LEUKEMIA. - pendesakan kegagalan sumsum tulang - infiltrasi ke jaringan lain

LEUKEMIA. - pendesakan kegagalan sumsum tulang - infiltrasi ke jaringan lain LEUKEMIA Keganasan sistem hemopoietik: transformasi maligna suatu progenitor/prekursor sel darah klon sel ganas proliferasi patologis (abnormal) & tidak terkendali menyebabkan: - pendesakan kegagalan sumsum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan

Lebih terperinci

Kanker Darah Pada Anak Wednesday, 06 November :54

Kanker Darah Pada Anak Wednesday, 06 November :54 Leukemia adalah kondisi sel-sel darah putih yang lebih banyak daripada sel darah merah tapi sel-sel darah putih ini bersifat abnormal. Leukemia terjadi karena proses pembentukan sel darahnya tidak normal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker nasofaring merupakan jenis kanker yang tumbuh di rongga belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium Patologi Anatomi FKUI melaporkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR RISIKO PERDARAHAN DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2012 SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR RISIKO PERDARAHAN DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2012 SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA FAKTOR RISIKO PERDARAHAN DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2012 SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Larissa Amanda

Lebih terperinci

Perbedaan Terapi Kemoradiasi dan Radiasi terhadap Kesembuhan Kanker Payudara Pasca Bedah

Perbedaan Terapi Kemoradiasi dan Radiasi terhadap Kesembuhan Kanker Payudara Pasca Bedah Perbedaan Terapi Kemoradiasi dan Radiasi terhadap Kesembuhan Kanker Payudara Pasca Bedah Sulistyani Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Correspondence to : Sulistyani Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkendali. Kanker menyerang semua manusia tanpa mengenal umur, jenis

BAB I PENDAHULUAN. terkendali. Kanker menyerang semua manusia tanpa mengenal umur, jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kanker serviks semakin hari menjadi salah satu penyakit yang semakin meresahkan manusia. Kanker diperkirakan menjadi salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang

Lebih terperinci

Penyakit Leukimia TUGAS 1. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Browsing Informasi Ilmiah. Editor : LUPIYANAH G1C D4 ANALIS KESEHATAN

Penyakit Leukimia TUGAS 1. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Browsing Informasi Ilmiah. Editor : LUPIYANAH G1C D4 ANALIS KESEHATAN Penyakit Leukimia TUGAS 1 Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Browsing Informasi Ilmiah Editor : LUPIYANAH G1C015041 D4 ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR SKRIPSI

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di negara berkembang seperti Indonesia. Menurut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain studi cross-sectional.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain studi cross-sectional. 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain studi cross-sectional. Menurut Notoadmojo (2010) dalam penelitian cross sectional variabel sebab

Lebih terperinci

3.5. Cara Pengumpulan Data Instrumen Penelitian Tahap Penelitian Rencana Analisis Data BAB IV.

3.5. Cara Pengumpulan Data Instrumen Penelitian Tahap Penelitian Rencana Analisis Data BAB IV. DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pengesahan... ii Daftar Isi... iii Daftar Tabel... v Daftar Gambar... vii Halaman Pernyataan... viii Kata Pengantar... ix Intisari... xi BAB I. Pendahuluan 1.1. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya,

Lebih terperinci

: Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : Departemen : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar

: Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : Departemen : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar Nama : Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : 19720826 200212 1 002 Departemen : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar Mata Kuliah : Kep. Medikal Bedah Topik : Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. yang telah memenuhi jumlah minimal sampel sebanyak Derajat klinis dibagi menjadi 4 kategori.

BAB V PEMBAHASAN. yang telah memenuhi jumlah minimal sampel sebanyak Derajat klinis dibagi menjadi 4 kategori. digilib.uns.ac.id BAB V PEMBAHASAN Setelah dilakukan penelitian di RSUD Dr. Moewardi telah didapatkan data-data penelitian yang disajikan dalam tabel pada Bab IV. Pada penelitian ini didapatkan sampel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat kanker setiap tahunnya antara lain disebabkan oleh kanker paru, hati, perut,

BAB I PENDAHULUAN. akibat kanker setiap tahunnya antara lain disebabkan oleh kanker paru, hati, perut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada tahun 2012, kanker menjadi penyebab kematian sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KELEMBABAN UDARA YANG TINGGI DENGAN RASIO FEV 1 SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KELEMBABAN UDARA YANG TINGGI DENGAN RASIO FEV 1 SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KELEMBABAN UDARA YANG TINGGI DENGAN RASIO FEV 1 SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran IVAN JAZID ADAM G.0009113 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DAN ANAK USIA 7 BULAN 5 TAHUN

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DAN ANAK USIA 7 BULAN 5 TAHUN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DAN ANAK USIA 7 BULAN 5 TAHUN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA PENURUNAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS DENGAN BERATNYA ANEMIA PADA PENYAKIT GINJAL KRONIK DI RSUD DR. SAYYIDIMAN MAGETAN SKRIPSI

KORELASI ANTARA PENURUNAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS DENGAN BERATNYA ANEMIA PADA PENYAKIT GINJAL KRONIK DI RSUD DR. SAYYIDIMAN MAGETAN SKRIPSI KORELASI ANTARA PENURUNAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS DENGAN BERATNYA ANEMIA PADA PENYAKIT GINJAL KRONIK DI RSUD DR. SAYYIDIMAN MAGETAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB 2 DESKRIPSI SINGKAT PEMBESARAN GINGIVA. jaringan periodonsium yang dapat terlihat secara langsung sehingga mempengaruhi

BAB 2 DESKRIPSI SINGKAT PEMBESARAN GINGIVA. jaringan periodonsium yang dapat terlihat secara langsung sehingga mempengaruhi BAB 2 DESKRIPSI SINGKAT PEMBESARAN GINGIVA Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodonsium yang menutupi gigi dan berfungsi sebagai jaringan penyangga gigi. Penyakit periodontal yang paling sering

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN

Lebih terperinci

PERBEDAAN KECEMASAN PADA MAHASISWA LULUSAN SARJANA KEDOKTERAN UNS ANGKATAN 2005 YANG IPK-NYA DI ATAS 2,75 DENGAN IPK-NYA DI BAWAH 2,75 SKRIPSI

PERBEDAAN KECEMASAN PADA MAHASISWA LULUSAN SARJANA KEDOKTERAN UNS ANGKATAN 2005 YANG IPK-NYA DI ATAS 2,75 DENGAN IPK-NYA DI BAWAH 2,75 SKRIPSI PERBEDAAN KECEMASAN PADA MAHASISWA LULUSAN SARJANA KEDOKTERAN UNS ANGKATAN 2005 YANG IPK-NYA DI ATAS 2,75 DENGAN IPK-NYA DI BAWAH 2,75 SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDIKATOR OBESITAS DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SD SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN INDIKATOR OBESITAS DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SD SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN INDIKATOR OBESITAS DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SD SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran SRI RETNOWATI G0011200 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

SITOSTATIKA. Adalah: zat-zat yang dapat menghentikan pertumbuhan pesat dari sel-sel ganas.

SITOSTATIKA. Adalah: zat-zat yang dapat menghentikan pertumbuhan pesat dari sel-sel ganas. SITOSTATIKA = ONKOLITICA (Yun. kytos= sel, stasis= terhenti ongkos= benjolan, lysis= melarutkan) Adalah: zat-zat yang dapat menghentikan pertumbuhan pesat dari sel-sel ganas. Prinsipnya: penggunaan obat-obatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker atau keganasan merupakan pertumbuhan sel-sel yang abnormal

BAB I PENDAHULUAN. Kanker atau keganasan merupakan pertumbuhan sel-sel yang abnormal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker atau keganasan merupakan pertumbuhan sel-sel yang abnormal yang tumbuh secara terus-menerus dan tidak terkendali. Kasus kanker pada anak menjadi penyebab kematian

Lebih terperinci

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Apakah kanker rahim itu? Kanker ini dimulai di rahim, organ-organ kembar yang memproduksi telur wanita dan sumber utama dari hormon estrogen dan progesteron

Lebih terperinci

HUBUNGAN DERAJAT BERAT MEROKOK DENGAN KEJADIAN INFARK MIOKARD. SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN DERAJAT BERAT MEROKOK DENGAN KEJADIAN INFARK MIOKARD. SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN DERAJAT BERAT MEROKOK DENGAN KEJADIAN INFARK MIOKARD SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran DERAJAT FAUZAN NARDIAN G0011065 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN INFEKSI RESPIRATORIK AKUT (IRA) BAGIAN BAWAH PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN DI RSUD SUKOHARJO

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN INFEKSI RESPIRATORIK AKUT (IRA) BAGIAN BAWAH PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN DI RSUD SUKOHARJO HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN INFEKSI RESPIRATORIK AKUT (IRA) BAGIAN BAWAH PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN DI RSUD SUKOHARJO SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Mencapai derajat Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PAPARAN PADA PEROKOK PASIF DENGAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO2MAX) PADA REMAJA USIA TAHUN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PAPARAN PADA PEROKOK PASIF DENGAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO2MAX) PADA REMAJA USIA TAHUN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PAPARAN PADA PEROKOK PASIF DENGAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO2MAX) PADA REMAJA USIA 19-24 TAHUN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran INES APRILIA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan observasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Dalam pembahasan tentang status gizi, ada tiga konsep yang harus dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian adalah mencakup bidang Ilmu

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian adalah mencakup bidang Ilmu 20 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan dari penelitian adalah mencakup bidang Ilmu Kesehatan Anak. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI BCG PADA BAYI USIA 0-2 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

ABSTRAK. HUBUNGAN UKURAN LINGKAR LENGAN ATAS (LLA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) IBU KEHAMILAN ATERM DENGAN DISMATURITAS BAYI LAHIR DI SEBUAH RS DI MEDAN

ABSTRAK. HUBUNGAN UKURAN LINGKAR LENGAN ATAS (LLA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) IBU KEHAMILAN ATERM DENGAN DISMATURITAS BAYI LAHIR DI SEBUAH RS DI MEDAN ABSTRAK HUBUNGAN UKURAN LINGKAR LENGAN ATAS (LLA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) IBU KEHAMILAN ATERM DENGAN DISMATURITAS BAYI LAHIR DI SEBUAH RS DI MEDAN Exaudi C.P Sipahutar, 2013 Pembimbing 1 : dr. Fenny,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Kemoterapi dalam tatalaksana kanker masih merupakan tindakan utama

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Kemoterapi dalam tatalaksana kanker masih merupakan tindakan utama BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Kemoterapi dalam tatalaksana kanker masih merupakan tindakan utama disamping radiasi dan pembedahan. Pemberian sitotoksika atau antikanker merupakan tindakan utama untuk

Lebih terperinci

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Payudara Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh para wanita di Hong Kong dan negara-negara lain di dunia. Setiap tahunnya, ada lebih dari 3.500 kasus kanker payudara baru

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN HERNIA INGUINALIS DI POLI BEDAH RSUD DR. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN HERNIA INGUINALIS DI POLI BEDAH RSUD DR. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN HERNIA INGUINALIS DI POLI BEDAH RSUD DR. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran Diajukan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN LUARAN BAYI (BERAT BADAN DAN APGAR SCORE) PADA PREEKLAMSIA BERAT DAN PREEKLAMSIA BERAT DENGAN KOMPLIKASI HELLP SYNDROME SKRIPSI

PERBANDINGAN LUARAN BAYI (BERAT BADAN DAN APGAR SCORE) PADA PREEKLAMSIA BERAT DAN PREEKLAMSIA BERAT DENGAN KOMPLIKASI HELLP SYNDROME SKRIPSI PERBANDINGAN LUARAN BAYI (BERAT BADAN DAN APGAR SCORE) PADA PREEKLAMSIA BERAT DAN PREEKLAMSIA BERAT DENGAN KOMPLIKASI HELLP SYNDROME SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BERAT BADAN BAYI LAHIR DAN PROSES PERSALINAN PADA PENDERITA EPILEPSI ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BERAT BADAN BAYI LAHIR DAN PROSES PERSALINAN PADA PENDERITA EPILEPSI ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan BERAT BADAN BAYI LAHIR DAN PROSES PERSALINAN PADA PENDERITA EPILEPSI ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran GEMALA RINALDY RAHARDJA G0011100 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah experimental double blind randomized clinical trial post-test group design. 2. Rancangan Penelitian

Lebih terperinci

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B HEPATITIS REJO PENGERTIAN: Hepatitis adalah inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan kimia ETIOLOGI : 1. Ada 5

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran. G Harldy Parendra G

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran. G Harldy Parendra G PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA SISWA YANG MENGIKUTI DAN TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL DI SMA NEGERI 5 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

HUBUNGAN KADAR BILIRUBIN INDIREK DENGAN SEPSIS PADA BAYI KURANG BULAN DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN KADAR BILIRUBIN INDIREK DENGAN SEPSIS PADA BAYI KURANG BULAN DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN KADAR BILIRUBIN INDIREK DENGAN SEPSIS PADA BAYI KURANG BULAN DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran DINAR DEWI MIFTAH TYAS ARUM G0014070

Lebih terperinci

INTRATHECAL CHEMOTHERAPY INDICATION AND PATIENT SELECTION

INTRATHECAL CHEMOTHERAPY INDICATION AND PATIENT SELECTION INTRATHECAL CHEMOTHERAPY INDICATION AND PATIENT SELECTION Yudha Haryono, dr., Sp. S Neurology Departement of Madical Faculty Airlangga University Dr. Soetomo General Hospital Surabaya JW MARRIOTT, CNE

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Disiplin ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) DENGAN KADAR ASAM URAT SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN PEMBERIAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) DENGAN KADAR ASAM URAT SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN PEMBERIAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) DENGAN KADAR ASAM URAT SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Ivan Setiawan G0010105 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN HIPERGLIKEMIA DENGAN KEJADIAN STROKE HEMORAGIK PADA PEMERIKSAAN MULTI-SLICE CT-SCAN KEPALA TANPA KONTRAS DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

HUBUNGAN HIPERGLIKEMIA DENGAN KEJADIAN STROKE HEMORAGIK PADA PEMERIKSAAN MULTI-SLICE CT-SCAN KEPALA TANPA KONTRAS DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA HUBUNGAN HIPERGLIKEMIA DENGAN KEJADIAN STROKE HEMORAGIK PADA PEMERIKSAAN MULTI-SLICE CT-SCAN KEPALA TANPA KONTRAS DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan

BAB 6 PEMBAHASAN. tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Karakteristik subyek penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata usia sampel penelitian 47,2 tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan penelitian

Lebih terperinci

Pola Lekemia Limfoblastika akut di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RS. Dr. Pirngadi Medan

Pola Lekemia Limfoblastika akut di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RS. Dr. Pirngadi Medan Pola Lekemia Limfoblastika akut di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUSU/RS. Dr. Pirngadi Medan Zairul Arifin Bagian Fisika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Abstrak Telah dilakukan suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr.Kariadi Semarang setelah ethical

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr.Kariadi Semarang setelah ethical BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang Ilmu Kesehatan Anak dan Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di

Lebih terperinci

AZIMA AMINA BINTI AYOB

AZIMA AMINA BINTI AYOB Kejadian Anemia Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Ruang Rawat Jalan dan Ruang Rawat Inap Divisi Endokrinologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP H. Adam Malik, Medan Pada Tahun 2011-2012 AZIMA

Lebih terperinci

PERBEDAAN STATUS INSOMNIA ANTARA ORANG DEWASA YANG MELAKUKAN YOGA DENGAN YANG TIDAK MELAKUKAN YOGA

PERBEDAAN STATUS INSOMNIA ANTARA ORANG DEWASA YANG MELAKUKAN YOGA DENGAN YANG TIDAK MELAKUKAN YOGA PERBEDAAN STATUS INSOMNIA ANTARA ORANG DEWASA YANG MELAKUKAN YOGA DENGAN YANG TIDAK MELAKUKAN YOGA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Muhammad Syukri Kurnia Rahman G0011129

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa lima besar karsinoma di dunia adalah karsinoma paru-paru, karsinoma mamae, karsinoma usus besar dan karsinoma lambung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diobservasi hanya sekali pada saat yang sama (Arief, 2008).

BAB III METODE PENELITIAN. diobservasi hanya sekali pada saat yang sama (Arief, 2008). BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan secara cross-sectional, variabel bebas dan variabel terikat diobservasi hanya

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERNIKAHAN USIA DINI DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RSUD DR MOEWARDI

HUBUNGAN PERNIKAHAN USIA DINI DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RSUD DR MOEWARDI HUBUNGAN PERNIKAHAN USIA DINI DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Anindita Ratna Gayatri G0010021 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

Hasil. Kesimpulan. Kata kunci : Obat-obatan kausatif, kortikosteroid, India, SCORTEN Skor, Stevens - Johnson sindrom, Nekrolisis epidermal

Hasil. Kesimpulan. Kata kunci : Obat-obatan kausatif, kortikosteroid, India, SCORTEN Skor, Stevens - Johnson sindrom, Nekrolisis epidermal LATAR BELAKANG Stevens - Johnson sindrom (SJS) dan Nekrolisis epidermal (TEN) adalah reaksi obat kulit parah yang langka. Tidak ada data epidemiologi skala besar tersedia untuk penyakit ini di India. Tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional pendekatan retrospektif. Studi cross sectional merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional pendekatan retrospektif. Studi cross sectional merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional pendekatan retrospektif. Studi cross sectional merupakan suatu observasional

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran. Septian Sugiarto G

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran. Septian Sugiarto G HUBUNGAN TINGKAT KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN NILAI UJIAN BLOK PADA MAHASISWA SEMESTER I PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1.Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak khususnya bagian Hematologi Onkologi. 4.2.Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN PRESS DRYER UD. ABIOSO, BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN PRESS DRYER UD. ABIOSO, BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN PRESS DRYER UD. ABIOSO, BOYOLALI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Heni Nurhayati

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN TENSION-TYPE HEADACHE DI POLIKLINIK SARAF RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran Diajukan Oleh: Fardhika J500110019

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Poliklin ik Saraf RSUD Dr. Moewardi pada

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Poliklin ik Saraf RSUD Dr. Moewardi pada digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain kohort retrospektif. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Tim Cancer Helps, 2010). Data di Eropa pada tahun 1988 dan 1997 telah

BAB I PENDAHULUAN. (Tim Cancer Helps, 2010). Data di Eropa pada tahun 1988 dan 1997 telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Leukemia merupakan suatu penyakit keganasan yang terjadi pada sel darah putih, yang ditandai dengan proliferasi dini yang berlebihan (Handayani, 2008). Di negara Barat

Lebih terperinci

PENGARUH ANDROPAUSE TERHADAP KEJADIAN DEPRESI PADA PRIA DI KECAMATAN JEBRES, SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

PENGARUH ANDROPAUSE TERHADAP KEJADIAN DEPRESI PADA PRIA DI KECAMATAN JEBRES, SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan PENGARUH ANDROPAUSE TERHADAP KEJADIAN DEPRESI PADA PRIA DI KECAMATAN JEBRES, SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran IRIYANTI MAYA SARI BARUTU G0011116 FAKULTAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi ini ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

PENGARUH BEBAN KERJA DAN UMUR TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA ANGKAT- ANGKUT DI P.B. CAHAYA INTAN KRUJON TOYOGO SRAGEN

PENGARUH BEBAN KERJA DAN UMUR TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA ANGKAT- ANGKUT DI P.B. CAHAYA INTAN KRUJON TOYOGO SRAGEN PENGARUH BEBAN KERJA DAN UMUR TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA ANGKAT- ANGKUT DI P.B. CAHAYA INTAN KRUJON TOYOGO SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Margaretta

Lebih terperinci

PERBEDAAN DEPRESI PADA PASIEN ASMA PERSISTEN SEDANG DAN BERAT DENGAN PASIEN PPOK DERAJAT SEDANG DAN BERAT DI RSUD DR.

PERBEDAAN DEPRESI PADA PASIEN ASMA PERSISTEN SEDANG DAN BERAT DENGAN PASIEN PPOK DERAJAT SEDANG DAN BERAT DI RSUD DR. PERBEDAAN DEPRESI PADA PASIEN ASMA PERSISTEN SEDANG DAN BERAT DENGAN PASIEN PPOK DERAJAT SEDANG DAN BERAT DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ARUM

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN TINDAKAN MENGONSUMSI SUSU PADA SISWA KELAS XI SMA N 1 SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN TINDAKAN MENGONSUMSI SUSU PADA SISWA KELAS XI SMA N 1 SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN TINDAKAN MENGONSUMSI SUSU PADA SISWA KELAS XI SMA N 1 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran APRILISASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. tahun dan penyebab kematian kedua pada kelompok anak usia 5-14 tahun (Minino

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. tahun dan penyebab kematian kedua pada kelompok anak usia 5-14 tahun (Minino BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kanker merupakan penyakit keganasan yang menjadi salah satu penyebab kematian terbesar. Penyakit kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Kanker

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC

Lebih terperinci

PERBANDINGAN VOLUME PROSTAT ANTARA PASIEN BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA

PERBANDINGAN VOLUME PROSTAT ANTARA PASIEN BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA PERBANDINGAN VOLUME PROSTAT ANTARA PASIEN BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA DENGAN DIABETES MELLITUS DAN TANPA DIABETES MELLITUS DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengaitkan aspek paparan (sebab) dengan efek. Pendekatan yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. mengaitkan aspek paparan (sebab) dengan efek. Pendekatan yang digunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini bersifat analitik, karena penelitian ini akan mengaitkan aspek

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SARUNG TANGAN DENGAN KELUHAN IRITASI KULIT BAGIAN TANGAN KARENA ASAM ASETAT DI PT X KARANGANYAR

HUBUNGAN PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SARUNG TANGAN DENGAN KELUHAN IRITASI KULIT BAGIAN TANGAN KARENA ASAM ASETAT DI PT X KARANGANYAR HUBUNGAN PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SARUNG TANGAN DENGAN KELUHAN IRITASI KULIT BAGIAN TANGAN KARENA ASAM ASETAT DI PT X KARANGANYAR SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci