Hasil. Kesimpulan. Kata kunci : Obat-obatan kausatif, kortikosteroid, India, SCORTEN Skor, Stevens - Johnson sindrom, Nekrolisis epidermal

Transkripsi

1 LATAR BELAKANG Stevens - Johnson sindrom (SJS) dan Nekrolisis epidermal (TEN) adalah reaksi obat kulit parah yang langka. Tidak ada data epidemiologi skala besar tersedia untuk penyakit ini di India. Tujuan Untuk melaksanakan suatu Tinjauan sistematis dari bukti diterbitkan bahwa penggunaan obat dapat menyebabkan Steven Johson Sindrom (SJS) dan Nekrolisis epidermal (TEN) di penduduk India. Metode Publikasi dari tahun 1995 untuk tahun 2011 menemukan kasus SJS dan TEN pada penduduk India. Dasar data tersebut disimpan pada elektronik database oleh Pubmed, MEDLINE, UK PUBMED. Data yang dikumpulkan untuk mencari obat-obat penyebab dan karakteristik dari SJS dan TEN dari penelitian yang sudah dilakukan. Hasil Dari 225 referensi, 10 referensi termasuk kedalam criteria seleksi. Obat-obatan penyebab utama adalah antimikrobial (37.27%), anti-epilepsi (35.73%) dan non-steroid anti-inflamasi obat (15.93%). Carbamazepine (18,25%), phenytoin (13,37%), fluoroquinolones (8.48%) dan parasetamol (6.17%). Total 62.96% pasien menunjukkan komplikasi sistemik seperti yang paling umum adalah gangguan mata(40.29%) dan septikemia (17,65%). Kesimpulan Carbamazepine, fenitoin, fluoroquinolones dan parasetamol adalah obat-obatan yang menjadi penyebab utama terjadi SJS dan TEN. TEN menunjukkan angka kematian lebih tinggi, morbiditas, dan beban ekonomi dibandingkan dengan SJS. Kata kunci : Obat-obatan kausatif, kortikosteroid, India, SCORTEN Skor, Stevens - Johnson sindrom, Nekrolisis epidermal

2 Karakteristik Pasien Dari 10 penelitian, 352 kasus SJS dan TEN dilaporkan. Tujuh penelitian termasuk ke dalam SJS, TEN dan kategori gabungan SJS-TEN. Dari 7 penelitian, jumlah pasien dengan SJS, TEN dan gabungan SJS-TEN masing-masing mendapatkan nilai persentase 144 (50.17%), 120 (41.81%) dan 23 (8,01%). Pada kasus termuda pada anak berusia tiga tahun dan laki-laki usia tertua pada umur 78 tahun, tetapi jumlah terbesar kasus berada pada kelompok usia tahun dengan rasio perempuan adalah 1: 1,13. Masa inkubasi dan gambaran klinis Durasi antara asupan obat dan timbulnya gejala pertama berkisar antara beberapa jam dan 45 hari.dari tiga studi mengatakan bahwa masa inkubasi adalah ± hari. Dari dua penelitian menyimpulkan gejala prodromal berupa demam, batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, mialgia, dan sensasi terbakar. Seperti dijelaskan oleh Sanmarkan et al., lesi kulit didahului lesi mukosa dalam 50% pasien. Mulut, konjungtiva dan mukosa genital terlibat dalam 43.47% pasien. Namun, jaringan parut mukosa oral tidak diamati oleh Devi et al. Penulis telah bersama-sama dengan awal melakukan penggunaan kortikosteroid pada pasien mereka. Komplikasi dan kematian Komplikasi yang dijelaskan dalam tiga penelitian dengan total 62.96% (68 dari 108) pasien memperlihatkan komplikasi sistemik. Komplikasi yang paling umum adalah gangguan mata (40.29%) terdiri dari symblepharon, hypopyon, jaringan parut kornea, konjungtivitis virus atau bakteri, blepharitis dan xerosis kornea. Komplikasi lain septikemia (17,65%), infeksi sekunder (13.23%), pneumonitis (8.82%) dan gagal ginjal akut (GGA) (7.35%). Parameter laboratorium abnormal yang diamati dari empat penelitian, meunjukan perubahan pada hematological (41.54%), fungsi hati (39.43%), elektrolit (7.04%), hiperglikemia (6.33%) dan fungsi ginjal (5,63%). Rata-rata jumlah parameter laboratorium yang abnormal per pasien adalah 1,20. Secara keseluruhan angka kematian adalah 12.94%; 3.92% di SJS; 5,26% dan gabungan SJS-TEN 28.20% dalam sepuluh kasus.

3 Kematian lebih tinggi pada TEN dibandingkan SJS dengan rasio (rasio-7,19 aneh; 95% CI: 1, ; p0 = oleh Chi-kuadrat test). Antimikrobial (42.10%), anti-epilepsi (26.31%) dan NSAID (15.79%) adalah obat penyebab pada pasien tersebut. Total 14 dari 18 pasien (77.78%) meninggal memiliki salah satu kondisi yang mengerikan dengan penyakit yang terkait seperti infeksi HIV (5), diabetes (4), keganasan (2), pecandu alkohol kronis (1), cedera kepala dengan koma (1) dan hipotiroidisme (1).Kehadiran penyakit sistemik yang parah sebelum timbulnya SJS-TEN akan memperburuk prognosa dari penyakit ini. Penyebab paling umum kematian yang dilaporkan adalah septikemia. GGA, pernapasan akut distress syndrome (ARDS) dan beberapa disfungsi organ. Table 5. Komplikasi yang terkait dengan sindrom johnson - stevens/nekrolisis epidermal

4 Table 6. parameter laboratorium abnormal Skor SKORTEN Dalam 3 penelitian SCORTEN yang dilakukan oleh Sanmarkan et al disebutkan dengan kisaran 0-5 dari 10 pasien. Data dari kedua penelitian tersebut untuk menghitung persentase kematian menurut Skor yang tercantum pada saat pendaftaran. Mortalitas diamati sesuai dengan tingkat kematian yang harapkan, kecuali kematian lebih tinggi untuk SCORTEN Skor 3.

5 Table 7 Perbandingan antara kematian yang diharapkan dan diamati oleh Skor SCORTEN Durasi biaya rawat inap dan manajemen rumah sakit Data dari durasi rawat inap dan manajemen biaya dijelaskan oleh Barvaliya et al. rawat inap adalah 9.7 hari (95% CI: ) di SJS, hari 16.1 (95% CI: ) di gabungan SJS- TEN dan 20.6 hari (95% CI: 14,4-26.8) dalam TEN. Secara signifikan lebih tinggi TEN dibandingkan dengan SJS SJS (p = 0.020, Tukey- Kramer beberapa tes perbandingan). Manajemen biaya adalah Rs 2460 (95% CI: ) di SJS, Rs (95% CI: ) gabungan SJS-TEN dan Rs 7910 (95% CI: ) pada TEN secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan SJS (p < 0,0001, Tukey-Kramer beberapa tes perbandingan) biaya tersebut didasarkan pada obat, penyelidikan dan perlengkapan yang digunakan.

6 SCORTEN menggunakan tujuh faktor risiko independen untuk memprediksi risiko kematian diantaranya : umur, keganasan, denyut jantung,lapisan epidermis, serum urea, glukosa dan bikarbonat di penerimaan. Dalam penelitian kami, pada pasien yang memiliki SCORTEN Skor 3 menunjukkan lebih tinggi dari perkiraan kematian. SCORTEN ini terkait dengan risiko yang lebih besar dari hari ke hari selama 5 hari pertama rawat inap. Vaishampaiyyan et al. mengamati perkembangan Skor dari hari masuk untuk lima hari. Skor SCORTEN harus diamati hari 5 untuk prediksi yang akurat dari kematian Kortikosteroid dianggap kontroversial dalam pengelolaan SJS/sepuluh meskipun mereka digunakan untuk lebih dari 30 tahun. Tidak ada pengambilan sampel secara acak untuk membuktikan keampuhan dari obat ini.. Sangat sulit untuk menganalisis efek steroid dari penelitian ini karena keterangan yang terbatas atas penggunaan mereka. Awal penggunaan terapi deksametason jangka pendek tampaknya bermanfaat. deksametason terapi (1,5 mg/kg/hari) pada tiga hari berturut-turut pada tahap awal dari reaksi dapat mengurangi mortalitas tanpa mempengaruhi waktu penyembuhan.. Tinjauan sistematis pada anak-anak telah menunjukkan efek menguntungkan dari steroid. Pasien dirawat dengan dukungan perawatan sendiri tanpa steroid pada rawat inap yang lebih lama dan lebih rentan terhadap komplikasi dan kematian.